SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 45
MAKALAH
KONSEP DASAR GERONTIK
Disusun oleh:
2015
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini. Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa kita semua ke jalan kebenaran yang
diridhoi Allah SWT.
Maksud penulis membuat makalah ini adalah untuk dapat lebih memahami
tentang KONSEP DASAR GERONTIK. mudah-mudahan makalah ini bisa
membantu bagi mahasiswa untuk bekal nanti di lapangan.
Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis
yang membuat dan umumnya bagi yang membaca makalah ini. Amin.
Sukabumi, September 2015
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................i
DAFTAR ISI ..................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................2
1.3 Tujuan ..................................................................................................3
1.4 Manfaat ................................................................................................3
BAB II KAJIAN TEORITIS
2.1 Konsep Dasar Keperawatan Gerontik .................................................4
2.2 Teori – Teori Penuaan...........................................................................7
2.3 Perubahan-perubahan yang Terjadi pada Lanjut Usia ..........................21
2.4 Program-program Nasional untuk Lansia .............................................33
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................................40
3.2 Saran.....................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan telah menurunkan
angka kematian umum, angka kematian bayi, dan angka kelahiran. Hal ini
berdampak pada meningkatnya usia harapan hidup bangsa Indonesia dan
meningkatnya jumlah penduduk golongan lanjut usia.
Pertumbuhan jumlah penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia
tercatat sebagai paling pesat di dunia dalam kurun waktu tahun 1990-2025.
Jumlah lansia yang kini sekitar 16 juta orang, akan menjadi 25,5 juta pada
tahun 2020, atau sebesar 11,37 persen dari jumlah penduduk. Itu berarti
jumlah lansia di Indonesia akan berada di peringkat empat dunia, di bawah
Cina, India, dan Amerika Serikat.
Menurut data demografi internasional dari Bureau of the Census
USA (1993), kenaikan jumlah lansia Indonesia antara tahun 1990-2025
mencapai 414%, tertinggi di dunia. Kenaikan pesat itu berkait dengan usia
harapan hidup penduduk Indonesia.
Dalam sensus Badan Pusat Statistik (BPS) 1998, harapan hidup
penduduk Indonesia rata-rata 63 tahun untuk kaum pria, dan wanita 67
tahun. Tetapi menurut kajian WHO (1999) harapan penduduk Indonesia
rata-rata 59,7 tahun, menempati peringkat ke-103 dunia. Nomor satu
adalah Jepang (74,5 tahun).
Perhatian pemerintah terhadap keberadaan lansia sudah meningkat.
GBHN 1993 mengamanatkan agar lansia yang masih produktif dan
mandiri diberi kesempatan berperan aktif dalam pembangunan..
Pemerintah juga menetapkan tanggal 29 mei sebagai Hari Lansia Nasional,
sedang DPR menerbitkan UU no 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan
lansia.
Dengan makin bertambahnya penduduk usia lanjut, bertambah pula
penderita golongan ini yang memerlukan pelayanan kesehatan. Berbeda
2
dengan segmen populasi lain, populasi lanjut usia dimanapun selalu
menunjukkan morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi dibanding
populasi lain. Disamping itu, oleh karena aspek disabilitas yang tinggi
pada segmen populasi ini selalu membutuhkan derajat keperawatan yang
tinggi.
Keperawatan pada usia lanjut merupakan bagian dari tugas dan
profesi keperawatan yang memerlukan berbagai keahlian dan keterampilan
yang spesifik, sehingga di bidang keperawatan pun saat ini ilmu
keperawatan lanjut usia berkembang menjadi suatu spesialisasi yang mulai
berkembang.
Keperawatan lanjut usia dalam bahasa Inggris sering dibedakan
atas Gerontologic nursing (gerontic nursing) dan geriatric nursing sesuai
keterlibatannya dalam bidang yang berlainan. Gerontologic nurse atau
perawat gerontologi adalah perawat yang bertugas memberikan asuhan
keperawatan pada semua penderita berusia diatas 65 tahun (di Indonesia
dan Asia dipakai batasan usia 60 tahun) tanpa melihat apapun
penyebabnya dan dimanapun dia bertugas. Secara definisi, hal ini berbeda
dengan perawat geriatrik, yaitu mereka yang berusia diatas 65 tahun dan
menderita lebih dari satu macam penyakit (multipel patologi), disertai
dengan berbagai masalah psikologik maupun sosial.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar lanjut usia ?
2. Apa saja teori-teori penuaan ?
3. Bagaimana perubahan bio, psikososial, dan kultural pada lansia ?
4. Apa saja program-program nasional untuk lansia ?
3
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
a. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas III
b. Agar mahasiswa mampu memahami dan membuat Konsep
Keperawatan Komunitas Gerontik.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui dan memahami konsep dasar keperawatan gerontik
b. Mengetahui dan memahami teori-teori penuaan
c. Mengetahui dan memahami perubahan biologis, psikologi, social,
cultural
d. Program-program nasional untuk lansia.
1.4 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut:
a. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami konsep dasar
keperawatan gerontik
b. Mahasiswa mengetahui dan memahami teori-teori penuaan
c. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami perubahan biologis,
psikologi, social, cultural
d. Mahasiswa dapat mengetahui program-program nasional untuk
lansia.
4
BAB II
KAJIAN TEORITIS
2.1 Konsep Dasar Keperawatan Gerontik
2.1.1 Pengertian Lanjut Usia
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur
kehidupan manusia (Budi Anna Keliat, 1999 dalam Buku Siti Maryam, dkk,
2008). Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998
tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah
mencapai usia lebih dari 60 tahun. (R. Siti Maryam, dkk, 2008: 32)
2.1.2 Batasan Lanjut Usia
Di bawah ini dikemukakan beberapa pendapat mengenai batasan umur.
1. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
Lanjut Usia meliputi:
a. Usia pertengahan (Middle Age) ialah kelompok usia 45 sampai
59 tahun.
b. Lanjut usia (Elderly) ialah kelompok usia antara 60 dan 74
tahun.
c. Lanjut usia tua (Old) ialah kelompok usia antara 75 dan 90
tahun.
d. Usia sangat tua (Very Old) ialah kelompok di atas usia 90
tahun.
2. Departemen Kesehatan RI mengklasifikasikan lanjut usia sebagai
berikut:
a. Pralansia (prasenilis)
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
b. Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
5
c. Lansia risiko tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang
berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan (Depkes
RI, 2003).
d. Lansia potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau
kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa (Depkes RI,
2003).
e. Lansia tidak potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya
bergantung pada bantuan orang lain (Depkes RI, 2003).
2.1.3 Tipe Lanjut Usia
Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup,
lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Nugroho, 2000 dalam
buku R. Siti Maryam, dkk, 2008).
Tipe tersebut dapat dibagi sebagai berikut:
1. Tipe arif bijaksana
Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan
perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah
hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi
panutan.
2. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif
dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi
undangan.
3. Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga
menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani,
pengkritik dan banyak menuntut.
6
4. Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan
agama, dan melakukan pekerjaan apa saja.
5. Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder,
menyesal, pasif, dan acuh tak acuh.
Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis, tipe konstruktif, tipe dependen
(ketergantungan), tipe defensif (bertahan), tipe militant dan serius, tipe
pemarah/frustasi (kecewa akibat kegagalan dalam melakukan sesuatu), serta tipe
putus asa (benci pada diri sendiri).
Sedangkan bila dilihat dari tingkat kemandiriannya yang dinilai
berdasarkan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari (indeks
kemandirian Katz), para lansia dapat digolongkan menjadi beberapa tipe yaitu
lansia mandiri sepenuhnya, lansia mandiri dengan bantuan langsung keluarganya,
lansia mandiri dengan bantuan secara tidak langsung, lansia dengan bantuan
badan sosial, lansia di panti werda, lansia yang dirawat di rumah sakit, dan lansia
dengan gangguan mental.
2.1.4 Proses Penuaan
Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang
maksimal. Setelah itu tubuh mulai menyusut dikarenakan berkurangnya jumlah
sel-sel yang ada di dalam tubuh. Sebagai akibatnya, tubuh juga akan mengalami
penurunan fungsi secara perlahan-lahan. Itulah yang dikatakan proses penuaan.
Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya
secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti
dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides, 1994). Seiring
dengan proses menua tersebut, tubuh akan mengalami berbagai masalah kesehatan
atau yang biasa disebut sebagai penyakit degeneratif.
7
2.1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penuaan
R. Siti Maryam, dkk, 2008 menyebutkan factor-faktor yang mempengaruhi
penuaan adalah sebagai berikut:
1. Hereditas (Keturunan/Genetik)
2. Nutrisi (Asupan Makanan)
3. Status Kesehatan
4. Pengalaman Hidup
5. Lingkungan
6. Stress
2.2 Teori – Teori Penuaan
2.2.1 Menurut Betty Newman
Sebenarnya secara individual tahap proses penuaan terjadi pada orang
dengan usia berbeda, masing-masing lanjut usia mempunyai kebiasaan yang
berbeda, tidak ada satu faktor pun ditemukan untuk mencegah proses penuaan.
1. Teori-Teori Biologi
a. Teori Genetik dan Mutasi (Somatic Mutatic Theory)
Menurut teori ini menua telah terprogram secara generic
untuk spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari
perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul-
molekul/DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami
mutasi.
Sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel-sel
kelamin (terjadi penurunan kemampuan fungsional sel).
b. Pemakaian dan Rusak kelebihan usaha dan stress menyebabkan
sel-sel tubuh lelah (terpakai).
c. Pengumpulan dari pigmen atau lemak dalam tubuh yang disebut
teori akumulasi dari produk sisa. Sebagai contoh adanya pigmen
Lipofuchine di sel otot jantung dan sel susunan syaraf pusat
pada orang lanjut usia yang mengakibatkan mengganggu sel itu
sendiri.
8
d. Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan.
e. Tidak ada perlindungan terhadap radiasi, penyakit dan
kekurangan gizi.
f. Reaksi dari kekebalan sendiri (Auto Immune Theory)
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat
diproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang
tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh
menjadi lemah dan sakit.
Sebagai contoh ialah tambahan kelenjar timus yang ada
pada usia dewasa berinvolusi dan semenjak itu terjadilah
kelainan autoimun (menurut Goldteris dan Brocklehurst).
g. Teori Immunology Slow Virus (Immunology Slow Virus
Theory)
Sistem imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia
dan masuknya virus ke dalam tubuh dapat menyebabkan
kerusakan organ tubuh.
h. Teori Stress
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa
digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat
mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan
usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
i. Teori Radikal Bebas
Radikal bebas dapat terbentuk di dalam bebas, tidak
stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan
oksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan
proton. Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.
j. Teori Rantai Silang
Sel-sel yang tua atau usang, reaksi kimianya
menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen,
ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis, kekacauan, dan
hilangnya fungsi.
9
k. Teori Program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel
yang membelah setelah sel-sel tersebut mati.
2. Teori Kejiwaan Sosial
a. Aktivitas atau Kegiatan (Activity Theory)
1) Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah
kegiatan secara langsung. Teori ini menyatakan bahwa pada
lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut
banyak dalam kegiatan sosial.
2) Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup
dari lanjut usia.
3) Mempertahankan hubungan antara system sosial dan
individu agar tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut
usia.
b. Kepribadian Berlanjut (Continuity Theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada
lanjut usia. Teori ini merupakan gabungan dari teori di atas.
Pada teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada
seseorang yang lanjut usia dipengaruhi oleh tipe personality
yang dimiliknya.
c. Teori Pembebasan (Didengagement Theory)
Putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat
dan kemunduran individu oleh Cummning dan Henry 1961.
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia,
seseorang secara berangsur-angsur mulai melepasuikan diri dari
kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya.
Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia
menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering
terjadi kehilangan ganda (Triple Loss), yakni:
10
1) Kehilangan peran (Loss of Role)
2) Hambatan kontak sosial (Restrastion of Contacts and
Relation Ships)
3) Berkurangnya komitmen (Reuced Commitment to Social
Mores and Values).
2.2.2 Menurut Barbara Cole Donlon
Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang
dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia
tahap perkembangan kronologis tertentu. Ini merupakan suatu fenomena yang
kompleks dan multi dimensional yang dapat di observasi di dalam satu sel dan
berkembang sampai pada keseluruhan sistem. ( Mickey and Patricia, 2006)
Walaupun hal itu terjadi pada tingkat kecepatan yang berbeda, di dalam parameter
yang cukup sempit, proses tersebut tidak tertandingi.
Teori–teori yang menjelaskan bagaimana dan mengapa penuaan terjadi
oleh Barbara Cole Donlon di kelompokkan kedalam dua kelompok besar, yaitu
teori biologis dan psikososial (Tabel 2-1). Penelitian yang terlibat dengan jalur
biologi telah memusatkan perhatian pada indikator yang dapat dilihat dengan jelas
pada proses penuaan, banyak pada tingkat seluler, sedangkan ahli teori psikososial
mencoba untuk menjelaskan bgaimana proses tersebut dipandang dalam kaitan
dengan kepribadian dan perilaku.
Tabel 2-1 Teori-Teori Penuaan
Teori Biologis Tingkat Perubahan
Genetika Gen yang diwariskan & dampak
lingkungan
Dipakai dan rusak
(Wear and Tear)
Kerusakan oleh radikal bebas
Lingkungan Meningkatnya pajanan terhadap hal-hal
yang berbahaya
11
Imunitas Integritas sistem tubuh untuk melawan
kembali
Neuroendokrin Kelebihan atau kurangnya produksi
hormon
Teori Psikologis Tingkat Proses
Kepribadian Introvert lawan ekstrovert
Tugas Perkembangan Maturasi sepanjang rentang kehidupan
Disengagment Antisipasi menarik diri
Aktivitas Membantu mengembangkan usaha
Kontinuitas Pengembangan individualitas
1. Teori Biologis
Teori biologis mencoba untuk menjelaskan proses fisik
penuaan, termasuk perubahan fungsi dan struktur, pengembangan,
pajang usia, dan kematian. Perubahan – perubahan dalam tubuh
termasuk perubahan molekular dan seluler dalam sistem organ utama
dan kemampuan tubuh untuk berfungsi secara adekuat dan melawan
penyakit.
Seiring dengan berkembangnya kemampuan kita untuk
menyelidiki komponen-komponen yang kecil dan sangat kecil, suatu
pemahaman tentang hubungan hal-hal yang mempengaruhi penuaan
ataupun tentang penyebab penuaan yang sebelumnya tidak diketahui,
sekarang telah mengalami peningkatan. Walaupun bukan merupakan
suatu definisi penuaan, tetapi lima kerakteristik penuaan telah dapat
di identifikasi oleh para ahli (Tabel 2-2). Teori biologis juga
mencoba untuk menjelaskan mengapa orang mengalami penuaan
dengan cara yang berbeda dari waktu ke waktu dan faktor apa yang
mempengaruhi umur pajang, perlawanan terhadap organisme, dan
kematian atau perubahan seluler. Suatu pemahaman tentang
perspektif biologi dapat memberikan pengetahuan pada perawat
tentang faktor resiko spesifik dihubungkan dengan penuaan dan
12
bagaimana orang dapat dibantu untuk meminimalkan atau
menghindari risiko dan memaksimalkan kesehatan.
a. Teori Genetika
Teori sebab – akibat menjelaskan bahwa penuaan
terutama dipengaruhi oleh pembentukan gen dan dampak
lingkungan pada pembentukan kode genetik. Menurut teori
genetika, penuaan adalah suatu proses yang secara tidak sadar
diwariskan yang berjalan dari waktu ke waktu untuk merubah
sel atau struktur jaringan. Dengan kata lain, perubahan rentang
hidup dan panjang usia telah ditentukan sebelumnya. Teori
genetika terdiri dari teori asam deoksiribonukleat (DNA), teori
ketepatan dan kesalahan, mutasi somatik, dan teori glokogen.
Teori – teori ini menyatakan bahwa proses replikasi pada
tingkatan seluler menjadi tidak teratur karena adanya informasi
tidak sesuai yang diberikan dari inti sel. Molekul DNA menjadi
saling bersilangan (crosslink) dengan unsur yang lain sehingga
mengubah informasi genetik. Adanya crosslink ini
mengakibatkan kesalahan pada tingkat seluler yang akhirnya
menyebabkan sistem dan organ tubuh gagal untuk berfungsi.
Bukti yang mendukung teori – teori ini termasuk perkembangna
radikal bebas, kolagen, dan lipofusin.
Selain itu, peningkatan frekuensi kanker dan penyakit
autoimun yang dihubungkan dengan bertambhnya umur
menyatakn bahwa mutasi atau kesalahan terjadi pada tingkat
molekuler dan seluler.
13
Tabel 2-2 Karakteristik Biologis Penuaan
a. Peningkatan usia harapan hidup, tetapi mortalitas tidak dapat
dihindari.
b. Penuaan dapat ditemukan di dalam sel, molekul, jaringan,
dan massa tulang.
c. Perusakan bersifat progresif dan tidak tertandingi serta
memengaruhi semua sistem hidup.
d. Diperlukan waktu yang panjang untuk kembali dari periode
serangan, kelelahan, dan stress.
e. Peningkatan kerentanan terhadap infeksi, kanker, dan
penyakit lain yang berhubungan dengan pertambahan usia.
b. Teori Wear-And-Tear (Dipakai dan Rusak)
Teori Wear-And-Tear (Dipakai dan Rusak) mengusulkan
bahwa akumulasi sampah metabolik atau zat nutrisi dapat
merusak sintesis DNA, sehingga mendorong malfungsi
molekuler dan akhirnya malfungsi organ tubuh. Pendukung teori
ini percaya bahwa tubuh akan mengalami kerusakan
berdasarkan suatu jadwal. Radikal bebas adalah contoh dari
produk sampah metabolime yang menyebabkan kerusakan
ketika akumulasi terjadi. Radikal bebas adalah molekul atau
atom dengan suatu elektron yang tidak berpasangan. Ini
merupakan jenis yang sangat reaktif yang dihasilkan dari reaksi
selama metabolisme. Radikal bebas dengan cepat dihancurkan
oleh sistem enzim pelindung pada kondisi normal. Beberapa
radikal bebas berhasil lolos dari proses perusakan ini dan
berakumulasi di dalam struktur biologis yang penting, saat itu
kerusakan organ terjadi.
Karena laju metabolisme terkait secara langsung pada
pembentukan radikal bebas, sehingga ilmuan memiliki hipotesis
bahwa tingkat kecepatan produksi radikal bebas berhubungan
14
dengan penentuan waktu rentang hidup. Pembatasan kalori dan
efeknya pada perpanjangan hidup mungkin berdasarkan pada
teori ini. Namun, orang lain percaya bahwa pembatasan kalori
mungkin menggunakan efeknya melalui sistem neuroendokrin.
c. Teori Imunitas
Teori imunitas menggambarkan suatu kemunduran
dalam sistem imun yang berhubungan dengan penuaan. Ketika
orang bertambah tua, pertahanan mereka terhadap organisme
asing mengalami penurunan, sehingga mereka lebih rentan
untuk menderita berbagai penyakit seperti kanker dan infeksi.
Seiring dengan berkurangnya fungsi sistem imun,
terjadilah peningkatan dalam respons autoimun tubuh. Ketika
orang mengalami penuaan, mereka mungkin mengalami
penyakit autoimun seperti artritis reumatoid dan alergi terhadap
makanan dan faktor lingkungan yang lain.
Penganjur teori ini sering memusatkan pada peran
kelenjar timus. Berat dan ukuran kelenjar timus menurun seiring
