SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 57
METODOLOGI ILMU PEMERINTAHAN
Oleh:
PROF. DR. H. TJAHYA SUPRIATNA, SU
PROF. DR. DRS. H. KHASAN EFFENDY, M.PD
PROGRAM DOKTOR ILMU PEMERINTAHAN
PASCASARJANA
INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI
Kementrian Dalam Negeri
INTERELASI AKTIVITAS, METODE, PENGETAHUAN
AKTIVITAS DAN GEJALA PEMERINTAHAN
METODE PENGETAHUAN
PENGAMATAN, RASA
DAN FAKTA EMPIRIK
ILMU
PEMERI
NTAHAN
ILMU
PEMERINTAHA
N
(SCIENCE)
Ilmu pengetahuan (science) bergerak ke
dalam. Ke dalam ia menguji, mengoreksi,
membaharui, dan mengembangkan diri
sendiri sehingga terus menerus mampu
berfungsi (Fred N. Kerlinger, Foundations of
Behavioral Research, 1973, 67)
Ke luar ia merekam, mengindentifikasi,
menggambarkan, menemukan dan
menerangkan hubungan, (ikut) menguji
pengetahuan lain dan meramalkan apa yang
akan atau dapat terjadi.
ESENSI
METODE
Metodologi berasal dari kata methodology
(method + logos). Kata method (methodos,
systematic course) berasal dari akar kata meta-
(dunia di balik kenyataan, sepertimeta- dalam
metafisika, after, beyond) dan hodos (jalan, cara).
Hodos itu bermacam-macam, persis seperti
kunci atau alat. Setiap barang (baca: masalah)
yang hendak di buka (baca: dipecahkan,
diterangkan), memerlukan, dan mempunyai kunci
sendiri (tertentu).
Dalam Encyclopedia Britanniaca (1958),
Metodologi di-refer sebagai scientific method dan
didefinisikan sebagai “the procedure by which we
again knowledge in empirical studies such as
physics, chemistry, and physiology” yang gejala-
gejalanya berulang-tetap sehingga dengan
leluasa dapat diteliti melalui metodologi
kuantitatif.
ESENSI
METODE
Metodologi berasal dari kata methodology
(method + logos). Kata method (methodos,
systematic course) berasal dari akar kata meta-
(dunia di balik kenyataan, sepertimeta- dalam
metafisika, after, beyond) dan hodos (jalan, cara).
Hodos itu bermacam-macam, persis seperti
kunci atau alat. Setiap barang (baca: masalah)
yang hendak di buka (baca: dipecahkan,
diterangkan), memerlukan, dan mempunyai kunci
sendiri (tertentu).
Dalam Encyclopedia Britanniaca (1958),
Metodologi di-refer sebagai scientific method dan
didefinisikan sebagai “the procedure by which we
again knowledge in empirical studies such as
physics, chemistry, and physiology” yang gejala-
gejalanya berulang-tetap sehingga dengan
leluasa dapat diteliti melalui metodologi
kuantitatif.
Metodologi Ilmu Pemerintahan menunjukan
bahan baku body of knowledge yang disebut
Ilmu Pemerintahan itu, dan bagaimana
konstruksinya, sehingga ilmu yang bersangkutan
tetap bertahan dan berfungsi internal dan
eksternal dalam kondisi apapun.
PEMIKIRAN
METODOLO
GI
1. Semula Metodologi Ilmu tidak diajarkan
pada tingkat sarjana melainkan pada studi
tingkat Master dan Doktor. Materi
Metodologi Ilmu dimasukan di dalam
Filsafat Ilmu sebagai salah satu cabang
Filsafat dan diajarkan di beberapa fakultas
pada tingkat sarjana.
2. Pemikiran tentang Metodologi didorong oleh
kebutuhan akademik dalam rangka upaya
memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal
itu terlihat pada prosesi Kongres Ilmu
Pengetahuan Nasionl Pertama yang
berlangsung di Malang pada tanggal 3 – 9
Agustus 1958 dan diselenggarakan oleh Majelis
Ilmu Pengetahuan Indonesia.
3. Kongres menggelar dua diskusi panel
yaitu tentang (1) University and research
dan (2) Scientific Manpower. Tidak lama
sesudah itu baik Metodologi Ilmu,
misalnya Metodologi Ilmu Politik di
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
maupun Metodologi Penelitian, diajarkan
di berbagai fakultas.
RAMBU-RAMBU MEMPELAJARI METODOLOGI
PEMERINTAHAN
1. Teknis, tiadanya buku pelajaran,
2. Metodologis, kurangnya kejelasan perbedaan
antara Metodologi Ilmu dengan Metodologi
Penelitian,
3. Taksonomik, tentang letak disiplin ini di dalam
sistem ilmu pengetahuan,
4. Metodik-didaktik, cara dan teknik pembelajaran,
5. Materiil, tentang sumber dan pengkajian materi
Metodologi Pemerintahan itu sendiri, dan
6. Kelangkaan tenaga Akademik. Untuk mengatasi
sebagian kesukaran di atas dilakukan pengkajian
tentang Metodologi Ilmu Pemerintahan.
SUBSTANTIF PEMERINTAHAN
1. Pemerintahan adalah gejala sosial, artinya terjadi di dalam
hubungan antar anggota masyarakat, baik individu dengan
individu, kelompok dengan kelompok, maupun antar
individu dengan kelompok. Gejala ini terdapat pada suatu
saat di dalam sebuah masyarakat. Di sana seseorang atau
suatu kelompok (sebut saja X) dalam proses atau interaksi
sosial terlihat dominan terhadap orang atau kelompok lain
(sebut saja Y).
2. Jika ditelusuri dari sudut Sosiologi, seperti dilakukan Max
Weber, “The Three Types of Legitimate Rule,” dalam Amitai
Etzioni (ed.), Complex Organization (1961) maupun dalam
The Web of Government (1961), ternyata didominasi itu
bersumber pada beberapa hal :
a) Waktu, misalnya dominasi orang yang lebih tua terhadap orang
lain,
b) Lokasi, misalnya dominasi daerah yang kondisinya lebih baik
dari daerah lainnya,
c) Tradisi, misalnya kesetiaan orang terhadap kelompok yang
ditaklukannya, baik dengan menggunakan kekuatan atau
paksaan maupun melalui rekayasa,
d) Penaklukan, misalnya dominasi kelompok penakluk terhadap
kelompok yang ditaklukannya, baik dengan menggunakan
kekuatan atau paksaan maupun melalui rekayasa,
e) Penyelesaian suatu konflik melalui proses win-lose atau lose-
win,
f) Perlombaan atau persaingan, dan
g) Kesepakatan, misalnya kekuasaan tertentu yang oleh
sekelompok orang, berdasarkan pertimbangan tertentu,
diserahkan kepda orang lain sebagai jalan, cara atau alatuntuk
mencapai tujuan atau kepentingan bersama dan tertentu pula.
3. Dalam bahasa Inggris, pemerintahan disebut government (Latin
gubernare, Greek kybernan, artinya to steer, mengemudi-kan
atau mengendalikan), sehingga semula, lambang pemerintahan
itu berbentuk kemudi kapal.
4. Gejala Pemerintahan
Pada analisis di atas, X disebut pemerintah (P) dan Y yang
diperintah (YD). Hubungan antara P dengan YD memuat
kegiatan yang disebut pemerintahan atau peristiwa yang disebut
peristiwa pemerintahan. Peristiwa pemerintahan ada yang
sekali lalu dan ada yang berulang. Peristiwa pemerintahan yang
sekali lalu menjadi sasaran kajian ilmiah guna membangun seni
pemerintahan.
Peristiwa pemerintahan dapat dipelajari dengan menggunakan
metodologi research dan hasil-hasilnya dapat diajarkan,
diterapkan dan diwariskan. Hal ini dibahas kelak namun untuk
sementara dikatakan, pengkajian terhadap peristiwa
pemerintahan yang berulang-ulang atau gejala-gejala
pemerintahan itulah sumber bahan konstruksi Ilmu
Pemerintahan.
PERKEMBANGAN ILMU PEMERINTAHAN
1. Perkembangan Paradigmatik Ilmu Pemerintahan
setiap kegiatan pengkajian ilmiah mempunyai sasaran. Setiap sasaran
dapat dipelajari dari berbagai sudut pandang yang berbeda-beda dan
dengan menggunakan alat yang berlainan. Mislnya, pandangan
