SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 25
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Struktur dan Fungsi Sistem persarafan terdiri dari sel-sel saraf yang disebut
neuron dan jaringan penunjang yang disebut neuroglia . Tersusun membentuk sistem
saraf pusat (SSP) dan sistem saraf tepi (SST). SSP terdiri atas otak dan medula
spinalis sedangkan sistem saraf tepi merupakan susunan saraf diluar SSP yang
membawa pesan ke dan dari sistem saraf pusat. Sistem persarafan berfungsi dalam
mempertahankan kelangsungan hidup melalui berbagai mekanisme sehingga tubuh
tetap mencapai keseimbangan. Stimulasi yang diterima oleh tubuh baik yang
bersumber dari lingkungan internal maupun eksternal menyebabkan berbagai
perubahan dan menuntut tubuh dapat mengadaptasi sehingga tubuh tetap seimbang.
Upaya tubuh dalam mengadaptasi perubahan berlangsung melalui kegiatan saraf yang
dikenal sebagai kegiatan refleks. Bila tubuh tidak mampu mengadaptasinya maka
akan terjadi kondisi yang tidak seimbang atau sakit.
Stimulasi dapat Menghasilkan Suatu Aktifitas. Stimulasi diterima oleh
reseptor sistem saraf yang selanjutnya akan dihantarkan oleh sistem saraf tepi dalam
bentuk impuls listrik ke sistem saraf pusat. Bagian sistem saraf tepi yang menerima
rangsangan disebut reseptor, dan diteruskan menuju sistem saraf pusat oleh sistem
saraf sensoris. Pada sistem saraf pusat impuls diolah dan diinterpretasi untuk
kemudian jawaban atau respon diteruskan kembali melalui sistem saraf tepi menuju
efektor yang berfungsi sebagai pencetus jawaban akhir. Sistem saraf yang membawa
jawaban atau respon adalah sistem saraf motorik. Bagian sistem saraf tepi yang
mencetuskan jawaban disebut efektor. Jawaban yang terjadi dapat berupa jawaban
yang dipengaruhi oleh kemauan (volunter) dan jawaban yang tidak dipengaruhi oleh
kemauan (involunter). Jawaban volunter melibatkan sistem saraf somatis sedangkan
yang involunter melibatkan sistem saraf otonom. Efektor dari sitem saraf somatik
adalah otot rangka sedangkan untuk sistem saraf otonom, efektornya adalah otot
polos, otot jantung dan kelenjar sebasea.

B. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
1. Menjelaskan pengertian dari sistem saraf
2. Menjelaskan konsep anatomi fisiolgi dari sistem saraf
3. Menjelaskan mekanisme kerja dari sistem saraf

1
4. Menjelaskan susunan sistem saraf yang ada di dalam tubuh manusia
5. Menjelaskan konsep patologis/penyakit-penyakit pada sistem saraf

C. Permasalahan
Berdasarkan tujuan di atas, maka yang menjadi permasalahan yang akan
dibahas dalam makalah ini yaitu mengenai:
1. Pengertian dari sistem saraf
2. Konsep anatomi fisiologi sistem saraf
3. Mekanisme kerja dari sistem saraf
4. Jenis-jenis sistem saraf yang ada di dalam tubuh manusia
5. Konsep Patologis/penyakit-penyakit pada sistem saraf

D. Manfaat
Manfaat penulisan makalah ini yaitu dapat dijadikan sebagai bahan untuk
mengembangkan wawasan dan ilmu pengetahuan kita untuk lebih mendalami tentang
anatomi dan fisiologi pada sistem neurologi/persarafan yang terkait dalam struktur
dan fungsinya serta penyakit-penyakit sehubungan dengan adanya permasalahan pada
sistem tersebut untuk dijadikan sebagai salah satu bagian integral dari konsep dasar
teori dalam memahami tentang Ilmu Penyakit Dalam.

2
BAB II
PEMBAHASAN
SISTEM PERSYARAFAN
A. Pengertian Sistem Persyarafan
Sistem saraf adalah sistem organ pada manusia yang terdiri atas sel neuron
yang mengkoordinasikan aktivitas otot, memonitor organ, membentuk atau
menghentikan masukan dari indra, dan mengaktifkan aksi. Komponen utama dalam
sistem saraf adalah neuron yang diikat oleh sel-sel neuroglia, neuron memainkan
peranan penting dalam koordinasi. Sistem saraf pada manusia secara umum dibagi
menjadi dua, yaitu sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi.
Sistem saraf sangat berperan dalam iritabilitas tubuh. Iritabilitas adalah
kemampuan menanggapi rangsangan. Untuk menanggapi rangsangan, ada tiga
komponen yang harus dimiliki oleh sistem saraf, yaitu:
a. Reseptor, adalah alat penerima rangsangan atau impuls. Pada tubuh kita yang
bertindak sebagai reseptor adalah organ indera.
b. Konduktor (Penghantar impuls), dilakukan oleh sistem saraf itu sendiri. Sistem
saraf terdiri dari sel-sel saraf yang disebut neuron.
c. Efektor, adalah bagian tubuh yang menanggapi rangsangan. Efektor yang paling
penting pada manusia adalah otot dan kelenjar (hormon). Otot menanggapi
rangsang yang berupa gerakan tubuh, sedangkan hormon menaggapi rangsang
dengan meningkatkan/menurunkan aktivitas organ tubuh tertentu. Misalnya :
mempercepat/memperlambat

denyut

jantung,

melebarkan/menyempitkan

pembuluh darah dan lain sebagainya.

Fungsi Saraf
1. Menerima informasi (rangsangan) dari dalam maupun dari luar tubuh melalui
saraf sensori . Saraf sensori disebut juga Afferent Sensory Pathway.
2. Mengkomunikasikan informasi antara sistem saraf perifer dan sistem saraf
pusat.
3. Mengolah informasi yang diterima baik ditingkat medula spinalis maupun di
otak untuk selanjutnya menentukan jawaban atau respon.
4. Mengantarkan jawaban secara cepat melalui saraf motorik ke organ-organ
tubuh sebagai kontrol atau modifikasi dari tindakan. Saraf motorik disebut
juga Efferent Motorik Pathway

3
B. Anatomi Fisiologi Sistem Saraf
1. Sel Saraf (Neuron)
Sistem saraf tersusun oleh sel-sel saraf atau neuron. Neuron inilah yang
berperan dalam menghantarkan impuls (rangsangan). Sebuah sel saraf terdiri tiga
bagian utama yaitu badan sel, dendrit dan neurit (akson).

a. Badan sel
Badan sel saraf merupakan bagian yang paling besar dari sel saraf. Badan sel
berfungsi untuk menerima rangsangan dari dendrit dan meneruskannya ke akson.
Badan sel saraf mengandung inti sel dan sitoplasma. Inti sel berfungsi sebagai
pengatur kegiatan sel saraf (neuron). Di dalam sitoplasma terdapat mitokondria yang
berfungsi sebagai penyedia energi untuk membawa rangsangan.

b. Dendrit
Dendrit adalah serabut sel saraf pendek dan bercabang-cabang. Dendrit
merupakan perluasan dari badan sel. Dendrit berfungsi untuk menerima dan
mengantarkan rangsangan ke badan sel.

c. Neurit (akson)
Neurit berfungsi untuk membawa rangsangan dari badan sel ke sel saraf lain.
Neurit dibungkus oleh selubung lemak yang disebut selubung myelin yang terdiri
atas perluasan membran sel Schwann. Selubung ini berfungsi untuk isolator dan
pemberi makan sel saraf. Bagian neurit ada yang tidak dibungkus oleh selubung
mielin. Bagian ini disebut dengan nodus ranvier dan berfungsi mempercepat jalannya
rangsangan.
Antara neuron satu dengan neuron satu dengan neuron berikutnya tidak
bersambungan secara langsung tetapi membentuk celah yang sangat sempit. Celah
antara ujung neurit suatu neuron dengan dendrit neuron lain tersebut dinamakan
sinapsis. Pada bagian sinapsis inilah suatu zat kimia yang disebut neurotransmiter

4
(misalnya asetilkolin) menyeberang untuk membawa impuls dari ujung neurit suatu
neuron ke dendrit neuron berikutnya.

2. Macam-macam Neuron (Sel Saraf)
a. Saraf sensorik
Saraf sensorik adalah saraf yang membawa rangsangan (impuls) dari reseptor
(indra) ke saraf pusat(otak dan sumsum tulang belakang).

b. Saraf motorik
Saraf motorik adalah saraf yang membawa rangsangan (impuls) dari saraf
pusat susunan saraf ke efektor (otot dan kelenjar).

c. Saraf asosiasi
Saraf asosiasi adalah saraf yang menghubungkan rangsangan (impuls) dari
saraf sensorik ke saraf motorik.

3. Impuls
Sel-sel saraf bekerja secara kimiawi. Sel saraf yang sedang tidak aktif
mempunyai potensial listrik yang disebut potensial istirahat. Jika ada rangsang,
misalnya sentuhan, potensial istirahat berubah menjadi potensial aksi. Potensial aksi
merambat dalam bentuk arus listrik yang disebut impuls yang merambat dari sel saraf
ke sel saraf berikutnya sampai ke pusat saraf atau sebaliknya. Jadi, impuls adalah arus
listrik yang timbul akibat adanya rangsang.

4. Sinapsis
Dalam pelaksanaannya, sel-sel saraf bekerja bersama-sama. Pada saat datang
rangsang, impuls mengalir dari satu sel saraf ke sel saraf penghubung, sampai ke
pusat saraf atau sebaliknya dari pusat saraf ke sel saraf terus ke efektor. Hubungan
antara dua sel saraf disebut sinapsis.
Ujung neurit bercabang-cabang, dan ujung cabang yang berhubungan dengan
sel saraf lain membesar disebut bongkol sinaps (knob). Pada hubungan dua sel saraf
yang disebut sinaps tersebut, dilaksanakan dengan melekatnya neurit dengan dendrit
atau dinding sel. Jika impuls sampai ke bongkol sinaps pada bongkol sinaps akan
disintesis zat penghubung atau neurotransmiter, misalnya zat asetilkolin.

5
Dengan zat transmiter inilah akan terjadi potensial aksi pada dendrite yang
berubah menjadi impuls pada sel saraf yang dihubunginya. Setelah itu, asetilkolin
akan segera tidak aktif karena diuraikan oleh enzim kolin esterase menjadi asetat dan
kolin.

5. Mekanisme Penghntaran Impuls Saraf
Seperti halnya jaringan komputer, sistem saraf mengirimkan sinyalsinyal
listrik yang sangat kecil dan bolak-balik, dengan membawa informasi dari satu bagian
tubuh ke bagian tubuh yang lain. Sinyal listrik tersebut dinamakan impuls
(rangsangan). Ada dua cara yang dilakukan neuron sensorik untuk menghantarkan
impuls tersebut, yakni melalui membran sel atau membran plasma dan sinapsis.

Penghantaran Impuls Saraf melalui Membran Plasma
Di dalam neuron, sebenarnya terdapat membran plasma yang sifatnya
semipermeabel. Membran plasma neuron tersebut berfungsi melindungi cairan
sitoplasma yang berada di dalamnya. Hanya ion-ion tertentu akan dapat bertranspor
aktif melewati membran plasma menuju membran plasma neuron lain.
Apabila tidak terdapat rangsangan atau neuron dalam keadaan istirahat, sitoplasma di
dalam membran plasma bermuatan listrik negatif, sedangkan cairan di luar membran
bermuatan positif. Keadaan yang demikian dinamakan polarisasi atau potensial
istirahat. Perbedaan muatan ini terjadi karena adanya mekanisme transpor aktif yakni
pompa natrium-kalium. Konsentrasi ion natrium (Na+) di luar membrane plasma dari
suatu akson neuron lebih tinggi dibandingkan konsentrasi di dalamnya. Sebaliknya,
konsentrasi ion kalium (K+) di dalamnya lebih besar daripada di luar. Akibatnya,
mekanisme transpor aktif terjadi pada membran plasma.
Kemudian, apabila neuron dirangsang dengan kuat, permeabilitas membran
plasma terhadap ion Na+ berubah meningkat. Peningkatan permeabilitas membran ini
menjadikan ion Na+ berdifusi ke dalam membran, sehingga muatan sitoplasma
berubah menjadi positif. Fase seperti ini dinamakan depolarisasi atau potensial aksi.
Sementara itu, ion K+ akan segera berdifusi keluar melewati membrane Fase
ini dinamakan repolarisasi. Perbedaan muatan pada bagian yang mengalami polarisasi
dan depolarisasi akan menimbulkan arus listrik. Kondisi depolarisasi ini akan
berlangsung secara terus-menerus, sehingga menyebabkan arus listrik. Dengan
demikian, impuls saraf akan terhantar sepanjang akson. Setelah impuls terhantar,
bagian yang mengalami depolarisasi akan meng alami fase istirahat kembali dan tidak

6
ada impuls yang lewat. Waktu pemulihan ini dinamakan fase refraktori atau
undershoot.

C. Susunan Sistem Saraf Manusia
Di dalam tubuh kita terdapat miliaran sel saraf yang membentuk sistem saraf.
Sistem saraf manusia tersusun dari sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem
saraf pusat terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang. Sedangkan sistem saraf tepi
terdiri atas sistem saraf somatis dan sistem saraf otonom.

