1. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah.
Semua anak adalah anak yang berbakat, mereka mempunyai potensi yang unik bila dibina
dan dikembangkan dengan benar dapat turut memberikan sumbangsih ke dunia ini.
Tantangan besar bagi para orangtua dan pendidik adalah menyingkirkan hambatan yang
menghalangi jalan mereka dalam menggapai impian yang mereka miliki dan meningkatkan
potensi mereka.
Sebuah ungkapan yang sangat menggugah kita, dimana anak merupakan tanggungjawab
kita bersama selaku orangtua, lingkungan masyarakat, sekolah, serta dalam lingkup yang
lebih luas yaitu negara. kebersamaan dalam mencapai satu tujuan sangatlah diperlukan
dalam pembangunan anak bangsa. Mengingat anak merupakan aset negara yang nantinya
ditangan merekalah nasib dari perjalanan sejarah suatu negara dipertaruhkan.
Oleh karena itu, perlu dirumuskan suatu bentuk pendidikan yang mampu menanamkan
kecakapan hidup yang meliputi kecakapan berpikir, kecakapan bertindak, kecakapan
belajar, kecakapan untuk hidup didalam masyarakat dengan bertahap.
Maka dari itu, dengan latar belakang yang demikian akan merugikan anak jika tidak dididik
dan dibina sejak kecil. Maka penulis berkeinginan untuk menuliskan karya ilmiah ini,
disamping itu juga tentunya dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia
sekaligus melatih diri dalam pembuatan karya ilmiah.
B. Rumusan penelitian
Dengan melihat latar belakang seperti diatas, maka penulis membagi rumusan penelitian
kedalam empat pertanyaan sebagai berikut :
1. Bagaimana faktor bawaan dan rangsangan sering berinteraksi ?
2. Apa modal dasar untuk mencetak anak cerdas ?
3. Bagaimana cara meningkatkan potensi belajar anak ?
4. Apa dan berapa banyak kegiatan yang pas bagi anak sesuai tahapan usia ?
C. Tujuan penelitian.
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui interaksi antara faktor bawaan dan rangsangan.
2. Untuk mengetahui modal dasar mencetak anak cerdas.
3. Untuk menjawab cara meningkatkan potensi belajar anak.
4. Untuk mengetahui banyaknya kegiatan yang pas bagi anak sesuai tahapan usia.
D. Manfaat penelitian
Dalam penulisan karya ilmiah ini memiliki manfaat salahsatunya :
1. Bagi orangtua
Diharapkan dengan adanya penulisan ini dapat memberikan informasi kepada orangtua
pada khususnya dan pembaca pada umumnya tentang level motivasi belajar dan bermain
yang dimiliki anak.
2. 2. Bagi institusi pendidikan.
Menerapkan metode pembelajaran guna meningkatkan potensi berpikir kreatif anak
mengatasi kesulitan–kesulitan serta kesalahan konsep dan keterampilan anak dalam
mengembangkan kreatifitas.
3. Bagi mahasiswa
Melatih diri dalam penulisan karya ilmiah dan merupakan bahan masukan sebagai calon
guru.
E. Metode penelitian
Metode yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah :
1. Metode pustaka karena didapat dari perpustakaan yaitu buku yang berhubungan dengan
meningkatkan potensi belajar sebagai akar pendidikan dan penyeimbang kemampuan anak.
2. Metode deskriptif karena penulis menguraikan permasalahan dan pemecahan masalah
yang berlangsung saat itu juga.
3. BAB II
KAJIAN TEORI
Anak merupakan aset terbesar dalam kehidupan ini karena anak yang akan meneruskan
perkembangan dan kemajuan bangsa. Maka harus ada keserasian langkah antara guru dan
orangtua akan memotivasi anak untuk memperbaiki diri.
A. Mengembangkan pola pikir rasional anak.
Menerapkan pola pikir rasional pada anak akan memudahkannya dalam mengembangkan
kemampuan berpikirnya. Seorang anak yang memiliki pola pikir rasional akan senantiasa
mengacu kepada hal yang bersifat sebab-akibat dan sesuai dengan logika berpikir yang
dapat dia terima. Dirinya akan selalu berupaya untuk dapat bertanggung jawab dengan apa
yang dilakukan, karena ia tahu dan punya alasan untuk itu. Yang penting adalah waktu dan
perhatian dari orangtua. Mulailah dengan menanamkan hal-hal yang bersifat rasional sejak
anak sudah dapat berkomunikasi dan bisa menerima apa yang dikatakan oleh orang lain.