dengan bertambahnya umur, seperti halnya kemampuan tubuh
untuk diferensiasi sel T. Karena hilangnya proses diferensiasi sel
T, tubuh salah mengenali sel yang tua dan tidak beraturan
sebagai benda asing dan menyerangnya. Selain itu, tubuh
kehilangan kemampuannya unutk meningkatkan respons
terhadap sel asing, terutama bila menghadapi infeksi.
Pentingnya pendekatan pemeliharaan kesehatan,
pencegahan penyakit dan promosi kesehatan terhadap pelayanan
kesehatan, terutama pada saat penuaan terjadi tidak dapat
diabaikan. Walaupun semua orang memerlukan pemeriksaan
rutin untuk memastikan deteksi dini dan perawatan seawal
mungkin, tetapi pada usia lanjut, kegagalan melindungi sistem
imun yang telah mengalami penuaan memalui pemeriksaan
15
kesehatan dapat mendorong kearah kematian awal yang tidak
terduga.
Selain itu, program imunisasi secara nasional untuk
mencegah kejadian dan penyebaran epidemi penyakit, seperti
pneumonia dan influenza diantara orang usia lanjut juga
mendukung dasar teoretis praktek keperawatan.
d. Teori Neuroendokrin
Teori-teori biologi penuaan, berhubungan dengan hal-hal
seperti yang telah terjadi pada struktur dan perubahan pada
tingkat molekul dan sel, nampak sangaat mengagumkan dalam
beberapa situasi. Sebagai contoh, diskusi sebelumnya tentang
kelenjar timus dan sistem imun serta interaksi antara saraf dan
endokrin.
Pada kasus selanjutnya, para ahli telah memikirkan
bahwa penuaan terjadi oleh karena adanya suatu perlambatan
dalam sekresi hormon tertentu yang mempunyai suatu dampak
pada reaksi sistem saraf. Hal ini lebih jelas ditunjukkan dalam
kelenjar hipofisis, tiroid, adrenal dan reproduksi.
Salah satu area neurologi yang mengalami gangguan
secara universal akibat penuaan adalah waktu reaksi yang
diperlukan untuk menerima, memproses, dan bereaksi terhadap
perintah. Dikenal sebagai perlambatan tingkah laku, respons ini
kadang-kadang diinterpretasikan sebagai tindakan melawan,
ketulian, atau kurangnya pengetahuan. Pada umumnya,
sebenarnya yang terjadi bukan satupun dari hal-hal tersebut,
tetapi orang lanjut usia sering dibuat untuk merasa seolah-olah
mereka tidak kooperatif atau tidak patuh. Perawat dapat
memfasilitasi proses pemberian perawatan dengan cara
memperlambat instruksi dan menunggu respons mereka.
16
2. Teori Psikologis
Teori psikologis memusatkan perhatian pada perubahan sikap
dan perilaku yang menyertai peningkatan usia, sebagai lawan dari
implikasi biologi pada kerusakan anatomis. Untuk tujuan
pembahasan ini, perubahan sosiologis atau nonfisik dikombinasikan
dengan perubahan psikologis.
Masing-masing individu, muda, setengah baya, atau tua,
adalah unik dan memiliki pengalaman, melalui serangkaian kejadian
dalam kehidupan dan melalui banyak peristiwa. Selama 40 tahun
terakhir, beberapa teori telah berupaya untuk menggambarkan
bagaimana perilaku dan sikap pada awal tahap kehidupan dapat
memengaruhi reaksi manusia sepanjang tahap akhir hidupnya.
Pekerjaan ini disebut proses “ penuaan yang sukses”. Contoh dari
teori-teori ini termasuk teori kepribadia.
a. Teori Kepribadian
Kepribadian manusia adalah suatu wilayah pertumbuhan
yang subur dalam tahun-tahun akhir kehidupannya dan telah
merangsang penelitian yang pantas dipertimbangkan. Teori
kepribadian menyebutkan aspek-aspek pertumbuhan psikologis
tanpa menggambarkan harapan atau tugas spesifik lansia.
Menurut Jung 1960, mengembangkan suatu teori
pengembangan kepribadian orang dewasa yang memandang
kepribadian sebagai ekstrovert atau introvert. Ia berteori bahwa
keseimbangan antara kedua hal tersebut adalah penting bagi
kesehatan. Dengan menurunnya tanggung jawab dan tuntutan
dari keluarga dan ikatan sosial, yang sering terjadi di kalangan
lansia, jung percaya bahwa orang akan menjadi lebih introvert.
Di dalam konsep interioritas dari Jung, separuh kehidupan
manusia berikutnya digambarkan dengan memiliki tujuannya
sendiri,yaitu untuk mengembangkan kesadaran diri sendiri
melalui aktivitas yang dapat merefleksikan dirinya sendiri.
17
Jung melihat tahap akhir kehidupan sebagai waktu ketika
orang mengambil suatu inventaris dari hidup mereka, suatu
waktu untuk lebih melihat ke belakang daripada melihat ke
depan. Selama proses refleksi ini, lansia harus menghadapi
kenyataan hidupnya secara retrospektif. Lansia sering
menemukan bahwa hidup telah memberikan satu rangkaian
pilihan yang sekali dipilih, akan membawa orang tersebut pada
suatu arah yang tidak bisa diubah. Walupun peneysalan terhadap
beberapa aspek kehidupan sering terjadi, tetapi banyak lansia
menyatakan suatu perasaan kepuasan dengan apa yang telah
mereka penuhi.
b. Teori Tugas perkembangan
Beberapa ahli teori terkenal sudah menguraikan proses
maturasi dalam kaitannya dengan tugas yang harus dikuasai
pada berbagai tahap sepanjang rentang hidup manusia. Hasil
penelitian Erickson (Vital Involvment in Old Age, 1986)
mungkin teori terbaik yang dikenal dalam bidang ini. Tugas
perkembanagn adalah aktivitas dan tantangan yang harus
dipenuhi oleh seseorang pada tahap-tahap spesifik dalam
hidupnya untuk mencapai penuaan yang sukses. Erickson
menguraikan tugas utama lansia adalah mampu melihat
kehidupan seseorang sebagai kehidupan yang dijalani dengan
integritas.
Pada kondisi tidak adanya pencapaian perasaan bahwa ia
telah menikmati kehidupan yang baik, maka lansia tersebut
berisiko untuk disibukkan dengan rasa penyesalan atau putus
asa. Minat yang terbaru dalam konsep ini sedang terjadi pada
saat ahli gerontologi dan perawat gerontologi memeriksa
kembali tugas perkembangan lansia.
18
c. Teori Disengagement
Teori Disengagement (teori pemutusan hubungan),
dikembangkan pertama kali pada awal tahun 1960-an,
menggambarkan proses penarikan diri oleh lansia dari peran
bermasyarakat dan tanggung jawabnya.(Comming dan Henry,
1961)
Menurut ahli teori ini, proses penarikan diri ini dapat
diprediksi, sistematis, tidak dapat dihindari, dan penting untuk
fungsi yang tepat dari masyarakat yang sedang tumbuh. Lansia
dikatakan akan bahagia apabila kontak sosial telah berkurang
dan tanggung jawab telah diambil oleh generasi yang lebih
muda. Manfaat pengurangan kontak sosial bagi lansia adalah
agar ia dapat menyediakan waktu untuk merefleksikan
pencapaian hidupnya dan untuk menghadapi harapan yang tidak
terpenuhi, sedangkan manfaatnya bagi masyarakat adalah dalam
rangka memindahkan kekuasaan generasi tua kepada generasi
muda.
Teori ini banyak menimbulkan kontroversi, sebagai
karena penelitian ini dipandang cacat dan karena banyak lansia
yang menentang postulat yang dibangkitkan oleh teori untuk
menjelaskan apa yang terjadi di dalam pemutusan
ikatan/hubungan. Sebagai contoh, di bawah kerangka kerja teori
ini, pensiun wajib menjadi suatu kebijakan sosial yang harus
diterima. Dengan meningkatnya rentang waktu kehidupan alami,
pensiun pada usia 65 tahun berarti bahwa seorang lanjut usia
yang sehat dapat berharap untuk hidup 20 tahun lagi. Bagi
banyak individu yang sehat dan produktif, prospek dari suatu
langkah yang lebih lambat dan tanggung jawab yang lebih
sedikit merupakan hal yang tidak diinginkan. Jelasnya, banyak
lansia dapat terus menjadi anggota masyarakat produktif yang
baik sampai mereka berusia 80-90 tahun.
19
d. Teori Aktivitas
Lawan langsung dari teori disengagement adalah teori
aktivitas penuaan, yang berpendapat bahwa jalan menuju
penuaan yang sukses adalah dengan cara tetap aktif. Havighurst
yang pertama menulis tentang pentingnya tetap aktif secara
sosial sebagai alat untuk penyesuaian diri yang sehat untuk
lansia pada tahun 1952. Sejak saat itu, berbagai penelitian telah
memvalidasi hubungan positif antara mempertahankan interaksi
yang penuh arti dengan orang lain dan kesejahteraan fisik dan
mental orang tersebut.
Gagasan pemenuhan kebutuhan seseorang harus
seimbang dengan pentingnya perasaan dibutuhkan oleh orang
lain. Kesempatan untuk turut berperan dengan cara yang penuh
arti bagi kehidupan seseorang yang penting bagi dirinya adalah
suatu komponen kesejahteraan yang penting bagi lansia.
Penelitian menunjukkan bahwa hilangnya fungsi peran
pada lansia secara negatif memengaruhi kepuasan hidup. Selain
itu, penelitian terbaru menunjukkan pentingnya aktivitas mental
dan fisik yang berkesinambungan untuk mencegah kehilangan
dan pemeliharaan kesehatan sepanjang masa kehidupan
manusia.
e. Teori Kontinuitas
Teori kontinuitas, juga dikenal sebagai suatu teori
perkembangan, merupakan suatu kelanjutan dari kedua teori
sebelumnya dan mencoba untuk menjelaskan dampak
kepribadian pada kebutuhan untuk tetap aktif atau memisahkan
diri agar mencapai kebahagiaan dan terpenuhinya kebutuhan di
usia tua. (Verdery, 1997)
Teori ini menekankan pada kemampuan koping individu
sebelumnya dan kepribadian sebagai dasar untuk memprediksi
20
bagaimana seseorang akan dapat menyesuaikan diri terhadap
perubahan akibat penuaan.
Ciri kepribadian dasar dikatakan tetap tidak berubah
walupun usianya telah lanjut. Selanjutnya, ciri kepribadian
secara khas menjadi lebih jelas pada saat orang tersebut
bertambah tua. Seseorang yang menikmati bergabung dengan
orang lain dan memiliki kehidupan sosial yang aktif akan terus
menikmati gaya hidupnya ini sampai usianya lanjut.
Orang yang menyukai kesendirian dan memiliki jumlah
aktivitas yang terbatas mungkin akan menemukan kepuasaan
dalam melanjutkan gaya hidupnya ini. Lansia yang terbiasa
memiliki kendali dalam membuat keputusan mereka sendiri
tidak akan dengan mudah menyerahkan peran ini hanya karena
usia mereka yang telah lanjut.
Selain itu, individu yang telah melakukan manipulasi
atau abrasi dalam interaksi interpersonal mereka selama masa
mudanya tidak akan tiba-tiba mengembangkan suatu pendekatan
yang berbeda di dalam masa akhir kehidupannya.
Ketika perubahan gaya hidup dibebankan pada lansia
oleh perubahan sosial-ekonomi atau faktor kesehatan,
permasalahan mungkin akan timbul.
Kepribadian yang tetap tidak diketahui selama
pertemuan atau kunjungan singkat kadang-kadang dapat
menjadi fokal dan juga menjadi sumber kejengkelan ketika
situasi mengharuskan adanya suatu perubahan di dalam
pengaturan tempat tinggal. Keluarga yang berhadapan dengan
keputusan yang sulit tentang perubahan pengaturan tempat
tinggal untuk seorang lansia sering memerlukan banyak
dukungan.
21
Suatu pemahaman tentang pola kepribadian lansia
sebelumnya dapat memberikan pengertian yang lebih diperlukan
dalam proses pengambilan keputusan ini.
2.3 Perubahan-perubahan yang Terjadi pada Lanjut Usia
Banyak kemampuan berkurang pada saat orang bertambah tua. Dari ujung
rambut sampai ujung kaki mengalami perubahan dengan makin bertambahnya
umur. Menurut Nugroho (2000) perubahan yang terjadi pada lansia adalah sebagai
berikut:
2.3.1 Perubahan Biologis
1. Sel
Jumlah sel menjadi menurun atau lebih sedikit, ukuran sel
lebih besar, berkurangnya cairan intra seluler, menurunnya proporsi
protein di otak; otot; ginjal; darah dan hati, jumlah sel otak menurun,
terganggunya mekanisme perbaikan sel. Otak menjadi atrofi
(beratnya berkurang 5-10%), lekukan otak akan menjadi lebih
dangkal dan melebar.
2. Perubahan Sistem Persyarafan
Struktur dan fungsi system saraf berubah dengan
bertambahnya usia. Berkurangnya massa otak progresif akibat
berkurangnya sel syaraf yang tidak bisa diganti. Terjadi penurunan
sintesis dan neuro transmitter utama. Impuls saraf dihantarkan lebih
lambat, sehingga lansia memerlukan waktu yang lebih lama
untukmerespons dan bereaksi.
Respon menjadi lambat dan hubungan antara persyarafan
menurun, berat otak menurun 10-20%, mengecilnya syaraf panca
indra sehingga mengakibatkan berkurangnya respon penglihatan dan
pendengaran, mengecilnya syaraf penciuman dan perasa, lebih
sensitif terhadap suhu, ketahanan tubuh terhadap dingin rendah,
kurang sensitif terhadap sentuhan.
22
Waktu reaksi yang lama menyebabkan lansia beresiko
mengalami kecelakaan dan cedera. Kehilangan kesadaran atau
pingsan dapat terjadi bila orang tersebut berdiri terlalu cepat dari
posisi berbaring atau duduk. Perawat harus menasehati orang
tersebut untuk menunggu waktu merespons terhadap rangsang dan
bergerak lebih pelaVn. Kebingungan yang terjadi tiba-tiba mungkin
merupakan gejala awal infeksi atau perubahan kondisi fisik
(pneumonia, infeksi saluran kencing, interaksi obat, dehidrasi dan
lainnya).
3. Perubahan Penglihatan
Karena sel-sel baru terbentuk di permukaan luar lensa mata,
maka sel tengah yang tus akan menumpuk dan menjadi kuning,
kaku, padat dan berkabut. Jadi, bagian luar lensa yang masih elastic
untuk berubah bentuk (akomodasi) dan berfokus pada jarak jauh dan
dekat.
Lansia memerlukan waktu yang lebih lama untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan gelap dan terang dan
memerlukan sinar yang lebih terang untuk melihat benda yang
sangat dekat. Meskipun kondisi visual patologis bukan merupakan
bagian penuaan normal, namun terjadi peninekatan penyakit mata
pada lansia.
Menurun lapang pandang dan daya akomodasi mata, lensa
lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, pupil timbul
sklerosis, daya membedakan warna menurun.
4. Perubahan Pendengaran
Kehilangan kemampuan untuk mendengar nada berfrekuensi
tinggi terjadi pada usia pertengahan. Ini disebabkan karena
perubahan telinga dalam yang irreversible. Lansia sering tidak
mampu mengikuti percakapan karena nada konsonan frekuensi
23
tinggi (huruf f, s, th, ch, sh, b, t, p) semuanya terdengar sama.
Ketidakmampuan berkomunikasi, membuat mereka terasa terisolasi
dari menarik diri dari pergaulan social. Bila dicurigai ada gangguan
pendengaran, maka harus dilakukan kajian telinga dan pendengaran.
Hilangnya atau turunnya daya pendengaran, terutama pada
bunyi suara atau nada yang tinggi, suara tidak jelas, sulit mengerti
kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas umur 65 tahun, membran
timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.
Kehilangan pendengaran menyebabkan lansia berespons
tidak sesuai dengan yang diharapkan, tidak memahamin percakapan,
dan menghindari interaksi social. Perilaku ini sering
disalahkaprahkan sebagai kebingungan atau “senile”.
5. Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Penyakit jantung merupakan penyebab utama kematian pada
semua kelompok umur termasuk lansia. Angka kematian akibat
penyakit kardiovaskuler juga meningkat dengan meningkatnya usia.
Perubahan structural yang normal dari penuaan yang terjadi pada
jantung dan system vascular mengakibatkan kemampuannya untuk
berfungsi secara efisien menurun.
Katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan
jantung menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun,
kehilangan sensitivitas dan elastisitas pembuluh darah, kurangnya
efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi perubahan
posisi dari tidur ke duduk (duduk ke berdiri) bisa menyebabkan
tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg dan tekanan darah
meninggi akibat meningkatnya resistensi dari pembuluh darah
perifer, sistole normal ±170 mmHg, diastole normal ± 95 mmHg.
Hipertensi sistolik pernah dipercaya sebagai bagian dari
proses penuaan normal. Hipertensi, merupakan masalah yang banyak
ditemui pada populasi lansia. Hipertensi merupakan faktor resiko
24
yang menonjol bagi semua kelompok usia terhadap penyakit
kardiovaskuler dan stroke.
Pada individu lansia, diagnosis hipertensi diklasifikasikan
sebagai berikut :
a. Hipertensi sistolik saja dimana tekanan sistolik terukur melebihi
160 mmhg, dengan tekanan distolik normal atau mendekati
normal (di bawah 90 mmhg).
b. Hipertensi esensial dimana tekanan diastoliknya lebih besar atau
sama dengan 90 mmhg berapapun tekanan sistoliknya.
c. Hipertensi sekunder atau hipertensi yang dapat disebabkan oleh
penyebab yang mendasarinya.
6. Perubahan Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh
Pada pengaturan suhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai
suatu thermostat yaitu menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran
terjadi beberapa faktor yang mempengaruhinya yang sering
ditemukan antara lain: temperatur tubuh menurun (hipotermi) yang
secara fisiologis keadaan ini akibat metabolisme yang menurun,
keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas
yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktifitas otot. Pada kondisi
ini, lanjut usia akan merasa kedinginan dan dapat pula menggigil,
pucat, dan gelisah.
7. Perubahan Sistem Respirasi
Perubahan sistem respirasi yang berhubungan dengan usia
yang mempengaruhi kapasitas dan fungsi paru meliputi yang berikut
: peningkatan diameter anterioposterior dada, kolaps osteoporotic
vertebra yang mengakibatkan kifosis (peningkatan kurvatura
konveks tulang belakang), kalsifikasi kartilago kosta dan penurunan
mobilitas alveoli. Peningkatan rigiditas atau hilangnya recoil
25
elastisitas paru mengakibatkan peningkatan volume residual paru
dan penurunan kapasitas vital.
Paru-paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat,
menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun
dan kedalaman nafas turun. Kemampuan batuk menurun
(menurunnya aktivitas silia), O2 arteri menurun menjadi 75 mmHg,
CO2 arteri tidak berganti.
8. Sistem Gastrointestinal
Fungsi traktus gastrointestinal biasanya tetap adekuat
sepanjang hidup. Namun demikian beberapa orang lansia mengalami
ketidaknyamanan akibat motilitas yang melambat. Peristaltic di
esophagus kurang efisien pada lansia. Selain itu, sfingter
gastroesofagus gagal berelaksasi dan keluhan utama biasanya
berpusat bpada perasaan penuh, nyeri ulu hati, dan gangguan
pencernaan.
Banyak gigi yang tanggal, sensitivitas indra pengecap
menurun, pelebaran esophagus, rasa lapar menurun, asam lambung
menurun, waktu pengosongan menurun, peristaltik lemah, dan sering
timbul konstipasi, fungsi absorbsi menurun.
Peningkatan kesehatan untuk sistem gastrointestinal pada
lansia dapat dipandu untuk meningkatkan fungsi gastrointestinalnya
untuk mengikuti praktik peningkatan kesehatan seperti; menggosok
gigi setiap hari, perawatan gigi yang teratur, menghindari aktivitas
berat setelah makan, makan makanan tinggi serat, diet rendah lemak,
minum banyak air, menjaga kebiasaan defekasi secara teratur, dan
menghindari laksatif dan antasida.
9. Sistem Genitourinaria
Otot-otot pada vesika urinaria melemah dan kapasitasnya
menurun sampai 200 mg, frekuensi BAK meningkat, pada wanita
26
sering terjadi atrofi vulva, selaput lendir mongering, elastisitas
jaringan menurun dan disertai penurunan frekuensi seksual
intercrouse berefek pada seks sekunder.
Peningkatan kesehatan sistem genitourinaria dilakukan
dengan mengonsumsi cairan yang mencukupi sangat penting untuk
mencegah infeksi kandung kemih dan memelihara keseimbangan
caira.
Masalah kontinensia urin dan sering berkemih dapat
dikurangi bila individu lansia mengikuti petunjuk berikut:
a. Selalu dekat dengan fasilitas kamar mandi
b. Berkemih secara teratur
c. Melatih otot dasar panggul
Latihan otot dasar panggul sangat berguna dalam mengurangi
gejala stress dan dorongan inkontinensia. Karena untuk mencapai
control muskulus yang baik diperlukan latihan beberapa minggu,
maka individu lansia harus didorong untuk melakukan latihan secara
teratur.
10. Sistem Endokrin
Produksi hampir semua hormon menurun (ACTH, TSH,
FSH, LH), penurunan sekresi hormon kelamin misalnya: estrogen,
progesterone, dan testoteron.
11. Sistem Kulit
Kulit menjadi keriput dan mengkerut karena kehilangan
proses keratinisasi dan kehilangan jaringan lemak, berkurangnya
elastisitas akibat penurunan cairan dan vaskularisasi, kuku jari
menjadi keras dan rapuh, kelenjar keringat berkurang jumlah dan
fungsinya, perubahan pada bentuk sel epidermis.
27
12. Sistem Muskuloskeletal
Penurunan progresif dan gradual masa tulang mulai terjadi
sebelum usia 40 tahun. Kehilangan densitas tulang yang massif akan
mengai]kibatkan osteoporosis. Kondisi ini kebanyakan terjadi pada
wanita pasca menopausedan berhubungan dengan inaktivitas,
masukan kalsium yang tidak adekuat, dan kehilangan estrogen.
Perubahan tersebut mengakibatkan penurunan mobilitas,
keseimbangan dan fungsi organ internal berkurangnya ukuran otot
dan kehilangan kekuatan, fleksibilitas, dan ketahanannya sebagai
akibat penurunan aktivitas pada lnsia yang ditandai dengan nyeri
punggung.
Tulang kehilangan cairan dan rapuh, kifosis, penipisan dan
