1. BAB I
PENDAHULUAN
1. latar belakang
Kita sepakat bahwa pendidikan merupakan sesuatu yang tidak asing bagi kita,
terlebih lagi karena kita bergerak di bidang pendidikan. Juga pasti kita sepakat bahwa
pendidikan diperlukan oleh semua orang. Bahkan dapat dikatakan bahwa pendidikan
ini dialami oleh semua manusia dari semua golongan. Tetapi seringkali orang
melupakan makna dan hakikat pendidikan itu sendiri. Layaknya hal lain yang sudah
menjadi rutinitas, cenderung terlupakan makna dasar dan hakikatnya. Karena itu
benarlah kalau dikatakan bahwa setiap orang yang terlihat dalam dunia pendidikan
sepatutnyalah selalu merenungkan makna dan hakikat pendidikan, merefleksikannya
di tengah-tengah tindakan/aksi sebagai buah refleksinya. Makalah singkat ini
mencoba mengungkap makna education, tarbiyah, pendidikan yang terkadang
dimaknai secara sempit. Padahal pendidikan memiliki makna yang amat luas.
2. Rumusan Masalah
1. Pendidikan menurut bahasa dan istilah.
2. Pendidikan dalam arti sempit.
3. Pendidikan dalam arti luas.
4. Pendidikan altenatif
3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah „Pengantar
Pendidikan‟
4. Manfaat Penulisan
Setelah membaca makalah ini penulis mengharapkan pembaca memahami pengertian
pendidikan berdasarkan lingkupnya (luas,sempit, dan alternatif), serta berbagai definisi
pendidikan berdasarkan pendekatan disiplin-disiplin ilmu tertentu.
2. BAB II
PEMBAHASAN
II.1. Pendidikan menurut bahasa dan istilah
Pendidikan menurut bahasa Yunani : berasal dari kata pedagogi, yaitu dari kata “paid”
artinya anak dan “agogos” artinya membimbing. Itulah sebabnya istilah pedagogi dapat
diartikan sebagai “ilmu dan seni mengajar anak (the art and science of teaching children).
Sedangkan dalam bahasa Romawi: pendidikan berasal dari kata educare, yaitu mengeluarkan
dan menuntun, tindakan merealisasikan potensi anak yang dibawa waktu dilahirkan didunia.
Sedangkan pendidikan menurut istilah adalah:
UU SISDIKNAS No. 2 tahun 1989 : "Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan
peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/latihan bagi peranannya di masa
yang akan datang".
UU SISDIKNAS no. 20 tahun 2003: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang di perlukan dirinya dan
masyarakat.
Menurut para ahli, definisi pendidikan adalah "Berbagai upaya dan usaha yang dilakukan
orang dewasa untuk mendidik nalar peserta didik dan mengatur moral mereka".
a.
Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai daya upaya untuk memajukan budi
pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu
hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.
b.
Paulo Freire mengatakan, pendidikan merupakan jalan menuju pembebasan yang
permanen dan terdiri dari dua tahap. Tahap pertama adalah masa dimana manusia
menjadi sadar akan pembebasan mereka, damana melalui praksis mengubah keadaan itu.
Tahap kedua dibangun atas tahap yang pertama, dan merupakan sebuah proses tindakan
kultural yang membebaskan.
Jadi pendidikan menurut istilah adalah Suatu pengarahan dan bimbingan yang diberikan
kepada anak dalam pertumbuhannya yang menyesuaikan dengan lingkungan yang dilakukan
secara sadar untuk menciptakan suatu keadaan atau situasi tertentu yang dikehendaki oleh
masyarakat. Untuk pembentukan kepribadian dan kemampuan anak menuju kedewasaan.
3. II.2. Pendidikan dalam arti sempit
Pendidikan dalam arti mikro (sempit) merupakan proses interaksi antara pendidik dan
peserta didik baik di keluarga, sekolah maupun di masyarakat. Namun pendidikan dalam arti
sempit sering diartikan sekolah yaitu pengajaran yang di selenggarakan disekolah sebagai
lembaga pendidikan formal, segala pengaruh yang di upayakan sekolah terhadap anak dan
remaja yang diserahkan kepadanya agar mempunyai kemampuan yang sempurna dan
kesadaran penuh terhadap hubungan-hubungan dan tugas-tugas sosial mereka.
Dalam arti sempit, penidikan memiliki karakteristik sebagai berikut:
1.
Tujuan pendidikan dalam arti sempit ditentukan oleh pihak luar individu peserta didik.
Sebagaimana kita maklumi, tujuan pendidikan suatu sekolah atau tujuan pendidikan
suatu kegiatan belajar-mengajar di sekolah tidak dirumuskan dan ditetapkan oleh para
siswanya.
2.
Lamanya waktu pendidikan bagi setiap individu dalam masyarakat cukup bervariasi,
mungkin kurang atau sama dengan enam tahun, sembilan tahun bahkan lebih dari itu.
Namun demikian terdapat titik terminal pendidikan yang ditetapkan dalam satuan
waktu.
