Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Jurnal cecep kuswanto
1. Jurnal Keperawatan STIKes Aisyah Pringsewu
i
HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DENGAN KEBIASAAN MENGKONSUMSI MINUMAN KERAS PADA REMAJA DI DESA PONCOWARNO KECAMATAN KALIREJO KABUPATEN LAMPUNG TENGAH Cecep Kuswanto Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Aisyah Pringsewu Lampung ABSTRAK WHO melaporkan tahun 2011 menyebutkan sebanyak 320.000 orang usia 15- 29 tahun meninggal di seluruh dunia setiap tahun karena berbagai penyebab terkait alkohol. Sejumlah kasus pemukulan dan tawuran yang melibatkan remaja, ketika diteliti ternyata berawal dari pengaruh minuman keras. Dari hasil pra survey yang peneliti lakukan tanggal 25 Oktober 2013 dari 20 orang remaja di desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah terdapat 15 orang (75%) mengaku mengkonsumsi miras dalam 1 bulan terahir. Tujuan dalam penelitian ini adalah mengetahui hubungan faktor lingkungan dengan kebiasaan mengkonsumsi minuman keras pada remaja di desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah. Jenis penelitan ini adalah kuantitatif dengan disain analitik pendekatan cross sectional. Penelitin ini dilakukan di desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah. Subjek dalam penelitian ini adalah adalah remaja usia 11-20 tahun didesa Poncowarno Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah, sebanyak 37 orang yang dijadikan total sampel penelitian. Alat pengumpul data pada penelitian ini adalah kuesioner tentang faktor lingkungan dan kebiasaan mengonsumsi muniman keras. Analisa data bivariat menggunakan uji chi square. Hasil penelitian diperoleh sebesar 23 remaja (62,2%) di desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah telah mengkonsumsi minuman keras, sebasar 20 remaja (54,1%) di desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah memiliki lingkungan kurang baik. Hasil uji chi square P value = 0,037 dapat disimpulkan ada hubungan faktor lingkungan dengan kebiasaan mengkonsumsi minuman keras pada remaja di desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah. Diharapkan bagi orang tua remaja memberikan kebebasan bergaul terhadap remaja tetapi tetap mengkontrol pergaulan remaja di luar rumah. Kata Kunci : Faktor Lingkungan, Konsumsi Minuman Keras Kepustakaan : 23 (2006-2014)
2. Jurnal Keperawatan STIKes Aisyah Pringsewu
ii
PENDAHULUAN
Pembangunan nasional pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat Indonesia. Salah satu sarat pembangunan kesehatan adalah mewujudkan generasi muda yang sehat sebagai sumberdaya manusia yang produktif dan mampu berperan aktif dalam pembangunan nasional. Remaja sebagai generasi muda merupakan aset nasional yang sangat penting karena pada pundaknya terletak tanggung jawab kelangsungan hidup bangsa. Dari sekitar 1 milyar manusia, hampir satu diantara 6 manusia di bumi ini adalah remaja, dan 85% diantaranya hidup di negara berkembang (Sumiati,2009). Menurut L green dalam Notoatmodjo (2010) faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang diantaranya adalah lingkungan sosial tempat tinggal. Remaja cendrung memiliki perilaku baik bila berada dalam lingkungan sosial yang baik, sebaliknya remaja akan memiliki perilaku kurang baik jika berada dalam lingkungan yang kurang baik juga.
Secara umum remaja ingin diakui keberadaannya dan mendapat perlakuan khusus. Untuk menunjukkannya, perilaku remaja terkadang mengarah pada bentuk mencari perhatian, dengan menonjolkan dirinya dalam perbuatan negatif, salah satunya adalah mengkonsumsi minuman keras. Pergaulan yang negatif yang memberikan pengaruh dalam penggunaan minuman keras. Karena dengan minum-minuman keras mereka berharap bisa mendapatkan kegembiraan, menghilangkan rasa rendah diri, mempertahankan gengsi. Di samping itu, tidak sedikit remaja yang ikut-ikutan dan hanya sekedar mencari perhatiaan dan pengakuan bahwa dialah yang paling hebat (Sunaryo, 2008). Laporan WHO tahun 2011 menyebutkan sebanyak 320.000 orang usia 15-29 tahun meninggal di seluruh dunia setiap tahun karena berbagai penyebab terkait alkohol. Jumlah ini mencapai sembilan persen dari seluruh kematian dalam kelompok usia tersebut. Di Indonesia sendiri, dalam catatan Gerakan Nasional Anti Miras (Genam) setiap tahunnya jumlah korban meninggal akibat miras mencapai 19 000 orang per tahun (Fahira, 2013). Korban miras tiap hari berjatuhan. Miras yang dalam sejarah panjangnya telah menyatu dalam kehidupan masyarakat, terbukti telah menimbulkan banyak kerusakan dalam tatanan masyarakat kita. Berdasarkan data gerakan anti miras menyebutkan 50 orang mati di Indonesia tiap harinya karena miras. lebih dari 320.000 anak muda berusia 15 – 29 tahun mati setiap tahunnya karena miras. Peminum miras kian muda usianya dari hari ke hari, padahal pemuda yang mulai minum sebelum usia 15 tahun 5 kali lebih mudah untuk menjadi pecandu miras/alcohol ( Indrasanti, 2014).
