SlideShare a Scribd company logo
1 of 58
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanah merupakan kumpulan dari benda-benda alam di permukaan bumi yang tersusun
dalam horison-horison, campurannya yaitu mineral, bahan organik, air, udara yang merupakan
media tumbuh tanaman. Di seluruh permukaan bumi terdapat beraneka ragam tanah mulai
yang paling gersang sampai yang paling subur, berwarna putih, merah, cokelat, kelabu, hitam,
dengan macam–macam sifatnya. Untuk mempermudah mengenal masing–masing tanah diberi
nama. Dengan demikian nama yang umumnya terdiri atas satu atau dua kata berfungsi sebagai
alat untuk mempersingkat keterangan mengenai sifat kemampuan suatu jenis tanah.
Sejak pertanian berkembang, konsep tanah yang sangat penting adalah konsep sebagai
media alami bagi petumbuhan tanaman. Bila kota–kota berkembang, tanah menjadi sebagai
bahan rekayasa guna mendukung jalan–jalan dan bangunan–bangunan. Konsep tanah sebagai
bahan rekayasa dikaitkan dengan tanah sebagai selimut batuan yang telah mengalami
pelapukan atau regolit, suatu konsep yang berkembang oleh para ahli geologi pada akhir abat
XIX–ahli tanah mengembangkan suatu konsep tentang tanah sebagai tubuh alam yang taratur.
Pada masa perkembangan seperti sekarang tanah yang awalnya di manfaatkan sebagai
tanah pertanian telah mengalami perkembangan menjadi pemukiman penduduk. Desa
berkembang menjadi kota, kota berkembang menjadi sebuah kota yang lebih besar, kota
metropolitan bahkan mengapolitan. Semakin bertambahnya populasi manusia bertambah pula
kebutuhan tanah untuk pemukiman, sehingga lahan pertanian akan semakin berkurang
sedangkan kebutuhan pangan semakin meningkat. Hal itu sudah menjadi fenomena dalam
kehidupan. Oleh karena itu tanah harus digunakan sebaik–baiknya dan seefisien mungkin.
2
B. Tujuan
Praktikum Dasar Ilmu Tanah terdapat berbagai analisis yang telah dilakukan di
laboratorium dasar ilmu tanah, dari seluruh analisis tersebut masing-masing mempunyai
tujuan sebagai berikut:
1. Dapat melakukan pengambilam contoh tanah untuk mengetahui dan mempelajari berbagi
cara pengambilan contoh tanah.
2. Mengenal dan mempelajari profil tanah
3. Penetapan kadar lengas tanah, bertujuan untuk menetapkan kadar lengas pada sampel
tanah latosol.
4. Kadar bahan Organik, bertujuan untuk mendapatkanjumlah karbon untuk menetapkan
kadar bahan organik.
5. Kadar kapur setara tanah, mempunyai tujuan untuk menetapkan kadar CaCo3 secara
tepat.
6. Tekstur tanah, bertujuan untuk menetapkan agihan zarah tanah [lembung, debu, dan
pasir] dan kelas tekstur tanah dengan segi tika tekstur USDA, dan juga untuk menetapkan
agihan [lempung dan debu] secara aktual.
7. Struktur tanah, bertujuan untuk menetapkan butir [BD] tanah, menetapkan kerapatan
massa [BV] tanah, menghitung porositas total [n] tanah, dan menghitung nilai
perbandingan dipersi [NPD] tanah.
8. Konsistensi tanah, bertujuan untuk menetapkan batas Cair [BC] tanah, menetapkan Batas
lekat [BL] tanah, menetapkan batas gulung [BG] tanah, menetapkan batas berubah warna
[BBW] tanah, menghitung Jangka Olah [JO] tanah, menghitung Indeks plastisitas [IP]
tanah, dan menghitung persediaan air maksimum [PAM] dalam tanah.
9. Penetapan pH, analisis ini bertujuan untuk menetapkan pH dalam tanah Latosol.
3
Bab II
DASAR TEORI
Tanah latosol yaitu tanah yang banyak mengandung zat besi dan aluminium. Tanah ini
sudah sangat tua, sehingga kesuburannya rendah. Warna tanahnya merah hingga kuning,
sehingga sering disebut tanah merah. Tanah latosol yang mempunyai sifat cepat mengeras bila
tersingkap atau berada di udara terbuka disebut tanah laterit.Tanah latosol tersebar di Sumatra
Utara, Sumatra Barat, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, JawaTimur, Bali, Kalimantan
Tengah, Kalimantan Selatan, dan Papua. Tanah dengan kadar liat lebih dari 60 %, remah
sampai gumpal, gembur, warna tanah seragam dengan dengan batas-batas horison yang kabur,
solum dalam (lebih dari 150 cm), kejenuhan basa kurang dari 50 %, umumnya mempunyai
epipedon kambrik dan horison kambik. Tumbuhan yang dapat hidup di tanah latosol adalah
padi, palawija, sayuran, buah-buahan, karet, sisal, cengkih, kakao, kopi, dan kelapa sawit. Soil
Taxonomy (USDA, 1975)
Latosol merupakan tanah bersolum dalam, mengalami pencucian dan pelapukan
lanjut, berbatas horizon baur, kandungan mineral primer dan unsur hara rendah, konsistensi
gembur dengan stabilitas agregat kuat dan terjadi penumpukan relatif seskuioksida di dalam
tanah sebagai akibat pencucian silikat.
Ciri-ciri tanah latosol:
a. Ada horizon kambik , dimana terdapat horizon penumpukan liat <20% dari horizon
diatasnya.
b. Tanah yang mulai berkembang tetapi belum matang yang ditandai oleh perkembangan
profil yang lebih lemah.
c. Mencakup tanah sulfat masam (Sulfaquept) yang mengandung horison sulfurik yang
sangat masam, tanah sawah(aquept) dan tanah latosol.
Warna tanah latosol adalah merah, coklat kemerahan, coklat, coklatkekuningan atau
kuning tergantung bahan induk, warna batuan, iklim danletak ketinggian. Bahan induk tanah
litosol adalah campuran batuan endapantuff dan batuan volkan. Tanah litosol merupakan
tanah yang dianggap paling muda, sehingga bahan induknya seringkali dangkal (< 45 cm)
atau tampak di atas permukaan tanah sebagai batuan padat yang padu. Tanah litosol belum
lama mengalami pelapukan dan sama sekali belum mengalami perkembangantanah akibat
pengaruh iklim yang lemah, letusan vulkan atau topografi yang terlalu miring atau
bergelombang (Munir, 1995 : 331).
4
Pengambilan contoh Tanah
Tingkat kebenaran hasil analisis tanah di laboratorium sangat dipengaruhi oleh cara
pengambilan contoh tanah di lapangan. Metode atau cara pengambilan contoh tanah yang
tepat sesuai dengan jenis analisis yang akan dilakukan merupakan pernyataan penting yang
perlu diperhatikan. Untuk analisis tanah khususnya mengenai sifat-sifat fisik tanah, ada 4 cara
pengambilan contoh tanah yaitu:
1. Contoh tanah utuh ( undisturbed soil sample)
Pengambilan contoh ini digunakan untuk penetapan-penetapan berat volume(bulk
destiny): porositas tanah, kurva pF dan permeabilitas.
2. Contoh tanah dengan agregat utuh (undisturbed soil agregat)
Penarikan sampel tanah ini digunakan untuk petetapan-penetapan agregat dan tanah
COLE (Coefficient of linear extensibility).
3. Contoh tanah terganggu atau tanah tidak utuh (disturbed soil sampel)
Penarikan sampel ini untuk penetapan-penetapan kadar air, tekstur, konsistensi dan
batas-batas angka atterberg, warna dan sebagainya.
4. Contoh tanah dari suatu profil
Cara pengambilan contoh tanah ini merupakan kombinasi dari penarikan sampel
tanah yang pertama, kedua, dan ketiga.
Pengangkutan contoh tanah khususnya untuk keperluan penetapan berat volume: pF
dan permeabilitas harus dilakukan dengan cara hati-hati, jangan sampai ada guncangan-
guncangan yang merusak struktur tanah.
Profil Tanah
Profil tanah adalah urutan susunan horison yang tampak dalam anatomi tubuh tanah.
Profil tanah mempunyai tebal yang berlainan, mulai dari yang setipis selaput sampai setebal
10 m. Pada umumnya tanah makin tipis makin mendekati kutub dan makin tebal makin
mendekati khatulistiwa (Darmawijaya, 1990).
Profil tanah yang diamati, ciri-cirinya harus memenuhi syarat-syarat : tegak (vertikal),
baru artinya belum terpengaruh keadaan luar, dan juga tidak memantulkan cahaya (profil
tanah pada waktu pengamatan tidak langsung terkena cahaya matahari). Pengamatan dimulai
dengan pengukuran dalamnya dari batas-batas horizon yang dapat diketahui. Batas horizon
tidak selalu lurus. Oleh karena itu diamati pula jelas tidaknya dan bentuk topografi
(Darmawijaya, 1990).
5
Lengas Tanah
Lengas tanah adalah air yang terikat oleh berbagai gaya, misalnya gaya ikat matrik,
osmosis dan kapiler. Gaya ikat matrik berasal dari tarikan antar partikel tanah dan meningkat
sesuai dengan peningkatan permukaan jenis partikel tanah dan kerapatan muatan elektrostatik
partikel tanah. Gaya osmosis dipengaruhi oleh zat terlarut dalam air maka meningkat dengan
semakin pekatnya larutan. Gaya kapiler dibangkitkan oleh pori‐pori tanah berkaitan dengan
tegangan permukaan (Anonim, 2009)
Kadar lengas tanah sering disebut sebagai kandungan air(moisture) yang terdapat
dalam pori tanah. Satuan untuk menyatakan kadar lengas tanah dapat berupa persen berat atau
persen volume. Berkaitan dengan istilah air dalam tanah, secara umum dikenal 3 jenis, yaitu:
a. lengas tanah (soil moisture) adalah air dalam bentuk campuran gas (uap air) dan cairan.
b. air tanah(soil water) yaitu air dalam bentuk cair dalam tanah, sampai lapisan kedap air.
c. air tanah dalam (ground water) yaitu lapisan air tanah kontinu yang berada ditanah
bagian dalam (Handayani, 2009).
Keberadaan lengas tanah dipengaruhi oleh energi pengikat spesifik yang berhubungan
dengan tekanan air. Status energi bebas (tekanan) lengas tanah dipengaruhi oleh perilaku dan
keberadaannya oleh tanaman. Lengas tanah dipengaruhi oleh keberadaan gravitasi dan
tekanan osmosis apabila tanah dilakukan pemupukan dengan konsentrasi tinggi (Bridges,
1979).
Di dalam tanah, air berada di dalam ruang pori diantara padatan tanah. Jika tanah
dalam keadaan jenuh air, semua ruang pori tanah terisi air. Dalam keadaan ini jumlah tanah
yang disimpan didalam tanah merupakan jumlah air maksimum disebut kapasitas
penyimpanan air maksimum. Selanjutnya jika tanah dibiarkan mengalami pengeringan,
sebagian ruang pori akan terisi udara dan sebagian lainnya terisi air. Dalam keadaan ini tanah
dikatakan tidak jenuh (Hillel,1983).
Di dalam tanah air dapat bertahan tetap berada di dalam ruang pori karena adanya
berbagai gaya yang yang bekerja pada air tersebut. Untuk dapat mengambil air dari rongga
pori tanah diperlukan gaya atau energi yang diperlukan untuk melawan energi yang menahan
air. Gaya - gaya yang menahan air hingga bertahan dalam rongga pori berasal dari absorbsi
molekul air oleh padatan tanah, gaya tarik menarik antara molekul air, adanya larutan garam
dan gaya kapiler (Yong et al.,1975).
6
Bahan Organik
Salah satu proses penting yang berkaitan dengan pembentukan tanah adalah
penimbunan bahan organik yang cenderung mencapai suatu tingkat keseimbangan didalam
tanah. Tingkat penimbunan bahan organik dalam tanah bergantung pada sifat lingkungan
pembentukan tanah yang mencakup dua proses yaitu penimbunan sisa tanaman dan hewan.
Kedua perombakan ini merupakan aktivitas jasad renik atau mikroorganisme yang terdapat
didalam tanah.
Bahan organik tanah umumnya terdapat dipermukaan tanah. Jumlahnya berkisar
antara 3%-5%dan mempengruhi sifat-sifat tanah antara lain bertindak sebagai sumber hara N,
P, S dan unsure mikro lainnya. Bahan organik tanah terdiri dari semua sisa makhluk hidup,
baik yang berasal dari manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan dan termasuk
mikroorganisme didalam tanah baik yang sedang melapuk maupun yang telah melapuk.
Bahan organik sangat besar peranannya terhadap perbaikan struktur tanah, menambah
kemampuan tanah untuk mengikat air, manambah kemampuan tanah untuk menahan unsure-
unsur hara dalam arti kapasitas kation tanah menjadi tinggi dan sebagai unsur-unsur hara
dalam arti kapasitas tukar kation tanah menjadi lebih tinggi dan sebagai sumber energi bagi
kehidupan organisme.
Bahan organik tanah sangat menetukan jenis tanaman apa yang akan ditanam dilaha
tersebut. Setelah mengetahui betapa pentingnya bahan organik terhadap pertumbuhan suatu
tanaman, perlu pula untuk mengetahui kandungan bahan organik yang atau cocok bagi
kelangsungan kehidupan pertumbuahn suatu tanaman tertentu untuk mencapai pertumbuhan
yang maksimum
Kadar Kapur Ekivalen
Kapur dalam tanah memiliki asosiasi dengan keberadaan kalsium dan magnesium
tanah. Hal ini wajar, karena keberadaan kedua unsur tersebut sering ditemukan berasosiasi
dengan karbonat. Secara umum pemberian kapur ke tanah dapat mempengaruhi sifat fisik dan
kimia tanah serta kegiatan jasad renik tanah. Bila ditinjau dari sudut kimia, maka tujuan
pengapuran adalah menetralkan kemasaman tanah. Perlu diketahui bahwa tanah yang
memiliki kandungan kapur yang tinggi, belum tentu tanah tersebut juga memiliki tingkat
kesuburan yang tinggi. bisa terjadi suatu kapur itu menjadi racun karena kapur akan menyerap
unsur hara dari dalam tanah, dimana unsur hara tersebut dibutuhkan tanaman untuk
pertumbuhannya
7
Kandungan Ca dan mg yang tinggi dalam tanah berhubungan dengan taraf
perkembangan tanah tersebut, semakin kuat pelindian / semakin tua tanahnya, akan semakin
kecil pula kandungan kedua zat tersebut. Kadar tinggi berkaitan dengan pH yang netral atau
agak kalis. Sebagai unsur hara makro Ca dan Mg mempunyai fungsi yang penting pada
tanaman. Kalsium (Ca) berperan sebagai penyusun dinding sel tumbuhan dan sering pula
menjonjotkan / menetralkan bahan racun dalam jaringan tanaman. Magnesium (Mg)
merupakan komponen dari klorofil dan berperan pula dalam pembentukan lemak dan minyak
pada tumbuhan. Kekurangan kedua zat ini dalam tanah dapat menghambat perkembangan
normal pad jaringan muda.
Kandungan kapur dari setiap jenis tanah berbeda-beda. Bahkan kandungan kapur dari
lapisan atas tentu berbeda dengan lapisan di bawahnya. Hal ini disebabkan oleh adanya proses
pelindian kapur pada lapisan atas oleh air yang akan diendapkan pada lapisan bawahnya.
Selain itu keberadaan kapur tanah sangat dipengaruhi oleh batuan induk yang ada disuatu
lokasi. Dalam percobaan ini dilakukan analisis kapur dengan menggunakan metode
gravimetric yang dikenal dengan penetapan kadar kapur setara tanah dengan menggunakan
alat calcimeter dan khemikalia HCl. CO2 yang menguap dalam penentuan kapur akan diukur
menurut reaksi :
CaCO3 + 2 HCL CaCl2 + H2O + CO2
Perbedaan kadar kapur pada berbagai jenis tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain komposisi bahan induk dan iklim. Kedua faktor ini berhubungan dengan kadar
lengas tanah, terbentuknya lapisan-lapisan tanah, dan tipe vegetasi. Faktor-faktor ini
merupakan komponen dalam perkembangan tanah. Pada umumnya batuan kapur/ kwarstik
lebih tahan terhadap perkembangan tanah. Pelarutan dan kehilangan karbonat diperlukan
sebagai pendorong dalam pembentukan tanah pada batuan berkapur. Garam-garam yang
mudah larut (seperti Na, K, Ca, Mg-Klorida dan sulfat, NaCO3) dan garam alkali yang agak
mudah larut ( Ca, Mg ) memiliki karbonat yang akan berpindah bersama air, dan bergantung
besarnya air yang dapat mencapai kedalaman tanah tertentu. Hal ini dapat menyebabkan
terjadinya pengayaan garam/ kapur pada horison tertentu dan besarnya sangat bervariasi.
Karena terdapat perbedaan kelarutan dan mobilitas tersebut maka yang terendapkan lebih
dahulu adalah karbonat. Pada kondisi yang ekstrem kerak garam dan kapur dapat terbentuk di
permukaan tanah. Dari sini menunjukan bahwa kadar kapur tanah dapat berbeda-beda.
8
Tekstur Tanah
Tekstur tanah adalah pembagian ukuran butir tanah. Butir-butir yang paling kecil
adalah butir liat, diikuti oleh butir debu (silt), pasir, dan kerikil. Selain itu, ada juga tanah
yang terdiri dari batu-batu. Tekstur tanah dikatakan baik apabila komposisi antara pasir, debu
dan liatnya hampir seimbang. Tanah seperti ini disebut tanah lempung. Semakin halus butir-
butir tanah (semakin banyak butir liatnya), maka semakin kuat tanah tersebut memegang air
dan unsur hara. Tanah yang kandungan liatnya terlalu tinggi akan sulit diolah, apalagi bila
tanah tersebut basah maka akan menjadi lengket. Tanah jenis ini akan sulit melewatkan air
sehingga bila tanahnya datar akan cenderung tergenang dan pada tanah berlereng erosinya
akan tinggi. Tanah dengan butir-butir yang terlalu kasar (pasir) tidak dapat menahan air dan
unsur hara. Dengan demikian tanaman yang tumbuh pada tanah jenis ini mudah mengalami
kekeringan dan kekurangan hara.
Tekstur tanah di lapangan dapat dibedakan dengan cara manual yaitu dengan memijit
tanah basah di antara jari jempol dengan jari telunjuk, sambil dirasakan halus kasarnya yang
meliputi rasa keberadaan butir-butir pasir, debu dan liat, dengan cara sebagai berikut:
Pasir
Apabila rasa kasar terasa sangat jelas, tidak melekat, dan tidak dapat dibentuk bola dan
gulungan.
Pasir Berlempung
Apabila rasa kasar terasa jelas, sedikit sekali melekat, dan dapat dibentuk bola tetapi
mudah sekali hancur.
Lempung Berpasir
Apabila rasa kasar agak jelas, agak melekat, dan dapat dibuat bola tetapi mudah hancur.
Lempung
Apabila tidak terasa kasar dan tidak licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh,
dan dapat sedikit dibuat gulungan dengan permukaan mengkilat.
Lempung Berdebu
Apabila terasa licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan gulungan dengan
permukaan mengkilat.
Debu
Apabila terasa licin sekali, agak melekat, dapat dibentuk bola teguh, dan dapat digulung
dengan permukaan mengkilat.
9
Lempung Berliat
Apabila terasa agak licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat
dibentuk gulungan yang agak mudah hancur.
Lempung Liat Berpasir
Apabila terasa halus dengan sedikit bagian agak kasar, agak melekat, dapat dibentuk bola
agak teguh, dan dapat dibentuk gulungan mudah hancur.
Lempung Liat Berdebu
Apabila terasa halus, terasa agak licin, melekat, dan dapat dibentuk bola teguh, serta
dapat dibentuk gulungan dengan permukaan mengkilat.
Liat Berpasir
Apabila terasa halus, berat tetapi sedikit kasar, melekat, dapat dibentuk bola teguh, dan
mudah dibuat gulungan.
Liat Berdebu
Apabila terasa halus, berat, agak licin, sangat lekat, dapat dibentuk bola teguh, dan
mudah dibuat gulungan.
Liat
Apabila terasa berat dan halus, sangat lekat, dapat dibentuk bola dengan baik, dan mudah
dibuat gulungan.
Struktur Tanah.
Struktur tanah merupakan sifat fisik tanah yang menggambarkan susunan ruang
partikel-partikel tanah yang bergabung satu dengan yang lain membentuk agregat. Dalam
tinjauan morfologi, struktur tanah diartikan sebagai susunan partikel-partikel primer menjadi
satu kelompok partikel (cluster) yang disebut agregat, yang dapat dipisah-pisahkan kembali
serta mempunyai sifat yang berbeda dari sekumpulan partikel primer yang tidak teragregasi.
Dalam tinjauan edafologi, sejumlah faktor yang berkaitan dengan struktur tanah jauh
lebih penting dari sekedar bentuk dan ukuran agregat. Dalam hubungan tanah dengan
tanaman, agihan ukuran pori, stabilitas agregat, kemampuan teragregasi kembali saat kering,
dan kekerasan (hardness) agregat jauh lebih penting dari ukuran dan bentuk agregat itu
sendiri.(Kajian Struktur Tanah Lapis Olah). Dari jurnal tersebut dapat disimpulkan bahwa
struktur tanah merupakan susunan dari partikel-partikel tanah yang membentuk agregat.
Agregat terbentuk diawali dengan suatu mekanisme yang menyatukan partikel-partikel primer
membentuk kelompok atau gugus (cluster) dan dilanjutkan dengan adanya sesuatu yang dapat
10
mengikat menjadi lebih kuat (sementasi). Pembentukan agregat tanah melalui proses
penjonjotan yang dilanjutkan dengan agregasi dengan atau tanpa diikuti proses sementasi
(Baver et al., 1972; Notohadiprawiro, 1996).
Di dalam suspensi, partikel-partikel primer yang mempunyai potensial elektrokinetik
(zeta) tinggi akan saling tolak menolak. Ketika energi potensial turun, tumbukan antar partikel
ini melemah sehingga menghasilkan antar partikel primer saling berdekatan dan
terbentuklahjonjot. Jonjot ini akan tetap stabil sepanjang kehadiran agensia flokulasi. Menurut
Baver et al. (1972) flokulasi dapat juga terjadi sebagai hasil dari atraksi elektrostatik antara
ujung muatan positif lempung yang satu dengan permukaan negatif lempung yang lain,
sehingga terbentuk ukuran yang jauh lebih besar, yang akhirnya mengendap sebagai hasil
gaya gravitasi atau gaya beratnya sendiri.(Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 3 (2)
(2002).
Konsistensi dengan Angka Atterberg
Ringan beratnya suatu tanah bukan saja berhuungan dengan mudah tidahnya tanah
diolah, namun juga berhubungan dengan gaya menahan air tanah, infiltrasi, dan perkolasi.
Untuk menghindari faktor subyektif dalam mengklasifikasikan tanah berat atau ringan,
dipakai standar angka.
Setiap tanah mempunyai sifat mutu yang berbeda dalam mengolah tanah. Dibutuhkan suatu
metode untuk menentukan apakah suatu tanah baik untuk pertanian, pembangunan atau
bidang lain. Metode untuk menentukan tindakan pengolahan tanah adalah dengan menetapkan
standard angka, yaitu metode penetapan Angka Atterberg.
Atterberg tokoh yang pertama kali meneliti dan menggolongkan konsistensi tanah
dalam hubungannya dengan kadar lengas, yaitu dengan menetapkan Batas Cair (BC), BG
(Batas Gulung), Batas Lekat (BL), Batas Berubah Warna (BBW).
Harkat-harkat tanah:
1. Harkat BC ( USDA )
 < 20 % sangat rendah
 20 % - 30 % rendah
 31 % - 45 % sedang
 46 % - 70 % tinggi
 71 % - 100 % sangat tinggi
2. Harkat BL ( Wicaksono, 1964 )
 0 % rendah
11
 100 % tinggi
3. Harkat BG ( Wicaksono, 1964 )
 0 % - 5 % sangat rendah
 6 % - 10 % rendah
 11 % - 17 % sedang
 18 % - 30 % tinggi
 31 % - 43 % sangat tinggi
 > 43 % ekstreem tinggi
4. Harkat BBW ( USDA, 1955 )
 1 % - 3 % sangat rendah
 4 % - 10 % rendah
 11 % - 18 % sedang
 19 % - 30 % tinggi
 31 % – 45 % sangat tinggi
 > 45 % ekstreem tinggi
5. Harkat JO ( USDA, 1955 )
 1 % - 3 % sangat rendah
 4 % - 8 % rendah
 9 % - 15 % sedang
 16 % - 25 % tinggi
 26 % - 40 % sangat tinggi
 > 40 % ekstreem tinggi
6. Harkat PAM
 21 % - 30 % rendah
 31 % - 46 % sedang
 47 % - 60 % tinggi
 61 % - 100 % sangat tinggi
 > 100 % ekstreem tinggi
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap rendah dan tingginya indeks plastisitas
(Angka Atterberg) antara lain :
1. Komposisi butiran dari tanah. Karena partikel liat dikelilingi oleh lapisan rangkap, yang
terutama terdiri dari air, maka dengan mudah saling bergerak. Hal ini berlawanan dengan
partikel pasir, tidak berkaitan satu dengan lainnya.
12
2. Pada kenyataan tipe mineral tanah juga penting. Tanah Kaolinit akan menjadi plastis pada
kair yang rendah disbanding dengan montmorilonit.
3. Bentuk partikel. Oleh karena liat terdiri dari lempeng-lempeng (laminer) yang dapat
berdekatan satu sama lain pada pengeringan, maka liat dapat berpengaruh terhadap tenaga
adhesi yang tinggi.berbeda dengan butiran pasir dengan bentuk bentuk bundar dan tajam,
tidak perperan yang penting.
4. Dengan adanya bahan organic, maka kadar air baik pada batas cair maupun batas plastis
terendah menjadi meningkat.
pH Tanah
pH tanah atau kemasaman tanah atau reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau
alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya
konsentrasi ion hidrogen (H +) di dalam tanah. Makin tinggi kadar ion H+ di dalam tanah,
semakin masam tanah tersebut. Di dalam tanah selain ion H+ dan ion-ion lain terdapat juga
ion hidroksida (OH-), yang jumlahnya berbanding terbalik dengan banyaknya ion H+. Pada
tanah-tanah masam jumlah ion H+ lebih tinggi dibandingakan dengan jumlah ion OH-,
sedangkan pada tanah alkalis kandungan ion OH- lebih banyak dari ion H+. Jika ion H+ dan
ion OH- sama banyak di dalam tanah atau seimbang, maka tanah bereaksi netral.
pH tanah atau tepatnya pH larutan tanah sangat penting karena larutan tanah
mengandung unsur hara seperti Nitrogen (N), Potassium/kalium (K), dan Pospor (P) dimana
tanaman membutuhkan dalam jumlah tertentu untuk tumbuh, berkembang, dan bertahan
terhadap penyakit. Jika pH larutan tanah meningkat hingga di atas 5,5; Nitrogen (dalam
bentuk nitrat) menjadi tersedia bagi tanaman. Di sisi lain Pospor akan tersedia bagi tanaman
pada Ph antara 6,0 hingga 7,0. Beberapa bakteri membantu tanaman mendapatkan N dengan
mengubah N di atmosfer menjadi bentuk N yang dapat digunakan oleh tanaman. Bakteri ini
hidup di dalam nodule akar tanaman legume (seperti alfalfa dan kedelai) dan berfungsi secara
baik bilamana tanaman dimana bakteri tersebut hidup tumbuh pada tanah dengan kisaran pH
yang sesuai (Anonim, 2007)
Tingkat pH tanah yang merugikan pertumbuhan tanaman dapat terjadi secara alami di
beberapa wilayah, dan secara non alami terjadi dengan adanya hujan asam dankontaminasi
tanah. Peran pH tanah adalah untuk mengendalikan ketersedian nutrisi bagi vegetasi yang
tumbuh di atasnya. Makronutrien (kalsium, fosfor, nitrogen,kalium, magnesium, sulfur)
tersedia cukup bagi tanaman jika berada pada tanah dengan pH netral atau sedikit beralkalin.
Kalsium, magnesium, dan kalium biasanya tersedia bagi tanaman dengan cara pertukaran
13
kation dengan material organik tanah dan partikel tanah liat. Ketika keasaman tanah
meningkat, ketersediaan kation untuk material organik tanah dan partikel tanah liat segera
tercukupi sehingga tidak ada pertukaran kation dan nutrisi bagi tanaman berkurang. Namun
semua itu tidak dapat disimplifikasi karena banyak faktor yang memengaruhi hubungan pH
dengan ketersediaan nutrisi, diantaranya tipe tanah (tanah asam sulfat, tanah basa, dsb),
kelembaban tanah, dan faktor meteorologika (Anonim, 2011)
Skala reksi tanah :
pH Reaksi Tanah
< 4 Paling masam ( estrim )
4 – 4,5 Sangat masam
4,5 – 5,5 Asam
5,5 – 6,5 Agak asam
6,5 – 7,5 Netral
7,5 – 8,5 Agak basa
8,5 – 9,0 Basa
> 9 Sangat basa
Pada umumnya pH tanah terdapat antara 4,0 – 10,0
Ada 2 metode yang paling umum digunakan untuk pengukuran pH tanah yaitu kertas
lakmus dan pH meter. Kertas lakmus sering di gunakan di lapangan untuk mempercepat
pengukuran pH. Penggunaan metode ini di perlukan keahlian pengalaman untuk menghindari
kesalahan. Lebih akurat dan secara luas di gunakan adalah penggunaan pH meter, yang sangat
banyak di gunakan di laboratorium. Walaupun pH tanah merupakan indikator tunggal yang
sangat baik untuk kemasaman tanah, tetapi nilai pH tidak bisa menunjukkan berapa kebutuhan
kapur. Kebutuhan kapur merupakan jumlah kapur pertanian yang dibutuhkan untuk
mempertahankan variasi pH yang di inginkan untuk sistem pertanian yang digunakan.
Kebutuhan kapur tanah tidak hanya berhubungan dengan pH tanah saja, tetapi juga
berhubungan dengan kemampuan menyangga tanah atau kapasitas tukar kation (KTK)
(Anonim, 2009)
14
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1 PENGAMBILAN CONTOH TANAH
Pengambilan contoh tanah utuh
1. Alat dan Perlengkapan
a. Tabung Kuningan (Cooper Ring)
Alat ini harus memenuhi syarat ratio < 0,1 untuk menghindari kerusakan
(perubahan sifat fisik) tanah akibat tekanan-tekanan mendatar. Masing-masing
tabung diberi tanda nomer dan dilengkapi dengan sepasang penutup dari plastik.
b. Sekop, cangkul atau cetok
c. Pisau yang tajam dan tipis
2. Prosedur Kerja
a. Ratakan dan bersihkan lapisan tanah atas yang akan diambil, kemudian letakkan
tabung tegak pada lapisan tanah tersebut. Nomor yang ada pada tabung jangan
sampai terbalik.
b. Gali tanah disekitar tabung dengan sekop atau cetok.
c. Iris atau haluskan potongan tanah disekitar tabung hingga mendekati tabung.
d. Tekan tabung hingga tiga per empat masuk ke dalam tanah
e. Letakkan tabung lain didiatas tabung yang pertama.
f. Tekan lagi tabung tersebut hingga permukaan tabung pertama masuk ke dalam
tanah sekitar 1 cm.
g. Tabung beserta contoh tanah di dalamnya diambil(diganti) dengan sekop atau
