1. KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim
Wahyu (Al-Qur‟an dan Sunnah nabi) di turunkan kepada manusia sebagai panduan hidup, ia
merupakan anugerah terbesar dari Allah untuk hamba-Nya, agar kehidupan sang hamba tidak
melenceng dari tujuan penciptaannya, yaitu beribadah kepada Allah, dan Allah juga memberi anugrah
berupa nalar, nalar di anugrahkan untuk membuat manusia agar bisa memahami ayat-ayat ciptaanNya. Dan untuk memahami pesan Al-Qur‟an sebagai suatu kesatuan adalah dengan mempelajarinya
dalam konteks Latar Belakang di turunkannya Al-Quran atau yang di sebut asbab an-nuzul.
Di dalam Asbab An-Nuzul fi Ulum Al-Qur‟an, ada beberapa poin yang harus dipelajari.
Penulis mencantumkan beberapa poin yaitu; Pertama pengertian Asbab An-Nuzul. Kedua macammacam Asbab An-Nuzul. Keempat Urgensi dan kegunaan asbab an-nuzul”.sumber data yang kami
cantumkan dalam pembuatan makalah ini sepenuhnya berdasarkan referensi dari literatur dan
pendapat para ulama.
Semoga apa yang kami bahas dalam makalah ini, dapat menjadi bahan atau objek untuk kita
lebih dapat memahami lagi makna Al-Qur‟an. Dan penulis dengan sadar diri dan hati terbuka sangat
menerima niat baik dari teman-teman baik itu kritik maupun masukan, kita sama-sama sedang dalam
masa proses belajar.
Tak kami abaikan, Ucapan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada Dosen Pembimbing
kami, yang sekaligus sebagai orang tua kami disini; Bapak Nasruddin S.Sy , semoga Allah
menganugerahkan keberkatan ilmu dan melimpahkan rahmatNya atas beliau.
semoga kita semua tidak pernah salah dalam mengarahkan atau memahami pesan-pesan AlQur‟an !
Penulis
2. PENDAHULUAN
Alquran bukanlah merupakan sebuah buku dalam pengertian umum, karena ia tidak pernah
diformulasikan, tetapi diwahyukan secara berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad SAW dan
disimpan dengan cara penghafalan. Sesuai dengan situasi yang menuntutnya. Al-Qur‟an sendiri
sangat menyadari kenyataan ini sebagai sesuatu yang akan menimbulkan keusilan dikalangan
pembantahnya.
Firman Allah :
.
Artinya:
“Berkatalah orang-orang yang kafir: “Mengapa Al Qur‟an itu tidak diturunkan kepadanya sekali
turun saja?”; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacakannya
secara tartil (teratur dan benar)”. (QS.Al-Furqan [25]: 32).
Seperti yang diyakini sampai sekarang . pewahyuan Al-Quran secara total dan secara
sekaligus tidak mungkin karena Al-Quran diturunkan sebagai petunjuk bagi kaum muslimin secara
berangsur-angsur sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan yang ada.
Sebagian dari tugas untuk memahami pesan dari Al-Quran sebagai suatu kesatuan adalah
mempelajari nya dalam konteks latar belakangnya. Latar belakang yang paling dekat adalah kegiatan
3. dan perjuangan Nabi yang berlangsung selama dua puluh tiga tahun di bawah bimbingan Al-Quran.
Terhadap perjuangan Nabi yang secara keseluruhan sudah terpapar dalam sunnahnya, kita perlu
memahami lingkungan pergaulan Arab pada masa awal penyebaran islam dalam konteks aktivitas
Nabi. Secara khusus, situasi mekkah pra-Islam perlu dipahami secara mendalam. Apabila tidak
memahami masalah ini, kita tidak dapat memahami pesan Al-Quran sebgai suatu keutuhan. Orang
akan salah menangkap pesan-pesan Alqur‟an secara utuh, jika hanya memahami bahasanya saja,
tanpa memahami konteks historisnya.
Untuk dipahami secara utuh, Al-Quran harus dicerna dalam konteks perjuangan Nabi dan
latar belakang perjuangannya. Oleh sebab itu, hampir semua literatur yang berkenaan dengan AlQuran menekankan pentingnya asbab an-nuzu (alasan pewahyuan), terutama dalam memahami ayatayat yang menyangkut hukum. Para ulama‟ seperti Alwahidi, Al-Suyuti dan lain-lainnya telah banyak
menulis tentangnya dan menekankan pentingnya mengetahui Asbab An-Nuzul dengan pernyataanpernyataan yang jelas.
