SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 20
BAB I
                                    PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
       Secara kategori, sastra berbeda dengan psikologi, sebab sebagaimana yang kita
pahami sastra terkait dengan dunia fiksi, drama, puisi, esai yang diklasifikasikan ke dalam
seni (art), sedangkan psikologi merujuk pada suatu studi ilmiah tentang perilaku yang
dialami ataupun di perbuat manusia termasuk proses mental. Atau dengan kata lain gejala
yang dterdapat pada psikologi bersifat riil sedangkan dalam sastra gejalanya bersifat
imajinatif. Namun, kedua hal tersebut memiliki titik temu atau kesamaan, yaitu keduanya
berangkat dari manusia dan kehidupan sebagai sumber kajian utama. Psikologi sastra adalah
kajian sastra yang memandang karya sebagai aktivitas kejiwaan. Pengarang akan
menggunakan cipta rasa dan karya dalam menciptakan sebuah karya sastra tersebut. Begitu
pula pembaca, dalam memberikan ttanggapan terhadap suatu karya sastra juga tak akan lepas
dari kejiwaan dan penjiwaannya. Pengarang yang berkarya biasanya menangkap gejala
kejiwaan yang kemudian diolah kedalam bentuk           teks sastra dan dilengkapi dengan
kejiwaanya. Proyeksi akan terjadi dengan sendirinya secara imajiner kedalam karya sastra
yang berasal dari pengalaman hidup pribadi sang penulis atau pengalaman hidup sekitar.
       Novel dan cerpen merupakan karya sastra yang didalamnya merupakan kumpulan
realita yang didalamnya pasti terjadi perilaku manusia atau tokoh. Realita psikologis adalah
salah satu realita yang paling sering muncul dalam sebuah karya sastra baik novel ataupun
cerpen. Yang dimaksudkan realita psikologis disini ialah kehadiran suatu fenomena kejiwaan
tertentu yang dialami oleh tokoh utama ketika bereaksi pada lingkunganya dan mungkin juga
terhadap dirinya sendiri.Karya sastra merupakan gambaran kehidupan manusia masa kini dan
masa yang telah lalu. Sebuah karya sastra memiliki banyak unsur pendukung terciptanya
sebuah karya yang baik, salah satunya adalah tokoh. Tokoh adalah unsur terpenting yang
dapat kita temukan dalam sebuah karya sastra berbentuk novel, yang memiliki karakteristik
yang berbeda-beda sehingga melahirkan bermacam-macam tingkah laku dan ceritanya
masing-masing.
       Karakteristik yang lahir dalam sebuah karya satra tidak lepas dari karakteristik
manusia di kehidupan nyata yang secara alami mempengaruhi menariknya sebuah karya.
Homo ni lupus adalah salah satu jenis karakteristik atau sifat dasar manusia dimana seseorang
berkecenderungan untuk menguasai manusia lain. Karakteristik manusia yang demikian
sudah merupakan hakekat dasar manusia, biasanya akibat dari ketidak stabilan ekonomi yang
di hadapi dalam kehidupannya. Kemajuan zaman yang terus melesat memaksa manusia untuk
terus dapat menyesuaikan diri dan mengikuti alur zaman. Biaya hidup yang biasanya ikut
melambung tinggi memaksa seseorang untuk terus berusaha mengikutinya sebagaimana yang
tertera dalam konsep prinsip ekonomi yang dimaknai sebagai upaya untuk mendapatkan
keuntungan semaksimal mungkin dengan usaha yang minimal. Melihat realita terjadi dan
hubungannya dengan konsep yang berkembang dalam masyarakat maka banyak kita temui
adanya penindasan atau pemanfaatan kaum bawah oleh para kalangan atas atau para orang
kaya. Perlakuan tersebut seolah sudah menjadi budaya atau hal yang biasa diterima oleh
kaum bawah, sebagaimana yang diuraikan oleh Max Weber bahwa kekuasaan adalah
kesempatan yang ada pada seseorang atas sejumlah orang untuk melaksanakan kemauannya
sendiri dalam suatu tindakan sosial meskipun mendapat tantangan dari orang lain.
       Hal diatas berpengaruh buruk bagi si penguasa dalam hal ini kalangan atas karena
secara tidak langsung mereka membawa diri mereka menuju gangguan psikologis yang tidak
mereka sadari. Kegilaan pada harta atau kekuasaan biasanya mendorong seseorang bertindak
di luar batas wajar atau cenderung memaksakan diri sehingga tanpa sadar telah menyakiti
dirinya sendiri secara mental. Gejala yang demikian dapat kita temukan pada tokoh ayah
dalam novel Mencari Perempuan Yang Hilang. Tokoh ayah disini digambarkan sebagai
manusia yang gila harta dan kekuasaan atau bisa disebut matrealistis.
BAB II
                                    KAJIAN TEORI
2.1 Pengertian Psikologi Sastra
       Psikologi sastra adalah kajian sastra yang memandang karya sebagai aktivitas
kejiwaan. Pengarang akan menggunakan cipta, rasa, dan karya dalam berkarya. Begitu pula
pembaca, dalam menanggapi karya juga tak akan lupa dari kejiwaan masing-masing.
(Kinayati, 2006:241). Bahkan, sebagaimana sosiologi refleksi, psikologi sastrapun
mengenal karya sastra sebagai pantulan kejiwaan. Pengarang akan menangkap gejala jiwa
kemudian diolah kedalam teks dan dilengkapi dengan kejiwaannya. Proyeksi pengalaman
sendiri dan pengalaman hidup di sekitar pengarang, akan terproyeksi secara imajiner ke
dalam teks sastra.
      Jatman (1985:165) dalam Kinayati berpendapat bahwa karya sastra dan psikologi
memang memiliki pertautan yang erat, secara tak langsung dan fungsional. Pertautan tak
langsung, baik sastra maupun psikologi memiliki objek yang sama yaitu kehidupan
manusia. Psikologi dan sastra memilki hubungan fungsional karena sama-sama untuk
mempelajari keadaan kejiwaan orang lain, bedanya dalam psikologi gejala tersebut riil,
sedangkan dalam sastra bersifat imajinatif.
       Menurut Rene Wellek dan Austin Warren (1995: 90) bahwa pendekatan psikologi
sastra dikaitkan dengan pengarang, proses kreatif, karya sastra, dan pembaca. Meskipun
demikian, pendekatan psikologis pada dasarnya berhubungan dengan tiga gejala utama,
yaitu pengarang, karya sastra, dan pembaca, dengan pertimbangan bahwa pendekatan
psikologis lebih banyak berhubungan dengan pengarang dan karya sastra. Jika perhatian
penelitian lebih dominan ditujukan kepada pengarang maka model penelitiannya dengan
menggunakan pendekatan ekspresif, namun jika perhatian penelitian lebih fokus kepada
karya sastranya maka model penelitiannya lebih dekat dengan pendekatan objektif.
Penelitian psikologi sastra ini, mulai menunjukkan kecemerlangannya dalam kajian sastra.
Hal tersebut disebabkan karena ketidakpuasan peneliti sebelumnya, yaitu penelitian
sosiologi sastra atau yang lainnya yang dianggap kurang memperhatikan aspek psikologis.


2.2 Pengertian Psikologi
       Psikologi secara bahasa berasal dari dua kata, yaitu psyche yang berarti jiwa, dan
logos yang berarti ilmu, maka psikologi merupakan ilmu yang mengarahkan perhatiannya
pada manusia yang objek penelitiannya tertuju pada jiwa dan perilaku manusia. Menurut
Hilgard, seorang teoritikus memandang perilaku sebagai objek studi, mendefinisikan
“psychology    may      be   defined    as   the        science    that   studies    the    behavior      of
man”(prihastuti,2002:18). Definisi tersebut menunjukan pendiriannya tentang psikologi
yang sangat jelas mempelajari perilaku manusia. Teoritikus lain seperti bourne Jr
merumuskan        bahwa      “psychology           is      the      sciencitific     study         behavior
principles”(siswantoro,2005:26).       Rumusan          tersebut    menjelaskan      bahwa         psikologi
merupakan studi ilmiah tentang dasar-dasar perilaku. Maka jika kita melihat secara konkret
perilaku manusia sangat beragam, tetapi memiliki pola unik jika diamati secara cermat.
Kajian psikologi adalah kejiwaan seseorang. Ada jiwa yang normal dan ada pula jiwa yang
mengalami gangguan yang disebut gangguan jiwa. Seseorang yang mengalami gangguan
jiwa bukan berarti gila. Karena tidak semua gangguan jiwa jatuh ke penyakit gila. Terdapat
interval dalam gangguan kejiwaan. Semua itu bergantung penyebab, gejala, dan efek yang
ditimbulkannya.


 2.2.1 Jenis-jenis Gangguan Jiwa
      Gangguan jiwa atau mental disorder merupakan sindrom atau pola perilaku, atau
psikologik seseorang yang secara klinik cukup bermakna, dan secara khas berkaitan
dengan suatu gejala penderitaan atau gangguan didalam satu atau lebih fungsi yang penting
dari manusia. Sebagai tambahan, disimpulkan bahwa disfungsi itu adalah disfungsi dalam
segi perilaku, psikologik atau biologik, dan gangguan itu tidak semata-mata terletak
didalam      hubungan     antara   orang     dengan         masyarakat      (Rusdi     Maslim,        1998:
http://perawatpskiatri.blogspot.com/2009/03/gangguan-jiwa-atau-mental-disorder.html)
                     Menurut       American         Psychiatric       Association          (APA,      1994:
 http://www.scribd.com/doc/55858510/) Definisi-Gangguan-Jiwa dalam, gangguan jiwa
 adalah gejala atau pola dari tingkah laku psikologi yang tampak secara klinis yang terjadi
 pada seseorang dari berhubungan dengan keadaan distres (gejala yang menyakitkan) atau
 ketidakmampuan (gangguan pada satu area atau lebih dari fungsi-fungsi penting) yang
 meningkatkan risiko terhadap kematian, nyeri, ketidakmampuan atau kehilangan
 kebebasan yang penting dan tidak jarang respon tersebut dapat diterima pada kondisi
 tertentu.


 Klasifikasi Gangguan Jiwa
     Klasifikasi psikiatri melibatkan pembedaan dari perilaku normal dari abnormal.
Dalam hal ini normal dan abnormal dapat berarti sehat dan sakit, tetapi bisa juga digunakan
dalam arti lain. Sejumlah gejala psikiatri berbeda tajam dari normal dan hampir selalu
menunjukkan penyakit ( Ingram et al., 1993): Gangguan Jiwa dibagi menjadi dua kelainan
mental utama, yaitu penyakit mental dan cacat mental. Cacat mental suatu keadaan yang
mencakup defisit intelektual dan telah ada sejak lahir atau pada usia dini. Penyakit mental
secara tidak langsung menyatakan yang kesehatan sebelumnya, kelainan yang berkembang
atau kelainan yang bermanifestasi kemudian dalam kehidupan.


Jenis-jenis Penyakit Mental

    1. Penyakit mental secara prinsip dibagi dalam psikoneurosis dan psikosis. Kategori
          ini sesuai dengan awam tentang kecemasan dan kegilaan. Psikoneurosis merupakan
          keadaan lazim yang gejalanya dapat dipahami dan dapat diempati. Psikosis
          merupakan penyakit yang gejalanya kurang dapat dipahami dan tidak dapat
          diempati serta klien sering kehilangan kontak realita.

    2. Istilah fungsional dan organik menunjukkan etiologi penyakit dan digunakan untuk
          membagi psikosis. Psikosis fungsional berarti ada gangguan fungsi, tanpa kelainan
          patologi yang dapat dibuktikan

Penyebab Gangguan Jiwa
        Gejala utama atau gejala yang menonjol pada gangguan jiwa terdapat pada unsur
kejiwaan, tetapi penyebab utamanya mungkin di badan (somatogenik), di lingkungan sosial
(sosiogenik) ataupun psikis (psikogenik), (Maramis, 1994). Biasanya tidak terdapat
penyebab tunggal, tetapi beberapa penyebab sekaligus dari berbagai unsur itu yang saling
mempengaruhi atau kebetulan terjadi bersamaan, lalu timbulah gangguan badan ataupun
jiwa.


