SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 17
Downloaden Sie, um offline zu lesen
Tujuan Pembelajaran Umum
Tujuan Pembelajaran Khusus
Kegiatan Belajar
1
Pendahuluan		 Uraian Materi		 Rangkuman
I
Setelah mempelajari dan mempraktikkan materi Kegiatan Belajar
1 ini Anda dapat melakukan pemeriksaan telinga, hidung dan
tenggorokan pada pasien dengan gangguan sistem penginderaan
(THT)
TUJUANPembelajaran Umum
TUJUANPembelajaran Khusus
POKOKMateri
Setelah mempelajari dan mempraktekkan materi kegiatan belajar 1
ini Anda diharapkan mampu:
1.	 Mempersiapkan pasien sebelum pemeriksaan
2.	 Melakukan prosedur tindakan pemeriksaan
Pokok-pokok materi yang
harus Anda pelajari pada
kegiatan belajar 1 ini meliputi:
1.	 Pemeriksaan telinga
2.	 Pemeriksaan hidung
3.	 Pemeriksaan tenggorokan
Pemeriksaan Telinga, Hidung dan Tenggorokan (THT)
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
2
Pendahuluan		 Uraian Materi		 Rangkuman
Uraian Materi
	 Sebelum Anda melakukan pemeriksaan fisik pada Telinga, Hidung
dan Tenggorokan (THT). Maka Anda harus tahu dulu apa pengertian tujuan
pemeriksaan tersebut.
Pemeriksaan fisik telinga adalah suatu pemeriksaan yang digunakan untuk
mengetahui ada tidaknya kelainan-kelainan pada telinga, mulai dari telinga
bagian luar sampai telinga dalam yang dapat memberikan gangguan fungsi
pendengaran dan keseimbangan. Kelainan-kelainan pada hidung dan tenggorok
yang dapat memberikan gangguan penghidu dan pengecapan. Pemeriksaan
dilakukan dengan cara melihat (inspeksi), meraba (palpasi) dan melakukan tes-
tes untuk melihat sifat dan jenis gangguan pendengaran dan keseimbangan serta
gangguan penghidu dan pengecapan.
Apa sajakah yang harus Anda persiapkan untuk melakukan prosedur tersebut?
Sebelum melakukan pemeriksaan THT ada beberapa hal yang harus Anda
persiapkan meliputi alat dan bahan yang akan digunakan dalam pemeriksaan
THT antara lain:
a.	 Lampu kepala
b.	 Spekulum telinga dengan berbagai ukuran
c.	 Aplikator kapas
d.	 Pinset bayonet dan pinset lurus
e.	 Cerumen hook dan cerumen spoon
f.	 Otopneumoscope
g.	 Speculum hidung dengan berbagai ukuran
h.	 Cermin laring dan nasofaring dengan berbagai ukuran
i.	 Spatel lidah
j.	 Seperangkat garpu tala
3
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Pendahuluan		 Uraian Materi		 Rangkuman
k.	 Kapas dan Kasa
l.	 Larutan efedrin 1% dan 2%
m.	Larutan lidokain
n.	 Alkohol 70%
o.	 Betadine
p.	 AgNo3
Setelah semua bahan dan alat yang digunakan untuk memeriksa pasien
sudah siap, maka baru Anda melakukan prosedur tindakan pemeriksaan seperti
yang diuraikan di bawah ini:
Langkah pertama yang Anda lakukan adalah menyiapkan senter kepala
untuk digunakan dalam pemeriksaan. Sebelum diletakkan di kepala, ikatan
lampu kepala dilonggarkan dengan memutar pengunci kearah kiri. Posisi lampu
diletakkan tepat pada daerah glabella atau sedikit miring kearah mata yang
lebih dominant. Bila lampu kepala sudah berada pada posisi yang benar, ikatan
lampu dieratkan dengan memutar kunci kearah kanan. Pungunci ikatan lampu
kepala harus berada disebelah kanan kepala. Fokus cahaya lampu diatur dengan
memfokuskan cahaya kearah telapak tangan yang diletakkan kurang lebih 30 cm
dari lampu kepala. Besar kecilnya focus cahaya diatur dengan memutar penutup
lampu kepala kearah luar sampai diperoleh focus cahaya lampu yang kecil,
bulat dengan tingkat pencahayaan yang maksimal. Diusahakan agar sudut yang
dibentuk oleh jatuhnya sumber cahaya kearah obyek yang berjarak kurang lebih
30 cm dengan aksis bola mata, sebesar 15 derajat.
Setelah itu langkah selanjutnya yang Anda lakukan adalah sebagai berikut:
Anda dan pasien masing-masing duduk berhadapan dengan sedikit
menyerong, kedua lutut pemeriksa dirapatkan dan ditempatkan berdampingan
dengan kaki penderita. Bila diperlukan posisi-posisi tertentu penderita dapat
diarahkan ke kiri atau kanan. Kepala penderita difiksasi dengan bantuan seorang
perawat. Pada anak kecil yang belum kooperatif selain diperlukan fiksasi kepala,
sebaiknya anak dipangku oleh orang tuanya pada saat dilakukan pemeriksaan.
Kedua tangan dipeluk oleh orang tua sementara itu, kaki anak difiksasi diantara
4
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Pendahuluan		 Uraian Materi		 Rangkuman
kedua paha orang tua.
Nah, sekarang Anda dapat mulai melakukan pemeriksaan satu persatu
mulai dari telinga, hidung dan tenggorokan seperti yang diuraikan di bawah ini:
PEMERIKSAAN TELINGA
Pada pemeriksaan telinga, mula-mula yang harus Anda lakukan adalah
inspeksi telinga luar, perhatikan apakah ada kelainan bentuk telinga, tanda-
tanda peradangan, tumor dan secret yang keluar dari liang telinga. Pengamatan
dilakukan pada telinga bagian depan dan belakang. Setelah selesai mengamati
bagian-bagian telinga, lakukan palpasi pada telinga, apakah ada nyeri tekan, nyeri
tarik atau tanda-tanda pembesaran kelenjar pre dan post aurikuler. Kemudian
Anda melakukan pemeriksaan auskultasi pada telinga dengan menggunakan
stetoskop, pemeriksaan ini dapat dilakukan pada kasus-kasus tertentu misalnya
pada penderita dengan keluhan tinnitus objektif.
Gambar 1, Pemeriksaan telinga
Selanjutnya Anda melakukan pemeriksaan liang telinga dan membrane
timpani dengan memposisikan liang telinga sedemikian rupa agar diperoleh
aksis liang telinga yang sejajar dengan arah pandang mata sehingga keseluruhan
liang telinga sampai permukaan membrane timpani dapat terlihat. Posisi ini dapat
diperoleh dengan menjepit daun telinga dengan menggunakan ibu jari dan jari
tengah dan menariknya kearah superior-dorso-lateral dan mendorong tragus
ke anterior dengan menggunakan jari telunjuk. Cara ini Anda lakukan dengan
tangan kanan bila akan memeriksa telinga kiri dan sebaliknya gunakan tangan
5
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Pendahuluan		 Uraian Materi		 Rangkuman
kiri bila akan memeriksa telinga kanan. Pada kasus-kasus dimana kartilago daun
telinga agak kaku atau kemiringan liang telinga terlalu ekstrim dapat digunakan
bantuan speculum telinga yang disesuaikan dengan besarnya diameter liang
telinga. Spekulum telinga Anda pegang dengan menggunakan tangan yang
bebas. Perhatikan! Amati liang telinga dengan seksama apakah ada stenosis
atau atresia meatal, obstruksi yang disebabkan oleh secret, jaringan ikat, benda
asing, serumen obsturan, polip, jaringan granulasi, edema atau furunkel. Semua
sumbatan ini sebaiknya disingkirkan agar membrane timpani dapat terlihat jelas.
Sebagai tambahan! Amati pula dinding liang telinga ada atau tidak laserasi. Liang
telinga dibersihkan dari secret dari sekret dengan menggunakan aplikator kapas,
bilas telinga atau dengan suction.
	 Bagaimana cara membuat aplikator kapas? Di bawah ini Anda dapat
mempelajari bagaimana cara membuatnya :
Cara membuat aplikator kapas yaitu dengan mengambil kapas secukupnya
kemudian aplikator diletakkan ditengah-tengah kapas aturlah letak aplikator
sedemikian rupa sehingga ujung aplikator terletak kira-kira pada pertengahan
kapas, kapas kemudian dilipat dua sehingga menyelimuti ujung aplikator dan
dijepit dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri. Selanjutnya pangkal aplikator
diputar searah dengan putaran jarum jam dengan menggunakan tangan kanan.
Setelah ujung aplikator diselimuti kapas, lakukan pengecekan apakah ujung
aplikator yang tajam tidak melampaui ujung kapas. Selanjutnya kapas aplikator
dilewatkan diatas api Bunsen. Bila secret terlalu profus dapat digunakan bilasan
air hangat yang disesuikan dengan suhu tubuh. Bilasan telinga dilakukan dengan
menyemprotkan air dari spoit langsung ke dalam telinga. Ujung spoit diarahkan
ke dinding atas meatus sehingga diharapkan secret / serumen akan dikeluarkan
oleh air bilasan yang balik kembali.
	 Setelah sumbatan secret/serumen Anda singkirkan, maka langkah
berikutnya yang Anda lakukan adalah pengamatan terhadap membran timpani.
Pengamatan terhadap membrane timpani Anda lakukan dengan memperhatikan
permukaan membrane timpani, posisi membrane, warna, ada tidaknya perforasi,
refleks cahaya, struktur telinga tengah yang terlihat pada permukaan membrane
seperti manubrium mallei, prosesus brevis, plika maleolaris anterior dan posterior.
Untuk mengetahui mobilitas membrane timpani Anda dapat menggunakan
otopneumoskop.
6
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Pendahuluan		 Uraian Materi		 Rangkuman
Gambar 2, Pemeriksaan telinga (membrane timpani)
Perhatian! Bila akan dilakukan pemeriksaan telinga kanan, speculum
otopneumoskop difiksasi dengan ibu jari dan jari telunjuk, daun telinga dijepit
dengan menggunakan jari tengah dan jari manis tangan kiri, sebaliknya dilakukan
bila akan memeriksa telinga kiri. Selanjutnya pneumoskop Anda kembang
kempiskan dengan menggunakan tangan kanan. Pada saat pneumoskop Anda
kembang kempiskan, pergerakan membrane timpani dapat Anda amati melalui
speculum otopneumoskop. Pergerakan membrane timpani dapat pula Anda amati
