SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 32
A. Dasar Pendidikan
I.

Pengertian Dasar Pendidikan
Pendidikan

adalah

gejala

semesta/fenomena

universal

dan

berlangsung sepanjang hayat manusia, dimanapun manusia berada. Setiap
ada kehidupan manusia, disana pasti ada pendidikan (Driyarkara, 1980:
32). Pendidikan merupakan suatu bentuk usaha yang disengaja demi
pengembangan manusia dan masyarakat sehingga berdasarkan pada
landasan-landasan

pemikiran

tertentu.

Oleh

karena

itu,

upaya

memanusiakan manusia melalui pendidikan didasarkan pada pandangan
hidup atau filsafat hidup, bahkan latar belakang sosio-kultural tiap
masyarakat serta pemikiran-pemikiran psikologis tertentu. .
II.

Aliran-aliran Pendidikan
a) Nativisme (Schoupenhauer)
Perkembangan anak sepenuhnya ditentukan oleh pembawaan/ bakat
yang dibawa sejak lahir.
b) Empirisme (John Locke)
Perkembangan

anak

sepenuhnya

ditentukan

oleh

lingkungan/

pendidikan.
c) Konvergensi (William Stern)
Perkembangan anak ditentukan pembawaan/ bakat dan lingkungan.
d) Naturalisme (Rousseau)
Manusia pada dasarnya baik, tapi menjadi tidak baik karena pengaruh
dari masyarakat. Jika ingin baik, harus dikembalikan ke alam.
III.

Landasan Pendidikan
Berikut ini adalah landasan-landasan yang menjadi dasar pendidikan :

a)

Landasan Filosofis
Landasan filosofis berkaitan dengan kajian mengenai makna
terdalam atau hakikat pendidikan tentang mengapa pendidikan dapat
dilakukan dan atau diberikan oleh dan kepada manusia, apa yang
1
seharusnya menjadi tujuan pendidikan. Menurut George R. Knight
(1982), aliran filsafat dibedakan menjadi dua bagian besar yaitu
tradisional dan modern.
Mazab-mazab
perenialisme,

seperti

progresivisme,

ensensialisme,
rekonstrukisme

behaviorisme,
dan

humanism

merupakan mazab-mazab teori pendidikan berdasarkan aliran-aliran
filsafat tertentu yang pada langkah selanjutnya memmpengaruhi
pandangan mengenai konsep dan praktik pendidikan. Di Indonesia
sendiri dikembangkan teori pendidikan nasional Indonesia atau teori
pendidikan nasional Pancasila yang dasar atau landasannya adalah
filsafat Pancasila (Notonagoro, 1972)
1.

Essensialisme
Essensialisme menerapkan filsafat idealisme dan realisme
secara elektis. Aliran ini mengutamakan ide-ide yang terpilih,
yang pokok-pokok, yang hakiki/essensial yaitu liberal arts.
Liberal arts meliputi bahasa, gramatika, kesusasteraan, filsafat,
ilmu alam, matematika, sejarah dan seni.

2.

Perenialisme
Perenialisme hampir identik dengan esensialisme, namun
lebih menekankan pada keabadian atau ketetapan atau kehikmatan
(perenial = konstan) yaitu hal-hal yang ada sepanjang masa
(Imam Barnadib, 1988: 34). Hal yang abadi : Pengetahuan yang
benar, keindahan, dan cinta kebaikan.
Prinsip pendidikan pereniallisme
(1) Manusia adalah bianatang yang rasional.
(2) Alam adalah universal, jadi pendidikannya harus sama.
(3) Pengetahuan itu Universal, berdasar mata pelajaran yang
pasti dapat ditangkap oleh semua orang.
(4) Mata pelajaran menjadi pusat/ sentral.
2
(5) Karya besar masa lalu adalah repository pengetahuan dan
kebijaksanaan yang telah teruji
(6) Pengalaman pendidikan adalah mempersiapkan hidup, bukan
situasi nyata dalam kehidupan
3.

Progresivisme
Progresivisme

adalah

mazab

pendidikan

yang

menginginkan kemajuan.
Prinsip Pendidikan Progresivisme
(1) Proses pendidikan ditemukan dari asal dan maksud/
tujuan yang ada pada siswa, termasuk minat siswa.
(2) Siswa itu aktif, bukan pasif.
(3) Peran guru sebagai penasehat, pemberi petunjuk, dan
mengikuti keinginan siswa.
(4) Sekolah merupakan mikrokosmos dari masyarakat.
(5) Aktivitas kelas berpusat pada problem solving.
(6) Suasana kelas demokratis dan kooperatif.
4.

Rekonstrukionisme
Rekonstrukionisme berasal dari kata reconstruct yang
berarti menyusun kembali. Menurut konteks filsafat pendidikan
aliran ini adalah menyusun kembali susunan lama dan
membangun tata susunan hidup kehidupan yang bercorak modern.

5.

Behaviorisme
Behaviorisme atau aliran perilaku (juga disebut perspektif
belajar) adalah filosofis dalam psikologi yang berdasar pada
proposisi bahwa semua yang dilakukan organisme, termasuk
tindakan, pikiran atau perasaan dapat dan harus dianggap sebagai
perilaku. Aliran ini berpendapat bahwa perilaku demikian dapat
digambarkan secara ilmiah tanpa melihat peristiwa fisiologis
internal atau konstrak hipotesis seperti pikiran.

3
6.

Humanisme
Bersumber dari progresivisme dan eksistensialisme dengan
tokohnya yaitu Carl Rogers, Abraham Maslow, dan Arthur
Combs. John Holts adalah tokoh humanisme yang menginginkan
agar siswa menjadi humanis yang pusatnya adalah kekuatan
menciptakan lingkungan belajar di mana siswa maupun guru
diliputi dengan rasa percaya dalam suasana yang nyaman dan
hangat.
Humanisme memusatkan pada aktualisasi diri dengan
format institusi kelas terbuka yang terdesentralisasi dengan tidak
adanya jadwal pelajaran yang kaku.

b)

Landasan Sosiologis
Landasan sosiologis adalah hal-hal yang berkaitan dengan
perwujudan tata tertib sosial, perubahan sosial, interaksi sosial,
komunikasi, dan sosialisasi, memrupakan indikator bahwa pendidikan
menggunakan landasan sosiologis.

c)

Landasan Kultural
Kebudayaan merupakan hasil cipta rasa dan karya manusia. Di
Indonesia telah ditegaskan bahwa pendidikan nasional berakar pada
kebudayaan bangsa Indonesia. Kebudayaan dan pendidikan memiliki
timbal

balik

dan

saling

mempengaruhi.

Kebudayaan

dapat

dikembangkan dan diwariskan melalui pendidikan, sebaliknya,
bentuk, ciri-ciri pelaksanaan pendidikan ditentukan oleh kebudayaan..
d)

Landasan Historis
Kehidupan manusia mempunyai sejarah yang panjang sehingga
manusia tidak mampu melacak titik awal kapan mulainya kehidupan
ini. Sejak manusia hidup, sejak itu pula pendidikan ada, dari yang
paling sederhana sampai pendidikan yang sangat kompleks seperti
sekarang ini.
4
e)

Landasan Psikologis
Landasan psikologis melandasi kegiatan pendidikan melibatkan
aspek kejiwaan manusia. Oleh karena itu, landasan psikologis
merupakan salah satu landasan pendidiakn yang penting. Pada
umumnya pendidikan berkaitan dengan pemahaman dan penghayatan
akan perkembangan manusia, khususnya dalam proses belajar
mengajar.

f)

Landasan Ilmiah, Teknologi dan Seni
Landasan Ilmiah, teknologi dan seni merupakan salah satu
materi pengajaran sebagai bagian dan pendidikan. Perkembangan
IPTEKS akan segera diakomodasi oleh pendidikan, di sisi lain
pendidikan sangat dipengaruhi oleh perkembangan IPTEKS, sehingga
tersedia berbagai informasi yang cepat dan tepat untuk selanjutnya
dijadikan program, alat dan cara kerja teknologi pendidikan.

g)

Landasan Politik
Landasan

politik,

politik

sebagai

cita-cita

yang

harus

diperjuangkan melalui pendidikan, dimaksudkan agar tujuan dan atau
cita-cita suatu bangsa dapat tercapai.
h)

Landasan Ekonomi
Landasan ekonomi, pendidikan dapat dipandang sebagai human
investment, karena dengan pendidikan maka manusia terdidik ini
dapat menjadi modal bagi pembangunan. Manusia terdidik yang
kemudian berfungsi sebagai tenaga kerja dan memiliki kemampuan
teknologis, dapat membantu pertumbuhan ekonomi, yaitu naiknya
GNP atau pendapatan nasional.
Di sisi lain, untuk memperoleh pendidikan diperlukan adanya
biaya. Biaya ini perlu dihitung untuk memperoleh sampai mana

5
tingkat pendidikan yang akan di dapat dan seberapa banyak
keuntungan yang akan didapat.
i)

Landasan Yuridis
Landasan yuridis ada agar pelaksanaan pendidikan tidak
melenceng dari keinginan masyarakat, maka perlu diatur dalam
regulasi yang berlaku di masyarakat/bangsa tersebut. Landasan yuridis
pendidikan Indonesia adalah UU Nomor 20 tahun 2003 yang
berdasarkan pada UUD 1945.
.

6
B. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan merupakan sesuatu yang hendak dicapai oleh
kegiatan pendidikan. Pendidikan harus dimulai dengan tujuan, sehingga
diasumsikan sebagai nilai. Tanpa sadar tujuan, maka dalam praktek
pendidikan tidak ada artinya (Moore, T.W.,1974: 86). Jadi, dapat
disimpulkan

bahwa

tujuan

pendidikan

berkaitan

erat

dengan

pelaksanaanya.
Menurut M.J. Langeveld ada enam tujuan pendidikan yaitu (1)
tujuan umum, (2) tujuan khusus, (3) tujuan tak lengkap (4) tujuan
intermediet (5) tujuan sementara (6) tujuan insidental.
1.

Tujuan umum merupakan tujuan paling akhir dan merupakan
keseluruhan/kebulatan tujuan yang ingin dicapai oleh pendidikan.
Menurut Notonagoro (1973: 14), secara filosofis tujuan akhir
pendidikan adalah tercapainya kebahagiaan sempurna. Kebahagiaan
sempurna

menurut

Notonagoro,

adalah

suatu

keadaan

yang

menimbulkan kepuasan sepuas-puasnya hingga tidak menimbulkan
keinginan lagi dan hidup kekal/abadi.
2.

Tujuan khusus merupakan pengkhususan dari tujuan umum yang
didasarkan atas berbagai hal seperti usia, jenis kelamin, intelegensi,
bakat, minat, lingkungan sosial budaya, tahap-tahap perkembangan,
tuntutan persyaratan pekerjaan dan sebagainya.

3.

Tujuan tak lengkap merupakan tujuan yang hanya menyangkut
sebagian aspek kehidupan manusia. Misalnya aspek psikologis,
biologis, sosiologis saja. Salah satu aspek psikologis misalnya hanya
mengembangkan emosi atau pikiran saja.

4.

Tujuan semntara adalah tujuan yang hanya dimaksudkan untuk
sementara saja, ketika tujuan semntara telah dicapai maka akan
ditinggalkan dan diganti dengan tujuan yang lain.

7
5.

Tujuan intermediet yaitu tujuan perantara bagi tujuan lainnya yang
sifatnya pokok. Misalnya anak dibiasakan untuk menabung agar tidak
mempergunakan uangnya untuk berfoya-foya sesuka hatinya

6.

Tujuan insidental yaitu tujuan yang dicapai pada saat-saat tertentu,
seketika, spontan. Tujuan insidental muncul apabila terjadi peristiwa
yang membutuhkan penanganan khusus agar peristiwa tersebut dapat
ditangani dengan terstruktur dan diawali tujuan yang jelas.
Tujuan umum adalah tujuan akhir atau tertinggi yang berlaku di

semua lembaga dan kegiatan pendidikan. Indonesia telah menetapkan
tujuan pendidikan dalam Undang-undang Pendidikan yaitu pasal 3 UU No.
20 tahun 2003 yang berbunyi ‘untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
menjadi warga Negara yang demokratis serrta bertanggung jawab’
Tujuan institusional adalah tujuan yang menjadi tugas suatu
lembaga pendidikan untuk mencapainya. Setiap jenjang meliputi SD,
SMP, dan SMA hingga perguruan tinggi memiliki tujuannya sendirisendiri.
Tujuan kurikuler yaitu tujuan yang hendak dicapai oleh mata
pelajaran tertentu, misalnya IPA, IPS dan Matematika memiliki tujuan
kurikuler tertentu.
Tujuan instruksional adalah tujuan yang ingin dicapai ketika guru
mengajar suatu pokok bahasan tertentu. Tujuan instruksional ada dua
macam yaitu Tujuan Instruksional Umum (TIU) dan Tujuan Instruksional
Khusus (TIK). Tujuan instruksional dapat diambil dari Garis-garis Besar
Haluan

Program

Pengajaran

GBPP

rumusannya

masih

umum,

cangkupannya masih luas, belum spesifik tidak operasional dan belum
dapat diukur tingkat pencapaiannya. Tujuan instruksional khusus adalah
tujuan pengajaran yang ingin dicapai ketika guru mengajar, tetapi

8
rumusannya sudah khusus, cakupannya sempit, operasional dan dapat
diukur.

