SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 20
TUGAS MATA KULIAH HUKUM PERDATA INTERNASIONAL
RESUME
SEJARAH , PENGERTIAN, STATUS PERSONIL,
RENVOI DAN KWALIFIKASI DALAM
HUKUM PERDATA INTERNASIONAL
Oleh :
RACHARDY ANDRIYANTO
090710101240
Kelas B
UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS ILMU HUKUM
2013
1
DAFTAR ISI
JUDUL ……………………………………………………………………………………. i
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………… ii
BAB I SEJARAH HPI. ……………………………………………………………….. …. 1
BAB II PENGERTIAN HPI ……………………………………………………………….5
BAB III STATUS PERSONIL, RENVOI dan KWALIFIKASI …………………………. 10
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………….. 18
2
BAB I. SEJARAH HPI.
Pada umumnya pengertian dari Hukum Perdata Internasional adalah seperangkat
kaidah-kaidah, asas-asas, dan aturan-aturan hukum nasional yang dibuat untuk mengatur
peristiwa atau hubungan hukum yang mengandung unsur-unsur transnasional (unsur-unsur
ekstrateritorial).
Sejarah Perkembangan Hukum Perdata Internasional dibagi menjadi lima tahapan
yang akan dijelaskan sebagai berikut :
1. Tahap Pertama ( Masa Kekaisaran Romawi Abad ke 2-6 sesudah Masehi )
Masa ini adalah masa awal perkembangan hukum perdata internasional. Wujud
nyatanya adalah dengan tampaknya hubungan antara warga romawi dengan penduduk
provinsi atau municipia, dan penduduk provinsi atau orang asing dengan satu sama lain
didalam wilayah kekaisaran romawi. Dalam hubungan hukum tersebut tentu memiliki
sengketa, dan untuk menyelesaikan sengketa dibentuklah peradilan khusus yang
disebutpreator peregrines 1
Hukum yang digunakan adalah Ius Civile, yaitu hukum yang
berlaku bagi warga Romawi, yang sudah disesuaikan untuk kepentingan orang luar.
Asas HPI yang berkembang pada masa ini dan menjadi asas penting dalam Hukum
Perdata Internasional modern yakni:
a. Asas Lex Rei Sitae (Lex Situs) yang berarti perkara-perkara yang menyangkut benda-
benda tidak bergerak tunduk pada hukum dari tempat di mana benda itu berada/terletak.
b. Asas Lex Domicilii yang berarti hak dan kewajiban perorangan harus diatur oleh hukum
dari tempat seseorang berkediaman tetap.
c. Asas Lex Loci Contractus yang berarti bahwa terhadap perjanjian-perjanjian (yang
melibatkan para pihak-pihak warga dari provinsi yang berbeda) berlaku hukum dari tempat
pembuatan perjanjian 2
.
1
Hardjowohono, Bayu Seto.2006. Dasar-dasar Hukum Perdata Internasional.Bandung : PT. Citra Aditya Bakti hal 32
2
Hardjowohono, Bayu Seto.2006. Dasar-dasar Hukum Perdata Internasional.Bandung : PT. Citra Aditya Bakti hal 33
3
2. Tahap Kedua ( Masa Pertumbuhan Asas Personal Hukum Perdata Internasional
Abad ke-6 sampai 10 )
Pada masa ini kekaisaran romawi ditaklukan oleh orang “barbar” dan wilayah
bekas provinsi-provinsi jajahan romawi, dan akibatnya ius civile pada masa kekaisaran
romawi tidak berguna.
Pada masa ini tumbuh dan berkembang beberapa prinsip atau asas genealogis, yaitu :
1.Asas umum yang menetapkan bahwa dalam setiap proses penyelesaian sengketa
hukum, hukum yang digunakan adalah hukum dari pihak tergugat.
2.Penetapan kemampuan untuk membuat perjanjian bagi seseorang harus dilakukan
berdasarkan hukum perssonal dari masing-masing pihak.
3.Proses pewarisan harus dilangsungkan berdasarkan hukum personal dari pihak
pewaris.
4.Peralihan hak milik atas benda harus dilaksanakan sesuai dengan hukum personal
pihak transferor.
5.Penyelesaian perkara tentang perbuatan melanggar hukum harus dilakukan
berdasarkan hukum personal dari pihak pelaku perbuatan yang melanggar hukum.
6.Pengesahan suatu perkawinan harus dilakukan berdasarkan hukum dari piahak
suami.
3. Tahap Ketiga ( Pertumbuhan Asas Teritorial Abad ke 11-12 di Italia )
Pertumbuhan asas genealogis sulit untuk dipertahankan diakibatkan struktur
masyarakat yang semakin condong ke arah masyarakat teritorialistik diseluruh wilayah eropa.
Keanekaragaman sistem-sistem hukum lokal kota-kota ini didukung dengan intensitas
perdagangan antar kota yang tinggi yang sering menimbulkan persoalan mengenai pengakuan
terhadap hak asing diwilayah suatu kota. Dalam hal menyelesaikan masalah inilah untuk
menjawab perselisihan tersebu dapat dianggap sebagai pemicu tumbuhnya teori Hukum
Perdata Internasional yang dikenal dengan sebutan teori statuta diabad ke 13 sampai abad 15.
4. Tahap Keempat ( Perkembangan Teori Statuta ) yang terdiri dari :
a. Perkembangan Teori Statuta di Italia ( Abad ke 13-15 ).
Lahirnya teori statuta italia dipicu oleh gagasan seorang tokoh post glassator yang
bernama Accurcius yaitu “Bila seorang yang berasal dari suatu kota tertentu di Italia di gugat
4
disebuah kota lain, maka ia tidak dapat dituntut berdasarkan hukum dari kota lain it karena ia
bukan subjek hukum dari kota lain itu.”
b. Perkembangan Teori Statuta di Prancis ( Abad ke-16).
Situasi Struktur kenegaraan Prancis pada abad ini, mendorong untuk mempelajari
hubuungan perselisihan secara intensif. Para ahli hukum Prancis berusaha menjalani dan
memodifikasi teori Statuta Italia dan menerapkannya dalam konflik antar propinsi di Prancis,
beberapa tokoh teori statuta diprancis yang dikenal yaitu Dumoulin (1500-1566) dan
D’Argentre (1523-1603).
c. Perkembangan Teori Statuta di Belanda ( Abad ke 17-18 ).
Tokoh dalam Teori Statuta Belanda adalah Ulrik Huber (1636-1694), dan Johannes
Voet (1647-1714)
Prinsip dasar yang dijadikan titik tolak dalam teori statuta belanda ini adalah
kedaulatan ekslusif negara yang berlaku didalam teritorial suatu negara.
Menurut Ulrik, untuk menyelesaikan perkara hukum perdata internasional, ulrik berpendapat
bahwa orang harus bertitik tolak dari 3 prinsipdasar, yaitu :
a. Hukum suatu negara hanya berlaku dalam batas-batas teritorial negara itu
b. Semua orang atau subjek hukum secara tetap atau sementara berada didalam
teritorial wilayah suatu negara berdaulat.
c. Berdasarkan prinsip sopan santun antarnegara, hukum yang belaku dinegara
asalnya tetap memilikikekuatan berlaku dimana-mana, sepanjang tidak
bertentangan dengan kepentingan subjek hukum dari negara pemberin
pengakuan.
Menurut Johannes Voet, ia menjelaskan kembali ajaran comitas gentium, yaitu :
1. Pemberlakuan hukum asing disuatu negara bukan merupakan kewajiban hukum
internasional
2. Suatu negara asing tidak dapat menuntut pengakuan kaidah hukumnya didalam
wilayah hukum suatu negara lain.
3. Karena itu, pengakuan atas berlakunya suatu hukum asing hanya dilakukan demi
sopan santun pergaulan antar negara
4. Namun, asas comitas gentium harus ditaati oleh setiap negara dan asas ini harus
dianggap sebagai bagian dari suatu sistem hukum nasional negara itu.
5
5. Tahap Kelima ( Teori Hukum Perdata Internasional Universal ) Abad ke-19
Tokoh yang mencetuskan teori ini adalah Friedrich Carl V. Savigny yang berasal dari
Jerman. Pemikiran Savigny ini juga berkembang setelah didahului oleh pemikiran tokoh lain
yang juga berasal dari jerman yaitu C.G. Von Wacher yang mengkritik bahwa teori statuta
italia dianggap menimbulkan ketidakpastian hukum. 3
Watcher berasumsi bahwa Hukum intern forum hanya dibuat untuk dan hanya
diterapkan pada kasus-kasus hukum lokal saja. Karena itu kaidah perkara Hukum perdata
internasional, forumlah yang harus menyediakan kaidah hukum perdata internasional.
Sedangkan demikian pandangan F.C Von Savigny adalah bahwa :
1. Savigny mencoba menggunakan konsepsi “legal seat” itu dengan berasumsi bahwa
“untuk setiap jenis hubungan hukum, dapat ditentukan legal seat/tempat kedudukan
hukumnya” dengan melihat hakikat dari hubungan tersebut.
2. Jika orang hendak menetukan aturan hukum apa yang seharusnya berlaku dalam suatu
perkara yang terbit dari suatu hubungan hukum
3. Savigny beranggapan bahwa legal seat itu harus ditetapkan terlebih dahulu dan
caranya adalah dengan melokalisasi tempat kedudukan hukum dari hubungan hukum
itu melalui bantuanm titik-titik taut.
4. Jika tempat kedudukan hukum dari suatu jenis hubungan hukum telah dapat
ditentukan, sistem hukum dari tempat itulah yang akan digunakan sebagai lex causae.
5. Setelah tempat kedudukan hukum itu dapat selalu dilokalisasi, melalui penerapan
titik-titik taut yang sama pada hubungan hukum yang sejenis.
6. Asas hukum itulah yang menjadi asas Hukum Perdata Internasional yang menurut
pendekatan tradisional mengandung titik taut penentu yang harus digunakan dalam
rangka menentukan lex causae.
7. Menggunakan sebuah asas HPI yang bersifat tetap untuk menyelesaikan berbagai
perkara HPI .
3
Hardjowohono, Bayu Seto.2006. Dasar-dasar Hukum Perdata Internasional.Bandung : PT. Citra Aditya Bakti hal 51
6
BAB II. PENGERTIAN HPI.
Perbedaan antara Hukum Internasional dalam pengertian publik dengan Hukum
Perdata Internasional bukanlah ditinjau dari unsur perbedaan subyeknya dengan menyatakan
bahwa subyek hukum Internasional Publik adalah negara sedangkan subyek hukum
Internasional Perdata adalah individu. Dalam perkembangannya perbedaan semacam ini tidak
dapat dipertanggungjawabkan sebab antara keduannya dapat memiliki subyek hukum negara
ataupun individu.
Oleh karena itu yang paling tepat adalah dengan meninjau urusan yang diatur oleh
keduanya, jika mengatur urusan yang bersifat publik maka disebut sebagai Hukum
Internasional Publik tetapi jika mengatur urusan yang bersifat perdata disebut sebagai Hukum
Internasional Perdata. Sedangkan Persamaan antara Hukum Internasional Publik dengan
Hukum Perdata Internasional adalah bahwa urusan yang diatur oleh kedua perangkat hukum
ini adalah sama – sama melewati batas wilayah suatu negara.
Kalau dilihat dalam Pengertiannya sebagai berikut :
HI Publik (HI) : “keseluruhan kaidah-kaidah dan asas-asas yang mengatur hubungan
atau persoalan yang melintasi batas- batas negara yang bukan bersifat perdata”. Hukum
Perdata Internasional : “keseluruhan kaidah-kaidah dan asas-asas yang mengatur
