SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 14
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan sehari-hari sering kali kita menerima begitu saja dunia sekitar kita
beserta perubahan-perubahan yang terjadi di dalamnya tanpa mempertanyakan misalnya, apa
itu air, apa itu bensin, mengapa bensin bisa terbakar sedangkan air tidak? Apakah arti
terbakar?Mengapa besi dapat berkarat sedangkan emas tidak?Apa itu karet dan bagaimana
membuat karet tiruan?
Pertanyaan-pertanyaan diatas adalah sebagian dari masalah yang dibahas dalam dalam
ilmu kimia.Oleh karena itu, ilmu kimia dapat di definisikan sebagai ilmu yang mempelajari
segala sesuatu tentang materi, seperti hakekat, susunan, sifat-sifat, perubahan serta energi
yang menyertai perubahannya.
Suatu atom bergabung dengan atom lainnya melalui ikatan kimia sehingga dapat
membentuk senyawa, baik senyawa kovalen maupun senyawa ion. Senyawa ion terbentuk
melalui ikatan ion, yaitu ikatan yang terjadi antara ion positif (atom yang melepaskan
electron) dan ion negative (atom yang menangkap electron). Akibatnya, senyawa ion yang
terbentuk bersifat polar.
Dalam setiap senyawa, atom-atom terjalin secara terpadu oleh suatu bentuk ikatan
antaratom yang deiebut ikatan kimia. Seorang ahli kimia dari Amerika serikat, yaitu Gilbert
Newton Lewis ( 1875- 1946) dan Albrecht Kosel dari Jerman ( 1853- 1972) menerangkan
tentang konsep ikatan kimia.
Pada umumnya atom tidak berada dalam keadaan bebas tetapi menyatu dengan atom
lain membentuk senyawa. Hal ini merupakan suatu bukti bahwa atom yang bergabung lebih
stabil daripada yang menyendiri. Penggabungan itu disebut ikatan kimia dan terjadi bila ada
daya tarik satu sama lain sehingga mengeluarkan energi paling kurang 42 kJ per mol atom.
Berdasarkan teori atom modern, para ahli menyelediki cara terbentuknya ikatan kimia. Daya
tarik kedua atom terjadi karena adanya elektron pada kulit terluar. Elektron pada kulit ini
mempunyai kecenderungan menyamai konfigurasi elektron gas mulia, dengan cara menerima
atau memberikan elektron pada atom lain.
Pada makalah ini penulis akan memfokuskan cakupan materi terkait terbentuknya
senyawa melalui ikatan kovalen yang akan penulis paparkan dari segi teori ikatan, hukum,
struktur maupun sifat dan parameternya.
1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka penyusun merumuskan masalah yang
hendak dibahas dalam makalah ini ialah sebagai berikut:
1. Bagaimana syarat terbentuknya ikatan kovalen pada suatu senyawa?
2. Bagaimana pembentukan struktur resonansi pada senyawa kovalen?
3. Bagaimana proses pembentukan ikatan kovalen menurut Hukum Fajans?
4. Bagaimana struktur dan sifat senyawa kovalen?
5. Bagaimana pembentukan orbital sigma dan orbital phi pada senyawa kovalen?
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini ialah sebagai berikut:
1. Mengetahui syarat terbentuknya ikatan kovalen pada suatu senyawa
2. Mengetahui pembentukan struktur resonansi pada senyawa kovalen
3. Mengetahui proses pembentukan ikatan kovalen menurut Hukum Fajans
4. Mengetahui struktur dan sifat senyawa kovalen
5. Mengetahui pembentukan orbital sigma dan orbital phi pada senyawa kovalen
D. Metode Penulisan
Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis menggunakan metode jelajah (browsing)
internet dan studi pustaka. Metode ini merupakan pengumpulan berbagai sumber data dari
internet dan buku referensi yang relevan,lalu menganalisanya, membandingkan dengan
sumber data lainnya (mencari titik temu dari beberapa konsep yang berbeda) dan akhirnya
menginterpretasikan data tersebut dalam bentuk makalah.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Ikatan Kovalen
Gagasan ikatan kovalen dapat ditilik beberapa tahun sebelum 1920 oleh Gilbert N.
Lewis yang pada tahun 1916 menjelaskan pembagian pasangan elektron di antara atom-
atom. Dia memperkenalkan struktur Lewis atau notasi titik elektron atau struktur titik
Lewis yang menggunakan titik-titik di sekitar simbol atom untuk mewakili elektron
valensi terluar atom. Pasangan elektron yang berada di antara atom-atom mewakili ikatan
kovalen. Pasangan berganda mewakili ikatan berganda, seperti ikatan rangkap dua dan
ikatan rangkap tiga. Terdapat pula bentuk alternatif lainnya di mana ikatan diwakili
sebuah garis.
Gambar 1. Konsep awal ikatan kovalen berawal dari gambar molekul metana sejenis
ini. Ikatan kovalen tampak jelas pada struktur Lewis, mengindikasikan
pembagian elektron-elektron di antara atom-atom.
Ketika gagasan pembagian pasangan elektron memberikan gambaran kualitatif yang
efektif akan ikatan kovalen, mekanika kuantum diperlukan untuk mengerti sifat-sifat ikatan
seperti ini dan memprediksikan struktur dan sifat molekul sederhana. Walter Heitler dan Fritz
London sering diberi kredit atas penjelasan mekanika kuantum pertama yang berhasil
menjelaskan ikatan kimia, lebih khususnya ikatan molekul hidrogen pada tahun 1927. Hasil
kerja mereka didasarkan pada model ikatan valensi yang berasumsi bahwa ikatan kimia
terbentuk ketika terdapat tumpang tindih yang baik di antara orbital-orbital atom dari atom-
atom yang terlibat. Orbital-orbital atom ini juga diketahui memiliki hubungan sudut spesifik
3
satu sama lain, sehingga model ikatan valensi dapat memprediksikan sudut ikatan yang
terlihat pada molekul sederhana dengan sangat baik.
A.1 Orde Ikatan
Derajat ikat atau orde ikat adalah sebuah bilangan yang mengindikasikan jumlah
pasangan elektron yang terbagi di antara atom-atom yang membentuk ikatan kovalen. Istilah
ini hanya berlaku pada molekul diatomik. Walaupun demikian, ia juga digunakan untuk
mendeskripsikan ikatan dalam senyawa poliatomik.
Gambar 2. Orde ikatan kovalen
1. Ikatan kovalen yang paling umum adalah ikatan tunggal dengan hanya satu pasang
elektron yang terbagi di antara dua atom. Ia biasanya terdiri dari satu ikatan sigma. Semua
ikatan yang memiliki lebih dari satu pasang elektron disebut sebagai ikatan
rangkap atau ikatan ganda.
2. Ikatan yang berbagi dua pasangan elektron dinamakan ikatan rangkap dua. Contohnya
pada etilena. Ia biasanya terdiri dari satu ikatan sigma dan satu ikatan pi.
3. Ikatan yang berbagi tiga pasang elektron dinamakan ikatan rangkap tiga. Contohnya
pada hidrogen sianida. Ia biasanya terdiri dari satu ikatan sigma dan dua ikatan pi.
A.2 Teori Saat Ini
Saat ini model ikatan valensi telah digantikan oleh model orbital molekul. Dalam
model ini, setiap atom yang berdekatan akan memiliki orbital-orbital atom yang saling
berinteraksi membentuk orbital molekul yang merupakan jumlah dan perbedaan linear
orbital-orbital atom tersebut. Orbital-orbital molekul ini merupakan gabungan antara orbital
atom semula dan biasanya berada di antara dua pusat atom yang berikatan.
Dengan menggunakan mekanika kuantum, adalah mungkin untuk menghitung struktur
elektronik, arah energi, sudut energi, jarak ikat, momen dipol, dan spektrum elektromagnetik
dari molekul sederhana dengan akurasi yang sangat tinggi. Jarak dan sudut ikat dapat
dihitung seakurat yang diukur. Untuk molekul-molekul kecil, perhitungan tersebut cukup
akurat untuk digunakan dalam menentukan kalor pembentukan termodinamika dan energi
aktivasi kinetika.
B. Teori Orbital Molekul (Molecular Orbital Theory) Pada Ikatan Kovalen
4
1s 1s
Teori orbital molekul merupakan teori yang paling lengkap karena menganggap
dalam pembentukan senyawa kompleks melibatkan interaksi elektrostatik maupun interaksi
kovalen. Teori orbirtal molekul menyatakan bahwa pembentukan senyawa kompleks terjadi
