SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 67
Downloaden Sie, um offline zu lesen
PERSANDINGAN UNDANG-UNDANG PPN DAN PPnBM
                 UU NO 8 TAHUN 1983 stdtd UU NO 18 TAHUN 2000 & UU NO 42 TAHUN 2009

       UU No 8 Th 1983 stdtd UU No 18 Th 2000                              UU No 42 Tahun 2009


      UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA                           UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

                NOMOR 8 TAHUN 1983                                        NOMOR 42 TAHUN 2009

                       TENTANG                                                   TENTANG

  PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA                      PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG
  DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH                           NOMOR 8 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK
  SEBAGAIMANA TELAH BEBERAPA KALI DIUBAH                         PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA
             TERAKHIR DENGAN                                  DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH
    UNDANG-UNDANG NOMOR 18 TAHUN 2000

     DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA                          DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

          PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,                               PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang:                                                  Menimbang:
bahwa dalam rangka lebih meningkatkan kepastian             a. bahwa dalam rangka lebih meningkatkan kepastian
hukum dan keadilan, serta menciptakan sistem                   hukum dan keadilan, menciptakan sistem perpajakan
perpajakan yang sederhana dengan tanpa mengabaikan             yang lebih sederhana,       serta mengamankan
pengawasan dan pengamanan penerimaan negara agar               penerimaan negara agar pembangunan nasional
pembangunan nasional dapat dilaksanakan secara                 dapat dilaksanakan secara mandiri perlu dilakukan
mandiri, perlu dilakukan perubahan terhadap Undang-            perubahan terhadap Undang-Undang Nomor 8 Tahun
Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak                        1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan          Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
Atas Barang Mewah sebagaimana telah diubah dengan              sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1994;                             dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000
                                                               tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang
                                                               Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan
                                                               Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas
                                                               Barang Mewah;
                                                            b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
                                                               dimaksud dalam huruf a, perlu membentuk Undang-
                                                               Undang tentang Perubahan Ketiga atas Undang-
                                                               Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak
                                                               Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak
                                                               Penjualan atas Barang Mewah;

Mengingat:                                                  Mengingat:
1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (2), dan Pasal 23 ayat   1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, dan Pasal 23A Undang-
   (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia           Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
   Tahun 1945 sebagaimana telah diubah dengan                  1945;
   Perubahan Pertama Tahun 1999;

2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang                 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang
   Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan                     Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
   (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983              (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983
   Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3262)              Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik
   sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-            Indonesia Nomor 3262) sebagaimana telah beberapa
   Undang Nomor 16 Tahun 2000 (Lembaran Negara                 kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor
   Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 126,                    16 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan
   Tambahan Lembaran Negara Nomor 3984);                       Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 5
                                                               Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas
                                                               Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang
                                                               Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Menjadi
                                                               Undang-Undang       (Lembaran  Negara    Republik
                                                               Indonesia Tahun 2009 Nomor 62, Tambahan
                                                               Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4999);

                                                                                                             1
UU No 8 Th 1983 stdtd UU No 18 Th 2000                            UU No 42 Tahun 2009
3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak
   Penghasilan (Lembaran Negara Republik Indonesia
   Tahun 1983 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara
   Nomor 3263) sebagaimana telah diubah terakhir
   dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000
   (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000
   Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Nomor
   3985);

4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak      3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak
   Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak            Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak
   Penjualan Atas Barang Mewah (Lembaran Negara           Penjualan atas Barang Mewah (Lembaran Negara
   Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 51, Tambahan       Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 51, Tambahan
   Lembaran Negara Nomor 3264) sebagaimana telah          Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3264)
   diubah dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun             sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
   1994 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun         dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000
   1994 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Nomor          tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang
   3568).                                                 Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan
                                                          Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas
                                                          Barang Mewah (Lembaran Negara Republik
                                                          Indonesia Tahun 2000 Nomor 128, Tambahan
                                                          Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3986);

                Dengan Persetujuan                                  Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA             DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
                                                                          dan
                                                              PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

               MEMUTUSKAN:                                            MEMUTUSKAN:
Menetapkan:                                            Menetapkan:
UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN KEDUA                  UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN KETIGA
ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1983                  ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1983
TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN             TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN
JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG                   JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG
MEWAH.                                                 MEWAH.

   UMUM                                                  UMUM

   Dalam era reformasi saat ini, perkembangan sosial     Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak atas konsumsi
   ekonomi dan politik berlangsung sangat cepat          barang dan jasa di Daerah Pabean yang dikenakan
   sehingga perubahan sistem perpajakan yang pernah      secara bertingkat di setiap jalur produksi dan distribusi.
   dilakukan belum dapat menampung perkembangan          Pengenaan      Pajak Pertambahan Nilai            sangat
   dunia usaha karena masih dijumpai kelemahan-          dipengaruhi oleh perkembangan transaksi bisnis serta
   kelemahan dalam Undang-Undang Perpajakan, yaitu :     pola konsumsi masyarakat yang merupakan objek dari
   a. belum adil walaupun sudah dilaksanakan sesuai      Pajak Pertambahan Nilai. Perkembangan ekonomi
       ketentuan,                                        yang sangat dinamis baik di tingkat nasional, regional,
   b. kurang memberikan hak-hak Wajib Pajak,             maupun internasional terus menciptakan jenis serta
   c. kurang memberikan kemudahan kepada Wajib           pola transaksi bisnis yang baru. Sebagai contoh, di
       Pajak dalam melaksanakan kewajibannya,            bidang jasa, banyak timbul transaksi jasa baru atau
   d. kurang memberikan kepastian hukum serta kurang     modifikasi dari transaksi sebelumnya yang pengenaan
       sederhana.                                        Pajak Pertambahan Nilainya belum diatur dalam
   Untuk itu dalam rangka menampung perkembangan         Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai.
   dunia usaha dipandang perlu penyempurnaan
   peraturan perundang-undangan perpajakan dengan        Dalam rangka menjawab perubahan yang sangat cepat
   menitikberatkan pada peningkatan :                    tersebut,    perlu    dilakukan   pembaruan       dan
   a. asas keadilan,                                     penyempurnaan Undang-Undang Pajak Pertambahan
   b. asas kepastian hukum,                              Nilai. Pembaruan (reformasi) sistem pajak konsumsi
   c. asas legalitas, dan                                telah dilakukan pada tahun 1983 dengan diterbitkannya
   d. asas kesederhanaan.                                Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak
   Berlandaskan pada hal-hal tersebut di atas, maka      Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak
   sasaran yang ingin diwujudkan dalam pelaksanaan       Penjualan atas Barang Mewah. Langkah pembaruan

                                                                                                                2
UU No 8 Th 1983 stdtd UU No 18 Th 2000                             UU No 42 Tahun 2009
perubahan Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai         dan penyempurnaan terus dilakukan secara konsisten
dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Tahun 2000        pada tahun 1994 dengan diterbitkannya Undang-
adalah menciptakan sistem perpajakan yang lebih         Undang Nomor 11 Tahun 1994 dan terakhir tahun 2000
adil, sederhana, dan memberikan kepastian hukum         dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 18
bagi masyarakat serta dapat mengamankan dan             Tahun 2000.
meningkatkan penerimaan negara.
Adapun pokok-pokok perubahan yang dilakukan             Perubahan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai
antara lain :                                           ini bertujuan sebagai berikut.
a. Untuk lebih memberikan kepastian hukum               1. Meningkatkan kepastian hukum dan keadilan bagi
   mengenai barang-barang yang tidak dikenakan              pengenaan Pajak Pertambahan Nilai.
   pajak, maka dalam perubahan Undang-Undang                Perkembangan transaksi bisnis, terutama jasa, telah
   Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas         menciptakan jenis dan pola transaksi baru yang
   Barang Mewah Tahun 2000 hanya terhadap                   perlu ditegaskan lebih lanjut pengenaannya dalam
   barang-barang yang merupakan kebutuhan pokok;            Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai.
   barang-barang yang sudah dikenakan pajak
   daerah; barang-barang hasil pertambangan atau        2. Menyederhanakan sistem Pajak Pertambahan Nilai.
   pengeboran yang diambil langsung sumbernya;             Penyederhanaan sistem Pajak Pertambahan Nilai
   barang-barang yang merupakan alat tukar; serta          dilakukan     dengan        mengubah      atau
   barang-barang      lain    yang     berdasarkan         menyempurnakan ketentuan dalam Undang-Undang
   pertimbangan ekonomi, sosial dan budaya tidak           Pajak Pertambahan Nilai yang menyulitkan Wajib
   dikenakan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak             Pajak dalam rangka melaksanakan hak dan
   Penjualan Atas Barang Mewah.                            kewajiban perpajakannya.

b. Untuk lebih memberikan keadilan serta dalam          3. Mengurangi biaya kepatuhan.
   upaya mengendalikan pola konsumsi masyarakat            Penyederhanaan sistem Pajak Pertambahan Nilai
   yang tidak produktif maka tarif Pajak Penjualan         diharapkan pula dapat mengurangi biaya, baik biaya
   Atas Barang Mewah dinaikkan.                            administrasi bagi Wajib Pajak dalam rangka
                                                           melaksanakan hak dan kewajibannya maupun biaya
c. Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pengusaha Kena          pengawasan yang dikeluarkan oleh Pemerintah
   Pajak belum berproduksi atau belum melakukan            dalam rangka mengawasi kepatuhan Wajib Pajak.
   penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa
   Kena Pajak dan atau ekspor Barang Kena Pajak,        4. Meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak.
   maka Pajak Masukan yang dapat dikreditkan yang          Tercapainya tujuan tersebut diharapkan dapat
   dibayar pada saat perolehan Barang Kena Pajak,          meningkatkan tingkat kepatuhan sukarela Wajib
   penerimaan Jasa Kena Pajak, pemanfaatan                 Pajak. Tingkat kepatuhan sukarela yang tinggi
   Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar              diharapkan dapat meningkatkan penerimaan pajak
   Daerah Pabean dan Jasa Kena Pajak dari luar             yang tercermin dengan naiknya rasio pajak (tax
   Daerah Pabean, dan atau impor Barang Kena               ratio).
   Pajak tetap dapat dikreditkan.
                                                        5. Tidak mengganggu penerimaan Pajak Pertambahan
d. Penyederhanaan administrasi perpajakan yang             Nilai.
   meliputi prosedur restitusi dan diberlakukannya         Di samping tujuan di atas, fungsi pajak sebagai
   Faktur Penjualan sebagai Faktur Pajak.                  sumber penerimaan negara tetap menjadi
                                                           pertimbangan.
e. Terhadap Pajak Masukan yang belum dikreditkan
   dalam Masa Pajak yang sama dengan Pajak              6. Mengurangi distorsi dan peningkatan kegiatan
   Keluaran masih dapat dikreditkan pada Masa              ekonomi.
   Pajak yang tidak sama paling lambat 3 (tiga) bulan
   setelah   berakhirnya     Masa    Pajak      yang
   bersangkutan.

f. Kemudahan       perpajakan    atas    transaksi
   penggabungan atau perubahan bentuk usaha atau
   pengalihan seluruh aktiva perusahaan tidak lagi
   diberikan.

g. Kemudahan perpajakan diberikan hanya untuk
   sektor-sektor kegiatan ekonomi yang berprioritas
   tinggi, mendorong perkembangan dunia usaha dan
   meningkatkan daya saing, mendukung pertahanan
   dan keamanan nasional, serta memperlancar
   pembangunan nasional.

                                                                                                            3
UU No 8 Th 1983 stdtd UU No 18 Th 2000                              UU No 42 Tahun 2009

                      BAB I                                                      BAB I
                 KETENTUAN UMUM                                             KETENTUAN UMUM

                       PASAL 1                                                   PASAL 1


Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan:              Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah Pabean adalah wilayah Republik Indonesia         1. Daerah Pabean adalah wilayah Republik Indonesia
    yang meliputi wilayah darat, perairan, dan ruang           yang meliputi wilayah darat, perairan, dan ruang
    udara diatasnya serta tempat-tempat tertentu di Zona       udara di atasnya, serta tempat-tempat tertentu di
    Ekonomi Eksklusif dan Landas Kontinen yang di              Zona Ekonomi Eksklusif dan landas kontinen yang di
    dalamnya berlaku Undang-undang Nomor 10 Tahun              dalamnya berlaku Undang-Undang yang mengatur
    1995 tentang Kepabeanan.                                   mengenai kepabeanan.

2.   Barang adalah barang berwujud, yang menurut sifat     2.   Barang adalah barang berwujud, yang menurut sifat
     atau hukumnya dapat berupa barang bergerak atau            atau hukumnya dapat berupa barang bergerak atau
     barang tidak bergerak, dan barang tidak berwujud.          barang tidak bergerak, dan barang tidak berwujud.

3.   Barang Kena Pajak adalah barang sebagaimana           3.   Barang Kena Pajak adalah barang yang dikenai
     dimaksud dalam angka 2 yang dikenakan pajak                pajak berdasarkan Undang-Undang ini.
     berdasarkan Undang-undang ini.

4.   Penyerahan Barang Kena Pajak adalah setiap            4.   Penyerahan Barang Kena Pajak adalah setiap
     kegiatan  penyerahan    Barang    Kena Pajak               kegiatan penyerahan Barang Kena Pajak.
     sebagaimana dimaksud dalam angka 3.

5.   Jasa adalah setiap kegiatan pelayanan berdasarkan     5.   Jasa adalah setiap kegiatan pelayanan yang
     suatu perikatan atau perbuatan hukum yang                  berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan hukum
     menyebabkan suatu barang atau fasilitas atau               yang menyebabkan suatu barang, fasilitas,
     kemudahan atau hak tersedia untuk dipakai,                 kemudahan, atau hak tersedia untuk dipakai,
     termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan            termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan
     barang karena pesanan atau permintaan dengan               barang karena pesanan atau permintaan dengan
     bahan dan atas petunjuk dari pemesan.                      bahan dan atas petunjuk dari pemesan.

6.   Jasa Kena Pajak adalah jasa sebagaimana               6.   Jasa Kena Pajak adalah jasa yang dikenai pajak
     dimaksud dalam angka 5 yang dikenakan pajak                berdasarkan Undang-Undang ini.
     berdasarkan Undang-undang ini.

7.   Penyerahan Jasa Kena Pajak adalah setiap kegiatan     7.   Penyerahan Jasa Kena Pajak adalah setiap kegiatan
     pemberian Jasa Kena Pajak sebagaimana dimaksud             pemberian Jasa Kena Pajak.
     dalam angka 6.

8.   Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah          8.   Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah
     Pabean adalah setiap kegiatan pemanfaatan Jasa             Pabean adalah setiap kegiatan pemanfaatan Jasa
     Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam                Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam
     Daerah Pabean.                                             Daerah Pabean.

9.   Impor adalah setiap kegiatan memasukkan barang        9.   Impor adalah setiap kegiatan memasukkan barang
     dari luar Daerah Pabean ke dalam Daerah Pabean.            dari luar Daerah Pabean ke dalam Daerah Pabean.

10. Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud           10. Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud
    dari luar Daerah Pabean adalah setiap kegiatan             dari luar Daerah Pabean adalah setiap kegiatan
    pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud               pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud
    dari luar Daerah Pabean karena suatu perjanjian di         dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean.
    dalam Daerah Pabean.

11. Ekspor adalah setiap kegiatan mengeluarkan barang      11. Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud adalah setiap
    dari dalam Daerah Pabean ke luar Daerah Pabean.            kegiatan mengeluarkan Barang Kena Pajak Berwujud
                                                               dari dalam Daerah Pabean ke luar Daerah Pabean.




                                                                                                              4
UU No 8 Th 1983 stdtd UU No 18 Th 2000                                 UU No 42 Tahun 2009


12. Perdagangan adalah kegiatan usaha membeli dan            12. Perdagangan adalah kegiatan usaha membeli dan
    menjual, termasuk kegiatan tukar menukar barang,             menjual, termasuk kegiatan tukar-menukar barang,
    tanpa mengubah bentuk atau sifatnya.                         tanpa mengubah bentuk dan/atau sifatnya.

13. Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal             13. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal
    yang merupakan kesatuan baik yang melakukan                  yang merupakan kesatuan baik yang melakukan
    usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang                 usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang
    meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer,           meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer,
    perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau             perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau
    Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun,                  badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam
    firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan,          bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana
    perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi           pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan,
    sosial politik, atau organisasi yang sejenis, lembaga,       organisasi massa, organisasi sosial politik, atau
    bentuk usaha tetap, dan bentuk badan lainnya.                organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan
                                                                 lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan
                                                                 bentuk usaha tetap.

14. Pengusaha adalah orang pribadi atau badan                14. Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam
    sebagaimana dimaksud dalam angka 13 yang dalam               bentuk apa pun yang dalam kegiatan usaha atau
    kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan                pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor
    barang, mengimpor barang, mengekspor barang,                 barang, mengekspor barang, melakukan usaha
    melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan                    perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud
    barang tidak berwujud dari luar Daerah Pabean,               dari luar Daerah Pabean, melakukan usaha jasa
    melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasa dari            termasuk mengekspor jasa, atau memanfaatkan jasa
    luar Daerah Pabean.                                          dari luar Daerah Pabean.

15. Pengusaha     Kena    Pajak adalah Pengusaha             15. Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha yang
    sebagaimana dimaksud dalam angka 14 yang                     melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau
    melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan atau              penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak
    penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenakan pajak              berdasarkan Undang-Undang ini.
    berdasarkan Undang-undang ini, tidak termasuk
    Pengusaha Kecil yang batasannya ditetapkan
    dengan Keputusan Menteri Keuangan, kecuali
    Pengusaha Kecil yang memilih untuk dikukuhkan
    sebagai Pengusaha Kena Pajak.

16. Menghasilkan adalah kegiatan mengolah melalui            16. Menghasilkan adalah kegiatan mengolah melalui
    proses mengubah bentuk atau sifat suatu barang dari          proses mengubah bentuk dan/atau sifat suatu barang
    bentuk aslinya menjadi barang baru atau mempunyai            dari bentuk aslinya menjadi barang baru atau
    daya guna baru, atau kegiatan mengolah sumber                mempunyai daya guna baru atau kegiatan mengolah
    daya alam termasuk menyuruh orang pribadi atau               sumber daya alam, termasuk menyuruh orang pribadi
    badan lain melakukan kegiatan tersebut.                      atau badan lain melakukan kegiatan tersebut.

17. Dasar Pengenaan Pajak adalah jumlah Harga Jual,          17. Dasar Pengenaan Pajak adalah jumlah Harga Jual,
    Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor, atau Nilai           Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor, atau nilai lain
    Lain yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri                yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak
    Keuangan yang dipakai sebagai dasar untuk                    yang terutang.
    menghitung pajak yang terutang.

18. Harga Jual adalah nilai berupa uang, termasuk            18. Harga Jual adalah nilai berupa uang, termasuk
    semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta             semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta
    oleh penjual karena penyerahan Barang Kena Pajak,            oleh penjual karena penyerahan Barang Kena Pajak,
    tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai yang                  tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai yang
    dipungut menurut Undang-undang ini dan potongan              dipungut menurut Undang-Undang ini dan potongan
    harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak.                   harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak.