C. Peserta Didik
I. Pengertian Peserta Didik
Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pendidikan. Menurut
Sutari Imam Barnadib (1995) peserta didik sangat tergantung dan
membutuhkan bantuan dari orang lain yang memiliki kewibawaan dan
kedewasaan. Sebagai anak, peserta didik masih dalam kondisi lemah,
kurang berdaya dan serba kekurangan dibandingkan orang dewasa.
Namun dalam dirinya terdapat potensi bakat-bakat dan disposisi luar
biasa yang memungkingkan tumbuh dan berkembang melalui
pendidikan.
II. Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didik
Charlotte Buhler mengemukakan perkembangan yang terjadi
pada peserta didik yaitu :
a. Masa permulaan.
b. Masa penanjakan sampai kira-kira berumur 25 tahun.
c. Masa puncak masa hidup, yaitu pada umur 25 sampai 50 tahun.
a. Masa penurunan dan menarik diri dari kehidupan masyarakat.
b. Masa akhir kehidupan
III. Teori Perkembangan Fisik Peserta Didik
Menurut Gasell dan Ames (1940) serta Illingsworth (1983) yang
dikutip oleh Slamet Suyanto (2005), perkembangan motorik peserta
didik digambarkan dalam delapan pola umum sebagai berikut :

9
a. Continuity, perkembangan dimulai dari sederhana menuju ke
kompleks.
b. Uniform sequence, yakni tahapan sama untuk semua individu.
c. Maturity, yakni perkembangan yang ada dipengaruhi perkembangan
sel saraf.
d. From general to specific process, yakni suatu perkembangan yang
dimulai dari gerak yang bersifat umum ke yang khusus.
e. Dari gerak refleks bawaan kearah terkoordinasi, yakni suatu
perkembangan yang dimiliki perserta dimulai dari refleks bawaan
hingga gerakan terkoordinasi.
f. Chepalo-caudal direct, yakni suatu perkembangan ditandai dengan
bagian yang mendekati bagian kepala berkembang lebih cepat
daripada bagian yang mendekati ekor.
g. Proximal-distal, yakni suatu perkembangan ditandai dengan bagian
yang mendekati sumbu tubuh yang berkembang lebih jauh.
IV.

Teori Perkembangan Biologis Peserta Didik
Teori perkembangan biologis peserta didik dikemukakan oleh
Sigmund Freud (Dirto Hadisusanto, Suryati Sidharto dan Dwi Siswoyo,
1995) yaitu :
a. Masa Oral (0,0 – 1,0 tahun)
Mulut merupakan daerah pokok aktivitas dinamik
b. Masa Anal (1,0 – 3,0 tahun)
Dorongan dan tahanan berpusat pada fungsi pembuangan
kotoran
c. Masa Felis (3,0 – 5,0 tahun)

10
Dorongan dan tahanan berpusat pada fungsi pembuangan
kotoran
d. Masa Laten (5,0 – 13,0 tahun)
Impuls-impuls atau dorongandorongan cenderung terdesak dan
mengendap ke alam bawah sadar
e. Masa Pubertas (13,0 – 20,0 tahun)
Impuls-impuls mulai menonjol dan muncul kembali. Apabila
bisa dipindahkan dan disublimasikan oleh daas ich dengan
baik, maka bisa sampai pada masa kematangan
f. Masa Genital (>20 tahun)
Individu sudah mencapai fase ini telah menjadi manusia
dewasa siap terjun dalam masyarakat luas.
V.

Teori Perkembangan Mental Peserta Didik
Lev Vygotsky, siswa membentuk pengetahuan, yaitu apa yang
diketahui siswa bukanlah hasil kopi dari apa yang mereka temukan di
dalam lingkungan, tetapi sebagai hasil pikiran dan kegiatan siswa sendiri
melalui bahasa.

VI.

Tipologi Kepribadian Peserta Didik
Menurut Henry Alexander Murray (1994)
Autonomy
Affiliation

Senang bersama dengan anak lain, memiliki sahabat

Succurance

Selalu manja, minta tolong, minta bantuan

Nurturrance

Pemurah , rendah hati, senang menolong

Agression

Agresif, mudah tersinggung dan marah

Dominance

Ingin menguasai/ mengatur, tampil menonjol

Achievement
VII.

Keinginan melakukan sesuatu secara sendiri

Semangat kerja tinggi, berprestasi, tidak mau dibantu

Kecerdasan Ganda Peserta Didik

11
Kecerdasan ganda peserta didik merupakan kapasitas yang dimiliki
seseorang untuk menyelesaikan masalah-masalah dan membuat cara
penyelesaiannya dalam konteks yang beragam. (Howard Gardner, 1993).
Menurut Gardner, kecerdasan bersifat jamak yang meliputi kecerdasan
matematik,

lingual,

musikal,

visual,

kinestetik,

interpersonal,

intrapersonal, dan natural.
VIII.

Peserta Didik Berbakat
Ciri peserta didik berbakat menurut Munandar (1992) :
1.

Indikator intelektual belajar
Mencakup kemudahan menangkap pelajaran, mengingat kembali,
memiliki perbendaharaan kata yang luas, penalaran tajam, daya
konsentrasi baik, senang membaca, selalu sibuk, dan sebagainya.

2.

Indikator kreativitas
Memiliki rasa keiingintahuan besar, mengajukan pertanyaan yang
berbobot, memberikan banyak gagasan dan usul, tidak mudah
terpengaruh, dapat bekerja sendiri, menyenangi hal baru, dan
sebagainya.

3.

Indikator motivasi
Tekun dalam menghadapi tugas, ulet dalam menghadapi kesulitan,
dapat memotivasi diri sendiri, selalu berusaha berprestasi, berminat
terhadap berbagai masalah orang dewasa, rajin belajar, penuh
semangat, serta senang mencari dan menyelesaikan soal.

D. Pendidik
12
I.

Pengertian pendidik
Menurut Sutari Iman Barnadib (1994), pendidik merupakan setiap
orang yang sengaja mempengaruhi orang lain untuk mencapai tingkat
kemanusiaan yang lebih tinggi.
Menurut Umar Tirtarahardja dan La Sulo (1994), pendidik adalah
orang yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan
sasaran peserta didik.
Menurut Langveld, pendidik adalah orang yang dengan sengaja
membantu orang lain untuk mencapai kedewasaan.

II.

Kompetensi sebagai Persyaratan Pendidik
Syarat pendidik menurut Dirto Hadisusanto, Suryati Sidharto dan
Dwi Siswoyo (1995) adalah (1) mempunyai perasaan terpanggil sebagai
tugas suci, (2) mencintai dan mengasih-sayangi peserta didik, (3)
mempunyai rasa tanggung jawab yang didasari penuh akan tugasnya.
Sedangkan menurut Noeng Muhadjir (1997) bahwa persyaratan seorang
pendidik adalah (1) memiliki pengetahuan lebih, (2) mengimplisitkan nilai
dalam pengetahuan itu dan (3) bersedia menularkan pengetahuan beserta
nilainya kepada orang lain.
Sedangkan untuk konteks Indonesia, dewasa ini telah dirumuskan
syarat kompetensi guru menurut Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005
Tentang Guru dan Dosen meliputi :
a.

Kompetensi pedagogik
Kompetensi pedagogik mencakup selain pemahaman dan
pengembangan potensi peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran

serta sistem evaluasi pembelajaran juga harus

menguasai ‘ilmu pendidikan’.

b. Kompetensi pribadi
13
Kemampuan yang dimiliki pendidik berupa kepribadian yang
mantap, berakhlak mulia, dan berwibawa serta menjadi teladan bagi
peserta didik. Kompetensi ini mencangkup kemantapan pribadi,
akhlak mulia, keteladanan dan kewibawaan.
c.

Kompetensi profesional
Kemampuan yang harus dimiliki pendidik berupa penguasaan
materi pembelajaran secara luas dan mendalam.

d. Kompetensi sosial
Kemampuan yang harus dimiliki pendidik agar mampu
berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik, sesama guru,
orangtua/wali dan masyarakat sekitar.
III.

Kedudukan Pendidik
Kedudukan guru bisa dibuktikan secara obyektif dengan adanya
program sertifikasi guru, yang selanjutnya bagi yang memenuhi kriteria
untuk lulus diberikan sertifikat pendidik dan kedudukan guru sebagai
pendidik dibuktikan dengan kepemilikan sertifikat pendidik.

IV.

Hakikat Tugas dan Tanggung Jawab Guru
Menurut Raka Joni (Conny R.Semiawan dan Soedijarto, 1991),
hakikat tugas guru pada umumnya berhubungan dengan pengembangan
sumber daya manusia yang pada akhirnya akan paling menentukan
kelestarian dan kejayaan kehidupan bangsa. Dengan tanggung jawab
moral, guru dituntut untuk dapat mengejawentahkan nilai-nilai yang
dijunjung tinggi oleh masyarakat, bangsa dan negara dalam diri pribadi,
karena nilai-nilai itu harus senantiasa terpadu dengan diri orang yang
menanamkan pada nilai agar usaha itu berhasil.

V.

Profesionalisme Guru dan Prinsip-prinsipnya
14
Edgar H. Schein dan Diana W. Kommers (Sunaryo Kartadinata dan
Nyoman Dantes, 1997) mengartikan bahwa profesi merupakan ‘the
profession are set of occupation that have developed a very special set of
norms deriving from their special role in society’ yang artinya bahwa
profesi adalah seperangkat keterampilan yang dikembangkan secara
khusus melalui seperangkat norma yang dianggap cocok untuk tugas-tugas
khusus di masyarakat.
Dalam

hal

profesionalisme

guru

memiliki

prinsip-prinsip

profesionalisme yaitu guru merupakan profesi yang berdasarkan bakat,
minat, panggilan jiwa dan idealisme, menuntut komitmen tinggi terhadap
peningkatan mutu pendidikan, iman takwa dan akhlak mulia, adanya
kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan yang relevan,
memiliki kompetensi yang sesuai dengan bidang tugasnya di sekolah dan
menuntut tanggung jawab tinggi atas tugas profesinya demi kemajuan
bangsa.
VI.

Organisasi Profesi dan Kode Etik Guru
Organisasi profesi guru mewadahi para guru sebagai individu
profesional untuk menggabungkan diri dalam wadah. Beberapa organisasi
seperti PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia), SGI (Sertifikat Guru
Indonesia), dan PGII (Persatuan Guru Independen Indonesia). Organisasi
profesi diarahkan bisa berfungsi sebagai protektor dalam memberikan
perlindungan serta dinamisator dan motivator dalam rangka rangka
pengembangan diri bagi anggotanya.
Sedangkan kode etik guru professional yang telah dirumuskan
tersebut berbunyi (Sunaryo Kartadinata dan Nyoman Dantes, 1997) :
g. Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk
manusia pembangunan yang ber-Pancasila.
h. Guru memiliki kejujuran profesional dalam menerapkan kurikulum
sesuai dengan kebutuhan anak didik masing-masing.
15
i. Guru

mengadakan

komunikasi

terutama

dalam

memperoleh

informasi tentang anak didik.
j. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara
hubungan dengan orangtua murid sebaik-baiknya bagi kepentingan
anak didik.
k. Guru memelihara baik dengan anggota masyarakat di sekitar
sekolahnya maupun masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan
pendidikan.
l. Guru secara sendiri-sendiri dan/atau bersama-sama berusaha
mengembangkan dan meningkatkan mutu profesionalnya.
m. Guru menciptakan dan memelihara hubungan antara sesama guru
baik berdasarkan lingkungan kerja maupun di dalam keseluruhan.
n. Guru secara bersama-sama memelihara, membina dan meningkatkan
mutu organisasi guru profesional sebagai sarana pengabdiannya.
o. Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan
pemerintah dalam bidang pendidikan.

E. Bahan/Materi Pendidikan

16
Pendidikan diterapkan supaya anak menjadi dewasa oleh karena itu
ditetapkan isi/materi pendidikan yang relevan. Isi pendidikan adalah segala
sesuatu yang diberikan kepada peserta didik untuk keperluan pertumbuhan. Isi
pendidikan dapat diklasifikasikan menjadi:
1.

Pengetahuan (kemampuan kognitif)

2.

Nilai (kemampuan afektif)

3.

Keterampilan (kemampuan psikomotor). (Wina Sanjaya, 2008:83)
Nilai yang dimaksud dalam alinea diatas adalah nilai-nilai

kemanusiaan berupa pengalaman dan penghayatan manusia mengenai hal-hal
yang berharga bagi manusia. Parameter keberhasilan suatu pendidikan adalah
internalisasi nilai dalam beberapa tahap yakni kognitif, afektif, konatif dan
praktek. Setelah pelajar mengerti semua yang telah diajarkan, mereka dituntut
untuk menghargai apa yang dipelajari, kemudian muncul komitmen untuk
melaksanakannya secara konsisten.
Mengintegrasikan nilai bukan lah hal yang mudah. Hal tersebut
melibatkan hati nurani. Nilai dikembangkan lewat refleksi dan ekspresi bebas,
tetapi bermartabat. Proses pembelajaran bukan hanya berhenti di otak akan
tetapi harus dipraktekkan di kehidupan nyata.
Pengetahuan menurut Poedjawijatna adalah hasil dari tahu. Abbas
Hamami, salah seorang dosen filsafat Universitas Gadjah Mada, pengetahuan
adalah hubungan-hubungan subyek-obyek yang disadari. Oleh karena itu
pengetahuan sebetulnya meliputi segala aspek kehidupan manusia termasuk di
dalamnya nilai dan keterampilan. Hanya dalam isi pendidikan yang kita
bicarakan ini lebih mengacu pada pengetahuan yang berasal dan pengalaman
indra dan pengetahuan yang berasal dari pengalaman rasio/budi.
Keterampilan didapat melalui sebuah latiha, kebiasaan yang dilakukan
secara berulang-ulang sehingga keterampilan tersebut semakin terasah.
Misalnya

keterampilan

pemain

sepakbola

akan

semakin

sempurna

17
kemampuannya jika dia mengadakan latihan secara berulang-ulang dengan
sepenuh hati.
Selama

melaksanakan

pendidikan,

guru

hendaknya

mempertimbangkan hal-hal berikut :
1. Isi/materi harus sesuai dan menunjang ketercapaian tujuan.
2. Urgensi materi, yaitu materi harus penting untuk diketahui oleh peserta
didik.
3. Nilai praktis, atau kegunaanya.
4. Materi tersebut merupakan materi wajib sesuai dengan tuntutan
kurikulum.
5. Materi yang sudag diperoleh sumbernya, perlu diupayakan untuk
diberikan kepada peserta didik. (Sutan Zani Arbi, 1993:28).

18
F. Metode Pendidikan
Metode adalah cara yang berfungsi sebagai alat untuk mencapai
tujuan. Untuk mencapai tujuan yang diinginkan dibutuhkan metode yang tepat.
Metode pendidikan adalah cara-cara yang dipakai oleh seseorang atau
kelompok orang untuk membimbing anak/peserta didik sesuai dengan
perkembangannya kea arah tujuan yang hendak dicapai.
Metode pendidikan berkaitan dengan bentuk pendidikan. Dalam hal
ini kita mengenal adanya bentuk-bentuk pendidikan sebagai berikut :
a.

Pendidikan otoriter
Bentuk pendidikan otoriter, pendidik ditempatkan pada pihak yang
berkuasa dan utama/primer, sedangkan peserta didik menempatkan
pihak yang sekunder.

b.

