SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 8
Downloaden Sie, um offline zu lesen
Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 5 No. 4 Juli 2011: 172-179
172
AKTIFITAS REPELLENT NYAMUK LOTION
KOMBINASI EKSTRAK BATANG Vitex trifolia L. DAN
N,N-DIETIL-META-TOLUAMIDA
Mustanir1
, Marianne2
, Ikhsan Harifsyah1
1
Jurusan Kimia FMIPA Unsyiah, 2
Dept.Farmakologi Fakultas Farmasi USU
Korespondensi: Dr. Mustanir, M.Sc.
Jurusan Kimia FMIPA Unsyiah, Darussalam, Banda Aceh, 23111,
email: mustanir_yahya@yahoo.com
ABSTRACT
Study on repellency of Vitex trivolia stem bark combined with DEET in the lotion formula to
mosquitoes have been done. Extract of V. trifolia was combined with DEET to produce the
lotion. The combined lotion is brown, no odor, with pH of 6,7. This lotions are not irritated,
gaves emulsion type of o/w (oil in water) and homogenous, stable during 3 months
observation. The effective repellency to Aedes aegypti mosquitoes of combined lotions are
78.8, 83.9 and 84.3% for 5% methanol with 1, 3 and 5% b/v of DEET, respectively. The time
protection of the combined lotions are 9.2, 116.3 and 169.0 minutes.
Keywords: lotion, mosquito repellent, DEET, Vitex trifolia.
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian uji aktifitas repellent nyamuk dari lotion kombinasi ekstrak
metanol batang Vitex trifolia L. dan DEET. Hasil ekstrak batang V. trifolia dikombinasikan
dengan DEET dibuat dalam bentuk lotion. Lotion kombinasi ini berwarna coklat, tidak
berbau, pH rata-rata 6,7. Lotion ini tidak merusak kulit, mempunyai tipe emulsi m/a (minyak
dalam air) dan merupakan sediaan yang homogen, sangat stabil selama 3 bulan masa
pengamatan. Hasil uji daya tolak efektif lotion terhadap nyamuk Aedes aegypti, masing-
masing 78,8 ; 83,9; dan 84,3% untuk lotion kombinasi 5% ekstrak metanol dengan 1%
DEET, 5% ekstrak metanol dengan 3% DEET dan 5% ekstrak dengan 5% DEET.
Sementara lama proteksi rata-rata dari lotion kombinasi tersebut secara berurutan adalah
9,2; 116,3; dan 169,0 menit.
Kata kunci: lotion, repellent nyamuk, DEET, Vitex trifolia
PENDAHULUAN
Nyamuk merupakan vektor dari
beberapa penyakit seperti filariasis,
malaria, chikungunya, dan demam
berdarah dengue (DBD). Banyaknya
korban dan penyakit yang disebabkan
oleh nyamuk menuntut berbagai pihak
untuk dapat mencegah dari gigitan
nyamuk. Salah satu cara yang dapat
dilakukan adalah dengan membuat zat
penolak (repellent) nyamuk, namun
repellent yang yang tersedia di pasaran
saat ini banyak mengandung bahan
kimia sintetis. Mempertimbangkan
dampak negatif yang ditimbulkan
repellent sintesis, mendorong para
ilmuwan mencari antinyamuk alternatif
yang tidak membahayakan yaitu yang
bersumber dari tanaman.
Aktifitas repellent nyamuk kombinasi ekstrak Vitex trifolia L. dan DEET
(Mustanir, Marianne, Ikhsan Harifsyah)
173
Berdasarkan penelitian terdahulu
(1) didapatkan bahwa ekstrak V. trifolia
aktif sebagai repellent nyamuk,
sementara ekstrak V. trifolia dalam
formula lotion dapat memproteksi
terhadap nyamuk selama 2 jam dengan
daya tolak efektif (effective repellency,
ER) sebesar 60–80% (2). Akan tetapi
waktu perlindungan yang didapatkan
masih relatif sangat singkat, sementara
pemakaian repellent nyamuk
diharapkan bisa melindungi selama
satu malam, atau pada saat berada di
luar rumah umumnya lebih dari dua
jam.
Repellent yang yang beredar di
pasaran mengandung bahan sintetis
N,N-dietil-meta-toluamida (DEET) lebih
dari 13%, seperti yang tertulis pada
etiket dari produk repellent yang
dipasarankan. Padahal DEET dapat
terserap dalam tubuh, dan pengunaan
DEET dalam dosis tinggi atau aplikasi
yang berulangkali dapat menyebabkan
gangguan sensorik dan motorik,
neurodegenerasi, dan keracunan
sistemik (3-5). Berdasarkan hal
tersebut di atas, maka dilakukan
penelitian terhadap lotion ekstrak
metanol tumbuhan V. trifolia yang
dikombinasikan dengan DEET dalam
jumlah minimum dengan variasi
konsentrasi 1, 3, dan 5%. Sediaan
dalam bentuk lotion mempunyai
keunggulan yaitu murah, mudah
digunakan, dapat digunakan di dalam
maupun di luar rumah.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan pada bulan
April 2009 sampai bulan Maret 2010.
Sampel yang digunakan adalah batang
tumbuhan legundi (V. trifolia) yang
diambil di sekitar Darussalam, Banda
Aceh. Bioindikator yang digunakan
adalah nyamuk Aedes aegypti yang
dibiakkan terlebih dahulu. Adapun tiga
orang relawan yang terlibat dalam uji
repellent nyamuk efektif adalah mereka
yang relatif memiliki kesamaan.
Batang V. trifolia yang sudah
ditumbuk halus dimaserasi dengan
metanol selama 2x24 jam dan disaring,
filtratnya dipekatkan dengan rotary
evaporator. Lotion dibuat
menggunakan komposisi sebagaimana
tercantum dalam Tabel 1.
Lotion dibuat dengan cara; bahan-
bahan bagian I dimasukkan ke dalam
cawan porselen, dilebur di atas
penangas air hingga suhu 700
C. Bagian
II, kecuali gliserin dilarutkan dalam
aquades panas. Kemudian bagian II
dimasukkan ke dalam lumpang
porselen panas, lalu ditambahkan
bagian I kedalam bagian II dengan
pengadukan yang konstan sampai
suhu turun. Pada suhu 450
C
ditambahkan ekstrak metanol dari
batang V. trifolia yang dicampurkan
dengan gliserin sambil diaduk sampai
homogen, selanjutnya dimasukkan ke
dalam wadah yang sesuai (6).
Pemeriksaan kestabilan meliputi
pengamatan terhadap warna, bau, dan
pH dari lotion ekstrak metanol dari
batang V. trifolia yang dilakukan oleh
beberapa orang dan dibandingkan
dengan standar. Pemeriksaan ini
dilakukan setiap 2 minggu selama 3
bulan terhadap sampel yang disimpan
pada suhu kamar. Sementara uji efek
lotion terhadap kulit dilakukan dengan
cara dioleskan pada bagian belakang
telinga kemudian dibiarkan terbuka
selama 12 jam dan dilihat perubahan
yang terjadi berupa iritasi dan gatal
pada kulit (7).
Penentuan tipe emulsi dilakukan
dengan metode pengujian daya hantar
listrik menggunakan multimeter tester.
Lotion dimasukkan dalam gelas kimia,
kemudian dimasukkan ujung kabel
multimeter yang telah diaktifkan
kedalam lotion. Diamati gerakan jarum
pada skala, bila jarum memberikan
simpangan maka tipe emulsi adalah
m/a. Bila tidak memberikan simpangan
Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 5 No. 4 Juli 2011: 172-179
174
tipe emulsi adalah a/m. Penentuan tipe
emulsi ini dilakukan setiap 2 minggu
selama 3 bulan. Sementar penentuan
homogenitas dilakukan dengan cara
sejumlah tertentu lotion dioleskan pada
kaca yang transparan. Lotion yang
dioleskan harus menunjukkan susunan
yang homogen dan tidak terlihat
adanya butir-butir kasar (8).
Tabel 1. Formula Lotion Repellent Nyamuk
Bagian
Lotion A B C
Bahan Komposisi (b/v)
I
DEET 1% 3% 5%
Setil alkohol 0,5% 0,5% 0,5%
Asam stearat 3% 3% 3%
Lanolin 1% 1% 1%
Ekstrak metanol 5% 5% 5%
II
Gliserin 2% 2% 2%
Metil Paraben 0,1% 0,1% 0,1%
Trietanolamin 0,75% 0,75% 0,75%
Aquades 86,65% 84,65% 82,65%
Bioindikator nyamuk A. aegypti
dibiakkan dengan mengambil larva
