SlideShare a Scribd company logo
1 of 110
Download to read offline
SKRIPSI




PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PENGEMBANGAN KARIR, DAN
     SELF-EFFICACY TERHADAP KINERJA KARYAWAN
          PT. PLN (PERSERO) APJ PURWOKERTO




                       OLEH :
                VERLITA YOLANDARI
                   NIM : C1B007087




                 FAKULTAS EKONOMI
          UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
                   PURWOKERTO
                        2011
                          i
SKRIPSI




PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PENGEMBANGAN KARIR, DAN
       SELF-EFFICACY TERHADAP KINERJA KARYAWAN
             PT. PLN (PERSERO) APJ PURWOKERTO




Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana ekonomi pada
            Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman




                               OLEH :
                       VERLITA YOLANDARI
                          NIM : C1B007087




                       FAKULTAS EKONOMI
              UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
                           PURWOKERTO
                                 2011
                                   ii
SKRIPSI




PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PENGEMBANGAN KARIR, DAN
       SELF-EFFICACY TERHADAP KINERJA KARYAWAN
             PT. PLN (PERSERO) APJ PURWOKERTO




                                  Oleh:
                       VERLITA YOLANDARI
                          NIM : C1B007087




                        Diterima dan disahkan
                   Pada tanggal: …………………..




        Pembimbing I                              Pembimbing II




  Dra. Hj. Titi Nurfitri,MM.                  Dra. Suci Indriati, M.Si.
  NIP.19581107.198503.2.001                  NIP.19570224.198601.2.001




                               Mengetahui,
                       Ketua Jurusan Manajemen
          Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman




                        Dr. Suliyanto, SE, MM.
                     NIP. 19740401.199802.1.001
                                   iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI


Saya yang bertandatangan di bawah ini

         Nama         : Verlita Yolandari

         NIM          : C1B007087

         Jurusan      : Manajemen

         Fakultas     : Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman

Menyatakan dengan sebenarnya, bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil

karya saya, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain

yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya, kecuali yang secara tertulis diacu

dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa skripsi ini hasil

plagiasi, maka saya bersedia menerima sanksi berupa pencabutan gelar akademik

yang saya peroleh terkait dengan skripsi ini.



                                                      Purwokerto, ………………..

                                                       Yang membuat pernyataan



                                                            Verlita Yolandari

                                                           NIM : C1B007087




                                         iv
RINGKASAN


           Penelitian ini berjudul “Pengaruh Budaya Organisasi, Pengembangan
Karir, dan Self-Efficacy terhadap Kinerja Karyawan PT. PLN (Persero) APJ
Purwokerto. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh budaya
organisasi, pengembangan karir, dan self-efficacy terhadap kinerja karyawan.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua karyawan PT. PLN (Persero) APJ
Purwokerto. Jumlah responden yang diambil dalam penelitian ini adalah 67 orang.
Pengumpulan data menggunakan metode penyebaran kuesioner dan wawancara.
           Berdasarkan hasil penelitian dan analisis jalur menggunakan SPSS
Statistica 16.0 diperoleh Fhitung sebesar 17,600 dan Ftabel sebesar 2,751. Sedangkan
hasil perhitungan uji t diperoleh thitung X1 sebesar 2,606 , thitung X2 sebesar 5,553 ,
thitung X3 sebesar 3,461, dan ttabel sebesar 1,998. Jadi, dengan demikian baik secara
simultan maupun secara parsial variabel budaya organisasi, pengembangan karir,
dan self-efficacy memprja kunnyai pengaruh siginifikan terhadap kinerja
karyawan PT. PLN (Persero) APJ Purwokerto.
           Implikasi dari kesimpulan di atas yaitu dalam upaya meningkatkan
kinerja karyawan sebaiknya PT. PLN (Persero) APJ Purwokerto mempertahankan
atau memperbarui budaya organisasi yang ada sesuai dengan perubahan kondisi
perusahaan, memperhatikan jalur karir setiap karyawannya dan meningkatkan
self-efficacy setiap karyawan dengan memberikan tantangan dalam pekerjaannya.

Kata kunci: Budaya Organisasi, Pengembangan Karir, Self-Efficacy, Kinerja
karyawan




                                          v
SUMMARY


          The research was entitled “Effect of Organizational Culture, Career
Development, and Self-Efficacy toward Employee Performance on PT. PLN
(Persero) APJ Purwokerto. The purpose of this research was to examine the
influence of organizational culture, Career Development, and Self-Efficacy on the
performance of employees. The population in this study were all employees of
PT. PLN (Persero) APJ Purwokerto. The number of respondents is taken in this
study was 67 people. The collection of data using questionnaires and interview
methods.
          Based on the results of the study and path analysis using Statistica SPSS
16.0 Fcount obtained of 17.600 and 2.751 of Ftabel. Meanwhile the amount of
calculations is obtained t count X1 t test of 2.606, 5.553 of t count X2, X3 t count
of 3.461, and 1.998 of t table. So, thus either simultaneously or partially variables
organizational culture, career development, and self-efficacy has a significant
effect to employee performance on PT. PLN (Persero) APJ Purwokerto.
          The implications of on the conclusion that in an effort to improve
employee performance PT. PLN (Persero) APJ Purwokerto should be maintain or
update the existing organizational culture in accordance with changes in business
conditions, pay attention to every employee career paths and enhance self-efficacy
of each employee to provide a challenge in his work.

Key words: Organizational Culture, Career Development, Self-Efficacy,
Performance of employees




                                         vi
KATA PENGANTAR



         Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulisan skripsi yang berjudul

“Pengaruh Budaya Organisasi, Pengembangan Karir, dan Self-Efficacy Terhadap

Kinerja Karyawan PT. PLN (Persero) APJ Purwokerto.” dapat terselesaikan

dengan baik.

         Penulisan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai

pihak, maka pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima

kasih kepada :

1. Dr. Haryadi, M.Sc, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal

   Soedirman yang telah memberikan ijin penelitian kepada penulis.

2. Dra. Hj. Titi Nurfitri, MM., selaku dosen pembimbing I dan Dra. Suci Indriati,

   M.Si., selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, saran,

   bantuan dan pengarahan hingga tersusunnya skripsi ini.

3. Siti Zulaikha SE., M.Si., selaku dosen penguji skripsi yang bersedia

   memberikan     saran,   bimbingan,    dan   arahan   yang   bermanfaat   demi

   kesempurnaan skripsi ini.

4. Seluruh Staf Pengajar/dosen Fakultas Ekonomi UNSOED yang telah

   memberikan segenap ilmunya kepada penulis, khususnya Staf Pengajar

   Jurusan Manajemen.

5. Kedua orang tua tercinta Agus Subekti dan Ambar Kurniawati, untuk semua

   cinta yang mengagumkan, doa, integritas, dukungan, dan perhatiaannya yang



                                        vii
tak terbatas. Terimakasih untuk segalanya, baru ini yang bisa saya

   persembahkan, semoga menjadi awal yang baik.

6. Kakak-kakakku Anies Wicaksono dan Rian Rizki Rinaldi, atas dukungan dan

   doanya, semoga kalian sukses karirnya dan saya akan segera menyusul.

7. Revino Candrabratha dan keluarga, atas cinta, doa, dan dukungan yang telah

   diberikan pada penulis.

8. Pihak PT. PLN (Persero) APJ Purwokerto yang telah memberikan ijin dan

   karyawan yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian.

9. Teman-teman      manajemen   seperjuangan    angkatan     2007    yang   telah

   memberikan semangat dan dukungan.

10. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.



Semoga sekeping mutiara yang terpateri dalam skripsi ini akan dapat memberikan

manfaat yang sebesar-besarnya bagi penulis, masyarakat, dan pengembangan

penelitian selanjutnya.


                                                  Purwokerto, November 2011



                                                           Penulis




                                     viii
DAFTAR ISI



DAFTAR ISI ....................................................................................................    i

DAFTAR TABEL ...........................................................................................          iii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................             iv

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................                v

I. PENDAHULUAN

     A. Latar Belakang Masalah Penelitian........................................................                  1

     B. Perumusan Masalah Penelitian .............................................................                 6

     C. Batasan Masalah Penelitian ..................................................................              7

     D. Tujuan Penelitian ..................................................................................       8

     E. Manfaat Penelitian ................................................................................        8

II. TELAAH PUSTAKA DAN PERUMUSAN MODEL PENELITIAN

     A. Telaah Pustaka ...................................................................................... 10

          1. Kinerja Karyawan ........................................................................... 10

          2. Budaya Organisasi .......................................................................... 15

          3. Pengembangan Karir ....................................................................... 20

          4. Self-Efficacy .................................................................................... 27

     B. Perumusan Model Penelitian dan Hipotesis........................................... 35

          1. Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan ............ 35

          2. Pengaruh Pengembangan Karir Terhadap Kinerja Karyawan ........ 36

          3. Pengaruh Self-Efficacy Terhadap Kinerja Karyawan ..................... 38

          4. Kerangka Pemikiran ......................................................................... 39



                                                         ix
III.     METODE PENELITIAN DAN ANALISIS

         A. Metode Penelitian ................................................................................. 43

              1. Jenis Penelitian .................................................................................. 43

              2. Subyek Penelitian .............................................................................. 43

              3. Objek Penelitian ................................................................................ 43

              4. Metode Pengumpulan Data ............................................................... 43

              5. Sumber Data ...................................................................................... 43

              6. Populasi dan Sampel.......................................................................... 44

              7. Definisi Operasional Variabel ........................................................... 45

         B. Teknik Analisis Data ............................................................................. 48

              1. Pengukuran Variabel ......................................................................... 48

              2. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ...................................................... 49

              3. Analisis Jalur ..................................................................................... 51

              4. Uji Hipotesis ...................................................................................... 53

       IV. HASIL ANALISISN DAN PEMBAHASAN

         A. Gambaran Umum Perusahaan ............................................................... 57

              1. Sejarah Berdirinya Perusahaan ......................................................... 57

              2. Visi dan Misi Perusahaan ................................................................. 58

              3. Struktur Organisasi Perusahaan ........................................................ 59

         B. Karakteristik Responden ....................................................................... 66

              1. Gambaran Umum Responden ........................................................... 66

              2. Distribusi Jawaban Responden ......................................................... 68

         C. Analisis Data dan Pembahasan .............................................................. 72



                                                             x
1. Uji Validitas dan Reliabilitas............................................................. 72

            2. Perhitungan Analisis Jalur ................................................................. 74

            3. Pengujian Hipotesis ........................................................................... 80

            4. Pembahasan ....................................................................................... 85

V.     KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

       A. Kesimpulan ........................................................................................... 88

       B. Implikasi ............................................................................................... 89

     DAFTAR PUSTAKA

     LAMPIRAN




                                                          xi
DAFTAR TABEL


Tabel :


1. Tabel Proporsi Sampel Penelitian ............................................................. 45

2. Karakteristik Karyawan PT. PLN (Persero) APJ Purwokerto

     berdasarkan jenis kelamin ........................................................................ 66

3. Karakteristik Karyawan PT. PLN (Persero) APJ Purwokerto

     berdasarkan usia ........................................................................................ 67

4. Karakteristik Karyawan PT. PLN (Persero) APJ Purwokerto

     berdasarkan lama bekerja .......................................................................... 67

5. Karakteristik Karyawan PT. PLN (Persero) APJ Purwokerto

     berdasarkan pendidikan terakhir .............................................................. 68

6. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Budaya Organisasi .. 69

7. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Pengembangan Karir 70

8. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Self-Efficacy ........... 71

9. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Kinerja .................... 72

10. Hasil Uji Validitas .................................................................................... 73

11. Hasil Uji Reliabilitas ................................................................................ 74

12. Hasil Penghitungan Analisis Jalur ........................................................... 75

13. Ringkasan Pengaruh Langsung dan Tak Langsung Variabel X1, X2, X3

     Terhadap Y ............................................................................................... 80




                                                        xii
DAFTAR GAMBAR



1. Kerangka Pemikiran ............................................................................        40

2. Hubungan Struktural antar variabel Xi dan Y ....................................                       51

3. Diagram Jalur ......................................................................................   75

4. Kurva Uji F Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja ..............                                 81

5. Kurva Uji t Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja ...............                                81

6. Kurva Uji F Pengaruh Pengembangan Karir Terhadap Kinerja ..........                                    82

7. Kurva Uji t Pengaruh Pengembangan Karir Terhadap Kinerja ...........                                   83

8. Kurva Uji F Pengaruh Self-Efficacy Terhadap Kinerja .......................                            84

9. Kurva Uji t Pengaruh Self-Efficacy Terhadap Kinerja ........................                           84




                                                  xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran :

1. Kuesioner

2. Tabulasi Jawaban Responden

3. Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Persepsi Peran (X1)

4. Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Kesempatan Berkarier (X2)

5. Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Kepuasan Kerja (X3)

6. Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Kinerja (Y)

7. Analisis Jalur

8. Tabel Uji R

9. Tabel Uji t

10. Tabel Uji F




                                   xiv
1




                            I.      PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Masalah Penelitian

         Manajemen sumber daya manusia pada dasarnya adalah langkah-langkah

perencanaan, penarikan, seleksi, pengembangan, pemeliharaan, dan penggunaan

sumber daya manusia untuk mencapai tujuan individu maupun organisasi

(Handoko, 2001). Oleh karena itu, keberhasilan pengelolaan organisasi sangat

ditentukan oleh kegiatan pendayagunaan sumber daya manusia. Sumber daya

manusia sangat penting artinya dalam menentukan kelangsungan hidup suatu

organisasi.

         Organisasi yang baik, tumbuh dan berkembang akan menitikberatkan

pada sumber daya manusia (human resources) guna menjalankan fungsinya

dengan optimal, khususnya menghadapi dinamika perubahan lingkungan yang

terjadi. Dengan demikian kemampuan teknis, teoritis, konseptual, moral dari para

pelaku organisasi/perusahaan di semua tingkat (level) pekerjaan sangat

dibutuhkan. Selain itu pula kedudukan sumber daya manusia pada posisi yang

paling tinggi berguna untuk mendorong perusahaan menampilkan norma perilaku,

nilai dan keyakinan sebagai sarana penting dalam peningkatan kinerjanya.

       Karyawan merupakan asset yang sangat vital bagi perusahaan. Karena

kinerja yang mereka lakukan sangat mempengaruhi efektivitas kinerja

perusahaan. Oleh karena itu peningkatan kinerja karyawan menjadi fokus utama

unit manajemen sumber daya manusia. Mereka berusaha mengembangkan

potensi-potensi yang dimiliki oleh individu agar mereka termotivasi untuk
2




memberikan kontribusi terbaik demi pencapaian tujuan-tujuan perusahaan, kinerja

karyawan merupakan hasil dari suatu proses atau aktivitas pada fungsi tertentu

yang dilaksanakan oleh seseorang baik sebagai individu maupun sebagai anggota

dari suatu kelompok atau organisasi pada periode tertentu berdasarkan standar

yang telah ditetapkan, dan hasilnya dapat dinikmati sendiri maupun oleh

kelompok dalam perusahaan (Arfah dan Anshory,2005).

       Kinerja seorang karyawan bersifat individual, karena setiap karyawan

mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda - beda dalam mengerjakan

tugasnya. Pihak manajemen dapat mengukur karyawan atas unjuk kerjanya

berdasarkan kinerja dari masing - masing karyawan. Kinerja merupakan suatu

hasil yang dicapai oleh pekerja dalam pekerjaannya menurut kriteria tertentu yang

berlaku untuk suatu pekerjaan (Robbins, 2001). Pengertian lain dari Gomes

(1995) menyatakan kinerja sebagai catatan terhadap hasil produksi dari sebuah

pekerjaaan tertentu atau aktivitas tertentu dalam periode tertentu. Selain itu

kinerja juga dapat diartikan sebagai suatu hasil dan usaha seseorang yang dicapai

dengan adanya kemampuan dan perbuatan dalam situasi tertentu.

       Setiap perusahaan akan berusaha untuk selalu meningkatkan kinerja

karyawannya demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan perusahaan. Untuk

mencapai tujuan kinerja memerlukan karyawan yang mempunyai kinerja kerja

yang baik. Berbagai cara bisa ditempuh perusahaan dalam meningkatkan kinerja

karyawannya diantaranya budaya organisasi, pengembangan karir, dan self-

efficacy. Ketiga variabel ini sangat berperan dalam meningkatkan efektivitas dan
3




efesiensi dari organisasi di dalam menjalankan kegiatan dan pekerjaan yang telah

direncanakan dan diprogramkan.

       Budaya organisasi (corporate culture) sering diartikan sebagai nilai-nilai,

simbol-simbol yang dimengerti dan dipatuhi bersama, yang dimiliki suatu

organisasi sehingga anggota organisasi merasa satu keluarga dan menciptakan

suatu kondisi anggota organisasi tersebut merasa berbeda dengan organisasi lain

(Warididn dan Masrukhin , 2006 dalam Kusumawati, 2008).

        Selanjutnya Robbins (1996) menyatakan bahwa budaya organisasi adalah

suatu sistem nilai yang diperoleh dan dikembangkan oleh organisasi dan pola

kebiasaan dan falsafah dasar pendirinya, yang terbentuk menjadi aturan yang

digunakan sebagai pedoman dalam berfikir dan bertindak dalam mencapai tujuan

organisasi. Budaya yang tumbuh menjadi kuat mampu memacu organisasi kearah

perkembangan yang lebih baik. Hal ini berarti bahwa setiap perbaikan budaya

kerja ke arah yang lebih kondusif akan memberikan sumbangan yang sangat

berarti bagi peningkatan kinerja karyawan.

        Pengembangan      karir   mempengaruhi     kinerja   karyawan,    dimana

pengembangan karir merupakan pendekatan formal yang dilakukan organisasi

untuk menjamin orang-orang dalam organisasi mempunyai kualifikasi dan

kemampuan serta pengalaman yang cocok ketika dibutuhkan. Oleh karena itu,

perusahaan perlu mengelola karir dan mengembangkannya dengan baik supaya

produktivitas karyawan tetap terjaga dan mampu mendorong karyawan untuk

selalu melakukan hal yang terbaik dan menghindari frustasi kerja yang berakibat

penurunan kinerja perusahaan. Pengelolaan dan pengembangan karir akan
4




meningkatkan efektivitas dan kreativitas sumber daya manusia yang dapat

meningkatkan kinerjanya dalam upaya mendukung perusahaan untuk mencapai

tujuannya.

        Menurut Robbins (1996)), pengembangan karir adalah suatu yang

menunjukkan adanya peningkatan-peningkatan status seseorang dalam suatu

organisasi dalam jalur karir yang telah ditetapkan dalam organisasi yang

bersangkutan.

        Selain budaya organisasi dan pengembangan karir penting untuk

peningkatan kinerja, juga perlu diperhatikan juga self efficacy dari para karyawan.

Self efficacy adalah sebuah keyakinan tentang probabilitas bahwa seseorang dapat

melaksanakan dengan sukses beberapa tindakan atau masa depan dan mencapai

beberapa hasil.

        Self-efficacy menurut Bandura (1997) didefinisikan sebagai keyakinan

yang dimiliki individu tentang kemampuan atau ketidakmampuan yang dimiliki

untuk menunjukkan suatu perilaku atau sekumpulan perilaku tertentu. Sehingga

konsep self-efficacy berkaitan dengan sejauh mana individu mampu memiliki

kemampuan, potensi, serta kecenderungan yang ada pada dirinya untuk dipadukan

menjadi tindakan tertentu dalam mengatasi situasi yang mungkin akan dihadapi di

masa yang akan datang. Sedangakan menurut pendapat Feist & Feist (2002),

bahwa ketika seseorang mengalami ketakutan yang tinggi, kecemasan yang akut

atau tingkat stress yang tinggi, maka biasanya mereka memiliki self-efficacy yang

rendah. Sementara mereka yang memiliki self-efficacy yang tinggi merasa mampu
5




dan yakin terhadap kesuksesan dalam mengatasi tintangan dan menganggap

ancaman sebagai suatu tantangan yang tidak perlu dihindari.

         Pemilihan variabel dalam penelitian ini diduga dapat mempengaruhi

peningkatan kinerja karyawan mengacu pada model penelitian terdahulu. Menurut

Sinaga (2008), Chasanah (2008), dan Sudarmadi (2007) budaya organisasi

berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Sedangkan

Wibowo      (2006)   dan   Watimena   (2007)   menyatakan     adanya   pengaruh

pengembangan karir secara signifikan terhadap kinerja karyawa. Adapun

penelitian dari Handayani (2008) bahwa self-efficacy berpengaruh positif terhadap

kinerja karyawan. Sedangkan Chasanah (2008) juga menyatakan bahwa budaya

organisasi dan self-efficacy berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja

karyawan.

         Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian ini peneliti tertarik

untuk meniliti tentang faktor-faktor dalam meningkatkan kinerja karyawan,

seperti budaya organisasi, pengembangan karir dan self-efficacy di PT. PLN

(Persero) APJ Purwokerto.



B. Perumusan Masalah Penelitian

         Perusahaan Listrik Negara (PLN) adalah suatu perusahaan negara yang

pengelolaannya ditujukan untuk melayani masyarakat. Sebagai perusahaan

pemerintah, PLN dapat dikategorikan sebagai perusahaan jasa kelistrikan yang

mengandalkan kualitas pelayanan jasa yang diberikan pada masyarakat. PLN juga
6




merupakan         perusahaan   yang   memproduksi      listrik   melalui   unit-unit

pembangkitnya.

         Sebagaimana sebuah perusahaan negara, PLN banyak mendapatkan

sorotan dari berbagai pihak mengenai efektivitas kerja dalam organisasi dan

kualitas layanan yang diberikan. Oleh karena itu, peningkatan kualitas dan

efektivitas kerja menjadi sangat penting. Hal ini dapat dilihat dari seberapa besar

tingkat efektivitas organisasi dalam melaksanakan fungsinya. Sebuah organisasi

akan dapat bertahan hidup dan akan dapat berkembang apabila mampu beroperasi

secara efektif.

         Untuk meningkatkan kinerja karyawan maka perlu juga adanya

peningkatan budaya organisasi. Budaya organisasi di perusahaan merupakan

faktor penting seperti upaya manajer menciptakan lingkungan yang nyaman demi

meningkatkan kinerja karyawannya. Selain itu, pengembangan karir yang disertai

dengan self-efficacy yang kuat dari karyawan diintensifkan agar kinerja dapat

berjalan dengan baik.

         Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah penelitian, peniliti

tertarik untuk meniliti faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan kinerja

karyawan. Permasalahan dalam penelitian ini adalah :

         Apakah budaya organisasi, pengembangan karir, dan self-efficacy

berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap kinerja karyawan PT. PLN

(Persero) APJ Purwokerto?
7




C. Batasan Masalah Penelitian

       Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Kinerja karyawan banyak dipengaruhi oleh berbagai varibel, antara lain: gaya

kepemimpinan, kepuasan kerja, empowerment, motivasi kerja, budaya organisasi,

pengembangan karir, dan self-efficacy. Untuk penelitian ini dibatasi pada budaya

organisasi, pengembangan karir, dan self-efficacy di PT. PLN (Persero) APJ

Purwokerto.



D. Tujuan Penelitian

       Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi peningkatan kinerja karyawan PT. PLN (Persero) APJ

Purwokerto. Secara rinci tujuan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh budaya organisasi secara simultan dan secara

    parsial terhadap kinerja karyawan PT. PLN (Persero) APJ Purwokerto.

2. Untuk mengetahui pengaruh pengembangan karir secara simultan dan secara

    parsial terhadap kinerja karyawan PT. PLN (Persero) APJ Purwokerto.

3. Untuk mengetahui pengaruh self-efficacy secara simultan dan secara parsial

    terhadap kinerja karyawan PT. PLN (APJ) Purwokerto.
8




E. Manfaat Penelitian

1) Manfaat Teoritis

   Dari penelitian ini diharapkan dapat memperkuat penelitian sebelumnya dan

   teori-teori mengenai budaya organisasi, pengembangan karir, self-efficacy,

   dan kinerja karyawan, serta dapat menjadi referensi tambahan dalam bidang

   SDM untuk penelitian selanjutnya.

