SlideShare a Scribd company logo
1 of 9
Download to read offline
80
PENDEKATAN LEAN SIGMA SEBAGAI UPAYA UNTUK MEMINIMASI WASTE
PADA PROSES PENGEMASAN INDUSTRI FARMASI
Arif Rahman, Nasir Widha Setyanto, Putri Kartika Riesky Syahindri
Program Studi Teknik Industri, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik
Universitas Brawijaya Malang
Jl. Mayjen Haryono 167, Malang 65145
E-mail : posku@post.com
Abstrak
Waste merupakan semua aktivitas kerja yang tidak memberikan nilai tambah dalam proses
pembuatan produk sehingga harus segera diminimasi atau dihilangkan dari proses produksi.
Pada PT Surya Dermato Medica Laboratories (PT SDM) Surabaya, yang merupakan
perusahaan yang bergerak di bidang farmasi dengan salah satu produk unggulannya adalah
Melanox Cream, masih sering terjadi waste, terutama pada proses pengemasan (pengemasan
primer dan sekunder) sehingga perlu dilakukan upaya perbaikan proses. Penelitian ini
bertujuan untuk mengidentifikasi jenis-jenis waste yang terjadi dalam proses pengemasan,
mengukur kinerja proses, menganalisis faktor-faktor penyebab waste, serta memberikan
usulan perbaikan untuk meminimasi waste.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Lean Sigma, yaitu perpaduan antara
metode lean thinking dan six sigma yang bertujuan untuk mengidentifikasi dan meminimasi
waste, memperbaiki proses, meningkatkan kualitas dari proses produksi, serta meningkatkan
kepuasan dari pelanggan. Penelitian ini dilakukan sebagai upaya continuous improvement
untuk perbaikan proses dalam langkah kerja six sigma (DMAIC). Pada penelitian ini
dilakukan pengidentifikasian sembilan jenis waste (E-DOWNTIME), kemudian dilakukan
pengukuran waste dengan menggunakan konsep Taguchi. Selain itu, dilakukan pengukuran
kinerja proses berdasarkan waste yang terjadi dengan tolok ukur level sigma atau DPMO.
Selanjutnya dianalisis faktor-faktor penyebab waste menggunakan metode root cause analysis
(RCA). Pada tahap improve diberikan rekomendasi perbaikan pada perusahaan berdasarkan
root cause yang menjadi prioritas perbaikan, diantaranya perbaikan menggunakan konsep
tata letak fasilitas. Dengan demikian, penerapan Lean Sigma diharapkan dapat meningkatkan
performansi perusahaan.
Dari sembilan jenis waste, teridentifikasi lima jenis waste dalam proses pengemasan primer,
yaitu defects, waiting, transportation, inventories, dan excess processing, sedangkan pada
proses pengemasan sekunder berhasil teridentifikasi empat jenis waste, yaitu defects, waiting,
transportation, dan excess processing. Kinerja proses pengemasan berdasarkan waste yang
terjadi masih berada cukup jauh dibawah 6 sigma. Rekomendasi perbaikan yang diusulkan
dalam penelitian ini didasarkan dari hasil identifikasi CTQ waste yang telah dianalisis
menggunakan RCA, diantaranya berupa analisis proses produksi dan analisis tata letak
fasilitas.
Kata Kunci: Lean sigma, minimasi waste, proses pengemasan, E-DOWNTIME,
DMAIC, level sigma, RCA
1. Pendahuluan
PT Surya Dermato Medica Laboratories (PT SDM) merupakan perusahaan yang bergerak di bidang
farmasi yang memproduksi berbagai macam produk kosmetik untuk kecantikan dan obat. Melanox
Cream merupakan salah satu produk unggulan dari PT SDM dan memiliki tingkat penjualan paling
tinggi bila dibandingkan dengan produk lain.
Dalam memproduksi Melanox Cream masih sering terjadi waste (pemborosan), diantaranya proses
menunggu bahan baku, handling antar tahapan proses yang sangat banyak, downtime mesin,
kondisi idle, produk yang masih mengalami kecacatan (defect), aktivitas repack, dan sebagainya.
Waste yang terjadi sebagian besar dihasilkan dari proses pengemasan yang terdiri atas pengemasan
primer (filling) dan sekunder. Pengemasan primer yaitu proses pengisian produk ruahan Melanox
Cream ke dalam kemasan tube dengan menggunakan mesin jenis rotary dan dilanjutkan dengan
aktivitas counting secara manual untuk menghitung produk setengah jadi yang telah dihasilkan.
Proceeding Seminar Nasional IV Manajemen & Rekayasa Kualitas 2010
81
Sedangkan pengemasan sekunder merupakan proses memasukkan produk setengah jadi, yaitu
berupa tube (yang telah melalui proses filling) dan brosur ke dalam kemasan sekunder.
Pemborosan (waste) yang terjadi dalam proses pengemasan di PT SDM dapat diminimasi dengan
pendekatan lean sigma. Pendekatan lean six sigma atau lean sigma telah banyak diterapkan dalam
industri manufaktur maupun jasa, yang merupakan perpaduan antara metode lean thinking dan six
sigma.
Konsep lean thinking berfokus untuk meminimasi waste (pemborosan), memperlancar aliran
material, produk dan informasi, serta peningkatan terus-menerus, sedangkan metodologi six sigma
bertujuan untuk mengurangi variasi proses dan peningkatan terus-menerus (Gaspersz, 2007: 93).
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pendekatan lean sigma antara lain bertujuan untuk
mengidentifikasi dan meminimasi waste, memperbaiki proses, meningkatkan kualitas dari proses
produksi, serta meningkatkan kepuasan dari pelanggan.
Bagasthi Dyah Gayatri (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Peningkatan Kualitas Proses
Produksi Fineed Tube dengan Pendekatan Lean Six Sigma” (Studi Kasus: PT Alstom Power
Energy Systems Indonesia). Peneliti mengidentifikasi waste menggunakan konsep E-DOWNTIME
dan berhasil mengidentifikasi dua waste yang paling berpengaruh, yaitu waste waiting dan defect.
Tool yang digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebab waste yang paling
berpengaruh adalah RCA (Root Cause Analysis). Selain itu, digunakan metode FMEA (Failure
Mode and Effect Analysis) untuk memperoleh nilai RPN tertinggi sebagai prioritas dalam
perbaikan. Dalam penelitiannya, peneliti memberikan usulan perbaikan dan memilih alternatif
perbaikan terbaik.
Irwadi Hidayat (2008) melakukan penelitian dengan judul “Pendekatan Lean Six Sigma untuk
Mengurangi Waste pada Industri Pupuk” (Studi Kasus: Unit Petroganik PT Gresik Cipta Sejahtera).
Peneliti menggambarkan kondisi eksisting dengan menggunakan standarisasi yang telah ditetapkan
dalam klausul ISO 9001. Proses penelusuran akar masalah dan pembobotan prioritas perbaikan
menggunakan tool RCA dan FMEA. Dari hasil penelitian, waste waiting dinyatakan sebagai waste
yang paling berpengaruh. Dan berdasarkan analisis RCA dan FMEA, peneliti merumuskan lima
alternatif perbaikan.
Isti Hardiningsih (2006) melakukan penelitian dengan judul “Pendekatan Konsep Lean Guna
Menangani Waste Produksi dalam Usaha Peningkatan Efisiensi Sistem Produksi” (Studi Kasus:
Medical Equipment Factory 1 PT Otsuka Indonesia). Penelitian ini menggunakan big picture
mapping dalam menggambarkan aliran informasi dan fisik dari proses produksi. Peneliti
menggunakan VALSAT (Value Stream Analysis Tool) untuk membantu dalam mendapatkan tool
mana yang tepat dalam proses mapping yang lebih detail. Dalam penelitian ini dianalisis akar
penyebab pemborosan dan selanjutnya peneliti memberikan rekomendasi perbaikan.
2. Tinjauan Pustaka
2.1 Lean Thinking
Vincent Gaspersz (2007: 1) mendefinisikan Lean sebagai suatu upaya terus-menerus untuk
menghilangkan pemborosan (waste) dan meningkatkan nilai tambah (value added) produk (barang
dan/atau jasa) agar memberikan nilai kepada pelanggan (customer value). Tujuan Lean adalah
meningkatkan terus-menerus rasio antara nilai tambah terhadap waste (the value to waste ratio).
APICS Dictionary mendefinisikan Lean sebagai suatu filosofi bisnis yang berlandaskan pada
minimasi penggunaan sumber-sumber daya (termasuk waktu) dalam berbagai aktivitas perusahaan.
Lean berfokus pada identifikasi dan eliminasi aktivitas-aktivitas yang tidak bernilai tambah (non-
value added activities) dalam desain, produksi (untuk bidang manufaktur) atau operasi (untuk
bidang jasa) dan supply chain management, yang berkaitan langsung dengan pelanggan.
Waste dapat didefinisikan sebagai segala aktivitas kerja yang tidak memberikan nilai tambah dalam
proses transformasi input menjadi output sepanjang value stream (Gaspersz, 2007: 5). Value stream
adalah proses untuk membuat, memproduksi, dan menyerahkan produk (barang dan/atau jasa) ke
pasar. Untuk proses manufaktur, value stream mencakup pemasok bahan baku, manufaktur dan
perakitan barang, serta jaringan pendistribusian kepada pengguna barang tersebut.
Vincent Gaspersz (2007: 20) menyatakan bahwa ada sembilan jenis pemborosan yang selalu ada
dalam bisnis dan industri, yang biasa disingkat dengan akronim E-DOWNTIME, yaitu:
Proceeding Seminar Nasional IV Manajemen & Rekayasa Kualitas 2010
82
Environmental, health and safety (E), Defects (D), Over-production (O), Waiting(W), Not utilizing
employees knowledge, skills, and abilities (N), Transportation (T), Inventories (I), Motion (M),
Excess processing (E).
2.2 Six Sigma
Pendekatan Six Sigma merupakan sekumpulan konsep dan praktik yang berfokus pada penurunan
variasi proses dan penurunan kegagalan atau kecacatan produk (Gaspersz, 2007: 91). Menurut
Vincent Gaspersz (2007: 37), apabila produk (barang dan/atau jasa) diproses pada tingkat kinerja
kualitas Six Sigma, perusahaan boleh mengharapkan 3,4 kegagalan per sejuta kesempatan (DPMO)
atau bahwa 99,99966 persen dari apa yang diharapkan pelanggan akan ada dalam produk (barang
dan/atau jasa) itu.
Menurut Vincent Gaspersz (2007: 50), upaya peningkatan menuju target Six Sigma dapat dilakukan
menggunakan metodologi DMAIC, yang terdiri atas lima tahap utama, yaitu: Define (D), Measure
(M), Analyze (A), Improve(I), Control (C).
Gambar 1. Tools yang Digunakan dalam Six Sigma
2.3. Lean Sigma
Vincent Gaspersz (2007: 92) menyatakan bahwa Lean Six Sigma atau Lean Sigma yang merupakan
kombinasi antara Lean dan Six Sigma dapat didefinisikan sebagai suatu filosofi bisnis, pendekatan
sistemik dan sistematik untuk mengidentifikasi dan menghilangkan pemborosan (waste) atau
aktivitas-aktivitas yang tidak bernilai tambah (non value added activities) melalui peningkatan
terus-menerus (continuous improvement) untuk mencapai tingkat kinerja enam sigma, dengan cara
mengalirkan produk (material, work in process, output) dan informasi menggunakan sistem tarik
(pull system) dari pelanggan internal dan eksternal untuk mengejar keunggulan dan kesempurnaan.
3. Implementasi Lean Sigma
3.1 Tahap Define
Tahap define merupakan tahap awal dalam menentukan masalah serta memberikan batasan dari
proyek perbaikan. Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap ini meliputi mengidentifikasikan
proses-proses yang memberikan nilai tambah atau tidak dan mengidentifikasikan pemborosan yang
terjadi.
Proses produksi Melanox Cream secara umum dimulai dari kedatangan bahan baku, penimbangan,
pengolahan, pengemasan primer (filling), pengemasan sekunder, dan terakhir adalah pengiriman
produk Melanox Cream. Berdasarkan brainstorming bersama kepala produksi, bagian teknik, dan
juga pihak QC (Quality Control), penelitian difokuskan pada proses pengemasan primer.
Terdapat empat belas aktivitas dalam proses pengemasan primer Melanox Cream. Aktivitas yang
memberikan nilai tambah (Value-Added, VA) terdiri dari: memasukkan produk ruahan, dan
mengisikan produk ke dalam tube (filling). Aktivitas yang penting namun tidak memberikan nilai
Proceeding Seminar Nasional IV Manajemen & Rekayasa Kualitas 2010
83
tambah (Necessary but Non-Value-Added, NNVA) antara lain: pengambilan produk ruahan, setup
mesin, setting timbangan, ujicoba mesin, inspeksi produk setengah jadi, pemasukkan sisa produk
dan pembersihan. Aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah (Non-Value-Added, NVA) yaitu:
repack produk cacat, penempatan produk setengah jadi ke bak, produk setengah jadi dibawa ke
passbox, penghitungan produk setengah jadi, dan penyerahan produk cacat ke ruang karantina.
Hanya dua aktivitas yang memberikan nilai tambah atau sekitar 14,29% dari proses filling primer.
Mengidentifikasi pemborosan yang terjadi dalam proses pengemasan berdasarkan sembilan
jenis waste (E-DOWNTIME). Setiap orang wajib mengenakan pakaian khusus alat pelindung diri
