1. Tujuan Pembelajaran Umum
Tujuan Pembelajaran Khusus
Kegiatan Belajar
1
Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman
I
Setelah mempelajari dan mempraktikkan materi Kegiatan Belajar
1 ini Anda dapat melakukan pemeriksaan telinga, hidung dan
tenggorokan pada pasien dengan gangguan sistem penginderaan
(THT)
TUJUANPembelajaran Umum
TUJUANPembelajaran Khusus
POKOKMateri
Setelah mempelajari dan mempraktekkan materi kegiatan belajar 1
ini Anda diharapkan mampu:
1. Mempersiapkan pasien sebelum pemeriksaan
2. Melakukan prosedur tindakan pemeriksaan
Pokok-pokok materi yang
harus Anda pelajari pada
kegiatan belajar 1 ini meliputi:
1. Pemeriksaan telinga
2. Pemeriksaan hidung
3. Pemeriksaan tenggorokan
Pemeriksaan Telinga, Hidung dan Tenggorokan (THT)
2. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
2
Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman
Uraian Materi
Sebelum Anda melakukan pemeriksaan fisik pada Telinga, Hidung
dan Tenggorokan (THT). Maka Anda harus tahu dulu apa pengertian tujuan
pemeriksaan tersebut.
Pemeriksaan fisik telinga adalah suatu pemeriksaan yang digunakan untuk
mengetahui ada tidaknya kelainan-kelainan pada telinga, mulai dari telinga
bagian luar sampai telinga dalam yang dapat memberikan gangguan fungsi
pendengaran dan keseimbangan. Kelainan-kelainan pada hidung dan tenggorok
yang dapat memberikan gangguan penghidu dan pengecapan. Pemeriksaan
dilakukan dengan cara melihat (inspeksi), meraba (palpasi) dan melakukan tes-
tes untuk melihat sifat dan jenis gangguan pendengaran dan keseimbangan serta
gangguan penghidu dan pengecapan.
Apa sajakah yang harus Anda persiapkan untuk melakukan prosedur tersebut?
Sebelum melakukan pemeriksaan THT ada beberapa hal yang harus Anda
persiapkan meliputi alat dan bahan yang akan digunakan dalam pemeriksaan
THT antara lain:
a. Lampu kepala
b. Spekulum telinga dengan berbagai ukuran
c. Aplikator kapas
d. Pinset bayonet dan pinset lurus
e. Cerumen hook dan cerumen spoon
f. Otopneumoscope
g. Speculum hidung dengan berbagai ukuran
h. Cermin laring dan nasofaring dengan berbagai ukuran
i. Spatel lidah
j. Seperangkat garpu tala
3. 3
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman
k. Kapas dan Kasa
l. Larutan efedrin 1% dan 2%
m. Larutan lidokain
n. Alkohol 70%
o. Betadine
p. AgNo3
Setelah semua bahan dan alat yang digunakan untuk memeriksa pasien
sudah siap, maka baru Anda melakukan prosedur tindakan pemeriksaan seperti
yang diuraikan di bawah ini:
Langkah pertama yang Anda lakukan adalah menyiapkan senter kepala
untuk digunakan dalam pemeriksaan. Sebelum diletakkan di kepala, ikatan
lampu kepala dilonggarkan dengan memutar pengunci kearah kiri. Posisi lampu
diletakkan tepat pada daerah glabella atau sedikit miring kearah mata yang
lebih dominant. Bila lampu kepala sudah berada pada posisi yang benar, ikatan
lampu dieratkan dengan memutar kunci kearah kanan. Pungunci ikatan lampu
kepala harus berada disebelah kanan kepala. Fokus cahaya lampu diatur dengan
memfokuskan cahaya kearah telapak tangan yang diletakkan kurang lebih 30 cm
dari lampu kepala. Besar kecilnya focus cahaya diatur dengan memutar penutup
lampu kepala kearah luar sampai diperoleh focus cahaya lampu yang kecil,
bulat dengan tingkat pencahayaan yang maksimal. Diusahakan agar sudut yang
dibentuk oleh jatuhnya sumber cahaya kearah obyek yang berjarak kurang lebih
30 cm dengan aksis bola mata, sebesar 15 derajat.
