SlideShare a Scribd company logo
1 of 118
Download to read offline
PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO
Salinan
            PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO
                     NOMOR 26 TAHUN 2011

                                 TENTANG

                RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
                     KABUPATEN BOJONEGORO
                        TAHUN 2011 - 2031

                DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

                          BUPATI BOJONEGORO,

Menimbang   :   a bahwa      dalam    rangka     mewujudkan        keterpaduan
                   pembangunan antar sektor, daerah, dan masyarakat maka
                   rencana tata ruang wilayah merupakan arahan lokasi
                   investasi pembangunan yang dilaksanakan pemerintah,
                   masyarakat,dan/atau dunia usaha;
                b. bahwa dengan ditetapkannya Undang-Undang nomor 26
                   tahun 2007 tentang penataan ruang dan Peraturan
                   Pemerintah nomor 26 tahun 2008 tentang rencana tata
                   ruang wilayah nasional, maka perlu dijabarkan ke dalam
                   rencana tata ruang wilayah provinsi, kabupaten;
                c. bahwa untuk mengarahkan pembangunan di Kabupaten
                   Bojonegoro dengan memanfaatkan ruang wilayah secara
                   berdaya guna, berhasil guna, serasi, selaras, seimbang, dan
                   berkelanjutan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
                   masyarakat dan pertahanan keamanan, perlu disusun
                   rencana tata ruang wilayah; dan
                d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
                   pada huruf a, b, dan c, maka perlu menetapkan rencana
                   tata ruang wilayah Kabupaten Bojonegoro dengan
                   Peraturan Daerah.

Mengingat   :   1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar 1945;
                2. Undang-undang       Nomor   12  Tahun     1950  tentang
                   Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten di lingkungan
                   Propinsi Jawa Timur (diumumkan pada tanggal 8 Agustus
                   1950), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
                   Nomor 2 Tahun 1965 (Lembaran Negara Republik Indonesia
                   Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara
                   Republik Indonesia Nomor 2730);
                3. Undang-Undang       Nomor   32  Tahun     2004  tentang
                   Pemerintahan      Daerah  (Lembaran    Negara  Republik
                   Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran
                   Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah
                   diubah untuk kedua kalinya dengan Undang-Undang
                   Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik
                   Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran
                   Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
- 2 -

               4. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
                  Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
                  Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
                  Nomor 4725);
               5. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang
                  Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara
                  Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan
                  Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833);
               6. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang
                  Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara
                  Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan
                  Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);
               7. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang
                  Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat dalam Penataan
                  Ruang (lembaran Negara tahun 2010 Nomor 118,
                  Tambahan Lembaran Negara Nomor 5160).


                     Dengan Persetujuan Bersama

   DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO

                                 Dan

                        BUPATI BOJONEGORO

                            MEMUTUSKAN:

Menetapkan :   PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG
               WILAYAH (RTRW) KABUPATEN BOJONEGORO TAHUN
               2011-2031.



                               BAB I
                          KETENTUAN UMUM

                            Bagian Kesatu
                             Pengertian

                               Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Pemerintah Kabupaten adalah Pemerintah Kabupaten Bojonegoro.
2. Daerah adalah Daerah Kabupaten Bojonegoro.
3. Kepala Daerah adalah Bupati Kabupaten Bojonegoro.
4. Bupati adalah Bupati Bojonegoro.
5. Kabupaten adalah Kabupaten Bojonegoro.
6. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD
    adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bojonegoro.
7. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang
    udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah,
    tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan
    memelihara kelangsungan hidupnya.
8. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
- 3 -

9.    Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang,
      pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
10.   Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.
11.   Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta
      segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan
      aspek administratif dan/atau aspek fungsional.
12.   Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau
      budidaya.
13.   Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama
      melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya
      alam dan sumber daya buatan.
14.   Kawasan budi daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama
      untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam,
      sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.
15.   Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar
      kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan
      yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian
      dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.
16.   Kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama
      pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan
      fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa
      pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
17.   Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama
      bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat
      permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa
      pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
18.   Ruang Terbuka Hijau atau disingkat RTH adalah area memanjang atau
      jalur dan    atau    mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat
      terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh tanaman secara
      alamiah maupun yang sengaja ditanam.
19.   Kawasan strategis nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya
      diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara
      nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara,
      ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang
      ditetapkan sebagai warisan dunia.
20.   Pusat Kegiatan Nasional yang selanjutnya disebut PKN adalah kawasan
      perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional,
      nasional, atau beberapa provinsi.
21.   Pusat Kegiatan Wilayah yang selanjutnya disebut PKW adalah kawasan
      perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau
      beberapa kabupaten/kota.
22.   Pusat Kegiatan Lokal yang selanjutnya disebut PKL adalah kawasan
      perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten/kota
      atau beberapa kecamatan.
23.   Pusat Kegiatan Lokal yang dipromosikan selanjutnya disebut PKLp adalah
      kawasan yang kemudian hari ditetapkan sebagai PKL.
24.   Pusat Pelayanan Kawasan yang selanjutnya disebut PPK adalah kawasan
      perkotaan berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau
      beberapa desa.
25.   Pusat Pelayanan Lokal yang selanjutnya disebut PPL adalah pusat
      permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa.
- 4 -

26. Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah Kabupaten adalah arahan untuk
    mewujudkan struktur ruang dan pola ruang wilayah kabupaten sesuai
    dengan rencana tata ruang wilayah kabupaten melalui penyusunan dan
    pelaksanaan program beserta pembiayaannya, dalam suatu indikasi program
    utama jangka menengah lima tahunan kabupaten yang berisi usulan program
    utama, perkiraan pendanaan beserta sumbernya, instansi pelaksana, dan
    waktu pelaksanaan.
27. Kawasan Strategis Kabupaten adalah kawasan yang penataan ruangnya
    diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup
    kabupaten terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, dan
    pendayagunaan sumber daya alam dan teknologi tinggi.
28. Kebijakan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten adalah arahan pengembangan
    wilayah yang ditetapkan oleh Pemerintahan Daerah Kabupaten guna
    mencapai tujuan penataan ruang wilayah kabupaten dalam kurun waktu 20
    (dua puluh) tahun.
29. Ketentuan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Kabupaten adalah
    ketentuanketentuan yang dibuat/disusun dalam upaya mengendalikan
    pemanfaatan ruang wilayah kabupaten agar sesuai dengan RTRW Kabupaten
    yang dirupakan dalam bentuk ketentuan umum peraturan zonasi, ketentuan
    perizinan, ketentuan insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi untuk
    wilayah kabupaten.
30. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Sistem Kabupaten adalah ketentuan
    umum yang mengatur pemanfaatan ruang dan unsur-unsur pengendalian
    yang disusun untuk setiap klasifikasi peruntukan sesuai dengan rencana tata
    ruang wilayah.
31. Ketentuan Insentif dan Disinsentif adalah perangkat atau upaya untuk
    memberikan imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan
    rencana tata ruang dan juga perangkat untuk mencegah, membatasi
    pertumbuhan, atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana.
32. Arahan Sanksi adalah arahan untuk memberikan sanksi bagi siapa saja yang
    melakukan pelanggaran pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan
    rencana tata ruang yang berlaku.
33. Ketentuan Perizinan adalah ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh
    pemerintahan daerah kabupaten sesuai kewenangannya yang harus dipenuhi
    oleh setiap pihak sebelum pemanfaatan ruang, yang digunakan sebagai alat
    dalam melaksanakan pembangunan keruangan yang tertib sesuai dengan
    rencana tata ruang yang telah disusun dan ditetapkan.
34. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Kabupaten adalah rencana
    jaringan prasarana wilayah yang dikembangkan untuk mengintegrasikan
    wilayah kabupaten dan untuk melayani kegiatan yang memiliki cakupan
    wilayah layanan prasarana skala kabupaten.
35. Rencana Sistem Perkotaan di Wilayah Kabupaten adalah rencana susunan
    kawasan perkotaan sebagai pusat kegiatan di dalam wilayah kabupaten yang
    menunjukkan keterkaitan eksisting maupun rencana yang membentuk
    hirarki pelayanan dengan cakupan dan dominasi fungsi tertentu dalam
    wilayah kabupaten.
36. Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten adalah rencana yang mencakup
    sistem perkotaan wilayah kabupaten yang berkaitan dengan kawasan
    perdesaan dalam wilayah pelayanannya dan jaringan prasarana wilayah
    kabupaten yang dikembangkan untuk mengintegrasikan wilayah kabupaten
    selain untuk melayani kegiatan skala kabupaten yang meliputi sistem jaringan
    transportasi, sistem jaringan energi dan kelistrikan, sistem jaringan
    telekomunikasi, dan sistem jaringan sumber daya air, termasuk seluruh
    daerah hulu bendungan atau waduk dari daerah aliran sungai, serta
    prasarana lainnya yang memiliki skala layanan satu kabupaten.
- 5 -

37. Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten adalah rencana distribusi
    peruntukan ruang wilayah kabupaten yang meliputi peruntukan ruang
    untuk fungsi lindung dan budidaya yang dituju sampai dengan akhir
    masa berlakunya RTRW Kabupaten (20 tahun) yang dapat memberikan
    gambaran pemanfaatan ruang wilayah kabupaten yang dituju sampai
    dengan akhir masa berlakunya perencanaan 20 tahun.
38. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten adalah rencana tata ruang
    yang bersifat umum dari wilayah kabupaten, yang merupakan
    penjabaran dari RTRW berupa rencana operasional pembangunan
    wilayah kabupaten sesuai dengan peran dan fungsi wilayah yang telah
    ditetapkan dalam RTRW yang akan menjadi landasan dalam
    pelaksanaan pembangunan di wilayah kabupaten.
39. Orang adalah orang perseorangan dan/atau korporasi.
40. Masyarakat adalah orang perseorangan, kelompok orang termasuk
    masyarakat hukum adat, korporasi, dan/ atau pemangku kepentingan
    non pemerintah lain dalam penyelenggaraan penataan ruang.
41. Peran masyarakat adalah partisipasi aktif masyarakat dalam proses
    perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian
    pemanfaatan ruang.
42. Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah, yang selanjutnya disebut
    BKPRD adalah badan bersifat ad-hoc yang dibentuk untuk mendukung
    pelaksanaan Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
    Ruang mempunyai fungsi membantu tugas Bupati dalam koordinasi
    penataan ruang di daerah.
43. Agroekowisata adalah pengembangan pariwisata berbasis komoditas
    pertanian, peternakan, perkebunan, hortikultura dan perikanan serta
    lingkungan.
44. Ekowisata adalah      bagian dari agroekonomi yang pengembangan
    pariwisata dengan berbasis ekonomi dan lingkungan.
45. Agropolitan adalah merupakan bentuk pembangunan yang memadukan
    pembangunan pertanian (sektor basis di perdesaan) dengan sektor
    industri yang selama ini secara terpusat dikembangkan di kota-kota
    tertentu saja.
46. Kawasan pertahanan negara adalah wilayah yang ditetapkan secara
    nasional yang digunakan untuk kepentingan pertahanan.

                               Bagian Kedua
                               Ruang Lingkup

                                 Pasal 2

(1) Lingkup Wilayah Kabupaten adalah daerah dalam pengertian wilayah
    administrasi mencakup 27 (dua puluh tujuh) kecamatan dan 430 (empat
    ratus tiga puluh) desa / kelurahan seluas lebih kurang 230.706 (dua ratus
    tiga puluh ribu tujuh ratus enam) Ha pada koordinat koordinat 111º25' BT -
    112º09' BT dan 6º59' LS - 7º37' LS, dengan batas-batas :
    a. sebelah utara Kabupaten Tuban;
    b. sebelah timur Kabupaten Lamongan;
    c. sebelah selatan Kabupaten Madiun, Kabupaten Nganjuk, dan
       Kabupaten Jombang; dan
    d. sebelah barat Kabupaten Ngawi dan Kabupaten Blora - Jawa Tenggah.
(2) Lingkup muatan RTRW, mencakup :
    a. tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten;
    b. rencana struktur ruang wilayah kabupaten;
    c. rencana pola ruang wilayah kabupaten;
    d. penetapan kawasan strategis kabupaten;
- 6 -

  e. arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten;dan
  f. arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten.