yang telah steril saat masuk ke bagian filling yang selalu dikontrol suhu dan kelembabannya,
sehingga pemborosan yang terjadi dari aspek Environmental, Health and Safety (E) dapat
dihindarkan. Pemborosan dari aspek Defect (D) yang terjadi di proses filling antara lain: lipatan
tube tidak sempurna, tube rusak, penyok, noda pada kemasan tube, warna tube pudar, bocor, serta
berat kurang dari standar. Meskipun produksi melebihi estimasi target demand yang diramalkan,
namun semua produk yang dihasilkan dapat terjual dan melebihi target demand, sehingga
pemborosan yang terjadi dari aspek Overproduction (O) dapat diminimasi. Downtime mesin, idle
karena menunggu bahan baku, set up mesin, dan proses cleaning merupakan beberapa penyebab
terjadinya pemborosan di aspek Waiting (W) yang terindikasi operator atau mesin menganggur.
Lulusan STM (Sekolah Teknik Menengah) atau SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) merupakan
tingkat pendidikan yang tepat bagi operator yang mengoperasikan mesin yang tidak mempunyai
resiko tinggi dan tidak membutuhkan kemampuan analisa, sehingga tidak terdapat pemborosan dari
aspek Not Utilizing Employees Knowledge, Skills, and Abilities (N). Jarak dan frekuensi
perpindahan yang terjadi saat pengambilan produk ruahan merupakan pemborosan dari aspek
Transportation (T). Pemborosan dari aspek Inventory (I) terlihat pada penumpukkan produk
setengah jadi hasil proses filling yang harus menunggu operator counting. Operator filling
menjalankan pekerjaannya sesuai dengan prosedur operasional dan seirama dengan kecepatan
mesin filling sehingga pemborosan dari aspek Motion (M) tidak signifikan. Pemborosan yang
terjadi di aspek Excess Processing (E) meliputi pengisian secara manual, repack produk, counting
secara manual, lembur operator filling. Pemborosan yang diteliti pada proses pengemasan primer
adalah defects, waiting, transportation, inventories, dan excess processing.
3.2 Tahap Measure
Jumlah produksi yang dihasilkan dalam proses filling selama pengamatan sejumlah 15 batch atau
140.069 unit produk melanox cream pada bulan Oktober hingga Desember 2009.
Tabel 1 Defect Produk Melanox Cream
No. Jenis Jumlah (unit)
1. Tube rusak 509
2. Lipatan sensor salah 113
3. Lipatan terlalu kecil 62
4. Tube tidak terlipat 258
5. Lipatan sobek 77
6. Noda pada kemasan tube 5
7. Bocor 12
8. Penyok 163
9. Stempel nomor batch menggeser 13
10. Berat kurang dari standar (berat
berada di bawah batas bawah
spesifikasi)
243
11. Warna tube pudar (tidak sesuai
standar)
3
Jumlah defect (unit) 1458
Proceeding Seminar Nasional IV Manajemen & Rekayasa Kualitas 2010
84
Gambar 2 Diagram pareto jumlah defect dalam proses filling
Berdasarkan diagram pareto terlihat masalah vital terjadi pada tube rusak (34,9%), tube tidak
terlipat (17,7%), berat kurang dari standar (16,7%), dan penyok (11,2%). Dengan demikian,
terdapat empat CTQ (Critical to Quality) defect yang paling sering menimbulkan defect yaitu tube
rusak, tube tidak terlipat, berat kurang dari standar, dan penyok. Dengan defect sebanyak 1.458 unit
dari total produksi sebanyak 140.069 (15 batch) maka diperoleh nilai DPMO sebesar 2.602 dan
level sigma sebesar 4,3.
Spesifikasi berat bersih produk melanox cream adalah 15 + 0,35 gram. Berdasarkan hasil
pengamatan diperoleh rata-rata sebesar 15,29 dan standar deviasi sebesar 0,149, sehingga diperoleh
level sigma sebesar 0,42 yang ditunjukkan Gambar 3.
Gambar 3 Sebaran Berat Produk Melanox Cream
Pada tahap measure, pemborosan yang terjadi di proses filling primer berdasarkan sembilan aspek
E-DOWNTIME diidentifikasikan oleh beberapa CTQ (Critical to Quality) yang bernilai atribut dan
variabel, dengan pengukuran level sigmanya yang ditunjukkan pada Tabel 2.
0
20
40
60
80
100
120
14
15
16
17
Pengamatan
Distribusi Normal
14,6
15,3
15,2
4,29σ
0,42σ
Proceeding Seminar Nasional IV Manajemen & Rekayasa Kualitas 2010
85
Tabel 2. Frekuensi Tumpahan Produk Ruahan
No. Jenis Pemborosan Critical To Quality Atribut Rata-rata Standar
Deviasi
DPMO Kapabilitas
Proses
Level Sigma
1 Environmental, health and safety
2 Defects tube rusak, tube tidak terlipat, berat kurang dari standar,
penyok, sensor salah, lipatan sobek, lipatan terlalu kecil
1.458 unit 2.602 4,3
Berat produk spesifikasi 14,65 – 15,35 gram 15,29 gram 0,149 gram 0,783 0,42
Tumpahan produk ruahan 126 unit 900 4,6
3. Overproduction
4. Waiting Idle, Set up, Cleaning, Mengambil bahan baku,
Membersihkan mesin, Memperbaiki mesin, Menunggu
bahan baku
2.964 menit
≈ 55.575 unit
396.769 1,8
5. Not utilizing employees knowledge, skills, and
abilities
6. Transportation Frekuensi X Jarak Perpindahan, 48 – 144 meter 99,2 meter 33,78 meter 0,474 1,33
7. Inventories Penumpukan produk setengah jadi, antara 0 – 20.038 unit 11.672 unit 3.903 unit 0,856 2,14
8. Motion
9. Excess processing Pengisian manual 216 menit ≈
4.050 unit
28.914 3,4
Repack tube defect 949 unit 6.775 4,0
Counting produk setengah jadi 1.617 menit
≈ 30.318 unit
216.450 2,3
Proceeding Seminar Nasional IV Manajemen & Rekayasa Kualitas 2010
86
3.3 Tahap Analyze
Pada tahap analyze dilakukan analisis faktor penyebab pemborosan berdasarkan CTQ dengan
menggunakan RCA (Root Cause Analysis).
Berdasarkan CTQ defect fisik, maka defect yang memiliki prioritas untuk diperbaiki terlebih
dahulu adalah tube rusak, tube tidak terlipat, berat kurang dari standar, dan penyok. Selain itu,
ada pula jenis defect berupa berat produk yang melebihi batas spesifikasi serta tumpahan
produk.Pada Gambar 4 ditunjukkan RCA untuk mengidentifikasikan faktor penyebab
pemborosan dari aspek defect fisik.
Tube rusak
Tube tertekan
filler saat proses
pengisian
Posisi tube dalam
tubeholder
miring
Sensor tidak
menangkap posisi
tube yang miring
Nozzle turun saat
tube belum
sampai
Posisi nozzle dari
filler terlalu
rendah
Setting kurang
tepat
Tube tergelincir
dalam mesin
Tube dari tube feeding
tidak sempurna masuk
ke dalam tubeholder
Trial lipatan
mesin
Operator lalai
Tube tidak
terlipat
Tubeholder dan
penjepit di dalamnya
terlalu kencang atau
terlalu longgar
Setting kurang tepat
Material tube
terlalu kaku
Perusahaan tidak
pernah
melakukan
pengujian bahan
Kalah
bargaining
dengan supplier
Supplier
tunggal
Operator lalai
Komposisi
material tube
bervariasi
Gambar 4 Root Cause Analysis Defect Produk Melanox Cream
Menggunakan Tool Root Cause Analysis (RCA), dapat teridentifikasi faktor penyebab
pemborosan yang terjadi dari aspek defect, waiting, transportation, inventory, dan excess
processing seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.
Tabel 3. Identifikasi Faktor Penyebab Pemborosan
No. Jenis Pemborosan Critical To Quality Faktor Penyebab
1 Defects
Tube rusak, tube tidak terlipat, berat kurang
dari standar, penyok, sensor salah, lipatan
sobek, lipatan terlalu kecil
Posisi tube miring, nozzle kurang tepat, tube holder
meleset, penjepit kurang tepat, sensor trouble,
pengambilan terlalu banyak, tidak ada pengujian,
supplier tunggal, trial mesin, operator lalai
Berat produk
Bubble dalam produk ruahan, produk dalam hopper
sedikit, penunjuk adjustment rusak, operator lalai
Tumpahan produk ruahan Sensor trouble, nozzle kurang tepat, operator lalai
2.
Waiting
Idle, set up, cleaning, mengambil bahan
baku, membersihkan mesin, memperbaiki
mesin, menunggu bahan baku
Proses filling lebih cepat, operator kurang disiplin
3.
Transportation Frekuensi X jarak perpindahan
Jarak perpindahan jauh, jumlah pengambilan tidak
konsisten, kapasitas troly kurang
4.
Inventories Penumpukan produk setengah jadi
Menunggu counting, waktu antar kedatangan
petugas counting yang tidak tentu
5. Excess processing
Pengisian manual
Produk dalam hopper sedikit, tekanan hopper
berkurang, sisa produk dikeluarkan secara manual
Repack tube defect Produk defect
Counting produk setengah jadi Proses counting dilakukan secara manual
Proceeding Seminar Nasional IV Manajemen & Rekayasa Kualitas 2010
87
3.4 Tahap Improve
Tahap improve dilakukan untuk melakukan tindakan perbaikan dalam rangka meminimasi
waste. Dalam tahap ini akan diberikan rekomendasi perbaikan sesuai dengan root cause dari
waste yang terjadi. Rekomendasi perbaikan ditunjukkan Tabel 4.
Tabel 4. Rekomendasi Perbaikan
No. Jenis Pemborosan Critical To Quality Rekomendasi Perbaikan
1 Defects
Tube rusak, tube tidak terlipat, berat kurang
dari standar, penyok, sensor salah, lipatan
sobek, lipatan terlalu kecil
Perawatan dan perbaikan sensor, tube holder,
nozzle dan penjepit
Pengambilan tube antara 30-40 setiap kali
Pengadaan tube dari beberapa supplier dengan
diberlakukan incoming inspection
Berat produk
Pengendalian kualitas proses produksi
Penambahan blade atau kompressi dalam hopper
Perbaikan penunjuk adjustment
Tumpahan produk ruahan Perawatan dan perbaikan sensor dan nozzle
2.
Waiting
Idle, set up, cleaning, mengambil bahan
baku, membersihkan mesin, memperbaiki
mesin, menunggu bahan baku
Perencanaan proses filling dengan mengestimasikan
beban kerja harian
Evaluasi ukuran batch
3.
Transportation Frekuensi X jarak perpindahan
Perbaikan tata letak fasilitas
Jumlah pengambilan disesuaikan ukuran batch
dengan kelonggaran untuk toleransi defect
Ketersediaan troly dengan kapasitas memadai
4.
Inventories Penumpukan produk setengah jadi
Counting secara mekanis/otomatis
Waktu antar kedatangan petugas counting secara
periodik konstan
5. Excess processing Pengisian manual Penambahan blade atau kompressi dalam hopper
Repack tube defect Pengendalian proses filling
Counting produk setengah jadi Counting secara mekanis/otomatis
4. Penutup
Implementasi Lean Sigma pada proses filling primer di PT Surya Dermato Medica
Laboratories merupakan langkah awal menuju perbaikan berkelanjutan dalam mereduksi
pemborosan yang terjadi.
Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisa, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Pada tahap define, dapat diidentifikasikan bahwa pemborosan yang diteliti dari sembilan
aspek E-DOWNTIME hanya terdiri dari defect, waiting, transportation, inventory, dan
excess processing.
2. Pada tahap measure, kelima aspek pemborosan dengan beberapa critical to quality (CTQ)
terukur dalam data atribut ataupun variabel dengan level sigma masih kurang dari 6.
3. Pada tahap analyze, dengan menggunakan root cause analysis (RCA) dapat teridentifikasi
faktor-faktor penyebab terjadinya pemborosan.
4. Pada tahap improve, berdasarkan faktor penyebab pemborosan yang teridentifikasi pada
tahap sebelumnya, maka dapat dirumuskan rekomendasi perbaikan untuk mereduksi
pemborosan. Rekomendasi perbaikan belum diimplementasikan. Beberapa rekomendasi
memerlukan penelitian lebih lanjut, agar hasil yang akan dicapai dapat efektif.
Proceeding Seminar Nasional IV Manajemen & Rekayasa Kualitas 2010
88
5. Daftar Pustaka
Gaspersz, Vincent, 2002, Pedoman Implementasi Program Six Sigma Terintegrasi dengan
ISO 9001:2000, MBNQA, dan HACCP, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Gaspersz, Vincent, 2007, Lean Six Sigma for Manufacturing and Service Industries, PT
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Gayatri, Bagasthi Dyah, 2009, Peningkatan Kualitas Proses Produksi Fineed Tube dengan
Pendekatan Lean Six Sigma. Tugas Akhir tidak dipublikasikan, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember, Surabaya.
Hardiningsih, Isti, 2006, Pendekatan Konsep Lean Guna Menangani Waste Produksi dalam
Usaha Peningkatan Efisiensi Sistem Produksi, Tugas Akhir tidak dipublikasikan, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.
Hidayat, Irwadi, 2008, Pendekatan Lean Six Sigma untuk Mengurangi Waste pada Industri
Pupuk (Studi Kasus: Unit Petroganik PT Gresik Cipta Sejahtera), Tugas Akhir tidak
dipublikasikan. Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.
Kusuma, L. Tri Wijaya N, 2008, Penerapan Metode Six Sigma untuk Meningkatkan Kualitas
Hasil Proses Produksi Kapsul Lunak Yodiol, Studi Kasus PT Kimia Farma (Persero) Tbk.,
Skripsi tidak dipublikasikan, Universitas Brawijaya, Malang.