Setelah itu langkah selanjutnya yang Anda lakukan adalah sebagai berikut:
Anda dan pasien masing-masing duduk berhadapan dengan sedikit
menyerong, kedua lutut pemeriksa dirapatkan dan ditempatkan berdampingan
dengan kaki penderita. Bila diperlukan posisi-posisi tertentu penderita dapat
diarahkan ke kiri atau kanan. Kepala penderita difiksasi dengan bantuan seorang
perawat. Pada anak kecil yang belum kooperatif selain diperlukan fiksasi kepala,
sebaiknya anak dipangku oleh orang tuanya pada saat dilakukan pemeriksaan.
Kedua tangan dipeluk oleh orang tua sementara itu, kaki anak difiksasi diantara
4. 4
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman
kedua paha orang tua.
Nah, sekarang Anda dapat mulai melakukan pemeriksaan satu persatu
mulai dari telinga, hidung dan tenggorokan seperti yang diuraikan di bawah ini:
PEMERIKSAAN TELINGA
Pada pemeriksaan telinga, mula-mula yang harus Anda lakukan adalah
inspeksi telinga luar, perhatikan apakah ada kelainan bentuk telinga, tanda-
tanda peradangan, tumor dan secret yang keluar dari liang telinga. Pengamatan
dilakukan pada telinga bagian depan dan belakang. Setelah selesai mengamati
bagian-bagian telinga, lakukan palpasi pada telinga, apakah ada nyeri tekan, nyeri
tarik atau tanda-tanda pembesaran kelenjar pre dan post aurikuler. Kemudian
Anda melakukan pemeriksaan auskultasi pada telinga dengan menggunakan
stetoskop, pemeriksaan ini dapat dilakukan pada kasus-kasus tertentu misalnya
pada penderita dengan keluhan tinnitus objektif.
Gambar 1, Pemeriksaan telinga
Selanjutnya Anda melakukan pemeriksaan liang telinga dan membrane
timpani dengan memposisikan liang telinga sedemikian rupa agar diperoleh
aksis liang telinga yang sejajar dengan arah pandang mata sehingga keseluruhan
liang telinga sampai permukaan membrane timpani dapat terlihat. Posisi ini dapat
diperoleh dengan menjepit daun telinga dengan menggunakan ibu jari dan jari
tengah dan menariknya kearah superior-dorso-lateral dan mendorong tragus
ke anterior dengan menggunakan jari telunjuk. Cara ini Anda lakukan dengan
tangan kanan bila akan memeriksa telinga kiri dan sebaliknya gunakan tangan
5. 5
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman
kiri bila akan memeriksa telinga kanan. Pada kasus-kasus dimana kartilago daun
telinga agak kaku atau kemiringan liang telinga terlalu ekstrim dapat digunakan
bantuan speculum telinga yang disesuaikan dengan besarnya diameter liang
telinga. Spekulum telinga Anda pegang dengan menggunakan tangan yang
bebas. Perhatikan! Amati liang telinga dengan seksama apakah ada stenosis
atau atresia meatal, obstruksi yang disebabkan oleh secret, jaringan ikat, benda
asing, serumen obsturan, polip, jaringan granulasi, edema atau furunkel. Semua
sumbatan ini sebaiknya disingkirkan agar membrane timpani dapat terlihat jelas.
Sebagai tambahan! Amati pula dinding liang telinga ada atau tidak laserasi. Liang
telinga dibersihkan dari secret dari sekret dengan menggunakan aplikator kapas,
bilas telinga atau dengan suction.
