SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 54
Downloaden Sie, um offline zu lesen
S M K N E G E R I 1 A L A S
J a l a n R a y a S u m b a w a –
A l a s L a b u a n A l a s
K o n t a c :
s t i p a k h a r u d d i n @ y a h o o . c
o . i d ,
s t i p a k h a r u d d i n @ g m a i l . c
o m a t a u
s t i p a k h a r u d d i n . b l o g s p o t
. c o m
0 3 7 2 – 9 2 9 1 7 1 6 H P .
0 8 5 2 5 3 6 1 2 2 7 2 ,
0 8 1 9 3 5 9 7 4 5 0 0
6 / 1 2 / 2 0 1 3
DINAS JAGA
Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B
Halaman 2 dari 54
Tanggal : 11 Januari 2012
Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, dengan tersusunnya Modul Melakukan
Dinas Jaga di Kapal untuk program keahlian NKPI dan NKN ini semoga dapat
menambah khasanah referensi khususnya di bidang kemaritiman di Indonesia.
Dinas jaga merupakan rangkaian pokok dalam kegiatan pelayaran sesuai
amanat dalam Standar Training certificate of Watch Keeping ( STCW ) 1995
serta standar Training certificate of Watch Keeping Vessel Personel ( STCW-F )
1995.
Begitu pentingnya keamanan selama berlayar, kegiatan dinas jaga
menjadi hal yang harus bagi nakhoda pada setiap kapal untuk menjamin
pelaksanaan dinas jaga diselenggarakan dengan baik diatas semua jenis dan
ukuran kapal.
Oleh karena itu, modul ini disusun secara integratif meliputi ilmu
pelayaran dan ilmu kelautan yang saling mendukung sehingga skill yang
diperlukan terkait satu dengan lainnya. Secara tuntas, kualitas maupun
manajemen proses operasional standar yang berlaku di tingkat internasional
termasuk didalam wilayah pembahasan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu materi naskah serta dorongan semangat dalam penyelesaian Modul
ini. Kami sangat berharap dan terbuka untuk masukan serta kritik konstruktif dari
para pembaca sehingga dimasa datang Modul ini lebih sempurna dan
implementatif.
Alas, Januari 2012
Penulis
Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B
Halaman 3 dari 54
Tanggal : 11 Januari 2012
Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebelum Peraruran International Mencegah Tubrukan di Laut (PIMTL)
tahun 1972 diberlakukan secara Internasional sesungguhnya sudah ada aturan-
aturan tertentu yang bermaksud untuk mencegah tubrukan di laut, tetapi tak
satupun yang tertulis dan berlaku secara nasional apalagi secara internasional
sampai akhir abad 18. Kemudian baru pada tahun 1940, London Trinity House
mengeluarkan peraturan untuk mencegah tubrukan di laut, dan peraturan ini di
syahkan oleh Parlemen Inggris pada tahun 1946.
Peraturan ini hanya diberlakukan terbatas di Inggris saja, terdiri dari 2
buah peraruran yaitu :
a. Yang pertama mengatur mengenai 2 (dua) buah kapal uap yang
berpapasan di perairan sempit, harus berpapasan melewati lambung
kirinya masing-masing.
b. Yang kedua mengatur mengenai 2 (buah) kapal uap yang saling
berpotongan (haluan berbeda), untuk menghindari bahaya tubrukan
masing-masing kapal harus merubah haluan ke kanan sehingga masing-
masing kapal melewati dengan lambung kirinya masing-masing.
Kedua buah aturan tersebut diatas berlaku bagi kapal uap, dijadikan satu aturan
dan menjadi Steam Navigation ACT of 1846. Dua tahun kemudian tahun 1948
ditambah satu aturan lain yaitu mengenai lampu/penerangan-penerangan, yakni
kapal-kapal uap diharuskan membawa lampu lambung hijau dan merah maupun
lampu tiang yang berwarna putih.
Selanjutnya pada tahun 1958 kapal layar juga diharuskan membawa
lampu-lampu lambung. Disamping itu diperkenalkan pula isyarat kabut. Untuk
kapal layar berbentuk terompet kabut atau genta, sedangkan untuk kapal uap
berbentuk suling kabut Aturan mencegah tubrukan yang baru, dikeluarkan oleh
dewan Perdagangan Inggris setelah berkonsultasi dengan pemerintah Perancis
dan diberlakukan tahun 1863. Selanjutnya pada tahun 1864 aturan ini, yang
Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B
Halaman 4 dari 54
Tanggal : 11 Januari 2012
Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari
2013
dikenal dengan ARTICLES, diikuti dan diakui oleh lebih dari 30 negara maritim di
dunia, termasuk Amerika dan Jerman. Inilah aturan pertama yang berlaku secara
Internasional, walaupun penyusunannya tidak secara Internasional. Pada tahun
1889 atas inisiatif dan undangan dari pemerintah Amerika Serikat Konperensi
Laut Internasional yang pertama diadakan yang khusus membahas masalah
pencegahan tubrukan di laut diadakan di Washington.
Konperensi Internasional kedua diadakan di Brusel pada tahun 1910 ini
sebagai tindak lanjut dari konperensi Washington dan memberlakukan segala
peraturan yang telah dikeluarkan sampai dengan tahun 1954. Pada tahun 1929
konperensi Internasional mengenai SOLAS mengusulkan adanya beberapa
perubahan kecil mengenai aturan yang dikeluarkan tahun 1910, tetapi tidak
pernah diratifiser. Perubahan dan perbaikan-perbaikan kecil lainnya dilakukan
dalam komponen Internasional tentang SOLAS pada tahun 1948. Disini
diperkenalkan adanya lampu tiang kedua bagi kapal-kapal yang panjangnya 150
kaki atau lebih. Juga diharuskan memasang lampu buritan yang tetap, serta
diperkenalkan isyarat perhatian berupa paling sedikit 5 tiup pendek dan secara
cepat.
Aturan yang setelah mengalami perubahan-perubahan tersebut berlaku
mulai tahun 1954. Selanjutnya dengan adanya kemajuan teknologi, yakni
dengan dioperasikannya Radar di kapal, maka aturan baru harus segara
diadakan. Pada tahun 1960, atas inisiati IMCO (Inter Govermental Maritime
Consultative Organization) diadakanlah konperensi Internasional mengenai
SOLAS di London.
Didalam konferensi itu disetujui adanya paragraf baru yang harus
ditambahkan mengenai Olah Gerak Kapal dalam daerah nampak terbatas agar
didapatkan tindakan sedini mungkin untuk menghindari situasi terlalu dekat
dengan kapal lain yang berada diarah lebih ke depan dari arah melintang.
Rekomendasi mengenai penggunaan Radar di cantumkan dalam Annex Aturan
tersebut dan aturan ini berlaku pada tahun 1965.
Selanjutnya pada tanggal, 4 sampai 20 Oktober 1972 diadakanlah
konferensi lagi mengenai pencegahan tubrukan di laut dan terutama masalah
Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B
Halaman 5 dari 54
Tanggal : 11 Januari 2012
Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari
2013
penggunaan Radar telah dimaksukan dalam salah satu aturan lagi. Bukan lagi
skedar rekomendasi ini menghasilkan COLLISION REGULATION ( COLLREG)
1972 yang berlaku sejak 1977. Penyempurnaan mengenai Collreg 72 diadakan
lagi dalam bentuk konvensi-konvensi Internasional atas inisiatif IMO pada
Nopember 1981 dan menciptakan aturan-aturan baru, dan diberlakukan mulai
tanggal, 1 Juni 1983. pada modul ini, hanya akan dibahas tentang standar
kompetensi melakukan dinas jaga di kapal yaitu Peraturan Pencegahan
Tubrukan Di Laut ( P2TL ) 1972 yang sudah diamandemen tahun 1981, 1987,
1989, 1993 dan 2001
B. Tujuan
Modul mata diklat ini dibuat sebagai upaya untuk menyebarkan
informasi tentang Melakukan dinas jaga di kapal.
C. Ruang Lingkup Pemelajaran
Modul ini mencakup kegiatan pembelajaran sebagai berikut :
1. Menerapkan prinsip umum yang diatur pada per-aturan 1 – 3 dari P2TL
1972
2. Menerapkani prinsip dasar tentang peraturan mengemudi dan berlayar
aturan 4 – 8 dari P2TL 1972
3. Menerapkan prinsip mengemudi dan berlayar aturan 9 – 18 dari P2TL 1972
4. Menerapkan ketentuan tentang pemasangan penerangan dan sosok benda
aturan 20 – 23 dan 27 – 31 dari P2TL 1972
5. Menerapkan ketentuan isyarat bunyi dan cahaya aturan 32 – 34 dan 36 – 37
dari P2TL 1972
6. Menerapkan pemasangan penerangan dan sosok benda aturan 20 – 23 dan
27 – 31 dari P2TL 1972
7. Menerapkan pemasangan penerangan dan sosok benda Ketentuan tentang
isyarat bunyi dan cahaya aturan 32 – 34 dan 36 – 37 dari P2TL 1972
Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B
Halaman 6 dari 54
Tanggal : 11 Januari 2012
Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari
2013
BAB. II
INFORMASI
Aturan P2TL Ada 38 Aturan yang Utama arus di ketahui dan dipelajari
oleh semua Siswa ( Calon Pelaut ) duduk di kelas X antaranya sbb :
1. Penerapan
2. Pertanggung jawaban
3. Definisi umum
4. Penerapan
5. Pengamatan
6. Laju aman
7. Bahaya tubrukan
8. Tindakan untuk mencegah bahaya tubrukan
9. Alur pelayaran sempit
10. Bagan pemisah lalu lintas
11. Penerapan
12. Kapal layar
13. Penyusulan
14. Situasi berhadapan
15. Situasi berpotongan
16. Tindakan oleh kapal yang memberi jalan
17. Tindakan oleh kapal yang bertahan
18. Tanggung jawab antar kapal
19. Sikap kapal dalam penglihatan terbatas
20. Penerapan
21. Definisi
22. Daya tampak lampu lampu
23. Kapal yang sedang berlayar
24. Menunda dan mendorong
25. Kapal layar yang sedang berlayar dan kapal yang digerakan dengan dayung
26. Kapal nelayan
27. Kapal yang tidak dapat di olah gerak dan kapal yang terbatas kemampuan olah
geraknya
28. Kapal yang terkekang oleh saratnya
29. Kapal pandu
30. Kapal berlabuh jangkar dan kapal kandas
31. Pesawat terbang laut
32. Definisi
33. Perlengkapan isyarat bunyi
34. Isyarat olah gerak dan isyarat peringatan
35. Isyarat bunyi dalam penglihatan terbatas
36. Isyarat untuk menarik perhatian
37. Isyarat mara bahaya
38. Pembebasan
Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B
Halaman 7 dari 54
Tanggal : 11 Januari 2012
Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari
2013
PERATURAN PENCEGAHAN TUBRUKAN di LAUT -1972
Amandemen 1981, 1987, 1989, 1993 dan 2001
BAGIAN A
UMUM
ATURAN 1
PEMBERLAKUAN
A. Aturan-aturan ini berlaku bagi semua kapal dilaut lepas dan di semua
perairan yang berhubungan dengan laut yg dapat dilayari oleh kapal-kapal
laut.
B. Tidak ada suatu apapun dalam aturan-aturan ini yang menghalangi
berlakunya peraturan-peraturan khusus yang dibuat oleh penguasa yang
berwenang, untuk alur pelayaran pelabuhan , sungai,danau atau perairan
pedalaman yang berhubungan dengan laut dan dapat dilayari oleh kapal laut.
Aturan-aturan khusus demikian harus semirip mungkin dengan aturan-aturan
ini.
C. Tidak ada suatu apapun dari aturan ini yang akan menghalangi berlakunya
aturan-aturan khusus yang dibuat oleh pemerintah negara manapun
berkenaan dengan tambahan kedudukan atau lampu-lampu isyarat, sosok
benda atu isyarat suling untuk kapal-kapal perang dan kapal-kapal yang
berlayar dalam beriring-iringan atau lampu-lampu isyarat atau sosok-sosok
benda untuk kapal-kapal ikan yang sedang menangkap ikan dalam suatu
armada. Tambahan-tambahan kedudukan atau lampu-lampu isyarat sosok-
sosok benda atau isyarat –isyarat suling ini harus dibuat sejauh yang dapat
dilaksanakan, supaya tidak dapat disalah artikan dengan lampu menapun
sosok benda atau isyarat yang ditentukan dilain tempat dalam peraturan ini.
D. Bagan-bagan pemisah lalu lintas dapat disyahkan oleh organisasi untuk
maksud aturan-aturan ini.
E. Manakala pemerintah yang bersangkutan berpendapat bahwa berkonstruksi
atau kegunaan khusus tidak dapat memenuhi ketentuan dari aturan-aturan ini
sehubungan dengan jumlah, jarak atau busur tampak lampu-lampu atau
sosok-sosok benda, maupun penempatan dari ciri-ciri atau isyarat bunyi,
tanpa menghalangi tugas khusus kapal-kapal itu maka kapal yang demikian
itu harus memnuhi ketentuan-ketentuan lain yang berhubungan dengan
jumlah tempat jarak atau busur tampak lampu-lampu atau sosok-sosok
benda manapun yang berhubungan dengan penempatan dan ciri-ciri alat
isyarat bunyi sebagaimana ditentukan oleh pemerintahnya yang semirip
mungkin dengan aturan-aturan ini, bagi kapal yang bersangkutan.
Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B
Halaman 8 dari 54
Tanggal : 11 Januari 2012
Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari
2013
ATURAN 2
TANGGUNG JAWAB
A. Tidak ada suatu apapun dalam aturan-aturan ini akan membebaskan tiap
kapal atau pemiliknya, nahkoda atau awak kapalnya, atas akibat-akibat
setiap kelalaian untuk memenuhaturan-aturan ini atau kelalaian terhadap
setiap tindakan berjaga-jaga yang dipandang perlu menurut kebiasaan pelaut
atau terhadap keadaan-keadaan khusus dimana kapal itu berada.
B. Dalam menafsirkan dan memenuhi aturan-aturan ini, harus benar-benar
memperhatikan semua bahaya navigasi dan bahaya tubrukan serta setiap
keadaan khusus termasuk keterbatasan- keterbatasan dari kapal-kapal yang
terlibat, yang dapat memaksa menyimpang dari aturan-aturan ini untuk
menghindari bahaya mendadak.
ATURAN 3
DEFINISI-DEFINISI UMUM
Untuk maksud aturan-aturan ini kecuali didalamnya diisyaratkan lain :
A. Kata "kapal" mencakup setiap jenis kendaraan air, termasuk kapal tanpa
benaman (displacement) dan pesawat terbang laut, yang digunakan atau
dapat digunakan sebagai sarana angkutan di air.
B. Istilah "kapal tenaga" berarti setiap kapal yang digerakkan dengan mesin
C. Istilah "kapal layar" berarti setiap kapal yang sedang berlayar dengan
menggunakan layar, dengan syarat behwa mesin penggeraknya bila ada
sedang tidak digunakan.
D. Istilah "kapal yang sedang manangkap ikan" berarti setiap kapal yang
menangkap ikan dengan jaring, tali, pukat atau jaring penangkap ikan lainnya
yang membatasi kemampuan olah geraknya, tetapi tidak meliputi kapal yang
menangkap ikan dengan tali pancing atau alat penangkap ikan lainnya yang
tidak membatasi kemmpuan mengolah geraknya di air.
E. Kata "pesawat terbang laut" mencakup setiap pesawat terbang yang dibuat
untuk mengolah gerak di air.
F. Istilah 'kapal yang tidak terkendalikan" berarti kapal yang karena sesuatu
keadaan yang istimewa tidak mampu untuk mengolah gerak seperti yang
diisyaratkan oleh aturan-aturan ini dan karenanya tidak mampu menyimpang
kapal lain.
Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B
Halaman 9 dari 54
Tanggal : 11 Januari 2012
Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari
2013
G. Istilah 'kapal yang kemampuan oleh geraknya terbatas' berarti kapal yang
karena sifat pekerjaannya mengakibatkan kemampuannya untuk mengolah
gerak seperti diisyaratkan oleh aturan-aturan ini menjadi terbatas dan
karenanya tidak mampu untuk menyimpangi kapal lain.
Kapal-kapal berikut harus dianggap sebagai kapal-kapal yang kemampuan olah
geraknya terbatas.
i. Kapal yang digunakan memasang merawat atau mengangkat merkah
navigasi atau pipa laut.
ii. Kapal yang melakukan kegiatan pengerukan, penelitian atau pekerjaan-
pekerjaan di bawah air.
iii. Kapal yang melakukan pengisian atau memindahkan orang-
orang,perbekalan atau muatan pada waktu sedang berlayar.
iv. kapal yang sedang meluncurkan atau sedang mendaratkan kembali
pesawat terbang.
v. Kapal yang sedang melakukan pembersihan ranjau.
vi. kapal yang menunda sedemikian rupa sehingga menjadikan tidak mampu
untuk menyimpang dari haluannya
H. Istilah “Kapal yang terkendala oleh saratnya”berarti kapal tenaga yang karena
syaratnya terhadap kedalaman air dan lebar perairan yang dapat dilayari
mengakibatkan kemampuan olah geraknya untuk menyimpang dari garis
haluan yang sedang diikuti menjadi terbatas sekali.
I. Istilah “sedang berlayar”Berarti kapal tidak berlabuh jangkar atau tidak diikat
pada daratan atau kandas.
J. Kapal-kapal yang harus dianggap melihat satu sama lainnya apabila kapal
yang satu dapat dilihat visual oleh kapal lainnya.
K. Istilah penglihatan terbatas berarti setiap keadaan dalam mana daya
tampaknya dibatasi oleh kabut, halimun, hujan badai, badai pasir, atau sebab
lain yang serupa dengan itu.
Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B
Halaman 10 dari 54
Tanggal : 11 Januari 2012
Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari
2013
BAGIAN B
ATURAN-ATURAN MENGEMUDIKAN KAPAL DAN MELAYARKAN KAPAL
SEKSI 1
SIKAP KAPAL DALAM SETIAP KEADAAN PENGLIHATAN
ATURAN 4
PEMBERLAKUAN
Aturan- aturan dalam seksi ini berlaku dalam setiap keadaan penglihatan.
ATURAN 5
PENGAMATAN
Tiap kapal harus senantiasa melakukan pengamatan yang layak,baik dengan
penglihatan dan pendengaran maupun dengan semua sarana tersedia yang
sesuai dengan keadaan dan suasana yang ada sehingga dapat membuat
penilaian sepenuhnya terhadap situasi dan bahaya tubrukan.
ATURAN 6
KECEPATAN AMAN
Setiap kapal harus senantiasa bergerak dengan kecepatan aman sehingga
dapat mengambil tindakan yang tepat dan berhasil untuk menghindari tubrukan
dan dapat dihentikan dalam jarak yang sesuai dengan keadaan dan suasana
yang ada dalam menentukan kecepatan aman, faktor-faktor berikut termasuk
faktor-faktor yang harus diperhitungkan :
(A) Oleh semua Kapal:
i. Tingkat penglihatan
ii. Kepadatan lalu-lintas termasuk pemusatan kapal-kapal ikan atau kapal
lain.
iii. Kemampuan olah gerak kapal khususnya yang berhubungan jarak henti
dan kemampuan berputar
iv. Pada malam hari, terdapatnya cahaya latar belakang misalnya lampu-
lampu dari daratan atau pantulan lampu-lampu sendiri
v. Keadaan angin, laut dan arus dan bahaya-bahaya navigasi yang ada
disekitarnya.
vi. Sarat sehubungan dengan keadaan air yang ada
(B) Tambahan bagi kapal-kapal yang radarnya dapat bekerja dengan baik
i. Ciri-ciri khusus daya guna dan keterbatasan pesawat radar
ii. Setiap kendala yang timbul oleh skala jarak radar yang dipakai
Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B
Halaman 11 dari 54
Tanggal : 11 Januari 2012
Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari
2013
iii. Pengaruh keadaan laut , cuaca dan sumber-sumber gangguan lain pada
penggunaan radar.
iv. Kemungkinan bahwa kapal-kapal kecil , gunung es dan benda-benda
terapung lainnya tidak dapat ditangkap oleh radar pada jarak yang cukup.
v. Jumlah, posisi dan gerakan kapal-kapal yang ditangkap oleh radar.
vi. Berbagai macam penilaian penglihatan yang lebih tepat yang mungkin
dapat bila radar digunakan untuk menentukan jarak kapal-kapal atau
benda lain disekitarnya.
ATURAN 7
BAHAYA TUBRUKAN
(A) Semua kapal harus menggunakan semua sarana yang tersedia sesuai
dengan keadaan dan suasana yang ada untuk menentukan ada tidak
adanya bahaya tubrukan , jika timbul keragu-raguan maka bahaya
demikian itu harus dianggap ada.
(B) Penggunaan pesawat radar harus dilakukan dengan tepat jika dipasang
dikapal dan bekerja dengan baik termasuk penyimakan jarak jauh untuk
memperoleh peringatan dini akan adanya bahaya tubrukan dan pelacakan
posisi radar atau pengamatan sistematis yang sepadan atas benda-benda
yang terindra.
(C) Praduga-praduga tidak boleh dibuat berdasarkan oleh keterangan yang
sangat kurang khususnya keterangan radar.
(D) Dalam menentukan ada tidak adanya bahaya tubrukan pertimbangan
pertimbangan berikut ini termasuk pertimbangan-pertimbangan yang harus
diperhitungkan.
i. Bahaya demikian harus dianggap ada jika baringan pedoman kapal
yang sedang mendekat tidak menunjukkan perubahan yang berarti.
ii. Bahaya demikian kadang-kadang mungkin ada,walaupun perubahan
sebuah baringan yang berarti itu nyata sekali ,terutama bilamana
sedang menghampiri kapal dengan jarak yang dekat sekali.
ATURAN 8
TINDAKAN UNTUK MENGHINDARI TUBRUKAN
(A) Setiap tindakan yang dilakukan untuk menghindari tubrukan jika keadaan
mengijinkan harus tegas, dilakukan dalam waktu yang cukup lapang dan
benar-benar memperhatikan syarat-syarat kepelautan yang baik.
Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B
Halaman 12 dari 54
Tanggal : 11 Januari 2012
Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari
2013
(B) Setiap perubahan haluan dan atau kecepatan untuk menghindari tubrukan
jika keadaan mengijinkan harus cukup besar sehingga segera menjadi jelas
bagi kapal lain yang sedang mengamati dengan penglihatan atau dengan
radar, serangkaian perubahan kecil dari haluan dan atau kecepatan
hendaknya dihindari.
(C) Jika ada ruang gerak yang cukup perubahan haluan saja mungkin
merupakan tindakan yang paling berhasil guna untuk menghindari situasi
saling mendekat terlalu rapat, dengan ketentuan bahwa perubahan itu
dilakukan dalam waktu cukup dini ,bersungguh-sungguh dan tidak
mengakibatkan terjadinya situasi saling mendekat terlalu rapat.
(D) Tindakan yang dilakukan untuk menghindari tubrukan dengan kapal lain
harus sedemikian rupa sehingga menghasilkan pelewatan dengan jarak
aman. Hasil guna tindakan itu harus dikaji secara seksama sampai kapal
yang lain itu pada akhirnya terlewati dan bebas sama sekali.
(E) Jika diperlukan untuk menghindari tubrukan atau untuk memberikan waktu
yang lebih banyak untuk menilai keadaan ,kapal harus mengurangi
kecepatannya atau menghilangkan kecepatannya sama sekali dengan
memberhentikan atau menjalankan mundur sarana penggeraknya
(F) Kapal yang oleh aturan ini diwajibkan tidak boleh merintangi jalan atau jalan
aman kapal lainnya, bilamana diwajibkan oleh suatu keadaan harus
mengambil tindakan sedini mungkin untuk memberikan ruang gerak yang
cukup bagi jalan kapal orang lainnya.
i. kapal yang diwajibkan untuk tidak merintangi jalannya atau jalan aman
kapal lain tidak dibebaskan dari kewajiban ini jika mendekati kapal lain
mengakibatkan bahaya tubrukan , dan bilamana akan mengambil
tindakan harus memperhatikan tindakan yang diwajibkan oleh aturan-
aturan dalam bagian ini.
ii. Kapal yang jalannya tidak boleh dirintangi tetap wajib sepenuhnya
untuk melaksanakan aturan-aturan dibagian ini bilamana kedua kapal
itu sedang berdekatan satu dengan lainnya yang mengakibatkan
bahaya tubrukan.
ATURAN 9
ALUR PELAYARAN SEMPIT
(A) Sebuah kapal yang sedang berlayar menyusuri alur pelayaran sempit harus
berlayar sedekat mungkin dengan batas luar alur pelayaran atau air
pelayaran yang terletak di sisi kanannya bilamana hal itu aman dan dapat
dilaksanakan.
Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B
Halaman 13 dari 54
Tanggal : 11 Januari 2012
Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari
2013
(B) Sebuah kapal yang panjangnya kurang dari 20 meter atau kapal layar tidak
boleh merintangi jalan kapal yang hanya dapat berlayar dengan aman di
dalam alur pelayaran atau air pelayaran sempit.
(C) Sebuah kapal yang sedang menangkap ikan tidak boleh merintangi jalan
setiap kapal lain yang sedang berlayar di dalam alur pelayaran atau air
pelayaran sempit.
(D) Sebuah kapal tidak boleh memotong alur pelayaran sempit jika pemotongan
demikian merintangi jalan kapal yang hanya dapat berlayar dengan aman
didalam alur pelayaran sempit , kapal yang di sebutkan belakangan itu boleh
menggunakan isyarat bunyi yang di tentukan dalam aturan 34 (d) , jika ragu-
ragu terhadap maksud kapal yang memotong.
(E) (i) Di alur pelayaran sempit, jika penyusulan hanya dapat dilakukan jika kapal
yang disusul itu melakukan tindakan untuk memungkinkan pelewatan
dengan aman , maka kapal yang bermaksud menyusul itu harus
menyatakan maksudnya dengan memperdengarkan isyarat yang sesuai
dengan yang ditentukan didalam aturan 34 ( c ) (ii) dan mengambil langkah
untuk dilewatinya dengan aman. jika ragu-ragu , kapal itu boleh
memperdengarkan isyarat-isyarat yang ditentukan didalam aturan 34 (d).
(Ii) Aturan ini tidak membebaskan kapal yang menyusul dari kewajibannya
menurut aturan 13.
(F) Kapal yang sedang mendekati tikungan atau daerah alur atau air pelayaran
sempit yang di tempat kapal-kapal lain dapat terhalang oleh alingan , harus
berlayar dengan kewaspadaan khusus dan berhati-hati serta harus
memperdengarkan isyarat yang sesuai dengan yang ditentukan di dalam
aturan 34 (e).
(G) Setiap kapal , jika keadaan mengijinkan harus menghindari dirinya berlabuh
jangkar di dalam alur pelayaran sempit.
ATURAN 10
TATA PEMISAHAN LALU LINTAS
(A) Pasal ini berlaku bagi tata pemisahan lalu lintas yang diterima secara sah
oleh organisasi dan tidak membebaskan setiap kapal dari kewajibannya
untuk melaksanakan aturan lainnya.
(B) Kapal yang sedang menggunakan tata pemisahan lalu lintas harus :
(I) Berlayar didalam jalur lalu lintas yang sesuai dengan arah lalu lintas
umum untuk jalur itu.
Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B
Halaman 14 dari 54
Tanggal : 11 Januari 2012
Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari
2013
(Ii) Sedapat mungkin tetap bebas dari garis pemisah atau zona pemisah lalu
lintas.
(Iii) Jalur lalu lintas dimasuki atau ditinggalkan pada umumnya dari ujung
jalur, tetapi bilamana tindakan memasuki atau meninggalkan jalur itu
dilakukan dari salah satu sisi, tindakan itu harus dilakukan sedemikian
rupa hingga membentuk sebuah sudut yang sekecil-kecilnya terhadap
arah lalu lintas umum.
(C) Sedapat mungkin , kapal harus menghindari memotong jalur-jalur lalu lintas
tetapi jika terpaksa melakukannya, harus memotong dengan haluan sedapat
mungkin tegak lurus terhadap arah lalu lintas umum.
(D) (i) Kapal yang berada di zona sekitar tata pemisah lalu lintas tidak boleh
menggunakan zona lalu lintas dekat pantai bilamana ia dapat menggunakan
jalur lalu lintas yang sesuai dengan aman. Akan tetapi kapal yang
panjangnya kurang dari 200 meter , kapal layar dan kapal yang sedang
menangkap ikan boleh menggunakan zona lalu lintas dekat pantai.
(Ii) Lepas dari sub ayat (d)(i) , kapal boleh menggunakan zona lalu lintas dekat
pantai bilamana sedang berlayar menuju atau dari sebuah pelabuhan ,
instalasi atau bangunan lepas pantai , stasiun pandu atau setiap tempat
yang berlokasi di dalam zona lalu lintas dekat pantai atau untuk menghindari
bahaya mendadak.
(E) Kapal, kecuali sebuah kapal yang sedang memotong atau kapal yang
sedang memasuki atau sedang meninggalkan jalur, pada umumnya tidak
boleh memasuki zona pemisah atau memotong garis pemisah kecuali :
(i) Dalam keadaan darurat untuk menghindari bahaya mendadak.
(ii) Untuk menangkap ikan dalam zona pemisah.
(F) Kapal yang sedang berlayar didaerah-daerah ujung tata pemisah lalu lintas
harus berlayar dengan sangat hati-hati.
(G) Sedapat mungkin, kapal harus menghindari dirinya berlabuh jangkar di
daerah tata pemisah atau di daerah-daerah dekat ujung-ujungnya.
(G) Kapal yang tidak menggunakan tata pemisah lalu lintas harus
menghindarinya dengan ambang batas selebar-lebarnya.
(I) Kapal yang sedang menangkap ikan tidak boleh merintangi jalan setiap
kapal.
(J) Kapal yang panjangnya kurang dari 20 meter atau kapal-kapal layar tidak
boleh merintangi jalan aman kapal tenaga yang sedang mengikuti jalur lalu
lintas.
Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B
Halaman 15 dari 54
Tanggal : 11 Januari 2012
Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari
2013
(K) Kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas, bilamana sedang
melakukan operasi untuk merawat sarana keselamatan pelayaran didalam
tata pemisah lalu lintas dibebaskan dari kewajiban untuk memenuhi aturan
ini karena pentingnya penyelenggaraan operasi itu.
(L) Kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas, bilamana sedang
melakukan operasi untuk meletakan , memperbaiki atau mengangkat kabel
laut di dalam tata pemisah lalu lintas di bebaskan dari kewajiban untuk
memenuhi aturan ini sekedar untuk melakukan operasi itu.
SEKSI 2
PERILAKU KAPAL-KAPAL DALAM KEADAAN SALING MELIHAT.
ATURAN 11
PEMBERLAKUAN
Aturan-aturan didalam seksi ini berlaku bagi kapal-kapal yang sedang dalam
keadaan saling melihat.
ATURAN 12
KAPAL LAYAR
(A) Bilamana dua kapal layar sedang saling mendekat sedemikian rupa,
sehingga akan mengakibatkan bahaya tubrukan, salah satu dari kedua
kapal itu harus menghindari kapal yang lain sebagai berikut :
(I) Bilamana masing-masing mendapat angin lambung yang berlainan,
maka kapal yang mendapat angin di lambung kiri harus menghindari
kapal yang lain.
(Ii) Bilamana kedua-duanya mendapat angin lambung yang sama, maka
kapal yang ada di atas angin harus menghindari kapal yang ada di
bawah angin.
(Iii) Jika kapal mendapat angin di lambung kiri melihat sebuah kapal di atas
angin tidak dapat menentukan dengan pasti apakah kapal lain itu
mendapat angin di lambung kiri atau di lambung kanan, maka kapal itu
harus menghindari kapal yang lain itu.
(B) Untuk memenuhi maksud aturan ini, sisi atas angin harus di anggap sisi yang
berlawanan dengan sisi tempat layar utama berada atau bagi kapal dengan
layar segi empat adalah sisi yang berlawanan dengan sisi tempat layar
membujur itu berada.
ATURAN 13
Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B
Halaman 16 dari 54
Tanggal : 11 Januari 2012
Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari
2013
PENYUSULAN
(A) Lepas daripada segala sesuatu yang tercantum didalam aturan-aturan
bagian B seksi 1 dan 2, setiap kapal yang sedang menyusul setiap kapal lain
harus menghindari kapal lain yang sedang disusul itu.
(B) Kapal harus dianggap menyusul bilamana sedang mendekati kapal lain dari
arah yang lebih besar daripada 22,5 derajat di belakang arah melintang,
yakni dalam suatu kedudukan sedemikian sehingga terhadap kapal yang
sedang di susul itu pada malam hari hanya dapat melihat lampu buritan,
tetapi tidak satupun dari lampu-lampu lambungnya.
(C) Bilamana kapal dalam keadaan ragu-ragu apakah ia sedang menyusul kapal
lain atau tidak, kapal itu harus beranggapan bahwa demikianlah halnya dan
bertindak sesuai dengan itu.
(D) Setiap perubahan baringan antara kedua kapal yang terjadi kemudian tidak
akan mengakibatkan kapal yang sedang memotong dalam pengertian
aturan-aturan ini atau membebaskannya dari kewajiban untuk menghindari
kapal yang sedang disusul itu sampai kapal tersebut dilewati dan bebas
sama sekali.
ATURAN 14
SITUASI BERHADAP-HADAPAN
(A) Bilamana dua kapal tenaga sedang bertemu dengan haluan-haluan
berlawanan atau hampir berlawanan sehingga akan mengakibatkan bahaya
tubrukan , masing-masing harus mengubah haluannya ke kanan sehingga
masing-masing akan berpapasan di lambung kirinya.
(B) Situasi demikian itu harus dianggap ada bilamana kapal melihat kapal lain
tepat atau hampir di depan dan pada malam hari kapal itu dapat melihat
lampu-lampu tiang kapal lain tersebut terletak segaris atau hampir segaris
atau kedua lampu lambung serta pada siang hari kapal itu mengamati gatra (
aspek ) yang sesuai mengenai kapal lain tersebut.
(C) Bilamana kapal dalam keadaan ragu-ragu akan terdapatnya situasi demikian,
kapal itu harus beranggapan bahwa situasi itu ada dan bertindak sesuai
dengannya.
ATURAN 15
SITUASI MEMOTONG
Bilamana dua kapal tenaga sedang berlayar dengan haluan saling memotong
sedemikian rupa sehingga mengakibatkan bahaya tubrukan , kapal yang
Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B
Halaman 17 dari 54
Tanggal : 11 Januari 2012
Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari
2013
mendapati kapal lain disisi kanannya harus menghindari , dan jika keadaan
mengijinkan , harus menghindarkan dirinya memotong di depan kapal lain itu.
ATURAN 16
TINDAKAN KAPAL YANG MENGHINDAR
Setiap kapal yang diwajibkan menghindari kapal lain, sedapat mungkin
melakukan tindakan secara dini tegas untuk tetap bebas sama sekali.
ATURAN 17
TINDAKAN KAPAL YANG BERTAHAN
(A) (i) Apabila salah satu dari dua kapal diwajibkan menghindar, maka kapal
yang lainnya harus mempertahankan haluan dan kecepatannya.
(Ii) Tetapi kapal yang disebutkan terakhir itu boleh melakukan tindakan untuk
menghindari tubrukan hanya dengan olah geraknya, segera setelah jelas
baginya bahwa kapal yang diwajibkan menghindar itu tidak melakukan
tindakan yang tepat sesuai dengan aturan-aturan ini.
(B) Bilamana kareana suatu sebab, kapal yang diwajibkan mempertahankan
haluan dan kecepatannya itu berada sedemikian dekatnya sehingga
tubrukan tidak dapat dihindari dengan tindakan kapal yang menghindar saja,
maka kapal tersebut harus melakukan tindakan sedemikian rupa sehingga
akan membantu penghindaran tubrukan dengan sebaik-baiknya.
(C) Kapal tenaga yang melakukan tindakan dalam situasi memotong sesuai
dengan sub paragraf (a)(ii) aturan ini untuk menghindari tubrukan dengan
kapal tenaga lain, jika keadaan mengijinkan , tidak boleh mengubah haluan
ke kiri terhadap kapal yang ada di sisi kirinya.
(D) Aturan ini tidak membebaskan kapal yang wajib menghindar dari
kewajibannya untuk menghindar.
ATURAN 18
TANGGUNG JAWAB ANTAR KAPAL
Kecuali Aturan 9 , 10 dan 13 menyaratakan lain :
(A) Kapal tenaga yang sedang berlayar harus menghindari :
(i) kapal yang tidak terkendali
(Ii) kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas
(iii) kapal yang sedang menangkap ikan
(iv) kapal layar
Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B
Halaman 18 dari 54
Tanggal : 11 Januari 2012
Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari
2013
(B) Kapal layar yang sedang berlayar harus menghindari :
(i) kapal yang tidak terkendali
(ii) kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas
(iii) kapal yang sedang menangkap ikan
(C) Kapal yang sedang menangkap ikan sedapat mungkin menghindari :
(I) kapal yang tidak terkendali
(Ii) kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas
(D) (i) Setiap kapal, selain daripada kapal yang tidak terkendali, atau kapal yang
kemampuan olah geraknya terbatas, jika keadaan mengijinkan , harus
menghindarkan dirinya merintangi jalan aman sebuah kapal yang
terkendala oleh saratnya yang sedang memperlihatkan isyarat-isyarat
dalam aturan 28.
(ii) Kapal yang terkendala oleh saratnya harus berlayar dengan
kewaspadaan khusus dengan benar-benar memperhatikan keadaannya
yang khusus itu.
(E) Pesawat terbang laut yang sedang berada di air , pada umumnya, tidak
boleh merintangi semua kapal dan tidak mengganggu navigasi kapal-kapal
lain itu, dalam suatu keadaan dimana resiko tubrukan timbul maka ia wajib
memenuhi aturan-aturan dalam bagian ini.
(F) (i) Pesawat WIG pada saat akan lepas landas , mendarat dan terbang
didekat permukaan harus bebas dari setiap kapal lainnya dan tidak
merintangi navigasi kapal-kapal lainnya itu.
(ii) Pesawat WIG yang sedang beroperasi di permukaan air harus memenuhi
aturan-aturan dari bagian ini sebagai kapal tenaga.
SEKSI 3
PERILAKU KAPAL DALAM PENGLIHATAN TERBATAS
ATURAN 19
PERILAKU KAPAL DALAM PENGLIHATAN TERBATAS
(A) Aturan ini berlaku bagi kapal-kapal yang tidak saling melihat bilamana
sedang berlayar di suatu daerah yang berpenglihatan terbatas atau
didekatnya.
(B) Setiap kapal harus berjalan dengan kecepatan aman yang disesuaikan
dengan keadaan dan suasana penglihatan terbatas yang ada. Kapal tenaga
harus menyiapkan mesin-mesinnya untuk segera dapat berolah gerak.
Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B
Halaman 19 dari 54
Tanggal : 11 Januari 2012
Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari
2013
(C) Setiap kapal harus benar-benar memperhatikan keadaan dan suasana
