SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 11
BAB I
                                   PENDAHULUAN

Latar belakang
       Bagi nahy ada dua keadaan: pertama, keadaan umum yaitu suatu keadaan yang tidak
terdapat qarinah yang menyebabkan hal itu dilarang , dan kedua, keadaan dengan adanya
qarinah yang menyatakan bahwa sesuatu itu dilarang.

       Apabila larangan itu bersifat mutlak dan tidak ada qarinah yang menyertainya yang
menunjukkan bahwa hal itu dilarang, tetapi ada hal lain yang menyebabkan hal itu dilarang,
keadaan ini terbagi kepada dua keadaan:

       Pertama, keadaan yang menyebabkan hal itu dilarang terkadang melalui perasaan,
perasaan akan menyatakan hal itu dilarang baik oleh hati nurani maupun oleh agama. Seperti
berzina, minum khamar, dan sejenisnya. Semua merupakan sesuatu yang menurut perasaan
dilarang, karena perbuatan tersebut ada sebelum nash syar’i menyatakan keharamannya.
       Kedua,    keadaan    yang   menyebabkan     hilangnya    pahala   bagi   orang   yang
mengerjakannya seperti shalat dan puasa, semuanya tidak akan diberkahi dan diberi pahala
kecuali sesuai dengan amalan yang diperintahkan syara’ seperti halnya jual beli yang tidak
sah kecuali mengikuti mengikuti yang diperintah oleh syari’ .




                                                                                           1
BAB II
                                                      PEMBAHASAN


1. Pengertian Al-Nahy

        Secara etimologi, al-Nahy adalah lawan dari al-amr1 Jika al-amr berarti perintah, maka al-
Nahy berarti larangan atau cegahan. Banyak ulama yang mendefinisikan makna al-nahy,
diantaranya,Zaky al-Din Sya’ban menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan al-Nahy ialah :2
                                                                                                                                            -
        Al-Nahy ialah sesuatu tuntutan yang menunjukkan larangan untuk berbuat.

        Sementara itu, Imam Abu Zahrah menyatakan pula bahwa yang dimaksud dengan al-nahy
ialah:3

            Al-nahy adalah tuntutan yang berisi larangan atau cegahan untuk melakukan
            perbuatan.

        Mayoritas ulama ushul fiqih mendefinisikan nahi sebagai berikut:4




              Larangan melakukan suatu perbuatan dari pihak yang lebih tinggi kedudukannya
              kepada pihak yang lebih rendah tingkatannya dengan kalimat yang menunjukkan atas
              hal itu

        Dari banyak pengertian yang diberikan para ulama tersebut pada hakikatnya menjelaskan
bahwa al-Nahy itu adalah tuntutan yang bentuknya larangan atau mencegah agar tidak
melakukan perbuatan dan larangan yang datangnya dari syar’i yang telah dituangkan dalam
nash yaitu al-Quran dan al-Sunnah.

2. Karakteristik Shigat al-Nahy

        Menurut Mustafa Said al-Khin, bahwa ada empat macam bentuk karakteristik yang dapat
digolongkan kepada al-Nahy di dalam nash, Adapun empat macam bentuk shighat al-Nahy
itu adalah:5

1
    Mustafa said al-Khin. Asr al-Ikhtilaf Fi al-Qawaid al-Ushuliyah Fi Ikhtilaf al-fuqaha’. Kairo: Muassasahal-Risalah, 1969, halaman 328
2
    Romli SA, Muqaranah Mazahib fil Ushul, (Jakarta: Gaya Media Pratama1999), h. 187.
3
    Ibid.
4
    H.Satria Effendi,M.Zein, ushul Fiqh,hal:187

                                                                                                                                            2
1. Fi’il Mudari yang dihubungkan dengan La al-Nahiyah . Misalnya Firman Allah:



            Artinya: Dan janganlah kamu dekati zina, karena perbuatan zina itu adalah hal yang
            keji dan seburuk-buruk jalan. (QS. Al-Isra’:32).

       2. Kata yang berbentuk perintah yang menuntut untuk menjauhi larangan atau
            meninggalkan suatu perbuatan. Misalnya firman Allah:




            Artinya: Maka jauhilah oleh kamu berhala-berhala yang kotor itu dan jauhilah pula
            perbuatan dusta. (QS. Al-Hajj:30).

       3. Menggunakan kata Nahy itu sendiri dalam kalimat. Misalnya firman Allah:



            Artinya: Dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan.
            Dia memberi pengajaran kepada kamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. (QS.
            al-Nahl: 23).

       4. Jumlah khabariyah, yaitu kalimat berita yang digunakan untuk menunjukkan larangan
            dengan cara pengharaman sesuatu atau menyatakan tidak halalnya sesuatu. Misalnya
            firman Allah:




            Artinya: Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita
            dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak
            mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya,
            terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan
5
    Romli SA, Muqaranah Mazahib fil Ushul. (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1999), h. 189

                                                                                            3
mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka
           bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah
           menjadikan padanya kebaikan yang banyak (QS. An-Nisa’:19).

       Selain yang tersebut di atas, Muhammad Khuderi Bik menambahkan empat macam lagi
bentuk shigat al-nahy,yaitu:6

       5. Larangan dengan menjelaskan bahwa suatu perbuatan diharamkan. Misalnya, ayat 33
           suarat Al-a’raf:




           Artinya:Katakanlah: "Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang
           nampak atau pun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia
           tanpa alasan yang benar,(mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu
           yang Allah tidak menurunkan hujah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan
           terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui".(QS.Al-a’raf/7:33)

       6. Larangan dengan cara mengancam pelakunya dengan siksaan pedih. Misalnya,ayat 34
           surat At-taubah:




           Artinya:Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian besar dari orang-
           orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang
           dengan jalan yang batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah.
           Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada
           jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat)
           siksa yang pedih(QS.At-taubah/9:34)



6
    H.Satria efendi,M.Zein, Ushul fiqh,hal.187

                                                                                          4
7. Larangan dengan mensifati perbuatan itu dengan keburukan. Misalnya, ayat 180 surah
   Ali-Imran:




   Artinya:Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah
   berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi
   mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka
   bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan
   Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui
   apa yang kamu kerjakan.(QS.Ali-Imran/4:180)

8. Larangan dengan cara meniadakan wujud perbuatan itu sendiri. Seperti, ayat 193
   Surat Al-Baqarah:




   Artinya: Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga)
   ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari memusuhi
   kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang
   lalim(QS.Al-Baqarah/2: 193)




                             BAB III
                       PENGGUNAAN AL-NAHY
                               DAN
                        KAIDAH-KAIDAHNYA


                                                                                   5
A. Penggunaan Al-Nahy

       Menurut Mustafa Said al-Khin bahwa para ulama ushul sepakat bahwa al-Nahy untuk
beberapa arti, yaitu7



       1. Untuk menyatakan haramnya suatu perbuatan, atau tidak boleh dilakukan . Misalnya
             firman Allah:



             Artinya: Dan janganlah mendekati (berbuat) zina. (QS. Al-Isra’: 32)

       2. Untuk menyatakan suatu perbuatan terlarang , tetapi jika dikerjakan tidak bedosa. Dan
             lebih baik jika tidak dikerjakan. Misalnya dalam Hadits Nabi disebutkan bahwa nabi
             melarang menyentuh kemaluan dengan tangan ketika buang air kecil. 8Larangan dalam
             hadits ini tidak sampai kepada tingkat haram, tetapi sifatnya makruh saja.