cangkul.
h. Pisahkan tabung kedua dari tabung yang pertama dengan hati-hati, kemudian
potonglah tanah kelebihan yang ada pada bagian atas dan bawah tabung pertama
hingga rata.
i. Tutup tabung yang berisi contoh tanah tersebutdengan plastik penutup dan simpan
kedalam kotak khusus yang telah disediakan.
Pengambilan contoh tersebut baik dilakukan pada waktu dalam keadaan pada waktu
dalam keadaan kapasitas lapang. Kalau tanah terlalu kering sebaiknya disiram terlebih
dahulu dengan air secukupnya sehari sebelum pengambilan contoh. Disamping itu hal
yang diperhatikan adalah jangan sampai menggunakan palu atau alat pemukul lainnya
untuk memasukkan tabung ke dalam tanah.
15
Pengambilan contoh tanah dengan agregat utuh
1. Alat perlengkapan
a. Kotak yang kuat dan berukuran cukup untuk membawa(menyimpan) kira-kira 2 kg
bongkah tanah dengan agregat utuh.
b. Cetok, sekop atau cangkul
c. Kantong plastik tempat contoh untuk penetapan-penetapan selain penetapan
struktural.
2. Prosedur Kerja
a. Gali tanah hingga kedalaman yang diinginkan untuk penetapan stabilitas agregat
biasanya cukup dengan mengambil lapisan yang sesuai dengan kedalam perakaran.
b. Ambil gumpalan-gumpalan tanah yang dibatasi dengan belah-belah alami (agregat
utuh ), kemudian masukkan kedalam kotak yang telah disediakan tadi. Atau dapat
juga menggunakan tempat lain jika tidak ada kotak semacam itu, asalkan dalam
pengangkutan dijaga supaya agregat-agregat itu tetap utuh.
Pengambilan contoh tanah terganggu atau tidak utuh.
1. Alat perlengkapan
a. Kantong plastik yang berukuran cukup untuk diisi sekitar 2 kg contoh tanah, dan
plastik kecil untuk label.
b. Label, Spidol, dan karet gelang untuk pengikat.
c. Pisau belati, sekop atau cangkul
2. Prosedur kerja
a. Gali tanah hingga kedalaman yang diinginkan
b. Ambil dan masukkancontoh tanah ke dalam kantong plastik. Beri tanda (nomor dan
kode) pada label dengan menggunakan plastik kecil. Masukkan ke dalam plastik
lalu diikat dengan karet gelang. Pemberian tanda dapat juga pada plastik
pembungkus tanah.
Pengambilan contoh tanah dari suatu profil tanah
1. Prosedur kerja
a. Gali lubang profil
b. Bersihkan dan ratakan tanah di atas sisi lubang yang telah di diskripsi secukupnya.
16
c. Ambil contoh tanah utuh seperti cara pertama. Apabila diperlukan dapat juga
diambil contoh tanah dengan agregat utuh atau contoh tanah terganggu atau tidak
utuh.
d. Selesai pengambilan contoh-contoh tanah pada lapisan pertama, sisa lapisan
pertama dibuang hingga timbul lapisan kedua, demikian seterusnya hingga lapisan
terakhir (yang dikehendaki) dalam profil.
3.2 KADAR LENGAS
1. Metode
Denganmenggunakan metode analisis gravimetri
2. Alat dan perlengkapan
a. 6 buah botol timbang kuningan
b. Timbangan analitis ( ketelitian 0.0002 gr)
c. Alat pengering ( oven )
d. Eksikator
3. Bahan
Contoh tanah kering angin gumpalan, halus (0,2mm) dan 0,5 mm
4. Cara kerja
1. Timbang botol timbangan kuningan kosong, bersih dan bertutup misal beratnya a
gram
2. Masukkan contoh tanah kedalam botol timbangan sampai separuh penuh, timbang
botol berisi tanah dan bertutup misal beratnya b gram
3. Dengan tutup terbuka masukkan botol timbangan berisi tanah kedalam oven yang
panasnya telah diatur antara 1050
C – 1100
C. biarkan di dalam oven selama paling
sedikit 4 jam, lebih lama lebih baik jangan sampai kurang
4. Setelah 4 jam botol timbangan berisi tanah kembali ditutup serapat-rapatnya
keluarkan dari oven dan didingikan dalam eksikator selama 15 menit, kemudian
ditimbang miasal beratnya c gram.
5. Lakukan langkah-langkah 1-4 untuk menetapkan kadar lengas contoh tanah yang
tersedia.
17
3.3 KADAR BAHAN ORGANIK
1. Metode
Yaitu dengan metode Wakley dan Black (volutris) dan analaisis kuantitatif volumetris
oxodimetris.
2. Alat Dan Perlengkapan
a. Labu takar 50 ml
b. Pipet ukur 10 ml dan 5 ml
c. Gelas ukur 10 ml
d. Pipet teteas sampai 0,0002 gram
e. Botol pemancar air
f. Labu erlenmeyer 250 ml
g. Buret 50 ml
h. Timbangan analitis teliti
3. Bahan
a. K2Cr2O7
b. H2SO4 pekat
c. H3PO4
d. FeSO2 0,1 N
e. Indikator DipHenylamine
f. Aqua destilata
4. Cara Kerja
1. Timbang contoh tanah kering udara sekitar 1 gram dengan alas gelas arloji yang
bersih dan kering yang telah diketahui beratnya
2. Masukkan ke dalam labu takar 50 ml dan tambahkan 10 ml K2Cr2O7
3. Tambahkan kemudian 10 ml H2SO4 pekat dengan gelas ukur
4. Kemudian dikocok dengan gerakan memutar dan mendatar
5. Warna harus tetap merah jingga, kalu warnanya menjadi hijau/ biru, tambahkan lagi
K2Cr2O7 dan H2SO4 pekat, dan jumlah penambahan harus dicatat.
Diamkan kira-kira 30 menit sampai larutan menjadi dingin. Penambahan blangko
juga harus sama banyak.
6. Tambahkan 5 ml H3PO4 85% dan 1 ml indikator dipHenylamine
7. Jadikan volume 50 ml dengan menambahkan air suling, hendaknya memakai botol
meancar air.
18
8. Kocok dengan cara membalik-balik labu takar sampai homogen dan biarkan
mengencap.
9. Ambil 5ml larutan jernih dengan pipet ukur, kemudian masukkan kedalam labu
erlenmayer 250ml dan tambahkan air suling 15 ml.
10. Kemudian dititrasi dengan larutan FeSO2 0,1 N hingga warnanya menjadi
kehijaua-hijauan.
11. Langkah-langkah ini diulang lagi tanpa contoh tanah untuk keperluan analisa
belangko.
Fungsi analisa blangko untuk koreksi alat, bahan atau reagensia mengenal
kemurniannya dan untuk mempermudah hitungan.
Jalannya reaksi
2 K2Cr2O7 + 8 H2SO4 2 K2SO4 + 2 Cr2 (SO4) 3 + 8 2O 8 + 3 O2 + x cal C + O  CO2
+ sisa indikator
K2Cr2O7 + 6 FeSO4 + 7 H2SO4  Cr2(SO4)3 indikator + 3 Fe (SO4)3 + K2SO4+ 7 H2O
3.4 KADAR KAPUR EKUIVALEN / SETARA
1. Metode
Yaitu metode Calcimeter ( Mohr )
2. Alat dan Perlengkapan
a. Calcimeter ( alat CO2 Mohr)
b. Gelas arloji
c. Timbangan analitis teliti sampai 0.0002 gram
3. Bahan
Contoh tanah kering – udara diantara 2,0 mm
4. Khemikalia
HCl 2 N
5. Cara kerja
1. Timbang contoh tanah yang menggunakan gelas arloji yang bersih, kering,
sebanyak sekitar 15 gram ( misal a gram ). Untuk ini perlu diketahui dahulu berat
gelas arlojinya. Masukkan contoh tanah secara kuantitatif ke dalam gelas piala
500ml, butir-butir tanah yang mungkin masih menempel di gelas arloji dapat
sedikit dibilas dengan air.
2. Tambahkan air sebanyak 50 ml, lalu 10 ml H2O2 30% ( semua diukur dengan
tabung ukur), gelas piala ditutp dengan gelas arloji yang bersih dan kering,
19
kemudian dibiarkan semalam. Tindakan ini dimaksudkan untuk menghilangkan
bahan organik yang ada di dalam tanah.
3. Keesokan harinya gelas piala tertutup dipanasi diatas pemanas air yang telah
menidih, dan diawasi betul-betul kalau ada bahaya pebuihan sampai tanahnya
meluap. Kalau perlu gelas pialanya diangkat dari penangas air. Setelah reaksi
pertama mereda ( setelah 5- 10 menit) tambahkan lagi H2O230 % sebanyak 15 ml,
tutup kembali dengan menggunakan gelas arloji dan biarkan di penangas air selama
10 menit lagi. Setelah reaksinya mereda, celupkan gelas pialanya kedalam air yang
mendidih kedalam penangas air selama 5 menit dalam keadaan tercelup. Tanah
yang sudah bersih dari bahan menjadi muda dan butir-butir pasir sudah kelihatan
bersih permukaannya. Untuk memastika, setelah larutan agak dingin diberi lagi
beberapa ml lagi H2O230 %. Kalau tidak timbul reaksi lagi, tidak terjadi lagi
gelembung-gelembung pemercikan, ini berarti bahan organik telah betul-betul
habis. Jika reaksi timbul, maka langkah yang terakhir tadi dapat diulang
secukupnya.
4. Butir-butir tanaha yang menempel digelas arloji dan didnding gelas piala dibilas
masuk dengan air bersih. Suspensi lalu diencerkan sampai kira-kira 150 ml dengan
air suling, ditutup kembali, dan didihkan diatas api spritus selama 5 menit. Dijaga
jangan sampai membuih atau memericik dan tumpah, setelah ini dibiarkan
mendingin.
5. Seteleah dingin gelas arloji tertutup dan dinding gelas piala dibilas dengan air
sampai bersih. Untuk membersihkan dinding, sambil membilas digosok-gosok
dengan batang kaca berujung karet. Tambahkan 25 ml HCl 2 N untuk
menghilangkan kapur, garam-garam lain dan kation- kation basa beradsorbsi. Kalau
tanah mengandung kapur berlebih dari 2 % maka untuk setiap persenya ditambah
lagi 2,5 ml HCl 2N. Encerkan suspensi sampai volume kira-kira 250ml dengan air
dan tanah digosok-gosok dengan batang kaca berujung karet. Reaksi antara tanah
dengan asam dibiarkan berlangsung selama 1 jam dengan beberapa kali digosok-
gosok dengan batang kaca. Selama pekerja ini batang kaca tetap diletakkan dalam
gelas piala, dan jangan diletakan dimana-mana karena ujungnya ada tanah yang
menempel. Setelahwaktu ini dilampaui, larutan diatas endapan tanah diperikasa
keasamannya dengan secarik kertas lakmus biru. Kertas lakmus biru harus berubah
warnanya menjadi merah, yang menandakan bahwa telah hilang semuanya. Kalau
kertas lakmus tidak berubah warnanya, berarti asamnya kurang dan perlu ditambah
20
lagi kira-kira 10 ml. Tanahnya diaduk-aduk lagi dan dibiarkan selama 1 jam.
Periksa lagi apakah sekarang audah ada kelebihan asam.
6. Pasang corong gelas 0,10 cm diatas tabung erlenmayer 750ml, lapisi dengan kertas
saring sedemikian rupa sehingga pinggiran kertas saring terletak 5 mmdibawah
bibir corong, kertas saring dibasahi supaya melekat betul tanpa ada gelembung-
gelembung udara diantaranya. Seringkali suspensi tanah sampai semua tanah
dipindahkan secara kuantitatif diatas kertas saring. Dibantu dengan biasan air
batang kaca, sambil dibilas bersih ujung kaca yang bertanah tadi.
7. Tanah diatas kertas saring dicuci 4 kali dengan HCL 0,2N. Setiap kali pencucian
menggunakan 50ml.
Pendispersian :
8. Setelah selesai pencucian dan air terakhir telah menetes dari corong, kertas saring
dengan tanahnya sementara masih basah diangkat hati-hati dengan corong, jangan
sampai sobek dan paparkan diatas gelas arloji 0,10 cm yang bersih.Dengan
memegang tepi gelas arloji dan kertas saring, jangan sampai menjamah tanahnya,
tanah dipindahkan secara kuantitatif ke dalam labu erlenmayer 500ml dengan
menggunakan corong yang dipakai menyaring tadi. Untuk ini diperlukan pancaran
air secukupnya jangan berlebihan.Tanah yang masih menempel di dinding dakhil (
bagian dalam ) corong juga dimasukkan kedalaam tanbung erlenmayer dengan
pancaran air dan kuas. Kemudian kuas dibersihkan dari butir-butir tanah yang
menepel padanya,
9. Tambahkan 10 ml larutan NaOH 1 N setepat mungkin dengan menggunakan
tabung ukur yang telah dicuci bersih dari menggunakan tabung ukur yang telah
dicuci bersih dari sisa-sisa H2O2 dan HCl. Sumbatlah labu erlenmayer dengan
sumbatan karet atau selembar plastik serapat-rapanta, letakkan tegak dan kuat pada
alat pengocok dan kocoklah dengan kuat selama 15 menit untuk mendapatkan hasil
pendispersian yang baik.
21
3.5 TEKSTUR TANAH
1. Metode
Analisis granuler cara pipet
2. Alat dan perlengkapan :
a. 2 buah gelas arloji 0,8 dan 10 cm
b. Timbangan analisi teliti sampai 0,0002 gram
c. 2 buah corong gelas 10 dan 15 cm
d. Tabung sedimentasi 1000 ml dengan tutup karet atau plastik
e. Alat pipet dengan volume 25 ml
f. Stop-watch teliti sampai 0,1 detik
g. Batang kaca pengaduk berujung karet
h. Thermometer teliti sampai 0,10
C
i. 2 buah cawan penguap 8 cm
j. 2 buah labu erlenmeyer (bersumbat karet) 500 ml dan 250 ml
k. Kertas waring Watman No. 50
l. Kuas
m. Gelas piala 500 ml
n. Tabung ukur 25 ml
o. Penangas air
p. Lampu spiritus
q. Penumpu kaki tiga
r. Botol pemancar air
s. Piring seng
t. Alat pengering (oven)
u. Eksikatoe
v. Kertas lakmus biru
3. Khemikalia :
a. 25 ml H2O2 30%
b. 200 ml HCl 0,2 N
c. 20 ml HCl 2 N
d. 10 ml NaOH 1 N
4. Bahan :
Contoh tanah halus kering – udara 0,2mm
5. Cara Kerja :
22
Pendispersian :
1. Timbang contoh tanah yang mengunakan gelas arloji yang bersih, kering, sebanyak
sekitar 15 gram (misal a gram). Untuk ini perlu diketahui dahulu berat gelas
arlojinya.Masukkan contoh tanah secara kuantitatif ke dalam gelas piala 500 ml,
butir-butir tanah yang mungkin masih menempel di gelas arloji dapat sedikit dibilas
dengan air.
2. Tambahkan air sebanyak 50 ml, lalu 10 ml H2O2 30% (semua diukur dengan
tabung ukur), gelas piala ditutup dengan gelas arloji dapat sedikit dibilas dengan
air.
3. Keesokan harinya gelas piala tertutup itu dipanasi di atas penangas air yang telas
mendidih, dan diawasi betul-betul kalau ada bahaya pebuihan sampai tanahnya
meluap. Kalau perlu gelas pialanya diangkat dari penangas air. Setelah reaksi
pertama mereda (5 – 10 menit) tambahkan lagi H2O2 30% sebanyak 15 ml, tutup
kembali dengan gelas arloji dan biarkan di atas penangas air selama 10 menit lagi.
Setelah reaksinya mereda, celupkan gelas pialanya ke dalam air yang mendidih
dalam penangas air selama 5 menit dalam keadaan tercelup. Tanah yang sudah
bersih dari bahan menjadi muda dan butir-butir pasir sudah kelihatan bersih
permukaannya. Untuk memastikan, setelah larutan agak dingin diberi beberapa ml
H2O2 30%. Kalau tidak timbul reaksi lagi, tidak lagi terjadi gelembung-gelembung
percikan, ini berarti bahan organik betul-betul telah habis. Jika reaksi masih timbul,
maka langkah yang terakhir tadi dapat diulang secukupnya.
4. Butir-butir tanah yang menempel di gelas arloji dan dinding gelas piala dibilas
masuk dengan air sampai bersih.
Suspensi lalu di encerkan sampai kira-kira 150 ml dengan air suling, ditutup
kembali, dan di didihkan di atas api spiritus hati-hati selama 5 menit. Dijaga sampai
membuih atau memercik, dan tumpah. Setelah itu dibiarkan mendingin.
5. Setelah dingin gelas arloji penutup dan dinding gelas piala dibilas dengan air
sampai bersih.Untuk membersihkan dinding, sambil membilas digosok-gosok
dengan batang kaca ujung karet. Tambahkan 25 ml HCl 2 N untuk menghilangkan
kapur, garam-garam lain dan kation-kation basa beradsorbsi. Kalau tanah
mengandung kapur lebih dari 2% maka untuk setiap persennya ditambah lagi 2,5
ml HCl 2 N. Encerkan suspensi sampai volume kira-kira 250 ml dengan air dan
tanah digosok-gosok dengan batang kaca berujung karet sebaik-baiknya. Reaksi
antara tanah dengan asam dibiarkan berlangsung selama 1 jam dengan beberapa
23
kali digosok-gosok dengan batang kaca. Selama pekerjaan ini batang kaca tetap
diletakan di dalam gelas piala, dan jangan di letakkan dimana-mana karena
ujungnya ada tanah yang menempel. Setelah waktu ini di lampaui, larutan di atas
endapan tanah diperiksa keasamannya dengan secarik kertas lakmus biru. Kertas
lakmus biru harus berubah warnanya menjadi merah, yang menandakan bahwa
telah ada kelebihan asam dan kapurnya pasti telah hilang semuanya. Kalau kertas
lakmus tidak berubah warnanya, berarti asamnya berkurang dan perlu ditambah lagi
kira-kira 10 ml. Tanahnya di aduk-aduk lagi dan biarkan selama 1 jam. Periksa lagi
apakah sekarang sudah ada kelebihan asam.
6. Pasang corong gelas 10 cm diatas tambung erlenmeyer 750 ml, lapisi dengan kertas
saring sedemikian rupa sehingga pinggiran kertas saring terletak 5 mm dibawah
bibir corong, kertas saring dibasahi supaya melekat betul tanpa ada gelembung-
gelembung udara diantaranya. Saringlang suspensi tanah sampai semua tanah
terpindahkan secara kuantitatif diatas kertas saring. Dibantu dengan biasan air dan
batang kaca, sampai dibilas bersih ujung kaca yang bertanah tadi.
Ingat :setiap kali menuang jangan sampai permukaan cairan dalam corong kurang
dari 5 mm jaraknya dari tepi kertas saring dan sebagian besar tanah jatuh ditengah
corong.
7. Tanah diatas kertas saring dicuci 4 kali dengan HCl 0,2 N. Setiap kali pencucian
menggunakan 50 ml.Sebelum pencucian berikutnya dikerjakan, biarkan cairan
pencuci diteruskan dengan air suling sampai filtrat yang menetes dari corong
bersifat netral, diuji dengan kertas lakmus biru. Air pencuci diberikan dengan
pancaran sambil membersihkan butir-butir tanah dibagikan atas kertas saring dan
mengaduk endapan tanah dengan pancaran airnya.Pada setiap kalinya jangan
menggunakan air terlalu banyak, biarkan airnya mendrainase sempurna terlebih
dahulu sebelum ditambahkan air lagi. Biasanya pencucian cukup setelah 6 kali.
Pendipersian :
8. Setelah selesai pencucian dan air terakhir telah menetes dari corong, kertas saring
dengan tanahnya sementara masih basah diangkat hati-hati dengan corong jangan
sampai sobek dan paparkan diatas gelas arloji 10 cm yang bersih.Dengan
memegang tepi gelas arloji dan kertas saring, jangan sampai menjamah tanahnya,
tanah dipindahkan secara kuantitatif ke dalam labu erlenmeyer 500 ml dengan
menggunakan corong yang dipakai menyaring tadi. Untuk ini diperlukan pancaran
air secukupnya, jangan berlebihan.Tanah yang masih menempel di dinding-dakhil
24
(bagian dalam) corong juga dimasukan ke dalam tabung erlenmeyer dengan
pancaran air dan kuas. Kemudian kuas dibersihkan dari butir-butir tanah yang
menempel padanya dengan cara sebagai berikut :
Tuangkan air sedikit diatas gelas arloji 9 cm yang bersih dan kuas dicelupkan dan
digosokkan, air cucian ini lalu dituangkan ke dalam labu erlenmeyer. Pekerjaan ini
diulangi 2-3 kali sampai kuas bersih betul dan akhirnya gelas arrloji dan corongnya
dibilas juga dengan air. Pada saat pemindahan tanah ini selesai volume suspensi
dalam labu erlenmeyer tidak boleh lebih dari 250 ml.
9. Tambahkan 100 ml larutan NaOH 1 N mungkin dengan menggunkan tabung ukur
yang telah dicuci bersih dari sisa-sisa H2O2 dan HCl. Sumbatlah labu erlenmeyer
dengan sumbat karet atau selembar plastik serapat-rapatnya, letakkan tegak dan
kuat pada alat pengocok, dan kocoklah dengan kuat selama 15 menit untuk
mendapatkan hasil pendispersian yang baik.
10. Suspensi dimasukkan kedalam tabung sedimentasi dan tambahkan air sampai
tanda 1000 ml, siapkan alat pipet yang bersih dengan menghisap dan memancarkan
air bersih beberapa kali, dan alat diatur supaya kecepatan penghisapannya 25 ml per
10-15 detik. Volume pipet 25 ml. Ambil gelas piala, isi dengan air dan celupkan
thermometer ke dalamnya dan letakkan di samping alat pemimpet.
11. Pemimpet I : (lempung + debu) total
Tabung sedimentasi disumbar rapat dengan sumbat karet atau selembar plastik,
dapat dibantu dengan telapak tangan dan dibalik-balik teratur kira-kira 15 kali
dengan kecepatan 1 kali balik tiap 2 detik supaya suspensi menjadi homogen. Jadi
lamanya pemutar balikan kira-kira 30 detik.Pada waktu tabung sedimentasi dibalik
dengan harus dilihat jangan sampai masih ada tanah yang melekat di
dasarnya.Kemudian diletakkan pelan-pelan dibawah pipet sedemikian rupa
sehingga kalau nantinya pipet dicelupkan dapat terletak di tengah-tengahnya.
Segera setelah tabung diletakkan waktu pengendapan mulai dihitung dengan
menggunakan stop-watch. Temperatur air dalam gelas piala diamati, dianggap
sebagai temperatur suspensi dan dari daftar yang tersedia dapat dilihat bebrapa
lama harus menunggu sebelum pemipetan dapat dilalkukan pada temoeratur
tersebut. Pemimpetan I dilakukan pada kedalaman 20 cm dari permukaan suspensi.
Beberapa detik sebelumnya, pipet diturun kedalam suspensi dengan hati-hati jangan
sampai merusak atau mengaduk suspensi sehingga ujungnya terletak kedalam 20
cm dari permukaan suspensi. Setelah tiba saatnya pemipetn dilakukan dengan
25
kecepatan mengisi 25 ml/10-15 detik. Kemudian pipet ditarik keluar dan isinya
dikosongkan dan berapa beratnya, dalam keadaan kosong dan bersih (misal b
gram).Cawan dan sisinya dimasukkan kedalam dapur pengering untuk diluapkan
dan dikeringkan dalam temperatur 1050
-1000
C. Lamanya pengeringann paling
sedikit 4 jam setelah ini cawan dimasukan kedalam eksikator dan setelah dingin
ditimbang (misal c gram)
12. Pemimpetan II (lempung) total
Suspensi dalam tabung sedimentasi dihomogenkan lagi seperti dalam langkah ke-
11. Selanjutnya juga dikerjakan seperti lengkah ke-11, akan tetapi pemipetan disini
dilakukan pada kedalaman 5 cm.Disini pengamatan temperatur untuk menentukan
lamanya beberapa kali untuk diambil rata-ratanya. Jadi berbeda dengan pemipetan I
yang hanya diadakan 1 kali saja. Hal ini tejadi karena waktu menunggunya lebih
lama, lebih dari 3 jam sehingga besar kemungkinan temperaturnya selama itu akan
berubah-ubah.Pengamatan temperatur dilakukan sebagai berikut : segera setelah
tabung diletakkan, sehabis dihomogenkan suspensinya, mulai dilakukan
perhitungan waktu menunggu. Kemudian setelah lewat 1 jam, lewat 2 jam, dan
setelah beberapa lama waktu menunggunya, sedangkan diperoleh rata-rata keempat
pengamatan akan diperoleh angka koreksinya untuk mendapatkan waktu menunggu
yang difinitif. Setelah cawan penguap kosong dan bersih ditimbang (misal d gram),
hasil pemimpetan II ditampung kedalamnya. Kemudian diuapkan dan dikeringkan
dalam oven dan ditimbang seperti langkah ke-11.
Agihan (debu + lempung) aktual
1. Alat dan perlengkapan
Sama dengan yang dipergunakan dalam analisa granuler cara pipet
2. Bahan :
Contoh tanah kering yang digunakan dalam analisa granuler cara pipet
3. Cara kerja :
1. Seperti langkah ke-1 dalam acara granuler ( misal berta contoh tanah halus a gram)
2. Miringkan gelas pialanya hingga contoh tanah menyebar sepanjang kira-kira 4-5
cm pada dindingnya. Tambahkan air sedikit demi sedikit dengan dialirkan lewat
dinding gelas piala hingga tanah menjadi basah karena kapilaritas dan bukan karena
dituangi air.
26
3. Setelah tanah menjadi basah betul, tambahkan air sampai volume suspensi
mencapai kira-kira 250 ml. Juga disini penahanan air jangan dikenakan langsung
pada tanahnya.Biarkan tanah mengurangi dengan sendirinya dalam air selama
paling sedikit 15 menit.
4. Tuangkan suspensi tanh secara kuantitatif kedalam tabung sedimentasi dengan
pertolongan pancaran air, membilasnya jangan langsung kena tanahnya.Tambahkan
air sampai volume 1000 ml.
5. Seperti langkah ke-11dalam analisa granuler.
3.6 STRUKTUR TANAH
Kerapatan Butir (BJ) Tanah
1. Metode
Yaitu picnometer
2. Alat dan Perlengkapan :
a. Piknometer
b. Kawat pengaduk halus
c. Thermometer teliti sampai 0,10
C
d. Botol pemancar air
e. Corong gelas keciltol timbang untuk ditetapkan kadar
f. Timbangan analitis sampai teliti 0,0002 gram
g. Dapur pengering (oven)kan ditetapkan kadar lengasnya
h. Potongan kertas atau serbet. Volome botol timbang
3. Bahan :
Contoh tanah halus 2,0 mm kering-udara
4. Cara Kerja :
1. Timbang piknometer kosong, bersih dan bersumbat (misal a gram)
2. Isilah piknometer dengan air suling hingga penuh dengan menggunakan pemancar
air sampai batas garis tanda pada pipa kapiler dalam sumbatnya. Kalau tidak ada
garis batas/tanda, maka sampai ujung atas pipa kapilernya.
Caranya : isilah piknometer sampai di atas leher, lalu sumbat dipasang.
Pemasangan sumbat harus teliti agar tidak terdapat gelembung udara yang
tertinggal dalam piknometer. Air akan naik ke dalam pipa kapiler, dan menghisap
kelebihan air. Bersihkan dengam kertas tetes-tetes air yang mungkin masih
menempel di bagian luar piknometer.
27
3. Timbang piknometer penuh air (misal b gram). Kemudian ukur temperatu air dalam
piknometer dengan pembulatak kurang dari 0,50
C dibulatkan ke bawah (misal t1
0
C).
Lihat dalam daftar yang tersedia di labolatorium berupa BJ piknometer itu
(misalnya BJ1)
4. Air dalam piknometer dibuang, bersihkan semua tetes-tetes air yang mungkin ada
di bagian luarnya dengan lap dan keringkan baguab dakhilnya dengan cara sebagai
berikut :
Tuangkan ke dalam sedikit alkohok, goyangkan piknometer sampai semua tetes
larut, lalu dibuang, sisa alkohol dibuang dengan eter dengan cara seperti tadi,
setelah dibuang biarkan sisa eter menguap. Periksa dengan dibuai.
5. Isilah piknometer dengan contoh tanah seberat 5 gram. Dasar piknometer tertutup
selapis tanah setelah kira-kira 0,75 cm bila memakai piknometer 25 ml. Pasang
sumbatnya dan timbang piknometer berisi tanah ini (misal c gram)
6. Piknometer diisi dengan air suling sampai kira-kira separuh penuh, tanah diaduk-
aduk kuat dengan pengaduk halus untuk menghilangkan udara yang tersekap dalam
tanah. Pengeluaran gelembung-gelembung udara dapat dibantu dengan cara
mengguncang-guncangkan piknometer. Setelah ini, piknometer sisinya dibiarkan
semalam dengan sumbat terpasang sehingga tidak kemasukan kotoran atau debu.
Peringatan : sebelum kawat pengaduk dicabut dari dalam piknometer perlu dibilas
dengan sedikit air untuk menghilangkan butiran-butiran tanah yang menempel
padanya, supaya tidak ada tanah yang terikut kawat pengaduk.
7. Keesokan harinya penghilangan gelembung-gelembung udara yang munngkin
masih tertinggal diulangi lagi, kemudian dibiarkan sebentar untuk mengendapkan
sebagian besar tanahnya, lalu air suling dengan hati-hati sampai penuh. Caranya
seperti pada langakah ke-2. Penaqmbahan air ini diusahakan agar tanah tidak ikut
teraduk untuk menjaga agar tidak ada butir-butir tanah yang hilang berikut
kelebihan air yang harus dihilangkan.
8. Timbang piknometer berisi tanah dan air penuh ini (misal d gram). Setelah itu ukur
temperatur dalam piknometer (misal t2
0
C). Dari daftar dapat diketahui beberapa BJ
pada temperatur ini (misal BJ2)
Kerapatan Massa (BV) Tanah
1. Metode
28
Untuk menentukan kerapatan massa pada tanah latosol yaitu dengan menggunakan
metode volumetri
2. Alat dan Perlengkapan
a. Cawan pemanas lilin
b. Lampu spritus
c. Penumpu kaki tiga
d. Tabung ukur
e. Pipet ukur 10 ml ketelitian 0,1 ml
f. Timbangan analitis teliti sampai 0,0002 gram
g. Thermometer teliti sampai 0,10
C
h. Kuas
i. 2 botol timbangan kuningan
j. Dapur pengering
k. Eksikator
l. 2 utas tali/ benang halus
m. Lilin
3. Bahan
Sampel tanah gumpalan atau bongkahan yang masih asli baru diambil dari tanah.
4. Cara kerja
1. Timbang sebongkah tanah ( a gram)
2. Cairkan lilin sampai suhu 600
C dan celupkan bongkah tanah tersebut yang
sebelumnya telah diberi tali.
3. Setelah lilin mengeras kemudian ditimbang ( b gram)
4. Isi tabung ukur sampai volum p ml dan bongkah tanah di celupkan. Sekarang
menggunakan pipet ukur air ditambahkan sampai permukaanya tepat tanda garis
tertentu q ml. Catat berapa ml air yang telah ditambahkan dari pipet r ml.
5. Ambil bongkah tanah lain yang sejenis dan teteapkan kadar lengasnya pada acara
kadar lengas tanah untuk mendapatkan berat tanah kering mutlak.
Porositas Tanah (n) Tanah
Yang disebut porositas. Total tanah adalah persentase volume pori-pori total tanah
yang ada dalam tanah terhadap volume total bongkah tanah.
Nilai Perbandingan Dispersi (NPD) tanah
29
Yang disebut dengan perbandingan tanah adalah hasil bagi antara ( debu + lempung)
aktual dengan ( debu+ lempung) aktual, dinyatakan dalam persen.
3.7 KONSISTENSI DENGAN ANGKA ATTERBERG
Batas Cair (BC) Tanah
Disebut pula batas alir, atau batas plastisitas tertinggi
1. Alat dan Perlengkapan :
a. Alat Casagrande
b. Cawan penguap 12 cm
c. Colet
d. Botol pemancar air
e. 4 buah botol timbang kuningan
f. Timbangan analitis teliti 0,0002 gram
g. Dapur pengering (oven)
h. Eksikator
i. Kertas grafik semi-log
2. Bahan :
Contoh tanah kering-udara 0,5 mm
3. Cara Kerja :
1. Menyiapkan alat casagrande, dengan 2 buah skrup pengatur dan bagian ekor colet
diatur serupa tinggi cawan kira-kira 1 cm
2. Ambil sejumlah tanah secukupnya, kira-kira 100 gram dengan cawan penguap.
Dengan menggunakan colet tanah dicampur dengan air yang ditambah sedikit demi
