SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 4
Kebudayaan sebagai sistem struktural
(Prof. Dr. Benny H. Hoed)
Apa ciri khas dari pascasrtukturalisme dalam hubungan dengan strukturalisme
De Saussure? Sebutkan satu tokoh pascastrukturalis dan jelaskan secara
ringkas pemikiran/teori yang dikembangkannya.
Pascastrukturalisme merupakan suatu aliran yang mengembangkan konsep
struktur yang digagas oleh De Saussure. Pascastrukturalisme tidak serta merta
meninggalkan adanya struktur namun ia hadir dalam konsep mengembangkan
struktur yang lebih dinamis daripada yang diusung oleh Saussure.
Pascastrukturalisme memberikan beberapa perubahan pada konsep strukturalisme
seperti; memandang struktur dan sistem harus dinamis tidak statis, pemaknaan
bersifat plural sesuai dengan kebebasan pembaca, pemaknaan merupakan suatu
proses dan bukanlah hasil, teks tidak hanya lisan tapi juga tulisan, dan teks dilihat
tidak selalu harus mengikuti kaidah-kaidah langue.
Salah satu tokoh pascastrukturalisme yaitu Roland Barthes. Ia
mengembangkan beberapa teori yang sebelumnya telah diusung oleh Saussure.
Yaitu:
1. Sintagmatik dan paradigmatik
Barthes mengembangkan teori sintagmatik dan paradigmatik Saussure yang
mana menjelaskannya hanya dalam konteks linguistik, dalam hal sintagmatik atau
sintagme, Barthes menjelaskannya dalam hal gejala budaya. Disini ia masih
menggunakan konsep Saussure mengenai struktur. Busana dilihatnya memiliki
struktur dari atas kepala sampai bawah kaki. Selain itu hubungan sintagmatik juga
dapat terlihat pada budaya makan dimana terdapat struktur mulai dari hidangan
pembuka, utama, dampai hidangan penutup.
Dalam hal paradigmatik atau aspek sistem, unsur-unsur yang membentuk busana
yang terdiri dari atas kepala sampai bawah kaki dilihat dapat memenuhi gatra-gatra
yang ada di tubuh misalnya untuk bagian kepala (gatra bagian kepala) dapat diisi
dengan penutup kepala seperti peci, topi, blankon, jilbab, dll. Untuk bagian badan
(gatra bagian badan) dapat diisi dengan kemeja, kaos, gaun,dll. Gatra-gatra tersebut
(hingga ujung kaki) dapat diisi dengan beragam macam busana. Namun unsur-unsur
yang memenuhi gatra tidak dapat masuk secara bersamaan dalam gatra yang sama.
2. Expression, contenu, denotasi, dan konotasi.
Barthes juga mengembangkan teori tanda Saussure yaitu signifiant dan signifie.
Barthes mengembangkannya menjadi expression menggantikan signifiant dan
contenu menggantikan signifie. Dalam hal pemaknaan tanda, Barthes juga
menembangkan konsep petanda dan penanda Saussure yang bersifat berlaku secara
umum dan terkendali secara sosial. Barthes memperkenalkan konsep sistem tanda
pertama yang disebut dengan denotasi dan sistem tanda kedua yang disebut dengan
konotasi.
Dalam hal denotasi, konsep ini sama halnya dengan konsep Saussure mengenai
tanda yang memiliki makna secara umum dan sosial. Namun dalam menggunakan
tanda, manusia memiliki kemungkinan lain, hal inilah yang disebut dengan sistem
tanda kedua dimana dalam memakai satu tanda terdapat berbagai expression yang
merujuk pada contenu atau isi yang sama. Dalam linguistik, hal tersebut disebut
dengan sinonimi. Pengembangan dalam hal expression ini disebut metabahasa (arti
masih sama namun dengan penyebutan istilah yang berbeda-beda. Contohnya guru
dapat juga disebut sebagai pengajar atau pendidik).
Pemakai bahasa juga dapat mengembangkan sistem pertama menjadi sistem
kedua dalam hal contenu. Dalam hal tersebut satu kata dapat memiliki lebih dari satu
makna. Jadi guru yang memiliki makna denotatif ’orang yang pekerjaannya
mengajar’ dapat memiliki makna lain ’orang yang dianggap ahli dalam hal religi’
atau ’orang yang unggul dalam hal-hal tertentu’. Perluasan makna itu disebut dengan
konotasi.
3. Mitos
Barthes memaknai konotasi tidak berhenti hanya sampai disitu, ia juga
memperkenalkan konsep mitos yang berkembang dari kebudayaan. Ia melihat suatu
mitos merupakan perkembangan dari konotasi. Mitos dianggapnya sebagai sistem
semiologis yaitu sistem pemaknaan tanda-tanda oleh manusia. Pemaknaan tanda
yang bersifat terbuka memungkinkan berbagai makna muncul dalam masyarakat.
Ketika makna diartikan tidak lagi dari ’sistem pertama’ atau denotasi melainkan
perluasan dari contenu yang akhirnya menciptakan konotasi kemudian konotasi
tersebut menjadi melekat pada suatu masyarakat maka akan menjadi suatu mitos.
Mitos terbentuk karena adanya kekuatan mayoritas atau kekusaan pada pihak
tertentu. Barthes menggunakan konsep konotasi dan mitos dalam memahami
kebudayaan. Contohnya pada kebudayaan orang Prancis yang biasa meminum
anggur. Minuman anggur yang memiliki denotasi minuman yang berasal dari buah
anggur yang diproses sedemikian rupa sehingga mengandung alkohol dan dapat
memabukkan memiliki konotasi sebagai minuman yang melambangkan kenikmatan
bahkan kemewahan pada golongan tertentu. Makna konotasi tersebut lama-kelamaan
semakin mengakar dan dipercayai oleh masyarakat Prancis bahwa minuman anggur
merupakan sebagai lambang kenikmatan atau kemewahan maka makna tersebut
menjadi mitos.
4. Pemaknaan teks
Barthes memandang bahwa teks dimaknai oleh pembaca teks sehingga pembaca
memiliki peranan penting dalam pemaknaan teks. Hal tersebut tentu bertolak
belakang denganstrukturalisme dimana penulis memiliki peran tunggal dalam
memberikan makna teks. Ia juga memandang bahwa teks dinikmati secara badaniah
dimana produksi teks didorong oleh hasrat badaniah dalam menghasilkan teks dan
maknanya. Namun proses tersebut belumlah terjadi. Hal tersebut dinamai dengan
”pra-makna” yang baru kemudian akan memasuki ranah hasrat menciptakan.
Daftar Pustaka:
Hoed, Benny H. 2011. Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya. Depok: Komunitas
bambu
TEORI KEBUDAYAAN
UJIAN AKHIR SEMESTER
Dosen: Prof. Dr. Benny H. Hoed
OKTARI ANELIYA
1206335685
PROGRAM STUDI LINGUISTIK
PROGRAM MAGISTER
FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA
UNIVERSITAS INDONESIA
2013