interaksi antara orbital-orbital dari atom pusat dengan orbital-orbital dari ligan membentuk
orbital-orbital molekul. Orbital-orbirtal molekul senyawa kompleks dianggap merupakan
hasil kombinasi linear dari orbital-orbital atom pusat dan orbital-orbital ligan yang perbedaan
tingkat energinya besar dapat diabaikan, sehingga dalam menggambarkan orbital molekul
senyawa kompleks cukup digambarkan orbital-orbital elektron valensinya. Teori orbital
molekul dapat menjelaskan fakta-fakta tentang sifat magnetik dan warna senyawa kompleks.
Setiap penggabungan orbital atom menjadi orbital molekul akan menghasilkan orbital
bonding (orbital ikatan) dan orbital antibonding (orbital anti ikatan).
B.1 PEMBENTUKAN ORBITAL σ
Pembentukan ikatan melalui orbital σ yang paling sederhana dapat dicontohkan
dalam pembentukan ikatan antar atom hidrogen dalam molekul H2.
Gambar 3. Pembentukan Orbital σ pada molekul H2
Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa tiap atom H memiliki masing-masing satu
buah elektron pada orbital 1s. kedua orbital atom H tersebut kemudian bergabung
membentuk orbital molekul σ, sehingga terbentuk dua macam orbital, orbital σ yang
merupakan orbital bonding, dan orbital σ* yang merupakan orbital antibonding. Sesuai
dengan aturan Hund, maka mula-mula elektron dari salah satu atom H mengisi orbital
molekul σ yang terbentuk, kemudian elektron dari atom H yang lain juga mengisi orbital σ
tersebut. Dengan terbentuknya orbital molekul yang diisi oleh elektron dari kedua atom H,
maka terbentuklah ikatan antar atom H tersebut menjadi molekul H2. Molekul H2 ini
merupakan molekul yang stabil, karena elektron-elektronnya berada pada orbital molekul σ
yang tingkat energinya lebih rendah dibandingkan tingkat energi orbital atom pembentuknya.
Pembentukan orbital molekul ini dapat digunakan untuk menjelaskan ketidakstabilan
dari molekul He2. Perhatikan diagram berikut :
5
orbital σ* (orbital molekul antibonding)
orbital σ (orbital molekul bonding)
H
H
H2
1s 1s
Gambar 4. Pembentukan Orbital σ pada molekul He2
Setiap atom Helium memiliki dua elektron pada setiap orbital 1s. saat orbital-orbital
atom 1s dari kedua atom Helium tersebut membentuk orbital molekul, terbentuk 2 macam
orbital molekul pula, orbital σ dan σ*. Elektron-elektron mula-mula mengisi orbital bonding
σ yang tingkat energinya lebih rendah, kemudian mengisi orbital antibonding σ*. Karena baik
orbital bonding maupun orbital antibonding sama-sama terisi elektron, maka keduanya akan
saling meniadakan, sehingga molekul He2 menjadi sangat tidak stabil.
Kedua contoh diatas menunjukkan pembentukan orbital molekul untuk molekul
diatomik yang heterogen, sehingga orbital atom yang digunakan dalam pembentukan orbital
molekul memiliki tingkat energi yang sama. Pada molekul diatomik yang heterogen, atom
yang lebih elektronegatif orbital atomnya memiliki tingkat energi yang lebih rendah.
Perbedaan tingkat energi antar orbital atom dari dua atom berbeda yang saling berikatan
merupakan ukuran dari sifat ionik ikatan yang terbentuk antara kedua atom tersebut.
Sedangkan perbedaan tingkat energi antara orbital bonding molekul yang terbentuk dengan
orbital atom (dari atom yang tingkat energinya lebih rendah) merupakan ukuran sifat kovalen
ikatan yang terbentuk. Untuk lebih jelasnya, perhatikan ilustrasi yang diberikan dalam
diagram berikut :
6
orbital σ* (orbital molekul antibonding)
orbital σ (orbital molekul bonding)
He He
He2
1s
A
orbital σ*
a
-
- +
- + +
+ + - -
+ -
-
- +
- + +
+ + - -
+ -
Gambar 5. Ilustrasi diagram orbital sifat ikatan kovalen
Pada diagram tersebut, atom B memiliki tingkat energi yang lebih rendah
dibandingkan orbital atom A. Oleh karena itu, orbital molekul (OM) σ yang terbentuk
memiliki karakteristik yang lebih mirip dengan orbital atom B. Selisih energi antara orbital
atom A dan orbital atom B, dinotasikan dengan a, menunjukkan ukuran sifat ionik ikatan
yang terbentuk antara A dan B. Sedangkan selisih energi antara OM σ dengan orbital atom B,
dinotasikan dengan b, menunjukkan sifat kovalen ikatan AB.
B.2 PEMBENTUKAN ORBITAL π
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, orbital σ dapat terbentuk antar orbital
atom dengan simetri yang sama. Adapun orbital π dapat terbentuk antara orbital px, py, pz, dxy,
dxz, dan dyz dari logam dengan orbital atom dari ligan yang tidak searah dengan orbital logam.
Salah satu contoh bagaimana orbital π dapat terbentuk antara orbital atom dari logam dengan
orbital atom yang dimiliki ligan ditunjukkan dalam gambar berikut :
Gambar 6. Kombinasi orbital dxz dari logam dengan orbital py dan pz dari ligan
7
1s
B
AB
orbital σ
b
+
-
+
-
+
-
+
-
+
-
Dari Gambar (6) di atas dapat dilihat bahwa orbital dxz berada sejajar dengan orbital
py dan pz dari ligan, sehingga kombinasi dari orbital atom logam dan orbital atom ligan
tersebut dapat menghasilkan orbital molekul π.
Selain dari penggabungan orbital dxz dari logam dengan orbital py dan pz, orbital molekul π
juga dapat terbentuk dari penggabungan antara orbital pz dari logam dengan orbital pz dari
ligan. Ilustrasi kedua orbital atom tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 7. Posisi orbital atom pz dari logam dan orbital pz ligan berada dalam posisi yang
sejajar, sehingga juga dapat bergabung dan menghasilkan orbital molekul π.
Adanya ikatan π akan memperkuat ikatan antara logam dengan ligan, sehingga
meningkatkan kestabilan kompleks. Selain itu, konsep mengenai pembentukan ikatan π juga
dapat menjelaskan urutan kekuatan ligan dalam Deret Spektrokimia.
C. Resonansi
Resonansi adalah delokalisasi elektron pada molekul atau ion poliatomik tertentu
dimana ikatannya tidak dapat dituliskan dalam satu struktur Lewis. Kebanyakan ikatan dapat
dideskripsikan dengan menggunakan lebih dari satu struktur Lewis yang benar (misalnya
pada ozon, O3). Dalam diagram lewis (LDS: Lewis dot structure) O3, atom pusat akan
memiliki ikatan tunggal dengan satu atom dan ikatan rangkap dua dengan satu atom lainnya.
Diagram LDS tidak dapat memberitahukan kita atom mana yang berikatan rangkap; atom
pertama dan kedua yang berikatan dengan atom pusat memiliki probabilitas yang sama untuk
memiliki ikatan rangkap. Dua struktur yang memungkinkan ini disebut sebagai struktur
resonansi. Pada kenyataannya, struktur ozon adalah hibrid resonansi antara dua struktur
resonansi yang memungkinkan. Daripada satu ikatan tunggal dan satu ikatan rangkap dua,
sebenarnya terdapat dua ikatan 1,5 dengan kira-kira tiga elektron pada setiap atom.
Kasus resonansi yang khusus terlihat pada atom-atom yang membentuk cincin
aromatik (contohnya benzena). Cincin aromatik terdiri dari atom-atom yang tersusun menjadi
lingkaran (dihubungkan dengan ikatan kovalen) dan menurut LDS akan memiliki ikatan
8
tunggal dan rangkap dua yang saling bergantian. Dalam kenyataannya, elektron-elektron
cenderung secara merata berada di seluruh ruang cincin. Pembagian elektron pada struktur
aromatik seringkali diwakili dengan cincin di dalam lingkaran atom. Resonansi dalam kimia
diberi simbol garis dengan dua arah panah (↔).
Gambar 8. Struktur resonansi ozon
Pada ozon, terdapat perpindahan elektron antar inti yang dijelaskan dengan anak panah.
Gambar 9. Perpindahan elektron antar inti
C.1 Sifat umum resonansi
Molekul atau ion yang dapat beresonansi mempunyai sifat-sifat berikut:
1. Dapat dituliskan dalam beberapa struktur Lewis yang disebut dengan struktur