I. Sistem saraf pusat
Tanpa sistem saraf pusat, kemungkinan kita menjadi makhluk yang tak
berdaya dan tidak bisa melakukan apapun. Sebab, di dalam sistem saraf pusat tubuh
kita terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang. Dua bagian tubuh inilah yang
menjadi sentral pusat koordinasi tubuh kita.
Pada manusia, otak dan sumsum tulang belakang dilindungi oleh suatu tulang. Tulang
yang melindungi otak adalah tulang tengkorak, sedangkan sumsum tulang belakang
dilindungi oleh ruas-ruas tulang belakang. Kedua organ penting ini juga dilindungi
oleh suatu lapisan pembungkus yang tersusun dari jaringan pengikat. Lapisan ini
disebut meninges.
a. Otak
Otak merupakan pusat pengatur dari segala kegiatan manusia. Otak manusia
terdiri atas dua belahan (hemisfer) yang besar, yakni belahan kiri dan belahan kanan.
Oleh karena terjadi pindah silang pada tali spinal, belahan otak kiri mengendalikan
sistem bagian kanan tubuh, sebaliknya belahan kanan mengendalikan sistem bagian
kiri tubuh. Tali spinal (sumsum tulang belakang) merupakan tali putih kemilau yang
berasal dari dasar otak hingga tulang belakang. Otak terletak di rongga tengkorak dan
dibungkus oleh tiga lapis selaput kuat yang disebut meninges yang terdiri dari:
a. Lapisan durameter yaitu lapisan yang terdapat di paling luar dari otak dan bersifat
tidak kenyal. Lapisan ini melekat langsung dengan tulang tengkorak. Berfungsi untuk
melindungi

jaringan-jaringan

yang halus

dari otak dan medula

spinalis.

b. Lapisan araknoid yaitu lapisan yang berada dibagian tengah dan terdiri dari lapisan
yang berbentuk jaring laba-laba. Ruangan dalam lapisan ini disebut dengan ruang
subaraknoid dan memiliki cairan yang disebut cairan serebrospinal. Lapisan ini
berfungsi

untuk

melindungi

otak

dan

medulla

spinalis

dari

guncangan.

c. Lapisan piameter yaitu lapisan yang terdapat paling dalam dari otak dan melekat

7
langsung pada otak. Lapisan ini banyak memiliki pembuluh darah. Berfungsi untuk
melindungi otak secara langsung.

Beberapa karateristik khas Otak orang dewasa yaitu mempunyai berat lebih kurang
2% dari berat badan dan mendapat sirkulasi darah sebenyak 20% dari cardiac out put
serta membutuhkan kalori sebesar 400 Kkal setiap hari. Otak merupakan jaringan
yang paling banyak menggunakan energi yang didukung oleh metabolisme oksidasi
glukosa. Kebutuhan oksigen dan glukosa otak relatif konstan, hal ini disebabkan oleh
metabolisme otak yang merupakan proses yang terus menerus tanpa periode istirahat
yang berarti. Bila kadar oksigen dan glukosa kurang dalam jaringan otak maka
metabolisme menjadi terganggu dan jaringan saraf akan mengalami kerusakan.
Secara struktural, cerebrum terbagi menjadi bagian korteks yang disebut korteks
cerebri dan sub korteks yang disebut struktur subkortikal. Korteks cerebri terdiri atas
korteks sensorik yang berfungsi untuk mengenal ,interpretasi impuls sensosrik yang
diterima sehingga individu merasakan, menyadari adanya suatu sensasi rasa/indra
tertentu. Korteks sensorik juga menyimpan sangat banyak data memori sebagai hasil
rangsang sensorik selama manusia hidup. Korteks motorik berfungsi untuk memberi
jawaban atas rangsangan yang diterimanya.
Struktur sub kortikal
a. Basal ganglia; melaksanakan fungsi motorik dengan merinci dan mengkoordinasi
gerakan dasar, gerakan halus atau gerakan trampil dan sikap tubuh.
b. Talamus; merupakan pusat rangsang nyeri
c. Hipotalamus; pusat tertinggi integrasi dan koordinasi sistem saraf otonom dan
terlibat dalam pengolahan perilaku insting seperti makan, minum, seks dan motivasi
d. Hipofise, Bersama dengan hipothalamus mengatur kegiatan sebagian besar kelenjar
endokrindalam sintesa dan pelepasan hormon.

8
1. Otak depan (Prosensefalon)
Pada bagian depan otak manusia terdapat bagian yang paling menonjol
disebut otak besar atau serebrum (cerebrum). Serebrum ini terbagi menjadi belahan
(hemisfer) serebrum kanan dan kiri. Permukaan luar serebrum (korteks serebrum)
berwarna abu-abu karena mengandung banyak badan sel saraf. Selain itu, pada bagian
dalam (medula) otak depan terdapat lapisan yang berwarna putih, karena
mengandung dendrit dan akson.
Korteks serebrum berkaitan dengan sinyal saraf ke dan dari berbagai bagian
tubuh. Karenanya, pada korteks serebrum terdapat area sensorik yang menerima
impuls dari reseptor pada indra. Di samping itu, bagian tersebut terdapat juga area
motorik yang mengirimkan perintah pada efektor. Selain itu, terdapat terdapat area
asosiasi yang menghubungkan area motorik dan sensorik serta berperan dalam
berbagai aktivitas misalnya berpikir, menyimpan ingatan, dan membuat keputusan.
Otak depan manusia terbagi atas empat lobus (bagian), meliputi lobus
frontalis (bagian depan), lobus temporalis (bagian samping), lobus oksipitalis (bagian
belakang), dan lobus parietalis (bagian antara depan-belakang). Pada bagian kepala
manusia, lobus frontalis berada pada bagian dahi; lobus temporalis berada pada
bagian pelipis; lobus oksipitalis berada pada bagian belakang kepala; dan lobus
parietalis berada pada bagian ubun-ubun.
Lobus-lobus ini memiliki fungsi yang beragam. Lobus frontalis berfungsi
sebagai pusat berpikir; lobus temporalis sebagai pusat pendengaran dan berbahasa;
lobus oksipitalis sebagai pusat penglihatan; dan lobus parietalis sebagai pusat
sentuhan dan gerakan.
Otak depan juga mencakup bagian-bagian yang lain, seperti talamus,
hipotalamus, kelenjar pituitari, dan kelenjar pineal. Sebelum diterima area sensorik
serebrum, semua rangsangan akan diproses terlebih dahulu oleh talamus. Hanya
rangsangan penciuman saja yang tidak diterima oleh talamus tersebut. Sedangkan
fungsi talamus yang lain misalnya mengatur suhu dan kandungan air dalam darah,
kemudian juga mengkoordinasi aktivitas yang terkait emosi.
Hipotalamus merupakan bagian yang berfungsi mengatur suhu tubuh, selera
makan, dan tingkah laku. Selain itu, hipotalamus juga mengontrol kelenjar pituitari,
yakni kelenjar hormon yang berperan dalam mengontrol kelenjar-kelenjar homon
lainya, seperti kelenjar tiroid, kelenjar adrenalin, dan pankreas.
2. Otak Tengah (Mesenfalon)

9
Otak tengah manusia berbentuk kecil dan tidak terlalu mencolok. Di dalam
otak tengah terdapat bagian-bagian seperti lobus optik yang mengatur gerak bola
mata dan kolikulus inferior yang mengatur pendengaran. Otak tengah berfungsi
menyampaikan impuls antara otak depan dan otak belakang, kemudian antara otak
depan dan mata.

3. Otak Belakang (Rombesenfalon)
Otak belakang manusia tersusun atas dua bagian utama yakni otak kecil
(serebelum) dan medula oblongata. Serebelum adalah bagian yang berkerut di bagian
belakang otak, dan terdiri atas dua. belahan yang berliku-liku sangat dalam.
Fungsinya

adalah

sebagai

pusat

keseimbangan

dalam

tubuh,

koordinasi

motorik/gerakan otot, dan memantau kedudukan posisi tubuh. Adanya serebelum
memungkinkan kita belajar gerakan yang terlatih dan saksama, seperti menulis atau
bermain musik tanpa berpikir.
Di antara kedua belahan serebelum terdapat suatu bagian yang berisi serabut
saraf. Bagian tersebut dinamakan jembatan varol (pons varolii). Fungsinya ialah
menghantarkan impuls dari bagian kiri dan kanan otak kecil. Selain itu, jembatan
varol juga menghubungkan korteks otak besar dengan otak kecil, dan antara otak
depan dengan sumsum tulang belakang.
Sementara itu, medula oblongata (sumsum lanjutan) tampak seperti ujung
bengkak pada tali spinal. Letaknya di antara bagian tertentu otak dengan sumsum
tulang belakang. Medula oblongata berfungsi saat terjadi proses pengaturan denyut
jantung, tekanan darah, gerakan pernapasan, sekresi ludah, menelan, gerak peristaltik,
batuk, dan bersin. Serebelum, jembatan varol, dan medula oblongata membentuk
batang otak atau Brainstern. Batang otak merupakan bagian otak sebelah bawah yang
berhubungan dengan sumsum tulang belakang. Batang otak berfungsi mengontrol
berbagai proses penting bagi kehidupan, seperti bernapas, denyut jantung, mencerna
makanan, dan membuang kotoran.

b. Sumsum Tulang Belakang
Sumsum tulang belakang atau tali spinal merupakan tali putih kemilau
berbentuk tabung dari dasar otak menuju ke tulang belakang. Pada irisan
melintangnya, tampak ada dua bagian, yakni bagian luar yang berpenampakan putih
dan bagian dalam yang berpenampakan abu-abu dengan berbentuk kupu-kupu.
Bagian luar sumsum tulang belakang berwarna putih, karena tersusun oleh akson dan

10
dendrit yang berselubung mielin. Sedangkan bagian dalamnya berwarna abu-abu,
tersusun oleh badan sel yang tak berselubung mielin dari interneuron dan neuron
motorik.
Apabila sumsum tulang belakang diiris secara vertikal, bagian dalam
berwarna abu-abu terdapat saluran tengah yang disebut ventrikel dan berisi cairan
serebrospinal. Ventrikel ini berhubungan juga dengan ventrikel di dalam otak. Bagian
dalamnya mempunyai dua akar saraf yaitu akar dorsal yang berisi saraf sensorik ke
arah punggung, dan akar ventral yang berisi saraf motorik ke arah perut.
Sumsum tulang belakang memiliki fungsi penting dalam tubuh. Fungsi
tersebut antara lain menghubungkan impuls dari saraf sensorik ke otak dan
sebaliknya, menghubungkan impuls dari otak ke saraf motorik; memungkinkan
menjadi jalur terpendek pada gerak refleks. Mekanisme penghantaran impuls yang
terjadi pada tulang belakang yakni sebagai berikut; rangsangan dari reseptor dibawa
oleh neuron sensorik menuju sumsum tulang belakang melalui akar dorsal untuk
diolah dan ditanggapi. Selanjutnya, impuls dibawa neuron motorik melalui akar
ventral ke efektor untuk direspons.

II. Sistem Saraf Tepi
1. Sistem saraf somatis
Sistem saraf somatis disebut juga dengan sistem saraf sadar Proses yang
dipengaruhi saraf sadar, berarti kamu dapat memutuskan untuk menggerakkan atau
tidak menggerakkan bagian-bagian tubuh di bawah pengaruh sistem ini. Misalnya
ketika kita mendengar bel rumah berbunyi, isyarat dari telinga akan sampai ke otak.
Otak menterjemahkan pesan tersebut dan mengirimkan isyarat ke kaki untuk berjalan
mendekati pintu dan mengisyaratkan ke tangan untuk membukakan pintu.
Sistem saraf somatis terdiri atas :
a. Saraf otak (saraf cranial), saraf otak terdapat pada bagian kepala yang keluar dari
otak dan melewati lubang yang terdapat pada tulang tengkorak. Urat saraf ini
berjumlah 12 pasang.
1. N. Olfactorius
Saraf ini berfungsi sebagai saraf sensasi penghidu, yang terletak dibagian atas
dari mukosa hidung di sebelah atas dari concha nasalis superior.
2. N. Optikus
Saraf ini penting untuk fungsi penglihatan dan merupakan saraf eferen sensori
khusus. Pada dasarnya saraf ini merupakan penonjolan dari otak ke perifer.

11
3. N. Oculomotorius
Saraf ini mempunyai nucleus yang terdapat pada mesensephalon. Saraf ini
berfungsi sebagai saraf untuk mengangkat bola mata
4. N. Trochlearis
Pusat saraf ini terdapat pada mesencephlaon. Saraf ini mensarafi muskulus
oblique yang berfungsi memutar bola mata
5. N. Trigeminus
Saraf ini terdiri dari tiga buah saraf yaitu saraf optalmikus, saraf maxilaris dan
saraf mandibularis yang merupakan gabungan saraf sensoris dan motoris. Ketiga saraf
ini mengurus sensasi umum pada wajah dan sebagian kepala, bagian dalam hidung,
mulut, gigi dan meningen.
6. N. Abducens
Berpusat di pons bagian bawah. Saraf ini menpersarafi muskulus rectus
lateralis. Kerusakan saraf ini dapat menyebabkan bola mata dapat digerakan ke lateral
dan sikap bola mata tertarik ke medial seperti pada Strabismus konvergen.
7. N. Facialias
Saraf ini merupakan gabungan saraf aferen dan eferen. Saraf aferen berfungsi
untuk sensasi umum dan pengecapan sedangkan saraf eferent untuk otot wajah.
8. N. Statoacusticus
Saraf ini terdiri dari komponen saraf pendengaran dan saraf keseimbangan
9. N. Glossopharyngeus
Saraf ini mempersarafi lidah dan pharing. Saraf ini mengandung serabut
sensori khusus. Komponen motoris saraf ini mengurus otot-otot pharing untuk
menghasilkan gerakan menelan. Serabut sensori khusus mengurus pengecapan di
lidah. Disamping itu juga mengandung serabut sensasi umum di bagian belakang
lidah, pharing, tuba, eustachius dan telinga tengah.
10 N. Vagus
Saraf ini terdiri dari tiga komponen: a) komponen motoris yang mempersarafi
otot-otot pharing yang menggerakkan pita suara, b) komponen sensori yang
mempersarafi bagian bawah pharing, c) komponen saraf parasimpatis yang
mempersarafi sebagian alat-alat dalam tubuh.
11. N. Accesorius
Merupakan komponen saraf kranial yang berpusat pada nucleus ambigus dan
komponen spinal yang dari nucleus motoris segmen C 1-2-3. Saraf ini mempersarafi
muskulus Trapezius dan Sternocieidomastoideus.

12
12. Hypoglosus
Saraf ini merupakan saraf eferen atau motoris yang mempersarafi otot-otot
lidah. Nukleusnya terletak pada medulla di dasar ventrikularis IV dan menonjol
sebagian pada trigonum hypoglosi.

b. Saraf sumsum tulang belakang (saraf spinal), saraf sumsum tulang belakang
berjumlah 31 pasang . Saraf sumsum tulang belakang berfungsi untuk meneruskan
impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat juga meneruskan impuls dari sistem saraf
pusat ke semua otot rangka tubuh.
Medula spinalis merupakan perpanjangan medula oblongata ke arah kaudal di
dalam kanalis vertebralis mulai setinggi cornu vertebralis cervicalis I memanjang
hingga setinggi cornu vertebralis lumbalis I - II. Terdiri dari 31 segmen yang setiap
segmennya terdiri dari satu pasang saraf spinal. Dari medula spinalis bagian cervical
keluar 8 pasang , dari bagian thorakal 12 pasang, dari bagian lumbal 5 pasang dan
dari bagian sakral 5 pasang serta dari coxigeus keluar 1 pasang saraf spinalis. Seperti
halnya otak, medula spinalispun terbungkus oleh selaput meninges yang berfungsi
melindungi saraf spinal dari benturan atau cedera.

