Dokumen tersebut membahas tentang penerapan model pembelajaran Examples Non Examples pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar. Model ini menggunakan gambar sebagai media untuk membantu siswa memahami materi pelajaran melalui analisis contoh dan bukan contoh. Langkah-langkah pembelajarannya meliputi penyajian gambar, diskusi kelompok, presentasi, dan evaluasi untuk meningkatkan pemahaman siswa.
1. PENERAPAN PEMBELAJARAN SISWA AKTIF
MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA
PADA SISWA SEKOLAH DASAR
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pembelajaran Sastra dan
Bahasa Indonesia Sekolah Dasar
Dosen Pengampu: Drs. M. Ismail S
Disusun Oleh
Noor Fitriani Jayanti
K7111139
5B
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
2. A. Pengertian Model Pembelajaran Examples Non Examples
Model Examples Non Examples merupakan salah satu pendekatan Group
investigation dalam pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi
pola interaksi siswa dan meningkatkan perolehan hasil akademik. Tipe
pembelajaran ini dimaksudkan sebagai alternatif terhadap model pembelajaran
kelas tradisional dan menghendaki siswa saling membantu dalam kelompok kecil
dan lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif daripada individu.(Muslimin
Ibrahin, 2000 : 3)
Pembelajaran Examples Non Examples adalah salah satu contoh
modelpembelajaran yang menggunakan media. Media dalam pembelajaran
merupakan sumber yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Manfaat
media ini adalah untuk guru membantu dalam proses mengajar, mendekati situasi
dengan keadaan yang sesungguhnya. Dengan media diharapkan proses belajar dan
mengajar lebih komunikatif dan menarik.
Model Pembelajaran Examples Non Examples atau juga biasa di
sebutExamples And Non-Examples merupakan model pembelajaran yang
menggunakan gambar sebagai media pembelajaran. Penggunaan media gambar ini
disusun dan dirancang agar anak dapat menganalisis gambar tersebut menjadi
sebuah bentuk diskripsi singkat mengenai apa yang ada didalam gambar.
Salah satu proses belajar mengajar adalah gambar. Media gambar
merupakan salah satu alat yang digunakan dalam proses belajar mengajar yang
dapat membantu mendorong siswa lebih melatih diri dalam mengembangkan pola
pikirnya. Dengan menerapkan media gambar diharapkan dalam pembelajaran
dapat bermanfaat secara fungsional bagi semua siswa. Sehingga dalam kegiatan
pembelajaran siswa diharapkan akan aktif termotivasi untuk belajar.
Menurut Rochyandi, Yadi (2004:11) model pembelajaran kooperatif tipe
example non example adalah:
“Tipe pembelajaran yang mengaktifkan siswa dengan cara guru menempelkan
contoh gambar-gambar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan gambar
3. lain yang relevan dengan tujuan pembelajaran, kemudian siswa disuruh untuk
menganalisisnya dan mendiskusikan hasil analisisnya sehingga siswa dapat
membuat konsep yang esensial.”
Gambar juga mempunyai peranan penting dalam proses belajar mengajar,
yakni untuk mempermudah dan membantu siswa dalam membangkitkan
imajinasinya dalam belajar. Selain itu dengan mengggunakan gambar siswa dapat
melatih mencari dan memilih urutan yang logis sesuai dengan materi yang
diajarkan. Dengan demikian dalam Model Pembelajaran Examples Non
Examples tercakup teori belajar konstruktivisme.
Teori konstruktivisme ini menyatakan siswa harus menemukan sendiri dan
mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan
aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai.
Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan segala sesuatu
untuk dirinya, berusahadengan susah payah dengan ide-ide (Slavin
dalam Nur dan Wikandari,2002: 8).
Menurut teori konstruktivisme ini, satu prinsip yang paling penting dalam
psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan
pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di
dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan
memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide
mereka sendiri. Dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan
strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi siswa anak tangga
yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi dengan catatan siswa
sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut (Nur dan Wikandari, 2002 : 8).
Examples non Examples merupakan model pembelajaran dengan
mempersiapkan gambar, diagram atau table sesuai materi bahan ajar dan
kompetensi. Sajian gambar ditempel atau memakai OHP, dengan petunjuk guru
siswa mencermati gambar, lalu diskusi kelompok tentang sajian gambar tadi,
persentasi hasil kelompok, bimbingan penyimpulan, evaluasi, dan refleksi
(Suyatno, 2009 : 73)
4. Model Pembelajaran Example Non Examples menggunakan gambar dapat
melalui OHP, Proyektor, ataupun yang paling sederhana adalah poster. Gambar
yang kita gunakan haruslah jelas dan kelihatan dari jarak jauh, sehingga anak yang
berada di belakang dapat juga melihat dengan jelas.
