Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai HIV/AIDS, termasuk penjelasan tentang HIV dan AIDS, gejala, penyebab, cara penularan, tes diagnostik seperti tes HIV dan CD4, serta pencegahan HIV/AIDS.
1. (LENGKAP) KUMPULAN TANYA JAWAB PENYAKIT
AIDS DAN HIV / ODHA INDONESIA : Pengertian AIDS,
Makalah AIDS, Diagnosa/Ciri-ciri & Gejala, Penyebab &
Pencegahan AIDS, Cara penularan, Tes Laboratorium HIV
CD4 dan CD8 (Normal,NAIK/TURUN), dll
HIV (Human Immunodeficiency Virus)
adalah virus penyebab AIDS atau virus yang melemahkan sistem kekebalan tubuh (sel
darah putih) sedangkan istilah AIDS(Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah
kumpulan beberapa gejala akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan
oleh HIV.
Apakah tes HIV?
Tes HIV merupakan pengujian untuk mengetahui apakah HIV ada dalam tubuh seseorang. Tes
HIV yang umumnya digunakan adalah yang mendeteksi antibodi yang diproduksi oleh sistem
kekebalan tubuh dalam merespons HIV, karena antibodi itu lebih mudah (dan lebih murah)
dideteksi dibanding pendeteksian virus itu sendiri. Antibodi diproduksi oleh sistem kekebalan
tubuh dalam merespons suatu infeksi.
Bagi sebagian besar orang, antibodi tersebut memerlukan waktu tiga bulan untuk berkembang.
Dalam beberapa kasus yang jarang terjadi, antibodi ini perlu sampai enam bulan untuk
berkembang.
Setelah kemungkinan terpapar, berapa lamakah saya harus menunggu sebelum
menjalani tes HIV?
Hendaknya anda menunggu tiga bulan setelah terpapar sebelum dites HIV. Walaupun tes
antibodi HIV sangat sensitif, ada “periode jendela” selama tiga sampai 12 minggu, yang
merupakan periode antara terinfeksi HIV dengan kemunculan antibodi yang dapat dideteksi.
2. Dalam hal tes anti HIV paling sensitif yang saat ini direkomendasikan, ?periode jendela?-nya
adalah sekitar tiga minggu. Periode ini bisa saja lebih lama bila tes yang kurang sensitif yang
digunakan.
Selama “periode jendela”, orang yang terinfeksi HIV tidak memiliki antibodi yang dapat
dideteksi oleh tes HIV dalam darahnya. Kendatipun demikian, seseorang mungkin sudah
memiliki HIV dalam kadar tinggi dalam cairan tubuhnya seperti darah, cairan semen, cairan
vagina, dan ASI. HIV dapat ditularkan ke orang lain selama “periode jendela” ini, walau tes HIV
mungkin saja tidak menunjukkan bahwa anda tidak terinfeksi HIV.
Di mana saya dapat menjalani tes/ pemeriksaan?
Banyak tempat di mana anda dapat dites HIV: di kantor praktek dokter swasta, departemen
kesehatan setempat, rumah sakit, klinik keluarga berencana, dan tempat-tempat yang secara
khusus dibangun untuk pengetesan HIV. Cobalah untuk mencari tahu tentang tes di tempat
dimana konseling HIV/AIDS diberikan.
Apa artinya bila tes HIV saya hasilnya negatif?
Hasil tes yang negatif berarti bahwa di dalam darah anda, tidak terdapat antibodi HIV saat Anda
melakukan tes. Bila anda negatif, pastikan bahwa anda tetap seperti itu: pelajari berbagai fakta
mengenai penularan HIV dan hindarkan diri agar tidak terjerumus dalam perilaku yang tidak
aman.
Kendatipun demikian, masih terdapat kemungkinan terinfeksi, karena sistem kekebalan tubuh
memerlukan waktu sampai tiga bulan untuk memproduksi antibodi dalam jumlah yang cukup
untuk mengindikasikan infeksi dalam tes darah anda. Sangat disarankan untuk melakukan tes
ulang beberapa waktu setelah tes pertama itu, dan seraya menunggunya, anda bersifat waspada.
Selama “periode jendela” sangat besar kemungkinan seseorang untuk menularkan, dan
karenanya, anda hendaknya melakukan berbagai upaya untuk mencegah kemungkinan terjadinya
penularan.
Apakah CD4 itu ?
