SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 74
Downloaden Sie, um offline zu lesen
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN
PADA BAYI NY “S” UMUR 2 HARI DENGAN HIPOTERMI SEDANG
DI RUANG TERATAI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KABUPATEN MUNA TANGGAL 15 S.D. 17 JUNI 2014
Karya Tulis Ilmiah
Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan
di Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
Oleh:
SITTI ASRIANI
2011.IB.0096
YAYASAN PENDIDIKAN SOWITE
AKADEMI KEBIDANAN PARAMATA RAHA
KABUPATEN MUNA
2014
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah
Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada Bayi Ny “ S’’
Umur 2 Hari dengan Hipotermi Sedang di Ruang Teratai
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna
Tanggal 15 s.d. 17 Juni 2014
Telah disetujui untuk diseminarkan di hadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah
Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
Raha, September 2014
Pembimbing I Pembimbing II
Fikmawati Refu, S.ST Rosdiana Ita, S.ST
Mengetahui,
Direktur Akbid Paramata Raha
Kabupaten Muna
Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes
LEMBAR PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini telah diperiksa dan disahkan oleh Tim Penguji Karya Tulis
Ilmiah Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
TIM PENGUJI
1. La Ode Muhlisi, A.Kep., M.Kes
(....................................................)
2. FikmawatiRefu,S.ST (....................................................)
3. Rosdiana Ita, S.ST (....................................................)
Raha, September 2014
Pembimbing I Pembimbing II
Fikmawati Refu, S.ST Rosdiana Ita, S.ST
Mengetahui,
Direktur Akbid Paramata Raha
Kabupaten Muna
Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes
RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS DIRI
Nama : Sitti Asriani
NIM : 2011 IB 0096
Tempat/Tanggal Lahir : Bahutara, 19 Desember 1992
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku/Kebangsaan : Muna/Indonesia
Alamat : Desa Bahutara, Kec. Kontungkowuna
B. IDENTITAS ORANG TUA
1. Nama Ayah/Ibu : La Ode Juo/Wa Ode Bania
2. Pekerjaan : Petani/IRT
3. Alamat : Desa Bahutara, Kec. Kontungkowuna
C. PENDIDIKAN
1. Taman kanak-kanak tahun 1999
2. Tamat SD Negeri 6 Kabangka tahun 2005
3. Tamat MTS Karolembo tahun 2008
4. Tamat SMA Negeri 1 Napabalano tahun 2011
5. Akademi Kebidanan Paramata Raha tahun 2011 sampai sekarang
KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini sebagai
salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada program studi DIII
kebidanan Akademi Kebidanan Paramata Raha dengan judul ”Manajemen dan
Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Patologi Pada Bayi
Ny ‘’S’’ Umur 2 Hari Dengan Masalah Hipotermi Sedang Diruang Teratai Rumah
Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tanggal 15-17 Juni 2014”.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ilmiah masih jauh
dari kesempurnaan. Olehnya itu, penulis mengharapkan masukan berupa saran
dan kritikan yang sifatnya membangun guna penyempurnaan karya tulis ilmiah
ini.
Untuk itu melalui kesempatan ini, penulis mengucapkan rasa hormat serta
terima kasih dan penghargaaan yang sedalam-dalamnya kepada:.
1. La Ode Muhlisi, A.Kep.,M.Kes Selaku Ketua Yayasan Pendidikan Sowite
Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna sekaligus penguji
yang telah memberikan masukan, saran dan kritik dalam ujian karya tulis
ilmiah.
2. Rosminah Mansyarif, S.SIT., M.Kes, selaku Direktur Akademi Kebidanan
Paramata Raha Kabupaten Muna.
3. Fikmawati Refu, S.ST selaku pembimbing 1 dan Ibu Rosdiana Ita, S.ST
selaku pembimbing II yang telah banyak membantu, membimbing dan
meluangkan waktunya dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Segenap Dosen dan Staf Program Studi DIII Kebidanan Akademi
Kebidanan Paramata Raha yang telah memberikan bekal ilmu dan
pengetahuan selama penulis mengikuti pendidikan.
5. Kepada Bapak La Ode Juo dan Ibu Wa Ode Bania sebagai Kedua Orang
Tua saya, yang telah memberikan dorongan moril maupun materi.
6. Kepada saudara-saudara saya yang telah memberikan dukungannya kepada
penulis, sehingga penyusunan karya tulis ilmiah ini terselesaikan.
7. Seluruh rekan-rekan seperjuangan mahasiswi Akademi Kebidanan Paramata
Raha Kabupaten Muna angkatan tahun 2011.
Setiap orang selalu berusaha untuk mempersembahkan sebuah karya yang
baik termasuk penulisan, namun patut disadari sepenuhnya karya tulis ini belum
sempurna baik isi maupun sistematika penulisan. Oleh karena itu, segala usul,
saran, komentar serta kritikan yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan
dan akan diterima dengan senang hati.
Akhirnya semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
pengembangan ilmu kebidanan dan semoga Allah SWT senantiasa memberikan
rahmat dan petunjuk dalam pemanfaatan karya tulis ilmiah ini. Amin
Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu
Raha, 05 September 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul ………………………………………………………........... i
Lembar Persetujuan ………………………………………………………… ii
Lembar Pengesahan …………………………………………………........... iii
Riwayat Hidup ………………………………………………………........... iv
Kata Pengantar ………………………………………………………........... v
Daftar Isi ……………………………………………………………............ vii
Daftar Tabel …………………………………………………………............ xi
Inti Sari ……………………………………………………………………… xii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………….. 1
A. Latar Belakang Masalah …………………………….............. 1
B. Ruang Lingkup Pembahasan ……………………................... 4
C. Tujuan Telaah ……………………………………………….. 4
D. Manfaat Telaah ……………………………………………... 6
E. Metode Telaah ……………………………………………… 6
F. Sistematika Telaah ………………………………………….. 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………………………………................. 10
A. Telaah Pustaka ……………………………………………….. 10
1. Pengertian bayi baru lahir ………………………………… 10
2. Ciri-ciri bayi baru lahir ……………………………………. 10
3. Penanganan Bayi Baru Lahir ……………………………… 11
4. Pencegahan Kehilangan Panas……………………………. 1
5. Pengertian Hipotermi ……………………………………. 15
6. Faktor Penyebap Hipotermi ………………………............ 17
7. Tanda dan Gejala Hipotermi ………………………...........
8. Pengobatan dan Pencegahan Hipotermi …………….......... 21
9. Patofisiologi Hipotermi ………………………................... 24
B. Manajemen Asuhan Kebidanan ………………………......... 29
1. Pengertian ………………………………………………… 29
2. Langkah-langkah Manajemen Kebidanan ………………. 29
3. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan …………………… 33
BAB III STUDI KASUS …………………………………………............ 36
A. Pengumpulan Data Dasar ………………………………….... 36
B. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Aktual …………………. 40
C. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial ………………... 42
D. Tindakan segerah dan kolaborasi …………………………...... 44
E. Perencanaan Asuhan Kebidanan …………………………...... 44
F. Pelaksanaan Rencana Asuhan Kebidanan ……………............... 46
G. Evaluasi ………………………………..................................... 47
H. Pendokumentasian …………………………………………… 48
I. Cacatan perkembangan………………………………………..
BAB IV PEMBAHASAN …………………………………………........... 57
A. Pengumpulan dan Analisa Data Dasar ……………………….... 57
B. Merumuskan Diagnosa dan Masalah Aktual ………………….. 58
C. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial …………………. 58
D. Perlunya Tindakan Segera dan Kolaborasi ……………………. 59
E. Rencana Asuhan ……………………………………………….. 59
F. Pelaksanaan Rencana Asuhan Kebidanan ………………........... 60
G. Evaluasi Asuhan kebidanan ………………………………....... 60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………….... 62
A. Kesimpulan ……………………………………………................. 62
B. Saran ………………………………………………….................. 63
Daftar Pustaka ………………………………………………….................... 65
Lampiran-lampiran
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Kalasifikasi Suhu Tubuh Abnormal ………….................... 28
Tabel 2. Klasifikasi Hipotermi pada Bayi Baru Lahir ………............ 29
Tabel 3. Pendokumentasian Manajemen Asuhan Kebidanan …........ 35
Tabel 4. Penilaian Apgar pada Bayi Ny. “S” …………………........ 38
Tabel 6. Follow Up ………………………………………………….. 56
INTISARI
Sitti Asriani (2011.IB.0096), “Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan
Kebidanan Bayi Baru Lahir Patologi Pada Bayi Ny S Umur 2 Hari Dengan
Masalah Hipotermi Sedang Di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Muna” di bawah bimbingan Ibu Fikmawati Refu, S.ST dan Ibu
Rosdiana Ita, S.ST (V+65 hal).
Latar Belakang : Kehidupan bayi baru lahir yang paling kritis adalah saat
mengalami masa transisi dari kehidupan intrauterin kekehidupan ekstrauterin.
Salah satu yang menjadi masalah yang dialami bayi pada masa transisi ini adalah
hipotermi. Hipotermi adalah penurunan suhu tubuh bayi di bawah suhu normal
(kurang dari 36°C).
Tujuan Penelitian : Dapat melaksanakan Manajemen dan Pendokumentasian
Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Patologi Pada Bayi Nyonya S dengan
Masalah Hipotermi Sedang Di Ruang Teratai RSUD Kabupaten Muna Mulai
Tanggal 15 Juni s.d 17 Juni 2014.
Hasil Penelitian : Pada studi kasus bayi Nyonya S, evaluasi yang berhasil
dilakukan adalah pemantauan keadaan klien meliputi : keadaan umum baik, tidak
terjadi hipotermi berat dan suhu bayi kembali normal.
Kesimpulan : Berdasarkan studi kasus bayi Nyonya S dengan masalah hipotermi
sedang tidak di temukan hal-hal yang menyimpang dari evaluasi dan tinjauan
pustaka. Oleh karena itu bila dibandingkan dengan tinjauan pustaka dan studi
kasus bayi Nyonya S secara garis besar tidak di temukan kesenjangan.
Kata Kunci : Bayi Baru Lahir Patologi dan Hipotermi Sedang
Daftar Pustaka : 25 (1992-2013)
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hipotermia yaitu penurunan suhu tubuh bayi dibawah suhu normal.
Kehidupan bayi baru lahir yang paling kritis adalah saat mengalami masa transisi
dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin. Salah satu yang menjadi
masalah yang dialami bayi pada masa transisi ini adalah hipotermia.
Menurut data dari organisasi kesehatan dunia ( WHO ), pada tahun 1995
hampir semua (98%) dari 5 juta kematian neonatal terjadi di negara berkembang.
Lebih dari 2/3 kematian itu terjadi pada periode neonatal dini. Umumnya karena
berat badan lahir <2500 gram. Bahkan 17% dari 25 juta persalinan pertahun
adalah BLBR dan hampir semuanya terjadi pada negara berkembang. WHO
memperkirakan hampir sekitar 98% dari lima juta kematian neonatal terjadi di
negara berkembang. Lebih dari dua pertiga kematian itu terjadi pada periode
neonatal dini dan 42% kematian neonatal disebabkan infeksi seperti: sepsis,
tetanus neonatorum, meningitis, pneumonia, dan diare (Imral chair, 2007).
Negara ASEAN, merupakan Negara dengan angka kamatian bayi tertinggi,
yang berarti kemampuan untuk memberikan pelayanan kesehatan masih
memerlukan perbaikan yang bersifat menyeluruh dan lebih bermutu. Dengan
perkiraaan persalinan di Indonesia setiap tahunnya sekitar 5.000.000 jiwa.
(Manuaba 2010).
Pada tahun 2011, jumlah angka kematian bayi baru lahir (neonatal) di
Negara-negara ASEAN, di Indonesia mencapai 31 per 1000 kelahiran hidup.
Angka itu 5,2 kali lebih tinggi dibandingkan Malaysia. Juga 1,2 kali lebih tinggi
dibandingkan Filipina dan 2,4 kali lebih tinggi jika dibandingkan dengan
Thailand. Karena itu masalah ini harus menjadi perhatian serius.
(http://www.docs-finder.com/ jumlah angka kematian ibu dan bayi di dunia tahun
2010 doc.html diakses tanggal 25 Mei 2011).
Kematian prenatal di Indonesia merupakan kematian nomor 2 setelah
maternal, penelitian ini menunjukan bahwa lebih dari 50 % kematian bayi terjadi
dalam periode neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan kurang baiknya
penanganan yang dapat mengakibatkan cacat seumur hidup bahkan kematian.
Pada tahun 2005 angka kematian bayi baru lahir di Indonesia adalah 20 per 1000
kelahiran hidup. Jika angka kelahiran hidup di Indonesia sekitar 5 juta per tahun
dan angka kematian bayi 20 per 1000 kelahiran hidup, berarti sama halnya dengan
setiap hari 246 bayi meninggal, setiap satu jam 10 bayi Indonesia meninggal, jadi
setiap enam menit satu bayi Indonesia meninggal. (Roesli Utami, 2008)
Menurut DEPKES RI angka kematian sepsis neonatorum cukup tinggi 13-
50% dari angka kematian bayi baru lahir. Masalah yang sering timbul sebagai
komplikasi sepsis neonatorum adalah meningitis, kejang, hipotermi,
hiperbilirubinemia, gangguan nafas, dan minum (Depkes, 2007).
Jumlah kematian bayi di Sulawesi Tenggara tahun 2010-2012 cenderung
berfluktuasi. Pada tahun 2010 jumlah kematian bayi 587 per 1000 kelahiran
hidup, tertinggi terjadi di Kabupaten Muna 79 per 1000 kelahiran hidup,
menyusul Kabupaten Kolaka 67 per 1000 kelahiran hidup dan Konawe Selatan 59
per 1000 kelahiran hidup. Tahun 2011 jumlah kematian bayi mengalami
peningkatan yang cukup tinggi yaitu mencapai jumlah 1.166 kematian bayi.
Kematian Bayi yang tertinggi pada tahun 2011 terdapat di Kabupaten Muna
sebanyak 197 per 1000 kelahiran hidup, disusul kabupaten Buton 172 per 1000
kelahiran hidup dan Kabupaten Konawe Selatan 167 per 1000 kelahiran hidup. Di
Tahun 2012 jumlah kematian bayi mengalami penurunan yang cukup signifikan
yaitu 693 per 1000 kelahiran hidup, jumlah tertinggi masih terjadi di Kabupaten
Muna (122) dan menyusul Buton (82) dan Bombana (78). BBLR 120 orang,
asfiksia 89 orang, sepsis 9 orang, dan tetanus 3 orang, dengan demikian total
kematian neonatal tahun 2012 adalah 484 per 1000 kelahiran hidup, hal ini
menunjukkan masa neonatal merupakan resiko kematian bayi yang paling tinggi,
yaitu 484 kematian dari 693 bayi (Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2012)
Berdasarkan data yang didapatkan di ruang bayi Rumah Sakit Umum
Daerah Kabupaten Muna jumlah bayi yang mengalami hipotermi didapatkan data
dari 3 tahun terakhir (Oktober 2012, Desember 2013, dan Januari 2014 ) dari 9
bayi yang dirawat semua mengalami hipotermi, akan tetapi kematian bayi akibat
hipotermi tidak ada. (Buku Pencatatan dan Pelaporan Rumah Sakit Umum Raha
2010)
Bayi yang mengalami hipotermia mempunyai risiko tinggi terhadap
kematian sehingga memerlukan pengawasan dan perawatan yang intensif dan
ketat dari tenaga kesehatan yang berpengalaman dan berkualitas tinggi. Peran
bidan sangat diperlukan untuk mencengah terjadinya risiko hipotermia pada bayi.
Maka dari itu penulis mengambil judul “Manajemen dan Pendokumentasian
Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Patologis Pada Ny. “S” Dengan
Masalah Hipotermi Sedang Di Ruang Teratai RSUD Kabupaten Muna Tahun
2014”.
Diharapkan dengan pelaksanan asuhan kebidanan tersebut dapat
meningkatkan peran fungsi bidan dalam menurunkan angka kematian bayi yang
disebabkan oleh hipotermi dan bidan harus memiliki pengetahuan yang luas, sikap
dan keterampilan dalam melakukan asuhan untuk mencegah terjadinya hal yang
tidak diinginkan.
A. Ruang Lingkup Pembahasan
Adapun ruang lingkup penulisan studi kasus ini adalah Manajemen dan
Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Pada Bayi Ny. “S”
dengan Masalah Hipotermi Sedang Di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daetah
Kabupaten Muna Mulai Tanggal 15 Juni s.d 17 Juni 2014.
B. Tujuan Telaah
1. Tujuan Umum
Dapat melaksanakan Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan
Bayi Baru Lahir Patologi Pada Bayi Ny. “S” dengan Masalah Hipotermi
Sedang Di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna
Mulai Tanggal 15 Juni s.d 17 Juni 2014.
2. Tujuan Khusus
a. Melaksanakan pengkajian dan analisa data dasar pada Bayi Ny. “S”
dengan Masalah Hipotermi Sedang di Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Muna Mulai Tanggal 15 Juni s.d 17 Juni 2014.
b. Merumuskan diagnosa/masalah aktual pada Bayi Ny. “S” dengan
Masalah Hipotermi Sedang Di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Muna Mulai Tanggal 15 Juni s.d 17 Juni 2014.
c. Merumuskan diagnosa/masalah potensial pada Bayi Ny. “S” dengan
Masalah Hipotermi Sedang Di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Muna Mulai Tanggal 15 Juni s.d 17 Juni 2014.
d. Mengidentifikasi tindakan segera dan kolaborasi pada Bayi Ny. “S”
dengan Masalah Hipotermi Sedang Di Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Muna Mulai Tanggal 15 Juni s.d 17 Juni 2014.
e. Merencanakan asuhan Kebidanan pada Bayi Ny. “S” dengan Masalah
Hipotermi Sedang Di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna
Mulai Tanggal 15 Juni s.d 17 Juni 2014.
f. Melaksanakan tindakan asuhan Kebidanan pada Bayi Ny. “S” dengan
Masalah Hipotermi Sedang Di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Muna Mulai Tanggal 15 Juni s.d 17 Juni 2014.
g. Mengevaluasi asuhan Kebidanan yang telah diberikan pada Bayi Ny. “S”
dengan Masalah Hipotermi Sedang Di Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Muna Mulai Tanggal 15 Juni s.d 17 Juni 2014.
h. Mendokumentasikan semua temuan asuhan Kebidanan yang telah
dilaksanakan pada Bayi Ny. “S” dengan Masalah Hipotermi Sedang Di
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Mulai Tanggal 15 Juni s.d
17 Juni 2014.
C. Manfaat Telaah
1. Manfaat Praktis
Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta tambahan
pengalaman yang sangat berharga dalam penerapan asuhan kebidanan dengan
Masalah Hipotermi Sedang.
2. Manfaat Ilmiah
Merupakan kontribusi pemikiran bagi penulis dalam proses penerapan ilmu
pengetahuan yang telah diperoleh khususnya tentang Bayi Baru Lahir
Patologi dengan Masalah Hipotermi Sedang.
3. Manfaat Institusi
Sebagai bahan masukan bagi institusi pendidikan Akademi Kebidanan
Paramata Raha dalam penerapan proses asuhan kebidanan pada kasus Bayi
Baru lahir Patologi pada bayi Ny. “S” dengan Masalah Hipotermi Sedang.
4. Manfaat Bagi Penulis
Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan ujian akhir jenjang pendidikan
dan penerapan ilmu yang telah didapatkan pada Akademi Kebidanan
Paramata Raha.
D. Metode Telaah
Metode yang digunakan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah
1. Studi Kepustakaan
Yaitu dengan membaca buku, situs dan makalah-makalah yang berkaitan
dengan masalah yang dibahas sebagai dasar teoritis yang digunakan dalam
menyusun karya tulis ini.
2. Studi Kasus
Melaksanakan studi kasus dengan menggunakan pendekatan proses
manajemen asuhan kebidanan yang meliputi 7 langkah varney yaitu:
identifikasi dan analisa data dasar, identifikasi diagnosa/masalah aktual,
antisipasi diagnosa/masalah potensial, melaksanakan tindakan segera dan
kolaborasi, merencanakan asuhan kebidanan, melaksanakan asuhan
kebidanan dan evaluasi.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara:
a. Anamnesa/wawancara
Penulis melakukan tanya jawab dengan klien dan keluarganya guna
mendapatkan data yang diperlukan untuk memberikan asuhan
kebidanan pada klien tersebut.
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik dilakukan secara sistematis mulai dari kepala
sampai ke kaki meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi.
3. Studi Dokumentasi
Studi ini dilakukan dengan mempelajari status kesehatan klien yang
bersumber dari catatan bidan
4. Diskusi
Yaitu mengadakan konsultasi dengan bidan yang menangani langsung
klien tersebut serta berdiskusi dengan dosen pembimbing Studi Kasus
mengenai klien.
E. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dalam karya ilmiah ini adalah:
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Ruang Lingkup Pembahasan
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat telaah
1. Manfaat Praktis
2. Manfaat Ilmiah
3. Manfaat Institusi
4. Manfaat Bagi Penulis
E. Metodologi telaah
1. Studi Kepustakaan
2. Studi Kasus
3. Studi Dokumentasi
4. Diskusi
F. Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Pengertian Bayi Baru Lahir
2. Pengertian Hipotermi
3. Pengertian Hipotermi Sedang
B. Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan
1. Pengertian Manajemen Kebidanan
C. Langkah-langkah Manajemen Kebidanan
D. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (Soap)
BAB III STUDI KASUS
A. Pengkajian Dan Analisa Data Dasar
B. Merumuskan Diagnosa/Masalah Aktual
C. Merumuskan Diagnosa/ Masalah Potensial
D. Mengidentifikasi Tindakan Segera Dan Kolaborasi
E. Rencana Asuhan Kebidanan
F. Pelaksanaan Tindakan Asuhan Kebidanan
G. Evaluasi Asuhan Kebidanan
H. Pendokumentasian Hasil Asuhan SOAP
BAB IV PEMBAHASAN
Pada bagian ini membahas tentang kesenjangan antara teori dengan fakta
yang ada, dibahas secara sistematis mulai dari step 1 sampai 7.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Pengertian bayi baru lahir
Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42
minggu dan berat badan lahir 3200 gram sampai dengan 4.000 gram. (Sudarti,
2010. Hal 1).
a. Ciri-ciri bayi baru lahir
1. Berat badan 3200-4000 gram
2. Panjang badan 48-52 cm
3. Lingkar dada 30-38 cm
4. Lingkar kepala 33-35 cm
5. Bunyi jantung dalam menit-menit pertama kira-kira 180 kali/menit,
kemudian menurun sampai 120-140 kali/menit.
6. Pernafasan pada menit-menit pertama cepat kira-kira 80 kali/menit,
kemudian menurun setelah tenang kira-kira 40 kali/menit.
7. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup
terbentuk dan diliputi verniks caeseosa.
8. Rambut lanugo telah tidak terlihat, rambut kepala biasanya tampak
sempurna.
9. Kuku agak panjang dan lemas.
10. Refleks hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.
11. Refleks Moro sudah baik, bayi bila dikagetkan akan memperlihatkan
gerakan seperti memeluk.
12. Graff refleks sudah baik, apabila diletakkan suatu benda ke telapak
tangan, bayi akan menggenggam/adanya gerakan refleks.
13. Eliminasi baik, urin dan mekonium akan keluar dalam 24 jam, pertama,
mekonium berwarna kecoklatan. (Sudarti, 2010)
2. Penanganan Bayi Baru Lahir
a. Pertahankan kebersihan jalan nafas
1) Pegang kepala bayi lebih rendah dari badan dengan kepala dipindahkan
ke sisi drainase.
2) Bersihkan wajah dan kepala, bersihkan cairan dari hidung dan mulut.
3) Hisap hidup dan mulut menggunakan spuit seperti bola lampu yang lunak
(de lee).
b. Jaga bayi tetap hangat
1) Bersihkan dan keringkan bayi;
2) Tempatkan bayi diatas perut ibu;
3) Letakkan topi stockinet pada kepala bayi;
4) Gunakan penghangat;
5) Bungkus bayi dengan selimut hangat.
6) Perlihatkan bayi pada orang tua dan yang lain, tempatkan pada perut ibu
7) Klem dan potong tali pusat
8) Catat nilai Apgar pada 1 dan 5 menit pertama
9) Lakukan dengan segera pemeriksaan menyeluruh pada bayi (Varney,
Helen. 2002. Hal 274).
3. Pencegahan Kehilangan Panas
a. Mekanisme kehilangan panas
Bayi baru lahir dapat kehilanagn panas tubuhnya melalui cara-cara berikut :
1) Evaporasi adalah jalan utama bayi kehilangan panas. Kehilangan panas
dapat terjadi karena karena penguapan cairan ketuban pada permukaan
tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri karena setelah lahir tubuh bayi tidak
segera dikeringkan. Kehilangan panas juga terjadi pada bayi yang terlalu
cepat di mandikan dan tubuhnya tidak segera di keringkan dan selimuti.
2) Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara
tubuh bayi dengan permukaan yang dingin. Meja, tempat tidur atau
timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan
menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme konduksi apabila bayi
diletakkan di atas benda-benda tersebut.
3) Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar
udara sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan di
dalam ruangan yang dingin akan cepat mengalami kehilangan panas.
Kehilangan panas juga terjadi jika terjadi aliran udara dari kipas angin,
hembusan udara melalui ventilasi atau pendingin ruangan.
4) Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi di tempatkan di
dekat benda-benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu
tubuh bayi. Bayi bisa kehilangan panas dengan cara ini karena benda-
benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak
bersentuhan secara langsung).
b. Mencegah kehilangan panas
1) Keringkan tubuh bayi tanpa membersihkan verniks
Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh
lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Verniks
akan membantu menghangatkan tubuh bayi. Ganti handuk basah
dengan handuk/kain yang kering. Biarkan bayi diatas perut ibu.
2) Letakkan bayi agar terjadi kontak kulit ibu ke kulit bayi
Letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi
sehingga bayi menempel di dada/perut ibu. Uasahakan kepala bayi
berada di antara payudara ibu dengan posisi sedikit lebih rendah dari
puting payudara ibu. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke
kulit di dada ibu paling sedikit satu jam.
3) Selimuti ibu dan bayi dan pakaikan topi di kepala bayi
Selimuti tubuh ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi
di kepala bayi. Bagian kepala bayi memiliki luas permukaan yang
relatif luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika bagian
tersebut tidak tertutup.
4) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
Lakukan penimbangan setelah satu jam kontak kulit ibu ke kulit
bayi dan bayi selesai menyusu. Karena BBL cepat dan mudah
kehilangan panas tubuhnya (terutama jika tidak berpakaian), sebelum
melakukan penimbangan, terlebih dahulu selimuti bayi dengan kain
atau selimut bersih dan kering. Berat badan bayi dapat dinilai dari
selisih berat bayi pada saat berpakaian/diselimuti dikurangi dengan
berat pakaian/selimut. Bayi sebaiknya dimandikan ≥6 jam setelah
lahir. Memandikan bayi dalam beberapa jam pertama setelah lahir
dapat menyebabkan hipotermia yang sangat membahayakan bayi baru
lahir.
4. Pengertian Hipotermi
Beberapa definisi hipotermia dari beberapa sumber :
a. Menurut Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirahardjo (2001), bayi
