SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 22
KASUS 3.2 MUDAH LUPA
KELOMPOK 2
DR.WIJAYANTI
ANGGRAENI PUTRI PERTIWI
DEMENSIA
A.Definisi
 Gangguan fungsi intelektual dan memori didapat
yang disebabkan oleh penyakit otak, yang tidak
berhubungan dengan gangguan tingkat
kesadaran1.
 Suatu sindroma klinik yang meliputi hilangnya
fungsi intelektual, ingatan atau memori
sedemikian berat sehingga menyebabkan
disfungsi hidup sehari – hari1.
B.ETIOLOGI
Etiologi
 B.1. Penyebab Demensia reversible1:
D : Drugs (obat - obatan)
E : Emotional (gangguan emosi, missal depresi)
M: Metabolik dan endokrin
E : Eye and ear
N : Nutritional
T : Tumor & trauma
I : Infeksi
A : Arteriosclerotic (komplikasi penyakit aterosklerosis,
misal infark miokard, gagal jantung)
B.2. Penyebab Dementia non
Reversible1
B.2.1. Penyakit degenerative
 Penyakit Alzheimer
 Demensia yang berhubungan dengan badan lewy
 Penyakit pick
 Penyakit Huntington
 Penyakit Parkinson
B.2.2. Dementia Vaskuler
 Penyakit serebrovaskuler oklusif (demensia multi
infark)
 Penyakit Binswanger
 Embolisme serebral
 Arthritis
 Anoksia Sekunder akibat henti jantung, gagal
jantung akibat intoksikasi
B.2.3. Demensia Traumatik
 Perlukaan kranio serebral
 Demensia Pugilistika
B.2.3. Infeksi
 AIDS
 Infeksi opoturnistik
 Penyakit Creutzfeld – Jacob
 Leko enselopati multifocal progresif
 Demensia Pasca encephalitis
C.KLASIFIKASI
 Klasifikasi
 C.1. Dementia Degeneratif Primer (demensia
alzheimer)
 Suatu keadaan yang meliputi perubahan dari
jumlah, struktur, fungsi neuron di daerah tertentu
dari korteks otak. Etiologinya belum jelas,
kemungkinan : faktor kromosom dan genetic (gen
apolipoprotein E4), usia, riwayat keluarga, radikal
bebas, toksin amiloid, pengaruh logam
alumunium, akibat infeksi virus lambat, pengaruh
lingkungan dll2.
 Gejala klinik2 :
 Fase 1 :
 Gangguan memori subyektif
 Konsentrasi buruk
 Gangguan supra visual
 Lingkungan berasa menjadi asing
 Agnosia kiri dan kanan
 Fase dini : Insight sering sudah terganggu