terhadap sebuah rumah bercat putih berbeda dibanding dengan
menggunakan kacamata hitam berbeda dengan pandangan dengan
kacamata biru. Pengkajian terhadap sasaran yang sama (objek materiil)
jika dilihat dari sudut yang berbeda (objek formal) dengan alat yang
berbeda,memberikan hasil yang berbeda pula. Karena itu, pengkajian
terhadap objek (sasaran) yang sama dapat menghasilkan disiplin yang
berlainan. Dari sudut mana dan dengan cara apa peristiwa (gejala)
pemerintahan itu dipandang guna menghasilkan Ilmu Pemerintahan,
akan dibicarakan kemudian.
Sebagai disiplin yang berdiri sendiri, Ilmu Pemerintahan
(Bestuursweten) adalah ilmu yang baru. Perkembangannya melalui
sudut pandang dan cara menurut ilmu yang ada di masa itu sehingga
objek itu menjadi ruang lingkup dan dipelajari sebagai materi atau
bagian integral disiplin lain seperti Ilmu Hukum, Ilmu Politik, Sosiologi,
Ilmu Ekonomi, dan Ilmu Administrasi.
2. Pada tahap kedua, gejala pemerintahan dipelajari oleh disiplin ilmu
pengetahuan yang ada sehingga terbentuklah spesialisasi disiplin yang
bersangkutan. Mislnya, tatkala sosiologi mempelajari gejala pemerintahan,
lahirlah disiplin baru yaitu Sosiologi Pemerintahan. Sosiologi Pemerintahan
merupakan spesialisasi sosiologi. Dalam hubungan ini terdapat sejumlah
disiplin yang berspesialisasi di bidang pemerintahan :
a. Politik Pemerintahan
b. Administrasi/ Manajemen Pemerintahan
c. Hukum Tata Pemerintahan
d. Sosiologi Pemerintahan/Publik
e. Ekonomi Pemerintahan/Publik
f. Teknologi Pemerintahan
g. Filsafat Pemerintahan
h. Etika Pemerintahan
i. Psikologi Pemerintahan
j. Sejarah Pemerintahan
k. Ekologi Pemerintahan
l. Budaya Pemerintahan
m. Geografi Pemerintahan
n. Hukum Adat Pemerintahan
o. Kepemimpinan Pemerintahan
p. Komunikasi Pemerintahan
q. Bahasa Pemerintahan
r. Seni Pemerintahan
s. Metodologi Pemerintahan
t. Perbandingan Pemerintahan
u. Perilaku Pemerintahan
v. Pembangunan Pemerintahan
3. Pada tahap ketiga, terbentuk kelompok pengetahuan (body of
knowledge) yang dikonstruksikan dan konsep-konsep sumbangan
disiplin tersebut di atas, terutama konsep-konsep ideografik. Maka
lahirlah disiplin yang disebut Ilmu Pemerintahan Ekletis. Ilmu
Pemerintahan pada tahap awal seperti Bestuurskunde, bersifat
ideografik-ekletis. Inilah ilmu pemerintahan generasi pertama.
4. Pada tahap keempat, lahirlah Ilmu Pemerintahan yang
mandiri yang dikenal sebagai Bestuurswetenschap. Ilmu
Pemerintahan generasi kedua di dukung oleh
metodologi (Metodologi Ilmu Pemerintahan) yang
berhasil mengidentifikasi sasaran formal baru (khusus)
di antara sejumlah objek formal lainnya yang gejalanya
memiliki keajegan yang cukup untuk dianalisis (sedikit
banyak bersifat nomotetik).
5. Dari analisis itu lahir konsep-konsep sebagai bahan bagi
penyusunan teori yang pada gilirannya bisa digunakan
sebagai alat eksplanasi dan prediksi, dua diantara
sejumlah fungsi pengetahuan untuk dapat disebut
sebagai disiplin yang mandiri (baca juga Soewargono,
“Jati Diri Ilmu Pemerintahan,”dalam Jurnal Ilmu
Pemerintah-an, Nomor Perkenalan 1995 h.24-56).
SOSIAL
a. Sosiologi
b. Antropologi
c. Psikologi
d. Ekonomi
e. Politik
f. Geografi
g. Komunikasi
h. Hukum
i. Ilmu
j. Ilmu
sejenisnya
FILSAFAT
HUMANIORA
a. Bahasa dan
Sastra
b. Kebudayaan
c. Kesenian
d. Filsafat
e. Agama
f. Ilmu sejenisnya
ILMU
EKSAKTA
a. Fisika
b. Biologi
c. Kimia
d. Astronomi
e. Matematika
HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN ILMU
POLITIK
(Indung)
Pemerintahan
(Saudara Kandung) – ilmu
Otonomi
ADM PUBLIK
ADM. NEGARA
(Saudara
Kandung)
INTEGRAL ><
SEPARATED
RELEVANSI
SOSIAL
RELEVANSI
INTELEKTUAL
PERPISAHAN ILMU
SOSIALISM
FILSAFAT
HUMANIORAILMU
EKSAKTA
POLITIK ADM. PUBLIKADM. NEGARA
ILMU
PEMERINTAHA
N
PETA ILMU PEMERINTAHAN
FILSAFAT
ILMU
TEORI
GENERALISASI
(Basic Concept)
KONSEP
FAKTA
BUKTI, DATA
KONSTRUKSI ILMU
1. ILMU
Ilmu Adalah susunan pengetahuan yang teratur
tentang pokok-pokok permasalahan atau subyek
tertentu yang diperoleh melalui metode tertentu
dengan tujuan memperoleh kebenaran tentang
sesuatu yang obyektif.
Menurut Moh. Hatta:
Ilmu pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan
hukum Kausal baik dalam suatu golongan yang sama
tabiatnya maupun menurut bangunannya dari dalam.
UNISCO (United Nation an Education Science and Cultural
organization)
Science is Sum on Coordinated knowledge related to a
determined subject. Keseluruhan pengetahuan yang
teratur tentang suatu pokok permasalahan tertentu.
2. SYARAT-SYARAT
a. Objek atau bidang kajian
b. Metode – cara ilmiah untuk memperoleh
pengetahuan yang benar dan objektif
c. Pengertian atau konsep-konsep tersendiri sesuai
dengan karakteristik dan lingkup permasalahan.
3. Karakteristik Ilmu
a. Rasional
b. Logis
c. Objektif
d. Terbuka
e. Universal
f. Sistematis
4. FUNGSI ILMU
Membantu manusia dalam mencapai tujuan
kedepannya dan memberi penerangan kehidupan
ILMU
PEMERINTAHA
N
Institusi
Ranah Ilmu-ilmu pemerintahan
dalam bidang kajian normatif
dan faktual untuk membangun
bentuk.
Paradigma yg mantap
( ontologi, etistendogi,
dan aksiologi)
Diterima
para
Ilmuwan
SCIENCE
OTONOMI
STUDIES
PENDEKATAN ILMU
PEMERINTAHAN
Berkembang
Anomali
Eksistensi
Ilmu
EKSISTENSI ILMU
PEMERINTAHAN
PARADIGMA
ANGGAPAN
DASAR
PRAPOSISI OBYEK
KONSEP FORMAL
TEORI ILMU
PEMERINTAHAN
TEORI ILMU PEMERINTAHAN
governance
government
Residu
Deskresi
P. Emenssion
Desentralisasi
Disaster
TANTANGAN ILMU
PEMERINTAHAN
Masalah
keterbukaan,
yaitu
kesediaan
menerima
kritik
Tantangan untuk
mewujudkan
pemerintahan
yang demokratis
Penelitian ilmu
pemerintahan
dihadapkan
maslalah
pendanaan dan
teknis
Dominan
paradigma
behavioroi
smelawan
positivistik
ANOMALI BERKEMBANG
SAINS
EMPIRIKAL
Ada pun Sains Empirikal (normal
science) sebagaimana disebut oleh
Thomas Khun yang kini berlaku,
diturunkan dari cara berpikir sensual
(indrawi), melalui Proses Pengindaran,
agar dapat menangkap wujud-wujud
konkrit dari jagat raya (yang disebut
realita itu).
Letak masalah, suatu masalah besar
dan esensial dari apa yang kita sebut
Sains Empirikal itu. Untuk memahami
hal ini kita kembali ke jalan pikiran kant
bahwa jagat raya yang sebenarnya
adalah noumena, yang kita tidak tahu
tentang itu (tidak akan tahu sampai
kapan pun) sedangkan yang tampak
kepada kita adalah phenomena (bukan
jagat raya sebenarnya dan bersifat
menipu).
Science
ILMU PEMERINTAHAN
Ontologi
Apa hakekat?
Epistomologi
Bagaimana?
Existens
i
ilmu
Axiologi
Nilai guna
Ontologi
Hakekat, ada
Konstruksi Religi
Ada kehidupan setelah mati
Ada perbedaan pria dan wanita
Konstruksi Sosial
Epistomologi
Teori Pengetahuan
Relasi objektivitas dengan
Fenomena Sosial
Relasi objektivitas dengan
Fenomena Alam
Konstruksi Pemerintahan
Ada rakyat
Wilayah
Pengakuan
(nilai,norma,hukum)
Axiologi
Bernilai
Bebas Bernilai
Aktivitas kehidupan
Otonomi Ilmu
Titik singgung
Politik dengan
Pemerintahan
Politik
Politik
kekuasaan
Alat
Pemerintahan
