SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 37
ACEH | Kembali ke Masa Depan                                                                                                                           Oleh : Teuku Ardiansyah   katahati
Refleksi gerakan masyakat sipil dalam penguatan demokrasi dan masyarakat di Aceh                                                                                                 institute
Dipresentasi dalam “Advocacy Training untuk Pemuda Aktivis Partai Politik” yang diselenggarakan IRI di Makassar-Sulawesi Selatan; 13-14 Agustus 2011
DISKUSI KITA
                                         berbagi untuk perubahan




1                                                                                                2
    Kegiatan Advokasi di Aceh:                                     Strategi Advokasi di Aceh:
      Sebelum dan Setelah Tsunami 2004                                   Pembelajaran Aceh




4                                                                                                3
    Memanfaatkan Budaya Lokal                                  Membangun Jaringan Advokasi
      sebagai Tools Advokasi:                                       Pasca Tsunami:
           Kisah Sukses dari Aceh                                      kelebihan dan tantangan
KERJA-KERJA LSM DI ACEH   sebelum dan sesudah tsunami 2004
DINAMIKA ACEH
pasang surut perwujudan identitas



Berbagai situasi yang terjadi di Aceh hendaknya tidak hanya dilihat lepas dari dinamika yang terjadi di bagian dunia lainnya.
Perkembangan dunia (nasional maupun regional) kadangkala hanya memberikan dampak buruk bagi Aceh.




60-70 an                                                                                                  2000 an ?
Semangat
                                                                                                          Otonomi,
Keistimewaan dan
recovery paska DI/                                                            90 an                       perubahan
                                                                                                          politik, rehab/
TII
                                                                              Otonomi Daerah,             rekon,
                                                                              Pembangunan, dan            reintegrasi, dan
                                                                              “penanganan”                investasi
                               80 an                                          keamanan

                               pembangunan dan
                               “penanganan”
                               keamanan
                                                                                                                                1 dari 30
ACEH 2 SISI
            dimasa perang dan damai



                                                   Eksploitasi
                      Kemiskinan                                                 Kekerasan               Isolasi & Tertutup
                                                  Sumber Daya




                       Normalisasi                                                                        Saluran Politik dan
                                                 Minimalisasi Gap           Investasi dan Modal
                       Kehidupan                                                                              Demokrasi



            Kontradiksi Aceh pasca UU 11/2006

            Kondisi Aceh hari ini berpotensi menempatkan kembali Aceh ke dalam 2 sisi mata uang. Kewenangan yang didapatkannya
            dalam Pengelolaan SDA (tata kuasa, tata kelola, serta mekanisme bagi hasil), Revitalisasi Adat dan Budaya (syariah Islam,
            transisi hukum, hingga otonomi pendidikan), Tata Pemerintahan (proses pemilihan kepala daerah dan partai politik lokal)
            masih terdistorsi dengan konsep Self Determination hingga Self Government yang tumbuh di masyarakat.
            Distorsi kepentingan (pro kedaerahan versus ultra-nasionalis) selalu menjadi alasan komunikasi dan tawar menawar
2 dari 30   dengan pemerintah pusat
LSM DI ACEH
terlibat, dilibatkan, dan melibatkan




•   Diawali oleh pembukaan “cabang” LSM Nasional

•   Bagian dari program donor international, LSM internasional, hingga
    LSM Nasional

•   Terjadi lewat proses pembelahan diri dari organisasi awal

•   Bagian dari dukungan untuk program pemberdayaan masyarakat ala
    Pemerintah Indonesia

•   Dampak era keterbukaan dan Reformasi 1998
                                                                         3 dari 30
PERIODE ADVOKASI
            ragam kondisi dan isu sebelum tsunami 2004 (1974-2004)




            1974           1980                     1988                         1998                 2003   2004




            Berbagai agenda advokasi yang dilaksanakan oleh LSM di Aceh dalam periode ini dapat di bagi atas Advokasi HAM dan Politik, Advokasi
            Lingkungan, dan Pemberdayaan Masyarakat. Periode ini ditandai oleh berbagai peristiwa; Deklarasi GAM (1974), DOM (1988-1998),
            hingga Darurat Militer (2003). Periode ini juga dilewati dengan beberapa kali Pemilihan Umum seperti daerah lain di Indonesia.
            Aceh mendapatkan keistimewaan tambahannya (2001), dengan pemberlakuan calon perseorangan kepala daerah dan penambahan kursi
            DPR Provinsi/Kab/Kota dari standar nasional, dana otonomi khusus, dan berbagai keistimewaan lainnya.
            LSM menjadi motor dalam berbagai isu termasuk pengungkapan berbagai kasus korupsi. Bahkan salahsatu Gubernur Aceh (Ir. Abdullah
            Puteh, M.Si) menjadi terdakwa pertama pasca pembentukan KPK. Hubungan antar LSM sangat kuat. Dukungan pendanaan dari lembaga-
            lembaga donor sangat fluktuatif namun cenderung lebih banyak berkaitan dengan penguatan kelembagaan dan proses-proses
            pendampingan. Masing-masing LSM memiliki isu spesifik dan fokus tertentu. LSM juga berhubungan cukup dekat dengan berbagai
            organisasi masyarakat dan organisasi kemahasiswaan.
            Hubungan dengan para pendukung baik ditingkatan lokal, nasional, dan internasional berlangsung secara tertutup. Kampanye-kampanye
            di luar Aceh kadangkala susah dipisahkan dari “pemanfaatan oleh GAM. Hal itu memuat relasi dan hubungan serta ketidakpercayaan
4 dari 30   antara pemerintah dan LSM sangat tinggi.
PERIODE ADVOKASI
ragam kondisi dan isu pasca tsunami 2004 (2004-sekarang)




2004           2005                2009      2010       2011                                   masa depan




Proses rehabilitasi dan rekonstruksi “membuka” berbagai keterisolasian Aceh dengan luar. Tsunami selain mengakibatkan kerugian yang
tak ternilai juga disisi lain memberikan dampak positif berakhirnya konflik politik antara GAM dan RI. Penangangan tsunami
menghadirkan puluhan negara, ratusan organisasi bantuan, hingga ribuan sukarelawan ke Aceh. Berjuta kepala mengharapkan kehidupan
normal pasca konflik dan bencana. Namun bantuan yang hadir mengakibatkan kontradiksi. Ratusan LSM bermunculan untuk menjadi
bagian dari “pekerja” kemanusiaan. Uang dan pekerjaan sangat mudah akibat kehadiran ratusan program dan lembaga pemberi bantuan.
LSM tetap mengambil peran dalam periode ini, dukungan akan hak korban bencana (rumah, tanah, hingga mata pencaharian) menjadi
bagian dari agenda advokasi rehab/rekon. Disisi lain advokasi bagi normalisasi mantan kombatan sangat sulit dilakukan akibat ekslusifitas
yang terbangun dari mantan kombatan dan kelompok masyarakat sipil.
Paska 2009 (berakhirnya masa rehab/rekon akibat tsunami di Aceh), isu advokasi kembali ke khitahnya. Keterbatasan dukungan yang
pernah terjadi sebelum tsunami berulang kembali. Bahkan kondisi ini diperparah dengan apa yang disebut “Aceh Fatique” dibanyak
sumber bantuan dan dukungan. Namun berbagai pekerjaan rumah yang timbul akibat industri rehabilitasi dan rekonstruksi kembali harus
diselesaikan. Kami menyebutnya Advokasi Cuci Piring.
                                                                                                                                            5 dari 30
4 TAHUN REHABILITASI & REKONSTRUKSI
            donor dan para pihak yang terlibat di Aceh


            Masa Tanggap Darurat
                         NASIONAL           JUMLAH                  INTERNASIONAL              JUMLAH

            Relawan                       5.645 orang    Negara yang Terlibat                 34 negara
            Tim Medis                         124 tim    Personel                          16.000 orang
            Personel Paramedis           11.800 orang    Kapal Induk + Kapal Perang      9 unit + 14 unit
            Alat Berat                        493 unit   Rumah Sakit Apung                         1 unit
            Personel Militer              6.000 orang    Pesawat + Helicopter           31 unit + 82 unit



            Masa Rehab Rekon
            LSM yang bekerja dalam masa Rehab/Rekon                                                           350 organisasi
            Jumlah Proyek cq BRR                                                                              12.500 proyek
            Dana RR (commitment)                                                                            USD $ 6.7 Milyar
            Anggota MDF                                                         12 negara dan 3 organisasi dukungan dunia


6 dari 30
635.384
                                                 orang kehilangan tempat tinggal

                                                                     127.720
                                         orang meninggal dan 93.285 orang hilang

                                                                     104.500 155.182
                                            usaha kecil menengah (UKM) lumpuh tenaga kerja dilatih

                                                                                   195.726
                                                                                   UKM menerima bantuan

                                                                     139.195 140.304
                                                        rumah rusak atau hancur rumah permanen dibangun

                                                                       73.869 69.979
                                                  hektare lahan pertanian hancur hektar lahan pertanian direhabilitasi

                                                                        1.972 39.663
                                                                 guru meninggal guru dilatih

                                                                       13.828 7.109

CAPAIAN 4 TAHUN
                                                            kapal nelayan hancur kapal nelayan dibangun atau dibagikan

                                                                        1.089 3.781
Rehabilitasi dan Rekonstr uksi                               sarana ibadah rusak sarana ibadah dibangun atau diperbaiki

sumber : Serial Buku BRR NAD-Nias 2009                                  2.618 3.696
                                                            kilometer jalan rusak kilometer jalan dibangun

                                                                        3.415 1.759
                                                                   sekolah rusak sekolah dibangun

                                                                           517 1.115
                                                          sarana kesehatan rusak sarana kesehatan dibangun

                                                                           669 996
                                                     bangunan pemerintah rusak bangunan pemerintah dibangun

                                                                           119 363
                                                                 jembatan rusak jembatan dibangun

                                                                             22 23
                                                                pelabuhan rusak pelabuhan dibangun

                                                                              8 13                                        7 dari 30
                                                      bandara atau airstrip rusak bandara atau airstrip dibangun
AGENDA ADVOKASI
            pasca tsunami 2004 (sekarang)




                   REKONSTRUKSI PASCA BENCANA                                             REINTEGRASI PASCA KONFLIK
            •   Hak atas tanah, perwalian dan status waris                       •   Reintegrasi mantan kombatan (sipil dan militer) kedalam
            •   Alih fungsi lahan dan peruntukan                                     masyarakat
            •   Administrasi hukum akibat bencana (pemutihan utang, IMB)
                                                                                 •   Normalisasi eks-kombatan (mata pencaharian, lapangan kerja,
                                                                                     jaminan sosial, dll)
            •   Penyediaan layanan dan pemenuhan hak sosial dasar
                (pendidikan, rumah, kesehatan, pekerjaan)
                                                                                 •   Pengelolaan SDA (tata kuasa, tata kelola)
            •   Politik bantuan (pemiskinan, ketergantungan, utang piutang)
                                                                                 •   Kepastian hukum korban konflik (KKR, islah, kompensasi,
                                                                                     pengadilan HAM)
            •   Transformasi budaya hidup (konsumeristik, apatis, mental kuli)
                                                                                 •   Pengaturan Ulang Demokrasi ala Aceh
            •   Ekonomi biaya tinggi (inflasi, investasi yang sulit)
                                                                                 •   Semangat mengatur diri lepas dari regulasi nasional
            •   Pemberdayaan vs perdayaan
            •   Enclave Gap (tata ruang, pelayanan publik)




            Seluruh agenda advokasi Aceh masa depan tak mungkin dilepaskan relasinya dengan Indonesia dan dunia. Membagi
8 dari 30
            hikmah ajar (lesson learn) akan apa yang telah dan akan terjadi Aceh adalah bagian lain dari advokasi itu sendiri.
AGENDA ADVOKASI
pasca tsunami 2004 (sekarang)




             LAWA
Proses penangangan konflik dan bencana di Aceh masih tetap meninggalkan persoalan turunannya. Tidak ada perbedaan
mendasar dalam pola, sasaran, dan metode advokasi kedepan.           Persoalan mendasar tentang ketidakadilan,
penyalahgunaan kekuasaan, diskriminasi, hingga pembodohan atas nama hukum tetap terjadi dan berlangsung di Aceh.

