SlideShare a Scribd company logo
1 of 19
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN GLOMERULONEFRITIS
DENGAN GLOMERULONEFRITIS

DISUSUN OLEH : :
DISUSUN OLEH
YOWEL KAMBU
YOWEL KAMBU
ADOLFINA BORI PP
ADOLFINA BORI
APRIYANTI
APRIYANTI
ST KHAERUNI
ST KHAERUNI
RITA RESMININGSIH
RITA RESMININGSIH
SAMUEL STEVI
SAMUEL STEVI
EFRAIM LARIO
EFRAIM LARIO
NURWAHIDAH
NURWAHIDAH
ERMIDA SUMARDI
ERMIDA SUMARDI

PROGRAM PENDIDIKAN S1 NERS
PROGRAM PENDIDIKAN S1 NERS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
MAKASSAR
2003
2003
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang maha Esa, karena berkat
perkenaanNyalah maka penulisan makalah dengan judul; “Asuhan Keperawatan Pada
Klien Dengan Glomerulonefritis”, dapat kami selesaikan dengan baik dan tidak
kurang sesuatu apapun.
Adapun isi dari Asuhan keperawatan ini secara garis besar menggambarkan
tentang hubungan keterkaitan klinis glomerulonefritis akut dan glomerulonefritis
kronik dengan berbagai factor kemungkinan etiologinya serta patogenesis yang
menyebabkan kemungkinan munculnya diagnosa keperawatan dari penyimpangan
terhadap Kebutuhan Dasar Manusia tersebut.
Kami sangat menyadari sungguh bahwa materi yang kami sususn ini masih
sangat jauh dari sempurna, oleh karena itu kami sangat mengharapkan berbagai kritik
dan saran yang merupakan masukan bagi kami demi penyempurnaan penyusunan
makalah ini agar dapat tersaji dengan lebih baik lagi, sehingga dapat bermanfaat bagi
kita sekalian.
Akhirnya harapan kami kiranya sajian makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
sekalian terutama kepada rekan-rekan sekalian mahasiswa Program Studi Ners B-FK
Angkatan 2002 Unhas Makassar, terimakasih.
Makassar, 25 September 2003
Hormat Kami
Penyusun

ii
Daftar Isi
Halaman
Halaman Judul……………………………………………………………

i

Kata Pengantar……………………………………………………………

ii

Daftar Isi………………………………………………………………….

iii

BAB.I PENDAHULUAN………………………………………………..

1

BAB.II TINJAUAN TEORITIS…………………………………………

3

A. Glomerulonefritis Akut……………………………………...

3

B. Glomerulonefritis Kronik……………………………………

7

D. Asuhan Keperawatan Glomerulonefritis…………………….

9

BAB.III KESIMPULAN………………………………………………...

14

Daftar Pustaka

iii
BAB I
PENDAHULUAN
Istilah glomerulonefritis digunakan untuk berbagai penyakit ginjal yang
etiologinya tidak jelas tetapi secara umum memberikan gambaran histopatologi
tertentu pada glomerulus.
Glomerulonefritis ditandai dengan reaksi radang pada glomerulus dengan adanya
leukosit dan proliferasi sel, serta eksudasi eritrosit, loukosit dan protein plasma dalam
ruang Bowman. Selain itu tampak pula kelainan sekunder pada tubulus, interstitium
dan pembuluh darah.
Glomerulonefritis bukan merupakan infeksi ginjal oleh jasad renik, bukan pula
suatu penyakit tersendiri oleh etiologi tertentu, melainkan sebiknya dianggap sebagai
suatu pola reaksi ginjal terhadap berbagai factor yang belum seluruhnya jelas.
Glomerulonefritis (juga disebut sindrom nefrotik), mungkin akut, dimana pada kasus
seseorang dapat meliputi seluruh fungsi ginjal atau kronis ditandai oleh penurunan
fungsi ginjal lambat, tersembunyi, dan progresif

yang akhirnya menimbulkan

penyakit ginjal tahap akhir. Ini memerlukan waktu 30 tahun untuk merusak ginjal
sampai pada tahap akhir.
Glomerulonefritis adalah suatu sindrom yang ditandai oleh peradangan dari
glomerulus diikuti pembentukan beberapa antigen yang mungkin endogenus (seperti
sirkulasi tiroglobulin) atau eksogenus (agen infeksius atau proses penyakit sistemik
yang menyertai). Hospes (ginjal) mengenal antigen sebagai suatu benda asing dan
mulai membentuk antibody untuk menyerangnya.

Respon peradangan ini

menimbulkan penyebaran perubahan patofisiologi, termasuk menurunnya perubahan
laju filtrasi glomerulus (LFG), peningkatan permiabilitas dari dinding kapiler
glomerulus terhadap protein plasma (terutama albumin) dan SDM, dan retensi
abnormal Na dan H2O yang menekan produksi rennin dan aldosteron (Glassock,
1988).

iv
Berbgai macam glomerulofati dapat terjadi, masing-masing dengan penampilan
klinis yang berbeda. Jadi penyakit diklasifikasikan menurut morfologi, etiologi,
patogenesis, sindrom klinis, atau kombinasi dari semuanya. Masing-masing tipe dari
glomerulopati akan menunjukan manifestasi dari gagal ginjal

dalam tiga bulan

awitan. Ini kemudian disebut glomerulonefritis yang berkembang dengan cepat,
memerlukan intervensi medis awal yang berbeda.

v
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. GLOMERULONEFRITIS AKUT
I. Defenisi
GNA adalah inflamasi glomeruli yang terjadi ketika kompleks antigenantibodi terjebak dalam membran kapiler glomerular.
II. Etiologi
Penyakit ini ditemukan pada semua usia, tetapi sering terjadi pada usia
awal sekolah dan jarang pada anak yang lebih muda dari 2 tahun, lebih
banyak pria dari pada wanita (2 : 1).
Timbulnya GNA didahului oleh infeksi ekstra renal, terutama di traktus
respiratorius bagian atas dan kulit oleh kuman streptokokkus beta hemolitikus
gol A. Faktor lain yang dapat menyebabkan adalah factor iklim, keadaan gizi,
keadaan umum dan factor alergi.
III. Gambaran Klinik
Hasil penyelidikan klinis immunologis dan percobaan pada binatang
menunjukkan adanya kemungkinan proses immunologis sebagai penyebab.
Beberapa penyelidik mengajukan hipotesis sebagai berikut :
1.

Terbentuknya kompleks antigen-antibodi yang melekat pada membran
basalis glomerulus dan kemudian merusaknya.

2.

Proses autoimmune kuman streptokokkus yang nefritogen dalam
tubuh menimbulkan badan autoimmune yang merusak glomerulus.

3.

Streptokokkus

nefritogen

dan

membran

basalis

glomerulus

mempunyai komponen antigen yang sama sehingga dibentuk zat anti yang
langsung merusak membran basalis ginjal.

vi
IV. Gejala Klinik
Gejala yang sering ditemukan :
1. Hematuri
2. Edema
3. Hipertensi
4. Peningkatan suhu badan
5. Mual, tidak ada nafsu makan
6. Ureum dan kreatinin meningkat
7. oliguri dan anuria
V.