penglihatan terbatas yang ada bilamana sedang memenuhi aturan-aturan
seksi 1 bagian ini.
(D) Kapal yang mengindera kapal lain hanya dengan radar harus menentukan
apakah sedang berkembang situasi saling mendekat terlalu rapat dan atau
apakah ada bahaya tubrukan. Jika demikian, kapal itu harus melakukan
tindakan dalam waktu yang cukup lapang ketentuan bahwa bilamana
tindakan demikian terdiri dari perubahan haluan, maka sejauh mungkin
harus dihindari hal-hal sebagai berikut :
(I) Perubahan haluan ke kiri terhadap kapal yang ada di depan arah
melintang selain daripada kapal yang disusul.
(Ii) Perubahan haluan arah kapal yang ada di arah melintang atau di
belakang arah melintang.
(E) Kecuali apabila telah yakin bahwa tidak ada bahaya tubrukan , setiap kapal
yang mendengar isyarat kabut kapal lain yang menurut pertimbanganya
berada di depan arah melintangnya, atau yang tidak dapat menghindari
situasi saling mendekat terlalu rapat hingga kapal yang ada di depan arah
melintangnya , harus mengurangi kecepatannya serendah mungkin yang
dengan kecepatan itu kapal tersebut dapat mempertahankan haluannya.
Jika dianggap perlu, kapal itu harus meniadakan kecepatannya sama sekali
dan bagaimanapun juga berlayar dengan kewaspadaan khusus hingga
bahaya tubrukan telah berlalu.
Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B
Halaman 20 dari 54
Tanggal : 11 Januari 2012
Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari
2013
BAGIAN C
LAMPU DAN SOSOK BENDA
ATURAN 20
PEMBERLAKUAN
(A) Aturan-aturan dalam bagian ini harus dipenuhi dalam segala keadaan cuaca.
(B) Aturan-aturan tentang lampu-lampu harus dipenuhi semenjak saat matahari
terbenam sampai dengan matahari terbit dan selama jangka waktu tersebut
lampu-lampu lain tidak boleh diperlihatkan , kecuali apabila lampu-lampu
demikian tidak dapat terkelirukan dengan lampu-lampu yang disebutkan
secara terpernci didalam aturan-aturan ini atau tidak melemahnya daya
tampak atau sifat khususnya atau mengganggu terselenggaranya
pengamatan yang layak.
(C) Lampu-lampu yang ditentukan oleh aturan-aturan ini , jika dipasang harus
jiga diperlihatkan sijak saat matahari terbit sampai matahari terbenam dalam
keadaan penglihatan terbatas dan boleh diperlihatakan dalam semua
keadaan bila dianggap perlu.
(D) Aturan-aturan tentang sosok benda harus dipenuhi pada siang hari.
(E) Lampu-lampu dan sosok-sosok benda yang disebutkan secara terpernci di
dalam aturan-aturan ini harus memenuhi ketentuan-ketentuan lampiran 1
peraturan ini.
ATURAN 21
DEFINISI
(A) "Lampu tiang" berarti lampu putih yang ditempatkan di sumbu membujur
kapal , memperlihatkan cahaya tidak terputus-putus yang meliputi bujur
cakrawala 225 derajat dan dipasang sedemikian rupa sehingga
memperlihatkan cahaya dari arah lurus ke depan sampai 22,5 derajat
dibelakang arah melintang di kedua sisi kapal.
(B) "Lampu lambung" berarti lampu hijau di lambung kanan dan lampu merah di
lambung kiri, masing-masing memperlihatkan cahaya tidak terputus-putus
yang meliputi busur cakrawala 112,5 derajat dan dipempatkan sedemikian
rupa hingga memperlihatkan cahaya dari arah lurus kedepan sampai dengan
22,5 derajat di belakang arah melintang di masing-masing sisinya. Di kapal
yang panjangnya kurang dari 20 meter , lampu-lampu lambung itu boleh
digabungkan dalam satu lentera yang ditempatkan di sumbu membujur
kapal.
Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B
Halaman 21 dari 54
Tanggal : 11 Januari 2012
Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari
2013
(C) "Lampu buritan" berarti lampu putih yang ditempatkan sedekat mungkin
dengan burutan , memperlihatkan cahaya tidak terputus-putus yang meliputi
bujur cakrawala 135 derajat dan dipasang sedemikian rupa hingga
memperlihatkan cahaya 67,5 derajat dari arah lurus ke belakang kemasing-
masing sisinya.
(D) "Lampu Tunda" berarti lampu kuning yang mempunyai sifat-sifat khusus
yang sama dengan "Lampu buritan" yang didefinisikan didalam paragraf (c)
aturan ini.
(E) "Lampu keliling" berarti lampu yang memperlihatkan cahaya tidak terputus-
putus yang meliputi busur cakrawala 360 derajat.
(F) "Lampu Kedip" berarti lampu yang berkedip-kedip dengan selang waktu
teratur dengan frekuensi 120 kedipan atau lebih setiap menit.
ATURAN 22
JARAK TAMPAK LAMPU
Lampu-lampu yang ditentukan didalam aturan ini harus mempunyai kuat cahaya
sebagaimana yang disebutkan secara terperinci didalam seksi 8 lampiran 1
peraturan ini untuk dapat kelihatan dari jarak-jarak minimum berikut :
(A) Di kapal-kapal yang panjangnya 50 meter atau lebih :
- Lampu tiang, 6 mil;
- Lampu lambung, 3 mil;
- Lampu buritan, 3 mil;
- Lampu tunda, 3 mil;
- Lampu keliling putih, merah, hijau atau kuning, 2 mil.
(B) Di kapal-kapal yang panjangnya 12 meter atau lebih tetapi kurang dari 50
meter :
- Lampu tiang, 5 mil; kecuali apabila panjang kapal itu kurang dari 20 meter,
3 mil;
- Lampu lambung, 2 mil;
- Lampu buritan, 2 mil;
- Lampu tunda, 2 mil;
- Lampu keliling putih, merah, hijau atau kuning, 2 mil.
(C) Dikapal-kapal yang panjangnya kurang dari 12 meter :
- Lampu tiang, 2 mil;
- Lampu lambung, 1 mil;
- Lampu buritan, 2 mil;
- Lampu tunda, 2 mil;
Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B
Halaman 22 dari 54
Tanggal : 11 Januari 2012
Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari
2013
- Lampu keliling putih, merah, hijau atau kuning, 2 mil
(D) Dikapal-kapal yang terbenam atau benda-benda yang sedang ditunda yang
tidak kelihatan dengan jelas :
- Lampu keliling putih, 3 mil.
ATURAN 23
KAPAL TENAGA YANG SEDANG BERLAYAR
(A) Kapal tenaga yang sedang berlayar :
(I) Lampu tiang depan;
(Ii) Lampu tiang kedua , dibelakang dan lebih tinggi dari pada lampu tiang
depan ; kecuali kapal yang panjangnya kurang dari 50 meter tidak wajib
memperlihatkan lampu demikian, tetapi boleh memperlihatkannya.
(Iii) Lampu-lampu lambung;
(Iv) Lampu buritan.
(B) Kapal bantalan udara bilamana sedang beroperasi dalam bentuk tanpa berat
benaman, disamping lampu-lampu yang ditentukan didalam paragraf (a)
pasal ini, harus memperlihatkan lampu keliling kuning kedip.
(C) Pesawat WIG hanya pada saat lepas landas , mendarat dan terbang didekat
permukaan sebagai tambahan lampu-lampu yang diwajibkan dalam paragraf
(a) harus memperlihatkan satu lampu keliling merah berkedip dengan
intensitas tinggi.
(D)(i) Kapal tenaga yang panjangnya kurang dari 12 meter sebagai ganti lampu-
lampu yang ditentukan di dalam paragraf (a) pasal ini , boleh memperlihatkan
lampu keliling putih dan lampu-lampu lambung.
(ii) Kapal tenaga yang panjangnya kurang dari 7 meter yang kecepatan
minimumnya tidak lebih dari 7 mil setiap jam, sebagai ganti lampu-lampu
yang ditentukan didalam paragraf (a) pasal ini, boleh memperlihatkan
lampu keliling putih dan jika mungkin, harus juga memperlihatkan lampu-
lampu lambung.
(iii) Lampu tiang atau lampu keliling putih di kapal tenaga yang panjangnya
kurang dari 12 meter boleh dipindahkan dari sumbu membujur kapal jika
pemasangan disumbu membujur tidak dapat dilakukan, dengan
ketentuan bahwa lampu-lampu lambung digabungkan dalam satu
lentera yang harus diperlihatkan disumbu membujur kapal atau
ditempatkan sedekat mungkin disumbu membujur kapal yang sama
dengan lampu tiang atau lampu keliling putih.
Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B
Halaman 23 dari 54
Tanggal : 11 Januari 2012
Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari
2013
ATURAN 24
MENUNDA DAN MENDORONG
(A) Kapal tenaga bilamana sedang menunda harus memperlihatkan :
(i) Sebagai pengganti lampu yang ditentukan didalam aturan 23(a) atau
(a)(ii), dua tiang penerang bersusun tegak lurus. bilamana panjang tundaan
diukur dari buritan kapal yang sedang menunda sampai keujung belakang
tundaan lebih dari 200 meter , tiga lampu yang demikian itu bersusun tegak
lurus.
(ii) Lampu-lampu lambung
(iii) Lampu buritan
(iv) Lampu tunda , tegak lurus diatas lampu buritan
(v) Bilamana panjang tundaan lebih dari 200 meter , sosok belah ketupat
disuatu tempat yang dapat kelihatan dengan sejelas-jelas nya.
(B) Ketika kapal yang sedang mendorong dan kapal yang sedang didorong maju
di ikat erat-erat dalam suatu unit berangkai, kapal-kapal itu harus dianggap
sebagai sebuah kapal tenaga dan memperlihatkan lampu-lampu yang
ditentukan didalam aturan 23.
(C) Kapal tenaga bilamana sedang mendorong maju atau sedang menggandeng
kecuali didalam suatu unit berangkai, harus memperlihatkan :
(i) Sebagai pengganti lampu yang ditentukan di dalam aturan 23(a)(i) atau
(a)(ii) , dua penerangan tiang yang tersusun tegak lurus.
(ii) Lampu-lampu lambung
(iii) Lampu buritan.
(D) Kapal tunda yang dikenai paragraf (a) atau (c) aturan ini harus juga
memenuhi aturan 23(a)(ii).
(E) Kapal atau benda yang sedang ditunda, selain daripada yang ditentukan di
dalam paragraf (g) aturan ini harus memperlihatkan :
(i) Lampu-lampu lambung
(ii) Lampu buritan
(iii) Bilamana panjang tundaan lebih dari 200 meter , sosok belah ketupat di
suatu tempat yang dapat kelihatan dengan sejelas-jelas nya.
(F) Dengan ketentuan bahwa berapapun jumlah kapal yang sedang digandeng
atau di dorong dalam suatu kelompok, harus diberi lampu sebagai suatu
kapal.
(I) Kapal yang sedang didorong maju yang bukan merupakan bagian dari
suatu unit berangkai harus memperlihatkan lampu-lampu lambung di ujung
depan.
(Ii) Kapal yang sedang digandeng harus memperlihatkan lampu buritan dan
ujung depan lampu-lampu lambung.
Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B
Halaman 24 dari 54
Tanggal : 11 Januari 2012
Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari
2013
(G) Kapal atau benda yang terbenam sebagian atau gabungan dari kapal-kapal
atau benda-benda demikian yang sedang di tunda yang tidak kelihatan
dengan jelas , harus memperlihatkan :
(i) Jika lebarnya kurang dari 25 meter , suatu lampu keliling putih di ujung
depan, atau di dekatnya dan satu di ujung belakang atau di dekatnya,
kecuali apabila naga umbang itu tidak perlu memperlihatkan lampu di
ujung depan atau di dekatnya.
(ii) Jika lebarnya 25 meter atau lebih , dua lampu keliling putih tambahan di
ujung-ujung paling luar dari lebarnya dan di dekatnya.
(iii) Jika panjangnya lebih dari 100 meter , lampu-lampu keliling putih
tambahan di antara lampu-lampu yang ditentukan di dalam sub paragraf
(i) dan (ii) sedemikian rupa sehingga jarak antara lampu-lampu itu tidak
boleh lebih dari 100 meter.
(iv) Sosok belah ketupat di atau didekat ujung paling belakang dari kapal
atau benda paling belakang yang sedang di tunda dan jika panjang
tundaan itu lebih dari 200 meter , sosok belah ketupat tambahan di
suatu tempat yang dapat kelihatan dengan sejelas-jelasnya serta di
tempatkan sejauh mungkin di depan.
(H) Apabila karena suatu sebab yang cukup beralasan sehingga tidak
memungkinkan kapal atau benda yang sedang di tunda memperlihatkan
penerangan-penerangan atau sosok benda yang ditentukan di dalam
paragraf (e) atau (g) aturan ini, semua upaya yang mungkin harus ditempuh
untuk menerangi kapal atau benda yang ditunda setidak-tidaknya
menunjukkan adanya kapal atau benda demikian itu.
(I) Apabila karena suatu sebab yang cukup beralasan sehingga tidak
memungkinkan kapal yang tidak biasa melakukan operasi-operasi
penundaan untuk memperlihatkan penerangan-penerangan yang di tentukan
didalam paragraf (a) atau (c) aturan ini maka kapal demikian itu tidak
disyaratkan untuk memperlihatkan penerangan-penerangan itu, bilamana
sedang menunda kapal lain dalam bahaya atau dalam keadaan lain yang
membutuhkan pertolongan. Segala upaya yang mungkin harus ditempuh
untuk menunjukkan sifat hubungan antara kapal yang sedang menunda dan
kapal yang sedang ditunda sebagaimana yang diharuskan dan dibolehkan
didalam aturan 36 terutama untuk menerangi tali tunda.
ATURAN 25
KAPAL LAYAR YANG SEDANG BERLAYAR DAN KAPAL YANG SEDANG
BERLAYAR DENGAN DAYUNG
(A) Kapal layar yang sedang berlayar harus memperlihatkan :
(I) Penerangan-penerangan lambung
(Ii) Penerangan buritan
Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B
Halaman 25 dari 54
Tanggal : 11 Januari 2012
Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari
2013
(B) Di kapal layar yang panjangnya kurang dari 20 meter , penerangan-
penerangan yang ditentukan di dalam paragraf (a) aturan ini boleh
digabungkan didalam satu lentera yang dipasang dipuncak tiang atau
didekatnya di suatu tempat yang dapat kelihatan dengan sejelas-jelasnya.
(C) Kapal layar yang sedang berlayar , disamping lampu-lampu yang ditentukan
didalam paragraf (a) aturan ini, boleh memperlihatkan dipuncak tiang atau
didekatnya, di suatu tempat yang kelihatan dengan sejelas-jelasnya, dua
lampu keliling bersusun tegak lurus, yang diatas merah dan yang di bawah
hijau, tetapi lampu-lampu ini tidak boleh memperlihatkan bersama-sama
dengan lentera kombinasi yang dibolehkan paragraf (b) aturan ini.
(D) (i) Kapal layar yang panjangnya kurang dari 7 meter, jika mungkin harus
memperlihatkan lampu-lampu yang ditentukan didalam paragraf (a) atau (b)
aturan ini, tetapi jika tidak memperlihatkannya, kapal layar itu harus selalu
siap dengan sebuah lampu senter atau lentera yang menyala yang
memperlihatkan cahaya putih yang harus ditunjukkan dalam waktu yang
memadai untuk mencegah tubrukan.
(Ii) Kapal yang sedang berlayar dengan dayung boleh memperlihatkan lampu-
lampu yang ditentukan didalam aturan ini bagi kapal-kapal layar , tetapi jika
tidak memperlihatkannya , kapal yang sedang berlayar dengan dayung itu
harus siap dengan sebuah lampu senter yang menyala yang
memperlihatkan cahaya putih yang harus ditunjukkan dalam waktu yang
memadai untuk mencegah tubrukan.
(E) Kapal yang sedang berlayar dengan layar bilamana sedang digerakkan juga
dengan mesin, harus memperlihatkan sosok benda berbentuk kerucut,
dengan puncak kebawah, dibagian depan kapal di suatu tempat yang dapat
kelihatan dengan sejelas-jelasnya.
ATURAN 26
KAPAL PENANGKAP IKAN
(A) kapal yang sedang menangkap ikan, apakah sedang berlayar atau berlabuh
jangkar , harus memperlihatkan lampu-lampu dan sosok-sosok benda yang
hanya ditentukan oleh aturan ini.
(B) Kapal yang sedang mendogol, maksudnya sedang menarik pukat taruk atau
pekakas lain di dalam air yang digunakan sebagai alat untuk menangkap
ikan , harus memperlihatkan :
(i) Dua penerangan keliling bersusun tegak lurus, yang diatas hijau dan yang
dibawah putih, atau sosok benda yang terdiri dari dua kerucut yang titik-
titik puncaknya berimpit, bersusun tegak lurus.
Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B
Halaman 26 dari 54
Tanggal : 11 Januari 2012
Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari
2013
(ii) Penerangan tiang lebih kebelakang dan lebih tinggi daripada penerangan
hijau keliling kapal yang panjangnya kurang dari 50 meter tidak wajib
memperlihatkannya.
(iii) Bilamana mempunyai laju di air sebagai tambahan atas penerangan
yang ditentukan di dalam paragraf ini penerangan-penerangan lambung
dan penerangan buritan.
(C) Kapal yang sedang menangkap ikan kecuali yang sedang mendogol , harus
memperlihatkan :
(I) Dua lampu keliling bersusuntegak lurus , yang diatas merah dan di bawah
putih atau sosok benda yang terdiri dari dua kerucut yang titik-titik
puncaknya berimpit , bersusun tegak lurus.
(Ii) Bilamana ada alat penangkap ikan yang terjulur mendatar dari kapal lebih
dari 50 meter , lampu putih keliling atau kerucut yang titik puncaknya ke
atas di arah alat penangkap.
(Iii) Bilamana mempunyai kecepatan di air, di samping lampu-lampu yang
ditentukan di dalam paragraf ini, lampu-lampu lambung dan lampu
buritan.
(D) Kapal yang sedang menangkap ikan berdekatan sekali dengan kapal-kapal
lain yang menangkap ikan , boleh memperlihatkan isyarat-isyarat tambahan
yang di uraikan dengan jelas di dalam lampiran II aturan ini.
(E) Bilamana sedang tidak menangkap ikan tidak boleh memperlihatkan lampu-
lampu atau sosok-sosok benda yang ditentukan di dalam aturan ini tetapi
hanya lampu-lampu atau sosok benda yang ditentukan bagi kapal yang
panjangnya sama dengan panjang kapal itu.
ATURAN 27
KAPAL YANG TIDAK TERKENDALIKAN ATAU YANG BERKEMAMPUAN
OLAH GERAKNYA TERBATAS
(A) Kapal yang tidak terkendalikan harus memperlihatkan :
(I) Dua lampu merah keliling bersusun tegak lurus di suatu tempat yang
dapat kelihatan dengan sejelas-jelasnya.
(Ii) Dua bola atau sosok benda yang serupa bersusun tegak lurus di suatu
tempat yang dapat kelihatan dengan sejelas-jelasnya.
(Iii) Bilamana mempunyai laju di air, sebagai tambahan atas lampu-lampu
yang ditentukan didalam paragraf ini, lampu-lampu lambung dan lampu
buritan.
(B) Kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas, kecuali kapal yang sedang
melaksanakan pekerjaan pembersihan ranjau, harus memperlihatkan :
Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B
Halaman 27 dari 54
Tanggal : 11 Januari 2012
Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari
2013
(I) Tiga lampu keliling bersusun tegak lurus di suatu tempat yang dapat
kelihatan dengan sejelas-jelasnya, Lampu yang tertinggi dan yang
terrendah harus merah, sedang lampu yang tengah harus putih.
(Ii) Tiga sosok benda bersusun tegak lurus, di suatu tempat yang dapat
kelihatan dengan sejelas-jelasnya, Sosok benda yang tertinggi dan yang
terrendah harus bola, sedang yang ditengah sosok belah ketupat.
(Iii) Bilamana mempunyai laju di air, lampu atau lampu-lampu tiang, lampu-
lampu lambung dan lampu buritan, sebagai tambahan atas lampu-lampu
yang di tentukan di dalam sub paragraf (i).
(Iv) Bilamana berlabuh jangkar, sebagai tambahan atas lampu-lampu atau
sosok-sosok benda yang di tentukan didalam sub paragraf (i) dan (ii)
lampu-lampu atau sosok-sosok benda yang ditentukan dalam aturan 30.
(C) kapal tenaga yang sedang melaksanakan pekerjaan penundaan sedemikian
rupa sehingga sangat membatasi kemampuan kapal yang sedang menunda
dan tundaannya itu untuk menyimpang dari haluannya yang ditentukan
didalam aturan 24 (a) harus memperlihatkan lampu-lampu atau sosok-sosok
benda yang ditentukan di dalam sub paragraf (b) (i) dan (ii) aturan ini.
(D) Kapal yang sedang melaksanakan pengerukan atau pekerjaan di dalam air ,
bilamana kemampuan olah geraknya terbatas, harus memperlihatkan lampu-
lampu dan sosok-sosok benda yang ditentukan di dalam sub paragraf (b)(i),
(ii) dan (iii) aturan ini dan sebagai tambahan bilamana ada rintangan harus
memperlihatkan :
(I) Dua lampu merah keliling atau dua bola bersusun tegak lurus untuk
menunjukkan sisi tempat rintangan itu berada.
(Ii) Dua lampu hijau keliling atau dua sosok belah ketupat bersusun tegak
lurus untuk menunjukkan sisi kapal yang boleh dilewati kapal lain.
(Iii) Bilamana berlabuh jangkar, lampu atau sosok benda yang ditentukan di
dalam paragraf ini sebagai ganti lampu-lampu atau sosok benda yang
ditentukan di dalam aturan 30.
(E) Bilamana kapal yang sedang melaksanakan pekerjaan-pekerjaan
penyelaman itu menbuatnya tidak mampu memperlihatkan semua lampu
dan sosok benda yang ditentukan didalam paragraf (d) aturan ini harus
diperlihatkan yang berikut ini :
(I) Tiga lampu keliling bersusun tegak lurus di suatu tempat yang
diperlihatkan dengan sejelas-jelasnya. Lampu yang tertinggi dan yang
terrendah harus merah , sedangkan lampu yang di tengah harus putih.
(Ii) Tiruan bendera kaku huruf " A " dari kode internasional yang tingginya
tidak kurang dari 1 meter . Langkah-langkah harus dilakukan untuk
menjamin agar tiruan itu dapat kelihatan keliling.
(F) Kapal yang sedang melaksanakan pekerjaan pembersihan ranjau , sebagai
tambahan atas lampu-lampu yang ditentukan bagi kapal tenaga di dalam
aturan 23 atau atas lampu-lampu atau sosok benda yang ditentukan bagi
Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B
Halaman 28 dari 54
Tanggal : 11 Januari 2012
Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari
2013
kapal yang harus berlabuh jangkar di dalam aturan 30 , mana yang sesuai
harus memperlihatkan tiga lampu hijau keliling atau tiga bola. Salah satu dari
lampu-lampu atau sosok-sosok benda ini harus diperlihatkan di puncak tiang
depan atau di dekatnya, dan satu masing-masing ujung andang-andang
depan . Lampu-lampu atau sosok-sosok benda ini menunjukkan bahwa
berbahayalah kapal lain yang mendekat dalam jarak 1000 meter dari
pembersih ranjau ini.
(G) Kapal-kapal yang panjangnya kurang dari 12 meter , kecuali kapal-kapal
yang sedang menjalankan pekerjaan penyelaman , tidak wajib
memperlihatkan lampu-lampu dan sosok-sosok benda yang ditentukan
dalam aturan ini.
(H) Isyarat-isyarat yang ditentukan di dalam aturan ini bukan isyarat-isyarat dari
kapal-kapal dalam bahaya dan membutuhkan pertolongan, insyarat-isyarat
demikian tercantum didalam lampiran IV peraturan ini.
ATURAN 28
KAPAL YANG TERKENDALA OLEH SARATNYA
Kapal yang terkendala oleh saratnya sebagai tambahan atas lampu-lampu yang
ditentukan bagi kapal-kapal tenaga di dalam aturan 23, boleh memperlihatkan
tiga lampu merah keliling bersusun tegak lurus atau sebuah silinder di tempat
yang dapat kelihatan dengan sejelas-jelasnya.
ATURAN 29
KAPAL PANDU
(A) Kapal yang sedang bertugas memandu harus memperlihatkan :
(I) Di puncak tiang atau di dekatnya , dua lampu keliling bersusun tegak
lurus , yang diatas putih dan yang dibawah merah.
(Ii) Bilamana sedang berlayar , sebagai tambahan lampu-lampu lambung
dan lampu buritan.
(Iii) Bilamana berlabuh jangkar, sebagai tambahan atas lampu-lampu yang
ditentukan di dalam sub paragraf (i), lampu-lampu atau sosok benda
yang ditentukan di dalam aturan 30 bagi kapal-kapal yang berlabuh
jangkar.
(B) Kapal pandu bilamana sedang tidak memandu, harus memperlihatkan
lampu-lampu atau sosok-sosok benda yang di tentukan bagi kapal yang
serupa sesuai dengan panjangnya.
Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B
Halaman 29 dari 54
Tanggal : 11 Januari 2012
Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari
2013
ATURAN 30
KAPAL YANG BERLABUH JANGKAR DAN KAPAL YANG KANDAS
(A) Kapal yang berlabuh jangkar harus memperlihatkan di suatu tempat yang
dapat kelihatan dengan sejelas-jelasnya :
(I) Di bagian depan , lampu putih keliling dan satu bola.
(Ii) Di buritan atau di dekatnya dan di suatu ketinggian yang lebih rendah
daripada lampu yang ditentukan di dalam sub paragraf (i), sebuah lampu
putih keliling.
(B) Kapal yang panjangnya kurang dari 50 meter boleh memperlihatkan sebuah
penerangan putih keliling di suatu tempat yang dapat kelihatan dengan
sejelas-jelasnya sebagai ganti lampu-lampu yang ditentukan dalam
paragraf (a) aturan ini.
(C) Kapal yang berlabuh jangkar boleh juga mempergunakan lampu kerja atau
lampu-lampu yang sepadan yang ada di kapal untuk menerangi geladak-
geladaknya, sedangkan kapal yang panjangnya 100 meter keatas harus
memperlihatkan lampu-lampu demikian itu.
(D) Kapal yang kandas harus memperlihatkan lampu-lampu yang ditentukan
didalam paragraf (a) atau (b) aturan ini dan sebagai tambahan, di suatu
tempat yang dapat kelihatan dengan sejelas-jelasnya :
(I) Dua lampu merah keliling bersusun tegak lurus
(Ii) Tiga bola bersusun tegak lurus.
(E) Kapal yang panjangnya kurang dari 7 meter, bilamana berlabuh jangkar tidak
di dalam atau di dekat alur pelayaran sempit , air pelayaran atau tempet
berlabuh jangkar atau yang bisa di layari oleh kapal-kapal lain , tidak
diisyaratkan memperlihatkan lampu-lampu atau sosok benda yang
ditentukan didalam paragraf (a) dan (b) aturan ini.
(F) Kapal yang panjangnya kurang dari 12 meter, bilamana kandas, tidak di
isyaratkan memperlihatkan lampu-lampu atau sosok-sosok benda yang
ditentukan didalam paragraf (d)(i) dan (ii) aturan ini.
ATURAN 31
PESAWAT TERBANG LAUT
Apabila pesawat terbang laut atau pesawat WIG tidak mampu memperlihatkan
lampu-lampu dan sosok-sosok benda dengan sifat-sifat atau kedudukan-
kedudukan yang ditentukan didalam aturan-aturan bagian ini, pesawat terbang
laut atau pesawat WIG itu harus memperlihatkan lampu-lampu dan sosok-sosok
benda yang sifat-sifatnya semirip mungkin dan pada kedudukan yang
memungkinkan.
Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B
Halaman 30 dari 54
Tanggal : 11 Januari 2012
Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari
2013
BAGIAN D DAN BAGIAN E
ISYARAT BUNYI DAN ISYARAT CAHAYA
ATURAN 32
DEFINISI
(A) kata "suling" berarti setiap alat isyarat bunyi yang dapat menghasilkan
tiupan-tiupan yang ditentukan dan yang memenuhi perncian-perincian di
dalam lampiran 3 peraturan-peraturan ini.
(B) Istilah " Tiup Pendek " berarti tiupan yang lamanya kira-kira satu detik.
(C) Istilah " Tiup Panjang " berarti tiupan yang lamanya empat sampai dengan
enam detik.
ATURAN 33
PERLENGKAPAN UNTUK ISYARAT BUNYI
(A) Kapal yang panjangnya 12 meter atau lebih harus dilengkapi dengan suling,
kapal yang panjangnya 20 meter atau lebih sebagai tambahan suling harus
di lengkapi sebuah genta dan kapal yang panjangnya 100 meter atau lebih
sebagai tambahan harus di lengkapi dengan sebuah gong yang bunyinya
tidak dapat di kacaukan dengan nada dan bunyi genta. Suling, genta dan
gong harus memenuhi perincian-perincian didalam lampiran III peraturan ini,
genta atau gong atau kedua-dua nya boleh digantikan dengan perlengkapan
lain yang mempunyai sifat-sifat khas yang sama , dengan ketentuan harus
selalu memungkinkan di bunyikan dengan tangan.
(B) Kapal yang panjangnya kurang dari 12 meter tidak wajib memasang alat-alat
isyarat bunyi yang ditentukan di dalam paragraf (a) aturan ini, tetapi jika tidak
memasangnya , kapal itu harus dilengkapi dengan beberapa sarana lain
yang menghasilkan isyarat bunyi yang efisien.
ATURAN 34
ISYARAT OLAH GERAK DAN ISYARAT PERINGATAN
(A) Bilamana kapal-kapal dalam keadaan saling melihat, kapal tenaga yang
sedang berlayar bilamana sedang berolah gerak sesuai yang diharuskan
atau dibolehkan atau diisyaratkan oleh aturan-aturan ini harus menunjukkan
olah gerak tersebut dengan isyarat-isyarat berikut dengan menggunakan
suling nya :
- Satu tiupan pendek berarti "Saya mengubah haluan saya ke kanan".
Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B
Halaman 31 dari 54
Tanggal : 11 Januari 2012
Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari
2013
- Dua tiupan pendek berarti "Aku mengubah haluan saya ke kiri".
- Tiga tiupan pendek berarti "Saya sedang menjalankan mundur mesin
penggerak".
(B) Setiap kapal boleh menambahi isyarat-isyarat suling yang ditentukan di
dalam paragraf (a) aturan ini, dengan isyarat cahaya di ulang-ulang
seperlunya , sementara olah gerak sedang di lakukan :
(I) Isyarat-siyarat cahaya ini harus mempunyai arti berikut :
- Satu kedipan berarti "Saya mengubah haluan saya ke kanan"
- Dua kedipan berarti "Saya mengubah haluan saya ke kiri".
- Tiga kedipan berarti "Saya sedang menjalankan mundur mesin penggerak".
(Ii) Lamanya masing-masing kedipan harus kira-kira satu detik , selang waktu
antara kedip-kedip itu harus kira-kira satu detik , serta selang waktu antara
isyarat-isyarat berurutan tidak boleh kurang dari 10 detik.
(Iii) Lampu yang digunakan untuk isyarat ini, jika dipasang harus lampu putih
keliling, dapat kelihatan dari jarak minimal 5 mil dan harus memenuhi
ketentuan-ketentuan lampiran I peraturan ini.
(C) Bila dalam keadaan saling melihat dalam alur pelayaran sempit :
(I) Kapal yang sedang bermaksud menyusul kapal lain, sesuai dengan aturan 9
(e)(i), harus menyatakan maksudnya itu dengan isyarat berikut dengan
sulingnya :
- Dua tiup panjang di ikuti dengan satu tiup pendek untuk menyatakan " saya
bermaksud menyusul anda di sisi kanan anda ".
- Dua tiup panjang di ikuti dua tiup pendek untuk menyatakan " saya bermaksud
menyusul anda di sisi kiri anda ".
(ii) Kapal yang sedang disusul itu bilamana sedang melakukan tindakan sesuai
dengan aturan 9(e)(i), harus menyatakan persetujuannya dengan isyarat-
isyarat dengan sulingnya.
(D) Bilamana kapal-kapal yang dalam keadaan saling melihat sedang saling
mendekat dan karena suatu sebab, apakah salah satu dari kapal-kapal itu
atau keduanya tidak berhasil memahami maksud-maksud atau tindakan-
tindakan kapal yang lain, atau dalam keadaan ragu-ragu apakah kapal yang
lain sedang melakukan tindakan yang memadai untuk menghindari tubrukan,
kapal yang dalam keadaan ragu-ragu itu harus segera menyatakan keragu-
raguannya dengan memperdengarkan sekurang-kurangnya 5 tiup pendek
dan cepat dengan suling . Isyarat demikian boleh ditambahkan dengan
isyarat cahaya yang sekurang-kurangnya terdiri dari 5 kedip pendek dan
cepat.
(E) Kapal yang sedang mendekati tikungan atau daerah alur pelayaran yang
ditempat itu kapal-kapal lain dapat terhalang oleh alingan, harus
memperdengarkan satu tiup panjang. Isyarat demikian itu harus di sambut
Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B
Halaman 32 dari 54
Tanggal : 11 Januari 2012
Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari
2013
dengan tiup panjang oleh setiap kapal yang mendekat yang sekiranya ada di
dalam jarak dengar di sekitar tikungan atau di balik alingan itu.
(F) Jika suling-suling dipasang di kapal secara terpisah dengan jarak lebih dari
100 meter , hanya satu suling saja yang harus di gunakan untuk
memberikan isyarat olah gerak dan isyarat peringatan.
ATURAN 35
ISYARAT BUNYI DALAM PENGLIHATAN TERBATAS
Di dalam atau di dekat daerah yang penglihatan terbatas baik pada siang hari
atau malam hari, isyarat-isyarat yang ditentukan di dalam aturan ini harus
digunakan sebagai berikut :
(A) Kapal tenaga yang mempunyai laju di air memperdengarkan satu tiup
panjang dengan selang waktu tidak lebih dari 2 menit.
(B) Kapal tenaga yang sedang berlayar tetapi berhenti dan tidak mempunyai laju
di air harus memperdengarkan dua tiup panjang beruntun dengan selang
waktu tiup-tiup panjang itu kira-kira 2 detik.
(C) Kapal yang tidak terkendali, kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas,
kapal yang terkendala oleh saratnya, kapal layar, kapal yang sedang
menangkap ikan, dan kapal yang sedang menunda atau mendorong kapal
lain, sebagai pengganti isyarat-isyarat yang ditentukan didalam paragraf (a)
atau (b) aturan ini harus memperdengarkan tiga tiup beruntun , yakni satu
tiup panjang di ikuti oleh dua tiup pendek dengan selang waktu tidak lebih
dari 2 menit.
(D) Kapal yang sedang menangkap ikan bilamana berlabuh jangkar dan kapal
yang kemampuan olah geraknya terbatas bilamana sedang menjalankan
pekerjaannya dalam keadaan berlabuh jangkar sebagai pengganti isyarat-
isyarat yang di tentukan di dalam paragraf (g) aturan ini, harus
memperdengarkan isyarat yang ditentukan didalam paragraf (c) aturan ini.
(E) Kapal yang ditunda atau jika kapal ditunda itu lebih dari satu, maka kapal
yang paling belakang dari tundaan itu jika diawaki harus memperdengarkan
4 tiup beruntun , yakni satu tiup panjang di ikuti tiga tiup pendek , dengan
selang waktu tidak lebih dari 2 menit. Bilamana mungkin isyarat ini harus
diperdengarkan segera setelah isyarat yang di perdengarkan oleh kapal
yang menunda.
(F) Bilamana kapal yang sedang mendorong dan kapal yang sedang didorong
maju di ikuti etar-erat dalam kesatuan gabungan , kapal-kapal itu harus
Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B
Halaman 33 dari 54
Tanggal : 11 Januari 2012
Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari
2013
memperdengarkan isyarat-isyarat yang ditentukan didalam paragraf (a) atau
(b) aturan ini.
(G) Kapal yang sedang berlabuh jangkar harus membunyikan genta dengan
cepat selama kira-kira 5 detik dengan selang waktu tidak lebih dari 1 menit .
Dikapal yang panjangnya 100 meter atau lebih genta itu harus dibunyikan di
bagian depan kapal dan segera setelah pembunyian genta , gong harus
dibunyikan cepat-cepat selama kira-kira 5 detik di bagian belakang kapal .
Kapal yang berlabuh jangkar sebagai tambahan boleh memperdengarkan 3
tiup beruntun , yakni satu tiup pendek untuk mengingatkan kapal lain yang
mendekat mengenai kedudukannya dan adanya kemungkinan tubrukan.
(H) Kapal yang kandas harus memperdengarkan isyarat genta dan jika
dipersyaratkan isyarat gong yang di tentukan di dalam paragraf (g) aturan ini
dengan jelas, dengan genta sesaat sebelum dan segera setelah
pembunyian genta yang cepat itu. Kapal yang kandas sebagai tambahan
boleh memperdengarkan isyarat suling yang sesuai.
(I) Kapal yang panjangnya 12 meter atau lebih tetapi kurang dari 20 meter, tidak
wajib memperdengarkan isyarat-isyarat genta sebagaimana yang dirincikan
pada paragraf (g) dan (h) dari aturan ini, tetapi jika tidak
memperdengarkannya , kapal itu harus memperdengarkan isyarat bunyi lain
yang efisien dengan selang waktu tidak lebih dari 2 menit.
(J) Kapal yang panjang nya kurang dari 12 meter tidak wajib memperdengarkan
isyarat sebagaimana yang disebutkan diatas , tetapi jika tidak
memperdengarkannya kapal itu harus memperdengarkan isyarat bunyi lain
yang efisien dengan selang waktu tidak lebih dari 2 menit.
(K) Kapal Pandu yang sedang bertugas memandu kapal pandu bilamana sedang
bertugas memandu sebagai tambahan atas isyarat-isyarat yang ditentukan
di dalam paragraf (a), (b) dan (g) aturan ini boleh memperdengarkan isyarat
pengenal yang terdiri dari 4 tiup pendek.
ATURAN 36
ISYARAT UNTUK MENARIK PERHATIAN
Jika perlu untuk menarik perhatian kapal lain, setiap kapal boleh menggunakan
isyarat cahaya atau isyarat bunyi yang tidak dapat terkelirukan dengan setiap
isyarat diharuskan atau yang dibenarkan dimanapun di dalam aturan-aturan ini
atau boleh mengarahkan berkas cahaya lampu sorotnya ke jurusan manapun.
Sembarang cahaya yang digunakan untuk menarik perhatian kapal lain harus
demikian rupa sehingga tidak dapat terkelirukan dengan alat bantu navigasi
apapun. Untuk memenuhi maksud aturan ini penggunaan penerang berselang-
Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B
Halaman 34 dari 54
Tanggal : 11 Januari 2012
Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari
2013
selang atau penerangan berputar dengan intensitas tinggi, misalnya
penerangan-penerangan Stroba harus dihindari.
ATURAN 37
ISYARAT BAHAYA
Bilamana kapal dalam bahaya dan membutuhkan pertolongan, kapal itu harus
menggunakan atau memperlihatkan isyarat-isyarat yang ditentukan di dalam
lampiran IV peraturan ini.
BAGIAN E
PEMBEBASAN-PEMBEBASAN
ATURAN 38
PEMBEBASAN
Setiap kapal ( atau kelas kapal-kapal ) dengan ketentuan bahwa kapal itu