nyamuk betina yang terdapat di bak
penampungan air kemudian
dipindahkan kedalam wadah terbuka
yang berisi air bersih. Larva diberi
makan dengan campuran biskuit anjing
dan serbuk jamur (ragi) dengan
perbandingan 3:1. Larva nyamuk yang
sudah jadi pupa kemudian dimasukkan
kedalam kurungan yang telah
dipersiapkan sebelumnya. Pupa
dibiarkan berkembang menjadi nyamuk
dan siap untuk dikembangbiakkan.
Setelah nyamuk dewasa diberi larutan
sukrosa 10% dan diberi darah dari tikus
yang ditempatkan dalam kurungan
nyamuk sebagai protein untuk
pematangan telur pada nyamuk betina
(9).
Pengujian aktifitas repellent nyamuk
Pengujian repellent nyamuk
dilakukan terhadap tiga orang relawan
yang relatif memiliki kesamaan usia,
warna kulit, golongan darah, dan jenis
kelamin. Nyamuk dewasa betina
diletakkan pada kurungan (45 cm x 38
cm x 38 cm). Sebelum pengujian, kulit
dari relawan dicuci untuk
menghilangkan kotoran dan bau dari
tangan relawan, kemudian lotion
kombinasi untuk pengujian diusapkan
mulai dari siku hingga ujung jari.
Setelah pemakaian lotion, tangan tidak
boleh digosok, dijamah atau dibasahi.
Tangan yang satu lagi dioleskan
dengan kontrol blanko, yaitu semua
bahan lotion kecuali ekstrak V. trifolia
dan DEET. Kedua tangan relawan
dimasukkan dalam kurungan nyamuk
untuk pengujian (10). Setiap pengujian
aktifitas daya repellent nyamuk diulangi
sebanyak tiga kali dengan relawan
yang berbeda guna mempertinggi
keakuratan data.
Karakterisasi ekstrak metanol V.
trifolia dilakukan dengan cara
membandingkan fragmentasi
kromatogram sampel yang direkam alat
kromatografi gas spektroskopi massa
(KG-SM) dibandingkan dengan
spektrum senyawa standar yang
terdapat dalam data National Institute
Standart of Technology (NIST)-62
menggunakan perangkat lunak Wiley-
229, PESTICD Library.
Aktifitas repellent nyamuk kombinasi ekstrak Vitex trifolia L. dan DEET
(Mustanir, Marianne, Ikhsan Harifsyah)
175
Persentase daya tolak efektif
(effective repellency) ditentukan
dengan menggunakan persamaan (1).
………
…(1)
Keterangan :
ER = Persen tolak daya efektif
NC = Jumlah nyamuk pada kontrol
NT = Jumlah nyamuk pada perlakuan
(11).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Ekstraksi 3.000 g batang V. trifolia
menggunakan pelarut metanol
menghasilkan ekstrak metanol sebesar
43,6 g (1,45 % b/v), ekstrak metanol ini
difraksinasi dengan n-heksana
menghasilkan ektrak n-heksana
sebesar 12,0 g (0,40 % b/v), residu
dari ekstrak n-heksana difraksinasi lagi
dengan etil asetat menghasilkan 12,40
g (0,41% b/v) ekstrak etil asetat.
Persen yield ekstrak metanol lebih
besar dari ekstrak n-heksana dan etil
asetat karena ekstraksi dengan
mengunakan pelarut metanol yang
bersifat sangat polar memecah dinding
sel tumbuhan sehingga komponen
metabolit yang terkandung terekstrak
hampir semua, ekstrak n-heksana dan
etil asetat lebih sedikit dari ekstrak
metanol karena pelarut n-heksana yang
bersifat nonpolar akan mengekstrak
senyawa yang bersifat nonpolar dan etil
asetat yang bersifat semipolar
mengekstrak komponen senyawa yang
semi polar.
Ekstrak methanol batang V. trifolia
mempunyai ciri-ciri yaitu: warna ekstrak
coklat, berbentuk seperti pasta dan
tidak berbau. Ekstrak dibuat tiga jenis
lotion dengan mengacu pada komposisi
lotion pada Tabel 1; lotion A, B, dan C
dengan kandungan DEET masing-
masing 1, 3, dan 5% DEET.
4
4,5
5
5,5
6
6,5
7
7,5
8
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
pH
Minggu
pH Losion Kombinasi
pH Losion A
pH Losion B
pH Losion C
Gambar 1. Grafik kestabilan pH dari lotion kombinasi
Guna menjamin keamanan produk
saat dipakai maka dilakukan uji
keasaman. Tingkat keasaman lotion
selama tiga bulan pengukuran dapat
dilihat pada Gambar 1, dapat dilihat
bahwa masing-masing formulasi lotion
mempunyai pH yang relatif stabil yaitu
antara 6,5-6,8. Tingkat keasaman
dengan nilai pH dari lotion tersebut
berada pada pH fisiologis kulit normal
Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 5 No. 4 Juli 2011: 172-179
176
yaitu antara 4,5 sampai dengan 7,
sehingga aman digunakan pada kulit.
Formula lotion di atas dapat
diaplikasikan sebagai lotion repellent
nyamuk. Sementara uji fisik efek pH
dari lotion terhadap kulit dilakukan
terhadap tiga orang relawan
dengan cara mengoleskan lotion pada
bagian belakang telinga. Setelah
dibiarkan selama 12 jam dari ketiga
relawan tidak ditemukan adanya iritasi
dan gatal-gatal akibat pengaruh
keasaman dari lotion.
Penentuan tipe emulsi lotion
dilakukan dengan menggunakan alat
multimeter tester dan didapatkan
multimeter memberikan simpangan
antara 12-17 Ampere, mengindikasikan
adanya daya hantar listrik oleh lotion.
Adanya daya hantar listrik dapat
disimpulkan bahwa emulsi yang
terbentuk adalah minyak dalam air
(m/a), air sebagai fase luar dan minyak
fase dalamnya. (12). Tipe m/a untuk
suatu lotion cukup ideal agar tidak
menyebabkan kulit menjadi berminyak
saat lotion diaplikasikan sehingga
berpotensi mudahnya berkembang
mikroorganisme, disamping juga
mengakibatkan mudahnya pakaian
menjadi kotor.
Hasil pemeriksaan kestabilan dari
lotion metanol dilakukan setiap dua
minggu selama tiga bulan
memperlihatkan sediaan lotion yang
dioleskan pada kaca transparan tetap
homogen dan tidak terlihat adanya
butiran-butiran kasar serta lotion
terdispersi secara merata di atas kaca
uji (8). Disamping itu juga didapatkan
bahwa tidak terjadi perubahan pada
lotion tersebut, baik dalam hal fase,
warna, dan bau pada masing-masing
formula lotion kombinasi.
Uji sifat daya repellent efektif
terhadap nyamuk Aedes aegypti
Berdasarkan hasil penelitian uji daya
repellent efektif terhadap nyamuk yang
dilakukan sampai didapatkannya
hinggapan pertama dari lotion
kombinasi, dengan mengunakan
persamaan (1) maka dihasilkan seperti
pada Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah rata-rata hinggapan nyamuk untuk lotion kombinasi ekstrak
metanol dengan DEET.
Lotion
Jumlah hinggapan nyamuk (ekor)
ER(%)Sampel Kontrol (-) kontrol (+)
A 4 23 0 78,8
B 6 23 0 83,9
C 6 20 0 84,3
Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat
bahwa sekalipun tidak signifikan, lotion
C menunjukkan daya menolak nyamuk
yang paling baik, dengan ER 84,3%,
dibandingkan lotion A dan B masing-
masing hanya memberikan ER sebesar
78,8 dan 83,9%. Nilai ER yang
dihasilkan relatif sama sekalipun
penambahan DEET dilakukan 1, 3, dan
5%. Sementara uji daya tolak efektif
terhadap nyamuk yang dilakukan
terhadap lotion ekstrak metanol dengan
konsentrasi 5% tanpa penambahan
DEET memberikan nilai ER sebesar
59,3%. Jadi penambahan 1, 3, dan 5%
b/v DEET mampu meningkatkan ER
masing-masing sebesar 19, 25 dan
25%. Hal ini menunjukkan peningkatan
nilai ER yang sangat besar, sehingga
diperkirakan bahwa senyawa aktif dari
V. trifolia berkerja secara sinergis
dengan DEET. Penambahan senyawa
DEET dalam jumlah yang seminimal
mungkin, dikombinasi dengan ekstrak
Aktifitas repellent nyamuk kombinasi ekstrak Vitex trifolia L. dan DEET
