SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 25
ANGGARAN


          Oleh :
 DR. BAMBANG HERU P, M.S.
PENGERTIAN, ANATOMI DAN SISTEM

PENGERTIAN :
Pengertian Anggaran dibedakan dari pengertian Penganggaran
Menurut Syamsi (1994) : Penganggaran merupakan suatu perencanaan
mengenai bermacam-macam kegiatan terpadu yang dinyatakan dengan
satuan uang untuk jangka waktu tertentu.

Anggaran adalah hasil perencanaan yang berkaitan dengan bermacam-
macam kegiatan secara terpadu yang dinyatakan dalam suatu mata
uang dalam jangka waktu tertentu.

Dengan demikian anggaran (budget) merupakan suatu daftar atau
pertanyaan yang terperinci mengenai pengeluaran dan penerimaan
negara yang diharapkan dalam jangka waktu tertentu, umumnya satu
tahun. Ada budget yang disusun berdasarkan atas tahun kalender yaitu
tanggal 1 Januari dan ditutup pada tanggal 31 Desember.
PENGANGGARAN (BUDGETING)

1. PROSES PENGANGGARAN : Persiapan – penyusunan pengajuan
   ke DPR – Pembahasan dan pengesahan menjadi produk legislatif
   berupa undang-undang sehingga penganggaran menggambarkan
   aspek statis. Penganggaran merupakan proses yang secara
   keseluruhan akan berulang pada pola yang sama yang dikenal
   dengan siklus anggaran.
2. KLASIFIKASI ANGGARAN DI INDONESIA :
   a. Klasifikasi Objek : Belanja pegawai dan belanja barang dan
      sebagainya
   b. Klasifikasi Organik : Pengelompokan pengeluaran ke dalam
      organisasi-organisasi pemerintah. Mis : Departemen, Lembaga
      Tinggi Negara, Lembaga Non Departemen, dan lain-lain
   c. Klasifikasi Ekonomis : Mengelompokkan pengeluaran
      berdasarkan bidang, sektor, sub sektor dan program.
Lanjutan

3. FUNGSI DAN MANFAAT ANGGARAN :
   Anggaran negara merupakan rencana operasional tahunan
   pemerintah   yang   merupakan     pengejawantahan     rencana
   pembangunan jangka menengah dan jangka panjang (25 tahun)
   Fungsi anggaran dapat mengacu pada fungsi keuangan negara
   sebagaimana dirumuskan oleh Musgrave. Menurutnya ada 3 fungsi
   keuangan negara :
   a. Fungsi Alokasi
      Fungsi ini adalah proses dimana sumber daya nasional dipergunakan
      untuk barang privat dan barang publik yang dibutuhkan masyarakat.
      Selain menyediakan barang publik, sumber daya nasional harus
      dialokasikan ke sektor publik karena perlunya peranan pemerintah dalam
      mengatasi kegagalan mekanisme pasar.
   b. Fungsi Distribusi/mengandung unsur barang publik
      Fungsi ini pada hakekatnya adalah peranan keuangan negara dalam hal
      ini anggaran dalam rangka pembagian kembali pendapatan.
      Berdasarkan mekanisme harga, pembagian pendapatan berdasarkan
      pemilikan sumber daya atau faktor-faktor pendapatan.
   c. Fungsi Stabilitas
      Anggaran merupakan alat kebijakan makro pemerintah.
TIGA PRINSIP DAN PERHITUNGAN APBN

1. Prinsip Anggaran Berimbang
  Anggaran berimbang adalah sisi penerimaan sama dengan sisi
  pengeluaran. Pada anggaran berimbang, defisit anggaran ditutup
  dengan bantuan / pinjaman / utang luar negeri, bukan dengan
  mencetak uang baru.
                                 TP      = PDN – PR
      Cara Perhitungannya :      DAP     = AP – TP
                                 BLN     = DAP
 Keterangan :
 TP     =        Tabungan Pemerintah
 PDN    =        Penerimaan dalam negeri (penerimaan rutin), terdiri atas
        penerimaan migas + penerimaan non migas, yakni pajak-pajak dalam
        negeri.
 PR     =        Pengeluaran rutin, terdiri dari penerimaan rutin murni +
        bunga/cicilan utang luar negeri.
 DAP    =        Defisip Anggaran Pembangunan
 AP     =        Anggaran Pembangunan (Pengeluaran Pembangunan)
 BLN    =        Bantuan Luar Negeri / Pinjaman Luar Negeri / Utang Luar
        Negeri (Penerimaan Pembangunan = ODA : Official Development
Lanjutan


CONTOH ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA


1. Penerimaan Dalam Negeri             2. Pengeluaran Rutin     62,158.80
                   88,860.70
                   14,871.10
                   73,189.60           3. Tabungan Pemerintah   29,901.90
Total Penerimaan Dalam Negeri
                        176,921.40 4. Pengeluaran Pembangunan   38,927.90
Bantuan Luar Negeri            26.00     Surflus Anggaran
                                         Pembangunan            49,958.80
Total Penerimaan        176,947.40       Total Pengeluaran      176,947.40
Lanjutan

2. Prinsip Anggaran Dinamis
  a. Anggaran Dinamis Absolut

    Anggaran dinamis absolut diartikan sebagai peningkatan jumlah
    tabungan pemerintah dari tahun ke tahun (peningkatan surplus
    anggaran rutin), sehingga kemampuan menggali sumber dalam
    negeri bagi pembiayaan pembangunan dapat dicapai.
    Indikator ini umumnya bisa diukur melalui laju pertumbuhan
    tabungan pemerintah yang selalu positif dalam perkembangannya.

    Rumus anggaran Dinamis Absolut


                        TP(X) – TP(X-1)
             ΔTP =                        X    100%
                            TP(X-1)
Lanjutan
b. Anggaran Dinamis Relatif

  Anggaran dinamis relatif diartikan sebagai semakin kecilnya
  persentase ketergantungn pembiayaan terhadap bantuan luar
  negeri atau pinjaman luar negeri.

  Rumus Anggaran Dinamis Relatif


                        BLN
                 Ri =           X 100%
                         AP


   Keterangan :
   ΔTP     = Persentase perubahan tabungan pemerintah
   TP(x)   = Tabungan pemerintah tahun X
   TP(X-1)   = Tabungan pemerintah tahun sebelumnya
   BLN       = Bantuan Luar Negeri
   AP        = Anggaran Pembangunan/Pengeluaran Pembangunan
   Ri        = Persentase ketergantungan pembiayaan
Lanjutan
3. Prinsip Anggaran Fungsional
  Prinsip ini berkaitan dengan bantuan luar negeri. Azas bantuan luar
  negeri Indonesia adalah “Bantuan Luar Negeri Sebagai Pelengkap
  Semata”. Hal ini berarti fungsi bantuan luar negeri sebenarnya hanya
  untuk membiayai anggaran biaya pembangunan (pengeluaran
  pembangunan) dan bukan untuk membiayai anggaran rutin.



                                BLN
      Rumus :            Ri =           X 100%
                                 AP



   Ini menggambarkan keterkaitan prinsip dinamis dengan prinsip
   fungsionalis, yaitu : “semakin dinamis anggaran dalam pengertian
   relatif sekamin baik tingkat fungsionalitasnya luar negeri. Dengan
   demikian bantuan luar negeri dapat dikurangi”.
PENERIMAAN UANG NEGARA MELIPUTI :

1. Pajak, retribusi, keuntungan perusahaan negara, denda, sumbangan
   masyarakat, undian negara, pinjaman pemerintah, dan hadiah.
2. Penerimaan dari masyarakat atas jasa yang diberikan pemerintah,
   contohnya biaya perijinan.
3. Bantuan dalam negeri dan luar negeri.