hubungan atau persoalan yang melintasi batas- batas negara yang berfat perdata” 4
Persamaan : Keduanya mengatur hubungan-hubungan atau persoalan yang melintasi
batas-batas negara.
Perbedaan keduanya terletak pada : sifat hubungna/ persoalan dan obyek yang
diaturnya.
Cara membedakan berdasarkan sifat dan obyeknya adalah tepat, dari pada
membedakan berdasarkan pelaku-pelaku (subyeknya), yaitu dengan mengatakan HI Publik
4
Mochtar Kusumaatmaja dan Etty R. Agoes, Pengantar Hukum Internasional, Bandung : PT Alumni, 2003,hlm 1-2
7
mengatur hubungan atara negara, sedangkan H Perdata Internasional mengatur hubungan
orang-perorang.
Hal tersebut dikarenakan :
a. Negara dapat saja menjadi subyek Hukum perdata Internasional, dan perorangan
dapat saja menjadi subyek HI.
b. Batasan yang bersifat negatif lebih tepat karena ukuran publik memang sering kali
sukar dicari bats-batasnya.
c. Dewasa ini persoalan Internasional tidak semuannya merupakan persoalan antar
negara; persoalan perseoranga dapat dikatakan persoalan negara (pelanggaran pidana
Konvensi Jenewa 1949).
d. Persoalan yang menyangkut “perseorangan” yang demikian tidak dapat dimasukkan
dalam bidang Tata Usaha Negara atau Pidana Internasional, dan bukan merupakan
persoalan perdata Internasional.
Istilah HPI diperkenalkan oleh Prof. Sudargo Gautama (Gouw Giok Siong) tahun
1972/1973 di Cipanas dalam konsorsium ilmu hukum. Dalam bukunya Pengantar Hukum
Perdata Internasional, Prof.Sudargo Gautama mendefinisikan HPI sebagai :
“…keseluruhan peraturan dan keputusan hukum yang menunjukkan stelsel hukum
manakah yang berlaku, atau apakah yang merupakan antar warga (-warga) negara pada suatu
waktu tertentu memperliuhatkan titik pertalian dengan stelsel-stelsel dan kaidah-kaidah
hukum dari 2 (dua) atau lebih negara, yang berbeda dalam lingkungan kuasa, tempat, pribadi
dan soal-soal.”
Sedangkan Prof.Sunaryati hartono mengatakan bahwa :
Inti dari HPI adalah pergaulan hidup masyarakat internasional. Oleh sebab itu, ia lebih
condong untuk menanamkan Hukum Perdata Internasional sebagai “Hukum Pergaulan
Internasional”, sebab bukan sifat perdatanya atau pun sifat internasionalnya yang menentukan
kaedah-kaedah hukum Perdata Internasional, akan tetapi pergaulan Internasionallah (jadi,
hubungan-hubungan internasional) yang menentukan corak kaedah-kaedah Hukum Perdata
Internasional.
8
Terlepas dari perbedaan-perbedaan penekanan yang mungkin tampak dalam
pendapat-pendapat yang dikemukakan di atas, pada umumnya diterima pandangan bahwa :
Hukum Perdata internasional adalah seperangkat kaidah hukum nasional yang
mengatur peristiwa atau hubungan hukum yang mengandung unsur-unsur transnasional (atau
unsur-unsur ekstrateritorial). 5
Istilah HPI juga berbeda ditiap-tiap Negara, HPI di Negara Inggris dikenal dengan
International Private law, sedangkan di Negara Denmark HPI disebut dengan International
private Recht.
Dengan adanya perbedaan – p[erbedaan tersebut maka muncullah sebuah konsep
hokum antar tata hokum ( HATAH ) yang terbagi atas :
1. HATAH Intern, berlakunya dua sistem hukum dalam sutu negara tanpa hukum
asing. Contohnya meliputi Hukum Antar Wewenang, Hukum Antar Tempat,
Hukum Antar Golongan dan hukum Antar Agama (dulunya).
2. HATAH Ekstern, melibatkan dua sistem hukum dalam suatu negara dan salah
satunya sistem hukum asing.
Dengan adanya HATAH tersebut maka HPI tersangkut 2 teori yakni :
1. Lingkungan kuasa hukum (gabied leer) teori dari Hans Kelsen dan
dikembangkan oleh Longemann.
2. Titik Taut Primer, point of contact/Aanknopping punten.
Dari kedua kontradiksi istilah HPI Indonesia dimana Perdata Internasional menunjuk
pada hukum perdata, bukan hukum publik (internasionalnya), sementara Indonesia menunjuk
pada nasional (Indonesia), bukan Internasional. Hal ini menimbulkan dua aliran dalam HPI,
yaitu :
1. Internasionalistis
Aliran pertama berisi dikehendakinya HPI sebagai sistem hukum yang supra-
nasional. Artinya hanya ada satu HPI yang berlaku untuk seluruh dunia. Aliran ini
hapus karena dua alasan, yaitu :
5
Bayu Seto, Dasar-dasar hukum perdata Internasional, Bandung : PT Citra Aditya bakti, 2001, hlm 8
9
1. Dengan adanya lembaga PBB yang mengakui tiap-tiap negara punya HPInya
sendiri-sendiri, tergantung jumlah negara merdeka yang ada.
2. Dilihat dari segi teoritis yaitu masalah perbedaan ‘status personil seseorang’
dihadapan hukum, yang dapat digolongkan menjadi 2 yaitu :
- Nasionalitas (kewarganegaraan)
Contohnya indonesia menganut nasionalitas dengan dasr hukum pasal 16 AB.
- Tempat tinggal (domisili)
Contohnya Inggris dan Amerika
2. Nasionalistis
Yaitu tiap negara mempunyai HPInya sendiri-sendiri. Misal Sumber hokum
tertulis yaitu Perundang-undangan, traktat, Tidak Tertulis : Kebiasaan,
Yurisprudensi, Doktrin.
Contoh traktat yaitu traktat Den Haag 1902 dan 1905 tentang perkawinan
campuran internasional berlaku hukum calon suami, tetapi dengan UU nomor 12
tahun 2007 prinsip ini berubah dimana anak mempunyai dwikewarganegaraan
sampai usia 18 tahun.
Sumber hukum tertulis HPI Indonesia hanya pasal 16 AB, 17 AB, 18 AB,
yaitu :
• Pasal 16 AB : tentang status dan wewenang seseorang. Dalam hal ini
berlaku hukum nasional warga negara yang bersangkutan (asas lex
patriae). Pasal 16 AB harus dianalogikan terhadap orang asing dimana
harus dinilai. Misalnya perkawinan harus berlaku hukum nasionalnya
sendiri. Pasal ini erat hubungannya dengan traktat Den Haag 1902
tentang kawin campur internasional (yang berlaku hukum si suami).
• Pasal 17 AB : tentang benda-benda tetap atau tidak bergerak (lex
resitae) berlaku hukum dari negara dimana benda itu bergerak.
Contonya isteri dari pegawai pertamina tang menyimpan surat
berharga di Singapore-pasal 17.
10
• Pasal 18 AB : tentang cara atau tindakan hukum/perbuatan hukum-
hukum yang berlaku adlah hukum dari negara dimana cara dilakukan
(asasnya bernamalocus regit actum). Contohnya surat wasiat, iorang
sakit minta berobat.
Dalam menemukan hukum, hakim harus memperhatikan cara-cara sarjana
hukum terutama HPI dalam menyelesaikan perkara, pendapat penulis dan
yurisprudensi asing. Selain asas-asas umum yang merupakan tradisi Sarjana
Hukum HPI, sehingga putusannya benar-benar putusan yang hidup (living law).
Menurut pasal 22 AB, hakim akan dituntut jika menolak mengadili karena tidak
adanya peraturan. Hal ini karena sering terjadi kekosongan hukum dalam masalah
HPI, sehingga sumber hukum tidak tertulis menjadi sangat penting.
11
BAB III. STATUS PERSONIL, RENVOI dan KWALIFIKASI.
3.1. Status Personil.
Status personil adalah kondisi atau keadaan suatu pribadi dalam hukum yang
diberikan/diakui oleh negara untuk mengamankan dan melindungi masyarakat dan lembaga-
lembaganya. Status personil ini meliputi hak dan kewajiban, kemampuan dan
ketidakmampuan besikap tindak di bidang hukum, yang unsur-unsurnya tidak dapat diubah
atas kemauan pemiliknya.
Isi dan jangkauan status personil ada 3 yaitu :
1. Konsepsi luas mengartikan status personil meliputi berbagai hak, permulaaan/lahir
dan terhentinya/mati, kepribadian, kemampuan untuk melakukan perbuatan
hukum, perlindungan hukum, perlindungan kepentingan pribadi, soal-soal yang
berhubungan dengan hukum keluarga dan perkawinan.
2. Konsepsi yang agak sempit, seperti yang dianut di Peancis, tidak menganggap
sebagai status personnel : hukum harta benda perkawinan, pewarisan dan
ketidakmampuan bertindak di bidang hukum dalam hal khusus, misalnya dokter
yang tidak akan diperkenankan memperoleh sesuatu hak yang timbul dari
testamen pasiennya.
3. Konsepsi yang lebih sempit, sama sekali tidak memasukkan hukum keluarga dan
pewarisan dalam jangkauan status personel.
Cara menentukan status personil yaitu ada 2 asas :
1. Asas Personalitas/Kewarganegaraan (Lex patriae)
Untuk personel suatu pribadi berlaku hukum nasionalnya. Biasanya dianut oleh
negara-negara Eropa kontinental (Civil Law) misalnya Indonesia. Mengedepankan segi
personalitas.
12
Ada 2 asas dalam menentukan kewarganegaraan seseorang adalah :
• Asas tempat kelahiran (ius soli) yaitu kewarganegaraan seseorang
ditentukan oleh tempat kelahirannya.
• Asas Keturunan (ius sanguinis) yaitu kewarganegaraan seseorang
berdasarkan keturunannya.
Alasan yang mendukung asas kewarganegaraan, yaitu :
- Cocok untuk perasaan hukum seseorang
- Sifatnya lebih permanen
- Lebih membawa kepastian
2. Asas Territorialitas/Domisili (Lex Domicili)
Status personil suatu pribadi tunduk pada hukum di negara mana ia berdomisili.
Domisili adalah negara/tempat menetapnya yang menurut hukum dianggap sebagai pusat
daripada kehidupan seseorang (center of his life). Banyak dianut oleh negara Anglo Saxon.
Alasan yang mendukung asas domisili, yaitu :
• Hukum dimana yang bersangkutan hidup
• Prinsip kewarganegaraan memerlukan bantuan prinsip domisili (dalam hal
terdapat perbedaan kewarganegaraan)
• Seringkali hukum domisili sama dengan hukum hakim
• Cocok dalam negara pluralisme hukum
• Menolong dimana prinsip kewarganegaraan tidak dapat dilaksanakan
Demi kepentingan adaptasi dari negara imigran
Sistem hukum Inggris mempunyai keistimewaan tersendiri, dengan 3 macam
domisili:
1. Domicile of origin, diperoleh seseorang pada waktu kelahirannya. Bagi anak sah,
domicile of origin-nya adalah negara dimana ayanhnya berdomisili pada saat ia dilahirkan.
Sedangkan bagi anak tidak sah, domisili ibunyalah yang menjadi domicile of origin. Bila
13
sang ayahnya mempunyai domicile of choice maka yang merupakan domisili sang anak
adalah domicile of choice ayahnya ini.
2. Domicile of choice, sistem hukum di Inggris memerlukan 3 syarat bagi seseorang
untuk memilih domicile of choice yaitu kemampuan (capacity), tempat kediaman (recidence),
dan hasrat atau itikad (intention). Pribadi yang tidak mampu bersikap tindak dalam hukum,
tidak dapat memperoleh domicile of choice sendiri. Juga pribadi tersebut harus mempunyai
