SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 13
HUBUNGAN AGAMA DENGAN PROFESI KEDOKTERAN HEWAN


        Agama kontekstual yaitu mengaitkan sutau ajaran agama dengan ilmu yang dimiliki,
yang diterapkan dengan kehidupan sehari-hari. Hubungan dengan profesi veteriner ialah
tindakan medis tidak bertentangan dengan agama yang diyakini dan agama sebagai pedoman
setiap tindakan veteriner.
        Tiap agama mengajarkan kepada umatnya untuk berbuat baik, baik itu kepada sesama
manusia atau kepada makhluk Tuhan lainnya (hewan) :
1.    Tidak berbuat aniaya.
2.    Menghindarkan dari kurang makan dan beban berlebihan.
3.    Terhindar dari kelaparan.
4.    Prinsip kebebasan hidup.
5.    Menyelamatkan dari ancaman kematian.
6.    Bebas dari penderitaan.
7.    Azas bebas dari beban berat yang tidak sesuai kapasitas.
        Peran dokter hewan dalam melakukan tugasnya, tentu juga tidak boleh melenceng
dari hukum agama terutama agama yang dianutnya.Hukum agama yang bersangkutan
tentunya sudah terkandung dalam etika profesi dan peraturan terkait lainnya. Dalam ajaran
agama terdapat ajaran mengenai perlakuan terhadap makhluk ciptaan Tuhan lainnya (hewan),
otomatis dokter hewan yang akan selalu berinteraksi dengan hewan harus mengamalkan
ajaran tersebut, seperti memperlakukan hewan sesuai yang terkandung dalam five freedom
animal welfare karena prinsip kesejahteraan hewan tersebut tidal lain merupakan ekstraksi
ajaran agama secara umum. Hal-hal yang harus dipertanggungjawabkan tersebut dalam
beberapa hadist.
1.    Alloh menurunkan penyakit dan Dia juga menurunkan obatnya (HR Malik)
2.    Barangsiapa yang mengobati namun tidak menguasai ilmu pengobatan maka ia harus
     bertanggungjawab (HR: Abu Dawud)
3.    Setiap penyakit ada obatnya, dan jika suatu obat mengena tepat pada penyakitnya, ia
     akan sembuh dengan izin Alloh Ta‟ala (Shohih Al-Jami‟ Ash-shighir)
4.    Jangan mencampur antara hewan yang sakit dengan yang sehat (HR:Bukhori dan
     Muslim)
5.    Jika kamu mendengar ia sedang mewabah di suatu daerah maka janganlah kamu masuk
     ke sana, dan jika ia mewabah di daerah, sementara kamu ada di dalamnya maka janganlah
     kamu keluar menghindarinya (HR: Bukhori dan Muslim)

                                              1
6.      Lalu Kami wahyukan kepadanya: buatlah bahtera di bawah penilikan dan petunjuk
     Kami, maka apabila perintah Kami telah datang dan dapur telah memancarkan air, maka
     masukkanlah ke dalam bahtera itu sepasang dari setiap jenis, dan juga keluargamu,
     kecuali orang yang telah berlaku ketetapan (akan ditimpakan adzab) di atara mereka (QS
     Al-Mukminun : 27)
                                                                                        (Widiyono , 2012)


Konsep Dokter Muslim
          Konsep tentang dokter muslim ini terkait dengan etika kedokteran, menurut Dr
Ahamd Alkandi, salah seorang pendiri Himpunan Kedokteran Islam merika Serikat dan
Kanada, bahwa etika dianggap sebagai persyaratan penting untuk menjadi dokter. Ilmu
keodkteran yang berkembang sedemikian pesat dan universal oleh kaum muslim perlu ada
seleksi dan dipilih mana yang sesuai dengan norma dan kaidah islam. Dengan semangat
gerakan islamisasi maka seluruh kehidupan muslim dijadikan sebagi pengalaman agama,
untuk itu maka dicarilah pijakan-pijakan islami, juga dalam praktek pengobatan, atau lebih
spesifik dokter (Zuhroni, 2003).
          Rumusan tentang dokter muslim, menurut Ja‟far Khadim Yamani, ilmu kedokteran
dapat      dikatakan    islami,     jika    memenuhi           sembilan    syarat      dan   karakteristik,
yaitu: Pertama, dokter harus mengobati pasien dengan ihsan dan tidak melakukan hal-hal
yang bertentangan dengan al-Quran. Kedua, tidak menggunakan bahan haram atau dicampur
dengan unsur haram. Ketiga, dalam pengobatan tidak boleh berakibat mencacatkan tubuh
pasien,     kecuali    sudah      tidak    ada     alternatif     lain. Keempat, pengobatannya       tidak
berbau takhayyul, khurafat, bid’ah. Kelima, hanaya dilakukan oleh tenaga medis yang
menguasai di bidang medis. Keenam, dokter memiliki sifat-sifat terpuji, tidak memiliki rasa
iri, riya, takabur, senang merendahkan oranglain, serta sikap hina lainnya. Ketujuh, harus
berpenampilan rapih dan bersih.Kedelapan, lembaga-lembaga pelayan kesehatan mesti
bersifat simpatik. Kesembilan, menjauhkan dan menjaga diri dari pengaruh atau lambang-
lambang non-islamis (Zuhroni, 2003).
          Dalam kode etik kedokteran islam (Islamic code of Medical Ethics), yang merupakan
hasil dari First International Conference on Islamic Medicine yang diselenggarakan 6-10
Rabi‟ al-Awwal 1401 H. di Kuwait dan selanjutnya disepakati sebagai kode etik kedokteran
islam, dirumuskan bebebrapa karakteristik yang semestinya dimiliki oleh dokter muslim. Isi
kode etik kedokteran islam tersebut terdiri atas 12 pasal. Rinciannya, Pertama, definisi
profesi     kedokteran. Kedua, ciri-ciri         para       dokter. Ketiga, hubungan     dokter    dengan

                                                        2
dokter. Keempat, hubungan dokterd dengan pasien. Kelima, rahasia profesi. Keenam, peranan
dokter dimasa perang. Ketujuh, tanggungjwab dan pertanggungjawaban. Kedelapan, kesucian
jiwa manusia. Kesembilan, dokter dan masyarakat. Kesepuluh, dokter dan kemajuan biomedis
modern. Kesebelas, pendidikan kedokteran. Keduabelas, sumpah dokter (Zuhroni, 2003).
       Semua butir diatas disebutkan seorang dokter muslim disamping sebagai orang yang
bertakwa juga harus berakhlak mulia, seperti harus bijaksana, ramah, baik hati, pemaaf,
pelindung, sabar, dapat dipercaya, bersikap baik tanpa membedakan tingkat sosial pasien,
bersikap tenang, dan menghormati pasien. Secara teologis, dokter muslim harus menyadari
bahwa soal kematian berada sepenuhnya ditangan Allah swt dan fungsi dokter hanya sebagai
penyelamaat kehidupan, berfungsi mempertahankan dan memlihara sebaik dan semampu
mungkin.disamping itu, dokter muslim harus dapat menjadi suri tauladan yang baik juga
harus profesional, dengan tetap pada prinsip ilmiah dan jujur. Lebih dari itu semua, dokter
muslim juga diharuskan memilikki pengetahuan tantang undang-undang, cara-cara beribadah
dan pokok-pokok fiqih sehingga dapat memnuntun pasien untuk melaksanakan kewajiban
agamanya. Ditekankan pula seorang dokter harus berusaha menjauhkan diri dari praktek-
praktek yang bertentangan dengan ajaran islam. Hal lain yang disarankan, dokter muslim
harus rendah hati, tidak sombong serta bersikap tercela lainnya. Dalam bidang pengetahuan
dokter muslim diharuskan tetap menggali dan mencari penegtahuan agar tidak ketinggalan
dalam kemajuan ilmiah, dan upaya itu harus diaykini sebagai bentuk ibadah (Zuhroni, 2003).
       Abu al-Fadl merinci karakteristik dokter islam atas tiga hal. Pertama, percaya akan
adnya kematian yang tidak terelakkan seperti banyak ditegaskan dalam nash. Ibnu Sina
mengatakan, pengetahuan tentang pemeliharaan kesehatan itu tidak bisa membantu untuk
menghindari kematian maupun membebaskan diri dari penderitaan lahir. Dengan pemahaman
demikian, tidak berarti dokter muslim menentang teknologi biomedis bila berarti upaya
mempertahankan kehidupan dengan memberikan pasien pernapasan atau alat lain sejenis.
Sebab, upaya menyelamatkan hidup adalah tugas mulia, siapa yang menyelamatkan hidup
seorang manusia seolah ia menyelamatkan seluruh manusia (QS. 5:32). Kedua, menghormati
pasien, diantaranya, berbicara dengan baik kepada pasien tidak membocorkan rahasia dan
perasaan pasien, tidak melakukan pelecehan seksual, itulah sebabnya pasien didampingi
pihak ketiga. Ketiga, pasrah kepada Allah swt sebagai         Dzat Penyembuh. Berarti
membebaskan dokter dari segala upaya diagnosis dan pengobatan. Dengan demikian, akan
menghindarkan perasaan bersalah jika segala upaya yang dilakukan mendapati kegagalan
(Zuhroni, 2003).


                                            3
Etika/adab yang harus dimiliki dokter muslim
       Dokter muslim menurut Dr Zuhair Ahmad al-Sibai dan Dr Muhammad „Ali al-Bar
dalm karyanya al-Thabib, Adabun wa Fiqhuh, harus memiliki etika dan adab antara lain,
bahwa dokter muslim harus berkeyakinan atas kehormatan profesi, menjernihkan nafsu, lebih
mendalami ilmu yang dikuasainya, menggunakan metode ilmiah dalam berfikir, kasih
sayang, benar dan jujur, rendah hati, bersahaja dan mawas diri (Zuhroni, 2003).


