SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 24
BAB I
PENDAHULUAN
Istilah Goiter berarti terjadinya pembesaran pada kelenjar tiroid, yang
dikenal dengan goiter non toxik atau simpel goiter atau struma endemik, dengan
dampak yang ditimbulkannya hanya bersifat local yaitu sejauh mana pembesaran
tersebut mempengaruhi organ disekitarnya seperti pengaruhnya pada trachea dan
esophagus.
Goiter adalah salah satu cara mekanisme kompensasi tubuh terhadap
kurangnya unsure yodium dalam makanan dan minuman. Asupan yodium dapat
diperiksa secara langsung yaitu dengan cara menganalisis makanan yang
dikonsumsi oleh masyarakat tertentu yang mengidap goiter, sedangkan
pemeriksaan secara tidak langsung dipakai berbagai cara antara lain

:

pemeriksaan kadar yodium dalam urine dan dengan studi kinetik yodium.
Berdasarkan kejadiannya atau penyebarannya ada yang disebut struma
endemis dan sporadik. Secara sporadik dimana kasus-kasus struma ini dijumpai
menyebar diberbagai tempat atau daerah. Bila dihubungkan dengan penyebab
maka struma sporadik banyak disebabkan oleh faktor goitrogenik, anomali,
penggunaan obat-obat anti tiroid, peradangan dan neoplasma, secara endemis,
dimana kasus-kasus struma ini dijumpai pada sekelompok orang didaerah tertentu,
sdihubungkan dengan penyakit defisiensi yodium. Pada umumnya goiter sering
dijumpai pada daerah pegunungan, namun ada juga yang ditemukan di dataran
rendah dan ditepi pantai.

1
BAB II
KONSEP MEDIS

A. DEFENISI
Goiter merupakan pembesaran kelenjar tiroid sebagai akibat pertambahan
ukuran sel/jaringan.
Goiter adalah pembesaran pada kelenjar tiroid, pembesaran ini dapat
memiliki

fungsi

kelenjar

yang

normal

(eutirodisme),

pasien

tyroid

(hipotirotdisme) atau kelebihan produksi hormon (hipetroidisme).
B. ANATOMI FISIOLOGI KELENJAR TIROID
Kelenjar tiroid terdiri dari 2 buah lobus yang terletak disebelah kanan dari
trakea di ikat bersama dengan oleh jaringan tiroid dan yang melintasi trakea
disebelah depan. Kelenjar tiroid merupakan kelenjar yang terdapat di dalam leher
bagian bawah melekat pada dinding laring.
Dalam keadaan normal, kelenjar tiroid berukuran kecil, dengan berat
hanya 2-4 gram posisinya dileher depan bagian tengah dan tidak teraba. Sehingga
pada leher orang normal tidak tampak tonjolan atau massa yang mengganggu
pemandangan seperti apa yang kita lihat pada penderita gondok.
Fungsi kelenjar tiroid yaitu mengatur metabolisme tubuh, sehingga segala
sesuatunya berjalan lancar dan normal didalam tubuh seseorang. Maka dikenal
beberapa istilah seperti : eutiroid, hipertiroid dan hipotiroid.
Eutiroid adalah keadaan dimana besar dan fungsi kelenjar gondok dalam
keadaan normal. Hipertiroid, berarti kelenjar gondok bekerja melebihi kerja
normal sehingga biasanya kelenjar gondok membesar dan juga akan didapatkan
hasil laboratorium untuk hormon TSH, T3 dan T4 yang berada diatas ambang
normal. Hipotiroid kebalikan dari hipertiroid, disini kelenjar gondok bekerja
dibawah normal, sehingga ketiga hormon tadi kadarnya didalam serum dibawah
angka normal. Apa gejala dan dampak dari kelainan kelenjar gondok ini ?

2
Gejala hipertiroid biasanya : si penderita hiperaktif, tidak bisa diam. Badan
berkeringat berlebihan, suhu tubuh hangat, jantung berdebar-debar, tangan sering
gemetar, bola mata agak menonjol. Banyak bicara susah diam, makan banyak
akan tetapi badan tetap kurus dan seterusnya.
Penderita hipotiroid umumnya badan suhunya dingin, lembab. Orangnya
rada obese, malas bergerak dan malas bicara. Biasanya lidahnya tampak besar dan
tebal. Makan tidak banyak, akan tetapi tubuhnya tambun. Semuanya kebalikan
dari gejala hipertiroid.
Pada hipertiroid , peradangan kelenjar tiroid maupun adanya neoplasma
atau tumor kelenjar gondok, maka kelenjar itu akan membesar, berupa benjolan
atau massa yang bisa diraba pada leher tengah bagian depan. Ciri khasnya :
benjolan itu akan turut bergerak saat penderita melakukan gerakan menelan.
Artinya bila penderita disuruh melakukan gerakan menelan, maka si benjolan tadi
bergerak keatas dan kebawah, sesuai dan mengikuti irama gerakan menelan si
penderita.
Adapun struktur tiroid terdiri atas sejumlah besar vesikel – vesikel yang
dibatasi oleh epytelium silinder disatukan oleh jaringan ikat sel – selnya
mengeluarkan sera.adapun fungsi kelenjar tiroid, terdiri dari :
1. Bekerja sebagai perangsang proses oksidasi
2. Mengatur penggunaan oksidasi
3. Mengatur pengeluaran karbon dioksida
4. Metabolic dalam hal pengaturan susunan kimia dalam jaringan.
5. Pada anak mempengaruhi perkembangan fisik dan mental.

C. KLASIFIKASI GOITER

a) Klasifikasi goiter menurut Jasj :
1. Goiter kongenital
Hampir selalu ada pada bayi hipertiroid kongenital, biasanya tidak
besar dan sering terjadi pada ibu yang memiliki riwayat penyakit
graves.

3
2. Goiter endemik dan kretinisme
Biasa terjadi pada daerah geografis dimana defisiensi yodium berat,
dekompensasi dan kipotiroidisme dapat timbul karenanya, goiter
endemik ini jarang terjadi pada populasi yang tinggal disepanjang
laut.
3. Goiter sporadis
Goiter yang terjadi oleh berbagai sebab diantaranya tiroiditis fositik
yang terjadi lazim pada saudara kandung, di mulai pada awal
kehidupan dan kemungkinan bersama dengan hiperrvoidisme yang
merupakan petunjuk penting untuk diagnosa. Digolongkan menjadi
3 (tiga) bagian yaitu :
 Goiter yodium
Goiter akibat pemberian yodium biasanyakeras dan
membesar secara difus, dan pada beberapa keadaan,
hipotirodisme dapat berkembang.
 Goiter sederhana (Goiter koloid)
Yang tidak diketahui asal-muasalnya. Pada pasien bistokgis
tirord tampak normal atau menunjukan berbagai ukuran
follikel, koloid dan efitel pipih.
 Goiter multinodular
Goiter keras dengan permukaan berlobulasi dan tunggal
atau bsnyak nodulus yang dapat diraba, mungkin terjadi
perdarahan, perubahan kistik dan fibrosis.
4. Goiter intra trakea
Tiroid intralumen terletak dibawah mokusa trakhea dan sering
berlanjut dengan tiroid extratrakea yang terletak secara normal.

b) Klasifikasi Goiter menurut WHO :
 Stadium O – A : tidak ada Goiter.
 Stadium O – B : Goiter terdeteksi dari Palpasi tetapi tidak terlihat
walaupun leher terekstensi penuh.

4
 Stadium I : Goiter Palpasi dan terlihat hanya jika leher tereks
tensi peenuh.
 Stadium II : Goiter terlihat pada leher dalam Potersi.
 Stadium III : Goiter yang besar terlihat dari Darun.

D. ETIOLOGI
Berbagai faktor diidentifikasikan sebagai penyebab terjadinya hipertropi
kelenjar tiroid antara lain :
 Defisiensi yodium
 Goitrogenik glikosida agent (zat atau bahan ini dapat mensekresi hormon
tiroid) seperti ubi kayu, jagung, lobak, kangkung, kubis bila dikonsumsi
secara berlebihan.
 Anomali
 Peradangan dan tumor neoplasma
 Peningkatan sekresi hormone tirotropik kelenjar pitritari dalam responya
terhadap penurunan kadar hormone tiroid dalam sirkulasi.
 Proses infiltratif yang dapat berupa radang atau neoplastik
 Goiter kongensial:pemberian obat – obat anti tiroid atau yodium selama
kehamilan pengobatan tiroktoksikosik
 Tiroiditis rumfositik
 Pemberian lithium karbonat dan gotordarum
 Rangsangan goitrogenikrin ringan berlangsung lama

E. MANIFESTASI KLINIS
 Sesak nafas
 Kelainan fisik (pembengkakan leher depan )
 Sulit menelan
 Suara serak atau parau
 Pada palpasi kelenjar tiroid, nodul tunggal atau ganda dengan konsistensi
keras atau tidak.