memenuhi syarat-syarat Peraturan Internasional tentang Pencegahan Tubrukan
di Laut , 1960, yang luasnya diletakkan sebelum peraturan ini mulai berlaku atau
yang pada tanggal itu dalam tahapan pembangunan yang sesuai, dibebaskan
dari kewajiban untuk memenuhi peraturan ini sebagai berikut :
(A) Pemasangan lampu-lampu dengan jarak yang ditentukan didalam aturan 22 ,
sampai 4 tahun setelah tanggal mulai berlakunya peraturan ini.
(B) Pemasangan lampu-lampu dengan perncian warna sebagaimana yang
ditentukan di dalam seksi 7 lampiran I peraturan ini, sampai 4 tahun setelah
tanggal mulai berlakunya peraturan ini.
(C) Penempatan kembali lampu-lampu sebagai akibat dari pengubahan satuan-
satuan imperial ke satuan-satuan metrik dan pembulatan-pembulatan
angka-angka ukuran, merupakan pembebasan tetap.
(D) (i) Penempatan kembali lampu-lampu tiang di kapal-kapal yang panjangnya
kurang dari 150 meter , sebagai akibat dari ketetapan-ketetapan seksi 3 (a)
lampiran I peraturan ini, merupakan pembebasan tetap.
(Ii) Penempatan kembali lampu-lampu tiang di kapal-kapal yang panjangnya 150
meter atau lebih, sebagai akibat dari ketetapan-ketetapan seksi 3 (a)
lampiran I peraturan ini, sampai sembilan tahun setelah tanggal mulai
berlakunya peraturan ini.
Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B
Halaman 35 dari 54
Tanggal : 11 Januari 2012
Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari
2013
(E) Penempatan kembali lampu-lampu tiang sebagai akibat dari ketetapan-
ketetapan seksi 2 (b) lampiran I peraturan ini.
(F) Penempatan kembali lampu-lampu lambung sebagai akibat dari ketetapan-
ketetapan seksi 2 (g) dan 3 (b) lampiran I peraturan ini, sampai sembilan
tahun setelah tanggal mulai berlakunya peraturan ini.
(G) Syarat-syarat tentang alat-alat isyarat bunyi yang ditentukan di dalam
lampiran III peraturan ini, sampai sembilan tahun setelah tanggal mulai
berlakunya peraturan ini.
(H) Penempatan kembali lampu-lampu keliling, sebagai akibat dari ketetapan-
ketetapan seksi 9(b) lampiran I peraturan ini merupakan pembebasan
tetap.
Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B
Halaman 36 dari 54
Tanggal : 11 Januari 2012
Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari
2013
LAMPIRAN IV : ISYARAT BAHAYA
Isyarat Bahaya.
1. Isyarat-isyarat berikut ini digunakan atau diperlihatkan secara bersama-sama
atau sendiri-sendiri, menunjukkan bahaya dan membutuhkan pertolongan :
(A) Tembakan senjata atau isyarat ledak lainnya yang ditembakkan dengan
selang-selang waktu kira- kira 1 menit.
(B) Membunyikan sembarang isyarat kabut secara terus menerus.
(C) Roket-roket atau peluru-peluru yang menebarkan bintang-bintang merah
yang
di tembakkan satu demi satu dengan selang waktu singkat.
(D) Isyarat yang dipancarkan dengan telegraf radio atau dengan cara lain
manapun yang terdiri dari kelompok ( ...---... ) ( SOS ) dalam kode morse.
(E) Isyarat yang dipancarkan dengan telepon radio yang terdiri dari kata yang
dituturkan " MAYDAY ".
(F) Isyarat bahaya dari kode internasional yang ditunjukkan dengan NC.
(G) Isyarat yang terdiri dari sehelai bendera segiempat yang dibawah atau
siatasnya disambung dengan
bola atau sesuatu yang menyerupai bola.
(H) Nyala api di kapal ( misalnya dari tong ter, tong minyak yang sedang
terbakar, dan sebagainya ).
(I) Cerawat payung roket atau obor tangan yang memperlihatkan cahaya merah.
(J) Isyarat asap yang menghasilkan asap berwarna jingga.
(K) Menaikturunkan lengan-lengan yang terlentang kesamping secara perlahan-
lahan dan berulang-ulang.
(L) Tanda bahaya telegraf radio.
(M) Tanda bahaya telepon radio.
(N) Isyarat-isyarat yang dipancarkan oleh rambu-rambu penunjuk keadaan
darurat.
Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B
Halaman 37 dari 54
Tanggal : 11 Januari 2012
Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari
2013
(O) Isyarat-isyarat resmi ( approved signals ) yang dipancarkan oleh sistem radio
komunikasi.
2. Penggunaan atau penunjukkan setiap isyarat yang namapun dari isyarat-
isyarat tersebut diatas itu kecuali dengan maksud untuk menunjukkan bahaya
dan membutuhkan pertolongan serta penggunaan isyarat-isyarat lain yang
dapat menimbulkan kekeliruan terhadap isyarat manapun dari isyarat-isyarat
tersebut di atas dilarang.
3. Perhatian dicurahkan ke bagian-bagian kode internasional yang sesuai.
Buku petunjuk pencarian dan pemberian pertolongan kapal niaga serta
isyarat-isyarat berikut :
(A) Sehelai kain terpal berwarna jingga dengan segiempat dan lingkaran hitam
atau lambang laun yang sesuai ( untuk pengenalan dari udara ).
(B) Penanda zat warna.
Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B
Halaman 38 dari 54
Tanggal : 11 Januari 2012
Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari
2013
LAMPIRAN III : PERINCIAN-PERINCIAN TEKNIS TENTANG ALAT-ALAT
ISYARAT BUNYI.
1. Suling.
(A) Frekuensi-frekuensi dan jarak dengar.
Frekuensi dasar isyarat harus terletak dalam batas 70 - 700 Hz. Jarak dengar
isyarat dari suling harus ditentukan oleh frekuensi-frekuensi itu, yang dapat
meliputi frekuensi dasar dan atau satu atau beberapa frekuensi yang lebih tinggi,
yang terletak dalam batas 180 - 700 Hz ( sekitar 1 % ) dan yang menghasilkan
tingkat-tingkat tekanan bunyi yang disebutkan secara terperinci di dalam
paragraf 1 (c) dibawah ini.
(B) Batas-batas dari frekuensi-frekuensi Dasar.
Untuk menjamin keragaman yang luas dari ciri-ciri suling, frekuensi dasar
sebuah suling harus terletak diantara batas-batas :
(i) 70 - 200 Hz , bagi kapal yang panjangnya , 200 meter atau lebih.
(ii) 130 - 350 Hz, bagi kapal yang panjangnya 75 meter , tetapi kurang dari 200
meter.
(iii) 250 - 700 Hz, bagi kapal yang panjangnya kurang dari 75 meter.
(C) Kekuatan Isyarat Bunyi dan Jarak Dengar.
Suling yang dipasang dikapal yang didalam arah kekuatan maksimum dari suling
itu dan di suatu tempat yang jaraknya satu meter dari suling itu harus
menghasilkan suatu tingkat tekanan bunyi di dalam sekurang-kurangnya 1
bidang 1/3 oktaf di dalam batas frekuensi-frekuensi 180 - 700 Hz (+1%) yang
tidak lebih kecil dari pada angka yang sesuai dengan yang tercantum di dalam
tabel di bawah ini :
Panjang Kapal Tingkat Lebar Bidang
1/3 Jarak Dengar Dalam
Dalam Meter Oktaf di 1 meter Dalam
dB Mil Laut
Dengan acu 2x10-5 N/m2
200 atau
lebih 143
2
75 atau lebih
tetapi 138
1,5
kurang dari 200
Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B
Halaman 39 dari 54
Tanggal : 11 Januari 2012
Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari
2013
20 atau lebih
tetapi 130
1
kurang dari 75
kurang dari
20 120
0,5
Jarak dengar di dalam tabel di atas itu digunakan sebagai informasi dan
merupakan perkuraan jarak yang pada jarak itu bunyi suling dapat terdengar di
sumbu depannya dengan 90 persen kemungkinan dalam keadaan udara tenang
di sebuah kapal dengan tingkat kebisingan latar belakang rata-rata di pos-pos
pendengar ( di ambil sebesar 68 dB di dalam bidang oktaf yang dipusatkan di
250 Hz dan 63 dB di dalam bidang oktaf yang di pusatkan di 250 Hz dan 63 dB
di dalam lebar bidang oktaf yang di pusatkan di 500 Hz ).
Di dalam praktek, jarak terdengarnya bunyi suling itu sangat berubah-ubah dan
tergantung sekali pada keadaan cuaca. Nilai-nilai yang diberikan itu dapat di
anggap sebagai nilai-nilai khas , tetapi di dalam kondisi angin kencang atau
keadaan tingkat kebisingan sekitar yang tinggi di pos pendengaran, jarak dengar
itu banyak berkurang.
(D) Sifat-sifat Arah.
Tingkat tekanan bunyi sebuah silung yang berarah di sumbu setiap arah bidang
mendatar di dalam sekitar 45 derajat tidak boleh lebih dari 4 dB di bawah tingkat
tekanan bunyi yang ditentukan di sumbu itu. tingkat tekanan bunyi di arah lain
manapun di bidang mendatar itu tidak boleh lebih dari 10 dB di bawah tekanan
bunyi yang di tentukan di sumbu itu. sehinnga jarak dengar di setiap arah akan
sekurang-kurangnya sama dengan setengah jarak dengar di sumbu depan.
tingkat tekanan bunyi itu harus di ukur di dalam bidang 1/3 oktaf yang
menentukan jarak dengar tersebut.
(E) Penempatan Suling-Suling.
Bilamana suling berarah akan digunakan sebagai satu-satu nya suling di kapal,
suling itu harus di pasang dengan kekuatan maksimumnya di arah kan lurus ke
depan.
Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B
Halaman 40 dari 54
Tanggal : 11 Januari 2012
Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari
2013
(F) Pemasangan Lebih Dari Satu Suling.
Jika suling-suling dipasang dengan jarak lebih dari 100 meter, maka harus di tata
sedemikian pura hingga suling-suling itu tidak di bunyikan serentak.
(G) Sistem Suling Gabungan.
Jika oleh ada nya rintangan-rintangan sehingga isyarat bunyi ari suling tunggal
atau salah satu dari suling-suling yang di acu kan di dalam paragraf I (f) di atas
itu sekiranya mempunyai zona yang tingkat isyaratnya sangat kurang, di
anjurkan agar memasang suatu sistem suling gabungan dengan maksud untuk
mengatasi pengurangan ini. Untuk memenuhi maksud dari aturan-aturan ini,
sistem suling gabungan harus di anggap sebagai satu suling tunggal. Suling-
suling dari sistem suling gabungan harus di tempatkan secara terpisah dengan
jarak yang tidak lebih dari 100 meter dan di tata untuk dibunyikan secara
serentak. Frekuensi salah satu suling yang manapun secara berbeda dengan
frekuensi suling-suling yang lain dengan nilai sekurang-kurangnya 10 Hz.
2. GENTA DAN GONG.
(A) Intensitas Isyarat.
Genta atau Gong, atau alat bunyi lain yang mempunyai ciri-ciri bunyi yang
serupa harus menghasilkan tingkat tekanan bunyi yang tidak kurang dari 110 dB
pada jarak 1 meter dari genta atau gong itu.
(B) Konstruksi.
Genta-genta dan gong-gong harus di buat dari bahan karat di rancang untuk
menhasilkan nada yang bening. Garis tengah mulut genta tidak boleh kurang
dari 300 mm bagi kapal yang panjangnya 20 meter atau lebih , dan tidak boleh
kurang dari 200 mm bagi kapal-kapal yang panjangnya 12 meter atau lebih tetapi
kurang dari 20 meter. Bilamana mungkin , di anjurka menggunakan pemukul
genta bertenaga untuk menjamin terciptanya gaya yang tetap , tetapi
pembunyian dengan tangan harus dimungkinkan. Massa pemukul genta itu tidak
boleh kurang dari 3 % dari massa genta.
3. Persetujuan .
Konstruksi alat-alat isyarat bunyi, cara kerjanya dan pemasangannya di kapal
harus dengan persetujuan penguasa yang berwenang dari Negara yang
benderanya di kibarkan oleh kapal secara sah.
Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B
Halaman 41 dari 54
Tanggal : 11 Januari 2012
Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari
2013
LAMPIRAN II : ISYARAT-ISYARAT TAMBAHAN BAGI KAPAL-KAPAL
NELAYAN YANG SEDANG MENANGKAP IKAN.
1. Umum
Penerangan-penerangan yang disebutkan disini, jika diperlihatkan sesuai
dengan aturan 26(d) harus ditempatkan disuatu tempat yang dapat kelihatan
dengan sejelas-jelasnya.
Penerangan-penerangan itu harus terpisah sekurang-kurangnya 0,9 meter tetapi
pada ketinggian yang lebih rendah daripada penerangan-penerangan yang
ditentukan di dalam aturan 26 (b)(i) dan (c)(i), Penerangan-penerangan itu harus
harus dapat kelihatan keliling cakrawala dari jarak sekurang-kurangnya 1 mil,
tetapi dari jarak yang lebih dekat daripada penerangan-penerangan yang
ditentukan oleh aturan ini bagi kapal-kapal ikan.
2. Isyarat-isyarat bagi kapal Dogol
(A) Kapal-kapal bilamana sedang menangkap ikan dengan dogol, entah
menggunakan pukat dasar, entah pukat laut dalam, boleh memperlihatkan :
(i) Bilamana sedang memasang pukat-pukatnya : dua penerangan putih
bersusun tegak lurus.
(ii) Bilamana sedang menarik pukat-pukatnya : satu penerangan putih di atas
satu penerangan merah bersusun tegak lurus.
(iii) Bilamana pukat tersangkut di suatu rintangan : dua penerangan merah
bersusun tegak lurus.
(B) Masing-masing kapal yang sedang menangkap ikan dengan dogol secara
berpasangan boleh memperlihatkan :
(i) Pada malam hari lampu sorot diarahkan kedepan dan ke arah kapal lain dari
pasangan itu.
(ii) Bilamana sedang memasang atau menarik pukat-pukatnya atau bilamana
pukat-pukatnya tersangkut di suatu rintangan, penerangan-penerangan yang
ditentukan di dalam aturan 2(a) di atas.
3. Isyarat-isyarat bagi kapal-kapal jaring lingkar.
Kapal-kapal yang sedang menangkap ikan dengan alat penangkap ikan jaring
lingkar boleh memperlihatkan dua penerangan kuning bersusun tegak lurus.
Penerangan-penerangan ini harus berkedip secara berganti-ganti setiap detik
dan dengan waktu nyala dan waktu padam yang sama. Penerangan-penerangan
ini hanya boleh diperlihatkan bilamana olah gerak kapal terganggu oleh alat
penangkap ikannya.
Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B
Halaman 42 dari 54
Tanggal : 11 Januari 2012
Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari
2013
LAMPIRAN I : PENETAPAN DAN PERINCIAN TEKNIS PENERANGAN-
PENERANGAN DAN SOSOK BENDA
1. Definisi
Istilah " Tinggi diatas badan " : berarti ketinggian di atas geladak jalan terus yang
teratas. Ketinggian ini harus diukur dari kedudukan tegak lurus dibawah tempat
penerangan.
2. Penerangan dan pemisahan tegak lurus penerangan.
(A) Dikapal tenaga yang panjangnya 20 meter atau lebih, penerangan-
penerangan yang harus ditempatkan sebagai berikut :
(i) Penerangan tiang meter depan, atau jika hanya dipasang satu penerangan
tiang saja, maka penerangan tersebut pada ketinggian di atas badan tidak
kurang dari 6 meter , dan jika lebar kapal lebih dari 6 meter, maka pada
ketinggian tidak kurang dari lebar tersebut, tetapi sekalipun demikian,
penerangan itu tidak perlu ditempatkan pada ketinggian di atas badan lebih dari
12 meter.
(ii) Bilamana dipasang dua penerangan tiang, penerangan tiang belakang harus
sekurang-kurangnya 4,5 meter tegak lurus lebih tinggi daripada penerangan
tiang depan.
(B) Pemisahan secara tegak lurus penerangan-penerangan tiang dari kapal-
kapal tenaga harus sedemikian rupa sehingga dalam segala Trim normal,
penerangan tiang belakang akan terlihat diatas dan terpisah dari penerangan
tiang depan , bilamana dilihat dari permukaan laut pada jarak 1000 meter,
dimuka tinggi depan.
(C) Penerangan tiang kapal tenaga yang panjangnya 12 meter atau lebih tetapi
kurang dari 20 meter harus ditempatkan pada ketinggian diatas tutup tajuk, tidak
kurang dari 2,5 meter.
(D) Kapal tenaga yang panjangnya kurang dari 20 meter boleh memasang
penerangan yang tertinggi pada suatu ketinggian kurang dari 2,5 meter diatas
tutup tajuk, akan tetapi bilamana penerangan tiang yang dipasang sebagai
tambahan penerangan lambung dan buritan atau lampu keliling sebagaimana
yang di syaratkan aturan 23 (c)(i), yang dipasang tambahan penerangan
lambung, maka penerangan tiang atau penerangan keliling demikian harus
dipasang, sekurang-kurangnya 1 meter lebih tinggi dari pada penerangan-
penerangan lambungnya.
(E) Salah satu dari dua atau tiga penerangan tiang yang ditentukan bagi kapal
tenaga yang sedang menunda atau mendorong kapal lain harus di tempatkan
ditempat yang sama dengan penerangan tiang depan atau penerangan tiang
Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B
Halaman 43 dari 54
Tanggal : 11 Januari 2012
Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari
2013
belakang ; dengan ketentuan bahwa apabila dipasang di tiang belakang,
penerangan tiang belakang yang paling bawah harus sekurang-kurangnya 4,5
meter tegak lurus lebih tinggi dari pada penerangan tiang depan.
(F) (i) Penerangan atau penerangan-penerangan tiang yang ditentukan didalam
aturan 23(a) harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga berada diatas dan
bebas dari semua penerangan dan rintangan lain , kecuali sebagaimana yang
termaksud di dalam sub paragraf (ii).
(ii) Bilamana tidak dimungkinkan untuk memasang penerangan-penerangan
keliling yang ditentukan oleh aturan 23 b (i) atau aturan 28 itu dibawah
penerangan-penerangan tiang, penerangan-penerangan itu boleh dipasang
diatas penerangan-penerangan tiang belakang, atau tegak lurus diantara
penerangan tiang depan dan penerangan tiang belakang, dengan ketentuan
bahwa dalam hal yang terakhir itu syarat-syarat seksi 3(c) lampiran ini harus
dipenuhi.
(G) Penerangan-penerangan lampu lambung kapal tenaga harus ditempatkan
diatas ketinggian diatas badan tidak boleh lebih dari tiga per empat tinggi
penerangan tiang depan. Penerangan-penerangan lambung itu tidak boleh
ditempatkan sedemikian rendahnya sehingga akan terganggu oleh penerangan-
penerangan geladak.
(H) Penerangan-penerangan lambung, jika dalam lentera gabungan dan
dipasang di dalam kapal tenaga yang panjangnya kurang dari 20 meter, harus
ditempatkan tidak kurang dari 1 meter di bawah penerangan tiang.
(I) Bilamana aturan-aturan menentukan dua atau tiga penerangan dipasang
bersusun tegak lurus , penerangan-penerangan demikian itu harus berjarak
sebagai berikut :
(i) Dikapal yang panjangnya 20 meter atau lebih , penerangan-penerangan
demikian itu harus di beri jarak tidak kurang dari 2 meter, dan penerangan yang
terrendah dari penerangapenerangan ini, kecuali jika wajib memperlihatkan
penerangan tunda, harus ditempatkan pada ketinggian yang tidak kurang dari 4
meter di atas tutup tajuk.
(ii) Dikapal yang panjangnya kurang dari 20 meter penerangan-penerangan
demikian itu harus diberi berjarak tidak kurang dari 1 meter dan penerangan
yang terrendah dari penerangan ini, kecuali jika wajib memperlihatkan
penerangan tunda, harus ditempatkan pada ketinggian tidak kurang dari 2 meter
diatas badan.
(iii) Bilamana diperlihatkan tiga penerangan , penerangan-penerangan itu harus
dipisahkan dengan jarak antara yang sama.
(J) Penerangan yang terrendah dari kedua penerangan keliling, yang ditentukan
bagi kapal bilamana sedang menangkap ikan harus berada pada ketinggian
diatas penerangan-penerangan lambung tidak kurang dari 2x jarak antara kedua
penerangan tegak lurus itu.
Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B
Halaman 44 dari 54
Tanggal : 11 Januari 2012
Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari
2013
(K) Penerangan labuh depan yang diturunkan didalam aturan 30(a)(i) bilamana
dipasang dua penerangan labuh, harus lebih tinggi sekurang-kurangnya 4,5
meter dari belakang, dikapal yang panjangnya 50 meter atau lebih, penerangan
labuh depan ini harus ditempatkan pada ketinggian yang tidak kurang dari 6
meter di atas badan.
3. Penempatan dan Pemisahan Mendatar Penerangan
(A) Bilamana dua penerangan tiang di syaratkan bagi kapal tenaga , maka jarak
mendatar antara penerangan-penerangan itu tidak boleh kurang dari setengah
panjang kapal, tetapi tidak perlu lebih dari seratus meter, penerangan yang
didepan harus ditempatkan tidak lebih dari seperempat panjang kapal di ukur
dari tinggi depan.
(B) Dikapal yang panjangnya 20 meter atau lebih, penerangan-penerangan
lambung tidak boleh di tempatkan didepan penerangan tiang depan.
Penerangan-penerangan lambung itu harus ditempatkan dilambung atau
didekatnya.
(C) Bilamana penerangan-penerangan yang ditentukan didalam aturan 27 (b)(i),
atau aturan 28 itu ditempatkan tegak lurus diantara penerangan-penerangan
tiang depan dan tiang belakang, penerangan-penerangan keliling ini harus
ditempatkan disuatu tempat yang jarak mendatarnya dalam arah melintang kapal
tidak kurang dari 2 meter di ukur dari sumbu membujur kapal.
(D) Jika hanya satu penerangan tiang untuk satu kapal tenaga , penerangan itu
menunjukkan ke arah depan dari tengah kapal kecuali jika panjang kapal kurang
dari 20 meter tidak perlu menunjukkan penerangan itu.
4. Perincian tentang letak penerangan penunjuk arah bagi kapal ikan ,
kapal keruk dan kapal yang sedang menjalankan pekerjaan di dalam air,
(A) Penerangan yang menunjukkan arah alat penangkap ikan yang menjulur dari
kapal yang sedang menangkap ikan sebagaimana yang ditentukan di dalam
aturan 26 (c)(ii), harus ditempatkan dengan jarak mendatar yang tidak kurang
dari 2 meter diukur dari dua penerangan merah dan putih keliling itu.
Penerangan ini harus ditempatkan tidak lebih tinggi dari pada penerangan
keliling yang ditentukan didalam aturan 26(c)(i), dan tidak lebih rendah daripada
penerangan-penerangan lambung.
(B) Penerangan-penerangan dan sosok benda dikapal yang sedang mengeruk
atau sedang melakukan pekerjaan didalam air untuk menunjukkan sisi yang ada
rintangannya dan atau sisi yang dapat dilewati dengan aman yang ditentukan
Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B
Halaman 45 dari 54
Tanggal : 11 Januari 2012
Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari
2013
didlam aturan 27(d)(i), dan (ii) , herus ditempatkan dengan jarak mendatar yang
sejauh mungkin, tetapi bagaimanapun juga tidak lebih dari 2 meter di ukur dari
penerangan-penerangan atau sosok-sosk benda yang ditentukan didalam aturan
27 (d)(i) dan (ii) . Bagaimana juga penerangan atau sosok benda ini tidak akan
lebih tinggi daripada penerangan atau sosok benda yang terbawah dari tiga
penerangan atau sosok benda yang ditentukan didalam aturan 27(b)(i) dan (ii).
5. Tedeng Untuk Penerangan Lambung
Penerangan-penerangan lambung dari kapal-kapal yang panjangnya 20 meter
atau lebih harus dipasang tedeng dalam yang di cat hitam kusam, dan
memenuhi syarat-syarat seksi 9 lampiran ini. Dikapal-kapal yang panjangnya
kurang dari 20 meter penerangan-penerangan lambung itu , jika harus
memenuhi syarat-syarat seksi 9 lampiran ini, harus dipasang tedeng dalam yanh
ber cat hitam kusam, dilentera gabungan yang menggunakan kawat pijar tegak
lurus tunggal dan penyekat yang sangat sempit diantara bagian hijau dan bagian
merah, tedeng luar tidak perlu dipasang.
6. Sosok-sosok Benda
(A) Sosok-sosok benda harus berwarna hitam dan dengan ukuran-ukuran
berikut :
(i) Bola harus dengan garis tengah tidak kurang dari 0,6 meter,
(ii) Kerucut harus dengan bidang alas yang harus tengahnya tidak kurang dari
0,6 meter dan tingginya sama dengan garis tengahnya,
(iii) Silinder harus dengan garis tengah tidak kurang dari 0,6 meter dan tingginya
sama dengan dua kali garis tengahnya,
(iv) Sosok belah ketupat harus terdiri dari dua kerucut sebagaimana yang
diuraikan dengan jelas di dalam (ii) di atas yang mempunyai bidang alas
persekutuan.
(B) Jarak tegak lurus antara sosok-sosok benda ahrus sekurang-kurangnya 1,5
meter.
(c) Di kapal yang panjangnya kurang dari 20 meter , boleh digunakan sosok-
sosok benda dengan ukuran lebih kecil tetapi sebanding dengan ukuran kapal
dan jarak antara nya boleh dikurangi sesuai dengan ukuran itu.
7. Perincian Warna Penerangan
Kromatisitas semua penerangan navigasi, harus dengan standar berikut : yang
terletak didalam batas-batas daerah diagram yang untuk masing-masing warna
telah ditentukan secara terperinci oleh Komisi Internasional Tentang Penerangan
( CIE ) . Batas-batas daerah untuk masing-masing warna ditentukan dengan
menunjukkan koordinat titik-titik sudut sebagai berikut :
(i) Putih
Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B
Halaman 46 dari 54
Tanggal : 11 Januari 2012
Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari
2013
X 0,525 0,525 0,452 0,310 0,310 0,443
Y 0,382 0,440 0,440 0,348 0,283 0,382
(ii) Hijau
X 0,028 0,009 0,300 0,203
Y 0,385 0,723 0,511 0,356
(iii) Merah
X 0,680 0,660 0,735 0,721
Y 0,320 0,320 0,265 0,259
(iv) kuning
X 0,612 0,618 0,575 0,575
Y 0,382 0,382 0,425 0,406
8. Intensitas Cahaya
(A) Intensitas Cahaya minimum dari penerangan-penerangan harus di hitung
dengan menggunakan rumus :
I = 3,43 x 10 pangkat enam x T x D pangkat dua x K pangkat minus D
dengan ketentuan :
I = Intensitas cahaya dalam lilin, dalam kondisi kerja
T = Faktor Ambang
D = Jarak tampak ( Jarak Pancar ) penerangan dalam mil laut
K = Daya hantar atmosfer
Untuk penerangan-penerangan yang ditentukan, nilai K itu harus = 0,8 sesuai
dengan jarak pandang meteorologi kira-kira 13 mil.
(B) Pilihan angka-angka yang diperoleh dari rumus itu diberikan di dalam tabel
berikut :
Jarak Tampak Intensitas
cahaya penerangan
( Jarak Pancar )
penerangan Dalam
dalam Mil Laut Lilin
untuk K=0,8
D
I
1
0,9
2
4,3
Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B
Halaman 47 dari 54
Tanggal : 11 Januari 2012
Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari
2013
3
12
4
27
5
52
6
94
Catatan : Intensitas cahaya maksimum dari penerangan-penerangan navigasi
harus dibatasi untuk menghindari kilau yang mengganggu. Hal ini tidak boleh
dicapai dengan pengatur intensitas cahaya yang dapat diatur.
9. Sektor-sektor Mendatar
(A)(i) Kearah depan , penerangan-penerangan lambung kjika dipasang di kapal,
harus memperlihatkan intensitas cahaya minimum yang disyaratkan . Intensitas
cahaya harus berkurang sampai praktis lenyap antara 1 derajat dan 3 derajat di
luar sektor-sektor yang ditetapkan.
(ii) Bagi penerangan-penerangan buritan dan penerangan tiang serta pada 22,5
derajat dibelakang arah melintang bagi penerangan-penerangan lambung,
intensitas cahaya minimum yang ditetapkan itu harus dipertahankan meliputi
busur cakrawala sampai dengan 5 derajat di dalam batas-batas dari sektor-
sektor yang ditentukan dalam aturan 21. dari 5 derajat didalam sektor-sektor
yang ditentukan itu intensitas cahaya tersebut boleh berkurang dengan 50%
sampai batas-batas yang ditentukan ; kuat cahaya harus berkurang secara
berangsur-angsur sampai praktis lenyap di arah yang tidak lebih dari 5 derajat
diluar sektor-sektor yang ditentukan.
(B) Semua penerangan keliling harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga
tidak akan terhalang oleh tiang-tiang, puncak-puncak tiang atau bangunan-
bangunan meliputi busur yang lebih besar dari 6 derajat, kecuali penerangan-
penerangan labuh yang ditentukan dalam aturan 30, yang tidak perlu di suatu
ketinggian di atas badan yang tidak memungkinkan.
10. Sektor-Sektor Yang Tegak Lurus
(A) Sektor-sektor tegak lurus penerangan listrik jika dipasang kecuali
penerangan-penerangan dikapal-kapal layar sedang berlayar akan menjamin
bahwa :
(i) Sekurang-kurangnya intensitas minimum yang disyaratkan itu dipertahankan
di setiap sudut dari 5 derajat diatas sampai 5 derajat dibawah bidang mendatar.
(ii) Sekurang-kurangnya 60% dari intensitas minimal yang dipersyaratkan itu
dipertahankan 7,5 derajat diatas sampai dengan 7,5 derajat dibawah bidang
mendatar.
Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B
Halaman 48 dari 54
Tanggal : 11 Januari 2012
Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari
2013
(B)Bagi kapal-kapal layar yang sedang berlayar sektor-sektor tegak lurus
penerangan listrik, jika dipasang harus menjamin :
(i) Sekurang-kurangnya intensitas minimum yang disyaratkan itu harus
dipertahankan disetiap sudut dari 5 derajat diatas sampai 5 derajat dibawah
bidang mendatar.
(ii) Sekurang-kurangnya 50% intensitas minimum yang disyaratkan itu
dipertahankan dari 25 derajat diatas sampai 25 derajat dibawah bidang
mendatar.
(C) dalam hal lampu selain lampu elektrik , spesifikasi ini harus memenuhi
semirip mungkin.
11. Intensitas Penerangan-penerangan yang bukan penerangan listrik.
Penerangan-penerangan yang bukan penerangan listrik sejauh mungkin harus
memenuhi intensitas cahaya minimum sebagaimana yang diuraikan secara
terperinci di dalam tabel yang di berikan didalam seksi 8 lampiran ini.
12. Penerangan Olah Gerak.
Lepas daripada ketentuan-ketentuan paragraf 2(f) lampiran ini, penerangan olah
gerak yang ditentukan di dalam aturan 34(b) itu harus ditempatkan di bidang
tegak lurus membujur yang sama dengan penerangan atau penerangan-
penerangan tiang dan apabila mungkin pada ketinggian minimum 2 meter tegak
lurus diatas penerangan tiang depan. Dengan ketentuan bahwa penerangan
olah gerak itu harus dipasang tidak kurang dari 2 meter tegak lurus diatas
ataupun dibawah penerangan tiang belakang. Dikapal yang hanya dipasangi
satu penerangan tiang , penerangan olah gerak itu juga dipasang harus
ditempatkan disuatu tempat yang dapat kelihatan dengan sejelas-jelasnya,
terpisah tegak lurus dari penerangan tiang dengan jarak tidak kurang dari 2
meter.
13. High Speed Craft (HSC)
(A) Lampu tiang depan HSC boleh ditempatkan pada suatu ketinggian yang
dihubungkan dengan lebar kapalnya lebih rendah daripada yang ditetapkan
dalam paragraf 2(a)(i) lampiran ini, diberikan bahwa sudut dasar dari segitiga
isosceles yang dibentuk oleh lampu lambung dan lampu tiang bilamana dilihat
pada elevasi terakhir tidak kurang dari 27 derajat.
(B) Pada HSC 50 meter atau lebih, selisih tegak antara lampu tiang depan dan
tiang belakang sebesar 4,5 meter yang dipersyaratkan pada paragraf 2(a)(ii)
lampiran ini boleh dimodifikasi namun jarak itu harus tidak boleh kurang daripada
nilai yang ditetapkan dalam rumus berikut :
y = ( (a + 7 u) C / 1000 ) + 2
dimana
y = lampu tiang belakang diatas tiang depan dalam meter
Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B
Halaman 49 dari 54
Tanggal : 11 Januari 2012
Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari
2013
a = tinggi lampu tiang depan diatas permukaan air dalam kondisi operasi dalam
meter
u = trim pada kondisi operasi dalam derajat
C = jarak horizontal antara tiang depan dan belakang dalam meter
14. Persetujuan.
Konstruksi penerangan-penerangan dan sosok-sosok benda serta pemasangan
penerangan-penerangan di kapal harus memperoleh persetujuan dari negara
yang benderanya dikibarkan oleh kapal lain secara sah.
Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B
Halaman 50 dari 54
Tanggal : 11 Januari 2012
Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari
2013
Lembar Kerja Siswa :
Materi : Menerapkan prinsip mengemudi dan berlayar aturan 9 – 18 dari P2TL
1972
Mengambar bagian-bagian prinsip mengemudi dan berlayar sesuai Aturan
9 - 18
1. Alat
a. Alat Menjangka peta
b. Alat jangka, pengaris dan lainnya
2. Bahan
a. Peta
b. Kertas gambar
c. Kertas milimeter blok
d. Alat tulis
e. Spidol warna
3. Langkah Kerja
a. Bekerja dengan cermat, teliti, dan tertib
b. Gunakan pakaian dan perlengkapan praktek saat berkerja
c. Siapkan alat gambar sebagai peraga yang diamati
d. Siapkan alat tulis dan kertas gambar, serta kertas milimeter blok
e. Instruktur memberikan penjelasan awal tentang kegiatan latihan ini
f. Amati seluruh bagian yang akan digambar dan buat gambarnya, disertai
dengan penjelasan bagian-bagian utamanya
g. Tambahkan keterangan penjelasan dari bagian-bagaian gambar
Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B
Halaman 51 dari 54
Tanggal : 11 Januari 2012
Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari
2013
Tambahan Materi :
Tugas jaga untuk Mualim ( Watchkeeping Deck Officers )
I. Pelaksanaan Jaga Deck.
Mualim yang bertugas jaga deck harus :
1. Melakukan perondaan untuk memeriksa keadaan kapal untuk setiap
interval waktu yang memadai.
2. Memberi perhatian khusus untuk hal-hal berikut :
a. Kondisi gangway dalam keadaan terpasang dengan baik, rantai
jangkar dan tali tambat khususnya pada daerah yang perubahan
pesang surutnya relatif besar / tinggi, jika diperlikan buat aturan agar
dapat selalu menjadi tugas / pekerjaan rutin.
b. Draft dan UKC ( Under Keel Clearance ) dan keadaan umum kapal
untuk mencegah terjadinya kemiringan dan trim yang dapat
membahayakan kapal akibat kegiatan bongkar muat atau balast.
c. Cuaca dan kondisi laut.
d. Seluruh aturan-aturan tentang keselamatan dan pencegahan
kebakaran.
e. Tinggi / level air di lambung dan tanki-tanki.
f. Seluruh orang diatas kapal dan lokasinya, khususnya orang-orang
yang berada diruangan tertutup dan tersembunyi.
g. Kewajiban membunyikan atau menyalakan lampu isyarat sesuai yang
dipersyaratkan / diharuskan.
3. Dalam cuaca buruk atau setelah ada strom warning, ambil tindakan untuk
melindungi kapal, orang dan muatan dari bahaya.
4. Ambil tindakan yang diperlukan untuk mencegah terjadinya pencemaran
lingkungan akibat polusi dari kapal.
5. Dalam keadaan darurat yang mengancam keselamatan kapal , bunyikan
alarm, laporkan kepada nahkoda, ambil seluruh tindakan untuk
mencegah kerusakan kapal, muatan dan orang yang berada di atas kapal
dan jiak meminta bantuan dari authority di darat atau kapal didekatnya.
Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B
Halaman 52 dari 54
Tanggal : 11 Januari 2012
Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari
2013
6. Perhatikan kondisi stabilitas kapal dan karananya jika terjadi kebakaran di
kapal maka pemadam kebakaran dari darat harus di beri saran /
informasi banyaknya air yang dapat dipompakan / disemprotkan ke kapal
tanpa membahayakan kapal.
7. Memberi pertolongan / bantuan terhadap kapal atau orang yang dalam
bahaya.
8. Ambil tindakan yang diperlukan jika akan menggerakkan / memutar
baling-baling agar tidak kecelakaan/ kerusakan.
9. Catat di Log Book seluruh kejadian penting yang dapat mempengaruhi /
berakibat kepada kapal.
Jaga Pelabuhan Di Kapal Yang Memuat Muatan Berbahaya.
Setiap kapal yang memuat muatan berbahaya golongan explosive, mudah
terbakar, beracun, mengancam kesehatan, atau dapat mengakibatkan
pencemaran lingkungan, nahkoda wajub membuat dan dilaksanakannya
penataan jaga yang baik. Dikapal yang mengangkut muatan berbahaya curah,
penataan jaga yang aman dan baik dapat tercapai bila perwira dan anak buah
kapal yang cukup dan berkualitas selalu siap di atas kapal, walaupun dalam
kondisi kapal telah sandar atau berlabuh jangkar dengan aman dan selamat.
Dikapal-kapal yang memuat muatan berbahaya selain dalam bentuk
curah , nahkoda kapal harus memahami dan mempertimbangkan sifat, jumlah,
packing, dan penataannya dari muatan bahaya tersebut dan mempertimbangkan
kondisi-kondisi khusus keadaan kapal, keadaan perairan dan dermaga ditempat
kepal berada.
Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B
Halaman 53 dari 54
Tanggal : 11 Januari 2012
Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari
2013
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2006. Materi Pelatihan: Basic Safety Training. Sekolah Tinggi
Perikanan, Jakarta.
Jordan Eerton Psh., 2004. Hukum Maritim. Surabaya
Pieter Batti, 1995. Dasar-Dasar Peraturan Keselamatan Pelayaran dan
Pencegahan Pencemaran dari Kapal. PT. Indo Asia.
Sanuny Rosadhi, 1999. STCW 95. International Convention on Standards of
Training, Certification and Watchkeeping for Seafarers, 1978, as
amended in 1995. Edisi Pertama.
Peraturan pencegahan tubrukan di laut atau p2 tl