resonan. Tetapi tidak satupun struktur tersebut melambangkan bentuk asli molekul
yang bersangkutan.
2. Di antara struktur yang saling beresonansi bukanlah isomer. Perbedaan antar struktur
hanyalah pada posisi elektron, bukan posisi inti.
3. Masing-masing struktur Lewis harus mempunyai jumlah elektron valensi dan elektron
tak berpasangan. yang sama.
4. Ikatan yang mempunyai orde ikatan yang berbeda pada masing-masing struktur tidak
mempunyai panjang ikatan yang khas.
5. Struktur yang sebenarnya mempunyai energi yang lebih rendah dibandingkan energi
masing-masing struktur resonan
D. Polarisasi menurut Aturan Fajans
Pada umumnya, senyawa yang terbentuk akibat penggabungan antar logam dengan
nonlogam memiliki sifat senyawa ionik. Akan tetapi, tidak semua senyawa dari
penggabungan ini bersifat ionik. Senyawa ini dapat lebih mengarah ke sifat kovalen ketika
elektron terluar dari anion ditarik kuat oleh kation, sehingga rapatan anion akan mengalami
distorsi/penyimpangan terhadap kation. Distorsi ini dapat dilihat dari rapatan elektron yang
9
mulanya digambarkan seperti bola akan menjadi lonjong (elektron terluar dari anion ditarik
kuat oleh kation).
Akibat dari distorsi ini maka senyawa yang mulanya bersifat ionik akan berubah
menjadi kovalen dan akan terjadi polarisasi. Semakin besar sifat polarisasinya maka semakin
besar pula derajat ikatan kovalensinya. Menurut Kasimir Fajans, ahli kimia, terdapat
beberapa aturan perihal polarisasi tersebut, antara lain :
1. Suatu kation akan lebih mudah mengalami polarisasi ketika ukuran kation tersebut kecil
dengan muatan positif yang besar.
Mn2O7 memiliki muatan positif lebih besar dibandingkan dengan muatan positif pada
MnO sehingga Mn2O7 lebih bersifat kovalen polar daripada bersifat ionik.
2. Suatu anion akan lebih mudah mengalami polarisasi ketika ukuran dan muatan negatif
yang dimiliki anion tersebut besar.
AlI3 memiliki muatan negatif yang sama namun dengan ukuran anion yang lebih besar jika
dibandingkan dengan AlF3sehingga AlI3 lebih mengarah untuk membentuk ikatan kovalen
yang polar dibandingkan dengan AlF3 yang tidak bersifat polar.
3. Kation yang tidak memiliki konfigurasi gas mulia lebih mudah mengalami polarisasi.
Kation K+
pada senyawa KCl memiliki konfigurasi gas mulia yaitu [Ar] sedangkan kation
Ag+
pada AgCl tidak memiliki konfigurasi gas mulia yaitu [Kr]4d10
, sehingga kation
Ag+
lebih mudah mengalami polarisasi daripada kation K+
.
Salah satu cara yang paling mudah untuk membedakan sifat ionik dari sifat kovalen
suatu spesies yaitu dengan membandingkan titik lelehnya; senyawa ionik (dan juga jaringan
senyawa kovalen) cenderung mempunyai titik leleh tinggi, dan senyawa kovalen sederhana
mempunyai titk leleh rendah. Sebagai contoh, senyawa AlF3 dan AlI3, masing-masing
mempunyai titik leleh yang sangat berbeda yaitu secara berurutan 1290 dan 1900
C. Ion
fluorida mempunyai jari-jari ionik 117 pm, jauh lebih kecil daripada jari-jari ionik iodida,
206. Data jari-jari ini menghasilkan ukuran volume anion iodida sebesar kira-kira 5 ½
atau 2063
/1173
kali volume ion fluorida. Tingginya titik leleh aluminium fluorida
10
Gambar 10.
menyarankan bahwa senyawa ini lebih bersifat ionik, dan ini berarti bahwa ion fluorida
karena kecilnya ukuran tidak atau sukar terpolarisasi oleh ion Al3+
, sehingga senyawa yang
terbentuk, yaitu AlI3, lebih bersifat kovalen dengan titik leleh yang jauh lebih rendah.
Bandingkan dengan titik leleh senyawa KI (6850
C), demikian pula KF (8570
C).
Karena jari-jari ionik dengan sendirinya bergantung pada muatan ionnya, maka
besarnya muatan kation yang sering merupakan petunjuk yang baik untuk menentukan
derajat kovalensi spesies (sederhana) yang bersangkutan. Kation dengan muatan +1 dan +2,
biasanya mendominasi sifat ionik, sedangkan kation dengan muatan +3 membentuk senyawa
ionik hanya dengan anion yang sangat sukar terpolarisasi seperti ion fluorida. Kation dengan
muatan teoritik +4 atau yang lebih tinggi sesungguhnya tidak dikenal sebagai ion, dan
senyawanya sering diperhitungkan sebagai senyawa yang didominasi oleh sifat kovalen.
Sebagai contoh, MnO mempunyai titik leleh 17850
C tetapi Mn2O, berupa cair pada
temperatur kamar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Mn(II) membentuk kisi kristal ionik
dalam MnO, tetapi Mn(VII) membentuk molekul kovalen dalam Mn2O7. Perhitungan rapatan
muatan menghasilkan harga 84 C mm-3
untuk ion Mn2+
dan 1240 C mm-3
untuk ion
Mn7+
(andaikata ion ini ada). Ion ini (Mn7+
) sangat tinggi (rapatan) muatan positifnya,
demikian juga ukurannya tentu jauh lebih kecil daripada ukuran ion Mn2+
, sehingga
mempunyai daya mempolarisasi yang sangat kuat terhadap anion oksida; akibatnya,
senyawaan yang terbentuk bersifat kovalen sebagaimana ditunjukkan oleh rendahnya titik
leleh.
Aturan Fajans yang ke tiga, berkaitan dengan kationn yang mempunyai konfigurasi
elektronik bukan gas mulia. Sebagai contoh yaitu kation Ag+
(dengan konfigurasi [Ar] 4d10
),
demikian juga Cu+
, Sn2+
, dan Pb2+
. Senyawaan perak halida, AgF, AgCl, AgBr, dan AgI,
masing-masing mempunyai titik leleh 435, 455, 430, dan 5580
C, yang secara berurutan lebih
rendah kira-kira 3000
C dari pada titik leleh kalium halida. Dengan demikian, kation perak
mempunyai daya mempolarisasi yang lebih kuat daripada kation K+
, sehingga senyawaan
perak halida lebih bersifat kovalen dari pada senyawaan kalium halida. Petunjuk lain perihal
sifat kovalensi halida perak yaitu kenyataannya bahwa halida perak (kecuali fluorida) sukar
larut dalam air. Proses pelatutan dalam pelerut polar disebabkan adanya interaksi antara
molekul air (polar) dengan muatan ion; menurunnya sifat ionik atau naiknya sifat kovalen
halida perak mengakibatkan melemahnya interaksi tersebut hingga cenderung sukar larut.
Untuk perak fluorida, kecilnya ukuran ion fluorida menyebabkan kurangnya sifat
terpolarisasi oleh kation perak hingga senyawa ini paling bersifsat ionik daripada halida perak
yang lain, dan akibatnya mudah larut dalam air.
11
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari uraian materi di atas maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
 Teori orbital molekul merupakan teori yang paling lengkap karena menganggap
dalam pembentukan senyawa kompleks melibatkan interaksi elektrostatik maupun
interaksi kovalen.
 Pada senyawa kompleks, orbital molekul σ terbentuk sebagai gabungan/kombinasi
dari orbital atom logam dengan orbital atom dari ligan. Orbital atom logam dapat
bergabung dengan orbital atom ligan jika orbital-orbital atom tersebut memiliki
simetri yang sama.
 orbital π dapat terbentuk antara orbital px, py, pz, dxy, dxz, dan dyz dari logam dengan
orbital atom dari ligan yang tidak searah dengan orbital logam.
 Ligan dapat berperan sebagai akseptor π atau donor π, tergantung keterisian orbital π
yang dimiliki oleh ligan tersebut.
12
DAFTAR PUSTAKA
1. Effendy. (2008) Teori VSEPR, Kepolaran, dan Gaya Antarmolekul, p. 159
2. G. L. Miessler and D. A. Tarr “Inorganic Chemistry” 3rd Ed, Pearson/PrentButt holes
suckice Hall publisher. ISBN 0-13-035471-6.
3. House, J. E dan Kathleen A. House. (2010) Descriptive Inorganic Chemistry Second
Edition, p. 64
4. Langmuir, I. (1919). J. Am. Chem. Soc.; 1919; 41; 868-934.
5. March, J. “Advanced Organic Chemistry” 4th Ed. J. Wiley and Sons, 1991: New
York. ISBN 0-471-60180-2.
6. Merriam-Webster - Collegiate Dictionary (2000).
7. Rayner, Geoff dan Tina Overton (2010). Descriptive Inorganic Chemistry Fifth
Edition, p.96
13
14