Komplikasi
1. Oliguri sampai anuria sebagai akibat berkurangnya filtrasi glomerulus.
2. Esefalopati hipertensi yang merupakan gejala serebrum karena hipertensi.
Terdapat gejala berupa gangguan pada penglihatan, pusing, muntah, dan
kejang-kejang. Hal ini disebabkan spasme pembuluh darah local dengan
anoksia dan edema otak.
3. Gangguan sirkulasi berupa dispneu, orthopneu, terdapat ronchi basah,
pembesaran jantung dan meningkatnya TD yang bukan saja disebabkan
spasme pembuluh darah, tetapi juga disebabkan oleh bertambahnya
volume plasma. Jantung dapat membesar dan terjadi Gagal Jantung akibat
HT yang menetap dan kelainan di miocardium.
4. Anemia karena adanya hipervolemia disamping adanya sintesis
eritropoetik yang menurun.

VI. Evaluasi Diagnostik
1. Urinalisis :
a.

Hematuria (mikroskopis atau makroskopis)

b. Proteinuria (3 + sampai 4+)
c.

Sedimen : silinder sel merah, SDP, sel epitel ginjal

d. BJ : peningkatan sedang

vii
2. Pemeriksaan darah :
a.

Komplemen serum dan C3 menurun

b. BUN dan kreatinin meningkat
c.

Titer DNA – ase antigen B meningkat

d. LED meningkat
e.

Albumin menurun

f.

Titer anti streptolisin – O (ASO) meningkat

3. Biopsi ginjal untuk menunjukkan obstruksi kapiler glomerular dan
memastikan diagnosis.
VII. Manajemen Kolaboratif
1. Intervensi Terapeutik
a.

Batasi masukan cairan, kalium dan natrium

b.

Pembatasan protein sedang dengan oliguri dan peningkatan
BUN; pembatasan lebih drastis bila terjadi gagal ginjal akut.

c.

Peningkatan

karbohidrat

untuk

memberikan

energi

dan

menurunkan katabolisme protein.
2. Intervensi Farmakologis
a.

Anti HT dan diuretic untuk mengontrol HT dan edema.

b.

Penyekat H2 untuk mencegah ulkus stress pada penyakit akut.

c.

Agens ikatan fosfat untuk mengurangi kadar fosfat dan
meningkatkan kalsium.

d.

AB bila infeksi masih ada.

B. Glomerulonefritis Kronik
I. Defenisi
Adalah glomerulonefritis tingkat akhir (“and stage”) dengan kerusakan
jaringan ginjal akibat proses nefrotik dan hipertensi sehingga menimbulkan
gangguan fungsi ginjal yang irreversible.
II. Etiologi
1.

Lanjutan GNA, seringkali tanpa riwayat infeksi.

viii
2.

Dibatas mellitus

3.

Hipertensi kronik

4.

Penyebab lain yang tidak diketahui yang ditemui pada stadium
lanjut.

III. Gambaran Klinik
1.

Kadang-kadang tidak memberikan keluhan sama sekali sampai
terjadi gagal ginjal.

2.

Lemah, nyeri kepala, gelisah, mula, coma dan kejang pada
stadium akhir.

3.

Edema sedikit

bertambah jelas jika memasuki fase nefrotik.

4.

Suhu subfebril.

5.

Kolestrol darah naik.

6.

Penurunan kadar albumin.

7.

Fungsi ginjal menurun.

8.

Ureum meningkat + kreatinin serum.

9.

Anemia.

10.

Tekanan darah meningkat

11.

Kadang-kadang ada serangan ensefalopatihipertensi.

12.

Gagal jantung

13.

Berat badan menurun.

14.

Selalu merasa haus dan miksi pada malam hari (nokturia)

15.

Hematuria.

kematian.

IV. Pemeriksaan Diagnostik
1.

mendadak meninggi.

Pada urine ditemukan :


Albumin (+)



Silinder



Eritrosit



Lekosit hilang timbul

ix

2.

BJ urine 1,008 – 1,012 (menetap)

Pada darah ditemukan :


LED tetap meninggi



Ureum meningkat



Fosfor serum meningkat



Kalsium serum menurun

3.

Pada stadium akhir :
- Serum natrium dan klorida menurun
-

Kalium meningkat

-

Anemia tetap

4.

Pada uji fugsional ginjal menunjukan kelainan ginjal yang progresif.

V. Penatalaksanaan
1.

Medik :


Pengobatan ditujukan pada gejala klinik dan gangguan elektrolit.



Pengobatan aktivitas sehari-hari sesuai batas kemampuan pasien.



Pengawasan hipertenasi



Pemberian antibiotik untuk infeksi.



Dialisis berulang

antihipertensi.

untuk memperpanjang harapan hidup

pasien.
2.

Keperawatan

:



Disesuaikan dengan keadaan pasien.



Pasien dianjurkan secara teratur untuk senantiasa kontrol pada
ahlinya.



Program diet ketat tetapi cukup asupan gizinya.



Penjelasan kepada pasien tentang pambatasan aktivitas sesuai
kemampuannya.

x
Anjuran kontrol ke dokter harus ditaati untuk mencegah berlanjut



ke sindrom nefrotik atau GGK.

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN GLOMERULONEFRITIS
1. Pengkajian
Genitourinaria


•

Urine keruh

•

Proteinuria

•

Penurunan urine output

•

Hematuri
Kardiovaskuler


•

Hipertensi
Neurologis


•

Letargi

•

Iritabilitas

•

Kejang
Gastrointestinal


•
•

Vomitus

•


Anorexia

Diare
Hematologi

xi
•

Anemia

•

Azotemia

•

Hiperkalemia
Integumen


•

Pucat

•

Edema

2. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
Gangguan perfusi jaringan b/d retensi air dan hipernatremia


KE :

Klien akan menunjukkan perfusi jaringan serebral normal ditandai
dengan tekanan darah dalam batas normal, penurunan retensi air, tidak
ada tanda-tanda hipernatremia.

Intervensi :
1. Monitor dan catat TD setiap 1 – 2 jam perhari selama fase akut.
R/ untuk mendeteksi gejala dini perubahan TD dan menentukan intervensi
selanjutnya.
2. Jaga kebersihan jalan nafas, siapkan suction
R/ serangan dapat terjadi karena kurangnya perfusi oksigen ke otak
3. Atur pemberian anti HT, monitor reaksi klien.
R/ Anti HT dapat diberikan karena tidak terkontrolnya HT yang dapat
menyebabkan kerusakan ginjal
4. Monitor status volume cairan setiap 1 – 2 jam, monitor urine output (N : 1 –
2 ml/kgBB/jam).
R/ monitor sangat perlu karena perluasan volume cairan dapat
menyebabkan tekanan darah.
5. Kaji status neurologis (tingkat kesadaran, refleks, respon pupil) setiap 8
jam.

xii
R/ Untuk mendeteksi secara dini perubahan yang terjadi pada status
neurologis, memudahkan intervensi selanjutnya.
6. Atur pemberian diuretic : Esidriks, lasix sesuai order.
R/ diuretic dapat meningkatkan eksresi cairan.
Peningkatan volume cairan b/d oliguri


KE :

Klien dapat mempertahankan volume cairan dalam batas normal
ditandai dengan urine output 1 - 2 ml/kg BB/jam.