Penggunaan Model Pembelajaran Examples Non Examples ini lebih
menekankan pada konteks analisis siswa. Biasa yang lebih dominan digunakan di
kelas tinggi, namun dapat juga digunakan di kelas rendah dengan menenkankan
aspek psikologis dan tingkat perkembangan siswa kelas rendah seperti ;
kemampuan berbahasa tulis dan lisan, kemampuan analisis ringan, dan
kemampuan berinteraksi dengan siswa lainnya.
Selanjutnya Slavin dan Chotimah (2007 : 1) dijelaskan bahwa examples
non examples adalah model pembelajaran yang menggunakan contoh-contoh.
Contoh-contoh dapat diperoleh dari kasus atau gambar yang relevan dengan
Kompetensi Dasar.
Konsep model pembelajaran ini pada umumnya dipelajari melalui dua
cara. Paling banyak konsep yang kita pelajari di luar sekolah melalui pengamatan
dan juga dipelajari melalui definisi konsep itu sendiri. Example Non
Examplesadalah taktik yang dapat digunakan untuk mengajarkan definisi konsep.
Taktik ini bertujuan untuk mempersiapkan siswa secara cepat dengan
menggunakan 2 hal yang terdiri dari Example dan non-Examples dari suatu
definisi konsep yang ada, dan meminta siswa untuk mengklasifikasikan keduanya
sesuai dengan konsep yang ada. Example memberikan gambaran akan sesuatu
yang menjadi contoh akan suatu materi yang sedang dibahas, sedangkan non-
Examplesmemberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu
materi yang sedang dibahas. Dengan memusatkan perhatian siswa terhadap
example dan non-example diharapkan akan dapat mendorong siswa untuk menuju
pemahaman yang lebih dalam mengenai materi yang ada. (Hamzah, 2005:113).
Example Non Example dianggap perlu dilakukan karena suatu definisi
konsep adalah suatu konsep yang diketahui secara primer hanya dari segi
definisinya daripada dari sifat fisiknya. Dengan memusatkan perhatian siswa
5. terhadap example dan non-example diharapkan akan dapat mendorong siswa
untuk menuju pemahaman yang lebih dalam mengenai materi yang ada.
Berdasarkan uraian di atas, maka menyiapkan pengalaman dengan contoh
dan non-contoh akan membantu siswa untuk membangun makna yang kaya dan
lebih mendalam dari sebuah konsep penting. Joyce and Weil (Suratno, 2009:1)
telah memberikan kerangka konsep terkait strategi tindakan, yang menggunakan
metode Example Non example, sebagai berikut:
a. Menggeneralisasikan pasangan antara contoh dan non-contoh yang menjelas-
kan beberapa dari sebagian besar karakter atau atribut dari konsep baru. Menya-
jikan itu dalam satu waktu dan meminta siswa untuk memikirkan perbedaan apa
yang terdapat pada dua daftar tersebut. Selama siswa memikirkan tentang
tiap Examplesdan non-Examples tersebut, tanyakanlah pada mereka apa yang
membuat kedua daftar itu berbeda.
b. Menyiapkan Examples dan non Examples tambahan, mengenai konsep yang
lebih spesifik untuk mendorong siswa mengecek hipotesis yang telah dibuatnya
sehingga mampu memahami konsep yang baru.
c. Meminta siswa untuk bekerja berpasangan untuk menggeneralisasikan
konsepExamples dan non-Examples mereka. Setelah itu meminta tiap pasangan
untuk menginformasikan di kelas untuk mendiskusikannya secara klasikal
sehingga tiap siswa dapat memberikan umpan balik.
d. Sebagai bagian penutup, adalah meminta siswa untuk mendeskripsikan konsep
yang telah diperoleh dengan menggunakan karakter yang telah didapat
dari Examples danNon-Examples.
Berdasarkan hal di atas, maka penggunaan metode example non example
pada prinsipnya adalah upaya untuk memberikan kesempatan seluas-luasnya
kepada siswa untuk menemukan konsep pelajarannya sendiri melalui kegiatan
mendeskripsikan pemberian contoh dan bukan contoh terhadap materi yang
sedang dipelajari.