hipotermia adalah bayi dengan suhu badan dibawah normal.adapun suhu
normal pada neonatus adalah 36,5°C-37,5oC. Gejala awal pada hipotermi
apabila suhu <36oC atau kedua kaki dan tangan teraba dingin. Bila seluruh
tubuh bayi terasa dingin maka bayi sudah mengalami hipotermia sedang
(suhu 32°C-36oC). Disebut hipotermia berat bila suhu <32oC diperlukan
termometer ukuran rendah yang dapat mengukur sampai 25oC.
b. Menurut Indarso F(2001), disamping sebagai suatu gejala,hipotermia
merupakan awal penyakit yang berakhir dengan kematian.
c. Menurut Sandra M.T (1997), hipotermi yaitu suatu kondisi dimana suhu
tubuh inti turun sampai dibawah 35oC.
Hipotermi adalah kondisi di mana tubuh kita mengalami
penurunanan suhu inti (suhu organ dalam) sampai dibawah 35oC.
Hipotermi bisa menyebabkan terjadinya pembengkakan diseluruh tubuh
(Edema Generalisata), menghilangnya reflex tubuh (areflexia), koma,
hingga menghilangnya reaksi pupil mata. Ada beberapa jenis hipotermi
yaitu:
1. Jenis-Jenis Hipotermi
a) Accidental hypothermia terjadi ketika suhu tubuh inti menurun hingga
< 35°C
b) Primary accidental hypothermia merupakan hasil dari paparan
langsung terhadap udara dingin pada orang yang sebelumnya sehat.
c) Secondary accidental hypothermia merupakan komplikasi gangguan
sistemik (seluruh tubuh) yan serius. Kebanyakan terjadinya suhu di
musim dingin (salju) dan iklim dingin.
Berdasarkan kejadiannya, hipotermi dibagi menjadi 4 bagian
yaitu :
1) Hipotermi spintas, yaitu penurunan suhu tubuh 1-2°C sesudah
lahir. Suhu tubuh akan menjadi normal kembali setelah bayi
berumur 4-8 jam, bila suhu ruang di atur sebaik-baiknya. Hipotermi
sepintas ini terdapat pada bayi dengan BBLR, hipoksia, resusitasi
lama, ruangan tempat bersalin yang dingin, bila bayi segera di
bungkus setelah lahir terlalucepat di mandikan (kurang dari 4-6 jam
sesudah lahir).
2) Hipotermi akut, yaitu terjadi bila bayi berada di lingkungan yang
dingin selama 6-12 jam, terdapat pada bayi dengan BBLR, diruang
tempat bersalin yang dingin, incubator yang cukup panas.
Terapinya adalah: segeralah masukan bayi segera kedalam
inkubataor yang suhunya sudah menurut kebutuhan bayi dan dalam
kaadaan telanjang supaya dapat di awasi secara teliti. Gejala bayi
lemah, gelisah, pernafasan dan bunyi jantung lambat serta kedu
kaki dingin.
3) Hipotermi sekunder, yaitu penurunan suhu tubuh yang tidak di
sebabkan oleh suhu lingkungan yang dingin, tetapi oleh sebab lain
seperti sepsis, syndrome gangguan nafas, penyakit jantung bawaan
yang berat,hipoksia dan hipoglikemi, BBLR. Pengobatan dengan
mengobati penyebab misalnya: pemberian antibiotika,larutan
glukosa, oksigen dan sebagainya.
4) Cold injuri, yaitu hipotermi yang timbul karena terlalu lama dalam
ruang dingin(lebih dari 12 jam). Gejala: lemah, tidak mau minum,
badan dingin, oligoria, suhu berkisar sekitar 29,5°C-35°C, tidak
banyak bergerak, oedema, serta kemerahan pada tangan, kaki dan
muka, seolah-olah dalam keadaan sehat, pengerasan jaringan sub
kutis. Pengobatan : memanaskan secara perlahan-lahan, antibiotika,
pemberian larutan glukosa 10% dan kastikastiroid.
2. Faktor Penyebap Hipotermi
a) Kesalahan perawatan bayi segera setelah lahir
b) Bayi dipisahkan dengan ibunya
c) Bayi bayu lahir rendah (BBLR)
d) Kondisi ruang yang dingin
e) Prosedur penghangatan yang adekuat
f) Asfiksia, hipoksia. (Sudarti-Afroh Fauziah, 2013)
g) Faktor pencetus hipotermi menurut Depkes RI,1992 :
1) Faktor lingkungan.
2) Syok.
3) Infeksi.
4) Gangguan endokrin metabolik.
5) Kurang gizi
6) Obat-obatan.
h) Aneka cuacaMekanisme hilangnya panas
Cara Perpindahan pada Neonotus:
1) Radiasi adalah panas yang hilang dari objek yang hangat (bayi) ke
objekyang dingin. Misal BBL diletakkan ditempat yang dingin.
2) Konduksi adalah pindahnya panas tubuh bayi karena kulit bayi
langsung kontak dengan permukaan yang lebih dingin. Misal
popok atau celana basah tidak langsung diganti.
3) Konveksi adalah hilangnya panas dari bayi ke udara sekelilingnya.
Misal BBL diletakkan dekat pintu atau jendela terbuka.
4) Evaporasi adalah hilangnya panas akibat penguapan dari air pada
kulit bayi misalnya cairan amnion pada bayi. (sudarti-Afroh
Fauziah, 2013).
3. Tanda dan Gejala Hipotermi
a. Tanda-tanda klinis hipotermi:
1) Hipotermia sedang:
a) Kaki teraba dingin
b) Kemampuan menghisap lemah
c) Tangisan lemah
d) Kulit berwarna tidak rata atau disebut kutis marmorata
2) Hipotermia berat
a) Sama dengan hipotermia sedang
b) Pernafasan lambat tidak teratur
c) Bunyi jantung lambat
d) Mungkin timbul hipoglikemi dan asidosisi metabolik
3) Stadium lanjut hipotermia
a) Muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang
b) Bagian tubuh lainnya pucat
c) Kulit mengeras, merah dan timbul edema terutama pada
punggung, kaki dan tangan
d) (sklerema)
Gejala Klinis hipotermia dibagi menjadi 3 ,
1) Mild atau ringan
Sistem saraf pusat: amnesia, apati, terganggunya persepsi
halusinasi;
2) Cardiovaskular: denyut nadi cepat lalu berangsur melambat,
meningkat4nya tekanandarah:
a) Penafasan: nafas cepat lalu berangsur melambat;
b) Saraf dan otot: gemetar, menurunnya kemampuan koordinasi
otot.
3) Moderate, sedang
a) Sistem saraf pusat: penurunan kesadaran secara berangsur,
pelebaran pupil;
b) Cardiovaskular: penurunan denyut nadi secara berangsur;
c) Pernafasan: hilangnya reflex jalan nafas (seperti batuk,
bersin);
d) Saraf dan otot: menurunnya reflex, berkurangnya respon
menggigil, mulai munculnya kaku tubuh akibat udara dingin.
4) Severe, parah
a) Sistem saraf pusat: koma, menurunnya reflex mata (seperti
mengedip;
b) Cardiovascular: penurunan tekanan darah secara berangsur,
menghilangnya tekanan darah sistolik;
c) Pernafasan: menurunnya konsumsi oksigen;
d) Saraf dan otot: tidak adanya gerakan, menghilangnya reflex
perifer.
Gejala Hipotermi pada bayi baru lahir :
1) Sejalan dengan menurunnya suhu tubuh,bayi menjadi kurang
aktif,tidak kuat menghisap asi,dan menangis lemah.
2) Timbulnya sklerema atau kulit mengeras berwarna
kemerahan terutama dibagian punggung, tungkai dan tangan
3) Muka bayi berwarna merah terang.
4) Tampak mengantuk.
5) Kulitnya pucat dan dingin.
6) Lemah, lesu, menggigil.
7) Kaki dan tangan bayi teraba lebih dingin dibandingkan
dengan bagian dada.
8) Ujung jari tangan dan kaki kebiruan
9) Bayi tidak mau minum/menyusui.
10) Bayi tampak lesu atau mengantuk saja.
11) Dalam keadaan berat, denyut jantung bayi menurun dan
kulit tubuh bayi mengeras (sklerema).
12) Kulitnya pucat dan dingin.
13) Menggigil.
4) Pengobatan dan Pencegahan Hipotermi
Mengatasi bayi hipotermi dilakukan dengan cara :
a) Prinsip penanganan hipotermi adalah penstabilan suhu tubuh dengan
menggunakan selimut hangat (tapi hanya pada bagian dada, untuk
mencegah turunnya tekanan darah secara mendadak) atau
menempatkan pasien di ruangan yang hangat. Berikan juga minuman
hangat(kalau pasien dalam kondisi sadar).
Pencegahan dan Penanganan Hipotermi Pemberian panas yang
mendadak, berbahaya karena dapat terjadi apnea sehingga
direkomendasikan penghangatan 0,5-1°C tiap jam (pada bayi <1000
gram penghangatan maksimal 0,6 °C). (Indarso, F, 2001).
Alat-alat Inkubator Untuk bayi <1000 gram, sebaiknya
diletakkan dalam inkubator. Bayi-bayi tersebut dapat dikeluarkan dari
inkubator apabila tubuhnya dapat tahan terhadap suhu lingkungan
30°C. Radiant Warner Adalah alat yang digunakan untuk bayi yang
belum stabil atau untuk tindakan-tindakan. Dapat menggunakan servo
controle (dengan menggunakan probe untuk kulit) atau non servo
controle (dengan mengatur suhu yang dibutuhkan secara manual).
b) Pencegahan Hipotermi Pada Bayi:
1) Bayi dibungkus dengan selimut dan kepalanya ditutup dengan topi.
Jika bayi harus dibiarkan telanjang untuk keperluan observasi
maupun pengobatan, maka bayi ditempatkan dibawah cahaya
penghangat.Untuk mencegah hipotermi, semua bayi yang baru lahir
harus tetap berada dalam keadaan hangat.
2) Di kamar bersalin, bayi segera dibersihkan untuk menghindari
hilangnya panas tubuh akibat penguapan lalu dibungkus dengan
selimut dan diberi penutup kepala.
3) Melaksanakan metode kanguru, yaitu bayi baru lahir dipakaikan
popok dan tutup kepala diletakkan di dada ibu agar tubuh bayi
menjadi hangat karena terjadi kontak kulit langsung.Bila tubuh
bayi masih teraba dingin bisa ditambahkan selimut.
4) Bayi baru lahir mengenakan pakaian dan selimut yang disetrika
atau dihangatkan diatas tungku.
5) Menghangatkan bayi dengan lampu pijar 40 sampai 60 watt yang
diletakkan pada jarak setengah meter diatas bayi.
6) Meminta pertolongan kepada petugas kesehatan terdekat.
7) Dirujuk ke rumah sakit.
8) Terapi yang bisa diberikan untuk orang dengan kondisi hipotermia,
yaitu jalan nafas harus tetap terjaga juga ketersediaan oksigen yang
cukup.
Tindakan Pencegahan Penyakit Hipotermi
a) Siapkan lingkungan hangat ( lingkungan netral );
b) Segera keringkann bayi setelah lahir;
c) Jangan mandikan bayi segerah setelah lahir;
d) Jangan hilangkan verniks;
e) Tutup kepala dengan kain/topi;
f) Berikan bayi ke dada ibu dan selimuti;
g) BBLR bila kondisi stabil di lakukan perawatan dengan metode
kanguru:
h) Susukan bayi 30 menit setelah lahir. ( Sudarti-Afroh Fauziah,
2013)
5) Patofisiologi Hipotermi
Sewaktu kulit bayi menjadi dingin, saraf afferen menyampaikan
pada sentral pengatur panas di hipothalamus. Saraf yang dari
hipothalamus sewaktu mencapaibrown fat memacu
pelepasan noradrenalin lokal sehingga trigliserida dioksidasi menjadi
gliserol dan asam lemak. Blood gliserol level meningkat, tetapi asam
lemak secara lokal dikonsumsi untuk menghasilkan panas.
Daerah brownfat menjadi panas, kemudian di distribusikan ke beberapa
bagian tubuh melalui aliran darah. Ini menunjukkan bahwa bayi akan
memerlukan oksigen tambahan dan glukosa untuk metabolisme yang
digunakan untuk menjaga tubuh tetap hangat.
Methabolicther mogenesis yang efektif memerlukan integritas dari
sistem syaraf sentral, kecukupan dari brownfat, dan tersedianya glukosa
serta oksigen.
Perubahan fisiologis akibat hipotermi yang terjadi pada sistem
syaraf pusat antara lain depresi linier dari metabolisme otak, amnesia,
apatis, disartria, pertimbangan yang terganggu adaptasi yang salah, EEG
yang abnormal, depressi kesadaran yang progresif, dilatasi pupil, dan
halusinasi. Dalam keadaan berat dapat terjadi kehilangan autoregulasi
otak, aliran darah otak menurun, koma, refleks okuli yang hilang, dan
penurunanyangprogressif dari aktivitas EEG.
Pada jantung dapat terjadi takikardi, kemudian bradikardi yang
progressif, kontriksi pembuluh darah, peningkatan cardiacout put, dan
tekanan darah. Selanjutnya, peningkatan aritmia atrium dan ventrikel,
perubahan EKG dan sistole yang memanjang; penurunan tekanan darah
yang progressif, denyut jantung, dan cardiacout put disritmia serta
asistole. Pada pernapasan dapat terjadi takipnea,bronkhorea,
bronkhospasma, hipoventilasi konsumsi oksigen yang menurun sampai
50%, kongesti paru dan edema, konsumsi oksigen yang menurun
sampai 75%, dan apnoe. Pada ginjal dan sistem endokrin, dapat
terjadicold diuresis, peningkatan katekolamin, steroid adrenal, T3 dan T4
dan menggigil; peningkatan aliran darah ginjal sampai 50%, autoregulasi
ginjal yang intak, dan hilangnya aktivitas insulin. Pada keadaan berat,
dapat terjadi oliguri yang berat, poikilotermia, dan penurunan.
Akibat-akibat yang di timbulkan oleh hipotermi:
a) Hipoglikemi Asidosis metabolik, karena vasokonstrtiksi perifer
dengan metabolisme anaerob.
b) Kebutuhan oksigen yang meningkat.
c) Metabolisme meningkat sehingga pertumbuhan terganggu.
d) Gangguan pembekuan sehingga mengakibatkan perdarahan pulmonal
yang menyertai hipotermi berat.
e) Shock.
f) Apnea.
g) Perdarahan Intra Ventricular
Kedinginan yang terlalu lama dapat menyebabkan tubuh beku,
pembuluh darah dapat mengerut dan memutus aliran darah ke telinga,
hidung, jari dan kaki. Dalam kondisi yang parah mungkin korban menderita
ganggren (kemuyuh) dan perlu diamputasi. Hipotermia bisa menyebabkan
terjadinya pembengkakan di seluruubuh (Edema Generalisata),
menghilangnya reflex tubuh (areflexia), koma, hinggamenghilangnya reaksi
pupil mata. Disebut hipotermia berat bila suhu tubuh < 320°C.
Untuk mengukur suhu tubuh pada hipotermia diperlukan termometer ukuran
rendah (low reading termometer) sampai 250°C. Di samping sebagai suatu
gejala, hipotermia dapat merupakan awal penyakit yang berakhir dengan
kematian.
Bayi hipotermi adalah bayi dengan suhu badan di bawah normal.
Suhu normal pada bayi neonatus adalah adalah 36,5-37,5°C (suhu ketiak).
Hipotermi merupakan salah satu penyebab tersering dari kematian bayi baru
lahir, terutama dengan berat badan kurang dari 2,5 Kg Gejala awal
hipotermi apabila suhu kurang dari 36 °C atau kedua kaki dan tangan teraba
dingin.
5. Pengertian Hipotermi Sedang
Suhu bayi antara 35°C-36,4°C karena bayi terpapar suhu lingkungan
yang rendah, waktu timbulnya kurang dari 2 hari. Tanda-tanda dari hipotermi
sedang adalah Bayi mengalami gangguan nafas, denyut jantung kurang 100
kali/menit, malas minum dan letargi, kulit bayi berwarna biru bila disentuh
terasa dingin.
Tanda-tanda hipotermia sedang :
a. Aktifitas berkurang, letargis.
b. Tangisan lemah
c. Kulit berwarna tidak rata (cutis malviorata)
d. Kemampuan menghisap lemah
e. Kaki teraba dingin
f. Jika hipotermia berlanjut akan timbul cidera dingin
Tindakan pada hipotermi sedang:
1. Keringkan tubuh bayi dengan handuk yang kering, bersih, dapat hangat
2. Segera hangatkan tubuh bayi dengan metode kanguru bila ibu dan bayi
berada dalam satu selimut atau kain hangaat yang diserterika terlebih
dahulu. Bila selimut atau kain mulai mendingin, segera ganti dengan
selimut/kain yang hangat.
3. Ulangi sampai panas tubuh ibu mendingin, segera ganti dengan
selimut/kain yang hangat.
Mencegah bayi kehilangan panas dengan cara :
a) Memberi tutup kepala/topi bayi
b) Mengganti kain/popok bayi yang basah dengan yang kering dan
hangat
Tabel 1. Klasifikasi Suhu Tubuh Abdormal
Anamnesis Pemeriksaan Klasifikasi
Bayi temperatur suhu
lingkungan yang rendah
waktu timbulnya kurang dari
2 hari.
Suhu tubuh 36,4°C
Gangguan nafas
Denyut jantung kurang dari
100 kali.menit
Malas minumm
latergi
Hipotermi
Sedang
Bayi temperature suhu
(lingkungan yang rendah)
waktu timbulnya kuurang dari
2 hari.
Suhu tubuh 32°C
Tanda lain hipotermi sedang
Kulit teraba keras
Nafas pelan dan dalam
Hipotermi
Berat
Tidak terpapar dengan dingin
atau panas yang berlebihan.
Bayi berada dalam
lingkungan yang sangat
panas, terpapar sinar
matahari, berada di iincubator
atau di bawah pemancar
panas.
Suhu tubuh berkulatasi antara
36°C-39°C meskipun berada
dilingkungan yang stabill.
Fluktuasi terjadi sesudah
periode suhu stabil.
Suhu tubuh
tidak stabil
Bayi bberada di lingkungan
yang sangat panas, terpapar
sinar matahari, berada di
incubator atau di bawah
pemancar panas.
Suhu tubuh 37,5°C
Tanda dehidrasi (elastisitas
kulit turun, mata dan uubun-
ubun besar dan cekung, lidah
dan membrane mukosa
kering).
Malas minum
Frekuensi nafas >60 x/menit
Denyut jantung >160 x/menit
Latergi
Hipotermi
(Yongki, Muhamad Judha, Rodiyah, dan Sudarti. 2012 :14)
Tabel 2. Klasifikasi Hipotermi pada Bayi Baru Lahir
Anamnesis Pemeriksaan Klasifikasi
Bayi temperatur suhu
lingkungan yang
rendah
Waktu timbulnya
kurang
dari 2 hari.
Bayi terpapar suhu
(lingkungan yang
rendah)
Waktu timbulnya
kurang dari 2 jam
Suhu tubuh 32°C-36,4°C
Gangguan nafas
Denyut jantung <100 kali/menit
Malas minum
Letargi
Suhu tubuh <32°C
Tanda hipotermia sedang
Kulit teraba keras
Nafas pelan dan dalam
Hipotermi
sedang
Hipotermi berat
B. Manajemen Asuhan Kebidanan
1. Pengertian Manajemen Kebidanan
Manajemen asuhan kebidanan atau yang sering disebut manajemen
kebidanan adalah suatu metode berpikir dan bertindak secara sisitematis dan
logis dalam memberi asuhan kebidanan, agar menguntungkan kedua belah
pihak baik klien maupun pemberian asuhan. (Soepardan, Suryati. 2008. Hal 96)
2. Langkah-langkah Manajemen Kebidanan
Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang berurutan
yang dimulai dengan pengumpulan data dasar dan diahiri dengan evaluasi.
Langkah-langkah tersebut membentuk kerangka yang lengkap yang bisa
diaplikasikan dalam semua situasi. Akan tetapi, langkah tersebut bisa dipecah-
pecah kedalam tugas-tugas tertentu dan semuanya berfariasi sesuai dengan
kondisi klien.
Setiap langkah dalam manajemen kebidanan akan di jabarkan, sebagai
berikut :
a. Tahap PengumpulanData Dasar (Langkah I)
Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi (data) yang
akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara :
1) Anamnesis
Anamnesisi dilakukan untuk mendapatkan biodata, riwayat
menstruasi, riwayat kehamilan, persalinan dan nifas, bio-psiko-soiso-
spritual, serta pengetahuan klien.
a) Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-
tanda vital, meliputi
b) Pemerksaan khusus (Inspeksi, Palpasi, Auskultasi dann Perkusi)
c) Pemeriksaan penunjang (laboratorium dan catatan terbaru serta catatan
lainnya).
b. Interprestasi Data Dasar (Langkah II)
Pada langkah kedua dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau
masalh berdasarkan interprestasi yang benar atas data-data yang telah
dikumpulkan. Data dasar tersebut kemudian diinteerprestasikan sehingga
dapat di rumuskan diagnosis maupun masalah, keduanya harus di
tangani. Meskipun masalah tidak dapat diartikan sebagaii diagnosis,
tetapi tetap membutuhkkan penanganan. Masalh yang sering berkaitan
dengan hal-hal yang sedang dialami wanita yang diidentifikasi oleh bidan
sesuai dengan hasil pengkajian, masalah juga sering menyertai diagnosis.
c. Identifikasi Diagnosa/Masalah Potensial dan Antisipasi Penanganannya
(Langkah III)
Pada langkah ketiga kita mengidentifikasi masalah potensial atau
diagnosis potensial berdasarkan diagnosis/masalah yang sudah
diidentiffikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan
melakukann pencegahan. Bidan di harapkan dapat waspada dan bersiap-
siap menceegah diagnosis/masalah potensial ini menjadi kenyataan.
Langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan yang aman.
d. Menetapkan Perlunya Konsultasi dan Kolaborasi Segera dengan Tenaga
Kesehatan Lain (Langkah IV)
Langkah keempat mencerminkan kesinambungan proses
manajemen kebidanan. Jadi, manajemen tidak hanya berlangsung selama
asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama
wanita tersebut dalam dampingan bidan.
Dalam kondisi tertentu, seorang bidan juga perlu melakukan
konsultassi atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain seperti
pekerjaan sosial, ahli gizi, atau seoranng ahli perawatan klinis bayi baru
lahir. Dalam hal ini, bidan harus mengevaluasi kondisi setiap klien untuk
menentukan kepada siapa sebaiknya konsultasi dan kolaborasi di
lakukan.
e. Menyusun Rencana Asuhan Menyeluruh (Langkah V)
Pada langkah kelima direncanakan asuhan menyeluruh yang
ditentukan berdasarkan langka-langkah sebelumnya. Langkah ini
merupakan kelanjutan manajemen untuk masalah atau diagnosis yang
telah diidentifikasi atau diantisispasi. Pada angkah ini informasi data
yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
f. Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisiensi dan Aman (Langkah VI)
Pada langkah ini, rencana asuhan menyeluruh dilakukan dengan
efisien dan aman. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan
atau sebagiann dikerjakan aoleh klien atau annggota timm kesehatan
lainnya. Walau bidan tidak melakukannya sendiri, namun dia tetap
memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaanya (misalnya
dengan memastikan bahwa langkah tersebut benar-benar terlaksanan).
Dalam situasi ketika bidan berkolaborasi dengan dokter untuk
menangani klien yang menalami kompllikasi, bidan tetap bertangggung
jawab terhadap terlaksananya rencana bersama yang menyelurruh
tersebut. Penatalaksanaan yang efisien dan berkualitas akan berpengaruh
pada waktu serta biaya.
g. Evaluasi (Langkah VII)
Evaluassi dilakukkan secara siklus dan dengan mengkaji ulang
aspek asuhan yang tidak efektif untuk mengetahui faktor mana yangg
menguntungkan atau menghambat keberhasilan asuhan yang diberikan.
Pada langkah terakhir, di lakukan evaluassi keefektifan asuhan
yang sudah di berikan, ini melipputi evaluasi pemenuhan kebutuhan akan
bantuan : Apakah benar-benar telah terpenuhi sebagaimana diidentivikasi
di dalam di agnosa dan masalah. Rencana tersebut dapat dianggap efektif
jika memang benar efektif dalam pelaksanaanya.
3. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (SOAP)
Secara umum dokumentasi dapat diartikan sebagai suatu catatan otentik
atau semua surat asli yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti dalam
persoalan hokum (Sudarti, 2010).
Dokumentasi dalam kebidanan adalah suatu bukti pencatatan dan
pelaporan yang dimiliki oleh bidan dalam melakukan catatan perawatan yang
berguna untuk kepentingan klien, bidan dan tim kesehatan dalam memberikan
pelayanan kesehatan dengan dasar komunikasi yang akurat dan lengkap secara
tertulis dengan tanggung jawab bidan (Sudarti, 2010)
Dokumentasi dalam asuhan kebidanan merupakan suatu pencatatan yang
lengkap dan akuratt terhadap keadaan / kejadian yang dilihat dalam
pelaksanaan asuhan kebidanan (proses asuhan kebidanan) (Sudarti, 2010)
Metode pendokumentasian (SOAP) merupakan intisari dari proses pikir
dalam manajemen kebidanan yang menggambarkan tentang perkembangan
klien (progfess note).
Pendokumentasian diterapkan dalam metode SOAP merupakan catatan
yang bersifat sederhana, jelas, logis dan singkat (Wafi, 2011)
a. Data Subyektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui
anamnesis sebagai langkah I Varney yang ddi peroleh dari hasil tanya jawab
pada jawaban klien dan keluarga.
b. Data Obyektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil
laboratorium dan uji diagnostik lain yang di rumuskan dalam data fokus
unutk mendukung asuhan sebagaimana langkah I Varney.
c. Assesment/Diagnosa
Merupakan keputusan yang ditegakan dari hasil perumusan masalh yang
mencakup kondisi, masalh dan prediksi terhadap kondisi tersebut.
Penegakan diagnosa kebidanan dijadikan sebagai dasar tindakan dalam
upaya menanggulangi anacaman keselamatan pasien/ibu.
d. Planning
Rencana kegiatan mencakup langkah-langkah yang akan dilakukan oleh
bidan dalam melakukan intervensi untuk memecahkan masalah pasien/klien.
Tabel 3. Pendokumentasiann Manajemen Asuhan Kebidanan
Pencatatan dari Asuhan
Kebidanan
Alur Pikir Bidan
Pendokumentasian Asuhan
Kebidanan
Proses Manajemen Kebidanan
7 Langkah dari Valen Varney 5 Langkah dari Kompetensi
Bidan
Soap Notes
Pengumpulan data dasar Data Subyektif
Obyektif
Merumuskan Diagnosis Antisipasi
Antisipasi Diagnosis/Masalah Potensial
Assesment/Diagnosa Assessment/Diagnosa
Tindakan Segera dan Kolaborasi
Asuhan Kebidanan
Rencana Tindakan Asuhan Kebidanan Membuat Rencana Planning :
Konsul
Tes Lab
Rujukan
Pendidikan/Konseling
Follow Up
Implementasi Implementasi
Evaluasi Evaluasi
Sumber : Simatupang E.J. 2006. Hal 62
BAB III
STUDI KASUS
Dalam bab ini akan diuraikan tentang penerapan Manajemen Asuhan
Kebidanan Bayi Baru Lahir Patologi Pada Ny. “S” Umur 2 Hari dengan Masalah
Hipotermi Sedang di Ruang Teratai di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Muna Tanggal 15 s.d 17 Juni 2014, yang diawali dengan pengumpulan data dasar
dan berahir dengan evaluasi serta dilanjutkan dengan pendokumentasian.
A. Pengumpulan Data Dasar
Nomor register : 27-17-01
Tanggal Pengkajian : 15 Juni 2014 Jam : 21.30 Wita
1. Identitas
a. Identitas Bayi
1) Nama Anak : Bayi Ny‘’S’’
2) Jenis Kelamin : Perempuan
3) Tanggal Lahir : 14-06-2014, jam 13.15 wita
4) Anak : Pertama
b. Identitas Istri/Suami
a) Nama Ibu : Ny.“S”/Tn.“H”
b) Umur : 20 tahun/22 tahun
c) Pendidikan : SMA/SMP
d) Suku : Muna/Muna
e) Agama : Islam/Islam
f) Pekerjaan : IRT/Wiraswasta
g) Pernikahan Ke : 1/1
h) Alamat : Bonea
2. Riwayat kehamilan dan persalinan
a. Riwayat Kehamilan
a) GI P0 A0
b) Haid Pertama Haid Terakhir Tanggal 07 September 2013
c) Tafsiran Persalinan tanggal 14 Juni 2014
d) Usia kehamilan : 40 Minggu
e) Ibu ANC 4 kali selama pemeriksaan kehamilan di Posyandu
f) Ibu pernah mendapat imunisasi TT sebanyak 2 kali selama kehamilan di
Posyandu.
b. Riwayat persalinan
a) Ibu masuk kamar bersalin tanggal 14 Juni jam 09.30 wita, dengan
keluhan sakit perut tembus belakang di sertai pelepasan lendir campur
darah.
b) Perlangsungan kala I sepuluh jam
c) Perlangsungan kala II satu jam
d) Bayi lahir secara SC, tanggal 14 juni 2014, jam 13.15 wita dengan hasil
penilaian :
1) Pernapasan : Frekuensi 41 kali/meni
2) Nadi : 127 kali/menit
3) Suhu : 35,4 °
4) Warna kulit : Agak puca
5) Apgar Score : 6/7
Penilaian dengann nilai apgar tidak dipakai kapan kita menilai resusitasi
tetapi nilai Apgar pada umumnya dilaksanakan pada satu menit dan lima menit
setelah bayi lahir.
Tabel 4. Peniaian Apgar pada Bayi Ny “S” dengan Hipotermi Sedang di Rumah
Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna
Aspek yang dinilai Nilai
Denyut jantung
Usaha bernapas
Tonus ootot
Reaksi terhadap rangsangan
Warna kuliit
Jumlah
100 kali/menit
Lambat dan tidak teratur
Ekstermitas fleksi sedikit
Gerakan sedikit
Agak pucat
1
1
1
1
2
6
Nilai apgar score pada lima menit kedua
Aspek yang dinilai Nilai
Denyut jantung
Usaha bernafas
Tonus otot
Reaksi terhadap ransangan
Warna kulit
Jumlah
120 kali/menit
Lambat dan tidak teratur
Ekstermitas fleksi seddikit
Gerakan seikit
Agak pucat
2
1
1
1
2
7
3. Pemeriksaan Fisik Bayi
a. Pemeriksaan umum
a) Keadaan umum : Lemah
b) Kesadaran : Composmentis
c) Tanda-tanda vital :
Suhu : 34,2 oC
Berat badan : 3200 gram
Nadi : 144 kali/menit
Pernapasan : Frekuensi 54 kali/menit
Warna kulit : Agak pucat
b. Pemeriksaan fisik
1. Kepala : Rambut hitam dan tipis.