Macam-Macam Gangguan Jiwa
        Gangguan jiwa artinya bahwa yang menonjol ialah gejala-gejala yang psikologik dari
unsur psikis (Maramis, 1994). Macam-macam gangguan jiwa (Rusdi Maslim, 1998):
Gangguan mental organik dan simtomatik, skizofrenia, gangguan skizotipal dan gangguan
waham, gangguan suasana perasaan, gangguan neurotik, gangguan somatoform, sindrom
perilaku yang berhubungan dengan gangguan fisiologis dan faktor fisik, Gangguan
kepribadian dan perilaku masa dewasa, retardasi mental, gangguan perkembangan
psikologis, gangguan perilaku dan emosional dengan onset masa kanak dan remaja.
1). Skizofrenia.
Skizofrenia merupakan bentuk psikosa fungsional paling berat dan menimbulkan
disorganisasi personalitas yang terbesar. Skizofrenia juga merupakan suatu bentuk psikosa
yang sering dijumpai dimana-mana sejak dahulu kala. Meskipun demikian pengetahuan kita
tentang sebab-musabab dan patogenisanya sangat kurang (Maramis, 1994). Dalam kasus
berat, klien tidak mempunyai kontak dengan realitas, sehingga pemikiran dan perilakunya
abnormal. Perjalanan penyakit ini secara bertahap akan menuju kearah kronisitas, tetapi
sekali-kali bisa timbul serangan. Jarang bisa terjadi pemulihan sempurna dengan spontan
dan jika tidak diobati biasanya berakhir dengan personalitas yang rusak ” cacat ” (Ingram et
al.,1995).
2). Depresi
Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam
perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu
makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan
bunuh diri (Kaplan, 1998). Depresi juga dapat diartikan sebagai salah satu bentuk gangguan
kejiwaan pada alam perasaan yang ditandai dengan kemurungan, keleluasaan, ketiadaan
gairah hidup, perasaan tidak berguna, putus asa dan lain sebagainya (Hawari, 1997).
Depresi adalah suatu perasaan sedih dan yang berhubungan dengan penderitaan. Dapat
berupa serangan yang ditujukan pada diri sendiri atau perasaan marah yang mendalam
(Nugroho, 2000). Depresi adalah gangguan patologis terhadap mood mempunyai
karakteristik berupa bermacam-macam perasaan, sikap dan kepercayaan bahwa seseorang
hidup menyendiri, pesimis, putus asa, ketidakberdayaan, harga diri rendah, bersalah,
harapan yang negatif dan takut pada bahaya yang akan datang. Depresi menyerupai
kesedihan yang merupakan perasaan normal yang muncul sebagai akibat dari situasi tertentu
misalnya kematian orang yang dicintai. Sebagai ganti rasa ketidaktahuan akan kehilangan
seseorang akan menolak kehilangan dan menunjukkan kesedihan dengan tanda depresi
(Rawlins et al., 1993). Individu yang menderita suasana perasaan (mood) yang depresi
biasanya akan kehilangan minat dan kegembiraan, dan berkurangnya energi yang menuju
keadaan mudah lelah dan berkurangnya aktiftas (Depkes, 1993). Depresi dianggap normal
terhadap banyak stress kehidupan dan abnormal hanya jika ia tidak sebanding dengan
peristiwa penyebabnya dan terus berlangsung sampai titik dimana sebagian besar orang
mulai pulih (Atkinson, 2000).
3). Kecemasan
Kecemasan sebagai pengalaman psikis yang biasa dan wajar, yang pernah dialami oleh
setiap orang dalam rangka memacu individu untuk mengatasi masalah yang dihadapi
sebaik-baiknya, Maslim (1991). Suatu keadaan seseorang merasa khawatir dan takut
sebagai bentuk reaksi dari ancaman yang tidak spesifik (Rawlins 1993). Penyebabnya
maupun sumber biasanya tidak diketahui atau tidak dikenali. Intensitas kecemasan
dibedakan dari kecemasan tingkat ringan sampai tingkat berat. Menurut Sundeen (1995)
mengidentifikasi rentang respon kecemasan kedalam empat tingkatan yang meliputi,
kecemasn ringan, sedang, berat dan kecemasan panik.
4). Gangguan Kepribadian
Klinik menunjukkan bahwa gejala-gejala gangguan kepribadian (psikopatia) dan gejala-
gejala nerosa berbentuk hampir sama pada orang-orang dengan intelegensi tinggi ataupun
rendah. Jadi, boleh dikatakan bahwa gangguan kepribadian, nerosa dan gangguan
intelegensi sebagaian besar tidak tergantung pada satu dan lain atau tidak berkorelasi.
Klasifikasi gangguan kepribadian: kepribadian paranoid, kepribadian afektif atau
siklotemik, kepribadian skizoid, kepribadian axplosif, kepribadian anankastik atau obsesif-
konpulsif, kepridian histerik, kepribadian astenik, kepribadian antisosial, Kepribadian pasif
agresif, kepribadian inadequat, Maslim (1998).
5). Gangguan Mental Organik
Merupakan gangguan jiwa yang psikotik atau nonpsikotik yang disebabkan oleh gangguan
fungsi jaringan otak (Maramis,1994). Gangguan fungsi jaringan otak ini dapat disebabkan
oleh penyakit badaniah yang terutama mengenai otak atau yang terutama diluar otak. Bila
bagian otak yang terganggu itu luas, gangguan dasar mengenai fungsi mental sama saja,
tidak tergantung pada penyakit yang menyebabkannya bila hanya bagian otak dengan fungsi
tertentu saja yang terganggu, maka lokasi inilah yang menentukan gejala dan sindroma,
bukan penyakit yang menyebabkannya. Pembagian menjadi psikotik dan tidak psikotik
lebih menunjukkan kepada berat gangguan otak pada suatu penyakit tertentu daripada
pembagian akut dan menahun.
6). Gangguan Psikosomatik
Merupakan komponen psikologik yang diikuti gangguan fungsi badaniah (Maramis, 1994).
Sering terjadi perkembangan neurotik yang memperlihatkan sebagian besar atau semata-
mata karena gangguan fungsi alat-alat tubuh yang dikuasai oleh susunan saraf vegetatif.
Gangguan psikosomatik dapat disamakan dengan apa yang dinamakan dahulu neurosa
organ. Karena biasanya hanya fungsi faaliah yang terganggu, maka sering disebut juga
gangguan psikofisiologik.
7). Retardasi Mental
Retardasi mental merupakan keadaan perkembangan jiwa yang terhenti atau tidak lengkap,
yang terutama ditandai oleh terjadinya rendahnya keterampilan selama masa perkembangan,
sehingga berpengaruh pada tingkat kecerdasan secara menyeluruh, misalnya kemampuan
kognitif, bahasa, motorik dan sosial (Maslim,1998).
8). Gangguan Perilaku
Anak dengan gangguan perilaku menunjukkan perilaku yang tidak sesuai dengan
permintaan, kebiasaan atau norma-norma masyarakat (Maramis, 1994). Anak dengan
gangguan perilaku dapat menimbulkan kesukaran dalam asuhan dan pendidikan. Gangguan
perilaku mungkin berasal dari anak atau mungkin dari lingkungannya, akan tetapi akhirnya
kedua faktor ini saling mempengaruhi. Diketahui bahwa ciri dan bentuk anggota tubuh serta
sifat kepribadian yang umum dapat diturunkan dari orang tua kepada anaknya. Pada
gangguan otak seperti trauma kepala, ensepalitis, neoplasma dapat mengakibatkan
perubahan kepribadian. Faktor lingkungan juga dapat mempengaruhi perilaku anak, dan
sering lebih menentukan oleh karena lingkungan itu dapat diubah, maka dengan demikian
gangguan perilaku itu dapat dipengaruhi atau dicegah.


2.3 Teori Materialistis
      Yang menjadi pemikiran para penganut teori ini hanyalah materi. Mereka tidak
memandang penting arti jiwa. Mereka mengklaim bahwa yang membagi-bagi individu
secara psikologis dan membagi-bagi masyarakat secara sosial dan yang menjadi penyebab
perpecahan dan ketidakberesan adalah adanya sistem pemilikan pribadi. Pada dasarnya
manusia merupakan makhluk sosial. Pada awal sejarahnya, manusia hidup secara kolektif,
dan tidak menyadari eksistensi individualnya. Pada saat itu manusia memiliki jiwa kolektif
dan perasaan kolektif. Sandaran hidupnya adalah berburu. Setiap orang dapat mencari
nafkah dari sungai dan hutan menurut kebutuhannya. Tak ada masalah surplus produksi.
Masalah surplus ini baru muncul ketika manusia menemukan cara berproduksi. Dengan cara
ini muncul kemungkinan surplus produksi dan kemungkinan sebagian orang bekerja
sementara sebagian lainnya tinggal makan saja tanpa perlu bekerja. Itu merupakan
perkembangan yang melahirkan praktik hak milik.
      Hak pribadi untuk memiliki sumber-sumber produksi seperti air dan tanah serta alat
produksi seperti bajak, menghapus semangat kolektif dan membagi-bagi masyarakat yang
sejauh itu hidup sebagai satu unit menjadi "kaum mampu" dan "kaum tak mampu".
Masyarakat yang hidup sebagai "Kami" berubah bentuk menjadi "Aku". Akibat munculnya
hak milik ini, manusia menjadi tidak menyadari realitasnya sendiri sebagai makhluk sosial.
Kalau sebelumnya manusia merasa hanya sebagai manusia seperti manusia lainnya, maka
sekarang manusia memandang dirinya sendiri sebagai pemilik, bukannya sebagai manusia.
      Maka manusia menjadi tidak menyadari dirinya sendiri, dan mulai memburuk
keadaannya. Hanya dengan menghapus sistem hak milik pribadi, manusia dapat pulih
kembali kesatuan moral dan sosialnya serta kesehatan mental dan sosialnya. Gerakan
sejarah yang sifatnya wajib itu sudah terjadi ke arah ini. Milik pribadi, yang telah mengubah
kesatuan manusia menjadi pluralitas, dan mengubah kebersamaan menjadi sendiri-sendiri,
adalah seperti menara kecil yang disebutkan oleh penyair sufi Persia, Maulawi, dalam
sebuah tamsil yang bagus. Dia mengatakan bahwa menara kecil dan puncak memecah-
mecah satu sorot sinar matahari ke dalam ruang-ruang terpisah dengan meng-hasilkan
segmen-segmen bayangan di antaranya. Tentu saja Maulawi menggambarkan sebuah
kebenaran makrifat rohaniah, yaitu munculnya pluralitas dari kesatuan, dan pada akhirnya
akan kembali kepada kesatuan. Namun, dengan sedikit diplintir, tamsil ini dapat juga
digunakan untuk mengilustrasikan teori sosialismenya Marxis.
       Demikian kompleksnya klasifikasi gangguan jiwa pada seseorang terkadang
menyebabkan sulitnya pasien atau penderita menyadari apa yang dideritanya. Kadarnya pun
tidak sama mulai dari yang ringan hingga yang berat. Penyebab gangguan jiwa bisa berasal
dari internal maupun eksternal si penderita. Ada yang teramati dari sikap yang ekstrem dari
penderita dan adapula yang berdampak pada lingkungan sekitarnya. Salah satu gangguan
jiwa adalah kecemasan. Di antara jenis kecemasan terdapat kecemasan tingkat ringan, berat,
hingga panik. Kasus gangguan jiwa yang banyak ditemui saat ini adalah kecemasan. Salah
satu kecemasan adalah kecemasan dalam hal materi yang meliputi harta dan kekuasaan.


2.4 Solusi untuk Menanggulangi Gangguan Jiwa
      Cara untuk mengobati penyakit atau gangguan jiwa tidak lain dengan mengubah jiwa
manusia tersebut menjadi manusia yang berjiwa keagamaan. Karena derita manusia berasal
dari kerangkeng yang membelenggunya, maka jalan keluar dari problem itu adalah dengan
berusaha keluar dari kerangkeng itu. Kerangkeng dimana berupa nilai atau tepatnya
kekosongan nilai.
      Untuk keluar dari kerangkengnya maka mulanya manusia harus terlebih dahulu
mengenali kembali jati dirinya. Bagi yang belum terlalu parah, ia dapat diajak berdialog,
berpikir dan merenung tentang apa yang terjadi dan seberapa sisa hidupnya, dan bagi yang
sudah parah, maka ia sebaiknya dibawa saja dalam situasi yang tidak memberi peluang
selain berfikir dan merasa berada dalam suasana religious.
     Untuk menanggulangi gangguan jiwa manusia atau bisa dikatakan sebagai akibat dari
kekusutan rohani atau mental, ini sebenarnya dapat dilakukan sejak dini oleh penderita.
Dengan mencari cara yang tepat untuk menyesuaikan diri dengan memilih norma-norma
moral, maka kekusutan mental akan terselesaikan. Norma-norma moral yang positif
termasuk ajaran dari pada agama.
     Untuk menangani gangguan jiwa yang berhubungan dengan mental ini banyak yang
menggunakan cara pengobatan tradisional dan modern. Akan tetapi dari berbagai kasus
yang ada justru banyak penderita kejiwaan yang disembuhkan dengan pendekatan agama
atau kepercayaan. Hal ini membuktikan bahwa manusia pada hakikatnya adalah makhluk
yang ber-Tuhan dan akan kembali kepada Tuhan pada suatu saat. Sehingga ketika mereka
terhimpit permasalahan batin mereka akan lari kepada agama dan menemukan jawaban dari
permasalahan yang mereka hadapi.
     Upaya mencapai ketenangan jiwa dapat kita lakukan dengan memberdayakan ketiga
komponen tersebut, yaitu dengan cara memfokuskan pikiran pada satu titik (tujuan yang
hendak dicapai), mengenali apa yang dirasakan oleh jiwa serta menyalurkan efek dari rasa
tersebut secara terkontrol ke lingkungan luar diri, dan memperkuat keyakinan kepada
kekuatan ghaib “Yang Maha Berkuasa” melalui kepatuhan menjalankan ritual-ritual ibadah
dalam agama.
     Al-Quran berfungsi sebagai As-Syifa atau obat untuk menyembuhkan penyakit fisik
maupun rohani. Dalam Al-Quran banyak sekali yang menjelaskan tentang kesehatan.
Ketenangan jiwa dapat dicapai dengan zikir (mengingat) Allah. Rasa taqwa dan perbuatan
baik adalah metode pencegahan dari rasa takut dan sedih. Dan ketika seseorang mengalami
permasalahan dalam kehidupannya maka hadapilah dengan sabar dan sholat sebagai jalan
keluar dari segala macam permasalahan dan ketika segala macam usaha telah dilakukan
secara maksimal maka serahkanlah segala macam urusan kita, hidup mati kita, sehat sakit
kita hanya kepada Allah semata karena hanya kepada Dialah segala macam urusan
dikembalikan. Dan barang siapa yang menyerahkan segala urusan dunia dan akhiratnya
hanya kepada Allah, maka Allah akan memberikan rasa aman pada hati mereka, tenang dan
tentram sehingga mereka dapat beraktivitas dengan maksimal.
BAB III
                            METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
       Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan analisis isi teks. Pendekatan
yang digunakan adalah pendekatan psikologi sastra. Objek penelitian ini adalah teks sastra,
yakni novel Mencuri Perempuan yang Hilang.


3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
     Waktu penelitian dilakukan selama bulan November samapai dengan Desember 2011.
Tempat penelitian adalah Universitas Negeri Jakarta.


