SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 12
BAB I
KONSEP MEDIS
A. DEFENISI
Hipersensitivitas tipe III merupakan hipersensitivitas kompleks imun. Hal
ini disebabkan adanya pengendapan kompleks antigen-antibodi yang kecil dan
terlarut di dalam jaringan. Hal ini ditandai dengan timbulnya inflamasi atau
peradangan. Pada kondisi normal, kompleks antigen-antibodi yang diproduksi
dalam jumlah besar dan seimbang akan dibersihkan dengan adanya fagosit.

B. ETIOLOGI
Kehadiran bakteri, virus, lingkungan, atau antigen (spora fungi, bahan
sayuran, atau hewan) yang persisten akan membuat tubuh secara otomatis
memproduksi antibodi terhadap senyawa asing tersebut sehingga terjadi
pengendapan kompleks antigen-antibodi secara terus-menerus. Hal ini juga terjadi
pada penderita penyakit autoimun. Pengendapan kompleks antigen-antibodi
tersebut akan menyebar pada membran sekresi aktif dan di dalam saluran kecil
sehingga dapat mempengaruhi beberapa organ, seperti kulit, ginjal, paru-paru,
sendi, atau dalam bagian koroid pleksus otak.

C. MANIFESTASI KLINIS

Tanda dan gejala umum sari reaksi hipersensitivitas tipe III antara lain :
Nyeri sendi (artritis reumatoid)
Urtikaria; ruam multiformis
Skarlatinifoormis atau morbiliformis
Adenopati
Panas

1
Sindrom sickness
Glomerulonefritis
Poliarteritis
Krioklobulinemia
Lupus eritematotus

D. PATOFISIOLOGI
Kira-kira 5 menit setelah protein asing (misalnya, serum antitetanus
kuda) diinjeksikan, antibodi spesifik akan dihasilkan; antibodi

ini

bereaksi

dengan antigen yang masih ada dalam sirkulasi untuk membentuk kompleks
antigen-antibodi (tahap pertama). Pada tahap kedua, kompleks antigen-antibodi
yang terbentuk dalam sirkulasi mengendap dalam berbagai jaringan. Dua faktor
penting yang menentukan apakah pembentukan kompleks imun menyebabkan
penyakit dan pengendapan jaringan:
•Ukuran kompleks imun. Kompleks yang sangat besar yang terbentuk pada
keadaan jumlah antibodi yang berlebihan segera disingkirkan dari sirkulasi
oleh sel fagosit mononuklear sehingga relatif tidak membahayakan. Kompleks
paling patogen yang terbentuk selama antigen berlebih dan berukuran kecil atau
sedang, disingkirkan secara lebih lambat oleh sel fagosit sehingga lebih lama
berada dalam sirkulasi
•Status sistem fagosit mononuklear. Karena normalnya menyaring keluar
kompleks imun, makrofag yang berlebih atau disfungsional menyebabkan
bertahannya kompleks imun dalam sisrkulasi dan meningkatkan kemungkinan
pengendapan jaringan.
Faktor lain yang mempengaruhi pengendapan kompleks imun yaitu
muatan kompleks (anionic vs kationik), valensi antigen, aviditas antibodi, afinitas
antigen terhadap berbagai jaringan, arsitektur tiga dimensi kompleks tersebut, dan
hemodinamika pembuluh darah yang ada.tempat pengendapan kompleks imun
yang disukai adalah ginjal, sendi, kulit, jantung, permukaan serosa, dan pembulah

2
darah kecil. Lokasinya pada ginjal dapat dijelaskan sebagian melalui fungsi filtrasi
glomerulus, yaitu terperangkapnya kompleks dalam sirkulasi pada glomerulus.
Belum ada penjelasan yang sama memuaskan untuk lokalisasi kompleks imun
pada tempat predileksi lainnya.
Untuk kompleks yang meninggalkan sirkulasi dan mengendap di dalam
atau di luar dinding pembuluh darah, harus terjadi peningkatan permeabilitas
pembuluh darah. Hal ini mungkin terjadi pada saat kompleks imun berkaitan
dengan sel radang melalui reseptor Fc dan

C3b

dan

memicu

pelepasan

mediator vasoaktif dan/ atau sitokin yang meningkatkan permeabilitas.

Saat

kompleks tersebut mengendap dalam jaringan, terjadi tahap ketiga, yaitu reaksi
radang. Selama tahap ini (kira-kira 10 hari setelah pemberian antigen), muncul
gambaran klinis, seperti demam, utikaria, artralgia, pembesaran kelenjar getah
bening, dan proteinuria.
Di mana pun kompleks imun mengendap, kerusakan jaringannya serupa.
Aktivitas komplemen oleh kompleks imun merupakan inti patogenesis jejas,
melepaskan fragmen yang aktif secara biologis seperti anafilatoksin (C3a dan
C5a), yang meningkatkan permeabilitas pembuluh darah dan bersifat kemotaksis
untuk leukosit polimorfonuklear. Fagositosis kompleks imun oleh neutrofil yang
terakumulasi

menimbulkan pelepasan

atau

produksi

sejumlah substansi

proinflamasi tambahan, termasuk proataglandin, peptida vasodilator, dan
substansi kemotaksis, serta enzim lisosom yang mampu mencerna membran
basalis, kolagen, elastin, dan kartilago. Kerusakan jaringan juga diperantarai oleh
radikal bebas oksigen yang dihasilkan oleh neutrofil teraktivasi. Kompleks imun
dapat pula menyebabkan agregasi trombosit dan mengaktivasi faktor Hageman;
kedua reaksi ini meningkatkan proses peradangan dan mengawali pembentukan
mikrotrombus yang berperan pada jejas jaringan melalui iskemia lokal. Lesi
patologis yang dihasilkan disebut dengan vasokulitis jika terjadi pada pembuluh
darah, glomerulonefritis jika terjadi di glomerulus ginjal, arthritis jika terjadi di
sendi, dan seterusnya.