Pendidikan liberal
Bentuk pendidikan liberal menekankan hak individu dan kebebasan,
dalam pendidikannya anak dijadikan subyek yang memegang peranan
penting.

c.

Pendidikan demokratis
Bentuk demokratis merupakan bentuk pendidikan dimana pendidik
dan peserta didik mempunyai kedudukan yang seimbang, maka
metode pendidikannya mengarah pada metode diskusi, tanya jawab,
pemberian tugas, atau problem solving.
Dalam memilih metode yang tepat dalam proses pendidikan perlu

diperhatikan hal-hal berikut ini :
a.

Tujuan pendidikan negara. Setiap negara memiliki tujuan pendidikan
yang berbeda dan merupakan kekhasan dari setiap Negara. Bagi
Indonesia sendiri tujuan pendidikan tak lepas dari Undang-undang
Republik Indoenesia No. 20 Tahun 2003 pasal 4 yang berbumyi ‘..
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.’

19
b.

Kemampuan pendidik. Metode pendidikan juga hendak disesuaikan
dengan kemampuan guru/pendidik.

c.

Isi atau materi juga menentukan metode pendidikan yang akan
digunakan. Metode yang tepat diperlukan agar peserta didik dapat
memahami materi dan kinerja peserta didik dapat maksimal. Misalnya
pada bidang ketrampilan dan pengetahuan, disamping pemberian
contoh, juga diskusi, pemecahan masalah, tanya jawab dan
sebagainya. Humaniora dan kewarganegaraan yang condong pada
kawasan afektif lebih banyak pada pemberian contoh dan problem
solving, disamping metode lain yang relevan.
Berkaitan dengan metode pendidikan diatas. Di Indonesia sejak tahun

1922 berdiri pendidikan Taman Siswa yang berpusat di Yogyakarta. Perguruan
Taman Siswa dikenal dengan Trilogi Kepemimpinan Guru sebagai pamong
yakni :
1.

Ing ngarsa sung tuladha, semboyan ini berarti berada di depan dan
memberi contoh. Guru lebih dominan untuk memberi contoh
disamping guru juga bersikap otoriter terhadap siwanya. Sisi negatif
dari metode ini adalah siswa menjadi minder dan takut karena seakan
ditekan oleh pendidik.

2.

Ing madya mangun karsa, semboyan ini berarti kita berada di tengahtengah bersama peserta didik. Pendidik merangsang peserta didik agar
belajar sendiri sehingga cenderung tertuju bagi peserta didik yang
masih muda dan mulai belajar mandiri. Pendidik hanya membantu jika
peserta didik mengalami kesulitan dan pendidik cenderung sebagai
subyek pendidikan. Kelemahan dari sistem ini adalah peserta didik
menjadi sombong bahkan bersifat manja terhadap pendidik.

3.

Tut wuri handayani, semboyan ini digunakan dalam pelaksanaan
pendidikan di Indonesia mempunyai maksud bahwa pendidik
mengikuti anak didik dari belakang namun sambil memberi daya atau
kekuatan, agar mereka tak menyimpang dari tujuan. Metode ini cocok
jika dikaitkan sebagai model pendidikan demokratis sebab peserta
didik ditempatkan sebagai subyek sekaligus obyek.
20
G. Alat Pendidikan
Alat pendidikan merupakan faktor pendidikan yang sengaja dibuat
dan digunakan demi tercapainya tujuan pendidikan yang diinginkan.
Alat pendidikan ditinjau dari wujudnya:
1. Sofware
Sofware ini mencakup nasihat, teladan, larangan, perintah,
pujian, teguran, ancaman, dan hukuman. Hal ini biasanya
digunakan untuk mengatur peserta didik agar mematuhi pendidik.
2.

Alat peraga
Alat peraga adalah suatu alat yang dapat diserap oleh mata
dan telinga dengan tujuan membantu guru agar proses belajar
mengajar siswa lebih efektif dan efisien. Alat peraga sangat
berperan penting dalam pelajaran agar yang disampaikan guru
lebih mudah dipahami oleh siswa. Alat peraga sering disebut juga
audio visual.

Alat pendidikan menurut metodenya:
1. Metode Abstrak
Metode Abstrak ini bersumber pada kewibawaan, tujuan terdekat,
bentuk peraturan, dan tujuan akhir. Metode ini berbentuk perintah,
larangan, izin, dll. Namun bentuk-bentuk tersebut mengandalkan
pasivitet yang besar dari anak didik itu sendiri.
Metode ini juga membagi alat menurut lapangan nilai:
a) Jasmani
b) Estetis
c) Susila
d) Agama dll.
2. Metode Tipologis:
Metode ini menurut Langeveld dibagi dengan lima gejala khas:
-

Perlindungan (pembentukkan kebiasaan yang aktiv)

-

Permufakatan

-

Persamaan arah

-

Rasa bersatu
21
-

Alat-alat yang berkaitan dengan anak didik tersebut.

Menurut Abu Ahmadi, alat pendidikan dibedakan dalam beberapa kategori:
1. Alat pendidikan Positif-Negatif:
Bersifat mengatur tindakan, agar berbuat baik maupun agar
tidak berbuat buruk.
2. Alat pendidikan Preventif-Korektif:
Alat pendidikan ini ama seperti positif-negatif, namun alat
pendidikan ini bersifat mengatur tindakan. Preventif untuk
mengatur yang tidak baik, sedangkan korektif untuk memperbaiki
kesalahan yang dilakukan, semacam hukuman.
3. Alat pendidikan Menyenangkan-Tidak Menyenangkan:
Berbeda dengan sebelumnya, alat ini berguna untuk rohani
agar menyenangkan berupa hadiah dan agar merasa tidak senang
berupa hukuman atau celaan.
Contoh alat pendidikan, terutama alat peraga:
1. Gambar
Gambar adalah suatu bentuk alat peraga yang nampaknya
sering digunakan, karena gambar adalah alat yang paling mudah
dipahami siswa maupun mahasiswa serta anak dari berbagai umur,
diperoleh dalam keadaan siap pakai, dan tidak menyita waktu
persiapan.
2. Peta
Peta bisa menolong seseorang untuk mempelajari bentuk
dan letak.
3. Papan tulis.
Peranan papan tulis tidak kalah pentingnya sebagai sarana
mengajar. Papan tulis dapat diterima dimana-mana sebagai alat
peraga yang efektif.
4. Alat lainnya masih banyak seperti OHP, Diagram, dll.

22
Kelebihan dan Kekurangan Alat pendidikan/alat peraga:
Kelebihan:
1. Menumbuhkan minat belajar siswa karena pelajaran menjadi lebih
menarik.
2. Memperjelas makna bahan pelajaran sehingga siswa lebih mudah
memahaminya.
Metode mengajar akan lebih bervariasi sehingga peserta didik tidak

3.

akan mudah bosan
4. Membuat lebih aktif melakukan kegiatan belajar seperti :mengamati,
melakukan dan mendemonstrasikan dan sebagainya.
Kekurangan:
1.

Mengajar dengan memakai alat peraga lebih banyak menuntut guru.

2.

Banyak waktu yang diperlukan untuk persiapan.

3.

Perlu kesediaan berkorban secara materiil.
Alat pendidikan harus sesuai dengan tujuan pendidikan tertentu.

Misal mendidik anak untuk makan dengan baik/sopan, maka alat
pendidikan yang sesuai adalah dengan memberi contoh.
Pendidik harus memahami peranan alat tersebut dan cakap
menggunakannya. Pendidik harus harus mengetahui karakteristik peserta
didiknya, harus disesuaikan dengan situasi, kondisi, ruang dan waktu.
Peserta didik mampu menerima penggunaan alat pendidikan dan tidak
menimbulkan akibat sampinagan yang merugikan peserta didik.
Penggunaan alat pendidikan yang berupa tindakan pendidik antara
lain :
1. Teladan
2. Pujian/hadiah
3. Perintah
4. Larangan
5. Teguran
23
6. Ancaman
7. Hukuman.

H. Lingkungan Pendidikan
I.

Pengertian Lingkungan Pendidikan
Lingkungan
berlangsungnya

pendidikan
proses

merupakan

pendidikan

yang

lingkungan

merupakan

tempat

bagian

dari

lingkungan sosial.
1. Lingkungan Fisik (keadaan iklim, alam)
2. Lingkungan Budaya (bahasa, seni, ekonomi, politik, keagamaan, dll)
3. Lingkungan

Sosial/Masyarakat

(keluarga, kelompok

bermain,

organisasi)

II.

Klasifikasi Lingkungan Pendidikan
Lingkungan pendidikan meliputi :
1.

Lingkungan keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan

utama karena manusia pertama kalinya memperoleh pendidikan di
lingkungan ini sebelum mengenal lingkungan yang lain. Selain itu manusia
mengalami proses pendidikan sejak lahir bahkan sejak dalam kandungan.
Pendidikan keluarga dapat dibagi menjadi dua yaitu:
a. Pendidikan prenatal (pendidikan dalam kandungan)
b. Pendidikan postnatal (pendidikan setelah lahir)
Dasar tanggung jawab keluarga terhadap pendidikan meliputi:

24
a) Motivasi cinta kasih yang menjiwai hubungan orangtua dengan
anaknya.
b) Motivasi kewajiban moral orangtua terhadap anak.
c) Tanggung jawab sosial sebagai bagian dari keluarga.

2.

Lingkungan sekolah
Karena perkembangan peradaban manusia, orang tidak mampu lagi

untuk mendidik anaknya. Pada masyarakat yang semakin kompleks, anak
perlu persiapan khusus untuk mencapai masa dewasa. Persiapan ini perlu
waktu, tempat dan proses yang khusus. Dengan demikian orang perlu
lembaga tertentu untuk menggantikan sebagian fungsinya sebagai pendidik.
Lembaga ini disebut sekolah. Dasar tanggung jawab sekolah akan
pendidikan meliputi :
a) Tanggung jawab formal kelembagaan
b) Tanggung jawab keilmuan
c) Tanggung jawab fungsional
3.

Lingkungan masyarakat
Ada 5 pranata sosial (social institutions) yang terdapat di dalam

lingkungan sosial yaitu:
a) Pranata pendidikan, bertugas dalam upaya sosialisasi.
b) Pranata

ekonomi,

bertugas

mengatur

upaya

pemenuhan

kemakmuran.
c) Pranata politik,

bertugas menciptakan integritas dan stabilitas

masyarakat.
d) Pranata

teknologi,

bertugas

menciptakan

teknik

untuk

mempermudah manusia.
25
e) Pranata moral dan etika, bertugas mengurusi nilai dan penyikapan
dalam pergaulan masyarakat.

Ki Hajar Dewantara mengelompokkan lingkungan belajar berdasarkan
kelembagaannya, lingkungan pendidikan adalah sebagai berikut :
1.

Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga merupakan pendidikan yang pertama dan

utama sebab didalam keluargalah kepribadian anak terbentuk. Keluarga
memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan kepribadian anak.
Pengaruh semakin berkurang jika anwak semakin dewasa. Keluarga inilah
yang dikenal oleh anak sebagai kesatuan hidup bersama yang dikenal oleh
anak
2.

Lingkungan Perguruan’Sekolah
Perguruan/sekolah

atau

balai

wiyata

adalah

lingkungan

pendidikan yang mengembangkan dan meneruskan pendidikan anak
menjadi warganegara yang cerdas, terampil dan berkepribadian mulia.
Sekolah merupakan lembaga sosial formal yang didirikan negara, yayasan
atau swasta untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
3.

Lingkungan Organisasi Pemuda
Pusat pendidikan yang ketiga adalah organisasi pemuda.

Organisasi pemuda bisa bersifat informal maupun bersifat formal yang
diusahakan oleh pemerintah maupun diusahakan oleh yayasan tertentu.
Lingkungan ini diharapkan mampu

membina pemuda/pemudi melalui

pendidikan sendiri, memadukan perkembangan kecerdasan dan perilaku
sosial.

26
I. Masalah Pendidikan
1. Kurikulum
Kurikulum kita yang dalam jangka waktu singkat selalu
berubah-ubah tanpa ada hasil yang maksimal dan masih tetap saja.
Kegagalan dalam kurikulum kita juga disebabkan oleh kurangnya
pelatihan skill, kurangnya sosialisasi dan pembinaan terhadap
kurikulum baru. Elemen dasar ini lah yang menentukan keberhasilan
pendidikan yang kita tempuh.
2. Rendahnya Kesejahteraan Guru
Rendahnya kesejahteraan guru mempunyai peran dalam
membuat

rendahnya

kualitas

pendidikan

Indonesia.

Dengan

pendapatan yang rendah, terang saja banyak guru terpaksa melakukan
pekerjaan sampingan. Ada yang mengajar lagi di sekolah lain,
memberi les pada sore hari, menjadi tukang ojek, pedagang mie rebus,
pedagang buku/LKS, pedagang pulsa ponsel, dan sebagainya. Dengan
adanya UU Guru dan Dosen, barangkali kesejahteraan guru dan dosen
(PNS) agak lumayan. Tapi, kesenjangan kesejahteraan guru swasta
dan negeri menjadi masalah lain yang muncul. Di lingkungan
27
pendidikan swasta, masalah kesejahteraan masih sulit mencapai taraf
ideal. Pikiran Rakyat 9 Januari 2006, sebanyak 70 persen dari 403
PTS di Jawa Barat dan Banten tidak sanggup untuk menyesuaikan
kesejahteraan dosen sesuai dengan amanat UU Guru dan Dosen.
Namun, sejak 2007 pemerintahan telah mencanangkan program
sertifikasi

guru yang

akhirnya

cukup mampu

meningkatkan

kesejahteran guru. Guru yang telah bersertifikat mendapat tunjangan
lebih sehingga gajinya menjadi dua kali lipat.
3. Rendahnya Prestasi Siswa
Dengan keadaan yang demikian itu (rendahnya sarana fisik,
kualitas guru, dan kesejahteraan guru) pencapaian prestasi siswa pun
menjadi tidak memuaskan. Sebagai misal pencapaian prestasi fisika
dan matematika siswa Indonesia di dunia internasional sangat rendah.
Menurut Trends in Mathematic and Science Study (TIMSS) 2003
(2004), siswa Indonesia hanya berada di ranking ke-35 dari 44 negara
dalam hal prestasi matematika dan di ranking ke-37 dari 44 negara
dalam hal prestasi sains. Apabila dibanding dengan negara-negara
tetangga saja, posisi Indonesia berada jauh di bawahnya. Dalam skala
internasional, menurut Laporan Bank Dunia (Greaney,1992), studi
IEA (Internasional Association for the Evaluation of Educational
Achievement) di Asia Timur menunjukan bahwa keterampilan
membaca siswa kelas IV SD berada pada peringkat terendah. Ratarata skor tes membaca untuk siswa SD: 75,5 (Hongkong), 74,0
(Singapura), 65,1 (Thailand), 52,6 (Filipina), dan 51,7 (Indonesia).
4. Kontoversi diselenggaraknnya UN
Perdebatan mengenai Ujian Nasional (UN) sebenarnya sudah
terjadi saat kebijakan tersebut mulai digulirkan pada tahun ajaran
2002/2003.
digulirkannya

Setidaknya
UN.

ada

Pertama,

empat
aspek

penyimpangan
pedagogis.