Bagaimana cara membuat aplikator kapas? Di bawah ini Anda dapat
mempelajari bagaimana cara membuatnya :
Cara membuat aplikator kapas yaitu dengan mengambil kapas secukupnya
kemudian aplikator diletakkan ditengah-tengah kapas aturlah letak aplikator
sedemikian rupa sehingga ujung aplikator terletak kira-kira pada pertengahan
kapas, kapas kemudian dilipat dua sehingga menyelimuti ujung aplikator dan
dijepit dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri. Selanjutnya pangkal aplikator
diputar searah dengan putaran jarum jam dengan menggunakan tangan kanan.
Setelah ujung aplikator diselimuti kapas, lakukan pengecekan apakah ujung
aplikator yang tajam tidak melampaui ujung kapas. Selanjutnya kapas aplikator
dilewatkan diatas api Bunsen. Bila secret terlalu profus dapat digunakan bilasan
air hangat yang disesuikan dengan suhu tubuh. Bilasan telinga dilakukan dengan
menyemprotkan air dari spoit langsung ke dalam telinga. Ujung spoit diarahkan
ke dinding atas meatus sehingga diharapkan secret / serumen akan dikeluarkan
oleh air bilasan yang balik kembali.
Setelah sumbatan secret/serumen Anda singkirkan, maka langkah
berikutnya yang Anda lakukan adalah pengamatan terhadap membran timpani.
Pengamatan terhadap membrane timpani Anda lakukan dengan memperhatikan
permukaan membrane timpani, posisi membrane, warna, ada tidaknya perforasi,
refleks cahaya, struktur telinga tengah yang terlihat pada permukaan membrane
seperti manubrium mallei, prosesus brevis, plika maleolaris anterior dan posterior.
Untuk mengetahui mobilitas membrane timpani Anda dapat menggunakan
otopneumoskop.
6. 6
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman
Gambar 2, Pemeriksaan telinga (membrane timpani)
Perhatian! Bila akan dilakukan pemeriksaan telinga kanan, speculum
otopneumoskop difiksasi dengan ibu jari dan jari telunjuk, daun telinga dijepit
dengan menggunakan jari tengah dan jari manis tangan kiri, sebaliknya dilakukan
bila akan memeriksa telinga kiri. Selanjutnya pneumoskop Anda kembang
kempiskan dengan menggunakan tangan kanan. Pada saat pneumoskop Anda
kembang kempiskan, pergerakan membrane timpani dapat Anda amati melalui
speculum otopneumoskop. Pergerakan membrane timpani dapat pula Anda amati
dengan menyuruh pasien melakukan Manuver Valsalva yaitu dengan menyuruh
pasien mengambil napas dalam, kemudian meniupkan melalui hidung dan mulut
yang tertutup oleh tangan. Diharapkan dengan menutup hidung dan mulut,
udara tidak dapat keluar melalui hidung dan mulut sehingga terjadi peninggian
tekanan udara di dalam nasofaring. Selanjutnya akibat penekanan udara, ostium
tuba yang terdapat dalam rongga nasofaring akan terbuka dan udara akan masuk
ke dalam kavum timpani melalui tuba auditiva.
Gambar 3, Pemeriksaan telinga
7. 7
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman
Setelah Anda melakukan pemeriksaan telinga, maka langkah berikutnya
Anda dapat melakukan pemeriksaan hidung. Bagaimanan cara memeriksa
hidung? Anda dapat mempelajari materi di bawah ini :
PEMERIKSAAN HIDUNG DAN SINUS PARANASALIS
Pemeriksaan hidung dapat Anda awali dengan melakukan inspeksi dan
palpasi hidung bagian luar dan daerah sekitarnya. Inspeksi Anda lakukan dengan
mengamati ada tidaknya kelainan bentuk hidung, tanda-tanda infeksi dan sekret
yang keluar dari rongga hidung. Palpasi Anda lakukan dengan penekanan jari-jari
telunjuk mulai dari pangkal hidung sampai apeks untuk mengetahui ada tidaknya
nyeri, massa tumor atau tanda-tanda krepitasi.