2. Sutura sagitalis : Teraba jelas.
3. Wajah : Wajah agak pucat.
4. Mata : Simetris kiri dan kanan, tampak bersih dan tidak ada
secret, konjungtifa merah muda dan sclera tidak ikterus.
5. Telinga : Lubang telinga simetris kiri dan kanan tidak ada
secret dan tidak ada polip.
6. Hidung : Lubang hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada
secret dan tidak ada polip.
7. Mulut dan gigi : Bibir tidak pecah- pecah agak pucat tidak
ada karies gigi dan lidah tidak ada kelainan.
8. Leher : Tidak ada kelainan.
9. Dada : Gerakan dada sesuai sesuai irana pernapasan
dan penonjolan tulang dada tidak ada.
10. Perut : Tali pusat masi basah tidak ada kelainan.
11. Genitalia : Labia dan klitoris menonjol, Verniks tampak pada
lipatan labia lntroitus fagina terlihat, dan fagina berlubang.
12. Anus : Ada lubang anus, dan tidak ada kelainan.
13. Kulit : Agak pucat.
14. Ekstremitas atas dan bawah : Jari- jari tangan dan kaki lengkap dan
teraba dingin.
B. Identisikasi Diagnosa / Masalah Aktual
1. Bayi lahir dengan cara SC (Sectio Caesarea), Masa gestasi 40 minggu umur 2
hari dengan hipotermi sedang.
Dasar :
Data Subyektif :
a. Ibu mengatakan haid pertama haid terakhir tangal 07 September 2013.
b. Ibu mengatakan bayi lahir tanggal 14 Juni 2014, Jam 13.15 Wita .
Data Obyektif :
a. Tafsiran persalinan tanggal 14 Juni 2014
b. Berat badan lahir 3200 gram
c. Panjang badan 48 cm
d. Jenis kelamin perempuan
e. Apgar Score 6/7
Analisis dan interprestasi data
Masa kehamilan di mulai dari konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya hamil
normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) di hitung dari haid
pertama dan haid terahir. Pada umumnya kehamilan berkembang dengan
normal dan melahirkan bayi yang sehat dan cukup bulan. (Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. 2008 : 90-91)
2. Hipotermi sedang
Data Subyektif :
a. Ibu mengakan bayinya lahir tanggal 14 Juni 2014, jam 13.15 wita
Data Obyektif :
a. Bayi lahir menangis lemah
b. .Suhu 32 °C
c. Kedua kaki teraba dingin
d. Warna kulit agak pucat
e. Aktivitas lemah
f. Apgar Score 6/7
Analisis dan Interprestasi Data
Bayi hipotermi adalah bayi dengan suhu badan dibawah normal adapun suhu
normal pada neonatus adalah 36,5°C-37,5°C. Gejala awal pada hipotermi
apabila suhu <36o C atau kedua kaki dan tangan teraba dingin. Bila seluruh
tubuh bayi terasa dingin maka bayi sudah mengalami hipotermia sedang
(suhu 32°C-36°C). (Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirahardjo. 2001)
C. Identifikasi Diagnosa Masalah Potensial
Potensial terjadi hipotermi berat dan Afiksia
1. Hipotermi Berat
Dasar :
Data subyektif : -
Data Obyektif :
a. Napas pelan dan dalam
b. Turgor buruk
c. Bayi belum mendapat asupan nutrisi
d. Bayi menggigil
e. Nadi cepat
f. Tanda-tanda vital :
Suhu : 32 0C
Pernapasan : 30 kali/menit
Laju jantung : 80 kali/menit
Warna kulit : membiru
Analisis dan Interprestasi Data
Hipotermia berat lanjutan dari hipitermi sedang, dengan suhu tubuh <32 oC
diperlukan termometer ukuran rendah yang dapat mengukur sampai 25 oC.
(Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirahardjo (2001). Pada pemeriksaan fisik
ditemukan frekuensi jantung < 100 kali/menit, tonus otot buruk, sianosis berat dan
kadang-kadang pucat. Bunyi jantung fetus menghilan tidak lebih dari 100
kali/menit sebelum lahir lengkap atau bunyi menghilangg post partum. (Buku
Asuhan Persalinan Normal : 147-148)
2. Potensial Afiksia
Dasar :
Data Subyektif : -
Data Obyektif :
a. Bayi lahir dengan Secti Caesarea
b. Bayi sulit bernapas atau megap-megap
c. Tanda-tanda vital :
Pernapasan : 30 kali/menit
Denyut jantung : 80 kali/menit
Suhu : 34 °C
Warna kulit : Agak pucat.
Analisis dan interprestasi Data
Akfisia ditandai dengan keadaan dimana bayi tidak bernapas secara spontan dan
teratur segera setelah lahirsempurna, sering kali bayi yang sebelumnya mengalami
gawat janinakan mengalami asfiksia sesudah persalinan (Prawirohardjo, Edisi ke
II. 2002 : 114).
D. Tidakan Segera dan Kolaborasi
Kolaborasi dengan dokter spesialis anak atas intruksi dokter untuk
meletakan bayi di bawah temperature yang panas, mengeringkan tubuh bayi,
meletakan bayi dalam incubator.
E. Rencana Asuhan
1. Tujuan
a. Keadaan umum bayi baik
b. Hipotermi dapat teratasi
c. Tidak terjadi hipotermi berat dan akfiksia.
2. Kriteria
a. Bayi sehat ditandai dengan tanda-tanda vital dalam batas normal
1) Pernapasan : 40-60 kali/menit
2) Nadi : 100-160 kali/menit
3) Suhu : 36,5 °C-37,5 °C
4) Warna kulit : Kemerah-merahan
b. Afiksia tidak terjadi ditandai dengan bayi tidak bernapas secara spontan dan
teratur
c. Tugor kulit bayi baik dan berwarna kemerahan.
3. Rencana Tindakan
Tanggal 15 Juni 2014 Jam : 13.30 Wita
a. Memberi senyum sapa dan salam
Rasional : Menjalin suasana keakraban antara petugas dan klien
b. Pantau keadaan umum dan tanda-tanda vital bayi
Rasional : Pemantauan keadaan umum dan tanda-tanda vital bayi
bertujuan untuk mengidentifikasi secara dini masalah untuk
melakukan tindakan selanjutnya
c. Membungkus bayi dengan kain bersih dan kering
Rasional : Bayi telah di bungkus dengan kain bersih dan kering
d. Melakukan perawatan bayi dalam incubator dengan suhu 35,4°C
Rasional : Agar keadaan bayi dapat segerah membaik karena didalam
incubator bayi mulai di bantu untuk baradaptasi dengan dunia
luar
e. Pemberian ASI
Rasional : Merupakan makanan utama bagi bayi yang berguna bagi
pertumbuhan dan perkembangan bayi dan merupakan zat
nutrisi yang paling baik dan paling lengkap
e. Menjaga personal hygiene bayi
Rasional : Agar kebersihan bayi bisa terpelihara dan bisa terjaga dari
infeksi pada tubuh bayi
f. Melakukan perawatan tali pusat dengan teknik aseptic
Rasional : Untuk menghindari terjadinya infeksi tali pusat
F. Pelaksanaan Rencana Asuhan
Tanggal 15 Juni 2014 Jam : 13.40 Wita
1. Memberi senyum, sapa dan salam
Hasil : Ibu membalas sapa dan salam bidan
2. Memantau keadaan umum dan tanda-tanda vital bayi
Hasil : a. Keadaan umum bayi lemah
b. Tanda-tanda vital bayi :
Pernapasan : 41 kali/menit
Nadi : 127 kali/menit
Suhu : 35,4 °C
Warna kulit : Kemerah-merahan
3. Membungkus bayi dengan kain bersih dan kering
Hasil : Bayi telah di hangatkan dengan menggunakan kain bersih dan kering
4. Melakukan perawatan bayi dalam incubator dengan suhu 35,4°C
Hasil : Bayi berada dalam incubator
5. Pemberian ASI
Hasil : Bayi sudah mendapatkan ASI
6. Menjaga personal hygiene bayi
Hasil : Tubuh bayi telah bersih
7. Melakukan perawatan tali pusat dengan teknik aseptic
Hasil : Tali pusat telah dirawat dengan teknik aseptic
G. Evaluasi
Tanggal 15 Juni 2014 Jam : 14.05 Wita
1. Keadaan umum bayi baik dan sehat
2. Bayi sudah mendapatkan ASI meskipun sedikit-sedikit
3. Bayi dalam keadaan bersih
4. Pakaian/popok selalu dalam keadaan kering
5. Tanda-tanda vital
Suhu : 36,5 0C
Nadi : 127 kali/menit
Pernapasan : 41 kali/menit
Warna kulit : Kemerah-merahan.
H. Pendokumentasian
Setelah dilakukan manajemen asuhan kebidanan pada Ny. “S” dengan
Masalah Hipotermi Sedang di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna
tanggal 15 s.d 17 Juni 2014 dengan nomor register 27-17-01, maka dibuatlah
pendokumentasian yang di awali dengan data subyektif, obyektif, assesment dan
diakhiri dengan planning. Adapun penjabarannya yaitu :
1. Data Subyektif (S)
a) Ibu mengatakan :
1) Haid pertama haid terahirnya tanggal 07 Agustus 2013
2) Melahirkan secara SC
3) Melahirkan tanggal 14 Juni 2014 jam 13.15 wita dengan jenis kelamin
perempuan
4) Bayinya kurang mengisap
5) Bayinya kurang sehat
6) Warna kulit agak pucat
2. Data Obyektif (O)
a) Berat badan lahir : 3200 gram
b) Panjang badan : 45 cm
c) Tanda-tanda vital
1) Nadi : 144 kali/menit
2) Suhu : 34,5 °C
3) Pernapasan : 54 kali/menit
4) Pemeriksaan fisik:
a) Warna kulit : Agak pucat
Kepala/Rambut : Ubun-ubun teraba lunak, sutura teraba jelas, tidak
ada molase.
Wajah : Agak pucat dan tidak ada oedema.
Mata : Konjungtifa merah muda, sclera tidak ikterus.
Hidung : Tampak bersih tidak ada secret dan polip.
Mulut : Kurang reflex mengisap
Telinga : Tidak ada pengeluaran secret, tidak ada kelainan
genitalia.
Genitalia : Tampak bersih tidak ada kelainan pada genitalia.
Anus : Lubang anus ada, warna kulit agak pucat dan tidak
ada tanda-tanda ikterus.
Kaki : Teraba dingin
3. Assesment (A)
Bayi lahir dengan hipotermi sedang.
4. Planning
Sabtu 15 Juni 2014 Jam : 13.49 Wita
1. Mengobsesfasi tanda-tanda vital
Hasil : Tanda-tanda vital : Nadi : 127 kali/menit, Suhu : 35,4°C,
Pernapasan : Frekuensi 41 kali/menit, Warna kulit : Agak pucat
2. Bayi belum mendapatkan ASI
Hasil : Bayi kurang refleks mengisap
3. Menempatkan bayi kedalam inkobator
Hasil : Bayi telah berada dalam inkobator
4. Mengganti popok bayi tiap kali BAB/BAK
Hasil : Popok bayi telah diganti
5. Melakukan perawatan tali pusat
Hasil : Pembungkus tali pusat diganti tiap kali basa
I. Catatan Perkembangan
Berdasarkan kasus yang dialami oleh Bayi Ny. S, dari asuhan kebidanan
yang dilakukan sebelumnya, untuk melanjutkan asuhan tersebut, maka akan
dilakukan pencatatan perkembangan. Dalam catatan perkembangan ini penulis
melakulan pemantauan hingga suhu badan bayi > 36°C. Berikut ini diuraikan
mengenai catatan perkembangan pada bayi Ny. S.
1. Catatan Perkembangan I
Tanggal 16 Juni 2014, jam 09.00 WITA, dilakukan penilaian tentang keadaan
bayi, untuk menentukan asuhan kebidanan yang akan dilakukan selanjutnya
pada bayi Ny.S. Hasil pendokumentasian yang dilakukan yaitu :
a. Data Subyektif
Dokter mengatakan keadaan bayi sudah mulai membaik
b. Data Obyektif (O)
1. Keadaan umum bayi sudah membaik
2. Suhu tubuh bayi sudah normal, 36,6°C
3. Tali pusat masih terbungkus kasa steril
4. Bayi belum di mandikan
5. Tanda-tanda vital
Nadi : 122 kali/menit
Suhu : 35,9°C
Pernapasan : 44 kali/menit
Warna kulit : Kemerah-merahan
Kepala/Rambut : Ubun-ubun teraba lunak, sutura teraba jelas, tidak
ada molase.
Wajah : Tidak pucat dan tidak ada oedema.
Mata : Konjungtifa merah muda, sclera tidak ikterus.
Hidung : Tampak bersih tidak ada secret dan polip.
Mulut : Refleks mengisap sudah membaik
Telinga : Tidak ada pengeluaran secret, tidak ada kelainan
genitalia.
Genitalia : Tampak bersih tidak ada kelainan pada genitalia.
Anus : Lubang anus ada, warna kulit sudah kemerahan dan
tidak ada tanda-tanda ikterus.
c. Assessment (A)
Bayi lahir dengan hipotermi sedang dengan suhu 36,6 °C
d. Planning (P)
Tanggal 16 Juni 2014 Jam : 09.10 Wita
1. Mengobsesfasi tanda-tanda vital
Hasil : Tanda-tanda vital, Nadi : 127 kali/menit, Suhu : 36,6 °C,
Pernapasan : 44 kali/menit, Warna kulit : Kemerah-merahan
2. Pemberian ASI pada bayi
Hasil : Bayi telah diberikan ASI
3. Mengganti popok bayi tiap kali BAB/BAK
Hasil : Popok bayi telah diganti
4. Melakukan perawatan tali pusat
Hasil : Pembungkus tali pusat diganti tiap kali basah
5. Memandikan bayi
Hasil : Bayi telah dimandikan
2. Catatan Perkembangan II
Tanggal 17 Juni 2014, jam 10.00 WITA, dilakukan penilaian tentang
keadaan bayi, untuk menentukan asuhan kebidanan yang akan dilakukan
selanjutnya pada bayi Ny. S. Hasil pendokumentasian yang dilakukan yaitu :
a. Data Subyektif (S)
1. Dokter mengatakan keadaan umum bayi sudah aktif dan baik
2. Ibu sudah memberikan ASI pada bayinya
b. Data Obyektif (O)
1. Bayi sudah mulai menetek,
2. Refleks mengisap sudah baik
3. Warna kulit seluruh tubuh bayi kemerah-merahan
4. Tanda-tanda vital
Nadi : 144 kali/menit
Suhu : 37,5 °C
Pernapasan : 44 kali/menit
Kepala/Rambut : Ubun-ubun teraba lunak, sutura teraba jelas, tidak
ada molase.
Wajah : Tidak pucat dan tidak ada oedema.
Mata : Konjungtifa merah muda, sclera tidak ikterus.
Hidung : Tampak bersih tidak ada secret dan polip.
Mulut : Refleks mengisap sudah baik
Telinga : Tidak ada pengeluaran secret, tidak ada kelainan
genitalia.
Genitalia : Tampak bersih tidak ada kelainan pad genitalia.
Anus : Lubang anus ada, warna kulit agak pucat dan tidak
ada tanda-tanda ikterus.
c. Assesment (A)
Bayi lahir dengan hipotermi sedang, keadaan bayi baik dan bayi bisa
pulang
d. Plenning (P)
1. Memperhatikan suhu tubuh bayi dengan menjaga bayi tetap terbungkus,
agar suhu tubuh bayi dalam batas normal
Hasil : Ibu mengerti dan menjaga bayinya tetap terbungkus
2. Memantau keadaan umum dan tanda-tanda vital
Hasil : a. Keadaan umum bayi baik
b. Tanda-tanda vital, Nadi : 133 kali/menit, Suhu : 36,7°C,
Pernapasan : 42 kali/menit, Warna kulit : kemerah-merahan
3. Mengajarkan pada ibu cara memandingkan bayi dan cara merawat tali
pusat
Hasil : Ibu mengerti dengan penjelasan bidan
4. Menganjurkan ibu untuk tetap memberi ASI
Hasil : Ibu mengerti dengan anjuran bidan
5. Mengajarkan ibu merawat payudara dan teknik menyusui yang benar
Hasil : Ibu mengaerti dengan apa yang di jelaskan
6. Mengingatkan kembali ibu agar mengkonsumsi makanan dengan gizi
seimbang
Hasil : Ibu bersedia melaksanakan apa yang di anjurkan.
Tabel 5. Follow Up
Hari/Tanggal Jam Asi/Pasi Suhu Nadi Pernapasan
Sabtu/15-
06-2014
23.00 wita
24.00 wita
01.00 wita
02.00 wita
03.00 wita
04.00 wita
05.00 wita
06.00 wita
07.00 wita
08.00 wita
09.00 wita
Pasi ± 20 cc
Pasi ± 20 cc
Pasi ± 20 cc
Pasi ± 20 cc
Pasi ±20 cc
34,5°C
35,7 °C
35,6°C
35,6°C
35,5°C
36,6°C
35,9°C
35,6°C
35,7°C
35,9°C
127 x/menit
127 x/menit
127 x/menit
128 x/menit
127 x/menit
127 x/menit
127 x/menit
122 x/menit
122 x/menit
122 x/menit
41 x/menit
41 x/menit
41 x/menit
44 x/menit
44 x/menit
44 x/menit
44 x/menit
44 x/menit
44 x/menit
44 x/menit
Minggu/16
-06-2014
Senin/17-
06-2014
08.00 wita
09.00 wita
10.00 wita
11.00 wita
12.00 wita
13.00 wita
14.00 wita
15.00 wita
16.00 wita
17.00 wita
18.00 wita
19.00 wita
20.00 wita
21.00 wita
22.00 wita
23.00 wita
24.00 wita
01.00 wita
02.00 wita
03.00 wita
04.00 wita
Pasi ±20 cc
Pasi ±20 cc
Pasi ±20 cc
Pasi ±20 cc
Pasi ±20 cc
30 cc
30 cc
Pasi ±30 cc
Pasi ±30 cc
36,6°C
36,7°C
36,7°C
36,6°C
36,5°C
36,6°C
36,5°C
36,6°C
36,6°C
37,5°C
37,6°C
37,5°C
37,5°C
37,5°C
37,5°C
37,5°C
37,6°C
37,5°C
37,5°C
127 x/menit
133 x/menit
144 x/menit
148 x/menit
144 x/menit
143 x/menit
144 x/menit
150 x/menit
144 x/menit
143 x/menit
144 x/menit
143 x/menit
144 x/menit
145 x/menit
150 x/menit
150 x/menit
145 x/menit
144 x/menit
148 x/menit
44 x/menit
42 x/menit
45 x/menit
44 x/menit
42 x/menit
45 x/menit
45 x/menit
42 x/menit
42 x/menit
44 x/menit
42 x/menit
42 x/menit
44 x/menit
42 x/menit
44 x/menit
44 x/menit
44 x/menit
44 x/menit
44 x/menit
(Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna 2014)
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan antara teori
dan tinjauan kasus dan pelaksanaan manajemen asuhan kebidanan pada bayi Ny.
S dengan hipotermi sedang di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna pada
tanggal 15 Juli sampai dengan 17 Juli 2014, sesuai dengan tinjuan pustaka.
Pembahasan ini di buat berdasarkan teori dan asuhan yang nyata dengan
proses pendekatan manajemen asuhan kebidanan yang di bagi dalam tujuh tahap
yaitu : Pengkajian dan analisa data dasar, Merumuskan diagnosa/Masalah Aktual,
Mengantisipasi diagnose/Masalah Potensial, Tindakan Segerah dan Kolaborasi,
Perencanaan Tindakan Asuhan Kebidanan, Melaksanakan Tindakan Asuhan
Kebidanan, Evaluasi Asuhan Kebidanan, serta Mendokumentasikan Asuhan
Kebidanan.
A. Pengkajian dan Analisa Data Dasar
Tahap pengkajian diawali dengan pengumpulan data melalui anamnese yang
meliputi identitas bayi dan orang tua bayi, riwayat kehamilan dan persalinan, serta
pemeriksaan fisik yang berpedoman pada format pengkajian yang tersedia. Dalam
hal ini penulis tidak menemukan kesenjangan.
Hal ini disebapkan karena respon ibu dalam memberikan informasi begitu
pula dalam keluarga, bidan dan dokter yang merawat sehingga penulis dengan
mudah memperoleh data yang diinginkan. Data diperoleh secara terfokus begitu
pula masalah klien sehingga intervensinya juga terfokus sesuai keadaan klien.
Menurut teori hipotermi adalah Suhu bayi antara 35°C-36,4°C karena bayi
terpapar suhu lingkungan yang rendah, waktu timbulnya kurang dari 2 hari.
Tanda-tanda dari hipotermi adalah Bayi menangis lemah, kulit agak pucat, kaki
teraba dingin, denyut jantung tidak normal.
Berdasarkan studi kasus pada bayi Ny. ”S” dengan masalah hipotermi
sedang pada tanggal 15 Juni 2014 dengan melihat data yang di peroleh maka tidak
terdapat kesenjangan antara teori dan studi kasus.
B. Merumuskan Diagnosa/Masalah Aktual
Hipotermi sedang dalam tinjauan pustaka adalah Suhu bayi antara 35°C-
36,4°C karena bayi terpapar suhu lingkungan yang rendah, waktu timbulnya
kurang dari 2 hari. Pada studi kasus bayi Ny. “S” di temukan bayi suhu tidak
normal dan warna kulit agak pucat.
Demikian penerapan tinjauan pustaka dan tinjuan studi kasus pada bayi Ny.
“S” dimana tidak terdapat adanya kesenjangan antara tinjauan pustaka dan studi
kasus.
C. Mengantisipasi diagnose/Masalah Potensial
Pada tinjauan pustaka diidentifikasikan adanya masalah potensial yang
semakin terjadi pada Ny “S” berdasarkan pengumpulan data, pengamatan yang
cermat dan observasi serta avaluasi di dapatkan hipotermi sedang jika tidak di
tangani segera maka dapat mengakibatkan terjadinya hipotermi berat.
Sedangkan pada studi kasus didapatkan data yang mendukung yaitu napas
pelan dan dalam, bayi menggigil, nadi cepat dan bayi belum mendapatkan asupan
nutrisi, sehingga penulis mengindentifikasi diagnose/masalah potensial terjadi
hipotermi berat yang menunjukan tidak adanya kesenjagan antara tinjauan pustaka
dan studi kasus.
D. Tindakan Segerah dan Kolaborasi
Pada tinjauann pustaka dijelaskann tindakan yang dapat segera dilakukan
untuk mengatasi hipotermi adalah untuk meletakan bayi di bawah temperature
yang panas, mengeringkan tubuh bayi, meletakan bayi dalam incubator.
E. Rencana Asuhan
Pada tinjauan pustaka di jelaskan bahwa suatu rencana tindakan yang
termasuk indikasi dan yang dapat ditimbulkan berdasarkan kondisi klien, serta
hubungannya dengan masalah yang dialami klien, meliputi antisipasi dengan
bimbingan terhadap keluarga klien dan rencana tindakan harus disetujui oleh
keluarga klien, semua tindakan harus berdasarkan rasional yang relevan dan di
akui kebenarannya serta situasi dan konndisi harus secara otomatis.
Pada bayi Ny. “S” dengan hipotermi sedang penulis merencanakan asuhan
kebidanan berdasarkan diagnose/masalah aktual dan potensial sebagai berikut,
rencana tindakan terdiri dari pantau keadaan umum dan tanda-tanda vital bayi,
menghangatkann tubuh bayi, meletakan bayi dalam temperature yang panas,
melakukan perawatan bayi dalam incubator, pemberian ASI, menjaga personal
hygiene bayi dan melakukan perawatan tali pusat dengan teknik aseptic.
Dalam tinjauan pustaka di katakana bahwa hipotermi sedang tindakan yang
harus segera di berikan adalah Keringkan tubuh bayi dengan handuk yang kering,
bersih, dapat hangat, Segera hangatkan tubuh bayi dengan metode kanguru bila
ibu dan bayi berada dalam satu selimut atau kain hangaat yang diserterika terlebih
dahulu, Ulangi sampai panas tubuh ibu mendingin, segera ganti dengan
selimut/kain yang hangat. Hal ini menunjukan bahwa ada perbedaan antara
tinjauann pustaka dan tinjauan manajemen asuhan kebidanan pada penerapan
studi kasus di lahan praktek.
F. Pelaksanaan Rencana Asuhan
Sesuai tinjauan manajemen kebidanan bahwa melaksanakan cencana
tindakan harus efisiensi dan menjamin rasa aman bagi klien. Implementasi dapat
dikerjakan secara keseluruhan oleh bidan serta kerjasama dengan tim kesehatan
lainnya sesuai dengan tindakan yang telah direncanakan. Pada studi kasus bayi
Ny. “S” dengan hipotermi sedang, semua tindakan yamg telah direncanakan sudah
dilaksanakan seluruhnya dengan baik, tanmpa hambatan karena kerjasama dan
penerimaan yang baik dari keluarga klien dan petugas kesehatan yang ada
diruangan bayi.
G. Evaluasi
Evaluasi manajemen asuhan kebidanan merupakan langkah akhir dari proses
manajemen asuhan kebidanan. Mengevaluasi pencapaian dengan criteria yang
diidentifikasikan, memutuskan apakah tujuan telah tercapai atau belum tercapai.
Pada studi kasus bayi Ny. “S”, evaluasi yang berhasil dilakukan adalah
pemantauan keadaan bayi meliputi :
1. Keadaan umum bayi baik
2. Suhu dalam keadaan normal
3. Warna kulit kemerah-merahan
4. Denyut jantung normal
Berdasarkan studi kasus bayi Ny. “S” dengan masalah hipotermi sedang
tidak di temukan hal-hal yang menyimpang dari evaluasi tinjauan pustaka. Oleh
karena itu bila dibandingkan dengan tinjauan pustaka dan studi kasus bayi Ny.
“S” secara garis besar dapat disimpulkan bahwa semua asuhan kebidanan yang
diterapkan telah tercapai, sehingga hipotermi sedang dapat teratasi dan tidak
terjadi hipotermi berat.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Pada manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan pada bayi Ny.
“S” dimulai dari pengumpulan data dasar yang meliputi identitas, riwayat
kehamilan, riwayat persalinan dan pemeriksaan fisik tidak ditemukan
adanya hambatan oleh karena adanya kerja sama antara klien dan petugas
kesehatan sehingga pengumpulan data dapat terlaksana dengan baik.
2. Pada manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan pada bayi Ny.
“S”, dimana dalam mengidentifikasi diagnosa dan masalah aktual tidak
ditemukan adanya hambatan oleh karena adanya kerja sama antara klien
dan petugas kesehatan sehingga semua masalah dapat terlaksana dengan
baik.
3. Pada manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan pada bayi Ny.
“S”, dimana dalam mengidentifikasi diagnosa dan masalah pontesial tidak
ditemukan adanya hambatan oleh karena adanya kerja sama antara klien
dan petugas kesehatan sehingga semua tindakan dapat terlaksana dengan
baik.
4. Pada manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan pada bayi Ny.
“S”, dimana dalam mengidentifikasi perlunya tindakan segera dan
kolaborasi tidak ditemukan adanya hambatan oleh karena adanya kerja
sama antara klien dan petugas kesehatan sehingga semua tindakan dapat
terlaksana dengan baik.
5. Pada manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan pada bayi Ny.
“S”, dimana dalam merencanakan tindakan atau asuhan kebidanan tidak
ditemukan adanya hambatan oleh karena adanya kerja sama antara klien
dan petugas kesehatan sehingga semua tindakan dapat terlaksana dengan
baik.
6. Pada manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan pada bayi Ny.
“S”, dimana dalam melaksanakan asuhan kebidanan tidak ditemukan
adanya hambatan oleh karena adanya kerja sama antara klien dan petugas
kesehatan sehingga semua tindakan dapat terlaksana dengan baik.
7. Pada manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan pada bayi Ny.
“S”, dimana dalam melakukan evaluasi hasil tindakan tidak ditemukan
adanya hambatan oleh karena adanya kerja sama antara klien dan petugas
kesehatan sehingga semua masalah dapat teratasi dengan baik.
B. Saran
1. Hipotermi pada bayi baru lahir dapat lebih mudah ditangani dan bahkan
dicegah apabila ada kerja sama yang baik antara petugas kesehatan dan
anggota keluarga.
2. Bidan seharusnya terus memberikan pendidikan kesehatan kepada calon
ibu, calon ayah, dan anggota keluarga lainnya bahwa bayi yang lahir tidak
terlepas dari resiko hipotermi sehingga keluarga paham akan hal tersebut.
Dengan demikian, keluarga sudah dipersiapkan untuk melengkapi
kebutuhan( misalnya topi bayi ) untuk digunakan bayi saat setelah lahir.
Kelurga juga akan paham tentang apa yang harus dilakukan untuk
mencegah bayi kehilangan panas tubuh berlebih.
3. Anggota keluarga juga hendaknya menerima pendidikan kesehatan oleh
bidan dengan responsif. Kerja sama yang baik antara keluarga dan petugas
kesehatan akan membuahkan hasil yang diharapkan tidak akan
mengecewakan.
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kesehatan Kabupaten Muna. 2013. “profil Kesehatan Kabupaten Muna”.
Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi selatan “angka Kematian Bayi” (januari-
desember 2011)
Depkes RI.1992. “Pedoman penanganan kegawat daruratan obstetric dan
neonatal”. Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
“Hipotermia”. Jakarta : http//www.scrib.com (diakses tanggal 13 Oktober 2011
jam 20.05 WIB).
Muslihatun, Wafi, Nur. 2011. “Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita”. Yogyakarta :
Fitramaya.
Manuaba, I.A.C., Manuaba, I.B.G.F., Manuaba, I.B.G. (2010). “Buku Ajar
Penuntun Kuliah Ginekologi”. Jakarta, CV. Trans Info Media.
Manuaba, I.A.S.K.D.S., dkk. 2010. “Buku Ajar Ginekologi”. Jakarta, EGC.
Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara (2012), (http://www.depkes.go.id/
downloads/PROFIL_KES_PROVINSI 2012/27 Profil Kes. Prov.
SulawesiTenggara_2012.pdf). Diakses tanggal 05 /07/2014 jam 09.00
wita.
Profil Depkes RI 2007
Rumah Sakit Umum Daerah. 2014. “Buku pelaporan dan Pencatatan
Kesehatan”. Kabupaten Muna
Sarwono Prawirohardjo .2011. “Ilmu Kebidanan”. Jakarta : BPSP.
Simatupang, E.J., 2008. “Manajemen Pelayanan Kebidanan”. Jakarta. EGC.
Sudarti, Afroh Fauziah. 2013. “Buku Asuhan Neonatus Resiko Tinggi dan
Kegawatan”. Edisi I Cetakan Pertama. Yogyakarta.
sarimd@litbang.depkes.go.id. (diakses tanggal 25 Mei 2010)
Schmidt. S, Heavy Metals. “In Emergency Medicine Quik glance”. (Mcgraw.
Hill, Nem York. 2006. Tab 123-1. Hal 486)
Simatupang E.J. 2006. “Pendokumentasian Asuhan Kebidanan” (Hal 62)
Suryani, Soepardan. 2008. “Konsep Kebidanan”. Jakarta, EGC.
Sudarti. 2010. “Proses Asuhan Kebidanan” Yogyakarta. Nuha Medika.
Wafi, N.M., 2011. “Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita”. Jogyakarta. Fitramaya
WHO, 2012. http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=7069. Diakses tanggal
15/ 07/ 2014 jam 20.00 wita.
Yongky, Mohamad Judha, Rodiyah, Sudarti. 2012. “Buku Asuhan Pertumbuhan
Neonatus Kehamilan, Persalinan Bayi dan Belita”. Edisi I cetakan
Pertama. Yogyakarta.
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata raha