More Related Content

What's hot

Pengelolaan Kualitas PPT Bahasa Indonesia
Pengelolaan Kualitas PPT Bahasa Indonesia Pengelolaan Kualitas PPT Bahasa Indonesia
Pengelolaan Kualitas PPT Bahasa Indonesia Yesica Adicondro
 
Pengelolaan Kualitas Makalah Indonesia
Pengelolaan Kualitas Makalah IndonesiaPengelolaan Kualitas Makalah Indonesia
Pengelolaan Kualitas Makalah IndonesiaYesica Adicondro
 
Managemen Kualitas - Six Sigma - Magister Managemen - Universitas Trisakti Ja...
Managemen Kualitas - Six Sigma - Magister Managemen - Universitas Trisakti Ja...Managemen Kualitas - Six Sigma - Magister Managemen - Universitas Trisakti Ja...
Managemen Kualitas - Six Sigma - Magister Managemen - Universitas Trisakti Ja...wendyanbiya
 
TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) - MANAJEMEN OPERASI
TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) - MANAJEMEN OPERASITOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) - MANAJEMEN OPERASI
TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) - MANAJEMEN OPERASILisa Fransisca
 
Lean six sigma green belt project at pln area serpong
Lean six sigma green belt project at pln area serpongLean six sigma green belt project at pln area serpong
Lean six sigma green belt project at pln area serpongArif Purnomo
 
Case studies arnold parmer hospital
Case studies arnold parmer hospitalCase studies arnold parmer hospital
Case studies arnold parmer hospitalRoro Hetty
 
Bab 2 tqm perkembangan pemikiran mengenai kualitas
Bab 2 tqm perkembangan pemikiran mengenai kualitasBab 2 tqm perkembangan pemikiran mengenai kualitas
Bab 2 tqm perkembangan pemikiran mengenai kualitasKartika Lukitasari
 
Perkembangan Pemikiran Mengenai Kualitas
Perkembangan Pemikiran Mengenai KualitasPerkembangan Pemikiran Mengenai Kualitas
Perkembangan Pemikiran Mengenai KualitasAldilaSeprillasela
 
Perkembangan Pemikiran Mengenai Kualitas
Perkembangan Pemikiran Mengenai KualitasPerkembangan Pemikiran Mengenai Kualitas
Perkembangan Pemikiran Mengenai KualitasAbu Tholib
 

What's hot (17)

Study kasus six sigma
Study kasus six sigmaStudy kasus six sigma
Study kasus six sigma
 
TQM dan Alat-alat TQM
TQM dan Alat-alat TQMTQM dan Alat-alat TQM
TQM dan Alat-alat TQM
 
Pengelolaan Kualitas PPT Bahasa Indonesia
Pengelolaan Kualitas PPT Bahasa Indonesia Pengelolaan Kualitas PPT Bahasa Indonesia
Pengelolaan Kualitas PPT Bahasa Indonesia
 
Pengelolaan Kualitas Makalah Indonesia
Pengelolaan Kualitas Makalah IndonesiaPengelolaan Kualitas Makalah Indonesia
Pengelolaan Kualitas Makalah Indonesia
 
Managemen Kualitas - Six Sigma - Magister Managemen - Universitas Trisakti Ja...
Managemen Kualitas - Six Sigma - Magister Managemen - Universitas Trisakti Ja...Managemen Kualitas - Six Sigma - Magister Managemen - Universitas Trisakti Ja...
Managemen Kualitas - Six Sigma - Magister Managemen - Universitas Trisakti Ja...
 
TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) - MANAJEMEN OPERASI
TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) - MANAJEMEN OPERASITOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) - MANAJEMEN OPERASI
TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) - MANAJEMEN OPERASI
 
10 Langkah implementasi lean
10 Langkah implementasi lean10 Langkah implementasi lean
10 Langkah implementasi lean
 
Manaj mutu
Manaj mutuManaj mutu
Manaj mutu
 
Materi six sigma
Materi six sigmaMateri six sigma
Materi six sigma
 
Model quality management sofwtware
Model quality management sofwtwareModel quality management sofwtware
Model quality management sofwtware
 
Lean six sigma green belt project at pln area serpong
Lean six sigma green belt project at pln area serpongLean six sigma green belt project at pln area serpong
Lean six sigma green belt project at pln area serpong
 
Manajemen mutu
Manajemen mutuManajemen mutu
Manajemen mutu
 
Qms
QmsQms
Qms
 
Case studies arnold parmer hospital
Case studies arnold parmer hospitalCase studies arnold parmer hospital
Case studies arnold parmer hospital
 
Bab 2 tqm perkembangan pemikiran mengenai kualitas
Bab 2 tqm perkembangan pemikiran mengenai kualitasBab 2 tqm perkembangan pemikiran mengenai kualitas
Bab 2 tqm perkembangan pemikiran mengenai kualitas
 
Perkembangan Pemikiran Mengenai Kualitas
Perkembangan Pemikiran Mengenai KualitasPerkembangan Pemikiran Mengenai Kualitas
Perkembangan Pemikiran Mengenai Kualitas
 
Perkembangan Pemikiran Mengenai Kualitas
Perkembangan Pemikiran Mengenai KualitasPerkembangan Pemikiran Mengenai Kualitas
Perkembangan Pemikiran Mengenai Kualitas
 

Similar to Research 003

Six Sigma - Managemen Internasional - MM Universitas Trisakti Jakarta
Six Sigma - Managemen Internasional - MM Universitas Trisakti JakartaSix Sigma - Managemen Internasional - MM Universitas Trisakti Jakarta
Six Sigma - Managemen Internasional - MM Universitas Trisakti Jakartawendyanbiya
 
Manajemen Risiko 17 resiko operasional & perubahan kurs
Manajemen Risiko 17 resiko operasional & perubahan kursManajemen Risiko 17 resiko operasional & perubahan kurs
Manajemen Risiko 17 resiko operasional & perubahan kursJudianto Nugroho
 
Presentasi six sigma
Presentasi six sigmaPresentasi six sigma
Presentasi six sigmadewonugroho
 