3.3 Langkah Penelitian
       Proses penelitian dilakukan dengan cara analisis teks novel. Pertama, membaca
novel secara keseluruhan. Kedua, mencari teori yang sesuai dengan temuan masalah.
Ketiga, melakukan analisis sesuai temuan masalah dan teori. Penelitian sastra ini dilakukan
dengan pendekatan psikologi sastra.
BAB IV
                                       ANALISIS
4.1 Deskripsi Tokoh “Ayah” dalam Novel Mencari Perempuan yang Hilang
       Pengenalan tokoh ayah dijelaskan secara tersirat pada awal kisah dalam novel ini.
Pengenalannya pun tidak secara langsung, melainkan melalui ucapan tokoh lain, yaitu
Dokter Hanin.
                “Dokter Ahlam adalah anak seorang miliarder. Namanya Abdul Ghani
       Zahabi. Dia memiliki segudang saham, deposito, asuransi, dan lain-lain di bank.
       Punya harta, pangkat, dan kekuasaan, seorang hakim tanpa lembaga, seorang raja
       tanpa mahkota. Dia terkenal sebagai penguasa.” Hanin menatap reaksi wajahku
       sambil bertanya, “Apa kau pernah mendengarpengusaha dan penguasa emas?
       Dialah ayah Ahlam.” (hlm. 35)
       Tokoh “ayah” bernama Abdul Ghani Zahabi. Dia adalah ayah seorang dokter
perempuan yang menjadi sentra cerita dalam novel ini, yaitu Dokter Ahlam. Kekayaan
tokoh “ayah” diceritakan sudah tak dapat terhitung lagi. Keturunannya pun hanya satu,
yakni Dokter Ahlam. Mengenai istrinya, tokoh Dokter Ahlam menceritakannya pada saat ia
mencurahkan isi hatinya kepada Dokter Sholeh.
                “Ayahku seorang saudagar yang terkenal dan pekerja yang sukses.
       Kekayaan ayahku berlimpah ruah dan dia termasuk daftar lima besar orang-orang
       terkaya. Ibuku juga seorang terkenal di kalangan masyarakat. Ibuku aktif di
       berbagai kegiatan organisasi. Setiap hari dia tenggelam dalam kegiatan gosip
       sebagaimana lazimya dunia perempuan konglomerat.
                Suatu hari ibu pernah menceritakan kepadaku dasar pernikahannya dengan
       ayahku bahwa dia menikah dengan ibu karena tergiur harta warisan suami ibu
       yang pertama. Dia meninggal dalam kecelakaan pesawat terbang. Namun, ayahku
       menyangkalnya. Kata-kata ibu sangat melukai hati ayah. Kata ayah, dia mencintai
       ibu sejak ibu masih kecil. Baru setelah dia tahu bahwa suami pertama ibu
       meninggal, ayah menikah dengan ibu. Niat ayah tidak lain adalah untuk melindungi
       ibu dari kebiadaban laki-laki yang serakah. Ibu menyangkal. Kata ibu, ibulah yang
       telah mengangkat derajat ayah dari kemiskinan mejadi seorang miliarder. Tapi
       ayah tetap bersikukuh mengatakan bahwa maksudnya untuk menjaga harta ibu,
       sehingga bisa berkembang dan berlipat ganda.” (hlm. 80-81)
       Tokoh ayah dan istrinya digambarkan sebagai tokoh yang sibuk membela diri demi
harga diri. Ayah dan ibu pun adalah orang yang sibuk dengan urusan masing-masing.
Ahlam pun menjadi korban perasaan. Ia merasa kurang kasih sayang meskipun dikelilingi
harta yang berlimpah.
       Sang ayah pun telah menjebak Dokter Sholeh saat ia berkunjung ke kantornya demi
Ahlam. Ia dijebak oleh seorang sekretaris bayaran yang mengaku kesakitan untuk diperiksa
dokter itu. Pada saat diperiksa, sekretaris malah melakukan perbuatan asusila dan kejadian
itupun difoto oleh fotografer sang ayah. Hasil foto itu dikirim ke rumah Dokter Sholeh. Bila
sang dokter tidak ingin foto itu jatuh ke tangan Ahlam, ia harus mau bekerja sama
dengannya. Selain sebagai penguasaha sukses, ayah adalah seorang yang culas dan tamak.
Ia menghalalkan berbagai macam cara demi meraup keuntungan. Salah satu hal diangkat
dalam novel ini adalah sang ayah menjual makanan bayi dan obat-obatan yang hampir
kadaluarsa bahkan yang kadaluarsa. Hal ini terungkap ketika ia mencoba nego dengan
Dokter Sholeh untuk membantunya dalam usaha tersebut.
               “Jujur saja Dokter, aku sudah menawarkan makanan bayi ini kepada
       sejumlah pedagang dengan harga yang sangat murah. Mereka tidak mau. Saya juga
       tidak mau rugi. Aku teruskan usahaku. Aku bertemu dengan seorang pedagang
       terkenal di suatu kampung. Aku tawarkan keuntungan yang menarik. Semula dia
       setuju. Tapi setelah dia melihat masa kadaluarsa, dia mengecam habis-habisan.
       Aku menjelaskan bahwa tanggal kadaluarsa merupakan sinyal hati-hati. Jadi lebih
       beberapa hari tidak akan berbahaya. Dai tidak mau kecuali atas seizin dokter.
       Sekarang sudah jelas apa peranmu dalam perdagangan ini, “ katanya. (hlm. 208)
          Tokoh terus memaksa agar sang dokter itu mau menurutinya. Bila tidak, ia tidak
boleh menikah dengan putrinya, yakni Dokter Ahlam. Demi uang sang ayah menghalalkan
berbagai cara. Negosiasi itu merupakan tekanan luar biasa bagi Dokter Sholeh. Sang ayah
pun tertawa puas karena ia berhasil menggagalkan hubungan putrinya dengan Dokter
Sholeh.
          Suatu hari terjadi sebuah pembunuhan terhadap seorang suster bernama Naura.
Sang ayah menjadi salah satu orang yang diduga terlibat menurut keterangan beberapa
saksi. Apalagi di akhir cerita, sang anak turut hadir ke pengadilan dan membeberkan
kejahatan ayahnya selama ini yang ia pendam.
              “Hadirin semua pasti ingat kejahatan yang saya maksudkan. Anda tidak
          boleh lupa tragedi robohnya sebuah bangunan baru yang menelan korban
          penghuninya. Dalam puing runtuhan itu berapa banyak nyawa orang yang tidak
          berdosa, terkubur sia-sia. Semua menyalahkan insinyur yang dibayar Abdul
          Ghani. Insinyur yang tanpa ragu-ragu menggunakan bahan bangunan yang tidak
sesuai dengan standar untuk sebuah bangunan. Menurut masyarakat,          Abdul
        Ghani tidak bersalah sedikit pun. Tapi penyidik mengatakan sebaliknya, Abdul
        Ghanilah yang menyuruh insinyur itu untuk mengurangi perbandingan bahan
        bangunan. Perbandingan bahan digunakan seirit mungkin. Abdul Ghani
        mendapatkan untung besar.. tapi di hadapan pengadilan, fakta dan data jadi
        terbalik. Dia mengingkari kenyataan yang akan menjatuhkan Abdul Ghani. Tatkal
        sidang dibuka, bukti-bukti sudah tidak ditemukan lagi. Maka jadilah insinyur itu
        sebagai tertuduh. Sebenarnya, wahai Tuan Hakim bukti itu tersimpan di sebuah
        album. Pencurian surat berharga itu dilakukan oleh seorang pengkhianat. Ini
        fotonya!” (hlm. 353)


        Kejahatan yang diungkap pun tak hanya itu. Ternyata otak yang membunuh sang
suster adalah sang ayah pula. Ia menyuruh sesorang untuk menghabisi nyawa sang suster
karena ia mengetahui satu rahasia penting. Yaitu, mengenai persetujuan jual beli jarum
suntik yang kadaluarsa oleh perusahaan sang ayah.
       Ayah pengusaha sukses, namun kesuksesan yang diraihnya tidak melalui cara yang
halal. Sebelum menjadi pengusaha sukses ia bukan siapa-siapa, hanya seorang tukang semir
sepatu. Namun, ia merasa diperlakukan semena-mena saat jadi seorang kelas bawah. Ia pun
menjadi gila kerja demi mendapatkan uang sebanyak-banyaknya. Setelah berhasil, ia
ternyata semakin gila kerja. Ia tak puas dengan yang sudah didapat akhirnya terus
menghalalkan berbagai cara demi mengembangkan ambisinya. Ia pun menolak Dokter
Sholeh menjadi menantunya karena alasan harta. Dokter Sholeh bukanlah dari kalangan
atas. Sang ayah menolak mentah-mentah dengan alasan tersebut. Dampak kegilaannya
terhadap harta ternyata telah melukai banyak pihak. Baik keluarga, maupun masyarakat di
sekitarnya.


4.2 Penyebab
       Setiap akibat atau dampak pasti ada penyebabnya. Begitu juga dengan gangguan
jiwa yang dialami seorang yang mengakibatkan seseorang tersebut mengalami gangguan
jiwa yang terkadang mungkin akan membwa dampak yang tidak baik bukan hanya untuk
diri sendiri namun juga dapat berakibat buruk terhadap orang lain. Dalam novel Mencari
Perempuan yang Hilang ini ditemukan seseorang yang mengalami gangguan jiwa dan
penyebabnya dapat bermacam-macam.
Analisis ini mengungkapkan tentang gangguan jiwa yang dialami tokoh ayah, yaitu
Abdul Ghani Zahabi. Disini dikisahkan penyebab dari ayah melakukan hal-hal yang
merugikan orang-orang baik di lingkungan sekitarnya maupun global. Tokoh ayah adalah
seorang saudagar yang terkenal dan sukses namun tamak, tokoh ayah sangat materialistis,
tokoh ayah berusaha untuk mempertahankan apa yang telah didapatkannya. Seperti dalam
kutipan “ sepanjang hari ayahku larut dalam kesibukan yang tak terbatas…(MPyH:81)
       Tokoh ayah mengapa mempertahankan kekayaannya dengan segala cara karena
ternyata sosok Ayah dahulu adalah seorang yang tidak punya yang yatim piatu yang
megalami kekecewaan dan kecemasan atas keadaan dahulu yang menimpanya. Oleh karena
itu, tokoh ayah sangat bekerja keras untuk mengubah keadaannya. Seperti kutipan “ mulai
dari tidak punya apa-apa, mulai sebagi tukang semir sepatu dan berakhir…”(MPyH:204)
dan juga kutipan “ Abdul Ghani yang kalian kenal sekarang, wahai Tuan yang mulia, telah
memulai hidupnya sebagai tukang sol sepatu…(MPyH:361) dan kutipan “ Abdul Ghani ini
tumbuh sebagai anak yatim…”(MPyH:361).
       Penyebab tokoh ayah mengalami gangguan jiwa salah satunya adalah kekecewaan
tokoh ayah pada waktu dahulu terhadap pemerintah. Seperti kutipan “ saya pasrah.
Mungkin    ini   peringatan   agar   saya   jangan   terlalu   bermimpi   menjadi   orang
kaya…”(MPyH:362). Hingga sang ayah mengalami kecemasan yang luar biasa hebat dalam
kategori panik. Kecemasan sang ayah yang berubah menjadi kepanikan membuat dia
melakukan berbagai cara untuk mengatasinya. Akhirnya ia menjadi seseorang pendendam
atas perlakuan yang pernah diterimanya. Ia panik, tidak nyaman dengan kondisi hidupnya
saat itu yang tergolong kaum bawah. Maka ia pun bekerja mati-matian demi mengubah
hidupnya. Pun ia menghalalkan berbagai cara untuk mempertahankan apa yang telah
diupayakannya untuk hidupnya. Dalam hal ini materi, yakni harta dan kekuasaan. Ia pun
menjadi sosok yang materialistis.
       Tokoh ayah sangat menyayangi anaknya, Ahlam, namun tokoh ayah tidak bisa
mengungkapkan dengan kasih sayang. Tokoh ayah beranggapan harta-benda adalah curahan
kasih sayang, namun karena tokoh ayah sangat materialistis, ayah beranggapan bahwa
harta-benda adalah kasih saying yang hakiki. Seperti kutipan “kau ingin anakku, anakku
ingin kau…”(MPyH:200), seperti kutipan “profesi dokter bukan dagang yang
menggiurkan…”(MPyH:201.
       Penyebab mengapa tokoh ayah begitu sangat materialistis, tamak, selalu semuanya
diukur dengan materi, yaitu karena tokoh ayah mengalami hal yang pahit yang
mengecewakan tokoh ayah diwaktu dulu.
Bisa disimpulkan bahwa penyebab tokoh ayah mengalami gangguan jiwa jenis
kecemasan yang berdampak pada sikap materialistis ada dua hal, yaitu faktor internal adalah
keinginan ayah untuk mengubah nasibnya dan tidak mau dijadikan lagi orang yang tidak
mampu. Ia pun ingin mempertahankan semua materi baik itu harta, jabatan, maupun
kekuasaan yang sudah dimilikinya saat ini. Dan faktor eksternal, yaitu kekecewaan tokoh
ayah terhdap pemerintah karena hak-haknya tidak terpenuhi pada saat kehidupannya masih
berada pada level bawah.


4.3 Dampak
       Setiap perbuatan yang dilakukan manusia pasti ada dampaknya, baik itu dampak
bagi dirinya sendiri maupun dampak bagi orang lain. Baik itu berdampak positif maupun
negatif. Di novel MPyH ini tokoh ayah melakukan perbuatan yang menguntungkan dirinya
namun tidak berdampak baik bagi orang-orang disekitarnya. Tokoh ayah rela melakukan
apa saja dengan menghalalkan segala cara untuk memperoleh kepuasan atau keuntungan
bagi dirinya sendiri. Dampak dari perbuatan tokoh ayah salah satunya adalah banyaknya
korban yang tertimpa bangunan yang runtuh diakibatkan kecurangan tokoh ayah. Seperti
kutipan “kira-kira tujuh tahun yang lalu, sebuah bangunan penduduk roboh menerpa
penghuninya…”(mpyh:125). Karena untuk memuaskan keinginannya tokoh ayah juga telah
memberikan dampak yang negatif terhadap Ustad Said, gara-gara ketamakannya Koran Al-
Ayyam pimpinan Ustad Said juga terpaksa harus ditutup Karena telah mencemarkan nama
baik tokoh ayah. Seperti kutipan “bukan itu saja, Koran al-ayyam pimpinan ustad said
dilarang terbit selama tiga bulan…”(mpyh:131)
       Ketamakan tokoh ayah tidak hanya berlaku untuk orang lain saja, tetapi anaknya
juga harus mengalami dampak atas ketamakan ayahnya. Karena tokoh ayah mementingkan
materi diatas segalanya, anaknya—Ahlam harus mengalami patah hati. Seperti kutipan
“Dokter Ahlam mengundurkan diri”(MPyH:237). Patah hatinya Ahlam disebabkan sanga
ayah tidak menyetujui hubungannya dengan Dokter Sholeh. Dikarenakan sang dokter
dianggap tak bisa memenuhi kebutuhan hidup anaknya. Sang ayah pun telah menjebak
Dokter Sholeh saat ia berkunjung ke kantornya demi Ahlam. Ia dijebak oleh seorang
sekretaris bayaran yang mengaku kesakitan untuk diperiksa dokter itu. Pada saat diperiksa,
sekretaris malah melakukan perbuatan asusila dan kejadian itupun difoto oleh fotografer
sang ayah. Hasil foto itu dikirim ke rumah Dokter Sholeh. Bila sang dokter tidak ingin foto
itu jatuh ke tangan Ahlam, ia harus mau bekerja sama dengannya. Kerja sama berupa
penjualan makanan bayi dan obat-obatan yang hampir kadaluarsa. Yang pada akhirnya
 berdampak pada masyarakat yang mengonsumsi produk berbahaya tersebut.
         Selain itu, dampak ketamakan atau gangguan jiwa yang dialami tokoh ayah pun
 membawa orang lain menanggung akibat yang telah dilakukan tokoh ayah, seperti Nura
 harus menanggung aib atas perbutan ketamakan tokoh ayah tersebut. Nura harus memiliki
 anak diluar nikah dan harus berpisah dengan anaknya, dan menanggung beban derita yang
 berkepanjangan. Seperti kutipan “oh…saya lukai…saya lukai dengan pisau…(MPyH:24).
 Dan kutipan “Nura dalam kasus ini adalah target yang harus dihabisi”(MPyH:364). Dari
 penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa Nura mengalami penderitaan sampai-sampai dia
 harus terbunuh. Dampak intern dari perbuatan tokoh ayah ini adalah tokoh ayah dikucilkan
 dan dipenjara atas perbuatan yang telah dilakukannya. Seperti kutipan “ Abdul Ghani diam
 membisu mendengarkan kesaksiaan anaknya didepan hakim…”(mpyh:358). Dampak
 ekstern adalah dampak perbuatan tokoh ayah yang materialistis terhadap orang-orang yang
 tidak bersalah—baik keluarga, kerabat, maupun masyarakat yang tidak tahu menahu tentang
 kebusukan tokoh ayah tersebut.