                                                                                                                     5
UU No 8 Th 1983 stdtd UU No 18 Th 2000                             UU No 42 Tahun 2009


19. Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk       19. Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk
    semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta         semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta
    oleh pemberi jasa karena penyerahan Jasa Kena            oleh pengusaha karena penyerahan Jasa Kena
    Pajak, tidak termasuk pajak yang dipungut menurut        Pajak, ekspor Jasa Kena Pajak, atau ekspor Barang
    Undang-undang ini dan potongan harga yang                Kena Pajak Tidak Berwujud, tetapi tidak termasuk
    dicantumkan dalam Faktur Pajak.                          Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut menurut
                                                             Undang-Undang ini dan potongan harga yang
                                                             dicantumkan dalam Faktur Pajak atau nilai berupa
                                                             uang yang dibayar atau seharusnya dibayar oleh
                                                             Penerima Jasa karena pemanfaatan Jasa Kena
                                                             Pajak dan/atau oleh penerima manfaat Barang Kena
                                                             Pajak Tidak Berwujud karena pemanfaatan Barang
                                                             Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean
                                                             di dalam Daerah Pabean.

20. Nilai Impor adalah nilai berupa uang yang menjadi    20. Nilai Impor adalah nilai berupa uang yang menjadi
    dasar penghitungan bea masuk ditambah pungutan           dasar penghitungan bea masuk ditambah pungutan
    lainnya yang dikenakan pajak berdasarkan ketentuan       berdasarkan ketentuan dalam peraturan perundang-
    dalam peraturan perundang-undangan Pabean untuk          undangan yang mengatur mengenai kepabeanan
    impor Barang Kena Pajak, tidak termasuk Pajak            dan cukai untuk impor Barang Kena Pajak, tidak
    Pertambahan Nilai yang dipungut menurut Undang-          termasuk Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
    undang ini.                                              Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut
                                                             menurut Undang-Undang ini.

21. Pembeli adalah orang pribadi atau badan yang         21. Pembeli adalah orang pribadi atau badan yang
    menerima atau seharusnya menerima penyerahan             menerima atau seharusnya menerima penyerahan
    Barang Kena Pajak dan yang membayar atau                 Barang Kena Pajak dan yang membayar atau
    seharusnya membayar harga Barang Kena Pajak              seharusnya membayar harga Barang Kena Pajak
    tersebut.                                                tersebut.

22. Penerima jasa adalah orang pribadi atau badan yang   22. Penerima Jasa adalah orang pribadi atau badan
    menerima atau seharusnya menerima penyerahan             yang menerima atau seharusnya menerima
    Jasa Kena Pajak dan yang membayar atau                   penyerahan Jasa Kena Pajak dan yang membayar
    seharusnya membayar Penggantian atas Jasa Kena           atau seharusnya membayar Penggantian atas Jasa
    Pajak tersebut.                                          Kena Pajak tersebut.

23. Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang        23. Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang
    dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan          dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan
    penyerahan Barang Kena Pajak atau penyerahan             penyerahan Barang Kena Pajak atau penyerahan
    Jasa Kena Pajak, atau bukti pungutan pajak karena        Jasa Kena Pajak.
    impor Barang Kena Pajak yang digunakan oleh
    Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

24. Pajak Masukan adalah Pajak Pertambahan Nilai         24. Pajak Masukan adalah Pajak Pertambahan Nilai
    yang seharusnya sudah dibayar oleh Pengusaha             yang seharusnya sudah dibayar oleh Pengusaha
    Kena Pajak karena perolehan Barang Kena Pajak            Kena Pajak karena perolehan Barang Kena Pajak
    dan atau penerimaan Jasa Kena Pajak dan atau             dan/atau perolehan Jasa Kena Pajak dan/atau
    pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud             pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud
    dari luar Daerah Pabean dan atau pemanfaatan Jasa        dari luar Daerah Pabean dan/atau pemanfaatan Jasa
    Kena Pajak dari luar Daerah Pabean dan atau impor        Kena Pajak dari luar Daerah Pabean dan/atau impor
    Barang Kena Pajak.                                       Barang Kena Pajak.

25. Pajak Keluaran adalah Pajak Pertambahan Nilai        25. Pajak Keluaran adalah Pajak Pertambahan Nilai
    terutang yang wajib dipungut oleh Pengusaha Kena         terutang yang wajib dipungut oleh Pengusaha Kena
    Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena              Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena
    Pajak, penyerahan Jasa Kena Pajak, atau ekspor           Pajak, penyerahan Jasa Kena Pajak, ekspor Barang
    Barang Kena Pajak.                                       Kena Pajak Berwujud, ekspor Barang Kena Pajak
                                                             Tidak Berwujud, dan/atau ekspor Jasa Kena Pajak.




                                                                                                           6
UU No 8 Th 1983 stdtd UU No 18 Th 2000                                   UU No 42 Tahun 2009


26. Nilai Ekspor adalah nilai berupa uang, termasuk           26. Nilai Ekspor adalah nilai berupa uang, termasuk
    semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta              semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta
    oleh eksportir.                                               oleh eksportir.

27. Pemungut Pajak Pertambahan Nilai adalah                   27. Pemungut Pajak Pertambahan Nilai adalah
    bendaharawan Pemerintah, badan, atau instansi                 bendahara pemerintah, badan, atau instansi
    Pemerintah yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan                pemerintah yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan
    untuk memungut, menyetor, dan melaporkan pajak                untuk memungut, menyetor, dan melaporkan pajak
    yang terutang oleh Pengusaha Kena Pajak atas                  yang terutang oleh Pengusaha Kena Pajak atas
    penyerahan Barang Kena Pajak dan atau                         penyerahan   Barang     Kena   Pajak   dan/atau
    penyerahan Jasa Kena Pajak kepada bendaharawan                penyerahan Jasa Kena Pajak kepada bendahara
    Pemerintah, badan, atau instansi Pemerintah                   pemerintah, badan, atau instansi pemerintah
    tersebut.                                                     tersebut.

                                                              28. Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud adalah
                                                                  setiap kegiatan pemanfaatan Barang Kena Pajak
                                                                  Tidak Berwujud dari dalam Daerah Pabean di luar
                                                                  Daerah Pabean.

                                                              29. Ekspor Jasa Kena Pajak adalah setiap kegiatan
                                                                  penyerahan Jasa Kena Pajak ke luar Daerah
                                                                  Pabean.

PENJELASAN PASAL 1                                            PENJELASAN PASAL 1


      Cukup jelas.                                                Cukup jelas.



                      PASAL 1A                                                       PASAL 1A

(1)   Yang termasuk dalam pengertian penyerahan               (1) Yang termasuk dalam pengertian penyerahan
      Barang Kena Pajak adalah:                                   Barang Kena Pajak adalah:
      a. penyerahan hak atas Barang Kena Pajak karena             a. penyerahan hak atas Barang Kena Pajak karena
         suatu perjanjian;                                           suatu perjanjian;
      b. pengalihan Barang Kena Pajak oleh karena suatu           b. pengalihan Barang Kena Pajak karena suatu
         perjanjian sewa beli dan perjanjian leasing;                perjanjian sewa beli dan/atau perjanjian sewa
                                                                     guna usaha (leasing);
      c. penyerahan Barang Kena Pajak kepada                      c. penyerahan Barang Kena Pajak kepada
         pedagang perantara atau melalui juru lelang;                pedagang perantara atau melalui juru lelang;
      d. pemakaian sendiri dan atau pemberian cuma-               d. pemakaian sendiri dan/atau pemberian cuma-
         cuma atas Barang Kena Pajak;                                cuma atas Barang Kena Pajak;
      e. persediaan Barang Kena Pajak dan aktiva yang             e. Barang Kena Pajak berupa persediaan dan/atau
         menurut       tujuan   semula     tidak      untuk          aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk
         diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat              diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat
         pembubaran perusahaan, sepanjang Pajak                      pembubaran perusahaan;
         Pertambahan Nilai atas perolehan aktiva tersebut
         menurut ketentuan dapat dikreditkan;
      f. Penyerahan Barang Kena Pajak dari Pusat ke               f. penyerahan Barang Kena Pajak dari pusat ke
         Cabang atau sebaliknya dan penyerahan Barang                cabang atau sebaliknya dan/atau penyerahan
         Kena Pajak antar Cabang;                                    Barang Kena Pajak antar cabang;
      g. penyerahan Barang Kena Pajak secara                      g. penyerahan Barang Kena Pajak              secara
         konsinyasi.                                                 konsinyasi; dan
                                                                  h. penyerahan Barang Kena Pajak oleh Pengusaha
                                                                     Kena Pajak dalam rangka perjanjian pembiayaan
                                                                     yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah, yang
                                                                     penyerahannya     dianggap     langsung      dari
                                                                     Pengusaha Kena Pajak kepada pihak yang
                                                                     membutuhkan Barang Kena Pajak.



                                                                                                                   7
UU No 8 Th 1983 stdtd UU No 18 Th 2000                               UU No 42 Tahun 2009


(2) Yang tidak termasuk dalam pengertian penyerahan         (2) Yang tidak termasuk dalam pengertian penyerahan
    Barang Kena Pajak adalah:                                   Barang Kena Pajak adalah:
    a. penyerahan Barang Kena Pajak kepada makelar              a. penyerahan Barang Kena Pajak kepada makelar
       sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-                    sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-
       undang Hukum Dagang;                                        Undang Hukum Dagang;
    b. penyerahan Barang Kena Pajak untuk jaminan               b. penyerahan Barang Kena Pajak untuk jaminan
       utang piutang;                                              utang-piutang;
    c. Penyerahan Barang Kena Pajak sebagaimana                 c. penyerahan Barang Kena Pajak sebagaimana
       dimaksud dalam ayat (1) huruf f dalam hal                   dimaksud pada ayat (1) huruf f dalam hal
       Pengusaha Kena Pajak memperoleh ijin                        Pengusaha Kena Pajak melakukan pemusatan
       pemusatan tempat pajak terutang;                            tempat pajak terutang;
                                                                d. pengalihan Barang Kena Pajak dalam rangka
                                                                   penggabungan,         peleburan,      pemekaran,
                                                                   pemecahan, dan pengambilalihan usaha dengan
                                                                   syarat pihak yang melakukan pengalihan dan
                                                                   yang menerima pengalihan adalah Pengusaha
                                                                   Kena Pajak; dan
                                                                e. Barang Kena Pajak berupa aktiva yang menurut
                                                                   tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yang
                                                                   masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan,
                                                                   dan yang Pajak Masukan atas perolehannya tidak
                                                                   dapat dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam
                                                                   Pasal 9 ayat (8) huruf b dan huruf c.

PENJELASAN PASAL 1A                                         PENJELASAN PASAL 1A


Ayat (1)                                                    Ayat (1)
     Huruf a                                                     Huruf a
         Perjanjian yang dimaksudkan dalam ketentuan                 Yang dimaksud dengan “perjanjian” meliputi jual
         ini meliputi jual beli, tukar menukar, jual beli            beli, tukar-menukar, jual beli dengan angsuran,
         dengan angsuran, atau perjanjian lain yang                  atau perjanjian lain yang mengakibatkan
         mengakibatkan penyerahan hak atas barang.                   penyerahan hak atas barang.

    Huruf b                                                     Huruf b
       Penyerahan Barang Kena Pajak juga dapat                     Penyerahan Barang Kena Pajak dapat terjadi
       terjadi karena perjanjian sewa beli atau                    karena perjanjian sewa beli dan/atau perjanjian
       perjanjian sewa guna usaha (leasing). Adapun                sewa guna usaha (leasing).
       yang dimaksud dengan penyerahan karena                      Yang dimaksud dengan “pengalihan Barang
       perjanjian sewa guna usaha (leasing) adalah                 Kena Pajak karena suatu perjanjian sewa guna
       penyerahan yang disebabkan oleh perjanjian                  usaha (leasing)” adalah penyerahan Barang
       sewa guna usaha (leasing) dengan hak opsi.                  Kena Pajak yang disebabkan oleh perjanjian
       Meskipun pengalihan atau penyerahan hak atas                sewa guna usaha (leasing) dengan hak opsi.
       Barang Kena Pajak belum dilakukan dan                       Dalam hal penyerahan Barang Kena Pajak oleh
       pembayaran Harga Jual Barang Kena Pajak                     Pengusaha Kena Pajak dalam rangka perjanjian
       tersebut dilakukan secara bertahap, tetapi                  sewa guna usaha (leasing) dengan hak opsi,
       karena penguasaan atas Barang Kena Pajak                    Barang Kena Pajak dianggap diserahkan
       telah berpindah dari penjual kepada pembeli                 langsung dari Pengusaha Kena Pajak pemasok
       atau dari lessor kepada lessee, maka Undang-                (supplier) kepada pihak yang membutuhkan
       undang ini menentukan bahwa penyerahan                      barang (lessee).
       Barang Kena Pajak dianggap telah terjadi pada
       saat perjanjian ditandatangani, kecuali apabila
       saat berpindahnya penguasaan secara nyata
       atas Barang Kena Pajak tersebut terjadi lebih
       dahulu      daripada  saat   ditandatanganinya
       perjanjian.




                                                                                                                 8
UU No 8 Th 1983 stdtd UU No 18 Th 2000                            UU No 42 Tahun 2009


Huruf c                                                 Huruf c
   Yang dimaksud dengan pedagang perantara                 Yang dimaksud dengan “pedagang perantara”
   ialah orang pribadi atau badan yang dalam               adalah orang pribadi atau badan yang dalam
   kegiatan usaha atau pekerjaannya dengan nama            kegiatan usaha atau pekerjaannya dengan nama
   sendiri melakukan perjanjian atau perikatan atas        sendiri melakukan perjanjian atau perikatan atas
   dan untuk tanggungan orang lain dengan                  dan untuk tanggungan orang lain dengan
   mendapat upah atau balas jasa tertentu,                 mendapat upah atau balas jasa tertentu,
   misalnya komisioner. Yang dimaksud dengan               misalnya komisioner.
   juru lelang di sini adalah juru lelang Pemerintah       Yang dimaksud dengan “juru lelang” adalah juru
   atau yang ditunjuk oleh Pemerintah.                     lelang Pemerintah atau yang ditunjuk oleh
                                                           Pemerintah.

Huruf d                                                 Huruf d
   Pemakaian sendiri diartikan pemakaian untuk             Yang dimaksud dengan “pemakaian sendiri”
   kepentingan pengusaha sendiri, pengurus, atau           adalah pemakaian untuk kepentingan pengusaha
   karyawannya, baik barang produksi sendiri               sendiri, pengurus, atau karyawan, baik barang
   maupun bukan produksi sendiri. Sedangkan                produksi sendiri maupun bukan produksi sendiri.
   pemberian    cuma-cuma       diartikan sebagai          Yang dimaksud dengan “pemberian cuma-cuma”
   pemberian yang diberikan tanpa pembayaran               adalah pemberian yang diberikan tanpa
   baik barang produksi sendiri maupun bukan               pembayaran baik barang produksi sendiri
   produksi sendiri, antara lain pemberian contoh          maupun bukan produksi sendiri, seperti
   barang untuk promosi kepada relasi atau                 pemberian contoh barang untuk promosi kepada
   pembeli.                                                relasi atau pembeli.


Huruf e                                                 Huruf e
   Persediaan Barang Kena Pajak dan aktiva yang            Barang Kena Pajak berupa persediaan dan/atau
   menurut       tujuan     semula     tidak  untuk        aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk
   diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat          diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat
   pembubaran perusahaan, disamakan dengan                 pembubaran perusahaan, disamakan dengan
   pemakaian sendiri, sehingga dianggap sebagai            pemakaian sendiri sehingga dianggap sebagai
   penyerahan Barang Kena Pajak. Khusus untuk              penyerahan Barang Kena Pajak.
   aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk           Dikecualikan dari ketentuan pada huruf e ini
   diperjualbelikan tersebut, hanya dikenakan Pajak        adalah penyerahan sebagaimana dimaksud
   Pertambahan        Nilai    apabila     memenuhi        dalam Pasal 1A ayat (2) huruf e.
   persyaratan, yaitu bahwa Pajak Pertambahan
   Nilai yang dibayar pada saat perolehannya dapat
   dikreditkan.

Huruf f                                                 Huruf f
   Apabila suatu perusahaan mempunyai lebih dari           Dalam hal suatu perusahaan mempunyai lebih
   satu tempat pajak terutang, yaitu tempat                dari satu tempat pajak terutang baik sebagai
   melakukan penyerahan Barang Kena Pajak                  pusat maupun sebagai cabang perusahaan,
   kepada pihak lain, baik sebagai pusat maupun            pemindahan Barang Kena Pajak antartempat
   sebagai cabang perusahaan, maka Undang-                 tersebut merupakan penyerahan Barang Kena
   undang ini menganggap bahwa pemindahan                  Pajak.
   Barang Kena Pajak antar tempat-tempat tersebut          Yang dimaksud dengan “pusat” adalah tempat
   merupakan penyerahan Barang Kena Pajak.                 tinggal atau tempat kedudukan.
   Yang dimaksud dengan cabang dalam ketentuan             Yang dimaksud dengan “cabang” antara lain
   ini termasuk antara lain lokasi usaha, perwakilan,      lokasi usaha, perwakilan, unit pemasaran, dan
   unit pemasaran dan sejenisnya.                          tempat kegiatan usaha sejenisnya.

Huruf g                                                 Huruf g
   Dalam hal penyerahan secara konsinyasi, Pajak           Dalam hal penyerahan secara konsinyasi, Pajak
   Pertambahan Nilai yang sudah dibayar pada               Pertambahan Nilai yang sudah dibayar pada
   waktu Barang Kena Pajak yang bersangkutan               waktu Barang Kena Pajak yang bersangkutan
   diserahkan untuk dititipkan dapat dikreditkan           diserahkan untuk dititipkan dapat dikreditkan
   dengan Pajak Keluaran pada Masa Pajak                   dengan Pajak Keluaran pada Masa Pajak
   terjadinya penyerahan Barang Kena Pajak yang            terjadinya penyerahan Barang Kena Pajak yang
   dititipkan tersebut.                                    dititipkan tersebut.


                                                                                                        9
UU No 8 Th 1983 stdtd UU No 18 Th 2000                               UU No 42 Tahun 2009
        Sebaliknya, jika Barang Kena Pajak titipan                  Sebaliknya, jika Barang Kena Pajak titipan
        tersebut tidak laku dijual dan diputuskan untuk             tersebut tidak laku dijual dan diputuskan untuk
        dikembalikan kepada pemilik Barang Kena                     dikembalikan kepada pemilik Barang Kena Pajak,
        Pajak, Pengusaha yang menerima titipan                      pengusaha yang menerima titipan tersebut dapat
        tersebut    dapat    menggunakan      ketentuan             menggunakan          ketentuan        mengenai
        mengenai pengembalian Barang Kena Pajak                     pengembalian Barang Kena Pajak (retur)
        (retur) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5A                 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5A Undang-
        Undang-undang ini.                                          Undang ini.

                                                                Huruf h
                                                                   Contoh:
                                                                   Dalam transaksi murabahah, bank syariah
                                                                   bertindak sebagai penyedia dana untuk membeli
                                                                   sebuah kendaraan bermotor dari Pengusaha
                                                                   Kena Pajak A atas pesanan nasabah bank
                                                                   syariah (Tuan B). Meskipun berdasarkan prinsip
                                                                   syariah, bank syariah harus membeli dahulu
                                                                   kendaraan bermotor tersebut dan kemudian
                                                                   menjualnya kepada Tuan B, berdasarkan
                                                                   Undang-Undang ini, penyerahan kendaraan
                                                                   bermotor tersebut dianggap dilakukan langsung
                                                                   oleh Pengusaha Kena Pajak A kepada Tuan B.