PENGELUARAN PEMBANGUNAN :
Pengeluaran negara menggambarkan suatu pembiayaan terhadap kegiatan
suatu pemerintah dan prioritas kegiatan yang dipilihnya.
Pengeluaran meliputi : Pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan.
Jenis Pengeluaran Rutin :
1.   Belanja Pegawai
2.   Belanja Barang
3.   Subsidi Daerah Otonom
4.   Bunga dan Cicilan Hutang
5.   Biaya Pemilihan Umum
6.   Upah PBB
7.   Jasa Pos Giro


Anggaran belanja pembangunan yang dikategorikan sebagai
pengeluarn pembangunan dalam APBN pada dasarnya adalah investasi
dari pemerintah untuk ikut serta menggerakkan roda pembangunan
yang ikut mempengaruhi laju pertumbuhan PDB dalam perekonomian
nasional
Alasan diadakannya pengeluaran negara :

1.   Efisiensi Ekonomi
2.   Kegagalan Mekanisme Pasar
3.   Kegagalan Pasar Persaingan
4.   Pasar yang tidak lengkap
5.   Pengangguran, inflasi dan ketidak seimbangan


Sistem Anggaran :

1. Sistem Anggaran Surflus
2. Sistem Anggaran Defisit
3. Sistem Anggaran Berimbang
SUMBER PEMBIAYAAN LUAR NEGERI

                                        Devisa

                                       PL 480 Non Pangan

                       Program         PL 480 Pangan

                                       Kennedy Round

                                        Bantuan Lain

               OTDA    Proyek

  Sumber               Grand/Hibah
Pembiayaan
Luar Negeri             Langsung

               PMA      Portofolio

                       Kredit Ekspor
CATATAN :
 Bantuan program diberikan dimana pemerintah penerima dapat
  menentukan sendiri penggunaannya
 Bantuan proyek hanya untuk pembangunan suatu proyek yang
  telh ditentukan sebelumnya misalnya proyek rumah sakit
 Portofolio yaitu penanaman modal dalam bentuk pemilihan surat
  berharga, misalnya saham obligasi untuk perusahaan dalam
  negeri
 Kredit ekspor, pinjaman jngka pendek dalam bentuk pendapatan
  penundaan pembayaran atupun pembayaran secara mencicil bagi
  pembelian barng-barang impor.
PINJAMAN NEGARA

DIKHOTOMI HUTANG NEGARA
1. Hutang dengan jaminan dan tanpa jaminan
    a. Reproductive Debt
         Hutang yang dijamin seluruhnya dengan kekayaan negara atas
   dasar nilai    yang sama besarnya. Bunga + angsuran pokok         dibayar
   dari kekayaan negara/usaha negara ybs. Lama    pembayaran umur teknis
    b. Dead Wight Debt
        Hutang tanpa jaminan kekayaan negara. Bunga dibayar dari sumber
   penerimaan negara yang lain (pajak). Lama pelunasan tergantung perjanjian.
2. Pinjaman Sukarela
   Negara yang meminjamkan (kreditor) bebas menentukan jumlah yang
   dipinjamkan. Paksaan, terpaksa meminjam karena debitur harus membayar
   utang yang terdahulu/penjadwalan utang. Contoh : Paris Club.
3. Pinjaman dalam negeri dan luar negeri
   Sifatnya : Sukarela
SUMBER-SUMBER PENERIMAAN NEGARA

1. Pajak
2. Retribusi
3. Keuntungan dari perusahaan negara
4. Denda dan perampasan yang dilakukan oleh pemerintah
5. Sumbangan masyarakat
6. Pencetakan uang
7. Hadiah dari undian negara
8. Hadiah
9. Pinjaman
10.Mengadakan pinjaman paksa
Lanjutan

    Contoh : Penerimaan APBN RI 1998/1999, dibagi menjadi :
            1. Penerimaan Dalam Negeri
                A. Minyak Bumi dan Gas Alam
                    1) Minyak Bumi
                    2) Gas Alam
                B. Bukan Migas
                    1) Pajak penghasilan
                    2) PPN dan PPN BM
                    3) Bea Masuk
                    4) Cukai
                    5) Pajak Ekspor
                    6) PBB dan BPHTB
                    7) Pajak Lainnya
                    8) Penerimaan bukan Pajak
                    9) Laba Bersih Minyak
            2. Penerimaan Luar Negeri
                A. Pinjaman Program
                B. Pinjaman Proyek
Beberapa cara untuk melaksanakan kewajiban terhadap pinjaman
luar negeri :
a. Debt Service Capacity
  Angsuran + Angsuran Pokok → Dibyar dengan Devisa Ekspor
  Perbandingan I + AP dan DE jangka panjang disebut DSR.
  DSR max 30%. Cicilan + I max = 30% dari DE

                Cicilan Pokok + Bunga
       DSR =                            X 100% = 30%
               Ekspor Barang dan Jasa


b. Interest Service Capacity
  Kemampuan negara yang berhutang untuk membayar bunganya saja
  dikaitkan dengan devisa yang diperoleh. Perbandingan ini dinamakan
  Interest Service Ratio.

                 Pembayaran Bunga                 I
       ISR =                            X ISR =
               Ekspor Barang dan Jasa             D
PENGELUARAN NEGARA

Adolph Wagner : Law of ever increasing state activity
Dalton dalam Suparmoko (1997) mengatakan bahwa pengeluaran
pemerintah yang meningkat dapat dilihat dari proporsi pengeluaran
pemerintah terhadap pendapatan nasional bruto (GNP).

Sebab-sebab kegiatan pemerintah meningkat :
1. Adanya perang
2. Adanya kenaikan tingkat penghasilan dalam masyarakat
3. Adanya urbanisasi sebagai konsekuensi perkembangan ekonomi
4. Adanya perkembangan demokrasi
5. Meningkatkan fungsi pertahanan, keamanan dan ketertiban
6. Adanya efisiensi/pemborosan dan birokrasi
7. Kondisi negara yang sedang berkembang memerlukan biaya untuk
   pembangunan
8. Meningkatkan fungsi kesejahteraan
9. Meningkatkan fungsi perbankan
10.Meningkatkan fungsi pembangunan
SIFAT PENGELUARAN PEMERINTAH
1. Exhaustive
    → Merupakan pembelian barang-barang dan jasa-jasa dalam
      perekonomian yang langsung dapat dikonsumsi maupun untuk
      menghasilkan barang lain.
   Exhaustive Expenditure
    → Mengalihkan faktor-faktor produksi dari sektor swasta ke
      pemerintah
2. Transper
    → Pemindahan uang kepada individu-individu untuk kepentingan
      sosial, kepada perusahaan-perusahaan sebagai subsidi atau
      kepada negara-negara lain sebagai hadiah (brants)
Untuk dapat berjalan dengan efisien baik exhaustive Expenditure
maupun transper maka kebijakn-kebijakan pemerintah harus
mengarah kepada :
a. Keadilan (equity)
b. Efisiensi Ekonomi (Papeto Optimality)
c. Paternalisme
d. Kebebasan Perorangan
Untuk dapat menghasilkan yang maksimal diciptakan pedoman
yang meliputi :
1. Menentukan sasaran dari pengeluaran, sasarn dapr berupa
   peningkatan kesempatn kerja, produksi totl, dan distribusi
   pendapatn yang lebih merat.
2. Membandingkan hasil yang diperoleh apabila kegiatan yang
   dilakukan pemerintah tersebut dilakukan oleh swasta.

