Ringkasan singkat dari dokumen tersebut adalah:
1. Penelitian menguji aktivitas repellent nyamuk dari lotion kombinasi ekstrak batang Vitex trifolia dan DEET terhadap nyamuk Aedes aegypti.
2. Hasilnya menunjukkan bahwa lotion kombinasi memberikan perlindungan hingga 169 menit dengan daya tolak efektif mencapai 84,3% untuk formula yang mengandung 5% ekstrak dan 5% DEET.
3. Lotion kombinasi
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
53 101-1-sm
1. Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 5 No. 4 Juli 2011: 172-179
172
AKTIFITAS REPELLENT NYAMUK LOTION
KOMBINASI EKSTRAK BATANG Vitex trifolia L. DAN
N,N-DIETIL-META-TOLUAMIDA
Mustanir1
, Marianne2
, Ikhsan Harifsyah1
1
Jurusan Kimia FMIPA Unsyiah, 2
Dept.Farmakologi Fakultas Farmasi USU
Korespondensi: Dr. Mustanir, M.Sc.
Jurusan Kimia FMIPA Unsyiah, Darussalam, Banda Aceh, 23111,
email: mustanir_yahya@yahoo.com
ABSTRACT
Study on repellency of Vitex trivolia stem bark combined with DEET in the lotion formula to
mosquitoes have been done. Extract of V. trifolia was combined with DEET to produce the
lotion. The combined lotion is brown, no odor, with pH of 6,7. This lotions are not irritated,
gaves emulsion type of o/w (oil in water) and homogenous, stable during 3 months
observation. The effective repellency to Aedes aegypti mosquitoes of combined lotions are
78.8, 83.9 and 84.3% for 5% methanol with 1, 3 and 5% b/v of DEET, respectively. The time
protection of the combined lotions are 9.2, 116.3 and 169.0 minutes.
Keywords: lotion, mosquito repellent, DEET, Vitex trifolia.
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian uji aktifitas repellent nyamuk dari lotion kombinasi ekstrak
metanol batang Vitex trifolia L. dan DEET. Hasil ekstrak batang V. trifolia dikombinasikan
dengan DEET dibuat dalam bentuk lotion. Lotion kombinasi ini berwarna coklat, tidak
berbau, pH rata-rata 6,7. Lotion ini tidak merusak kulit, mempunyai tipe emulsi m/a (minyak
dalam air) dan merupakan sediaan yang homogen, sangat stabil selama 3 bulan masa
pengamatan. Hasil uji daya tolak efektif lotion terhadap nyamuk Aedes aegypti, masing-
masing 78,8 ; 83,9; dan 84,3% untuk lotion kombinasi 5% ekstrak metanol dengan 1%
DEET, 5% ekstrak metanol dengan 3% DEET dan 5% ekstrak dengan 5% DEET.
Sementara lama proteksi rata-rata dari lotion kombinasi tersebut secara berurutan adalah
9,2; 116,3; dan 169,0 menit.
Kata kunci: lotion, repellent nyamuk, DEET, Vitex trifolia
PENDAHULUAN
Nyamuk merupakan vektor dari
beberapa penyakit seperti filariasis,
malaria, chikungunya, dan demam
berdarah dengue (DBD). Banyaknya
korban dan penyakit yang disebabkan
oleh nyamuk menuntut berbagai pihak
untuk dapat mencegah dari gigitan
nyamuk. Salah satu cara yang dapat
dilakukan adalah dengan membuat zat
penolak (repellent) nyamuk, namun
repellent yang yang tersedia di pasaran
saat ini banyak mengandung bahan
kimia sintetis. Mempertimbangkan
dampak negatif yang ditimbulkan
repellent sintesis, mendorong para
ilmuwan mencari antinyamuk alternatif
yang tidak membahayakan yaitu yang
bersumber dari tanaman.
2. Aktifitas repellent nyamuk kombinasi ekstrak Vitex trifolia L. dan DEET
(Mustanir, Marianne, Ikhsan Harifsyah)
173
Berdasarkan penelitian terdahulu
(1) didapatkan bahwa ekstrak V. trifolia
aktif sebagai repellent nyamuk,
sementara ekstrak V. trifolia dalam
formula lotion dapat memproteksi
terhadap nyamuk selama 2 jam dengan
daya tolak efektif (effective repellency,
ER) sebesar 60–80% (2). Akan tetapi
waktu perlindungan yang didapatkan
masih relatif sangat singkat, sementara
pemakaian repellent nyamuk
diharapkan bisa melindungi selama
satu malam, atau pada saat berada di
luar rumah umumnya lebih dari dua
jam.