Presentasi six sigma ivo layung sari ( 122-121-520)
Presentasi six sigma   ivo layung sari ( 122-121-520)Presentasi six sigma   ivo layung sari ( 122-121-520)
Presentasi six sigma ivo layung sari ( 122-121-520)Ivo Layung Sari
 
Gustiani Rifania Amanda, 122121532, Presentasi six sigma, Syamsir Abduh, Qual...
Gustiani Rifania Amanda, 122121532, Presentasi six sigma, Syamsir Abduh, Qual...Gustiani Rifania Amanda, 122121532, Presentasi six sigma, Syamsir Abduh, Qual...
Gustiani Rifania Amanda, 122121532, Presentasi six sigma, Syamsir Abduh, Qual...Gustirifania
 
Lean service tools
Lean service toolsLean service tools
Lean service toolsJulor13
 
Manajemen Operasi Strategi Proses
Manajemen Operasi Strategi ProsesManajemen Operasi Strategi Proses
Manajemen Operasi Strategi ProsesWinda nawangasari
 
MODEL MODEL STANDAR MUTU PENDIDIKAN.pdf
MODEL MODEL STANDAR MUTU PENDIDIKAN.pdfMODEL MODEL STANDAR MUTU PENDIDIKAN.pdf
MODEL MODEL STANDAR MUTU PENDIDIKAN.pdfMateriKuliahkoe
 
Dukungan SIM terhadap Kualitas Produk dan Jasa
Dukungan SIM terhadap Kualitas Produk dan JasaDukungan SIM terhadap Kualitas Produk dan Jasa
Dukungan SIM terhadap Kualitas Produk dan Jasadhibah
 
Nilai Tugas Kel6 MatKul PengMjmnKualitas (Bpk Syamsir Abduh)
Nilai Tugas Kel6 MatKul PengMjmnKualitas (Bpk Syamsir Abduh)Nilai Tugas Kel6 MatKul PengMjmnKualitas (Bpk Syamsir Abduh)
Nilai Tugas Kel6 MatKul PengMjmnKualitas (Bpk Syamsir Abduh)Huda_Dea
 
Slide TQM Manj.Kualitas - Univ.Trisakti (Prof. Abduh Syamsir)
Slide TQM Manj.Kualitas - Univ.Trisakti (Prof. Abduh Syamsir) Slide TQM Manj.Kualitas - Univ.Trisakti (Prof. Abduh Syamsir)
Slide TQM Manj.Kualitas - Univ.Trisakti (Prof. Abduh Syamsir) Defina Sulastiningtiyas
 
Tugas-Kel6-MatKul-PengMjmnKualitas (Bpk Syamsir Abduh)
Tugas-Kel6-MatKul-PengMjmnKualitas (Bpk Syamsir Abduh)Tugas-Kel6-MatKul-PengMjmnKualitas (Bpk Syamsir Abduh)
Tugas-Kel6-MatKul-PengMjmnKualitas (Bpk Syamsir Abduh)Huda_Dea
 

Similar to Research 003 (20)

LEAN ASSESSMENT MATRIX.pdf
LEAN ASSESSMENT MATRIX.pdfLEAN ASSESSMENT MATRIX.pdf
LEAN ASSESSMENT MATRIX.pdf
 
Six Sigma - Managemen Internasional - MM Universitas Trisakti Jakarta
Six Sigma - Managemen Internasional - MM Universitas Trisakti JakartaSix Sigma - Managemen Internasional - MM Universitas Trisakti Jakarta
Six Sigma - Managemen Internasional - MM Universitas Trisakti Jakarta
 
Manajemen Risiko 17 resiko operasional & perubahan kurs
Manajemen Risiko 17 resiko operasional & perubahan kursManajemen Risiko 17 resiko operasional & perubahan kurs
Manajemen Risiko 17 resiko operasional & perubahan kurs
 
Presentasi six sigma
Presentasi six sigmaPresentasi six sigma
Presentasi six sigma
 
Presentasi six sigma ivo layung sari ( 122-121-520)
Presentasi six sigma   ivo layung sari ( 122-121-520)Presentasi six sigma   ivo layung sari ( 122-121-520)
Presentasi six sigma ivo layung sari ( 122-121-520)
 
Gustiani Rifania Amanda, 122121532, Presentasi six sigma, Syamsir Abduh, Qual...
Gustiani Rifania Amanda, 122121532, Presentasi six sigma, Syamsir Abduh, Qual...Gustiani Rifania Amanda, 122121532, Presentasi six sigma, Syamsir Abduh, Qual...
Gustiani Rifania Amanda, 122121532, Presentasi six sigma, Syamsir Abduh, Qual...
 
Six sigma ppt
Six sigma ppt Six sigma ppt
Six sigma ppt
 
Lean service tools
Lean service toolsLean service tools
Lean service tools
 
Man04060103
Man04060103Man04060103
Man04060103
 
Manajemen Operasi Strategi Proses
Manajemen Operasi Strategi ProsesManajemen Operasi Strategi Proses
Manajemen Operasi Strategi Proses
 
Six sigma prof. ir. syamsir abduh, mm, ph d-kelompok 6 abdul salam mm penga...
Six sigma   prof. ir. syamsir abduh, mm, ph d-kelompok 6 abdul salam mm penga...Six sigma   prof. ir. syamsir abduh, mm, ph d-kelompok 6 abdul salam mm penga...
Six sigma prof. ir. syamsir abduh, mm, ph d-kelompok 6 abdul salam mm penga...
 
1653794497.pdf
1653794497.pdf1653794497.pdf
1653794497.pdf
 
MODEL MODEL STANDAR MUTU PENDIDIKAN.pdf
MODEL MODEL STANDAR MUTU PENDIDIKAN.pdfMODEL MODEL STANDAR MUTU PENDIDIKAN.pdf
MODEL MODEL STANDAR MUTU PENDIDIKAN.pdf
 
Jurnal PRODUKTIVITAS OEE
Jurnal PRODUKTIVITAS OEEJurnal PRODUKTIVITAS OEE
Jurnal PRODUKTIVITAS OEE
 
Dukungan SIM terhadap Kualitas Produk dan Jasa
Dukungan SIM terhadap Kualitas Produk dan JasaDukungan SIM terhadap Kualitas Produk dan Jasa
Dukungan SIM terhadap Kualitas Produk dan Jasa
 
Nilai Tugas Kel6 MatKul PengMjmnKualitas (Bpk Syamsir Abduh)
Nilai Tugas Kel6 MatKul PengMjmnKualitas (Bpk Syamsir Abduh)Nilai Tugas Kel6 MatKul PengMjmnKualitas (Bpk Syamsir Abduh)
Nilai Tugas Kel6 MatKul PengMjmnKualitas (Bpk Syamsir Abduh)
 
Slide TQM Manj.Kualitas - Univ.Trisakti (Prof. Abduh Syamsir)
Slide TQM Manj.Kualitas - Univ.Trisakti (Prof. Abduh Syamsir) Slide TQM Manj.Kualitas - Univ.Trisakti (Prof. Abduh Syamsir)
Slide TQM Manj.Kualitas - Univ.Trisakti (Prof. Abduh Syamsir)
 
Template undip presentation
Template undip presentationTemplate undip presentation
Template undip presentation
 
Tugas-Kel6-MatKul-PengMjmnKualitas (Bpk Syamsir Abduh)
Tugas-Kel6-MatKul-PengMjmnKualitas (Bpk Syamsir Abduh)Tugas-Kel6-MatKul-PengMjmnKualitas (Bpk Syamsir Abduh)
Tugas-Kel6-MatKul-PengMjmnKualitas (Bpk Syamsir Abduh)
 
Pertemuan 06 mengelola kualitas
Pertemuan 06 mengelola kualitasPertemuan 06 mengelola kualitas
Pertemuan 06 mengelola kualitas
 

More from Arif Rahman

Proses Data: Analisis Data Eksploratori - Modul Ajar Kuliah Analisis Data 07
Proses Data: Analisis Data Eksploratori - Modul Ajar Kuliah Analisis Data 07Proses Data: Analisis Data Eksploratori - Modul Ajar Kuliah Analisis Data 07
Proses Data: Analisis Data Eksploratori - Modul Ajar Kuliah Analisis Data 07Arif Rahman
 
Proses Data: Analisis Data Eksploratori - Modul Ajar Kuliah Analisis Data 06
Proses Data: Analisis Data Eksploratori - Modul Ajar Kuliah Analisis Data 06Proses Data: Analisis Data Eksploratori - Modul Ajar Kuliah Analisis Data 06
Proses Data: Analisis Data Eksploratori - Modul Ajar Kuliah Analisis Data 06Arif Rahman
 
Preparasi Data: Pembersihan dan Proses Awal Data - Modul Ajar Kuliah Analisis...
Preparasi Data: Pembersihan dan Proses Awal Data - Modul Ajar Kuliah Analisis...Preparasi Data: Pembersihan dan Proses Awal Data - Modul Ajar Kuliah Analisis...
Preparasi Data: Pembersihan dan Proses Awal Data - Modul Ajar Kuliah Analisis...Arif Rahman
 
Preparasi Data: Pembersihan dan Proses Awal Data - Modul Ajar Kuliah Analisis...
Preparasi Data: Pembersihan dan Proses Awal Data - Modul Ajar Kuliah Analisis...Preparasi Data: Pembersihan dan Proses Awal Data - Modul Ajar Kuliah Analisis...
Preparasi Data: Pembersihan dan Proses Awal Data - Modul Ajar Kuliah Analisis...Arif Rahman
 
Preparasi Data: Penetapan Tujuan dan Pengumpulan Data - Modul Ajar Kuliah Ana...
Preparasi Data: Penetapan Tujuan dan Pengumpulan Data - Modul Ajar Kuliah Ana...Preparasi Data: Penetapan Tujuan dan Pengumpulan Data - Modul Ajar Kuliah Ana...
Preparasi Data: Penetapan Tujuan dan Pengumpulan Data - Modul Ajar Kuliah Ana...Arif Rahman
 
Proses Data Science - Modul Ajar Kuliah Analisis Data 02
Proses Data Science - Modul Ajar Kuliah Analisis Data 02Proses Data Science - Modul Ajar Kuliah Analisis Data 02
Proses Data Science - Modul Ajar Kuliah Analisis Data 02Arif Rahman
 
Pengantar Analisis Data - Modul Ajar Kuliah Analisis Data 01
Pengantar Analisis Data - Modul Ajar Kuliah Analisis Data 01Pengantar Analisis Data - Modul Ajar Kuliah Analisis Data 01
Pengantar Analisis Data - Modul Ajar Kuliah Analisis Data 01Arif Rahman
 
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-13: Analisis Variansi, Eksperimentasi Fak...
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-13: Analisis Variansi, Eksperimentasi Fak...Modul Ajar Statistika Inferensia ke-13: Analisis Variansi, Eksperimentasi Fak...
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-13: Analisis Variansi, Eksperimentasi Fak...Arif Rahman
 
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-12: Uji Asumsi Klasik pada Regresi Linier...
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-12: Uji Asumsi Klasik pada Regresi Linier...Modul Ajar Statistika Inferensia ke-12: Uji Asumsi Klasik pada Regresi Linier...
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-12: Uji Asumsi Klasik pada Regresi Linier...Arif Rahman
 