tempat kediaman sehgari-hari pada suatu tempat tertentu. Disamping itu harus ada hasrat
untuk tetap tinggal pada tempat kediaman tersebut/permanent-residence.
3. Domicile by operation of the law, ialah domisili yang dimiliki oleh pribadi-pribadi
yang domisilinya tergantung pada domisili orang lain/dependent.Mereka ini adalah anak-anak
yang belum dewasa, wanita yang berada dalam pekawinan dan orang-orang yang berada di
bawah pengampuan
Domisili anak yang belum dewasa adalah domisili ayahnya, sedangkan domisili
wanita yang berada dalam perkawinan adalah domisili suaminya.
Beberapa hal yang harus diperhatikam dalam konsepsi domisili menurut ketentuan di
inggris ini adalah :
1. Setiap orang harus mempunyai domisili
2. Setiap orang hanya diperbolehkan mempunyai satu domisili.
3. Penentuan domisili seseorang menurut Hukum Perdata Internasional di Inggris
ditentukan oleh hukum Inggris (lex fori).
Bila Indonesia memakai prinsip domisili meskipun dalam pasal 16 AB memakai
prinsip nasionalitas, ada beberapa sebab karena :
• Belum punya bahan bacaan yang cukup
• Indonesia menganut pluralisme hukum
• Sebagai negara imigran, banyak orang asing yang berimigrasi ke Indonesia
• Akibatnya asas ius soli (asal daerah kelahiran) dilepaskan, maka banyak
orang yang menjadi asing di negeri ini
14
• Negara tetangga memakai prinsip domisili, seperti Australia, Malaysia,
Singapore.
3.2. Renvoi (Penunjukan Kembali) .
Renvoi sangat erat hubungannya dengan kualifikasi dan titik taut. Memang
sebenarnya ketiga soal ini dapat mencakup dalam satu permasalahan, yaitu hukum manakah
yang akan berlaku (lex cause) dalam suatu peristiwa Hukum Perdata Internasional. Renvoi
timbul apabila hukum, asing yang ditunjuk oleh lex fori, menunjuk kembali ke arah lex fori
itu, atau kepada sistim hukum asing lain.
Setelah mengkwalifikasikan fakta-fakta yang kita hadapi itu, maka kemudian kita
mencari titik-titik taut yang memberi petunjuk kepada kita hukum mana yang akan berlaku.
Renvoi adalah penunjukan kembali atau penunjukan lebih lanjut oleh kaidah-kaidah
HPI dari suatu sistem hukum asing yang ditunjuk oleh kaidah HPI lex fori.Penunjuk kembali
(Renvoi) merupakan salah satu pranata HPI tradisional yang terutama berkembang di dalam
tradisi Civil Law (Hukum Eropa Kontinental) sebagai pranata yang dapat digunakan untuk
menghindari pemberlakuan kaidah atau sistem hukum yang seharusnya berlaku (lex causae)
yang sudah ditetapkan berdasarkan prosedur HPI yang normal. Pelaksanaan Renvoi ini pada
dasarnya dimungkinkan karena adanya berbagai sistem hukum di dunia yang masing-masing
memiliki sistem dan kaidah-kaidah HPI-nya sendiri.
Menunjuk ke arah sistem hukum tertentu, orang dapat melakukan penunjukan dengan
2 (dua) pengertian yang berbeda, yaitu :
• Penunjukan ke arah kaidah-kaidah Hukum Intern (Sachnormen) dari suatu
sistem hukum tertentu. Penunjukan semacam ini dalam bahasa Jerman
dinamakan Sachnormenverweisung.
• Penunjukan ke arah keseluruhan sistem hukum tertentu, yang artinya, prima
facie, adalah kaidah-kaidah HPI (Kollisionsnormen) dari sistem hukum
tersebut. Penunjukan semacam ini dimnamakan Gesamtverweisung.
Perlu disadari sepenuhnya bahwa doktrin renvoi harus digunakan sebagai alat bagi
hakim untuk merekayasa penentuan Lex Causae ke arah sistem hukum yang dianggap akan
memberikan putusan yang dianggapnya terbaik.
15
Ada persoalan dalam HPI Renvoi (penundukan kembali) disebabkan karena
perbedaan sistem HPI dibidang status personal dari negara-negara yang terlibat perkara HPI
tersebut.
Misalnya : perkara perceraian warga negara malaysia (suami, isteri). Keduanyanb
berdomisili di Jakarta. Maka sidasng diadakan di Pengadilan Negeri Jakarta tetapi hukum
yang berlaku menurut pasal 16 AB menentukan berlakunya hukum malaysia maka hukum
perkawinan malaysia berlaku. Lalu hakim mendatangkan ahli hukum dari malaysia tapi
persoalan tidak sampai disitu. Kualifikasi hukum malaysia apakah tanpa kaidah HPI atau
sebagai kaidah HPI?
Disini ada persoalan kualifikasi terhadap hukum asing, yaitu :
1. Hukum perkawinan malaysia sebagai hukum asing dikualifikasikan sebagai
sachnormen (tanpa HPI) Sudah selesai, menunjuk hikum intern, tanpa renvoi
2. Hukum malaysia sebagai kaidah HPI yang harus diselesaikan
(kallisionsnormen) jadi memberlakukan hukum malaysia dimana berdasarkan
hukum dimana warga negara berdomisili. Berdasarkan prinsip domisili maka
timbul adanya penundukan kembali (Renvoi). Maka dengan proses
penundukan kembali berlaku hukum indonesia.
Kapan suatu perkara HPI tidak mungkin terjadi Renvoi?
1. Tidak ada perbedaan sistem HPI
2. Bisa juga apabila hukum asing yang ditunjuk dikualifikasikan sebagai sach
normen (tanpa kaidah HPI).
Sebagaimana diketahui, renvoi hanya dipersoalkan dalam perkara-perkara yang
menyangkut status seseorang. Jadi tidak ada persoalan renvoi dalam hukum perjanjian.
Karena dalam hukum perjanjian para pihak mempunyai hak untuk memilih hukumnya
sendiri.
Penggunaan Renvoi dalam HPI.
Menurut Cheshire, doktrin renvoi ini tidak dapat digunakan disemua jenia perkara
HPI, terutama dalam perkara-perkara yang sedikit banyak berkaitan dengan transaksi-
transaksi bisnis, dan setiap tindakan pilihan hukum dalam transaksi-transaksi seperti itu pasti
16
akan dimaksudkan sebagai penunjukan ke arah hukum intern (Sachnormenverweisung). Di
dalam pasal 15 dari Konvensi Roma (1980 yang mengikat semua negara anggota Masyarakat
Eropa, misalnya, Renvoi tegas-tegas ditolak.
Masalah-masalah HPI yang jika dimungkinkan masih dapat diselesaikan dengan
menggunakan doktrin Renvoi adalah masalah validitas pewarisan (testamenter atau
intestatis), tuntutan-tuntutan atas benda-benda tetap di negara asing, perkara-perkara yang
menyangkut benda bergerak, dan masalah-masalah hukum keluarga (perkawinan, akibat
perkawinan, harta perkawinan, status personal, dan sebagainya).
Masalah renvoi yang selalu menarik perhatian dari penulis-penulis HPI dari dahulu
sampai sekarang, dikenal dengan berbagai istilah. Di Indonesia memilih istilah “Penunjukan
Kembali”.
Dalamkenyataan orang dapat melakukan penunjukan dengan dua pengertian yang
berbeda :
1. Penunjukan kearah Kaidah-kaidah Hukum Intern (Sachnormen) dari suatu
sistem hukumt ertentu. Penunjukan semacam ini dalam bahasa Jerman
dinamakan Sachnormenverweisung.
2. Penunjukan kearah keseluruhan sistem hukum tertentu, yang artinya prima
facie, adalah kaidah-kaidah HPI (Kollisionsnormen) dari sistem hukum
tersebut. Penunjukan semacam ini dinamakan Gesamtverweisung.
Secara umum dapat dikatakan bahwa renvoi adalah Penunjukan kembali atau
penunjukan lebih lanjut oleh kaidah-kaidah HPI dari suatu sistem hukum asing yang ditunjuk
oleh kaidah HPI lexfori.
Dalam HPI tradisional, orang mengenal dua jenis single-renvoi :
1. Remission ( Penunjukankembali, Ruckverweisung, Tutugverwijzing ), yaitu
proses renvoiolehkaidah HPI asingkembalikearahlexfori.
2. Transmission (Penunjukan lebih lanjut, Weiterverweisung, Verderverwijzing),
yaitu proses renvoiolehkaidah HPI asingkearahsuatusistemhukumasing lain.
Bila pranata renvoi yang dijelaskan dalam paragraf-paragraf sebelumnya dipahami
sebagai renvoi yang berkembang di Eropa Kontinental dan dikenal sebagai pranata Single
17
Renvoi, maka dalam sistem hukum Inggris berkembang pula sejenis renvoi yang diberi nama
The Foreign Court Theory. Pengadilan di Inggris pada dasarnya menolak pelaksanaan doktrin
single-renvoi dalam penyelesaian perkara-perkara HPI.Namun demikian, dalam beberapa
perkara tampak adanya kebutuhan bagi sistem peradilan HPI Inggris untuk
mengenyampingkan berlakunya lex causae dengan menggunakan pola pikir yang mirip
renvoi.
Renvoi timbul karena adanya perbedaan sistem HPI. Setiap negara yang berdaulat
memiliki sistem hukum perdata internasionalnya sendiri-sendiri. Dalammenentukan status
personil, ada 2 sistem :mengikuti prinsip nasionalitas atau prinsip domisili. Hal-hal inilah
yang menimbulkan terjadinya renvoi.
3.3. KWALIFIKASI.
Dalam HPI, masalah kwalifikasi masalah hukum ini ditangani secara lebih khusus,
karena dalam perkara-perkara HPI orang selalu berurusan dengan kemungkinan berlakunya
lebih dari satu sistem atau aturan hukum dari dua negara yang berbeda untuk mengatur
sekumpulan fakta tertentu.
Kwalifikasi sebenarnya adalah melakukan “translation” atau “penyalinan” daripada
fakta-fakta sehari-hari dalam istilah-istilah hukum.
Ada sistim-sistim HPI yang meletakkan titikberat pada tempat di mana dikirimkan
penerimaan penawaran yang telah di adakan.
Dalam garis besar terdapat tigamacam kwalifikasi :
a. Kwalifikasi menurut lexfori ( hukum hakim). Menurut pendirian ini kwalifikasi harus
dilakukan menurut hukum materil sang hakim.
b. Kwalifikasi menurut lex causae (hukum yang dipergunakan untuk menyelesaikan
persoalan HPI bersangkutan). Menurut pandangan ini, maka kwalifikasi dilakukan
menurut sistem hukum darimana pengertian ini berasal.
c. Kwalifikasi secara otonom, berdasarkan “comparative method” atau “analytical
jurisprudence”. Kwalifikasi dilakukan secara otonom, terlepas dari salah satu sistem
hukum tertentu.
18
Kwalifikasi dibedakan menjadi dua ,yaitu :
1. Kwalifikasi Primer adalah kwalifikasi yang diperlukan untuk dapat
menentukan hukum yang harus dipergunakan.
2. Kwalifikasi Sekunder adalah apabila sudah diketahui hukum asing manakah
yang harus dipergunakan, maka perlu dilakukan kwalifikasi lebih jauh
menurut hukum asing tersebut
19
DAFTAR PUSTAKA
Bayu Seto, Dasar-dasar hukum perdata Internasional, Bandung : PT Citra Aditya bakti, 2001.
Hardjowohono, Bayu Seto.2006. Dasar-dasar Hukum Perdata Internasional.Bandung : PT.
Citra Aditya Bakti.
Mochtar Kusumaatmaja dan Etty R. Agoes, Pengantar Hukum Internasional, Bandung : PT
Alumni, 2003
Undang-Undang:
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
20