       3. Untuk menyatakan do’a atau permohonan . Misalnya:




             Artinya: Wahai Tuhan kami janganlah engkau jadikan hati kami condong kepada
             kejahatan setelah engkau beri petunjuk kepada kami.(QS. Ali Imran : 8).

       4. Menyatakan dan menunjukkan bimbingan atau pengarahan , misalnya firman Allah:




             Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan ( kepada
             nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepada kamu, niscaya akan menyusahkan
             kamu. ( QS. Al-Maidah: 101).




7
    Ibid. h. 190.Lihat juga Mustafa Said al-Khin.Loc.cit.
8
    Lihat Drs.Romli SA, M. Ag. Muqaranah Mazahib fil Ushul. Jakarta: Gaya Media Pratama1999, halaman 191. Hadis ini diriwayatkan oleh
    Imam Bukhari yang dikutip oleh Mustafa Said al-Khin. Asrnal-Ikhtilaf Fi al-Qawa’id al-Ushuliyah Fi Ikhtilaf Fi al-Fuqaha’. Kairo:
    Muassah al-Risalah, 1969, halaman 330

                                                                                                                                    6
5. Menyatakan ancaman. Maksud ancaman ini adalah untuk menakuti agar tidak
       berbuat.
   6. Menyatakan hinaan atau merendahkan . Misalnya firman Allah:




       Artinya: Dan janganlah kamu tunjukkan mata kamu kepada apa yang tealah kami
       berikan kepada golongan-golongan dari mereka sebagai bunga kehidupan dunia.
       (QS. Thaha: 131).

   7. Menjelaskan suatu akibat dari suatu perbuatan . Misalnya firman Allah:




       Artinya: Dan janganlah sekali-kali kamu mengira bahwa Allah lalai dari apa yang
       diperbuat oleh orang-orang zalim. (QS. Ibrahim: 42).

   8. Untuk menyatakan keputusasaan . Misalnya firman Allah:



       Artinya: wahai orang-orang kafir jangnlah kamu menyatakan uzur pada hari ini,
       bahwasanya kamu diberi balasan menurut apa yang kamu perbuat. (QS. Al-Tahrim:
       7)


B. Kaidah-kaidah penggunaannya
       Para ulama ushul fiqih,seperti dikemukakan Muhammad Adib Shaleh,merumuskan
beberapa kaidah yang berhubungan dengan larangan, antara lain:


       Kaidah pertama,”                      ” pada dasarnya suatu larangan menunjukkan
hukum melakukan perbuatan yang dilarang kecuali ada indikasi yang menunjukkan hukum
lain. Contohnya,ayat 151 surah Al-An’am :

                                                                                       …
       Artinya:…Dan    janganlah    kamu    membunuh     jiwa    yang   diharamkan   Allah
       (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar". Demikian itu yang


                                                                                        7
diperintahkan oleh Tuhanmu kepadamu supaya kamu memahami (nya).(QS.Al-
       An’am/6:151).


       Contoh larangan yang disertai indikasi yang menunjukkan hukum selain haram adalah
ayat 9 suarah Jumu’ah:




       Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan
       sembahyang pada hari Jumat, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan
       tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu
       mengetahui(QS.Al-Jumu’ah/62:9).


       Larangan berjual beli dalam ayat tersebut menurut mayoritas ulama Ushul fiqih
menunjukkan hukum makruh karena ada indikasi, yaitu bahwa larangan tersebut bukan
ditujukan kepada esensi jual beli itu sendiri tetapi kepada hal-hal yang diluar zatnya,yaitu
adanya kekhawatiran akan melakukan seseorang dari bersegera pergi shalat jum’at. Oleh
karena itu,orang tidak wajib shalat jum’at seperti wanita tidak dilarang melakukan jual beli.


       Kaidah kedua,”                                    ”,suatu larangan menunjukkan fasad
(rusak) perbuatan yang dilarang jika dikerjakan. Seperti dikemukakan oleh Muhammad Adib
Shaleh,kaidah tersebut disepakati oleh para ulama Ushul fiqih bilamana larangan itu tertuju
kepada zat atau esensi suatu perbuatan, bukan terhadap hal-hal yang terletak diluar esensi
perbuatan itu.
       Contoh larangan terhadap suatu zat ialah larangan berzina,larangan menjual bangkai,
dan dalam masalah ibadah seperti larangan beribadah dalam keadaan berhadas,baik kecil
maupun besar. Larangan-larangan dalam hl-hal tersebut menunjukkan batalnya perbuatan-
perbuatan itu bilamana tetap dilakukan. Ulama berbeda pendapat bilamana larangan itu tidak
tertuju kepada esensi suatu perbuatan, tetapi kepada hal-hal yang berada diluarnya. Misalnya,
larangan jual beli waktu adzan Jum’at dan larangan menyetubuhi istri yang sedang had.
       Menurut kalangan Imam Hanafiyah,Syafi’iyah, dan Malikiyah, larangan seperti ini
tidak mengakibatkan batalnya perbuatan itu jika tetap dilakukan. Sedangkan menurut
sebagian kalangan Imam Hanbali dan Imam Zahiri, larangan dalam bentuk ini menunjukkan
hukum batal, sama dengan larangan terhadap esensi suatu perbuatan seperti tersebut diatas.


                                                                                                8
Alasannya, melakukan suatu yang dilarang baik terhadap esensinya maupun terhadap sesuatu
yang bukan esensinya adalah sama-sama melanggar ketentuan syari’at,dan oleh karena itu
hukumnya batal. Berdasarkan pendapat ini, melakukan ibadah dengan pakaian hasil curian
adalah batal.