Hewan dalam Islam
       Binatang yang ada di muka Bumi (termasuk hewan temak) adalah makhluk ciptaan
Tuhan (Allah). Perhatian Tuhan terhadap hewan sebagai makhluknya tidak berbeda jauh
dengan perhatian terhadap manusia. Hewan merupakan umat seperti halnya manusia. Di
dalam QS A1 An'am: 38 dijelaskan seperti berikut: "Dari tiadalah binatang-binatang yang
ada di bumi dan binaatang-binatang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat
juga) seperti kamu,” Oleh karenanya manusia juga harus menghormati keberadaan hewan
dan hidup berdampingan (Winarso, 2008).
       Kemudian Allah menegaskan bahwa semua makhluk Allah beribadah kepada-Nya
dan memuji-Nya meskipun dengan bahasa yang manusia tidak memahaminya: "Langit yang
tujuh, bumi dan semua yang ada didalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada
sesuatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti
tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun." (QS
Bani Israail: 43). Allah mengatur rizki dan ketentuan atas hewan seperti halnya atas manusia.
Hal ini dapat kita ketahui dalam QS Huud ayat 6 berikut: "Dan tidak ada suatu binatang
melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui
tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab
yang nyata (Lawh Mahfudz).” (Winarso, 2008).
       Islam membenarkan hak penggunaan hewan oleh manusia. Hewan-hewan di dunia
telah diciptakan Allah swt. untuk dimanfaatkan manusia memenuhi kebutuhan hidupnya.
Namun, dalam memanfaatkan alam, manusia liarus menjaganya dari kerusakan yang
mungkin timbul, sebab Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. Manusia
dapat mengambil manfaat yang banyak dari hewan ternak. Didalam ayat Al Quran, dijelaskan
bahwa hewan diciptakan dengan berjenis-jenis manfaat untuk kesejahteraaan manusia. Di
antaranya disebutkan bahwa hewan bermanfaat sebagai transportasi dan sumber pangan
(Winarso, 2008).


                                              4
Tinjauan konsep five freedoom dari ajaran Islam

a. Bebas dari rasa lapar dan haus

       Hewan dialam liar mendapatkan makanan sendiri. Sejak hewan didomenstikasi maka
   terjadi perubahan perilaku hewan yang menjadi dibawah kendali manusia. Manusia wajib
   memberikan nafkah kepada hewan berupa makan dan minum yang dapat menopang
   hidupnya. Karena manusia telah memutuskan dirinya sebagai perantara rizki untuk
   ternak.

       Dalam sebuah riwayat, dikisahkan bahwa ada seorang laki-laki yang melintasi sebuah
   jalan. Tiba-tiba ia merasa sangat haus, lalu menemukan sebuah sumur. Ia menuruninya
   untuk (mengambil air) minum. Selesai minum, ia keluar. Tatkala ia telah keluar, ia
   menjumpai seekor anjing yang menjulurkan-julurkan lidahnya sambil mencium tanah
   karena kehausan. Kemudian ia kembali menuruni sumur itu dan mengisi penuh sepatunya
   dengan air. Ia gigit sepatu itu hingga sampai lagi di tempat (anjing berada). Lalu ia
   meminumkamya kepada anjing itu. Allah swt. mengucapkan terimakasih kepadanya dan
   mengampuni dosa-dosanya.

       Kisah serupa yang membenarkan ajaran tersebut adalah dikisahkan bahwa konon ada
   seekor anjing yang berputar-putar di sekeliling sebuah sumur yang hampir mati karena
   kehausan, tiba-tiba seeorang wanita tuna susila dari Bani lsrail melihatnya. lalu ia
   melepaskan sepatunya untuk mengambil air yang kemudian diminumkannya kepada
   anjing    tersebut.   Karena     amalnya   itulah   kemudian   Allah   swt.   berkenan
   mengampuninya.Sedangkan kisah yang menahan nafkah hewan piaraan, dikisahkan
   seorang wanita yang disiksa karena seekor kucing yang dikuningnya sanlpai mati. Hanya
   karena kucing itu ia masuk neraka. Sebab tatkala ia mengurungnya, ia tidak memberinya
   makan dan minum. Ia juga tidak mau melepaskannya untuk mencari makanan dari
   serangga dan tumbuh-tumbuhan.(Winarso, 2008)

b. Bebas dari ketidaknyamanan
       Dalam Islam diajarkan untuk menempatkan hewan senyaman mungkin (tidak
   menempatkan hewan di daerah yang panas tanpa peneduh dan dipancang sehingga tidak
   memungkinkan hewan mencari ternpat yang menurutnya nyaman). Perkandangan akan
   melindungi hewan dari cuaca buruk dan lingkuugan yang berubah secara cepat.


                                              5
Perkandangan yang baik akan menyediakan kenyamanan bagi hewan karena menjaga
   kestabilan suhu dan kelembaban pada tingkat yang sesuai (Winarso, 2008).
c. Bebas dari rasa sakit, luka/cedera dan penyakit
   Islam melarang umatnya mengadu binatang, karena tindakan tersebut menyakiti hewan
   dan merusak hewan. Penyakit produksi mungkin muncul pada hewan di petemakan.
   Namun Islam mengajarkan supaya berhati-hati dalam memelihara hewan. Pemanfaatan
   hewan untuk hekerja harus dalam keadaan sehat dan dikembalikan ke tempat
   pemeliharaannya dalam keadaan yang baik juga. Oleh karenanya pemanfaatan hewan
   dalam Islam tidak boleh melebihi kapasitas kerjanya. Perlakuan tersebut merusak hewan
   karena sangat memungkinkan hewan menderita luka dan cedera (Winarso, 2008).
d. Bebas untuk menunjukkan perilaku normal
       Umat muslim diajarkan manajemen petemakan meskipun tidak terperinci. Allah
   memerintahkan manusia untuk menggembalakan ternaknya dalam Surat Taha ayat 54,
   “…dan gembalakanlah binatang-binatangmu…” Penggembalaan memungkinkan hewan
   mendapat ruang dan suasana yang mendukung ekspresi perilaku normal. Perilaku ini
   misalnya perilaku mandi debu, perilaku agonistic, perilaku bermain, eksplorasi, dan
   perilaku seksual.
       Dalam kisah Nabi Nuh selain amanat melestarikan lingkungan (alam) juga
   tergambarkan adanya jaminan kebebasan hewan untuk mengekspresikan perilaku
   bersosial dengan hewan sejenisnya dan perilaku berkembang biak karena berkembang
   biak merupakan perilaku yang sangat alamiah.
                                                                          (Winarso, 2008)
e. Bebas dari rasa takut dan distress
       Rasulullah melarang hewan ditambatkan pada ternpat yang terik karena hewan itu
   tersiksa oleh panas, sementara ia tidak bisa berteduh atau mencari minun. Panas yang
   berlebih atau suhu sekitar yang sangat rendah dapat menyebabkan salah satunya adalah
   heat stress kemudian rnenyebabkan peningkatan metabolisme. Peningkatan metabolisme
   yang tidak perlu ini akan mengurangi produktivitas ternak dan efektivitas pakan.
   Menyalahgunakan hewan dengan menjadikannya sasaran lemparan, panah atau tembakan
   untuk bersenang-senang adalah perbuatan yang dilarang Rasulullah.
       Peneraan dengan teknik tato sering digunakan pada ternak sebagai penanda identitas.
   Ini dianjurkan dalam Islam, Rasulullah juga melakukannya sendiri terhadap hewan (unta)
   sedekah (riwayat Muslim). Namun Rasul melarang menato hewan di wajah (Winarso,
   2008).

                                             6
Agama mempunyai persepsi yang berbeda-beda tentang relasi manusia dengan hewan
   temak. Agama Buddha dan Hindu cenderung untuk memberikan hak-hak asasi hewan
   yang setara dengan hak asasi manusia sehingga tidak memperbolehkan pemanfaatan dan
   penyembelihan hewan ternak dengan alasan penyakralan. Yahudi dan Nasrani
   memberikan manusia kekuasaan atas hewan, yang dalam ha1 ini posisi hewan lebih
   rendah daripada manusia. Sedangkan Islam memberikan penlahaman bahwa manusia
   adalah k11alifaA (pemimpin) di muka bumi sehingga bumi dan isinya tennasuk hewan
   dapat dimanfaatkan agar tercapai keuntungan dan kesejahteraan secara timbal balik
   (Winarso, 2008).


Contoh Sudut Pandang Religiositas Profesi Veteriner:
                                           Kloning
       Kloning merupakan penggandaan suatu organisme kehidupan. Kloning dilakukan
dengan mengambil embrio dasar dari suatu makhluk hidup, kemudian memberikan instruksi
pada embrio tersebut agar bisa menjadi makhluk serupa. Sheikh Farid Washil (mantan Mufti
Mesir) menolak kloning reproduksi manusia karena dinilainya bertentangan dengan empat
dari lima Maqashid asy-Syar‟iah: pemeliharaan jiwa, akal, keturunan, dan agama. Dalam hal
ini cloning menyalahi pemeliharaan keturunan.Dari beberapa pendapat tersebut, kita bisa
menyimpulkan bahwa cloning hukumnya haram karena lebih berpotensi menghasilkan
dampak buruk daripada dampak baiknya.
       Adapun kloning dalam ranah binatang dan tumbuh-tumbuhan, maka Islam secara
jelas membolehkannya, apalagi kalau tujuannya untuk meningkatkan mutu pangan dan
kualitas daging yang dimakan manusia.Selain itu, karena binatang dan tumbuh-tumbuhan
tidak perlu mengetahui tentang asal-usul garis keturunannya.
       Upaya    memperbaiki     kualitas    tanaman    dan     hewan   serta   meningkatkan
produktivitasnya tersebut menurut syariat Islam tidak apa-apa untuk dilakukan dari termasuk
aktivitas yang mubah hukumnya. Demikian pula memanfaatkan tanaman dan hewan dalam
proses kloning guna mencari obat yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit manusia –
terutama yang kronisadalah kegiatan yang dibolehkan Islam, bahkan hukumnya
sunnah(mandub). Sebab berobat hukumnya sunnah. Begitu pula memproduksi berbagai obat-
obatan untuk kepentingan pengobatan hukumnya juga sunnah. Imam Ahmad telah
meriwayatkan hadis dari Anas ra.yang telah berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda,
“Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla setiap kali menciptakan penyakit, Dia menciptakan pula
obatnya. Maka berobatlah kalian.”