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

PENCEGAHAN PENCEMARAN yuliansyah
PENCEGAHAN PENCEMARAN yuliansyahPENCEGAHAN PENCEMARAN yuliansyah
PENCEGAHAN PENCEMARAN yuliansyah
Yuliansyah Haroni
 
Kelayakan kapal perikanan
Kelayakan kapal perikananKelayakan kapal perikanan
Kelayakan kapal perikanan
bachrisb
 
244019935 isps-code-langkah-khusus-keamanan-pelayaran
244019935 isps-code-langkah-khusus-keamanan-pelayaran244019935 isps-code-langkah-khusus-keamanan-pelayaran
244019935 isps-code-langkah-khusus-keamanan-pelayaran
isetiawa1
 
BAB IV TINJAUAN KESELAMATAN PELAYARAN DI ALUR PELAYARAN BARAT SURABAYA
BAB IV TINJAUAN KESELAMATAN PELAYARAN DI  ALUR PELAYARAN BARAT SURABAYABAB IV TINJAUAN KESELAMATAN PELAYARAN DI  ALUR PELAYARAN BARAT SURABAYA
BAB IV TINJAUAN KESELAMATAN PELAYARAN DI ALUR PELAYARAN BARAT SURABAYA
Yogga Haw
 

Was ist angesagt? (20)

PENCEGAHAN PENCEMARAN yuliansyah
PENCEGAHAN PENCEMARAN yuliansyahPENCEGAHAN PENCEMARAN yuliansyah
PENCEGAHAN PENCEMARAN yuliansyah
 
Kelayakan kapal perikanan
Kelayakan kapal perikananKelayakan kapal perikanan
Kelayakan kapal perikanan
 
Kepelautan1
Kepelautan1Kepelautan1
Kepelautan1
 
PEDOMAN KHUSUS KESELAMATAN DAN KEAMANAN PELAYARAN
PEDOMAN KHUSUS KESELAMATAN DAN KEAMANAN PELAYARANPEDOMAN KHUSUS KESELAMATAN DAN KEAMANAN PELAYARAN
PEDOMAN KHUSUS KESELAMATAN DAN KEAMANAN PELAYARAN
 
Marine polution annex v
Marine polution annex vMarine polution annex v
Marine polution annex v
 
Keselamatan Pelayaran
Keselamatan PelayaranKeselamatan Pelayaran
Keselamatan Pelayaran
 
Koefisien bentuk kapal
Koefisien bentuk kapalKoefisien bentuk kapal
Koefisien bentuk kapal
 
Proses pembuatan kapal
Proses pembuatan kapalProses pembuatan kapal
Proses pembuatan kapal
 
81. bangunan dan stabilitas kapal 2
81. bangunan dan stabilitas kapal 281. bangunan dan stabilitas kapal 2
81. bangunan dan stabilitas kapal 2
 
Man Over Board Drill
Man Over Board DrillMan Over Board Drill
Man Over Board Drill
 
Pencegahan polusi kapal
Pencegahan polusi kapalPencegahan polusi kapal
Pencegahan polusi kapal
 
Kepedulian lingkungan
Kepedulian lingkunganKepedulian lingkungan
Kepedulian lingkungan
 
KELAIKLAUTAN KAPAL DAN DOKUMENTASI KAPAL
KELAIKLAUTAN KAPAL DAN DOKUMENTASI KAPALKELAIKLAUTAN KAPAL DAN DOKUMENTASI KAPAL
KELAIKLAUTAN KAPAL DAN DOKUMENTASI KAPAL
 
244019935 isps-code-langkah-khusus-keamanan-pelayaran
244019935 isps-code-langkah-khusus-keamanan-pelayaran244019935 isps-code-langkah-khusus-keamanan-pelayaran
244019935 isps-code-langkah-khusus-keamanan-pelayaran
 
BAB IV TINJAUAN KESELAMATAN PELAYARAN DI ALUR PELAYARAN BARAT SURABAYA
BAB IV TINJAUAN KESELAMATAN PELAYARAN DI  ALUR PELAYARAN BARAT SURABAYABAB IV TINJAUAN KESELAMATAN PELAYARAN DI  ALUR PELAYARAN BARAT SURABAYA
BAB IV TINJAUAN KESELAMATAN PELAYARAN DI ALUR PELAYARAN BARAT SURABAYA
 