sedikit dengan botol pemancar air sehingga diperoleh suatu pasta yang homogen.
3. Letakkan sebagian pasta tanah di atas cawan alat casagrande dan permukaannya
diratakan dengan colet sampai tebal pasta kira-kira 1 cm. Kemudian dengan coet
pasta tanah dibelah sepanjang diameter cawan. Waktu membelah pasta colet
dipegang sedemikian rupa hingga pada setiap kedudukannya tegak lurus pada
permukaancawan. Didasar alur pembelahan harus terlihat permukaan cawan yang
bersih dari tanah, selebar ujung colet (2 mm)
4. Alat casagrande pada pemutarannya sedemikian cepatnya hingga cawan terketuk-
ketuk 2 kali setiap detik. Banyak ketukan untuk menutup kembali sebagian alur
sepanjang kira-kira 1 cm dihitung.kemudian diulng lagi langkah ke-3, cawan
diketuk-ketukan lagi dan banyaknya ketukan untuk menutup kembali dihitung
30
seperti tadi. Pekerjaan ini diulang-ulang sampai setiap kali diperoleh banyaknya
ketukan yang tepat.
Peringatan : alur harus tetap menutup karena lairan kental dan bukan karena berarti
bahwa tanahnya terlalu kering dan atau karena permukaan cawan licin karena salah
satu sebab (berlemak atau berlapis debu kering). Kalau ada peluang langkah ke-2,
langkah ke-3, dan langkah ke-4 banyak ketukan berselisih 2-3, berarti bahwa
pembuatan pasta tanah kurang homogen.
Setelah diperoleh banyak ketukan yang tepat antara 10 sampai 40, ambil sejumlah
pasta tanah di sekitar bagian alur yang menutup sebanyak kira-kira 10 gram dan
tetapkan kadar lengasnya se[erti dalam acara kadar lengas.
Peringatan : kalau diperoleh banyak ketukan dari 10, berarti pasta tanahnya terlalu
basah kalau lebih dari 40 ketukan, pastanya terlalu kering. Dalam kejadian yang
pertama, kebasahan dapat dikurangi dengan jalan menambah tanah kering sedikit
dan dalam kejadian yang kedua pasta tanahnya ditambah air.
5. Kerjakan lagi langkah-langah yang ke-3 sampai ke-5 hingga keseluruhan diperoleh
4 kali pengamatan dengan banyaknya ketukan yang berbeda-beda yaitu 2 buah
pengamatan berukuran dibawah 25 dan 2 buah lainnya di atas 25.
Catatan : untuk dapat memperoleh 4 buah pengamatan itu ada 2 cara yaitu:
a. Pengamatan dimulai dari keadaan pasta yang lebih kering (ketukan lebih banyak)
menjadi keadaan yang lebih basah (ketukan lebih sedikit) dengan jalan menambah
air pada pasta tanah setelah selesai pengamatan.
b. Berlawanan dengan cara a. yaitu dimulai dari keadaan yang lebih basah menjadi
keadaan lebih kering dengan jalan membiarkan pasta tanah agak mengering setiap
kali pengamatan.
Jalan a sebaiknya dipakai utuk tanah-tanah berat karena tanah seperti ini akan
makan waktu lama untuk mengurangi kelembabannya. Untu tanah kedia cara
tersebut di atas dapat dipakai.
Batas Lekat (BL) Tanah
1. Alat dan perlengkapan :
a. Colet yang menkilap, bersih dari nikel
b. 2 buah botol kuningan
c. Botol pemancar air
d. Timbangan analitis teliti sampai 0,0002 gram
31
e. Dapur pengering (oven)
f. Eksikator
2. Bahan
Pasta tanah sisa acara BC tanah
3. Cara kerja :
1. Ambil sisa pasta acara BC, gumpalan dalam tangan dan tusukkan colet kedalamnya
sedalam 2,5 cm dengan kecepatan cm/detik. Dapat juga dijalankan dengan
menggumpal-gumpalkan tanah dengan ujung colet sepanjang 2,5 cm ada di
dalamnya dan kemudian colet sepanjang 2,5 cm ada di dalamnya dan kemudia colet
ditarik secepat 0,5 detik.
2. Periksa permukaan colet : a. bersih, tidak ada tanah, bearti lebih kering dari BL; b.
tanah ataususpensi tanah melekat, bearti pasta tanah lebih basah dari BL.
3. Tergantung dari hasil pemeriksaan dalam langkah ke-2 pasta tanh di basahi atau
dikurangi kelembabannya, dan langkah ke-1 diulang-ulang lagi sampai dicapai
keadaan permukaan colet di sebelah ujungnya melekat suspensi tanah seperti
dempul sepanjang kira-kira sepertiga kali dalamnya penusukan ( kira-kira 0,8 cm ).
4. Ambil tanah sekitar tempat penusukan sebanyak kira-kira 10 gram dan tetapkan
kadar lengasnya seperti pada acara kadar lengas.
5. Kejakan lagi langkah-langkah dari 1 sampai 4, sebagai duplo. Hasil duplo dengan
yang pertama tidak boleh berselisih lebih dari 1%. Kalau lebih harus diulangi lagi
sampai diperoleh 2 pengamatan yang selisihnya tidak lebih dari 1 %.
Batas Gulung (BG)Tanah
Disebut pula batas golek atau batas plastisitas terendah.
1. Alat dan Perlengkapan :
a. Lempeng kaca seluas telapak tangan
b. 3 buah botol timbangan kuningan
c. Botol pemancar air
d. Dapur pengering (oven )
e. Timbangan analitis teliti sampai 0,0002 gram
f. Eksikator
2. Bahan
Pasta tanah sisa acara BC atau BL
32
3. Cara Kerja
1. Ambil pasta tanah kira-kira 15 gram dan buat bentuk sosis diletakkan diatas
lempeng kaca dan dengan telapak tangan yang digerakkan maju mundur, sosis
tanah digolek-golekkan sampai berbentu tambang.
Jarak penggolekkan ialah ujung jari sampai pengkelannya, dan kembali lagi ke
ujung jari. Pada waktu menggolek jari-jari melakukan gerakan memanjang.
Catatan : kalau digunakan jumlah pasta tanah yang terlalu sedikit atau
penggolekkan hanya dilakukan dengan ujung jari dapat diperoleh hasil yang
berbeda dengan cara umum tersebut diatas.
Waktu penggolekkan jangan disertai penekanan
2. Periksa tambang tanah yang berbentuk:
a. Tidak menunjukkan keretakan sewaktu mencapai tebal 3 mm atau kurang
Pada kejadian a, pasta tanah lebih basah dari BOT. Sedangkan pada......
b. Ia lebih kering
3. Ulangi langkah ke-2 dengan terlebih dahulu menambah atau mengurangi
kelembaban pasta tanah , tergantung keadaan atau hasil langkah ke-2, sampai
dicapai keadaan tambang tanah itu akan mulai retak-retak/putus pada waktu
mencapai tebal 3 mm.
4. Ambil tambang tanah yang retak-retak/putus itu dan tetapkan kadar lengasnya
seperti pada acara kadar lengas.
5. Kerjakan 2 kali lagi langkah ke-1 sampai langkah ke-4 sebagai duplo dan triplo.
Batas Berubah Warna (BBW) Tanah
1. Alat dan Perlengkapan :
a. Papan kayu dengan salah satu sisi lebarnya rata dan halus berukuran 10 x 15 cm.
b. Colet nikel
c. Botol timbang kuningan
d. Dapur pengering (oven)
e. Timbangan analitis teliti sampai 0,0002 gram
f. Eksikator
2. Bahan
Sisa pasta tanah acara BC atau BL
3. Cara Kerja :
33
1. Dengan colet pasta tanah diratakan, tipis dan selicin-licinnya di atas permukaan
kayu yang rata dan halus, bentuknya dibuat jorong, dan pelan-pelan tipis dari
bagian tepi dan bagian tengahnya tebal kira-kira 3 mm.
2. Diamkan dalam tempat yang teduh dan jauh dari sumber panas. Lengas dalam pasta
pelan-pelan akan menguap dan tentu saja penguapan lebih cepat di bagian yang
lebih tipis (bagian tepi). Pada waktu lengas menguap pori-pori yang ditinggalkan
oleh lengas akan diisi oleh udara, maka warna tanah akan memuda. Pemudaan ini
akan berjalan mulai dari tepi dan pelan-pelan menjalar ke tengah.
3. Setelah jalur muda mencapai lebar kira-kira 0,5 cm, maka jalur muda ini diambil
dengan colet bersama-sama dengan jalur dismpingnya yang masih gelap juga kira-
kira 0,5 cm dan dimasukkan ke botol timbang untuk ditetapkan kadar lengasnya.
Catatan : tanah yang akan ditetapkan kadar lengasnya berjumlah kira-kira separuh
volume botol timbang dan diambilkan kira-kira sema banyak dari 2 tempat
disekeliling bentuk jorong untuk mendapat hasil rata-rata yang lebih baik. Untuk
pedoman warna muda disalah satu sudut kayu diletakkan selapis tipis contoh tanah
kering-udara yang digunakan dalam acara ini sebagau pembanding.
3.8 PENETAPAN PH TANAH
1. Alat dan Perlangkapan :
a. Beaker glass 50 ml
b. Pengaduk kaca
c. Alat pH meter dengan elektroda lengkap
d. Thermometer teliti 0,10
C
e. Gelas ukur
f. Botol pemancar air
2. Khemikalia:
KCl 1 N
3. Bahan :
Contoh tanah asli gumpalan
4. Cara Kerja :
1. Ambil dan timbang contoh tanah asli gumpalan, kira-kira 10 gram. Masukkan ke
dalam beaker glass 50 ml dan tambahkan air suling sebanyak 25 ml, lalu diaduk-
aduk untuk melarutkan tanah selama jangka waktu 30 menit dengan batang kaca
pengaduk
34
2. Biarkan larutan tanah itu mengendap selama 30 menit
3. Setelah larutan mengendap, ukur pHnya dengan cara sebagai berikut :
Siapkan alat pH meter dengan menyambungkan elektrode pada meternya
Siapkan elektrode pada larutan penyangga pH 7 dan tekan tombol pada tanda
“ON”, sesuaikan keadaan tombol “TEMP” pada angka temeratur larutan
penyangga pH 7 dan aturlah tombol “CALIB” hingga terbaca angka 7,00 pada
layar pH meter
Cuci elektrode dengan pancaran air suling di bagian ujungnya sampai bersih
Celupkan elektrode pada larutan penyangga pH 4 dan tombol “TEMP” agar sesuai
dendan temperatur larutan penyangga pH 4, kemudian aturlah tombol “SLOPE”
hingga terbaca angka 4,00 pada layar pH meter
Cucilah lagi elektrode dengan air suling hingga bersih dengan pancaran air
Dengan mengikuti langkah dari a sampai e, maka dengan begitu pH meter telah
terkalibrasi dan siap digunakan untuk mengukur pH meter yang diteliti
4. Laksanakan langkah-langkah ke-1 sampai ke-2 dengan menggunakan larutan KCl
1N sebanyak 25 ml untuk menentukan pH tanah yang sama dengan tanah di atas
tadi.
35
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 MORFOLOGI TANAH
Hasil:
No Sampel 30 % HCl 0,1 N Keterangan
1. Top soil
(0-15 cm)
Tidak berbuih Berbuih Tidakmengandung
kapur.
Mengandung bahan
organik.
2. Sub soil
(15-50 cm)
Berbuih Berbuih Mengandung kapur.
Mengandung bahan
organik.
3. Bahan induk
(50-305 cm)
Berbuih sedikit Berbuih Mengandung kapur.
Mengandung bahan
organik.
4. Lempengan
(305-502 cm)
Tidak berbuih Berbuih Tidak mengandung
kapur.
Mengandung bahan
organik.
Pembahasan:
Dari hasil morfologi tanah di atas, diperoleh bahwa:
1. Top soil berada sekitar 0-15 cm, dan top soil mengandung bahan organik, namun
tidak mengandung kapur.
2. Sub soil 15-50 cm mengandung kapur serta bahan organik.
3. Bahan induk sekitar 50-305 cm mengandung kapur dan bahan organik.
4. Lapisan tanah terakhir, yaitu lempengan 305-502 cm tidak mengandung Kpur
tetapi mengandung bahan organik.
36
4.2 KADAR LENGAS TANAH
Hasil :
Ukuran Kode Berat Botol
Kosong (a)
Berat Botol +
sampel basah (b)
Berat Botol +
sampel kering (c)
0.5 mm
A1 18.488 27.691 26.967
A2 18.643 25.281 24,513
2 mm
B1 18.257 26.285 25.650
B2 17.456 26.752 26.016
Bongkahan
C1 19.685 28.890 28.171
C2 15.272 23.533 22.854
Perhitungan :
1. Tanah ukuran 0,5mm
2. Tanah ukuran 2 mm
3. Tanah Gumpalan
Pembahasan :
Dari hasil percobaan dan perhitungan didapat hasil sebagai berikut :
1. Kadar lengas rata-rata contoh tanah latosol 0,5mm10, 811 %.
2. Kadar lengas rata-rata contoh tanah latosol 0,2mm 8,593 %.
37
3. Kadar lengas rata-rata contoh tanah latosol gumpalan 8,714 %
Tanah yang mempunyai diameter lebih kecil akan mempunyai kadar lengas lebih
besar, karena semakin kecil diameter tanah maka luas permukaan jenis tanaman akan
semakin besar, dengan demikian semakin luas permukaan tanah akan mampu
mengikat air lebih banyak.
4.3 Kadar Bahan Organik
Hasil:
Volume titrasi contoh (A) = 8 ml
Volume titrasi blanko (B) = 11,7 ml
Normalitas FeSo4 = 1 N
Kadar Lengas 0,5 mm = 10,811%
Bobot tanah (w.soil) = 1 gr
Perhitungan:
= 3,4427%
Pembahasan:
38
Pembahasan berdasarkan hasil yang diperoleh, maka dapat diketahui kandungan
bahan organik pada tanah yaitu 3,4427%. Tanah ini memiliki kandungan bahan
organik sebesar 3,4427 karena pada tanah latosol merupakan titik permukaan, dimana
pada titik ini tidak terjadi proses pencucian yang dapat menyebabkan tingginya bahan
organik yang dikandungnya dan selain itu proses humufikasi berlansung pada titik ini.
Hal ini sesuai dengan pendapat Pairunan (1985) bahwa kandungan bahan organik
tertinggi adalah tanah berada pada Titik ini, karena adanya proses pelapukan sisa-sisa
mikroorganisme yang mati dan berakumulasi, sesuai dengan pernyataan
Hardjowigeno(1992), bahwa tanah yang mengandung bahan organik adalah tanah
Titik atas atau topsoil, karena semakin ke bawah suatu Titik tanah maka kandungan
bahan organiknya semakin berkurang sehingga tanah menjadi keras, semakin dalam
tanah semakin kurangkandungan bahan organiknya. Hal ini juga disebabkan karena
tingginya kandungan liattanah Titik terdalam. Karena terjadi pencucian dan akibatnya
bahan organiknya kurangtersedia. Hal ini sesuai dengan pendapat Buckman dan Brady
(1982), bahwa jumlahkandungan bahan organik sangat ditentukan oleh faktor
kedalaman tanah dan teksturtanah itu, dan semakin tinggi kandungan liat suatu Titik
tanah maka semakin rendahkandungan bahan organiknya.Hal ini sesuai dengan
pendapat Pairunan dkk (1985) bahwasemakin dalam suatu Titik tanah dan semakin
tinggi kandungan liatnya maka kandungan bahan organiknya semakin rendah pula.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kandungan bahan organik dalam tanah
adalahkedalaman titik tanah, iklim (suhu dan curah hujan), tekstur tanah, drainase,
aerasi,aktivitas mikroorganisme, dan vegetasi.
4.4 KADAR KAPUR EKUIVALEN/ SETARA
Hasil:
a. Calcimeter kosong = 74, 021
b. Calcimeter + tanah = 78, 543
c.Calcimeter + tanah+HCl = 94,170
d.Berat Setelah dipanasi = 94,032
e. Kadar Lengas 2 mm = 8, 5936
Perhitungan:
a. Gas CO2
39
b. Berat contoh tanah kering – mutlak
74, 021
c. Kadar
Pembahasan:
Kandungan kapur dari setiap jenis tanah berbeda-beda. Bahkan kandungan kapur
dari lapisan atas tentu berbeda dengan lapisan di bawahnya. Hal ini disebabkan oleh
40
adanya proses pelindian kapur pada lapisan atas oleh air yang akan diendapkan pada
lapisan bawahnya. Selain itu keberadaan kapur tanah sangat dipengaruhi oleh batuan
induk yang ada disuatu lokasi. Dalam percobaan ini dilakukan analisis kadar kapur
denga melakukan penetapan kadar kapur setara tanah dengan menggunakan alat
calcimeter dan khemikalia HCl. Dalam hal ini akan terjadi reaksi:
CaCO3 + 2 HCL CaCl2 + H2O + CO2
Perbedaan kadar kapur pada berbagai jenis tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain komposisi bahan induk dan iklim. Kedua faktor ini berhubungan dengan
kadar lengas tanah, terbentuknya lapisan-lapisan tanah, dan tipe vegetasi. Faktor-
faktor ini merupakan komponen dalam perkembangan tanah. Pada umumnya batuan
kapur/ kwarstik lebih tahan terhadap perkembangan tanah. Pelarutan dan kehilangan
karbonat diperlukan sebagai pendorong dalam pembentukan tanah pada batuan
berkapur. Garam-garam yang mudah larut (seperti Na, K, Ca, Mg-Klorida dan sulfat,
NaCO3) dan garam alkali yang agak mudah larut ( Ca, Mg ) memiliki karbonat yang
akan berpindah bersama air, dan bergantung besarnya air yang dapat mencapai
kedalaman tanah tertentu. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya pengayaan garam/
kapur pada horison tertentu dan besarnya sangat bervariasi. Karena terdapat perbedaan
kelarutan dan mobilitas tersebut maka yang terendapkan lebih dahulu adalah karbonat.
Pada kondisi yang ekstrem kerak garam dan kapur dapat terbentuk di permukaan
tanah. Dari sini menunjukan bahwa kadar kapur tanah dapat berbeda-beda.Kapur
dalam tanah memiliki asosiasi dengan keberadaan kalsium dan magnesium tanah.
Pengaruh kapur dalam tanah dapat meliputi proses pembentukanagregat tanah, pengikatan
hara oleh tanah, dan parameter tanah lainyang berhubungan dengan kegiatan biologi dalam
tanah.
4.5 TEKSTUR TANAH
Data:
Analisis granuler pemipetan pertama
Berat tanah (a) :15 gram
Suhu air : 27ᵒC
Waktu tunggu : 1 menit 16 detik
Kedalaman pemipetan : 20 cm
Berat Cawan Penguap Kosong (a) : 42,73 gr
Berat a + hasil pemipetan setelah kering mutlak (b) :42,991 gr
41
Analisis granuler pemipetan kedua
Suhu air : 27ᵒC
Waktu tunggu : 3 jam 20 menit
Kedalaman Pemipetan : 5 cm
Berat cawan kosong (c) : 39,518 gr
Berat c + hasil pemipetan ke 2 kering mutlak konstan : 39,703 gr
Kadar Bahab Organik : 3,4425 %
Kadar kapur : 7,54 %
Kadar lengas : 8, 5936 %
Suhu air : 26ᵒC
Waktu tunggu : 1 menit 18 detik
Berat cawan penguap (a) : 45, 553 gr
Berat a + hasil pemipetan setelah kering mutlak konstan : 45, 652 gr
Perhitungan:
a. Berat contoh tanah halus kering mutlak ( bebas bahan organik dan kapur)
b. Kadar masing – masing fraksi
(debu)
42
(lempung)
(pasir)
Agihan (debu + lempung) aktual
a. Berat contoh tanah halus kering – mutlak
43
b. Berat ( debu + lempung) aktual kering mutlak
c. Kadar ( lempung + debu) aktual
d. Kadar ( debu+ lempung) total
Pembahasan:
Tekstur tanah merupakan gambaran tingkat kekasaran atau kehalusan bahan
mineral yang menyusun tanah.Tekstur tanah di tentukan oleh proporsi tiga jenis
partikel tanah,yaitu pasir,debu/endapan lumpur,dan lempung/liat, pembagian ini
berdasarklan ukuran partikel ketiga jenis tanah tersebut.Pasir memiliki ukuran partikel
paling besar sedangkan lempung memiliki ukuran partikel paling kecil.
Tekstur tanah sangat menentukan kualitas tanah terutama dalam dalam hal
kemampuannya menahan air. Tekstur tanah merupakan gambaran tingkat kekasaran
44
atau kehalusan bahan mineral yang menyusun tanah.disini tekstur tanah ditentukan 3
jenis partikel tanah yaitu,pasir,debu/endapan lumpur,dan lempung/liat.disini dijelaskan
pula bahwa tanah yang mengandung banyak lempung dianggap memiliki tingkat
kesuburan yang tinggi.
Tanah latosol yaitu tanah yang banyak mengandung zat besi dan aluminium.
Tanah ini sudah sangat tua, sehingga kesuburannya rendah. Warna tanahnya merah
bata, sehingga sering disebut tanah merah. Tanah latosol yang mempunyai sifat cepat
mengeras bila tersingkap atau berada di udara terbuka disebut tanah laterit.
Berdasarkan hasil perhitungan data yang diperoleh, tanah latosol yaitu 18.3295
% pasir, 24.7289 % debu, dan 56,9416 % liat. Tanah ini termasuk tekstur liat, hal ini
terjadi karena persentase liatnya yang lebih besar dari 50 % maka tanah tesebut masuk
dalam tekstur liat dan juga disebabkan oleh tingkat pelapukan yang dialami bagian –
bagian tanah tersebut.
4.6 STRUKTUR TANAH
Hasil:
a. Piknometer kosong(a) : 19,024 gr
b.Piknometer + aquades(b) : 43,888 gr
t1temperatur isi aquades : 280
C
bj1 : 0,9963
c.Piknometer + tanah(c) : 20,602 gr
d.Piknometer + tanah + aquades(d) : 44,873 gr
t2temperatur isi aquades : 280
C
bj2 : 0,9963
Perhitungan:
a. Kerapatan butir (BJ) Tanah
 Berat Tanah Kering
= 1,453 gram
45
 Volume total butir-butir tanah
= 0,5952 cm3
 Kerapatan Butir Tanah BJ
b. Kerapatan Massa (BV) Tanah
Hasil
Ulangan
Berat
Bongkah
Tanah (a)
Berat (a)
setelah
berlilin
Volume air
mula-mula
Volume air
setelah dicelupkan
1 4,758 gr 6,095 gr 30 ml 35 ml
2 4,813 gr 6,013 gr 30 ml 34 ml
3 6,186 gr 9,069 gr 30 ml 36 ml
46
Perhitungan
a. Berat Bongkah Tanah Kering Mutlak
Rerata berat tanah kering mutlak =
=4,828 gram
b. Volume Bongkah Tanah
47
Rerata volume bongkah tanah = ml
= 3,307 ml
c. Kerapatan Massa ( BV) Tanah
1
2
3:
48
kerapatan massa (bv) tanah latosol =
d. Porositas
= (1 – 0,5173) X 100%
= 48,26%
= (1 – 0,3924) X 100%
= 60,76%
= (1 – 0,821) X 100%
= 17,9%
49
e. Nilai Perbandingan Dispersi ( NPD)
98,8%
Pembahasan:
Dalam penentuan kerapatan massa suatu tanah sangat erat atau sangat dipengaruhi
oleh tekstur tanah dimana tanah mempunyai tekstur tanah kasar. Struktur yang akan
terjadi atau tercipta tanah yang ringan dengan keadaan pori-pori besar lebih banyak
jumlahnya dibandingkan dengan pori-pori tanah yang kecil, sebaliknya tanah dengan
tekstur halus akan menciptakan stuktur tanah yang berat dengan pori-pori tanah yang
halus ( kecil ) yang lebih banyak daripada pori-pori tanah yang besar. Hal ini karena
pada tanah yang mempunyai struktur yang lebih halus akan mempunyai jumlah
butiran tanah lebih banyak dibanding dengan tanah yang mempunyai tekstur kasar.
Demikian pula dengan bahan perekat yang terdapat pada struktur tanah liat atau
debu, akan mempunyai bahan perekat yang lebih besar dibandingkan dengan tanah
yang berbutir tunggal. Dengan demikian pada tanah yang mempunyai bahan perekat (
bahan organik ) yang tinggi akan mengakibatkan nilai kerapatan massa tanah tersebut
akan semakin tinggi, dengan kata lain semakin tinggi kandungan bahan organik suatu
tanah akan semakin tinggi nilai kerapatannya.
Hal ini berlaku bagi tanah yang mempunyai kandungan debu atau pada geluh
lempung dan lempung atau tanah yang halus , sebaliknya pada tanah yang berbutir
kandungan bahan organik yang rendah akan mempertinggi kerapatan massa karena
pada tanah pasir cenderung untuk saling mengikat erat satu sama lain, jadi kerapatan
tanah yang diambil dari tanah permukaan yang berbutir baik dan bertekstur geluh akan
mempunyai kerapatan massa yang lebih rendah dibandingkan dengan geluh pasiran.
4.7 KONSISTENSI DENGAN ANGKA ATTERBERG
Batas Cair ( BC) Tanah
Ʃ ketukan Ulangan Botol kosong (a) Botol isi (b) Setelah dioven(c)
20 ketukan 1 15,271 gr 16, 399 gr 15,838 gr
50
2 19,230 gr 20,366 gr 19,801 gr
22 ketukan
1 15,307 gr 17,375 gr 16,347 gr
2 18,263 gr 20,050 gr 19,136 gr
27 ketukan
1 19,689 gr 21,156 gr 20, 451 gr
2 18,501 gr 19,902 gr 19,264 gr
30 ketukan
1 15,649 gr 17,968 gr 16,896 gr
2 17,460 gr 20,124 gr 18,915 gr
Kadar lengas
a. 20 ketukan 1,
20 ketukan 2,
Rata-rata = 98,9454%
b. 22 ketukan 1,
22 ketukan 2,
Rata-rata = 98,6212
c. 27 ketukan 1:
27 ketukan 2:
Rata-rata
d. 30 ketukan 1:
30 ketukan 2:
51
Rata-rata
a. 20 ketukan,
b. 22 ketukan,
c. 27 ketukan,
d. 30 ketukan,
Log BC = Log KL + 0,121( Log N – 0,16915)
a. 20 ketukan,
b. 22 ketukan,
c. 27 ketukan,
52
d. 30 ketukan,
X rata-rata = 59,274
Log banyaknya
ketukan (x)
Kadar lengas (y) Xy x2
30 = 1,4771
27 = 1,4313
22 = 1,3424
20 = 1,3010
98,9454%
98,6212%
87,921%
84,5291%
146,1522
141,1565
118,0251
109,9723
2,1818
2,0486
1,8020
7,725
Ʃ = 5,5518 370,0167% 515,3061 1.9312
20 =
22
53
Batas Lekat ( BL) Tanah
Botol kosong ( a) Botol + tanah (b) Setelah dioven (c)
18,831 gr 20,702 gr 19,996 gr
Kadar lengas
Batas Gulung (BG) Tanah
Botol kosong (a) Botol +tanah (b) Setelah dioven (c)
15,825 gr 16, 832 gr 16, 545 gr
Kadar lengas
Batas Perubahan Warna (BBW)Tanah
Botol kosong (a) Botol + tanah (b) Setelah dioven
15,287 gr 16,080 gr 16,061 gr
Kadar lengas
Jangka Olah (JO)Tanah
Indeks Plastisitas (IP)
54
Persediaan Air Maksimum (PAM) Dalam Tanah
Pembahasan:
Batas cair 18,614 %
Tanah tersebut mempunyai harkat rendah, artinya dalam suatu massa tanah
terkandung air sebanyak 18,614 %. Sehingga kemampuan menyerap air sangat
rendah.
Batas lekat60,6%
Tanah tersebut mempunyai harkat tinggi, artinya semakin banyak air maka Batas
Lekat ( BL ) akan semakin turun.
Batas gulung
Batas gulung adalah keadaan tanah dimana pada waktu pengolahan, tanah dapat
dibongkar dengan mudah, tidak berubah dari struktur aslinya. Dari hasil
pengamatan diperoleh rata - rata BG sebesar berarti termasuk harkat
tinggi. Kandungan pasir latosol lebih besar dari kandungan lempungnya maka
struktur aslinya bisa berubah.
Batas berubah warna2,45 %
Tanah latosol ini mempunyai harkat batas berubah warna yang sangat rendah.
Jangka olah16,2 %
Jangka olah adalah kondisi tanah atau kelembaban tanah yang paling mudah
untuk diolah, yang merupakan selisih antara batas lekat dan batas gulung. Dari
hasil pengamatan diperoleh hasil JO sebesar 16,2 %. Jadi tanah latosol dapat
diolah.
Indeks Plastisitas16,956 %
Indeks Plastisitas merupakan selisih antara BC dengan BG. Selisih ini
menunjukkan derajat keteguhan tanah. Artinya tanah itu mudah hancur atau tidak.
Baik hancur karena kelebihan air maupun kekurangan air. Dari hasil pengamatan
diperoleh IP sebesar 16,956 %. Berarti termasuk harkat JO tinggi.
PAM35,096 %
55
PAM merupakan selisih antara BC dengan BBW. Selisih ini menunjukkan
persediaan air tanah sehingga dapat tersedia bagi tanaman. Dari hasil pengamatan
diperoleh PAM sebesar 35,096 %. Berarti termasuk harkat sedang.
4.8 PENETAPAN pH TANAH
Berat tanah gumpalan = 10 gram
pH = 5,20
Pembahasan:
Pada praktikum ini pH tanah latosol berada pada angka 5,20. Dan berdasarkan
skala pH tanah, tanah latosol merupakan tanah asam, karena memiliki pH 5,20.
BAB V
KESIMPULAN
1. Pengambilan Contoh Tanah
56
2. Morfologi Tanah
Profil tanah didefinisikan sebagai irisan vertikal tanah dari lapisan paling atas
hingga ke bahan induk tanah. Ketebalan antara horizon atau lapisan tanah latosol yang
satu dengan yang lainnya berbeda-beda, hal ini juga menjadikan kandungan tiap
lapisan juga berbeda-beda.
3. Penetapan Kadar Lengas
Kadar lengas rata-rata contoh tanah latosol 0,5mm adalah 10, 811 %
Kadar lengas rata-rata contoh tanah latosol 0,2mm adalah 8,593 %
Kadar lengas rata-rata contoh tanah latosol gumpalan yaitu 8,714 %
4. Penetapan Kadar Bahan Organik
Tanah latosol yang dijadikan preparat memiliki kandungan bahan organik
3,4427%.
Tanah latosol memiliki kandungan BO terbesar di top soil. Hal ini sesuai dengan
pendapat Hardjowigeno(1992), bahwa tanah yang mengandung bahan organik
adalah tanah Titik atas atau topsoil, karena semakin ke bawah suatu Titik tanah
maka kandungan bahan organiknya semakin berkurang sehingga tanah menjadi
keras, semakin dalam tanah semakin kurangkandungan bahan organiknya
5. Penetapan Kadar Kapur Setara
Kadar kapur ( CaCO3 ) pada tanah latosol dari hasil praktikum ini adalah 2,55 %
termasuk sangat tinggi harkat kadar kapurnya.
6. Penetapan Tekstur Tanah
Kesimpulan dari praktikum ini adalah :
1. Dapat ditetapkan agihan tanah ( lempung, debu, pasir ) total atau kadar
masing-masing fraksi sebesar :
Lempung/liat = 56,9416 %
Debu = 24.7289 %
Pasir = 18.3295 %
2. Dapat ditetapkannya agihan ( lempung + debu ) aktual yaitu :
a. Berat conroh tanah kering mutlak =
b. Berat ( debu + lempung ) aktual kering mutlak =
c. Kadar ( debu + lempung ) aktual =
d. Kadar ( debu + lempung ) total =
57
3. Tanah latosol ini termasuk tanah bertekstur liat, hal ini terjadi karena
persentase liatnya yang lebih besar dari 50 %.
7. Penetapan Struktur Tanah
Pada tanah pasiran kandungan bahan organik tanah akan mempertinggi tingkat
kerapatan massa tanah dibandingkan pada tanah yang halus, dengan kandungan bahan
organik tanah yang tinggi akan mempunyai tingkat kerapatan yang lebih rendah lain
hal dengan kerapatan butir suatu tanah pada lapisan tanah yang mempunyai
kandungan bahan organik tinggi akan mempunyai tingkat kerapatan butiran yang
rendah dibandingkan pada tanah yang mempunyai kandungan bahan organik yang
lebih rendah.
Demikian pula pada NPD semakin tinggi atau dengan penambahan bahan organik
sampai dengan optimal akan mempertinggi daya absorbsi tanah sehingga memperkecil
terjadinya erosi pada tanah. Hasil yang diperoleh porositas sangat dipengaruhi oleh
kepadatan tanah yang diamati.
8. Penentuan Konsistensi tanah dengan Angka Atterberg
Dari hasil percobaan di atas diperoleh:
Batas lekat 60,6%
Batas cair 18,614 %
Batas gulung
Batas berubah warna 2,45 %
Jangka olah 16,2 %
Indeks Plastisitas 16,956 %
PAM 35,096 %
9. Penetapan pH tanah
Dari hasil percobaan yan telah dilakukan diperoleh nilai pH tanah latosol yaitu 5,20.
pH tanah latosol termasuk pH asam.
DAFTAR PUSTAKA
58
Anonim, 2009, Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah, Yogyakarta: Universitas Mercu Buana
Yogyakarta
Anonim, 2003, Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah, Jurusan IlmuTanah Fakultas
Pertanian Dan Kehutanan Universitas Hasanuddin Makassar
Darmawijaya M.I. 1997, Klasifikasi Tanah. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Hakim N, M.Y. Nyakpa, A.M Lubis, S.G Nogroho, M.R. Saul M.A. Diha, GoBang Hong,
H.H. Bailey, 1986, Dasar-Dasar Ilmu Tanah, Lampung : Universitas Lampung,
http://www.anneahira.com/kandungan-tanah.htm

