1. MENINGKATKAN KETERAMPILAN
BERBICARA MELALUI METODE
BERMAIN PERAN
DISUSUN OLEH :
NAMA : LISTIAWATI
STAMBUK : 21208287
PRODI : PAUD INTEGRASI
SEMESTER : VIII (DELAPAN)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
KENDARI
2013
BAB I
PENDAHULUAN
2. A. LATAR BELAKANG
Kehidupan manusia tidak dapat lepas dari kegiatan berbahasa. Bahasa merupakan
sarana untuk berkomunikasi antarmanusia. Bahasa sebagai alat komunikasi ini, dalam
rangka memenuhi sifat manusia sebagai makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan
sesama manusia. Bahasa dianggap sebagai alat yang paling sempurna dan mampu
membawakan pikiran dan perasaan baik mengenai hal-hal yang bersifat konkrit
maupun yang bersifat abstrak (Effendi, 1985:5). Sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi manusia dituntut untuk mempunyai kemampuan berbahasa
yang baik. Seseorang yang mempunyai kemampuan berbahasa yang memadai akan lebih
mudah menyerap dan menyampaikan informasi baik secara lisan maupun tulisan.
Keterampilan berbahasa terdiri dari empat aspek, yaitu menyimak atau mendengarkan,
berbicara, membaca, dan menulis. Siswa harus menguasai keempat aspek tersebut agar
terampil berbahasa. Dengan demikian, pembelajaran keterampilan berbahasa di sekolah
tidak hanya menekankan pada teori saja, tetapi siswa dituntut untuk mampu menggunakan
bahasa sebagaimana fungsinya, yaitu sebagai alat untuk berkomunikasi.
Salah satu aspek berbahasa yang harus dikuasai oleh siswa adalah berbicara,
sebab keterampilan berbicara menunjang keterampilan lainnya (Tarigan, 1986:86).
Keterampilan ini bukanlah suatu jenis keterampilan yang dapat diwariskan secara turun
temurun walaupun pada dasarnya secara alamiah setiap manusia dapat berbicara. Namun,
keterampilan berbicara secara formal memerlukan latihan dan pengarahan yang
intensif. Stewart dan Kennert Zimmer (Haryadi dan Zamzani, 1997:56) memandang
kebutuhan akan komunikasi yang efektif dianggap sebagai suatu yang esensial untuk
mencapai keberhasilan setiap individu maupun kelompok. Siswa yang mempunyai
keterampilan berbicara yang baik, pembicaraannya akan lebih mudah dipahami oleh
penyimaknya. Berbicara menunjang keterampilan membaca dan menulis. Menulis dan
berbicara mempunyai kesamaan yaitu sebagai kegiatan produksi bahasa dan bersifat
menyampaikan informasi. Kemampuan murid dalam berbicara juga akan bermanfaat dalam
kegiatan menyimak dan memahami bacaan. Akan tetapi, masalah yang terjadi di lapangan
adalah tidak semua siswa mempunyai kemampuan berbicara yang baik. Oleh sebab itu,
pembinaan keterampilan berbicara harus dilakukan sedini mungkin.
Pentingnya keterampilan berbicara atau bercerita dalam komunikasi juga diungkapkan
oleh Supriyadi (2005:178) bahwa apabila seseorang memiliki keterampilan berbicara yang
baik, dia akan memperoleh keuntungan sosial maupun profesional. Keuntungan sosial
berkaitan dengan kegiatan interaksi sosial antarindividu. Sedangkan, keuntungan
profesional diperoleh sewaktu menggunakan bahasa untuk membuat pertanyaa-
pertanyaan, menyampaikan fakta-fakta dan pengetahuan, menjelaskan dan
3. mendeskripsikan. Keterampilan berbahasa lisan tersebut memudahkan murid
berkomunikasi dan mengungkapkan ide atau gagasan kepada orang lain.