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Was ist angesagt? (19)

Sosiologi sastra
Sosiologi sastraSosiologi sastra
Sosiologi sastra
 
Materi teori sastra
Materi teori sastraMateri teori sastra
Materi teori sastra
 
Glosarium 181213
Glosarium  181213Glosarium  181213
Glosarium 181213
 
Kajian maut dan cinta new
Kajian maut dan cinta newKajian maut dan cinta new
Kajian maut dan cinta new
 
Linguistik baru
Linguistik baruLinguistik baru
Linguistik baru
 
Filsafat dewasa ini
Filsafat dewasa iniFilsafat dewasa ini
Filsafat dewasa ini
 
PENGERTIAN SOSIOLOGI SASTRA
PENGERTIAN SOSIOLOGI SASTRAPENGERTIAN SOSIOLOGI SASTRA
PENGERTIAN SOSIOLOGI SASTRA
 
Materi kuliah pengantar kajian sastra ii, 'pendekatan dalam pengkajian sastra' 1
Materi kuliah pengantar kajian sastra ii, 'pendekatan dalam pengkajian sastra' 1Materi kuliah pengantar kajian sastra ii, 'pendekatan dalam pengkajian sastra' 1
Materi kuliah pengantar kajian sastra ii, 'pendekatan dalam pengkajian sastra' 1
 
Pengertian sastra dan jenis jenis sastra
Pengertian sastra dan jenis jenis sastraPengertian sastra dan jenis jenis sastra
Pengertian sastra dan jenis jenis sastra
 
Tugas kajian cerita anak..
Tugas kajian cerita anak..Tugas kajian cerita anak..
Tugas kajian cerita anak..
 