Repellent yang yang beredar di
pasaran mengandung bahan sintetis
N,N-dietil-meta-toluamida (DEET) lebih
dari 13%, seperti yang tertulis pada
etiket dari produk repellent yang
dipasarankan. Padahal DEET dapat
terserap dalam tubuh, dan pengunaan
DEET dalam dosis tinggi atau aplikasi
yang berulangkali dapat menyebabkan
gangguan sensorik dan motorik,
neurodegenerasi, dan keracunan
sistemik (3-5). Berdasarkan hal
tersebut di atas, maka dilakukan
penelitian terhadap lotion ekstrak
metanol tumbuhan V. trifolia yang
dikombinasikan dengan DEET dalam
jumlah minimum dengan variasi
konsentrasi 1, 3, dan 5%. Sediaan
dalam bentuk lotion mempunyai
keunggulan yaitu murah, mudah
digunakan, dapat digunakan di dalam
maupun di luar rumah.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan pada bulan
April 2009 sampai bulan Maret 2010.
Sampel yang digunakan adalah batang
tumbuhan legundi (V. trifolia) yang
diambil di sekitar Darussalam, Banda
Aceh. Bioindikator yang digunakan
adalah nyamuk Aedes aegypti yang
dibiakkan terlebih dahulu. Adapun tiga
orang relawan yang terlibat dalam uji
repellent nyamuk efektif adalah mereka
yang relatif memiliki kesamaan.
Batang V. trifolia yang sudah
ditumbuk halus dimaserasi dengan
metanol selama 2x24 jam dan disaring,
filtratnya dipekatkan dengan rotary
evaporator. Lotion dibuat
menggunakan komposisi sebagaimana
tercantum dalam Tabel 1.
Lotion dibuat dengan cara; bahan-
bahan bagian I dimasukkan ke dalam
cawan porselen, dilebur di atas
penangas air hingga suhu 700
C. Bagian
II, kecuali gliserin dilarutkan dalam
aquades panas. Kemudian bagian II
dimasukkan ke dalam lumpang
porselen panas, lalu ditambahkan
bagian I kedalam bagian II dengan
pengadukan yang konstan sampai
suhu turun. Pada suhu 450
C
ditambahkan ekstrak metanol dari
batang V. trifolia yang dicampurkan
dengan gliserin sambil diaduk sampai
homogen, selanjutnya dimasukkan ke
dalam wadah yang sesuai (6).
Pemeriksaan kestabilan meliputi
pengamatan terhadap warna, bau, dan
pH dari lotion ekstrak metanol dari
batang V. trifolia yang dilakukan oleh
beberapa orang dan dibandingkan
dengan standar. Pemeriksaan ini
dilakukan setiap 2 minggu selama 3
bulan terhadap sampel yang disimpan
pada suhu kamar. Sementara uji efek
lotion terhadap kulit dilakukan dengan
cara dioleskan pada bagian belakang
telinga kemudian dibiarkan terbuka
selama 12 jam dan dilihat perubahan
yang terjadi berupa iritasi dan gatal
pada kulit (7).
Penentuan tipe emulsi dilakukan
dengan metode pengujian daya hantar
listrik menggunakan multimeter tester.
Lotion dimasukkan dalam gelas kimia,
kemudian dimasukkan ujung kabel
multimeter yang telah diaktifkan
kedalam lotion. Diamati gerakan jarum
pada skala, bila jarum memberikan
simpangan maka tipe emulsi adalah
m/a. Bila tidak memberikan simpangan
3. Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 5 No. 4 Juli 2011: 172-179
174
tipe emulsi adalah a/m. Penentuan tipe
emulsi ini dilakukan setiap 2 minggu
selama 3 bulan. Sementar penentuan
homogenitas dilakukan dengan cara
sejumlah tertentu lotion dioleskan pada
kaca yang transparan. Lotion yang
dioleskan harus menunjukkan susunan
yang homogen dan tidak terlihat
adanya butir-butir kasar (8).