3.
Pendidikan dilaksanakan di sekolah atau di dalam lingkungan khusus yang diciptakan
secara sengaja untuk pendidikan dalam konteks program pendidikan sekolah.
Dalam pengertian sempit, pendidikan hanyalah bagi mereka yang menjadi peserta didik
(siswa/mahasiswa) dari suatu lembaga pendidikan formal (sekolah/perguruan tinggi).
Pendidikan dilaksanakan dalam bentuk kegiatan belajar-mengajar yang terprogram dan
bersifat formal atau disengaja untuk pendidikan dan terkontrol. Dalam pengertian sempit,
pendidik bagi para siswa terbatas pada pendidik profesional atau guru.
Setiap disiplin ilmu memiliki objek formal yang berbeda yaitu:
1.
Berdasarkan hasil studi terhadap objek formalnya masing-masing, setiap disiplin ilmu
menghasilkan perbedaan pula mengenai konsep atau definisi yang identik dengan
pendidikan.
2.
Berdasarkan
pendekatan
sosiologi,
pendekatan
antropologi,
pendidikan
identik
dengan
sosialisasi
identik
dengan
enkulturasi
(socialization).
3.
Berdasarkan
pendidikan
(enculturation).
4.
Berdasarkan pendekatan ekonomi, pendidikan identik dengan penanaman modal pada
diri manusia (human investment).
5.
Berdasarkan pendekatan politik, pendidikan identik dengan civilisasi (civilization).
6.
Berdasarkan pendekatan psikologis, pendidikan identik dengan personalisasi atau
individualisasi (personalization atau individualiazation).
7.
Berdasarkan pendekatan biologi, pendidikan identik dengan adaptasi (adaptation).
4. II.3. Pendidikan dalam arti luas.
Pendidikan dalam arti makro (luas) adalah proses interaksi antara manusia sebagai individu/
pribadi dan lingkungan alam semesta, lingkungan sosial, masyarakat, sosial-ekonomi, sosialpolitik dan sosial-budaya. Pendidikan dalam arti luas juga dapat diartikan hidup (segala
pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Segala
situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu, suatu proses pertumbuhan dan
perkembangan, sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan sosial dan lingkungan
fisik, berlangsung sepanjang hayat sejak manusia lahir).
Jadi pendidikan dalam arti luas, hidup adalah pendidikan, dan pendidikan adalah hidup (life
is education, and education is life). Maksudnya bahwa pendidikan adalah segala pengalaman
hidup (belajar) dalam berbagai lingkungan yang berlangsung sepanjang hayat dan
berpengaruh positif bagi pertumbuhan atau perkembangan individu.
Dalam arti luas pendidikan memiliki karakteristik sebagai berikut:
Tujuan pendidikan sama dengan tujuan hidup individu, tidak ditentukan oleh orang
lain.
Pendidikan berlangsung kapan pun, artinya berlangsung sepanjang hayat (life long
education). Karena itu pendidikan berlangsung dalam konteks hubungan individu yang
bersifat multi dimensi, baik dalam hubungan individu dengan Tuhannya, sesama
manusia, alam, bahkan dengan dirinya sendiri.
Dalam hubungan yang besifat multi dimensi itu, pendidikan berlangsung melalui
berbagai bentuk kegiatan, tindakan, dan kejadian, baik yang pada awalnya disengaja
untuk pendidikan maupun yang tidak disengaja untuk pendidikan.
Pendidikan berlangsung bagi siapa pun. Setiap individu anak-anak atau pun orang
dewasa, siswa/mahasiswa atau pun bukan siswa/ mahasiswa dididik atau mendidik diri.
Pendidikan berlangsung dimana pun. Pendidikan tidak terbatas pada schooling saja.
Pendidikan berlangsung di dalam keluarga, sekolah, masyarakat, dan di dalam
lingkungan alam dimana individu berada. Pendidik bagi individu tidak terbatas pada
pendidik profesional.
II.4. Pendidikan alternatif
Istilah pendidikan alternatif merupakan istilah generik dari berbagai program pendidikan
yang dilakukan dengan cara berbeda dari cara tradisional. Secara umum pendidikan alternatif
memiliki persamaan, yaitu: pendekatannya berisfat individual, memberi perhatian besar
kepada peserta didik, orang tua/keluarga, dan pendidik serta dikembangkan berdasarkan
minat dan pengalaman.
5. Menurut Jery Mintz pendidikan alternatif dapat dikategorikan dalam empat bentuk
pengorganiasasian, yaitu:
1. Publik pilihan (publik choice).
2. Sekolah/lembaga pendidikan publik untuk siswa bermasalah (student at risk).
3. Sekolah pendidikan swasta / independent.
4. Pendidikan di rumah ( home-based schooling ).
Sekolah Publik Pilihan adalah:
·
Lembaga pendidikan dengan biaya negara (dalam pengertian sehari-hari disebut sekolah
negeri yang menyelenggarakan program belajar dan pembelajaran yang berbeda dengan
dengan program regular/konvensional, namun mengikuti sejumlah aturan baku yang telah
ditentukan. Contoh: Sekolah terbuka.