Intervensi :
1.

Timbang BB tiap hari, monitor output urine tiap 4 jam.
R/ : Peningkatan BB merupakan indikasi adanya retensi cairan ,
penurunan output urine merupakan indikasi munculnya gagal ginjal.

2.

Kaji adanya edema, ukur lingkar perut setiap 8 jam, dan untuk anak
laki-laki cek adanya pembengkakan pada skrotum
R/ : Peningkatan lingkar perut danPembengkakan pada skrotum
merupakan indikasi adanya ascites.

3.

Monitor reaksi klien terhadap terapi diuretic, terutama bila
menggunakan tiazid/furosemide.
R/ : Diuretik dapat menyebabkan hipokalemia, yang membutuhkan
penanganan pemberia potassium.

4.

Monitor dan catat intake cairan.
R/ : Klien mungkin membutuhkan pembatasan pemasukan cairan dan
penurunan laju filtrasi glomerulus, dan juga membutuhkan pembatasan
intake sodium.

5.

Kaji warna warna, konsentrasi dan berat jenis urine.
R/ : Urine yang keruh merupakan indikasi adanya peningkatan protein
sebagai indikasi adanya penurunan perfusi ginjal.

6.

Monitor hasil tes laboratorium

xiii
R/ : Peningkatan nitrogen, ureum dalam darah dan kadar kreatinin indikasi
adanya gangguan fungsi ginjal.
Perubahan status nutrisi (kurang dari kebutuhan) b/d anorexia.



KE : Klien akan menunjukan peningkatan intake ditandai dengan porsi akan
dihabiskan minimal 80%.
Intervensi :
1.

Sediakan makan dan karbohidrat yang tinggi.
R/ : Diet tinggi karbohodrat biasanya lebih cocok dan menyediakan kalori
essensial.

2.

Sajikan makan sedikit-sedikit tapi sering, termasuk makanan kesukaan
klien.
R/ : Menyajikan makan sedikit-sedikt tapi sering, memberikan kesempatan
bagi klien untuk menikmati makanannya, dengan menyajikan makanan
kesukaannya dapat menigkatkan nafsu makan.

3.

Batasi masukan sodium dan protein sesuai order.
R/ : Sodium dapat menyebabkan retensi cairan, pada beberapa kasus ginjal
tidak dapat memetabolisme protein, sehingga perlu untuk membatasi
pemasukan cairan.
Intolerance aktiviti b/d fatigue.



KE : Klien akan menunjukan adanya peningkatan aktivitas ditandai dengan
adanya kemampuan untuk aktivitas atau meningkatnya waktu beraktivitas.
Intervensi :
1.

Buat jadwal/periode istirahat setelah aktivitas.
R/ : Dengan periode istirahat yang terjadual menyediakan energi untuk
menurunkan produksi dari sisa metabolisme yang dapat meningkatkan
stress pada ginjal.

xiv
2.

Sediakan/ciptakan lingkungan yang tenang, aktivitas yang menantang
sesuai dengan perkembangan klien.
R/ : Jenis aktivitas tersebut akan menghemat penggunaan energi dan
mencegah kebosanan.

3.

Buat rencana/tingkatan dalam keperawatan klien agar tidak dilakukan
pada saat klien sementara dalam keadaan istirahat pada malam hari.
R/ : Tingkatan dalam perawatan/pengelompokan dapat membantu klien
dalam memenuhi kebutuhan tidurnya.
Gangguan istirahat tidur b/d immobilisasi dan edema.



KE : Klien dapat mempertahankan integritas kulit ditandai dengan kulit tidak
pucat, tidak ada kemerahan, tidak ada edema dan keretakan pada
kulit/bersisik.
Intervensi :
1.

Sediakan kasur busa pada tempat tidur klien
R/ : Menurunkan resiko terjadinya kerusakan kulit.

2.

Bantu merubah posisi tiap 2 jam.
R/ : Dapat mengurangi tekanan dan memperbaiki sirkulasi, penurunan
resiko terjadi kerusakan kulit.

3.

Mandikan klien tiap hari dengan sabun yang mengandung pelembab.
R/ : Deodoran/sabun berparfum dapat menyebabkan kulit kering,
menyebabkan kerusakan kulit.

4.

Dukung/beri sokongan dan elevasikan ekstremitas yang mengalami
edema.
R/ : Meningkatkan sirkulasi balik dari pembuluh darah vena untuk
mengurangi pembengkakan.

5.

Jika klien laki-laki scrotum dibalut.
R/ : Untuk mengurangi kerusakan kulit

xv
BAB.III
KESIMPULAN

xvi
1.

Glomerulonefritis adalah suatu sindrom yang ditandai oleh peradangan dari
glomerulus diikuti pembentukan beberapa antigen yang mungkin endogenus (seperti
sirkulasi triglobulin) atau ekgsogenus (agent infeksius atau proses penyakit sistemik
yang menyertai).
Glomerulonefritis akut adalah istilah yang secara luas yang mengacu kepada
sekelompok penyakit ginjal dimana inflamasi terjadi di glomerulus, yang
menyebabkan reaksi inflamasi atau lesi nekrosis dalam glomerulus yang biasaanya
disebabkan oleh respon imunologis.
Glomerulonefritis kronik adalah glomerulonefritis tingkat akhir (“end stage”) dengan
kerusakan jaringan ginjal akibat proses nefrotik dan hipertensi sehingga menimbulkan
gangguan fungsi ginjal yang ireversibel.

2.

Untuk kasus glomerulonefritis akut umumnya terjadi pada anak-anak 6-8
tahun dan pada usia dewasa muda dengan insidensi glomerulonefrits akut 60-80 %
mewakili infeksi sal.napas bagian atas atau otitis media. Sedangkan pada
glomerulonefritis kronik adalah bentuk progresi dari G.akut. Ini memerlukan waktu
30 tahun untuk merusak ginjal sampai pada tahap akhir.

3.

Penatalaksanaan :
a.

Glomerulonefritis akut.
Intervensi Terapeutik :
•

Batasi masukan cairan, kalium dan natrium.

•

Pembatasan protein sedang dengan oliguri dan peningkatan
BUN; pembatasan lebih

•

Peningkatan

drastis bila terjadi gagal ginjal akut.
karbohidrat

untuk

memberikan

menurunkan katabolisme protein.
Intervensi Farmakologis
•

Anti HT dan diuretic untuk mengontrol HT dan edema.

•

Penyekat H2 untuk mencegah ulkus stress pada penyakit akut.

xvii

energi

dan
•

Agens ikatan fosfat untuk mengurangi kadar fosfat dan meningkatkan
kalsium.

•

AB bila infeksi masih ada.

b.

Glomerulonefritis kronik :
a.