Tabel 1. Formula Lotion Repellent Nyamuk
Bagian
Lotion A B C
Bahan Komposisi (b/v)
I
DEET 1% 3% 5%
Setil alkohol 0,5% 0,5% 0,5%
Asam stearat 3% 3% 3%
Lanolin 1% 1% 1%
Ekstrak metanol 5% 5% 5%
II
Gliserin 2% 2% 2%
Metil Paraben 0,1% 0,1% 0,1%
Trietanolamin 0,75% 0,75% 0,75%
Aquades 86,65% 84,65% 82,65%
Bioindikator nyamuk A. aegypti
dibiakkan dengan mengambil larva
nyamuk betina yang terdapat di bak
penampungan air kemudian
dipindahkan kedalam wadah terbuka
yang berisi air bersih. Larva diberi
makan dengan campuran biskuit anjing
dan serbuk jamur (ragi) dengan
perbandingan 3:1. Larva nyamuk yang
sudah jadi pupa kemudian dimasukkan
kedalam kurungan yang telah
dipersiapkan sebelumnya. Pupa
dibiarkan berkembang menjadi nyamuk
dan siap untuk dikembangbiakkan.
Setelah nyamuk dewasa diberi larutan
sukrosa 10% dan diberi darah dari tikus
yang ditempatkan dalam kurungan
nyamuk sebagai protein untuk
pematangan telur pada nyamuk betina
(9).
Pengujian aktifitas repellent nyamuk
Pengujian repellent nyamuk
dilakukan terhadap tiga orang relawan
yang relatif memiliki kesamaan usia,
warna kulit, golongan darah, dan jenis
kelamin. Nyamuk dewasa betina
diletakkan pada kurungan (45 cm x 38
cm x 38 cm). Sebelum pengujian, kulit
dari relawan dicuci untuk
menghilangkan kotoran dan bau dari
tangan relawan, kemudian lotion
kombinasi untuk pengujian diusapkan
mulai dari siku hingga ujung jari.
Setelah pemakaian lotion, tangan tidak
boleh digosok, dijamah atau dibasahi.
Tangan yang satu lagi dioleskan
dengan kontrol blanko, yaitu semua
bahan lotion kecuali ekstrak V. trifolia
dan DEET. Kedua tangan relawan
dimasukkan dalam kurungan nyamuk
untuk pengujian (10). Setiap pengujian
aktifitas daya repellent nyamuk diulangi
sebanyak tiga kali dengan relawan
yang berbeda guna mempertinggi
keakuratan data.
Karakterisasi ekstrak metanol V.
trifolia dilakukan dengan cara
membandingkan fragmentasi
kromatogram sampel yang direkam alat
kromatografi gas spektroskopi massa
(KG-SM) dibandingkan dengan
spektrum senyawa standar yang
terdapat dalam data National Institute
Standart of Technology (NIST)-62
menggunakan perangkat lunak Wiley-
229, PESTICD Library.
4. Aktifitas repellent nyamuk kombinasi ekstrak Vitex trifolia L. dan DEET
(Mustanir, Marianne, Ikhsan Harifsyah)
175
Persentase daya tolak efektif
(effective repellency) ditentukan
dengan menggunakan persamaan (1).
………
…(1)
Keterangan :
ER = Persen tolak daya efektif
NC = Jumlah nyamuk pada kontrol
NT = Jumlah nyamuk pada perlakuan
(11).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Ekstraksi 3.000 g batang V. trifolia
menggunakan pelarut metanol
menghasilkan ekstrak metanol sebesar
43,6 g (1,45 % b/v), ekstrak metanol ini
difraksinasi dengan n-heksana
menghasilkan ektrak n-heksana
sebesar 12,0 g (0,40 % b/v), residu
dari ekstrak n-heksana difraksinasi lagi
dengan etil asetat menghasilkan 12,40
g (0,41% b/v) ekstrak etil asetat.
Persen yield ekstrak metanol lebih
besar dari ekstrak n-heksana dan etil
asetat karena ekstraksi dengan
mengunakan pelarut metanol yang
bersifat sangat polar memecah dinding
sel tumbuhan sehingga komponen
metabolit yang terkandung terekstrak
hampir semua, ekstrak n-heksana dan
etil asetat lebih sedikit dari ekstrak
metanol karena pelarut n-heksana yang
bersifat nonpolar akan mengekstrak
senyawa yang bersifat nonpolar dan etil
asetat yang bersifat semipolar
mengekstrak komponen senyawa yang
semi polar.
Ekstrak methanol batang V. trifolia
mempunyai ciri-ciri yaitu: warna ekstrak
coklat, berbentuk seperti pasta dan
tidak berbau. Ekstrak dibuat tiga jenis
lotion dengan mengacu pada komposisi
lotion pada Tabel 1; lotion A, B, dan C
dengan kandungan DEET masing-
masing 1, 3, dan 5% DEET.
