Dokumen tersebut membahas tentang kasus hiperbilirubin pada bayi baru lahir. Terdapat 57 kasus hiperbilirubin dari 288 bayi yang dirawat di rumah sakit. Kasus ini menunjukkan gejala kuning pada seluruh tubuh setelah lahir 7 hari. Hasil pemeriksaan menunjukkan kadar bilirubin total sebesar 14,9 mg/dl. Bayi tersebut dirawat dan memantau perkembangannya hingga gejala kuning menghilang.
2. LATAR BELAKANG
WHO kematian bayi khususnya neonatus sebesar 10.000.000 jiwa
pertahun.
Pada tahun 2006 angka kematian bayi di
Indonesia mencapai 46/1000 kelahiran hidup dan
turun menjadi 35/1000 kelahiran hidup pada
tahun 2008.
Ruang perinatologi Rumah Sakit Ananda
dari tanggal 26 Januari 2010 - 21 Januari 2011
terdapat 57 bayi yang menderita hiperbilirubin
dari 288 bayi yang dirawat.
3. Derajat Area Kadar bilirubin total
1
1 Kepala dan leher 5 mg/dl
2 Kepala, leher dan bagian atas 9 mg/dl
2
4 4
3 Kepala, leher, badan bagian atas dan bawah 11 mg/dl
3 5 tungkai
5
4 4 Kepala, leher, badan bagian atas dan bawah 12mg/dl
tungkai dan lutut
5
5 Kepala, leher, badan bagian atas dan bawah 16 mg/dl
tungkai, lutut. Dan kaki serta tangan
4. Tanggal 3 januari 2011
pukul 12.45 WIB
kiriman dari poli
anak
Bayi M usia 7 hari datang
ke ruang perinatologi
keluhan tubuh bayi kuning
sejak 7 hari setelah bayi
lahir.
5. Ibu Bayi bernama Ny. R, berusia 35 tahun, dan
ayahnya bernama Tn. A, umur 36 tahun, beragama
Islam, pendidikan terakhir SMU, bersuku bangsa
D padang, bekerja sebagai IRT/Karyawan swasta,
A beralamat di Royal Residen Blok C 5 No.16,
T
A Ny. R mengatakan melahirkan anak ketiganya
pada saat usia kehamilannya 39-40 minggu. Ibu
S bersalin secara normal atau spontan pada
U tanggal 26 Desember 2010 pukul 07.10 WIB,
partus di BPS dan ditolong oleh bidan, tidak ada
B
komplikasi selama persalinannya. Bayi lahir
J tunggal hidup, letak belakang kepala, dengan
E berat 3500 gram, dan panjang badan saat lahir 52
K cm, anus ada ditandai adanya mekonium yang
T keluar, kecacatan tidak ada,
I ibu mengatakan bayinya BAB 1 x sehari dan BAK 4-5
F kali. Ibu mengatakan bayinya kuat dalam minum
ASI yakni hampir 2-3 jam sekali , PASI (-) dan ibu
mengatakan bayi tidur pada malam hari 10 jam
dimulai dari jam 19.00 – 05.00 WIB, sedangkan pada
siang hari bayi tidur 7 jam dan tiap 3 jam bayi
bangun untuk menyusu.
6. Data KU: sedang
objektif
Kes: compos mentis
TTV By. M : suhu: 36,5 ºC, RR: 52 x/menit
HR: 150 x/menit.
.
pemeriksaan fisik : tidak ada cepal hematom,
tidak ada caput sucsedoneum, konjungtiva
tidak anemis, sklera tampak ikterik, telinga
tidak ada kelainan, mulut tidak ada kelainan,
hidung tidak ada polip, kepala, leher, badan
bagian atas dan bawah, tungkai dan lutut
tampak kuning dan tidak ada pembengkakan
pada kelenjar getah bening, perut tampak
kuning dan tidak kembung, tali pusat sudah
puput dan tampak bersih, tidak berbau dan
tidak ada pus, warna kulit ekstremitas atas
dan bawah tampak kuning, pemeriksaan
berat badan 3200 gram, panjang badan 52
cm. Lingkar kepala 32 cm, lingkar dada 33
cm dan lingkar lengan atas 12 cm.