                                              7
Oleh karena itu, dibolehkan memanfaatkan proses kloning untuk memperbaiki
kualitas tanaman dan mempertinggi produktivitasnya atau untuk memperbaiki kualitas hewan
seperti sapi, domba, onta, kuda dan sebagainya. Juga dibolehkan memanfaatkan proses
kloning     untuk     mempertinggi      produktivitas     hewan-hewan       tersebut     dan
mengembangbiakannya, ataupun untuk mencari obat bagi berbagai penyakit manusia,
terutama penyakit-penyakit yang kronis (Abdul Qadim Zallum)(Lusi. 2008).


                                     Inseminasi Buatan
       Mengembangbiakkan dan pembibitan semua jenis hewan yang halal diperbolehkan
oleh Islam, baik dengan jalan inseminasi alami (natural insemination) maupun inseminasi
buatan (artificial insemination).Dasar hukum pembolehan inseminasi buatan ialah Pertama;
Qiyas (analogi) dengan kasus penyerbukan kurma.Setelah Nabi Saw hijrah ke Madinah,
beliau melihat penduduk Madinah melakukan pembuahan buatan (penyilangan/perkawinan)
pada pohon kurma.Lalu Nabi menyarankan agar tidak usah melakukan itu.kemudian ternyata
buahnya banyak yang rusak. Setelah hal itu dilaporkan pada Nabi, beliau berpesan :
“lakukanlah pembuahan buatan, kalian lebih tahu tentang urusan dunia kalian.” Oleh karena
itu, kalau inseminasi buatan pada tumbuh-tumbuhan diperbolehkan, kiranya inseminasi
buatan pada hewan juga dibenarkan, karena keduanya sama-sama diciptakan oleh Tuhan
untuk kesejahteraan umat manusia. (QS. Qaaf:9-11 dan An-Nahl:5-8). Kedua; kaidah hukum
fiqih Islam “al-ashlu fil asya‟ al-ibahah hatta yadulla dalil „ala tahrimihi” (pada dasarnya
segala sesuatu itu boleh, sampai ada dalil yang jelas melarangnya).Karena tidak dijumpai ayat
dan hadits yang secara eksplisit melarang inseminasi buatan pada hewan, maka berarti
hukumnya mubah.Hewan juga makhluk hidup seperti manusia, mempunyai nafsu dan naluri
untuk kawin guna memenuhi insting seksualnya, mencari kepuasan dan melestarikan jenisnya
di dunia. Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa mengembangbiakkan semua jenis
hewan yang halal (yang hidup di darat, air dan terbang bebas di udara) diperbolehkan Islam,
baik untuk dimakan maupun untuk kesejahteraan manusia (Annajah, 2009).


                                          Kastrasi
       Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud yang isinya hampir semakna
dengan hadits diatas, dikatakan bahwa Rasul Allah Saw.melarang umat Islam berqurban
dengan hewan yang al-mushfirrat (hewan yang rusak telinganya sehingga tampak bagian
kulit dalamnya); al-musta‟ashalat (hewan yang tanduknya bergeser dari tempatnya); al-
bahqa‟ (hewan yang matanya buta sebelah); al-musyayya‟at (hewan yang tidak laku dijual

                                             8
karena kurus dan lemah); dan al-kasra‟ (hewan yang sudah tua). Hadits di atas memberikan
gambaran tentang hewan yang tidak layak dijadikan hewan qurban adalah hewan yang cacat
yang rincian kecacatan tersebut adalah kakinya pincang; matanya rusak; matanya buta
sebelah atau picek; sakit; kurus yang tidak bergajih lagi; kupingnya rusak bagian depan dan
belakangnya, atau belah; kupingnya belah; sudah terlalu tua; tidak laku karena kurus dan
lemah; ompong gigi depannya; tanduk dan telinganya hilang setengahnya; dan tanduknya
bergeser dari tempatnya.
       Ulama Hanabilah menjelaskan ciri-ciri hewan yang cacat yang boleh dijadikan hewan
qurban tetapi makruh adalah dikebiri, tanpa tanduk sejak lahir (al-jammâ‟), kecil telinga atau
tidak bertelinga sejak lahir, tanpa ekor sejak lahir, di matanya terdapat warna putih tapi tidak
mengganggu penglihatannya, dan sedang hamil (Ebrahim, 2004).


                      Pelayanan Kesehatan dan Pemanfaatan Hewan
       Dari Abi Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda,`Bila seekor anjing minum
dari wadah milik kalian, maka cucilah 7 kali. (HR Bukhari 172, Muslim 279, 90).
Dari Abi Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda,`Sucinya wadah kalian yang dimasuki
mulut anjing adalah dengan mencucinya 7 kali.” Dan menurut riwayat Ahmad dan Muslim
disebutkan salahsatunya dengan tanah.” (HR             Muslim     279, 91, Ahmad 2/427)
Maka seluruh ulama sepakat bahwa air liur anjing itu najis, bahkan levelnya najis yang berat
(mughallazhah).Sebab untuk mensucikannya harus dengan air tujuh kali dan salah satunya
dengan menggunakan tanah.Dan memelihara anjing dalam Islam tidak diharamkan, terutama
bila digunakan untuk hal-hal yang berguna.Seperti untuk berburu, mencari jejak dan
sebagainya.Bahkan kita dibolehkan memakan hewan hasil buruan anjing telah diajar. Al-
Quran mengistilahkannya dengan sebutan: mukallab.Mereka menanyakan kepadamu,
“Apakah yang dihalalkan bagi mereka?” Katakanlah, “Dihalalkan bagimu yang baik-baik dan
oleh binatang buas yang telah kamu ajar dengan melatihnya untuk berburu; kamu
mengajarnya menurut apa yang telah diajarkan Allah kepadamu. Maka makanlah dari apa
yang ditangkapnya untukmu, dan sebutlah nama Allah atas binatang buas itu. Dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah amat cepat hisab-Nya (QS. Al-Maidah: 4).
       Pada Hakekatnya Islam mengajarkan pada umatnya untuk menyayangi binatang dan
melestarikan kehidupannya. Di dalam Al-qur‟an, Allah SWT menekankan bahwa telah
menganugerahi manusia wilayah kekuasaan yang mencakup segala sesuatu didunia ini, hal
ini tertuang dalam surat Al-Jatsiyah,45:13 yang artinya sebagai berikut :


                                               9
Dan Dia telah menundukan untukmu segala apa yang ada di langit dan segala apa
yang ada di muka bumi; semuanya itu dari Dia; sesungguhnya di dalam yang demikian itu
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berfikir (Q.S. Al-Jatsiyah,45:13).
       Menyangkut hewan atau satwa peliharaan, Al-Qur‟an dalam surat Al-Nahl
menyebutkan beberapa jalan di mana hewan-hewan tersebut memberi manfaat kepada
manusia :
       Dan dia telah menciptakan binatang ternak untukmu; padanya ada (bulu) yang
menghangatkan dan berbagai manfaat lainnya dan sebagiannya kamu makan (Q.S. Al-
Nahl,16:5).
       Dan mereka membawakan muatan milikmu yang berat menuju tanah yang tidak dapat
kau capai dengan selamat kecuali dengan upaya yang sangat berat; karena sesungguhnya
Tuhanmu benar-benar maha pengasih dan penyayang (Q.S. Al-Nahl, 16:7) Dan dia telah
menciptakan kuda, bagal, dan keledai untukmu baik sebagai kendaraan maupun sebagai
hiasan; dan Dia telah menciptakan makhluk-makhluk lainnya yang belum kamu ketahui (Q.S.
Al-Nahl, 16:8).
       Suatu ketika Nabi melihat mayat seekor kambing, Beliau berkata: Milik siapakah
kambing ini? Para sahabat berkata: ini milik budak Maimunah Ummul Mukminin, Nabi
berkata: mengapa kalian tidak memanfaatkan kulitnya? Mereka menjawab: tapi kambing ini
sudah mati. Kata beliau: sebenarnya yang dilarang adalah makan dagingnya (HR Bukhori dan
Muslim).
       Kehalalan hewan pada umumnya dan hewan ternak pada khususnya adalah
berdasarkan firman Allah dalam Surat Al-Baqarah:29, yang menyatakan bahwa semua yang
ada di planet bumi ini untuk kesejahteraan manusia. Dan juga surat Al-Maidah:2, yang
menyatakan bahwa semua hewan ternak dihalalkan kecuali yang tersebut dalam Al-
An‟am:145, An-Nahl:115, Al-Baqoroh:173 dan Al-Maidah:3. Ketiga surat dan ayat yang
pertama tersebut hanya mengharamkan 4 jenis makanan saja, yaitu bangkai, darah, babi dan
hewan yang disembelih tanpa menyebut nama Allah. Sedangkan surat dan ayat yang disebut
terakhir mengharamkan 10 jenis makanan, yaitu 4 macam makanan yang tersebut di atas
ditambah 6, yakni: 1. Hewan yang mati tercekik, 2. Yang mati dipukul, 3. Yang mati terjatuh,
4. Yang mati ditanduk, 5. Yang mati diterkam binatang buas, kecuali yang sempat disembelih
dan 6. Yang disembelih untuk disajikan pada berhala. Mengenai hewan yang halal dan yang
haram, terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama, yaitu: Ulama yang hanya
mengharamkan 10 macam makanan/hewan yang tersebut dalam Al-Maidah:3, sebab ayat ini
termasuk wahyu terakhir yang turun. Mahmud Syaltut, mantan Rektor Univ. Al-Azhar

                                             10
mendukung pendapat ini. Ulama hadits menambah beberapa larangan berdasarkan hadits
Nabi, yaitu antara lain: semua binatang buas yang bertaring, semua burung yang berkuku
tajam, keledai peliharaan/jinak dan peranakan kuda dengan keledai. Rasyid Ridha,
pengarang Tafsir Al-Manar berpendapat bahwa yang tidak jelas halal/haramnya berdasarkan
nash Al-Qur‟an itu ada dua macam: 1. semua jenis hewan yang baik, bersih dan enak/lezat
(thayyib) adalah halal. 2. Semua hewan yang jelek, kotor dan menjijikan adalah haram.
Namun kriteria baik, bersih, enak, menarik atau kotor, jelek dan menjijikan tidak ada
kesepakatan ulama di dalamnya.Apakah tergantung selera dan watak masing-masing orang
atau menurut ukuran yang umum (Ebrahim, 2004).