Pentingnya penguasaan keterampilan berbicara untuk murid Sekolah Dasar juga
dinyatakan oleh Farris (Supriyadi, 2005:179) bahwa pembelajaran keterampilan berbicara
penting dikuasai murid agar mampu mengembangkan kemampuan berpikir, membaca,
menulis, dan menyimak. Kemampuan berpikir mereka akan terlatih ketika mereka
mengorganisasikan, mengonsepkan, mengklarifikasikan, dan menyederhanakan pikiran,
perasaan, dan ide kepada orang lain secara lisan.
Keterampilan berbicara harus dikuasai oleh para murid TK Pertiwi Raha
Sekolah Dasar karena keterampilan ini secara langsung berkaitan dengan seluruh proses
belajar siswa di Sekolah Dasar. Keberhasilan belajar Murid dalam mengikuti proses
kegiatan belajar-mengajar di sekolah sangat ditentukan oleh penguasaan kemampuan
berbicara mereka. Siswa yang tidak mampu berbicara dengan baik dan benar akan
mengalami kesulitan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran untuk semua mata
pelajaran.
Menurut pandangan whole language berbicara tidak diajarkan sebagai suatu pokok
bahasan yang berdiri sendiri, melainkan merupakan satu kesatuan dalam pembelajaran
bahasa bersama dengan keterampilan berbahasa yang lain. Kenyataan teresebut dapat
dilihat bahwa dalam proses pembelajaran bahasa, keterampilan berbahasa tertentu dapat
dikaitkan dengan keterampilan berbahasa yang lain. Pengaitan keterampilan berbahasa
yang dimaksud tidak selalu melibatkan keempat keterampilan berbahasa sekaligus,
melainkan dapat hanya menggabungkan dua keterampilan berbahasa saja sepanjang
aktivitas berbahasa yang dilakukan bermakna.
Menurut Badudu (1993:131) pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia dari jenjang
Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas masih terkesan bahwa guru terlalu banyak
menyuapi materi, guru kurang mengajak siswa untuk lebih aktif menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis. Proses pembelajaran di kelas yang tidak relevan
dengan yang diharapkan, mengakibatkan kemampuan berbicara siswa menjadi
rendah. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan dalam pembelajaran keterampilan
berbicara siswa Sekolah Dasar adalah penerapan pendekatan pengalaman berbahasa dalam
pembelajaran berbicara siswa Sekolah Dasar.
B. RUMUSAN MASALAH
berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
4. 1. Apakah upaya meningkatkan keterampilan berbicara melalui metode bermain peran
dapat meningkatkan aktifitas guru di tk pertiwi raha kelompok A
2. Apakah upaya meningkatkan keterampilan berbicara melalui metode bermain peran
dapat meningkatkan murid tk pertiwi raha kelompok A
3. Apakah upaya meningkatkan keterampilan berbicara melalui metode bermain peran
dapat meningkatkan hasil belajar murid TK pertiwi raha kelompok A
C. TUJUAN PENELITIAN INI ADALAH
1. Untuk meningkatkan aktifitas Guru dalam pembelajaran keterampilan berbicara
bahasa anak melalui metode bermain peran
2. Untuk meningkatkan aktifitas murid melalui pembelajaran metode bermain peran di
Tk Pertiwi Kelompok A
3. Untuk meningkatkan hasil belajar murid melalui metode bermain peran di TK
Pertiwi Raha Kelompok A
D. MANFAAT PENELITIAN
hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap murid, guru, sekolah
dan pihak yang terkait kontribusi tersebut adalah sebagai berikut :
1. Bagi murid TK pertiwi raha, khususnya kelompok A dengan tindakan ini akan
meningkatkan keaktifan murid dalam proses pembelajaran sekaligus dapat
meningkatkan keaktifan murid dalam proses pembelajaran sekaligus dapat
meningkatkan
2. Bagi guru TK Pertiwi raha khususnya kelompok A untuk meningkatkan kreatifitas,
inovasi dan penguasaan terhadap metode bermain peran.