Medik :


Pengobatan ditujukan pada gejala klinik dan gangguan elektrolit.



Pengobatan aktivitas sehari-hari sesuai batas kemampuan pasien.



Pengawasan hipertenasi



Pemberian antibiotik untuk infeksi.



Dialisis berulang

antihipertensi.

untuk memperpanjang harapan hidup

pasien.
b.

Keperawatan

:



Disesuaikan dengan keadaan pasien.



Pasien dianjurkan secara teratur untuk senantiasa kontrol pada
ahlinya.



Program diet ketat tetapi cukup asupan gizinya.



Penjelasan kepada pasien tentang pambatasan aktivitas sesuai
kemampuannya.



Anjuran kontrol ke dokter harus ditaati untuk mencegah berlanjut
ke sindrom nefrotik atau GGK.

4.

Penetapan Diagnosa Keperawatan :
Diagnosa keperawatan yang didapatkan pada glomerulonefritis akut dan kronik
berdasarkan penyimpangan Kebutuhan Dasar Manusia terhadap patogenesis adalah :
Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan meningkatnya



reabsorbis tubulus dan retensi Na dan H2O.


Peningkatan volume cairan berhubungan dengan oliguria



Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan berhungan dengan
anorexia.

xviii
Intolerance activity berhubungan dengan fatigue.




Intolerance activity berhubungan dengan kelemahan.



Kelebihan cairan berhubungan dengan oliguria dan anuria.



Gangguan pola tidur berhubungan dengan imobilisasi



Resiko tinggi integritas kulit berhubungan dengan imobilisasi.
Peningkatan suhu tubuh berhubungan reaksi radang, pelepasan zat



pirogen.


Kecemasan berhubungan dengan kurang informasi akan perubahan
status kesehatan.

Daftar Pustaka
1. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah, Brunner and Suddarth edisi 8
volume 2, Sozannie, Smeltzer and Brenda.E.Bare, penerbit EGC,
Jakarta 2002.
2. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit buku 2 edisi 4, Penerbit
EGC, Jakarta 1995.
3. Buku saku Keperawatan Pediatri, Cecily L.Betz dan Linda A. Sowden, Edisi
3, Penerbit EGC Jakarta 2002.
4. Pedoman Praktek Keperawatan, Sandra M.Nettina, Penerbit EGC, Jakarta.
5. Perawatan Anak Sakit, Ngastiyah, Penerbit EGC, Jakarta 1997.
6. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah, Barbara Engram, Volume I,
Penerbit EGC, Jakarta 1998.
7. Perawatan Medikal Bedah, Volume 3, Barbara C. Long, Bandung 1996.

xix

More Related Content

What's hot (20)

askep demam rematik
askep demam rematikaskep demam rematik
askep demam rematik
 
Down Sindrom PPT
Down Sindrom PPTDown Sindrom PPT
Down Sindrom PPT
 
Alat Ukur Pengkajain Manula Short Portable Mental Questionneire (SPMSQ)
Alat Ukur Pengkajain Manula Short Portable Mental Questionneire (SPMSQ)Alat Ukur Pengkajain Manula Short Portable Mental Questionneire (SPMSQ)
Alat Ukur Pengkajain Manula Short Portable Mental Questionneire (SPMSQ)
 
Nyeri sendi
Nyeri sendiNyeri sendi
Nyeri sendi
 
12 nervus cranial
12 nervus cranial 12 nervus cranial
12 nervus cranial
 
Kwashiorkor
KwashiorkorKwashiorkor
Kwashiorkor
 
Askep sirosis hepatis
Askep sirosis hepatisAskep sirosis hepatis
Askep sirosis hepatis
 
Patofisiologi diare pada anak
Patofisiologi diare pada anakPatofisiologi diare pada anak
Patofisiologi diare pada anak
 
Asuhan Keperawatan pada Gangguan Sistem Pernafasan
Asuhan Keperawatan pada Gangguan Sistem PernafasanAsuhan Keperawatan pada Gangguan Sistem Pernafasan
Asuhan Keperawatan pada Gangguan Sistem Pernafasan
 
Pathways diabetes
Pathways diabetesPathways diabetes
Pathways diabetes
 
Cairan Kristaloid dan Koloid
Cairan Kristaloid dan KoloidCairan Kristaloid dan Koloid
Cairan Kristaloid dan Koloid
 
Proposal TAK Kelompok 4..pdf
Proposal TAK Kelompok 4..pdfProposal TAK Kelompok 4..pdf
Proposal TAK Kelompok 4..pdf
 
Tanda tanda infeksi
Tanda tanda infeksiTanda tanda infeksi
Tanda tanda infeksi
 
109258193 case-ckd
109258193 case-ckd109258193 case-ckd
109258193 case-ckd
 
Asuhan keperawatan kejang demam pada an
Asuhan keperawatan kejang demam pada anAsuhan keperawatan kejang demam pada an
Asuhan keperawatan kejang demam pada an
 
gagal jantung (Heart Failure)
gagal jantung (Heart Failure)gagal jantung (Heart Failure)
gagal jantung (Heart Failure)
 
Pemeriksaan fisik abdomen anang
Pemeriksaan fisik abdomen anangPemeriksaan fisik abdomen anang
Pemeriksaan fisik abdomen anang
 
Primary and secondary survey
Primary and secondary surveyPrimary and secondary survey
Primary and secondary survey
 
Hirschprung
HirschprungHirschprung
Hirschprung
 
Gangguan mobilitas fisik
Gangguan mobilitas fisikGangguan mobilitas fisik
Gangguan mobilitas fisik
 

Viewers also liked

Viewers also liked (6)

Proposal
ProposalProposal
Proposal
 
Askep gerontik (manuel) AKPER PEMDA MUNA
Askep gerontik (manuel) AKPER PEMDA MUNA Askep gerontik (manuel) AKPER PEMDA MUNA
Askep gerontik (manuel) AKPER PEMDA MUNA
 
Teaching Certificate
Teaching CertificateTeaching Certificate
Teaching Certificate
 
Provocação à teoria literária (27)
Provocação à teoria literária (27)Provocação à teoria literária (27)
Provocação à teoria literária (27)
 
Medio ambiente
Medio ambienteMedio ambiente
Medio ambiente
 
Askep gerontik ii AKPER PEMDA MUNA
Askep gerontik ii AKPER PEMDA MUNA Askep gerontik ii AKPER PEMDA MUNA
Askep gerontik ii AKPER PEMDA MUNA
 

Similar to Askep glomerulonefritis

Askep anak glomerulonefritis akut (gna)
Askep anak glomerulonefritis akut (gna)Askep anak glomerulonefritis akut (gna)
Askep anak glomerulonefritis akut (gna)Omay Khan
 
215023071 case2-ckd2
215023071 case2-ckd2215023071 case2-ckd2
215023071 case2-ckd2homeworkping8
 
Askep anak glumerulonefritis akut AKPER PENKAB MUNA
Askep anak glumerulonefritis akut AKPER PENKAB MUNAAskep anak glumerulonefritis akut AKPER PENKAB MUNA
Askep anak glumerulonefritis akut AKPER PENKAB MUNAOperator Warnet Vast Raha
 