Ayat (2)                                                    Ayat (2)
     Huruf a                                                     Huruf a
         Yang dimaksud dengan makelar dalam Undang-                  Yang dimaksud dengan ”makelar” adalah
         undang ini adalah makelar sebagaimana                       makelar sebagaimana dimaksud dalam Kitab
         dimaksud dalam Kitab Undang-undang Hukum                    Undang-Undang Hukum Dagang, yaitu pedagang
         Dagang yaitu pedagang perantara yang diangkat               perantara yang diangkat oleh Presiden atau oleh
         oleh Presiden atau oleh pejabat yang oleh                   pejabat yang oleh Presiden dinyatakan
         Presiden dinyatakan berwenang untuk itu.                    berwenang untuk itu. Mereka menyelenggarakan
         Mereka menyelenggarakan perusahaan mereka                   perusahaan     mereka     dengan    melakukan
         dengan melakukan pekerjaan dengan mendapat                  pekerjaan dengan mendapat upah atau provisi
         upah atau provisi tertentu, atas amanat dan atas            tertentu, atas amanat dan atas nama orang-
         nama orang-orang lain yang dengan mereka                    orang lain yang dengan mereka tidak terdapat
         tidak terdapat hubungan kerja.                              hubungan kerja.

    Huruf b                                                     Huruf b
       Cukup jelas.                                                Cukup jelas.

    Huruf c                                                     Huruf c
       Dalam hal Pengusaha Kena Pajak mempunyai                    Dalam hal Pengusaha Kena Pajak mempunyai
       lebih dari satu tempat usaha, baik sebagai pusat            lebih dari satu tempat kegiatan usaha, baik
       maupun cabang-cabang perusahaan, dan                        sebagai pusat maupun cabang perusahaan, dan
       Pengusaha       Kena    Pajak   tersebut    telah           Pengusaha      Kena  Pajak   tersebut   telah
       memperoleh ijin pemusatan tempat pajak                      menyampaikan pemberitahuan secara tertulis
       terutang dari Direktur Jenderal Pajak, maka                 kepada Direktur Jenderal Pajak, pemindahan
       pemindahan Barang Kena Pajak dari satu tempat               Barang Kena Pajak dari satu tempat kegiatan
       usaha ke tempat usaha lainnya (pusat ke cabang              usaha ke tempat kegiatan usaha lainnya (pusat
       atau sebaliknya, atau antar cabang) dianggap                ke cabang atau sebaliknya atau antarcabang)
       tidak termasuk dalam pengertian penyerahan                  dianggap tidak termasuk dalam pengertian
       Barang Kena Pajak, kecuali pemindahan Barang                penyerahan Barang Kena Pajak, kecuali
       Kena Pajak antar tempat-tempat pajak terutang.              pemindahan Barang Kena Pajak antartempat
                                                                   pajak terutang.

                                                                Huruf d
                                                                   Yang dimaksud dengan “pemecahan usaha”
                                                                   adalah   pemisahan     usaha  sebagaimana
                                                                   dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur
                                                                   mengenai perseroan terbatas.



                                                                                                               10
UU No 8 Th 1983 stdtd UU No 18 Th 2000                          UU No 42 Tahun 2009


                                                             Huruf e
                                                                Barang Kena Pajak berupa aktiva yang menurut
                                                                tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan yang
                                                                masih    tersisa    pada    saat   pembubaran
                                                                perusahaan, yang Pajak Masukan atas
                                                                perolehannya tidak dapat dikreditkan karena
                                                                tidak mempunyai hubungan langsung dengan
                                                                kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam
                                                                Pasal 9 ayat (8) huruf b dan/atau aktiva berupa
                                                                kendaraan bermotor sedan dan station wagon
                                                                yang Pajak Masukan atas perolehannya tidak
                                                                dapat dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam
                                                                Pasal 9 ayat (8) huruf c tidak termasuk dalam
                                                                pengertian penyerahan Barang Kena Pajak.



                       PASAL 2                                                 PASAL 2


(1)   Dalam hal Harga Jual atau Penggantian dipengaruhi                      Tidak diubah
      oleh hubungan istimewa, maka Harga Jual atau
      Penggantian dihitung atas dasar harga pasar wajar
      pada saat penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa
      Kena Pajak itu dilakukan.

(2) Hubungan istimewa dianggap ada apabila:
    a. Pengusaha mempunyai penyertaan langsung
       atau tidak langsung sebesar 25% (dua puluh
       lima persen) atau lebih kepada Pengusaha lain,
       atau hubungan antara Pengusaha dengan
       penyertaan 25% (dua puluh lima persen) atau
       lebih pada dua Pengusaha atau lebih, demikian
       pula hubungan antara dua Pengusaha atau lebih
       yang disebut terakhir; atau
    b. Pengusaha menguasai Pengusaha lainnya atau
       dua atau lebih Pengusaha berada di bawah
       penguasaan Pengusaha yang sama baik
       langsung maupun tidak langsung; atau
    c. Terdapat hubungan keluarga baik sedarah
       maupun semenda dalam garis keturunan lurus
       satu derajat dan/atau kesamping satu derajat.


PENJELASAN PASAL 2                                        PENJELASAN PASAL 2


Ayat (1)                                                                     Tidak diubah
     Pengaruh hubungan istimewa seperti dimaksud
     dalam Undang-undang ini ialah adanya kemungkinan
     harga yang ditekan lebih rendah dari harga pasar.
     Dalam hal ini, Direktur Jenderal Pajak mempunyai
     kewenangan melakukan penyesuaian Harga Jual
     atau Penggantian yang menjadi Dasar Pengenaan
     Pajak dengan harga pasar yang wajar yang berlaku
     di pasaran bebas.

Ayat (2)
     Hubungan istimewa antara Pengusaha Kena Pajak
     dengan pihak yang menerima penyerahan Barang
     Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak dapat terjadi
     karena ketergantungan atau keterkaitan satu dengan
     yang lain yang disebabkan karena :

                                                                                                           11
UU No 8 Th 1983 stdtd UU No 18 Th 2000              UU No 42 Tahun 2009
-   faktor kepemilikan atau penyertaan;
-   adanya penguasaan melalui manajemen atau
    penggunaan teknologi.

Selain karena hal-hal tersebut di atas, hubungan
istimewa di antara orang pribadi dapat pula terjadi
karena adanya hubungan darah atau karena
perkawinan.

a. Hubungan istimewa dianggap ada apabila
   terdapat hubungan kepemilikan yang berupa
   penyertaan modal sebesar 25% (dua puluh lima
   persen) atau lebih, baik secara langsung ataupun
   tidak langsung.

    Contoh:
    Kalau PT. A mempunyai 50% (lima puluh persen)
    saham PT. B, pemilikan saham oleh PT. A
    merupakan penyertaan langsung. Selanjutnya
    apabila PT. B tersebut mempunyai 50% (lima
    puluh persen) saham PT. C, maka PT. A sebagai
    pemegang saham PT. B secara tidak langsung
    mempunyai penyertaan pada PT. C sebesar 25%
    (dua puluh lima persen). Dalam hal demikian,
    antara PT. A, PT. B dan PT. C dianggap terdapat
    hubungan istimewa. Apabila PT. A juga memiliki
    25% (dua puluh lima persen) saham PT. D, maka
    antara PT. B, PT. C dan PT. D dianggap terdapat
    hubungan istimewa. Hubungan kepemilikan
    seperti tersebut diatas juga dapat terjadi antara
    orang pribadi dan badan.

b. Hubungan antara pengusaha seperti digambarkan
   pada huruf a dapat juga terjadi karena
   penguasaan     melalui     manajemen       atau
   penggunaan teknologi, kendatipun tidak terdapat
   hubungan kepemilikan.
   Hubungan istimewa dianggap ada apabila satu
   atau lebih perusahaan berada di bawah
   penguasaan pengusaha yang sama. Demikian
   juga hubungan antara beberapa perusahaan yang
   berada dalam penguasaan pengusahan yang
   sama tersebut.

c. Yang dimaksud dengan hubungan keluarga
   sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat
   adalah ayah, ibu, dan anak, sedangkan hubungan
   keluarga sedarah dalam garis keturunan ke
   samping satu derajat adalah kakak dan adik.
   Yang dimaksud dengan keluarga semenda dalam
   garis keturunan lurus satu derajat adalah mertua
   dan anak tiri, sedangkan hubungan keluarga
   semenda dalam garis keturunan ke samping satu
   derajat adalah ipar.
   Apabila antara suami isteri mempunyai perjanjian
   pemisahan harta dan penghasilan, maka
   hubungan antara suami isteri tersebut termasuk
   dalam pengertian hubungan istimewa menurut
   Undang-undang ini.




                                                                              12
UU No 8 Th 1983 stdtd UU No 18 Th 2000                            UU No 42 Tahun 2009

                   BAB II                                                   BAB II
      PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK                          PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK

                       PASAL 3                                                  PASAL 3


                        Dihapus.                                              Tidak diubah


PENJELASAN PASAL 3                                        PENJELASAN PASAL 3


Ketentuan Pasal 3 yang mengatur tentang Pengukuhan                            Tidak diubah
Pengusaha Kena Pajak, dihapus dan dipindahkan ke
dalam Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.



                   BAB IIA                                                  BAB IIA
       KEWAJIBAN MELAPORKAN USAHA DAN                           KEWAJIBAN MELAPORKAN USAHA DAN
      KEWAJIBAN MEMUNGUT, MENYETOR DAN                         KEWAJIBAN MEMUNGUT, MENYETOR DAN
       MELAPORKAN PAJAK YANG TERUTANG                           MELAPORKAN PAJAK YANG TERUTANG

                       PASAL 3A                                                PASAL 3A


(1)   Pengusaha       yang    melakukan     penyerahan    (1) Pengusaha      yang     melakukan      penyerahan
      sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a, huruf       sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf
      c, atau huruf f, wajib melaporkan usahanya untuk        a, huruf c, huruf f, huruf g, dan huruf h, kecuali
      dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, dan            pengusaha kecil yang batasannya ditetapkan oleh
      wajib memungut, menyetor, dan melaporkan Pajak          Menteri Keuangan, wajib melaporkan usahanya
      Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang       untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak
      Mewah yang terutang.                                    dan wajib memungut, menyetor, dan melaporkan
                                                              Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
                                                              Barang Mewah yang terutang.

                                                          (1a) Pengusaha kecil sebagaimana dimaksud pada ayat
                                                               (1) dapat memilih untuk dikukuhkan sebagai
                                                               Pengusaha Kena Pajak.

(2) Pengusaha Kecil yang memilih untuk dikukuhkan         (2) Pengusaha kecil yang memilih untuk dikukuhkan
    sebagai Pengusaha Kena Pajak wajib melaksanakan           sebagai Pengusaha Kena Pajak wajib melaksanakan
    ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).            ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(3) Orang pribadi atau badan yang memanfaatkan            (3) Orang pribadi atau badan yang memanfaatkan
    Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah         Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah
    Pabean sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf           Pabean sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat
    d dan atau yang memanfaatkan Jasa Kena Pajak              (1) huruf d dan/atau yang memanfaatkan Jasa Kena
    dari luar Daerah Pabean sebagaimana dimaksud              Pajak dari luar Daerah Pabean sebagaimana
    dalam Pasal 4 huruf e wajib memungut, menyetor,           dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf e wajib
    dan melaporkan Pajak Pertambahan Nilai yang               memungut, menyetor, dan melaporkan Pajak
    terutang yang penghitungan dan tata caranya diatur        Pertambahan Nilai yang terutang yang penghitungan
    dengan Keputusan Menteri Keuangan.                        dan tata caranya diatur dengan Peraturan Menteri
                                                              Keuangan.




                                                                                                            13
UU No 8 Th 1983 stdtd UU No 18 Th 2000                                 UU No 42 Tahun 2009

PENJELASAN PASAL 3A                                       PENJELASAN PASAL 3A


Ayat (1)                                                  Ayat (1)
     Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang                Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang
     Kena Pajak dan atau penyerahan Jasa Kena Pajak di         Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak di
     dalam Daerah Pabean dan atau melakukan ekspor             dalam Daerah Pabean dan/atau melakukan ekspor
     Barang Kena Pajak diwajibkan:                             Barang Kena Pajak Berwujud, ekspor Jasa Kena
     a. melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai           Pajak, dan/atau ekspor Barang Kena Pajak Tidak
         Pengusaha Kena Pajak;                                 Berwujud diwajibkan:
     b. memungut pajak yang terutang;                          a. melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai
     c. menyetorkan Pajak Pertambahan Nilai yang                   Pengusaha Kena Pajak;
         masih harus dibayar dalam hal Pajak Keluaran          b. memungut pajak yang terutang;
         lebih besar dari Pajak Masukan yang dapat             c. menyetorkan Pajak Pertambahan Nilai yang
         dikreditkan, serta menyetorkan Pajak Penjualan            masih harus dibayar dalam hal Pajak Keluaran
         Atas Barang Mewah yang terutang;                          lebih besar daripada Pajak Masukan yang dapat
     d. melaporkan penghitungan pajak.                             dikreditkan serta menyetorkan Pajak Penjualan
                                                                   atas Barang Mewah yang terutang; dan
                                                               d. melaporkan penghitungan pajak.
                                                               Kewajiban di atas tidak berlaku untuk pengusaha kecil
                                                               yang batasannya ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

                                                          Ayat (1a)
                                                               Cukup jelas.

Ayat (2)                                                  Ayat (2)
     Pengusaha Kecil diperkenankan untuk memilih               Pengusaha kecil diperkenankan untuk memilih
     dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak. Apabila          dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak. Apabila
     menjadi Pengusaha Kena Pajak, maka Undang-                pengusaha kecil memilih menjadi Pengusaha Kena
     undang ini berlaku sepenuhnya bagi Pengusaha              Pajak, Undang-Undang ini berlaku sepenuhnya bagi
     Kecil tersebut.                                           pengusaha kecil tersebut.

Ayat (3)                                                  Ayat (3)
     Pajak Pertambahan Nilai yang terutang atas                Pajak Pertambahan Nilai yang terutang atas
     pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud              pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud
     atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean,             dan/atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar
     harus dipungut oleh orang pribadi atau badan yang         Daerah Pabean harus dipungut oleh orang pribadi
     memanfaatkan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud             atau badan yang memanfaatkan Barang Kena Pajak
     atau Jasa Kena Pajak tersebut.                            Tidak Berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak tersebut.


                      BAB III                                                      BAB III
                   OBJEK PAJAK                                                  OBJEK PAJAK

                      PASAL 4                                                      PASAL 4


Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas:                   (1)   Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas:
a. penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah                 a. penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah
   Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha;                            Pabean yang dilakukan oleh pengusaha;

b. impor Barang Kena Pajak;                                     b. impor Barang Kena Pajak;

c.   penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah                 c.   penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah
     Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha;                           Pabean yang dilakukan oleh pengusaha;

d. pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari            d. pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak
   luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean;                      Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam
                                                                   Daerah Pabean;

e. pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah                 e. pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah
   Pabean di dalam Daerah Pabean; atau                             Pabean di dalam Daerah Pabean;


                                                                                                              14
UU No 8 Th 1983 stdtd UU No 18 Th 2000                               UU No 42 Tahun 2009
f.   ekspor Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena               f.   ekspor Barang Kena Pajak Berwujud oleh
     Pajak.                                                          Pengusaha Kena Pajak;

                                                                g. ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud oleh
                                                                   Pengusaha Kena Pajak; dan

                                                                h. ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena
                                                                   Pajak.

                                                          (2)   Ketentuan mengenai batasan kegiatan dan jenis
                                                                Jasa Kena Pajak yang atas ekspornya dikenai Pajak
                                                                Pertambahan Nilai sebagaimana dimaksud pada
                                                                ayat (1) huruf h diatur dengan Peraturan Menteri
                                                                Keuangan.


PENJELASAN PASAL 4                                        PENJELASAN PASAL 4


                                                          Ayat (1)
     Huruf a                                                   Huruf a
        Pengusaha yang melakukan kegiatan penyerahan               Pengusaha     yang   melakukan      kegiatan
        Barang Kena Pajak meliputi baik Pengusaha                  penyerahan Barang Kena Pajak meliputi baik
        yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena               pengusaha yang telah dikukuhkan menjadi
        Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3A                  Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud
        ayat (1) maupun Pengusaha yang seharusnya                  dalam Pasal 3A ayat (1) maupun pengusaha
        dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak tetapi             yang    seharusnya   dikukuhkan     menjadi
        belum dikukuhkan.                                          Pengusaha    Kena   Pajak,   tetapi   belum
                                                                   dikukuhkan.
        Penyerahan barang yang dikenakan pajak harus
        memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:                      Penyerahan barang yang dikenai pajak harus
        a. barang berwujud yang diserahkan merupakan                 memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
           Barang Kena Pajak,                                        a. barang     berwujud     yang     diserahkan
        b. barang tidak berwujud yang diserahkan                        merupakan Barang Kena Pajak;
           merupakan Barang Kena Pajak Tidak                         b. barang tidak berwujud yang diserahkan
           Berwujud,                                                    merupakan Barang Kena Pajak Tidak
        c. penyerahan dilakukan di dalam Daerah                         Berwujud;
           Pabean, dan                                               c. penyerahan dilakukan di dalam Daerah
        d. penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan                   Pabean; dan
           usaha atau pekerjaannya.                                  d. penyerahan    dilakukan    dalam     rangka
                                                                        kegiatan usaha atau pekerjaannya.

     Huruf b                                                    Huruf b
        Pajak juga dipungut pada saat impor Barang Kena            Pajak juga dipungut pada saat impor Barang
        Pajak. Pemungutan dilakukan melalui Direktorat             Kena Pajak. Pemungutan dilakukan melalui
        Jenderal Bea dan Cukai.                                    Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
        Berbeda dengan penyerahan Barang Kena Pajak                Berbeda dengan penyerahan Barang Kena Pajak
        tersebut pada huruf a, maka siapapun yang                  pada huruf a, siapapun yang memasukkan
        memasukkan Barang Kena Pajak ke dalam                      Barang Kena Pajak ke dalam Daerah Pabean,
        Daerah Pabean tanpa memperhatikan apakah                   tanpa memperhatikan apakah dilakukan dalam
        dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau                 rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya atau
        pekerjaannya atau tidak, tetap dikenakan pajak.            tidak, tetap dikenai pajak.

     Huruf c                                                    Huruf c
        Pengusaha yang melakukan kegiatan penyerahan               Pengusaha     yang   melakukan      kegiatan
        Jasa Kena Pajak meliputi baik Pengusaha yang               penyerahan Jasa Kena Pajak meliputi baik
        telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak              pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai
        sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3A ayat (1)               Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud
        maupun Pengusaha yang seharusnya dikukuhkan                dalam Pasal 3A ayat (1) maupun pengusaha
        sebagai Pengusaha Kena Pajak tetapi belum                  yang    seharusnya   dikukuhkan      sebagai
        dikukuhkan.                                                Pengusaha    Kena   Pajak,   tetapi    belum
                                                                   dikukuhkan.