Makalah filsafat or soni
Makalah filsafat or soniMakalah filsafat or soni
Makalah filsafat or soni
 
Sosiologi sastra
Sosiologi sastraSosiologi sastra
Sosiologi sastra
 
Discourse Analysis
Discourse AnalysisDiscourse Analysis
Discourse Analysis
 
Postkolonial - kajian prosa fiksi
Postkolonial - kajian prosa fiksiPostkolonial - kajian prosa fiksi
Postkolonial - kajian prosa fiksi
 
Pengantar semiotika
Pengantar semiotikaPengantar semiotika
Pengantar semiotika
 
Teori roland barthes
Teori roland barthesTeori roland barthes
Teori roland barthes
 
Definisi analisis wacana
Definisi analisis wacanaDefinisi analisis wacana
Definisi analisis wacana
 
aliran teori sastra
aliran teori sastraaliran teori sastra
aliran teori sastra
 
Catatan mengenai historiograpi sekitar peristiwa 1965
Catatan mengenai  historiograpi sekitar peristiwa 1965Catatan mengenai  historiograpi sekitar peristiwa 1965
Catatan mengenai historiograpi sekitar peristiwa 1965
 

Ähnlich wie Kebudayaan sebagai sistem struktural

Makalah kritik sastra
Makalah kritik sastraMakalah kritik sastra
Makalah kritik sastraMila Wati
 
Paper 1 Discourse Analysis
Paper 1 Discourse AnalysisPaper 1 Discourse Analysis
Paper 1 Discourse Analysisjuniato
 
Discourse Analysis
Discourse AnalysisDiscourse Analysis
Discourse Analysisjuniato
 
Makalah Discourse analysis
 Makalah Discourse analysis Makalah Discourse analysis
Makalah Discourse analysisMerdina Ziraluo
 
SEMIOTIKA ROLAND BARTHES.pdf
SEMIOTIKA ROLAND BARTHES.pdfSEMIOTIKA ROLAND BARTHES.pdf
SEMIOTIKA ROLAND BARTHES.pdfekaweka7
 
Semiotik dan dinamika sosial budaya
Semiotik dan dinamika sosial budayaSemiotik dan dinamika sosial budaya
Semiotik dan dinamika sosial budayaOktari Aneliya
 
Presentasi Teori Komunikasi Kelompok 3 - Word
Presentasi Teori Komunikasi Kelompok 3 - WordPresentasi Teori Komunikasi Kelompok 3 - Word
Presentasi Teori Komunikasi Kelompok 3 - WordKaer Bikers
 
TEORI STRUKTUR SOSIAL DARI RADCLIFFE BROWN DAN LEVI.pptx
TEORI STRUKTUR SOSIAL DARI RADCLIFFE BROWN DAN LEVI.pptxTEORI STRUKTUR SOSIAL DARI RADCLIFFE BROWN DAN LEVI.pptx
TEORI STRUKTUR SOSIAL DARI RADCLIFFE BROWN DAN LEVI.pptxLatiSavira
 
UAS FILSAFAT DAN SEJARAH MATEMATIKA
UAS FILSAFAT DAN SEJARAH MATEMATIKAUAS FILSAFAT DAN SEJARAH MATEMATIKA
UAS FILSAFAT DAN SEJARAH MATEMATIKAMETA GUNAWAN
 
Teori semiotika (Kelompok Komunikasi Massa)
Teori semiotika (Kelompok Komunikasi Massa)Teori semiotika (Kelompok Komunikasi Massa)
Teori semiotika (Kelompok Komunikasi Massa)Yunita Wirapraja
 
Bhs Sarana Berfkr Ilmiah (Edited) Mklh Filsafat Ilmu S2
Bhs Sarana Berfkr Ilmiah (Edited) Mklh Filsafat Ilmu S2Bhs Sarana Berfkr Ilmiah (Edited) Mklh Filsafat Ilmu S2
Bhs Sarana Berfkr Ilmiah (Edited) Mklh Filsafat Ilmu S2Orangpintar Smartist
 