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Makalah ikatan kimia dan struktur molekul
Makalah ikatan kimia dan struktur molekulMakalah ikatan kimia dan struktur molekul
Makalah ikatan kimia dan struktur molekulAngga Oktyashari
 
Pembahasan soal Review part1
Pembahasan soal Review part1Pembahasan soal Review part1
Pembahasan soal Review part1Siti Hasanah
 
Ikatan pi dan ikatan sigma
Ikatan pi dan ikatan sigmaIkatan pi dan ikatan sigma
Ikatan pi dan ikatan sigmalinda listia
 
Teori orbital molekul kompleks
Teori orbital molekul kompleksTeori orbital molekul kompleks
Teori orbital molekul kompleksElis Primalis
 
Ikatan kimia dan struktur molekul
Ikatan kimia dan struktur molekulIkatan kimia dan struktur molekul
Ikatan kimia dan struktur molekulujangsupiandi
 
Kelompok 4 bentuk molekul
Kelompok 4 bentuk molekulKelompok 4 bentuk molekul
Kelompok 4 bentuk molekulNur Latifah
 
Teori Orbital Molekul dan Ligan Field Theory
Teori Orbital Molekul dan Ligan Field TheoryTeori Orbital Molekul dan Ligan Field Theory
Teori Orbital Molekul dan Ligan Field TheoryUniversity Of Jakarta
 
Kimia koordinasi kel. 1
Kimia koordinasi kel. 1Kimia koordinasi kel. 1
Kimia koordinasi kel. 1Afdheal BeRlos
 
4383311a07aad279ac1bb35bc18e4953a1ad4a35
4383311a07aad279ac1bb35bc18e4953a1ad4a354383311a07aad279ac1bb35bc18e4953a1ad4a35
4383311a07aad279ac1bb35bc18e4953a1ad4a35selvitia
 
Bab 1 struktur atom dan tabel periodik
Bab 1 struktur atom dan tabel periodik Bab 1 struktur atom dan tabel periodik
Bab 1 struktur atom dan tabel periodik AudiCB
 

Was ist angesagt? (19)

Ikatan kimia
Ikatan kimiaIkatan kimia
Ikatan kimia
 
bentuk molekul
bentuk molekulbentuk molekul
bentuk molekul
 
Makalah ikatan kimia dan struktur molekul
Makalah ikatan kimia dan struktur molekulMakalah ikatan kimia dan struktur molekul
Makalah ikatan kimia dan struktur molekul
 
Pembahasan soal Review part1
Pembahasan soal Review part1Pembahasan soal Review part1
Pembahasan soal Review part1
 
Ikatan pi dan ikatan sigma
Ikatan pi dan ikatan sigmaIkatan pi dan ikatan sigma
Ikatan pi dan ikatan sigma
 
Teori orbital molekul kompleks
Teori orbital molekul kompleksTeori orbital molekul kompleks
Teori orbital molekul kompleks
 
Ikatan kimia dan struktur molekul
Ikatan kimia dan struktur molekulIkatan kimia dan struktur molekul
Ikatan kimia dan struktur molekul
 
Ikatan kimia
Ikatan kimiaIkatan kimia
Ikatan kimia
 
Bentuk geometri molekul
Bentuk geometri molekulBentuk geometri molekul
Bentuk geometri molekul
 
Teori orbital molekul
Teori orbital molekulTeori orbital molekul
Teori orbital molekul
 
Kelompok 4 bentuk molekul
Kelompok 4 bentuk molekulKelompok 4 bentuk molekul
Kelompok 4 bentuk molekul
 
Lks struktur atom
Lks struktur atomLks struktur atom
Lks struktur atom
 
Kimia fisika
Kimia fisikaKimia fisika
Kimia fisika
 
Teori Orbital Molekul dan Ligan Field Theory
Teori Orbital Molekul dan Ligan Field TheoryTeori Orbital Molekul dan Ligan Field Theory
Teori Orbital Molekul dan Ligan Field Theory
 
Struktur atom
Struktur atom Struktur atom
Struktur atom
 
Struktur atom
Struktur atomStruktur atom
Struktur atom
 
Kimia koordinasi kel. 1
Kimia koordinasi kel. 1Kimia koordinasi kel. 1
Kimia koordinasi kel. 1
 
4383311a07aad279ac1bb35bc18e4953a1ad4a35
4383311a07aad279ac1bb35bc18e4953a1ad4a354383311a07aad279ac1bb35bc18e4953a1ad4a35
4383311a07aad279ac1bb35bc18e4953a1ad4a35
 
Bab 1 struktur atom dan tabel periodik
Bab 1 struktur atom dan tabel periodik Bab 1 struktur atom dan tabel periodik
Bab 1 struktur atom dan tabel periodik
 

Andere mochten auch (15)

RMKB Presentation
RMKB PresentationRMKB Presentation
RMKB Presentation
 
Appasaheb updated CV
Appasaheb updated CVAppasaheb updated CV
Appasaheb updated CV
 
Mano
ManoMano
Mano
 
Tarjeta navideña
Tarjeta navideñaTarjeta navideña
Tarjeta navideña
 
Info sheet2_HEALTH AND SAFETY
Info sheet2_HEALTH AND SAFETYInfo sheet2_HEALTH AND SAFETY
Info sheet2_HEALTH AND SAFETY
 
Audience feedback on v2
Audience feedback on v2Audience feedback on v2
Audience feedback on v2
 
Rivers Of Beauty
Rivers Of BeautyRivers Of Beauty
Rivers Of Beauty
 
Profile - Ramesh
Profile - RameshProfile - Ramesh
Profile - Ramesh
 
杜拜新風貌
杜拜新風貌杜拜新風貌
杜拜新風貌
 
Special Olympics Brasil relatorio anual 2014
Special Olympics Brasil  relatorio anual 2014Special Olympics Brasil  relatorio anual 2014
Special Olympics Brasil relatorio anual 2014
 
Dp69 eyewear italia
Dp69 eyewear italiaDp69 eyewear italia
Dp69 eyewear italia
 
252354655 makalah-persamaan-reaksi
252354655 makalah-persamaan-reaksi252354655 makalah-persamaan-reaksi
252354655 makalah-persamaan-reaksi
 
Infection control preview
Infection control previewInfection control preview
Infection control preview
 
Basic First Aid Awareness Training - Preview
Basic First Aid Awareness Training - PreviewBasic First Aid Awareness Training - Preview
Basic First Aid Awareness Training - Preview
 