                                                                                                               15
UU No 8 Th 1983 stdtd UU No 18 Th 2000                       UU No 42 Tahun 2009


   Penyerahan jasa yang terutang pajak harus            Penyerahan jasa yang terutang pajak harus
   memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:              memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
   a. jasa yang diserahkan merupakan Jasa Kena          a. jasa yang diserahkan merupakan Jasa Kena
      Pajak,                                               Pajak;
   b. penyerahan dilakukan di dalam Daerah              b. penyerahan dilakukan di dalam Daerah
      Pabean, dan                                          Pabean; dan
   c. penyerahan dilakukan dalam kegiatan usaha         c. penyerahan dilakukan dalam kegiatan usaha
      atau pekerjaannya.                                   atau pekerjaannya.

   Termasuk dalam pengertian penyerahan Jasa            Termasuk dalam pengertian penyerahan Jasa
   Kena Pajak adalah Jasa Kena Pajak yang               Kena Pajak adalah Jasa Kena Pajak yang
   dimanfaatkan untuk kepentingan sendiri dan atau      dimanfaatkan untuk kepentingan sendiri dan/atau
   Jasa Kena Pajak yang diberikan secara cuma-          yang diberikan secara cuma-cuma.
   cuma.

Huruf d                                              Huruf d
   Untuk dapat memberikan perlakuan pengenaan           Untuk dapat memberikan perlakuan pengenaan
   pajak yang sama dengan impor Barang Kena             pajak yang sama dengan impor Barang Kena
   Pajak, maka atas Barang Kena Pajak Tidak             Pajak, atas Barang Kena Pajak Tidak Berwujud
   Berwujud yang berasal dari luar Daerah Pabean        yang berasal dari luar Daerah Pabean yang
   yang dimanfaatkan oleh siapapun di dalam             dimanfaatkan oleh siapa pun di dalam Daerah
   Daerah    Pabean    juga     dikenakan   Pajak       Pabean juga dikenai Pajak Pertambahan Nilai.
   Pertambahan Nilai.
                                                        Contoh:
   Contoh:                                              Pengusaha A yang berkedudukan di Jakarta
   Pengusaha “A” yang berkedudukan di Jakarta           memperoleh hak menggunakan merek yang
   memperoleh hak menggunakan merek yang                dimiliki Pengusaha B yang berkedudukan di
   dimiliki Pengusaha “B” yang berkedudukan di          Hongkong. Atas pemanfaatan merek tersebut
   Hongkong. Atas pemanfaatan merek tersebut oleh       oleh Pengusaha A di dalam Daerah Pabean
   pengusaha “A” di dalam Daerah Pabean terutang        terutang Pajak Pertambahan Nilai.
   Pajak Pertambahan Nilai.

Huruf e                                              Huruf e
   Jasa yang berasal dari luar Daerah Pabean yang       Jasa yang berasal dari luar Daerah Pabean yang
   dimanfaatkan oleh siapapun di dalam Daerah           dimanfaatkan oleh siapa pun di dalam Daerah
   Pabean dikenakan Pajak Pertambahan Nilai.            Pabean dikenai Pajak Pertambahan Nilai.
   Misalnya, Pengusaha Kena Pajak “C” di Surabaya
   memanfaatkan Jasa Kena Pajak dari Pengusaha          Misalnya, Pengusaha Kena Pajak C di Surabaya
   “B” yang berkedudukan di Singapura. Atas             memanfaatkan Jasa Kena Pajak dari Pengusaha
   pemanfaatan Jasa Kena Pajak tersebut terutang        B yang berkedudukan di Singapura. Atas
   Pajak Pertambahan Nilai.                             pemanfaatan Jasa Kena Pajak tersebut terutang
                                                        Pajak Pertambahan Nilai.

Huruf f                                              Huruf f
   Berbeda dengan Pengusaha yang melakukan              Berbeda dengan pengusaha yang melakukan
   kegiatan sebagaimana dimaksud dalam huruf a          kegiatan sebagaimana dimaksud pada huruf a
   dan atau huruf c, maka Pengusaha yang                dan/atau huruf c, pengusaha yang melakukan
   melakukan ekspor Barang Kena Pajak hanya             ekspor Barang Kena Pajak Berwujud hanya
   Pengusaha yang telah dikukuhkan menjadi              pengusaha yang telah dikukuhkan menjadi
   Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud            Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud
   dalam Pasal 3A ayat (1).                             dalam Pasal 3A ayat (1).

                                                     Huruf g
                                                        Sebagaimana halnya dengan kegiatan ekspor
                                                        Barang Kena Pajak Berwujud, pengusaha yang
                                                        melakukan ekspor Barang Kena Pajak Tidak
                                                        Berwujud hanya pengusaha yang telah
                                                        dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak
                                                        sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3A ayat (1).



                                                                                                  16
UU No 8 Th 1983 stdtd UU No 18 Th 2000                       UU No 42 Tahun 2009


                                                 Yang dimaksud dengan ”Barang Kena Pajak
                                                 Tidak Berwujud” adalah:
                                                 1. penggunaan atau hak menggunakan hak
                                                     cipta di bidang kesusastraan, kesenian atau
                                                     karya ilmiah, paten, desain atau model,
                                                     rencana, formula atau proses rahasia, merek
                                                     dagang, atau bentuk hak kekayaan
                                                     intelektual/industrial atau hak serupa lainnya;
                                                 2. penggunaan         atau    hak     menggunakan
                                                     peralatan/perlengkapan industrial, komersial,
                                                     atau ilmiah;
                                                 3. pemberian pengetahuan atau informasi di
                                                     bidang ilmiah, teknikal, industrial, atau
                                                     komersial;
                                                 4. pemberian         bantuan     tambahan      atau
                                                     pelengkap sehubungan dengan penggunaan
                                                     atau hak menggunakan hak-hak tersebut
                                                     pada angka 1, penggunaan atau hak
                                                     menggunakan             peralatan/perlengkapan
                                                     tersebut pada angka 2, atau pemberian
                                                     pengetahuan atau informasi tersebut pada
                                                     angka 3, berupa:
                                                     a) penerimaan atau hak menerima rekaman
                                                          gambar atau rekaman suara atau
                                                          keduanya, yang disalurkan kepada
                                                          masyarakat melalui satelit, kabel, serat
                                                          optik, atau teknologi yang serupa;
                                                     b) penggunaan atau hak menggunakan
                                                          rekaman gambar atau rekaman suara
                                                          atau keduanya, untuk siaran televisi atau
                                                          radio yang disiarkan/dipancarkan melalui
                                                          satelit, kabel, serat optik, atau teknologi
                                                          yang serupa; dan
                                                     c) penggunaan atau hak menggunakan
                                                          sebagian atau seluruh spektrum radio
                                                          komunikasi;
                                                 5. penggunaan atau hak menggunakan film
                                                     gambar hidup (motion picture films), film atau
                                                     pita video untuk siaran televisi, atau pita
                                                     suara untuk siaran radio; dan
                                                 6. pelepasan seluruhnya atau sebagian hak
                                                     yang berkenaan dengan penggunaan atau
                                                     pemberian               hak           kekayaan
                                                     intelektual/industrial atau hak-hak lainnya
                                                     sebagaimana tersebut di atas.

                                             Huruf h
                                                Termasuk dalam pengertian ekspor Jasa Kena
                                                Pajak adalah penyerahan Jasa Kena Pajak dari
                                                dalam Daerah Pabean ke luar Daerah Pabean
                                                oleh Pengusaha Kena Pajak yang menghasilkan
                                                dan melakukan ekspor Barang Kena Pajak
                                                Berwujud atas dasar pesanan atau permintaan
                                                dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan di
                                                luar Daerah Pabean.

                                         Ayat (2)
                                              Cukup jelas.




                                                                                                17
UU No 8 Th 1983 stdtd UU No 18 Th 2000                               UU No 42 Tahun 2009

                       PASAL 4A                                                    PASAL 4A

(1) Jenis barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1        (1) Dihapus.
    angka 2 dan jenis jasa sebagaimana dimaksud dalam
    Pasal 1 angka 5 yang tidak dikenakan pajak
    berdasarkan Undang-undang ini ditetapkan dengan
    Peraturan Pemerintah.

(2) Penetapan jenis barang yang tidak dikenakan Pajak      (2) Jenis barang yang tidak dikenai Pajak Pertambahan
    Pertambahan Nilai sebagaimana dimaksud dalam               Nilai adalah barang tertentu dalam kelompok barang
    ayat (1) didasarkan atas kelompok-kelompok barang          sebagai berikut:
    sebagai berikut:
    a. barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran        a. barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran
        yang diambil langsung dari sumbernya;                    yang diambil langsung dari sumbernya;

   b. barang-barang kebutuhan pokok yang sangat               b. barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan
      dibutuhkan oleh rakyat banyak;                             oleh rakyat banyak;

   c.   makanan dan minuman yang disajikan di hotel,          c.   makanan dan minuman yang disajikan di hotel,
        restoran, rumah makan, warung, dan sejenisnya;             restoran, rumah makan, warung, dan sejenisnya,
                                                                   meliputi makanan dan minuman baik yang
                                                                   dikonsumsi di tempat maupun tidak, termasuk
                                                                   makanan dan minuman yang diserahkan oleh
                                                                   usaha jasa boga atau katering; dan

   d. uang, emas batangan, dan surat-surat berharga.          d. uang, emas batangan, dan surat berharga.


(3) Penetapan jenis jasa yang tidak dikenakan Pajak        (3) Jenis jasa yang tidak dikenai Pajak Pertambahan Nilai
    Pertambahan Nilai sebagaimana dimaksud dalam               adalah jasa tertentu dalam kelompok jasa sebagai
    ayat (1) didasarkan atas kelompok-kelompok jasa            berikut:
    sebagai berikut:
    a. jasa di bidang pelayanan kesehatan medik;              a. jasa pelayanan kesehatan medis;

   b. jasa di bidang pelayanan sosial;                        b. jasa pelayanan sosial;

   c.   jasa di bidang pengiriman surat dengan perangko;      c.   jasa pengiriman surat dengan perangko;

   d. jasa di bidang perbankan, asuransi, dan sewa            d. jasa keuangan;
      guna usaha dengan hak opsi;
                                                              e. jasa asuransi;

   e. jasa di bidang keagamaan;                               f.   jasa keagamaan;

   f.   jasa di bidang pendidikan;                            g. jasa pendidikan;

   g. jasa di bidang kesenian dan hiburan yang telah          h. jasa kesenian dan hiburan;
      dikenakan pajak tontonan;

   h. jasa di bidang penyiaran yang bukan bersifat            i.   jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan;
      iklan;

   i.   jasa angkutan umum di darat dan di air;               j.   jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa
                                                                   angkutan udara dalam negeri yang menjadi
                                                                   bagian yang tidak terpisahkan dari jasa angkutan
                                                                   udara luar negeri;

   j.   jasa di bidang tenaga kerja;                          k.   jasa tenaga kerja;

   k.   jasa di bidang perhotelan;                            l.   jasa perhotelan;


                                                                                                                18
UU No 8 Th 1983 stdtd UU No 18 Th 2000                                    UU No 42 Tahun 2009


    l.   jasa yang disediakan oleh Pemerintah dalam                 m. jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam
         rangka menjalankan pemerintahan secara umum.                  rangka menjalankan pemerintahan secara umum;

                                                                    n. jasa penyediaan tempat parkir;

                                                                    o. jasa telepon umum dengan menggunakan uang
                                                                       logam;

                                                                    p. jasa pengiriman uang dengan wesel pos; dan

                                                                    q. jasa boga atau katering.



PENJELASAN PASAL 4A                                             PENJELASAN PASAL 4A


Ayat (1)                                                        Ayat (1)
   Cukup jelas                                                     Cukup jelas.

Ayat (2)                                                        Ayat (2)
   Huruf a                                                         Huruf a
        Yang      dimaksud       dengan   barang        hasil           Barang     hasil     pertambangan        atau      hasil
        pertambangan dan hasil pengeboran yang diambil                  pengeboran yang diambil langsung dari
        langsung dari sumbernya seperti minyak mentah                   sumbernya meliputi:
        (crude oil), gas bumi, pasir dan kerikil, bijih besi,           a. minyak mentah (crude oil);
        bijih timah, bijih emas.                                        b. gas bumi, tidak termasuk gas bumi seperti
                                                                           elpiji yang siap dikonsumsi langsung oleh
                                                                           masyarakat;
                                                                        c. panas bumi;
                                                                        d. asbes, batu tulis, batu setengah permata, batu
                                                                           kapur, batu apung, batu permata, bentonit,
                                                                           dolomit, felspar (feldspar), garam batu (halite),
                                                                           grafit, granit/andesit, gips, kalsit, kaolin, leusit,
                                                                           magnesit, mika, marmer, nitrat, opsidien, oker,
                                                                           pasir dan kerikil, pasir kuarsa, perlit, fosfat
                                                                           (phospat), talk, tanah serap (fullers earth),
                                                                           tanah diatome, tanah liat, tawas (alum), tras,
                                                                           yarosif, zeolit, basal, dan trakkit;
                                                                        e. batubara sebelum diproses menjadi briket
                                                                           batubara; dan
                                                                        f. bijih besi, bijih timah, bijih emas, bijih
                                                                           tembaga, bijih nikel, bijih perak, serta bijih
                                                                           bauksit.

    Huruf b                                                         Huruf b
       Yang dimaksud dengan kebutuhan pokok dalam                      Barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan
       ayat ini adalah beras dan gabah, jagung, sagu,                  oleh rakyat banyak meliputi:
       kedelai, garam baik yang berjodium maupun yang                  a. beras;
       tidak berjodium.                                                b. gabah;
                                                                       c. jagung;
                                                                       d. sagu;
                                                                       e. kedelai;
                                                                       f. garam, baik yang beryodium maupun yang
                                                                            tidak beryodium;
                                                                       g. daging, yaitu daging segar yang tanpa diolah,
                                                                            tetapi telah melalui proses disembelih, dikuliti,
                                                                            dipotong, didinginkan, dibekukan, dikemas
                                                                            atau tidak dikemas, digarami, dikapur,
                                                                            diasamkan, diawetkan dengan cara lain,
                                                                            dan/atau direbus;


                                                                                                                           19
UU No 8 Th 1983 stdtd UU No 18 Th 2000                            UU No 42 Tahun 2009


                                                              h. telur, yaitu telur yang tidak diolah, termasuk
                                                                 telur yang dibersihkan, diasinkan, atau
                                                                 dikemas;
                                                              i. susu, yaitu susu perah baik yang telah melalui
                                                                 proses didinginkan maupun dipanaskan, tidak
                                                                 mengandung tambahan gula atau bahan
                                                                 lainnya, dan/atau dikemas atau tidak dikemas;
                                                              j. buah-buahan, yaitu buah-buahan segar yang
                                                                 dipetik, baik yang telah melalui proses dicuci,
                                                                 disortasi, dikupas, dipotong, diiris, di-grading,
                                                                 dan/atau dikemas atau tidak dikemas; dan
                                                              k. sayur-sayuran, yaitu sayuran segar yang
                                                                 dipetik, dicuci, ditiriskan, dan/atau disimpan
                                                                 pada suhu rendah, termasuk sayuran segar
                                                                 yang dicacah.

   Huruf c                                                Huruf c
      Untuk menghindari pajak berganda, karena sudah         Ketentuan ini dimaksudkan untuk menghindari
      merupakan objek pengenaan Pajak Daerah.                pengenaan pajak berganda karena sudah
                                                             merupakan objek pengenaan Pajak Daerah.

   Huruf d                                                Huruf d
      Cukup jelas                                            Cukup jelas.

Ayat (3)                                               Ayat (3)
   Cukup jelas.                                           Huruf a
                                                               Jasa pelayanan kesehatan medis meliputi:
                                                               1. jasa dokter umum, dokter spesialis, dan
                                                                  dokter gigi;
                                                               2. jasa dokter hewan;
                                                               3. jasa ahli kesehatan seperti ahli akupunktur,
                                                                  ahli gigi, ahli gizi, dan ahli fisioterapi;
                                                               4. jasa kebidanan dan dukun bayi;
                                                               5. jasa paramedis dan perawat;
                                                               6. jasa rumah sakit, rumah bersalin, klinik
                                                                  kesehatan, laboratorium kesehatan, dan
                                                                  sanatorium;

                                                              7. jasa psikolog dan psikiater; dan
                                                              8. jasa pengobatan alternatif, termasuk yang
                                                                 dilakukan oleh paranormal.

                                                          Huruf b
                                                             Jasa pelayanan sosial meliputi:
                                                             1. jasa pelayanan panti asuhan dan panti jompo;
                                                             2. jasa pemadam kebakaran;
                                                             3. jasa pemberian pertolongan pada kecelakaan;
                                                             4. jasa lembaga rehabilitasi;
                                                             5. jasa penyediaan rumah duka atau jasa
                                                                  pemakaman, termasuk krematorium; dan
                                                             6. jasa di bidang olah raga kecuali yang bersifat
                                                                  komersial.

                                                          Huruf c
                                                             Jasa pengiriman surat dengan perangko meliputi
                                                             jasa pengiriman surat dengan menggunakan
                                                             perangko tempel dan menggunakan cara lain
                                                             pengganti perangko tempel.