4. 1
A.PENGERTIAN ASBAB AN-NUZUL
Pengertian asbab an-nuzul merupakan bentuk idhafah dari kata “asbab” dan “an-nuzul”.
secara etimologi, asbab an-nuzul adalah sebab-sebab yang melatarbelakangi terjadinya sesuatu.
Meskipun secara fenomena yang melatarbelakangi terjadinya sesuatu dapat disebut asbab an-nuzul,
dalam pemakainnya, ungkapan asbab an-nuzul khusus dipergunakan untuk menyatakan sebab-sebab
yang melatarbelakangi turunnya Al-Qur‟an, seperti halnya asbab al-wurud yang secara khusus
digunakan bagi sebab-sebab terjadinya hadist.
Banyak pengertian terminologi yang dirumuskan oleh para ulma, di antaranya:
1.
Menurut Az-Zarqani:
“Asbab an-nuzul adalah hal khusus atau sesuatu yang terjadi serta hubungan dengan
turunnya ayat Al-Qur‟an yang berfungsi sebagai penjelas hukum pada saat peristiwa itu terjadi.” 1)
2.
Ash-Shabuni:
“Asbab an-nuzul adalah peristiwa atau kejadian yang menyebabkan turunnya satu atau
beberapa ayat mulia yang berhubungan dengan peristiwa dan kejadian tersebut, baik berupa
pertanyaan yang diajukan kepada Nabi atau kejadian yang berkaitan dengan urusan agama.”2)
3.
Shubhi Shalih:
“Asbab an-nuzul adalah sesuatu yang menjadi sebab turunnya satu atau beberapa ayat Al-
Quran yang terkadang menyiratkan suatu peristiwa, sebagai respon atasnya atau sebagai penjelas
terhadap hukum-hukum ketika peristiwa itu terjadi.”3)
4.
Mana‟ Al-Qaththan:
“Asbab an-nuzul adalah peristiwa-peristiwa yang menyebabkan turunnya Al-Quran,
1)
2)
3)
4)
Muhammad ‘Abd Al-‘Azhim Az-Zarqani, Manahil Al-irfan fil ‘Ulum Al-Quran, Beirut, t.t.,Jilid 1 hlm. 106
Muhammad ‘Ali Ash-Shabuni, At-Tibyan fi ‘Ulum Al-Quran, Maktab Al-Ghazali, Damaskus, 1390, hlm. 22.
Subhi Ash-Shalih, Mabahits fi ‘Ulumul Qur’an, Dar Al-Qalam li Al-Malayyin, Beirut, 1988, hlm. 132.
Manna’ Al-Qaththan, Mabahits fi ‘Ulumul Quran, Mansyurat Al-‘Ash Al-Hadist, ttp.,1973,hlm. 78
5. berkenaan dengannya waktu peristiwa itu terjadi, baik berupa satu kejadian atau berupa pertanyaan
yang diajukan kepada Nabi.”4)
Dengaan merujuk para Ulama yang berpendapat pada kitab-kitab „Ulum Al-Qur‟an, dapat
disimpulkan bahwa secara umum dalam berbagai literature disebutkan bahwa asbab an-nuzul adalah
kejadian atau peristiwa yang melatarbelakangi turunnya ayat Al-Quran, baik itu dalam rangka
menjawab, menjelaskan, atau menyelesaikan masalah-masalah yang timbul dari suatu kejadian serta
menerangkan hukum pada saat masalah tersebut terjadi. Asbab an-nuzul merupakan juga bahan
sejarah yang dapat dipakai untuk memberikan keterangan terhadap turunnya Al-Quran dan
memberinya konteks dalam memahami perintah-perintahnya.
Seperti yang kita pahami, asbab an-nuzul merupakan peristiwa yang terjadi pada zaman
Rasulullah SAW. Oleh karena itu tidak boleh ada jalan lain untuk mengetahuinya selain berdasarkan
periwayatan yang benar (Naql As-Shohih) dari orang-orang yang melihat dan mendengar langsung
turunnya ayat Al-Qur‟an. Adapun Bentuk-bentuk peristiwa yang melatar belakangi turunnya AlQuran itu sangat beragam, diantaranya berupa konflik sosial, seperti ketegangan yang terjadi antara
suku Aus dan suku Khazraj; kesalahan besar, seperti kasus salah seorang sahabat yang mengimani
shalat dalam keadaan mabuk; dan pertanyaan – pertanyaan yang diajukan oleh seorang sahabat
kepada Nabi, baik berkaitan dengan sesuatu yang telah lewat, sedang atau yang akan terjadi.