(Mustanir, Marianne, Ikhsan Harifsyah)
177
V. trifolia mampu meningkatkan daya
tolak efektif terhadap nyamuk dalam
jumlah cukup signifikan, sehingga
memberi peluang bagi pengurangan
kadar kandungan DEET dalam lotion
yang dijual bebas disubstitusi dengan
ekstrak V. trifolia yang relatif lebih
aman untuk diaplikasikan pada
manusia. Lotion repellent nyamuk di
pasaran mengandung DEET lebih dari
13%. Padahal penggunaan DEET,
yang merupakan bahan korosif, dalam
konsentrasi tinggi dan aplikasi
berulangkali harus dihindari karena
dapat menimbulkan berbagai efek yang
membahayakan manusia (5).
Uji daya tolak efektif nyamuk juga
dilakukan terhadap lotion ekstrak
metanol V. trifolia dengan konsentrasi
10 dan 20% tanpa penambahan DEET.
Hasil pengujian didapatkan efek
menolak nyamuk dengan nilai ER
masing-masing 77,3 dan 80,2% untuk
10 dan 20% ekstrak metanol V. trifolia.
Bila nilai daya tolak efektif ini
dibandingkan dengan lotion dengan
konsentrasi ekstrak 5% yang ditambah
DEET 1% bisa memberikan nilai ER
sampai 78,8%. Hal ini dikarenakan
pengaruh dari ekstrak V. trifolia yang
bersifat menolak nyamuk dan
disinergikan dengan penambahan
senyawa DEET yang sudah terbukti
efektif menolak nyamuk (4).
Penelusuran senyawa kimia dengan
mengunakan KG-SM terhadap ekstrak
V. trifolia dihasilkan senyawa antara
lain: dodekanamida, N,N-bis(2-
hidroksietil), asam miristat, metil
heksadekanoat, asam palmitat, asam
9-oktadekanoat, metil ester, asam
heksadekanoat, 2-hidroksi-1-
(hidroksimetil) etil ester, flavon-4-OH,
5-OH, 7-di-O-glukosida, asam
heksadekanoat, 1-(hidroksimetil)-1,2-
etanedil ester, cis-13-oktadesenal, dan
asam 9-oktadekanoat.
Sifat repellent yang dihasilkan oleh
ekstrak metanol V. trifolia kemungkinan
disebabkan karena dalam ekstrak
metanol V. trifolia terdapat senyawa-
senyawa aktif seperti dodekanamida
dan N,N-bis (2-hidroksietil). Struktur
senyawa ini mirip dengan senyawa
DEET, dan penambahan DEET akan
memperkuat sifat daya tolak dari lotion
kombinasi tersebut.
Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat
bahwa terjadi perbedaan waktu
proteksi yang signifikan pada lotion A
dengan waktu proteksi hanya 9,2
menit, sementara lotion B mempunyai
waktu proteksi sampai 136,7 menit, dan
lotion C dengan waktu proteksi 169
menit.
Tabel 3. Rekapitulasi jenis lotion dengan aktivitas daya repellent nyamuk
dan waktu proteksi
No. Lotion ER (%) Waktu Proteksi (Menit)
1 A 78,8 9,2
2 B 83,9 116,3
3 C 84,3 169
Peningkatan waktu proteksi
disebabkan pengaruh penambahan
DEET, dengan penambahan DEET
kedalam lotion dapat meningkatkan
waktu proteksi dari lotion tersebut.
Sebagai perbandingan bahwa kadar
DEET 30% memberikan waktu proteksi
selama 6 jam, kadar 15% memberikan
waktu proteksi selama 5 jam, kadar
10% memberikan waktu proteksi
selama 3 jam, dan kadar 5%
memberikan waktu proteksi selama 2
jam (13). Lotion C yang merupakan
kombinasi 5% ekstrak metanol V.
trifolia dengan 5% DEET mampu
Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 5 No. 4 Juli 2011: 172-179
178
memberikan waktu proteksi 2 jam dan
49 menit.
Perbedaan konsentrasi DEET antara
lotion A, B dan C tidak menyebabkan
meningkatnya ER secara signifikan,
namun berbeda nyata dalam
kemampuan meningkatkan waktu
proteksi. Hal ini menguatkan penelitian
Fradin (14) yang menyimpulkan bahwa
peningkatan konsentrasi DEET tidak
meningkatkan kemampuan proteksi
namun hanya memperpanjang waktu
proteksi.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Lotion dari kombinasi ekstrak
metanol V. trifolia dengan DEET
efektif menolak nyamuk dengan
memberikan ER masing-masing
sebesar 78,8; 83,9; dan 84,3%
untuk konsentrasi ektrak metanol
V. trifolia 5% dengan penambahan
DEET sebesar 1, 3 dan 5 %.
2. Lotion kombinasi yang dihasilkan
berwarna coklat, tidak berbau, dan
pH rata-rata 6,7. Lotion ini tidak
merusak kulit, tipe emulsi adalah
m/a (minyak dalam air), homogen
dan stabil selama 3 bulan
pengamatan.
3. Lama waktu proteksi rata-rata dari
lotion kombinasi 5% ekstrak
metanol dengan 1; 3 dan 5% b/v
DEET berturut-turut adalah 9,16;
116,25 dan 169 menit.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih disampaikan kepada
Direktorat Penelitian dan Pengabdian
Kepada Masyarakat (P3M), Direktorat
Pendidikan Tinggi, Kementrian
Pendidikan Nasional RI melalui dana
penelitian sesuai dengan surat
perjanjian pelaksanaan Insentif Riset
Unggulan Strategis Nasional No.
Kontrak 096/H11-P2T/A.01/2009,
tanggal 27 Februari 2009 sehingga
terlaksananya penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
1. Mustanir, Nasution R. Isolasi senyawa
bioaktif repellent nyamuk dari ekstrak
aseton batang tumbuhan Legundi
(Vitex Trivolia). Buletin Penelitian
Tanaman Rempah dan Obat 2008;
19(2): 174-179.
2. Mustanir, Nasution R, Bachtiar T.
Senyawa bioaktif penolak (repellent)
nyamuk dari ekstrak n-heksana dan
metanol kulit batang Vitex Trifolia
dalam formula lotion. Prosiding
Seminar Nasional MIPANet 13-14
Agustus 2009. Bali; 2009.
3. Al-Sagaff I, Sammar A, Shahid A,
Rehana Z, Fouzia E. Toxic effects of
diethyltoluamide and
dimethylphthalate creams as mosquito
repellents on rabbits skin, Journal of
Anatomical Society of India 2001;
50(2): 148-152.
4. Bell JW, Veltri JC, Page BC. Human
exposures to N,N-diethyl-m-toluamide
insect repellents reported to the
American Association of Poison
Control Centers 1993-1997. Int J
Toxicol 2002; 21: 341-352.
5. Tjahyadi S. Daya repelen beberapa
minyak esensial dan DEET terhadap
Culex. JKM 2008; 7(2): 181-186.
6. Balsam MS, Sagarin E. Cosmetic
Science and Technology. 2
nd
edition.
New York: John Wiley and Sons;
1972.
7. Wasitaatmadja SM. Penuntun Ilmu
Kosmetik Medik. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia; 1997.
8. Badan Standar Nasional. Standar
Nasional Indonesia (SNI) Repellent
Nyamuk, Lotion dan Repellent
Nyamuk Gel. Jakarta: Badan Standar
Nasional; 2006.
9. Rajkumar S, Jebanesan A. Ovicidal
activity of Solanum tricobatum Linn.
(Solanaceae) leaf extract against
Culex quinquefasciatus Say. and
Culex Tritaeni or Hynchus Gile
(Deptera: Celicidae). International
Journal of Tropical Insect Science
2004; 24(4): 340-342.
10. Harold SH. Method of Testing
Chemical Insects. Volume II. London:
Burgess Publishing Company; 1960.
Aktifitas repellent nyamuk kombinasi ekstrak Vitex trifolia L. dan DEET
(Mustanir, Marianne, Ikhsan Harifsyah)
179
11. Xue RD, Barnard DR, Ali A.
Laboratory evaluation of 21 insect
repellents as larvasides and
oviposition deterrents of Aedes
albopictus (Diptera: Culicidae). Journal
of the American Mosquito Control
Association 2006; 22(1), 126-130.
12. Voigt R. Buku Pelajaran Teknologi
Farmasi. Edisi Kelima. Yogyakarta:
UGM; 1994.
13. Katz TM, Miller JH, Hebert AA. Insect
repellents: historical persectives and
new developments. J. Am. Acad.
Dermatol 2008; 58(5): 865-871.
14. Fradin MS, Day JF. Comparative
efficacy of insect repellents against
mosquito bites. N Engl J Med 2002;
347: 13-18.