Pklinling mbmmbi 1
Pklinling mbmmbi 1Pklinling mbmmbi 1
Pklinling mbmmbi 1
 

Ähnlich wie 258028609 makalah-kovalen-kereen

Ikatan kimia, struktur molekul, dan polaritas
Ikatan kimia, struktur molekul, dan polaritasIkatan kimia, struktur molekul, dan polaritas
Ikatan kimia, struktur molekul, dan polaritasFahmi Hidayat
 
Lamtiur d sihotang (8136142014)
Lamtiur d sihotang (8136142014)Lamtiur d sihotang (8136142014)
Lamtiur d sihotang (8136142014)Lamtiur Sihotang
 
Lap. orbital molekul
Lap. orbital molekulLap. orbital molekul
Lap. orbital molekulAnhi Moon
 
Ikatan Kimia 1.pdf
Ikatan Kimia 1.pdfIkatan Kimia 1.pdf
Ikatan Kimia 1.pdfCHakun1999
 
PPT Ikatan kovalen koordinasi
PPT Ikatan kovalen koordinasiPPT Ikatan kovalen koordinasi
PPT Ikatan kovalen koordinasiAmeliaMoniq1
 
BAB 4 Ikatan Kimia.pptx
BAB 4 Ikatan Kimia.pptxBAB 4 Ikatan Kimia.pptx
BAB 4 Ikatan Kimia.pptxVitaYuningsih1
 
Logistics Engineering Kimia Dasar UISI
Logistics Engineering Kimia Dasar UISILogistics Engineering Kimia Dasar UISI
Logistics Engineering Kimia Dasar UISIPradeka Teklog UISI
 
Ikatan kimia merupakan sebuah proses fisika yang bertanggungung jawab dalam g...
Ikatan kimia merupakan sebuah proses fisika yang bertanggungung jawab dalam g...Ikatan kimia merupakan sebuah proses fisika yang bertanggungung jawab dalam g...
Ikatan kimia merupakan sebuah proses fisika yang bertanggungung jawab dalam g...yustinatyas
 
Ikatan ion dan kovalen tunggal, rangkap,
Ikatan ion dan kovalen tunggal, rangkap,Ikatan ion dan kovalen tunggal, rangkap,
Ikatan ion dan kovalen tunggal, rangkap,SetyaAyuAprilia2
 
1-1. MENGENAL SIFAT BAHAN_LENGKAP.pptx
1-1. MENGENAL SIFAT BAHAN_LENGKAP.pptx1-1. MENGENAL SIFAT BAHAN_LENGKAP.pptx
1-1. MENGENAL SIFAT BAHAN_LENGKAP.pptxkartikasari144
 
Materi ikatan kimia doc
Materi ikatan kimia docMateri ikatan kimia doc
Materi ikatan kimia docMimi Yeni
 
Teori ikatan berdasarkan kimia kuantum
Teori ikatan berdasarkan kimia kuantumTeori ikatan berdasarkan kimia kuantum
Teori ikatan berdasarkan kimia kuantumBagas Prayitna
 
Pendahuluan KO I
Pendahuluan KO IPendahuluan KO I
Pendahuluan KO Ielfisusanti
 
1f. ikatan kimia_basrib.kimia
1f. ikatan kimia_basrib.kimia1f. ikatan kimia_basrib.kimia
1f. ikatan kimia_basrib.kimiabaskimia
 

Ähnlich wie 258028609 makalah-kovalen-kereen (20)

Ikatan kimia, struktur molekul, dan polaritas
Ikatan kimia, struktur molekul, dan polaritasIkatan kimia, struktur molekul, dan polaritas
Ikatan kimia, struktur molekul, dan polaritas
 
Materi Ikatan kimia
Materi Ikatan kimiaMateri Ikatan kimia
Materi Ikatan kimia
 
Lamtiur d sihotang (8136142014)
Lamtiur d sihotang (8136142014)Lamtiur d sihotang (8136142014)
Lamtiur d sihotang (8136142014)
 
Lap. orbital molekul
Lap. orbital molekulLap. orbital molekul
Lap. orbital molekul
 
Ikatan Kimia 1.pdf
Ikatan Kimia 1.pdfIkatan Kimia 1.pdf
Ikatan Kimia 1.pdf
 
Susunan kimia
Susunan kimiaSusunan kimia
Susunan kimia
 
PPT Ikatan kovalen koordinasi
PPT Ikatan kovalen koordinasiPPT Ikatan kovalen koordinasi
PPT Ikatan kovalen koordinasi
 
BAB 4 Ikatan Kimia.pptx
BAB 4 Ikatan Kimia.pptxBAB 4 Ikatan Kimia.pptx
BAB 4 Ikatan Kimia.pptx
 
Logistics Engineering Kimia Dasar UISI
Logistics Engineering Kimia Dasar UISILogistics Engineering Kimia Dasar UISI
Logistics Engineering Kimia Dasar UISI
 
Ikatan kimia
Ikatan kimiaIkatan kimia
Ikatan kimia
 
Ikatan kimia merupakan sebuah proses fisika yang bertanggungung jawab dalam g...
Ikatan kimia merupakan sebuah proses fisika yang bertanggungung jawab dalam g...Ikatan kimia merupakan sebuah proses fisika yang bertanggungung jawab dalam g...
Ikatan kimia merupakan sebuah proses fisika yang bertanggungung jawab dalam g...
 
Ikatan ion dan kovalen tunggal, rangkap,
Ikatan ion dan kovalen tunggal, rangkap,Ikatan ion dan kovalen tunggal, rangkap,
Ikatan ion dan kovalen tunggal, rangkap,
 
1-1. MENGENAL SIFAT BAHAN_LENGKAP.pptx
1-1. MENGENAL SIFAT BAHAN_LENGKAP.pptx1-1. MENGENAL SIFAT BAHAN_LENGKAP.pptx
1-1. MENGENAL SIFAT BAHAN_LENGKAP.pptx
 
Materi ikatan kimia doc
Materi ikatan kimia docMateri ikatan kimia doc
Materi ikatan kimia doc
 
Bab 3
Bab 3Bab 3
Bab 3
 
Teori ikatan berdasarkan kimia kuantum
Teori ikatan berdasarkan kimia kuantumTeori ikatan berdasarkan kimia kuantum
Teori ikatan berdasarkan kimia kuantum
 
Ikatan kimia
Ikatan kimiaIkatan kimia
Ikatan kimia
 
Laporan kimia smster 1
Laporan kimia smster 1Laporan kimia smster 1
Laporan kimia smster 1
 
Pendahuluan KO I
Pendahuluan KO IPendahuluan KO I
Pendahuluan KO I
 
1f. ikatan kimia_basrib.kimia
1f. ikatan kimia_basrib.kimia1f. ikatan kimia_basrib.kimia
1f. ikatan kimia_basrib.kimia
 

Mehr von Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

Mehr von Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Kürzlich hochgeladen

PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.aechacha366
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptAcemediadotkoM1
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxrahmaamaw03
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptNabilahKhairunnisa6
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKARenoMardhatillahS
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPCMBANDUNGANKabSemar
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSyudi_alfian
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...jumadsmanesi
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaSABDA
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 

Kürzlich hochgeladen (20)

PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 

258028609 makalah-kovalen-kereen

  • 1. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam kehidupan sehari-hari sering kali kita menerima begitu saja dunia sekitar kita beserta perubahan-perubahan yang terjadi di dalamnya tanpa mempertanyakan misalnya, apa itu air, apa itu bensin, mengapa bensin bisa terbakar sedangkan air tidak? Apakah arti terbakar?Mengapa besi dapat berkarat sedangkan emas tidak?Apa itu karet dan bagaimana membuat karet tiruan? Pertanyaan-pertanyaan diatas adalah sebagian dari masalah yang dibahas dalam dalam ilmu kimia.Oleh karena itu, ilmu kimia dapat di definisikan sebagai ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang materi, seperti hakekat, susunan, sifat-sifat, perubahan serta energi yang menyertai perubahannya. Suatu atom bergabung dengan atom lainnya melalui ikatan kimia sehingga dapat membentuk senyawa, baik senyawa kovalen maupun senyawa ion. Senyawa ion terbentuk melalui ikatan ion, yaitu ikatan yang terjadi antara ion positif (atom yang melepaskan electron) dan ion negative (atom yang menangkap electron). Akibatnya, senyawa ion yang terbentuk bersifat polar. Dalam setiap senyawa, atom-atom terjalin secara terpadu oleh suatu bentuk ikatan antaratom yang deiebut ikatan kimia. Seorang ahli kimia dari Amerika serikat, yaitu Gilbert Newton Lewis ( 1875- 1946) dan Albrecht Kosel dari Jerman ( 1853- 1972) menerangkan tentang konsep ikatan kimia. Pada umumnya atom tidak berada dalam keadaan bebas tetapi menyatu dengan atom lain membentuk senyawa. Hal ini merupakan suatu bukti bahwa atom yang bergabung lebih stabil daripada yang menyendiri. Penggabungan itu disebut ikatan kimia dan terjadi bila ada daya tarik satu sama lain sehingga mengeluarkan energi paling kurang 42 kJ per mol atom. Berdasarkan teori atom modern, para ahli menyelediki cara terbentuknya ikatan kimia. Daya tarik kedua atom terjadi karena adanya elektron pada kulit terluar. Elektron pada kulit ini mempunyai kecenderungan menyamai konfigurasi elektron gas mulia, dengan cara menerima atau memberikan elektron pada atom lain. Pada makalah ini penulis akan memfokuskan cakupan materi terkait terbentuknya senyawa melalui ikatan kovalen yang akan penulis paparkan dari segi teori ikatan, hukum, struktur maupun sifat dan parameternya. 1
  • 2. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka penyusun merumuskan masalah yang hendak dibahas dalam makalah ini ialah sebagai berikut: 1. Bagaimana syarat terbentuknya ikatan kovalen pada suatu senyawa? 2. Bagaimana pembentukan struktur resonansi pada senyawa kovalen? 3. Bagaimana proses pembentukan ikatan kovalen menurut Hukum Fajans? 4. Bagaimana struktur dan sifat senyawa kovalen? 5. Bagaimana pembentukan orbital sigma dan orbital phi pada senyawa kovalen? C. Tujuan Tujuan penulisan makalah ini ialah sebagai berikut: 1. Mengetahui syarat terbentuknya ikatan kovalen pada suatu senyawa 2. Mengetahui pembentukan struktur resonansi pada senyawa kovalen 3. Mengetahui proses pembentukan ikatan kovalen menurut Hukum Fajans 4. Mengetahui struktur dan sifat senyawa kovalen 5. Mengetahui pembentukan orbital sigma dan orbital phi pada senyawa kovalen D. Metode Penulisan Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis menggunakan metode jelajah (browsing) internet dan studi pustaka. Metode ini merupakan pengumpulan berbagai sumber data dari internet dan buku referensi yang relevan,lalu menganalisanya, membandingkan dengan sumber data lainnya (mencari titik temu dari beberapa konsep yang berbeda) dan akhirnya menginterpretasikan data tersebut dalam bentuk makalah. 2
  • 3. BAB II PEMBAHASAN A. Sejarah Ikatan Kovalen Gagasan ikatan kovalen dapat ditilik beberapa tahun sebelum 1920 oleh Gilbert N. Lewis yang pada tahun 1916 menjelaskan pembagian pasangan elektron di antara atom- atom. Dia memperkenalkan struktur Lewis atau notasi titik elektron atau struktur titik Lewis yang menggunakan titik-titik di sekitar simbol atom untuk mewakili elektron valensi terluar atom. Pasangan elektron yang berada di antara atom-atom mewakili ikatan kovalen. Pasangan berganda mewakili ikatan berganda, seperti ikatan rangkap dua dan ikatan rangkap tiga. Terdapat pula bentuk alternatif lainnya di mana ikatan diwakili sebuah garis. Gambar 1. Konsep awal ikatan kovalen berawal dari gambar molekul metana sejenis ini. Ikatan kovalen tampak jelas pada struktur Lewis, mengindikasikan pembagian elektron-elektron di antara atom-atom. Ketika gagasan pembagian pasangan elektron memberikan gambaran kualitatif yang efektif akan ikatan kovalen, mekanika kuantum diperlukan untuk mengerti sifat-sifat ikatan seperti ini dan memprediksikan struktur dan sifat molekul sederhana. Walter Heitler dan Fritz London sering diberi kredit atas penjelasan mekanika kuantum pertama yang berhasil menjelaskan ikatan kimia, lebih khususnya ikatan molekul hidrogen pada tahun 1927. Hasil kerja mereka didasarkan pada model ikatan valensi yang berasumsi bahwa ikatan kimia terbentuk ketika terdapat tumpang tindih yang baik di antara orbital-orbital atom dari atom- atom yang terlibat. Orbital-orbital atom ini juga diketahui memiliki hubungan sudut spesifik 3
  • 4. satu sama lain, sehingga model ikatan valensi dapat memprediksikan sudut ikatan yang terlihat pada molekul sederhana dengan sangat baik. A.1 Orde Ikatan Derajat ikat atau orde ikat adalah sebuah bilangan yang mengindikasikan jumlah pasangan elektron yang terbagi di antara atom-atom yang membentuk ikatan kovalen. Istilah ini hanya berlaku pada molekul diatomik. Walaupun demikian, ia juga digunakan untuk mendeskripsikan ikatan dalam senyawa poliatomik. Gambar 2. Orde ikatan kovalen 1. Ikatan kovalen yang paling umum adalah ikatan tunggal dengan hanya satu pasang elektron yang terbagi di antara dua atom. Ia biasanya terdiri dari satu ikatan sigma. Semua ikatan yang memiliki lebih dari satu pasang elektron disebut sebagai ikatan rangkap atau ikatan ganda. 2. Ikatan yang berbagi dua pasangan elektron dinamakan ikatan rangkap dua. Contohnya pada etilena. Ia biasanya terdiri dari satu ikatan sigma dan satu ikatan pi. 3. Ikatan yang berbagi tiga pasang elektron dinamakan ikatan rangkap tiga. Contohnya pada hidrogen sianida. Ia biasanya terdiri dari satu ikatan sigma dan dua ikatan pi. A.2 Teori Saat Ini Saat ini model ikatan valensi telah digantikan oleh model orbital molekul. Dalam model ini, setiap atom yang berdekatan akan memiliki orbital-orbital atom yang saling berinteraksi membentuk orbital molekul yang merupakan jumlah dan perbedaan linear orbital-orbital atom tersebut. Orbital-orbital molekul ini merupakan gabungan antara orbital atom semula dan biasanya berada di antara dua pusat atom yang berikatan. Dengan menggunakan mekanika kuantum, adalah mungkin untuk menghitung struktur elektronik, arah energi, sudut energi, jarak ikat, momen dipol, dan spektrum elektromagnetik dari molekul sederhana dengan akurasi yang sangat tinggi. Jarak dan sudut ikat dapat dihitung seakurat yang diukur. Untuk molekul-molekul kecil, perhitungan tersebut cukup akurat untuk digunakan dalam menentukan kalor pembentukan termodinamika dan energi aktivasi kinetika. B. Teori Orbital Molekul (Molecular Orbital Theory) Pada Ikatan Kovalen 4