More Related Content

What's hot

Laporan praktikum kemurnian benih
Laporan praktikum kemurnian benihLaporan praktikum kemurnian benih
Laporan praktikum kemurnian benihTidar University
 
Laporan agroklimatologi alat-alat agroklimatologi
Laporan agroklimatologi alat-alat agroklimatologiLaporan agroklimatologi alat-alat agroklimatologi
Laporan agroklimatologi alat-alat agroklimatologiJoel mabes
 
KONSERVASI TANAH DAN AIR
KONSERVASI TANAH DAN AIRKONSERVASI TANAH DAN AIR
KONSERVASI TANAH DAN AIREDIS BLOG
 
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...Moh Masnur
 
Persemaian tanaman
Persemaian tanamanPersemaian tanaman
Persemaian tanamanAli Babang
 
Dasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanaman
Dasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanamanDasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanaman
Dasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanamanPurwandaru Widyasunu
 
Laporan praktikum agroklimatologi angin
Laporan praktikum agroklimatologi anginLaporan praktikum agroklimatologi angin
Laporan praktikum agroklimatologi anginFerli Dian SAputra
 
Konservasi mekanik dan kimia
Konservasi mekanik dan kimiaKonservasi mekanik dan kimia
Konservasi mekanik dan kimiaNurul Aulia
 
Acara 4 (struktur tanah)
Acara 4 (struktur tanah)Acara 4 (struktur tanah)
Acara 4 (struktur tanah)agung kurniawan
 
RDG (Resistensi Difusi Gas)
RDG (Resistensi Difusi Gas)RDG (Resistensi Difusi Gas)
RDG (Resistensi Difusi Gas)Novia Dwi
 
Laporan kadar air benih (autosaved)
Laporan kadar air benih (autosaved)Laporan kadar air benih (autosaved)
Laporan kadar air benih (autosaved)Mohammad Muttaqien
 
Lahan pasang surut
Lahan pasang surutLahan pasang surut
Lahan pasang surutsobarputra
 
Laporan praktikum fisiologi tanaman respirasi
Laporan praktikum fisiologi tanaman respirasiLaporan praktikum fisiologi tanaman respirasi
Laporan praktikum fisiologi tanaman respirasifahmiganteng
 
Laporan praktikum irigasi dan drainasi
Laporan praktikum irigasi dan drainasiLaporan praktikum irigasi dan drainasi
Laporan praktikum irigasi dan drainasifahmiganteng
 
Pertemuan 1 prinsip dan teknik budidaya tanaman
Pertemuan 1 prinsip dan teknik budidaya tanamanPertemuan 1 prinsip dan teknik budidaya tanaman
Pertemuan 1 prinsip dan teknik budidaya tanamanAndary Aindåapryl
 

What's hot (20)

Laporan praktikum kemurnian benih
Laporan praktikum kemurnian benihLaporan praktikum kemurnian benih
Laporan praktikum kemurnian benih
 
Laporan agroklimatologi alat-alat agroklimatologi
Laporan agroklimatologi alat-alat agroklimatologiLaporan agroklimatologi alat-alat agroklimatologi
Laporan agroklimatologi alat-alat agroklimatologi
 
KONSERVASI TANAH DAN AIR
KONSERVASI TANAH DAN AIRKONSERVASI TANAH DAN AIR
KONSERVASI TANAH DAN AIR
 
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...
 