Dalam pengeluaran     negara   harus   dipertimbangkan   hal-hal
sebagai berikut :
1. Pengeluaran negara yang merupakan investasi yang menambah
   kekuatan dan ketahanan ekonomi di masa yang akan datang
2. Pengeluaran negara itu langsung memberikan kesejahteraan bagi
   masyarakat
3. Merupakan penghematn pengeluaran di masa yang akan datang
4. Menyediakan kesempatan kerja lebih bayak dan peningkatan daya
   beli masyarakat.
                                    (Suparmoko, 1997)
Pengeluaran negara dapat dikategorikan sebagai berikut :
1. Self – Liquiditing
2. Reproduktif
3. Kegembiraan dan kesejahteraan rakyat


Adam Smith menyatakan bahwa pengeluaran negara harus
memenuhi “7 Canon of Government Expenditure” :
1. Azas Moralita
2. Azas Nasionalita
3. Azas Kerakyatan
4. Azas Rasionalita
5. Azas Fungsionlita
6. Azas Perkembangan
7. Azas Keseimbangan dan Keadilan
CONTOH PENGELUARAN NEGARA (PN)
Secara garis besar pengeluaran negara dapat digolongkan menjadi :
1. PENGELUARAN RUTIN
    A. BELANJA PEGAWAI
        1) Gaji / Pensiun
        2) Tunjangan Beras
        3) Uang Makan/Lauk Pauk
        4) Lain-lain belanja pegawai dalam negeri
        5) Belanja pegawai luar negeri
    B. BELANJA BARANG
        1) Belanja Barang Dalam negeri
        2) Belanja Barang Luar Negeri
    C. BELANJA RUTIN DAERAH
        1) Belanja Pegawai
        2) Belanja Non Pegawai
    D. BUNGA DAN CICILAN UTANG
        1) Utang Dalam Negeri
        2) Utang Luar Negeri
    E. PENGELUARAN RUTIN LAINNYA
        1) Subsidi BBM
        2) Lain-lain
2. PENGELUARAN PEMBANGUNAN
    A. PEMBIAYAAN RUPIAH
    B. PEMBIAYAAN PROYEK
Penyebab Terjadinya Inflasi atau Deflasi

1. Penyebab dari Luar Negeri
  Ekspor ≥ Impor → terjadinya Inplasi (Barang -)
  Ekspor ≤ Impor → terjadinya Deflasi (Barang +)
2. Penyebab dari Dalam Negeri : Kebijakan Fiskal
  Expenses PM ≥ Revenue PM → Inplasi
  Expenses PM ≤ Revenue PM → Deflasi
3. Penyebab dari Dalam Negeri : Sektor Swasta
  Sektor Swasta disini terutama berkaitan dengan masalah tabungan,
  investasi dan konsumsi.
  Investasi banyak berasal dari kredit, sehingga uang yng beredar akan
  bertambah banyak (uang banyak beredar akan berdampak pada
  inflasi).

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Jumlah Uang Beredar dan Penawaran Uang (Ekonomi Moneter - BAB 5)
Jumlah Uang Beredar dan Penawaran Uang (Ekonomi Moneter - BAB 5)Jumlah Uang Beredar dan Penawaran Uang (Ekonomi Moneter - BAB 5)
Jumlah Uang Beredar dan Penawaran Uang (Ekonomi Moneter - BAB 5)Bagus Cahyo Jaya Pratama Pratama
 
Pengeluaran Konsumsi Masyarakat
Pengeluaran Konsumsi MasyarakatPengeluaran Konsumsi Masyarakat
Pengeluaran Konsumsi Masyarakatwidya adhy
 
Sumber sumber penerimaan daerah
Sumber sumber penerimaan daerahSumber sumber penerimaan daerah
Sumber sumber penerimaan daerahMutoharoh Mut
 
Chapter 08 piutang-pertemuan ke-2
Chapter 08 piutang-pertemuan ke-2Chapter 08 piutang-pertemuan ke-2
Chapter 08 piutang-pertemuan ke-2Majid
 
Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat
Sistem Akuntansi Pemerintah PusatSistem Akuntansi Pemerintah Pusat
Sistem Akuntansi Pemerintah PusatSujatmiko Wibowo
 
Perencanaan dan Penganggaran Keuangan Pemerintah
Perencanaan dan Penganggaran Keuangan PemerintahPerencanaan dan Penganggaran Keuangan Pemerintah
Perencanaan dan Penganggaran Keuangan PemerintahSujatmiko Wibowo
 
Presentasi PPN dan PPnBM
Presentasi PPN dan PPnBMPresentasi PPN dan PPnBM
Presentasi PPN dan PPnBMIcha Icha
 
5. perubahan struktur ekonomi
5. perubahan struktur ekonomi5. perubahan struktur ekonomi
5. perubahan struktur ekonomiFindi Rifa'i
 
Analisis sumber dan penggunaan dana (1)
Analisis sumber dan penggunaan dana (1)Analisis sumber dan penggunaan dana (1)
Analisis sumber dan penggunaan dana (1)radhi abdul halim
 
Neraca pembayaran
Neraca pembayaranNeraca pembayaran
Neraca pembayaranifa_talita
 
hutang dan aset negara
hutang dan aset negarahutang dan aset negara
hutang dan aset negaraAry Efendi
 
penganggaran sektor publik
penganggaran sektor publikpenganggaran sektor publik
penganggaran sektor publikAry Efendi
 
Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan
Pertumbuhan Ekonomi dan PembangunanPertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan
Pertumbuhan Ekonomi dan PembangunanDadang Solihin
 
Akuntansi Pendapatan PEMDA
Akuntansi Pendapatan PEMDAAkuntansi Pendapatan PEMDA
Akuntansi Pendapatan PEMDAMahyuni Bjm
 
Mata Kuliah Akuntansi Pemerintah dengan tema Anggaran Pemerintah
Mata Kuliah Akuntansi Pemerintah dengan tema Anggaran Pemerintah Mata Kuliah Akuntansi Pemerintah dengan tema Anggaran Pemerintah
Mata Kuliah Akuntansi Pemerintah dengan tema Anggaran Pemerintah Magdalena Palma Renia
 
Akuntansi investasi
Akuntansi investasiAkuntansi investasi
Akuntansi investasiAdi Jauhari
 

Was ist angesagt? (20)

Jumlah Uang Beredar dan Penawaran Uang (Ekonomi Moneter - BAB 5)
Jumlah Uang Beredar dan Penawaran Uang (Ekonomi Moneter - BAB 5)Jumlah Uang Beredar dan Penawaran Uang (Ekonomi Moneter - BAB 5)
Jumlah Uang Beredar dan Penawaran Uang (Ekonomi Moneter - BAB 5)
 
Pengeluaran Konsumsi Masyarakat
Pengeluaran Konsumsi MasyarakatPengeluaran Konsumsi Masyarakat
Pengeluaran Konsumsi Masyarakat
 
Sumber sumber penerimaan daerah
Sumber sumber penerimaan daerahSumber sumber penerimaan daerah
Sumber sumber penerimaan daerah
 
Ppt pendapatan nasional
Ppt pendapatan nasionalPpt pendapatan nasional
Ppt pendapatan nasional
 
APBN dan APBD
APBN dan APBDAPBN dan APBD
APBN dan APBD
 
Chapter 08 piutang-pertemuan ke-2
Chapter 08 piutang-pertemuan ke-2Chapter 08 piutang-pertemuan ke-2
Chapter 08 piutang-pertemuan ke-2
 
Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat
Sistem Akuntansi Pemerintah PusatSistem Akuntansi Pemerintah Pusat
Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat
 
Perencanaan dan Penganggaran Keuangan Pemerintah
Perencanaan dan Penganggaran Keuangan PemerintahPerencanaan dan Penganggaran Keuangan Pemerintah
Perencanaan dan Penganggaran Keuangan Pemerintah
 
Presentasi PPN dan PPnBM
Presentasi PPN dan PPnBMPresentasi PPN dan PPnBM
Presentasi PPN dan PPnBM
 