Askep anak glumerulonefritis akut AKPER PEMKAB MUNA
Askep anak glumerulonefritis akut AKPER PEMKAB MUNA Askep anak glumerulonefritis akut AKPER PEMKAB MUNA
Askep anak glumerulonefritis akut AKPER PEMKAB MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
asuhan kehamilan,persalinan dan nifas dengan penyakit ginjal
asuhan kehamilan,persalinan dan nifas dengan penyakit ginjal asuhan kehamilan,persalinan dan nifas dengan penyakit ginjal
asuhan kehamilan,persalinan dan nifas dengan penyakit ginjal jessika amelia
 
Acute gromerulonephritis
Acute gromerulonephritisAcute gromerulonephritis
Acute gromerulonephritisAtin Nishi
 
Lp ckd+hd+hiperkalemi tika
Lp ckd+hd+hiperkalemi tikaLp ckd+hd+hiperkalemi tika
Lp ckd+hd+hiperkalemi tikaLely_Laily
 
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUSLAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUSAulia Kauri
 
glomerulonefritis_k6_ppt.ppt
glomerulonefritis_k6_ppt.pptglomerulonefritis_k6_ppt.ppt
glomerulonefritis_k6_ppt.pptAgusMahendra13
 
Asuhan keperawatan diabetes mellitus AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan diabetes mellitus  AKPER PEMKAB MUNA Asuhan keperawatan diabetes mellitus  AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan diabetes mellitus AKPER PEMKAB MUNA Operator Warnet Vast Raha
 

Similar to Askep glomerulonefritis (20)

Askep glomerulonefritis AKPER PEMDA MUNA
Askep glomerulonefritis AKPER PEMDA MUNA Askep glomerulonefritis AKPER PEMDA MUNA
Askep glomerulonefritis AKPER PEMDA MUNA
 
Askep glomerulonefritis akut
Askep glomerulonefritis akutAskep glomerulonefritis akut
Askep glomerulonefritis akut
 
Askep anak glomerulonefritis akut (gna)
Askep anak glomerulonefritis akut (gna)Askep anak glomerulonefritis akut (gna)
Askep anak glomerulonefritis akut (gna)
 
215023071 case2-ckd2
215023071 case2-ckd2215023071 case2-ckd2
215023071 case2-ckd2
 
Askep sindrom nefrotik AKPER PEMKAB MUNA
Askep sindrom nefrotik AKPER PEMKAB MUNA Askep sindrom nefrotik AKPER PEMKAB MUNA
Askep sindrom nefrotik AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep anak glumerulonefritis akut AKPER PENKAB MUNA
Askep anak glumerulonefritis akut AKPER PENKAB MUNAAskep anak glumerulonefritis akut AKPER PENKAB MUNA
Askep anak glumerulonefritis akut AKPER PENKAB MUNA
 
Askep anak glumerulonefritis akut AKPER PEMKAB MUNA
Askep anak glumerulonefritis akut AKPER PEMKAB MUNA Askep anak glumerulonefritis akut AKPER PEMKAB MUNA
Askep anak glumerulonefritis akut AKPER PEMKAB MUNA
 
Sindrom nefrotik AKPER PEMKAB MUNA
Sindrom nefrotik AKPER PEMKAB MUNA Sindrom nefrotik AKPER PEMKAB MUNA
Sindrom nefrotik AKPER PEMKAB MUNA
 
Sindrom nefrotik
Sindrom nefrotikSindrom nefrotik
Sindrom nefrotik
 
asuhan kehamilan,persalinan dan nifas dengan penyakit ginjal
asuhan kehamilan,persalinan dan nifas dengan penyakit ginjal asuhan kehamilan,persalinan dan nifas dengan penyakit ginjal
asuhan kehamilan,persalinan dan nifas dengan penyakit ginjal
 
153075631 case-sn
153075631 case-sn153075631 case-sn
153075631 case-sn
 
Acute gromerulonephritis
Acute gromerulonephritisAcute gromerulonephritis
Acute gromerulonephritis
 
Askep sindrom nefrotik
Askep sindrom nefrotikAskep sindrom nefrotik
Askep sindrom nefrotik
 
Lp ckd+hd+hiperkalemi tika
Lp ckd+hd+hiperkalemi tikaLp ckd+hd+hiperkalemi tika
Lp ckd+hd+hiperkalemi tika
 
Askep dm
Askep dmAskep dm
Askep dm
 
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUSLAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS
 
glomerulonefritis_k6_ppt.ppt
glomerulonefritis_k6_ppt.pptglomerulonefritis_k6_ppt.ppt
glomerulonefritis_k6_ppt.ppt
 
Asuhan keperawatan diabetes mellitus AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan diabetes mellitus  AKPER PEMKAB MUNA Asuhan keperawatan diabetes mellitus  AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan diabetes mellitus AKPER PEMKAB MUNA
 
Makalah gagal ginjal kronik
Makalah gagal ginjal kronikMakalah gagal ginjal kronik
Makalah gagal ginjal kronik
 
Bab i gout AKPER PEMKAB MUNA
Bab i gout AKPER PEMKAB MUNA Bab i gout AKPER PEMKAB MUNA
Bab i gout AKPER PEMKAB MUNA
 

More from Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Askep glomerulonefritis