7. pemeriksaan penunjang
Dengan hasil bilirubin total : 14,9
mg/dl, direk : 1,2 mg/dl, indirek :
13,7 mg/dl.
DIAGNOSA:
Neonatus cukup bulan sesuai masa
kehamilan, usia 7 hari dengan
Hiperbilirubin.
Masalah potensial : kern ikterus.
8. 1.Informed consent dengan orang tua
bayi untuk dirawat
2. Mengobservasi tanda-tanda vital
By. M setiap 2 jam
3. Memantau berat badan bayi setiap
pagi
4. Melakukan kolaborasi dengan
dokter spesialis anak
5. Melindungi mata bayi dari sinar
blue light dengan eye protector.
6. Memonitor bila ada muntah, kaku
otot dan tremor,
7. Memberikan bayi ASI langsung dan
PASI peroral 6 x 60 cc/hari dan
hasilnya bayi minum PASI
sebanyak 360 cc dan ASI langsung
2 x setiap hari.
8. Mendokumentasikan hasil laporan
ke dalam buku laporan.
9. CATATAN PERKEMBANGAN SOAP
TANGGAL 4 JANUARI 2011 PUKUL 07.00
WIB
S : ---
O: Ku: Tampak sakit sedang, Kesadaran:
Composmentis, TTV = S: 37,1 ºC, Rr: 48x/menit,
Hr 140x/menit. BB 3200 gram. Konjungtiva tidak
anemis, sclera ikterik berkurang, pada bagian
kepala, leher, badan bagian atas dan bawah dan
tungkai ikterik berkurang, kelopak mata tidak
oedema, reflek hisap bayi baik terlihat dari
kemampuan bayi minum diit ASI dan PASI 60 cc.
Tidak ada sesak, tidak kembung, sianosis tidak ada,
muntah tidak ada, bayi aktif, BAB 2 x sehari dengan
konsistensi lunak , BAK 50cc, blue light single
terpasang.
A: Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan, usia
8 hari dengan hiperbilirubin
Masalah potensial : Kern ikterus
10. P:
1. Menginformasikan hasil observasi pemeriksaan
kepada orang tua.
2. Memantau keadaan umum bayi dan tanda-tanda vital
By. M setiap 2 jam.
3. Mengobservasi intake dan output bayi serta asupan
ASI/PASI, dan pengeluaran feses dan urine.
4. Kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk advice
therapy blue light single, memberi therapy obat.
5. Melindungi mata bayi dari sinar blue light dengan eye
protector saat penyinaran blue light. Memonitor
bilirubin sesuai instruksi dokter yang merawat.
6. Memonitor bila ada muntah, kaku otot dan tremor.
7. Memberikan bayi ASI langsung 2 x sehari dan PASI
peroral 6 x 60 cc/hari.
8. Mendokumentasikan hasil laporan kedalam buku
laporan.
11. CATATAN PERKEMBANGAN SOAP
Tanggal 5 Januari 2011 Pukul 07.00 WIB
S : -----
O: Ku: sedang, Kesadaran: Composmentis, TTV =
S: 36,6 ºC, Rr: 54 x/menit, Hr 140 x/menit. BB
3250 gram. Konjungtiva tidak anemis, scelera
ikterik sedikit, kelopak mata tidak oedeme,
ikterik tampak berkurang pada bagian kepala,
leher, badan bagian atas dan bawah, reflek
hisap bayi baik terlihat dari kemampuan bayi
minum PASI yaitu 60 cc tiap pemberian PASI
dan ASI langsung, BAB 3 x sehari dengan
konsistensi lunak, BAK 70 cc/hari, rencana cek
ulang bilirubin total tanggal 6 januari 2011 jam
06.00 WIB.
A: Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan,
usia 9 hari dengan hiperbilirubin.