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt? (18)

Kti armayani
Kti armayaniKti armayani
Kti armayani
 
Kti siti maysaroh
Kti siti maysarohKti siti maysaroh
Kti siti maysaroh
 
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir terhadap by ny
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir terhadap by nyAsuhan kebidanan pada bayi baru lahir terhadap by ny
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir terhadap by ny
 
Kti mera putri
Kti mera putriKti mera putri
Kti mera putri
 
Asuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap ny
Asuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap nyAsuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap ny
Asuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap ny
 
Kti febriyanti ekaputri
Kti febriyanti ekaputriKti febriyanti ekaputri
Kti febriyanti ekaputri
 
Kti eka wahyuni
Kti eka wahyuniKti eka wahyuni
Kti eka wahyuni
 
Kti rukmaini
Kti rukmainiKti rukmaini
Kti rukmaini
 
158341868 karya-tulis-ilmiahku
158341868 karya-tulis-ilmiahku158341868 karya-tulis-ilmiahku
158341868 karya-tulis-ilmiahku
 
ASUHAN KOMPREHENSIF KEBIDANAN STUDY KASUS
ASUHAN KOMPREHENSIF KEBIDANAN STUDY KASUSASUHAN KOMPREHENSIF KEBIDANAN STUDY KASUS
ASUHAN KOMPREHENSIF KEBIDANAN STUDY KASUS
 
Kti
KtiKti
Kti
 
Kti elvi akbid paramata raha 2015
Kti elvi akbid paramata raha 2015Kti elvi akbid paramata raha 2015
Kti elvi akbid paramata raha 2015
 
Kti desi hatalia
Kti desi hataliaKti desi hatalia
Kti desi hatalia
 
Kti febrina diah ramadhani
Kti febrina diah ramadhaniKti febrina diah ramadhani
Kti febrina diah ramadhani
 
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
 
Kti mitra tanjung
Kti mitra tanjungKti mitra tanjung
Kti mitra tanjung
 
Kti geta anggawa
Kti  geta anggawaKti  geta anggawa
Kti geta anggawa
 
Resti fiks fdf
Resti fiks fdfResti fiks fdf
Resti fiks fdf
 

Ähnlich wie Karya tulis ilmiah asri akbid paramata raha

MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...Warnet Raha
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN ANTENATAL DENGAN ANEMIA BERAT...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN ANTENATAL DENGAN ANEMIA BERAT...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN ANTENATAL DENGAN ANEMIA BERAT...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN ANTENATAL DENGAN ANEMIA BERAT...Warnet Raha
 
FAKTOR RISIKO TERJADINYA PLASENTA PREVIA PADA IBU HAMIL DI RUANG DELIMA RSUD ...
FAKTOR RISIKO TERJADINYA PLASENTA PREVIA PADA IBU HAMIL DI RUANG DELIMA RSUD ...FAKTOR RISIKO TERJADINYA PLASENTA PREVIA PADA IBU HAMIL DI RUANG DELIMA RSUD ...
FAKTOR RISIKO TERJADINYA PLASENTA PREVIA PADA IBU HAMIL DI RUANG DELIMA RSUD ...Warnet Raha
 
Kti wa ode oma abdid paramata raha 2015
Kti wa ode oma abdid paramata raha 2015 Kti wa ode oma abdid paramata raha 2015
Kti wa ode oma abdid paramata raha 2015 Warnet Raha
 
IDENTIFIKASI FAKTOR RISIKO PENYEBAB LETAK SUNGSANG PADA IBU BERSALIN DI RUMAH...
IDENTIFIKASI FAKTOR RISIKO PENYEBAB LETAK SUNGSANG PADA IBU BERSALIN DI RUMAH...IDENTIFIKASI FAKTOR RISIKO PENYEBAB LETAK SUNGSANG PADA IBU BERSALIN DI RUMAH...
IDENTIFIKASI FAKTOR RISIKO PENYEBAB LETAK SUNGSANG PADA IBU BERSALIN DI RUMAH...Warnet Raha
 
Kti minarni akbid paramata raha
Kti minarni akbid paramata rahaKti minarni akbid paramata raha
Kti minarni akbid paramata rahaWarnet Raha
 
IDENTIFIKASI PENYEBAB KEMATIAN BAYI DI RUANG TERATAI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ...
IDENTIFIKASI PENYEBAB KEMATIAN BAYI DI RUANG TERATAI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ...IDENTIFIKASI PENYEBAB KEMATIAN BAYI DI RUANG TERATAI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ...
IDENTIFIKASI PENYEBAB KEMATIAN BAYI DI RUANG TERATAI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ...Warnet Raha
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIANASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY“M” DENGAN ASFIKSI...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIANASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY“M” DENGAN ASFIKSI...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIANASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY“M” DENGAN ASFIKSI...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIANASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY“M” DENGAN ASFIKSI...Warnet Raha
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIANASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY“M” DENGAN ASFIKSI...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIANASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY“M” DENGAN ASFIKSI...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIANASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY“M” DENGAN ASFIKSI...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIANASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY“M” DENGAN ASFIKSI...Warnet Raha
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY “Y” ASFIKS...
MANAJEMEN  DAN  PENDOKUMENTASIAN  ASUHAN  KEBIDANAN PADA  BAYI  NY “Y” ASFIKS...MANAJEMEN  DAN  PENDOKUMENTASIAN  ASUHAN  KEBIDANAN PADA  BAYI  NY “Y” ASFIKS...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY “Y” ASFIKS...Warnet Raha
 

Ähnlich wie Karya tulis ilmiah asri akbid paramata raha (20)

Karya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata rahaKarya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN ANTENATAL DENGAN ANEMIA BERAT...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN ANTENATAL DENGAN ANEMIA BERAT...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN ANTENATAL DENGAN ANEMIA BERAT...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN ANTENATAL DENGAN ANEMIA BERAT...
 
