Skripsi ini membahas analisis pembayaran hutang PT Pertamina (Persero) dengan anak perusahaan PT Pertamina Energy Services. Tujuannya adalah untuk mengetahui sistematika proses pembayaran hutang, kemampuan PT Pertamina dalam melunasi kewajiban jangka pendek, dan perlakuan akuntansi atas hutang antar perusahaan.
1. ANALISIS PEMBAYARAN HUTANG PT. PERTAMINA ( PERSERO )
DENGAN ANAK PERUSAHAAN PT. PERTAMINA ENERGY SERVICES
SKRIPSI
Diajukan Untuk Persyaratan
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat unuk memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Pada Program Akuntansi Strata Satu (S-I)
Disusun Oleh :
NAMA : SIDIK ABDULLAH
NIM : 2009 131 031
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI KALPATARU
CIBINONG
2012
i
2. SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI KALPATARU
PROGRAM STRATA SATU
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI
NAMA : SIDIK ABDULLAH
NIM : 2009 131 031
JUDUL SKRIPSI : ANALISIS PEMBAYARAN HUTANG PT.
PERTAMINA ( PERSERO ) DENGAN ANAK
PERUSAHAAN PT. PERTAMINA ENERGY
SERVICES
Telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan dan dipertahankan dalam ujian
skripsi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Kalpataru.
Cibinong, 12 Mei 2012
Menyetujui
( Kikin Sadikin, SE, MM, M.Ak.) ( Heri Nazir, Ir. MM )
Pembimbing Materi Pembimbing Teknis
Mengetahui,
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI
KALPATARU
( Nurussalam, SE. MM. )
Ketua
ii
3. SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI KALPATARU
PROGRAM STRATA SATU
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA PENGUJI
Pada hari ini tanggal ………………..telah diadakan ujian skripsi jenjang Strata
Satu ( S-1 ) Program Studi Akuntansi pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
Kalpataru atas mahasiswa :
NAMA : SIDIK ABDULLAH
NIM : 2009 131 031
JUDUL SKRIPSI : ANALISIS PEMBAYARAN HUTANG
PT. PERTAMINA ( PERSERO ) DENGAN ANAK
PERUSAHAAN PT. PERTAMINA ENERGY
SERVICES
PANITIA PENGUJI
NAMA JABATAN TANDA TANGAN
1. Ketua
2. Anggota
3. Anggota
Mengetahui,
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI
KALPATARU
( Nurussalam, SE. MM. )
Ketua
iii
4. ABSTRAKSI
Sidik Abdullah (NIM 2009 131 031), “ANALISIS PEMBAYARAN
HUTANG PT. PERTAMINA ( PERSERO ) DENGAN ANAK PERUSAHAAN
PT. PERTAMINA ENERGY SERVICES.” Akuntansi memegang peranan sangat
penting dalam proses laporan keuangan, laporan keuangan konsolidasi yang
menyajikan informasi keuangan dari suatu kelompok perusahaan sebagai satu
kesatuan ekonomi meskipun masing-masing perusahaan dalam kelompok tersebut
merupakan suatu entitas hukum yang terpisah satu sama lain. Induk perusahaan
yang memenuhi kriteria konsolidasi, tidak boleh menyajikan tersendiri laporan
keuangannya (tanpa konsolidasi) sebagai laporan keuangan untuk tujuan
pelaporan keuangan Dalam upaya minimalisasi adanya selisih pengakuan
hutang/piutang hubungan istimewa dan optimalisasi mekanisme rekonsiliasi pada
PT Pertamina (Persero) dengan anak perusahaan sudah dilakukan secara efektif
dan efisien atau belum. Pengelolaan hutang merupakan salah satu unsur keuangan
yang sangat penting dilakukan oleh perusahaan sebesar PT. Pertamina (Persero)
karena merupakan unsur dari neraca dalam laporan keuangan dan salah satu
indikator penyelesaian pembayaran yang telah ditentukan.
Tujuan utama penelitian yang di lakukan adalah untuk mengetahui
sistematika proses pembayaran hutang PT. Pertamina (Persero) dengan PT.
Pertamina Energy Services, untuk mengetahui seberapa besar kemampuan PT.
Pertamina (Persero) dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya dan untuk
menganalisa perlakuan akuntansi atas hutang PT. Pertamina (Persero) terhadap
PT. Pertamina Energy Services.
Dalam mencari permasalahan pada PT. Pertamina (persero) dan pemecahan,
penulis mengadakan pendekatan dan menganalisa laporan keuangan mengenai
sistematika pembayaran hutang; aktiva lancar terhadap kewajiban lancarnya; kas.
Surat berharga dan piutang dagang terhadap kewajiban lancarnya; kas dan surat
berharga terhadap hutang lancarnya; serta bagaimana perlakuan akuntansi yang
diterapkan di PT. Pertamina (Persero).
iv
5. KATA PENGANTAR
Ucapan Alhamdulillah yang tiada terhingga kehadirat ALLAH SWT. Serta
segala rahmat dan karuni-NYA yang telah diberikan kepada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Maksud dari penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat
untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi (SE) pada Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi KALPATARU. Berangkat dari segala keterbatasan maupun
pengetahuan yang penulis tuang dalam skripsi ini, bahwa dalam penyusunan
skripsi ini masih terdapat banyak sekali kekurangannya, namun penulis berusaha
menyajikannya dengan sebaik mungkin dengan harapan semoga dapat bermanfaat
bagi yang membutuhkannya dan penulis mengharapkan saran serta kritik yang
bersifat membangun demi penyempurnaan skripsi ini.
Melalui kesempatan ini pula penulis dengan segala kerendahan hati tidak lupa
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ketua (BPH) Yayasan Pendidikan dan Pelatihan Kalpataru
Bapak Ir. Thamrin Tanjung, MM. MBA.
2. Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Kalpataru
.Bapak Nurussalam SE. MM.
3. Pembantu Ketua I Bidang Akademik
Bapak Tata Suhendi, SE. MM.
4. Pembantu Ketua II Bidang Keuangan
Ibu Evalia Shufa Meilviyani, Msf
v
6. 5. Pembantu Ketua III Bidang Kemahasiswaan
Bapak Akhmad Agusdin, SH
6. Ketua Program Studi Manajemen & Akuntansi
7. Bapak Pembimbing Materi Bapak Kikin Sadikin, SE, MM, M.Ak
8. Bapak Pembimbing Teknis Bapak Heri Nazir, Ir. MM.
9. Para Jajaran Staff dan pengajar STIE Kalpataru
10. Para Pimpinan dan Staff PT. Pertamina (Persero)
11. Rekan-rekan yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.
Semoga segala amal baik tersebut mendapatkan imbalan dari Tuhan Yang Maha
Esa.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari para pembaca. Akhir kata
penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan skripsi ini, sehingga apa yang telah dihasilkan dapat
bermanfaat dan berguna bagi kita semua.
Cibinong, 12 Mei 2012
Penulis
vi
7. DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI …………………………………….. ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA PENGUJI …………………………. iii
ABSTRAKSI ………………………………………………………………. iv
KATA PENGANTAR ...…………………………………………………… vi
DAFTAR ISI ……………………………………………………………….. viii
BAB 1 : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………... 01
B. Identifikasi Masalah…………………………………….. 04
C. Rumusan Masalah………………………………………. 05
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian………………………... 05
E. Hipotesis………………………………………………… 06
F. Ruang Lingkup Pembahasan……………………………. 06
G. Metode Penelitian……………………………………….. 07
H. Lokasi, Tempat dan Waktu……………………………… 08
I. Sistematika……………………………………………… 08
BAB 2 : LANDASAN TEORI
A. Pengertian Akuntansi……………………………………. 10
B. Pengertian Ekonomi…………………………………….. 10
C. Pengertian Hutang…………………………………….… 10
vii
8. D. Metode Pencatatan Hutang………………….………….. 15
E. Jenis-jenis Hutang……………………………...…..…… 15
F. Konsep Pencatatan Hutang…………………………..…. 25
BAB 3 : GAMBARAN PERUSAHAAN
A. Latar Belakang PT. Pertamina (Persero)………...……… 33
B. Sejarah PT. Pertamina (Persero)…………………...……. 34
C. Visi dan Misi Perusahaan………………………..……… 39
D. Tata Nilai………………………………………..………. 41
E. Struktur Organisasi…………………………….……….. 42
F. Sumber Daya Manusia……………………….…………. 43
G. Modal…………………………………………………… 44
H. Teknologi……………………………………….……….. 45
I. Strategi Bisnis……………………………………..…….. 46
BAB 4 : ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sistematika Proses Pembayaran Hutang PT. Pertamina
(Persero) dengan PT. Pertamina Energy Services........…... 67
B. Kemapuan PT. Pertamina (Persero) dalam Melunasi
Kewajiban Jangka Pendek……………………………….. 78
C. Perlakuan Akuntansi atas Hutang Pertamina (Persero)….. 86
viii
9. BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan………………………………………………. 88
B. Saran-saran……………………………………………….. 91
ix
10. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dengan diberlakukannya Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 tentang
Minyak dan Gas Bumi yang berimplikasi pada perubahan struktur bisnis
dunia usaha bidang migas. Dimana pemenuhan kebutuhan Migas sektor hilir
yang semula adalah sektor tertutup dan merupakan tanggungjawab Pertamina
kemudian dirubah menjadi sektor terbuka bagi badan usaha lain.
Konsekuensinya adalah Pertamina harus mampu beradaptasi terhadap
persaingan usaha tersebut dengan melakukan perubahan mindset (Visi &
Misi) dan pelaksanaan sebagai sebuah entitas bisnis yang berorientasi pada
profit/keuntungan dan juga harus mampu memperluas market share di dalam
maupun di luar negeri.
Untuk itu pada tanggal 17 September 2003, perubahan terjadi pada
Pertamina yang awalnya hanya sebagai Perusahaan Negara berubah menjadi
PT. Pertamina (Persero). Dimana Pertamina sekarang dituntut harus bisa
menciptakan profit maksimal di dalam memenuhi kebutuhan Migas sektor
hilir dalam negeri untuk produk BBM & NBBM.
Dengan perubahan tersebut dan kondisi persaingan yang ada telah
mendorong perusahaan untuk dapat mengatur sendiri kebijakan dan strategi
yang berorientasi pada keuntungan dan pertumbuhan. Strategi dan kebijakan
yang tepat hanya dapat dihasilkan jika perusahaan mempunyai sistem
11. 2
perhitungan dan pelaporan yang tepat, akurat, dapat diuji kebenarannya dan
informasi dapat tersedia sesuai dengan waktu yang dibutuhkan.
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT Pertamina (Persero), pada
tanggal 30 Januari 2008, telah menetapkan PT Pertamina (Persero) menjadi
perusahaan publik yang tidak didaftarkan di pasar modal (non listed public
company). Merupakan keharusan bagi PT Pertamina (Persero) untuk menjadi
sebuah entitas bisnis murni dalam menjalankan usahanya sesuai dengan
koridor Good Corporate Governance dan meningkatkan akuntabilitas serta
transparansi perusahaan dalam pelaksanaan Public Service Obligation.
Dengan menjadi perusahaan publik, maka PT Pertamina (Persero) diharapkan
dapat lebih transparan, karena untuk kemudian hal ini akan berkaitan dengan
peraturan pasar yang harus diikuti BUMN migas ini. Dalam rangka
mewujudkan hal tersebut, PT Pertamina (Persero) menjalankan program 6 C
yang ditanamkan sebagai budaya perusahaan, yaitu Clean, Confident,
Customer Focus, Capable, Competitive, dan Commercial.
Dalam pengelolaan, transparan di mata stakeholder dan terpercaya di
mata masyarakat Indonesia pada khususnya dan dunia pada umumnya, akan
mempercepat program “6C”, dalam rangka bergerak menuju non listed
public company dan mewujudkan transparansi pada stakeholder, maka
dipandang sebagai suatu keharusan bagi PT Pertamina (Persero) untuk
menyediakan informasi keuangan yang relevan dan reliable. Para pengguna
laporan keuangan pada umumnya ingin mengetahui dan mendapatkan
12. 3
informasi tentang posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas dari suatu
kelompok perusahaan secara keseluruhan.