Resume (hakikat komunikasi dan asumsi ontologi)
Resume (hakikat komunikasi dan asumsi ontologi)Resume (hakikat komunikasi dan asumsi ontologi)
Resume (hakikat komunikasi dan asumsi ontologi)UIN Surabaya
 
Bab 1modul pjj
Bab 1modul pjjBab 1modul pjj
Bab 1modul pjjshamrina85
 

Ähnlich wie Kebudayaan sebagai sistem struktural (20)

Makalah kritik sastra
Makalah kritik sastraMakalah kritik sastra
Makalah kritik sastra
 
Paper 1 Discourse Analysis
Paper 1 Discourse AnalysisPaper 1 Discourse Analysis
Paper 1 Discourse Analysis
 
Discourse Analysis
Discourse AnalysisDiscourse Analysis
Discourse Analysis
 
Makalah Discourse analysis
 Makalah Discourse analysis Makalah Discourse analysis
Makalah Discourse analysis
 
SEMIOTIKA ROLAND BARTHES.pdf
SEMIOTIKA ROLAND BARTHES.pdfSEMIOTIKA ROLAND BARTHES.pdf
SEMIOTIKA ROLAND BARTHES.pdf
 
Semiotik dan dinamika sosial budaya
Semiotik dan dinamika sosial budayaSemiotik dan dinamika sosial budaya
Semiotik dan dinamika sosial budaya
 
Presentasi Teori Komunikasi Kelompok 3 - Word
Presentasi Teori Komunikasi Kelompok 3 - WordPresentasi Teori Komunikasi Kelompok 3 - Word
Presentasi Teori Komunikasi Kelompok 3 - Word
 
TEORI STRUKTUR SOSIAL DARI RADCLIFFE BROWN DAN LEVI.pptx
TEORI STRUKTUR SOSIAL DARI RADCLIFFE BROWN DAN LEVI.pptxTEORI STRUKTUR SOSIAL DARI RADCLIFFE BROWN DAN LEVI.pptx
TEORI STRUKTUR SOSIAL DARI RADCLIFFE BROWN DAN LEVI.pptx
 
Kelompok 3
Kelompok 3Kelompok 3
Kelompok 3
 
UAS FILSAFAT DAN SEJARAH MATEMATIKA
UAS FILSAFAT DAN SEJARAH MATEMATIKAUAS FILSAFAT DAN SEJARAH MATEMATIKA
UAS FILSAFAT DAN SEJARAH MATEMATIKA
 
Teori semiotika (Kelompok Komunikasi Massa)
Teori semiotika (Kelompok Komunikasi Massa)Teori semiotika (Kelompok Komunikasi Massa)
Teori semiotika (Kelompok Komunikasi Massa)
 
Bhs Sarana Berfkr Ilmiah (Edited) Mklh Filsafat Ilmu S2
Bhs Sarana Berfkr Ilmiah (Edited) Mklh Filsafat Ilmu S2Bhs Sarana Berfkr Ilmiah (Edited) Mklh Filsafat Ilmu S2
Bhs Sarana Berfkr Ilmiah (Edited) Mklh Filsafat Ilmu S2
 
ROLAND BARTHES
ROLAND BARTHESROLAND BARTHES
ROLAND BARTHES
 
Struktulasime kelompok 4.pdf
Struktulasime kelompok 4.pdfStruktulasime kelompok 4.pdf
Struktulasime kelompok 4.pdf
 
Studi bahasa sebagai sistem tanda
Studi bahasa sebagai sistem tandaStudi bahasa sebagai sistem tanda
Studi bahasa sebagai sistem tanda
 
7 Tradisi Komunikasi
7 Tradisi Komunikasi7 Tradisi Komunikasi
7 Tradisi Komunikasi
 
Metode hermeneutika dan penerapannya pada psikoanalisa
Metode hermeneutika dan penerapannya pada psikoanalisaMetode hermeneutika dan penerapannya pada psikoanalisa
Metode hermeneutika dan penerapannya pada psikoanalisa
 