2) Manfaat Praktis

   Bagi divisi SDM, hasil penelitian ini nantinya dapat dijadikan sebagai bahan

   pertimbangan dalam meningkatkan atau memperbaiki kinerja karyawan yang

   dinilai dari aspek budaya organisasi, pengembangan karir, dan self-efficacy.
9




II.    TELAAH PUSTAKA DAN PERUMUSAN MODEL PENELITIAN




A. Telaah Pustaka


1. Kinerja Karyawan
      a. Pengertian Kinerja

          Pada dasarnya kebutuhan hidup manusia tersebut tidak hanya berupa

material, tetapi juga bersifat nonmaterial, seperti kebanggaan dan kepuasan kerja.

Tiap individu cenderung akan dihadapkan pada hal-hal yang mungkin tidak

diduga sebelumnya didalam proses mencapai kebutuhan yang diinginkan sehingga

melalui bekerja dan pertumbuhan pengalaman, seseorang akan memperoleh

kemajuan dalam hidupnya.

          Kinerja merupakan kondisi yang harus diketahui dan diinformasikan

kepada pihak-pihak tertentu untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil suatu

instansi dihubungkan dengan visi yang diemban suatu organisasi serta mengetahui

dampak positif dan negatif suatu kebijakan operasional yang diambil. Dengan

adanya informasi mengenai kinerja suatu instansi pemerintah, akan dapat diambil

tindakan yang diperlukan seperti koreksi atas kebijakan, meluruskan kegiatan-

kegiatan utama, dan tugas pokok instansi, bahan untuk perencanaan, menentukan

tingkat keberhasilan instansi untuk memutuskan suatu tindakan, dan lain-lain.

          Menurut Nitisemo (2001) mendefinisikan kinerja (performance) sebagai

hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu

organisasi sesuai wewenang dan tanggungjawab masing-masing, dalam rangka

mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan. Dengan kata lain, kinerja
10




perorangan dan kinerja kelompok sangat mempengaruhi kinerja perusahaan atau

organisasi secara keseluruhan dalam rangka mencapai tujuan perusahaan tersebut.

        Hasibuan (2002) menyatakan bahwa secara sederhana kinerja adalah apa

yang dikerjakan atau tidak dikerjakan oleh karyawan. Kinerja adalah suatu hasil

kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan

kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta

waktu. Kinerja ini adalah gabungan dari tiga faktor penting, yaitu kemampuan dan

minat seseorang pekerja, kemampuan dan penerimaan atas penjelasan delegasi

tugas dan peran, serta tingkat motivasi seoran pekerja. Semakin tinggi ketiga

faktor di atas maka semakin besar kinerja karyawan yang bersangkutan.

        Sedangkan menurut Sedarmayati (2001), kegiatan yang paling lazim

dinilai dalam organisasi adalah kinerja seseorang, yaitu bagaimana ia melakukan

segala sesuatu yang berhubungan dengan suatu jabatan, pekerjaan, atau peranan

dalam organisasi. Kinerja berarti prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian

kerja atau hasil kerja untuk penampilan kerja. Pengertian kinerja tersebut

menunjuk pada hasil pelaksanaan pekerjaan karyawan. Dengan demikian,

pencapaian hasil kerja yang baik berarti menunjukkan kinerja karyawan sudah

baik dan berlaku sebaliknya.

        Berdasarkan pengertian-pengertian yang dikemukakan oleh para ahli,

maka dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan perbandingan hasil kerja yang

dicapai oleh karyawan dengan standar yang telah ditentukan. Kinerja juga berarti

hasil yang dicapai oleh seseorang, baik kualitas maupun kuantitas dalam suatu

organisasi sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan.
11




b. Penilaian Kinerja

         Penilaian kinerja adalah kegiatan manajer untuk mengevaluasi perilaku

dan prestasi kerja karyawan serta menetapkan kebijaksanaa selanjutnya.

Penialaian perilaku yaitu menilai kesetiaan, kejujuran, kepemimpinan, kerjasama,

loyalitas dedikasi dan partisipasi karyawan. Menilai perilaku ini sulit karena tidak

ada standar fisiknya, sedangkan untuk penilaian hasil kerja relative lebih mudah

karena ada standar fisik yang dapat dipakai sebagai tolak ukurnya, seperti satuan

meter, liter, kilogram, dan lain-lain.

         Menurut Paryaman (2001) dalam kehidupan suatu organisasi, ada

beberapa asumsi tentang perilaku manusia sebagai sumber daya manusia yang

mendasari pentingnya penilaian kinerja karyawan dan asumsi tersebut antara lain :

1)    Setiap orang ingin memiliki peluang untuk mengembangkan kemampuan

      kinerjanya sampai tingkat maksimal.

2)    Setiap   orang    ingin   mendapatkan    penghargaan     apabila   ia   dinilai

      melaksanakan tugasnya dengan baik.

3)    Setiap orang ingin mengetahui secara pasti tentang karier yang akan

      diraihnya apabila dapat melaksanakan tugasnya dengan baik.

4)    Setiap orang ingin mendapatkan perlakuan yang objektif dan penilaian atas

      dasar prestasi kerja.

5)    Setiap orang pada umunya tidak hanya melakukan kegiatan yang sifatnya

      rutin.
12




Dipenuhi berbagai keinginan karyawan tersebut perlu dilakukan organisasi yang

menginginkan karyawan dengan kinerja yang baik. Penilaian kinerja merupakan

salah satu kunci guna mengembangkan organisasi secara efektif.

Tujuan dilakukannya penilaian kinerja karyawan adalah sebagai berikut:

(Martoyo, 1996)

1)     mengidentifikasi karyawan yang membutyuhkan pendidikan dan latihan.

2)     Menetapakan kenaikan gaji ataupun upah karyawan.

3)     Menetapkan kemungkinan pemindahan karyawan ke penugasan baru.

4)     Menetapkan kebijaksanaa baru dalam rangka reorganisasi.

5)     Mengidentifikasi karyawan yang akan dipromosikan ke jabatan yang tinggi.

c. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja

         Kinerja dipengaruhi oleh berbagai faktor baik yang berhubungan dengan

tenaga kerja itu sendiri, maupun yang berhubungan dengan lingkungan

perusahaan, masyarakat dan pemerintah secara keseluruhan. Hal tersebut

didasarkan atas pernyataan Nawawi (2005) yang membuktikan bahwa kinerja

merupakan hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melasanakan tugas-tugas

yang     dibebankan    kepadanya,       berdasarkan   kecakapan   (pengetahuan,

ketrampilan/keahlian), pengalaman kerja, dan kepribadian (motivasi, minat,

disiplin, kemampuan bekerja sama). Selain itu, Mangkunegara (2000) juga

menjelaskan bahwa pencapaian kinerka dipengaruhi oleh faktor kemampuan dan

faktor motivasi.

        Menurut Gibson (1996) banyak faktor yang mempengaruhi kinerja

seorang karyawan, diantaranya yaitu :
13




1)   Variabel Individu

Kemampuan dan ketrampilan merupakan variable individual yang dapat

     mempengaruhi kinerja seorang karyawan, karena kemampuan merupakan

     potensial seorang untuk menyelesaikan suatu pekrjaan sekaligus sebagai

     hasil dari pengetahuan dan ketrampilan seorang yang dipengaruhi oleh

     tingkat pendidikan, latihan, dan pengembangan dalam hubungannya dengan

     tugas yang dimiliki.

2)   Variabel Organisasional

Variable organisasional terdiri dari sumber daya manusia, kepemimpinan, dan

     system upah atau pendapatan. Manusia dalah sumber daya yang berharga

     bagi perusahaan, karena melalui kegiatan-kegiatan manusia tujuan

     perusahaan dapat tercapai. Sehingga dapat dikatakan bahwa keberhasilan

     suatu perusahaan tergantung pada unsur manusia yang ada didalamnya.

3)   Variabel Psikologis

Pemupukan motivasi dan minat kerja karyawan yang berorientasi pada

     peningkatan prestasi atau hasil kerja, membutuhkan waktu yang lama dan

     memerlukan teknik-teknik tertentu, antara lain dengan meciptakan iklim dan

     lingkungan kerja yang kondusif. Sikap merupakan salah satu penentu

     perilaku karyawan dalam bekerja, karena sikap berhubungan erat dengan

     persepsi, kepribadian, dan motivasi. Dengan sikapnya karyawan dapat

     menunjukkan     apakah    mereka   termotivasi   oleh   perusahaan   untuk

     meningkatkan kinerjanya atau tidak.

2. Budaya Organisasi
14




a. Pengertian Budaya Organisasi

        Pemahaman para pakar mengenai budaya organisasi sebagai kesepakatan

bersama mengenai nilai-nilai kehidupan yang mengikat semua orang dalam

organisasi mendasari arti penting pemahaman budaya organisasi orang-orang

yang tergabung di dalamnya. Menurut Robbins (2001) mengatakan budaya

organisasi merupakan suatu system pengertian bersama yang dipegang oleh

anggota suatu organisasi yang membedakan organisasi tersebut dari organisasi

lainnya. Budaya organisasi merupakan pengendali dan arah dalam membentuk

sikap dan perilaku para anggota di dalam suatu organisasi. Secara individu

maupun kelompok seseorang tidak akan terlepas dari budaya organisasi dan pada

umumnya anggota organisasi akan dipengaruhi oleh beraneka ragamnya sumber

daya yang ada.

        Menurut Stoner (1996) dalam Waridin dan Masrukin (2006) budaya

merupakan gabungan kompleks dari asumsi, tingkah laku, cerita, mitos, metafora,

dan berbagai ide lain yang menjadi satu untuk menentukan apa arti menjadi

anggota masyarakat tertentu. Budaya organisasi atau corporate culture sering

diartikan sebagai nilai-nilai, symbol-simbol yang dimengerti dan dipatuhi

bersama, yang dimiliki suatu organisasi sehingga anggota organisasi selalu merasa

satu keluarga dan menciptakan suatu kondisi anggota organisasi tersebut berbeda

dengan organisasi lain.

        Robbins (2006) menyatakan bahwa budaya organisasi merupakan suatu

system makna bersama yang dianut oleh anggota-anggota organisasi yang

membedakan organisasi itu dengan yang lain. Budaya organisasi adalah suatu
15




system nilai yang diperoleh dan dikembangkan oleh organisasi dan pola kebiasaan

dan falsafah dasar pendirinya, yang terbentuk menjadi aturan yang digunakan

sebagai pedoman dalam berfikir dan bertindak dalam mencapai tujuan organisasi.

Budaya yang tumbuh menjadi kuat mampu memacu organisasi kearah

perkembangan yang lebih baik.

            Menurut Gibson et al (2003), budaya organisasi adalah “what the

employes perceive and how this perception creates a pattern of beliefs, values,

and expectation”.

            Mangkunegara (2005) menyimpulkan pengertian budaya organisasi

sebagai seperangkat asumsi atau system keyakinan, nilai-nilai, dan norma yang

dikembangkan dalam organisasi yang dijadikan pedoman tingkah laku bagi

anggota-anggotanya untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal dan integrasi

internal.

b. Pembentukan Budaya Organisasi

        Menurut       Robbins   (2001),   dibutuhkan   waktu   yang   lama   untuk

pembentukan suatu budaya organisasi. Sekali terbentuk, budaya itu cenderung

berurat berakar, sehingga sulit bagi para manajer untuk mengubahnya.

        Menurut Agung (2007), ada tiga macam proses terbentuknya budaya

perusahaan, yaitu :

1)    Budaya diciptakan oleh pendirinya.

2)    Budaya terbentuk sebagai upaya menjawab tantangan dan peluang dari

      lingkungan internal dan eksternal.
16




3)    Budaya diciptakan oleh tim manajemen sebagai cara untuk meningkatkan

      kinerja perusahaan secara sistematis.

       Menurut Robbins (2001), menyatakan bahwa peran atau fungsi budaya di

dalam suatu organisasi, yaitu :

1)    Sebagai tapal batas yang membedakan secara jelas suatu organisasi dengan

      organisasi yang lain.

2)    Memberikan rasa identitas bagi anggota-anggota organisasi.

3)    Memudahkan penerusan komitmen hingga mencapai batasan yang lebih

      luas daripada kepentingan individu.

4)    Mendorong stabilitas system social, merupakan perekat social yang

      membantu mempersatukan organisasi.

5)    Membentuk rasa dan kendali yang memberikan panduan dan membentuk

      sikap serta perilaku karyawan.

c. Dimensi-dimensi Budaya Organisasi

       Dimensi-dimensi yang digunakan untuk membedakan budaya organisasi,

menurut Robbins (1996) ada tujuh karakteristik primer yang secara bersama-sama

menangkap hakikat budaya organisasi, yaitu :

1)    Inovasi dan pengambilan resiko. Sejauh mana para karyawan didorong

      untuk inovatif dan berani mengambil resiko.

2)    Perhatian ke hal yang rinci. Sejauh mana para karyawan diharapkan mau

      memperlihatkan kecermatan, analisis, dan perhatian kepada rincian.

3)    Orientasi hasil. Sejauh mana manjemen focus pada hasil bukan pada teknik

      dan proses yang digunakan untuk mendapatkan hasil itu.
17




4)   Orientasi orang. Sejauh mana keputusan manajemen memperhitungkan efek

     hasil pada orang –orang di dalam organisasi itu.

5)   Orientasi tim. Sejauh mana kegiatan kerja diorganisasikan dalam tim-tim

     kerja, bukannya individu.

6)   Keagresifan. Sejauh mana orang-orang itu agresif dan kompetitif, bukan

     bersantai.

7)   Kemantapan.      Sejauh     mana      kegiatan     organisasi   menekanka

     dipertahankannya status quo sebagai lawan dari pertumbuhan atau inovasi.

d. Nilai-nilai dalam Budaya Organisasi

       Menurut Sigit (2003) nilai adalah keyakinan yang bertahan lama mengenai

suatu yang dianggap berharga, penting, mempunyai arti, diinginkan, dan

diprioritaskan sehingga diperjuangkan untuk direalisasikan. Menurut Hofstede

yang dikutip Wutun (2004), nilai-nilai yang terbentuk di dalam organisasi kerja,

sumbernya dari masyarakat yang kemudian dibawa ke dalam organisasi ketika

seseorang menjadi anggota organisasi tertentu. Nilai-nilai dari suatu masyarakat

diyakini dominan mempengaruhi budaya perusahaan tempat organisasi berbeda.

Nilai terbentuk mulai dari keluarga social, sekolah, dan universitas. Nilai-nilai

budaya merupakan gejala kolektif dan lebih mencerminkan gejala komunitas.

Hofstede juga menyimpulkan bahwa nilai-nilai para pendiri dan pemimpin kunci

membentuk budaya perusahaan.

       Menurut Tjitra (2007), untuk mencapai keberhasilan yang permanen,

organisasi perlu membangun core values yang membentuk budaya organisasi.

Nilai-nilai ini akan memotivasi setiap orang dalam organisasi, berfungsi
18




memperjelas alas an organisasi untuk bertindak dan melakukan sesuatu. Nilai inti

ini juga menjadi ukuran dalam menentukan prioritas dalam pengambilan

keputusan dan menjadi pedoman perilaku anggota organisasi.

       Menurut Majer (2006) adalah menjadi hal yang penting menemukan nilai-

nilai yang merupakan nilai inti seluruh angota organisasi untuk dihayati. Tidak

ada batsan jumlah nilai yang dianut suatu organisasi, namun mempunyai terlalu

banyak nilai sama seperti mengabdi kepada terlalu banyak tuan. Nilai-nilai yang

dipegang teguh oleh anggota organisasi akan membentuk keyakinan dan sikap

anggota yang pada gilirannya akan menentukan bagaimana mereka berperilaku.

3. Pengembangan Karir

a. Pengertian Pengembangan Karir

        Suatu karir mencerminkan perkembangan para anggota organisasi

(karyawan) secara individu dalam jenjang jabatan atau kepangkatan yang dapat

dicapai selama masa kerja dalam organisasi yang bersangkutan. Dengan

demikian, suatu karir menunjukkan orang-orang pada masing-masing peranan

atau status mereka. Karir pada dasarnya merupakan istilah teknis dalam

administrasi personalia.

        Pengembangan karir adalah suatu kesatuan yang terdiri dari unsur-unsur

kegiatan formal organisasi dalam mengembangkan pekerjanya dengan tujuan

untuk mendapatkan keseimbangan antara karir individu dengan jenjang karir yang

ditentukan organisasi atau perusahaan. Setelah melalu suatu analisa jabatan yang

ada bagi suatu awal posisi pekerjaan, maka langkah selanjutnya adalah adanya

jabatan-jabatan berikutnya yang lebih tinggi. Jadi, salah satu dorongan pekerja
19




bergabung atau bekerja pada suatu perusahaan adalah adanya kesempatan untuk

maju dalam bentuk kemajuan atau keberhasilan pengembangan karir sesuai

dengan kebutuhan karir.

           Menurut Robbins (1996)), pengembangan karir adalah suatu yang

menunjukkan adanya peningkatan-peningkatan status seseorang dalam suatu

organisasi dalam jalur karir yang telah ditetapkan dalam organisasi yang

bersangkutan.

       Gomes (1995), mendefinisikan pengembangan karir berhubungan erat

dengan :

1)   Perencanaan Karir (Career Planning)

     Berhubungan dengan bagaimana seseorang merencanakan dan mewujudkan

     tujuan-tujuan karirnya sendiri.

2)   Manajemen Karir (Career Management)

     Merupakan suatu mekanisme untuk mewujudkan kebutuhan akan sumber

     daya manusia baik untuk masa kini maupun masa yang akan datang.

       Secara eksternal, pengembangan karir dapat dipandanga sebagai suatu

pendekatan formal yang diambil organisasi guna memastikan bahwa orang-orang

dengan kualifikasi pengalaman yang tepat tersedia saat dibutuhkan (Simamora,

2004). Sedangkan menurut Rivai dan Sagala (2009) pengembangan karir adalah

proses peningkatan kemampuan kerja individu yang dicapai dalam rangka

mencapai karir yang diinginkan. Dapat disimpulkan suatu pemahaman

pengembangan karir adalah suatu proses berkesinambungan yang dilalui individu
20




melalui upaya-upaya pribadi dalam rangka mewujudkan tujuan perencanaan

karirnya yang disesuaikan dengan kondisi organisasi.

b. Teori Tentang Pengembangan Karir

        Dalam model manajemen karir yang baru, perusahaan berperan melalui

Manajemen     Karir   Organisasional    (Organizational    Career    Management)

dissingkat MKO (dalam Felicia, 2006). MKO dapa didefinisikan sebagai aktivitas

dan kesempatan organisasi (perusahaan) untuk menjamin agar manajer dan

karyawan dapat memenuhi atau lebih memenuhi kebutuhannya dimasa depan.

Praktik MKO meliputi perencanaan karir, jalur karir (Career Path), aktivitas

pelatihan dan pengembangan, program pengembangan sasaran (target), promosi

dari dalam, kebijakan staffing formal, kriteria promosi standar, assessment center,

job posting, job matching, career counseling, outplacement counseling, dan

mentor-protégé relationship. Prakik-praktik dilakukan secara tepat dengan biaya

yang efektif (cost effective) dan dengan mempertimbangkan faktor-faktor, seperti

tersedianya tenaga kerja, kondisi keuangan, values manajemen puncak,

lingkunagn social ekonomi dan industri, dan strategi bisnis perusahaan.

c.   Tahap-tahap Pengembangan Karir

         Dessler (2000) mengemukakan adanya tahap-tahap pengembangan karir

 yang dilalui individu dalam kehidupan kerjanya, yaitu:

1)    Tahap Penjelajahan

      Tahap ini terjadi pada periode usia 15-24 tahun. Individu secara serius

      menjelajahi berbagai alternatif kedudukan, berusaha untuk mencocokan
21




     alternatif-alternatif ini dengan minat dan kemampuannya, serta mencoba

     memulai suatu pekerjaannya.

2)   Tahap Penetapan

     a)   Subtahap Percobaan

          Tahap ini berlangsung pada usia 25-30 tahun. Individu menetapkan

          bidang pilihan yang cocok, dan jika tidak cocok berusaha

          mengubahnya.

     b)   Subtahap Pemantapan

          Tahap ini berlangsung pada usia 30-40. Selama periode ini, tujuan

          kedudukan perusahaan ditetapkan dan perencanaan karir yang lebih

          eksklusif dijalankan untuk menetapkan urutan bagi pemenuhan

          tujuan-tujuan tersebut.

     c)   Subtahap krisis pertengahan karir

          Tahap ini berlangusng pada usia 40-an. Selama periode ini orang

          sering membuat penilaian baru yang besar atas kemajuan mereka

          sehubungan dengan ambisi dan tujuan awal karir mereka.

3)   Tahap Pemeliharaan

     Tahap ini terjadi pada periode usia 40-65 tahun. Pada periode ini, individu

     memelihara tujuannya dalam dunia kerja.

4)   Tahap Kemerosotan

     Tahap ini disebut juga usia pensiun, dimana individu menghadapi prospek

     harus menerima berkurangnya level kekuasaan dan tanggung jawab.

d. Komponen-komponen Pengembangan Karir
22




       Menurut Rivai dan Sagala (2009) aspek-aspek yang terdapat dalam

pengembangan karir individu adalah :

1)   Prestasi Kerja (Job Performance)

     Merupakan komponen yang paling penting untuk pengembangan karir yang

     paling penting untuk meningkatkan dan mengembangkan karir seorang

     karyawan. Kemajuan karir sebagaian besar tergantung atas prestasi kerja

     yang baik dan etis. Dengan mengetahui hasil atas kinerjanya maka

     karyawan dapat mengukur kesempatannya terhadap pengembangan karir.

     Ketika kinerja di bawah standar maka dengan mengabaikan upaya-upaya

     kea rah pengembangan karir pun biasanya tujuan karir yang paling

     sederhana pun tidak dapat dicapai. Kemajuan karir umumnya terletak pada

     kinerja dan prestasi.

2)   Pengenalan oleh pihak lain (Exposure)

     Tahap pengenalan oleh pihak lain maka karyawan yang tidak baik akan

     mendapatkan peluang yang diperlukan guna mencapai tujuan mereka.

     Manajer atau atasan memperoleh pengenalan ini terutama melalui kinerja,

     prestasi kerja, laporan tertulis, presentasi lisan, pekerjaan komite, dan jam-

     jam yang dihabiskan.

3)   Jaringan kerja (Net working)

     Jaringan kerja berarti problema exposure di luar perusahaan. Mencakup

     kontak pribadi dan professional. Jaringan tersebut akan sangat bermanfaat

     bagi karyawan terutama dalam pengembangan karirnya.

4)   Pengunduran diri (Resignation)
23




     Kesempatan berkarir yang banyak dalam sebuah perusahaan memberikan

     kesempatan untuk pengembangan karir karyawan, hal ini akan mengurangi

     tingkat pengunduran diri untuk mengembangkan diri di perusahaan lain

     (leveraging).

5)   Kesetiaan terhadap organisasi (Organization loyalty)

     Level loyalitas yang rendah merupakan hal yang umum terjadi di kalangan

     lulusan perguruan tinggi terkini yang disebabkan ekspektasi terlalu tinggi

     pada perusahaan tempatnya bekerja pertama kali sehingga seringkali

     menimbulkan kekecewaan. Hal yang sama juga terjadi pada kelompok

     professional dimana loyalitas pertamanya dipertunjukkan bagi profesi.

     Untuk mengatasi hal ini sekaligus mengurangi tingkat keluarnya karyawan

     biasanya perusahaan “membeli” loyalitas karyawan dengan gaji, tunjangan

     yang tinggi, melakukan praktek-praktek SDM yang efektif seperti

     perencanaan dan pengembangan karir. Sementara perusahaan lainnya

     membatasi mobilitas dengan mengikat kontrak nonkompetitif untuk

     menghambat karyawan bekerja di perusahaan pesaing, biasanya kontrak ini

     berlaku untuk jangka waktu setahun.

6)   Pembimbing dan sponsor (Mentors and sponsors)

     Adanya pembimbing dan sponsor akan membantu karyawan dalam

     mengembangkan karirnya. Pembimbing akan memberikan nasihat-nasihat

     atau saran kepada karyawan dalam upaya pengembangan karirnya,

     pembimbing berasal dari internal perusahaan. Mentor adalah seseorang di
24




     dalam perusahaan yang menciptakan kesempatan untuk pengembangan

     karirnya.