CD 4 adalah sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel-sel
darah putih manusia, terutama sel-sel limfosit. CD 4 pada orang dengan
sistem kekebalan yang menurun menjadi sangat penting, karena
berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh manusia menunjukkan berkurangnya
sel-sel darah putih atau limfosit yang seharusnya berperan dalam memerangi
infeksi yang masuk ke tubuh manusia. Pada orang dengan sistem kekebalan
yang baik, nilai CD4 berkisar antara 1400-1500. Sedangkan pada orang
dengan sistem kekebalan yang terganggu (misal pada orang yang terinfeksi
HIV) nilai CD 4 semakin lama akan semakin menurun (bahkan pada
beberapa kasus bisa sampai nol)
3. Apa fungsi sel CD4 ini sebenarnya ?
Sel yang mempunyai marker CD4 di permukaannya berfungsi untuk
melawan berbagai macam infeksi. Di sekitar kita banyak sekali infeksi yang
beredar, entah itu berada dalam udara, makanan ataupun minuman. Namun
kita tidak setiap saat menjadi sakit, karena CD4 masih bisa berfungsi dengan
baik untuk melawan infeksi ini. Jika CD4 berkurang, mikroorganisme yang
patogen di sekitar kita tadi akan dengan mudah masuk ke tubuh kita dan
menimbulkan penyakit pada tubuh manusia.
Sumber : http://www.completecircle.net/gettoknow/tanya-jawab-seputar-hiv-aids/
Apa Tes CD4 Itu?
Contoh kecil darah kita diambil. Darah ini dites untuk menghitung beberapa tipe sel. Jumlah sel
CD4 tidak langsung diukur. Malahan, laboratorium membuat hitungan berdasarkan jumlah sel
darah putih. Oleh karena itu, jumlah CD4 yang dilaporkan oleh tes CD4 tidak persis.
Karena jumlah CD4 penting untuk menunjukkan kekuatan sistem kekebalan tubuh, diusulkan
kita melakukan tes CD4 setiap 3-4 bulan.
Faktor Apa yang Mempengaruhi Jumlah CD4?
Hasil tes dapat berubah-ubah, tergantung pada jam berapa contoh darah diambil, kelelahan, dan
stres. Sebaiknya contoh darah kita diambil pada jam yang sama setiap kali dites CD4, dan juga
selalu memakai laboratorium yang sama.
Infeksi lain dapat sangat mempengaruhi jumlah CD4. Jika tubuh kita menyerang infeksi, jumlah
sel darah putih (limfosit) naik. Jumlah CD4 juga naik. Vaksinasi dapat berdampak serupa. Kalau
akan melakukan tes CD4, sebaiknya kita menunggu dua minggu setelah pulih dari infeksi atau
setelah vaksinasi.
Bagaimana Hasil Tes CD4 Dilaporkan?
Hasil tes CD4 biasanya dilaporkan sebagai jumlah sel CD4 yang ada dalam satu milimeter kubik
darah (biasanya ditulis mm3). Jumlah CD4 yang normal biasanya berkisar antara 500 dan 1.600.
Jumlah CD4 umumnya menurun perlahan-lahan pada Odha. Namun dalam beberapa kasus,
jumlah CD4 dapat menurun lebih cepat.
Karena jumlah CD4 begitu berubah-ubah, kadang lebih cocok kita lihat persentase sel CD4.
Persentase ini adalah perbandingan dengan limfosit total. Jika hasil tes melaporkan CD4% =
34%, ini berarti 34% limfosit kita adalah sel CD4. Persentase ini lebih stabil dibandingkan
jumlah sel CD4 mutlak. Angka normal berkisar antara 30-60%. Setiap laboratorium mempunyai
kisaran yang berbeda. Belum ada pedoman untuk keputusan pengobatan berdasarkan CD4%,
kecuali untuk anak berusia di bawah empat tahun.
4. Jumlah CD4 mutlak di bawah 200 menunjukkan kerusakan yang berat pada sistem kekebalan
tubuh. Hal ini adalah tanda AIDS pada orang terinfeksi HIV. Sebuah penelitian baru
menunjukkan bahwa CD4% lebih baik meramalkan perkembangan penyakit HIV dibandingkan
CD4 mutlak. Tetapi jumlah CD4 mutlak tetap dipakai untuk menentukan kapan
terapi antiretroviral (ART) sebaiknya dimulai.