  • 1. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GLOMERULONEFRITIS DENGAN GLOMERULONEFRITIS DISUSUN OLEH : : DISUSUN OLEH YOWEL KAMBU YOWEL KAMBU ADOLFINA BORI PP ADOLFINA BORI APRIYANTI APRIYANTI ST KHAERUNI ST KHAERUNI RITA RESMININGSIH RITA RESMININGSIH SAMUEL STEVI SAMUEL STEVI EFRAIM LARIO EFRAIM LARIO NURWAHIDAH NURWAHIDAH ERMIDA SUMARDI ERMIDA SUMARDI PROGRAM PENDIDIKAN S1 NERS PROGRAM PENDIDIKAN S1 NERS FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR MAKASSAR 2003 2003
  • 2. Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang maha Esa, karena berkat perkenaanNyalah maka penulisan makalah dengan judul; “Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Glomerulonefritis”, dapat kami selesaikan dengan baik dan tidak kurang sesuatu apapun. Adapun isi dari Asuhan keperawatan ini secara garis besar menggambarkan tentang hubungan keterkaitan klinis glomerulonefritis akut dan glomerulonefritis kronik dengan berbagai factor kemungkinan etiologinya serta patogenesis yang menyebabkan kemungkinan munculnya diagnosa keperawatan dari penyimpangan terhadap Kebutuhan Dasar Manusia tersebut. Kami sangat menyadari sungguh bahwa materi yang kami sususn ini masih sangat jauh dari sempurna, oleh karena itu kami sangat mengharapkan berbagai kritik dan saran yang merupakan masukan bagi kami demi penyempurnaan penyusunan makalah ini agar dapat tersaji dengan lebih baik lagi, sehingga dapat bermanfaat bagi kita sekalian. Akhirnya harapan kami kiranya sajian makalah ini dapat bermanfaat bagi kita sekalian terutama kepada rekan-rekan sekalian mahasiswa Program Studi Ners B-FK Angkatan 2002 Unhas Makassar, terimakasih. Makassar, 25 September 2003 Hormat Kami Penyusun ii
  • 3. Daftar Isi Halaman Halaman Judul…………………………………………………………… i Kata Pengantar…………………………………………………………… ii Daftar Isi…………………………………………………………………. iii BAB.I PENDAHULUAN……………………………………………….. 1 BAB.II TINJAUAN TEORITIS………………………………………… 3 A. Glomerulonefritis Akut……………………………………... 3 B. Glomerulonefritis Kronik…………………………………… 7 D. Asuhan Keperawatan Glomerulonefritis……………………. 9 BAB.III KESIMPULAN………………………………………………... 14 Daftar Pustaka iii
  • 4. BAB I PENDAHULUAN Istilah glomerulonefritis digunakan untuk berbagai penyakit ginjal yang etiologinya tidak jelas tetapi secara umum memberikan gambaran histopatologi tertentu pada glomerulus. Glomerulonefritis ditandai dengan reaksi radang pada glomerulus dengan adanya leukosit dan proliferasi sel, serta eksudasi eritrosit, loukosit dan protein plasma dalam ruang Bowman. Selain itu tampak pula kelainan sekunder pada tubulus, interstitium dan pembuluh darah. Glomerulonefritis bukan merupakan infeksi ginjal oleh jasad renik, bukan pula suatu penyakit tersendiri oleh etiologi tertentu, melainkan sebiknya dianggap sebagai suatu pola reaksi ginjal terhadap berbagai factor yang belum seluruhnya jelas. Glomerulonefritis (juga disebut sindrom nefrotik), mungkin akut, dimana pada kasus seseorang dapat meliputi seluruh fungsi ginjal atau kronis ditandai oleh penurunan fungsi ginjal lambat, tersembunyi, dan progresif yang akhirnya menimbulkan penyakit ginjal tahap akhir. Ini memerlukan waktu 30 tahun untuk merusak ginjal sampai pada tahap akhir. Glomerulonefritis adalah suatu sindrom yang ditandai oleh peradangan dari glomerulus diikuti pembentukan beberapa antigen yang mungkin endogenus (seperti sirkulasi tiroglobulin) atau eksogenus (agen infeksius atau proses penyakit sistemik yang menyertai). Hospes (ginjal) mengenal antigen sebagai suatu benda asing dan mulai membentuk antibody untuk menyerangnya. Respon peradangan ini menimbulkan penyebaran perubahan patofisiologi, termasuk menurunnya perubahan laju filtrasi glomerulus (LFG), peningkatan permiabilitas dari dinding kapiler glomerulus terhadap protein plasma (terutama albumin) dan SDM, dan retensi abnormal Na dan H2O yang menekan produksi rennin dan aldosteron (Glassock, 1988). iv
  • 5. Berbgai macam glomerulofati dapat terjadi, masing-masing dengan penampilan klinis yang berbeda. Jadi penyakit diklasifikasikan menurut morfologi, etiologi, patogenesis, sindrom klinis, atau kombinasi dari semuanya. Masing-masing tipe dari glomerulopati akan menunjukan manifestasi dari gagal ginjal dalam tiga bulan awitan. Ini kemudian disebut glomerulonefritis yang berkembang dengan cepat, memerlukan intervensi medis awal yang berbeda. v
  • 6. BAB II TINJAUAN TEORI A. GLOMERULONEFRITIS AKUT I. Defenisi GNA adalah inflamasi glomeruli yang terjadi ketika kompleks antigenantibodi terjebak dalam membran kapiler glomerular. II. Etiologi Penyakit ini ditemukan pada semua usia, tetapi sering terjadi pada usia awal sekolah dan jarang pada anak yang lebih muda dari 2 tahun, lebih banyak pria dari pada wanita (2 : 1). Timbulnya GNA didahului oleh infeksi ekstra renal, terutama di traktus respiratorius bagian atas dan kulit oleh kuman streptokokkus beta hemolitikus gol A. Faktor lain yang dapat menyebabkan adalah factor iklim, keadaan gizi, keadaan umum dan factor alergi. III. Gambaran Klinik Hasil penyelidikan klinis immunologis dan percobaan pada binatang menunjukkan adanya kemungkinan proses immunologis sebagai penyebab. Beberapa penyelidik mengajukan hipotesis sebagai berikut : 1. Terbentuknya kompleks antigen-antibodi yang melekat pada membran basalis glomerulus dan kemudian merusaknya. 2. Proses autoimmune kuman streptokokkus yang nefritogen dalam tubuh menimbulkan badan autoimmune yang merusak glomerulus. 3. Streptokokkus nefritogen dan membran basalis glomerulus mempunyai komponen antigen yang sama sehingga dibentuk zat anti yang langsung merusak membran basalis ginjal. vi
  • 7. IV. Gejala Klinik Gejala yang sering ditemukan : 1. Hematuri 2. Edema 3. Hipertensi 4. Peningkatan suhu badan 5. Mual, tidak ada nafsu makan 6. Ureum dan kreatinin meningkat 7. oliguri dan anuria V. Komplikasi 1. Oliguri sampai anuria sebagai akibat berkurangnya filtrasi glomerulus. 2. Esefalopati hipertensi yang merupakan gejala serebrum karena hipertensi. Terdapat gejala berupa gangguan pada penglihatan, pusing, muntah, dan kejang-kejang. Hal ini disebabkan spasme pembuluh darah local dengan anoksia dan edema otak. 3. Gangguan sirkulasi berupa dispneu, orthopneu, terdapat ronchi basah, pembesaran jantung dan meningkatnya TD yang bukan saja disebabkan spasme pembuluh darah, tetapi juga disebabkan oleh bertambahnya volume plasma. Jantung dapat membesar dan terjadi Gagal Jantung akibat HT yang menetap dan kelainan di miocardium. 4. Anemia karena adanya hipervolemia disamping adanya sintesis eritropoetik yang menurun. VI. Evaluasi Diagnostik 1. Urinalisis : a. Hematuria (mikroskopis atau makroskopis) b. Proteinuria (3 + sampai 4+) c. Sedimen : silinder sel merah, SDP, sel epitel ginjal d. BJ : peningkatan sedang vii