Kti kiki andriani (iii a) akbid paramata
Kti kiki andriani  (iii a)  akbid paramata Kti kiki andriani  (iii a)  akbid paramata
Kti kiki andriani (iii a) akbid paramata
 
FAKTOR RISIKO TERJADINYA PLASENTA PREVIA PADA IBU HAMIL DI RUANG DELIMA RSUD ...
FAKTOR RISIKO TERJADINYA PLASENTA PREVIA PADA IBU HAMIL DI RUANG DELIMA RSUD ...FAKTOR RISIKO TERJADINYA PLASENTA PREVIA PADA IBU HAMIL DI RUANG DELIMA RSUD ...
FAKTOR RISIKO TERJADINYA PLASENTA PREVIA PADA IBU HAMIL DI RUANG DELIMA RSUD ...
 
Kti yunianti akbid paramata raha
Kti yunianti akbid paramata rahaKti yunianti akbid paramata raha
Kti yunianti akbid paramata raha
 
Kti wa ode oma abdid paramata raha 2015
Kti wa ode oma abdid paramata raha 2015 Kti wa ode oma abdid paramata raha 2015
Kti wa ode oma abdid paramata raha 2015
 
Ikke pdf
Ikke pdfIkke pdf
Ikke pdf
 
Kti ayu fitriani
Kti ayu fitrianiKti ayu fitriani
Kti ayu fitriani
 
IDENTIFIKASI FAKTOR RISIKO PENYEBAB LETAK SUNGSANG PADA IBU BERSALIN DI RUMAH...
IDENTIFIKASI FAKTOR RISIKO PENYEBAB LETAK SUNGSANG PADA IBU BERSALIN DI RUMAH...IDENTIFIKASI FAKTOR RISIKO PENYEBAB LETAK SUNGSANG PADA IBU BERSALIN DI RUMAH...
IDENTIFIKASI FAKTOR RISIKO PENYEBAB LETAK SUNGSANG PADA IBU BERSALIN DI RUMAH...
 
Kti minarni akbid paramata raha
Kti minarni akbid paramata rahaKti minarni akbid paramata raha
Kti minarni akbid paramata raha
 
IDENTIFIKASI PENYEBAB KEMATIAN BAYI DI RUANG TERATAI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ...
IDENTIFIKASI PENYEBAB KEMATIAN BAYI DI RUANG TERATAI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ...IDENTIFIKASI PENYEBAB KEMATIAN BAYI DI RUANG TERATAI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ...
IDENTIFIKASI PENYEBAB KEMATIAN BAYI DI RUANG TERATAI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ...
 
Kti dahlia
Kti dahliaKti dahlia
Kti dahlia
 
Kti dahlia
Kti dahliaKti dahlia
Kti dahlia
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIANASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY“M” DENGAN ASFIKSI...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIANASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY“M” DENGAN ASFIKSI...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIANASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY“M” DENGAN ASFIKSI...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIANASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY“M” DENGAN ASFIKSI...
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIANASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY“M” DENGAN ASFIKSI...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIANASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY“M” DENGAN ASFIKSI...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIANASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY“M” DENGAN ASFIKSI...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIANASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY“M” DENGAN ASFIKSI...
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY “Y” ASFIKS...
MANAJEMEN  DAN  PENDOKUMENTASIAN  ASUHAN  KEBIDANAN PADA  BAYI  NY “Y” ASFIKS...MANAJEMEN  DAN  PENDOKUMENTASIAN  ASUHAN  KEBIDANAN PADA  BAYI  NY “Y” ASFIKS...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY “Y” ASFIKS...
 
Kata pengantar dan daftar isi
Kata pengantar dan daftar isiKata pengantar dan daftar isi
Kata pengantar dan daftar isi
 
Halaman depan
Halaman depanHalaman depan
Halaman depan
 
Kti eva seno safitri
Kti eva seno safitriKti eva seno safitri
Kti eva seno safitri
 

Mehr von Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

Mehr von Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Karya tulis ilmiah asri akbid paramata raha