 Fase 2 :
 Tanda kerusakan fokal – kortikal walaupun tidak
terlihat pola deficit khas
 Simtom disfungsi lobus parietalis (agnosia,
dispraksia, alkakulia)
 Gejala neurologi : tanggapan ekstensor plantaris,
Beberapa kelemahan fasial
 Delusi dan halusinasi
 Fase 3 :
 Pembicaraan terganggu berat, mungkin sama
sekali hilang
 Tampak apatik
 Tidak mengenali diri sendiri atau orang lain yang
dikenalnya
 Penyakit lanjut : Berbaring di tempat tidur,
inkontinensia baik uri atau alvi
 Kejang epileptic grand mal
 Gejala neurologic : gangguan berat gerak langkat
(Gait), tonus otot dan gangguan pengenalan,
gangguan gerak mulut tidak terkontrol,
MCI (Mild Cognitive Impairment)
 Bentuk peralihan antara keadaan normal dan
demensia Alzheimer
 Kriteria :
 Keluhan gangguan memori
 Gangguan memori pada pemeriksaan obyektif
 Fungsi kognitif secara umum baik
 AHS / ADL infark
 Tidak mengakami demensia
 Tidak mengakami demensia
 C.2. Dementia Multi infark2
 Didapatkan secara tersendiri atau gejala sisa dari
stroke kortikal atau subkortikal berulang.
 Khas:
 Gejala dan tanda menunjukan penurunan
bertingkat (stepwise) dimana setiap episode akut
menurunkan keadaan kognitifnya
 Pemeriksaan penunjang dengan MRI  Lesi bisa
dideteksi
 Dementia vascular lain : Dementia senilis tipe
biswanger
 Penegakan diagnosis bisa dengan Skor
 C.3. Dementia Dengan Badan Lewy (DLB)1,2
 Patologinya sering mempunyai gambaran
campuran dengan dementia Alzheimer.
 Gambaran klinik : Fluktuasi kognisi, halusinasi
visual, parkinsonisme.
 Dapatan mendukung : jatuh, sinkope, hilang
kesadaran sepintas, sensivitas neuroleptik, delusi
dan halusinasi.
 Gangguan memori lebih ringan dari AD
(Alzheimer dementia).
 C.4. Dementia Fronto temporal2
 Diakibatkan suatu proses degenerative di region
korteks anterior otak.
 Gambarang klinis : distribusi topografik daerah
korteks temporal yang terkena (bisa unilateral
maupun bilateral).
 C.5. Dementia pada penyakit neurologic2
 Penyakit : Parkinson, Khorea Huntington,
Hidrosefalus bertekanan normal (jarang).
 Gejala : mirip dementia subkortikal  Selain
didapat dementia juga gejala postur dan langkah
(gait), serta depresi
 C.6. Sindroma amnestik (pepula benigna akibat
penuaan)2
 Gejala utama : gangguan memori (daya ingat).
 Sindroma amnestik  terdapat gangguan daya
ingat hal yang baru saja terjadi.
 Penyebab : defisiensi thiamin, lesi pada struktur
otak bagian temporal. tengah, iskemia global
transien akibat insufisiensi serebrovaskuler.
 Pepula benigna : gangguan ringan daya ingat
yang tidak progresif dan tidak menganggu
aktifitas hidup sehari – hari.
 Sering mengulang pertanyaan sama atau lupa
pada kejadian yang baru terjadi.
PATOFISIOLOGI
 Patofisiologi
 Secara makroskopis perubahan otak pada pasien
melibatkan kerusakan berat neuron korteks dan
hipokampus, serta penimbunan amiloid dalam
pembuluh darah intrakranial3.
 Secara mikroskopis, terdapat perubahan
morfologis (struktural) dan biokimia pada neuron.
 Perubahan morfologi terdiri dari 2 ciri khas lesi
yang pada akhirnya berkembang menjadi
degenerasi soma (badan) dan atau akson dan
dendrit neuron3.

 Lesi 1
 Kekusutan neurofibrilaris, yaitu struktur intra seluler yang
berisi serat kusut, terpelintir yang sebagian besar terdiri
dari protein.
 Normalnya protein tersebut akan menstabilkan
mikrotubulus (rantai protein berbentuk spiral →
membentuk tabung berlubang) → membawa makanan dan
molekul lain dari badan sel menuju ujung akson →
membentuk jembatan penghubung dengan neuron lain.
 Pada pasien demensia → protein tidak dapat terikat pada
mikrotubulus → protein yang abnormal masuk ke filamen
heliks ganda yang sekelilingnya terluka → hubungan
interstruktural tidak berfungsi → akhirnya kematian.
 Lesi 2
 Plak senilis, terutama dari Beta Amiloid (A-Beta) yang
terbentuk dalam cairan jaringan di sekililing neuron.
 Perubahan bokimiaadanya penurunan sintesis
asetil kolin di korteks hipokampus sehingga
terjadi penurunan kadar aktifitas kolinergik dan
menyebabkan demensia.