  • 8. 2. Pemeriksaan darah : a. Komplemen serum dan C3 menurun b. BUN dan kreatinin meningkat c. Titer DNA – ase antigen B meningkat d. LED meningkat e. Albumin menurun f. Titer anti streptolisin – O (ASO) meningkat 3. Biopsi ginjal untuk menunjukkan obstruksi kapiler glomerular dan memastikan diagnosis. VII. Manajemen Kolaboratif 1. Intervensi Terapeutik a. Batasi masukan cairan, kalium dan natrium b. Pembatasan protein sedang dengan oliguri dan peningkatan BUN; pembatasan lebih drastis bila terjadi gagal ginjal akut. c. Peningkatan karbohidrat untuk memberikan energi dan menurunkan katabolisme protein. 2. Intervensi Farmakologis a. Anti HT dan diuretic untuk mengontrol HT dan edema. b. Penyekat H2 untuk mencegah ulkus stress pada penyakit akut. c. Agens ikatan fosfat untuk mengurangi kadar fosfat dan meningkatkan kalsium. d. AB bila infeksi masih ada. B. Glomerulonefritis Kronik I. Defenisi Adalah glomerulonefritis tingkat akhir (“and stage”) dengan kerusakan jaringan ginjal akibat proses nefrotik dan hipertensi sehingga menimbulkan gangguan fungsi ginjal yang irreversible. II. Etiologi 1. Lanjutan GNA, seringkali tanpa riwayat infeksi. viii
  • 9. 2. Dibatas mellitus 3. Hipertensi kronik 4. Penyebab lain yang tidak diketahui yang ditemui pada stadium lanjut. III. Gambaran Klinik 1. Kadang-kadang tidak memberikan keluhan sama sekali sampai terjadi gagal ginjal. 2. Lemah, nyeri kepala, gelisah, mula, coma dan kejang pada stadium akhir. 3. Edema sedikit bertambah jelas jika memasuki fase nefrotik. 4. Suhu subfebril. 5. Kolestrol darah naik. 6. Penurunan kadar albumin. 7. Fungsi ginjal menurun. 8. Ureum meningkat + kreatinin serum. 9. Anemia. 10. Tekanan darah meningkat 11. Kadang-kadang ada serangan ensefalopatihipertensi. 12. Gagal jantung 13. Berat badan menurun. 14. Selalu merasa haus dan miksi pada malam hari (nokturia) 15. Hematuria. kematian. IV. Pemeriksaan Diagnostik 1. mendadak meninggi. Pada urine ditemukan :  Albumin (+)  Silinder  Eritrosit  Lekosit hilang timbul ix
  • 10.  2. BJ urine 1,008 – 1,012 (menetap) Pada darah ditemukan :  LED tetap meninggi  Ureum meningkat  Fosfor serum meningkat  Kalsium serum menurun 3. Pada stadium akhir : - Serum natrium dan klorida menurun - Kalium meningkat - Anemia tetap 4. Pada uji fugsional ginjal menunjukan kelainan ginjal yang progresif. V. Penatalaksanaan 1. Medik :  Pengobatan ditujukan pada gejala klinik dan gangguan elektrolit.  Pengobatan aktivitas sehari-hari sesuai batas kemampuan pasien.  Pengawasan hipertenasi  Pemberian antibiotik untuk infeksi.  Dialisis berulang antihipertensi. untuk memperpanjang harapan hidup pasien. 2. Keperawatan :  Disesuaikan dengan keadaan pasien.  Pasien dianjurkan secara teratur untuk senantiasa kontrol pada ahlinya.  Program diet ketat tetapi cukup asupan gizinya.  Penjelasan kepada pasien tentang pambatasan aktivitas sesuai kemampuannya. x
  • 11. Anjuran kontrol ke dokter harus ditaati untuk mencegah berlanjut  ke sindrom nefrotik atau GGK. ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN GLOMERULONEFRITIS 1. Pengkajian Genitourinaria  • Urine keruh • Proteinuria • Penurunan urine output • Hematuri Kardiovaskuler  • Hipertensi Neurologis  • Letargi • Iritabilitas • Kejang Gastrointestinal  • • Vomitus •  Anorexia Diare Hematologi xi
  • 12. • Anemia • Azotemia • Hiperkalemia Integumen  • Pucat • Edema 2. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Gangguan perfusi jaringan b/d retensi air dan hipernatremia  KE : Klien akan menunjukkan perfusi jaringan serebral normal ditandai dengan tekanan darah dalam batas normal, penurunan retensi air, tidak ada tanda-tanda hipernatremia. Intervensi : 1. Monitor dan catat TD setiap 1 – 2 jam perhari selama fase akut. R/ untuk mendeteksi gejala dini perubahan TD dan menentukan intervensi selanjutnya. 2. Jaga kebersihan jalan nafas, siapkan suction R/ serangan dapat terjadi karena kurangnya perfusi oksigen ke otak 3. Atur pemberian anti HT, monitor reaksi klien. R/ Anti HT dapat diberikan karena tidak terkontrolnya HT yang dapat menyebabkan kerusakan ginjal 4. Monitor status volume cairan setiap 1 – 2 jam, monitor urine output (N : 1 – 2 ml/kgBB/jam). R/ monitor sangat perlu karena perluasan volume cairan dapat menyebabkan tekanan darah. 5. Kaji status neurologis (tingkat kesadaran, refleks, respon pupil) setiap 8 jam. xii
  • 13. R/ Untuk mendeteksi secara dini perubahan yang terjadi pada status neurologis, memudahkan intervensi selanjutnya. 6. Atur pemberian diuretic : Esidriks, lasix sesuai order. R/ diuretic dapat meningkatkan eksresi cairan. Peningkatan volume cairan b/d oliguri  KE : Klien dapat mempertahankan volume cairan dalam batas normal ditandai dengan urine output 1 - 2 ml/kg BB/jam. Intervensi : 1. Timbang BB tiap hari, monitor output urine tiap 4 jam. R/ : Peningkatan BB merupakan indikasi adanya retensi cairan , penurunan output urine merupakan indikasi munculnya gagal ginjal. 2. Kaji adanya edema, ukur lingkar perut setiap 8 jam, dan untuk anak laki-laki cek adanya pembengkakan pada skrotum R/ : Peningkatan lingkar perut danPembengkakan pada skrotum merupakan indikasi adanya ascites. 3. Monitor reaksi klien terhadap terapi diuretic, terutama bila menggunakan tiazid/furosemide. R/ : Diuretik dapat menyebabkan hipokalemia, yang membutuhkan penanganan pemberia potassium. 4. Monitor dan catat intake cairan. R/ : Klien mungkin membutuhkan pembatasan pemasukan cairan dan penurunan laju filtrasi glomerulus, dan juga membutuhkan pembatasan intake sodium. 5. Kaji warna warna, konsentrasi dan berat jenis urine. R/ : Urine yang keruh merupakan indikasi adanya peningkatan protein sebagai indikasi adanya penurunan perfusi ginjal. 6. Monitor hasil tes laboratorium xiii