5. perubahan struktur ekonomi
5. perubahan struktur ekonomi5. perubahan struktur ekonomi
5. perubahan struktur ekonomi
 
Analisis sumber dan penggunaan dana (1)
Analisis sumber dan penggunaan dana (1)Analisis sumber dan penggunaan dana (1)
Analisis sumber dan penggunaan dana (1)
 
Neraca pembayaran
Neraca pembayaranNeraca pembayaran
Neraca pembayaran
 
hutang dan aset negara
hutang dan aset negarahutang dan aset negara
hutang dan aset negara
 
Suku bunga
Suku bungaSuku bunga
Suku bunga
 
penganggaran sektor publik
penganggaran sektor publikpenganggaran sektor publik
penganggaran sektor publik
 
Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan
Pertumbuhan Ekonomi dan PembangunanPertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan
Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan
 
Ppt budgeting
Ppt budgetingPpt budgeting
Ppt budgeting
 
Akuntansi Pendapatan PEMDA
Akuntansi Pendapatan PEMDAAkuntansi Pendapatan PEMDA
Akuntansi Pendapatan PEMDA
 
Mata Kuliah Akuntansi Pemerintah dengan tema Anggaran Pemerintah
Mata Kuliah Akuntansi Pemerintah dengan tema Anggaran Pemerintah Mata Kuliah Akuntansi Pemerintah dengan tema Anggaran Pemerintah
Mata Kuliah Akuntansi Pemerintah dengan tema Anggaran Pemerintah
 
Akuntansi investasi
Akuntansi investasiAkuntansi investasi
Akuntansi investasi
 

Ähnlich wie Keuangan (anggaran)

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dalam Perekonomian Indonesia
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dalam Perekonomian IndonesiaAnggaran Pendapatan dan Belanja Negara dalam Perekonomian Indonesia
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dalam Perekonomian IndonesiaSTIE EKUITAS BANDUNG
 
sistem penganggaran negara
sistem penganggaran negarasistem penganggaran negara
sistem penganggaran negaraAry Efendi
 
Anggaran Pendapatan Belanja Negara
Anggaran Pendapatan Belanja NegaraAnggaran Pendapatan Belanja Negara
Anggaran Pendapatan Belanja Negararaniasma
 
Anggaran pendapatan dan belanja negara
Anggaran pendapatan dan belanja negaraAnggaran pendapatan dan belanja negara
Anggaran pendapatan dan belanja negaragravity1992
 
PERTEMUAN 10 APBN dan APBD& KEBIJ. FISKAL.pptx
PERTEMUAN 10 APBN  dan APBD& KEBIJ. FISKAL.pptxPERTEMUAN 10 APBN  dan APBD& KEBIJ. FISKAL.pptx
PERTEMUAN 10 APBN dan APBD& KEBIJ. FISKAL.pptxahenggtsas
 
Anggaran pendapatan dan belanja negara
Anggaran pendapatan dan belanja negaraAnggaran pendapatan dan belanja negara
Anggaran pendapatan dan belanja negaraTri Rahayu Agustina
 
Pertumbuhan ekonomi makro ekonomi
Pertumbuhan ekonomi makro ekonomiPertumbuhan ekonomi makro ekonomi
Pertumbuhan ekonomi makro ekonomimahasiswaunida
 
Alan Arifin Modul 3 Konsumsi, tabungan, dan investasi
Alan Arifin Modul 3   Konsumsi, tabungan, dan investasiAlan Arifin Modul 3   Konsumsi, tabungan, dan investasi
Alan Arifin Modul 3 Konsumsi, tabungan, dan investasiFachran Arifin
 
TEORI PENGANGGARAN PUBLIK.doc
TEORI PENGANGGARAN PUBLIK.docTEORI PENGANGGARAN PUBLIK.doc
TEORI PENGANGGARAN PUBLIK.docLairivRevyIwamony
 
PPT KEUANGAN NEGARA DAN APBN KL.5.pptx
PPT KEUANGAN NEGARA DAN APBN KL.5.pptxPPT KEUANGAN NEGARA DAN APBN KL.5.pptx
PPT KEUANGAN NEGARA DAN APBN KL.5.pptxSulkifli27
 
Reformulasi Desentralisasi Fiskal dalam Instrumen DAU, DAK, dan DBH
Reformulasi Desentralisasi Fiskal dalam Instrumen DAU, DAK, dan DBH Reformulasi Desentralisasi Fiskal dalam Instrumen DAU, DAK, dan DBH
Reformulasi Desentralisasi Fiskal dalam Instrumen DAU, DAK, dan DBH Dadang Solihin
 
Transparansi dalam pengelolaan dan pengendalian apbn
Transparansi dalam pengelolaan dan pengendalian apbnTransparansi dalam pengelolaan dan pengendalian apbn
Transparansi dalam pengelolaan dan pengendalian apbnwandranatuna
 

Ähnlich wie Keuangan (anggaran) (20)

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dalam Perekonomian Indonesia
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dalam Perekonomian IndonesiaAnggaran Pendapatan dan Belanja Negara dalam Perekonomian Indonesia
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dalam Perekonomian Indonesia
 
Sistem Anggaran
Sistem AnggaranSistem Anggaran
Sistem Anggaran
 
Kd 4 apbn dan apbd
Kd 4 apbn dan apbdKd 4 apbn dan apbd
Kd 4 apbn dan apbd
 
sistem penganggaran negara
sistem penganggaran negarasistem penganggaran negara
sistem penganggaran negara
 
Anggaran Pendapatan Belanja Negara
Anggaran Pendapatan Belanja NegaraAnggaran Pendapatan Belanja Negara
Anggaran Pendapatan Belanja Negara
 
APBN
APBNAPBN
APBN
 
Anggaran pendapatan dan belanja negara
Anggaran pendapatan dan belanja negaraAnggaran pendapatan dan belanja negara
Anggaran pendapatan dan belanja negara
 
Investasi 02
Investasi 02Investasi 02
Investasi 02
 
PERTEMUAN 10 APBN dan APBD& KEBIJ. FISKAL.pptx
PERTEMUAN 10 APBN  dan APBD& KEBIJ. FISKAL.pptxPERTEMUAN 10 APBN  dan APBD& KEBIJ. FISKAL.pptx
PERTEMUAN 10 APBN dan APBD& KEBIJ. FISKAL.pptx
 
Sutoto mkn 01
Sutoto mkn 01Sutoto mkn 01
Sutoto mkn 01
 
Anggaran pendapatan dan belanja negara
Anggaran pendapatan dan belanja negaraAnggaran pendapatan dan belanja negara
Anggaran pendapatan dan belanja negara
 
Kelompok ekonomi
Kelompok ekonomiKelompok ekonomi
Kelompok ekonomi
 
Pertumbuhan ekonomi makro ekonomi
Pertumbuhan ekonomi makro ekonomiPertumbuhan ekonomi makro ekonomi
Pertumbuhan ekonomi makro ekonomi
 
Alan Arifin Modul 3 Konsumsi, tabungan, dan investasi
Alan Arifin Modul 3   Konsumsi, tabungan, dan investasiAlan Arifin Modul 3   Konsumsi, tabungan, dan investasi
Alan Arifin Modul 3 Konsumsi, tabungan, dan investasi
 
Presentation media
Presentation mediaPresentation media
Presentation media
 
TEORI PENGANGGARAN PUBLIK.doc
TEORI PENGANGGARAN PUBLIK.docTEORI PENGANGGARAN PUBLIK.doc
TEORI PENGANGGARAN PUBLIK.doc
 
PPT KEUANGAN NEGARA DAN APBN KL.5.pptx
PPT KEUANGAN NEGARA DAN APBN KL.5.pptxPPT KEUANGAN NEGARA DAN APBN KL.5.pptx
PPT KEUANGAN NEGARA DAN APBN KL.5.pptx
 