dengan menyuruh pasien melakukan Manuver Valsalva yaitu dengan menyuruh
pasien mengambil napas dalam, kemudian meniupkan melalui hidung dan mulut
yang tertutup oleh tangan. Diharapkan dengan menutup hidung dan mulut,
udara tidak dapat keluar melalui hidung dan mulut sehingga terjadi peninggian
tekanan udara di dalam nasofaring. Selanjutnya akibat penekanan udara, ostium
tuba yang terdapat dalam rongga nasofaring akan terbuka dan udara akan masuk
ke dalam kavum timpani melalui tuba auditiva.
Gambar 3, Pemeriksaan telinga
7
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Pendahuluan		 Uraian Materi		 Rangkuman
Setelah Anda melakukan pemeriksaan telinga, maka langkah berikutnya
Anda dapat melakukan pemeriksaan hidung. Bagaimanan cara memeriksa
hidung? Anda dapat mempelajari materi di bawah ini :
PEMERIKSAAN HIDUNG DAN SINUS PARANASALIS
Pemeriksaan hidung dapat Anda awali dengan melakukan inspeksi dan
palpasi hidung bagian luar dan daerah sekitarnya. Inspeksi Anda lakukan dengan
mengamati ada tidaknya kelainan bentuk hidung, tanda-tanda infeksi dan sekret
yang keluar dari rongga hidung. Palpasi Anda lakukan dengan penekanan jari-jari
telunjuk mulai dari pangkal hidung sampai apeks untuk mengetahui ada tidaknya
nyeri, massa tumor atau tanda-tanda krepitasi.
Selanjutnya Anda melakukan pemeriksaan rongga hidung melalui lubang
hidung yang disebut dengan Rhinoskopi anterior dan yang melalui rongga mulut
dengan menggunakan cermin nasofaring yang disebut dengan Rhinoskopi
posterior.
Bagaimanakah cara melakukan prosedur Rhinoskopi Anterior? Anda dapat
mempelajari uraian materi di bawah ini:
Rhinoskopi anterior (RA)
Dalam melakukan prosedur ini Anda menggunakan speculum hidung yang
disesuaikan dengan besarnya lubang hidung. Spekulum hidung Anda pegang
dengan tangan yang dominan. Spekulum digenggam sedemikian rupa sehingga
tangkai bawah dapat digerakkan bebas dengan menggunakan jari tengah, jari
manis dan jari kelingking. Jari telunjuk digunakan sebagai fiksasi disekitar hidung.
Selanjutnya lidah speculum dimasukkan dengan hati-hati dan dalam
keadaantertutupkedalamronggahidung.Didalamronggahidunglidahspeculum
dibuka. Jangan memasukkan lidah speculum terlalu dalam atau membuka lidah
speculum terlalu lebar. Pada saat mengeluarkan lidah speculum dari rongga
hidung, lidah speculum dirapatkan tetapi tidak terlalu rapat untuk menghindari
terjepitnya bulu-bulu hidung.
Kemudian amati struktur yang terdapat di dalam rongga hidung mulai
8
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Pendahuluan		 Uraian Materi		 Rangkuman
dari dasar rongga hidung, konka-konka, meatus dan septum nasi. Perhatikan
warna dan permukaan mukosa rongga hidung, ada tidaknya massa, benda asing
dan secret. Struktur yang terlihat pertama kali adalah konka inferior. Bila ingin
melihat konka medius dan superior pasien Anda minta untuk tengadahkan
kepala. Pada pemeriksaan RA dapat pula dinilai Fenomena Palatum Molle yaitu
pergerakan palatum molle pada saat pasien diminta untuk mengucapkan huruf
“ i “. Pada waktu melakukan penilaian fenomena palatum molle usahakan agar
arah pandang mata Anda sejajar dengan dasar rongga hidung bagian belakang.
Pandangan mata Anda tertuju pada daerah nasofaring sambil mengamati turun
naiknya palatum molle pada saat pasien mengucapkan huruf “ i ” . Fenomena
Palatum Molle akan negatif bila terdapat massa di dalam rongga nasofaring yang
menghalangi pergerakan palatum molle, atau terdapat kelumpuhan otot-otot
levator dan tensor velli palatini. Bila rongga hidung sulit diamati oleh adanya
edema mukosa dapat digunakan tampon kapas efedrin yang dicampur dengan
lidokain yang dimasukkan ke dalam rongga hidung untuk mengurangi edema
mukosa.
Setelah melakukan prosedur pemeriksaan Rhinoskopi Anterior, selanjutnya
Anda melakukan prosedur pemeriksaan Rhinoskopi Posterior, seperti yang
diuraikan di bawah ini:
Rhinoskopi posterior
Dalam melakukan pemeriksaan ini, pasien Anda minta untuk membuka
mulut tanpa mengeluarkan lidah, 1/3 dorsal lidah ditekan dengan menggunakan
spatel lidah. Jangan melakukan penekanan yang terlalu keras pada lidah atau
memasukkan spatel terlalu jauh hingga mengenai dinding faring oleh karena hal
ini dapat merangsang refleks muntah. Cermin nasofaring yang sebelumnya telah
dilidah apikan, dimasukkan ke belakang rongga mulut dengan permukaan cermin
menghadap ke atas. Usahakan agar cermin tidak menyentuh dinding dorsal faring.
Kemudian perhatikan struktur rongga nasofaring yang terlihat pada cermin.
Selanjutnya amati septum nasi bagian belakang, ujung belakang konka
inferior, medius dan superior, adenoid (pada anak), ada tidak secret yang mengalir
melalui meatus. Perhatikan pula struktur lateral rongga nasofaring: ostium tuba,
torus tubarius, fossa Rossenmulleri. Selama melakukan pemeriksaan pasien Anda
minta tenang dan tetap bernapas melalui hidung. Pada penderita yang sangat
9
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Pendahuluan		 Uraian Materi		 Rangkuman
sensitif, dapat disemprotkan anestesi lokal ke daerah faring sebelum dilakukan
pemeriksaan.
	 Setelah melakukan pemeriksaan hidung, selanjutnya pemeriksaan apa yang
Anda kerjakan? Selanjutnya Anda melakukan pemeriksaan Sinus Paranasalis,
yang dapat Anda pelajari seperti pada uraian materi di bawah ini:
Pemeriksaan Sinus Paranasalis
Dalam melakukan pemeriksaan Sinus Paranasalis, Anda melakukan
Inspeksi untuk melihat ada tidaknya pembengkakan pada wajah, dan palpasi
untuk mengevaluasi apakah ada nyeri tekan atau tidak.
Perhatikan:
a.	 Bila ada pembengkakan dan kemerahan pada pipi, kelopak mata bawah
menunjukkan kemungkinan adanya sinusitis aksilaris akut.
b.	 Apabila Anda mendapatkan ada pembengkakan pada kelopak mata atas
kemungkinan sinusitis frontalis akut.
c.	 Bila ada nyeri tekan pada pipi dan nyeri ketuk pada gigi bagian atas
menunjukkan adanya Sinusitis maksilaris.
d.	 Bila ada nyeri tekan pada medial atap orbita menunjukkan adanya Sinusitis
frontalis.
e.	 Bila nyeri tekan di daerah kantus medius menunjukkan kemungkinan sinusitis
etmoidalis.
Gambar 4, Pemeriksaan Sinus Paranasalis
10
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Pendahuluan		 Uraian Materi		 Rangkuman
Setelah melakukan pemeriksaan Sinus Paranasalis, selanjutnya Anda
melakukan pemeriksaan faring. Bagaimana caranya? Caranya adalah sebagai
berikut:
Pemeriksaan Faring
Dalam melakukan pemeriksaan faring, Pertama, Pasien Anda instruksikan
membuka mulut, perhatikan struktur di dalam cavum oris mulai dari gigi geligi,
palatum, lidah, bukkal. Lihat ada tidaknya kelainan berupa: pembengkakan,
hiperemis, massa, atau kelainan congenital. Lakukan penekanan pada lidah secara
lembut dengan spatel lidah.
Selanjutnya perhatikan struktur arkus anterior dan posterior, tonsil, dinding
dorsal faring. Deskripsikan kelainan-kelainan yang tampak. Kemudian dengan
menggunakan sarung tangan lakukan palpasi pada daerah mukosa bukkal, dasar
lidah dan daerah palatum untuk menilai adanya kelainan-kelainan dalam rongga
mulut.
Setelah melakukan pemeriksaan faring, selanjutnya Anda melakukan
pemeriksaan laringoskopi indirek. Bagaimana caranya? Caranya adalah sebagai
berikut:
Pemeriksaan Laringoskopi Indirek
Dalam pemeriksaan ini anjurkan pasien untuk membuka mulut, instruksikan
penderita untuk menjulurkan lidah sejauh mungkin ke depan. Kemudian balut
lidah dengan kasa steril, selanjutnya fiksasi lidah diantara ibu jari dan jari tengah.
Instruksikan pasien untuk bernafas secara normal. Kemudian masukkan cermin
laring yang sesuai yang sebelumnya telah dilidah apikan ke dalam orofaring.
Arahkan cermin laring ke daerah hipofaring sedemikian rupa hingga tampak
struktur di daerah hipofaring yaitu: epiglottis, valekula, fossa piriformis, plika
ariepiglotikka, aritaenoid, plika ventrikularis dan plika vocalis. Penilaian mobilitas
plika vocalis dengan menyuruh penderita mengucapkan huruf i berulang kali.
Prosedur
Di bawah ini adalah format prosedur dan penilaian prosedur tindakan pemeriksaan
hidung dan sinus.
11
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Pendahuluan		 Uraian Materi		 Rangkuman
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PEMERIKSAAN HIDUNG DAN SINUS
NO URAIAN Skor
A.	Persiapan Alat 0 1 2
1.	 Otoskop
2.	 Speculum hidung
3.	 Cermin kecil
4.	 Lampu
B.	Persiapan pasien dan lingkungan
1. Jelaskan pada pasien tujuan tindakan yang akan dilakukan.
2. Atur lingkungan sekitar pasien.
C.	Pelaksanaan prosedur
1. Cuci tangan dan pakai sarung tangan.
2. Pasien diposisikan untuk duduk.
3. Pemeriksa duduk menghadap pasien.
4.
Inspeksi dan palpasi hidung bagian luar dan inspeksi sinus-
sinus.
1.	 Atur penerangan dan amati hidung bagian luar dari sisi
depan, samping dan sisi atas. Perhatikan bentuk atau
tulang hidung dari ketiga sisi ini.
2.	 Lanjutkan dengan melakukan palpasi hidung luar dan
catat bila ditemukan ketidaknormalan kulit atau tulang
hidung.
3.	 Kaji mobilitas septum hidung.