                                      Percobaan Binatang
         Syariat tidak membahas secara langsung isu tentang eksperimen pada binatang.Fikih
merupakan ilmu pengetahuan yang menuntun umat Islam dalam menentukan mana keputusan
manusia yang berhubungan dengan isu-isu kontemporer yang dapat dibenarkan dan mana
yang tidak. Dengan kata lain, tindakan-tindakan tertentu yang dimotivasi oleh keterpaksaan
(al-dharurah) dalam rangka melindungi salah satu dari kepentingan-kepentingan ini secara
kondisional dapat dibenarkan. Atau, dapat pula dikatakan bahwa jika eksperimen pada hewan
dapat dilaksanakan dengan tujuan memperoleh pengetahuan yang benar-benar bermanfaat
bagi kelestarian hidup manusia dan hewan, maka eksperimen tersebut dapat di setujui.
Namun, apa yang diistilahkan sebagai kepentingan (manusia) yang mendesak (al-mashlahah
al-dharuriyyah) ini lebih jauh dibatasi oleh prinsip-prinsip umum fikih sebagaimana berikut :
1.     Sesuatu yang dapat membawa kepada hal-hal yang diharamkan, maka hukumnya haram
     (Ibid, hal. 228)
2.     Seseorang yang terpaksa harus memilih antara dua hal yang buruk, maka ia harus
     memilih yang lebih kecil keburukannya untuk mencegah keburukan yang lebih besar.
     (Ibid, hal. 301)
3.     Sesuatu yang dihalalkan karena alasan tertentu akan menjadi tidak halal jika alasan
     kehalalannya itu tidak ada lagi (Ibid, hal.299)
4.     Menggunakan berbagai pilihan untuk hal-hal yang tidak ada ketentuannya (Fikih)
     tentangnya (Mashr, Animal in Islam, Hal. 19).


     Karena itu, dalam upaya menerapkan prinsip-prinsip fikih di atas pada kasus eksperimen
terhadap binatang, maka dapat dikemukakan penarikan kesimpulan sebagaimana berikut :
Peraturan ( i ) menyatakan bahwa tindakan menjadikan hewan sebagai objek eksperimen

                                                11
yang bersifat menyakiti dan tindakan-tindakan lain yang mengakibatkan kebutaan atau cacat
pada hewan statusnya adalah Haram.
   Peraturan ( ii) membolehkan pengujian obat-obatan yang terkait dengan penyelamatan
nyawa pada hewan sebelum dinyatakan aman untuk digunakan pada manusia. Peraturan ( iii)
menyatakan bahwa tindakan menjadikan hewan sebagai objek eksperimen yang sembarangan
(tidak jelas keperluannya) status hukumnya adalah tidak boleh. Peraturan ( iv) memiliki
relevansi dengan penyelidikan terkini tentang alternatif-alternatif bagi eksperimen pada
hewan dalam rangka meminimalisir pemanfaatan binatang dalam eksperimen (Ebrahim,
2004).




                                           12
DAFTAR PUSTAKA

An-Najah, Ahmad Zein. 2009. Inseminasi Buatan. www.annajah.wordpress.com.

Ebrahim, abul F.M., 2004. Kloning, Eutanasia, Transfudi Darah, Transplantasi Organ, dan
        Eksperiment pada Hewan. Jakarta: Penerbit Serambi.

Lusi. 2008. Bayi tabung Menurut Ajaran Agama Islam. www.lusicaem.blogspot.com.

Widiyono, I., 2012. Agama Kontekstual;:Islam dan Animal Welfare. Yogyakarta : Fakultas
        Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada

Winarso, Aji. 2008. Skripsi: kajian Kesejahteraan Hewan Ternak dalam Ajaran Agama
  Buddha, Hindu, Yahudi, Nasrani, dan Islam. Bogor: Istitut Pertanian Bogor.

Zuhroni, 2003. Islam untuk Disiplin Ilmu Kesehatan dan Kedokteran 2 (Fiqh
  Kontemporer). Jakarta : Departemen Agama RI, Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama
  Islam.




                                          13

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Teori anion kation benar
Teori anion kation benarTeori anion kation benar
Teori anion kation benarAyu lestari
 
spektrofotometri uv-vis
spektrofotometri uv-visspektrofotometri uv-vis
spektrofotometri uv-visHafifa Marza
 
Makalah Manajemen Quality Control: Laboratorium Quality Control Yang Ideal
Makalah Manajemen Quality Control: Laboratorium Quality Control Yang IdealMakalah Manajemen Quality Control: Laboratorium Quality Control Yang Ideal
Makalah Manajemen Quality Control: Laboratorium Quality Control Yang IdealUNESA
 
Analilis Melalui Pengendapan
Analilis Melalui PengendapanAnalilis Melalui Pengendapan
Analilis Melalui Pengendapanhengkinugraha
 
ITP UNS SEMESTER 2 Latihan soal gravimetri & jawaban
ITP UNS SEMESTER 2 Latihan soal gravimetri & jawabanITP UNS SEMESTER 2 Latihan soal gravimetri & jawaban
ITP UNS SEMESTER 2 Latihan soal gravimetri & jawabanFransiska Puteri
 
Penentuan amonia dalam air
Penentuan amonia dalam airPenentuan amonia dalam air
Penentuan amonia dalam airqlp
 
Laporan praktikum destilasi sederhana
Laporan praktikum destilasi sederhanaLaporan praktikum destilasi sederhana
Laporan praktikum destilasi sederhanaasterias
 
Laporan praktikum kesetimbangan kimia
Laporan praktikum kesetimbangan kimiaLaporan praktikum kesetimbangan kimia
Laporan praktikum kesetimbangan kimiawd_amaliah
 
Koefisien distribusi
Koefisien distribusiKoefisien distribusi
Koefisien distribusiIhsan Yaacob
 
1. identifikasi karbohidrat
1. identifikasi karbohidrat1. identifikasi karbohidrat
1. identifikasi karbohidratalvi lmp
 
Laporan Praktikum Ilmu Nutrisi Ternak
Laporan Praktikum Ilmu Nutrisi TernakLaporan Praktikum Ilmu Nutrisi Ternak
Laporan Praktikum Ilmu Nutrisi TernakDewi Purwati
 
Laporan praktikum pembuatan koloid
Laporan praktikum pembuatan koloidLaporan praktikum pembuatan koloid
Laporan praktikum pembuatan koloidLaily Indaryani
 

Was ist angesagt? (20)

Kesetimbangan asam basa KLP.8
Kesetimbangan asam basa KLP.8Kesetimbangan asam basa KLP.8
Kesetimbangan asam basa KLP.8
 
Uji molisch
Uji molischUji molisch
Uji molisch
 
Teori anion kation benar
Teori anion kation benarTeori anion kation benar
Teori anion kation benar
 
spektrofotometri uv-vis
spektrofotometri uv-visspektrofotometri uv-vis
spektrofotometri uv-vis
 
Makalah Manajemen Quality Control: Laboratorium Quality Control Yang Ideal
Makalah Manajemen Quality Control: Laboratorium Quality Control Yang IdealMakalah Manajemen Quality Control: Laboratorium Quality Control Yang Ideal
Makalah Manajemen Quality Control: Laboratorium Quality Control Yang Ideal
 
Analilis Melalui Pengendapan
Analilis Melalui PengendapanAnalilis Melalui Pengendapan
Analilis Melalui Pengendapan
 
ITP UNS SEMESTER 2 Latihan soal gravimetri & jawaban
ITP UNS SEMESTER 2 Latihan soal gravimetri & jawabanITP UNS SEMESTER 2 Latihan soal gravimetri & jawaban
ITP UNS SEMESTER 2 Latihan soal gravimetri & jawaban
 
Penentuan amonia dalam air
Penentuan amonia dalam airPenentuan amonia dalam air
Penentuan amonia dalam air
 
Kesetimbangan kimia
Kesetimbangan kimiaKesetimbangan kimia
Kesetimbangan kimia
 
Tegangan permukaan
Tegangan permukaan Tegangan permukaan
Tegangan permukaan
 
Laporan praktikum destilasi sederhana
Laporan praktikum destilasi sederhanaLaporan praktikum destilasi sederhana
Laporan praktikum destilasi sederhana
 
Laporan praktikum kesetimbangan kimia
Laporan praktikum kesetimbangan kimiaLaporan praktikum kesetimbangan kimia
Laporan praktikum kesetimbangan kimia
 
Lipid
LipidLipid
Lipid
 
Kekuatan asam dan basa
Kekuatan asam dan basaKekuatan asam dan basa
Kekuatan asam dan basa
 
Koefisien distribusi
Koefisien distribusiKoefisien distribusi
Koefisien distribusi
 
Gravimetri tes awal
Gravimetri tes awalGravimetri tes awal
Gravimetri tes awal
 
1. identifikasi karbohidrat
1. identifikasi karbohidrat1. identifikasi karbohidrat
1. identifikasi karbohidrat
 
Laporan Praktikum Ilmu Nutrisi Ternak
Laporan Praktikum Ilmu Nutrisi TernakLaporan Praktikum Ilmu Nutrisi Ternak
Laporan Praktikum Ilmu Nutrisi Ternak
 
Laporan praktikum pembuatan koloid
Laporan praktikum pembuatan koloidLaporan praktikum pembuatan koloid
Laporan praktikum pembuatan koloid
 
Solution_Kimia Dasar
Solution_Kimia DasarSolution_Kimia Dasar
Solution_Kimia Dasar
 

Ähnlich wie Agama dan Profesi Dokter Hewan

Nuansa pelayanan kesehatan yang islami
Nuansa pelayanan  kesehatan yang islamiNuansa pelayanan  kesehatan yang islami
Nuansa pelayanan kesehatan yang islamimuhammad reza
 