Pembelajaran kooperatif model Examples Non Examples memberi
ruang dan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap
muka saling memberikan informasi dan saling membelajarkan. Interaksi tatap
6. muka akan memberikan pengalaman yang berharga kepada setiap anggota
kelompok untuk bekerja sama, menghargai setiap perbedaan, memanfaatkan
kelebihan masing-masing anggota dan mengisi kekurangan masing-masing.
Pembelajaran kooperatif model Examples Non Examples melatih siswa
untuk dapat mampu berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Kemampuan ini
sangat penting sebagai bekal mereka dalam kehidupan di masyarakat kelak. Oleh
sebab itu, sebelum melakukan kooperatif, guru perlu membekali siswa dengan
kemampuan berkomunikasi. Tidak setiap siswa mempunyai kemampuan
berkomunikasi, misalnya kemampuan mendengarkan dan kemampuan berbicara,
padahal keberhasilan kelompok ditentukan oleh partisipasi setiap anggotanya.
B. Langkah Kegiatan
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : 2/II
Alokasi Waktu :
I. Standar Kompetensi : Berbicara
6. Mengungkapkan secara lisan beberapa informasi dengan mendeskripsikan
benda dan bercerita
II. Kompetensi Dasar :
6.1 Mendeskripsikan tumbuhan atau binatang di sekitar sesuai ciri-cirinya dengan
menggunakan kalimat yang mudah dipahami orang lain
7. III. Indikator :
6.1.1 Menyampaikan hal-hal yang diinginkan
6.1.2 Menyebutkan ciri-ciri hewan
IV. Tujuan Pembelajaran :
- Setelah melihat gambar yang disajikan oleh guru siswa dapat menyebutkan nama
hewan yang ada disekitar lingkungan kita
- Setelah melihat gambar siswa dapat mengetahui ciri ciri hewan yang ada
disekitar kita
V. Metode : Diskusi, Ceramah , Penugasan dan Tanya Jawab
VI. Materi : Gambar hewan dan cerita
VII. Langkah Kegiatan Pembelajaran :
1. Guru memberi salam pembuka.
2. Guru mengajak siswa berdoa bersama. Guru meminta salah seorang siswa
maju ke depan kelas untuk memimpin doa.
3. Guru mengabsen kehadiran siswa.
4. Guru mengajak siswa menyanyi lau Kelinciku.
5. Guru menyampaikan apersepsi dan motivasi yaitu menanyakan kembali
pelajaran yang lalu, menyampaikan pencapaian yang diharapkan kemudian
memberi dorongan kepada siswa.
6. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan guru
bersama siswa.
7. Guru bertanya tentang binatang apa saja yang ada di lingkungan sekitar.
Binatang yang diketahui siswa. Guru menunjuk satu siswa untuk
8. menyebutkan satu nama hewan kemudian disusul siswa lain disebelahnya
dan seterusnya hingga siswa terakhir, setiap siswa menyebutkan satu nama
hewan.
8. Sesuai nomor 7, siswa berhitung seca bergantian kemudian siswa diminta
mengelompok sesuai angka yang disebutkan (Cara membentuk kelompok
tanpa ada “pilih kasih”)
9. Guru membagikan beberapa gambar hewan pada masing-masing
kelompok. Setiap kelompok minimal mendapat 2 gambar.
10. Siswa diminta menyebutkan dan menulis ciri-ciri hewan pada gambar
yang telah dibagikan.
11. Hasil deskrispi hewan pada tiap kelompok ditukarkan ke kelompok lain
untuk dikoreksi. Mencantumkan kelompok korektor pada lembar yang
dikoreksi. Setelah itu dikumpulkan kepada guru.
12. Setelah permainan terebut, guru meminta setiap kelompok membuat
deskripsi hewan yang telah disepakati pada lembar kertas. Hasil deskripsi
kemudian ditukarkan ke kelompok lain untuk ditebak hewan yang
dimaksud oleh kelompok lain.
13. Permainan gambar hewan tersebut diiringi dengan koreksi guru secara
tidak kentara.
14. Guru meminta siswa kembali ke tempat duduk masing-masing seperti
semula.
15. Guru mengajak siswa untuk mendengarkan cerita guru. Guru bercerita
“Mollyku Tersayang”.
16. Guru bercerita dengan gaya, ekspresi dan alat peraga yang sesuai sehingga
siswa tertarik untuk melihat dan mendengar guru bercerita. Gerak guru
saat bercerita tidak diam di tempat namun luwes menguasai ruang kelas
agar siswa merasa diperhatikan dan diajak berpartisipasi dalam cerita.