Yang membedakan gerakan advokasi di Aceh hari ini dengan gerakan sebelum tsunami adalah makin minimnya
ketertarikan para pihak untuk “membantu” Aceh. Hal lain adalah gagalnya masyarakat sipil Aceh mengambil peran lebih
dominan. Kelompok masyarakat sipil Aceh tidak dilengkapi kemampuan yang memadai dalam berinteraksi dengan proses
perdamaian, khususnya berkaitan dengan ilmu dan pengalaman dalam bidang konflik manejemen. Akibatnya kadang
beberapa LSM menjadi frustasi dalam permainan politik yang dimainkan oleh pihak bertikai.                             9 dari 30
BAGAIMANA LSM DI ACEH BEKERJA   pembelajaran Aceh
KETERLIBATAN
             KETERBUKAAN
               INGAT + REKAM
10 dari 30
MODEL ACEH | Advokasi UU Pemerintah Aceh
    tata, cara, dan pola




[   Pasca penanda tangangan Nota Kesepahaman Helsinki antara Pemerintah RI dan GAM, mewajibkan terbitnya sebuah
    undang-undang khusus tentang Aceh selambat-lambatnya 31 Maret 2006. UU ini dianggap produk penting turunan Nota
    Kesepahaman juga sebagai alat penyelenggaraan pemilu pertama paska konflik yang direncanakan pada April 2006.
    Proses keterlibatan masyarakat sipil di awal terbatas hanya sebagai peserta rangkaian pertemuan. Pemerintah Indonesia
    meminta 3 universitas di Aceh untuk menyiapkan draft undang-undang tersebut. Penyusunan UU ini sendiri kemudian
    menimbulkan banyak fiksi. Berbagai pihak berupaya untuk memasukkan keinginannya masing-masing secara lebih



                                                                                                                                                              ]
    dominan.
    Oleh karena itu, masyarakat sipil Aceh beranggapan proses ini harus dikawal dengan seksama, bukan hanya dari aspek isi
    namun juga waktu pengesahaan yang harus tepat




    JARINGAN DEMOKRASI ACEH (JDA)
     ACSTF, ADF, AJMI, LBH Banda Aceh, KMPD, KONTRAS Aceh, KOALISI NGO HAM, MISPI, FLOWER, APF, Forum LSM Aceh, SoRAK Aceh, LAPPEKAP, KKP Aceh, PDRM, Forum
            Akademisi Aceh, Aceh Institute, Katahati Institute, YAPPIKA, PSHK, CETRO, ELSAM, AWG, HRWG, KONTRAS, IMPARSIAL, Perkumpulan DEMOS, Aceh Kita.
                                                                                                                                                              11 dari 30
MODEL ACEH | Advokasi UU Pemerintah Aceh
             tata, cara, dan pola


                       Tujuan utama dari proses advokasi ini adalah mendorong pengesahan UU Pemerintah Aceh sebelum April 2006. Awalnya
              1        tujuan ini sulit untuk diputuskan karena besarnya isu dan fokus masing-masing organisasi yang terlibat dalam aliansi ini.
                       Akhirnya disepakati setiap konsentrasi yang ingin diperjuangkan oleh masing-masing anggota aliansi dikomunikasi terbuka.


                       Aliansi ini adalah aliansi yang terbuka. Organisasi yang terlibat berada di Aceh dan Jakarta dengan 2 sekretariat di masing-
                       masing lokasi. Pendanaan dikelola lewat sekretariat Jakarta. Namun agenda dan metode kampanye ditentukan oleh
              2        sekretariat Aceh.


                       Untuk meningkatkan “popularitas” dari advokasi ini, JDA bekerjasama dengan asosiasi aktris untuk terlibat dalam aksi
                       jalanan di Jakarta, bekerjasama dengan berbagai production house, jaringan media massa, para penulis opini, hingga
              3        kelompok-kelompok pro demokrasi lainnya.


                       Untuk dapat terus mengikuti proses persidangan, JDA mengirimkan anggota aliansi dan kelompok pendukung nya secara
                       bergiliran ke Jakarta. Hal ini dilakukan selain untuk “mengelola” semangat tim juga untuk membangun perspektif yang
              4        berwarna. Kadangkala JDA bahkan melibatkan tokoh lain di luar aliansi.


                       Ada saat nya proses pembahasan UU dilakukan secara tertutup oleh anggota DPR RI, anggota JDA dan kelompok
                       pendukungnya, mengakali dengan “menyeludupkan” HP kedalam ruang siang dan secara paralel mendengarkan diruangan
              5        lain (dengan membuka speakernya terlebih dahulu). Hal ini dilakukan untuk mengikuti seluruh proses dan menyiapkan
12 dari 30             strategi antisipasi maupaun strategi dukungannya
MODEL ACEH | Advokasi UU Pemerintah Aceh
tata, cara, dan pola


          Advokasi UU Pemerintah Aceh ini bukan hanya dilaksanakan oleh JDA namun juga oleh berbagai kelompok lain semisal
          GAM, organisasi massa, dan partai politik. Setiap kelompok diluar JDA memiliki agenda dan muatan tersendiri. Koordinasi
 6        sebagai sebuah strategi kadangkala hanya berwujud keinginan. Bukan hanya sulit melakukan nya namun juga berat.


          Jakarta dipilih sebagai lokasi utama advokasi karena seluruh proses pembahasan UU Pemerintah Aceh akan berlangsung
          disana. Selain itu juga pihak utama yang perlu didekati seminal TNI, POLRI, Pimpinan Partai Politik, hingga lembaga yudikatif
 7        berkedudukan di Jakarta.


          Kampanye yang dilakukan di Jakarta bertujuan mendorong berbagai komponen di Aceh untuk menghentikan “pertikaian”
          kontens nya di Aceh dan mengalihkan energi ke Jakarta. Pesan yang dikemas JDA, ringkas “SAHKAN UU PEMERINTAH
 8        ACEH, SEKARANG”.


          Salahsatu persoalan berkaitan dengan sumber pendanaan. JDA melibatkan berbagai LSM yang memiliki akses ke donor,
          menggalang pengumpulan dana di lapangan, tidak bekerja dengan donor tunggal, hingga tandem atas biaya kelompok lain
 9        yang sehaluan. Untuk menjaga prinsip akuntabilitas, anggota JDA dilarang mengirimkan proposal atas nama.


          Setiap hasil kampanye dan advokasi di Jakarta, disusun dalam bentuk ringkasan, yang sekembali ke Aceh dideseminasikan
          melalui berbagai media. Ruang diskusi di meunasah dan warung kopi dibangun simultan hingga akhirnya masyarakat diajak
 10       memberikan dukungan terbuka dengan metode pengumpulan tanda tangan massal.
                                                                                                                                          13 dari 30
MODEL ACEH | Merancang Agenda Advokasi
             basic element of advocacy




                MEMILIH TUJUAN | Selecting an Advocacy Objective
                MENGENALI PARA PIHAK | Identifying Advocacy Audiences
                MENGEMBANGKAN & MENERUSKAN PESAN | Developing and Delivering Advocacy Messages
                MENGGUNAKAN DATA & PENELITIAN | Using Data and Research for Advocacy
                MEMBANGUN KOALISI | Building Coalitions
                PENDANAAN | Fundraising for Advocacy
                EVALUASI | Evaluating Advocacy Efforts
                MEMBUAT PRESENTASI PERSUASIF | Making Persuasive Presentations



14 dari 30
MODEL ACEH | Merancang Agenda Advokasi
rasa, pikir, dan tindak



Untuk kasus yang lain, biasanya penentuan isu sangat tergantung dari intensitas pemberitaan isu atau
dampaknya. Lokasi dan target advokasi utama biasanya dilontarkan terlebih dahulu melalui media massa
(cetak maupun online). Hampir sebagian besar pegiat LSM di Aceh memiliki hubungan yang cukup dekat
dengan jaringan media massa. Bahkan beberapa dari pegiat tersebut menjadi narasumber tetap dikalangan
jurnalis. Penggunaan media massa juga menjadi alasan ketika dukungan pendanaan (yang biasanya sulit
didapat) sangat terbatas selain teknik menggemakan isu secara lebih luas
Disisi lain, tahapan berikutnya dilanjutka dengan serangkaian penilaian cepat (rapid assessment) aktor baik
sekutu maupun sasaran advokasi. Sebagai besar sasaran advokasi terindentikasi dengan jelas kecuali pada
kasus-kasus lingkungan hidup dan kekerasan politik.
LSM yang mendampingi kelompok-kelompok masyarakat biasanya mendapatkan isu advokasi dari kelompok
dampingannya sedangkan untuk LSM lain, isu advokasi yang dilaksanakan berbasis penelitian dan
dokumentasi. Namun dalam prakteknya hal ini tidak dapat dipisahkan secara tegas. Bahkan lebih sering kedua
pola tersebut saling mengisi dan melengkapi.
Aspek pendanaan tidak menjadi faktor penghambat diawal proses (khususnya bagi advokasi jangka pendek).
Namun pendekatan yang umum dilakukan adalah melibatkan berbagai pihak (aliansi) selain untuk
memperkuat sekutu maupun dukungan pendanaan dan jaringan.                                                     15 dari 30
MEMBANGUN JARINGAN ADVOKASI   kelebihan dan tantangan
MODEL ACEH | LSM, Partai Politik & Kursi DPR Aceh
             bersama untuk perubahan


                                                                                   33 kursi
                                                                           partai aceh
                                                                                  10 kursi

             189                                                          partai demokrat
                                                                                    8 kursi
             LSM tercatat aktif dan berdiri sebelum
                                                                             partai golkar
             tsunami di seluruh Aceh


             600
                                                                                   5 kursi
                                                                    partai amanat nasional
                                                                                    4 kursi
             LSM lebih bermunculan di Aceh pasca                  partai keadilan sejahtera
             tsunami                                                               4 kursi




             80+/-
                                                            partai persatuan pembangunan
                                                                                   1 kursi
                                                                               partai pkpi
                                                                                    1 kursi
             LSM yang hari ini masih bekerja secara aktif                    partai patriot
             diseluruh Aceh                                                         1 kursi
                                                                 partai daulat aceh
                                                                                  1 kursi
                                                               partai kebangkitan bangsa
16 dari 30
                                                                                    1 kursi
                                                                      partai bulan bintang
MODEL ACEH | LSM dan Partai Politik
bersama untuk perubahan


                                  Tidak ada relasi dengan parpol
                                  Sebagian LSM yang ada di Aceh khususnya yang
                              1   bergerak dalam isu HAM, Lingkungan, dan Anti Korupsi
                                  memilih untuk tidak berhubungan dengan partai politik

            1             2       Beraliansi dengan salahsatu parpol
                                  Sangat sulit untuk membuktikan sebuah LSM beraliansi
                              2   dengan salahsatu partai politik. Walaupun itu dapat saja
                                  terjadi dalam ranah pragmatis.



                                  Menyebar dukungan ke banyak parpol
            4             3   3   Hampir sebagian besar LSM yang lain dengan beragam
                                  isu memilih berhubungan secara intens dengan
                                  berbagai partai politik walaupun mereka tidak pernah
                                  tegas menyatakan mendukung salahsatu partai tersebut

                                  Menjadi partai politik
                                  Partai SIRA dan Partai PRA merupakan contoh gerakan
                              4   LSM dan aktivis mahasiswa yang bermetamorfosis             17 dari 30
                                  menjadi partai politik
MODEL ACEH | Membangun Jaringan
             bersama untuk perubahan




                                                  Negara


                                       Partai                   Pelaku
                                                 Civic Group
                                       Politik                 Ekonomi
                                                  dan CSO



                                                 Masyarakat

18 dari 30
MODEL ACEH | Membangun Jaringan
bersama untuk perubahan



                            Pola membangun jaringan berbasis pada modal
                            sosial yang tersedia. Sebagian besar politisi
                            berasal dari latar belakang yang mirip dengan
                            para aktivis LSM, misalnya berasal dari organisasi
                            massa yang sama, mantan aktivis LSM, hingga
                            pendekatan klan dan kedaerahan. Seluruh faktor
                            ini dimanfaatkan dalam mengembangkan jaringan.
                            Aspek yang lain, para aktivis LSM mengembangkan
                            budaya komunikasi berbasis “Warung Kopi”.
                            Secara rutin dan informal, pertemuan antar aktivis
                            LSM dan politisi dilakukan diruang-ruang terbuka
                            ini. Membagi informasi lisan dipandang masih
                            menjadi modalitas yang cukup efektif.
                            Pilihan lain yang juga rutin dilakukan adalah
                            menyediakan ”panggung sosial” bagi para politisi
                            sebagai narasumber dalam berbagai ruang
                            interaksi terbuka maupun tertutup.
                            Memanfaatkan pertemanan dan hubungan sosial          19 dari 30
                            adalah kata kunci dalam membangun jaringan.
MODEL ACEH | Mengelola Jaringan
             rasa, pikir, dan tindak



             Berbagi pengetahuan dan terbuka adalah prinsip utama yang melandasi semangat aktivisme di Aceh saat ini. Keberpihakan (positioning)
             dalam berbagai dinamika kadangkala membutuhkan kejujuran selain juga menjadi tuntutan. Kelompok LSM di Aceh saat ini dihadapkan
             pada pilihan-pilihan ketegasan dalam melihat fenomena pembangunan yang kadangkala kontradiksi dengan agenda dan kerja-kerja LSM
             itu sendiri. Teman yang dulunya menjadi bagian dari agenda advokasi (misalnya dalam kasus-kasus lingkungan) dapat saja menjadi lawan
             baru kedepan. Namun sekali lagi, perbedaan posisi bahkan dapat dijadikan modalitas baru dalam pengelolaan jaringan itu sendiri.