                                                                                                             20
Persandingan UU PPN Existing   UU No 42 Th 2009
Persandingan UU PPN Existing   UU No 42 Th 2009
Persandingan UU PPN Existing   UU No 42 Th 2009
Persandingan UU PPN Existing   UU No 42 Th 2009
Persandingan UU PPN Existing   UU No 42 Th 2009
Persandingan UU PPN Existing   UU No 42 Th 2009
Persandingan UU PPN Existing   UU No 42 Th 2009
Persandingan UU PPN Existing   UU No 42 Th 2009
Persandingan UU PPN Existing   UU No 42 Th 2009
Persandingan UU PPN Existing   UU No 42 Th 2009
Persandingan UU PPN Existing   UU No 42 Th 2009
Persandingan UU PPN Existing   UU No 42 Th 2009
Persandingan UU PPN Existing   UU No 42 Th 2009
Persandingan UU PPN Existing   UU No 42 Th 2009
Persandingan UU PPN Existing   UU No 42 Th 2009
Persandingan UU PPN Existing   UU No 42 Th 2009
Persandingan UU PPN Existing   UU No 42 Th 2009
Persandingan UU PPN Existing   UU No 42 Th 2009
Persandingan UU PPN Existing   UU No 42 Th 2009
Persandingan UU PPN Existing   UU No 42 Th 2009
Persandingan UU PPN Existing   UU No 42 Th 2009
Persandingan UU PPN Existing   UU No 42 Th 2009
Persandingan UU PPN Existing   UU No 42 Th 2009
Persandingan UU PPN Existing   UU No 42 Th 2009
Persandingan UU PPN Existing   UU No 42 Th 2009
Persandingan UU PPN Existing   UU No 42 Th 2009
Persandingan UU PPN Existing   UU No 42 Th 2009
Persandingan UU PPN Existing   UU No 42 Th 2009
Persandingan UU PPN Existing   UU No 42 Th 2009
Persandingan UU PPN Existing   UU No 42 Th 2009
Persandingan UU PPN Existing   UU No 42 Th 2009
Persandingan UU PPN Existing   UU No 42 Th 2009
Persandingan UU PPN Existing   UU No 42 Th 2009
Persandingan UU PPN Existing   UU No 42 Th 2009
Persandingan UU PPN Existing   UU No 42 Th 2009
Persandingan UU PPN Existing   UU No 42 Th 2009
Persandingan UU PPN Existing   UU No 42 Th 2009
Persandingan UU PPN Existing   UU No 42 Th 2009
Persandingan UU PPN Existing   UU No 42 Th 2009
Persandingan UU PPN Existing   UU No 42 Th 2009
Persandingan UU PPN Existing   UU No 42 Th 2009
Persandingan UU PPN Existing   UU No 42 Th 2009
Persandingan UU PPN Existing   UU No 42 Th 2009
Persandingan UU PPN Existing   UU No 42 Th 2009
Persandingan UU PPN Existing   UU No 42 Th 2009
Persandingan UU PPN Existing   UU No 42 Th 2009
Persandingan UU PPN Existing   UU No 42 Th 2009

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Peraturan daerah kabupaten ketapang nomor 13 tahun 2011 tentang pajak air tanah
Peraturan daerah kabupaten ketapang nomor 13 tahun 2011 tentang pajak air tanahPeraturan daerah kabupaten ketapang nomor 13 tahun 2011 tentang pajak air tanah
Peraturan daerah kabupaten ketapang nomor 13 tahun 2011 tentang pajak air tanahandika_combat
 
Perda no.-3-tahun-2011 bphtb
Perda no.-3-tahun-2011 bphtbPerda no.-3-tahun-2011 bphtb
Perda no.-3-tahun-2011 bphtbandika_combat
 
2010Bphtb klaten versi dari kemenkeu fix penetapan_ev_keuangan+gub_print
2010Bphtb klaten versi dari kemenkeu fix penetapan_ev_keuangan+gub_print2010Bphtb klaten versi dari kemenkeu fix penetapan_ev_keuangan+gub_print
2010Bphtb klaten versi dari kemenkeu fix penetapan_ev_keuangan+gub_printPA_Klaten
 
Peraturan daerah kabupaten ketapang nomor 12 tahun 2011 tentang pajak hiburan
Peraturan daerah kabupaten ketapang nomor 12 tahun 2011 tentang pajak hiburanPeraturan daerah kabupaten ketapang nomor 12 tahun 2011 tentang pajak hiburan
Peraturan daerah kabupaten ketapang nomor 12 tahun 2011 tentang pajak hiburanandika_combat
 
UU 012 tahun 1985 Pajak bumi dan bangunan
UU 012 tahun 1985   Pajak bumi dan bangunanUU 012 tahun 1985   Pajak bumi dan bangunan
UU 012 tahun 1985 Pajak bumi dan bangunanPajeg Lempung
 
Perda perubahan perda no 18 thn 2013 PBB
Perda perubahan perda no 18 thn 2013 PBBPerda perubahan perda no 18 thn 2013 PBB
Perda perubahan perda no 18 thn 2013 PBBArifuddin Ali.
 
Peraturan daerah kabupaten ketapang nomor 3 tahun 2012 tentang pajak parkir
Peraturan daerah kabupaten ketapang nomor 3 tahun 2012 tentang pajak parkirPeraturan daerah kabupaten ketapang nomor 3 tahun 2012 tentang pajak parkir
Peraturan daerah kabupaten ketapang nomor 3 tahun 2012 tentang pajak parkirandika_combat
 
UU 28 tahun 2009_cintayasir
UU 28 tahun 2009_cintayasirUU 28 tahun 2009_cintayasir
UU 28 tahun 2009_cintayasirYasir Partomo
 
Pmk no 80 th 2010
Pmk no 80 th 2010Pmk no 80 th 2010
Pmk no 80 th 2010Lela Sari
 
Perda no-11 2011-pajak_daerah
Perda no-11 2011-pajak_daerahPerda no-11 2011-pajak_daerah
Perda no-11 2011-pajak_daerahArifuddin Ali
 
Uu 28 2007_kup
Uu 28 2007_kupUu 28 2007_kup
Uu 28 2007_kupenokindy
 

Was ist angesagt? (19)

Perda 10 2011
Perda 10 2011Perda 10 2011
Perda 10 2011
 
Peraturan daerah kabupaten ketapang nomor 13 tahun 2011 tentang pajak air tanah
Peraturan daerah kabupaten ketapang nomor 13 tahun 2011 tentang pajak air tanahPeraturan daerah kabupaten ketapang nomor 13 tahun 2011 tentang pajak air tanah
Peraturan daerah kabupaten ketapang nomor 13 tahun 2011 tentang pajak air tanah
 
Pp 112 2000
Pp 112 2000Pp 112 2000
Pp 112 2000
 
Perda no.-3-tahun-2011 bphtb
Perda no.-3-tahun-2011 bphtbPerda no.-3-tahun-2011 bphtb
Perda no.-3-tahun-2011 bphtb
 
2010Bphtb klaten versi dari kemenkeu fix penetapan_ev_keuangan+gub_print
2010Bphtb klaten versi dari kemenkeu fix penetapan_ev_keuangan+gub_print2010Bphtb klaten versi dari kemenkeu fix penetapan_ev_keuangan+gub_print
2010Bphtb klaten versi dari kemenkeu fix penetapan_ev_keuangan+gub_print
 
Peraturan daerah kabupaten ketapang nomor 12 tahun 2011 tentang pajak hiburan
Peraturan daerah kabupaten ketapang nomor 12 tahun 2011 tentang pajak hiburanPeraturan daerah kabupaten ketapang nomor 12 tahun 2011 tentang pajak hiburan
Peraturan daerah kabupaten ketapang nomor 12 tahun 2011 tentang pajak hiburan
 
Uu 1985 12
Uu 1985 12Uu 1985 12
Uu 1985 12
 
UU 12 th 1994
UU 12 th 1994UU 12 th 1994
UU 12 th 1994
 
UU 012 tahun 1985 Pajak bumi dan bangunan
UU 012 tahun 1985   Pajak bumi dan bangunanUU 012 tahun 1985   Pajak bumi dan bangunan
UU 012 tahun 1985 Pajak bumi dan bangunan
 
Perda perubahan perda no 18 thn 2013 PBB
Perda perubahan perda no 18 thn 2013 PBBPerda perubahan perda no 18 thn 2013 PBB
Perda perubahan perda no 18 thn 2013 PBB
 
Peraturan daerah kabupaten ketapang nomor 3 tahun 2012 tentang pajak parkir
Peraturan daerah kabupaten ketapang nomor 3 tahun 2012 tentang pajak parkirPeraturan daerah kabupaten ketapang nomor 3 tahun 2012 tentang pajak parkir
Peraturan daerah kabupaten ketapang nomor 3 tahun 2012 tentang pajak parkir
 
UU 28 tahun 2009_cintayasir
UU 28 tahun 2009_cintayasirUU 28 tahun 2009_cintayasir
UU 28 tahun 2009_cintayasir
 
UU 21 1997
UU 21 1997UU 21 1997
UU 21 1997
 
Pmk no 80 th 2010
Pmk no 80 th 2010Pmk no 80 th 2010
Pmk no 80 th 2010
 
Uu 28 2007
Uu 28 2007Uu 28 2007
Uu 28 2007
 
Perda no-11 2011-pajak_daerah
Perda no-11 2011-pajak_daerahPerda no-11 2011-pajak_daerah
Perda no-11 2011-pajak_daerah
 
Banjar 2010 02
Banjar 2010 02Banjar 2010 02
Banjar 2010 02
 
Uu 28 2007_kup
Uu 28 2007_kupUu 28 2007_kup
Uu 28 2007_kup
 
Uu 36-2008
Uu 36-2008Uu 36-2008
Uu 36-2008
 

Ähnlich wie Persandingan UU PPN Existing UU No 42 Th 2009

UU 7TAHUN 2021 HARMONISASI PERATURAN PERPAJAKAN.pdf
UU 7TAHUN 2021 HARMONISASI PERATURAN PERPAJAKAN.pdfUU 7TAHUN 2021 HARMONISASI PERATURAN PERPAJAKAN.pdf
UU 7TAHUN 2021 HARMONISASI PERATURAN PERPAJAKAN.pdfCVLOMBOKENERGI
 
Perda Kab nunukan no 8 tahun 2008 siup
Perda Kab nunukan no 8 tahun 2008 siupPerda Kab nunukan no 8 tahun 2008 siup
Perda Kab nunukan no 8 tahun 2008 siupArifuddin Ali.
 
PMK Nomor 131 Tahun 2018.pdf
PMK Nomor 131 Tahun 2018.pdfPMK Nomor 131 Tahun 2018.pdf
PMK Nomor 131 Tahun 2018.pdfCalvinBudiKusuma1
 
UU th 2008 No 36 Pajak Penghasilan - Batang tubuh
UU th 2008 No 36 Pajak Penghasilan - Batang tubuhUU th 2008 No 36 Pajak Penghasilan - Batang tubuh
UU th 2008 No 36 Pajak Penghasilan - Batang tubuhChairudin NR
 
UU Nomor 36 Tahun 2008 perubahan keempat atas undang undang nomor 7 tahun 198...
UU Nomor 36 Tahun 2008 perubahan keempat atas undang undang nomor 7 tahun 198...UU Nomor 36 Tahun 2008 perubahan keempat atas undang undang nomor 7 tahun 198...
UU Nomor 36 Tahun 2008 perubahan keempat atas undang undang nomor 7 tahun 198...widigdya
 
9964 bkpm 5_2013_tentang_pedomandantatacaraperizinandannonperizinanpenanamanm...
9964 bkpm 5_2013_tentang_pedomandantatacaraperizinandannonperizinanpenanamanm...9964 bkpm 5_2013_tentang_pedomandantatacaraperizinandannonperizinanpenanamanm...
9964 bkpm 5_2013_tentang_pedomandantatacaraperizinandannonperizinanpenanamanm...andri wijaya
 
Perda kukar nomor 19 tahun 2011 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN TERTENTU
Perda kukar nomor 19 tahun 2011 TENTANG  RETRIBUSI  PERIZINAN  TERTENTUPerda kukar nomor 19 tahun 2011 TENTANG  RETRIBUSI  PERIZINAN  TERTENTU
Perda kukar nomor 19 tahun 2011 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN TERTENTUGanglumpur KUKAR
 
PDF DOWNLOAD Perda kukar nomor 19 tahun 2011 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN T...
PDF DOWNLOAD Perda kukar nomor 19 tahun 2011 TENTANG  RETRIBUSI  PERIZINAN  T...PDF DOWNLOAD Perda kukar nomor 19 tahun 2011 TENTANG  RETRIBUSI  PERIZINAN  T...
PDF DOWNLOAD Perda kukar nomor 19 tahun 2011 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN T...Ganglumpur KUKAR
 
Perda Kab nunukan no 9 tahun 2008 retribusi siup
Perda Kab nunukan no 9 tahun 2008 retribusi siupPerda Kab nunukan no 9 tahun 2008 retribusi siup
Perda Kab nunukan no 9 tahun 2008 retribusi siupArifuddin Ali.
 
Peraturan daerah kabupaten ketapang nomor 15 tahun 2011 tentang pajak reklame
Peraturan daerah kabupaten ketapang nomor 15 tahun 2011 tentang pajak reklamePeraturan daerah kabupaten ketapang nomor 15 tahun 2011 tentang pajak reklame
Peraturan daerah kabupaten ketapang nomor 15 tahun 2011 tentang pajak reklameandika_combat
 
PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK REKLAME
PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK REKLAMEPERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK REKLAME
PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK REKLAMEKota Serang
 
Perda no-7-tahun-2010-tentang-pajak
Perda no-7-tahun-2010-tentang-pajakPerda no-7-tahun-2010-tentang-pajak
Perda no-7-tahun-2010-tentang-pajakEchil Ardiyanto
 
Peraturan pajak mojokerto 2013
Peraturan pajak mojokerto 2013Peraturan pajak mojokerto 2013
Peraturan pajak mojokerto 2013Laily Aniqoh
 

Ähnlich wie Persandingan UU PPN Existing UU No 42 Th 2009 (20)

UU 7TAHUN 2021 HARMONISASI PERATURAN PERPAJAKAN.pdf
UU 7TAHUN 2021 HARMONISASI PERATURAN PERPAJAKAN.pdfUU 7TAHUN 2021 HARMONISASI PERATURAN PERPAJAKAN.pdf
UU 7TAHUN 2021 HARMONISASI PERATURAN PERPAJAKAN.pdf
 
UU Nomor 7 Tahun 2021.pdf
UU Nomor 7 Tahun 2021.pdfUU Nomor 7 Tahun 2021.pdf
UU Nomor 7 Tahun 2021.pdf
 
Perda Kab nunukan no 8 tahun 2008 siup
Perda Kab nunukan no 8 tahun 2008 siupPerda Kab nunukan no 8 tahun 2008 siup
Perda Kab nunukan no 8 tahun 2008 siup
 
PMK Nomor 131 Tahun 2018.pdf
PMK Nomor 131 Tahun 2018.pdfPMK Nomor 131 Tahun 2018.pdf
PMK Nomor 131 Tahun 2018.pdf
 
UU th 2008 No 36 Pajak Penghasilan - Batang tubuh
UU th 2008 No 36 Pajak Penghasilan - Batang tubuhUU th 2008 No 36 Pajak Penghasilan - Batang tubuh
UU th 2008 No 36 Pajak Penghasilan - Batang tubuh
 
UU Nomor 36 Tahun 2008 perubahan keempat atas undang undang nomor 7 tahun 198...
UU Nomor 36 Tahun 2008 perubahan keempat atas undang undang nomor 7 tahun 198...UU Nomor 36 Tahun 2008 perubahan keempat atas undang undang nomor 7 tahun 198...
UU Nomor 36 Tahun 2008 perubahan keempat atas undang undang nomor 7 tahun 198...
 
Uu 36-2008
Uu 36-2008Uu 36-2008
Uu 36-2008
 
Uu 28 2007
Uu 28 2007Uu 28 2007
Uu 28 2007
 
9964 bkpm 5_2013_tentang_pedomandantatacaraperizinandannonperizinanpenanamanm...
9964 bkpm 5_2013_tentang_pedomandantatacaraperizinandannonperizinanpenanamanm...9964 bkpm 5_2013_tentang_pedomandantatacaraperizinandannonperizinanpenanamanm...
9964 bkpm 5_2013_tentang_pedomandantatacaraperizinandannonperizinanpenanamanm...
 
Perda kukar nomor 19 tahun 2011 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN TERTENTU
Perda kukar nomor 19 tahun 2011 TENTANG  RETRIBUSI  PERIZINAN  TERTENTUPerda kukar nomor 19 tahun 2011 TENTANG  RETRIBUSI  PERIZINAN  TERTENTU
Perda kukar nomor 19 tahun 2011 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN TERTENTU
 
PDF DOWNLOAD Perda kukar nomor 19 tahun 2011 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN T...
PDF DOWNLOAD Perda kukar nomor 19 tahun 2011 TENTANG  RETRIBUSI  PERIZINAN  T...PDF DOWNLOAD Perda kukar nomor 19 tahun 2011 TENTANG  RETRIBUSI  PERIZINAN  T...
PDF DOWNLOAD Perda kukar nomor 19 tahun 2011 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN T...
 
Perda 10 2011
Perda 10 2011Perda 10 2011
Perda 10 2011
 
Perda Kab nunukan no 9 tahun 2008 retribusi siup
Perda Kab nunukan no 9 tahun 2008 retribusi siupPerda Kab nunukan no 9 tahun 2008 retribusi siup
Perda Kab nunukan no 9 tahun 2008 retribusi siup
 
Uu no.10 2010 apbn
Uu no.10 2010 apbnUu no.10 2010 apbn
Uu no.10 2010 apbn
 
Uu no.10 2010 apbn
Uu no.10 2010 apbnUu no.10 2010 apbn
Uu no.10 2010 apbn
 
UU Nomor 36 Tahun 2008
UU Nomor 36 Tahun 2008UU Nomor 36 Tahun 2008
UU Nomor 36 Tahun 2008
 
Peraturan daerah kabupaten ketapang nomor 15 tahun 2011 tentang pajak reklame
Peraturan daerah kabupaten ketapang nomor 15 tahun 2011 tentang pajak reklamePeraturan daerah kabupaten ketapang nomor 15 tahun 2011 tentang pajak reklame
Peraturan daerah kabupaten ketapang nomor 15 tahun 2011 tentang pajak reklame
 
PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK REKLAME
PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK REKLAMEPERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK REKLAME
PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK REKLAME
 
Perda no-7-tahun-2010-tentang-pajak
Perda no-7-tahun-2010-tentang-pajakPerda no-7-tahun-2010-tentang-pajak
Perda no-7-tahun-2010-tentang-pajak
 
Peraturan pajak mojokerto 2013
Peraturan pajak mojokerto 2013Peraturan pajak mojokerto 2013
Peraturan pajak mojokerto 2013
 

Kürzlich hochgeladen

PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPCMBANDUNGANKabSemar
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2noviamaiyanti
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...Kanaidi ken
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxg66527130
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaAbdiera
 
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMPPOWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMPAnaNoorAfdilla
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfandriasyulianto57
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanNiKomangRaiVerawati
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxFardanassegaf
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptxwongcp2
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSyudi_alfian
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 

Kürzlich hochgeladen (20)

PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMPPOWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 