3
Jelasnya hanya antibodi pengikat komplemen (yaitu IgG dan IgM)
yang dapat menginduksi lesi semacam itu. Karena IgA dapat pula mengaktivasi
komplemen melalui jalur alternatif, kompleks yang mengandung IgA dapat pula
menginduksi jejas jaringan. Peran penting komplemen dalam patogenesis jejas
jaringan

didukung

oleh

adanya

pengamatan

bahwa pengurangan kadar

komplemen serum secara eksperimental akan sangat menurunkan keparahan lesi,
demikian pula yang terjadi pada neutrofil. Selama fase aktif penyakit, konsumsi
komplemen menurunkan kadar serum
Penyakit kompeks imun lokal (reaksi arthus )
Reaksi Arthus dijelaskan sebagai area lokalisata nekrosis jaringan yang
disebabkan oleh vaskulitis kompleks imun akut. Reaksi ini dihasilkan secara
eksperimental dengan menginjeksikan suatu antigen ke dalam kulit seekor hewan
yang sebelumnya telah diimunisasi (yaitu antibodi preformed terhadap antigen
yang telah ada di dalam sirkulasi). Karena pada mulanya terdapat kelebihan
antibody, kompleks imun terbentuk sebagai antigen yang berdifusi ke dalam
dinding pembuluh darah; kompleks ini dipresipitasi pada tempat injeksi dan
memicu reaksi radang yang sama serta gambaran histologist seperti yang telah
dibahas untuk penyakit kompleks imun sistemik. Lesi Arthus berkembang selama
beberapa jam sdan mencapai puncaknya 4 hingga 10 jam setelah injeksi, ketika
terlihat adanya edema pada tempat injeksi disertai perdarahan berat yang kadangkadang diikuti ulserasi.
E. KOMPLIKASI

F. PENATALAKSANAAN DAN PENGOBATAN

Pentalaksanaan peda reaksi hipersensitivitas tipe III ini tergantung pada
akibat reaksi yang ditimbulkannya antara lain; serum sickness, lupus eritematosus,
artritis reumatoid,

4
Serum sickness
Perjalanan penyakit biasanya berlangsung beberapa hari hingga beberapa
minggu jika tidak diobati ; namun, pasien akan menunjukan reaksi yang segera
dan lengkap bila diobati antihistamin dan kortikosteroid. Terapi yang agresiif,
termasuk dukungan ventilasi, mungkin diperlukan bila terjadi neuritis perifer
dan sindrom guillain-barre.
Lupus eritematosus
Terapi medikasi untuk SLE dilaksanakan berdasarkan konsep bahwa inflamasi
jaringan setempat diantarai oleh respon yang berlebihan atau meninggi, yang
intensitasnya bisa bervariasi sangat luas dan memerlukan terapi yang berbeda
pada saat yang berbeda. Preparat NSAID digunakan untuk mengatasi
manifestasi klinis minor dan kerapkali dipakai bersama kortikosteroid dalam
upaya

untuk

meminimalkankebutuhan

kortikosteroid.

Kortikosteroid

merupakan obat yang paling penting yang tersedia untuk pengobatan SLE.
Preparat ini digunakan secara topikal untuk mengobati menifestasi kutaneus,
secara oral dengan dosis rendah untuk mengatasi aktivitas penyakit yang ringan
dan dengan dosis tinggi untuk mengatasi aktivitas penyakit berat. Pemberian
bolus IV dianggap sebagai terapi alternatif yang bisa menggantikan terapi oral
dosis tinggi. Preparat immunosupresan (preparat pengkerat dan analog purin)
digunakan karena efeknya pada fungsi imun.
Artritis reumatoid

Ada sejumlah cara penatalaksanaan yang sengaja dirancang untuk mencapai
tujuan-tujuan tersebut di atas, yaitu :
a. Pendidikan
Langkah pertama dari program penatalaksanaan ini adalah memberikan
pendidikan yang cukup tentang penyakit kepada penderita, keluarganya dan
siapa saja yang berhubungan dengan penderita. Pendidikan yang diberikan
meliputi pengertian, patofisiologi (perjalanan penyakit), penyebab dan
perkiraan perjalanan (prognosis) penyakit ini, semua komponen program
penatalaksanaan termasuk regimen obat yang kompleks, sumber-sumber

5
bantuan untuk mengatasi penyakit ini dan metode efektif tentang
penatalaksanaan yang diberikan oleh tim kesehatan. Proses pendidikan ini
harus dilakukan secara terus-menerus.
b. Istirahat
Merupakan hal penting karena reumatik biasanya disertai rasa lelah yang
hebat. Walaupun rasa lelah tersebut dapat saja timbul setiap hari, tetapi ada
masa dimana penderita merasa lebih baik atau lebih berat. Penderita harus
membagi waktu seharinya menjadi beberapa kali waktu beraktivitas yang
diikuti oleh masa istirahat.
c. Latihan Fisik dan Termoterapi
Latihan spesifik dapat bermanfaat dalam mempertahankan fungsi sendi.
Latihan ini mencakup gerakan aktif dan pasif pada semua sendi yang sakit,
sedikitnya dua kali sehari. Obat untuk menghilangkan nyeri perlu diberikan
sebelum memulai latihan. Kompres hangat pada sendi yang sakit dan
bengkak mungkin dapat mengurangi nyeri. Mandi parafin dengan suhu
yang bisa diatur serta mandi dengan suhu panas dan dingin dapat dilakukan
di rumah. Latihan dan termoterapi ini paling baik diatur oleh pekerja
kesehatan yang sudah mendapatkan latihan khusus, seperti ahli terapi fisik
atau terapi kerja. Latihan yang berlebihan dapat merusak struktur
penunjang sendi yang memang sudah lemah oleh adanya penyakit
d. Diet/ Gizi
e. Penderita Reumatik tidak memerlukan diet khusus. Ada sejumlah cara
pemberian diet dengan variasi yang bermacam-macam, tetapi kesemuanya
belum terbukti kebenarannya. Prinsip umum untuk memperoleh diet
seimbang adalah penting.
f. Obat-obatan
Pemberian obat adalah bagian yang penting dari seluruh program
penatalaksanaan penyakit

reumatik.