                              BAB II
                 TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI
                PENATAAN RUANG WILAYAH KABUPATEN

                            Bagian Kesatu
               Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten

                                 Pasal 3

Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (2) huruf a, yaitu mewujudkan ruang kabupaten yang mampu
mendukung perkembangan pertanian, pariwisata, dan perindustrian yang
selaras  dengan     keberlanjutan  lingkungan  hidup  dan   pemerataan
pembangunan.

                             Bagian Kedua
       Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Kabupaten

                               Paragraf 1
                       Kebijakan Penataan Ruang

                                 Pasal 4

Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten, sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (2) huruf a, meliputi :
a. pengembangan lahan pertanian dan sistem agropolitan yang produktif dan
   ramah lingkungan;
b. pengembangan dan peningkatan potensi pariwisata yang ramah lingkungan
   serta berbasis masyarakat;
c. pengembangan dan peningkatan kawasan industri berbasis agro, yang
   ramah lingkungan serta bernilai ekonomis;
d. pemerataan pembangunan sektor ekonomi dan infrastruktur wilayah;
e. pengendalian secara ketat pada kawasan hutan; dan
f. peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara.

                               Paragraf 2
                        Strategi Penataan Ruang

                                 Pasal 5

(1) Strategi pengembangan lahan pertanian dan sistem agropolitan yang
    produktif dan ramah lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
    huruf a, meliputi :
    a. mengembangkan sistem pemasaran hasil pertanian sesuai tingkat skala
       layanan sampai ekspor;
    b. mengembangkan lumbung desa modern;
    c. memulihkan lahan yang rusak atau alih komoditas menjadi perkebunan;
    d. mengembangkan pusat penyuluhan tani;
    e. mengembangkan pusat ekonomi agropolitan dan pusat bisnis;
    f. mengembangkan sistem pemasaran hasil perkebunan sampai ekspor;
    g. mengembangkan prasarana dan sarana pengangkutan barang dari dan
       ke pusat pemasaran dan wilayah pelayanannya;
- 7 -

    h. meningkatkan status fungsi sawah secara bertahap;
    i. mempertahankan kawasan pertanian pangan berkelanjutan;
    j. meningkatkan produktivitas, diversifikasi, dan pengolahan hasil
       pertanian; dan
    k. mengendalikan secara ketat fungsi lahan yang ditetapkan sebagai lahan
       pertanian pangan berkelanjutan.
(2) Strategi pengembangan dan peningkatan potensi pariwisata yang ramah
    lingkungan serta berbasis masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal
    4 huruf b, meliputi :
    a. mengembangkan obyek wisata andalan prioritas;
    b. membentuk zona wisata dengan disertai pengembangan paket wisata;
    c. meningkatkan sarana dan prasarana wisata yang ada di masing-masing
       objek wisata;
    d. melakukan diversifikasi program dan produk wisata;
    e. mengembangkan sarana dan prasarana mendukung budaya lokal;
    f. mengembangkan pusat sentra industri kerajinan; dan
    g. meningkatkan potensi agroekowisata dan ekowisata.
(3) Strategi pengembangan dan peningkatan kawasan industri berbasis agro,
    yang ramah lingkungan serta bernilai ekonomis sebagaimana dimaksud
    dalam Pasal 4 huruf c, meliputi :
    a. mengembangkan dan memberdayakan industri kecil menenggah dan
       industri rumah tangga;
    b. mengembangkan industri agrobisnis yang mendukung komoditas
       agrobisnis unggulan dengan teknologi ramah lingkungan;
    c. mengembangkan pusat promosi dan pemasaran hasil industri kecil
       menenggah;
    d. mengembangkan kawasan industri menengah – besar;
    e. menangani dan mengelola limbah yang dihasilkan industri dengan
       penyediaan instalasi pengolahan air limbah (IPAL), secara individual
       maupun komunal;
    f. menyediakan sarana dan prasarana pendukung pengelolaan kegiatan
       industri;
    g. mengendalikan zona dan kawasan industri polutif;
    h. menyediakan jalur hijau sebagai zona penyangga pada tepi luar kawasan
       industri; dan
    i. mengembangkan kawasan peruntukan industri yang saling bersinergi
       dan terpadu.
(4) Strategi pemerataan pembangunan sektor ekonomi dan infrastruktur
    wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf d, meliputi :
    a. meningkatkan produktivitas kegiatan budidaya;
    b. mendorong pemenuhan pelayanan kebutuhan masyarakat; dan
    c. mengembangkan dan meningkatkan prasarana dan sarana wilayah
       dibagian utara dan selatan.
(5) Strategi pengendalian secara ketat pada kawasan hutan sebagaimana
    dimaksud dalam Pasal 4 huruf e, meliputi :
    a. mengendalikan dan memulihkan fungsi hutan;
    b. mengelola hutan yang berorientasi pada seluruh potensi sumberdaya
       kehutanan dan berbasis pada pemberdayaan masyarakat dengan sistem
       pengelolaan hutan bersama;
    c. mengembangkan zona penyangga pada kawasan hutan produksi yang
       berbatasan dengan hutan lindung; dan
    d. mengolah hasil hutan produksi yang memiliki nilai ekonomi tinggi tanpa
       mengabaikan fungsi perlindungan.
- 8 -

(6) Strategi peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan
  negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf f, meliputi:
  a. mendukung penetapan kawasan strategis dengan fungsi khusus
     pertahanan dan keamanan;
  b. mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif di dalam dan di
     sekitar kawasan strategis nasional untuk menjaga fungsi pertahanan
     dan keamanan;
  c. mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak
     terbangun di sekitar kawasan strategis nasional sebagai zona penyangga
     yang memisahkan kawasan strategis nasional dengan budidaya
     terbangun; dan
  d. turut serta menjaga dan memelihara aset-aset pertahanan dan/atauTNI.