Kadang kita juga diusulkan untuk melakukan tes CD8. Namun sama sekali tidak jelas bagaimana
hasil tes CD8 dapat ditafsirkan. Oleh karena itu, tidak ada manfaat mengeluarkan biaya untuk tes
CD8.
Apa Artinya Angka Ini?
Jumlah CD4 adalah ukuran kunci kesehatan sistem kekebalan tubuh. Semakin rendah jumlahnya,
semakin besar kerusakan yang diakibatkan HIV. Jika kita mempunyai jumlah CD4 di bawah
200, atau persentase CD4 di bawah 14%, kita dianggap AIDS, berdasarkan definisi Depkes.
Jumlah CD4 dipakai bersama dengan viral load untuk meramalkan berapa lama kita akan tetap
sehat. Lihat LI 125 untuk informasi lebih lanjut tentang tes viral load.
Jumlah CD4 juga dipakai untuk menunjukkan kapan beberapa macam pengobatan sebaiknya
dimulai.
Kapan mulai ART: Jika jumlah CD4 menurun di bawah 350, sudah waktu mulai
mempertimbangkan ART (lihat LI 403). Beberapa dokter memakai persentase CD4 di bawah
15% sebagai patokan untuk mulai terapi ini, sekali pun jumlah CD4 masih tinggi. Pedoman ART
sering direvisi; cenderung sekarang adalah untuk mulai ART lebih dini, dengan CD4 di bawah
350. Lihat LI 404 untuk informasi mengenai pedoman ART di Indonesia.
Kapan mulai pengobatan untuk mencegah infeksi oportunistik: Sebagian besar dokter
meresepkan obat untuk mencegah infeksi oportunistik pada jumlah CD4 yang berikut:
Di bawah 200: PCP (lihat LI 512)
Di bawah 100: tokso (lihat LI 517) dan kripto (LI 503)
Di bawah 50: MAC (lihat LI 510)
Memantau keberhasilan ART: Umumnya jumlah CD4 akan mulai naik segera setelah kita
mulai ART. Namun kecepatan sangat beragam, dan kadang pelan. Bila jumlah CD4 di bawah 50
waktu kita mulai ART, jumlah CD4 kita mungkin tidak akan meningkat menjadi normal (di atas
500). Yang penting jumlah naik; kita sebaiknya tidak terlalu berfokus pada angka. Sebaliknya,
bila jumlah CD4 mulai menurun lagi setelah naik, mungkin itu adalah tanda bahwa ART kita
mulai gagal, dan mungkin rejimen harus diganti.
Jumlah CD4 yang lebih tinggi adalah lebih baik. Namun, jumlah CD4 yang normal tidak tentu
berarti sistem kekebalan tubuh benar-benar pulih.
Sumber : http://spiritia.or.id/li/bacali.php?lino=124
5. Gimana Sih AIDS Menular?
Di manakah HIV ditemukan?
HIV dapat ditemukan dalam cairan tubuh seperti darah, cairan semen, cairan vagina dan air
susu ibu.
Bagaimanakah HIV ditularkan?
HIV ditularkan melalui seks penetratif (anal atau vaginal) dan oral seks; transfusi darah;
pemakaian jarum suntik terkontaminasi secara bergantian dalam lingkungan perawatan
kesehatan, dan melalui suntikan narkoba; dan melalui ibu ke anak, selama masa
kehamilan, persalinan, dan menyusui.
Penularan Secara Seksual
HIV dapat ditularkan melalui seks penetratif yang tidak terlindungi. Sangat sulit untuk
menentukan kemungkinan terjadinya infeksi melalui hubungan seks, kendatipun demikian
diketahui bahwa risiko infeksi melalui seks vaginal umumnya tinggi. Penularan melalui seks
anal dilaporkan memiliki risiko 10 kali lebih tinggi dari seks vaginal. Seseorang dengan
infeksi menular seksual (IMS) yang tidak diobati, khususnya yang berkaitan dengan tukak/luka
dan duh (cairan yang keluar dari tubuh) memiliki rata-rata 6-10 kali lebih tinggi kemungkinan
untuk menularkan atau terjangkit HIV selama hubungan seksual.
Dalam hal penularan HIV, seks oral dipandang sebagai kegiatan yang rendah risiko. Risiko
dapat meningkat bila terdapat luka atau tukak di sekitar mulut dan jika ejakulasi terjadi di dalam
mulut.