Manifestasi klinis Secara Umum
 Gangguan memori
 Ketidakmampuan untuk belajar hal-hal baru.
 Lupa akan hal-hal yang baru saja dikenal, dikerjakan atau
dipelajari.
 Gangguan orientasi
 Orientasi terhadap orang, tempat dan waktu.
 Afasia
 Kesulitan menyebut nama orang atau benda.
 Apraksia
 Ketidakmampuan untuk melakukan gerakan meskipun
kemampuan motorik, fungsi sensorik dan pengertian yang
diperlukan tetap baik.
 Pasien kesulitan dalam menggunakan benda tertentu,
misal: menyisir rambut.
 Agnosia
 Ketidakmampuan mengenali/mengidentifikasi benda
walaupun fungsi sensorinya baik, misal:tidak bisa
mengenali kursi meskipun visus baik.
 Gangguan fungsi eksekutif
 Berkaitan dengan gangguan di lobus frontalis atau jaras-
jaras subkortikal yang berhubungan dengan lobus
frontalis.
 Melibatkan kemampuan berpikir anstrak, merencanakan,
mengambil inisiatif, membuat urutan, memantau,
menghentikan kegiatan komplek.
 Perubahan kepribadian
 Gangguan lain
 Psikiatri : cemas, depresi
 Neurologi : kejang, nyeri kepala, pingsan, kelemahan,
PENATALAKSANAAN
 Pengobatan penyakit alzheimer masih sangat
terbatas oleh karena penyebab dan patofisiologi
masih belun jelas. Pengobatan simptomatik
dansuportif seakan hanya memberikan rasa puas
pada penderita dankeluarga.Pemberian obat
stimulan, vitamin B, C, dan E belum mempunyai
efek yangmenguntungkan3.
PENCEGAHAN
 Memeriksa tekanan darah dan mengupayakan agar
tekanan darah yang tinggi dan resiko vaskuler lain di
kendalikan dengan baik
 Pencegahan dan perlindungan terjadinya cedera
kepala terutama yang berat
 Tetap melakukan kegiatan yang merangsang intelek
dan mengupayakan aktivitas sosial dan aktivitas
untuk menghibur
 Mengupayakan diet yang cukup vitamin E
 Mengupayakan makan makanan yang sehat , jangan
terlalu banyak lemak
 Mengupayakan asupan B12 dan asam folat yamg
cukup
 Hindari alkohol dan merokok
 Tidur yang cukup

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

275330822 polineuropati-diabetik
275330822 polineuropati-diabetik275330822 polineuropati-diabetik
275330822 polineuropati-diabetiktaufiq andrian
 
Askep space occupying lession ( sol )
Askep space occupying lession ( sol )Askep space occupying lession ( sol )
Askep space occupying lession ( sol )Stiawan Akbar
 
Obsesif kompulsif, pasif agresif, delirium, dementia dan amnesia
Obsesif kompulsif, pasif agresif, delirium, dementia dan amnesiaObsesif kompulsif, pasif agresif, delirium, dementia dan amnesia
Obsesif kompulsif, pasif agresif, delirium, dementia dan amnesiaAfra Balqis
 
Kelainan dan penyakit pada sistem saraf
Kelainan dan penyakit pada sistem sarafKelainan dan penyakit pada sistem saraf
Kelainan dan penyakit pada sistem sarafDina Apriliana
 
Pendekatan Klinis Penurunan Kesadaran
Pendekatan Klinis Penurunan Kesadaran Pendekatan Klinis Penurunan Kesadaran
Pendekatan Klinis Penurunan Kesadaran Ade Wijaya
 
Penyakit pada sistem saraf
Penyakit pada sistem sarafPenyakit pada sistem saraf
Penyakit pada sistem sarafDinagayo
 
Askep penurunan kesadaran
Askep penurunan kesadaranAskep penurunan kesadaran
Askep penurunan kesadaranStiawan Akbar
 
Kelainan saraf dan hormon
Kelainan saraf dan hormonKelainan saraf dan hormon
Kelainan saraf dan hormonNoyalita Khadij
 
Neuromusculer d dan neuropati 2
Neuromusculer d dan neuropati 2Neuromusculer d dan neuropati 2
Neuromusculer d dan neuropati 2Ekky Rahmawan
 
Makalah epilepsi upn feb 2013
Makalah epilepsi   upn feb 2013Makalah epilepsi   upn feb 2013
Makalah epilepsi upn feb 2013muhammadfahman
 

