2. Ketentuan Undang-Undang berkaitan
pengembangan harta wakaf
• Pasal 42 Bab 5 UU No.41 Tahun 2004
• menjelaskan Nazir wajib mengelola dan
mengembangkan harta benda wakaf sesuai
dengan tujuan, fungsi dan peruntukannya
3. Pasal 43
1. Pengembangan dan pengelolaan harta benda wakaf
oleh Nazir sebagaimana dimaksud dalam pasal 42
dilaksanakan sesuai dengan prinsip syariah
2. Pengembangan dan pengelolaan harta benda wakaf
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan
secara produktif
3. Dalam hal pengelolaan dan pengembangan harta
benda wakaf yang dimaksud pada ayat 1 diperlukan
penjamin maka digunakan lembaga penjamin
syariah.
4. Profesionalisme Nazir
• Nazir mestilah terdiri dari orang-orang yang
mengerti fiqh wakaf dan undang-undang wakaf.
• Sebagian anggota Nazir mestilah mengerti
undang-undang wakaf dan mengerti tentang
praktek-praktek investasi.
• Semua mereka ini tentulah orang-orang Islam
yang amanah dan produktif.
5. Organisasi Nazir
• Khusus untuk Nazir yang terlibat di dalam pengembangan harta
wakaf dan khususnya wakaf produktif perlu dibuat organisasi yang
sama dengan organisasi korporasi bisnis seperti Perusahaan
Terbatas (PT).
• Susunannya kira-kira seperti ini ada komisaris, yang terdiri dari
ulama yang mengerti fiqh dan undang-undang wakaf ditambah
dengan pakar-pakar ekonomi yang mengerti undang-undang wakaf
dan mengerti praktek-praktek dalam berbisnis dan tentu saja
sebaiknya orang yang pernah terlibat dalam berbisnis.
• Ada para direktur (eksekutif) yang terdiri dari orang-orang yang
mengerti undang-undang wakaf dan ahli di dalam berbisnis.
Kemudian organisasi ini boleh dilengkapi dengan manajer dan lain-
lain tergantung dengan keperluan perusahaan itu sendiri. Tetapi
orang-orang ini bukanlah sebagai nazir.
6. Pola Investasi
• Sektor riil adalah bentuk investasi yang bisa
dikatakan sebagai investasi jangka panjang
karena ia memakan waktu yang panjang untuk
mendapatkan keuntungan.
• Sektor riil dibagi dalam dua yakni barang dan
jasa.
• Sektor riil bisa dikatakan sebagai penghasil
barang seperti pertanian, pertambangan,
industri dan sektor jasa lainnya.
7. • Sektor Finansial cenderung mengarah pada aset
saham suatu perusahaan dan obligasi yang
diterbitkan oleh pemerintah maupun individu
dan perusahaan. Contoh investasi yang banyak
ditemui adalh saham, reksa dana, obligasi,
deposito, dan tabungan di bank.
8. Model-Model Investasi dalam Sektor
Riil
• Prinsip Mudharabah
• Tanah wakaf yang diterima oleh nazir dapat
diinvestasikan melalui investasi langsung dalam
bentuk mudharabah. Nazir bisa mencari partner
yang profesional dalam berbisnis dan yang terbaik
itu dilaksanakan dalam bentuk mudharabah
muqayyadah seperti membangun gedung dimana
nazir bisa mendapatkan keuntungan melalui
penyewaan gedung itu atau membangun perumahan
dimana keuntungannya berbagi antara shahibul mal
dan mudharib.
9. Cont’d
• Prinsip Musyarakah
• Dalam investasi musyarakah resikonya tentu jauh
lebih kecil dimana nazir akan bekerja sama dengan
pengusaha yang sudah mempunyai bisnis yang
stabil dan dipastikan bahwa bisnis yang dipilih
adalah bisnis berisiko rendah umpamanya; nazir
memiliki sebidang tanah di tepi jalan dan dia bisa
berkongsi dengan partnernya SPBU (Stasiun
Pengisian Bahan Bakar Umum) atau tanah tersebut
boleh juga dibangun ruko. Keuntungan dari SPBU
ini atau penyewaan rukonya bisa dibagi sama antara
harta wakaf dan pengusaha.
10. Cont’d
• Prinsip Murabahah
• Melalui investasi murabahah resikonya jauh
lebih rendah lagi umpamanya dana wakaf
investasikan dalam bentuk membangun rumah
tinggal kemudian dijual melalui prinsip
murabahah kepada pembeli
11. Cont’d
• Prinsip Muzara’ah (Kerjasama lahan pertanian)
• Tanah-tanah yang dikuasai oleh nazir dapat
ditanami dengan prinsip muzara’ah dimana petani
diberi benih dan biaya pengelolaan kemudian
hasilnya dibagi sesuai dengan perjanjian bersama.