       Kaidah ketiga”                       ”, suatu larangan terhadap perbuatan berarti
perintah terhadap kebalikannya. Contoh,ayat 18 surah Luqman:




       Artinya:Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong)
       dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah
       tidak    menyukai   orang-orang   yang    sombong       lagi   membanggakan   diri
       (QS.Luqman/31:18)




                              BAB IV
                      PANDANGAN ULAMA USHUL
                         TENTANG AL-NAHY

1. Segi Substansi Larangan




                                                                                       9
Perbedaan pada aspek ini berakar pada apakah hakekat atau substansi larangan tersebut
menunjukkan tahrim, karahah, atau mencakup keduanya. Terhadap hal ini terdapat beberapa
pandangan Ulama.9

        1. Kelompok pertama mengatakan bahwa al-Nahy itu substansinya adalah tahrim,
             kecuali adal qarinah yang memalingkan arti tahrim kepada yang lainnya. Menurut
             Zay al-Din Sya’ban bahwa pandangan ini dikemukakan oleh kalangan jumhur
             ushuliyin.10
        2. Kelompok kedua menyatakan sebaliknya, bahwa pada dasarnya substansi al-nahy itu
             adalah karahah dan tidak menunjukkan tahrim kecuali ada qarinah yang
             memalingkan arti karahah kepada tahrim. Pendapat ini dikemukakan oleh sebagian
             dari kalangan ulama ushul.11
        3. Kelompok ketiga menyebutkan bahwa substansi al-Nahy adalah gabungan antara
             tahrim dan karahah, dan tidak menunjukkan arti kepada salah satunya kecuali ada
             qarinah.12

2. Segi apakah al-Nahy menuntut kesegeraan dan pengulangan.
        1. Pendapat pertama menyatakan bahwa shigat al-Nahy tidak menunjukkan adanya
             kesegeraan dan berulangnya larangan. Sebab al-Nahy sifatnya tidak mengharuskan
             demikian.        Kesegeraan           meninggalkan            larangan       dan   berulangnya        larangan
                                                                                                              13
             tersebutkarena dihubungkan dengan adanya qarinah yang menghendakinya.
        2. Pendapat kedua menyebutkan bahwa al-Nahy pada asalnya memfaedahkan
             kesegeraan meninggalkan larangan dan menghendaki pengulangan. Jika syari’
             melarang sesuatu maka wajib bagi mukallaf untuk segera meninggalkan larangan
             tersebut dan larangan itu berlangsung terus-menerus.14

                                                          BAB V
                                                         PENUTUP
Kesimpulan



9
    Romli SA, Muqaranah Mazahib fil Ushul. (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1999), h. 192.
10
     Ibid. halaman 193
11
     Ibid
12
     Ibid
13
     Ibid, h. 194
14
     Ibid

                                                                                                                        10
Dari banyak pengertian yang diberikan para ulama tersebut pada hakikatnya
menjelaskan bahwa al-Nahy itu adalah tuntutan yang bentuknya larangan atau mencegah agar
tidak melakukan perbuatan dan larangan yang datangnya dari syar’i yang telah dituangkan
dalam nash yaitu al-Quran dan al-Sunnah.

     Mayoritas ulama berpendapat bahwa nahy dari larangan dengan sifat yang lazim
mengharuskan fasadnya setiap amalan. Mereka menyebutkan dengan fasid dan bathil,
karenanya pandangan nahy pada zat perbuatan yaitu dilarang oleh agama dan segala
perbuatannya tidak menghasilkan apa-apa.




                              DAFTAR PUSTAKA

Al Munawar,Said Agil Husin,Membangun metodologi ushul fiqh,Ciputat press,Jakarta,cet.I
              tahun 2004
Effendi,satria dan M.Zein,Ushul fiqh,Prenada Media,Jakarta,Cet.I,tahun 2005
www.olx.co.id ›
http://www.scribd.com/doc/51198325/15/B-Al-Nahyu-dan-Kaidah-kaidahnya




                                                                                         11

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Qiyas-Ushul Fiqh Powerpoint (Miftah'll Everafter)
Qiyas-Ushul Fiqh Powerpoint (Miftah'll Everafter)Qiyas-Ushul Fiqh Powerpoint (Miftah'll Everafter)
Qiyas-Ushul Fiqh Powerpoint (Miftah'll Everafter)Miftah Iqtishoduna
 
Kaidah2 fiqh Al yaqini yuzalu bi syak dan kebolehan dalam darurat
Kaidah2 fiqh Al yaqini yuzalu bi syak dan kebolehan dalam daruratKaidah2 fiqh Al yaqini yuzalu bi syak dan kebolehan dalam darurat
Kaidah2 fiqh Al yaqini yuzalu bi syak dan kebolehan dalam daruratArif Arif
 
Istihsan (استحسان)
Istihsan (استحسان)Istihsan (استحسان)
Istihsan (استحسان)Nana Cahmaxcy
 
Kedudukan dan Fungsi Hadits
Kedudukan dan Fungsi HaditsKedudukan dan Fungsi Hadits
Kedudukan dan Fungsi HaditsFakhri Cool
 
Makalah 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)
Makalah 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)Makalah 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)
Makalah 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)Khusnul Kotimah
 
Dalil-Dalil Syariah - Sumber-Sumber Hukum Islam
Dalil-Dalil Syariah - Sumber-Sumber Hukum IslamDalil-Dalil Syariah - Sumber-Sumber Hukum Islam
Dalil-Dalil Syariah - Sumber-Sumber Hukum IslamAnas Wibowo
 
istihsan, istishhab, mashlahah mursalah
istihsan, istishhab, mashlahah mursalahistihsan, istishhab, mashlahah mursalah
istihsan, istishhab, mashlahah mursalahMarhamah Saleh
 
PPT Manthuq dan Mafhum
PPT Manthuq dan MafhumPPT Manthuq dan Mafhum
PPT Manthuq dan Mafhumrismariszki
 
Power Point 'Ulumul Qur'an
Power Point 'Ulumul Qur'anPower Point 'Ulumul Qur'an
Power Point 'Ulumul Qur'anMythaChan
 
Amar, Nahi, dan Takhyir
Amar, Nahi, dan TakhyirAmar, Nahi, dan Takhyir
Amar, Nahi, dan Takhyirshofichofifah
 
03 KONSEP HARTA & KEPEMILIKAN DALAM ISLAM
03 KONSEP HARTA & KEPEMILIKAN DALAM ISLAM03 KONSEP HARTA & KEPEMILIKAN DALAM ISLAM
03 KONSEP HARTA & KEPEMILIKAN DALAM ISLAMfissilmikaffah1
 