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)Idik Saeful Bahri
 
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi
Hukum Acara Mahkamah KonstitusiHukum Acara Mahkamah Konstitusi
Hukum Acara Mahkamah KonstitusiKardoman Tumangger
 
Hukum lingkungan materi kuliah
Hukum lingkungan materi kuliahHukum lingkungan materi kuliah
Hukum lingkungan materi kuliahhukum_lingkungan
 
Hukum Perdata Internasional
Hukum Perdata InternasionalHukum Perdata Internasional
Hukum Perdata InternasionalDenaAgustina
 
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...Idik Saeful Bahri
 
Hukum perdata internasional - Pelaaksanaan putusan pengadilan dan arbitrase a...
Hukum perdata internasional - Pelaaksanaan putusan pengadilan dan arbitrase a...Hukum perdata internasional - Pelaaksanaan putusan pengadilan dan arbitrase a...
Hukum perdata internasional - Pelaaksanaan putusan pengadilan dan arbitrase a...Idik Saeful Bahri
 
Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)
Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)
Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)Idik Saeful Bahri
 
Pengertian dan Obyek Kajian Hukum Tata Negara Tri Andari Dahlan, SH.MKn
Pengertian dan Obyek Kajian  Hukum Tata Negara Tri Andari Dahlan, SH.MKnPengertian dan Obyek Kajian  Hukum Tata Negara Tri Andari Dahlan, SH.MKn
Pengertian dan Obyek Kajian Hukum Tata Negara Tri Andari Dahlan, SH.MKnFenti Anita Sari
 
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Idik Saeful Bahri
 
Resume Hukum Perdata Internasional
Resume Hukum Perdata InternasionalResume Hukum Perdata Internasional
Resume Hukum Perdata InternasionalIca Diennissa
 
Yurisdiksi negara dalama hukum internasional
Yurisdiksi negara dalama hukum internasionalYurisdiksi negara dalama hukum internasional
Yurisdiksi negara dalama hukum internasionalNuelnuel11
 
Hukum Acara Pidana Militer
Hukum Acara Pidana MiliterHukum Acara Pidana Militer
Hukum Acara Pidana MiliterFenti Anita Sari
 
Materi kuliah Hukum Acara Pidana PPT
Materi kuliah Hukum Acara Pidana PPTMateri kuliah Hukum Acara Pidana PPT
Materi kuliah Hukum Acara Pidana PPTAndhika Pratama
 
Hukum perdata internasional - Instrumen hukum nasional mengenai hukum perdata...
Hukum perdata internasional - Instrumen hukum nasional mengenai hukum perdata...Hukum perdata internasional - Instrumen hukum nasional mengenai hukum perdata...
Hukum perdata internasional - Instrumen hukum nasional mengenai hukum perdata...Idik Saeful Bahri
 
Perbarengan Tindak Pidana
Perbarengan Tindak PidanaPerbarengan Tindak Pidana
Perbarengan Tindak Pidanaalsalcunsoed
 

Was ist angesagt? (20)

Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)
 
Hukum Agraria - Pendaftaran Tanah
Hukum Agraria - Pendaftaran Tanah Hukum Agraria - Pendaftaran Tanah
Hukum Agraria - Pendaftaran Tanah
 
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi
Hukum Acara Mahkamah KonstitusiHukum Acara Mahkamah Konstitusi
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi
 
Hukum lingkungan materi kuliah
Hukum lingkungan materi kuliahHukum lingkungan materi kuliah
Hukum lingkungan materi kuliah
 
Hukum Perdata Internasional
Hukum Perdata InternasionalHukum Perdata Internasional
Hukum Perdata Internasional
 
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
 
Perbandingan Hukum Pidana
Perbandingan Hukum PidanaPerbandingan Hukum Pidana
Perbandingan Hukum Pidana
 
Hukum perdata internasional - Pelaaksanaan putusan pengadilan dan arbitrase a...
Hukum perdata internasional - Pelaaksanaan putusan pengadilan dan arbitrase a...Hukum perdata internasional - Pelaaksanaan putusan pengadilan dan arbitrase a...
Hukum perdata internasional - Pelaaksanaan putusan pengadilan dan arbitrase a...
 
Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)
Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)
Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)
 
Perancangan kontrak
Perancangan kontrakPerancangan kontrak
Perancangan kontrak
 
Pengertian dan Obyek Kajian Hukum Tata Negara Tri Andari Dahlan, SH.MKn
Pengertian dan Obyek Kajian  Hukum Tata Negara Tri Andari Dahlan, SH.MKnPengertian dan Obyek Kajian  Hukum Tata Negara Tri Andari Dahlan, SH.MKn
Pengertian dan Obyek Kajian Hukum Tata Negara Tri Andari Dahlan, SH.MKn
 
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
 
Resume Hukum Perdata Internasional
Resume Hukum Perdata InternasionalResume Hukum Perdata Internasional
Resume Hukum Perdata Internasional
 
Yurisdiksi negara dalama hukum internasional
Yurisdiksi negara dalama hukum internasionalYurisdiksi negara dalama hukum internasional
Yurisdiksi negara dalama hukum internasional
 
Hukum internasional
Hukum internasionalHukum internasional
Hukum internasional
 
Hukum Acara Pidana Militer
Hukum Acara Pidana MiliterHukum Acara Pidana Militer
Hukum Acara Pidana Militer
 
Suksesi negara
Suksesi negaraSuksesi negara
Suksesi negara
 
Materi kuliah Hukum Acara Pidana PPT
Materi kuliah Hukum Acara Pidana PPTMateri kuliah Hukum Acara Pidana PPT
Materi kuliah Hukum Acara Pidana PPT
 
Hukum perdata internasional - Instrumen hukum nasional mengenai hukum perdata...
Hukum perdata internasional - Instrumen hukum nasional mengenai hukum perdata...Hukum perdata internasional - Instrumen hukum nasional mengenai hukum perdata...
Hukum perdata internasional - Instrumen hukum nasional mengenai hukum perdata...
 
Perbarengan Tindak Pidana
Perbarengan Tindak PidanaPerbarengan Tindak Pidana
Perbarengan Tindak Pidana
 

Ähnlich wie HPI SEJARAH

Makalah pkn sistem hukum dan peradilan internasional
Makalah pkn sistem hukum dan peradilan internasionalMakalah pkn sistem hukum dan peradilan internasional
Makalah pkn sistem hukum dan peradilan internasionalSri Rahayu
 
Tugas Teknologi Informasi dan Komunikasi
Tugas Teknologi Informasi dan KomunikasiTugas Teknologi Informasi dan Komunikasi
Tugas Teknologi Informasi dan Komunikasinurfadillah122
 
Tugas makalah (sistem hukum internasional )
Tugas makalah (sistem hukum internasional )Tugas makalah (sistem hukum internasional )
Tugas makalah (sistem hukum internasional )Aziza Zea
 
Hukum Internasional 11ipa4
Hukum Internasional 11ipa4 Hukum Internasional 11ipa4
Hukum Internasional 11ipa4 yesiferamefranda
 
Tugas makalah (sistem hukum internasional )
Tugas makalah (sistem hukum internasional )Tugas makalah (sistem hukum internasional )
Tugas makalah (sistem hukum internasional )Aziza Zea
 
Sistem Hukum Internasional
Sistem Hukum InternasionalSistem Hukum Internasional
Sistem Hukum InternasionalJesica Grace
 
Makalah tentang hukum internasional
Makalah tentang hukum internasionalMakalah tentang hukum internasional
Makalah tentang hukum internasionalAdelia Cahyati
 
materi 1 Pengertian & Ruang Lingkup.doc
materi 1 Pengertian & Ruang Lingkup.docmateri 1 Pengertian & Ruang Lingkup.doc
materi 1 Pengertian & Ruang Lingkup.docJhonTrey1
 
Bab 5: Sistem Hukum dan Peradilan Internasional (SMA Negeri 2 Surabaya)
Bab 5: Sistem Hukum dan Peradilan Internasional (SMA Negeri 2 Surabaya)Bab 5: Sistem Hukum dan Peradilan Internasional (SMA Negeri 2 Surabaya)
Bab 5: Sistem Hukum dan Peradilan Internasional (SMA Negeri 2 Surabaya)Mirza Afrizal
 
Tugas Hukum Internasional Fenti Anita Sari
Tugas  Hukum Internasional Fenti Anita SariTugas  Hukum Internasional Fenti Anita Sari
Tugas Hukum Internasional Fenti Anita SariFenti Anita Sari
 
Pkn sistem hukum internasional
Pkn   sistem hukum internasionalPkn   sistem hukum internasional
Pkn sistem hukum internasionalSharas Charlotha
 

Ähnlich wie HPI SEJARAH (20)