5
 Tes TSH serum meningkat
 Biasanya tanpa rasa nyeri kecuali bila timbul perdarahan didaerah nodul.
 pada umumnya tidak terasa sakit akan tetapi membesar bertahap sejalan
dengan bertambahnya umur.
 dapat disertai hipotirodisme / hipertiroidisme

F. PATOFISIOLOGI
Penyebab gondok yang tersering adalah akibat kekurangan yodium, selain
itu juga akibat agen goitrogenik. Kekurangan yodium mencegah produksi
hormon tiroksin dan triiodotironin, akibatnya tidak tersedia hormon yang dapat
dipakai untuk menghambat produksi TSH oleh hhipofisis anterior; hal ini
menyebabkan kelenjar hipofisis menyekresi banyak sekali TSH. Selanjutnya
TSH merangsang sel-sel tiroid menyekresi banyak sekali koloid tiroglobulin ke
dalam folikel, dan kelenjarnya tumbuh semakin besar. Tetapi oleh karena
yodiumnya berkurang, produksi tiroksin dan triiodotironin tidak meningkat
dalam molekul tiroglobulin, dan oleh karena itu tidak ada penekanan secara
normal pada produksi TSH oleh kelenjar hipofisis. Ukuran folikeln ya menjadi
sangat besar, dan kelenjra tiroidnya dapat membesar 10 sampai 20 kali ukuran
normal.
Factor pencetus (mis :kurang yodium)
Peningkatan kadar TSH

Kapasitas kelenjar tiroid terganggu

Hipertropi dan hiperplasia folikel – folikel tiroid

Fibrosis dan nodula yang mengandung folikel – folikel
tumbuh

kelenjar tiroid

goiter .

G. KOMPLIKASI
Komplikasi Goiter antara lain dapat menimbulkan kompresi trakea dan
daerah lain di sekitar leher, jika kelenjar tiroid mengganas dapat menimbulkan
kanker tiroid. Neoplasma jinak biasanya jenis struma adenomatosa dan adenoma
folikuler tiroid. Sedangkan neoplasma ganas umumnya yang tersering adalah
karsinoma tiroid papilliferum.

6
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
 Pengukuran T3 dan T4 sorum.
 Scintiscan yodium radio aktif dengan teknetium porkeknera, untuk melihat
medulanya.
 Sidik ultra saaoud untuk mendeteksi perubahan-perubahan kistik pada
modula tiroid.
 Foto pulas leher dan dada atau berguna untuk menunjukan pergeseran trakea
dan eso fagus.
 Eso fagogran untuk menunjukan goiter sebagai penyebab dispalgia.

I. PENATALAKSANAAN
 Edukasi
Program ini bertujuan merubah prilaku masyarakat, dalam hal pola makan
dan memasyarakatkan pemakaian garam beriodium.
 Untuk menekan aktivitas kelenjar hipofisis yang menstimulasi tiroid diberi
preparat supplement yodium, seperti larutan jenuh kalium yodida, terutama
bagi penduduk di daerah endemik sedang dan berat.
 Penyuntikan lipidol
Sasaran penyuntikan lipidol adalah penduduk yang tinggal di daerah
endemik diberi suntikan 40 % tiga tahun sekali dengan dosis untuk orang
dewasa dan anak di atas enam tahun 1 cc, sedang kurang dari enam tahun
diberi 0,2 cc – 0,8 cc.
 Dilakukan tindakan operatif
Komplikasi pasca operasi dapat dikurangi dengan menciptakan keadaan
eutiroid praoperatif yang ditimbulkan oleh pengobatan dengan preparat
antitiroid dan pemberian senyawa yodida praoperatif untuk mengurangi
ukuran serta vaskularisasi goiter tersebut.

7
J. PENCEGAHAN
 Penyakit goiter dapat dicegah dengan pemberian senyawa yodium pada
anak-anak dikawasan yang kandungan yodiumnya buruk.
 Hipertropi terjadi karena asupan rerata yodium kurang dari 40 mg/hari,
WHO menganjurkan yodiosasi garam hingga mencapai konsentrasi satu
bagian dalam 100.000 yang sudah cukup untuk pencegahan goiter.
 Pengenalan garam beryodium merupakan satu-satunya cara yang paling
efektif untuk mencegah Penyakit goiter dalam masyarakat yang rentan.
 Menggontrol konsumsi agen goitrogenik secara berlebihan yang dapat
menyebabkan gangguan absorbsi yodium dalam tubuh.
Menurut Chapman goitrogenik alami ada dalam jenis pangan seperti
kelompok Sianida (daun dan umbi singkong , gaplek, gadung, rebung, daun
ketela, kecipir, dan terung) ; kelompok Mimosin (pete cina dan lamtoro) ;
kelompok Isothiosianat (daun pepaya) dan kelompok Asam (jeruk nipis,
belimbing wuluh dan cuka).

8
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan langkah awal dari dasar dalam proses keperawatan
secara keseluruhan guna mendapat data atau informasi yang dibutuhkan
untuk menentukan masalah kesehatan yang dihadapi pasien melalui
wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik meliputi :
Aktivitas/istirahat ; insomnia, otot lemah, gangguan koordinasi, kelelahan
berat, atrofi otot.
Eliminasi ; urine dalam jumlah banyak, perubahan dalam faeces, diare.
Integritas ego ; mengalami stres yang berat baik emosional maupun fisik,
emosi labil, depresi.
Makanan/cairan ; kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu makan
meningkat, makan banyak, makannya sering, kehausan, mual dan muntah,
pembesaran tyroid, goiter.
Rasa nyeri/kenyamanan ; nyeri orbital, fotofobia.
Pernafasan ; frekuensi pernafasan meningkat, takipnea, dispnea, edema
paru (pada krisis tirotoksikosis).
Keamanan ; tidak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan,
alergi terhadap iodium (mungkin digunakan pada pemeriksaan), suhu
meningkat di atas 37,40C, diaforesis, kulit halus, hangat dan kemerahan,
rambut tipis, mengkilat dan lurus, eksoptamus : retraksi, iritasi pada
konjungtiva dan berair, pruritus, lesi eritema (sering terjadi pada pretibial)
yang menjadi sangat parah.

9
Seksualitas ; libido menurun, perdarahan sedikit atau tidak sama sekali,
impotensi.

1. Kaji Riwayat Penyakit :
 Sudah sejak kapan keluhan dirasakan klien ?
 Apakah ada anggota keluarga yang berpenyakit sama ?
2. Tempat tinggal sekarang dan pada masa balita
3. Usia dan jenis kelamin
4. Kebiasaan makan : bertujuan untuk mengidentifikasi kemungkinan
adanya faktor goitrogenik ?
5. Penggunaan obat-obatan :
 Kaji jenis-jenis obat yang sedang digunakan dalam 3 bulan
terakhir.
 Sudah berapa lama digunakan
 Tujuan pemberian obat
6. Keluhan klien :
 Sesak nafas, apakah bertambah sesak bila beraktivitas.
 Sulit menelan
 Leher bartambah besar
 Suara serak / parau
 Merasa malu dengan leher yang besar dan tidak simetris.
7. Pemeriksaan fisik :
 Palpasi kelenjar tiroid, nodul tunggal atau ganda, konsistensi
dan simetris tidaknya, apakah terasa nyeri pada saat dipalpasi.
 Inspeksi bentuk leher simetris tidaknya.
 Auskultasi bunyi pada arteri tyroidea
 Nilai kualitas suara
 Palpasi apakah terjadi deviasi trachea

8. Pemeriksaan diagnostik :
 Pemeriksaan kadar T3 dan T4 serum
 Test TSH serum
10
9. Lakukan pengkajian lengkap dampak perubahan patologis diatas
terhadap kemungkinan adanya gangguan pemenuhan oksigen, nutrisi,
cairan dan elektrolit serta gangguan rasa aman dan perubahan konsep
diri seperti :
 Status pernafasan : frekwensi, pola dan teratur tidaknya, dan
apakah klien menggunakan otot pernapasan tambahan seperti
retraksi sternal dan cuping hidung.
 Warna kulit apakah nampak pucat atau cianosis.
 Suhu kulit khususnya daerah akral.
 KU / kesadaran, apakah klien tampak gelisah atau tidak
berdaya
 Berat badan dan tinggi badan.
 Kadar Hb
 Kelembaban kulit dan teksturnya
 Porsi makan yang dihabiskan
 Turgor
 Jumlah dan jenis cairan proral yang dikonsumsi
 Kondisi mukosa mulut
 Kualitas suara
 Bagaimana ekspresi wajah, cara berkomunikasi dan gaya
berinteraksi klien dengan orang disekitarnya.
 Bagaimana klien memandang dirinya sebagai seorang pribadi.