Obat-obatan

yang dipakai

untuk

mengurangi nyeri, meredakan peradangan dan untuk mencoba mengubah
perjalanan penyakit. Penganan medik dimulai dengan emberian salisilat atau
NSAID dalam dosis terapeutik. Kalau diberikan dalam dosis terapeutik penuh,

6
obat-obat ini akan memberikan efek antiinflamasi maupun analgesik. Kepada
pasien perlu diberitahhukan untuk menggunakan obat menurut resep dokter
agar kadar obat yang konsisten dalam darah bisa dipertahankan sehingga
keefektifan obat antiinflamasi tersebut dapat mencapai tingkat yang optimal.
Analgesia tambahan dapat diresepkan pada saat-saat serangan nyeri yang
sangat hebat. Penggunaan preparat anlgesia narkotik harus dihindari karena
berpotensi

untuk

mengakibatkan

kebutuhan

peredaran

nnyeri

yang

berkelanjutan. Teknik-teknik penatalksanaan nyeri nonfarmakologik harus
diajarkan misalnya rellaksasi, kompres hangat dan dingin.

7
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Aktivitas/ istirahat
Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres
pada sendi; kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan simetris.
Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang,
pekerjaan, keletihan.
Tanda : Malaise, Keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit, kontraktur/
kelaianan pada sendi.
2. Kardiovaskuler
Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki ( pucat intermitten, sianosis,
kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal).
3. Integritas ego
Gejala : Faktor-faktor stres akut/ kronis: mis; finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan. Keputusan dan ketidakberdayaan (
situasi ketidakmampuan ) Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi
( misalnya ketergantungan pada orang lain).
4. Makanan/ cairan
Gejala ; Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/
cairan adekuat: mual, anoreksia Kesulitan untuk mengunyah ( keterlibatan TMJ )
Tanda : Penurunan berat badan Kekeringan pada membran mukosa.
5. Hygiene

8
Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi.
Ketergantungan
6. Neurosensori
Gejala : Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari
tangan.
Gejala : Pembengkakan sendi simetris.
7. Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Fase akut dari nyeri ( mungkin tidak disertai oleh pembengkakan
jaringan lunak pada sendi ).
8. Keamanan
Gejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutaneus.Lesi kulit, ulkus kaki.
Kesulitan dalam ringan dalam menangani tugas/ pemeliharaan rumah tangga.
Demam ringan menetap Kekeringan pada meta dan membran mukosa.
9. Interaksi sosial
Gejala : Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain; perubahan
peran; isolasi.
10. Penyuluhan/ pembelajaran
Gajala : Riwayat AR pada keluarga ( pada awitan remaja ) Penggunaan
makanan kesehatan, vitamin, ” penyembuhan ” arthritis tanpa pengujian. Riwayat
perikarditis, lesi katup, fibrosis pulmonal, pleuritis.

B. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Faktor Reumatoid : positif pada 80-95% kasus.

9
Fiksasi lateks: Positif pada 75 % dari kasus-kasus khas.
Reaksi-reaksi aglutinasi : Positif pada lebih dari 50% kasus-kasus khas.
LED : Umumnya meningkat pesat ( 80-100 mm/h) mungkin kembali
normal sewaktu gejala-gejala meningkat
Protein C-reaktif: positif selama masa eksaserbasi.
SDP: Meningkat pada waktu timbul proses inflamasi.
JDL : umumnya menunjukkan anemia sedang.
Ig ( Ig M dan Ig G); peningkatan besar menunjukkan proses autoimun
sebagai penyebab AR.
Sinar x dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan
lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan (
perubahan awal ) berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil
jarak sendi dan subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara
bersamaan.
Scan radionuklida : identifikasi peradangan sinovium
Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan
irregularitas/ degenerasi tulang pada sendi
Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar
dari normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning ( respon
inflamasi, produk-produk pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan
lekosit, penurunan viskositas dan komplemen ( C3 dan C4 ).
Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi dan
perkembangan panas.

C. ANALISA DATA

NO
1

DATA
Keluhan

PENYEBAB
nyeri,

MASALAH
Nyeri

ketidaknyamanan
2

Ketidak

mampuan

Kerusakan

10
bergerak, kekakuan sendi
3

mobilitas fisik

Perubahan bentuk tubuh

Gangguan citra
tubuh

4

Ketidakmampuan

Kurang perawatan

melakukan perawatan diri
(makan,

diri

mandi,

berpakaian, eliminasi).
5

Permintaan

informasi

kurang

tentang penyakit.
6

pengetahuhan
Resiko kerusakan
penatalaksanaan
pemeliharaan
Rumah

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi ditandai dengan keluhan
nyeri/ketidaknyamanan dan perilaku distraksi.
2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan sendi ditandai
dengan terbatasnya rentang gerak, ketidakseimbangan koordinasi dan
penurunan kekuatan otot.
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan deformitas sendi ditandai dengan
adanya perubahan struktur sendi (nodul-nodul pada sendi).
4. Kurang perawatan diri berhubungan dengan terbatasnya gerakan sendi
ditandai dengan ketidakmampuan melaksanakan aktivitas perawatan diri mis;
makan, mandi, berpakaian dan eliminasi.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
proses penyakit ditandai dengan pertanyaan/permintaan informasi tentang
penyakit.
11
6. Resiko terhadap penatalaksanaan pemeliharaan berhubungan dengan sistem
pendukung tidak adekuat.