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-11: Analisis Regresi Linier Berganda (Mul...
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-11: Analisis Regresi Linier Berganda (Mul...Modul Ajar Statistika Inferensia ke-11: Analisis Regresi Linier Berganda (Mul...
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-11: Analisis Regresi Linier Berganda (Mul...Arif Rahman
 
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-10: Analisis Regresi Nonlinier
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-10: Analisis Regresi NonlinierModul Ajar Statistika Inferensia ke-10: Analisis Regresi Nonlinier
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-10: Analisis Regresi NonlinierArif Rahman
 
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-9: Analisis Regresi Linier Sederhana (Sim...
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-9: Analisis Regresi Linier Sederhana (Sim...Modul Ajar Statistika Inferensia ke-9: Analisis Regresi Linier Sederhana (Sim...
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-9: Analisis Regresi Linier Sederhana (Sim...Arif Rahman
 
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-8: Analisis Korelasi Pearson, Spearman, K...
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-8: Analisis Korelasi Pearson, Spearman, K...Modul Ajar Statistika Inferensia ke-8: Analisis Korelasi Pearson, Spearman, K...
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-8: Analisis Korelasi Pearson, Spearman, K...Arif Rahman
 
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-7: Uji Tabel Kontingensi Independensi dan...
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-7: Uji Tabel Kontingensi Independensi dan...Modul Ajar Statistika Inferensia ke-7: Uji Tabel Kontingensi Independensi dan...
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-7: Uji Tabel Kontingensi Independensi dan...Arif Rahman
 
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-6: Uji Kesesuaian Baik (Goodness of Fit T...
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-6: Uji Kesesuaian Baik (Goodness of Fit T...Modul Ajar Statistika Inferensia ke-6: Uji Kesesuaian Baik (Goodness of Fit T...
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-6: Uji Kesesuaian Baik (Goodness of Fit T...Arif Rahman
 
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-5: Uji Hipotesa Rata-Rata Nonparametrik
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-5: Uji Hipotesa Rata-Rata NonparametrikModul Ajar Statistika Inferensia ke-5: Uji Hipotesa Rata-Rata Nonparametrik
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-5: Uji Hipotesa Rata-Rata NonparametrikArif Rahman
 
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-4: Uji Hipotesa Proporsi Parametrik
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-4: Uji Hipotesa Proporsi ParametrikModul Ajar Statistika Inferensia ke-4: Uji Hipotesa Proporsi Parametrik
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-4: Uji Hipotesa Proporsi ParametrikArif Rahman
 
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-3: Uji Hipotesa Variansi Parametrik
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-3: Uji Hipotesa Variansi ParametrikModul Ajar Statistika Inferensia ke-3: Uji Hipotesa Variansi Parametrik
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-3: Uji Hipotesa Variansi ParametrikArif Rahman
 
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-2: Uji Hipotesa Rata-rata Parametrik
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-2: Uji Hipotesa Rata-rata ParametrikModul Ajar Statistika Inferensia ke-2: Uji Hipotesa Rata-rata Parametrik
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-2: Uji Hipotesa Rata-rata ParametrikArif Rahman
 
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-1: Pengantar Statistika Inferensia
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-1: Pengantar Statistika InferensiaModul Ajar Statistika Inferensia ke-1: Pengantar Statistika Inferensia
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-1: Pengantar Statistika InferensiaArif Rahman
 

More from Arif Rahman (20)

Proses Data: Analisis Data Eksploratori - Modul Ajar Kuliah Analisis Data 07
Proses Data: Analisis Data Eksploratori - Modul Ajar Kuliah Analisis Data 07Proses Data: Analisis Data Eksploratori - Modul Ajar Kuliah Analisis Data 07
Proses Data: Analisis Data Eksploratori - Modul Ajar Kuliah Analisis Data 07
 
Proses Data: Analisis Data Eksploratori - Modul Ajar Kuliah Analisis Data 06
Proses Data: Analisis Data Eksploratori - Modul Ajar Kuliah Analisis Data 06Proses Data: Analisis Data Eksploratori - Modul Ajar Kuliah Analisis Data 06
Proses Data: Analisis Data Eksploratori - Modul Ajar Kuliah Analisis Data 06
 
Preparasi Data: Pembersihan dan Proses Awal Data - Modul Ajar Kuliah Analisis...
Preparasi Data: Pembersihan dan Proses Awal Data - Modul Ajar Kuliah Analisis...Preparasi Data: Pembersihan dan Proses Awal Data - Modul Ajar Kuliah Analisis...
Preparasi Data: Pembersihan dan Proses Awal Data - Modul Ajar Kuliah Analisis...
 
Preparasi Data: Pembersihan dan Proses Awal Data - Modul Ajar Kuliah Analisis...
Preparasi Data: Pembersihan dan Proses Awal Data - Modul Ajar Kuliah Analisis...Preparasi Data: Pembersihan dan Proses Awal Data - Modul Ajar Kuliah Analisis...
Preparasi Data: Pembersihan dan Proses Awal Data - Modul Ajar Kuliah Analisis...
 
Preparasi Data: Penetapan Tujuan dan Pengumpulan Data - Modul Ajar Kuliah Ana...
Preparasi Data: Penetapan Tujuan dan Pengumpulan Data - Modul Ajar Kuliah Ana...Preparasi Data: Penetapan Tujuan dan Pengumpulan Data - Modul Ajar Kuliah Ana...
Preparasi Data: Penetapan Tujuan dan Pengumpulan Data - Modul Ajar Kuliah Ana...
 
Proses Data Science - Modul Ajar Kuliah Analisis Data 02
Proses Data Science - Modul Ajar Kuliah Analisis Data 02Proses Data Science - Modul Ajar Kuliah Analisis Data 02
Proses Data Science - Modul Ajar Kuliah Analisis Data 02
 
Pengantar Analisis Data - Modul Ajar Kuliah Analisis Data 01
Pengantar Analisis Data - Modul Ajar Kuliah Analisis Data 01Pengantar Analisis Data - Modul Ajar Kuliah Analisis Data 01
Pengantar Analisis Data - Modul Ajar Kuliah Analisis Data 01
 
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-13: Analisis Variansi, Eksperimentasi Fak...
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-13: Analisis Variansi, Eksperimentasi Fak...Modul Ajar Statistika Inferensia ke-13: Analisis Variansi, Eksperimentasi Fak...
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-13: Analisis Variansi, Eksperimentasi Fak...
 
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-12: Uji Asumsi Klasik pada Regresi Linier...
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-12: Uji Asumsi Klasik pada Regresi Linier...Modul Ajar Statistika Inferensia ke-12: Uji Asumsi Klasik pada Regresi Linier...
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-12: Uji Asumsi Klasik pada Regresi Linier...
 
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-11: Analisis Regresi Linier Berganda (Mul...
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-11: Analisis Regresi Linier Berganda (Mul...Modul Ajar Statistika Inferensia ke-11: Analisis Regresi Linier Berganda (Mul...
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-11: Analisis Regresi Linier Berganda (Mul...
 
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-10: Analisis Regresi Nonlinier
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-10: Analisis Regresi NonlinierModul Ajar Statistika Inferensia ke-10: Analisis Regresi Nonlinier
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-10: Analisis Regresi Nonlinier
 
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-9: Analisis Regresi Linier Sederhana (Sim...
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-9: Analisis Regresi Linier Sederhana (Sim...Modul Ajar Statistika Inferensia ke-9: Analisis Regresi Linier Sederhana (Sim...
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-9: Analisis Regresi Linier Sederhana (Sim...
 
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-8: Analisis Korelasi Pearson, Spearman, K...
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-8: Analisis Korelasi Pearson, Spearman, K...Modul Ajar Statistika Inferensia ke-8: Analisis Korelasi Pearson, Spearman, K...
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-8: Analisis Korelasi Pearson, Spearman, K...
 
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-7: Uji Tabel Kontingensi Independensi dan...
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-7: Uji Tabel Kontingensi Independensi dan...Modul Ajar Statistika Inferensia ke-7: Uji Tabel Kontingensi Independensi dan...
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-7: Uji Tabel Kontingensi Independensi dan...
 
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-6: Uji Kesesuaian Baik (Goodness of Fit T...
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-6: Uji Kesesuaian Baik (Goodness of Fit T...Modul Ajar Statistika Inferensia ke-6: Uji Kesesuaian Baik (Goodness of Fit T...
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-6: Uji Kesesuaian Baik (Goodness of Fit T...
 
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-5: Uji Hipotesa Rata-Rata Nonparametrik
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-5: Uji Hipotesa Rata-Rata NonparametrikModul Ajar Statistika Inferensia ke-5: Uji Hipotesa Rata-Rata Nonparametrik
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-5: Uji Hipotesa Rata-Rata Nonparametrik
 
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-4: Uji Hipotesa Proporsi Parametrik
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-4: Uji Hipotesa Proporsi ParametrikModul Ajar Statistika Inferensia ke-4: Uji Hipotesa Proporsi Parametrik
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-4: Uji Hipotesa Proporsi Parametrik
 
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-3: Uji Hipotesa Variansi Parametrik
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-3: Uji Hipotesa Variansi ParametrikModul Ajar Statistika Inferensia ke-3: Uji Hipotesa Variansi Parametrik
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-3: Uji Hipotesa Variansi Parametrik
 
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-2: Uji Hipotesa Rata-rata Parametrik
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-2: Uji Hipotesa Rata-rata ParametrikModul Ajar Statistika Inferensia ke-2: Uji Hipotesa Rata-rata Parametrik
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-2: Uji Hipotesa Rata-rata Parametrik
 
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-1: Pengantar Statistika Inferensia
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-1: Pengantar Statistika InferensiaModul Ajar Statistika Inferensia ke-1: Pengantar Statistika Inferensia
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-1: Pengantar Statistika Inferensia
 

Recently uploaded

Teknik Tenaga Listrik, Sejarah dan Komponen
Teknik Tenaga Listrik, Sejarah dan KomponenTeknik Tenaga Listrik, Sejarah dan Komponen
Teknik Tenaga Listrik, Sejarah dan KomponenRatihPuspitaSiwi
 
QCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptx
QCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptxQCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptx
QCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptxdjam11
 
struktur statis tak tentu dengan persamaan-tiga-momen-apdf.pptx
struktur statis tak tentu dengan persamaan-tiga-momen-apdf.pptxstruktur statis tak tentu dengan persamaan-tiga-momen-apdf.pptx
struktur statis tak tentu dengan persamaan-tiga-momen-apdf.pptxAgusTriyono78
 
MEKANIKA TEKNIK TEKNIK PERTAMBANGAN FAK. TEKNIK
MEKANIKA TEKNIK TEKNIK PERTAMBANGAN FAK. TEKNIKMEKANIKA TEKNIK TEKNIK PERTAMBANGAN FAK. TEKNIK
MEKANIKA TEKNIK TEKNIK PERTAMBANGAN FAK. TEKNIKFerdinandus9
 
PPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptx
PPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptxPPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptx
PPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptxHamidNurMukhlis
 