Hasil laporan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007 menunjukkan Prevalensi penduduk laki-laki umur 15 tahun ke atas yang minum alkohol 1 bulan terakhir adalah 4,5 % di perkotaan dan 5,2 % di perdesaan. Frekuensi minum alkohol adalah 11.7 % hampir tiap hari, 24.4 % hampir tiap minggu, dan
3. Jurnal Keperawatan STIKes Aisyah Pringsewu
iii
35.8 % hainpir tiap bulan (Suhardi, 2011). Dampak negatif akibat mengonsumsi minum-minuman keras adalah para remaja menjadi lebih agresif dan mudah tersinggung. Sejumlah kasus pemukulan dan tawuran yang melibatkan remaja, ketika diteliti ternyata berawal dari pengaruh minuman keras. Propinsi Lampung termasuk kedalam Lima provinsi yang memiliki angka kenakalan anak atau jumlah anak pelaku tindak pidana yang paling tinggi selama tahun 2009 berturut- turut yaitu provinsi Jawa Tengah (884 anak), Sumatera Utara (841 anak), DKI Jakarta (670 anak), Lampung (453 anak) dan Kalimantan Tengah (338 anak) (Mabes Polri, 2009). Minuman beralkohol jika dikonsumsi dapat membahayakan kesehatan dan berdampak terhadap keamanan dan ketertiban masyarakat serta dapat mengancam kehidupan dan masa depan khususnya bagi generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa, maka perlu dilakukan upaya preventif guna melindungi masyarakat dari pengaruh negatif minumam beralkohol. Tingkat kenakalan remaja di kabupaten Lampung Tengah dinilai cukup tinggi. Ini dilihat dari banyaknya jumlah kasus kriminal yang melibatkan anak-anak dalam dua tahun terakhir. Tahun 2011 mencatat ada 137 kasus yang melibatkan anak-anak dan remaja, sampai bulan september tahun 2012 sudah ada 102 kasus kenakalan remaja (Yuwono, 2012).
Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah sedang berupaya untuk menata kota serta mengendalikan peredaran dan penggunaan minuman yang mengandung alkohol karena peredaran dan penggunaan minuman beralkohol di Kabupaten Lampung Tengah sudah sedemikian rupa dan sangat memprihatikan, konsumsi miras dapat menjadi pemicu kecelakaan, KDRT, perkosaan, pembunuhan, tawuran (Perda Lamteng No 15 tahun 2009). Iklim lingkungan yang tidak sehat tersebut, cenderung memberikan dampak yang kurang baik bagi perkembangan remaja dan sangat mungkin mereka akan mengalami kehidupan yang tidak nyaman, stres atau depresi. Dalam kondisi seperti inilah, banyak remaja yang meresponnya dengan sikap dan perilaku yang kurang wajar dan bahkan amoral, sperti kriminalitas, meminum minuman keras, penyalahgunaan obat terlarang, tawuran dan pergaulan bebas (Sarwono, 2011). Dari hasil pra survey yang peneliti lakukan tanggal 25 Oktober 2013 dari 20 orang remaja di desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah terdapat 15 orang (75%) mengaku mengkonsumsi miras dalam 1 bulan terahir sedangkan 5 orang (25%) tidak megkonsumsi miras. Dari hasil wawancara bebas terhadap 15 orang remaja yang mengkonsumsi miras tersebut 10 orang (66,6%) mengatakan alasan utama mereka mengkonsumsi miras adalah karena pengaruh teman dan 4 orang (26,6%) lainnya mengatakan karena pengaruh orang tua yang juga mengkonsumsi miras. Berdasarkan fenomena dan hasil pra survey di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan faktor lingkungan dengan kebiasaan mengkonsumsi minuman keras pada remaja di desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah.