Kebutuhan tersebut dapat dipenuhi melalui penyajian laporan keuangan
konsolidasi yang menyajikan informasi keuangan dari suatu kelompok
perusahaan sebagai satu kesatuan ekonomi meskipun masing-masing
perusahaan dalam kelompok tersebut merupakan suatu entitas hukum yang
terpisah satu sama lain. Induk perusahaan yang memenuhi kriteria
konsolidasi, tidak boleh menyajikan tersendiri laporan keuangannya (tanpa
konsolidasi) sebagai laporan keuangan untuk tujuan pelaporan keuangan
(general purpose financial statement). Laporan keuangan tersendiri induk
perusahaan hanya dapat disajikan sebagai informasi tambahan dalaml aporan
keuangan konsolidasi (PSAK 04).
Apakah upaya minimalisasi adanya selisih pengakuan hutang/piutang
hubungan istimewa dan optimalisasi mekanisme rekonsiliasi pada PT
Pertamina (Persero) dengan anak perusahaan sudah dilakukan secara efektif
dan efisien atau belum.
Pengelolaan hutang merupakan salah satu unsur keuangan yang sangat
penting dilakukan oleh perusahaan sebesar PT. Pertamina (Persero) karena
merupakan unsur dari neraca dalam laporan keuangan dan salah satu
indikator penyelesaian pembayaran yang telah ditentukan.
Kaitannya dengan pendapatan merupakan komponen didalam
menentukan aliran cash flow PT. Pertamina (Persero) apakah sudah dilakukan
13. 4
dengan tepat dan benar atau menyimpang jauh dari sasaran yang ingin di
capai perusahaan.
Dengan melihat paparan di atas, betapa besar peran dari system hutang
usaha pada PT. Pertamina (Persero), maka dalam hal ini penulis tertarik untuk
membahas masalah tersebut dan menuangkan dalam bentuk skripsi dengan
judul “ANALISIS PEMBAYARAN HUTANG PT. PERTAMINA
(PERSERO) DENGAN ANAK PERUSAHAAN PT. PERTAMINA
ENERGY SERVICES”. Dalam penulisan ini PT. Pertamina (Persero) adalah
yang menjadi objek penelitian yang bergerak di bidang Minyak dan Gas
Bumi.
B. Identifikasi Masalah
Memberikan deskripsi mengenai keadaan dan gejala permasalahan,
dimensi permasalahan, dan perumusan pokok permasalahan terkait
mekanisme hutang PT Pertamina (Persero) dengan Anak Perusahaan PT.
Pertamina Energy Services penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Sejauh mana sistematika proses pembayaran hutang antara PT. Pertamina
(Persero) dengan PT. Pertamina Energy Services.
2. Sejauh mana kemampuan PT. Pertamina (Persero) dalam melunasi
kewajiban jangka pendeknya.
3. Sejauh mana perlakuan akuntansi atas hutang PT. Pertamina (Persero)
14. 5
C. Rumusan Masalah
Dari beberapa identifikasi masalah penulis menarik beberapa rumusan
masalah, diantaranya :
1. Apakah Proses pembayaran hutang PT. Pertamina (Persero) dengan PT.
Pertamina Energy Services sudah sistematis?
2. Apakah kemampaun untuk melunasi kewajiban jangka pendek PT.
Pertamina (Persero) dengan PT. Pertamina Energy Services sudah
terpenuhi?
3. Apakah perlakuan akuntansi atas hutang PT. Pertamina (Persero) dengan
PT. Pertamina Energy Services sudah sesuai?
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan dari penulisan Skripsi ini adalah:
1. Untuk mengetahui sistematika proses pembayaran hutang PT. Pertamina
(Persero) dengan PT. Pertamina Energy Services.
2. Untuk mengetahui seberapa besar kemampuan PT. Pertamina (Persero)
dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya.
3. Untuk menganalisa perlakuan akuntansi atas hutang PT. Pertamina
(Persero) terhadap PT. Pertamina Energy Services
Kegunaan dari penulisan skripsi ini adalah :
1. Bagi penulis adalah untuk menguji dan membandingkan antara teori
yang didapat dalam perkuliahan dengan kenyataan yang ada dalam
15. 6
Perusahaan PT. Pertamina (Persero) mengenai pentingnya perlakuan
akuntansi atas proses pembayaran hutang usaha perusahaan.
2. Bagi pembaca adalah untuk menambah pengetahuan dan memperluas
wawasan mengenai sistematika proses pembayaran hutang PT.
PErtamina (Persero) terhadap anak perusahaan.
3. Bagi perusahaan adalah untuk menambah bahan masukan dan informasi
bagi PT. Pertamina (Persero) dalam rangka meningkatkan hubungan baik
dengan anak perusahaan
E. Hipotesis
Berdasarkan hal tersebut di atas maka dapat dirumuskan hipotesis
sebagai berikut :
1. Penulis menduga bahwa PT. Pertamina (Persero) dapat melunasi hutang
jangka pendeknya terhadap PT. Pertamina Energy Services agar
hubungan baik antara PT. Pertamina (Persero) dengan PT. Pertamina
Energy Services tetap terjaga dengan baik.
F. Ruang Lingkup Pembahasan
Dalam penulisan skripsi ini diberikan batasan-batasan atau ruang lingkup
agar penelitian yang dilakukan dapat lebih terfokus kepada suatu
permasalahan. Lingkup permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini
adalah mencakup:
16. 7
1. Dampak dari hutang hubungan istimewa di PT Pertamina (Persero) dan
anak perusahaannya, sehubungan dengan minimalisasi pengakuan
hutang/piutang hubungan istimewa.
2. Data yang digunakan dalam melakukan analisis adalah transaksi
hubungan istimewa yang terjadi pada PT.Pertamina (Persero) dan PT.
Pertamina Energy Services.
G. Metode penelitian
Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Pendekatan analisis deskriptif, membuat gambaran secara sistematis, faktual,
dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antar fenomena
yang diselidiki. Untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan dalam
penelitian ini penulis melakukan studi lapangan dan studi pustaka. Studi
lapangan dilakukan dengan cara Pengumpulan data primer yang dilakukan
dengan meninjau objek secara langsung melalui observasi dan wawancara
pada fungsi terkait guna menghimpun data dan keterangan yang diperlukan.
Metode pengumpulan data dalam penulisan skripsi ini adalah :
1. Data Primer, pengumpulan data primer dilakukan dengan meninjau objek
secara langsung melalui observasi dan wawancara pada fungsi terkait
guna menghimpun keterangan yang diperlukan.
2. Data Sekunder, pengumpulan data sekunder dilakukan dengan
memperoleh literatur-literatur terkait yang dapat dijadikan dasar teori dan
acuan untuk memecahkan permasalahan yang terjadi.
17. 8
3. Observasi, yaitu melakukan pengamatan langsung pada objek penelitian
dengan cara mengadakan pencatatan data-data yang ada di lingkup PT.
Pertamina (Persero)
4. Interview, yaitu melakukan pengumpulan data-data dengan mengadakan
wawaancara atau Tanya jawab langsung kepada beberapa karyawan, baik
pimpinan maupun staff perusahaan yang dapat memberikan data yang
dibutuhkan secara benar guna menunjang penyempurnaan dalam
penyusunan skripsi penulis.
H. Lokasi,Tempat dan waktu
Lokasi Penelitian penulis adalah di Fungsi Account Payables Direktorat
Account and Reporting Gedung Annex PT. Pertamina (Persero) yang
berlokasi di Jalan Medan Merdeka Timur No. 1A Jakarta Pusat. Lokasi ini
dipilih berdasarkan penulis melakukan analisis karena penulis bekerja di
tempat tersebut dari bulan April sampai dengan bulam Mei 2012
I. Sistematika
Untuk mempermudah penyajian Skripsi ini, penulis mengelompokkan
materi kedalam empat bab yang sistematikanya disajikan sebagai berikut :
18. 9
BAB 1 : PENDAHULUAN
Merupakan pendahuluan dari skripsi, berupa penjelasan mengenai latar
belakang, ruang lingkup perusahaan, Identifikasi masalah, rumusan
masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, hipotesis, metode penelitian,
lokasi tempat dan waktu, sistematika.
BAB 2 : LANDASAN TEORI
Bab ini diuraiakan secara teoritis mengenai teori dan definisi
diantaranya pengertian akuntansi, pengertian ekonomi, pengertian
hutang, metode pencatatan hutang, jenis-jenis hutang dan konsep
pencatatan hutang
BAB 3 : GAMBARAN PERUSAHAAN
Bab ini membahas latar belakang Perusahaan,sejarah perusahaan, visi
dan misi perusahaan, tata nilai, struktur organisasi,sumber daya
manusia, modal, teknologi dan strategi bisnis.
BAB 4 : ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bab ini membahas hasil dari analisa dan pembahasan materi yang lebih
dalam atas hasil penelitian yang dilakukan diantaranya timbulnya
hutang antara PT. Pertamina dengan PT. Pertamina Energy Services,
prosedur pembayaran minyak mentah, proses pencatatan akuntansi
untuk pengadaan Hydro, proses pembayaran hutang PT. Pertamina
dengan PT. Pertamina Energy Services.
BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini penulis mengemukakan kesimpulan dan saran.
19. 10
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Akuntansi
Akuntansi adalah suatu proses mencatat, mengklasifikasi, meringkas,
mengolah dan menyajikan data, transaksi serta kejadian yang berhubungan
dengan keuangan sehingga dapat digunakan oleh orang yang menggunakannya
dengan mudah dimengerti untuk pengambilan suatu keputusan serta tujuan
lainnya.
B. Pengertian Ekonomi
Ekonomi merupakan salah satu ilmu sosial yang mempelajari aktivitas
manusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi, dan konsumsi terhadap
barang dan jasa. Istilah "ekonomi" sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu
oikos yang berarti "keluarga, rumah tangga" dan nomos yang berarti "peraturan,
aturan, hukum". Secara garis besar, ekonomi diartikan sebagai "aturan rumah
tangga" atau "manajemen rumah tangga." Sementara yang dimaksud dengan ahli
ekonomi atau ekonom adalah orang menggunakan konsep ekonomi dan data
dalam bekerja.
C. Pengertian Hutang
Ada beberapa pengertian hutang yang saya kutip dari beberapa sumber
diantaranya adalah :
20. 11
1. Menurut Chariri dan Ghozali (2005 : 157) yaitu “hutang adalah
pengorbanan manfaat ekonomi yang mungkin terjadi di masa yang
mendatang yang mungkin timbul dari kewajiban sekarang dari suatu entitas
untuk menyerahkan aktiva atau memberikan ke entitas lain dimasa
mendatang sebagai akibat transaksi di masa lalu”.
2. Munawir (2004 : 18) berpendapat bahwa “hutang adalah semua kewajiban
keuangan perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi, dimana
hutang ini merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari
kreditor”, sedangkan dalam hal ini Hongren, et al. (2006 : 505) menyatakan
bahwa “hutang merupakan suatu kewajiban untuk memindahkan harta atau
memberikan jasa di masa yang akan datang”. Berdasarkan definisi-definisi
di atas dapat disimpulkan bahwa hutang adalah kewajiban keuangan
perusahaan kepada pihak lain yang harus dibayar dengan uang, barang, atau
jasa pada saat jatuh tempo.
3. Hutang adalah sesuatu yang dipinjam.Seseorang atau badan usaha yang
meminjam disebut debitur.Entitas yang memberikan utang disebut kreditur.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Hutang)
4. Hutang adalah memberikan sesuatu yang menjadi hak milik pemberi
pinjamankepada peminjam dengan pengembalian di kemudian hari sesuai
perjanjian dengan jumlah yang sama.
21. 12
(http://organisasi.org/hutang_piutang_menurut_ajaran_islam_definisi_penge
rtian_hukum_rukun_manfaat_dari_hutang_piutang_pendidikan_agama_isla
m)
5. Hutang adalah kewajiban perusahaan yang timbul karena tindakan atau
transaksi–transaksi di masa lampau untuk memperoleh aktiva atau jasa, yang
pelunasannya baru akan dilakukan di masa yang akan datang, baik dengan
penyerahan uamg tunai, aktiva-aktiva tertentu lainnya, jasa maupun dengan
menciptakan hutang baru. Hutang dapat menimbulkan kewajiban keuangan
ataupun kewajiban pelaksanaan. Sebagai contoh, kewajiban keuangan
misalnya hutang usaha, hutang pajak, hutang deviden, hutang bunga dan
sebagainya, sedangkan kewajiban pelaksanaan, misalnya sewa yang
diterima di muka, beban yang diterima di muka, uang garansi pembelian dari
para pembeli. (http://id.wikipedia.org/wiki/Kewajiban_%28akuntansi%29)
6. Liabilitas (bahasa Inggris: liability) adalah utang yang harus dilunasi atau
pelayanan yang harus dilakukan pada masa datang pada pihak lain. Liabilitas
adalah kebalikan dari aset yang merupakan sesuatu yang dimiliki. Contoh
liabilitas adalah uang yang dipinjam dari pihak lain, giro atau cek yang
belum dibayarkan, dan pajak penjualan yang belum dibayarkan ke negara.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Kewajiban)
Istilah liabilitas diadopsi dari bahasa Inggris liability untuk menggantikan
istilah sebelumnya, kewajiban.Kini kata kewajiban digunakan untuk merujuk
pada istilah bahasa Inggris obligation.