7)   Bawahan yang mempunyai peran kunci (Key subordinate)

     Atasan yang berhasil memiliki bawahan yang membantu kinerja mereka.

     Bawahan dapat memiliki pengetahuan dan ketrampilan khusus sehingga

     atasan dapat belajar darinya, serta membantu atasan melakukan tugas-

     tugasnya.   Bawahan     kunci    mengumpulkan,         menafsirkan   informasi,

     melengkapi ketrampilan atasan mereka dan bekerja secara kooperatif untuk

     mengembangkan karir atasan mereka. Hal ini juga menguntungkan bagi

     mereka membuat mereka mendaki tangga karir ketika atasan mereka

     dipromosikan, serta menerima tugas penting dalam upaya mengembangkan

     karir mereka.

8)   Peluang untuk tumbuh (Growth opportunities)

     Karyawan    hendaknya     diberikan       kesempatan     untuk    meningkatkan

     kemampuannya,     misalnya      melalui    pelatihan-pelatihan,   kursus,   dan

     melanjutkan pendidikannya. Hal ini akan memberikan kesempatan

     karyawan untuk tumbuh dan berkembangn sesuai dengan rencana karirnya.

9)   Pengalaman internasional (International experience)

Untuk orang-orang yang mendekati posisi operasional atau staf senior, maka

     pengalaman internasional menjadi peluang pertumbuhan yang sangat

     penting. Khususnya bagi perusahaan-perusahaandomestik dimana penjualan

     tinggi berasal dari operasi internasional, juga bagi perusahaan-perusahaan

     global.
25




4. Self-Efficacy

a. Pengertian Self-Efficacy

        Dalam kehidupan manusia memiliki self-efficacy itu merupakan hal yang

sangat penting. Self-efficacy mendorong seseorang untuk memahami secara

mendalam atas situasi yang dapat menerangkan tentang mengapa seseorang ada

yang mengalami kegagalan dan atau yang berhasil. Dari pengalaman itu, ia akan

mampu untuk mengungkapkan self-efficacy, yang menurut Kurniawan (2004)

self-eficacy merupakan panduan untuk tindakan, yang telah dikonstruksikan

dalam perjalanan pengalaman interaksi sepanjang hidup individu. Self-efficacy

yang berasal dari pengalaman tersebut yang akan digunakan untuk memprediksi

perilaku orang lain dan memandu perilakunya sendiri.

        Self-efficacy adalah keyakinan yang dipegang seseorang tentang

kemampuannya dan juga hasil yang akan ia peroleh dari kerja kerasnya

mempengaruhi cara mereka berperilaku (Bandura, 1977). Dalam teori sosial

kognitif, Bandura (1986) menyatakan bahwa self-efficacy ini membantu seseorang

dalam menentukan pilihan, usaha mereka untuk maju, kegigihan dan ketekunan

yang mereka tunjukkan dalam mengahadapi kesulitan, dan derajat kecemasan atau

ketenangan yang mereka alami saat mereka mempertahankan tugas-tugas yang

mencakupi kehidupan mereka. Selanjutnya, Bandura (1997) menambahkan bahwa

self-efficacy merupakan keyakinan individu bahwa ia dapat menguasai situasi dan

memperoleh hasil yang posotif. Di samping itu, Schultz (1994) mendefinisikan

self-efficacy sebagai perasaan kita terhadap kecukupan, efisiensi, dan kemampuan

kita dalam mengatasi kehidupan.
26




        Baron dan Byrne (2000) mengemukakan bahwa self-efficacy merupakan

penilaian individu terhadap kemampuan atau kompetensinya untuk melakukan

suatu tugas, mencapai suatu tujuan, dan menghasilkan sesuatu. Sedangkan, Feist

& Feist (2002) menyatakan bahwa self-efficacy adalah keyakinan individu bahwa

mereka memiliki kemampuan dalam mengadakan control terhadap pekerjaan

mereka terhadap peristiwa lingkungan mereka sendiri.

        Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa self-

efficacy merupakan keyakinan atau kepercayaan individu terhadap kemampuan

yang dimilikinya dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugas-tugas yang ia

hadapi, sehingga mampu mengatasi rintangan dan mencapai tujuan yang

diharapkannya.

b. Klasifikasi Self-Efficacy

        Secara garis besar, self-efficacy terbagi atas dua bentuk, yaitu self-

efficacy yang tinggi dan self-efficacy yang rendah. Dalam mengerjakan suatu

tugas, individu yang memiliki self-efficacy yang tinggi akan cenderung memilih

terlibat langsung, sementara individu yang memiliki self-efficacy rendah

cenderung menghindari tugas tersebut.

        Individu yang memiliki self-efficacy yang tinggi cenderung mengerjakan

suatu tugas tertentu, sekalipun tugas-tugas tersebut merupakan tugas yang sulit.

Mereka tidak memandang tugas sebagai suatu ancaman yang harus mereka

hindari. Selain itu, mereka mengembangkan minat instrinsik dan ketertarikan

yang mendalam terhadap suatu aktivitas, mengembangkan tujuan, dan

berkomitmen dalam mencapai tujuan tersebut. Mereka juga meningkatkan usaha
27




mereka dalam mencegah kegagalan yang mungkin timbul. Mereka yang gagal

da;am melaksanakan sesuatu, biasanya cepat mendapatkan kembali self-efficacy

mereka setelah mengalami kegagalan tersebut (Bandura, 1997).

         Individu yang memiliki self-efficacy tinggi menganggap kegagalan

sebagai akibat dari kurangnya usaha yang keras, pengetahuan, dan ketrampilan.

Individu yang ragu akan kemampuan mereka (self-efficacy yang rendah) akan

menjauhi tugas-tuga yang sulit karena tugas tersebut dipandang sebagai ancaman

bagi mereka. Individu seperti ini memiliki aspires yang rendah serta komitmen

yang rendah dalam mencapai tujuan yang mereka pilih atau mereka tetapkan.

Ketika menghadapi tugas-tugas yang sulit, mereka sibuk memikirkan kekurangan-

kekurangan mereka sendiri, gangguan-gangguan yang mereka hadapi, dan semua

hasil yang dapat merugikan mereka. Individu yang memiliki self-efficacy yang

rendah tidak berpikir tentang bagaiamana cara yang baik dalam menghadapai

tugas-tugas yang sulit. Saat menghadapi tugas yang sulit, mereka mengurangi

usaha-usaha mereka dan cepat menyerah. Mereka juga lamban dalam membenahi

ataupun mendapatkan kembali self-efficacy mereka ketika mereka menghadapi

kegagalan (Bandura, 1997).

         Dari hal-hal di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa individu yang

memiliki self-efficacy tinggi memiliki cirri-ciri sebagai berikut :

1)    Dapat menangani secara efektif situasi yang mereka hadapi.

2)    Yakin dalam kesuksesan dalam mengatasi rintangan.

3)    Ancaman dipandang sebagai suatu tantangan yang tidak perlu dihindari.

4)    Gigih dalam berusaha.
28




5)    Percaya pada kemampuan diri yang dimiliki.

6)    Hanya sedikit menampakan keragu-raguan.

7)    Suka mencari situasi baru.

            Individu yang memiliki self-efficacy rebndah memiliki cirri-ciri sebagai

berikut :

1)    Lamban dalam membenahi atau mendapatkan kembali self-efficacy ketika

      menghadapi kegagalan.

2)    Tidak yakin dapat mengahdapi rintangan.

3)    Ancaman dipandang sebagai suatu yang harus dihindari.

4)    Mengurangi usaha dan cepat menyerah.

5)    Ragu pada kemampuan diri yang dimiliki.

6)    Tidak suka mencari situasi baru.

7)    Aspirasi dan komitmen pada tugas lemah.

c. Tahap Perkembangan Self-Efficacy

            Bandura (1997) menyatakan bahwa self-efficacy berkembang secara

teratur. Bayi mulai mengembangkan self-efficacy sebagai usaha untuk melatih

pengaruh lingkunagn fisik dan social. Mereka mulai mengerti dan belajar

mengenai kemampuan dirinya, kecakapan fisik, kemampuan social, dan

kecakapan berbahasa yang hamper secara konstan digunakan dan ditujukan pada

lingkungan. Awal dari pertumbuhan self-efficacy dipusatkan pada orang tua

kemudian dipengaruhi oleh saudara kandung, teman sebaya, dan orang dewasa

lainnya.
29




       Self efficacy pada masa dewasa meliputi penyesuaian pada masalag

perkawinan dan peningkatan karir. Sedangkan self-efficacy pada masa lanjut usia,

sulit terbentuk sebab pada masa ini terjadi penurunan mental dan fisik, pension

kerja, dan penarikan diri dari lingkunan social.

       Berdasarkan hal di atas dapt diambil kesimpulan bahwa tahap

perkembangan self-efficacy dimuali dari masa bayi, kemudian berkembang hingga

masa dewasa sampai pada masa lanjut usia.

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Self-Efficacy

       Bandura     (1997)    menyatakan      bahwa     faktor-faktor   yang   dapat

mempengaruhi self-efficacy pada diri individu antara lain :

1)    Budaya

      Budaya mempengaruhi self-efficacy melalui nilai (values), kepercayaan

      (beliefs), dan proses pengaturan diri (self-regulatory process) yang tinggi

      berfungsi sebagai sumber penilaian self-efficacy dan juga sebagai

      konsekuensi dari keyakinan akan self-efficacy.

2)    Gender


      Perbedaan gender juga berpengaruh terhadap self-efficacy. Hal ini dapat

      dilihat dari penelitian Banduran (1997) yang menyatakan bahwa wanita

      lebih efikasinya yang tinggi dalam mengelola perannya. Wanita yang

      memiliki peran selain sebagai ibu rumah tangga, juga sebagai wanita karisi

      akan memiliki self-efficacy yang tinggi dibandingkan dengan pria yang

      bekerja.

3)    Sifat dari tuga yang dihadapi
30




     Derajat kompleksitas dari kesulitan tugas yang dihadapi oleh individu akan

     mempengaruhi penilaian individu tersebut terhadap kemampuan dirinya

     sendiri. Semakin kompleks suatu tugas yang dihadapi oleh individu makan

     akan semakin rendah individu tersebut menilai kemampuannya. Sebaliknya,

     jiak individu dihadapkan pada tugas yang mudah dan sederhana maka

     semakin tinggi individu tersebut menilai kemampuannya.

4)   Insentif eksternal

     Faktor lain yang dapat mempengaruhi self-efficacy individu adalah insentif

     yang diperolehnya. Bandura menyatakan bahwa salah satu faktor yang dapat

     meningkatkan self-efficacy adalah competent contingens incentive, yaitu

     insentif ytang diberikan oleh orang lain yang merefleksikan keberhasilan

     seseorang.

5)   Status atau peran individu dalam lingkungan

     Individu yang memiliki status yang lebih tinggi akan memperoleh derajat

     control yang besar sehingga self-efficacy yang dimilikinya juga tinggi.

     Sedangkan individu yang memiliki status yang lebih rendah akan memiliki

     control yang lebih kecil sehingga self-efficacy yang dimilikinya juga rendah.

6)   Informasi tentang kemampuan diri

     Individu akan memiliki self-efficacy tinggi, jika ia memperoleh informasi

     positif menganai dirinya, sementara individu akan memiliki self-efficacy

     yang rendah, jika ia memperoleh informasi negative mengenai dirinya.

      Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor

yang dapat mempengaruhi self-efficacy adalah budaya, gender, sifat dari tuga
31




yang dihadapi, insentif eksternal, status dan peran individu dalam lingkungan,

serta informasi tentang kemampuan dirinya.

e. Aspek-aspek Self-Efficacy

       Menurut Bandura (1997) terdapat tiga aspek dari self-efficacy pada diri

manusia, yaitu :

1)     Tingakatan (Level)

       Adanya perbedaan self-efficacy yang dihayati oleh masing-masing

       individu mungkin dikarenakan perbedaan tuntutan yang dihadapi.

       Tuntutan tugas mempresentasikan bermacam-macam tingkat kesulitan atau

       kesukaran untuk mencapai performansi optimal. Jika halangan untuk

       mencapai tuntutan itu sedikit, maka aktivitas lebih mudah untuk dilakukan,

       sehingga kemudian individu memiliki self-efficacy yang tinggi.

2)     Keadaan Umum (Generality)

       Individu mungkin akan menilai diri merasa yakin melalui bermacam-

       macam aktivitas atau hanya dalam daerah fungsi tertentu. Keadaan umum

       bervariasi dalam jumlah dari dimensi-dimensi yang berbeda-beda,

       diantaranya tingkat kesamaan aktivitas, perasaan dimana kemampuan

       ditunjukan (tingkah laku, kognitif, afektif), cirri kualitatif situasi, dan

       karakteristik individu menuju kepada siapa perilaku itu dutujukan.

       Pengukuran berhubungan dengan daerah aktivitas dan konteks situasi yang

       menampakkan pola dan tingkat generality yang paling mendasar berkisar

       tentang apa yang individu susun pada kehidupan mereka.

3)     Kekuatan (Strength)
32




       Pengalaman memiliki pengaruh terhadap self-efficacy yang diyakini

       seseorang. Pengalaman yang kemah akan melemahkan keyakinannya pula.

       Individu yang memiliki keyakinan kuat terhadap kemampuan mereka akan

       teguh dalam berusaha untuk menyampingkan kesulitan yang diahadapi.




5.   Perumusan Model Penelitian dan Hipotesis

a.   Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kinerja Karyawan

        Budaya organisasi merupakan persepsi individu atau kelompok dalam

organisasi. Menurut Sinaga (2008) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis

Pengaruh Budaya Organisasi dan Reward Terhadap Kinerja Karyawan PT.

SOELONG LAOET Medan”, menyatakan bahwa variabel budaya organisasi

berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. Budaya organisasi memiliki

peran yang sangat strategis untuk mendorong dan meningkatkan kinerja

organisasi pada umumnya, dan khususnya kinerja karyawan yang bekerja di

dalam suatu organisasi baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

        Hasil penelitian Chasanah (2008) yang berjudul “Analisis Pengaruh

Empowerment, Self-Efficacy, dan Budaya Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja

Dalam Meningkatkan Kinerja Karyawan”, menyatakan bahwa terdapat pengaruh

budaya organisasi terhadap kinerja karyawan. Hal tersebut dikarenakan karyawan

telah memahami apa sebenarnya yang dimaksud dengan budaya organisasi yang

telah diterapkan oleh perusahaan. Budaya organisasi yang ada telah dapat
33




menyentuh semua kalangan, budaya yang ada cenderung telah dikenal oleh para

karyawan.

         Menurut Sudarmadi (2007) berdasarkan survey yang telah dilakukan

dengan judul “Analisis Pengaruh Budaya Organisasi dan Gaya Kepemimpinan

Terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja Karyawan”, membuktikan bahwa secara

signifikan ada pengaruh positif budaya organisasi terhadap kinerja karyawan. Hal

ini dapat dilakukan dengan membangun kebiasaan-kebiasaan melalui urutan

prioritas dimensi budaya organisasi yang terdiri dari sistem terbuka, orientasi pada

proses, orientasi pada karyawan, kontrol yang longgar, bersifat parochial, dan

bersifat normatif.

         Dari uraian diatas maka dapat ditarik hipotesis sebagai berikut :

       H1 : Budaya organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kinerja karyawan.

b. Pengaruh Pengembangan Karir terhadap Kinerja Karyawan

         Pengembangan karir merupakan pendekatan formal yang dilakukan

organisasi untuk menjamin orang-orang dalam organisasi mempunyai kualifikasi

dan kemampuan serta pengalaman yang cocok ketika dibutuhkan. Oleh karena itu,

perusahaan perlu mengelola karir dan mengembangkannya dengan baik supaya

produktivitas karyawan tetap terjaga dan mampu mendorong karyawan untuk

selalu melakukan hal yang terbaik dan menghindari frustasi kerja yang berakibat

penurunan kinerja perusahaan.

         Wibowo (2006) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Pengaruh

Peran Kepemimpinan dan Pengembangan Karir Terhadap Komitmen Organisasi
34




Dalam Meningkatkan Kinerja Karyawan”, menyatakan bahwa karyawan yang

mempunyai kesempatan yang tinggi meningkatkan karirnya akan merangsang

motivasinya untuk bekerja lebih baik. Perusahaan yang mempunyai model yang

sistematis dalam pengembangan karir karyawanya akan mempunyai kinerja yang

baik. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pengembangan karir yang baik yang

diraih karyawan maka kinerjanya akan meningkat atau dengan kata lain

pengembangan karir berpengaruh signifikan terhadap karyawan.

        Hasil penelitian dari Watimena (2007) yang berjudul “Pengaruh

Motivasi, Perilaku Pemimpin, Kesempatan Pengembangan Karir Terhadap

Kinerja Karyawan Pada Dinas Pendapatan Daerah Kab. Biak Papua”, juga

menunjukkan bahwa pengembangan karier berpengaruh terhadap kinerja pegawai,

berarti pengembangan karier akan mendorong pegawai untuk mengembangkan

diri dan kemampuannya dalam menyelesaikan pekerjaan. Pengembangan karier

pegawai perlu dilakukan karena seorang pegawai bekerja dalam suatu perusahaan

tidak hanya ingin memperoleh apa yang dipunyai hari ini, tetapi juga

mengharapkan ada perubahan, ada kemajuan, ada kesempatan yang diberikan

kepadanya untuk maju ke tingkat yang lebih tinggi dan lebih baik.

        Dari uraian di atas maka dapat ditarik hipotesis sebagai berikut :

      H2 : Pengambangan karir berpengaruh positif dan signifikan terhadap

 kinerja karyawan.

c.   Pengaruh Self-Efficacy terhadap Kinerja Karyawan

        Kepercayaan terhadap kemampuan diri, keyakinan terhadap keberhasilan

yang selalu dicapai membuat seseorang bekerja lebih giat dan selalu
35




menghasilkan yang terbaik. Dengan demikian dapat dikaitkan bahwa self-efficacy

dapat meningkatkan kinerja karyawan. Penelitian yang dilakukan oleh Chasanah

(2008) yang berjudul “Analisis Pengaruh Empowerment, Self-Efficacy, dan

Budaya Organisasi Terhadap Kepuasana Kerja Dalam Meningkatkan Kinerja

Karyawan”, membuktikan bahwa self efficacy yang dimiliki oleh karyawan

memberikan dukungan terhadap kinerja karyawan. Karena mereka menganggap

bahwa pada dasarnya setiap orang pasti memiliki self efficacy, tetapi self efficacy

tersebut terbentuk karena dukungan dari perusahaan sehingga karyawan dapat

memberikan yang terbaik bagi perusahaan.

        Uji kausalitas self-efficacy terhadap kinerja menghasilkan nilai positif

dan signifikan dapat diterima. Hal ini sesuai dengan hipotesis sebelumnya bahwa

self-efficacy berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan (Handayani, 2008)

yang berjudul “Dampak Komitmen Organisasi, Self-Efficacy Terhadap Konflik

Peran dan Kinerja PT. HM SAMPOERNA Tbk. Di Semarang”.

        Dari uraian di atas dapa ditarik hipotesis sebagai berikut :

      H3 : Self-efficacy berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja

 karyawan.

d. Kerangka Pemikiran


        Sumber daya manusia merupakan modal atau asset perusahaan yang

penting, karena mereka sebagai motor penggerak maju mundurnya perusahaan.

Pemberdayaan karyawan secara efektif dan efisien diperlukan demi pencapaian

tujuan perusahaan. Faktor-faktor yang dapat mendorong tercapaianya tujuan

perusahaan diantaranya budaya organisasi di dalam perusahaan, pengembangan
36




karyawan, self-efficacy      karyawan serta kinerja karyawan. Keempat faktor

tersebut dapat saling mempengaruhi satu sama lain.

        Budaya organisasi adalah sarana untuk mencapai tujuan perusahaan,

sehingga dengan budaya organisasi dapat memacu kinerja karyawan untuk dapat

mencapai tujuan perusahaan. Sehingga dengan tercapainya tujuan perusahaan

maka karyawan juga akan merasakan keberhasilan mereka dalam bekerja dan

tentunya perusahaan juga akan memberikan tambahan balas jasa kepada para

karyawanya.

       Pengembangan        karir   juga   mempengaruhi     kinerja   karyawannya.

Pengembangan karir adalah bagaimana masing-masing individu merencanakan

dan menerapkan tujuan-tujuan karirnya (perencanaan karir) dan bagaimana

organisasi    merancang     dan    menerapkan     program-program    pengembangan

karir/manajemen karir agar kinerjanya meningkat.

        Self-efficacy juga dapat mempengaruhi kinerja karyawannya. Dalam hal

ini pengaruhnya adalah berasal dari dalam diri seseorang. Bagaimana seseorang

itu memiliki rasa kemampuan dan keyakinan diri terhadap setiap pekerjaan yang

telah diberikan sehingga akan lebih meningkatkan kinerjanya.

        Salah    satu     ukuran   keberhasilan    departemen   personalia   adalah

performance atau kinerja karyawan. Sedangkan kinerja karyawan itu sendiri

berhubungan dengan tingkah laku karyawan dalam menyelesaikan setiap masalah

pekerjaannya.

        Berdasarkan penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan atau hubungan

masing-masing faktor menjadi variabel tertentu. Hubungan ketiga jenis variabel
37




ini dapat digambarkan dalam kerangka pemikiran/model penelitian sebagai

berikut :



                                 PT. PLN (Persero) APJ
                                      Purwokerto



                                      Karyawan




     Budaya            Pengembangan               Self-Efficacy   Variabel Lain
    Organisasi             Karir




                                    Kinerja Karyawan



                           Gambar 1. Kerangka Pemikiran

    Keterangan :

                     :variabel         yang
                     diteliti
                     :variabel         tidak
                      diteliti
38




      III. METODE PENELITIAN DAN TEKNIK ANALISIS DATA



A. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

        Jenis penelitian yang digunakan adalah metode survey. Survey dilakukan

terhadap seluruh karyawan PT. PLN (Persero) APJ Purwokerto dengan cara

menyebar kuesioner.

2. Subjek Penelitian

        Subjek penelitian ini adalah karyawan         PT. PLN (Persero) APJ

Purwokerto secara keseluruhan.

3. Objek Penelitian

        Objek penelitian ini adalah budaya organisasi, pengembangan kariri, self-

efficacy, dan kinerja karyawan PT. PLN (Persero) APJ Purwokerto secara

keseluruhan.

4. Metode Pengumpulan Data

        Data penelitian ini diperoleh dengan cara kuesioner, yaitu dengan cara

membagikan pertanyan kepada responden untuk memperoleh informasi yang

berkaitan dengan variabel-variabel penelitian yaitu variabel budaya organisasi,

pengembangan karir, self-efficacy, dan kinerja karyawan.

5. Sumber Data

        Data primer, yang berupa hasil jawaban yang diperoleh dari pertanyaan-

pertanyaan yang diajukan kepada kuesioner yang dibagikan kepada responden.
39




6. Populasi dan Sampel

  a. Populasi

     Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan PT. PLN (Persero) APJ

     Purwokerto sebanyak 80 karyawan.

  b. Sampel

     Dalam penelitian ini menggunakan metode sensus, yaitu pengambilan

     jumlah responden diambil dari seluruh anggota populasi (Suparmoko,

     1999), jumlah 80 karyawan pada PT. PLN (Persero) APJ Purwokerto.

     Namum untuk mengantisipasi dalam pengembalian kuesioner, maka

     menggunakan batas minimum sampel dalam data yang dianalisis.

     Sampel yang diambil untuk penelitian ini adalah karyawan PT. PLN

     (Persero) APJ Purwokerto dengan menggunakan metode penentuan

     besarnya sampel dengan menggunakan metode Slovin dengan rumus

     sebagai berikut(Umar, 2003: 108):




     Keterangan :

     n : Ukuran sampel

     N          : Ukuran populasi

     E: Presentase kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan

     sampel yang masih dapat ditoleransi atau yang diinginkan.

       Dengan menggunakan presentase kelonggaran (5 persen) maka dari

populasi sebanyak 80 orang diperoleh ukuran sampel sebesar :
40




                            66,66 dibulatkan menjadi 67 responden.