Sekolah / Lembaga Pendidikan untuk Siswa Bermasalah
Pengertian „siswa bermasalah‟ di sini meliputi mereka yang
1. Tinggal di kelas karena lambat belajar.
2. Nakal atau mengganggu lingkungan (termasuk lembaga permasyarakatan anak).
3. Korban penyalahgunaan narkoba.
4. Korban trauma dalam keluarga perceraian orang tua, ekonomi, eynis/budaya (termasuk
anak suku terasing, anak jalanan dan gelandangan).
5. Putus sekolah karena berbagai sebab.
6. Belum pernah mengikuti program sebelumnya, namun tidak termasuk di dalamnya
SLB.
7. Sekolah/Lembaga Pendidikan Swasta
Mempunyai jenis, bentuk dan program yang sangat beragam, termasuk di dalamnya
program pendidikan bercirikan agama seperti pesantren & sekolah Minggu, lembaga
pendidikan bercirikan ketrampilan fungsional seperti kursus, lembaga pendidikan dengan
program perawatan atau PAUD.
Pendidikan di Rumah (Home Schooling)
Termasuk dalam kategori ini adalah pendidikan yang diselenggarakan oleh keluarga
sendiri terhadap anggota keluarganya yang masih dalam usia sekolah. Pendidikan ini
diselenggarakan sendiri oleh orangtua/keluarga dengan berbagai pertimbangan, seperti:
menjaga anak-anak dari kontaminasi aliran atau falsafah hidup yang bertentangan dengan
tradisi keluarga (misalnya pendidikan yang diberikan keluarga yang menganut fundalisme
agama atau kepercayaan tertentu), menjaga anak-anak agar selamat/aman dari pengaruh
negatif lingkungan, menyelamatkan anak-anak secara fisik maupun mental dari kelompok
sebayanya,
.
menghemat
biaya
pendidikan,
dan
berbagai
alasan
lainnya.
6. BAB III
PENUTUP
III.1. Kesimpulan
Pendidikan menurut bahasa Yunani : berasal dari kata pedagogi, yaitu dari kata “paid”
artinya anak dan“agogos” artinya membimbing. Pendidikan dalam arti mikro (sempit)
merupakan proses interaksi antara pendidik dan peserta didik baik di keluarga, sekolah
maupun di masyarakat. Namun pendidikan dalam arti sempit sering diartikan sekolah
(pengajaran yang di selenggarakan disekolah sebagai lembaga pendidikan formal, segala
pengaruh yang di upayakan sekolah terhadap anak dan remaja yang diserahkan kepadanya
agar mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh terhadap hubunganhubungan dan tugas-tugas sosial mereka). Sedangkan pendidikan dalam arti makro (luas)
adalah proses interaksi antara manusia sebagai individu/ pribadi dan lingkungan alam
semesta, lingkungan sosial, masyarakat, sosial-ekonomi, sosial-politik dan sosial-budaya.
Pendidikan dalam arti luas juga dapat diartikan hidup (segala pengalaman belajar yang
berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Segala situasi hidup yang
mempengaruhi pertumbuhan individu, suatu proses pertumbuhan dan perkembangan, sebagai
hasil interaksi individu dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik, berlangsung
sepanjang hayat sejak manusia lahir).
III.2. Penutup
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Ilahi Rabb atas pertolongan-Nyalah
penyusunan makalah ini dapat selesai tepat waktu. namun demikian kami menyadari
sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna baik dari sisi substansi isi maupun
teknis penulisan. itu semua terpulang kepada kami dan secara akademik menjadi tanggung
jawab kami pula. Untuk itu segala bentuk saran, masukan, koreksi maupun kritik sangat kami
nantikan dan harapkan dalam kerangka mencari kebenaran serta guna memperbaiki kualitas
makalah ini. Akhirnya dengan penuh kerendahan hati, kami berharap walau ibarat setetes air
di samudra luas makalah ini dapat menjadi sarana menambah ilmu yang bermanfaat. Amin.
7. DAFTAR PUSTAKA
1.
UU SISDIKNAS No. 2 tahun 1989
2.
UU SISDIKNAS no. 20 tahun 2003
3.
Politeknik Negeri Jakarta, April 2007
4.
Paulo Freire, Pendidikan Kaum Tertindas, (Yogyakarta: LP3ES, 1999), hlm. 26
5.
Kunaryo,dkk, Pengantar Pendidikan, (Semarang : IKIP Semarang Press, 1996), hlm.
36
6.
Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta,
2005), hlm. 55
7.
http://sulipan.wordpress.com/2009/10/02/pengertian-pendidikan-berdasarkanlingkupnya-dan-berdasarkan-pendekatan-monodisipliner/
8.
Hadikusumo, Kunaryo,dkk. Op. Cit, hlm. 40
9.
Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo. Op. Cit, hlm. 62