11
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penekanan kelenjar tiroid
terhadap trachea ditandai dengan kesulitan bernapas.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
asupan nutrien kurang akibat kompresi/penekanan esophagus ditandai
dengan kesulitan menelan makanan (disfagia).
3. Gangguan konsep diri ; citra tubuh/body image berhubungan dengan
perubahan/pembesaran bentuk leher ditandai dengan pasien malu dengan
kondisi penyakitnya.
4. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan ditandai dengan
gelisah dan khawatir.
5. Resti gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penekanan pita
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi ditandai
dengan dengan pasien menayakan kondisi/keadaan penyakitnya.

12
C. INTERVENSI

No

Diagnosa

Tujuan & Kriteria Intervensi
Hasil

1

Pola

nafas

1. Batasi

tidak Tujuan :

efektif berhubungan Selama
dengan
kelenjar

dalam

penekanan perawatan,

pola

tiroid napas klien efektif

aktivitas,

hindarkan aktivitas yang
melelahkan.
R/ : dapat mengurangi

terhadap

trachea kembali

pemakaian/konsumsi

ditandai

dengan Kriteria hasil :

oksigen sehingga dapat

kesulitan bernapas.

 Frekwensi

menghemat energi bagi

pernapasan

16-

20 x/menit dan

pasien untuk aktivitas
lain.
2. Posisi

pola teratur

tidur

setengah

 Akral hangat

duduk dengan kepala

 Kulit tidak pucat

ekstensi bila diperlukan.

atau cianosis

R/ : dapat melancarkan

 Keadan
tenang
gelisah

klien
/

aliran udara pernapasan

tidak

dan membuat ekspansi
paru lebih baik .
3. Bantu aktivitas klien di
tempat tidur.
R/

:

mengurangi

konsumsi oksigen dan
menghemat pemakaian
tenaga/energi

oleh

pasien.
4. Observasi keadaan klien
secara teratur.
R/ : sebagai petunjuk
perkembangan

terapi

yang telah dilakukan,

13
terutama

keadaan

frekuensi
pernapasan/kebebasan
jalan napas.
5. Hindarkan

klien

dari

kondisi yang menuntut
penggunaan
lebih

oksigen

banyak

seperti

ketegangan, lingkungan
yang panas atau yang
terlalu dingin.
R/

:

kondisi

menuntut

yang

pemakaian

oksegen yang berlebihan
dapat

meningkatkan

asupan

oksigen

berlebihan

dan

yang
dapat

memperburuk keadaan.
6. Kolaborasi

pemberian

obat-obatan

seperti

dexamethason.
R/

:

deksametason

merupakan
glukokrtikoid
dengan

sintetik
aktivitas

antiinflamasi, mencegah
respon jaringan terhadap
proses

inflamasi.

Diberikan pada goiter
akibat reaksi peradangan
(Tiroiditis rumfositik ).

14
7. Bila dengan konservatif
gejala

tidak

hilang,

kolaborasi

tindakan

operatif.
R/ : tindakan operatif
untuk

mengangkat

nodul-nodul pembesaran
kelenjar

tiroid

mencegah

dan

keparahan

kondisi

yang

lebih

lanjut.
2

Perubahan
kurang
kebutuhan

1. Beri makan lunak atau

nutrisi Tujuan :
dari Nutrisi klien dapat
tubuh terpenuhi

dalam

cair sesuai kondisi klien.
R/

:

makanan

lunak

berhubungan dengan waktu 1-2 minggu

dapat

mengurangi

kompresi/penekanan

kontraksi

esophafgus

dalam

mendorong

esophagus

Kriteria hasil :

ditandai  Berat

badan

dengan

kesulitan

menelan

makanan  Hb 12 - 14 mg%

(disfagia).

bertambah

(untuk laki-laki.

makanan ke lambung,
sehingga meningkatkan
asupan nutrisi.

 Tekstur kulit baik 2. Pantau

masukan

makanan setiap hari. Dan
timbang

berat

badan

setiap hari serta laporkan
adanya penurunan
R/

:

memberikan

informasi

tentang

keefektifan
terapi

program

yang

telah

dilakukan.
3. Beri makanan tambahan
diantara jam makan

15
R/

:

meningkatkan

frekuensi asupan nutrisi
untuk

menyediakan

energi yang cukup bagi
pasien.
4. Ciptakan

lingkungan

yang

menyenangkan

menjelang jam makan.
R/

:

linkungan

menyenangkan
menciptakan

yang
dapat

suasana

kenyamanan saat makan
dan

meningkatkan

asupan nutrisi.
5. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk memeberikan
diet

tinggi

kalori,

protein, karbohidrat, dan
vitamin
R/

:

Mungkin

memerlukan
untuk

bantuan
menjamin

pemasukan

zat-zat

makanan yang adekuat,
dan

megidentifikasi

makanan pengganti yang
paling

sesuai.

Meningkatkan aktivitas
metabolik
menurunkan

dan
simpanan

glikogen.

16
3

Gangguan

konsep Tujuan :

diri ; citra tubuh Setelah

1. Dorong
menjalan

mengungkapkan pikiran

klien

dan perasaannya tentang

berhubungan dengan perawatan,
perubahan/pembesar
an

bentuk

ditandai

memiliki gambaran

leher diri

yang

positif

dengan kembali

bentuk

leher

yang

Ekspresi

emosi

berubah.
R/

pasien malu dengan Kriteria hasil :
kondisi penyakitnya.

klien

:

membantu pasien mulai

 Klien

menerima

menyenangi

kenyataan

pembesaran leher..

kembali

2. Diskusikan upaya-upaya

tubuhnya.

yang dapat dilakukan

 Klien

dapat

klien untuk mengurangi

melakukan

perasaan malu seperti

upaya-upaya

menggunakan baju yang

untuk

berkerah tertutup.

mengurangi

R/ : penggunaan baju

dampak

yang berkerah tertutup

negatif

pembesaran pada

dapat

leher.

pembesaran

leher,

sehingga

dapat

 Klien

dapat

menutupi

melakukan

mengurangi penurunan

aktivitas fisik dan

citra tubuh pasien saat

social sehari-hari.

bersosialisasi.
3. Beri pujian bila klien
dapat melakukan upayaupaya

positif

untuk

meningkatkan
penampilan diri.
R/

:

diberikan

pujian

yang
dapat

menguatkan rasa positif
dan percaya diri bagi

17
klien terhadap perubahan
tubuh

yang

dalam

dialami
melakukan

sosialisasi dengan orang
lain.
4. Jelaskan

penyebab

terjadinya

perubahan

bentuk leher dan jalan
keluar

yang

dapat

dilakukan

seperti

tindakan operasi.
R/

:

informasi

diberikan

yang

mengenai

prjalanan penyakit dan
cara-cara

pencegahan,

membuat

klien

mengetahui

kondisi

penyakit

yang

sebenarnya dan dapat
menerima

perubahan

yang terjadi peda dirinya
sehingga

membuat

pandangan

positif

terhadapa diri sendiri.
5. Fasilitasi
bertemu

klien

untuk

teman-teman

dan sebagainya.
R/ : pertemuan dengan
teman-teman

pasien

dapat menigkatkan rasa
percaya diri dan harga
diri

positif

dalam

18
bersosialisasi .
4

Ansietas

1. Observasi tingkah laku

Tujuan :

berhubungan dengan Klien
perubahan

status menyadari

kesehatan

dapat
dan

ditandai menerima

menunjukan

tingkat ansietas.
R/ : tingkah laku yang

dengan gelisah dan keadaannya
khawatir.

yang

serta

mengindikasikan

dapat

ansietas

sebagai

mengekspresikan

petunjuk

tingkat

perasaannya

kecemasan yang dialami
oleh pasien.mis; gelisah,
khawatir, dll.