Nuansa pelayanan kesehatan yang islami
Nuansa pelayanan  kesehatan yang islamiNuansa pelayanan  kesehatan yang islami
Nuansa pelayanan kesehatan yang islamimuhammad reza
 
Modul 2 keperawatan agama kb2
Modul 2 keperawatan agama kb2Modul 2 keperawatan agama kb2
Modul 2 keperawatan agama kb2Anton Saja
 
Etika dan akhidah beragama dengan kesehatan
Etika dan akhidah beragama dengan kesehatanEtika dan akhidah beragama dengan kesehatan
Etika dan akhidah beragama dengan kesehatanpjj_kemenkes
 
Makalah agama tentang asi
Makalah agama tentang asiMakalah agama tentang asi
Makalah agama tentang asiWarnet Raha
 
Etika dan akhidah beragama dengan kesehatan
Etika dan akhidah beragama dengan kesehatanEtika dan akhidah beragama dengan kesehatan
Etika dan akhidah beragama dengan kesehatanpjj_kemenkes
 
HUBUNGAN AGAMA ISLAM DENGAN FARMASI.pptx
HUBUNGAN AGAMA ISLAM DENGAN FARMASI.pptxHUBUNGAN AGAMA ISLAM DENGAN FARMASI.pptx
HUBUNGAN AGAMA ISLAM DENGAN FARMASI.pptxFitrianiChairunnisaa
 
( Projek ) Kod etika perubatan islam : ISU FIQH PERUBATAN KONTEMPORARI
( Projek ) Kod etika perubatan islam : ISU FIQH PERUBATAN KONTEMPORARI( Projek ) Kod etika perubatan islam : ISU FIQH PERUBATAN KONTEMPORARI
( Projek ) Kod etika perubatan islam : ISU FIQH PERUBATAN KONTEMPORARIMuhd Shafiq
 
Makalah perlakuan terhadap orang sakit dan sakaratul maut menurut ajaran islam
Makalah perlakuan terhadap orang sakit dan sakaratul maut menurut ajaran islamMakalah perlakuan terhadap orang sakit dan sakaratul maut menurut ajaran islam
Makalah perlakuan terhadap orang sakit dan sakaratul maut menurut ajaran islamSeptian Muna Barakati
 
Sejarah Hukum Kesehatan yang ada di indonesia.pptx
Sejarah Hukum Kesehatan yang ada di indonesia.pptxSejarah Hukum Kesehatan yang ada di indonesia.pptx
Sejarah Hukum Kesehatan yang ada di indonesia.pptxpengelolaanbbbr
 
Makalah agama tentang asi AKBID PARAMATA RAHA KAB. MUNA
Makalah agama tentang asi AKBID PARAMATA RAHA KAB. MUNA Makalah agama tentang asi AKBID PARAMATA RAHA KAB. MUNA
Makalah agama tentang asi AKBID PARAMATA RAHA KAB. MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Ilmu kedokteran vs thibbun nabawi
Ilmu kedokteran vs thibbun nabawiIlmu kedokteran vs thibbun nabawi
Ilmu kedokteran vs thibbun nabawiArtam Sragen
 
Agama dan kesehatan
Agama dan kesehatanAgama dan kesehatan
Agama dan kesehatanadriismi
 

Ähnlich wie Agama dan Profesi Dokter Hewan (20)

Kelompok
KelompokKelompok
Kelompok
 
Nuansa pelayanan kesehatan yang islami
Nuansa pelayanan  kesehatan yang islamiNuansa pelayanan  kesehatan yang islami
Nuansa pelayanan kesehatan yang islami
 
Nuansa pelayanan kesehatan yang islami
Nuansa pelayanan  kesehatan yang islamiNuansa pelayanan  kesehatan yang islami
Nuansa pelayanan kesehatan yang islami
 
Modul 2 keperawatan agama kb2
Modul 2 keperawatan agama kb2Modul 2 keperawatan agama kb2
Modul 2 keperawatan agama kb2
 
Etika dan akhidah beragama dengan kesehatan
Etika dan akhidah beragama dengan kesehatanEtika dan akhidah beragama dengan kesehatan
Etika dan akhidah beragama dengan kesehatan
 
Makalah agama tentang asi
Makalah agama tentang asiMakalah agama tentang asi
Makalah agama tentang asi
 
Makalah agama tentang asi
Makalah agama tentang asiMakalah agama tentang asi
Makalah agama tentang asi
 
Etika dan akhidah beragama dengan kesehatan
Etika dan akhidah beragama dengan kesehatanEtika dan akhidah beragama dengan kesehatan
Etika dan akhidah beragama dengan kesehatan
 
HUBUNGAN AGAMA ISLAM DENGAN FARMASI.pptx
HUBUNGAN AGAMA ISLAM DENGAN FARMASI.pptxHUBUNGAN AGAMA ISLAM DENGAN FARMASI.pptx
HUBUNGAN AGAMA ISLAM DENGAN FARMASI.pptx
 
( Projek ) Kod etika perubatan islam : ISU FIQH PERUBATAN KONTEMPORARI
( Projek ) Kod etika perubatan islam : ISU FIQH PERUBATAN KONTEMPORARI( Projek ) Kod etika perubatan islam : ISU FIQH PERUBATAN KONTEMPORARI
( Projek ) Kod etika perubatan islam : ISU FIQH PERUBATAN KONTEMPORARI
 
Makalah perlakuan terhadap orang sakit dan sakaratul maut menurut ajaran islam
Makalah perlakuan terhadap orang sakit dan sakaratul maut menurut ajaran islamMakalah perlakuan terhadap orang sakit dan sakaratul maut menurut ajaran islam
Makalah perlakuan terhadap orang sakit dan sakaratul maut menurut ajaran islam
 
Sejarah Hukum Kesehatan yang ada di indonesia.pptx
Sejarah Hukum Kesehatan yang ada di indonesia.pptxSejarah Hukum Kesehatan yang ada di indonesia.pptx
Sejarah Hukum Kesehatan yang ada di indonesia.pptx
 
pengobatan bekam
pengobatan bekam pengobatan bekam
pengobatan bekam
 
Makalah agama tentang asi
Makalah agama tentang asiMakalah agama tentang asi
Makalah agama tentang asi
 
Makalah agama tentang asi AKBID PARAMATA RAHA KAB. MUNA
Makalah agama tentang asi AKBID PARAMATA RAHA KAB. MUNA Makalah agama tentang asi AKBID PARAMATA RAHA KAB. MUNA
Makalah agama tentang asi AKBID PARAMATA RAHA KAB. MUNA
 
Makalah agama tentang asi
Makalah agama tentang asiMakalah agama tentang asi
Makalah agama tentang asi
 
Makalah agama tentang asi
Makalah agama tentang asiMakalah agama tentang asi
Makalah agama tentang asi
 
62500039 kodeki
62500039 kodeki62500039 kodeki
62500039 kodeki
 
Ilmu kedokteran vs thibbun nabawi
Ilmu kedokteran vs thibbun nabawiIlmu kedokteran vs thibbun nabawi
Ilmu kedokteran vs thibbun nabawi
 