Selanjutnya Anda melakukan pemeriksaan rongga hidung melalui lubang
hidung yang disebut dengan Rhinoskopi anterior dan yang melalui rongga mulut
dengan menggunakan cermin nasofaring yang disebut dengan Rhinoskopi
posterior.
Bagaimanakah cara melakukan prosedur Rhinoskopi Anterior? Anda dapat
mempelajari uraian materi di bawah ini:
Rhinoskopi anterior (RA)
Dalam melakukan prosedur ini Anda menggunakan speculum hidung yang
disesuaikan dengan besarnya lubang hidung. Spekulum hidung Anda pegang
dengan tangan yang dominan. Spekulum digenggam sedemikian rupa sehingga
tangkai bawah dapat digerakkan bebas dengan menggunakan jari tengah, jari
manis dan jari kelingking. Jari telunjuk digunakan sebagai fiksasi disekitar hidung.
Selanjutnya lidah speculum dimasukkan dengan hati-hati dan dalam
keadaantertutupkedalamronggahidung.Didalamronggahidunglidahspeculum
dibuka. Jangan memasukkan lidah speculum terlalu dalam atau membuka lidah
speculum terlalu lebar. Pada saat mengeluarkan lidah speculum dari rongga
hidung, lidah speculum dirapatkan tetapi tidak terlalu rapat untuk menghindari
terjepitnya bulu-bulu hidung.
Kemudian amati struktur yang terdapat di dalam rongga hidung mulai
8. 8
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman
dari dasar rongga hidung, konka-konka, meatus dan septum nasi. Perhatikan
warna dan permukaan mukosa rongga hidung, ada tidaknya massa, benda asing
dan secret. Struktur yang terlihat pertama kali adalah konka inferior. Bila ingin
melihat konka medius dan superior pasien Anda minta untuk tengadahkan
kepala. Pada pemeriksaan RA dapat pula dinilai Fenomena Palatum Molle yaitu
pergerakan palatum molle pada saat pasien diminta untuk mengucapkan huruf
“ i “. Pada waktu melakukan penilaian fenomena palatum molle usahakan agar
arah pandang mata Anda sejajar dengan dasar rongga hidung bagian belakang.
Pandangan mata Anda tertuju pada daerah nasofaring sambil mengamati turun
naiknya palatum molle pada saat pasien mengucapkan huruf “ i ” . Fenomena
Palatum Molle akan negatif bila terdapat massa di dalam rongga nasofaring yang
menghalangi pergerakan palatum molle, atau terdapat kelumpuhan otot-otot
levator dan tensor velli palatini. Bila rongga hidung sulit diamati oleh adanya
edema mukosa dapat digunakan tampon kapas efedrin yang dicampur dengan
lidokain yang dimasukkan ke dalam rongga hidung untuk mengurangi edema
mukosa.
Setelah melakukan prosedur pemeriksaan Rhinoskopi Anterior, selanjutnya
Anda melakukan prosedur pemeriksaan Rhinoskopi Posterior, seperti yang
diuraikan di bawah ini:
Rhinoskopi posterior
Dalam melakukan pemeriksaan ini, pasien Anda minta untuk membuka
mulut tanpa mengeluarkan lidah, 1/3 dorsal lidah ditekan dengan menggunakan
spatel lidah. Jangan melakukan penekanan yang terlalu keras pada lidah atau
memasukkan spatel terlalu jauh hingga mengenai dinding faring oleh karena hal
ini dapat merangsang refleks muntah. Cermin nasofaring yang sebelumnya telah
dilidah apikan, dimasukkan ke belakang rongga mulut dengan permukaan cermin
menghadap ke atas. Usahakan agar cermin tidak menyentuh dinding dorsal faring.
Kemudian perhatikan struktur rongga nasofaring yang terlihat pada cermin.
