1. Trichuris trichiura adalah cacing nematoda yang hidup di usus manusia dan menyebabkan penyakit trichuriasis.
2. Cacing dewasa memiliki tubuh berbentuk cambuk dengan bagian depan tipis dan belakang tebal.
3. Infeksi paling sering terjadi pada anak-anak di daerah tropis akibat telur cacing yang tertelan melalui kontaminasi tanah atau sayuran.
1. Thrichuris trichiura
Thrichuris trichiura termasuk Nematoda usus yang biasa dinamakan
cacing cemeti atau cambuk, karena tubuhnya menyerupai cemati dengan bagian
depan yang tipis dan bagian belakangnya yang jauh lebih tebal. Cacing ini pada
umumnya hidup di sekum manusia, sebagai penyebab Trichuriasis dan tersebar
secara cosmopolitan. Thrichuris trichiura adalah cacing yang relatif sering
ditemukan pada manusia, tapi umumnya tidak begitu berbahaya.
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Nemathelminthes
Kelas : Nematoda
Sub Kelas : Aphasmidia
Ordo : Enoplida
Sub-ordo : Trichurata
Super Famili : Trichurioidea
Family : Trichuridae
Genus : Trichuris
Spesies : Trichuris trichiura
Morfologi
1. 3/5 bagian anterior tubuhnya menyerupai benang, 2/5 bagian posterior
lebih tebal, sehingga bentuk ini terlihat seperti cambuk dengan bagian
yang menebal sebagai gagangnya.
2. Esofagus sempit, tebal dindingnya hanya satu lapis sel, panjangnya
hamper sam dengan panjang bagian tubuh yang halus, tidak mempunyai
bulbus esofagus. Letak anus di belakang sekali.
3. Cacing dewasa jantan hanya mempunyai sebuah spikulum yang berbentuk
lanset (pedang) yang terkurung dalam kantung penis yang dapat
dibalikkan.
4. Ujung posterior cacing jantan melengkung
2. 5. Kelamin betina tidak berpasangan, terdiri dari ovarium yang berbelit-
belit, sebuah uterus dan sebuah vagina yang pendek dan bermuara pada
vulva yang letaknya pada tempat dimana tubuhnya mulai menebal.
Ukuran : cacing dewasa jantan panjangnya 30-45 mm.
cacing dewasa betina panjangnya 35-50 mm.
Daur hidup
Cacing dewasa betina sehari dapat bertelur kira-kira 3.000-10.000 butir
telur. Telur yang terbawa bersama feses tidak berembrio dan telur itu tidak
menular. Telur tersebut baru menular setelah terjadi proses pemasakan di tanah.
Bila telur yang menular itu tertelan oleh manusia maka setelah 20 jam di dalam
tubuh tuan rumah yaitu di dalam duodenum menetaslah larva.
Larva ini menetap di duodenu kira-kira satu bulan dan kemudian beralih
ke sekum dan bagian proksimal dari kolong dan menjadi dewasa di situ. Bagian
yang halus masuk ke dalam mukosa usus, sedang bagian yang tebalnya menjulur
bebas dalam lumen usu. Cacing ini dapat hidup bertahun-tahun dalam usus.
3. Epidemiologi
Infeksi pada manusia sering terjadi tapi intensitasnya rendah. Didaerah
tropis tercatat 80% penduduk positif, sedangkan diseluruh dunia tercatat 500 juta
yang terkena infeksi (menurut Brown & Belding, 1958). Infeksi banyak terdapat
didaerah curah hujan tinggi, iklim subtropics dan pada tempat yang banyak
populasi tanah.
Anak-anak lebih mudah terserang daripada orang dewasa. Infeksi berat
terhadap anak-anak yang suka bermain di tanah dan mereka mendapat
kontaminasi dari pekarangan yang kotor. Infeksi terjadi karena menelan telur yang
telah berembrio melalui tangan, makanan, atau minuman yang telah
terkontaminasi, langsung melalui debu, hewan rumah atau barang mainan.
Cara Penularan
Cara penularan adalah tidak langsung, terutama karena kebiasaan
menggigit/menjilat benda-benda yang terkontaminasi atau karena mengkonsumsi
sayuran yang terkontaminasi : Trichiuriasis tidak langsung ditularkan dari orang
ke orang. Telur yang keluar melalui tinja untuk menjadi infektif membutuhkan
waktu paling sedikit 10 – 14 hari di tanah yang hangat dan lembab. Setelah telur
tertelan, telur menetas dan larva menempel pada mukosa dari cecum dan colon
proximal dan berkembang menjadi cacing dewasa. Telur cacing ditemukan dalam
tinja setelah 70 – 90 hari sejak menelan telur dengan embrio. Gejala klinis bisa
muncul lebih cepat.