22. 13
Liabilitas dimasukkan dalam neraca dengan saldo normalkredit, dan
biasanya dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
a) Liabilitas jangka pendek - liabilitas yang dapat diharapkan untuk
dilunasi dalam jangka pendek (satu tahun atau kurang). Biasanya terdiri
dari utang pembayaran (hutang dagang, gaji, pajak, dan sebagainya),
pendapatan ditangguhkan, bagian dari utang jangka panjang yang jatuh
tempo dalam tahun berjalan, obligasi jangka pendek (misalnya dari
pembelian peralatan), dan lain-lain.
b) Yusuf (2005 : 230) mendefinisikannya sebagai berikut “kewajiban
lancar adalah hutang yang diharapkan akan dibayar (1) dalam jangka
waktu satu tahun atau siklus akuntansi operasi normal perusahaan, (2)
dengan menggunakan aktiva lancar atau hasil pembentukan kewajiban
lancar yang lain”. Lebih jelas lagi Niswonger, et al. (2000 : 441)
berpendapat bahwa “kewajiban lancar adalah kewajiban yang harus
dibayar dengan aktiva lancar serta jatuh tempo dalam jangka pendek,
biasanya satu tahun”. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa hutang jangka pendek adalah kewajiban yang akan
jatuh tempo dalam waktu satu tahun atau siklus operasi normal
perusahaan dan harus dilunasi dengan menggunakan aktiva lancar, serta
kewajiban tersebut berdasarkan transaksi yang telah terjadi.
c) Liabilitas jangka panjang - liabilitas yang penyelesaiannya melebihi satu
periode akuntansi (lebih dari satu tahun). Biasanya terdiri dari utang
23. 14
jangka panjang, obligasi pensiun, dan lain-lain. Hutang jangka panjang
menurut Kieso (2002 : 242) “terdiri dari pengorbanan manfaat ekonomi
yang sangat mungkin di masa depan akibat kewajiban sekarang yang
tidak dibayarkan dalam satu tahun atau siklus operasi perusahaaan,
mana yang lebih lama”. Pengertian hutang jangka panjang oleh
Dyckman, et al. (2000 : 218) adalah “kewajiban dengan jangka waktu
yang melebihi satu tahun dari tanggal neraca atau siklus operasi, mana
yang lebih lama”.Baridwan (2000 : 365) mengatakan bahwa “hutang
jangka panjang digunakan untuk menunjukkan hutang-hutang yang
pelunasannya akan dilakukan dalam waktu lebih dari satu tahun atau
akan dilunasi dari sumber-sumber yang bukan dari kelompok aktiva
lancar”. Senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh Gunadi (2005
: 83) bahwa “kewajiban jangka panjang merupakan hutang yang tidak
akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun atau yang pengeluarannya
tidak menggunakan sumber aktiva lancar”. Berdasarkan definisi dan
penjelasan para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hutang
jangka panjang merupakan pinjaman yang diperoleh perusahaan dari
pihak ketiga atau kreditor, yang jatuh temponya lebih dari satu tahun,
dan dilunasi dengan sumber-sumber yang bukan dari aktiva lancar, serta
jumlah hutang jangka panjang tersebut tidak boleh melebihi jumlah
modal sendiri.
24. 15
D. Metode pencatatan utang
Ada dua metode pencatatan utang, yaitu account payable procedure dan
voucher payable procedure.
1. Dalam account payable procedure, catatan utang adalah berupa kartu utang
yang diselenggarakan untuk setiap kreditur, yang memperlihatkan catatan
mengenai nomor faktur dari pemasok, jumlah yang terutang, jumlah
pembayaran, dan saldo utang.
2. Dalam voucher payable procedure, tidak menggunakan kartu utang. Tapi
menggunakan arsip voucher yang disimpan dalam arsip menurut abjad atau
menurut tanggal jatuh temponya. Arsip bukti kas keluar ini berfungsi sebagai
catatan utang.
E. Jenis – jenis hutang
Struktur hutang menjelaskan suatu komposisi jangka waktu hutang yang
dipergunakan oleh perusahaan, baik jangka pendek, menengah, ataupun jangka
panjang, dan dipengaruhi oleh besar kecilnya hutang tersebut, jenis hutang antara
lain:
1. Hutang Jangka Pendek
Hutang yang harus dilunasi dalam jangka waktu pendek, paling lama satu
tahun sesudah tanggal neraca, atau harus dilunasi dalam jangka waktu satu
siklus operasi normal perusahaan yang bersangkutan (tergantung mana yang
25. 16
lebih panjang). Sumber pendanaan Hutang jangka pendek dikelompokkan
menjadi:
a) Variable Keputusan Pasif, jumlah sumber dana tersebut akan tergantung
pada keputusan aspek yang lainnya sesuai dengan aktivitas perusahaan.
Misalnya: pembelian bahan baku secara kredit, rekening-rekening
accruals.
b) Variable Keputusan Aktif, perusahaan harus secara aktif mencari dan
mendapatkan sumber dana dan dalam memperolehnya harus mempunyai
perjanjian-perjanjian formal kepada Kreditor. Misalnya: hutang Bank.
Ada beberapa jenis hutang jangka pendek yaitu :
a) Hutang Dagang
Hutang dagang atau account payable adalah jumlah uang yang masih
harus dibayarkan kepada pemasok, karena perusahaan melakukan
pembelian barang atau jasa. Salah satu contoh hutang dagang adalah
pembelian barang dagangan atau peralatan kantor secara kredit. Hutang
ini tidak memerlukansurat atau perjanjian tertulis sehingga
pelaksanaannya didasarkan atas rasa saling percaya.
b) Hutang wesel atau Promes
Hutang wesel atau promes adalah kewajiban yang dibuktikan dengan
janji tertulis tanpa syarat untuk membayar sejumlah uang tertentu pada
26. 17
tanggal yang telah ditentukan di kemudian hari. Oleh karena itu dapat
dikatakan bahwa hutang ini bersifat lebih formal dibandingkan dengan
hutang dagang biasa. Apabila wesel dibuat dengan jangka waktu kurang
dari satu tahun maka wesel tersebut digolongkan sebagai hutang lancar.
Proses timbulnya hutang wesel sama seperti hutang dagang, yaitu dari
kegiatan pembelian barang atau jasa secara kredit. Dapat juga terjadi
pada awalnya merupakan hutang dagang biasa kemudian dengan tujuan
untuk lebih memberikan kepastian bagi kreditur maka hutang dagang
tersebut berubah menjadi hutang wesel.
c) Beban-beban yang masih harus dibayar (accrual liabilities)
Beban-beban yang harus dibayar adalah kewajiban terhadap beban-
beban yang telah terjadi, tapi belum dibayar karena belum jatuh tempo
pada akhir periode yang bersangkutan. Yang termasuk dalam kelompok
ini adalah hutang gaji dan upah, hutang komisi, dan hutang bunga.
Dalam contoh di atas telah diberikan contoh mengenai bunga yang
masih harus dibayar atau hutang bunga.Gaji dan upah yang dibayarkan
kepada karyawan dan buruh perusahaan pada umumnya telah dipotong
dengan bermacam–macam potongan. Misalnya :
1) Pajak Pendapatan.
2) Pensiun.
3) Asuransi hari tua.
27. 18
4) Tabungan wajib.
5) Iuran wajib.
Selama dana–dana tersebut belum digunakan harus nampak sebagai pos
hutang di dalam neraca perusahaan.
d) Hutang Deviden
Hutang deviden adalah deviden yang dapat dibayar sebagaimana
diumumkan oleh dewan komisaris perusahaan tapi pada akhir periode
belum dibayar dan dicatat sebagai hutang deviden.Perseroan Terbatas
yang sudah mengumumkan adanya pembagian deviden kepada para
pemegang saham sudah harus mengakui adanya hutang pada saat
pengumuman.
e) Pendapatan yang diterima di muka
Kadang-kadang ada beberapa jenis pendapatan yang dapat diterima
lebih dahulu seperti uang langganan majalah atau sewa.Pos ini
dinyatakan sebagai hutang, karena menggambarkan suatu klaim
terhadap perusahaan.Pada umumnya kewajiban ini diselesaikan dengan
menyerahkan barang atau jasa dalam periode akuntansi berikutnya.Jika
terdapat penerimaan di muka melampaui satu periode akuntansi
berikutnya harus dilaporkan dalam neraca sebagai kelompok tersendiri
(terpisah dari hutang jangka pendek).
f) Bagian dari Hutang Jangka Panjang Yang Jatuh Tempo
28. 19
Terdapat beberapa hutang jangka panjang dan wesel bayar jangka
panjang yang harus dibayar secara angsuran. Bagian dari hutang jangka
panjang yang jatuh tempo atau harus dibayar dalam waktu 12 bulan,
harus digolongkan sebagai hutang jangka pendek. Jumlah ini tidak
termasuk jumlah beban bunga yang harus dibayar karena beban bunga
ini akan dibukukan dalam akun hutang bunga.
g) Penyajian Hutang Lancar dalam Neraca
Menurut PSAK No.1 suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai
kewajiban jangka pendek, jika: 1) diperkirakan akan diselesaikan dalam
jangka waktu siklus normal operasi perusahaan; atau 2) jatuh tempo
dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal neraca. Semua
kewajiban di luar itu harus diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka
panjang.
Hutang lancar adalah kelompok hutang yang harus dilaporkan paling atas
dalam neraca. Dalam kelompok ini, setiap jenis hutang dicantumkan secara
terpisah dan informasi mengenai jangka waktu hutang wesel serta informasi
penting lainnya harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
Cara penyajian yang umum dalam praktik adalah dengan mencantumkan
hutang wesel paling atas kemudian hutang dagang, dan berikutnya utang
lancar lainnya.
2. Hutang Jangka Panjang
29. 20
Pada umumnya hutang jangka panjang mempunyai waktu sekitar 1 sampai 5
tahun, bahkan ada yang beranggapan bahwa hutang ini mempunyai jangka
waktu 10 tahun, hutang jangka panjang mempunyai kaitan dengan struktur
modal. Apabila perusahaan meminjam dana dan mengembalikannya dalam
jangka waktu yang relatif lama maka pinjaman/hutang tersebut akan menjadi
bagian dari struktur modal perusahaan. Perbandingan antara hutang jangka
panjang yang bersifat pinjaman dan modal sendiri biasanya didefinisikan
sebagai modal. Hutang jangka panjang juga terbentuk akibat
diperpanjangnya pinjaman/ hutang jangka pendek maupun hutang jangka
menengah, hal itu dilihat atas dasar waktu pembayaran hutang tersebut.
Pertimbangan Dalam Keputusan Hutang Semakin lama pinjaman/hutang
maka semakin aman perusahaan karena semakin kecil menanggung resiko
kebangkrutan, akan tetapi biaya bunganya semakin besar. Semakin besar
kemungkinan dalam memperpanjang jangka waktu hutang, maka semakin
besar biaya perpanjangan yang harus dikeluarkan dan kemungkinan akan
menanggung resiko kebangkrutan.
(http://kumpulan-artikel-ekonomi.blogspot.com/2009/08/struktur-
hutang.html)
Timbulnya Hutang Jangka Panjang, hutang jangka panjang umumnya timbul
apabila perusahaan membutuhkan tambahan dana. Apabila dana ini akan
digunakan untuk investasi dalam aktiva tetap yang akan memberikan hasil
30. 21
dalam jangka panjang seperti misalnya untuk pembuatan gedung atau
pembelian mesin-mesin, maka dana yang dibutuhkan sebaiknya diperoleh
dari hutang jangka panjang atau modal sendiri.