Pelaksana
kekuasaan
(courcion)
Gejala Sosial
Pemerintahan
HISTORIS><KONTEKT
UAL
ILMU PEMERINTAHAN
Pada masa Romawi
kuno,Pemerintahan yang tidak pernah
berhenti pada tataran spekulatif.
Pada masa Abad Pertengahan ,
Pemerintahan yang terkait erat dengan
masalah keagamaan.
Pada masa Renaissance, Adanya
gerakan sekularisasi dalam artian
pemisahan pembahasan masalah
keagamaan dan kenegaraan.
Pada masa klasik, Pemerintahan yang
berupa disiplin keilmuan yang obyektif,
sistematis, rasioanal, dan metodis.
 Pada masa Modern
 Prusia
Ilmu Pemerintahan dengan nama
Kameralwissenshaft, yang bersifat sentralistik,
paternalistik, berfaham ekonomi merkantilisme.
 Amerika
Ilmu Pemerintahan Kameralisme. Latar
belakang sosial budaya politik pada masa itu
diwarnai oleh penerimaan faham demokrasi
dalam kehidupan kenegaraan.
 Inggris
Ilmu Pemerintahan yang mengacu pada ilmu klasik
dan humanities yang bersifat generalis, maka
pejabat sering diklarifikasikan sebagai professional
amateurs.
 Belanda
Ilmu Pemerintahan yang mirip dengan Kameralisme
Jerman hal ini diciptakan Program Indologie yang
dilakukan oleh gabungan dari 3 fakultas leiden, yaitu
fakultas hukum, sastera, dan fakultas filsafat. Ilmu
pemerintahan yang dikembangkan lebih pragmatis.
ILMU
PEMERINTAHAN
Bestuurswetenschap
(Ilmu pemerintahan)
bestuurswetenschappen
(Ilmu-ilmu pemerintahan)
Bestuurs-kunde
(Ilmu pemerintahan terapan)
 Indonesia
Ilmu Pemerintahan yang masih dipengaruhi oleh
pemikiran kepercayaan mistis, agama, seni dan
teknik.
PERKEMBANGAN ILMU PEMERINTAHAN
SCHOLTEN (1981)
Ilmu
pemerintahan
KLASIK
MODERN
Konstruksi
Praktis
Konstruksi
Empirikal
 pengalaman
 Institusi
 Akal sehat
 Pengalaman
 Institusi
 Akal sehat
 Inter face
 Politik
 Hukum
 Sosiologi
 ekonomi
Ilmu
pemerintahan
KEMENDAGR
I
Otonomi etic :
Semua unsur
pemerintahan
adalah unsur dalam
negeri
Value :
Difernsiasi dan
spesialisasi
Otonomi daerah
(sebagian besar
urusan berdasar
dari lembaga
negara )
Garis lini
D’as sain dan
Das sal
Membangun
misi Bhineka
Tunggal Ika
Pelaksanaan
berbagai
unsur
Kebijakan inter
institusional antara
Kementrian dan
lembaga lain :
Pusat, daerah dan
desa
Isu-isu penting
Perkembangan
ilmu
Perkembangan akademik menjadi
ruh bagi eksistensi ilmu
Sistem pendidikan memberi
gambaran tentang transfer of
knowledge.......
Figur-figur ilmuan memberi warna
bagi ilmu dan program studi
Kondisi dan situasi menjadi
perubahan paradigma
DOKTRIN ASOKA
“Barangsiapa merendahkan agama
lain dan memuji agamanya sendiri,
(berarti) merendahkan agamanya
sendiri”.
Dalam kitab Sutasoma, Empu
Tantular mengemas ajaran itu dalam
seloka yang sebagian berbunyi
“Bhineka Tungga Ika”, lengkapnya
“Bhineka Tunggal Ika, Tanhana
Dharma Mangrva” artinya berbeda-
beda tetapi satu jua, tahan karena
benar serta satunya cipta, rasa,
karsa, kata dan karya berdasarkan
kebenaran yang tunggal.
Pertama Mampu mengembangkan
pengetahuan, teknologi, dalam
bidang keilmuan atau praktek
melalui riset pemerintahan hingga
menghasilkan karya kreatif,
original, dan teruji.
Kedua Mampu memecahkan
permasalahan ilmu pengetahuan,
teknologi, atau seni di dalam
bidang pemerintahan melalui
pendekatan inter, multi dan
transdisipliner.
Ketiga Mampu mengelola,
memimpin, dan mengembangkan
riset pemerintahan dan
pengembangan yang bermanfaat
bagi kemaslahatan umat manusia,
serta mampu mendapat
pengakuan nasional dan
internasional.
KUALIFIKASI
DOKTOR ILMU
PEMERINTAHAN
PENELITIAN
PEMERINTAHAN
PROF. DR. DRS. H. KHASAN EFFENDY, M.Pd
DIMENSI DAN PRINSIP-PRINSIP PENELITIAN
Dimensi dan
prinsip-
prinsip
penelitian
judul
Latar belakang
Maksud dan
tujuan
Sistematika dan etika
penelitian
(- harvard dan arabia)
(- running dan put not)
Maksud dan
tujuan
MASALAH
GENERALIS
HASIL PENELITIAN : MENUNTUT
KEBERANIAN BERLAWANAN ATAU
MENYERANG OTORITA POLITIK
DAN AGAMA YANG BERLAKU
(COPERNICUS 1473 – 1543.
SCIENCE :
INTEGRITAS,
KAYA IMAJINASI,
LUANG WAKTU,
DAN SABAR
SUMBER MASALAH
FENOMENA
SOSIAL
PERUBAHAN
TEKNOLOGI
PERUBAHAN ILMU
DAN TEKNOLOGI
PENGALAMAN
AKADEMIK
KONSULTAS
I
FENOMENA
PENDIDIKAN
ENDEMIC
PENELITIA
N
LOCU
S
FOCUS
MODU
S
RESUL
T
BOBOT MASALAH
 MASALAH TERJAWAB SECARA EFEKTIF DAN
RELEVAN DALAM PENELITIAN
 BERARTI DAN BERNILAI PENTING
 SUATU YANG BARU
 VISIBLE (MEMUNGKINKAN)
 PIJAKAN (KONSEP-PROPOSISI-TEORI-SMALL-
MIDLE –GRAND THEORY)
FUNGSI
PEMERINTAHAN
Pelayanan
Pembahasan
Pemberdayaan
Ketentraman manusia
KEBUTUHA
N
MANUSIA
Fisiologi
Rasa Aman
Cinta / Rasa
Manusia
Penghargaan
Aktualisasi diri
PENELITIAN
PEMERINTAHAN
FENOMENA
DAN GEJALA
PEMERINTAHA
N
REALITA
DAN
OBJEKTIVITAS
METODE
METOD
E
KUALITATIF
Data
Teori
Nalar
KUANTITATIF
Deskrit
Kontinum (Orninal, Interval dan
Rasio)
KUAN DAN
KUAL
Pendahuluan
Proses
Sistemik
 Kualitatif data yang berhubungan dengan kategorisasi
karakteristik yang dalam bentuk ordinal dan rangking
 Kuantitatif data yang berupa angka-angka yang
diperoleh dari hasil pengukuran
 Data deskrit data hasil perhitungan yang dikonsepsikan
dalam bilangan
 Data kontinum merupakan hasil pengukuran yang
dikonsepsikan dengan jumlah nilai sampai dengan tak
terhingga
Kuantitati
f
Deskri
t
Kontinu
m
InternalOrdinal Rasiopengukura
n
perhitunga
n
Angka
MASALAH-
MASALAH
PEMERINTAHAN
FOKUS
LOKUS
• KINERJA
• KEBIJAKAN
• ORGANISASI
• BIROKRASI
• KOORDINASI
• DESA
• KECAMATAN
• PROVINSI
• KABUPATEN
• PUSAT
Efisiensi digunakan
untuk mengukur
proses, efektifitas guna
mengukur keberhasilan
mencapai tujuan, dan
kualitas untuk
mengukur sinerji
keduanya bersama-
sama. Suatu satuan
kerja per satuan waktu
disebut efisien, jika
dengan input tertentu
dapat dicapai hasil
(layanan) semaksimal
mungkin, atau suatu
hasil tertentu dapat
dicapai dengan input
seminimal mungkin.
ALAT UKUR
MODEL ANALISIS
 ANALTIK SINTETIK
 DEDUKSI
 A Priori
 INDUKSI
 A Posteriori
 Keterangan :
 Gambar di atas menunjukkan bahwa cara berpikir deduktif menghasilkan pengetahuan
analitik, sedangkan cara berpikir induktif menghasilkan pengetahuan sintetik.
CARA BERPIKIR DEDUKTIF
 Cara berpikir deduktif dimulai dengan PREMIS,
yang “benar dengan sendirinya”, dan dari padanya
dideduksi sampai pada pengetahuan khusus yang
diperlukan. Ini yang disebut cara berpikir “a priori”
yang sudah benar dari sejak semula.
CARA BERPIKIR INDUKTIF
 Cara berpikir induktif dimulai dari data dan fakta
atau realita, kemudian dirangkum sebagai
kesimpulan. Ini yang disebut cara berpikir “a
posteriori”.
 Cara berpikir deduktif, sebagaimana dipertahankan
oleh Descartes, sehubungan dedukasi matematis
yang kaku akhirnya ditinggalkan, sedangkan cara
berpikir induktif yang “Luwes” seperti
diketengahkan oleh Francis Bacon, mendapat
pasaran yang luas. Dan cara berpikir sensual
induktif sebagai berikut :
CARA BERPIKIR SENSUAL INDUKTIF
NON SENSUAL Rationalism Transendentalism FITRAH
SENSUAL
(indrawi)
Empiricism Positivism WAHYU
SAINS
EMPIRIKAL
(“Normal
Science”)
METODOLOGI
PENELITIAN
Proses
Pengindara
n