 4.4 Solusi untuk Gangguan Jiwa yang Dialami Tokoh “Ayah”
       Dalam kehidupan ini setiap manusia akan mengalami hambatan dalam kehidupannya
yang merupakan hal yang niscaya dialami. Hambatan yang mendera setiap insan akan
berakibat pada kondisi fisik dan mental. Gangguan pada mental dikenal dengan gangguan
jiwa. Salah satu gangguan jiwa adalah kecemasan. Seperti yang dialami tohoh ayah dalam
novel MpyH ini. Sebagai manusia beragama seharusnya tokoh ayah selalu mengingat akan
adanya kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. Sebelum berdampak pada kecemasan yang luar
biasa harusnya tokoh ayah tak perlu dendam pada apa yang telah menimpanya. Dengan
mendekatkan diri kepada Tuhan diharapkan kecemasan yang berdampak pada sikap
materialistis dapat dihindari.
       Namun, dalam cerita novel ini sang ayah telah telanjur mengalami kecemasan berat
hingga panik. Ia pun berubah menjadi sosok yang materialistis. Untuk mengatasinya
diperlukan pihak yang bisa menyadarkan kekeliruan sikapnya. Akan tetapi, pembongkar
rahasia—yang dalam ini adalah anakanya, Ahlam—terlambat membuka suara. Itu
dikarenakan ia mengalami dilema saat harus melakukannya. Di satu pihak sang ayanh adalah
orang tua kandung dan di pihak lain ia tak tega dengan orang-orang yang menjadi korban
kebiadaban sang ayah.
Meskipun terlambat, pembongkaran keburukan tokoh ayah di pengadilan merupakan
solusi untuk menyadarkan sikap buruk tokoh ayah selama ini. Karena sikapnya telah
berdampak pada kerugian hingga penghilangan nyawa, hukuman bui merupakan balasan
yang setimpal atas perbuatan tokoh ayah. Selain itu, pada masa sadar sang tokoh ayah,
sebaiknya pihak keluarga bisa memaafkan perbuatan ayah. Walaupun, pemakluman itu
sangat sulit dilakukan mengingat sudah sangat banyak kekejaman yang telah dilakukan sang
tokoh.
BAB V
                                SIMPULAN DAN SARAN


5.1 Simpulan
       Pola hidup manusia di masyarakat sekarang yang penuh materialisme dan hedonisme
kini menjadi kegemaran dan menimbulkan berbagai penyakit kejiwaan. Salah satu gangguan
jiwa adalah kecemasan. Dari awal gangguan ini bisa terjadi tindakan-tindakan yang
irrasional. Salah satunya menghalalkan berbagai cara demi mencapai kepuasan dalam hal
harta, jabatan, atau pun kekuasaan.

5.2 Saran

       Adapun langkah untuk mengatasi kondisi yang demikian masyarakat perlu
pengupayaan untuk mencapai ketenangan jiwa, dapat dilakukan dengan memberdayakan
ketiga komponen, seperti yaitu dengan cara memfokuskan pikiran pada satu titik (tujuan yang
hendak dicapai), mengenali apa yang dirasakan oleh jiwa serta menyalurkan efek dari rasa
tersebut secara terkontrol ke lingkungan luar diri, dan memperkuat keyakinan kepada
kekuatan ghaib “Yang Maha Berkuasa” melalui kepatuhan menjalankan ritual-ritual ibadah
dalam agama.
DAFTAR PUSTAKA



Djojosuroto, Kinayati. 2006. Metodologi Penelitian Ilmiah Sebagai Dasar Penelitian Bahasa
dan Sastra III. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta

Siswantoro,    2005.    Metode    Penelitian    Sastra:   Analisis   Psikologis.   Surakarta:
Muhammadiyah University Press.

Wellek, Rene & Austin Warren. 1995. Teori Kesusastraan. Jakarta: Penerbit PT Gramedia.
2011. “Gangguan jiwa”. http://www.scribd.com/doc/55858510/. Internet: Wikipedia.

2011. Gangguan jiwa”. http://perawatpskiatri.blogspot.com/2009/03/gangguan-jiwa-atau-
mental-disorder.html

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

5. persepsi komunikasi
5. persepsi komunikasi5. persepsi komunikasi
5. persepsi komunikasiRadyastuti
 
1. hakikat kritik sastra
1. hakikat kritik sastra1. hakikat kritik sastra
1. hakikat kritik sastraCoral Reef
 
MAKALAH_Sejarah, Kedudukan, dan Fungsi Bahasa Indonesia
MAKALAH_Sejarah, Kedudukan, dan Fungsi Bahasa IndonesiaMAKALAH_Sejarah, Kedudukan, dan Fungsi Bahasa Indonesia
MAKALAH_Sejarah, Kedudukan, dan Fungsi Bahasa IndonesiaShally Rahmawaty
 
Makalah Psikologi Komunikator dan Psikologi Pesan
Makalah Psikologi Komunikator dan Psikologi PesanMakalah Psikologi Komunikator dan Psikologi Pesan
Makalah Psikologi Komunikator dan Psikologi PesanRiska Nur'Akhidah Sari
 
Esensi dan Urgensi Pancasila Sebagai Sistem Etika
Esensi dan Urgensi Pancasila Sebagai Sistem EtikaEsensi dan Urgensi Pancasila Sebagai Sistem Etika
Esensi dan Urgensi Pancasila Sebagai Sistem Etikadayurikaperdana19
 
Makalah notasi ilmiah
Makalah notasi ilmiahMakalah notasi ilmiah
Makalah notasi ilmiahf471h
 
Power point seminar proposal yunita rahmah
Power point seminar proposal yunita rahmahPower point seminar proposal yunita rahmah
Power point seminar proposal yunita rahmahYunitha Rahmah
 
Oposisi, Koalisi dan Reposisi
Oposisi, Koalisi dan ReposisiOposisi, Koalisi dan Reposisi
Oposisi, Koalisi dan ReposisiLestari Moerdijat
 
Unsur unsur wacana
Unsur unsur wacanaUnsur unsur wacana
Unsur unsur wacanaAhyaniyani
 
Contoh artikel hasil penelitian baru
Contoh artikel hasil penelitian baruContoh artikel hasil penelitian baru
Contoh artikel hasil penelitian baruMarliena An
 
Makalah bahasa indonesia kalimat efektif
Makalah bahasa indonesia kalimat efektifMakalah bahasa indonesia kalimat efektif
Makalah bahasa indonesia kalimat efektifWarnet Raha
 
Powerpoint ragam bahasa indonesia
Powerpoint ragam bahasa indonesiaPowerpoint ragam bahasa indonesia
Powerpoint ragam bahasa indonesiaWaQhyoe Arryee
 
komunikasi interpersonal (persepsi interpersonal dan konsep diri)
komunikasi interpersonal (persepsi interpersonal dan konsep diri)komunikasi interpersonal (persepsi interpersonal dan konsep diri)
komunikasi interpersonal (persepsi interpersonal dan konsep diri)University of Andalas
 
Bahasa sebagai sistem
Bahasa sebagai sistemBahasa sebagai sistem
Bahasa sebagai sistemEster Emilia
 

Was ist angesagt? (20)

5. persepsi komunikasi
5. persepsi komunikasi5. persepsi komunikasi
5. persepsi komunikasi
 
Materi teori sastra
Materi teori sastraMateri teori sastra
Materi teori sastra
 
1. hakikat kritik sastra
1. hakikat kritik sastra1. hakikat kritik sastra
1. hakikat kritik sastra
 
MAKALAH_Sejarah, Kedudukan, dan Fungsi Bahasa Indonesia
MAKALAH_Sejarah, Kedudukan, dan Fungsi Bahasa IndonesiaMAKALAH_Sejarah, Kedudukan, dan Fungsi Bahasa Indonesia
MAKALAH_Sejarah, Kedudukan, dan Fungsi Bahasa Indonesia
 
Makalah Psikologi Komunikator dan Psikologi Pesan
Makalah Psikologi Komunikator dan Psikologi PesanMakalah Psikologi Komunikator dan Psikologi Pesan
Makalah Psikologi Komunikator dan Psikologi Pesan
 
Feminisme
FeminismeFeminisme
Feminisme
 
Esensi dan Urgensi Pancasila Sebagai Sistem Etika
Esensi dan Urgensi Pancasila Sebagai Sistem EtikaEsensi dan Urgensi Pancasila Sebagai Sistem Etika
Esensi dan Urgensi Pancasila Sebagai Sistem Etika
 
Makalah notasi ilmiah
Makalah notasi ilmiahMakalah notasi ilmiah
Makalah notasi ilmiah
 
Kritik sastra ppt (2)
Kritik sastra ppt (2)Kritik sastra ppt (2)
Kritik sastra ppt (2)
 
Power point seminar proposal yunita rahmah
Power point seminar proposal yunita rahmahPower point seminar proposal yunita rahmah
Power point seminar proposal yunita rahmah
 
Oposisi, Koalisi dan Reposisi
Oposisi, Koalisi dan ReposisiOposisi, Koalisi dan Reposisi
Oposisi, Koalisi dan Reposisi
 
Unsur unsur wacana
Unsur unsur wacanaUnsur unsur wacana
Unsur unsur wacana
 
Ppt prosa
Ppt prosaPpt prosa
Ppt prosa
 
Contoh artikel hasil penelitian baru
Contoh artikel hasil penelitian baruContoh artikel hasil penelitian baru
Contoh artikel hasil penelitian baru
 
Makalah bahasa indonesia kalimat efektif
Makalah bahasa indonesia kalimat efektifMakalah bahasa indonesia kalimat efektif
Makalah bahasa indonesia kalimat efektif
 
Penelitian analisis isi
Penelitian analisis isiPenelitian analisis isi
Penelitian analisis isi
 
Powerpoint ragam bahasa indonesia
Powerpoint ragam bahasa indonesiaPowerpoint ragam bahasa indonesia
Powerpoint ragam bahasa indonesia
 
Hubungan ilmu politik
Hubungan ilmu politikHubungan ilmu politik
Hubungan ilmu politik
 
komunikasi interpersonal (persepsi interpersonal dan konsep diri)
komunikasi interpersonal (persepsi interpersonal dan konsep diri)komunikasi interpersonal (persepsi interpersonal dan konsep diri)
komunikasi interpersonal (persepsi interpersonal dan konsep diri)
 
Bahasa sebagai sistem
Bahasa sebagai sistemBahasa sebagai sistem
Bahasa sebagai sistem
 

Andere mochten auch

Materi kuliah pengantar kajian sastra ii, 'pendekatan dalam pengkajian sastra' 1
Materi kuliah pengantar kajian sastra ii, 'pendekatan dalam pengkajian sastra' 1Materi kuliah pengantar kajian sastra ii, 'pendekatan dalam pengkajian sastra' 1
Materi kuliah pengantar kajian sastra ii, 'pendekatan dalam pengkajian sastra' 1Raden Mas Fatah
 
Peta konsep tinjauan
Peta konsep tinjauanPeta konsep tinjauan
Peta konsep tinjauanPuji Nining
 
Kajian bahasa dan sastra
Kajian bahasa dan sastraKajian bahasa dan sastra
Kajian bahasa dan sastraMuhammad Haq
 
Analisis Novel Perempuan Kembang Jepun
Analisis Novel Perempuan Kembang JepunAnalisis Novel Perempuan Kembang Jepun
Analisis Novel Perempuan Kembang JepunChurifiani Eva
 
Makalah kritik sastra
Makalah kritik sastraMakalah kritik sastra
Makalah kritik sastraMila Wati
 
Peta Konsep Psikologi Perkembangan
Peta Konsep Psikologi PerkembanganPeta Konsep Psikologi Perkembangan
Peta Konsep Psikologi PerkembanganAtika Aziz
 
8 teori utama kepemimpinan
8 teori utama kepemimpinan8 teori utama kepemimpinan
8 teori utama kepemimpinanardiaan syahm
 
MAKALAH Psikologi dalam kesehatan
MAKALAH Psikologi dalam kesehatanMAKALAH Psikologi dalam kesehatan
MAKALAH Psikologi dalam kesehatanFirdika Arini
 
ppt pertidaksamaan linear satu variabel
ppt pertidaksamaan linear satu variabelppt pertidaksamaan linear satu variabel
ppt pertidaksamaan linear satu variabelNuurwashilaah -
 
Contoh proposal skripsi sastra inggris
Contoh proposal skripsi sastra inggrisContoh proposal skripsi sastra inggris
Contoh proposal skripsi sastra inggrisPungki Ariefin
 
Aliran psikologi behavioristik
Aliran psikologi behavioristikAliran psikologi behavioristik
Aliran psikologi behavioristikUzi Ilman
 
Psikologi Umum dan Perkembangan - Pengantar
Psikologi Umum dan Perkembangan - PengantarPsikologi Umum dan Perkembangan - Pengantar
Psikologi Umum dan Perkembangan - PengantarHaristian Sahroni Putra
 
Contoh Surat Pengantar Kepala Desa Cucupan
Contoh Surat Pengantar Kepala Desa CucupanContoh Surat Pengantar Kepala Desa Cucupan
Contoh Surat Pengantar Kepala Desa CucupanDang Chesminirwan
 
Berbagai pendekatan-dalam-pengkajian-sastra(1)
Berbagai pendekatan-dalam-pengkajian-sastra(1)Berbagai pendekatan-dalam-pengkajian-sastra(1)
Berbagai pendekatan-dalam-pengkajian-sastra(1)Lailin Luthfiana
 
Kalimat pembuka presentasi yang memukau
Kalimat pembuka presentasi yang memukauKalimat pembuka presentasi yang memukau
Kalimat pembuka presentasi yang memukauVirja Gita
 

Andere mochten auch (20)

Materi kuliah pengantar kajian sastra ii, 'pendekatan dalam pengkajian sastra' 1
Materi kuliah pengantar kajian sastra ii, 'pendekatan dalam pengkajian sastra' 1Materi kuliah pengantar kajian sastra ii, 'pendekatan dalam pengkajian sastra' 1
Materi kuliah pengantar kajian sastra ii, 'pendekatan dalam pengkajian sastra' 1
 