Persandingan UU PPN Existing UU No 42 Th 2009

  • 1. PERSANDINGAN UNDANG-UNDANG PPN DAN PPnBM UU NO 8 TAHUN 1983 stdtd UU NO 18 TAHUN 2000 & UU NO 42 TAHUN 2009 UU No 8 Th 1983 stdtd UU No 18 Th 2000 UU No 42 Tahun 2009 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1983 NOMOR 42 TAHUN 2009 TENTANG TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH NOMOR 8 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK SEBAGAIMANA TELAH BEBERAPA KALI DIUBAH PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA TERAKHIR DENGAN DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH UNDANG-UNDANG NOMOR 18 TAHUN 2000 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Menimbang: bahwa dalam rangka lebih meningkatkan kepastian a. bahwa dalam rangka lebih meningkatkan kepastian hukum dan keadilan, serta menciptakan sistem hukum dan keadilan, menciptakan sistem perpajakan perpajakan yang sederhana dengan tanpa mengabaikan yang lebih sederhana, serta mengamankan pengawasan dan pengamanan penerimaan negara agar penerimaan negara agar pembangunan nasional pembangunan nasional dapat dilaksanakan secara dapat dilaksanakan secara mandiri perlu dilakukan mandiri, perlu dilakukan perubahan terhadap Undang- perubahan terhadap Undang-Undang Nomor 8 Tahun Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah Atas Barang Mewah sebagaimana telah diubah dengan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1994; dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu membentuk Undang- Undang tentang Perubahan Ketiga atas Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah; Mengingat: Mengingat: 1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (2), dan Pasal 23 ayat 1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, dan Pasal 23A Undang- (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Tahun 1945 sebagaimana telah diubah dengan 1945; Perubahan Pertama Tahun 1999; 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3262) Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang- Indonesia Nomor 3262) sebagaimana telah beberapa Undang Nomor 16 Tahun 2000 (Lembaran Negara kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 126, 16 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Tambahan Lembaran Negara Nomor 3984); Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4999); 1
  • 2. UU No 8 Th 1983 stdtd UU No 18 Th 2000 UU No 42 Tahun 2009 3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3263) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3985); 4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak 3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (Lembaran Negara Penjualan atas Barang Mewah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 51, Tambahan Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3264) sebagaimana telah Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3264) diubah dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir 1994 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000 1994 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Nomor tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang 3568). Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 128, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3986); Dengan Persetujuan Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN: MEMUTUSKAN: Menetapkan: Menetapkan: UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN KEDUA UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1983 ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH. MEWAH. UMUM UMUM Dalam era reformasi saat ini, perkembangan sosial Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak atas konsumsi ekonomi dan politik berlangsung sangat cepat barang dan jasa di Daerah Pabean yang dikenakan sehingga perubahan sistem perpajakan yang pernah secara bertingkat di setiap jalur produksi dan distribusi. dilakukan belum dapat menampung perkembangan Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai sangat dunia usaha karena masih dijumpai kelemahan- dipengaruhi oleh perkembangan transaksi bisnis serta kelemahan dalam Undang-Undang Perpajakan, yaitu : pola konsumsi masyarakat yang merupakan objek dari a. belum adil walaupun sudah dilaksanakan sesuai Pajak Pertambahan Nilai. Perkembangan ekonomi ketentuan, yang sangat dinamis baik di tingkat nasional, regional, b. kurang memberikan hak-hak Wajib Pajak, maupun internasional terus menciptakan jenis serta c. kurang memberikan kemudahan kepada Wajib pola transaksi bisnis yang baru. Sebagai contoh, di Pajak dalam melaksanakan kewajibannya, bidang jasa, banyak timbul transaksi jasa baru atau d. kurang memberikan kepastian hukum serta kurang modifikasi dari transaksi sebelumnya yang pengenaan sederhana. Pajak Pertambahan Nilainya belum diatur dalam Untuk itu dalam rangka menampung perkembangan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai. dunia usaha dipandang perlu penyempurnaan peraturan perundang-undangan perpajakan dengan Dalam rangka menjawab perubahan yang sangat cepat menitikberatkan pada peningkatan : tersebut, perlu dilakukan pembaruan dan a. asas keadilan, penyempurnaan Undang-Undang Pajak Pertambahan b. asas kepastian hukum, Nilai. Pembaruan (reformasi) sistem pajak konsumsi c. asas legalitas, dan telah dilakukan pada tahun 1983 dengan diterbitkannya d. asas kesederhanaan. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Berlandaskan pada hal-hal tersebut di atas, maka Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak sasaran yang ingin diwujudkan dalam pelaksanaan Penjualan atas Barang Mewah. Langkah pembaruan 2
  • 3. UU No 8 Th 1983 stdtd UU No 18 Th 2000 UU No 42 Tahun 2009 perubahan Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai dan penyempurnaan terus dilakukan secara konsisten dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Tahun 2000 pada tahun 1994 dengan diterbitkannya Undang- adalah menciptakan sistem perpajakan yang lebih Undang Nomor 11 Tahun 1994 dan terakhir tahun 2000 adil, sederhana, dan memberikan kepastian hukum dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 18 bagi masyarakat serta dapat mengamankan dan Tahun 2000. meningkatkan penerimaan negara. Adapun pokok-pokok perubahan yang dilakukan Perubahan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai antara lain : ini bertujuan sebagai berikut. a. Untuk lebih memberikan kepastian hukum 1. Meningkatkan kepastian hukum dan keadilan bagi mengenai barang-barang yang tidak dikenakan pengenaan Pajak Pertambahan Nilai. pajak, maka dalam perubahan Undang-Undang Perkembangan transaksi bisnis, terutama jasa, telah Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas menciptakan jenis dan pola transaksi baru yang Barang Mewah Tahun 2000 hanya terhadap perlu ditegaskan lebih lanjut pengenaannya dalam barang-barang yang merupakan kebutuhan pokok; Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai. barang-barang yang sudah dikenakan pajak daerah; barang-barang hasil pertambangan atau 2. Menyederhanakan sistem Pajak Pertambahan Nilai. pengeboran yang diambil langsung sumbernya; Penyederhanaan sistem Pajak Pertambahan Nilai barang-barang yang merupakan alat tukar; serta dilakukan dengan mengubah atau barang-barang lain yang berdasarkan menyempurnakan ketentuan dalam Undang-Undang pertimbangan ekonomi, sosial dan budaya tidak Pajak Pertambahan Nilai yang menyulitkan Wajib dikenakan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Pajak dalam rangka melaksanakan hak dan Penjualan Atas Barang Mewah. kewajiban perpajakannya. b. Untuk lebih memberikan keadilan serta dalam 3. Mengurangi biaya kepatuhan. upaya mengendalikan pola konsumsi masyarakat Penyederhanaan sistem Pajak Pertambahan Nilai yang tidak produktif maka tarif Pajak Penjualan diharapkan pula dapat mengurangi biaya, baik biaya Atas Barang Mewah dinaikkan. administrasi bagi Wajib Pajak dalam rangka melaksanakan hak dan kewajibannya maupun biaya c. Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pengusaha Kena pengawasan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Pajak belum berproduksi atau belum melakukan dalam rangka mengawasi kepatuhan Wajib Pajak. penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak dan atau ekspor Barang Kena Pajak, 4. Meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak. maka Pajak Masukan yang dapat dikreditkan yang Tercapainya tujuan tersebut diharapkan dapat dibayar pada saat perolehan Barang Kena Pajak, meningkatkan tingkat kepatuhan sukarela Wajib penerimaan Jasa Kena Pajak, pemanfaatan Pajak. Tingkat kepatuhan sukarela yang tinggi Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar diharapkan dapat meningkatkan penerimaan pajak Daerah Pabean dan Jasa Kena Pajak dari luar yang tercermin dengan naiknya rasio pajak (tax Daerah Pabean, dan atau impor Barang Kena ratio). Pajak tetap dapat dikreditkan. 5. Tidak mengganggu penerimaan Pajak Pertambahan d. Penyederhanaan administrasi perpajakan yang Nilai. meliputi prosedur restitusi dan diberlakukannya Di samping tujuan di atas, fungsi pajak sebagai Faktur Penjualan sebagai Faktur Pajak. sumber penerimaan negara tetap menjadi pertimbangan. e. Terhadap Pajak Masukan yang belum dikreditkan dalam Masa Pajak yang sama dengan Pajak 6. Mengurangi distorsi dan peningkatan kegiatan Keluaran masih dapat dikreditkan pada Masa ekonomi. Pajak yang tidak sama paling lambat 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya Masa Pajak yang bersangkutan. f. Kemudahan perpajakan atas transaksi penggabungan atau perubahan bentuk usaha atau pengalihan seluruh aktiva perusahaan tidak lagi diberikan. g. Kemudahan perpajakan diberikan hanya untuk sektor-sektor kegiatan ekonomi yang berprioritas tinggi, mendorong perkembangan dunia usaha dan meningkatkan daya saing, mendukung pertahanan dan keamanan nasional, serta memperlancar pembangunan nasional. 3
  • 4. UU No 8 Th 1983 stdtd UU No 18 Th 2000 UU No 42 Tahun 2009 BAB I BAB I KETENTUAN UMUM KETENTUAN UMUM PASAL 1 PASAL 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan: Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah Pabean adalah wilayah Republik Indonesia 1. Daerah Pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan, dan ruang yang meliputi wilayah darat, perairan, dan ruang udara diatasnya serta tempat-tempat tertentu di Zona udara di atasnya, serta tempat-tempat tertentu di Ekonomi Eksklusif dan Landas Kontinen yang di Zona Ekonomi Eksklusif dan landas kontinen yang di dalamnya berlaku Undang-undang Nomor 10 Tahun dalamnya berlaku Undang-Undang yang mengatur 1995 tentang Kepabeanan. mengenai kepabeanan. 2. Barang adalah barang berwujud, yang menurut sifat 2. Barang adalah barang berwujud, yang menurut sifat atau hukumnya dapat berupa barang bergerak atau atau hukumnya dapat berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak, dan barang tidak berwujud. barang tidak bergerak, dan barang tidak berwujud. 3. Barang Kena Pajak adalah barang sebagaimana 3. Barang Kena Pajak adalah barang yang dikenai dimaksud dalam angka 2 yang dikenakan pajak pajak berdasarkan Undang-Undang ini. berdasarkan Undang-undang ini. 4. Penyerahan Barang Kena Pajak adalah setiap 4. Penyerahan Barang Kena Pajak adalah setiap kegiatan penyerahan Barang Kena Pajak kegiatan penyerahan Barang Kena Pajak. sebagaimana dimaksud dalam angka 3. 5. Jasa adalah setiap kegiatan pelayanan berdasarkan 5. Jasa adalah setiap kegiatan pelayanan yang suatu perikatan atau perbuatan hukum yang berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan hukum menyebabkan suatu barang atau fasilitas atau yang menyebabkan suatu barang, fasilitas, kemudahan atau hak tersedia untuk dipakai, kemudahan, atau hak tersedia untuk dipakai, termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan dengan barang karena pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan. bahan dan atas petunjuk dari pemesan. 6. Jasa Kena Pajak adalah jasa sebagaimana 6. Jasa Kena Pajak adalah jasa yang dikenai pajak dimaksud dalam angka 5 yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-Undang ini. berdasarkan Undang-undang ini. 7. Penyerahan Jasa Kena Pajak adalah setiap kegiatan 7. Penyerahan Jasa Kena Pajak adalah setiap kegiatan pemberian Jasa Kena Pajak sebagaimana dimaksud pemberian Jasa Kena Pajak. dalam angka 6. 8. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah 8. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean adalah setiap kegiatan pemanfaatan Jasa Pabean adalah setiap kegiatan pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean. Daerah Pabean. 9. Impor adalah setiap kegiatan memasukkan barang 9. Impor adalah setiap kegiatan memasukkan barang dari luar Daerah Pabean ke dalam Daerah Pabean. dari luar Daerah Pabean ke dalam Daerah Pabean. 10. Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud 10. Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean adalah setiap kegiatan dari luar Daerah Pabean adalah setiap kegiatan pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean karena suatu perjanjian di dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean. dalam Daerah Pabean. 11. Ekspor adalah setiap kegiatan mengeluarkan barang 11. Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud adalah setiap dari dalam Daerah Pabean ke luar Daerah Pabean. kegiatan mengeluarkan Barang Kena Pajak Berwujud dari dalam Daerah Pabean ke luar Daerah Pabean. 4
  • 5. UU No 8 Th 1983 stdtd UU No 18 Th 2000 UU No 42 Tahun 2009 12. Perdagangan adalah kegiatan usaha membeli dan 12. Perdagangan adalah kegiatan usaha membeli dan menjual, termasuk kegiatan tukar menukar barang, menjual, termasuk kegiatan tukar-menukar barang, tanpa mengubah bentuk atau sifatnya. tanpa mengubah bentuk dan/atau sifatnya. 13. Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal 13. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, sosial politik, atau organisasi yang sejenis, lembaga, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau bentuk usaha tetap, dan bentuk badan lainnya. organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap. 14. Pengusaha adalah orang pribadi atau badan 14. Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam sebagaimana dimaksud dalam angka 13 yang dalam bentuk apa pun yang dalam kegiatan usaha atau kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengimpor barang, mengekspor barang, barang, mengekspor barang, melakukan usaha melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud barang tidak berwujud dari luar Daerah Pabean, dari luar Daerah Pabean, melakukan usaha jasa melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasa dari termasuk mengekspor jasa, atau memanfaatkan jasa luar Daerah Pabean. dari luar Daerah Pabean. 15. Pengusaha Kena Pajak adalah Pengusaha 15. Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha yang sebagaimana dimaksud dalam angka 14 yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-Undang ini. berdasarkan Undang-undang ini, tidak termasuk Pengusaha Kecil yang batasannya ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan, kecuali Pengusaha Kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak. 16. Menghasilkan adalah kegiatan mengolah melalui 16. Menghasilkan adalah kegiatan mengolah melalui proses mengubah bentuk atau sifat suatu barang dari proses mengubah bentuk dan/atau sifat suatu barang bentuk aslinya menjadi barang baru atau mempunyai dari bentuk aslinya menjadi barang baru atau daya guna baru, atau kegiatan mengolah sumber mempunyai daya guna baru atau kegiatan mengolah daya alam termasuk menyuruh orang pribadi atau sumber daya alam, termasuk menyuruh orang pribadi badan lain melakukan kegiatan tersebut. atau badan lain melakukan kegiatan tersebut. 17. Dasar Pengenaan Pajak adalah jumlah Harga Jual, 17. Dasar Pengenaan Pajak adalah jumlah Harga Jual, Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor, atau Nilai Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor, atau nilai lain Lain yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak Keuangan yang dipakai sebagai dasar untuk yang terutang. menghitung pajak yang terutang. 18. Harga Jual adalah nilai berupa uang, termasuk 18. Harga Jual adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan Barang Kena Pajak, oleh penjual karena penyerahan Barang Kena Pajak, tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai yang tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut menurut Undang-undang ini dan potongan dipungut menurut Undang-Undang ini dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak. harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak. 5
  • 6. UU No 8 Th 1983 stdtd UU No 18 Th 2000 UU No 42 Tahun 2009 19. Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk 19. Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh pemberi jasa karena penyerahan Jasa Kena oleh pengusaha karena penyerahan Jasa Kena Pajak, tidak termasuk pajak yang dipungut menurut Pajak, ekspor Jasa Kena Pajak, atau ekspor Barang Undang-undang ini dan potongan harga yang Kena Pajak Tidak Berwujud, tetapi tidak termasuk dicantumkan dalam Faktur Pajak. Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut menurut Undang-Undang ini dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak atau nilai berupa uang yang dibayar atau seharusnya dibayar oleh Penerima Jasa karena pemanfaatan Jasa Kena Pajak dan/atau oleh penerima manfaat Barang Kena Pajak Tidak Berwujud karena pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean. 20. Nilai Impor adalah nilai berupa uang yang menjadi 20. Nilai Impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan bea masuk ditambah pungutan dasar penghitungan bea masuk ditambah pungutan lainnya yang dikenakan pajak berdasarkan ketentuan berdasarkan ketentuan dalam peraturan perundang- dalam peraturan perundang-undangan Pabean untuk undangan yang mengatur mengenai kepabeanan impor Barang Kena Pajak, tidak termasuk Pajak dan cukai untuk impor Barang Kena Pajak, tidak Pertambahan Nilai yang dipungut menurut Undang- termasuk Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak undang ini. Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut menurut Undang-Undang ini. 21. Pembeli adalah orang pribadi atau badan yang 21. Pembeli adalah orang pribadi atau badan yang menerima atau seharusnya menerima penyerahan menerima atau seharusnya menerima penyerahan Barang Kena Pajak dan yang membayar atau Barang Kena Pajak dan yang membayar atau seharusnya membayar harga Barang Kena Pajak seharusnya membayar harga Barang Kena Pajak tersebut. tersebut. 22. Penerima jasa adalah orang pribadi atau badan yang 22. Penerima Jasa adalah orang pribadi atau badan menerima atau seharusnya menerima penyerahan yang menerima atau seharusnya menerima Jasa Kena Pajak dan yang membayar atau penyerahan Jasa Kena Pajak dan yang membayar seharusnya membayar Penggantian atas Jasa Kena atau seharusnya membayar Penggantian atas Jasa Pajak tersebut. Kena Pajak tersebut. 23. Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang 23. Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak atau penyerahan penyerahan Barang Kena Pajak atau penyerahan Jasa Kena Pajak, atau bukti pungutan pajak karena Jasa Kena Pajak. impor Barang Kena Pajak yang digunakan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. 24. Pajak Masukan adalah Pajak Pertambahan Nilai 24. Pajak Masukan adalah Pajak Pertambahan Nilai yang seharusnya sudah dibayar oleh Pengusaha yang seharusnya sudah dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak karena perolehan Barang Kena Pajak Kena Pajak karena perolehan Barang Kena Pajak dan atau penerimaan Jasa Kena Pajak dan atau dan/atau perolehan Jasa Kena Pajak dan/atau pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean dan atau pemanfaatan Jasa dari luar Daerah Pabean dan/atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean dan atau impor Kena Pajak dari luar Daerah Pabean dan/atau impor Barang Kena Pajak. Barang Kena Pajak. 25. Pajak Keluaran adalah Pajak Pertambahan Nilai 25. Pajak Keluaran adalah Pajak Pertambahan Nilai terutang yang wajib dipungut oleh Pengusaha Kena terutang yang wajib dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak, penyerahan Jasa Kena Pajak, atau ekspor Pajak, penyerahan Jasa Kena Pajak, ekspor Barang Barang Kena Pajak. Kena Pajak Berwujud, ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud, dan/atau ekspor Jasa Kena Pajak. 6