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Mp direktur tambahan revisi
Mp direktur tambahan revisiMp direktur tambahan revisi
Mp direktur tambahan revisipumdatin
 
Modul 3 mengenal ilmu pemerintahan
Modul 3 mengenal ilmu pemerintahanModul 3 mengenal ilmu pemerintahan
Modul 3 mengenal ilmu pemerintahanSri Suwanti
 
Filsafat pemerintahan s3 (prof eliana)
Filsafat pemerintahan s3 (prof eliana)Filsafat pemerintahan s3 (prof eliana)
Filsafat pemerintahan s3 (prof eliana)DIP IPDN Angkatan 3
 
SRI SUWANTI - Kebenaran ilmiah dan metodologinya - Metodologi Ilmu Pemerintahan
SRI SUWANTI - Kebenaran ilmiah dan metodologinya - Metodologi Ilmu PemerintahanSRI SUWANTI - Kebenaran ilmiah dan metodologinya - Metodologi Ilmu Pemerintahan
SRI SUWANTI - Kebenaran ilmiah dan metodologinya - Metodologi Ilmu PemerintahanSri Suwanti
 
Bahan matrikulasi direktur
Bahan matrikulasi direkturBahan matrikulasi direktur
Bahan matrikulasi direkturpumdatin
 
Pengenalan sains sosial
Pengenalan sains sosialPengenalan sains sosial
Pengenalan sains sosialSyahremie Teja
 
Tantangan dan masa depan ilmu
Tantangan dan masa depan ilmuTantangan dan masa depan ilmu
Tantangan dan masa depan ilmuayu Naoman
 
Ppt pend. pancasila kel.5
Ppt pend. pancasila kel.5Ppt pend. pancasila kel.5
Ppt pend. pancasila kel.5Azza Mafazah
 
SRI SUWANTI - MIP - Latihan 35
SRI SUWANTI - MIP - Latihan 35SRI SUWANTI - MIP - Latihan 35
SRI SUWANTI - MIP - Latihan 35Sri Suwanti
 
Makalah ilmu pengetahuan dan moralitas
Makalah ilmu pengetahuan dan moralitasMakalah ilmu pengetahuan dan moralitas
Makalah ilmu pengetahuan dan moralitasYuliana Aminulloh
 
Aksiologi Ilmu Pendidikan
Aksiologi Ilmu PendidikanAksiologi Ilmu Pendidikan
Aksiologi Ilmu PendidikanMETA GUNAWAN
 
Konsep Dasar Filsafat
Konsep Dasar  Filsafat Konsep Dasar  Filsafat
Konsep Dasar Filsafat Yamanto Isa
 
tantangan dan masa depan ilmu
tantangan dan masa depan ilmutantangan dan masa depan ilmu
tantangan dan masa depan ilmukarlina apriliani
 
Pengetahuan kuliah 1
Pengetahuan kuliah 1Pengetahuan kuliah 1
Pengetahuan kuliah 1Fatin Halid
 
AA209 sains teknologi dan kejuruteraan dalam Islam
AA209   sains teknologi dan kejuruteraan dalam IslamAA209   sains teknologi dan kejuruteraan dalam Islam
AA209 sains teknologi dan kejuruteraan dalam IslamAs Nuurien Najma
 
Artikel Filsafat Ilmu dan Logika Metode Induksi dan Deduksi
Artikel Filsafat Ilmu dan Logika Metode Induksi dan DeduksiArtikel Filsafat Ilmu dan Logika Metode Induksi dan Deduksi
Artikel Filsafat Ilmu dan Logika Metode Induksi dan DeduksiNasruddin Asnah
 
Sejarah dan filsafat, filsafat pendidikan
Sejarah dan filsafat, filsafat pendidikanSejarah dan filsafat, filsafat pendidikan
Sejarah dan filsafat, filsafat pendidikanistana walet
 

Was ist angesagt? (20)

Mp direktur tambahan revisi
Mp direktur tambahan revisiMp direktur tambahan revisi
Mp direktur tambahan revisi
 
Modul 3 mengenal ilmu pemerintahan
Modul 3 mengenal ilmu pemerintahanModul 3 mengenal ilmu pemerintahan
Modul 3 mengenal ilmu pemerintahan
 
Filsafat pemerintahan s3 (prof eliana)
Filsafat pemerintahan s3 (prof eliana)Filsafat pemerintahan s3 (prof eliana)
Filsafat pemerintahan s3 (prof eliana)
 
SRI SUWANTI - Kebenaran ilmiah dan metodologinya - Metodologi Ilmu Pemerintahan
SRI SUWANTI - Kebenaran ilmiah dan metodologinya - Metodologi Ilmu PemerintahanSRI SUWANTI - Kebenaran ilmiah dan metodologinya - Metodologi Ilmu Pemerintahan
SRI SUWANTI - Kebenaran ilmiah dan metodologinya - Metodologi Ilmu Pemerintahan
 
Bahan matrikulasi direktur
Bahan matrikulasi direkturBahan matrikulasi direktur
Bahan matrikulasi direktur
 
Pengenalan sains sosial
Pengenalan sains sosialPengenalan sains sosial
Pengenalan sains sosial
 
Tantangan dan masa depan ilmu
Tantangan dan masa depan ilmuTantangan dan masa depan ilmu
Tantangan dan masa depan ilmu
 
Ppt pend. pancasila kel.5
Ppt pend. pancasila kel.5Ppt pend. pancasila kel.5
Ppt pend. pancasila kel.5
 
SRI SUWANTI - MIP - Latihan 35
SRI SUWANTI - MIP - Latihan 35SRI SUWANTI - MIP - Latihan 35
SRI SUWANTI - MIP - Latihan 35
 
Makalah ilmu pengetahuan dan moralitas
Makalah ilmu pengetahuan dan moralitasMakalah ilmu pengetahuan dan moralitas
Makalah ilmu pengetahuan dan moralitas
 
Filsafat Ilmu
Filsafat Ilmu Filsafat Ilmu
Filsafat Ilmu
 
Metodologi
MetodologiMetodologi
Metodologi
 
Aksiologi Ilmu Pendidikan
Aksiologi Ilmu PendidikanAksiologi Ilmu Pendidikan
Aksiologi Ilmu Pendidikan
 
Konsep Dasar Filsafat
Konsep Dasar  Filsafat Konsep Dasar  Filsafat
Konsep Dasar Filsafat
 
tantangan dan masa depan ilmu
tantangan dan masa depan ilmutantangan dan masa depan ilmu
tantangan dan masa depan ilmu
 
pengantar sains sosial
pengantar sains sosialpengantar sains sosial
pengantar sains sosial
 
Pengetahuan kuliah 1
Pengetahuan kuliah 1Pengetahuan kuliah 1
Pengetahuan kuliah 1
 
AA209 sains teknologi dan kejuruteraan dalam Islam
AA209   sains teknologi dan kejuruteraan dalam IslamAA209   sains teknologi dan kejuruteraan dalam Islam
AA209 sains teknologi dan kejuruteraan dalam Islam
 
Artikel Filsafat Ilmu dan Logika Metode Induksi dan Deduksi
Artikel Filsafat Ilmu dan Logika Metode Induksi dan DeduksiArtikel Filsafat Ilmu dan Logika Metode Induksi dan Deduksi
Artikel Filsafat Ilmu dan Logika Metode Induksi dan Deduksi
 
Sejarah dan filsafat, filsafat pendidikan
Sejarah dan filsafat, filsafat pendidikanSejarah dan filsafat, filsafat pendidikan
Sejarah dan filsafat, filsafat pendidikan
 

Andere mochten auch

Kepemimpinan indonesia 2
Kepemimpinan indonesia 2Kepemimpinan indonesia 2
Kepemimpinan indonesia 2pumdatin
 
Kepemimpinan indonesia 1
Kepemimpinan indonesia 1Kepemimpinan indonesia 1
Kepemimpinan indonesia 1pumdatin
 
Pengantar Ilmu Pemerintahan
Pengantar Ilmu PemerintahanPengantar Ilmu Pemerintahan
Pengantar Ilmu PemerintahanMuhamad Yogi
 
Caricaturas y series populares
Caricaturas y series popularesCaricaturas y series populares
Caricaturas y series popularesclaudimandy
 
Target audience lesson plan- final
Target audience  lesson plan- finalTarget audience  lesson plan- final
Target audience lesson plan- finalmollyclements_
 
Mattrikulasi doktor statistik1 - bambang - 1 juni 2013
Mattrikulasi doktor statistik1 - bambang - 1 juni 2013Mattrikulasi doktor statistik1 - bambang - 1 juni 2013
Mattrikulasi doktor statistik1 - bambang - 1 juni 2013pumdatin
 
Caricaturas y series populares
Caricaturas y series popularesCaricaturas y series populares
Caricaturas y series popularesclaudimandy
 
Block designs for shoe
Block designs for shoeBlock designs for shoe
Block designs for shoemollyclements_
 
Proektirane1 online
Proektirane1 onlineProektirane1 online
Proektirane1 onlinekursove123
 

Andere mochten auch (16)

Kepemimpinan indonesia 2
Kepemimpinan indonesia 2Kepemimpinan indonesia 2
Kepemimpinan indonesia 2
 
Kepemimpinan indonesia 1
Kepemimpinan indonesia 1Kepemimpinan indonesia 1
Kepemimpinan indonesia 1
 