Dalam

dengan
ilmu

kependidikan, kemampuan peserta didik mencakup tiga aspek, yakni
28
pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), dan sikap
(afektif). Tapi yang dinilai dalam UN hanya satu aspek kemampuan,
yaitu kognitif, sedangkan kedua aspek lain tidak diujikan sebagai
penentu kelulusan. Kedua, aspek yuridis. Beberapa pasal dalam UU
Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 telah dilanggar,
misalnya pasal 35 ayat 1 yang menyatakan bahwa standar nasional
pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga
kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan
penilaian pendidikan, yang harus ditingkatkan secara berencana dan
berkala. UN hanya mengukur kemampuan pengetahuan dan penentuan
standar pendidikan yang ditentukan secara sepihak oleh pemerintah.
Pasal 58 ayat 1 menyatakan, evaluasi hasil belajar peserta didik
dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan
perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan.
Kenyataannya, selain merampas hak guru melakukan penilaian, UN
mengabaikan unsur penilaian yang berupa proses. Selain itu, pada
pasal 59 ayat 1 dinyatakan, pemerintah dan pemerintah daerah
melakukan evaluasi terhadap pengelola, satuan jalur, jenjang, dan
jenis pendidikan. Tapi dalam UN pemerintah hanya melakukan
evaluasi terhadap hasil belajar siswa yang sebenarnya merupakan
tugas pendidik. Ketiga, aspek sosial dan psikologis. Dalam
mekanisme UN yang diselenggarakannya, pemerintah telah mematok
standar nilai kelulusan 3,01 pada tahun 2002/2003 menjadi 4,01 pada
tahun 2003/2004 dan 4,25 pada tahun 2004/2005. Ini menimbulkan
kecemasan psikologis bagi peserta didik dan orang tua siswa. Siswa
dipaksa menghafalkan pelajaran-pelajaran yang akan di-UN-kan di
sekolah ataupun di rumah. Keempat, aspek ekonomi. Secara
ekonomis, pelaksanaan UN memboroskan biaya. Tahun 2005, dana
yang dikeluarkan dari APBN mencapai Rp 260 miliar, belum
ditambah dana dari APBD dan masyarakat. Pada 2005 memang
disebutkan pendanaan UN berasal dari pemerintah, tapi tidak jelas
sumbernya, sehingga sangat memungkinkan masyarakat kembali akan
29
dibebani biaya. Selain itu, belum dibuat sistem yang jelas untuk
menangkal penyimpangan finansial dana UN. Sistem pengelolaan
selama

ini

masih

sangat

tertutup

dan

tidak

jelas

pertanggungjawabannya. Kondisi ini memungkinkan terjadinya
penyimpangan (korupsi) dana UN.
5. Rendahnya Kualitas Sarana Fisik
Untuk sarana fisik misalnya, banyak sekali sekolah dan
perguruan tinggi kita yang gedungnya rusak, kepemilikan dan
penggunaan media belajar rendah, buku perpustakaan tidak lengkap.
Sementara laboratorium tidak standar, pemakaian teknologi informasi
tidak memadai dan sebagainya. Bahkan masih banyak sekolah yang
tidak memiliki gedung sendiri, tidak memiliki perpustakaan, tidak
memiliki laboratorium dan sebagainya.
6. Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan
Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas pada
tingkat Sekolah Dasar. Data Balitbang Departemen Pendidikan
Nasional dan Direktorat Jenderal Binbaga Departemen Agama tahun
2000 menunjukan Angka Partisipasi Murni (APM) untuk anak usia
SD pada tahun 1999 mencapai 94,4% (28,3 juta siswa). Pencapaian
APM ini termasuk kategori tinggi. Angka Partisipasi Murni
Pendidikan di SLTP masih rendah yaitu 54, 8% (9,4 juta siswa).
Sementara itu layanan pendidikan usia dini masih sangat terbatas.
Kegagalan pembinaan dalam usia dini nantinya tentu akan
menghambat

pengembangan

sumber

daya

manusia

secara

keseluruhan. Oleh karena itu diperlukan kebijakan dan strategi
pemerataan pendidikan yang tepat untuk mengatasi masalah
ketidakmerataan tersebut.

30
J. Pendidikan Sepanjang Hayat
I.

Pengertian Pendidikan Sepanjang Hayat
Arti

lugas

pendidikan

sepanjang

hayat

adalah

bahwa

pendidikan tidak berhenti hingga individu menjadi dewasa, tetapi tetap
berlanjut sepanjang hidupnya.
Urgensi

pendidikan

sepanjang

hayat

terus

menerus

menyesuaikan diri supaya dapat hidup secara wajar dalam lingkungan
masyarakat yang selalu berubah. Di sisi lain, pendidikan sepanjang
hayat adalah peluang luas bagi seseorang untuk terus belajar agar dapat
meraih keadaan kehidupan yang lebih baik.
Hal yang menyebabkan keadaan lebih baik :
a) Majunya IPTEK.
b) Produk teknologi yang perlu dipelajari karena terkait dengan
alat kerjanya.
c) Perubahan sosial yang berdampak pada majunya ilmu dan
teknologi.
II.

Wadah Pelaksanaan Pendidikan Sepanjang Hayat
Pendidikan sepanjang hayat berwadahkan semua lembaga
pendidikan, sumber-sumber informasi, sesuai dengan kepentingan
perseorangan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu,
31
lembaga pendidikan sepanjang hayat adalah lembaga yang sekama ini
kita kenal, yaitu :
a) Pendidikan Prasekolah
b) Pendidikan Luar Sekolah
c) Sumber informasi, baik berupa terbitan buku, majalah, atau
media massa baik cetak maupun sajian internet.
III.

Ragam Pendidikan Sepanjang Hayat
a) Pendidikan untuk mempertahankan pemenuhan kebutuhan
b) Pendidikan untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan bidang
kerjannya
c) Pendidikan untuk pengembangan atau peningkatan diri
d) Pendidikan untuk kebutuhan mental dan reaksional.

Daftar Pustaka
Siswoyo, Dwi. 2013. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Sanjaya, Wina. 2008. Perencanaan dan Strategi Pembelajaran. Bandung:
Kencana Prenada Media Group.
http://blog.uin-malang.ac.id/fityanku/landasan-filosofis-pendidikan/
http://mynamemirza.wordpress.com/2012/06/09/dasar-fungsi-tujuan-dan-asaspendidikan/
http://nofridayetti.blogspot.com/2012/11/makalah-pengantar-pendidikan.html
http://ndandaherjunot.blogspot.com/2012/02/bab-vi-isi-metode-alat-danlingkungan.html
http://kmplnmakalah.blogspot.com/2013/01/makalah-lingkungan-pendidikan.html
http://van88.wordpress.com/makalah-permasalahan-pendidikan-di-indonesia/

32

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Landasan pendidikan
Landasan pendidikanLandasan pendidikan
Landasan pendidikanriswanda-pg
 
Penerapan Asas Tut Wuri Handayani Sebagai Landasan Sejarah Pendidikan Nasion...
Penerapan Asas Tut Wuri Handayani Sebagai Landasan Sejarah  Pendidikan Nasion...Penerapan Asas Tut Wuri Handayani Sebagai Landasan Sejarah  Pendidikan Nasion...
Penerapan Asas Tut Wuri Handayani Sebagai Landasan Sejarah Pendidikan Nasion...Rahma Siska Utari
 
Pengantar pendidikan fix
Pengantar pendidikan fixPengantar pendidikan fix
Pengantar pendidikan fixyulius LYAN
 
Landasan pendidikan (Pengertian Landasan Pendidikan)
Landasan pendidikan (Pengertian Landasan Pendidikan)Landasan pendidikan (Pengertian Landasan Pendidikan)
Landasan pendidikan (Pengertian Landasan Pendidikan)Wulan Yulian
 
Pendidikan sebagai ilmu
Pendidikan sebagai ilmuPendidikan sebagai ilmu
Pendidikan sebagai ilmuAstika Rahayu
 
Ppt landasan pendidikan 2
Ppt landasan pendidikan 2Ppt landasan pendidikan 2
Ppt landasan pendidikan 2syskanovalinda
 
Makalah Pendidikan Sebagai Ilmu
Makalah Pendidikan Sebagai IlmuMakalah Pendidikan Sebagai Ilmu
Makalah Pendidikan Sebagai IlmuWiwiet Imania
 
Pendidikan sebagai ilmu pengetahuan
Pendidikan sebagai ilmu pengetahuanPendidikan sebagai ilmu pengetahuan
Pendidikan sebagai ilmu pengetahuanHendun Budiyani
 
landasan kurikulum, definisi, peranan kurikulum
landasan kurikulum, definisi, peranan kurikulumlandasan kurikulum, definisi, peranan kurikulum
landasan kurikulum, definisi, peranan kurikulumFatmawati Khodijah
 
Teori dan praktek pendidikan
Teori dan praktek pendidikanTeori dan praktek pendidikan
Teori dan praktek pendidikanAnna Anita
 

Was ist angesagt? (19)

Pengertian pendidikan by @noverinalola
Pengertian pendidikan by @noverinalolaPengertian pendidikan by @noverinalola
Pengertian pendidikan by @noverinalola
 
landasan pendidikan
landasan pendidikanlandasan pendidikan
landasan pendidikan
 
Landasan pendidikan
Landasan pendidikanLandasan pendidikan
Landasan pendidikan
 
Penerapan Asas Tut Wuri Handayani Sebagai Landasan Sejarah Pendidikan Nasion...
Penerapan Asas Tut Wuri Handayani Sebagai Landasan Sejarah  Pendidikan Nasion...Penerapan Asas Tut Wuri Handayani Sebagai Landasan Sejarah  Pendidikan Nasion...
Penerapan Asas Tut Wuri Handayani Sebagai Landasan Sejarah Pendidikan Nasion...
 
Konsep pendidikan
Konsep pendidikanKonsep pendidikan
Konsep pendidikan
 
Pengantar pendidikan fix
Pengantar pendidikan fixPengantar pendidikan fix
Pengantar pendidikan fix
 
Landasan pendidikan (Pengertian Landasan Pendidikan)
Landasan pendidikan (Pengertian Landasan Pendidikan)Landasan pendidikan (Pengertian Landasan Pendidikan)
Landasan pendidikan (Pengertian Landasan Pendidikan)
 
Pengertian pendidikan
Pengertian pendidikanPengertian pendidikan
Pengertian pendidikan
 
Pendidikan sebagai ilmu
Pendidikan sebagai ilmuPendidikan sebagai ilmu
Pendidikan sebagai ilmu
 
Ppt landasan pendidikan 2
Ppt landasan pendidikan 2Ppt landasan pendidikan 2
Ppt landasan pendidikan 2
 
Konsep pendidikan
Konsep pendidikanKonsep pendidikan
Konsep pendidikan
 
Makalah Pendidikan Sebagai Ilmu
Makalah Pendidikan Sebagai IlmuMakalah Pendidikan Sebagai Ilmu
Makalah Pendidikan Sebagai Ilmu
 
Pendidikan Sepanjang Hayat
Pendidikan Sepanjang HayatPendidikan Sepanjang Hayat
Pendidikan Sepanjang Hayat
 
Pendidikan sebagai ilmu pengetahuan
Pendidikan sebagai ilmu pengetahuanPendidikan sebagai ilmu pengetahuan
Pendidikan sebagai ilmu pengetahuan
 
Dasar teori pendidikan
Dasar teori pendidikanDasar teori pendidikan
Dasar teori pendidikan
 
Pendidikan sebagai ilmu pengetahuan
Pendidikan sebagai ilmu pengetahuanPendidikan sebagai ilmu pengetahuan
Pendidikan sebagai ilmu pengetahuan
 
landasan kurikulum, definisi, peranan kurikulum
landasan kurikulum, definisi, peranan kurikulumlandasan kurikulum, definisi, peranan kurikulum
landasan kurikulum, definisi, peranan kurikulum
 
Teori dan praktek pendidikan
Teori dan praktek pendidikanTeori dan praktek pendidikan
Teori dan praktek pendidikan
 
Kurikulum pembelajaran
Kurikulum pembelajaranKurikulum pembelajaran
Kurikulum pembelajaran
 

Ähnlich wie Makalah ip

Filsafat Pendidikan
Filsafat Pendidikan Filsafat Pendidikan
Filsafat Pendidikan Yamanto Isa
 
Makalah hakikat pendidikan
Makalah hakikat pendidikanMakalah hakikat pendidikan
Makalah hakikat pendidikanAga Pratama
 
Pengembangan Kurikulum
Pengembangan KurikulumPengembangan Kurikulum
Pengembangan Kurikulumpapih
 
Makalah filsafat 2
Makalah filsafat 2Makalah filsafat 2
Makalah filsafat 2Warnet Raha
 
Makalah filsafat 2
Makalah filsafat 2Makalah filsafat 2
Makalah filsafat 2Warnet Raha
 
Pendidikan sepanjang hayat
Pendidikan sepanjang hayatPendidikan sepanjang hayat
Pendidikan sepanjang hayatM N Habibah
 
peng_pendk_8.ppt
peng_pendk_8.pptpeng_pendk_8.ppt
peng_pendk_8.pptisembel
 
rangkuman buku pengantar pendidikan(Umar Tirtarahardja & S.L. La Sulo)
rangkuman buku pengantar pendidikan(Umar Tirtarahardja & S.L. La Sulo)rangkuman buku pengantar pendidikan(Umar Tirtarahardja & S.L. La Sulo)
rangkuman buku pengantar pendidikan(Umar Tirtarahardja & S.L. La Sulo)setyawatiDK
 