Pertanyaan mengenai apakah seluruh ayat Al-Quran memilik asbab an-nuzul atau tidak,
pertanyaan ini telah menjadi bahan kontroversi di antara para ulama. Sebagian ulama berpendapat
bahwa tidak semua ayat Al-Quran memilik asbab an-nuzul. Oleh karena itu ada ayat Al-Quran yang
diturunkan tanpa ada yang melatarbelakanginya (ibtida‟), dan sebagian lainnya diturunkan dengan
dilatarbelakangi atau disebabkan oleh suatu peristiwa (ghair ibtida‟). 5)
Pendapat tersebut hampir menjadi kesepakatan para ulama. Akan tetapi, sebagian berpendapat
6. bahwa kesejarahan Arab pra-Quran ketika mulai- masa turunnya Al-Quran, merupakan latar belakang
makro Al-Quran, sedangkan riwayat-riwayat asbab an-nuzul merupakan latar belakang makronya.6)
Pendapat ini berarti menganggap bahwa semua ayat Al-Quran memiliki sebab-sebab yang
melatarbelakanginya.
2
5)
6)
Ibid
Taufiq Adna Amal dan Syamsul Rizal Pangabean, Tafsir Kontekstual Alquran, Mizan, Bandung, 1989, hlm. 50
7. B. MACAM-MACAM ASBAB AN-NUZUL
1.
Dilihat dari sudut pandang redaksi yang dipergunakan dalam riwayat Asbab An-Nuzul
Ada dua jenis redaksi yang digunakan oleh perowi dalam mengungkapkan riwayat Asbab An-
Nuzul, Pertama Sharih (jelas). Redaksi dikatakan Sharih bila perawi mengatakan;
a.
Sebab turunnya ayat ini adalah……..”
b.
Telah terjadi……., maka turunlah ayat.……”
c.
Rosulullah pernah ditanya tentang….., maka turunlah ayat……”7)
seperti dalam riwayat yang dibawakAn Jabir yang mengatakan bahwa orang-orang Yahudi
berkata,”Apabila seorang suami mendatangi “kubul” istrinya dari belakang, anak yang terlahir akan
juling.” Maka turunlah (QS. Al-Baqoroh: 223).8)
Kedua Muhtamilah (kemungkinan), bilamana perowi mengatakan;
a.
b.
c.
Ayat ini diturunkan berkenaan dengan…..…”
Saya kira ayat ini diturunkan berkenaan dengan dengan…….”
Saya kira ayat ini tidak diturunkan, kecuali berkenaan dengan….9)
Az-Zarkazi menuturkan dalam kitabnya Al-Burhan fi Ulm Al-Qur‟an:
“Sebagaimana diketahui, telah menjadi kebiasaan para sahabat Nabi dan Tabi‟in, jika seorang di
antara mereka berkata, “ayat ini diturunkan berkenaan dengan…….” Maka tang dimaksud adalah
ayat itu mencakup ketentuan hukum tentang ini atau itu, dan bukan bermaksud menguraikan sebab
turunnya ayat.10)
Seperti diriwayatkan Ibn Umar yang menyatakan:
“Ayat istri-istri kalian adalah (ibarat) tanah tempat bercocok tanam, diturunkan berkenaan dengan
mendatangi (menyetubui) istri dari belakang”. (HR. Bukhori).11)
2.
Dilihat dari sudut pandang berbilangnya Asbab An-Nuzul untuk satu ayat atau
berbilangnya ayat untuk satu Asbab An-Nuzul
a. Berbilangnya Asbab An-Nuzul untuk satu ayat (Ta’adud As-Sabab wa Nizil Al-Wahid)
Untuk mengetahui variasi riwayat Asbab An-Nuzul dalam satu ayat dari sisi redaksi, para ulama
mengemukakan cara sebagai berikut:
1.
Tidak mempermasalahkannya
Cara ini ditempuh apabila menggtunakan redaksi muhtamilah.
2.
Mengambil versi riwayat Asbab An-Nuzul yang menggunakan redaksi shorih.
3.