Pengantar Ilmu Pemerintahan
Pengantar Ilmu PemerintahanPengantar Ilmu Pemerintahan
Pengantar Ilmu Pemerintahan
 
Metodologi ilmu pemerintahan
Metodologi ilmu pemerintahanMetodologi ilmu pemerintahan
Metodologi ilmu pemerintahan
 
Aksiologi kelompok 3
Aksiologi kelompok 3Aksiologi kelompok 3
Aksiologi kelompok 3
 
Mobilitas sosial
Mobilitas sosialMobilitas sosial
Mobilitas sosial
 
Caricaturas y series populares
Caricaturas y series popularesCaricaturas y series populares
Caricaturas y series populares
 
Target audience lesson plan- final
Target audience  lesson plan- finalTarget audience  lesson plan- final
Target audience lesson plan- final
 
Isla de malata cuba master
Isla de malata cuba masterIsla de malata cuba master
Isla de malata cuba master
 
Udgam Matters Feb - March 2015
Udgam Matters Feb - March 2015Udgam Matters Feb - March 2015
Udgam Matters Feb - March 2015
 
Mattrikulasi doktor statistik1 - bambang - 1 juni 2013
Mattrikulasi doktor statistik1 - bambang - 1 juni 2013Mattrikulasi doktor statistik1 - bambang - 1 juni 2013
Mattrikulasi doktor statistik1 - bambang - 1 juni 2013
 
Caricaturas y series populares
Caricaturas y series popularesCaricaturas y series populares
Caricaturas y series populares
 
Luis Lugo Isla de Malta cuba master
Luis Lugo Isla de Malta cuba masterLuis Lugo Isla de Malta cuba master
Luis Lugo Isla de Malta cuba master
 
Block designs for shoe
Block designs for shoeBlock designs for shoe
Block designs for shoe
 
Proektirane1 online
Proektirane1 onlineProektirane1 online
Proektirane1 online
 
End user
End userEnd user
End user
 

Ähnlich wie Mp direktur tambahan fix

Materi Pengantar Ilmu Pemerintahan Full.ppt
Materi Pengantar Ilmu Pemerintahan Full.pptMateri Pengantar Ilmu Pemerintahan Full.ppt
Materi Pengantar Ilmu Pemerintahan Full.pptssuser7d42d8
 
Materi Pengantar Ilmu Pemerintahan Full.ppt
Materi Pengantar Ilmu Pemerintahan Full.pptMateri Pengantar Ilmu Pemerintahan Full.ppt
Materi Pengantar Ilmu Pemerintahan Full.pptsriwulandari297838
 
Paradigma positif
Paradigma positifParadigma positif
Paradigma positifAjeng Pipit
 
Sistem Politik Indonesia: Sebuah Pengantar
Sistem Politik Indonesia: Sebuah Pengantar Sistem Politik Indonesia: Sebuah Pengantar
Sistem Politik Indonesia: Sebuah Pengantar Tri Widodo W. UTOMO
 
Memahami hakikat ilmu dan ilmu sosial
Memahami hakikat ilmu dan ilmu sosialMemahami hakikat ilmu dan ilmu sosial
Memahami hakikat ilmu dan ilmu sosialM fazrul
 
01 Mja1013 Pengenalan Sains Sosial
01 Mja1013 Pengenalan Sains Sosial01 Mja1013 Pengenalan Sains Sosial
01 Mja1013 Pengenalan Sains SosialWanBK Leo
 
Teori ilmu sosial s3 6-15 (prof nyoman)
Teori ilmu sosial s3 6-15 (prof nyoman)Teori ilmu sosial s3 6-15 (prof nyoman)
Teori ilmu sosial s3 6-15 (prof nyoman)DIP IPDN Angkatan 3
 
SRI SUWANTI - PERBANDINGAN PEMERINTAHAN
SRI SUWANTI - PERBANDINGAN PEMERINTAHAN SRI SUWANTI - PERBANDINGAN PEMERINTAHAN
SRI SUWANTI - PERBANDINGAN PEMERINTAHAN Sri Suwanti
 
Posisi Ilmu Administrasi Negara Dengan Ilmu Sosial Lainnya
Posisi Ilmu Administrasi Negara Dengan Ilmu Sosial LainnyaPosisi Ilmu Administrasi Negara Dengan Ilmu Sosial Lainnya
Posisi Ilmu Administrasi Negara Dengan Ilmu Sosial Lainnyavirmannsyah
 
Esensi dan konsep dasar” ilmu sosial,budaya dan kealaman.pptx
Esensi dan konsep dasar” ilmu sosial,budaya dan kealaman.pptxEsensi dan konsep dasar” ilmu sosial,budaya dan kealaman.pptx
Esensi dan konsep dasar” ilmu sosial,budaya dan kealaman.pptxfotocopy6
 
Apa yang dimaksud masalah
Apa yang dimaksud masalahApa yang dimaksud masalah
Apa yang dimaksud masalahYf Indah
 

Ähnlich wie Mp direktur tambahan fix (20)

Metodologi ilmu pemerintahan
Metodologi ilmu pemerintahanMetodologi ilmu pemerintahan
Metodologi ilmu pemerintahan
 
Ip prologue
Ip prologueIp prologue
Ip prologue
 
Materi Pengantar Ilmu Pemerintahan Full.ppt
Materi Pengantar Ilmu Pemerintahan Full.pptMateri Pengantar Ilmu Pemerintahan Full.ppt
Materi Pengantar Ilmu Pemerintahan Full.ppt
 
Materi Pengantar Ilmu Pemerintahan Full.ppt
Materi Pengantar Ilmu Pemerintahan Full.pptMateri Pengantar Ilmu Pemerintahan Full.ppt
Materi Pengantar Ilmu Pemerintahan Full.ppt
 
Paradigma positif
Paradigma positifParadigma positif
Paradigma positif
 
Sistem Politik Indonesia: Sebuah Pengantar
Sistem Politik Indonesia: Sebuah Pengantar Sistem Politik Indonesia: Sebuah Pengantar
Sistem Politik Indonesia: Sebuah Pengantar
 
Revisi pid klmpk 10
Revisi pid klmpk 10Revisi pid klmpk 10
Revisi pid klmpk 10
 
Memahami hakikat ilmu dan ilmu sosial
Memahami hakikat ilmu dan ilmu sosialMemahami hakikat ilmu dan ilmu sosial
Memahami hakikat ilmu dan ilmu sosial
 
TUGAS FILSAFAT
TUGAS FILSAFATTUGAS FILSAFAT
TUGAS FILSAFAT
 
APA ITU ILMU
APA ITU ILMUAPA ITU ILMU
APA ITU ILMU
 
01 Mja1013 Pengenalan Sains Sosial
01 Mja1013 Pengenalan Sains Sosial01 Mja1013 Pengenalan Sains Sosial
01 Mja1013 Pengenalan Sains Sosial
 
Teori ilmu sosial s3 6-15 (prof nyoman)
Teori ilmu sosial s3 6-15 (prof nyoman)Teori ilmu sosial s3 6-15 (prof nyoman)
Teori ilmu sosial s3 6-15 (prof nyoman)
 
Apa itu Ilmu.ppt
Apa itu Ilmu.pptApa itu Ilmu.ppt
Apa itu Ilmu.ppt
 
Unsur penelitian
Unsur penelitianUnsur penelitian
Unsur penelitian
 
Chapter report filsafat
Chapter report filsafatChapter report filsafat
Chapter report filsafat
 
SRI SUWANTI - PERBANDINGAN PEMERINTAHAN
SRI SUWANTI - PERBANDINGAN PEMERINTAHAN SRI SUWANTI - PERBANDINGAN PEMERINTAHAN
SRI SUWANTI - PERBANDINGAN PEMERINTAHAN
 
Posisi Ilmu Administrasi Negara Dengan Ilmu Sosial Lainnya
Posisi Ilmu Administrasi Negara Dengan Ilmu Sosial LainnyaPosisi Ilmu Administrasi Negara Dengan Ilmu Sosial Lainnya
Posisi Ilmu Administrasi Negara Dengan Ilmu Sosial Lainnya
 
Sarana ilmiah
Sarana ilmiahSarana ilmiah
Sarana ilmiah
 
Esensi dan konsep dasar” ilmu sosial,budaya dan kealaman.pptx
Esensi dan konsep dasar” ilmu sosial,budaya dan kealaman.pptxEsensi dan konsep dasar” ilmu sosial,budaya dan kealaman.pptx
Esensi dan konsep dasar” ilmu sosial,budaya dan kealaman.pptx
 
Apa yang dimaksud masalah
Apa yang dimaksud masalahApa yang dimaksud masalah
Apa yang dimaksud masalah
 

Mehr von pumdatin

Jadwal pak saf
Jadwal pak safJadwal pak saf
Jadwal pak safpumdatin
 
Jadwal pak saf
Jadwal pak safJadwal pak saf
Jadwal pak safpumdatin
 
Kepemimpinan indonesia
Kepemimpinan indonesiaKepemimpinan indonesia
Kepemimpinan indonesiapumdatin
 
Kepemimpinan indonesia 2
Kepemimpinan indonesia 2Kepemimpinan indonesia 2
Kepemimpinan indonesia 2pumdatin
 