  • 5. 1s 1s Teori orbital molekul merupakan teori yang paling lengkap karena menganggap dalam pembentukan senyawa kompleks melibatkan interaksi elektrostatik maupun interaksi kovalen. Teori orbirtal molekul menyatakan bahwa pembentukan senyawa kompleks terjadi interaksi antara orbital-orbital dari atom pusat dengan orbital-orbital dari ligan membentuk orbital-orbital molekul. Orbital-orbirtal molekul senyawa kompleks dianggap merupakan hasil kombinasi linear dari orbital-orbital atom pusat dan orbital-orbital ligan yang perbedaan tingkat energinya besar dapat diabaikan, sehingga dalam menggambarkan orbital molekul senyawa kompleks cukup digambarkan orbital-orbital elektron valensinya. Teori orbital molekul dapat menjelaskan fakta-fakta tentang sifat magnetik dan warna senyawa kompleks. Setiap penggabungan orbital atom menjadi orbital molekul akan menghasilkan orbital bonding (orbital ikatan) dan orbital antibonding (orbital anti ikatan). B.1 PEMBENTUKAN ORBITAL σ Pembentukan ikatan melalui orbital σ yang paling sederhana dapat dicontohkan dalam pembentukan ikatan antar atom hidrogen dalam molekul H2. Gambar 3. Pembentukan Orbital σ pada molekul H2 Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa tiap atom H memiliki masing-masing satu buah elektron pada orbital 1s. kedua orbital atom H tersebut kemudian bergabung membentuk orbital molekul σ, sehingga terbentuk dua macam orbital, orbital σ yang merupakan orbital bonding, dan orbital σ* yang merupakan orbital antibonding. Sesuai dengan aturan Hund, maka mula-mula elektron dari salah satu atom H mengisi orbital molekul σ yang terbentuk, kemudian elektron dari atom H yang lain juga mengisi orbital σ tersebut. Dengan terbentuknya orbital molekul yang diisi oleh elektron dari kedua atom H, maka terbentuklah ikatan antar atom H tersebut menjadi molekul H2. Molekul H2 ini merupakan molekul yang stabil, karena elektron-elektronnya berada pada orbital molekul σ yang tingkat energinya lebih rendah dibandingkan tingkat energi orbital atom pembentuknya. Pembentukan orbital molekul ini dapat digunakan untuk menjelaskan ketidakstabilan dari molekul He2. Perhatikan diagram berikut : 5 orbital σ* (orbital molekul antibonding) orbital σ (orbital molekul bonding) H H H2
  • 6. 1s 1s Gambar 4. Pembentukan Orbital σ pada molekul He2 Setiap atom Helium memiliki dua elektron pada setiap orbital 1s. saat orbital-orbital atom 1s dari kedua atom Helium tersebut membentuk orbital molekul, terbentuk 2 macam orbital molekul pula, orbital σ dan σ*. Elektron-elektron mula-mula mengisi orbital bonding σ yang tingkat energinya lebih rendah, kemudian mengisi orbital antibonding σ*. Karena baik orbital bonding maupun orbital antibonding sama-sama terisi elektron, maka keduanya akan saling meniadakan, sehingga molekul He2 menjadi sangat tidak stabil. Kedua contoh diatas menunjukkan pembentukan orbital molekul untuk molekul diatomik yang heterogen, sehingga orbital atom yang digunakan dalam pembentukan orbital molekul memiliki tingkat energi yang sama. Pada molekul diatomik yang heterogen, atom yang lebih elektronegatif orbital atomnya memiliki tingkat energi yang lebih rendah. Perbedaan tingkat energi antar orbital atom dari dua atom berbeda yang saling berikatan merupakan ukuran dari sifat ionik ikatan yang terbentuk antara kedua atom tersebut. Sedangkan perbedaan tingkat energi antara orbital bonding molekul yang terbentuk dengan orbital atom (dari atom yang tingkat energinya lebih rendah) merupakan ukuran sifat kovalen ikatan yang terbentuk. Untuk lebih jelasnya, perhatikan ilustrasi yang diberikan dalam diagram berikut : 6 orbital σ* (orbital molekul antibonding) orbital σ (orbital molekul bonding) He He He2 1s A orbital σ* a
  • 7. - - + - + + + + - - + - - - + - + + + + - - + - Gambar 5. Ilustrasi diagram orbital sifat ikatan kovalen Pada diagram tersebut, atom B memiliki tingkat energi yang lebih rendah dibandingkan orbital atom A. Oleh karena itu, orbital molekul (OM) σ yang terbentuk memiliki karakteristik yang lebih mirip dengan orbital atom B. Selisih energi antara orbital atom A dan orbital atom B, dinotasikan dengan a, menunjukkan ukuran sifat ionik ikatan yang terbentuk antara A dan B. Sedangkan selisih energi antara OM σ dengan orbital atom B, dinotasikan dengan b, menunjukkan sifat kovalen ikatan AB. B.2 PEMBENTUKAN ORBITAL π Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, orbital σ dapat terbentuk antar orbital atom dengan simetri yang sama. Adapun orbital π dapat terbentuk antara orbital px, py, pz, dxy, dxz, dan dyz dari logam dengan orbital atom dari ligan yang tidak searah dengan orbital logam. Salah satu contoh bagaimana orbital π dapat terbentuk antara orbital atom dari logam dengan orbital atom yang dimiliki ligan ditunjukkan dalam gambar berikut : Gambar 6. Kombinasi orbital dxz dari logam dengan orbital py dan pz dari ligan 7 1s B AB orbital σ b
  • 8. + - + - + - + - + - Dari Gambar (6) di atas dapat dilihat bahwa orbital dxz berada sejajar dengan orbital py dan pz dari ligan, sehingga kombinasi dari orbital atom logam dan orbital atom ligan tersebut dapat menghasilkan orbital molekul π. Selain dari penggabungan orbital dxz dari logam dengan orbital py dan pz, orbital molekul π juga dapat terbentuk dari penggabungan antara orbital pz dari logam dengan orbital pz dari ligan. Ilustrasi kedua orbital atom tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Gambar 7. Posisi orbital atom pz dari logam dan orbital pz ligan berada dalam posisi yang sejajar, sehingga juga dapat bergabung dan menghasilkan orbital molekul π. Adanya ikatan π akan memperkuat ikatan antara logam dengan ligan, sehingga meningkatkan kestabilan kompleks. Selain itu, konsep mengenai pembentukan ikatan π juga dapat menjelaskan urutan kekuatan ligan dalam Deret Spektrokimia. C. Resonansi Resonansi adalah delokalisasi elektron pada molekul atau ion poliatomik tertentu dimana ikatannya tidak dapat dituliskan dalam satu struktur Lewis. Kebanyakan ikatan dapat dideskripsikan dengan menggunakan lebih dari satu struktur Lewis yang benar (misalnya pada ozon, O3). Dalam diagram lewis (LDS: Lewis dot structure) O3, atom pusat akan memiliki ikatan tunggal dengan satu atom dan ikatan rangkap dua dengan satu atom lainnya. Diagram LDS tidak dapat memberitahukan kita atom mana yang berikatan rangkap; atom pertama dan kedua yang berikatan dengan atom pusat memiliki probabilitas yang sama untuk memiliki ikatan rangkap. Dua struktur yang memungkinkan ini disebut sebagai struktur resonansi. Pada kenyataannya, struktur ozon adalah hibrid resonansi antara dua struktur resonansi yang memungkinkan. Daripada satu ikatan tunggal dan satu ikatan rangkap dua, sebenarnya terdapat dua ikatan 1,5 dengan kira-kira tiga elektron pada setiap atom. Kasus resonansi yang khusus terlihat pada atom-atom yang membentuk cincin aromatik (contohnya benzena). Cincin aromatik terdiri dari atom-atom yang tersusun menjadi lingkaran (dihubungkan dengan ikatan kovalen) dan menurut LDS akan memiliki ikatan 8