Penularan melalui pemakaian jarum suntik atau semprit secara bergantian
Mempergunakan kembali atau memakai jarum atau semprit secara bergantian merupakan cara
penularan HIV yang sangat efisien. Risiko penularan dapat diturunkan secara berarti di kalangan
pengguna narkoba suntikan dengan penggunaan jarum dan semprit baru yang sekali pakai, atau
dengan melakukan sterilisasi jarum yang tepat sebelum digunakan kembali. Penularan dalam
lingkup perawatan kesehatan dapat dikurangi dengan adanya kepatuhan pekerja pelayanan
kesehatan terhadap Kewaspadaan Universal (Universal Precautions).
Penularan dari Ibu ke Anak (Mother-to-child transmission – MTCT)
HIV dapat ditularkan ke anak selama masa kehamilan, pada proses persalinan, dan saat
menyusui. Pada umumnya, terdapat 15-30% risiko penularan dari ibu ke anak sebelum dan
sesudah kelahiran. Sejumlah faktor dapat mempengaruhi risiko infeksi, khususnya jumlah virus
(viral load) dari ibu pada saat kelahiran (semakin tinggi jumlah virus, semakin tinggi pula
risikonya.). Penularan dari ibu ke anak setelah kelahiran dapat juga terjadi melalui pemberian air
susu ibu.
6. Penularan melalui transfusi darah
Kemungkinan risiko terjangkit HIV melalui transfusi darah dan produk- produk darah yang
terkontaminasi ternyata lebih tinggi (lebih dari 90%). Kendatipun demikian, penerapan standar
keamanan darah menjamin penyediaan darah dan produk- produk darah yang aman, memadai
dan berkualitas baik bagi semua pasien yang memerlukan transfusi. Keamanan darah meliputi
skrining atas semua darah yang didonorkan guna mengecek HIV dan patogen lain yang dibawa
darah, serta pemilihan donor yang cocok.
Bagaimana risiko terkena HIV dari berciuman?
Penularan melalui ciuman di mulut berisiko sangat rendah, dan belum ada bukti bahwa virus
HIV dapat menyebar lewat air ludah karena berciuman.
Bagaimana risiko terkena HIV dari penindikan bagian tubuh (body piercing) atau tato?
Risiko penularan HIV terjadi bila alat yang digunakan terkontaminasi virus HIV dan tidak
disterilkan terlebih dahulu atau digunakan secara bergantian dengan orang lain. Alat yang
digunakan secara disuntikkan pada kulit hendaknya dipakai hanya satu kali, kemudian dibuang
atau dicuci dan disterilkan secara seksama.
Bagaimana risiko terkena HIV dari berbagi alat cukur dengan seseorang yang terinfeksi
HIV?
Segala jenis pelukaan dengan menggunakan benda yang tidak disterilkan, seperti silet atau
pisau, dapat menularkan HIV. Memakai pencukur jenggot secara bergantian hendaknya
dihindarkan, kecuali benda-benda tersebut disterilkan sepenuhnya sebelum digunakan.
Apakah berhubungan seks dengan seseorang penyandang HIV-positif aman dilakukan?
Selalu ada risiko penularan bila berhubungan seks dengan seseorang penyandang HIV-positif.
Risiko dapat dikurangi secara signifikan bila kondom digunakan secara konsisten dan tepat.
Apakah aman bagi dua orang individu yang terinfeksi untuk secara eksklusif berhubungan
seks tanpa perlindungan?
Tidak. Tidaklah aman bagi dua orang yang terinfeksi HIV untuk melakukan hubungan seks yang
tak terlindungi karena adanya kemungkinan infeksi ulang dengan HIV tipe lain, dan
kemungkinan menularnya infeksi menular seksual (IMS). Penggunaan kondom sangat
disarankan ketika kedua pasangan terinfeksi.
Sumber
: http://www.jawaban.com/index.php/health/detail/id/69/news/070723174855/limit/0/Gimana-
Sih-AIDS-Menular
Tanya Jawab Seputar HIV/AIDS
7. Written by dr Okki Ramadian SpPD
Apakah HIV/AIDS?
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus penyebab AIDS atau virus yang
melemahkan sistem kekebalan tubuh (sel darah putih) sedangkan istilah AIDS(Acquired
Immune Deficiency Syndrome) adalah kumpulan beberapa gejala akibat menurunnya
sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh HIV.
Bagaimana Perjalanan infeksi HIV?