LANDASAN PENDIDIKAN BAB 1 - 3.pptx
LANDASAN PENDIDIKAN BAB 1 - 3.pptxLANDASAN PENDIDIKAN BAB 1 - 3.pptx
LANDASAN PENDIDIKAN BAB 1 - 3.pptxanisao
 
nota SPP Bab 5
nota SPP Bab 5nota SPP Bab 5
nota SPP Bab 5Rainne Lee
 
PENGERTIAN PEND-WPS Office.pdf
PENGERTIAN PEND-WPS Office.pdfPENGERTIAN PEND-WPS Office.pdf
PENGERTIAN PEND-WPS Office.pdfFatimah988108
 
PP3 Landasan dan Asas-asas Pendidikan.pptx
PP3 Landasan dan Asas-asas Pendidikan.pptxPP3 Landasan dan Asas-asas Pendidikan.pptx
PP3 Landasan dan Asas-asas Pendidikan.pptxFirmanRengel
 

Ähnlich wie Makalah ip (20)

Filsafat Pendidikan
Filsafat Pendidikan Filsafat Pendidikan
Filsafat Pendidikan
 
Makalah hakikat pendidikan
Makalah hakikat pendidikanMakalah hakikat pendidikan
Makalah hakikat pendidikan
 
Pengembangan Kurikulum
Pengembangan KurikulumPengembangan Kurikulum
Pengembangan Kurikulum
 
Makalah filsafat 2
Makalah filsafat 2Makalah filsafat 2
Makalah filsafat 2
 
Makalah filsafat 2
Makalah filsafat 2Makalah filsafat 2
Makalah filsafat 2
 
Makalah filsafat 2 (2)
Makalah filsafat 2 (2)Makalah filsafat 2 (2)
Makalah filsafat 2 (2)
 
Makalah filsafat 2
Makalah filsafat 2Makalah filsafat 2
Makalah filsafat 2
 
Makalah filsafat 2
Makalah filsafat 2Makalah filsafat 2
Makalah filsafat 2
 
Pendidikan sepanjang hayat
Pendidikan sepanjang hayatPendidikan sepanjang hayat
Pendidikan sepanjang hayat
 
Filsafat dalam pendidikan
Filsafat dalam pendidikanFilsafat dalam pendidikan
Filsafat dalam pendidikan
 
Ppt kurikulum
Ppt kurikulumPpt kurikulum
Ppt kurikulum
 
peng_pendk_8.ppt
peng_pendk_8.pptpeng_pendk_8.ppt
peng_pendk_8.ppt
 
rangkuman buku pengantar pendidikan(Umar Tirtarahardja & S.L. La Sulo)
rangkuman buku pengantar pendidikan(Umar Tirtarahardja & S.L. La Sulo)rangkuman buku pengantar pendidikan(Umar Tirtarahardja & S.L. La Sulo)
rangkuman buku pengantar pendidikan(Umar Tirtarahardja & S.L. La Sulo)
 
Makalah filsafat 2
Makalah filsafat 2Makalah filsafat 2
Makalah filsafat 2
 
LANDASAN PENDIDIKAN BAB 1 - 3.pptx
LANDASAN PENDIDIKAN BAB 1 - 3.pptxLANDASAN PENDIDIKAN BAB 1 - 3.pptx
LANDASAN PENDIDIKAN BAB 1 - 3.pptx
 
nota SPP Bab 5
nota SPP Bab 5nota SPP Bab 5
nota SPP Bab 5
 
PENGERTIAN PEND-WPS Office.pdf
PENGERTIAN PEND-WPS Office.pdfPENGERTIAN PEND-WPS Office.pdf
PENGERTIAN PEND-WPS Office.pdf
 
PP3 Landasan dan Asas-asas Pendidikan.pptx
PP3 Landasan dan Asas-asas Pendidikan.pptxPP3 Landasan dan Asas-asas Pendidikan.pptx
PP3 Landasan dan Asas-asas Pendidikan.pptx
 
Makalah filsafat 2
Makalah filsafat 2Makalah filsafat 2
Makalah filsafat 2
 
Pengertian pendidikan
Pengertian pendidikanPengertian pendidikan
Pengertian pendidikan
 

Mehr von Restu Waras Toto

Soal matematika titik garis kurva bidang
Soal matematika titik garis kurva bidangSoal matematika titik garis kurva bidang
Soal matematika titik garis kurva bidangRestu Waras Toto
 
Hypnotherapy dan Hypnoparenting
Hypnotherapy dan HypnoparentingHypnotherapy dan Hypnoparenting
Hypnotherapy dan HypnoparentingRestu Waras Toto
 
The Description of Tugu jogja
The Description of Tugu jogjaThe Description of Tugu jogja
The Description of Tugu jogjaRestu Waras Toto
 
Matematika kelompok 1 soal
Matematika kelompok 1 soalMatematika kelompok 1 soal
Matematika kelompok 1 soalRestu Waras Toto
 
Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Sumber Daya Alam dan LingkunganSumber Daya Alam dan Lingkungan
Sumber Daya Alam dan LingkunganRestu Waras Toto
 
Kelompok 1 matematika titik, garis, bidang dan kurva
Kelompok 1 matematika   titik, garis, bidang dan kurvaKelompok 1 matematika   titik, garis, bidang dan kurva
Kelompok 1 matematika titik, garis, bidang dan kurvaRestu Waras Toto
 
tugu-jogja-descriptive-text
tugu-jogja-descriptive-texttugu-jogja-descriptive-text
tugu-jogja-descriptive-textRestu Waras Toto
 
Bunyi bahasa dan tata bunyi
Bunyi bahasa dan tata bunyiBunyi bahasa dan tata bunyi
Bunyi bahasa dan tata bunyiRestu Waras Toto
 
Pancasila sebagai dasar negara
Pancasila sebagai dasar negaraPancasila sebagai dasar negara
Pancasila sebagai dasar negaraRestu Waras Toto
 
Matematika dasar - titik, garis, kurva dan bidang
Matematika dasar - titik, garis, kurva dan bidang Matematika dasar - titik, garis, kurva dan bidang
Matematika dasar - titik, garis, kurva dan bidang Restu Waras Toto
 
Pentingnya kepemimpinan presiden ideal dalam pemilu 2014
Pentingnya kepemimpinan presiden ideal dalam pemilu 2014Pentingnya kepemimpinan presiden ideal dalam pemilu 2014
Pentingnya kepemimpinan presiden ideal dalam pemilu 2014Restu Waras Toto
 
Matematika kelompok 1 soal
Matematika kelompok 1 soalMatematika kelompok 1 soal
Matematika kelompok 1 soalRestu Waras Toto
 

Mehr von Restu Waras Toto (16)

Soal matematika titik garis kurva bidang
Soal matematika titik garis kurva bidangSoal matematika titik garis kurva bidang
Soal matematika titik garis kurva bidang
 
Hypnotherapy dan Hypnoparenting
Hypnotherapy dan HypnoparentingHypnotherapy dan Hypnoparenting
Hypnotherapy dan Hypnoparenting
 
The Description of Tugu jogja
The Description of Tugu jogjaThe Description of Tugu jogja
The Description of Tugu jogja
 
Matematika kelompok 1 soal
Matematika kelompok 1 soalMatematika kelompok 1 soal
Matematika kelompok 1 soal
 
Konsep Dasar Budaya
Konsep Dasar BudayaKonsep Dasar Budaya
Konsep Dasar Budaya
 
Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Sumber Daya Alam dan LingkunganSumber Daya Alam dan Lingkungan
Sumber Daya Alam dan Lingkungan
 
Kel 1
Kel 1Kel 1
Kel 1
 
Kelompok 1 matematika titik, garis, bidang dan kurva
Kelompok 1 matematika   titik, garis, bidang dan kurvaKelompok 1 matematika   titik, garis, bidang dan kurva
Kelompok 1 matematika titik, garis, bidang dan kurva
 
tugu-jogja-descriptive-text
tugu-jogja-descriptive-texttugu-jogja-descriptive-text
tugu-jogja-descriptive-text
 
Competency Based-Syllabus
Competency Based-SyllabusCompetency Based-Syllabus
Competency Based-Syllabus
 
Matematika dasar I
Matematika dasar I Matematika dasar I
Matematika dasar I
 
Bunyi bahasa dan tata bunyi
Bunyi bahasa dan tata bunyiBunyi bahasa dan tata bunyi
Bunyi bahasa dan tata bunyi
 
Pancasila sebagai dasar negara
Pancasila sebagai dasar negaraPancasila sebagai dasar negara
Pancasila sebagai dasar negara
 
Matematika dasar - titik, garis, kurva dan bidang
Matematika dasar - titik, garis, kurva dan bidang Matematika dasar - titik, garis, kurva dan bidang
Matematika dasar - titik, garis, kurva dan bidang
 
Pentingnya kepemimpinan presiden ideal dalam pemilu 2014
Pentingnya kepemimpinan presiden ideal dalam pemilu 2014Pentingnya kepemimpinan presiden ideal dalam pemilu 2014
Pentingnya kepemimpinan presiden ideal dalam pemilu 2014
 
Matematika kelompok 1 soal
Matematika kelompok 1 soalMatematika kelompok 1 soal
Matematika kelompok 1 soal
 