Misalnya dengan memberi perhatian mengapa dia harus makan, mandi, atau mengapa dia
harus berbuat baik kepada orang lain. Dengan memiliki pola pikir rasional, seorang anak
akan tumbuh dengan moral dan integritas yang bagus.
Pola pikir rasional juga membentuk anak menjadi lebih kreatif. Proses pembentukan
kreatifitas dapat dimulai sejak berada dalam kandungan. Janin diajak berbicara atau
dipaparkandengan moral dan integritas yang bagus.
Pola pikir rasional juga membentuk anak menjadi lebih kreatif. Proses pembentukan
kreatifitas dapat dimulai sejak berada dalam kandungan. Janin diajak berbicara atau
dipaparkan dengan stimulan tertentu, seperti musik. Stimulan tersebut akan merangsang
perkembangan otak dan kemampuan anak dalam menerima informasi. Untuk
menumbuhkan kreatifitas anak, paling tidak ada beberapa hal yang harus diperhatikan
orangtua, diantaranya adalah kesempatan bermain, kebebasan berekspresi, faktor
lingkungan, dan pengalaman yang didapatnya.
B. Kenali gaya belajar anak.
Hal pertama yang harus diingat orangtua adalah jangan memberi beban pada anak dalam
belajar. Berikan tugas sesuai dengan usia dan tingkat pendidikannya.
Anak punya gaya belajar seunik ibu jari. Tak ada yang benar atau salah dalam gaya belajar
mereka. Mungkin saja anak termasuk dalam kategori kinesthetic learners, lebih mudah
menyerap pelajaran secara learning by doing. Melihat dan mempraktekkan langsung ilmu
yang diperolehnya di sekolah atau gaya audiotory learners, hanya dengan mendengarkan
anak bisa menerima pelajaran yang diterimanya. Mungkin juga bertipe visual learners, anak
bisa menyerap ilmu secara visual, baik dalam bentuk diagram atau gambar. Selain itu ada
juga anak yang dependen dimana dalam belajar ia memiliki ketergantungan pada alat-alat
seperti gambar, alat berhitung dan sebagainya, ada pula anak yang independen, ia bisa
membaca, menguasai, mencerna bahan tanpa alat bantu.
Jika orangtua bisa mengetahui cara atau gaya belajar anak, bukan tak mungkin mereka tak
bisa mengakomodasi keunikan dari tiap-tiap gaya belajar anak tadi. Pada akhirnya,
keterampilan belajarnya menjadi kian sempurna.
4. C. Bijaksana menggunakan Televisi dan Komputer
Sebenarnya kemajuan teknologi diharapkan dapat menunjang tuntutan hidup masa depan
yang mengutamakan gerak kecepatan dan ketepatan penyebaran informasi.
Diperkenalkannya teknologi komputer secara dini seharusnya menjadikan anak terampil
memperoleh dan mengolah informasi. Namun, kenyataannya seringkali berkata lain.
Ada baiknya dikaji kembali, apakah hakikat ideal tersebut diatas telah dilaksanakan selama
ini ? Seandainya belum sepenuhnya, tak perlu ragu melakukan evaluasi. Tetapi seandainya
jauh dari harapan, maka perlu kiranya orangtua mengubah pola kebiasaan sebelum terlanjur
sulit diubah.
Dalam menggunakan televisi dan komputer, anak membutuhkan panduan khusus dari
orangtua yang berperan sebagai pembimbing dan pengarah. Sebagai langkah awal,
orangtua dapat memilihkan acara, menjadwalkan menonton televisi, atau jadwal pemakaian
komputer untuk bermain. Tunjukkan fungsi esensial media-media tersebut. sehingga
penanaman disiplin pada anak-anak berlangsung dengan mudah, nyalakan televisi hanya
pada saat ingin memperoleh informasi penting atau hiburan seperlunya atau beli program
komputer yang dapat menunjang kegiatan belajar anak. Bantu anak mendapatkan gambar
dan tema penting dari media massa. Setelah anak cukup besar, jangan segan-segan
memberi kepercayaan kepadanya, sebab tahap penanaman nilai yang dimulai ketika anak
masih kecil telah mereka lampaui.