Reformulasi Desentralisasi Fiskal dalam Instrumen DAU, DAK, dan DBH
Reformulasi Desentralisasi Fiskal dalam Instrumen DAU, DAK, dan DBH Reformulasi Desentralisasi Fiskal dalam Instrumen DAU, DAK, dan DBH
Reformulasi Desentralisasi Fiskal dalam Instrumen DAU, DAK, dan DBH
 
Transparansi dalam pengelolaan dan pengendalian apbn
Transparansi dalam pengelolaan dan pengendalian apbnTransparansi dalam pengelolaan dan pengendalian apbn
Transparansi dalam pengelolaan dan pengendalian apbn
 
Tugas Kelompok
Tugas KelompokTugas Kelompok
Tugas Kelompok
 

Mehr von Sofyan Nardi Saputra

Ks 02. manajemen implementasi kurikulum-2
Ks 02. manajemen implementasi kurikulum-2Ks 02. manajemen implementasi kurikulum-2
Ks 02. manajemen implementasi kurikulum-2Sofyan Nardi Saputra
 
Materi ks 04. pendidikan kepramukaan-update
Materi ks 04. pendidikan kepramukaan-updateMateri ks 04. pendidikan kepramukaan-update
Materi ks 04. pendidikan kepramukaan-updateSofyan Nardi Saputra
 
Materi ks 03. supervisi akademik-2
Materi ks 03. supervisi akademik-2Materi ks 03. supervisi akademik-2
Materi ks 03. supervisi akademik-2Sofyan Nardi Saputra
 
Ks 01. manajemen kepemimpinan sekolah-2
Ks 01. manajemen kepemimpinan sekolah-2Ks 01. manajemen kepemimpinan sekolah-2
Ks 01. manajemen kepemimpinan sekolah-2Sofyan Nardi Saputra
 
08. permendikbud nomor 70 ttg kerangka dasar dan struktur kurikulum smk mak
08. permendikbud nomor 70 ttg kerangka dasar dan struktur kurikulum smk mak08. permendikbud nomor 70 ttg kerangka dasar dan struktur kurikulum smk mak
08. permendikbud nomor 70 ttg kerangka dasar dan struktur kurikulum smk makSofyan Nardi Saputra
 
07. b. salinan lampiran permendikbud no. 69 th 2013 ttg kurikulum sma ma
07. b. salinan lampiran permendikbud no. 69 th 2013 ttg kurikulum sma ma07. b. salinan lampiran permendikbud no. 69 th 2013 ttg kurikulum sma ma
07. b. salinan lampiran permendikbud no. 69 th 2013 ttg kurikulum sma maSofyan Nardi Saputra
 
07. a. salinan permendikbud no. 69 th 2013 ttg ttg kd dan struktur kurikulum ...
07. a. salinan permendikbud no. 69 th 2013 ttg ttg kd dan struktur kurikulum ...07. a. salinan permendikbud no. 69 th 2013 ttg ttg kd dan struktur kurikulum ...
07. a. salinan permendikbud no. 69 th 2013 ttg ttg kd dan struktur kurikulum ...Sofyan Nardi Saputra
 
06. b. salinan lampiran permendikbud no. 68 th 2013 ttg kurikulum smp m ts
06. b. salinan lampiran permendikbud no. 68 th 2013 ttg kurikulum smp m ts06. b. salinan lampiran permendikbud no. 68 th 2013 ttg kurikulum smp m ts
06. b. salinan lampiran permendikbud no. 68 th 2013 ttg kurikulum smp m tsSofyan Nardi Saputra
 
06. a. salinan permendikbud no. 68 th 2013 ttg ttg kd dan struktur kurikulum ...
06. a. salinan permendikbud no. 68 th 2013 ttg ttg kd dan struktur kurikulum ...06. a. salinan permendikbud no. 68 th 2013 ttg ttg kd dan struktur kurikulum ...
06. a. salinan permendikbud no. 68 th 2013 ttg ttg kd dan struktur kurikulum ...Sofyan Nardi Saputra
 
05. b. salinan lampiran permendikbud no. 67 th 2013 ttg kurikulum sd
05. b. salinan lampiran permendikbud no. 67 th 2013 ttg kurikulum sd05. b. salinan lampiran permendikbud no. 67 th 2013 ttg kurikulum sd
05. b. salinan lampiran permendikbud no. 67 th 2013 ttg kurikulum sdSofyan Nardi Saputra
 
05. a. salinan permendikbud no. 67 th 2013 ttg kd dan struktur kurikulum sd mi
05. a. salinan permendikbud no. 67 th 2013 ttg kd dan struktur kurikulum sd mi05. a. salinan permendikbud no. 67 th 2013 ttg kd dan struktur kurikulum sd mi
05. a. salinan permendikbud no. 67 th 2013 ttg kd dan struktur kurikulum sd miSofyan Nardi Saputra
 
04. b. salinan lampiran permendikbud no. 66 th 2013 tentang standar penilaian
04. b. salinan lampiran permendikbud no. 66 th 2013 tentang standar penilaian04. b. salinan lampiran permendikbud no. 66 th 2013 tentang standar penilaian
04. b. salinan lampiran permendikbud no. 66 th 2013 tentang standar penilaianSofyan Nardi Saputra
 
04. a. salinan permendikbud no. 66 th 2013 ttg standar penilaian
04. a. salinan permendikbud no. 66 th 2013 ttg standar penilaian04. a. salinan permendikbud no. 66 th 2013 ttg standar penilaian
04. a. salinan permendikbud no. 66 th 2013 ttg standar penilaianSofyan Nardi Saputra
 
03. b. salinan lampiran permendikbud no. 65 th 2013 ttg standar proses
03. b. salinan lampiran permendikbud no. 65 th 2013  ttg standar proses03. b. salinan lampiran permendikbud no. 65 th 2013  ttg standar proses
03. b. salinan lampiran permendikbud no. 65 th 2013 ttg standar prosesSofyan Nardi Saputra
 
03. a. salinan permendikbud no. 65 th 2013 ttg standar proses
03. a. salinan permendikbud no. 65 th 2013 ttg standar proses03. a. salinan permendikbud no. 65 th 2013 ttg standar proses
03. a. salinan permendikbud no. 65 th 2013 ttg standar prosesSofyan Nardi Saputra
 
02. b. salinan lampiran permendikbud no. 64 th 2013 ttg standar isi
02. b. salinan lampiran permendikbud no. 64 th 2013 ttg standar isi02. b. salinan lampiran permendikbud no. 64 th 2013 ttg standar isi
02. b. salinan lampiran permendikbud no. 64 th 2013 ttg standar isiSofyan Nardi Saputra
 
01. b. salinan lampiran permendikbud no. 54 tahun 2013 ttg skl
01. b. salinan lampiran permendikbud no. 54 tahun 2013 ttg skl01. b. salinan lampiran permendikbud no. 54 tahun 2013 ttg skl
01. b. salinan lampiran permendikbud no. 54 tahun 2013 ttg sklSofyan Nardi Saputra
 
09. permendikbud nomor 71 tahun 2013 ttg buku teks pelajaran layak
09. permendikbud nomor 71 tahun 2013 ttg buku teks pelajaran layak09. permendikbud nomor 71 tahun 2013 ttg buku teks pelajaran layak
09. permendikbud nomor 71 tahun 2013 ttg buku teks pelajaran layakSofyan Nardi Saputra
 

Mehr von Sofyan Nardi Saputra (20)

Ks 02. manajemen implementasi kurikulum-2
Ks 02. manajemen implementasi kurikulum-2Ks 02. manajemen implementasi kurikulum-2
Ks 02. manajemen implementasi kurikulum-2
 