4. Jurnal Keperawatan STIKes Aisyah Pringsewu
iv
METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan cross sectional yaitu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antar faktor-faktor dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (Notoadmodjo, 2010) Lokasi penelitian ini adalah desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah pada tanggal 20 Juni-10 Juli 2014. Populasi sasaran disini adalah remaja usia 11-20 tahun didesa Poncowarno Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah, sebanyak 37 orang. Variabel independent pada penelitian ini adalah faktor lingkungan sedangkan variabel dependent yang diteliti pada penelitian ini adalah kebiasan mengkonsumsi miras. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah pengisian lembar kuesioner hasil pengisian secara langsung oleh responden tentang lingkungan sosial dan perilaku mengkonsumsi miras, kemudian data langsung dikumpulkan pada hari itu juga. Analisa data pada penelitia ini menggunakan analisa univariat dengan rumus persentase bertujuan untuk mengetahui distribusi frekuensi masing-masing variablel sedangan untuk mengetahui hubungan antar variabel dalam penelitian ini menggunakan analisa bivariat menggunakan uji chi square. Taraf kesalahan yang digunakan adalah 5%, untuk melihat hasil kemaknaan perhitungan statistik digunakan batas kemaknaan 0,05. Berarti jika p value < 0,05 maka hasilnya bermakna yang artinya Ho ditolak dan Ha diterima. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Perilaku mengkonsumsi minuman keras pada remaja. Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.1 tentang distribusi frekuensi konsumsi Minuman Keras pada remaja di desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah, dapat diketahui sebesar 23 remaja (62,2%) mengkonsumsi miras dan sebesar 14 remaja (37,8%) tidak mengkonsumsi miras. Dapat disimpulkan sebagian besar remaja di di desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo telah mengkonsumsi minuman keras. Pada masa remaja, pola interaksi mereka lebih banyak dihabiskan dengan teman-teman sebayanya. Kebutuhan untuk dapat diterima sering kali membuat remaja berbuat apa saja agar dapat diterima oleh kelompoknya. Demikian pula jika mayoritas kelompok memiliki kebiasaan mengkonsumsi minuman keras, maka setiap anggotanya mau tidak mau akan dan harus mengikuti aktivitas tersebut tanpa memperdulikan perasaan mereka sendiri (Hurlock, 2006). Hasil ini sejalan dengan penelitian Taroreh (2013) tentang hubungan lingkungan pergaulan dengan kebiasaan minum minuman keras pada remaja di Desa Atep Satu Kecamatan Langowan Selatan Kabupaten Minahasa. Hasil Penelitian didapati bahwa distribusi responden menurut pergaulan dalam kategori baik yaitu 41 orang (75,9%), dan buruk 13 orang (24,1%), kemudian responden untuk penggunaan minuman keras kategori peminum 44 orang (81,5%) dan bukan peminum 10 orang (18,5%).
5. Jurnal Keperawatan STIKes Aisyah Pringsewu
v
Berdasarkan teori diatas menurut peneliti sebagian besar remaja di desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah, cendrung mengkonsumsi minuman keras kemungkinan dipengaruhi oleh lingkungan pergaulan yang kurang baik, terutama pada lingkungan teman sebaya yang kebanyakan telah mengkonsumsi minuman keras. Hasil wawancara terhadap responden yang telah mengkonsumsi minuman keras mengatakan mereka mulai mengkonsumsi minuman keras rata- rata sejak usia 13 tahun atau sejak usia kelas 2 SMP, alasan mereka mengkonsumsi minuman keras adalah karena pengaruh lingkungan teman yang rata-rata mengkonsumsi minan keras dengan alasan untuk menunjukkan bahwa mereka telah dewasa bila sudah kuat mengkonsumsi miras apalagi busa menghabiskan dalam jumlah lebih banyak dari yang lainnya. Minuman beralkohol jika dikonsumsi dapat membahayakan kesehatan dan berdampak terhadap keamanan dan ketertiban masyarakat. Mengkonsumsi alkohol yang berlebihan dalam jangka panjang dapat menyebabkan penyakit khronis seperti kerusakan jantung, tekanan darah tinggi, stroke, kerusakan hati, kanker saluran pencernaan. Dampak sosial yang berpengaruh bagi orang lain, di mana perasaan pengguna alkohol sangat labil, mudah tersinggung, perhatian terhadap lingkungan menjadi terganggu. Kondisi ini menekan pusat pengendalian diri sehingga pengguna menjadi agresif, bila tidak terkontrol akan menimbulkan tindakan yang melanggar norma bahkan memicu tindakan kriminal (Sarwono, 2011).