• Prinsip Musaqah
• Dimana lahan-lahan yang dimiliki oleh lembaga
wakaf yang dikuasai nazir ditanami secara
menyeluruh dan pemeliharaannya diserahkan
kepada perorangan atau perusahaan dan kalau
panen hasilnya dibagi sesuai perjanjian
12. Cont’d
• Prinsip Ijarah (sewa menyewa)
• Nazir dalam hal ini membangun gedung, real estate, dan
pusat-pusat bisnis kemudian menyewakan, hasil sewa itu
akan menjadi keuntungan yang bisa diserahkan kepada
mustahik dan pengembangan harta wakaf ke depan.
• Prinsip Hukr
• Dimana nazir bisa menyewakan kepada pihak tertentu
asetnya dalam jangka panjang dan hasil sewanya bisa
diterima terlebih dahulu atau diterima secara berkala sesuai
dengan perjanjian. Atau penyedia dana bisa membangun
gedung pada tanah wakaf dan digunakan untuk jangka waktu
tertentu umpamanya dua puluh tahun dan sebagainya
kemudian setelah waktunya habis gedung dan tanah
dikembalikan kepada nazir. Penyedia dana tidak lagi memiliki
haknya disitu.
13. • Prinsip Istibdal
• Dimana nazir dapat mengganti fungsi harta wakaf
tertentu untuk dijadikan sentra bisnis yang pada
awalnya mungkin harta itu lebih bersifat sosial dan
kurang bermanfaat.
• Prinsip Istishna’
• Seandainya nazir menguasai tanah yang strategis
kemudian meminta kontraktor untuk membangun
rumah sakit atau ruko kemudian setelah dibangun
nazir membeli kembali pembangunan tersebut
dengan cash ataupun dengan pembayaran ditunda
14. Investasi Sektor Keuangan
• Investasi Deposito Mudharabah
• Nazir bisa bekerjasama dengan bank untuk
mengembangkan dana wakaf melalui deposito
mudharabah dimana dana wakaf dapat
keuntungan dari hasil investasi yang dilakukan
oleh perbankan Islam.
15. Investasi Obligasi Syariah atau Sukuk
• Sukuk Mudharabah / Muqarradhah
• Nazir boleh membeli sukuk mudharabah ini dengan
prinsip kehati-hatian sebaiknya sukuk mudharabah yang
dibeli adalah yang dikeluarkan oleh negara dengan
demikian ada jaminan bahwa uang wakaf tidak akan
hilang.
• Sukuk Ijarah
• Nazir juga boleh membeli sukuk ijarah yang dikeluarkan
oleh negara dan swasta, sebenarnya sukuk ijarah ini
resikonya lebih ringan dibanding dengan sukuk
mudharabah karena obyek yang disewakan itu
merupakan jaminan yang bisa dipegang oleh nazir
apabila terjadi kegagalan pembayaran kembali.
16. Investasi pada Pasar Modal Syariah
• Saham Mudharabah
• Nazir boleh membeli saham yang bersifat mudharabah
pada pasar modal syariah dengan prinsip kehati-hatian
dimana sebaiknya dipilih saham-saham yang dimiliki
oleh negara atau perusahaan yang sangat kuat dan stabil
kalau dapat ada lembaga penjaminan yang bisa
menjamin terhadap kerugian yang mungkin timbul.
• Saham Musyarakah
• Nazir juga bisa berinvestasi pada perusahaan-
perusahaan yang mengeluarkan produk saham
musyarakah, sebenarnya saham musyarakah resikonya
lebih rendah daripada saham mudharabah karena resiko
ditanggung bersama.
17. Cont’d
• Saham Hukr
• Nazir dapat juga menginvestasikan uangnya di
dalam saham-saham dalam bentuk produk Hukr
dan sebenarnya saham ini jauh lebih aman
karena sudah ada objeknya.
18. Peluang Wakaf Produktif di Indonesia
• Kalau dihitung dari situasi perekonomian Indonesia
sekarang ini maka mengumpulkan dana wakaf itu dalam
jumlah yang signifikan itu sangat bisa dilakukan khusus
untuk Sumatera Barat kalau bisa dimobilisasi dari satu
juta orang dikali Rp 10.000 per bulan maka kita akan
mendapatkan Sepuluh milyar Rupiah dan ini bisa
diinvestasikan di berbagai sektor yang memungkinkan
untuk kita lakukan. Kemampuan ini diperkuat oleh
jumlah penduduk muslim Indonesia yang mayoritas dan
mudah disentuh hatinya.