       Untuk menghitung jumlah sampel yang diambil dari masing-masing

subpopulasi digunakan teknik stratified random sampling, yaitu ukurang sampel

dikalikan dengan populasi masing-masing subpopulasi sebagai berikut :



Tabel 1. Proporsi sampel penelitian

                                                              Sampel
        Jenis Karyawan     Populasi   Persentase
 No.                                                 (4) = (2) : 115 x jumlah
              (1)            (2)         (3)
                                                              sampel

 1     Fungsional Ahli        12          15

 2     Bag. Pemasaran         12          15
       dan Niaga
 3     Bagian                  8          10
       Perencanaan
 4     Bagian Distribusi      27         33,75

 5     Bagian Keuangan        12          15

 6     Bagian SDM dan          9         11,25
       Administrasi
         Jumlah               80         100                   67

Jadi sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 67 orang karyawan PT.

PLN (Persero) APJ Purwokerto.

7. Definisi operasional Variabel

a.   Variabel kinerja karyawan (Y)

1. Definisi konseptual
41




   Kinerja merupakan tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas dan

   kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Gibson,

   Invancevich, dan Donnelly, 1997).

2. Definisi operasional

   Kinerja adalah kemampuan seorang karyawan PT. PLN (Persero) APJ

   Purwokerto dalam menyelesaikan pekerjaan dan biasanya diukur dengan

   prestasi yang telah ditetapkan.

   Indikatornya adalah :

  1) Kualitas hasil kerja.

  2) Kuantitas hasil kerja.

  3) Kesungguhan karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya.

  4) Sikap karyawan dalam menyelesaikan pekerjaannya.

  5) Daya inisiatif karyawan terhadap pekerjaannya.

  b.   Variabel budaya organisasi(X1)

1. Definisi konseptual

   Budaya organisasi adalah system makna bersama atau seperangkat

   karakteristik utama yang dianut oleh anggota-anggotanya, yang membedakan

   organisasi itu dengan organisasi lain. (Robbins, 2006)

2. Definisi operasional

   Budaya organisasi merupakan seperangkat karakteristik utama PT. PLN

   (Persero) APJ Purwokerto yang diatur bersama-sama oleh karyawan, yang

   secara otomatis menjadi pedoman karyawan dalam berperilaku dan

   membedakan PT. PLN (Persero) APJ Purwokerto dengan perusahaan lain.
42




     Indikatornya adalah :

     1) Inovasi dan pengambilan resiko.

     2) Perhatian ke rincian.

     3) Orientasi hasil.

     4) Orientasi tim.

     5) Keagresifan.

     6) Penuh procedural.

c.   Variabel pengembangan karir (X2)

1. Definisi konseptual

     Pengembangan karir berhubungan erat dengan perencanaan karir (career

     planning) dan manajemen karir (career management). (Gomes, 1995)

2. Definisi operasional

     Pengembangan karir adalah kelancaran pengembangan karir setiap karyawan

     PT. PLN (Persero) APJ Purwokerto sesuai dengan kinerjanya.

     Indikatornya adalah :

     1) Career path setiap pekerja harus jelas.

     2) Pengembangan karir sejalan dengan kinerja.

     3) Terdapat pembeda dalam kecepatan pengembangan karir

     4) Kemampuan kepemimpinan pada jabatan tertentu.

d.   Variabel self-efficacy (X3)

1. Definisi konseptual

     Self-efficacy adalah salah satu karakteristik personality yang dapat digunakan

     untuk menjelaskan hubungan antara perilaku dan kinerja (Bandura, 1997).
43




2. Definisi operasional

   Keyakinan kecenderungan sikap yang dimiliki oleh karyawan PT. PLN

   (Persero) APJ Purwokerto akan kemampuannya dan keyakinan untuk

   menyelesaikan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya.

   Indikatornya adalah :

   1) Kepercayaan diri karyawan.

   2) Tingkat kemampuan karyawan.

   3) Tingkat keahlian karyawan.

   4) Profesionalisme kerja karyawan.

B. Teknik Analisis Data

 1. Pengukuran Variabel

    a. Pengumpulan data pokok dilakukan dengan pemberian kuesioner kepada

       responden.

    b. Kuesioner-kuesioner yang digunakan untuk mendukung penelitian ini

       adalah :

        1) Variabel    budaya    organisasi,   menggunakan      kuesioner    yang

            dikembangkan oleh Robbins (2006) melalui 7 item pertanyaan.

            Setiap item diukur dengan menggunakan skala likert yang terdiri dari

            5 skala dimana 5 : Sangat Setuju (SS); 4 : Setuju (S); 3 : Netral (N);

            2 : Tidak Setuju (TS); 1 : Sangat Tidak Setuju (STS).

        2) Variabel pengembangan karir, menggunakan kuesioner yang

            dikembangkan oleh Gomes (1995) melalui 5 item pertanyaan. Setiap
44




             item diukur dengan menggunakan skala likert yang terdiri dari 5

             skala.

          3) Variabel self-efficacy, menggunakan kuesioner yang dikembangkan

             oleh Bandura (1997) melalui 4 item pertanyaan. Setiap item diukur

             dengan menggunakan skala likert yang terdiri dari 5 skala.

          4) Variabel kinerja, menggunakan kuesioner dengan 6 item pertanyaa,

             dan setiap item diukur dengan skala likert yang terdiri dari 5 skala.

2.   Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian

        Uji validitas dan reliabilitas yang dilakukan dalam penelitian ini

dimaksudkan agar data yang diperoleh dengan cara penyetaraan kuesioner valid

dan reliabel. Instrumen dikatakan valid         jika mampu mengukur apa yang

diingikan dan mempu mengungkapkan data yang diteliti secara tepat.

        Uji validitas dan reliabilitas, uji ini ditunjuk untuk mengetahui apakah

kuesioner yang diajukan layak atau tidak.

1. Uji validitas

        Untuk menguji validitas kuesioner digunakan rumus korelasi product

moment (Sugiyono,2009). Uji validitas ini dilakukan untuk menguji apakah tiap

butir   pertanyaan     yang digunakan       dalam   penelitian,   benar-benar   dapat

mengungkapkan variabel yang diteliti yaitu dengan cara tiap item pertanyaan

dikorelasikan dengan total skornya.

                           ∑      ∑      ∑
           r=
                √     ∑   – ∑           ∑       ∑


        Keterangan :
45




            r = koefisien korelasi product moment X dan Y

            X = Jumlah nilai item (skor pertanyaan tiap item)

            Y = Total nilai item (skor tetap)

            n = Banyaknya item

        Dengan level of significant 95%, maka :

            Jika rhitung     rtabel, berarti item tersebut dikatakan valid.

            Jika rhitung     rtabel, berarti item tersebut dikatakan tidak valid.

2. Uji reliabilitas

        Untuk menguji reliabilitas kuesioner atau pertanyaan digunakan rumus

Alpha Cronbach (Sugiyono,2009).

                                                       ∑
                                        (      )(            )


        Keterangan :

                  = reliabilitas variabel

             k    = jumlah butir pertanyaan

             ∑        = jumlah varians butir

                      = varians total

        Dengan level of significant 95%, maka :

            Jika rn        rtabel, berarti pertanyaan dinyatakan reliabel atau memenuhi

            syarat reliabilitas.

            Jika rn        rtabel, berarti pertanyaan dinyatakan tidak reliabel atau tidak

            memenuhi syarat reliabilitas.
46




4. Analisis Jalur

Tahap-tahap dalam perhitungan Analisis Jalur (Sitepu, 1994) :

a.       Identifikasi Substruktur


         Untuk mengetahui hubungan antar variabel dapat ditunjukkan dengan

membuat diagram jalur terdiri dari tiga buah variabel eksogen atau sebab (X1, X2,

dan X3) dan sebuah variabel endogen atau akibat (Y).



                 Budaya Organisasi                                   PY 𝜀
                       (X1)
                                               PYX1
         rX1X2
                    Pengembangan                                    Kinerja
 rX1X3                                   PYX2
                     Karir (X2)                                      (Y)
         rX2X3
                    Self-Efficacy               PYX3
                        (X3)


                    Gambar 2. Hubungan Struktural antar variabel Xi dan Y

b.       Untuk mengetahui koefisien korelasi antar variabel menggunakan rumus

sebagai berikut :

                                     ∑      ∑        ∑
                 rXiXj =
                           √⟦   ∑    ∑    ⟧⟦     ∑       (∑   ) ⟧


c.       Membuat matriks korelasi


         Setelah nilai-nilai koefisien korelasi tersebut sudah diketahui maka disusun

dalam bentuk matriks korelasi yang bentuknya sebagai berikut :
47




                  Y          X1                       Xk
                 RY         rYX1         .....       rYXk         Y
                           rX1X1         .....      rX1Xk         X1
                                                      .....
                                                    rXkXk         Xk


d.   Untuk menghitung matriks invers korelasinya menggunakan rumus :

                 Y         X1                        Xk
                CRYY     CRYX1           .....      CYXk          Y
                         CRX1X1          .....     CRX1Xk         X1
                                                     .....
                                                   CRXkXk         Xk



e.   Untuk menghitung koefisien jalur (PXYi) menggunakan rumus :

             PYXi =          ; i = 1, 2, ...., k



     Keterangan :

             PYXi, merupakan koefisien jalur dari variabel X terhadap Y

             CRyxi, merupakan unsur atau elemen pada baris ke-Y dan kolom

             ke-Xi dari matriks invers korelasi.

f.   Menghitung Koefisien Determinasi yang merupakan koefisien yang

     menyatakan determinasi total dari semua variabel penyebab terhadap

     variabel akibat :

                                                              r
                                                               YX1
             R2YX1X2X3 = |                            | X     r
                                                               YX2
                                                              r
                                                               YX3
48




g.       Menghitung Koefisien Pengaruh Variabel Lain

         Untuk menghitung koefisien pengaruh variabel lain yang tidak

     dimasukkan ke dalam model, dapat digunakan rumus (Harun Al Rasyid, 1994):

                 PYE2 = 1 – R2


5. Pengujian Hipotesis

a. Pengujian secara keseluruhan

         Untuk menguji pengaruh persepsi peran, kesempatan berkarir, dan

kepuasan kerja secara bersama-sama terhadap kinerja menggunakan rumus

pengujian secara keseluruhan, yaitu (Nirwana Sitepu, 1994) :


                 F=
                            (              )


         Kriteria pengujian :

     Ho : PYXi = 0,        variabel budaya organisasi, pengembangan karir, dan self-

                           efficacy secara bersama-sama tidak mempunyai pengaruh

                           yang signifikan terhadap kinerja karyawan.

     Ho : PYX1     0,      variabel budaya organisasi, pengembangan karir, dan self-

                           efficacy secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang

                           signifikan terhadap kinerja karyawan.

         Dengan derajat kebebasan (df) = (n-k-1) dan tingkat keyakinan 95% ( =

0.05), maka:

     Ho diterima jika : Ftabel > Fhitung

     Ho ditolak jika : Ftabel < Fhitung
49




                                Ho diterima                  Ho ditolak



         0                                          Ftabel          Fhitung
                                 Gambar 3. Kurva Uji F

        Bila nilai uji-F berada di daerah yang diarsir, maka hipotesis nol akan

ditolak, dan bila nilai uji-F berada di daerah yang tidak diarsirl ,maka hipotesis nol

akan diterima.

b. Pengujian secara parsial

        Untuk menguji pengaruh persepsi peran, kesempatan berkarir, dan

kepuasan kerja secara parsial terhadap kinerja menggunakan rumus pengujian uji

t, yaitu (Nirwana Sitepu, 1994) :


                 ti =       (                 )
                        √


Kriteria pengujian :

   Ho : PYXi = 0,       variabel budaya organisasi, pengembangan karir, dan self-

                        efficacy secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang

                        berarti terhadap kinerja karyawan.

   Ho : PYX1      0,    variabel budaya organisasi, pengembangan karir, dan self-

                        efficacy secara parsial mempunyai pengaruh yang berarti

                        terhadap kinerja karyawan.

Dengan derajat kebebasan (df) = (n-k-1) dan tingkat keyakinan 95% ( = 0.05),

maka:
50




    Ho diterima jika : - ttabel      thitung   ttabel

    Ho ditolak jika : - thitung < - ttabel atau thitung > ttabel




         Daerah Penolakan                 Daerah Penerimaan              Daerah Penolakan
                H0                                 H0                          H0


                          -t tabel                      0          t tabel

Bila nilai uji-t berada di daerah yang diarsir, maka hipotesis nol akan ditolak, dan

bila nilai uji-t berada diantara -ttabel dan ttabel ,maka hipotesis nol akan diterima.

c. Pengaruh Proporsional Total

         Koefisien jalur adalah koefisien yang tidak mempunyai satuan (Sitepu,

1994).    Oleh karena itu untuk mengetahui variabel bebas yang mempunyai

pengaruh paling besar terhadap variabel terikat dilakukan perbandingan nilai

proporsional total dari masing-masing variabel bebasnya. Dengan kriteria

pengujian sebagai berikut :

         Ho :    Kepuasan kerja bukan merupakan variabel yang mempunyai

         pengaruh paling besar terhadap kinerja karyawan dibandingkan dengan

         persepsi peran dan kesempatan berkarir.

         Ha :    Kepuasan kerja merupakan variabel yang mempunyai pengaruh

         paling besar terhadap kinerja karyawan dibandingkan dengan persepsi

         peran dan kesempatan berkarir.
51




Kriteria pengujian :

       Hipotesis kedua diterima jika nilai pengaruh proposional total variabel

kepuasan kerja > nilai pengaruh proposional total variabel persepsi peran dan

kesempatan berkarir.

       Hipotesis kedua ditolak jika nilai pengaruh proposional total variabel

kepuasan kerja < nilai pengaruh proposional total variabel persepsi peran dan

kesempatan berkarir.
52
53




IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN



A. Gambaran Umum Perusahaan

  1. Sejarah Berdirinya Perusahaan

           Berawal diakhir abad ke-19, perkembangan ketenagalistrikan di

     Indonesia mulai ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda yang

     bergerak di bidang pabrik gula dan pabrik teh mendirikan pembangkit

     listrik untuk keperluan sendiri. Antara tahun 1942-1945 terjadi peralihan

     pengelolaan perusahaan-perusahaan Belanda tersebut oleh Jepang, setelah

     Belanda menyerah kepada pasukan tentara Jepang di awal Perang Dunia

     II.

           Proses peralihan kekuasaan kembali terjadi di akhir Perang Dunia II

     pada Agustus 1945, saat Jepang menyerah kepada Sekutu. Kesempatan ini

     dimanfaatkan oleh para pemuda dan buruh listrik melalui delegasi

     Buruh/Pegawai Listrik dan Gas yang bersama-sama dengan pimpinan

     KNI Pusat berinisiatif menghadap Presiden Soekarno untuk menyerahkan

     perusahaan-perusahaan tersebut kepada Pemerintah Replubik Indonesia.

     Pada 27 Oktober 1945, Presiden Soekarno membentuk Jawatan Listrik

     dan Gas di bawah Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga dengan

     kapasitas pembangkit tenaga listrik sebesar 157,5 MW.

           Pada tanggal; 1 Januari 1961, Jawatan Listrik dan Gas diubah

     menjadi BPU-PLN (Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara)

     yang bergerak di bidanga listrik, gas, dan kokas yang dibubarkan pada
54




   tanggal 1 Januari 1965. Pada saat yang sama dua perusahaan negara yaitu

   Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebagai pengelola tenaga listrik milik

   negara dan Perusahaan Gas Negara (PGN) sebagai pengelola gas

   diresmikan.

         Pada tahun 1972, sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 17, status

   Perusahaan Listrik Negara (PLN) ditetapkan sebagai Perusahaan Umum

   Listrik Negara dan sebagai Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan

   (PKUK) dengan tugas menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan

   umum.

         Seiring dengan kebijakan Pemerintah yang memberikan kesempatan

   kepada sector swasta untuk bergerak dalam bisnis penyediaan listrik,

   maka sejak tahun 1994 status PLN beralih dari Perusahaan Umum

   menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) dan juga PKUK dalam

   menyediakan listrik bagi kepentingan umum hingga sekarang.

2. Visi dan Misi Perusahaan

   Visi Perusahaan

   Diakui sebagai Perusahaan Kelas Dunia yang Bertumbuh Kembang,

   Unggul, dan Terpercaya dengan bertumpu pada Potensi Insani.

   Misi Perusahaan

   a. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait,

      berorientasi pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan

      pemegang saham.
55




   b. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas

        kehidupan masyarakat.

   c. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan

        ekonomi.

   d. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.


   Motto Perusahaan

   “Listrik untuk Kehidupan yang Lebih Baik.”

3. Struktur Organisasi Perusahaan

          Suatu perusahaan umumnya agar dapat menjalankan kegiatan

   dengan lancer, tertib, maka diperlukan adanya alat atau sarana yaitu

   organisasi. Pada hakikatnya perusahaan terdir dari orang-orang yang

   kegiatannya harus dikoordinasikan yang tercermin dalam sebuah

   kerangka kerja yang tertib, logis, dan serasi yang saling berhubungan dan

   kerja sama atas dasar pembagian kerja. Adapun uraian tugas dan

   tanggungjawab masing-masing jabatan yang terdiri dalam struktur

   organisasi PT. PLN (Persero) Purwokerto sebagai berikut :

   a.      Manajer Area Pelayanan dan Jaringan

        Tugas pokok manajer diantaranya :

        1) Bertanggung jawab atas pengelolaan usaha secara efisien dan

           efektif.

        2) Menjamin penerimaan hasil penjualan tenaga listrik.

        3) Bertanggung    jawab    atas    peningkatan   kualitas   pelayanan,

           pelaksanaan   pengelolaan      Jaringan   Tenaga   Rendah    (JTR),
56




   Sambungan Rumah (SR), serta Alat Pembatas dan Pengukur

   (APP).

4) Bertanggung jawab atas pengelolaan keuangan dan pengelolaan

   Sumber Daya Manusia dan Administrasi.

5) Membina hubungan kerja, kemitraan, dan komunikasi yang efektif

   guna     menjaga    citra   perusahaan   serta   mewujudkan   Good

   Coorporate Governance.

Dalam pelaksanaan tugas pokok tersebut, maka Manajer Arer

Pelayanan dan Jaringan mempunyai fungsi sebagai berikut :

1) Menyusun perkiraan kebutuhan tenaga listrik.

2) Menyusun dan menerapkan program penjualan tenaga listrik.

3) Menyusun program peningkatan kualitas pelayanan pelanggan.

4) Membantu perkembangan jumlah pelanggan dan jenis tariff.

5) Mengkoordinasi dan mengendalikan pengoperasian JTM, JTR,

    SR, serta APP.

6) Melaksanakan kegiatan Usaha Kecil dan Koperasi (PUKK).

7) Menangani permasalahan hukum yang terjadi di lingkungan area.

8) Melaksanakan pengelolaan sumber daya manusia, keuangan, dan

    administarsi.

9) Membuat evaluasi secara berkala terhadap kegiatan pengelolaan

    pemasaran, niaga, distribusi, keuangan, sumber daya manusia,

    serta adiministrasi.
57




     10) Melaporkan kegiatan yang berhubungan dengan tugas pokok

         sesuai dengan prosedur yang diterapkan.

b.      Asisten Manajer Pemasaran

     Tugas pokok Asisten Manajer Pemasaran diantaranya:

     1) Bertanggung jawab atas kajian penetapan harga listrik.

     2) Bertanggung jawab atas perkiraan kebutuhan tenaga listrik.

     3) Bertanggung jawab atas usulan pengembangan produk dan jasa

        baru.

     4) Bertanggung jawab atas penyusunan potensi pasar, petunjuk

        pelaksanaan segementasi pasar dan promosi, peneraan, humas, dan

        penyuluhan.

     Di dalam melaksanakan tugas pokok tersebut, maka Asisten Manajer

     Pemasaran mempunyai fungsi diantaranya:

     1) Memberi masukan unyuk pendapatan harga listrik.

     2) Menyusun perkiraan kebutuhan energy.

     3) Membuat       usulan   pengembangan    produk    dan     jasa,   dan

        melaksanakan riset pasar.

     4) Menyusun metode dan melaksanakan segmentasi pasar.

     5) Menyusun metode dan petunjuk pelaksanaan promosi.

     6) Mengelola peneraan dan pengujian peralatan distribusi.

     7) Melaksanakan       kegiatan    kehumasan        dan      penyuluhan

        ketenagalistrikan dan prosedur pelayanan kepada pelanggan atau

        masyarakat.
Skripsi
Skripsi
Skripsi
Skripsi
Skripsi
Skripsi
Skripsi
Skripsi
Skripsi
Skripsi
Skripsi
Skripsi
Skripsi
Skripsi
Skripsi
Skripsi
Skripsi
Skripsi
Skripsi
Skripsi
Skripsi
Skripsi
Skripsi
Skripsi
Skripsi
Skripsi
Skripsi
Skripsi
Skripsi
Skripsi
Skripsi
Skripsi
Skripsi
Skripsi
Skripsi
Skripsi
Skripsi
Skripsi
Skripsi

More Related Content

What's hot

Contoh biaya bersama dan sampingan
Contoh biaya bersama dan sampingan Contoh biaya bersama dan sampingan
Contoh biaya bersama dan sampingan Diana Marlyna
 
contoh soal sederhana laporan keuangan
contoh soal sederhana laporan keuangancontoh soal sederhana laporan keuangan
contoh soal sederhana laporan keuanganRendy Franata
 
Bab 4 metode harga pokok proses
Bab 4   metode harga pokok prosesBab 4   metode harga pokok proses
Bab 4 metode harga pokok prosesBogel MumedtNdase
 
ARUS KAS DAN BEBERAPA TOPIK LAIN DALAM PENGANGGARAN MODAL
ARUS KAS DAN BEBERAPA TOPIK LAIN DALAM PENGANGGARAN MODALARUS KAS DAN BEBERAPA TOPIK LAIN DALAM PENGANGGARAN MODAL
ARUS KAS DAN BEBERAPA TOPIK LAIN DALAM PENGANGGARAN MODALRoni Saputra
 
Outline penelitian ( ikip pgri pontianak ).
Outline penelitian ( ikip pgri pontianak ).Outline penelitian ( ikip pgri pontianak ).
Outline penelitian ( ikip pgri pontianak ).mansur p5
 
Jawaban Harga Pokok Produksi dan Laporan Laba/Rugi
Jawaban Harga Pokok Produksi dan Laporan Laba/RugiJawaban Harga Pokok Produksi dan Laporan Laba/Rugi
Jawaban Harga Pokok Produksi dan Laporan Laba/RugiYABES HULU
 
Contoh perusahaan nasional, internasional, multinasional, globlal
Contoh perusahaan nasional, internasional, multinasional, globlalContoh perusahaan nasional, internasional, multinasional, globlal
Contoh perusahaan nasional, internasional, multinasional, globlalLailiya NR
 
Expense (beban)
Expense (beban)Expense (beban)
Expense (beban)Icha Icha
 
Contoh Proposal Usaha atau Rencana Bisnis
Contoh Proposal Usaha atau Rencana BisnisContoh Proposal Usaha atau Rencana Bisnis
Contoh Proposal Usaha atau Rencana BisnisSamuel Henry
 
Akuntansi biaya bab 10 . menghitung biaya tenaga kerja langsung
Akuntansi biaya bab 10 . menghitung biaya tenaga kerja langsungAkuntansi biaya bab 10 . menghitung biaya tenaga kerja langsung
Akuntansi biaya bab 10 . menghitung biaya tenaga kerja langsungSelfia Dewi
 
ANALISIS PENGENDALIAN INTERNAL ATAS PERSEDIAAN BARANG DAGANG
ANALISIS PENGENDALIAN INTERNAL ATAS PERSEDIAAN BARANG DAGANGANALISIS PENGENDALIAN INTERNAL ATAS PERSEDIAAN BARANG DAGANG
ANALISIS PENGENDALIAN INTERNAL ATAS PERSEDIAAN BARANG DAGANGUofa_Unsada
 
Soal Harga Pokok Produksi dan Laporan Laba/Rugi
Soal Harga Pokok Produksi dan Laporan Laba/RugiSoal Harga Pokok Produksi dan Laporan Laba/Rugi
Soal Harga Pokok Produksi dan Laporan Laba/RugiYABES HULU
 
Sm,maya dwi indrawati, prof.dr. hapzi al, cma, analisis swot pada pt ultrajay...
Sm,maya dwi indrawati, prof.dr. hapzi al, cma, analisis swot pada pt ultrajay...Sm,maya dwi indrawati, prof.dr. hapzi al, cma, analisis swot pada pt ultrajay...
Sm,maya dwi indrawati, prof.dr. hapzi al, cma, analisis swot pada pt ultrajay...maya indrawati
 
Analisis SWOT dalam Organisasi
Analisis SWOT dalam OrganisasiAnalisis SWOT dalam Organisasi
Analisis SWOT dalam OrganisasiFahmi Hakam
 

What's hot (20)

Contoh biaya bersama dan sampingan
Contoh biaya bersama dan sampingan Contoh biaya bersama dan sampingan
Contoh biaya bersama dan sampingan
 
contoh soal sederhana laporan keuangan
contoh soal sederhana laporan keuangancontoh soal sederhana laporan keuangan
contoh soal sederhana laporan keuangan
 
Bab 4 metode harga pokok proses
Bab 4   metode harga pokok prosesBab 4   metode harga pokok proses
Bab 4 metode harga pokok proses
 
ARUS KAS DAN BEBERAPA TOPIK LAIN DALAM PENGANGGARAN MODAL
ARUS KAS DAN BEBERAPA TOPIK LAIN DALAM PENGANGGARAN MODALARUS KAS DAN BEBERAPA TOPIK LAIN DALAM PENGANGGARAN MODAL
ARUS KAS DAN BEBERAPA TOPIK LAIN DALAM PENGANGGARAN MODAL
 
Outline penelitian ( ikip pgri pontianak ).
Outline penelitian ( ikip pgri pontianak ).Outline penelitian ( ikip pgri pontianak ).
Outline penelitian ( ikip pgri pontianak ).
 