pemendekan tulang, persendian membesar dan kaku, tendon
mengkerut dan mengalami sclerosis, atropi serabut otot sehingga
gerakan menjadi lamban, otot mudah kram dan tremor.
Peningkatan kesehatan tulang pada lansia dengan
osteoporosis. Osteoporosis merupakan masalah yang sering terjadi
pada wanita lansia. Demineralisasi yang terjadi pada osteoporosis
dipercepat dengan hilangnya estrogen, inaktivitas, dan diet rendah
kalsium tinggi fosfat. Perawat dapat menganjurkan:
a. Masukan tinggi kalsium
b. Diet rendah fosfor
c. Olahraga
Peningkatan kesehatan untuk fungsi musculoskeletal dengan
melaksanakan Program olahraga rutin harus dijalankan seumur hidup
atau dimulai pada lansia. Aksioma ”gunakan atau kamu kehilangan”
sangat sesuai dengan kapasitas fisik lansia.
Hambatan terbesar untuk berolahraga adalah perilaku
masyarakat secara keseluruhan dan perilaku negative lansia itu
sendiri. Perawat mempunyai peranan yang sangat penting dengan
28
mmberi semangat dan menantang lansia untuk berpartisipasi dalam
program olahraga dengan teratur.
13. Perubahan Sistem Reproduksi
Perubahan yang terjadi pada sistem reproduksi wanita antara
lain vagina mengalami kontraktur dan mengecil, ovari menciut,
uterus mengalami atrofi, atrofi payudara, atrofi vulva, selaput lendir
vagina menurun.
Sedangkan perubahan yang terjadi pada sistem reproduksi
pria antara lain ada penurunan secara berangsur-angsur meskipun
testis masih dapat memproduksi spermatzoa, dan sebanyak ±75%
pria usia di atas usia 65 tahun mengalami pembesaran prostat.
Tabel 2-3 Perubahan Pada Usia Lanjut
Perubahan Temuan Subyektif
dan Obyektif
Peningkatan
Kesehatan/Rekomendasi
Keperawatan
Sistem
Kardiovaskular
Penurunan curah
jantung: penurunan
kemampuan
merespons stress:
frekuensi jantung
dan volume
sekuncup tidak
meningkat dengan
kebutuhan
maksimal: kecepatan
pemulihan jantung
lebih
lambat; peningkatan
tekanan darah.
Keluhan keletihan
dengan peningkatan
aktivitas waktu
pemulihan frekuensi
jantung meningkat.
Telakanan darah
normal < 140/90
mmHg.
Olahraga secara teratur, aktivitas
yang berirama, hindari merokok,
makan-makanan rendah lemak,
diet rendah garam ; berpartisipasi
dalam aktivitas penurunan stress,
ukur tekanan darah secara teratur,
kepatuhan pengobatan, control
berat badan.
Sistem Pernapasan
Peningkatan volume
Keletihan dan sesak
nafass setelah
Olahraga secara teratur, hindaari
meroko, minum banyak cairan
29
residual paru;
penurunan kapasitas
vital; penurunan
pertukaran gas dan
kapasitas difusi,
penurunan efisiensi
batuk
beraktivitas;
gangguan
penyembuhan
jaringan akibat
penurunan oksigensi;
kesulitan
membatukan secret.
untuk mengencerkan untuk
mencairkan secret, imunisasi
influenza setiap tahun; hindari
pajanan terhadap infeksi traktus
respiraatorius bagian atas.
Sistem Integumen
Penurunan
perlindungan
terhadap trauma dan
pajanan matahari;
penurunan
perlindungan
terhadap suhu yang
ekstrim;
berkurangnya sekresi
minyak alami dan
berkeringat.
Kulit Nampak tipis
dan keriput; keluhan
cedera, memar dan
terbakar matahari;
keluhan tidak tahan
panas; struktur tulang
menonjol; kulit kering
Hindari pajanan matahari
(pakaian, tabir surya, tetap dalam
ruangan); berpakaian yang sesuai
dengan iklim; menjaga suhu
dalam ruangan yang aman;
berendam 1-2 kali seminggu;
lumasi kulit
Sistem Reproduksi
Wanita :
penyempitan dan
penurunan elastisitas
vagina; penurunan
sekresi vagina
Pria : penurunan
ukuran penis dan
testis
Pria dan wanita:
respons seksual yang
melambat
Wanita : nyeri saat
berhubungan kelamin,
perdarahan vagina
setelah berhubungan
seksual, gatal dan
iritasi vagina;
orgasme melambat.
Pria : ereksi dan
pencapaian orgasme
melambat.
Mungkin memerlukan peresapan
pemberian krim
esterogen/antibiotik, gunakan
pelumas saat berhubungan
kelamin; carilah bimbingan
kesehatan/seksual bila perlu.
Sistem
Muskuloskeletal
Kehilangan
kepadatan tulang;
kehilangan ukuran
dan kekuatan otot;
degenerasi tulang
rawan sendi
Penurunan tinggi
badan, rentan
terhadap fraktur,
kifosis, keluhan nyeri
punggung.
Kehilangan kekuatan,
fleksibiltas dan
ketahanan. Keluhan
nyeri sendi
Berolahraga secara teratur,
makan-makanan tinggi kalsium,
batasi masukan fosfor. Mungkin
perlu mendapat resep tambahan
hormon dan kalsium.
30
Sistem
Genitourinarius
Pria dan wanita;
kapasitas kandung
kemih menurun,
keterlambatan rasa
ingin berkemih.
Retensi urin
Kesulitan berkemih
Urgensi, frekuensi
dan ketahanan.
Keluhan nyeri sendi.
Kunjungi dokter untuk
pemeriksaan berkala, jangan jauh
dari toilet, pakai pakaian yang
mudah di buka, minum banyak
air, pertahankan keasaman urin,
pelihara hygiene perineal.
Sistem
Gastrointestinal
Penurunan salivasi,
kesulitan menelan
makanan,
perlambatan
pengosongan
esophagus dan
lambung, penurunan
motilitas GI.
Keluhan mulut kering
Keluhan sesak, nyeri
ulu hati, dan
gangguan pencernaan.
Gunakan es batu, obat kumur,
sikat gigi, dan pijatan gusi setiap
hari. Makan sedikit tapi sering,
mintalah perawatan gigi berkala.
2.3.2 Perubahan Mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah:
1. Perubahan fisik.
2. Kesehatan umum.
3. Tingkat pendidikan.
4. Hereditas.
5. Lingkungan.
6. Perubahan kepribadian yang drastis namun jarang terjadi misalnya
kekakuan sikap.
7. Kenangan, kenangan jangka pendek yang terjadi 0-10 menit.
8. Kenangan lama tidak berubah.
9. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal,
berkurangnya penampilan, persepsi, dan ketrampilan psikomotor
31
terjadi perubahan pada daya membayangkan karena tekanan dari
faktor waktu.
2.3.3 Perubahan Psikososial
1. Perubahan lain adalah adanya perubahan psikososial yang
menyebabkan rasa tidak aman, takut, merasa penyakit selalu
mengancam sering bingung panik dan depresif.
2. Hal ini disebabkan antara lain karena ketergantungan fisik dan
sosioekonomi.
3. Pensiunan, kehilangan financial, pendapatan berkurang, kehilangan
status, teman atau relasi.
4. Sadar akan datangnya kematian.
5. Perubahan dalam cara hidup, kemampuan gerak sempit.
6. Ekonomi akibat perhentian jabatan, biaya hidup tinggi.
7. Penyakit kronis.
8. Kesepian, pengasingan dari lingkungan sosial.
9. Gangguan syaraf panca indra.
10. Gizi
11. Kehilangan teman dan keluarga.
12. Berkurangnya kekuatan fisik
2.3.4 Perubahan kultural
1. Kolektifitas Etnis
Adalah kelompok dengan asal yang umum, perasaan identitas
dan memiliki standart perilaku yang sama. Individu yang bedasarkan
dalam kelompok seperti itu mengikuti budaya oleh norma-norma
yang menentukan jalan ikiran dan perilaku mereka. (Harwood, 1981)
2. Shok Budaya
Adalah salah satu sebab karena bekerja dengan individu yang
latar belakang kulturnya berbeda. Shock budaya sebagai perasaan
32
yang tidak ada yang menolong ketidaknyamanan dan kondisi
disoirentasi yang dialami oleh orang luar yang berusaha beradaptasi
secara komprehensif atau secara efektif dengan kelompok yang
berbeda akibat akibat paraktek nilai-nilai dan kepercayaan. (
Leininger, 1976)
Perawat dapat mengurangi shock budaya dengan mempelajari
tentang perpedaan kelompok budaya dimana ia terlibat. Pemting
untuk perawat mengembangkan hormat kepada orang lain yang
berbeda budaya sambil menghargai perasaan dirinya. Praktik
perawatan kesehatan memerlukan toleransi kepercayaan yang
bertentangan dengan perawat.
3. Pola Komunikasi
Kendala yang paling nyata timbul bila kedua orang berbicara
dengan bahasa ang berbeda. Kebiasaan berbahasa dari klien adalah
salah satu cara untuk melihat isi dari budaya. Menurut Kluckhohn
1972, bahwa tiap bahasa adalah merupakan jalan khusus untuk
meneropong dan interprestasi pengalaman tiap bahasa membuat
tatanan seluruhnya dari asumsi yang tidak disadari tetang dunia dan
penghidupan. Kendala untuk komunkasi bisa saja terjadi walaupun
individu berbicara dengan bahasa yang sama.
Perawat kadang kesulitan untuk menjelaskan sesuatu dengan
bahasa yang sederhana, bebas dari bahasa yang jlimet yang klien
bisa menagkap. Sangat penting untuk menentukan ahwa pesan kita
bisa diterima dan dimengerti maksudnya .
4. Jarak Pribadi dan Kontak
Jarak pribadi adalah ikatan yang tidak terlihat dan fleksibel.
Pengertian tentang jarak pribadi bagi perawat kesehatan masyarakat
memungkinkan proses pengkajian dan peningkatan interaksi perawat
klien. Profesional kesehatan merasa bahwa mereka mempunyai ijin
33
keseluruh daerah badan klien. Kontak yang dekat sering diperlukan
perawat saat pemeriksaan fisik, perawat hendaknya berusaha untuk
mengurangi kecemasan dengan mengenal kebutuhan individu akan
jarak dan berbuat yang sesuai untuk melindungi hak privasi.
5. Pandangan Sosiokultural tentang Penyakit dan Sakit
Budaya mempengaruhi harapan dan persepsi orang mengenai
gejala cra memberi etika kepada penyakit, juga mempengaruhi
bilamana, dan kepada siapa mereka harus mengkomunikasikan
masalah – masalah kesehatan dan berapa lama mereka berada dalam
pelayanan. Karena kesehatan dibentuk oleh faktor – faktor budaya,
maka terdapat variasi dari perilaku pelayanan kesehatan, status
kesehatan, dan pola – pola sakit dan pelayanan didalam dan diantara
budaya yang berbeda – beda.
Perilaku pelayanan kesehatan merujuk kepada kegiatan-
kegiatan sosial dan biologis individu yang disertai penghormatan
kepada mempertahankan akseptabilitas status kesehatan atau
perubahab kondisi yang tidak bisa diterima. Perilaku pelayanan
kesehatan dan status kesehatan saling keterkaitkan dan sistem
kesehatan. (Elling, 1977)
2.4 Program-program Nasional untuk Lansia
1. Posyandu Lansia
Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk
masyarakat usia lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah
disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa
mendapatkan pelayanan kesehatan Posyandu lansia merupakan
pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan
kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program
Puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga,
tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam penyelenggaraannya.
34
Tujuan Posyandu Lansia
Tujuan pembentukan posyandu lansia secara garis besar antara lain :
a. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di
masyarakat, sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang
sesuai dengan kebutuhan lansia
b. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta
masyarakat dan swasta dalam pelayanan kesehatan disamping
meningkatkan komunikasi antara masyarakat usia lanjut.
Sasaran posyandu lansia
Sasaran langsung:
a. Pra usia lanjut (pra senilis) 45-59 thn
b. Usia lanjut 60-69 thn
c. Usia lanjut risiko tinggi: usia lebih dari 70 thn atau usia lanjut
berumur 60 thn atau lebih dgn masalah kesehatan
Sasaran tidak langsung:
a. Keluarga dimana usia lanjut berada
b. Masyarakat di lingkungan usia lanjut
c. Organisasi sosial yg peduli
d. Petugas kesehatan
e. Masyarakat luas
Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia
Berbeda dengan posyandu balita yang terdapat sistem 5 meja,
pelayanan yang diselenggarakan dalam posyandu lansia tergantung
pada mekanisme dan kebijakan pelayanan kesehatan di suatu
wilayah kabupaten maupun kota penyelenggara. Ada yang
menyelenggarakan posyandu lansia sistem 5 meja seperti posyandu
balita, ada juga hanya menggunakan sistem pelayanan 3 meja,
dengan kegiatan sebagai berikut :
35
a. Meja I : pendaftaran lansia, pengukuran dan penimbangan berat
badan dan atau tinggi badan
b. Meja II : Melakukan pencatatan berat badan, tinggi badan,
indeks massa tubuh (IMT). Pelayanan kesehatan seperti
pengobatan sederhana dan rujukan kasus juga dilakukan di meja
II ini.
c. Meja III : melakukan kegiatan penyuluhan atau konseling, disini
juga bisa dilakukan pelayanan pojok gizi.
Kendala Pelaksanaan Posyandu Lansia
Beberapa kendala yang dihadapi lansia dalam mengikuti
kegiatan posyandu antara lain :
a. Pengetahuan lansia yang rendah tentang manfaat posyandu.
Pengetahuan lansia akan manfaat posyandu ini dapat
diperoleh dari pengalaman pribadi dalam kehidupan sehari-
harinya. Dengan menghadiri kegiatan posyandu, lansia akan
mendapatkan penyuluhan tentang bagaimana cara hidup sehat
dengan segala keterbatasan atau masalah kesehatan yang
melekat pada mereka. Dengan pengalaman ini, pengetahuan
lansia menjadi meningkat, yang menjadi dasar pembentukan
sikap dan dapat mendorong minat atau motivasi mereka untuk
selalu mengikuti kegiatan posyandu lansia
b. Jarak rumah dengan lokasi posyandu yang jauh atau sulit
dijangkau
Jarak posyandu yang dekat akan membuat lansia mudah
menjangkau posyandu tanpa harus mengalami kelelahan atau
kecelakaan fisik karena penurunan daya tahan atau kekuatan
fisik tubuh. Kemudahan dalam menjangkau lokasi posyandu ini
berhubungan dengan faktor keamanan atau keselamatan bagi
lansia. Jika lansia merasa aman atau merasa mudah untuk
menjangkau lokasi posyandu tanpa harus menimbulkan
36
kelelahan atau masalah yang lebih serius, maka hal ini dapat
mendorong minat atau motivasi lansia untuk mengikuti kegiatan
posyandu. Dengan demikian, keamanan ini merupakan faktor
eksternal dari terbentuknya motivasi untuk menghadiri posyandu
lansia.
c. Kurangnya dukungan keluarga untuk mengantar maupun
mengingatkan lansia untuk datang ke posyandu.
Dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong
minat atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu
lansia. Keluarga bisa menjadi motivator kuat bagi lansia apabila
selalu menyediakan diri untuk mendampingi atau mengantar
lansia ke posyandu, mengingatkan lansia jika lupa jadwal
posyandu, dan berusaha membantu mengatasi segala
permasalahan bersama lansia.
d. Sikap yang kurang baik terhadap petugas posyandu.
Penilaian pribadi atau sikap yang baik terhadap petugas
merupakan dasar atas kesiapan atau kesediaan lansia untuk
mengikuti kegiatan posyandu. Dengan sikap yang baik tersebut,
lansia cenderung untuk selalu hadir atau mengikuti kegiatan
yang diadakan di posyandu lansia. Hal ini dapat dipahami karena
sikap seseorang adalah suatu cermin kesiapan untuk bereaksi
terhadap suatu obyek. Kesiapan merupakan kecenderungan
potensial untuk bereaksi dengan cara-cara tertentu apabila
individu dihadapkan pada stimulus yang menghendaki adanya
suatu respons.
Bentuk Pelayanan Posyandu Lansia
Pelayanan Kesehatan di Posyandu lanjut usia meliputi
pemeriksaan Kesehatan fisik dan mental emosional yang dicatat dan
dipantau dengan Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk mengetahui lebih
37
awal penyakit yang diderita (deteksi dini) atau ancaman masalah
kesehatan yang dihadapi.
Jenis Pelayanan Kesehatan yang diberikan kepada usia lanjut di
Posyandu Lansia seperti:
a. Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari meliputi kegiatan
dasar dalam kehidupan, seperti makan/minum, berjalan, mandi,
berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air besar/kecil dan
sebagainya.
b. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan
dengan mental emosional dengan menggunakan pedoman
metode 2 (dua ) menit.
c. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan
pengukuran tinggi badan dan dicatat pada grafik indeks masa
tubuh (IMT).
d. Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan
stetoskop serta penghitungan denyut nadi selama satu menit.
e. Pemeriksaan hemoglobin menggunakan talquist, sahli atau
cuprisulfat
f. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal
adanya penyakit gula (diabetes mellitus).
g. Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni
sebagai deteksi awal adanya penyakit ginjal.
h. Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan
atau ditemukan kelainan pada pemeriksaan butir 1 hingga 7.
i. Penyuluhan Kesehatan.
Kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan
kondisi setempat seperti Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi lanjut usia dan
kegiatan olah raga seperti senam lanjut usia, gerak jalan santai untuk
meningkatkan kebugaran.
38
Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan di Posyandu Lansia,
dibutuhkan, sarana dan prasarana penunjang, yaitu: tempat kegiatan
(gedung, ruangan atau tempat terbuka), meja dan kursi, alat tulis,
buku pencatatan kegiatan, timbangan dewasa, meteran pengukuran
tinggi badan, stetoskop, tensi meter, peralatan laboratorium
sederhana, thermometer, Kartu Menuju Sehat (KMS) lansia.
2. Puskesmas Lansia
Tujuan pelaksanaan kegiatan dalam program usia lanjut adalah :
a. Melaksanakan penyuluhan secara teratur dan berksinambungan
sesuai kebutuhan melalui berbagai media mengenai kesehatan
usia lanjut.Usaha ini dilakukan terhadap berbagai kelompok
sasaran yaitu usia lanjut sendiri, keluarga dan masyarakat
dilingkungan usia lanjut.
b. Melaksanakan penjaringan usia lanjut resiko tinggi, pemeriksaan
berkala usia lanjut dan memberi petunjuk upaya pencegahan
penyakit, gangguan psikososial dan bahaya kecelakaan yang
dapat terjadi pada usia lanjut.
c. Melaksanakan diagnose dini, pengobatan,perawatan dan
pelayanan rehabilitative kepada usia lanjut yang membutuhkan
dan memberi petunjuk mengenai tindakan kuratif atau
rehabilitative yang harus dijalani, baik kepada usia lanjut
maupun keluarganya.
d. Melaksanakan rujukan medic ke fasilitas rumah sakit untuk
pengobatan, perawatan atau rehabilitative bagi usia lanjut yang
membutuhkan termasuk mengusahakan kemudahan-
kemudahannya.
39
Kegiatan yang dilaksanakan antara lain :
a. Pemeriksaan tekanan darah,
b. pengobatan secara umum,
c. penyuluhan terkait dengan penyakit yang diderita (face to face),
d. mengirimkan pasien untuk operasi katarak setiap tahun,
e. senam lansia bila ada program dari dinas kesehatan dan rujukan
medic ke Rumah sakit.
3. Terapi pada lansia
a. Terapi Modalitas : Untuk mengisi waktu luang bagi lansia
b. Terapi Aktifitas Kelompok : Untuk meningkatkan kebersaman
dan bertukar pengalaman
c. Terapi Musik : Untuk meningkatkan gairah hidup
d. Terapi Berkebun : Untuk melatih kesabaran
e. Terapi dengan Binatang : Untuk meningkatkan kasih sayang dan
mengisi waktu luang
f. Terapi Kognitif : Agar daya ingat tidak menurun
g. Life Review Terapi : Meningkatkan gairah hidup dan harga diri
h. Terapi Keagamaan : Meningkatkan rasa nyaman menjelang
kematian
40
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur
kehidupan manusia. Batasan lanjut usia menurut WHO terbagi menjadi 5
yaitu usia pertengahan (Middle Age) ialah kelompok usia 45 sampai 59
tahun, lanjut usia (Elderly) ialah kelompok usia antara 60 dan 74 tahun,
lanjut usia tua (Old) ialah kelompok usia antara 75 dan 90 tahun, usia
sangat tua (Very Old) ialah kelompok di atas usia 90 tahun.
Teori –teori yang menjelaskan bagaimana dan mengapa penuaan
terjadi oleh Betty Newman di kelompokkan kedalam dua kelompok besar,
yaitu teori biologi dan kejiwaan sosial. Sedangkan teori penuaan menurut
Barbara Cole Donlon di kelompokkan kedalam dua kelompok besar, yaitu
teori biologis dan psikososial.
Penelitian yang terlibat dengan jalur biologi telah memusatkan
perhatian pada indikator yang dapat dilihat dengan jelas pada proses
penuaan, banyak pada tingkat seluler, sedangkan ahli teori psikososial
mencoba untuk menjelaskan bgaimana proses tersebut dipandang dalam
kaitan dengan kepribadian dan perilaku.
Kesejahteraan individu lansia tergantung pada faktor fisik, mental,
sosial dan lingkungan. Pengkajian total meliputi evaluasi sistem tubuh
utama, status social dan mental, dan kemampuan individu untuk berfungsi
secara mandiri meskipun menderita penyakit kronis.
3.2 Saran
1. Mahasiswa Keperawatan mampu memahami tentang konsep
keperawatan gerontik.
2. Mahasiswa Keperawatan dapat bekerja sama dengan perawat
kesehatan komunitas dan populasi untuk memperbaiki kembali
kesehatan lansia.
41
3. Semoga makalah ini menjadi salah satu bahan untuk menambah
wawasan mengenai konsep keperawatan komunitas.
DAFTAR PUSTAKA
Nugroho, Wahyudi. 2008. Keperawatan usia lanjut dan Geriatrik. Jakarta: EGC.
Stanley, Mickey. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Ed 2. Jakarta : EGC.
Maryam, R. Siti, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta:
Salemba Medika.
Anderson, Elizabeth T. dan Judith McFarlane. Buku Ajar Keperawatan
Komunitas: Teori dan Praktik, Ed. 3. Jakarta: EGC.
Bandiyah, Siti. 2009. Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Ekasari, Mia Fatma, dkk. 2006. Panduan Pengalaman Belajar Lapangan:
Keperawatan Keluarga, Keperawatan Gerontik, Keperawatan
Komunitas. /Jakarta: EGC.
Smeltzer, Susan. 2001. Keperawatan Medikal-Bedah Volume 1 Brunner and
Suddarth. Jakarta : EGC.