• Terbukanya peluang yang besar bagi masyarakat untuk
mengelola wakaf produktif secara profesional. Indonesia
dan khususnya Sumatera Barat memiliki SDM yang
cukup untuk mengelola wakaf secara profesional.
19. Tantangan
• Belum tersosialisasinya konsep wakaf produktif
secara meluas di dalam masyarakat.
• Masih belum mampu membuat lembaga yang
profesional dalam pengelolaan wakaf produktif.
• Kurangnya perhatian pemerintah terhadap
wakaf produktif.
20. Contoh-Contoh Wakaf Produktif di
Beberapa Negara
International Islamic Relief Organization Saudi Arabia
(IIROSA) telah melaunching 6 proyek wakaf di Mekkah
dengan dana SR 470 juta dengan perkiraan keuntungan
SR 45 juta yang akan digunakan kepentingan sosial.
1. Proyek Bayt Allah Waqf 11 lantai rumah dan gedung
komersial. Keuntungan dari proyek ini digunakan
membangun 370 mesjid di 18 negara
2. The Orphan Waqf, hotel 30 lantai yang keuntungannya
digunakan untuk membiayai anak-anak yatim di 28
negara
3. The Educational Care Waqf, tower 22 lantai yang
keuntungannya digunakan untuk membiayai 30 institusi
pendidikan di seluruh dunia.
21. Cont’d
4. Social Development Waqf, gedung 10 lantai yang
keuntungannya digunakan untuk program
rehabilitasi dan pelatihan keterampilan untuk satu
juta orang di 97 negara.
5. The Da’wa Waqf, gedung 28 lantai yang
keuntungannya akan digunakan untuk beasiswa
13000 mahasiswa, 720 mubaligh di 365 Center-
center Islam di seluruh dunia
6. The Health care waqf, gedung 25 lantai
keuntungannya akan dipergunakan untuk
kepentingan kesehatan 33 juta orang di 285
Rumah sakit.
22. Contoh di Malaysia
• Kumpulan Waqf An-Nur sukses membangun beberapa
klinik dan Rumah sakit di Malaysia. Sekarang juga ada
pembangunan hotel yang dilakukan.
• Mereka juga menginvestasikan dana-dana waqf mereka
melalui pasar modal perbankan dan lain-lain.
• Hasil dari keuntungan waqf mereka gunakan untuk
kepentingan anak yatim beasiswa, orang miskin, anak
yatim dan lain-lain.
• Contoh investasi mereka di saham mereka memiliki
12,35 juta unit saham pada J Corps Kulim (M) Bhd,
18,60 juta unit saham di KPJ Health Care Bhd dan 4,32
juta saham di Johor Land Bhd.
23. Waqf Produktif di Singapura
• Singapur memiliki $340 juta. Nama lembaganya
Warees, mereka menginvestasikan dana waqf
mereka dalam bentuk musyarakah di berbagai
outlet makanan.
• Di singapur mereka mendapatkan waqf dari
potongan gaji setiap bulannya bagi masyarakat
muslim Singapur. Warees juga
menginvestasikan dananya pada sentra bisnis
yang dikelola oleh orang-orang Islam.
24. Kondisi Nazir di Indonesia
• Nazir di Indonesia belum dilakukan secara
profesional sesuai dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Pusat Bahasa dan Budaya yang
dilakukan oleh UIN Syarif Hidayatullah pada tahun
2006 yang meneliti 500 responden nazir di 11
provinsi. Kesimpulannya 77% Nazir tidak produktif
alias diam. Sisanya juga tidak sempurna produktif.
84% nazir sambilan dan 16% yang fokus. 70% harta
wakaf dalam bentuk mesjid, 59% berada di
perdesaan, 66% harta wakaf dikelola secara
tradisional atau perseorangan sisanya dikelola
secara badan hukum.
25. Kesimpulan
• Bahwa pengembangan harta wakaf ke depan mesti lebih
banyak dilakukan dengan pola pengembangan produktif.
Untuk mengembangkan pola produktif perlu adanya
nazir yang profesional dengan membangun organisasi
korporasi yang modern.
• Dalam pengelolaan pola produktif ini mesti jelas hak dan
kewajiban para nazir
• Harta wakaf yang ada di Indonesia ternyata dikelola
secara profesional.
• Nazir-nazir yang sedia ada belum mampu mengelola
harta wakaf dalam bentuk produktif.
• Mesti dilakukan reformasi terhadap nazir-nazir yang
sedia ada.