Mengambil versi riwayat yang shohih12)
8. b. Berbilangnya ayat untuk satu Asbab An-Nuzul (Ta’adud Nazil wa As-Sabab Al-Wahid)
Terkadang suatu kejadian dapat menjadi sebab bagi turunnya dua ayat atau lebih. Sebagaimana
contoh adalah apa yang diriwayatkan Bukhori dari perkataan Zaid bin Sabit bahwa Rosulullah
membacakan kepadanya ayat 95-96 surat An-Nisa‟. Lalu datang Ibnu Ummi Maktum dam
berkata, “Wahai rosulullah , andai aku bisa berjihad maka aku akan berjihad,” padahal dia adalah
seorang yang buta.maka Allah menurunkan ayat An-Nisa‟ tersebut.13)
3
7)
Manna’ Al-Qaththan , mabahis fi Ulum Al-Qur’an, Mansyurat Al-‘Ashr Al-Hadis, ttp, 1973, hlm. 87
Shaleh dkk, Asbabun nuzul, penerbit Diponegoro, 2009., hlm. 74
9)
Manna’ Al-Qaththan , mabahis fi Ulum Al-Qur’an, Mansyurat Al-‘Ashr Al-Hadis, ttp, 1973, hlm. 85
10)
Al-Suyuti, Al-Itqon fi Ulum Al-Qur’an, Beirut, Dar Al-Fikr, 1979, hlm. 32
11)
Shaleh dkk, Asbabun nuzul, penerbit Diponegoro, 2009., hlm. 74
8)
12)
13)
Manna’ Al-Qoton , mabahis fi Ulum Al-Qur’an, Mansyurat Al-‘Ashr Al-Hadis, ttp, 1973, hlm. 85
Rosibon Anwar, ‘Ulum Al-Qur’an, Bandung, Pustaka Setia, 2004, hlm. 70.
Rosibon Anwar, ‘Ulum Al-Qur’an, Bandung, Pustaka Setia, 2004, hlm. 72.
15)
Shaleh dkk, Asbabun nuzul, penerbit Diponegoro, hlm. 159.
14)
9. Urgensi asbab annuzul
Urgensi dan kegunaan Asbab An-Nuzul
Diposkan oleh santri kuliah Az zarqani dan As-suyuthi mensinyalir adanya kalangan yang
berpendapatbahwa mengetahui asbab an nuzul adalah hal yang sia-sia dalam rangka memahami AlQur‟an . mereka beranggapan bahwa memahami al qur‟an dengan meletakan pada konteks historis
adalah sama dengan membatasi pesan-pesannya pada ruang dan waktu ttertentu, namun keberatan
seperti itu tidaklah berdasar karena tidak mungkin menguniversalakan al qur‟an diluar masa dan
tempat pewahyuan, kecuali melalui pemahaman yang semestinya terhadap Al Qur‟an dalam konteks
kesejarahan.
Sementara itu , mayoritas ulama sepakat behwa konnteks kesejarahan yang terakumulasi dalam
riwayat-riwayat asbab an nuzulmerupakan satu hal yang signifikan untuk memahami pesan-pesan al
qur‟an, dalam satu statemnnya ibn taimiyah mengatakan:
“asbab an nuzul sangat menolong dalam mengintepretasi al qur‟an.”
Ungkapan senada dikemukakan oleh ibn daqiq al ied dalam pernyataannya:
“Penjelasan terhadap asbab an nuzul merupakan metode yang kondusif untuk menginterpretasikan
makna-makna Al Qur‟an.”
Bahkan al wahidi menyatakan ketidak mungkinan untuk mengiterpretasikan tanpa
mempertimbangkan aspek kisah dan asbab an nuzul
Urgensi pengetahuan akan asabab an nuzul dalam memahami al qur‟an yang diperlihatkan oleh ulama
salaf ternyata mendapat dukungan dari ulama khalaf.menarik untuk dikaji adalaah pendapat dari
fazlur rahaman yang menggambarkan Al Qur‟an sebagai puncak dari sebuah gunung es, Sembilan per
sepuluh bagian terendam di bawah perairan sejarah, rahman menhjelaskan bahwa sebagian ayat al
qur‟an sebenarnya mensyaratkan perlunnya pemahaman-pemahaman terhadap situasi-situasi historis
yang khusus yang memperoleh solusi tanggapan dan komentar dari al qur‟an uaraian ar rahman
tersebut secara eksplisist mengisyaratkan asbab an nuzul dalam memahami al qur‟an.