4.	 Palpasi sinus maksilaris, frontalis dan etmoidalis,
perhatikan terhadap adanya nyeri tekan.
5. Inspeksi hidung bagian dalam
1.	 Atur lampu sehingga sesuai untuk menerangi lubang
hidung.
2.	 Elevasikan ujung hidung pasien dengan cara menekan
hidung secara ringan dengan ibu jari, kemudian amati
bagian anterior lubang hidung.
3.	 Amati posisi septum hidung dan kemungkinan adanya
perfusi.
4.	 Amati bagian turbin inferior.
5.	 Pasang speculum hidung pada lubang hidung sehingga
rongga hidung dapat diamati.
12
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Pendahuluan		 Uraian Materi		 Rangkuman
6.	 Untuk memudahkan pengamatan pada dasar hidung
maka atur posisi kepala sedikit menengadah.
7.	 Dorong kepala menengadah sehingga bagian atas
rongga hidung mudah diamati.
8.	 Amati bentuk dan posisi septum, kartilago dan dinding-
dinding rongga hidung serta selaput lender pada rongga
hidung (warna, sekresi, bengkak).
9.	 Bila sudah selesai, lepaskan speculum dengan hati-hati.
10.	Untuk pemeriksaan hidung bagian dalam bias digunakan
otoskop yang dilengkapi dengan speculum dan kaca
pembesar.
6.
Pengkajian patensi hidung (dilakukan bila dicurigai adanya
sumbatan atau deformitas pada rongga hidung bagian
bawah)
1.	 Duduk dihadapan pasien.
2.	 Gunakan satu tangan untuk menutup satu lubang
hidung pasien, suruh pasien menghembuskan udara dari
lubang hidung yang tidak ditutup dan rasakan hembusan
udara tersebut. Normalnya udara dapat dihembuskan
dengan mudah dan dapat dirasakan dengan jelas.
3.	 Kaji pada lubang satunya. Anjurkan pasien meniupkan
udara dengan mulut tertutup.
7. Catat hasil pemeriksaan.
Keterangan :
Skor 0	 : bila prosedur belum mampu dilakukan
Skor 1	 : bila prosedur dilakukan dengan bantuan
Skor 2	 : bila prosedur dilakukan dengan mandiri
13
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Pendahuluan		 Uraian Materi		 Rangkuman
Di bawah ini adalah format prosedur dan penilaian prosedur tindakan pemeriksaan
mulut dan tenggorokan.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PEMERIKSAAN MULUT DAN TENGGOROKAN
NO URAIAN SKOR
A.	Persiapan Alat 0 1 2
1.	 Spatel lidah
2.	 Kassa/tisu
B.	Persiapan pasien dan lingkungan
1. Jelaskan pada pasien tujuan tindakan yang akan dilakukan.
2. Tutup pintu dan pasang sampiran.
C.	Pelaksanaan prosedur
1. Cuci tangan
2.
Bantu pasien duduk berhadapan dengan pemeriksa, tinggi
sejajar.
3. Inspeksi mulut dan paring
1.	 Amati bibir untuk mengetahui adanya kelainan congenital,
bibir sumbing, warna bibir, ulkus, lesi dan massa.
2.	 Lanjutkan pengamatan pada gigi dengan pasien dianjurkan
membuka mulut.
3.	 Atur pencahayaan yang memadai dan bila perlu gunakan
spatel lidah untuk menekan lidah sehingga gigi terlihat
lebih jelas.
4.	 Amati keadaan setiap gigi mengenai posisi, jarak, gigi
rahang atas dan bawah, ukuran, warna, lesi atau adanya
tumor. Amati juga secara khusus pada akar-akar gigi dan
gusi.
5.	 Pemeriksaan setiap gigi dengan cara mengetuk secara
sistematis, bandingkan gigi bagian kiri, kanan, atas dan
bawah. Anjurkan pasien untuk memberitahu bila merasa
nyeri sewaktu diketuk.
6.	 Perhatikan pula cirri-ciri umum sewaktu melakukan
pengkajian antara lain kebersihan mulut dan bau mulut.
14
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Pendahuluan		 Uraian Materi		 Rangkuman
7.	 Lanjutkan pengamatan pada lidah dan perhatikan
kesimetrisannya. Suruh pasien menjulurkan lidah dan amati
mengenai kelurusan, warna, ulkus maupun setiap ada
kelainan.
8.	 Amati selaput lender mulut secara simetris pada semua
bagian mulut mengenai warna, adanya pembengkakan,
tumor, sekresi, peradangan, ulkus dan perdarahan.
9.	 Beri kesempatan pasien untuk istirahat dengan menutup
mulut sejenak bila capai, lalu lanjutkan dengan inspeksi
paring dengan cara pasien dianjurkan membuka mulut,
tekan lidah ke bawah sewaktu pasien berkata “ah”. Amati
paring terhadap kesimetrisan uvula.
4.
Palpasi pada mulut (lakukan dengan hati-hati, upayakan pasien
tidak muntah)
1.	 Atur posisi pasien duduk menghadap pemeriksa.
2.	 Anjurkan pasien membuka mulut.
3.	 Pegang pipi diantara ibujari dan jari telunjuk (jari telunjuk
berada di dalam). Palpasi pipi secara sistematis dan
perhatikan terhadap adanya tumor atau pembengkakan.
Bila ada pembengkakan determinasikan menurut ukuran,
konsistensi, hubungan dengan daerah sekitarnya dan
adanya nyeri.
4.	 Lanjutkan dengan palpasi pada palatum dengan jari
telunjuk dan rasakan terhadap adanya pembengkakan dan
fisura.
5.	 Palpasi dasar mulut dengan cara pasien disuruh
mengatakan “el” kemungkinan palpasi dilakukan pada
dasar mulut secara sistematis dengan jari penunjuk tangan
kanan. Bila diperlukan beri sedikit penekanan dengan ibu
jari dari bawah dagu untuk mempermudah palpasi. Catat
bila didapatkan pembengkakan.
6.	 Palpasi lidah dengan cara pasien disuruh menjulurkan lidah,
pegang lidah dengan kassa steril menggunakan tangan kiri.
Dengan jari penunjuk tangan kanan lakukan palpasi lidah
terutama bagian belakang dan batas-batas lidah.
5. Inspeksi leher
1.	 Anjurkan pasien untuk melepas baju
15
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Pendahuluan		 Uraian Materi		 Rangkuman
2.	 Atur pencahayaan yang baik
3.	 Lakukan inspeksi leher mengenai bentuk leher, warna
kulit, adanya pembengkakan, jaringan parut dan adanya
massa. Inspeksi dilakukan secara sistematis mulai dari garis
tengah sisi depan leher, dari samping dan dari belakang.
Warna kulit leher normalnya sama dengan kulit sekitarnya.
Dapat menjadi kuning pada semua ikterus, dan menjadi
merah, bengkak, panas dan nyeri tekan bila mengalami
peradangan.
4.	 Inspeksi tiroid dengan cara pasien disuruh menelan dan
amati gerakan kelenjar tiroid pada takik suprasternal.
Normalnya gerakan kelenjar tiroid tidak dapat dilihat
kecuali pada orang yang sangat kurus.
6. Palpasi leher (kelenjar limfe, tiroid dan trakea)
1.	 Duduklah menghadap pasien
2.	 Anjurkan pasien untuk menengadah ke samping menjauhi
perawat pemeriksa sehingga jaringan lunak dan otot-otot
akan relaks
3.	 Lakukan palpasi secara simetris dan determinasikan
menurut lokasi, batas-batas, ukuran, nyeri tekan pada
setiap kelompok kelenjar limfe yang terdiri dari:
a.	 Preaurikular → di depan telinga
b.	 Posterior aurikuler → superfial terhadap prosesus
mastoideus
c.	 Osipital → di dasar posterior tulang kepala
d.	 Tonsilar → di sudut mandibula
e.	 Submaksilaris → di tengah-tengah antara sudut dan
ujung mandibula
f.	 Submental → pada garis tengah beberapa cm di
belakang ujung mandibula
g.	 Servikal superficial → superficial terhadap
sternomastoideus
h.	 Servikal posterior → sepanjang tepi anterior trapesius
i.	 Servikal dalam → dalam sternomastoid dan sering tidak
dapat dipalpasi
j.	 Supraklavikula → dalam suatu sudut yang terbentuk
oleh klavikula dan sternomastoideus
1616
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Pendahuluan		 Uraian Materi		 Rangkuman
4.	 Lakukan palpasi kelenjar tiroid dengan cara:
a.	 Letakkan tangan anda pada leher pasien
b.	 Palpasi pada fosa suprasternal dengan jari penunjuk
dan jari tengah
c.	 Suruh pasien menelan atau minum untuk memudahkan
palpasi
d.	 Palpasi dapat pula dilakukan dengan perawat berdiri di
belakang pasien, tangan diletakkan mengelilingi leher
dan palpasi dilakukan dengan jari kedua dan ketiga
e.	 Bila teraba kelenjar tiroid maka determinasikan menurut
bentuk, ukuran, konsistensi dan permukaannya
5.	 Lakukan palpasi trakea dengan cara berdiri disamping
kanan pasien. Letakkan jari tengah pada bagian bawah
trakea dan raba trakea ke atas, ke bawah dan ke samping
sehingga kedudukan trakea dapat diketahui.
7. Pemeriksaan mobilitas leher
1.	 Lakukan pengkajian mobilitas leher secara aktif. Suruh
pasien menggerakkan leher dengan urut-urutan sebagi
berikut:
a.	 Antefleksi, normalnya 45o
b.	 Dorsofleksi, normalnya 60o
c.	 Rotasi ke kanan, normalnya 70o
d.	 Rotasi ke kiri, normalnya 70o
e.	 Lateral fleksi ke kiri, normalnya 40o
f.	 Lateral fleksi ke kanan, normalnya 40o
2.	 Determinasikan sejauh mana pasien mampu menggerakkan
lehernya. Normalnya gerakan dapat dilakukan secara
terkoordinasi, tanpa gangguan.
3.	 Bila perlu lakukan mobilitas secara pasif dengan cara kepala
pasien dipegang dengan dua tangan kemudian digerakkan
dengan urut-urutan yang sama seperti pada pengkajian
mobilitas leher secara aktif.
8. Catat hasil pemeriksaan
Keterangan :
Skor 0	 : bila prosedur belum mampu dilakukan
Skor 1	 : bila prosedur dilakukan dengan bantuan
Skor 2	 : bila prosedur dilakukan dengan mandiri
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
17
Pendahuluan		 Uraian Materi		 Rangkuman
17
Rangkuman
	 Pada kegiatan belajar 1 ini Anda telah mempelajari materi bagaimana
Anda melakukan pemeriksaan fisik pada telinga, hidung, dan tenggorokan. Dalam
melakukan pemeriksaan fisik pada telinga, hidung dan tenggorokan, Anda harus
memperhatikan dan memahami betul anatomi organ tersebut agar mudah dalam
melakukan pemeriksaan dan hasil pemeriksaannya tepat dan akurat.