MAKALAH QASHASH AL-QUR’AN
MAKALAH QASHASH AL-QUR’ANMAKALAH QASHASH AL-QUR’AN
MAKALAH QASHASH AL-QUR’ANAmalia Damayanti
 

Was ist angesagt? (20)

Qiyas-Ushul Fiqh Powerpoint (Miftah'll Everafter)
Qiyas-Ushul Fiqh Powerpoint (Miftah'll Everafter)Qiyas-Ushul Fiqh Powerpoint (Miftah'll Everafter)
Qiyas-Ushul Fiqh Powerpoint (Miftah'll Everafter)
 
Hadist atau Sunnah ppt
Hadist atau Sunnah pptHadist atau Sunnah ppt
Hadist atau Sunnah ppt
 
Ppt muamalah
Ppt muamalah Ppt muamalah
Ppt muamalah
 
Kaidah2 fiqh Al yaqini yuzalu bi syak dan kebolehan dalam darurat
Kaidah2 fiqh Al yaqini yuzalu bi syak dan kebolehan dalam daruratKaidah2 fiqh Al yaqini yuzalu bi syak dan kebolehan dalam darurat
Kaidah2 fiqh Al yaqini yuzalu bi syak dan kebolehan dalam darurat
 
Istihsan (استحسان)
Istihsan (استحسان)Istihsan (استحسان)
Istihsan (استحسان)
 
Hukum Taklifi Wadh'i
Hukum Taklifi Wadh'iHukum Taklifi Wadh'i
Hukum Taklifi Wadh'i
 
Qawaid fiqh pt 1
Qawaid fiqh  pt 1Qawaid fiqh  pt 1
Qawaid fiqh pt 1
 
Kedudukan dan Fungsi Hadits
Kedudukan dan Fungsi HaditsKedudukan dan Fungsi Hadits
Kedudukan dan Fungsi Hadits
 
Makalah 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)
Makalah 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)Makalah 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)
Makalah 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)
 
Diskusi Kelas: Hakim, Mukallaf, Taklif, dan aliran-aliran dalam Islam (Ushul ...
Diskusi Kelas: Hakim, Mukallaf, Taklif, dan aliran-aliran dalam Islam (Ushul ...Diskusi Kelas: Hakim, Mukallaf, Taklif, dan aliran-aliran dalam Islam (Ushul ...
Diskusi Kelas: Hakim, Mukallaf, Taklif, dan aliran-aliran dalam Islam (Ushul ...
 
Dalil-Dalil Syariah - Sumber-Sumber Hukum Islam
Dalil-Dalil Syariah - Sumber-Sumber Hukum IslamDalil-Dalil Syariah - Sumber-Sumber Hukum Islam
Dalil-Dalil Syariah - Sumber-Sumber Hukum Islam
 
IJTIHAD
IJTIHADIJTIHAD
IJTIHAD
 
istihsan, istishhab, mashlahah mursalah
istihsan, istishhab, mashlahah mursalahistihsan, istishhab, mashlahah mursalah
istihsan, istishhab, mashlahah mursalah
 
PPT Manthuq dan Mafhum
PPT Manthuq dan MafhumPPT Manthuq dan Mafhum
PPT Manthuq dan Mafhum
 
Power Point 'Ulumul Qur'an
Power Point 'Ulumul Qur'anPower Point 'Ulumul Qur'an
Power Point 'Ulumul Qur'an
 
Amar, Nahi, dan Takhyir
Amar, Nahi, dan TakhyirAmar, Nahi, dan Takhyir
Amar, Nahi, dan Takhyir
 
Ppt hadits
Ppt haditsPpt hadits
Ppt hadits
 
03 KONSEP HARTA & KEPEMILIKAN DALAM ISLAM
03 KONSEP HARTA & KEPEMILIKAN DALAM ISLAM03 KONSEP HARTA & KEPEMILIKAN DALAM ISLAM
03 KONSEP HARTA & KEPEMILIKAN DALAM ISLAM
 
MAKALAH QASHASH AL-QUR’AN
MAKALAH QASHASH AL-QUR’ANMAKALAH QASHASH AL-QUR’AN
MAKALAH QASHASH AL-QUR’AN
 
FIQIH THAHARAH - lengkap
FIQIH THAHARAH - lengkap FIQIH THAHARAH - lengkap
FIQIH THAHARAH - lengkap
 

Ähnlich wie An-Nahyu (Ushul Fiqih B)

sumber-hukum-islamfani.ppt
sumber-hukum-islamfani.pptsumber-hukum-islamfani.ppt
sumber-hukum-islamfani.pptaziz251418
 
Agama taklifi
Agama taklifiAgama taklifi
Agama taklififarezzz
 
Al ilmu - keutangan , Adab Dan laranganya
Al ilmu - keutangan , Adab Dan laranganyaAl ilmu - keutangan , Adab Dan laranganya
Al ilmu - keutangan , Adab Dan laranganyaArdian DP
 
Aqidah hakikat syirik
Aqidah   hakikat syirikAqidah   hakikat syirik
Aqidah hakikat syirikTriana Zulfa
 
Hukum dalam islam
Hukum dalam islamHukum dalam islam
Hukum dalam islamAhmad Rudi
 
Qawaid fiqh koleksi pt 2
Qawaid fiqh koleksi pt 2Qawaid fiqh koleksi pt 2
Qawaid fiqh koleksi pt 2Amiruddin Ahmad
 
44543755 penegakan-keadilan-dalam-perspektif-hadis
44543755 penegakan-keadilan-dalam-perspektif-hadis44543755 penegakan-keadilan-dalam-perspektif-hadis
44543755 penegakan-keadilan-dalam-perspektif-hadisOperator Warnet Vast Raha
 
Sifat sifat tercela2
Sifat sifat tercela2Sifat sifat tercela2
Sifat sifat tercela2darma wati
 
Inti Ajaran Islam
Inti Ajaran IslamInti Ajaran Islam
Inti Ajaran Islaminfomiftah
 
Prinsip konsumsi ii
Prinsip konsumsi iiPrinsip konsumsi ii
Prinsip konsumsi iiLalu Iwan
 
7 cara mengatasi penyakit hasad
7 cara mengatasi penyakit hasad7 cara mengatasi penyakit hasad
7 cara mengatasi penyakit hasadHelmon Chan
 
Kes kajian Jual Beli Di Tamu Kianggeh, Kertas kerja
Kes kajian Jual Beli Di Tamu Kianggeh, Kertas kerjaKes kajian Jual Beli Di Tamu Kianggeh, Kertas kerja
Kes kajian Jual Beli Di Tamu Kianggeh, Kertas kerjaezz_ally
 

