1. Tonsilitis
Tonsillitis adalah suatu peradangan pada tonsil (atau biasa disebut amandel) yang dapat
disebabkan oleh berbagai faktor, namun hampir 50% kasus tonsilitis adalah karana infeksi.
Tonsilitis akut sering dialami oleh anak dengan insidensi tertinggi pada usia 5-6 tahun, dan juga
pada orang dewasa di atas usia 50 tahun. Seseorang terpredisposisi menderita tonsillitis jika
memiliki resistensi yang rendah, memiliki tonsil dengan kondisi tidak menguntungkan akibat
tonsilitis berulang sebelumnya, sebagai bagian dari radang tenggorok (faringitis) secara umum,
atau sekunder terhadap infeksi virus (biasanya adenovirus yang menyebabkan tonsil menjadi
mudah diinvasi bakteri).
Manifestasi klinik yang mungkin timbul pada tonsilitis sangat bervariasi untuk tiap penderita,
diantaranya rasa mengganjal atau kering di tenggorokan, nyeri tenggorok (sore throat) rasa haus,
malaise, demam, menggigil, nyeri menelan (odinofagia), gangguan menelan (disfagia), nyeri
yang menyebar ke telinga, pembengkakan kelenjar getah bening regional, perubahan suara, nyeri
kepala, ataupun nyeri pada bagian punggung dan lengan.
Diagnosis dari tonsilitis akut atau berulang ditegakkan terutama berdasarkan manifestasi klinis.
Meskipun demikian prosedur kultur dan resistensi bakterial sangat dianjurkan. Hal ini berkaitan
dengan ditemukannya jenis bakteri Streptokokus beta hemolitikus grup A pada 40% kasus, di
mana tonsilitis yang terjadi sekunder terhadap bakteri ini dapat menimbulkan berbagai
komplikasi yang cukup berat. Jenis bakteri lain yang juga dapat ditemukan, antara lain:
streptokokus alfa dan gama, difteroid, stafilokokus aureus, dan haemofilus influenza. Di samping
itu bakteri anaerob juga telah ditemukan pada permukaan dan poros tonsil, terutama grup
bakteroides melaninogenikus.
Meskipun kebanyakan kasus tonsilitis dapat sembuh dengan penanganan konvensional, seperti
istirahat (bedrest), asupan makanan yang baik, penurun panas (antipiretik), di mana tanpa
pemberian antibiotik, tonsilitis biasanya berlangsung selama kurang lebih 1 minggu. Adapun
pemberian antibiotik dalam kasus seperti ini, umumnya ditujukan untuk mengurangi episode
penyakit dan lamanya gejala yang diderita seperti nyeri tenggorok, demam, nyeri kepala, ataupun
pembengkakan kelenjar getah bening. Antibiotika sendiri menjadi indikasi jika pada
pemeriksaan kultur dan resistensi ditemukan bakteri Streptokokus beta hemolitikus grup A,
dengan tujuan mengeradikasi kuman dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
Beberapa komplikasi yang mungkin timbul akibat tonsillitis akut atau berulang, di antaranya:
1. Abses peritonsilar (quinsy) : Biasanya timbul pada pasien dengan tonsillitis berulang atau
kronis yang tidak mendapat terapi yang adekuat.
2. Abses parafaringeal : Timbul jika infeksi atau pus (cairan abses) mengalir dari tonsil atau
abses peritonsilar melalui otot konstriktor superior, sehingga formasi abses terbentuk di antara
otot ini dan fascia servikalis profunda. Komplikasi ini berbahaya karena terdapat pada area di
mana pembuluh darah besar berada dan menimbulkan komplikasi serius.
3. Abses retrofaringeal : Keadaan ini biasanya disertai sesak nafas (dyspnea), ganggaun
menelan, dan benjolan pada dinding posterior tenggorok, dan bisa menjadi sangat berbahaya bila
abses menyebar ke bawah ke arah mediastinum dan paru-paru.