Persemaian tanaman
Persemaian tanamanPersemaian tanaman
Persemaian tanaman
 
Dasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanaman
Dasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanamanDasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanaman
Dasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanaman
 
Presentasi gita
Presentasi gitaPresentasi gita
Presentasi gita
 
Laporan praktikum agroklimatologi angin
Laporan praktikum agroklimatologi anginLaporan praktikum agroklimatologi angin
Laporan praktikum agroklimatologi angin
 
Konservasi mekanik dan kimia
Konservasi mekanik dan kimiaKonservasi mekanik dan kimia
Konservasi mekanik dan kimia
 
Acara 4 (struktur tanah)
Acara 4 (struktur tanah)Acara 4 (struktur tanah)
Acara 4 (struktur tanah)
 
suhu tanah
suhu tanahsuhu tanah
suhu tanah
 
RDG (Resistensi Difusi Gas)
RDG (Resistensi Difusi Gas)RDG (Resistensi Difusi Gas)
RDG (Resistensi Difusi Gas)
 
Laporan kadar air benih (autosaved)
Laporan kadar air benih (autosaved)Laporan kadar air benih (autosaved)
Laporan kadar air benih (autosaved)
 
Lahan pasang surut
Lahan pasang surutLahan pasang surut
Lahan pasang surut
 
Laporan praktikum fisiologi tanaman respirasi
Laporan praktikum fisiologi tanaman respirasiLaporan praktikum fisiologi tanaman respirasi
Laporan praktikum fisiologi tanaman respirasi
 
Laporan praktikum irigasi dan drainasi
Laporan praktikum irigasi dan drainasiLaporan praktikum irigasi dan drainasi
Laporan praktikum irigasi dan drainasi
 
Penyerapan dan Transpor Zat Hara
Penyerapan dan Transpor Zat HaraPenyerapan dan Transpor Zat Hara
Penyerapan dan Transpor Zat Hara
 
Pertemuan 1 prinsip dan teknik budidaya tanaman
Pertemuan 1 prinsip dan teknik budidaya tanamanPertemuan 1 prinsip dan teknik budidaya tanaman
Pertemuan 1 prinsip dan teknik budidaya tanaman
 
Survei tanah
Survei tanahSurvei tanah
Survei tanah
 
Berat volume
Berat volumeBerat volume
Berat volume
 

Viewers also liked

Laporan praktikum ilmu tanah agus ap
Laporan praktikum ilmu tanah  agus apLaporan praktikum ilmu tanah  agus ap
Laporan praktikum ilmu tanah agus apAgus Adipura
 
Laporan akhir dasar dasar ilmu tanah
Laporan akhir dasar dasar ilmu tanahLaporan akhir dasar dasar ilmu tanah
Laporan akhir dasar dasar ilmu tanahjumadi ahmad
 
Perintah Dasar Sistem Operasi Linux
Perintah Dasar Sistem Operasi LinuxPerintah Dasar Sistem Operasi Linux
Perintah Dasar Sistem Operasi LinuxIbrahim Naki
 
LAPORAN KEGIATAN STUDI WISATA KE BALI TAHUN 2016
LAPORAN KEGIATAN STUDI WISATA KE BALI TAHUN 2016LAPORAN KEGIATAN STUDI WISATA KE BALI TAHUN 2016
LAPORAN KEGIATAN STUDI WISATA KE BALI TAHUN 2016Yeni Rahayu
 
Laporan praktikum 1 perintah dasar sistem operasi linux
Laporan praktikum 1 perintah dasar sistem operasi linuxLaporan praktikum 1 perintah dasar sistem operasi linux
Laporan praktikum 1 perintah dasar sistem operasi linuxistiocta
 

Viewers also liked (7)

Lembar pengesahan
Lembar pengesahanLembar pengesahan
Lembar pengesahan
 
Laporan praktikum ilmu tanah agus ap
Laporan praktikum ilmu tanah  agus apLaporan praktikum ilmu tanah  agus ap
Laporan praktikum ilmu tanah agus ap
 
Laporan akhir dasar dasar ilmu tanah
Laporan akhir dasar dasar ilmu tanahLaporan akhir dasar dasar ilmu tanah
Laporan akhir dasar dasar ilmu tanah
 
Perintah Dasar Sistem Operasi Linux
Perintah Dasar Sistem Operasi LinuxPerintah Dasar Sistem Operasi Linux
Perintah Dasar Sistem Operasi Linux
 
Laporan ilmu tanah
Laporan ilmu tanahLaporan ilmu tanah
Laporan ilmu tanah
 
LAPORAN KEGIATAN STUDI WISATA KE BALI TAHUN 2016
LAPORAN KEGIATAN STUDI WISATA KE BALI TAHUN 2016LAPORAN KEGIATAN STUDI WISATA KE BALI TAHUN 2016
LAPORAN KEGIATAN STUDI WISATA KE BALI TAHUN 2016
 
Laporan praktikum 1 perintah dasar sistem operasi linux
Laporan praktikum 1 perintah dasar sistem operasi linuxLaporan praktikum 1 perintah dasar sistem operasi linux
Laporan praktikum 1 perintah dasar sistem operasi linux
 

Similar to Laporan resmi

Pengembangan tanah
Pengembangan tanahPengembangan tanah
Pengembangan tanahAkbarSyah1
 
Sejarah terbentuknya bumi
Sejarah terbentuknya bumiSejarah terbentuknya bumi
Sejarah terbentuknya bumiDian Ulfa
 
Hubungan tanah air dan tanaman
Hubungan tanah air dan tanamanHubungan tanah air dan tanaman
Hubungan tanah air dan tanamanmuhammadirfhan
 
Dastan acara 3
Dastan acara 3Dastan acara 3
Dastan acara 3Muhamad H
 
laporan praktikum dastan acara 4 pengamatan tanah dengan indra
laporan praktikum dastan acara 4 pengamatan tanah dengan indralaporan praktikum dastan acara 4 pengamatan tanah dengan indra
laporan praktikum dastan acara 4 pengamatan tanah dengan indraAlfian Nopara Saifudin
 
STRUKTUR TANAH DAN KEMANTAPAN AGREGAT
STRUKTUR TANAH DAN KEMANTAPAN AGREGATSTRUKTUR TANAH DAN KEMANTAPAN AGREGAT
STRUKTUR TANAH DAN KEMANTAPAN AGREGATmahviro vivi
 
Bahan ajar dan tugas
Bahan ajar dan tugasBahan ajar dan tugas
Bahan ajar dan tugasSilmi Kaffah
 
Pedosfer x6 2012
Pedosfer x6 2012Pedosfer x6 2012
Pedosfer x6 2012Paranody
 
Makalah sifat fisika dan kimia tanah organisme yang hidup di dalam tanah untu...
Makalah sifat fisika dan kimia tanah organisme yang hidup di dalam tanah untu...Makalah sifat fisika dan kimia tanah organisme yang hidup di dalam tanah untu...
Makalah sifat fisika dan kimia tanah organisme yang hidup di dalam tanah untu...somaoma
 
Mekanika tanah dan sifat fisik
Mekanika tanah dan sifat fisikMekanika tanah dan sifat fisik
Mekanika tanah dan sifat fisikInri Pata'dungan
 
Tugas pemetaan pertambangan
Tugas pemetaan pertambanganTugas pemetaan pertambangan
Tugas pemetaan pertambanganIrma Sholihah
 
BUKU AJAR PENGANTAR GEOGRAFI TANAH.pdf
BUKU AJAR PENGANTAR GEOGRAFI TANAH.pdfBUKU AJAR PENGANTAR GEOGRAFI TANAH.pdf
BUKU AJAR PENGANTAR GEOGRAFI TANAH.pdfDwiKurniawati35
 

Similar to Laporan resmi (20)

Silvika tanah 3
Silvika tanah 3Silvika tanah 3
Silvika tanah 3
 
Pengembangan tanah
Pengembangan tanahPengembangan tanah
Pengembangan tanah
 
Pedosfer
PedosferPedosfer
Pedosfer
 
Sejarah terbentuknya bumi
Sejarah terbentuknya bumiSejarah terbentuknya bumi
Sejarah terbentuknya bumi
 
Hubungan tanah air dan tanaman
Hubungan tanah air dan tanamanHubungan tanah air dan tanaman
Hubungan tanah air dan tanaman
 
Dastan acara 3
Dastan acara 3Dastan acara 3
Dastan acara 3
 
laporan praktikum dastan acara 4 pengamatan tanah dengan indra
laporan praktikum dastan acara 4 pengamatan tanah dengan indralaporan praktikum dastan acara 4 pengamatan tanah dengan indra
laporan praktikum dastan acara 4 pengamatan tanah dengan indra
 
STRUKTUR TANAH DAN KEMANTAPAN AGREGAT
STRUKTUR TANAH DAN KEMANTAPAN AGREGATSTRUKTUR TANAH DAN KEMANTAPAN AGREGAT
STRUKTUR TANAH DAN KEMANTAPAN AGREGAT
 
Bahan ajar dan tugas
Bahan ajar dan tugasBahan ajar dan tugas
Bahan ajar dan tugas
 
Studi Kesesuaian Lahan di Wilayah Studi
Studi Kesesuaian Lahan di Wilayah StudiStudi Kesesuaian Lahan di Wilayah Studi
Studi Kesesuaian Lahan di Wilayah Studi
 
Pedosfer x6 2012
Pedosfer x6 2012Pedosfer x6 2012
Pedosfer x6 2012
 
Pedosfer
PedosferPedosfer
Pedosfer
 
Makalah sifat fisika dan kimia tanah organisme yang hidup di dalam tanah untu...
Makalah sifat fisika dan kimia tanah organisme yang hidup di dalam tanah untu...Makalah sifat fisika dan kimia tanah organisme yang hidup di dalam tanah untu...
Makalah sifat fisika dan kimia tanah organisme yang hidup di dalam tanah untu...
 
Mekanika tanah dan sifat fisik
Mekanika tanah dan sifat fisikMekanika tanah dan sifat fisik
Mekanika tanah dan sifat fisik
 
Bulk_density
Bulk_densityBulk_density
Bulk_density
 
TOPIK, 5. ILMU TANAH.ppt
TOPIK, 5. ILMU TANAH.pptTOPIK, 5. ILMU TANAH.ppt
TOPIK, 5. ILMU TANAH.ppt
 
Tugas pemetaan pertambangan
Tugas pemetaan pertambanganTugas pemetaan pertambangan
Tugas pemetaan pertambangan
 
BUKU AJAR PENGANTAR GEOGRAFI TANAH.pdf
BUKU AJAR PENGANTAR GEOGRAFI TANAH.pdfBUKU AJAR PENGANTAR GEOGRAFI TANAH.pdf
BUKU AJAR PENGANTAR GEOGRAFI TANAH.pdf
 
SIFAT FISIKA DAN KIMIA TANAH
SIFAT FISIKA DAN KIMIA TANAHSIFAT FISIKA DAN KIMIA TANAH
SIFAT FISIKA DAN KIMIA TANAH
 
Tugas Geologi dan Ilmu Tanah
Tugas Geologi dan Ilmu TanahTugas Geologi dan Ilmu Tanah
Tugas Geologi dan Ilmu Tanah
 