Jenis-jenis Hutang Jangka Panjang, didalam praktik kita mempunyai
berbagai jenis hutang jangka panjang, tetapi pada umumnya hutang jangka
panjang dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu:
a) hutang hipotik adalah pinjaman yang harus dijamin dengan harta tidak
bergerak. Di dalam perjanjian hutang disebutkan kekayaan peminjam
yang dijadikan jaminan misalnya berupa tanah atas gedung. Jika
peminjam tidak melunasi pinjaman pada waktunya, maka pemberi
pinjaman dapat menjual jaminan untuk diperhitungkan dengan
pinjaman yang bersangkutan.
Pinjaman hipotik biasanya diambil jika dana yang diperlukan dapat
dipinjam dari satu sumber, misalnya dengan mengambil peinjaman dari
suatu bank tertentu. Kredit-kredit bank dengan jaminan harta tak
bergerak adalah contoh hipotik yang banyak dijumpai dalam praktik.
Mengingat pinjaman hipotik hanya diambil dari satu sumber maka
akuntansi untuk hipotik relatif sederhana.
b) Hutang Obligasi ialah hutang yang diperoleh melalui penjualan surat-
surat obligasi. Pembeli obligasi disebut pemegang obligasi yang
bertindak sebagai pemberi pinjaman. Dalam surat obligasi dan
31. 22
ketentuan-ketentuan lain sesuai dengan jenis obligasi yang
bersangkutan.
pinjaman obligasi mengandung berbagai masalah dan variasi yang
berpengaruh pula pada akuntnasinya.
Jenis-jenis Obligasi dalam masyarakat berbagai macam obligasi yang
diperlukan untuk pembelanjaan perusahaan. Jenis yang paling banyak
dikenal ialah:
1) Obligasi terjamin, adalah obligasi terjamin yang masih dibedakan
menurut jenis kekayaan yang dijadikan jaminan seperti misalnya :
1.a) Dijamin Harta Tak Bergerak Tanah Atau Gedung
1.b) Dijamin Harta Bergerak Seperti Mesin, Perlengkapan Dan
Kekayaan Lainnya.
Apabila obligasi terjamin tidak dapat dilunasi pada tanggal jatuh
temponya maka kekayaan yang menjadi jaminan harus dijual untuk
melunasi obligasi tersebut.
2) Obligasi tak terjamin, obligasi semacam ini tidak dijamin dengan
harta kekayaan tertentu sehingga laku tidaknya obligasi ini di
pasaran surat berharga sangat tergantung pada kepercayaan
masyarakat terhadap perusahaan yang mengeluarkannya.
Obligasi terjamin kadang-kadang dibedakan lagi menjadi beberapa
tingkatan seperti obligasi pertama, kedua, atau bahkan ketiga. Hal
ini berarti bahwa jika obligasi tidak dapat dilunasi pada saat jatuh
32. 23
temponya maka kekayaan yang menjadi jaminan harus dijual atau
dilelang. Hasil penjualan kekayaan tersebut pertama-tama akan
dipakai melunasi obligasi-obligasi terjamin pertama, jika masih ada
sisanya barulah digunakan untuk melunasi obligasi terjamin
berikutnya.
Pencatatan Pengeluaran Obligasi, untuk dapat memahami akuntansi
obligasi perlu dipahami dahulu beberapa istilah penting yang
berhubungan dengan obligasi.
1.a) Nilai nominal obligasi yaitu jumlah yang akan dibayar pada
tanggal jatuh tempo obligasi.
1.b) Tanggal jatuh tempo yaitu tanggal di mana obligasi harus
dilunasi.
1.c) Bunga obligasi yaitu bunga pertahun yang diberikan kepada
pemegang obligasi. Bunga obligasi dinyatakan dalam
persentase tertentu.
1.d) Tanggal bunga yaitu tanggal di mana bunga obligasi akan
dibayar. Kadang-kadang bunga obligsi dibayar tiap setengah
tahunan sehingga pada tiap tahun terdapat dua tanggal bunga.
Misalnya tanggal bunga 1/4 dan 1/10 berarti bahwa pada
tanggal 1 April dibayar bunga untuk periode 6 bulan dan pada
tanggal 1 Oktober dibayar bunga untuk periode 6 bulan lagi.
Bunga obligasi biasanya dibayar dibelakang.
33. 24
Nilai nominal obligasi, tanggal jatuh tempo, tingkat bunga dan
tanggal bunga tercantum dalam perjanjian obligasi dan juga dicetak
dengan jelas pada tiap-tiap lembar sertifikat obligasi.
Pencatatan hutang obligasi, hutang obligasi perusahaan sebagai pihak
debitur yang aktif mengeluarkan surat–surat tanda hutang itu, maka
perlu diadakan pembahasan yang sedikit mendalam tentang
pembukuannya.
Pencatatan selama peredaran Hutang obligasi, bilamana perusahaan
berhasil menjual sejumlah surat obligasi yang dikeluarkannya, berarti
perusahaan berhasil memperoleh sejumlah uatng jangka panjang yang
nantinya setelah tiba saat jatuh temponya akan dilunasi sebesar nilai
nominalnya. Oleh sebab itu hasil penjualan obligasi dibukukan pula
sebesar nilai nominalnya ke dalam akun hutang obligasi. Sedangkan
selisih antara harga penjualan (harga kurs) dengan harga nominal
tersebut, dibukukan tersendiri ke akun Diskonto obligasi, jika harga kurs
dibawah nilai nominalnya dan dibukukan ke dalam akun Premi obligasi
jika harga kurs di atas nilai nominalnya.
Pengeluaran Obligasi Dengan Premi Dan Diskonto, apabila tingkat
bunga di pasaran lebih rendah dari tingkat bunga obligasi, maka pembeli
(investor) akan bersedia membayar dengan harga harga lebih tinggi
darui nilai nominal obligasi. Dengan perkataan lain investor bersedia
34. 25
membayar dengan premi. Premi akan mengurangi beban bunga.
Sebaliknya diskonto akan menambah beban bunga.
Pengeluaran Obligasi Di Antara Tanggal Bunga, obligasi kadang-
kadang dikeluarkan tidak bertepatan dengan tanggal bunga tetapi pada
suatu tanggal tertentu diantara dua tanggal bunga.Mengingat bahwa
bunga obligasi selalu dibayar untuk periode waktu tetap, maka pembeli
obligasi dikenakan bunga berjalan yaitu bunga antara tanggal
pembayaran bunga yang terakhir sampai dengan tanggal pengeluaran
(penjualan) obligasi.
c) Amortisasi Premi dan Diskonto, keuntungan ataupun kerugian sebagai
akibat adanya premi atau diskonto dari penjualan obligasi bukanlah
merupakan laba atau rugi pada periode di mana penjualan itu terjadi,
melinkan merupakan keuntungan atau kerugian sepanjang umur dari
Hutang obligasi yang bersangkutan.Oleh karena itu setiap akhir periode
(tahun) perlu disusun jurnal pembebanan keuntungan atau kerugian
tersebut ke akun “Beban bunga”, melalui jurnal penyesuaian.
F. Konsep Pencatatan Akuntansi
ada dua metode pencatatan akuntansi, yaitu :
1. Cash Basis
2. Accrual Basis
35. 26
Metode Cash Basis, Cash Basis merupakan salah satu konsep yang sangat
penting dalam akuntansi, dimana Pencatatan basis kas adalah teknik pencatatan
ketika transaksi terjadi dimana uang benar-benar diterima atau dikeluarkan.
Dengan kata lain Akuntansi Cash Basis adalah basis akuntansi yang mengakui
pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima
atau dibayar yang digunakan untuk pengakuan pendapatan, belanja dan
pembiayaan.
Cash Basis akan mencatat kegiatan keuangan saat kas atau uang telah
diterima misalkan perusahaan menjual produknya akan tetapi uang pembayaran
belum diterima maka pencatatan pendapatan penjualan produk tersebut tidak
dilakukan, jika kas telah diterima maka transaksi tersebut baru akan dicatat
seperti halnya dengan “dasar akrual” hal ini berlaku untuk semua transaksi yang
dilakukan, kedua teknik tersebut akan sangat berpengaruh terhadap laporan
keuangan, jika menggunakan dasar akrual maka penjualan produk perusahaan
yang dilakukan secara kredit akan menambah piutang dagang sehingga
berpengaruh pada besarnya piutang dagang sebaliknya jika yang di pakai cash
basis maka piutang dagang akan dilaporkan lebih rendah dari yang sebenarnya
terjadi.
Cash Basis juga mendasarkan konsepnya pada dua pilar yaitu :
1. Pengakuan Pendapatan :
36. 27
Pengakuan pendapatan, saat pengakuan pendapatan pada cash basis adalah
pada saat perusahaan menerima pembayaran secara kas. Dalam konsep cash
basis menjadi hal yang kurang penting mengenai kapan munculnya hak
untuk menagih. Makanya dalam cash basis kemudian muncul adanya metode
penghapusan piutang secara langsung dan tidak mengenal adanya estimasi
piutang tak tertagih.
2. Pengakuan Biaya :
Pengakuan biaya, pengakuan biaya dilakukan pada saat sudah dilakukan
pembayaran secara kas. Sehingga dengan kata lain, pada saat sudah diterima
pembayaran maka biaya sudah diakui pada saat itu juga. Untuk usaha-usaha
tertentu masih lebih menggunakan cash basis ketimbang accrual basis,
contoh: usaha relative kecil seperti toko, warung, mall (retail) dan praktek
kaum spesialis seperti dokter, pedagang informal, panti pijat (malah ada
yang pakai credit card-tapi ingat credit card dikategorikan juga sebagai cash
basis).
Disamping itu, pencatatan akuntansi dengan metode cash basis juga
mempunyai beberapa keunggulan dan kelemahan yaitu sebagai berikut :
1. Keunggulan Pencatatan Akuntansi Secara Cash Basis
b) Metode Cash basis digunakan untuk pencatatan pengakuan pendapatan,
belanja dan pembiayaan.
37. 28
c) Beban/biaya belum diakui sampai adanya pembayaran secara kas
walaupun beban telah terjadi, sehingga tidak menyebabkan pengurangan
dalam penghitungan pendapatan.
d) Pendapatan diakui pada saat diterimanya kas,sehingga benar-benar
mencerminkan posisi yang sebenanya.
e) Penerimaan kas biasanya diakui sebagai pendapatan.
f) Laporan Keuangan yang disajikan memperlihatkan posisi keuangan
yang ada pada saat laporan tersebut.
g) Tidak perlunya suatu perusahaan untuk membuat pencadangan untuk
kas yang belum tertagih.
2. Kelemahan Pencatatan Akuntansi Secara Cash Basis
a) Metode Cash basis tidak mencerminkan besarnya kas yang tersedia.
b) Akan dapat menurunkan perhitungan pendapatan bank, karena adanya
pengakuan pendapatan sampai diterimanya uang kas.
c) Adanya penghapusan piutang secara langsung dan tidak mengenal
adanya estimasi piutang tak tertagih.
d) Biasanya dipakai oleh perusahaan yang usahanya relative kecil seperti
toko, warung, mall (retail) dan praktek kaum spesialis seperti dokter,
pedagang informal, panti pijat (malah ada yang pakai credit card-tapi
ingat credit card dikategorikan juga sebagai cash basis).
e) Setiap pengeluaran kas diakui sebagai beban.
38. 29
f) Sulit dalam melakukan transaksi yang tertunda pembayarannya, karena
pencatatan diakui pada saat kas masuk atau keluar.
g) Sulit bagi manajemen untuk menentukan suatu kebijakan kedepannya
karena selalu berpatokan kepada kas.
Metode accrual basis, basis Akrual (Accrual Basis) Teknik basis akrual
memiliki fitur pencatatan dimana transaksi sudah dapat dicatat karena transaksi
tersebut memiliki implikasi uang masuk atau keluar di masa depan. Transaksi
dicatat pada saat terjadinya walaupun uang belum benar – benar diterima atau
dikeluarkan.
Dengan kata lain basis akrual digunakan untuk pengukuran aset, kewajiban
dan ekuitas dana. Jadi Basis akrual adalah basis akuntansi yang mengakui
pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa itu
terjadi tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.
Cash Basis juga mendasarkan konsepnya pada dua pilar yaitu:
1. Pengakuan pendapatan :
Saat pengakuan pendapatan pada accrual basis adalah pada saat perusahaan
mempunyai hak untuk melakukan penagihan dari hasil kegiatan perusahaan.