Jawaban Harga Pokok Produksi dan Laporan Laba/Rugi
Jawaban Harga Pokok Produksi dan Laporan Laba/RugiJawaban Harga Pokok Produksi dan Laporan Laba/Rugi
Jawaban Harga Pokok Produksi dan Laporan Laba/Rugi
 
Contoh perusahaan nasional, internasional, multinasional, globlal
Contoh perusahaan nasional, internasional, multinasional, globlalContoh perusahaan nasional, internasional, multinasional, globlal
Contoh perusahaan nasional, internasional, multinasional, globlal
 
Etika dalam bernegosiasi (1)
Etika dalam bernegosiasi (1)Etika dalam bernegosiasi (1)
Etika dalam bernegosiasi (1)
 
Expense (beban)
Expense (beban)Expense (beban)
Expense (beban)
 
Kapitalisasi
KapitalisasiKapitalisasi
Kapitalisasi
 
Contoh Proposal Usaha atau Rencana Bisnis
Contoh Proposal Usaha atau Rencana BisnisContoh Proposal Usaha atau Rencana Bisnis
Contoh Proposal Usaha atau Rencana Bisnis
 
Akuntansi biaya bab 10 . menghitung biaya tenaga kerja langsung
Akuntansi biaya bab 10 . menghitung biaya tenaga kerja langsungAkuntansi biaya bab 10 . menghitung biaya tenaga kerja langsung
Akuntansi biaya bab 10 . menghitung biaya tenaga kerja langsung
 
Format daftar hadir
Format daftar hadirFormat daftar hadir
Format daftar hadir
 
PROPOSAL PENELITIAN KOPERASI
PROPOSAL PENELITIAN KOPERASIPROPOSAL PENELITIAN KOPERASI
PROPOSAL PENELITIAN KOPERASI
 
ANALISIS PENGENDALIAN INTERNAL ATAS PERSEDIAAN BARANG DAGANG
ANALISIS PENGENDALIAN INTERNAL ATAS PERSEDIAAN BARANG DAGANGANALISIS PENGENDALIAN INTERNAL ATAS PERSEDIAAN BARANG DAGANG
ANALISIS PENGENDALIAN INTERNAL ATAS PERSEDIAAN BARANG DAGANG
 
Surat balasan pkl
Surat balasan pklSurat balasan pkl
Surat balasan pkl
 
Soal Harga Pokok Produksi dan Laporan Laba/Rugi
Soal Harga Pokok Produksi dan Laporan Laba/RugiSoal Harga Pokok Produksi dan Laporan Laba/Rugi
Soal Harga Pokok Produksi dan Laporan Laba/Rugi
 
Contoh penganggaran pada perusahaan
Contoh penganggaran pada perusahaanContoh penganggaran pada perusahaan
Contoh penganggaran pada perusahaan
 
Sm,maya dwi indrawati, prof.dr. hapzi al, cma, analisis swot pada pt ultrajay...
Sm,maya dwi indrawati, prof.dr. hapzi al, cma, analisis swot pada pt ultrajay...Sm,maya dwi indrawati, prof.dr. hapzi al, cma, analisis swot pada pt ultrajay...
Sm,maya dwi indrawati, prof.dr. hapzi al, cma, analisis swot pada pt ultrajay...
 
Analisis SWOT dalam Organisasi
Analisis SWOT dalam OrganisasiAnalisis SWOT dalam Organisasi
Analisis SWOT dalam Organisasi
 

Similar to Skripsi

Skripsi kenerja pt pura kudus
Skripsi kenerja pt pura kudusSkripsi kenerja pt pura kudus
Skripsi kenerja pt pura kudusDeny Sulistio
 
Pujiati setyaningsih
Pujiati setyaningsihPujiati setyaningsih
Pujiati setyaningsihYeni Oktarina
 
sekripsi
sekripsisekripsi
sekripsiboiys
 
Analisis pengaruh empowerment, self
Analisis pengaruh empowerment, selfAnalisis pengaruh empowerment, self
Analisis pengaruh empowerment, selftedynurul
 
04520016 dwi-kameluh-agustina.ps
04520016 dwi-kameluh-agustina.ps04520016 dwi-kameluh-agustina.ps
04520016 dwi-kameluh-agustina.ps08552723782
 
Maternal mortality in indonesia
Maternal mortality in indonesiaMaternal mortality in indonesia
Maternal mortality in indonesiatetitejayanti1969
 
Memajukan Keolahragaan Indonesia - .pdf
Memajukan Keolahragaan Indonesia -  .pdfMemajukan Keolahragaan Indonesia -  .pdf
Memajukan Keolahragaan Indonesia - .pdflutfhikhuddus
 
Memajukan Keolahragaan Indonesia - .pdf
Memajukan Keolahragaan Indonesia -  .pdfMemajukan Keolahragaan Indonesia -  .pdf
Memajukan Keolahragaan Indonesia - .pdflutfhikhuddus
 
Analisis hubungan set kesempatan investasi
Analisis hubungan set kesempatan investasiAnalisis hubungan set kesempatan investasi
Analisis hubungan set kesempatan investasiyogieardhensa
 
97761548 s-k-r-i-p-s-i-depan
97761548 s-k-r-i-p-s-i-depan97761548 s-k-r-i-p-s-i-depan
97761548 s-k-r-i-p-s-i-depanbaimcute123
 
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALILAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALIDionisius Ventus
 
Digital 20282739 t yeni iswari
Digital 20282739 t yeni iswariDigital 20282739 t yeni iswari
Digital 20282739 t yeni iswariBayu Rahmanto
 
Analisa pengaruh harga sewa, pendapatan keluarga, fas, lokasi dan harga subti...
Analisa pengaruh harga sewa, pendapatan keluarga, fas, lokasi dan harga subti...Analisa pengaruh harga sewa, pendapatan keluarga, fas, lokasi dan harga subti...
Analisa pengaruh harga sewa, pendapatan keluarga, fas, lokasi dan harga subti...Kotjo Negoro
 

Similar to Skripsi (20)

Skripsi kenerja pt pura kudus
Skripsi kenerja pt pura kudusSkripsi kenerja pt pura kudus
Skripsi kenerja pt pura kudus
 
Pujiati setyaningsih
Pujiati setyaningsihPujiati setyaningsih
Pujiati setyaningsih
 
sekripsi
sekripsisekripsi
sekripsi
 
Imel Skripsi
Imel SkripsiImel Skripsi
Imel Skripsi
 
doc
docdoc
doc
 
Analisis pengaruh empowerment, self
Analisis pengaruh empowerment, selfAnalisis pengaruh empowerment, self
Analisis pengaruh empowerment, self
 
Industri
IndustriIndustri
Industri
 
04520016 dwi-kameluh-agustina.ps
04520016 dwi-kameluh-agustina.ps04520016 dwi-kameluh-agustina.ps
04520016 dwi-kameluh-agustina.ps
 
Maternal mortality in indonesia
Maternal mortality in indonesiaMaternal mortality in indonesia
Maternal mortality in indonesia
 
Memajukan Keolahragaan Indonesia - .pdf
Memajukan Keolahragaan Indonesia -  .pdfMemajukan Keolahragaan Indonesia -  .pdf
Memajukan Keolahragaan Indonesia - .pdf
 
Memajukan Keolahragaan Indonesia - .pdf
Memajukan Keolahragaan Indonesia -  .pdfMemajukan Keolahragaan Indonesia -  .pdf
Memajukan Keolahragaan Indonesia - .pdf
 
Proposal
ProposalProposal
Proposal
 
Analisis hubungan set kesempatan investasi
Analisis hubungan set kesempatan investasiAnalisis hubungan set kesempatan investasi
Analisis hubungan set kesempatan investasi
 
97761548 s-k-r-i-p-s-i-depan
97761548 s-k-r-i-p-s-i-depan97761548 s-k-r-i-p-s-i-depan
97761548 s-k-r-i-p-s-i-depan
 
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALILAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI
 
Digital 20282739 t yeni iswari
Digital 20282739 t yeni iswariDigital 20282739 t yeni iswari
Digital 20282739 t yeni iswari
 
Cover
CoverCover
Cover
 
Analisa pengaruh harga sewa, pendapatan keluarga, fas, lokasi dan harga subti...
Analisa pengaruh harga sewa, pendapatan keluarga, fas, lokasi dan harga subti...Analisa pengaruh harga sewa, pendapatan keluarga, fas, lokasi dan harga subti...
Analisa pengaruh harga sewa, pendapatan keluarga, fas, lokasi dan harga subti...
 
Skripsi 334
Skripsi 334Skripsi 334
Skripsi 334
 
CONTOH LAPORAN PPL S2
CONTOH LAPORAN PPL S2CONTOH LAPORAN PPL S2
CONTOH LAPORAN PPL S2
 

Recently uploaded

RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...Kanaidi ken
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...MetalinaSimanjuntak1
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptxHR MUSLIM
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMIGustiBagusGending
 
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptxPPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptxSaefAhmad
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfChananMfd
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaafarmasipejatentimur
 

Recently uploaded (20)

RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptxPPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
 