2. Sistem saraf autonom (tak sadar)
Sistem saraf autonom merupakan bagian dari susunan saraf tepi yang
bekerjanya tidak dapat disadari dan bekerja secara otomatis. Sistem saraf autonom
mengendalikan kegiatan organ-organ dalam seperti otot perut, pembuluh darah,
jantung dan alat-alat reproduksi.
Menurut fungsinya, saraf autonom terdiri atas dua macam yaitu:
a. Sistem saraf simpatik
b. Sistem saraf parasimpatik
Sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik bekerja secara antagonis
(berlawanan) dalam mengendalikan kerja suatu organ. Organ atau kelenjar yang
dikendalikan oleh sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik disebut sistem
pengendalian ganda.
Fungsi dari sistem saraf simpatik adalah sebagai berikut :
Mempercepat denyut jantung.
Memperlebar pembuluh darah.
Memperlebar bronkus.
Mempertinggi tekanan darah

13
Memperlambat gerak peristaltis.
Memperlebar pupil.
Menghambat sekresi empedu.
Menurunkan sekresi ludah.
Meningkatkan sekresi adrenalin.
Sistem saraf parasimpatik memiliki fungsi yang berkebalikan dengan fungsi
sistem saraf simpatik. Misalnya pada sistem saraf simpatik berfungsi mempercepat
denyut jantung, sedangkan pada sistem saraf parasimpatik akan memperlambat
denyut jantung.

D. Konsep Patologis/Penyakit-Penyakit Pada Sistem Saraf
1. Parkinson
Pengertian
Penyakit Parkinson adalah penyakit saraf progresif yang berdampak terhadap
respon mesenfalon dan pergerakan regulasi. Penyakit ini ini bersifat lambat yang
menyerang usia pertengahan atau lanjut, dengan onset pada umur 50 sampai
60an.Tidak ditemukan sebab genetik yang jelas dan tidak ada pengobatan yang dapat
menyembuhkannya.

Etiologi
Penyakit Parkinson sering dihubungkan dengan kelainan neurotransmitter di otak
faktor-faktor lainnya seperti :
1. Defisiensi dopamine dalam substansia nigra di otak memberikan respon gejala
penyakit Parkinson,
2. Etiologi yang mendasarinya mungkin berhubungan dengan virus, genetik,
toksisitas, atau penyebab lain yang tidak diketahui.

Patofisiologi
Pada kebanyakan klien,penyebab penyakit tersebut tidak diketahui,tetapi
terlihat pada usia lanjut.kondisi ini menyertai keracunan, toksisitas ( mangan,karbon
monoksida ) hipoksia atau dapat akibat pengaruh obat.krisis oligurik:menyertai
parkinsonisme jenis spasme otot-otot konjunggasi mata.

Gejala Klinis
Penyakit Parkinson memiliki gejala klinis sebagai berikut:

14
o Bradikinesia (pergerakan lambat), hilang secara spontan,
o Tremor yang menetap ,
o Tindakan dan pergerakan yang tidak terkontrol,
o Gangguan saraf otonom (sulit tidur, berkeringat, hipotensi ortostatik,
o Depresi, demensia,
o Wajah seperti topeng

2. Alzheimer

Pengertian
Dementia adalah sindrom mental yang ditandai dengan hilangnya kemampuan
intelektual secara menyeluruh yang mencakup gangguan mengingat, penilaian, dan
pemikiran abstrak demikian juga dengan perubahan tingkah laku, tetapi tidak
disebabkan oleh kesadaran yang berkabut, depresi atau gangguan fungsional mental
lainnya. Alzheimer merupakan penyakit dementia primer yang tersering. Penyakit
Alzheimer (AD) adalah penyakit yang bersifat degeneraif dan progresif pada otak
yang menyebabkan cacat spesifik pada neuron, serta mengakibatkan gangguan
memori, berfikir, dan tingkah laku (Price dan Wilson, 2006).

Etiologi
Penyebab penyakit Alzheimer yang pasti pada saat ini belum diketahui.
Sedangkan, Usia dan riwayat keluarga adalah faktor resiko yang sudah terbukti untuk
penyakit Alzheimer. Bila anggota keluarga ada yang menderita penyakit ini, maka
diklasifikasikan sebagai familiar atau Alzheimer Disease Familial (FAD). Penyakit
Alzheimer yang timbul tanpa diketahui ada riwayat familiarnya disebut sporadic atau
Alzheimer
1.

Disease

Sporadic

(ADS).

AD

juga

digambarkan

sebagai:

awitan dini (gejala pertama muncul sebelum usia 65 tahun, yaitu dalam kisaran

30-60 tahun).
AD awitan dini ini jarang terjadi yaitu angka kejadiannya sekitar 5% sampai
10%. AD awitan dini ini cenderung terjadi dalam keluarga, yang dipercayai sebagai
penyebab sebenarnya adalah karena adanya mutasi gen yang diwasirkan secara
autosomal. Sejauh ini, tiga gen awitan dini mutasi penyebab AD telah diidentifikasi
pada tiga kromosom yang berbeda. Yaitu kromosom nomer 21, 14, dan 1.
2.

awitan lambat (gejala pertama muncul pada usia lebih dari 65 tahun).

Para ahli mengemukakan bahwa lebih dari satu gen yang terlibat dalam meningkatkan
risiko seseorang untuk terkena AD awitan lambat.
Penyakit Alzheimer dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:
15
Faktor genetic
Beberapa peneliti mengungkapkan 50% prevalensi kasus alzheimer ini
diturunkan melalui gen autosomal dominant. Individu keturunan garis pertama pada
keluarga penderita alzheimer mempunyai resiko menderita demensia 6 kali lebih
besar dibandingkan kelompok kontrol normal. Pemeriksaan genetika DNA pada
penderita alzheimer dengan familial early onset terdapat kelainan lokus pada
kromosom 21 diregio proximal log arm, sedangkan pada familial late onset
didapatkan kelainan lokus pada kromosom 19. Begitu pula pada penderita down
syndrome mempunyai kelainan gen kromosom 21, setelah berumur 40 tahun terdapat
neurofibrillary tangles (NFT), senile plaque dan penurunan marker kolinergik pada
jaringan otaknya yang menggambarkan kelainan histopatologi pada penderita
alzheimer. Hasil penelitian penyakit alzheimer terhadap anak kembar menunjukkan
40-50% adalah monozygote dan 50% adalah dizygote. Keadaan ini mendukung
bahwa faktor genetik berperan dalam penyaki alzheimer. Pada sporadik non familial
(50-70%), beberapa penderitanya ditemukan kelainan lokus kromosom 6, keadaan ini
menunjukkan bahwa kemungkinan faktor lingkungan menentukan ekspresi genetika
pada alzheimer.

Faktor infeksi
Ada hipotesa menunjukkan penyebab infeksi virus pada keluarga penderita
alzheimer yang dilakukan secara immuno blot analisis, ternyata diketemukan adanya
antibodi reaktif. Infeksi virus tersebut menyebabkan infeksi pada susunan saraf pusat
yang bersipat lambat, kronik dan remisi. Beberapa penyakit infeksi seperti
Creutzfeldt-Jacob disease dan kuru, diduga berhubungan dengan penyakit alzheimer.
Hipotesa tersebut mempunyai beberapa persamaan antara lain:
1. manifestasi klinik yang sama
2. Tidak adanya respon imun yang spesifik
3. Adanya plak amyloid pada susunan saraf pusat
4. Timbulnya gejala mioklonus
5. Adanya gambaran spongioform

Faktor lingkungan
Faktor lingkungan juga dapat berperan dalam patogenesa penyakit alzheimer.
Faktor lingkungan antar alain, aluminium, silicon, mercury, zinc. Aluminium
merupakan neurotoksik potensial pada susunan saraf pusat yang ditemukan

16
neurofibrillary tangles (NFT) dan senile plaque (SPINALIS). Hal tersebut diatas
belum dapat dijelaskan secara pasti, apakah keberadaan aluminum adalah penyebab
degenerasi neurosal primer atau sesuatu hal yang tumpang tindih. Pada penderita
alzheimer, juga ditemukan keadan ketidak seimbangan merkuri, nitrogen, fosfor,
sodium, dengan patogenesa yang belum jelas. Ada dugaan bahwa asam amino
glutamat akan menyebabkan depolarisasi melalui reseptor N-methy D-aspartat
sehingga kalsium akan masuk ke intraseluler (Cairan-influks) danmenyebabkan
kerusakan metabolisma energi seluler dengan akibat kerusakan dan kematian neuron.

Faktor imunologis
60% pasien yang menderita alzheimer didapatkan kelainan serum protein seperti
penurunan albumin dan peningkatan alpha protein, anti trypsin alphamarcoglobuli
dan haptoglobuli. Terdapat hubungan bermakna dan meningkat dari penderita
alzheimer dengan penderita tiroid. Tiroid Hashimoto merupakan penyakit inflamasi
kronik yang sering didapatkan pada wanita muda karena peranan faktor immunitas.

Faktor trauma
Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan penyakit alzheimer
dengan trauma kepala. Hal ini dihubungkan dengan petinju yang menderita demensia
pugilistik, dimana pada otopsinya ditemukan banyak neurofibrillary tangles.

Faktor neurotransmiter
Perubahan neurotransmitter pada jaringan otak penderita alzheimer mempunyai
peranan yang sangat penting seperti: Asetilkolin, Noradrenalin, Dopamin, Serotonin,
MAO (Monoamine Oksidase)

Tanda dan Gejala
Gejala klinis pada penyakit Alzheimer dapat terlihat sebagai berikut :
 Kehilangan daya ingat/memori
 Kesulitan

melakukan

aktivitas

rutin

yang

biasa

Seperti tidak tahu bagaimana cara membuka baju atau tidak tahu urutanurutan menyiapkan makanan.
 Kesulitan berbahasa.
 Disorientasi waktu dan tempat.

17
 Penurunan

dalam

memutuskan

sesuatu

atau

fungsi

eksekutif

Misalnya tidak dapat memutuskan menggunakan baju hangat untuk cuaca
dingin atau sebaliknya.
 Salah menempatkan barang.
 Perubahan tingkah laku.
 Perubahan perilaku
 Kehilangan

3. BELL’S PALSY
Pengertian
Bell’s palsy atau prosoplegia adalah kelumpuhan fasialis tipe lower motor
neuron akibat paralisis nervus fasial perifer yang terjadi secara akut dan penyebabnya
tidak diketahui (idiopatik) di luar sistem saraf pusat tanpa disertai adanya penyakit
neurologis lainnya.
Paralisis fasial idiopatik atau Bell’s palsy, ditemukan oleh Sir Charles Bell,
dokter dari Skotlandia. Bell’s palsy sering terjadi setelah infeksi virus atau setelah
imunisasi, lebih sering terjadi pada wanita hamil dan penderita diabetes serta
penderita hipertensi. Bukti-bukti dewasa ini menunjukkan bahwa Herpes simplex tipe
1 berperan pada kebanyakan kasus. Berdasarkan temuan ini, paralisis fasial idiopatik
sebagai nama lain dari Bell’s palsy tidak tepat lagi dan mungkin lebih baik
menggantinya dengan istilah paralisis fasial herpes simpleks atau paralisis fasial
herpetik.
Lokasi cedera nervus fasialis pada Bell’s palsy adalah di bagian perifer nukleus
nervus VII. Cedera tersebut terjadi di dekat ganglion genikulatum. Salah satu gejala
Bell’s palsy adalah kelopak mata sulit menutup dan saat penderita berusaha menutup
kelopak matanya, matanya terputar ke atas dan matanya tetap kelihatan. Gejala ini
disebut juga fenomena Bell. Pada observasi dapat dilihat juga bahwa gerakan kelopak
mata yang tidak sehat lebih lambat jika dibandingkan dengan gerakan bola mata yang
sehat (lagoftalmos).
Etiologi
Diperkirakan, penyebab Bell’s palsy adalah virus. Akan tetapi, baru beberapa
tahun terakhir ini dapat dibuktikan etiologi ini secara logis karena pada umumnya
kasus Bell’s palsy sekian lama dianggap idiopatik. Telah diidentifikasi gen Herpes
Simpleks Virus (HSV) dalam ganglion genikulatum penderita Bell’s palsy. Dulu,

18
masuk angin (misalnya hawa dingin, AC, atau menyetir mobil dengan jendela
terbuka) dianggap sebagai satu-satunya pemicu Bell’s palsy. Akan tetapi, sekarang
mulai diyakini HSV sebagai penyebab Bell’s palsy. Tahun 1972, McCormick
pertama kali mengusulkan HSV sebagai penyebab paralisis fasial idiopatik. Dengan
analaogi bahwa HSV ditemukan pada keadaan masuk angin (panas dalam/cold sore),
dan beliau memberikan hipotesis bahwa HSV bisa tetap laten dalam ganglion
genikulatum. Sejak saat itu, penelitian biopsi memperlihatkan adanya HSV dalam
ganglion genikulatum pasien Bell’s palsy. Murakami at.all melakukan tes PCR
(Polymerase-Chain Reaction) pada cairan endoneural N.VII penderita Bell’s palsy
berat yang menjalani pembedahan dan menemukan HSV dalam cairan endoneural.
Apabila HSV diinokulasi pada telinga dan lidah tikus, maka akan ditemukan antigen
virus dalam nervus fasialis dan ganglion genikulatum. Varicella Zooster Virus (VZV)
tidak ditemukan pada penderita Bell’s palsy tetapi ditemukan pada penderita Ramsay
Hunt syndrome.