Dengan menyiasati pemakaian kedua alat tersebut, pengaruh buruk yang dapat
ditimbulkannya tentu tak perlu ditakuti. Televisi dan komputer dapat menjadi “kawan” yang
tak tergantikan bagi seluruh keluarga di era informasi ini, asal tepat dan tahu saatnya.
5. BAB III
PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis akan menerangkan tentang isi pokok permasalahan karya ilmiah
meningkatkan potensi belajar sebagai alat pendidikan dan penyeimbang kemampuan anak
untuk lebih jelasnya penulis jelaskan ke poin-poin selanjutnya.
A. Interaksi antara faktor bawaan dan rangsangan.
Orang sudah semakin sadar bahwa faktor keturunan dan lingkungan memainkan peran
yang sama pentingnya terhadap kemampuan anak dalam mempelajari sesuatu. Dalam
pengertian yang luas dapat dikatakan bahwa faktor keturunan mempengaruhi sejauh mana
batasan dan potensi anak, sedangkan pengalaman yang didapat dari lingkungan
memungkinkan sejauh mana potensi anak bisa ditampilkan. Sejak awal kehidupan, ada
pengaruh timbal balik antara individu dengan lingkungannya, tapi situasi rumah sangatlah
berperan dalam meningkatkan kecerdasan anak. Situasi rumah mencakup status sosial,
latar belakang pendidikan, dan sikap orangtua serta keadaan ekonomi.
Masyarakat yang mementingkan perkembangan segi-segi intelektualitas, akan memberikan
kemungkinan belajar meningkat berbeda dengan masyarakat yang lebih mengutamakan
aspek kehidupan yang lain. Bila dua tahun pertama dari kehidupan anak diisi dengan
banyak rangsangan kegiatan yang bermanfaat, buku-buku, mainan dan sebagainya, maka
hasil tes terhadap kecakapannya akan lebih baik dibandingkan dengan anak yang tidak
memiliki sarana dan kesempatan untuk belajar dan bermain melalui buku-buku tersebut,
dengan bermain akan memperluas kesempatan anak untuk mengembangkan
kemampuannya, seperti kemampuan berbahasa dan koordinasi tangan dan mata.
Setiap anak akan menunjukkan reaksi yang berbeda, tergantung dari daya serap,
kematangan perkembangan, dan sikapnya sendiri. Hal ini juga berinteraksi dengan sikap
orangtua, orangtua jangan terlalu banyak menuntut anak untuk mempelajari sesuatu dengan
memberikan begitu banyak rangsangan dan variasi dalam kehidupan.
Bagaimanapun, dari dunia yang dihadapi anak. Ia akan memperoleh kesempatan untuk
melatih kemandirian dan mengembangkan kepercayaan diri. Kedua hal inilah yang akan
turut meningkatkan proses belajar anak. Oleh karena itu, anda harus membantunya untuk
mengerti dan memahami apa saja yang terjadi di sekeliling anak.
B. Modal dasar mencetak anak cerdas.
Selama dalam kandungan sampai tahun kedua usia kehidupan anak adalah periode paling
rawan bagi pertumbuhan otak. Anak yang cerdas akan banyak bertanya dan selalu ingin
jawaban yang masuk akal. Kalau ia menemukan sesuatu yang menarik perhatiannya, ia
akan asyik memperhatikan atau mengerjakan sesuatu.
Anak cerdas biasanya memang imajinatif, kreatif, punya gagasan luas, memiliki jangkauan
pemikiran jauh kedepan, dan selalu ingin belajar hal-hal baru. Namun, cerdas saja
sebenarnya bukan bekal yang cukup bagi kehidupan pribadi dan sosial anak di kemudian
hari. Sejarah manusia di dunia sudah banyak membuktikan, bagaimana anak-anak cerdas
juga bisa tumbuh menjadi seorang pemimpin yang tiran atau psikopat setelah mereka
menjadi orang dewasa.
6. 1. Makanan juga dapat mempengaruhi IQ dan perilaku.
