Berdasarkan analisis data pasut tahun 2007 di Teluk Lamong, perairan tersebut memiliki tipe pasut campuran ganda dominan dengan nilai MSL 151,7 cm dan HWS 288,4 cm. Prediksi untuk tahun 2010-2050 menunjukkan HWS tertinggi 294,7 cm pada 2040. Elevasi dermaga rencana pelabuhan ditentukan menjadi 4,884 m berdasarkan nilai HWS dan clearance 2 m.
2. TUGAS AKHIR
PENENTUAN HIGH WATER SPRING DENGAN
MENGGUNAKAN KOMPONEN PASUT UNTUK
PENENTUAN ELEVASI DERMAGA
(Studi Kasus: Rencana Pelabuhan Teluk Lamong
5. LATAR BELAKANG
Sebagai negara bahari, bangsa Indonesia
menyadari potensi perairan yang ada sebagai
sumberdaya kehidupan maritim maupun sebagai
media penghubung antar pulau, masih perlu
dikembangkan.
Pelabuhan Perak yang selama ini beroperasi di
Surabaya dianggap memerlukan dermaga baru
yang mendukung kinerja Pelabuhan Perak
tersebut karena semakin bertambahnya kapal
yang bersandar.
6. PERUMUSAN MASALAH
Bagaimana menentukan High Water Spring sebagai
Datum Vertikal dalam penentuan elevasi dermaga
rencana dengan metode Least Square.
Bagaimana menentukan elevasi dermaga yang aman
dalam waktu jangka panjang melalui prediksi pasut
pada tahun mendatang.
7. BATASAN PERMASALAHAN
Wilayah studi daerah rencana pembangunan
pelabuhan milik PT.(Persero) Pelabuhan Indonesia III
di Teluk Lamong.
Data yang digunakan data pasut hasil
pengamatan tidak langsung PELINDO III tahun 2007
di perairan Teluk Lamong.
Peta yang digunakan peta bathymetri PELINDO
III perairan Teluk Lamong tahun 2007.
Metode yang digunakan metode Least Square.
Hasil penelitian elevasi rencana pembangunan
dermaga dan analisa tipe pasang surut.
8. TUJUAN DAN MANFAAT
Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah untuk
mengolah data pasut perairan Teluk Lamong untuk
mendapatkan datum vertikal dalam penentuan
elevasi dermaga pada rencana pembangunan
pelabuhan milik PT.(Persero) Pelabuhan Indonesia III
di Teluk Lamong.
Manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian tugas
akhir ini adalah suatu informasi mengenai kondisi
pasang surut di perairan Teluk Lamong dan
diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam
bidang Coastal Engineering.
10. LOKASI PENELITIAN
Letak geografis pelabuhan ini berada di
koordinat 7°11’13” LS dan 112° 41’ 24” BT.
Lokasi Penelitian, Teluk Lamong, Jawa Timur
(Google Earth)
11. DATA DAN PERALATAN
DATA :
1. Data pasut pengamatan tidak langsung perairan
Teluk Lamong tahun 2007 milik PT.PELINDO
III.
2. Peta batimetri skala 1:5.000 tahun 2007 milik
PT.PELINDO III.
PERALATAN :
1. Perangkat Keras (Hardware)
a. Laptop Pentium Dual-core, RAM 2GB, Hard
Disk 250GB.
b. Printer Canon iP 1980
12. DATA DAN PERALATAN
2. Perangkat Lunak (Software)
a. Matlab 7.0.1 untuk proses analisis harmonik pasang
surut laut dengan metode least square.
b. Microsoft Excel 2007 untuk input data pasut satu
tahun.
c. AutoCad LandDesktop 2006 untuk peta bathymetri.
d. WXTide32 untuk memprediksi elevasi pasut (tahun
2010, 2020, 2030, dan 2037).
e. Microsoft Word 2007 untuk penyusunan laporan
Tugas Akhir.
f. Qinsy 7.5 untuk memprediksi elevasi pasut (tahun
2040 dan 2050).