Kriteria hasil :
 Klien

nampak 2. Tinggal bersama klien,

rileks.

mempertahankan sikap

 Klien

yang tenang, mengakui

melaporkan

atau

ansietasnya

kekuatirnnya

dan

berkurang

mengijinkan

perilaku

sampai

tingkat

dapat diatasi.
 Klien

mampu

menjawab

klien yang umum.
R/

:

membantu

perhatian mengarahkan

mengidentifikasi

kembali

cara hidup yang

meningkatkan relaksasi,

sehat

meningkatkan

untuk

membagikan
perasaannya.
 Klien

dapat

dan

kemampuan koping.
3. Koordinasikan waktu
istrahat dan aktivitas saat

melakukan

senggang

aktivitas sehari-

kondisi.

hari dengan baik.

R : memberikan rasa
kontrol

tepat

pasien

menangani

untuk

untuk

beberapa

aspek pengobatan .

19
4.

Anjurkan

pasien

melakukan tehnik relaksasi
; napas dalam, bimbingan
imajinasi,

relaksasi

progresif.
R

:

memberikan

penghilangan

arti
respon

ansietas,

menurunkan

perhatian,

meningkatkan

relaksasi,

meningkatkan

kemampuan koping.

5

Resti

gangguan Tujuan :

komunikasi

verbal Klien

1. Kaji fungsi bicara secara
mampu

periodik, anjurkan untuk

berhubungan dengan menciptakan metode

tidak

penekanan pita

komunikasi dimana

menerus.

kebutuhan

R/ : suara serak dan

dipahami.

dapat

bicara

parau

terus

akibat

edema

jaringan

atau

pembesaran
tiroid

kelenjar

(goiter)

dapat

menyebabkan
terganggunya pita suara
dan

penekanan

pada

trakea.
2. Pertahankan komunikasi
yang

sederhana,

beri

pertanyaan yang hanya
memerlukan

jawaban

“ya” atau “tidak”.
R/

:

kebutuhan

menurunkan
berespon,

20
mengurangi bicara.
3. Memberikan

metode

komunikasi
yang

alternatif

sesuai,

seperti

tulis,

kertas

papan

tulis/papan gambar.
R/

:

memfasilitasi

ekspresi

yang

dibutuhkan.
4. Antisipasi

kebutuhan

sebaik

mungkin,

kunjungi

klien

secara

teratur.
R/

:

menurunkan

ansietas dan kebutuhan
pasien

untuk

berkomunikasi.
5. Beritahu

klien

untuk

terus membatasi bicara
dan

jawablah

panggilan

bel
dengan

segera.
R/ : mencegah pasien
bicara yang dipaksakan
untuk

menciptakan

kebutuhan

yang

diketahui

atau

memerlukan bantuan.
6. Pertahankan lingkungan
yang tenang.
R/

:

meningkatkan

kemampuan

21
mendengarkan
komunikasi perlahan dan
menurunkan
suara

kerasnya

yang

harus

diucapkan pasien untuk
dapat didengarkan.

6

Kurang pengetahuan Tujuan:
berhubungan dengan Setelah
kurang

1. Kaji pengetahuan klien
diberikan

informasi pendidikan

ditandai

tentang Penyakit dan
pengobatannya,

dengan kesehatan sebanyak

identifikasi

sumber

pasien menanyakan 2 kali, klien dapat

informasi yang diterima

kondisi/keadaan

mengerti

klien

penyakitnya.

Kriteria hasil :
 Klien

R/ : memberi informasi
dapat

pada klien dan prosedur

berpartisipasi

pengobatan

dapat

dalam

memberi

dasar

proses

belajar

pengetahuan bagi klien

 Klien

dapat

mengidentifikasi

tentang

panyakit

yang

dideritanya.

antara hubungan 2. Buat

rancangan

dan gejala pada

pembelajaran

proses Penyakit

mencakup :

dan

 Jenis Penyakit dan

hubungan

gejala

dengan

faktor penyebab
 Klien

mau

memulai

yang

penyebabnya.
 Upaya
penanggulangan
seperti

pemberian

perubahan

pola

obat-obatan,

hidup

yang

tindakan

penting
berpartisipasi

dan

operasi

bila ada indikasi.
 Prognosa

dan

22
dalam

tindakan

prevalensi

pengobatan.

Penyakit.
 Kondisi-kondisi
yang

dapat

menyebabkan

hal

yang lebih buruk
dan kondisi yang
mempercepat
penyembuhan.
R/ : sebagai petunjuk
dalam

proses

terapi

penyakit

dan

memudahkan

dalam

pelaksanaannya. Serta
menghindari
yang

hal-hal

memperburuk

keadaan penyakit.
4. Laksanakan
pembelajaran

bersama

dengan

anggota

keluarga,
kondisi

perhatian
klien

dan

lingkungannya.
R/

:

pelaksanaan

pembelajaran

bersama

anggota keluarga dapat
meningkatkan perawatan
pemulangan pasien di
rumah dan lingkungan
yang
memperingan

dapat
kondisi

penyakit.

23
24

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt? (20)

Eliminasi fekal ppt
Eliminasi fekal pptEliminasi fekal ppt
Eliminasi fekal ppt
 
Lk
LkLk
Lk
 
Asuhan keperawatan
Asuhan keperawatanAsuhan keperawatan
Asuhan keperawatan
 
Anatomi dan Fisiologi Eliminasi Fekal
Anatomi dan Fisiologi Eliminasi FekalAnatomi dan Fisiologi Eliminasi Fekal
Anatomi dan Fisiologi Eliminasi Fekal
 
07 tele nursing
07 tele nursing07 tele nursing
07 tele nursing
 
LP CHF.doc
LP CHF.docLP CHF.doc
LP CHF.doc
 
Askep oksigenasi
Askep oksigenasiAskep oksigenasi
Askep oksigenasi
 
Tugas askep kasus hipertensi
Tugas askep kasus hipertensiTugas askep kasus hipertensi
Tugas askep kasus hipertensi
 
Askep retensio urine
Askep retensio urineAskep retensio urine
Askep retensio urine
 
ASKEP VENTRICULAR SEPTAL DEFECT (VSD)
ASKEP VENTRICULAR SEPTAL DEFECT (VSD)ASKEP VENTRICULAR SEPTAL DEFECT (VSD)
ASKEP VENTRICULAR SEPTAL DEFECT (VSD)
 
Etika dan Hukum Kedokteran
Etika dan Hukum KedokteranEtika dan Hukum Kedokteran
Etika dan Hukum Kedokteran
 
Askep hipertermi AKPER PEMDA MUNA
Askep hipertermi AKPER PEMDA MUNA Askep hipertermi AKPER PEMDA MUNA
Askep hipertermi AKPER PEMDA MUNA
 
Sistem peredaran darah panjang & pendek
Sistem peredaran darah panjang & pendekSistem peredaran darah panjang & pendek
Sistem peredaran darah panjang & pendek
 
Analisa data batu saluran kemih
Analisa data batu saluran kemihAnalisa data batu saluran kemih
Analisa data batu saluran kemih
 
ASKEP HIPERTENSI
ASKEP HIPERTENSIASKEP HIPERTENSI
ASKEP HIPERTENSI
 
Asuhan Keperawatan Hiperparatiroid dan Hipoparatiroid
Asuhan Keperawatan Hiperparatiroid dan HipoparatiroidAsuhan Keperawatan Hiperparatiroid dan Hipoparatiroid
Asuhan Keperawatan Hiperparatiroid dan Hipoparatiroid
 
Bioakustik
BioakustikBioakustik
Bioakustik
 
Askep malaria
Askep malariaAskep malaria
Askep malaria
 
Fisiologi kardiovaskular
Fisiologi kardiovaskularFisiologi kardiovaskular
Fisiologi kardiovaskular
 
Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatanDiagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan
 

Andere mochten auch

Andere mochten auch (7)

Struma endemik
Struma endemikStruma endemik
Struma endemik
 
Thyroiditis
ThyroiditisThyroiditis
Thyroiditis
 
Struma 2
Struma 2Struma 2
Struma 2
 
Hashimoto disease
Hashimoto diseaseHashimoto disease
Hashimoto disease
 
Patofisiologi sistem endokrin 2
Patofisiologi sistem endokrin 2Patofisiologi sistem endokrin 2
Patofisiologi sistem endokrin 2
 