Masalah potensial : Kern ikterus tidak terjadi
12. P:
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada orang
tua.
2. Memantau keadaan umum bayi dan tanda-tanda
vital setiap 2 jam.
3. Mengobservasi intake dan output bayi serta asupan
ASI/PASI, dan pengeluaran feses dan urine.
4. Kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk
advice therapy blue light single, memberi
obat nutricole 3x 1 bungkus/ hari.
5. Melindungi mata bayi dari sinar blue light dengan
eye protection saat penyinaran blue light.
Memonitor bilirubin sesuai instruksi dokter yang
merawat.
6. Memonitor bila ada muntah, kaku otot dan tremor
dan hasilnya tidak ditemukan muntah, kaku otot
dan tremor.
7. Memberikan bayi ASI / PASI peroral 6 x 60 cc/hari
8. Rencana cek ulang bilirubin total tanggal 6 januari
2011 jam 06.00 WIB, mendokumentasikan hasil
laporan kedalam buku laporan.
13. CATATAN PRKEMBANGAN SOAP
Tanggal 6 Januari 2011 Pukul 07.00 WIB
S : ----
O: Ku: sedang, Kesadaran: Composmentis, TTV
= S: 37,6 ºC, Rr: 50 x/menit, Hr 150 x/menit.
BB 3200 gram. Konjungtiva tidak anemis,
scelera tidak ikterik, kelopak mata tidak
oedema, pada bagian kepala, leher, badan
bagian atas dan bawah, tungkai dan lutut
tidak tampak ikterik, reflek hisap bayi baik
terlihat dari kemampuan bayi minum ASI
langsung dan PASI ± 70 cc/hari. Dilakukan
chek bilirubin total jam 06.00 WIB, didapat
hasil 7,8 mg/dl.
A: Neonatus cukup bulan sesuai masa
kehamilan, usia 10 hari
Masalah potensial : Kern ikterus tidak
terjadi
14. P:
1. Menginformasikan hasil observasi
pemeriksaan kepada orang tua, hasilnya bayi
tidak ikterik.
2. Memantau keadaan umum bayi dan tanda-
tanda vital setiap 2 jam. Lapor Dr. N SpA hasil
billirubin total 7,8 mg/dl, memberi therapy
puyer nutricole 3 x 1 bungkus/hari, therapi
blue light di stop jam 13.00 WIB.
3. Rencana untuk pulang tunggu Dr. visit.
15. Tanggal 6 Januari 2011 pukul 12.45 WIB
S: Ibu menanyakan kepada Dr. N SpA tentang
keadaan bayinya
O: Ku: sedang, Kesadaran: Composmentis, TTV
= S: 37,5 ºC, Rr: 50 x/menit, Hr 150 x/menit.
BB 3200 gram. Konjungtiva tidak anemis,
scelera tidak ikterik, kelopak mata tidak
oedema, pada bagian kepala, leher, badan
bagian atas dan bawah, tungkai dan lutut
tidak tampak ikterik, reflek hisap bayi baik
terlihat dari kemampuan bayi minum ASI
langsung dan PASI ± 70 cc/hari.
A: Neonatus cukup bulan sesuai masa
kehamilan, usia 10 hari
Masalah potensial : Kern ikterus tidak
terjadi
16. P :
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada orang tua bayi
2. memberikan therapi puyer nutricol 3 x 1 bungkus/hari.
3. memberikan penyuluhan tentang pemberian ASI agar ibu
menyusui bayinya secara teratur yaitu setiap 3 jam sekali dan
jika banyinya tidur dibangunkan untuk menyusu,
4. menganjurkan ibu untuk menjemur bayinya setiap pagi
antara jam 07.00-08.00 WIB selama 15 menit dengan kondisi
bayi tanpa menggunakan pakaian.