Resume (hakikat komunikasi dan asumsi ontologi)
Resume (hakikat komunikasi dan asumsi ontologi)Resume (hakikat komunikasi dan asumsi ontologi)
Resume (hakikat komunikasi dan asumsi ontologi)
 
Semiotika yohan
Semiotika yohanSemiotika yohan
Semiotika yohan
 
Bab 1modul pjj
Bab 1modul pjjBab 1modul pjj
Bab 1modul pjj
 

Mehr von Oktari Aneliya

teori-teori pengajaran bahasa asing
teori-teori pengajaran bahasa asingteori-teori pengajaran bahasa asing
teori-teori pengajaran bahasa asingOktari Aneliya
 
Makalah sociolinguistics politeness
Makalah sociolinguistics politenessMakalah sociolinguistics politeness
Makalah sociolinguistics politenessOktari Aneliya
 
Listening to transactional discourse
Listening to transactional discourseListening to transactional discourse
Listening to transactional discourseOktari Aneliya
 
Analisis wacana kritis (awk) terhadap iklan televisi provider 3
Analisis wacana kritis (awk) terhadap iklan televisi provider 3Analisis wacana kritis (awk) terhadap iklan televisi provider 3
Analisis wacana kritis (awk) terhadap iklan televisi provider 3Oktari Aneliya
 
Kebudayaan sebagai sistem adaptasi uas
Kebudayaan sebagai sistem adaptasi uasKebudayaan sebagai sistem adaptasi uas
Kebudayaan sebagai sistem adaptasi uasOktari Aneliya
 
Sejarah sebagai kajian budaya uas
Sejarah sebagai kajian budaya uasSejarah sebagai kajian budaya uas
Sejarah sebagai kajian budaya uasOktari Aneliya
 
Strukturalisme dalam perkembangan ilmu sejarah
Strukturalisme dalam perkembangan ilmu sejarahStrukturalisme dalam perkembangan ilmu sejarah
Strukturalisme dalam perkembangan ilmu sejarahOktari Aneliya
 
Ecological anthropology
Ecological anthropologyEcological anthropology
Ecological anthropologyOktari Aneliya
 
Ideologi dalam pariwara televisi
Ideologi dalam pariwara televisiIdeologi dalam pariwara televisi
Ideologi dalam pariwara televisiOktari Aneliya
 
Kajian wacana (Barbara Johnstone)
Kajian wacana (Barbara Johnstone)Kajian wacana (Barbara Johnstone)
Kajian wacana (Barbara Johnstone)Oktari Aneliya
 
Esp developing material final
Esp developing material finalEsp developing material final
Esp developing material finalOktari Aneliya
 
Classroom based assessment finass
Classroom based assessment finassClassroom based assessment finass
Classroom based assessment finassOktari Aneliya
 
karya sastra minangkabau
karya sastra minangkabaukarya sastra minangkabau
karya sastra minangkabauOktari Aneliya
 
Discourse Analysis of "Dove Campaign"
Discourse Analysis of "Dove Campaign" Discourse Analysis of "Dove Campaign"
Discourse Analysis of "Dove Campaign" Oktari Aneliya
 

Mehr von Oktari Aneliya (16)

teori-teori pengajaran bahasa asing
teori-teori pengajaran bahasa asingteori-teori pengajaran bahasa asing
teori-teori pengajaran bahasa asing
 
Makalah sociolinguistics politeness
Makalah sociolinguistics politenessMakalah sociolinguistics politeness
Makalah sociolinguistics politeness
 
Listening to transactional discourse
Listening to transactional discourseListening to transactional discourse
Listening to transactional discourse
 
Analisis wacana kritis (awk) terhadap iklan televisi provider 3
Analisis wacana kritis (awk) terhadap iklan televisi provider 3Analisis wacana kritis (awk) terhadap iklan televisi provider 3
Analisis wacana kritis (awk) terhadap iklan televisi provider 3
 
Standardisasi bahasa
Standardisasi bahasaStandardisasi bahasa
Standardisasi bahasa
 
Kebudayaan sebagai sistem adaptasi uas
Kebudayaan sebagai sistem adaptasi uasKebudayaan sebagai sistem adaptasi uas
Kebudayaan sebagai sistem adaptasi uas
 