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

5. Legal Etik Keperawatan Jiwa.pptx
5. Legal Etik Keperawatan Jiwa.pptx5. Legal Etik Keperawatan Jiwa.pptx
5. Legal Etik Keperawatan Jiwa.pptxRubiy1
 
Makalah konsep dasar keperawatan keluarga
Makalah konsep dasar  keperawatan  keluargaMakalah konsep dasar  keperawatan  keluarga
Makalah konsep dasar keperawatan keluargaWarnet Raha
 
Darah dan pembekuan darah
Darah dan pembekuan darahDarah dan pembekuan darah
Darah dan pembekuan darahRahayu Pratiwi
 
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolitmasantian
 
Pengkajian Sistem Muskuloskeletal
Pengkajian Sistem MuskuloskeletalPengkajian Sistem Muskuloskeletal
Pengkajian Sistem MuskuloskeletalFransiska Oktafiani
 
Cedera dan kematian sel
Cedera dan kematian selCedera dan kematian sel
Cedera dan kematian selJumatil Fajar
 
Adaptsi psikologis pada kehamilan
Adaptsi psikologis pada kehamilanAdaptsi psikologis pada kehamilan
Adaptsi psikologis pada kehamilandwinovianov
 
Percakapan konseling antar bidan dengan pasien tentang kb (alat kontrasepsi)
Percakapan konseling antar bidan dengan pasien tentang kb (alat kontrasepsi)Percakapan konseling antar bidan dengan pasien tentang kb (alat kontrasepsi)
Percakapan konseling antar bidan dengan pasien tentang kb (alat kontrasepsi)Operator Warnet Vast Raha
 
Model dokumentasi-keperawatan
Model dokumentasi-keperawatanModel dokumentasi-keperawatan
Model dokumentasi-keperawatanBita Fadillah
 
Konsep sistem dan pendekatan sistem
Konsep sistem dan pendekatan sistemKonsep sistem dan pendekatan sistem
Konsep sistem dan pendekatan sistemMarwiati Najwa
 
Dx nanda keluarga
Dx nanda keluargaDx nanda keluarga
Dx nanda keluargaquinsha25
 
Tugas kelompok 2 konsep recovery
Tugas kelompok 2   konsep recoveryTugas kelompok 2   konsep recovery
Tugas kelompok 2 konsep recoveryShareToSharechannel
 
Konsep Dasar Ilmu keperawatan gerontik
Konsep Dasar Ilmu keperawatan gerontikKonsep Dasar Ilmu keperawatan gerontik
Konsep Dasar Ilmu keperawatan gerontikIHSANKURNIAWANJAGOAN
 
Macam macam asuhan kebidanan
Macam macam asuhan kebidananMacam macam asuhan kebidanan
Macam macam asuhan kebidananVia Dewi Syahara
 
Komunikasi pada dewasa.pptx
Komunikasi pada dewasa.pptx Komunikasi pada dewasa.pptx
Komunikasi pada dewasa.pptx atikprihatin
 
1. falsafah dan definisi bidan
1. falsafah dan definisi bidan1. falsafah dan definisi bidan
1. falsafah dan definisi bidanadeputra93
 

Was ist angesagt? (20)

5. Legal Etik Keperawatan Jiwa.pptx
5. Legal Etik Keperawatan Jiwa.pptx5. Legal Etik Keperawatan Jiwa.pptx
5. Legal Etik Keperawatan Jiwa.pptx
 
141050362 kasus-pelanggaran-etika-keperawatan(1)
141050362 kasus-pelanggaran-etika-keperawatan(1)141050362 kasus-pelanggaran-etika-keperawatan(1)
141050362 kasus-pelanggaran-etika-keperawatan(1)
 
Makalah konsep dasar keperawatan keluarga
Makalah konsep dasar  keperawatan  keluargaMakalah konsep dasar  keperawatan  keluarga
Makalah konsep dasar keperawatan keluarga
 
Darah dan pembekuan darah
Darah dan pembekuan darahDarah dan pembekuan darah
Darah dan pembekuan darah
 
Woc stroke
Woc strokeWoc stroke
Woc stroke
 
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
 
Pengkajian Sistem Muskuloskeletal
Pengkajian Sistem MuskuloskeletalPengkajian Sistem Muskuloskeletal
Pengkajian Sistem Muskuloskeletal
 
Cedera dan kematian sel
Cedera dan kematian selCedera dan kematian sel
Cedera dan kematian sel
 
Adaptsi psikologis pada kehamilan
Adaptsi psikologis pada kehamilanAdaptsi psikologis pada kehamilan
Adaptsi psikologis pada kehamilan
 
Percakapan konseling antar bidan dengan pasien tentang kb (alat kontrasepsi)
Percakapan konseling antar bidan dengan pasien tentang kb (alat kontrasepsi)Percakapan konseling antar bidan dengan pasien tentang kb (alat kontrasepsi)
Percakapan konseling antar bidan dengan pasien tentang kb (alat kontrasepsi)
 
Model dokumentasi-keperawatan
Model dokumentasi-keperawatanModel dokumentasi-keperawatan
Model dokumentasi-keperawatan
 
Konsep sistem dan pendekatan sistem
Konsep sistem dan pendekatan sistemKonsep sistem dan pendekatan sistem
Konsep sistem dan pendekatan sistem
 
5. proses skoring kep. keluarga
5. proses skoring kep. keluarga5. proses skoring kep. keluarga
5. proses skoring kep. keluarga
 
Dx nanda keluarga
Dx nanda keluargaDx nanda keluarga
Dx nanda keluarga
 
Tugas kelompok 2 konsep recovery
Tugas kelompok 2   konsep recoveryTugas kelompok 2   konsep recovery
Tugas kelompok 2 konsep recovery
 
Konsep Dasar Ilmu keperawatan gerontik
Konsep Dasar Ilmu keperawatan gerontikKonsep Dasar Ilmu keperawatan gerontik
Konsep Dasar Ilmu keperawatan gerontik
 
Macam macam asuhan kebidanan
Macam macam asuhan kebidananMacam macam asuhan kebidanan
Macam macam asuhan kebidanan
 
Tahap perumusan diagnosa keperawatan keluarga
Tahap perumusan diagnosa keperawatan keluargaTahap perumusan diagnosa keperawatan keluarga
Tahap perumusan diagnosa keperawatan keluarga
 
Komunikasi pada dewasa.pptx
Komunikasi pada dewasa.pptx Komunikasi pada dewasa.pptx
Komunikasi pada dewasa.pptx
 
1. falsafah dan definisi bidan
1. falsafah dan definisi bidan1. falsafah dan definisi bidan
1. falsafah dan definisi bidan
 

Andere mochten auch

Konsep keperawatan kesehatan lanjut usia
Konsep keperawatan kesehatan lanjut usiaKonsep keperawatan kesehatan lanjut usia
Konsep keperawatan kesehatan lanjut usiaWarung Bidan
 
Konsep dasar keperawatan gerontologi gg
Konsep dasar keperawatan gerontologi ggKonsep dasar keperawatan gerontologi gg
Konsep dasar keperawatan gerontologi ggDestia Mardianty's
 
Teori biologi
Teori biologiTeori biologi
Teori biologiWan Dasco
 
Askep pasien ISK.Egas
Askep pasien ISK.EgasAskep pasien ISK.Egas
Askep pasien ISK.EgasEgas Xavier
 
Konsep dasar keperawatan gerontik
Konsep dasar keperawatan gerontikKonsep dasar keperawatan gerontik
Konsep dasar keperawatan gerontikFaris Andrianto
 
Konsep psikososial, spiritual
Konsep psikososial, spiritualKonsep psikososial, spiritual
Konsep psikososial, spiritualFhie Habibie
 
Asuhan keperawatan komunitas kelompok khusus lansia
Asuhan keperawatan komunitas kelompok khusus lansiaAsuhan keperawatan komunitas kelompok khusus lansia
Asuhan keperawatan komunitas kelompok khusus lansiaheri damanik
 
KARYA TULIS ILMIAH
KARYA TULIS ILMIAHKARYA TULIS ILMIAH
KARYA TULIS ILMIAHdesy putri
 
HOSPITALITY FOOD & BEVERAGE SERVICE
HOSPITALITY FOOD & BEVERAGE SERVICE HOSPITALITY FOOD & BEVERAGE SERVICE
HOSPITALITY FOOD & BEVERAGE SERVICE Brahmas Pandey
 

Andere mochten auch (14)

Konsep keperawatan kesehatan lanjut usia
Konsep keperawatan kesehatan lanjut usiaKonsep keperawatan kesehatan lanjut usia
Konsep keperawatan kesehatan lanjut usia
 
Konsep dasar keperawatan gerontologi gg
Konsep dasar keperawatan gerontologi ggKonsep dasar keperawatan gerontologi gg
Konsep dasar keperawatan gerontologi gg
 
Teori biologi
Teori biologiTeori biologi
Teori biologi
 
Askep pasien ISK.Egas
Askep pasien ISK.EgasAskep pasien ISK.Egas
Askep pasien ISK.Egas
 
Kti epit desmawati
Kti epit desmawatiKti epit desmawati
Kti epit desmawati
 
Bumbu dan rempah
Bumbu dan rempahBumbu dan rempah
Bumbu dan rempah
 
Konsep dasar keperawatan gerontik
Konsep dasar keperawatan gerontikKonsep dasar keperawatan gerontik
Konsep dasar keperawatan gerontik
 
Makalah nifas
Makalah nifasMakalah nifas
Makalah nifas
 
Konsep psikososial, spiritual
Konsep psikososial, spiritualKonsep psikososial, spiritual
Konsep psikososial, spiritual
 
Asuhan keperawatan komunitas kelompok khusus lansia
Asuhan keperawatan komunitas kelompok khusus lansiaAsuhan keperawatan komunitas kelompok khusus lansia
Asuhan keperawatan komunitas kelompok khusus lansia
 
Resep
ResepResep
Resep
 
KARYA TULIS ILMIAH
KARYA TULIS ILMIAHKARYA TULIS ILMIAH
KARYA TULIS ILMIAH
 
12 cranial nerves
12 cranial nerves 12 cranial nerves
12 cranial nerves
 
HOSPITALITY FOOD & BEVERAGE SERVICE
HOSPITALITY FOOD & BEVERAGE SERVICE HOSPITALITY FOOD & BEVERAGE SERVICE
HOSPITALITY FOOD & BEVERAGE SERVICE
 

Ähnlich wie Konsep dasar gerontik

Keperawatan gerontik
Keperawatan gerontikKeperawatan gerontik
Keperawatan gerontikTumiur Sormin
 
Pokok Bahasan Konsep dasar lanjut usia.pptx
Pokok Bahasan Konsep dasar lanjut usia.pptxPokok Bahasan Konsep dasar lanjut usia.pptx
Pokok Bahasan Konsep dasar lanjut usia.pptxssuserfc224a
 
makalah komunitas agregat deawas pria.pdf
makalah komunitas agregat deawas pria.pdfmakalah komunitas agregat deawas pria.pdf
makalah komunitas agregat deawas pria.pdfmaung8
 
Makalah-Kesehatan-Reproduksi-wanita.docx
Makalah-Kesehatan-Reproduksi-wanita.docxMakalah-Kesehatan-Reproduksi-wanita.docx
Makalah-Kesehatan-Reproduksi-wanita.docxzainulandri1
 
Makalah hidup sehat dan bersih siti andriani
Makalah hidup sehat dan bersih siti andrianiMakalah hidup sehat dan bersih siti andriani
Makalah hidup sehat dan bersih siti andrianiSeptian Muna Barakati
 
Makalah hidup sehat dan bersih siti andriani
Makalah hidup sehat dan bersih siti andrianiMakalah hidup sehat dan bersih siti andriani
Makalah hidup sehat dan bersih siti andrianiWarnet Raha
 
Konsep dasar keperawatan gerontik
Konsep dasar keperawatan gerontikKonsep dasar keperawatan gerontik
Konsep dasar keperawatan gerontikMahzar Wahyudi
 
Kesehatan reproduksi tentang status kesehtan wanita kelompok 8
Kesehatan reproduksi tentang status kesehtan wanita kelompok 8Kesehatan reproduksi tentang status kesehtan wanita kelompok 8
Kesehatan reproduksi tentang status kesehtan wanita kelompok 8Aan Saja
 
askep komunitas agregat lansia.pptx
askep komunitas agregat lansia.pptxaskep komunitas agregat lansia.pptx
askep komunitas agregat lansia.pptxRizalMg21
 
RESUME LANSIA DAN TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA
RESUME LANSIA DAN TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGARESUME LANSIA DAN TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA
RESUME LANSIA DAN TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGAkikirizky19
 
KB 1 Konsep Kesehatan Reproduksi
KB 1 Konsep Kesehatan ReproduksiKB 1 Konsep Kesehatan Reproduksi
KB 1 Konsep Kesehatan Reproduksipjj_kemenkes
 
Makalah keperawatan gerontik
Makalah keperawatan gerontikMakalah keperawatan gerontik
Makalah keperawatan gerontikKhairulAnwar237
 
Makalah lansia yani
Makalah lansia yaniMakalah lansia yani
Makalah lansia yaniWarnet Raha
 

Ähnlich wie Konsep dasar gerontik (20)

makalah Askep lansia
makalah Askep lansiamakalah Askep lansia
makalah Askep lansia
 
Keperawatan gerontik
Keperawatan gerontikKeperawatan gerontik
Keperawatan gerontik
 
Pokok Bahasan Konsep dasar lanjut usia.pptx
Pokok Bahasan Konsep dasar lanjut usia.pptxPokok Bahasan Konsep dasar lanjut usia.pptx
Pokok Bahasan Konsep dasar lanjut usia.pptx
 
CAREGIVER.pptx
CAREGIVER.pptxCAREGIVER.pptx
CAREGIVER.pptx
 
CAREGIVER.pptx
CAREGIVER.pptxCAREGIVER.pptx
CAREGIVER.pptx
 
prinsip - prinsip ilmu gizi
prinsip - prinsip ilmu giziprinsip - prinsip ilmu gizi
prinsip - prinsip ilmu gizi
 
makalah komunitas agregat deawas pria.pdf
makalah komunitas agregat deawas pria.pdfmakalah komunitas agregat deawas pria.pdf
makalah komunitas agregat deawas pria.pdf
 
Makalah-Kesehatan-Reproduksi-wanita.docx
Makalah-Kesehatan-Reproduksi-wanita.docxMakalah-Kesehatan-Reproduksi-wanita.docx
Makalah-Kesehatan-Reproduksi-wanita.docx
 
1
11
1
 
Makalah lansia yani
Makalah lansia yaniMakalah lansia yani
Makalah lansia yani
 
ASKEP KELUARGA LANSIA.pptx
ASKEP KELUARGA LANSIA.pptxASKEP KELUARGA LANSIA.pptx
ASKEP KELUARGA LANSIA.pptx
 
Makalah hidup sehat dan bersih siti andriani
Makalah hidup sehat dan bersih siti andrianiMakalah hidup sehat dan bersih siti andriani
Makalah hidup sehat dan bersih siti andriani
 
Makalah hidup sehat dan bersih siti andriani
Makalah hidup sehat dan bersih siti andrianiMakalah hidup sehat dan bersih siti andriani
Makalah hidup sehat dan bersih siti andriani
 
Konsep dasar keperawatan gerontik
Konsep dasar keperawatan gerontikKonsep dasar keperawatan gerontik
Konsep dasar keperawatan gerontik
 
Kesehatan reproduksi tentang status kesehtan wanita kelompok 8
Kesehatan reproduksi tentang status kesehtan wanita kelompok 8Kesehatan reproduksi tentang status kesehtan wanita kelompok 8
Kesehatan reproduksi tentang status kesehtan wanita kelompok 8
 
askep komunitas agregat lansia.pptx
askep komunitas agregat lansia.pptxaskep komunitas agregat lansia.pptx
askep komunitas agregat lansia.pptx
 