13. METODOLOGI PENELITIAN
Tahap Penelitian :
Identifikasi Masalah
Studi Literatur
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Analisa
Penyusunan Laporan
14. Tahap Pengolahan Data:
Data pasut
Peta Batimetri
tahun 2007
pengamatan
tidak langsung
Tahap
tahun 2007 Pengumpulan
data
Penghitungan data
pasut dengan metode
Least Square
Tahap
Pengolahan Data
Konstanta pasut (S0 ,
M2, S2, N2, K1, O1, M4,
MS4) dan Kurva pasut
Analisa pengaruh
Penentuan HWS astronomi terhadap
(High Water Spring) pasut melalui
Kalender Hijriyah
Analisa Penentuan Elevasi Dermaga
Menurut Standard Design Criteria
for Port in Indonesia, Januari 1994 Tahap Analisa
Elevasi Rencana Prediksi pasut Hasil
Dermaga dan
(H) Tipe pasut
15. PENJELASAN
1. Pada pengolahan data pasut, untuk mendapatkan nilai konstanta-
konstanta harmonik pasang surut (S0 , M2, S2, N2, K1, O1, M4, dan MS4)
yaitu dengan menggunakan metode Least Square.
2. Pada penentuan tinggi HWS ini mengacu pada persamaan sebagai
berikut :
HWS = S0 + (M2 + S2 + K1 + O1)
dimana:
S0 =MSL
M2 =Komponen Utama Bulan (Semidiurnal).
S2 =Komponen Utama Matahari (Semidiurnal).
K1 =Komponen Matahari-Bulan (Diurnal).
O1 =Komponen Utama Bulan (Diurnal)
3. Pada penulisan Tugas Akhir ini akan memprediksi pasut tahun
2010, 2020, 2030, 2037, 2040, dan 2050 yang kemudian diolah dengan
metode least square untuk mendapatkan nilai HWS pada tahun
tersebut.
16. 4. Pada penelitian ini dilakukan analisa posisi bulan terhadap bumi
melalui sistem penanggalan Hijriyah. Sehingga dapat diperoleh nilai
Spring Tide atau pasang tertinggi saat new moon maupun full moon
yang dapat digunakan untuk analisa keamanan dalam penentuan
elevasi dermaga.
5. Tinggi lantai dermaga dihitung Sesuai Standar Kriteria Desain untuk
Pelabuhan di Indonesia, Tahun 1984, dengan ketentuan sebagai
berikut:
Tabel 2.1 Elevasi Aman Dermaga di Atas HWS
Pelabuhan Tunggang Pasut Tunggang Pasut
dengan : 3m atau lebih kurang dari 3 m
Kedalaman air 0,5 – 1,5 m 1,0 – 2,0 m
4,5 m atau lebih
Kedalaman air 0,3 – 1,0 m 0,5 – 1,5 m
kurang dari 4,5 m
(Sumber: Standard Design Criteria for Port in Indonesia, 1984)
17. Sehingga, elevasi lantai dermaga dapat ditentukan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
H = HWS + (Clearance)
dimana, H = Elevasi dermaga dari kedudukan
terendah saat pasang surut (m).
HWS = High Water Spring (m).
Clearance = Angka aman menurut Standar
Kriteria Desain untuk Pelabuhan di
Indonesia (1984).
6. Tipe pasang surut dapat ditentukan berdasarkan bilangan
Formzal (F)(Pond and Pickard, 1983) :
F = (O1+K1) / (M2+S2)
19. ANALISA HARMONIK PASUT
Hasil pengolahan pasut tahun 2007:
Tabel 3.1 Komponen Harmonik Pasut Tahun 2007
Komponen M2 S2 N2 K1 O1 M4 MS4
Amplitudo (cm)
42,4 17,9 8,8 41,5 34,7 2,4 1,7
Fase (°) 259 269 254 235 215 232 258
ANALISA TIPE PASUT
Tipe pasut perairan Teluk Lamong:
F = (O1 + K1) / (M2 + S2)
= (34,7 + 41,5) / (42,4 + 17,96)
= 1,26.
Memiliki tipe campuran ganda dominan (mixed
tide prevailing semi diurnal).
20. FLUKTUASI MSL
Duduk tengah atau mean sea level perairan Teluk
Lamong pada tahun 2007 sebesar 151,7 cm dengan
variasi bulanannya antara 0-15 cm.
Gambar 3.1 Pola Fluktuasi MSL Tahun 2007
Pada grafik diatas dapat diketahui bahwa pada bulan
Oktober, nilai MSL mencapai nilai tertinggi yaitu
sebesar 166,7 cm.