Was ist angesagt? (19)

Penyakit alzheimer
Penyakit alzheimerPenyakit alzheimer
Penyakit alzheimer
 
Alzheimer
AlzheimerAlzheimer
Alzheimer
 
Kelainan pada sistem saraf
Kelainan pada sistem sarafKelainan pada sistem saraf
Kelainan pada sistem saraf
 
275330822 polineuropati-diabetik
275330822 polineuropati-diabetik275330822 polineuropati-diabetik
275330822 polineuropati-diabetik
 
Askep space occupying lession ( sol )
Askep space occupying lession ( sol )Askep space occupying lession ( sol )
Askep space occupying lession ( sol )
 
Obsesif kompulsif, pasif agresif, delirium, dementia dan amnesia
Obsesif kompulsif, pasif agresif, delirium, dementia dan amnesiaObsesif kompulsif, pasif agresif, delirium, dementia dan amnesia
Obsesif kompulsif, pasif agresif, delirium, dementia dan amnesia
 
Kelainan dan penyakit pada sistem saraf
Kelainan dan penyakit pada sistem sarafKelainan dan penyakit pada sistem saraf
Kelainan dan penyakit pada sistem saraf
 
Pendekatan Klinis Penurunan Kesadaran
Pendekatan Klinis Penurunan Kesadaran Pendekatan Klinis Penurunan Kesadaran
Pendekatan Klinis Penurunan Kesadaran
 
Penyakit pada sistem saraf
Penyakit pada sistem sarafPenyakit pada sistem saraf
Penyakit pada sistem saraf
 
Diagnosis tumor otak
Diagnosis tumor otakDiagnosis tumor otak
Diagnosis tumor otak
 
makalah-neuropati
makalah-neuropatimakalah-neuropati
makalah-neuropati
 
Askep penurunan kesadaran
Askep penurunan kesadaranAskep penurunan kesadaran
Askep penurunan kesadaran
 
Askep alzaimer (4)
Askep alzaimer (4)Askep alzaimer (4)
Askep alzaimer (4)
 
Kelainan saraf dan hormon
Kelainan saraf dan hormonKelainan saraf dan hormon
Kelainan saraf dan hormon
 
Askep tumor otak
Askep tumor otakAskep tumor otak
Askep tumor otak
 
Neuromusculer d dan neuropati 2
Neuromusculer d dan neuropati 2Neuromusculer d dan neuropati 2
Neuromusculer d dan neuropati 2
 
Makalah epilepsi upn feb 2013
Makalah epilepsi   upn feb 2013Makalah epilepsi   upn feb 2013
Makalah epilepsi upn feb 2013
 
Tugas eke AKPER PEMKAB MUNA
Tugas eke  AKPER PEMKAB MUNATugas eke  AKPER PEMKAB MUNA
Tugas eke AKPER PEMKAB MUNA
 
38128375 epilepsi
38128375 epilepsi38128375 epilepsi
38128375 epilepsi
 

Ähnlich wie DemensiaPengertianEtiologiKlasifikasi

Ähnlich wie DemensiaPengertianEtiologiKlasifikasi (20)

181723891-LAPORAN-PENDAHULUAN-DEMENSIA-doc.doc
181723891-LAPORAN-PENDAHULUAN-DEMENSIA-doc.doc181723891-LAPORAN-PENDAHULUAN-DEMENSIA-doc.doc
181723891-LAPORAN-PENDAHULUAN-DEMENSIA-doc.doc
 
PELAYANAN PERAWATAN LANSIA.pptx
PELAYANAN PERAWATAN LANSIA.pptxPELAYANAN PERAWATAN LANSIA.pptx
PELAYANAN PERAWATAN LANSIA.pptx
 
Kp 3.1.41 gangguan mental organik
Kp 3.1.41 gangguan mental organikKp 3.1.41 gangguan mental organik
Kp 3.1.41 gangguan mental organik
 