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Kemampuan degradasi fenol oleh isolat bakteri dari tanah
Kemampuan degradasi fenol oleh isolat bakteri dari tanahKemampuan degradasi fenol oleh isolat bakteri dari tanah
Kemampuan degradasi fenol oleh isolat bakteri dari tanah
Luph PaLuphy
 
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 1 Pengenalan alat dan teknik aseptis
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 1 Pengenalan alat dan teknik aseptisITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 1 Pengenalan alat dan teknik aseptis
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 1 Pengenalan alat dan teknik aseptis
Fransiska Puteri
 
Ppt chrysantemum cinerariaefolium sebagai insektisida
Ppt chrysantemum cinerariaefolium sebagai insektisidaPpt chrysantemum cinerariaefolium sebagai insektisida
Ppt chrysantemum cinerariaefolium sebagai insektisida
Nur Amaliah
 
Pengenceran berseri dan perhitungan mikroba secara tidak langsung dengan meto...
Pengenceran berseri dan perhitungan mikroba secara tidak langsung dengan meto...Pengenceran berseri dan perhitungan mikroba secara tidak langsung dengan meto...
Pengenceran berseri dan perhitungan mikroba secara tidak langsung dengan meto...
Farida Lukmi
 

Was ist angesagt? (20)

Senyawa anti mikroba
Senyawa anti mikrobaSenyawa anti mikroba
Senyawa anti mikroba
 
Uv vis
Uv visUv vis
Uv vis
 
Kemampuan degradasi fenol oleh isolat bakteri dari tanah
Kemampuan degradasi fenol oleh isolat bakteri dari tanahKemampuan degradasi fenol oleh isolat bakteri dari tanah
Kemampuan degradasi fenol oleh isolat bakteri dari tanah
 
Mikrobiologi: Aktivitas antimikroba dari Terminalia arjuna Wight & Arn: Tanam...
Mikrobiologi: Aktivitas antimikroba dari Terminalia arjuna Wight & Arn: Tanam...Mikrobiologi: Aktivitas antimikroba dari Terminalia arjuna Wight & Arn: Tanam...
Mikrobiologi: Aktivitas antimikroba dari Terminalia arjuna Wight & Arn: Tanam...
 
Analisis makanan kosmetik dan perbekalan farmasi apriska noviarni-n11115014
Analisis makanan kosmetik dan perbekalan farmasi apriska noviarni-n11115014Analisis makanan kosmetik dan perbekalan farmasi apriska noviarni-n11115014
Analisis makanan kosmetik dan perbekalan farmasi apriska noviarni-n11115014
 
Bab vi pembahasan
Bab vi pembahasanBab vi pembahasan
Bab vi pembahasan
 
Laporan Mikrobiologi - Senyawa Anti Mikroba
Laporan Mikrobiologi -  Senyawa Anti MikrobaLaporan Mikrobiologi -  Senyawa Anti Mikroba
Laporan Mikrobiologi - Senyawa Anti Mikroba
 
Kimia Organik Bahan Alam (Alkaloid)
Kimia Organik Bahan Alam (Alkaloid)Kimia Organik Bahan Alam (Alkaloid)
Kimia Organik Bahan Alam (Alkaloid)
 
Laporan Mikrobiologi - Sanitasi Lingkungan
Laporan Mikrobiologi -  Sanitasi LingkunganLaporan Mikrobiologi -  Sanitasi Lingkungan
Laporan Mikrobiologi - Sanitasi Lingkungan
 
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 1 Pengenalan alat dan teknik aseptis
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 1 Pengenalan alat dan teknik aseptisITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 1 Pengenalan alat dan teknik aseptis
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 1 Pengenalan alat dan teknik aseptis
 
Daun kemuning
Daun kemuningDaun kemuning
Daun kemuning
 
Laporan Mikrobiologi - Teknik Pembuatan Medium
Laporan Mikrobiologi -  Teknik Pembuatan MediumLaporan Mikrobiologi -  Teknik Pembuatan Medium
Laporan Mikrobiologi - Teknik Pembuatan Medium
 
Laporan Mikrobiologi - Teknik Isolasi Mikroba
Laporan Mikrobiologi -  Teknik Isolasi MikrobaLaporan Mikrobiologi -  Teknik Isolasi Mikroba
Laporan Mikrobiologi - Teknik Isolasi Mikroba
 
Ppt chrysantemum cinerariaefolium sebagai insektisida
Ppt chrysantemum cinerariaefolium sebagai insektisidaPpt chrysantemum cinerariaefolium sebagai insektisida
Ppt chrysantemum cinerariaefolium sebagai insektisida
 
Laporan sterilisasi, pembuatan media, dan teknik inokulasi
Laporan sterilisasi, pembuatan media, dan teknik inokulasiLaporan sterilisasi, pembuatan media, dan teknik inokulasi
Laporan sterilisasi, pembuatan media, dan teknik inokulasi
 
Laporan praktikum inokulasi
Laporan praktikum inokulasiLaporan praktikum inokulasi
Laporan praktikum inokulasi
 
Makalah_14 Makalah spermosfir kel 8
Makalah_14 Makalah spermosfir kel 8Makalah_14 Makalah spermosfir kel 8
Makalah_14 Makalah spermosfir kel 8
 
Antimikroba adila
Antimikroba adilaAntimikroba adila
Antimikroba adila
 
Uji biokimiawi
Uji biokimiawiUji biokimiawi
Uji biokimiawi
 
Pengenceran berseri dan perhitungan mikroba secara tidak langsung dengan meto...
Pengenceran berseri dan perhitungan mikroba secara tidak langsung dengan meto...Pengenceran berseri dan perhitungan mikroba secara tidak langsung dengan meto...
Pengenceran berseri dan perhitungan mikroba secara tidak langsung dengan meto...
 