Anak yang sempurna tidak hanya cerdas, tetapi juga tumbuh sehat dan berperilaku
menyenangkan. Kecerdasan atau perilaku, diketahui erat kaitannya dengan kondisi otak dan
sistem syaraf pusat.
Pembentukan otak dan sistem syaraf pusat sangat bergantung pada zat-zat yang berasal
dari makanan jaringan otak dan sebagian neurotransmitter (kimia otak yang berfungsi
sebagai fasilitator pembawa pesan antar neuron) terbentuk dari asam-asam amino yang
berasal dari protein. Beberapa vitamin B3, B5, B6, B12, C, D, E, asam folat, selenium,
kalsium, magnesium, seng, dan besi berfungsi sebagai pembantu (cofactor) dalam proses
pembentukan otak dan neurotransmitter.
Glukosa (zat gula yang berasal dari penguraian hidrat arang merupakan energi penting otak
dan menjaga keseimbangan serotonin (neurotransmitter) pengontrol rasa sakit, tidur, dan
perubahan emosi otak. Sedangkan lemak tak jenuh dan asam-asam lemak esensial seperti
omega3 atau omega omega6 penting dalam pembentukan lemak otak.
2. Hubungan mitos-mitos tradisional dengan perilaku anak.
Selain faktor makanan dan rangsangan luar, kecerdasan, pertumbuhan, dan perilaku anak
juga dihubungkan dengan mitos-mitos tradisional yang sudah berlangsung turun-temurun.
a. Mengajak bayi bicara.
Sering mengajak bayi bicara dengan tutur kata yang baik penting dalam merangsang
kecerdaan anak. Sediakan 30 menit saja sehari untuk berkomunikasi dengan bayi anda,
tanpa menggunakan bahasa cadel yang kekanak-kanakan. Merangsang indera-indera tubuh
lainnya juga dapat meningkatkan kekuatan otak. Misalnya, memperlihatkan benda-benda
bergerak (mobile) dalam warna-warna terang sambil mengajak anak bicara dan bermain.
b. Banyak makan sayur bayam dan katuk.
ASI membuat IQ bayi lebih tinggi maka dari itu perlu meningkatkan produksi ASI dengan
memakan sayuran salahsatunya bayam dan katuk, serta minum susu setiap hari.. bayi-bayi
yang diberi ASI memperoleh nilai tertinggi dalam tes IQ. Rata-rata IQ mereka adalah 8,3
poin lebih tinggi dibandingkan bayi-bayi yang diberi susu formula. Karena kualitas ASI
sangat bergantung pada makanan dan kondisi gizi ibu selama hamil dan menyusui harus
benar-benar terjaga.
c. Mendengarkan musik.
Musik menyimpan interaksi dengan otak kanan yang dapat menggugah imajinasi dan
perasaan. Juga rasa santai, kesegaran, dan pemulihan. Bayi sangat sensitif terhadap suara,
termasuk senandung ibunya, lagu-lagu pengantar tidur atau musik klasik gubahan Mozart
dan Vivaldi ternyata dapat dipergunakan untuk menenangkan bayi yang tampak gelisah,
termasuk bayi dalam kandungan.
d. Emosi ibu saat hamil.
Pertengkarran antara ibu dan ayah dapat didengar oleh janin dalam kandungan pada saat
yang sama. Ibu yang stres akan mengalami ketidakseimbangan hormonal yang berkaitan
dengan gangguan emosional. Hormon-hormon yang terganggu ini juga dapat masuk
kedalam janin melalui plasenta. Pertengkaran yang berkepanjangan bahkan dapat
menyebabkan anak-anak kelak takut mendengar suara ayahnya.
7. C. Meningkatkan potensi belajar anak.
Proses belajar yang efektif, idealnya tentu saja melibatkan seluruh bagian otak. Tapi
kenyataannya pendidikan yang berlangsung dalam era industri ini biasanya cenderung
menekankan pada fungsi menghafal, meniru, guru sebagai pusat kekuasaan, patuh,
mengikuti rutin, semangat mempertahankan diri dan fungsi otak kiri (linier, teratur).
1. Cara belajar efektif.
“Bermain sambil belajar” istilah itu sudah menjadi slogan klasik dalam pendidikan anak usia
prasekolah. Minat anak tumbuh melalui penjelajahan ketika ia mendengar, mencium,
meraba, dan mengecap. Anak-anak bisa belajar dengan baik, karena mereka belum
mengembangkan anggapan bahwa bermain dan belajar adalah kegiatan yang berdiri
sendiri.