Thyroiditis
ThyroiditisThyroiditis
Thyroiditis
 
Hashimoto's thyroiditis by aslammatania
Hashimoto's thyroiditis by aslammataniaHashimoto's thyroiditis by aslammatania
Hashimoto's thyroiditis by aslammatania
 

Ähnlich wie Askep goiter

Asuhan keperawatan hipotiroid AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan hipotiroid AKPER PEMKAB MUNAAsuhan keperawatan hipotiroid AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan hipotiroid AKPER PEMKAB MUNAOperator Warnet Vast Raha
 
Asuhan keperawatan tiroiditis
Asuhan keperawatan tiroiditisAsuhan keperawatan tiroiditis
Asuhan keperawatan tiroiditisichank nadar
 
DASTER KASUS.pptx
DASTER KASUS.pptxDASTER KASUS.pptx
DASTER KASUS.pptxabdiroyan
 
PPT_KEL_6_TIROID_FIX.ppt
PPT_KEL_6_TIROID_FIX.pptPPT_KEL_6_TIROID_FIX.ppt
PPT_KEL_6_TIROID_FIX.pptHeartbeatkost
 
Asuhan keperawatan dengan diagnosa struma stikes amanah makassar
Asuhan keperawatan dengan diagnosa struma stikes amanah makassarAsuhan keperawatan dengan diagnosa struma stikes amanah makassar
Asuhan keperawatan dengan diagnosa struma stikes amanah makassarOperator Warnet Vast Raha
 
Asuhan keperawatan hipertiroid
Asuhan keperawatan hipertiroidAsuhan keperawatan hipertiroid
Asuhan keperawatan hipertiroidyudi petrucci
 
Asuhan keperawatan hipertiroid
Asuhan keperawatan hipertiroidAsuhan keperawatan hipertiroid
Asuhan keperawatan hipertiroidyudi petrucci
 
Askep klien hipertiroidisme
Askep klien hipertiroidisme Askep klien hipertiroidisme
Askep klien hipertiroidisme Imam Rizki
 
Askep hipertiroidisme, p budi AKPER PEMDA MUNA
Askep hipertiroidisme, p budi AKPER PEMDA MUNA Askep hipertiroidisme, p budi AKPER PEMDA MUNA
Askep hipertiroidisme, p budi AKPER PEMDA MUNA Operator Warnet Vast Raha
 

Ähnlich wie Askep goiter (20)

struma
strumastruma
struma
 
Goiter
GoiterGoiter
Goiter
 
Asuhan keperawatan hipotiroid
Asuhan keperawatan hipotiroidAsuhan keperawatan hipotiroid
Asuhan keperawatan hipotiroid
 
Makalah struma endimik
Makalah struma endimikMakalah struma endimik
Makalah struma endimik
 
Asuhan keperawatan hipotiroid AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan hipotiroid AKPER PEMKAB MUNAAsuhan keperawatan hipotiroid AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan hipotiroid AKPER PEMKAB MUNA
 
Asuhan keperawatan tiroiditis
Asuhan keperawatan tiroiditisAsuhan keperawatan tiroiditis
Asuhan keperawatan tiroiditis
 
Makalah hipertiroidisme
Makalah hipertiroidismeMakalah hipertiroidisme
Makalah hipertiroidisme
 
DASTER KASUS.pptx
DASTER KASUS.pptxDASTER KASUS.pptx
DASTER KASUS.pptx
 
PPT_KEL_6_TIROID_FIX.ppt
PPT_KEL_6_TIROID_FIX.pptPPT_KEL_6_TIROID_FIX.ppt
PPT_KEL_6_TIROID_FIX.ppt
 
Asuhan keperawatan dengan diagnosa struma
Asuhan keperawatan dengan diagnosa strumaAsuhan keperawatan dengan diagnosa struma
Asuhan keperawatan dengan diagnosa struma
 
Asuhan keperawatan dengan diagnosa struma stikes amanah makassar
Asuhan keperawatan dengan diagnosa struma stikes amanah makassarAsuhan keperawatan dengan diagnosa struma stikes amanah makassar
Asuhan keperawatan dengan diagnosa struma stikes amanah makassar
 
Asuhan keperawatan hipertiroid
Asuhan keperawatan hipertiroidAsuhan keperawatan hipertiroid
Asuhan keperawatan hipertiroid
 
Asuhan keperawatan hipertiroid
Asuhan keperawatan hipertiroidAsuhan keperawatan hipertiroid
Asuhan keperawatan hipertiroid
 
Askep klien hipertiroidisme
Askep klien hipertiroidisme Askep klien hipertiroidisme
Askep klien hipertiroidisme
 
Askep hipertiroidisme, p budi AKPER PEMDA MUNA
Askep hipertiroidisme, p budi AKPER PEMDA MUNA Askep hipertiroidisme, p budi AKPER PEMDA MUNA
Askep hipertiroidisme, p budi AKPER PEMDA MUNA
 
239231466 case-anes
239231466 case-anes239231466 case-anes
239231466 case-anes
 
Endokrin hipertiroid
Endokrin hipertiroidEndokrin hipertiroid
Endokrin hipertiroid
 
Endokrin hipertiroid
Endokrin hipertiroidEndokrin hipertiroid
Endokrin hipertiroid
 
Makalah hipertiroidisme
Makalah hipertiroidismeMakalah hipertiroidisme
Makalah hipertiroidisme
 
Makalah hipertiroidisme
Makalah hipertiroidismeMakalah hipertiroidisme
Makalah hipertiroidisme
 