Selanjutnya amati septum nasi bagian belakang, ujung belakang konka
inferior, medius dan superior, adenoid (pada anak), ada tidak secret yang mengalir
melalui meatus. Perhatikan pula struktur lateral rongga nasofaring: ostium tuba,
torus tubarius, fossa Rossenmulleri. Selama melakukan pemeriksaan pasien Anda
minta tenang dan tetap bernapas melalui hidung. Pada penderita yang sangat
9. 9
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman
sensitif, dapat disemprotkan anestesi lokal ke daerah faring sebelum dilakukan
pemeriksaan.
Setelah melakukan pemeriksaan hidung, selanjutnya pemeriksaan apa yang
Anda kerjakan? Selanjutnya Anda melakukan pemeriksaan Sinus Paranasalis,
yang dapat Anda pelajari seperti pada uraian materi di bawah ini:
Pemeriksaan Sinus Paranasalis
Dalam melakukan pemeriksaan Sinus Paranasalis, Anda melakukan
Inspeksi untuk melihat ada tidaknya pembengkakan pada wajah, dan palpasi
untuk mengevaluasi apakah ada nyeri tekan atau tidak.
Perhatikan:
a. Bila ada pembengkakan dan kemerahan pada pipi, kelopak mata bawah
menunjukkan kemungkinan adanya sinusitis aksilaris akut.
b. Apabila Anda mendapatkan ada pembengkakan pada kelopak mata atas
kemungkinan sinusitis frontalis akut.
c. Bila ada nyeri tekan pada pipi dan nyeri ketuk pada gigi bagian atas
menunjukkan adanya Sinusitis maksilaris.
d. Bila ada nyeri tekan pada medial atap orbita menunjukkan adanya Sinusitis
frontalis.
e. Bila nyeri tekan di daerah kantus medius menunjukkan kemungkinan sinusitis
etmoidalis.
Gambar 4, Pemeriksaan Sinus Paranasalis
10. 10
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman
Setelah melakukan pemeriksaan Sinus Paranasalis, selanjutnya Anda
melakukan pemeriksaan faring. Bagaimana caranya? Caranya adalah sebagai
berikut:
Pemeriksaan Faring
Dalam melakukan pemeriksaan faring, Pertama, Pasien Anda instruksikan
membuka mulut, perhatikan struktur di dalam cavum oris mulai dari gigi geligi,
palatum, lidah, bukkal. Lihat ada tidaknya kelainan berupa: pembengkakan,
hiperemis, massa, atau kelainan congenital. Lakukan penekanan pada lidah secara
lembut dengan spatel lidah.
Selanjutnya perhatikan struktur arkus anterior dan posterior, tonsil, dinding
dorsal faring. Deskripsikan kelainan-kelainan yang tampak. Kemudian dengan
menggunakan sarung tangan lakukan palpasi pada daerah mukosa bukkal, dasar
lidah dan daerah palatum untuk menilai adanya kelainan-kelainan dalam rongga
mulut.
Setelah melakukan pemeriksaan faring, selanjutnya Anda melakukan
pemeriksaan laringoskopi indirek. Bagaimana caranya? Caranya adalah sebagai
berikut:
Pemeriksaan Laringoskopi Indirek
Dalam pemeriksaan ini anjurkan pasien untuk membuka mulut, instruksikan
penderita untuk menjulurkan lidah sejauh mungkin ke depan. Kemudian balut
lidah dengan kasa steril, selanjutnya fiksasi lidah diantara ibu jari dan jari tengah.
Instruksikan pasien untuk bernafas secara normal. Kemudian masukkan cermin
laring yang sesuai yang sebelumnya telah dilidah apikan ke dalam orofaring.
Arahkan cermin laring ke daerah hipofaring sedemikian rupa hingga tampak
struktur di daerah hipofaring yaitu: epiglottis, valekula, fossa piriformis, plika
ariepiglotikka, aritaenoid, plika ventrikularis dan plika vocalis. Penilaian mobilitas
plika vocalis dengan menyuruh penderita mengucapkan huruf i berulang kali.