Skripsi

  • 1. SKRIPSI PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PENGEMBANGAN KARIR, DAN SELF-EFFICACY TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT. PLN (PERSERO) APJ PURWOKERTO OLEH : VERLITA YOLANDARI NIM : C1B007087 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO 2011 i
  • 2. SKRIPSI PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PENGEMBANGAN KARIR, DAN SELF-EFFICACY TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT. PLN (PERSERO) APJ PURWOKERTO Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman OLEH : VERLITA YOLANDARI NIM : C1B007087 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO 2011 ii
  • 3. SKRIPSI PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PENGEMBANGAN KARIR, DAN SELF-EFFICACY TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT. PLN (PERSERO) APJ PURWOKERTO Oleh: VERLITA YOLANDARI NIM : C1B007087 Diterima dan disahkan Pada tanggal: ………………….. Pembimbing I Pembimbing II Dra. Hj. Titi Nurfitri,MM. Dra. Suci Indriati, M.Si. NIP.19581107.198503.2.001 NIP.19570224.198601.2.001 Mengetahui, Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman Dr. Suliyanto, SE, MM. NIP. 19740401.199802.1.001 iii
  • 4. PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Saya yang bertandatangan di bawah ini Nama : Verlita Yolandari NIM : C1B007087 Jurusan : Manajemen Fakultas : Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman Menyatakan dengan sebenarnya, bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa skripsi ini hasil plagiasi, maka saya bersedia menerima sanksi berupa pencabutan gelar akademik yang saya peroleh terkait dengan skripsi ini. Purwokerto, ……………….. Yang membuat pernyataan Verlita Yolandari NIM : C1B007087 iv
  • 5. RINGKASAN Penelitian ini berjudul “Pengaruh Budaya Organisasi, Pengembangan Karir, dan Self-Efficacy terhadap Kinerja Karyawan PT. PLN (Persero) APJ Purwokerto. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh budaya organisasi, pengembangan karir, dan self-efficacy terhadap kinerja karyawan. Populasi dalam penelitian ini adalah semua karyawan PT. PLN (Persero) APJ Purwokerto. Jumlah responden yang diambil dalam penelitian ini adalah 67 orang. Pengumpulan data menggunakan metode penyebaran kuesioner dan wawancara. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis jalur menggunakan SPSS Statistica 16.0 diperoleh Fhitung sebesar 17,600 dan Ftabel sebesar 2,751. Sedangkan hasil perhitungan uji t diperoleh thitung X1 sebesar 2,606 , thitung X2 sebesar 5,553 , thitung X3 sebesar 3,461, dan ttabel sebesar 1,998. Jadi, dengan demikian baik secara simultan maupun secara parsial variabel budaya organisasi, pengembangan karir, dan self-efficacy memprja kunnyai pengaruh siginifikan terhadap kinerja karyawan PT. PLN (Persero) APJ Purwokerto. Implikasi dari kesimpulan di atas yaitu dalam upaya meningkatkan kinerja karyawan sebaiknya PT. PLN (Persero) APJ Purwokerto mempertahankan atau memperbarui budaya organisasi yang ada sesuai dengan perubahan kondisi perusahaan, memperhatikan jalur karir setiap karyawannya dan meningkatkan self-efficacy setiap karyawan dengan memberikan tantangan dalam pekerjaannya. Kata kunci: Budaya Organisasi, Pengembangan Karir, Self-Efficacy, Kinerja karyawan v
  • 6. SUMMARY The research was entitled “Effect of Organizational Culture, Career Development, and Self-Efficacy toward Employee Performance on PT. PLN (Persero) APJ Purwokerto. The purpose of this research was to examine the influence of organizational culture, Career Development, and Self-Efficacy on the performance of employees. The population in this study were all employees of PT. PLN (Persero) APJ Purwokerto. The number of respondents is taken in this study was 67 people. The collection of data using questionnaires and interview methods. Based on the results of the study and path analysis using Statistica SPSS 16.0 Fcount obtained of 17.600 and 2.751 of Ftabel. Meanwhile the amount of calculations is obtained t count X1 t test of 2.606, 5.553 of t count X2, X3 t count of 3.461, and 1.998 of t table. So, thus either simultaneously or partially variables organizational culture, career development, and self-efficacy has a significant effect to employee performance on PT. PLN (Persero) APJ Purwokerto. The implications of on the conclusion that in an effort to improve employee performance PT. PLN (Persero) APJ Purwokerto should be maintain or update the existing organizational culture in accordance with changes in business conditions, pay attention to every employee career paths and enhance self-efficacy of each employee to provide a challenge in his work. Key words: Organizational Culture, Career Development, Self-Efficacy, Performance of employees vi
  • 7. KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh Budaya Organisasi, Pengembangan Karir, dan Self-Efficacy Terhadap Kinerja Karyawan PT. PLN (Persero) APJ Purwokerto.” dapat terselesaikan dengan baik. Penulisan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Dr. Haryadi, M.Sc, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman yang telah memberikan ijin penelitian kepada penulis. 2. Dra. Hj. Titi Nurfitri, MM., selaku dosen pembimbing I dan Dra. Suci Indriati, M.Si., selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, saran, bantuan dan pengarahan hingga tersusunnya skripsi ini. 3. Siti Zulaikha SE., M.Si., selaku dosen penguji skripsi yang bersedia memberikan saran, bimbingan, dan arahan yang bermanfaat demi kesempurnaan skripsi ini. 4. Seluruh Staf Pengajar/dosen Fakultas Ekonomi UNSOED yang telah memberikan segenap ilmunya kepada penulis, khususnya Staf Pengajar Jurusan Manajemen. 5. Kedua orang tua tercinta Agus Subekti dan Ambar Kurniawati, untuk semua cinta yang mengagumkan, doa, integritas, dukungan, dan perhatiaannya yang vii
  • 8. tak terbatas. Terimakasih untuk segalanya, baru ini yang bisa saya persembahkan, semoga menjadi awal yang baik. 6. Kakak-kakakku Anies Wicaksono dan Rian Rizki Rinaldi, atas dukungan dan doanya, semoga kalian sukses karirnya dan saya akan segera menyusul. 7. Revino Candrabratha dan keluarga, atas cinta, doa, dan dukungan yang telah diberikan pada penulis. 8. Pihak PT. PLN (Persero) APJ Purwokerto yang telah memberikan ijin dan karyawan yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian. 9. Teman-teman manajemen seperjuangan angkatan 2007 yang telah memberikan semangat dan dukungan. 10. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga sekeping mutiara yang terpateri dalam skripsi ini akan dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi penulis, masyarakat, dan pengembangan penelitian selanjutnya. Purwokerto, November 2011 Penulis viii
  • 9. DAFTAR ISI DAFTAR ISI .................................................................................................... i DAFTAR TABEL ........................................................................................... iii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... iv DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... v I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian........................................................ 1 B. Perumusan Masalah Penelitian ............................................................. 6 C. Batasan Masalah Penelitian .................................................................. 7 D. Tujuan Penelitian .................................................................................. 8 E. Manfaat Penelitian ................................................................................ 8 II. TELAAH PUSTAKA DAN PERUMUSAN MODEL PENELITIAN A. Telaah Pustaka ...................................................................................... 10 1. Kinerja Karyawan ........................................................................... 10 2. Budaya Organisasi .......................................................................... 15 3. Pengembangan Karir ....................................................................... 20 4. Self-Efficacy .................................................................................... 27 B. Perumusan Model Penelitian dan Hipotesis........................................... 35 1. Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan ............ 35 2. Pengaruh Pengembangan Karir Terhadap Kinerja Karyawan ........ 36 3. Pengaruh Self-Efficacy Terhadap Kinerja Karyawan ..................... 38 4. Kerangka Pemikiran ......................................................................... 39 ix
  • 10. III. METODE PENELITIAN DAN ANALISIS A. Metode Penelitian ................................................................................. 43 1. Jenis Penelitian .................................................................................. 43 2. Subyek Penelitian .............................................................................. 43 3. Objek Penelitian ................................................................................ 43 4. Metode Pengumpulan Data ............................................................... 43 5. Sumber Data ...................................................................................... 43 6. Populasi dan Sampel.......................................................................... 44 7. Definisi Operasional Variabel ........................................................... 45 B. Teknik Analisis Data ............................................................................. 48 1. Pengukuran Variabel ......................................................................... 48 2. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ...................................................... 49 3. Analisis Jalur ..................................................................................... 51 4. Uji Hipotesis ...................................................................................... 53 IV. HASIL ANALISISN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan ............................................................... 57 1. Sejarah Berdirinya Perusahaan ......................................................... 57 2. Visi dan Misi Perusahaan ................................................................. 58 3. Struktur Organisasi Perusahaan ........................................................ 59 B. Karakteristik Responden ....................................................................... 66 1. Gambaran Umum Responden ........................................................... 66 2. Distribusi Jawaban Responden ......................................................... 68 C. Analisis Data dan Pembahasan .............................................................. 72 x
  • 11. 1. Uji Validitas dan Reliabilitas............................................................. 72 2. Perhitungan Analisis Jalur ................................................................. 74 3. Pengujian Hipotesis ........................................................................... 80 4. Pembahasan ....................................................................................... 85 V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan ........................................................................................... 88 B. Implikasi ............................................................................................... 89 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xi
  • 12. DAFTAR TABEL Tabel : 1. Tabel Proporsi Sampel Penelitian ............................................................. 45 2. Karakteristik Karyawan PT. PLN (Persero) APJ Purwokerto berdasarkan jenis kelamin ........................................................................ 66 3. Karakteristik Karyawan PT. PLN (Persero) APJ Purwokerto berdasarkan usia ........................................................................................ 67 4. Karakteristik Karyawan PT. PLN (Persero) APJ Purwokerto berdasarkan lama bekerja .......................................................................... 67 5. Karakteristik Karyawan PT. PLN (Persero) APJ Purwokerto berdasarkan pendidikan terakhir .............................................................. 68 6. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Budaya Organisasi .. 69 7. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Pengembangan Karir 70 8. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Self-Efficacy ........... 71 9. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Kinerja .................... 72 10. Hasil Uji Validitas .................................................................................... 73 11. Hasil Uji Reliabilitas ................................................................................ 74 12. Hasil Penghitungan Analisis Jalur ........................................................... 75 13. Ringkasan Pengaruh Langsung dan Tak Langsung Variabel X1, X2, X3 Terhadap Y ............................................................................................... 80 xii
  • 13. DAFTAR GAMBAR 1. Kerangka Pemikiran ............................................................................ 40 2. Hubungan Struktural antar variabel Xi dan Y .................................... 51 3. Diagram Jalur ...................................................................................... 75 4. Kurva Uji F Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja .............. 81 5. Kurva Uji t Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja ............... 81 6. Kurva Uji F Pengaruh Pengembangan Karir Terhadap Kinerja .......... 82 7. Kurva Uji t Pengaruh Pengembangan Karir Terhadap Kinerja ........... 83 8. Kurva Uji F Pengaruh Self-Efficacy Terhadap Kinerja ....................... 84 9. Kurva Uji t Pengaruh Self-Efficacy Terhadap Kinerja ........................ 84 xiii
  • 14. DAFTAR LAMPIRAN Lampiran : 1. Kuesioner 2. Tabulasi Jawaban Responden 3. Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Persepsi Peran (X1) 4. Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Kesempatan Berkarier (X2) 5. Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Kepuasan Kerja (X3) 6. Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Kinerja (Y) 7. Analisis Jalur 8. Tabel Uji R 9. Tabel Uji t 10. Tabel Uji F xiv
  • 15. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Manajemen sumber daya manusia pada dasarnya adalah langkah-langkah perencanaan, penarikan, seleksi, pengembangan, pemeliharaan, dan penggunaan sumber daya manusia untuk mencapai tujuan individu maupun organisasi (Handoko, 2001). Oleh karena itu, keberhasilan pengelolaan organisasi sangat ditentukan oleh kegiatan pendayagunaan sumber daya manusia. Sumber daya manusia sangat penting artinya dalam menentukan kelangsungan hidup suatu organisasi. Organisasi yang baik, tumbuh dan berkembang akan menitikberatkan pada sumber daya manusia (human resources) guna menjalankan fungsinya dengan optimal, khususnya menghadapi dinamika perubahan lingkungan yang terjadi. Dengan demikian kemampuan teknis, teoritis, konseptual, moral dari para pelaku organisasi/perusahaan di semua tingkat (level) pekerjaan sangat dibutuhkan. Selain itu pula kedudukan sumber daya manusia pada posisi yang paling tinggi berguna untuk mendorong perusahaan menampilkan norma perilaku, nilai dan keyakinan sebagai sarana penting dalam peningkatan kinerjanya. Karyawan merupakan asset yang sangat vital bagi perusahaan. Karena kinerja yang mereka lakukan sangat mempengaruhi efektivitas kinerja perusahaan. Oleh karena itu peningkatan kinerja karyawan menjadi fokus utama unit manajemen sumber daya manusia. Mereka berusaha mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki oleh individu agar mereka termotivasi untuk
  • 16. 2 memberikan kontribusi terbaik demi pencapaian tujuan-tujuan perusahaan, kinerja karyawan merupakan hasil dari suatu proses atau aktivitas pada fungsi tertentu yang dilaksanakan oleh seseorang baik sebagai individu maupun sebagai anggota dari suatu kelompok atau organisasi pada periode tertentu berdasarkan standar yang telah ditetapkan, dan hasilnya dapat dinikmati sendiri maupun oleh kelompok dalam perusahaan (Arfah dan Anshory,2005). Kinerja seorang karyawan bersifat individual, karena setiap karyawan mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda - beda dalam mengerjakan tugasnya. Pihak manajemen dapat mengukur karyawan atas unjuk kerjanya berdasarkan kinerja dari masing - masing karyawan. Kinerja merupakan suatu hasil yang dicapai oleh pekerja dalam pekerjaannya menurut kriteria tertentu yang berlaku untuk suatu pekerjaan (Robbins, 2001). Pengertian lain dari Gomes (1995) menyatakan kinerja sebagai catatan terhadap hasil produksi dari sebuah pekerjaaan tertentu atau aktivitas tertentu dalam periode tertentu. Selain itu kinerja juga dapat diartikan sebagai suatu hasil dan usaha seseorang yang dicapai dengan adanya kemampuan dan perbuatan dalam situasi tertentu. Setiap perusahaan akan berusaha untuk selalu meningkatkan kinerja karyawannya demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan perusahaan. Untuk mencapai tujuan kinerja memerlukan karyawan yang mempunyai kinerja kerja yang baik. Berbagai cara bisa ditempuh perusahaan dalam meningkatkan kinerja karyawannya diantaranya budaya organisasi, pengembangan karir, dan self- efficacy. Ketiga variabel ini sangat berperan dalam meningkatkan efektivitas dan
  • 17. 3 efesiensi dari organisasi di dalam menjalankan kegiatan dan pekerjaan yang telah direncanakan dan diprogramkan. Budaya organisasi (corporate culture) sering diartikan sebagai nilai-nilai, simbol-simbol yang dimengerti dan dipatuhi bersama, yang dimiliki suatu organisasi sehingga anggota organisasi merasa satu keluarga dan menciptakan suatu kondisi anggota organisasi tersebut merasa berbeda dengan organisasi lain (Warididn dan Masrukhin , 2006 dalam Kusumawati, 2008). Selanjutnya Robbins (1996) menyatakan bahwa budaya organisasi adalah suatu sistem nilai yang diperoleh dan dikembangkan oleh organisasi dan pola kebiasaan dan falsafah dasar pendirinya, yang terbentuk menjadi aturan yang digunakan sebagai pedoman dalam berfikir dan bertindak dalam mencapai tujuan organisasi. Budaya yang tumbuh menjadi kuat mampu memacu organisasi kearah perkembangan yang lebih baik. Hal ini berarti bahwa setiap perbaikan budaya kerja ke arah yang lebih kondusif akan memberikan sumbangan yang sangat berarti bagi peningkatan kinerja karyawan. Pengembangan karir mempengaruhi kinerja karyawan, dimana pengembangan karir merupakan pendekatan formal yang dilakukan organisasi untuk menjamin orang-orang dalam organisasi mempunyai kualifikasi dan kemampuan serta pengalaman yang cocok ketika dibutuhkan. Oleh karena itu, perusahaan perlu mengelola karir dan mengembangkannya dengan baik supaya produktivitas karyawan tetap terjaga dan mampu mendorong karyawan untuk selalu melakukan hal yang terbaik dan menghindari frustasi kerja yang berakibat penurunan kinerja perusahaan. Pengelolaan dan pengembangan karir akan
  • 18. 4 meningkatkan efektivitas dan kreativitas sumber daya manusia yang dapat meningkatkan kinerjanya dalam upaya mendukung perusahaan untuk mencapai tujuannya. Menurut Robbins (1996)), pengembangan karir adalah suatu yang menunjukkan adanya peningkatan-peningkatan status seseorang dalam suatu organisasi dalam jalur karir yang telah ditetapkan dalam organisasi yang bersangkutan. Selain budaya organisasi dan pengembangan karir penting untuk peningkatan kinerja, juga perlu diperhatikan juga self efficacy dari para karyawan. Self efficacy adalah sebuah keyakinan tentang probabilitas bahwa seseorang dapat melaksanakan dengan sukses beberapa tindakan atau masa depan dan mencapai beberapa hasil. Self-efficacy menurut Bandura (1997) didefinisikan sebagai keyakinan yang dimiliki individu tentang kemampuan atau ketidakmampuan yang dimiliki untuk menunjukkan suatu perilaku atau sekumpulan perilaku tertentu. Sehingga konsep self-efficacy berkaitan dengan sejauh mana individu mampu memiliki kemampuan, potensi, serta kecenderungan yang ada pada dirinya untuk dipadukan menjadi tindakan tertentu dalam mengatasi situasi yang mungkin akan dihadapi di masa yang akan datang. Sedangakan menurut pendapat Feist & Feist (2002), bahwa ketika seseorang mengalami ketakutan yang tinggi, kecemasan yang akut atau tingkat stress yang tinggi, maka biasanya mereka memiliki self-efficacy yang rendah. Sementara mereka yang memiliki self-efficacy yang tinggi merasa mampu
  • 19. 5 dan yakin terhadap kesuksesan dalam mengatasi tintangan dan menganggap ancaman sebagai suatu tantangan yang tidak perlu dihindari. Pemilihan variabel dalam penelitian ini diduga dapat mempengaruhi peningkatan kinerja karyawan mengacu pada model penelitian terdahulu. Menurut Sinaga (2008), Chasanah (2008), dan Sudarmadi (2007) budaya organisasi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Sedangkan Wibowo (2006) dan Watimena (2007) menyatakan adanya pengaruh pengembangan karir secara signifikan terhadap kinerja karyawa. Adapun penelitian dari Handayani (2008) bahwa self-efficacy berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan. Sedangkan Chasanah (2008) juga menyatakan bahwa budaya organisasi dan self-efficacy berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian ini peneliti tertarik untuk meniliti tentang faktor-faktor dalam meningkatkan kinerja karyawan, seperti budaya organisasi, pengembangan karir dan self-efficacy di PT. PLN (Persero) APJ Purwokerto. B. Perumusan Masalah Penelitian Perusahaan Listrik Negara (PLN) adalah suatu perusahaan negara yang pengelolaannya ditujukan untuk melayani masyarakat. Sebagai perusahaan pemerintah, PLN dapat dikategorikan sebagai perusahaan jasa kelistrikan yang mengandalkan kualitas pelayanan jasa yang diberikan pada masyarakat. PLN juga
  • 20. 6 merupakan perusahaan yang memproduksi listrik melalui unit-unit pembangkitnya. Sebagaimana sebuah perusahaan negara, PLN banyak mendapatkan sorotan dari berbagai pihak mengenai efektivitas kerja dalam organisasi dan kualitas layanan yang diberikan. Oleh karena itu, peningkatan kualitas dan efektivitas kerja menjadi sangat penting. Hal ini dapat dilihat dari seberapa besar tingkat efektivitas organisasi dalam melaksanakan fungsinya. Sebuah organisasi akan dapat bertahan hidup dan akan dapat berkembang apabila mampu beroperasi secara efektif. Untuk meningkatkan kinerja karyawan maka perlu juga adanya peningkatan budaya organisasi. Budaya organisasi di perusahaan merupakan faktor penting seperti upaya manajer menciptakan lingkungan yang nyaman demi meningkatkan kinerja karyawannya. Selain itu, pengembangan karir yang disertai dengan self-efficacy yang kuat dari karyawan diintensifkan agar kinerja dapat berjalan dengan baik. Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah penelitian, peniliti tertarik untuk meniliti faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan kinerja karyawan. Permasalahan dalam penelitian ini adalah : Apakah budaya organisasi, pengembangan karir, dan self-efficacy berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap kinerja karyawan PT. PLN (Persero) APJ Purwokerto?
  • 21. 7 C. Batasan Masalah Penelitian Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Kinerja karyawan banyak dipengaruhi oleh berbagai varibel, antara lain: gaya kepemimpinan, kepuasan kerja, empowerment, motivasi kerja, budaya organisasi, pengembangan karir, dan self-efficacy. Untuk penelitian ini dibatasi pada budaya organisasi, pengembangan karir, dan self-efficacy di PT. PLN (Persero) APJ Purwokerto. D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan kinerja karyawan PT. PLN (Persero) APJ Purwokerto. Secara rinci tujuan penelitian adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pengaruh budaya organisasi secara simultan dan secara parsial terhadap kinerja karyawan PT. PLN (Persero) APJ Purwokerto. 2. Untuk mengetahui pengaruh pengembangan karir secara simultan dan secara parsial terhadap kinerja karyawan PT. PLN (Persero) APJ Purwokerto. 3. Untuk mengetahui pengaruh self-efficacy secara simultan dan secara parsial terhadap kinerja karyawan PT. PLN (APJ) Purwokerto.
  • 22. 8 E. Manfaat Penelitian 1) Manfaat Teoritis Dari penelitian ini diharapkan dapat memperkuat penelitian sebelumnya dan teori-teori mengenai budaya organisasi, pengembangan karir, self-efficacy, dan kinerja karyawan, serta dapat menjadi referensi tambahan dalam bidang SDM untuk penelitian selanjutnya. 2) Manfaat Praktis Bagi divisi SDM, hasil penelitian ini nantinya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan atau memperbaiki kinerja karyawan yang dinilai dari aspek budaya organisasi, pengembangan karir, dan self-efficacy.
  • 23. 9 II. TELAAH PUSTAKA DAN PERUMUSAN MODEL PENELITIAN A. Telaah Pustaka 1. Kinerja Karyawan a. Pengertian Kinerja Pada dasarnya kebutuhan hidup manusia tersebut tidak hanya berupa material, tetapi juga bersifat nonmaterial, seperti kebanggaan dan kepuasan kerja. Tiap individu cenderung akan dihadapkan pada hal-hal yang mungkin tidak diduga sebelumnya didalam proses mencapai kebutuhan yang diinginkan sehingga melalui bekerja dan pertumbuhan pengalaman, seseorang akan memperoleh kemajuan dalam hidupnya. Kinerja merupakan kondisi yang harus diketahui dan diinformasikan kepada pihak-pihak tertentu untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil suatu instansi dihubungkan dengan visi yang diemban suatu organisasi serta mengetahui dampak positif dan negatif suatu kebijakan operasional yang diambil. Dengan adanya informasi mengenai kinerja suatu instansi pemerintah, akan dapat diambil tindakan yang diperlukan seperti koreksi atas kebijakan, meluruskan kegiatan- kegiatan utama, dan tugas pokok instansi, bahan untuk perencanaan, menentukan tingkat keberhasilan instansi untuk memutuskan suatu tindakan, dan lain-lain. Menurut Nitisemo (2001) mendefinisikan kinerja (performance) sebagai hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi sesuai wewenang dan tanggungjawab masing-masing, dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan. Dengan kata lain, kinerja
  • 24. 10 perorangan dan kinerja kelompok sangat mempengaruhi kinerja perusahaan atau organisasi secara keseluruhan dalam rangka mencapai tujuan perusahaan tersebut. Hasibuan (2002) menyatakan bahwa secara sederhana kinerja adalah apa yang dikerjakan atau tidak dikerjakan oleh karyawan. Kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu. Kinerja ini adalah gabungan dari tiga faktor penting, yaitu kemampuan dan minat seseorang pekerja, kemampuan dan penerimaan atas penjelasan delegasi tugas dan peran, serta tingkat motivasi seoran pekerja. Semakin tinggi ketiga faktor di atas maka semakin besar kinerja karyawan yang bersangkutan. Sedangkan menurut Sedarmayati (2001), kegiatan yang paling lazim dinilai dalam organisasi adalah kinerja seseorang, yaitu bagaimana ia melakukan segala sesuatu yang berhubungan dengan suatu jabatan, pekerjaan, atau peranan dalam organisasi. Kinerja berarti prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja atau hasil kerja untuk penampilan kerja. Pengertian kinerja tersebut menunjuk pada hasil pelaksanaan pekerjaan karyawan. Dengan demikian, pencapaian hasil kerja yang baik berarti menunjukkan kinerja karyawan sudah baik dan berlaku sebaliknya. Berdasarkan pengertian-pengertian yang dikemukakan oleh para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan perbandingan hasil kerja yang dicapai oleh karyawan dengan standar yang telah ditentukan. Kinerja juga berarti hasil yang dicapai oleh seseorang, baik kualitas maupun kuantitas dalam suatu organisasi sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan.