1. Masa tertular HIV (0 hari).
2. Periode Jendela (2 minggu – 6 bulan/ 3 bulan pada 95 % kasus). Periode jendela atau
dikenal juga dengan window period adalah masa antara masuknya HIV kedalam tubuh
manusia sampai terbentuknya antibody terhadap HIV atau disebut HIV positif. Masa ini
sudah bisa menularkan HIV kepada orang lain.
3. HIV Positif (3-10 tahun). Pada masa ini, penderita tanpa gejala, tampak sehat dan dapat
beraktifitas biasa.
4. AIDS(1-2 tahun)
Timbulnya infeksi oportunistik.Infeksi yang tidak berbahaya pada orang dengan system
kekebalan tubuh normal tapi dapat berakibat fatal pada orang dengan sistem kekebalan
tubuh lemah akibat diserang HIV.
Siapapun dapat tertular HIV, jika seseorang belum melakukan tes HIV , maka orang
dengan HIV positif tidak mengetahui dirinya sudah tertular HIV.
Menggunakan jarum suntik secara bergantian, tidak streril dan bekas pakai
Transfusi darah yang mengandung HIV
Hubungan seks berganti-ganti pasangan
Dari ibu ke bayi melalui proses : kehamilan,melahirkan dan menyusui.
Gigitan nyamuk atau serangga lain
Bersalaman, berpelukan ataupun ciuman
Berenang dan memakai toilet bersama
Berbagi makanan atau menggunakan alat makan bersama
Terpapar batuk atau bersin.
Testing HIV
Siapa yang bisa tertular HIV ?
Siapapun dapat tertular HIV, jika seseorang belum melakukan tes HIV , maka orang dengan HIV
positif tidak mengetahui dirinya sudah tertular HIV
Dengan cara apa HIV dapat menular?
Menggunakan jarum suntik secara bergantian, tidak streril dan bekas pakai
Transfusi darah yang mengandung HIV
Hubungan seks berganti-ganti pasangan
8. Dari ibu ke bayi melalui proses : kehamilan,melahirkan dan menyusui
Kondisi apa saja HIV tidak menular?
Gigitan nyamuk atau serangga lain
Bersalaman, berpelukan ataupun ciuman
Berenang dan memakai toilet bersama
Berbagi makanan atau menggunakan alat makan bersama
Terpapar batuk atau bersin.
Bagaimana mengetahui status HIV ?
1. pengambilan darah dan pemeriksaan laboratorium disertai konseling pre dan pasca testing
HIV
2. Konseling dan testing HIV sukarela
prinsip tanpa paksaan ,rahasia,tidak dibeda-bedakan serta terjamin kualitasnya.
Manfaat konseling dan testing HIV sukarela , mendapatkan informasi,pelayanan dan
perawatan sesuai kebutuhan masing-masing.Dukungan untuk perubahan perilaku lebih
sehat dan aman dari penularan HIV.
Bagaimana cara mencegah penularan HIV?
A = Anda tidak melakukan seks bebas
B = Bersikap saling setia dengan pasangan
C = Cegah dengan memakai kondom
Stop! Jangan menggunakan narkoba suntik!!
Gunakan selalu jarum suntik yang steril dan baru setiap kali akan melakukan penyuntikan
atau proses lain yang mengakibatkan terjadinya luka
Selalu menerapkan kewaspadaan mengenai seks aman (artinya : hubungan seks yang
tidak memungkinkan tercampurnya cairan kelamin, karena hal ini memungkinkan
penularan HIV)
Perkuat, jaga, dan pertahankan harmonisasi keluarga sebagai ”benteng” pertama dari
pencegahan HIV.
Ada tiga cara:
Abstinensi (atau puasa, tidak melakukan hubungan seks)
Melakukan prinsip monogami yaitu tidak berganti-ganti pasangan dan saling setia kepada
pasangannya
Untuk yang melakukan hubungan seksual yang mengandung risiko, dianjurkan
melakukan seks aman termasuk menggunakan kondom
9. Ada dua hal yang perlu diperhatikan:
Semua alat yang menembus kulit dan darah (jarum suntik, jarum tato, atau pisau cukur)
harus disterilisasi dengan benar
Jangan memakai jarum suntik atau alat yang menembus kulit bergantian dengan orang
lain
Bagaimana tanda-tanda orang menyandang HIV?