Seiring dengan waktu, belajar menjadi sebuah proses pemaksaan dan pembebanan.
Kondisi ini tentu saja tidak sesuai dengan sifat alamiah proses belajar. Tapi untunglah kini
terjadi revolusi dalam belajar yang dikenal dengan nama Accelerated Learning (AL).
Pendekatan ini sudah berkembang selama dua puluh tahun.
Pendekatan AL tidak menekan karena didasarkan pada cara belajar yang alamiah :
gembira, luwes, dan manusiawi. AL tidak memiliki metode tertentu yang mutlak melainkan
pada hasil belajar yang efektif. Semua itu berdasarkan asumsi bahwa proses belajar akan
efektif jika :
a. Lingkungan belajar rileks.
b. Melibatkan secara sadar seluruh tubuh dan fungsi otak (kiri dan kanan).
c. Pelajar terlibat sepenuhnya.
d. Bahan pelajaran yang sesuai dengan konteks.
e. Kerjasama dengan pelajar lainnya.
2. Berlaku untuk siapa saja.
Proses belajar dapat terjadi pada siapa saja termasuk anak yang sedang koma karena
kerusakan otak pada bagian penghubung otak reptil dan sistem limbik. Pada awal masa
koma, hidung selalu berkeringat, setelah diputarkan musik, ekspresi wajah akan terlihat
lebih rileks dan keringat di hidung bisa menghilang. Dengan rangsangan musik dan
sentuhan yang rutin perlahan-lahan mulai bisa berkomunikasi dengan orang disekelilingnya,
walau masih dalam keadaan koma.
D. Kegiatan yang pas bagi anak sesuai dengan usia.
Inilah saran jenis kegiatan yang pas bagi anak-anak sesuai tahapan usia mereka. Ingatlah
bahwa anak-anak mungkin membutuhkan kegiatan lebih banyak atau malah kurang dari
yang disarankan disini.
a. Anak usia 0-3 tahun.
Bagi balita (usia bawah tiga tahun) yang terpenting adalah mereka menguasai keterampilan
dasar terlebih dahulu. Bisa berkomunikasi dua arah (berbicara dan mendengarkan),
memperhatikan orang bicara, mengerti konsep dasar warna, ukuran dan bentuk.
Keterampilan ini bisa dipelajari di rumah melalui akrifitas sehari-hari bersama orangtua atau
pengasuh. “Tugas” utama anak-anak usia ini (bahkan hingga anak yang lebih besar) adalah
8. bermain. Satu jenis kegiatan rutin sebanyak 1-2 kali seminggu selama maksimal satu jan per
sesi sudah cukup untuk anak balita.
Jika anak tergabung dalam play group, ini sudah memadai jika tidak, ajak anak ke pusat
kegiatan anak sesekali. Jenis kegiatan yang cocok adalah yang tidak terstruktur, banyak
gerak fisik, dan individual karena anak usia ini belum siap untuk aktifitas yang membutuhkan
kerjasama tim.
b. Anak usia 4-6 tahun.
Anak usia ini juga masih membutuhkan rekreasi dan menikmati dunia bermainnya, karena
itu kegiatan yang bersifat kognitif atau akademis tidak disarankan. Pilih kegiatan yang
bersifat seni atau olahraga karena mereka mampu mengembangkan keterampilan
motoriknya. Keterampilan mereka dalam seni atau olahraga sangat besar sumbangannya
dalam membangun harga diri dan rasa percaya diri anak. Ini akan menjadi modal dalam
pergaulan mereka di sekolah dasar kelak. Kegiatan berkelompok atau olahraga tim yang
tidak terlalu kompetitif bisa dipilih. Jika ingin mengikuti kegiatan yang bersifat akademis, pilih
metode belajarnya dengan bermain, learning by doing, dan konkret, karena mereka belum
bisa berpikir abstrak. Banyak kegiatan adalah satu atau paling banyak dua jenis aktivitas
selama satu jam per sesi untuk anak usia 4 tahun, atau satu setengah jam per sesi untuk
anak usia 5-6 tahun sebanyak dua kali per minggu.
c. Anak usia 7-9 tahun.