             Pemanfaatan media sosial (twitter, facebook, milling list, hingga sms) juga menjadi bagian dari strategi pengelolaan jaringan. Namun
             berbasis pengalaman, ketegasan akan keberpihakan atas isu pembangunan bahkan membuat hubungan dengan berbagai pihak menjadi
             lebih awet dan saling menghargai. Kami mencoba mengelola hubungan tanpa diskriminasi.

             Fenomena demontrasi (frontline action) yang sempat menjadi model standar di banyak kelompok LSM, saat ini menjadi pilihan terakhir
             yang dilakukan walaupun tetap menjadi bagian dari strategi taktik advokasi. Untuk memperbaiki hubungan dengan aparat keamanan,
             pemberitahuan penyelenggaraan aksi, bukan lagi sesuatu yang dihindari. Hal ini dianggap efektif dalam memperbaiki kualitas saling
             percaya yang sempat memburuk. Sebagai wilayah yang pernah berada dalam status operasi militer, kecurigaan akan militerisme dan
             intelijen juga cukup besar. Teknik membuka diri menjadi pilihan dalam mendorong agenda-agenda advokasi (walaupun disadari hal ini
             dapat berakibat kontra produktif bagi agenda advokasi itu sendiri).

             Hal yang relatif serupa juga dilakukan kepada para pihak yang pernah terlibat (baca mendukung) berbagai upaya perubahan di Aceh
             semisal lembaga donor, jaringan LSM nasional dan internasional, hingga individu-individu. Berbagi pengetahuan dan informasi terkini
             tentang Aceh juga menjadi kerja-kerja utama LSM yang ada.
20 dari 30
MODEL ACEH | Mengelola Jaringan Massa
rasa, pikir, dan tindak




                                 Inspire &
             Advocator
                                 Facilitator




             Report-our        Data Collector
                                                21 dari 30
MODEL ACEH | Mengelola Jaringan Massa
             rasa, pikir, dan tindak



             Berbagai LSM di Aceh sadar masyarakat yang kuat dan mandiri adalah kekuatan utama dalam membangun perubahan.
             Posisi berbagai lembaga LSM tersebut dalam berhubungan dengan masyarakat tak dapat dipisahkan dari peran-peran
             pendampingan, inspirasi dan fasilitasi, perekam dan pengelola pengetahuan, hingga penyampai kepada berbagai pihak
             dan tingkatan. Hubungan LSM di Aceh dengan masyarakat adalah hubungan kemitraan, walaupun paradigma ini belum
             mampu sepenuhnya di gejawantahkan oleh banyak kelompok yang ada. Namun paradigma pemberdayaan selalu dijadikan
             hasrat (passion) dalam membangun hubungan dengan masyarakat. Masyarakat bukan lagi milik namun mitra.

             Seperti halnya berhubungan dengan kelompok pendukung lainnya, hubungan antara LSM dan masyarakat adalah
             hubungan sinergis. Pasca “banjir bantuan” di Aceh akibat penanganan konflik dan bencana, masyarakat sepenuhnya sadar,
             jika mereka kadangkala dijadikan obyek dari berbagai janji-janji. Sehingga hubungan antara LSM dan masyarakat saat ini
             tidak lagi sepenuhnya berbasis antara kepintaran akademis dan keluguan semata namun lebih dititik beratkan pada proses
             inspirasi dan fasilitasi.

             Kami sadar kebutuhan masyarakat akan pemenuhan standar kehidupan adalah agenda-agenda advokasi yang tak kan
             pernah selesai sehingga dukungan advokasi hari ini tidak lagi dilakukan partial. Kami mendorong berbagai perencanaan
             berbasis gampong (desa), aktor (champion) desa, hingga proses penguatan dan pemahaman akan hak menjadi bagian dari
             kerja-kerja pendampingan di basis kelompok.


22 dari 30
PENDEKATAN ALA BUDAYA LOKAL   kisah sukses dari Aceh
MODEL ACEH | Kearifan Lokal
media penguatan masyarakat berkelanjutan




           “
                      Adat Bak Po Teumeureuhom
                        Hukom Bak Syiah Kuala
                       Qanun Bak Putroe Phang



                                                                              “
                       Reusam Bak Laksamana

       Budaya Aceh memiliki kearifan di bidang pemerintahan dimana (dimasa lalu) kekuasaan Pemerintahan
    tertinggi dilaksanakan oleh Sultan, hukum diserahkan kepada Ulama sedangkan adat-istiadat sepenuhnya
                        berada di bawah Permaisuri serta kekuatan militer menjadi tanggungjawab panglima.
      Dalam kontek kekinian hadih maj’a tersebut mencerminkan pemilahan kekuasaan atau dengan kata lain
                                                           budaya Aceh menolak konsep otoritarianisme.      23 dari 30
MODEL ACEH | Kearifan Lokal
             media penguatan masyarakat berkelanjutan



             Ada banyak kearifan lokal yang menjadi keseharian masyarakat Aceh, berikut beberapa hal yang dianggap
             relevan dalam konteks ini :

                      Pengambilan Keputusan Berbasis Musyawarah
              1       Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat Aceh sangat mengedepan proses pengambilan keputusan dengan cara
                      musyawarah. Berbagi pendapat menjadi bagian dari relasi sosial. Proses ini mengakibatkan kepemilikan yang tinggi akan
                      sebuah keputusan selain mendorong budaya egaliterian.

                      Agama dan Adat sebagai Ruh Penyelenggaraan Kehidupan
              2       Berbagai aspek kehidupan senantiasa dikaitkan dengan norma agama (Islam) dan adat istiadat sehingga prinsip-prinsip
                      perlindungan, penghormatan, dan pemenuhan hak serta kewajiban menjadi semangat dalam berhubungan antar sesama dan
                      dengan pemerintah.

                      Pengelolaan Sumber Daya Alam bagian dari Adat Istiadat
              3       Hal ini tergambar dari berbagai institusi budaya yang mengakar dalam kehidupan ekonomi masyarakat Aceh, seperti
                      Panglima Laot (mengatur pengelolaan sumber daya kelautan), Seunebok Uteun (mengatur tentang sumberdaya hutan),
                      Keujruen Blang (mengatur tentang irigasi dan pertanian), serta Haria Peukan (mengatur tata kelola pasar dan perdagangan).

                      Harta Benda bukan Sekedar Status
              4       Kehidupan juga dianggap bagian dari tanggung jawab sebagai makhluk. Memiliki harta benda bukan sekedar cakupan
24 dari 30            sumber dan alat produksi namun juga dianggap sebagai amanah yang harus dijaga dan dirawat. Kadangkala perlindungan
                      yang berlebihan terhadap harta benda ini dianggap oleh pihak lain sebagai bentuk pembangkangan sosial.
MODEL ACEH | Kearifan Lokal
pembelajaran, membangun dari kehancuran



Berikut, kami mencoba membagi hikmah ajar, semangat besar kami dalam melakukan pembangunan pasca tsunami
dikaitkan dengan sumber daya dan kearifan lokal.


                                            Katahati Institute (d/h. Yayasan Katahati) didirikan oleh beberapa komponen
                                            masyarakat sipil dengan beragam profesi dari sejumlah kalangan, pemerhati,
                                            akademisi dan praktisi. Embrio Katahati Institute sudah terwujud sejak awal
                                            1999, walau pada saat itu terbatas atas upaya mendukung aktivitas di kalangan
                                            organisasi masyarakat sipil (OMS) Aceh, baik yang memfokuskan diri kepada
                 katahati                   persoalan gender, hak asasi manusia maupun perwujudan tata pemerintahan
                 institute                  yang bersih. Katahati Institute lahir dari kepedulian terhadap dinamikan Aceh
                                            yang terus menerus harus dibenahi akibat konflik politik yang menyebabkan
                                            ketidakberdayaan masyarakat sipil.
                                            Sebagai sebuah organisasi yang berorientasi pada perubahan kami
                                            membangun organisasi ini untuk mencapai visi Terwujudnya masyarakat
                                            yang sejahtera dan demokratis. Adapun misi yang kami emban untuk
                                            mencapai visi tersebut adalah dengan Melakukan kajian dan Advokasi
                                            kebijakan publik.
                                            Informasi lebih lanjut tentang organisasi ini dapat diakses di www.katahati.or.id
                                                                                                                                25 dari 30
MODEL ACEH | Kearifan Lokal
             pembelajaran, membangun dari kehancuran




             Seperti halnya berbagai organisasi lokal yang ada di Aceh, kami juga tiba-tiba menjadi organisasi yang merasa mampu melakukan apapun
             dalam periode kedaruratan pasca bencana. Pilihan membangun (menjadi pelaksana pembangunan) diambil dengan asumsi mudah
             dilakukan dan dapat dilaksanakan oleh sumberdaya. Sebagai sebuah lembaga advokasi yang selama ini aktif dalam memperjuangkan hak-
             hak rakyat, kami menganggap membangun itu sama dengan melakukan advokasi.
             Mencari staf yang menguasai kapasitas teknis pada periode itu bukan sesuatu yang sulit sebenarnya (walau sebagian besar staf kami waktu
             itu berlatar belakang akademis sosial, ekonomi dan hukum, kami tidak memiliki engineer) namun menemukan tenaga yang memahami
             semangat dan pendekatan pembangunan berbasis hak rupanya tidak sesederhana itu. Di awal, kami ingin pembangunan ini kami lakukan
             sendiri secara langsung artinya kami akan menyiapkan desain bangunan, membeli material, menunjuk tukang untuk membangun,
             mengawasi proses pembangunan dengan melibatkan seluruh masyarakat secara aktif. Segera masalah kami temui, rupanya tak semudah
             yang kami bayangkan sebelumnya.
             Kerepotan-kerepotan itu tak hanya disebabkan keterbatasan yang kami miliki, berbagai hal kemudian juga dapat dianggap sebagai
             komponen yang memberi kontribusi atas kerepotan-kerepotan tersebut. Diawal periode penanganan bencana, kami selalu menyatakan
             bahwa kekuatan lokal perlu dilibatkan secara utuh dalam proses pembangunan itu sendiri. Kami berulang kali menyatakan kekecewaan
             kami atas “keterlambatan” yang dilakukan pihak lain.
             Membangun itu tidak hanya soal angka rupanya, memangun itu tidak hanya soal volume agaknya. Membangun adalah sebuah proses
             integral dari berbagai aspek sosial. Staf kami yang mengurusi komunikasi dengan calon penerima manfaat pada awalnya sangat yakin
             dengan kemampuan nya dalam membangun komunikasi dengan masyarakat akan mampu menemukan penerima manfaat yang tepat dalam
             proses pembangunan nantinya.

26 dari 30
MODEL ACEH | Kearifan Lokal
pembelajaran, membangun dari kehancuran




Namun hal tersebut rupanya tak semudah kondisi dilapangan, berbagai diskusi yang kami lakukan secara rutin mengharuskan kami
melakukan komunikasi tidak hanya dengan calon penerima manfaat namun juga komunikasi yang intensif harus dilakukan dengan
pemangku kepentingan lainnya. Aparat pemerintahan desa dan kecamatan merupakan pihak yang juga harus dilibatkan dalam proses ini
agar duplikasi penerima manfaat dapat dihindari.
Staf lain yang mengurusi desain rumah berkali-kali harus mengeluh, karena kondisi di lapangan tidak semudah perencanaan diatas kertas
yang telah disusun. Tanah yang letaknya lebih rendah, tanah yang digenangi air akibat buruknya saluran, tanah yang jumlah nya tidak
mencukupi dan berbagai masalah pertanahan lainnya memaksa kami harus selalu mendiskusikan desain rumah yang akan kami bangun.
Kami sadar membangun sebuah rumah bukan hanya menggambarkan denah.
Staf logistik selalu punya cerita yang kemudian juga menarik untuk dijadikan bahan pembelajaran bagi kami. Diawal proyek (sesuai
kesepakatan dengan donor) kami membeli material dalam jumlah yang cukup untuk 25 unit rumah. Kami lupa material juga harus dirawat
dengan baik, dijaga dengan baik, diatur penggunaan dan pengadaan nya dengan baik. Keluhan staf logistik yang berkali-kali diutarakan
nya adalah kadangkala material yang dibutuhkan tidak tersedia tepat waktu yang mengakibatkan penundaan beberapa aspek pekerjaan di
lapangan.
Akhirnya kami menemukan pembelajaran yang utama, bmembangun rumah bukan hanya soal bentuk namun lebih penting bagaimana
menjadikan rumah itu sebagai bagian dari proses normalisasi kehidupan para korban itu sendiri. Kami sadar (diakhir) biarkanlah urusan
pembangunan rumah dikerjakan oleh pihak yang memang mandatnya membangun.