Ähnlich wie An-Nahyu (Ushul Fiqih B) (20)

bab Nahi
bab Nahibab Nahi
bab Nahi
 
Qawaid fiqh pt 2
Qawaid fiqh  pt 2Qawaid fiqh  pt 2
Qawaid fiqh pt 2
 
sumber-hukum-islamfani.ppt
sumber-hukum-islamfani.pptsumber-hukum-islamfani.ppt
sumber-hukum-islamfani.ppt
 
mafhum mukhalafah
mafhum mukhalafahmafhum mukhalafah
mafhum mukhalafah
 
Agama taklifi
Agama taklifiAgama taklifi
Agama taklifi
 
Akidah akhlak
Akidah akhlakAkidah akhlak
Akidah akhlak
 
Al ilmu - keutangan , Adab Dan laranganya
Al ilmu - keutangan , Adab Dan laranganyaAl ilmu - keutangan , Adab Dan laranganya
Al ilmu - keutangan , Adab Dan laranganya
 
Aqidah hakikat syirik
Aqidah   hakikat syirikAqidah   hakikat syirik
Aqidah hakikat syirik
 
Hukum dalam islam
Hukum dalam islamHukum dalam islam
Hukum dalam islam
 
Qawaid fiqh koleksi pt 2
Qawaid fiqh koleksi pt 2Qawaid fiqh koleksi pt 2
Qawaid fiqh koleksi pt 2
 
Contoh hadis ahad
Contoh hadis ahadContoh hadis ahad
Contoh hadis ahad
 
44543755 penegakan-keadilan-dalam-perspektif-hadis
44543755 penegakan-keadilan-dalam-perspektif-hadis44543755 penegakan-keadilan-dalam-perspektif-hadis
44543755 penegakan-keadilan-dalam-perspektif-hadis
 
Sifat sifat tercela2
Sifat sifat tercela2Sifat sifat tercela2
Sifat sifat tercela2
 
Inti Ajaran Islam
Inti Ajaran IslamInti Ajaran Islam
Inti Ajaran Islam
 
Prinsip konsumsi ii
Prinsip konsumsi iiPrinsip konsumsi ii
Prinsip konsumsi ii
 
7 cara mengatasi penyakit hasad
7 cara mengatasi penyakit hasad7 cara mengatasi penyakit hasad
7 cara mengatasi penyakit hasad
 
Kes kajian Jual Beli Di Tamu Kianggeh, Kertas kerja
Kes kajian Jual Beli Di Tamu Kianggeh, Kertas kerjaKes kajian Jual Beli Di Tamu Kianggeh, Kertas kerja
Kes kajian Jual Beli Di Tamu Kianggeh, Kertas kerja
 
Bahaya taqlid buta
Bahaya taqlid butaBahaya taqlid buta
Bahaya taqlid buta
 
Pengertian fiqh
Pengertian fiqhPengertian fiqh
Pengertian fiqh
 
Pengertian fiqh
Pengertian fiqhPengertian fiqh
Pengertian fiqh
 

Mehr von Taufik Rahman

Tugas laporan akhir KKN
Tugas laporan akhir KKNTugas laporan akhir KKN
Tugas laporan akhir KKNTaufik Rahman
 
laporan magang/praktikum di lembaga keuangan syariah
laporan magang/praktikum di lembaga keuangan syariah laporan magang/praktikum di lembaga keuangan syariah
laporan magang/praktikum di lembaga keuangan syariah Taufik Rahman
 
Jadwal kegiatan harian peserta praktikum di Pengadilan Agama Kandangan
Jadwal kegiatan harian peserta praktikum di Pengadilan Agama KandanganJadwal kegiatan harian peserta praktikum di Pengadilan Agama Kandangan
Jadwal kegiatan harian peserta praktikum di Pengadilan Agama KandanganTaufik Rahman
 
Laporan kelompok praktikum Di Pengadilan Agama Kandangan
Laporan kelompok praktikum Di Pengadilan Agama Kandangan Laporan kelompok praktikum Di Pengadilan Agama Kandangan
Laporan kelompok praktikum Di Pengadilan Agama Kandangan Taufik Rahman
 
Sejarah berdirnya Pondok Pesantren Darul Amien TMI Negara
Sejarah berdirnya Pondok Pesantren Darul Amien TMI NegaraSejarah berdirnya Pondok Pesantren Darul Amien TMI Negara
Sejarah berdirnya Pondok Pesantren Darul Amien TMI NegaraTaufik Rahman
 
Sejarah berdirnya Pondok Pesantren Darul Amien TMI Negara
Sejarah berdirnya Pondok Pesantren Darul Amien TMI NegaraSejarah berdirnya Pondok Pesantren Darul Amien TMI Negara
Sejarah berdirnya Pondok Pesantren Darul Amien TMI NegaraTaufik Rahman
 
Nama nama anak laki-laki dari gelar nabi muhammad
Nama nama anak laki-laki dari gelar nabi muhammadNama nama anak laki-laki dari gelar nabi muhammad
Nama nama anak laki-laki dari gelar nabi muhammadTaufik Rahman
 
Daftar fatwa dewan syariah
Daftar fatwa dewan syariahDaftar fatwa dewan syariah
Daftar fatwa dewan syariahTaufik Rahman
 
ayat muamalat jual beli
ayat muamalat jual beliayat muamalat jual beli
ayat muamalat jual beliTaufik Rahman
 
regulasi undang-undang bisnis syari'ah
regulasi undang-undang bisnis syari'ahregulasi undang-undang bisnis syari'ah
regulasi undang-undang bisnis syari'ahTaufik Rahman
 
manajemen bisnis (muamalat love cafe)
manajemen bisnis (muamalat love cafe)manajemen bisnis (muamalat love cafe)
manajemen bisnis (muamalat love cafe)Taufik Rahman
 
Hukum pertanahan indonesia
Hukum pertanahan indonesiaHukum pertanahan indonesia
Hukum pertanahan indonesiaTaufik Rahman
 
Hukumk zakat & perwakafan
Hukumk zakat & perwakafanHukumk zakat & perwakafan
Hukumk zakat & perwakafanTaufik Rahman
 
RAHASIA DIBALIK AYAT
RAHASIA DIBALIK AYATRAHASIA DIBALIK AYAT
RAHASIA DIBALIK AYATTaufik Rahman
 
Daftar saluran tv lengkap dengan kode kodenya
Daftar saluran tv lengkap dengan kode kodenyaDaftar saluran tv lengkap dengan kode kodenya
Daftar saluran tv lengkap dengan kode kodenyaTaufik Rahman
 

Mehr von Taufik Rahman (20)

