1. TEKS KHUTBAH JUM’AT
MENGGAPAI KEBERKAHAN HIDUP
Hadirin Jamaah Sholat Jumat yang dimuliakan Allah
Dari mimbar khutbah jumat ini khatib mengajak kepada diri khatib dan jamaah sekalian
untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Peningkatan iman yang
terus dilakukan dengan peningkatan amal sholeh. Karena derajat kemuliaan seorang hamba di
sisi Allah hanyalah dinilai dengan ketakwaannya. Allah berfirman:
“Sesungguhnya orang yang paling bertakwa di sisi Allah adalah orang yang paling
bertakwa”.
Hadirin Jama‟ah Jum‟at yang dimuliakan Allah
Masyarakat yang berkah adalah masyarakat yang jauh dari dosa-dosa dan maksiat.
Sebaliknya masyarakat yang penuh dengan dosa-dosa dan kemaksiatan adalah masyarakat
yang rentan. Ibarat tubuh penuh dengan penyakit dan kotoran yang menjijikkan. Maka ia
tidak produktif dan bahkan tidak bisa diharapkan darinya kebaikan.
2. Keberkahan suatu masyarakat itu mempunyai syarat khusus yang telah dipatok oleh AlQuran sehingga dengan mewujudkannya akan terwujudlah masyarakat yang mendapatkan
keberkahan, sebagaimana firman Allah:
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayatayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”. (Al-A‟rof: 96)
Ustadz Sayyid Qutb mengomentari ayat ini sebagaimana yang ditulisnya dalam tafsir zhilal,
beliau mengatakan: “Berkah-berkah yang dijanjikan Allah kepada orang-orang yang beriman
dan bertakwa secara tegas dan meyakinkan itu, bermacam-macam jenis dan ragamnya. Juga
tidak diperinci dan tidak ditentukan batas-batanya oleh nash ayat itu. Isyarat yang diberikan
nash Al-Quran itu menggambarkan limpahan yang turun dari semua tempat, bersumber dari
semua lokasi, tanpa batas, tanpa perincian, dan tanpa penjelasan. Maka ia adalah berkah
dengan segala macam warnanya, dengan segala gambaran dan bentuknya. Keberkahan yang
dijanjikan kepada orang beriman dan bertakwa ialah bahwa keberberkahan itu kadang-kadang
menyertai sesuatu yang jumlahnya sedikit, tetapi memberikan manfaat yang banyak serta
diiringi dengan kebaikan, keamanan, kerelaan, dan kelapangan hati. Berapa banyak bangsa
yang kaya dan kuat, tetapi hidup dalam penderitaan, tidak ada rasa aman, penuh goncangan
dan krisis, bahkan menunggu kehancuran.”
Kaum muslimin yang dimuliakan Allah
Ketika kehidupan berjalan secara sinergis antara unsur-unsur pendorong dan pengekangnya,
dengan bekerja di bumi sambil memandang ke langit, terbebas dari hawa nafsu,
menghambakan diri dan tunduk kepada Allah. Berjalan dengan baik menuju ke arah yang
diredoin oleh Allah, maka sudah tentu kehidupan model ini akan diliputi dengan keberkahan,
dipenuhi dengan kebaikan dan dinaungi dengan kebahagian.
Berkah yang diperoleh bersama iman dan takwa adalah berkah yang meliputi segala sesuatu.
Berkah yang terdapat di dalam jiwa, dalam perasaan, dan dalam kehidupan bermasyarakat.
Juga berkah yang mengembangkan kehidupan dan meninggikan mutunya dalam setiap
waktu. Jadi bukan semata-mata melimpahnya kekayaan namun dibarengi dengan penderitaan,
kesengsaraan, kerusakan bahkan kegersangan jiwa.
Tuntutan keberkahan yang dapat diambil dari tuntunan ayat di atas adalah: merealisasikan
keimanan dalam keseharian, meningkatkan ketaqwaan dalam setiap amalan. Maka
sebaliknya, hal-hal yang akan menghilangkan keberkahan itu adalah karena mendustakan
ajaran dan ayat-ayat Allah, kemudian terperosoknya seseorang bahkan masyarakat ke dalam
kubangan kemaksiatan.