Patofisiologi
Para ahli menyebutkan bahwa pada Bell’s palsy terjadi proses inflamasi akut
pada nervus fasialis di daerah tulang temporal, di sekitar foramen stilomastoideus.
Bell’s palsy hampir selalu terjadi secara unilateral. Namun demikian dalam jarak
waktu satu minggu atau lebih dapat terjadi paralysis bilateral. Penyakit ini dapat
berulang atau kambuh. Patofisiologinya belum jelas, tetapi salah satu teori
menyebutkan terjadinya proses inflamasi pada nervus fasialis yang menyebabkan
peningkatan diameter nervus fasialis sehingga terjadi kompresi dari saraf tersebut
pada saat melalui tulang temporal. Perjalanan nervus fasialis keluar dari tulang
temporal melalui kanalis fasialis yang mempunyai bentuk seperti corong yang
menyempit pada pintu keluar sebagai foramen mental. Dengan bentukan kanalis yang
unik tersebut, adanya inflamasi, demyelinisasi atau iskemik dapat menyebabkan
gangguan dari konduksi. Impuls motorik yang dihantarkan oleh nervus fasialis bisa
mendapat gangguan di lintasan supranuklear, nuklear dan infranuklear. Lesi
supranuklear bisa terletak di daerah wajah korteks motorik primer atau di jaras
kortikobulbar ataupun di lintasan asosiasi yang berhubungan dengan daerah
somatotropik wajah di korteks motorik primer. Karena adanya suatu proses yang
dikenal awam sebagai “masuk angin” atau dalam bahasa inggris “cold”. Paparan
udara dingin seperti angin kencang, AC, atau mengemudi dengan kaca jendela yang
terbuka diduga sebagai salah satu penyebab terjadinya Bell’s palsy. Karena itu nervus

19
fasialis bisa sembab, ia terjepit di dalam foramen stilomastoideus dan menimbulkan
kelumpuhan fasialis LMN. Pada lesi LMN bias terletak di pons, di sudut serebelopontin, di os petrosum atau kavum timpani, di foramen stilomastoideus dan pada
cabang-cabang tepi nervus fasialis. Lesi di pons yang terletak di daerah sekitar inti
nervus abdusens dan fasikulus longitudinalis medialis. Karena itu paralisis fasialis
LMN tersebut akan disertai kelumpuhan muskulus rektus lateralis atau gerakan
melirik ke arah lesi. Selain itu, paralisis nervus fasialis LMN akan timbul
bergandengan dengan tuli perseptif ipsilateral dan ageusia (tidak bisa mengecap
dengan 2/3 bagian depan lidah). Berdasarkan beberapa penelitian bahwa penyebab
utama Bell’s palsy adalah reaktivasi virus herpes (HSV tipe 1 dan virus herpes zoster)
yang menyerang saraf kranialis. Terutama virus herpes zoster karena virus ini
menyebar ke saraf melalui sel satelit. Pada radang herpes zoster di ganglion
genikulatum, nervus fasialis bisa ikut terlibat sehingga menimbulkan kelumpuhan
fasialis LMN.
Kelumpuhan pada Bell’s palsy akan terjadi bagian atas dan bawah dari otot
wajah seluruhnya lumpuh. Dahi tidak dapat dikerutkan, fisura palpebra tidak dapat
ditutup dan pada usaha untuk memejam mata terlihatlah bola mata yang berbalik ke
atas. Sudut mulut tidak bisa diangkat. Bibir tidak bisa dicucurkan dan platisma tidak
bisa digerakkan. Karena lagoftalmos, maka air mata tidak bisa disalurkan secara
wajar sehingga tertimbun disitu.

Gejala klinik
Pada awalnya, penderita merasakan ada kelainan di mulut pada saat bangun
tidur, menggosok gigi atau berkumur, minum atau berbicara. Setelah merasakan
adanya kelainan di daerah mulut maka penderita biasanya memperhatikannya lebih
cermat dengan menggunakan cermin.
Mulut tampak moncong terlebih pada saat meringis, kelopak mata tidak dapat
dipejamkan (lagoftalmos), waktu penderita disuruh menutup kelopak matanya maka
bola mata tampak berputar ke atas.(tanda Bell). Penderita tidak dapat bersiul atau
meniup, apabila berkumur atau minum maka air keluar melalui sisi mulut yang
lumpuh.

4. DEMENSIA
Pengertian

20
Demensia merupakan sindroma yang ditandai oleh berbagai gangguan fungsi kognitif
tanpa gangguan kesadaran.( Harold I. Kaplan, MD,dkk, 1997, hal.512).
Demensia adalah gangguan kronis dengan awitan lambat dan biasanya berprognosis
buruk. (Issacs,Ann, 2004, hal. 260).
Demensia adalah keadaan dimana seseorang mengalami penurunan kemampuan daya
ingat dan daya ingat dan daya pikir dan kemampuan kemampun tersebut
menimbulkan gangguan terhadap fungsi kehidupan sehari-hari.
Demensia dikenal sebagai keadaan organik kronika atau sindroma otak kronika atau
kegagalan otak. ( I.M. ingram G.C. timbury. R.M. mowbray, 1993, hal.29 ).

Etiologi
Demensia disebabkan oleh :
a. Kondisi akut yang tidak diobati atau tidak dapat disembuhkan, bila kondisi
akut yang menyebabkan delirium atau tidak dapat diobati, terdapat
kemungkinan bahwa kondisi ini akan menjadi kronik dan karenanya dapat
dianggap sebagai demensia.
b. Penyakit vaskular, seperti hipertensi, arteriosklerosis, dan ateroklerosis dapat
menyebabkan stroke.
c. Penyakit Parkinson: demensia menyerang 40% dari pasien-pasien ini.
d. Penyakit prion ( Protein yang terdapat dalam proses infeksi penyakit
Creutzfeldt-Jakob).
e. Infeksi human imuno defesiensi virus (HIV) dapat menyerang system saraf
pusat, menyebabkan ensefalopati HIV atau komlek demensia AIDS.
f. Gangguan struktur jaringan otak, seperti tekanan normal hidrosefalus dan
cedera akibat trauma kepala

Patofisiologi
Perjalanan penyakit yang klasik pada demensia adalah awitan (onset) yang
dimulai pada usia 50 atau 60-an dengan perburukan yang bertahap dalam 5 atau 10
tahun, yang sering berakhir dengan kematian. Usia awitan dan kecepatan perburukan
bervariasi diantara jenis-jenis demensia dan kategori diagnostik masing-masing
individu. Usia harapan hidup pada pasien dengan demensia tipe Alzheimer adalah
sekitar 8 tahun, dengan rentang 1 hingga 20 tahun. Data penelitian menunjukkan
bahwa penderita demensia dengan awitan yang dini atau dengan riwayat keluarga
menderita demensia memiliki kemungkinan perjalanan penyakit yang lebih cepat.

21
Dari suatu penelitian terbaru terhadap 821 penderita penyakit Alzheimer, rata-rata
angka harapan hidup adalah 3,5 tahun. Sekali demensia didiagnosis, pasien harus
menjalani pemeriksaan medis dan neurologis lengkap, karena 10 hingga 15 persen
pasien dengan demensia potensial mengalami perbaikan (reversible) jika terapi yang
diberikan telah dimulai sebelum kerusakan otak yang permanen terjadi.

Manifestasi Klinis
 gangguan daya ingat
 Perubahan kepribadian
 Orientasi
 Gangguan bahasa
 Psikosis
 Mudah tersinggung, bermusuhan
 Gangguan lain: Psikiatrik, Neurologis, Reaksi Katastropik, Sindroma
Sundowner
 Kesulitan mengatur penggunaan keuangan
 Tidak bisa pulang kerumah jika berpergian

5. MULTIPEL SKLEROSIS
Definisi
Multipel Sklerosis (MS) adalah penyakit degenerati sistem saraf pusat (SSP)
kronis yang meliputi kerusakan mielin (material lemak & protein dari selaput
saraf) (rencana asuhan keperawatan klinik, hal 247)
MS secara umum dianggap sebagai penyakit autoimun, dimana sistem imun
tubuh sendiri, yang normalnya bertanggung jawab untuk mempertahankan
tubuh terhadap penyakit virus dan bakteri, dengan alasan yang tidak diketahui
mulai menyerang jaringan tubuh normal. Pada kasus ini menyerang sel yang
membentuk mielin. (rencana asuhan keperawatan klinik, hal 247)
Ms merupakan penyakit kronis dimana terjadi demielinisasi ireguler pada
susunan saraf pusat / perier yang mengakibatkan berbagai derajat penurunan
motorik, sensorik dan juga kognitif.
MS merupakan penyakit kronis dari

sistem saraf pusat degeratif

dikarakteristikan oleh adanya bercak kecil demielinasi pada otak dan medula
spinalis (KMB, Brunner, hal 2182)

22
Etiologi
Gangguan autoimun (kemungkinan dirangsag / infeksi virus)
Kelainan pada unsur pokok lipid mielin
Racun yang beredar dalam CSS
Infeksi virus pada SSP (morbili, destemper anjing)

Manifestasi Klinis
o Kelelahan
o Kehilangan keseimbangan
o Lemah
o Kebas, kesemutan
o Kesukaran koordinasi
o Gangguan penglihatan – diplobia, buta parsial / total
o Kelemahan ekstermitas spastik dan kehilangan refleks abdomen
o Depresi
o Afaksia

23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem saraf adalah sistem organ pada manusia yang terdiri atas sel neuron
yang mengkoordinasikan aktivitas otot, memonitor organ, membentuk atau
menghentikan masukan dari indra, dan mengaktifkan aksi. Komponen utama dalam
sistem saraf adalah neuron yang diikat oleh sel-sel neuroglia, neuron memainkan
peranan penting dalam koordinasi. Sistem saraf pada manusia secara umum dibagi
menjadi dua, yaitu sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi.
Sistem saraf sangat berperan dalam iritabilitas tubuh. Iritabilitas adalah kemampuan
menanggapi rangsangan.

B. Saran
Semoga makalah ini dapat dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan dan
sasarannya. Kami selalu membuka diri untuk menerima saran dan kritik dari semua
pihak yang sama-sama bertujuan membangun makalah ini demi perbaikan dan
penyempurnaan dalam pembuatan makalah kami ke depannya.

24
25

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Prosedur Mengganti Cairan Infus
Prosedur Mengganti Cairan InfusProsedur Mengganti Cairan Infus
Prosedur Mengganti Cairan Infuspjj_kemenkes
 
Antomi Fisiologi Sistem Endokrin
Antomi Fisiologi Sistem EndokrinAntomi Fisiologi Sistem Endokrin
Antomi Fisiologi Sistem EndokrinHetty Astri
 
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdfImplementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdfﱞﱞ ﱞﱞ ﱞﱞ
 
134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasi134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasinanang aw aw
 
Sistem perkemihan power point
Sistem perkemihan power pointSistem perkemihan power point
Sistem perkemihan power pointFatimah Zahra
 
Kebutuhan Rasa Aman (ASKEP NYERI)
Kebutuhan Rasa Aman (ASKEP NYERI)Kebutuhan Rasa Aman (ASKEP NYERI)
Kebutuhan Rasa Aman (ASKEP NYERI)Sulistia Rini
 
KUMPULAN SDKI SLKI SIKI TERBARU.docx
KUMPULAN SDKI SLKI SIKI TERBARU.docxKUMPULAN SDKI SLKI SIKI TERBARU.docx
KUMPULAN SDKI SLKI SIKI TERBARU.docxMERYMARLINA1
 
Kebutuhan seksual _Keperawatan Dasar
Kebutuhan seksual _Keperawatan Dasar Kebutuhan seksual _Keperawatan Dasar
Kebutuhan seksual _Keperawatan Dasar Desi Ardhina
 
Asuhan keperawatan intranatal
Asuhan keperawatan intranatalAsuhan keperawatan intranatal
Asuhan keperawatan intranatalAmalia Senja
 
Asuhan keperawatan komunitas dan contoh kasus
Asuhan keperawatan komunitas dan contoh kasusAsuhan keperawatan komunitas dan contoh kasus
Asuhan keperawatan komunitas dan contoh kasusheri damanik
 
Teori Sistem dalam pelayanan kesehatan
Teori Sistem dalam pelayanan kesehatanTeori Sistem dalam pelayanan kesehatan
Teori Sistem dalam pelayanan kesehatanMuhammad Awaludin
 
Prosedur Melepaskan Infus
Prosedur Melepaskan InfusProsedur Melepaskan Infus
Prosedur Melepaskan Infuspjj_kemenkes
 
Asuhan keperawatan pada ny. d dengan post partum normal di wilayah kerja pusk...
Asuhan keperawatan pada ny. d dengan post partum normal di wilayah kerja pusk...Asuhan keperawatan pada ny. d dengan post partum normal di wilayah kerja pusk...
Asuhan keperawatan pada ny. d dengan post partum normal di wilayah kerja pusk...Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah Konsep Dasar Oksigenasi Kebutuhan Dasar Manusia 1
Makalah Konsep Dasar Oksigenasi Kebutuhan Dasar Manusia 1Makalah Konsep Dasar Oksigenasi Kebutuhan Dasar Manusia 1
Makalah Konsep Dasar Oksigenasi Kebutuhan Dasar Manusia 1Fhyter DrifacHy DrimeTana
 
Konsep kebutuhan eliminasi Urine
Konsep kebutuhan eliminasi UrineKonsep kebutuhan eliminasi Urine
Konsep kebutuhan eliminasi UrineSulistia Rini
 

Was ist angesagt? (20)

Prosedur Mengganti Cairan Infus
Prosedur Mengganti Cairan InfusProsedur Mengganti Cairan Infus
Prosedur Mengganti Cairan Infus
 
Antomi Fisiologi Sistem Endokrin
Antomi Fisiologi Sistem EndokrinAntomi Fisiologi Sistem Endokrin
Antomi Fisiologi Sistem Endokrin
 
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisikPemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik
 
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdfImplementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
 
134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasi134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasi
 
Sistem perkemihan power point
Sistem perkemihan power pointSistem perkemihan power point
Sistem perkemihan power point
 
faktor faktor yang mempengaruhi eliminasi urine
 faktor faktor yang mempengaruhi eliminasi urine faktor faktor yang mempengaruhi eliminasi urine
faktor faktor yang mempengaruhi eliminasi urine
 
Kebutuhan Rasa Aman (ASKEP NYERI)
Kebutuhan Rasa Aman (ASKEP NYERI)Kebutuhan Rasa Aman (ASKEP NYERI)
Kebutuhan Rasa Aman (ASKEP NYERI)
 
KUMPULAN SDKI SLKI SIKI TERBARU.docx
KUMPULAN SDKI SLKI SIKI TERBARU.docxKUMPULAN SDKI SLKI SIKI TERBARU.docx
KUMPULAN SDKI SLKI SIKI TERBARU.docx
 
Kebutuhan seksual _Keperawatan Dasar
Kebutuhan seksual _Keperawatan Dasar Kebutuhan seksual _Keperawatan Dasar
Kebutuhan seksual _Keperawatan Dasar
 
Kebutuhan mekanika tubuh dan ambulasi
Kebutuhan mekanika tubuh dan ambulasiKebutuhan mekanika tubuh dan ambulasi
Kebutuhan mekanika tubuh dan ambulasi
 
Form askep JIWA
Form askep JIWAForm askep JIWA
Form askep JIWA
 
Sp rpk
Sp rpkSp rpk
Sp rpk
 
Asuhan keperawatan intranatal
Asuhan keperawatan intranatalAsuhan keperawatan intranatal
Asuhan keperawatan intranatal
 
Asuhan keperawatan komunitas dan contoh kasus
Asuhan keperawatan komunitas dan contoh kasusAsuhan keperawatan komunitas dan contoh kasus
Asuhan keperawatan komunitas dan contoh kasus
 
Teori Sistem dalam pelayanan kesehatan
Teori Sistem dalam pelayanan kesehatanTeori Sistem dalam pelayanan kesehatan
Teori Sistem dalam pelayanan kesehatan
 
Prosedur Melepaskan Infus
Prosedur Melepaskan InfusProsedur Melepaskan Infus
Prosedur Melepaskan Infus
 
Asuhan keperawatan pada ny. d dengan post partum normal di wilayah kerja pusk...
Asuhan keperawatan pada ny. d dengan post partum normal di wilayah kerja pusk...Asuhan keperawatan pada ny. d dengan post partum normal di wilayah kerja pusk...
Asuhan keperawatan pada ny. d dengan post partum normal di wilayah kerja pusk...
 