3. Bagi sekolah hasil penelitian ini dapat digunakan guru, khususnya TK Pertiwi Raha
untuk bisa meningkatkan kualitas pembelajaran dan prestasi belajar murid melalui
penelitian lanjut.
5. BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Keterampilan Berbicara
Menurut Nurgiyantoro (1995:276) berbicara adalah aktivitas berbahasa kedua yang
dilakukan manusia dalam kehidupan berbahasa, yaitu setelah aktivitas mendengarkan.
Berdasarkan bunyi-bunyi yang didengar itu, kemudian manusia belajar untuk
mengucapkan dan akhirnya terampil berbicara.
Berbicara diartikan sebagai kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau
kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan dan menyampaikan pikiran,
gagasan, serta perasaan (Tarigan, 1983:14). Dapat dikatakan bahwa berbicara
merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar (audible) dan yang
kelihatan (visible) yang memanfaatkan sejumlah otot tubuh manusia demi maksud
dan tujuan gagasan atau ide- ide yang dikombinasikan. Berbicara merupakan suatu
bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis,
neurologis,semantik, dan linguistik.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa berbicara diartikan sebagai
suatu alat untuk mengkombinasikan gagasan-gagasan yang disusun serta
mengembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak.
Berbicara merupakan instrumen yang mengungkapkan kepada penyimak hampir-
hampir secara langsung apakah sang pembicara memahami atau tidak baik bahan
pembicaraan maupun para penyimaknya, apakah dia bersikap tenang serta dapat
menyesuaikan diri atau tidak, pada saat dia bersikap tenang serta dapat menyesuaikan
diri atau tidak, pada saat dia mengkombinasikan gagasan-gagasannya apakah dia
waspada serta antusias ataukah tidak.
B. Tujuan Berbicara
Setiap kegiatan berbicara yang dilakukan manusia selalu mempunyai maksud dan
tujuan. Menurut Tarigan (1983:15) tujuan utama berbicara adalah untuk
berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, maka sebaiknya sang
pembicara memahami makna segala sesuatu yang ingin dikombinasikan, dia harus
mampu mengevaluasi efek komunikasi terhadap pendengarnya, dan dia harus
mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari segala sesuatu situasi pembicaraan, baik
secara umum maupun perorangan. Menurut Djago, dkk (1997:37) tujuan pembicaraan
biasanya dapat dibedakan atas lima golongan yaitu (1) menghibur, (2)
6. menginformasikan, (3) menstimulasi, (4) meyakinkan, dan 5) menggerakkan.
Berdasarkan uraian di `atas maka dapat disimpulkan bahwa seseorang melakukan
kegiatan berbicara selain untuk berkomunikasi juga bertujuan untuk mempengaruh
orang lain dengana maksud apa yang dibicarakan dapat diterima oleh lawan bicaranya
dengan baik. Adanya hubungan timbal balik secara aktif dalam kegiatan bebricara
antara pembicara dengan pendengar akan membentuk kegiatan berkomunikasi menjadi
lebih efektif dan efisien.
C. Faktor-faktor Penunjang Kegiatan Berbicara
Berbicara atau kegiatan komunikasi lisan merupakan kegiatan individu dalam
usaha menyampaikan pesan secara lisan kepada sekelompok orang, yang disebut juga
audience atau majelis. Supaya tujuan pembicaraan atau pesan dapat sampai kepada
audience dengan baik, perlu diperhatikan beberapa faktor yang dapat menunjang
keefektifan berbicara. Kegiatan berbicara juga memerlukan hal-hal di luar
kemampuan berbahasa dan ilmu pengetahuan. Pada saat berbicara diperlukan a)
penguasaan bahasa, b) bahasa,
c) keberanian dan ketenangan, d) kesanggupan menyampaikan ide dengan lancar
dan teratur.