239722178 ho
239722178 ho239722178 ho
239722178 ho
 
idoc.pub_gangguan-psikotik.pdf
idoc.pub_gangguan-psikotik.pdfidoc.pub_gangguan-psikotik.pdf
idoc.pub_gangguan-psikotik.pdf
 
ASKEP CEDERA OTAK BERAT.doc
ASKEP CEDERA OTAK BERAT.docASKEP CEDERA OTAK BERAT.doc
ASKEP CEDERA OTAK BERAT.doc
 
Cidera kepala
Cidera kepalaCidera kepala
Cidera kepala
 
Gangguan mental organik
Gangguan mental organikGangguan mental organik
Gangguan mental organik
 
Kel. 8 askep demensia
Kel. 8 askep demensiaKel. 8 askep demensia
Kel. 8 askep demensia
 
Kel. 8 askep demensia AKPER PEMKAB MUNA
Kel. 8 askep demensia AKPER PEMKAB MUNA Kel. 8 askep demensia AKPER PEMKAB MUNA
Kel. 8 askep demensia AKPER PEMKAB MUNA
 
Tia
TiaTia
Tia
 
Askep ensefalitis AKPER PEMDA MUNA
Askep ensefalitis AKPER PEMDA MUNA Askep ensefalitis AKPER PEMDA MUNA
Askep ensefalitis AKPER PEMDA MUNA
 
Askep stroke non hemoragik
Askep stroke  non hemoragikAskep stroke  non hemoragik
Askep stroke non hemoragik
 
Faizal_dkk_Gangguan_Psikotik.pptx
Faizal_dkk_Gangguan_Psikotik.pptxFaizal_dkk_Gangguan_Psikotik.pptx
Faizal_dkk_Gangguan_Psikotik.pptx
 
Askep stroke non hemoragik
Askep stroke  non hemoragikAskep stroke  non hemoragik
Askep stroke non hemoragik
 
Askep cedera otak berat
Askep cedera otak beratAskep cedera otak berat
Askep cedera otak berat
 