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Pemeriksaan psikiatri
Pemeriksaan psikiatriPemeriksaan psikiatri
Pemeriksaan psikiatrifikri asyura
 
Case Report BPPV
Case Report BPPVCase Report BPPV
Case Report BPPVKharima SD
 
Check list pemeriksaan neurologi 1
Check list pemeriksaan neurologi 1Check list pemeriksaan neurologi 1
Check list pemeriksaan neurologi 1cokordawahyu
 
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra ReponibilisLaporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra ReponibilisTenri Ashari Wanahari
 
Primary and secondary survey
Primary and secondary surveyPrimary and secondary survey
Primary and secondary surveyIra Rahmawati
 
Otitis media akut
Otitis media akutOtitis media akut
Otitis media akutPhil Adit R
 
Mekanisme muntah proyektil
Mekanisme muntah proyektilMekanisme muntah proyektil
Mekanisme muntah proyektilAgus Gunardi
 
Partograf dan penilaian kemajuan persalinan
Partograf dan penilaian kemajuan persalinanPartograf dan penilaian kemajuan persalinan
Partograf dan penilaian kemajuan persalinanDokter Tekno
 
222312121 cara-menjahit-luka-jenis-benang-dan-jarum-jahit
222312121 cara-menjahit-luka-jenis-benang-dan-jarum-jahit222312121 cara-menjahit-luka-jenis-benang-dan-jarum-jahit
222312121 cara-menjahit-luka-jenis-benang-dan-jarum-jahitDafid Rozi
 
Check list pemeriksaan neurologi 2
Check list pemeriksaan neurologi 2Check list pemeriksaan neurologi 2
Check list pemeriksaan neurologi 2cokordawahyu
 
Penatalaksanaan Gangguan Jalan Napar
Penatalaksanaan Gangguan Jalan NaparPenatalaksanaan Gangguan Jalan Napar
Penatalaksanaan Gangguan Jalan NaparUmpungeng
 
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasusaauyahilda
 
Parese nervus fasialis
Parese nervus fasialisParese nervus fasialis
Parese nervus fasialisfikri asyura
 
trauma pelvis penatalaksanaan
trauma pelvis penatalaksanaantrauma pelvis penatalaksanaan
trauma pelvis penatalaksanaanAzis Aimaduddin
 

Was ist angesagt? (20)

Pemeriksaan psikiatri
Pemeriksaan psikiatriPemeriksaan psikiatri
Pemeriksaan psikiatri
 
Case Report BPPV
Case Report BPPVCase Report BPPV
Case Report BPPV
 
Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 
Check list pemeriksaan neurologi 1
Check list pemeriksaan neurologi 1Check list pemeriksaan neurologi 1
Check list pemeriksaan neurologi 1
 
Appendicitis)
Appendicitis)Appendicitis)
Appendicitis)
 
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra ReponibilisLaporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
 
GCS Tingkat Kesadaran
GCS Tingkat KesadaranGCS Tingkat Kesadaran
GCS Tingkat Kesadaran
 
Primary and secondary survey
Primary and secondary surveyPrimary and secondary survey
Primary and secondary survey
 
Otitis media akut
Otitis media akutOtitis media akut
Otitis media akut
 
Pemeriksaan fisik thorax
Pemeriksaan fisik thoraxPemeriksaan fisik thorax
Pemeriksaan fisik thorax
 
Radiology pada urolithiasis
Radiology pada urolithiasisRadiology pada urolithiasis
Radiology pada urolithiasis
 
Mekanisme muntah proyektil
Mekanisme muntah proyektilMekanisme muntah proyektil
Mekanisme muntah proyektil
 
Partograf dan penilaian kemajuan persalinan
Partograf dan penilaian kemajuan persalinanPartograf dan penilaian kemajuan persalinan
Partograf dan penilaian kemajuan persalinan
 
222312121 cara-menjahit-luka-jenis-benang-dan-jarum-jahit
222312121 cara-menjahit-luka-jenis-benang-dan-jarum-jahit222312121 cara-menjahit-luka-jenis-benang-dan-jarum-jahit
222312121 cara-menjahit-luka-jenis-benang-dan-jarum-jahit
 
Check list pemeriksaan neurologi 2
Check list pemeriksaan neurologi 2Check list pemeriksaan neurologi 2
Check list pemeriksaan neurologi 2
 
Penatalaksanaan Gangguan Jalan Napar
Penatalaksanaan Gangguan Jalan NaparPenatalaksanaan Gangguan Jalan Napar
Penatalaksanaan Gangguan Jalan Napar
 
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
 
12 nervus cranial
12 nervus cranial 12 nervus cranial
12 nervus cranial
 
Parese nervus fasialis
Parese nervus fasialisParese nervus fasialis
Parese nervus fasialis
 
trauma pelvis penatalaksanaan
trauma pelvis penatalaksanaantrauma pelvis penatalaksanaan
trauma pelvis penatalaksanaan
 

Andere mochten auch

Pemeriksaan Telinga, Hidung dan Tenggorokan
Pemeriksaan Telinga, Hidung dan TenggorokanPemeriksaan Telinga, Hidung dan Tenggorokan
Pemeriksaan Telinga, Hidung dan Tenggorokanpjj_kemenkes
 
Pemeriksaan Fungsi Pendengaran
Pemeriksaan Fungsi PendengaranPemeriksaan Fungsi Pendengaran
Pemeriksaan Fungsi Pendengaranpjj_kemenkes
 
Prosedur diagnostik mata
Prosedur diagnostik mataProsedur diagnostik mata
Prosedur diagnostik mataRizal_mz
 
Pemeriksaan Fisik Sistem Pernafasan
Pemeriksaan Fisik Sistem PernafasanPemeriksaan Fisik Sistem Pernafasan
Pemeriksaan Fisik Sistem Pernafasanpjj_kemenkes
 
Pemeriksaan Fisik Gigi dan Mulut by Rachel Sagrim dkk
Pemeriksaan Fisik Gigi dan Mulut by Rachel Sagrim dkkPemeriksaan Fisik Gigi dan Mulut by Rachel Sagrim dkk
Pemeriksaan Fisik Gigi dan Mulut by Rachel Sagrim dkkdr. Rachel Sagrim
 
Pengumpulan dan Transportasi Spesimen
Pengumpulan dan Transportasi Spesimen Pengumpulan dan Transportasi Spesimen
Pengumpulan dan Transportasi Spesimen pjj_kemenkes
 
Pemeriksaan faeses
Pemeriksaan faesesPemeriksaan faeses
Pemeriksaan faesesAmat Rajasa
 
Spo rekam medik
Spo rekam medikSpo rekam medik
Spo rekam medikkhusnuleza
 

Andere mochten auch (13)

Pemeriksaan Telinga, Hidung dan Tenggorokan
Pemeriksaan Telinga, Hidung dan TenggorokanPemeriksaan Telinga, Hidung dan Tenggorokan
Pemeriksaan Telinga, Hidung dan Tenggorokan
 