Makalah Konsep Dasar Oksigenasi Kebutuhan Dasar Manusia 1
Makalah Konsep Dasar Oksigenasi Kebutuhan Dasar Manusia 1Makalah Konsep Dasar Oksigenasi Kebutuhan Dasar Manusia 1
Makalah Konsep Dasar Oksigenasi Kebutuhan Dasar Manusia 1
 
Konsep kebutuhan eliminasi Urine
Konsep kebutuhan eliminasi UrineKonsep kebutuhan eliminasi Urine
Konsep kebutuhan eliminasi Urine
 

Ähnlich wie Makalah sistem persarafan AKPER PEMKAB MUNA

Ähnlich wie Makalah sistem persarafan AKPER PEMKAB MUNA (20)

Modul pertemuan psy faal pkk ke 4 materi sel sarap
Modul pertemuan psy faal pkk ke 4 materi sel sarapModul pertemuan psy faal pkk ke 4 materi sel sarap
Modul pertemuan psy faal pkk ke 4 materi sel sarap
 
Neurofisiologi neuron
Neurofisiologi neuronNeurofisiologi neuron
Neurofisiologi neuron
 
Sistem saraf by meidina
Sistem saraf by meidinaSistem saraf by meidina
Sistem saraf by meidina
 
Jaringan Saraf
Jaringan SarafJaringan Saraf
Jaringan Saraf
 
Jaringan saraf
Jaringan sarafJaringan saraf
Jaringan saraf
 
sistem saraf manusia
sistem saraf manusiasistem saraf manusia
sistem saraf manusia
 
Biologi bab 8
Biologi bab 8Biologi bab 8
Biologi bab 8
 
Bab 8 sistem regulasi manusia
Bab 8 sistem regulasi manusiaBab 8 sistem regulasi manusia
Bab 8 sistem regulasi manusia
 
sistem saraf
sistem sarafsistem saraf
sistem saraf
 
Sistem saraf pada manusia
Sistem saraf pada manusiaSistem saraf pada manusia
Sistem saraf pada manusia
 
SISTEM SARAF
SISTEM SARAFSISTEM SARAF
SISTEM SARAF
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
PPT Sistem saraf_XI2.pptx
PPT Sistem saraf_XI2.pptxPPT Sistem saraf_XI2.pptx
PPT Sistem saraf_XI2.pptx
 
Bab 8 Sistem Regulasi Manusia.pptx
Bab 8 Sistem Regulasi Manusia.pptxBab 8 Sistem Regulasi Manusia.pptx
Bab 8 Sistem Regulasi Manusia.pptx
 
Biologi - Sistem Saraf
Biologi - Sistem SarafBiologi - Sistem Saraf
Biologi - Sistem Saraf
 
Anatomi fisiologi sistem saraf
Anatomi fisiologi sistem sarafAnatomi fisiologi sistem saraf
Anatomi fisiologi sistem saraf
 
Rangkuman ipa
Rangkuman ipa Rangkuman ipa
Rangkuman ipa
 
Kelompok 2, struktur dan sistem saraf
Kelompok 2, struktur dan sistem sarafKelompok 2, struktur dan sistem saraf
Kelompok 2, struktur dan sistem saraf
 
SISTEM SARAF DAN HORMON
SISTEM SARAF DAN HORMONSISTEM SARAF DAN HORMON
SISTEM SARAF DAN HORMON
 
PPT ANATOMI SISTEM SARAF.pptx
PPT ANATOMI SISTEM SARAF.pptxPPT ANATOMI SISTEM SARAF.pptx
PPT ANATOMI SISTEM SARAF.pptx
 

Mehr von Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

Mehr von Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Makalah sistem persarafan AKPER PEMKAB MUNA