Prosedur
Di bawah ini adalah format prosedur dan penilaian prosedur tindakan pemeriksaan
hidung dan sinus.
11. 11
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PEMERIKSAAN HIDUNG DAN SINUS
NO URAIAN Skor
A. Persiapan Alat 0 1 2
1. Otoskop
2. Speculum hidung
3. Cermin kecil
4. Lampu
B. Persiapan pasien dan lingkungan
1. Jelaskan pada pasien tujuan tindakan yang akan dilakukan.
2. Atur lingkungan sekitar pasien.
C. Pelaksanaan prosedur
1. Cuci tangan dan pakai sarung tangan.
2. Pasien diposisikan untuk duduk.
3. Pemeriksa duduk menghadap pasien.
4.
Inspeksi dan palpasi hidung bagian luar dan inspeksi sinus-
sinus.
1. Atur penerangan dan amati hidung bagian luar dari sisi
depan, samping dan sisi atas. Perhatikan bentuk atau
tulang hidung dari ketiga sisi ini.
2. Lanjutkan dengan melakukan palpasi hidung luar dan
catat bila ditemukan ketidaknormalan kulit atau tulang
hidung.
3. Kaji mobilitas septum hidung.
4. Palpasi sinus maksilaris, frontalis dan etmoidalis,
perhatikan terhadap adanya nyeri tekan.
5. Inspeksi hidung bagian dalam
1. Atur lampu sehingga sesuai untuk menerangi lubang
hidung.
2. Elevasikan ujung hidung pasien dengan cara menekan
hidung secara ringan dengan ibu jari, kemudian amati
bagian anterior lubang hidung.
3. Amati posisi septum hidung dan kemungkinan adanya
perfusi.
4. Amati bagian turbin inferior.
5. Pasang speculum hidung pada lubang hidung sehingga
rongga hidung dapat diamati.
12. 12
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman
6. Untuk memudahkan pengamatan pada dasar hidung
maka atur posisi kepala sedikit menengadah.
7. Dorong kepala menengadah sehingga bagian atas
rongga hidung mudah diamati.
8. Amati bentuk dan posisi septum, kartilago dan dinding-
dinding rongga hidung serta selaput lender pada rongga
hidung (warna, sekresi, bengkak).
9. Bila sudah selesai, lepaskan speculum dengan hati-hati.
10. Untuk pemeriksaan hidung bagian dalam bias digunakan
otoskop yang dilengkapi dengan speculum dan kaca
pembesar.
6.
Pengkajian patensi hidung (dilakukan bila dicurigai adanya
sumbatan atau deformitas pada rongga hidung bagian
bawah)
1. Duduk dihadapan pasien.
2. Gunakan satu tangan untuk menutup satu lubang
hidung pasien, suruh pasien menghembuskan udara dari
lubang hidung yang tidak ditutup dan rasakan hembusan
udara tersebut. Normalnya udara dapat dihembuskan
dengan mudah dan dapat dirasakan dengan jelas.
3. Kaji pada lubang satunya. Anjurkan pasien meniupkan
udara dengan mulut tertutup.
7. Catat hasil pemeriksaan.
Keterangan :
Skor 0 : bila prosedur belum mampu dilakukan
Skor 1 : bila prosedur dilakukan dengan bantuan
Skor 2 : bila prosedur dilakukan dengan mandiri
13. 13
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman
Di bawah ini adalah format prosedur dan penilaian prosedur tindakan pemeriksaan
mulut dan tenggorokan.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PEMERIKSAAN MULUT DAN TENGGOROKAN
NO URAIAN SKOR
A. Persiapan Alat 0 1 2
1. Spatel lidah
2. Kassa/tisu
B. Persiapan pasien dan lingkungan
1. Jelaskan pada pasien tujuan tindakan yang akan dilakukan.
2. Tutup pintu dan pasang sampiran.
C. Pelaksanaan prosedur
1. Cuci tangan
2.