  • 25. 11 b. Penilaian Kinerja Penilaian kinerja adalah kegiatan manajer untuk mengevaluasi perilaku dan prestasi kerja karyawan serta menetapkan kebijaksanaa selanjutnya. Penialaian perilaku yaitu menilai kesetiaan, kejujuran, kepemimpinan, kerjasama, loyalitas dedikasi dan partisipasi karyawan. Menilai perilaku ini sulit karena tidak ada standar fisiknya, sedangkan untuk penilaian hasil kerja relative lebih mudah karena ada standar fisik yang dapat dipakai sebagai tolak ukurnya, seperti satuan meter, liter, kilogram, dan lain-lain. Menurut Paryaman (2001) dalam kehidupan suatu organisasi, ada beberapa asumsi tentang perilaku manusia sebagai sumber daya manusia yang mendasari pentingnya penilaian kinerja karyawan dan asumsi tersebut antara lain : 1) Setiap orang ingin memiliki peluang untuk mengembangkan kemampuan kinerjanya sampai tingkat maksimal. 2) Setiap orang ingin mendapatkan penghargaan apabila ia dinilai melaksanakan tugasnya dengan baik. 3) Setiap orang ingin mengetahui secara pasti tentang karier yang akan diraihnya apabila dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. 4) Setiap orang ingin mendapatkan perlakuan yang objektif dan penilaian atas dasar prestasi kerja. 5) Setiap orang pada umunya tidak hanya melakukan kegiatan yang sifatnya rutin.
  • 26. 12 Dipenuhi berbagai keinginan karyawan tersebut perlu dilakukan organisasi yang menginginkan karyawan dengan kinerja yang baik. Penilaian kinerja merupakan salah satu kunci guna mengembangkan organisasi secara efektif. Tujuan dilakukannya penilaian kinerja karyawan adalah sebagai berikut: (Martoyo, 1996) 1) mengidentifikasi karyawan yang membutyuhkan pendidikan dan latihan. 2) Menetapakan kenaikan gaji ataupun upah karyawan. 3) Menetapkan kemungkinan pemindahan karyawan ke penugasan baru. 4) Menetapkan kebijaksanaa baru dalam rangka reorganisasi. 5) Mengidentifikasi karyawan yang akan dipromosikan ke jabatan yang tinggi. c. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Kinerja dipengaruhi oleh berbagai faktor baik yang berhubungan dengan tenaga kerja itu sendiri, maupun yang berhubungan dengan lingkungan perusahaan, masyarakat dan pemerintah secara keseluruhan. Hal tersebut didasarkan atas pernyataan Nawawi (2005) yang membuktikan bahwa kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melasanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya, berdasarkan kecakapan (pengetahuan, ketrampilan/keahlian), pengalaman kerja, dan kepribadian (motivasi, minat, disiplin, kemampuan bekerja sama). Selain itu, Mangkunegara (2000) juga menjelaskan bahwa pencapaian kinerka dipengaruhi oleh faktor kemampuan dan faktor motivasi. Menurut Gibson (1996) banyak faktor yang mempengaruhi kinerja seorang karyawan, diantaranya yaitu :
  • 27. 13 1) Variabel Individu Kemampuan dan ketrampilan merupakan variable individual yang dapat mempengaruhi kinerja seorang karyawan, karena kemampuan merupakan potensial seorang untuk menyelesaikan suatu pekrjaan sekaligus sebagai hasil dari pengetahuan dan ketrampilan seorang yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, latihan, dan pengembangan dalam hubungannya dengan tugas yang dimiliki. 2) Variabel Organisasional Variable organisasional terdiri dari sumber daya manusia, kepemimpinan, dan system upah atau pendapatan. Manusia dalah sumber daya yang berharga bagi perusahaan, karena melalui kegiatan-kegiatan manusia tujuan perusahaan dapat tercapai. Sehingga dapat dikatakan bahwa keberhasilan suatu perusahaan tergantung pada unsur manusia yang ada didalamnya. 3) Variabel Psikologis Pemupukan motivasi dan minat kerja karyawan yang berorientasi pada peningkatan prestasi atau hasil kerja, membutuhkan waktu yang lama dan memerlukan teknik-teknik tertentu, antara lain dengan meciptakan iklim dan lingkungan kerja yang kondusif. Sikap merupakan salah satu penentu perilaku karyawan dalam bekerja, karena sikap berhubungan erat dengan persepsi, kepribadian, dan motivasi. Dengan sikapnya karyawan dapat menunjukkan apakah mereka termotivasi oleh perusahaan untuk meningkatkan kinerjanya atau tidak. 2. Budaya Organisasi
  • 28. 14 a. Pengertian Budaya Organisasi Pemahaman para pakar mengenai budaya organisasi sebagai kesepakatan bersama mengenai nilai-nilai kehidupan yang mengikat semua orang dalam organisasi mendasari arti penting pemahaman budaya organisasi orang-orang yang tergabung di dalamnya. Menurut Robbins (2001) mengatakan budaya organisasi merupakan suatu system pengertian bersama yang dipegang oleh anggota suatu organisasi yang membedakan organisasi tersebut dari organisasi lainnya. Budaya organisasi merupakan pengendali dan arah dalam membentuk sikap dan perilaku para anggota di dalam suatu organisasi. Secara individu maupun kelompok seseorang tidak akan terlepas dari budaya organisasi dan pada umumnya anggota organisasi akan dipengaruhi oleh beraneka ragamnya sumber daya yang ada. Menurut Stoner (1996) dalam Waridin dan Masrukin (2006) budaya merupakan gabungan kompleks dari asumsi, tingkah laku, cerita, mitos, metafora, dan berbagai ide lain yang menjadi satu untuk menentukan apa arti menjadi anggota masyarakat tertentu. Budaya organisasi atau corporate culture sering diartikan sebagai nilai-nilai, symbol-simbol yang dimengerti dan dipatuhi bersama, yang dimiliki suatu organisasi sehingga anggota organisasi selalu merasa satu keluarga dan menciptakan suatu kondisi anggota organisasi tersebut berbeda dengan organisasi lain. Robbins (2006) menyatakan bahwa budaya organisasi merupakan suatu system makna bersama yang dianut oleh anggota-anggota organisasi yang membedakan organisasi itu dengan yang lain. Budaya organisasi adalah suatu
  • 29. 15 system nilai yang diperoleh dan dikembangkan oleh organisasi dan pola kebiasaan dan falsafah dasar pendirinya, yang terbentuk menjadi aturan yang digunakan sebagai pedoman dalam berfikir dan bertindak dalam mencapai tujuan organisasi. Budaya yang tumbuh menjadi kuat mampu memacu organisasi kearah perkembangan yang lebih baik. Menurut Gibson et al (2003), budaya organisasi adalah “what the employes perceive and how this perception creates a pattern of beliefs, values, and expectation”. Mangkunegara (2005) menyimpulkan pengertian budaya organisasi sebagai seperangkat asumsi atau system keyakinan, nilai-nilai, dan norma yang dikembangkan dalam organisasi yang dijadikan pedoman tingkah laku bagi anggota-anggotanya untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal. b. Pembentukan Budaya Organisasi Menurut Robbins (2001), dibutuhkan waktu yang lama untuk pembentukan suatu budaya organisasi. Sekali terbentuk, budaya itu cenderung berurat berakar, sehingga sulit bagi para manajer untuk mengubahnya. Menurut Agung (2007), ada tiga macam proses terbentuknya budaya perusahaan, yaitu : 1) Budaya diciptakan oleh pendirinya. 2) Budaya terbentuk sebagai upaya menjawab tantangan dan peluang dari lingkungan internal dan eksternal.
  • 30. 16 3) Budaya diciptakan oleh tim manajemen sebagai cara untuk meningkatkan kinerja perusahaan secara sistematis. Menurut Robbins (2001), menyatakan bahwa peran atau fungsi budaya di dalam suatu organisasi, yaitu : 1) Sebagai tapal batas yang membedakan secara jelas suatu organisasi dengan organisasi yang lain. 2) Memberikan rasa identitas bagi anggota-anggota organisasi. 3) Memudahkan penerusan komitmen hingga mencapai batasan yang lebih luas daripada kepentingan individu. 4) Mendorong stabilitas system social, merupakan perekat social yang membantu mempersatukan organisasi. 5) Membentuk rasa dan kendali yang memberikan panduan dan membentuk sikap serta perilaku karyawan. c. Dimensi-dimensi Budaya Organisasi Dimensi-dimensi yang digunakan untuk membedakan budaya organisasi, menurut Robbins (1996) ada tujuh karakteristik primer yang secara bersama-sama menangkap hakikat budaya organisasi, yaitu : 1) Inovasi dan pengambilan resiko. Sejauh mana para karyawan didorong untuk inovatif dan berani mengambil resiko. 2) Perhatian ke hal yang rinci. Sejauh mana para karyawan diharapkan mau memperlihatkan kecermatan, analisis, dan perhatian kepada rincian. 3) Orientasi hasil. Sejauh mana manjemen focus pada hasil bukan pada teknik dan proses yang digunakan untuk mendapatkan hasil itu.
  • 31. 17 4) Orientasi orang. Sejauh mana keputusan manajemen memperhitungkan efek hasil pada orang –orang di dalam organisasi itu. 5) Orientasi tim. Sejauh mana kegiatan kerja diorganisasikan dalam tim-tim kerja, bukannya individu. 6) Keagresifan. Sejauh mana orang-orang itu agresif dan kompetitif, bukan bersantai. 7) Kemantapan. Sejauh mana kegiatan organisasi menekanka dipertahankannya status quo sebagai lawan dari pertumbuhan atau inovasi. d. Nilai-nilai dalam Budaya Organisasi Menurut Sigit (2003) nilai adalah keyakinan yang bertahan lama mengenai suatu yang dianggap berharga, penting, mempunyai arti, diinginkan, dan diprioritaskan sehingga diperjuangkan untuk direalisasikan. Menurut Hofstede yang dikutip Wutun (2004), nilai-nilai yang terbentuk di dalam organisasi kerja, sumbernya dari masyarakat yang kemudian dibawa ke dalam organisasi ketika seseorang menjadi anggota organisasi tertentu. Nilai-nilai dari suatu masyarakat diyakini dominan mempengaruhi budaya perusahaan tempat organisasi berbeda. Nilai terbentuk mulai dari keluarga social, sekolah, dan universitas. Nilai-nilai budaya merupakan gejala kolektif dan lebih mencerminkan gejala komunitas. Hofstede juga menyimpulkan bahwa nilai-nilai para pendiri dan pemimpin kunci membentuk budaya perusahaan. Menurut Tjitra (2007), untuk mencapai keberhasilan yang permanen, organisasi perlu membangun core values yang membentuk budaya organisasi. Nilai-nilai ini akan memotivasi setiap orang dalam organisasi, berfungsi
  • 32. 18 memperjelas alas an organisasi untuk bertindak dan melakukan sesuatu. Nilai inti ini juga menjadi ukuran dalam menentukan prioritas dalam pengambilan keputusan dan menjadi pedoman perilaku anggota organisasi. Menurut Majer (2006) adalah menjadi hal yang penting menemukan nilai- nilai yang merupakan nilai inti seluruh angota organisasi untuk dihayati. Tidak ada batsan jumlah nilai yang dianut suatu organisasi, namun mempunyai terlalu banyak nilai sama seperti mengabdi kepada terlalu banyak tuan. Nilai-nilai yang dipegang teguh oleh anggota organisasi akan membentuk keyakinan dan sikap anggota yang pada gilirannya akan menentukan bagaimana mereka berperilaku. 3. Pengembangan Karir a. Pengertian Pengembangan Karir Suatu karir mencerminkan perkembangan para anggota organisasi (karyawan) secara individu dalam jenjang jabatan atau kepangkatan yang dapat dicapai selama masa kerja dalam organisasi yang bersangkutan. Dengan demikian, suatu karir menunjukkan orang-orang pada masing-masing peranan atau status mereka. Karir pada dasarnya merupakan istilah teknis dalam administrasi personalia. Pengembangan karir adalah suatu kesatuan yang terdiri dari unsur-unsur kegiatan formal organisasi dalam mengembangkan pekerjanya dengan tujuan untuk mendapatkan keseimbangan antara karir individu dengan jenjang karir yang ditentukan organisasi atau perusahaan. Setelah melalu suatu analisa jabatan yang ada bagi suatu awal posisi pekerjaan, maka langkah selanjutnya adalah adanya jabatan-jabatan berikutnya yang lebih tinggi. Jadi, salah satu dorongan pekerja
  • 33. 19 bergabung atau bekerja pada suatu perusahaan adalah adanya kesempatan untuk maju dalam bentuk kemajuan atau keberhasilan pengembangan karir sesuai dengan kebutuhan karir. Menurut Robbins (1996)), pengembangan karir adalah suatu yang menunjukkan adanya peningkatan-peningkatan status seseorang dalam suatu organisasi dalam jalur karir yang telah ditetapkan dalam organisasi yang bersangkutan. Gomes (1995), mendefinisikan pengembangan karir berhubungan erat dengan : 1) Perencanaan Karir (Career Planning) Berhubungan dengan bagaimana seseorang merencanakan dan mewujudkan tujuan-tujuan karirnya sendiri. 2) Manajemen Karir (Career Management) Merupakan suatu mekanisme untuk mewujudkan kebutuhan akan sumber daya manusia baik untuk masa kini maupun masa yang akan datang. Secara eksternal, pengembangan karir dapat dipandanga sebagai suatu pendekatan formal yang diambil organisasi guna memastikan bahwa orang-orang dengan kualifikasi pengalaman yang tepat tersedia saat dibutuhkan (Simamora, 2004). Sedangkan menurut Rivai dan Sagala (2009) pengembangan karir adalah proses peningkatan kemampuan kerja individu yang dicapai dalam rangka mencapai karir yang diinginkan. Dapat disimpulkan suatu pemahaman pengembangan karir adalah suatu proses berkesinambungan yang dilalui individu
  • 34. 20 melalui upaya-upaya pribadi dalam rangka mewujudkan tujuan perencanaan karirnya yang disesuaikan dengan kondisi organisasi. b. Teori Tentang Pengembangan Karir Dalam model manajemen karir yang baru, perusahaan berperan melalui Manajemen Karir Organisasional (Organizational Career Management) dissingkat MKO (dalam Felicia, 2006). MKO dapa didefinisikan sebagai aktivitas dan kesempatan organisasi (perusahaan) untuk menjamin agar manajer dan karyawan dapat memenuhi atau lebih memenuhi kebutuhannya dimasa depan. Praktik MKO meliputi perencanaan karir, jalur karir (Career Path), aktivitas pelatihan dan pengembangan, program pengembangan sasaran (target), promosi dari dalam, kebijakan staffing formal, kriteria promosi standar, assessment center, job posting, job matching, career counseling, outplacement counseling, dan mentor-protégé relationship. Prakik-praktik dilakukan secara tepat dengan biaya yang efektif (cost effective) dan dengan mempertimbangkan faktor-faktor, seperti tersedianya tenaga kerja, kondisi keuangan, values manajemen puncak, lingkunagn social ekonomi dan industri, dan strategi bisnis perusahaan. c. Tahap-tahap Pengembangan Karir Dessler (2000) mengemukakan adanya tahap-tahap pengembangan karir yang dilalui individu dalam kehidupan kerjanya, yaitu: 1) Tahap Penjelajahan Tahap ini terjadi pada periode usia 15-24 tahun. Individu secara serius menjelajahi berbagai alternatif kedudukan, berusaha untuk mencocokan
  • 35. 21 alternatif-alternatif ini dengan minat dan kemampuannya, serta mencoba memulai suatu pekerjaannya. 2) Tahap Penetapan a) Subtahap Percobaan Tahap ini berlangsung pada usia 25-30 tahun. Individu menetapkan bidang pilihan yang cocok, dan jika tidak cocok berusaha mengubahnya. b) Subtahap Pemantapan Tahap ini berlangsung pada usia 30-40. Selama periode ini, tujuan kedudukan perusahaan ditetapkan dan perencanaan karir yang lebih eksklusif dijalankan untuk menetapkan urutan bagi pemenuhan tujuan-tujuan tersebut. c) Subtahap krisis pertengahan karir Tahap ini berlangusng pada usia 40-an. Selama periode ini orang sering membuat penilaian baru yang besar atas kemajuan mereka sehubungan dengan ambisi dan tujuan awal karir mereka. 3) Tahap Pemeliharaan Tahap ini terjadi pada periode usia 40-65 tahun. Pada periode ini, individu memelihara tujuannya dalam dunia kerja. 4) Tahap Kemerosotan Tahap ini disebut juga usia pensiun, dimana individu menghadapi prospek harus menerima berkurangnya level kekuasaan dan tanggung jawab. d. Komponen-komponen Pengembangan Karir
  • 36. 22 Menurut Rivai dan Sagala (2009) aspek-aspek yang terdapat dalam pengembangan karir individu adalah : 1) Prestasi Kerja (Job Performance) Merupakan komponen yang paling penting untuk pengembangan karir yang paling penting untuk meningkatkan dan mengembangkan karir seorang karyawan. Kemajuan karir sebagaian besar tergantung atas prestasi kerja yang baik dan etis. Dengan mengetahui hasil atas kinerjanya maka karyawan dapat mengukur kesempatannya terhadap pengembangan karir. Ketika kinerja di bawah standar maka dengan mengabaikan upaya-upaya kea rah pengembangan karir pun biasanya tujuan karir yang paling sederhana pun tidak dapat dicapai. Kemajuan karir umumnya terletak pada kinerja dan prestasi. 2) Pengenalan oleh pihak lain (Exposure) Tahap pengenalan oleh pihak lain maka karyawan yang tidak baik akan mendapatkan peluang yang diperlukan guna mencapai tujuan mereka. Manajer atau atasan memperoleh pengenalan ini terutama melalui kinerja, prestasi kerja, laporan tertulis, presentasi lisan, pekerjaan komite, dan jam- jam yang dihabiskan. 3) Jaringan kerja (Net working) Jaringan kerja berarti problema exposure di luar perusahaan. Mencakup kontak pribadi dan professional. Jaringan tersebut akan sangat bermanfaat bagi karyawan terutama dalam pengembangan karirnya. 4) Pengunduran diri (Resignation)
  • 37. 23 Kesempatan berkarir yang banyak dalam sebuah perusahaan memberikan kesempatan untuk pengembangan karir karyawan, hal ini akan mengurangi tingkat pengunduran diri untuk mengembangkan diri di perusahaan lain (leveraging). 5) Kesetiaan terhadap organisasi (Organization loyalty) Level loyalitas yang rendah merupakan hal yang umum terjadi di kalangan lulusan perguruan tinggi terkini yang disebabkan ekspektasi terlalu tinggi pada perusahaan tempatnya bekerja pertama kali sehingga seringkali menimbulkan kekecewaan. Hal yang sama juga terjadi pada kelompok professional dimana loyalitas pertamanya dipertunjukkan bagi profesi. Untuk mengatasi hal ini sekaligus mengurangi tingkat keluarnya karyawan biasanya perusahaan “membeli” loyalitas karyawan dengan gaji, tunjangan yang tinggi, melakukan praktek-praktek SDM yang efektif seperti perencanaan dan pengembangan karir. Sementara perusahaan lainnya membatasi mobilitas dengan mengikat kontrak nonkompetitif untuk menghambat karyawan bekerja di perusahaan pesaing, biasanya kontrak ini berlaku untuk jangka waktu setahun. 6) Pembimbing dan sponsor (Mentors and sponsors) Adanya pembimbing dan sponsor akan membantu karyawan dalam mengembangkan karirnya. Pembimbing akan memberikan nasihat-nasihat atau saran kepada karyawan dalam upaya pengembangan karirnya, pembimbing berasal dari internal perusahaan. Mentor adalah seseorang di
  • 38. 24 dalam perusahaan yang menciptakan kesempatan untuk pengembangan karirnya. 7) Bawahan yang mempunyai peran kunci (Key subordinate) Atasan yang berhasil memiliki bawahan yang membantu kinerja mereka. Bawahan dapat memiliki pengetahuan dan ketrampilan khusus sehingga atasan dapat belajar darinya, serta membantu atasan melakukan tugas- tugasnya. Bawahan kunci mengumpulkan, menafsirkan informasi, melengkapi ketrampilan atasan mereka dan bekerja secara kooperatif untuk mengembangkan karir atasan mereka. Hal ini juga menguntungkan bagi mereka membuat mereka mendaki tangga karir ketika atasan mereka dipromosikan, serta menerima tugas penting dalam upaya mengembangkan karir mereka. 8) Peluang untuk tumbuh (Growth opportunities) Karyawan hendaknya diberikan kesempatan untuk meningkatkan kemampuannya, misalnya melalui pelatihan-pelatihan, kursus, dan melanjutkan pendidikannya. Hal ini akan memberikan kesempatan karyawan untuk tumbuh dan berkembangn sesuai dengan rencana karirnya. 9) Pengalaman internasional (International experience) Untuk orang-orang yang mendekati posisi operasional atau staf senior, maka pengalaman internasional menjadi peluang pertumbuhan yang sangat penting. Khususnya bagi perusahaan-perusahaandomestik dimana penjualan tinggi berasal dari operasi internasional, juga bagi perusahaan-perusahaan global.
  • 39. 25 4. Self-Efficacy a. Pengertian Self-Efficacy Dalam kehidupan manusia memiliki self-efficacy itu merupakan hal yang sangat penting. Self-efficacy mendorong seseorang untuk memahami secara mendalam atas situasi yang dapat menerangkan tentang mengapa seseorang ada yang mengalami kegagalan dan atau yang berhasil. Dari pengalaman itu, ia akan mampu untuk mengungkapkan self-efficacy, yang menurut Kurniawan (2004) self-eficacy merupakan panduan untuk tindakan, yang telah dikonstruksikan dalam perjalanan pengalaman interaksi sepanjang hidup individu. Self-efficacy yang berasal dari pengalaman tersebut yang akan digunakan untuk memprediksi perilaku orang lain dan memandu perilakunya sendiri. Self-efficacy adalah keyakinan yang dipegang seseorang tentang kemampuannya dan juga hasil yang akan ia peroleh dari kerja kerasnya mempengaruhi cara mereka berperilaku (Bandura, 1977). Dalam teori sosial kognitif, Bandura (1986) menyatakan bahwa self-efficacy ini membantu seseorang dalam menentukan pilihan, usaha mereka untuk maju, kegigihan dan ketekunan yang mereka tunjukkan dalam mengahadapi kesulitan, dan derajat kecemasan atau ketenangan yang mereka alami saat mereka mempertahankan tugas-tugas yang mencakupi kehidupan mereka. Selanjutnya, Bandura (1997) menambahkan bahwa self-efficacy merupakan keyakinan individu bahwa ia dapat menguasai situasi dan memperoleh hasil yang posotif. Di samping itu, Schultz (1994) mendefinisikan self-efficacy sebagai perasaan kita terhadap kecukupan, efisiensi, dan kemampuan kita dalam mengatasi kehidupan.
  • 40. 26 Baron dan Byrne (2000) mengemukakan bahwa self-efficacy merupakan penilaian individu terhadap kemampuan atau kompetensinya untuk melakukan suatu tugas, mencapai suatu tujuan, dan menghasilkan sesuatu. Sedangkan, Feist & Feist (2002) menyatakan bahwa self-efficacy adalah keyakinan individu bahwa mereka memiliki kemampuan dalam mengadakan control terhadap pekerjaan mereka terhadap peristiwa lingkungan mereka sendiri. Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa self- efficacy merupakan keyakinan atau kepercayaan individu terhadap kemampuan yang dimilikinya dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugas-tugas yang ia hadapi, sehingga mampu mengatasi rintangan dan mencapai tujuan yang diharapkannya. b. Klasifikasi Self-Efficacy Secara garis besar, self-efficacy terbagi atas dua bentuk, yaitu self- efficacy yang tinggi dan self-efficacy yang rendah. Dalam mengerjakan suatu tugas, individu yang memiliki self-efficacy yang tinggi akan cenderung memilih terlibat langsung, sementara individu yang memiliki self-efficacy rendah cenderung menghindari tugas tersebut. Individu yang memiliki self-efficacy yang tinggi cenderung mengerjakan suatu tugas tertentu, sekalipun tugas-tugas tersebut merupakan tugas yang sulit. Mereka tidak memandang tugas sebagai suatu ancaman yang harus mereka hindari. Selain itu, mereka mengembangkan minat instrinsik dan ketertarikan yang mendalam terhadap suatu aktivitas, mengembangkan tujuan, dan berkomitmen dalam mencapai tujuan tersebut. Mereka juga meningkatkan usaha
  • 41. 27 mereka dalam mencegah kegagalan yang mungkin timbul. Mereka yang gagal da;am melaksanakan sesuatu, biasanya cepat mendapatkan kembali self-efficacy mereka setelah mengalami kegagalan tersebut (Bandura, 1997). Individu yang memiliki self-efficacy tinggi menganggap kegagalan sebagai akibat dari kurangnya usaha yang keras, pengetahuan, dan ketrampilan. Individu yang ragu akan kemampuan mereka (self-efficacy yang rendah) akan menjauhi tugas-tuga yang sulit karena tugas tersebut dipandang sebagai ancaman bagi mereka. Individu seperti ini memiliki aspires yang rendah serta komitmen yang rendah dalam mencapai tujuan yang mereka pilih atau mereka tetapkan. Ketika menghadapi tugas-tugas yang sulit, mereka sibuk memikirkan kekurangan- kekurangan mereka sendiri, gangguan-gangguan yang mereka hadapi, dan semua hasil yang dapat merugikan mereka. Individu yang memiliki self-efficacy yang rendah tidak berpikir tentang bagaiamana cara yang baik dalam menghadapai tugas-tugas yang sulit. Saat menghadapi tugas yang sulit, mereka mengurangi usaha-usaha mereka dan cepat menyerah. Mereka juga lamban dalam membenahi ataupun mendapatkan kembali self-efficacy mereka ketika mereka menghadapi kegagalan (Bandura, 1997). Dari hal-hal di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa individu yang memiliki self-efficacy tinggi memiliki cirri-ciri sebagai berikut : 1) Dapat menangani secara efektif situasi yang mereka hadapi. 2) Yakin dalam kesuksesan dalam mengatasi rintangan. 3) Ancaman dipandang sebagai suatu tantangan yang tidak perlu dihindari. 4) Gigih dalam berusaha.
  • 42. 28 5) Percaya pada kemampuan diri yang dimiliki. 6) Hanya sedikit menampakan keragu-raguan. 7) Suka mencari situasi baru. Individu yang memiliki self-efficacy rebndah memiliki cirri-ciri sebagai berikut : 1) Lamban dalam membenahi atau mendapatkan kembali self-efficacy ketika menghadapi kegagalan. 2) Tidak yakin dapat mengahdapi rintangan. 3) Ancaman dipandang sebagai suatu yang harus dihindari. 4) Mengurangi usaha dan cepat menyerah. 5) Ragu pada kemampuan diri yang dimiliki. 6) Tidak suka mencari situasi baru. 7) Aspirasi dan komitmen pada tugas lemah. c. Tahap Perkembangan Self-Efficacy Bandura (1997) menyatakan bahwa self-efficacy berkembang secara teratur. Bayi mulai mengembangkan self-efficacy sebagai usaha untuk melatih pengaruh lingkunagn fisik dan social. Mereka mulai mengerti dan belajar mengenai kemampuan dirinya, kecakapan fisik, kemampuan social, dan kecakapan berbahasa yang hamper secara konstan digunakan dan ditujukan pada lingkungan. Awal dari pertumbuhan self-efficacy dipusatkan pada orang tua kemudian dipengaruhi oleh saudara kandung, teman sebaya, dan orang dewasa lainnya.
  • 43. 29 Self efficacy pada masa dewasa meliputi penyesuaian pada masalag perkawinan dan peningkatan karir. Sedangkan self-efficacy pada masa lanjut usia, sulit terbentuk sebab pada masa ini terjadi penurunan mental dan fisik, pension kerja, dan penarikan diri dari lingkunan social. Berdasarkan hal di atas dapt diambil kesimpulan bahwa tahap perkembangan self-efficacy dimuali dari masa bayi, kemudian berkembang hingga masa dewasa sampai pada masa lanjut usia. d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Self-Efficacy Bandura (1997) menyatakan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi self-efficacy pada diri individu antara lain : 1) Budaya Budaya mempengaruhi self-efficacy melalui nilai (values), kepercayaan (beliefs), dan proses pengaturan diri (self-regulatory process) yang tinggi berfungsi sebagai sumber penilaian self-efficacy dan juga sebagai konsekuensi dari keyakinan akan self-efficacy. 2) Gender Perbedaan gender juga berpengaruh terhadap self-efficacy. Hal ini dapat dilihat dari penelitian Banduran (1997) yang menyatakan bahwa wanita lebih efikasinya yang tinggi dalam mengelola perannya. Wanita yang memiliki peran selain sebagai ibu rumah tangga, juga sebagai wanita karisi akan memiliki self-efficacy yang tinggi dibandingkan dengan pria yang bekerja. 3) Sifat dari tuga yang dihadapi
  • 44. 30 Derajat kompleksitas dari kesulitan tugas yang dihadapi oleh individu akan mempengaruhi penilaian individu tersebut terhadap kemampuan dirinya sendiri. Semakin kompleks suatu tugas yang dihadapi oleh individu makan akan semakin rendah individu tersebut menilai kemampuannya. Sebaliknya, jiak individu dihadapkan pada tugas yang mudah dan sederhana maka semakin tinggi individu tersebut menilai kemampuannya. 4) Insentif eksternal Faktor lain yang dapat mempengaruhi self-efficacy individu adalah insentif yang diperolehnya. Bandura menyatakan bahwa salah satu faktor yang dapat meningkatkan self-efficacy adalah competent contingens incentive, yaitu insentif ytang diberikan oleh orang lain yang merefleksikan keberhasilan seseorang. 5) Status atau peran individu dalam lingkungan Individu yang memiliki status yang lebih tinggi akan memperoleh derajat control yang besar sehingga self-efficacy yang dimilikinya juga tinggi. Sedangkan individu yang memiliki status yang lebih rendah akan memiliki control yang lebih kecil sehingga self-efficacy yang dimilikinya juga rendah. 6) Informasi tentang kemampuan diri Individu akan memiliki self-efficacy tinggi, jika ia memperoleh informasi positif menganai dirinya, sementara individu akan memiliki self-efficacy yang rendah, jika ia memperoleh informasi negative mengenai dirinya. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi self-efficacy adalah budaya, gender, sifat dari tuga