21. ANALISA HIGH WATER SPRING
High Water Spring (HWS) perairan Teluk
Lamong pada tahun 2007 menggunakan metode
least square sebesar 288,4 cm.
Tabel 3.2 High Water Spring Tahun 2007
Komponen S0 M2 S2 K1 O1 HWS
Amplitudo (cm)
151,67 42,4 17,9 41,5 34,7 288,4
22. ANALISA PENGARUH ASTRONOMI
Gambar 3.2 Analisa Pengaruh Astronomi
Pada saat 15 Muharram 1431H pukul 22.00 perairan tersebut mencapai
pasang tertingginya dengan tinggi air sebesar 2,81 meter. Sedangkan
pada tanggal dan jam yang sama di tahun 1428H, pasang tertinggi
mencapai 2,45 meter atau memiliki selisih sebesar 0,36 meter.
Hal ini dapat dikarenakan posisi bulan mencapai jarak terdekatnya
dengan kota Surabaya pada tanggal 15 Muharram 1431H tersebut
sehingga mengalami pasang tertinggi di bandingkan periode pasang
surut yang lain pada tahun 1428H.
23. ANALISA PREDIKSI PASUT
Tabel 3.3 Nilai HWS dan MSL Prediksi
Tahun 2010 Tahun 2020 Tahun 2030 Tahun 2037 Tahun 2040 Tahun2050 Tahun 2010 Tahun 2020 Tahun 2030 Tahun 2037 Tahun 2040 Tahun2050
HWS (cm) 283.5 282.4 278.8 277.1 294.7 283.9 MSL (cm) 151.7 151.7 151.7 151.7 158.5 158.5
HWS PREDIKSI 2010-2050 MSL PREDIKSI 2010-2050
300.0 160.0
295.0 158.0
290.0
156.0
285.0
154.0
280.0
152.0
275.0 PREDIKSI 2010-…
270.0 150.0
265.0 148.0
24. ANALISA ELEVASI DERMAGA
Pada peta batimetri area rencana dermaga yang baru, kedalaman yang
dikehendaki adalah sebesar ±-20 m, sedangkan besar tunggang pasut
yang terjadi di perairan Teluk Lamong tidak lebih dari 3 m. Sehingga
dari beberapa ketentuan tersebut dapat dihitung elevasi lantai
dermaga, sebagai berikut:
H = HWS + (Clearance)
H = 2,884 + 2,0
= 4,884 m
Angka ini dinilai cukup aman berdasarkan prediksi pasut pada tahun
2010 hingga 2050 serta menurut analisa pengaruh astronomi terhadap
pasut, yang didapatkan pasang tertinggi (Spring Tide) yang mencapai
2,81 m pada saat 15 Muharram 1431H (1 Januari 2010).
25. REFERENSI KENAIKAN MUKA AIR LAUT
Berdasarkan pemantauan Departemen Kelautan dan
Perikanan serta Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan
Nasional (Kompas.com, 2009), kenaikan muka air laut di
Indonesia rata-rata 5-10 mm/tahun.
Menurut Intergovernmental Panel on Climate Change
(IPCC/Badan Antarpemerintah untuk Perubahan Iklim)
menyebutkan saat ini kenaikan muka laut rata-rata 0,57 cm
per tahun. Kecepatan naik permukaan laut di beberapa
wilayah pesisir Surabaya berbeda-beda.Tapi, menurut hasil
kajian, tren menunjukkam asumsi pada 2050 diperkirakan
muka laut akan naik mencapai 123,06 cm (1,23 meter) dari
saat ini (Surya Online,2007).
28. KESIMPULAN
1. Perairan Teluk Lamong memiliki tipe pasut campuran ganda
dominan (mixed tide prevailing semi diurnal) dengan bilangan
Formzhal sebesar 1,26.
2. Pada tahun 2007, perairan Teluk Lamong memiliki nilai MSL yaitu
sebesar 151,7 cm dengan variasi bulanannya 0-15 cm. Pada bulan
Oktober terlihat bahwa nilai S0 tertinggi apabila dibandingkan
dengan bulan-bulan yang lain yaitu sebesar 166,7 cm.
3. Nilai HWS pada tahun 2007 yaitu sebesar 288,4 cm. Sedangkan hasil
prediksi pada tahun 2010, 2020, 2030, 2037, 2040, dan 2050
didapatkan nilai HWS tertinggi sebesar 294,7 cm yaitu pada tahun
2040.