Materi ks 04. pendidikan kepramukaan-update
Materi ks 04. pendidikan kepramukaan-updateMateri ks 04. pendidikan kepramukaan-update
Materi ks 04. pendidikan kepramukaan-update
 
Materi ks 03. supervisi akademik-2
Materi ks 03. supervisi akademik-2Materi ks 03. supervisi akademik-2
Materi ks 03. supervisi akademik-2
 
Ppt.b1.2 budaya sekolah
Ppt.b1.2 budaya sekolahPpt.b1.2 budaya sekolah
Ppt.b1.2 budaya sekolah
 
Ks 01. manajemen kepemimpinan sekolah-2
Ks 01. manajemen kepemimpinan sekolah-2Ks 01. manajemen kepemimpinan sekolah-2
Ks 01. manajemen kepemimpinan sekolah-2
 
08. permendikbud nomor 70 ttg kerangka dasar dan struktur kurikulum smk mak
08. permendikbud nomor 70 ttg kerangka dasar dan struktur kurikulum smk mak08. permendikbud nomor 70 ttg kerangka dasar dan struktur kurikulum smk mak
08. permendikbud nomor 70 ttg kerangka dasar dan struktur kurikulum smk mak
 
07. b. salinan lampiran permendikbud no. 69 th 2013 ttg kurikulum sma ma
07. b. salinan lampiran permendikbud no. 69 th 2013 ttg kurikulum sma ma07. b. salinan lampiran permendikbud no. 69 th 2013 ttg kurikulum sma ma
07. b. salinan lampiran permendikbud no. 69 th 2013 ttg kurikulum sma ma
 
07. a. salinan permendikbud no. 69 th 2013 ttg ttg kd dan struktur kurikulum ...
07. a. salinan permendikbud no. 69 th 2013 ttg ttg kd dan struktur kurikulum ...07. a. salinan permendikbud no. 69 th 2013 ttg ttg kd dan struktur kurikulum ...
07. a. salinan permendikbud no. 69 th 2013 ttg ttg kd dan struktur kurikulum ...
 
06. b. salinan lampiran permendikbud no. 68 th 2013 ttg kurikulum smp m ts
06. b. salinan lampiran permendikbud no. 68 th 2013 ttg kurikulum smp m ts06. b. salinan lampiran permendikbud no. 68 th 2013 ttg kurikulum smp m ts
06. b. salinan lampiran permendikbud no. 68 th 2013 ttg kurikulum smp m ts
 
06. a. salinan permendikbud no. 68 th 2013 ttg ttg kd dan struktur kurikulum ...
06. a. salinan permendikbud no. 68 th 2013 ttg ttg kd dan struktur kurikulum ...06. a. salinan permendikbud no. 68 th 2013 ttg ttg kd dan struktur kurikulum ...
06. a. salinan permendikbud no. 68 th 2013 ttg ttg kd dan struktur kurikulum ...
 
05. b. salinan lampiran permendikbud no. 67 th 2013 ttg kurikulum sd
05. b. salinan lampiran permendikbud no. 67 th 2013 ttg kurikulum sd05. b. salinan lampiran permendikbud no. 67 th 2013 ttg kurikulum sd
05. b. salinan lampiran permendikbud no. 67 th 2013 ttg kurikulum sd
 
05. a. salinan permendikbud no. 67 th 2013 ttg kd dan struktur kurikulum sd mi
05. a. salinan permendikbud no. 67 th 2013 ttg kd dan struktur kurikulum sd mi05. a. salinan permendikbud no. 67 th 2013 ttg kd dan struktur kurikulum sd mi
05. a. salinan permendikbud no. 67 th 2013 ttg kd dan struktur kurikulum sd mi
 
04. b. salinan lampiran permendikbud no. 66 th 2013 tentang standar penilaian
04. b. salinan lampiran permendikbud no. 66 th 2013 tentang standar penilaian04. b. salinan lampiran permendikbud no. 66 th 2013 tentang standar penilaian
04. b. salinan lampiran permendikbud no. 66 th 2013 tentang standar penilaian
 
04. a. salinan permendikbud no. 66 th 2013 ttg standar penilaian
04. a. salinan permendikbud no. 66 th 2013 ttg standar penilaian04. a. salinan permendikbud no. 66 th 2013 ttg standar penilaian
04. a. salinan permendikbud no. 66 th 2013 ttg standar penilaian
 
03. b. salinan lampiran permendikbud no. 65 th 2013 ttg standar proses
03. b. salinan lampiran permendikbud no. 65 th 2013  ttg standar proses03. b. salinan lampiran permendikbud no. 65 th 2013  ttg standar proses
03. b. salinan lampiran permendikbud no. 65 th 2013 ttg standar proses
 
03. a. salinan permendikbud no. 65 th 2013 ttg standar proses
03. a. salinan permendikbud no. 65 th 2013 ttg standar proses03. a. salinan permendikbud no. 65 th 2013 ttg standar proses
03. a. salinan permendikbud no. 65 th 2013 ttg standar proses
 
02. b. salinan lampiran permendikbud no. 64 th 2013 ttg standar isi
02. b. salinan lampiran permendikbud no. 64 th 2013 ttg standar isi02. b. salinan lampiran permendikbud no. 64 th 2013 ttg standar isi
02. b. salinan lampiran permendikbud no. 64 th 2013 ttg standar isi
 
01. b. salinan lampiran permendikbud no. 54 tahun 2013 ttg skl
01. b. salinan lampiran permendikbud no. 54 tahun 2013 ttg skl01. b. salinan lampiran permendikbud no. 54 tahun 2013 ttg skl
01. b. salinan lampiran permendikbud no. 54 tahun 2013 ttg skl
 
09. permendikbud nomor 71 tahun 2013 ttg buku teks pelajaran layak
09. permendikbud nomor 71 tahun 2013 ttg buku teks pelajaran layak09. permendikbud nomor 71 tahun 2013 ttg buku teks pelajaran layak
09. permendikbud nomor 71 tahun 2013 ttg buku teks pelajaran layak
 
Strategi bisnis dan strategi sdm
Strategi bisnis dan strategi sdmStrategi bisnis dan strategi sdm
Strategi bisnis dan strategi sdm
 

Keuangan (anggaran)