Laporan resmi

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah merupakan kumpulan dari benda-benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, campurannya yaitu mineral, bahan organik, air, udara yang merupakan media tumbuh tanaman. Di seluruh permukaan bumi terdapat beraneka ragam tanah mulai yang paling gersang sampai yang paling subur, berwarna putih, merah, cokelat, kelabu, hitam, dengan macam–macam sifatnya. Untuk mempermudah mengenal masing–masing tanah diberi nama. Dengan demikian nama yang umumnya terdiri atas satu atau dua kata berfungsi sebagai alat untuk mempersingkat keterangan mengenai sifat kemampuan suatu jenis tanah. Sejak pertanian berkembang, konsep tanah yang sangat penting adalah konsep sebagai media alami bagi petumbuhan tanaman. Bila kota–kota berkembang, tanah menjadi sebagai bahan rekayasa guna mendukung jalan–jalan dan bangunan–bangunan. Konsep tanah sebagai bahan rekayasa dikaitkan dengan tanah sebagai selimut batuan yang telah mengalami pelapukan atau regolit, suatu konsep yang berkembang oleh para ahli geologi pada akhir abat XIX–ahli tanah mengembangkan suatu konsep tentang tanah sebagai tubuh alam yang taratur. Pada masa perkembangan seperti sekarang tanah yang awalnya di manfaatkan sebagai tanah pertanian telah mengalami perkembangan menjadi pemukiman penduduk. Desa berkembang menjadi kota, kota berkembang menjadi sebuah kota yang lebih besar, kota metropolitan bahkan mengapolitan. Semakin bertambahnya populasi manusia bertambah pula kebutuhan tanah untuk pemukiman, sehingga lahan pertanian akan semakin berkurang sedangkan kebutuhan pangan semakin meningkat. Hal itu sudah menjadi fenomena dalam kehidupan. Oleh karena itu tanah harus digunakan sebaik–baiknya dan seefisien mungkin.
  • 2. 2 B. Tujuan Praktikum Dasar Ilmu Tanah terdapat berbagai analisis yang telah dilakukan di laboratorium dasar ilmu tanah, dari seluruh analisis tersebut masing-masing mempunyai tujuan sebagai berikut: 1. Dapat melakukan pengambilam contoh tanah untuk mengetahui dan mempelajari berbagi cara pengambilan contoh tanah. 2. Mengenal dan mempelajari profil tanah 3. Penetapan kadar lengas tanah, bertujuan untuk menetapkan kadar lengas pada sampel tanah latosol. 4. Kadar bahan Organik, bertujuan untuk mendapatkanjumlah karbon untuk menetapkan kadar bahan organik. 5. Kadar kapur setara tanah, mempunyai tujuan untuk menetapkan kadar CaCo3 secara tepat. 6. Tekstur tanah, bertujuan untuk menetapkan agihan zarah tanah [lembung, debu, dan pasir] dan kelas tekstur tanah dengan segi tika tekstur USDA, dan juga untuk menetapkan agihan [lempung dan debu] secara aktual. 7. Struktur tanah, bertujuan untuk menetapkan butir [BD] tanah, menetapkan kerapatan massa [BV] tanah, menghitung porositas total [n] tanah, dan menghitung nilai perbandingan dipersi [NPD] tanah. 8. Konsistensi tanah, bertujuan untuk menetapkan batas Cair [BC] tanah, menetapkan Batas lekat [BL] tanah, menetapkan batas gulung [BG] tanah, menetapkan batas berubah warna [BBW] tanah, menghitung Jangka Olah [JO] tanah, menghitung Indeks plastisitas [IP] tanah, dan menghitung persediaan air maksimum [PAM] dalam tanah. 9. Penetapan pH, analisis ini bertujuan untuk menetapkan pH dalam tanah Latosol.
  • 3. 3 Bab II DASAR TEORI Tanah latosol yaitu tanah yang banyak mengandung zat besi dan aluminium. Tanah ini sudah sangat tua, sehingga kesuburannya rendah. Warna tanahnya merah hingga kuning, sehingga sering disebut tanah merah. Tanah latosol yang mempunyai sifat cepat mengeras bila tersingkap atau berada di udara terbuka disebut tanah laterit.Tanah latosol tersebar di Sumatra Utara, Sumatra Barat, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, JawaTimur, Bali, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Papua. Tanah dengan kadar liat lebih dari 60 %, remah sampai gumpal, gembur, warna tanah seragam dengan dengan batas-batas horison yang kabur, solum dalam (lebih dari 150 cm), kejenuhan basa kurang dari 50 %, umumnya mempunyai epipedon kambrik dan horison kambik. Tumbuhan yang dapat hidup di tanah latosol adalah padi, palawija, sayuran, buah-buahan, karet, sisal, cengkih, kakao, kopi, dan kelapa sawit. Soil Taxonomy (USDA, 1975) Latosol merupakan tanah bersolum dalam, mengalami pencucian dan pelapukan lanjut, berbatas horizon baur, kandungan mineral primer dan unsur hara rendah, konsistensi gembur dengan stabilitas agregat kuat dan terjadi penumpukan relatif seskuioksida di dalam tanah sebagai akibat pencucian silikat. Ciri-ciri tanah latosol: a. Ada horizon kambik , dimana terdapat horizon penumpukan liat <20% dari horizon diatasnya. b. Tanah yang mulai berkembang tetapi belum matang yang ditandai oleh perkembangan profil yang lebih lemah. c. Mencakup tanah sulfat masam (Sulfaquept) yang mengandung horison sulfurik yang sangat masam, tanah sawah(aquept) dan tanah latosol. Warna tanah latosol adalah merah, coklat kemerahan, coklat, coklatkekuningan atau kuning tergantung bahan induk, warna batuan, iklim danletak ketinggian. Bahan induk tanah litosol adalah campuran batuan endapantuff dan batuan volkan. Tanah litosol merupakan tanah yang dianggap paling muda, sehingga bahan induknya seringkali dangkal (< 45 cm) atau tampak di atas permukaan tanah sebagai batuan padat yang padu. Tanah litosol belum lama mengalami pelapukan dan sama sekali belum mengalami perkembangantanah akibat pengaruh iklim yang lemah, letusan vulkan atau topografi yang terlalu miring atau bergelombang (Munir, 1995 : 331).
  • 4. 4 Pengambilan contoh Tanah Tingkat kebenaran hasil analisis tanah di laboratorium sangat dipengaruhi oleh cara pengambilan contoh tanah di lapangan. Metode atau cara pengambilan contoh tanah yang tepat sesuai dengan jenis analisis yang akan dilakukan merupakan pernyataan penting yang perlu diperhatikan. Untuk analisis tanah khususnya mengenai sifat-sifat fisik tanah, ada 4 cara pengambilan contoh tanah yaitu: 1. Contoh tanah utuh ( undisturbed soil sample) Pengambilan contoh ini digunakan untuk penetapan-penetapan berat volume(bulk destiny): porositas tanah, kurva pF dan permeabilitas. 2. Contoh tanah dengan agregat utuh (undisturbed soil agregat) Penarikan sampel tanah ini digunakan untuk petetapan-penetapan agregat dan tanah COLE (Coefficient of linear extensibility). 3. Contoh tanah terganggu atau tanah tidak utuh (disturbed soil sampel) Penarikan sampel ini untuk penetapan-penetapan kadar air, tekstur, konsistensi dan batas-batas angka atterberg, warna dan sebagainya. 4. Contoh tanah dari suatu profil Cara pengambilan contoh tanah ini merupakan kombinasi dari penarikan sampel tanah yang pertama, kedua, dan ketiga. Pengangkutan contoh tanah khususnya untuk keperluan penetapan berat volume: pF dan permeabilitas harus dilakukan dengan cara hati-hati, jangan sampai ada guncangan- guncangan yang merusak struktur tanah. Profil Tanah Profil tanah adalah urutan susunan horison yang tampak dalam anatomi tubuh tanah. Profil tanah mempunyai tebal yang berlainan, mulai dari yang setipis selaput sampai setebal 10 m. Pada umumnya tanah makin tipis makin mendekati kutub dan makin tebal makin mendekati khatulistiwa (Darmawijaya, 1990). Profil tanah yang diamati, ciri-cirinya harus memenuhi syarat-syarat : tegak (vertikal), baru artinya belum terpengaruh keadaan luar, dan juga tidak memantulkan cahaya (profil tanah pada waktu pengamatan tidak langsung terkena cahaya matahari). Pengamatan dimulai dengan pengukuran dalamnya dari batas-batas horizon yang dapat diketahui. Batas horizon tidak selalu lurus. Oleh karena itu diamati pula jelas tidaknya dan bentuk topografi (Darmawijaya, 1990).
  • 5. 5 Lengas Tanah Lengas tanah adalah air yang terikat oleh berbagai gaya, misalnya gaya ikat matrik, osmosis dan kapiler. Gaya ikat matrik berasal dari tarikan antar partikel tanah dan meningkat sesuai dengan peningkatan permukaan jenis partikel tanah dan kerapatan muatan elektrostatik partikel tanah. Gaya osmosis dipengaruhi oleh zat terlarut dalam air maka meningkat dengan semakin pekatnya larutan. Gaya kapiler dibangkitkan oleh pori‐pori tanah berkaitan dengan tegangan permukaan (Anonim, 2009) Kadar lengas tanah sering disebut sebagai kandungan air(moisture) yang terdapat dalam pori tanah. Satuan untuk menyatakan kadar lengas tanah dapat berupa persen berat atau persen volume. Berkaitan dengan istilah air dalam tanah, secara umum dikenal 3 jenis, yaitu: a. lengas tanah (soil moisture) adalah air dalam bentuk campuran gas (uap air) dan cairan. b. air tanah(soil water) yaitu air dalam bentuk cair dalam tanah, sampai lapisan kedap air. c. air tanah dalam (ground water) yaitu lapisan air tanah kontinu yang berada ditanah bagian dalam (Handayani, 2009). Keberadaan lengas tanah dipengaruhi oleh energi pengikat spesifik yang berhubungan dengan tekanan air. Status energi bebas (tekanan) lengas tanah dipengaruhi oleh perilaku dan keberadaannya oleh tanaman. Lengas tanah dipengaruhi oleh keberadaan gravitasi dan tekanan osmosis apabila tanah dilakukan pemupukan dengan konsentrasi tinggi (Bridges, 1979). Di dalam tanah, air berada di dalam ruang pori diantara padatan tanah. Jika tanah dalam keadaan jenuh air, semua ruang pori tanah terisi air. Dalam keadaan ini jumlah tanah yang disimpan didalam tanah merupakan jumlah air maksimum disebut kapasitas penyimpanan air maksimum. Selanjutnya jika tanah dibiarkan mengalami pengeringan, sebagian ruang pori akan terisi udara dan sebagian lainnya terisi air. Dalam keadaan ini tanah dikatakan tidak jenuh (Hillel,1983). Di dalam tanah air dapat bertahan tetap berada di dalam ruang pori karena adanya berbagai gaya yang yang bekerja pada air tersebut. Untuk dapat mengambil air dari rongga pori tanah diperlukan gaya atau energi yang diperlukan untuk melawan energi yang menahan air. Gaya - gaya yang menahan air hingga bertahan dalam rongga pori berasal dari absorbsi molekul air oleh padatan tanah, gaya tarik menarik antara molekul air, adanya larutan garam dan gaya kapiler (Yong et al.,1975).
  • 6. 6 Bahan Organik Salah satu proses penting yang berkaitan dengan pembentukan tanah adalah penimbunan bahan organik yang cenderung mencapai suatu tingkat keseimbangan didalam tanah. Tingkat penimbunan bahan organik dalam tanah bergantung pada sifat lingkungan pembentukan tanah yang mencakup dua proses yaitu penimbunan sisa tanaman dan hewan. Kedua perombakan ini merupakan aktivitas jasad renik atau mikroorganisme yang terdapat didalam tanah. Bahan organik tanah umumnya terdapat dipermukaan tanah. Jumlahnya berkisar antara 3%-5%dan mempengruhi sifat-sifat tanah antara lain bertindak sebagai sumber hara N, P, S dan unsure mikro lainnya. Bahan organik tanah terdiri dari semua sisa makhluk hidup, baik yang berasal dari manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan dan termasuk mikroorganisme didalam tanah baik yang sedang melapuk maupun yang telah melapuk. Bahan organik sangat besar peranannya terhadap perbaikan struktur tanah, menambah kemampuan tanah untuk mengikat air, manambah kemampuan tanah untuk menahan unsure- unsur hara dalam arti kapasitas kation tanah menjadi tinggi dan sebagai unsur-unsur hara dalam arti kapasitas tukar kation tanah menjadi lebih tinggi dan sebagai sumber energi bagi kehidupan organisme. Bahan organik tanah sangat menetukan jenis tanaman apa yang akan ditanam dilaha tersebut. Setelah mengetahui betapa pentingnya bahan organik terhadap pertumbuhan suatu tanaman, perlu pula untuk mengetahui kandungan bahan organik yang atau cocok bagi kelangsungan kehidupan pertumbuahn suatu tanaman tertentu untuk mencapai pertumbuhan yang maksimum Kadar Kapur Ekivalen Kapur dalam tanah memiliki asosiasi dengan keberadaan kalsium dan magnesium tanah. Hal ini wajar, karena keberadaan kedua unsur tersebut sering ditemukan berasosiasi dengan karbonat. Secara umum pemberian kapur ke tanah dapat mempengaruhi sifat fisik dan kimia tanah serta kegiatan jasad renik tanah. Bila ditinjau dari sudut kimia, maka tujuan pengapuran adalah menetralkan kemasaman tanah. Perlu diketahui bahwa tanah yang memiliki kandungan kapur yang tinggi, belum tentu tanah tersebut juga memiliki tingkat kesuburan yang tinggi. bisa terjadi suatu kapur itu menjadi racun karena kapur akan menyerap unsur hara dari dalam tanah, dimana unsur hara tersebut dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhannya
  • 7. 7 Kandungan Ca dan mg yang tinggi dalam tanah berhubungan dengan taraf perkembangan tanah tersebut, semakin kuat pelindian / semakin tua tanahnya, akan semakin kecil pula kandungan kedua zat tersebut. Kadar tinggi berkaitan dengan pH yang netral atau agak kalis. Sebagai unsur hara makro Ca dan Mg mempunyai fungsi yang penting pada tanaman. Kalsium (Ca) berperan sebagai penyusun dinding sel tumbuhan dan sering pula menjonjotkan / menetralkan bahan racun dalam jaringan tanaman. Magnesium (Mg) merupakan komponen dari klorofil dan berperan pula dalam pembentukan lemak dan minyak pada tumbuhan. Kekurangan kedua zat ini dalam tanah dapat menghambat perkembangan normal pad jaringan muda. Kandungan kapur dari setiap jenis tanah berbeda-beda. Bahkan kandungan kapur dari lapisan atas tentu berbeda dengan lapisan di bawahnya. Hal ini disebabkan oleh adanya proses pelindian kapur pada lapisan atas oleh air yang akan diendapkan pada lapisan bawahnya. Selain itu keberadaan kapur tanah sangat dipengaruhi oleh batuan induk yang ada disuatu lokasi. Dalam percobaan ini dilakukan analisis kapur dengan menggunakan metode gravimetric yang dikenal dengan penetapan kadar kapur setara tanah dengan menggunakan alat calcimeter dan khemikalia HCl. CO2 yang menguap dalam penentuan kapur akan diukur menurut reaksi : CaCO3 + 2 HCL CaCl2 + H2O + CO2 Perbedaan kadar kapur pada berbagai jenis tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain komposisi bahan induk dan iklim. Kedua faktor ini berhubungan dengan kadar lengas tanah, terbentuknya lapisan-lapisan tanah, dan tipe vegetasi. Faktor-faktor ini merupakan komponen dalam perkembangan tanah. Pada umumnya batuan kapur/ kwarstik lebih tahan terhadap perkembangan tanah. Pelarutan dan kehilangan karbonat diperlukan sebagai pendorong dalam pembentukan tanah pada batuan berkapur. Garam-garam yang mudah larut (seperti Na, K, Ca, Mg-Klorida dan sulfat, NaCO3) dan garam alkali yang agak mudah larut ( Ca, Mg ) memiliki karbonat yang akan berpindah bersama air, dan bergantung besarnya air yang dapat mencapai kedalaman tanah tertentu. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya pengayaan garam/ kapur pada horison tertentu dan besarnya sangat bervariasi. Karena terdapat perbedaan kelarutan dan mobilitas tersebut maka yang terendapkan lebih dahulu adalah karbonat. Pada kondisi yang ekstrem kerak garam dan kapur dapat terbentuk di permukaan tanah. Dari sini menunjukan bahwa kadar kapur tanah dapat berbeda-beda.
  • 8. 8 Tekstur Tanah Tekstur tanah adalah pembagian ukuran butir tanah. Butir-butir yang paling kecil adalah butir liat, diikuti oleh butir debu (silt), pasir, dan kerikil. Selain itu, ada juga tanah yang terdiri dari batu-batu. Tekstur tanah dikatakan baik apabila komposisi antara pasir, debu dan liatnya hampir seimbang. Tanah seperti ini disebut tanah lempung. Semakin halus butir- butir tanah (semakin banyak butir liatnya), maka semakin kuat tanah tersebut memegang air dan unsur hara. Tanah yang kandungan liatnya terlalu tinggi akan sulit diolah, apalagi bila tanah tersebut basah maka akan menjadi lengket. Tanah jenis ini akan sulit melewatkan air sehingga bila tanahnya datar akan cenderung tergenang dan pada tanah berlereng erosinya akan tinggi. Tanah dengan butir-butir yang terlalu kasar (pasir) tidak dapat menahan air dan unsur hara. Dengan demikian tanaman yang tumbuh pada tanah jenis ini mudah mengalami kekeringan dan kekurangan hara. Tekstur tanah di lapangan dapat dibedakan dengan cara manual yaitu dengan memijit tanah basah di antara jari jempol dengan jari telunjuk, sambil dirasakan halus kasarnya yang meliputi rasa keberadaan butir-butir pasir, debu dan liat, dengan cara sebagai berikut: Pasir Apabila rasa kasar terasa sangat jelas, tidak melekat, dan tidak dapat dibentuk bola dan gulungan. Pasir Berlempung Apabila rasa kasar terasa jelas, sedikit sekali melekat, dan dapat dibentuk bola tetapi mudah sekali hancur. Lempung Berpasir Apabila rasa kasar agak jelas, agak melekat, dan dapat dibuat bola tetapi mudah hancur. Lempung Apabila tidak terasa kasar dan tidak licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat sedikit dibuat gulungan dengan permukaan mengkilat. Lempung Berdebu Apabila terasa licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan gulungan dengan permukaan mengkilat. Debu Apabila terasa licin sekali, agak melekat, dapat dibentuk bola teguh, dan dapat digulung dengan permukaan mengkilat.
  • 9. 9 Lempung Berliat Apabila terasa agak licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat dibentuk gulungan yang agak mudah hancur. Lempung Liat Berpasir Apabila terasa halus dengan sedikit bagian agak kasar, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat dibentuk gulungan mudah hancur. Lempung Liat Berdebu Apabila terasa halus, terasa agak licin, melekat, dan dapat dibentuk bola teguh, serta dapat dibentuk gulungan dengan permukaan mengkilat. Liat Berpasir Apabila terasa halus, berat tetapi sedikit kasar, melekat, dapat dibentuk bola teguh, dan mudah dibuat gulungan. Liat Berdebu Apabila terasa halus, berat, agak licin, sangat lekat, dapat dibentuk bola teguh, dan mudah dibuat gulungan. Liat Apabila terasa berat dan halus, sangat lekat, dapat dibentuk bola dengan baik, dan mudah dibuat gulungan. Struktur Tanah. Struktur tanah merupakan sifat fisik tanah yang menggambarkan susunan ruang partikel-partikel tanah yang bergabung satu dengan yang lain membentuk agregat. Dalam tinjauan morfologi, struktur tanah diartikan sebagai susunan partikel-partikel primer menjadi satu kelompok partikel (cluster) yang disebut agregat, yang dapat dipisah-pisahkan kembali serta mempunyai sifat yang berbeda dari sekumpulan partikel primer yang tidak teragregasi. Dalam tinjauan edafologi, sejumlah faktor yang berkaitan dengan struktur tanah jauh lebih penting dari sekedar bentuk dan ukuran agregat. Dalam hubungan tanah dengan tanaman, agihan ukuran pori, stabilitas agregat, kemampuan teragregasi kembali saat kering, dan kekerasan (hardness) agregat jauh lebih penting dari ukuran dan bentuk agregat itu sendiri.(Kajian Struktur Tanah Lapis Olah). Dari jurnal tersebut dapat disimpulkan bahwa struktur tanah merupakan susunan dari partikel-partikel tanah yang membentuk agregat. Agregat terbentuk diawali dengan suatu mekanisme yang menyatukan partikel-partikel primer membentuk kelompok atau gugus (cluster) dan dilanjutkan dengan adanya sesuatu yang dapat
  • 10. 10 mengikat menjadi lebih kuat (sementasi). Pembentukan agregat tanah melalui proses penjonjotan yang dilanjutkan dengan agregasi dengan atau tanpa diikuti proses sementasi (Baver et al., 1972; Notohadiprawiro, 1996). Di dalam suspensi, partikel-partikel primer yang mempunyai potensial elektrokinetik (zeta) tinggi akan saling tolak menolak. Ketika energi potensial turun, tumbukan antar partikel ini melemah sehingga menghasilkan antar partikel primer saling berdekatan dan terbentuklahjonjot. Jonjot ini akan tetap stabil sepanjang kehadiran agensia flokulasi. Menurut Baver et al. (1972) flokulasi dapat juga terjadi sebagai hasil dari atraksi elektrostatik antara ujung muatan positif lempung yang satu dengan permukaan negatif lempung yang lain, sehingga terbentuk ukuran yang jauh lebih besar, yang akhirnya mengendap sebagai hasil gaya gravitasi atau gaya beratnya sendiri.(Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 3 (2) (2002). Konsistensi dengan Angka Atterberg Ringan beratnya suatu tanah bukan saja berhuungan dengan mudah tidahnya tanah diolah, namun juga berhubungan dengan gaya menahan air tanah, infiltrasi, dan perkolasi. Untuk menghindari faktor subyektif dalam mengklasifikasikan tanah berat atau ringan, dipakai standar angka. Setiap tanah mempunyai sifat mutu yang berbeda dalam mengolah tanah. Dibutuhkan suatu metode untuk menentukan apakah suatu tanah baik untuk pertanian, pembangunan atau bidang lain. Metode untuk menentukan tindakan pengolahan tanah adalah dengan menetapkan standard angka, yaitu metode penetapan Angka Atterberg. Atterberg tokoh yang pertama kali meneliti dan menggolongkan konsistensi tanah dalam hubungannya dengan kadar lengas, yaitu dengan menetapkan Batas Cair (BC), BG (Batas Gulung), Batas Lekat (BL), Batas Berubah Warna (BBW). Harkat-harkat tanah: 1. Harkat BC ( USDA )  < 20 % sangat rendah  20 % - 30 % rendah  31 % - 45 % sedang  46 % - 70 % tinggi  71 % - 100 % sangat tinggi 2. Harkat BL ( Wicaksono, 1964 )  0 % rendah
  • 11. 11  100 % tinggi 3. Harkat BG ( Wicaksono, 1964 )  0 % - 5 % sangat rendah  6 % - 10 % rendah  11 % - 17 % sedang  18 % - 30 % tinggi  31 % - 43 % sangat tinggi  > 43 % ekstreem tinggi 4. Harkat BBW ( USDA, 1955 )  1 % - 3 % sangat rendah  4 % - 10 % rendah  11 % - 18 % sedang  19 % - 30 % tinggi  31 % – 45 % sangat tinggi  > 45 % ekstreem tinggi 5. Harkat JO ( USDA, 1955 )  1 % - 3 % sangat rendah  4 % - 8 % rendah  9 % - 15 % sedang  16 % - 25 % tinggi  26 % - 40 % sangat tinggi  > 40 % ekstreem tinggi 6. Harkat PAM  21 % - 30 % rendah  31 % - 46 % sedang  47 % - 60 % tinggi  61 % - 100 % sangat tinggi  > 100 % ekstreem tinggi Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap rendah dan tingginya indeks plastisitas (Angka Atterberg) antara lain : 1. Komposisi butiran dari tanah. Karena partikel liat dikelilingi oleh lapisan rangkap, yang terutama terdiri dari air, maka dengan mudah saling bergerak. Hal ini berlawanan dengan partikel pasir, tidak berkaitan satu dengan lainnya.
  • 12. 12 2. Pada kenyataan tipe mineral tanah juga penting. Tanah Kaolinit akan menjadi plastis pada kair yang rendah disbanding dengan montmorilonit. 3. Bentuk partikel. Oleh karena liat terdiri dari lempeng-lempeng (laminer) yang dapat berdekatan satu sama lain pada pengeringan, maka liat dapat berpengaruh terhadap tenaga adhesi yang tinggi.berbeda dengan butiran pasir dengan bentuk bentuk bundar dan tajam, tidak perperan yang penting. 4. Dengan adanya bahan organic, maka kadar air baik pada batas cair maupun batas plastis terendah menjadi meningkat. pH Tanah pH tanah atau kemasaman tanah atau reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H +) di dalam tanah. Makin tinggi kadar ion H+ di dalam tanah, semakin masam tanah tersebut. Di dalam tanah selain ion H+ dan ion-ion lain terdapat juga ion hidroksida (OH-), yang jumlahnya berbanding terbalik dengan banyaknya ion H+. Pada tanah-tanah masam jumlah ion H+ lebih tinggi dibandingakan dengan jumlah ion OH-, sedangkan pada tanah alkalis kandungan ion OH- lebih banyak dari ion H+. Jika ion H+ dan ion OH- sama banyak di dalam tanah atau seimbang, maka tanah bereaksi netral. pH tanah atau tepatnya pH larutan tanah sangat penting karena larutan tanah mengandung unsur hara seperti Nitrogen (N), Potassium/kalium (K), dan Pospor (P) dimana tanaman membutuhkan dalam jumlah tertentu untuk tumbuh, berkembang, dan bertahan terhadap penyakit. Jika pH larutan tanah meningkat hingga di atas 5,5; Nitrogen (dalam bentuk nitrat) menjadi tersedia bagi tanaman. Di sisi lain Pospor akan tersedia bagi tanaman pada Ph antara 6,0 hingga 7,0. Beberapa bakteri membantu tanaman mendapatkan N dengan mengubah N di atmosfer menjadi bentuk N yang dapat digunakan oleh tanaman. Bakteri ini hidup di dalam nodule akar tanaman legume (seperti alfalfa dan kedelai) dan berfungsi secara baik bilamana tanaman dimana bakteri tersebut hidup tumbuh pada tanah dengan kisaran pH yang sesuai (Anonim, 2007) Tingkat pH tanah yang merugikan pertumbuhan tanaman dapat terjadi secara alami di beberapa wilayah, dan secara non alami terjadi dengan adanya hujan asam dankontaminasi tanah. Peran pH tanah adalah untuk mengendalikan ketersedian nutrisi bagi vegetasi yang tumbuh di atasnya. Makronutrien (kalsium, fosfor, nitrogen,kalium, magnesium, sulfur) tersedia cukup bagi tanaman jika berada pada tanah dengan pH netral atau sedikit beralkalin. Kalsium, magnesium, dan kalium biasanya tersedia bagi tanaman dengan cara pertukaran
  • 13. 13 kation dengan material organik tanah dan partikel tanah liat. Ketika keasaman tanah meningkat, ketersediaan kation untuk material organik tanah dan partikel tanah liat segera tercukupi sehingga tidak ada pertukaran kation dan nutrisi bagi tanaman berkurang. Namun semua itu tidak dapat disimplifikasi karena banyak faktor yang memengaruhi hubungan pH dengan ketersediaan nutrisi, diantaranya tipe tanah (tanah asam sulfat, tanah basa, dsb), kelembaban tanah, dan faktor meteorologika (Anonim, 2011) Skala reksi tanah : pH Reaksi Tanah < 4 Paling masam ( estrim ) 4 – 4,5 Sangat masam 4,5 – 5,5 Asam 5,5 – 6,5 Agak asam 6,5 – 7,5 Netral 7,5 – 8,5 Agak basa 8,5 – 9,0 Basa > 9 Sangat basa Pada umumnya pH tanah terdapat antara 4,0 – 10,0 Ada 2 metode yang paling umum digunakan untuk pengukuran pH tanah yaitu kertas lakmus dan pH meter. Kertas lakmus sering di gunakan di lapangan untuk mempercepat pengukuran pH. Penggunaan metode ini di perlukan keahlian pengalaman untuk menghindari kesalahan. Lebih akurat dan secara luas di gunakan adalah penggunaan pH meter, yang sangat banyak di gunakan di laboratorium. Walaupun pH tanah merupakan indikator tunggal yang sangat baik untuk kemasaman tanah, tetapi nilai pH tidak bisa menunjukkan berapa kebutuhan kapur. Kebutuhan kapur merupakan jumlah kapur pertanian yang dibutuhkan untuk mempertahankan variasi pH yang di inginkan untuk sistem pertanian yang digunakan. Kebutuhan kapur tanah tidak hanya berhubungan dengan pH tanah saja, tetapi juga berhubungan dengan kemampuan menyangga tanah atau kapasitas tukar kation (KTK) (Anonim, 2009)
  • 14. 14 BAB III PELAKSANAAN PRAKTIKUM 3.1 PENGAMBILAN CONTOH TANAH Pengambilan contoh tanah utuh 1. Alat dan Perlengkapan a. Tabung Kuningan (Cooper Ring) Alat ini harus memenuhi syarat ratio < 0,1 untuk menghindari kerusakan (perubahan sifat fisik) tanah akibat tekanan-tekanan mendatar. Masing-masing tabung diberi tanda nomer dan dilengkapi dengan sepasang penutup dari plastik. b. Sekop, cangkul atau cetok c. Pisau yang tajam dan tipis 2. Prosedur Kerja a. Ratakan dan bersihkan lapisan tanah atas yang akan diambil, kemudian letakkan tabung tegak pada lapisan tanah tersebut. Nomor yang ada pada tabung jangan sampai terbalik. b. Gali tanah disekitar tabung dengan sekop atau cetok. c. Iris atau haluskan potongan tanah disekitar tabung hingga mendekati tabung. d. Tekan tabung hingga tiga per empat masuk ke dalam tanah e. Letakkan tabung lain didiatas tabung yang pertama. f. Tekan lagi tabung tersebut hingga permukaan tabung pertama masuk ke dalam tanah sekitar 1 cm. g. Tabung beserta contoh tanah di dalamnya diambil(diganti) dengan sekop atau cangkul. h. Pisahkan tabung kedua dari tabung yang pertama dengan hati-hati, kemudian potonglah tanah kelebihan yang ada pada bagian atas dan bawah tabung pertama hingga rata. i. Tutup tabung yang berisi contoh tanah tersebutdengan plastik penutup dan simpan kedalam kotak khusus yang telah disediakan. Pengambilan contoh tersebut baik dilakukan pada waktu dalam keadaan pada waktu dalam keadaan kapasitas lapang. Kalau tanah terlalu kering sebaiknya disiram terlebih dahulu dengan air secukupnya sehari sebelum pengambilan contoh. Disamping itu hal yang diperhatikan adalah jangan sampai menggunakan palu atau alat pemukul lainnya untuk memasukkan tabung ke dalam tanah.