NO 70 TAHUN 1998 TENTANG PENGAWAKAN KAPAL NIAGA.pdf
NO 70 TAHUN 1998 TENTANG PENGAWAKAN KAPAL NIAGA.pdfNO 70 TAHUN 1998 TENTANG PENGAWAKAN KAPAL NIAGA.pdf
NO 70 TAHUN 1998 TENTANG PENGAWAKAN KAPAL NIAGA.pdf
 
Sistem keamanan dan keselamatan kapal
Sistem keamanan dan keselamatan kapalSistem keamanan dan keselamatan kapal
Sistem keamanan dan keselamatan kapal
 
Annex v marpol revisi mepc.277(70)
Annex v marpol revisi mepc.277(70)Annex v marpol revisi mepc.277(70)
Annex v marpol revisi mepc.277(70)
 
Ship Handling and Manouvering/Squat Effect
Ship Handling and Manouvering/Squat EffectShip Handling and Manouvering/Squat Effect
Ship Handling and Manouvering/Squat Effect
 
Marpol
MarpolMarpol
Marpol
 

Andere mochten auch

Istilah operasional terminal pelabuhan
Istilah operasional terminal pelabuhanIstilah operasional terminal pelabuhan
Istilah operasional terminal pelabuhan
Dhamar Pamilih
 
Angkutan sungai dan danau
Angkutan sungai dan danauAngkutan sungai dan danau
Angkutan sungai dan danau
Mertyana Tanggu
 
Istilah dan definisi bidang teknik sipil
Istilah dan definisi bidang teknik sipilIstilah dan definisi bidang teknik sipil
Istilah dan definisi bidang teknik sipil
Syarif Hidayat
 
TARIF JASA ANGKUTAN PERAIRAN DAN KEPELABUHANAN
TARIF JASA ANGKUTAN PERAIRAN DAN KEPELABUHANANTARIF JASA ANGKUTAN PERAIRAN DAN KEPELABUHANAN
TARIF JASA ANGKUTAN PERAIRAN DAN KEPELABUHANAN
Yannis Poerdianto
 
Tugas dan Tanggung jawab di Kapal
Tugas dan Tanggung jawab di Kapal Tugas dan Tanggung jawab di Kapal
Tugas dan Tanggung jawab di Kapal
gianbisa
 
Isa1 ism2002 resume
Isa1 ism2002 resumeIsa1 ism2002 resume
Isa1 ism2002 resume
Ardi Green
 

Andere mochten auch (14)

SISTEM PENGAWAKAN
SISTEM PENGAWAKANSISTEM PENGAWAKAN
SISTEM PENGAWAKAN
 
LATIHAN BA GAKKUM POLAIR ;Henti riksa-adm riksa kpl; AKBP DADANG DK
LATIHAN BA GAKKUM POLAIR ;Henti  riksa-adm riksa kpl; AKBP DADANG DK LATIHAN BA GAKKUM POLAIR ;Henti  riksa-adm riksa kpl; AKBP DADANG DK
LATIHAN BA GAKKUM POLAIR ;Henti riksa-adm riksa kpl; AKBP DADANG DK
 
Istilah operasional terminal pelabuhan
Istilah operasional terminal pelabuhanIstilah operasional terminal pelabuhan
Istilah operasional terminal pelabuhan
 
Rambu pelampung navigasi perikanan
Rambu pelampung navigasi perikanan Rambu pelampung navigasi perikanan
Rambu pelampung navigasi perikanan
 
Angkutan sungai dan danau
Angkutan sungai dan danauAngkutan sungai dan danau
Angkutan sungai dan danau
 
Kd1. jenis jenis kapal
Kd1. jenis jenis kapalKd1. jenis jenis kapal
Kd1. jenis jenis kapal
 
Istilah dan definisi bidang teknik sipil
Istilah dan definisi bidang teknik sipilIstilah dan definisi bidang teknik sipil
Istilah dan definisi bidang teknik sipil
 
TARIF JASA ANGKUTAN PERAIRAN DAN KEPELABUHANAN
TARIF JASA ANGKUTAN PERAIRAN DAN KEPELABUHANANTARIF JASA ANGKUTAN PERAIRAN DAN KEPELABUHANAN
TARIF JASA ANGKUTAN PERAIRAN DAN KEPELABUHANAN
 
Sejarah kapal
Sejarah kapalSejarah kapal
Sejarah kapal
 
Tugas Makalah Konsep Teknologi : perkembangan teknologi kapal laut dari zaman...
Tugas Makalah Konsep Teknologi : perkembangan teknologi kapal laut dari zaman...Tugas Makalah Konsep Teknologi : perkembangan teknologi kapal laut dari zaman...
Tugas Makalah Konsep Teknologi : perkembangan teknologi kapal laut dari zaman...
 
ISPS Code
ISPS CodeISPS Code
ISPS Code
 
Tugas dan Tanggung jawab di Kapal
Tugas dan Tanggung jawab di Kapal Tugas dan Tanggung jawab di Kapal
Tugas dan Tanggung jawab di Kapal
 
Kemajuan industri perkapalan
Kemajuan industri perkapalanKemajuan industri perkapalan
Kemajuan industri perkapalan
 
Isa1 ism2002 resume
Isa1 ism2002 resumeIsa1 ism2002 resume
Isa1 ism2002 resume
 

Ähnlich wie Peraturan pencegahan tubrukan di laut atau p2 tl

9. deskripsi materi mapel paket keahlian kdjkp revisi_okt
9. deskripsi materi mapel paket keahlian kdjkp revisi_okt9. deskripsi materi mapel paket keahlian kdjkp revisi_okt
9. deskripsi materi mapel paket keahlian kdjkp revisi_okt
MULDAN MARTIN, A.Pi., M.Si
 
175-147147169-5-PB (1).pdf
175-147147169-5-PB (1).pdf175-147147169-5-PB (1).pdf
175-147147169-5-PB (1).pdf
Musyadat
 
Peraturan tentang senjata api
Peraturan tentang senjata apiPeraturan tentang senjata api
Peraturan tentang senjata api
Faizal Haderi
 
1.presentasi wawasan kemaritimangdhd
1.presentasi wawasan kemaritimangdhd1.presentasi wawasan kemaritimangdhd
1.presentasi wawasan kemaritimangdhd
volcart
 

Ähnlich wie Peraturan pencegahan tubrukan di laut atau p2 tl (20)

CROWD MANAGEMENT.pptx
CROWD MANAGEMENT.pptxCROWD MANAGEMENT.pptx
CROWD MANAGEMENT.pptx
 
AKAT LAUT.pdf
AKAT LAUT.pdfAKAT LAUT.pdf
AKAT LAUT.pdf
 
BAB I Eko Reizal Abadi.docx
BAB I Eko Reizal Abadi.docxBAB I Eko Reizal Abadi.docx
BAB I Eko Reizal Abadi.docx
 
Soal ant ii dinas jaga
Soal ant ii dinas jagaSoal ant ii dinas jaga
Soal ant ii dinas jaga
 
RPS HUKUM MARITIM.docx
RPS HUKUM MARITIM.docxRPS HUKUM MARITIM.docx
RPS HUKUM MARITIM.docx
 
Ujian Keahlian Pelaut Kapal Niaga sesuai STCW 2010
Ujian Keahlian Pelaut Kapal Niaga sesuai STCW 2010Ujian Keahlian Pelaut Kapal Niaga sesuai STCW 2010
Ujian Keahlian Pelaut Kapal Niaga sesuai STCW 2010
 
Uas
UasUas
Uas
 
9. deskripsi materi mapel paket keahlian kdjkp revisi_okt
9. deskripsi materi mapel paket keahlian kdjkp revisi_okt9. deskripsi materi mapel paket keahlian kdjkp revisi_okt
9. deskripsi materi mapel paket keahlian kdjkp revisi_okt
 
Tugas Merancang Kapal I (Container 7000 DWT)
Tugas Merancang Kapal I (Container 7000 DWT)Tugas Merancang Kapal I (Container 7000 DWT)
Tugas Merancang Kapal I (Container 7000 DWT)
 
SSO-2014.ppt
SSO-2014.pptSSO-2014.ppt
SSO-2014.ppt
 
SIPIL-UNSrev1
SIPIL-UNSrev1SIPIL-UNSrev1
SIPIL-UNSrev1
 
QUIZ 3.pptx
QUIZ 3.pptxQUIZ 3.pptx
QUIZ 3.pptx
 
175-147147169-5-PB (1).pdf
175-147147169-5-PB (1).pdf175-147147169-5-PB (1).pdf
175-147147169-5-PB (1).pdf
 
Km 65 tahun 2002
Km 65 tahun 2002Km 65 tahun 2002
Km 65 tahun 2002
 
Peraturan tentang senjata api
Peraturan tentang senjata apiPeraturan tentang senjata api
Peraturan tentang senjata api
 
L4 = data sekunder
L4 = data sekunderL4 = data sekunder
L4 = data sekunder
 
pelabuhan
pelabuhanpelabuhan
pelabuhan
 
1.presentasi wawasan kemaritimangdhd
1.presentasi wawasan kemaritimangdhd1.presentasi wawasan kemaritimangdhd
1.presentasi wawasan kemaritimangdhd
 
TUBRUKAN .pptx
TUBRUKAN .pptxTUBRUKAN .pptx
TUBRUKAN .pptx
 
JURNAL PDP VOL 1 NO 1 Benny Agus Setiono Safety Equipment, Keselamatan Berlayar
JURNAL PDP VOL 1 NO 1 Benny Agus Setiono Safety Equipment, Keselamatan BerlayarJURNAL PDP VOL 1 NO 1 Benny Agus Setiono Safety Equipment, Keselamatan Berlayar
JURNAL PDP VOL 1 NO 1 Benny Agus Setiono Safety Equipment, Keselamatan Berlayar
 

Kürzlich hochgeladen

BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
JuliBriana2
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
JarzaniIsmail
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
novibernadina
 
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptxModul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
RIMA685626
 

Kürzlich hochgeladen (20)

PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
 
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptxTEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
 
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxMemperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
 
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaPengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
 
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptxModul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 