Askep ckr
Askep ckrAskep ckr
Askep ckr
 
68839012 hemiparese
68839012 hemiparese68839012 hemiparese
68839012 hemiparese
 
Amnesia.ppt
Amnesia.pptAmnesia.ppt
Amnesia.ppt
 
Askep strok
Askep strokAskep strok
Askep strok
 

DemensiaPengertianEtiologiKlasifikasi

  • 1. KASUS 3.2 MUDAH LUPA KELOMPOK 2 DR.WIJAYANTI ANGGRAENI PUTRI PERTIWI
  • 2. DEMENSIA A.Definisi  Gangguan fungsi intelektual dan memori didapat yang disebabkan oleh penyakit otak, yang tidak berhubungan dengan gangguan tingkat kesadaran1.  Suatu sindroma klinik yang meliputi hilangnya fungsi intelektual, ingatan atau memori sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi hidup sehari – hari1.
  • 3. B.ETIOLOGI Etiologi  B.1. Penyebab Demensia reversible1: D : Drugs (obat - obatan) E : Emotional (gangguan emosi, missal depresi) M: Metabolik dan endokrin E : Eye and ear N : Nutritional T : Tumor & trauma I : Infeksi A : Arteriosclerotic (komplikasi penyakit aterosklerosis, misal infark miokard, gagal jantung)
  • 4. B.2. Penyebab Dementia non Reversible1 B.2.1. Penyakit degenerative  Penyakit Alzheimer  Demensia yang berhubungan dengan badan lewy  Penyakit pick  Penyakit Huntington  Penyakit Parkinson
  • 5. B.2.2. Dementia Vaskuler  Penyakit serebrovaskuler oklusif (demensia multi infark)  Penyakit Binswanger  Embolisme serebral  Arthritis  Anoksia Sekunder akibat henti jantung, gagal jantung akibat intoksikasi
  • 6. B.2.3. Demensia Traumatik  Perlukaan kranio serebral  Demensia Pugilistika B.2.3. Infeksi  AIDS  Infeksi opoturnistik  Penyakit Creutzfeld – Jacob  Leko enselopati multifocal progresif  Demensia Pasca encephalitis
  • 7. C.KLASIFIKASI  Klasifikasi  C.1. Dementia Degeneratif Primer (demensia alzheimer)  Suatu keadaan yang meliputi perubahan dari jumlah, struktur, fungsi neuron di daerah tertentu dari korteks otak. Etiologinya belum jelas, kemungkinan : faktor kromosom dan genetic (gen apolipoprotein E4), usia, riwayat keluarga, radikal bebas, toksin amiloid, pengaruh logam alumunium, akibat infeksi virus lambat, pengaruh lingkungan dll2.
  • 8.  Gejala klinik2 :  Fase 1 :  Gangguan memori subyektif  Konsentrasi buruk  Gangguan supra visual  Lingkungan berasa menjadi asing  Agnosia kiri dan kanan  Fase dini : Insight sering sudah terganggu 
  • 9.  Fase 2 :  Tanda kerusakan fokal – kortikal walaupun tidak terlihat pola deficit khas  Simtom disfungsi lobus parietalis (agnosia, dispraksia, alkakulia)  Gejala neurologi : tanggapan ekstensor plantaris, Beberapa kelemahan fasial  Delusi dan halusinasi
  • 10.  Fase 3 :  Pembicaraan terganggu berat, mungkin sama sekali hilang  Tampak apatik  Tidak mengenali diri sendiri atau orang lain yang dikenalnya  Penyakit lanjut : Berbaring di tempat tidur, inkontinensia baik uri atau alvi  Kejang epileptic grand mal  Gejala neurologic : gangguan berat gerak langkat (Gait), tonus otot dan gangguan pengenalan, gangguan gerak mulut tidak terkontrol,
  • 11. MCI (Mild Cognitive Impairment)  Bentuk peralihan antara keadaan normal dan demensia Alzheimer  Kriteria :  Keluhan gangguan memori  Gangguan memori pada pemeriksaan obyektif  Fungsi kognitif secara umum baik  AHS / ADL infark  Tidak mengakami demensia
  • 12.  Tidak mengakami demensia  C.2. Dementia Multi infark2  Didapatkan secara tersendiri atau gejala sisa dari stroke kortikal atau subkortikal berulang.  Khas:  Gejala dan tanda menunjukan penurunan bertingkat (stepwise) dimana setiap episode akut menurunkan keadaan kognitifnya  Pemeriksaan penunjang dengan MRI  Lesi bisa dideteksi  Dementia vascular lain : Dementia senilis tipe biswanger  Penegakan diagnosis bisa dengan Skor
  • 13.  C.3. Dementia Dengan Badan Lewy (DLB)1,2  Patologinya sering mempunyai gambaran campuran dengan dementia Alzheimer.  Gambaran klinik : Fluktuasi kognisi, halusinasi visual, parkinsonisme.  Dapatan mendukung : jatuh, sinkope, hilang kesadaran sepintas, sensivitas neuroleptik, delusi dan halusinasi.  Gangguan memori lebih ringan dari AD (Alzheimer dementia).