Peta konsep tinjauan
Peta konsep tinjauanPeta konsep tinjauan
Peta konsep tinjauan
 
Kajian bahasa dan sastra
Kajian bahasa dan sastraKajian bahasa dan sastra
Kajian bahasa dan sastra
 
aliran teori sastra
aliran teori sastraaliran teori sastra
aliran teori sastra
 
Mekanisme pertahanan ego
Mekanisme pertahanan egoMekanisme pertahanan ego
Mekanisme pertahanan ego
 
Sastera
SasteraSastera
Sastera
 
Analisis Novel Perempuan Kembang Jepun
Analisis Novel Perempuan Kembang JepunAnalisis Novel Perempuan Kembang Jepun
Analisis Novel Perempuan Kembang Jepun
 
Proposal ptk
Proposal ptkProposal ptk
Proposal ptk
 
Makalah kritik sastra
Makalah kritik sastraMakalah kritik sastra
Makalah kritik sastra
 
Peta Konsep Psikologi Perkembangan
Peta Konsep Psikologi PerkembanganPeta Konsep Psikologi Perkembangan
Peta Konsep Psikologi Perkembangan
 
8 teori utama kepemimpinan
8 teori utama kepemimpinan8 teori utama kepemimpinan
8 teori utama kepemimpinan
 
MAKALAH Psikologi dalam kesehatan
MAKALAH Psikologi dalam kesehatanMAKALAH Psikologi dalam kesehatan
MAKALAH Psikologi dalam kesehatan
 
ppt pertidaksamaan linear satu variabel
ppt pertidaksamaan linear satu variabelppt pertidaksamaan linear satu variabel
ppt pertidaksamaan linear satu variabel
 
Contoh proposal skripsi sastra inggris
Contoh proposal skripsi sastra inggrisContoh proposal skripsi sastra inggris
Contoh proposal skripsi sastra inggris
 
Sastra banding
Sastra bandingSastra banding
Sastra banding
 
Aliran psikologi behavioristik
Aliran psikologi behavioristikAliran psikologi behavioristik
Aliran psikologi behavioristik
 
Psikologi Umum dan Perkembangan - Pengantar
Psikologi Umum dan Perkembangan - PengantarPsikologi Umum dan Perkembangan - Pengantar
Psikologi Umum dan Perkembangan - Pengantar
 
Contoh Surat Pengantar Kepala Desa Cucupan
Contoh Surat Pengantar Kepala Desa CucupanContoh Surat Pengantar Kepala Desa Cucupan
Contoh Surat Pengantar Kepala Desa Cucupan
 
Berbagai pendekatan-dalam-pengkajian-sastra(1)
Berbagai pendekatan-dalam-pengkajian-sastra(1)Berbagai pendekatan-dalam-pengkajian-sastra(1)
Berbagai pendekatan-dalam-pengkajian-sastra(1)
 
Kalimat pembuka presentasi yang memukau
Kalimat pembuka presentasi yang memukauKalimat pembuka presentasi yang memukau
Kalimat pembuka presentasi yang memukau
 

Ähnlich wie Psikologi sastra

PSIKOLOGI SASTRA-SITI NURFAIZAH.pptx
PSIKOLOGI SASTRA-SITI NURFAIZAH.pptxPSIKOLOGI SASTRA-SITI NURFAIZAH.pptx
PSIKOLOGI SASTRA-SITI NURFAIZAH.pptxssuseraba534
 
TUGAS KELOMPOK 1 (RINGKASAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN).pdf
TUGAS KELOMPOK 1  (RINGKASAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN).pdfTUGAS KELOMPOK 1  (RINGKASAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN).pdf
TUGAS KELOMPOK 1 (RINGKASAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN).pdfDellaAp1
 
Aspek Psikologi Sastra PPT.pptx
Aspek Psikologi Sastra PPT.pptxAspek Psikologi Sastra PPT.pptx
Aspek Psikologi Sastra PPT.pptxAdhimasHariyanto
 
2. Pengantar_psikologi_pptx.pptx
2. Pengantar_psikologi_pptx.pptx2. Pengantar_psikologi_pptx.pptx
2. Pengantar_psikologi_pptx.pptxsantripandai
 
Dasar dasar psikologi
Dasar dasar psikologiDasar dasar psikologi
Dasar dasar psikologiIchdaAsy
 
Dasar dasar psikologi
Dasar dasar psikologiDasar dasar psikologi
Dasar dasar psikologiGalihSetyo5
 
Dasar dasar psikologi
Dasar dasar psikologiDasar dasar psikologi
Dasar dasar psikologiAyuNurCahya
 
1 ruang lingkup psi sosial
1 ruang lingkup psi sosial1 ruang lingkup psi sosial
1 ruang lingkup psi sosialAnggi Septiyani
 
Perspektif dalam psikologi sosial
Perspektif dalam psikologi sosialPerspektif dalam psikologi sosial
Perspektif dalam psikologi sosialDian Bunga Lestari
 
PENGANTAR PSIKOLOGI UMUM
PENGANTAR PSIKOLOGI UMUMPENGANTAR PSIKOLOGI UMUM
PENGANTAR PSIKOLOGI UMUMFitriAmaliyah
 
Psikologi Power Point
Psikologi Power PointPsikologi Power Point
Psikologi Power Pointalekbadrudin
 
Psikologi Power Point
Psikologi Power PointPsikologi Power Point
Psikologi Power Pointalekbadrudin
 
Tugas dokmatika iii peiper (ADRIAN DUNGGUN).
Tugas dokmatika iii peiper (ADRIAN DUNGGUN).Tugas dokmatika iii peiper (ADRIAN DUNGGUN).
Tugas dokmatika iii peiper (ADRIAN DUNGGUN).adriandunggun
 
Psikoanalisa
PsikoanalisaPsikoanalisa
Psikoanalisapsepti17
 
Fitria Nur Ani Sa 2
Fitria Nur Ani Sa 2Fitria Nur Ani Sa 2
Fitria Nur Ani Sa 2ceurik
 
Presentation1
Presentation1Presentation1
Presentation1Uwins Ae
 
Presentation1
Presentation1Presentation1
Presentation1Uwins Ae
 
Tugas 1 (Psikologi Lintas Budaya)
Tugas 1 (Psikologi Lintas Budaya)Tugas 1 (Psikologi Lintas Budaya)
Tugas 1 (Psikologi Lintas Budaya)coryditapratiwi
 

Ähnlich wie Psikologi sastra (20)

PSIKOLOGI SASTRA-SITI NURFAIZAH.pptx
PSIKOLOGI SASTRA-SITI NURFAIZAH.pptxPSIKOLOGI SASTRA-SITI NURFAIZAH.pptx
PSIKOLOGI SASTRA-SITI NURFAIZAH.pptx
 
TUGAS KELOMPOK 1 (RINGKASAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN).pdf
TUGAS KELOMPOK 1  (RINGKASAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN).pdfTUGAS KELOMPOK 1  (RINGKASAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN).pdf
TUGAS KELOMPOK 1 (RINGKASAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN).pdf
 
Makalah psikoanalisis prosa sastra mika
Makalah psikoanalisis prosa sastra mikaMakalah psikoanalisis prosa sastra mika
Makalah psikoanalisis prosa sastra mika
 
Aspek Psikologi Sastra PPT.pptx
Aspek Psikologi Sastra PPT.pptxAspek Psikologi Sastra PPT.pptx
Aspek Psikologi Sastra PPT.pptx
 
2. Pengantar_psikologi_pptx.pptx
2. Pengantar_psikologi_pptx.pptx2. Pengantar_psikologi_pptx.pptx
2. Pengantar_psikologi_pptx.pptx
 
Dasar dasar psikologi
Dasar dasar psikologiDasar dasar psikologi
Dasar dasar psikologi
 
Dasar dasar psikologi
Dasar dasar psikologiDasar dasar psikologi
Dasar dasar psikologi
 
Dasar dasar psikologi
Dasar dasar psikologiDasar dasar psikologi
Dasar dasar psikologi
 
Dasar dasar psikologi
Dasar dasar psikologiDasar dasar psikologi
Dasar dasar psikologi
 
1 ruang lingkup psi sosial
1 ruang lingkup psi sosial1 ruang lingkup psi sosial
1 ruang lingkup psi sosial
 
Perspektif dalam psikologi sosial
Perspektif dalam psikologi sosialPerspektif dalam psikologi sosial
Perspektif dalam psikologi sosial
 
PENGANTAR PSIKOLOGI UMUM
PENGANTAR PSIKOLOGI UMUMPENGANTAR PSIKOLOGI UMUM
PENGANTAR PSIKOLOGI UMUM
 
Psikologi Power Point
Psikologi Power PointPsikologi Power Point
Psikologi Power Point
 
Psikologi Power Point
Psikologi Power PointPsikologi Power Point
Psikologi Power Point
 
Tugas dokmatika iii peiper (ADRIAN DUNGGUN).
Tugas dokmatika iii peiper (ADRIAN DUNGGUN).Tugas dokmatika iii peiper (ADRIAN DUNGGUN).
Tugas dokmatika iii peiper (ADRIAN DUNGGUN).
 
Psikoanalisa
PsikoanalisaPsikoanalisa
Psikoanalisa
 
Fitria Nur Ani Sa 2
Fitria Nur Ani Sa 2Fitria Nur Ani Sa 2
Fitria Nur Ani Sa 2
 
Presentation1
Presentation1Presentation1
Presentation1
 
Presentation1
Presentation1Presentation1
Presentation1
 
Tugas 1 (Psikologi Lintas Budaya)
Tugas 1 (Psikologi Lintas Budaya)Tugas 1 (Psikologi Lintas Budaya)
Tugas 1 (Psikologi Lintas Budaya)
 

Mehr von Abrori Rozaq

Mehr von Abrori Rozaq (20)

Feminisme
FeminismeFeminisme
Feminisme
 
III. pemikiran arab masa shadr islam
III. pemikiran arab masa shadr islamIII. pemikiran arab masa shadr islam
III. pemikiran arab masa shadr islam
 
Munaada
MunaadaMunaada
Munaada
 
Leksikografi
LeksikografiLeksikografi
Leksikografi
 
(tamyiz) التمييز
 (tamyiz) التمييز (tamyiz) التمييز
(tamyiz) التمييز
 
Maf'ul hal
Maf'ul halMaf'ul hal
Maf'ul hal
 
Maf'ul fih
Maf'ul fihMaf'ul fih
Maf'ul fih
 
Maf'ul min ajlih
Maf'ul min ajlihMaf'ul min ajlih
Maf'ul min ajlih
 
(maf'ul ma'ah) المفعول معه
 (maf'ul ma'ah) المفعول معه (maf'ul ma'ah) المفعول معه
(maf'ul ma'ah) المفعول معه
 
Pemk.pembaharuan mesir
Pemk.pembaharuan mesirPemk.pembaharuan mesir
Pemk.pembaharuan mesir
 
Pemikiran teologi islam
Pemikiran teologi islamPemikiran teologi islam
Pemikiran teologi islam
 
Ii. fenomena berfikir ba
Ii. fenomena berfikir baIi. fenomena berfikir ba
Ii. fenomena berfikir ba
 
Materi 4b hukum adat
Materi 4b hukum adatMateri 4b hukum adat
Materi 4b hukum adat
 