RESUME LANSIA DAN TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA
RESUME LANSIA DAN TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGARESUME LANSIA DAN TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA
RESUME LANSIA DAN TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA
 
KB 1 Konsep Kesehatan Reproduksi
KB 1 Konsep Kesehatan ReproduksiKB 1 Konsep Kesehatan Reproduksi
KB 1 Konsep Kesehatan Reproduksi
 
Makalah keperawatan gerontik
Makalah keperawatan gerontikMakalah keperawatan gerontik
Makalah keperawatan gerontik
 
Makalah lansia yani
Makalah lansia yaniMakalah lansia yani
Makalah lansia yani
 

Mehr von Warung Bidan

Makalah asi menurut pandangan agama islam
Makalah asi menurut pandangan agama islamMakalah asi menurut pandangan agama islam
Makalah asi menurut pandangan agama islamWarung Bidan
 
Makalah epidemiologi penyajian interpretasi data grafik atau diagram
Makalah epidemiologi penyajian interpretasi data grafik atau diagramMakalah epidemiologi penyajian interpretasi data grafik atau diagram
Makalah epidemiologi penyajian interpretasi data grafik atau diagramWarung Bidan
 
Makalah konsep dasar teori air susu ibu asi
Makalah konsep dasar teori air susu ibu asiMakalah konsep dasar teori air susu ibu asi
Makalah konsep dasar teori air susu ibu asiWarung Bidan
 
Makalah hypnobirthing melahirkan tanpa rasa sakit dengan metode hipnotis
Makalah hypnobirthing melahirkan tanpa rasa sakit dengan metode hipnotisMakalah hypnobirthing melahirkan tanpa rasa sakit dengan metode hipnotis
Makalah hypnobirthing melahirkan tanpa rasa sakit dengan metode hipnotisWarung Bidan
 
Jenis jenis pemberian posisi tubuh pada pasien
Jenis jenis pemberian posisi tubuh pada pasienJenis jenis pemberian posisi tubuh pada pasien
Jenis jenis pemberian posisi tubuh pada pasienWarung Bidan
 
Makalah farmakologi efek samping obat dan cara pengatasannya
Makalah farmakologi efek samping obat dan cara pengatasannyaMakalah farmakologi efek samping obat dan cara pengatasannya
Makalah farmakologi efek samping obat dan cara pengatasannyaWarung Bidan
 
Pemeriksaan umum, pemeriksaan khusus kebidanan dan pemeriksaan penunjang pada...
Pemeriksaan umum, pemeriksaan khusus kebidanan dan pemeriksaan penunjang pada...Pemeriksaan umum, pemeriksaan khusus kebidanan dan pemeriksaan penunjang pada...
Pemeriksaan umum, pemeriksaan khusus kebidanan dan pemeriksaan penunjang pada...Warung Bidan
 
Makalah keterampilan dasar kebidanan keperawatan (kdk) tentang sterilisasi, d...
Makalah keterampilan dasar kebidanan keperawatan (kdk) tentang sterilisasi, d...Makalah keterampilan dasar kebidanan keperawatan (kdk) tentang sterilisasi, d...
Makalah keterampilan dasar kebidanan keperawatan (kdk) tentang sterilisasi, d...Warung Bidan
 
Masalah kesehatan reproduksi dan cara penanggulangannya
Masalah kesehatan reproduksi dan cara penanggulangannyaMasalah kesehatan reproduksi dan cara penanggulangannya
Masalah kesehatan reproduksi dan cara penanggulangannyaWarung Bidan
 
Satuan acara penyuluhan (sap) pemantauan tumbuh kembang bayi &amp; balita
Satuan acara penyuluhan (sap) pemantauan tumbuh kembang bayi &amp; balitaSatuan acara penyuluhan (sap) pemantauan tumbuh kembang bayi &amp; balita
Satuan acara penyuluhan (sap) pemantauan tumbuh kembang bayi &amp; balitaWarung Bidan
 
Leaflet Imunisasi Dasar Lengkap Pada bayi
Leaflet Imunisasi Dasar Lengkap Pada bayiLeaflet Imunisasi Dasar Lengkap Pada bayi
Leaflet Imunisasi Dasar Lengkap Pada bayiWarung Bidan
 
Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Personal Hygiene
Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Personal HygieneSatuan Acara Penyuluhan (SAP) Personal Hygiene
Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Personal HygieneWarung Bidan
 
Satuan acara penyuluhan (sap) alat kontrasepsi iud
Satuan acara penyuluhan (sap) alat kontrasepsi iudSatuan acara penyuluhan (sap) alat kontrasepsi iud
Satuan acara penyuluhan (sap) alat kontrasepsi iudWarung Bidan
 
Satuan acara penyuluhan seks bebas
Satuan acara penyuluhan seks bebasSatuan acara penyuluhan seks bebas
Satuan acara penyuluhan seks bebasWarung Bidan
 
Makalah konsep dasar ketuban pecah dini (kpd)
Makalah konsep dasar ketuban pecah dini (kpd)Makalah konsep dasar ketuban pecah dini (kpd)
Makalah konsep dasar ketuban pecah dini (kpd)Warung Bidan
 
Makalah pandangan agama terhadap bayi tabung
Makalah pandangan agama terhadap bayi tabungMakalah pandangan agama terhadap bayi tabung
Makalah pandangan agama terhadap bayi tabungWarung Bidan
 
MAKALAH PANDANGAN AGAMA TERHADAP KASUS AIDS
MAKALAH PANDANGAN AGAMA TERHADAP KASUS AIDSMAKALAH PANDANGAN AGAMA TERHADAP KASUS AIDS
MAKALAH PANDANGAN AGAMA TERHADAP KASUS AIDSWarung Bidan
 
Makalah Pandangan Agama Terhadap Kasus Aborsi
Makalah Pandangan Agama Terhadap Kasus AborsiMakalah Pandangan Agama Terhadap Kasus Aborsi
Makalah Pandangan Agama Terhadap Kasus AborsiWarung Bidan
 
Konsep dasar kehamilan dan pemeriksaan kehamilan
Konsep dasar kehamilan dan pemeriksaan kehamilanKonsep dasar kehamilan dan pemeriksaan kehamilan
Konsep dasar kehamilan dan pemeriksaan kehamilanWarung Bidan
 
Makalah konsep pengganti air susu ibu (pasi)
Makalah konsep pengganti air susu ibu (pasi)Makalah konsep pengganti air susu ibu (pasi)
Makalah konsep pengganti air susu ibu (pasi)Warung Bidan
 

Mehr von Warung Bidan (20)

Makalah asi menurut pandangan agama islam
Makalah asi menurut pandangan agama islamMakalah asi menurut pandangan agama islam
Makalah asi menurut pandangan agama islam
 
Makalah epidemiologi penyajian interpretasi data grafik atau diagram
Makalah epidemiologi penyajian interpretasi data grafik atau diagramMakalah epidemiologi penyajian interpretasi data grafik atau diagram
Makalah epidemiologi penyajian interpretasi data grafik atau diagram
 
Makalah konsep dasar teori air susu ibu asi
Makalah konsep dasar teori air susu ibu asiMakalah konsep dasar teori air susu ibu asi
Makalah konsep dasar teori air susu ibu asi
 
Makalah hypnobirthing melahirkan tanpa rasa sakit dengan metode hipnotis
Makalah hypnobirthing melahirkan tanpa rasa sakit dengan metode hipnotisMakalah hypnobirthing melahirkan tanpa rasa sakit dengan metode hipnotis
Makalah hypnobirthing melahirkan tanpa rasa sakit dengan metode hipnotis
 
Jenis jenis pemberian posisi tubuh pada pasien
Jenis jenis pemberian posisi tubuh pada pasienJenis jenis pemberian posisi tubuh pada pasien
Jenis jenis pemberian posisi tubuh pada pasien
 
Makalah farmakologi efek samping obat dan cara pengatasannya
Makalah farmakologi efek samping obat dan cara pengatasannyaMakalah farmakologi efek samping obat dan cara pengatasannya
Makalah farmakologi efek samping obat dan cara pengatasannya
 
Pemeriksaan umum, pemeriksaan khusus kebidanan dan pemeriksaan penunjang pada...
Pemeriksaan umum, pemeriksaan khusus kebidanan dan pemeriksaan penunjang pada...Pemeriksaan umum, pemeriksaan khusus kebidanan dan pemeriksaan penunjang pada...
Pemeriksaan umum, pemeriksaan khusus kebidanan dan pemeriksaan penunjang pada...
 
Makalah keterampilan dasar kebidanan keperawatan (kdk) tentang sterilisasi, d...
Makalah keterampilan dasar kebidanan keperawatan (kdk) tentang sterilisasi, d...Makalah keterampilan dasar kebidanan keperawatan (kdk) tentang sterilisasi, d...
Makalah keterampilan dasar kebidanan keperawatan (kdk) tentang sterilisasi, d...
 
Masalah kesehatan reproduksi dan cara penanggulangannya
Masalah kesehatan reproduksi dan cara penanggulangannyaMasalah kesehatan reproduksi dan cara penanggulangannya
Masalah kesehatan reproduksi dan cara penanggulangannya
 
Satuan acara penyuluhan (sap) pemantauan tumbuh kembang bayi &amp; balita
Satuan acara penyuluhan (sap) pemantauan tumbuh kembang bayi &amp; balitaSatuan acara penyuluhan (sap) pemantauan tumbuh kembang bayi &amp; balita
Satuan acara penyuluhan (sap) pemantauan tumbuh kembang bayi &amp; balita
 
Leaflet Imunisasi Dasar Lengkap Pada bayi
Leaflet Imunisasi Dasar Lengkap Pada bayiLeaflet Imunisasi Dasar Lengkap Pada bayi
Leaflet Imunisasi Dasar Lengkap Pada bayi
 
Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Personal Hygiene
Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Personal HygieneSatuan Acara Penyuluhan (SAP) Personal Hygiene
Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Personal Hygiene
 
Satuan acara penyuluhan (sap) alat kontrasepsi iud
Satuan acara penyuluhan (sap) alat kontrasepsi iudSatuan acara penyuluhan (sap) alat kontrasepsi iud
Satuan acara penyuluhan (sap) alat kontrasepsi iud
 
Satuan acara penyuluhan seks bebas
Satuan acara penyuluhan seks bebasSatuan acara penyuluhan seks bebas
Satuan acara penyuluhan seks bebas
 
Makalah konsep dasar ketuban pecah dini (kpd)
Makalah konsep dasar ketuban pecah dini (kpd)Makalah konsep dasar ketuban pecah dini (kpd)
Makalah konsep dasar ketuban pecah dini (kpd)
 
Makalah pandangan agama terhadap bayi tabung
Makalah pandangan agama terhadap bayi tabungMakalah pandangan agama terhadap bayi tabung
Makalah pandangan agama terhadap bayi tabung
 
MAKALAH PANDANGAN AGAMA TERHADAP KASUS AIDS
MAKALAH PANDANGAN AGAMA TERHADAP KASUS AIDSMAKALAH PANDANGAN AGAMA TERHADAP KASUS AIDS
MAKALAH PANDANGAN AGAMA TERHADAP KASUS AIDS
 
Makalah Pandangan Agama Terhadap Kasus Aborsi
Makalah Pandangan Agama Terhadap Kasus AborsiMakalah Pandangan Agama Terhadap Kasus Aborsi
Makalah Pandangan Agama Terhadap Kasus Aborsi
 
Konsep dasar kehamilan dan pemeriksaan kehamilan
Konsep dasar kehamilan dan pemeriksaan kehamilanKonsep dasar kehamilan dan pemeriksaan kehamilan
Konsep dasar kehamilan dan pemeriksaan kehamilan
 
Makalah konsep pengganti air susu ibu (pasi)
Makalah konsep pengganti air susu ibu (pasi)Makalah konsep pengganti air susu ibu (pasi)
Makalah konsep pengganti air susu ibu (pasi)
 

Kürzlich hochgeladen

Tatalaksana Terapi Diabetes Mellitus (farmasi klinis)
Tatalaksana Terapi Diabetes Mellitus (farmasi klinis)Tatalaksana Terapi Diabetes Mellitus (farmasi klinis)
Tatalaksana Terapi Diabetes Mellitus (farmasi klinis)fifinoktaviani
 
KONSEP DASAR LUKA DAN PENANGANANNYA, PROSES PENYEMBUHAN
KONSEP DASAR LUKA DAN PENANGANANNYA, PROSES PENYEMBUHANKONSEP DASAR LUKA DAN PENANGANANNYA, PROSES PENYEMBUHAN
KONSEP DASAR LUKA DAN PENANGANANNYA, PROSES PENYEMBUHANfaisalkurniawan12
 
jenis-jenis Data dalam bidang epidemiologi
jenis-jenis Data dalam bidang epidemiologijenis-jenis Data dalam bidang epidemiologi
jenis-jenis Data dalam bidang epidemiologissuser7c01e3
 
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkb
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkbregulasi tentang kosmetika di indonesia cpkb
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkbSendaUNNES
 
PPT Antibiotik amoxycillin, erytromycin.ppt
PPT Antibiotik amoxycillin, erytromycin.pptPPT Antibiotik amoxycillin, erytromycin.ppt
PPT Antibiotik amoxycillin, erytromycin.pptHenryAdhySantoso
 
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smeardokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smearprofesibidan2
 
Penyuluhan Kesehatan gigi dan mulut.pptx
Penyuluhan Kesehatan gigi dan mulut.pptxPenyuluhan Kesehatan gigi dan mulut.pptx
Penyuluhan Kesehatan gigi dan mulut.pptxnuri729086
 
TM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksi
TM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksiTM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksi
TM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksihaslinahaslina3
 
468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.ppt
468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.ppt468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.ppt
468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.pptcels17082019
 
UNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank Maybank
UNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank MaybankUNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank Maybank
UNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank Maybankcsooyoung073
 
PPT LAPORAN KOMITE TENAGA KESEHATAN LAINNYA
PPT LAPORAN KOMITE TENAGA KESEHATAN LAINNYAPPT LAPORAN KOMITE TENAGA KESEHATAN LAINNYA
PPT LAPORAN KOMITE TENAGA KESEHATAN LAINNYAStarkoko
 
IMR, MMR, ASDR infertility fertility sex ratio
IMR, MMR, ASDR infertility fertility sex ratioIMR, MMR, ASDR infertility fertility sex ratio
IMR, MMR, ASDR infertility fertility sex ratioSafrina Ramadhani
 
asuhan keperawatan manajemen bencana pada pasien bencana konsep bencana
asuhan keperawatan manajemen bencana pada pasien bencana konsep bencanaasuhan keperawatan manajemen bencana pada pasien bencana konsep bencana
asuhan keperawatan manajemen bencana pada pasien bencana konsep bencanaAnnisFathia1
 
PPT Kebijakan Regulasi RME - Dir 28 -29 Feb 2024 s.d 1 Maret.pdf
PPT Kebijakan Regulasi RME - Dir 28 -29 Feb 2024 s.d 1 Maret.pdfPPT Kebijakan Regulasi RME - Dir 28 -29 Feb 2024 s.d 1 Maret.pdf
PPT Kebijakan Regulasi RME - Dir 28 -29 Feb 2024 s.d 1 Maret.pdfaguswidiyanto98
 
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.ppt
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.pptParasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.ppt
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.pptStevenSamuelBangun
 
partograf. pencatatan proses kelahiran.ppt
partograf. pencatatan proses kelahiran.pptpartograf. pencatatan proses kelahiran.ppt
partograf. pencatatan proses kelahiran.pptchoukocat
 
askep hiv dewasa.pptxcvbngcccccccccccccccc
askep hiv dewasa.pptxcvbngccccccccccccccccaskep hiv dewasa.pptxcvbngcccccccccccccccc
askep hiv dewasa.pptxcvbngccccccccccccccccanangkuniawan
 

Kürzlich hochgeladen (17)

Tatalaksana Terapi Diabetes Mellitus (farmasi klinis)
Tatalaksana Terapi Diabetes Mellitus (farmasi klinis)Tatalaksana Terapi Diabetes Mellitus (farmasi klinis)
Tatalaksana Terapi Diabetes Mellitus (farmasi klinis)
 
KONSEP DASAR LUKA DAN PENANGANANNYA, PROSES PENYEMBUHAN
KONSEP DASAR LUKA DAN PENANGANANNYA, PROSES PENYEMBUHANKONSEP DASAR LUKA DAN PENANGANANNYA, PROSES PENYEMBUHAN
KONSEP DASAR LUKA DAN PENANGANANNYA, PROSES PENYEMBUHAN
 
jenis-jenis Data dalam bidang epidemiologi
jenis-jenis Data dalam bidang epidemiologijenis-jenis Data dalam bidang epidemiologi
jenis-jenis Data dalam bidang epidemiologi
 
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkb
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkbregulasi tentang kosmetika di indonesia cpkb
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkb
 
PPT Antibiotik amoxycillin, erytromycin.ppt
PPT Antibiotik amoxycillin, erytromycin.pptPPT Antibiotik amoxycillin, erytromycin.ppt
PPT Antibiotik amoxycillin, erytromycin.ppt
 
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smeardokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
 
Penyuluhan Kesehatan gigi dan mulut.pptx
Penyuluhan Kesehatan gigi dan mulut.pptxPenyuluhan Kesehatan gigi dan mulut.pptx
Penyuluhan Kesehatan gigi dan mulut.pptx
 
TM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksi
TM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksiTM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksi
TM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksi
 
468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.ppt
468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.ppt468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.ppt
468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.ppt
 
UNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank Maybank
UNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank MaybankUNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank Maybank
UNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank Maybank
 
PPT LAPORAN KOMITE TENAGA KESEHATAN LAINNYA
PPT LAPORAN KOMITE TENAGA KESEHATAN LAINNYAPPT LAPORAN KOMITE TENAGA KESEHATAN LAINNYA
PPT LAPORAN KOMITE TENAGA KESEHATAN LAINNYA
 
IMR, MMR, ASDR infertility fertility sex ratio
IMR, MMR, ASDR infertility fertility sex ratioIMR, MMR, ASDR infertility fertility sex ratio
IMR, MMR, ASDR infertility fertility sex ratio
 
asuhan keperawatan manajemen bencana pada pasien bencana konsep bencana
asuhan keperawatan manajemen bencana pada pasien bencana konsep bencanaasuhan keperawatan manajemen bencana pada pasien bencana konsep bencana
asuhan keperawatan manajemen bencana pada pasien bencana konsep bencana
 
PPT Kebijakan Regulasi RME - Dir 28 -29 Feb 2024 s.d 1 Maret.pdf
PPT Kebijakan Regulasi RME - Dir 28 -29 Feb 2024 s.d 1 Maret.pdfPPT Kebijakan Regulasi RME - Dir 28 -29 Feb 2024 s.d 1 Maret.pdf
PPT Kebijakan Regulasi RME - Dir 28 -29 Feb 2024 s.d 1 Maret.pdf
 
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.ppt
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.pptParasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.ppt
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.ppt
 
partograf. pencatatan proses kelahiran.ppt
partograf. pencatatan proses kelahiran.pptpartograf. pencatatan proses kelahiran.ppt
partograf. pencatatan proses kelahiran.ppt
 
askep hiv dewasa.pptxcvbngcccccccccccccccc
askep hiv dewasa.pptxcvbngccccccccccccccccaskep hiv dewasa.pptxcvbngcccccccccccccccc
askep hiv dewasa.pptxcvbngcccccccccccccccc
 