Peraturan pencegahan tubrukan di laut atau p2 tl

  • 1. S M K N E G E R I 1 A L A S J a l a n R a y a S u m b a w a – A l a s L a b u a n A l a s K o n t a c : s t i p a k h a r u d d i n @ y a h o o . c o . i d , s t i p a k h a r u d d i n @ g m a i l . c o m a t a u s t i p a k h a r u d d i n . b l o g s p o t . c o m 0 3 7 2 – 9 2 9 1 7 1 6 H P . 0 8 5 2 5 3 6 1 2 2 7 2 , 0 8 1 9 3 5 9 7 4 5 0 0 6 / 1 2 / 2 0 1 3 DINAS JAGA
  • 2. Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B Halaman 2 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012 Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT, dengan tersusunnya Modul Melakukan Dinas Jaga di Kapal untuk program keahlian NKPI dan NKN ini semoga dapat menambah khasanah referensi khususnya di bidang kemaritiman di Indonesia. Dinas jaga merupakan rangkaian pokok dalam kegiatan pelayaran sesuai amanat dalam Standar Training certificate of Watch Keeping ( STCW ) 1995 serta standar Training certificate of Watch Keeping Vessel Personel ( STCW-F ) 1995. Begitu pentingnya keamanan selama berlayar, kegiatan dinas jaga menjadi hal yang harus bagi nakhoda pada setiap kapal untuk menjamin pelaksanaan dinas jaga diselenggarakan dengan baik diatas semua jenis dan ukuran kapal. Oleh karena itu, modul ini disusun secara integratif meliputi ilmu pelayaran dan ilmu kelautan yang saling mendukung sehingga skill yang diperlukan terkait satu dengan lainnya. Secara tuntas, kualitas maupun manajemen proses operasional standar yang berlaku di tingkat internasional termasuk didalam wilayah pembahasan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu materi naskah serta dorongan semangat dalam penyelesaian Modul ini. Kami sangat berharap dan terbuka untuk masukan serta kritik konstruktif dari para pembaca sehingga dimasa datang Modul ini lebih sempurna dan implementatif. Alas, Januari 2012 Penulis
  • 3. Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B Halaman 3 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012 Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebelum Peraruran International Mencegah Tubrukan di Laut (PIMTL) tahun 1972 diberlakukan secara Internasional sesungguhnya sudah ada aturan- aturan tertentu yang bermaksud untuk mencegah tubrukan di laut, tetapi tak satupun yang tertulis dan berlaku secara nasional apalagi secara internasional sampai akhir abad 18. Kemudian baru pada tahun 1940, London Trinity House mengeluarkan peraturan untuk mencegah tubrukan di laut, dan peraturan ini di syahkan oleh Parlemen Inggris pada tahun 1946. Peraturan ini hanya diberlakukan terbatas di Inggris saja, terdiri dari 2 buah peraruran yaitu : a. Yang pertama mengatur mengenai 2 (dua) buah kapal uap yang berpapasan di perairan sempit, harus berpapasan melewati lambung kirinya masing-masing. b. Yang kedua mengatur mengenai 2 (buah) kapal uap yang saling berpotongan (haluan berbeda), untuk menghindari bahaya tubrukan masing-masing kapal harus merubah haluan ke kanan sehingga masing- masing kapal melewati dengan lambung kirinya masing-masing. Kedua buah aturan tersebut diatas berlaku bagi kapal uap, dijadikan satu aturan dan menjadi Steam Navigation ACT of 1846. Dua tahun kemudian tahun 1948 ditambah satu aturan lain yaitu mengenai lampu/penerangan-penerangan, yakni kapal-kapal uap diharuskan membawa lampu lambung hijau dan merah maupun lampu tiang yang berwarna putih. Selanjutnya pada tahun 1958 kapal layar juga diharuskan membawa lampu-lampu lambung. Disamping itu diperkenalkan pula isyarat kabut. Untuk kapal layar berbentuk terompet kabut atau genta, sedangkan untuk kapal uap berbentuk suling kabut Aturan mencegah tubrukan yang baru, dikeluarkan oleh dewan Perdagangan Inggris setelah berkonsultasi dengan pemerintah Perancis dan diberlakukan tahun 1863. Selanjutnya pada tahun 1864 aturan ini, yang
  • 4. Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B Halaman 4 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012 Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013 dikenal dengan ARTICLES, diikuti dan diakui oleh lebih dari 30 negara maritim di dunia, termasuk Amerika dan Jerman. Inilah aturan pertama yang berlaku secara Internasional, walaupun penyusunannya tidak secara Internasional. Pada tahun 1889 atas inisiatif dan undangan dari pemerintah Amerika Serikat Konperensi Laut Internasional yang pertama diadakan yang khusus membahas masalah pencegahan tubrukan di laut diadakan di Washington. Konperensi Internasional kedua diadakan di Brusel pada tahun 1910 ini sebagai tindak lanjut dari konperensi Washington dan memberlakukan segala peraturan yang telah dikeluarkan sampai dengan tahun 1954. Pada tahun 1929 konperensi Internasional mengenai SOLAS mengusulkan adanya beberapa perubahan kecil mengenai aturan yang dikeluarkan tahun 1910, tetapi tidak pernah diratifiser. Perubahan dan perbaikan-perbaikan kecil lainnya dilakukan dalam komponen Internasional tentang SOLAS pada tahun 1948. Disini diperkenalkan adanya lampu tiang kedua bagi kapal-kapal yang panjangnya 150 kaki atau lebih. Juga diharuskan memasang lampu buritan yang tetap, serta diperkenalkan isyarat perhatian berupa paling sedikit 5 tiup pendek dan secara cepat. Aturan yang setelah mengalami perubahan-perubahan tersebut berlaku mulai tahun 1954. Selanjutnya dengan adanya kemajuan teknologi, yakni dengan dioperasikannya Radar di kapal, maka aturan baru harus segara diadakan. Pada tahun 1960, atas inisiati IMCO (Inter Govermental Maritime Consultative Organization) diadakanlah konperensi Internasional mengenai SOLAS di London. Didalam konferensi itu disetujui adanya paragraf baru yang harus ditambahkan mengenai Olah Gerak Kapal dalam daerah nampak terbatas agar didapatkan tindakan sedini mungkin untuk menghindari situasi terlalu dekat dengan kapal lain yang berada diarah lebih ke depan dari arah melintang. Rekomendasi mengenai penggunaan Radar di cantumkan dalam Annex Aturan tersebut dan aturan ini berlaku pada tahun 1965. Selanjutnya pada tanggal, 4 sampai 20 Oktober 1972 diadakanlah konferensi lagi mengenai pencegahan tubrukan di laut dan terutama masalah
  • 5. Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B Halaman 5 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012 Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013 penggunaan Radar telah dimaksukan dalam salah satu aturan lagi. Bukan lagi skedar rekomendasi ini menghasilkan COLLISION REGULATION ( COLLREG) 1972 yang berlaku sejak 1977. Penyempurnaan mengenai Collreg 72 diadakan lagi dalam bentuk konvensi-konvensi Internasional atas inisiatif IMO pada Nopember 1981 dan menciptakan aturan-aturan baru, dan diberlakukan mulai tanggal, 1 Juni 1983. pada modul ini, hanya akan dibahas tentang standar kompetensi melakukan dinas jaga di kapal yaitu Peraturan Pencegahan Tubrukan Di Laut ( P2TL ) 1972 yang sudah diamandemen tahun 1981, 1987, 1989, 1993 dan 2001 B. Tujuan Modul mata diklat ini dibuat sebagai upaya untuk menyebarkan informasi tentang Melakukan dinas jaga di kapal. C. Ruang Lingkup Pemelajaran Modul ini mencakup kegiatan pembelajaran sebagai berikut : 1. Menerapkan prinsip umum yang diatur pada per-aturan 1 – 3 dari P2TL 1972 2. Menerapkani prinsip dasar tentang peraturan mengemudi dan berlayar aturan 4 – 8 dari P2TL 1972 3. Menerapkan prinsip mengemudi dan berlayar aturan 9 – 18 dari P2TL 1972 4. Menerapkan ketentuan tentang pemasangan penerangan dan sosok benda aturan 20 – 23 dan 27 – 31 dari P2TL 1972 5. Menerapkan ketentuan isyarat bunyi dan cahaya aturan 32 – 34 dan 36 – 37 dari P2TL 1972 6. Menerapkan pemasangan penerangan dan sosok benda aturan 20 – 23 dan 27 – 31 dari P2TL 1972 7. Menerapkan pemasangan penerangan dan sosok benda Ketentuan tentang isyarat bunyi dan cahaya aturan 32 – 34 dan 36 – 37 dari P2TL 1972
  • 6. Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B Halaman 6 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012 Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013 BAB. II INFORMASI Aturan P2TL Ada 38 Aturan yang Utama arus di ketahui dan dipelajari oleh semua Siswa ( Calon Pelaut ) duduk di kelas X antaranya sbb : 1. Penerapan 2. Pertanggung jawaban 3. Definisi umum 4. Penerapan 5. Pengamatan 6. Laju aman 7. Bahaya tubrukan 8. Tindakan untuk mencegah bahaya tubrukan 9. Alur pelayaran sempit 10. Bagan pemisah lalu lintas 11. Penerapan 12. Kapal layar 13. Penyusulan 14. Situasi berhadapan 15. Situasi berpotongan 16. Tindakan oleh kapal yang memberi jalan 17. Tindakan oleh kapal yang bertahan 18. Tanggung jawab antar kapal 19. Sikap kapal dalam penglihatan terbatas 20. Penerapan 21. Definisi 22. Daya tampak lampu lampu 23. Kapal yang sedang berlayar 24. Menunda dan mendorong 25. Kapal layar yang sedang berlayar dan kapal yang digerakan dengan dayung 26. Kapal nelayan 27. Kapal yang tidak dapat di olah gerak dan kapal yang terbatas kemampuan olah geraknya 28. Kapal yang terkekang oleh saratnya 29. Kapal pandu 30. Kapal berlabuh jangkar dan kapal kandas 31. Pesawat terbang laut 32. Definisi 33. Perlengkapan isyarat bunyi 34. Isyarat olah gerak dan isyarat peringatan 35. Isyarat bunyi dalam penglihatan terbatas 36. Isyarat untuk menarik perhatian 37. Isyarat mara bahaya 38. Pembebasan
  • 7. Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B Halaman 7 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012 Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013 PERATURAN PENCEGAHAN TUBRUKAN di LAUT -1972 Amandemen 1981, 1987, 1989, 1993 dan 2001 BAGIAN A UMUM ATURAN 1 PEMBERLAKUAN A. Aturan-aturan ini berlaku bagi semua kapal dilaut lepas dan di semua perairan yang berhubungan dengan laut yg dapat dilayari oleh kapal-kapal laut. B. Tidak ada suatu apapun dalam aturan-aturan ini yang menghalangi berlakunya peraturan-peraturan khusus yang dibuat oleh penguasa yang berwenang, untuk alur pelayaran pelabuhan , sungai,danau atau perairan pedalaman yang berhubungan dengan laut dan dapat dilayari oleh kapal laut. Aturan-aturan khusus demikian harus semirip mungkin dengan aturan-aturan ini. C. Tidak ada suatu apapun dari aturan ini yang akan menghalangi berlakunya aturan-aturan khusus yang dibuat oleh pemerintah negara manapun berkenaan dengan tambahan kedudukan atau lampu-lampu isyarat, sosok benda atu isyarat suling untuk kapal-kapal perang dan kapal-kapal yang berlayar dalam beriring-iringan atau lampu-lampu isyarat atau sosok-sosok benda untuk kapal-kapal ikan yang sedang menangkap ikan dalam suatu armada. Tambahan-tambahan kedudukan atau lampu-lampu isyarat sosok- sosok benda atau isyarat –isyarat suling ini harus dibuat sejauh yang dapat dilaksanakan, supaya tidak dapat disalah artikan dengan lampu menapun sosok benda atau isyarat yang ditentukan dilain tempat dalam peraturan ini. D. Bagan-bagan pemisah lalu lintas dapat disyahkan oleh organisasi untuk maksud aturan-aturan ini. E. Manakala pemerintah yang bersangkutan berpendapat bahwa berkonstruksi atau kegunaan khusus tidak dapat memenuhi ketentuan dari aturan-aturan ini sehubungan dengan jumlah, jarak atau busur tampak lampu-lampu atau sosok-sosok benda, maupun penempatan dari ciri-ciri atau isyarat bunyi, tanpa menghalangi tugas khusus kapal-kapal itu maka kapal yang demikian itu harus memnuhi ketentuan-ketentuan lain yang berhubungan dengan jumlah tempat jarak atau busur tampak lampu-lampu atau sosok-sosok benda manapun yang berhubungan dengan penempatan dan ciri-ciri alat isyarat bunyi sebagaimana ditentukan oleh pemerintahnya yang semirip mungkin dengan aturan-aturan ini, bagi kapal yang bersangkutan.
  • 8. Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B Halaman 8 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012 Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013 ATURAN 2 TANGGUNG JAWAB A. Tidak ada suatu apapun dalam aturan-aturan ini akan membebaskan tiap kapal atau pemiliknya, nahkoda atau awak kapalnya, atas akibat-akibat setiap kelalaian untuk memenuhaturan-aturan ini atau kelalaian terhadap setiap tindakan berjaga-jaga yang dipandang perlu menurut kebiasaan pelaut atau terhadap keadaan-keadaan khusus dimana kapal itu berada. B. Dalam menafsirkan dan memenuhi aturan-aturan ini, harus benar-benar memperhatikan semua bahaya navigasi dan bahaya tubrukan serta setiap keadaan khusus termasuk keterbatasan- keterbatasan dari kapal-kapal yang terlibat, yang dapat memaksa menyimpang dari aturan-aturan ini untuk menghindari bahaya mendadak. ATURAN 3 DEFINISI-DEFINISI UMUM Untuk maksud aturan-aturan ini kecuali didalamnya diisyaratkan lain : A. Kata "kapal" mencakup setiap jenis kendaraan air, termasuk kapal tanpa benaman (displacement) dan pesawat terbang laut, yang digunakan atau dapat digunakan sebagai sarana angkutan di air. B. Istilah "kapal tenaga" berarti setiap kapal yang digerakkan dengan mesin C. Istilah "kapal layar" berarti setiap kapal yang sedang berlayar dengan menggunakan layar, dengan syarat behwa mesin penggeraknya bila ada sedang tidak digunakan. D. Istilah "kapal yang sedang manangkap ikan" berarti setiap kapal yang menangkap ikan dengan jaring, tali, pukat atau jaring penangkap ikan lainnya yang membatasi kemampuan olah geraknya, tetapi tidak meliputi kapal yang menangkap ikan dengan tali pancing atau alat penangkap ikan lainnya yang tidak membatasi kemmpuan mengolah geraknya di air. E. Kata "pesawat terbang laut" mencakup setiap pesawat terbang yang dibuat untuk mengolah gerak di air. F. Istilah 'kapal yang tidak terkendalikan" berarti kapal yang karena sesuatu keadaan yang istimewa tidak mampu untuk mengolah gerak seperti yang diisyaratkan oleh aturan-aturan ini dan karenanya tidak mampu menyimpang kapal lain.
  • 9. Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B Halaman 9 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012 Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013 G. Istilah 'kapal yang kemampuan oleh geraknya terbatas' berarti kapal yang karena sifat pekerjaannya mengakibatkan kemampuannya untuk mengolah gerak seperti diisyaratkan oleh aturan-aturan ini menjadi terbatas dan karenanya tidak mampu untuk menyimpangi kapal lain. Kapal-kapal berikut harus dianggap sebagai kapal-kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas. i. Kapal yang digunakan memasang merawat atau mengangkat merkah navigasi atau pipa laut. ii. Kapal yang melakukan kegiatan pengerukan, penelitian atau pekerjaan- pekerjaan di bawah air. iii. Kapal yang melakukan pengisian atau memindahkan orang- orang,perbekalan atau muatan pada waktu sedang berlayar. iv. kapal yang sedang meluncurkan atau sedang mendaratkan kembali pesawat terbang. v. Kapal yang sedang melakukan pembersihan ranjau. vi. kapal yang menunda sedemikian rupa sehingga menjadikan tidak mampu untuk menyimpang dari haluannya H. Istilah “Kapal yang terkendala oleh saratnya”berarti kapal tenaga yang karena syaratnya terhadap kedalaman air dan lebar perairan yang dapat dilayari mengakibatkan kemampuan olah geraknya untuk menyimpang dari garis haluan yang sedang diikuti menjadi terbatas sekali. I. Istilah “sedang berlayar”Berarti kapal tidak berlabuh jangkar atau tidak diikat pada daratan atau kandas. J. Kapal-kapal yang harus dianggap melihat satu sama lainnya apabila kapal yang satu dapat dilihat visual oleh kapal lainnya. K. Istilah penglihatan terbatas berarti setiap keadaan dalam mana daya tampaknya dibatasi oleh kabut, halimun, hujan badai, badai pasir, atau sebab lain yang serupa dengan itu.
  • 10. Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B Halaman 10 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012 Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013 BAGIAN B ATURAN-ATURAN MENGEMUDIKAN KAPAL DAN MELAYARKAN KAPAL SEKSI 1 SIKAP KAPAL DALAM SETIAP KEADAAN PENGLIHATAN ATURAN 4 PEMBERLAKUAN Aturan- aturan dalam seksi ini berlaku dalam setiap keadaan penglihatan. ATURAN 5 PENGAMATAN Tiap kapal harus senantiasa melakukan pengamatan yang layak,baik dengan penglihatan dan pendengaran maupun dengan semua sarana tersedia yang sesuai dengan keadaan dan suasana yang ada sehingga dapat membuat penilaian sepenuhnya terhadap situasi dan bahaya tubrukan. ATURAN 6 KECEPATAN AMAN Setiap kapal harus senantiasa bergerak dengan kecepatan aman sehingga dapat mengambil tindakan yang tepat dan berhasil untuk menghindari tubrukan dan dapat dihentikan dalam jarak yang sesuai dengan keadaan dan suasana yang ada dalam menentukan kecepatan aman, faktor-faktor berikut termasuk faktor-faktor yang harus diperhitungkan : (A) Oleh semua Kapal: i. Tingkat penglihatan ii. Kepadatan lalu-lintas termasuk pemusatan kapal-kapal ikan atau kapal lain. iii. Kemampuan olah gerak kapal khususnya yang berhubungan jarak henti dan kemampuan berputar iv. Pada malam hari, terdapatnya cahaya latar belakang misalnya lampu- lampu dari daratan atau pantulan lampu-lampu sendiri v. Keadaan angin, laut dan arus dan bahaya-bahaya navigasi yang ada disekitarnya. vi. Sarat sehubungan dengan keadaan air yang ada (B) Tambahan bagi kapal-kapal yang radarnya dapat bekerja dengan baik i. Ciri-ciri khusus daya guna dan keterbatasan pesawat radar ii. Setiap kendala yang timbul oleh skala jarak radar yang dipakai
  • 11. Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B Halaman 11 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012 Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013 iii. Pengaruh keadaan laut , cuaca dan sumber-sumber gangguan lain pada penggunaan radar. iv. Kemungkinan bahwa kapal-kapal kecil , gunung es dan benda-benda terapung lainnya tidak dapat ditangkap oleh radar pada jarak yang cukup. v. Jumlah, posisi dan gerakan kapal-kapal yang ditangkap oleh radar. vi. Berbagai macam penilaian penglihatan yang lebih tepat yang mungkin dapat bila radar digunakan untuk menentukan jarak kapal-kapal atau benda lain disekitarnya. ATURAN 7 BAHAYA TUBRUKAN (A) Semua kapal harus menggunakan semua sarana yang tersedia sesuai dengan keadaan dan suasana yang ada untuk menentukan ada tidak adanya bahaya tubrukan , jika timbul keragu-raguan maka bahaya demikian itu harus dianggap ada. (B) Penggunaan pesawat radar harus dilakukan dengan tepat jika dipasang dikapal dan bekerja dengan baik termasuk penyimakan jarak jauh untuk memperoleh peringatan dini akan adanya bahaya tubrukan dan pelacakan posisi radar atau pengamatan sistematis yang sepadan atas benda-benda yang terindra. (C) Praduga-praduga tidak boleh dibuat berdasarkan oleh keterangan yang sangat kurang khususnya keterangan radar. (D) Dalam menentukan ada tidak adanya bahaya tubrukan pertimbangan pertimbangan berikut ini termasuk pertimbangan-pertimbangan yang harus diperhitungkan. i. Bahaya demikian harus dianggap ada jika baringan pedoman kapal yang sedang mendekat tidak menunjukkan perubahan yang berarti. ii. Bahaya demikian kadang-kadang mungkin ada,walaupun perubahan sebuah baringan yang berarti itu nyata sekali ,terutama bilamana sedang menghampiri kapal dengan jarak yang dekat sekali. ATURAN 8 TINDAKAN UNTUK MENGHINDARI TUBRUKAN (A) Setiap tindakan yang dilakukan untuk menghindari tubrukan jika keadaan mengijinkan harus tegas, dilakukan dalam waktu yang cukup lapang dan benar-benar memperhatikan syarat-syarat kepelautan yang baik.
  • 12. Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B Halaman 12 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012 Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013 (B) Setiap perubahan haluan dan atau kecepatan untuk menghindari tubrukan jika keadaan mengijinkan harus cukup besar sehingga segera menjadi jelas bagi kapal lain yang sedang mengamati dengan penglihatan atau dengan radar, serangkaian perubahan kecil dari haluan dan atau kecepatan hendaknya dihindari. (C) Jika ada ruang gerak yang cukup perubahan haluan saja mungkin merupakan tindakan yang paling berhasil guna untuk menghindari situasi saling mendekat terlalu rapat, dengan ketentuan bahwa perubahan itu dilakukan dalam waktu cukup dini ,bersungguh-sungguh dan tidak mengakibatkan terjadinya situasi saling mendekat terlalu rapat. (D) Tindakan yang dilakukan untuk menghindari tubrukan dengan kapal lain harus sedemikian rupa sehingga menghasilkan pelewatan dengan jarak aman. Hasil guna tindakan itu harus dikaji secara seksama sampai kapal yang lain itu pada akhirnya terlewati dan bebas sama sekali. (E) Jika diperlukan untuk menghindari tubrukan atau untuk memberikan waktu yang lebih banyak untuk menilai keadaan ,kapal harus mengurangi kecepatannya atau menghilangkan kecepatannya sama sekali dengan memberhentikan atau menjalankan mundur sarana penggeraknya (F) Kapal yang oleh aturan ini diwajibkan tidak boleh merintangi jalan atau jalan aman kapal lainnya, bilamana diwajibkan oleh suatu keadaan harus mengambil tindakan sedini mungkin untuk memberikan ruang gerak yang cukup bagi jalan kapal orang lainnya. i. kapal yang diwajibkan untuk tidak merintangi jalannya atau jalan aman kapal lain tidak dibebaskan dari kewajiban ini jika mendekati kapal lain mengakibatkan bahaya tubrukan , dan bilamana akan mengambil tindakan harus memperhatikan tindakan yang diwajibkan oleh aturan- aturan dalam bagian ini. ii. Kapal yang jalannya tidak boleh dirintangi tetap wajib sepenuhnya untuk melaksanakan aturan-aturan dibagian ini bilamana kedua kapal itu sedang berdekatan satu dengan lainnya yang mengakibatkan bahaya tubrukan. ATURAN 9 ALUR PELAYARAN SEMPIT (A) Sebuah kapal yang sedang berlayar menyusuri alur pelayaran sempit harus berlayar sedekat mungkin dengan batas luar alur pelayaran atau air pelayaran yang terletak di sisi kanannya bilamana hal itu aman dan dapat dilaksanakan.
  • 13. Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B Halaman 13 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012 Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013 (B) Sebuah kapal yang panjangnya kurang dari 20 meter atau kapal layar tidak boleh merintangi jalan kapal yang hanya dapat berlayar dengan aman di dalam alur pelayaran atau air pelayaran sempit. (C) Sebuah kapal yang sedang menangkap ikan tidak boleh merintangi jalan setiap kapal lain yang sedang berlayar di dalam alur pelayaran atau air pelayaran sempit. (D) Sebuah kapal tidak boleh memotong alur pelayaran sempit jika pemotongan demikian merintangi jalan kapal yang hanya dapat berlayar dengan aman didalam alur pelayaran sempit , kapal yang di sebutkan belakangan itu boleh menggunakan isyarat bunyi yang di tentukan dalam aturan 34 (d) , jika ragu- ragu terhadap maksud kapal yang memotong. (E) (i) Di alur pelayaran sempit, jika penyusulan hanya dapat dilakukan jika kapal yang disusul itu melakukan tindakan untuk memungkinkan pelewatan dengan aman , maka kapal yang bermaksud menyusul itu harus menyatakan maksudnya dengan memperdengarkan isyarat yang sesuai dengan yang ditentukan didalam aturan 34 ( c ) (ii) dan mengambil langkah untuk dilewatinya dengan aman. jika ragu-ragu , kapal itu boleh memperdengarkan isyarat-isyarat yang ditentukan didalam aturan 34 (d). (Ii) Aturan ini tidak membebaskan kapal yang menyusul dari kewajibannya menurut aturan 13. (F) Kapal yang sedang mendekati tikungan atau daerah alur atau air pelayaran sempit yang di tempat kapal-kapal lain dapat terhalang oleh alingan , harus berlayar dengan kewaspadaan khusus dan berhati-hati serta harus memperdengarkan isyarat yang sesuai dengan yang ditentukan di dalam aturan 34 (e). (G) Setiap kapal , jika keadaan mengijinkan harus menghindari dirinya berlabuh jangkar di dalam alur pelayaran sempit. ATURAN 10 TATA PEMISAHAN LALU LINTAS (A) Pasal ini berlaku bagi tata pemisahan lalu lintas yang diterima secara sah oleh organisasi dan tidak membebaskan setiap kapal dari kewajibannya untuk melaksanakan aturan lainnya. (B) Kapal yang sedang menggunakan tata pemisahan lalu lintas harus : (I) Berlayar didalam jalur lalu lintas yang sesuai dengan arah lalu lintas umum untuk jalur itu.
  • 14. Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B Halaman 14 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012 Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013 (Ii) Sedapat mungkin tetap bebas dari garis pemisah atau zona pemisah lalu lintas. (Iii) Jalur lalu lintas dimasuki atau ditinggalkan pada umumnya dari ujung jalur, tetapi bilamana tindakan memasuki atau meninggalkan jalur itu dilakukan dari salah satu sisi, tindakan itu harus dilakukan sedemikian rupa hingga membentuk sebuah sudut yang sekecil-kecilnya terhadap arah lalu lintas umum. (C) Sedapat mungkin , kapal harus menghindari memotong jalur-jalur lalu lintas tetapi jika terpaksa melakukannya, harus memotong dengan haluan sedapat mungkin tegak lurus terhadap arah lalu lintas umum. (D) (i) Kapal yang berada di zona sekitar tata pemisah lalu lintas tidak boleh menggunakan zona lalu lintas dekat pantai bilamana ia dapat menggunakan jalur lalu lintas yang sesuai dengan aman. Akan tetapi kapal yang panjangnya kurang dari 200 meter , kapal layar dan kapal yang sedang menangkap ikan boleh menggunakan zona lalu lintas dekat pantai. (Ii) Lepas dari sub ayat (d)(i) , kapal boleh menggunakan zona lalu lintas dekat pantai bilamana sedang berlayar menuju atau dari sebuah pelabuhan , instalasi atau bangunan lepas pantai , stasiun pandu atau setiap tempat yang berlokasi di dalam zona lalu lintas dekat pantai atau untuk menghindari bahaya mendadak. (E) Kapal, kecuali sebuah kapal yang sedang memotong atau kapal yang sedang memasuki atau sedang meninggalkan jalur, pada umumnya tidak boleh memasuki zona pemisah atau memotong garis pemisah kecuali : (i) Dalam keadaan darurat untuk menghindari bahaya mendadak. (ii) Untuk menangkap ikan dalam zona pemisah. (F) Kapal yang sedang berlayar didaerah-daerah ujung tata pemisah lalu lintas harus berlayar dengan sangat hati-hati. (G) Sedapat mungkin, kapal harus menghindari dirinya berlabuh jangkar di daerah tata pemisah atau di daerah-daerah dekat ujung-ujungnya. (G) Kapal yang tidak menggunakan tata pemisah lalu lintas harus menghindarinya dengan ambang batas selebar-lebarnya. (I) Kapal yang sedang menangkap ikan tidak boleh merintangi jalan setiap kapal. (J) Kapal yang panjangnya kurang dari 20 meter atau kapal-kapal layar tidak boleh merintangi jalan aman kapal tenaga yang sedang mengikuti jalur lalu lintas.
  • 15. Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B Halaman 15 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012 Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013 (K) Kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas, bilamana sedang melakukan operasi untuk merawat sarana keselamatan pelayaran didalam tata pemisah lalu lintas dibebaskan dari kewajiban untuk memenuhi aturan ini karena pentingnya penyelenggaraan operasi itu. (L) Kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas, bilamana sedang melakukan operasi untuk meletakan , memperbaiki atau mengangkat kabel laut di dalam tata pemisah lalu lintas di bebaskan dari kewajiban untuk memenuhi aturan ini sekedar untuk melakukan operasi itu. SEKSI 2 PERILAKU KAPAL-KAPAL DALAM KEADAAN SALING MELIHAT. ATURAN 11 PEMBERLAKUAN Aturan-aturan didalam seksi ini berlaku bagi kapal-kapal yang sedang dalam keadaan saling melihat. ATURAN 12 KAPAL LAYAR (A) Bilamana dua kapal layar sedang saling mendekat sedemikian rupa, sehingga akan mengakibatkan bahaya tubrukan, salah satu dari kedua kapal itu harus menghindari kapal yang lain sebagai berikut : (I) Bilamana masing-masing mendapat angin lambung yang berlainan, maka kapal yang mendapat angin di lambung kiri harus menghindari kapal yang lain. (Ii) Bilamana kedua-duanya mendapat angin lambung yang sama, maka kapal yang ada di atas angin harus menghindari kapal yang ada di bawah angin. (Iii) Jika kapal mendapat angin di lambung kiri melihat sebuah kapal di atas angin tidak dapat menentukan dengan pasti apakah kapal lain itu mendapat angin di lambung kiri atau di lambung kanan, maka kapal itu harus menghindari kapal yang lain itu. (B) Untuk memenuhi maksud aturan ini, sisi atas angin harus di anggap sisi yang berlawanan dengan sisi tempat layar utama berada atau bagi kapal dengan layar segi empat adalah sisi yang berlawanan dengan sisi tempat layar membujur itu berada. ATURAN 13
  • 16. Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B Halaman 16 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012 Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013 PENYUSULAN (A) Lepas daripada segala sesuatu yang tercantum didalam aturan-aturan bagian B seksi 1 dan 2, setiap kapal yang sedang menyusul setiap kapal lain harus menghindari kapal lain yang sedang disusul itu. (B) Kapal harus dianggap menyusul bilamana sedang mendekati kapal lain dari arah yang lebih besar daripada 22,5 derajat di belakang arah melintang, yakni dalam suatu kedudukan sedemikian sehingga terhadap kapal yang sedang di susul itu pada malam hari hanya dapat melihat lampu buritan, tetapi tidak satupun dari lampu-lampu lambungnya. (C) Bilamana kapal dalam keadaan ragu-ragu apakah ia sedang menyusul kapal lain atau tidak, kapal itu harus beranggapan bahwa demikianlah halnya dan bertindak sesuai dengan itu. (D) Setiap perubahan baringan antara kedua kapal yang terjadi kemudian tidak akan mengakibatkan kapal yang sedang memotong dalam pengertian aturan-aturan ini atau membebaskannya dari kewajiban untuk menghindari kapal yang sedang disusul itu sampai kapal tersebut dilewati dan bebas sama sekali. ATURAN 14 SITUASI BERHADAP-HADAPAN (A) Bilamana dua kapal tenaga sedang bertemu dengan haluan-haluan berlawanan atau hampir berlawanan sehingga akan mengakibatkan bahaya tubrukan , masing-masing harus mengubah haluannya ke kanan sehingga masing-masing akan berpapasan di lambung kirinya. (B) Situasi demikian itu harus dianggap ada bilamana kapal melihat kapal lain tepat atau hampir di depan dan pada malam hari kapal itu dapat melihat lampu-lampu tiang kapal lain tersebut terletak segaris atau hampir segaris atau kedua lampu lambung serta pada siang hari kapal itu mengamati gatra ( aspek ) yang sesuai mengenai kapal lain tersebut. (C) Bilamana kapal dalam keadaan ragu-ragu akan terdapatnya situasi demikian, kapal itu harus beranggapan bahwa situasi itu ada dan bertindak sesuai dengannya. ATURAN 15 SITUASI MEMOTONG Bilamana dua kapal tenaga sedang berlayar dengan haluan saling memotong sedemikian rupa sehingga mengakibatkan bahaya tubrukan , kapal yang
  • 17. Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B Halaman 17 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012 Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013 mendapati kapal lain disisi kanannya harus menghindari , dan jika keadaan mengijinkan , harus menghindarkan dirinya memotong di depan kapal lain itu. ATURAN 16 TINDAKAN KAPAL YANG MENGHINDAR Setiap kapal yang diwajibkan menghindari kapal lain, sedapat mungkin melakukan tindakan secara dini tegas untuk tetap bebas sama sekali. ATURAN 17 TINDAKAN KAPAL YANG BERTAHAN (A) (i) Apabila salah satu dari dua kapal diwajibkan menghindar, maka kapal yang lainnya harus mempertahankan haluan dan kecepatannya. (Ii) Tetapi kapal yang disebutkan terakhir itu boleh melakukan tindakan untuk menghindari tubrukan hanya dengan olah geraknya, segera setelah jelas baginya bahwa kapal yang diwajibkan menghindar itu tidak melakukan tindakan yang tepat sesuai dengan aturan-aturan ini. (B) Bilamana kareana suatu sebab, kapal yang diwajibkan mempertahankan haluan dan kecepatannya itu berada sedemikian dekatnya sehingga tubrukan tidak dapat dihindari dengan tindakan kapal yang menghindar saja, maka kapal tersebut harus melakukan tindakan sedemikian rupa sehingga akan membantu penghindaran tubrukan dengan sebaik-baiknya. (C) Kapal tenaga yang melakukan tindakan dalam situasi memotong sesuai dengan sub paragraf (a)(ii) aturan ini untuk menghindari tubrukan dengan kapal tenaga lain, jika keadaan mengijinkan , tidak boleh mengubah haluan ke kiri terhadap kapal yang ada di sisi kirinya. (D) Aturan ini tidak membebaskan kapal yang wajib menghindar dari kewajibannya untuk menghindar. ATURAN 18 TANGGUNG JAWAB ANTAR KAPAL Kecuali Aturan 9 , 10 dan 13 menyaratakan lain : (A) Kapal tenaga yang sedang berlayar harus menghindari : (i) kapal yang tidak terkendali (Ii) kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas (iii) kapal yang sedang menangkap ikan (iv) kapal layar
  • 18. Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B Halaman 18 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012 Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013 (B) Kapal layar yang sedang berlayar harus menghindari : (i) kapal yang tidak terkendali (ii) kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas (iii) kapal yang sedang menangkap ikan (C) Kapal yang sedang menangkap ikan sedapat mungkin menghindari : (I) kapal yang tidak terkendali (Ii) kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas (D) (i) Setiap kapal, selain daripada kapal yang tidak terkendali, atau kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas, jika keadaan mengijinkan , harus menghindarkan dirinya merintangi jalan aman sebuah kapal yang terkendala oleh saratnya yang sedang memperlihatkan isyarat-isyarat dalam aturan 28. (ii) Kapal yang terkendala oleh saratnya harus berlayar dengan kewaspadaan khusus dengan benar-benar memperhatikan keadaannya yang khusus itu. (E) Pesawat terbang laut yang sedang berada di air , pada umumnya, tidak boleh merintangi semua kapal dan tidak mengganggu navigasi kapal-kapal lain itu, dalam suatu keadaan dimana resiko tubrukan timbul maka ia wajib memenuhi aturan-aturan dalam bagian ini. (F) (i) Pesawat WIG pada saat akan lepas landas , mendarat dan terbang didekat permukaan harus bebas dari setiap kapal lainnya dan tidak merintangi navigasi kapal-kapal lainnya itu. (ii) Pesawat WIG yang sedang beroperasi di permukaan air harus memenuhi aturan-aturan dari bagian ini sebagai kapal tenaga. SEKSI 3 PERILAKU KAPAL DALAM PENGLIHATAN TERBATAS ATURAN 19 PERILAKU KAPAL DALAM PENGLIHATAN TERBATAS (A) Aturan ini berlaku bagi kapal-kapal yang tidak saling melihat bilamana sedang berlayar di suatu daerah yang berpenglihatan terbatas atau didekatnya. (B) Setiap kapal harus berjalan dengan kecepatan aman yang disesuaikan dengan keadaan dan suasana penglihatan terbatas yang ada. Kapal tenaga harus menyiapkan mesin-mesinnya untuk segera dapat berolah gerak.