tidak ada tanda-tanda khusus yang bisa menandai apakah seseorang telah tertular HIV
Secara umum, tanda-tanda utama yang terlihat pada seseorang yang sudah sampai pada
tahapan AIDS adalah
o Berat badan menurun lebih dari 10% dalam waktu singkat
o Demam tinggi berkepanjangan (lebih dari satu bulan)
o Diare berkepanjangan (lebih dri satu bulan)
Sedangkan gejala-gejala tambahan berupa :
o Batuk berkepanjagan (lebih dari satu bulan)
o Kelainan kulit dan iritasi (gatal)
o Infeksi jamur pada mulut dan kerongkongan
o Pembengkakan kelenjar getah bening di seluruh tubuh, seperti di bawah telinga,
leher, ketiak dan lipatan paha.
Apakah HIV/AIDS dapat disembuhkan?
Layaknya Diabetes Melitus (sakit gula), asma dan hipertensi , HIV/AIDS belum dapat
disembuhkan tetapi dapat dikontrol dengan cara menekan jumlah virus serendah-
rendahnya.
Caranya dengan:
o Selalu berdoa kepada Tuhan
o Hadapi hidup dan kenyataan dengan rasa penuh semangat/optimis
o Pola hidup sehat (pergaulan sehat, olahraga, makan dengan jumlah kalori cukup,
dll)
o Pada kondisi tertentu, dengan minum obat anti virus selama seumur hidup dengan
kepatuhan, rasa tanggung jawab dan disiplin yang tinggi
Apa yang bisa kita lakukan untuk ODHA (Orang Dengan
HIV AIDS)?
Jauhi diskriminasi
Dekati, sayangi dan tumbuhkan rasa percaya diri
mereka
Perkuat barisan keluarga untuk selalu mendukung
mereka
10. Siapa yang dapat saya hubungi tentang informasi tentang HIV/AIDS?
Kelompok Studi Khusus (POKDISUS) AIDS, RSCM, Pokdisus AIDS FKUI/Layanan
Terpadu HIV RSCM
Telp. 021-3162788, faksimili 021-3905250
Sumber
: http://www.jacinetwork.org/index.php?option=com_content&view=article&id=67:tanya-
jawab-seputar-hivaids&catid=42:immunodeficiency–hiv&Itemid=68
PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN DIAGNOSIS
HIV DAN AIDS PADA ANAK
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan assay antibodi dapat mendeteksi antibodi terhadap HIV. Tetapi karena antibodi anti
HIV maternal ditransfer secara pasif selama kehamilan dan dapat dideteksi hingga usia anak 18
bulan, maka adanya hasil antibodi yang positif pada anak kurang dari 18 bulan tidak serta merta
menjadikan seorang anak pasti terinfeksi HIV. Karenanya diperlukan uji laboratorik yang
mampu mendeteksi virus atau komponennya seperti:
assay untuk mendeteksi DNA HIV dari plasma
assay untuk mendeteksi RNA HIV dari plasma
assay untuk mendeteksi antigen p24 Immune Complex Dissociated (ICD)
Teknologi uji virologi masih dianggap mahal dan kompleks untuk negara berkembang.
Real time PCR(RT-PCR) mampu mendeteksi RNA dan DNA HIV, dan saat ini sudah
dipasarkan dengan harga yang jauh lebih murah dari sebelumnya. Assay ICD p24 yang
sudah dikembangkan hingga generasi keempat masih dapat dipergunakan secara terbatas.
Evaluasi dan pemantauan kualitas uji laboratorium harus terus dilakukan untuk kepastian
program. Selain sampel darah lengkap (whole blood) yang sulit diambil pada bayi kecil, saat ini
juga telah dikembangkan di negara tertentu penggunaan dried blood spots (DBS) pada kertas
saring tertentu untuk uji DNA maupun RNA HIV. Tetapi uji ini belum dipergunakan secara luas,
masih terbatas pada penelitian.
Meskipun uji deteksi antibodi tidak dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis definitif HIV
pada anak yang berumur kurang dari 18 bulan, antibodi HIV dapat digunakan untuk
mengeksklusi infeksi HIV, paling dini pada usia 9 sampai 12 bulan pada bayi yang tidak
mendapat ASI atau yang sudah dihentikan pemberian ASI sekurang-kurangnya 6 minggu
sebelum dilakukannya uji antibodi. Dasarnya adalah antibodi maternal akan sudah menghilang
dari tubuh anak pada usia 12 bulan.