Sejarah sebagai kajian budaya uas
Sejarah sebagai kajian budaya uasSejarah sebagai kajian budaya uas
Sejarah sebagai kajian budaya uas
 
Semiotik uas
Semiotik uasSemiotik uas
Semiotik uas
 
Strukturalisme dalam perkembangan ilmu sejarah
Strukturalisme dalam perkembangan ilmu sejarahStrukturalisme dalam perkembangan ilmu sejarah
Strukturalisme dalam perkembangan ilmu sejarah
 
Ecological anthropology
Ecological anthropologyEcological anthropology
Ecological anthropology
 
Ideologi dalam pariwara televisi
Ideologi dalam pariwara televisiIdeologi dalam pariwara televisi
Ideologi dalam pariwara televisi
 
Kajian wacana (Barbara Johnstone)
Kajian wacana (Barbara Johnstone)Kajian wacana (Barbara Johnstone)
Kajian wacana (Barbara Johnstone)
 
Esp developing material final
Esp developing material finalEsp developing material final
Esp developing material final
 
Classroom based assessment finass
Classroom based assessment finassClassroom based assessment finass
Classroom based assessment finass
 
karya sastra minangkabau
karya sastra minangkabaukarya sastra minangkabau
karya sastra minangkabau
 
Discourse Analysis of "Dove Campaign"
Discourse Analysis of "Dove Campaign" Discourse Analysis of "Dove Campaign"
Discourse Analysis of "Dove Campaign"
 