Imam Ibnul Qayyim Al Jauziyah dalam salah satu bukunya “Al jawaabul Kaafii liman Sa‟ala
„anid Dawaaisy Syaafii” menyebutkan beberapa bahaya dan pengaruh dosa terhadap
kehidupan pribadi dan masyarakat yang akan membawa pada hilangnya keberkahan. Di
antaranya pengaruh buruk dosa dan kemaksiatan itu adalah:
Pertama: Dosa memperlemah kesadaran akan keagungan Allah dalam hati.
Seorang yang penuh dengan dosa-dosa tidak akan lagi bersungguh-sungguh mengagungkan
Allah. Kaki akan terasa malas dan berat berat untuk melangkah ke masjid dan menghadiri
pengajian. Badan terasa sulit untuk bangun pada waktu fajar melaksanakan shalat subuh.
Telinga tidak suka lagi mendengarkan ayat-ayat Al Qur‟an, lama kelamaan hati menjadi
keras seperti batu bahkan bisa lebih keras dari pada itu. Maka ia hilanglah rasa sensitive
terhadap suatu dosa, tidak bergetar lagi hatinya ketika keagungan Allah disebut. Allah
berfirman:
3. “Kemudian setelah itu hati kalian menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal
di antara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai daripadanya dan di
antaranya sungguh ada yang terbelah, lalu keluarlah mata air daripadanya dan di antaranya
sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-kali tidak
lengah dari apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-Baqoroh: 74)
Kedua: Dosa membuat seseorang tidak mempunyai rasa malu.
Seseorang yang biasa berbuat dosa, lama-kelamaan tidak merasa berdosa lagi. Bahkan ia
tidak merasa malu berbuat dosa di depan siapapun. Bila rasa malu hilang maka hilanglah
kebaikan. Rosulullah saw bersabda: “Rasa malu itu semuanya baik”. Maksud dari hadist ini
adalah: bahwa semakin kuat rasa malu dalam diri seseorang akan semakin menyebar darinya
kebaikan. Dengan demikian masyarakat yang mempunyai rasa malu adalah masyarakat yang
baik pula dan penuh nuansa kemanusiaan.
Ketiga: Dosa menghilangkan keberkahan dan nikmat serta menggantikannya dengan
bencana.
Allah swt. selalu menceritakan bahwa diazabnya umat-umat terdahulu adalah karena mereka
berbuat dosa. Dalam surat Al Ankabuut ayat 40 Allah SWT berfirman:
“Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka
ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa
suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam
bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak
menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.” (QS. AnAnkabut: 40)
Dalam ayat yang lain Allah berfirman
“Apakah mereka tidak memperhatikan berapa banyaknya generasi-generasi yang telah Kami
binasakan sebelum mereka, padahal (generasi itu), telah Kami teguhkan kedudukan mereka
di muka bumi, yaitu keteguhan yang belum pernah Kami berikan kepadamu, dan Kami
curahkan hujan yang lebat atas mereka dan Kami jadikan sungai-sungai mengalir di bawah
mereka, kemudian Kami binasakan mereka karena dosa mereka sendiri, dan kami ciptakan
sesudah mereka generasi yang lain.” (QS. An-an‟am: 6)
Kaum muslimin jamaah sholat jumat yang dimuliakan Allah
4. Keberkahan yang kita inginkan dari kehidupan bermasyarakat dan bernegara ini tidak akan
terwujud hanya dengan teori-teori dan arahan tanpa adanya kesadaran untuk saling
mengingatkan dan keinginan untuk mau mendengarkan dan menerima kebenaran, serta
adanya kepedulian untuk saling menghargai, saling mencintai, saling membantu dan
memenuhi hak dan kewajiban. Oleh sebab itulah Rasulullah berpesan kepada istri-istrinya
untuk memperbanyak kuah masakan untuk dibagikan kepada tetangga-tetangganya.