Materi 3
Materi 3Materi 3
Materi 3
 
Materi 2,new
Materi 2,newMateri 2,new
Materi 2,new
 
Materi 2
Materi 2Materi 2
Materi 2
 
Maf'ul hal
Maf'ul halMaf'ul hal
Maf'ul hal
 
Maf'ul fih
Maf'ul fihMaf'ul fih
Maf'ul fih
 
Maf'ul min ajlih
Maf'ul min ajlihMaf'ul min ajlih
Maf'ul min ajlih
 
Mps
MpsMps
Mps
 

Psikologi sastra

  • 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara kategori, sastra berbeda dengan psikologi, sebab sebagaimana yang kita pahami sastra terkait dengan dunia fiksi, drama, puisi, esai yang diklasifikasikan ke dalam seni (art), sedangkan psikologi merujuk pada suatu studi ilmiah tentang perilaku yang dialami ataupun di perbuat manusia termasuk proses mental. Atau dengan kata lain gejala yang dterdapat pada psikologi bersifat riil sedangkan dalam sastra gejalanya bersifat imajinatif. Namun, kedua hal tersebut memiliki titik temu atau kesamaan, yaitu keduanya berangkat dari manusia dan kehidupan sebagai sumber kajian utama. Psikologi sastra adalah kajian sastra yang memandang karya sebagai aktivitas kejiwaan. Pengarang akan menggunakan cipta rasa dan karya dalam menciptakan sebuah karya sastra tersebut. Begitu pula pembaca, dalam memberikan ttanggapan terhadap suatu karya sastra juga tak akan lepas dari kejiwaan dan penjiwaannya. Pengarang yang berkarya biasanya menangkap gejala kejiwaan yang kemudian diolah kedalam bentuk teks sastra dan dilengkapi dengan kejiwaanya. Proyeksi akan terjadi dengan sendirinya secara imajiner kedalam karya sastra yang berasal dari pengalaman hidup pribadi sang penulis atau pengalaman hidup sekitar. Novel dan cerpen merupakan karya sastra yang didalamnya merupakan kumpulan realita yang didalamnya pasti terjadi perilaku manusia atau tokoh. Realita psikologis adalah salah satu realita yang paling sering muncul dalam sebuah karya sastra baik novel ataupun cerpen. Yang dimaksudkan realita psikologis disini ialah kehadiran suatu fenomena kejiwaan tertentu yang dialami oleh tokoh utama ketika bereaksi pada lingkunganya dan mungkin juga terhadap dirinya sendiri.Karya sastra merupakan gambaran kehidupan manusia masa kini dan masa yang telah lalu. Sebuah karya sastra memiliki banyak unsur pendukung terciptanya sebuah karya yang baik, salah satunya adalah tokoh. Tokoh adalah unsur terpenting yang dapat kita temukan dalam sebuah karya sastra berbentuk novel, yang memiliki karakteristik yang berbeda-beda sehingga melahirkan bermacam-macam tingkah laku dan ceritanya masing-masing. Karakteristik yang lahir dalam sebuah karya satra tidak lepas dari karakteristik manusia di kehidupan nyata yang secara alami mempengaruhi menariknya sebuah karya. Homo ni lupus adalah salah satu jenis karakteristik atau sifat dasar manusia dimana seseorang berkecenderungan untuk menguasai manusia lain. Karakteristik manusia yang demikian sudah merupakan hakekat dasar manusia, biasanya akibat dari ketidak stabilan ekonomi yang
  • 2. di hadapi dalam kehidupannya. Kemajuan zaman yang terus melesat memaksa manusia untuk terus dapat menyesuaikan diri dan mengikuti alur zaman. Biaya hidup yang biasanya ikut melambung tinggi memaksa seseorang untuk terus berusaha mengikutinya sebagaimana yang tertera dalam konsep prinsip ekonomi yang dimaknai sebagai upaya untuk mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin dengan usaha yang minimal. Melihat realita terjadi dan hubungannya dengan konsep yang berkembang dalam masyarakat maka banyak kita temui adanya penindasan atau pemanfaatan kaum bawah oleh para kalangan atas atau para orang kaya. Perlakuan tersebut seolah sudah menjadi budaya atau hal yang biasa diterima oleh kaum bawah, sebagaimana yang diuraikan oleh Max Weber bahwa kekuasaan adalah kesempatan yang ada pada seseorang atas sejumlah orang untuk melaksanakan kemauannya sendiri dalam suatu tindakan sosial meskipun mendapat tantangan dari orang lain. Hal diatas berpengaruh buruk bagi si penguasa dalam hal ini kalangan atas karena secara tidak langsung mereka membawa diri mereka menuju gangguan psikologis yang tidak mereka sadari. Kegilaan pada harta atau kekuasaan biasanya mendorong seseorang bertindak di luar batas wajar atau cenderung memaksakan diri sehingga tanpa sadar telah menyakiti dirinya sendiri secara mental. Gejala yang demikian dapat kita temukan pada tokoh ayah dalam novel Mencari Perempuan Yang Hilang. Tokoh ayah disini digambarkan sebagai manusia yang gila harta dan kekuasaan atau bisa disebut matrealistis.
  • 3. BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Psikologi Sastra Psikologi sastra adalah kajian sastra yang memandang karya sebagai aktivitas kejiwaan. Pengarang akan menggunakan cipta, rasa, dan karya dalam berkarya. Begitu pula pembaca, dalam menanggapi karya juga tak akan lupa dari kejiwaan masing-masing. (Kinayati, 2006:241). Bahkan, sebagaimana sosiologi refleksi, psikologi sastrapun mengenal karya sastra sebagai pantulan kejiwaan. Pengarang akan menangkap gejala jiwa kemudian diolah kedalam teks dan dilengkapi dengan kejiwaannya. Proyeksi pengalaman sendiri dan pengalaman hidup di sekitar pengarang, akan terproyeksi secara imajiner ke dalam teks sastra. Jatman (1985:165) dalam Kinayati berpendapat bahwa karya sastra dan psikologi memang memiliki pertautan yang erat, secara tak langsung dan fungsional. Pertautan tak langsung, baik sastra maupun psikologi memiliki objek yang sama yaitu kehidupan manusia. Psikologi dan sastra memilki hubungan fungsional karena sama-sama untuk mempelajari keadaan kejiwaan orang lain, bedanya dalam psikologi gejala tersebut riil, sedangkan dalam sastra bersifat imajinatif. Menurut Rene Wellek dan Austin Warren (1995: 90) bahwa pendekatan psikologi sastra dikaitkan dengan pengarang, proses kreatif, karya sastra, dan pembaca. Meskipun demikian, pendekatan psikologis pada dasarnya berhubungan dengan tiga gejala utama, yaitu pengarang, karya sastra, dan pembaca, dengan pertimbangan bahwa pendekatan psikologis lebih banyak berhubungan dengan pengarang dan karya sastra. Jika perhatian penelitian lebih dominan ditujukan kepada pengarang maka model penelitiannya dengan menggunakan pendekatan ekspresif, namun jika perhatian penelitian lebih fokus kepada karya sastranya maka model penelitiannya lebih dekat dengan pendekatan objektif. Penelitian psikologi sastra ini, mulai menunjukkan kecemerlangannya dalam kajian sastra. Hal tersebut disebabkan karena ketidakpuasan peneliti sebelumnya, yaitu penelitian sosiologi sastra atau yang lainnya yang dianggap kurang memperhatikan aspek psikologis. 2.2 Pengertian Psikologi Psikologi secara bahasa berasal dari dua kata, yaitu psyche yang berarti jiwa, dan logos yang berarti ilmu, maka psikologi merupakan ilmu yang mengarahkan perhatiannya pada manusia yang objek penelitiannya tertuju pada jiwa dan perilaku manusia. Menurut Hilgard, seorang teoritikus memandang perilaku sebagai objek studi, mendefinisikan
  • 4. “psychology may be defined as the science that studies the behavior of man”(prihastuti,2002:18). Definisi tersebut menunjukan pendiriannya tentang psikologi yang sangat jelas mempelajari perilaku manusia. Teoritikus lain seperti bourne Jr merumuskan bahwa “psychology is the sciencitific study behavior principles”(siswantoro,2005:26). Rumusan tersebut menjelaskan bahwa psikologi merupakan studi ilmiah tentang dasar-dasar perilaku. Maka jika kita melihat secara konkret perilaku manusia sangat beragam, tetapi memiliki pola unik jika diamati secara cermat. Kajian psikologi adalah kejiwaan seseorang. Ada jiwa yang normal dan ada pula jiwa yang mengalami gangguan yang disebut gangguan jiwa. Seseorang yang mengalami gangguan jiwa bukan berarti gila. Karena tidak semua gangguan jiwa jatuh ke penyakit gila. Terdapat interval dalam gangguan kejiwaan. Semua itu bergantung penyebab, gejala, dan efek yang ditimbulkannya. 2.2.1 Jenis-jenis Gangguan Jiwa Gangguan jiwa atau mental disorder merupakan sindrom atau pola perilaku, atau psikologik seseorang yang secara klinik cukup bermakna, dan secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan atau gangguan didalam satu atau lebih fungsi yang penting dari manusia. Sebagai tambahan, disimpulkan bahwa disfungsi itu adalah disfungsi dalam segi perilaku, psikologik atau biologik, dan gangguan itu tidak semata-mata terletak didalam hubungan antara orang dengan masyarakat (Rusdi Maslim, 1998: http://perawatpskiatri.blogspot.com/2009/03/gangguan-jiwa-atau-mental-disorder.html) Menurut American Psychiatric Association (APA, 1994: http://www.scribd.com/doc/55858510/) Definisi-Gangguan-Jiwa dalam, gangguan jiwa adalah gejala atau pola dari tingkah laku psikologi yang tampak secara klinis yang terjadi pada seseorang dari berhubungan dengan keadaan distres (gejala yang menyakitkan) atau ketidakmampuan (gangguan pada satu area atau lebih dari fungsi-fungsi penting) yang meningkatkan risiko terhadap kematian, nyeri, ketidakmampuan atau kehilangan kebebasan yang penting dan tidak jarang respon tersebut dapat diterima pada kondisi tertentu. Klasifikasi Gangguan Jiwa Klasifikasi psikiatri melibatkan pembedaan dari perilaku normal dari abnormal. Dalam hal ini normal dan abnormal dapat berarti sehat dan sakit, tetapi bisa juga digunakan dalam arti lain. Sejumlah gejala psikiatri berbeda tajam dari normal dan hampir selalu
  • 5. menunjukkan penyakit ( Ingram et al., 1993): Gangguan Jiwa dibagi menjadi dua kelainan mental utama, yaitu penyakit mental dan cacat mental. Cacat mental suatu keadaan yang mencakup defisit intelektual dan telah ada sejak lahir atau pada usia dini. Penyakit mental secara tidak langsung menyatakan yang kesehatan sebelumnya, kelainan yang berkembang atau kelainan yang bermanifestasi kemudian dalam kehidupan. Jenis-jenis Penyakit Mental 1. Penyakit mental secara prinsip dibagi dalam psikoneurosis dan psikosis. Kategori ini sesuai dengan awam tentang kecemasan dan kegilaan. Psikoneurosis merupakan keadaan lazim yang gejalanya dapat dipahami dan dapat diempati. Psikosis merupakan penyakit yang gejalanya kurang dapat dipahami dan tidak dapat diempati serta klien sering kehilangan kontak realita. 2. Istilah fungsional dan organik menunjukkan etiologi penyakit dan digunakan untuk membagi psikosis. Psikosis fungsional berarti ada gangguan fungsi, tanpa kelainan patologi yang dapat dibuktikan Penyebab Gangguan Jiwa Gejala utama atau gejala yang menonjol pada gangguan jiwa terdapat pada unsur kejiwaan, tetapi penyebab utamanya mungkin di badan (somatogenik), di lingkungan sosial (sosiogenik) ataupun psikis (psikogenik), (Maramis, 1994). Biasanya tidak terdapat penyebab tunggal, tetapi beberapa penyebab sekaligus dari berbagai unsur itu yang saling mempengaruhi atau kebetulan terjadi bersamaan, lalu timbulah gangguan badan ataupun jiwa. Macam-Macam Gangguan Jiwa Gangguan jiwa artinya bahwa yang menonjol ialah gejala-gejala yang psikologik dari unsur psikis (Maramis, 1994). Macam-macam gangguan jiwa (Rusdi Maslim, 1998): Gangguan mental organik dan simtomatik, skizofrenia, gangguan skizotipal dan gangguan waham, gangguan suasana perasaan, gangguan neurotik, gangguan somatoform, sindrom perilaku yang berhubungan dengan gangguan fisiologis dan faktor fisik, Gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa, retardasi mental, gangguan perkembangan psikologis, gangguan perilaku dan emosional dengan onset masa kanak dan remaja.
  • 6. 1). Skizofrenia. Skizofrenia merupakan bentuk psikosa fungsional paling berat dan menimbulkan disorganisasi personalitas yang terbesar. Skizofrenia juga merupakan suatu bentuk psikosa yang sering dijumpai dimana-mana sejak dahulu kala. Meskipun demikian pengetahuan kita tentang sebab-musabab dan patogenisanya sangat kurang (Maramis, 1994). Dalam kasus berat, klien tidak mempunyai kontak dengan realitas, sehingga pemikiran dan perilakunya abnormal. Perjalanan penyakit ini secara bertahap akan menuju kearah kronisitas, tetapi sekali-kali bisa timbul serangan. Jarang bisa terjadi pemulihan sempurna dengan spontan dan jika tidak diobati biasanya berakhir dengan personalitas yang rusak ” cacat ” (Ingram et al.,1995). 2). Depresi Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan bunuh diri (Kaplan, 1998). Depresi juga dapat diartikan sebagai salah satu bentuk gangguan kejiwaan pada alam perasaan yang ditandai dengan kemurungan, keleluasaan, ketiadaan gairah hidup, perasaan tidak berguna, putus asa dan lain sebagainya (Hawari, 1997). Depresi adalah suatu perasaan sedih dan yang berhubungan dengan penderitaan. Dapat berupa serangan yang ditujukan pada diri sendiri atau perasaan marah yang mendalam (Nugroho, 2000). Depresi adalah gangguan patologis terhadap mood mempunyai karakteristik berupa bermacam-macam perasaan, sikap dan kepercayaan bahwa seseorang hidup menyendiri, pesimis, putus asa, ketidakberdayaan, harga diri rendah, bersalah, harapan yang negatif dan takut pada bahaya yang akan datang. Depresi menyerupai kesedihan yang merupakan perasaan normal yang muncul sebagai akibat dari situasi tertentu misalnya kematian orang yang dicintai. Sebagai ganti rasa ketidaktahuan akan kehilangan seseorang akan menolak kehilangan dan menunjukkan kesedihan dengan tanda depresi (Rawlins et al., 1993). Individu yang menderita suasana perasaan (mood) yang depresi biasanya akan kehilangan minat dan kegembiraan, dan berkurangnya energi yang menuju keadaan mudah lelah dan berkurangnya aktiftas (Depkes, 1993). Depresi dianggap normal terhadap banyak stress kehidupan dan abnormal hanya jika ia tidak sebanding dengan peristiwa penyebabnya dan terus berlangsung sampai titik dimana sebagian besar orang mulai pulih (Atkinson, 2000).