Agama dan kesehatan
Agama dan kesehatanAgama dan kesehatan
Agama dan kesehatan
 

Agama dan Profesi Dokter Hewan

  • 1. HUBUNGAN AGAMA DENGAN PROFESI KEDOKTERAN HEWAN Agama kontekstual yaitu mengaitkan sutau ajaran agama dengan ilmu yang dimiliki, yang diterapkan dengan kehidupan sehari-hari. Hubungan dengan profesi veteriner ialah tindakan medis tidak bertentangan dengan agama yang diyakini dan agama sebagai pedoman setiap tindakan veteriner. Tiap agama mengajarkan kepada umatnya untuk berbuat baik, baik itu kepada sesama manusia atau kepada makhluk Tuhan lainnya (hewan) : 1. Tidak berbuat aniaya. 2. Menghindarkan dari kurang makan dan beban berlebihan. 3. Terhindar dari kelaparan. 4. Prinsip kebebasan hidup. 5. Menyelamatkan dari ancaman kematian. 6. Bebas dari penderitaan. 7. Azas bebas dari beban berat yang tidak sesuai kapasitas. Peran dokter hewan dalam melakukan tugasnya, tentu juga tidak boleh melenceng dari hukum agama terutama agama yang dianutnya.Hukum agama yang bersangkutan tentunya sudah terkandung dalam etika profesi dan peraturan terkait lainnya. Dalam ajaran agama terdapat ajaran mengenai perlakuan terhadap makhluk ciptaan Tuhan lainnya (hewan), otomatis dokter hewan yang akan selalu berinteraksi dengan hewan harus mengamalkan ajaran tersebut, seperti memperlakukan hewan sesuai yang terkandung dalam five freedom animal welfare karena prinsip kesejahteraan hewan tersebut tidal lain merupakan ekstraksi ajaran agama secara umum. Hal-hal yang harus dipertanggungjawabkan tersebut dalam beberapa hadist. 1. Alloh menurunkan penyakit dan Dia juga menurunkan obatnya (HR Malik) 2. Barangsiapa yang mengobati namun tidak menguasai ilmu pengobatan maka ia harus bertanggungjawab (HR: Abu Dawud) 3. Setiap penyakit ada obatnya, dan jika suatu obat mengena tepat pada penyakitnya, ia akan sembuh dengan izin Alloh Ta‟ala (Shohih Al-Jami‟ Ash-shighir) 4. Jangan mencampur antara hewan yang sakit dengan yang sehat (HR:Bukhori dan Muslim) 5. Jika kamu mendengar ia sedang mewabah di suatu daerah maka janganlah kamu masuk ke sana, dan jika ia mewabah di daerah, sementara kamu ada di dalamnya maka janganlah kamu keluar menghindarinya (HR: Bukhori dan Muslim) 1
  • 2. 6. Lalu Kami wahyukan kepadanya: buatlah bahtera di bawah penilikan dan petunjuk Kami, maka apabila perintah Kami telah datang dan dapur telah memancarkan air, maka masukkanlah ke dalam bahtera itu sepasang dari setiap jenis, dan juga keluargamu, kecuali orang yang telah berlaku ketetapan (akan ditimpakan adzab) di atara mereka (QS Al-Mukminun : 27) (Widiyono , 2012) Konsep Dokter Muslim Konsep tentang dokter muslim ini terkait dengan etika kedokteran, menurut Dr Ahamd Alkandi, salah seorang pendiri Himpunan Kedokteran Islam merika Serikat dan Kanada, bahwa etika dianggap sebagai persyaratan penting untuk menjadi dokter. Ilmu keodkteran yang berkembang sedemikian pesat dan universal oleh kaum muslim perlu ada seleksi dan dipilih mana yang sesuai dengan norma dan kaidah islam. Dengan semangat gerakan islamisasi maka seluruh kehidupan muslim dijadikan sebagi pengalaman agama, untuk itu maka dicarilah pijakan-pijakan islami, juga dalam praktek pengobatan, atau lebih spesifik dokter (Zuhroni, 2003). Rumusan tentang dokter muslim, menurut Ja‟far Khadim Yamani, ilmu kedokteran dapat dikatakan islami, jika memenuhi sembilan syarat dan karakteristik, yaitu: Pertama, dokter harus mengobati pasien dengan ihsan dan tidak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan al-Quran. Kedua, tidak menggunakan bahan haram atau dicampur dengan unsur haram. Ketiga, dalam pengobatan tidak boleh berakibat mencacatkan tubuh pasien, kecuali sudah tidak ada alternatif lain. Keempat, pengobatannya tidak berbau takhayyul, khurafat, bid’ah. Kelima, hanaya dilakukan oleh tenaga medis yang menguasai di bidang medis. Keenam, dokter memiliki sifat-sifat terpuji, tidak memiliki rasa iri, riya, takabur, senang merendahkan oranglain, serta sikap hina lainnya. Ketujuh, harus berpenampilan rapih dan bersih.Kedelapan, lembaga-lembaga pelayan kesehatan mesti bersifat simpatik. Kesembilan, menjauhkan dan menjaga diri dari pengaruh atau lambang- lambang non-islamis (Zuhroni, 2003). Dalam kode etik kedokteran islam (Islamic code of Medical Ethics), yang merupakan hasil dari First International Conference on Islamic Medicine yang diselenggarakan 6-10 Rabi‟ al-Awwal 1401 H. di Kuwait dan selanjutnya disepakati sebagai kode etik kedokteran islam, dirumuskan bebebrapa karakteristik yang semestinya dimiliki oleh dokter muslim. Isi kode etik kedokteran islam tersebut terdiri atas 12 pasal. Rinciannya, Pertama, definisi profesi kedokteran. Kedua, ciri-ciri para dokter. Ketiga, hubungan dokter dengan 2
  • 3. dokter. Keempat, hubungan dokterd dengan pasien. Kelima, rahasia profesi. Keenam, peranan dokter dimasa perang. Ketujuh, tanggungjwab dan pertanggungjawaban. Kedelapan, kesucian jiwa manusia. Kesembilan, dokter dan masyarakat. Kesepuluh, dokter dan kemajuan biomedis modern. Kesebelas, pendidikan kedokteran. Keduabelas, sumpah dokter (Zuhroni, 2003). Semua butir diatas disebutkan seorang dokter muslim disamping sebagai orang yang bertakwa juga harus berakhlak mulia, seperti harus bijaksana, ramah, baik hati, pemaaf, pelindung, sabar, dapat dipercaya, bersikap baik tanpa membedakan tingkat sosial pasien, bersikap tenang, dan menghormati pasien. Secara teologis, dokter muslim harus menyadari bahwa soal kematian berada sepenuhnya ditangan Allah swt dan fungsi dokter hanya sebagai penyelamaat kehidupan, berfungsi mempertahankan dan memlihara sebaik dan semampu mungkin.disamping itu, dokter muslim harus dapat menjadi suri tauladan yang baik juga harus profesional, dengan tetap pada prinsip ilmiah dan jujur. Lebih dari itu semua, dokter muslim juga diharuskan memilikki pengetahuan tantang undang-undang, cara-cara beribadah dan pokok-pokok fiqih sehingga dapat memnuntun pasien untuk melaksanakan kewajiban agamanya. Ditekankan pula seorang dokter harus berusaha menjauhkan diri dari praktek- praktek yang bertentangan dengan ajaran islam. Hal lain yang disarankan, dokter muslim harus rendah hati, tidak sombong serta bersikap tercela lainnya. Dalam bidang pengetahuan dokter muslim diharuskan tetap menggali dan mencari penegtahuan agar tidak ketinggalan dalam kemajuan ilmiah, dan upaya itu harus diaykini sebagai bentuk ibadah (Zuhroni, 2003). Abu al-Fadl merinci karakteristik dokter islam atas tiga hal. Pertama, percaya akan adnya kematian yang tidak terelakkan seperti banyak ditegaskan dalam nash. Ibnu Sina mengatakan, pengetahuan tentang pemeliharaan kesehatan itu tidak bisa membantu untuk menghindari kematian maupun membebaskan diri dari penderitaan lahir. Dengan pemahaman demikian, tidak berarti dokter muslim menentang teknologi biomedis bila berarti upaya mempertahankan kehidupan dengan memberikan pasien pernapasan atau alat lain sejenis. Sebab, upaya menyelamatkan hidup adalah tugas mulia, siapa yang menyelamatkan hidup seorang manusia seolah ia menyelamatkan seluruh manusia (QS. 5:32). Kedua, menghormati pasien, diantaranya, berbicara dengan baik kepada pasien tidak membocorkan rahasia dan perasaan pasien, tidak melakukan pelecehan seksual, itulah sebabnya pasien didampingi pihak ketiga. Ketiga, pasrah kepada Allah swt sebagai Dzat Penyembuh. Berarti membebaskan dokter dari segala upaya diagnosis dan pengobatan. Dengan demikian, akan menghindarkan perasaan bersalah jika segala upaya yang dilakukan mendapati kegagalan (Zuhroni, 2003). 3
  • 4. Etika/adab yang harus dimiliki dokter muslim Dokter muslim menurut Dr Zuhair Ahmad al-Sibai dan Dr Muhammad „Ali al-Bar dalm karyanya al-Thabib, Adabun wa Fiqhuh, harus memiliki etika dan adab antara lain, bahwa dokter muslim harus berkeyakinan atas kehormatan profesi, menjernihkan nafsu, lebih mendalami ilmu yang dikuasainya, menggunakan metode ilmiah dalam berfikir, kasih sayang, benar dan jujur, rendah hati, bersahaja dan mawas diri (Zuhroni, 2003). Hewan dalam Islam Binatang yang ada di muka Bumi (termasuk hewan temak) adalah makhluk ciptaan Tuhan (Allah). Perhatian Tuhan terhadap hewan sebagai makhluknya tidak berbeda jauh dengan perhatian terhadap manusia. Hewan merupakan umat seperti halnya manusia. Di dalam QS A1 An'am: 38 dijelaskan seperti berikut: "Dari tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan binaatang-binatang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat juga) seperti kamu,” Oleh karenanya manusia juga harus menghormati keberadaan hewan dan hidup berdampingan (Winarso, 2008). Kemudian Allah menegaskan bahwa semua makhluk Allah beribadah kepada-Nya dan memuji-Nya meskipun dengan bahasa yang manusia tidak memahaminya: "Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada didalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada sesuatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun." (QS Bani Israail: 43). Allah mengatur rizki dan ketentuan atas hewan seperti halnya atas manusia. Hal ini dapat kita ketahui dalam QS Huud ayat 6 berikut: "Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lawh Mahfudz).” (Winarso, 2008). Islam membenarkan hak penggunaan hewan oleh manusia. Hewan-hewan di dunia telah diciptakan Allah swt. untuk dimanfaatkan manusia memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun, dalam memanfaatkan alam, manusia liarus menjaganya dari kerusakan yang mungkin timbul, sebab Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. Manusia dapat mengambil manfaat yang banyak dari hewan ternak. Didalam ayat Al Quran, dijelaskan bahwa hewan diciptakan dengan berjenis-jenis manfaat untuk kesejahteraaan manusia. Di antaranya disebutkan bahwa hewan bermanfaat sebagai transportasi dan sumber pangan (Winarso, 2008). 4