  • 15. 15 Pengambilan contoh tanah dengan agregat utuh 1. Alat perlengkapan a. Kotak yang kuat dan berukuran cukup untuk membawa(menyimpan) kira-kira 2 kg bongkah tanah dengan agregat utuh. b. Cetok, sekop atau cangkul c. Kantong plastik tempat contoh untuk penetapan-penetapan selain penetapan struktural. 2. Prosedur Kerja a. Gali tanah hingga kedalaman yang diinginkan untuk penetapan stabilitas agregat biasanya cukup dengan mengambil lapisan yang sesuai dengan kedalam perakaran. b. Ambil gumpalan-gumpalan tanah yang dibatasi dengan belah-belah alami (agregat utuh ), kemudian masukkan kedalam kotak yang telah disediakan tadi. Atau dapat juga menggunakan tempat lain jika tidak ada kotak semacam itu, asalkan dalam pengangkutan dijaga supaya agregat-agregat itu tetap utuh. Pengambilan contoh tanah terganggu atau tidak utuh. 1. Alat perlengkapan a. Kantong plastik yang berukuran cukup untuk diisi sekitar 2 kg contoh tanah, dan plastik kecil untuk label. b. Label, Spidol, dan karet gelang untuk pengikat. c. Pisau belati, sekop atau cangkul 2. Prosedur kerja a. Gali tanah hingga kedalaman yang diinginkan b. Ambil dan masukkancontoh tanah ke dalam kantong plastik. Beri tanda (nomor dan kode) pada label dengan menggunakan plastik kecil. Masukkan ke dalam plastik lalu diikat dengan karet gelang. Pemberian tanda dapat juga pada plastik pembungkus tanah. Pengambilan contoh tanah dari suatu profil tanah 1. Prosedur kerja a. Gali lubang profil b. Bersihkan dan ratakan tanah di atas sisi lubang yang telah di diskripsi secukupnya.
  • 16. 16 c. Ambil contoh tanah utuh seperti cara pertama. Apabila diperlukan dapat juga diambil contoh tanah dengan agregat utuh atau contoh tanah terganggu atau tidak utuh. d. Selesai pengambilan contoh-contoh tanah pada lapisan pertama, sisa lapisan pertama dibuang hingga timbul lapisan kedua, demikian seterusnya hingga lapisan terakhir (yang dikehendaki) dalam profil. 3.2 KADAR LENGAS 1. Metode Denganmenggunakan metode analisis gravimetri 2. Alat dan perlengkapan a. 6 buah botol timbang kuningan b. Timbangan analitis ( ketelitian 0.0002 gr) c. Alat pengering ( oven ) d. Eksikator 3. Bahan Contoh tanah kering angin gumpalan, halus (0,2mm) dan 0,5 mm 4. Cara kerja 1. Timbang botol timbangan kuningan kosong, bersih dan bertutup misal beratnya a gram 2. Masukkan contoh tanah kedalam botol timbangan sampai separuh penuh, timbang botol berisi tanah dan bertutup misal beratnya b gram 3. Dengan tutup terbuka masukkan botol timbangan berisi tanah kedalam oven yang panasnya telah diatur antara 1050 C – 1100 C. biarkan di dalam oven selama paling sedikit 4 jam, lebih lama lebih baik jangan sampai kurang 4. Setelah 4 jam botol timbangan berisi tanah kembali ditutup serapat-rapatnya keluarkan dari oven dan didingikan dalam eksikator selama 15 menit, kemudian ditimbang miasal beratnya c gram. 5. Lakukan langkah-langkah 1-4 untuk menetapkan kadar lengas contoh tanah yang tersedia.
  • 17. 17 3.3 KADAR BAHAN ORGANIK 1. Metode Yaitu dengan metode Wakley dan Black (volutris) dan analaisis kuantitatif volumetris oxodimetris. 2. Alat Dan Perlengkapan a. Labu takar 50 ml b. Pipet ukur 10 ml dan 5 ml c. Gelas ukur 10 ml d. Pipet teteas sampai 0,0002 gram e. Botol pemancar air f. Labu erlenmeyer 250 ml g. Buret 50 ml h. Timbangan analitis teliti 3. Bahan a. K2Cr2O7 b. H2SO4 pekat c. H3PO4 d. FeSO2 0,1 N e. Indikator DipHenylamine f. Aqua destilata 4. Cara Kerja 1. Timbang contoh tanah kering udara sekitar 1 gram dengan alas gelas arloji yang bersih dan kering yang telah diketahui beratnya 2. Masukkan ke dalam labu takar 50 ml dan tambahkan 10 ml K2Cr2O7 3. Tambahkan kemudian 10 ml H2SO4 pekat dengan gelas ukur 4. Kemudian dikocok dengan gerakan memutar dan mendatar 5. Warna harus tetap merah jingga, kalu warnanya menjadi hijau/ biru, tambahkan lagi K2Cr2O7 dan H2SO4 pekat, dan jumlah penambahan harus dicatat. Diamkan kira-kira 30 menit sampai larutan menjadi dingin. Penambahan blangko juga harus sama banyak. 6. Tambahkan 5 ml H3PO4 85% dan 1 ml indikator dipHenylamine 7. Jadikan volume 50 ml dengan menambahkan air suling, hendaknya memakai botol meancar air.
  • 18. 18 8. Kocok dengan cara membalik-balik labu takar sampai homogen dan biarkan mengencap. 9. Ambil 5ml larutan jernih dengan pipet ukur, kemudian masukkan kedalam labu erlenmayer 250ml dan tambahkan air suling 15 ml. 10. Kemudian dititrasi dengan larutan FeSO2 0,1 N hingga warnanya menjadi kehijaua-hijauan. 11. Langkah-langkah ini diulang lagi tanpa contoh tanah untuk keperluan analisa belangko. Fungsi analisa blangko untuk koreksi alat, bahan atau reagensia mengenal kemurniannya dan untuk mempermudah hitungan. Jalannya reaksi 2 K2Cr2O7 + 8 H2SO4 2 K2SO4 + 2 Cr2 (SO4) 3 + 8 2O 8 + 3 O2 + x cal C + O  CO2 + sisa indikator K2Cr2O7 + 6 FeSO4 + 7 H2SO4  Cr2(SO4)3 indikator + 3 Fe (SO4)3 + K2SO4+ 7 H2O 3.4 KADAR KAPUR EKUIVALEN / SETARA 1. Metode Yaitu metode Calcimeter ( Mohr ) 2. Alat dan Perlengkapan a. Calcimeter ( alat CO2 Mohr) b. Gelas arloji c. Timbangan analitis teliti sampai 0.0002 gram 3. Bahan Contoh tanah kering – udara diantara 2,0 mm 4. Khemikalia HCl 2 N 5. Cara kerja 1. Timbang contoh tanah yang menggunakan gelas arloji yang bersih, kering, sebanyak sekitar 15 gram ( misal a gram ). Untuk ini perlu diketahui dahulu berat gelas arlojinya. Masukkan contoh tanah secara kuantitatif ke dalam gelas piala 500ml, butir-butir tanah yang mungkin masih menempel di gelas arloji dapat sedikit dibilas dengan air. 2. Tambahkan air sebanyak 50 ml, lalu 10 ml H2O2 30% ( semua diukur dengan tabung ukur), gelas piala ditutp dengan gelas arloji yang bersih dan kering,
  • 19. 19 kemudian dibiarkan semalam. Tindakan ini dimaksudkan untuk menghilangkan bahan organik yang ada di dalam tanah. 3. Keesokan harinya gelas piala tertutup dipanasi diatas pemanas air yang telah menidih, dan diawasi betul-betul kalau ada bahaya pebuihan sampai tanahnya meluap. Kalau perlu gelas pialanya diangkat dari penangas air. Setelah reaksi pertama mereda ( setelah 5- 10 menit) tambahkan lagi H2O230 % sebanyak 15 ml, tutup kembali dengan menggunakan gelas arloji dan biarkan di penangas air selama 10 menit lagi. Setelah reaksinya mereda, celupkan gelas pialanya kedalam air yang mendidih kedalam penangas air selama 5 menit dalam keadaan tercelup. Tanah yang sudah bersih dari bahan menjadi muda dan butir-butir pasir sudah kelihatan bersih permukaannya. Untuk memastika, setelah larutan agak dingin diberi lagi beberapa ml lagi H2O230 %. Kalau tidak timbul reaksi lagi, tidak terjadi lagi gelembung-gelembung pemercikan, ini berarti bahan organik telah betul-betul habis. Jika reaksi timbul, maka langkah yang terakhir tadi dapat diulang secukupnya. 4. Butir-butir tanaha yang menempel digelas arloji dan didnding gelas piala dibilas masuk dengan air bersih. Suspensi lalu diencerkan sampai kira-kira 150 ml dengan air suling, ditutup kembali, dan didihkan diatas api spritus selama 5 menit. Dijaga jangan sampai membuih atau memericik dan tumpah, setelah ini dibiarkan mendingin. 5. Seteleah dingin gelas arloji tertutup dan dinding gelas piala dibilas dengan air sampai bersih. Untuk membersihkan dinding, sambil membilas digosok-gosok dengan batang kaca berujung karet. Tambahkan 25 ml HCl 2 N untuk menghilangkan kapur, garam-garam lain dan kation- kation basa beradsorbsi. Kalau tanah mengandung kapur berlebih dari 2 % maka untuk setiap persenya ditambah lagi 2,5 ml HCl 2N. Encerkan suspensi sampai volume kira-kira 250ml dengan air dan tanah digosok-gosok dengan batang kaca berujung karet. Reaksi antara tanah dengan asam dibiarkan berlangsung selama 1 jam dengan beberapa kali digosok- gosok dengan batang kaca. Selama pekerja ini batang kaca tetap diletakkan dalam gelas piala, dan jangan diletakan dimana-mana karena ujungnya ada tanah yang menempel. Setelahwaktu ini dilampaui, larutan diatas endapan tanah diperikasa keasamannya dengan secarik kertas lakmus biru. Kertas lakmus biru harus berubah warnanya menjadi merah, yang menandakan bahwa telah hilang semuanya. Kalau kertas lakmus tidak berubah warnanya, berarti asamnya kurang dan perlu ditambah
  • 20. 20 lagi kira-kira 10 ml. Tanahnya diaduk-aduk lagi dan dibiarkan selama 1 jam. Periksa lagi apakah sekarang audah ada kelebihan asam. 6. Pasang corong gelas 0,10 cm diatas tabung erlenmayer 750ml, lapisi dengan kertas saring sedemikian rupa sehingga pinggiran kertas saring terletak 5 mmdibawah bibir corong, kertas saring dibasahi supaya melekat betul tanpa ada gelembung- gelembung udara diantaranya. Seringkali suspensi tanah sampai semua tanah dipindahkan secara kuantitatif diatas kertas saring. Dibantu dengan biasan air batang kaca, sambil dibilas bersih ujung kaca yang bertanah tadi. 7. Tanah diatas kertas saring dicuci 4 kali dengan HCL 0,2N. Setiap kali pencucian menggunakan 50ml. Pendispersian : 8. Setelah selesai pencucian dan air terakhir telah menetes dari corong, kertas saring dengan tanahnya sementara masih basah diangkat hati-hati dengan corong, jangan sampai sobek dan paparkan diatas gelas arloji 0,10 cm yang bersih.Dengan memegang tepi gelas arloji dan kertas saring, jangan sampai menjamah tanahnya, tanah dipindahkan secara kuantitatif ke dalam labu erlenmayer 500ml dengan menggunakan corong yang dipakai menyaring tadi. Untuk ini diperlukan pancaran air secukupnya jangan berlebihan.Tanah yang masih menempel di dinding dakhil ( bagian dalam ) corong juga dimasukkan kedalaam tanbung erlenmayer dengan pancaran air dan kuas. Kemudian kuas dibersihkan dari butir-butir tanah yang menepel padanya, 9. Tambahkan 10 ml larutan NaOH 1 N setepat mungkin dengan menggunakan tabung ukur yang telah dicuci bersih dari menggunakan tabung ukur yang telah dicuci bersih dari sisa-sisa H2O2 dan HCl. Sumbatlah labu erlenmayer dengan sumbatan karet atau selembar plastik serapat-rapanta, letakkan tegak dan kuat pada alat pengocok dan kocoklah dengan kuat selama 15 menit untuk mendapatkan hasil pendispersian yang baik.
  • 21. 21 3.5 TEKSTUR TANAH 1. Metode Analisis granuler cara pipet 2. Alat dan perlengkapan : a. 2 buah gelas arloji 0,8 dan 10 cm b. Timbangan analisi teliti sampai 0,0002 gram c. 2 buah corong gelas 10 dan 15 cm d. Tabung sedimentasi 1000 ml dengan tutup karet atau plastik e. Alat pipet dengan volume 25 ml f. Stop-watch teliti sampai 0,1 detik g. Batang kaca pengaduk berujung karet h. Thermometer teliti sampai 0,10 C i. 2 buah cawan penguap 8 cm j. 2 buah labu erlenmeyer (bersumbat karet) 500 ml dan 250 ml k. Kertas waring Watman No. 50 l. Kuas m. Gelas piala 500 ml n. Tabung ukur 25 ml o. Penangas air p. Lampu spiritus q. Penumpu kaki tiga r. Botol pemancar air s. Piring seng t. Alat pengering (oven) u. Eksikatoe v. Kertas lakmus biru 3. Khemikalia : a. 25 ml H2O2 30% b. 200 ml HCl 0,2 N c. 20 ml HCl 2 N d. 10 ml NaOH 1 N 4. Bahan : Contoh tanah halus kering – udara 0,2mm 5. Cara Kerja :
  • 22. 22 Pendispersian : 1. Timbang contoh tanah yang mengunakan gelas arloji yang bersih, kering, sebanyak sekitar 15 gram (misal a gram). Untuk ini perlu diketahui dahulu berat gelas arlojinya.Masukkan contoh tanah secara kuantitatif ke dalam gelas piala 500 ml, butir-butir tanah yang mungkin masih menempel di gelas arloji dapat sedikit dibilas dengan air. 2. Tambahkan air sebanyak 50 ml, lalu 10 ml H2O2 30% (semua diukur dengan tabung ukur), gelas piala ditutup dengan gelas arloji dapat sedikit dibilas dengan air. 3. Keesokan harinya gelas piala tertutup itu dipanasi di atas penangas air yang telas mendidih, dan diawasi betul-betul kalau ada bahaya pebuihan sampai tanahnya meluap. Kalau perlu gelas pialanya diangkat dari penangas air. Setelah reaksi pertama mereda (5 – 10 menit) tambahkan lagi H2O2 30% sebanyak 15 ml, tutup kembali dengan gelas arloji dan biarkan di atas penangas air selama 10 menit lagi. Setelah reaksinya mereda, celupkan gelas pialanya ke dalam air yang mendidih dalam penangas air selama 5 menit dalam keadaan tercelup. Tanah yang sudah bersih dari bahan menjadi muda dan butir-butir pasir sudah kelihatan bersih permukaannya. Untuk memastikan, setelah larutan agak dingin diberi beberapa ml H2O2 30%. Kalau tidak timbul reaksi lagi, tidak lagi terjadi gelembung-gelembung percikan, ini berarti bahan organik betul-betul telah habis. Jika reaksi masih timbul, maka langkah yang terakhir tadi dapat diulang secukupnya. 4. Butir-butir tanah yang menempel di gelas arloji dan dinding gelas piala dibilas masuk dengan air sampai bersih. Suspensi lalu di encerkan sampai kira-kira 150 ml dengan air suling, ditutup kembali, dan di didihkan di atas api spiritus hati-hati selama 5 menit. Dijaga sampai membuih atau memercik, dan tumpah. Setelah itu dibiarkan mendingin. 5. Setelah dingin gelas arloji penutup dan dinding gelas piala dibilas dengan air sampai bersih.Untuk membersihkan dinding, sambil membilas digosok-gosok dengan batang kaca ujung karet. Tambahkan 25 ml HCl 2 N untuk menghilangkan kapur, garam-garam lain dan kation-kation basa beradsorbsi. Kalau tanah mengandung kapur lebih dari 2% maka untuk setiap persennya ditambah lagi 2,5 ml HCl 2 N. Encerkan suspensi sampai volume kira-kira 250 ml dengan air dan tanah digosok-gosok dengan batang kaca berujung karet sebaik-baiknya. Reaksi antara tanah dengan asam dibiarkan berlangsung selama 1 jam dengan beberapa
  • 23. 23 kali digosok-gosok dengan batang kaca. Selama pekerjaan ini batang kaca tetap diletakan di dalam gelas piala, dan jangan di letakkan dimana-mana karena ujungnya ada tanah yang menempel. Setelah waktu ini di lampaui, larutan di atas endapan tanah diperiksa keasamannya dengan secarik kertas lakmus biru. Kertas lakmus biru harus berubah warnanya menjadi merah, yang menandakan bahwa telah ada kelebihan asam dan kapurnya pasti telah hilang semuanya. Kalau kertas lakmus tidak berubah warnanya, berarti asamnya berkurang dan perlu ditambah lagi kira-kira 10 ml. Tanahnya di aduk-aduk lagi dan biarkan selama 1 jam. Periksa lagi apakah sekarang sudah ada kelebihan asam. 6. Pasang corong gelas 10 cm diatas tambung erlenmeyer 750 ml, lapisi dengan kertas saring sedemikian rupa sehingga pinggiran kertas saring terletak 5 mm dibawah bibir corong, kertas saring dibasahi supaya melekat betul tanpa ada gelembung- gelembung udara diantaranya. Saringlang suspensi tanah sampai semua tanah terpindahkan secara kuantitatif diatas kertas saring. Dibantu dengan biasan air dan batang kaca, sampai dibilas bersih ujung kaca yang bertanah tadi. Ingat :setiap kali menuang jangan sampai permukaan cairan dalam corong kurang dari 5 mm jaraknya dari tepi kertas saring dan sebagian besar tanah jatuh ditengah corong. 7. Tanah diatas kertas saring dicuci 4 kali dengan HCl 0,2 N. Setiap kali pencucian menggunakan 50 ml.Sebelum pencucian berikutnya dikerjakan, biarkan cairan pencuci diteruskan dengan air suling sampai filtrat yang menetes dari corong bersifat netral, diuji dengan kertas lakmus biru. Air pencuci diberikan dengan pancaran sambil membersihkan butir-butir tanah dibagikan atas kertas saring dan mengaduk endapan tanah dengan pancaran airnya.Pada setiap kalinya jangan menggunakan air terlalu banyak, biarkan airnya mendrainase sempurna terlebih dahulu sebelum ditambahkan air lagi. Biasanya pencucian cukup setelah 6 kali. Pendipersian : 8. Setelah selesai pencucian dan air terakhir telah menetes dari corong, kertas saring dengan tanahnya sementara masih basah diangkat hati-hati dengan corong jangan sampai sobek dan paparkan diatas gelas arloji 10 cm yang bersih.Dengan memegang tepi gelas arloji dan kertas saring, jangan sampai menjamah tanahnya, tanah dipindahkan secara kuantitatif ke dalam labu erlenmeyer 500 ml dengan menggunakan corong yang dipakai menyaring tadi. Untuk ini diperlukan pancaran air secukupnya, jangan berlebihan.Tanah yang masih menempel di dinding-dakhil
  • 24. 24 (bagian dalam) corong juga dimasukan ke dalam tabung erlenmeyer dengan pancaran air dan kuas. Kemudian kuas dibersihkan dari butir-butir tanah yang menempel padanya dengan cara sebagai berikut : Tuangkan air sedikit diatas gelas arloji 9 cm yang bersih dan kuas dicelupkan dan digosokkan, air cucian ini lalu dituangkan ke dalam labu erlenmeyer. Pekerjaan ini diulangi 2-3 kali sampai kuas bersih betul dan akhirnya gelas arrloji dan corongnya dibilas juga dengan air. Pada saat pemindahan tanah ini selesai volume suspensi dalam labu erlenmeyer tidak boleh lebih dari 250 ml. 9. Tambahkan 100 ml larutan NaOH 1 N mungkin dengan menggunkan tabung ukur yang telah dicuci bersih dari sisa-sisa H2O2 dan HCl. Sumbatlah labu erlenmeyer dengan sumbat karet atau selembar plastik serapat-rapatnya, letakkan tegak dan kuat pada alat pengocok, dan kocoklah dengan kuat selama 15 menit untuk mendapatkan hasil pendispersian yang baik. 10. Suspensi dimasukkan kedalam tabung sedimentasi dan tambahkan air sampai tanda 1000 ml, siapkan alat pipet yang bersih dengan menghisap dan memancarkan air bersih beberapa kali, dan alat diatur supaya kecepatan penghisapannya 25 ml per 10-15 detik. Volume pipet 25 ml. Ambil gelas piala, isi dengan air dan celupkan thermometer ke dalamnya dan letakkan di samping alat pemimpet. 11. Pemimpet I : (lempung + debu) total Tabung sedimentasi disumbar rapat dengan sumbat karet atau selembar plastik, dapat dibantu dengan telapak tangan dan dibalik-balik teratur kira-kira 15 kali dengan kecepatan 1 kali balik tiap 2 detik supaya suspensi menjadi homogen. Jadi lamanya pemutar balikan kira-kira 30 detik.Pada waktu tabung sedimentasi dibalik dengan harus dilihat jangan sampai masih ada tanah yang melekat di dasarnya.Kemudian diletakkan pelan-pelan dibawah pipet sedemikian rupa sehingga kalau nantinya pipet dicelupkan dapat terletak di tengah-tengahnya. Segera setelah tabung diletakkan waktu pengendapan mulai dihitung dengan menggunakan stop-watch. Temperatur air dalam gelas piala diamati, dianggap sebagai temperatur suspensi dan dari daftar yang tersedia dapat dilihat bebrapa lama harus menunggu sebelum pemipetan dapat dilalkukan pada temoeratur tersebut. Pemimpetan I dilakukan pada kedalaman 20 cm dari permukaan suspensi. Beberapa detik sebelumnya, pipet diturun kedalam suspensi dengan hati-hati jangan sampai merusak atau mengaduk suspensi sehingga ujungnya terletak kedalam 20 cm dari permukaan suspensi. Setelah tiba saatnya pemipetn dilakukan dengan
  • 25. 25 kecepatan mengisi 25 ml/10-15 detik. Kemudian pipet ditarik keluar dan isinya dikosongkan dan berapa beratnya, dalam keadaan kosong dan bersih (misal b gram).Cawan dan sisinya dimasukkan kedalam dapur pengering untuk diluapkan dan dikeringkan dalam temperatur 1050 -1000 C. Lamanya pengeringann paling sedikit 4 jam setelah ini cawan dimasukan kedalam eksikator dan setelah dingin ditimbang (misal c gram) 12. Pemimpetan II (lempung) total Suspensi dalam tabung sedimentasi dihomogenkan lagi seperti dalam langkah ke- 11. Selanjutnya juga dikerjakan seperti lengkah ke-11, akan tetapi pemipetan disini dilakukan pada kedalaman 5 cm.Disini pengamatan temperatur untuk menentukan lamanya beberapa kali untuk diambil rata-ratanya. Jadi berbeda dengan pemipetan I yang hanya diadakan 1 kali saja. Hal ini tejadi karena waktu menunggunya lebih lama, lebih dari 3 jam sehingga besar kemungkinan temperaturnya selama itu akan berubah-ubah.Pengamatan temperatur dilakukan sebagai berikut : segera setelah tabung diletakkan, sehabis dihomogenkan suspensinya, mulai dilakukan perhitungan waktu menunggu. Kemudian setelah lewat 1 jam, lewat 2 jam, dan setelah beberapa lama waktu menunggunya, sedangkan diperoleh rata-rata keempat pengamatan akan diperoleh angka koreksinya untuk mendapatkan waktu menunggu yang difinitif. Setelah cawan penguap kosong dan bersih ditimbang (misal d gram), hasil pemimpetan II ditampung kedalamnya. Kemudian diuapkan dan dikeringkan dalam oven dan ditimbang seperti langkah ke-11. Agihan (debu + lempung) aktual 1. Alat dan perlengkapan Sama dengan yang dipergunakan dalam analisa granuler cara pipet 2. Bahan : Contoh tanah kering yang digunakan dalam analisa granuler cara pipet 3. Cara kerja : 1. Seperti langkah ke-1 dalam acara granuler ( misal berta contoh tanah halus a gram) 2. Miringkan gelas pialanya hingga contoh tanah menyebar sepanjang kira-kira 4-5 cm pada dindingnya. Tambahkan air sedikit demi sedikit dengan dialirkan lewat dinding gelas piala hingga tanah menjadi basah karena kapilaritas dan bukan karena dituangi air.
  • 26. 26 3. Setelah tanah menjadi basah betul, tambahkan air sampai volume suspensi mencapai kira-kira 250 ml. Juga disini penahanan air jangan dikenakan langsung pada tanahnya.Biarkan tanah mengurangi dengan sendirinya dalam air selama paling sedikit 15 menit. 4. Tuangkan suspensi tanh secara kuantitatif kedalam tabung sedimentasi dengan pertolongan pancaran air, membilasnya jangan langsung kena tanahnya.Tambahkan air sampai volume 1000 ml. 5. Seperti langkah ke-11dalam analisa granuler. 3.6 STRUKTUR TANAH Kerapatan Butir (BJ) Tanah 1. Metode Yaitu picnometer 2. Alat dan Perlengkapan : a. Piknometer b. Kawat pengaduk halus c. Thermometer teliti sampai 0,10 C d. Botol pemancar air e. Corong gelas keciltol timbang untuk ditetapkan kadar f. Timbangan analitis sampai teliti 0,0002 gram g. Dapur pengering (oven)kan ditetapkan kadar lengasnya h. Potongan kertas atau serbet. Volome botol timbang 3. Bahan : Contoh tanah halus 2,0 mm kering-udara 4. Cara Kerja : 1. Timbang piknometer kosong, bersih dan bersumbat (misal a gram) 2. Isilah piknometer dengan air suling hingga penuh dengan menggunakan pemancar air sampai batas garis tanda pada pipa kapiler dalam sumbatnya. Kalau tidak ada garis batas/tanda, maka sampai ujung atas pipa kapilernya. Caranya : isilah piknometer sampai di atas leher, lalu sumbat dipasang. Pemasangan sumbat harus teliti agar tidak terdapat gelembung udara yang tertinggal dalam piknometer. Air akan naik ke dalam pipa kapiler, dan menghisap kelebihan air. Bersihkan dengam kertas tetes-tetes air yang mungkin masih menempel di bagian luar piknometer.
  • 27. 27 3. Timbang piknometer penuh air (misal b gram). Kemudian ukur temperatu air dalam piknometer dengan pembulatak kurang dari 0,50 C dibulatkan ke bawah (misal t1 0 C). Lihat dalam daftar yang tersedia di labolatorium berupa BJ piknometer itu (misalnya BJ1) 4. Air dalam piknometer dibuang, bersihkan semua tetes-tetes air yang mungkin ada di bagian luarnya dengan lap dan keringkan baguab dakhilnya dengan cara sebagai berikut : Tuangkan ke dalam sedikit alkohok, goyangkan piknometer sampai semua tetes larut, lalu dibuang, sisa alkohol dibuang dengan eter dengan cara seperti tadi, setelah dibuang biarkan sisa eter menguap. Periksa dengan dibuai. 5. Isilah piknometer dengan contoh tanah seberat 5 gram. Dasar piknometer tertutup selapis tanah setelah kira-kira 0,75 cm bila memakai piknometer 25 ml. Pasang sumbatnya dan timbang piknometer berisi tanah ini (misal c gram) 6. Piknometer diisi dengan air suling sampai kira-kira separuh penuh, tanah diaduk- aduk kuat dengan pengaduk halus untuk menghilangkan udara yang tersekap dalam tanah. Pengeluaran gelembung-gelembung udara dapat dibantu dengan cara mengguncang-guncangkan piknometer. Setelah ini, piknometer sisinya dibiarkan semalam dengan sumbat terpasang sehingga tidak kemasukan kotoran atau debu. Peringatan : sebelum kawat pengaduk dicabut dari dalam piknometer perlu dibilas dengan sedikit air untuk menghilangkan butiran-butiran tanah yang menempel padanya, supaya tidak ada tanah yang terikut kawat pengaduk. 7. Keesokan harinya penghilangan gelembung-gelembung udara yang munngkin masih tertinggal diulangi lagi, kemudian dibiarkan sebentar untuk mengendapkan sebagian besar tanahnya, lalu air suling dengan hati-hati sampai penuh. Caranya seperti pada langakah ke-2. Penaqmbahan air ini diusahakan agar tanah tidak ikut teraduk untuk menjaga agar tidak ada butir-butir tanah yang hilang berikut kelebihan air yang harus dihilangkan. 8. Timbang piknometer berisi tanah dan air penuh ini (misal d gram). Setelah itu ukur temperatur dalam piknometer (misal t2 0 C). Dari daftar dapat diketahui beberapa BJ pada temperatur ini (misal BJ2) Kerapatan Massa (BV) Tanah 1. Metode
  • 28. 28 Untuk menentukan kerapatan massa pada tanah latosol yaitu dengan menggunakan metode volumetri 2. Alat dan Perlengkapan a. Cawan pemanas lilin b. Lampu spritus c. Penumpu kaki tiga d. Tabung ukur e. Pipet ukur 10 ml ketelitian 0,1 ml f. Timbangan analitis teliti sampai 0,0002 gram g. Thermometer teliti sampai 0,10 C h. Kuas i. 2 botol timbangan kuningan j. Dapur pengering k. Eksikator l. 2 utas tali/ benang halus m. Lilin 3. Bahan Sampel tanah gumpalan atau bongkahan yang masih asli baru diambil dari tanah. 4. Cara kerja 1. Timbang sebongkah tanah ( a gram) 2. Cairkan lilin sampai suhu 600 C dan celupkan bongkah tanah tersebut yang sebelumnya telah diberi tali. 3. Setelah lilin mengeras kemudian ditimbang ( b gram) 4. Isi tabung ukur sampai volum p ml dan bongkah tanah di celupkan. Sekarang menggunakan pipet ukur air ditambahkan sampai permukaanya tepat tanda garis tertentu q ml. Catat berapa ml air yang telah ditambahkan dari pipet r ml. 5. Ambil bongkah tanah lain yang sejenis dan teteapkan kadar lengasnya pada acara kadar lengas tanah untuk mendapatkan berat tanah kering mutlak. Porositas Tanah (n) Tanah Yang disebut porositas. Total tanah adalah persentase volume pori-pori total tanah yang ada dalam tanah terhadap volume total bongkah tanah. Nilai Perbandingan Dispersi (NPD) tanah
  • 29. 29 Yang disebut dengan perbandingan tanah adalah hasil bagi antara ( debu + lempung) aktual dengan ( debu+ lempung) aktual, dinyatakan dalam persen. 3.7 KONSISTENSI DENGAN ANGKA ATTERBERG Batas Cair (BC) Tanah Disebut pula batas alir, atau batas plastisitas tertinggi 1. Alat dan Perlengkapan : a. Alat Casagrande b. Cawan penguap 12 cm c. Colet d. Botol pemancar air e. 4 buah botol timbang kuningan f. Timbangan analitis teliti 0,0002 gram g. Dapur pengering (oven) h. Eksikator i. Kertas grafik semi-log 2. Bahan : Contoh tanah kering-udara 0,5 mm 3. Cara Kerja : 1. Menyiapkan alat casagrande, dengan 2 buah skrup pengatur dan bagian ekor colet diatur serupa tinggi cawan kira-kira 1 cm 2. Ambil sejumlah tanah secukupnya, kira-kira 100 gram dengan cawan penguap. Dengan menggunakan colet tanah dicampur dengan air yang ditambah sedikit demi sedikit dengan botol pemancar air sehingga diperoleh suatu pasta yang homogen. 3. Letakkan sebagian pasta tanah di atas cawan alat casagrande dan permukaannya diratakan dengan colet sampai tebal pasta kira-kira 1 cm. Kemudian dengan coet pasta tanah dibelah sepanjang diameter cawan. Waktu membelah pasta colet dipegang sedemikian rupa hingga pada setiap kedudukannya tegak lurus pada permukaancawan. Didasar alur pembelahan harus terlihat permukaan cawan yang bersih dari tanah, selebar ujung colet (2 mm) 4. Alat casagrande pada pemutarannya sedemikian cepatnya hingga cawan terketuk- ketuk 2 kali setiap detik. Banyak ketukan untuk menutup kembali sebagian alur sepanjang kira-kira 1 cm dihitung.kemudian diulng lagi langkah ke-3, cawan diketuk-ketukan lagi dan banyaknya ketukan untuk menutup kembali dihitung