4. Adenitis servikalis supuratif
5. Tonsilolith : Tonsilolith adalah kalkulus di tonsil akibat deposisi kalsium, magnesium
karbonat, fosfat, dan debris pada kripta tonsil membentuk benjolan keras. Biasanya
menyebabkan ketidaknyamanan, bau mulut, dan ulserasi (ulkus bernanah).
6. Kista tonsil : Umumnya muncul sebagai pembengkakan pada tonsil berwarna putih atau
2. kekuningan sebagai akibat terperangkapnya debris pada kripta tonsil oleh jaringan fibrosa.
7. Komplikasi sistemik : Kebanyakan komplikasi sistemik terjadi akibat infeksi Streptokokus
beta hemolitikus grup A. Di antaranya: radang ginjal akut (acute glomerulonephritis), demam
rematik, dan bakterial endokarditis yang dapat menimbulkan lesi pada katup jantung.
Penanganan tonsillitis bisa sangat bervariasi tergantung dari perjalanan penyakitnya sendiri,
mulai dari penanganan konvensional hingga tindakan pembedahan seperti tonsilektomi dan
adenoidektomi. Jika pun keputusan pembedahan yang diambil, maka harus berdasarkan indikasi
yang jelas dan telah mempertimbangkan cost/benefit ratio dari tindakan tersebut, selain itu telah
diperhitungkan komplikasi yang mungkin terjadi. Beberapa indikasi untuk
tonsilektomi/adenoidektomi antara lain: tonsillitis rekuren atau kronis dengan kriteria yang telah
ditentukan, difteria yang tidak berespon terhadap terapi medikamentosa, demam rematik,
tonsillitis yang berkaitan dengan infeksi telinga tengah atau sinusitis maksilaris, formasi abses,
obstruksi jalan napas, dugaan keganasan tonsil, dan lain sebagainya.
Diposkan oleh IMAM MEGANTARA di 10:23
Label: Faringologi/Laringologi
A. DEFINISI TONSILITIS
Tonsilitis akut adalah peradangan pada tonsil yang masih bersifat ringan. Radang tonsil
pada anak hampir selalu melibatkan organ sekitarnya sehingga infeksi pada faring
biasanya juga mengenai tonsil sehingga disebut sebagai tonsilofaringitis. ( Ngastiyah,1997 )
B. ETIOLOGI TONSILITIS
Penyebab tonsilitis bermacam – macam, diantaranya adalah yang tersebut dibawah ini
yaitu :
1. Streptokokus Beta Hemolitikus
2. Streptokokus Viridans
3. Streptokokus Piogenes
4. Virus Influenza
Infeksi ini menular melalui kontak dari sekret hidung dan ludah (droplet infections)
C. PROSES PATOLOGI TONSILITIS
Bakteri dan virus masuk masuk dalam tubuh melalui saluran nafas bagian atas, akan
menyebabkan infeksi pada hidung atau faring kemudian menyebar melalui sistem limfa ke
tonsil.
Adanya bakteri dan virus patogen pada tonsil menyebabkan terjadinya proses inflamasi
dan infeksi sehingga tonsil membesar dan dapat menghambat keluar masuknya udara.
3. Infeksi juga dapat mengakibatkan kemerahan dan edema pada faring serta ditemukannya
eksudat berwarna putih keabuan pada tonsil sehingga menyebabkan timbulnya sakit
tenggorokan, nyeri telan, demam tinggi bau mulut serta otalgia.