berdasarkan pengalaman empiris di lapangan di ketahui bahwa kemampuan berbicara siswa
dalam proses pembelajaran masih rendah. Hal ini terdeteksi pada saat murid di minta oleh
guru untuk menjelaskan letak suatu tempat sesuai dengan denah dan petunjuk penggunaan
suatu alat dengan bahasa yang nuntut baik dan benar isi pembicaraan yang disampaikan oleh
murid tersebut tidak akurat dan berbelit-belit. selain itu juga murid berbicara tersendat-sendat
sehingga isi pembicaraanya menjadi tidak jelas. ada pula diantara murid tidak mau bicara di
depan kelas. bahkan pada saat guru bertanya kepada murid tk di kelas yang hanya berjumlah 9
orang, umumnya murid lama sekali untuk menjawab pertanyaan guru, karena takut dan malu
salah menjawab. apalagi untuk berbicara di depan kelas para murid belum menunjukan
keberaniannya aktifitas belajar dan keterampilan berbicara siswa sangat rendah. dan kalaupun
ada beberapa dari mereka yang memiliki keberanian, sekitar 3 sampai 4 murid (15%-21%)
menurut Nuraeni (2002) banyak orang yang beranggapan berbicara adalah suatu pekerjaan
yang mudah dan tidak perlu untuk dipelajari. untuk situasi yang tidak resmi barangkali
anggapan itu ada benarnya juga. namun pada situasi resmi peryataan tersebut jelas salah besar.
kenyataanya tidak semua murid tidak mau berbicara di depan kelas sebab mereka umumnya
kurang terampil sebagai akibat dari kurangnya latihan berbicara. latihan pertama kali yang
perlu dilakukan guru ialah menumbuhkan keberanian murid untuk berbicara.
7. BAB III
METODE PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian tindakan kelas. penelitian tindakan kelas
adalah tindakan yang dilakukan oleh guru secara berulang-ulang di dalam kelasnya sendiri
melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga
hasil belajar siswa menjadi meningkat.
B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
1. tempat penelitian dilakukan disekolah Taman Kanak-Kanak Pertiwi Kelompok A
2. Waktu penelitian dilaksanakan pada semester genap Tahun 2013
C. SUBJEK PENELITIAN
yang menjadi subjek penelitian ini adalah guru dan murid tk kelompok 4 tk pertiwi yang
jumlahnya 10 anak dengan rincian laki-laki sebanyak 6 orang dan perempuan sebanyak 4
orang.
D. RENCANA TINDAKAN
penelitian ini direncanakan terdiri dari 2 siklus tiap siklus dilaksanakan dengan perubahan
yang ingin di capai. berdasarkan hasil pembelajaran anak setiap semester pada kelompok A di
TK Pertiwi Raha khususnya pada metode bermain peran masih tergolong rendah, sehingga
ditetapkan tindakan yang akan dipergunakan untuk meningkatkan keterampilan berbicara
melalui metode bermain peran.
E. PROSEDUR PENELITIAN
prosedur penelitian tindakan kelas ini pelaksanaannya di rencanakan dalam 2 siklus
siklus dalam penelitian tindak ini dapat dilihat secara rinci yaitu :
a. perencanaan : kegiatan yang dilahirkan dalam tahapan ini adalah
1. Membuat perangkat rencana kegiatan harian (RKH)
2. Membuat lembar observasi untuk guru dan untuk siswa
3. Membuat instrumen penelitian yang meliputi alat evaluasi berupa tes disertai kuci
jawaban dan panduan dan lembur observasi.
b. Pelaksanaan tindakan yaitu : melaksanakan / menyajikan RKH yang telah dibuat
berdasarkan kurikulum KTSP
c. Observasi : kegiatannya adalah melaksanakan proses observasi terhadap pelaksanaan
tindakan dengan menggunakan lembar observasi dilakukan sejak awal hingga akhir
penelitian.