                             BAB III
           RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN

                                 Pasal 6

(1) Rencana struktur ruang wilayah kabupaten, sebagaimana dimaksud dalam
    Pasal 2 ayat (2) huruf b, terdiri atas :
    a. sistem pusat kegiatan ;
    b. sistem jaringan prasarana utama; dan
    c. sistem jaringan prasarana lainnya.
(2) Rencana struktur ruang wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
    digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian minimal skala 1 :
    50.000, sebagaimana tercantum dalam lampiran I, merupakan bagian tidak
    terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

                              Bagian Kesatu
                          Sistem Pusat Kegiatan

                                Pasal 7

(1) Sistem pusat kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf
    a, terdiri atas :
    a. PKW;
    b. PKLp;
    c. PPK;dan
    d. PPL.
(2) PKW sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berada di Perkotaan
    Bojonegoro.
(3) PKLp sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi :
    a. Perkotaan Dander;
    b. Perkotaan Sumberejo;
    c. Perkotaan Baureno;
    d. Perkotaan Ngasem;
    e. Perkotaan Padangan;
    f. Perkotaan Ngraho;
    g. Perkotaan Temayang; dan
    h. Perkotaan Kedungadem.
(4) PPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, meliputi :
    a. Perkotaan Trucuk;
    b. Perkotaan Kapas;
    c. Perkotaan Sukosewu;
    d. Perkotaan Balen;
- 9 -

    e. Perkotaan Kanor;
    f. Perkotaan Kepohbaru;
    g. Perkotaan Kalitidu;
    h. Perkotaan Malo;
    i. Perkotaan Purwosari;
    j. Perkotaan Kasiman;
    k. Perkotaan Kedewan;
    l. Perkotaan Margomulyo;
    m. Perkotaan Ngambon;
    n. Perkotaan Tambakrejo;
    o. Perkotaan Bubulan;
    p. Perkotaan Gondang;
    q. Perkotaan Sekar; dan
    r. Perkotaan Sugihwaras.
(5) PPL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, meliputi :
    a. Desa Sumberejo dan Desa Margomulyo di Kecamatan Margomulyo;
    b. Desa Ngraho, Desa Kalirejo, dan Desa Blimbinggede di Kecamatan
       Ngraho;
    c. Desa Tambakrejo, Desa Bakalan, Desa Jawik, dan Desa Sukorejo di
       Kecamatan Tambakrejo;
    d. Desa Ngambon dan Desa Bondol di Kecamatan Ngambon;
    e. Desa Sekar, Desa Miyono, dan Desa Klino di Kecamatan Sekar;
    f. Desa Bubulan dan Desa Cancung di Kecamatan Bubulan;
    g. Desa Gondang, Desa Sengaten, Desa Pajeng, dan Desa Sambongrejo di
       Kecamatan Gondang;
    h. Desa Temayang dan Desa Kedungsari di Kecamatan Temayang;
    i. Desa Trate, Desa Siwalan, Desa Sugihwaras, dan Desa Glagahwangi di
       Kecamatan Sugihwaras;
    j. Desa Kedungadem, Desa Trumbasanom, dan Desa Drokilo di Kecamatan
       Kedungadem;
    k. Desa Kepohbaru, Desa Sidomukti, dan Desa Brangkal di Kecamatan
       Kepohbaru;
    l. Desa Baureno, Desa Pasinan, Desa Trojalu, Desa Sraturejo, Desa
       Blongsong, Desa Kauman, Desa Gajah, dan Desa Sumuragung di
       Kecamatan Baureno;
    m. Desa Kanor, Desa Sumberwangi dan Desa Tambakrejo di Kecamatan
       Kanor;
    n. Desa Sumberejo, Desa Talun, Desa Bogangin, dan Desa Sumuragung
       di Kecamatan Sumberejo;
    o. Desa Balenrejo,      Desa Margomulyo,       Desa Sobontoro,    Desa
       Kedungbondo, Desa Kabunan, Desa Bulu, dan Desa Suwaloh di
       Kecamatan Balen;
    p. Desa Sukosewu dan Desa Kalicilik di Kecamatan Sukosewu;
    q. Desa Kapas, Desa Sukowati, Desa Mojodeso, Desa Tikusan, Desa
       Kalianyar, Desa Plesungan, dan Desa Kedaton di Kecamatan Kapas;
    r. Kelurahan Kadipaten, Kelurahan Sumbang, Desa Sukorejo, Desa
       Kauman, Desa Pacul, Kelurahan Jetak, Kelurahan Klangon, Kelurahan
       Ledok Wetan, Kelurahan Ledok Kulon, Kelurahan Karangpacar,
       Kelurahan Mojokampung, Kelurahan Ngrowo, Desa Campurejo,
       Kelurahan Banjarejo, Kelurahan Mulyoagung, Kelurahan Kalirejo, Desa
       Semanding, dan Kelurahan Kepatihan di Kecamatan Bojonegoro;
    s. Desa Trucuk, Desa Guyangan, Desa Padang, dan Desa Pagerwesi di
       Kecamatan Trucuk;
    t. Desa Dander, Desa Growok, Desa Mojoranu, Desa Sumodikaran, Desa
       Ngumpakdalem, dan Desa Sumbertlaseh di Kecamatan Dander;
- 10 -

   u. Desa Ngasem, Desa Ngadiluwih, Desa Dukuhkidul, Desa Gayam, Desa
      Mojodelik, Desa Bonorejo, Desa Brabohan, Desa Begadon, dan Desa
      Ringintunggal di Kecamatan Ngasem;
   v. Desa Kalitidu, Desa Panjunan, Desa Brenggolo, Desa Mayanggeneng,
      Desa Talok, Desa Mlaten, Desa Sumengko, Desa Manukan, Desa Sudu,
      Desa Ngraho, Desa Ngujo, Desa Wotangare, Desa Ngrebekan, Desa Katur,
      dan Desa Beged di Kecamatan Kalitidu;
   w. Desa Malo, Desa Trembes, Desa Ketileng, dan Desa Sukorejo di
      Kecamatan Malo;
   x. Desa Purwosari, Desa Pejok, Desa Gapluk, Desa SedahKidul, Desa
      Punggur, Desa Kuniran, Desa Tinumpuk, dan Desa Tlatah di Kecamatan
      Purwosari;
   y. Desa Padangan, Desa Kuncen, Desa Dengok, Desa Banjarjo, Desa
      Kebunagung, Desa Ngasinan, dan Desa Cendono di Kecamatan
      Padangan;
   z. Desa Kasiman, Desa Sekaran, Desa Batokan, dan Desa Sambeng di
      Kecamatan Kasiman; dan
   aa.Desa Kedewan dan Desa Wonocolo di Kecamatan Kedewan.