Gejala Klinis Trichuris Trichura dan Simptomatologi
Pasien yang mendapat infeksi kronis Trichuris menunjukan tanda-tanda
klinis seperti berikut :
4. a. Anemia
b. Tinja yang bercampur butir-butir darah
c. Sakit perut
d. Kekurangan berat badan dan
e. Prolaps rectal yang berisi cacing pada mukosa rectum
Cachexia ekstrim kadang-kadang menyebabkan kematian. Getz telah
melaporkan 4 kasus yang menyebabkan kematian pada anak-anak di Panama yang
mengandung 4100 ekor cacing.
Cacing menghisap darah tuan rumah dan perdarahan dapat terjadi pada
daerah penyerangan. Trichuris dapat menyerang mukosa apendiks dan disertai
penyerangan bakteri pathogen sehingga dapat menyebabkan proses imflamatori
subkutan. Infeksi ringan biasanya asimtomatik, sedangkan infeksi berat dapat
dikacaukan dengan penyakit cacing tambang, emeobiasis atau apendiksitis. Pada
infeksi berat dapat terjadi prolepsis rectal yang terjadi karena ketegangan yang
disebabkan sering buang kotoran.
Gejala klinis Trichuris trichura
Penyakit karena infeksi cacing cambuk ini namanya Trichuriasis atau
Trichocephalus.
Pada infeksi yang ringan, pada tempat-tempat perlekatan cacing ini, tidak ada
kerusakan mukosa, kadang hanya pendarahan kecil.
Tetapi jika infeksi berat, bisa terjadi :
sakit perut
diare yang disertai bercak darah (blood-streaked stolls)
sakit kepala
demam ringan
berat badan menurun.
Pada anak-anak sering terjadi “Prolapsus recti”, yaitu keluarnya mukosa
rectum melalui lubang anus. Mengapa bisa terjadi “Prolapsus recti” ??
Karena cacing ini mengeluarkan racun yang bersifat melemaskan otot rectum,
dan cacing itu dianggap benda asing oleh usus, sehingga otot-otot rectum
berusaha mengeluarkannya dengan cara gerakan peristaltik.
5. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan ditemukan telur pada tinja (feses). Pada
infeksi ringan, metoda pemeriksaan tinja dapat dilakukan dengan metode
konsentrasi. Perhitungan jumlah telur dapat mendeterminasi intensitas infeksi dan
dapat mengetahui hasil pengobatan. Perhitungan jumlah telur dapat dilakukan
dengan metode Stoll.
Pengobatan
Pengobatan Thrichuris sukar dilakukan karena letak cacing di dalam
mukosa usus diluar jangkauan daya anthelmintika. Dianjurkan pemakaian preparat
enzim yang merusak zat putih telur, dengan demikian substansi badan parasit akan
hancur, selanjutnya pemberian zat warna Dithiazanin dalam kapsul yang larut
dalam usus halus. Obat ini per oral sangat toksis, tapi praktis dapat dilakukan
sebagai berikut.
0,5-1 gram dilarutkan dalam 300 ml akuades dengan dosis 30 mg per kg berat
badan.
Hal ini dilakukan supaya cacing dapat berubah posisi kepalanya dalam
waktu daya kerja obat. Doenges (1966) menganjurkan pemakaian Poperazin (1,8
g dalam 500 ml larutan garam fisiologis).
Harapan besar dapat digantungkan pada preparat baru Diklorovos
bendazol (Minzolum R) bekerja baik malah pada telur-telurnya, tapi tidak
mempan terhadap cacingnya sendiri. Sekarang Mebendazol sudah dikenal cukup
ampuh untuk trichuriasis, dengan dosis 2 kali sehari, selama 3 hari berturut-turut.
Pencegahan
6. Pencegahan yang utama adalah kebersihan, sedangkan infeksi di daerah
yang sangat endemic dapat dengan :
Pengobatan bagi yang terserang cacing Trichuris.
1. Membuang tinja pada tempatnya sehingga tidak membuat pencemaran
lingkungan oleh telur cacing.
2. Mencuci tangan sebelum makan.
3. Pendidikan terhadap masyarakat terutama anak-anak tentang sanitasi dan
hygiene.
4. Mencuci bersih sayur-sayuran atau memasaknya sebelum dimakan.