Bantu pasien duduk berhadapan dengan pemeriksa, tinggi
sejajar.
3. Inspeksi mulut dan paring
1. Amati bibir untuk mengetahui adanya kelainan congenital,
bibir sumbing, warna bibir, ulkus, lesi dan massa.
2. Lanjutkan pengamatan pada gigi dengan pasien dianjurkan
membuka mulut.
3. Atur pencahayaan yang memadai dan bila perlu gunakan
spatel lidah untuk menekan lidah sehingga gigi terlihat
lebih jelas.
4. Amati keadaan setiap gigi mengenai posisi, jarak, gigi
rahang atas dan bawah, ukuran, warna, lesi atau adanya
tumor. Amati juga secara khusus pada akar-akar gigi dan
gusi.
5. Pemeriksaan setiap gigi dengan cara mengetuk secara
sistematis, bandingkan gigi bagian kiri, kanan, atas dan
bawah. Anjurkan pasien untuk memberitahu bila merasa
nyeri sewaktu diketuk.
6. Perhatikan pula cirri-ciri umum sewaktu melakukan
pengkajian antara lain kebersihan mulut dan bau mulut.
14. 14
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman
7. Lanjutkan pengamatan pada lidah dan perhatikan
kesimetrisannya. Suruh pasien menjulurkan lidah dan amati
mengenai kelurusan, warna, ulkus maupun setiap ada
kelainan.
8. Amati selaput lender mulut secara simetris pada semua
bagian mulut mengenai warna, adanya pembengkakan,
tumor, sekresi, peradangan, ulkus dan perdarahan.
9. Beri kesempatan pasien untuk istirahat dengan menutup
mulut sejenak bila capai, lalu lanjutkan dengan inspeksi
paring dengan cara pasien dianjurkan membuka mulut,
tekan lidah ke bawah sewaktu pasien berkata “ah”. Amati
paring terhadap kesimetrisan uvula.
4.
Palpasi pada mulut (lakukan dengan hati-hati, upayakan pasien
tidak muntah)
1. Atur posisi pasien duduk menghadap pemeriksa.
2. Anjurkan pasien membuka mulut.
3. Pegang pipi diantara ibujari dan jari telunjuk (jari telunjuk
berada di dalam). Palpasi pipi secara sistematis dan
perhatikan terhadap adanya tumor atau pembengkakan.
Bila ada pembengkakan determinasikan menurut ukuran,
konsistensi, hubungan dengan daerah sekitarnya dan
adanya nyeri.
4. Lanjutkan dengan palpasi pada palatum dengan jari
telunjuk dan rasakan terhadap adanya pembengkakan dan
fisura.
5. Palpasi dasar mulut dengan cara pasien disuruh
mengatakan “el” kemungkinan palpasi dilakukan pada
dasar mulut secara sistematis dengan jari penunjuk tangan
kanan. Bila diperlukan beri sedikit penekanan dengan ibu
jari dari bawah dagu untuk mempermudah palpasi. Catat
bila didapatkan pembengkakan.
6. Palpasi lidah dengan cara pasien disuruh menjulurkan lidah,
pegang lidah dengan kassa steril menggunakan tangan kiri.
Dengan jari penunjuk tangan kanan lakukan palpasi lidah
terutama bagian belakang dan batas-batas lidah.
5. Inspeksi leher
1. Anjurkan pasien untuk melepas baju
15. 15
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman
2. Atur pencahayaan yang baik
3. Lakukan inspeksi leher mengenai bentuk leher, warna
kulit, adanya pembengkakan, jaringan parut dan adanya
massa. Inspeksi dilakukan secara sistematis mulai dari garis
tengah sisi depan leher, dari samping dan dari belakang.
Warna kulit leher normalnya sama dengan kulit sekitarnya.
Dapat menjadi kuning pada semua ikterus, dan menjadi
merah, bengkak, panas dan nyeri tekan bila mengalami
peradangan.