E. TUJUAN PEMULANGAN

1. Nyeri hilang/terkontrol
2. Pasien meghadapi saat ini dengan realitas.
3. Pasien dapat menangani perawatan diri sendiri dengan bantuan sesuai
kebutuhan.
4. Proses atao prognosis penyakit dan aturan terapeutik dipahami.

F. PRIORITAS KEPERAWATAN

1. Menghilangkan nyeri
2. Meningkatkan mobilitas fisik
3. Meningkatkan konsep diri yang positif
4. Mendukung kemandirian
5. Memberikan informasi mengenai proses penyakit/prognosis dan keperluan
pengobatan.

12

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Makalah hipersensitivitas.
Makalah hipersensitivitas. Makalah hipersensitivitas.
Makalah hipersensitivitas. ari saputra
 
PPT lupus eritematosus systemic
PPT lupus eritematosus systemicPPT lupus eritematosus systemic
PPT lupus eritematosus systemicDavid Makmur
 
Anti inflamasi steroid
Anti inflamasi steroidAnti inflamasi steroid
Anti inflamasi steroidrula25
 
Modul 3 kb 1 radang dan
Modul 3 kb 1 radang danModul 3 kb 1 radang dan
Modul 3 kb 1 radang danpjj_kemenkes
 
150095252 makalah-imser-imunodefisiensi-komplemen
150095252 makalah-imser-imunodefisiensi-komplemen150095252 makalah-imser-imunodefisiensi-komplemen
150095252 makalah-imser-imunodefisiensi-komplemenOperator Warnet Vast Raha
 
Makalah sistem imun (hipersensitivitas tipe lambat)
Makalah sistem imun (hipersensitivitas tipe lambat)Makalah sistem imun (hipersensitivitas tipe lambat)
Makalah sistem imun (hipersensitivitas tipe lambat)DARMAPERTIWIDARMA
 
Asuhan Keperawatan Pasien dengan Myastenia Gravis
Asuhan Keperawatan Pasien dengan Myastenia Gravis Asuhan Keperawatan Pasien dengan Myastenia Gravis
Asuhan Keperawatan Pasien dengan Myastenia Gravis Ns Agung Syuhada
 
249127395 syok-sepsis
249127395 syok-sepsis249127395 syok-sepsis
249127395 syok-sepsisindriinsan
 
Hipersensitivitas
HipersensitivitasHipersensitivitas
Hipersensitivitasimam abidin
 
Systemic lupus erythematosus
Systemic lupus erythematosusSystemic lupus erythematosus
Systemic lupus erythematosusYunita Chatriena
 
Makalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetika
Makalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetikaMakalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetika
Makalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetikaMJM Networks
 
Artritis Reumatoid
Artritis ReumatoidArtritis Reumatoid
Artritis ReumatoidAmee Hidayat
 

Was ist angesagt? (20)

Antiinflamasi
AntiinflamasiAntiinflamasi
Antiinflamasi
 
Makalah hipersensitivitas.
Makalah hipersensitivitas. Makalah hipersensitivitas.
Makalah hipersensitivitas.
 
Autoimunitas
AutoimunitasAutoimunitas
Autoimunitas
 
PPT lupus eritematosus systemic
PPT lupus eritematosus systemicPPT lupus eritematosus systemic
PPT lupus eritematosus systemic
 
Anti inflamasi steroid
Anti inflamasi steroidAnti inflamasi steroid
Anti inflamasi steroid
 
Askep sle
Askep sleAskep sle
Askep sle
 
Modul 3 kb 1 radang dan
Modul 3 kb 1 radang danModul 3 kb 1 radang dan
Modul 3 kb 1 radang dan
 
150095252 makalah-imser-imunodefisiensi-komplemen
150095252 makalah-imser-imunodefisiensi-komplemen150095252 makalah-imser-imunodefisiensi-komplemen
150095252 makalah-imser-imunodefisiensi-komplemen
 
Makalah hipersensitivitas
Makalah hipersensitivitasMakalah hipersensitivitas
Makalah hipersensitivitas
 
Makalah sistem imun (hipersensitivitas tipe lambat)
Makalah sistem imun (hipersensitivitas tipe lambat)Makalah sistem imun (hipersensitivitas tipe lambat)
Makalah sistem imun (hipersensitivitas tipe lambat)
 
Asuhan Keperawatan Pasien dengan Myastenia Gravis
Asuhan Keperawatan Pasien dengan Myastenia Gravis Asuhan Keperawatan Pasien dengan Myastenia Gravis
Asuhan Keperawatan Pasien dengan Myastenia Gravis
 
Memahami Autoimun
Memahami AutoimunMemahami Autoimun
Memahami Autoimun
 
Dian anafilaksis AKPER PEMKAB MUNA
Dian anafilaksis AKPER PEMKAB MUNADian anafilaksis AKPER PEMKAB MUNA
Dian anafilaksis AKPER PEMKAB MUNA
 
249127395 syok-sepsis
249127395 syok-sepsis249127395 syok-sepsis
249127395 syok-sepsis
 
Patofiologi SLE
Patofiologi SLE Patofiologi SLE
Patofiologi SLE
 
Hipersensitivitas
HipersensitivitasHipersensitivitas
Hipersensitivitas
 
Systemic lupus erythematosus
Systemic lupus erythematosusSystemic lupus erythematosus
Systemic lupus erythematosus
 
Biomarker ra
Biomarker raBiomarker ra
Biomarker ra
 
Makalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetika
Makalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetikaMakalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetika
Makalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetika
 