TUGAS KULIAH PPT PRESENTASI STRUKTUR BETON 1
TUGAS KULIAH PPT PRESENTASI STRUKTUR BETON 1TUGAS KULIAH PPT PRESENTASI STRUKTUR BETON 1
TUGAS KULIAH PPT PRESENTASI STRUKTUR BETON 1RifkiIntipeNerakajah
 
Normalisasi Database dan pengertian database
Normalisasi Database dan pengertian databaseNormalisasi Database dan pengertian database
Normalisasi Database dan pengertian databasethinkplusx1
 
Thermodynamics analysis of energy, entropy and exergy
Thermodynamics analysis of energy, entropy and exergyThermodynamics analysis of energy, entropy and exergy
Thermodynamics analysis of energy, entropy and exergyEndarto Yudo
 
MATERI PRESENTASI KEPALA TEKNIK TAMBANG KEPMEN 555
MATERI PRESENTASI KEPALA TEKNIK TAMBANG KEPMEN 555MATERI PRESENTASI KEPALA TEKNIK TAMBANG KEPMEN 555
MATERI PRESENTASI KEPALA TEKNIK TAMBANG KEPMEN 555zannialzur
 
Teori Pembakaran bahan kimia organik .ppt
Teori Pembakaran bahan kimia organik .pptTeori Pembakaran bahan kimia organik .ppt
Teori Pembakaran bahan kimia organik .pptEndarto Yudo
 
PPT PPT Pelaksana lapangan Pekerasan Jalan Beton lvl 6.pptx
PPT PPT Pelaksana lapangan Pekerasan Jalan Beton lvl 6.pptxPPT PPT Pelaksana lapangan Pekerasan Jalan Beton lvl 6.pptx
PPT PPT Pelaksana lapangan Pekerasan Jalan Beton lvl 6.pptxdpcaskonasoki
 
Klasifikasi jenis pompa berdasarkan cara kerjanya
Klasifikasi jenis pompa berdasarkan cara kerjanyaKlasifikasi jenis pompa berdasarkan cara kerjanya
Klasifikasi jenis pompa berdasarkan cara kerjanyafaizalabdillah10
 
Minggu 5 Pepistimlogy berbasis wawasan politik_Ekonomi.pptx
Minggu 5 Pepistimlogy berbasis wawasan politik_Ekonomi.pptxMinggu 5 Pepistimlogy berbasis wawasan politik_Ekonomi.pptx
Minggu 5 Pepistimlogy berbasis wawasan politik_Ekonomi.pptxRahmiAulia20
 
Sesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptx
Sesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptxSesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptx
Sesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptx185TsabitSujud
 
Analisis Struktur Statis Tak Tentu dengan Force Method.pdf
Analisis Struktur Statis Tak Tentu dengan Force Method.pdfAnalisis Struktur Statis Tak Tentu dengan Force Method.pdf
Analisis Struktur Statis Tak Tentu dengan Force Method.pdfAgusTriyono78
 
PPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptx
PPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptxPPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptx
PPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptxYehezkielAkwila3
 

Recently uploaded (16)

Teknik Tenaga Listrik, Sejarah dan Komponen
Teknik Tenaga Listrik, Sejarah dan KomponenTeknik Tenaga Listrik, Sejarah dan Komponen
Teknik Tenaga Listrik, Sejarah dan Komponen
 
QCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptx
QCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptxQCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptx
QCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptx
 
struktur statis tak tentu dengan persamaan-tiga-momen-apdf.pptx
struktur statis tak tentu dengan persamaan-tiga-momen-apdf.pptxstruktur statis tak tentu dengan persamaan-tiga-momen-apdf.pptx
struktur statis tak tentu dengan persamaan-tiga-momen-apdf.pptx
 
MEKANIKA TEKNIK TEKNIK PERTAMBANGAN FAK. TEKNIK
MEKANIKA TEKNIK TEKNIK PERTAMBANGAN FAK. TEKNIKMEKANIKA TEKNIK TEKNIK PERTAMBANGAN FAK. TEKNIK
MEKANIKA TEKNIK TEKNIK PERTAMBANGAN FAK. TEKNIK
 
PPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptx
PPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptxPPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptx
PPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptx
 
TUGAS KULIAH PPT PRESENTASI STRUKTUR BETON 1
TUGAS KULIAH PPT PRESENTASI STRUKTUR BETON 1TUGAS KULIAH PPT PRESENTASI STRUKTUR BETON 1
TUGAS KULIAH PPT PRESENTASI STRUKTUR BETON 1
 
Normalisasi Database dan pengertian database
Normalisasi Database dan pengertian databaseNormalisasi Database dan pengertian database
Normalisasi Database dan pengertian database
 
Thermodynamics analysis of energy, entropy and exergy
Thermodynamics analysis of energy, entropy and exergyThermodynamics analysis of energy, entropy and exergy
Thermodynamics analysis of energy, entropy and exergy
 
MATERI PRESENTASI KEPALA TEKNIK TAMBANG KEPMEN 555
MATERI PRESENTASI KEPALA TEKNIK TAMBANG KEPMEN 555MATERI PRESENTASI KEPALA TEKNIK TAMBANG KEPMEN 555
MATERI PRESENTASI KEPALA TEKNIK TAMBANG KEPMEN 555
 
Teori Pembakaran bahan kimia organik .ppt
Teori Pembakaran bahan kimia organik .pptTeori Pembakaran bahan kimia organik .ppt
Teori Pembakaran bahan kimia organik .ppt
 
PPT PPT Pelaksana lapangan Pekerasan Jalan Beton lvl 6.pptx
PPT PPT Pelaksana lapangan Pekerasan Jalan Beton lvl 6.pptxPPT PPT Pelaksana lapangan Pekerasan Jalan Beton lvl 6.pptx
PPT PPT Pelaksana lapangan Pekerasan Jalan Beton lvl 6.pptx
 
Klasifikasi jenis pompa berdasarkan cara kerjanya
Klasifikasi jenis pompa berdasarkan cara kerjanyaKlasifikasi jenis pompa berdasarkan cara kerjanya
Klasifikasi jenis pompa berdasarkan cara kerjanya
 
Minggu 5 Pepistimlogy berbasis wawasan politik_Ekonomi.pptx
Minggu 5 Pepistimlogy berbasis wawasan politik_Ekonomi.pptxMinggu 5 Pepistimlogy berbasis wawasan politik_Ekonomi.pptx
Minggu 5 Pepistimlogy berbasis wawasan politik_Ekonomi.pptx
 
Sesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptx
Sesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptxSesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptx
Sesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptx
 
Analisis Struktur Statis Tak Tentu dengan Force Method.pdf
Analisis Struktur Statis Tak Tentu dengan Force Method.pdfAnalisis Struktur Statis Tak Tentu dengan Force Method.pdf
Analisis Struktur Statis Tak Tentu dengan Force Method.pdf
 
PPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptx
PPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptxPPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptx
PPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptx
 