Makalah pkn sistem hukum dan peradilan internasional
Makalah pkn sistem hukum dan peradilan internasionalMakalah pkn sistem hukum dan peradilan internasional
Makalah pkn sistem hukum dan peradilan internasional
 
Tugas elearning tik
Tugas elearning tikTugas elearning tik
Tugas elearning tik
 
HUKUM INTERNASIONAL
HUKUM INTERNASIONALHUKUM INTERNASIONAL
HUKUM INTERNASIONAL
 
Tugas Teknologi Informasi dan Komunikasi
Tugas Teknologi Informasi dan KomunikasiTugas Teknologi Informasi dan Komunikasi
Tugas Teknologi Informasi dan Komunikasi
 
Tugas makalah (sistem hukum internasional )
Tugas makalah (sistem hukum internasional )Tugas makalah (sistem hukum internasional )
Tugas makalah (sistem hukum internasional )
 
Hukum Internasional 11ipa4
Hukum Internasional 11ipa4 Hukum Internasional 11ipa4
Hukum Internasional 11ipa4
 
Tugas makalah (sistem hukum internasional )
Tugas makalah (sistem hukum internasional )Tugas makalah (sistem hukum internasional )
Tugas makalah (sistem hukum internasional )
 
Sistem Hukum Internasional
Sistem Hukum InternasionalSistem Hukum Internasional
Sistem Hukum Internasional
 
Tugas 4
Tugas 4Tugas 4
Tugas 4
 
Pkn Kel 4
Pkn Kel 4Pkn Kel 4
Pkn Kel 4
 
Chapter ii
Chapter iiChapter ii
Chapter ii
 
Makalah tentang hukum internasional
Makalah tentang hukum internasionalMakalah tentang hukum internasional
Makalah tentang hukum internasional
 
Tugas tik (dini)
Tugas tik (dini)Tugas tik (dini)
Tugas tik (dini)
 
materi 1 Pengertian & Ruang Lingkup.doc
materi 1 Pengertian & Ruang Lingkup.docmateri 1 Pengertian & Ruang Lingkup.doc
materi 1 Pengertian & Ruang Lingkup.doc
 
HUKUM INTERNASIONAL
HUKUM INTERNASIONALHUKUM INTERNASIONAL
HUKUM INTERNASIONAL
 
Bab 5: Sistem Hukum dan Peradilan Internasional (SMA Negeri 2 Surabaya)
Bab 5: Sistem Hukum dan Peradilan Internasional (SMA Negeri 2 Surabaya)Bab 5: Sistem Hukum dan Peradilan Internasional (SMA Negeri 2 Surabaya)
Bab 5: Sistem Hukum dan Peradilan Internasional (SMA Negeri 2 Surabaya)
 
Hukum Internasional
Hukum InternasionalHukum Internasional
Hukum Internasional
 
Tugas Hukum Internasional Fenti Anita Sari
Tugas  Hukum Internasional Fenti Anita SariTugas  Hukum Internasional Fenti Anita Sari
Tugas Hukum Internasional Fenti Anita Sari
 
Bahasa
BahasaBahasa
Bahasa
 
Pkn sistem hukum internasional
Pkn   sistem hukum internasionalPkn   sistem hukum internasional
Pkn sistem hukum internasional
 

Mehr von Rachardy Andriyanto

Kalender pendidikan 2022-2023.pdf
Kalender pendidikan 2022-2023.pdfKalender pendidikan 2022-2023.pdf
Kalender pendidikan 2022-2023.pdfRachardy Andriyanto
 
Kalender Pendidikan 2022 2023.pdf
 Kalender Pendidikan 2022 2023.pdf Kalender Pendidikan 2022 2023.pdf
Kalender Pendidikan 2022 2023.pdfRachardy Andriyanto
 
Digital mindset and_behaviour_idt_250064
Digital mindset and_behaviour_idt_250064Digital mindset and_behaviour_idt_250064
Digital mindset and_behaviour_idt_250064Rachardy Andriyanto
 
1999 dream-theater-metropolis-pt-2-scenes-from-a-memorypdf
1999 dream-theater-metropolis-pt-2-scenes-from-a-memorypdf1999 dream-theater-metropolis-pt-2-scenes-from-a-memorypdf
1999 dream-theater-metropolis-pt-2-scenes-from-a-memorypdfRachardy Andriyanto
 
Puebi pedoman umum ejaan bahasa indonesia resmi kemendikbud
Puebi  pedoman umum ejaan bahasa indonesia resmi kemendikbudPuebi  pedoman umum ejaan bahasa indonesia resmi kemendikbud
Puebi pedoman umum ejaan bahasa indonesia resmi kemendikbudRachardy Andriyanto
 
STANDARDISASI KONTEN AUDIOVISUAL
STANDARDISASI KONTEN AUDIOVISUALSTANDARDISASI KONTEN AUDIOVISUAL
STANDARDISASI KONTEN AUDIOVISUALRachardy Andriyanto
 
THE Official RASPBERRY PI PROJECTS BOOK
THE Official RASPBERRY PI PROJECTS BOOKTHE Official RASPBERRY PI PROJECTS BOOK
THE Official RASPBERRY PI PROJECTS BOOKRachardy Andriyanto
 
Wsc2022 wsos08 mobile_applications_development
Wsc2022 wsos08 mobile_applications_developmentWsc2022 wsos08 mobile_applications_development
Wsc2022 wsos08 mobile_applications_developmentRachardy Andriyanto
 
Wsc2022 wsos50 3_d_digital_game_art
Wsc2022 wsos50 3_d_digital_game_artWsc2022 wsos50 3_d_digital_game_art
Wsc2022 wsos50 3_d_digital_game_artRachardy Andriyanto
 

Mehr von Rachardy Andriyanto (20)

Panduan MPLS 2022 Fix Final.pdf
Panduan MPLS 2022 Fix Final.pdfPanduan MPLS 2022 Fix Final.pdf
Panduan MPLS 2022 Fix Final.pdf
 
Kalender pendidikan 2022-2023.pdf
Kalender pendidikan 2022-2023.pdfKalender pendidikan 2022-2023.pdf
Kalender pendidikan 2022-2023.pdf
 
Kalender Pendidikan 2022 2023.pdf
 Kalender Pendidikan 2022 2023.pdf Kalender Pendidikan 2022 2023.pdf
Kalender Pendidikan 2022 2023.pdf
 
Digital mindset and_behaviour_idt_250064
Digital mindset and_behaviour_idt_250064Digital mindset and_behaviour_idt_250064
Digital mindset and_behaviour_idt_250064
 
1999 dream-theater-metropolis-pt-2-scenes-from-a-memorypdf
1999 dream-theater-metropolis-pt-2-scenes-from-a-memorypdf1999 dream-theater-metropolis-pt-2-scenes-from-a-memorypdf
1999 dream-theater-metropolis-pt-2-scenes-from-a-memorypdf
 
kalender 2022
kalender 2022kalender 2022
kalender 2022
 
Puebi pedoman umum ejaan bahasa indonesia resmi kemendikbud
Puebi  pedoman umum ejaan bahasa indonesia resmi kemendikbudPuebi  pedoman umum ejaan bahasa indonesia resmi kemendikbud
Puebi pedoman umum ejaan bahasa indonesia resmi kemendikbud
 
Nikond5100 tombol
Nikond5100 tombolNikond5100 tombol
Nikond5100 tombol
 
Etude Matteo Carcassi
Etude Matteo CarcassiEtude Matteo Carcassi
Etude Matteo Carcassi
 
STANDARDISASI KONTEN AUDIOVISUAL
STANDARDISASI KONTEN AUDIOVISUALSTANDARDISASI KONTEN AUDIOVISUAL
STANDARDISASI KONTEN AUDIOVISUAL
 
Kalender pendidikan 2021-2022
Kalender pendidikan 2021-2022Kalender pendidikan 2021-2022
Kalender pendidikan 2021-2022
 
Raspberry Pi IoT Projects
Raspberry Pi IoT ProjectsRaspberry Pi IoT Projects
Raspberry Pi IoT Projects
 
THE Official RASPBERRY PI PROJECTS BOOK
THE Official RASPBERRY PI PROJECTS BOOKTHE Official RASPBERRY PI PROJECTS BOOK
THE Official RASPBERRY PI PROJECTS BOOK
 
Spektrum kurikulum
Spektrum kurikulumSpektrum kurikulum
Spektrum kurikulum
 
Struktur kurikulum (1)
Struktur kurikulum (1)Struktur kurikulum (1)
Struktur kurikulum (1)
 
Mars SMK Kartini Jember
Mars SMK Kartini JemberMars SMK Kartini Jember
Mars SMK Kartini Jember
 
Mind mapping moodboard
Mind mapping moodboardMind mapping moodboard
Mind mapping moodboard
 
Wsc2022 wsos08 mobile_applications_development
Wsc2022 wsos08 mobile_applications_developmentWsc2022 wsos08 mobile_applications_development
Wsc2022 wsos08 mobile_applications_development
 
Wsc2022 wsos50 3_d_digital_game_art
Wsc2022 wsos50 3_d_digital_game_artWsc2022 wsos50 3_d_digital_game_art
Wsc2022 wsos50 3_d_digital_game_art
 
Wsc2022 wsos17 web_technologies
Wsc2022 wsos17 web_technologiesWsc2022 wsos17 web_technologies
Wsc2022 wsos17 web_technologies
 

Kürzlich hochgeladen

Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)MustahalMustahal
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatanssuser963292
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 

Kürzlich hochgeladen (20)

Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 

HPI SEJARAH

  • 1. TUGAS MATA KULIAH HUKUM PERDATA INTERNASIONAL RESUME SEJARAH , PENGERTIAN, STATUS PERSONIL, RENVOI DAN KWALIFIKASI DALAM HUKUM PERDATA INTERNASIONAL Oleh : RACHARDY ANDRIYANTO 090710101240 Kelas B UNIVERSITAS JEMBER FAKULTAS ILMU HUKUM 2013 1
  • 2. DAFTAR ISI JUDUL ……………………………………………………………………………………. i DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………… ii BAB I SEJARAH HPI. ……………………………………………………………….. …. 1 BAB II PENGERTIAN HPI ……………………………………………………………….5 BAB III STATUS PERSONIL, RENVOI dan KWALIFIKASI …………………………. 10 DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………….. 18 2
  • 3. BAB I. SEJARAH HPI. Pada umumnya pengertian dari Hukum Perdata Internasional adalah seperangkat kaidah-kaidah, asas-asas, dan aturan-aturan hukum nasional yang dibuat untuk mengatur peristiwa atau hubungan hukum yang mengandung unsur-unsur transnasional (unsur-unsur ekstrateritorial). Sejarah Perkembangan Hukum Perdata Internasional dibagi menjadi lima tahapan yang akan dijelaskan sebagai berikut : 1. Tahap Pertama ( Masa Kekaisaran Romawi Abad ke 2-6 sesudah Masehi ) Masa ini adalah masa awal perkembangan hukum perdata internasional. Wujud nyatanya adalah dengan tampaknya hubungan antara warga romawi dengan penduduk provinsi atau municipia, dan penduduk provinsi atau orang asing dengan satu sama lain didalam wilayah kekaisaran romawi. Dalam hubungan hukum tersebut tentu memiliki sengketa, dan untuk menyelesaikan sengketa dibentuklah peradilan khusus yang disebutpreator peregrines 1 Hukum yang digunakan adalah Ius Civile, yaitu hukum yang berlaku bagi warga Romawi, yang sudah disesuaikan untuk kepentingan orang luar. Asas HPI yang berkembang pada masa ini dan menjadi asas penting dalam Hukum Perdata Internasional modern yakni: a. Asas Lex Rei Sitae (Lex Situs) yang berarti perkara-perkara yang menyangkut benda- benda tidak bergerak tunduk pada hukum dari tempat di mana benda itu berada/terletak. b. Asas Lex Domicilii yang berarti hak dan kewajiban perorangan harus diatur oleh hukum dari tempat seseorang berkediaman tetap. c. Asas Lex Loci Contractus yang berarti bahwa terhadap perjanjian-perjanjian (yang melibatkan para pihak-pihak warga dari provinsi yang berbeda) berlaku hukum dari tempat pembuatan perjanjian 2 . 1 Hardjowohono, Bayu Seto.2006. Dasar-dasar Hukum Perdata Internasional.Bandung : PT. Citra Aditya Bakti hal 32 2 Hardjowohono, Bayu Seto.2006. Dasar-dasar Hukum Perdata Internasional.Bandung : PT. Citra Aditya Bakti hal 33 3
  • 4. 2. Tahap Kedua ( Masa Pertumbuhan Asas Personal Hukum Perdata Internasional Abad ke-6 sampai 10 ) Pada masa ini kekaisaran romawi ditaklukan oleh orang “barbar” dan wilayah bekas provinsi-provinsi jajahan romawi, dan akibatnya ius civile pada masa kekaisaran romawi tidak berguna. Pada masa ini tumbuh dan berkembang beberapa prinsip atau asas genealogis, yaitu : 1.Asas umum yang menetapkan bahwa dalam setiap proses penyelesaian sengketa hukum, hukum yang digunakan adalah hukum dari pihak tergugat. 2.Penetapan kemampuan untuk membuat perjanjian bagi seseorang harus dilakukan berdasarkan hukum perssonal dari masing-masing pihak. 3.Proses pewarisan harus dilangsungkan berdasarkan hukum personal dari pihak pewaris. 4.Peralihan hak milik atas benda harus dilaksanakan sesuai dengan hukum personal pihak transferor. 5.Penyelesaian perkara tentang perbuatan melanggar hukum harus dilakukan berdasarkan hukum personal dari pihak pelaku perbuatan yang melanggar hukum. 6.Pengesahan suatu perkawinan harus dilakukan berdasarkan hukum dari piahak suami. 3. Tahap Ketiga ( Pertumbuhan Asas Teritorial Abad ke 11-12 di Italia ) Pertumbuhan asas genealogis sulit untuk dipertahankan diakibatkan struktur masyarakat yang semakin condong ke arah masyarakat teritorialistik diseluruh wilayah eropa. Keanekaragaman sistem-sistem hukum lokal kota-kota ini didukung dengan intensitas perdagangan antar kota yang tinggi yang sering menimbulkan persoalan mengenai pengakuan terhadap hak asing diwilayah suatu kota. Dalam hal menyelesaikan masalah inilah untuk menjawab perselisihan tersebu dapat dianggap sebagai pemicu tumbuhnya teori Hukum Perdata Internasional yang dikenal dengan sebutan teori statuta diabad ke 13 sampai abad 15. 4. Tahap Keempat ( Perkembangan Teori Statuta ) yang terdiri dari : a. Perkembangan Teori Statuta di Italia ( Abad ke 13-15 ). Lahirnya teori statuta italia dipicu oleh gagasan seorang tokoh post glassator yang bernama Accurcius yaitu “Bila seorang yang berasal dari suatu kota tertentu di Italia di gugat 4
  • 5. disebuah kota lain, maka ia tidak dapat dituntut berdasarkan hukum dari kota lain it karena ia bukan subjek hukum dari kota lain itu.” b. Perkembangan Teori Statuta di Prancis ( Abad ke-16). Situasi Struktur kenegaraan Prancis pada abad ini, mendorong untuk mempelajari hubuungan perselisihan secara intensif. Para ahli hukum Prancis berusaha menjalani dan memodifikasi teori Statuta Italia dan menerapkannya dalam konflik antar propinsi di Prancis, beberapa tokoh teori statuta diprancis yang dikenal yaitu Dumoulin (1500-1566) dan D’Argentre (1523-1603). c. Perkembangan Teori Statuta di Belanda ( Abad ke 17-18 ). Tokoh dalam Teori Statuta Belanda adalah Ulrik Huber (1636-1694), dan Johannes Voet (1647-1714) Prinsip dasar yang dijadikan titik tolak dalam teori statuta belanda ini adalah kedaulatan ekslusif negara yang berlaku didalam teritorial suatu negara. Menurut Ulrik, untuk menyelesaikan perkara hukum perdata internasional, ulrik berpendapat bahwa orang harus bertitik tolak dari 3 prinsipdasar, yaitu : a. Hukum suatu negara hanya berlaku dalam batas-batas teritorial negara itu b. Semua orang atau subjek hukum secara tetap atau sementara berada didalam teritorial wilayah suatu negara berdaulat. c. Berdasarkan prinsip sopan santun antarnegara, hukum yang belaku dinegara asalnya tetap memilikikekuatan berlaku dimana-mana, sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan subjek hukum dari negara pemberin pengakuan. Menurut Johannes Voet, ia menjelaskan kembali ajaran comitas gentium, yaitu : 1. Pemberlakuan hukum asing disuatu negara bukan merupakan kewajiban hukum internasional 2. Suatu negara asing tidak dapat menuntut pengakuan kaidah hukumnya didalam wilayah hukum suatu negara lain. 3. Karena itu, pengakuan atas berlakunya suatu hukum asing hanya dilakukan demi sopan santun pergaulan antar negara 4. Namun, asas comitas gentium harus ditaati oleh setiap negara dan asas ini harus dianggap sebagai bagian dari suatu sistem hukum nasional negara itu. 5
  • 6. 5. Tahap Kelima ( Teori Hukum Perdata Internasional Universal ) Abad ke-19 Tokoh yang mencetuskan teori ini adalah Friedrich Carl V. Savigny yang berasal dari Jerman. Pemikiran Savigny ini juga berkembang setelah didahului oleh pemikiran tokoh lain yang juga berasal dari jerman yaitu C.G. Von Wacher yang mengkritik bahwa teori statuta italia dianggap menimbulkan ketidakpastian hukum. 3 Watcher berasumsi bahwa Hukum intern forum hanya dibuat untuk dan hanya diterapkan pada kasus-kasus hukum lokal saja. Karena itu kaidah perkara Hukum perdata internasional, forumlah yang harus menyediakan kaidah hukum perdata internasional. Sedangkan demikian pandangan F.C Von Savigny adalah bahwa : 1. Savigny mencoba menggunakan konsepsi “legal seat” itu dengan berasumsi bahwa “untuk setiap jenis hubungan hukum, dapat ditentukan legal seat/tempat kedudukan hukumnya” dengan melihat hakikat dari hubungan tersebut. 2. Jika orang hendak menetukan aturan hukum apa yang seharusnya berlaku dalam suatu perkara yang terbit dari suatu hubungan hukum 3. Savigny beranggapan bahwa legal seat itu harus ditetapkan terlebih dahulu dan caranya adalah dengan melokalisasi tempat kedudukan hukum dari hubungan hukum itu melalui bantuanm titik-titik taut. 4. Jika tempat kedudukan hukum dari suatu jenis hubungan hukum telah dapat ditentukan, sistem hukum dari tempat itulah yang akan digunakan sebagai lex causae. 5. Setelah tempat kedudukan hukum itu dapat selalu dilokalisasi, melalui penerapan titik-titik taut yang sama pada hubungan hukum yang sejenis. 6. Asas hukum itulah yang menjadi asas Hukum Perdata Internasional yang menurut pendekatan tradisional mengandung titik taut penentu yang harus digunakan dalam rangka menentukan lex causae. 7. Menggunakan sebuah asas HPI yang bersifat tetap untuk menyelesaikan berbagai perkara HPI . 3 Hardjowohono, Bayu Seto.2006. Dasar-dasar Hukum Perdata Internasional.Bandung : PT. Citra Aditya Bakti hal 51 6
  • 7. BAB II. PENGERTIAN HPI. Perbedaan antara Hukum Internasional dalam pengertian publik dengan Hukum Perdata Internasional bukanlah ditinjau dari unsur perbedaan subyeknya dengan menyatakan bahwa subyek hukum Internasional Publik adalah negara sedangkan subyek hukum Internasional Perdata adalah individu. Dalam perkembangannya perbedaan semacam ini tidak dapat dipertanggungjawabkan sebab antara keduannya dapat memiliki subyek hukum negara ataupun individu. Oleh karena itu yang paling tepat adalah dengan meninjau urusan yang diatur oleh keduanya, jika mengatur urusan yang bersifat publik maka disebut sebagai Hukum Internasional Publik tetapi jika mengatur urusan yang bersifat perdata disebut sebagai Hukum Internasional Perdata. Sedangkan Persamaan antara Hukum Internasional Publik dengan Hukum Perdata Internasional adalah bahwa urusan yang diatur oleh kedua perangkat hukum ini adalah sama – sama melewati batas wilayah suatu negara. Kalau dilihat dalam Pengertiannya sebagai berikut : HI Publik (HI) : “keseluruhan kaidah-kaidah dan asas-asas yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas- batas negara yang bukan bersifat perdata”. Hukum Perdata Internasional : “keseluruhan kaidah-kaidah dan asas-asas yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas- batas negara yang berfat perdata” 4 Persamaan : Keduanya mengatur hubungan-hubungan atau persoalan yang melintasi batas-batas negara. Perbedaan keduanya terletak pada : sifat hubungna/ persoalan dan obyek yang diaturnya. Cara membedakan berdasarkan sifat dan obyeknya adalah tepat, dari pada membedakan berdasarkan pelaku-pelaku (subyeknya), yaitu dengan mengatakan HI Publik 4 Mochtar Kusumaatmaja dan Etty R. Agoes, Pengantar Hukum Internasional, Bandung : PT Alumni, 2003,hlm 1-2 7