  • 19. Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B Halaman 19 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012 Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013 (C) Setiap kapal harus benar-benar memperhatikan keadaan dan suasana penglihatan terbatas yang ada bilamana sedang memenuhi aturan-aturan seksi 1 bagian ini. (D) Kapal yang mengindera kapal lain hanya dengan radar harus menentukan apakah sedang berkembang situasi saling mendekat terlalu rapat dan atau apakah ada bahaya tubrukan. Jika demikian, kapal itu harus melakukan tindakan dalam waktu yang cukup lapang ketentuan bahwa bilamana tindakan demikian terdiri dari perubahan haluan, maka sejauh mungkin harus dihindari hal-hal sebagai berikut : (I) Perubahan haluan ke kiri terhadap kapal yang ada di depan arah melintang selain daripada kapal yang disusul. (Ii) Perubahan haluan arah kapal yang ada di arah melintang atau di belakang arah melintang. (E) Kecuali apabila telah yakin bahwa tidak ada bahaya tubrukan , setiap kapal yang mendengar isyarat kabut kapal lain yang menurut pertimbanganya berada di depan arah melintangnya, atau yang tidak dapat menghindari situasi saling mendekat terlalu rapat hingga kapal yang ada di depan arah melintangnya , harus mengurangi kecepatannya serendah mungkin yang dengan kecepatan itu kapal tersebut dapat mempertahankan haluannya. Jika dianggap perlu, kapal itu harus meniadakan kecepatannya sama sekali dan bagaimanapun juga berlayar dengan kewaspadaan khusus hingga bahaya tubrukan telah berlalu.
  • 20. Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B Halaman 20 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012 Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013 BAGIAN C LAMPU DAN SOSOK BENDA ATURAN 20 PEMBERLAKUAN (A) Aturan-aturan dalam bagian ini harus dipenuhi dalam segala keadaan cuaca. (B) Aturan-aturan tentang lampu-lampu harus dipenuhi semenjak saat matahari terbenam sampai dengan matahari terbit dan selama jangka waktu tersebut lampu-lampu lain tidak boleh diperlihatkan , kecuali apabila lampu-lampu demikian tidak dapat terkelirukan dengan lampu-lampu yang disebutkan secara terpernci didalam aturan-aturan ini atau tidak melemahnya daya tampak atau sifat khususnya atau mengganggu terselenggaranya pengamatan yang layak. (C) Lampu-lampu yang ditentukan oleh aturan-aturan ini , jika dipasang harus jiga diperlihatkan sijak saat matahari terbit sampai matahari terbenam dalam keadaan penglihatan terbatas dan boleh diperlihatakan dalam semua keadaan bila dianggap perlu. (D) Aturan-aturan tentang sosok benda harus dipenuhi pada siang hari. (E) Lampu-lampu dan sosok-sosok benda yang disebutkan secara terpernci di dalam aturan-aturan ini harus memenuhi ketentuan-ketentuan lampiran 1 peraturan ini. ATURAN 21 DEFINISI (A) "Lampu tiang" berarti lampu putih yang ditempatkan di sumbu membujur kapal , memperlihatkan cahaya tidak terputus-putus yang meliputi bujur cakrawala 225 derajat dan dipasang sedemikian rupa sehingga memperlihatkan cahaya dari arah lurus ke depan sampai 22,5 derajat dibelakang arah melintang di kedua sisi kapal. (B) "Lampu lambung" berarti lampu hijau di lambung kanan dan lampu merah di lambung kiri, masing-masing memperlihatkan cahaya tidak terputus-putus yang meliputi busur cakrawala 112,5 derajat dan dipempatkan sedemikian rupa hingga memperlihatkan cahaya dari arah lurus kedepan sampai dengan 22,5 derajat di belakang arah melintang di masing-masing sisinya. Di kapal yang panjangnya kurang dari 20 meter , lampu-lampu lambung itu boleh digabungkan dalam satu lentera yang ditempatkan di sumbu membujur kapal.
  • 21. Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B Halaman 21 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012 Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013 (C) "Lampu buritan" berarti lampu putih yang ditempatkan sedekat mungkin dengan burutan , memperlihatkan cahaya tidak terputus-putus yang meliputi bujur cakrawala 135 derajat dan dipasang sedemikian rupa hingga memperlihatkan cahaya 67,5 derajat dari arah lurus ke belakang kemasing- masing sisinya. (D) "Lampu Tunda" berarti lampu kuning yang mempunyai sifat-sifat khusus yang sama dengan "Lampu buritan" yang didefinisikan didalam paragraf (c) aturan ini. (E) "Lampu keliling" berarti lampu yang memperlihatkan cahaya tidak terputus- putus yang meliputi busur cakrawala 360 derajat. (F) "Lampu Kedip" berarti lampu yang berkedip-kedip dengan selang waktu teratur dengan frekuensi 120 kedipan atau lebih setiap menit. ATURAN 22 JARAK TAMPAK LAMPU Lampu-lampu yang ditentukan didalam aturan ini harus mempunyai kuat cahaya sebagaimana yang disebutkan secara terperinci didalam seksi 8 lampiran 1 peraturan ini untuk dapat kelihatan dari jarak-jarak minimum berikut : (A) Di kapal-kapal yang panjangnya 50 meter atau lebih : - Lampu tiang, 6 mil; - Lampu lambung, 3 mil; - Lampu buritan, 3 mil; - Lampu tunda, 3 mil; - Lampu keliling putih, merah, hijau atau kuning, 2 mil. (B) Di kapal-kapal yang panjangnya 12 meter atau lebih tetapi kurang dari 50 meter : - Lampu tiang, 5 mil; kecuali apabila panjang kapal itu kurang dari 20 meter, 3 mil; - Lampu lambung, 2 mil; - Lampu buritan, 2 mil; - Lampu tunda, 2 mil; - Lampu keliling putih, merah, hijau atau kuning, 2 mil. (C) Dikapal-kapal yang panjangnya kurang dari 12 meter : - Lampu tiang, 2 mil; - Lampu lambung, 1 mil; - Lampu buritan, 2 mil; - Lampu tunda, 2 mil;
  • 22. Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B Halaman 22 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012 Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013 - Lampu keliling putih, merah, hijau atau kuning, 2 mil (D) Dikapal-kapal yang terbenam atau benda-benda yang sedang ditunda yang tidak kelihatan dengan jelas : - Lampu keliling putih, 3 mil. ATURAN 23 KAPAL TENAGA YANG SEDANG BERLAYAR (A) Kapal tenaga yang sedang berlayar : (I) Lampu tiang depan; (Ii) Lampu tiang kedua , dibelakang dan lebih tinggi dari pada lampu tiang depan ; kecuali kapal yang panjangnya kurang dari 50 meter tidak wajib memperlihatkan lampu demikian, tetapi boleh memperlihatkannya. (Iii) Lampu-lampu lambung; (Iv) Lampu buritan. (B) Kapal bantalan udara bilamana sedang beroperasi dalam bentuk tanpa berat benaman, disamping lampu-lampu yang ditentukan didalam paragraf (a) pasal ini, harus memperlihatkan lampu keliling kuning kedip. (C) Pesawat WIG hanya pada saat lepas landas , mendarat dan terbang didekat permukaan sebagai tambahan lampu-lampu yang diwajibkan dalam paragraf (a) harus memperlihatkan satu lampu keliling merah berkedip dengan intensitas tinggi. (D)(i) Kapal tenaga yang panjangnya kurang dari 12 meter sebagai ganti lampu- lampu yang ditentukan di dalam paragraf (a) pasal ini , boleh memperlihatkan lampu keliling putih dan lampu-lampu lambung. (ii) Kapal tenaga yang panjangnya kurang dari 7 meter yang kecepatan minimumnya tidak lebih dari 7 mil setiap jam, sebagai ganti lampu-lampu yang ditentukan didalam paragraf (a) pasal ini, boleh memperlihatkan lampu keliling putih dan jika mungkin, harus juga memperlihatkan lampu- lampu lambung. (iii) Lampu tiang atau lampu keliling putih di kapal tenaga yang panjangnya kurang dari 12 meter boleh dipindahkan dari sumbu membujur kapal jika pemasangan disumbu membujur tidak dapat dilakukan, dengan ketentuan bahwa lampu-lampu lambung digabungkan dalam satu lentera yang harus diperlihatkan disumbu membujur kapal atau ditempatkan sedekat mungkin disumbu membujur kapal yang sama dengan lampu tiang atau lampu keliling putih.
  • 23. Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B Halaman 23 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012 Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013 ATURAN 24 MENUNDA DAN MENDORONG (A) Kapal tenaga bilamana sedang menunda harus memperlihatkan : (i) Sebagai pengganti lampu yang ditentukan didalam aturan 23(a) atau (a)(ii), dua tiang penerang bersusun tegak lurus. bilamana panjang tundaan diukur dari buritan kapal yang sedang menunda sampai keujung belakang tundaan lebih dari 200 meter , tiga lampu yang demikian itu bersusun tegak lurus. (ii) Lampu-lampu lambung (iii) Lampu buritan (iv) Lampu tunda , tegak lurus diatas lampu buritan (v) Bilamana panjang tundaan lebih dari 200 meter , sosok belah ketupat disuatu tempat yang dapat kelihatan dengan sejelas-jelas nya. (B) Ketika kapal yang sedang mendorong dan kapal yang sedang didorong maju di ikat erat-erat dalam suatu unit berangkai, kapal-kapal itu harus dianggap sebagai sebuah kapal tenaga dan memperlihatkan lampu-lampu yang ditentukan didalam aturan 23. (C) Kapal tenaga bilamana sedang mendorong maju atau sedang menggandeng kecuali didalam suatu unit berangkai, harus memperlihatkan : (i) Sebagai pengganti lampu yang ditentukan di dalam aturan 23(a)(i) atau (a)(ii) , dua penerangan tiang yang tersusun tegak lurus. (ii) Lampu-lampu lambung (iii) Lampu buritan. (D) Kapal tunda yang dikenai paragraf (a) atau (c) aturan ini harus juga memenuhi aturan 23(a)(ii). (E) Kapal atau benda yang sedang ditunda, selain daripada yang ditentukan di dalam paragraf (g) aturan ini harus memperlihatkan : (i) Lampu-lampu lambung (ii) Lampu buritan (iii) Bilamana panjang tundaan lebih dari 200 meter , sosok belah ketupat di suatu tempat yang dapat kelihatan dengan sejelas-jelas nya. (F) Dengan ketentuan bahwa berapapun jumlah kapal yang sedang digandeng atau di dorong dalam suatu kelompok, harus diberi lampu sebagai suatu kapal. (I) Kapal yang sedang didorong maju yang bukan merupakan bagian dari suatu unit berangkai harus memperlihatkan lampu-lampu lambung di ujung depan. (Ii) Kapal yang sedang digandeng harus memperlihatkan lampu buritan dan ujung depan lampu-lampu lambung.
  • 24. Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B Halaman 24 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012 Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013 (G) Kapal atau benda yang terbenam sebagian atau gabungan dari kapal-kapal atau benda-benda demikian yang sedang di tunda yang tidak kelihatan dengan jelas , harus memperlihatkan : (i) Jika lebarnya kurang dari 25 meter , suatu lampu keliling putih di ujung depan, atau di dekatnya dan satu di ujung belakang atau di dekatnya, kecuali apabila naga umbang itu tidak perlu memperlihatkan lampu di ujung depan atau di dekatnya. (ii) Jika lebarnya 25 meter atau lebih , dua lampu keliling putih tambahan di ujung-ujung paling luar dari lebarnya dan di dekatnya. (iii) Jika panjangnya lebih dari 100 meter , lampu-lampu keliling putih tambahan di antara lampu-lampu yang ditentukan di dalam sub paragraf (i) dan (ii) sedemikian rupa sehingga jarak antara lampu-lampu itu tidak boleh lebih dari 100 meter. (iv) Sosok belah ketupat di atau didekat ujung paling belakang dari kapal atau benda paling belakang yang sedang di tunda dan jika panjang tundaan itu lebih dari 200 meter , sosok belah ketupat tambahan di suatu tempat yang dapat kelihatan dengan sejelas-jelasnya serta di tempatkan sejauh mungkin di depan. (H) Apabila karena suatu sebab yang cukup beralasan sehingga tidak memungkinkan kapal atau benda yang sedang di tunda memperlihatkan penerangan-penerangan atau sosok benda yang ditentukan di dalam paragraf (e) atau (g) aturan ini, semua upaya yang mungkin harus ditempuh untuk menerangi kapal atau benda yang ditunda setidak-tidaknya menunjukkan adanya kapal atau benda demikian itu. (I) Apabila karena suatu sebab yang cukup beralasan sehingga tidak memungkinkan kapal yang tidak biasa melakukan operasi-operasi penundaan untuk memperlihatkan penerangan-penerangan yang di tentukan didalam paragraf (a) atau (c) aturan ini maka kapal demikian itu tidak disyaratkan untuk memperlihatkan penerangan-penerangan itu, bilamana sedang menunda kapal lain dalam bahaya atau dalam keadaan lain yang membutuhkan pertolongan. Segala upaya yang mungkin harus ditempuh untuk menunjukkan sifat hubungan antara kapal yang sedang menunda dan kapal yang sedang ditunda sebagaimana yang diharuskan dan dibolehkan didalam aturan 36 terutama untuk menerangi tali tunda. ATURAN 25 KAPAL LAYAR YANG SEDANG BERLAYAR DAN KAPAL YANG SEDANG BERLAYAR DENGAN DAYUNG (A) Kapal layar yang sedang berlayar harus memperlihatkan : (I) Penerangan-penerangan lambung (Ii) Penerangan buritan
  • 25. Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B Halaman 25 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012 Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013 (B) Di kapal layar yang panjangnya kurang dari 20 meter , penerangan- penerangan yang ditentukan di dalam paragraf (a) aturan ini boleh digabungkan didalam satu lentera yang dipasang dipuncak tiang atau didekatnya di suatu tempat yang dapat kelihatan dengan sejelas-jelasnya. (C) Kapal layar yang sedang berlayar , disamping lampu-lampu yang ditentukan didalam paragraf (a) aturan ini, boleh memperlihatkan dipuncak tiang atau didekatnya, di suatu tempat yang kelihatan dengan sejelas-jelasnya, dua lampu keliling bersusun tegak lurus, yang diatas merah dan yang di bawah hijau, tetapi lampu-lampu ini tidak boleh memperlihatkan bersama-sama dengan lentera kombinasi yang dibolehkan paragraf (b) aturan ini. (D) (i) Kapal layar yang panjangnya kurang dari 7 meter, jika mungkin harus memperlihatkan lampu-lampu yang ditentukan didalam paragraf (a) atau (b) aturan ini, tetapi jika tidak memperlihatkannya, kapal layar itu harus selalu siap dengan sebuah lampu senter atau lentera yang menyala yang memperlihatkan cahaya putih yang harus ditunjukkan dalam waktu yang memadai untuk mencegah tubrukan. (Ii) Kapal yang sedang berlayar dengan dayung boleh memperlihatkan lampu- lampu yang ditentukan didalam aturan ini bagi kapal-kapal layar , tetapi jika tidak memperlihatkannya , kapal yang sedang berlayar dengan dayung itu harus siap dengan sebuah lampu senter yang menyala yang memperlihatkan cahaya putih yang harus ditunjukkan dalam waktu yang memadai untuk mencegah tubrukan. (E) Kapal yang sedang berlayar dengan layar bilamana sedang digerakkan juga dengan mesin, harus memperlihatkan sosok benda berbentuk kerucut, dengan puncak kebawah, dibagian depan kapal di suatu tempat yang dapat kelihatan dengan sejelas-jelasnya. ATURAN 26 KAPAL PENANGKAP IKAN (A) kapal yang sedang menangkap ikan, apakah sedang berlayar atau berlabuh jangkar , harus memperlihatkan lampu-lampu dan sosok-sosok benda yang hanya ditentukan oleh aturan ini. (B) Kapal yang sedang mendogol, maksudnya sedang menarik pukat taruk atau pekakas lain di dalam air yang digunakan sebagai alat untuk menangkap ikan , harus memperlihatkan : (i) Dua penerangan keliling bersusun tegak lurus, yang diatas hijau dan yang dibawah putih, atau sosok benda yang terdiri dari dua kerucut yang titik- titik puncaknya berimpit, bersusun tegak lurus.
  • 26. Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B Halaman 26 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012 Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013 (ii) Penerangan tiang lebih kebelakang dan lebih tinggi daripada penerangan hijau keliling kapal yang panjangnya kurang dari 50 meter tidak wajib memperlihatkannya. (iii) Bilamana mempunyai laju di air sebagai tambahan atas penerangan yang ditentukan di dalam paragraf ini penerangan-penerangan lambung dan penerangan buritan. (C) Kapal yang sedang menangkap ikan kecuali yang sedang mendogol , harus memperlihatkan : (I) Dua lampu keliling bersusuntegak lurus , yang diatas merah dan di bawah putih atau sosok benda yang terdiri dari dua kerucut yang titik-titik puncaknya berimpit , bersusun tegak lurus. (Ii) Bilamana ada alat penangkap ikan yang terjulur mendatar dari kapal lebih dari 50 meter , lampu putih keliling atau kerucut yang titik puncaknya ke atas di arah alat penangkap. (Iii) Bilamana mempunyai kecepatan di air, di samping lampu-lampu yang ditentukan di dalam paragraf ini, lampu-lampu lambung dan lampu buritan. (D) Kapal yang sedang menangkap ikan berdekatan sekali dengan kapal-kapal lain yang menangkap ikan , boleh memperlihatkan isyarat-isyarat tambahan yang di uraikan dengan jelas di dalam lampiran II aturan ini. (E) Bilamana sedang tidak menangkap ikan tidak boleh memperlihatkan lampu- lampu atau sosok-sosok benda yang ditentukan di dalam aturan ini tetapi hanya lampu-lampu atau sosok benda yang ditentukan bagi kapal yang panjangnya sama dengan panjang kapal itu. ATURAN 27 KAPAL YANG TIDAK TERKENDALIKAN ATAU YANG BERKEMAMPUAN OLAH GERAKNYA TERBATAS (A) Kapal yang tidak terkendalikan harus memperlihatkan : (I) Dua lampu merah keliling bersusun tegak lurus di suatu tempat yang dapat kelihatan dengan sejelas-jelasnya. (Ii) Dua bola atau sosok benda yang serupa bersusun tegak lurus di suatu tempat yang dapat kelihatan dengan sejelas-jelasnya. (Iii) Bilamana mempunyai laju di air, sebagai tambahan atas lampu-lampu yang ditentukan didalam paragraf ini, lampu-lampu lambung dan lampu buritan. (B) Kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas, kecuali kapal yang sedang melaksanakan pekerjaan pembersihan ranjau, harus memperlihatkan :
  • 27. Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B Halaman 27 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012 Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013 (I) Tiga lampu keliling bersusun tegak lurus di suatu tempat yang dapat kelihatan dengan sejelas-jelasnya, Lampu yang tertinggi dan yang terrendah harus merah, sedang lampu yang tengah harus putih. (Ii) Tiga sosok benda bersusun tegak lurus, di suatu tempat yang dapat kelihatan dengan sejelas-jelasnya, Sosok benda yang tertinggi dan yang terrendah harus bola, sedang yang ditengah sosok belah ketupat. (Iii) Bilamana mempunyai laju di air, lampu atau lampu-lampu tiang, lampu- lampu lambung dan lampu buritan, sebagai tambahan atas lampu-lampu yang di tentukan di dalam sub paragraf (i). (Iv) Bilamana berlabuh jangkar, sebagai tambahan atas lampu-lampu atau sosok-sosok benda yang di tentukan didalam sub paragraf (i) dan (ii) lampu-lampu atau sosok-sosok benda yang ditentukan dalam aturan 30. (C) kapal tenaga yang sedang melaksanakan pekerjaan penundaan sedemikian rupa sehingga sangat membatasi kemampuan kapal yang sedang menunda dan tundaannya itu untuk menyimpang dari haluannya yang ditentukan didalam aturan 24 (a) harus memperlihatkan lampu-lampu atau sosok-sosok benda yang ditentukan di dalam sub paragraf (b) (i) dan (ii) aturan ini. (D) Kapal yang sedang melaksanakan pengerukan atau pekerjaan di dalam air , bilamana kemampuan olah geraknya terbatas, harus memperlihatkan lampu- lampu dan sosok-sosok benda yang ditentukan di dalam sub paragraf (b)(i), (ii) dan (iii) aturan ini dan sebagai tambahan bilamana ada rintangan harus memperlihatkan : (I) Dua lampu merah keliling atau dua bola bersusun tegak lurus untuk menunjukkan sisi tempat rintangan itu berada. (Ii) Dua lampu hijau keliling atau dua sosok belah ketupat bersusun tegak lurus untuk menunjukkan sisi kapal yang boleh dilewati kapal lain. (Iii) Bilamana berlabuh jangkar, lampu atau sosok benda yang ditentukan di dalam paragraf ini sebagai ganti lampu-lampu atau sosok benda yang ditentukan di dalam aturan 30. (E) Bilamana kapal yang sedang melaksanakan pekerjaan-pekerjaan penyelaman itu menbuatnya tidak mampu memperlihatkan semua lampu dan sosok benda yang ditentukan didalam paragraf (d) aturan ini harus diperlihatkan yang berikut ini : (I) Tiga lampu keliling bersusun tegak lurus di suatu tempat yang diperlihatkan dengan sejelas-jelasnya. Lampu yang tertinggi dan yang terrendah harus merah , sedangkan lampu yang di tengah harus putih. (Ii) Tiruan bendera kaku huruf " A " dari kode internasional yang tingginya tidak kurang dari 1 meter . Langkah-langkah harus dilakukan untuk menjamin agar tiruan itu dapat kelihatan keliling. (F) Kapal yang sedang melaksanakan pekerjaan pembersihan ranjau , sebagai tambahan atas lampu-lampu yang ditentukan bagi kapal tenaga di dalam aturan 23 atau atas lampu-lampu atau sosok benda yang ditentukan bagi
  • 28. Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B Halaman 28 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012 Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013 kapal yang harus berlabuh jangkar di dalam aturan 30 , mana yang sesuai harus memperlihatkan tiga lampu hijau keliling atau tiga bola. Salah satu dari lampu-lampu atau sosok-sosok benda ini harus diperlihatkan di puncak tiang depan atau di dekatnya, dan satu masing-masing ujung andang-andang depan . Lampu-lampu atau sosok-sosok benda ini menunjukkan bahwa berbahayalah kapal lain yang mendekat dalam jarak 1000 meter dari pembersih ranjau ini. (G) Kapal-kapal yang panjangnya kurang dari 12 meter , kecuali kapal-kapal yang sedang menjalankan pekerjaan penyelaman , tidak wajib memperlihatkan lampu-lampu dan sosok-sosok benda yang ditentukan dalam aturan ini. (H) Isyarat-isyarat yang ditentukan di dalam aturan ini bukan isyarat-isyarat dari kapal-kapal dalam bahaya dan membutuhkan pertolongan, insyarat-isyarat demikian tercantum didalam lampiran IV peraturan ini. ATURAN 28 KAPAL YANG TERKENDALA OLEH SARATNYA Kapal yang terkendala oleh saratnya sebagai tambahan atas lampu-lampu yang ditentukan bagi kapal-kapal tenaga di dalam aturan 23, boleh memperlihatkan tiga lampu merah keliling bersusun tegak lurus atau sebuah silinder di tempat yang dapat kelihatan dengan sejelas-jelasnya. ATURAN 29 KAPAL PANDU (A) Kapal yang sedang bertugas memandu harus memperlihatkan : (I) Di puncak tiang atau di dekatnya , dua lampu keliling bersusun tegak lurus , yang diatas putih dan yang dibawah merah. (Ii) Bilamana sedang berlayar , sebagai tambahan lampu-lampu lambung dan lampu buritan. (Iii) Bilamana berlabuh jangkar, sebagai tambahan atas lampu-lampu yang ditentukan di dalam sub paragraf (i), lampu-lampu atau sosok benda yang ditentukan di dalam aturan 30 bagi kapal-kapal yang berlabuh jangkar. (B) Kapal pandu bilamana sedang tidak memandu, harus memperlihatkan lampu-lampu atau sosok-sosok benda yang di tentukan bagi kapal yang serupa sesuai dengan panjangnya.
  • 29. Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B Halaman 29 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012 Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013 ATURAN 30 KAPAL YANG BERLABUH JANGKAR DAN KAPAL YANG KANDAS (A) Kapal yang berlabuh jangkar harus memperlihatkan di suatu tempat yang dapat kelihatan dengan sejelas-jelasnya : (I) Di bagian depan , lampu putih keliling dan satu bola. (Ii) Di buritan atau di dekatnya dan di suatu ketinggian yang lebih rendah daripada lampu yang ditentukan di dalam sub paragraf (i), sebuah lampu putih keliling. (B) Kapal yang panjangnya kurang dari 50 meter boleh memperlihatkan sebuah penerangan putih keliling di suatu tempat yang dapat kelihatan dengan sejelas-jelasnya sebagai ganti lampu-lampu yang ditentukan dalam paragraf (a) aturan ini. (C) Kapal yang berlabuh jangkar boleh juga mempergunakan lampu kerja atau lampu-lampu yang sepadan yang ada di kapal untuk menerangi geladak- geladaknya, sedangkan kapal yang panjangnya 100 meter keatas harus memperlihatkan lampu-lampu demikian itu. (D) Kapal yang kandas harus memperlihatkan lampu-lampu yang ditentukan didalam paragraf (a) atau (b) aturan ini dan sebagai tambahan, di suatu tempat yang dapat kelihatan dengan sejelas-jelasnya : (I) Dua lampu merah keliling bersusun tegak lurus (Ii) Tiga bola bersusun tegak lurus. (E) Kapal yang panjangnya kurang dari 7 meter, bilamana berlabuh jangkar tidak di dalam atau di dekat alur pelayaran sempit , air pelayaran atau tempet berlabuh jangkar atau yang bisa di layari oleh kapal-kapal lain , tidak diisyaratkan memperlihatkan lampu-lampu atau sosok benda yang ditentukan didalam paragraf (a) dan (b) aturan ini. (F) Kapal yang panjangnya kurang dari 12 meter, bilamana kandas, tidak di isyaratkan memperlihatkan lampu-lampu atau sosok-sosok benda yang ditentukan didalam paragraf (d)(i) dan (ii) aturan ini. ATURAN 31 PESAWAT TERBANG LAUT Apabila pesawat terbang laut atau pesawat WIG tidak mampu memperlihatkan lampu-lampu dan sosok-sosok benda dengan sifat-sifat atau kedudukan- kedudukan yang ditentukan didalam aturan-aturan bagian ini, pesawat terbang laut atau pesawat WIG itu harus memperlihatkan lampu-lampu dan sosok-sosok benda yang sifat-sifatnya semirip mungkin dan pada kedudukan yang memungkinkan.
  • 30. Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B Halaman 30 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012 Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013 BAGIAN D DAN BAGIAN E ISYARAT BUNYI DAN ISYARAT CAHAYA ATURAN 32 DEFINISI (A) kata "suling" berarti setiap alat isyarat bunyi yang dapat menghasilkan tiupan-tiupan yang ditentukan dan yang memenuhi perncian-perincian di dalam lampiran 3 peraturan-peraturan ini. (B) Istilah " Tiup Pendek " berarti tiupan yang lamanya kira-kira satu detik. (C) Istilah " Tiup Panjang " berarti tiupan yang lamanya empat sampai dengan enam detik. ATURAN 33 PERLENGKAPAN UNTUK ISYARAT BUNYI (A) Kapal yang panjangnya 12 meter atau lebih harus dilengkapi dengan suling, kapal yang panjangnya 20 meter atau lebih sebagai tambahan suling harus di lengkapi sebuah genta dan kapal yang panjangnya 100 meter atau lebih sebagai tambahan harus di lengkapi dengan sebuah gong yang bunyinya tidak dapat di kacaukan dengan nada dan bunyi genta. Suling, genta dan gong harus memenuhi perincian-perincian didalam lampiran III peraturan ini, genta atau gong atau kedua-dua nya boleh digantikan dengan perlengkapan lain yang mempunyai sifat-sifat khas yang sama , dengan ketentuan harus selalu memungkinkan di bunyikan dengan tangan. (B) Kapal yang panjangnya kurang dari 12 meter tidak wajib memasang alat-alat isyarat bunyi yang ditentukan di dalam paragraf (a) aturan ini, tetapi jika tidak memasangnya , kapal itu harus dilengkapi dengan beberapa sarana lain yang menghasilkan isyarat bunyi yang efisien. ATURAN 34 ISYARAT OLAH GERAK DAN ISYARAT PERINGATAN (A) Bilamana kapal-kapal dalam keadaan saling melihat, kapal tenaga yang sedang berlayar bilamana sedang berolah gerak sesuai yang diharuskan atau dibolehkan atau diisyaratkan oleh aturan-aturan ini harus menunjukkan olah gerak tersebut dengan isyarat-isyarat berikut dengan menggunakan suling nya : - Satu tiupan pendek berarti "Saya mengubah haluan saya ke kanan".
  • 31. Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B Halaman 31 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012 Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013 - Dua tiupan pendek berarti "Aku mengubah haluan saya ke kiri". - Tiga tiupan pendek berarti "Saya sedang menjalankan mundur mesin penggerak". (B) Setiap kapal boleh menambahi isyarat-isyarat suling yang ditentukan di dalam paragraf (a) aturan ini, dengan isyarat cahaya di ulang-ulang seperlunya , sementara olah gerak sedang di lakukan : (I) Isyarat-siyarat cahaya ini harus mempunyai arti berikut : - Satu kedipan berarti "Saya mengubah haluan saya ke kanan" - Dua kedipan berarti "Saya mengubah haluan saya ke kiri". - Tiga kedipan berarti "Saya sedang menjalankan mundur mesin penggerak". (Ii) Lamanya masing-masing kedipan harus kira-kira satu detik , selang waktu antara kedip-kedip itu harus kira-kira satu detik , serta selang waktu antara isyarat-isyarat berurutan tidak boleh kurang dari 10 detik. (Iii) Lampu yang digunakan untuk isyarat ini, jika dipasang harus lampu putih keliling, dapat kelihatan dari jarak minimal 5 mil dan harus memenuhi ketentuan-ketentuan lampiran I peraturan ini. (C) Bila dalam keadaan saling melihat dalam alur pelayaran sempit : (I) Kapal yang sedang bermaksud menyusul kapal lain, sesuai dengan aturan 9 (e)(i), harus menyatakan maksudnya itu dengan isyarat berikut dengan sulingnya : - Dua tiup panjang di ikuti dengan satu tiup pendek untuk menyatakan " saya bermaksud menyusul anda di sisi kanan anda ". - Dua tiup panjang di ikuti dua tiup pendek untuk menyatakan " saya bermaksud menyusul anda di sisi kiri anda ". (ii) Kapal yang sedang disusul itu bilamana sedang melakukan tindakan sesuai dengan aturan 9(e)(i), harus menyatakan persetujuannya dengan isyarat- isyarat dengan sulingnya. (D) Bilamana kapal-kapal yang dalam keadaan saling melihat sedang saling mendekat dan karena suatu sebab, apakah salah satu dari kapal-kapal itu atau keduanya tidak berhasil memahami maksud-maksud atau tindakan- tindakan kapal yang lain, atau dalam keadaan ragu-ragu apakah kapal yang lain sedang melakukan tindakan yang memadai untuk menghindari tubrukan, kapal yang dalam keadaan ragu-ragu itu harus segera menyatakan keragu- raguannya dengan memperdengarkan sekurang-kurangnya 5 tiup pendek dan cepat dengan suling . Isyarat demikian boleh ditambahkan dengan isyarat cahaya yang sekurang-kurangnya terdiri dari 5 kedip pendek dan cepat. (E) Kapal yang sedang mendekati tikungan atau daerah alur pelayaran yang ditempat itu kapal-kapal lain dapat terhalang oleh alingan, harus memperdengarkan satu tiup panjang. Isyarat demikian itu harus di sambut
  • 32. Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B Halaman 32 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012 Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013 dengan tiup panjang oleh setiap kapal yang mendekat yang sekiranya ada di dalam jarak dengar di sekitar tikungan atau di balik alingan itu. (F) Jika suling-suling dipasang di kapal secara terpisah dengan jarak lebih dari 100 meter , hanya satu suling saja yang harus di gunakan untuk memberikan isyarat olah gerak dan isyarat peringatan. ATURAN 35 ISYARAT BUNYI DALAM PENGLIHATAN TERBATAS Di dalam atau di dekat daerah yang penglihatan terbatas baik pada siang hari atau malam hari, isyarat-isyarat yang ditentukan di dalam aturan ini harus digunakan sebagai berikut : (A) Kapal tenaga yang mempunyai laju di air memperdengarkan satu tiup panjang dengan selang waktu tidak lebih dari 2 menit. (B) Kapal tenaga yang sedang berlayar tetapi berhenti dan tidak mempunyai laju di air harus memperdengarkan dua tiup panjang beruntun dengan selang waktu tiup-tiup panjang itu kira-kira 2 detik. (C) Kapal yang tidak terkendali, kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas, kapal yang terkendala oleh saratnya, kapal layar, kapal yang sedang menangkap ikan, dan kapal yang sedang menunda atau mendorong kapal lain, sebagai pengganti isyarat-isyarat yang ditentukan didalam paragraf (a) atau (b) aturan ini harus memperdengarkan tiga tiup beruntun , yakni satu tiup panjang di ikuti oleh dua tiup pendek dengan selang waktu tidak lebih dari 2 menit. (D) Kapal yang sedang menangkap ikan bilamana berlabuh jangkar dan kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas bilamana sedang menjalankan pekerjaannya dalam keadaan berlabuh jangkar sebagai pengganti isyarat- isyarat yang di tentukan di dalam paragraf (g) aturan ini, harus memperdengarkan isyarat yang ditentukan didalam paragraf (c) aturan ini. (E) Kapal yang ditunda atau jika kapal ditunda itu lebih dari satu, maka kapal yang paling belakang dari tundaan itu jika diawaki harus memperdengarkan 4 tiup beruntun , yakni satu tiup panjang di ikuti tiga tiup pendek , dengan selang waktu tidak lebih dari 2 menit. Bilamana mungkin isyarat ini harus diperdengarkan segera setelah isyarat yang di perdengarkan oleh kapal yang menunda. (F) Bilamana kapal yang sedang mendorong dan kapal yang sedang didorong maju di ikuti etar-erat dalam kesatuan gabungan , kapal-kapal itu harus
  • 33. Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B Halaman 33 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012 Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013 memperdengarkan isyarat-isyarat yang ditentukan didalam paragraf (a) atau (b) aturan ini. (G) Kapal yang sedang berlabuh jangkar harus membunyikan genta dengan cepat selama kira-kira 5 detik dengan selang waktu tidak lebih dari 1 menit . Dikapal yang panjangnya 100 meter atau lebih genta itu harus dibunyikan di bagian depan kapal dan segera setelah pembunyian genta , gong harus dibunyikan cepat-cepat selama kira-kira 5 detik di bagian belakang kapal . Kapal yang berlabuh jangkar sebagai tambahan boleh memperdengarkan 3 tiup beruntun , yakni satu tiup pendek untuk mengingatkan kapal lain yang mendekat mengenai kedudukannya dan adanya kemungkinan tubrukan. (H) Kapal yang kandas harus memperdengarkan isyarat genta dan jika dipersyaratkan isyarat gong yang di tentukan di dalam paragraf (g) aturan ini dengan jelas, dengan genta sesaat sebelum dan segera setelah pembunyian genta yang cepat itu. Kapal yang kandas sebagai tambahan boleh memperdengarkan isyarat suling yang sesuai. (I) Kapal yang panjangnya 12 meter atau lebih tetapi kurang dari 20 meter, tidak wajib memperdengarkan isyarat-isyarat genta sebagaimana yang dirincikan pada paragraf (g) dan (h) dari aturan ini, tetapi jika tidak memperdengarkannya , kapal itu harus memperdengarkan isyarat bunyi lain yang efisien dengan selang waktu tidak lebih dari 2 menit. (J) Kapal yang panjang nya kurang dari 12 meter tidak wajib memperdengarkan isyarat sebagaimana yang disebutkan diatas , tetapi jika tidak memperdengarkannya kapal itu harus memperdengarkan isyarat bunyi lain yang efisien dengan selang waktu tidak lebih dari 2 menit. (K) Kapal Pandu yang sedang bertugas memandu kapal pandu bilamana sedang bertugas memandu sebagai tambahan atas isyarat-isyarat yang ditentukan di dalam paragraf (a), (b) dan (g) aturan ini boleh memperdengarkan isyarat pengenal yang terdiri dari 4 tiup pendek. ATURAN 36 ISYARAT UNTUK MENARIK PERHATIAN Jika perlu untuk menarik perhatian kapal lain, setiap kapal boleh menggunakan isyarat cahaya atau isyarat bunyi yang tidak dapat terkelirukan dengan setiap isyarat diharuskan atau yang dibenarkan dimanapun di dalam aturan-aturan ini atau boleh mengarahkan berkas cahaya lampu sorotnya ke jurusan manapun. Sembarang cahaya yang digunakan untuk menarik perhatian kapal lain harus demikian rupa sehingga tidak dapat terkelirukan dengan alat bantu navigasi apapun. Untuk memenuhi maksud aturan ini penggunaan penerang berselang-