Mehr von Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

Mehr von Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Askep goiter

  • 1. BAB I PENDAHULUAN Istilah Goiter berarti terjadinya pembesaran pada kelenjar tiroid, yang dikenal dengan goiter non toxik atau simpel goiter atau struma endemik, dengan dampak yang ditimbulkannya hanya bersifat local yaitu sejauh mana pembesaran tersebut mempengaruhi organ disekitarnya seperti pengaruhnya pada trachea dan esophagus. Goiter adalah salah satu cara mekanisme kompensasi tubuh terhadap kurangnya unsure yodium dalam makanan dan minuman. Asupan yodium dapat diperiksa secara langsung yaitu dengan cara menganalisis makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat tertentu yang mengidap goiter, sedangkan pemeriksaan secara tidak langsung dipakai berbagai cara antara lain : pemeriksaan kadar yodium dalam urine dan dengan studi kinetik yodium. Berdasarkan kejadiannya atau penyebarannya ada yang disebut struma endemis dan sporadik. Secara sporadik dimana kasus-kasus struma ini dijumpai menyebar diberbagai tempat atau daerah. Bila dihubungkan dengan penyebab maka struma sporadik banyak disebabkan oleh faktor goitrogenik, anomali, penggunaan obat-obat anti tiroid, peradangan dan neoplasma, secara endemis, dimana kasus-kasus struma ini dijumpai pada sekelompok orang didaerah tertentu, sdihubungkan dengan penyakit defisiensi yodium. Pada umumnya goiter sering dijumpai pada daerah pegunungan, namun ada juga yang ditemukan di dataran rendah dan ditepi pantai. 1
  • 2. BAB II KONSEP MEDIS A. DEFENISI Goiter merupakan pembesaran kelenjar tiroid sebagai akibat pertambahan ukuran sel/jaringan. Goiter adalah pembesaran pada kelenjar tiroid, pembesaran ini dapat memiliki fungsi kelenjar yang normal (eutirodisme), pasien tyroid (hipotirotdisme) atau kelebihan produksi hormon (hipetroidisme). B. ANATOMI FISIOLOGI KELENJAR TIROID Kelenjar tiroid terdiri dari 2 buah lobus yang terletak disebelah kanan dari trakea di ikat bersama dengan oleh jaringan tiroid dan yang melintasi trakea disebelah depan. Kelenjar tiroid merupakan kelenjar yang terdapat di dalam leher bagian bawah melekat pada dinding laring. Dalam keadaan normal, kelenjar tiroid berukuran kecil, dengan berat hanya 2-4 gram posisinya dileher depan bagian tengah dan tidak teraba. Sehingga pada leher orang normal tidak tampak tonjolan atau massa yang mengganggu pemandangan seperti apa yang kita lihat pada penderita gondok. Fungsi kelenjar tiroid yaitu mengatur metabolisme tubuh, sehingga segala sesuatunya berjalan lancar dan normal didalam tubuh seseorang. Maka dikenal beberapa istilah seperti : eutiroid, hipertiroid dan hipotiroid. Eutiroid adalah keadaan dimana besar dan fungsi kelenjar gondok dalam keadaan normal. Hipertiroid, berarti kelenjar gondok bekerja melebihi kerja normal sehingga biasanya kelenjar gondok membesar dan juga akan didapatkan hasil laboratorium untuk hormon TSH, T3 dan T4 yang berada diatas ambang normal. Hipotiroid kebalikan dari hipertiroid, disini kelenjar gondok bekerja dibawah normal, sehingga ketiga hormon tadi kadarnya didalam serum dibawah angka normal. Apa gejala dan dampak dari kelainan kelenjar gondok ini ? 2
  • 3. Gejala hipertiroid biasanya : si penderita hiperaktif, tidak bisa diam. Badan berkeringat berlebihan, suhu tubuh hangat, jantung berdebar-debar, tangan sering gemetar, bola mata agak menonjol. Banyak bicara susah diam, makan banyak akan tetapi badan tetap kurus dan seterusnya. Penderita hipotiroid umumnya badan suhunya dingin, lembab. Orangnya rada obese, malas bergerak dan malas bicara. Biasanya lidahnya tampak besar dan tebal. Makan tidak banyak, akan tetapi tubuhnya tambun. Semuanya kebalikan dari gejala hipertiroid. Pada hipertiroid , peradangan kelenjar tiroid maupun adanya neoplasma atau tumor kelenjar gondok, maka kelenjar itu akan membesar, berupa benjolan atau massa yang bisa diraba pada leher tengah bagian depan. Ciri khasnya : benjolan itu akan turut bergerak saat penderita melakukan gerakan menelan. Artinya bila penderita disuruh melakukan gerakan menelan, maka si benjolan tadi bergerak keatas dan kebawah, sesuai dan mengikuti irama gerakan menelan si penderita. Adapun struktur tiroid terdiri atas sejumlah besar vesikel – vesikel yang dibatasi oleh epytelium silinder disatukan oleh jaringan ikat sel – selnya mengeluarkan sera.adapun fungsi kelenjar tiroid, terdiri dari : 1. Bekerja sebagai perangsang proses oksidasi 2. Mengatur penggunaan oksidasi 3. Mengatur pengeluaran karbon dioksida 4. Metabolic dalam hal pengaturan susunan kimia dalam jaringan. 5. Pada anak mempengaruhi perkembangan fisik dan mental. C. KLASIFIKASI GOITER a) Klasifikasi goiter menurut Jasj : 1. Goiter kongenital Hampir selalu ada pada bayi hipertiroid kongenital, biasanya tidak besar dan sering terjadi pada ibu yang memiliki riwayat penyakit graves. 3
  • 4. 2. Goiter endemik dan kretinisme Biasa terjadi pada daerah geografis dimana defisiensi yodium berat, dekompensasi dan kipotiroidisme dapat timbul karenanya, goiter endemik ini jarang terjadi pada populasi yang tinggal disepanjang laut. 3. Goiter sporadis Goiter yang terjadi oleh berbagai sebab diantaranya tiroiditis fositik yang terjadi lazim pada saudara kandung, di mulai pada awal kehidupan dan kemungkinan bersama dengan hiperrvoidisme yang merupakan petunjuk penting untuk diagnosa. Digolongkan menjadi 3 (tiga) bagian yaitu :  Goiter yodium Goiter akibat pemberian yodium biasanyakeras dan membesar secara difus, dan pada beberapa keadaan, hipotirodisme dapat berkembang.  Goiter sederhana (Goiter koloid) Yang tidak diketahui asal-muasalnya. Pada pasien bistokgis tirord tampak normal atau menunjukan berbagai ukuran follikel, koloid dan efitel pipih.  Goiter multinodular Goiter keras dengan permukaan berlobulasi dan tunggal atau bsnyak nodulus yang dapat diraba, mungkin terjadi perdarahan, perubahan kistik dan fibrosis. 4. Goiter intra trakea Tiroid intralumen terletak dibawah mokusa trakhea dan sering berlanjut dengan tiroid extratrakea yang terletak secara normal. b) Klasifikasi Goiter menurut WHO :  Stadium O – A : tidak ada Goiter.  Stadium O – B : Goiter terdeteksi dari Palpasi tetapi tidak terlihat walaupun leher terekstensi penuh. 4
  • 5.  Stadium I : Goiter Palpasi dan terlihat hanya jika leher tereks tensi peenuh.  Stadium II : Goiter terlihat pada leher dalam Potersi.  Stadium III : Goiter yang besar terlihat dari Darun. D. ETIOLOGI Berbagai faktor diidentifikasikan sebagai penyebab terjadinya hipertropi kelenjar tiroid antara lain :  Defisiensi yodium  Goitrogenik glikosida agent (zat atau bahan ini dapat mensekresi hormon tiroid) seperti ubi kayu, jagung, lobak, kangkung, kubis bila dikonsumsi secara berlebihan.  Anomali  Peradangan dan tumor neoplasma  Peningkatan sekresi hormone tirotropik kelenjar pitritari dalam responya terhadap penurunan kadar hormone tiroid dalam sirkulasi.  Proses infiltratif yang dapat berupa radang atau neoplastik  Goiter kongensial:pemberian obat – obat anti tiroid atau yodium selama kehamilan pengobatan tiroktoksikosik  Tiroiditis rumfositik  Pemberian lithium karbonat dan gotordarum  Rangsangan goitrogenikrin ringan berlangsung lama E. MANIFESTASI KLINIS  Sesak nafas  Kelainan fisik (pembengkakan leher depan )  Sulit menelan  Suara serak atau parau  Pada palpasi kelenjar tiroid, nodul tunggal atau ganda dengan konsistensi keras atau tidak. 5