                              Bagian Kedua
                     Sistem Jaringan Prasarana Utama

                                   Pasal 8

Sistem jaringan prasarana utama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat
(1)            huruf b, terdiri atas :
a. sistem jaringan transportasi darat;
b. sistem jaringan transportasi perkeretaapian; dan
c. sistem jaringan transportasi udara.

                                Paragraf 1
                    Sistem Jaringan Transportasi Darat

                                   Pasal 9

(1) Sistem jaringan transportasi darat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
    huruf a, terdiri atas :
    a. jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ), meliputi :
       1. jaringan jalan dan jembatan;
       2. jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan; dan
       3. jaringan pelayananan lalu lintas dan angkutan jalan.
    b. Jaringan Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan(ASDP); dan
    c. Jaringan transportasi perkotaan dan perdesaan.
(2) Jaringan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a butir 1 , terdiri
    atas :
    a. pengoptimalan jaringan jalan Kolektor (1), status Nasional, meliputi
       ruas:
       1. Babat – Batas Kota Bojonegoro;
       2. Jln A. Yani;
       3. Jln Gajah Mada;
       4. Jln Untung Suropati;
       5. Jln Rajekwesi;
       6. Batas Kota Bojonegoro – Padangan;
       7. Jln M.T. Haryono; dan
       8. Padangan – Batas Kabupaten Ngawi.
- 11 -

b. pengoptimalan jaringan jalan Kolektor (2), status Provinsi meliputi :
   1. Jln Sawunggaling;
   2. Jln Basuki Rahmad;
   3. Jln Jaksa Agung Soeprapto;
   4. Jln Bojonegoro - Pajeng;
   5. Jln Bojonegoro – Ponco;
   6. Jln HOS Cokroaminoto; dan
   7. jln Padangan – batas Jateng.
c. pengoptimalan jaringan jalan Lokal status Kabupaten (dalam kota),
   meliputi ruas :
   1. Jln MH. Thamrin;
   2. Jln Imam Bonjol;
   3. Jln KH. Ashari;
   4. Jln Diponegoro;
   5. Jln Trunojoyo;
   6. Jln Mastrip;
   7. Jln Pasar;
   8. Jln Pahlawan;
   9. Jln KH. Mansyur;
   10. Jln Teuku Umar;
   11. Jln Panglima Sudirman;
   12. Jln J.A Suprapto;
   13. Jln Rajawali;
   14. Jln Hayam Wuruk;
   15. Jln Mayangkoro;
   16. Jln Dr. Wahidin;
   17. Jln WR. Supratman;
   18. Jln Kartini;
   19. Jln Hasanudin;
   20. Jln Setyo Budi;
   21. Jln Dr. Cipto;
   22. Jln Ronggolawe;
   23. Jln Munginsidi;
   24. Jln Dr. Soetomo;
   25. Jln Serma Abdullah;
   26. Jln Panglima Polim;
   27. Jln Patimura;
   28. Jln A. Rahman Hakim;
   29. Jln DI Panjaitan;
   30. Jln AKBP. M. Suroko;
   31. Jln P. Mas Tumapel;
   32. Jln Letda Suradji;
   33. Jln Kapten Ramli;
   34. Jln Alun-alun Tengah;
   35. Jln Serma Ma'un;
   36. Jln Sersan Kusman;
   37. Jln Lettu Suwolo;
   38. Jln Lisman;
   39. Jln Dr. Suharso;
   40. Jln B.Pol. KS. Tubun;
   41. Jln Pemuda;
   42. Jln Kusnandar;
   43. Jln Kapten P. Tendean;
   44. Jln Serma Darsi;
   45. Jln Tri Tunggal;
   46. Jln KH. Ahmad Dahlan;
- 12 -

   47. Jln H. Agus Salim;
   48. Jln Brigjend Sutoyo;
   49. Jln Ade Irma Suryan;
   50. Jln Kapten Martono;
   51. Jln Hartono;
   52. Jln Maswiji;
   53. Jln Dewi Sartika;
   54. Jln A. Sunjani;
   55. Jln Letda Mustajab;
   56. Jln Cut Nya' Dien;
   57. Jln Lettu Suyitno;
   58. Jln Kopral Kasan;
   59. Jln Mliwis Putih;
   60. Jln Komplek Wisma Indah;
   61. Jln Sersan Suratman;
   62. Jln Kyai Mojo;
   63. Jln Sarimulyo;
   64. Jln Kolonel Sugiono;
   65. Jln Veteran;
   66. Jln Mangga;
   67. Jln Tikusan – Sambiroto;
   68. Jln Komplek Stadion;
   69. Jln Kyai Sulaiman;
   70. Jln Ki Andong Sari;
   71. Jln Kapten Sumitro;
   72. Jln Ki Hajar Dewantara;
   73. Jln Komplek Perummas Ut.;
   74. Jln Komplek Perumda;
   75. Jln Komplek Pacul Permai;
   76. Jln Dalang Ngoro;
   77. Jln Makam Manis;
   78. Jln Makam Sedeng;
   79. Jln Gg. Wates;
   80. Jln Sumiran;
   81. Jln Srinayan;
   82. Jln Depo;
   83. Jln Kalijogo/ASPOL;
   84. Jln SD;
   85. Jln Mawar;
   86. Jln Rukun;
   87. Jln Ngalimun;
   88. Jln Tegal Luwung;
   89. Jln Letda A. Hamdani;dan
   90. Jln Prajurit Abu.
d. pengoptimalan jaringan jalan lokal status Kabupaten (luar kota), meliputi
   ruas :
   1. jalan Dander – Bubulan;
   2. jalan Dander – Ngasem;
   3. jalan Bubulan – Judeg;
   4. jalan Trenggulunan - Bubulan;
   5. jalan Ngasem – Trenggulunan;
   6. jalan Trenggulunan – Ngambon;
   7. jalan Kalitidu – Ngasem;
   8. jalan Talok – Mlaten;
   9. jalan Purwosari – Glagah;
   10. jalan Glagah – Ngambon;
- 13 -