  • 8. mengatur hubungan atara negara, sedangkan H Perdata Internasional mengatur hubungan orang-perorang. Hal tersebut dikarenakan : a. Negara dapat saja menjadi subyek Hukum perdata Internasional, dan perorangan dapat saja menjadi subyek HI. b. Batasan yang bersifat negatif lebih tepat karena ukuran publik memang sering kali sukar dicari bats-batasnya. c. Dewasa ini persoalan Internasional tidak semuannya merupakan persoalan antar negara; persoalan perseoranga dapat dikatakan persoalan negara (pelanggaran pidana Konvensi Jenewa 1949). d. Persoalan yang menyangkut “perseorangan” yang demikian tidak dapat dimasukkan dalam bidang Tata Usaha Negara atau Pidana Internasional, dan bukan merupakan persoalan perdata Internasional. Istilah HPI diperkenalkan oleh Prof. Sudargo Gautama (Gouw Giok Siong) tahun 1972/1973 di Cipanas dalam konsorsium ilmu hukum. Dalam bukunya Pengantar Hukum Perdata Internasional, Prof.Sudargo Gautama mendefinisikan HPI sebagai : “…keseluruhan peraturan dan keputusan hukum yang menunjukkan stelsel hukum manakah yang berlaku, atau apakah yang merupakan antar warga (-warga) negara pada suatu waktu tertentu memperliuhatkan titik pertalian dengan stelsel-stelsel dan kaidah-kaidah hukum dari 2 (dua) atau lebih negara, yang berbeda dalam lingkungan kuasa, tempat, pribadi dan soal-soal.” Sedangkan Prof.Sunaryati hartono mengatakan bahwa : Inti dari HPI adalah pergaulan hidup masyarakat internasional. Oleh sebab itu, ia lebih condong untuk menanamkan Hukum Perdata Internasional sebagai “Hukum Pergaulan Internasional”, sebab bukan sifat perdatanya atau pun sifat internasionalnya yang menentukan kaedah-kaedah hukum Perdata Internasional, akan tetapi pergaulan Internasionallah (jadi, hubungan-hubungan internasional) yang menentukan corak kaedah-kaedah Hukum Perdata Internasional. 8
  • 9. Terlepas dari perbedaan-perbedaan penekanan yang mungkin tampak dalam pendapat-pendapat yang dikemukakan di atas, pada umumnya diterima pandangan bahwa : Hukum Perdata internasional adalah seperangkat kaidah hukum nasional yang mengatur peristiwa atau hubungan hukum yang mengandung unsur-unsur transnasional (atau unsur-unsur ekstrateritorial). 5 Istilah HPI juga berbeda ditiap-tiap Negara, HPI di Negara Inggris dikenal dengan International Private law, sedangkan di Negara Denmark HPI disebut dengan International private Recht. Dengan adanya perbedaan – p[erbedaan tersebut maka muncullah sebuah konsep hokum antar tata hokum ( HATAH ) yang terbagi atas : 1. HATAH Intern, berlakunya dua sistem hukum dalam sutu negara tanpa hukum asing. Contohnya meliputi Hukum Antar Wewenang, Hukum Antar Tempat, Hukum Antar Golongan dan hukum Antar Agama (dulunya). 2. HATAH Ekstern, melibatkan dua sistem hukum dalam suatu negara dan salah satunya sistem hukum asing. Dengan adanya HATAH tersebut maka HPI tersangkut 2 teori yakni : 1. Lingkungan kuasa hukum (gabied leer) teori dari Hans Kelsen dan dikembangkan oleh Longemann. 2. Titik Taut Primer, point of contact/Aanknopping punten. Dari kedua kontradiksi istilah HPI Indonesia dimana Perdata Internasional menunjuk pada hukum perdata, bukan hukum publik (internasionalnya), sementara Indonesia menunjuk pada nasional (Indonesia), bukan Internasional. Hal ini menimbulkan dua aliran dalam HPI, yaitu : 1. Internasionalistis Aliran pertama berisi dikehendakinya HPI sebagai sistem hukum yang supra- nasional. Artinya hanya ada satu HPI yang berlaku untuk seluruh dunia. Aliran ini hapus karena dua alasan, yaitu : 5 Bayu Seto, Dasar-dasar hukum perdata Internasional, Bandung : PT Citra Aditya bakti, 2001, hlm 8 9
  • 10. 1. Dengan adanya lembaga PBB yang mengakui tiap-tiap negara punya HPInya sendiri-sendiri, tergantung jumlah negara merdeka yang ada. 2. Dilihat dari segi teoritis yaitu masalah perbedaan ‘status personil seseorang’ dihadapan hukum, yang dapat digolongkan menjadi 2 yaitu : - Nasionalitas (kewarganegaraan) Contohnya indonesia menganut nasionalitas dengan dasr hukum pasal 16 AB. - Tempat tinggal (domisili) Contohnya Inggris dan Amerika 2. Nasionalistis Yaitu tiap negara mempunyai HPInya sendiri-sendiri. Misal Sumber hokum tertulis yaitu Perundang-undangan, traktat, Tidak Tertulis : Kebiasaan, Yurisprudensi, Doktrin. Contoh traktat yaitu traktat Den Haag 1902 dan 1905 tentang perkawinan campuran internasional berlaku hukum calon suami, tetapi dengan UU nomor 12 tahun 2007 prinsip ini berubah dimana anak mempunyai dwikewarganegaraan sampai usia 18 tahun. Sumber hukum tertulis HPI Indonesia hanya pasal 16 AB, 17 AB, 18 AB, yaitu : • Pasal 16 AB : tentang status dan wewenang seseorang. Dalam hal ini berlaku hukum nasional warga negara yang bersangkutan (asas lex patriae). Pasal 16 AB harus dianalogikan terhadap orang asing dimana harus dinilai. Misalnya perkawinan harus berlaku hukum nasionalnya sendiri. Pasal ini erat hubungannya dengan traktat Den Haag 1902 tentang kawin campur internasional (yang berlaku hukum si suami). • Pasal 17 AB : tentang benda-benda tetap atau tidak bergerak (lex resitae) berlaku hukum dari negara dimana benda itu bergerak. Contonya isteri dari pegawai pertamina tang menyimpan surat berharga di Singapore-pasal 17. 10
  • 11. • Pasal 18 AB : tentang cara atau tindakan hukum/perbuatan hukum- hukum yang berlaku adlah hukum dari negara dimana cara dilakukan (asasnya bernamalocus regit actum). Contohnya surat wasiat, iorang sakit minta berobat. Dalam menemukan hukum, hakim harus memperhatikan cara-cara sarjana hukum terutama HPI dalam menyelesaikan perkara, pendapat penulis dan yurisprudensi asing. Selain asas-asas umum yang merupakan tradisi Sarjana Hukum HPI, sehingga putusannya benar-benar putusan yang hidup (living law). Menurut pasal 22 AB, hakim akan dituntut jika menolak mengadili karena tidak adanya peraturan. Hal ini karena sering terjadi kekosongan hukum dalam masalah HPI, sehingga sumber hukum tidak tertulis menjadi sangat penting. 11
  • 12. BAB III. STATUS PERSONIL, RENVOI dan KWALIFIKASI. 3.1. Status Personil. Status personil adalah kondisi atau keadaan suatu pribadi dalam hukum yang diberikan/diakui oleh negara untuk mengamankan dan melindungi masyarakat dan lembaga- lembaganya. Status personil ini meliputi hak dan kewajiban, kemampuan dan ketidakmampuan besikap tindak di bidang hukum, yang unsur-unsurnya tidak dapat diubah atas kemauan pemiliknya. Isi dan jangkauan status personil ada 3 yaitu : 1. Konsepsi luas mengartikan status personil meliputi berbagai hak, permulaaan/lahir dan terhentinya/mati, kepribadian, kemampuan untuk melakukan perbuatan hukum, perlindungan hukum, perlindungan kepentingan pribadi, soal-soal yang berhubungan dengan hukum keluarga dan perkawinan. 2. Konsepsi yang agak sempit, seperti yang dianut di Peancis, tidak menganggap sebagai status personnel : hukum harta benda perkawinan, pewarisan dan ketidakmampuan bertindak di bidang hukum dalam hal khusus, misalnya dokter yang tidak akan diperkenankan memperoleh sesuatu hak yang timbul dari testamen pasiennya. 3. Konsepsi yang lebih sempit, sama sekali tidak memasukkan hukum keluarga dan pewarisan dalam jangkauan status personel. Cara menentukan status personil yaitu ada 2 asas : 1. Asas Personalitas/Kewarganegaraan (Lex patriae) Untuk personel suatu pribadi berlaku hukum nasionalnya. Biasanya dianut oleh negara-negara Eropa kontinental (Civil Law) misalnya Indonesia. Mengedepankan segi personalitas. 12
  • 13. Ada 2 asas dalam menentukan kewarganegaraan seseorang adalah : • Asas tempat kelahiran (ius soli) yaitu kewarganegaraan seseorang ditentukan oleh tempat kelahirannya. • Asas Keturunan (ius sanguinis) yaitu kewarganegaraan seseorang berdasarkan keturunannya. Alasan yang mendukung asas kewarganegaraan, yaitu : - Cocok untuk perasaan hukum seseorang - Sifatnya lebih permanen - Lebih membawa kepastian 2. Asas Territorialitas/Domisili (Lex Domicili) Status personil suatu pribadi tunduk pada hukum di negara mana ia berdomisili. Domisili adalah negara/tempat menetapnya yang menurut hukum dianggap sebagai pusat daripada kehidupan seseorang (center of his life). Banyak dianut oleh negara Anglo Saxon. Alasan yang mendukung asas domisili, yaitu : • Hukum dimana yang bersangkutan hidup • Prinsip kewarganegaraan memerlukan bantuan prinsip domisili (dalam hal terdapat perbedaan kewarganegaraan) • Seringkali hukum domisili sama dengan hukum hakim • Cocok dalam negara pluralisme hukum • Menolong dimana prinsip kewarganegaraan tidak dapat dilaksanakan Demi kepentingan adaptasi dari negara imigran Sistem hukum Inggris mempunyai keistimewaan tersendiri, dengan 3 macam domisili: 1. Domicile of origin, diperoleh seseorang pada waktu kelahirannya. Bagi anak sah, domicile of origin-nya adalah negara dimana ayanhnya berdomisili pada saat ia dilahirkan. Sedangkan bagi anak tidak sah, domisili ibunyalah yang menjadi domicile of origin. Bila 13