Kebudayaan sebagai sistem struktural

  • 1. Kebudayaan sebagai sistem struktural (Prof. Dr. Benny H. Hoed) Apa ciri khas dari pascasrtukturalisme dalam hubungan dengan strukturalisme De Saussure? Sebutkan satu tokoh pascastrukturalis dan jelaskan secara ringkas pemikiran/teori yang dikembangkannya. Pascastrukturalisme merupakan suatu aliran yang mengembangkan konsep struktur yang digagas oleh De Saussure. Pascastrukturalisme tidak serta merta meninggalkan adanya struktur namun ia hadir dalam konsep mengembangkan struktur yang lebih dinamis daripada yang diusung oleh Saussure. Pascastrukturalisme memberikan beberapa perubahan pada konsep strukturalisme seperti; memandang struktur dan sistem harus dinamis tidak statis, pemaknaan bersifat plural sesuai dengan kebebasan pembaca, pemaknaan merupakan suatu proses dan bukanlah hasil, teks tidak hanya lisan tapi juga tulisan, dan teks dilihat tidak selalu harus mengikuti kaidah-kaidah langue. Salah satu tokoh pascastrukturalisme yaitu Roland Barthes. Ia mengembangkan beberapa teori yang sebelumnya telah diusung oleh Saussure. Yaitu: 1. Sintagmatik dan paradigmatik Barthes mengembangkan teori sintagmatik dan paradigmatik Saussure yang mana menjelaskannya hanya dalam konteks linguistik, dalam hal sintagmatik atau sintagme, Barthes menjelaskannya dalam hal gejala budaya. Disini ia masih menggunakan konsep Saussure mengenai struktur. Busana dilihatnya memiliki struktur dari atas kepala sampai bawah kaki. Selain itu hubungan sintagmatik juga dapat terlihat pada budaya makan dimana terdapat struktur mulai dari hidangan pembuka, utama, dampai hidangan penutup. Dalam hal paradigmatik atau aspek sistem, unsur-unsur yang membentuk busana yang terdiri dari atas kepala sampai bawah kaki dilihat dapat memenuhi gatra-gatra yang ada di tubuh misalnya untuk bagian kepala (gatra bagian kepala) dapat diisi
  • 2. dengan penutup kepala seperti peci, topi, blankon, jilbab, dll. Untuk bagian badan (gatra bagian badan) dapat diisi dengan kemeja, kaos, gaun,dll. Gatra-gatra tersebut (hingga ujung kaki) dapat diisi dengan beragam macam busana. Namun unsur-unsur yang memenuhi gatra tidak dapat masuk secara bersamaan dalam gatra yang sama. 2. Expression, contenu, denotasi, dan konotasi. Barthes juga mengembangkan teori tanda Saussure yaitu signifiant dan signifie. Barthes mengembangkannya menjadi expression menggantikan signifiant dan contenu menggantikan signifie. Dalam hal pemaknaan tanda, Barthes juga menembangkan konsep petanda dan penanda Saussure yang bersifat berlaku secara umum dan terkendali secara sosial. Barthes memperkenalkan konsep sistem tanda pertama yang disebut dengan denotasi dan sistem tanda kedua yang disebut dengan konotasi. Dalam hal denotasi, konsep ini sama halnya dengan konsep Saussure mengenai tanda yang memiliki makna secara umum dan sosial. Namun dalam menggunakan tanda, manusia memiliki kemungkinan lain, hal inilah yang disebut dengan sistem tanda kedua dimana dalam memakai satu tanda terdapat berbagai expression yang merujuk pada contenu atau isi yang sama. Dalam linguistik, hal tersebut disebut dengan sinonimi. Pengembangan dalam hal expression ini disebut metabahasa (arti masih sama namun dengan penyebutan istilah yang berbeda-beda. Contohnya guru dapat juga disebut sebagai pengajar atau pendidik). Pemakai bahasa juga dapat mengembangkan sistem pertama menjadi sistem kedua dalam hal contenu. Dalam hal tersebut satu kata dapat memiliki lebih dari satu makna. Jadi guru yang memiliki makna denotatif ’orang yang pekerjaannya mengajar’ dapat memiliki makna lain ’orang yang dianggap ahli dalam hal religi’ atau ’orang yang unggul dalam hal-hal tertentu’. Perluasan makna itu disebut dengan konotasi. 3. Mitos Barthes memaknai konotasi tidak berhenti hanya sampai disitu, ia juga memperkenalkan konsep mitos yang berkembang dari kebudayaan. Ia melihat suatu
  • 3. mitos merupakan perkembangan dari konotasi. Mitos dianggapnya sebagai sistem semiologis yaitu sistem pemaknaan tanda-tanda oleh manusia. Pemaknaan tanda yang bersifat terbuka memungkinkan berbagai makna muncul dalam masyarakat. Ketika makna diartikan tidak lagi dari ’sistem pertama’ atau denotasi melainkan perluasan dari contenu yang akhirnya menciptakan konotasi kemudian konotasi tersebut menjadi melekat pada suatu masyarakat maka akan menjadi suatu mitos. Mitos terbentuk karena adanya kekuatan mayoritas atau kekusaan pada pihak tertentu. Barthes menggunakan konsep konotasi dan mitos dalam memahami kebudayaan. Contohnya pada kebudayaan orang Prancis yang biasa meminum anggur. Minuman anggur yang memiliki denotasi minuman yang berasal dari buah anggur yang diproses sedemikian rupa sehingga mengandung alkohol dan dapat memabukkan memiliki konotasi sebagai minuman yang melambangkan kenikmatan bahkan kemewahan pada golongan tertentu. Makna konotasi tersebut lama-kelamaan semakin mengakar dan dipercayai oleh masyarakat Prancis bahwa minuman anggur merupakan sebagai lambang kenikmatan atau kemewahan maka makna tersebut menjadi mitos. 4. Pemaknaan teks Barthes memandang bahwa teks dimaknai oleh pembaca teks sehingga pembaca memiliki peranan penting dalam pemaknaan teks. Hal tersebut tentu bertolak belakang denganstrukturalisme dimana penulis memiliki peran tunggal dalam memberikan makna teks. Ia juga memandang bahwa teks dinikmati secara badaniah dimana produksi teks didorong oleh hasrat badaniah dalam menghasilkan teks dan maknanya. Namun proses tersebut belumlah terjadi. Hal tersebut dinamai dengan ”pra-makna” yang baru kemudian akan memasuki ranah hasrat menciptakan. Daftar Pustaka: Hoed, Benny H. 2011. Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya. Depok: Komunitas bambu
  • 4. TEORI KEBUDAYAAN UJIAN AKHIR SEMESTER Dosen: Prof. Dr. Benny H. Hoed OKTARI ANELIYA 1206335685 PROGRAM STUDI LINGUISTIK PROGRAM MAGISTER FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA UNIVERSITAS INDONESIA 2013