Artritis Reumatoid
Artritis ReumatoidArtritis Reumatoid
Artritis Reumatoid
 

Andere mochten auch

Servicio literario
Servicio literarioServicio literario
Servicio literarioamoursort
 
Pregnancy, Drug Use, and The Law Report and Recommendations
Pregnancy, Drug Use, and The Law Report and RecommendationsPregnancy, Drug Use, and The Law Report and Recommendations
Pregnancy, Drug Use, and The Law Report and RecommendationsDana Asbury
 
Ideas for Using Google Hangouts in the Community College
Ideas for Using Google Hangouts in the Community CollegeIdeas for Using Google Hangouts in the Community College
Ideas for Using Google Hangouts in the Community CollegeCarol Bates
 
Resumen de introducción a la arquitectura
Resumen de introducción a la arquitecturaResumen de introducción a la arquitectura
Resumen de introducción a la arquitecturaNilda B Ojeda Colman
 
Sistemas de planeación docente (EDUPLAN)
Sistemas de planeación docente (EDUPLAN)Sistemas de planeación docente (EDUPLAN)
Sistemas de planeación docente (EDUPLAN)educarepdom
 
Textual Analysis 1
Textual Analysis 1Textual Analysis 1
Textual Analysis 1047489
 

Andere mochten auch (6)

Servicio literario
Servicio literarioServicio literario
Servicio literario
 
Pregnancy, Drug Use, and The Law Report and Recommendations
Pregnancy, Drug Use, and The Law Report and RecommendationsPregnancy, Drug Use, and The Law Report and Recommendations
Pregnancy, Drug Use, and The Law Report and Recommendations
 
Ideas for Using Google Hangouts in the Community College
Ideas for Using Google Hangouts in the Community CollegeIdeas for Using Google Hangouts in the Community College
Ideas for Using Google Hangouts in the Community College
 
Resumen de introducción a la arquitectura
Resumen de introducción a la arquitecturaResumen de introducción a la arquitectura
Resumen de introducción a la arquitectura
 
Sistemas de planeación docente (EDUPLAN)
Sistemas de planeación docente (EDUPLAN)Sistemas de planeación docente (EDUPLAN)
Sistemas de planeación docente (EDUPLAN)
 
Textual Analysis 1
Textual Analysis 1Textual Analysis 1
Textual Analysis 1
 

Ähnlich wie Hiperseneitivitas tpe iii

Ähnlich wie Hiperseneitivitas tpe iii (20)

Makalah hipersensitivitas (2)
Makalah hipersensitivitas (2)Makalah hipersensitivitas (2)
Makalah hipersensitivitas (2)
 
Makalah hipersensitivitas
Makalah hipersensitivitasMakalah hipersensitivitas
Makalah hipersensitivitas
 
Makalah hipersensitivitas
Makalah hipersensitivitasMakalah hipersensitivitas
Makalah hipersensitivitas
 
Wordsensitif
WordsensitifWordsensitif
Wordsensitif
 
Sistem Imun dan Ginjal
Sistem Imun dan GinjalSistem Imun dan Ginjal
Sistem Imun dan Ginjal
 
Sindrom steven
Sindrom stevenSindrom steven
Sindrom steven
 
Sindrom steven AKPER PEMKAB MUNA AKPER PEMKAB MUNA
Sindrom steven AKPER PEMKAB MUNA  AKPER PEMKAB MUNA Sindrom steven AKPER PEMKAB MUNA  AKPER PEMKAB MUNA
Sindrom steven AKPER PEMKAB MUNA AKPER PEMKAB MUNA
 
Imunologi kel 16.pptx
Imunologi kel 16.pptxImunologi kel 16.pptx
Imunologi kel 16.pptx
 
KMB SLE (Sistemik Lupus Eritematosus)
KMB SLE (Sistemik Lupus Eritematosus)KMB SLE (Sistemik Lupus Eritematosus)
KMB SLE (Sistemik Lupus Eritematosus)
 
Makalah hipersensitivitas
Makalah hipersensitivitasMakalah hipersensitivitas
Makalah hipersensitivitas
 
NEUTROFIL-LIMFOSIT RATIO (NLR) Edit.pptx
NEUTROFIL-LIMFOSIT RATIO (NLR) Edit.pptxNEUTROFIL-LIMFOSIT RATIO (NLR) Edit.pptx
NEUTROFIL-LIMFOSIT RATIO (NLR) Edit.pptx
 
Chronic inflamatory demyelinating polyneuropathy
Chronic inflamatory demyelinating polyneuropathyChronic inflamatory demyelinating polyneuropathy
Chronic inflamatory demyelinating polyneuropathy
 
Makalah anafilaktif
Makalah anafilaktifMakalah anafilaktif
Makalah anafilaktif
 
Inflamasi farin
Inflamasi farinInflamasi farin
Inflamasi farin
 
Inflamasi akut
Inflamasi akutInflamasi akut
Inflamasi akut
 
imogen.pdf
imogen.pdfimogen.pdf
imogen.pdf
 
8. hipersensitivitas siskha noor komala
8. hipersensitivitas siskha noor komala8. hipersensitivitas siskha noor komala
8. hipersensitivitas siskha noor komala
 
PPT PAK YUSUF.pdf
PPT PAK YUSUF.pdfPPT PAK YUSUF.pdf
PPT PAK YUSUF.pdf
 
Alergi
AlergiAlergi
Alergi
 
Slide Antiinflamasi.pptx
Slide Antiinflamasi.pptxSlide Antiinflamasi.pptx
Slide Antiinflamasi.pptx
 

Mehr von Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

Mehr von Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Hiperseneitivitas tpe iii