Pada anak yang berumur lebih dari 18 bulan uji antibodi termasuk uji cepat (rapid test) dapat
digunakan untuk mendiagnosis infeksi HIV sama seperti orang dewasa.
Pemeriksaan laboratorium lain bersifat melengkapi informasi dan membantu dalam penentuan
stadium serta pemilihan obat ARV. Pada pemeriksaan darah tepi dapat dijumpai anemia,
11. leukositopenia, limfopenia, dan trombositopenia. Hal ini dapat disebabkan oleh efek langsung
HIV pada sel asal, adanya pembentukan autoantibodi terhadap sel asal, atau akibat infeksi
oportunistik.
Jumlah limfosit CD4 menurun dan CD8 meningkat sehingga rasio CD4/CD8 menurun. Fungsi
sel T menurun, dapat dilihat dari menurunnya respons proliferatif sel T terhadap antigen atau
mitogen. Secara in vivo, menurunnya fungsi sel T ini dapat pula dilihat dari adanya anergi kulit
terhadap antigen yang menimbulkan hipersensitivitas tipe lambat. Kadar imunoglobulin
meningkat secara poliklonal. Tetapi meskipun terdapat hipergamaglobulinemia, respons antibodi
spesifik terhadap antigen baru, seperti respons terhadap vaksinasi difteri, tetanus, atau hepatitis B
menurun.
DIAGNOSIS
Anak yang berumur kurang dari 18 bulan
Diagnosis definitif laboratoris infeksi HIV pada anak yang berumur kurang dari 18 bulan hanya
dapat ditegakkan melalui uji virologik. Hasil yang positif memastikan terdapat infeksi HIV.
Tetapi bila akses untuk uji virologik ini terbatas, WHO menganjurkan untuk dilakukan pada usia
6-8 minggu, dimana bayi yang tertular in utero, maupun intra partum dapat tercakup.
Uji virologik yang dilakukan pada usia 48 jam dapat mengidentifikasi bayi yang tertular in utero,
tetapi sensitivitasnya masih sekitar 48%. Bila dilakukan pada usia 4 minggu maka sensitivitasnya
naik menjadi 98%.
Satu hasil positif uji virologik pada usia berapa pun dianggap diagnostik pasti. Meskipun
demikian tetap direkomendasikan untuk melakukan uji ulang pada sampel darah yang berbeda.
Bila tidak mungkin dilakukan dua kali maka harus dipastikan kehandalan laboratorium penguji.
Pada anak yang didiagnosis infeksi HIV hanya dengan satu kali pemeriksaan virologik yang
positif, harus dilakukan uji antibodi anti HIV pada usia lebih dari 18 bulan.
Diagnosis infeksi HIV pada bayi yang mendapat ASI
Bila seorang bayi yang terpapar infeksi HIV mendapat ASI, ia akan terus berisiko tertulari HIV
selama masa pemberian ASI; karenanya uji virologik negatif pada bayi yang terus mendapat ASI
tidak menyingkirkan kemungkinan infeksi HIV. Dianjurkan uji virologik dilakukan setelah bayi
tidak lagi mendapat ASI selama minimal 6 minggu. Bila saat itu bayi sudah berumur 9-18 bulan
saat pemberian ASI dihentikan, uji antibodi dapat dilakukan sebelum uji virologik, karena secara
praktis uji antibodi jauh lebih murah. Bila hasil uji antibodi positif, maka pemeriksaan uji
virologik diperlukan untuk mendiagnosis pasti, meskipun waktu yang pasti anak-anak membuat
antibodi anti HIV pada yang terinfeksi post partum belum diketahui.
Bila uji virologik tidak dapat dilakukan tetapi ada tempat yang mampu memeriksa, semua bayi
kurang dari 12 bulan yang terpapar HIV dan menunjukkan gejala dan tanda infeksi HIV harus
dirujuk untuk uji virologik. Hasil yang positif pada stadium apapun menunjukkan positif infeksi
HIV.
Pada usia 12 bulan, sebagian besar bayi yang terpapar HIV sudah tidak lagi memiliki antibodi
maternal. Hasil uji antibodi yang positif pada usia ini dapat dianggap indikasi tertular (94.5%
seroreversi pada usia 12 bulan; Spesifisitas 96%) dan harus diulang pada usia 18 bulan.