Matrikulasi iv new prof sudarja
Matrikulasi iv new prof sudarjaMatrikulasi iv new prof sudarja
Matrikulasi iv new prof sudarjapumdatin
 
Matrikulasi iii
Matrikulasi iiiMatrikulasi iii
Matrikulasi iiipumdatin
 
Teori pembaharuan pem (matrikulasi) 2013
Teori pembaharuan pem (matrikulasi) 2013Teori pembaharuan pem (matrikulasi) 2013
Teori pembaharuan pem (matrikulasi) 2013pumdatin
 
Matrikulasi 4
Matrikulasi 4Matrikulasi 4
Matrikulasi 4pumdatin
 
Matrikulasi 3
Matrikulasi 3Matrikulasi 3
Matrikulasi 3pumdatin
 
Matrikulasi 2
Matrikulasi 2Matrikulasi 2
Matrikulasi 2pumdatin
 
Matrikulasi 1
Matrikulasi 1Matrikulasi 1
Matrikulasi 1pumdatin
 
Filsafat pemerintahan s3 erliana hasan
Filsafat pemerintahan s3   erliana hasanFilsafat pemerintahan s3   erliana hasan
Filsafat pemerintahan s3 erliana hasanpumdatin
 
Mattrikulasi doktor statistik1
Mattrikulasi doktor statistik1Mattrikulasi doktor statistik1
Mattrikulasi doktor statistik1pumdatin
 

Mehr von pumdatin (13)

Jadwal pak saf
Jadwal pak safJadwal pak saf
Jadwal pak saf
 
Jadwal pak saf
Jadwal pak safJadwal pak saf
Jadwal pak saf
 
Kepemimpinan indonesia
Kepemimpinan indonesiaKepemimpinan indonesia
Kepemimpinan indonesia
 
Kepemimpinan indonesia 2
Kepemimpinan indonesia 2Kepemimpinan indonesia 2
Kepemimpinan indonesia 2
 
Matrikulasi iv new prof sudarja
Matrikulasi iv new prof sudarjaMatrikulasi iv new prof sudarja
Matrikulasi iv new prof sudarja
 
Matrikulasi iii
Matrikulasi iiiMatrikulasi iii
Matrikulasi iii
 
Teori pembaharuan pem (matrikulasi) 2013
Teori pembaharuan pem (matrikulasi) 2013Teori pembaharuan pem (matrikulasi) 2013
Teori pembaharuan pem (matrikulasi) 2013
 
Matrikulasi 4
Matrikulasi 4Matrikulasi 4
Matrikulasi 4
 
Matrikulasi 3
Matrikulasi 3Matrikulasi 3
Matrikulasi 3
 
Matrikulasi 2
Matrikulasi 2Matrikulasi 2
Matrikulasi 2
 
Matrikulasi 1
Matrikulasi 1Matrikulasi 1
Matrikulasi 1
 
Filsafat pemerintahan s3 erliana hasan
Filsafat pemerintahan s3   erliana hasanFilsafat pemerintahan s3   erliana hasan
Filsafat pemerintahan s3 erliana hasan
 
Mattrikulasi doktor statistik1
Mattrikulasi doktor statistik1Mattrikulasi doktor statistik1
Mattrikulasi doktor statistik1
 