Pada masa awal sekolah dasar ini umumnya jam belajar belum panjang dan mereka masih
dalam tahap penyesuaian memasuki sekolah dasar. Orangtua harus melihat kemampuan
anak dalam menyesuaikan diri. Bila ia lemah dalam pelajaran hingga harus mengambil les
tambahan, jangan beri les lainnya. Usia ini juga tidak mampu berpikir abstrak, hingga lebih
bebas dalam memilih jenis kegiatan, kalau pelajarannya cukup baik, boleh mengambil
kegiatan yang rekreatif.
Dua kegiatan yang berbeda dalam seminggu bisa diambil, tapi jangan yang dua-duanya
bersifat evaluatif, seperti olahraga, musik, atau menari yang pelatihnya menilai kemampuan
anak baik atau tidak. terlalu banyak kegiatan yang melibatkan penilaian bisa menambah
stres setelah seharian sekolah.
d. Anak usia 10-12 tahun.
Pekerjaan rumah dan pelajaran meningkat pada masa akhir sekolah dasar, jadi batasi
kegiatan anak hingga tiga kali seminggu (pada anak tertentu, suatu kegiatan sudah cukup).
Jangan lupa menjadwalkan anak untuk berinteraksi bersama keluarga. Dengan terlalu
banyak kegiatan, anak bisa merasa terisolasi dari keluarga yang dapat memicu persoalan di
masa selanjutnya.
9. BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Seperti yang telah dijelaskan di bab-bab sebelumnya, segala potensi yang dimiliki anak,
pengembangannya tergantung pada bagaimana orangtua mengarahkannya. Setiap anak
memiliki bakat sendiri-sendiri, orangtua bertugas mencermati dan mengembangkannya saat
berada di rumah bersama mereka, orangtua juga bisa bekerjasama dengan guru mereka,
sehingga tercipta program yang dapat menantang intelektual mereka. Langkah ini bisa
menunjukkan respon anda pada kebutuhan edukasi dan emosional anak.
Untuk membantu menemukan potensi yang tersimpan dalam diri anak, orangtua harus
menunjukkan ketertarikan akan sesuatu hal, supaya anak terangsang untuk menunjukkan
ketertarikan akan hal lainnya, karena proses belajar yang pertama berasal dari orangtuanya.
B. Saran.
Setelah penulis membaca dan menuangkannya dalam karya ilmiah ini. Maka penulis
menyarankan orangtua tidak perlu khawatir dengan tingkat pendidikan yang anak kantungi,
atau tidak perlu memiliki uang banyak untuk mengembangkan daya pikir dan cara
berkomunikasi anak, yakinlah pada anak bahwa sukses bisa dicapai jika rajin belajar,
rangsang anak untuk mengarang cerita bersama-sama atau bacakan mereka sebuah
dongeng, bermain dan menyusun puzzle bersama.
DAFTAR PUSTAKA
J. Ellys, 2009, Kiat meningkatkan potensi belajar anak, Bandung ; Pustaka Hidayah.
11. 2013
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................1
1.2Rumusan Masalah......................................................................................2
1.3 Tujuan dan Manfaat...................................................................................2
BAB II KAJIAN TEORI...........................................................................................3
A. Mengembangkan Pola Pikir Rasional Anak...............................................3
B. Kenali Gaya Belajar Anak.......................................................................... 3
C. Bijaksana Menggunakan Televisi Dan Komputer...................................... 4
BAB III PEMBAHASAN..........................................................................................3
A. interaksi antara faktor bawaan dan rangsangan.........................................5
B. modal dasar mencetak anak cerdas...........................................................5
C. meningkatkan potensi belajar anak............................................................7
BAB III PENUTUP...............................................................................................9
A. KESIMPULAN............................................................................................9
B. SARAN......................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................9
12. KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena atas berkat
dan limpahan rahmatnyalah maka saya boleh menyelesaikan sebuah karya tulis dengan
tepat waktu.
Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul
“PERKEMBANGAN ANAK ”
Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon permakluman
bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang saya buat kurang tepat atau
menyinggu perasaan pembaca.
Dengan ini saya mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan
semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.
Raha, Juni 2013
"Penulis"