                                                                                                                                        27 dari 30
MODEL ACEH | Kearifan Lokal
             pembelajaran, membangun dari kehancuran



             Rupanya banyak hal yang kami lewatkan (yang harus kami akui kemudian), namun ada 3 (tiga) hal yang tak kan pernah kami
             lupakan yaitu :

                        Pengambilan Keputusan Berbasis Musyawarah
               1        Sebagai organisasi yang merasa memiliki pengetahuan lebih dibanding masyarakat, kami melakukan proses tanpa
                        melibatkan masyarakat di awal. Kami beranggapan, masyarakat adalah korban yang tidak punya pendapat. Kami merasa
                        dapat menentukan keputusan dengan sesuka hati kami. Bahkan kami sempat melupakan struktur sosial di masyarakat.

                        Agama dan Adat sebagai Ruh Penyelenggaraan Kehidupan
               2        Kami melupakan pendekatan adat dan budaya dalam mendorong perubahan. Diawal proses kami tak pernah mampu
                        melibatkan masyarakat sebagai pemilik karena kami mendorong proses dengan gaya pembangunan real estate. Kami
                        melupakan prinsip budaya karena terpengaruh oleh ritme hubungan kerjasama dengan pihak ketiga.

                        Harta Benda bukan Sekedar Status
               3        Diawal kami ingin membangun rumah (house) padahal yang dibutuhkan oleh masyarakat adalah tempat tinggal (home)
                        bukan sekedar bilik dan atap tapi juga tempat interaksi keluarga, budaya, sosial, dan agama. Tempat tinggal bukan hanya
                        sekedar pemberian namun juga adalah hak milik dan tanggung jawab.

             Pada akhirnya kami tidak hanya sekedar memberikan rumah namun kami juga mendorong penerbitan sertifikat hak
             kepemilikan tanah atas nama pasangan, akta hibah rumah, membangun sanitasi, hingga memperbaiki sarana peribadatan
             dan sosial
28 dari 30
MODEL ACEH | Kearifan Lokal
pembelajaran, membangun dari kehancuran




Pemalu dan tidak banyak bicara ciri-ciri Aina, gadis Aceh berumur 10 tahun ini begitu santun menjawab sapaan dari masyarakat kampung dimana dia tinggal sekarang. Aina adalah salah seorang korban
‘ganasnya’ gempa dengan kekuatan 8,9 SR disusul gelombang tsunami pada tanggal 26 Desember 2004 lalu. Kini Aina tinggal bersama kakek dan neneknya, Aina ditinggalkan kedua orang tua beserta
adik dan kakaknya dalam tragedi tsunami lalu. Siapa yang tidak sedih dan bisa melupakan tragedy dahsyat itu, Aina yang berhasil lari dari kejaran ombak bersama kakeknya ini terus mengenang tragedi
yang mematikan itu. Allah SWT memang belum mengijinkan Aina untuk ‘pergi’. Aina harus terus hidup dan menjalani hidupnya, walaupun setelah kejadian itu Aina harus tinggal dibarak pengungsian di
daerah Pango, Ulee Kareng-Banda Aceh.

Nurul Aina nama lengkapnya, gadis berwajah rumeh (manis dan peramah-red), ini masih duduk dikelas 4 Madrasah Ibtidayah Negeri (MIN) Ulee Kareng. Aina adalah satu-satunya penerima rumah
termuda dari yayasan|katahati, Aina sangat berterimakasih atas bantuan yang telah diberikan kepadanya. Selama ini Aina juga salah satu korban ribuan janji bantuan dari NGO atau pihak lain yang selalu
menjanjikan pembangunan rumah di Lampulo yang sampai saat ini tidak terealisasi dengan baik di lapangan, dan ini membuat Aina dan masyarakat lainya sangat kecewa karena sudah sangat lama
mereka berada di tenda dan barak.

Rumah yang diterima langsung atas nama Aina tanpa wali, dan itu juga berkat dari dukungan kakek dan neneknya yang selama ini terus menemani Aina dalam kesedihan tanpa orang tuanya lagi. Masih
banyak masyarakat lain yang nasibnya sama seperti Aina, mungkin itu yang membuat gadis ini begitu sabar menghadapi hidupnya dengan keadaaannya yang sekarang. Putri kelahiran Banda Aceh
tanggal 10 Juni 1996 ini bercita-cita menjadi dokter, “Aina ingin menjadi dokter dan bisa membantu orang, lebih-lebih orang yang tidak mampu, belum tahu jadi dokter apa, yang pasti dokter”, ujarnya
semangat. Tapi cita-cita itu sepertinya sedikit menjadi kendala karena keterbatasan dana untuk mendukung Aina menjadi seorang dokter. Yang sangat dibutuhkan Aina sekarang adalah beasiswa untuk
melanjutkan pendidikannya. Untuk mendukung itu juga Aina memiliki satu unit computer, alasan yang diungkapkan agar Aina tidak ketinggalan zaman. “Aina pingin bisa main computer, internet seperti
orang lain,” tambahnya.

Intinya, Aina adalah salah seorang dari ratusan ribu korban tsunami yang sangat bersyukur atas apa yang ada pada dirinya sekarang. Wajah Aina seolah-olah mengatakan dia akan terus melanjutkan
hidupnya dengan masa depan yang cerah, dan itu juga butuh dukungan dari pihak lain karena keterbatasan dirinya terlebih dari segi ekonomi.                                                                29 dari 30
Kami sadar berbagai upaya perubahan sosial yang dilakukan LSM di Aceh belum mampu sepenuhnya
             menjadikan Aceh sebagai wilayah yang sejahtera dan berkeadilan. Kami sadar sinergisasi dan berbagi hikmah
             ajar antar berbagai pihak termasuk kekuatan politik adalah upaya lain yang perlu terus ditumbuh kembangkan.
             Kami sadar, kita semua masih berada dalam satu semangat bersama untuk perubahan. Kita semua peduli dan
             masih memiliki empati, walaupun disisi lain pandangan skeptis (seperti di bawah ini) masih tetap ada ...




                           “
                                        ... LSM gagal untuk melahirkan sebuah
                                        masyarakat yang punya tanggung jawab
                                        a t a s l i n g k u n g a n nya . L S M d a l a m
                                        maupun            luar negeri justr u ikut




                                                                                                            “
                                        menyuburkan sikap aji mumpung di
                                        tengah masyarakat. Mereka ikut jor-
                                        joran untuk membuat masyarakat Aceh
                                        berorientasi kepada materi semata...
                                                                                     Tajuk MetroTv

                                                             Aceh Setelah Lima Tahun Tsunami
                                                                        Sabtu, 26 Desember 2009 15:18 WIB

30 dari 30
Informasi | Pemateri
ajang silaturahmi berkelanjutan

                   tentang saya
                   Teuku Ardiansyah telah bekerja untuk berbagai agenda perubahan sosial dan demokratisasi di Aceh sejak
                   1999. Terlibat aktif sebagai salahsatu pendiri dan pengurus Katahati Institute (sebuah lembaga yang
                   didedikasikan untuk membangun proses demokrasi dan penguatan hak-hak rakyat). Menjadi konsultan
                   dan inspirator untuk berbagai organisasi masyarakat sipil serta organisasi nirlaba lainnya.

                   unduh
                   Material ini merupakan material terbuka. Anda dipersilahkan mempergunakannya. Berbagai material dan
                   tulisan Teuku Ardiansyah dapat di download di www.slideshare.net/teuku.ardiansyah

                   masukan
                   Berbagai input dan feedback dapat anda sampaikan via :

                         +62 811 685032

                         teuku.ardiansyah@gmail.com

                         @teukuardian

                         Teuku Ardiansyah

Weitere ähnliche Inhalte

Andere mochten auch

IMPACT | Civil Society Resource centre
IMPACT | Civil Society Resource centreIMPACT | Civil Society Resource centre
IMPACT | Civil Society Resource centreTeuku Ardiansyah
 
Gender, Perempuan Dan Pembangunan
Gender, Perempuan Dan PembangunanGender, Perempuan Dan Pembangunan
Gender, Perempuan Dan Pembangunanendang_lestari3003
 
peranan indonesia dalam menciptakan perdamaian dunia melalui kaa
peranan indonesia dalam menciptakan perdamaian dunia melalui kaaperanan indonesia dalam menciptakan perdamaian dunia melalui kaa
peranan indonesia dalam menciptakan perdamaian dunia melalui kaaYayu Ferdian
 
Peranan indonesia dalam upaya perdamaian dunia
Peranan indonesia dalam upaya perdamaian duniaPeranan indonesia dalam upaya perdamaian dunia
Peranan indonesia dalam upaya perdamaian duniaAtikah Nian Indrastuti
 
Renungan untuk Wanita
Renungan untuk WanitaRenungan untuk Wanita
Renungan untuk WanitaMaulana Rizal
 
KONFLIK SOSIAL
KONFLIK SOSIAL KONFLIK SOSIAL
KONFLIK SOSIAL zara vho
 
Kumpulan 30 puisi tentang wanita
Kumpulan 30 puisi tentang wanitaKumpulan 30 puisi tentang wanita
Kumpulan 30 puisi tentang wanitaDikha Wijanarko
 
Tugas power point
Tugas power pointTugas power point
Tugas power pointMakarina
 
Keajaiban Wanita ( Motivasi Slide) Tanto Wardoyo
Keajaiban Wanita ( Motivasi Slide) Tanto WardoyoKeajaiban Wanita ( Motivasi Slide) Tanto Wardoyo
Keajaiban Wanita ( Motivasi Slide) Tanto WardoyoAntonio Fly
 

Andere mochten auch (9)

IMPACT | Civil Society Resource centre
IMPACT | Civil Society Resource centreIMPACT | Civil Society Resource centre
IMPACT | Civil Society Resource centre
 
Gender, Perempuan Dan Pembangunan
Gender, Perempuan Dan PembangunanGender, Perempuan Dan Pembangunan
Gender, Perempuan Dan Pembangunan
 
peranan indonesia dalam menciptakan perdamaian dunia melalui kaa
peranan indonesia dalam menciptakan perdamaian dunia melalui kaaperanan indonesia dalam menciptakan perdamaian dunia melalui kaa
peranan indonesia dalam menciptakan perdamaian dunia melalui kaa
 
Peranan indonesia dalam upaya perdamaian dunia
Peranan indonesia dalam upaya perdamaian duniaPeranan indonesia dalam upaya perdamaian dunia
Peranan indonesia dalam upaya perdamaian dunia
 
Renungan untuk Wanita
Renungan untuk WanitaRenungan untuk Wanita
Renungan untuk Wanita
 
KONFLIK SOSIAL
KONFLIK SOSIAL KONFLIK SOSIAL
KONFLIK SOSIAL
 
Kumpulan 30 puisi tentang wanita
Kumpulan 30 puisi tentang wanitaKumpulan 30 puisi tentang wanita
Kumpulan 30 puisi tentang wanita
 
Tugas power point
Tugas power pointTugas power point
Tugas power point
 
Keajaiban Wanita ( Motivasi Slide) Tanto Wardoyo
Keajaiban Wanita ( Motivasi Slide) Tanto WardoyoKeajaiban Wanita ( Motivasi Slide) Tanto Wardoyo
Keajaiban Wanita ( Motivasi Slide) Tanto Wardoyo
 

Ähnlich wie Aceh Kembali ke Masa Depan

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT NELAYAN OLEH KELOMPOK NELAYAN DI DESA PALANG KECAMATA...
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT NELAYAN OLEH KELOMPOK NELAYAN DI DESA PALANG KECAMATA...PEMBERDAYAAN MASYARAKAT NELAYAN OLEH KELOMPOK NELAYAN DI DESA PALANG KECAMATA...
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT NELAYAN OLEH KELOMPOK NELAYAN DI DESA PALANG KECAMATA...MOH AFIFI A. JAMI'
 
Da'wah berbasis pendidikan
Da'wah berbasis pendidikanDa'wah berbasis pendidikan
Da'wah berbasis pendidikanarjuna20121
 