  • 1. BAB I KONSEP MEDIS A. DEFENISI Hipersensitivitas tipe III merupakan hipersensitivitas kompleks imun. Hal ini disebabkan adanya pengendapan kompleks antigen-antibodi yang kecil dan terlarut di dalam jaringan. Hal ini ditandai dengan timbulnya inflamasi atau peradangan. Pada kondisi normal, kompleks antigen-antibodi yang diproduksi dalam jumlah besar dan seimbang akan dibersihkan dengan adanya fagosit. B. ETIOLOGI Kehadiran bakteri, virus, lingkungan, atau antigen (spora fungi, bahan sayuran, atau hewan) yang persisten akan membuat tubuh secara otomatis memproduksi antibodi terhadap senyawa asing tersebut sehingga terjadi pengendapan kompleks antigen-antibodi secara terus-menerus. Hal ini juga terjadi pada penderita penyakit autoimun. Pengendapan kompleks antigen-antibodi tersebut akan menyebar pada membran sekresi aktif dan di dalam saluran kecil sehingga dapat mempengaruhi beberapa organ, seperti kulit, ginjal, paru-paru, sendi, atau dalam bagian koroid pleksus otak. C. MANIFESTASI KLINIS Tanda dan gejala umum sari reaksi hipersensitivitas tipe III antara lain : Nyeri sendi (artritis reumatoid) Urtikaria; ruam multiformis Skarlatinifoormis atau morbiliformis Adenopati Panas 1
  • 2. Sindrom sickness Glomerulonefritis Poliarteritis Krioklobulinemia Lupus eritematotus D. PATOFISIOLOGI Kira-kira 5 menit setelah protein asing (misalnya, serum antitetanus kuda) diinjeksikan, antibodi spesifik akan dihasilkan; antibodi ini bereaksi dengan antigen yang masih ada dalam sirkulasi untuk membentuk kompleks antigen-antibodi (tahap pertama). Pada tahap kedua, kompleks antigen-antibodi yang terbentuk dalam sirkulasi mengendap dalam berbagai jaringan. Dua faktor penting yang menentukan apakah pembentukan kompleks imun menyebabkan penyakit dan pengendapan jaringan: •Ukuran kompleks imun. Kompleks yang sangat besar yang terbentuk pada keadaan jumlah antibodi yang berlebihan segera disingkirkan dari sirkulasi oleh sel fagosit mononuklear sehingga relatif tidak membahayakan. Kompleks paling patogen yang terbentuk selama antigen berlebih dan berukuran kecil atau sedang, disingkirkan secara lebih lambat oleh sel fagosit sehingga lebih lama berada dalam sirkulasi •Status sistem fagosit mononuklear. Karena normalnya menyaring keluar kompleks imun, makrofag yang berlebih atau disfungsional menyebabkan bertahannya kompleks imun dalam sisrkulasi dan meningkatkan kemungkinan pengendapan jaringan. Faktor lain yang mempengaruhi pengendapan kompleks imun yaitu muatan kompleks (anionic vs kationik), valensi antigen, aviditas antibodi, afinitas antigen terhadap berbagai jaringan, arsitektur tiga dimensi kompleks tersebut, dan hemodinamika pembuluh darah yang ada.tempat pengendapan kompleks imun yang disukai adalah ginjal, sendi, kulit, jantung, permukaan serosa, dan pembulah 2
  • 3. darah kecil. Lokasinya pada ginjal dapat dijelaskan sebagian melalui fungsi filtrasi glomerulus, yaitu terperangkapnya kompleks dalam sirkulasi pada glomerulus. Belum ada penjelasan yang sama memuaskan untuk lokalisasi kompleks imun pada tempat predileksi lainnya. Untuk kompleks yang meninggalkan sirkulasi dan mengendap di dalam atau di luar dinding pembuluh darah, harus terjadi peningkatan permeabilitas pembuluh darah. Hal ini mungkin terjadi pada saat kompleks imun berkaitan dengan sel radang melalui reseptor Fc dan C3b dan memicu pelepasan mediator vasoaktif dan/ atau sitokin yang meningkatkan permeabilitas. Saat kompleks tersebut mengendap dalam jaringan, terjadi tahap ketiga, yaitu reaksi radang. Selama tahap ini (kira-kira 10 hari setelah pemberian antigen), muncul gambaran klinis, seperti demam, utikaria, artralgia, pembesaran kelenjar getah bening, dan proteinuria. Di mana pun kompleks imun mengendap, kerusakan jaringannya serupa. Aktivitas komplemen oleh kompleks imun merupakan inti patogenesis jejas, melepaskan fragmen yang aktif secara biologis seperti anafilatoksin (C3a dan C5a), yang meningkatkan permeabilitas pembuluh darah dan bersifat kemotaksis untuk leukosit polimorfonuklear. Fagositosis kompleks imun oleh neutrofil yang terakumulasi menimbulkan pelepasan atau produksi sejumlah substansi proinflamasi tambahan, termasuk proataglandin, peptida vasodilator, dan substansi kemotaksis, serta enzim lisosom yang mampu mencerna membran basalis, kolagen, elastin, dan kartilago. Kerusakan jaringan juga diperantarai oleh radikal bebas oksigen yang dihasilkan oleh neutrofil teraktivasi. Kompleks imun dapat pula menyebabkan agregasi trombosit dan mengaktivasi faktor Hageman; kedua reaksi ini meningkatkan proses peradangan dan mengawali pembentukan mikrotrombus yang berperan pada jejas jaringan melalui iskemia lokal. Lesi patologis yang dihasilkan disebut dengan vasokulitis jika terjadi pada pembuluh darah, glomerulonefritis jika terjadi di glomerulus ginjal, arthritis jika terjadi di sendi, dan seterusnya. 3