Mp direktur tambahan fix

  • 1. METODOLOGI ILMU PEMERINTAHAN Oleh: PROF. DR. H. TJAHYA SUPRIATNA, SU PROF. DR. DRS. H. KHASAN EFFENDY, M.PD PROGRAM DOKTOR ILMU PEMERINTAHAN PASCASARJANA INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI Kementrian Dalam Negeri
  • 2. INTERELASI AKTIVITAS, METODE, PENGETAHUAN AKTIVITAS DAN GEJALA PEMERINTAHAN METODE PENGETAHUAN PENGAMATAN, RASA DAN FAKTA EMPIRIK ILMU PEMERI NTAHAN
  • 3. ILMU PEMERINTAHA N (SCIENCE) Ilmu pengetahuan (science) bergerak ke dalam. Ke dalam ia menguji, mengoreksi, membaharui, dan mengembangkan diri sendiri sehingga terus menerus mampu berfungsi (Fred N. Kerlinger, Foundations of Behavioral Research, 1973, 67) Ke luar ia merekam, mengindentifikasi, menggambarkan, menemukan dan menerangkan hubungan, (ikut) menguji pengetahuan lain dan meramalkan apa yang akan atau dapat terjadi.
  • 4. ESENSI METODE Metodologi berasal dari kata methodology (method + logos). Kata method (methodos, systematic course) berasal dari akar kata meta- (dunia di balik kenyataan, sepertimeta- dalam metafisika, after, beyond) dan hodos (jalan, cara). Hodos itu bermacam-macam, persis seperti kunci atau alat. Setiap barang (baca: masalah) yang hendak di buka (baca: dipecahkan, diterangkan), memerlukan, dan mempunyai kunci sendiri (tertentu). Dalam Encyclopedia Britanniaca (1958), Metodologi di-refer sebagai scientific method dan didefinisikan sebagai “the procedure by which we again knowledge in empirical studies such as physics, chemistry, and physiology” yang gejala- gejalanya berulang-tetap sehingga dengan leluasa dapat diteliti melalui metodologi kuantitatif.
  • 5. ESENSI METODE Metodologi berasal dari kata methodology (method + logos). Kata method (methodos, systematic course) berasal dari akar kata meta- (dunia di balik kenyataan, sepertimeta- dalam metafisika, after, beyond) dan hodos (jalan, cara). Hodos itu bermacam-macam, persis seperti kunci atau alat. Setiap barang (baca: masalah) yang hendak di buka (baca: dipecahkan, diterangkan), memerlukan, dan mempunyai kunci sendiri (tertentu). Dalam Encyclopedia Britanniaca (1958), Metodologi di-refer sebagai scientific method dan didefinisikan sebagai “the procedure by which we again knowledge in empirical studies such as physics, chemistry, and physiology” yang gejala- gejalanya berulang-tetap sehingga dengan leluasa dapat diteliti melalui metodologi kuantitatif. Metodologi Ilmu Pemerintahan menunjukan bahan baku body of knowledge yang disebut Ilmu Pemerintahan itu, dan bagaimana konstruksinya, sehingga ilmu yang bersangkutan tetap bertahan dan berfungsi internal dan eksternal dalam kondisi apapun.
  • 6. PEMIKIRAN METODOLO GI 1. Semula Metodologi Ilmu tidak diajarkan pada tingkat sarjana melainkan pada studi tingkat Master dan Doktor. Materi Metodologi Ilmu dimasukan di dalam Filsafat Ilmu sebagai salah satu cabang Filsafat dan diajarkan di beberapa fakultas pada tingkat sarjana. 2. Pemikiran tentang Metodologi didorong oleh kebutuhan akademik dalam rangka upaya memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal itu terlihat pada prosesi Kongres Ilmu Pengetahuan Nasionl Pertama yang berlangsung di Malang pada tanggal 3 – 9 Agustus 1958 dan diselenggarakan oleh Majelis Ilmu Pengetahuan Indonesia. 3. Kongres menggelar dua diskusi panel yaitu tentang (1) University and research dan (2) Scientific Manpower. Tidak lama sesudah itu baik Metodologi Ilmu, misalnya Metodologi Ilmu Politik di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta maupun Metodologi Penelitian, diajarkan di berbagai fakultas.
  • 7. RAMBU-RAMBU MEMPELAJARI METODOLOGI PEMERINTAHAN 1. Teknis, tiadanya buku pelajaran, 2. Metodologis, kurangnya kejelasan perbedaan antara Metodologi Ilmu dengan Metodologi Penelitian, 3. Taksonomik, tentang letak disiplin ini di dalam sistem ilmu pengetahuan, 4. Metodik-didaktik, cara dan teknik pembelajaran, 5. Materiil, tentang sumber dan pengkajian materi Metodologi Pemerintahan itu sendiri, dan 6. Kelangkaan tenaga Akademik. Untuk mengatasi sebagian kesukaran di atas dilakukan pengkajian tentang Metodologi Ilmu Pemerintahan.
  • 8. SUBSTANTIF PEMERINTAHAN 1. Pemerintahan adalah gejala sosial, artinya terjadi di dalam hubungan antar anggota masyarakat, baik individu dengan individu, kelompok dengan kelompok, maupun antar individu dengan kelompok. Gejala ini terdapat pada suatu saat di dalam sebuah masyarakat. Di sana seseorang atau suatu kelompok (sebut saja X) dalam proses atau interaksi sosial terlihat dominan terhadap orang atau kelompok lain (sebut saja Y). 2. Jika ditelusuri dari sudut Sosiologi, seperti dilakukan Max Weber, “The Three Types of Legitimate Rule,” dalam Amitai Etzioni (ed.), Complex Organization (1961) maupun dalam The Web of Government (1961), ternyata didominasi itu bersumber pada beberapa hal :
  • 9. a) Waktu, misalnya dominasi orang yang lebih tua terhadap orang lain, b) Lokasi, misalnya dominasi daerah yang kondisinya lebih baik dari daerah lainnya, c) Tradisi, misalnya kesetiaan orang terhadap kelompok yang ditaklukannya, baik dengan menggunakan kekuatan atau paksaan maupun melalui rekayasa, d) Penaklukan, misalnya dominasi kelompok penakluk terhadap kelompok yang ditaklukannya, baik dengan menggunakan kekuatan atau paksaan maupun melalui rekayasa, e) Penyelesaian suatu konflik melalui proses win-lose atau lose- win, f) Perlombaan atau persaingan, dan g) Kesepakatan, misalnya kekuasaan tertentu yang oleh sekelompok orang, berdasarkan pertimbangan tertentu, diserahkan kepda orang lain sebagai jalan, cara atau alatuntuk mencapai tujuan atau kepentingan bersama dan tertentu pula.
  • 10. 3. Dalam bahasa Inggris, pemerintahan disebut government (Latin gubernare, Greek kybernan, artinya to steer, mengemudi-kan atau mengendalikan), sehingga semula, lambang pemerintahan itu berbentuk kemudi kapal. 4. Gejala Pemerintahan Pada analisis di atas, X disebut pemerintah (P) dan Y yang diperintah (YD). Hubungan antara P dengan YD memuat kegiatan yang disebut pemerintahan atau peristiwa yang disebut peristiwa pemerintahan. Peristiwa pemerintahan ada yang sekali lalu dan ada yang berulang. Peristiwa pemerintahan yang sekali lalu menjadi sasaran kajian ilmiah guna membangun seni pemerintahan. Peristiwa pemerintahan dapat dipelajari dengan menggunakan metodologi research dan hasil-hasilnya dapat diajarkan, diterapkan dan diwariskan. Hal ini dibahas kelak namun untuk sementara dikatakan, pengkajian terhadap peristiwa pemerintahan yang berulang-ulang atau gejala-gejala pemerintahan itulah sumber bahan konstruksi Ilmu Pemerintahan.
  • 11. PERKEMBANGAN ILMU PEMERINTAHAN 1. Perkembangan Paradigmatik Ilmu Pemerintahan setiap kegiatan pengkajian ilmiah mempunyai sasaran. Setiap sasaran dapat dipelajari dari berbagai sudut pandang yang berbeda-beda dan dengan menggunakan alat yang berlainan. Mislnya, pandangan terhadap sebuah rumah bercat putih berbeda dibanding dengan menggunakan kacamata hitam berbeda dengan pandangan dengan kacamata biru. Pengkajian terhadap sasaran yang sama (objek materiil) jika dilihat dari sudut yang berbeda (objek formal) dengan alat yang berbeda,memberikan hasil yang berbeda pula. Karena itu, pengkajian terhadap objek (sasaran) yang sama dapat menghasilkan disiplin yang berlainan. Dari sudut mana dan dengan cara apa peristiwa (gejala) pemerintahan itu dipandang guna menghasilkan Ilmu Pemerintahan, akan dibicarakan kemudian. Sebagai disiplin yang berdiri sendiri, Ilmu Pemerintahan (Bestuursweten) adalah ilmu yang baru. Perkembangannya melalui sudut pandang dan cara menurut ilmu yang ada di masa itu sehingga objek itu menjadi ruang lingkup dan dipelajari sebagai materi atau bagian integral disiplin lain seperti Ilmu Hukum, Ilmu Politik, Sosiologi, Ilmu Ekonomi, dan Ilmu Administrasi.
  • 12. 2. Pada tahap kedua, gejala pemerintahan dipelajari oleh disiplin ilmu pengetahuan yang ada sehingga terbentuklah spesialisasi disiplin yang bersangkutan. Mislnya, tatkala sosiologi mempelajari gejala pemerintahan, lahirlah disiplin baru yaitu Sosiologi Pemerintahan. Sosiologi Pemerintahan merupakan spesialisasi sosiologi. Dalam hubungan ini terdapat sejumlah disiplin yang berspesialisasi di bidang pemerintahan : a. Politik Pemerintahan b. Administrasi/ Manajemen Pemerintahan c. Hukum Tata Pemerintahan d. Sosiologi Pemerintahan/Publik e. Ekonomi Pemerintahan/Publik f. Teknologi Pemerintahan g. Filsafat Pemerintahan h. Etika Pemerintahan i. Psikologi Pemerintahan j. Sejarah Pemerintahan k. Ekologi Pemerintahan l. Budaya Pemerintahan
  • 13. m. Geografi Pemerintahan n. Hukum Adat Pemerintahan o. Kepemimpinan Pemerintahan p. Komunikasi Pemerintahan q. Bahasa Pemerintahan r. Seni Pemerintahan s. Metodologi Pemerintahan t. Perbandingan Pemerintahan u. Perilaku Pemerintahan v. Pembangunan Pemerintahan 3. Pada tahap ketiga, terbentuk kelompok pengetahuan (body of knowledge) yang dikonstruksikan dan konsep-konsep sumbangan disiplin tersebut di atas, terutama konsep-konsep ideografik. Maka lahirlah disiplin yang disebut Ilmu Pemerintahan Ekletis. Ilmu Pemerintahan pada tahap awal seperti Bestuurskunde, bersifat ideografik-ekletis. Inilah ilmu pemerintahan generasi pertama.
  • 14. 4. Pada tahap keempat, lahirlah Ilmu Pemerintahan yang mandiri yang dikenal sebagai Bestuurswetenschap. Ilmu Pemerintahan generasi kedua di dukung oleh metodologi (Metodologi Ilmu Pemerintahan) yang berhasil mengidentifikasi sasaran formal baru (khusus) di antara sejumlah objek formal lainnya yang gejalanya memiliki keajegan yang cukup untuk dianalisis (sedikit banyak bersifat nomotetik). 5. Dari analisis itu lahir konsep-konsep sebagai bahan bagi penyusunan teori yang pada gilirannya bisa digunakan sebagai alat eksplanasi dan prediksi, dua diantara sejumlah fungsi pengetahuan untuk dapat disebut sebagai disiplin yang mandiri (baca juga Soewargono, “Jati Diri Ilmu Pemerintahan,”dalam Jurnal Ilmu Pemerintah-an, Nomor Perkenalan 1995 h.24-56).