  • 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Struktur dan Fungsi Sistem persarafan terdiri dari sel-sel saraf yang disebut neuron dan jaringan penunjang yang disebut neuroglia . Tersusun membentuk sistem saraf pusat (SSP) dan sistem saraf tepi (SST). SSP terdiri atas otak dan medula spinalis sedangkan sistem saraf tepi merupakan susunan saraf diluar SSP yang membawa pesan ke dan dari sistem saraf pusat. Sistem persarafan berfungsi dalam mempertahankan kelangsungan hidup melalui berbagai mekanisme sehingga tubuh tetap mencapai keseimbangan. Stimulasi yang diterima oleh tubuh baik yang bersumber dari lingkungan internal maupun eksternal menyebabkan berbagai perubahan dan menuntut tubuh dapat mengadaptasi sehingga tubuh tetap seimbang. Upaya tubuh dalam mengadaptasi perubahan berlangsung melalui kegiatan saraf yang dikenal sebagai kegiatan refleks. Bila tubuh tidak mampu mengadaptasinya maka akan terjadi kondisi yang tidak seimbang atau sakit. Stimulasi dapat Menghasilkan Suatu Aktifitas. Stimulasi diterima oleh reseptor sistem saraf yang selanjutnya akan dihantarkan oleh sistem saraf tepi dalam bentuk impuls listrik ke sistem saraf pusat. Bagian sistem saraf tepi yang menerima rangsangan disebut reseptor, dan diteruskan menuju sistem saraf pusat oleh sistem saraf sensoris. Pada sistem saraf pusat impuls diolah dan diinterpretasi untuk kemudian jawaban atau respon diteruskan kembali melalui sistem saraf tepi menuju efektor yang berfungsi sebagai pencetus jawaban akhir. Sistem saraf yang membawa jawaban atau respon adalah sistem saraf motorik. Bagian sistem saraf tepi yang mencetuskan jawaban disebut efektor. Jawaban yang terjadi dapat berupa jawaban yang dipengaruhi oleh kemauan (volunter) dan jawaban yang tidak dipengaruhi oleh kemauan (involunter). Jawaban volunter melibatkan sistem saraf somatis sedangkan yang involunter melibatkan sistem saraf otonom. Efektor dari sitem saraf somatik adalah otot rangka sedangkan untuk sistem saraf otonom, efektornya adalah otot polos, otot jantung dan kelenjar sebasea. B. Tujuan Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu: 1. Menjelaskan pengertian dari sistem saraf 2. Menjelaskan konsep anatomi fisiolgi dari sistem saraf 3. Menjelaskan mekanisme kerja dari sistem saraf 1
  • 2. 4. Menjelaskan susunan sistem saraf yang ada di dalam tubuh manusia 5. Menjelaskan konsep patologis/penyakit-penyakit pada sistem saraf C. Permasalahan Berdasarkan tujuan di atas, maka yang menjadi permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu mengenai: 1. Pengertian dari sistem saraf 2. Konsep anatomi fisiologi sistem saraf 3. Mekanisme kerja dari sistem saraf 4. Jenis-jenis sistem saraf yang ada di dalam tubuh manusia 5. Konsep Patologis/penyakit-penyakit pada sistem saraf D. Manfaat Manfaat penulisan makalah ini yaitu dapat dijadikan sebagai bahan untuk mengembangkan wawasan dan ilmu pengetahuan kita untuk lebih mendalami tentang anatomi dan fisiologi pada sistem neurologi/persarafan yang terkait dalam struktur dan fungsinya serta penyakit-penyakit sehubungan dengan adanya permasalahan pada sistem tersebut untuk dijadikan sebagai salah satu bagian integral dari konsep dasar teori dalam memahami tentang Ilmu Penyakit Dalam. 2
  • 3. BAB II PEMBAHASAN SISTEM PERSYARAFAN A. Pengertian Sistem Persyarafan Sistem saraf adalah sistem organ pada manusia yang terdiri atas sel neuron yang mengkoordinasikan aktivitas otot, memonitor organ, membentuk atau menghentikan masukan dari indra, dan mengaktifkan aksi. Komponen utama dalam sistem saraf adalah neuron yang diikat oleh sel-sel neuroglia, neuron memainkan peranan penting dalam koordinasi. Sistem saraf pada manusia secara umum dibagi menjadi dua, yaitu sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf sangat berperan dalam iritabilitas tubuh. Iritabilitas adalah kemampuan menanggapi rangsangan. Untuk menanggapi rangsangan, ada tiga komponen yang harus dimiliki oleh sistem saraf, yaitu: a. Reseptor, adalah alat penerima rangsangan atau impuls. Pada tubuh kita yang bertindak sebagai reseptor adalah organ indera. b. Konduktor (Penghantar impuls), dilakukan oleh sistem saraf itu sendiri. Sistem saraf terdiri dari sel-sel saraf yang disebut neuron. c. Efektor, adalah bagian tubuh yang menanggapi rangsangan. Efektor yang paling penting pada manusia adalah otot dan kelenjar (hormon). Otot menanggapi rangsang yang berupa gerakan tubuh, sedangkan hormon menaggapi rangsang dengan meningkatkan/menurunkan aktivitas organ tubuh tertentu. Misalnya : mempercepat/memperlambat denyut jantung, melebarkan/menyempitkan pembuluh darah dan lain sebagainya. Fungsi Saraf 1. Menerima informasi (rangsangan) dari dalam maupun dari luar tubuh melalui saraf sensori . Saraf sensori disebut juga Afferent Sensory Pathway. 2. Mengkomunikasikan informasi antara sistem saraf perifer dan sistem saraf pusat. 3. Mengolah informasi yang diterima baik ditingkat medula spinalis maupun di otak untuk selanjutnya menentukan jawaban atau respon. 4. Mengantarkan jawaban secara cepat melalui saraf motorik ke organ-organ tubuh sebagai kontrol atau modifikasi dari tindakan. Saraf motorik disebut juga Efferent Motorik Pathway 3
  • 4. B. Anatomi Fisiologi Sistem Saraf 1. Sel Saraf (Neuron) Sistem saraf tersusun oleh sel-sel saraf atau neuron. Neuron inilah yang berperan dalam menghantarkan impuls (rangsangan). Sebuah sel saraf terdiri tiga bagian utama yaitu badan sel, dendrit dan neurit (akson). a. Badan sel Badan sel saraf merupakan bagian yang paling besar dari sel saraf. Badan sel berfungsi untuk menerima rangsangan dari dendrit dan meneruskannya ke akson. Badan sel saraf mengandung inti sel dan sitoplasma. Inti sel berfungsi sebagai pengatur kegiatan sel saraf (neuron). Di dalam sitoplasma terdapat mitokondria yang berfungsi sebagai penyedia energi untuk membawa rangsangan. b. Dendrit Dendrit adalah serabut sel saraf pendek dan bercabang-cabang. Dendrit merupakan perluasan dari badan sel. Dendrit berfungsi untuk menerima dan mengantarkan rangsangan ke badan sel. c. Neurit (akson) Neurit berfungsi untuk membawa rangsangan dari badan sel ke sel saraf lain. Neurit dibungkus oleh selubung lemak yang disebut selubung myelin yang terdiri atas perluasan membran sel Schwann. Selubung ini berfungsi untuk isolator dan pemberi makan sel saraf. Bagian neurit ada yang tidak dibungkus oleh selubung mielin. Bagian ini disebut dengan nodus ranvier dan berfungsi mempercepat jalannya rangsangan. Antara neuron satu dengan neuron satu dengan neuron berikutnya tidak bersambungan secara langsung tetapi membentuk celah yang sangat sempit. Celah antara ujung neurit suatu neuron dengan dendrit neuron lain tersebut dinamakan sinapsis. Pada bagian sinapsis inilah suatu zat kimia yang disebut neurotransmiter 4
  • 5. (misalnya asetilkolin) menyeberang untuk membawa impuls dari ujung neurit suatu neuron ke dendrit neuron berikutnya. 2. Macam-macam Neuron (Sel Saraf) a. Saraf sensorik Saraf sensorik adalah saraf yang membawa rangsangan (impuls) dari reseptor (indra) ke saraf pusat(otak dan sumsum tulang belakang). b. Saraf motorik Saraf motorik adalah saraf yang membawa rangsangan (impuls) dari saraf pusat susunan saraf ke efektor (otot dan kelenjar). c. Saraf asosiasi Saraf asosiasi adalah saraf yang menghubungkan rangsangan (impuls) dari saraf sensorik ke saraf motorik. 3. Impuls Sel-sel saraf bekerja secara kimiawi. Sel saraf yang sedang tidak aktif mempunyai potensial listrik yang disebut potensial istirahat. Jika ada rangsang, misalnya sentuhan, potensial istirahat berubah menjadi potensial aksi. Potensial aksi merambat dalam bentuk arus listrik yang disebut impuls yang merambat dari sel saraf ke sel saraf berikutnya sampai ke pusat saraf atau sebaliknya. Jadi, impuls adalah arus listrik yang timbul akibat adanya rangsang. 4. Sinapsis Dalam pelaksanaannya, sel-sel saraf bekerja bersama-sama. Pada saat datang rangsang, impuls mengalir dari satu sel saraf ke sel saraf penghubung, sampai ke pusat saraf atau sebaliknya dari pusat saraf ke sel saraf terus ke efektor. Hubungan antara dua sel saraf disebut sinapsis. Ujung neurit bercabang-cabang, dan ujung cabang yang berhubungan dengan sel saraf lain membesar disebut bongkol sinaps (knob). Pada hubungan dua sel saraf yang disebut sinaps tersebut, dilaksanakan dengan melekatnya neurit dengan dendrit atau dinding sel. Jika impuls sampai ke bongkol sinaps pada bongkol sinaps akan disintesis zat penghubung atau neurotransmiter, misalnya zat asetilkolin. 5
  • 6. Dengan zat transmiter inilah akan terjadi potensial aksi pada dendrite yang berubah menjadi impuls pada sel saraf yang dihubunginya. Setelah itu, asetilkolin akan segera tidak aktif karena diuraikan oleh enzim kolin esterase menjadi asetat dan kolin. 5. Mekanisme Penghntaran Impuls Saraf Seperti halnya jaringan komputer, sistem saraf mengirimkan sinyalsinyal listrik yang sangat kecil dan bolak-balik, dengan membawa informasi dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh yang lain. Sinyal listrik tersebut dinamakan impuls (rangsangan). Ada dua cara yang dilakukan neuron sensorik untuk menghantarkan impuls tersebut, yakni melalui membran sel atau membran plasma dan sinapsis. Penghantaran Impuls Saraf melalui Membran Plasma Di dalam neuron, sebenarnya terdapat membran plasma yang sifatnya semipermeabel. Membran plasma neuron tersebut berfungsi melindungi cairan sitoplasma yang berada di dalamnya. Hanya ion-ion tertentu akan dapat bertranspor aktif melewati membran plasma menuju membran plasma neuron lain. Apabila tidak terdapat rangsangan atau neuron dalam keadaan istirahat, sitoplasma di dalam membran plasma bermuatan listrik negatif, sedangkan cairan di luar membran bermuatan positif. Keadaan yang demikian dinamakan polarisasi atau potensial istirahat. Perbedaan muatan ini terjadi karena adanya mekanisme transpor aktif yakni pompa natrium-kalium. Konsentrasi ion natrium (Na+) di luar membrane plasma dari suatu akson neuron lebih tinggi dibandingkan konsentrasi di dalamnya. Sebaliknya, konsentrasi ion kalium (K+) di dalamnya lebih besar daripada di luar. Akibatnya, mekanisme transpor aktif terjadi pada membran plasma. Kemudian, apabila neuron dirangsang dengan kuat, permeabilitas membran plasma terhadap ion Na+ berubah meningkat. Peningkatan permeabilitas membran ini menjadikan ion Na+ berdifusi ke dalam membran, sehingga muatan sitoplasma berubah menjadi positif. Fase seperti ini dinamakan depolarisasi atau potensial aksi. Sementara itu, ion K+ akan segera berdifusi keluar melewati membrane Fase ini dinamakan repolarisasi. Perbedaan muatan pada bagian yang mengalami polarisasi dan depolarisasi akan menimbulkan arus listrik. Kondisi depolarisasi ini akan berlangsung secara terus-menerus, sehingga menyebabkan arus listrik. Dengan demikian, impuls saraf akan terhantar sepanjang akson. Setelah impuls terhantar, bagian yang mengalami depolarisasi akan meng alami fase istirahat kembali dan tidak 6
  • 7. ada impuls yang lewat. Waktu pemulihan ini dinamakan fase refraktori atau undershoot. C. Susunan Sistem Saraf Manusia Di dalam tubuh kita terdapat miliaran sel saraf yang membentuk sistem saraf. Sistem saraf manusia tersusun dari sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang. Sedangkan sistem saraf tepi terdiri atas sistem saraf somatis dan sistem saraf otonom. I. Sistem saraf pusat Tanpa sistem saraf pusat, kemungkinan kita menjadi makhluk yang tak berdaya dan tidak bisa melakukan apapun. Sebab, di dalam sistem saraf pusat tubuh kita terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang. Dua bagian tubuh inilah yang menjadi sentral pusat koordinasi tubuh kita. Pada manusia, otak dan sumsum tulang belakang dilindungi oleh suatu tulang. Tulang yang melindungi otak adalah tulang tengkorak, sedangkan sumsum tulang belakang dilindungi oleh ruas-ruas tulang belakang. Kedua organ penting ini juga dilindungi oleh suatu lapisan pembungkus yang tersusun dari jaringan pengikat. Lapisan ini disebut meninges. a. Otak Otak merupakan pusat pengatur dari segala kegiatan manusia. Otak manusia terdiri atas dua belahan (hemisfer) yang besar, yakni belahan kiri dan belahan kanan. Oleh karena terjadi pindah silang pada tali spinal, belahan otak kiri mengendalikan sistem bagian kanan tubuh, sebaliknya belahan kanan mengendalikan sistem bagian kiri tubuh. Tali spinal (sumsum tulang belakang) merupakan tali putih kemilau yang berasal dari dasar otak hingga tulang belakang. Otak terletak di rongga tengkorak dan dibungkus oleh tiga lapis selaput kuat yang disebut meninges yang terdiri dari: a. Lapisan durameter yaitu lapisan yang terdapat di paling luar dari otak dan bersifat tidak kenyal. Lapisan ini melekat langsung dengan tulang tengkorak. Berfungsi untuk melindungi jaringan-jaringan yang halus dari otak dan medula spinalis. b. Lapisan araknoid yaitu lapisan yang berada dibagian tengah dan terdiri dari lapisan yang berbentuk jaring laba-laba. Ruangan dalam lapisan ini disebut dengan ruang subaraknoid dan memiliki cairan yang disebut cairan serebrospinal. Lapisan ini berfungsi untuk melindungi otak dan medulla spinalis dari guncangan. c. Lapisan piameter yaitu lapisan yang terdapat paling dalam dari otak dan melekat 7
  • 8. langsung pada otak. Lapisan ini banyak memiliki pembuluh darah. Berfungsi untuk melindungi otak secara langsung. Beberapa karateristik khas Otak orang dewasa yaitu mempunyai berat lebih kurang 2% dari berat badan dan mendapat sirkulasi darah sebenyak 20% dari cardiac out put serta membutuhkan kalori sebesar 400 Kkal setiap hari. Otak merupakan jaringan yang paling banyak menggunakan energi yang didukung oleh metabolisme oksidasi glukosa. Kebutuhan oksigen dan glukosa otak relatif konstan, hal ini disebabkan oleh metabolisme otak yang merupakan proses yang terus menerus tanpa periode istirahat yang berarti. Bila kadar oksigen dan glukosa kurang dalam jaringan otak maka metabolisme menjadi terganggu dan jaringan saraf akan mengalami kerusakan. Secara struktural, cerebrum terbagi menjadi bagian korteks yang disebut korteks cerebri dan sub korteks yang disebut struktur subkortikal. Korteks cerebri terdiri atas korteks sensorik yang berfungsi untuk mengenal ,interpretasi impuls sensosrik yang diterima sehingga individu merasakan, menyadari adanya suatu sensasi rasa/indra tertentu. Korteks sensorik juga menyimpan sangat banyak data memori sebagai hasil rangsang sensorik selama manusia hidup. Korteks motorik berfungsi untuk memberi jawaban atas rangsangan yang diterimanya. Struktur sub kortikal a. Basal ganglia; melaksanakan fungsi motorik dengan merinci dan mengkoordinasi gerakan dasar, gerakan halus atau gerakan trampil dan sikap tubuh. b. Talamus; merupakan pusat rangsang nyeri c. Hipotalamus; pusat tertinggi integrasi dan koordinasi sistem saraf otonom dan terlibat dalam pengolahan perilaku insting seperti makan, minum, seks dan motivasi d. Hipofise, Bersama dengan hipothalamus mengatur kegiatan sebagian besar kelenjar endokrindalam sintesa dan pelepasan hormon. 8