   11. jalan Glagah – Turi;
   12. jalan Turi – Ngambon;
   13. jalan Turi – Tambakrejo;
   14. jalan Taji – Tambakrejo;
   15. jalan Taji – Tinggang;
   16. jalan Ngraho – Taji;
   17. jalan Tambakromo – Kawengan;
   18. jalan Ngraho – Luwihaji;
   19. jalan Sambeng – Tambakromo;
   20. jalan Batas Kabupaten – Kasiman;
   21. jalan Kasiman – Kedewan;
   22. jalan Temayang – Sugihwaras;
   23. jalan Kedungsumber - Wdk Pacal;
   24. jalan Balen – Sugihwaras;
   25. jalan Sumberejo – Kepohkidul;
   26. jalan Kedungadem – Nglinggo;
   27. jalan Kedungadem – Kesongo;
   28. jalan Nglinggo – Kepohbaru;
   29. jalan Sroyo – Nglinggo;
   30. jalan Baureno – Kepohbaru;
   31. jalan Medalem – Simorejo;
   32. jalan Sumberejo – Kanor;
   33. jalan Kanor – Semambung;
   34. jalan Simorejo – Baureno;
   35. jalan Kanor – Simorejo;
   36. jalan Sugihwaras – Kepohkidul;
   37. jalan Kepohkidul – Kedungadem;
   38. jalan Tambakromo – Malo;
   39. jalan Malo – Selogabus;
   40. jalan Betek – Gondang;
   41. jalan Kapas – Glendeng;
   42. jalan Kapas – Sampang;
   43. jalan Ngambon – Bobol;
   44. jalan Sambongrejo – Bobol;
   45. jalan Watu Jago – Bobol;
   46. jalan Banjarejo – Bakalan;
   47. jalan Purwosari – Malingmati;
   48. jalan Bojonegoro – Kunci;
   49. jalan Kepohbaru – Gunungsari;
   50. jalan Jono – Sugihwaras;
   51. jalan Kalianyar - Ngumpak Dalem;
   52. jalan Dlm. Kota - Sumberejo;
   53. jalan Kedewan – Beji;
   54. jalan Pasinan - Ps. Hewan Baureno;
   55. jalan Drokilo – Kepohbaru;
   56. jalan Turi – Kaliklampok;
   57. jalan Sumengko – Setren;
   58. jalan Kedaton – Tanjungharjo;
   59. jalan Ngumpakdalem – Ngujo; dan
   60. jalan Pemuda – Semanding.
e. pengoptimalan jaringan jalan lokal status Kabupaten (perbatasan dengan
   wilayah sekitar), meliputi ruas :
   1.   Jl. Poros Desa Semambung – Rengel;
   2.   Jl. Poros Ds.Sumberejo – Margorejo;
   3.   Jl. Poros Desa Banjarsari – Menilo;
   4.   Jl. Poros Desa Ngudal –Wonosari;
- 14 -

        5.   Jl. Poros Desa Ledok – Wonosari;
        6.   Jl. Poros Desa Trembes – Brangkal;
        7.   Jl. Poros Kec. Kedewan – Kaligede;
        8.   Jl. Poros Kec. Mlideg - Bajang,Ngluyu;
        9.   Jl. Poros Desa Sukun – Tritik;
        10. Jl. Poros Desa Krondonan – Bendoasri;
        11. JL.Poros Desa Klino – Saradan;
        12. Jl. Poros Desa Bobol – Rejuno;
        13. Jl. Poros Desa Watujago – Ngelo;
        14. Jl. Poros Kec. Margomulyo – Kalangan;
        15. Jl. Poros Kec.Margomulyo - Gunungsari, Ngawi;
        16. Jl. Poros Desa Cendono – Sidorejo;
        17. Jl. Poros Desa Purworejo – Getas;
        18. Jl. Poros Kecamatan Kasiman – Giyanti;
        19. Jl. Poros Kec. Gajah – Karangkembang; dan
        20. Jl. Prs. Ds. Simorejo - Kdg.pengaron Modo.
    f. optimalisasi dan pengembangan jaringan jalan lingkungan menyebar
        pada setiap kawasan di wilayah Kabupaten;
    g. pengembangan jaringan jalan kolektor , meliputi :
        1. rencana jalan layang di desa Tikusan Kecamatan Kapas;
        2. rencana jalan lingkar selatan luar perkotaan Bojonegoro;
        3. ruas jalan lintas selatan wilayah kabupaten yang melalui Kecamatan
           Baureno–Kecamatan Kepohbaru–Kecamatan Kedungadem–Kecamatan
           Sugihwaras–Kecamatan        Dander–Kecamatan      Ngasem–Kecamatan
           Purwosari – Kecamatan Padangan; dan
        4. rencana jalan lintas yang berada di perbatasan daerah dengan
           Kabupaten Lamongan.
(3) Pengembangan prasarana dan sarana jaringan jalan, meliputi :
    a. penyediaan jalur pejalan kaki;
    b. pemasangan rambu-rambu lalu lintas;
    c. penyusunan dokumen analisis dampak lalu lintas pada pengembangan
        daerah yang menimbulkan bangkitan lalu lintas;
    d. penyediaan ruang bagi pedagang kaki lima; dan
    e. penanaman pohon penunjang ruang terbuka hijau perkotaan.
(4) Jaringan jembatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a butir 1,
    terdiri atas :
     a. pengembangan jembatan lintas Sungai Bengawan Solo; dan
     b. pengembangan jembatan lintas anak sungai Bengawan Solo.
(5) Pengembangan jembatan lintas Sungai Bengawan Solo, sebagaimana
    dimaksud pada ayat (4) huruf a, meliputi :
    a. jembatan Kasiman–Giyanti Blora;
    b. jembatan Kasiman–Batokan /Cepu;
    c. jembatan kalitidu–Malo;
    d. jembatan Bojonegoro–Banjarsari;
    e. jembatan Bojonegoro–Trucuk;
    f. jembatan Semambung–Rengel Tuban;
    g. jembatan Bandar/Kasiman–Padangan; dan
    h. jembatan Baureno–Plandirejo Tuban.
(6) Pengembangan jembatan lintas anak Sungai Bengawan Solo, sebagaimana
    dimaksud pada ayat (4) huruf b, berada pada lintasan anak sungai yang
    tersebar diwilayah Kabupaten.
(7) Jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan sebagaimana dimaksud
    pada ayat (1) huruf a butir 2, terdiri atas :
    a. terminal;
    b. alat pengawasan dan pengamanan jalan atau jembatan timbang; dan
    c. unit pengujian kendaraan bermotor.
- 15 -