12. Secara umum waktu pendeteksian tidak berbeda, assay DNA dapat mulai diperiksa pada usia 48
jam. Pemakaian ARV pada ibu dan bayinya untuk PMTCT tidak akan mempengaruhi hasilnya.
DNA HIV akan tetap terdeteksi pada sel mononuklear darah tepi anak yang terinfeksi HIV dan
sudah mendapat ARV meskipun hasil assay RNA HIVnya tidak terdeteksi.
Sampai saat ini belum ada data pasti apakah sensitivitas RNA HIV atau assay antigen ICD p24
dipengaruhi oleh profilaksis ARV pada ibu dan bayi. WHO menyatakan bahwa pemeriksaan
RNA tidak berbeda dengan DNA, dalam hal sensitivitas dan spesifisitas, pada bayi yang lahir
mendapat ARV.
Diagnosis infeksi bila ibu minum ARV
Belum diketahui apakah pemakaian ARV pada ibu yang menyusui bayinya dapat mempengaruhi
deteksi RNA HIV atau p24 pada bayi, meskipun sudah dibuktikan uji DNA HIV tidak
terpengaruh.
Anak yang berumur lebih dari 18 bulan
Diagnosis definitif infeksi HIV pada anak yang berumur lebih dari 18 bulan (apakah paparannya
diketahui atau tidak) dapat menggunakan uji antibodi, sesuai proses diagnosis pada orang
dewasa. Konfirmasi hasil yang positif harus mengikuti algoritme standar nasional, paling tidak
menggunakan reagen uji antibodi yang berbeda.
Tidak ada algoritme diagnosis klinis tunggal yang terbukti sangat sensitif atau spesifik untuk
mendiagnosis HIV. Akurasi diagnosis berdasarkan algoritme klinis jarang yang mencapai
sensitifitas 70% dan bervariasi menurut umur; bahkan tidak dapat diandalkan unutk
mendiagnosis infeksi HIV pada bayi yang berumur kurang dari 12 bulan. Uji antibodi anti HIV
(dapat berupa rapid test) dan peningkatan akses untuk uji virologik dini dapat membantu dokter
membuat algoritme diagnostik yang lebih baik. Dalam situasi sulit diperbolehkan menggunakan
dasar klinis untuk memulai pengobatan ARV pada anak kurang dari 18 bulan dan terpapar HIV
yang berada dalam kondisi sakit berat. Penegakan diagnosis berdasarkan gejala klinis yang
dikombinasikan dengan pemeriksaan CD4 atau parameter lain saat ini belum terbukti sebagai
alat diagnosis infeksi HIV.
Untuk bayi dan anak berumur kurang dari 18 bulan yang berada di tempat dimana uji virologik
tidak mungkin dilakukan, terdapat gejala yang sugestif infeksi HIV, diagnosis presumtif ineksi
HIV secara klinis dapat dibuat. Diagnosis infeksi ini dapat menjadi dasar untuk menilai apakah
diperlukan pemberian ARV segera.
Pada anak yang berumur lebih dari 18 bulan dengan gejala dan tanda sugestif infeksi HIV, dapat
digunakan pemeriksaan antibodi untuk menegakkan diagnosis. Diagnosis presumtif pada kondisi
ini tidak dianjurkan karena pemeriksaan antibodi saja dapat digunakan untuk menegakkan
diagnosis. Beberapa kondisi seperti pneumonia pneumositis, kandidiasis esofagus, meningitis
kriptokokus jarang terjadi pada anak yang tidak terinfeksi HIV. Karenanya kondisi klinis seperti
ini menjadi faktor penentu untuk pemeriksaan antibodi anti HIV.
Metode yang direkomendasikan untuk mendiagnosis infeksi HIV pada bayi dan anak
Uji virologik( DNA, RNA, ICD)
Untuk mendiagnosis infeksi pada bayi < 18 bulan ; uji inisial direkomendasi mulai umur
13. 6-8 minggu
A(I)
Uji antibodi anti HIV
Untuk mendiagnosis infeksi HIV pada ibu atau identifikasi paparan pada bayi
A(I)
A(IV)
Untuk mendiagnosis infeksi pada anak > 18 bulan
Untuk mengidentifikasi infeksi HIV pada umur < 18 bulan dengan kemungkinan besar
HIV positif*
Anak kurang dari 18 bulan dengan hasil uji antibodi positif termasuk di antaranya adalah
anak yang benar-benar terinfeksi, dan anak yang tidak terinfeksi tetapi masih membawa
antibodi maternal.