5. memberitahukan ibu tentang kunjungan ulang 3 hari
kemudian pada tanggal 10 Januari 2011 dan jika sebelum
tanggal kunjungan terjadi sesuatu sama bayinya ibu
diharapkan segera datang kerumah sakit,
mendokumentasikan hasil laporan kedalam buku laporan.
Pukul 13.50 WIB
Bayi dibawa pulang oleh orang tuanya dan sudah
menandatangani surat persetujuan pulang.
17. PEMBAHASAAN
Menurut Prof.Dr.Rustam Mochtar (2002), klasifikasi
hiperbilirubin dibedakan menjadi 2 yaitu Ikterus fisiologik
adalah timbul pada hari kedua dan ketiga, kadar bilirubin total
kurang dari 12,5 mg/dl pada neonatus cukup bulan dan 10
mg/dl pada prematur, kecepatan peningkatan kadar bilirubin
kurang dari 5mg/dl per hari, kadar bilirubin direk kurang dari
1mg/dl, ikterus menghilang pada hari ke 10 tidak terbukti
adanya hubungan dengan patologik. Ikterus patologik adalah
terjadi 24 jam pertama, kadar bilirubin indirek lebih dari
10mg/dl per hari dan ikterus menetap setelah 2 minggu
pertama, kadar bilirubin direk lebih dari 1mg/dl dan ikterus
mempunyai hubungan dengan proses hemolitik atau keaadan
patologik lain. Dari hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 03
Januari 2011 pada By. M didapatkan hasil Billirubin total :
14,9 mg/dl pada usia 7 hari dan pada tanggal 06 Januari 2011
dilakukan chek bilirubin total : 7,8 mg/dl pada usia 10 hari,
kemudian By. M didiagnosa dengan ikterus fisiologis. Maka
terdapat kesesuain antara teori dan kasus.
18. Menurut Ilyas Jumiarni (2000) yaitu
Hiperbilirubin merupakan suatu keadaan kadar
billirubin serum total yang lebih dari 10mg/dl
pada minggu pertama yang ditandai dengan
ikterus pada kulit, sclera dan organ lain. Dari
hasil pemeriksaan laboratorium pada By. M
didapatkan hasil Billirubin total : 14,9 mg/dl
pada usia 7 hari, kemudian By. M didiagnosa
dengan Hiperbilirubinemia. Maka terdapat
kesesuaian antara teori dan kasus.
19. Menurut teori Ngatsiyah (2001) masalah potensial
yaitu kren ikterus dengan gambaran klinik pada bayi
dengan ikterik diantaranya adalah letargis (lemas),
kejang, tidak mau menghisap, tonus otot meninggi,
leher kaku dan epistotonus. Pada kasus By. M
dilakukan pemeriksaan fisik dan didapatkan hasil
keadaan umum bayi tampak sedang, keadaan bayi
kuning pada bagian kepala, leher, badan bagian atas
dan bawah, tungkai dan lutut, tidak ditemukan
kejang, leher tidak kaku, tonus otot tidak meninggi,
bayi mau menghisap pada saat disusui langsung oleh
ibunya. Kemudian By. M tersebut hanya mengalami
hiperbilirubin belum sampai kern ikterik. Maka
terdapat kesenjangan antara teori dan kasus.
20. Menurut Prof. Dr. Abdul Bari Saifudin (2006),
penilaian kadar bilirubin dengan rumus kramer
jika tampak ikterik pada daerah kepala, leher,
badan bagian atas dan bawah tungkai dan lutut
12-16mg/dl. Pada kasus By. M dan hasil
pemeriksaan fisik didapatkan kepala, leher,
badan bagian atas dan bawah tungkai dan lutut
bayi tampak kuning, kemudian dilakukan
pemeriksaan laboratorium dengan hasil bilirubin
total sebesar 14,9 mg/dl. maka didapatkan
kesesuaian antara teori dengan kasus.