  • 5. Tinjauan konsep five freedoom dari ajaran Islam a. Bebas dari rasa lapar dan haus Hewan dialam liar mendapatkan makanan sendiri. Sejak hewan didomenstikasi maka terjadi perubahan perilaku hewan yang menjadi dibawah kendali manusia. Manusia wajib memberikan nafkah kepada hewan berupa makan dan minum yang dapat menopang hidupnya. Karena manusia telah memutuskan dirinya sebagai perantara rizki untuk ternak. Dalam sebuah riwayat, dikisahkan bahwa ada seorang laki-laki yang melintasi sebuah jalan. Tiba-tiba ia merasa sangat haus, lalu menemukan sebuah sumur. Ia menuruninya untuk (mengambil air) minum. Selesai minum, ia keluar. Tatkala ia telah keluar, ia menjumpai seekor anjing yang menjulurkan-julurkan lidahnya sambil mencium tanah karena kehausan. Kemudian ia kembali menuruni sumur itu dan mengisi penuh sepatunya dengan air. Ia gigit sepatu itu hingga sampai lagi di tempat (anjing berada). Lalu ia meminumkamya kepada anjing itu. Allah swt. mengucapkan terimakasih kepadanya dan mengampuni dosa-dosanya. Kisah serupa yang membenarkan ajaran tersebut adalah dikisahkan bahwa konon ada seekor anjing yang berputar-putar di sekeliling sebuah sumur yang hampir mati karena kehausan, tiba-tiba seeorang wanita tuna susila dari Bani lsrail melihatnya. lalu ia melepaskan sepatunya untuk mengambil air yang kemudian diminumkannya kepada anjing tersebut. Karena amalnya itulah kemudian Allah swt. berkenan mengampuninya.Sedangkan kisah yang menahan nafkah hewan piaraan, dikisahkan seorang wanita yang disiksa karena seekor kucing yang dikuningnya sanlpai mati. Hanya karena kucing itu ia masuk neraka. Sebab tatkala ia mengurungnya, ia tidak memberinya makan dan minum. Ia juga tidak mau melepaskannya untuk mencari makanan dari serangga dan tumbuh-tumbuhan.(Winarso, 2008) b. Bebas dari ketidaknyamanan Dalam Islam diajarkan untuk menempatkan hewan senyaman mungkin (tidak menempatkan hewan di daerah yang panas tanpa peneduh dan dipancang sehingga tidak memungkinkan hewan mencari ternpat yang menurutnya nyaman). Perkandangan akan melindungi hewan dari cuaca buruk dan lingkuugan yang berubah secara cepat. 5
  • 6. Perkandangan yang baik akan menyediakan kenyamanan bagi hewan karena menjaga kestabilan suhu dan kelembaban pada tingkat yang sesuai (Winarso, 2008). c. Bebas dari rasa sakit, luka/cedera dan penyakit Islam melarang umatnya mengadu binatang, karena tindakan tersebut menyakiti hewan dan merusak hewan. Penyakit produksi mungkin muncul pada hewan di petemakan. Namun Islam mengajarkan supaya berhati-hati dalam memelihara hewan. Pemanfaatan hewan untuk hekerja harus dalam keadaan sehat dan dikembalikan ke tempat pemeliharaannya dalam keadaan yang baik juga. Oleh karenanya pemanfaatan hewan dalam Islam tidak boleh melebihi kapasitas kerjanya. Perlakuan tersebut merusak hewan karena sangat memungkinkan hewan menderita luka dan cedera (Winarso, 2008). d. Bebas untuk menunjukkan perilaku normal Umat muslim diajarkan manajemen petemakan meskipun tidak terperinci. Allah memerintahkan manusia untuk menggembalakan ternaknya dalam Surat Taha ayat 54, “…dan gembalakanlah binatang-binatangmu…” Penggembalaan memungkinkan hewan mendapat ruang dan suasana yang mendukung ekspresi perilaku normal. Perilaku ini misalnya perilaku mandi debu, perilaku agonistic, perilaku bermain, eksplorasi, dan perilaku seksual. Dalam kisah Nabi Nuh selain amanat melestarikan lingkungan (alam) juga tergambarkan adanya jaminan kebebasan hewan untuk mengekspresikan perilaku bersosial dengan hewan sejenisnya dan perilaku berkembang biak karena berkembang biak merupakan perilaku yang sangat alamiah. (Winarso, 2008) e. Bebas dari rasa takut dan distress Rasulullah melarang hewan ditambatkan pada ternpat yang terik karena hewan itu tersiksa oleh panas, sementara ia tidak bisa berteduh atau mencari minun. Panas yang berlebih atau suhu sekitar yang sangat rendah dapat menyebabkan salah satunya adalah heat stress kemudian rnenyebabkan peningkatan metabolisme. Peningkatan metabolisme yang tidak perlu ini akan mengurangi produktivitas ternak dan efektivitas pakan. Menyalahgunakan hewan dengan menjadikannya sasaran lemparan, panah atau tembakan untuk bersenang-senang adalah perbuatan yang dilarang Rasulullah. Peneraan dengan teknik tato sering digunakan pada ternak sebagai penanda identitas. Ini dianjurkan dalam Islam, Rasulullah juga melakukannya sendiri terhadap hewan (unta) sedekah (riwayat Muslim). Namun Rasul melarang menato hewan di wajah (Winarso, 2008). 6
  • 7. Agama mempunyai persepsi yang berbeda-beda tentang relasi manusia dengan hewan temak. Agama Buddha dan Hindu cenderung untuk memberikan hak-hak asasi hewan yang setara dengan hak asasi manusia sehingga tidak memperbolehkan pemanfaatan dan penyembelihan hewan ternak dengan alasan penyakralan. Yahudi dan Nasrani memberikan manusia kekuasaan atas hewan, yang dalam ha1 ini posisi hewan lebih rendah daripada manusia. Sedangkan Islam memberikan penlahaman bahwa manusia adalah k11alifaA (pemimpin) di muka bumi sehingga bumi dan isinya tennasuk hewan dapat dimanfaatkan agar tercapai keuntungan dan kesejahteraan secara timbal balik (Winarso, 2008). Contoh Sudut Pandang Religiositas Profesi Veteriner: Kloning Kloning merupakan penggandaan suatu organisme kehidupan. Kloning dilakukan dengan mengambil embrio dasar dari suatu makhluk hidup, kemudian memberikan instruksi pada embrio tersebut agar bisa menjadi makhluk serupa. Sheikh Farid Washil (mantan Mufti Mesir) menolak kloning reproduksi manusia karena dinilainya bertentangan dengan empat dari lima Maqashid asy-Syar‟iah: pemeliharaan jiwa, akal, keturunan, dan agama. Dalam hal ini cloning menyalahi pemeliharaan keturunan.Dari beberapa pendapat tersebut, kita bisa menyimpulkan bahwa cloning hukumnya haram karena lebih berpotensi menghasilkan dampak buruk daripada dampak baiknya. Adapun kloning dalam ranah binatang dan tumbuh-tumbuhan, maka Islam secara jelas membolehkannya, apalagi kalau tujuannya untuk meningkatkan mutu pangan dan kualitas daging yang dimakan manusia.Selain itu, karena binatang dan tumbuh-tumbuhan tidak perlu mengetahui tentang asal-usul garis keturunannya. Upaya memperbaiki kualitas tanaman dan hewan serta meningkatkan produktivitasnya tersebut menurut syariat Islam tidak apa-apa untuk dilakukan dari termasuk aktivitas yang mubah hukumnya. Demikian pula memanfaatkan tanaman dan hewan dalam proses kloning guna mencari obat yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit manusia – terutama yang kronisadalah kegiatan yang dibolehkan Islam, bahkan hukumnya sunnah(mandub). Sebab berobat hukumnya sunnah. Begitu pula memproduksi berbagai obat- obatan untuk kepentingan pengobatan hukumnya juga sunnah. Imam Ahmad telah meriwayatkan hadis dari Anas ra.yang telah berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla setiap kali menciptakan penyakit, Dia menciptakan pula obatnya. Maka berobatlah kalian.” 7
  • 8. Oleh karena itu, dibolehkan memanfaatkan proses kloning untuk memperbaiki kualitas tanaman dan mempertinggi produktivitasnya atau untuk memperbaiki kualitas hewan seperti sapi, domba, onta, kuda dan sebagainya. Juga dibolehkan memanfaatkan proses kloning untuk mempertinggi produktivitas hewan-hewan tersebut dan mengembangbiakannya, ataupun untuk mencari obat bagi berbagai penyakit manusia, terutama penyakit-penyakit yang kronis (Abdul Qadim Zallum)(Lusi. 2008). Inseminasi Buatan Mengembangbiakkan dan pembibitan semua jenis hewan yang halal diperbolehkan oleh Islam, baik dengan jalan inseminasi alami (natural insemination) maupun inseminasi buatan (artificial insemination).Dasar hukum pembolehan inseminasi buatan ialah Pertama; Qiyas (analogi) dengan kasus penyerbukan kurma.Setelah Nabi Saw hijrah ke Madinah, beliau melihat penduduk Madinah melakukan pembuahan buatan (penyilangan/perkawinan) pada pohon kurma.Lalu Nabi menyarankan agar tidak usah melakukan itu.kemudian ternyata buahnya banyak yang rusak. Setelah hal itu dilaporkan pada Nabi, beliau berpesan : “lakukanlah pembuahan buatan, kalian lebih tahu tentang urusan dunia kalian.” Oleh karena itu, kalau inseminasi buatan pada tumbuh-tumbuhan diperbolehkan, kiranya inseminasi buatan pada hewan juga dibenarkan, karena keduanya sama-sama diciptakan oleh Tuhan untuk kesejahteraan umat manusia. (QS. Qaaf:9-11 dan An-Nahl:5-8). Kedua; kaidah hukum fiqih Islam “al-ashlu fil asya‟ al-ibahah hatta yadulla dalil „ala tahrimihi” (pada dasarnya segala sesuatu itu boleh, sampai ada dalil yang jelas melarangnya).Karena tidak dijumpai ayat dan hadits yang secara eksplisit melarang inseminasi buatan pada hewan, maka berarti hukumnya mubah.Hewan juga makhluk hidup seperti manusia, mempunyai nafsu dan naluri untuk kawin guna memenuhi insting seksualnya, mencari kepuasan dan melestarikan jenisnya di dunia. Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa mengembangbiakkan semua jenis hewan yang halal (yang hidup di darat, air dan terbang bebas di udara) diperbolehkan Islam, baik untuk dimakan maupun untuk kesejahteraan manusia (Annajah, 2009). Kastrasi Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud yang isinya hampir semakna dengan hadits diatas, dikatakan bahwa Rasul Allah Saw.melarang umat Islam berqurban dengan hewan yang al-mushfirrat (hewan yang rusak telinganya sehingga tampak bagian kulit dalamnya); al-musta‟ashalat (hewan yang tanduknya bergeser dari tempatnya); al- bahqa‟ (hewan yang matanya buta sebelah); al-musyayya‟at (hewan yang tidak laku dijual 8