4
4,5
5
5,5
6
6,5
7
7,5
8
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
pH
Minggu
pH Losion Kombinasi
pH Losion A
pH Losion B
pH Losion C
Gambar 1. Grafik kestabilan pH dari lotion kombinasi
Guna menjamin keamanan produk
saat dipakai maka dilakukan uji
keasaman. Tingkat keasaman lotion
selama tiga bulan pengukuran dapat
dilihat pada Gambar 1, dapat dilihat
bahwa masing-masing formulasi lotion
mempunyai pH yang relatif stabil yaitu
antara 6,5-6,8. Tingkat keasaman
dengan nilai pH dari lotion tersebut
berada pada pH fisiologis kulit normal
5. Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 5 No. 4 Juli 2011: 172-179
176
yaitu antara 4,5 sampai dengan 7,
sehingga aman digunakan pada kulit.
Formula lotion di atas dapat
diaplikasikan sebagai lotion repellent
nyamuk. Sementara uji fisik efek pH
dari lotion terhadap kulit dilakukan
terhadap tiga orang relawan
dengan cara mengoleskan lotion pada
bagian belakang telinga. Setelah
dibiarkan selama 12 jam dari ketiga
relawan tidak ditemukan adanya iritasi
dan gatal-gatal akibat pengaruh
keasaman dari lotion.
Penentuan tipe emulsi lotion
dilakukan dengan menggunakan alat
multimeter tester dan didapatkan
multimeter memberikan simpangan
antara 12-17 Ampere, mengindikasikan
adanya daya hantar listrik oleh lotion.
Adanya daya hantar listrik dapat
disimpulkan bahwa emulsi yang
terbentuk adalah minyak dalam air
(m/a), air sebagai fase luar dan minyak
fase dalamnya. (12). Tipe m/a untuk
suatu lotion cukup ideal agar tidak
menyebabkan kulit menjadi berminyak
saat lotion diaplikasikan sehingga
berpotensi mudahnya berkembang
mikroorganisme, disamping juga
mengakibatkan mudahnya pakaian
menjadi kotor.
Hasil pemeriksaan kestabilan dari
lotion metanol dilakukan setiap dua
minggu selama tiga bulan
memperlihatkan sediaan lotion yang
dioleskan pada kaca transparan tetap
homogen dan tidak terlihat adanya
butiran-butiran kasar serta lotion
terdispersi secara merata di atas kaca
uji (8). Disamping itu juga didapatkan
bahwa tidak terjadi perubahan pada
lotion tersebut, baik dalam hal fase,
warna, dan bau pada masing-masing
formula lotion kombinasi.
Uji sifat daya repellent efektif
terhadap nyamuk Aedes aegypti
Berdasarkan hasil penelitian uji daya
repellent efektif terhadap nyamuk yang
dilakukan sampai didapatkannya
hinggapan pertama dari lotion
kombinasi, dengan mengunakan
persamaan (1) maka dihasilkan seperti
pada Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah rata-rata hinggapan nyamuk untuk lotion kombinasi ekstrak
metanol dengan DEET.
Lotion
Jumlah hinggapan nyamuk (ekor)
ER(%)Sampel Kontrol (-) kontrol (+)
A 4 23 0 78,8
B 6 23 0 83,9
C 6 20 0 84,3
Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat
bahwa sekalipun tidak signifikan, lotion
C menunjukkan daya menolak nyamuk
yang paling baik, dengan ER 84,3%,
dibandingkan lotion A dan B masing-
masing hanya memberikan ER sebesar
78,8 dan 83,9%. Nilai ER yang
dihasilkan relatif sama sekalipun
penambahan DEET dilakukan 1, 3, dan
5%. Sementara uji daya tolak efektif
terhadap nyamuk yang dilakukan
terhadap lotion ekstrak metanol dengan
konsentrasi 5% tanpa penambahan
DEET memberikan nilai ER sebesar
59,3%. Jadi penambahan 1, 3, dan 5%
b/v DEET mampu meningkatkan ER
masing-masing sebesar 19, 25 dan
25%. Hal ini menunjukkan peningkatan
nilai ER yang sangat besar, sehingga
diperkirakan bahwa senyawa aktif dari
V. trifolia berkerja secara sinergis
dengan DEET. Penambahan senyawa
DEET dalam jumlah yang seminimal
mungkin, dikombinasi dengan ekstrak
6. Aktifitas repellent nyamuk kombinasi ekstrak Vitex trifolia L. dan DEET
(Mustanir, Marianne, Ikhsan Harifsyah)
177
V. trifolia mampu meningkatkan daya
tolak efektif terhadap nyamuk dalam
jumlah cukup signifikan, sehingga
memberi peluang bagi pengurangan
kadar kandungan DEET dalam lotion
yang dijual bebas disubstitusi dengan
ekstrak V. trifolia yang relatif lebih
aman untuk diaplikasikan pada
manusia. Lotion repellent nyamuk di
pasaran mengandung DEET lebih dari
13%. Padahal penggunaan DEET,
yang merupakan bahan korosif, dalam
konsentrasi tinggi dan aplikasi
berulangkali harus dihindari karena
dapat menimbulkan berbagai efek yang
membahayakan manusia (5).