Dalam konsep accrual basis menjadi hal yang kurang penting mengenai kapan
kas benar-benar diterima. Makanya dalam accrual basis kemudian muncul
adanya estimasi piutang tak tertagih, sebab penghasilan sudah diakui padahal
kas belum diterima.
39. 30
2. Pengakuan biaya :
Pengakuan biaya dilakukan pada saat kewajiban membayar sudah terjadi.
Sehingga dengan kata lain, pada saat kewajiban membayar sudah terjadi,
maka titik ini dapat dianggap sebagai starting point munculnya biaya
meskipun biaya tersebut belum dibayar. Dalam era bisnis dewasa ini,
perusahaan selalu dituntut untuk senantiasa menggunakan konsep accrual
basis ini.
Disamping itu, pencatatan akuntansi dengan metode cash basis juga
mempunyai beberapa keunggulan dan kelemahan yaitu sebagai berikut :
1. Keunggulan Pencatatan Akuntansi Secara Accrual Basis
b) Metode aacrual basis digunakan untuk pengukuran aset, kewajiban dan
ekuitas dana.
c) Beban diakui saat terjadi transaksi, sehingga informasi yang diberikan
lebih handal dan terpercaya.
d) Pendapatan diakui saat terjadi transaksi, sehingga informasi yang
diberikan lebih handal dan terpecaya walaupun kas belum diterima.
e) Banyak digunakan oleh perusahan-perusahana besar (sesuai dengan
Ketentuan Standar Akuntansi Keuangan dimana mengharuskan suatu
perusahaan untuk menggunakan basis akural).
f) Piutang yang tidak tertagih tidak akan dihapus secara langsung tetapi
akan dihitung kedalam estimasi piutang tak tertagih.
40. 31
g) Setiap penerimaan dan pembayaran akan dicatat kedalam masing-
masing akun sesuai dengan transaksi yang terjadi.
h) Adanya peningkatan pendapatan perusahaan karena kas yang belum
diterima dapat diakui sebagai pendapatan.
i) Laporan keuangan dapat dijadikan sebagai pedoman manajemen dalam
menentukan kebijakan perusahaan kedepanya.
j) Adanya pembentukan pencandangan untuk kas yang tidak tertagih,
sehingga dapat mengurangi risiko kerugian.
2. Kelemahan Pencatatan Akuntansi Secara Accrual Basis
a) Metode aacrual basis digunakan untuk pencatatan.
b) Biaya yang belum dibayarkan secara kas, akan dicatat efektif sebagai
biaya sehingga dapat mengurangi pendapatan perusahaan.
c) Adanya resiko pendapatan yang tak tertagih sehingga dapat membuat
mengurangi pendapatan perusahaan.
d) Dengan adanya pembentukan cadangan akan dapat mengurangi
pendapatan perusahaan.
e) Perusahaan tidak mempunyai perkiraan yang tepat kapan kas yang
belum dibayarkan oleh pihak lain dapat diterima
Metode Mana yang Lebih Baik?, metode akuntansi yang digunakan suatu
perusahaan dapat mempengaruhi pendapatan total suatu perusahaan pada laporan
41. 32
keuangannya, begitu pula dengan beban perusahaan. Didalam metode cash basis
pada saat transaksi beban tidak akan diakui sampai uang dibayarkan walaupun
beban terjadi terjadi pada bulan itu. Demikian juga dengan pendapatan, tidak
diakui sampai dengan uang diterima.Sehingga metode cash basis tidak
mencerminkan besarnya uang yang ada sebenarnya.Pada metode accrual basis
beban dan pendapatan diakui pada saat terjadinya transaksi.Sehingga informasi
yang disediakan lebih handal dan terpercaya tentang seberapa besar suatu
perusahaan mengeluarkan uang atau menerima uang dalam setiap bulannya.
Pencatatan menggunakan metode ini mengakui beban pada saat transaksi terjadi
walaupun kas belum dibayarkan. Begitu pula dengan pendapatan, dicatat pada
saat transaksi terjadi walaupun kas atas transaksi pendapatan tersebut baru
diterima bulan depan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pencatatan menggunakan metode accrual
basis lebih mencerminkan keadaan keuangan perusahaan sebenarnya.Tetapi
metode pencatatan accrual basis lebih sulit untuk diterapkan karena akuntan
harus melakukan pencatatan lebih banyak dibandingkan dengan menggunakan
metode cash basis.Tapi dengan menggunakan software akuntansi, informasi yang
handal dan efisiensi pekerjaan dapat tercapai dengan baik.
42. 33
BAB III
PROFILE PERUSAHAAN
A. Latar Belakang PT. PERTAMINA (Persero)
PT. PERTAMINA (Persero) adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang
dimiliki Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang berdiri sejak
tanggal 10 Desember 1957 dengan nama PT PERMINA. Pada tahun 1961
perusahaan ini berganti nama menjadi PN PERMINA dan setelah merger dengan
PN PERTAMIN di tahun 1968 namanya berubah menjadi PN PERTAMINA.
Dengan bergulirnya Undang Undang No. 8 Tahun 1971 sebutan perusahaan
menjadi PERTAMINA. Sebutan ini tetap dipakai setelah PERTAMINA berubah
status hukumnya menjadi PT PERTAMINA (PERSERO) pada tanggal 17
September 2003 berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22
tahun 2001 pada tanggal 23 November 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi.
PT PERTAMINA (PERSERO) didirikan berdasarkan akta Notaris Lenny
Janis Ishak, SH No. 20 tanggal 17 September 2003, dan disahkan oleh Menteri
Hukum & HAM melalui Surat Keputusan No.C-24025 HT.01.01 pada tanggal 09
Oktober 2003. Pendirian Perusahaan ini dilakukan menurut ketentuan-ketentuan
yang tercantum dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1995 tentang Perseroan
Terbatas, Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 1998 tentang Perusahaan Perseroan
(Persero), dan Peraturan Pemerintah No. 45 tahun 2001 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 1998 dan peralihannya berdasarkan PP No.31
43. 34
Tahun 2003 "TENTANG PENGALIHAN BENTUK PERUSAHAAN
PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI NEGARA (PERTAMINA)
MENJADI PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO)"
Sesuai akta pendiriannya, Maksud dari Perusahaan Perseroan adalah untuk
menyelenggarakan usaha di bidang minyak dan gas bumi, baik di dalam maupun
di luar negeri serta kegiatan usaha lain yang terkait atau menunjang kegiatan
usaha di bidang minyak dan gas bumi tersebut.
B. Sejarah PT.Pertamina (Persero)
1. 1871 – 1885 masa awal pencarian dan penemuan minyak di Indonesia, masa
industri minyak Indonesia mulai di awal abad 19 :
a) 12 tahun setelah pemboran minyak pertama di Titusville, Pensylvania,
AS 1859
b) Reering 1871 - Zilker 1885 masa pencarian dan penemuan minyak
(mulai pemboran 1883 di Telaga Tiga)
2. Masa 1885 – 1945 masa eksploitasi minyak oleh penjajah, Pasca 1885
Berdiri Royal Dutch Company di Pangkalan Berandan (Sumatera Utara) :
a) 1887 - Pencarian minyak di Jawa Timur (Surabaya)
b) 1888 - Konsesi Sultan Kutai dengan JH Meeten di Sanga-Sanga
c) 1890 - Pendirian kilang Wonokromo & Cepu
d) 1892 - Pembangunan kilang minyak di Pangkalan Berandan
e) 1894 - Pendirian kilang Balikpapan oleh Shell Transport and Trading
44. 35
f) 1899 - UU Pertambangan Pemerintah Hindia Belanda (Indische
Mijnwet) yang mengatur kegiatan pencarian minyak bumi di Indonesia
3. Masa AS dan Belanda
a) AS berusaha masuk ke Indonesia tapi dicegah pemerintah Belanda.
Namun karena tekanan AS kepada Den Haag, akhirnya muncul
perusahaan patungan AS dan Belanda yakni SHELL dan NIAM (Jambi,
Bunyu, dan Sumatera Utara)
b) Standard Oil masuk dan dipecah menjadi Standard Oil of New Jersey
(membentuk Anak Perusahaan American petroleum Co) dan
Nederlandsche Koloniale Petroleum Maatschappij (NKPM).
c) NKPM menemukan lapangan Talang Akar (Sumsel) yang merupakan
lapangan terbesar di Hindia Belanda
d) Mendirikan Kilang Sungai Gerong di seberang Kilang Plaju milik Shell
e) 1933 Standard Oil of New Jersey yang mendapat konsesi Jawa dan
Madura menggabungkan seluruh usahanya ke dalam Standard Vacuum
Petroleum Maatschappij (SVPM) dalam bentuk patungan. Di dalamnya
ada bagian pemasaran Standard Oil of New York sekarang bernama
Mobil Oil.
f) 1922 Standard Oil of California masuk ke Kalimantan dan Irian Jaya
g) 1928 Gulf Oil (AS) masuk ke Sumatera Utara
h) 1929 Standard Oil of California masuk ke Sumatera Utara
45. 36
i) 1933 Standard Oil of New Jersey yang mendapat konsesi Jawa dan
Madura menggabungkan seluruh usahanya ke dalam Standard Vacuum
Petroleum Maatschappij (SVPM) dalam bentuk patungan. Di dalamnya
ada bagian pemasaran Standard Oil of New York sekarang bernama
Mobil Oil.
j) 1947 Penggabungan SVPM diubah statusnya menjadi PT Standard
Vacuum Petroleum (Stanvac).
Di zaman Jepang, usaha yang dilakukan umumnya adalah merehabilitasi
lapangan dan sumur yang rusak akibat bumi hangus atau pengeboman.
4. 1945 – 1957 masa Perjuangan Minyak Pra-Pertamina Selama perang
kemerdekaan kegiatan pencarian minyak berhenti.
a) Perjuangan Pangkalan Berandan, Sumatera Utara, dan Aceh Timur
b) Muncul "Laskar Minyak" mensuplai keperluan pesawat terbang dan
kendaraan lain
c) Berdiri perusahaan minyak pribumi:
1) 1945 didirikan PTMSU
2) 1945 didirikan PTMN Cepu di lokasi ex SHELL (Lap. Nglobo,
Semanggi Ledok dan Wonokromo)
3) 1950 PTMN Cepu berubah menjadi PTMNRI Cepu
4) 1950 PTMN Sumatera Utara berubah menjadi PTMRI Sumatera
Utara
5) 1954 PTMNRI Sumatera Utara berubah menjadi TMSU
46. 37
6) 22 Juli 1957 TMSU ditetapkan menjadi PT ETMSU (eksploitasi)
d) Agustus 1951 Mosi Mohammad Hasan
1) Gubernur Sumatera Mr. Teuku H. Moh. Hasan mengajukan sebuah
mosi yang memperjuangkan pertambangan minyak dan disokong
oleh kabinet secara bulat pada 2 Agustus 1951 dan dibentuk sebuah
komisi.
2) Perjuangan di parlemen salah satunya adalah merintis UU
pertambangan yang mengganti Indische Mijnwet
e) 24 Oktober 1956 Ã PP No. 24/1956
Diputuskan tambang minyak Sumatera Utara tidak dikembalikan kepada
SHELL
5. Masa 1957
a) Juli 1957 Jend. AH. Nasution mendapatkan pelimpahan tugas tambang
minyak Sumut. Rehabilitasi lapangan dan ekspor hasil untuk
pembangunan.
b) 1957 Pemerintah RI mengambil alih semua perusahaan Belanda di
Indonesia. (Kecuali SHELL karena kepemilikannya bersifat
internasional)
c) Perubahan nuansa kedaerahan menjadi nasional (AH Nasution, 1957)
d) 10 Desember 1957 berdirinya PT Permina sebagai perusahaan minyak
pertama bersifat nasional
47. 38
6. Pasca 1957
a) 1959 berdiri NV NIAM (NV Nederlands Indische Aardolie
Maatschappij)
1) Perusahaan patungan AS dan Belanda
2) 31 Des 1959 50% saham diambil alih pemerintah RI dan NV NIAM
berubah jadi PT Permindo
b) 1961 PT Permindo dikukuhkan menjadi PN Permigan
c) Tahun 1961 : PT. PERMINA menjadi PN. PERMINA dan PTMN
menjadi PN. PERMIGAN
d) 4 Jan 1966 Permigan dilikuidasi karena peristiwa G30S/PKI (Perbum)
e) Aset Permigan diberikan kepada PN Pertamin dan PN Permina
f) 1968 PN Pertamin dan PN Permina merger menjadi PN Pertamina
g) 1971 diterbitkan UU No. 8 tahun 1971 yang mengukuhkan PN
Pertamina menjadi Pertamina
h) 2001 diterbitkan UU Migas No 22 tahun 2001 yang akhirnya mengantar
Pertamina menjadi PT Pertamina (Persero)
i) 2003 Pertamina berubah status menjadi PT Pertamina (Persero)
j) Perubahan mendasar ada pada peran regulator menjadi player
7. Era Persero
a) Pertamina adalah Badan Usaha Milik Negara yang telah berubah bentuk
menjadi PT. Persero yang bergerak di bidang energi, petrokimia dan
48. 39
usaha lain yang menunjang bisnis Pertamina, baik di dalam maupun di
luar negeri yang berorientasi pada mekanisme pasar.
b) Modal Setor PT. Pertamina (Persero) :
1) PT. Pertamina (Persero) merupakan BUMN yang 100% sahamnya
dimiliki oleh Negara.