  • 7. UU No 8 Th 1983 stdtd UU No 18 Th 2000 UU No 42 Tahun 2009 26. Nilai Ekspor adalah nilai berupa uang, termasuk 26. Nilai Ekspor adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh eksportir. oleh eksportir. 27. Pemungut Pajak Pertambahan Nilai adalah 27. Pemungut Pajak Pertambahan Nilai adalah bendaharawan Pemerintah, badan, atau instansi bendahara pemerintah, badan, atau instansi Pemerintah yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan pemerintah yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk memungut, menyetor, dan melaporkan pajak untuk memungut, menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang oleh Pengusaha Kena Pajak atas yang terutang oleh Pengusaha Kena Pajak atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak kepada bendaharawan penyerahan Jasa Kena Pajak kepada bendahara Pemerintah, badan, atau instansi Pemerintah pemerintah, badan, atau instansi pemerintah tersebut. tersebut. 28. Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud adalah setiap kegiatan pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari dalam Daerah Pabean di luar Daerah Pabean. 29. Ekspor Jasa Kena Pajak adalah setiap kegiatan penyerahan Jasa Kena Pajak ke luar Daerah Pabean. PENJELASAN PASAL 1 PENJELASAN PASAL 1 Cukup jelas. Cukup jelas. PASAL 1A PASAL 1A (1) Yang termasuk dalam pengertian penyerahan (1) Yang termasuk dalam pengertian penyerahan Barang Kena Pajak adalah: Barang Kena Pajak adalah: a. penyerahan hak atas Barang Kena Pajak karena a. penyerahan hak atas Barang Kena Pajak karena suatu perjanjian; suatu perjanjian; b. pengalihan Barang Kena Pajak oleh karena suatu b. pengalihan Barang Kena Pajak karena suatu perjanjian sewa beli dan perjanjian leasing; perjanjian sewa beli dan/atau perjanjian sewa guna usaha (leasing); c. penyerahan Barang Kena Pajak kepada c. penyerahan Barang Kena Pajak kepada pedagang perantara atau melalui juru lelang; pedagang perantara atau melalui juru lelang; d. pemakaian sendiri dan atau pemberian cuma- d. pemakaian sendiri dan/atau pemberian cuma- cuma atas Barang Kena Pajak; cuma atas Barang Kena Pajak; e. persediaan Barang Kena Pajak dan aktiva yang e. Barang Kena Pajak berupa persediaan dan/atau menurut tujuan semula tidak untuk aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan, sepanjang Pajak pembubaran perusahaan; Pertambahan Nilai atas perolehan aktiva tersebut menurut ketentuan dapat dikreditkan; f. Penyerahan Barang Kena Pajak dari Pusat ke f. penyerahan Barang Kena Pajak dari pusat ke Cabang atau sebaliknya dan penyerahan Barang cabang atau sebaliknya dan/atau penyerahan Kena Pajak antar Cabang; Barang Kena Pajak antar cabang; g. penyerahan Barang Kena Pajak secara g. penyerahan Barang Kena Pajak secara konsinyasi. konsinyasi; dan h. penyerahan Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak dalam rangka perjanjian pembiayaan yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah, yang penyerahannya dianggap langsung dari Pengusaha Kena Pajak kepada pihak yang membutuhkan Barang Kena Pajak. 7
  • 8. UU No 8 Th 1983 stdtd UU No 18 Th 2000 UU No 42 Tahun 2009 (2) Yang tidak termasuk dalam pengertian penyerahan (2) Yang tidak termasuk dalam pengertian penyerahan Barang Kena Pajak adalah: Barang Kena Pajak adalah: a. penyerahan Barang Kena Pajak kepada makelar a. penyerahan Barang Kena Pajak kepada makelar sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang- sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang- undang Hukum Dagang; Undang Hukum Dagang; b. penyerahan Barang Kena Pajak untuk jaminan b. penyerahan Barang Kena Pajak untuk jaminan utang piutang; utang-piutang; c. Penyerahan Barang Kena Pajak sebagaimana c. penyerahan Barang Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf f dalam hal dimaksud pada ayat (1) huruf f dalam hal Pengusaha Kena Pajak memperoleh ijin Pengusaha Kena Pajak melakukan pemusatan pemusatan tempat pajak terutang; tempat pajak terutang; d. pengalihan Barang Kena Pajak dalam rangka penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, dan pengambilalihan usaha dengan syarat pihak yang melakukan pengalihan dan yang menerima pengalihan adalah Pengusaha Kena Pajak; dan e. Barang Kena Pajak berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan, dan yang Pajak Masukan atas perolehannya tidak dapat dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (8) huruf b dan huruf c. PENJELASAN PASAL 1A PENJELASAN PASAL 1A Ayat (1) Ayat (1) Huruf a Huruf a Perjanjian yang dimaksudkan dalam ketentuan Yang dimaksud dengan “perjanjian” meliputi jual ini meliputi jual beli, tukar menukar, jual beli beli, tukar-menukar, jual beli dengan angsuran, dengan angsuran, atau perjanjian lain yang atau perjanjian lain yang mengakibatkan mengakibatkan penyerahan hak atas barang. penyerahan hak atas barang. Huruf b Huruf b Penyerahan Barang Kena Pajak juga dapat Penyerahan Barang Kena Pajak dapat terjadi terjadi karena perjanjian sewa beli atau karena perjanjian sewa beli dan/atau perjanjian perjanjian sewa guna usaha (leasing). Adapun sewa guna usaha (leasing). yang dimaksud dengan penyerahan karena Yang dimaksud dengan “pengalihan Barang perjanjian sewa guna usaha (leasing) adalah Kena Pajak karena suatu perjanjian sewa guna penyerahan yang disebabkan oleh perjanjian usaha (leasing)” adalah penyerahan Barang sewa guna usaha (leasing) dengan hak opsi. Kena Pajak yang disebabkan oleh perjanjian Meskipun pengalihan atau penyerahan hak atas sewa guna usaha (leasing) dengan hak opsi. Barang Kena Pajak belum dilakukan dan Dalam hal penyerahan Barang Kena Pajak oleh pembayaran Harga Jual Barang Kena Pajak Pengusaha Kena Pajak dalam rangka perjanjian tersebut dilakukan secara bertahap, tetapi sewa guna usaha (leasing) dengan hak opsi, karena penguasaan atas Barang Kena Pajak Barang Kena Pajak dianggap diserahkan telah berpindah dari penjual kepada pembeli langsung dari Pengusaha Kena Pajak pemasok atau dari lessor kepada lessee, maka Undang- (supplier) kepada pihak yang membutuhkan undang ini menentukan bahwa penyerahan barang (lessee). Barang Kena Pajak dianggap telah terjadi pada saat perjanjian ditandatangani, kecuali apabila saat berpindahnya penguasaan secara nyata atas Barang Kena Pajak tersebut terjadi lebih dahulu daripada saat ditandatanganinya perjanjian. 8
  • 9. UU No 8 Th 1983 stdtd UU No 18 Th 2000 UU No 42 Tahun 2009 Huruf c Huruf c Yang dimaksud dengan pedagang perantara Yang dimaksud dengan “pedagang perantara” ialah orang pribadi atau badan yang dalam adalah orang pribadi atau badan yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya dengan nama kegiatan usaha atau pekerjaannya dengan nama sendiri melakukan perjanjian atau perikatan atas sendiri melakukan perjanjian atau perikatan atas dan untuk tanggungan orang lain dengan dan untuk tanggungan orang lain dengan mendapat upah atau balas jasa tertentu, mendapat upah atau balas jasa tertentu, misalnya komisioner. Yang dimaksud dengan misalnya komisioner. juru lelang di sini adalah juru lelang Pemerintah Yang dimaksud dengan “juru lelang” adalah juru atau yang ditunjuk oleh Pemerintah. lelang Pemerintah atau yang ditunjuk oleh Pemerintah. Huruf d Huruf d Pemakaian sendiri diartikan pemakaian untuk Yang dimaksud dengan “pemakaian sendiri” kepentingan pengusaha sendiri, pengurus, atau adalah pemakaian untuk kepentingan pengusaha karyawannya, baik barang produksi sendiri sendiri, pengurus, atau karyawan, baik barang maupun bukan produksi sendiri. Sedangkan produksi sendiri maupun bukan produksi sendiri. pemberian cuma-cuma diartikan sebagai Yang dimaksud dengan “pemberian cuma-cuma” pemberian yang diberikan tanpa pembayaran adalah pemberian yang diberikan tanpa baik barang produksi sendiri maupun bukan pembayaran baik barang produksi sendiri produksi sendiri, antara lain pemberian contoh maupun bukan produksi sendiri, seperti barang untuk promosi kepada relasi atau pemberian contoh barang untuk promosi kepada pembeli. relasi atau pembeli. Huruf e Huruf e Persediaan Barang Kena Pajak dan aktiva yang Barang Kena Pajak berupa persediaan dan/atau menurut tujuan semula tidak untuk aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan, disamakan dengan pembubaran perusahaan, disamakan dengan pemakaian sendiri, sehingga dianggap sebagai pemakaian sendiri sehingga dianggap sebagai penyerahan Barang Kena Pajak. Khusus untuk penyerahan Barang Kena Pajak. aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk Dikecualikan dari ketentuan pada huruf e ini diperjualbelikan tersebut, hanya dikenakan Pajak adalah penyerahan sebagaimana dimaksud Pertambahan Nilai apabila memenuhi dalam Pasal 1A ayat (2) huruf e. persyaratan, yaitu bahwa Pajak Pertambahan Nilai yang dibayar pada saat perolehannya dapat dikreditkan. Huruf f Huruf f Apabila suatu perusahaan mempunyai lebih dari Dalam hal suatu perusahaan mempunyai lebih satu tempat pajak terutang, yaitu tempat dari satu tempat pajak terutang baik sebagai melakukan penyerahan Barang Kena Pajak pusat maupun sebagai cabang perusahaan, kepada pihak lain, baik sebagai pusat maupun pemindahan Barang Kena Pajak antartempat sebagai cabang perusahaan, maka Undang- tersebut merupakan penyerahan Barang Kena undang ini menganggap bahwa pemindahan Pajak. Barang Kena Pajak antar tempat-tempat tersebut Yang dimaksud dengan “pusat” adalah tempat merupakan penyerahan Barang Kena Pajak. tinggal atau tempat kedudukan. Yang dimaksud dengan cabang dalam ketentuan Yang dimaksud dengan “cabang” antara lain ini termasuk antara lain lokasi usaha, perwakilan, lokasi usaha, perwakilan, unit pemasaran, dan unit pemasaran dan sejenisnya. tempat kegiatan usaha sejenisnya. Huruf g Huruf g Dalam hal penyerahan secara konsinyasi, Pajak Dalam hal penyerahan secara konsinyasi, Pajak Pertambahan Nilai yang sudah dibayar pada Pertambahan Nilai yang sudah dibayar pada waktu Barang Kena Pajak yang bersangkutan waktu Barang Kena Pajak yang bersangkutan diserahkan untuk dititipkan dapat dikreditkan diserahkan untuk dititipkan dapat dikreditkan dengan Pajak Keluaran pada Masa Pajak dengan Pajak Keluaran pada Masa Pajak terjadinya penyerahan Barang Kena Pajak yang terjadinya penyerahan Barang Kena Pajak yang dititipkan tersebut. dititipkan tersebut. 9
  • 10. UU No 8 Th 1983 stdtd UU No 18 Th 2000 UU No 42 Tahun 2009 Sebaliknya, jika Barang Kena Pajak titipan Sebaliknya, jika Barang Kena Pajak titipan tersebut tidak laku dijual dan diputuskan untuk tersebut tidak laku dijual dan diputuskan untuk dikembalikan kepada pemilik Barang Kena dikembalikan kepada pemilik Barang Kena Pajak, Pajak, Pengusaha yang menerima titipan pengusaha yang menerima titipan tersebut dapat tersebut dapat menggunakan ketentuan menggunakan ketentuan mengenai mengenai pengembalian Barang Kena Pajak pengembalian Barang Kena Pajak (retur) (retur) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5A sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5A Undang- Undang-undang ini. Undang ini. Huruf h Contoh: Dalam transaksi murabahah, bank syariah bertindak sebagai penyedia dana untuk membeli sebuah kendaraan bermotor dari Pengusaha Kena Pajak A atas pesanan nasabah bank syariah (Tuan B). Meskipun berdasarkan prinsip syariah, bank syariah harus membeli dahulu kendaraan bermotor tersebut dan kemudian menjualnya kepada Tuan B, berdasarkan Undang-Undang ini, penyerahan kendaraan bermotor tersebut dianggap dilakukan langsung oleh Pengusaha Kena Pajak A kepada Tuan B. Ayat (2) Ayat (2) Huruf a Huruf a Yang dimaksud dengan makelar dalam Undang- Yang dimaksud dengan ”makelar” adalah undang ini adalah makelar sebagaimana makelar sebagaimana dimaksud dalam Kitab dimaksud dalam Kitab Undang-undang Hukum Undang-Undang Hukum Dagang, yaitu pedagang Dagang yaitu pedagang perantara yang diangkat perantara yang diangkat oleh Presiden atau oleh oleh Presiden atau oleh pejabat yang oleh pejabat yang oleh Presiden dinyatakan Presiden dinyatakan berwenang untuk itu. berwenang untuk itu. Mereka menyelenggarakan Mereka menyelenggarakan perusahaan mereka perusahaan mereka dengan melakukan dengan melakukan pekerjaan dengan mendapat pekerjaan dengan mendapat upah atau provisi upah atau provisi tertentu, atas amanat dan atas tertentu, atas amanat dan atas nama orang- nama orang-orang lain yang dengan mereka orang lain yang dengan mereka tidak terdapat tidak terdapat hubungan kerja. hubungan kerja. Huruf b Huruf b Cukup jelas. Cukup jelas. Huruf c Huruf c Dalam hal Pengusaha Kena Pajak mempunyai Dalam hal Pengusaha Kena Pajak mempunyai lebih dari satu tempat usaha, baik sebagai pusat lebih dari satu tempat kegiatan usaha, baik maupun cabang-cabang perusahaan, dan sebagai pusat maupun cabang perusahaan, dan Pengusaha Kena Pajak tersebut telah Pengusaha Kena Pajak tersebut telah memperoleh ijin pemusatan tempat pajak menyampaikan pemberitahuan secara tertulis terutang dari Direktur Jenderal Pajak, maka kepada Direktur Jenderal Pajak, pemindahan pemindahan Barang Kena Pajak dari satu tempat Barang Kena Pajak dari satu tempat kegiatan usaha ke tempat usaha lainnya (pusat ke cabang usaha ke tempat kegiatan usaha lainnya (pusat atau sebaliknya, atau antar cabang) dianggap ke cabang atau sebaliknya atau antarcabang) tidak termasuk dalam pengertian penyerahan dianggap tidak termasuk dalam pengertian Barang Kena Pajak, kecuali pemindahan Barang penyerahan Barang Kena Pajak, kecuali Kena Pajak antar tempat-tempat pajak terutang. pemindahan Barang Kena Pajak antartempat pajak terutang. Huruf d Yang dimaksud dengan “pemecahan usaha” adalah pemisahan usaha sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai perseroan terbatas. 10
  • 11. UU No 8 Th 1983 stdtd UU No 18 Th 2000 UU No 42 Tahun 2009 Huruf e Barang Kena Pajak berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan, yang Pajak Masukan atas perolehannya tidak dapat dikreditkan karena tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (8) huruf b dan/atau aktiva berupa kendaraan bermotor sedan dan station wagon yang Pajak Masukan atas perolehannya tidak dapat dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (8) huruf c tidak termasuk dalam pengertian penyerahan Barang Kena Pajak. PASAL 2 PASAL 2 (1) Dalam hal Harga Jual atau Penggantian dipengaruhi Tidak diubah oleh hubungan istimewa, maka Harga Jual atau Penggantian dihitung atas dasar harga pasar wajar pada saat penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak itu dilakukan. (2) Hubungan istimewa dianggap ada apabila: a. Pengusaha mempunyai penyertaan langsung atau tidak langsung sebesar 25% (dua puluh lima persen) atau lebih kepada Pengusaha lain, atau hubungan antara Pengusaha dengan penyertaan 25% (dua puluh lima persen) atau lebih pada dua Pengusaha atau lebih, demikian pula hubungan antara dua Pengusaha atau lebih yang disebut terakhir; atau b. Pengusaha menguasai Pengusaha lainnya atau dua atau lebih Pengusaha berada di bawah penguasaan Pengusaha yang sama baik langsung maupun tidak langsung; atau c. Terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam garis keturunan lurus satu derajat dan/atau kesamping satu derajat. PENJELASAN PASAL 2 PENJELASAN PASAL 2 Ayat (1) Tidak diubah Pengaruh hubungan istimewa seperti dimaksud dalam Undang-undang ini ialah adanya kemungkinan harga yang ditekan lebih rendah dari harga pasar. Dalam hal ini, Direktur Jenderal Pajak mempunyai kewenangan melakukan penyesuaian Harga Jual atau Penggantian yang menjadi Dasar Pengenaan Pajak dengan harga pasar yang wajar yang berlaku di pasaran bebas. Ayat (2) Hubungan istimewa antara Pengusaha Kena Pajak dengan pihak yang menerima penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak dapat terjadi karena ketergantungan atau keterkaitan satu dengan yang lain yang disebabkan karena : 11
  • 12. UU No 8 Th 1983 stdtd UU No 18 Th 2000 UU No 42 Tahun 2009 - faktor kepemilikan atau penyertaan; - adanya penguasaan melalui manajemen atau penggunaan teknologi. Selain karena hal-hal tersebut di atas, hubungan istimewa di antara orang pribadi dapat pula terjadi karena adanya hubungan darah atau karena perkawinan. a. Hubungan istimewa dianggap ada apabila terdapat hubungan kepemilikan yang berupa penyertaan modal sebesar 25% (dua puluh lima persen) atau lebih, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Contoh: Kalau PT. A mempunyai 50% (lima puluh persen) saham PT. B, pemilikan saham oleh PT. A merupakan penyertaan langsung. Selanjutnya apabila PT. B tersebut mempunyai 50% (lima puluh persen) saham PT. C, maka PT. A sebagai pemegang saham PT. B secara tidak langsung mempunyai penyertaan pada PT. C sebesar 25% (dua puluh lima persen). Dalam hal demikian, antara PT. A, PT. B dan PT. C dianggap terdapat hubungan istimewa. Apabila PT. A juga memiliki 25% (dua puluh lima persen) saham PT. D, maka antara PT. B, PT. C dan PT. D dianggap terdapat hubungan istimewa. Hubungan kepemilikan seperti tersebut diatas juga dapat terjadi antara orang pribadi dan badan. b. Hubungan antara pengusaha seperti digambarkan pada huruf a dapat juga terjadi karena penguasaan melalui manajemen atau penggunaan teknologi, kendatipun tidak terdapat hubungan kepemilikan. Hubungan istimewa dianggap ada apabila satu atau lebih perusahaan berada di bawah penguasaan pengusaha yang sama. Demikian juga hubungan antara beberapa perusahaan yang berada dalam penguasaan pengusahan yang sama tersebut. c. Yang dimaksud dengan hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat adalah ayah, ibu, dan anak, sedangkan hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan ke samping satu derajat adalah kakak dan adik. Yang dimaksud dengan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus satu derajat adalah mertua dan anak tiri, sedangkan hubungan keluarga semenda dalam garis keturunan ke samping satu derajat adalah ipar. Apabila antara suami isteri mempunyai perjanjian pemisahan harta dan penghasilan, maka hubungan antara suami isteri tersebut termasuk dalam pengertian hubungan istimewa menurut Undang-undang ini. 12
  • 13. UU No 8 Th 1983 stdtd UU No 18 Th 2000 UU No 42 Tahun 2009 BAB II BAB II PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK PASAL 3 PASAL 3 Dihapus. Tidak diubah PENJELASAN PASAL 3 PENJELASAN PASAL 3 Ketentuan Pasal 3 yang mengatur tentang Pengukuhan Tidak diubah Pengusaha Kena Pajak, dihapus dan dipindahkan ke dalam Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. BAB IIA BAB IIA KEWAJIBAN MELAPORKAN USAHA DAN KEWAJIBAN MELAPORKAN USAHA DAN KEWAJIBAN MEMUNGUT, MENYETOR DAN KEWAJIBAN MEMUNGUT, MENYETOR DAN MELAPORKAN PAJAK YANG TERUTANG MELAPORKAN PAJAK YANG TERUTANG PASAL 3A PASAL 3A (1) Pengusaha yang melakukan penyerahan (1) Pengusaha yang melakukan penyerahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a, huruf sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf c, atau huruf f, wajib melaporkan usahanya untuk a, huruf c, huruf f, huruf g, dan huruf h, kecuali dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, dan pengusaha kecil yang batasannya ditetapkan oleh wajib memungut, menyetor, dan melaporkan Pajak Menteri Keuangan, wajib melaporkan usahanya Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak Mewah yang terutang. dan wajib memungut, menyetor, dan melaporkan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang terutang. (1a) Pengusaha kecil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat memilih untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak. (2) Pengusaha Kecil yang memilih untuk dikukuhkan (2) Pengusaha kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak wajib melaksanakan sebagai Pengusaha Kena Pajak wajib melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1). ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (3) Orang pribadi atau badan yang memanfaatkan (3) Orang pribadi atau badan yang memanfaatkan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf Pabean sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat d dan atau yang memanfaatkan Jasa Kena Pajak (1) huruf d dan/atau yang memanfaatkan Jasa Kena dari luar Daerah Pabean sebagaimana dimaksud Pajak dari luar Daerah Pabean sebagaimana dalam Pasal 4 huruf e wajib memungut, menyetor, dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf e wajib dan melaporkan Pajak Pertambahan Nilai yang memungut, menyetor, dan melaporkan Pajak terutang yang penghitungan dan tata caranya diatur Pertambahan Nilai yang terutang yang penghitungan dengan Keputusan Menteri Keuangan. dan tata caranya diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan. 13