  • 9. 1. Otak depan (Prosensefalon) Pada bagian depan otak manusia terdapat bagian yang paling menonjol disebut otak besar atau serebrum (cerebrum). Serebrum ini terbagi menjadi belahan (hemisfer) serebrum kanan dan kiri. Permukaan luar serebrum (korteks serebrum) berwarna abu-abu karena mengandung banyak badan sel saraf. Selain itu, pada bagian dalam (medula) otak depan terdapat lapisan yang berwarna putih, karena mengandung dendrit dan akson. Korteks serebrum berkaitan dengan sinyal saraf ke dan dari berbagai bagian tubuh. Karenanya, pada korteks serebrum terdapat area sensorik yang menerima impuls dari reseptor pada indra. Di samping itu, bagian tersebut terdapat juga area motorik yang mengirimkan perintah pada efektor. Selain itu, terdapat terdapat area asosiasi yang menghubungkan area motorik dan sensorik serta berperan dalam berbagai aktivitas misalnya berpikir, menyimpan ingatan, dan membuat keputusan. Otak depan manusia terbagi atas empat lobus (bagian), meliputi lobus frontalis (bagian depan), lobus temporalis (bagian samping), lobus oksipitalis (bagian belakang), dan lobus parietalis (bagian antara depan-belakang). Pada bagian kepala manusia, lobus frontalis berada pada bagian dahi; lobus temporalis berada pada bagian pelipis; lobus oksipitalis berada pada bagian belakang kepala; dan lobus parietalis berada pada bagian ubun-ubun. Lobus-lobus ini memiliki fungsi yang beragam. Lobus frontalis berfungsi sebagai pusat berpikir; lobus temporalis sebagai pusat pendengaran dan berbahasa; lobus oksipitalis sebagai pusat penglihatan; dan lobus parietalis sebagai pusat sentuhan dan gerakan. Otak depan juga mencakup bagian-bagian yang lain, seperti talamus, hipotalamus, kelenjar pituitari, dan kelenjar pineal. Sebelum diterima area sensorik serebrum, semua rangsangan akan diproses terlebih dahulu oleh talamus. Hanya rangsangan penciuman saja yang tidak diterima oleh talamus tersebut. Sedangkan fungsi talamus yang lain misalnya mengatur suhu dan kandungan air dalam darah, kemudian juga mengkoordinasi aktivitas yang terkait emosi. Hipotalamus merupakan bagian yang berfungsi mengatur suhu tubuh, selera makan, dan tingkah laku. Selain itu, hipotalamus juga mengontrol kelenjar pituitari, yakni kelenjar hormon yang berperan dalam mengontrol kelenjar-kelenjar homon lainya, seperti kelenjar tiroid, kelenjar adrenalin, dan pankreas. 2. Otak Tengah (Mesenfalon) 9
  • 10. Otak tengah manusia berbentuk kecil dan tidak terlalu mencolok. Di dalam otak tengah terdapat bagian-bagian seperti lobus optik yang mengatur gerak bola mata dan kolikulus inferior yang mengatur pendengaran. Otak tengah berfungsi menyampaikan impuls antara otak depan dan otak belakang, kemudian antara otak depan dan mata. 3. Otak Belakang (Rombesenfalon) Otak belakang manusia tersusun atas dua bagian utama yakni otak kecil (serebelum) dan medula oblongata. Serebelum adalah bagian yang berkerut di bagian belakang otak, dan terdiri atas dua. belahan yang berliku-liku sangat dalam. Fungsinya adalah sebagai pusat keseimbangan dalam tubuh, koordinasi motorik/gerakan otot, dan memantau kedudukan posisi tubuh. Adanya serebelum memungkinkan kita belajar gerakan yang terlatih dan saksama, seperti menulis atau bermain musik tanpa berpikir. Di antara kedua belahan serebelum terdapat suatu bagian yang berisi serabut saraf. Bagian tersebut dinamakan jembatan varol (pons varolii). Fungsinya ialah menghantarkan impuls dari bagian kiri dan kanan otak kecil. Selain itu, jembatan varol juga menghubungkan korteks otak besar dengan otak kecil, dan antara otak depan dengan sumsum tulang belakang. Sementara itu, medula oblongata (sumsum lanjutan) tampak seperti ujung bengkak pada tali spinal. Letaknya di antara bagian tertentu otak dengan sumsum tulang belakang. Medula oblongata berfungsi saat terjadi proses pengaturan denyut jantung, tekanan darah, gerakan pernapasan, sekresi ludah, menelan, gerak peristaltik, batuk, dan bersin. Serebelum, jembatan varol, dan medula oblongata membentuk batang otak atau Brainstern. Batang otak merupakan bagian otak sebelah bawah yang berhubungan dengan sumsum tulang belakang. Batang otak berfungsi mengontrol berbagai proses penting bagi kehidupan, seperti bernapas, denyut jantung, mencerna makanan, dan membuang kotoran. b. Sumsum Tulang Belakang Sumsum tulang belakang atau tali spinal merupakan tali putih kemilau berbentuk tabung dari dasar otak menuju ke tulang belakang. Pada irisan melintangnya, tampak ada dua bagian, yakni bagian luar yang berpenampakan putih dan bagian dalam yang berpenampakan abu-abu dengan berbentuk kupu-kupu. Bagian luar sumsum tulang belakang berwarna putih, karena tersusun oleh akson dan 10
  • 11. dendrit yang berselubung mielin. Sedangkan bagian dalamnya berwarna abu-abu, tersusun oleh badan sel yang tak berselubung mielin dari interneuron dan neuron motorik. Apabila sumsum tulang belakang diiris secara vertikal, bagian dalam berwarna abu-abu terdapat saluran tengah yang disebut ventrikel dan berisi cairan serebrospinal. Ventrikel ini berhubungan juga dengan ventrikel di dalam otak. Bagian dalamnya mempunyai dua akar saraf yaitu akar dorsal yang berisi saraf sensorik ke arah punggung, dan akar ventral yang berisi saraf motorik ke arah perut. Sumsum tulang belakang memiliki fungsi penting dalam tubuh. Fungsi tersebut antara lain menghubungkan impuls dari saraf sensorik ke otak dan sebaliknya, menghubungkan impuls dari otak ke saraf motorik; memungkinkan menjadi jalur terpendek pada gerak refleks. Mekanisme penghantaran impuls yang terjadi pada tulang belakang yakni sebagai berikut; rangsangan dari reseptor dibawa oleh neuron sensorik menuju sumsum tulang belakang melalui akar dorsal untuk diolah dan ditanggapi. Selanjutnya, impuls dibawa neuron motorik melalui akar ventral ke efektor untuk direspons. II. Sistem Saraf Tepi 1. Sistem saraf somatis Sistem saraf somatis disebut juga dengan sistem saraf sadar Proses yang dipengaruhi saraf sadar, berarti kamu dapat memutuskan untuk menggerakkan atau tidak menggerakkan bagian-bagian tubuh di bawah pengaruh sistem ini. Misalnya ketika kita mendengar bel rumah berbunyi, isyarat dari telinga akan sampai ke otak. Otak menterjemahkan pesan tersebut dan mengirimkan isyarat ke kaki untuk berjalan mendekati pintu dan mengisyaratkan ke tangan untuk membukakan pintu. Sistem saraf somatis terdiri atas : a. Saraf otak (saraf cranial), saraf otak terdapat pada bagian kepala yang keluar dari otak dan melewati lubang yang terdapat pada tulang tengkorak. Urat saraf ini berjumlah 12 pasang. 1. N. Olfactorius Saraf ini berfungsi sebagai saraf sensasi penghidu, yang terletak dibagian atas dari mukosa hidung di sebelah atas dari concha nasalis superior. 2. N. Optikus Saraf ini penting untuk fungsi penglihatan dan merupakan saraf eferen sensori khusus. Pada dasarnya saraf ini merupakan penonjolan dari otak ke perifer. 11
  • 12. 3. N. Oculomotorius Saraf ini mempunyai nucleus yang terdapat pada mesensephalon. Saraf ini berfungsi sebagai saraf untuk mengangkat bola mata 4. N. Trochlearis Pusat saraf ini terdapat pada mesencephlaon. Saraf ini mensarafi muskulus oblique yang berfungsi memutar bola mata 5. N. Trigeminus Saraf ini terdiri dari tiga buah saraf yaitu saraf optalmikus, saraf maxilaris dan saraf mandibularis yang merupakan gabungan saraf sensoris dan motoris. Ketiga saraf ini mengurus sensasi umum pada wajah dan sebagian kepala, bagian dalam hidung, mulut, gigi dan meningen. 6. N. Abducens Berpusat di pons bagian bawah. Saraf ini menpersarafi muskulus rectus lateralis. Kerusakan saraf ini dapat menyebabkan bola mata dapat digerakan ke lateral dan sikap bola mata tertarik ke medial seperti pada Strabismus konvergen. 7. N. Facialias Saraf ini merupakan gabungan saraf aferen dan eferen. Saraf aferen berfungsi untuk sensasi umum dan pengecapan sedangkan saraf eferent untuk otot wajah. 8. N. Statoacusticus Saraf ini terdiri dari komponen saraf pendengaran dan saraf keseimbangan 9. N. Glossopharyngeus Saraf ini mempersarafi lidah dan pharing. Saraf ini mengandung serabut sensori khusus. Komponen motoris saraf ini mengurus otot-otot pharing untuk menghasilkan gerakan menelan. Serabut sensori khusus mengurus pengecapan di lidah. Disamping itu juga mengandung serabut sensasi umum di bagian belakang lidah, pharing, tuba, eustachius dan telinga tengah. 10 N. Vagus Saraf ini terdiri dari tiga komponen: a) komponen motoris yang mempersarafi otot-otot pharing yang menggerakkan pita suara, b) komponen sensori yang mempersarafi bagian bawah pharing, c) komponen saraf parasimpatis yang mempersarafi sebagian alat-alat dalam tubuh. 11. N. Accesorius Merupakan komponen saraf kranial yang berpusat pada nucleus ambigus dan komponen spinal yang dari nucleus motoris segmen C 1-2-3. Saraf ini mempersarafi muskulus Trapezius dan Sternocieidomastoideus. 12
  • 13. 12. Hypoglosus Saraf ini merupakan saraf eferen atau motoris yang mempersarafi otot-otot lidah. Nukleusnya terletak pada medulla di dasar ventrikularis IV dan menonjol sebagian pada trigonum hypoglosi. b. Saraf sumsum tulang belakang (saraf spinal), saraf sumsum tulang belakang berjumlah 31 pasang . Saraf sumsum tulang belakang berfungsi untuk meneruskan impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat juga meneruskan impuls dari sistem saraf pusat ke semua otot rangka tubuh. Medula spinalis merupakan perpanjangan medula oblongata ke arah kaudal di dalam kanalis vertebralis mulai setinggi cornu vertebralis cervicalis I memanjang hingga setinggi cornu vertebralis lumbalis I - II. Terdiri dari 31 segmen yang setiap segmennya terdiri dari satu pasang saraf spinal. Dari medula spinalis bagian cervical keluar 8 pasang , dari bagian thorakal 12 pasang, dari bagian lumbal 5 pasang dan dari bagian sakral 5 pasang serta dari coxigeus keluar 1 pasang saraf spinalis. Seperti halnya otak, medula spinalispun terbungkus oleh selaput meninges yang berfungsi melindungi saraf spinal dari benturan atau cedera. 2. Sistem saraf autonom (tak sadar) Sistem saraf autonom merupakan bagian dari susunan saraf tepi yang bekerjanya tidak dapat disadari dan bekerja secara otomatis. Sistem saraf autonom mengendalikan kegiatan organ-organ dalam seperti otot perut, pembuluh darah, jantung dan alat-alat reproduksi. Menurut fungsinya, saraf autonom terdiri atas dua macam yaitu: a. Sistem saraf simpatik b. Sistem saraf parasimpatik Sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik bekerja secara antagonis (berlawanan) dalam mengendalikan kerja suatu organ. Organ atau kelenjar yang dikendalikan oleh sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik disebut sistem pengendalian ganda. Fungsi dari sistem saraf simpatik adalah sebagai berikut : Mempercepat denyut jantung. Memperlebar pembuluh darah. Memperlebar bronkus. Mempertinggi tekanan darah 13
  • 14. Memperlambat gerak peristaltis. Memperlebar pupil. Menghambat sekresi empedu. Menurunkan sekresi ludah. Meningkatkan sekresi adrenalin. Sistem saraf parasimpatik memiliki fungsi yang berkebalikan dengan fungsi sistem saraf simpatik. Misalnya pada sistem saraf simpatik berfungsi mempercepat denyut jantung, sedangkan pada sistem saraf parasimpatik akan memperlambat denyut jantung. D. Konsep Patologis/Penyakit-Penyakit Pada Sistem Saraf 1. Parkinson Pengertian Penyakit Parkinson adalah penyakit saraf progresif yang berdampak terhadap respon mesenfalon dan pergerakan regulasi. Penyakit ini ini bersifat lambat yang menyerang usia pertengahan atau lanjut, dengan onset pada umur 50 sampai 60an.Tidak ditemukan sebab genetik yang jelas dan tidak ada pengobatan yang dapat menyembuhkannya. Etiologi Penyakit Parkinson sering dihubungkan dengan kelainan neurotransmitter di otak faktor-faktor lainnya seperti : 1. Defisiensi dopamine dalam substansia nigra di otak memberikan respon gejala penyakit Parkinson, 2. Etiologi yang mendasarinya mungkin berhubungan dengan virus, genetik, toksisitas, atau penyebab lain yang tidak diketahui. Patofisiologi Pada kebanyakan klien,penyebab penyakit tersebut tidak diketahui,tetapi terlihat pada usia lanjut.kondisi ini menyertai keracunan, toksisitas ( mangan,karbon monoksida ) hipoksia atau dapat akibat pengaruh obat.krisis oligurik:menyertai parkinsonisme jenis spasme otot-otot konjunggasi mata. Gejala Klinis Penyakit Parkinson memiliki gejala klinis sebagai berikut: 14
  • 15. o Bradikinesia (pergerakan lambat), hilang secara spontan, o Tremor yang menetap , o Tindakan dan pergerakan yang tidak terkontrol, o Gangguan saraf otonom (sulit tidur, berkeringat, hipotensi ortostatik, o Depresi, demensia, o Wajah seperti topeng 2. Alzheimer Pengertian Dementia adalah sindrom mental yang ditandai dengan hilangnya kemampuan intelektual secara menyeluruh yang mencakup gangguan mengingat, penilaian, dan pemikiran abstrak demikian juga dengan perubahan tingkah laku, tetapi tidak disebabkan oleh kesadaran yang berkabut, depresi atau gangguan fungsional mental lainnya. Alzheimer merupakan penyakit dementia primer yang tersering. Penyakit Alzheimer (AD) adalah penyakit yang bersifat degeneraif dan progresif pada otak yang menyebabkan cacat spesifik pada neuron, serta mengakibatkan gangguan memori, berfikir, dan tingkah laku (Price dan Wilson, 2006). Etiologi Penyebab penyakit Alzheimer yang pasti pada saat ini belum diketahui. Sedangkan, Usia dan riwayat keluarga adalah faktor resiko yang sudah terbukti untuk penyakit Alzheimer. Bila anggota keluarga ada yang menderita penyakit ini, maka diklasifikasikan sebagai familiar atau Alzheimer Disease Familial (FAD). Penyakit Alzheimer yang timbul tanpa diketahui ada riwayat familiarnya disebut sporadic atau Alzheimer 1. Disease Sporadic (ADS). AD juga digambarkan sebagai: awitan dini (gejala pertama muncul sebelum usia 65 tahun, yaitu dalam kisaran 30-60 tahun). AD awitan dini ini jarang terjadi yaitu angka kejadiannya sekitar 5% sampai 10%. AD awitan dini ini cenderung terjadi dalam keluarga, yang dipercayai sebagai penyebab sebenarnya adalah karena adanya mutasi gen yang diwasirkan secara autosomal. Sejauh ini, tiga gen awitan dini mutasi penyebab AD telah diidentifikasi pada tiga kromosom yang berbeda. Yaitu kromosom nomer 21, 14, dan 1. 2. awitan lambat (gejala pertama muncul pada usia lebih dari 65 tahun). Para ahli mengemukakan bahwa lebih dari satu gen yang terlibat dalam meningkatkan risiko seseorang untuk terkena AD awitan lambat. Penyakit Alzheimer dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut: 15