Tugas laporan akhir KKN
Tugas laporan akhir KKNTugas laporan akhir KKN
Tugas laporan akhir KKN
 
laporan magang/praktikum di lembaga keuangan syariah
laporan magang/praktikum di lembaga keuangan syariah laporan magang/praktikum di lembaga keuangan syariah
laporan magang/praktikum di lembaga keuangan syariah
 
Jadwal kegiatan harian peserta praktikum di Pengadilan Agama Kandangan
Jadwal kegiatan harian peserta praktikum di Pengadilan Agama KandanganJadwal kegiatan harian peserta praktikum di Pengadilan Agama Kandangan
Jadwal kegiatan harian peserta praktikum di Pengadilan Agama Kandangan
 
Laporan kelompok praktikum Di Pengadilan Agama Kandangan
Laporan kelompok praktikum Di Pengadilan Agama Kandangan Laporan kelompok praktikum Di Pengadilan Agama Kandangan
Laporan kelompok praktikum Di Pengadilan Agama Kandangan
 
Sejarah berdirnya Pondok Pesantren Darul Amien TMI Negara
Sejarah berdirnya Pondok Pesantren Darul Amien TMI NegaraSejarah berdirnya Pondok Pesantren Darul Amien TMI Negara
Sejarah berdirnya Pondok Pesantren Darul Amien TMI Negara
 
Sejarah berdirnya Pondok Pesantren Darul Amien TMI Negara
Sejarah berdirnya Pondok Pesantren Darul Amien TMI NegaraSejarah berdirnya Pondok Pesantren Darul Amien TMI Negara
Sejarah berdirnya Pondok Pesantren Darul Amien TMI Negara
 
Nama nama anak laki-laki dari gelar nabi muhammad
Nama nama anak laki-laki dari gelar nabi muhammadNama nama anak laki-laki dari gelar nabi muhammad
Nama nama anak laki-laki dari gelar nabi muhammad
 
Daftar fatwa dewan syariah
Daftar fatwa dewan syariahDaftar fatwa dewan syariah
Daftar fatwa dewan syariah
 
Ayat ayat muamalat
Ayat ayat muamalatAyat ayat muamalat
Ayat ayat muamalat
 
Leasing
LeasingLeasing
Leasing
 
ayat muamalat jual beli
ayat muamalat jual beliayat muamalat jual beli
ayat muamalat jual beli
 
perwalian
perwalianperwalian
perwalian
 
etika bisnis
etika bisnisetika bisnis
etika bisnis
 
regulasi undang-undang bisnis syari'ah
regulasi undang-undang bisnis syari'ahregulasi undang-undang bisnis syari'ah
regulasi undang-undang bisnis syari'ah
 
manajemen bisnis (muamalat love cafe)
manajemen bisnis (muamalat love cafe)manajemen bisnis (muamalat love cafe)
manajemen bisnis (muamalat love cafe)
 
Hukum pertanahan indonesia
Hukum pertanahan indonesiaHukum pertanahan indonesia
Hukum pertanahan indonesia
 
Hukumk zakat & perwakafan
Hukumk zakat & perwakafanHukumk zakat & perwakafan
Hukumk zakat & perwakafan
 
Viva darul amien
Viva darul amienViva darul amien
Viva darul amien
 
RAHASIA DIBALIK AYAT
RAHASIA DIBALIK AYATRAHASIA DIBALIK AYAT
RAHASIA DIBALIK AYAT
 
Daftar saluran tv lengkap dengan kode kodenya
Daftar saluran tv lengkap dengan kode kodenyaDaftar saluran tv lengkap dengan kode kodenya
Daftar saluran tv lengkap dengan kode kodenya
 

Kürzlich hochgeladen

Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxLeniMawarti1
 
modul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintan
modul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintanmodul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintan
modul 1.2 guru penggerak angkatan x BintanVenyHandayani2
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfWahyudinST
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxg66527130
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.ppt
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.pptP_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.ppt
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.pptAfifFikri11
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...Kanaidi ken
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfandriasyulianto57
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuHANHAN164733
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
PPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptx
PPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptxPPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptx
PPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptxINyomanAgusSeputraSP
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmeunikekambe10
 
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...NiswatuzZahroh
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.aechacha366
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptAcemediadotkoM1
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase D
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase DModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase D
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase DAbdiera
 
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptSejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptssuser940815
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptNabilahKhairunnisa6
 

Kürzlich hochgeladen (20)

Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
 
modul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintan
modul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintanmodul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintan
modul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintan
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.ppt
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.pptP_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.ppt
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.ppt
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
PPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptx
PPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptxPPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptx
PPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptx
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
 
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase D
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase DModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase D
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase D
 
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptSejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
 

An-Nahyu (Ushul Fiqih B)