Uji daya tolak efektif nyamuk juga
dilakukan terhadap lotion ekstrak
metanol V. trifolia dengan konsentrasi
10 dan 20% tanpa penambahan DEET.
Hasil pengujian didapatkan efek
menolak nyamuk dengan nilai ER
masing-masing 77,3 dan 80,2% untuk
10 dan 20% ekstrak metanol V. trifolia.
Bila nilai daya tolak efektif ini
dibandingkan dengan lotion dengan
konsentrasi ekstrak 5% yang ditambah
DEET 1% bisa memberikan nilai ER
sampai 78,8%. Hal ini dikarenakan
pengaruh dari ekstrak V. trifolia yang
bersifat menolak nyamuk dan
disinergikan dengan penambahan
senyawa DEET yang sudah terbukti
efektif menolak nyamuk (4).
Penelusuran senyawa kimia dengan
mengunakan KG-SM terhadap ekstrak
V. trifolia dihasilkan senyawa antara
lain: dodekanamida, N,N-bis(2-
hidroksietil), asam miristat, metil
heksadekanoat, asam palmitat, asam
9-oktadekanoat, metil ester, asam
heksadekanoat, 2-hidroksi-1-
(hidroksimetil) etil ester, flavon-4-OH,
5-OH, 7-di-O-glukosida, asam
heksadekanoat, 1-(hidroksimetil)-1,2-
etanedil ester, cis-13-oktadesenal, dan
asam 9-oktadekanoat.
Sifat repellent yang dihasilkan oleh
ekstrak metanol V. trifolia kemungkinan
disebabkan karena dalam ekstrak
metanol V. trifolia terdapat senyawa-
senyawa aktif seperti dodekanamida
dan N,N-bis (2-hidroksietil). Struktur
senyawa ini mirip dengan senyawa
DEET, dan penambahan DEET akan
memperkuat sifat daya tolak dari lotion
kombinasi tersebut.
Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat
bahwa terjadi perbedaan waktu
proteksi yang signifikan pada lotion A
dengan waktu proteksi hanya 9,2
menit, sementara lotion B mempunyai
waktu proteksi sampai 136,7 menit, dan
lotion C dengan waktu proteksi 169
menit.
Tabel 3. Rekapitulasi jenis lotion dengan aktivitas daya repellent nyamuk
dan waktu proteksi
No. Lotion ER (%) Waktu Proteksi (Menit)
1 A 78,8 9,2
2 B 83,9 116,3
3 C 84,3 169
Peningkatan waktu proteksi
disebabkan pengaruh penambahan
DEET, dengan penambahan DEET
kedalam lotion dapat meningkatkan
waktu proteksi dari lotion tersebut.
Sebagai perbandingan bahwa kadar
DEET 30% memberikan waktu proteksi
selama 6 jam, kadar 15% memberikan
waktu proteksi selama 5 jam, kadar
10% memberikan waktu proteksi
selama 3 jam, dan kadar 5%
memberikan waktu proteksi selama 2
jam (13). Lotion C yang merupakan
kombinasi 5% ekstrak metanol V.
trifolia dengan 5% DEET mampu
7. Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 5 No. 4 Juli 2011: 172-179
178
memberikan waktu proteksi 2 jam dan
49 menit.
Perbedaan konsentrasi DEET antara
lotion A, B dan C tidak menyebabkan
meningkatnya ER secara signifikan,
namun berbeda nyata dalam
kemampuan meningkatkan waktu
proteksi. Hal ini menguatkan penelitian
Fradin (14) yang menyimpulkan bahwa
peningkatan konsentrasi DEET tidak
meningkatkan kemampuan proteksi
namun hanya memperpanjang waktu
proteksi.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Lotion dari kombinasi ekstrak
metanol V. trifolia dengan DEET
efektif menolak nyamuk dengan
memberikan ER masing-masing
sebesar 78,8; 83,9; dan 84,3%
untuk konsentrasi ektrak metanol
V. trifolia 5% dengan penambahan
DEET sebesar 1, 3 dan 5 %.