4. Dari analisa pengaruh astronomi terhadap pasut, didapatkan bahwa
pada tanggal 15 Muharram 1431 H pukul 22.00 atau 1 Januari
2010, posisi bulan mencapai jarak terdekatnya terhadap kota
Surabaya karena perairan Teluk Lamong mengalami Spring Tide
tertinggi yaitu mencapai ketinggian 2,81 meter.
29. KESIMPULAN
5. Elevasi lantai dermaga rencana sebesar 4,884 m dinilai cukup aman
berdasarkan prediksi pada tahun 2010, 2020, 2030, 2037, 2040, dan
2050. Serta menurut analisa pengaruh astronomi terhadap
pasut, yang didapatkan bahwa pada tanggal 15 Muharram 1431 H
pukul 22.00 atau 1 Januari 2010, Spring Tide tertinggi yang mencapai
ketinggian 2,81 meter.
30. SARAN
1. Perlunya dilakukan pemantauan terhadap jalannya alat perekam
secara konsisten agar terhindar dari gangguan yang nantinya dapat
berpengaruh terhadap data pengamatan.
2. Hindari kekosongan data agar data tersebut dapat diolah dengan
hasil yang baik dan maksimal.
3. Dalam penentuan elevasi dermaga, diperlukan pengamatan yang
panjang dan teliti karena hal ini merupakan pekerjaan yang
berfungsi untuk jangka panjang serta menuntut keamanan sebagai
faktor utama.
4. Pemantauan secara berkala terhadap bangunan dermaga harus terus
dilakukan agar keamanan dermaga dapat terus terkontrol.
31. DAFTAR PUSTAKA
Ali, Hafizh. 2003. Kegunaan Informasi dan Data Pasang Surut Dalam Rekayasa
Wilayah Pesisir dan Laut. Bandung. Institut Teknologi Bandung.
Ali, M., Mihardja, D.K. dan Hadi, S. 1994. Pasang Surut Laut. Bandung. Institut
Teknologi Bandung.
Anggraini, Nimas. 2006. Detail Desain Pelabuhan Peti Kemas di
Kalianak, Surabaya. Surabaya. Skripsi Jurusan Teknik Sipil ITS Surabaya.
Armono, Haryo. 2005. Final Report Elevasi Dermaga. Surabaya. Jurusan Teknik
Kelautan ITS Surabaya.
Bakosurtanal. 2008. Tide Prediction 2008. Bogor. Bakosurtanal.
Guruh, Danar. 2008.Draft Final Report of Topographic and Bathymetric Survey
to Support Feasibility Study PLTU Barru. Surabaya
ICSM. 2007. Floating Tide Gauge. <http://www.icsm.gov.au>. dikunjungi pada
Tanggal 10 Mei 2009 pukul 09.35 WIB.
International Hydrographic Organization (IHO). 2006. Special Publication
Number 51 (SP-51), Monaco.
Kompas. 2009. Kenaikan Muka Laut 10 Milimeter. <http://www.kompas.com>.
dikunjungi pada Tanggal 10 Juli 2009 pukul 21.10 WIB.
32. DAFTAR PUSTAKA
Ongkosongo, O.S.R., dan Suyarso. 1989. Pasang-Surut. Jakarta. LIPI, Pusat
Pengembangan Oseanologi.
Poerbandono. 1999. Hidrografi Dasar. Bandung. Jurusan Teknik Geodesi - ITB.
Poerbandono. 2005. Survei Hidrografi. Bandung. Refika Aditama.
Sinaga, Lambutan. 2008. Desain Pondasi Tiang Pancang Concrete Spun Pile.
<http://www.WordPress.com>. dikunjungi pada Tanggal 17 Maret 2009 pukul 09.50
WIB.
Surya. 2007. Pesisir Tenggelam, Dampak Pemanasan Global di Surabaya.
<http://www.surya.co.id>. dikunjungi pada Tanggal 10 Juli 2009 pukul 20.55 WIB.
Triatmodjo, Bambang. 1996. Pelabuhan. Yogyakarta. Beta Offset.
Triatmodjo, Bambang. 1999. Teknik Pantai. Yogyakarta. Beta Offset.
Vanicek, P. dan Krakiwsky, E.J. 1986. Geodesy, The Concepts. North Holland.