Andere mochten auch (9)

Curr brief secondary
Curr brief secondaryCurr brief secondary
Curr brief secondary
 
Silabo evaluacion educativa pato tobar
Silabo evaluacion educativa pato tobarSilabo evaluacion educativa pato tobar
Silabo evaluacion educativa pato tobar
 
Mision vision
Mision  visionMision  vision
Mision vision
 
Parts of speech
Parts of speechParts of speech
Parts of speech
 
A1. MEP 1 - Mod 1 - Tema1
A1. MEP 1 - Mod 1 - Tema1A1. MEP 1 - Mod 1 - Tema1
A1. MEP 1 - Mod 1 - Tema1
 
Simulation and detection of transients on a 150kV HV Cable-paper
Simulation and detection of transients on a 150kV HV Cable-paperSimulation and detection of transients on a 150kV HV Cable-paper
Simulation and detection of transients on a 150kV HV Cable-paper
 
Black Friday article
Black Friday articleBlack Friday article
Black Friday article
 
MathematicallyModelingEpidemicsThroughtheUseoftheReed-FrostEquation
MathematicallyModelingEpidemicsThroughtheUseoftheReed-FrostEquationMathematicallyModelingEpidemicsThroughtheUseoftheReed-FrostEquation
MathematicallyModelingEpidemicsThroughtheUseoftheReed-FrostEquation
 
Leftventricularassistdevice 150525194214-lva1-app6891
Leftventricularassistdevice 150525194214-lva1-app6891Leftventricularassistdevice 150525194214-lva1-app6891
Leftventricularassistdevice 150525194214-lva1-app6891
 

Ähnlich wie 53 101-1-sm

PEMBUATAN SUSPENSI JAMUR ENTOMOPATOGEN
PEMBUATAN SUSPENSI JAMUR ENTOMOPATOGENPEMBUATAN SUSPENSI JAMUR ENTOMOPATOGEN
PEMBUATAN SUSPENSI JAMUR ENTOMOPATOGEN
diana novitasari
 
Mt lasut 2003-cyanide-seaurchin-ekoton
Mt lasut 2003-cyanide-seaurchin-ekotonMt lasut 2003-cyanide-seaurchin-ekoton
Mt lasut 2003-cyanide-seaurchin-ekoton
Markus T Lasut
 
Formulasi sediaan losio ekstrak etanol daun sirsak
Formulasi sediaan losio ekstrak etanol daun sirsakFormulasi sediaan losio ekstrak etanol daun sirsak
Formulasi sediaan losio ekstrak etanol daun sirsak
ershahasan
 
4 am amir-virus tembakau
4 am amir-virus tembakau4 am amir-virus tembakau
4 am amir-virus tembakau
xie_yeuw_jack
 
Jurnal Ditjen PP dan PL Kemenkes RI Tahun 2013
Jurnal Ditjen PP dan PL Kemenkes RI Tahun  2013Jurnal Ditjen PP dan PL Kemenkes RI Tahun  2013
Jurnal Ditjen PP dan PL Kemenkes RI Tahun 2013
humasditjenppdanpl
 
Mt lasut 2002-diazinon-seaurchin-ekoton
Mt lasut 2002-diazinon-seaurchin-ekotonMt lasut 2002-diazinon-seaurchin-ekoton
Mt lasut 2002-diazinon-seaurchin-ekoton
Markus T Lasut
 

Ähnlich wie 53 101-1-sm (20)

Pengenalan pestisida nabati dan kimia
Pengenalan pestisida nabati dan kimiaPengenalan pestisida nabati dan kimia
Pengenalan pestisida nabati dan kimia
 
PEMBUATAN SUSPENSI JAMUR ENTOMOPATOGEN
PEMBUATAN SUSPENSI JAMUR ENTOMOPATOGENPEMBUATAN SUSPENSI JAMUR ENTOMOPATOGEN
PEMBUATAN SUSPENSI JAMUR ENTOMOPATOGEN
 
Mt lasut 2003-cyanide-seaurchin-ekoton
Mt lasut 2003-cyanide-seaurchin-ekotonMt lasut 2003-cyanide-seaurchin-ekoton
Mt lasut 2003-cyanide-seaurchin-ekoton
 
Andrew hidayat 93880-id-none
 Andrew hidayat   93880-id-none Andrew hidayat   93880-id-none
Andrew hidayat 93880-id-none
 
PRODUKSI IKAN NEON TETRA Paracheirodon innesi UKURAN L PADA PADAT TEBAR 20, 4...
PRODUKSI IKAN NEON TETRA Paracheirodon innesi UKURAN L PADA PADAT TEBAR 20, 4...PRODUKSI IKAN NEON TETRA Paracheirodon innesi UKURAN L PADA PADAT TEBAR 20, 4...
PRODUKSI IKAN NEON TETRA Paracheirodon innesi UKURAN L PADA PADAT TEBAR 20, 4...
 
Rayap
RayapRayap
Rayap
 
Ipi161112
Ipi161112Ipi161112
Ipi161112
 
Produksi vaksin rekombinasi
Produksi vaksin rekombinasiProduksi vaksin rekombinasi
Produksi vaksin rekombinasi
 
Formulasi sediaan losio ekstrak etanol daun sirsak
Formulasi sediaan losio ekstrak etanol daun sirsakFormulasi sediaan losio ekstrak etanol daun sirsak
Formulasi sediaan losio ekstrak etanol daun sirsak
 
4 am amir-virus tembakau
4 am amir-virus tembakau4 am amir-virus tembakau
4 am amir-virus tembakau
 
27212-69474-1-PB.pdf
27212-69474-1-PB.pdf27212-69474-1-PB.pdf
27212-69474-1-PB.pdf
 
Perbaikan jurnal.docx
Perbaikan jurnal.docxPerbaikan jurnal.docx
Perbaikan jurnal.docx
 
anjuvant.pdf
anjuvant.pdfanjuvant.pdf
anjuvant.pdf
 
Ekstraksi.dingin.a2 (1)
Ekstraksi.dingin.a2 (1)Ekstraksi.dingin.a2 (1)
Ekstraksi.dingin.a2 (1)
 
Jurnal Ditjen PP dan PL Kemenkes RI Tahun 2013
Jurnal Ditjen PP dan PL Kemenkes RI Tahun  2013Jurnal Ditjen PP dan PL Kemenkes RI Tahun  2013
Jurnal Ditjen PP dan PL Kemenkes RI Tahun 2013
 
Mt lasut 2002-diazinon-seaurchin-ekoton
Mt lasut 2002-diazinon-seaurchin-ekotonMt lasut 2002-diazinon-seaurchin-ekoton
Mt lasut 2002-diazinon-seaurchin-ekoton
 
Interest Presertimik
Interest PresertimikInterest Presertimik
Interest Presertimik
 
Makalah biologi dasar manusia desinfeksi
Makalah biologi dasar manusia desinfeksiMakalah biologi dasar manusia desinfeksi
Makalah biologi dasar manusia desinfeksi
 
6330 20977-1-pb
6330 20977-1-pb6330 20977-1-pb
6330 20977-1-pb
 
Jurnal agrobacterium
Jurnal agrobacteriumJurnal agrobacterium
Jurnal agrobacterium
 

Kürzlich hochgeladen

.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
furqanridha
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
nabilafarahdiba95
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
JarzaniIsmail
 

Kürzlich hochgeladen (20)

.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
 
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptxPPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
 
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptxPrakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
 
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaKonseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 