  • 1. ANGGARAN Oleh : DR. BAMBANG HERU P, M.S.
  • 2. PENGERTIAN, ANATOMI DAN SISTEM PENGERTIAN : Pengertian Anggaran dibedakan dari pengertian Penganggaran Menurut Syamsi (1994) : Penganggaran merupakan suatu perencanaan mengenai bermacam-macam kegiatan terpadu yang dinyatakan dengan satuan uang untuk jangka waktu tertentu. Anggaran adalah hasil perencanaan yang berkaitan dengan bermacam- macam kegiatan secara terpadu yang dinyatakan dalam suatu mata uang dalam jangka waktu tertentu. Dengan demikian anggaran (budget) merupakan suatu daftar atau pertanyaan yang terperinci mengenai pengeluaran dan penerimaan negara yang diharapkan dalam jangka waktu tertentu, umumnya satu tahun. Ada budget yang disusun berdasarkan atas tahun kalender yaitu tanggal 1 Januari dan ditutup pada tanggal 31 Desember.
  • 3. PENGANGGARAN (BUDGETING) 1. PROSES PENGANGGARAN : Persiapan – penyusunan pengajuan ke DPR – Pembahasan dan pengesahan menjadi produk legislatif berupa undang-undang sehingga penganggaran menggambarkan aspek statis. Penganggaran merupakan proses yang secara keseluruhan akan berulang pada pola yang sama yang dikenal dengan siklus anggaran. 2. KLASIFIKASI ANGGARAN DI INDONESIA : a. Klasifikasi Objek : Belanja pegawai dan belanja barang dan sebagainya b. Klasifikasi Organik : Pengelompokan pengeluaran ke dalam organisasi-organisasi pemerintah. Mis : Departemen, Lembaga Tinggi Negara, Lembaga Non Departemen, dan lain-lain c. Klasifikasi Ekonomis : Mengelompokkan pengeluaran berdasarkan bidang, sektor, sub sektor dan program.
  • 4. Lanjutan 3. FUNGSI DAN MANFAAT ANGGARAN : Anggaran negara merupakan rencana operasional tahunan pemerintah yang merupakan pengejawantahan rencana pembangunan jangka menengah dan jangka panjang (25 tahun) Fungsi anggaran dapat mengacu pada fungsi keuangan negara sebagaimana dirumuskan oleh Musgrave. Menurutnya ada 3 fungsi keuangan negara : a. Fungsi Alokasi Fungsi ini adalah proses dimana sumber daya nasional dipergunakan untuk barang privat dan barang publik yang dibutuhkan masyarakat. Selain menyediakan barang publik, sumber daya nasional harus dialokasikan ke sektor publik karena perlunya peranan pemerintah dalam mengatasi kegagalan mekanisme pasar. b. Fungsi Distribusi/mengandung unsur barang publik Fungsi ini pada hakekatnya adalah peranan keuangan negara dalam hal ini anggaran dalam rangka pembagian kembali pendapatan. Berdasarkan mekanisme harga, pembagian pendapatan berdasarkan pemilikan sumber daya atau faktor-faktor pendapatan. c. Fungsi Stabilitas Anggaran merupakan alat kebijakan makro pemerintah.
  • 5. TIGA PRINSIP DAN PERHITUNGAN APBN 1. Prinsip Anggaran Berimbang Anggaran berimbang adalah sisi penerimaan sama dengan sisi pengeluaran. Pada anggaran berimbang, defisit anggaran ditutup dengan bantuan / pinjaman / utang luar negeri, bukan dengan mencetak uang baru. TP = PDN – PR Cara Perhitungannya : DAP = AP – TP BLN = DAP Keterangan : TP = Tabungan Pemerintah PDN = Penerimaan dalam negeri (penerimaan rutin), terdiri atas penerimaan migas + penerimaan non migas, yakni pajak-pajak dalam negeri. PR = Pengeluaran rutin, terdiri dari penerimaan rutin murni + bunga/cicilan utang luar negeri. DAP = Defisip Anggaran Pembangunan AP = Anggaran Pembangunan (Pengeluaran Pembangunan) BLN = Bantuan Luar Negeri / Pinjaman Luar Negeri / Utang Luar Negeri (Penerimaan Pembangunan = ODA : Official Development
  • 6. Lanjutan CONTOH ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA 1. Penerimaan Dalam Negeri 2. Pengeluaran Rutin 62,158.80 88,860.70 14,871.10 73,189.60 3. Tabungan Pemerintah 29,901.90 Total Penerimaan Dalam Negeri 176,921.40 4. Pengeluaran Pembangunan 38,927.90 Bantuan Luar Negeri 26.00 Surflus Anggaran Pembangunan 49,958.80 Total Penerimaan 176,947.40 Total Pengeluaran 176,947.40
  • 7. Lanjutan 2. Prinsip Anggaran Dinamis a. Anggaran Dinamis Absolut Anggaran dinamis absolut diartikan sebagai peningkatan jumlah tabungan pemerintah dari tahun ke tahun (peningkatan surplus anggaran rutin), sehingga kemampuan menggali sumber dalam negeri bagi pembiayaan pembangunan dapat dicapai. Indikator ini umumnya bisa diukur melalui laju pertumbuhan tabungan pemerintah yang selalu positif dalam perkembangannya. Rumus anggaran Dinamis Absolut TP(X) – TP(X-1) ΔTP = X 100% TP(X-1)
  • 8. Lanjutan b. Anggaran Dinamis Relatif Anggaran dinamis relatif diartikan sebagai semakin kecilnya persentase ketergantungn pembiayaan terhadap bantuan luar negeri atau pinjaman luar negeri. Rumus Anggaran Dinamis Relatif BLN Ri = X 100% AP Keterangan : ΔTP = Persentase perubahan tabungan pemerintah TP(x) = Tabungan pemerintah tahun X TP(X-1) = Tabungan pemerintah tahun sebelumnya BLN = Bantuan Luar Negeri AP = Anggaran Pembangunan/Pengeluaran Pembangunan Ri = Persentase ketergantungan pembiayaan
  • 9. Lanjutan 3. Prinsip Anggaran Fungsional Prinsip ini berkaitan dengan bantuan luar negeri. Azas bantuan luar negeri Indonesia adalah “Bantuan Luar Negeri Sebagai Pelengkap Semata”. Hal ini berarti fungsi bantuan luar negeri sebenarnya hanya untuk membiayai anggaran biaya pembangunan (pengeluaran pembangunan) dan bukan untuk membiayai anggaran rutin. BLN Rumus : Ri = X 100% AP Ini menggambarkan keterkaitan prinsip dinamis dengan prinsip fungsionalis, yaitu : “semakin dinamis anggaran dalam pengertian relatif sekamin baik tingkat fungsionalitasnya luar negeri. Dengan demikian bantuan luar negeri dapat dikurangi”.
  • 10. PENERIMAAN UANG NEGARA MELIPUTI : 1. Pajak, retribusi, keuntungan perusahaan negara, denda, sumbangan masyarakat, undian negara, pinjaman pemerintah, dan hadiah. 2. Penerimaan dari masyarakat atas jasa yang diberikan pemerintah, contohnya biaya perijinan. 3. Bantuan dalam negeri dan luar negeri. PENGELUARAN PEMBANGUNAN : Pengeluaran negara menggambarkan suatu pembiayaan terhadap kegiatan suatu pemerintah dan prioritas kegiatan yang dipilihnya. Pengeluaran meliputi : Pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan.
  • 11. Jenis Pengeluaran Rutin : 1. Belanja Pegawai 2. Belanja Barang 3. Subsidi Daerah Otonom 4. Bunga dan Cicilan Hutang 5. Biaya Pemilihan Umum 6. Upah PBB 7. Jasa Pos Giro Anggaran belanja pembangunan yang dikategorikan sebagai pengeluarn pembangunan dalam APBN pada dasarnya adalah investasi dari pemerintah untuk ikut serta menggerakkan roda pembangunan yang ikut mempengaruhi laju pertumbuhan PDB dalam perekonomian nasional
  • 12. Alasan diadakannya pengeluaran negara : 1. Efisiensi Ekonomi 2. Kegagalan Mekanisme Pasar 3. Kegagalan Pasar Persaingan 4. Pasar yang tidak lengkap 5. Pengangguran, inflasi dan ketidak seimbangan Sistem Anggaran : 1. Sistem Anggaran Surflus 2. Sistem Anggaran Defisit 3. Sistem Anggaran Berimbang