D. PATHWAYS TONSILITIS
1. Download Pathway Tonsilitis
E. MANIFESTASI KLINIS TONSILITIS
Tanda dan gejala tonsilitis akut adalah :
1. Nyeri tenggorok
2. Nyeri telan
3. Sulit menelan
4. Demam
5. Mual
6. Anoreksia
7. Kelenjar limfa leher membengkak
8. Faring hiperemis
9. Edema faring
10. Pembesaran tonsil
11. Tonsil hiperemia
12. Mulut berbau
13. Otalgia (sakit di telinga)
14. Malaise
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG TONSILITIS
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk memperkuat diagnosa tonsilitis akut
adalah pemeriksaan laboratorium meliputi :
1. Leukosit : terjadi peningkatan
2. Hemoglobin : terjadi penurunan
3. Usap tonsil untuk pemeriksaan kultur bakteri dan tes sensitifitas obat
G. KOMPLIKASI TONSILITIS
Komplikasi yang dapat muncul bila tonsilitis akut tidak tertangani dengan baik adalah :
1. Tonsilitis kronis
2. Otitis media
H. PENATALAKSANAAN TONSILITIS
Penanganan pada klien dengan tonsilitis akut adalah :
4. 1. Penatalaksanaan medis
1. Antibiotik baik injeksi maupun oral seperti cefotaxim, penisilin, amoksisilin,
eritromisin dll
2. Antipiretik untuk menurunkan demam seperti parasetamol, ibuprofen.
3. Analgesik untuk meredakan nyeri
2. Penatalaksanaan keperawatan
1. Kompres dengan air hangat
2. Istirahat yang cukup
3. Pemberian cairan adekuat, perbanyak minum hangat
4. Kumur dengan air hangat
5. Pemberian diit cair atau lunak sesuai kondisi pasien
I. FOKUS PENGKAJIAN ASKEP TONSILITIS
1. Keluhan utama
1. Sakit tenggorokan, nyeri telan, demam dll
2. Riwayat penyakit sekarang : serangan, karakteristik, insiden, perkembangan, efek
terapi dll
3. Riwayat kesehatan lalu
1. Riwayat kelahiran
2. Riwayat imunisasi
3. Penyakit yang pernah diderita ( faringitis berulang, ISPA, otitis media )
4. Riwayat hospitalisasi
4. Pengkajian umum
1. Usia, tingkat kesadaran, antopometri, tanda – tanda vital dll
5. Pernafasan
1. Kesulitan bernafas, batuk
2. Ukuran besarnya tonsil dinyatakan dengan :
1. T0 : bila sudah dioperasi
2. T1 : ukuran yang normal ada
3. T2 : pembesaran tonsil tidak sampai garis tengah
4. T3 : pembesaran mencapai garis tengah
5. T4 : pembesaran melewati garis tengah
6. Nutrisi
1. Sakit tenggorokan, nyeri telan, nafsu makan menurun, menolak makan dan
minum, turgor kurang
7. Aktifitas / istirahat
1. Anak tampak lemah, letargi, iritabel, malaise
8. Keamanan / kenyamanan
1. Kecemasan anak terhadap hospitalisasi
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN dan FOKUS INTERVENSI KEPERAWATAN
TONSILITIS
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada Tonsilitis akut adalah :
5. 1. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi pada faring dan tonsil
1. Intervensi Keperawatan :
1. Pantau suhu tubuh anak ( derajat dan pola ), perhatikan menggigil
atau tidak
2. Pantau suhu lingkungan
3. Batasi penggunaan linen, pakaian yang dikenakan klien
4. Berikan kompres hangat
5. Berikan cairan yang banyak ( 1500 – 2000 cc/hari )
6. Kolaborasi pemberian antipiretik
2. Nyeri berhubungan dengan pembengkakan pada tonsil
1. Intervensi Keperawatan:
1. Pantau nyeri klien(skala, intensitas, kedalaman, frekuensi)
2. Kaji Tanda-tanda Vital
3. Berikan posisi yang nyaman
4. Berikan tehnik relaksasi dengan tarik nafas panjang melalui hidung
dan mengeluarkannya pelan – pelan melalui mulut