  • 1. BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Bagi nahy ada dua keadaan: pertama, keadaan umum yaitu suatu keadaan yang tidak terdapat qarinah yang menyebabkan hal itu dilarang , dan kedua, keadaan dengan adanya qarinah yang menyatakan bahwa sesuatu itu dilarang. Apabila larangan itu bersifat mutlak dan tidak ada qarinah yang menyertainya yang menunjukkan bahwa hal itu dilarang, tetapi ada hal lain yang menyebabkan hal itu dilarang, keadaan ini terbagi kepada dua keadaan: Pertama, keadaan yang menyebabkan hal itu dilarang terkadang melalui perasaan, perasaan akan menyatakan hal itu dilarang baik oleh hati nurani maupun oleh agama. Seperti berzina, minum khamar, dan sejenisnya. Semua merupakan sesuatu yang menurut perasaan dilarang, karena perbuatan tersebut ada sebelum nash syar’i menyatakan keharamannya. Kedua, keadaan yang menyebabkan hilangnya pahala bagi orang yang mengerjakannya seperti shalat dan puasa, semuanya tidak akan diberkahi dan diberi pahala kecuali sesuai dengan amalan yang diperintahkan syara’ seperti halnya jual beli yang tidak sah kecuali mengikuti mengikuti yang diperintah oleh syari’ . 1
  • 2. BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Al-Nahy Secara etimologi, al-Nahy adalah lawan dari al-amr1 Jika al-amr berarti perintah, maka al- Nahy berarti larangan atau cegahan. Banyak ulama yang mendefinisikan makna al-nahy, diantaranya,Zaky al-Din Sya’ban menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan al-Nahy ialah :2 - Al-Nahy ialah sesuatu tuntutan yang menunjukkan larangan untuk berbuat. Sementara itu, Imam Abu Zahrah menyatakan pula bahwa yang dimaksud dengan al-nahy ialah:3 Al-nahy adalah tuntutan yang berisi larangan atau cegahan untuk melakukan perbuatan. Mayoritas ulama ushul fiqih mendefinisikan nahi sebagai berikut:4 Larangan melakukan suatu perbuatan dari pihak yang lebih tinggi kedudukannya kepada pihak yang lebih rendah tingkatannya dengan kalimat yang menunjukkan atas hal itu Dari banyak pengertian yang diberikan para ulama tersebut pada hakikatnya menjelaskan bahwa al-Nahy itu adalah tuntutan yang bentuknya larangan atau mencegah agar tidak melakukan perbuatan dan larangan yang datangnya dari syar’i yang telah dituangkan dalam nash yaitu al-Quran dan al-Sunnah. 2. Karakteristik Shigat al-Nahy Menurut Mustafa Said al-Khin, bahwa ada empat macam bentuk karakteristik yang dapat digolongkan kepada al-Nahy di dalam nash, Adapun empat macam bentuk shighat al-Nahy itu adalah:5 1 Mustafa said al-Khin. Asr al-Ikhtilaf Fi al-Qawaid al-Ushuliyah Fi Ikhtilaf al-fuqaha’. Kairo: Muassasahal-Risalah, 1969, halaman 328 2 Romli SA, Muqaranah Mazahib fil Ushul, (Jakarta: Gaya Media Pratama1999), h. 187. 3 Ibid. 4 H.Satria Effendi,M.Zein, ushul Fiqh,hal:187 2
  • 3. 1. Fi’il Mudari yang dihubungkan dengan La al-Nahiyah . Misalnya Firman Allah: Artinya: Dan janganlah kamu dekati zina, karena perbuatan zina itu adalah hal yang keji dan seburuk-buruk jalan. (QS. Al-Isra’:32). 2. Kata yang berbentuk perintah yang menuntut untuk menjauhi larangan atau meninggalkan suatu perbuatan. Misalnya firman Allah: Artinya: Maka jauhilah oleh kamu berhala-berhala yang kotor itu dan jauhilah pula perbuatan dusta. (QS. Al-Hajj:30). 3. Menggunakan kata Nahy itu sendiri dalam kalimat. Misalnya firman Allah: Artinya: Dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepada kamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. (QS. al-Nahl: 23). 4. Jumlah khabariyah, yaitu kalimat berita yang digunakan untuk menunjukkan larangan dengan cara pengharaman sesuatu atau menyatakan tidak halalnya sesuatu. Misalnya firman Allah: Artinya: Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan 5 Romli SA, Muqaranah Mazahib fil Ushul. (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1999), h. 189 3
  • 4. mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak (QS. An-Nisa’:19). Selain yang tersebut di atas, Muhammad Khuderi Bik menambahkan empat macam lagi bentuk shigat al-nahy,yaitu:6 5. Larangan dengan menjelaskan bahwa suatu perbuatan diharamkan. Misalnya, ayat 33 suarat Al-a’raf: Artinya:Katakanlah: "Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak atau pun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar,(mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui".(QS.Al-a’raf/7:33) 6. Larangan dengan cara mengancam pelakunya dengan siksaan pedih. Misalnya,ayat 34 surat At-taubah: Artinya:Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian besar dari orang- orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan yang batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih(QS.At-taubah/9:34) 6 H.Satria efendi,M.Zein, Ushul fiqh,hal.187 4
  • 5. 7. Larangan dengan mensifati perbuatan itu dengan keburukan. Misalnya, ayat 180 surah Ali-Imran: Artinya:Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.(QS.Ali-Imran/4:180) 8. Larangan dengan cara meniadakan wujud perbuatan itu sendiri. Seperti, ayat 193 Surat Al-Baqarah: Artinya: Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang lalim(QS.Al-Baqarah/2: 193) BAB III PENGGUNAAN AL-NAHY DAN KAIDAH-KAIDAHNYA 5
  • 6. A. Penggunaan Al-Nahy Menurut Mustafa Said al-Khin bahwa para ulama ushul sepakat bahwa al-Nahy untuk beberapa arti, yaitu7 1. Untuk menyatakan haramnya suatu perbuatan, atau tidak boleh dilakukan . Misalnya firman Allah: Artinya: Dan janganlah mendekati (berbuat) zina. (QS. Al-Isra’: 32) 2. Untuk menyatakan suatu perbuatan terlarang , tetapi jika dikerjakan tidak bedosa. Dan lebih baik jika tidak dikerjakan. Misalnya dalam Hadits Nabi disebutkan bahwa nabi melarang menyentuh kemaluan dengan tangan ketika buang air kecil. 8Larangan dalam hadits ini tidak sampai kepada tingkat haram, tetapi sifatnya makruh saja. 3. Untuk menyatakan do’a atau permohonan . Misalnya: Artinya: Wahai Tuhan kami janganlah engkau jadikan hati kami condong kepada kejahatan setelah engkau beri petunjuk kepada kami.(QS. Ali Imran : 8). 4. Menyatakan dan menunjukkan bimbingan atau pengarahan , misalnya firman Allah: Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan ( kepada nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepada kamu, niscaya akan menyusahkan kamu. ( QS. Al-Maidah: 101). 7 Ibid. h. 190.Lihat juga Mustafa Said al-Khin.Loc.cit. 8 Lihat Drs.Romli SA, M. Ag. Muqaranah Mazahib fil Ushul. Jakarta: Gaya Media Pratama1999, halaman 191. Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari yang dikutip oleh Mustafa Said al-Khin. Asrnal-Ikhtilaf Fi al-Qawa’id al-Ushuliyah Fi Ikhtilaf Fi al-Fuqaha’. Kairo: Muassah al-Risalah, 1969, halaman 330 6