  • 9. karena kurus dan lemah); dan al-kasra‟ (hewan yang sudah tua). Hadits di atas memberikan gambaran tentang hewan yang tidak layak dijadikan hewan qurban adalah hewan yang cacat yang rincian kecacatan tersebut adalah kakinya pincang; matanya rusak; matanya buta sebelah atau picek; sakit; kurus yang tidak bergajih lagi; kupingnya rusak bagian depan dan belakangnya, atau belah; kupingnya belah; sudah terlalu tua; tidak laku karena kurus dan lemah; ompong gigi depannya; tanduk dan telinganya hilang setengahnya; dan tanduknya bergeser dari tempatnya. Ulama Hanabilah menjelaskan ciri-ciri hewan yang cacat yang boleh dijadikan hewan qurban tetapi makruh adalah dikebiri, tanpa tanduk sejak lahir (al-jammâ‟), kecil telinga atau tidak bertelinga sejak lahir, tanpa ekor sejak lahir, di matanya terdapat warna putih tapi tidak mengganggu penglihatannya, dan sedang hamil (Ebrahim, 2004). Pelayanan Kesehatan dan Pemanfaatan Hewan Dari Abi Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda,`Bila seekor anjing minum dari wadah milik kalian, maka cucilah 7 kali. (HR Bukhari 172, Muslim 279, 90). Dari Abi Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda,`Sucinya wadah kalian yang dimasuki mulut anjing adalah dengan mencucinya 7 kali.” Dan menurut riwayat Ahmad dan Muslim disebutkan salahsatunya dengan tanah.” (HR Muslim 279, 91, Ahmad 2/427) Maka seluruh ulama sepakat bahwa air liur anjing itu najis, bahkan levelnya najis yang berat (mughallazhah).Sebab untuk mensucikannya harus dengan air tujuh kali dan salah satunya dengan menggunakan tanah.Dan memelihara anjing dalam Islam tidak diharamkan, terutama bila digunakan untuk hal-hal yang berguna.Seperti untuk berburu, mencari jejak dan sebagainya.Bahkan kita dibolehkan memakan hewan hasil buruan anjing telah diajar. Al- Quran mengistilahkannya dengan sebutan: mukallab.Mereka menanyakan kepadamu, “Apakah yang dihalalkan bagi mereka?” Katakanlah, “Dihalalkan bagimu yang baik-baik dan oleh binatang buas yang telah kamu ajar dengan melatihnya untuk berburu; kamu mengajarnya menurut apa yang telah diajarkan Allah kepadamu. Maka makanlah dari apa yang ditangkapnya untukmu, dan sebutlah nama Allah atas binatang buas itu. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah amat cepat hisab-Nya (QS. Al-Maidah: 4). Pada Hakekatnya Islam mengajarkan pada umatnya untuk menyayangi binatang dan melestarikan kehidupannya. Di dalam Al-qur‟an, Allah SWT menekankan bahwa telah menganugerahi manusia wilayah kekuasaan yang mencakup segala sesuatu didunia ini, hal ini tertuang dalam surat Al-Jatsiyah,45:13 yang artinya sebagai berikut : 9
  • 10. Dan Dia telah menundukan untukmu segala apa yang ada di langit dan segala apa yang ada di muka bumi; semuanya itu dari Dia; sesungguhnya di dalam yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berfikir (Q.S. Al-Jatsiyah,45:13). Menyangkut hewan atau satwa peliharaan, Al-Qur‟an dalam surat Al-Nahl menyebutkan beberapa jalan di mana hewan-hewan tersebut memberi manfaat kepada manusia : Dan dia telah menciptakan binatang ternak untukmu; padanya ada (bulu) yang menghangatkan dan berbagai manfaat lainnya dan sebagiannya kamu makan (Q.S. Al- Nahl,16:5). Dan mereka membawakan muatan milikmu yang berat menuju tanah yang tidak dapat kau capai dengan selamat kecuali dengan upaya yang sangat berat; karena sesungguhnya Tuhanmu benar-benar maha pengasih dan penyayang (Q.S. Al-Nahl, 16:7) Dan dia telah menciptakan kuda, bagal, dan keledai untukmu baik sebagai kendaraan maupun sebagai hiasan; dan Dia telah menciptakan makhluk-makhluk lainnya yang belum kamu ketahui (Q.S. Al-Nahl, 16:8). Suatu ketika Nabi melihat mayat seekor kambing, Beliau berkata: Milik siapakah kambing ini? Para sahabat berkata: ini milik budak Maimunah Ummul Mukminin, Nabi berkata: mengapa kalian tidak memanfaatkan kulitnya? Mereka menjawab: tapi kambing ini sudah mati. Kata beliau: sebenarnya yang dilarang adalah makan dagingnya (HR Bukhori dan Muslim). Kehalalan hewan pada umumnya dan hewan ternak pada khususnya adalah berdasarkan firman Allah dalam Surat Al-Baqarah:29, yang menyatakan bahwa semua yang ada di planet bumi ini untuk kesejahteraan manusia. Dan juga surat Al-Maidah:2, yang menyatakan bahwa semua hewan ternak dihalalkan kecuali yang tersebut dalam Al- An‟am:145, An-Nahl:115, Al-Baqoroh:173 dan Al-Maidah:3. Ketiga surat dan ayat yang pertama tersebut hanya mengharamkan 4 jenis makanan saja, yaitu bangkai, darah, babi dan hewan yang disembelih tanpa menyebut nama Allah. Sedangkan surat dan ayat yang disebut terakhir mengharamkan 10 jenis makanan, yaitu 4 macam makanan yang tersebut di atas ditambah 6, yakni: 1. Hewan yang mati tercekik, 2. Yang mati dipukul, 3. Yang mati terjatuh, 4. Yang mati ditanduk, 5. Yang mati diterkam binatang buas, kecuali yang sempat disembelih dan 6. Yang disembelih untuk disajikan pada berhala. Mengenai hewan yang halal dan yang haram, terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama, yaitu: Ulama yang hanya mengharamkan 10 macam makanan/hewan yang tersebut dalam Al-Maidah:3, sebab ayat ini termasuk wahyu terakhir yang turun. Mahmud Syaltut, mantan Rektor Univ. Al-Azhar 10
  • 11. mendukung pendapat ini. Ulama hadits menambah beberapa larangan berdasarkan hadits Nabi, yaitu antara lain: semua binatang buas yang bertaring, semua burung yang berkuku tajam, keledai peliharaan/jinak dan peranakan kuda dengan keledai. Rasyid Ridha, pengarang Tafsir Al-Manar berpendapat bahwa yang tidak jelas halal/haramnya berdasarkan nash Al-Qur‟an itu ada dua macam: 1. semua jenis hewan yang baik, bersih dan enak/lezat (thayyib) adalah halal. 2. Semua hewan yang jelek, kotor dan menjijikan adalah haram. Namun kriteria baik, bersih, enak, menarik atau kotor, jelek dan menjijikan tidak ada kesepakatan ulama di dalamnya.Apakah tergantung selera dan watak masing-masing orang atau menurut ukuran yang umum (Ebrahim, 2004). Percobaan Binatang Syariat tidak membahas secara langsung isu tentang eksperimen pada binatang.Fikih merupakan ilmu pengetahuan yang menuntun umat Islam dalam menentukan mana keputusan manusia yang berhubungan dengan isu-isu kontemporer yang dapat dibenarkan dan mana yang tidak. Dengan kata lain, tindakan-tindakan tertentu yang dimotivasi oleh keterpaksaan (al-dharurah) dalam rangka melindungi salah satu dari kepentingan-kepentingan ini secara kondisional dapat dibenarkan. Atau, dapat pula dikatakan bahwa jika eksperimen pada hewan dapat dilaksanakan dengan tujuan memperoleh pengetahuan yang benar-benar bermanfaat bagi kelestarian hidup manusia dan hewan, maka eksperimen tersebut dapat di setujui. Namun, apa yang diistilahkan sebagai kepentingan (manusia) yang mendesak (al-mashlahah al-dharuriyyah) ini lebih jauh dibatasi oleh prinsip-prinsip umum fikih sebagaimana berikut : 1. Sesuatu yang dapat membawa kepada hal-hal yang diharamkan, maka hukumnya haram (Ibid, hal. 228) 2. Seseorang yang terpaksa harus memilih antara dua hal yang buruk, maka ia harus memilih yang lebih kecil keburukannya untuk mencegah keburukan yang lebih besar. (Ibid, hal. 301) 3. Sesuatu yang dihalalkan karena alasan tertentu akan menjadi tidak halal jika alasan kehalalannya itu tidak ada lagi (Ibid, hal.299) 4. Menggunakan berbagai pilihan untuk hal-hal yang tidak ada ketentuannya (Fikih) tentangnya (Mashr, Animal in Islam, Hal. 19). Karena itu, dalam upaya menerapkan prinsip-prinsip fikih di atas pada kasus eksperimen terhadap binatang, maka dapat dikemukakan penarikan kesimpulan sebagaimana berikut : Peraturan ( i ) menyatakan bahwa tindakan menjadikan hewan sebagai objek eksperimen 11
  • 12. yang bersifat menyakiti dan tindakan-tindakan lain yang mengakibatkan kebutaan atau cacat pada hewan statusnya adalah Haram. Peraturan ( ii) membolehkan pengujian obat-obatan yang terkait dengan penyelamatan nyawa pada hewan sebelum dinyatakan aman untuk digunakan pada manusia. Peraturan ( iii) menyatakan bahwa tindakan menjadikan hewan sebagai objek eksperimen yang sembarangan (tidak jelas keperluannya) status hukumnya adalah tidak boleh. Peraturan ( iv) memiliki relevansi dengan penyelidikan terkini tentang alternatif-alternatif bagi eksperimen pada hewan dalam rangka meminimalisir pemanfaatan binatang dalam eksperimen (Ebrahim, 2004). 12
  • 13. DAFTAR PUSTAKA An-Najah, Ahmad Zein. 2009. Inseminasi Buatan. www.annajah.wordpress.com. Ebrahim, abul F.M., 2004. Kloning, Eutanasia, Transfudi Darah, Transplantasi Organ, dan Eksperiment pada Hewan. Jakarta: Penerbit Serambi. Lusi. 2008. Bayi tabung Menurut Ajaran Agama Islam. www.lusicaem.blogspot.com. Widiyono, I., 2012. Agama Kontekstual;:Islam dan Animal Welfare. Yogyakarta : Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada Winarso, Aji. 2008. Skripsi: kajian Kesejahteraan Hewan Ternak dalam Ajaran Agama Buddha, Hindu, Yahudi, Nasrani, dan Islam. Bogor: Istitut Pertanian Bogor. Zuhroni, 2003. Islam untuk Disiplin Ilmu Kesehatan dan Kedokteran 2 (Fiqh Kontemporer). Jakarta : Departemen Agama RI, Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam. 13