  • 14. UU No 8 Th 1983 stdtd UU No 18 Th 2000 UU No 42 Tahun 2009 PENJELASAN PASAL 3A PENJELASAN PASAL 3A Ayat (1) Ayat (1) Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan atau penyerahan Jasa Kena Pajak di Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean dan atau melakukan ekspor dalam Daerah Pabean dan/atau melakukan ekspor Barang Kena Pajak diwajibkan: Barang Kena Pajak Berwujud, ekspor Jasa Kena a. melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pajak, dan/atau ekspor Barang Kena Pajak Tidak Pengusaha Kena Pajak; Berwujud diwajibkan: b. memungut pajak yang terutang; a. melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai c. menyetorkan Pajak Pertambahan Nilai yang Pengusaha Kena Pajak; masih harus dibayar dalam hal Pajak Keluaran b. memungut pajak yang terutang; lebih besar dari Pajak Masukan yang dapat c. menyetorkan Pajak Pertambahan Nilai yang dikreditkan, serta menyetorkan Pajak Penjualan masih harus dibayar dalam hal Pajak Keluaran Atas Barang Mewah yang terutang; lebih besar daripada Pajak Masukan yang dapat d. melaporkan penghitungan pajak. dikreditkan serta menyetorkan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang terutang; dan d. melaporkan penghitungan pajak. Kewajiban di atas tidak berlaku untuk pengusaha kecil yang batasannya ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Ayat (1a) Cukup jelas. Ayat (2) Ayat (2) Pengusaha Kecil diperkenankan untuk memilih Pengusaha kecil diperkenankan untuk memilih dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak. Apabila dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak. Apabila menjadi Pengusaha Kena Pajak, maka Undang- pengusaha kecil memilih menjadi Pengusaha Kena undang ini berlaku sepenuhnya bagi Pengusaha Pajak, Undang-Undang ini berlaku sepenuhnya bagi Kecil tersebut. pengusaha kecil tersebut. Ayat (3) Ayat (3) Pajak Pertambahan Nilai yang terutang atas Pajak Pertambahan Nilai yang terutang atas pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean, dan/atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar harus dipungut oleh orang pribadi atau badan yang Daerah Pabean harus dipungut oleh orang pribadi memanfaatkan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau badan yang memanfaatkan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak tersebut. Tidak Berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak tersebut. BAB III BAB III OBJEK PAJAK OBJEK PAJAK PASAL 4 PASAL 4 Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas: (1) Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas: a. penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah a. penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha; Pabean yang dilakukan oleh pengusaha; b. impor Barang Kena Pajak; b. impor Barang Kena Pajak; c. penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah c. penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha; Pabean yang dilakukan oleh pengusaha; d. pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari d. pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean; Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean; e. pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah e. pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean; atau Pabean di dalam Daerah Pabean; 14
  • 15. UU No 8 Th 1983 stdtd UU No 18 Th 2000 UU No 42 Tahun 2009 f. ekspor Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena f. ekspor Barang Kena Pajak Berwujud oleh Pajak. Pengusaha Kena Pajak; g. ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak; dan h. ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak. (2) Ketentuan mengenai batasan kegiatan dan jenis Jasa Kena Pajak yang atas ekspornya dikenai Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf h diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan. PENJELASAN PASAL 4 PENJELASAN PASAL 4 Ayat (1) Huruf a Huruf a Pengusaha yang melakukan kegiatan penyerahan Pengusaha yang melakukan kegiatan Barang Kena Pajak meliputi baik Pengusaha penyerahan Barang Kena Pajak meliputi baik yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena pengusaha yang telah dikukuhkan menjadi Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3A Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud ayat (1) maupun Pengusaha yang seharusnya dalam Pasal 3A ayat (1) maupun pengusaha dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak tetapi yang seharusnya dikukuhkan menjadi belum dikukuhkan. Pengusaha Kena Pajak, tetapi belum dikukuhkan. Penyerahan barang yang dikenakan pajak harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: Penyerahan barang yang dikenai pajak harus a. barang berwujud yang diserahkan merupakan memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: Barang Kena Pajak, a. barang berwujud yang diserahkan b. barang tidak berwujud yang diserahkan merupakan Barang Kena Pajak; merupakan Barang Kena Pajak Tidak b. barang tidak berwujud yang diserahkan Berwujud, merupakan Barang Kena Pajak Tidak c. penyerahan dilakukan di dalam Daerah Berwujud; Pabean, dan c. penyerahan dilakukan di dalam Daerah d. penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan Pabean; dan usaha atau pekerjaannya. d. penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya. Huruf b Huruf b Pajak juga dipungut pada saat impor Barang Kena Pajak juga dipungut pada saat impor Barang Pajak. Pemungutan dilakukan melalui Direktorat Kena Pajak. Pemungutan dilakukan melalui Jenderal Bea dan Cukai. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Berbeda dengan penyerahan Barang Kena Pajak Berbeda dengan penyerahan Barang Kena Pajak tersebut pada huruf a, maka siapapun yang pada huruf a, siapapun yang memasukkan memasukkan Barang Kena Pajak ke dalam Barang Kena Pajak ke dalam Daerah Pabean, Daerah Pabean tanpa memperhatikan apakah tanpa memperhatikan apakah dilakukan dalam dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya atau pekerjaannya atau tidak, tetap dikenakan pajak. tidak, tetap dikenai pajak. Huruf c Huruf c Pengusaha yang melakukan kegiatan penyerahan Pengusaha yang melakukan kegiatan Jasa Kena Pajak meliputi baik Pengusaha yang penyerahan Jasa Kena Pajak meliputi baik telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3A ayat (1) Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud maupun Pengusaha yang seharusnya dikukuhkan dalam Pasal 3A ayat (1) maupun pengusaha sebagai Pengusaha Kena Pajak tetapi belum yang seharusnya dikukuhkan sebagai dikukuhkan. Pengusaha Kena Pajak, tetapi belum dikukuhkan. 15
  • 16. UU No 8 Th 1983 stdtd UU No 18 Th 2000 UU No 42 Tahun 2009 Penyerahan jasa yang terutang pajak harus Penyerahan jasa yang terutang pajak harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: a. jasa yang diserahkan merupakan Jasa Kena a. jasa yang diserahkan merupakan Jasa Kena Pajak, Pajak; b. penyerahan dilakukan di dalam Daerah b. penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean, dan Pabean; dan c. penyerahan dilakukan dalam kegiatan usaha c. penyerahan dilakukan dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya. atau pekerjaannya. Termasuk dalam pengertian penyerahan Jasa Termasuk dalam pengertian penyerahan Jasa Kena Pajak adalah Jasa Kena Pajak yang Kena Pajak adalah Jasa Kena Pajak yang dimanfaatkan untuk kepentingan sendiri dan atau dimanfaatkan untuk kepentingan sendiri dan/atau Jasa Kena Pajak yang diberikan secara cuma- yang diberikan secara cuma-cuma. cuma. Huruf d Huruf d Untuk dapat memberikan perlakuan pengenaan Untuk dapat memberikan perlakuan pengenaan pajak yang sama dengan impor Barang Kena pajak yang sama dengan impor Barang Kena Pajak, maka atas Barang Kena Pajak Tidak Pajak, atas Barang Kena Pajak Tidak Berwujud Berwujud yang berasal dari luar Daerah Pabean yang berasal dari luar Daerah Pabean yang yang dimanfaatkan oleh siapapun di dalam dimanfaatkan oleh siapa pun di dalam Daerah Daerah Pabean juga dikenakan Pajak Pabean juga dikenai Pajak Pertambahan Nilai. Pertambahan Nilai. Contoh: Contoh: Pengusaha A yang berkedudukan di Jakarta Pengusaha “A” yang berkedudukan di Jakarta memperoleh hak menggunakan merek yang memperoleh hak menggunakan merek yang dimiliki Pengusaha B yang berkedudukan di dimiliki Pengusaha “B” yang berkedudukan di Hongkong. Atas pemanfaatan merek tersebut Hongkong. Atas pemanfaatan merek tersebut oleh oleh Pengusaha A di dalam Daerah Pabean pengusaha “A” di dalam Daerah Pabean terutang terutang Pajak Pertambahan Nilai. Pajak Pertambahan Nilai. Huruf e Huruf e Jasa yang berasal dari luar Daerah Pabean yang Jasa yang berasal dari luar Daerah Pabean yang dimanfaatkan oleh siapapun di dalam Daerah dimanfaatkan oleh siapa pun di dalam Daerah Pabean dikenakan Pajak Pertambahan Nilai. Pabean dikenai Pajak Pertambahan Nilai. Misalnya, Pengusaha Kena Pajak “C” di Surabaya memanfaatkan Jasa Kena Pajak dari Pengusaha Misalnya, Pengusaha Kena Pajak C di Surabaya “B” yang berkedudukan di Singapura. Atas memanfaatkan Jasa Kena Pajak dari Pengusaha pemanfaatan Jasa Kena Pajak tersebut terutang B yang berkedudukan di Singapura. Atas Pajak Pertambahan Nilai. pemanfaatan Jasa Kena Pajak tersebut terutang Pajak Pertambahan Nilai. Huruf f Huruf f Berbeda dengan Pengusaha yang melakukan Berbeda dengan pengusaha yang melakukan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam huruf a kegiatan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan atau huruf c, maka Pengusaha yang dan/atau huruf c, pengusaha yang melakukan melakukan ekspor Barang Kena Pajak hanya ekspor Barang Kena Pajak Berwujud hanya Pengusaha yang telah dikukuhkan menjadi pengusaha yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3A ayat (1). dalam Pasal 3A ayat (1). Huruf g Sebagaimana halnya dengan kegiatan ekspor Barang Kena Pajak Berwujud, pengusaha yang melakukan ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud hanya pengusaha yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3A ayat (1). 16
  • 17. UU No 8 Th 1983 stdtd UU No 18 Th 2000 UU No 42 Tahun 2009 Yang dimaksud dengan ”Barang Kena Pajak Tidak Berwujud” adalah: 1. penggunaan atau hak menggunakan hak cipta di bidang kesusastraan, kesenian atau karya ilmiah, paten, desain atau model, rencana, formula atau proses rahasia, merek dagang, atau bentuk hak kekayaan intelektual/industrial atau hak serupa lainnya; 2. penggunaan atau hak menggunakan peralatan/perlengkapan industrial, komersial, atau ilmiah; 3. pemberian pengetahuan atau informasi di bidang ilmiah, teknikal, industrial, atau komersial; 4. pemberian bantuan tambahan atau pelengkap sehubungan dengan penggunaan atau hak menggunakan hak-hak tersebut pada angka 1, penggunaan atau hak menggunakan peralatan/perlengkapan tersebut pada angka 2, atau pemberian pengetahuan atau informasi tersebut pada angka 3, berupa: a) penerimaan atau hak menerima rekaman gambar atau rekaman suara atau keduanya, yang disalurkan kepada masyarakat melalui satelit, kabel, serat optik, atau teknologi yang serupa; b) penggunaan atau hak menggunakan rekaman gambar atau rekaman suara atau keduanya, untuk siaran televisi atau radio yang disiarkan/dipancarkan melalui satelit, kabel, serat optik, atau teknologi yang serupa; dan c) penggunaan atau hak menggunakan sebagian atau seluruh spektrum radio komunikasi; 5. penggunaan atau hak menggunakan film gambar hidup (motion picture films), film atau pita video untuk siaran televisi, atau pita suara untuk siaran radio; dan 6. pelepasan seluruhnya atau sebagian hak yang berkenaan dengan penggunaan atau pemberian hak kekayaan intelektual/industrial atau hak-hak lainnya sebagaimana tersebut di atas. Huruf h Termasuk dalam pengertian ekspor Jasa Kena Pajak adalah penyerahan Jasa Kena Pajak dari dalam Daerah Pabean ke luar Daerah Pabean oleh Pengusaha Kena Pajak yang menghasilkan dan melakukan ekspor Barang Kena Pajak Berwujud atas dasar pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan di luar Daerah Pabean. Ayat (2) Cukup jelas. 17
  • 18. UU No 8 Th 1983 stdtd UU No 18 Th 2000 UU No 42 Tahun 2009 PASAL 4A PASAL 4A (1) Jenis barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 (1) Dihapus. angka 2 dan jenis jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 5 yang tidak dikenakan pajak berdasarkan Undang-undang ini ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. (2) Penetapan jenis barang yang tidak dikenakan Pajak (2) Jenis barang yang tidak dikenai Pajak Pertambahan Pertambahan Nilai sebagaimana dimaksud dalam Nilai adalah barang tertentu dalam kelompok barang ayat (1) didasarkan atas kelompok-kelompok barang sebagai berikut: sebagai berikut: a. barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran a. barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari sumbernya; yang diambil langsung dari sumbernya; b. barang-barang kebutuhan pokok yang sangat b. barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan dibutuhkan oleh rakyat banyak; oleh rakyat banyak; c. makanan dan minuman yang disajikan di hotel, c. makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung, dan sejenisnya; restoran, rumah makan, warung, dan sejenisnya, meliputi makanan dan minuman baik yang dikonsumsi di tempat maupun tidak, termasuk makanan dan minuman yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau katering; dan d. uang, emas batangan, dan surat-surat berharga. d. uang, emas batangan, dan surat berharga. (3) Penetapan jenis jasa yang tidak dikenakan Pajak (3) Jenis jasa yang tidak dikenai Pajak Pertambahan Nilai Pertambahan Nilai sebagaimana dimaksud dalam adalah jasa tertentu dalam kelompok jasa sebagai ayat (1) didasarkan atas kelompok-kelompok jasa berikut: sebagai berikut: a. jasa di bidang pelayanan kesehatan medik; a. jasa pelayanan kesehatan medis; b. jasa di bidang pelayanan sosial; b. jasa pelayanan sosial; c. jasa di bidang pengiriman surat dengan perangko; c. jasa pengiriman surat dengan perangko; d. jasa di bidang perbankan, asuransi, dan sewa d. jasa keuangan; guna usaha dengan hak opsi; e. jasa asuransi; e. jasa di bidang keagamaan; f. jasa keagamaan; f. jasa di bidang pendidikan; g. jasa pendidikan; g. jasa di bidang kesenian dan hiburan yang telah h. jasa kesenian dan hiburan; dikenakan pajak tontonan; h. jasa di bidang penyiaran yang bukan bersifat i. jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan; iklan; i. jasa angkutan umum di darat dan di air; j. jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa angkutan udara dalam negeri yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari jasa angkutan udara luar negeri; j. jasa di bidang tenaga kerja; k. jasa tenaga kerja; k. jasa di bidang perhotelan; l. jasa perhotelan; 18
  • 19. UU No 8 Th 1983 stdtd UU No 18 Th 2000 UU No 42 Tahun 2009 l. jasa yang disediakan oleh Pemerintah dalam m. jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara umum. rangka menjalankan pemerintahan secara umum; n. jasa penyediaan tempat parkir; o. jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam; p. jasa pengiriman uang dengan wesel pos; dan q. jasa boga atau katering. PENJELASAN PASAL 4A PENJELASAN PASAL 4A Ayat (1) Ayat (1) Cukup jelas Cukup jelas. Ayat (2) Ayat (2) Huruf a Huruf a Yang dimaksud dengan barang hasil Barang hasil pertambangan atau hasil pertambangan dan hasil pengeboran yang diambil pengeboran yang diambil langsung dari langsung dari sumbernya seperti minyak mentah sumbernya meliputi: (crude oil), gas bumi, pasir dan kerikil, bijih besi, a. minyak mentah (crude oil); bijih timah, bijih emas. b. gas bumi, tidak termasuk gas bumi seperti elpiji yang siap dikonsumsi langsung oleh masyarakat; c. panas bumi; d. asbes, batu tulis, batu setengah permata, batu kapur, batu apung, batu permata, bentonit, dolomit, felspar (feldspar), garam batu (halite), grafit, granit/andesit, gips, kalsit, kaolin, leusit, magnesit, mika, marmer, nitrat, opsidien, oker, pasir dan kerikil, pasir kuarsa, perlit, fosfat (phospat), talk, tanah serap (fullers earth), tanah diatome, tanah liat, tawas (alum), tras, yarosif, zeolit, basal, dan trakkit; e. batubara sebelum diproses menjadi briket batubara; dan f. bijih besi, bijih timah, bijih emas, bijih tembaga, bijih nikel, bijih perak, serta bijih bauksit. Huruf b Huruf b Yang dimaksud dengan kebutuhan pokok dalam Barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan ayat ini adalah beras dan gabah, jagung, sagu, oleh rakyat banyak meliputi: kedelai, garam baik yang berjodium maupun yang a. beras; tidak berjodium. b. gabah; c. jagung; d. sagu; e. kedelai; f. garam, baik yang beryodium maupun yang tidak beryodium; g. daging, yaitu daging segar yang tanpa diolah, tetapi telah melalui proses disembelih, dikuliti, dipotong, didinginkan, dibekukan, dikemas atau tidak dikemas, digarami, dikapur, diasamkan, diawetkan dengan cara lain, dan/atau direbus; 19
  • 20. UU No 8 Th 1983 stdtd UU No 18 Th 2000 UU No 42 Tahun 2009 h. telur, yaitu telur yang tidak diolah, termasuk telur yang dibersihkan, diasinkan, atau dikemas; i. susu, yaitu susu perah baik yang telah melalui proses didinginkan maupun dipanaskan, tidak mengandung tambahan gula atau bahan lainnya, dan/atau dikemas atau tidak dikemas; j. buah-buahan, yaitu buah-buahan segar yang dipetik, baik yang telah melalui proses dicuci, disortasi, dikupas, dipotong, diiris, di-grading, dan/atau dikemas atau tidak dikemas; dan k. sayur-sayuran, yaitu sayuran segar yang dipetik, dicuci, ditiriskan, dan/atau disimpan pada suhu rendah, termasuk sayuran segar yang dicacah. Huruf c Huruf c Untuk menghindari pajak berganda, karena sudah Ketentuan ini dimaksudkan untuk menghindari merupakan objek pengenaan Pajak Daerah. pengenaan pajak berganda karena sudah merupakan objek pengenaan Pajak Daerah. Huruf d Huruf d Cukup jelas Cukup jelas. Ayat (3) Ayat (3) Cukup jelas. Huruf a Jasa pelayanan kesehatan medis meliputi: 1. jasa dokter umum, dokter spesialis, dan dokter gigi; 2. jasa dokter hewan; 3. jasa ahli kesehatan seperti ahli akupunktur, ahli gigi, ahli gizi, dan ahli fisioterapi; 4. jasa kebidanan dan dukun bayi; 5. jasa paramedis dan perawat; 6. jasa rumah sakit, rumah bersalin, klinik kesehatan, laboratorium kesehatan, dan sanatorium; 7. jasa psikolog dan psikiater; dan 8. jasa pengobatan alternatif, termasuk yang dilakukan oleh paranormal. Huruf b Jasa pelayanan sosial meliputi: 1. jasa pelayanan panti asuhan dan panti jompo; 2. jasa pemadam kebakaran; 3. jasa pemberian pertolongan pada kecelakaan; 4. jasa lembaga rehabilitasi; 5. jasa penyediaan rumah duka atau jasa pemakaman, termasuk krematorium; dan 6. jasa di bidang olah raga kecuali yang bersifat komersial. Huruf c Jasa pengiriman surat dengan perangko meliputi jasa pengiriman surat dengan menggunakan perangko tempel dan menggunakan cara lain pengganti perangko tempel. 20