2) Modal Disetor (Penanaman Modal Negara/PMN) PT. Pertamina
(Persero) pada saat pendirian adalah Rp. 100 Trilyun.
3) Nilai Rp. 100 Trilyun tersebut diperoleh dari "Seluruh Kekayaan
Negara yang selama ini tertanam pada Pertamina, yang meliputi
Aktiva Pertamina beserta seluruh Anak Perusahaan, termasuk
Aktiva Tetap yang telah direvaluasi oleh Perusahaan Penilai
Independen, dikurangi dengan semua Kewajiban (Hutang)
Pertamina".
C. Visi dan Misi Perusahaan
PT PERTAMINA menempatkan visi, misi dan tata nilai sebagai pedoman
dalam menjalankan bisnisnya baik dalam skala lokal maupun skala global.
Atribut-atribut tentang visi, misi dan tata nilai tersebut terpampang menghiasi
dinding setiap ruangan rapat dan ruangan utama.
Visi dan misi dari PT. Pertamina (Persero) adalah :
1. Visi PT. PERTAMINA (Persero) adalah Menjadi Perusahaan Energi
Nasional Kelas Dunia (To be the world class national oil company).
49. 40
Merupakan visi PT Pertamina (Persero) yang ingin dicapai pada tahun 2023.
Dalam rangka mewujudkan visinya, PT Pertamina (Persero) harus dapat
berlaku sebagaimana perusahaan minyak kelas dunia lainnya. Salah satu
usaha yang dilakukan oleh PT Pertamina (Persero) adalah dengan
mengimplementasikan konsep mutakhir ERP (Enterprise Resource
Planning). Implementasi ERP dengan teknologi SAP (System Application
and Productsin Data Processing) memungkinkan penerapan bisnis proses
yang mengacu pada best practices, penggunaan teknologi yang up to date,
membuat pekerjanya terampil dalam menganalisa suatu permasalahan,
memudahkan proses kerja mereka, dan mendapatkan informasi secara cepat,
tepat dan akurat. PT Pertamina (Persero) mulai menggunakan SAP sejak
tahun 2003, dan melakukan migrasi mySAP pada tahun 2009. Salah satu
proses bisnis yang sangat penting adalah “Procurement to Pay” dan “Order
to Cash”. Procurement to Pay melibatkan pengakuan hutang kepada vendor,
sedangkan Order to Cash melibatkan pengakuan piutang kepada konsumen
baik pihak ketiga maupun hubungan istimewa.
2. Misi PT. Pertamina (Persero) adalah menjalankan usaha minyak, gas, serta
energi baru dan terbarukan secara terintegrasi, berdasarkan prinsip-prinsip
komersial yang kuat.
50. 41
D. Tata Nilai
Menjabarkan Tata Nilai Perusahaan 6C sebagai landasan etika yang harus
diikuti oleh insan PERTAMINA dalam melaksanakan tugas yang menjadi acuan
perilaku insan PERTAMINA dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab
masing-masing dan berinteraksi dengan stakeholders perusahaan.
1. Clean (Bersih) dikelola secara profesional, menghindari benturan
kepentingan, tidak menoleransi suap, menjunjung tinggi kepercayaan dan
integritas. Berpedoman pada asas-asas tata kelola korporasi yang baik.
2. Competitive (Kompetitif) mampu berkompetisi dalam skala regional maupun
internasional, mendorong pertumbuhan melalui investasi, membangun
budaya sadar biaya dan menghargai kinerja.
3. Confident (Percaya Diri) berperan dalam pembangunan ekonomi nasional,
menjadi pelopor dalam reformasi BUMN, dan membangun kebanggaan
bangsa
4. Costumer Focused (Fokus Pada Pelanggan) berorientasi pada kepentingan
pelanggan, dan berkomitmen untuk memberikan pelayanan terbaik kepada
pelanggan.
5. Commercial (Komersial) menciptakan nilai tambah dengan orientasi
komersial, mengambil keputusan berdasarkan prinsip-prinsip bisnis yang
sehat.
51. 42
6. Capable (Berkemampuan) dikelola oleh pemimpin dan pekerja yang
profesional dan memiliki talenta dan penguasaan teknis tinggi, berkomitmen
dalam membangun kemampuan riset dan pengembangan.
E. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi sebagai suatu perusahaan multinasional, PT
PERTAMINA mempunyai struktur organisasi yang sangat komplek tidak hanya
dikoordinasi secara lokal tetapi juga regional yaitu:
52. 43
F. Sumber Daya Manusia
Pengembangan SDM difokuskan kepada penciptaan pekerja yang profisien,
profesional, berkomitmen, berdedikasi dan berorientasi bisnis. Untuk mencapai
hal tersebut di atas, Perusahaan telah menetapkan strategi korporat berikut untuk
pengembangan SDM :
1. Mengimplementasikan pengembangan pekerja yang terorganisasi dan
konsisten sehingga para pekerja memiliki kompetensi, ketrampilan, dedikasi,
kinerja dan produktivitas yang tinggi.
2. Memberikan penghargaan dalam bentuk kesejahteraan dan remunerasi yang
kompetitif serta memberikan perlindungan kepada pekerja sesuai dengan
standar perusahaan migas di Indonesia dan peraturan yang berlaku.
3. Menciptakan dan mengembangkan hubungan industri yang aman untuk
menciptakan suasana yang harmonis dan nyaman guna mendukung
produktivitas yang tinggi.
Strategi korporat ini menjadi dasar untuk pengimplementasian program
pengembangan SDM. Perusahaan memiliki keyakinan bahwa pengembangan
SDM merupakan investasi jangka panjang sehingga Perusahaan memiliki
komitmen terhadap program pengembangan yang sistematik dan berkelanjutan
untuk mengantisipasi perubahan kebutuhan bisnis.
Perusahaan telah mengimplementasikan proses rekruitmen dan seleksi
pekerja yang transparan guna memperoleh ahli dan lulusan Sarjana baru untuk
53. 44
regenerasi. Proses rekruitmen dan seleksi awal dilaksanakan melalui pihak ketiga
yang independent seperti Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada dan
Universitas Padjadjaran.
Melanjutkan kebijakan tahun 2001, Perusahaan telah mengembangkan
sistem dan program manajemen karir berdasarkan kemampuan dan kinerja (merit
system). Program dan sistem tersebut diharapkan dapat meningkatkan efektifitas
dan transparansi dalam pengembangan karir pekerja Pertamina di masa
mendatang.
Untuk menciptakan budaya perusahaan yang mendukung proses transformasi,
Perusahaan telah melakukan program sosialisasi untuk nilai-nilai unggulan yang
dikenal dengan FIVE-M (Focus, Integrity, Visionary, Excellence and Mutual
Respect).
Untuk pengukuran kinerja, Perusahaan menggunakan Ukuran Kerja Terpilih dan
Indeks Produktivitas. Pengukuran ini meningkatkan pengembangan yang
berkelanjutan untuk mempercepat pencapaian status sebagai perusahaan bertaraf
internasional.
G. Modal
Modal Setor PT. Pertamina (Persero) :
1. PT. Pertamina (Persero) merupakan BUMN yang 100% sahamnya dimiliki
oleh Negara.
54. 45
2. Modal Disetor (Penanaman Modal Negara/PMN) PT. Pertamina (Persero)
pada saat pendirian adalah Rp. 100 Trilyun.
Nilai Rp. 100 Trilyun tersebut diperoleh dari "Seluruh Kekayaan Negara
yang selama ini tertanam pada Pertamina, yang meliputi Aktiva Pertamina
beserta seluruh Anak Perusahaan, termasuk Aktiva Tetap yang telah
direvaluasi oleh Perusahaan Penilai Independen, dikurangi dengan semua
Kewajiban (Hutang) Pertamina".
H. Teknologi
Salah satu usaha yang dilakukan oleh PT Pertamina (Persero) adalah dengan
mengimplementasikan konsep mutakhir ERP (Enterprise Resource Planning).
Implementasi ERP dengan teknologi SAP (System Application and Productsin
Data Processing) memungkinkan penerapan bisnis proses yang mengacu pada
best practices, penggunaan teknologi yang up to date, membuat pekerjanya
terampil dalam menganalisa suatu permasalahan, memudahkan proses kerja
mereka, dan mendapatkan informasi secara cepat, tepat dan akurat.
PT Pertamina (Persero) mulai menggunakan SAP sejak tahun 2003, dan
melakukan migrasi mySAP pada tahun 2009. Salah satu proses bisnis yang
sangat penting adalah „Procurement to Pay dan Order to Cash. Procurement to
Pay melibatkan pengakuan hutang kepada vendor, sedangkan Order to Cash
melibatkan pengakuan piutang kepada konsumen baik pihak ketiga maupun
hubungan istimewa.
55. 46
I. Strategi Bisnis
1. Sektor Hulu, kegiatan Direktorat Hulu Pertamina mencakup bidang-bidang
eksplorasi, produksi, serta transmisi minyak dan gas. Aktivitas lainnya
terdiri atas pengusahaan energi Coal Bed Methane (CBM) dan panas bumi.
Di samping itu, untuk mendukung gerak laju seluruh kegiatan tersebut,
Pertamina mengembangkan pusat riset dan teknologi sektor hulu serta
menekuni bisnis jasa pengeboran. Pada umumnya wilayah kerja migas
Pertamina berada di Indonesia dan sebagian di luar negeri.Bisnis Pertamina
di sektor hulu dilaksanakan melalui operasi sendiri (own operation) dan
lewat pola kemitraan.Berbeda dengan kegiatan usaha di bidang migas,
aktivitas eksplorasi dan produksi panasbumi serta CBM sepenuhnya
dilakukan di Indonesia.Hal ini karena potensi sumber daya panasbumi dan
CBM di dalam negeri cukup kaya untuk dikembangkan.
Untuk menjaga kesinambungan produksi gas, Pertamina memantapkan
langkahnya dalam investasi bidang pengusahaan CBM. Pertamina
menandatangani empat Kontrak Kerja Sama (KKS) baru di bidang CBM.
Ketiga KKS tersebut adalah:
a) PHE Metana Kalimantan A mengelola Blok Sangatta I, Kalimantan
Timur
b) PHE Metana Kalimantan B mengelola Blok Sangatta II, Kalimantan
Timur
56. 47
c) PHE Metana Sumatera Tanjung Enim mengelola wilayah kerja Blok
Tanjung Enim, Sumatera Selatan
d) PHE Metana Sumatera 2 mengelola Blok Muara Enim.
Eksplorasi dan Produksi.
a) Meningkatkan produksi dari lapangan eksisting.
b) Melakukan ekspansi kegiatan usaha dan operasi termasuk melalui cara
anorganik (akuisisi).
c) Mengembangkan potensi CBM di wilayah Pertamina.
d) Melakukan aliansi strategis untuk ekspansi maupun membangun
kemampuan spesifik.
Non Eksplorasi dan Produksi
a) Meningkatkan bisnis perniagaan gas di dalam negeri serta
memanfaatkan peluang untuk memperbesar bisnis transportasi dan
pemrosesan gas melalui sinergisitas dengan AP Pertamina lainnya.
b) Pro aktif dalam perumusan pricing policy selaras dengan kebijakan
nasional.
c) Peningkatan kapasitas dan kemampuan spesifik jasa pengeboran untuk
menunjang rencana ekspansi perusahaan.