  • 6.  Tes TSH serum meningkat  Biasanya tanpa rasa nyeri kecuali bila timbul perdarahan didaerah nodul.  pada umumnya tidak terasa sakit akan tetapi membesar bertahap sejalan dengan bertambahnya umur.  dapat disertai hipotirodisme / hipertiroidisme F. PATOFISIOLOGI Penyebab gondok yang tersering adalah akibat kekurangan yodium, selain itu juga akibat agen goitrogenik. Kekurangan yodium mencegah produksi hormon tiroksin dan triiodotironin, akibatnya tidak tersedia hormon yang dapat dipakai untuk menghambat produksi TSH oleh hhipofisis anterior; hal ini menyebabkan kelenjar hipofisis menyekresi banyak sekali TSH. Selanjutnya TSH merangsang sel-sel tiroid menyekresi banyak sekali koloid tiroglobulin ke dalam folikel, dan kelenjarnya tumbuh semakin besar. Tetapi oleh karena yodiumnya berkurang, produksi tiroksin dan triiodotironin tidak meningkat dalam molekul tiroglobulin, dan oleh karena itu tidak ada penekanan secara normal pada produksi TSH oleh kelenjar hipofisis. Ukuran folikeln ya menjadi sangat besar, dan kelenjra tiroidnya dapat membesar 10 sampai 20 kali ukuran normal. Factor pencetus (mis :kurang yodium) Peningkatan kadar TSH Kapasitas kelenjar tiroid terganggu Hipertropi dan hiperplasia folikel – folikel tiroid Fibrosis dan nodula yang mengandung folikel – folikel tumbuh kelenjar tiroid goiter . G. KOMPLIKASI Komplikasi Goiter antara lain dapat menimbulkan kompresi trakea dan daerah lain di sekitar leher, jika kelenjar tiroid mengganas dapat menimbulkan kanker tiroid. Neoplasma jinak biasanya jenis struma adenomatosa dan adenoma folikuler tiroid. Sedangkan neoplasma ganas umumnya yang tersering adalah karsinoma tiroid papilliferum. 6
  • 7. H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK  Pengukuran T3 dan T4 sorum.  Scintiscan yodium radio aktif dengan teknetium porkeknera, untuk melihat medulanya.  Sidik ultra saaoud untuk mendeteksi perubahan-perubahan kistik pada modula tiroid.  Foto pulas leher dan dada atau berguna untuk menunjukan pergeseran trakea dan eso fagus.  Eso fagogran untuk menunjukan goiter sebagai penyebab dispalgia. I. PENATALAKSANAAN  Edukasi Program ini bertujuan merubah prilaku masyarakat, dalam hal pola makan dan memasyarakatkan pemakaian garam beriodium.  Untuk menekan aktivitas kelenjar hipofisis yang menstimulasi tiroid diberi preparat supplement yodium, seperti larutan jenuh kalium yodida, terutama bagi penduduk di daerah endemik sedang dan berat.  Penyuntikan lipidol Sasaran penyuntikan lipidol adalah penduduk yang tinggal di daerah endemik diberi suntikan 40 % tiga tahun sekali dengan dosis untuk orang dewasa dan anak di atas enam tahun 1 cc, sedang kurang dari enam tahun diberi 0,2 cc – 0,8 cc.  Dilakukan tindakan operatif Komplikasi pasca operasi dapat dikurangi dengan menciptakan keadaan eutiroid praoperatif yang ditimbulkan oleh pengobatan dengan preparat antitiroid dan pemberian senyawa yodida praoperatif untuk mengurangi ukuran serta vaskularisasi goiter tersebut. 7
  • 8. J. PENCEGAHAN  Penyakit goiter dapat dicegah dengan pemberian senyawa yodium pada anak-anak dikawasan yang kandungan yodiumnya buruk.  Hipertropi terjadi karena asupan rerata yodium kurang dari 40 mg/hari, WHO menganjurkan yodiosasi garam hingga mencapai konsentrasi satu bagian dalam 100.000 yang sudah cukup untuk pencegahan goiter.  Pengenalan garam beryodium merupakan satu-satunya cara yang paling efektif untuk mencegah Penyakit goiter dalam masyarakat yang rentan.  Menggontrol konsumsi agen goitrogenik secara berlebihan yang dapat menyebabkan gangguan absorbsi yodium dalam tubuh. Menurut Chapman goitrogenik alami ada dalam jenis pangan seperti kelompok Sianida (daun dan umbi singkong , gaplek, gadung, rebung, daun ketela, kecipir, dan terung) ; kelompok Mimosin (pete cina dan lamtoro) ; kelompok Isothiosianat (daun pepaya) dan kelompok Asam (jeruk nipis, belimbing wuluh dan cuka). 8
  • 9. BAB III KONSEP KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN Pengkajian merupakan langkah awal dari dasar dalam proses keperawatan secara keseluruhan guna mendapat data atau informasi yang dibutuhkan untuk menentukan masalah kesehatan yang dihadapi pasien melalui wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik meliputi : Aktivitas/istirahat ; insomnia, otot lemah, gangguan koordinasi, kelelahan berat, atrofi otot. Eliminasi ; urine dalam jumlah banyak, perubahan dalam faeces, diare. Integritas ego ; mengalami stres yang berat baik emosional maupun fisik, emosi labil, depresi. Makanan/cairan ; kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu makan meningkat, makan banyak, makannya sering, kehausan, mual dan muntah, pembesaran tyroid, goiter. Rasa nyeri/kenyamanan ; nyeri orbital, fotofobia. Pernafasan ; frekuensi pernafasan meningkat, takipnea, dispnea, edema paru (pada krisis tirotoksikosis). Keamanan ; tidak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan, alergi terhadap iodium (mungkin digunakan pada pemeriksaan), suhu meningkat di atas 37,40C, diaforesis, kulit halus, hangat dan kemerahan, rambut tipis, mengkilat dan lurus, eksoptamus : retraksi, iritasi pada konjungtiva dan berair, pruritus, lesi eritema (sering terjadi pada pretibial) yang menjadi sangat parah. 9
  • 10. Seksualitas ; libido menurun, perdarahan sedikit atau tidak sama sekali, impotensi. 1. Kaji Riwayat Penyakit :  Sudah sejak kapan keluhan dirasakan klien ?  Apakah ada anggota keluarga yang berpenyakit sama ? 2. Tempat tinggal sekarang dan pada masa balita 3. Usia dan jenis kelamin 4. Kebiasaan makan : bertujuan untuk mengidentifikasi kemungkinan adanya faktor goitrogenik ? 5. Penggunaan obat-obatan :  Kaji jenis-jenis obat yang sedang digunakan dalam 3 bulan terakhir.  Sudah berapa lama digunakan  Tujuan pemberian obat 6. Keluhan klien :  Sesak nafas, apakah bertambah sesak bila beraktivitas.  Sulit menelan  Leher bartambah besar  Suara serak / parau  Merasa malu dengan leher yang besar dan tidak simetris. 7. Pemeriksaan fisik :  Palpasi kelenjar tiroid, nodul tunggal atau ganda, konsistensi dan simetris tidaknya, apakah terasa nyeri pada saat dipalpasi.  Inspeksi bentuk leher simetris tidaknya.  Auskultasi bunyi pada arteri tyroidea  Nilai kualitas suara  Palpasi apakah terjadi deviasi trachea 8. Pemeriksaan diagnostik :  Pemeriksaan kadar T3 dan T4 serum  Test TSH serum 10
  • 11. 9. Lakukan pengkajian lengkap dampak perubahan patologis diatas terhadap kemungkinan adanya gangguan pemenuhan oksigen, nutrisi, cairan dan elektrolit serta gangguan rasa aman dan perubahan konsep diri seperti :  Status pernafasan : frekwensi, pola dan teratur tidaknya, dan apakah klien menggunakan otot pernapasan tambahan seperti retraksi sternal dan cuping hidung.  Warna kulit apakah nampak pucat atau cianosis.  Suhu kulit khususnya daerah akral.  KU / kesadaran, apakah klien tampak gelisah atau tidak berdaya  Berat badan dan tinggi badan.  Kadar Hb  Kelembaban kulit dan teksturnya  Porsi makan yang dihabiskan  Turgor  Jumlah dan jenis cairan proral yang dikonsumsi  Kondisi mukosa mulut  Kualitas suara  Bagaimana ekspresi wajah, cara berkomunikasi dan gaya berinteraksi klien dengan orang disekitarnya.  Bagaimana klien memandang dirinya sebagai seorang pribadi. 11
  • 12. B. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penekanan kelenjar tiroid terhadap trachea ditandai dengan kesulitan bernapas. 2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan nutrien kurang akibat kompresi/penekanan esophagus ditandai dengan kesulitan menelan makanan (disfagia). 3. Gangguan konsep diri ; citra tubuh/body image berhubungan dengan perubahan/pembesaran bentuk leher ditandai dengan pasien malu dengan kondisi penyakitnya. 4. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan ditandai dengan gelisah dan khawatir. 5. Resti gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penekanan pita 6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi ditandai dengan dengan pasien menayakan kondisi/keadaan penyakitnya. 12
  • 13. C. INTERVENSI No Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi Hasil 1 Pola nafas 1. Batasi tidak Tujuan : efektif berhubungan Selama dengan kelenjar dalam penekanan perawatan, pola tiroid napas klien efektif aktivitas, hindarkan aktivitas yang melelahkan. R/ : dapat mengurangi terhadap trachea kembali pemakaian/konsumsi ditandai dengan Kriteria hasil : oksigen sehingga dapat kesulitan bernapas.  Frekwensi menghemat energi bagi pernapasan 16- 20 x/menit dan pasien untuk aktivitas lain. 2. Posisi pola teratur tidur setengah  Akral hangat duduk dengan kepala  Kulit tidak pucat ekstensi bila diperlukan. atau cianosis R/ : dapat melancarkan  Keadan tenang gelisah klien / aliran udara pernapasan tidak dan membuat ekspansi paru lebih baik . 3. Bantu aktivitas klien di tempat tidur. R/ : mengurangi konsumsi oksigen dan menghemat pemakaian tenaga/energi oleh pasien. 4. Observasi keadaan klien secara teratur. R/ : sebagai petunjuk perkembangan terapi yang telah dilakukan, 13