Dalam uraian yang lebih rinci az zarqany mengemukakan urgensi asbab an nuzul dalam memahami al
qur‟an, sebagai berikut:
membantu dalam memahami sekaligus mengatasi ketidak pastian daam menangkap pesan ayat-ayat al
qur‟an diantaranya dalam surat al baqarah ayat 115 dinyatakan bahwa timur dan barat mereupakan
kepunyaan allahdalam kasus shalat dengan melihat zahir ayat diatas seseorang boleh mengjadap
kemana saja sesuai kehendaknya ia seakan-akan tidka berkewajiban menghadap kiblat ketika shalat
akan tetapi ketika setelah melihat asab an nuzulnya tahapan bahwa inteepretasi ayat itu keliru sebab
ayat diatas berkaitan dengan seseorang yang sedang bereda dalam perjalanan dan melakukan shlata
diatas kendaraan , ataau berkaitan dengan seseorang yang sedang berjihad dalam menentukan arah
kiblat.”
2. Mengatasi keraguan ayat yang diduuga mengandung pengertian umum. Umpamanya dalam surat al
„anam [6] ayat 145 dikatakan :
"Katakanlah tidak kudapati didalam apa yyang diwahyukan kepadaku sesuatu yang diharamkan bagi
10. orang yang ingin memakainya, kecuali kalau makanan itu berupa bangkai darah yang mengalir daging
babi karena semua itu kotor atau binatang yang disembelih bukan atas nama Allah (Q.S. Al An‟am
:145)
Menurut as syaf‟I pesan ini tidak bersifat umum(hasr) untuk mengatasi kemungkinan keraguan dalam
,memahami ayat diatas as syafi‟I menggunekan alat bantu asbab an nuzul . menurutnya ayat ini
diturunkan sehubungnan orang-0rang kafir yang tidak mau makan sesuatu, kecuali apa yang telah
mereka halalkan sendiri karena mengharamkan apaa yang dihalalkan oleha allah ataupun sebaliknya
merupakan kebiasaan orang-orang kafir terutama orang-orang yahudi turnlah ayat diatas.
menghususkan hokum yang terkandung dalam al qur‟an bagi ulama yang berpegang teguh pada
pendapat bahwa yang menjadi pegangan adalah sebab yang bersifat khusus (khusus as sabab ) dan
bukanlah lafadz yang bersifat umum (umum al lafazh) dengan demikian ayat zihar pada permulaan
ayat al mujadalah [85] yang berkenaan dengan aus ibn samit yang menzahir istrinya (khaulah binti
hakim ibn ats tsa‟labah ) hanya berlaku bagi kedua orang tersebut, hokum zihar yang berlaku bagi
selain keduanya adalah qiyas.
Mengidentifikasikan pelaku yang menyebabkan ayat al qur‟an turun misalnya aisyah pernah
menjernihkan kekeliruan marwan yang menunjuk Abd Ar Rahman Ibn Abu Bakar yang menyebabkan
turunya ayat : “dan orang yang berkat kepada orang tuanya “cis kamu berdua……….”(Q.S. al ahqaf
:17) untuk meluruska persoalan aisyah berkata kepada marwan : demi allah bukan dia yang
menyebabkan ayat ini turun, dan aku sanggup menyebut orang yang sebenarnya.”
Memudahkan untuk memahami dan menghapal ayat al qur‟an , serta untuk memantapkan wahyu
kedalam hati orang yang mendengarkanya sebab hubungan sebab akibat (musabbab) ,hokum,
peristiwa, pelaku, masa dan tempat merupakan satu jalinan yang bias mengikat hati.
Taufiq adnan amal syamsul rizal panggabean menyatakan bahwa pemahaman terhadap konteks
kesejarahan pra qur‟an dan pada masa al qur‟an menjajikan beberapa manfaat praktis. Pertama
:Pemahaman itu memudahkan bagi kita mengidentifikasikan gejala-gejala moral dan social pada
masyarakat arab pada masa itu , sikap al qur‟an terhadapnya dan cara al qur‟an memodifikasi atau
mentransformasi gejala itu hingga sejalan dengan pandanga dunia al qur‟an; kedua kesemuanya itu
dapat dijadikan pedoman bagi umat islam dalam mengidentifikasi dan menangani problem-problem
yang mereka hadapi; ketiga , pemahaman tentang konteks kesejarahan pra qur‟an dan pada masa al
qur‟an dapat menghindarkan kitta dari praktik-praktik pemaksaan prakonsep dalam islam.