53 101-1-sm

  • 1. Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 5 No. 4 Juli 2011: 172-179 172 AKTIFITAS REPELLENT NYAMUK LOTION KOMBINASI EKSTRAK BATANG Vitex trifolia L. DAN N,N-DIETIL-META-TOLUAMIDA Mustanir1 , Marianne2 , Ikhsan Harifsyah1 1 Jurusan Kimia FMIPA Unsyiah, 2 Dept.Farmakologi Fakultas Farmasi USU Korespondensi: Dr. Mustanir, M.Sc. Jurusan Kimia FMIPA Unsyiah, Darussalam, Banda Aceh, 23111, email: mustanir_yahya@yahoo.com ABSTRACT Study on repellency of Vitex trivolia stem bark combined with DEET in the lotion formula to mosquitoes have been done. Extract of V. trifolia was combined with DEET to produce the lotion. The combined lotion is brown, no odor, with pH of 6,7. This lotions are not irritated, gaves emulsion type of o/w (oil in water) and homogenous, stable during 3 months observation. The effective repellency to Aedes aegypti mosquitoes of combined lotions are 78.8, 83.9 and 84.3% for 5% methanol with 1, 3 and 5% b/v of DEET, respectively. The time protection of the combined lotions are 9.2, 116.3 and 169.0 minutes. Keywords: lotion, mosquito repellent, DEET, Vitex trifolia. ABSTRAK Telah dilakukan penelitian uji aktifitas repellent nyamuk dari lotion kombinasi ekstrak metanol batang Vitex trifolia L. dan DEET. Hasil ekstrak batang V. trifolia dikombinasikan dengan DEET dibuat dalam bentuk lotion. Lotion kombinasi ini berwarna coklat, tidak berbau, pH rata-rata 6,7. Lotion ini tidak merusak kulit, mempunyai tipe emulsi m/a (minyak dalam air) dan merupakan sediaan yang homogen, sangat stabil selama 3 bulan masa pengamatan. Hasil uji daya tolak efektif lotion terhadap nyamuk Aedes aegypti, masing- masing 78,8 ; 83,9; dan 84,3% untuk lotion kombinasi 5% ekstrak metanol dengan 1% DEET, 5% ekstrak metanol dengan 3% DEET dan 5% ekstrak dengan 5% DEET. Sementara lama proteksi rata-rata dari lotion kombinasi tersebut secara berurutan adalah 9,2; 116,3; dan 169,0 menit. Kata kunci: lotion, repellent nyamuk, DEET, Vitex trifolia PENDAHULUAN Nyamuk merupakan vektor dari beberapa penyakit seperti filariasis, malaria, chikungunya, dan demam berdarah dengue (DBD). Banyaknya korban dan penyakit yang disebabkan oleh nyamuk menuntut berbagai pihak untuk dapat mencegah dari gigitan nyamuk. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan membuat zat penolak (repellent) nyamuk, namun repellent yang yang tersedia di pasaran saat ini banyak mengandung bahan kimia sintetis. Mempertimbangkan dampak negatif yang ditimbulkan repellent sintesis, mendorong para ilmuwan mencari antinyamuk alternatif yang tidak membahayakan yaitu yang bersumber dari tanaman.
  • 2. Aktifitas repellent nyamuk kombinasi ekstrak Vitex trifolia L. dan DEET (Mustanir, Marianne, Ikhsan Harifsyah) 173 Berdasarkan penelitian terdahulu (1) didapatkan bahwa ekstrak V. trifolia aktif sebagai repellent nyamuk, sementara ekstrak V. trifolia dalam formula lotion dapat memproteksi terhadap nyamuk selama 2 jam dengan daya tolak efektif (effective repellency, ER) sebesar 60–80% (2). Akan tetapi waktu perlindungan yang didapatkan masih relatif sangat singkat, sementara pemakaian repellent nyamuk diharapkan bisa melindungi selama satu malam, atau pada saat berada di luar rumah umumnya lebih dari dua jam. Repellent yang yang beredar di pasaran mengandung bahan sintetis N,N-dietil-meta-toluamida (DEET) lebih dari 13%, seperti yang tertulis pada etiket dari produk repellent yang dipasarankan. Padahal DEET dapat terserap dalam tubuh, dan pengunaan DEET dalam dosis tinggi atau aplikasi yang berulangkali dapat menyebabkan gangguan sensorik dan motorik, neurodegenerasi, dan keracunan sistemik (3-5). Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dilakukan penelitian terhadap lotion ekstrak metanol tumbuhan V. trifolia yang dikombinasikan dengan DEET dalam jumlah minimum dengan variasi konsentrasi 1, 3, dan 5%. Sediaan dalam bentuk lotion mempunyai keunggulan yaitu murah, mudah digunakan, dapat digunakan di dalam maupun di luar rumah. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan pada bulan April 2009 sampai bulan Maret 2010. Sampel yang digunakan adalah batang tumbuhan legundi (V. trifolia) yang diambil di sekitar Darussalam, Banda Aceh. Bioindikator yang digunakan adalah nyamuk Aedes aegypti yang dibiakkan terlebih dahulu. Adapun tiga orang relawan yang terlibat dalam uji repellent nyamuk efektif adalah mereka yang relatif memiliki kesamaan. Batang V. trifolia yang sudah ditumbuk halus dimaserasi dengan metanol selama 2x24 jam dan disaring, filtratnya dipekatkan dengan rotary evaporator. Lotion dibuat menggunakan komposisi sebagaimana tercantum dalam Tabel 1. Lotion dibuat dengan cara; bahan- bahan bagian I dimasukkan ke dalam cawan porselen, dilebur di atas penangas air hingga suhu 700 C. Bagian II, kecuali gliserin dilarutkan dalam aquades panas. Kemudian bagian II dimasukkan ke dalam lumpang porselen panas, lalu ditambahkan bagian I kedalam bagian II dengan pengadukan yang konstan sampai suhu turun. Pada suhu 450 C ditambahkan ekstrak metanol dari batang V. trifolia yang dicampurkan dengan gliserin sambil diaduk sampai homogen, selanjutnya dimasukkan ke dalam wadah yang sesuai (6). Pemeriksaan kestabilan meliputi pengamatan terhadap warna, bau, dan pH dari lotion ekstrak metanol dari batang V. trifolia yang dilakukan oleh beberapa orang dan dibandingkan dengan standar. Pemeriksaan ini dilakukan setiap 2 minggu selama 3 bulan terhadap sampel yang disimpan pada suhu kamar. Sementara uji efek lotion terhadap kulit dilakukan dengan cara dioleskan pada bagian belakang telinga kemudian dibiarkan terbuka selama 12 jam dan dilihat perubahan yang terjadi berupa iritasi dan gatal pada kulit (7). Penentuan tipe emulsi dilakukan dengan metode pengujian daya hantar listrik menggunakan multimeter tester. Lotion dimasukkan dalam gelas kimia, kemudian dimasukkan ujung kabel multimeter yang telah diaktifkan kedalam lotion. Diamati gerakan jarum pada skala, bila jarum memberikan simpangan maka tipe emulsi adalah m/a. Bila tidak memberikan simpangan