Peranan negara dalam menciptakan lingkungan yang bersih dari penyalahgunaan alkohol menjadi sangat vital. Bentuk peraturan dan regulasi tentang minuman keras, serta pelaksanaan yang tegas menjadi kunci utama penanganan masalah alkohol ini. Selain itu yang tidak kalah penting adalah peranan provider kesehatan dalam mempromosikan kesehatan terkait masalah alkohol baik itu sosialisasi di tingkat masyarakat maupun penanganan kasus yang terjadi akibat penggunaan minuman keras. Oleh karena itu diharapkan bagi petugas kesehatan untuk mensosialisasikan mengenai bahaya minuman keras pada remaja supaya menghindari dampak negatif yang terjadi akibat munuman keras baik dampak fisik seperti tekanan darah tigggi dan gangguan organ pencernaan, juga dampak sosial seperti perkelahian, kekerasan dan kebut-kebutan dijalanan. 2. Lingkungan Sosial pada Remaja. Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.2 tentang distribusi frekuensi lingkungan sosial pada remaja di desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah, dapat diketahui sebesar 20 remaja (54,1%) memiliki lingkungan sosial yang kurang baik dan sebesar 17 remaja (45,9%) memiliki lingkungan sosial baik. dapat disimpulkan sebagian besar lingkungan sosial pada remaja di desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo dalam katagori kurang baik.
Secara sosiologis, remaja umumnya memang amat rentan terhadap pengaruh-pengaruh eksternal. Karena proses pencarian jati diri itu, mereka mudah sekali terombang-ambing dan masih merasa sulit menentukan tokoh panutannya.
6. Jurnal Keperawatan STIKes Aisyah Pringsewu
vi
Mereka juga mudah terpengaruh oleh gaya hidup masyarakat di sekitarnya. Karena kondisi kejiwaan yang labil juga remaja mudah terpengaruh. Mereka cenderung mengambil jalan pintas dan tidak mau lebih jauh memikirkan dampak negatifnya (Suyatno, 2007). Hasil ini sejalan dengan penelitian Taroreh (2013) tentang hubungan lingkungan pergaulan dengan kebiasaan minum minuman keras pada remaja di desa atep satu kecamatan langowan selatan kabupaten minahasa. Hasil Penelitian didapati bahwa distribusi responden menurut pergaulan dalam kategori baik yaitu 41 orang (75,9%), dan buruk 13 orang (24,1%), dan responden yang mengkonsumsi minuman keras kategori peminum 44 orang (81,5%) dan bukan peminum 10 orang (18,5%). Kesimpulan yang dapat diambil yaitu terdapat hubungan bermakna antara lingkungan pergaulan dengan penggunaan minuman keras dengan hasil yang diperoleh nilai p= 0,001 < 0,05.
Berdasarkan teori diatas tingginya persentase lingkungan sosial remaja dalam katagori kurang baik di desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah, dapat mempengaruhi perilaku remaja kurang baik juga dalam hal ini adalah berperilaku mengkonsumsi minuman keras. Hasil kuesioner menunjukkan sebagian besar dari orang tua remaja mengkonsumsi minuman keras bertujuan untuk meningkatkan stamina bekerja, kebiasaan orang tua seperti ini akan ditiru oleh remaja karena mereka angggap perilaku mengonsumsi minuman keras merupakan hal yang wajar dilakukan. Selain itu lingkungan tempat tinggal remaja juga sebagian terdapat tempat produksi dan menjual minuman keras walaupun dalam katagori tradisional, hal ini memicu para remaja untuk mencoba mengkonsumsi minuman keras tersebut dengan alasan hanya sekedar mencoba saja, akan tetapi hal ini cendrung berlanjut pada perilaku ketagihan untuk mengkonsumsinya kembali. Iklim lingkungan yang tidak sehat, cenderung memberikan dampak yang kurang baik bagi perkembangan remaja dan sangat mungkin mereka akan mengalami kehidupan yang tidak nyaman, stres atau depresi. Dalam kondisi seperti inilah, banyak remaja yang meresponnya dengan sikap dan perilaku yang kurang wajar dan bahkan amoral, sperti kriminalitas, meminum minuman keras, penyalahgunaan obat terlarang, tawuran dan pergaulan bebas (Sarwono, 2011). Diharapkan pada pemerintah setempat untuk menerapkan peraturan yang jelas terhadap perijinan melakukan prosuksi dan penjualan minuman keras seperti hanya buleh dikonsumsi untuk orang deawa saja dan memberikan sanksi yang tegas bagi siapa saja yang melanggar aturan tersebut. diperlukannya aturan tentang minuman keras bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setempat serta mengurang tindakan kriminalitas yang disebabkan oleh konsumsi minuman keras. 3. Hubungan faktor lingkungan dengan kebiasaan mengkonsumsi minuman keras pada remaja.