Makalah ip

  • 1. A. Dasar Pendidikan I. Pengertian Dasar Pendidikan Pendidikan adalah gejala semesta/fenomena universal dan berlangsung sepanjang hayat manusia, dimanapun manusia berada. Setiap ada kehidupan manusia, disana pasti ada pendidikan (Driyarkara, 1980: 32). Pendidikan merupakan suatu bentuk usaha yang disengaja demi pengembangan manusia dan masyarakat sehingga berdasarkan pada landasan-landasan pemikiran tertentu. Oleh karena itu, upaya memanusiakan manusia melalui pendidikan didasarkan pada pandangan hidup atau filsafat hidup, bahkan latar belakang sosio-kultural tiap masyarakat serta pemikiran-pemikiran psikologis tertentu. . II. Aliran-aliran Pendidikan a) Nativisme (Schoupenhauer) Perkembangan anak sepenuhnya ditentukan oleh pembawaan/ bakat yang dibawa sejak lahir. b) Empirisme (John Locke) Perkembangan anak sepenuhnya ditentukan oleh lingkungan/ pendidikan. c) Konvergensi (William Stern) Perkembangan anak ditentukan pembawaan/ bakat dan lingkungan. d) Naturalisme (Rousseau) Manusia pada dasarnya baik, tapi menjadi tidak baik karena pengaruh dari masyarakat. Jika ingin baik, harus dikembalikan ke alam. III. Landasan Pendidikan Berikut ini adalah landasan-landasan yang menjadi dasar pendidikan : a) Landasan Filosofis Landasan filosofis berkaitan dengan kajian mengenai makna terdalam atau hakikat pendidikan tentang mengapa pendidikan dapat dilakukan dan atau diberikan oleh dan kepada manusia, apa yang 1
  • 2. seharusnya menjadi tujuan pendidikan. Menurut George R. Knight (1982), aliran filsafat dibedakan menjadi dua bagian besar yaitu tradisional dan modern. Mazab-mazab perenialisme, seperti progresivisme, ensensialisme, rekonstrukisme behaviorisme, dan humanism merupakan mazab-mazab teori pendidikan berdasarkan aliran-aliran filsafat tertentu yang pada langkah selanjutnya memmpengaruhi pandangan mengenai konsep dan praktik pendidikan. Di Indonesia sendiri dikembangkan teori pendidikan nasional Indonesia atau teori pendidikan nasional Pancasila yang dasar atau landasannya adalah filsafat Pancasila (Notonagoro, 1972) 1. Essensialisme Essensialisme menerapkan filsafat idealisme dan realisme secara elektis. Aliran ini mengutamakan ide-ide yang terpilih, yang pokok-pokok, yang hakiki/essensial yaitu liberal arts. Liberal arts meliputi bahasa, gramatika, kesusasteraan, filsafat, ilmu alam, matematika, sejarah dan seni. 2. Perenialisme Perenialisme hampir identik dengan esensialisme, namun lebih menekankan pada keabadian atau ketetapan atau kehikmatan (perenial = konstan) yaitu hal-hal yang ada sepanjang masa (Imam Barnadib, 1988: 34). Hal yang abadi : Pengetahuan yang benar, keindahan, dan cinta kebaikan. Prinsip pendidikan pereniallisme (1) Manusia adalah bianatang yang rasional. (2) Alam adalah universal, jadi pendidikannya harus sama. (3) Pengetahuan itu Universal, berdasar mata pelajaran yang pasti dapat ditangkap oleh semua orang. (4) Mata pelajaran menjadi pusat/ sentral. 2
  • 3. (5) Karya besar masa lalu adalah repository pengetahuan dan kebijaksanaan yang telah teruji (6) Pengalaman pendidikan adalah mempersiapkan hidup, bukan situasi nyata dalam kehidupan 3. Progresivisme Progresivisme adalah mazab pendidikan yang menginginkan kemajuan. Prinsip Pendidikan Progresivisme (1) Proses pendidikan ditemukan dari asal dan maksud/ tujuan yang ada pada siswa, termasuk minat siswa. (2) Siswa itu aktif, bukan pasif. (3) Peran guru sebagai penasehat, pemberi petunjuk, dan mengikuti keinginan siswa. (4) Sekolah merupakan mikrokosmos dari masyarakat. (5) Aktivitas kelas berpusat pada problem solving. (6) Suasana kelas demokratis dan kooperatif. 4. Rekonstrukionisme Rekonstrukionisme berasal dari kata reconstruct yang berarti menyusun kembali. Menurut konteks filsafat pendidikan aliran ini adalah menyusun kembali susunan lama dan membangun tata susunan hidup kehidupan yang bercorak modern. 5. Behaviorisme Behaviorisme atau aliran perilaku (juga disebut perspektif belajar) adalah filosofis dalam psikologi yang berdasar pada proposisi bahwa semua yang dilakukan organisme, termasuk tindakan, pikiran atau perasaan dapat dan harus dianggap sebagai perilaku. Aliran ini berpendapat bahwa perilaku demikian dapat digambarkan secara ilmiah tanpa melihat peristiwa fisiologis internal atau konstrak hipotesis seperti pikiran. 3
  • 4. 6. Humanisme Bersumber dari progresivisme dan eksistensialisme dengan tokohnya yaitu Carl Rogers, Abraham Maslow, dan Arthur Combs. John Holts adalah tokoh humanisme yang menginginkan agar siswa menjadi humanis yang pusatnya adalah kekuatan menciptakan lingkungan belajar di mana siswa maupun guru diliputi dengan rasa percaya dalam suasana yang nyaman dan hangat. Humanisme memusatkan pada aktualisasi diri dengan format institusi kelas terbuka yang terdesentralisasi dengan tidak adanya jadwal pelajaran yang kaku. b) Landasan Sosiologis Landasan sosiologis adalah hal-hal yang berkaitan dengan perwujudan tata tertib sosial, perubahan sosial, interaksi sosial, komunikasi, dan sosialisasi, memrupakan indikator bahwa pendidikan menggunakan landasan sosiologis. c) Landasan Kultural Kebudayaan merupakan hasil cipta rasa dan karya manusia. Di Indonesia telah ditegaskan bahwa pendidikan nasional berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia. Kebudayaan dan pendidikan memiliki timbal balik dan saling mempengaruhi. Kebudayaan dapat dikembangkan dan diwariskan melalui pendidikan, sebaliknya, bentuk, ciri-ciri pelaksanaan pendidikan ditentukan oleh kebudayaan.. d) Landasan Historis Kehidupan manusia mempunyai sejarah yang panjang sehingga manusia tidak mampu melacak titik awal kapan mulainya kehidupan ini. Sejak manusia hidup, sejak itu pula pendidikan ada, dari yang paling sederhana sampai pendidikan yang sangat kompleks seperti sekarang ini. 4
  • 5. e) Landasan Psikologis Landasan psikologis melandasi kegiatan pendidikan melibatkan aspek kejiwaan manusia. Oleh karena itu, landasan psikologis merupakan salah satu landasan pendidiakn yang penting. Pada umumnya pendidikan berkaitan dengan pemahaman dan penghayatan akan perkembangan manusia, khususnya dalam proses belajar mengajar. f) Landasan Ilmiah, Teknologi dan Seni Landasan Ilmiah, teknologi dan seni merupakan salah satu materi pengajaran sebagai bagian dan pendidikan. Perkembangan IPTEKS akan segera diakomodasi oleh pendidikan, di sisi lain pendidikan sangat dipengaruhi oleh perkembangan IPTEKS, sehingga tersedia berbagai informasi yang cepat dan tepat untuk selanjutnya dijadikan program, alat dan cara kerja teknologi pendidikan. g) Landasan Politik Landasan politik, politik sebagai cita-cita yang harus diperjuangkan melalui pendidikan, dimaksudkan agar tujuan dan atau cita-cita suatu bangsa dapat tercapai. h) Landasan Ekonomi Landasan ekonomi, pendidikan dapat dipandang sebagai human investment, karena dengan pendidikan maka manusia terdidik ini dapat menjadi modal bagi pembangunan. Manusia terdidik yang kemudian berfungsi sebagai tenaga kerja dan memiliki kemampuan teknologis, dapat membantu pertumbuhan ekonomi, yaitu naiknya GNP atau pendapatan nasional. Di sisi lain, untuk memperoleh pendidikan diperlukan adanya biaya. Biaya ini perlu dihitung untuk memperoleh sampai mana 5
  • 6. tingkat pendidikan yang akan di dapat dan seberapa banyak keuntungan yang akan didapat. i) Landasan Yuridis Landasan yuridis ada agar pelaksanaan pendidikan tidak melenceng dari keinginan masyarakat, maka perlu diatur dalam regulasi yang berlaku di masyarakat/bangsa tersebut. Landasan yuridis pendidikan Indonesia adalah UU Nomor 20 tahun 2003 yang berdasarkan pada UUD 1945. . 6
  • 7. B. Tujuan Pendidikan Tujuan pendidikan merupakan sesuatu yang hendak dicapai oleh kegiatan pendidikan. Pendidikan harus dimulai dengan tujuan, sehingga diasumsikan sebagai nilai. Tanpa sadar tujuan, maka dalam praktek pendidikan tidak ada artinya (Moore, T.W.,1974: 86). Jadi, dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan berkaitan erat dengan pelaksanaanya. Menurut M.J. Langeveld ada enam tujuan pendidikan yaitu (1) tujuan umum, (2) tujuan khusus, (3) tujuan tak lengkap (4) tujuan intermediet (5) tujuan sementara (6) tujuan insidental. 1. Tujuan umum merupakan tujuan paling akhir dan merupakan keseluruhan/kebulatan tujuan yang ingin dicapai oleh pendidikan. Menurut Notonagoro (1973: 14), secara filosofis tujuan akhir pendidikan adalah tercapainya kebahagiaan sempurna. Kebahagiaan sempurna menurut Notonagoro, adalah suatu keadaan yang menimbulkan kepuasan sepuas-puasnya hingga tidak menimbulkan keinginan lagi dan hidup kekal/abadi. 2. Tujuan khusus merupakan pengkhususan dari tujuan umum yang didasarkan atas berbagai hal seperti usia, jenis kelamin, intelegensi, bakat, minat, lingkungan sosial budaya, tahap-tahap perkembangan, tuntutan persyaratan pekerjaan dan sebagainya. 3. Tujuan tak lengkap merupakan tujuan yang hanya menyangkut sebagian aspek kehidupan manusia. Misalnya aspek psikologis, biologis, sosiologis saja. Salah satu aspek psikologis misalnya hanya mengembangkan emosi atau pikiran saja. 4. Tujuan semntara adalah tujuan yang hanya dimaksudkan untuk sementara saja, ketika tujuan semntara telah dicapai maka akan ditinggalkan dan diganti dengan tujuan yang lain. 7
  • 8. 5. Tujuan intermediet yaitu tujuan perantara bagi tujuan lainnya yang sifatnya pokok. Misalnya anak dibiasakan untuk menabung agar tidak mempergunakan uangnya untuk berfoya-foya sesuka hatinya 6. Tujuan insidental yaitu tujuan yang dicapai pada saat-saat tertentu, seketika, spontan. Tujuan insidental muncul apabila terjadi peristiwa yang membutuhkan penanganan khusus agar peristiwa tersebut dapat ditangani dengan terstruktur dan diawali tujuan yang jelas. Tujuan umum adalah tujuan akhir atau tertinggi yang berlaku di semua lembaga dan kegiatan pendidikan. Indonesia telah menetapkan tujuan pendidikan dalam Undang-undang Pendidikan yaitu pasal 3 UU No. 20 tahun 2003 yang berbunyi ‘untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serrta bertanggung jawab’ Tujuan institusional adalah tujuan yang menjadi tugas suatu lembaga pendidikan untuk mencapainya. Setiap jenjang meliputi SD, SMP, dan SMA hingga perguruan tinggi memiliki tujuannya sendirisendiri. Tujuan kurikuler yaitu tujuan yang hendak dicapai oleh mata pelajaran tertentu, misalnya IPA, IPS dan Matematika memiliki tujuan kurikuler tertentu. Tujuan instruksional adalah tujuan yang ingin dicapai ketika guru mengajar suatu pokok bahasan tertentu. Tujuan instruksional ada dua macam yaitu Tujuan Instruksional Umum (TIU) dan Tujuan Instruksional Khusus (TIK). Tujuan instruksional dapat diambil dari Garis-garis Besar Haluan Program Pengajaran GBPP rumusannya masih umum, cangkupannya masih luas, belum spesifik tidak operasional dan belum dapat diukur tingkat pencapaiannya. Tujuan instruksional khusus adalah tujuan pengajaran yang ingin dicapai ketika guru mengajar, tetapi 8
  • 9. rumusannya sudah khusus, cakupannya sempit, operasional dan dapat diukur. C. Peserta Didik I. Pengertian Peserta Didik Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pendidikan. Menurut Sutari Imam Barnadib (1995) peserta didik sangat tergantung dan membutuhkan bantuan dari orang lain yang memiliki kewibawaan dan kedewasaan. Sebagai anak, peserta didik masih dalam kondisi lemah, kurang berdaya dan serba kekurangan dibandingkan orang dewasa. Namun dalam dirinya terdapat potensi bakat-bakat dan disposisi luar biasa yang memungkingkan tumbuh dan berkembang melalui pendidikan. II. Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didik Charlotte Buhler mengemukakan perkembangan yang terjadi pada peserta didik yaitu : a. Masa permulaan. b. Masa penanjakan sampai kira-kira berumur 25 tahun. c. Masa puncak masa hidup, yaitu pada umur 25 sampai 50 tahun. a. Masa penurunan dan menarik diri dari kehidupan masyarakat. b. Masa akhir kehidupan III. Teori Perkembangan Fisik Peserta Didik Menurut Gasell dan Ames (1940) serta Illingsworth (1983) yang dikutip oleh Slamet Suyanto (2005), perkembangan motorik peserta didik digambarkan dalam delapan pola umum sebagai berikut : 9
  • 10. a. Continuity, perkembangan dimulai dari sederhana menuju ke kompleks. b. Uniform sequence, yakni tahapan sama untuk semua individu. c. Maturity, yakni perkembangan yang ada dipengaruhi perkembangan sel saraf. d. From general to specific process, yakni suatu perkembangan yang dimulai dari gerak yang bersifat umum ke yang khusus. e. Dari gerak refleks bawaan kearah terkoordinasi, yakni suatu perkembangan yang dimiliki perserta dimulai dari refleks bawaan hingga gerakan terkoordinasi. f. Chepalo-caudal direct, yakni suatu perkembangan ditandai dengan bagian yang mendekati bagian kepala berkembang lebih cepat daripada bagian yang mendekati ekor. g. Proximal-distal, yakni suatu perkembangan ditandai dengan bagian yang mendekati sumbu tubuh yang berkembang lebih jauh. IV. Teori Perkembangan Biologis Peserta Didik Teori perkembangan biologis peserta didik dikemukakan oleh Sigmund Freud (Dirto Hadisusanto, Suryati Sidharto dan Dwi Siswoyo, 1995) yaitu : a. Masa Oral (0,0 – 1,0 tahun) Mulut merupakan daerah pokok aktivitas dinamik b. Masa Anal (1,0 – 3,0 tahun) Dorongan dan tahanan berpusat pada fungsi pembuangan kotoran c. Masa Felis (3,0 – 5,0 tahun) 10
  • 11. Dorongan dan tahanan berpusat pada fungsi pembuangan kotoran d. Masa Laten (5,0 – 13,0 tahun) Impuls-impuls atau dorongandorongan cenderung terdesak dan mengendap ke alam bawah sadar e. Masa Pubertas (13,0 – 20,0 tahun) Impuls-impuls mulai menonjol dan muncul kembali. Apabila bisa dipindahkan dan disublimasikan oleh daas ich dengan baik, maka bisa sampai pada masa kematangan f. Masa Genital (>20 tahun) Individu sudah mencapai fase ini telah menjadi manusia dewasa siap terjun dalam masyarakat luas. V. Teori Perkembangan Mental Peserta Didik Lev Vygotsky, siswa membentuk pengetahuan, yaitu apa yang diketahui siswa bukanlah hasil kopi dari apa yang mereka temukan di dalam lingkungan, tetapi sebagai hasil pikiran dan kegiatan siswa sendiri melalui bahasa. VI. Tipologi Kepribadian Peserta Didik Menurut Henry Alexander Murray (1994) Autonomy Affiliation Senang bersama dengan anak lain, memiliki sahabat Succurance Selalu manja, minta tolong, minta bantuan Nurturrance Pemurah , rendah hati, senang menolong Agression Agresif, mudah tersinggung dan marah Dominance Ingin menguasai/ mengatur, tampil menonjol Achievement VII. Keinginan melakukan sesuatu secara sendiri Semangat kerja tinggi, berprestasi, tidak mau dibantu Kecerdasan Ganda Peserta Didik 11