Strategi E Development
Strategi E DevelopmentStrategi E Development
Strategi E DevelopmentTatang Taufik
 
ABCD (Asset Based Comunity Development)
ABCD (Asset Based Comunity Development)ABCD (Asset Based Comunity Development)
ABCD (Asset Based Comunity Development)Jean Tambunan
 
Reinventing depsos
Reinventing depsosReinventing depsos
Reinventing depsosLa Mone
 
Amalan Terbaik (Best Practice) Dalam Kesejahtaraan Sosial.pdf
Amalan Terbaik (Best Practice) Dalam Kesejahtaraan Sosial.pdfAmalan Terbaik (Best Practice) Dalam Kesejahtaraan Sosial.pdf
Amalan Terbaik (Best Practice) Dalam Kesejahtaraan Sosial.pdfMardhiah19
 
Modul iii kb3 gerakan pemberdayaan masyarakat
Modul iii kb3 gerakan pemberdayaan masyarakatModul iii kb3 gerakan pemberdayaan masyarakat
Modul iii kb3 gerakan pemberdayaan masyarakatpjj_kemenkes
 
Matriks Paradigma Pembangunan.PPT
Matriks Paradigma Pembangunan.PPTMatriks Paradigma Pembangunan.PPT
Matriks Paradigma Pembangunan.PPTDiditSuryo1
 
Profil papan1
Profil papan1Profil papan1
Profil papan1walhiaceh
 
Menggerakkan Civil Society
Menggerakkan Civil SocietyMenggerakkan Civil Society
Menggerakkan Civil Societyhakim jayli
 
Memperkasakan orang asli
Memperkasakan orang asliMemperkasakan orang asli
Memperkasakan orang asliBe Susantyo
 
Chapter ii feronitacion
Chapter ii feronitacionChapter ii feronitacion
Chapter ii feronitacionbustomibustom
 
ACTIVISTPRENEUR.pptx
ACTIVISTPRENEUR.pptxACTIVISTPRENEUR.pptx
ACTIVISTPRENEUR.pptxawaliaarfan
 
4, be gg, hari yansyah akil, environmenthal ethics, universitas mercubuana,20...
4, be gg, hari yansyah akil, environmenthal ethics, universitas mercubuana,20...4, be gg, hari yansyah akil, environmenthal ethics, universitas mercubuana,20...
4, be gg, hari yansyah akil, environmenthal ethics, universitas mercubuana,20...akil2019
 
Tugas praktikum 2013 stpmd yogyakarta (ilmu pemerintahan)
Tugas praktikum 2013 stpmd yogyakarta (ilmu pemerintahan)Tugas praktikum 2013 stpmd yogyakarta (ilmu pemerintahan)
Tugas praktikum 2013 stpmd yogyakarta (ilmu pemerintahan)ricky04
 
Tugas praktikum 2013 stpmd yogyakarta (ilmu pemerintahan)
Tugas praktikum 2013 stpmd yogyakarta (ilmu pemerintahan)Tugas praktikum 2013 stpmd yogyakarta (ilmu pemerintahan)
Tugas praktikum 2013 stpmd yogyakarta (ilmu pemerintahan)ricky04
 

Ähnlich wie Aceh Kembali ke Masa Depan (20)

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT NELAYAN OLEH KELOMPOK NELAYAN DI DESA PALANG KECAMATA...
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT NELAYAN OLEH KELOMPOK NELAYAN DI DESA PALANG KECAMATA...PEMBERDAYAAN MASYARAKAT NELAYAN OLEH KELOMPOK NELAYAN DI DESA PALANG KECAMATA...
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT NELAYAN OLEH KELOMPOK NELAYAN DI DESA PALANG KECAMATA...
 
Da'wah berbasis pendidikan
Da'wah berbasis pendidikanDa'wah berbasis pendidikan
Da'wah berbasis pendidikan
 
Strategi E Development
Strategi E DevelopmentStrategi E Development
Strategi E Development
 
ABCD (Asset Based Comunity Development)
ABCD (Asset Based Comunity Development)ABCD (Asset Based Comunity Development)
ABCD (Asset Based Comunity Development)
 
Reinventing depsos
Reinventing depsosReinventing depsos
Reinventing depsos
 
Amalan Terbaik (Best Practice) Dalam Kesejahtaraan Sosial.pdf
Amalan Terbaik (Best Practice) Dalam Kesejahtaraan Sosial.pdfAmalan Terbaik (Best Practice) Dalam Kesejahtaraan Sosial.pdf
Amalan Terbaik (Best Practice) Dalam Kesejahtaraan Sosial.pdf
 
Profil yicm
Profil yicmProfil yicm
Profil yicm
 
Profil yicm
Profil yicmProfil yicm
Profil yicm
 
Fae29 2d
Fae29 2dFae29 2d
Fae29 2d
 
Modul iii kb3 gerakan pemberdayaan masyarakat
Modul iii kb3 gerakan pemberdayaan masyarakatModul iii kb3 gerakan pemberdayaan masyarakat
Modul iii kb3 gerakan pemberdayaan masyarakat
 
Matriks Paradigma Pembangunan.PPT
Matriks Paradigma Pembangunan.PPTMatriks Paradigma Pembangunan.PPT
Matriks Paradigma Pembangunan.PPT
 
Profil papan1
Profil papan1Profil papan1
Profil papan1
 
Menggerakkan Civil Society
Menggerakkan Civil SocietyMenggerakkan Civil Society
Menggerakkan Civil Society
 
Analisis sosial
Analisis sosialAnalisis sosial
Analisis sosial
 
Memperkasakan orang asli
Memperkasakan orang asliMemperkasakan orang asli
Memperkasakan orang asli
 
Chapter ii feronitacion
Chapter ii feronitacionChapter ii feronitacion
Chapter ii feronitacion
 
ACTIVISTPRENEUR.pptx
ACTIVISTPRENEUR.pptxACTIVISTPRENEUR.pptx
ACTIVISTPRENEUR.pptx
 
4, be gg, hari yansyah akil, environmenthal ethics, universitas mercubuana,20...
4, be gg, hari yansyah akil, environmenthal ethics, universitas mercubuana,20...4, be gg, hari yansyah akil, environmenthal ethics, universitas mercubuana,20...
4, be gg, hari yansyah akil, environmenthal ethics, universitas mercubuana,20...
 
Tugas praktikum 2013 stpmd yogyakarta (ilmu pemerintahan)
Tugas praktikum 2013 stpmd yogyakarta (ilmu pemerintahan)Tugas praktikum 2013 stpmd yogyakarta (ilmu pemerintahan)
Tugas praktikum 2013 stpmd yogyakarta (ilmu pemerintahan)
 
Tugas praktikum 2013 stpmd yogyakarta (ilmu pemerintahan)
Tugas praktikum 2013 stpmd yogyakarta (ilmu pemerintahan)Tugas praktikum 2013 stpmd yogyakarta (ilmu pemerintahan)
Tugas praktikum 2013 stpmd yogyakarta (ilmu pemerintahan)
 