21. Menurut Prof. Dr. Abdul bari Saifudin (2006)
Pedoman pengelolaan menurut waktu timbul
dan kadar bilirubin, jika ikterus pada usia >72
jam dengan kadar bilirubin total 10 sampai <15
mg/dl maka diberi transfusi tukar bila hemolisis
dan terapi sinar. Pada kasus By. M didiagnosa
mengalami hiperbilirubin dengan nilai total
bilirubin 14,9 mg/dl pada umur 7 hari diberikan
terapi sinar blue light untuk mencegah
peningkatan NT bilirubin. maka terdapat
kesesuaian antara teori dengan kasus.
22. NOTE :
Hiperbilirubinemia adalah tingginya kadar
bilirubin di dalam darah yang didapat dari
pemeriksaan laboratorium. Produksi bilirubin
berasal dari katabolisme heme.
Faktor penyebab tingginya bilirubin pada bayi
baru lahir karena tingginya eritrosit bayi dengan
masa hidup yang lebih pendek (70-90 hari),
belum matangnya fungsi hati dan meningkatnya
reabsorbsi bilirubin indirek dari usus (siklus
enterohepatis).
23. Ikterus fisiologis
ikterus timbul pada usia 2-3 hari dengan kadar
bilirubin indirek pada usia tersebut tidak > 15
mg/dL (bayi cukup bulan) dan tidak > 10 mg/dL
(bayi kurang bulan).
Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak > 5
mg/dL per 24 jam, dengan kadar bilirubin direk >
1 mg/dL.
Ikterus hilang pada 10 hari pertama dan tidak
terbukti berhubungan dengan keadaan non
fisiologis.
24. BATASAN KADAR BILIRUBIN YANG AMAN PADA BAYI DAPAT DILIHAT PADA TABEL
SESUAI AMERICAN ACADEMY OF PEDIATRIC (AAP) TETAPI SECARA UMUM DIPAKAI
BATASAN TIDAK > 10 MG/DL UNTUK UNTUK BAYI KURANG BULAN DAN TIDAK > 15
MG/DL PADA BAYI CUKUP BULAN.
25. Ikterus non fisiologis
terjadi <24jam setelah BBL
ketidaksesuaian golongan darah ibu-anak
(Inkompatibilitas golongan darah ABO)
Breast milk jaundice
faktor rhesus
infeksi.
Pada kasus infeksi, selain pemeriksaan darah
rutin dan kultur darah, perlu ditambahkan
pemeriksaan urinalisis dan kultur urin.
defisiensi enzim G6PD (Glucose 6-Phosphat
Dehydrogenase), defisiensi piruvat kinase, dan
hipotiroid. Kelainan yang disebabkan defisieni
G6PD merupakan kondisi yang menunjukkan
respon yang buruk terhadap foto terapi.
26. Kern ikterus
hasil laboratorium dengan kadar bilirubin indirek tinggi
dan tidak diatasi segera, maka dapat menimbulkan risiko
berupa efek toksik pada sistem saraf pusat.
Gejala kinis yang ditemukan seperti mengantuk, reflek
hisap menurun, muntah, dan kejang. Kondisi awala ini
disebut Bilirubin ensefalopati.
Efek jangka panjang bila hal ini terus berlangsung dan
tidak diatasi, maka akan terjadi perubahan pada syaraf
pusat yang ditandai penumpukan bilirubin pada otak
terutama ganglia basalis, pons dan serebelum yang disebut
Kern ikterus.
Kern ikterus merupakan kondisi bilirubin ensefalopati
yang kronis dengan gejala sisa (sekuele) yang
permanen. Sekuele dari kern ikterus adalah
keterbelakangan mental, kelumpuhan serebral, gangguan
pendengaran, dan kelumpuhan otot motorik mata.