  • 14. terutama keadaan frekuensi pernapasan/kebebasan jalan napas. 5. Hindarkan klien dari kondisi yang menuntut penggunaan lebih oksigen banyak seperti ketegangan, lingkungan yang panas atau yang terlalu dingin. R/ : kondisi menuntut yang pemakaian oksegen yang berlebihan dapat meningkatkan asupan oksigen berlebihan dan yang dapat memperburuk keadaan. 6. Kolaborasi pemberian obat-obatan seperti dexamethason. R/ : deksametason merupakan glukokrtikoid dengan sintetik aktivitas antiinflamasi, mencegah respon jaringan terhadap proses inflamasi. Diberikan pada goiter akibat reaksi peradangan (Tiroiditis rumfositik ). 14
  • 15. 7. Bila dengan konservatif gejala tidak hilang, kolaborasi tindakan operatif. R/ : tindakan operatif untuk mengangkat nodul-nodul pembesaran kelenjar tiroid mencegah dan keparahan kondisi yang lebih lanjut. 2 Perubahan kurang kebutuhan 1. Beri makan lunak atau nutrisi Tujuan : dari Nutrisi klien dapat tubuh terpenuhi dalam cair sesuai kondisi klien. R/ : makanan lunak berhubungan dengan waktu 1-2 minggu dapat mengurangi kompresi/penekanan kontraksi esophafgus dalam mendorong esophagus Kriteria hasil : ditandai  Berat badan dengan kesulitan menelan makanan  Hb 12 - 14 mg% (disfagia). bertambah (untuk laki-laki. makanan ke lambung, sehingga meningkatkan asupan nutrisi.  Tekstur kulit baik 2. Pantau masukan makanan setiap hari. Dan timbang berat badan setiap hari serta laporkan adanya penurunan R/ : memberikan informasi tentang keefektifan terapi program yang telah dilakukan. 3. Beri makanan tambahan diantara jam makan 15
  • 16. R/ : meningkatkan frekuensi asupan nutrisi untuk menyediakan energi yang cukup bagi pasien. 4. Ciptakan lingkungan yang menyenangkan menjelang jam makan. R/ : linkungan menyenangkan menciptakan yang dapat suasana kenyamanan saat makan dan meningkatkan asupan nutrisi. 5. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memeberikan diet tinggi kalori, protein, karbohidrat, dan vitamin R/ : Mungkin memerlukan untuk bantuan menjamin pemasukan zat-zat makanan yang adekuat, dan megidentifikasi makanan pengganti yang paling sesuai. Meningkatkan aktivitas metabolik menurunkan dan simpanan glikogen. 16
  • 17. 3 Gangguan konsep Tujuan : diri ; citra tubuh Setelah 1. Dorong menjalan mengungkapkan pikiran klien dan perasaannya tentang berhubungan dengan perawatan, perubahan/pembesar an bentuk ditandai memiliki gambaran leher diri yang positif dengan kembali bentuk leher yang Ekspresi emosi berubah. R/ pasien malu dengan Kriteria hasil : kondisi penyakitnya. klien : membantu pasien mulai  Klien menerima menyenangi kenyataan pembesaran leher.. kembali 2. Diskusikan upaya-upaya tubuhnya. yang dapat dilakukan  Klien dapat klien untuk mengurangi melakukan perasaan malu seperti upaya-upaya menggunakan baju yang untuk berkerah tertutup. mengurangi R/ : penggunaan baju dampak yang berkerah tertutup negatif pembesaran pada dapat leher. pembesaran leher, sehingga dapat  Klien dapat menutupi melakukan mengurangi penurunan aktivitas fisik dan citra tubuh pasien saat social sehari-hari. bersosialisasi. 3. Beri pujian bila klien dapat melakukan upayaupaya positif untuk meningkatkan penampilan diri. R/ : diberikan pujian yang dapat menguatkan rasa positif dan percaya diri bagi 17
  • 18. klien terhadap perubahan tubuh yang dalam dialami melakukan sosialisasi dengan orang lain. 4. Jelaskan penyebab terjadinya perubahan bentuk leher dan jalan keluar yang dapat dilakukan seperti tindakan operasi. R/ : informasi diberikan yang mengenai prjalanan penyakit dan cara-cara pencegahan, membuat klien mengetahui kondisi penyakit yang sebenarnya dan dapat menerima perubahan yang terjadi peda dirinya sehingga membuat pandangan positif terhadapa diri sendiri. 5. Fasilitasi bertemu klien untuk teman-teman dan sebagainya. R/ : pertemuan dengan teman-teman pasien dapat menigkatkan rasa percaya diri dan harga diri positif dalam 18
  • 19. bersosialisasi . 4 Ansietas 1. Observasi tingkah laku Tujuan : berhubungan dengan Klien perubahan status menyadari kesehatan dapat dan ditandai menerima menunjukan tingkat ansietas. R/ : tingkah laku yang dengan gelisah dan keadaannya khawatir. yang serta mengindikasikan dapat ansietas sebagai mengekspresikan petunjuk tingkat perasaannya kecemasan yang dialami oleh pasien.mis; gelisah, khawatir, dll. Kriteria hasil :  Klien nampak 2. Tinggal bersama klien, rileks. mempertahankan sikap  Klien yang tenang, mengakui melaporkan atau ansietasnya kekuatirnnya dan berkurang mengijinkan perilaku sampai tingkat dapat diatasi.  Klien mampu menjawab klien yang umum. R/ : membantu perhatian mengarahkan mengidentifikasi kembali cara hidup yang meningkatkan relaksasi, sehat meningkatkan untuk membagikan perasaannya.  Klien dapat dan kemampuan koping. 3. Koordinasikan waktu istrahat dan aktivitas saat melakukan senggang aktivitas sehari- kondisi. hari dengan baik. R : memberikan rasa kontrol tepat pasien menangani untuk untuk beberapa aspek pengobatan . 19
  • 20. 4. Anjurkan pasien melakukan tehnik relaksasi ; napas dalam, bimbingan imajinasi, relaksasi progresif. R : memberikan penghilangan arti respon ansietas, menurunkan perhatian, meningkatkan relaksasi, meningkatkan kemampuan koping. 5 Resti gangguan Tujuan : komunikasi verbal Klien 1. Kaji fungsi bicara secara mampu periodik, anjurkan untuk berhubungan dengan menciptakan metode tidak penekanan pita komunikasi dimana menerus. kebutuhan R/ : suara serak dan dipahami. dapat bicara parau terus akibat edema jaringan atau pembesaran tiroid kelenjar (goiter) dapat menyebabkan terganggunya pita suara dan penekanan pada trakea. 2. Pertahankan komunikasi yang sederhana, beri pertanyaan yang hanya memerlukan jawaban “ya” atau “tidak”. R/ : kebutuhan menurunkan berespon, 20
  • 21. mengurangi bicara. 3. Memberikan metode komunikasi yang alternatif sesuai, seperti tulis, kertas papan tulis/papan gambar. R/ : memfasilitasi ekspresi yang dibutuhkan. 4. Antisipasi kebutuhan sebaik mungkin, kunjungi klien secara teratur. R/ : menurunkan ansietas dan kebutuhan pasien untuk berkomunikasi. 5. Beritahu klien untuk terus membatasi bicara dan jawablah panggilan bel dengan segera. R/ : mencegah pasien bicara yang dipaksakan untuk menciptakan kebutuhan yang diketahui atau memerlukan bantuan. 6. Pertahankan lingkungan yang tenang. R/ : meningkatkan kemampuan 21
  • 22. mendengarkan komunikasi perlahan dan menurunkan suara kerasnya yang harus diucapkan pasien untuk dapat didengarkan. 6 Kurang pengetahuan Tujuan: berhubungan dengan Setelah kurang 1. Kaji pengetahuan klien diberikan informasi pendidikan ditandai tentang Penyakit dan pengobatannya, dengan kesehatan sebanyak identifikasi sumber pasien menanyakan 2 kali, klien dapat informasi yang diterima kondisi/keadaan mengerti klien penyakitnya. Kriteria hasil :  Klien R/ : memberi informasi dapat pada klien dan prosedur berpartisipasi pengobatan dapat dalam memberi dasar proses belajar pengetahuan bagi klien  Klien dapat mengidentifikasi tentang panyakit yang dideritanya. antara hubungan 2. Buat rancangan dan gejala pada pembelajaran proses Penyakit mencakup : dan  Jenis Penyakit dan hubungan gejala dengan faktor penyebab  Klien mau memulai yang penyebabnya.  Upaya penanggulangan seperti pemberian perubahan pola obat-obatan, hidup yang tindakan penting berpartisipasi dan operasi bila ada indikasi.  Prognosa dan 22
  • 23. dalam tindakan prevalensi pengobatan. Penyakit.  Kondisi-kondisi yang dapat menyebabkan hal yang lebih buruk dan kondisi yang mempercepat penyembuhan. R/ : sebagai petunjuk dalam proses terapi penyakit dan memudahkan dalam pelaksanaannya. Serta menghindari yang hal-hal memperburuk keadaan penyakit. 4. Laksanakan pembelajaran bersama dengan anggota keluarga, kondisi perhatian klien dan lingkungannya. R/ : pelaksanaan pembelajaran bersama anggota keluarga dapat meningkatkan perawatan pemulangan pasien di rumah dan lingkungan yang memperingan dapat kondisi penyakit. 23
  • 24. 24