Konsep dasar gerontik

  • 2. i KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita semua ke jalan kebenaran yang diridhoi Allah SWT. Maksud penulis membuat makalah ini adalah untuk dapat lebih memahami tentang KONSEP DASAR GERONTIK. mudah-mudahan makalah ini bisa membantu bagi mahasiswa untuk bekal nanti di lapangan. Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis yang membuat dan umumnya bagi yang membaca makalah ini. Amin. Sukabumi, September 2015 Penulis
  • 3. ii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ...................................................................................i DAFTAR ISI ..................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.......................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah.................................................................................2 1.3 Tujuan ..................................................................................................3 1.4 Manfaat ................................................................................................3 BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Dasar Keperawatan Gerontik .................................................4 2.2 Teori – Teori Penuaan...........................................................................7 2.3 Perubahan-perubahan yang Terjadi pada Lanjut Usia ..........................21 2.4 Program-program Nasional untuk Lansia .............................................33 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan............................................................................................40 3.2 Saran.....................................................................................................40 DAFTAR PUSTAKA
  • 4. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan telah menurunkan angka kematian umum, angka kematian bayi, dan angka kelahiran. Hal ini berdampak pada meningkatnya usia harapan hidup bangsa Indonesia dan meningkatnya jumlah penduduk golongan lanjut usia. Pertumbuhan jumlah penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia tercatat sebagai paling pesat di dunia dalam kurun waktu tahun 1990-2025. Jumlah lansia yang kini sekitar 16 juta orang, akan menjadi 25,5 juta pada tahun 2020, atau sebesar 11,37 persen dari jumlah penduduk. Itu berarti jumlah lansia di Indonesia akan berada di peringkat empat dunia, di bawah Cina, India, dan Amerika Serikat. Menurut data demografi internasional dari Bureau of the Census USA (1993), kenaikan jumlah lansia Indonesia antara tahun 1990-2025 mencapai 414%, tertinggi di dunia. Kenaikan pesat itu berkait dengan usia harapan hidup penduduk Indonesia. Dalam sensus Badan Pusat Statistik (BPS) 1998, harapan hidup penduduk Indonesia rata-rata 63 tahun untuk kaum pria, dan wanita 67 tahun. Tetapi menurut kajian WHO (1999) harapan penduduk Indonesia rata-rata 59,7 tahun, menempati peringkat ke-103 dunia. Nomor satu adalah Jepang (74,5 tahun). Perhatian pemerintah terhadap keberadaan lansia sudah meningkat. GBHN 1993 mengamanatkan agar lansia yang masih produktif dan mandiri diberi kesempatan berperan aktif dalam pembangunan.. Pemerintah juga menetapkan tanggal 29 mei sebagai Hari Lansia Nasional, sedang DPR menerbitkan UU no 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia. Dengan makin bertambahnya penduduk usia lanjut, bertambah pula penderita golongan ini yang memerlukan pelayanan kesehatan. Berbeda
  • 5. 2 dengan segmen populasi lain, populasi lanjut usia dimanapun selalu menunjukkan morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi dibanding populasi lain. Disamping itu, oleh karena aspek disabilitas yang tinggi pada segmen populasi ini selalu membutuhkan derajat keperawatan yang tinggi. Keperawatan pada usia lanjut merupakan bagian dari tugas dan profesi keperawatan yang memerlukan berbagai keahlian dan keterampilan yang spesifik, sehingga di bidang keperawatan pun saat ini ilmu keperawatan lanjut usia berkembang menjadi suatu spesialisasi yang mulai berkembang. Keperawatan lanjut usia dalam bahasa Inggris sering dibedakan atas Gerontologic nursing (gerontic nursing) dan geriatric nursing sesuai keterlibatannya dalam bidang yang berlainan. Gerontologic nurse atau perawat gerontologi adalah perawat yang bertugas memberikan asuhan keperawatan pada semua penderita berusia diatas 65 tahun (di Indonesia dan Asia dipakai batasan usia 60 tahun) tanpa melihat apapun penyebabnya dan dimanapun dia bertugas. Secara definisi, hal ini berbeda dengan perawat geriatrik, yaitu mereka yang berusia diatas 65 tahun dan menderita lebih dari satu macam penyakit (multipel patologi), disertai dengan berbagai masalah psikologik maupun sosial. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana konsep dasar lanjut usia ? 2. Apa saja teori-teori penuaan ? 3. Bagaimana perubahan bio, psikososial, dan kultural pada lansia ? 4. Apa saja program-program nasional untuk lansia ?
  • 6. 3 1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum a. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas III b. Agar mahasiswa mampu memahami dan membuat Konsep Keperawatan Komunitas Gerontik. 1.3.2 Tujuan Khusus a. Mengetahui dan memahami konsep dasar keperawatan gerontik b. Mengetahui dan memahami teori-teori penuaan c. Mengetahui dan memahami perubahan biologis, psikologi, social, cultural d. Program-program nasional untuk lansia. 1.4 Manfaat Manfaat yang diperoleh dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut: a. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami konsep dasar keperawatan gerontik b. Mahasiswa mengetahui dan memahami teori-teori penuaan c. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami perubahan biologis, psikologi, social, cultural d. Mahasiswa dapat mengetahui program-program nasional untuk lansia.
  • 7. 4 BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Dasar Keperawatan Gerontik 2.1.1 Pengertian Lanjut Usia Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia (Budi Anna Keliat, 1999 dalam Buku Siti Maryam, dkk, 2008). Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun. (R. Siti Maryam, dkk, 2008: 32) 2.1.2 Batasan Lanjut Usia Di bawah ini dikemukakan beberapa pendapat mengenai batasan umur. 1. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Lanjut Usia meliputi: a. Usia pertengahan (Middle Age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun. b. Lanjut usia (Elderly) ialah kelompok usia antara 60 dan 74 tahun. c. Lanjut usia tua (Old) ialah kelompok usia antara 75 dan 90 tahun. d. Usia sangat tua (Very Old) ialah kelompok di atas usia 90 tahun. 2. Departemen Kesehatan RI mengklasifikasikan lanjut usia sebagai berikut: a. Pralansia (prasenilis) Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun. b. Lansia Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
  • 8. 5 c. Lansia risiko tinggi Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan (Depkes RI, 2003). d. Lansia potensial Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa (Depkes RI, 2003). e. Lansia tidak potensial Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain (Depkes RI, 2003). 2.1.3 Tipe Lanjut Usia Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Nugroho, 2000 dalam buku R. Siti Maryam, dkk, 2008). Tipe tersebut dapat dibagi sebagai berikut: 1. Tipe arif bijaksana Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan. 2. Tipe mandiri Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan. 3. Tipe tidak puas Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak menuntut.
  • 9. 6 4. Tipe pasrah Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan melakukan pekerjaan apa saja. 5. Tipe bingung Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif, dan acuh tak acuh. Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis, tipe konstruktif, tipe dependen (ketergantungan), tipe defensif (bertahan), tipe militant dan serius, tipe pemarah/frustasi (kecewa akibat kegagalan dalam melakukan sesuatu), serta tipe putus asa (benci pada diri sendiri). Sedangkan bila dilihat dari tingkat kemandiriannya yang dinilai berdasarkan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari (indeks kemandirian Katz), para lansia dapat digolongkan menjadi beberapa tipe yaitu lansia mandiri sepenuhnya, lansia mandiri dengan bantuan langsung keluarganya, lansia mandiri dengan bantuan secara tidak langsung, lansia dengan bantuan badan sosial, lansia di panti werda, lansia yang dirawat di rumah sakit, dan lansia dengan gangguan mental. 2.1.4 Proses Penuaan Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang maksimal. Setelah itu tubuh mulai menyusut dikarenakan berkurangnya jumlah sel-sel yang ada di dalam tubuh. Sebagai akibatnya, tubuh juga akan mengalami penurunan fungsi secara perlahan-lahan. Itulah yang dikatakan proses penuaan. Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides, 1994). Seiring dengan proses menua tersebut, tubuh akan mengalami berbagai masalah kesehatan atau yang biasa disebut sebagai penyakit degeneratif.
  • 10. 7 2.1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penuaan R. Siti Maryam, dkk, 2008 menyebutkan factor-faktor yang mempengaruhi penuaan adalah sebagai berikut: 1. Hereditas (Keturunan/Genetik) 2. Nutrisi (Asupan Makanan) 3. Status Kesehatan 4. Pengalaman Hidup 5. Lingkungan 6. Stress 2.2 Teori – Teori Penuaan 2.2.1 Menurut Betty Newman Sebenarnya secara individual tahap proses penuaan terjadi pada orang dengan usia berbeda, masing-masing lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda, tidak ada satu faktor pun ditemukan untuk mencegah proses penuaan. 1. Teori-Teori Biologi a. Teori Genetik dan Mutasi (Somatic Mutatic Theory) Menurut teori ini menua telah terprogram secara generic untuk spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul- molekul/DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel-sel kelamin (terjadi penurunan kemampuan fungsional sel). b. Pemakaian dan Rusak kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh lelah (terpakai). c. Pengumpulan dari pigmen atau lemak dalam tubuh yang disebut teori akumulasi dari produk sisa. Sebagai contoh adanya pigmen Lipofuchine di sel otot jantung dan sel susunan syaraf pusat pada orang lanjut usia yang mengakibatkan mengganggu sel itu sendiri.
  • 11. 8 d. Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan. e. Tidak ada perlindungan terhadap radiasi, penyakit dan kekurangan gizi. f. Reaksi dari kekebalan sendiri (Auto Immune Theory) Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit. Sebagai contoh ialah tambahan kelenjar timus yang ada pada usia dewasa berinvolusi dan semenjak itu terjadilah kelainan autoimun (menurut Goldteris dan Brocklehurst). g. Teori Immunology Slow Virus (Immunology Slow Virus Theory) Sistem imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus ke dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh. h. Teori Stress Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai. i. Teori Radikal Bebas Radikal bebas dapat terbentuk di dalam bebas, tidak stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan proton. Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi. j. Teori Rantai Silang Sel-sel yang tua atau usang, reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen, ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis, kekacauan, dan hilangnya fungsi.
  • 12. 9 k. Teori Program Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah setelah sel-sel tersebut mati. 2. Teori Kejiwaan Sosial a. Aktivitas atau Kegiatan (Activity Theory) 1) Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan secara langsung. Teori ini menyatakan bahwa pada lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial. 2) Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut usia. 3) Mempertahankan hubungan antara system sosial dan individu agar tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia. b. Kepribadian Berlanjut (Continuity Theory) Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Teori ini merupakan gabungan dari teori di atas. Pada teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia dipengaruhi oleh tipe personality yang dimiliknya. c. Teori Pembebasan (Didengagement Theory) Putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan kemunduran individu oleh Cummning dan Henry 1961. Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur-angsur mulai melepasuikan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjadi kehilangan ganda (Triple Loss), yakni:
  • 13. 10 1) Kehilangan peran (Loss of Role) 2) Hambatan kontak sosial (Restrastion of Contacts and Relation Ships) 3) Berkurangnya komitmen (Reuced Commitment to Social Mores and Values). 2.2.2 Menurut Barbara Cole Donlon Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu. Ini merupakan suatu fenomena yang kompleks dan multi dimensional yang dapat di observasi di dalam satu sel dan berkembang sampai pada keseluruhan sistem. ( Mickey and Patricia, 2006) Walaupun hal itu terjadi pada tingkat kecepatan yang berbeda, di dalam parameter yang cukup sempit, proses tersebut tidak tertandingi. Teori–teori yang menjelaskan bagaimana dan mengapa penuaan terjadi oleh Barbara Cole Donlon di kelompokkan kedalam dua kelompok besar, yaitu teori biologis dan psikososial (Tabel 2-1). Penelitian yang terlibat dengan jalur biologi telah memusatkan perhatian pada indikator yang dapat dilihat dengan jelas pada proses penuaan, banyak pada tingkat seluler, sedangkan ahli teori psikososial mencoba untuk menjelaskan bgaimana proses tersebut dipandang dalam kaitan dengan kepribadian dan perilaku. Tabel 2-1 Teori-Teori Penuaan Teori Biologis Tingkat Perubahan Genetika Gen yang diwariskan & dampak lingkungan Dipakai dan rusak (Wear and Tear) Kerusakan oleh radikal bebas Lingkungan Meningkatnya pajanan terhadap hal-hal yang berbahaya
  • 14. 11 Imunitas Integritas sistem tubuh untuk melawan kembali Neuroendokrin Kelebihan atau kurangnya produksi hormon Teori Psikologis Tingkat Proses Kepribadian Introvert lawan ekstrovert Tugas Perkembangan Maturasi sepanjang rentang kehidupan Disengagment Antisipasi menarik diri Aktivitas Membantu mengembangkan usaha Kontinuitas Pengembangan individualitas 1. Teori Biologis Teori biologis mencoba untuk menjelaskan proses fisik penuaan, termasuk perubahan fungsi dan struktur, pengembangan, pajang usia, dan kematian. Perubahan – perubahan dalam tubuh termasuk perubahan molekular dan seluler dalam sistem organ utama dan kemampuan tubuh untuk berfungsi secara adekuat dan melawan penyakit. Seiring dengan berkembangnya kemampuan kita untuk menyelidiki komponen-komponen yang kecil dan sangat kecil, suatu pemahaman tentang hubungan hal-hal yang mempengaruhi penuaan ataupun tentang penyebab penuaan yang sebelumnya tidak diketahui, sekarang telah mengalami peningkatan. Walaupun bukan merupakan suatu definisi penuaan, tetapi lima kerakteristik penuaan telah dapat di identifikasi oleh para ahli (Tabel 2-2). Teori biologis juga mencoba untuk menjelaskan mengapa orang mengalami penuaan dengan cara yang berbeda dari waktu ke waktu dan faktor apa yang mempengaruhi umur pajang, perlawanan terhadap organisme, dan kematian atau perubahan seluler. Suatu pemahaman tentang perspektif biologi dapat memberikan pengetahuan pada perawat tentang faktor resiko spesifik dihubungkan dengan penuaan dan
  • 15. 12 bagaimana orang dapat dibantu untuk meminimalkan atau menghindari risiko dan memaksimalkan kesehatan. a. Teori Genetika Teori sebab – akibat menjelaskan bahwa penuaan terutama dipengaruhi oleh pembentukan gen dan dampak lingkungan pada pembentukan kode genetik. Menurut teori genetika, penuaan adalah suatu proses yang secara tidak sadar diwariskan yang berjalan dari waktu ke waktu untuk merubah sel atau struktur jaringan. Dengan kata lain, perubahan rentang hidup dan panjang usia telah ditentukan sebelumnya. Teori genetika terdiri dari teori asam deoksiribonukleat (DNA), teori ketepatan dan kesalahan, mutasi somatik, dan teori glokogen. Teori – teori ini menyatakan bahwa proses replikasi pada tingkatan seluler menjadi tidak teratur karena adanya informasi tidak sesuai yang diberikan dari inti sel. Molekul DNA menjadi saling bersilangan (crosslink) dengan unsur yang lain sehingga mengubah informasi genetik. Adanya crosslink ini mengakibatkan kesalahan pada tingkat seluler yang akhirnya menyebabkan sistem dan organ tubuh gagal untuk berfungsi. Bukti yang mendukung teori – teori ini termasuk perkembangna radikal bebas, kolagen, dan lipofusin. Selain itu, peningkatan frekuensi kanker dan penyakit autoimun yang dihubungkan dengan bertambhnya umur menyatakn bahwa mutasi atau kesalahan terjadi pada tingkat molekuler dan seluler.
  • 16. 13 Tabel 2-2 Karakteristik Biologis Penuaan a. Peningkatan usia harapan hidup, tetapi mortalitas tidak dapat dihindari. b. Penuaan dapat ditemukan di dalam sel, molekul, jaringan, dan massa tulang. c. Perusakan bersifat progresif dan tidak tertandingi serta memengaruhi semua sistem hidup. d. Diperlukan waktu yang panjang untuk kembali dari periode serangan, kelelahan, dan stress. e. Peningkatan kerentanan terhadap infeksi, kanker, dan penyakit lain yang berhubungan dengan pertambahan usia. b. Teori Wear-And-Tear (Dipakai dan Rusak) Teori Wear-And-Tear (Dipakai dan Rusak) mengusulkan bahwa akumulasi sampah metabolik atau zat nutrisi dapat merusak sintesis DNA, sehingga mendorong malfungsi molekuler dan akhirnya malfungsi organ tubuh. Pendukung teori ini percaya bahwa tubuh akan mengalami kerusakan berdasarkan suatu jadwal. Radikal bebas adalah contoh dari produk sampah metabolime yang menyebabkan kerusakan ketika akumulasi terjadi. Radikal bebas adalah molekul atau atom dengan suatu elektron yang tidak berpasangan. Ini merupakan jenis yang sangat reaktif yang dihasilkan dari reaksi selama metabolisme. Radikal bebas dengan cepat dihancurkan oleh sistem enzim pelindung pada kondisi normal. Beberapa radikal bebas berhasil lolos dari proses perusakan ini dan berakumulasi di dalam struktur biologis yang penting, saat itu kerusakan organ terjadi. Karena laju metabolisme terkait secara langsung pada pembentukan radikal bebas, sehingga ilmuan memiliki hipotesis bahwa tingkat kecepatan produksi radikal bebas berhubungan
  • 17. 14 dengan penentuan waktu rentang hidup. Pembatasan kalori dan efeknya pada perpanjangan hidup mungkin berdasarkan pada teori ini. Namun, orang lain percaya bahwa pembatasan kalori mungkin menggunakan efeknya melalui sistem neuroendokrin. c. Teori Imunitas Teori imunitas menggambarkan suatu kemunduran dalam sistem imun yang berhubungan dengan penuaan. Ketika orang bertambah tua, pertahanan mereka terhadap organisme asing mengalami penurunan, sehingga mereka lebih rentan untuk menderita berbagai penyakit seperti kanker dan infeksi. Seiring dengan berkurangnya fungsi sistem imun, terjadilah peningkatan dalam respons autoimun tubuh. Ketika orang mengalami penuaan, mereka mungkin mengalami penyakit autoimun seperti artritis reumatoid dan alergi terhadap makanan dan faktor lingkungan yang lain. Penganjur teori ini sering memusatkan pada peran kelenjar timus. Berat dan ukuran kelenjar timus menurun seiring dengan bertambahnya umur, seperti halnya kemampuan tubuh untuk diferensiasi sel T. Karena hilangnya proses diferensiasi sel T, tubuh salah mengenali sel yang tua dan tidak beraturan sebagai benda asing dan menyerangnya. Selain itu, tubuh kehilangan kemampuannya unutk meningkatkan respons terhadap sel asing, terutama bila menghadapi infeksi. Pentingnya pendekatan pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit dan promosi kesehatan terhadap pelayanan kesehatan, terutama pada saat penuaan terjadi tidak dapat diabaikan. Walaupun semua orang memerlukan pemeriksaan rutin untuk memastikan deteksi dini dan perawatan seawal mungkin, tetapi pada usia lanjut, kegagalan melindungi sistem imun yang telah mengalami penuaan memalui pemeriksaan