  • 1. MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY “S” UMUR 2 HARI DENGAN HIPOTERMI SEDANG DI RUANG TERATAI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TANGGAL 15 S.D. 17 JUNI 2014 Karya Tulis Ilmiah Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna Oleh: SITTI ASRIANI 2011.IB.0096 YAYASAN PENDIDIKAN SOWITE AKADEMI KEBIDANAN PARAMATA RAHA KABUPATEN MUNA 2014
  • 2. LEMBAR PERSETUJUAN Karya Tulis Ilmiah Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada Bayi Ny “ S’’ Umur 2 Hari dengan Hipotermi Sedang di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tanggal 15 s.d. 17 Juni 2014 Telah disetujui untuk diseminarkan di hadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna Raha, September 2014 Pembimbing I Pembimbing II Fikmawati Refu, S.ST Rosdiana Ita, S.ST Mengetahui, Direktur Akbid Paramata Raha Kabupaten Muna Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes
  • 3. LEMBAR PENGESAHAN Karya Tulis Ilmiah ini telah diperiksa dan disahkan oleh Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna TIM PENGUJI 1. La Ode Muhlisi, A.Kep., M.Kes (....................................................) 2. FikmawatiRefu,S.ST (....................................................) 3. Rosdiana Ita, S.ST (....................................................) Raha, September 2014 Pembimbing I Pembimbing II Fikmawati Refu, S.ST Rosdiana Ita, S.ST Mengetahui, Direktur Akbid Paramata Raha Kabupaten Muna Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes
  • 4. RIWAYAT HIDUP A. IDENTITAS DIRI Nama : Sitti Asriani NIM : 2011 IB 0096 Tempat/Tanggal Lahir : Bahutara, 19 Desember 1992 Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Suku/Kebangsaan : Muna/Indonesia Alamat : Desa Bahutara, Kec. Kontungkowuna B. IDENTITAS ORANG TUA 1. Nama Ayah/Ibu : La Ode Juo/Wa Ode Bania 2. Pekerjaan : Petani/IRT 3. Alamat : Desa Bahutara, Kec. Kontungkowuna C. PENDIDIKAN 1. Taman kanak-kanak tahun 1999 2. Tamat SD Negeri 6 Kabangka tahun 2005 3. Tamat MTS Karolembo tahun 2008 4. Tamat SMA Negeri 1 Napabalano tahun 2011 5. Akademi Kebidanan Paramata Raha tahun 2011 sampai sekarang
  • 5. KATA PENGANTAR Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada program studi DIII kebidanan Akademi Kebidanan Paramata Raha dengan judul ”Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Patologi Pada Bayi Ny ‘’S’’ Umur 2 Hari Dengan Masalah Hipotermi Sedang Diruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tanggal 15-17 Juni 2014”. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ilmiah masih jauh dari kesempurnaan. Olehnya itu, penulis mengharapkan masukan berupa saran dan kritikan yang sifatnya membangun guna penyempurnaan karya tulis ilmiah ini. Untuk itu melalui kesempatan ini, penulis mengucapkan rasa hormat serta terima kasih dan penghargaaan yang sedalam-dalamnya kepada:. 1. La Ode Muhlisi, A.Kep.,M.Kes Selaku Ketua Yayasan Pendidikan Sowite Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna sekaligus penguji yang telah memberikan masukan, saran dan kritik dalam ujian karya tulis ilmiah. 2. Rosminah Mansyarif, S.SIT., M.Kes, selaku Direktur Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna.
  • 6. 3. Fikmawati Refu, S.ST selaku pembimbing 1 dan Ibu Rosdiana Ita, S.ST selaku pembimbing II yang telah banyak membantu, membimbing dan meluangkan waktunya dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. 4. Segenap Dosen dan Staf Program Studi DIII Kebidanan Akademi Kebidanan Paramata Raha yang telah memberikan bekal ilmu dan pengetahuan selama penulis mengikuti pendidikan. 5. Kepada Bapak La Ode Juo dan Ibu Wa Ode Bania sebagai Kedua Orang Tua saya, yang telah memberikan dorongan moril maupun materi. 6. Kepada saudara-saudara saya yang telah memberikan dukungannya kepada penulis, sehingga penyusunan karya tulis ilmiah ini terselesaikan. 7. Seluruh rekan-rekan seperjuangan mahasiswi Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna angkatan tahun 2011. Setiap orang selalu berusaha untuk mempersembahkan sebuah karya yang baik termasuk penulisan, namun patut disadari sepenuhnya karya tulis ini belum sempurna baik isi maupun sistematika penulisan. Oleh karena itu, segala usul, saran, komentar serta kritikan yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan dan akan diterima dengan senang hati. Akhirnya semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu kebidanan dan semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan petunjuk dalam pemanfaatan karya tulis ilmiah ini. Amin Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu Raha, 05 September 2014 Penulis
  • 7. DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul ………………………………………………………........... i Lembar Persetujuan ………………………………………………………… ii Lembar Pengesahan …………………………………………………........... iii Riwayat Hidup ………………………………………………………........... iv Kata Pengantar ………………………………………………………........... v Daftar Isi ……………………………………………………………............ vii Daftar Tabel …………………………………………………………............ xi Inti Sari ……………………………………………………………………… xii BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………….. 1 A. Latar Belakang Masalah …………………………….............. 1 B. Ruang Lingkup Pembahasan ……………………................... 4 C. Tujuan Telaah ……………………………………………….. 4 D. Manfaat Telaah ……………………………………………... 6 E. Metode Telaah ……………………………………………… 6 F. Sistematika Telaah ………………………………………….. 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………………………………................. 10 A. Telaah Pustaka ……………………………………………….. 10 1. Pengertian bayi baru lahir ………………………………… 10 2. Ciri-ciri bayi baru lahir ……………………………………. 10 3. Penanganan Bayi Baru Lahir ……………………………… 11 4. Pencegahan Kehilangan Panas……………………………. 1
  • 8. 5. Pengertian Hipotermi ……………………………………. 15 6. Faktor Penyebap Hipotermi ………………………............ 17 7. Tanda dan Gejala Hipotermi ………………………........... 8. Pengobatan dan Pencegahan Hipotermi …………….......... 21 9. Patofisiologi Hipotermi ………………………................... 24 B. Manajemen Asuhan Kebidanan ………………………......... 29 1. Pengertian ………………………………………………… 29 2. Langkah-langkah Manajemen Kebidanan ………………. 29 3. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan …………………… 33 BAB III STUDI KASUS …………………………………………............ 36 A. Pengumpulan Data Dasar ………………………………….... 36 B. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Aktual …………………. 40 C. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial ………………... 42 D. Tindakan segerah dan kolaborasi …………………………...... 44 E. Perencanaan Asuhan Kebidanan …………………………...... 44 F. Pelaksanaan Rencana Asuhan Kebidanan ……………............... 46 G. Evaluasi ………………………………..................................... 47 H. Pendokumentasian …………………………………………… 48 I. Cacatan perkembangan……………………………………….. BAB IV PEMBAHASAN …………………………………………........... 57 A. Pengumpulan dan Analisa Data Dasar ……………………….... 57 B. Merumuskan Diagnosa dan Masalah Aktual ………………….. 58 C. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial …………………. 58 D. Perlunya Tindakan Segera dan Kolaborasi ……………………. 59
  • 9. E. Rencana Asuhan ……………………………………………….. 59 F. Pelaksanaan Rencana Asuhan Kebidanan ………………........... 60 G. Evaluasi Asuhan kebidanan ………………………………....... 60 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………….... 62 A. Kesimpulan ……………………………………………................. 62 B. Saran ………………………………………………….................. 63 Daftar Pustaka ………………………………………………….................... 65 Lampiran-lampiran
  • 10. DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Kalasifikasi Suhu Tubuh Abnormal ………….................... 28 Tabel 2. Klasifikasi Hipotermi pada Bayi Baru Lahir ………............ 29 Tabel 3. Pendokumentasian Manajemen Asuhan Kebidanan …........ 35 Tabel 4. Penilaian Apgar pada Bayi Ny. “S” …………………........ 38 Tabel 6. Follow Up ………………………………………………….. 56
  • 11. INTISARI Sitti Asriani (2011.IB.0096), “Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Patologi Pada Bayi Ny S Umur 2 Hari Dengan Masalah Hipotermi Sedang Di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna” di bawah bimbingan Ibu Fikmawati Refu, S.ST dan Ibu Rosdiana Ita, S.ST (V+65 hal). Latar Belakang : Kehidupan bayi baru lahir yang paling kritis adalah saat mengalami masa transisi dari kehidupan intrauterin kekehidupan ekstrauterin. Salah satu yang menjadi masalah yang dialami bayi pada masa transisi ini adalah hipotermi. Hipotermi adalah penurunan suhu tubuh bayi di bawah suhu normal (kurang dari 36°C). Tujuan Penelitian : Dapat melaksanakan Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Patologi Pada Bayi Nyonya S dengan Masalah Hipotermi Sedang Di Ruang Teratai RSUD Kabupaten Muna Mulai Tanggal 15 Juni s.d 17 Juni 2014. Hasil Penelitian : Pada studi kasus bayi Nyonya S, evaluasi yang berhasil dilakukan adalah pemantauan keadaan klien meliputi : keadaan umum baik, tidak terjadi hipotermi berat dan suhu bayi kembali normal. Kesimpulan : Berdasarkan studi kasus bayi Nyonya S dengan masalah hipotermi sedang tidak di temukan hal-hal yang menyimpang dari evaluasi dan tinjauan pustaka. Oleh karena itu bila dibandingkan dengan tinjauan pustaka dan studi kasus bayi Nyonya S secara garis besar tidak di temukan kesenjangan. Kata Kunci : Bayi Baru Lahir Patologi dan Hipotermi Sedang Daftar Pustaka : 25 (1992-2013)
  • 12. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hipotermia yaitu penurunan suhu tubuh bayi dibawah suhu normal. Kehidupan bayi baru lahir yang paling kritis adalah saat mengalami masa transisi dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin. Salah satu yang menjadi masalah yang dialami bayi pada masa transisi ini adalah hipotermia. Menurut data dari organisasi kesehatan dunia ( WHO ), pada tahun 1995 hampir semua (98%) dari 5 juta kematian neonatal terjadi di negara berkembang. Lebih dari 2/3 kematian itu terjadi pada periode neonatal dini. Umumnya karena berat badan lahir <2500 gram. Bahkan 17% dari 25 juta persalinan pertahun adalah BLBR dan hampir semuanya terjadi pada negara berkembang. WHO memperkirakan hampir sekitar 98% dari lima juta kematian neonatal terjadi di negara berkembang. Lebih dari dua pertiga kematian itu terjadi pada periode neonatal dini dan 42% kematian neonatal disebabkan infeksi seperti: sepsis, tetanus neonatorum, meningitis, pneumonia, dan diare (Imral chair, 2007). Negara ASEAN, merupakan Negara dengan angka kamatian bayi tertinggi, yang berarti kemampuan untuk memberikan pelayanan kesehatan masih memerlukan perbaikan yang bersifat menyeluruh dan lebih bermutu. Dengan perkiraaan persalinan di Indonesia setiap tahunnya sekitar 5.000.000 jiwa. (Manuaba 2010). Pada tahun 2011, jumlah angka kematian bayi baru lahir (neonatal) di Negara-negara ASEAN, di Indonesia mencapai 31 per 1000 kelahiran hidup.
  • 13. Angka itu 5,2 kali lebih tinggi dibandingkan Malaysia. Juga 1,2 kali lebih tinggi dibandingkan Filipina dan 2,4 kali lebih tinggi jika dibandingkan dengan Thailand. Karena itu masalah ini harus menjadi perhatian serius. (http://www.docs-finder.com/ jumlah angka kematian ibu dan bayi di dunia tahun 2010 doc.html diakses tanggal 25 Mei 2011). Kematian prenatal di Indonesia merupakan kematian nomor 2 setelah maternal, penelitian ini menunjukan bahwa lebih dari 50 % kematian bayi terjadi dalam periode neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan kurang baiknya penanganan yang dapat mengakibatkan cacat seumur hidup bahkan kematian. Pada tahun 2005 angka kematian bayi baru lahir di Indonesia adalah 20 per 1000 kelahiran hidup. Jika angka kelahiran hidup di Indonesia sekitar 5 juta per tahun dan angka kematian bayi 20 per 1000 kelahiran hidup, berarti sama halnya dengan setiap hari 246 bayi meninggal, setiap satu jam 10 bayi Indonesia meninggal, jadi setiap enam menit satu bayi Indonesia meninggal. (Roesli Utami, 2008) Menurut DEPKES RI angka kematian sepsis neonatorum cukup tinggi 13- 50% dari angka kematian bayi baru lahir. Masalah yang sering timbul sebagai komplikasi sepsis neonatorum adalah meningitis, kejang, hipotermi, hiperbilirubinemia, gangguan nafas, dan minum (Depkes, 2007). Jumlah kematian bayi di Sulawesi Tenggara tahun 2010-2012 cenderung berfluktuasi. Pada tahun 2010 jumlah kematian bayi 587 per 1000 kelahiran hidup, tertinggi terjadi di Kabupaten Muna 79 per 1000 kelahiran hidup, menyusul Kabupaten Kolaka 67 per 1000 kelahiran hidup dan Konawe Selatan 59 per 1000 kelahiran hidup. Tahun 2011 jumlah kematian bayi mengalami peningkatan yang cukup tinggi yaitu mencapai jumlah 1.166 kematian bayi.
  • 14. Kematian Bayi yang tertinggi pada tahun 2011 terdapat di Kabupaten Muna sebanyak 197 per 1000 kelahiran hidup, disusul kabupaten Buton 172 per 1000 kelahiran hidup dan Kabupaten Konawe Selatan 167 per 1000 kelahiran hidup. Di Tahun 2012 jumlah kematian bayi mengalami penurunan yang cukup signifikan yaitu 693 per 1000 kelahiran hidup, jumlah tertinggi masih terjadi di Kabupaten Muna (122) dan menyusul Buton (82) dan Bombana (78). BBLR 120 orang, asfiksia 89 orang, sepsis 9 orang, dan tetanus 3 orang, dengan demikian total kematian neonatal tahun 2012 adalah 484 per 1000 kelahiran hidup, hal ini menunjukkan masa neonatal merupakan resiko kematian bayi yang paling tinggi, yaitu 484 kematian dari 693 bayi (Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2012) Berdasarkan data yang didapatkan di ruang bayi Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna jumlah bayi yang mengalami hipotermi didapatkan data dari 3 tahun terakhir (Oktober 2012, Desember 2013, dan Januari 2014 ) dari 9 bayi yang dirawat semua mengalami hipotermi, akan tetapi kematian bayi akibat hipotermi tidak ada. (Buku Pencatatan dan Pelaporan Rumah Sakit Umum Raha 2010) Bayi yang mengalami hipotermia mempunyai risiko tinggi terhadap kematian sehingga memerlukan pengawasan dan perawatan yang intensif dan ketat dari tenaga kesehatan yang berpengalaman dan berkualitas tinggi. Peran bidan sangat diperlukan untuk mencengah terjadinya risiko hipotermia pada bayi. Maka dari itu penulis mengambil judul “Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Patologis Pada Ny. “S” Dengan
  • 15. Masalah Hipotermi Sedang Di Ruang Teratai RSUD Kabupaten Muna Tahun 2014”. Diharapkan dengan pelaksanan asuhan kebidanan tersebut dapat meningkatkan peran fungsi bidan dalam menurunkan angka kematian bayi yang disebabkan oleh hipotermi dan bidan harus memiliki pengetahuan yang luas, sikap dan keterampilan dalam melakukan asuhan untuk mencegah terjadinya hal yang tidak diinginkan. A. Ruang Lingkup Pembahasan Adapun ruang lingkup penulisan studi kasus ini adalah Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Pada Bayi Ny. “S” dengan Masalah Hipotermi Sedang Di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daetah Kabupaten Muna Mulai Tanggal 15 Juni s.d 17 Juni 2014. B. Tujuan Telaah 1. Tujuan Umum Dapat melaksanakan Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Patologi Pada Bayi Ny. “S” dengan Masalah Hipotermi Sedang Di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Mulai Tanggal 15 Juni s.d 17 Juni 2014. 2. Tujuan Khusus a. Melaksanakan pengkajian dan analisa data dasar pada Bayi Ny. “S” dengan Masalah Hipotermi Sedang di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Mulai Tanggal 15 Juni s.d 17 Juni 2014.
  • 16. b. Merumuskan diagnosa/masalah aktual pada Bayi Ny. “S” dengan Masalah Hipotermi Sedang Di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Mulai Tanggal 15 Juni s.d 17 Juni 2014. c. Merumuskan diagnosa/masalah potensial pada Bayi Ny. “S” dengan Masalah Hipotermi Sedang Di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Mulai Tanggal 15 Juni s.d 17 Juni 2014. d. Mengidentifikasi tindakan segera dan kolaborasi pada Bayi Ny. “S” dengan Masalah Hipotermi Sedang Di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Mulai Tanggal 15 Juni s.d 17 Juni 2014. e. Merencanakan asuhan Kebidanan pada Bayi Ny. “S” dengan Masalah Hipotermi Sedang Di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Mulai Tanggal 15 Juni s.d 17 Juni 2014. f. Melaksanakan tindakan asuhan Kebidanan pada Bayi Ny. “S” dengan Masalah Hipotermi Sedang Di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Mulai Tanggal 15 Juni s.d 17 Juni 2014. g. Mengevaluasi asuhan Kebidanan yang telah diberikan pada Bayi Ny. “S” dengan Masalah Hipotermi Sedang Di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Mulai Tanggal 15 Juni s.d 17 Juni 2014. h. Mendokumentasikan semua temuan asuhan Kebidanan yang telah dilaksanakan pada Bayi Ny. “S” dengan Masalah Hipotermi Sedang Di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Mulai Tanggal 15 Juni s.d 17 Juni 2014.
  • 17. C. Manfaat Telaah 1. Manfaat Praktis Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta tambahan pengalaman yang sangat berharga dalam penerapan asuhan kebidanan dengan Masalah Hipotermi Sedang. 2. Manfaat Ilmiah Merupakan kontribusi pemikiran bagi penulis dalam proses penerapan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh khususnya tentang Bayi Baru Lahir Patologi dengan Masalah Hipotermi Sedang. 3. Manfaat Institusi Sebagai bahan masukan bagi institusi pendidikan Akademi Kebidanan Paramata Raha dalam penerapan proses asuhan kebidanan pada kasus Bayi Baru lahir Patologi pada bayi Ny. “S” dengan Masalah Hipotermi Sedang. 4. Manfaat Bagi Penulis Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan ujian akhir jenjang pendidikan dan penerapan ilmu yang telah didapatkan pada Akademi Kebidanan Paramata Raha. D. Metode Telaah Metode yang digunakan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah 1. Studi Kepustakaan Yaitu dengan membaca buku, situs dan makalah-makalah yang berkaitan dengan masalah yang dibahas sebagai dasar teoritis yang digunakan dalam menyusun karya tulis ini.
  • 18. 2. Studi Kasus Melaksanakan studi kasus dengan menggunakan pendekatan proses manajemen asuhan kebidanan yang meliputi 7 langkah varney yaitu: identifikasi dan analisa data dasar, identifikasi diagnosa/masalah aktual, antisipasi diagnosa/masalah potensial, melaksanakan tindakan segera dan kolaborasi, merencanakan asuhan kebidanan, melaksanakan asuhan kebidanan dan evaluasi. Pengumpulan data dilakukan dengan cara: a. Anamnesa/wawancara Penulis melakukan tanya jawab dengan klien dan keluarganya guna mendapatkan data yang diperlukan untuk memberikan asuhan kebidanan pada klien tersebut. b. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Fisik dilakukan secara sistematis mulai dari kepala sampai ke kaki meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi. 3. Studi Dokumentasi Studi ini dilakukan dengan mempelajari status kesehatan klien yang bersumber dari catatan bidan 4. Diskusi Yaitu mengadakan konsultasi dengan bidan yang menangani langsung klien tersebut serta berdiskusi dengan dosen pembimbing Studi Kasus mengenai klien.
  • 19. E. Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan dalam karya ilmiah ini adalah: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Ruang Lingkup Pembahasan C. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum 2. Tujuan Khusus D. Manfaat telaah 1. Manfaat Praktis 2. Manfaat Ilmiah 3. Manfaat Institusi 4. Manfaat Bagi Penulis E. Metodologi telaah 1. Studi Kepustakaan 2. Studi Kasus 3. Studi Dokumentasi 4. Diskusi F. Sistematika Penulisan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Pengertian Bayi Baru Lahir 2. Pengertian Hipotermi 3. Pengertian Hipotermi Sedang
  • 20. B. Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan 1. Pengertian Manajemen Kebidanan C. Langkah-langkah Manajemen Kebidanan D. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (Soap) BAB III STUDI KASUS A. Pengkajian Dan Analisa Data Dasar B. Merumuskan Diagnosa/Masalah Aktual C. Merumuskan Diagnosa/ Masalah Potensial D. Mengidentifikasi Tindakan Segera Dan Kolaborasi E. Rencana Asuhan Kebidanan F. Pelaksanaan Tindakan Asuhan Kebidanan G. Evaluasi Asuhan Kebidanan H. Pendokumentasian Hasil Asuhan SOAP BAB IV PEMBAHASAN Pada bagian ini membahas tentang kesenjangan antara teori dengan fakta yang ada, dibahas secara sistematis mulai dari step 1 sampai 7. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA
  • 21. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Pengertian bayi baru lahir Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir 3200 gram sampai dengan 4.000 gram. (Sudarti, 2010. Hal 1). a. Ciri-ciri bayi baru lahir 1. Berat badan 3200-4000 gram 2. Panjang badan 48-52 cm 3. Lingkar dada 30-38 cm 4. Lingkar kepala 33-35 cm 5. Bunyi jantung dalam menit-menit pertama kira-kira 180 kali/menit, kemudian menurun sampai 120-140 kali/menit. 6. Pernafasan pada menit-menit pertama cepat kira-kira 80 kali/menit, kemudian menurun setelah tenang kira-kira 40 kali/menit. 7. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup terbentuk dan diliputi verniks caeseosa. 8. Rambut lanugo telah tidak terlihat, rambut kepala biasanya tampak sempurna. 9. Kuku agak panjang dan lemas. 10. Refleks hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.
  • 22. 11. Refleks Moro sudah baik, bayi bila dikagetkan akan memperlihatkan gerakan seperti memeluk. 12. Graff refleks sudah baik, apabila diletakkan suatu benda ke telapak tangan, bayi akan menggenggam/adanya gerakan refleks. 13. Eliminasi baik, urin dan mekonium akan keluar dalam 24 jam, pertama, mekonium berwarna kecoklatan. (Sudarti, 2010) 2. Penanganan Bayi Baru Lahir a. Pertahankan kebersihan jalan nafas 1) Pegang kepala bayi lebih rendah dari badan dengan kepala dipindahkan ke sisi drainase. 2) Bersihkan wajah dan kepala, bersihkan cairan dari hidung dan mulut. 3) Hisap hidup dan mulut menggunakan spuit seperti bola lampu yang lunak (de lee). b. Jaga bayi tetap hangat 1) Bersihkan dan keringkan bayi; 2) Tempatkan bayi diatas perut ibu; 3) Letakkan topi stockinet pada kepala bayi; 4) Gunakan penghangat; 5) Bungkus bayi dengan selimut hangat. 6) Perlihatkan bayi pada orang tua dan yang lain, tempatkan pada perut ibu 7) Klem dan potong tali pusat 8) Catat nilai Apgar pada 1 dan 5 menit pertama 9) Lakukan dengan segera pemeriksaan menyeluruh pada bayi (Varney, Helen. 2002. Hal 274).
  • 23. 3. Pencegahan Kehilangan Panas a. Mekanisme kehilangan panas Bayi baru lahir dapat kehilanagn panas tubuhnya melalui cara-cara berikut : 1) Evaporasi adalah jalan utama bayi kehilangan panas. Kehilangan panas dapat terjadi karena karena penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri karena setelah lahir tubuh bayi tidak segera dikeringkan. Kehilangan panas juga terjadi pada bayi yang terlalu cepat di mandikan dan tubuhnya tidak segera di keringkan dan selimuti. 2) Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin. Meja, tempat tidur atau timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme konduksi apabila bayi diletakkan di atas benda-benda tersebut. 3) Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan di dalam ruangan yang dingin akan cepat mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika terjadi aliran udara dari kipas angin, hembusan udara melalui ventilasi atau pendingin ruangan. 4) Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi di tempatkan di dekat benda-benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi. Bayi bisa kehilangan panas dengan cara ini karena benda- benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara langsung). b. Mencegah kehilangan panas
  • 24. 1) Keringkan tubuh bayi tanpa membersihkan verniks Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Verniks akan membantu menghangatkan tubuh bayi. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering. Biarkan bayi diatas perut ibu. 2) Letakkan bayi agar terjadi kontak kulit ibu ke kulit bayi Letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada/perut ibu. Uasahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi sedikit lebih rendah dari puting payudara ibu. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit satu jam. 3) Selimuti ibu dan bayi dan pakaikan topi di kepala bayi Selimuti tubuh ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi. Bagian kepala bayi memiliki luas permukaan yang relatif luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika bagian tersebut tidak tertutup. 4) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir Lakukan penimbangan setelah satu jam kontak kulit ibu ke kulit bayi dan bayi selesai menyusu. Karena BBL cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya (terutama jika tidak berpakaian), sebelum melakukan penimbangan, terlebih dahulu selimuti bayi dengan kain atau selimut bersih dan kering. Berat badan bayi dapat dinilai dari selisih berat bayi pada saat berpakaian/diselimuti dikurangi dengan berat pakaian/selimut. Bayi sebaiknya dimandikan ≥6 jam setelah
  • 25. lahir. Memandikan bayi dalam beberapa jam pertama setelah lahir dapat menyebabkan hipotermia yang sangat membahayakan bayi baru lahir. 4. Pengertian Hipotermi Beberapa definisi hipotermia dari beberapa sumber : a. Menurut Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirahardjo (2001), bayi hipotermia adalah bayi dengan suhu badan dibawah normal.adapun suhu normal pada neonatus adalah 36,5°C-37,5oC. Gejala awal pada hipotermi apabila suhu <36oC atau kedua kaki dan tangan teraba dingin. Bila seluruh tubuh bayi terasa dingin maka bayi sudah mengalami hipotermia sedang (suhu 32°C-36oC). Disebut hipotermia berat bila suhu <32oC diperlukan termometer ukuran rendah yang dapat mengukur sampai 25oC. b. Menurut Indarso F(2001), disamping sebagai suatu gejala,hipotermia merupakan awal penyakit yang berakhir dengan kematian. c. Menurut Sandra M.T (1997), hipotermi yaitu suatu kondisi dimana suhu tubuh inti turun sampai dibawah 35oC. Hipotermi adalah kondisi di mana tubuh kita mengalami penurunanan suhu inti (suhu organ dalam) sampai dibawah 35oC. Hipotermi bisa menyebabkan terjadinya pembengkakan diseluruh tubuh (Edema Generalisata), menghilangnya reflex tubuh (areflexia), koma, hingga menghilangnya reaksi pupil mata. Ada beberapa jenis hipotermi yaitu: 1. Jenis-Jenis Hipotermi