  • 4. Jelasnya hanya antibodi pengikat komplemen (yaitu IgG dan IgM) yang dapat menginduksi lesi semacam itu. Karena IgA dapat pula mengaktivasi komplemen melalui jalur alternatif, kompleks yang mengandung IgA dapat pula menginduksi jejas jaringan. Peran penting komplemen dalam patogenesis jejas jaringan didukung oleh adanya pengamatan bahwa pengurangan kadar komplemen serum secara eksperimental akan sangat menurunkan keparahan lesi, demikian pula yang terjadi pada neutrofil. Selama fase aktif penyakit, konsumsi komplemen menurunkan kadar serum Penyakit kompeks imun lokal (reaksi arthus ) Reaksi Arthus dijelaskan sebagai area lokalisata nekrosis jaringan yang disebabkan oleh vaskulitis kompleks imun akut. Reaksi ini dihasilkan secara eksperimental dengan menginjeksikan suatu antigen ke dalam kulit seekor hewan yang sebelumnya telah diimunisasi (yaitu antibodi preformed terhadap antigen yang telah ada di dalam sirkulasi). Karena pada mulanya terdapat kelebihan antibody, kompleks imun terbentuk sebagai antigen yang berdifusi ke dalam dinding pembuluh darah; kompleks ini dipresipitasi pada tempat injeksi dan memicu reaksi radang yang sama serta gambaran histologist seperti yang telah dibahas untuk penyakit kompleks imun sistemik. Lesi Arthus berkembang selama beberapa jam sdan mencapai puncaknya 4 hingga 10 jam setelah injeksi, ketika terlihat adanya edema pada tempat injeksi disertai perdarahan berat yang kadangkadang diikuti ulserasi. E. KOMPLIKASI F. PENATALAKSANAAN DAN PENGOBATAN Pentalaksanaan peda reaksi hipersensitivitas tipe III ini tergantung pada akibat reaksi yang ditimbulkannya antara lain; serum sickness, lupus eritematosus, artritis reumatoid, 4
  • 5. Serum sickness Perjalanan penyakit biasanya berlangsung beberapa hari hingga beberapa minggu jika tidak diobati ; namun, pasien akan menunjukan reaksi yang segera dan lengkap bila diobati antihistamin dan kortikosteroid. Terapi yang agresiif, termasuk dukungan ventilasi, mungkin diperlukan bila terjadi neuritis perifer dan sindrom guillain-barre. Lupus eritematosus Terapi medikasi untuk SLE dilaksanakan berdasarkan konsep bahwa inflamasi jaringan setempat diantarai oleh respon yang berlebihan atau meninggi, yang intensitasnya bisa bervariasi sangat luas dan memerlukan terapi yang berbeda pada saat yang berbeda. Preparat NSAID digunakan untuk mengatasi manifestasi klinis minor dan kerapkali dipakai bersama kortikosteroid dalam upaya untuk meminimalkankebutuhan kortikosteroid. Kortikosteroid merupakan obat yang paling penting yang tersedia untuk pengobatan SLE. Preparat ini digunakan secara topikal untuk mengobati menifestasi kutaneus, secara oral dengan dosis rendah untuk mengatasi aktivitas penyakit yang ringan dan dengan dosis tinggi untuk mengatasi aktivitas penyakit berat. Pemberian bolus IV dianggap sebagai terapi alternatif yang bisa menggantikan terapi oral dosis tinggi. Preparat immunosupresan (preparat pengkerat dan analog purin) digunakan karena efeknya pada fungsi imun. Artritis reumatoid Ada sejumlah cara penatalaksanaan yang sengaja dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut di atas, yaitu : a. Pendidikan Langkah pertama dari program penatalaksanaan ini adalah memberikan pendidikan yang cukup tentang penyakit kepada penderita, keluarganya dan siapa saja yang berhubungan dengan penderita. Pendidikan yang diberikan meliputi pengertian, patofisiologi (perjalanan penyakit), penyebab dan perkiraan perjalanan (prognosis) penyakit ini, semua komponen program penatalaksanaan termasuk regimen obat yang kompleks, sumber-sumber 5
  • 6. bantuan untuk mengatasi penyakit ini dan metode efektif tentang penatalaksanaan yang diberikan oleh tim kesehatan. Proses pendidikan ini harus dilakukan secara terus-menerus. b. Istirahat Merupakan hal penting karena reumatik biasanya disertai rasa lelah yang hebat. Walaupun rasa lelah tersebut dapat saja timbul setiap hari, tetapi ada masa dimana penderita merasa lebih baik atau lebih berat. Penderita harus membagi waktu seharinya menjadi beberapa kali waktu beraktivitas yang diikuti oleh masa istirahat. c. Latihan Fisik dan Termoterapi Latihan spesifik dapat bermanfaat dalam mempertahankan fungsi sendi. Latihan ini mencakup gerakan aktif dan pasif pada semua sendi yang sakit, sedikitnya dua kali sehari. Obat untuk menghilangkan nyeri perlu diberikan sebelum memulai latihan. Kompres hangat pada sendi yang sakit dan bengkak mungkin dapat mengurangi nyeri. Mandi parafin dengan suhu yang bisa diatur serta mandi dengan suhu panas dan dingin dapat dilakukan di rumah. Latihan dan termoterapi ini paling baik diatur oleh pekerja kesehatan yang sudah mendapatkan latihan khusus, seperti ahli terapi fisik atau terapi kerja. Latihan yang berlebihan dapat merusak struktur penunjang sendi yang memang sudah lemah oleh adanya penyakit d. Diet/ Gizi e. Penderita Reumatik tidak memerlukan diet khusus. Ada sejumlah cara pemberian diet dengan variasi yang bermacam-macam, tetapi kesemuanya belum terbukti kebenarannya. Prinsip umum untuk memperoleh diet seimbang adalah penting. f. Obat-obatan Pemberian obat adalah bagian yang penting dari seluruh program penatalaksanaan penyakit reumatik. Obat-obatan yang dipakai untuk mengurangi nyeri, meredakan peradangan dan untuk mencoba mengubah perjalanan penyakit. Penganan medik dimulai dengan emberian salisilat atau NSAID dalam dosis terapeutik. Kalau diberikan dalam dosis terapeutik penuh, 6