  • 14.  C.4. Dementia Fronto temporal2  Diakibatkan suatu proses degenerative di region korteks anterior otak.  Gambarang klinis : distribusi topografik daerah korteks temporal yang terkena (bisa unilateral maupun bilateral).  C.5. Dementia pada penyakit neurologic2  Penyakit : Parkinson, Khorea Huntington, Hidrosefalus bertekanan normal (jarang).  Gejala : mirip dementia subkortikal  Selain didapat dementia juga gejala postur dan langkah (gait), serta depresi
  • 15.  C.6. Sindroma amnestik (pepula benigna akibat penuaan)2  Gejala utama : gangguan memori (daya ingat).  Sindroma amnestik  terdapat gangguan daya ingat hal yang baru saja terjadi.  Penyebab : defisiensi thiamin, lesi pada struktur otak bagian temporal. tengah, iskemia global transien akibat insufisiensi serebrovaskuler.  Pepula benigna : gangguan ringan daya ingat yang tidak progresif dan tidak menganggu aktifitas hidup sehari – hari.  Sering mengulang pertanyaan sama atau lupa pada kejadian yang baru terjadi.
  • 16. PATOFISIOLOGI  Patofisiologi  Secara makroskopis perubahan otak pada pasien melibatkan kerusakan berat neuron korteks dan hipokampus, serta penimbunan amiloid dalam pembuluh darah intrakranial3.  Secara mikroskopis, terdapat perubahan morfologis (struktural) dan biokimia pada neuron.  Perubahan morfologi terdiri dari 2 ciri khas lesi yang pada akhirnya berkembang menjadi degenerasi soma (badan) dan atau akson dan dendrit neuron3. 
  • 17.  Lesi 1  Kekusutan neurofibrilaris, yaitu struktur intra seluler yang berisi serat kusut, terpelintir yang sebagian besar terdiri dari protein.  Normalnya protein tersebut akan menstabilkan mikrotubulus (rantai protein berbentuk spiral → membentuk tabung berlubang) → membawa makanan dan molekul lain dari badan sel menuju ujung akson → membentuk jembatan penghubung dengan neuron lain.  Pada pasien demensia → protein tidak dapat terikat pada mikrotubulus → protein yang abnormal masuk ke filamen heliks ganda yang sekelilingnya terluka → hubungan interstruktural tidak berfungsi → akhirnya kematian.  Lesi 2  Plak senilis, terutama dari Beta Amiloid (A-Beta) yang terbentuk dalam cairan jaringan di sekililing neuron.
  • 18.  Perubahan bokimiaadanya penurunan sintesis asetil kolin di korteks hipokampus sehingga terjadi penurunan kadar aktifitas kolinergik dan menyebabkan demensia. 
  • 19. Manifestasi klinis Secara Umum  Gangguan memori  Ketidakmampuan untuk belajar hal-hal baru.  Lupa akan hal-hal yang baru saja dikenal, dikerjakan atau dipelajari.  Gangguan orientasi  Orientasi terhadap orang, tempat dan waktu.  Afasia  Kesulitan menyebut nama orang atau benda.  Apraksia  Ketidakmampuan untuk melakukan gerakan meskipun kemampuan motorik, fungsi sensorik dan pengertian yang diperlukan tetap baik.  Pasien kesulitan dalam menggunakan benda tertentu, misal: menyisir rambut.
  • 20.  Agnosia  Ketidakmampuan mengenali/mengidentifikasi benda walaupun fungsi sensorinya baik, misal:tidak bisa mengenali kursi meskipun visus baik.  Gangguan fungsi eksekutif  Berkaitan dengan gangguan di lobus frontalis atau jaras- jaras subkortikal yang berhubungan dengan lobus frontalis.  Melibatkan kemampuan berpikir anstrak, merencanakan, mengambil inisiatif, membuat urutan, memantau, menghentikan kegiatan komplek.  Perubahan kepribadian  Gangguan lain  Psikiatri : cemas, depresi  Neurologi : kejang, nyeri kepala, pingsan, kelemahan,
  • 21. PENATALAKSANAAN  Pengobatan penyakit alzheimer masih sangat terbatas oleh karena penyebab dan patofisiologi masih belun jelas. Pengobatan simptomatik dansuportif seakan hanya memberikan rasa puas pada penderita dankeluarga.Pemberian obat stimulan, vitamin B, C, dan E belum mempunyai efek yangmenguntungkan3.
  • 22. PENCEGAHAN  Memeriksa tekanan darah dan mengupayakan agar tekanan darah yang tinggi dan resiko vaskuler lain di kendalikan dengan baik  Pencegahan dan perlindungan terjadinya cedera kepala terutama yang berat  Tetap melakukan kegiatan yang merangsang intelek dan mengupayakan aktivitas sosial dan aktivitas untuk menghibur  Mengupayakan diet yang cukup vitamin E  Mengupayakan makan makanan yang sehat , jangan terlalu banyak lemak  Mengupayakan asupan B12 dan asam folat yamg cukup  Hindari alkohol dan merokok  Tidur yang cukup