  • 14. R/ : Peningkatan nitrogen, ureum dalam darah dan kadar kreatinin indikasi adanya gangguan fungsi ginjal. Perubahan status nutrisi (kurang dari kebutuhan) b/d anorexia.  KE : Klien akan menunjukan peningkatan intake ditandai dengan porsi akan dihabiskan minimal 80%. Intervensi : 1. Sediakan makan dan karbohidrat yang tinggi. R/ : Diet tinggi karbohodrat biasanya lebih cocok dan menyediakan kalori essensial. 2. Sajikan makan sedikit-sedikit tapi sering, termasuk makanan kesukaan klien. R/ : Menyajikan makan sedikit-sedikt tapi sering, memberikan kesempatan bagi klien untuk menikmati makanannya, dengan menyajikan makanan kesukaannya dapat menigkatkan nafsu makan. 3. Batasi masukan sodium dan protein sesuai order. R/ : Sodium dapat menyebabkan retensi cairan, pada beberapa kasus ginjal tidak dapat memetabolisme protein, sehingga perlu untuk membatasi pemasukan cairan. Intolerance aktiviti b/d fatigue.  KE : Klien akan menunjukan adanya peningkatan aktivitas ditandai dengan adanya kemampuan untuk aktivitas atau meningkatnya waktu beraktivitas. Intervensi : 1. Buat jadwal/periode istirahat setelah aktivitas. R/ : Dengan periode istirahat yang terjadual menyediakan energi untuk menurunkan produksi dari sisa metabolisme yang dapat meningkatkan stress pada ginjal. xiv
  • 15. 2. Sediakan/ciptakan lingkungan yang tenang, aktivitas yang menantang sesuai dengan perkembangan klien. R/ : Jenis aktivitas tersebut akan menghemat penggunaan energi dan mencegah kebosanan. 3. Buat rencana/tingkatan dalam keperawatan klien agar tidak dilakukan pada saat klien sementara dalam keadaan istirahat pada malam hari. R/ : Tingkatan dalam perawatan/pengelompokan dapat membantu klien dalam memenuhi kebutuhan tidurnya. Gangguan istirahat tidur b/d immobilisasi dan edema.  KE : Klien dapat mempertahankan integritas kulit ditandai dengan kulit tidak pucat, tidak ada kemerahan, tidak ada edema dan keretakan pada kulit/bersisik. Intervensi : 1. Sediakan kasur busa pada tempat tidur klien R/ : Menurunkan resiko terjadinya kerusakan kulit. 2. Bantu merubah posisi tiap 2 jam. R/ : Dapat mengurangi tekanan dan memperbaiki sirkulasi, penurunan resiko terjadi kerusakan kulit. 3. Mandikan klien tiap hari dengan sabun yang mengandung pelembab. R/ : Deodoran/sabun berparfum dapat menyebabkan kulit kering, menyebabkan kerusakan kulit. 4. Dukung/beri sokongan dan elevasikan ekstremitas yang mengalami edema. R/ : Meningkatkan sirkulasi balik dari pembuluh darah vena untuk mengurangi pembengkakan. 5. Jika klien laki-laki scrotum dibalut. R/ : Untuk mengurangi kerusakan kulit xv
  • 17. 1. Glomerulonefritis adalah suatu sindrom yang ditandai oleh peradangan dari glomerulus diikuti pembentukan beberapa antigen yang mungkin endogenus (seperti sirkulasi triglobulin) atau ekgsogenus (agent infeksius atau proses penyakit sistemik yang menyertai). Glomerulonefritis akut adalah istilah yang secara luas yang mengacu kepada sekelompok penyakit ginjal dimana inflamasi terjadi di glomerulus, yang menyebabkan reaksi inflamasi atau lesi nekrosis dalam glomerulus yang biasaanya disebabkan oleh respon imunologis. Glomerulonefritis kronik adalah glomerulonefritis tingkat akhir (“end stage”) dengan kerusakan jaringan ginjal akibat proses nefrotik dan hipertensi sehingga menimbulkan gangguan fungsi ginjal yang ireversibel. 2. Untuk kasus glomerulonefritis akut umumnya terjadi pada anak-anak 6-8 tahun dan pada usia dewasa muda dengan insidensi glomerulonefrits akut 60-80 % mewakili infeksi sal.napas bagian atas atau otitis media. Sedangkan pada glomerulonefritis kronik adalah bentuk progresi dari G.akut. Ini memerlukan waktu 30 tahun untuk merusak ginjal sampai pada tahap akhir. 3. Penatalaksanaan : a. Glomerulonefritis akut. Intervensi Terapeutik : • Batasi masukan cairan, kalium dan natrium. • Pembatasan protein sedang dengan oliguri dan peningkatan BUN; pembatasan lebih • Peningkatan drastis bila terjadi gagal ginjal akut. karbohidrat untuk memberikan menurunkan katabolisme protein. Intervensi Farmakologis • Anti HT dan diuretic untuk mengontrol HT dan edema. • Penyekat H2 untuk mencegah ulkus stress pada penyakit akut. xvii energi dan
  • 18. • Agens ikatan fosfat untuk mengurangi kadar fosfat dan meningkatkan kalsium. • AB bila infeksi masih ada. b. Glomerulonefritis kronik : a. Medik :  Pengobatan ditujukan pada gejala klinik dan gangguan elektrolit.  Pengobatan aktivitas sehari-hari sesuai batas kemampuan pasien.  Pengawasan hipertenasi  Pemberian antibiotik untuk infeksi.  Dialisis berulang antihipertensi. untuk memperpanjang harapan hidup pasien. b. Keperawatan :  Disesuaikan dengan keadaan pasien.  Pasien dianjurkan secara teratur untuk senantiasa kontrol pada ahlinya.  Program diet ketat tetapi cukup asupan gizinya.  Penjelasan kepada pasien tentang pambatasan aktivitas sesuai kemampuannya.  Anjuran kontrol ke dokter harus ditaati untuk mencegah berlanjut ke sindrom nefrotik atau GGK. 4. Penetapan Diagnosa Keperawatan : Diagnosa keperawatan yang didapatkan pada glomerulonefritis akut dan kronik berdasarkan penyimpangan Kebutuhan Dasar Manusia terhadap patogenesis adalah : Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan meningkatnya  reabsorbis tubulus dan retensi Na dan H2O.  Peningkatan volume cairan berhubungan dengan oliguria  Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan berhungan dengan anorexia. xviii
  • 19. Intolerance activity berhubungan dengan fatigue.   Intolerance activity berhubungan dengan kelemahan.  Kelebihan cairan berhubungan dengan oliguria dan anuria.  Gangguan pola tidur berhubungan dengan imobilisasi  Resiko tinggi integritas kulit berhubungan dengan imobilisasi. Peningkatan suhu tubuh berhubungan reaksi radang, pelepasan zat  pirogen.  Kecemasan berhubungan dengan kurang informasi akan perubahan status kesehatan. Daftar Pustaka 1. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah, Brunner and Suddarth edisi 8 volume 2, Sozannie, Smeltzer and Brenda.E.Bare, penerbit EGC, Jakarta 2002. 2. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit buku 2 edisi 4, Penerbit EGC, Jakarta 1995. 3. Buku saku Keperawatan Pediatri, Cecily L.Betz dan Linda A. Sowden, Edisi 3, Penerbit EGC Jakarta 2002. 4. Pedoman Praktek Keperawatan, Sandra M.Nettina, Penerbit EGC, Jakarta. 5. Perawatan Anak Sakit, Ngastiyah, Penerbit EGC, Jakarta 1997. 6. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah, Barbara Engram, Volume I, Penerbit EGC, Jakarta 1998. 7. Perawatan Medikal Bedah, Volume 3, Barbara C. Long, Bandung 1996. xix