  • 13. SUMBER PEMBIAYAAN LUAR NEGERI Devisa PL 480 Non Pangan Program PL 480 Pangan Kennedy Round Bantuan Lain OTDA Proyek Sumber Grand/Hibah Pembiayaan Luar Negeri Langsung PMA Portofolio Kredit Ekspor
  • 14. CATATAN :  Bantuan program diberikan dimana pemerintah penerima dapat menentukan sendiri penggunaannya  Bantuan proyek hanya untuk pembangunan suatu proyek yang telh ditentukan sebelumnya misalnya proyek rumah sakit  Portofolio yaitu penanaman modal dalam bentuk pemilihan surat berharga, misalnya saham obligasi untuk perusahaan dalam negeri  Kredit ekspor, pinjaman jngka pendek dalam bentuk pendapatan penundaan pembayaran atupun pembayaran secara mencicil bagi pembelian barng-barang impor.
  • 15. PINJAMAN NEGARA DIKHOTOMI HUTANG NEGARA 1. Hutang dengan jaminan dan tanpa jaminan a. Reproductive Debt Hutang yang dijamin seluruhnya dengan kekayaan negara atas dasar nilai yang sama besarnya. Bunga + angsuran pokok dibayar dari kekayaan negara/usaha negara ybs. Lama pembayaran umur teknis b. Dead Wight Debt Hutang tanpa jaminan kekayaan negara. Bunga dibayar dari sumber penerimaan negara yang lain (pajak). Lama pelunasan tergantung perjanjian. 2. Pinjaman Sukarela Negara yang meminjamkan (kreditor) bebas menentukan jumlah yang dipinjamkan. Paksaan, terpaksa meminjam karena debitur harus membayar utang yang terdahulu/penjadwalan utang. Contoh : Paris Club. 3. Pinjaman dalam negeri dan luar negeri Sifatnya : Sukarela
  • 16. SUMBER-SUMBER PENERIMAAN NEGARA 1. Pajak 2. Retribusi 3. Keuntungan dari perusahaan negara 4. Denda dan perampasan yang dilakukan oleh pemerintah 5. Sumbangan masyarakat 6. Pencetakan uang 7. Hadiah dari undian negara 8. Hadiah 9. Pinjaman 10.Mengadakan pinjaman paksa
  • 17. Lanjutan Contoh : Penerimaan APBN RI 1998/1999, dibagi menjadi : 1. Penerimaan Dalam Negeri A. Minyak Bumi dan Gas Alam 1) Minyak Bumi 2) Gas Alam B. Bukan Migas 1) Pajak penghasilan 2) PPN dan PPN BM 3) Bea Masuk 4) Cukai 5) Pajak Ekspor 6) PBB dan BPHTB 7) Pajak Lainnya 8) Penerimaan bukan Pajak 9) Laba Bersih Minyak 2. Penerimaan Luar Negeri A. Pinjaman Program B. Pinjaman Proyek
  • 18. Beberapa cara untuk melaksanakan kewajiban terhadap pinjaman luar negeri : a. Debt Service Capacity Angsuran + Angsuran Pokok → Dibyar dengan Devisa Ekspor Perbandingan I + AP dan DE jangka panjang disebut DSR. DSR max 30%. Cicilan + I max = 30% dari DE Cicilan Pokok + Bunga DSR = X 100% = 30% Ekspor Barang dan Jasa b. Interest Service Capacity Kemampuan negara yang berhutang untuk membayar bunganya saja dikaitkan dengan devisa yang diperoleh. Perbandingan ini dinamakan Interest Service Ratio. Pembayaran Bunga I ISR = X ISR = Ekspor Barang dan Jasa D
  • 19. PENGELUARAN NEGARA Adolph Wagner : Law of ever increasing state activity Dalton dalam Suparmoko (1997) mengatakan bahwa pengeluaran pemerintah yang meningkat dapat dilihat dari proporsi pengeluaran pemerintah terhadap pendapatan nasional bruto (GNP). Sebab-sebab kegiatan pemerintah meningkat : 1. Adanya perang 2. Adanya kenaikan tingkat penghasilan dalam masyarakat 3. Adanya urbanisasi sebagai konsekuensi perkembangan ekonomi 4. Adanya perkembangan demokrasi 5. Meningkatkan fungsi pertahanan, keamanan dan ketertiban 6. Adanya efisiensi/pemborosan dan birokrasi 7. Kondisi negara yang sedang berkembang memerlukan biaya untuk pembangunan 8. Meningkatkan fungsi kesejahteraan 9. Meningkatkan fungsi perbankan 10.Meningkatkan fungsi pembangunan
  • 20. SIFAT PENGELUARAN PEMERINTAH 1. Exhaustive → Merupakan pembelian barang-barang dan jasa-jasa dalam perekonomian yang langsung dapat dikonsumsi maupun untuk menghasilkan barang lain. Exhaustive Expenditure → Mengalihkan faktor-faktor produksi dari sektor swasta ke pemerintah 2. Transper → Pemindahan uang kepada individu-individu untuk kepentingan sosial, kepada perusahaan-perusahaan sebagai subsidi atau kepada negara-negara lain sebagai hadiah (brants) Untuk dapat berjalan dengan efisien baik exhaustive Expenditure maupun transper maka kebijakn-kebijakan pemerintah harus mengarah kepada : a. Keadilan (equity) b. Efisiensi Ekonomi (Papeto Optimality) c. Paternalisme d. Kebebasan Perorangan
  • 21. Untuk dapat menghasilkan yang maksimal diciptakan pedoman yang meliputi : 1. Menentukan sasaran dari pengeluaran, sasarn dapr berupa peningkatan kesempatn kerja, produksi totl, dan distribusi pendapatn yang lebih merat. 2. Membandingkan hasil yang diperoleh apabila kegiatan yang dilakukan pemerintah tersebut dilakukan oleh swasta. Dalam pengeluaran negara harus dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut : 1. Pengeluaran negara yang merupakan investasi yang menambah kekuatan dan ketahanan ekonomi di masa yang akan datang 2. Pengeluaran negara itu langsung memberikan kesejahteraan bagi masyarakat 3. Merupakan penghematn pengeluaran di masa yang akan datang 4. Menyediakan kesempatan kerja lebih bayak dan peningkatan daya beli masyarakat. (Suparmoko, 1997)
  • 22. Pengeluaran negara dapat dikategorikan sebagai berikut : 1. Self – Liquiditing 2. Reproduktif 3. Kegembiraan dan kesejahteraan rakyat Adam Smith menyatakan bahwa pengeluaran negara harus memenuhi “7 Canon of Government Expenditure” : 1. Azas Moralita 2. Azas Nasionalita 3. Azas Kerakyatan 4. Azas Rasionalita 5. Azas Fungsionlita 6. Azas Perkembangan 7. Azas Keseimbangan dan Keadilan
  • 23. CONTOH PENGELUARAN NEGARA (PN) Secara garis besar pengeluaran negara dapat digolongkan menjadi : 1. PENGELUARAN RUTIN A. BELANJA PEGAWAI 1) Gaji / Pensiun 2) Tunjangan Beras 3) Uang Makan/Lauk Pauk 4) Lain-lain belanja pegawai dalam negeri 5) Belanja pegawai luar negeri B. BELANJA BARANG 1) Belanja Barang Dalam negeri 2) Belanja Barang Luar Negeri C. BELANJA RUTIN DAERAH 1) Belanja Pegawai 2) Belanja Non Pegawai D. BUNGA DAN CICILAN UTANG 1) Utang Dalam Negeri 2) Utang Luar Negeri E. PENGELUARAN RUTIN LAINNYA 1) Subsidi BBM 2) Lain-lain 2. PENGELUARAN PEMBANGUNAN A. PEMBIAYAAN RUPIAH B. PEMBIAYAAN PROYEK
  • 24.
  • 25. Penyebab Terjadinya Inflasi atau Deflasi 1. Penyebab dari Luar Negeri Ekspor ≥ Impor → terjadinya Inplasi (Barang -) Ekspor ≤ Impor → terjadinya Deflasi (Barang +) 2. Penyebab dari Dalam Negeri : Kebijakan Fiskal Expenses PM ≥ Revenue PM → Inplasi Expenses PM ≤ Revenue PM → Deflasi 3. Penyebab dari Dalam Negeri : Sektor Swasta Sektor Swasta disini terutama berkaitan dengan masalah tabungan, investasi dan konsumsi. Investasi banyak berasal dari kredit, sehingga uang yng beredar akan bertambah banyak (uang banyak beredar akan berdampak pada inflasi).