  • 12. Kecerdasan ganda peserta didik merupakan kapasitas yang dimiliki seseorang untuk menyelesaikan masalah-masalah dan membuat cara penyelesaiannya dalam konteks yang beragam. (Howard Gardner, 1993). Menurut Gardner, kecerdasan bersifat jamak yang meliputi kecerdasan matematik, lingual, musikal, visual, kinestetik, interpersonal, intrapersonal, dan natural. VIII. Peserta Didik Berbakat Ciri peserta didik berbakat menurut Munandar (1992) : 1. Indikator intelektual belajar Mencakup kemudahan menangkap pelajaran, mengingat kembali, memiliki perbendaharaan kata yang luas, penalaran tajam, daya konsentrasi baik, senang membaca, selalu sibuk, dan sebagainya. 2. Indikator kreativitas Memiliki rasa keiingintahuan besar, mengajukan pertanyaan yang berbobot, memberikan banyak gagasan dan usul, tidak mudah terpengaruh, dapat bekerja sendiri, menyenangi hal baru, dan sebagainya. 3. Indikator motivasi Tekun dalam menghadapi tugas, ulet dalam menghadapi kesulitan, dapat memotivasi diri sendiri, selalu berusaha berprestasi, berminat terhadap berbagai masalah orang dewasa, rajin belajar, penuh semangat, serta senang mencari dan menyelesaikan soal. D. Pendidik 12
  • 13. I. Pengertian pendidik Menurut Sutari Iman Barnadib (1994), pendidik merupakan setiap orang yang sengaja mempengaruhi orang lain untuk mencapai tingkat kemanusiaan yang lebih tinggi. Menurut Umar Tirtarahardja dan La Sulo (1994), pendidik adalah orang yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik. Menurut Langveld, pendidik adalah orang yang dengan sengaja membantu orang lain untuk mencapai kedewasaan. II. Kompetensi sebagai Persyaratan Pendidik Syarat pendidik menurut Dirto Hadisusanto, Suryati Sidharto dan Dwi Siswoyo (1995) adalah (1) mempunyai perasaan terpanggil sebagai tugas suci, (2) mencintai dan mengasih-sayangi peserta didik, (3) mempunyai rasa tanggung jawab yang didasari penuh akan tugasnya. Sedangkan menurut Noeng Muhadjir (1997) bahwa persyaratan seorang pendidik adalah (1) memiliki pengetahuan lebih, (2) mengimplisitkan nilai dalam pengetahuan itu dan (3) bersedia menularkan pengetahuan beserta nilainya kepada orang lain. Sedangkan untuk konteks Indonesia, dewasa ini telah dirumuskan syarat kompetensi guru menurut Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen meliputi : a. Kompetensi pedagogik Kompetensi pedagogik mencakup selain pemahaman dan pengembangan potensi peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran serta sistem evaluasi pembelajaran juga harus menguasai ‘ilmu pendidikan’. b. Kompetensi pribadi 13
  • 14. Kemampuan yang dimiliki pendidik berupa kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, dan berwibawa serta menjadi teladan bagi peserta didik. Kompetensi ini mencangkup kemantapan pribadi, akhlak mulia, keteladanan dan kewibawaan. c. Kompetensi profesional Kemampuan yang harus dimiliki pendidik berupa penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam. d. Kompetensi sosial Kemampuan yang harus dimiliki pendidik agar mampu berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik, sesama guru, orangtua/wali dan masyarakat sekitar. III. Kedudukan Pendidik Kedudukan guru bisa dibuktikan secara obyektif dengan adanya program sertifikasi guru, yang selanjutnya bagi yang memenuhi kriteria untuk lulus diberikan sertifikat pendidik dan kedudukan guru sebagai pendidik dibuktikan dengan kepemilikan sertifikat pendidik. IV. Hakikat Tugas dan Tanggung Jawab Guru Menurut Raka Joni (Conny R.Semiawan dan Soedijarto, 1991), hakikat tugas guru pada umumnya berhubungan dengan pengembangan sumber daya manusia yang pada akhirnya akan paling menentukan kelestarian dan kejayaan kehidupan bangsa. Dengan tanggung jawab moral, guru dituntut untuk dapat mengejawentahkan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat, bangsa dan negara dalam diri pribadi, karena nilai-nilai itu harus senantiasa terpadu dengan diri orang yang menanamkan pada nilai agar usaha itu berhasil. V. Profesionalisme Guru dan Prinsip-prinsipnya 14
  • 15. Edgar H. Schein dan Diana W. Kommers (Sunaryo Kartadinata dan Nyoman Dantes, 1997) mengartikan bahwa profesi merupakan ‘the profession are set of occupation that have developed a very special set of norms deriving from their special role in society’ yang artinya bahwa profesi adalah seperangkat keterampilan yang dikembangkan secara khusus melalui seperangkat norma yang dianggap cocok untuk tugas-tugas khusus di masyarakat. Dalam hal profesionalisme guru memiliki prinsip-prinsip profesionalisme yaitu guru merupakan profesi yang berdasarkan bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme, menuntut komitmen tinggi terhadap peningkatan mutu pendidikan, iman takwa dan akhlak mulia, adanya kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan yang relevan, memiliki kompetensi yang sesuai dengan bidang tugasnya di sekolah dan menuntut tanggung jawab tinggi atas tugas profesinya demi kemajuan bangsa. VI. Organisasi Profesi dan Kode Etik Guru Organisasi profesi guru mewadahi para guru sebagai individu profesional untuk menggabungkan diri dalam wadah. Beberapa organisasi seperti PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia), SGI (Sertifikat Guru Indonesia), dan PGII (Persatuan Guru Independen Indonesia). Organisasi profesi diarahkan bisa berfungsi sebagai protektor dalam memberikan perlindungan serta dinamisator dan motivator dalam rangka rangka pengembangan diri bagi anggotanya. Sedangkan kode etik guru professional yang telah dirumuskan tersebut berbunyi (Sunaryo Kartadinata dan Nyoman Dantes, 1997) : g. Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk manusia pembangunan yang ber-Pancasila. h. Guru memiliki kejujuran profesional dalam menerapkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan anak didik masing-masing. 15
  • 16. i. Guru mengadakan komunikasi terutama dalam memperoleh informasi tentang anak didik. j. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan dengan orangtua murid sebaik-baiknya bagi kepentingan anak didik. k. Guru memelihara baik dengan anggota masyarakat di sekitar sekolahnya maupun masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan pendidikan. l. Guru secara sendiri-sendiri dan/atau bersama-sama berusaha mengembangkan dan meningkatkan mutu profesionalnya. m. Guru menciptakan dan memelihara hubungan antara sesama guru baik berdasarkan lingkungan kerja maupun di dalam keseluruhan. n. Guru secara bersama-sama memelihara, membina dan meningkatkan mutu organisasi guru profesional sebagai sarana pengabdiannya. o. Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan. E. Bahan/Materi Pendidikan 16
  • 17. Pendidikan diterapkan supaya anak menjadi dewasa oleh karena itu ditetapkan isi/materi pendidikan yang relevan. Isi pendidikan adalah segala sesuatu yang diberikan kepada peserta didik untuk keperluan pertumbuhan. Isi pendidikan dapat diklasifikasikan menjadi: 1. Pengetahuan (kemampuan kognitif) 2. Nilai (kemampuan afektif) 3. Keterampilan (kemampuan psikomotor). (Wina Sanjaya, 2008:83) Nilai yang dimaksud dalam alinea diatas adalah nilai-nilai kemanusiaan berupa pengalaman dan penghayatan manusia mengenai hal-hal yang berharga bagi manusia. Parameter keberhasilan suatu pendidikan adalah internalisasi nilai dalam beberapa tahap yakni kognitif, afektif, konatif dan praktek. Setelah pelajar mengerti semua yang telah diajarkan, mereka dituntut untuk menghargai apa yang dipelajari, kemudian muncul komitmen untuk melaksanakannya secara konsisten. Mengintegrasikan nilai bukan lah hal yang mudah. Hal tersebut melibatkan hati nurani. Nilai dikembangkan lewat refleksi dan ekspresi bebas, tetapi bermartabat. Proses pembelajaran bukan hanya berhenti di otak akan tetapi harus dipraktekkan di kehidupan nyata. Pengetahuan menurut Poedjawijatna adalah hasil dari tahu. Abbas Hamami, salah seorang dosen filsafat Universitas Gadjah Mada, pengetahuan adalah hubungan-hubungan subyek-obyek yang disadari. Oleh karena itu pengetahuan sebetulnya meliputi segala aspek kehidupan manusia termasuk di dalamnya nilai dan keterampilan. Hanya dalam isi pendidikan yang kita bicarakan ini lebih mengacu pada pengetahuan yang berasal dan pengalaman indra dan pengetahuan yang berasal dari pengalaman rasio/budi. Keterampilan didapat melalui sebuah latiha, kebiasaan yang dilakukan secara berulang-ulang sehingga keterampilan tersebut semakin terasah. Misalnya keterampilan pemain sepakbola akan semakin sempurna 17
  • 18. kemampuannya jika dia mengadakan latihan secara berulang-ulang dengan sepenuh hati. Selama melaksanakan pendidikan, guru hendaknya mempertimbangkan hal-hal berikut : 1. Isi/materi harus sesuai dan menunjang ketercapaian tujuan. 2. Urgensi materi, yaitu materi harus penting untuk diketahui oleh peserta didik. 3. Nilai praktis, atau kegunaanya. 4. Materi tersebut merupakan materi wajib sesuai dengan tuntutan kurikulum. 5. Materi yang sudag diperoleh sumbernya, perlu diupayakan untuk diberikan kepada peserta didik. (Sutan Zani Arbi, 1993:28). 18
  • 19. F. Metode Pendidikan Metode adalah cara yang berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan. Untuk mencapai tujuan yang diinginkan dibutuhkan metode yang tepat. Metode pendidikan adalah cara-cara yang dipakai oleh seseorang atau kelompok orang untuk membimbing anak/peserta didik sesuai dengan perkembangannya kea arah tujuan yang hendak dicapai. Metode pendidikan berkaitan dengan bentuk pendidikan. Dalam hal ini kita mengenal adanya bentuk-bentuk pendidikan sebagai berikut : a. Pendidikan otoriter Bentuk pendidikan otoriter, pendidik ditempatkan pada pihak yang berkuasa dan utama/primer, sedangkan peserta didik menempatkan pihak yang sekunder. b. Pendidikan liberal Bentuk pendidikan liberal menekankan hak individu dan kebebasan, dalam pendidikannya anak dijadikan subyek yang memegang peranan penting. c. Pendidikan demokratis Bentuk demokratis merupakan bentuk pendidikan dimana pendidik dan peserta didik mempunyai kedudukan yang seimbang, maka metode pendidikannya mengarah pada metode diskusi, tanya jawab, pemberian tugas, atau problem solving. Dalam memilih metode yang tepat dalam proses pendidikan perlu diperhatikan hal-hal berikut ini : a. Tujuan pendidikan negara. Setiap negara memiliki tujuan pendidikan yang berbeda dan merupakan kekhasan dari setiap Negara. Bagi Indonesia sendiri tujuan pendidikan tak lepas dari Undang-undang Republik Indoenesia No. 20 Tahun 2003 pasal 4 yang berbumyi ‘.. berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.’ 19
  • 20. b. Kemampuan pendidik. Metode pendidikan juga hendak disesuaikan dengan kemampuan guru/pendidik. c. Isi atau materi juga menentukan metode pendidikan yang akan digunakan. Metode yang tepat diperlukan agar peserta didik dapat memahami materi dan kinerja peserta didik dapat maksimal. Misalnya pada bidang ketrampilan dan pengetahuan, disamping pemberian contoh, juga diskusi, pemecahan masalah, tanya jawab dan sebagainya. Humaniora dan kewarganegaraan yang condong pada kawasan afektif lebih banyak pada pemberian contoh dan problem solving, disamping metode lain yang relevan. Berkaitan dengan metode pendidikan diatas. Di Indonesia sejak tahun 1922 berdiri pendidikan Taman Siswa yang berpusat di Yogyakarta. Perguruan Taman Siswa dikenal dengan Trilogi Kepemimpinan Guru sebagai pamong yakni : 1. Ing ngarsa sung tuladha, semboyan ini berarti berada di depan dan memberi contoh. Guru lebih dominan untuk memberi contoh disamping guru juga bersikap otoriter terhadap siwanya. Sisi negatif dari metode ini adalah siswa menjadi minder dan takut karena seakan ditekan oleh pendidik. 2. Ing madya mangun karsa, semboyan ini berarti kita berada di tengahtengah bersama peserta didik. Pendidik merangsang peserta didik agar belajar sendiri sehingga cenderung tertuju bagi peserta didik yang masih muda dan mulai belajar mandiri. Pendidik hanya membantu jika peserta didik mengalami kesulitan dan pendidik cenderung sebagai subyek pendidikan. Kelemahan dari sistem ini adalah peserta didik menjadi sombong bahkan bersifat manja terhadap pendidik. 3. Tut wuri handayani, semboyan ini digunakan dalam pelaksanaan pendidikan di Indonesia mempunyai maksud bahwa pendidik mengikuti anak didik dari belakang namun sambil memberi daya atau kekuatan, agar mereka tak menyimpang dari tujuan. Metode ini cocok jika dikaitkan sebagai model pendidikan demokratis sebab peserta didik ditempatkan sebagai subyek sekaligus obyek. 20
  • 21. G. Alat Pendidikan Alat pendidikan merupakan faktor pendidikan yang sengaja dibuat dan digunakan demi tercapainya tujuan pendidikan yang diinginkan. Alat pendidikan ditinjau dari wujudnya: 1. Sofware Sofware ini mencakup nasihat, teladan, larangan, perintah, pujian, teguran, ancaman, dan hukuman. Hal ini biasanya digunakan untuk mengatur peserta didik agar mematuhi pendidik. 2. Alat peraga Alat peraga adalah suatu alat yang dapat diserap oleh mata dan telinga dengan tujuan membantu guru agar proses belajar mengajar siswa lebih efektif dan efisien. Alat peraga sangat berperan penting dalam pelajaran agar yang disampaikan guru lebih mudah dipahami oleh siswa. Alat peraga sering disebut juga audio visual. Alat pendidikan menurut metodenya: 1. Metode Abstrak Metode Abstrak ini bersumber pada kewibawaan, tujuan terdekat, bentuk peraturan, dan tujuan akhir. Metode ini berbentuk perintah, larangan, izin, dll. Namun bentuk-bentuk tersebut mengandalkan pasivitet yang besar dari anak didik itu sendiri. Metode ini juga membagi alat menurut lapangan nilai: a) Jasmani b) Estetis c) Susila d) Agama dll. 2. Metode Tipologis: Metode ini menurut Langeveld dibagi dengan lima gejala khas: - Perlindungan (pembentukkan kebiasaan yang aktiv) - Permufakatan - Persamaan arah - Rasa bersatu 21