Research 003

  • 1. 80 PENDEKATAN LEAN SIGMA SEBAGAI UPAYA UNTUK MEMINIMASI WASTE PADA PROSES PENGEMASAN INDUSTRI FARMASI Arif Rahman, Nasir Widha Setyanto, Putri Kartika Riesky Syahindri Program Studi Teknik Industri, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang Jl. Mayjen Haryono 167, Malang 65145 E-mail : posku@post.com Abstrak Waste merupakan semua aktivitas kerja yang tidak memberikan nilai tambah dalam proses pembuatan produk sehingga harus segera diminimasi atau dihilangkan dari proses produksi. Pada PT Surya Dermato Medica Laboratories (PT SDM) Surabaya, yang merupakan perusahaan yang bergerak di bidang farmasi dengan salah satu produk unggulannya adalah Melanox Cream, masih sering terjadi waste, terutama pada proses pengemasan (pengemasan primer dan sekunder) sehingga perlu dilakukan upaya perbaikan proses. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis-jenis waste yang terjadi dalam proses pengemasan, mengukur kinerja proses, menganalisis faktor-faktor penyebab waste, serta memberikan usulan perbaikan untuk meminimasi waste. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Lean Sigma, yaitu perpaduan antara metode lean thinking dan six sigma yang bertujuan untuk mengidentifikasi dan meminimasi waste, memperbaiki proses, meningkatkan kualitas dari proses produksi, serta meningkatkan kepuasan dari pelanggan. Penelitian ini dilakukan sebagai upaya continuous improvement untuk perbaikan proses dalam langkah kerja six sigma (DMAIC). Pada penelitian ini dilakukan pengidentifikasian sembilan jenis waste (E-DOWNTIME), kemudian dilakukan pengukuran waste dengan menggunakan konsep Taguchi. Selain itu, dilakukan pengukuran kinerja proses berdasarkan waste yang terjadi dengan tolok ukur level sigma atau DPMO. Selanjutnya dianalisis faktor-faktor penyebab waste menggunakan metode root cause analysis (RCA). Pada tahap improve diberikan rekomendasi perbaikan pada perusahaan berdasarkan root cause yang menjadi prioritas perbaikan, diantaranya perbaikan menggunakan konsep tata letak fasilitas. Dengan demikian, penerapan Lean Sigma diharapkan dapat meningkatkan performansi perusahaan. Dari sembilan jenis waste, teridentifikasi lima jenis waste dalam proses pengemasan primer, yaitu defects, waiting, transportation, inventories, dan excess processing, sedangkan pada proses pengemasan sekunder berhasil teridentifikasi empat jenis waste, yaitu defects, waiting, transportation, dan excess processing. Kinerja proses pengemasan berdasarkan waste yang terjadi masih berada cukup jauh dibawah 6 sigma. Rekomendasi perbaikan yang diusulkan dalam penelitian ini didasarkan dari hasil identifikasi CTQ waste yang telah dianalisis menggunakan RCA, diantaranya berupa analisis proses produksi dan analisis tata letak fasilitas. Kata Kunci: Lean sigma, minimasi waste, proses pengemasan, E-DOWNTIME, DMAIC, level sigma, RCA 1. Pendahuluan PT Surya Dermato Medica Laboratories (PT SDM) merupakan perusahaan yang bergerak di bidang farmasi yang memproduksi berbagai macam produk kosmetik untuk kecantikan dan obat. Melanox Cream merupakan salah satu produk unggulan dari PT SDM dan memiliki tingkat penjualan paling tinggi bila dibandingkan dengan produk lain. Dalam memproduksi Melanox Cream masih sering terjadi waste (pemborosan), diantaranya proses menunggu bahan baku, handling antar tahapan proses yang sangat banyak, downtime mesin, kondisi idle, produk yang masih mengalami kecacatan (defect), aktivitas repack, dan sebagainya. Waste yang terjadi sebagian besar dihasilkan dari proses pengemasan yang terdiri atas pengemasan primer (filling) dan sekunder. Pengemasan primer yaitu proses pengisian produk ruahan Melanox Cream ke dalam kemasan tube dengan menggunakan mesin jenis rotary dan dilanjutkan dengan aktivitas counting secara manual untuk menghitung produk setengah jadi yang telah dihasilkan.
  • 2. Proceeding Seminar Nasional IV Manajemen & Rekayasa Kualitas 2010 81 Sedangkan pengemasan sekunder merupakan proses memasukkan produk setengah jadi, yaitu berupa tube (yang telah melalui proses filling) dan brosur ke dalam kemasan sekunder. Pemborosan (waste) yang terjadi dalam proses pengemasan di PT SDM dapat diminimasi dengan pendekatan lean sigma. Pendekatan lean six sigma atau lean sigma telah banyak diterapkan dalam industri manufaktur maupun jasa, yang merupakan perpaduan antara metode lean thinking dan six sigma. Konsep lean thinking berfokus untuk meminimasi waste (pemborosan), memperlancar aliran material, produk dan informasi, serta peningkatan terus-menerus, sedangkan metodologi six sigma bertujuan untuk mengurangi variasi proses dan peningkatan terus-menerus (Gaspersz, 2007: 93). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pendekatan lean sigma antara lain bertujuan untuk mengidentifikasi dan meminimasi waste, memperbaiki proses, meningkatkan kualitas dari proses produksi, serta meningkatkan kepuasan dari pelanggan. Bagasthi Dyah Gayatri (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Peningkatan Kualitas Proses Produksi Fineed Tube dengan Pendekatan Lean Six Sigma” (Studi Kasus: PT Alstom Power Energy Systems Indonesia). Peneliti mengidentifikasi waste menggunakan konsep E-DOWNTIME dan berhasil mengidentifikasi dua waste yang paling berpengaruh, yaitu waste waiting dan defect. Tool yang digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebab waste yang paling berpengaruh adalah RCA (Root Cause Analysis). Selain itu, digunakan metode FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) untuk memperoleh nilai RPN tertinggi sebagai prioritas dalam perbaikan. Dalam penelitiannya, peneliti memberikan usulan perbaikan dan memilih alternatif perbaikan terbaik. Irwadi Hidayat (2008) melakukan penelitian dengan judul “Pendekatan Lean Six Sigma untuk Mengurangi Waste pada Industri Pupuk” (Studi Kasus: Unit Petroganik PT Gresik Cipta Sejahtera). Peneliti menggambarkan kondisi eksisting dengan menggunakan standarisasi yang telah ditetapkan dalam klausul ISO 9001. Proses penelusuran akar masalah dan pembobotan prioritas perbaikan menggunakan tool RCA dan FMEA. Dari hasil penelitian, waste waiting dinyatakan sebagai waste yang paling berpengaruh. Dan berdasarkan analisis RCA dan FMEA, peneliti merumuskan lima alternatif perbaikan. Isti Hardiningsih (2006) melakukan penelitian dengan judul “Pendekatan Konsep Lean Guna Menangani Waste Produksi dalam Usaha Peningkatan Efisiensi Sistem Produksi” (Studi Kasus: Medical Equipment Factory 1 PT Otsuka Indonesia). Penelitian ini menggunakan big picture mapping dalam menggambarkan aliran informasi dan fisik dari proses produksi. Peneliti menggunakan VALSAT (Value Stream Analysis Tool) untuk membantu dalam mendapatkan tool mana yang tepat dalam proses mapping yang lebih detail. Dalam penelitian ini dianalisis akar penyebab pemborosan dan selanjutnya peneliti memberikan rekomendasi perbaikan. 2. Tinjauan Pustaka 2.1 Lean Thinking Vincent Gaspersz (2007: 1) mendefinisikan Lean sebagai suatu upaya terus-menerus untuk menghilangkan pemborosan (waste) dan meningkatkan nilai tambah (value added) produk (barang dan/atau jasa) agar memberikan nilai kepada pelanggan (customer value). Tujuan Lean adalah meningkatkan terus-menerus rasio antara nilai tambah terhadap waste (the value to waste ratio). APICS Dictionary mendefinisikan Lean sebagai suatu filosofi bisnis yang berlandaskan pada minimasi penggunaan sumber-sumber daya (termasuk waktu) dalam berbagai aktivitas perusahaan. Lean berfokus pada identifikasi dan eliminasi aktivitas-aktivitas yang tidak bernilai tambah (non- value added activities) dalam desain, produksi (untuk bidang manufaktur) atau operasi (untuk bidang jasa) dan supply chain management, yang berkaitan langsung dengan pelanggan. Waste dapat didefinisikan sebagai segala aktivitas kerja yang tidak memberikan nilai tambah dalam proses transformasi input menjadi output sepanjang value stream (Gaspersz, 2007: 5). Value stream adalah proses untuk membuat, memproduksi, dan menyerahkan produk (barang dan/atau jasa) ke pasar. Untuk proses manufaktur, value stream mencakup pemasok bahan baku, manufaktur dan perakitan barang, serta jaringan pendistribusian kepada pengguna barang tersebut. Vincent Gaspersz (2007: 20) menyatakan bahwa ada sembilan jenis pemborosan yang selalu ada dalam bisnis dan industri, yang biasa disingkat dengan akronim E-DOWNTIME, yaitu:
  • 3. Proceeding Seminar Nasional IV Manajemen & Rekayasa Kualitas 2010 82 Environmental, health and safety (E), Defects (D), Over-production (O), Waiting(W), Not utilizing employees knowledge, skills, and abilities (N), Transportation (T), Inventories (I), Motion (M), Excess processing (E). 2.2 Six Sigma Pendekatan Six Sigma merupakan sekumpulan konsep dan praktik yang berfokus pada penurunan variasi proses dan penurunan kegagalan atau kecacatan produk (Gaspersz, 2007: 91). Menurut Vincent Gaspersz (2007: 37), apabila produk (barang dan/atau jasa) diproses pada tingkat kinerja kualitas Six Sigma, perusahaan boleh mengharapkan 3,4 kegagalan per sejuta kesempatan (DPMO) atau bahwa 99,99966 persen dari apa yang diharapkan pelanggan akan ada dalam produk (barang dan/atau jasa) itu. Menurut Vincent Gaspersz (2007: 50), upaya peningkatan menuju target Six Sigma dapat dilakukan menggunakan metodologi DMAIC, yang terdiri atas lima tahap utama, yaitu: Define (D), Measure (M), Analyze (A), Improve(I), Control (C). Gambar 1. Tools yang Digunakan dalam Six Sigma 2.3. Lean Sigma Vincent Gaspersz (2007: 92) menyatakan bahwa Lean Six Sigma atau Lean Sigma yang merupakan kombinasi antara Lean dan Six Sigma dapat didefinisikan sebagai suatu filosofi bisnis, pendekatan sistemik dan sistematik untuk mengidentifikasi dan menghilangkan pemborosan (waste) atau aktivitas-aktivitas yang tidak bernilai tambah (non value added activities) melalui peningkatan terus-menerus (continuous improvement) untuk mencapai tingkat kinerja enam sigma, dengan cara mengalirkan produk (material, work in process, output) dan informasi menggunakan sistem tarik (pull system) dari pelanggan internal dan eksternal untuk mengejar keunggulan dan kesempurnaan. 3. Implementasi Lean Sigma 3.1 Tahap Define Tahap define merupakan tahap awal dalam menentukan masalah serta memberikan batasan dari proyek perbaikan. Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap ini meliputi mengidentifikasikan proses-proses yang memberikan nilai tambah atau tidak dan mengidentifikasikan pemborosan yang terjadi. Proses produksi Melanox Cream secara umum dimulai dari kedatangan bahan baku, penimbangan, pengolahan, pengemasan primer (filling), pengemasan sekunder, dan terakhir adalah pengiriman produk Melanox Cream. Berdasarkan brainstorming bersama kepala produksi, bagian teknik, dan juga pihak QC (Quality Control), penelitian difokuskan pada proses pengemasan primer. Terdapat empat belas aktivitas dalam proses pengemasan primer Melanox Cream. Aktivitas yang memberikan nilai tambah (Value-Added, VA) terdiri dari: memasukkan produk ruahan, dan mengisikan produk ke dalam tube (filling). Aktivitas yang penting namun tidak memberikan nilai