Aceh Kembali ke Masa Depan

  • 1. ACEH | Kembali ke Masa Depan Oleh : Teuku Ardiansyah katahati Refleksi gerakan masyakat sipil dalam penguatan demokrasi dan masyarakat di Aceh institute Dipresentasi dalam “Advocacy Training untuk Pemuda Aktivis Partai Politik” yang diselenggarakan IRI di Makassar-Sulawesi Selatan; 13-14 Agustus 2011
  • 2. DISKUSI KITA berbagi untuk perubahan 1 2 Kegiatan Advokasi di Aceh: Strategi Advokasi di Aceh: Sebelum dan Setelah Tsunami 2004 Pembelajaran Aceh 4 3 Memanfaatkan Budaya Lokal Membangun Jaringan Advokasi sebagai Tools Advokasi: Pasca Tsunami: Kisah Sukses dari Aceh kelebihan dan tantangan
  • 3. KERJA-KERJA LSM DI ACEH sebelum dan sesudah tsunami 2004
  • 4. DINAMIKA ACEH pasang surut perwujudan identitas Berbagai situasi yang terjadi di Aceh hendaknya tidak hanya dilihat lepas dari dinamika yang terjadi di bagian dunia lainnya. Perkembangan dunia (nasional maupun regional) kadangkala hanya memberikan dampak buruk bagi Aceh. 60-70 an 2000 an ? Semangat Otonomi, Keistimewaan dan recovery paska DI/ 90 an perubahan politik, rehab/ TII Otonomi Daerah, rekon, Pembangunan, dan reintegrasi, dan “penanganan” investasi 80 an keamanan pembangunan dan “penanganan” keamanan 1 dari 30
  • 5. ACEH 2 SISI dimasa perang dan damai Eksploitasi Kemiskinan Kekerasan Isolasi & Tertutup Sumber Daya Normalisasi Saluran Politik dan Minimalisasi Gap Investasi dan Modal Kehidupan Demokrasi Kontradiksi Aceh pasca UU 11/2006 Kondisi Aceh hari ini berpotensi menempatkan kembali Aceh ke dalam 2 sisi mata uang. Kewenangan yang didapatkannya dalam Pengelolaan SDA (tata kuasa, tata kelola, serta mekanisme bagi hasil), Revitalisasi Adat dan Budaya (syariah Islam, transisi hukum, hingga otonomi pendidikan), Tata Pemerintahan (proses pemilihan kepala daerah dan partai politik lokal) masih terdistorsi dengan konsep Self Determination hingga Self Government yang tumbuh di masyarakat. Distorsi kepentingan (pro kedaerahan versus ultra-nasionalis) selalu menjadi alasan komunikasi dan tawar menawar 2 dari 30 dengan pemerintah pusat
  • 6. LSM DI ACEH terlibat, dilibatkan, dan melibatkan • Diawali oleh pembukaan “cabang” LSM Nasional • Bagian dari program donor international, LSM internasional, hingga LSM Nasional • Terjadi lewat proses pembelahan diri dari organisasi awal • Bagian dari dukungan untuk program pemberdayaan masyarakat ala Pemerintah Indonesia • Dampak era keterbukaan dan Reformasi 1998 3 dari 30
  • 7. PERIODE ADVOKASI ragam kondisi dan isu sebelum tsunami 2004 (1974-2004) 1974 1980 1988 1998 2003 2004 Berbagai agenda advokasi yang dilaksanakan oleh LSM di Aceh dalam periode ini dapat di bagi atas Advokasi HAM dan Politik, Advokasi Lingkungan, dan Pemberdayaan Masyarakat. Periode ini ditandai oleh berbagai peristiwa; Deklarasi GAM (1974), DOM (1988-1998), hingga Darurat Militer (2003). Periode ini juga dilewati dengan beberapa kali Pemilihan Umum seperti daerah lain di Indonesia. Aceh mendapatkan keistimewaan tambahannya (2001), dengan pemberlakuan calon perseorangan kepala daerah dan penambahan kursi DPR Provinsi/Kab/Kota dari standar nasional, dana otonomi khusus, dan berbagai keistimewaan lainnya. LSM menjadi motor dalam berbagai isu termasuk pengungkapan berbagai kasus korupsi. Bahkan salahsatu Gubernur Aceh (Ir. Abdullah Puteh, M.Si) menjadi terdakwa pertama pasca pembentukan KPK. Hubungan antar LSM sangat kuat. Dukungan pendanaan dari lembaga- lembaga donor sangat fluktuatif namun cenderung lebih banyak berkaitan dengan penguatan kelembagaan dan proses-proses pendampingan. Masing-masing LSM memiliki isu spesifik dan fokus tertentu. LSM juga berhubungan cukup dekat dengan berbagai organisasi masyarakat dan organisasi kemahasiswaan. Hubungan dengan para pendukung baik ditingkatan lokal, nasional, dan internasional berlangsung secara tertutup. Kampanye-kampanye di luar Aceh kadangkala susah dipisahkan dari “pemanfaatan oleh GAM. Hal itu memuat relasi dan hubungan serta ketidakpercayaan 4 dari 30 antara pemerintah dan LSM sangat tinggi.
  • 8. PERIODE ADVOKASI ragam kondisi dan isu pasca tsunami 2004 (2004-sekarang) 2004 2005 2009 2010 2011 masa depan Proses rehabilitasi dan rekonstruksi “membuka” berbagai keterisolasian Aceh dengan luar. Tsunami selain mengakibatkan kerugian yang tak ternilai juga disisi lain memberikan dampak positif berakhirnya konflik politik antara GAM dan RI. Penangangan tsunami menghadirkan puluhan negara, ratusan organisasi bantuan, hingga ribuan sukarelawan ke Aceh. Berjuta kepala mengharapkan kehidupan normal pasca konflik dan bencana. Namun bantuan yang hadir mengakibatkan kontradiksi. Ratusan LSM bermunculan untuk menjadi bagian dari “pekerja” kemanusiaan. Uang dan pekerjaan sangat mudah akibat kehadiran ratusan program dan lembaga pemberi bantuan. LSM tetap mengambil peran dalam periode ini, dukungan akan hak korban bencana (rumah, tanah, hingga mata pencaharian) menjadi bagian dari agenda advokasi rehab/rekon. Disisi lain advokasi bagi normalisasi mantan kombatan sangat sulit dilakukan akibat ekslusifitas yang terbangun dari mantan kombatan dan kelompok masyarakat sipil. Paska 2009 (berakhirnya masa rehab/rekon akibat tsunami di Aceh), isu advokasi kembali ke khitahnya. Keterbatasan dukungan yang pernah terjadi sebelum tsunami berulang kembali. Bahkan kondisi ini diperparah dengan apa yang disebut “Aceh Fatique” dibanyak sumber bantuan dan dukungan. Namun berbagai pekerjaan rumah yang timbul akibat industri rehabilitasi dan rekonstruksi kembali harus diselesaikan. Kami menyebutnya Advokasi Cuci Piring. 5 dari 30
  • 9. 4 TAHUN REHABILITASI & REKONSTRUKSI donor dan para pihak yang terlibat di Aceh Masa Tanggap Darurat NASIONAL JUMLAH INTERNASIONAL JUMLAH Relawan 5.645 orang Negara yang Terlibat 34 negara Tim Medis 124 tim Personel 16.000 orang Personel Paramedis 11.800 orang Kapal Induk + Kapal Perang 9 unit + 14 unit Alat Berat 493 unit Rumah Sakit Apung 1 unit Personel Militer 6.000 orang Pesawat + Helicopter 31 unit + 82 unit Masa Rehab Rekon LSM yang bekerja dalam masa Rehab/Rekon 350 organisasi Jumlah Proyek cq BRR 12.500 proyek Dana RR (commitment) USD $ 6.7 Milyar Anggota MDF 12 negara dan 3 organisasi dukungan dunia 6 dari 30
  • 10. 635.384 orang kehilangan tempat tinggal 127.720 orang meninggal dan 93.285 orang hilang 104.500 155.182 usaha kecil menengah (UKM) lumpuh tenaga kerja dilatih 195.726 UKM menerima bantuan 139.195 140.304 rumah rusak atau hancur rumah permanen dibangun 73.869 69.979 hektare lahan pertanian hancur hektar lahan pertanian direhabilitasi 1.972 39.663 guru meninggal guru dilatih 13.828 7.109 CAPAIAN 4 TAHUN kapal nelayan hancur kapal nelayan dibangun atau dibagikan 1.089 3.781 Rehabilitasi dan Rekonstr uksi sarana ibadah rusak sarana ibadah dibangun atau diperbaiki sumber : Serial Buku BRR NAD-Nias 2009 2.618 3.696 kilometer jalan rusak kilometer jalan dibangun 3.415 1.759 sekolah rusak sekolah dibangun 517 1.115 sarana kesehatan rusak sarana kesehatan dibangun 669 996 bangunan pemerintah rusak bangunan pemerintah dibangun 119 363 jembatan rusak jembatan dibangun 22 23 pelabuhan rusak pelabuhan dibangun 8 13 7 dari 30 bandara atau airstrip rusak bandara atau airstrip dibangun
  • 11. AGENDA ADVOKASI pasca tsunami 2004 (sekarang) REKONSTRUKSI PASCA BENCANA REINTEGRASI PASCA KONFLIK • Hak atas tanah, perwalian dan status waris • Reintegrasi mantan kombatan (sipil dan militer) kedalam • Alih fungsi lahan dan peruntukan masyarakat • Administrasi hukum akibat bencana (pemutihan utang, IMB) • Normalisasi eks-kombatan (mata pencaharian, lapangan kerja, jaminan sosial, dll) • Penyediaan layanan dan pemenuhan hak sosial dasar (pendidikan, rumah, kesehatan, pekerjaan) • Pengelolaan SDA (tata kuasa, tata kelola) • Politik bantuan (pemiskinan, ketergantungan, utang piutang) • Kepastian hukum korban konflik (KKR, islah, kompensasi, pengadilan HAM) • Transformasi budaya hidup (konsumeristik, apatis, mental kuli) • Pengaturan Ulang Demokrasi ala Aceh • Ekonomi biaya tinggi (inflasi, investasi yang sulit) • Semangat mengatur diri lepas dari regulasi nasional • Pemberdayaan vs perdayaan • Enclave Gap (tata ruang, pelayanan publik) Seluruh agenda advokasi Aceh masa depan tak mungkin dilepaskan relasinya dengan Indonesia dan dunia. Membagi 8 dari 30 hikmah ajar (lesson learn) akan apa yang telah dan akan terjadi Aceh adalah bagian lain dari advokasi itu sendiri.
  • 12. AGENDA ADVOKASI pasca tsunami 2004 (sekarang) LAWA Proses penangangan konflik dan bencana di Aceh masih tetap meninggalkan persoalan turunannya. Tidak ada perbedaan mendasar dalam pola, sasaran, dan metode advokasi kedepan. Persoalan mendasar tentang ketidakadilan, penyalahgunaan kekuasaan, diskriminasi, hingga pembodohan atas nama hukum tetap terjadi dan berlangsung di Aceh. Yang membedakan gerakan advokasi di Aceh hari ini dengan gerakan sebelum tsunami adalah makin minimnya ketertarikan para pihak untuk “membantu” Aceh. Hal lain adalah gagalnya masyarakat sipil Aceh mengambil peran lebih dominan. Kelompok masyarakat sipil Aceh tidak dilengkapi kemampuan yang memadai dalam berinteraksi dengan proses perdamaian, khususnya berkaitan dengan ilmu dan pengalaman dalam bidang konflik manejemen. Akibatnya kadang beberapa LSM menjadi frustasi dalam permainan politik yang dimainkan oleh pihak bertikai. 9 dari 30
  • 13. BAGAIMANA LSM DI ACEH BEKERJA pembelajaran Aceh
  • 14. KETERLIBATAN KETERBUKAAN INGAT + REKAM 10 dari 30
  • 15. MODEL ACEH | Advokasi UU Pemerintah Aceh tata, cara, dan pola [ Pasca penanda tangangan Nota Kesepahaman Helsinki antara Pemerintah RI dan GAM, mewajibkan terbitnya sebuah undang-undang khusus tentang Aceh selambat-lambatnya 31 Maret 2006. UU ini dianggap produk penting turunan Nota Kesepahaman juga sebagai alat penyelenggaraan pemilu pertama paska konflik yang direncanakan pada April 2006. Proses keterlibatan masyarakat sipil di awal terbatas hanya sebagai peserta rangkaian pertemuan. Pemerintah Indonesia meminta 3 universitas di Aceh untuk menyiapkan draft undang-undang tersebut. Penyusunan UU ini sendiri kemudian menimbulkan banyak fiksi. Berbagai pihak berupaya untuk memasukkan keinginannya masing-masing secara lebih ] dominan. Oleh karena itu, masyarakat sipil Aceh beranggapan proses ini harus dikawal dengan seksama, bukan hanya dari aspek isi namun juga waktu pengesahaan yang harus tepat JARINGAN DEMOKRASI ACEH (JDA) ACSTF, ADF, AJMI, LBH Banda Aceh, KMPD, KONTRAS Aceh, KOALISI NGO HAM, MISPI, FLOWER, APF, Forum LSM Aceh, SoRAK Aceh, LAPPEKAP, KKP Aceh, PDRM, Forum Akademisi Aceh, Aceh Institute, Katahati Institute, YAPPIKA, PSHK, CETRO, ELSAM, AWG, HRWG, KONTRAS, IMPARSIAL, Perkumpulan DEMOS, Aceh Kita. 11 dari 30
  • 16. MODEL ACEH | Advokasi UU Pemerintah Aceh tata, cara, dan pola Tujuan utama dari proses advokasi ini adalah mendorong pengesahan UU Pemerintah Aceh sebelum April 2006. Awalnya 1 tujuan ini sulit untuk diputuskan karena besarnya isu dan fokus masing-masing organisasi yang terlibat dalam aliansi ini. Akhirnya disepakati setiap konsentrasi yang ingin diperjuangkan oleh masing-masing anggota aliansi dikomunikasi terbuka. Aliansi ini adalah aliansi yang terbuka. Organisasi yang terlibat berada di Aceh dan Jakarta dengan 2 sekretariat di masing- masing lokasi. Pendanaan dikelola lewat sekretariat Jakarta. Namun agenda dan metode kampanye ditentukan oleh 2 sekretariat Aceh. Untuk meningkatkan “popularitas” dari advokasi ini, JDA bekerjasama dengan asosiasi aktris untuk terlibat dalam aksi jalanan di Jakarta, bekerjasama dengan berbagai production house, jaringan media massa, para penulis opini, hingga 3 kelompok-kelompok pro demokrasi lainnya. Untuk dapat terus mengikuti proses persidangan, JDA mengirimkan anggota aliansi dan kelompok pendukung nya secara bergiliran ke Jakarta. Hal ini dilakukan selain untuk “mengelola” semangat tim juga untuk membangun perspektif yang 4 berwarna. Kadangkala JDA bahkan melibatkan tokoh lain di luar aliansi. Ada saat nya proses pembahasan UU dilakukan secara tertutup oleh anggota DPR RI, anggota JDA dan kelompok pendukungnya, mengakali dengan “menyeludupkan” HP kedalam ruang siang dan secara paralel mendengarkan diruangan 5 lain (dengan membuka speakernya terlebih dahulu). Hal ini dilakukan untuk mengikuti seluruh proses dan menyiapkan 12 dari 30 strategi antisipasi maupaun strategi dukungannya