  • 22. - Alat-alat yang berkaitan dengan anak didik tersebut. Menurut Abu Ahmadi, alat pendidikan dibedakan dalam beberapa kategori: 1. Alat pendidikan Positif-Negatif: Bersifat mengatur tindakan, agar berbuat baik maupun agar tidak berbuat buruk. 2. Alat pendidikan Preventif-Korektif: Alat pendidikan ini ama seperti positif-negatif, namun alat pendidikan ini bersifat mengatur tindakan. Preventif untuk mengatur yang tidak baik, sedangkan korektif untuk memperbaiki kesalahan yang dilakukan, semacam hukuman. 3. Alat pendidikan Menyenangkan-Tidak Menyenangkan: Berbeda dengan sebelumnya, alat ini berguna untuk rohani agar menyenangkan berupa hadiah dan agar merasa tidak senang berupa hukuman atau celaan. Contoh alat pendidikan, terutama alat peraga: 1. Gambar Gambar adalah suatu bentuk alat peraga yang nampaknya sering digunakan, karena gambar adalah alat yang paling mudah dipahami siswa maupun mahasiswa serta anak dari berbagai umur, diperoleh dalam keadaan siap pakai, dan tidak menyita waktu persiapan. 2. Peta Peta bisa menolong seseorang untuk mempelajari bentuk dan letak. 3. Papan tulis. Peranan papan tulis tidak kalah pentingnya sebagai sarana mengajar. Papan tulis dapat diterima dimana-mana sebagai alat peraga yang efektif. 4. Alat lainnya masih banyak seperti OHP, Diagram, dll. 22
  • 23. Kelebihan dan Kekurangan Alat pendidikan/alat peraga: Kelebihan: 1. Menumbuhkan minat belajar siswa karena pelajaran menjadi lebih menarik. 2. Memperjelas makna bahan pelajaran sehingga siswa lebih mudah memahaminya. Metode mengajar akan lebih bervariasi sehingga peserta didik tidak 3. akan mudah bosan 4. Membuat lebih aktif melakukan kegiatan belajar seperti :mengamati, melakukan dan mendemonstrasikan dan sebagainya. Kekurangan: 1. Mengajar dengan memakai alat peraga lebih banyak menuntut guru. 2. Banyak waktu yang diperlukan untuk persiapan. 3. Perlu kesediaan berkorban secara materiil. Alat pendidikan harus sesuai dengan tujuan pendidikan tertentu. Misal mendidik anak untuk makan dengan baik/sopan, maka alat pendidikan yang sesuai adalah dengan memberi contoh. Pendidik harus memahami peranan alat tersebut dan cakap menggunakannya. Pendidik harus harus mengetahui karakteristik peserta didiknya, harus disesuaikan dengan situasi, kondisi, ruang dan waktu. Peserta didik mampu menerima penggunaan alat pendidikan dan tidak menimbulkan akibat sampinagan yang merugikan peserta didik. Penggunaan alat pendidikan yang berupa tindakan pendidik antara lain : 1. Teladan 2. Pujian/hadiah 3. Perintah 4. Larangan 5. Teguran 23
  • 24. 6. Ancaman 7. Hukuman. H. Lingkungan Pendidikan I. Pengertian Lingkungan Pendidikan Lingkungan berlangsungnya pendidikan proses merupakan pendidikan yang lingkungan merupakan tempat bagian dari lingkungan sosial. 1. Lingkungan Fisik (keadaan iklim, alam) 2. Lingkungan Budaya (bahasa, seni, ekonomi, politik, keagamaan, dll) 3. Lingkungan Sosial/Masyarakat (keluarga, kelompok bermain, organisasi) II. Klasifikasi Lingkungan Pendidikan Lingkungan pendidikan meliputi : 1. Lingkungan keluarga Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama karena manusia pertama kalinya memperoleh pendidikan di lingkungan ini sebelum mengenal lingkungan yang lain. Selain itu manusia mengalami proses pendidikan sejak lahir bahkan sejak dalam kandungan. Pendidikan keluarga dapat dibagi menjadi dua yaitu: a. Pendidikan prenatal (pendidikan dalam kandungan) b. Pendidikan postnatal (pendidikan setelah lahir) Dasar tanggung jawab keluarga terhadap pendidikan meliputi: 24
  • 25. a) Motivasi cinta kasih yang menjiwai hubungan orangtua dengan anaknya. b) Motivasi kewajiban moral orangtua terhadap anak. c) Tanggung jawab sosial sebagai bagian dari keluarga. 2. Lingkungan sekolah Karena perkembangan peradaban manusia, orang tidak mampu lagi untuk mendidik anaknya. Pada masyarakat yang semakin kompleks, anak perlu persiapan khusus untuk mencapai masa dewasa. Persiapan ini perlu waktu, tempat dan proses yang khusus. Dengan demikian orang perlu lembaga tertentu untuk menggantikan sebagian fungsinya sebagai pendidik. Lembaga ini disebut sekolah. Dasar tanggung jawab sekolah akan pendidikan meliputi : a) Tanggung jawab formal kelembagaan b) Tanggung jawab keilmuan c) Tanggung jawab fungsional 3. Lingkungan masyarakat Ada 5 pranata sosial (social institutions) yang terdapat di dalam lingkungan sosial yaitu: a) Pranata pendidikan, bertugas dalam upaya sosialisasi. b) Pranata ekonomi, bertugas mengatur upaya pemenuhan kemakmuran. c) Pranata politik, bertugas menciptakan integritas dan stabilitas masyarakat. d) Pranata teknologi, bertugas menciptakan teknik untuk mempermudah manusia. 25
  • 26. e) Pranata moral dan etika, bertugas mengurusi nilai dan penyikapan dalam pergaulan masyarakat. Ki Hajar Dewantara mengelompokkan lingkungan belajar berdasarkan kelembagaannya, lingkungan pendidikan adalah sebagai berikut : 1. Lingkungan Keluarga Lingkungan keluarga merupakan pendidikan yang pertama dan utama sebab didalam keluargalah kepribadian anak terbentuk. Keluarga memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan kepribadian anak. Pengaruh semakin berkurang jika anwak semakin dewasa. Keluarga inilah yang dikenal oleh anak sebagai kesatuan hidup bersama yang dikenal oleh anak 2. Lingkungan Perguruan’Sekolah Perguruan/sekolah atau balai wiyata adalah lingkungan pendidikan yang mengembangkan dan meneruskan pendidikan anak menjadi warganegara yang cerdas, terampil dan berkepribadian mulia. Sekolah merupakan lembaga sosial formal yang didirikan negara, yayasan atau swasta untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. 3. Lingkungan Organisasi Pemuda Pusat pendidikan yang ketiga adalah organisasi pemuda. Organisasi pemuda bisa bersifat informal maupun bersifat formal yang diusahakan oleh pemerintah maupun diusahakan oleh yayasan tertentu. Lingkungan ini diharapkan mampu membina pemuda/pemudi melalui pendidikan sendiri, memadukan perkembangan kecerdasan dan perilaku sosial. 26
  • 27. I. Masalah Pendidikan 1. Kurikulum Kurikulum kita yang dalam jangka waktu singkat selalu berubah-ubah tanpa ada hasil yang maksimal dan masih tetap saja. Kegagalan dalam kurikulum kita juga disebabkan oleh kurangnya pelatihan skill, kurangnya sosialisasi dan pembinaan terhadap kurikulum baru. Elemen dasar ini lah yang menentukan keberhasilan pendidikan yang kita tempuh. 2. Rendahnya Kesejahteraan Guru Rendahnya kesejahteraan guru mempunyai peran dalam membuat rendahnya kualitas pendidikan Indonesia. Dengan pendapatan yang rendah, terang saja banyak guru terpaksa melakukan pekerjaan sampingan. Ada yang mengajar lagi di sekolah lain, memberi les pada sore hari, menjadi tukang ojek, pedagang mie rebus, pedagang buku/LKS, pedagang pulsa ponsel, dan sebagainya. Dengan adanya UU Guru dan Dosen, barangkali kesejahteraan guru dan dosen (PNS) agak lumayan. Tapi, kesenjangan kesejahteraan guru swasta dan negeri menjadi masalah lain yang muncul. Di lingkungan 27
  • 28. pendidikan swasta, masalah kesejahteraan masih sulit mencapai taraf ideal. Pikiran Rakyat 9 Januari 2006, sebanyak 70 persen dari 403 PTS di Jawa Barat dan Banten tidak sanggup untuk menyesuaikan kesejahteraan dosen sesuai dengan amanat UU Guru dan Dosen. Namun, sejak 2007 pemerintahan telah mencanangkan program sertifikasi guru yang akhirnya cukup mampu meningkatkan kesejahteran guru. Guru yang telah bersertifikat mendapat tunjangan lebih sehingga gajinya menjadi dua kali lipat. 3. Rendahnya Prestasi Siswa Dengan keadaan yang demikian itu (rendahnya sarana fisik, kualitas guru, dan kesejahteraan guru) pencapaian prestasi siswa pun menjadi tidak memuaskan. Sebagai misal pencapaian prestasi fisika dan matematika siswa Indonesia di dunia internasional sangat rendah. Menurut Trends in Mathematic and Science Study (TIMSS) 2003 (2004), siswa Indonesia hanya berada di ranking ke-35 dari 44 negara dalam hal prestasi matematika dan di ranking ke-37 dari 44 negara dalam hal prestasi sains. Apabila dibanding dengan negara-negara tetangga saja, posisi Indonesia berada jauh di bawahnya. Dalam skala internasional, menurut Laporan Bank Dunia (Greaney,1992), studi IEA (Internasional Association for the Evaluation of Educational Achievement) di Asia Timur menunjukan bahwa keterampilan membaca siswa kelas IV SD berada pada peringkat terendah. Ratarata skor tes membaca untuk siswa SD: 75,5 (Hongkong), 74,0 (Singapura), 65,1 (Thailand), 52,6 (Filipina), dan 51,7 (Indonesia). 4. Kontoversi diselenggaraknnya UN Perdebatan mengenai Ujian Nasional (UN) sebenarnya sudah terjadi saat kebijakan tersebut mulai digulirkan pada tahun ajaran 2002/2003. digulirkannya Setidaknya UN. ada Pertama, empat aspek penyimpangan pedagogis. Dalam dengan ilmu kependidikan, kemampuan peserta didik mencakup tiga aspek, yakni 28
  • 29. pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), dan sikap (afektif). Tapi yang dinilai dalam UN hanya satu aspek kemampuan, yaitu kognitif, sedangkan kedua aspek lain tidak diujikan sebagai penentu kelulusan. Kedua, aspek yuridis. Beberapa pasal dalam UU Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 telah dilanggar, misalnya pasal 35 ayat 1 yang menyatakan bahwa standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan, yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala. UN hanya mengukur kemampuan pengetahuan dan penentuan standar pendidikan yang ditentukan secara sepihak oleh pemerintah. Pasal 58 ayat 1 menyatakan, evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. Kenyataannya, selain merampas hak guru melakukan penilaian, UN mengabaikan unsur penilaian yang berupa proses. Selain itu, pada pasal 59 ayat 1 dinyatakan, pemerintah dan pemerintah daerah melakukan evaluasi terhadap pengelola, satuan jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. Tapi dalam UN pemerintah hanya melakukan evaluasi terhadap hasil belajar siswa yang sebenarnya merupakan tugas pendidik. Ketiga, aspek sosial dan psikologis. Dalam mekanisme UN yang diselenggarakannya, pemerintah telah mematok standar nilai kelulusan 3,01 pada tahun 2002/2003 menjadi 4,01 pada tahun 2003/2004 dan 4,25 pada tahun 2004/2005. Ini menimbulkan kecemasan psikologis bagi peserta didik dan orang tua siswa. Siswa dipaksa menghafalkan pelajaran-pelajaran yang akan di-UN-kan di sekolah ataupun di rumah. Keempat, aspek ekonomi. Secara ekonomis, pelaksanaan UN memboroskan biaya. Tahun 2005, dana yang dikeluarkan dari APBN mencapai Rp 260 miliar, belum ditambah dana dari APBD dan masyarakat. Pada 2005 memang disebutkan pendanaan UN berasal dari pemerintah, tapi tidak jelas sumbernya, sehingga sangat memungkinkan masyarakat kembali akan 29
  • 30. dibebani biaya. Selain itu, belum dibuat sistem yang jelas untuk menangkal penyimpangan finansial dana UN. Sistem pengelolaan selama ini masih sangat tertutup dan tidak jelas pertanggungjawabannya. Kondisi ini memungkinkan terjadinya penyimpangan (korupsi) dana UN. 5. Rendahnya Kualitas Sarana Fisik Untuk sarana fisik misalnya, banyak sekali sekolah dan perguruan tinggi kita yang gedungnya rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah, buku perpustakaan tidak lengkap. Sementara laboratorium tidak standar, pemakaian teknologi informasi tidak memadai dan sebagainya. Bahkan masih banyak sekolah yang tidak memiliki gedung sendiri, tidak memiliki perpustakaan, tidak memiliki laboratorium dan sebagainya. 6. Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas pada tingkat Sekolah Dasar. Data Balitbang Departemen Pendidikan Nasional dan Direktorat Jenderal Binbaga Departemen Agama tahun 2000 menunjukan Angka Partisipasi Murni (APM) untuk anak usia SD pada tahun 1999 mencapai 94,4% (28,3 juta siswa). Pencapaian APM ini termasuk kategori tinggi. Angka Partisipasi Murni Pendidikan di SLTP masih rendah yaitu 54, 8% (9,4 juta siswa). Sementara itu layanan pendidikan usia dini masih sangat terbatas. Kegagalan pembinaan dalam usia dini nantinya tentu akan menghambat pengembangan sumber daya manusia secara keseluruhan. Oleh karena itu diperlukan kebijakan dan strategi pemerataan pendidikan yang tepat untuk mengatasi masalah ketidakmerataan tersebut. 30
  • 31. J. Pendidikan Sepanjang Hayat I. Pengertian Pendidikan Sepanjang Hayat Arti lugas pendidikan sepanjang hayat adalah bahwa pendidikan tidak berhenti hingga individu menjadi dewasa, tetapi tetap berlanjut sepanjang hidupnya. Urgensi pendidikan sepanjang hayat terus menerus menyesuaikan diri supaya dapat hidup secara wajar dalam lingkungan masyarakat yang selalu berubah. Di sisi lain, pendidikan sepanjang hayat adalah peluang luas bagi seseorang untuk terus belajar agar dapat meraih keadaan kehidupan yang lebih baik. Hal yang menyebabkan keadaan lebih baik : a) Majunya IPTEK. b) Produk teknologi yang perlu dipelajari karena terkait dengan alat kerjanya. c) Perubahan sosial yang berdampak pada majunya ilmu dan teknologi. II. Wadah Pelaksanaan Pendidikan Sepanjang Hayat Pendidikan sepanjang hayat berwadahkan semua lembaga pendidikan, sumber-sumber informasi, sesuai dengan kepentingan perseorangan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu, 31
  • 32. lembaga pendidikan sepanjang hayat adalah lembaga yang sekama ini kita kenal, yaitu : a) Pendidikan Prasekolah b) Pendidikan Luar Sekolah c) Sumber informasi, baik berupa terbitan buku, majalah, atau media massa baik cetak maupun sajian internet. III. Ragam Pendidikan Sepanjang Hayat a) Pendidikan untuk mempertahankan pemenuhan kebutuhan b) Pendidikan untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan bidang kerjannya c) Pendidikan untuk pengembangan atau peningkatan diri d) Pendidikan untuk kebutuhan mental dan reaksional. Daftar Pustaka Siswoyo, Dwi. 2013. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press. Sanjaya, Wina. 2008. Perencanaan dan Strategi Pembelajaran. Bandung: Kencana Prenada Media Group. http://blog.uin-malang.ac.id/fityanku/landasan-filosofis-pendidikan/ http://mynamemirza.wordpress.com/2012/06/09/dasar-fungsi-tujuan-dan-asaspendidikan/ http://nofridayetti.blogspot.com/2012/11/makalah-pengantar-pendidikan.html http://ndandaherjunot.blogspot.com/2012/02/bab-vi-isi-metode-alat-danlingkungan.html http://kmplnmakalah.blogspot.com/2013/01/makalah-lingkungan-pendidikan.html http://van88.wordpress.com/makalah-permasalahan-pendidikan-di-indonesia/ 32