Memperbanyak kuah sebagaimana dimaksud oleh Rasulullah adalah, kepedulian kepada
tetangga dan masyarakat dalam arti luas. Apabila seorang memiliki kelebihan rezeki
janganlah ia melupakan tetangga kiri dan kanan, mungkin di antara mereka ada yang tidak
memiliki makanan untuk hari itu, atau mungkin anaknya sedang sakit namun ia malu
meminjam uang untuk berobat. Bisa pula kepedulian ini dalam bentuk non makanan,
misalnya kesehatan dan biaya pendidikan. Siapakah yang paling memahami kesulitan
bersosial seseorang selain tetangganya?
Pentingnya kepedulian ini sehingga di akhirat nanti Allah akan mempertanyakannya kepada
kita masing-masing tentang kepedulian kita kepada sesama, Imam Muslim dalam kitab
shohihnya meriwayat hadist Qudsi:
Dari Abu Hurairoh ra, Rosulullah saw bersabda: “Sesungguhnya Allah swt berfirman pada
hari kiamat: “Wahai anak adam! Aku sakit kenapa engkau tidak menjengukku, ia
berkata:”Wahai Tuhanku, bagaimana mungkin aku menjengukmu, sedangkan engkau adalah
Tuham semesta alam.” Allah berfirman: “Engkau tahu bahwa seorang hamba-Ku sakit di
dunia akan tetapi engkau tidak menjenguknya, seandainya engkau menjenguknya sungguh
engkau akan dapati Aku di sisinya.” Wahai anak adam, Aku meminta makan kepadamu,
kenapa engkau tidak memberiku?” Orang itu berkata: “Wahai Tuhanku, bagaimana mungkin
aku member-Mu makan, sedangkan engkau adalah Tuhan semesta alam? Allah berfirman:
“Engkau mengetahui ada dari hamba-Ku yang kelaparan dan engkau tidak memberinya
makan, sekiranya engkau memberinya makan, niscaya engkau dapati Aku di sisinya. Wahai
anak adam Aku meminta minum padamu, sedang engkau enggan memberik-Ku minum.” Ia
berkata: “Wahai Tuhanku, bagaimana aku memberi-Mu minum sedangkan Engkau adalah
Tuhan semesta alam?” Allah menjawab: “Seseorang meminta minum padamu dan engkau tak
5. memberinya, sekiranya engkau memberinya minum niscaya engkau dapati Aku di sisinya.”
(HR. Muslim)
Kaum muslimin jamaah jumat yang dimuliakan Allah
Kesimpulan yang dapat kita tarik dari khutbah yang singkat ini adalah: bahwa tidak mungkin
individu yang kotor, yang hidup di alam dosa, akan melahirkan masyarakat yang baik. Oleh
karena itu, jalan satu-satunya untuk membangun masyarakat yang bersih dan beradab, penuh
dengan nuansa tolong-menolong dalam kebaikan dan ketaqwaan, yang jauh dari kerjasama
dalam keburukan dan dosa, adalah hanya dengan kembali bersungguh-sungguh mentaati
Allah dan mengagungkan-Nya. Kembali meramaikan masjid, mengajak keluarga, anak-anak
untuk menunaikan sholat sebagai kewajiban kita kepada Allah yang tak boleh dilalaikan
apapun kondisinya, membaca dan memahami Al-Quran, menerapkan pengetahuan tentang
islam yang sudah diketahui, mengendalikan nafsu dari dosa-dosa dan sesuatu yang
mendatangkan murka Allah serta tidak melupakan untuk saling peduli dan saling
mengingatkan sesama saudara dan tetangga.
Semoga Allah menjadikan masyarakat dan bangsa kita bangsa yang mendapatkan
keberkahan, mengumpulkan kita dalam umat Rosulullah yang terbaik dan terjauhkan dari
ketergelinciran ke dalam jurang kemaksiatan. Amiin ya Rabbal „alamin.
.
.
KHUTBAH KEDUA