  • 26. a) Accidental hypothermia terjadi ketika suhu tubuh inti menurun hingga < 35°C b) Primary accidental hypothermia merupakan hasil dari paparan langsung terhadap udara dingin pada orang yang sebelumnya sehat. c) Secondary accidental hypothermia merupakan komplikasi gangguan sistemik (seluruh tubuh) yan serius. Kebanyakan terjadinya suhu di musim dingin (salju) dan iklim dingin. Berdasarkan kejadiannya, hipotermi dibagi menjadi 4 bagian yaitu : 1) Hipotermi spintas, yaitu penurunan suhu tubuh 1-2°C sesudah lahir. Suhu tubuh akan menjadi normal kembali setelah bayi berumur 4-8 jam, bila suhu ruang di atur sebaik-baiknya. Hipotermi sepintas ini terdapat pada bayi dengan BBLR, hipoksia, resusitasi lama, ruangan tempat bersalin yang dingin, bila bayi segera di bungkus setelah lahir terlalucepat di mandikan (kurang dari 4-6 jam sesudah lahir). 2) Hipotermi akut, yaitu terjadi bila bayi berada di lingkungan yang dingin selama 6-12 jam, terdapat pada bayi dengan BBLR, diruang tempat bersalin yang dingin, incubator yang cukup panas. Terapinya adalah: segeralah masukan bayi segera kedalam inkubataor yang suhunya sudah menurut kebutuhan bayi dan dalam kaadaan telanjang supaya dapat di awasi secara teliti. Gejala bayi lemah, gelisah, pernafasan dan bunyi jantung lambat serta kedu kaki dingin.
  • 27. 3) Hipotermi sekunder, yaitu penurunan suhu tubuh yang tidak di sebabkan oleh suhu lingkungan yang dingin, tetapi oleh sebab lain seperti sepsis, syndrome gangguan nafas, penyakit jantung bawaan yang berat,hipoksia dan hipoglikemi, BBLR. Pengobatan dengan mengobati penyebab misalnya: pemberian antibiotika,larutan glukosa, oksigen dan sebagainya. 4) Cold injuri, yaitu hipotermi yang timbul karena terlalu lama dalam ruang dingin(lebih dari 12 jam). Gejala: lemah, tidak mau minum, badan dingin, oligoria, suhu berkisar sekitar 29,5°C-35°C, tidak banyak bergerak, oedema, serta kemerahan pada tangan, kaki dan muka, seolah-olah dalam keadaan sehat, pengerasan jaringan sub kutis. Pengobatan : memanaskan secara perlahan-lahan, antibiotika, pemberian larutan glukosa 10% dan kastikastiroid. 2. Faktor Penyebap Hipotermi a) Kesalahan perawatan bayi segera setelah lahir b) Bayi dipisahkan dengan ibunya c) Bayi bayu lahir rendah (BBLR) d) Kondisi ruang yang dingin e) Prosedur penghangatan yang adekuat f) Asfiksia, hipoksia. (Sudarti-Afroh Fauziah, 2013) g) Faktor pencetus hipotermi menurut Depkes RI,1992 : 1) Faktor lingkungan. 2) Syok. 3) Infeksi.
  • 28. 4) Gangguan endokrin metabolik. 5) Kurang gizi 6) Obat-obatan. h) Aneka cuacaMekanisme hilangnya panas Cara Perpindahan pada Neonotus: 1) Radiasi adalah panas yang hilang dari objek yang hangat (bayi) ke objekyang dingin. Misal BBL diletakkan ditempat yang dingin. 2) Konduksi adalah pindahnya panas tubuh bayi karena kulit bayi langsung kontak dengan permukaan yang lebih dingin. Misal popok atau celana basah tidak langsung diganti. 3) Konveksi adalah hilangnya panas dari bayi ke udara sekelilingnya. Misal BBL diletakkan dekat pintu atau jendela terbuka. 4) Evaporasi adalah hilangnya panas akibat penguapan dari air pada kulit bayi misalnya cairan amnion pada bayi. (sudarti-Afroh Fauziah, 2013). 3. Tanda dan Gejala Hipotermi a. Tanda-tanda klinis hipotermi: 1) Hipotermia sedang: a) Kaki teraba dingin b) Kemampuan menghisap lemah c) Tangisan lemah d) Kulit berwarna tidak rata atau disebut kutis marmorata
  • 29. 2) Hipotermia berat a) Sama dengan hipotermia sedang b) Pernafasan lambat tidak teratur c) Bunyi jantung lambat d) Mungkin timbul hipoglikemi dan asidosisi metabolik 3) Stadium lanjut hipotermia a) Muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang b) Bagian tubuh lainnya pucat c) Kulit mengeras, merah dan timbul edema terutama pada punggung, kaki dan tangan d) (sklerema) Gejala Klinis hipotermia dibagi menjadi 3 , 1) Mild atau ringan Sistem saraf pusat: amnesia, apati, terganggunya persepsi halusinasi; 2) Cardiovaskular: denyut nadi cepat lalu berangsur melambat, meningkat4nya tekanandarah: a) Penafasan: nafas cepat lalu berangsur melambat; b) Saraf dan otot: gemetar, menurunnya kemampuan koordinasi otot. 3) Moderate, sedang a) Sistem saraf pusat: penurunan kesadaran secara berangsur, pelebaran pupil; b) Cardiovaskular: penurunan denyut nadi secara berangsur;
  • 30. c) Pernafasan: hilangnya reflex jalan nafas (seperti batuk, bersin); d) Saraf dan otot: menurunnya reflex, berkurangnya respon menggigil, mulai munculnya kaku tubuh akibat udara dingin. 4) Severe, parah a) Sistem saraf pusat: koma, menurunnya reflex mata (seperti mengedip; b) Cardiovascular: penurunan tekanan darah secara berangsur, menghilangnya tekanan darah sistolik; c) Pernafasan: menurunnya konsumsi oksigen; d) Saraf dan otot: tidak adanya gerakan, menghilangnya reflex perifer. Gejala Hipotermi pada bayi baru lahir : 1) Sejalan dengan menurunnya suhu tubuh,bayi menjadi kurang aktif,tidak kuat menghisap asi,dan menangis lemah. 2) Timbulnya sklerema atau kulit mengeras berwarna kemerahan terutama dibagian punggung, tungkai dan tangan 3) Muka bayi berwarna merah terang. 4) Tampak mengantuk. 5) Kulitnya pucat dan dingin. 6) Lemah, lesu, menggigil. 7) Kaki dan tangan bayi teraba lebih dingin dibandingkan dengan bagian dada. 8) Ujung jari tangan dan kaki kebiruan
  • 31. 9) Bayi tidak mau minum/menyusui. 10) Bayi tampak lesu atau mengantuk saja. 11) Dalam keadaan berat, denyut jantung bayi menurun dan kulit tubuh bayi mengeras (sklerema). 12) Kulitnya pucat dan dingin. 13) Menggigil. 4) Pengobatan dan Pencegahan Hipotermi Mengatasi bayi hipotermi dilakukan dengan cara : a) Prinsip penanganan hipotermi adalah penstabilan suhu tubuh dengan menggunakan selimut hangat (tapi hanya pada bagian dada, untuk mencegah turunnya tekanan darah secara mendadak) atau menempatkan pasien di ruangan yang hangat. Berikan juga minuman hangat(kalau pasien dalam kondisi sadar). Pencegahan dan Penanganan Hipotermi Pemberian panas yang mendadak, berbahaya karena dapat terjadi apnea sehingga direkomendasikan penghangatan 0,5-1°C tiap jam (pada bayi <1000 gram penghangatan maksimal 0,6 °C). (Indarso, F, 2001). Alat-alat Inkubator Untuk bayi <1000 gram, sebaiknya diletakkan dalam inkubator. Bayi-bayi tersebut dapat dikeluarkan dari inkubator apabila tubuhnya dapat tahan terhadap suhu lingkungan 30°C. Radiant Warner Adalah alat yang digunakan untuk bayi yang belum stabil atau untuk tindakan-tindakan. Dapat menggunakan servo controle (dengan menggunakan probe untuk kulit) atau non servo controle (dengan mengatur suhu yang dibutuhkan secara manual).
  • 32. b) Pencegahan Hipotermi Pada Bayi: 1) Bayi dibungkus dengan selimut dan kepalanya ditutup dengan topi. Jika bayi harus dibiarkan telanjang untuk keperluan observasi maupun pengobatan, maka bayi ditempatkan dibawah cahaya penghangat.Untuk mencegah hipotermi, semua bayi yang baru lahir harus tetap berada dalam keadaan hangat. 2) Di kamar bersalin, bayi segera dibersihkan untuk menghindari hilangnya panas tubuh akibat penguapan lalu dibungkus dengan selimut dan diberi penutup kepala. 3) Melaksanakan metode kanguru, yaitu bayi baru lahir dipakaikan popok dan tutup kepala diletakkan di dada ibu agar tubuh bayi menjadi hangat karena terjadi kontak kulit langsung.Bila tubuh bayi masih teraba dingin bisa ditambahkan selimut. 4) Bayi baru lahir mengenakan pakaian dan selimut yang disetrika atau dihangatkan diatas tungku. 5) Menghangatkan bayi dengan lampu pijar 40 sampai 60 watt yang diletakkan pada jarak setengah meter diatas bayi. 6) Meminta pertolongan kepada petugas kesehatan terdekat. 7) Dirujuk ke rumah sakit. 8) Terapi yang bisa diberikan untuk orang dengan kondisi hipotermia, yaitu jalan nafas harus tetap terjaga juga ketersediaan oksigen yang cukup. Tindakan Pencegahan Penyakit Hipotermi
  • 33. a) Siapkan lingkungan hangat ( lingkungan netral ); b) Segera keringkann bayi setelah lahir; c) Jangan mandikan bayi segerah setelah lahir; d) Jangan hilangkan verniks; e) Tutup kepala dengan kain/topi; f) Berikan bayi ke dada ibu dan selimuti; g) BBLR bila kondisi stabil di lakukan perawatan dengan metode kanguru: h) Susukan bayi 30 menit setelah lahir. ( Sudarti-Afroh Fauziah, 2013) 5) Patofisiologi Hipotermi Sewaktu kulit bayi menjadi dingin, saraf afferen menyampaikan pada sentral pengatur panas di hipothalamus. Saraf yang dari hipothalamus sewaktu mencapaibrown fat memacu pelepasan noradrenalin lokal sehingga trigliserida dioksidasi menjadi gliserol dan asam lemak. Blood gliserol level meningkat, tetapi asam lemak secara lokal dikonsumsi untuk menghasilkan panas. Daerah brownfat menjadi panas, kemudian di distribusikan ke beberapa bagian tubuh melalui aliran darah. Ini menunjukkan bahwa bayi akan memerlukan oksigen tambahan dan glukosa untuk metabolisme yang digunakan untuk menjaga tubuh tetap hangat. Methabolicther mogenesis yang efektif memerlukan integritas dari sistem syaraf sentral, kecukupan dari brownfat, dan tersedianya glukosa serta oksigen.
  • 34. Perubahan fisiologis akibat hipotermi yang terjadi pada sistem syaraf pusat antara lain depresi linier dari metabolisme otak, amnesia, apatis, disartria, pertimbangan yang terganggu adaptasi yang salah, EEG yang abnormal, depressi kesadaran yang progresif, dilatasi pupil, dan halusinasi. Dalam keadaan berat dapat terjadi kehilangan autoregulasi otak, aliran darah otak menurun, koma, refleks okuli yang hilang, dan penurunanyangprogressif dari aktivitas EEG. Pada jantung dapat terjadi takikardi, kemudian bradikardi yang progressif, kontriksi pembuluh darah, peningkatan cardiacout put, dan tekanan darah. Selanjutnya, peningkatan aritmia atrium dan ventrikel, perubahan EKG dan sistole yang memanjang; penurunan tekanan darah yang progressif, denyut jantung, dan cardiacout put disritmia serta asistole. Pada pernapasan dapat terjadi takipnea,bronkhorea, bronkhospasma, hipoventilasi konsumsi oksigen yang menurun sampai 50%, kongesti paru dan edema, konsumsi oksigen yang menurun sampai 75%, dan apnoe. Pada ginjal dan sistem endokrin, dapat terjadicold diuresis, peningkatan katekolamin, steroid adrenal, T3 dan T4 dan menggigil; peningkatan aliran darah ginjal sampai 50%, autoregulasi ginjal yang intak, dan hilangnya aktivitas insulin. Pada keadaan berat, dapat terjadi oliguri yang berat, poikilotermia, dan penurunan. Akibat-akibat yang di timbulkan oleh hipotermi: a) Hipoglikemi Asidosis metabolik, karena vasokonstrtiksi perifer dengan metabolisme anaerob. b) Kebutuhan oksigen yang meningkat.
  • 35. c) Metabolisme meningkat sehingga pertumbuhan terganggu. d) Gangguan pembekuan sehingga mengakibatkan perdarahan pulmonal yang menyertai hipotermi berat. e) Shock. f) Apnea. g) Perdarahan Intra Ventricular Kedinginan yang terlalu lama dapat menyebabkan tubuh beku, pembuluh darah dapat mengerut dan memutus aliran darah ke telinga, hidung, jari dan kaki. Dalam kondisi yang parah mungkin korban menderita ganggren (kemuyuh) dan perlu diamputasi. Hipotermia bisa menyebabkan terjadinya pembengkakan di seluruubuh (Edema Generalisata), menghilangnya reflex tubuh (areflexia), koma, hinggamenghilangnya reaksi pupil mata. Disebut hipotermia berat bila suhu tubuh < 320°C. Untuk mengukur suhu tubuh pada hipotermia diperlukan termometer ukuran rendah (low reading termometer) sampai 250°C. Di samping sebagai suatu gejala, hipotermia dapat merupakan awal penyakit yang berakhir dengan kematian. Bayi hipotermi adalah bayi dengan suhu badan di bawah normal. Suhu normal pada bayi neonatus adalah adalah 36,5-37,5°C (suhu ketiak). Hipotermi merupakan salah satu penyebab tersering dari kematian bayi baru lahir, terutama dengan berat badan kurang dari 2,5 Kg Gejala awal hipotermi apabila suhu kurang dari 36 °C atau kedua kaki dan tangan teraba dingin. 5. Pengertian Hipotermi Sedang
  • 36. Suhu bayi antara 35°C-36,4°C karena bayi terpapar suhu lingkungan yang rendah, waktu timbulnya kurang dari 2 hari. Tanda-tanda dari hipotermi sedang adalah Bayi mengalami gangguan nafas, denyut jantung kurang 100 kali/menit, malas minum dan letargi, kulit bayi berwarna biru bila disentuh terasa dingin. Tanda-tanda hipotermia sedang : a. Aktifitas berkurang, letargis. b. Tangisan lemah c. Kulit berwarna tidak rata (cutis malviorata) d. Kemampuan menghisap lemah e. Kaki teraba dingin f. Jika hipotermia berlanjut akan timbul cidera dingin Tindakan pada hipotermi sedang: 1. Keringkan tubuh bayi dengan handuk yang kering, bersih, dapat hangat 2. Segera hangatkan tubuh bayi dengan metode kanguru bila ibu dan bayi berada dalam satu selimut atau kain hangaat yang diserterika terlebih dahulu. Bila selimut atau kain mulai mendingin, segera ganti dengan selimut/kain yang hangat. 3. Ulangi sampai panas tubuh ibu mendingin, segera ganti dengan selimut/kain yang hangat. Mencegah bayi kehilangan panas dengan cara : a) Memberi tutup kepala/topi bayi b) Mengganti kain/popok bayi yang basah dengan yang kering dan hangat
  • 37. Tabel 1. Klasifikasi Suhu Tubuh Abdormal Anamnesis Pemeriksaan Klasifikasi Bayi temperatur suhu lingkungan yang rendah waktu timbulnya kurang dari 2 hari. Suhu tubuh 36,4°C Gangguan nafas Denyut jantung kurang dari 100 kali.menit Malas minumm latergi Hipotermi Sedang Bayi temperature suhu (lingkungan yang rendah) waktu timbulnya kuurang dari 2 hari. Suhu tubuh 32°C Tanda lain hipotermi sedang Kulit teraba keras Nafas pelan dan dalam Hipotermi Berat Tidak terpapar dengan dingin atau panas yang berlebihan. Bayi berada dalam lingkungan yang sangat panas, terpapar sinar matahari, berada di iincubator atau di bawah pemancar panas. Suhu tubuh berkulatasi antara 36°C-39°C meskipun berada dilingkungan yang stabill. Fluktuasi terjadi sesudah periode suhu stabil. Suhu tubuh tidak stabil Bayi bberada di lingkungan yang sangat panas, terpapar sinar matahari, berada di incubator atau di bawah pemancar panas. Suhu tubuh 37,5°C Tanda dehidrasi (elastisitas kulit turun, mata dan uubun- ubun besar dan cekung, lidah dan membrane mukosa kering). Malas minum Frekuensi nafas >60 x/menit Denyut jantung >160 x/menit Latergi Hipotermi (Yongki, Muhamad Judha, Rodiyah, dan Sudarti. 2012 :14) Tabel 2. Klasifikasi Hipotermi pada Bayi Baru Lahir Anamnesis Pemeriksaan Klasifikasi
  • 38. Bayi temperatur suhu lingkungan yang rendah Waktu timbulnya kurang dari 2 hari. Bayi terpapar suhu (lingkungan yang rendah) Waktu timbulnya kurang dari 2 jam Suhu tubuh 32°C-36,4°C Gangguan nafas Denyut jantung <100 kali/menit Malas minum Letargi Suhu tubuh <32°C Tanda hipotermia sedang Kulit teraba keras Nafas pelan dan dalam Hipotermi sedang Hipotermi berat B. Manajemen Asuhan Kebidanan 1. Pengertian Manajemen Kebidanan Manajemen asuhan kebidanan atau yang sering disebut manajemen kebidanan adalah suatu metode berpikir dan bertindak secara sisitematis dan logis dalam memberi asuhan kebidanan, agar menguntungkan kedua belah pihak baik klien maupun pemberian asuhan. (Soepardan, Suryati. 2008. Hal 96) 2. Langkah-langkah Manajemen Kebidanan Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang berurutan yang dimulai dengan pengumpulan data dasar dan diahiri dengan evaluasi. Langkah-langkah tersebut membentuk kerangka yang lengkap yang bisa diaplikasikan dalam semua situasi. Akan tetapi, langkah tersebut bisa dipecah- pecah kedalam tugas-tugas tertentu dan semuanya berfariasi sesuai dengan kondisi klien.
  • 39. Setiap langkah dalam manajemen kebidanan akan di jabarkan, sebagai berikut : a. Tahap PengumpulanData Dasar (Langkah I) Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi (data) yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara : 1) Anamnesis Anamnesisi dilakukan untuk mendapatkan biodata, riwayat menstruasi, riwayat kehamilan, persalinan dan nifas, bio-psiko-soiso- spritual, serta pengetahuan klien. a) Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda- tanda vital, meliputi b) Pemerksaan khusus (Inspeksi, Palpasi, Auskultasi dann Perkusi) c) Pemeriksaan penunjang (laboratorium dan catatan terbaru serta catatan lainnya). b. Interprestasi Data Dasar (Langkah II) Pada langkah kedua dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalh berdasarkan interprestasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar tersebut kemudian diinteerprestasikan sehingga dapat di rumuskan diagnosis maupun masalah, keduanya harus di tangani. Meskipun masalah tidak dapat diartikan sebagaii diagnosis,
  • 40. tetapi tetap membutuhkkan penanganan. Masalh yang sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian, masalah juga sering menyertai diagnosis. c. Identifikasi Diagnosa/Masalah Potensial dan Antisipasi Penanganannya (Langkah III) Pada langkah ketiga kita mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosis potensial berdasarkan diagnosis/masalah yang sudah diidentiffikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan melakukann pencegahan. Bidan di harapkan dapat waspada dan bersiap- siap menceegah diagnosis/masalah potensial ini menjadi kenyataan. Langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan yang aman. d. Menetapkan Perlunya Konsultasi dan Kolaborasi Segera dengan Tenaga Kesehatan Lain (Langkah IV) Langkah keempat mencerminkan kesinambungan proses manajemen kebidanan. Jadi, manajemen tidak hanya berlangsung selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut dalam dampingan bidan. Dalam kondisi tertentu, seorang bidan juga perlu melakukan konsultassi atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain seperti pekerjaan sosial, ahli gizi, atau seoranng ahli perawatan klinis bayi baru lahir. Dalam hal ini, bidan harus mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan kepada siapa sebaiknya konsultasi dan kolaborasi di lakukan. e. Menyusun Rencana Asuhan Menyeluruh (Langkah V)
  • 41. Pada langkah kelima direncanakan asuhan menyeluruh yang ditentukan berdasarkan langka-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen untuk masalah atau diagnosis yang telah diidentifikasi atau diantisispasi. Pada angkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi. f. Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisiensi dan Aman (Langkah VI) Pada langkah ini, rencana asuhan menyeluruh dilakukan dengan efisien dan aman. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagiann dikerjakan aoleh klien atau annggota timm kesehatan lainnya. Walau bidan tidak melakukannya sendiri, namun dia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaanya (misalnya dengan memastikan bahwa langkah tersebut benar-benar terlaksanan). Dalam situasi ketika bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang menalami kompllikasi, bidan tetap bertangggung jawab terhadap terlaksananya rencana bersama yang menyelurruh tersebut. Penatalaksanaan yang efisien dan berkualitas akan berpengaruh pada waktu serta biaya. g. Evaluasi (Langkah VII) Evaluassi dilakukkan secara siklus dan dengan mengkaji ulang aspek asuhan yang tidak efektif untuk mengetahui faktor mana yangg menguntungkan atau menghambat keberhasilan asuhan yang diberikan.
  • 42. Pada langkah terakhir, di lakukan evaluassi keefektifan asuhan yang sudah di berikan, ini melipputi evaluasi pemenuhan kebutuhan akan bantuan : Apakah benar-benar telah terpenuhi sebagaimana diidentivikasi di dalam di agnosa dan masalah. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaanya. 3. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (SOAP) Secara umum dokumentasi dapat diartikan sebagai suatu catatan otentik atau semua surat asli yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti dalam persoalan hokum (Sudarti, 2010). Dokumentasi dalam kebidanan adalah suatu bukti pencatatan dan pelaporan yang dimiliki oleh bidan dalam melakukan catatan perawatan yang berguna untuk kepentingan klien, bidan dan tim kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan dengan dasar komunikasi yang akurat dan lengkap secara tertulis dengan tanggung jawab bidan (Sudarti, 2010) Dokumentasi dalam asuhan kebidanan merupakan suatu pencatatan yang lengkap dan akuratt terhadap keadaan / kejadian yang dilihat dalam pelaksanaan asuhan kebidanan (proses asuhan kebidanan) (Sudarti, 2010) Metode pendokumentasian (SOAP) merupakan intisari dari proses pikir dalam manajemen kebidanan yang menggambarkan tentang perkembangan klien (progfess note). Pendokumentasian diterapkan dalam metode SOAP merupakan catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis dan singkat (Wafi, 2011)
  • 43. a. Data Subyektif Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesis sebagai langkah I Varney yang ddi peroleh dari hasil tanya jawab pada jawaban klien dan keluarga. b. Data Obyektif Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan uji diagnostik lain yang di rumuskan dalam data fokus unutk mendukung asuhan sebagaimana langkah I Varney. c. Assesment/Diagnosa Merupakan keputusan yang ditegakan dari hasil perumusan masalh yang mencakup kondisi, masalh dan prediksi terhadap kondisi tersebut. Penegakan diagnosa kebidanan dijadikan sebagai dasar tindakan dalam upaya menanggulangi anacaman keselamatan pasien/ibu. d. Planning Rencana kegiatan mencakup langkah-langkah yang akan dilakukan oleh bidan dalam melakukan intervensi untuk memecahkan masalah pasien/klien. Tabel 3. Pendokumentasiann Manajemen Asuhan Kebidanan Pencatatan dari Asuhan Kebidanan Alur Pikir Bidan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Proses Manajemen Kebidanan
  • 44. 7 Langkah dari Valen Varney 5 Langkah dari Kompetensi Bidan Soap Notes Pengumpulan data dasar Data Subyektif Obyektif Merumuskan Diagnosis Antisipasi Antisipasi Diagnosis/Masalah Potensial Assesment/Diagnosa Assessment/Diagnosa Tindakan Segera dan Kolaborasi Asuhan Kebidanan Rencana Tindakan Asuhan Kebidanan Membuat Rencana Planning : Konsul Tes Lab Rujukan Pendidikan/Konseling Follow Up Implementasi Implementasi Evaluasi Evaluasi Sumber : Simatupang E.J. 2006. Hal 62
  • 45. BAB III STUDI KASUS Dalam bab ini akan diuraikan tentang penerapan Manajemen Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Patologi Pada Ny. “S” Umur 2 Hari dengan Masalah Hipotermi Sedang di Ruang Teratai di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tanggal 15 s.d 17 Juni 2014, yang diawali dengan pengumpulan data dasar dan berahir dengan evaluasi serta dilanjutkan dengan pendokumentasian. A. Pengumpulan Data Dasar Nomor register : 27-17-01 Tanggal Pengkajian : 15 Juni 2014 Jam : 21.30 Wita 1. Identitas a. Identitas Bayi 1) Nama Anak : Bayi Ny‘’S’’ 2) Jenis Kelamin : Perempuan 3) Tanggal Lahir : 14-06-2014, jam 13.15 wita 4) Anak : Pertama b. Identitas Istri/Suami a) Nama Ibu : Ny.“S”/Tn.“H” b) Umur : 20 tahun/22 tahun c) Pendidikan : SMA/SMP d) Suku : Muna/Muna e) Agama : Islam/Islam f) Pekerjaan : IRT/Wiraswasta
  • 46. g) Pernikahan Ke : 1/1 h) Alamat : Bonea 2. Riwayat kehamilan dan persalinan a. Riwayat Kehamilan a) GI P0 A0 b) Haid Pertama Haid Terakhir Tanggal 07 September 2013 c) Tafsiran Persalinan tanggal 14 Juni 2014 d) Usia kehamilan : 40 Minggu e) Ibu ANC 4 kali selama pemeriksaan kehamilan di Posyandu f) Ibu pernah mendapat imunisasi TT sebanyak 2 kali selama kehamilan di Posyandu. b. Riwayat persalinan a) Ibu masuk kamar bersalin tanggal 14 Juni jam 09.30 wita, dengan keluhan sakit perut tembus belakang di sertai pelepasan lendir campur darah. b) Perlangsungan kala I sepuluh jam c) Perlangsungan kala II satu jam d) Bayi lahir secara SC, tanggal 14 juni 2014, jam 13.15 wita dengan hasil penilaian : 1) Pernapasan : Frekuensi 41 kali/meni 2) Nadi : 127 kali/menit 3) Suhu : 35,4 ° 4) Warna kulit : Agak puca 5) Apgar Score : 6/7
  • 47. Penilaian dengann nilai apgar tidak dipakai kapan kita menilai resusitasi tetapi nilai Apgar pada umumnya dilaksanakan pada satu menit dan lima menit setelah bayi lahir. Tabel 4. Peniaian Apgar pada Bayi Ny “S” dengan Hipotermi Sedang di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Aspek yang dinilai Nilai Denyut jantung Usaha bernapas Tonus ootot Reaksi terhadap rangsangan Warna kuliit Jumlah 100 kali/menit Lambat dan tidak teratur Ekstermitas fleksi sedikit Gerakan sedikit Agak pucat 1 1 1 1 2 6 Nilai apgar score pada lima menit kedua Aspek yang dinilai Nilai Denyut jantung Usaha bernafas Tonus otot Reaksi terhadap ransangan Warna kulit Jumlah 120 kali/menit Lambat dan tidak teratur Ekstermitas fleksi seddikit Gerakan seikit Agak pucat 2 1 1 1 2 7 3. Pemeriksaan Fisik Bayi a. Pemeriksaan umum a) Keadaan umum : Lemah b) Kesadaran : Composmentis c) Tanda-tanda vital : Suhu : 34,2 oC