  • 7. 5. Menyatakan ancaman. Maksud ancaman ini adalah untuk menakuti agar tidak berbuat. 6. Menyatakan hinaan atau merendahkan . Misalnya firman Allah: Artinya: Dan janganlah kamu tunjukkan mata kamu kepada apa yang tealah kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka sebagai bunga kehidupan dunia. (QS. Thaha: 131). 7. Menjelaskan suatu akibat dari suatu perbuatan . Misalnya firman Allah: Artinya: Dan janganlah sekali-kali kamu mengira bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang zalim. (QS. Ibrahim: 42). 8. Untuk menyatakan keputusasaan . Misalnya firman Allah: Artinya: wahai orang-orang kafir jangnlah kamu menyatakan uzur pada hari ini, bahwasanya kamu diberi balasan menurut apa yang kamu perbuat. (QS. Al-Tahrim: 7) B. Kaidah-kaidah penggunaannya Para ulama ushul fiqih,seperti dikemukakan Muhammad Adib Shaleh,merumuskan beberapa kaidah yang berhubungan dengan larangan, antara lain: Kaidah pertama,” ” pada dasarnya suatu larangan menunjukkan hukum melakukan perbuatan yang dilarang kecuali ada indikasi yang menunjukkan hukum lain. Contohnya,ayat 151 surah Al-An’am : … Artinya:…Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar". Demikian itu yang 7
  • 8. diperintahkan oleh Tuhanmu kepadamu supaya kamu memahami (nya).(QS.Al- An’am/6:151). Contoh larangan yang disertai indikasi yang menunjukkan hukum selain haram adalah ayat 9 suarah Jumu’ah: Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan sembahyang pada hari Jumat, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui(QS.Al-Jumu’ah/62:9). Larangan berjual beli dalam ayat tersebut menurut mayoritas ulama Ushul fiqih menunjukkan hukum makruh karena ada indikasi, yaitu bahwa larangan tersebut bukan ditujukan kepada esensi jual beli itu sendiri tetapi kepada hal-hal yang diluar zatnya,yaitu adanya kekhawatiran akan melakukan seseorang dari bersegera pergi shalat jum’at. Oleh karena itu,orang tidak wajib shalat jum’at seperti wanita tidak dilarang melakukan jual beli. Kaidah kedua,” ”,suatu larangan menunjukkan fasad (rusak) perbuatan yang dilarang jika dikerjakan. Seperti dikemukakan oleh Muhammad Adib Shaleh,kaidah tersebut disepakati oleh para ulama Ushul fiqih bilamana larangan itu tertuju kepada zat atau esensi suatu perbuatan, bukan terhadap hal-hal yang terletak diluar esensi perbuatan itu. Contoh larangan terhadap suatu zat ialah larangan berzina,larangan menjual bangkai, dan dalam masalah ibadah seperti larangan beribadah dalam keadaan berhadas,baik kecil maupun besar. Larangan-larangan dalam hl-hal tersebut menunjukkan batalnya perbuatan- perbuatan itu bilamana tetap dilakukan. Ulama berbeda pendapat bilamana larangan itu tidak tertuju kepada esensi suatu perbuatan, tetapi kepada hal-hal yang berada diluarnya. Misalnya, larangan jual beli waktu adzan Jum’at dan larangan menyetubuhi istri yang sedang had. Menurut kalangan Imam Hanafiyah,Syafi’iyah, dan Malikiyah, larangan seperti ini tidak mengakibatkan batalnya perbuatan itu jika tetap dilakukan. Sedangkan menurut sebagian kalangan Imam Hanbali dan Imam Zahiri, larangan dalam bentuk ini menunjukkan hukum batal, sama dengan larangan terhadap esensi suatu perbuatan seperti tersebut diatas. 8
  • 9. Alasannya, melakukan suatu yang dilarang baik terhadap esensinya maupun terhadap sesuatu yang bukan esensinya adalah sama-sama melanggar ketentuan syari’at,dan oleh karena itu hukumnya batal. Berdasarkan pendapat ini, melakukan ibadah dengan pakaian hasil curian adalah batal. Kaidah ketiga” ”, suatu larangan terhadap perbuatan berarti perintah terhadap kebalikannya. Contoh,ayat 18 surah Luqman: Artinya:Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri (QS.Luqman/31:18) BAB IV PANDANGAN ULAMA USHUL TENTANG AL-NAHY 1. Segi Substansi Larangan 9
  • 10. Perbedaan pada aspek ini berakar pada apakah hakekat atau substansi larangan tersebut menunjukkan tahrim, karahah, atau mencakup keduanya. Terhadap hal ini terdapat beberapa pandangan Ulama.9 1. Kelompok pertama mengatakan bahwa al-Nahy itu substansinya adalah tahrim, kecuali adal qarinah yang memalingkan arti tahrim kepada yang lainnya. Menurut Zay al-Din Sya’ban bahwa pandangan ini dikemukakan oleh kalangan jumhur ushuliyin.10 2. Kelompok kedua menyatakan sebaliknya, bahwa pada dasarnya substansi al-nahy itu adalah karahah dan tidak menunjukkan tahrim kecuali ada qarinah yang memalingkan arti karahah kepada tahrim. Pendapat ini dikemukakan oleh sebagian dari kalangan ulama ushul.11 3. Kelompok ketiga menyebutkan bahwa substansi al-Nahy adalah gabungan antara tahrim dan karahah, dan tidak menunjukkan arti kepada salah satunya kecuali ada qarinah.12 2. Segi apakah al-Nahy menuntut kesegeraan dan pengulangan. 1. Pendapat pertama menyatakan bahwa shigat al-Nahy tidak menunjukkan adanya kesegeraan dan berulangnya larangan. Sebab al-Nahy sifatnya tidak mengharuskan demikian. Kesegeraan meninggalkan larangan dan berulangnya larangan 13 tersebutkarena dihubungkan dengan adanya qarinah yang menghendakinya. 2. Pendapat kedua menyebutkan bahwa al-Nahy pada asalnya memfaedahkan kesegeraan meninggalkan larangan dan menghendaki pengulangan. Jika syari’ melarang sesuatu maka wajib bagi mukallaf untuk segera meninggalkan larangan tersebut dan larangan itu berlangsung terus-menerus.14 BAB V PENUTUP Kesimpulan 9 Romli SA, Muqaranah Mazahib fil Ushul. (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1999), h. 192. 10 Ibid. halaman 193 11 Ibid 12 Ibid 13 Ibid, h. 194 14 Ibid 10
  • 11. Dari banyak pengertian yang diberikan para ulama tersebut pada hakikatnya menjelaskan bahwa al-Nahy itu adalah tuntutan yang bentuknya larangan atau mencegah agar tidak melakukan perbuatan dan larangan yang datangnya dari syar’i yang telah dituangkan dalam nash yaitu al-Quran dan al-Sunnah. Mayoritas ulama berpendapat bahwa nahy dari larangan dengan sifat yang lazim mengharuskan fasadnya setiap amalan. Mereka menyebutkan dengan fasid dan bathil, karenanya pandangan nahy pada zat perbuatan yaitu dilarang oleh agama dan segala perbuatannya tidak menghasilkan apa-apa. DAFTAR PUSTAKA Al Munawar,Said Agil Husin,Membangun metodologi ushul fiqh,Ciputat press,Jakarta,cet.I tahun 2004 Effendi,satria dan M.Zein,Ushul fiqh,Prenada Media,Jakarta,Cet.I,tahun 2005 www.olx.co.id › http://www.scribd.com/doc/51198325/15/B-Al-Nahyu-dan-Kaidah-kaidahnya 11