Hasil uji statistik chi square didapat nilai p value = 0,038 (< 0,05), maka dapat disimpulkan ada hubungan lingkungan sosial dengan
7. Jurnal Keperawatan STIKes Aisyah Pringsewu
vii
kebiasaan mengkonsumsi minuman keras pada remaja di desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah tahun 2014. OR didapat 5,714 artinya remaja dengan lingkungan kurang baik memiliki peluang untuk mengkonsumsi miras sebesar 5,714 kali dibandingkan dengan remaja yang memiliki lingkungan baik. Menurut L green dalam Notoatmodjo (2010) faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang diantaranya adalah lingkungan sosial tempat tinggal. Remaja cendrung memiliki perilaku baik bila berada dalam lingkungan sosial yang baik, sebaliknya remaja akan memiliki perilaku kurang baik jika berada dalam lingkungan yang kurang baik juga. Secara umum remaja ingin diakui keberadaannya dan mendapat perlakuan khusus. Untuk menunjukkannya, perilaku remaja terkadang mengarah pada bentuk mencari perhatian, dengan menonjolkan dirinya dalam perbuatan negatif, salah satunya adalah mengkonsumsi minuman keras (Sunaryo, 2008).
Hasil ini sejalan dengan penelitian Taroreh (2013) tentang hubungan lingkungan pergaulan dengan kebiasaan minum minuman keras pada remaja di desa atep satu kecamatan langowan selatan kabupaten minahasa. Hasil Penelitian didapati bahwa distribusi responden menurut pergaulan dalam kategori baik yaitu 41 orang, dan buruk 13 orang, dan responden yang mengkonsumsi minuman keras kategori peminum 44 orang dan bukan peminum 10 orang. Kesimpulan yang dapat diambil yaitu terdapat hubungan bermakna antara lingkungan pergaulan dengan penggunaan minuman keras dengan hasil yang diperoleh nilai p= 0,001 < 0,05. Berdasarkan teori diatas menurut peneliti terdapatnya hubungan lingkungan sosial dengan kebiasaan mengkonsumsi minuman keras pada remaja di desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah, kemungkinan pertama disebabkan oleh lingkungan pergaulan teman sebaya yang kurang baik menyebabkan remaja cendrng mengikuti pola hidup pada kelompok pergaulanya. Kemungkinan kedua disebabkan oleh perilaku orang tua yang kurang baik yaitu mengkonsumsi munuman keras dirumah, sehingga remaja meniru perilaku orang tuanya. Kemungkinan ketiga disebabkan lingkungan sekitar tempat tinggal ada yang menjual dan memproduksi minuman keras sehingga remaja tertarik untuk mengkonsumsi minuman keras tersebut. Begitu besarnya pengaruh lingkungan sosial terhapap perkembangan remaja, diperlukan kerjasama lintas sektoral baik dari pemerintah setempat, petugas kesehatan dan masyarakat terutama orang tua untuk memberikan pengarahan pada remaja mengenai bahaya mengkonsumsi minuman keras. Perlu adanya aturan yang jelas dalam peredaran minuman keras di desa Poncowarno agar tidak meresahkan masyarakat setempat KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian yang berjudul hubungan faktor lingkungan dengan kebiasaan mengkonsumsi minuman
8. Jurnal Keperawatan STIKes Aisyah Pringsewu
viii
keras pada remaja di desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Remaja di desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah, sebagian besar telah mengkonsumsi minuman keras yaitu 23 remaja (62,2%).
b. Lingkungan pada remaja di desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah, sebagian besar kurang baik yaitu 20 remaja (54,1%).