  • 18. 15 kesehatan dapat mendorong kearah kematian awal yang tidak terduga. Selain itu, program imunisasi secara nasional untuk mencegah kejadian dan penyebaran epidemi penyakit, seperti pneumonia dan influenza diantara orang usia lanjut juga mendukung dasar teoretis praktek keperawatan. d. Teori Neuroendokrin Teori-teori biologi penuaan, berhubungan dengan hal-hal seperti yang telah terjadi pada struktur dan perubahan pada tingkat molekul dan sel, nampak sangaat mengagumkan dalam beberapa situasi. Sebagai contoh, diskusi sebelumnya tentang kelenjar timus dan sistem imun serta interaksi antara saraf dan endokrin. Pada kasus selanjutnya, para ahli telah memikirkan bahwa penuaan terjadi oleh karena adanya suatu perlambatan dalam sekresi hormon tertentu yang mempunyai suatu dampak pada reaksi sistem saraf. Hal ini lebih jelas ditunjukkan dalam kelenjar hipofisis, tiroid, adrenal dan reproduksi. Salah satu area neurologi yang mengalami gangguan secara universal akibat penuaan adalah waktu reaksi yang diperlukan untuk menerima, memproses, dan bereaksi terhadap perintah. Dikenal sebagai perlambatan tingkah laku, respons ini kadang-kadang diinterpretasikan sebagai tindakan melawan, ketulian, atau kurangnya pengetahuan. Pada umumnya, sebenarnya yang terjadi bukan satupun dari hal-hal tersebut, tetapi orang lanjut usia sering dibuat untuk merasa seolah-olah mereka tidak kooperatif atau tidak patuh. Perawat dapat memfasilitasi proses pemberian perawatan dengan cara memperlambat instruksi dan menunggu respons mereka.
  • 19. 16 2. Teori Psikologis Teori psikologis memusatkan perhatian pada perubahan sikap dan perilaku yang menyertai peningkatan usia, sebagai lawan dari implikasi biologi pada kerusakan anatomis. Untuk tujuan pembahasan ini, perubahan sosiologis atau nonfisik dikombinasikan dengan perubahan psikologis. Masing-masing individu, muda, setengah baya, atau tua, adalah unik dan memiliki pengalaman, melalui serangkaian kejadian dalam kehidupan dan melalui banyak peristiwa. Selama 40 tahun terakhir, beberapa teori telah berupaya untuk menggambarkan bagaimana perilaku dan sikap pada awal tahap kehidupan dapat memengaruhi reaksi manusia sepanjang tahap akhir hidupnya. Pekerjaan ini disebut proses “ penuaan yang sukses”. Contoh dari teori-teori ini termasuk teori kepribadia. a. Teori Kepribadian Kepribadian manusia adalah suatu wilayah pertumbuhan yang subur dalam tahun-tahun akhir kehidupannya dan telah merangsang penelitian yang pantas dipertimbangkan. Teori kepribadian menyebutkan aspek-aspek pertumbuhan psikologis tanpa menggambarkan harapan atau tugas spesifik lansia. Menurut Jung 1960, mengembangkan suatu teori pengembangan kepribadian orang dewasa yang memandang kepribadian sebagai ekstrovert atau introvert. Ia berteori bahwa keseimbangan antara kedua hal tersebut adalah penting bagi kesehatan. Dengan menurunnya tanggung jawab dan tuntutan dari keluarga dan ikatan sosial, yang sering terjadi di kalangan lansia, jung percaya bahwa orang akan menjadi lebih introvert. Di dalam konsep interioritas dari Jung, separuh kehidupan manusia berikutnya digambarkan dengan memiliki tujuannya sendiri,yaitu untuk mengembangkan kesadaran diri sendiri melalui aktivitas yang dapat merefleksikan dirinya sendiri.
  • 20. 17 Jung melihat tahap akhir kehidupan sebagai waktu ketika orang mengambil suatu inventaris dari hidup mereka, suatu waktu untuk lebih melihat ke belakang daripada melihat ke depan. Selama proses refleksi ini, lansia harus menghadapi kenyataan hidupnya secara retrospektif. Lansia sering menemukan bahwa hidup telah memberikan satu rangkaian pilihan yang sekali dipilih, akan membawa orang tersebut pada suatu arah yang tidak bisa diubah. Walupun peneysalan terhadap beberapa aspek kehidupan sering terjadi, tetapi banyak lansia menyatakan suatu perasaan kepuasan dengan apa yang telah mereka penuhi. b. Teori Tugas perkembangan Beberapa ahli teori terkenal sudah menguraikan proses maturasi dalam kaitannya dengan tugas yang harus dikuasai pada berbagai tahap sepanjang rentang hidup manusia. Hasil penelitian Erickson (Vital Involvment in Old Age, 1986) mungkin teori terbaik yang dikenal dalam bidang ini. Tugas perkembanagn adalah aktivitas dan tantangan yang harus dipenuhi oleh seseorang pada tahap-tahap spesifik dalam hidupnya untuk mencapai penuaan yang sukses. Erickson menguraikan tugas utama lansia adalah mampu melihat kehidupan seseorang sebagai kehidupan yang dijalani dengan integritas. Pada kondisi tidak adanya pencapaian perasaan bahwa ia telah menikmati kehidupan yang baik, maka lansia tersebut berisiko untuk disibukkan dengan rasa penyesalan atau putus asa. Minat yang terbaru dalam konsep ini sedang terjadi pada saat ahli gerontologi dan perawat gerontologi memeriksa kembali tugas perkembangan lansia.
  • 21. 18 c. Teori Disengagement Teori Disengagement (teori pemutusan hubungan), dikembangkan pertama kali pada awal tahun 1960-an, menggambarkan proses penarikan diri oleh lansia dari peran bermasyarakat dan tanggung jawabnya.(Comming dan Henry, 1961) Menurut ahli teori ini, proses penarikan diri ini dapat diprediksi, sistematis, tidak dapat dihindari, dan penting untuk fungsi yang tepat dari masyarakat yang sedang tumbuh. Lansia dikatakan akan bahagia apabila kontak sosial telah berkurang dan tanggung jawab telah diambil oleh generasi yang lebih muda. Manfaat pengurangan kontak sosial bagi lansia adalah agar ia dapat menyediakan waktu untuk merefleksikan pencapaian hidupnya dan untuk menghadapi harapan yang tidak terpenuhi, sedangkan manfaatnya bagi masyarakat adalah dalam rangka memindahkan kekuasaan generasi tua kepada generasi muda. Teori ini banyak menimbulkan kontroversi, sebagai karena penelitian ini dipandang cacat dan karena banyak lansia yang menentang postulat yang dibangkitkan oleh teori untuk menjelaskan apa yang terjadi di dalam pemutusan ikatan/hubungan. Sebagai contoh, di bawah kerangka kerja teori ini, pensiun wajib menjadi suatu kebijakan sosial yang harus diterima. Dengan meningkatnya rentang waktu kehidupan alami, pensiun pada usia 65 tahun berarti bahwa seorang lanjut usia yang sehat dapat berharap untuk hidup 20 tahun lagi. Bagi banyak individu yang sehat dan produktif, prospek dari suatu langkah yang lebih lambat dan tanggung jawab yang lebih sedikit merupakan hal yang tidak diinginkan. Jelasnya, banyak lansia dapat terus menjadi anggota masyarakat produktif yang baik sampai mereka berusia 80-90 tahun.
  • 22. 19 d. Teori Aktivitas Lawan langsung dari teori disengagement adalah teori aktivitas penuaan, yang berpendapat bahwa jalan menuju penuaan yang sukses adalah dengan cara tetap aktif. Havighurst yang pertama menulis tentang pentingnya tetap aktif secara sosial sebagai alat untuk penyesuaian diri yang sehat untuk lansia pada tahun 1952. Sejak saat itu, berbagai penelitian telah memvalidasi hubungan positif antara mempertahankan interaksi yang penuh arti dengan orang lain dan kesejahteraan fisik dan mental orang tersebut. Gagasan pemenuhan kebutuhan seseorang harus seimbang dengan pentingnya perasaan dibutuhkan oleh orang lain. Kesempatan untuk turut berperan dengan cara yang penuh arti bagi kehidupan seseorang yang penting bagi dirinya adalah suatu komponen kesejahteraan yang penting bagi lansia. Penelitian menunjukkan bahwa hilangnya fungsi peran pada lansia secara negatif memengaruhi kepuasan hidup. Selain itu, penelitian terbaru menunjukkan pentingnya aktivitas mental dan fisik yang berkesinambungan untuk mencegah kehilangan dan pemeliharaan kesehatan sepanjang masa kehidupan manusia. e. Teori Kontinuitas Teori kontinuitas, juga dikenal sebagai suatu teori perkembangan, merupakan suatu kelanjutan dari kedua teori sebelumnya dan mencoba untuk menjelaskan dampak kepribadian pada kebutuhan untuk tetap aktif atau memisahkan diri agar mencapai kebahagiaan dan terpenuhinya kebutuhan di usia tua. (Verdery, 1997) Teori ini menekankan pada kemampuan koping individu sebelumnya dan kepribadian sebagai dasar untuk memprediksi
  • 23. 20 bagaimana seseorang akan dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan akibat penuaan. Ciri kepribadian dasar dikatakan tetap tidak berubah walupun usianya telah lanjut. Selanjutnya, ciri kepribadian secara khas menjadi lebih jelas pada saat orang tersebut bertambah tua. Seseorang yang menikmati bergabung dengan orang lain dan memiliki kehidupan sosial yang aktif akan terus menikmati gaya hidupnya ini sampai usianya lanjut. Orang yang menyukai kesendirian dan memiliki jumlah aktivitas yang terbatas mungkin akan menemukan kepuasaan dalam melanjutkan gaya hidupnya ini. Lansia yang terbiasa memiliki kendali dalam membuat keputusan mereka sendiri tidak akan dengan mudah menyerahkan peran ini hanya karena usia mereka yang telah lanjut. Selain itu, individu yang telah melakukan manipulasi atau abrasi dalam interaksi interpersonal mereka selama masa mudanya tidak akan tiba-tiba mengembangkan suatu pendekatan yang berbeda di dalam masa akhir kehidupannya. Ketika perubahan gaya hidup dibebankan pada lansia oleh perubahan sosial-ekonomi atau faktor kesehatan, permasalahan mungkin akan timbul. Kepribadian yang tetap tidak diketahui selama pertemuan atau kunjungan singkat kadang-kadang dapat menjadi fokal dan juga menjadi sumber kejengkelan ketika situasi mengharuskan adanya suatu perubahan di dalam pengaturan tempat tinggal. Keluarga yang berhadapan dengan keputusan yang sulit tentang perubahan pengaturan tempat tinggal untuk seorang lansia sering memerlukan banyak dukungan.
  • 24. 21 Suatu pemahaman tentang pola kepribadian lansia sebelumnya dapat memberikan pengertian yang lebih diperlukan dalam proses pengambilan keputusan ini. 2.3 Perubahan-perubahan yang Terjadi pada Lanjut Usia Banyak kemampuan berkurang pada saat orang bertambah tua. Dari ujung rambut sampai ujung kaki mengalami perubahan dengan makin bertambahnya umur. Menurut Nugroho (2000) perubahan yang terjadi pada lansia adalah sebagai berikut: 2.3.1 Perubahan Biologis 1. Sel Jumlah sel menjadi menurun atau lebih sedikit, ukuran sel lebih besar, berkurangnya cairan intra seluler, menurunnya proporsi protein di otak; otot; ginjal; darah dan hati, jumlah sel otak menurun, terganggunya mekanisme perbaikan sel. Otak menjadi atrofi (beratnya berkurang 5-10%), lekukan otak akan menjadi lebih dangkal dan melebar. 2. Perubahan Sistem Persyarafan Struktur dan fungsi system saraf berubah dengan bertambahnya usia. Berkurangnya massa otak progresif akibat berkurangnya sel syaraf yang tidak bisa diganti. Terjadi penurunan sintesis dan neuro transmitter utama. Impuls saraf dihantarkan lebih lambat, sehingga lansia memerlukan waktu yang lebih lama untukmerespons dan bereaksi. Respon menjadi lambat dan hubungan antara persyarafan menurun, berat otak menurun 10-20%, mengecilnya syaraf panca indra sehingga mengakibatkan berkurangnya respon penglihatan dan pendengaran, mengecilnya syaraf penciuman dan perasa, lebih sensitif terhadap suhu, ketahanan tubuh terhadap dingin rendah, kurang sensitif terhadap sentuhan.
  • 25. 22 Waktu reaksi yang lama menyebabkan lansia beresiko mengalami kecelakaan dan cedera. Kehilangan kesadaran atau pingsan dapat terjadi bila orang tersebut berdiri terlalu cepat dari posisi berbaring atau duduk. Perawat harus menasehati orang tersebut untuk menunggu waktu merespons terhadap rangsang dan bergerak lebih pelaVn. Kebingungan yang terjadi tiba-tiba mungkin merupakan gejala awal infeksi atau perubahan kondisi fisik (pneumonia, infeksi saluran kencing, interaksi obat, dehidrasi dan lainnya). 3. Perubahan Penglihatan Karena sel-sel baru terbentuk di permukaan luar lensa mata, maka sel tengah yang tus akan menumpuk dan menjadi kuning, kaku, padat dan berkabut. Jadi, bagian luar lensa yang masih elastic untuk berubah bentuk (akomodasi) dan berfokus pada jarak jauh dan dekat. Lansia memerlukan waktu yang lebih lama untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan gelap dan terang dan memerlukan sinar yang lebih terang untuk melihat benda yang sangat dekat. Meskipun kondisi visual patologis bukan merupakan bagian penuaan normal, namun terjadi peninekatan penyakit mata pada lansia. Menurun lapang pandang dan daya akomodasi mata, lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, pupil timbul sklerosis, daya membedakan warna menurun. 4. Perubahan Pendengaran Kehilangan kemampuan untuk mendengar nada berfrekuensi tinggi terjadi pada usia pertengahan. Ini disebabkan karena perubahan telinga dalam yang irreversible. Lansia sering tidak mampu mengikuti percakapan karena nada konsonan frekuensi
  • 26. 23 tinggi (huruf f, s, th, ch, sh, b, t, p) semuanya terdengar sama. Ketidakmampuan berkomunikasi, membuat mereka terasa terisolasi dari menarik diri dari pergaulan social. Bila dicurigai ada gangguan pendengaran, maka harus dilakukan kajian telinga dan pendengaran. Hilangnya atau turunnya daya pendengaran, terutama pada bunyi suara atau nada yang tinggi, suara tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas umur 65 tahun, membran timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis. Kehilangan pendengaran menyebabkan lansia berespons tidak sesuai dengan yang diharapkan, tidak memahamin percakapan, dan menghindari interaksi social. Perilaku ini sering disalahkaprahkan sebagai kebingungan atau “senile”. 5. Perubahan Sistem Kardiovaskuler Penyakit jantung merupakan penyebab utama kematian pada semua kelompok umur termasuk lansia. Angka kematian akibat penyakit kardiovaskuler juga meningkat dengan meningkatnya usia. Perubahan structural yang normal dari penuaan yang terjadi pada jantung dan system vascular mengakibatkan kemampuannya untuk berfungsi secara efisien menurun. Katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, kehilangan sensitivitas dan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi perubahan posisi dari tidur ke duduk (duduk ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg dan tekanan darah meninggi akibat meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer, sistole normal ±170 mmHg, diastole normal ± 95 mmHg. Hipertensi sistolik pernah dipercaya sebagai bagian dari proses penuaan normal. Hipertensi, merupakan masalah yang banyak ditemui pada populasi lansia. Hipertensi merupakan faktor resiko
  • 27. 24 yang menonjol bagi semua kelompok usia terhadap penyakit kardiovaskuler dan stroke. Pada individu lansia, diagnosis hipertensi diklasifikasikan sebagai berikut : a. Hipertensi sistolik saja dimana tekanan sistolik terukur melebihi 160 mmhg, dengan tekanan distolik normal atau mendekati normal (di bawah 90 mmhg). b. Hipertensi esensial dimana tekanan diastoliknya lebih besar atau sama dengan 90 mmhg berapapun tekanan sistoliknya. c. Hipertensi sekunder atau hipertensi yang dapat disebabkan oleh penyebab yang mendasarinya. 6. Perubahan Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh Pada pengaturan suhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu thermostat yaitu menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi beberapa faktor yang mempengaruhinya yang sering ditemukan antara lain: temperatur tubuh menurun (hipotermi) yang secara fisiologis keadaan ini akibat metabolisme yang menurun, keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktifitas otot. Pada kondisi ini, lanjut usia akan merasa kedinginan dan dapat pula menggigil, pucat, dan gelisah. 7. Perubahan Sistem Respirasi Perubahan sistem respirasi yang berhubungan dengan usia yang mempengaruhi kapasitas dan fungsi paru meliputi yang berikut : peningkatan diameter anterioposterior dada, kolaps osteoporotic vertebra yang mengakibatkan kifosis (peningkatan kurvatura konveks tulang belakang), kalsifikasi kartilago kosta dan penurunan mobilitas alveoli. Peningkatan rigiditas atau hilangnya recoil
  • 28. 25 elastisitas paru mengakibatkan peningkatan volume residual paru dan penurunan kapasitas vital. Paru-paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dan kedalaman nafas turun. Kemampuan batuk menurun (menurunnya aktivitas silia), O2 arteri menurun menjadi 75 mmHg, CO2 arteri tidak berganti. 8. Sistem Gastrointestinal Fungsi traktus gastrointestinal biasanya tetap adekuat sepanjang hidup. Namun demikian beberapa orang lansia mengalami ketidaknyamanan akibat motilitas yang melambat. Peristaltic di esophagus kurang efisien pada lansia. Selain itu, sfingter gastroesofagus gagal berelaksasi dan keluhan utama biasanya berpusat bpada perasaan penuh, nyeri ulu hati, dan gangguan pencernaan. Banyak gigi yang tanggal, sensitivitas indra pengecap menurun, pelebaran esophagus, rasa lapar menurun, asam lambung menurun, waktu pengosongan menurun, peristaltik lemah, dan sering timbul konstipasi, fungsi absorbsi menurun. Peningkatan kesehatan untuk sistem gastrointestinal pada lansia dapat dipandu untuk meningkatkan fungsi gastrointestinalnya untuk mengikuti praktik peningkatan kesehatan seperti; menggosok gigi setiap hari, perawatan gigi yang teratur, menghindari aktivitas berat setelah makan, makan makanan tinggi serat, diet rendah lemak, minum banyak air, menjaga kebiasaan defekasi secara teratur, dan menghindari laksatif dan antasida. 9. Sistem Genitourinaria Otot-otot pada vesika urinaria melemah dan kapasitasnya menurun sampai 200 mg, frekuensi BAK meningkat, pada wanita
  • 29. 26 sering terjadi atrofi vulva, selaput lendir mongering, elastisitas jaringan menurun dan disertai penurunan frekuensi seksual intercrouse berefek pada seks sekunder. Peningkatan kesehatan sistem genitourinaria dilakukan dengan mengonsumsi cairan yang mencukupi sangat penting untuk mencegah infeksi kandung kemih dan memelihara keseimbangan caira. Masalah kontinensia urin dan sering berkemih dapat dikurangi bila individu lansia mengikuti petunjuk berikut: a. Selalu dekat dengan fasilitas kamar mandi b. Berkemih secara teratur c. Melatih otot dasar panggul Latihan otot dasar panggul sangat berguna dalam mengurangi gejala stress dan dorongan inkontinensia. Karena untuk mencapai control muskulus yang baik diperlukan latihan beberapa minggu, maka individu lansia harus didorong untuk melakukan latihan secara teratur. 10. Sistem Endokrin Produksi hampir semua hormon menurun (ACTH, TSH, FSH, LH), penurunan sekresi hormon kelamin misalnya: estrogen, progesterone, dan testoteron. 11. Sistem Kulit Kulit menjadi keriput dan mengkerut karena kehilangan proses keratinisasi dan kehilangan jaringan lemak, berkurangnya elastisitas akibat penurunan cairan dan vaskularisasi, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya, perubahan pada bentuk sel epidermis.
  • 30. 27 12. Sistem Muskuloskeletal Penurunan progresif dan gradual masa tulang mulai terjadi sebelum usia 40 tahun. Kehilangan densitas tulang yang massif akan mengai]kibatkan osteoporosis. Kondisi ini kebanyakan terjadi pada wanita pasca menopausedan berhubungan dengan inaktivitas, masukan kalsium yang tidak adekuat, dan kehilangan estrogen. Perubahan tersebut mengakibatkan penurunan mobilitas, keseimbangan dan fungsi organ internal berkurangnya ukuran otot dan kehilangan kekuatan, fleksibilitas, dan ketahanannya sebagai akibat penurunan aktivitas pada lnsia yang ditandai dengan nyeri punggung. Tulang kehilangan cairan dan rapuh, kifosis, penipisan dan pemendekan tulang, persendian membesar dan kaku, tendon mengkerut dan mengalami sclerosis, atropi serabut otot sehingga gerakan menjadi lamban, otot mudah kram dan tremor. Peningkatan kesehatan tulang pada lansia dengan osteoporosis. Osteoporosis merupakan masalah yang sering terjadi pada wanita lansia. Demineralisasi yang terjadi pada osteoporosis dipercepat dengan hilangnya estrogen, inaktivitas, dan diet rendah kalsium tinggi fosfat. Perawat dapat menganjurkan: a. Masukan tinggi kalsium b. Diet rendah fosfor c. Olahraga Peningkatan kesehatan untuk fungsi musculoskeletal dengan melaksanakan Program olahraga rutin harus dijalankan seumur hidup atau dimulai pada lansia. Aksioma ”gunakan atau kamu kehilangan” sangat sesuai dengan kapasitas fisik lansia. Hambatan terbesar untuk berolahraga adalah perilaku masyarakat secara keseluruhan dan perilaku negative lansia itu sendiri. Perawat mempunyai peranan yang sangat penting dengan