  • 48. Berat badan : 3200 gram Nadi : 144 kali/menit Pernapasan : Frekuensi 54 kali/menit Warna kulit : Agak pucat b. Pemeriksaan fisik 1. Kepala : Rambut hitam dan tipis. 2. Sutura sagitalis : Teraba jelas. 3. Wajah : Wajah agak pucat. 4. Mata : Simetris kiri dan kanan, tampak bersih dan tidak ada secret, konjungtifa merah muda dan sclera tidak ikterus. 5. Telinga : Lubang telinga simetris kiri dan kanan tidak ada secret dan tidak ada polip. 6. Hidung : Lubang hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada secret dan tidak ada polip. 7. Mulut dan gigi : Bibir tidak pecah- pecah agak pucat tidak ada karies gigi dan lidah tidak ada kelainan. 8. Leher : Tidak ada kelainan. 9. Dada : Gerakan dada sesuai sesuai irana pernapasan dan penonjolan tulang dada tidak ada. 10. Perut : Tali pusat masi basah tidak ada kelainan. 11. Genitalia : Labia dan klitoris menonjol, Verniks tampak pada lipatan labia lntroitus fagina terlihat, dan fagina berlubang. 12. Anus : Ada lubang anus, dan tidak ada kelainan. 13. Kulit : Agak pucat.
  • 49. 14. Ekstremitas atas dan bawah : Jari- jari tangan dan kaki lengkap dan teraba dingin. B. Identisikasi Diagnosa / Masalah Aktual 1. Bayi lahir dengan cara SC (Sectio Caesarea), Masa gestasi 40 minggu umur 2 hari dengan hipotermi sedang. Dasar : Data Subyektif : a. Ibu mengatakan haid pertama haid terakhir tangal 07 September 2013. b. Ibu mengatakan bayi lahir tanggal 14 Juni 2014, Jam 13.15 Wita . Data Obyektif : a. Tafsiran persalinan tanggal 14 Juni 2014 b. Berat badan lahir 3200 gram c. Panjang badan 48 cm d. Jenis kelamin perempuan e. Apgar Score 6/7 Analisis dan interprestasi data Masa kehamilan di mulai dari konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) di hitung dari haid pertama dan haid terahir. Pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal dan melahirkan bayi yang sehat dan cukup bulan. (Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. 2008 : 90-91) 2. Hipotermi sedang Data Subyektif :
  • 50. a. Ibu mengakan bayinya lahir tanggal 14 Juni 2014, jam 13.15 wita Data Obyektif : a. Bayi lahir menangis lemah b. .Suhu 32 °C c. Kedua kaki teraba dingin d. Warna kulit agak pucat e. Aktivitas lemah f. Apgar Score 6/7 Analisis dan Interprestasi Data Bayi hipotermi adalah bayi dengan suhu badan dibawah normal adapun suhu normal pada neonatus adalah 36,5°C-37,5°C. Gejala awal pada hipotermi apabila suhu <36o C atau kedua kaki dan tangan teraba dingin. Bila seluruh tubuh bayi terasa dingin maka bayi sudah mengalami hipotermia sedang (suhu 32°C-36°C). (Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirahardjo. 2001) C. Identifikasi Diagnosa Masalah Potensial Potensial terjadi hipotermi berat dan Afiksia 1. Hipotermi Berat Dasar : Data subyektif : - Data Obyektif : a. Napas pelan dan dalam b. Turgor buruk c. Bayi belum mendapat asupan nutrisi
  • 51. d. Bayi menggigil e. Nadi cepat f. Tanda-tanda vital : Suhu : 32 0C Pernapasan : 30 kali/menit Laju jantung : 80 kali/menit Warna kulit : membiru Analisis dan Interprestasi Data Hipotermia berat lanjutan dari hipitermi sedang, dengan suhu tubuh <32 oC diperlukan termometer ukuran rendah yang dapat mengukur sampai 25 oC. (Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirahardjo (2001). Pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung < 100 kali/menit, tonus otot buruk, sianosis berat dan kadang-kadang pucat. Bunyi jantung fetus menghilan tidak lebih dari 100 kali/menit sebelum lahir lengkap atau bunyi menghilangg post partum. (Buku Asuhan Persalinan Normal : 147-148) 2. Potensial Afiksia Dasar : Data Subyektif : - Data Obyektif : a. Bayi lahir dengan Secti Caesarea b. Bayi sulit bernapas atau megap-megap c. Tanda-tanda vital : Pernapasan : 30 kali/menit Denyut jantung : 80 kali/menit
  • 52. Suhu : 34 °C Warna kulit : Agak pucat. Analisis dan interprestasi Data Akfisia ditandai dengan keadaan dimana bayi tidak bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahirsempurna, sering kali bayi yang sebelumnya mengalami gawat janinakan mengalami asfiksia sesudah persalinan (Prawirohardjo, Edisi ke II. 2002 : 114). D. Tidakan Segera dan Kolaborasi Kolaborasi dengan dokter spesialis anak atas intruksi dokter untuk meletakan bayi di bawah temperature yang panas, mengeringkan tubuh bayi, meletakan bayi dalam incubator. E. Rencana Asuhan 1. Tujuan a. Keadaan umum bayi baik b. Hipotermi dapat teratasi c. Tidak terjadi hipotermi berat dan akfiksia. 2. Kriteria a. Bayi sehat ditandai dengan tanda-tanda vital dalam batas normal 1) Pernapasan : 40-60 kali/menit 2) Nadi : 100-160 kali/menit 3) Suhu : 36,5 °C-37,5 °C
  • 53. 4) Warna kulit : Kemerah-merahan b. Afiksia tidak terjadi ditandai dengan bayi tidak bernapas secara spontan dan teratur c. Tugor kulit bayi baik dan berwarna kemerahan. 3. Rencana Tindakan Tanggal 15 Juni 2014 Jam : 13.30 Wita a. Memberi senyum sapa dan salam Rasional : Menjalin suasana keakraban antara petugas dan klien b. Pantau keadaan umum dan tanda-tanda vital bayi Rasional : Pemantauan keadaan umum dan tanda-tanda vital bayi bertujuan untuk mengidentifikasi secara dini masalah untuk melakukan tindakan selanjutnya c. Membungkus bayi dengan kain bersih dan kering Rasional : Bayi telah di bungkus dengan kain bersih dan kering d. Melakukan perawatan bayi dalam incubator dengan suhu 35,4°C Rasional : Agar keadaan bayi dapat segerah membaik karena didalam incubator bayi mulai di bantu untuk baradaptasi dengan dunia luar e. Pemberian ASI Rasional : Merupakan makanan utama bagi bayi yang berguna bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi dan merupakan zat nutrisi yang paling baik dan paling lengkap e. Menjaga personal hygiene bayi
  • 54. Rasional : Agar kebersihan bayi bisa terpelihara dan bisa terjaga dari infeksi pada tubuh bayi f. Melakukan perawatan tali pusat dengan teknik aseptic Rasional : Untuk menghindari terjadinya infeksi tali pusat F. Pelaksanaan Rencana Asuhan Tanggal 15 Juni 2014 Jam : 13.40 Wita 1. Memberi senyum, sapa dan salam Hasil : Ibu membalas sapa dan salam bidan 2. Memantau keadaan umum dan tanda-tanda vital bayi Hasil : a. Keadaan umum bayi lemah b. Tanda-tanda vital bayi : Pernapasan : 41 kali/menit Nadi : 127 kali/menit Suhu : 35,4 °C Warna kulit : Kemerah-merahan 3. Membungkus bayi dengan kain bersih dan kering Hasil : Bayi telah di hangatkan dengan menggunakan kain bersih dan kering 4. Melakukan perawatan bayi dalam incubator dengan suhu 35,4°C Hasil : Bayi berada dalam incubator 5. Pemberian ASI Hasil : Bayi sudah mendapatkan ASI 6. Menjaga personal hygiene bayi Hasil : Tubuh bayi telah bersih
  • 55. 7. Melakukan perawatan tali pusat dengan teknik aseptic Hasil : Tali pusat telah dirawat dengan teknik aseptic G. Evaluasi Tanggal 15 Juni 2014 Jam : 14.05 Wita 1. Keadaan umum bayi baik dan sehat 2. Bayi sudah mendapatkan ASI meskipun sedikit-sedikit 3. Bayi dalam keadaan bersih 4. Pakaian/popok selalu dalam keadaan kering 5. Tanda-tanda vital Suhu : 36,5 0C Nadi : 127 kali/menit Pernapasan : 41 kali/menit Warna kulit : Kemerah-merahan. H. Pendokumentasian Setelah dilakukan manajemen asuhan kebidanan pada Ny. “S” dengan Masalah Hipotermi Sedang di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna tanggal 15 s.d 17 Juni 2014 dengan nomor register 27-17-01, maka dibuatlah pendokumentasian yang di awali dengan data subyektif, obyektif, assesment dan diakhiri dengan planning. Adapun penjabarannya yaitu : 1. Data Subyektif (S) a) Ibu mengatakan : 1) Haid pertama haid terahirnya tanggal 07 Agustus 2013
  • 56. 2) Melahirkan secara SC 3) Melahirkan tanggal 14 Juni 2014 jam 13.15 wita dengan jenis kelamin perempuan 4) Bayinya kurang mengisap 5) Bayinya kurang sehat 6) Warna kulit agak pucat 2. Data Obyektif (O) a) Berat badan lahir : 3200 gram b) Panjang badan : 45 cm c) Tanda-tanda vital 1) Nadi : 144 kali/menit 2) Suhu : 34,5 °C 3) Pernapasan : 54 kali/menit 4) Pemeriksaan fisik: a) Warna kulit : Agak pucat Kepala/Rambut : Ubun-ubun teraba lunak, sutura teraba jelas, tidak ada molase. Wajah : Agak pucat dan tidak ada oedema. Mata : Konjungtifa merah muda, sclera tidak ikterus. Hidung : Tampak bersih tidak ada secret dan polip. Mulut : Kurang reflex mengisap Telinga : Tidak ada pengeluaran secret, tidak ada kelainan genitalia. Genitalia : Tampak bersih tidak ada kelainan pada genitalia.
  • 57. Anus : Lubang anus ada, warna kulit agak pucat dan tidak ada tanda-tanda ikterus. Kaki : Teraba dingin 3. Assesment (A) Bayi lahir dengan hipotermi sedang. 4. Planning Sabtu 15 Juni 2014 Jam : 13.49 Wita 1. Mengobsesfasi tanda-tanda vital Hasil : Tanda-tanda vital : Nadi : 127 kali/menit, Suhu : 35,4°C, Pernapasan : Frekuensi 41 kali/menit, Warna kulit : Agak pucat 2. Bayi belum mendapatkan ASI Hasil : Bayi kurang refleks mengisap 3. Menempatkan bayi kedalam inkobator Hasil : Bayi telah berada dalam inkobator 4. Mengganti popok bayi tiap kali BAB/BAK Hasil : Popok bayi telah diganti 5. Melakukan perawatan tali pusat Hasil : Pembungkus tali pusat diganti tiap kali basa I. Catatan Perkembangan Berdasarkan kasus yang dialami oleh Bayi Ny. S, dari asuhan kebidanan yang dilakukan sebelumnya, untuk melanjutkan asuhan tersebut, maka akan dilakukan pencatatan perkembangan. Dalam catatan perkembangan ini penulis
  • 58. melakulan pemantauan hingga suhu badan bayi > 36°C. Berikut ini diuraikan mengenai catatan perkembangan pada bayi Ny. S. 1. Catatan Perkembangan I Tanggal 16 Juni 2014, jam 09.00 WITA, dilakukan penilaian tentang keadaan bayi, untuk menentukan asuhan kebidanan yang akan dilakukan selanjutnya pada bayi Ny.S. Hasil pendokumentasian yang dilakukan yaitu : a. Data Subyektif Dokter mengatakan keadaan bayi sudah mulai membaik b. Data Obyektif (O) 1. Keadaan umum bayi sudah membaik 2. Suhu tubuh bayi sudah normal, 36,6°C 3. Tali pusat masih terbungkus kasa steril 4. Bayi belum di mandikan 5. Tanda-tanda vital Nadi : 122 kali/menit Suhu : 35,9°C Pernapasan : 44 kali/menit Warna kulit : Kemerah-merahan Kepala/Rambut : Ubun-ubun teraba lunak, sutura teraba jelas, tidak ada molase. Wajah : Tidak pucat dan tidak ada oedema. Mata : Konjungtifa merah muda, sclera tidak ikterus. Hidung : Tampak bersih tidak ada secret dan polip. Mulut : Refleks mengisap sudah membaik
  • 59. Telinga : Tidak ada pengeluaran secret, tidak ada kelainan genitalia. Genitalia : Tampak bersih tidak ada kelainan pada genitalia. Anus : Lubang anus ada, warna kulit sudah kemerahan dan tidak ada tanda-tanda ikterus. c. Assessment (A) Bayi lahir dengan hipotermi sedang dengan suhu 36,6 °C d. Planning (P) Tanggal 16 Juni 2014 Jam : 09.10 Wita 1. Mengobsesfasi tanda-tanda vital Hasil : Tanda-tanda vital, Nadi : 127 kali/menit, Suhu : 36,6 °C, Pernapasan : 44 kali/menit, Warna kulit : Kemerah-merahan 2. Pemberian ASI pada bayi Hasil : Bayi telah diberikan ASI 3. Mengganti popok bayi tiap kali BAB/BAK Hasil : Popok bayi telah diganti 4. Melakukan perawatan tali pusat Hasil : Pembungkus tali pusat diganti tiap kali basah 5. Memandikan bayi Hasil : Bayi telah dimandikan 2. Catatan Perkembangan II Tanggal 17 Juni 2014, jam 10.00 WITA, dilakukan penilaian tentang keadaan bayi, untuk menentukan asuhan kebidanan yang akan dilakukan selanjutnya pada bayi Ny. S. Hasil pendokumentasian yang dilakukan yaitu :
  • 60. a. Data Subyektif (S) 1. Dokter mengatakan keadaan umum bayi sudah aktif dan baik 2. Ibu sudah memberikan ASI pada bayinya b. Data Obyektif (O) 1. Bayi sudah mulai menetek, 2. Refleks mengisap sudah baik 3. Warna kulit seluruh tubuh bayi kemerah-merahan 4. Tanda-tanda vital Nadi : 144 kali/menit Suhu : 37,5 °C Pernapasan : 44 kali/menit Kepala/Rambut : Ubun-ubun teraba lunak, sutura teraba jelas, tidak ada molase. Wajah : Tidak pucat dan tidak ada oedema. Mata : Konjungtifa merah muda, sclera tidak ikterus. Hidung : Tampak bersih tidak ada secret dan polip. Mulut : Refleks mengisap sudah baik Telinga : Tidak ada pengeluaran secret, tidak ada kelainan genitalia. Genitalia : Tampak bersih tidak ada kelainan pad genitalia. Anus : Lubang anus ada, warna kulit agak pucat dan tidak ada tanda-tanda ikterus. c. Assesment (A)
  • 61. Bayi lahir dengan hipotermi sedang, keadaan bayi baik dan bayi bisa pulang d. Plenning (P) 1. Memperhatikan suhu tubuh bayi dengan menjaga bayi tetap terbungkus, agar suhu tubuh bayi dalam batas normal Hasil : Ibu mengerti dan menjaga bayinya tetap terbungkus 2. Memantau keadaan umum dan tanda-tanda vital Hasil : a. Keadaan umum bayi baik b. Tanda-tanda vital, Nadi : 133 kali/menit, Suhu : 36,7°C, Pernapasan : 42 kali/menit, Warna kulit : kemerah-merahan 3. Mengajarkan pada ibu cara memandingkan bayi dan cara merawat tali pusat Hasil : Ibu mengerti dengan penjelasan bidan 4. Menganjurkan ibu untuk tetap memberi ASI Hasil : Ibu mengerti dengan anjuran bidan 5. Mengajarkan ibu merawat payudara dan teknik menyusui yang benar Hasil : Ibu mengaerti dengan apa yang di jelaskan 6. Mengingatkan kembali ibu agar mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang Hasil : Ibu bersedia melaksanakan apa yang di anjurkan.
  • 62. Tabel 5. Follow Up Hari/Tanggal Jam Asi/Pasi Suhu Nadi Pernapasan Sabtu/15- 06-2014 23.00 wita 24.00 wita 01.00 wita 02.00 wita 03.00 wita 04.00 wita 05.00 wita 06.00 wita 07.00 wita 08.00 wita 09.00 wita Pasi ± 20 cc Pasi ± 20 cc Pasi ± 20 cc Pasi ± 20 cc Pasi ±20 cc 34,5°C 35,7 °C 35,6°C 35,6°C 35,5°C 36,6°C 35,9°C 35,6°C 35,7°C 35,9°C 127 x/menit 127 x/menit 127 x/menit 128 x/menit 127 x/menit 127 x/menit 127 x/menit 122 x/menit 122 x/menit 122 x/menit 41 x/menit 41 x/menit 41 x/menit 44 x/menit 44 x/menit 44 x/menit 44 x/menit 44 x/menit 44 x/menit 44 x/menit
  • 63. Minggu/16 -06-2014 Senin/17- 06-2014 08.00 wita 09.00 wita 10.00 wita 11.00 wita 12.00 wita 13.00 wita 14.00 wita 15.00 wita 16.00 wita 17.00 wita 18.00 wita 19.00 wita 20.00 wita 21.00 wita 22.00 wita 23.00 wita 24.00 wita 01.00 wita 02.00 wita 03.00 wita 04.00 wita Pasi ±20 cc Pasi ±20 cc Pasi ±20 cc Pasi ±20 cc Pasi ±20 cc 30 cc 30 cc Pasi ±30 cc Pasi ±30 cc 36,6°C 36,7°C 36,7°C 36,6°C 36,5°C 36,6°C 36,5°C 36,6°C 36,6°C 37,5°C 37,6°C 37,5°C 37,5°C 37,5°C 37,5°C 37,5°C 37,6°C 37,5°C 37,5°C 127 x/menit 133 x/menit 144 x/menit 148 x/menit 144 x/menit 143 x/menit 144 x/menit 150 x/menit 144 x/menit 143 x/menit 144 x/menit 143 x/menit 144 x/menit 145 x/menit 150 x/menit 150 x/menit 145 x/menit 144 x/menit 148 x/menit 44 x/menit 42 x/menit 45 x/menit 44 x/menit 42 x/menit 45 x/menit 45 x/menit 42 x/menit 42 x/menit 44 x/menit 42 x/menit 42 x/menit 44 x/menit 42 x/menit 44 x/menit 44 x/menit 44 x/menit 44 x/menit 44 x/menit (Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna 2014)
  • 64. BAB IV PEMBAHASAN Dalam bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan antara teori dan tinjauan kasus dan pelaksanaan manajemen asuhan kebidanan pada bayi Ny. S dengan hipotermi sedang di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna pada tanggal 15 Juli sampai dengan 17 Juli 2014, sesuai dengan tinjuan pustaka. Pembahasan ini di buat berdasarkan teori dan asuhan yang nyata dengan proses pendekatan manajemen asuhan kebidanan yang di bagi dalam tujuh tahap yaitu : Pengkajian dan analisa data dasar, Merumuskan diagnosa/Masalah Aktual, Mengantisipasi diagnose/Masalah Potensial, Tindakan Segerah dan Kolaborasi, Perencanaan Tindakan Asuhan Kebidanan, Melaksanakan Tindakan Asuhan Kebidanan, Evaluasi Asuhan Kebidanan, serta Mendokumentasikan Asuhan Kebidanan. A. Pengkajian dan Analisa Data Dasar Tahap pengkajian diawali dengan pengumpulan data melalui anamnese yang meliputi identitas bayi dan orang tua bayi, riwayat kehamilan dan persalinan, serta pemeriksaan fisik yang berpedoman pada format pengkajian yang tersedia. Dalam hal ini penulis tidak menemukan kesenjangan. Hal ini disebapkan karena respon ibu dalam memberikan informasi begitu pula dalam keluarga, bidan dan dokter yang merawat sehingga penulis dengan mudah memperoleh data yang diinginkan. Data diperoleh secara terfokus begitu pula masalah klien sehingga intervensinya juga terfokus sesuai keadaan klien.
  • 65. Menurut teori hipotermi adalah Suhu bayi antara 35°C-36,4°C karena bayi terpapar suhu lingkungan yang rendah, waktu timbulnya kurang dari 2 hari. Tanda-tanda dari hipotermi adalah Bayi menangis lemah, kulit agak pucat, kaki teraba dingin, denyut jantung tidak normal. Berdasarkan studi kasus pada bayi Ny. ”S” dengan masalah hipotermi sedang pada tanggal 15 Juni 2014 dengan melihat data yang di peroleh maka tidak terdapat kesenjangan antara teori dan studi kasus. B. Merumuskan Diagnosa/Masalah Aktual Hipotermi sedang dalam tinjauan pustaka adalah Suhu bayi antara 35°C- 36,4°C karena bayi terpapar suhu lingkungan yang rendah, waktu timbulnya kurang dari 2 hari. Pada studi kasus bayi Ny. “S” di temukan bayi suhu tidak normal dan warna kulit agak pucat. Demikian penerapan tinjauan pustaka dan tinjuan studi kasus pada bayi Ny. “S” dimana tidak terdapat adanya kesenjangan antara tinjauan pustaka dan studi kasus. C. Mengantisipasi diagnose/Masalah Potensial Pada tinjauan pustaka diidentifikasikan adanya masalah potensial yang semakin terjadi pada Ny “S” berdasarkan pengumpulan data, pengamatan yang cermat dan observasi serta avaluasi di dapatkan hipotermi sedang jika tidak di tangani segera maka dapat mengakibatkan terjadinya hipotermi berat. Sedangkan pada studi kasus didapatkan data yang mendukung yaitu napas pelan dan dalam, bayi menggigil, nadi cepat dan bayi belum mendapatkan asupan nutrisi, sehingga penulis mengindentifikasi diagnose/masalah potensial terjadi
  • 66. hipotermi berat yang menunjukan tidak adanya kesenjagan antara tinjauan pustaka dan studi kasus. D. Tindakan Segerah dan Kolaborasi Pada tinjauann pustaka dijelaskann tindakan yang dapat segera dilakukan untuk mengatasi hipotermi adalah untuk meletakan bayi di bawah temperature yang panas, mengeringkan tubuh bayi, meletakan bayi dalam incubator. E. Rencana Asuhan Pada tinjauan pustaka di jelaskan bahwa suatu rencana tindakan yang termasuk indikasi dan yang dapat ditimbulkan berdasarkan kondisi klien, serta hubungannya dengan masalah yang dialami klien, meliputi antisipasi dengan bimbingan terhadap keluarga klien dan rencana tindakan harus disetujui oleh keluarga klien, semua tindakan harus berdasarkan rasional yang relevan dan di akui kebenarannya serta situasi dan konndisi harus secara otomatis. Pada bayi Ny. “S” dengan hipotermi sedang penulis merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnose/masalah aktual dan potensial sebagai berikut, rencana tindakan terdiri dari pantau keadaan umum dan tanda-tanda vital bayi, menghangatkann tubuh bayi, meletakan bayi dalam temperature yang panas, melakukan perawatan bayi dalam incubator, pemberian ASI, menjaga personal hygiene bayi dan melakukan perawatan tali pusat dengan teknik aseptic. Dalam tinjauan pustaka di katakana bahwa hipotermi sedang tindakan yang harus segera di berikan adalah Keringkan tubuh bayi dengan handuk yang kering, bersih, dapat hangat, Segera hangatkan tubuh bayi dengan metode kanguru bila ibu dan bayi berada dalam satu selimut atau kain hangaat yang diserterika terlebih
  • 67. dahulu, Ulangi sampai panas tubuh ibu mendingin, segera ganti dengan selimut/kain yang hangat. Hal ini menunjukan bahwa ada perbedaan antara tinjauann pustaka dan tinjauan manajemen asuhan kebidanan pada penerapan studi kasus di lahan praktek. F. Pelaksanaan Rencana Asuhan Sesuai tinjauan manajemen kebidanan bahwa melaksanakan cencana tindakan harus efisiensi dan menjamin rasa aman bagi klien. Implementasi dapat dikerjakan secara keseluruhan oleh bidan serta kerjasama dengan tim kesehatan lainnya sesuai dengan tindakan yang telah direncanakan. Pada studi kasus bayi Ny. “S” dengan hipotermi sedang, semua tindakan yamg telah direncanakan sudah dilaksanakan seluruhnya dengan baik, tanmpa hambatan karena kerjasama dan penerimaan yang baik dari keluarga klien dan petugas kesehatan yang ada diruangan bayi. G. Evaluasi Evaluasi manajemen asuhan kebidanan merupakan langkah akhir dari proses manajemen asuhan kebidanan. Mengevaluasi pencapaian dengan criteria yang diidentifikasikan, memutuskan apakah tujuan telah tercapai atau belum tercapai. Pada studi kasus bayi Ny. “S”, evaluasi yang berhasil dilakukan adalah pemantauan keadaan bayi meliputi : 1. Keadaan umum bayi baik 2. Suhu dalam keadaan normal 3. Warna kulit kemerah-merahan
  • 68. 4. Denyut jantung normal Berdasarkan studi kasus bayi Ny. “S” dengan masalah hipotermi sedang tidak di temukan hal-hal yang menyimpang dari evaluasi tinjauan pustaka. Oleh karena itu bila dibandingkan dengan tinjauan pustaka dan studi kasus bayi Ny. “S” secara garis besar dapat disimpulkan bahwa semua asuhan kebidanan yang diterapkan telah tercapai, sehingga hipotermi sedang dapat teratasi dan tidak terjadi hipotermi berat.
  • 69. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Pada manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan pada bayi Ny. “S” dimulai dari pengumpulan data dasar yang meliputi identitas, riwayat kehamilan, riwayat persalinan dan pemeriksaan fisik tidak ditemukan adanya hambatan oleh karena adanya kerja sama antara klien dan petugas kesehatan sehingga pengumpulan data dapat terlaksana dengan baik. 2. Pada manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan pada bayi Ny. “S”, dimana dalam mengidentifikasi diagnosa dan masalah aktual tidak ditemukan adanya hambatan oleh karena adanya kerja sama antara klien dan petugas kesehatan sehingga semua masalah dapat terlaksana dengan baik. 3. Pada manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan pada bayi Ny. “S”, dimana dalam mengidentifikasi diagnosa dan masalah pontesial tidak ditemukan adanya hambatan oleh karena adanya kerja sama antara klien dan petugas kesehatan sehingga semua tindakan dapat terlaksana dengan baik. 4. Pada manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan pada bayi Ny. “S”, dimana dalam mengidentifikasi perlunya tindakan segera dan kolaborasi tidak ditemukan adanya hambatan oleh karena adanya kerja sama antara klien dan petugas kesehatan sehingga semua tindakan dapat terlaksana dengan baik.
  • 70. 5. Pada manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan pada bayi Ny. “S”, dimana dalam merencanakan tindakan atau asuhan kebidanan tidak ditemukan adanya hambatan oleh karena adanya kerja sama antara klien dan petugas kesehatan sehingga semua tindakan dapat terlaksana dengan baik. 6. Pada manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan pada bayi Ny. “S”, dimana dalam melaksanakan asuhan kebidanan tidak ditemukan adanya hambatan oleh karena adanya kerja sama antara klien dan petugas kesehatan sehingga semua tindakan dapat terlaksana dengan baik. 7. Pada manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan pada bayi Ny. “S”, dimana dalam melakukan evaluasi hasil tindakan tidak ditemukan adanya hambatan oleh karena adanya kerja sama antara klien dan petugas kesehatan sehingga semua masalah dapat teratasi dengan baik. B. Saran 1. Hipotermi pada bayi baru lahir dapat lebih mudah ditangani dan bahkan dicegah apabila ada kerja sama yang baik antara petugas kesehatan dan anggota keluarga. 2. Bidan seharusnya terus memberikan pendidikan kesehatan kepada calon ibu, calon ayah, dan anggota keluarga lainnya bahwa bayi yang lahir tidak terlepas dari resiko hipotermi sehingga keluarga paham akan hal tersebut. Dengan demikian, keluarga sudah dipersiapkan untuk melengkapi kebutuhan( misalnya topi bayi ) untuk digunakan bayi saat setelah lahir.
  • 71. Kelurga juga akan paham tentang apa yang harus dilakukan untuk mencegah bayi kehilangan panas tubuh berlebih. 3. Anggota keluarga juga hendaknya menerima pendidikan kesehatan oleh bidan dengan responsif. Kerja sama yang baik antara keluarga dan petugas kesehatan akan membuahkan hasil yang diharapkan tidak akan mengecewakan.
  • 72. DAFTAR PUSTAKA Dinas Kesehatan Kabupaten Muna. 2013. “profil Kesehatan Kabupaten Muna”. Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi selatan “angka Kematian Bayi” (januari- desember 2011) Depkes RI.1992. “Pedoman penanganan kegawat daruratan obstetric dan neonatal”. Departemen Kesehatan RI, Jakarta. “Hipotermia”. Jakarta : http//www.scrib.com (diakses tanggal 13 Oktober 2011 jam 20.05 WIB). Muslihatun, Wafi, Nur. 2011. “Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita”. Yogyakarta : Fitramaya. Manuaba, I.A.C., Manuaba, I.B.G.F., Manuaba, I.B.G. (2010). “Buku Ajar Penuntun Kuliah Ginekologi”. Jakarta, CV. Trans Info Media. Manuaba, I.A.S.K.D.S., dkk. 2010. “Buku Ajar Ginekologi”. Jakarta, EGC. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara (2012), (http://www.depkes.go.id/ downloads/PROFIL_KES_PROVINSI 2012/27 Profil Kes. Prov. SulawesiTenggara_2012.pdf). Diakses tanggal 05 /07/2014 jam 09.00 wita. Profil Depkes RI 2007 Rumah Sakit Umum Daerah. 2014. “Buku pelaporan dan Pencatatan Kesehatan”. Kabupaten Muna Sarwono Prawirohardjo .2011. “Ilmu Kebidanan”. Jakarta : BPSP. Simatupang, E.J., 2008. “Manajemen Pelayanan Kebidanan”. Jakarta. EGC. Sudarti, Afroh Fauziah. 2013. “Buku Asuhan Neonatus Resiko Tinggi dan Kegawatan”. Edisi I Cetakan Pertama. Yogyakarta. sarimd@litbang.depkes.go.id. (diakses tanggal 25 Mei 2010) Schmidt. S, Heavy Metals. “In Emergency Medicine Quik glance”. (Mcgraw. Hill, Nem York. 2006. Tab 123-1. Hal 486) Simatupang E.J. 2006. “Pendokumentasian Asuhan Kebidanan” (Hal 62) Suryani, Soepardan. 2008. “Konsep Kebidanan”. Jakarta, EGC.
  • 73. Sudarti. 2010. “Proses Asuhan Kebidanan” Yogyakarta. Nuha Medika. Wafi, N.M., 2011. “Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita”. Jogyakarta. Fitramaya WHO, 2012. http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=7069. Diakses tanggal 15/ 07/ 2014 jam 20.00 wita. Yongky, Mohamad Judha, Rodiyah, Sudarti. 2012. “Buku Asuhan Pertumbuhan Neonatus Kehamilan, Persalinan Bayi dan Belita”. Edisi I cetakan Pertama. Yogyakarta.