  • 45. 31 yang dihadapi, insentif eksternal, status dan peran individu dalam lingkungan, serta informasi tentang kemampuan dirinya. e. Aspek-aspek Self-Efficacy Menurut Bandura (1997) terdapat tiga aspek dari self-efficacy pada diri manusia, yaitu : 1) Tingakatan (Level) Adanya perbedaan self-efficacy yang dihayati oleh masing-masing individu mungkin dikarenakan perbedaan tuntutan yang dihadapi. Tuntutan tugas mempresentasikan bermacam-macam tingkat kesulitan atau kesukaran untuk mencapai performansi optimal. Jika halangan untuk mencapai tuntutan itu sedikit, maka aktivitas lebih mudah untuk dilakukan, sehingga kemudian individu memiliki self-efficacy yang tinggi. 2) Keadaan Umum (Generality) Individu mungkin akan menilai diri merasa yakin melalui bermacam- macam aktivitas atau hanya dalam daerah fungsi tertentu. Keadaan umum bervariasi dalam jumlah dari dimensi-dimensi yang berbeda-beda, diantaranya tingkat kesamaan aktivitas, perasaan dimana kemampuan ditunjukan (tingkah laku, kognitif, afektif), cirri kualitatif situasi, dan karakteristik individu menuju kepada siapa perilaku itu dutujukan. Pengukuran berhubungan dengan daerah aktivitas dan konteks situasi yang menampakkan pola dan tingkat generality yang paling mendasar berkisar tentang apa yang individu susun pada kehidupan mereka. 3) Kekuatan (Strength)
  • 46. 32 Pengalaman memiliki pengaruh terhadap self-efficacy yang diyakini seseorang. Pengalaman yang kemah akan melemahkan keyakinannya pula. Individu yang memiliki keyakinan kuat terhadap kemampuan mereka akan teguh dalam berusaha untuk menyampingkan kesulitan yang diahadapi. 5. Perumusan Model Penelitian dan Hipotesis a. Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kinerja Karyawan Budaya organisasi merupakan persepsi individu atau kelompok dalam organisasi. Menurut Sinaga (2008) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Pengaruh Budaya Organisasi dan Reward Terhadap Kinerja Karyawan PT. SOELONG LAOET Medan”, menyatakan bahwa variabel budaya organisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. Budaya organisasi memiliki peran yang sangat strategis untuk mendorong dan meningkatkan kinerja organisasi pada umumnya, dan khususnya kinerja karyawan yang bekerja di dalam suatu organisasi baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Hasil penelitian Chasanah (2008) yang berjudul “Analisis Pengaruh Empowerment, Self-Efficacy, dan Budaya Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Dalam Meningkatkan Kinerja Karyawan”, menyatakan bahwa terdapat pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja karyawan. Hal tersebut dikarenakan karyawan telah memahami apa sebenarnya yang dimaksud dengan budaya organisasi yang telah diterapkan oleh perusahaan. Budaya organisasi yang ada telah dapat
  • 47. 33 menyentuh semua kalangan, budaya yang ada cenderung telah dikenal oleh para karyawan. Menurut Sudarmadi (2007) berdasarkan survey yang telah dilakukan dengan judul “Analisis Pengaruh Budaya Organisasi dan Gaya Kepemimpinan Terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja Karyawan”, membuktikan bahwa secara signifikan ada pengaruh positif budaya organisasi terhadap kinerja karyawan. Hal ini dapat dilakukan dengan membangun kebiasaan-kebiasaan melalui urutan prioritas dimensi budaya organisasi yang terdiri dari sistem terbuka, orientasi pada proses, orientasi pada karyawan, kontrol yang longgar, bersifat parochial, dan bersifat normatif. Dari uraian diatas maka dapat ditarik hipotesis sebagai berikut : H1 : Budaya organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. b. Pengaruh Pengembangan Karir terhadap Kinerja Karyawan Pengembangan karir merupakan pendekatan formal yang dilakukan organisasi untuk menjamin orang-orang dalam organisasi mempunyai kualifikasi dan kemampuan serta pengalaman yang cocok ketika dibutuhkan. Oleh karena itu, perusahaan perlu mengelola karir dan mengembangkannya dengan baik supaya produktivitas karyawan tetap terjaga dan mampu mendorong karyawan untuk selalu melakukan hal yang terbaik dan menghindari frustasi kerja yang berakibat penurunan kinerja perusahaan. Wibowo (2006) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Pengaruh Peran Kepemimpinan dan Pengembangan Karir Terhadap Komitmen Organisasi
  • 48. 34 Dalam Meningkatkan Kinerja Karyawan”, menyatakan bahwa karyawan yang mempunyai kesempatan yang tinggi meningkatkan karirnya akan merangsang motivasinya untuk bekerja lebih baik. Perusahaan yang mempunyai model yang sistematis dalam pengembangan karir karyawanya akan mempunyai kinerja yang baik. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pengembangan karir yang baik yang diraih karyawan maka kinerjanya akan meningkat atau dengan kata lain pengembangan karir berpengaruh signifikan terhadap karyawan. Hasil penelitian dari Watimena (2007) yang berjudul “Pengaruh Motivasi, Perilaku Pemimpin, Kesempatan Pengembangan Karir Terhadap Kinerja Karyawan Pada Dinas Pendapatan Daerah Kab. Biak Papua”, juga menunjukkan bahwa pengembangan karier berpengaruh terhadap kinerja pegawai, berarti pengembangan karier akan mendorong pegawai untuk mengembangkan diri dan kemampuannya dalam menyelesaikan pekerjaan. Pengembangan karier pegawai perlu dilakukan karena seorang pegawai bekerja dalam suatu perusahaan tidak hanya ingin memperoleh apa yang dipunyai hari ini, tetapi juga mengharapkan ada perubahan, ada kemajuan, ada kesempatan yang diberikan kepadanya untuk maju ke tingkat yang lebih tinggi dan lebih baik. Dari uraian di atas maka dapat ditarik hipotesis sebagai berikut : H2 : Pengambangan karir berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. c. Pengaruh Self-Efficacy terhadap Kinerja Karyawan Kepercayaan terhadap kemampuan diri, keyakinan terhadap keberhasilan yang selalu dicapai membuat seseorang bekerja lebih giat dan selalu
  • 49. 35 menghasilkan yang terbaik. Dengan demikian dapat dikaitkan bahwa self-efficacy dapat meningkatkan kinerja karyawan. Penelitian yang dilakukan oleh Chasanah (2008) yang berjudul “Analisis Pengaruh Empowerment, Self-Efficacy, dan Budaya Organisasi Terhadap Kepuasana Kerja Dalam Meningkatkan Kinerja Karyawan”, membuktikan bahwa self efficacy yang dimiliki oleh karyawan memberikan dukungan terhadap kinerja karyawan. Karena mereka menganggap bahwa pada dasarnya setiap orang pasti memiliki self efficacy, tetapi self efficacy tersebut terbentuk karena dukungan dari perusahaan sehingga karyawan dapat memberikan yang terbaik bagi perusahaan. Uji kausalitas self-efficacy terhadap kinerja menghasilkan nilai positif dan signifikan dapat diterima. Hal ini sesuai dengan hipotesis sebelumnya bahwa self-efficacy berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan (Handayani, 2008) yang berjudul “Dampak Komitmen Organisasi, Self-Efficacy Terhadap Konflik Peran dan Kinerja PT. HM SAMPOERNA Tbk. Di Semarang”. Dari uraian di atas dapa ditarik hipotesis sebagai berikut : H3 : Self-efficacy berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. d. Kerangka Pemikiran Sumber daya manusia merupakan modal atau asset perusahaan yang penting, karena mereka sebagai motor penggerak maju mundurnya perusahaan. Pemberdayaan karyawan secara efektif dan efisien diperlukan demi pencapaian tujuan perusahaan. Faktor-faktor yang dapat mendorong tercapaianya tujuan perusahaan diantaranya budaya organisasi di dalam perusahaan, pengembangan
  • 50. 36 karyawan, self-efficacy karyawan serta kinerja karyawan. Keempat faktor tersebut dapat saling mempengaruhi satu sama lain. Budaya organisasi adalah sarana untuk mencapai tujuan perusahaan, sehingga dengan budaya organisasi dapat memacu kinerja karyawan untuk dapat mencapai tujuan perusahaan. Sehingga dengan tercapainya tujuan perusahaan maka karyawan juga akan merasakan keberhasilan mereka dalam bekerja dan tentunya perusahaan juga akan memberikan tambahan balas jasa kepada para karyawanya. Pengembangan karir juga mempengaruhi kinerja karyawannya. Pengembangan karir adalah bagaimana masing-masing individu merencanakan dan menerapkan tujuan-tujuan karirnya (perencanaan karir) dan bagaimana organisasi merancang dan menerapkan program-program pengembangan karir/manajemen karir agar kinerjanya meningkat. Self-efficacy juga dapat mempengaruhi kinerja karyawannya. Dalam hal ini pengaruhnya adalah berasal dari dalam diri seseorang. Bagaimana seseorang itu memiliki rasa kemampuan dan keyakinan diri terhadap setiap pekerjaan yang telah diberikan sehingga akan lebih meningkatkan kinerjanya. Salah satu ukuran keberhasilan departemen personalia adalah performance atau kinerja karyawan. Sedangkan kinerja karyawan itu sendiri berhubungan dengan tingkah laku karyawan dalam menyelesaikan setiap masalah pekerjaannya. Berdasarkan penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan atau hubungan masing-masing faktor menjadi variabel tertentu. Hubungan ketiga jenis variabel
  • 51. 37 ini dapat digambarkan dalam kerangka pemikiran/model penelitian sebagai berikut : PT. PLN (Persero) APJ Purwokerto Karyawan Budaya Pengembangan Self-Efficacy Variabel Lain Organisasi Karir Kinerja Karyawan Gambar 1. Kerangka Pemikiran Keterangan : :variabel yang diteliti :variabel tidak diteliti
  • 52. 38 III. METODE PENELITIAN DAN TEKNIK ANALISIS DATA A. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah metode survey. Survey dilakukan terhadap seluruh karyawan PT. PLN (Persero) APJ Purwokerto dengan cara menyebar kuesioner. 2. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah karyawan PT. PLN (Persero) APJ Purwokerto secara keseluruhan. 3. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah budaya organisasi, pengembangan kariri, self- efficacy, dan kinerja karyawan PT. PLN (Persero) APJ Purwokerto secara keseluruhan. 4. Metode Pengumpulan Data Data penelitian ini diperoleh dengan cara kuesioner, yaitu dengan cara membagikan pertanyan kepada responden untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan variabel-variabel penelitian yaitu variabel budaya organisasi, pengembangan karir, self-efficacy, dan kinerja karyawan. 5. Sumber Data Data primer, yang berupa hasil jawaban yang diperoleh dari pertanyaan- pertanyaan yang diajukan kepada kuesioner yang dibagikan kepada responden.
  • 53. 39 6. Populasi dan Sampel a. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan PT. PLN (Persero) APJ Purwokerto sebanyak 80 karyawan. b. Sampel Dalam penelitian ini menggunakan metode sensus, yaitu pengambilan jumlah responden diambil dari seluruh anggota populasi (Suparmoko, 1999), jumlah 80 karyawan pada PT. PLN (Persero) APJ Purwokerto. Namum untuk mengantisipasi dalam pengembalian kuesioner, maka menggunakan batas minimum sampel dalam data yang dianalisis. Sampel yang diambil untuk penelitian ini adalah karyawan PT. PLN (Persero) APJ Purwokerto dengan menggunakan metode penentuan besarnya sampel dengan menggunakan metode Slovin dengan rumus sebagai berikut(Umar, 2003: 108): Keterangan : n : Ukuran sampel N : Ukuran populasi E: Presentase kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditoleransi atau yang diinginkan. Dengan menggunakan presentase kelonggaran (5 persen) maka dari populasi sebanyak 80 orang diperoleh ukuran sampel sebesar :
  • 54. 40 66,66 dibulatkan menjadi 67 responden. Untuk menghitung jumlah sampel yang diambil dari masing-masing subpopulasi digunakan teknik stratified random sampling, yaitu ukurang sampel dikalikan dengan populasi masing-masing subpopulasi sebagai berikut : Tabel 1. Proporsi sampel penelitian Sampel Jenis Karyawan Populasi Persentase No. (4) = (2) : 115 x jumlah (1) (2) (3) sampel 1 Fungsional Ahli 12 15 2 Bag. Pemasaran 12 15 dan Niaga 3 Bagian 8 10 Perencanaan 4 Bagian Distribusi 27 33,75 5 Bagian Keuangan 12 15 6 Bagian SDM dan 9 11,25 Administrasi Jumlah 80 100 67 Jadi sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 67 orang karyawan PT. PLN (Persero) APJ Purwokerto. 7. Definisi operasional Variabel a. Variabel kinerja karyawan (Y) 1. Definisi konseptual
  • 55. 41 Kinerja merupakan tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas dan kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Gibson, Invancevich, dan Donnelly, 1997). 2. Definisi operasional Kinerja adalah kemampuan seorang karyawan PT. PLN (Persero) APJ Purwokerto dalam menyelesaikan pekerjaan dan biasanya diukur dengan prestasi yang telah ditetapkan. Indikatornya adalah : 1) Kualitas hasil kerja. 2) Kuantitas hasil kerja. 3) Kesungguhan karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya. 4) Sikap karyawan dalam menyelesaikan pekerjaannya. 5) Daya inisiatif karyawan terhadap pekerjaannya. b. Variabel budaya organisasi(X1) 1. Definisi konseptual Budaya organisasi adalah system makna bersama atau seperangkat karakteristik utama yang dianut oleh anggota-anggotanya, yang membedakan organisasi itu dengan organisasi lain. (Robbins, 2006) 2. Definisi operasional Budaya organisasi merupakan seperangkat karakteristik utama PT. PLN (Persero) APJ Purwokerto yang diatur bersama-sama oleh karyawan, yang secara otomatis menjadi pedoman karyawan dalam berperilaku dan membedakan PT. PLN (Persero) APJ Purwokerto dengan perusahaan lain.
  • 56. 42 Indikatornya adalah : 1) Inovasi dan pengambilan resiko. 2) Perhatian ke rincian. 3) Orientasi hasil. 4) Orientasi tim. 5) Keagresifan. 6) Penuh procedural. c. Variabel pengembangan karir (X2) 1. Definisi konseptual Pengembangan karir berhubungan erat dengan perencanaan karir (career planning) dan manajemen karir (career management). (Gomes, 1995) 2. Definisi operasional Pengembangan karir adalah kelancaran pengembangan karir setiap karyawan PT. PLN (Persero) APJ Purwokerto sesuai dengan kinerjanya. Indikatornya adalah : 1) Career path setiap pekerja harus jelas. 2) Pengembangan karir sejalan dengan kinerja. 3) Terdapat pembeda dalam kecepatan pengembangan karir 4) Kemampuan kepemimpinan pada jabatan tertentu. d. Variabel self-efficacy (X3) 1. Definisi konseptual Self-efficacy adalah salah satu karakteristik personality yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara perilaku dan kinerja (Bandura, 1997).
  • 57. 43 2. Definisi operasional Keyakinan kecenderungan sikap yang dimiliki oleh karyawan PT. PLN (Persero) APJ Purwokerto akan kemampuannya dan keyakinan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya. Indikatornya adalah : 1) Kepercayaan diri karyawan. 2) Tingkat kemampuan karyawan. 3) Tingkat keahlian karyawan. 4) Profesionalisme kerja karyawan. B. Teknik Analisis Data 1. Pengukuran Variabel a. Pengumpulan data pokok dilakukan dengan pemberian kuesioner kepada responden. b. Kuesioner-kuesioner yang digunakan untuk mendukung penelitian ini adalah : 1) Variabel budaya organisasi, menggunakan kuesioner yang dikembangkan oleh Robbins (2006) melalui 7 item pertanyaan. Setiap item diukur dengan menggunakan skala likert yang terdiri dari 5 skala dimana 5 : Sangat Setuju (SS); 4 : Setuju (S); 3 : Netral (N); 2 : Tidak Setuju (TS); 1 : Sangat Tidak Setuju (STS). 2) Variabel pengembangan karir, menggunakan kuesioner yang dikembangkan oleh Gomes (1995) melalui 5 item pertanyaan. Setiap
  • 58. 44 item diukur dengan menggunakan skala likert yang terdiri dari 5 skala. 3) Variabel self-efficacy, menggunakan kuesioner yang dikembangkan oleh Bandura (1997) melalui 4 item pertanyaan. Setiap item diukur dengan menggunakan skala likert yang terdiri dari 5 skala. 4) Variabel kinerja, menggunakan kuesioner dengan 6 item pertanyaa, dan setiap item diukur dengan skala likert yang terdiri dari 5 skala. 2. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian Uji validitas dan reliabilitas yang dilakukan dalam penelitian ini dimaksudkan agar data yang diperoleh dengan cara penyetaraan kuesioner valid dan reliabel. Instrumen dikatakan valid jika mampu mengukur apa yang diingikan dan mempu mengungkapkan data yang diteliti secara tepat. Uji validitas dan reliabilitas, uji ini ditunjuk untuk mengetahui apakah kuesioner yang diajukan layak atau tidak. 1. Uji validitas Untuk menguji validitas kuesioner digunakan rumus korelasi product moment (Sugiyono,2009). Uji validitas ini dilakukan untuk menguji apakah tiap butir pertanyaan yang digunakan dalam penelitian, benar-benar dapat mengungkapkan variabel yang diteliti yaitu dengan cara tiap item pertanyaan dikorelasikan dengan total skornya. ∑ ∑ ∑ r= √ ∑ – ∑ ∑ ∑ Keterangan :
  • 59. 45 r = koefisien korelasi product moment X dan Y X = Jumlah nilai item (skor pertanyaan tiap item) Y = Total nilai item (skor tetap) n = Banyaknya item Dengan level of significant 95%, maka : Jika rhitung rtabel, berarti item tersebut dikatakan valid. Jika rhitung rtabel, berarti item tersebut dikatakan tidak valid. 2. Uji reliabilitas Untuk menguji reliabilitas kuesioner atau pertanyaan digunakan rumus Alpha Cronbach (Sugiyono,2009). ∑ ( )( ) Keterangan : = reliabilitas variabel k = jumlah butir pertanyaan ∑ = jumlah varians butir = varians total Dengan level of significant 95%, maka : Jika rn rtabel, berarti pertanyaan dinyatakan reliabel atau memenuhi syarat reliabilitas. Jika rn rtabel, berarti pertanyaan dinyatakan tidak reliabel atau tidak memenuhi syarat reliabilitas.
  • 60. 46 4. Analisis Jalur Tahap-tahap dalam perhitungan Analisis Jalur (Sitepu, 1994) : a. Identifikasi Substruktur Untuk mengetahui hubungan antar variabel dapat ditunjukkan dengan membuat diagram jalur terdiri dari tiga buah variabel eksogen atau sebab (X1, X2, dan X3) dan sebuah variabel endogen atau akibat (Y). Budaya Organisasi PY 𝜀 (X1) PYX1 rX1X2 Pengembangan Kinerja rX1X3 PYX2 Karir (X2) (Y) rX2X3 Self-Efficacy PYX3 (X3) Gambar 2. Hubungan Struktural antar variabel Xi dan Y b. Untuk mengetahui koefisien korelasi antar variabel menggunakan rumus sebagai berikut : ∑ ∑ ∑ rXiXj = √⟦ ∑ ∑ ⟧⟦ ∑ (∑ ) ⟧ c. Membuat matriks korelasi Setelah nilai-nilai koefisien korelasi tersebut sudah diketahui maka disusun dalam bentuk matriks korelasi yang bentuknya sebagai berikut :
  • 61. 47 Y X1 Xk RY rYX1 ..... rYXk Y rX1X1 ..... rX1Xk X1 ..... rXkXk Xk d. Untuk menghitung matriks invers korelasinya menggunakan rumus : Y X1 Xk CRYY CRYX1 ..... CYXk Y CRX1X1 ..... CRX1Xk X1 ..... CRXkXk Xk e. Untuk menghitung koefisien jalur (PXYi) menggunakan rumus : PYXi = ; i = 1, 2, ...., k Keterangan : PYXi, merupakan koefisien jalur dari variabel X terhadap Y CRyxi, merupakan unsur atau elemen pada baris ke-Y dan kolom ke-Xi dari matriks invers korelasi. f. Menghitung Koefisien Determinasi yang merupakan koefisien yang menyatakan determinasi total dari semua variabel penyebab terhadap variabel akibat : r YX1 R2YX1X2X3 = | | X r YX2 r YX3
  • 62. 48 g. Menghitung Koefisien Pengaruh Variabel Lain Untuk menghitung koefisien pengaruh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model, dapat digunakan rumus (Harun Al Rasyid, 1994): PYE2 = 1 – R2 5. Pengujian Hipotesis a. Pengujian secara keseluruhan Untuk menguji pengaruh persepsi peran, kesempatan berkarir, dan kepuasan kerja secara bersama-sama terhadap kinerja menggunakan rumus pengujian secara keseluruhan, yaitu (Nirwana Sitepu, 1994) : F= ( ) Kriteria pengujian : Ho : PYXi = 0, variabel budaya organisasi, pengembangan karir, dan self- efficacy secara bersama-sama tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan. Ho : PYX1 0, variabel budaya organisasi, pengembangan karir, dan self- efficacy secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan. Dengan derajat kebebasan (df) = (n-k-1) dan tingkat keyakinan 95% ( = 0.05), maka: Ho diterima jika : Ftabel > Fhitung Ho ditolak jika : Ftabel < Fhitung
  • 63. 49 Ho diterima Ho ditolak 0 Ftabel Fhitung Gambar 3. Kurva Uji F Bila nilai uji-F berada di daerah yang diarsir, maka hipotesis nol akan ditolak, dan bila nilai uji-F berada di daerah yang tidak diarsirl ,maka hipotesis nol akan diterima. b. Pengujian secara parsial Untuk menguji pengaruh persepsi peran, kesempatan berkarir, dan kepuasan kerja secara parsial terhadap kinerja menggunakan rumus pengujian uji t, yaitu (Nirwana Sitepu, 1994) : ti = ( ) √ Kriteria pengujian : Ho : PYXi = 0, variabel budaya organisasi, pengembangan karir, dan self- efficacy secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang berarti terhadap kinerja karyawan. Ho : PYX1 0, variabel budaya organisasi, pengembangan karir, dan self- efficacy secara parsial mempunyai pengaruh yang berarti terhadap kinerja karyawan. Dengan derajat kebebasan (df) = (n-k-1) dan tingkat keyakinan 95% ( = 0.05), maka:
  • 64. 50 Ho diterima jika : - ttabel thitung ttabel Ho ditolak jika : - thitung < - ttabel atau thitung > ttabel Daerah Penolakan Daerah Penerimaan Daerah Penolakan H0 H0 H0 -t tabel 0 t tabel Bila nilai uji-t berada di daerah yang diarsir, maka hipotesis nol akan ditolak, dan bila nilai uji-t berada diantara -ttabel dan ttabel ,maka hipotesis nol akan diterima. c. Pengaruh Proporsional Total Koefisien jalur adalah koefisien yang tidak mempunyai satuan (Sitepu, 1994). Oleh karena itu untuk mengetahui variabel bebas yang mempunyai pengaruh paling besar terhadap variabel terikat dilakukan perbandingan nilai proporsional total dari masing-masing variabel bebasnya. Dengan kriteria pengujian sebagai berikut : Ho : Kepuasan kerja bukan merupakan variabel yang mempunyai pengaruh paling besar terhadap kinerja karyawan dibandingkan dengan persepsi peran dan kesempatan berkarir. Ha : Kepuasan kerja merupakan variabel yang mempunyai pengaruh paling besar terhadap kinerja karyawan dibandingkan dengan persepsi peran dan kesempatan berkarir.
  • 65. 51 Kriteria pengujian : Hipotesis kedua diterima jika nilai pengaruh proposional total variabel kepuasan kerja > nilai pengaruh proposional total variabel persepsi peran dan kesempatan berkarir. Hipotesis kedua ditolak jika nilai pengaruh proposional total variabel kepuasan kerja < nilai pengaruh proposional total variabel persepsi peran dan kesempatan berkarir.
  • 66. 52
  • 67. 53 IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Berdirinya Perusahaan Berawal diakhir abad ke-19, perkembangan ketenagalistrikan di Indonesia mulai ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda yang bergerak di bidang pabrik gula dan pabrik teh mendirikan pembangkit listrik untuk keperluan sendiri. Antara tahun 1942-1945 terjadi peralihan pengelolaan perusahaan-perusahaan Belanda tersebut oleh Jepang, setelah Belanda menyerah kepada pasukan tentara Jepang di awal Perang Dunia II. Proses peralihan kekuasaan kembali terjadi di akhir Perang Dunia II pada Agustus 1945, saat Jepang menyerah kepada Sekutu. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh para pemuda dan buruh listrik melalui delegasi Buruh/Pegawai Listrik dan Gas yang bersama-sama dengan pimpinan KNI Pusat berinisiatif menghadap Presiden Soekarno untuk menyerahkan perusahaan-perusahaan tersebut kepada Pemerintah Replubik Indonesia. Pada 27 Oktober 1945, Presiden Soekarno membentuk Jawatan Listrik dan Gas di bawah Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga dengan kapasitas pembangkit tenaga listrik sebesar 157,5 MW. Pada tanggal; 1 Januari 1961, Jawatan Listrik dan Gas diubah menjadi BPU-PLN (Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara) yang bergerak di bidanga listrik, gas, dan kokas yang dibubarkan pada
  • 68. 54 tanggal 1 Januari 1965. Pada saat yang sama dua perusahaan negara yaitu Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebagai pengelola tenaga listrik milik negara dan Perusahaan Gas Negara (PGN) sebagai pengelola gas diresmikan. Pada tahun 1972, sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 17, status Perusahaan Listrik Negara (PLN) ditetapkan sebagai Perusahaan Umum Listrik Negara dan sebagai Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK) dengan tugas menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum. Seiring dengan kebijakan Pemerintah yang memberikan kesempatan kepada sector swasta untuk bergerak dalam bisnis penyediaan listrik, maka sejak tahun 1994 status PLN beralih dari Perusahaan Umum menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) dan juga PKUK dalam menyediakan listrik bagi kepentingan umum hingga sekarang. 2. Visi dan Misi Perusahaan Visi Perusahaan Diakui sebagai Perusahaan Kelas Dunia yang Bertumbuh Kembang, Unggul, dan Terpercaya dengan bertumpu pada Potensi Insani. Misi Perusahaan a. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait, berorientasi pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang saham.
  • 69. 55 b. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat. c. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi. d. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan. Motto Perusahaan “Listrik untuk Kehidupan yang Lebih Baik.” 3. Struktur Organisasi Perusahaan Suatu perusahaan umumnya agar dapat menjalankan kegiatan dengan lancer, tertib, maka diperlukan adanya alat atau sarana yaitu organisasi. Pada hakikatnya perusahaan terdir dari orang-orang yang kegiatannya harus dikoordinasikan yang tercermin dalam sebuah kerangka kerja yang tertib, logis, dan serasi yang saling berhubungan dan kerja sama atas dasar pembagian kerja. Adapun uraian tugas dan tanggungjawab masing-masing jabatan yang terdiri dalam struktur organisasi PT. PLN (Persero) Purwokerto sebagai berikut : a. Manajer Area Pelayanan dan Jaringan Tugas pokok manajer diantaranya : 1) Bertanggung jawab atas pengelolaan usaha secara efisien dan efektif. 2) Menjamin penerimaan hasil penjualan tenaga listrik. 3) Bertanggung jawab atas peningkatan kualitas pelayanan, pelaksanaan pengelolaan Jaringan Tenaga Rendah (JTR),
  • 70. 56 Sambungan Rumah (SR), serta Alat Pembatas dan Pengukur (APP). 4) Bertanggung jawab atas pengelolaan keuangan dan pengelolaan Sumber Daya Manusia dan Administrasi. 5) Membina hubungan kerja, kemitraan, dan komunikasi yang efektif guna menjaga citra perusahaan serta mewujudkan Good Coorporate Governance. Dalam pelaksanaan tugas pokok tersebut, maka Manajer Arer Pelayanan dan Jaringan mempunyai fungsi sebagai berikut : 1) Menyusun perkiraan kebutuhan tenaga listrik. 2) Menyusun dan menerapkan program penjualan tenaga listrik. 3) Menyusun program peningkatan kualitas pelayanan pelanggan. 4) Membantu perkembangan jumlah pelanggan dan jenis tariff. 5) Mengkoordinasi dan mengendalikan pengoperasian JTM, JTR, SR, serta APP. 6) Melaksanakan kegiatan Usaha Kecil dan Koperasi (PUKK). 7) Menangani permasalahan hukum yang terjadi di lingkungan area. 8) Melaksanakan pengelolaan sumber daya manusia, keuangan, dan administarsi. 9) Membuat evaluasi secara berkala terhadap kegiatan pengelolaan pemasaran, niaga, distribusi, keuangan, sumber daya manusia, serta adiministrasi.
  • 71. 57 10) Melaporkan kegiatan yang berhubungan dengan tugas pokok sesuai dengan prosedur yang diterapkan. b. Asisten Manajer Pemasaran Tugas pokok Asisten Manajer Pemasaran diantaranya: 1) Bertanggung jawab atas kajian penetapan harga listrik. 2) Bertanggung jawab atas perkiraan kebutuhan tenaga listrik. 3) Bertanggung jawab atas usulan pengembangan produk dan jasa baru. 4) Bertanggung jawab atas penyusunan potensi pasar, petunjuk pelaksanaan segementasi pasar dan promosi, peneraan, humas, dan penyuluhan. Di dalam melaksanakan tugas pokok tersebut, maka Asisten Manajer Pemasaran mempunyai fungsi diantaranya: 1) Memberi masukan unyuk pendapatan harga listrik. 2) Menyusun perkiraan kebutuhan energy. 3) Membuat usulan pengembangan produk dan jasa, dan melaksanakan riset pasar. 4) Menyusun metode dan melaksanakan segmentasi pasar. 5) Menyusun metode dan petunjuk pelaksanaan promosi. 6) Mengelola peneraan dan pengujian peralatan distribusi. 7) Melaksanakan kegiatan kehumasan dan penyuluhan ketenagalistrikan dan prosedur pelayanan kepada pelanggan atau masyarakat.