  • 17. MODEL ACEH | Advokasi UU Pemerintah Aceh tata, cara, dan pola Advokasi UU Pemerintah Aceh ini bukan hanya dilaksanakan oleh JDA namun juga oleh berbagai kelompok lain semisal GAM, organisasi massa, dan partai politik. Setiap kelompok diluar JDA memiliki agenda dan muatan tersendiri. Koordinasi 6 sebagai sebuah strategi kadangkala hanya berwujud keinginan. Bukan hanya sulit melakukan nya namun juga berat. Jakarta dipilih sebagai lokasi utama advokasi karena seluruh proses pembahasan UU Pemerintah Aceh akan berlangsung disana. Selain itu juga pihak utama yang perlu didekati seminal TNI, POLRI, Pimpinan Partai Politik, hingga lembaga yudikatif 7 berkedudukan di Jakarta. Kampanye yang dilakukan di Jakarta bertujuan mendorong berbagai komponen di Aceh untuk menghentikan “pertikaian” kontens nya di Aceh dan mengalihkan energi ke Jakarta. Pesan yang dikemas JDA, ringkas “SAHKAN UU PEMERINTAH 8 ACEH, SEKARANG”. Salahsatu persoalan berkaitan dengan sumber pendanaan. JDA melibatkan berbagai LSM yang memiliki akses ke donor, menggalang pengumpulan dana di lapangan, tidak bekerja dengan donor tunggal, hingga tandem atas biaya kelompok lain 9 yang sehaluan. Untuk menjaga prinsip akuntabilitas, anggota JDA dilarang mengirimkan proposal atas nama. Setiap hasil kampanye dan advokasi di Jakarta, disusun dalam bentuk ringkasan, yang sekembali ke Aceh dideseminasikan melalui berbagai media. Ruang diskusi di meunasah dan warung kopi dibangun simultan hingga akhirnya masyarakat diajak 10 memberikan dukungan terbuka dengan metode pengumpulan tanda tangan massal. 13 dari 30
  • 18. MODEL ACEH | Merancang Agenda Advokasi basic element of advocacy MEMILIH TUJUAN | Selecting an Advocacy Objective MENGENALI PARA PIHAK | Identifying Advocacy Audiences MENGEMBANGKAN & MENERUSKAN PESAN | Developing and Delivering Advocacy Messages MENGGUNAKAN DATA & PENELITIAN | Using Data and Research for Advocacy MEMBANGUN KOALISI | Building Coalitions PENDANAAN | Fundraising for Advocacy EVALUASI | Evaluating Advocacy Efforts MEMBUAT PRESENTASI PERSUASIF | Making Persuasive Presentations 14 dari 30
  • 19. MODEL ACEH | Merancang Agenda Advokasi rasa, pikir, dan tindak Untuk kasus yang lain, biasanya penentuan isu sangat tergantung dari intensitas pemberitaan isu atau dampaknya. Lokasi dan target advokasi utama biasanya dilontarkan terlebih dahulu melalui media massa (cetak maupun online). Hampir sebagian besar pegiat LSM di Aceh memiliki hubungan yang cukup dekat dengan jaringan media massa. Bahkan beberapa dari pegiat tersebut menjadi narasumber tetap dikalangan jurnalis. Penggunaan media massa juga menjadi alasan ketika dukungan pendanaan (yang biasanya sulit didapat) sangat terbatas selain teknik menggemakan isu secara lebih luas Disisi lain, tahapan berikutnya dilanjutka dengan serangkaian penilaian cepat (rapid assessment) aktor baik sekutu maupun sasaran advokasi. Sebagai besar sasaran advokasi terindentikasi dengan jelas kecuali pada kasus-kasus lingkungan hidup dan kekerasan politik. LSM yang mendampingi kelompok-kelompok masyarakat biasanya mendapatkan isu advokasi dari kelompok dampingannya sedangkan untuk LSM lain, isu advokasi yang dilaksanakan berbasis penelitian dan dokumentasi. Namun dalam prakteknya hal ini tidak dapat dipisahkan secara tegas. Bahkan lebih sering kedua pola tersebut saling mengisi dan melengkapi. Aspek pendanaan tidak menjadi faktor penghambat diawal proses (khususnya bagi advokasi jangka pendek). Namun pendekatan yang umum dilakukan adalah melibatkan berbagai pihak (aliansi) selain untuk memperkuat sekutu maupun dukungan pendanaan dan jaringan. 15 dari 30
  • 20. MEMBANGUN JARINGAN ADVOKASI kelebihan dan tantangan
  • 21. MODEL ACEH | LSM, Partai Politik & Kursi DPR Aceh bersama untuk perubahan 33 kursi partai aceh 10 kursi 189 partai demokrat 8 kursi LSM tercatat aktif dan berdiri sebelum partai golkar tsunami di seluruh Aceh 600 5 kursi partai amanat nasional 4 kursi LSM lebih bermunculan di Aceh pasca partai keadilan sejahtera tsunami 4 kursi 80+/- partai persatuan pembangunan 1 kursi partai pkpi 1 kursi LSM yang hari ini masih bekerja secara aktif partai patriot diseluruh Aceh 1 kursi partai daulat aceh 1 kursi partai kebangkitan bangsa 16 dari 30 1 kursi partai bulan bintang
  • 22. MODEL ACEH | LSM dan Partai Politik bersama untuk perubahan Tidak ada relasi dengan parpol Sebagian LSM yang ada di Aceh khususnya yang 1 bergerak dalam isu HAM, Lingkungan, dan Anti Korupsi memilih untuk tidak berhubungan dengan partai politik 1 2 Beraliansi dengan salahsatu parpol Sangat sulit untuk membuktikan sebuah LSM beraliansi 2 dengan salahsatu partai politik. Walaupun itu dapat saja terjadi dalam ranah pragmatis. Menyebar dukungan ke banyak parpol 4 3 3 Hampir sebagian besar LSM yang lain dengan beragam isu memilih berhubungan secara intens dengan berbagai partai politik walaupun mereka tidak pernah tegas menyatakan mendukung salahsatu partai tersebut Menjadi partai politik Partai SIRA dan Partai PRA merupakan contoh gerakan 4 LSM dan aktivis mahasiswa yang bermetamorfosis 17 dari 30 menjadi partai politik
  • 23. MODEL ACEH | Membangun Jaringan bersama untuk perubahan Negara Partai Pelaku Civic Group Politik Ekonomi dan CSO Masyarakat 18 dari 30
  • 24. MODEL ACEH | Membangun Jaringan bersama untuk perubahan Pola membangun jaringan berbasis pada modal sosial yang tersedia. Sebagian besar politisi berasal dari latar belakang yang mirip dengan para aktivis LSM, misalnya berasal dari organisasi massa yang sama, mantan aktivis LSM, hingga pendekatan klan dan kedaerahan. Seluruh faktor ini dimanfaatkan dalam mengembangkan jaringan. Aspek yang lain, para aktivis LSM mengembangkan budaya komunikasi berbasis “Warung Kopi”. Secara rutin dan informal, pertemuan antar aktivis LSM dan politisi dilakukan diruang-ruang terbuka ini. Membagi informasi lisan dipandang masih menjadi modalitas yang cukup efektif. Pilihan lain yang juga rutin dilakukan adalah menyediakan ”panggung sosial” bagi para politisi sebagai narasumber dalam berbagai ruang interaksi terbuka maupun tertutup. Memanfaatkan pertemanan dan hubungan sosial 19 dari 30 adalah kata kunci dalam membangun jaringan.
  • 25. MODEL ACEH | Mengelola Jaringan rasa, pikir, dan tindak Berbagi pengetahuan dan terbuka adalah prinsip utama yang melandasi semangat aktivisme di Aceh saat ini. Keberpihakan (positioning) dalam berbagai dinamika kadangkala membutuhkan kejujuran selain juga menjadi tuntutan. Kelompok LSM di Aceh saat ini dihadapkan pada pilihan-pilihan ketegasan dalam melihat fenomena pembangunan yang kadangkala kontradiksi dengan agenda dan kerja-kerja LSM itu sendiri. Teman yang dulunya menjadi bagian dari agenda advokasi (misalnya dalam kasus-kasus lingkungan) dapat saja menjadi lawan baru kedepan. Namun sekali lagi, perbedaan posisi bahkan dapat dijadikan modalitas baru dalam pengelolaan jaringan itu sendiri. Pemanfaatan media sosial (twitter, facebook, milling list, hingga sms) juga menjadi bagian dari strategi pengelolaan jaringan. Namun berbasis pengalaman, ketegasan akan keberpihakan atas isu pembangunan bahkan membuat hubungan dengan berbagai pihak menjadi lebih awet dan saling menghargai. Kami mencoba mengelola hubungan tanpa diskriminasi. Fenomena demontrasi (frontline action) yang sempat menjadi model standar di banyak kelompok LSM, saat ini menjadi pilihan terakhir yang dilakukan walaupun tetap menjadi bagian dari strategi taktik advokasi. Untuk memperbaiki hubungan dengan aparat keamanan, pemberitahuan penyelenggaraan aksi, bukan lagi sesuatu yang dihindari. Hal ini dianggap efektif dalam memperbaiki kualitas saling percaya yang sempat memburuk. Sebagai wilayah yang pernah berada dalam status operasi militer, kecurigaan akan militerisme dan intelijen juga cukup besar. Teknik membuka diri menjadi pilihan dalam mendorong agenda-agenda advokasi (walaupun disadari hal ini dapat berakibat kontra produktif bagi agenda advokasi itu sendiri). Hal yang relatif serupa juga dilakukan kepada para pihak yang pernah terlibat (baca mendukung) berbagai upaya perubahan di Aceh semisal lembaga donor, jaringan LSM nasional dan internasional, hingga individu-individu. Berbagi pengetahuan dan informasi terkini tentang Aceh juga menjadi kerja-kerja utama LSM yang ada. 20 dari 30
  • 26. MODEL ACEH | Mengelola Jaringan Massa rasa, pikir, dan tindak Inspire & Advocator Facilitator Report-our Data Collector 21 dari 30
  • 27. MODEL ACEH | Mengelola Jaringan Massa rasa, pikir, dan tindak Berbagai LSM di Aceh sadar masyarakat yang kuat dan mandiri adalah kekuatan utama dalam membangun perubahan. Posisi berbagai lembaga LSM tersebut dalam berhubungan dengan masyarakat tak dapat dipisahkan dari peran-peran pendampingan, inspirasi dan fasilitasi, perekam dan pengelola pengetahuan, hingga penyampai kepada berbagai pihak dan tingkatan. Hubungan LSM di Aceh dengan masyarakat adalah hubungan kemitraan, walaupun paradigma ini belum mampu sepenuhnya di gejawantahkan oleh banyak kelompok yang ada. Namun paradigma pemberdayaan selalu dijadikan hasrat (passion) dalam membangun hubungan dengan masyarakat. Masyarakat bukan lagi milik namun mitra. Seperti halnya berhubungan dengan kelompok pendukung lainnya, hubungan antara LSM dan masyarakat adalah hubungan sinergis. Pasca “banjir bantuan” di Aceh akibat penanganan konflik dan bencana, masyarakat sepenuhnya sadar, jika mereka kadangkala dijadikan obyek dari berbagai janji-janji. Sehingga hubungan antara LSM dan masyarakat saat ini tidak lagi sepenuhnya berbasis antara kepintaran akademis dan keluguan semata namun lebih dititik beratkan pada proses inspirasi dan fasilitasi. Kami sadar kebutuhan masyarakat akan pemenuhan standar kehidupan adalah agenda-agenda advokasi yang tak kan pernah selesai sehingga dukungan advokasi hari ini tidak lagi dilakukan partial. Kami mendorong berbagai perencanaan berbasis gampong (desa), aktor (champion) desa, hingga proses penguatan dan pemahaman akan hak menjadi bagian dari kerja-kerja pendampingan di basis kelompok. 22 dari 30
  • 28. PENDEKATAN ALA BUDAYA LOKAL kisah sukses dari Aceh
  • 29. MODEL ACEH | Kearifan Lokal media penguatan masyarakat berkelanjutan “ Adat Bak Po Teumeureuhom Hukom Bak Syiah Kuala Qanun Bak Putroe Phang “ Reusam Bak Laksamana Budaya Aceh memiliki kearifan di bidang pemerintahan dimana (dimasa lalu) kekuasaan Pemerintahan tertinggi dilaksanakan oleh Sultan, hukum diserahkan kepada Ulama sedangkan adat-istiadat sepenuhnya berada di bawah Permaisuri serta kekuatan militer menjadi tanggungjawab panglima. Dalam kontek kekinian hadih maj’a tersebut mencerminkan pemilahan kekuasaan atau dengan kata lain budaya Aceh menolak konsep otoritarianisme. 23 dari 30
  • 30. MODEL ACEH | Kearifan Lokal media penguatan masyarakat berkelanjutan Ada banyak kearifan lokal yang menjadi keseharian masyarakat Aceh, berikut beberapa hal yang dianggap relevan dalam konteks ini : Pengambilan Keputusan Berbasis Musyawarah 1 Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat Aceh sangat mengedepan proses pengambilan keputusan dengan cara musyawarah. Berbagi pendapat menjadi bagian dari relasi sosial. Proses ini mengakibatkan kepemilikan yang tinggi akan sebuah keputusan selain mendorong budaya egaliterian. Agama dan Adat sebagai Ruh Penyelenggaraan Kehidupan 2 Berbagai aspek kehidupan senantiasa dikaitkan dengan norma agama (Islam) dan adat istiadat sehingga prinsip-prinsip perlindungan, penghormatan, dan pemenuhan hak serta kewajiban menjadi semangat dalam berhubungan antar sesama dan dengan pemerintah. Pengelolaan Sumber Daya Alam bagian dari Adat Istiadat 3 Hal ini tergambar dari berbagai institusi budaya yang mengakar dalam kehidupan ekonomi masyarakat Aceh, seperti Panglima Laot (mengatur pengelolaan sumber daya kelautan), Seunebok Uteun (mengatur tentang sumberdaya hutan), Keujruen Blang (mengatur tentang irigasi dan pertanian), serta Haria Peukan (mengatur tata kelola pasar dan perdagangan). Harta Benda bukan Sekedar Status 4 Kehidupan juga dianggap bagian dari tanggung jawab sebagai makhluk. Memiliki harta benda bukan sekedar cakupan 24 dari 30 sumber dan alat produksi namun juga dianggap sebagai amanah yang harus dijaga dan dirawat. Kadangkala perlindungan yang berlebihan terhadap harta benda ini dianggap oleh pihak lain sebagai bentuk pembangkangan sosial.