  • 31. 28 mmberi semangat dan menantang lansia untuk berpartisipasi dalam program olahraga dengan teratur. 13. Perubahan Sistem Reproduksi Perubahan yang terjadi pada sistem reproduksi wanita antara lain vagina mengalami kontraktur dan mengecil, ovari menciut, uterus mengalami atrofi, atrofi payudara, atrofi vulva, selaput lendir vagina menurun. Sedangkan perubahan yang terjadi pada sistem reproduksi pria antara lain ada penurunan secara berangsur-angsur meskipun testis masih dapat memproduksi spermatzoa, dan sebanyak ±75% pria usia di atas usia 65 tahun mengalami pembesaran prostat. Tabel 2-3 Perubahan Pada Usia Lanjut Perubahan Temuan Subyektif dan Obyektif Peningkatan Kesehatan/Rekomendasi Keperawatan Sistem Kardiovaskular Penurunan curah jantung: penurunan kemampuan merespons stress: frekuensi jantung dan volume sekuncup tidak meningkat dengan kebutuhan maksimal: kecepatan pemulihan jantung lebih lambat; peningkatan tekanan darah. Keluhan keletihan dengan peningkatan aktivitas waktu pemulihan frekuensi jantung meningkat. Telakanan darah normal < 140/90 mmHg. Olahraga secara teratur, aktivitas yang berirama, hindari merokok, makan-makanan rendah lemak, diet rendah garam ; berpartisipasi dalam aktivitas penurunan stress, ukur tekanan darah secara teratur, kepatuhan pengobatan, control berat badan. Sistem Pernapasan Peningkatan volume Keletihan dan sesak nafass setelah Olahraga secara teratur, hindaari meroko, minum banyak cairan
  • 32. 29 residual paru; penurunan kapasitas vital; penurunan pertukaran gas dan kapasitas difusi, penurunan efisiensi batuk beraktivitas; gangguan penyembuhan jaringan akibat penurunan oksigensi; kesulitan membatukan secret. untuk mengencerkan untuk mencairkan secret, imunisasi influenza setiap tahun; hindari pajanan terhadap infeksi traktus respiraatorius bagian atas. Sistem Integumen Penurunan perlindungan terhadap trauma dan pajanan matahari; penurunan perlindungan terhadap suhu yang ekstrim; berkurangnya sekresi minyak alami dan berkeringat. Kulit Nampak tipis dan keriput; keluhan cedera, memar dan terbakar matahari; keluhan tidak tahan panas; struktur tulang menonjol; kulit kering Hindari pajanan matahari (pakaian, tabir surya, tetap dalam ruangan); berpakaian yang sesuai dengan iklim; menjaga suhu dalam ruangan yang aman; berendam 1-2 kali seminggu; lumasi kulit Sistem Reproduksi Wanita : penyempitan dan penurunan elastisitas vagina; penurunan sekresi vagina Pria : penurunan ukuran penis dan testis Pria dan wanita: respons seksual yang melambat Wanita : nyeri saat berhubungan kelamin, perdarahan vagina setelah berhubungan seksual, gatal dan iritasi vagina; orgasme melambat. Pria : ereksi dan pencapaian orgasme melambat. Mungkin memerlukan peresapan pemberian krim esterogen/antibiotik, gunakan pelumas saat berhubungan kelamin; carilah bimbingan kesehatan/seksual bila perlu. Sistem Muskuloskeletal Kehilangan kepadatan tulang; kehilangan ukuran dan kekuatan otot; degenerasi tulang rawan sendi Penurunan tinggi badan, rentan terhadap fraktur, kifosis, keluhan nyeri punggung. Kehilangan kekuatan, fleksibiltas dan ketahanan. Keluhan nyeri sendi Berolahraga secara teratur, makan-makanan tinggi kalsium, batasi masukan fosfor. Mungkin perlu mendapat resep tambahan hormon dan kalsium.
  • 33. 30 Sistem Genitourinarius Pria dan wanita; kapasitas kandung kemih menurun, keterlambatan rasa ingin berkemih. Retensi urin Kesulitan berkemih Urgensi, frekuensi dan ketahanan. Keluhan nyeri sendi. Kunjungi dokter untuk pemeriksaan berkala, jangan jauh dari toilet, pakai pakaian yang mudah di buka, minum banyak air, pertahankan keasaman urin, pelihara hygiene perineal. Sistem Gastrointestinal Penurunan salivasi, kesulitan menelan makanan, perlambatan pengosongan esophagus dan lambung, penurunan motilitas GI. Keluhan mulut kering Keluhan sesak, nyeri ulu hati, dan gangguan pencernaan. Gunakan es batu, obat kumur, sikat gigi, dan pijatan gusi setiap hari. Makan sedikit tapi sering, mintalah perawatan gigi berkala. 2.3.2 Perubahan Mental Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah: 1. Perubahan fisik. 2. Kesehatan umum. 3. Tingkat pendidikan. 4. Hereditas. 5. Lingkungan. 6. Perubahan kepribadian yang drastis namun jarang terjadi misalnya kekakuan sikap. 7. Kenangan, kenangan jangka pendek yang terjadi 0-10 menit. 8. Kenangan lama tidak berubah. 9. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal, berkurangnya penampilan, persepsi, dan ketrampilan psikomotor
  • 34. 31 terjadi perubahan pada daya membayangkan karena tekanan dari faktor waktu. 2.3.3 Perubahan Psikososial 1. Perubahan lain adalah adanya perubahan psikososial yang menyebabkan rasa tidak aman, takut, merasa penyakit selalu mengancam sering bingung panik dan depresif. 2. Hal ini disebabkan antara lain karena ketergantungan fisik dan sosioekonomi. 3. Pensiunan, kehilangan financial, pendapatan berkurang, kehilangan status, teman atau relasi. 4. Sadar akan datangnya kematian. 5. Perubahan dalam cara hidup, kemampuan gerak sempit. 6. Ekonomi akibat perhentian jabatan, biaya hidup tinggi. 7. Penyakit kronis. 8. Kesepian, pengasingan dari lingkungan sosial. 9. Gangguan syaraf panca indra. 10. Gizi 11. Kehilangan teman dan keluarga. 12. Berkurangnya kekuatan fisik 2.3.4 Perubahan kultural 1. Kolektifitas Etnis Adalah kelompok dengan asal yang umum, perasaan identitas dan memiliki standart perilaku yang sama. Individu yang bedasarkan dalam kelompok seperti itu mengikuti budaya oleh norma-norma yang menentukan jalan ikiran dan perilaku mereka. (Harwood, 1981) 2. Shok Budaya Adalah salah satu sebab karena bekerja dengan individu yang latar belakang kulturnya berbeda. Shock budaya sebagai perasaan
  • 35. 32 yang tidak ada yang menolong ketidaknyamanan dan kondisi disoirentasi yang dialami oleh orang luar yang berusaha beradaptasi secara komprehensif atau secara efektif dengan kelompok yang berbeda akibat akibat paraktek nilai-nilai dan kepercayaan. ( Leininger, 1976) Perawat dapat mengurangi shock budaya dengan mempelajari tentang perpedaan kelompok budaya dimana ia terlibat. Pemting untuk perawat mengembangkan hormat kepada orang lain yang berbeda budaya sambil menghargai perasaan dirinya. Praktik perawatan kesehatan memerlukan toleransi kepercayaan yang bertentangan dengan perawat. 3. Pola Komunikasi Kendala yang paling nyata timbul bila kedua orang berbicara dengan bahasa ang berbeda. Kebiasaan berbahasa dari klien adalah salah satu cara untuk melihat isi dari budaya. Menurut Kluckhohn 1972, bahwa tiap bahasa adalah merupakan jalan khusus untuk meneropong dan interprestasi pengalaman tiap bahasa membuat tatanan seluruhnya dari asumsi yang tidak disadari tetang dunia dan penghidupan. Kendala untuk komunkasi bisa saja terjadi walaupun individu berbicara dengan bahasa yang sama. Perawat kadang kesulitan untuk menjelaskan sesuatu dengan bahasa yang sederhana, bebas dari bahasa yang jlimet yang klien bisa menagkap. Sangat penting untuk menentukan ahwa pesan kita bisa diterima dan dimengerti maksudnya . 4. Jarak Pribadi dan Kontak Jarak pribadi adalah ikatan yang tidak terlihat dan fleksibel. Pengertian tentang jarak pribadi bagi perawat kesehatan masyarakat memungkinkan proses pengkajian dan peningkatan interaksi perawat klien. Profesional kesehatan merasa bahwa mereka mempunyai ijin
  • 36. 33 keseluruh daerah badan klien. Kontak yang dekat sering diperlukan perawat saat pemeriksaan fisik, perawat hendaknya berusaha untuk mengurangi kecemasan dengan mengenal kebutuhan individu akan jarak dan berbuat yang sesuai untuk melindungi hak privasi. 5. Pandangan Sosiokultural tentang Penyakit dan Sakit Budaya mempengaruhi harapan dan persepsi orang mengenai gejala cra memberi etika kepada penyakit, juga mempengaruhi bilamana, dan kepada siapa mereka harus mengkomunikasikan masalah – masalah kesehatan dan berapa lama mereka berada dalam pelayanan. Karena kesehatan dibentuk oleh faktor – faktor budaya, maka terdapat variasi dari perilaku pelayanan kesehatan, status kesehatan, dan pola – pola sakit dan pelayanan didalam dan diantara budaya yang berbeda – beda. Perilaku pelayanan kesehatan merujuk kepada kegiatan- kegiatan sosial dan biologis individu yang disertai penghormatan kepada mempertahankan akseptabilitas status kesehatan atau perubahab kondisi yang tidak bisa diterima. Perilaku pelayanan kesehatan dan status kesehatan saling keterkaitkan dan sistem kesehatan. (Elling, 1977) 2.4 Program-program Nasional untuk Lansia 1. Posyandu Lansia Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan Posyandu lansia merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program Puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam penyelenggaraannya.
  • 37. 34 Tujuan Posyandu Lansia Tujuan pembentukan posyandu lansia secara garis besar antara lain : a. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat, sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia b. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam pelayanan kesehatan disamping meningkatkan komunikasi antara masyarakat usia lanjut. Sasaran posyandu lansia Sasaran langsung: a. Pra usia lanjut (pra senilis) 45-59 thn b. Usia lanjut 60-69 thn c. Usia lanjut risiko tinggi: usia lebih dari 70 thn atau usia lanjut berumur 60 thn atau lebih dgn masalah kesehatan Sasaran tidak langsung: a. Keluarga dimana usia lanjut berada b. Masyarakat di lingkungan usia lanjut c. Organisasi sosial yg peduli d. Petugas kesehatan e. Masyarakat luas Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia Berbeda dengan posyandu balita yang terdapat sistem 5 meja, pelayanan yang diselenggarakan dalam posyandu lansia tergantung pada mekanisme dan kebijakan pelayanan kesehatan di suatu wilayah kabupaten maupun kota penyelenggara. Ada yang menyelenggarakan posyandu lansia sistem 5 meja seperti posyandu balita, ada juga hanya menggunakan sistem pelayanan 3 meja, dengan kegiatan sebagai berikut :
  • 38. 35 a. Meja I : pendaftaran lansia, pengukuran dan penimbangan berat badan dan atau tinggi badan b. Meja II : Melakukan pencatatan berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh (IMT). Pelayanan kesehatan seperti pengobatan sederhana dan rujukan kasus juga dilakukan di meja II ini. c. Meja III : melakukan kegiatan penyuluhan atau konseling, disini juga bisa dilakukan pelayanan pojok gizi. Kendala Pelaksanaan Posyandu Lansia Beberapa kendala yang dihadapi lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu antara lain : a. Pengetahuan lansia yang rendah tentang manfaat posyandu. Pengetahuan lansia akan manfaat posyandu ini dapat diperoleh dari pengalaman pribadi dalam kehidupan sehari- harinya. Dengan menghadiri kegiatan posyandu, lansia akan mendapatkan penyuluhan tentang bagaimana cara hidup sehat dengan segala keterbatasan atau masalah kesehatan yang melekat pada mereka. Dengan pengalaman ini, pengetahuan lansia menjadi meningkat, yang menjadi dasar pembentukan sikap dan dapat mendorong minat atau motivasi mereka untuk selalu mengikuti kegiatan posyandu lansia b. Jarak rumah dengan lokasi posyandu yang jauh atau sulit dijangkau Jarak posyandu yang dekat akan membuat lansia mudah menjangkau posyandu tanpa harus mengalami kelelahan atau kecelakaan fisik karena penurunan daya tahan atau kekuatan fisik tubuh. Kemudahan dalam menjangkau lokasi posyandu ini berhubungan dengan faktor keamanan atau keselamatan bagi lansia. Jika lansia merasa aman atau merasa mudah untuk menjangkau lokasi posyandu tanpa harus menimbulkan
  • 39. 36 kelelahan atau masalah yang lebih serius, maka hal ini dapat mendorong minat atau motivasi lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu. Dengan demikian, keamanan ini merupakan faktor eksternal dari terbentuknya motivasi untuk menghadiri posyandu lansia. c. Kurangnya dukungan keluarga untuk mengantar maupun mengingatkan lansia untuk datang ke posyandu. Dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong minat atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia. Keluarga bisa menjadi motivator kuat bagi lansia apabila selalu menyediakan diri untuk mendampingi atau mengantar lansia ke posyandu, mengingatkan lansia jika lupa jadwal posyandu, dan berusaha membantu mengatasi segala permasalahan bersama lansia. d. Sikap yang kurang baik terhadap petugas posyandu. Penilaian pribadi atau sikap yang baik terhadap petugas merupakan dasar atas kesiapan atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu. Dengan sikap yang baik tersebut, lansia cenderung untuk selalu hadir atau mengikuti kegiatan yang diadakan di posyandu lansia. Hal ini dapat dipahami karena sikap seseorang adalah suatu cermin kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu obyek. Kesiapan merupakan kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara-cara tertentu apabila individu dihadapkan pada stimulus yang menghendaki adanya suatu respons. Bentuk Pelayanan Posyandu Lansia Pelayanan Kesehatan di Posyandu lanjut usia meliputi pemeriksaan Kesehatan fisik dan mental emosional yang dicatat dan dipantau dengan Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk mengetahui lebih
  • 40. 37 awal penyakit yang diderita (deteksi dini) atau ancaman masalah kesehatan yang dihadapi. Jenis Pelayanan Kesehatan yang diberikan kepada usia lanjut di Posyandu Lansia seperti: a. Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari meliputi kegiatan dasar dalam kehidupan, seperti makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air besar/kecil dan sebagainya. b. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental emosional dengan menggunakan pedoman metode 2 (dua ) menit. c. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan dan dicatat pada grafik indeks masa tubuh (IMT). d. Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan stetoskop serta penghitungan denyut nadi selama satu menit. e. Pemeriksaan hemoglobin menggunakan talquist, sahli atau cuprisulfat f. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit gula (diabetes mellitus). g. Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit ginjal. h. Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau ditemukan kelainan pada pemeriksaan butir 1 hingga 7. i. Penyuluhan Kesehatan. Kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi setempat seperti Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi lanjut usia dan kegiatan olah raga seperti senam lanjut usia, gerak jalan santai untuk meningkatkan kebugaran.
  • 41. 38 Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan di Posyandu Lansia, dibutuhkan, sarana dan prasarana penunjang, yaitu: tempat kegiatan (gedung, ruangan atau tempat terbuka), meja dan kursi, alat tulis, buku pencatatan kegiatan, timbangan dewasa, meteran pengukuran tinggi badan, stetoskop, tensi meter, peralatan laboratorium sederhana, thermometer, Kartu Menuju Sehat (KMS) lansia. 2. Puskesmas Lansia Tujuan pelaksanaan kegiatan dalam program usia lanjut adalah : a. Melaksanakan penyuluhan secara teratur dan berksinambungan sesuai kebutuhan melalui berbagai media mengenai kesehatan usia lanjut.Usaha ini dilakukan terhadap berbagai kelompok sasaran yaitu usia lanjut sendiri, keluarga dan masyarakat dilingkungan usia lanjut. b. Melaksanakan penjaringan usia lanjut resiko tinggi, pemeriksaan berkala usia lanjut dan memberi petunjuk upaya pencegahan penyakit, gangguan psikososial dan bahaya kecelakaan yang dapat terjadi pada usia lanjut. c. Melaksanakan diagnose dini, pengobatan,perawatan dan pelayanan rehabilitative kepada usia lanjut yang membutuhkan dan memberi petunjuk mengenai tindakan kuratif atau rehabilitative yang harus dijalani, baik kepada usia lanjut maupun keluarganya. d. Melaksanakan rujukan medic ke fasilitas rumah sakit untuk pengobatan, perawatan atau rehabilitative bagi usia lanjut yang membutuhkan termasuk mengusahakan kemudahan- kemudahannya.
  • 42. 39 Kegiatan yang dilaksanakan antara lain : a. Pemeriksaan tekanan darah, b. pengobatan secara umum, c. penyuluhan terkait dengan penyakit yang diderita (face to face), d. mengirimkan pasien untuk operasi katarak setiap tahun, e. senam lansia bila ada program dari dinas kesehatan dan rujukan medic ke Rumah sakit. 3. Terapi pada lansia a. Terapi Modalitas : Untuk mengisi waktu luang bagi lansia b. Terapi Aktifitas Kelompok : Untuk meningkatkan kebersaman dan bertukar pengalaman c. Terapi Musik : Untuk meningkatkan gairah hidup d. Terapi Berkebun : Untuk melatih kesabaran e. Terapi dengan Binatang : Untuk meningkatkan kasih sayang dan mengisi waktu luang f. Terapi Kognitif : Agar daya ingat tidak menurun g. Life Review Terapi : Meningkatkan gairah hidup dan harga diri h. Terapi Keagamaan : Meningkatkan rasa nyaman menjelang kematian
  • 43. 40 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Batasan lanjut usia menurut WHO terbagi menjadi 5 yaitu usia pertengahan (Middle Age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun, lanjut usia (Elderly) ialah kelompok usia antara 60 dan 74 tahun, lanjut usia tua (Old) ialah kelompok usia antara 75 dan 90 tahun, usia sangat tua (Very Old) ialah kelompok di atas usia 90 tahun. Teori –teori yang menjelaskan bagaimana dan mengapa penuaan terjadi oleh Betty Newman di kelompokkan kedalam dua kelompok besar, yaitu teori biologi dan kejiwaan sosial. Sedangkan teori penuaan menurut Barbara Cole Donlon di kelompokkan kedalam dua kelompok besar, yaitu teori biologis dan psikososial. Penelitian yang terlibat dengan jalur biologi telah memusatkan perhatian pada indikator yang dapat dilihat dengan jelas pada proses penuaan, banyak pada tingkat seluler, sedangkan ahli teori psikososial mencoba untuk menjelaskan bgaimana proses tersebut dipandang dalam kaitan dengan kepribadian dan perilaku. Kesejahteraan individu lansia tergantung pada faktor fisik, mental, sosial dan lingkungan. Pengkajian total meliputi evaluasi sistem tubuh utama, status social dan mental, dan kemampuan individu untuk berfungsi secara mandiri meskipun menderita penyakit kronis. 3.2 Saran 1. Mahasiswa Keperawatan mampu memahami tentang konsep keperawatan gerontik. 2. Mahasiswa Keperawatan dapat bekerja sama dengan perawat kesehatan komunitas dan populasi untuk memperbaiki kembali kesehatan lansia.
  • 44. 41 3. Semoga makalah ini menjadi salah satu bahan untuk menambah wawasan mengenai konsep keperawatan komunitas.
  • 45. DAFTAR PUSTAKA Nugroho, Wahyudi. 2008. Keperawatan usia lanjut dan Geriatrik. Jakarta: EGC. Stanley, Mickey. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Ed 2. Jakarta : EGC. Maryam, R. Siti, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika. Anderson, Elizabeth T. dan Judith McFarlane. Buku Ajar Keperawatan Komunitas: Teori dan Praktik, Ed. 3. Jakarta: EGC. Bandiyah, Siti. 2009. Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika. Ekasari, Mia Fatma, dkk. 2006. Panduan Pengalaman Belajar Lapangan: Keperawatan Keluarga, Keperawatan Gerontik, Keperawatan Komunitas. /Jakarta: EGC. Smeltzer, Susan. 2001. Keperawatan Medikal-Bedah Volume 1 Brunner and Suddarth. Jakarta : EGC.