  • 15. SOSIAL a. Sosiologi b. Antropologi c. Psikologi d. Ekonomi e. Politik f. Geografi g. Komunikasi h. Hukum i. Ilmu j. Ilmu sejenisnya FILSAFAT HUMANIORA a. Bahasa dan Sastra b. Kebudayaan c. Kesenian d. Filsafat e. Agama f. Ilmu sejenisnya ILMU EKSAKTA a. Fisika b. Biologi c. Kimia d. Astronomi e. Matematika HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN ILMU
  • 16. POLITIK (Indung) Pemerintahan (Saudara Kandung) – ilmu Otonomi ADM PUBLIK ADM. NEGARA (Saudara Kandung) INTEGRAL >< SEPARATED RELEVANSI SOSIAL RELEVANSI INTELEKTUAL PERPISAHAN ILMU
  • 17. SOSIALISM FILSAFAT HUMANIORAILMU EKSAKTA POLITIK ADM. PUBLIKADM. NEGARA ILMU PEMERINTAHA N PETA ILMU PEMERINTAHAN
  • 19. 1. ILMU Ilmu Adalah susunan pengetahuan yang teratur tentang pokok-pokok permasalahan atau subyek tertentu yang diperoleh melalui metode tertentu dengan tujuan memperoleh kebenaran tentang sesuatu yang obyektif. Menurut Moh. Hatta: Ilmu pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum Kausal baik dalam suatu golongan yang sama tabiatnya maupun menurut bangunannya dari dalam. UNISCO (United Nation an Education Science and Cultural organization) Science is Sum on Coordinated knowledge related to a determined subject. Keseluruhan pengetahuan yang teratur tentang suatu pokok permasalahan tertentu.
  • 20. 2. SYARAT-SYARAT a. Objek atau bidang kajian b. Metode – cara ilmiah untuk memperoleh pengetahuan yang benar dan objektif c. Pengertian atau konsep-konsep tersendiri sesuai dengan karakteristik dan lingkup permasalahan. 3. Karakteristik Ilmu a. Rasional b. Logis c. Objektif d. Terbuka e. Universal f. Sistematis
  • 21. 4. FUNGSI ILMU Membantu manusia dalam mencapai tujuan kedepannya dan memberi penerangan kehidupan
  • 22. ILMU PEMERINTAHA N Institusi Ranah Ilmu-ilmu pemerintahan dalam bidang kajian normatif dan faktual untuk membangun bentuk. Paradigma yg mantap ( ontologi, etistendogi, dan aksiologi) Diterima para Ilmuwan SCIENCE OTONOMI STUDIES PENDEKATAN ILMU PEMERINTAHAN Berkembang Anomali Eksistensi Ilmu
  • 25. TANTANGAN ILMU PEMERINTAHAN Masalah keterbukaan, yaitu kesediaan menerima kritik Tantangan untuk mewujudkan pemerintahan yang demokratis Penelitian ilmu pemerintahan dihadapkan maslalah pendanaan dan teknis Dominan paradigma behavioroi smelawan positivistik ANOMALI BERKEMBANG
  • 26. SAINS EMPIRIKAL Ada pun Sains Empirikal (normal science) sebagaimana disebut oleh Thomas Khun yang kini berlaku, diturunkan dari cara berpikir sensual (indrawi), melalui Proses Pengindaran, agar dapat menangkap wujud-wujud konkrit dari jagat raya (yang disebut realita itu). Letak masalah, suatu masalah besar dan esensial dari apa yang kita sebut Sains Empirikal itu. Untuk memahami hal ini kita kembali ke jalan pikiran kant bahwa jagat raya yang sebenarnya adalah noumena, yang kita tidak tahu tentang itu (tidak akan tahu sampai kapan pun) sedangkan yang tampak kepada kita adalah phenomena (bukan jagat raya sebenarnya dan bersifat menipu).
  • 28. Ontologi Hakekat, ada Konstruksi Religi Ada kehidupan setelah mati Ada perbedaan pria dan wanita Konstruksi Sosial
  • 29. Epistomologi Teori Pengetahuan Relasi objektivitas dengan Fenomena Sosial Relasi objektivitas dengan Fenomena Alam Konstruksi Pemerintahan Ada rakyat Wilayah Pengakuan (nilai,norma,hukum)
  • 32. HISTORIS><KONTEKT UAL ILMU PEMERINTAHAN Pada masa Romawi kuno,Pemerintahan yang tidak pernah berhenti pada tataran spekulatif. Pada masa Abad Pertengahan , Pemerintahan yang terkait erat dengan masalah keagamaan. Pada masa Renaissance, Adanya gerakan sekularisasi dalam artian pemisahan pembahasan masalah keagamaan dan kenegaraan. Pada masa klasik, Pemerintahan yang berupa disiplin keilmuan yang obyektif, sistematis, rasioanal, dan metodis.
  • 33.  Pada masa Modern  Prusia Ilmu Pemerintahan dengan nama Kameralwissenshaft, yang bersifat sentralistik, paternalistik, berfaham ekonomi merkantilisme.  Amerika Ilmu Pemerintahan Kameralisme. Latar belakang sosial budaya politik pada masa itu diwarnai oleh penerimaan faham demokrasi dalam kehidupan kenegaraan.
  • 34.  Inggris Ilmu Pemerintahan yang mengacu pada ilmu klasik dan humanities yang bersifat generalis, maka pejabat sering diklarifikasikan sebagai professional amateurs.  Belanda Ilmu Pemerintahan yang mirip dengan Kameralisme Jerman hal ini diciptakan Program Indologie yang dilakukan oleh gabungan dari 3 fakultas leiden, yaitu fakultas hukum, sastera, dan fakultas filsafat. Ilmu pemerintahan yang dikembangkan lebih pragmatis.
  • 36.  Indonesia Ilmu Pemerintahan yang masih dipengaruhi oleh pemikiran kepercayaan mistis, agama, seni dan teknik.
  • 37. PERKEMBANGAN ILMU PEMERINTAHAN SCHOLTEN (1981) Ilmu pemerintahan KLASIK MODERN Konstruksi Praktis Konstruksi Empirikal  pengalaman  Institusi  Akal sehat  Pengalaman  Institusi  Akal sehat  Inter face  Politik  Hukum  Sosiologi  ekonomi
  • 38. Ilmu pemerintahan KEMENDAGR I Otonomi etic : Semua unsur pemerintahan adalah unsur dalam negeri Value : Difernsiasi dan spesialisasi Otonomi daerah (sebagian besar urusan berdasar dari lembaga negara ) Garis lini D’as sain dan Das sal Membangun misi Bhineka Tunggal Ika Pelaksanaan berbagai unsur Kebijakan inter institusional antara Kementrian dan lembaga lain : Pusat, daerah dan desa
  • 39. Isu-isu penting Perkembangan ilmu Perkembangan akademik menjadi ruh bagi eksistensi ilmu Sistem pendidikan memberi gambaran tentang transfer of knowledge....... Figur-figur ilmuan memberi warna bagi ilmu dan program studi Kondisi dan situasi menjadi perubahan paradigma
  • 40. DOKTRIN ASOKA “Barangsiapa merendahkan agama lain dan memuji agamanya sendiri, (berarti) merendahkan agamanya sendiri”. Dalam kitab Sutasoma, Empu Tantular mengemas ajaran itu dalam seloka yang sebagian berbunyi “Bhineka Tungga Ika”, lengkapnya “Bhineka Tunggal Ika, Tanhana Dharma Mangrva” artinya berbeda- beda tetapi satu jua, tahan karena benar serta satunya cipta, rasa, karsa, kata dan karya berdasarkan kebenaran yang tunggal.
  • 41. Pertama Mampu mengembangkan pengetahuan, teknologi, dalam bidang keilmuan atau praktek melalui riset pemerintahan hingga menghasilkan karya kreatif, original, dan teruji. Kedua Mampu memecahkan permasalahan ilmu pengetahuan, teknologi, atau seni di dalam bidang pemerintahan melalui pendekatan inter, multi dan transdisipliner. Ketiga Mampu mengelola, memimpin, dan mengembangkan riset pemerintahan dan pengembangan yang bermanfaat bagi kemaslahatan umat manusia, serta mampu mendapat pengakuan nasional dan internasional. KUALIFIKASI DOKTOR ILMU PEMERINTAHAN
  • 42. PENELITIAN PEMERINTAHAN PROF. DR. DRS. H. KHASAN EFFENDY, M.Pd
  • 43. DIMENSI DAN PRINSIP-PRINSIP PENELITIAN Dimensi dan prinsip- prinsip penelitian judul Latar belakang Maksud dan tujuan Sistematika dan etika penelitian (- harvard dan arabia) (- running dan put not) Maksud dan tujuan
  • 44. MASALAH GENERALIS HASIL PENELITIAN : MENUNTUT KEBERANIAN BERLAWANAN ATAU MENYERANG OTORITA POLITIK DAN AGAMA YANG BERLAKU (COPERNICUS 1473 – 1543. SCIENCE : INTEGRITAS, KAYA IMAJINASI, LUANG WAKTU, DAN SABAR
  • 45. SUMBER MASALAH FENOMENA SOSIAL PERUBAHAN TEKNOLOGI PERUBAHAN ILMU DAN TEKNOLOGI PENGALAMAN AKADEMIK KONSULTAS I FENOMENA PENDIDIKAN
  • 47. BOBOT MASALAH  MASALAH TERJAWAB SECARA EFEKTIF DAN RELEVAN DALAM PENELITIAN  BERARTI DAN BERNILAI PENTING  SUATU YANG BARU  VISIBLE (MEMUNGKINKAN)  PIJAKAN (KONSEP-PROPOSISI-TEORI-SMALL- MIDLE –GRAND THEORY)
  • 50. METOD E KUALITATIF Data Teori Nalar KUANTITATIF Deskrit Kontinum (Orninal, Interval dan Rasio) KUAN DAN KUAL Pendahuluan Proses Sistemik
  • 51.  Kualitatif data yang berhubungan dengan kategorisasi karakteristik yang dalam bentuk ordinal dan rangking  Kuantitatif data yang berupa angka-angka yang diperoleh dari hasil pengukuran  Data deskrit data hasil perhitungan yang dikonsepsikan dalam bilangan  Data kontinum merupakan hasil pengukuran yang dikonsepsikan dengan jumlah nilai sampai dengan tak terhingga
  • 53. MASALAH- MASALAH PEMERINTAHAN FOKUS LOKUS • KINERJA • KEBIJAKAN • ORGANISASI • BIROKRASI • KOORDINASI • DESA • KECAMATAN • PROVINSI • KABUPATEN • PUSAT Efisiensi digunakan untuk mengukur proses, efektifitas guna mengukur keberhasilan mencapai tujuan, dan kualitas untuk mengukur sinerji keduanya bersama- sama. Suatu satuan kerja per satuan waktu disebut efisien, jika dengan input tertentu dapat dicapai hasil (layanan) semaksimal mungkin, atau suatu hasil tertentu dapat dicapai dengan input seminimal mungkin. ALAT UKUR
  • 54. MODEL ANALISIS  ANALTIK SINTETIK  DEDUKSI  A Priori  INDUKSI  A Posteriori  Keterangan :  Gambar di atas menunjukkan bahwa cara berpikir deduktif menghasilkan pengetahuan analitik, sedangkan cara berpikir induktif menghasilkan pengetahuan sintetik.
  • 55. CARA BERPIKIR DEDUKTIF  Cara berpikir deduktif dimulai dengan PREMIS, yang “benar dengan sendirinya”, dan dari padanya dideduksi sampai pada pengetahuan khusus yang diperlukan. Ini yang disebut cara berpikir “a priori” yang sudah benar dari sejak semula.
  • 56. CARA BERPIKIR INDUKTIF  Cara berpikir induktif dimulai dari data dan fakta atau realita, kemudian dirangkum sebagai kesimpulan. Ini yang disebut cara berpikir “a posteriori”.  Cara berpikir deduktif, sebagaimana dipertahankan oleh Descartes, sehubungan dedukasi matematis yang kaku akhirnya ditinggalkan, sedangkan cara berpikir induktif yang “Luwes” seperti diketengahkan oleh Francis Bacon, mendapat pasaran yang luas. Dan cara berpikir sensual induktif sebagai berikut :
  • 57. CARA BERPIKIR SENSUAL INDUKTIF NON SENSUAL Rationalism Transendentalism FITRAH SENSUAL (indrawi) Empiricism Positivism WAHYU SAINS EMPIRIKAL (“Normal Science”) METODOLOGI PENELITIAN Proses Pengindara n