4. Inspeksi tiroid dengan cara pasien disuruh menelan dan
amati gerakan kelenjar tiroid pada takik suprasternal.
Normalnya gerakan kelenjar tiroid tidak dapat dilihat
kecuali pada orang yang sangat kurus.
6. Palpasi leher (kelenjar limfe, tiroid dan trakea)
1. Duduklah menghadap pasien
2. Anjurkan pasien untuk menengadah ke samping menjauhi
perawat pemeriksa sehingga jaringan lunak dan otot-otot
akan relaks
3. Lakukan palpasi secara simetris dan determinasikan
menurut lokasi, batas-batas, ukuran, nyeri tekan pada
setiap kelompok kelenjar limfe yang terdiri dari:
a. Preaurikular → di depan telinga
b. Posterior aurikuler → superfial terhadap prosesus
mastoideus
c. Osipital → di dasar posterior tulang kepala
d. Tonsilar → di sudut mandibula
e. Submaksilaris → di tengah-tengah antara sudut dan
ujung mandibula
f. Submental → pada garis tengah beberapa cm di
belakang ujung mandibula
g. Servikal superficial → superficial terhadap
sternomastoideus
h. Servikal posterior → sepanjang tepi anterior trapesius
i. Servikal dalam → dalam sternomastoid dan sering tidak
dapat dipalpasi
j. Supraklavikula → dalam suatu sudut yang terbentuk
oleh klavikula dan sternomastoideus
16. 1616
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman
4. Lakukan palpasi kelenjar tiroid dengan cara:
a. Letakkan tangan anda pada leher pasien
b. Palpasi pada fosa suprasternal dengan jari penunjuk
dan jari tengah
c. Suruh pasien menelan atau minum untuk memudahkan
palpasi
d. Palpasi dapat pula dilakukan dengan perawat berdiri di
belakang pasien, tangan diletakkan mengelilingi leher
dan palpasi dilakukan dengan jari kedua dan ketiga
e. Bila teraba kelenjar tiroid maka determinasikan menurut
bentuk, ukuran, konsistensi dan permukaannya
5. Lakukan palpasi trakea dengan cara berdiri disamping
kanan pasien. Letakkan jari tengah pada bagian bawah
trakea dan raba trakea ke atas, ke bawah dan ke samping
sehingga kedudukan trakea dapat diketahui.
7. Pemeriksaan mobilitas leher
1. Lakukan pengkajian mobilitas leher secara aktif. Suruh
pasien menggerakkan leher dengan urut-urutan sebagi
berikut:
a. Antefleksi, normalnya 45o
b. Dorsofleksi, normalnya 60o
c. Rotasi ke kanan, normalnya 70o
d. Rotasi ke kiri, normalnya 70o
e. Lateral fleksi ke kiri, normalnya 40o
f. Lateral fleksi ke kanan, normalnya 40o
2. Determinasikan sejauh mana pasien mampu menggerakkan
lehernya. Normalnya gerakan dapat dilakukan secara
terkoordinasi, tanpa gangguan.
3. Bila perlu lakukan mobilitas secara pasif dengan cara kepala
pasien dipegang dengan dua tangan kemudian digerakkan
dengan urut-urutan yang sama seperti pada pengkajian
mobilitas leher secara aktif.
8. Catat hasil pemeriksaan
Keterangan :
Skor 0 : bila prosedur belum mampu dilakukan
Skor 1 : bila prosedur dilakukan dengan bantuan
Skor 2 : bila prosedur dilakukan dengan mandiri
17. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
17
Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman
17
Rangkuman
Pada kegiatan belajar 1 ini Anda telah mempelajari materi bagaimana
Anda melakukan pemeriksaan fisik pada telinga, hidung, dan tenggorokan. Dalam
melakukan pemeriksaan fisik pada telinga, hidung dan tenggorokan, Anda harus
memperhatikan dan memahami betul anatomi organ tersebut agar mudah dalam
melakukan pemeriksaan dan hasil pemeriksaannya tepat dan akurat.