  • 30. 30 seperti tadi. Pekerjaan ini diulang-ulang sampai setiap kali diperoleh banyaknya ketukan yang tepat. Peringatan : alur harus tetap menutup karena lairan kental dan bukan karena berarti bahwa tanahnya terlalu kering dan atau karena permukaan cawan licin karena salah satu sebab (berlemak atau berlapis debu kering). Kalau ada peluang langkah ke-2, langkah ke-3, dan langkah ke-4 banyak ketukan berselisih 2-3, berarti bahwa pembuatan pasta tanah kurang homogen. Setelah diperoleh banyak ketukan yang tepat antara 10 sampai 40, ambil sejumlah pasta tanah di sekitar bagian alur yang menutup sebanyak kira-kira 10 gram dan tetapkan kadar lengasnya se[erti dalam acara kadar lengas. Peringatan : kalau diperoleh banyak ketukan dari 10, berarti pasta tanahnya terlalu basah kalau lebih dari 40 ketukan, pastanya terlalu kering. Dalam kejadian yang pertama, kebasahan dapat dikurangi dengan jalan menambah tanah kering sedikit dan dalam kejadian yang kedua pasta tanahnya ditambah air. 5. Kerjakan lagi langkah-langah yang ke-3 sampai ke-5 hingga keseluruhan diperoleh 4 kali pengamatan dengan banyaknya ketukan yang berbeda-beda yaitu 2 buah pengamatan berukuran dibawah 25 dan 2 buah lainnya di atas 25. Catatan : untuk dapat memperoleh 4 buah pengamatan itu ada 2 cara yaitu: a. Pengamatan dimulai dari keadaan pasta yang lebih kering (ketukan lebih banyak) menjadi keadaan yang lebih basah (ketukan lebih sedikit) dengan jalan menambah air pada pasta tanah setelah selesai pengamatan. b. Berlawanan dengan cara a. yaitu dimulai dari keadaan yang lebih basah menjadi keadaan lebih kering dengan jalan membiarkan pasta tanah agak mengering setiap kali pengamatan. Jalan a sebaiknya dipakai utuk tanah-tanah berat karena tanah seperti ini akan makan waktu lama untuk mengurangi kelembabannya. Untu tanah kedia cara tersebut di atas dapat dipakai. Batas Lekat (BL) Tanah 1. Alat dan perlengkapan : a. Colet yang menkilap, bersih dari nikel b. 2 buah botol kuningan c. Botol pemancar air d. Timbangan analitis teliti sampai 0,0002 gram
  • 31. 31 e. Dapur pengering (oven) f. Eksikator 2. Bahan Pasta tanah sisa acara BC tanah 3. Cara kerja : 1. Ambil sisa pasta acara BC, gumpalan dalam tangan dan tusukkan colet kedalamnya sedalam 2,5 cm dengan kecepatan cm/detik. Dapat juga dijalankan dengan menggumpal-gumpalkan tanah dengan ujung colet sepanjang 2,5 cm ada di dalamnya dan kemudian colet sepanjang 2,5 cm ada di dalamnya dan kemudia colet ditarik secepat 0,5 detik. 2. Periksa permukaan colet : a. bersih, tidak ada tanah, bearti lebih kering dari BL; b. tanah ataususpensi tanah melekat, bearti pasta tanah lebih basah dari BL. 3. Tergantung dari hasil pemeriksaan dalam langkah ke-2 pasta tanh di basahi atau dikurangi kelembabannya, dan langkah ke-1 diulang-ulang lagi sampai dicapai keadaan permukaan colet di sebelah ujungnya melekat suspensi tanah seperti dempul sepanjang kira-kira sepertiga kali dalamnya penusukan ( kira-kira 0,8 cm ). 4. Ambil tanah sekitar tempat penusukan sebanyak kira-kira 10 gram dan tetapkan kadar lengasnya seperti pada acara kadar lengas. 5. Kejakan lagi langkah-langkah dari 1 sampai 4, sebagai duplo. Hasil duplo dengan yang pertama tidak boleh berselisih lebih dari 1%. Kalau lebih harus diulangi lagi sampai diperoleh 2 pengamatan yang selisihnya tidak lebih dari 1 %. Batas Gulung (BG)Tanah Disebut pula batas golek atau batas plastisitas terendah. 1. Alat dan Perlengkapan : a. Lempeng kaca seluas telapak tangan b. 3 buah botol timbangan kuningan c. Botol pemancar air d. Dapur pengering (oven ) e. Timbangan analitis teliti sampai 0,0002 gram f. Eksikator 2. Bahan Pasta tanah sisa acara BC atau BL
  • 32. 32 3. Cara Kerja 1. Ambil pasta tanah kira-kira 15 gram dan buat bentuk sosis diletakkan diatas lempeng kaca dan dengan telapak tangan yang digerakkan maju mundur, sosis tanah digolek-golekkan sampai berbentu tambang. Jarak penggolekkan ialah ujung jari sampai pengkelannya, dan kembali lagi ke ujung jari. Pada waktu menggolek jari-jari melakukan gerakan memanjang. Catatan : kalau digunakan jumlah pasta tanah yang terlalu sedikit atau penggolekkan hanya dilakukan dengan ujung jari dapat diperoleh hasil yang berbeda dengan cara umum tersebut diatas. Waktu penggolekkan jangan disertai penekanan 2. Periksa tambang tanah yang berbentuk: a. Tidak menunjukkan keretakan sewaktu mencapai tebal 3 mm atau kurang Pada kejadian a, pasta tanah lebih basah dari BOT. Sedangkan pada...... b. Ia lebih kering 3. Ulangi langkah ke-2 dengan terlebih dahulu menambah atau mengurangi kelembaban pasta tanah , tergantung keadaan atau hasil langkah ke-2, sampai dicapai keadaan tambang tanah itu akan mulai retak-retak/putus pada waktu mencapai tebal 3 mm. 4. Ambil tambang tanah yang retak-retak/putus itu dan tetapkan kadar lengasnya seperti pada acara kadar lengas. 5. Kerjakan 2 kali lagi langkah ke-1 sampai langkah ke-4 sebagai duplo dan triplo. Batas Berubah Warna (BBW) Tanah 1. Alat dan Perlengkapan : a. Papan kayu dengan salah satu sisi lebarnya rata dan halus berukuran 10 x 15 cm. b. Colet nikel c. Botol timbang kuningan d. Dapur pengering (oven) e. Timbangan analitis teliti sampai 0,0002 gram f. Eksikator 2. Bahan Sisa pasta tanah acara BC atau BL 3. Cara Kerja :
  • 33. 33 1. Dengan colet pasta tanah diratakan, tipis dan selicin-licinnya di atas permukaan kayu yang rata dan halus, bentuknya dibuat jorong, dan pelan-pelan tipis dari bagian tepi dan bagian tengahnya tebal kira-kira 3 mm. 2. Diamkan dalam tempat yang teduh dan jauh dari sumber panas. Lengas dalam pasta pelan-pelan akan menguap dan tentu saja penguapan lebih cepat di bagian yang lebih tipis (bagian tepi). Pada waktu lengas menguap pori-pori yang ditinggalkan oleh lengas akan diisi oleh udara, maka warna tanah akan memuda. Pemudaan ini akan berjalan mulai dari tepi dan pelan-pelan menjalar ke tengah. 3. Setelah jalur muda mencapai lebar kira-kira 0,5 cm, maka jalur muda ini diambil dengan colet bersama-sama dengan jalur dismpingnya yang masih gelap juga kira- kira 0,5 cm dan dimasukkan ke botol timbang untuk ditetapkan kadar lengasnya. Catatan : tanah yang akan ditetapkan kadar lengasnya berjumlah kira-kira separuh volume botol timbang dan diambilkan kira-kira sema banyak dari 2 tempat disekeliling bentuk jorong untuk mendapat hasil rata-rata yang lebih baik. Untuk pedoman warna muda disalah satu sudut kayu diletakkan selapis tipis contoh tanah kering-udara yang digunakan dalam acara ini sebagau pembanding. 3.8 PENETAPAN PH TANAH 1. Alat dan Perlangkapan : a. Beaker glass 50 ml b. Pengaduk kaca c. Alat pH meter dengan elektroda lengkap d. Thermometer teliti 0,10 C e. Gelas ukur f. Botol pemancar air 2. Khemikalia: KCl 1 N 3. Bahan : Contoh tanah asli gumpalan 4. Cara Kerja : 1. Ambil dan timbang contoh tanah asli gumpalan, kira-kira 10 gram. Masukkan ke dalam beaker glass 50 ml dan tambahkan air suling sebanyak 25 ml, lalu diaduk- aduk untuk melarutkan tanah selama jangka waktu 30 menit dengan batang kaca pengaduk
  • 34. 34 2. Biarkan larutan tanah itu mengendap selama 30 menit 3. Setelah larutan mengendap, ukur pHnya dengan cara sebagai berikut : Siapkan alat pH meter dengan menyambungkan elektrode pada meternya Siapkan elektrode pada larutan penyangga pH 7 dan tekan tombol pada tanda “ON”, sesuaikan keadaan tombol “TEMP” pada angka temeratur larutan penyangga pH 7 dan aturlah tombol “CALIB” hingga terbaca angka 7,00 pada layar pH meter Cuci elektrode dengan pancaran air suling di bagian ujungnya sampai bersih Celupkan elektrode pada larutan penyangga pH 4 dan tombol “TEMP” agar sesuai dendan temperatur larutan penyangga pH 4, kemudian aturlah tombol “SLOPE” hingga terbaca angka 4,00 pada layar pH meter Cucilah lagi elektrode dengan air suling hingga bersih dengan pancaran air Dengan mengikuti langkah dari a sampai e, maka dengan begitu pH meter telah terkalibrasi dan siap digunakan untuk mengukur pH meter yang diteliti 4. Laksanakan langkah-langkah ke-1 sampai ke-2 dengan menggunakan larutan KCl 1N sebanyak 25 ml untuk menentukan pH tanah yang sama dengan tanah di atas tadi.
  • 35. 35 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 MORFOLOGI TANAH Hasil: No Sampel 30 % HCl 0,1 N Keterangan 1. Top soil (0-15 cm) Tidak berbuih Berbuih Tidakmengandung kapur. Mengandung bahan organik. 2. Sub soil (15-50 cm) Berbuih Berbuih Mengandung kapur. Mengandung bahan organik. 3. Bahan induk (50-305 cm) Berbuih sedikit Berbuih Mengandung kapur. Mengandung bahan organik. 4. Lempengan (305-502 cm) Tidak berbuih Berbuih Tidak mengandung kapur. Mengandung bahan organik. Pembahasan: Dari hasil morfologi tanah di atas, diperoleh bahwa: 1. Top soil berada sekitar 0-15 cm, dan top soil mengandung bahan organik, namun tidak mengandung kapur. 2. Sub soil 15-50 cm mengandung kapur serta bahan organik. 3. Bahan induk sekitar 50-305 cm mengandung kapur dan bahan organik. 4. Lapisan tanah terakhir, yaitu lempengan 305-502 cm tidak mengandung Kpur tetapi mengandung bahan organik.
  • 36. 36 4.2 KADAR LENGAS TANAH Hasil : Ukuran Kode Berat Botol Kosong (a) Berat Botol + sampel basah (b) Berat Botol + sampel kering (c) 0.5 mm A1 18.488 27.691 26.967 A2 18.643 25.281 24,513 2 mm B1 18.257 26.285 25.650 B2 17.456 26.752 26.016 Bongkahan C1 19.685 28.890 28.171 C2 15.272 23.533 22.854 Perhitungan : 1. Tanah ukuran 0,5mm 2. Tanah ukuran 2 mm 3. Tanah Gumpalan Pembahasan : Dari hasil percobaan dan perhitungan didapat hasil sebagai berikut : 1. Kadar lengas rata-rata contoh tanah latosol 0,5mm10, 811 %. 2. Kadar lengas rata-rata contoh tanah latosol 0,2mm 8,593 %.
  • 37. 37 3. Kadar lengas rata-rata contoh tanah latosol gumpalan 8,714 % Tanah yang mempunyai diameter lebih kecil akan mempunyai kadar lengas lebih besar, karena semakin kecil diameter tanah maka luas permukaan jenis tanaman akan semakin besar, dengan demikian semakin luas permukaan tanah akan mampu mengikat air lebih banyak. 4.3 Kadar Bahan Organik Hasil: Volume titrasi contoh (A) = 8 ml Volume titrasi blanko (B) = 11,7 ml Normalitas FeSo4 = 1 N Kadar Lengas 0,5 mm = 10,811% Bobot tanah (w.soil) = 1 gr Perhitungan: = 3,4427% Pembahasan:
  • 38. 38 Pembahasan berdasarkan hasil yang diperoleh, maka dapat diketahui kandungan bahan organik pada tanah yaitu 3,4427%. Tanah ini memiliki kandungan bahan organik sebesar 3,4427 karena pada tanah latosol merupakan titik permukaan, dimana pada titik ini tidak terjadi proses pencucian yang dapat menyebabkan tingginya bahan organik yang dikandungnya dan selain itu proses humufikasi berlansung pada titik ini. Hal ini sesuai dengan pendapat Pairunan (1985) bahwa kandungan bahan organik tertinggi adalah tanah berada pada Titik ini, karena adanya proses pelapukan sisa-sisa mikroorganisme yang mati dan berakumulasi, sesuai dengan pernyataan Hardjowigeno(1992), bahwa tanah yang mengandung bahan organik adalah tanah Titik atas atau topsoil, karena semakin ke bawah suatu Titik tanah maka kandungan bahan organiknya semakin berkurang sehingga tanah menjadi keras, semakin dalam tanah semakin kurangkandungan bahan organiknya. Hal ini juga disebabkan karena tingginya kandungan liattanah Titik terdalam. Karena terjadi pencucian dan akibatnya bahan organiknya kurangtersedia. Hal ini sesuai dengan pendapat Buckman dan Brady (1982), bahwa jumlahkandungan bahan organik sangat ditentukan oleh faktor kedalaman tanah dan teksturtanah itu, dan semakin tinggi kandungan liat suatu Titik tanah maka semakin rendahkandungan bahan organiknya.Hal ini sesuai dengan pendapat Pairunan dkk (1985) bahwasemakin dalam suatu Titik tanah dan semakin tinggi kandungan liatnya maka kandungan bahan organiknya semakin rendah pula. Faktor-faktor yang mempengaruhi kandungan bahan organik dalam tanah adalahkedalaman titik tanah, iklim (suhu dan curah hujan), tekstur tanah, drainase, aerasi,aktivitas mikroorganisme, dan vegetasi. 4.4 KADAR KAPUR EKUIVALEN/ SETARA Hasil: a. Calcimeter kosong = 74, 021 b. Calcimeter + tanah = 78, 543 c.Calcimeter + tanah+HCl = 94,170 d.Berat Setelah dipanasi = 94,032 e. Kadar Lengas 2 mm = 8, 5936 Perhitungan: a. Gas CO2
  • 39. 39 b. Berat contoh tanah kering – mutlak 74, 021 c. Kadar Pembahasan: Kandungan kapur dari setiap jenis tanah berbeda-beda. Bahkan kandungan kapur dari lapisan atas tentu berbeda dengan lapisan di bawahnya. Hal ini disebabkan oleh
  • 40. 40 adanya proses pelindian kapur pada lapisan atas oleh air yang akan diendapkan pada lapisan bawahnya. Selain itu keberadaan kapur tanah sangat dipengaruhi oleh batuan induk yang ada disuatu lokasi. Dalam percobaan ini dilakukan analisis kadar kapur denga melakukan penetapan kadar kapur setara tanah dengan menggunakan alat calcimeter dan khemikalia HCl. Dalam hal ini akan terjadi reaksi: CaCO3 + 2 HCL CaCl2 + H2O + CO2 Perbedaan kadar kapur pada berbagai jenis tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain komposisi bahan induk dan iklim. Kedua faktor ini berhubungan dengan kadar lengas tanah, terbentuknya lapisan-lapisan tanah, dan tipe vegetasi. Faktor- faktor ini merupakan komponen dalam perkembangan tanah. Pada umumnya batuan kapur/ kwarstik lebih tahan terhadap perkembangan tanah. Pelarutan dan kehilangan karbonat diperlukan sebagai pendorong dalam pembentukan tanah pada batuan berkapur. Garam-garam yang mudah larut (seperti Na, K, Ca, Mg-Klorida dan sulfat, NaCO3) dan garam alkali yang agak mudah larut ( Ca, Mg ) memiliki karbonat yang akan berpindah bersama air, dan bergantung besarnya air yang dapat mencapai kedalaman tanah tertentu. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya pengayaan garam/ kapur pada horison tertentu dan besarnya sangat bervariasi. Karena terdapat perbedaan kelarutan dan mobilitas tersebut maka yang terendapkan lebih dahulu adalah karbonat. Pada kondisi yang ekstrem kerak garam dan kapur dapat terbentuk di permukaan tanah. Dari sini menunjukan bahwa kadar kapur tanah dapat berbeda-beda.Kapur dalam tanah memiliki asosiasi dengan keberadaan kalsium dan magnesium tanah. Pengaruh kapur dalam tanah dapat meliputi proses pembentukanagregat tanah, pengikatan hara oleh tanah, dan parameter tanah lainyang berhubungan dengan kegiatan biologi dalam tanah. 4.5 TEKSTUR TANAH Data: Analisis granuler pemipetan pertama Berat tanah (a) :15 gram Suhu air : 27ᵒC Waktu tunggu : 1 menit 16 detik Kedalaman pemipetan : 20 cm Berat Cawan Penguap Kosong (a) : 42,73 gr Berat a + hasil pemipetan setelah kering mutlak (b) :42,991 gr
  • 41. 41 Analisis granuler pemipetan kedua Suhu air : 27ᵒC Waktu tunggu : 3 jam 20 menit Kedalaman Pemipetan : 5 cm Berat cawan kosong (c) : 39,518 gr Berat c + hasil pemipetan ke 2 kering mutlak konstan : 39,703 gr Kadar Bahab Organik : 3,4425 % Kadar kapur : 7,54 % Kadar lengas : 8, 5936 % Suhu air : 26ᵒC Waktu tunggu : 1 menit 18 detik Berat cawan penguap (a) : 45, 553 gr Berat a + hasil pemipetan setelah kering mutlak konstan : 45, 652 gr Perhitungan: a. Berat contoh tanah halus kering mutlak ( bebas bahan organik dan kapur) b. Kadar masing – masing fraksi (debu)
  • 42. 42 (lempung) (pasir) Agihan (debu + lempung) aktual a. Berat contoh tanah halus kering – mutlak
  • 43. 43 b. Berat ( debu + lempung) aktual kering mutlak c. Kadar ( lempung + debu) aktual d. Kadar ( debu+ lempung) total Pembahasan: Tekstur tanah merupakan gambaran tingkat kekasaran atau kehalusan bahan mineral yang menyusun tanah.Tekstur tanah di tentukan oleh proporsi tiga jenis partikel tanah,yaitu pasir,debu/endapan lumpur,dan lempung/liat, pembagian ini berdasarklan ukuran partikel ketiga jenis tanah tersebut.Pasir memiliki ukuran partikel paling besar sedangkan lempung memiliki ukuran partikel paling kecil. Tekstur tanah sangat menentukan kualitas tanah terutama dalam dalam hal kemampuannya menahan air. Tekstur tanah merupakan gambaran tingkat kekasaran
  • 44. 44 atau kehalusan bahan mineral yang menyusun tanah.disini tekstur tanah ditentukan 3 jenis partikel tanah yaitu,pasir,debu/endapan lumpur,dan lempung/liat.disini dijelaskan pula bahwa tanah yang mengandung banyak lempung dianggap memiliki tingkat kesuburan yang tinggi. Tanah latosol yaitu tanah yang banyak mengandung zat besi dan aluminium. Tanah ini sudah sangat tua, sehingga kesuburannya rendah. Warna tanahnya merah bata, sehingga sering disebut tanah merah. Tanah latosol yang mempunyai sifat cepat mengeras bila tersingkap atau berada di udara terbuka disebut tanah laterit. Berdasarkan hasil perhitungan data yang diperoleh, tanah latosol yaitu 18.3295 % pasir, 24.7289 % debu, dan 56,9416 % liat. Tanah ini termasuk tekstur liat, hal ini terjadi karena persentase liatnya yang lebih besar dari 50 % maka tanah tesebut masuk dalam tekstur liat dan juga disebabkan oleh tingkat pelapukan yang dialami bagian – bagian tanah tersebut. 4.6 STRUKTUR TANAH Hasil: a. Piknometer kosong(a) : 19,024 gr b.Piknometer + aquades(b) : 43,888 gr t1temperatur isi aquades : 280 C bj1 : 0,9963 c.Piknometer + tanah(c) : 20,602 gr d.Piknometer + tanah + aquades(d) : 44,873 gr t2temperatur isi aquades : 280 C bj2 : 0,9963 Perhitungan: a. Kerapatan butir (BJ) Tanah  Berat Tanah Kering = 1,453 gram
  • 45. 45  Volume total butir-butir tanah = 0,5952 cm3  Kerapatan Butir Tanah BJ b. Kerapatan Massa (BV) Tanah Hasil Ulangan Berat Bongkah Tanah (a) Berat (a) setelah berlilin Volume air mula-mula Volume air setelah dicelupkan 1 4,758 gr 6,095 gr 30 ml 35 ml 2 4,813 gr 6,013 gr 30 ml 34 ml 3 6,186 gr 9,069 gr 30 ml 36 ml
  • 46. 46 Perhitungan a. Berat Bongkah Tanah Kering Mutlak Rerata berat tanah kering mutlak = =4,828 gram b. Volume Bongkah Tanah
  • 47. 47 Rerata volume bongkah tanah = ml = 3,307 ml c. Kerapatan Massa ( BV) Tanah 1 2 3:
  • 48. 48 kerapatan massa (bv) tanah latosol = d. Porositas = (1 – 0,5173) X 100% = 48,26% = (1 – 0,3924) X 100% = 60,76% = (1 – 0,821) X 100% = 17,9%
  • 49. 49 e. Nilai Perbandingan Dispersi ( NPD) 98,8% Pembahasan: Dalam penentuan kerapatan massa suatu tanah sangat erat atau sangat dipengaruhi oleh tekstur tanah dimana tanah mempunyai tekstur tanah kasar. Struktur yang akan terjadi atau tercipta tanah yang ringan dengan keadaan pori-pori besar lebih banyak jumlahnya dibandingkan dengan pori-pori tanah yang kecil, sebaliknya tanah dengan tekstur halus akan menciptakan stuktur tanah yang berat dengan pori-pori tanah yang halus ( kecil ) yang lebih banyak daripada pori-pori tanah yang besar. Hal ini karena pada tanah yang mempunyai struktur yang lebih halus akan mempunyai jumlah butiran tanah lebih banyak dibanding dengan tanah yang mempunyai tekstur kasar. Demikian pula dengan bahan perekat yang terdapat pada struktur tanah liat atau debu, akan mempunyai bahan perekat yang lebih besar dibandingkan dengan tanah yang berbutir tunggal. Dengan demikian pada tanah yang mempunyai bahan perekat ( bahan organik ) yang tinggi akan mengakibatkan nilai kerapatan massa tanah tersebut akan semakin tinggi, dengan kata lain semakin tinggi kandungan bahan organik suatu tanah akan semakin tinggi nilai kerapatannya. Hal ini berlaku bagi tanah yang mempunyai kandungan debu atau pada geluh lempung dan lempung atau tanah yang halus , sebaliknya pada tanah yang berbutir kandungan bahan organik yang rendah akan mempertinggi kerapatan massa karena pada tanah pasir cenderung untuk saling mengikat erat satu sama lain, jadi kerapatan tanah yang diambil dari tanah permukaan yang berbutir baik dan bertekstur geluh akan mempunyai kerapatan massa yang lebih rendah dibandingkan dengan geluh pasiran. 4.7 KONSISTENSI DENGAN ANGKA ATTERBERG Batas Cair ( BC) Tanah Ʃ ketukan Ulangan Botol kosong (a) Botol isi (b) Setelah dioven(c) 20 ketukan 1 15,271 gr 16, 399 gr 15,838 gr
  • 50. 50 2 19,230 gr 20,366 gr 19,801 gr 22 ketukan 1 15,307 gr 17,375 gr 16,347 gr 2 18,263 gr 20,050 gr 19,136 gr 27 ketukan 1 19,689 gr 21,156 gr 20, 451 gr 2 18,501 gr 19,902 gr 19,264 gr 30 ketukan 1 15,649 gr 17,968 gr 16,896 gr 2 17,460 gr 20,124 gr 18,915 gr Kadar lengas a. 20 ketukan 1, 20 ketukan 2, Rata-rata = 98,9454% b. 22 ketukan 1, 22 ketukan 2, Rata-rata = 98,6212 c. 27 ketukan 1: 27 ketukan 2: Rata-rata d. 30 ketukan 1: 30 ketukan 2:
  • 51. 51 Rata-rata a. 20 ketukan, b. 22 ketukan, c. 27 ketukan, d. 30 ketukan, Log BC = Log KL + 0,121( Log N – 0,16915) a. 20 ketukan, b. 22 ketukan, c. 27 ketukan,
  • 52. 52 d. 30 ketukan, X rata-rata = 59,274 Log banyaknya ketukan (x) Kadar lengas (y) Xy x2 30 = 1,4771 27 = 1,4313 22 = 1,3424 20 = 1,3010 98,9454% 98,6212% 87,921% 84,5291% 146,1522 141,1565 118,0251 109,9723 2,1818 2,0486 1,8020 7,725 Ʃ = 5,5518 370,0167% 515,3061 1.9312 20 = 22
  • 53. 53 Batas Lekat ( BL) Tanah Botol kosong ( a) Botol + tanah (b) Setelah dioven (c) 18,831 gr 20,702 gr 19,996 gr Kadar lengas Batas Gulung (BG) Tanah Botol kosong (a) Botol +tanah (b) Setelah dioven (c) 15,825 gr 16, 832 gr 16, 545 gr Kadar lengas Batas Perubahan Warna (BBW)Tanah Botol kosong (a) Botol + tanah (b) Setelah dioven 15,287 gr 16,080 gr 16,061 gr Kadar lengas Jangka Olah (JO)Tanah Indeks Plastisitas (IP)
  • 54. 54 Persediaan Air Maksimum (PAM) Dalam Tanah Pembahasan: Batas cair 18,614 % Tanah tersebut mempunyai harkat rendah, artinya dalam suatu massa tanah terkandung air sebanyak 18,614 %. Sehingga kemampuan menyerap air sangat rendah. Batas lekat60,6% Tanah tersebut mempunyai harkat tinggi, artinya semakin banyak air maka Batas Lekat ( BL ) akan semakin turun. Batas gulung Batas gulung adalah keadaan tanah dimana pada waktu pengolahan, tanah dapat dibongkar dengan mudah, tidak berubah dari struktur aslinya. Dari hasil pengamatan diperoleh rata - rata BG sebesar berarti termasuk harkat tinggi. Kandungan pasir latosol lebih besar dari kandungan lempungnya maka struktur aslinya bisa berubah. Batas berubah warna2,45 % Tanah latosol ini mempunyai harkat batas berubah warna yang sangat rendah. Jangka olah16,2 % Jangka olah adalah kondisi tanah atau kelembaban tanah yang paling mudah untuk diolah, yang merupakan selisih antara batas lekat dan batas gulung. Dari hasil pengamatan diperoleh hasil JO sebesar 16,2 %. Jadi tanah latosol dapat diolah. Indeks Plastisitas16,956 % Indeks Plastisitas merupakan selisih antara BC dengan BG. Selisih ini menunjukkan derajat keteguhan tanah. Artinya tanah itu mudah hancur atau tidak. Baik hancur karena kelebihan air maupun kekurangan air. Dari hasil pengamatan diperoleh IP sebesar 16,956 %. Berarti termasuk harkat JO tinggi. PAM35,096 %
  • 55. 55 PAM merupakan selisih antara BC dengan BBW. Selisih ini menunjukkan persediaan air tanah sehingga dapat tersedia bagi tanaman. Dari hasil pengamatan diperoleh PAM sebesar 35,096 %. Berarti termasuk harkat sedang. 4.8 PENETAPAN pH TANAH Berat tanah gumpalan = 10 gram pH = 5,20 Pembahasan: Pada praktikum ini pH tanah latosol berada pada angka 5,20. Dan berdasarkan skala pH tanah, tanah latosol merupakan tanah asam, karena memiliki pH 5,20. BAB V KESIMPULAN 1. Pengambilan Contoh Tanah
  • 56. 56 2. Morfologi Tanah Profil tanah didefinisikan sebagai irisan vertikal tanah dari lapisan paling atas hingga ke bahan induk tanah. Ketebalan antara horizon atau lapisan tanah latosol yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda, hal ini juga menjadikan kandungan tiap lapisan juga berbeda-beda. 3. Penetapan Kadar Lengas Kadar lengas rata-rata contoh tanah latosol 0,5mm adalah 10, 811 % Kadar lengas rata-rata contoh tanah latosol 0,2mm adalah 8,593 % Kadar lengas rata-rata contoh tanah latosol gumpalan yaitu 8,714 % 4. Penetapan Kadar Bahan Organik Tanah latosol yang dijadikan preparat memiliki kandungan bahan organik 3,4427%. Tanah latosol memiliki kandungan BO terbesar di top soil. Hal ini sesuai dengan pendapat Hardjowigeno(1992), bahwa tanah yang mengandung bahan organik adalah tanah Titik atas atau topsoil, karena semakin ke bawah suatu Titik tanah maka kandungan bahan organiknya semakin berkurang sehingga tanah menjadi keras, semakin dalam tanah semakin kurangkandungan bahan organiknya 5. Penetapan Kadar Kapur Setara Kadar kapur ( CaCO3 ) pada tanah latosol dari hasil praktikum ini adalah 2,55 % termasuk sangat tinggi harkat kadar kapurnya. 6. Penetapan Tekstur Tanah Kesimpulan dari praktikum ini adalah : 1. Dapat ditetapkan agihan tanah ( lempung, debu, pasir ) total atau kadar masing-masing fraksi sebesar : Lempung/liat = 56,9416 % Debu = 24.7289 % Pasir = 18.3295 % 2. Dapat ditetapkannya agihan ( lempung + debu ) aktual yaitu : a. Berat conroh tanah kering mutlak = b. Berat ( debu + lempung ) aktual kering mutlak = c. Kadar ( debu + lempung ) aktual = d. Kadar ( debu + lempung ) total =
  • 57. 57 3. Tanah latosol ini termasuk tanah bertekstur liat, hal ini terjadi karena persentase liatnya yang lebih besar dari 50 %. 7. Penetapan Struktur Tanah Pada tanah pasiran kandungan bahan organik tanah akan mempertinggi tingkat kerapatan massa tanah dibandingkan pada tanah yang halus, dengan kandungan bahan organik tanah yang tinggi akan mempunyai tingkat kerapatan yang lebih rendah lain hal dengan kerapatan butir suatu tanah pada lapisan tanah yang mempunyai kandungan bahan organik tinggi akan mempunyai tingkat kerapatan butiran yang rendah dibandingkan pada tanah yang mempunyai kandungan bahan organik yang lebih rendah. Demikian pula pada NPD semakin tinggi atau dengan penambahan bahan organik sampai dengan optimal akan mempertinggi daya absorbsi tanah sehingga memperkecil terjadinya erosi pada tanah. Hasil yang diperoleh porositas sangat dipengaruhi oleh kepadatan tanah yang diamati. 8. Penentuan Konsistensi tanah dengan Angka Atterberg Dari hasil percobaan di atas diperoleh: Batas lekat 60,6% Batas cair 18,614 % Batas gulung Batas berubah warna 2,45 % Jangka olah 16,2 % Indeks Plastisitas 16,956 % PAM 35,096 % 9. Penetapan pH tanah Dari hasil percobaan yan telah dilakukan diperoleh nilai pH tanah latosol yaitu 5,20. pH tanah latosol termasuk pH asam. DAFTAR PUSTAKA
  • 58. 58 Anonim, 2009, Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah, Yogyakarta: Universitas Mercu Buana Yogyakarta Anonim, 2003, Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah, Jurusan IlmuTanah Fakultas Pertanian Dan Kehutanan Universitas Hasanuddin Makassar Darmawijaya M.I. 1997, Klasifikasi Tanah. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Hakim N, M.Y. Nyakpa, A.M Lubis, S.G Nogroho, M.R. Saul M.A. Diha, GoBang Hong, H.H. Bailey, 1986, Dasar-Dasar Ilmu Tanah, Lampung : Universitas Lampung, http://www.anneahira.com/kandungan-tanah.htm