  • 34. Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B Halaman 34 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012 Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013 selang atau penerangan berputar dengan intensitas tinggi, misalnya penerangan-penerangan Stroba harus dihindari. ATURAN 37 ISYARAT BAHAYA Bilamana kapal dalam bahaya dan membutuhkan pertolongan, kapal itu harus menggunakan atau memperlihatkan isyarat-isyarat yang ditentukan di dalam lampiran IV peraturan ini. BAGIAN E PEMBEBASAN-PEMBEBASAN ATURAN 38 PEMBEBASAN Setiap kapal ( atau kelas kapal-kapal ) dengan ketentuan bahwa kapal itu memenuhi syarat-syarat Peraturan Internasional tentang Pencegahan Tubrukan di Laut , 1960, yang luasnya diletakkan sebelum peraturan ini mulai berlaku atau yang pada tanggal itu dalam tahapan pembangunan yang sesuai, dibebaskan dari kewajiban untuk memenuhi peraturan ini sebagai berikut : (A) Pemasangan lampu-lampu dengan jarak yang ditentukan didalam aturan 22 , sampai 4 tahun setelah tanggal mulai berlakunya peraturan ini. (B) Pemasangan lampu-lampu dengan perncian warna sebagaimana yang ditentukan di dalam seksi 7 lampiran I peraturan ini, sampai 4 tahun setelah tanggal mulai berlakunya peraturan ini. (C) Penempatan kembali lampu-lampu sebagai akibat dari pengubahan satuan- satuan imperial ke satuan-satuan metrik dan pembulatan-pembulatan angka-angka ukuran, merupakan pembebasan tetap. (D) (i) Penempatan kembali lampu-lampu tiang di kapal-kapal yang panjangnya kurang dari 150 meter , sebagai akibat dari ketetapan-ketetapan seksi 3 (a) lampiran I peraturan ini, merupakan pembebasan tetap. (Ii) Penempatan kembali lampu-lampu tiang di kapal-kapal yang panjangnya 150 meter atau lebih, sebagai akibat dari ketetapan-ketetapan seksi 3 (a) lampiran I peraturan ini, sampai sembilan tahun setelah tanggal mulai berlakunya peraturan ini.
  • 35. Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B Halaman 35 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012 Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013 (E) Penempatan kembali lampu-lampu tiang sebagai akibat dari ketetapan- ketetapan seksi 2 (b) lampiran I peraturan ini. (F) Penempatan kembali lampu-lampu lambung sebagai akibat dari ketetapan- ketetapan seksi 2 (g) dan 3 (b) lampiran I peraturan ini, sampai sembilan tahun setelah tanggal mulai berlakunya peraturan ini. (G) Syarat-syarat tentang alat-alat isyarat bunyi yang ditentukan di dalam lampiran III peraturan ini, sampai sembilan tahun setelah tanggal mulai berlakunya peraturan ini. (H) Penempatan kembali lampu-lampu keliling, sebagai akibat dari ketetapan- ketetapan seksi 9(b) lampiran I peraturan ini merupakan pembebasan tetap.
  • 36. Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B Halaman 36 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012 Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013 LAMPIRAN IV : ISYARAT BAHAYA Isyarat Bahaya. 1. Isyarat-isyarat berikut ini digunakan atau diperlihatkan secara bersama-sama atau sendiri-sendiri, menunjukkan bahaya dan membutuhkan pertolongan : (A) Tembakan senjata atau isyarat ledak lainnya yang ditembakkan dengan selang-selang waktu kira- kira 1 menit. (B) Membunyikan sembarang isyarat kabut secara terus menerus. (C) Roket-roket atau peluru-peluru yang menebarkan bintang-bintang merah yang di tembakkan satu demi satu dengan selang waktu singkat. (D) Isyarat yang dipancarkan dengan telegraf radio atau dengan cara lain manapun yang terdiri dari kelompok ( ...---... ) ( SOS ) dalam kode morse. (E) Isyarat yang dipancarkan dengan telepon radio yang terdiri dari kata yang dituturkan " MAYDAY ". (F) Isyarat bahaya dari kode internasional yang ditunjukkan dengan NC. (G) Isyarat yang terdiri dari sehelai bendera segiempat yang dibawah atau siatasnya disambung dengan bola atau sesuatu yang menyerupai bola. (H) Nyala api di kapal ( misalnya dari tong ter, tong minyak yang sedang terbakar, dan sebagainya ). (I) Cerawat payung roket atau obor tangan yang memperlihatkan cahaya merah. (J) Isyarat asap yang menghasilkan asap berwarna jingga. (K) Menaikturunkan lengan-lengan yang terlentang kesamping secara perlahan- lahan dan berulang-ulang. (L) Tanda bahaya telegraf radio. (M) Tanda bahaya telepon radio. (N) Isyarat-isyarat yang dipancarkan oleh rambu-rambu penunjuk keadaan darurat.
  • 37. Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B Halaman 37 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012 Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013 (O) Isyarat-isyarat resmi ( approved signals ) yang dipancarkan oleh sistem radio komunikasi. 2. Penggunaan atau penunjukkan setiap isyarat yang namapun dari isyarat- isyarat tersebut diatas itu kecuali dengan maksud untuk menunjukkan bahaya dan membutuhkan pertolongan serta penggunaan isyarat-isyarat lain yang dapat menimbulkan kekeliruan terhadap isyarat manapun dari isyarat-isyarat tersebut di atas dilarang. 3. Perhatian dicurahkan ke bagian-bagian kode internasional yang sesuai. Buku petunjuk pencarian dan pemberian pertolongan kapal niaga serta isyarat-isyarat berikut : (A) Sehelai kain terpal berwarna jingga dengan segiempat dan lingkaran hitam atau lambang laun yang sesuai ( untuk pengenalan dari udara ). (B) Penanda zat warna.
  • 38. Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B Halaman 38 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012 Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013 LAMPIRAN III : PERINCIAN-PERINCIAN TEKNIS TENTANG ALAT-ALAT ISYARAT BUNYI. 1. Suling. (A) Frekuensi-frekuensi dan jarak dengar. Frekuensi dasar isyarat harus terletak dalam batas 70 - 700 Hz. Jarak dengar isyarat dari suling harus ditentukan oleh frekuensi-frekuensi itu, yang dapat meliputi frekuensi dasar dan atau satu atau beberapa frekuensi yang lebih tinggi, yang terletak dalam batas 180 - 700 Hz ( sekitar 1 % ) dan yang menghasilkan tingkat-tingkat tekanan bunyi yang disebutkan secara terperinci di dalam paragraf 1 (c) dibawah ini. (B) Batas-batas dari frekuensi-frekuensi Dasar. Untuk menjamin keragaman yang luas dari ciri-ciri suling, frekuensi dasar sebuah suling harus terletak diantara batas-batas : (i) 70 - 200 Hz , bagi kapal yang panjangnya , 200 meter atau lebih. (ii) 130 - 350 Hz, bagi kapal yang panjangnya 75 meter , tetapi kurang dari 200 meter. (iii) 250 - 700 Hz, bagi kapal yang panjangnya kurang dari 75 meter. (C) Kekuatan Isyarat Bunyi dan Jarak Dengar. Suling yang dipasang dikapal yang didalam arah kekuatan maksimum dari suling itu dan di suatu tempat yang jaraknya satu meter dari suling itu harus menghasilkan suatu tingkat tekanan bunyi di dalam sekurang-kurangnya 1 bidang 1/3 oktaf di dalam batas frekuensi-frekuensi 180 - 700 Hz (+1%) yang tidak lebih kecil dari pada angka yang sesuai dengan yang tercantum di dalam tabel di bawah ini : Panjang Kapal Tingkat Lebar Bidang 1/3 Jarak Dengar Dalam Dalam Meter Oktaf di 1 meter Dalam dB Mil Laut Dengan acu 2x10-5 N/m2 200 atau lebih 143 2 75 atau lebih tetapi 138 1,5 kurang dari 200
  • 39. Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B Halaman 39 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012 Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013 20 atau lebih tetapi 130 1 kurang dari 75 kurang dari 20 120 0,5 Jarak dengar di dalam tabel di atas itu digunakan sebagai informasi dan merupakan perkuraan jarak yang pada jarak itu bunyi suling dapat terdengar di sumbu depannya dengan 90 persen kemungkinan dalam keadaan udara tenang di sebuah kapal dengan tingkat kebisingan latar belakang rata-rata di pos-pos pendengar ( di ambil sebesar 68 dB di dalam bidang oktaf yang dipusatkan di 250 Hz dan 63 dB di dalam bidang oktaf yang di pusatkan di 250 Hz dan 63 dB di dalam lebar bidang oktaf yang di pusatkan di 500 Hz ). Di dalam praktek, jarak terdengarnya bunyi suling itu sangat berubah-ubah dan tergantung sekali pada keadaan cuaca. Nilai-nilai yang diberikan itu dapat di anggap sebagai nilai-nilai khas , tetapi di dalam kondisi angin kencang atau keadaan tingkat kebisingan sekitar yang tinggi di pos pendengaran, jarak dengar itu banyak berkurang. (D) Sifat-sifat Arah. Tingkat tekanan bunyi sebuah silung yang berarah di sumbu setiap arah bidang mendatar di dalam sekitar 45 derajat tidak boleh lebih dari 4 dB di bawah tingkat tekanan bunyi yang ditentukan di sumbu itu. tingkat tekanan bunyi di arah lain manapun di bidang mendatar itu tidak boleh lebih dari 10 dB di bawah tekanan bunyi yang di tentukan di sumbu itu. sehinnga jarak dengar di setiap arah akan sekurang-kurangnya sama dengan setengah jarak dengar di sumbu depan. tingkat tekanan bunyi itu harus di ukur di dalam bidang 1/3 oktaf yang menentukan jarak dengar tersebut. (E) Penempatan Suling-Suling. Bilamana suling berarah akan digunakan sebagai satu-satu nya suling di kapal, suling itu harus di pasang dengan kekuatan maksimumnya di arah kan lurus ke depan.
  • 40. Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B Halaman 40 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012 Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013 (F) Pemasangan Lebih Dari Satu Suling. Jika suling-suling dipasang dengan jarak lebih dari 100 meter, maka harus di tata sedemikian pura hingga suling-suling itu tidak di bunyikan serentak. (G) Sistem Suling Gabungan. Jika oleh ada nya rintangan-rintangan sehingga isyarat bunyi ari suling tunggal atau salah satu dari suling-suling yang di acu kan di dalam paragraf I (f) di atas itu sekiranya mempunyai zona yang tingkat isyaratnya sangat kurang, di anjurkan agar memasang suatu sistem suling gabungan dengan maksud untuk mengatasi pengurangan ini. Untuk memenuhi maksud dari aturan-aturan ini, sistem suling gabungan harus di anggap sebagai satu suling tunggal. Suling- suling dari sistem suling gabungan harus di tempatkan secara terpisah dengan jarak yang tidak lebih dari 100 meter dan di tata untuk dibunyikan secara serentak. Frekuensi salah satu suling yang manapun secara berbeda dengan frekuensi suling-suling yang lain dengan nilai sekurang-kurangnya 10 Hz. 2. GENTA DAN GONG. (A) Intensitas Isyarat. Genta atau Gong, atau alat bunyi lain yang mempunyai ciri-ciri bunyi yang serupa harus menghasilkan tingkat tekanan bunyi yang tidak kurang dari 110 dB pada jarak 1 meter dari genta atau gong itu. (B) Konstruksi. Genta-genta dan gong-gong harus di buat dari bahan karat di rancang untuk menhasilkan nada yang bening. Garis tengah mulut genta tidak boleh kurang dari 300 mm bagi kapal yang panjangnya 20 meter atau lebih , dan tidak boleh kurang dari 200 mm bagi kapal-kapal yang panjangnya 12 meter atau lebih tetapi kurang dari 20 meter. Bilamana mungkin , di anjurka menggunakan pemukul genta bertenaga untuk menjamin terciptanya gaya yang tetap , tetapi pembunyian dengan tangan harus dimungkinkan. Massa pemukul genta itu tidak boleh kurang dari 3 % dari massa genta. 3. Persetujuan . Konstruksi alat-alat isyarat bunyi, cara kerjanya dan pemasangannya di kapal harus dengan persetujuan penguasa yang berwenang dari Negara yang benderanya di kibarkan oleh kapal secara sah.
  • 41. Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B Halaman 41 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012 Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013 LAMPIRAN II : ISYARAT-ISYARAT TAMBAHAN BAGI KAPAL-KAPAL NELAYAN YANG SEDANG MENANGKAP IKAN. 1. Umum Penerangan-penerangan yang disebutkan disini, jika diperlihatkan sesuai dengan aturan 26(d) harus ditempatkan disuatu tempat yang dapat kelihatan dengan sejelas-jelasnya. Penerangan-penerangan itu harus terpisah sekurang-kurangnya 0,9 meter tetapi pada ketinggian yang lebih rendah daripada penerangan-penerangan yang ditentukan di dalam aturan 26 (b)(i) dan (c)(i), Penerangan-penerangan itu harus harus dapat kelihatan keliling cakrawala dari jarak sekurang-kurangnya 1 mil, tetapi dari jarak yang lebih dekat daripada penerangan-penerangan yang ditentukan oleh aturan ini bagi kapal-kapal ikan. 2. Isyarat-isyarat bagi kapal Dogol (A) Kapal-kapal bilamana sedang menangkap ikan dengan dogol, entah menggunakan pukat dasar, entah pukat laut dalam, boleh memperlihatkan : (i) Bilamana sedang memasang pukat-pukatnya : dua penerangan putih bersusun tegak lurus. (ii) Bilamana sedang menarik pukat-pukatnya : satu penerangan putih di atas satu penerangan merah bersusun tegak lurus. (iii) Bilamana pukat tersangkut di suatu rintangan : dua penerangan merah bersusun tegak lurus. (B) Masing-masing kapal yang sedang menangkap ikan dengan dogol secara berpasangan boleh memperlihatkan : (i) Pada malam hari lampu sorot diarahkan kedepan dan ke arah kapal lain dari pasangan itu. (ii) Bilamana sedang memasang atau menarik pukat-pukatnya atau bilamana pukat-pukatnya tersangkut di suatu rintangan, penerangan-penerangan yang ditentukan di dalam aturan 2(a) di atas. 3. Isyarat-isyarat bagi kapal-kapal jaring lingkar. Kapal-kapal yang sedang menangkap ikan dengan alat penangkap ikan jaring lingkar boleh memperlihatkan dua penerangan kuning bersusun tegak lurus. Penerangan-penerangan ini harus berkedip secara berganti-ganti setiap detik dan dengan waktu nyala dan waktu padam yang sama. Penerangan-penerangan ini hanya boleh diperlihatkan bilamana olah gerak kapal terganggu oleh alat penangkap ikannya.
  • 42. Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B Halaman 42 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012 Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013 LAMPIRAN I : PENETAPAN DAN PERINCIAN TEKNIS PENERANGAN- PENERANGAN DAN SOSOK BENDA 1. Definisi Istilah " Tinggi diatas badan " : berarti ketinggian di atas geladak jalan terus yang teratas. Ketinggian ini harus diukur dari kedudukan tegak lurus dibawah tempat penerangan. 2. Penerangan dan pemisahan tegak lurus penerangan. (A) Dikapal tenaga yang panjangnya 20 meter atau lebih, penerangan- penerangan yang harus ditempatkan sebagai berikut : (i) Penerangan tiang meter depan, atau jika hanya dipasang satu penerangan tiang saja, maka penerangan tersebut pada ketinggian di atas badan tidak kurang dari 6 meter , dan jika lebar kapal lebih dari 6 meter, maka pada ketinggian tidak kurang dari lebar tersebut, tetapi sekalipun demikian, penerangan itu tidak perlu ditempatkan pada ketinggian di atas badan lebih dari 12 meter. (ii) Bilamana dipasang dua penerangan tiang, penerangan tiang belakang harus sekurang-kurangnya 4,5 meter tegak lurus lebih tinggi daripada penerangan tiang depan. (B) Pemisahan secara tegak lurus penerangan-penerangan tiang dari kapal- kapal tenaga harus sedemikian rupa sehingga dalam segala Trim normal, penerangan tiang belakang akan terlihat diatas dan terpisah dari penerangan tiang depan , bilamana dilihat dari permukaan laut pada jarak 1000 meter, dimuka tinggi depan. (C) Penerangan tiang kapal tenaga yang panjangnya 12 meter atau lebih tetapi kurang dari 20 meter harus ditempatkan pada ketinggian diatas tutup tajuk, tidak kurang dari 2,5 meter. (D) Kapal tenaga yang panjangnya kurang dari 20 meter boleh memasang penerangan yang tertinggi pada suatu ketinggian kurang dari 2,5 meter diatas tutup tajuk, akan tetapi bilamana penerangan tiang yang dipasang sebagai tambahan penerangan lambung dan buritan atau lampu keliling sebagaimana yang di syaratkan aturan 23 (c)(i), yang dipasang tambahan penerangan lambung, maka penerangan tiang atau penerangan keliling demikian harus dipasang, sekurang-kurangnya 1 meter lebih tinggi dari pada penerangan- penerangan lambungnya. (E) Salah satu dari dua atau tiga penerangan tiang yang ditentukan bagi kapal tenaga yang sedang menunda atau mendorong kapal lain harus di tempatkan ditempat yang sama dengan penerangan tiang depan atau penerangan tiang
  • 43. Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B Halaman 43 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012 Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013 belakang ; dengan ketentuan bahwa apabila dipasang di tiang belakang, penerangan tiang belakang yang paling bawah harus sekurang-kurangnya 4,5 meter tegak lurus lebih tinggi dari pada penerangan tiang depan. (F) (i) Penerangan atau penerangan-penerangan tiang yang ditentukan didalam aturan 23(a) harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga berada diatas dan bebas dari semua penerangan dan rintangan lain , kecuali sebagaimana yang termaksud di dalam sub paragraf (ii). (ii) Bilamana tidak dimungkinkan untuk memasang penerangan-penerangan keliling yang ditentukan oleh aturan 23 b (i) atau aturan 28 itu dibawah penerangan-penerangan tiang, penerangan-penerangan itu boleh dipasang diatas penerangan-penerangan tiang belakang, atau tegak lurus diantara penerangan tiang depan dan penerangan tiang belakang, dengan ketentuan bahwa dalam hal yang terakhir itu syarat-syarat seksi 3(c) lampiran ini harus dipenuhi. (G) Penerangan-penerangan lampu lambung kapal tenaga harus ditempatkan diatas ketinggian diatas badan tidak boleh lebih dari tiga per empat tinggi penerangan tiang depan. Penerangan-penerangan lambung itu tidak boleh ditempatkan sedemikian rendahnya sehingga akan terganggu oleh penerangan- penerangan geladak. (H) Penerangan-penerangan lambung, jika dalam lentera gabungan dan dipasang di dalam kapal tenaga yang panjangnya kurang dari 20 meter, harus ditempatkan tidak kurang dari 1 meter di bawah penerangan tiang. (I) Bilamana aturan-aturan menentukan dua atau tiga penerangan dipasang bersusun tegak lurus , penerangan-penerangan demikian itu harus berjarak sebagai berikut : (i) Dikapal yang panjangnya 20 meter atau lebih , penerangan-penerangan demikian itu harus di beri jarak tidak kurang dari 2 meter, dan penerangan yang terrendah dari penerangapenerangan ini, kecuali jika wajib memperlihatkan penerangan tunda, harus ditempatkan pada ketinggian yang tidak kurang dari 4 meter di atas tutup tajuk. (ii) Dikapal yang panjangnya kurang dari 20 meter penerangan-penerangan demikian itu harus diberi berjarak tidak kurang dari 1 meter dan penerangan yang terrendah dari penerangan ini, kecuali jika wajib memperlihatkan penerangan tunda, harus ditempatkan pada ketinggian tidak kurang dari 2 meter diatas badan. (iii) Bilamana diperlihatkan tiga penerangan , penerangan-penerangan itu harus dipisahkan dengan jarak antara yang sama. (J) Penerangan yang terrendah dari kedua penerangan keliling, yang ditentukan bagi kapal bilamana sedang menangkap ikan harus berada pada ketinggian diatas penerangan-penerangan lambung tidak kurang dari 2x jarak antara kedua penerangan tegak lurus itu.
  • 44. Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B Halaman 44 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012 Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013 (K) Penerangan labuh depan yang diturunkan didalam aturan 30(a)(i) bilamana dipasang dua penerangan labuh, harus lebih tinggi sekurang-kurangnya 4,5 meter dari belakang, dikapal yang panjangnya 50 meter atau lebih, penerangan labuh depan ini harus ditempatkan pada ketinggian yang tidak kurang dari 6 meter di atas badan. 3. Penempatan dan Pemisahan Mendatar Penerangan (A) Bilamana dua penerangan tiang di syaratkan bagi kapal tenaga , maka jarak mendatar antara penerangan-penerangan itu tidak boleh kurang dari setengah panjang kapal, tetapi tidak perlu lebih dari seratus meter, penerangan yang didepan harus ditempatkan tidak lebih dari seperempat panjang kapal di ukur dari tinggi depan. (B) Dikapal yang panjangnya 20 meter atau lebih, penerangan-penerangan lambung tidak boleh di tempatkan didepan penerangan tiang depan. Penerangan-penerangan lambung itu harus ditempatkan dilambung atau didekatnya. (C) Bilamana penerangan-penerangan yang ditentukan didalam aturan 27 (b)(i), atau aturan 28 itu ditempatkan tegak lurus diantara penerangan-penerangan tiang depan dan tiang belakang, penerangan-penerangan keliling ini harus ditempatkan disuatu tempat yang jarak mendatarnya dalam arah melintang kapal tidak kurang dari 2 meter di ukur dari sumbu membujur kapal. (D) Jika hanya satu penerangan tiang untuk satu kapal tenaga , penerangan itu menunjukkan ke arah depan dari tengah kapal kecuali jika panjang kapal kurang dari 20 meter tidak perlu menunjukkan penerangan itu. 4. Perincian tentang letak penerangan penunjuk arah bagi kapal ikan , kapal keruk dan kapal yang sedang menjalankan pekerjaan di dalam air, (A) Penerangan yang menunjukkan arah alat penangkap ikan yang menjulur dari kapal yang sedang menangkap ikan sebagaimana yang ditentukan di dalam aturan 26 (c)(ii), harus ditempatkan dengan jarak mendatar yang tidak kurang dari 2 meter diukur dari dua penerangan merah dan putih keliling itu. Penerangan ini harus ditempatkan tidak lebih tinggi dari pada penerangan keliling yang ditentukan didalam aturan 26(c)(i), dan tidak lebih rendah daripada penerangan-penerangan lambung. (B) Penerangan-penerangan dan sosok benda dikapal yang sedang mengeruk atau sedang melakukan pekerjaan didalam air untuk menunjukkan sisi yang ada rintangannya dan atau sisi yang dapat dilewati dengan aman yang ditentukan
  • 45. Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B Halaman 45 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012 Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013 didlam aturan 27(d)(i), dan (ii) , herus ditempatkan dengan jarak mendatar yang sejauh mungkin, tetapi bagaimanapun juga tidak lebih dari 2 meter di ukur dari penerangan-penerangan atau sosok-sosk benda yang ditentukan didalam aturan 27 (d)(i) dan (ii) . Bagaimana juga penerangan atau sosok benda ini tidak akan lebih tinggi daripada penerangan atau sosok benda yang terbawah dari tiga penerangan atau sosok benda yang ditentukan didalam aturan 27(b)(i) dan (ii). 5. Tedeng Untuk Penerangan Lambung Penerangan-penerangan lambung dari kapal-kapal yang panjangnya 20 meter atau lebih harus dipasang tedeng dalam yang di cat hitam kusam, dan memenuhi syarat-syarat seksi 9 lampiran ini. Dikapal-kapal yang panjangnya kurang dari 20 meter penerangan-penerangan lambung itu , jika harus memenuhi syarat-syarat seksi 9 lampiran ini, harus dipasang tedeng dalam yanh ber cat hitam kusam, dilentera gabungan yang menggunakan kawat pijar tegak lurus tunggal dan penyekat yang sangat sempit diantara bagian hijau dan bagian merah, tedeng luar tidak perlu dipasang. 6. Sosok-sosok Benda (A) Sosok-sosok benda harus berwarna hitam dan dengan ukuran-ukuran berikut : (i) Bola harus dengan garis tengah tidak kurang dari 0,6 meter, (ii) Kerucut harus dengan bidang alas yang harus tengahnya tidak kurang dari 0,6 meter dan tingginya sama dengan garis tengahnya, (iii) Silinder harus dengan garis tengah tidak kurang dari 0,6 meter dan tingginya sama dengan dua kali garis tengahnya, (iv) Sosok belah ketupat harus terdiri dari dua kerucut sebagaimana yang diuraikan dengan jelas di dalam (ii) di atas yang mempunyai bidang alas persekutuan. (B) Jarak tegak lurus antara sosok-sosok benda ahrus sekurang-kurangnya 1,5 meter. (c) Di kapal yang panjangnya kurang dari 20 meter , boleh digunakan sosok- sosok benda dengan ukuran lebih kecil tetapi sebanding dengan ukuran kapal dan jarak antara nya boleh dikurangi sesuai dengan ukuran itu. 7. Perincian Warna Penerangan Kromatisitas semua penerangan navigasi, harus dengan standar berikut : yang terletak didalam batas-batas daerah diagram yang untuk masing-masing warna telah ditentukan secara terperinci oleh Komisi Internasional Tentang Penerangan ( CIE ) . Batas-batas daerah untuk masing-masing warna ditentukan dengan menunjukkan koordinat titik-titik sudut sebagai berikut : (i) Putih
  • 46. Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B Halaman 46 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012 Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013 X 0,525 0,525 0,452 0,310 0,310 0,443 Y 0,382 0,440 0,440 0,348 0,283 0,382 (ii) Hijau X 0,028 0,009 0,300 0,203 Y 0,385 0,723 0,511 0,356 (iii) Merah X 0,680 0,660 0,735 0,721 Y 0,320 0,320 0,265 0,259 (iv) kuning X 0,612 0,618 0,575 0,575 Y 0,382 0,382 0,425 0,406 8. Intensitas Cahaya (A) Intensitas Cahaya minimum dari penerangan-penerangan harus di hitung dengan menggunakan rumus : I = 3,43 x 10 pangkat enam x T x D pangkat dua x K pangkat minus D dengan ketentuan : I = Intensitas cahaya dalam lilin, dalam kondisi kerja T = Faktor Ambang D = Jarak tampak ( Jarak Pancar ) penerangan dalam mil laut K = Daya hantar atmosfer Untuk penerangan-penerangan yang ditentukan, nilai K itu harus = 0,8 sesuai dengan jarak pandang meteorologi kira-kira 13 mil. (B) Pilihan angka-angka yang diperoleh dari rumus itu diberikan di dalam tabel berikut : Jarak Tampak Intensitas cahaya penerangan ( Jarak Pancar ) penerangan Dalam dalam Mil Laut Lilin untuk K=0,8 D I 1 0,9 2 4,3
  • 47. Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B Halaman 47 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012 Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013 3 12 4 27 5 52 6 94 Catatan : Intensitas cahaya maksimum dari penerangan-penerangan navigasi harus dibatasi untuk menghindari kilau yang mengganggu. Hal ini tidak boleh dicapai dengan pengatur intensitas cahaya yang dapat diatur. 9. Sektor-sektor Mendatar (A)(i) Kearah depan , penerangan-penerangan lambung kjika dipasang di kapal, harus memperlihatkan intensitas cahaya minimum yang disyaratkan . Intensitas cahaya harus berkurang sampai praktis lenyap antara 1 derajat dan 3 derajat di luar sektor-sektor yang ditetapkan. (ii) Bagi penerangan-penerangan buritan dan penerangan tiang serta pada 22,5 derajat dibelakang arah melintang bagi penerangan-penerangan lambung, intensitas cahaya minimum yang ditetapkan itu harus dipertahankan meliputi busur cakrawala sampai dengan 5 derajat di dalam batas-batas dari sektor- sektor yang ditentukan dalam aturan 21. dari 5 derajat didalam sektor-sektor yang ditentukan itu intensitas cahaya tersebut boleh berkurang dengan 50% sampai batas-batas yang ditentukan ; kuat cahaya harus berkurang secara berangsur-angsur sampai praktis lenyap di arah yang tidak lebih dari 5 derajat diluar sektor-sektor yang ditentukan. (B) Semua penerangan keliling harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak akan terhalang oleh tiang-tiang, puncak-puncak tiang atau bangunan- bangunan meliputi busur yang lebih besar dari 6 derajat, kecuali penerangan- penerangan labuh yang ditentukan dalam aturan 30, yang tidak perlu di suatu ketinggian di atas badan yang tidak memungkinkan. 10. Sektor-Sektor Yang Tegak Lurus (A) Sektor-sektor tegak lurus penerangan listrik jika dipasang kecuali penerangan-penerangan dikapal-kapal layar sedang berlayar akan menjamin bahwa : (i) Sekurang-kurangnya intensitas minimum yang disyaratkan itu dipertahankan di setiap sudut dari 5 derajat diatas sampai 5 derajat dibawah bidang mendatar. (ii) Sekurang-kurangnya 60% dari intensitas minimal yang dipersyaratkan itu dipertahankan 7,5 derajat diatas sampai dengan 7,5 derajat dibawah bidang mendatar.
  • 48. Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B Halaman 48 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012 Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013 (B)Bagi kapal-kapal layar yang sedang berlayar sektor-sektor tegak lurus penerangan listrik, jika dipasang harus menjamin : (i) Sekurang-kurangnya intensitas minimum yang disyaratkan itu harus dipertahankan disetiap sudut dari 5 derajat diatas sampai 5 derajat dibawah bidang mendatar. (ii) Sekurang-kurangnya 50% intensitas minimum yang disyaratkan itu dipertahankan dari 25 derajat diatas sampai 25 derajat dibawah bidang mendatar. (C) dalam hal lampu selain lampu elektrik , spesifikasi ini harus memenuhi semirip mungkin. 11. Intensitas Penerangan-penerangan yang bukan penerangan listrik. Penerangan-penerangan yang bukan penerangan listrik sejauh mungkin harus memenuhi intensitas cahaya minimum sebagaimana yang diuraikan secara terperinci di dalam tabel yang di berikan didalam seksi 8 lampiran ini. 12. Penerangan Olah Gerak. Lepas daripada ketentuan-ketentuan paragraf 2(f) lampiran ini, penerangan olah gerak yang ditentukan di dalam aturan 34(b) itu harus ditempatkan di bidang tegak lurus membujur yang sama dengan penerangan atau penerangan- penerangan tiang dan apabila mungkin pada ketinggian minimum 2 meter tegak lurus diatas penerangan tiang depan. Dengan ketentuan bahwa penerangan olah gerak itu harus dipasang tidak kurang dari 2 meter tegak lurus diatas ataupun dibawah penerangan tiang belakang. Dikapal yang hanya dipasangi satu penerangan tiang , penerangan olah gerak itu juga dipasang harus ditempatkan disuatu tempat yang dapat kelihatan dengan sejelas-jelasnya, terpisah tegak lurus dari penerangan tiang dengan jarak tidak kurang dari 2 meter. 13. High Speed Craft (HSC) (A) Lampu tiang depan HSC boleh ditempatkan pada suatu ketinggian yang dihubungkan dengan lebar kapalnya lebih rendah daripada yang ditetapkan dalam paragraf 2(a)(i) lampiran ini, diberikan bahwa sudut dasar dari segitiga isosceles yang dibentuk oleh lampu lambung dan lampu tiang bilamana dilihat pada elevasi terakhir tidak kurang dari 27 derajat. (B) Pada HSC 50 meter atau lebih, selisih tegak antara lampu tiang depan dan tiang belakang sebesar 4,5 meter yang dipersyaratkan pada paragraf 2(a)(ii) lampiran ini boleh dimodifikasi namun jarak itu harus tidak boleh kurang daripada nilai yang ditetapkan dalam rumus berikut : y = ( (a + 7 u) C / 1000 ) + 2 dimana y = lampu tiang belakang diatas tiang depan dalam meter
  • 49. Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B Halaman 49 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012 Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013 a = tinggi lampu tiang depan diatas permukaan air dalam kondisi operasi dalam meter u = trim pada kondisi operasi dalam derajat C = jarak horizontal antara tiang depan dan belakang dalam meter 14. Persetujuan. Konstruksi penerangan-penerangan dan sosok-sosok benda serta pemasangan penerangan-penerangan di kapal harus memperoleh persetujuan dari negara yang benderanya dikibarkan oleh kapal lain secara sah.
  • 50. Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B Halaman 50 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012 Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013 Lembar Kerja Siswa : Materi : Menerapkan prinsip mengemudi dan berlayar aturan 9 – 18 dari P2TL 1972 Mengambar bagian-bagian prinsip mengemudi dan berlayar sesuai Aturan 9 - 18 1. Alat a. Alat Menjangka peta b. Alat jangka, pengaris dan lainnya 2. Bahan a. Peta b. Kertas gambar c. Kertas milimeter blok d. Alat tulis e. Spidol warna 3. Langkah Kerja a. Bekerja dengan cermat, teliti, dan tertib b. Gunakan pakaian dan perlengkapan praktek saat berkerja c. Siapkan alat gambar sebagai peraga yang diamati d. Siapkan alat tulis dan kertas gambar, serta kertas milimeter blok e. Instruktur memberikan penjelasan awal tentang kegiatan latihan ini f. Amati seluruh bagian yang akan digambar dan buat gambarnya, disertai dengan penjelasan bagian-bagian utamanya g. Tambahkan keterangan penjelasan dari bagian-bagaian gambar
  • 51. Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B Halaman 51 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012 Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013 Tambahan Materi : Tugas jaga untuk Mualim ( Watchkeeping Deck Officers ) I. Pelaksanaan Jaga Deck. Mualim yang bertugas jaga deck harus : 1. Melakukan perondaan untuk memeriksa keadaan kapal untuk setiap interval waktu yang memadai. 2. Memberi perhatian khusus untuk hal-hal berikut : a. Kondisi gangway dalam keadaan terpasang dengan baik, rantai jangkar dan tali tambat khususnya pada daerah yang perubahan pesang surutnya relatif besar / tinggi, jika diperlikan buat aturan agar dapat selalu menjadi tugas / pekerjaan rutin. b. Draft dan UKC ( Under Keel Clearance ) dan keadaan umum kapal untuk mencegah terjadinya kemiringan dan trim yang dapat membahayakan kapal akibat kegiatan bongkar muat atau balast. c. Cuaca dan kondisi laut. d. Seluruh aturan-aturan tentang keselamatan dan pencegahan kebakaran. e. Tinggi / level air di lambung dan tanki-tanki. f. Seluruh orang diatas kapal dan lokasinya, khususnya orang-orang yang berada diruangan tertutup dan tersembunyi. g. Kewajiban membunyikan atau menyalakan lampu isyarat sesuai yang dipersyaratkan / diharuskan. 3. Dalam cuaca buruk atau setelah ada strom warning, ambil tindakan untuk melindungi kapal, orang dan muatan dari bahaya. 4. Ambil tindakan yang diperlukan untuk mencegah terjadinya pencemaran lingkungan akibat polusi dari kapal. 5. Dalam keadaan darurat yang mengancam keselamatan kapal , bunyikan alarm, laporkan kepada nahkoda, ambil seluruh tindakan untuk mencegah kerusakan kapal, muatan dan orang yang berada di atas kapal dan jiak meminta bantuan dari authority di darat atau kapal didekatnya.
  • 52. Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B Halaman 52 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012 Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013 6. Perhatikan kondisi stabilitas kapal dan karananya jika terjadi kebakaran di kapal maka pemadam kebakaran dari darat harus di beri saran / informasi banyaknya air yang dapat dipompakan / disemprotkan ke kapal tanpa membahayakan kapal. 7. Memberi pertolongan / bantuan terhadap kapal atau orang yang dalam bahaya. 8. Ambil tindakan yang diperlukan jika akan menggerakkan / memutar baling-baling agar tidak kecelakaan/ kerusakan. 9. Catat di Log Book seluruh kejadian penting yang dapat mempengaruhi / berakibat kepada kapal. Jaga Pelabuhan Di Kapal Yang Memuat Muatan Berbahaya. Setiap kapal yang memuat muatan berbahaya golongan explosive, mudah terbakar, beracun, mengancam kesehatan, atau dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan, nahkoda wajub membuat dan dilaksanakannya penataan jaga yang baik. Dikapal yang mengangkut muatan berbahaya curah, penataan jaga yang aman dan baik dapat tercapai bila perwira dan anak buah kapal yang cukup dan berkualitas selalu siap di atas kapal, walaupun dalam kondisi kapal telah sandar atau berlabuh jangkar dengan aman dan selamat. Dikapal-kapal yang memuat muatan berbahaya selain dalam bentuk curah , nahkoda kapal harus memahami dan mempertimbangkan sifat, jumlah, packing, dan penataannya dari muatan bahaya tersebut dan mempertimbangkan kondisi-kondisi khusus keadaan kapal, keadaan perairan dan dermaga ditempat kepal berada.
  • 53. Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B Halaman 53 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012 Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013 DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2006. Materi Pelatihan: Basic Safety Training. Sekolah Tinggi Perikanan, Jakarta. Jordan Eerton Psh., 2004. Hukum Maritim. Surabaya Pieter Batti, 1995. Dasar-Dasar Peraturan Keselamatan Pelayaran dan Pencegahan Pencemaran dari Kapal. PT. Indo Asia. Sanuny Rosadhi, 1999. STCW 95. International Convention on Standards of Training, Certification and Watchkeeping for Seafarers, 1978, as amended in 1995. Edisi Pertama.