Pemeriksaan Fungsi Pendengaran
Pemeriksaan Fungsi PendengaranPemeriksaan Fungsi Pendengaran
Pemeriksaan Fungsi Pendengaran
 
Pemeriksaan gangguan penghidu.pptx
Pemeriksaan gangguan penghidu.pptxPemeriksaan gangguan penghidu.pptx
Pemeriksaan gangguan penghidu.pptx
 
Prosedur diagnostik mata
Prosedur diagnostik mataProsedur diagnostik mata
Prosedur diagnostik mata
 
Modul 2 cetak
Modul 2 cetakModul 2 cetak
Modul 2 cetak
 
Pemeriksaan Fisik Sistem Pernafasan
Pemeriksaan Fisik Sistem PernafasanPemeriksaan Fisik Sistem Pernafasan
Pemeriksaan Fisik Sistem Pernafasan
 
Pemeriksaan Fisik Gigi dan Mulut by Rachel Sagrim dkk
Pemeriksaan Fisik Gigi dan Mulut by Rachel Sagrim dkkPemeriksaan Fisik Gigi dan Mulut by Rachel Sagrim dkk
Pemeriksaan Fisik Gigi dan Mulut by Rachel Sagrim dkk
 
Dbd
DbdDbd
Dbd
 
Pengumpulan dan Transportasi Spesimen
Pengumpulan dan Transportasi Spesimen Pengumpulan dan Transportasi Spesimen
Pengumpulan dan Transportasi Spesimen
 
Pemeriksaan faeses
Pemeriksaan faesesPemeriksaan faeses
Pemeriksaan faeses
 
Fluida dinamis
Fluida dinamis Fluida dinamis
Fluida dinamis
 
Spo rekam medik
Spo rekam medikSpo rekam medik
Spo rekam medik
 
Penyuluhan tentang bagaimana mencegah dbd
Penyuluhan tentang bagaimana mencegah dbdPenyuluhan tentang bagaimana mencegah dbd
Penyuluhan tentang bagaimana mencegah dbd
 

Ähnlich wie Pemeriksaan Telinga, Hidung dan Tenggorokan

Penatalaksanaan Asfiksia Pada BBL
Penatalaksanaan Asfiksia Pada BBLPenatalaksanaan Asfiksia Pada BBL
Penatalaksanaan Asfiksia Pada BBLpjj_kemenkes
 
Kegawatdaruratan 2013 (1)
Kegawatdaruratan 2013 (1)Kegawatdaruratan 2013 (1)
Kegawatdaruratan 2013 (1)JaniWidodo
 
Sistem indra
Sistem indraSistem indra
Sistem indrafaidil17
 
TGC_2_MAROGI_RESUME_SKILL_TGC.pdf
TGC_2_MAROGI_RESUME_SKILL_TGC.pdfTGC_2_MAROGI_RESUME_SKILL_TGC.pdf
TGC_2_MAROGI_RESUME_SKILL_TGC.pdfMarogiAlAnsoriani1
 
Pemeriksaan Fisik Sistem Pernafasan
Pemeriksaan Fisik Sistem PernafasanPemeriksaan Fisik Sistem Pernafasan
Pemeriksaan Fisik Sistem Pernafasanpjj_kemenkes
 
Pemeriksaan Fisik Sistem Pernafasan
Pemeriksaan Fisik Sistem PernafasanPemeriksaan Fisik Sistem Pernafasan
Pemeriksaan Fisik Sistem Pernafasanpjj_kemenkes
 
SOP pemeriksaan bayi.docx
SOP pemeriksaan bayi.docxSOP pemeriksaan bayi.docx
SOP pemeriksaan bayi.docxrahmiramadhan
 
5 lima alat indera manusia
5 lima alat indera manusia5 lima alat indera manusia
5 lima alat indera manusiaIndhara Khanta
 
Pengelolaan_Jalan_Napas_Airway_Managemen.pptx
Pengelolaan_Jalan_Napas_Airway_Managemen.pptxPengelolaan_Jalan_Napas_Airway_Managemen.pptx
Pengelolaan_Jalan_Napas_Airway_Managemen.pptxDeniSuryadiPratama
 
Nota pertolongan cemas
Nota pertolongan cemasNota pertolongan cemas
Nota pertolongan cemasBritney Sim
 
Nota Pertolongan Cemas
Nota Pertolongan CemasNota Pertolongan Cemas
Nota Pertolongan CemasD'sya Famili
 
Pemeriksaan keadaan umum pasien
Pemeriksaan keadaan umum pasienPemeriksaan keadaan umum pasien
Pemeriksaan keadaan umum pasienSulistia Rini
 

Ähnlich wie Pemeriksaan Telinga, Hidung dan Tenggorokan (20)

Modul 4 cetak
Modul 4 cetakModul 4 cetak
Modul 4 cetak
 
Penatalaksanaan Asfiksia Pada BBL
Penatalaksanaan Asfiksia Pada BBLPenatalaksanaan Asfiksia Pada BBL
Penatalaksanaan Asfiksia Pada BBL
 
Kegawatdaruratan 2013 (1)
Kegawatdaruratan 2013 (1)Kegawatdaruratan 2013 (1)
Kegawatdaruratan 2013 (1)
 
Sistem indra
Sistem indraSistem indra
Sistem indra
 
TGC_2_MAROGI_RESUME_SKILL_TGC.pdf
TGC_2_MAROGI_RESUME_SKILL_TGC.pdfTGC_2_MAROGI_RESUME_SKILL_TGC.pdf
TGC_2_MAROGI_RESUME_SKILL_TGC.pdf
 
Pemeriksaan Fisik Sistem Pernafasan
Pemeriksaan Fisik Sistem PernafasanPemeriksaan Fisik Sistem Pernafasan
Pemeriksaan Fisik Sistem Pernafasan
 
Pemeriksaan Fisik Sistem Pernafasan
Pemeriksaan Fisik Sistem PernafasanPemeriksaan Fisik Sistem Pernafasan
Pemeriksaan Fisik Sistem Pernafasan
 
PEMERIKSAAN FISIK.pptx
PEMERIKSAAN FISIK.pptxPEMERIKSAAN FISIK.pptx
PEMERIKSAAN FISIK.pptx
 
Choking
ChokingChoking
Choking
 
SOP pemeriksaan bayi.docx
SOP pemeriksaan bayi.docxSOP pemeriksaan bayi.docx
SOP pemeriksaan bayi.docx
 
5 lima alat indera manusia
5 lima alat indera manusia5 lima alat indera manusia
5 lima alat indera manusia
 
Pengelolaan_Jalan_Napas_Airway_Managemen.pptx
Pengelolaan_Jalan_Napas_Airway_Managemen.pptxPengelolaan_Jalan_Napas_Airway_Managemen.pptx
Pengelolaan_Jalan_Napas_Airway_Managemen.pptx
 
Nota pertolongan cemas
Nota pertolongan cemasNota pertolongan cemas
Nota pertolongan cemas
 
Stetoscope revisi
Stetoscope revisiStetoscope revisi
Stetoscope revisi
 
Nota Pertolongan Cemas
Nota Pertolongan CemasNota Pertolongan Cemas
Nota Pertolongan Cemas
 
NARASI Video Intubasi.docx
NARASI Video Intubasi.docxNARASI Video Intubasi.docx
NARASI Video Intubasi.docx
 
Pemeriksaan keadaan umum pasien
Pemeriksaan keadaan umum pasienPemeriksaan keadaan umum pasien
Pemeriksaan keadaan umum pasien
 
Airway Management.pdf
Airway Management.pdfAirway Management.pdf
Airway Management.pdf
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
Soap bbl
Soap bblSoap bbl
Soap bbl
 

Mehr von pjj_kemenkes

Modul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid IIIModul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid IIIModul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid IIIModul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid IIIModul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid IIIModul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid IIIModul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid IIIModul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid IIIModul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid IIIModul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1pjj_kemenkes
 
Modul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatanModul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatanpjj_kemenkes
 
Modul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatanModul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatanpjj_kemenkes
 

Mehr von pjj_kemenkes (20)

Modul 4 MTBS
Modul 4 MTBSModul 4 MTBS
Modul 4 MTBS
 
Modul 3 MTBS
Modul 3 MTBSModul 3 MTBS
Modul 3 MTBS
 
Modul 2 MTBS
Modul 2 MTBSModul 2 MTBS
Modul 2 MTBS
 
Modul 1 MTBS
Modul 1 MTBSModul 1 MTBS
Modul 1 MTBS
 
Modul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid IIIModul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid III
 
Modul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid IIIModul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid III
 
Modul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid IIIModul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid III
 
Modul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid IIIModul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid III
 
Modul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid IIIModul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid III
 
Modul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid IIIModul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid III
 
Modul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid IIIModul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid III
 
Modul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid IIIModul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid III
 
Modul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid IIIModul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid III
 
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
 
Modul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatanModul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatan
 
Modul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatanModul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatan
 

Kürzlich hochgeladen

TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)MustahalMustahal
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatanssuser963292
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatArfiGraphy
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 

Kürzlich hochgeladen (20)

TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 

Pemeriksaan Telinga, Hidung dan Tenggorokan

  • 1. Tujuan Pembelajaran Umum Tujuan Pembelajaran Khusus Kegiatan Belajar 1 Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman I Setelah mempelajari dan mempraktikkan materi Kegiatan Belajar 1 ini Anda dapat melakukan pemeriksaan telinga, hidung dan tenggorokan pada pasien dengan gangguan sistem penginderaan (THT) TUJUANPembelajaran Umum TUJUANPembelajaran Khusus POKOKMateri Setelah mempelajari dan mempraktekkan materi kegiatan belajar 1 ini Anda diharapkan mampu: 1. Mempersiapkan pasien sebelum pemeriksaan 2. Melakukan prosedur tindakan pemeriksaan Pokok-pokok materi yang harus Anda pelajari pada kegiatan belajar 1 ini meliputi: 1. Pemeriksaan telinga 2. Pemeriksaan hidung 3. Pemeriksaan tenggorokan Pemeriksaan Telinga, Hidung dan Tenggorokan (THT)
  • 2. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 2 Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Uraian Materi Sebelum Anda melakukan pemeriksaan fisik pada Telinga, Hidung dan Tenggorokan (THT). Maka Anda harus tahu dulu apa pengertian tujuan pemeriksaan tersebut. Pemeriksaan fisik telinga adalah suatu pemeriksaan yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya kelainan-kelainan pada telinga, mulai dari telinga bagian luar sampai telinga dalam yang dapat memberikan gangguan fungsi pendengaran dan keseimbangan. Kelainan-kelainan pada hidung dan tenggorok yang dapat memberikan gangguan penghidu dan pengecapan. Pemeriksaan dilakukan dengan cara melihat (inspeksi), meraba (palpasi) dan melakukan tes- tes untuk melihat sifat dan jenis gangguan pendengaran dan keseimbangan serta gangguan penghidu dan pengecapan. Apa sajakah yang harus Anda persiapkan untuk melakukan prosedur tersebut? Sebelum melakukan pemeriksaan THT ada beberapa hal yang harus Anda persiapkan meliputi alat dan bahan yang akan digunakan dalam pemeriksaan THT antara lain: a. Lampu kepala b. Spekulum telinga dengan berbagai ukuran c. Aplikator kapas d. Pinset bayonet dan pinset lurus e. Cerumen hook dan cerumen spoon f. Otopneumoscope g. Speculum hidung dengan berbagai ukuran h. Cermin laring dan nasofaring dengan berbagai ukuran i. Spatel lidah j. Seperangkat garpu tala
  • 3. 3 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman k. Kapas dan Kasa l. Larutan efedrin 1% dan 2% m. Larutan lidokain n. Alkohol 70% o. Betadine p. AgNo3 Setelah semua bahan dan alat yang digunakan untuk memeriksa pasien sudah siap, maka baru Anda melakukan prosedur tindakan pemeriksaan seperti yang diuraikan di bawah ini: Langkah pertama yang Anda lakukan adalah menyiapkan senter kepala untuk digunakan dalam pemeriksaan. Sebelum diletakkan di kepala, ikatan lampu kepala dilonggarkan dengan memutar pengunci kearah kiri. Posisi lampu diletakkan tepat pada daerah glabella atau sedikit miring kearah mata yang lebih dominant. Bila lampu kepala sudah berada pada posisi yang benar, ikatan lampu dieratkan dengan memutar kunci kearah kanan. Pungunci ikatan lampu kepala harus berada disebelah kanan kepala. Fokus cahaya lampu diatur dengan memfokuskan cahaya kearah telapak tangan yang diletakkan kurang lebih 30 cm dari lampu kepala. Besar kecilnya focus cahaya diatur dengan memutar penutup lampu kepala kearah luar sampai diperoleh focus cahaya lampu yang kecil, bulat dengan tingkat pencahayaan yang maksimal. Diusahakan agar sudut yang dibentuk oleh jatuhnya sumber cahaya kearah obyek yang berjarak kurang lebih 30 cm dengan aksis bola mata, sebesar 15 derajat. Setelah itu langkah selanjutnya yang Anda lakukan adalah sebagai berikut: Anda dan pasien masing-masing duduk berhadapan dengan sedikit menyerong, kedua lutut pemeriksa dirapatkan dan ditempatkan berdampingan dengan kaki penderita. Bila diperlukan posisi-posisi tertentu penderita dapat diarahkan ke kiri atau kanan. Kepala penderita difiksasi dengan bantuan seorang perawat. Pada anak kecil yang belum kooperatif selain diperlukan fiksasi kepala, sebaiknya anak dipangku oleh orang tuanya pada saat dilakukan pemeriksaan. Kedua tangan dipeluk oleh orang tua sementara itu, kaki anak difiksasi diantara
  • 4. 4 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman kedua paha orang tua. Nah, sekarang Anda dapat mulai melakukan pemeriksaan satu persatu mulai dari telinga, hidung dan tenggorokan seperti yang diuraikan di bawah ini: PEMERIKSAAN TELINGA Pada pemeriksaan telinga, mula-mula yang harus Anda lakukan adalah inspeksi telinga luar, perhatikan apakah ada kelainan bentuk telinga, tanda- tanda peradangan, tumor dan secret yang keluar dari liang telinga. Pengamatan dilakukan pada telinga bagian depan dan belakang. Setelah selesai mengamati bagian-bagian telinga, lakukan palpasi pada telinga, apakah ada nyeri tekan, nyeri tarik atau tanda-tanda pembesaran kelenjar pre dan post aurikuler. Kemudian Anda melakukan pemeriksaan auskultasi pada telinga dengan menggunakan stetoskop, pemeriksaan ini dapat dilakukan pada kasus-kasus tertentu misalnya pada penderita dengan keluhan tinnitus objektif. Gambar 1, Pemeriksaan telinga Selanjutnya Anda melakukan pemeriksaan liang telinga dan membrane timpani dengan memposisikan liang telinga sedemikian rupa agar diperoleh aksis liang telinga yang sejajar dengan arah pandang mata sehingga keseluruhan liang telinga sampai permukaan membrane timpani dapat terlihat. Posisi ini dapat diperoleh dengan menjepit daun telinga dengan menggunakan ibu jari dan jari tengah dan menariknya kearah superior-dorso-lateral dan mendorong tragus ke anterior dengan menggunakan jari telunjuk. Cara ini Anda lakukan dengan tangan kanan bila akan memeriksa telinga kiri dan sebaliknya gunakan tangan
  • 5. 5 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman kiri bila akan memeriksa telinga kanan. Pada kasus-kasus dimana kartilago daun telinga agak kaku atau kemiringan liang telinga terlalu ekstrim dapat digunakan bantuan speculum telinga yang disesuaikan dengan besarnya diameter liang telinga. Spekulum telinga Anda pegang dengan menggunakan tangan yang bebas. Perhatikan! Amati liang telinga dengan seksama apakah ada stenosis atau atresia meatal, obstruksi yang disebabkan oleh secret, jaringan ikat, benda asing, serumen obsturan, polip, jaringan granulasi, edema atau furunkel. Semua sumbatan ini sebaiknya disingkirkan agar membrane timpani dapat terlihat jelas. Sebagai tambahan! Amati pula dinding liang telinga ada atau tidak laserasi. Liang telinga dibersihkan dari secret dari sekret dengan menggunakan aplikator kapas, bilas telinga atau dengan suction. Bagaimana cara membuat aplikator kapas? Di bawah ini Anda dapat mempelajari bagaimana cara membuatnya : Cara membuat aplikator kapas yaitu dengan mengambil kapas secukupnya kemudian aplikator diletakkan ditengah-tengah kapas aturlah letak aplikator sedemikian rupa sehingga ujung aplikator terletak kira-kira pada pertengahan kapas, kapas kemudian dilipat dua sehingga menyelimuti ujung aplikator dan dijepit dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri. Selanjutnya pangkal aplikator diputar searah dengan putaran jarum jam dengan menggunakan tangan kanan. Setelah ujung aplikator diselimuti kapas, lakukan pengecekan apakah ujung aplikator yang tajam tidak melampaui ujung kapas. Selanjutnya kapas aplikator dilewatkan diatas api Bunsen. Bila secret terlalu profus dapat digunakan bilasan air hangat yang disesuikan dengan suhu tubuh. Bilasan telinga dilakukan dengan menyemprotkan air dari spoit langsung ke dalam telinga. Ujung spoit diarahkan ke dinding atas meatus sehingga diharapkan secret / serumen akan dikeluarkan oleh air bilasan yang balik kembali. Setelah sumbatan secret/serumen Anda singkirkan, maka langkah berikutnya yang Anda lakukan adalah pengamatan terhadap membran timpani. Pengamatan terhadap membrane timpani Anda lakukan dengan memperhatikan permukaan membrane timpani, posisi membrane, warna, ada tidaknya perforasi, refleks cahaya, struktur telinga tengah yang terlihat pada permukaan membrane seperti manubrium mallei, prosesus brevis, plika maleolaris anterior dan posterior. Untuk mengetahui mobilitas membrane timpani Anda dapat menggunakan otopneumoskop.