  • 3. Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 5 No. 4 Juli 2011: 172-179 174 tipe emulsi adalah a/m. Penentuan tipe emulsi ini dilakukan setiap 2 minggu selama 3 bulan. Sementar penentuan homogenitas dilakukan dengan cara sejumlah tertentu lotion dioleskan pada kaca yang transparan. Lotion yang dioleskan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butir-butir kasar (8). Tabel 1. Formula Lotion Repellent Nyamuk Bagian Lotion A B C Bahan Komposisi (b/v) I DEET 1% 3% 5% Setil alkohol 0,5% 0,5% 0,5% Asam stearat 3% 3% 3% Lanolin 1% 1% 1% Ekstrak metanol 5% 5% 5% II Gliserin 2% 2% 2% Metil Paraben 0,1% 0,1% 0,1% Trietanolamin 0,75% 0,75% 0,75% Aquades 86,65% 84,65% 82,65% Bioindikator nyamuk A. aegypti dibiakkan dengan mengambil larva nyamuk betina yang terdapat di bak penampungan air kemudian dipindahkan kedalam wadah terbuka yang berisi air bersih. Larva diberi makan dengan campuran biskuit anjing dan serbuk jamur (ragi) dengan perbandingan 3:1. Larva nyamuk yang sudah jadi pupa kemudian dimasukkan kedalam kurungan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Pupa dibiarkan berkembang menjadi nyamuk dan siap untuk dikembangbiakkan. Setelah nyamuk dewasa diberi larutan sukrosa 10% dan diberi darah dari tikus yang ditempatkan dalam kurungan nyamuk sebagai protein untuk pematangan telur pada nyamuk betina (9). Pengujian aktifitas repellent nyamuk Pengujian repellent nyamuk dilakukan terhadap tiga orang relawan yang relatif memiliki kesamaan usia, warna kulit, golongan darah, dan jenis kelamin. Nyamuk dewasa betina diletakkan pada kurungan (45 cm x 38 cm x 38 cm). Sebelum pengujian, kulit dari relawan dicuci untuk menghilangkan kotoran dan bau dari tangan relawan, kemudian lotion kombinasi untuk pengujian diusapkan mulai dari siku hingga ujung jari. Setelah pemakaian lotion, tangan tidak boleh digosok, dijamah atau dibasahi. Tangan yang satu lagi dioleskan dengan kontrol blanko, yaitu semua bahan lotion kecuali ekstrak V. trifolia dan DEET. Kedua tangan relawan dimasukkan dalam kurungan nyamuk untuk pengujian (10). Setiap pengujian aktifitas daya repellent nyamuk diulangi sebanyak tiga kali dengan relawan yang berbeda guna mempertinggi keakuratan data. Karakterisasi ekstrak metanol V. trifolia dilakukan dengan cara membandingkan fragmentasi kromatogram sampel yang direkam alat kromatografi gas spektroskopi massa (KG-SM) dibandingkan dengan spektrum senyawa standar yang terdapat dalam data National Institute Standart of Technology (NIST)-62 menggunakan perangkat lunak Wiley- 229, PESTICD Library.
  • 4. Aktifitas repellent nyamuk kombinasi ekstrak Vitex trifolia L. dan DEET (Mustanir, Marianne, Ikhsan Harifsyah) 175 Persentase daya tolak efektif (effective repellency) ditentukan dengan menggunakan persamaan (1). ……… …(1) Keterangan : ER = Persen tolak daya efektif NC = Jumlah nyamuk pada kontrol NT = Jumlah nyamuk pada perlakuan (11). HASIL DAN PEMBAHASAN Ekstraksi 3.000 g batang V. trifolia menggunakan pelarut metanol menghasilkan ekstrak metanol sebesar 43,6 g (1,45 % b/v), ekstrak metanol ini difraksinasi dengan n-heksana menghasilkan ektrak n-heksana sebesar 12,0 g (0,40 % b/v), residu dari ekstrak n-heksana difraksinasi lagi dengan etil asetat menghasilkan 12,40 g (0,41% b/v) ekstrak etil asetat. Persen yield ekstrak metanol lebih besar dari ekstrak n-heksana dan etil asetat karena ekstraksi dengan mengunakan pelarut metanol yang bersifat sangat polar memecah dinding sel tumbuhan sehingga komponen metabolit yang terkandung terekstrak hampir semua, ekstrak n-heksana dan etil asetat lebih sedikit dari ekstrak metanol karena pelarut n-heksana yang bersifat nonpolar akan mengekstrak senyawa yang bersifat nonpolar dan etil asetat yang bersifat semipolar mengekstrak komponen senyawa yang semi polar. Ekstrak methanol batang V. trifolia mempunyai ciri-ciri yaitu: warna ekstrak coklat, berbentuk seperti pasta dan tidak berbau. Ekstrak dibuat tiga jenis lotion dengan mengacu pada komposisi lotion pada Tabel 1; lotion A, B, dan C dengan kandungan DEET masing- masing 1, 3, dan 5% DEET. 4 4,5 5 5,5 6 6,5 7 7,5 8 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 pH Minggu pH Losion Kombinasi pH Losion A pH Losion B pH Losion C Gambar 1. Grafik kestabilan pH dari lotion kombinasi Guna menjamin keamanan produk saat dipakai maka dilakukan uji keasaman. Tingkat keasaman lotion selama tiga bulan pengukuran dapat dilihat pada Gambar 1, dapat dilihat bahwa masing-masing formulasi lotion mempunyai pH yang relatif stabil yaitu antara 6,5-6,8. Tingkat keasaman dengan nilai pH dari lotion tersebut berada pada pH fisiologis kulit normal
  • 5. Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 5 No. 4 Juli 2011: 172-179 176 yaitu antara 4,5 sampai dengan 7, sehingga aman digunakan pada kulit. Formula lotion di atas dapat diaplikasikan sebagai lotion repellent nyamuk. Sementara uji fisik efek pH dari lotion terhadap kulit dilakukan terhadap tiga orang relawan dengan cara mengoleskan lotion pada bagian belakang telinga. Setelah dibiarkan selama 12 jam dari ketiga relawan tidak ditemukan adanya iritasi dan gatal-gatal akibat pengaruh keasaman dari lotion. Penentuan tipe emulsi lotion dilakukan dengan menggunakan alat multimeter tester dan didapatkan multimeter memberikan simpangan antara 12-17 Ampere, mengindikasikan adanya daya hantar listrik oleh lotion. Adanya daya hantar listrik dapat disimpulkan bahwa emulsi yang terbentuk adalah minyak dalam air (m/a), air sebagai fase luar dan minyak fase dalamnya. (12). Tipe m/a untuk suatu lotion cukup ideal agar tidak menyebabkan kulit menjadi berminyak saat lotion diaplikasikan sehingga berpotensi mudahnya berkembang mikroorganisme, disamping juga mengakibatkan mudahnya pakaian menjadi kotor. Hasil pemeriksaan kestabilan dari lotion metanol dilakukan setiap dua minggu selama tiga bulan memperlihatkan sediaan lotion yang dioleskan pada kaca transparan tetap homogen dan tidak terlihat adanya butiran-butiran kasar serta lotion terdispersi secara merata di atas kaca uji (8). Disamping itu juga didapatkan bahwa tidak terjadi perubahan pada lotion tersebut, baik dalam hal fase, warna, dan bau pada masing-masing formula lotion kombinasi. Uji sifat daya repellent efektif terhadap nyamuk Aedes aegypti Berdasarkan hasil penelitian uji daya repellent efektif terhadap nyamuk yang dilakukan sampai didapatkannya hinggapan pertama dari lotion kombinasi, dengan mengunakan persamaan (1) maka dihasilkan seperti pada Tabel 2. Tabel 2. Jumlah rata-rata hinggapan nyamuk untuk lotion kombinasi ekstrak metanol dengan DEET. Lotion Jumlah hinggapan nyamuk (ekor) ER(%)Sampel Kontrol (-) kontrol (+) A 4 23 0 78,8 B 6 23 0 83,9 C 6 20 0 84,3 Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa sekalipun tidak signifikan, lotion C menunjukkan daya menolak nyamuk yang paling baik, dengan ER 84,3%, dibandingkan lotion A dan B masing- masing hanya memberikan ER sebesar 78,8 dan 83,9%. Nilai ER yang dihasilkan relatif sama sekalipun penambahan DEET dilakukan 1, 3, dan 5%. Sementara uji daya tolak efektif terhadap nyamuk yang dilakukan terhadap lotion ekstrak metanol dengan konsentrasi 5% tanpa penambahan DEET memberikan nilai ER sebesar 59,3%. Jadi penambahan 1, 3, dan 5% b/v DEET mampu meningkatkan ER masing-masing sebesar 19, 25 dan 25%. Hal ini menunjukkan peningkatan nilai ER yang sangat besar, sehingga diperkirakan bahwa senyawa aktif dari V. trifolia berkerja secara sinergis dengan DEET. Penambahan senyawa DEET dalam jumlah yang seminimal mungkin, dikombinasi dengan ekstrak