d. evaluasi kegiatannya dilakukan pada akhir siklus evaluasi bertujuan melihat apakah
8. ketetampilan berbicara dapat meningkatkan dengan menggunakan metode bermain
peran.
e. refleksi : hasil yang diperoleh pada kegiatan observasi dan evaluasi dikumpulkan
selanjutnya dianalisa berdasarkan kelemahan yang ditemukan pada pertemuan setiap
siklusnya. temuan-temuan tersebut selanjutnya peneliti bersama dengan guru
kolaborasi mendiskusikan untuk perbaikan perencanaan pada pertemuan siklus
berikutnya.
f. teknik pengumpulan data
1. observasi dilakukan pada saat proses pembelajaran berlansung, untuk mengetahui
aktifitas yang dilakukan oleh anak didik dan guru.
2. tes dilakukan pada saat kegiatan akhir pembelajaran untuk mengetahui
kemampuan aktivitas belajar anak dalam proses pembelajaran.
g. tekhnik analisa data
1. untuk mengetahui rata-rata hasil belajar siswa, digunakan rumus
rata-rata hasil belajar = jumlah skor perolehan siswa / jumlah siswa
2. kriteria aktifitas mengajar guru, digunakan rumus :
rata-rata hasil belajar = jumlah skor yang diperoleh x 100 / jumlah skor maksimal
3. kriteria aktifitas belajar siswa, digunakan rumus :
KABS = Jumlah skor yang diperoleh x 100 / jumlah skor maksimal
9. BAB IV
PENUTUP
Setiap kegiatan pembelajaran diharapkan dapat mencapai target hasil belajar tertentu.
Salah satu target hasil belajar yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran berbicara di
sekolah dasar adalah siswa. Keterampilan berbicara harus dikuasai oleh para siswa SD karena
keterampilan ini secara langsung berkaitan dengan seluruh proses belajar siswa di SD.
Keberhasilan belajar siswa dalam mengikuti proses kegiatan belajar-mengajar di sekolah
sangat ditentukan oleh penguasaan kemampuan berbicara mereka. Siswa yang tidak mampu
berbicara dengan baik dan benar akan mengalami kesulitan dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran untuk semua mata pelajaran.
Pembelajaran berbicara di sekolah dasar dilaksanakan dengan berbagai metode.
Setiap metode pembelajaran berbicara mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-
masing. Metode yang satu akan melengkapi metode yang lain. Guru dapat memilih salah satu
atau menggabungkan berbagai metode sesuai dengan kondisi siswa dan tersedianya sarana
pendukung lainnya. Selain itu, guru juga boleh menciptakan model baru dalam pelaksanaan
pembelajaran berbicara.
Pendekatan pengalaman berbahasa merupakan salah satu metode yang dapat
digunakan oleh guru untuk meningkatkan kelancaran dalam berbicara di sekolah dasar,
karena dalam pendekatan pengalaman berbahasa, materi dikembangkan oleh guru bersama-
sama dengan muridnya secara tatap muka. Dalam kegiatan pengembangan materi itu dapat
dikembangkan semua keterampilan berbahasa; menyimak atau mendengarkan, berbicara,
membaca, dan menulis. Dengan padukannya semua keterampilan dalam suatu kegiatan itu
guru dituntut untuk lebih kreatif.
10. DAFTAR PUSTAKA
Burhan Nurgiyantoro.1995. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.
Yogyakarta: BPFE.
Cox, Carole.1998. Teaching language arts (a student-and response-centered classroom).New
York: A Viacom Company.
Haryadi. 1997. Berbicara (Suatu Pengantar) Diktat Perkuliahan: IKIP Yogyakarta.
Haryadi dan Zamzani.1996/1997. Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia.
Depdikbud Dirjen Dikti bagian Proyek Pengembangan Pendidikan Guru Sekolah
Dasar.
.