  • 6. 6 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Gambar 2, Pemeriksaan telinga (membrane timpani) Perhatian! Bila akan dilakukan pemeriksaan telinga kanan, speculum otopneumoskop difiksasi dengan ibu jari dan jari telunjuk, daun telinga dijepit dengan menggunakan jari tengah dan jari manis tangan kiri, sebaliknya dilakukan bila akan memeriksa telinga kiri. Selanjutnya pneumoskop Anda kembang kempiskan dengan menggunakan tangan kanan. Pada saat pneumoskop Anda kembang kempiskan, pergerakan membrane timpani dapat Anda amati melalui speculum otopneumoskop. Pergerakan membrane timpani dapat pula Anda amati dengan menyuruh pasien melakukan Manuver Valsalva yaitu dengan menyuruh pasien mengambil napas dalam, kemudian meniupkan melalui hidung dan mulut yang tertutup oleh tangan. Diharapkan dengan menutup hidung dan mulut, udara tidak dapat keluar melalui hidung dan mulut sehingga terjadi peninggian tekanan udara di dalam nasofaring. Selanjutnya akibat penekanan udara, ostium tuba yang terdapat dalam rongga nasofaring akan terbuka dan udara akan masuk ke dalam kavum timpani melalui tuba auditiva. Gambar 3, Pemeriksaan telinga
  • 7. 7 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Setelah Anda melakukan pemeriksaan telinga, maka langkah berikutnya Anda dapat melakukan pemeriksaan hidung. Bagaimanan cara memeriksa hidung? Anda dapat mempelajari materi di bawah ini : PEMERIKSAAN HIDUNG DAN SINUS PARANASALIS Pemeriksaan hidung dapat Anda awali dengan melakukan inspeksi dan palpasi hidung bagian luar dan daerah sekitarnya. Inspeksi Anda lakukan dengan mengamati ada tidaknya kelainan bentuk hidung, tanda-tanda infeksi dan sekret yang keluar dari rongga hidung. Palpasi Anda lakukan dengan penekanan jari-jari telunjuk mulai dari pangkal hidung sampai apeks untuk mengetahui ada tidaknya nyeri, massa tumor atau tanda-tanda krepitasi. Selanjutnya Anda melakukan pemeriksaan rongga hidung melalui lubang hidung yang disebut dengan Rhinoskopi anterior dan yang melalui rongga mulut dengan menggunakan cermin nasofaring yang disebut dengan Rhinoskopi posterior. Bagaimanakah cara melakukan prosedur Rhinoskopi Anterior? Anda dapat mempelajari uraian materi di bawah ini: Rhinoskopi anterior (RA) Dalam melakukan prosedur ini Anda menggunakan speculum hidung yang disesuaikan dengan besarnya lubang hidung. Spekulum hidung Anda pegang dengan tangan yang dominan. Spekulum digenggam sedemikian rupa sehingga tangkai bawah dapat digerakkan bebas dengan menggunakan jari tengah, jari manis dan jari kelingking. Jari telunjuk digunakan sebagai fiksasi disekitar hidung. Selanjutnya lidah speculum dimasukkan dengan hati-hati dan dalam keadaantertutupkedalamronggahidung.Didalamronggahidunglidahspeculum dibuka. Jangan memasukkan lidah speculum terlalu dalam atau membuka lidah speculum terlalu lebar. Pada saat mengeluarkan lidah speculum dari rongga hidung, lidah speculum dirapatkan tetapi tidak terlalu rapat untuk menghindari terjepitnya bulu-bulu hidung. Kemudian amati struktur yang terdapat di dalam rongga hidung mulai
  • 8. 8 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman dari dasar rongga hidung, konka-konka, meatus dan septum nasi. Perhatikan warna dan permukaan mukosa rongga hidung, ada tidaknya massa, benda asing dan secret. Struktur yang terlihat pertama kali adalah konka inferior. Bila ingin melihat konka medius dan superior pasien Anda minta untuk tengadahkan kepala. Pada pemeriksaan RA dapat pula dinilai Fenomena Palatum Molle yaitu pergerakan palatum molle pada saat pasien diminta untuk mengucapkan huruf “ i “. Pada waktu melakukan penilaian fenomena palatum molle usahakan agar arah pandang mata Anda sejajar dengan dasar rongga hidung bagian belakang. Pandangan mata Anda tertuju pada daerah nasofaring sambil mengamati turun naiknya palatum molle pada saat pasien mengucapkan huruf “ i ” . Fenomena Palatum Molle akan negatif bila terdapat massa di dalam rongga nasofaring yang menghalangi pergerakan palatum molle, atau terdapat kelumpuhan otot-otot levator dan tensor velli palatini. Bila rongga hidung sulit diamati oleh adanya edema mukosa dapat digunakan tampon kapas efedrin yang dicampur dengan lidokain yang dimasukkan ke dalam rongga hidung untuk mengurangi edema mukosa. Setelah melakukan prosedur pemeriksaan Rhinoskopi Anterior, selanjutnya Anda melakukan prosedur pemeriksaan Rhinoskopi Posterior, seperti yang diuraikan di bawah ini: Rhinoskopi posterior Dalam melakukan pemeriksaan ini, pasien Anda minta untuk membuka mulut tanpa mengeluarkan lidah, 1/3 dorsal lidah ditekan dengan menggunakan spatel lidah. Jangan melakukan penekanan yang terlalu keras pada lidah atau memasukkan spatel terlalu jauh hingga mengenai dinding faring oleh karena hal ini dapat merangsang refleks muntah. Cermin nasofaring yang sebelumnya telah dilidah apikan, dimasukkan ke belakang rongga mulut dengan permukaan cermin menghadap ke atas. Usahakan agar cermin tidak menyentuh dinding dorsal faring. Kemudian perhatikan struktur rongga nasofaring yang terlihat pada cermin. Selanjutnya amati septum nasi bagian belakang, ujung belakang konka inferior, medius dan superior, adenoid (pada anak), ada tidak secret yang mengalir melalui meatus. Perhatikan pula struktur lateral rongga nasofaring: ostium tuba, torus tubarius, fossa Rossenmulleri. Selama melakukan pemeriksaan pasien Anda minta tenang dan tetap bernapas melalui hidung. Pada penderita yang sangat
  • 9. 9 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman sensitif, dapat disemprotkan anestesi lokal ke daerah faring sebelum dilakukan pemeriksaan. Setelah melakukan pemeriksaan hidung, selanjutnya pemeriksaan apa yang Anda kerjakan? Selanjutnya Anda melakukan pemeriksaan Sinus Paranasalis, yang dapat Anda pelajari seperti pada uraian materi di bawah ini: Pemeriksaan Sinus Paranasalis Dalam melakukan pemeriksaan Sinus Paranasalis, Anda melakukan Inspeksi untuk melihat ada tidaknya pembengkakan pada wajah, dan palpasi untuk mengevaluasi apakah ada nyeri tekan atau tidak. Perhatikan: a. Bila ada pembengkakan dan kemerahan pada pipi, kelopak mata bawah menunjukkan kemungkinan adanya sinusitis aksilaris akut. b. Apabila Anda mendapatkan ada pembengkakan pada kelopak mata atas kemungkinan sinusitis frontalis akut. c. Bila ada nyeri tekan pada pipi dan nyeri ketuk pada gigi bagian atas menunjukkan adanya Sinusitis maksilaris. d. Bila ada nyeri tekan pada medial atap orbita menunjukkan adanya Sinusitis frontalis. e. Bila nyeri tekan di daerah kantus medius menunjukkan kemungkinan sinusitis etmoidalis. Gambar 4, Pemeriksaan Sinus Paranasalis
  • 10. 10 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Setelah melakukan pemeriksaan Sinus Paranasalis, selanjutnya Anda melakukan pemeriksaan faring. Bagaimana caranya? Caranya adalah sebagai berikut: Pemeriksaan Faring Dalam melakukan pemeriksaan faring, Pertama, Pasien Anda instruksikan membuka mulut, perhatikan struktur di dalam cavum oris mulai dari gigi geligi, palatum, lidah, bukkal. Lihat ada tidaknya kelainan berupa: pembengkakan, hiperemis, massa, atau kelainan congenital. Lakukan penekanan pada lidah secara lembut dengan spatel lidah. Selanjutnya perhatikan struktur arkus anterior dan posterior, tonsil, dinding dorsal faring. Deskripsikan kelainan-kelainan yang tampak. Kemudian dengan menggunakan sarung tangan lakukan palpasi pada daerah mukosa bukkal, dasar lidah dan daerah palatum untuk menilai adanya kelainan-kelainan dalam rongga mulut. Setelah melakukan pemeriksaan faring, selanjutnya Anda melakukan pemeriksaan laringoskopi indirek. Bagaimana caranya? Caranya adalah sebagai berikut: Pemeriksaan Laringoskopi Indirek Dalam pemeriksaan ini anjurkan pasien untuk membuka mulut, instruksikan penderita untuk menjulurkan lidah sejauh mungkin ke depan. Kemudian balut lidah dengan kasa steril, selanjutnya fiksasi lidah diantara ibu jari dan jari tengah. Instruksikan pasien untuk bernafas secara normal. Kemudian masukkan cermin laring yang sesuai yang sebelumnya telah dilidah apikan ke dalam orofaring. Arahkan cermin laring ke daerah hipofaring sedemikian rupa hingga tampak struktur di daerah hipofaring yaitu: epiglottis, valekula, fossa piriformis, plika ariepiglotikka, aritaenoid, plika ventrikularis dan plika vocalis. Penilaian mobilitas plika vocalis dengan menyuruh penderita mengucapkan huruf i berulang kali. Prosedur Di bawah ini adalah format prosedur dan penilaian prosedur tindakan pemeriksaan hidung dan sinus.
  • 11. 11 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PEMERIKSAAN HIDUNG DAN SINUS NO URAIAN Skor A. Persiapan Alat 0 1 2 1. Otoskop 2. Speculum hidung 3. Cermin kecil 4. Lampu B. Persiapan pasien dan lingkungan 1. Jelaskan pada pasien tujuan tindakan yang akan dilakukan. 2. Atur lingkungan sekitar pasien. C. Pelaksanaan prosedur 1. Cuci tangan dan pakai sarung tangan. 2. Pasien diposisikan untuk duduk. 3. Pemeriksa duduk menghadap pasien. 4. Inspeksi dan palpasi hidung bagian luar dan inspeksi sinus- sinus. 1. Atur penerangan dan amati hidung bagian luar dari sisi depan, samping dan sisi atas. Perhatikan bentuk atau tulang hidung dari ketiga sisi ini. 2. Lanjutkan dengan melakukan palpasi hidung luar dan catat bila ditemukan ketidaknormalan kulit atau tulang hidung. 3. Kaji mobilitas septum hidung. 4. Palpasi sinus maksilaris, frontalis dan etmoidalis, perhatikan terhadap adanya nyeri tekan. 5. Inspeksi hidung bagian dalam 1. Atur lampu sehingga sesuai untuk menerangi lubang hidung. 2. Elevasikan ujung hidung pasien dengan cara menekan hidung secara ringan dengan ibu jari, kemudian amati bagian anterior lubang hidung. 3. Amati posisi septum hidung dan kemungkinan adanya perfusi. 4. Amati bagian turbin inferior. 5. Pasang speculum hidung pada lubang hidung sehingga rongga hidung dapat diamati.