  • 31. MODEL ACEH | Kearifan Lokal pembelajaran, membangun dari kehancuran Berikut, kami mencoba membagi hikmah ajar, semangat besar kami dalam melakukan pembangunan pasca tsunami dikaitkan dengan sumber daya dan kearifan lokal. Katahati Institute (d/h. Yayasan Katahati) didirikan oleh beberapa komponen masyarakat sipil dengan beragam profesi dari sejumlah kalangan, pemerhati, akademisi dan praktisi. Embrio Katahati Institute sudah terwujud sejak awal 1999, walau pada saat itu terbatas atas upaya mendukung aktivitas di kalangan organisasi masyarakat sipil (OMS) Aceh, baik yang memfokuskan diri kepada katahati persoalan gender, hak asasi manusia maupun perwujudan tata pemerintahan institute yang bersih. Katahati Institute lahir dari kepedulian terhadap dinamikan Aceh yang terus menerus harus dibenahi akibat konflik politik yang menyebabkan ketidakberdayaan masyarakat sipil. Sebagai sebuah organisasi yang berorientasi pada perubahan kami membangun organisasi ini untuk mencapai visi Terwujudnya masyarakat yang sejahtera dan demokratis. Adapun misi yang kami emban untuk mencapai visi tersebut adalah dengan Melakukan kajian dan Advokasi kebijakan publik. Informasi lebih lanjut tentang organisasi ini dapat diakses di www.katahati.or.id 25 dari 30
  • 32. MODEL ACEH | Kearifan Lokal pembelajaran, membangun dari kehancuran Seperti halnya berbagai organisasi lokal yang ada di Aceh, kami juga tiba-tiba menjadi organisasi yang merasa mampu melakukan apapun dalam periode kedaruratan pasca bencana. Pilihan membangun (menjadi pelaksana pembangunan) diambil dengan asumsi mudah dilakukan dan dapat dilaksanakan oleh sumberdaya. Sebagai sebuah lembaga advokasi yang selama ini aktif dalam memperjuangkan hak- hak rakyat, kami menganggap membangun itu sama dengan melakukan advokasi. Mencari staf yang menguasai kapasitas teknis pada periode itu bukan sesuatu yang sulit sebenarnya (walau sebagian besar staf kami waktu itu berlatar belakang akademis sosial, ekonomi dan hukum, kami tidak memiliki engineer) namun menemukan tenaga yang memahami semangat dan pendekatan pembangunan berbasis hak rupanya tidak sesederhana itu. Di awal, kami ingin pembangunan ini kami lakukan sendiri secara langsung artinya kami akan menyiapkan desain bangunan, membeli material, menunjuk tukang untuk membangun, mengawasi proses pembangunan dengan melibatkan seluruh masyarakat secara aktif. Segera masalah kami temui, rupanya tak semudah yang kami bayangkan sebelumnya. Kerepotan-kerepotan itu tak hanya disebabkan keterbatasan yang kami miliki, berbagai hal kemudian juga dapat dianggap sebagai komponen yang memberi kontribusi atas kerepotan-kerepotan tersebut. Diawal periode penanganan bencana, kami selalu menyatakan bahwa kekuatan lokal perlu dilibatkan secara utuh dalam proses pembangunan itu sendiri. Kami berulang kali menyatakan kekecewaan kami atas “keterlambatan” yang dilakukan pihak lain. Membangun itu tidak hanya soal angka rupanya, memangun itu tidak hanya soal volume agaknya. Membangun adalah sebuah proses integral dari berbagai aspek sosial. Staf kami yang mengurusi komunikasi dengan calon penerima manfaat pada awalnya sangat yakin dengan kemampuan nya dalam membangun komunikasi dengan masyarakat akan mampu menemukan penerima manfaat yang tepat dalam proses pembangunan nantinya. 26 dari 30
  • 33. MODEL ACEH | Kearifan Lokal pembelajaran, membangun dari kehancuran Namun hal tersebut rupanya tak semudah kondisi dilapangan, berbagai diskusi yang kami lakukan secara rutin mengharuskan kami melakukan komunikasi tidak hanya dengan calon penerima manfaat namun juga komunikasi yang intensif harus dilakukan dengan pemangku kepentingan lainnya. Aparat pemerintahan desa dan kecamatan merupakan pihak yang juga harus dilibatkan dalam proses ini agar duplikasi penerima manfaat dapat dihindari. Staf lain yang mengurusi desain rumah berkali-kali harus mengeluh, karena kondisi di lapangan tidak semudah perencanaan diatas kertas yang telah disusun. Tanah yang letaknya lebih rendah, tanah yang digenangi air akibat buruknya saluran, tanah yang jumlah nya tidak mencukupi dan berbagai masalah pertanahan lainnya memaksa kami harus selalu mendiskusikan desain rumah yang akan kami bangun. Kami sadar membangun sebuah rumah bukan hanya menggambarkan denah. Staf logistik selalu punya cerita yang kemudian juga menarik untuk dijadikan bahan pembelajaran bagi kami. Diawal proyek (sesuai kesepakatan dengan donor) kami membeli material dalam jumlah yang cukup untuk 25 unit rumah. Kami lupa material juga harus dirawat dengan baik, dijaga dengan baik, diatur penggunaan dan pengadaan nya dengan baik. Keluhan staf logistik yang berkali-kali diutarakan nya adalah kadangkala material yang dibutuhkan tidak tersedia tepat waktu yang mengakibatkan penundaan beberapa aspek pekerjaan di lapangan. Akhirnya kami menemukan pembelajaran yang utama, bmembangun rumah bukan hanya soal bentuk namun lebih penting bagaimana menjadikan rumah itu sebagai bagian dari proses normalisasi kehidupan para korban itu sendiri. Kami sadar (diakhir) biarkanlah urusan pembangunan rumah dikerjakan oleh pihak yang memang mandatnya membangun. 27 dari 30
  • 34. MODEL ACEH | Kearifan Lokal pembelajaran, membangun dari kehancuran Rupanya banyak hal yang kami lewatkan (yang harus kami akui kemudian), namun ada 3 (tiga) hal yang tak kan pernah kami lupakan yaitu : Pengambilan Keputusan Berbasis Musyawarah 1 Sebagai organisasi yang merasa memiliki pengetahuan lebih dibanding masyarakat, kami melakukan proses tanpa melibatkan masyarakat di awal. Kami beranggapan, masyarakat adalah korban yang tidak punya pendapat. Kami merasa dapat menentukan keputusan dengan sesuka hati kami. Bahkan kami sempat melupakan struktur sosial di masyarakat. Agama dan Adat sebagai Ruh Penyelenggaraan Kehidupan 2 Kami melupakan pendekatan adat dan budaya dalam mendorong perubahan. Diawal proses kami tak pernah mampu melibatkan masyarakat sebagai pemilik karena kami mendorong proses dengan gaya pembangunan real estate. Kami melupakan prinsip budaya karena terpengaruh oleh ritme hubungan kerjasama dengan pihak ketiga. Harta Benda bukan Sekedar Status 3 Diawal kami ingin membangun rumah (house) padahal yang dibutuhkan oleh masyarakat adalah tempat tinggal (home) bukan sekedar bilik dan atap tapi juga tempat interaksi keluarga, budaya, sosial, dan agama. Tempat tinggal bukan hanya sekedar pemberian namun juga adalah hak milik dan tanggung jawab. Pada akhirnya kami tidak hanya sekedar memberikan rumah namun kami juga mendorong penerbitan sertifikat hak kepemilikan tanah atas nama pasangan, akta hibah rumah, membangun sanitasi, hingga memperbaiki sarana peribadatan dan sosial 28 dari 30
  • 35. MODEL ACEH | Kearifan Lokal pembelajaran, membangun dari kehancuran Pemalu dan tidak banyak bicara ciri-ciri Aina, gadis Aceh berumur 10 tahun ini begitu santun menjawab sapaan dari masyarakat kampung dimana dia tinggal sekarang. Aina adalah salah seorang korban ‘ganasnya’ gempa dengan kekuatan 8,9 SR disusul gelombang tsunami pada tanggal 26 Desember 2004 lalu. Kini Aina tinggal bersama kakek dan neneknya, Aina ditinggalkan kedua orang tua beserta adik dan kakaknya dalam tragedi tsunami lalu. Siapa yang tidak sedih dan bisa melupakan tragedy dahsyat itu, Aina yang berhasil lari dari kejaran ombak bersama kakeknya ini terus mengenang tragedi yang mematikan itu. Allah SWT memang belum mengijinkan Aina untuk ‘pergi’. Aina harus terus hidup dan menjalani hidupnya, walaupun setelah kejadian itu Aina harus tinggal dibarak pengungsian di daerah Pango, Ulee Kareng-Banda Aceh. Nurul Aina nama lengkapnya, gadis berwajah rumeh (manis dan peramah-red), ini masih duduk dikelas 4 Madrasah Ibtidayah Negeri (MIN) Ulee Kareng. Aina adalah satu-satunya penerima rumah termuda dari yayasan|katahati, Aina sangat berterimakasih atas bantuan yang telah diberikan kepadanya. Selama ini Aina juga salah satu korban ribuan janji bantuan dari NGO atau pihak lain yang selalu menjanjikan pembangunan rumah di Lampulo yang sampai saat ini tidak terealisasi dengan baik di lapangan, dan ini membuat Aina dan masyarakat lainya sangat kecewa karena sudah sangat lama mereka berada di tenda dan barak. Rumah yang diterima langsung atas nama Aina tanpa wali, dan itu juga berkat dari dukungan kakek dan neneknya yang selama ini terus menemani Aina dalam kesedihan tanpa orang tuanya lagi. Masih banyak masyarakat lain yang nasibnya sama seperti Aina, mungkin itu yang membuat gadis ini begitu sabar menghadapi hidupnya dengan keadaaannya yang sekarang. Putri kelahiran Banda Aceh tanggal 10 Juni 1996 ini bercita-cita menjadi dokter, “Aina ingin menjadi dokter dan bisa membantu orang, lebih-lebih orang yang tidak mampu, belum tahu jadi dokter apa, yang pasti dokter”, ujarnya semangat. Tapi cita-cita itu sepertinya sedikit menjadi kendala karena keterbatasan dana untuk mendukung Aina menjadi seorang dokter. Yang sangat dibutuhkan Aina sekarang adalah beasiswa untuk melanjutkan pendidikannya. Untuk mendukung itu juga Aina memiliki satu unit computer, alasan yang diungkapkan agar Aina tidak ketinggalan zaman. “Aina pingin bisa main computer, internet seperti orang lain,” tambahnya. Intinya, Aina adalah salah seorang dari ratusan ribu korban tsunami yang sangat bersyukur atas apa yang ada pada dirinya sekarang. Wajah Aina seolah-olah mengatakan dia akan terus melanjutkan hidupnya dengan masa depan yang cerah, dan itu juga butuh dukungan dari pihak lain karena keterbatasan dirinya terlebih dari segi ekonomi. 29 dari 30
  • 36. Kami sadar berbagai upaya perubahan sosial yang dilakukan LSM di Aceh belum mampu sepenuhnya menjadikan Aceh sebagai wilayah yang sejahtera dan berkeadilan. Kami sadar sinergisasi dan berbagi hikmah ajar antar berbagai pihak termasuk kekuatan politik adalah upaya lain yang perlu terus ditumbuh kembangkan. Kami sadar, kita semua masih berada dalam satu semangat bersama untuk perubahan. Kita semua peduli dan masih memiliki empati, walaupun disisi lain pandangan skeptis (seperti di bawah ini) masih tetap ada ... “ ... LSM gagal untuk melahirkan sebuah masyarakat yang punya tanggung jawab a t a s l i n g k u n g a n nya . L S M d a l a m maupun  luar negeri justr u ikut “ menyuburkan sikap aji mumpung di tengah masyarakat. Mereka ikut jor- joran untuk membuat masyarakat Aceh berorientasi kepada materi semata... Tajuk MetroTv Aceh Setelah Lima Tahun Tsunami Sabtu, 26 Desember 2009 15:18 WIB 30 dari 30
  • 37. Informasi | Pemateri ajang silaturahmi berkelanjutan tentang saya Teuku Ardiansyah telah bekerja untuk berbagai agenda perubahan sosial dan demokratisasi di Aceh sejak 1999. Terlibat aktif sebagai salahsatu pendiri dan pengurus Katahati Institute (sebuah lembaga yang didedikasikan untuk membangun proses demokrasi dan penguatan hak-hak rakyat). Menjadi konsultan dan inspirator untuk berbagai organisasi masyarakat sipil serta organisasi nirlaba lainnya. unduh Material ini merupakan material terbuka. Anda dipersilahkan mempergunakannya. Berbagai material dan tulisan Teuku Ardiansyah dapat di download di www.slideshare.net/teuku.ardiansyah masukan Berbagai input dan feedback dapat anda sampaikan via : +62 811 685032 teuku.ardiansyah@gmail.com @teukuardian Teuku Ardiansyah

Hinweis der Redaktion

  1. \n
  2. \n
  3. \n
  4. \n
  5. \n
  6. \n
  7. \n
  8. \n
  9. \n
  10. \n
  11. \n
  12. \n
  13. \n
  14. \n
  15. \n
  16. \n
  17. \n
  18. \n
  19. \n
  20. \n
  21. \n
  22. \n
  23. \n
  24. \n
  25. \n
  26. \n
  27. \n
  28. \n
  29. \n
  30. \n
  31. \n
  32. \n
  33. \n
  34. \n
  35. \n
  36. \n
  37. \n