c. Ada hubungan faktor lingkungan dengan kebiasaan mengkonsumsi minuman keras pada remaja di desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah. P value = 0,037, OR = 5,714
B. Saran 1. Bagi Remaja di Desa Poncowarno. Diharapkan kepada remaja agar bisa bersikap tegas atau berani mengatakan “tidak” dalam melakukan sesuatu hal yang tidak sesuai dengan hati nurani. Menambah wawasan yang lebih luas dengan cara mencari informasi mengenai bahaya minuman keras dan Mencoba untuk hidup sehat dengan mengkonsumsi makanan-makanan bergizi serta melakukan olahraga rutin. Bagi yang masih mengenyam jenjang pendidikan agar dapat lebih konsentrasi terhadap sekolah dan kuliah dan menghindari perilaku negative serta memilih kelompok yang mempunyai kegiatan yang lebih positif dibandingkan sekarang. 2. Bagi Keluarga a. Diharapkan bagi orang tua untuk memiliki sikap terbuda dan lebih memperhatikan keadaan remaja, serta memberikan segala masukan atau solusi- solusi yang baik dalam kehidupan remaja. b.Sebaiknya orang tua memperhatikan pergaulan remaja di luar rumah dan mengetahui teman-teman pergaulan anaknya untuk mudah mengetahui apasaja yang dilakukan remaja dalam pergaulannya sehari-hari. c. Mengarahkan remaja kepada kegiatan yang positif seperti pengajian dan mengikuti kegiatan-kegiatan olahraga yang ada di lingkungan sekitar. 3. Bagi Penelitian Selanjutnya Dalam penelitian selanjutnya yang ingin mengembangkan atau melanjutkan penelitian, diharapkan hendaknya meninjau lebih dalam perilaku kenakalan pada kelompok remaja khususnya yang berada pada lingkungan peminum alcohol meliputi pengaruh sosial, ekonomi dan budaya. . DAFTAR PUSTAKA Al-Migwar, 2011. Psikologi remaja Untuk orang Tua dan Guru. Jakarta : Nuha Medica. Arikunto. S, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
Darmawan, S. 2010. Pengertian Minuman Keras dan Dampaknya. Dalam
9. Jurnal Keperawatan STIKes Aisyah Pringsewu
ix
http://www. mirasantika/1.htm. diakses tanggal 1 Februari 2014.
Fahira, 2013. Gerakan Anti Miras Indonesia. Dalam http://antimiras.com/ di akses tanggal 15 April 2014. Hastono. S, 2007. Analisa Data Kesehatan. Jakarta : FKM UI. Hawari, D. 2006. Manajemen stress, cemas, depresi. Jakarta : FKUI.
Indrasanti, 2014. Pers Release Gerakan Nasional Anti Miras. Dalam http://eeshape.com/tag/23- pebruari-2014. Mabes Polri, 2009. Profil anak Indonesia tahun 2011. Jakarta : Kerjasama Kementrian perlindungan perempuan dan anak dengan BPS. Notoatmodjo. S, 2005. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo. S, 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi, Edisi revisi. Jakarta : Rineka Cipta. Notoatmodjo. S, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka. Cipta. Perda Lamteng No 15 tahun 2009. Pengendalian dan pengawasan Minuman beralkohol. Lamteng : Pemkab Lamteng. Poerwadarminta. W.J.S. 2010. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai. Pustaka.
Pribadi, E.T, 2009, Penyalahgunaan Alkohol di Indonesia. http://www.scribd.com/doc/19502600/17/IV-2-Rekomendasi, diakses 9 Februari 2014. Sarwono. S.W. 2011. Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sisworo, H, 2008. minuman keras. http://www.pengertian- minuman-keras-dan- akibatnya.htm. Diakses tanggal 10 Februari 2014.
Suhardi, 2011. Hasil laporan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007. Dalam www.litbankes.com diakses tanggal 1 Februari 2014. Sumiati, 2009. Kesehatan Jiwa Remaja dan Konseling. Jakarta : Trans Info. Media. Sunaryo. 2008. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta:EGC. Sundeen, S.J., 2007. Buku saku keperawatan jiwa. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Suyatno. (2007). Memahami Remaja dari Berbagai Perspektif Kajian Sosiologis.
http://hqweb01.bkkbn.go.id/hqweb/ceria/ma45memahami.html. Tarwoto, 2010. “Teknologi, Produk, Nutrisi & Kemanan”. Jakarta : TIM.
Yuwono 2012. Tingkat Kenakalan remaja di Lampung Tengah Meningkat. 012/10/15. diakses tanggal 1 Februari 2014