  • 7. 3). Kecemasan Kecemasan sebagai pengalaman psikis yang biasa dan wajar, yang pernah dialami oleh setiap orang dalam rangka memacu individu untuk mengatasi masalah yang dihadapi sebaik-baiknya, Maslim (1991). Suatu keadaan seseorang merasa khawatir dan takut sebagai bentuk reaksi dari ancaman yang tidak spesifik (Rawlins 1993). Penyebabnya maupun sumber biasanya tidak diketahui atau tidak dikenali. Intensitas kecemasan dibedakan dari kecemasan tingkat ringan sampai tingkat berat. Menurut Sundeen (1995) mengidentifikasi rentang respon kecemasan kedalam empat tingkatan yang meliputi, kecemasn ringan, sedang, berat dan kecemasan panik. 4). Gangguan Kepribadian Klinik menunjukkan bahwa gejala-gejala gangguan kepribadian (psikopatia) dan gejala- gejala nerosa berbentuk hampir sama pada orang-orang dengan intelegensi tinggi ataupun rendah. Jadi, boleh dikatakan bahwa gangguan kepribadian, nerosa dan gangguan intelegensi sebagaian besar tidak tergantung pada satu dan lain atau tidak berkorelasi. Klasifikasi gangguan kepribadian: kepribadian paranoid, kepribadian afektif atau siklotemik, kepribadian skizoid, kepribadian axplosif, kepribadian anankastik atau obsesif- konpulsif, kepridian histerik, kepribadian astenik, kepribadian antisosial, Kepribadian pasif agresif, kepribadian inadequat, Maslim (1998). 5). Gangguan Mental Organik Merupakan gangguan jiwa yang psikotik atau nonpsikotik yang disebabkan oleh gangguan fungsi jaringan otak (Maramis,1994). Gangguan fungsi jaringan otak ini dapat disebabkan oleh penyakit badaniah yang terutama mengenai otak atau yang terutama diluar otak. Bila bagian otak yang terganggu itu luas, gangguan dasar mengenai fungsi mental sama saja, tidak tergantung pada penyakit yang menyebabkannya bila hanya bagian otak dengan fungsi tertentu saja yang terganggu, maka lokasi inilah yang menentukan gejala dan sindroma, bukan penyakit yang menyebabkannya. Pembagian menjadi psikotik dan tidak psikotik lebih menunjukkan kepada berat gangguan otak pada suatu penyakit tertentu daripada pembagian akut dan menahun. 6). Gangguan Psikosomatik Merupakan komponen psikologik yang diikuti gangguan fungsi badaniah (Maramis, 1994). Sering terjadi perkembangan neurotik yang memperlihatkan sebagian besar atau semata- mata karena gangguan fungsi alat-alat tubuh yang dikuasai oleh susunan saraf vegetatif. Gangguan psikosomatik dapat disamakan dengan apa yang dinamakan dahulu neurosa
  • 8. organ. Karena biasanya hanya fungsi faaliah yang terganggu, maka sering disebut juga gangguan psikofisiologik. 7). Retardasi Mental Retardasi mental merupakan keadaan perkembangan jiwa yang terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh terjadinya rendahnya keterampilan selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada tingkat kecerdasan secara menyeluruh, misalnya kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial (Maslim,1998). 8). Gangguan Perilaku Anak dengan gangguan perilaku menunjukkan perilaku yang tidak sesuai dengan permintaan, kebiasaan atau norma-norma masyarakat (Maramis, 1994). Anak dengan gangguan perilaku dapat menimbulkan kesukaran dalam asuhan dan pendidikan. Gangguan perilaku mungkin berasal dari anak atau mungkin dari lingkungannya, akan tetapi akhirnya kedua faktor ini saling mempengaruhi. Diketahui bahwa ciri dan bentuk anggota tubuh serta sifat kepribadian yang umum dapat diturunkan dari orang tua kepada anaknya. Pada gangguan otak seperti trauma kepala, ensepalitis, neoplasma dapat mengakibatkan perubahan kepribadian. Faktor lingkungan juga dapat mempengaruhi perilaku anak, dan sering lebih menentukan oleh karena lingkungan itu dapat diubah, maka dengan demikian gangguan perilaku itu dapat dipengaruhi atau dicegah. 2.3 Teori Materialistis Yang menjadi pemikiran para penganut teori ini hanyalah materi. Mereka tidak memandang penting arti jiwa. Mereka mengklaim bahwa yang membagi-bagi individu secara psikologis dan membagi-bagi masyarakat secara sosial dan yang menjadi penyebab perpecahan dan ketidakberesan adalah adanya sistem pemilikan pribadi. Pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial. Pada awal sejarahnya, manusia hidup secara kolektif, dan tidak menyadari eksistensi individualnya. Pada saat itu manusia memiliki jiwa kolektif dan perasaan kolektif. Sandaran hidupnya adalah berburu. Setiap orang dapat mencari nafkah dari sungai dan hutan menurut kebutuhannya. Tak ada masalah surplus produksi. Masalah surplus ini baru muncul ketika manusia menemukan cara berproduksi. Dengan cara ini muncul kemungkinan surplus produksi dan kemungkinan sebagian orang bekerja sementara sebagian lainnya tinggal makan saja tanpa perlu bekerja. Itu merupakan perkembangan yang melahirkan praktik hak milik. Hak pribadi untuk memiliki sumber-sumber produksi seperti air dan tanah serta alat produksi seperti bajak, menghapus semangat kolektif dan membagi-bagi masyarakat yang
  • 9. sejauh itu hidup sebagai satu unit menjadi "kaum mampu" dan "kaum tak mampu". Masyarakat yang hidup sebagai "Kami" berubah bentuk menjadi "Aku". Akibat munculnya hak milik ini, manusia menjadi tidak menyadari realitasnya sendiri sebagai makhluk sosial. Kalau sebelumnya manusia merasa hanya sebagai manusia seperti manusia lainnya, maka sekarang manusia memandang dirinya sendiri sebagai pemilik, bukannya sebagai manusia. Maka manusia menjadi tidak menyadari dirinya sendiri, dan mulai memburuk keadaannya. Hanya dengan menghapus sistem hak milik pribadi, manusia dapat pulih kembali kesatuan moral dan sosialnya serta kesehatan mental dan sosialnya. Gerakan sejarah yang sifatnya wajib itu sudah terjadi ke arah ini. Milik pribadi, yang telah mengubah kesatuan manusia menjadi pluralitas, dan mengubah kebersamaan menjadi sendiri-sendiri, adalah seperti menara kecil yang disebutkan oleh penyair sufi Persia, Maulawi, dalam sebuah tamsil yang bagus. Dia mengatakan bahwa menara kecil dan puncak memecah- mecah satu sorot sinar matahari ke dalam ruang-ruang terpisah dengan meng-hasilkan segmen-segmen bayangan di antaranya. Tentu saja Maulawi menggambarkan sebuah kebenaran makrifat rohaniah, yaitu munculnya pluralitas dari kesatuan, dan pada akhirnya akan kembali kepada kesatuan. Namun, dengan sedikit diplintir, tamsil ini dapat juga digunakan untuk mengilustrasikan teori sosialismenya Marxis. Demikian kompleksnya klasifikasi gangguan jiwa pada seseorang terkadang menyebabkan sulitnya pasien atau penderita menyadari apa yang dideritanya. Kadarnya pun tidak sama mulai dari yang ringan hingga yang berat. Penyebab gangguan jiwa bisa berasal dari internal maupun eksternal si penderita. Ada yang teramati dari sikap yang ekstrem dari penderita dan adapula yang berdampak pada lingkungan sekitarnya. Salah satu gangguan jiwa adalah kecemasan. Di antara jenis kecemasan terdapat kecemasan tingkat ringan, berat, hingga panik. Kasus gangguan jiwa yang banyak ditemui saat ini adalah kecemasan. Salah satu kecemasan adalah kecemasan dalam hal materi yang meliputi harta dan kekuasaan. 2.4 Solusi untuk Menanggulangi Gangguan Jiwa Cara untuk mengobati penyakit atau gangguan jiwa tidak lain dengan mengubah jiwa manusia tersebut menjadi manusia yang berjiwa keagamaan. Karena derita manusia berasal dari kerangkeng yang membelenggunya, maka jalan keluar dari problem itu adalah dengan berusaha keluar dari kerangkeng itu. Kerangkeng dimana berupa nilai atau tepatnya kekosongan nilai. Untuk keluar dari kerangkengnya maka mulanya manusia harus terlebih dahulu mengenali kembali jati dirinya. Bagi yang belum terlalu parah, ia dapat diajak berdialog,
  • 10. berpikir dan merenung tentang apa yang terjadi dan seberapa sisa hidupnya, dan bagi yang sudah parah, maka ia sebaiknya dibawa saja dalam situasi yang tidak memberi peluang selain berfikir dan merasa berada dalam suasana religious. Untuk menanggulangi gangguan jiwa manusia atau bisa dikatakan sebagai akibat dari kekusutan rohani atau mental, ini sebenarnya dapat dilakukan sejak dini oleh penderita. Dengan mencari cara yang tepat untuk menyesuaikan diri dengan memilih norma-norma moral, maka kekusutan mental akan terselesaikan. Norma-norma moral yang positif termasuk ajaran dari pada agama. Untuk menangani gangguan jiwa yang berhubungan dengan mental ini banyak yang menggunakan cara pengobatan tradisional dan modern. Akan tetapi dari berbagai kasus yang ada justru banyak penderita kejiwaan yang disembuhkan dengan pendekatan agama atau kepercayaan. Hal ini membuktikan bahwa manusia pada hakikatnya adalah makhluk yang ber-Tuhan dan akan kembali kepada Tuhan pada suatu saat. Sehingga ketika mereka terhimpit permasalahan batin mereka akan lari kepada agama dan menemukan jawaban dari permasalahan yang mereka hadapi. Upaya mencapai ketenangan jiwa dapat kita lakukan dengan memberdayakan ketiga komponen tersebut, yaitu dengan cara memfokuskan pikiran pada satu titik (tujuan yang hendak dicapai), mengenali apa yang dirasakan oleh jiwa serta menyalurkan efek dari rasa tersebut secara terkontrol ke lingkungan luar diri, dan memperkuat keyakinan kepada kekuatan ghaib “Yang Maha Berkuasa” melalui kepatuhan menjalankan ritual-ritual ibadah dalam agama. Al-Quran berfungsi sebagai As-Syifa atau obat untuk menyembuhkan penyakit fisik maupun rohani. Dalam Al-Quran banyak sekali yang menjelaskan tentang kesehatan. Ketenangan jiwa dapat dicapai dengan zikir (mengingat) Allah. Rasa taqwa dan perbuatan baik adalah metode pencegahan dari rasa takut dan sedih. Dan ketika seseorang mengalami permasalahan dalam kehidupannya maka hadapilah dengan sabar dan sholat sebagai jalan keluar dari segala macam permasalahan dan ketika segala macam usaha telah dilakukan secara maksimal maka serahkanlah segala macam urusan kita, hidup mati kita, sehat sakit kita hanya kepada Allah semata karena hanya kepada Dialah segala macam urusan dikembalikan. Dan barang siapa yang menyerahkan segala urusan dunia dan akhiratnya hanya kepada Allah, maka Allah akan memberikan rasa aman pada hati mereka, tenang dan tentram sehingga mereka dapat beraktivitas dengan maksimal.
  • 11. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan analisis isi teks. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan psikologi sastra. Objek penelitian ini adalah teks sastra, yakni novel Mencuri Perempuan yang Hilang. 3.2 Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian dilakukan selama bulan November samapai dengan Desember 2011. Tempat penelitian adalah Universitas Negeri Jakarta. 3.3 Langkah Penelitian Proses penelitian dilakukan dengan cara analisis teks novel. Pertama, membaca novel secara keseluruhan. Kedua, mencari teori yang sesuai dengan temuan masalah. Ketiga, melakukan analisis sesuai temuan masalah dan teori. Penelitian sastra ini dilakukan dengan pendekatan psikologi sastra.
  • 12. BAB IV ANALISIS 4.1 Deskripsi Tokoh “Ayah” dalam Novel Mencari Perempuan yang Hilang Pengenalan tokoh ayah dijelaskan secara tersirat pada awal kisah dalam novel ini. Pengenalannya pun tidak secara langsung, melainkan melalui ucapan tokoh lain, yaitu Dokter Hanin. “Dokter Ahlam adalah anak seorang miliarder. Namanya Abdul Ghani Zahabi. Dia memiliki segudang saham, deposito, asuransi, dan lain-lain di bank. Punya harta, pangkat, dan kekuasaan, seorang hakim tanpa lembaga, seorang raja tanpa mahkota. Dia terkenal sebagai penguasa.” Hanin menatap reaksi wajahku sambil bertanya, “Apa kau pernah mendengarpengusaha dan penguasa emas? Dialah ayah Ahlam.” (hlm. 35) Tokoh “ayah” bernama Abdul Ghani Zahabi. Dia adalah ayah seorang dokter perempuan yang menjadi sentra cerita dalam novel ini, yaitu Dokter Ahlam. Kekayaan tokoh “ayah” diceritakan sudah tak dapat terhitung lagi. Keturunannya pun hanya satu, yakni Dokter Ahlam. Mengenai istrinya, tokoh Dokter Ahlam menceritakannya pada saat ia mencurahkan isi hatinya kepada Dokter Sholeh. “Ayahku seorang saudagar yang terkenal dan pekerja yang sukses. Kekayaan ayahku berlimpah ruah dan dia termasuk daftar lima besar orang-orang terkaya. Ibuku juga seorang terkenal di kalangan masyarakat. Ibuku aktif di berbagai kegiatan organisasi. Setiap hari dia tenggelam dalam kegiatan gosip sebagaimana lazimya dunia perempuan konglomerat. Suatu hari ibu pernah menceritakan kepadaku dasar pernikahannya dengan ayahku bahwa dia menikah dengan ibu karena tergiur harta warisan suami ibu yang pertama. Dia meninggal dalam kecelakaan pesawat terbang. Namun, ayahku menyangkalnya. Kata-kata ibu sangat melukai hati ayah. Kata ayah, dia mencintai ibu sejak ibu masih kecil. Baru setelah dia tahu bahwa suami pertama ibu meninggal, ayah menikah dengan ibu. Niat ayah tidak lain adalah untuk melindungi ibu dari kebiadaban laki-laki yang serakah. Ibu menyangkal. Kata ibu, ibulah yang telah mengangkat derajat ayah dari kemiskinan mejadi seorang miliarder. Tapi ayah tetap bersikukuh mengatakan bahwa maksudnya untuk menjaga harta ibu, sehingga bisa berkembang dan berlipat ganda.” (hlm. 80-81) Tokoh ayah dan istrinya digambarkan sebagai tokoh yang sibuk membela diri demi harga diri. Ayah dan ibu pun adalah orang yang sibuk dengan urusan masing-masing.
