3. Sebelumnya
Pemerintah Pusat Pemerintah Daerah
Klien
Kebijakan
pelaksana
Sesudah
Pemerintah Pusat Pemerintah Daerah
Klien
Kebijakan Umum
Kebijakan lokal
dan pelaksana
4. Sebagai satu kesatuan otonomi, daerah:
Menyelesaikan siklus manajemen secara
penuh
Mengelola tugas pemerintahan lebih
otonom daripada sebelumnya
Hasilnya
• Lebih memikirkan diri sendiri
• Proteksi kepentingan sendiri
• Euphoria otonomi
5. Kondisi Ketiga
Area perkotaan
lebih kecil dari
daerah administratif
Kab. A
Kab. C
Kota B
Kab. A
Kab. C
Kab. A
Kab. C
Kota B
Area Perkotaan
Sama dengan
Daerah administratif
Area Perkotaan
Lebih besar dari
Daerah administratif
Kondisi awal Kondisi Kedua
Kota B
6. Kondisi Ketiga
Kab. A
Kab. C
Kota B
Kab. A
Kab. C
Kab. A
Kab C
Kota B
Lokasi internal prasarana dan
sarana perkotaan
Lokasi perbatasan
Prasarana dan sarana
perkotaan
Kondisi Awal Kondisi Kedua
Kota B
7. Kondisi Ketiga
Kab. A
Kab. C
Kota B
Meskipun prasarana
dan sarana perkotaan
berada di wilayah
perbatasan, sangat baik
jika dikelola dalam satu
sistem yang terintegrasi
8. Sesudah
Kab. A
Kab. C
Kota B
sebelum
Kab. A
Kab. C
Kota B
Daerah Perbatasan
Prasarana dan Sarana
Perkotaan
Tidak ada masalah serius
Semuanya bisa dikelola dengan
kewenangan pemerintah pusat
dan propinsi, karena pemerintah
daerah “lemah”
Masa awal desentralisasi yang
baru, pemerintah daerah
beorientasi pada:
•Diri sendiri
•Proteksi yang berlebihan
•Euphoria otonomi
9. 9
Sulit untuk mengukur output maupun kualitas
pelayanannya
Seburuk apapun kinerja pelayanan, pemerintah
tidak akan bangkrut
Sulit mencegah nilai-nilai dan kepentingan para
birokrat dari kepentingan umum/ masyarakat yang
seharusnya dilayani
KELEMAHAN PELAYANAN PUBLIK
10. 10
HAMBATAN KINERJA APARATUR PEMERINTAH
1. Role Conflict
2. Role Ambiguity
3. Poor Employee Job Fit
4. Poor Technology Job Fit
5. Inappropriate
Suvervisory Control
System
6. Lack of Percieved Control
7. Lack of Team Work
11. 11
Sensitif dan responsif terhadap peluang dan
tantangan yang dihadapi
Dapat mengembangkan fungsi instrumental
Berwawasan futuristik dan sistemik
Berkemampuan dalam mengoptimalkan
sumber daya.
Pada Level Birokrat/Aparatur, sosok yang hendak diwujudkan guna
mendukung Pelayanan Prima adalah :
12. 12
1. Pelayanan yang berorientasi kepada kepuasan
penerima layanan
2. Perbaikan kualitas pelayanan yang berkesinambungan
3. Manajemen berdasarkan fakta
4. Melibatkan dan memberdayakan sistem atau unsur organisasi
secara menyeluruh
5. Mengembangkan potensi daya pikir manusia
6. Kepemimpinan yang digerakkan oleh obsesi mutu pelayanan prima
7. Budaya organisasi dengan standar etika dan moral yang tinggi
PRINSIP-PRINSIP DASAR PENGEMBANGAN PELAYANAN PRIMA
13. 13
1. Pembaharuan pola pikir aparatur tentang manajemen
pelayanan prima bagi masyarakat
2. Pengembangan visi dan komitmen aparatur dalam memberikan pelayanan
prima bagi masyarakat
3. Strategi dan pengembangan mutu standar pelayanan prima bagi
masyarakat
4. Pengembangan manajemen mutu terpadu dalam pelayanan prima bagi
masyarakat
5. Perilaku aparatur dalam memberikan pelayanan prima
6. Pemahaman tentang identifikasi kebutuhan pelayanan umum dan
masyarakat
7. Masalah-masalah yang dihadapi pelayanan prima
PENINGKATAN MANAJEMEN PELAYANAN PRIMA, berarti
memikirkan :