2. Lotion kombinasi yang dihasilkan
berwarna coklat, tidak berbau, dan
pH rata-rata 6,7. Lotion ini tidak
merusak kulit, tipe emulsi adalah
m/a (minyak dalam air), homogen
dan stabil selama 3 bulan
pengamatan.
3. Lama waktu proteksi rata-rata dari
lotion kombinasi 5% ekstrak
metanol dengan 1; 3 dan 5% b/v
DEET berturut-turut adalah 9,16;
116,25 dan 169 menit.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih disampaikan kepada
Direktorat Penelitian dan Pengabdian
Kepada Masyarakat (P3M), Direktorat
Pendidikan Tinggi, Kementrian
Pendidikan Nasional RI melalui dana
penelitian sesuai dengan surat
perjanjian pelaksanaan Insentif Riset
Unggulan Strategis Nasional No.
Kontrak 096/H11-P2T/A.01/2009,
tanggal 27 Februari 2009 sehingga
terlaksananya penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
1. Mustanir, Nasution R. Isolasi senyawa
bioaktif repellent nyamuk dari ekstrak
aseton batang tumbuhan Legundi
(Vitex Trivolia). Buletin Penelitian
Tanaman Rempah dan Obat 2008;
19(2): 174-179.
2. Mustanir, Nasution R, Bachtiar T.
Senyawa bioaktif penolak (repellent)
nyamuk dari ekstrak n-heksana dan
metanol kulit batang Vitex Trifolia
dalam formula lotion. Prosiding
Seminar Nasional MIPANet 13-14
Agustus 2009. Bali; 2009.
3. Al-Sagaff I, Sammar A, Shahid A,
Rehana Z, Fouzia E. Toxic effects of
diethyltoluamide and
dimethylphthalate creams as mosquito
repellents on rabbits skin, Journal of
Anatomical Society of India 2001;
50(2): 148-152.
4. Bell JW, Veltri JC, Page BC. Human
exposures to N,N-diethyl-m-toluamide
insect repellents reported to the
American Association of Poison
Control Centers 1993-1997. Int J
Toxicol 2002; 21: 341-352.
5. Tjahyadi S. Daya repelen beberapa
minyak esensial dan DEET terhadap
Culex. JKM 2008; 7(2): 181-186.
6. Balsam MS, Sagarin E. Cosmetic
Science and Technology. 2
nd
edition.
New York: John Wiley and Sons;
1972.
7. Wasitaatmadja SM. Penuntun Ilmu
Kosmetik Medik. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia; 1997.
8. Badan Standar Nasional. Standar
Nasional Indonesia (SNI) Repellent
Nyamuk, Lotion dan Repellent
Nyamuk Gel. Jakarta: Badan Standar
Nasional; 2006.
9. Rajkumar S, Jebanesan A. Ovicidal
activity of Solanum tricobatum Linn.
(Solanaceae) leaf extract against
Culex quinquefasciatus Say. and
Culex Tritaeni or Hynchus Gile
(Deptera: Celicidae). International
Journal of Tropical Insect Science
2004; 24(4): 340-342.
10. Harold SH. Method of Testing
Chemical Insects. Volume II. London:
Burgess Publishing Company; 1960.
8. Aktifitas repellent nyamuk kombinasi ekstrak Vitex trifolia L. dan DEET
(Mustanir, Marianne, Ikhsan Harifsyah)
179
11. Xue RD, Barnard DR, Ali A.
Laboratory evaluation of 21 insect
repellents as larvasides and
oviposition deterrents of Aedes
albopictus (Diptera: Culicidae). Journal
of the American Mosquito Control
Association 2006; 22(1), 126-130.
12. Voigt R. Buku Pelajaran Teknologi
Farmasi. Edisi Kelima. Yogyakarta:
UGM; 1994.
13. Katz TM, Miller JH, Hebert AA. Insect
repellents: historical persectives and
new developments. J. Am. Acad.
Dermatol 2008; 58(5): 865-871.
14. Fradin MS, Day JF. Comparative
efficacy of insect repellents against
mosquito bites. N Engl J Med 2002;
347: 13-18.