  • 6. Aktifitas repellent nyamuk kombinasi ekstrak Vitex trifolia L. dan DEET (Mustanir, Marianne, Ikhsan Harifsyah) 177 V. trifolia mampu meningkatkan daya tolak efektif terhadap nyamuk dalam jumlah cukup signifikan, sehingga memberi peluang bagi pengurangan kadar kandungan DEET dalam lotion yang dijual bebas disubstitusi dengan ekstrak V. trifolia yang relatif lebih aman untuk diaplikasikan pada manusia. Lotion repellent nyamuk di pasaran mengandung DEET lebih dari 13%. Padahal penggunaan DEET, yang merupakan bahan korosif, dalam konsentrasi tinggi dan aplikasi berulangkali harus dihindari karena dapat menimbulkan berbagai efek yang membahayakan manusia (5). Uji daya tolak efektif nyamuk juga dilakukan terhadap lotion ekstrak metanol V. trifolia dengan konsentrasi 10 dan 20% tanpa penambahan DEET. Hasil pengujian didapatkan efek menolak nyamuk dengan nilai ER masing-masing 77,3 dan 80,2% untuk 10 dan 20% ekstrak metanol V. trifolia. Bila nilai daya tolak efektif ini dibandingkan dengan lotion dengan konsentrasi ekstrak 5% yang ditambah DEET 1% bisa memberikan nilai ER sampai 78,8%. Hal ini dikarenakan pengaruh dari ekstrak V. trifolia yang bersifat menolak nyamuk dan disinergikan dengan penambahan senyawa DEET yang sudah terbukti efektif menolak nyamuk (4). Penelusuran senyawa kimia dengan mengunakan KG-SM terhadap ekstrak V. trifolia dihasilkan senyawa antara lain: dodekanamida, N,N-bis(2- hidroksietil), asam miristat, metil heksadekanoat, asam palmitat, asam 9-oktadekanoat, metil ester, asam heksadekanoat, 2-hidroksi-1- (hidroksimetil) etil ester, flavon-4-OH, 5-OH, 7-di-O-glukosida, asam heksadekanoat, 1-(hidroksimetil)-1,2- etanedil ester, cis-13-oktadesenal, dan asam 9-oktadekanoat. Sifat repellent yang dihasilkan oleh ekstrak metanol V. trifolia kemungkinan disebabkan karena dalam ekstrak metanol V. trifolia terdapat senyawa- senyawa aktif seperti dodekanamida dan N,N-bis (2-hidroksietil). Struktur senyawa ini mirip dengan senyawa DEET, dan penambahan DEET akan memperkuat sifat daya tolak dari lotion kombinasi tersebut. Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa terjadi perbedaan waktu proteksi yang signifikan pada lotion A dengan waktu proteksi hanya 9,2 menit, sementara lotion B mempunyai waktu proteksi sampai 136,7 menit, dan lotion C dengan waktu proteksi 169 menit. Tabel 3. Rekapitulasi jenis lotion dengan aktivitas daya repellent nyamuk dan waktu proteksi No. Lotion ER (%) Waktu Proteksi (Menit) 1 A 78,8 9,2 2 B 83,9 116,3 3 C 84,3 169 Peningkatan waktu proteksi disebabkan pengaruh penambahan DEET, dengan penambahan DEET kedalam lotion dapat meningkatkan waktu proteksi dari lotion tersebut. Sebagai perbandingan bahwa kadar DEET 30% memberikan waktu proteksi selama 6 jam, kadar 15% memberikan waktu proteksi selama 5 jam, kadar 10% memberikan waktu proteksi selama 3 jam, dan kadar 5% memberikan waktu proteksi selama 2 jam (13). Lotion C yang merupakan kombinasi 5% ekstrak metanol V. trifolia dengan 5% DEET mampu
  • 7. Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 5 No. 4 Juli 2011: 172-179 178 memberikan waktu proteksi 2 jam dan 49 menit. Perbedaan konsentrasi DEET antara lotion A, B dan C tidak menyebabkan meningkatnya ER secara signifikan, namun berbeda nyata dalam kemampuan meningkatkan waktu proteksi. Hal ini menguatkan penelitian Fradin (14) yang menyimpulkan bahwa peningkatan konsentrasi DEET tidak meningkatkan kemampuan proteksi namun hanya memperpanjang waktu proteksi. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Lotion dari kombinasi ekstrak metanol V. trifolia dengan DEET efektif menolak nyamuk dengan memberikan ER masing-masing sebesar 78,8; 83,9; dan 84,3% untuk konsentrasi ektrak metanol V. trifolia 5% dengan penambahan DEET sebesar 1, 3 dan 5 %. 2. Lotion kombinasi yang dihasilkan berwarna coklat, tidak berbau, dan pH rata-rata 6,7. Lotion ini tidak merusak kulit, tipe emulsi adalah m/a (minyak dalam air), homogen dan stabil selama 3 bulan pengamatan. 3. Lama waktu proteksi rata-rata dari lotion kombinasi 5% ekstrak metanol dengan 1; 3 dan 5% b/v DEET berturut-turut adalah 9,16; 116,25 dan 169 menit. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih disampaikan kepada Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (P3M), Direktorat Pendidikan Tinggi, Kementrian Pendidikan Nasional RI melalui dana penelitian sesuai dengan surat perjanjian pelaksanaan Insentif Riset Unggulan Strategis Nasional No. Kontrak 096/H11-P2T/A.01/2009, tanggal 27 Februari 2009 sehingga terlaksananya penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA 1. Mustanir, Nasution R. Isolasi senyawa bioaktif repellent nyamuk dari ekstrak aseton batang tumbuhan Legundi (Vitex Trivolia). Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat 2008; 19(2): 174-179. 2. Mustanir, Nasution R, Bachtiar T. Senyawa bioaktif penolak (repellent) nyamuk dari ekstrak n-heksana dan metanol kulit batang Vitex Trifolia dalam formula lotion. Prosiding Seminar Nasional MIPANet 13-14 Agustus 2009. Bali; 2009. 3. Al-Sagaff I, Sammar A, Shahid A, Rehana Z, Fouzia E. Toxic effects of diethyltoluamide and dimethylphthalate creams as mosquito repellents on rabbits skin, Journal of Anatomical Society of India 2001; 50(2): 148-152. 4. Bell JW, Veltri JC, Page BC. Human exposures to N,N-diethyl-m-toluamide insect repellents reported to the American Association of Poison Control Centers 1993-1997. Int J Toxicol 2002; 21: 341-352. 5. Tjahyadi S. Daya repelen beberapa minyak esensial dan DEET terhadap Culex. JKM 2008; 7(2): 181-186. 6. Balsam MS, Sagarin E. Cosmetic Science and Technology. 2 nd edition. New York: John Wiley and Sons; 1972. 7. Wasitaatmadja SM. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia; 1997. 8. Badan Standar Nasional. Standar Nasional Indonesia (SNI) Repellent Nyamuk, Lotion dan Repellent Nyamuk Gel. Jakarta: Badan Standar Nasional; 2006. 9. Rajkumar S, Jebanesan A. Ovicidal activity of Solanum tricobatum Linn. (Solanaceae) leaf extract against Culex quinquefasciatus Say. and Culex Tritaeni or Hynchus Gile (Deptera: Celicidae). International Journal of Tropical Insect Science 2004; 24(4): 340-342. 10. Harold SH. Method of Testing Chemical Insects. Volume II. London: Burgess Publishing Company; 1960.
  • 8. Aktifitas repellent nyamuk kombinasi ekstrak Vitex trifolia L. dan DEET (Mustanir, Marianne, Ikhsan Harifsyah) 179 11. Xue RD, Barnard DR, Ali A. Laboratory evaluation of 21 insect repellents as larvasides and oviposition deterrents of Aedes albopictus (Diptera: Culicidae). Journal of the American Mosquito Control Association 2006; 22(1), 126-130. 12. Voigt R. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi Kelima. Yogyakarta: UGM; 1994. 13. Katz TM, Miller JH, Hebert AA. Insect repellents: historical persectives and new developments. J. Am. Acad. Dermatol 2008; 58(5): 865-871. 14. Fradin MS, Day JF. Comparative efficacy of insect repellents against mosquito bites. N Engl J Med 2002; 347: 13-18.