5. Berikan tehnik distraksi untuk mengalihkan perhatian anak
6. Kolaborasi pemberian analgetik
3. Resiko perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan adanya anoreksia
1. Intervensi Keperawatan :
1. Kaji conjungtiva, sclera, turgor kulit
2. Timbang BB tiap hari
3. Berikan makanan dalam keadaan hangat
4. Berikan makanan dalam porsi sedikit tapi seringsajikan makanan
dalam bentuk yang menarik
5. Tingkatkan kenyamanan lingkungan saat makan
6. Kolaborasi pemberian vitamin penambah nafsu makan
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
1. Intervensi Keperawatan :
1. Kaji kemampuan klien dalam melakukan aktifitas
2. Observasi adanya kelelahan dalam melakukan aktifitas
3. Monitor Tanda-tanda Vital sebelum, selama dan sesudah melakukan
aktifitas
4. Berikan lingkungan yang tenang
5. Tingkatkan aktifitas sesuai toleransi klien
5. Gangguan persepsi sensori : pendengaran berhubungan dengan adanya obstruksi
pada tuba eustakii
1. Intervensi Keperawatan:
1. Kaji ulang gangguan pendengaran yang dialami klien
2. Lakukan irigasi telinga
3. Berbicaralah dengan jelas dan pelan
4. Gunakan papan tulis / kertas untuk berkomunikasi jika terdapat
kesulitan dalam berkomunikasi
5. Kolaborasi pemeriksaan audiometri
6. Kolaborasi pemberian tetes telinga
6. Dalam keadaan normal, sebagai virus dan bakteri memasuki tubuh melalui hidung dan mulut,
mereka disaring di amandel. Amandel bekerja dengan mengelilingi mereka dengan sel darah
putih yang menyebabkan tubuh untuk mengembangkan demam yang dapat menjadi sangat tinggi
pada anak-anak. Jika infeksi menjadi serius, amandel akan mengobarkan dan menjadi
menyakitkan. Infeksi juga dapat hadir di tenggorokan dan daerah sekitarnya, menyebabkan
radang faring. Ini adalah daerah di bagian belakang tenggorokan yang terletak di antara kotak
suara dan tonsil.
Tonsilitis dapat disebabkan oleh Grup A''''bakteri streptokokus, mengakibatkan radang
tenggorokan. atau adenovirus.
Meskipun tonsilitis dikaitkan dengan infeksi, saat ini belum diketahui apakah gejala
pembengkakan dan lainnya disebabkan oleh agen infeksi sendiri, atau oleh respon kekebalan
host terhadap agen ini. Tonsilitis dapat hasil dari respon imun yang menyimpang terhadap flora
bakteri normal nasofaring.
Virus yang menyebabkan radang amandel sering orang-orang yang sering mempengaruhi sistem
pernafasan atau nafas. Kebanyakan kasus disebabkan oleh virus dan hanya akan membutuhkan
pengobatan obat sakit tenggorokan yang dapat dibeli di atas meja. Bakteri-menyebabkan
tonsilitis, bagaimanapun, adalah diobati dengan obat antibiotik diresepkan untuk mengurangi
risiko komplikasi lebih lanjut. Tonsilitis yang paling sering mempengaruhi anak-anak yang
amandel bertanggung jawab untuk memerangi infeksi. Hal ini juga berlaku karena seperti yang
kita usia, amandel kita menjadi kurang aktif. Kasus yang jarang terjadi telah didiagnosa dengan
jamur atau parasit menjadi penyebabnya. Hal ini umumnya terjadi pada orang dengan sistem
kekebalan yang lemah.
Tidak ada penelitian yang menyatakan bahwa merokok menyebabkan tonsilitis, namun diterima
secara luas bahwa merokok melemahkan sistem kekebalan tubuh. Juga, anak-anak dan orang
dewasa yang tinggal di lingkungan yang rawan asap dapat terkena faktor-faktor yang dapat
mengakibatkan tonsilektomi.