  • 14. sang ayahnya mempunyai domicile of choice maka yang merupakan domisili sang anak adalah domicile of choice ayahnya ini. 2. Domicile of choice, sistem hukum di Inggris memerlukan 3 syarat bagi seseorang untuk memilih domicile of choice yaitu kemampuan (capacity), tempat kediaman (recidence), dan hasrat atau itikad (intention). Pribadi yang tidak mampu bersikap tindak dalam hukum, tidak dapat memperoleh domicile of choice sendiri. Juga pribadi tersebut harus mempunyai tempat kediaman sehgari-hari pada suatu tempat tertentu. Disamping itu harus ada hasrat untuk tetap tinggal pada tempat kediaman tersebut/permanent-residence. 3. Domicile by operation of the law, ialah domisili yang dimiliki oleh pribadi-pribadi yang domisilinya tergantung pada domisili orang lain/dependent.Mereka ini adalah anak-anak yang belum dewasa, wanita yang berada dalam pekawinan dan orang-orang yang berada di bawah pengampuan Domisili anak yang belum dewasa adalah domisili ayahnya, sedangkan domisili wanita yang berada dalam perkawinan adalah domisili suaminya. Beberapa hal yang harus diperhatikam dalam konsepsi domisili menurut ketentuan di inggris ini adalah : 1. Setiap orang harus mempunyai domisili 2. Setiap orang hanya diperbolehkan mempunyai satu domisili. 3. Penentuan domisili seseorang menurut Hukum Perdata Internasional di Inggris ditentukan oleh hukum Inggris (lex fori). Bila Indonesia memakai prinsip domisili meskipun dalam pasal 16 AB memakai prinsip nasionalitas, ada beberapa sebab karena : • Belum punya bahan bacaan yang cukup • Indonesia menganut pluralisme hukum • Sebagai negara imigran, banyak orang asing yang berimigrasi ke Indonesia • Akibatnya asas ius soli (asal daerah kelahiran) dilepaskan, maka banyak orang yang menjadi asing di negeri ini 14
  • 15. • Negara tetangga memakai prinsip domisili, seperti Australia, Malaysia, Singapore. 3.2. Renvoi (Penunjukan Kembali) . Renvoi sangat erat hubungannya dengan kualifikasi dan titik taut. Memang sebenarnya ketiga soal ini dapat mencakup dalam satu permasalahan, yaitu hukum manakah yang akan berlaku (lex cause) dalam suatu peristiwa Hukum Perdata Internasional. Renvoi timbul apabila hukum, asing yang ditunjuk oleh lex fori, menunjuk kembali ke arah lex fori itu, atau kepada sistim hukum asing lain. Setelah mengkwalifikasikan fakta-fakta yang kita hadapi itu, maka kemudian kita mencari titik-titik taut yang memberi petunjuk kepada kita hukum mana yang akan berlaku. Renvoi adalah penunjukan kembali atau penunjukan lebih lanjut oleh kaidah-kaidah HPI dari suatu sistem hukum asing yang ditunjuk oleh kaidah HPI lex fori.Penunjuk kembali (Renvoi) merupakan salah satu pranata HPI tradisional yang terutama berkembang di dalam tradisi Civil Law (Hukum Eropa Kontinental) sebagai pranata yang dapat digunakan untuk menghindari pemberlakuan kaidah atau sistem hukum yang seharusnya berlaku (lex causae) yang sudah ditetapkan berdasarkan prosedur HPI yang normal. Pelaksanaan Renvoi ini pada dasarnya dimungkinkan karena adanya berbagai sistem hukum di dunia yang masing-masing memiliki sistem dan kaidah-kaidah HPI-nya sendiri. Menunjuk ke arah sistem hukum tertentu, orang dapat melakukan penunjukan dengan 2 (dua) pengertian yang berbeda, yaitu : • Penunjukan ke arah kaidah-kaidah Hukum Intern (Sachnormen) dari suatu sistem hukum tertentu. Penunjukan semacam ini dalam bahasa Jerman dinamakan Sachnormenverweisung. • Penunjukan ke arah keseluruhan sistem hukum tertentu, yang artinya, prima facie, adalah kaidah-kaidah HPI (Kollisionsnormen) dari sistem hukum tersebut. Penunjukan semacam ini dimnamakan Gesamtverweisung. Perlu disadari sepenuhnya bahwa doktrin renvoi harus digunakan sebagai alat bagi hakim untuk merekayasa penentuan Lex Causae ke arah sistem hukum yang dianggap akan memberikan putusan yang dianggapnya terbaik. 15
  • 16. Ada persoalan dalam HPI Renvoi (penundukan kembali) disebabkan karena perbedaan sistem HPI dibidang status personal dari negara-negara yang terlibat perkara HPI tersebut. Misalnya : perkara perceraian warga negara malaysia (suami, isteri). Keduanyanb berdomisili di Jakarta. Maka sidasng diadakan di Pengadilan Negeri Jakarta tetapi hukum yang berlaku menurut pasal 16 AB menentukan berlakunya hukum malaysia maka hukum perkawinan malaysia berlaku. Lalu hakim mendatangkan ahli hukum dari malaysia tapi persoalan tidak sampai disitu. Kualifikasi hukum malaysia apakah tanpa kaidah HPI atau sebagai kaidah HPI? Disini ada persoalan kualifikasi terhadap hukum asing, yaitu : 1. Hukum perkawinan malaysia sebagai hukum asing dikualifikasikan sebagai sachnormen (tanpa HPI) Sudah selesai, menunjuk hikum intern, tanpa renvoi 2. Hukum malaysia sebagai kaidah HPI yang harus diselesaikan (kallisionsnormen) jadi memberlakukan hukum malaysia dimana berdasarkan hukum dimana warga negara berdomisili. Berdasarkan prinsip domisili maka timbul adanya penundukan kembali (Renvoi). Maka dengan proses penundukan kembali berlaku hukum indonesia. Kapan suatu perkara HPI tidak mungkin terjadi Renvoi? 1. Tidak ada perbedaan sistem HPI 2. Bisa juga apabila hukum asing yang ditunjuk dikualifikasikan sebagai sach normen (tanpa kaidah HPI). Sebagaimana diketahui, renvoi hanya dipersoalkan dalam perkara-perkara yang menyangkut status seseorang. Jadi tidak ada persoalan renvoi dalam hukum perjanjian. Karena dalam hukum perjanjian para pihak mempunyai hak untuk memilih hukumnya sendiri. Penggunaan Renvoi dalam HPI. Menurut Cheshire, doktrin renvoi ini tidak dapat digunakan disemua jenia perkara HPI, terutama dalam perkara-perkara yang sedikit banyak berkaitan dengan transaksi- transaksi bisnis, dan setiap tindakan pilihan hukum dalam transaksi-transaksi seperti itu pasti 16
  • 17. akan dimaksudkan sebagai penunjukan ke arah hukum intern (Sachnormenverweisung). Di dalam pasal 15 dari Konvensi Roma (1980 yang mengikat semua negara anggota Masyarakat Eropa, misalnya, Renvoi tegas-tegas ditolak. Masalah-masalah HPI yang jika dimungkinkan masih dapat diselesaikan dengan menggunakan doktrin Renvoi adalah masalah validitas pewarisan (testamenter atau intestatis), tuntutan-tuntutan atas benda-benda tetap di negara asing, perkara-perkara yang menyangkut benda bergerak, dan masalah-masalah hukum keluarga (perkawinan, akibat perkawinan, harta perkawinan, status personal, dan sebagainya). Masalah renvoi yang selalu menarik perhatian dari penulis-penulis HPI dari dahulu sampai sekarang, dikenal dengan berbagai istilah. Di Indonesia memilih istilah “Penunjukan Kembali”. Dalamkenyataan orang dapat melakukan penunjukan dengan dua pengertian yang berbeda : 1. Penunjukan kearah Kaidah-kaidah Hukum Intern (Sachnormen) dari suatu sistem hukumt ertentu. Penunjukan semacam ini dalam bahasa Jerman dinamakan Sachnormenverweisung. 2. Penunjukan kearah keseluruhan sistem hukum tertentu, yang artinya prima facie, adalah kaidah-kaidah HPI (Kollisionsnormen) dari sistem hukum tersebut. Penunjukan semacam ini dinamakan Gesamtverweisung. Secara umum dapat dikatakan bahwa renvoi adalah Penunjukan kembali atau penunjukan lebih lanjut oleh kaidah-kaidah HPI dari suatu sistem hukum asing yang ditunjuk oleh kaidah HPI lexfori. Dalam HPI tradisional, orang mengenal dua jenis single-renvoi : 1. Remission ( Penunjukankembali, Ruckverweisung, Tutugverwijzing ), yaitu proses renvoiolehkaidah HPI asingkembalikearahlexfori. 2. Transmission (Penunjukan lebih lanjut, Weiterverweisung, Verderverwijzing), yaitu proses renvoiolehkaidah HPI asingkearahsuatusistemhukumasing lain. Bila pranata renvoi yang dijelaskan dalam paragraf-paragraf sebelumnya dipahami sebagai renvoi yang berkembang di Eropa Kontinental dan dikenal sebagai pranata Single 17
  • 18. Renvoi, maka dalam sistem hukum Inggris berkembang pula sejenis renvoi yang diberi nama The Foreign Court Theory. Pengadilan di Inggris pada dasarnya menolak pelaksanaan doktrin single-renvoi dalam penyelesaian perkara-perkara HPI.Namun demikian, dalam beberapa perkara tampak adanya kebutuhan bagi sistem peradilan HPI Inggris untuk mengenyampingkan berlakunya lex causae dengan menggunakan pola pikir yang mirip renvoi. Renvoi timbul karena adanya perbedaan sistem HPI. Setiap negara yang berdaulat memiliki sistem hukum perdata internasionalnya sendiri-sendiri. Dalammenentukan status personil, ada 2 sistem :mengikuti prinsip nasionalitas atau prinsip domisili. Hal-hal inilah yang menimbulkan terjadinya renvoi. 3.3. KWALIFIKASI. Dalam HPI, masalah kwalifikasi masalah hukum ini ditangani secara lebih khusus, karena dalam perkara-perkara HPI orang selalu berurusan dengan kemungkinan berlakunya lebih dari satu sistem atau aturan hukum dari dua negara yang berbeda untuk mengatur sekumpulan fakta tertentu. Kwalifikasi sebenarnya adalah melakukan “translation” atau “penyalinan” daripada fakta-fakta sehari-hari dalam istilah-istilah hukum. Ada sistim-sistim HPI yang meletakkan titikberat pada tempat di mana dikirimkan penerimaan penawaran yang telah di adakan. Dalam garis besar terdapat tigamacam kwalifikasi : a. Kwalifikasi menurut lexfori ( hukum hakim). Menurut pendirian ini kwalifikasi harus dilakukan menurut hukum materil sang hakim. b. Kwalifikasi menurut lex causae (hukum yang dipergunakan untuk menyelesaikan persoalan HPI bersangkutan). Menurut pandangan ini, maka kwalifikasi dilakukan menurut sistem hukum darimana pengertian ini berasal. c. Kwalifikasi secara otonom, berdasarkan “comparative method” atau “analytical jurisprudence”. Kwalifikasi dilakukan secara otonom, terlepas dari salah satu sistem hukum tertentu. 18
  • 19. Kwalifikasi dibedakan menjadi dua ,yaitu : 1. Kwalifikasi Primer adalah kwalifikasi yang diperlukan untuk dapat menentukan hukum yang harus dipergunakan. 2. Kwalifikasi Sekunder adalah apabila sudah diketahui hukum asing manakah yang harus dipergunakan, maka perlu dilakukan kwalifikasi lebih jauh menurut hukum asing tersebut 19
  • 20. DAFTAR PUSTAKA Bayu Seto, Dasar-dasar hukum perdata Internasional, Bandung : PT Citra Aditya bakti, 2001. Hardjowohono, Bayu Seto.2006. Dasar-dasar Hukum Perdata Internasional.Bandung : PT. Citra Aditya Bakti. Mochtar Kusumaatmaja dan Etty R. Agoes, Pengantar Hukum Internasional, Bandung : PT Alumni, 2003 Undang-Undang: Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. 20