  • 13. Ahlam pun menjadi korban perasaan. Ia merasa kurang kasih sayang meskipun dikelilingi harta yang berlimpah. Sang ayah pun telah menjebak Dokter Sholeh saat ia berkunjung ke kantornya demi Ahlam. Ia dijebak oleh seorang sekretaris bayaran yang mengaku kesakitan untuk diperiksa dokter itu. Pada saat diperiksa, sekretaris malah melakukan perbuatan asusila dan kejadian itupun difoto oleh fotografer sang ayah. Hasil foto itu dikirim ke rumah Dokter Sholeh. Bila sang dokter tidak ingin foto itu jatuh ke tangan Ahlam, ia harus mau bekerja sama dengannya. Selain sebagai penguasaha sukses, ayah adalah seorang yang culas dan tamak. Ia menghalalkan berbagai macam cara demi meraup keuntungan. Salah satu hal diangkat dalam novel ini adalah sang ayah menjual makanan bayi dan obat-obatan yang hampir kadaluarsa bahkan yang kadaluarsa. Hal ini terungkap ketika ia mencoba nego dengan Dokter Sholeh untuk membantunya dalam usaha tersebut. “Jujur saja Dokter, aku sudah menawarkan makanan bayi ini kepada sejumlah pedagang dengan harga yang sangat murah. Mereka tidak mau. Saya juga tidak mau rugi. Aku teruskan usahaku. Aku bertemu dengan seorang pedagang terkenal di suatu kampung. Aku tawarkan keuntungan yang menarik. Semula dia setuju. Tapi setelah dia melihat masa kadaluarsa, dia mengecam habis-habisan. Aku menjelaskan bahwa tanggal kadaluarsa merupakan sinyal hati-hati. Jadi lebih beberapa hari tidak akan berbahaya. Dai tidak mau kecuali atas seizin dokter. Sekarang sudah jelas apa peranmu dalam perdagangan ini, “ katanya. (hlm. 208) Tokoh terus memaksa agar sang dokter itu mau menurutinya. Bila tidak, ia tidak boleh menikah dengan putrinya, yakni Dokter Ahlam. Demi uang sang ayah menghalalkan berbagai cara. Negosiasi itu merupakan tekanan luar biasa bagi Dokter Sholeh. Sang ayah pun tertawa puas karena ia berhasil menggagalkan hubungan putrinya dengan Dokter Sholeh. Suatu hari terjadi sebuah pembunuhan terhadap seorang suster bernama Naura. Sang ayah menjadi salah satu orang yang diduga terlibat menurut keterangan beberapa saksi. Apalagi di akhir cerita, sang anak turut hadir ke pengadilan dan membeberkan kejahatan ayahnya selama ini yang ia pendam. “Hadirin semua pasti ingat kejahatan yang saya maksudkan. Anda tidak boleh lupa tragedi robohnya sebuah bangunan baru yang menelan korban penghuninya. Dalam puing runtuhan itu berapa banyak nyawa orang yang tidak berdosa, terkubur sia-sia. Semua menyalahkan insinyur yang dibayar Abdul Ghani. Insinyur yang tanpa ragu-ragu menggunakan bahan bangunan yang tidak
  • 14. sesuai dengan standar untuk sebuah bangunan. Menurut masyarakat, Abdul Ghani tidak bersalah sedikit pun. Tapi penyidik mengatakan sebaliknya, Abdul Ghanilah yang menyuruh insinyur itu untuk mengurangi perbandingan bahan bangunan. Perbandingan bahan digunakan seirit mungkin. Abdul Ghani mendapatkan untung besar.. tapi di hadapan pengadilan, fakta dan data jadi terbalik. Dia mengingkari kenyataan yang akan menjatuhkan Abdul Ghani. Tatkal sidang dibuka, bukti-bukti sudah tidak ditemukan lagi. Maka jadilah insinyur itu sebagai tertuduh. Sebenarnya, wahai Tuan Hakim bukti itu tersimpan di sebuah album. Pencurian surat berharga itu dilakukan oleh seorang pengkhianat. Ini fotonya!” (hlm. 353) Kejahatan yang diungkap pun tak hanya itu. Ternyata otak yang membunuh sang suster adalah sang ayah pula. Ia menyuruh sesorang untuk menghabisi nyawa sang suster karena ia mengetahui satu rahasia penting. Yaitu, mengenai persetujuan jual beli jarum suntik yang kadaluarsa oleh perusahaan sang ayah. Ayah pengusaha sukses, namun kesuksesan yang diraihnya tidak melalui cara yang halal. Sebelum menjadi pengusaha sukses ia bukan siapa-siapa, hanya seorang tukang semir sepatu. Namun, ia merasa diperlakukan semena-mena saat jadi seorang kelas bawah. Ia pun menjadi gila kerja demi mendapatkan uang sebanyak-banyaknya. Setelah berhasil, ia ternyata semakin gila kerja. Ia tak puas dengan yang sudah didapat akhirnya terus menghalalkan berbagai cara demi mengembangkan ambisinya. Ia pun menolak Dokter Sholeh menjadi menantunya karena alasan harta. Dokter Sholeh bukanlah dari kalangan atas. Sang ayah menolak mentah-mentah dengan alasan tersebut. Dampak kegilaannya terhadap harta ternyata telah melukai banyak pihak. Baik keluarga, maupun masyarakat di sekitarnya. 4.2 Penyebab Setiap akibat atau dampak pasti ada penyebabnya. Begitu juga dengan gangguan jiwa yang dialami seorang yang mengakibatkan seseorang tersebut mengalami gangguan jiwa yang terkadang mungkin akan membwa dampak yang tidak baik bukan hanya untuk diri sendiri namun juga dapat berakibat buruk terhadap orang lain. Dalam novel Mencari Perempuan yang Hilang ini ditemukan seseorang yang mengalami gangguan jiwa dan penyebabnya dapat bermacam-macam.
  • 15. Analisis ini mengungkapkan tentang gangguan jiwa yang dialami tokoh ayah, yaitu Abdul Ghani Zahabi. Disini dikisahkan penyebab dari ayah melakukan hal-hal yang merugikan orang-orang baik di lingkungan sekitarnya maupun global. Tokoh ayah adalah seorang saudagar yang terkenal dan sukses namun tamak, tokoh ayah sangat materialistis, tokoh ayah berusaha untuk mempertahankan apa yang telah didapatkannya. Seperti dalam kutipan “ sepanjang hari ayahku larut dalam kesibukan yang tak terbatas…(MPyH:81) Tokoh ayah mengapa mempertahankan kekayaannya dengan segala cara karena ternyata sosok Ayah dahulu adalah seorang yang tidak punya yang yatim piatu yang megalami kekecewaan dan kecemasan atas keadaan dahulu yang menimpanya. Oleh karena itu, tokoh ayah sangat bekerja keras untuk mengubah keadaannya. Seperti kutipan “ mulai dari tidak punya apa-apa, mulai sebagi tukang semir sepatu dan berakhir…”(MPyH:204) dan juga kutipan “ Abdul Ghani yang kalian kenal sekarang, wahai Tuan yang mulia, telah memulai hidupnya sebagai tukang sol sepatu…(MPyH:361) dan kutipan “ Abdul Ghani ini tumbuh sebagai anak yatim…”(MPyH:361). Penyebab tokoh ayah mengalami gangguan jiwa salah satunya adalah kekecewaan tokoh ayah pada waktu dahulu terhadap pemerintah. Seperti kutipan “ saya pasrah. Mungkin ini peringatan agar saya jangan terlalu bermimpi menjadi orang kaya…”(MPyH:362). Hingga sang ayah mengalami kecemasan yang luar biasa hebat dalam kategori panik. Kecemasan sang ayah yang berubah menjadi kepanikan membuat dia melakukan berbagai cara untuk mengatasinya. Akhirnya ia menjadi seseorang pendendam atas perlakuan yang pernah diterimanya. Ia panik, tidak nyaman dengan kondisi hidupnya saat itu yang tergolong kaum bawah. Maka ia pun bekerja mati-matian demi mengubah hidupnya. Pun ia menghalalkan berbagai cara untuk mempertahankan apa yang telah diupayakannya untuk hidupnya. Dalam hal ini materi, yakni harta dan kekuasaan. Ia pun menjadi sosok yang materialistis. Tokoh ayah sangat menyayangi anaknya, Ahlam, namun tokoh ayah tidak bisa mengungkapkan dengan kasih sayang. Tokoh ayah beranggapan harta-benda adalah curahan kasih sayang, namun karena tokoh ayah sangat materialistis, ayah beranggapan bahwa harta-benda adalah kasih saying yang hakiki. Seperti kutipan “kau ingin anakku, anakku ingin kau…”(MPyH:200), seperti kutipan “profesi dokter bukan dagang yang menggiurkan…”(MPyH:201. Penyebab mengapa tokoh ayah begitu sangat materialistis, tamak, selalu semuanya diukur dengan materi, yaitu karena tokoh ayah mengalami hal yang pahit yang mengecewakan tokoh ayah diwaktu dulu.
  • 16. Bisa disimpulkan bahwa penyebab tokoh ayah mengalami gangguan jiwa jenis kecemasan yang berdampak pada sikap materialistis ada dua hal, yaitu faktor internal adalah keinginan ayah untuk mengubah nasibnya dan tidak mau dijadikan lagi orang yang tidak mampu. Ia pun ingin mempertahankan semua materi baik itu harta, jabatan, maupun kekuasaan yang sudah dimilikinya saat ini. Dan faktor eksternal, yaitu kekecewaan tokoh ayah terhdap pemerintah karena hak-haknya tidak terpenuhi pada saat kehidupannya masih berada pada level bawah. 4.3 Dampak Setiap perbuatan yang dilakukan manusia pasti ada dampaknya, baik itu dampak bagi dirinya sendiri maupun dampak bagi orang lain. Baik itu berdampak positif maupun negatif. Di novel MPyH ini tokoh ayah melakukan perbuatan yang menguntungkan dirinya namun tidak berdampak baik bagi orang-orang disekitarnya. Tokoh ayah rela melakukan apa saja dengan menghalalkan segala cara untuk memperoleh kepuasan atau keuntungan bagi dirinya sendiri. Dampak dari perbuatan tokoh ayah salah satunya adalah banyaknya korban yang tertimpa bangunan yang runtuh diakibatkan kecurangan tokoh ayah. Seperti kutipan “kira-kira tujuh tahun yang lalu, sebuah bangunan penduduk roboh menerpa penghuninya…”(mpyh:125). Karena untuk memuaskan keinginannya tokoh ayah juga telah memberikan dampak yang negatif terhadap Ustad Said, gara-gara ketamakannya Koran Al- Ayyam pimpinan Ustad Said juga terpaksa harus ditutup Karena telah mencemarkan nama baik tokoh ayah. Seperti kutipan “bukan itu saja, Koran al-ayyam pimpinan ustad said dilarang terbit selama tiga bulan…”(mpyh:131) Ketamakan tokoh ayah tidak hanya berlaku untuk orang lain saja, tetapi anaknya juga harus mengalami dampak atas ketamakan ayahnya. Karena tokoh ayah mementingkan materi diatas segalanya, anaknya—Ahlam harus mengalami patah hati. Seperti kutipan “Dokter Ahlam mengundurkan diri”(MPyH:237). Patah hatinya Ahlam disebabkan sanga ayah tidak menyetujui hubungannya dengan Dokter Sholeh. Dikarenakan sang dokter dianggap tak bisa memenuhi kebutuhan hidup anaknya. Sang ayah pun telah menjebak Dokter Sholeh saat ia berkunjung ke kantornya demi Ahlam. Ia dijebak oleh seorang sekretaris bayaran yang mengaku kesakitan untuk diperiksa dokter itu. Pada saat diperiksa, sekretaris malah melakukan perbuatan asusila dan kejadian itupun difoto oleh fotografer sang ayah. Hasil foto itu dikirim ke rumah Dokter Sholeh. Bila sang dokter tidak ingin foto itu jatuh ke tangan Ahlam, ia harus mau bekerja sama dengannya. Kerja sama berupa
  • 17. penjualan makanan bayi dan obat-obatan yang hampir kadaluarsa. Yang pada akhirnya berdampak pada masyarakat yang mengonsumsi produk berbahaya tersebut. Selain itu, dampak ketamakan atau gangguan jiwa yang dialami tokoh ayah pun membawa orang lain menanggung akibat yang telah dilakukan tokoh ayah, seperti Nura harus menanggung aib atas perbutan ketamakan tokoh ayah tersebut. Nura harus memiliki anak diluar nikah dan harus berpisah dengan anaknya, dan menanggung beban derita yang berkepanjangan. Seperti kutipan “oh…saya lukai…saya lukai dengan pisau…(MPyH:24). Dan kutipan “Nura dalam kasus ini adalah target yang harus dihabisi”(MPyH:364). Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa Nura mengalami penderitaan sampai-sampai dia harus terbunuh. Dampak intern dari perbuatan tokoh ayah ini adalah tokoh ayah dikucilkan dan dipenjara atas perbuatan yang telah dilakukannya. Seperti kutipan “ Abdul Ghani diam membisu mendengarkan kesaksiaan anaknya didepan hakim…”(mpyh:358). Dampak ekstern adalah dampak perbuatan tokoh ayah yang materialistis terhadap orang-orang yang tidak bersalah—baik keluarga, kerabat, maupun masyarakat yang tidak tahu menahu tentang kebusukan tokoh ayah tersebut. 4.4 Solusi untuk Gangguan Jiwa yang Dialami Tokoh “Ayah” Dalam kehidupan ini setiap manusia akan mengalami hambatan dalam kehidupannya yang merupakan hal yang niscaya dialami. Hambatan yang mendera setiap insan akan berakibat pada kondisi fisik dan mental. Gangguan pada mental dikenal dengan gangguan jiwa. Salah satu gangguan jiwa adalah kecemasan. Seperti yang dialami tohoh ayah dalam novel MpyH ini. Sebagai manusia beragama seharusnya tokoh ayah selalu mengingat akan adanya kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. Sebelum berdampak pada kecemasan yang luar biasa harusnya tokoh ayah tak perlu dendam pada apa yang telah menimpanya. Dengan mendekatkan diri kepada Tuhan diharapkan kecemasan yang berdampak pada sikap materialistis dapat dihindari. Namun, dalam cerita novel ini sang ayah telah telanjur mengalami kecemasan berat hingga panik. Ia pun berubah menjadi sosok yang materialistis. Untuk mengatasinya diperlukan pihak yang bisa menyadarkan kekeliruan sikapnya. Akan tetapi, pembongkar rahasia—yang dalam ini adalah anakanya, Ahlam—terlambat membuka suara. Itu dikarenakan ia mengalami dilema saat harus melakukannya. Di satu pihak sang ayanh adalah orang tua kandung dan di pihak lain ia tak tega dengan orang-orang yang menjadi korban kebiadaban sang ayah.
  • 18. Meskipun terlambat, pembongkaran keburukan tokoh ayah di pengadilan merupakan solusi untuk menyadarkan sikap buruk tokoh ayah selama ini. Karena sikapnya telah berdampak pada kerugian hingga penghilangan nyawa, hukuman bui merupakan balasan yang setimpal atas perbuatan tokoh ayah. Selain itu, pada masa sadar sang tokoh ayah, sebaiknya pihak keluarga bisa memaafkan perbuatan ayah. Walaupun, pemakluman itu sangat sulit dilakukan mengingat sudah sangat banyak kekejaman yang telah dilakukan sang tokoh.
  • 19. BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Pola hidup manusia di masyarakat sekarang yang penuh materialisme dan hedonisme kini menjadi kegemaran dan menimbulkan berbagai penyakit kejiwaan. Salah satu gangguan jiwa adalah kecemasan. Dari awal gangguan ini bisa terjadi tindakan-tindakan yang irrasional. Salah satunya menghalalkan berbagai cara demi mencapai kepuasan dalam hal harta, jabatan, atau pun kekuasaan. 5.2 Saran Adapun langkah untuk mengatasi kondisi yang demikian masyarakat perlu pengupayaan untuk mencapai ketenangan jiwa, dapat dilakukan dengan memberdayakan ketiga komponen, seperti yaitu dengan cara memfokuskan pikiran pada satu titik (tujuan yang hendak dicapai), mengenali apa yang dirasakan oleh jiwa serta menyalurkan efek dari rasa tersebut secara terkontrol ke lingkungan luar diri, dan memperkuat keyakinan kepada kekuatan ghaib “Yang Maha Berkuasa” melalui kepatuhan menjalankan ritual-ritual ibadah dalam agama.
  • 20. DAFTAR PUSTAKA Djojosuroto, Kinayati. 2006. Metodologi Penelitian Ilmiah Sebagai Dasar Penelitian Bahasa dan Sastra III. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta Siswantoro, 2005. Metode Penelitian Sastra: Analisis Psikologis. Surakarta: Muhammadiyah University Press. Wellek, Rene & Austin Warren. 1995. Teori Kesusastraan. Jakarta: Penerbit PT Gramedia. 2011. “Gangguan jiwa”. http://www.scribd.com/doc/55858510/. Internet: Wikipedia. 2011. Gangguan jiwa”. http://perawatpskiatri.blogspot.com/2009/03/gangguan-jiwa-atau- mental-disorder.html