  • 16. Faktor genetic Beberapa peneliti mengungkapkan 50% prevalensi kasus alzheimer ini diturunkan melalui gen autosomal dominant. Individu keturunan garis pertama pada keluarga penderita alzheimer mempunyai resiko menderita demensia 6 kali lebih besar dibandingkan kelompok kontrol normal. Pemeriksaan genetika DNA pada penderita alzheimer dengan familial early onset terdapat kelainan lokus pada kromosom 21 diregio proximal log arm, sedangkan pada familial late onset didapatkan kelainan lokus pada kromosom 19. Begitu pula pada penderita down syndrome mempunyai kelainan gen kromosom 21, setelah berumur 40 tahun terdapat neurofibrillary tangles (NFT), senile plaque dan penurunan marker kolinergik pada jaringan otaknya yang menggambarkan kelainan histopatologi pada penderita alzheimer. Hasil penelitian penyakit alzheimer terhadap anak kembar menunjukkan 40-50% adalah monozygote dan 50% adalah dizygote. Keadaan ini mendukung bahwa faktor genetik berperan dalam penyaki alzheimer. Pada sporadik non familial (50-70%), beberapa penderitanya ditemukan kelainan lokus kromosom 6, keadaan ini menunjukkan bahwa kemungkinan faktor lingkungan menentukan ekspresi genetika pada alzheimer. Faktor infeksi Ada hipotesa menunjukkan penyebab infeksi virus pada keluarga penderita alzheimer yang dilakukan secara immuno blot analisis, ternyata diketemukan adanya antibodi reaktif. Infeksi virus tersebut menyebabkan infeksi pada susunan saraf pusat yang bersipat lambat, kronik dan remisi. Beberapa penyakit infeksi seperti Creutzfeldt-Jacob disease dan kuru, diduga berhubungan dengan penyakit alzheimer. Hipotesa tersebut mempunyai beberapa persamaan antara lain: 1. manifestasi klinik yang sama 2. Tidak adanya respon imun yang spesifik 3. Adanya plak amyloid pada susunan saraf pusat 4. Timbulnya gejala mioklonus 5. Adanya gambaran spongioform Faktor lingkungan Faktor lingkungan juga dapat berperan dalam patogenesa penyakit alzheimer. Faktor lingkungan antar alain, aluminium, silicon, mercury, zinc. Aluminium merupakan neurotoksik potensial pada susunan saraf pusat yang ditemukan 16
  • 17. neurofibrillary tangles (NFT) dan senile plaque (SPINALIS). Hal tersebut diatas belum dapat dijelaskan secara pasti, apakah keberadaan aluminum adalah penyebab degenerasi neurosal primer atau sesuatu hal yang tumpang tindih. Pada penderita alzheimer, juga ditemukan keadan ketidak seimbangan merkuri, nitrogen, fosfor, sodium, dengan patogenesa yang belum jelas. Ada dugaan bahwa asam amino glutamat akan menyebabkan depolarisasi melalui reseptor N-methy D-aspartat sehingga kalsium akan masuk ke intraseluler (Cairan-influks) danmenyebabkan kerusakan metabolisma energi seluler dengan akibat kerusakan dan kematian neuron. Faktor imunologis 60% pasien yang menderita alzheimer didapatkan kelainan serum protein seperti penurunan albumin dan peningkatan alpha protein, anti trypsin alphamarcoglobuli dan haptoglobuli. Terdapat hubungan bermakna dan meningkat dari penderita alzheimer dengan penderita tiroid. Tiroid Hashimoto merupakan penyakit inflamasi kronik yang sering didapatkan pada wanita muda karena peranan faktor immunitas. Faktor trauma Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan penyakit alzheimer dengan trauma kepala. Hal ini dihubungkan dengan petinju yang menderita demensia pugilistik, dimana pada otopsinya ditemukan banyak neurofibrillary tangles. Faktor neurotransmiter Perubahan neurotransmitter pada jaringan otak penderita alzheimer mempunyai peranan yang sangat penting seperti: Asetilkolin, Noradrenalin, Dopamin, Serotonin, MAO (Monoamine Oksidase) Tanda dan Gejala Gejala klinis pada penyakit Alzheimer dapat terlihat sebagai berikut :  Kehilangan daya ingat/memori  Kesulitan melakukan aktivitas rutin yang biasa Seperti tidak tahu bagaimana cara membuka baju atau tidak tahu urutanurutan menyiapkan makanan.  Kesulitan berbahasa.  Disorientasi waktu dan tempat. 17
  • 18.  Penurunan dalam memutuskan sesuatu atau fungsi eksekutif Misalnya tidak dapat memutuskan menggunakan baju hangat untuk cuaca dingin atau sebaliknya.  Salah menempatkan barang.  Perubahan tingkah laku.  Perubahan perilaku  Kehilangan 3. BELL’S PALSY Pengertian Bell’s palsy atau prosoplegia adalah kelumpuhan fasialis tipe lower motor neuron akibat paralisis nervus fasial perifer yang terjadi secara akut dan penyebabnya tidak diketahui (idiopatik) di luar sistem saraf pusat tanpa disertai adanya penyakit neurologis lainnya. Paralisis fasial idiopatik atau Bell’s palsy, ditemukan oleh Sir Charles Bell, dokter dari Skotlandia. Bell’s palsy sering terjadi setelah infeksi virus atau setelah imunisasi, lebih sering terjadi pada wanita hamil dan penderita diabetes serta penderita hipertensi. Bukti-bukti dewasa ini menunjukkan bahwa Herpes simplex tipe 1 berperan pada kebanyakan kasus. Berdasarkan temuan ini, paralisis fasial idiopatik sebagai nama lain dari Bell’s palsy tidak tepat lagi dan mungkin lebih baik menggantinya dengan istilah paralisis fasial herpes simpleks atau paralisis fasial herpetik. Lokasi cedera nervus fasialis pada Bell’s palsy adalah di bagian perifer nukleus nervus VII. Cedera tersebut terjadi di dekat ganglion genikulatum. Salah satu gejala Bell’s palsy adalah kelopak mata sulit menutup dan saat penderita berusaha menutup kelopak matanya, matanya terputar ke atas dan matanya tetap kelihatan. Gejala ini disebut juga fenomena Bell. Pada observasi dapat dilihat juga bahwa gerakan kelopak mata yang tidak sehat lebih lambat jika dibandingkan dengan gerakan bola mata yang sehat (lagoftalmos). Etiologi Diperkirakan, penyebab Bell’s palsy adalah virus. Akan tetapi, baru beberapa tahun terakhir ini dapat dibuktikan etiologi ini secara logis karena pada umumnya kasus Bell’s palsy sekian lama dianggap idiopatik. Telah diidentifikasi gen Herpes Simpleks Virus (HSV) dalam ganglion genikulatum penderita Bell’s palsy. Dulu, 18
  • 19. masuk angin (misalnya hawa dingin, AC, atau menyetir mobil dengan jendela terbuka) dianggap sebagai satu-satunya pemicu Bell’s palsy. Akan tetapi, sekarang mulai diyakini HSV sebagai penyebab Bell’s palsy. Tahun 1972, McCormick pertama kali mengusulkan HSV sebagai penyebab paralisis fasial idiopatik. Dengan analaogi bahwa HSV ditemukan pada keadaan masuk angin (panas dalam/cold sore), dan beliau memberikan hipotesis bahwa HSV bisa tetap laten dalam ganglion genikulatum. Sejak saat itu, penelitian biopsi memperlihatkan adanya HSV dalam ganglion genikulatum pasien Bell’s palsy. Murakami at.all melakukan tes PCR (Polymerase-Chain Reaction) pada cairan endoneural N.VII penderita Bell’s palsy berat yang menjalani pembedahan dan menemukan HSV dalam cairan endoneural. Apabila HSV diinokulasi pada telinga dan lidah tikus, maka akan ditemukan antigen virus dalam nervus fasialis dan ganglion genikulatum. Varicella Zooster Virus (VZV) tidak ditemukan pada penderita Bell’s palsy tetapi ditemukan pada penderita Ramsay Hunt syndrome. Patofisiologi Para ahli menyebutkan bahwa pada Bell’s palsy terjadi proses inflamasi akut pada nervus fasialis di daerah tulang temporal, di sekitar foramen stilomastoideus. Bell’s palsy hampir selalu terjadi secara unilateral. Namun demikian dalam jarak waktu satu minggu atau lebih dapat terjadi paralysis bilateral. Penyakit ini dapat berulang atau kambuh. Patofisiologinya belum jelas, tetapi salah satu teori menyebutkan terjadinya proses inflamasi pada nervus fasialis yang menyebabkan peningkatan diameter nervus fasialis sehingga terjadi kompresi dari saraf tersebut pada saat melalui tulang temporal. Perjalanan nervus fasialis keluar dari tulang temporal melalui kanalis fasialis yang mempunyai bentuk seperti corong yang menyempit pada pintu keluar sebagai foramen mental. Dengan bentukan kanalis yang unik tersebut, adanya inflamasi, demyelinisasi atau iskemik dapat menyebabkan gangguan dari konduksi. Impuls motorik yang dihantarkan oleh nervus fasialis bisa mendapat gangguan di lintasan supranuklear, nuklear dan infranuklear. Lesi supranuklear bisa terletak di daerah wajah korteks motorik primer atau di jaras kortikobulbar ataupun di lintasan asosiasi yang berhubungan dengan daerah somatotropik wajah di korteks motorik primer. Karena adanya suatu proses yang dikenal awam sebagai “masuk angin” atau dalam bahasa inggris “cold”. Paparan udara dingin seperti angin kencang, AC, atau mengemudi dengan kaca jendela yang terbuka diduga sebagai salah satu penyebab terjadinya Bell’s palsy. Karena itu nervus 19
  • 20. fasialis bisa sembab, ia terjepit di dalam foramen stilomastoideus dan menimbulkan kelumpuhan fasialis LMN. Pada lesi LMN bias terletak di pons, di sudut serebelopontin, di os petrosum atau kavum timpani, di foramen stilomastoideus dan pada cabang-cabang tepi nervus fasialis. Lesi di pons yang terletak di daerah sekitar inti nervus abdusens dan fasikulus longitudinalis medialis. Karena itu paralisis fasialis LMN tersebut akan disertai kelumpuhan muskulus rektus lateralis atau gerakan melirik ke arah lesi. Selain itu, paralisis nervus fasialis LMN akan timbul bergandengan dengan tuli perseptif ipsilateral dan ageusia (tidak bisa mengecap dengan 2/3 bagian depan lidah). Berdasarkan beberapa penelitian bahwa penyebab utama Bell’s palsy adalah reaktivasi virus herpes (HSV tipe 1 dan virus herpes zoster) yang menyerang saraf kranialis. Terutama virus herpes zoster karena virus ini menyebar ke saraf melalui sel satelit. Pada radang herpes zoster di ganglion genikulatum, nervus fasialis bisa ikut terlibat sehingga menimbulkan kelumpuhan fasialis LMN. Kelumpuhan pada Bell’s palsy akan terjadi bagian atas dan bawah dari otot wajah seluruhnya lumpuh. Dahi tidak dapat dikerutkan, fisura palpebra tidak dapat ditutup dan pada usaha untuk memejam mata terlihatlah bola mata yang berbalik ke atas. Sudut mulut tidak bisa diangkat. Bibir tidak bisa dicucurkan dan platisma tidak bisa digerakkan. Karena lagoftalmos, maka air mata tidak bisa disalurkan secara wajar sehingga tertimbun disitu. Gejala klinik Pada awalnya, penderita merasakan ada kelainan di mulut pada saat bangun tidur, menggosok gigi atau berkumur, minum atau berbicara. Setelah merasakan adanya kelainan di daerah mulut maka penderita biasanya memperhatikannya lebih cermat dengan menggunakan cermin. Mulut tampak moncong terlebih pada saat meringis, kelopak mata tidak dapat dipejamkan (lagoftalmos), waktu penderita disuruh menutup kelopak matanya maka bola mata tampak berputar ke atas.(tanda Bell). Penderita tidak dapat bersiul atau meniup, apabila berkumur atau minum maka air keluar melalui sisi mulut yang lumpuh. 4. DEMENSIA Pengertian 20
  • 21. Demensia merupakan sindroma yang ditandai oleh berbagai gangguan fungsi kognitif tanpa gangguan kesadaran.( Harold I. Kaplan, MD,dkk, 1997, hal.512). Demensia adalah gangguan kronis dengan awitan lambat dan biasanya berprognosis buruk. (Issacs,Ann, 2004, hal. 260). Demensia adalah keadaan dimana seseorang mengalami penurunan kemampuan daya ingat dan daya ingat dan daya pikir dan kemampuan kemampun tersebut menimbulkan gangguan terhadap fungsi kehidupan sehari-hari. Demensia dikenal sebagai keadaan organik kronika atau sindroma otak kronika atau kegagalan otak. ( I.M. ingram G.C. timbury. R.M. mowbray, 1993, hal.29 ). Etiologi Demensia disebabkan oleh : a. Kondisi akut yang tidak diobati atau tidak dapat disembuhkan, bila kondisi akut yang menyebabkan delirium atau tidak dapat diobati, terdapat kemungkinan bahwa kondisi ini akan menjadi kronik dan karenanya dapat dianggap sebagai demensia. b. Penyakit vaskular, seperti hipertensi, arteriosklerosis, dan ateroklerosis dapat menyebabkan stroke. c. Penyakit Parkinson: demensia menyerang 40% dari pasien-pasien ini. d. Penyakit prion ( Protein yang terdapat dalam proses infeksi penyakit Creutzfeldt-Jakob). e. Infeksi human imuno defesiensi virus (HIV) dapat menyerang system saraf pusat, menyebabkan ensefalopati HIV atau komlek demensia AIDS. f. Gangguan struktur jaringan otak, seperti tekanan normal hidrosefalus dan cedera akibat trauma kepala Patofisiologi Perjalanan penyakit yang klasik pada demensia adalah awitan (onset) yang dimulai pada usia 50 atau 60-an dengan perburukan yang bertahap dalam 5 atau 10 tahun, yang sering berakhir dengan kematian. Usia awitan dan kecepatan perburukan bervariasi diantara jenis-jenis demensia dan kategori diagnostik masing-masing individu. Usia harapan hidup pada pasien dengan demensia tipe Alzheimer adalah sekitar 8 tahun, dengan rentang 1 hingga 20 tahun. Data penelitian menunjukkan bahwa penderita demensia dengan awitan yang dini atau dengan riwayat keluarga menderita demensia memiliki kemungkinan perjalanan penyakit yang lebih cepat. 21
  • 22. Dari suatu penelitian terbaru terhadap 821 penderita penyakit Alzheimer, rata-rata angka harapan hidup adalah 3,5 tahun. Sekali demensia didiagnosis, pasien harus menjalani pemeriksaan medis dan neurologis lengkap, karena 10 hingga 15 persen pasien dengan demensia potensial mengalami perbaikan (reversible) jika terapi yang diberikan telah dimulai sebelum kerusakan otak yang permanen terjadi. Manifestasi Klinis  gangguan daya ingat  Perubahan kepribadian  Orientasi  Gangguan bahasa  Psikosis  Mudah tersinggung, bermusuhan  Gangguan lain: Psikiatrik, Neurologis, Reaksi Katastropik, Sindroma Sundowner  Kesulitan mengatur penggunaan keuangan  Tidak bisa pulang kerumah jika berpergian 5. MULTIPEL SKLEROSIS Definisi Multipel Sklerosis (MS) adalah penyakit degenerati sistem saraf pusat (SSP) kronis yang meliputi kerusakan mielin (material lemak & protein dari selaput saraf) (rencana asuhan keperawatan klinik, hal 247) MS secara umum dianggap sebagai penyakit autoimun, dimana sistem imun tubuh sendiri, yang normalnya bertanggung jawab untuk mempertahankan tubuh terhadap penyakit virus dan bakteri, dengan alasan yang tidak diketahui mulai menyerang jaringan tubuh normal. Pada kasus ini menyerang sel yang membentuk mielin. (rencana asuhan keperawatan klinik, hal 247) Ms merupakan penyakit kronis dimana terjadi demielinisasi ireguler pada susunan saraf pusat / perier yang mengakibatkan berbagai derajat penurunan motorik, sensorik dan juga kognitif. MS merupakan penyakit kronis dari sistem saraf pusat degeratif dikarakteristikan oleh adanya bercak kecil demielinasi pada otak dan medula spinalis (KMB, Brunner, hal 2182) 22
  • 23. Etiologi Gangguan autoimun (kemungkinan dirangsag / infeksi virus) Kelainan pada unsur pokok lipid mielin Racun yang beredar dalam CSS Infeksi virus pada SSP (morbili, destemper anjing) Manifestasi Klinis o Kelelahan o Kehilangan keseimbangan o Lemah o Kebas, kesemutan o Kesukaran koordinasi o Gangguan penglihatan – diplobia, buta parsial / total o Kelemahan ekstermitas spastik dan kehilangan refleks abdomen o Depresi o Afaksia 23
  • 24. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Sistem saraf adalah sistem organ pada manusia yang terdiri atas sel neuron yang mengkoordinasikan aktivitas otot, memonitor organ, membentuk atau menghentikan masukan dari indra, dan mengaktifkan aksi. Komponen utama dalam sistem saraf adalah neuron yang diikat oleh sel-sel neuroglia, neuron memainkan peranan penting dalam koordinasi. Sistem saraf pada manusia secara umum dibagi menjadi dua, yaitu sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf sangat berperan dalam iritabilitas tubuh. Iritabilitas adalah kemampuan menanggapi rangsangan. B. Saran Semoga makalah ini dapat dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan dan sasarannya. Kami selalu membuka diri untuk menerima saran dan kritik dari semua pihak yang sama-sama bertujuan membangun makalah ini demi perbaikan dan penyempurnaan dalam pembuatan makalah kami ke depannya. 24
  • 25. 25