14. 14
1. Restrukturisasi organisasi dengan
berdasarkan visi peningkatan
Pelayanan Publik,
2. Peningkatan kemampuan manjerial,
3. Peningkatan kualitas SDM sesuai tuntutan
perwujudan Visi kualitas aparat,
4. Peningkatan sarana dan prasarana.
STRATEGI PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN
PUBLIK
15. “Prinsip Batang – Cabang – Ranting”
PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN
WIL. B WIL. C
WIL. A
PROV KAB/KOTA KEC
Nat
Port
Local
Port
17. INOVASI
Metcalfe (1995)
MENGHIMPUN
INSTITUSI-INSTITUSI
BERBEDA YANG
BERKONTRIBUSI,
SECARA BERSAMA
MAUPUN INDIVIDU
PENGEMBANGAN
TEKNOLOGI-
TEKNOLOGI BARU
DAN MENYEDIAKAN
KERANGKA KERJA
(FRAMEWORK)
INOVASI
PEMERINTAH
MEMBENTUK &
MENGIMPLEMENTASIKAN
KEBIJAKAN
PROSES
SISTEM INOVASI MERUPAKAN SUATU SISTEM DARI LEMBAGA-LEMBAGA YANG
SALING BERKAITAN UNTUK MENCIPTAKAN, MENYIMPAN, DAN MENGALIHKAN
(MENTRANSFER) PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN YANG MENENTUKAN
TEKNOLOGI BARU.
18. INOVASI
Lundvall (1992)
SISTEM INOVASI MERUPAKAN ELEMEN DAN HUBUNGAN-HUBUNGAN YANG
BERINTERAKSI DALAM MENGHASILKAN DAN MENGGUNAKAN PENGETAHUAN
YANG BARU DAN BERMANFAAT SECARA EKONOMI.
SISTEM SOSIAL
pembelajaran
(learning)
pencarian
(searching)
penggalian/
eksplorasi
(exploring)
ANTARA ORANG/MASYARAKAT
DAN REPRODUKSI DARI
PENGETAHUAN INDIVIDUAL
ATAUPUN KOLEKTIF MELALUI
PENGINGATAN (REMEMBERING).
INTERAKSI
19. ….Inovasi
… bahwa pengertian inovasi dalam pemerintahan
adalah kemampuan pemimpin daerah untuk
membuat sebuah terobosan dalam upaya untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.
Termasuk di antaranya kemampuan marketing
dan promosi bagi daerah.
22. FAKTOR KRITIS DALAM
PENGEMBANGAN INOVASI (Senge, !995)
PENGEMBANGAN
KEPEMIMPINAN
INOVASI
PENGEMBANGAN
BUDAYA INOVASI
PENGEMBANGAN
SDM
PENGEMBANGAN TIM
KERJA &
KEMITRAAN
PENGEMBANGAN
KINERJA INOVASI
23. KEUNGGULAN KOMPETISI
BERBASIS INOVASI
• SHARED
• VISION
• MENTAL
MODEL
• TEAM
• LEARNING
• PERSONAL
• MASTERY
SYSTEMS
THINKING
SYSTEMS
THINKING
SYSTEMS
THINKING
SYSTEMS
THINKING
24. • JEJARING
POTENSI
REINVENTION
• SDM
• BUDAYA
REENGENEERING
• PRIVATISASI
• PRODUKTIVITAS
POST NEW PUBLIC
MANAGEMENT
INISIATIF BARU KONSEP DAN MODEL
GOOD PRATISE
SMART PRACTISE
BEST PRACTISE
WORSE PRACTISE
29. DETERMINANTS OF MODELS
OF INNOVATION
HIGH INTERNAL
AUTONOMY
HIGH EXTERNAL
AUTONOMY
INNOVATION
BY
INTERNAL
IMPOSITION
DEVELOPMENT COUNTRIES : MOST COMMON
30. DETERMINANTS OF MODELS
OF INNOVATION
HIGH INTERNAL
AUTONOMY
LOW EXTERNAL
AUTONOMY
INNOVATION
BY
EXTERNAL
IMPOSITION
DEVELOPMENT COUNTRIES : LESS FREQUENT
32. PARADIGMS OF INNOVATION
IN DEVELOPING NATIONS
PRECOLONIA
• INTERNAL IMPOSITION
COLONIAL
INNOVATION
• EXTERNAL IMPOSITION
POST COLONIAL
DEVELOPMENTAL
• MODERNIZATION
33. PARADIGMS OF INNOVATION
IN DEVELOPING NATIONS
CURRENT
NEW MANAGEMENT
PUBLIC
• EXTERNAL IMPOSITION, CROSS-
NATIONAL, ADAPTATION
POST
NEW MANAGEMENT
PUBLIC
• NETWORKED GOVERNANCE,
PARTNERSHIP- IMPOSITION
INNOVATION
TRANSFORMATIONAL