Saat ini, Direktorat Hulu mengelola 6 anak perusahaan yang bergerak di
bisnis hulu industri migas dan panasbumi, yaitu: PT Pertamina EP (PEP), PT
57. 48
Pertamina Hulu Energi (PHE), PT Pertamina Gas, PT Pertamina Geothermal
Energy (PGE), PT Pertamina EP Cepu (PEP Cepu), dan PT Pertamina
Drilling Services Indonesia (PDSI). Selain itu Direktorat Hulu juga
mengembangkan fungsi penunjang teknologi bidang hulu, yaitu Exploration
& Production Technology Center (EPTC).
Masing-masing anak perusahaan dan fungsi penunjang tersebut menjalankan
tugas sebagai berikut:
PT PERTAMINA EP
PEP dibentuk pada 13 September 2005, dengan
maksud untuk mengelola pengusahaan minyak dan gas (operasi sendiri)
berdasarkan Kontrak Kerja Sama (KKS) dengan BP Migas yang
ditandatangani pada 17 September 2005.
Sebagai anak perusahaan bidang hulu, PEP bergerak dalam operasi
eksplorasi dan produksi minyak dan gas di wilayah-wilayah kerja dalam
negeri seluas 140.000 km2 yang selama ini dikelola oleh Pertamina.
Wilayah operasi PEP dibagi dalam tiga region, yaitu:
a) Region Sumatera
b) Region Jawa
c) Region Kawasan Timur Indonesia (KTI).
58. 49
Region Sumatera meliputi:
a) Lapangan Rantau
b) Pangkalan Susu
c) Jambi
d) Pendopo
e) Prabumulih
f) Unit Bisnis Pertamina EP (UBEP) Jambi
g) Limau
h) Lirik
i) Adera (ex. JOB-EOR Pertamina Lekomaras, 22 April 2009).
Region Jawa terdiri atas:
a) Lapangan Cepu
b) Jatibarang
c) Subang
d) Tambun.
Sementara Region Kawasan Timur Indonesia (KTI) meliputi:
a) Lapangan Bunyu
b) Sangatta
c) Sorong UBEP Tanjung dan Sangasanga-Tarakan.
59. 50
PT PERTAMINA GAS
Pada 23 Februari 2007, Pertamina mendirikan anak perusahaan
PT Pertagas yang kemudian diubah menjadi PT Pertamina Gas
pada 2008. PT Pertamina Gas bergerak di bidang transportasi,
niaga, dan pemrosesan gas.
Dalam kegiatan transmisi gas, Pertamina telah memiliki jaringan pipa
dengan volume total sekitar 34.000 km-inci yang terletak di Sumatera
Bagian Utara, Sumatera Bagian Tengah, Sumatera Bagian Selatan, Jawa
Bagian Barat, Jawa Bagian Timur, dan Kalimantan Timur.
Pada Januari 2009 PT Pertamina Gas mendapatkan Izin Transportasi dan
pada Februari 2009 PT Pertamina Gas memperoleh Hak Khusus dari BPH
Migas untuk pengangkutan gas bumi melalui pipa di 43 ruas transmisi.
Keluarnya Izin Transportasi dan Hak Khusus itu melengkapi terbitnya Izin
Niaga pada September 2008. Dengan izin usaha dan hak khusus tersebut, PT
Pertamina Gas telah memiliki landasan regulasi untuk menjadi pemain
utama dalam bisnis gas di Indonesia.
PT PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY
PGE berdiri pada 12 Desember 2006. Anak
perusahaan Pertamina ini bergerak dalam bidang
eksplorasi dan eksploitasi panasbumi di 15 wilayah kerja pengusahaan
(WKP) panas bumi Indonesia, yaitu:
60. 51
a) Sibayak-Sinabung,
b) Sibual-buali–Sarulla,
c) Sungai Penuh-Sumurup,
d) Tambang Sawah-Hululais,
e) Lumut Balai,
f) Waypanas-Ulubelu,
g) Cibereum-Parabakti,
h) Pengalengan (Patuha-Wayang Windu),
i) Kamojang-Darajat,
j) Karaha-Telagabodas,
k) Dieng,
l) Iyang-Argopuro,
m) Tabanan-Bali,
n) Lahendong-Tompaso,
o) dan Kotamobagu.
PT PERTAMINA EP CEPU
PEP Cepu, berdiri pada 14 September 2005,
merupakan anak perusahaan PT Pertamina
(Persero) yang bergerak di bidang usaha hulu migas. Di Blok Cepu,
Pertamina memiliki interest sebesar 45%, bermitra dengan Mobil Cepu Ltd
61. 52
(selaku operator) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) mengelola KKS
Blok Cepu.
PT PERTAMINA DRILLING SERVICES INDONESIA
PT. PDSI didirikan pada 13 Juni 2008 sebagai entitas
bisnis yang melakukan kegiatan dalam bidang
manajemen jasa pengeboran. Jasa yang diberikan meliputi pengeboran,
workover, serta jasa pengeboran dengan sistem Daily Rate dan Manajemen
Pengeboran Terpadu (MPT) untuk sumur minyak, gas, dan panasbumi.
Saat ini, PT PDSI memiliki 34 unit rig pengeboran (28 milik sendiri dan 6
alih kelola dari PT Usayana)
EXPLORATION AND PRODUCTION TECHNOLOGY CENTER
Direktorat Hulu mengembangkan pusat penelitian dan perekayasaan bidang
teknologi hulu migas, panasbumi, dan CBM disebut EPTC.Tujuan pendirian
EPTC untuk meningkatkan kemandirian, penguatan nilai unggulan, serta
penyedia solusi teknologi untuk percepatan pengembangan usaha seluruh
anak perusahaan di lingkungan hulu.Penelitian dan perekayasaan yang
dilakukan EPTC menghasilkan berbagai inovasi, baik dalam rangka mencari
wilayah eksplorasi baru maupun optimalisasi manajemen reservoir secara
intensif dan terarah.
62. 53
Dalam rangka menjaga kemandirian teknologi bidang hulu migas kehadiran
EP Technology Center (EPTC) menjadi sangat penting. EPTC adalah
penghasil inovasi teknologi migas untuk anak perusahan (AP), baik melalui
riset dan pengembangan yang dilakukan sendiri maupun bekerja sama
dengan pihak lain. Tidak kalah penting, EPTC adalah penyedia dan
pengembang solusi teknologi EP yang dibutuhkan Direktorat Hulu
Pertamina dan AP-AP.
Di sisi lain, EPTC pun bisa berfungsi sebagai pengarah sekaligus pelaksana
kebijakan teknologi Direktorat Hulu di AP, sehingga bisa dikatakan fungsi
ini merupakan penyelaras kebijakan teknis Direktorat Hulu di tingkat AP,
sekaligus pengembang kompetensi teknis sumber daya manusia di bidang
Hulu.Peran berikutnya, EPTC merupakan center of excellence untuk
dukungan teknologi pada tataran operasional AP di Direktorat Hulu
Pertamina. Untuk mendukung strategi peningkatan dan pengembangan
bisnis hulu, EPTC menggunakan berbagai perangkat teknologi baik
perangkat lunak maupun keras untuk desain parameter penyelidikan seismik,
pengolahan data seismik, pengolahan modeling seismik, interpretasi seismik,
pemodelan cekungan, pemodelan geologi untuk karakterisasi reservoir,
evaluasi petrofisika, simulasi reservoir, analisis produksi, analisis well
testing, analisis well performance, analisis stimulasi sumur, proses dan
fasilitas desain, serta perangkat visualisasi 3D untuk well design sebagai
63. 54
pendukung kegiatan kolaborasi para ahli eksplorasi dan produksi, baik di
migas maupun panasbumi.
Bidang Geodesi dan Geomatika menggunakan perangkat/aplikasi survei dan
pemetaan guna mendukung seluruh kegiatan surface &sub-surface.Selain
itu, pengembangan teknologi Geographic Information System (GIS) dan
Global Positioning System (GPS) juga diterapkan untuk memastikan
penentuan posisi yang efektif dan efisien.
Pengelolaan data fisik dan digital dilakukan secara terintegrasi, sehingga
memudahkan para ahli dan spesialis di lingkungan Pertamina Hulu dalam
melakukan kajian dan evaluasi GGR dalam upaya pengembangan bisnis
hulu.
PT PERTAMINA HULU ENERGI
PHE merupakan salah satu anak perusahaan di
jajaran Direktorat Hulu Pertamina yang bergerak di
bidang usaha hulu minyak dan gas bumi serta menjadi vehicle usaha hulu
dalam mengelola portofolio wilayah kerja sama di dalam dan di luar negeri
dalam format: Production Sharing Contract (PSC), Joint Operating Body-
Production Sharing Contract (JOB-PSC), Indonesian Participating /
Pertamina Participating Interest (IP/PPI) dan Badan Operasi Bersama
(BOB). Wilayah kerja PHE meliputi:
a) Blok 3 Western Desert, Irak;
64. 55
b) Blok 10 & 11.1 Lepas Pantai Vietnam Selatan;
c) Blok SK-305, Lepas Pantai Sarawak, Malaysia;
d) Blok Sabratah 17-3, Lepas Pantai Libya;
e) Blok Sirte 123-3, Libya;
f) Blok-13, Laut Merah Lepas Pantai Sudan;
g) Blok-3, Lepas Pantai Qatar;
h) Blok Basker Manta Gummy, Australia.
2. Sektor Hilir
Usaha Hilir PT Pertamina (Persero) terdiri dari :
a) Pengolahan
b) Pemasaran dan Niaga
Di Bidang Pengolahan
Bisnis Pengolahan PERTAMINA memiliki dan mengoperasikan 6 (enam)
buah unit Kilang dengan kapasitas total mencapai 1.046,70 Ribu
Barrel.Beberapa kilang minyak seperti kilang UP-III Plaju dan Kilang UP-
IV Cilacap terintegrasi dengan kilang Petrokimia, dan memproduksi produk-
produk Petrokimia yaitu Purified Terapthalic Acid (PTA) dan Paraxylene.
Beberapa Kilang tersebut juga menghasilkan produk LPG, seperti di
Pangkalan Brandan, Dumai, Plaju, Cilacap, Balikpapan, Balongan dan
Mundu. Kilang LPG P.Brandan dan Mundu merupakan kilang LPG yang
65. 56
operasinya terpisah dari kilang minyak, dengan bahan bakunya berupa gas
alam.
Kilang Minyak UP IV Cilacap menghasilkan Lube Base Oil dengan Group I
dan II dari jenis HVI- 60, HVI - 95, HVI -160 S, HVI - 160 B dan HVI -
650. Produksi Lube Base Oil ini disalurkan ke Lube Oil Blending Plant
(LOBP) di Unit Produksi Pelumas PERTAMINA yang berada di Jakarta,
Surabaya dan Cilacap untuk diproduksi menjadi produk pelumas, dan
kelebihan produksi Lube Base Oil (exces product) dijual di pasar dalam
negeri dan luar negeri.
"Sejak April 2008, Pertamina bersama dengan SK Corp dari Korea, telah
memproduksi Lube Oil Base Group III dari LBO Plant yang berada di
Kilang UP II Dumai. Jenis Lube Base yang dihasilkan adalah type 100-N
dan 150-N. LBO ini akan menjadi produk unggulan internasional
Pertamina di pasar pelumas."
Di samping kilang minyak di atas, PERTAMINA memiliki 2 (dua)
Operating Company, PT Arun LNG yang mengoperasikan kilang LNG di
Arun dan PT Badak LNG yang mengoperasikan kilang LNG di Bontang.
Kilang LNG Arun dengan 6 (enam) buah train LNG memiliki total kapasitas
12.5 Juta Ton per tahun, sedangkan, Kilang LNG Badak di Bontang dengan
8 (delapan) buah train LNG memiliki total kapasitas mencapai 22,5 Juta Ton
per tahun.