  • 12. 12 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman 6. Untuk memudahkan pengamatan pada dasar hidung maka atur posisi kepala sedikit menengadah. 7. Dorong kepala menengadah sehingga bagian atas rongga hidung mudah diamati. 8. Amati bentuk dan posisi septum, kartilago dan dinding- dinding rongga hidung serta selaput lender pada rongga hidung (warna, sekresi, bengkak). 9. Bila sudah selesai, lepaskan speculum dengan hati-hati. 10. Untuk pemeriksaan hidung bagian dalam bias digunakan otoskop yang dilengkapi dengan speculum dan kaca pembesar. 6. Pengkajian patensi hidung (dilakukan bila dicurigai adanya sumbatan atau deformitas pada rongga hidung bagian bawah) 1. Duduk dihadapan pasien. 2. Gunakan satu tangan untuk menutup satu lubang hidung pasien, suruh pasien menghembuskan udara dari lubang hidung yang tidak ditutup dan rasakan hembusan udara tersebut. Normalnya udara dapat dihembuskan dengan mudah dan dapat dirasakan dengan jelas. 3. Kaji pada lubang satunya. Anjurkan pasien meniupkan udara dengan mulut tertutup. 7. Catat hasil pemeriksaan. Keterangan : Skor 0 : bila prosedur belum mampu dilakukan Skor 1 : bila prosedur dilakukan dengan bantuan Skor 2 : bila prosedur dilakukan dengan mandiri
  • 13. 13 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Di bawah ini adalah format prosedur dan penilaian prosedur tindakan pemeriksaan mulut dan tenggorokan. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PEMERIKSAAN MULUT DAN TENGGOROKAN NO URAIAN SKOR A. Persiapan Alat 0 1 2 1. Spatel lidah 2. Kassa/tisu B. Persiapan pasien dan lingkungan 1. Jelaskan pada pasien tujuan tindakan yang akan dilakukan. 2. Tutup pintu dan pasang sampiran. C. Pelaksanaan prosedur 1. Cuci tangan 2. Bantu pasien duduk berhadapan dengan pemeriksa, tinggi sejajar. 3. Inspeksi mulut dan paring 1. Amati bibir untuk mengetahui adanya kelainan congenital, bibir sumbing, warna bibir, ulkus, lesi dan massa. 2. Lanjutkan pengamatan pada gigi dengan pasien dianjurkan membuka mulut. 3. Atur pencahayaan yang memadai dan bila perlu gunakan spatel lidah untuk menekan lidah sehingga gigi terlihat lebih jelas. 4. Amati keadaan setiap gigi mengenai posisi, jarak, gigi rahang atas dan bawah, ukuran, warna, lesi atau adanya tumor. Amati juga secara khusus pada akar-akar gigi dan gusi. 5. Pemeriksaan setiap gigi dengan cara mengetuk secara sistematis, bandingkan gigi bagian kiri, kanan, atas dan bawah. Anjurkan pasien untuk memberitahu bila merasa nyeri sewaktu diketuk. 6. Perhatikan pula cirri-ciri umum sewaktu melakukan pengkajian antara lain kebersihan mulut dan bau mulut.
  • 14. 14 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman 7. Lanjutkan pengamatan pada lidah dan perhatikan kesimetrisannya. Suruh pasien menjulurkan lidah dan amati mengenai kelurusan, warna, ulkus maupun setiap ada kelainan. 8. Amati selaput lender mulut secara simetris pada semua bagian mulut mengenai warna, adanya pembengkakan, tumor, sekresi, peradangan, ulkus dan perdarahan. 9. Beri kesempatan pasien untuk istirahat dengan menutup mulut sejenak bila capai, lalu lanjutkan dengan inspeksi paring dengan cara pasien dianjurkan membuka mulut, tekan lidah ke bawah sewaktu pasien berkata “ah”. Amati paring terhadap kesimetrisan uvula. 4. Palpasi pada mulut (lakukan dengan hati-hati, upayakan pasien tidak muntah) 1. Atur posisi pasien duduk menghadap pemeriksa. 2. Anjurkan pasien membuka mulut. 3. Pegang pipi diantara ibujari dan jari telunjuk (jari telunjuk berada di dalam). Palpasi pipi secara sistematis dan perhatikan terhadap adanya tumor atau pembengkakan. Bila ada pembengkakan determinasikan menurut ukuran, konsistensi, hubungan dengan daerah sekitarnya dan adanya nyeri. 4. Lanjutkan dengan palpasi pada palatum dengan jari telunjuk dan rasakan terhadap adanya pembengkakan dan fisura. 5. Palpasi dasar mulut dengan cara pasien disuruh mengatakan “el” kemungkinan palpasi dilakukan pada dasar mulut secara sistematis dengan jari penunjuk tangan kanan. Bila diperlukan beri sedikit penekanan dengan ibu jari dari bawah dagu untuk mempermudah palpasi. Catat bila didapatkan pembengkakan. 6. Palpasi lidah dengan cara pasien disuruh menjulurkan lidah, pegang lidah dengan kassa steril menggunakan tangan kiri. Dengan jari penunjuk tangan kanan lakukan palpasi lidah terutama bagian belakang dan batas-batas lidah. 5. Inspeksi leher 1. Anjurkan pasien untuk melepas baju
  • 15. 15 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman 2. Atur pencahayaan yang baik 3. Lakukan inspeksi leher mengenai bentuk leher, warna kulit, adanya pembengkakan, jaringan parut dan adanya massa. Inspeksi dilakukan secara sistematis mulai dari garis tengah sisi depan leher, dari samping dan dari belakang. Warna kulit leher normalnya sama dengan kulit sekitarnya. Dapat menjadi kuning pada semua ikterus, dan menjadi merah, bengkak, panas dan nyeri tekan bila mengalami peradangan. 4. Inspeksi tiroid dengan cara pasien disuruh menelan dan amati gerakan kelenjar tiroid pada takik suprasternal. Normalnya gerakan kelenjar tiroid tidak dapat dilihat kecuali pada orang yang sangat kurus. 6. Palpasi leher (kelenjar limfe, tiroid dan trakea) 1. Duduklah menghadap pasien 2. Anjurkan pasien untuk menengadah ke samping menjauhi perawat pemeriksa sehingga jaringan lunak dan otot-otot akan relaks 3. Lakukan palpasi secara simetris dan determinasikan menurut lokasi, batas-batas, ukuran, nyeri tekan pada setiap kelompok kelenjar limfe yang terdiri dari: a. Preaurikular → di depan telinga b. Posterior aurikuler → superfial terhadap prosesus mastoideus c. Osipital → di dasar posterior tulang kepala d. Tonsilar → di sudut mandibula e. Submaksilaris → di tengah-tengah antara sudut dan ujung mandibula f. Submental → pada garis tengah beberapa cm di belakang ujung mandibula g. Servikal superficial → superficial terhadap sternomastoideus h. Servikal posterior → sepanjang tepi anterior trapesius i. Servikal dalam → dalam sternomastoid dan sering tidak dapat dipalpasi j. Supraklavikula → dalam suatu sudut yang terbentuk oleh klavikula dan sternomastoideus
  • 16. 1616 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman 4. Lakukan palpasi kelenjar tiroid dengan cara: a. Letakkan tangan anda pada leher pasien b. Palpasi pada fosa suprasternal dengan jari penunjuk dan jari tengah c. Suruh pasien menelan atau minum untuk memudahkan palpasi d. Palpasi dapat pula dilakukan dengan perawat berdiri di belakang pasien, tangan diletakkan mengelilingi leher dan palpasi dilakukan dengan jari kedua dan ketiga e. Bila teraba kelenjar tiroid maka determinasikan menurut bentuk, ukuran, konsistensi dan permukaannya 5. Lakukan palpasi trakea dengan cara berdiri disamping kanan pasien. Letakkan jari tengah pada bagian bawah trakea dan raba trakea ke atas, ke bawah dan ke samping sehingga kedudukan trakea dapat diketahui. 7. Pemeriksaan mobilitas leher 1. Lakukan pengkajian mobilitas leher secara aktif. Suruh pasien menggerakkan leher dengan urut-urutan sebagi berikut: a. Antefleksi, normalnya 45o b. Dorsofleksi, normalnya 60o c. Rotasi ke kanan, normalnya 70o d. Rotasi ke kiri, normalnya 70o e. Lateral fleksi ke kiri, normalnya 40o f. Lateral fleksi ke kanan, normalnya 40o 2. Determinasikan sejauh mana pasien mampu menggerakkan lehernya. Normalnya gerakan dapat dilakukan secara terkoordinasi, tanpa gangguan. 3. Bila perlu lakukan mobilitas secara pasif dengan cara kepala pasien dipegang dengan dua tangan kemudian digerakkan dengan urut-urutan yang sama seperti pada pengkajian mobilitas leher secara aktif. 8. Catat hasil pemeriksaan Keterangan : Skor 0 : bila prosedur belum mampu dilakukan Skor 1 : bila prosedur dilakukan dengan bantuan Skor 2 : bila prosedur dilakukan dengan mandiri
  • 17. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 17 Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman 17 Rangkuman Pada kegiatan belajar 1 ini Anda telah mempelajari materi bagaimana Anda melakukan pemeriksaan fisik pada telinga, hidung, dan tenggorokan. Dalam melakukan pemeriksaan fisik pada telinga, hidung dan tenggorokan, Anda harus memperhatikan dan memahami betul anatomi organ tersebut agar mudah dalam melakukan pemeriksaan dan hasil pemeriksaannya tepat dan akurat.