(8) Terminal sebagaimana dimaksud pada ayat (7) huruf a, terdiri atas :
    a. terminal penumpang; dan
    b. terminal barang.
(9) Terminal penumpang sebagaimana dimaksud pada ayat (8) huruf a,
    meliputi :
    a. pengembangan dan peningkatan pelayanan terminal penumpang tipe A
       terminal Rajekwesi di Kecamatan Bojonegoro;
    b. pengoptimalan terminal penumpang tipe B terminal Padangan di
       Kecamatan Padangan;
    c. pengembangan terminal penumpang tipe C, yang meliputi :
       1. terminal Betek di Kecamatan Gondang;
       2. terminal Temayang di Kecamatan Temayang. dan
       3. terminal Kedewan di Kecamatan Kedewan.
(10) Terminal barang sebagaimana dimaksud pada ayat (8) huruf b, berupa
       rencana pengembangan terminal barang umum dan untuk kepentingan
       sendiri sebagai penunjang keterpaduan antar moda, yang meliputi :
       a. terminal barang di Kecamatan Bojonegoro;
       b. terminal barang di kecamatan Baureno; dan
       c. terminal barang di Kecamatan Padangan.
(11) Alat pengawasan dan pengamanan jalan atau jembatan timbang
       sebagaimana dimaksud pada ayat (7) huruf b, berupa pengoptimalan
       unit pengawasan dan pengamanan jalan atau jembatan timbang di desa
       Sraturejo Kecamatan Baureno.
(12) Unit pengujian kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud pada ayat
       (7) huruf c, berupa pengoptimalan unit pengujian kendaraan bermotor di
       Desa Kapas Kecamatan Kapas.
(13) Jaringan pelayananan lalu lintas dan angkutan jalan sebagaimana
       dimaksud pada ayat (1) huruf a butir 3, terdiri atas :
       a. jaringan trayek angkutan penumpang; dan
       b. jaringan angkutan barang.
(14) Pengembangan jaringan trayek angkutan penumpang, sebagaimana
       dimaksud pada ayat (13) huruf a, meliputi :
       a. peningkatan prasarana dan sarana angkutan penumpang dalam
           wilayah kabupaten; dan
       b. pengoptimalan prasarana dan sarana angkutan penumpang antar
           wilayah.
(15) Pengembangan jaringan trayek angkutan barang, sebagaimana
       dimaksud pada ayat (13) huruf b, meliputi :
       a. peningkatan prasarana dan sarana angkutan barang dalam wilayah
           kabupaten; dan
       b. pengoptimalan prasarana dan sarana angkutan barang antar wilayah.
(16) Jaringan Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan (ASDP),
       sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi :
       a. angkutan penyeberangan perahu kecil di sepanjang aliran Sungai
           Bengawan Solo; dan
       b. pengembangan angkutan sungai lainnya.
(17) Jaringan transportasi perkotaan dan pedesaan sebagaimana dimaksud
       pada ayat (1) huruf c, meliputi :
       a. pengembangan jaringan transportasi perkotaan guna mengakomodasi
           perkembangan angkutan; dan
       b. pengembangan jaringan transportasi pedesaan pada masing-masing
           pusat pelayanan lokal.
- 16 -

                              Paragraf 2
              Sistem Jaringan Transportasi Perkeretaapian

                                 Pasal 10

(1) Sistem jaringan transportasi perkeretaapian sebagaimana dimaksud dalam
    Pasal 8 huruf b, berupa jaringan kereta api.
(2) Jaringan kereta api, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri atas :
    a. pengembangan jaringan kereta api umum, berupa jalur utara Surabaya
       – Lamongan – Babat – Bojonegoro – Cepu – Jakarta;
    b. pengembangan jaringan kereta api khusus, guna kepentingan
       pengangkutan hasil pertanian, pariwisata, industri , kehutanan dan
       migas berupa jalur Lasem - Jatirogo – Bojonegoro; dan
    c. lokasi stasiun kereta api berada di Kecamatan Bojonegoro.


                               Paragraf 3
                   Sistem Jaringan Transportasi Udara

                                 Pasal 11

Rencana sistem jaringan transportasi udara sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 huruf c, berupa rencana pengadaan bandar udara khusus yang akan
ditetapkan berdasarkan hasil studi kelayakan dan daya dukung lingkungan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.


                             Bagian Ketiga
                   Sistem Jaringan Prasarana Lainnya

                                 Pasal 12

Sistem jaringan prasarana lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat
(1) huruf c terdiri atas :
a. sistem jaringan energi ;
b. sistem jaringan prasarana telekomunikasi;
c. sistem jaringan prasarana sumber daya air;
d. sistem jaringan pengelolan lingkungan; dan
e. sistem jaringan prasarana wilayah lainnya.