66. 57
Kapasitas Kilang Pertamina
Kapasitas
NO Unit Pengolahan
( MBSD )
1 UP II Dumai 170.0
2 UP III Plaju 133.7
3 UP IV Cilacap 348.0
4 UP V Balikpapan 260.0
5 UP VI Balongan 125.0
6 UP VII Kasim 10.0
Di Bidang Pemasaran dan Niaga
a) BBM Retail
Pemasaran BBM Retail merupakan salah satu fungsi di Direktorat
Pemasaran dan Niaga yang menangani pemasaran BBM retail untuk
sektor transportasi dan rumah tangga. Pertamina melakukan pemasaran
BBM Retail melalui lembaga penyalur Retail BBM/BBK yang saat ini
tersebar diseluruh Indonesia, seperti SPBU (Statiun Pengisian BBM
Untuk Umum), Agen Minyak Tanah (AMT), Agen Premium & Minyak
Solar (APMS), serta Premium Solar Packed Dealer (PSPD).
67. 58
Saat ini Pertamina sedang berbenah untuk melakukan transformasi di
segala bidang, termasuk di fungsi Retail Outlet SPBU. Upaya yang
dilakukan dalam perubahan tersebut adalah pemberian standarisasi
pelayanan SPBU Pertamina.Pertamina berkomitmen memberikan
pelayanan terbaik dengan istilah Pertamina Way.Penjabaran Pertamina
Way adalah STAF, KUALITAS DAN KUANTITAS, PERALATAN
DAN FASILITAS, FORMAT FISIK dan PRODUK DAN
PELAYANAN.
Pertamina Way merupakan standar baru yang diterapkan untuk seluruh
Stasiun Pengisian Bahan Bakar Minyak Umum (SPBU Pertamina) di
seluruh Indonesia kepada konsumen baik dari segi pelayanan, jaminan
kualitas dan kuantitas termasuk kenyamanan di lingkungan SPBU.
SPBU yang telah sukses menerapkan Pertamina Way berhak
mendapatkan Sertifikasi Pasti Pas, setelah dinyatakan lolos oleh auditor
independen bertaraf Internasional.
URL : http://pastipas.pertamina.com
http://spbu.pertamina.com
b) BBM Industri & Marine
Merupakan satu Divisi di Direktorat Pemasaran dan Niaga, Divisi
Pemasaran BBM dengan tugas pokok menangani semua usaha
68. 59
marketing dan layanan jual Bahan Bakar Minyak kepada konsumen
Industri dan Marine. BBM yang tersedia meliputi Minyak Solar (High
Speed Diesel), Minyak Diesel (Industrial/Marine Diesel Oil), dan
Minyak Bakar (Industrial/Marine Fuel Oil).
Saat ini konsumen BBM Pertamina di sector Industri dan marine
mencapai lebih dari 4500 konsumen, tersebar diseluruh daerah di
Indonesia. Beberapa Pelanggan utama kami adalah PT. PLN (Persero),
TNI/POLRI, Industri Pertambangan, Industri Besi Baja, Industri Kertas,
Industri Makanan, Industri Semen, Industri Pupuk, Kontraktor Kontrak
Kerja Sama, transportasi lair dan industri lainnya.
Di bidang Marine, kami fokus dalam meningkatkan volume penjualan.
Dan memperluas area dan lokasi layanan BBM Pertamina di semua
Pelabuhan penting di Indonesia.
Kelebihan utama BBM Pertamina adalah adanya jaminan ketersediaan
dan supply BBM. Pertamina memiliki jaringan yang luas diseluruh
daerah dan pelosok di Indonesia yang didukung oleh dan 7 kilang milik
Pertamina maupun sumber dari luar negeri, sarana dan prasarana
angkutan BBM yang lengkap, serta lebih dari 120 lokasi Depot,
Terminal Transit dan Instalasi yang tersebar di seluruh Indonesia. Mutu
produk BBM dan kualitas serta kuantitas layanan yang terjamin serta
memenuhi standard Internasional .
69. 60
c) Pelumas
Bisnis pelumas adalah usaha yang prospektif mengingat PERTAMINA
merupakan Market Leader pasar pelumas dalam negeri selama lebih dari
30 tahun.Bisnis Pelumas PERTAMINA terdiri atas bisnis dalam negeri
untuk segmen retail maupun segmen industri, dan bisnis pelumas luar
negeri.Di samping produk jadi, Pelumas PERTAMINA juga melayani
kebutuhan Base Oil Group I dan Base Oil Group III (mulai medio
2008).Pangsa pasar kami saat ini mencapai 54% di segmen retail dan
58% di segmen industri.
Untuk segmen retail di dalam negeri, Pelumas PERTAMINA
memasarkan lebih dari 17 Brand, sementara untuk segmen industri
sebanyak 18 Brand.Untuk pasar luar negeri, PERTAMINA memasarkan
3 Brand yang merupakan extension dari Brand di dalam negeri.Untuk
Lube Base Oil, PERTAMINA memasarkan 5 jenis kekentalan untuk
LBO Group I, dan 2 jenis kekentalan untuk LBO Group III.
Pemasaran Pelumas PERTAMINA di dalam negeri, didukung oleh 7
Sales Region, 180 Agen Pelumas, dan 45 OliMart, tersebar dari Sabang
sampai Merauke.
URL : http://pelumas.pertamina.com/
70. 61
d) Gas Domestik
Sejak 1968, Unit Gas Domestik telah berkomitmen untuk melayani
seluruh masyarakat Indonesia dengan menyediakan LPG sebagai bahan
baku dan bahan bakar untuk keperluan rumah tangga, komersial dan
industri dengan menggunakan brand "Elpiji". Akhir-akhir ini, Elpiji
menjadi lebih dikenal dan dekat dengan masyarakat dengan adanya
program Pemerintah untuk mengkonversi Minyak Tanah ke Elpiji, yang
ternyata telah terbukti lebih ekonomis, efisien dan ramah lingkungan
dibanding Minyak Tanah.
Dalam era "Langit Biru", Unit Gas Domestik memegang peranan
penting dalam menyukseskan program ini. Disamping Elpiji, sejak
tahun 1987 Unit Gas Domestik juga telah mensuplai bahan bakar gas
dengan menggunakan CNG (Compressed Natural Gas), dibawah brand
"BBG". "Musicool", hidrokarbon refrigerant yang ramah lingkungan,
yang telah diluncurkan pada tahun 2004, menjadi satu bukti dari
komitmen kami untuk mewujudkan lingkungan hidup yang lebih baik
dengan menjaga lapisan ozon dari kerusakan dan Efek Pemanasan
Global.
Saat ini, diversifikasi energi merupakan suatu keharusan dalam rangka
mengantisipasi krisis minyak bumi yang disebabkan adanya
kecenderungan penurunan cadangan minyak bumi. Bersama dengan
Penelitian dan Laboratorium PT. Pertamina (Persero), Unit Gas
71. 62
Domestik mengembangkan LPG untuk transportasi atau LGV
(Liquefied Gas for Vehicle) dibawah brand "Vi-Gas" dan GPC
(Gassified Petroleum Condensat), yang juga dapat dipakai sebagai
bahan bakar untuk memasak seperti Elpiji. Perbaikan yang
berkelanjutan terus menerus selalu dilakukan oleh Unit Gas Domestik
dalam mengembangkan produk-produknya, didukung oleh infrastruktur
yang handal dan keinginan untuk memberikan pelayanan yang lebih
baik serta memberikan dukungan terbaik bagi pemerintah Indonesia,
masyarakat, dan lingkungan. Pelayanan dan produk-produk yang terbaik
dapat diartikan sebagai kepuasan pelanggan yang diharapkan akan
mewujudkan kehidupan masyarakat Indonesia yang berkualitas.
e) Niaga
Divisi Niaga adalah divisi yang bernaung dibawah Direktorat
Pemasaran & Niaga dengan bisnis inti melakukan ekspor-impor dan
penjualan domestik untuk Minyak mentah, BBM, dan produk
Petrokimia, dengan nilai uang atau revenue yang dikelola sekitar 135
trilyun rupiah pertahun. Bisnis ekspor-impor dan penjualan domestik
tersebut dikelola melalui 3 (tiga) Fungsi dibawahnya, yakni Unit Usaha
Minyak Mentah & BBM, Unit Usaha Niaga Non BBM, dan fungsi
perencanaan, evaluasi dan pengembangan serta koordinasi yakni Fungsi
Reneval Niaga.
72. 63
Bisnis inti Niaga Minyak mentah & BBM adalah melakukan trading
dibidang impor BBM sekitar 120.000.000 (seratus duapuluh juta) Barrel
per tahun dan ekspor Minyak mentah sekitar 7.000.000 (tujuh juta)
Barrel per tahun, serta mengekspor produk minyak 33.000.000 Barrel
per tahun, yang terdiri dari produk Naphta 3.600.000 Barrel per tahun,
produk Decant Oil sekitar 2,600.000 (dua juta enam ratus ribu) Barrel
per tahun dan sekitar 26.800.000 (dua puluh enam juta delapan ratus
ribu) Barrel pertahun, yang bersumber dari kilang Unit Pengolahan
PERTAMINA.
Sedangkan bisnis inti Niaga Non BBM adalah menjual produk NBBM
baik di pasar dalam negeri maupun ekspor yang bersumber dari kilang
Unit Pengolahan PERTAMINA sendiri, dengan volume penjualan per
tahun mencapai sekitar 2 (dua) juta mt dengan memperoleh revenue
sekitar 11 (sebelas) trilyun rupiah dan profit sekitar 1,65 trilyun rupiah.
Sejalan dengan berubahnya PERTAMINA menjadi PT PERSERO
yang mulai fokus pada orientasi profit, Niaga Non BBM mulai
menjalankan trading (jual-beli) produk NBBM dengan melakukan impor
untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri terutama untuk produk
yang mengalami shortage of supply/production dalam rangka untuk
meningkatkan profit sekaligus untuk meningkatkan pangsa pasar
PERTAMINA.
73. 64
Adapun Reneval Niaga adalah Fungsi yang melakukan perencanaan,
evaluasi, pengembangan serta koordinasi untuk mendukung bisnis ke
dua Fungsi Unit Usaha diatas yakni Fungsi Niaga Minyak Mentah &
BBM dan Fungsi Niaga Non BBM.
f) Aviasi
Sebagai salah satu unit bisnis PERTAMINA - perusahan nasional yang
bergerak di bidang energi, minyak, gas dan petrokimia - yang
melakukan usaha pemasaran serta penyediaan produk dan layanan
bahan bakar penerbangan di Indonesia dan Timor Leste, PERTAMINA
Aviasi memiliki aspirasi untuk menjadi pemasar dan penyedia layanan
bahan bakar penerbangan kelas dunia dengan jaringan global. Hal ini
tertuang pada Visi PERTAMINA Aviasi, dan telah menjadi komitmen
dan tujuan kami untuk senantiasa mengembangkan value propositions
perusahaan bagi pelanggan dan stakeholders lainnya.
Dalam penyediaan produk dan layanan, kami memiliki kebijakan,
sistem dan prosedur yang ketat dengan perhatian utama pada
keselamatan penerbangan melalui pengimplementasian standar
internasional tentang persyaratan kualitas dan penanganan produk
dengan memperhatikan persyaratan pelanggan, industri dan peraturan
lindungan lingkungan. URL :http://aviation.pertamina.com
74. 65
g) Perkapalan
PERTAMINA Perkapalan hadir melayani dengan menjunjung tinggi
dan mengunggulkan nilai budaya dan citra perusahaan.Merupakan suatu
kebanggaan bagi PERTAMINA untuk memberikan pelayanan di bidang
pelayaran, menjadi perusahaan perkapalan yang maju dan terpandang di
era baru.
Keunggulan kami terletak pada pengalaman luas dan keahlian yang
tinggi dalam distribusi minyak mentah, gas, petrokimia, dan produk lain
sejenisnya melalui jalur laut di negara kepulauan. Berkantor pusat di
Tanjung Priok, Jakarta, kami akan senantiasa memberikan pelayanan
terbaik untuk pelanggan di seluruh pelosok tanah air Indonesia.
Dengan Misi menjadi penyedia layanan logistik yang professional
untuk produk minyak, gas, petrokimia, dan produk - produk kilang
lainnya, PERTAMINA Perkapalan saat ini mengelola dan
mengoperasikan lebih dari 130 kapal charter dengan berbagai tipe kapal
dari Bulk Lighter hingga VLCC (Very Large Crude Carrier). Tiap
tahun, kami mendedikasikan diri untuk mengangkut sekitar 70 juta Long
Ton. Armada kami mencakup lebih dari 135 pelabuhan di segala
penjuru tanah air.
Kami senantiasa menjunjung tinggi budaya perusahaan , membangun
citra perusahaan yang lebih baik, menerapkan prinsip kerja yang
transparan, dan good corporate governance.