  • 9. tunggal dan rangkap dua yang saling bergantian. Dalam kenyataannya, elektron-elektron cenderung secara merata berada di seluruh ruang cincin. Pembagian elektron pada struktur aromatik seringkali diwakili dengan cincin di dalam lingkaran atom. Resonansi dalam kimia diberi simbol garis dengan dua arah panah (↔). Gambar 8. Struktur resonansi ozon Pada ozon, terdapat perpindahan elektron antar inti yang dijelaskan dengan anak panah. Gambar 9. Perpindahan elektron antar inti C.1 Sifat umum resonansi Molekul atau ion yang dapat beresonansi mempunyai sifat-sifat berikut: 1. Dapat dituliskan dalam beberapa struktur Lewis yang disebut dengan struktur resonan. Tetapi tidak satupun struktur tersebut melambangkan bentuk asli molekul yang bersangkutan. 2. Di antara struktur yang saling beresonansi bukanlah isomer. Perbedaan antar struktur hanyalah pada posisi elektron, bukan posisi inti. 3. Masing-masing struktur Lewis harus mempunyai jumlah elektron valensi dan elektron tak berpasangan. yang sama. 4. Ikatan yang mempunyai orde ikatan yang berbeda pada masing-masing struktur tidak mempunyai panjang ikatan yang khas. 5. Struktur yang sebenarnya mempunyai energi yang lebih rendah dibandingkan energi masing-masing struktur resonan D. Polarisasi menurut Aturan Fajans Pada umumnya, senyawa yang terbentuk akibat penggabungan antar logam dengan nonlogam memiliki sifat senyawa ionik. Akan tetapi, tidak semua senyawa dari penggabungan ini bersifat ionik. Senyawa ini dapat lebih mengarah ke sifat kovalen ketika elektron terluar dari anion ditarik kuat oleh kation, sehingga rapatan anion akan mengalami distorsi/penyimpangan terhadap kation. Distorsi ini dapat dilihat dari rapatan elektron yang 9
  • 10. mulanya digambarkan seperti bola akan menjadi lonjong (elektron terluar dari anion ditarik kuat oleh kation). Akibat dari distorsi ini maka senyawa yang mulanya bersifat ionik akan berubah menjadi kovalen dan akan terjadi polarisasi. Semakin besar sifat polarisasinya maka semakin besar pula derajat ikatan kovalensinya. Menurut Kasimir Fajans, ahli kimia, terdapat beberapa aturan perihal polarisasi tersebut, antara lain : 1. Suatu kation akan lebih mudah mengalami polarisasi ketika ukuran kation tersebut kecil dengan muatan positif yang besar. Mn2O7 memiliki muatan positif lebih besar dibandingkan dengan muatan positif pada MnO sehingga Mn2O7 lebih bersifat kovalen polar daripada bersifat ionik. 2. Suatu anion akan lebih mudah mengalami polarisasi ketika ukuran dan muatan negatif yang dimiliki anion tersebut besar. AlI3 memiliki muatan negatif yang sama namun dengan ukuran anion yang lebih besar jika dibandingkan dengan AlF3sehingga AlI3 lebih mengarah untuk membentuk ikatan kovalen yang polar dibandingkan dengan AlF3 yang tidak bersifat polar. 3. Kation yang tidak memiliki konfigurasi gas mulia lebih mudah mengalami polarisasi. Kation K+ pada senyawa KCl memiliki konfigurasi gas mulia yaitu [Ar] sedangkan kation Ag+ pada AgCl tidak memiliki konfigurasi gas mulia yaitu [Kr]4d10 , sehingga kation Ag+ lebih mudah mengalami polarisasi daripada kation K+ . Salah satu cara yang paling mudah untuk membedakan sifat ionik dari sifat kovalen suatu spesies yaitu dengan membandingkan titik lelehnya; senyawa ionik (dan juga jaringan senyawa kovalen) cenderung mempunyai titik leleh tinggi, dan senyawa kovalen sederhana mempunyai titk leleh rendah. Sebagai contoh, senyawa AlF3 dan AlI3, masing-masing mempunyai titik leleh yang sangat berbeda yaitu secara berurutan 1290 dan 1900 C. Ion fluorida mempunyai jari-jari ionik 117 pm, jauh lebih kecil daripada jari-jari ionik iodida, 206. Data jari-jari ini menghasilkan ukuran volume anion iodida sebesar kira-kira 5 ½ atau 2063 /1173 kali volume ion fluorida. Tingginya titik leleh aluminium fluorida 10 Gambar 10.
  • 11. menyarankan bahwa senyawa ini lebih bersifat ionik, dan ini berarti bahwa ion fluorida karena kecilnya ukuran tidak atau sukar terpolarisasi oleh ion Al3+ , sehingga senyawa yang terbentuk, yaitu AlI3, lebih bersifat kovalen dengan titik leleh yang jauh lebih rendah. Bandingkan dengan titik leleh senyawa KI (6850 C), demikian pula KF (8570 C). Karena jari-jari ionik dengan sendirinya bergantung pada muatan ionnya, maka besarnya muatan kation yang sering merupakan petunjuk yang baik untuk menentukan derajat kovalensi spesies (sederhana) yang bersangkutan. Kation dengan muatan +1 dan +2, biasanya mendominasi sifat ionik, sedangkan kation dengan muatan +3 membentuk senyawa ionik hanya dengan anion yang sangat sukar terpolarisasi seperti ion fluorida. Kation dengan muatan teoritik +4 atau yang lebih tinggi sesungguhnya tidak dikenal sebagai ion, dan senyawanya sering diperhitungkan sebagai senyawa yang didominasi oleh sifat kovalen. Sebagai contoh, MnO mempunyai titik leleh 17850 C tetapi Mn2O, berupa cair pada temperatur kamar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Mn(II) membentuk kisi kristal ionik dalam MnO, tetapi Mn(VII) membentuk molekul kovalen dalam Mn2O7. Perhitungan rapatan muatan menghasilkan harga 84 C mm-3 untuk ion Mn2+ dan 1240 C mm-3 untuk ion Mn7+ (andaikata ion ini ada). Ion ini (Mn7+ ) sangat tinggi (rapatan) muatan positifnya, demikian juga ukurannya tentu jauh lebih kecil daripada ukuran ion Mn2+ , sehingga mempunyai daya mempolarisasi yang sangat kuat terhadap anion oksida; akibatnya, senyawaan yang terbentuk bersifat kovalen sebagaimana ditunjukkan oleh rendahnya titik leleh. Aturan Fajans yang ke tiga, berkaitan dengan kationn yang mempunyai konfigurasi elektronik bukan gas mulia. Sebagai contoh yaitu kation Ag+ (dengan konfigurasi [Ar] 4d10 ), demikian juga Cu+ , Sn2+ , dan Pb2+ . Senyawaan perak halida, AgF, AgCl, AgBr, dan AgI, masing-masing mempunyai titik leleh 435, 455, 430, dan 5580 C, yang secara berurutan lebih rendah kira-kira 3000 C dari pada titik leleh kalium halida. Dengan demikian, kation perak mempunyai daya mempolarisasi yang lebih kuat daripada kation K+ , sehingga senyawaan perak halida lebih bersifat kovalen dari pada senyawaan kalium halida. Petunjuk lain perihal sifat kovalensi halida perak yaitu kenyataannya bahwa halida perak (kecuali fluorida) sukar larut dalam air. Proses pelatutan dalam pelerut polar disebabkan adanya interaksi antara molekul air (polar) dengan muatan ion; menurunnya sifat ionik atau naiknya sifat kovalen halida perak mengakibatkan melemahnya interaksi tersebut hingga cenderung sukar larut. Untuk perak fluorida, kecilnya ukuran ion fluorida menyebabkan kurangnya sifat terpolarisasi oleh kation perak hingga senyawa ini paling bersifsat ionik daripada halida perak yang lain, dan akibatnya mudah larut dalam air. 11
  • 12. BAB III PENUTUP KESIMPULAN Dari uraian materi di atas maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :  Teori orbital molekul merupakan teori yang paling lengkap karena menganggap dalam pembentukan senyawa kompleks melibatkan interaksi elektrostatik maupun interaksi kovalen.  Pada senyawa kompleks, orbital molekul σ terbentuk sebagai gabungan/kombinasi dari orbital atom logam dengan orbital atom dari ligan. Orbital atom logam dapat bergabung dengan orbital atom ligan jika orbital-orbital atom tersebut memiliki simetri yang sama.  orbital π dapat terbentuk antara orbital px, py, pz, dxy, dxz, dan dyz dari logam dengan orbital atom dari ligan yang tidak searah dengan orbital logam.  Ligan dapat berperan sebagai akseptor π atau donor π, tergantung keterisian orbital π yang dimiliki oleh ligan tersebut. 12
  • 13. DAFTAR PUSTAKA 1. Effendy. (2008) Teori VSEPR, Kepolaran, dan Gaya Antarmolekul, p. 159 2. G. L. Miessler and D. A. Tarr “Inorganic Chemistry” 3rd Ed, Pearson/PrentButt holes suckice Hall publisher. ISBN 0-13-035471-6. 3. House, J. E dan Kathleen A. House. (2010) Descriptive Inorganic Chemistry Second Edition, p. 64 4. Langmuir, I. (1919). J. Am. Chem. Soc.; 1919; 41; 868-934. 5. March, J. “Advanced Organic Chemistry” 4th Ed. J. Wiley and Sons, 1991: New York. ISBN 0-471-60180-2. 6. Merriam-Webster - Collegiate Dictionary (2000). 7. Rayner, Geoff dan Tina Overton (2010). Descriptive Inorganic Chemistry Fifth Edition, p.96 13
  • 14. 14