Komunikasi guru dengan siswa melalui cerita.
Cerita :
9. “Mollyku Tersayang”
Pada hari minggu pagi, aku bersepeda disekitar rumahku. Memakai kaos
merah dan celana training ku kayuh sepeda merahku sambil bernyanyi riang.
Tidak lupa aku membawa air minum yang ku letakkan di keranjang sepeda. Pelan-
pelan sepedaku melaju, sudah 30menit aku mengayuh sepeda. Keringan mulai
membasahi kaosku, rasa hauspun sudah mulai terasa. Kuputuskan untuk berhenti
di taman dan duduk sendiri di bangku dekat air mancur. Indah sekali pagi ini.
Cahaya matahari mulai mengintip dan terdengar kicauan burung. Kuambil air
minum yang kubawa dari rumah. Glek.. glek.. glek.. Terasa segar air membasahi
kerongkonganku, belum sampai habis kuteguk air di botol, Gedebukk !!! Ada
suara sesuatu yang jatuh ke tanah. Aku berjalan mencari sumber suara.
“Astaga!!” Aku menemukan seekor burung yang tergeletak di tanah.
Salah satu sayapnya berdarah. Aku membawanya pulang ke rumah.
Sampai di rumah, kakakku terkejut saat melihatku membawa burung
yang sedang sakit.
“Din, burung itu kenapa ?” Tanya kak Rino padaku.
“Tidak tahu, kak. Sayapnya berdarah.”
“Ya sudah, kita obati saja ya.” Kak Rino mengmbil kotak PPPK
kemudian menghampiriku lagi.
“Burung ini bagus ya, kak. Badannya kecil, bulunya bewarna cokelat,
paruhnya kecil dan lancip, suaranya juga kecil melengking.” Kataku pada Kak
Rino yang sibuk memberi anti-septik kemudian membalutkan perban.
“Kamu tahu apa nama burung yang kamu temukan ini, dik ?” Tanya
kak Rio setelah mengobati sayap burung.
“Tidak, kak. Namanya burung apa ?”
10. “Namanya burung gereja. Pemakan biji-bijian, bisa dilihat dari bentuk
paruhnya yang lancip. Burung ini sering berjalan-jalan di tanah dan melompat-
lompat kecil kemudian terbang. Bertengger berjajar di pohon dan berkicau
bersama. Disebut burung gereja karena sering bertengger dan berkeliaran di
pohon dekat gereja. Mungkn dulu aktu ditemukan pertama kali di pohon
gereja. Hehehe.. kakak juga kurang tahu, dik.”
“Oh.. Kakak tahu banyak ya tentang burung ini. Hehehe.. Boleh ya kita
merawat burung ini sampai sembuh, kak ? Atau kita pelihara sekalian saja ?”
“Kakak setuju saja, dik. Kita merawat burung ini hingga luka di
sayapnya sembuh, kalau burungnya mau dipelihara ya kita pelihara.”
“Memangnya burung ini tidak mau dipelihara, kak ?”
“Ya mungkin saja. Kan kita tidak bsa memaksa burung ini untuk mau tinggal
di sangkar, dik. Kalau dipaksa nanti burungnya kasihan. Jadi, kita tidak boleh
berbuat sesuka hati dan memaksakan meskpiun itu terhadap hewan.”
“Begitu ya, kak ? Baiklah, kita rawat hingga sembuh sampai
burungnya bisa terbang lagi.” Aku tersenyum.
“Itu baru namanya Dina, adik kak Rino ! Hehehe.. Mau kamu beri
nama apa burung ini ?”
“Ehhmm.. Beri nama apa ya, kak.. Aku beri nama Molly saja !!”
Kataku gembira sambil mengelus kepala Mollyku tersayang.
17. Guru memberi tugas individu kepada siswa untuk dikerjakan. Berikut
bentuk tugas untuk siswa :
a. Siapa yang besepeda ?
b. Dimana Dina berhenti dan duduk ?
c. Apa yang jatuh ke tanah ?
d. Mengapa burung itu jatuh ?
e. Diberi nama apa burung itu?
11. 18. Tugas individu dikumpulkan kepada guru.
19. Guru melakukan tanya jawab mengenai hal-hal yang belum dapat
dipahami oleh siswa.
20. Guru menyimpulkan pembelajaran yang telah dilaksanakan dan
memberi penguatan terhadap setiap poin kesimpulan.
21. Akhir pembelajaran, guru memberi pesan-pesan kepada siswa
kemudian ditutup dengan doa bersama dan salam penutup.