  • 7. obat-obat ini akan memberikan efek antiinflamasi maupun analgesik. Kepada pasien perlu diberitahhukan untuk menggunakan obat menurut resep dokter agar kadar obat yang konsisten dalam darah bisa dipertahankan sehingga keefektifan obat antiinflamasi tersebut dapat mencapai tingkat yang optimal. Analgesia tambahan dapat diresepkan pada saat-saat serangan nyeri yang sangat hebat. Penggunaan preparat anlgesia narkotik harus dihindari karena berpotensi untuk mengakibatkan kebutuhan peredaran nnyeri yang berkelanjutan. Teknik-teknik penatalksanaan nyeri nonfarmakologik harus diajarkan misalnya rellaksasi, kompres hangat dan dingin. 7
  • 8. BAB II KONSEP KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN 1. Aktivitas/ istirahat Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres pada sendi; kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan simetris. Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan, keletihan. Tanda : Malaise, Keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit, kontraktur/ kelaianan pada sendi. 2. Kardiovaskuler Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki ( pucat intermitten, sianosis, kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal). 3. Integritas ego Gejala : Faktor-faktor stres akut/ kronis: mis; finansial, pekerjaan, ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan. Keputusan dan ketidakberdayaan ( situasi ketidakmampuan ) Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi ( misalnya ketergantungan pada orang lain). 4. Makanan/ cairan Gejala ; Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/ cairan adekuat: mual, anoreksia Kesulitan untuk mengunyah ( keterlibatan TMJ ) Tanda : Penurunan berat badan Kekeringan pada membran mukosa. 5. Hygiene 8
  • 9. Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi. Ketergantungan 6. Neurosensori Gejala : Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan. Gejala : Pembengkakan sendi simetris. 7. Nyeri/ kenyamanan Gejala : Fase akut dari nyeri ( mungkin tidak disertai oleh pembengkakan jaringan lunak pada sendi ). 8. Keamanan Gejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutaneus.Lesi kulit, ulkus kaki. Kesulitan dalam ringan dalam menangani tugas/ pemeliharaan rumah tangga. Demam ringan menetap Kekeringan pada meta dan membran mukosa. 9. Interaksi sosial Gejala : Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain; perubahan peran; isolasi. 10. Penyuluhan/ pembelajaran Gajala : Riwayat AR pada keluarga ( pada awitan remaja ) Penggunaan makanan kesehatan, vitamin, ” penyembuhan ” arthritis tanpa pengujian. Riwayat perikarditis, lesi katup, fibrosis pulmonal, pleuritis. B. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Faktor Reumatoid : positif pada 80-95% kasus. 9
  • 10. Fiksasi lateks: Positif pada 75 % dari kasus-kasus khas. Reaksi-reaksi aglutinasi : Positif pada lebih dari 50% kasus-kasus khas. LED : Umumnya meningkat pesat ( 80-100 mm/h) mungkin kembali normal sewaktu gejala-gejala meningkat Protein C-reaktif: positif selama masa eksaserbasi. SDP: Meningkat pada waktu timbul proses inflamasi. JDL : umumnya menunjukkan anemia sedang. Ig ( Ig M dan Ig G); peningkatan besar menunjukkan proses autoimun sebagai penyebab AR. Sinar x dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan ( perubahan awal ) berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan. Scan radionuklida : identifikasi peradangan sinovium Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/ degenerasi tulang pada sendi Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning ( respon inflamasi, produk-produk pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit, penurunan viskositas dan komplemen ( C3 dan C4 ). Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan panas. C. ANALISA DATA NO 1 DATA Keluhan PENYEBAB nyeri, MASALAH Nyeri ketidaknyamanan 2 Ketidak mampuan Kerusakan 10
  • 11. bergerak, kekakuan sendi 3 mobilitas fisik Perubahan bentuk tubuh Gangguan citra tubuh 4 Ketidakmampuan Kurang perawatan melakukan perawatan diri (makan, diri mandi, berpakaian, eliminasi). 5 Permintaan informasi kurang tentang penyakit. 6 pengetahuhan Resiko kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan Rumah D. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi ditandai dengan keluhan nyeri/ketidaknyamanan dan perilaku distraksi. 2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan sendi ditandai dengan terbatasnya rentang gerak, ketidakseimbangan koordinasi dan penurunan kekuatan otot. 3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan deformitas sendi ditandai dengan adanya perubahan struktur sendi (nodul-nodul pada sendi). 4. Kurang perawatan diri berhubungan dengan terbatasnya gerakan sendi ditandai dengan ketidakmampuan melaksanakan aktivitas perawatan diri mis; makan, mandi, berpakaian dan eliminasi. 5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit ditandai dengan pertanyaan/permintaan informasi tentang penyakit. 11
  • 12. 6. Resiko terhadap penatalaksanaan pemeliharaan berhubungan dengan sistem pendukung tidak adekuat. E. TUJUAN PEMULANGAN 1. Nyeri hilang/terkontrol 2. Pasien meghadapi saat ini dengan realitas. 3. Pasien dapat menangani perawatan diri sendiri dengan bantuan sesuai kebutuhan. 4. Proses atao prognosis penyakit dan aturan terapeutik dipahami. F. PRIORITAS KEPERAWATAN 1. Menghilangkan nyeri 2. Meningkatkan mobilitas fisik 3. Meningkatkan konsep diri yang positif 4. Mendukung kemandirian 5. Memberikan informasi mengenai proses penyakit/prognosis dan keperluan pengobatan. 12