  • 4. Proceeding Seminar Nasional IV Manajemen & Rekayasa Kualitas 2010 83 tambah (Necessary but Non-Value-Added, NNVA) antara lain: pengambilan produk ruahan, setup mesin, setting timbangan, ujicoba mesin, inspeksi produk setengah jadi, pemasukkan sisa produk dan pembersihan. Aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah (Non-Value-Added, NVA) yaitu: repack produk cacat, penempatan produk setengah jadi ke bak, produk setengah jadi dibawa ke passbox, penghitungan produk setengah jadi, dan penyerahan produk cacat ke ruang karantina. Hanya dua aktivitas yang memberikan nilai tambah atau sekitar 14,29% dari proses filling primer. Mengidentifikasi pemborosan yang terjadi dalam proses pengemasan berdasarkan sembilan jenis waste (E-DOWNTIME). Setiap orang wajib mengenakan pakaian khusus alat pelindung diri yang telah steril saat masuk ke bagian filling yang selalu dikontrol suhu dan kelembabannya, sehingga pemborosan yang terjadi dari aspek Environmental, Health and Safety (E) dapat dihindarkan. Pemborosan dari aspek Defect (D) yang terjadi di proses filling antara lain: lipatan tube tidak sempurna, tube rusak, penyok, noda pada kemasan tube, warna tube pudar, bocor, serta berat kurang dari standar. Meskipun produksi melebihi estimasi target demand yang diramalkan, namun semua produk yang dihasilkan dapat terjual dan melebihi target demand, sehingga pemborosan yang terjadi dari aspek Overproduction (O) dapat diminimasi. Downtime mesin, idle karena menunggu bahan baku, set up mesin, dan proses cleaning merupakan beberapa penyebab terjadinya pemborosan di aspek Waiting (W) yang terindikasi operator atau mesin menganggur. Lulusan STM (Sekolah Teknik Menengah) atau SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) merupakan tingkat pendidikan yang tepat bagi operator yang mengoperasikan mesin yang tidak mempunyai resiko tinggi dan tidak membutuhkan kemampuan analisa, sehingga tidak terdapat pemborosan dari aspek Not Utilizing Employees Knowledge, Skills, and Abilities (N). Jarak dan frekuensi perpindahan yang terjadi saat pengambilan produk ruahan merupakan pemborosan dari aspek Transportation (T). Pemborosan dari aspek Inventory (I) terlihat pada penumpukkan produk setengah jadi hasil proses filling yang harus menunggu operator counting. Operator filling menjalankan pekerjaannya sesuai dengan prosedur operasional dan seirama dengan kecepatan mesin filling sehingga pemborosan dari aspek Motion (M) tidak signifikan. Pemborosan yang terjadi di aspek Excess Processing (E) meliputi pengisian secara manual, repack produk, counting secara manual, lembur operator filling. Pemborosan yang diteliti pada proses pengemasan primer adalah defects, waiting, transportation, inventories, dan excess processing. 3.2 Tahap Measure Jumlah produksi yang dihasilkan dalam proses filling selama pengamatan sejumlah 15 batch atau 140.069 unit produk melanox cream pada bulan Oktober hingga Desember 2009. Tabel 1 Defect Produk Melanox Cream No. Jenis Jumlah (unit) 1. Tube rusak 509 2. Lipatan sensor salah 113 3. Lipatan terlalu kecil 62 4. Tube tidak terlipat 258 5. Lipatan sobek 77 6. Noda pada kemasan tube 5 7. Bocor 12 8. Penyok 163 9. Stempel nomor batch menggeser 13 10. Berat kurang dari standar (berat berada di bawah batas bawah spesifikasi) 243 11. Warna tube pudar (tidak sesuai standar) 3 Jumlah defect (unit) 1458
  • 5. Proceeding Seminar Nasional IV Manajemen & Rekayasa Kualitas 2010 84 Gambar 2 Diagram pareto jumlah defect dalam proses filling Berdasarkan diagram pareto terlihat masalah vital terjadi pada tube rusak (34,9%), tube tidak terlipat (17,7%), berat kurang dari standar (16,7%), dan penyok (11,2%). Dengan demikian, terdapat empat CTQ (Critical to Quality) defect yang paling sering menimbulkan defect yaitu tube rusak, tube tidak terlipat, berat kurang dari standar, dan penyok. Dengan defect sebanyak 1.458 unit dari total produksi sebanyak 140.069 (15 batch) maka diperoleh nilai DPMO sebesar 2.602 dan level sigma sebesar 4,3. Spesifikasi berat bersih produk melanox cream adalah 15 + 0,35 gram. Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh rata-rata sebesar 15,29 dan standar deviasi sebesar 0,149, sehingga diperoleh level sigma sebesar 0,42 yang ditunjukkan Gambar 3. Gambar 3 Sebaran Berat Produk Melanox Cream Pada tahap measure, pemborosan yang terjadi di proses filling primer berdasarkan sembilan aspek E-DOWNTIME diidentifikasikan oleh beberapa CTQ (Critical to Quality) yang bernilai atribut dan variabel, dengan pengukuran level sigmanya yang ditunjukkan pada Tabel 2. 0 20 40 60 80 100 120 14 15 16 17 Pengamatan Distribusi Normal 14,6 15,3 15,2 4,29σ 0,42σ
  • 6. Proceeding Seminar Nasional IV Manajemen & Rekayasa Kualitas 2010 85 Tabel 2. Frekuensi Tumpahan Produk Ruahan No. Jenis Pemborosan Critical To Quality Atribut Rata-rata Standar Deviasi DPMO Kapabilitas Proses Level Sigma 1 Environmental, health and safety 2 Defects tube rusak, tube tidak terlipat, berat kurang dari standar, penyok, sensor salah, lipatan sobek, lipatan terlalu kecil 1.458 unit 2.602 4,3 Berat produk spesifikasi 14,65 – 15,35 gram 15,29 gram 0,149 gram 0,783 0,42 Tumpahan produk ruahan 126 unit 900 4,6 3. Overproduction 4. Waiting Idle, Set up, Cleaning, Mengambil bahan baku, Membersihkan mesin, Memperbaiki mesin, Menunggu bahan baku 2.964 menit ≈ 55.575 unit 396.769 1,8 5. Not utilizing employees knowledge, skills, and abilities 6. Transportation Frekuensi X Jarak Perpindahan, 48 – 144 meter 99,2 meter 33,78 meter 0,474 1,33 7. Inventories Penumpukan produk setengah jadi, antara 0 – 20.038 unit 11.672 unit 3.903 unit 0,856 2,14 8. Motion 9. Excess processing Pengisian manual 216 menit ≈ 4.050 unit 28.914 3,4 Repack tube defect 949 unit 6.775 4,0 Counting produk setengah jadi 1.617 menit ≈ 30.318 unit 216.450 2,3
  • 7. Proceeding Seminar Nasional IV Manajemen & Rekayasa Kualitas 2010 86 3.3 Tahap Analyze Pada tahap analyze dilakukan analisis faktor penyebab pemborosan berdasarkan CTQ dengan menggunakan RCA (Root Cause Analysis). Berdasarkan CTQ defect fisik, maka defect yang memiliki prioritas untuk diperbaiki terlebih dahulu adalah tube rusak, tube tidak terlipat, berat kurang dari standar, dan penyok. Selain itu, ada pula jenis defect berupa berat produk yang melebihi batas spesifikasi serta tumpahan produk.Pada Gambar 4 ditunjukkan RCA untuk mengidentifikasikan faktor penyebab pemborosan dari aspek defect fisik. Tube rusak Tube tertekan filler saat proses pengisian Posisi tube dalam tubeholder miring Sensor tidak menangkap posisi tube yang miring Nozzle turun saat tube belum sampai Posisi nozzle dari filler terlalu rendah Setting kurang tepat Tube tergelincir dalam mesin Tube dari tube feeding tidak sempurna masuk ke dalam tubeholder Trial lipatan mesin Operator lalai Tube tidak terlipat Tubeholder dan penjepit di dalamnya terlalu kencang atau terlalu longgar Setting kurang tepat Material tube terlalu kaku Perusahaan tidak pernah melakukan pengujian bahan Kalah bargaining dengan supplier Supplier tunggal Operator lalai Komposisi material tube bervariasi Gambar 4 Root Cause Analysis Defect Produk Melanox Cream Menggunakan Tool Root Cause Analysis (RCA), dapat teridentifikasi faktor penyebab pemborosan yang terjadi dari aspek defect, waiting, transportation, inventory, dan excess processing seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3. Tabel 3. Identifikasi Faktor Penyebab Pemborosan No. Jenis Pemborosan Critical To Quality Faktor Penyebab 1 Defects Tube rusak, tube tidak terlipat, berat kurang dari standar, penyok, sensor salah, lipatan sobek, lipatan terlalu kecil Posisi tube miring, nozzle kurang tepat, tube holder meleset, penjepit kurang tepat, sensor trouble, pengambilan terlalu banyak, tidak ada pengujian, supplier tunggal, trial mesin, operator lalai Berat produk Bubble dalam produk ruahan, produk dalam hopper sedikit, penunjuk adjustment rusak, operator lalai Tumpahan produk ruahan Sensor trouble, nozzle kurang tepat, operator lalai 2. Waiting Idle, set up, cleaning, mengambil bahan baku, membersihkan mesin, memperbaiki mesin, menunggu bahan baku Proses filling lebih cepat, operator kurang disiplin 3. Transportation Frekuensi X jarak perpindahan Jarak perpindahan jauh, jumlah pengambilan tidak konsisten, kapasitas troly kurang 4. Inventories Penumpukan produk setengah jadi Menunggu counting, waktu antar kedatangan petugas counting yang tidak tentu 5. Excess processing Pengisian manual Produk dalam hopper sedikit, tekanan hopper berkurang, sisa produk dikeluarkan secara manual Repack tube defect Produk defect Counting produk setengah jadi Proses counting dilakukan secara manual
  • 8. Proceeding Seminar Nasional IV Manajemen & Rekayasa Kualitas 2010 87 3.4 Tahap Improve Tahap improve dilakukan untuk melakukan tindakan perbaikan dalam rangka meminimasi waste. Dalam tahap ini akan diberikan rekomendasi perbaikan sesuai dengan root cause dari waste yang terjadi. Rekomendasi perbaikan ditunjukkan Tabel 4. Tabel 4. Rekomendasi Perbaikan No. Jenis Pemborosan Critical To Quality Rekomendasi Perbaikan 1 Defects Tube rusak, tube tidak terlipat, berat kurang dari standar, penyok, sensor salah, lipatan sobek, lipatan terlalu kecil Perawatan dan perbaikan sensor, tube holder, nozzle dan penjepit Pengambilan tube antara 30-40 setiap kali Pengadaan tube dari beberapa supplier dengan diberlakukan incoming inspection Berat produk Pengendalian kualitas proses produksi Penambahan blade atau kompressi dalam hopper Perbaikan penunjuk adjustment Tumpahan produk ruahan Perawatan dan perbaikan sensor dan nozzle 2. Waiting Idle, set up, cleaning, mengambil bahan baku, membersihkan mesin, memperbaiki mesin, menunggu bahan baku Perencanaan proses filling dengan mengestimasikan beban kerja harian Evaluasi ukuran batch 3. Transportation Frekuensi X jarak perpindahan Perbaikan tata letak fasilitas Jumlah pengambilan disesuaikan ukuran batch dengan kelonggaran untuk toleransi defect Ketersediaan troly dengan kapasitas memadai 4. Inventories Penumpukan produk setengah jadi Counting secara mekanis/otomatis Waktu antar kedatangan petugas counting secara periodik konstan 5. Excess processing Pengisian manual Penambahan blade atau kompressi dalam hopper Repack tube defect Pengendalian proses filling Counting produk setengah jadi Counting secara mekanis/otomatis 4. Penutup Implementasi Lean Sigma pada proses filling primer di PT Surya Dermato Medica Laboratories merupakan langkah awal menuju perbaikan berkelanjutan dalam mereduksi pemborosan yang terjadi. Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisa, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Pada tahap define, dapat diidentifikasikan bahwa pemborosan yang diteliti dari sembilan aspek E-DOWNTIME hanya terdiri dari defect, waiting, transportation, inventory, dan excess processing. 2. Pada tahap measure, kelima aspek pemborosan dengan beberapa critical to quality (CTQ) terukur dalam data atribut ataupun variabel dengan level sigma masih kurang dari 6. 3. Pada tahap analyze, dengan menggunakan root cause analysis (RCA) dapat teridentifikasi faktor-faktor penyebab terjadinya pemborosan. 4. Pada tahap improve, berdasarkan faktor penyebab pemborosan yang teridentifikasi pada tahap sebelumnya, maka dapat dirumuskan rekomendasi perbaikan untuk mereduksi pemborosan. Rekomendasi perbaikan belum diimplementasikan. Beberapa rekomendasi memerlukan penelitian lebih lanjut, agar hasil yang akan dicapai dapat efektif.
  • 9. Proceeding Seminar Nasional IV Manajemen & Rekayasa Kualitas 2010 88 5. Daftar Pustaka Gaspersz, Vincent, 2002, Pedoman Implementasi Program Six Sigma Terintegrasi dengan ISO 9001:2000, MBNQA, dan HACCP, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Gaspersz, Vincent, 2007, Lean Six Sigma for Manufacturing and Service Industries, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Gayatri, Bagasthi Dyah, 2009, Peningkatan Kualitas Proses Produksi Fineed Tube dengan Pendekatan Lean Six Sigma. Tugas Akhir tidak dipublikasikan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. Hardiningsih, Isti, 2006, Pendekatan Konsep Lean Guna Menangani Waste Produksi dalam Usaha Peningkatan Efisiensi Sistem Produksi, Tugas Akhir tidak dipublikasikan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. Hidayat, Irwadi, 2008, Pendekatan Lean Six Sigma untuk Mengurangi Waste pada Industri Pupuk (Studi Kasus: Unit Petroganik PT Gresik Cipta Sejahtera), Tugas Akhir tidak dipublikasikan. Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. Kusuma, L. Tri Wijaya N, 2008, Penerapan Metode Six Sigma untuk Meningkatkan Kualitas Hasil Proses Produksi Kapsul Lunak Yodiol, Studi Kasus PT Kimia Farma (Persero) Tbk., Skripsi tidak dipublikasikan, Universitas Brawijaya, Malang.