                               Paragraf 1
                         Sistem Jaringan Energi

                                 Pasal 13

(1) Sistem jaringan energi, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf a,
    terdiri atas :
    a. jaringan pipa minyak dan gas bumi;
    b. pembangkit tenaga listrik; dan
    c. jaringan trasmisi tenaga listrik.
(2) Pengembangan jaringan pipa minyak dan gas bumi sebagaimana dimaksud
    pada ayat (1) huruf a, berupa pengembangan jaringan migas meliputi :
    a. desa mulyoagung Kecamatan Bojonegoro – desa Kalirejo Kecamatan
       Bojonegoro - desa Mudi Kecamatan Soko Kabupaten Tuban;
- 17 -

    b. desa Gayam Kecamatan Ngasem – desa Jelu Kecamatan Ngasem – desa
        Ngulanan Kecamatan Dander – desa Sumbertlaseh Kecamatan Dander –
        desa Jetak Kecamatan Bojonegoro – desa Ngumpakdalem Kecamatan
        Dander – desa Pacul Kecamatan Bojonegoro – desa Sembung
        Kecamatan Kapas – desa Wedi Kecamatan Kapas – desa Ngampel
        Kecamatan Kapas – desa Mulyoagung Kecamatan Bojonegoro – desa
        Kalirejo Kecamatan Bojonegoro; dan
    c. Blora – Bojonegoro – Lamongan – Gresik pada sempadan jalur Kereta api.
(3) Pengembangan pembangkit tenaga listrik sebagaimana dimaksud pada ayat
    (1) huruf b, meliputi :
    a. sistem interkoneksi Jawa – Bali;
    b. gardu Induk meliputi :
        1. Kecamatan Baureno; dan
        2. Kecamatan Bojonegoro.
    c. gardu penyulang (distribusi) meliputi :
        1. Kecamatan Dander;
        2. Kecamatan Kalitidu;
        3. Kecamatan Sumberrejo;
        4. Kecamatan Sugihwaras;
        5. Kecamatan Padangan;
        6. Desa Senori Kecamatan Trucuk;
        7. Desa Kalirejo Kecamatan Bojonegoro; dan
        8. Jalan Thamrin Kecamatan Bojonegoro.
    d. meningkatkan pelayanan listrik pada kawasan industri; dan
    e. meningkatkan dan mengoptimalkan pelayanan listrik pada kawasan
        permukiman.
(4) Pengembangan jaringan transmisi tenaga listrik sebagaimana dimaksud
    pada ayat (1) huruf c, meliputi :
    a. jaringan Saluran Udara dan/atau Kabel Tegangan Tinggi 150 KV dan
        sistem distribusinya 20 KV;
    b. jaringan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) meliputi :
        1. Kecamatan Kepohbaru;
        2. Kecamatan Sumberejo;
        3. Kecamatan Kapas;
        4. Kecamatan Kalitidu; dan
        5. Kecamatan Padangan.
    c. jaringan Saluran Udara Tegangan Menengah(SUTM) meliputi :
        1. Kecamatan Baureno;
        2. Kecamatan Balen;
        3. Kecamatan Bojonegoro;
        4. Kecamatan Padangan;
        5. Kecamatan Ngraho;
        6. Kecamatan Margomulyo;
        7. Kecamatan Purwosari;
        8. Kecamatan Tambakrejo;
        9. Kecamatan Ngasem;
        10. Kecamatan Dander;
        11. Kecamatan Bubulan;
        12. Kecamatan Sugihwaras;
        13. Kecamatan kepoharu;
        14. Kecamatan Kedungadem;
        15. Kecamatan Kanor;
        16. Kecamatan Trucuk;
        17. Kecamatan Malo;
        18. Kecamatan Kasiman; dan
        19. Kecamatan Kedewan.
- 18 -

    d. jaringan Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR) berada di seluruh
       wilayah Kabupaten;
    e. areal konservasi pada jaringan SUTT dan SUTM meliputi kurang lebih 20
       (dua puluh) meter pada setiap sisi jaringan;
    f. jaringan tegangan menengah pada wilayah perkotaan meliputi :
       1. Kecamatan Bojonegoro;
       2. Kecamatan Sumberejo;
       3. Kecamatan Baureno;
       4. Kecamatan Ngasem;
       5. Kecamatan Padangan;
       6. Kecamatan Ngraho;
       7. Kecamatan Kedungadem; dan
       8. Kecamatan Temayang.
    g. jaringan tegangan menengah pada desa-desa yang belum teraliri listrik
       dengan skala prioritas meliputi :
       1. Kecamatan Sekar; dan
       2. Kecamatan Gondang.
(5) Rencana pengembangan alternatif pembangkit sumber tenaga baru
    disesuaikan dengan daya dukung lingkungan berdasarkan ketentuan
    peraturan perundang-undangan.


                                     Paragraf 2
                   Sistem Jaringan Prasarana Telekomunikasi
                                     Pasal 14
(1) Sistem jaringan prasarana telekomunikasi, sebagaimana dimaksud dalam
    Pasal 12 huruf b, terdiri atas :
    a. jaringan teresterial;
    b. jaringan nirkabel; dan
    c. jaringan satelit.
(2) Jaringan teresterial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, berupa
    jaringan kabel telepon yang tersebar diseluruh kecamatan.
(3) Jaringan nirkabel sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b, berupa
    telekomunikasi selular yang dimanfaatkan dalam bentuk telepon genggam
    yang memanfatkan menara Base Transceiver Station (BTS) bersama yang
    tersebar di seluruh kecamatan.
(4) Jaringan satelit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, berupa
    telekomunikasi dalam bentuk telepon genggam yang digunakan di kawasan
    hutan atau terpencil karena tidak memerlukan pemancar BTS.

                               Paragraf 3
               Sistem Jaringan Prasarana Sumber Daya Air

                                 Pasal 15

(1) Pengembangan sistem jaringan prasarana sumber daya air, sebagaimana
    dimaksud dalam Pasal 12 huruf c, terdiri atas :
    a. wilayah sungai;
    b. jaringan irigasi;
    c. air baku;
    d. air minum kelompok pengguna; dan
    e. sistem pengelolaan banjir dan pengendalian pencemaran.
(2) Pengembangan dalam wilayah sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
    huruf a, meliputi :
    a. pengelolaan sungai;
    b. waduk;
- 19 -

    c. embung; dan
    d. daerah resapan air.
(3) Pengelolaan sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, berada
    pada 17 (tujuh belas) titik Sungai Bengawan Solo yang merupakan Wilayah
    Sungai Lintas Provinsi.
(4) Waduk sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, berada pada 8
    (delapan) titik yang tersebar di wilayah kabupaten dan 1 (satu) titik di desa
    Mojodelik Kecamatan Ngasem.
(5) Embung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c, berada pada 30 (tiga
    puluh) titik yang tersebar di wilayah kabupaten.
(6) Jaringan irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, berada pada
    139 (seratus tiga puluh sembilan) titik yang tersebar di wilayah kabupaten.
(7) Air baku sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, berada pada 11
    (sebelas) titik yang tersebar di wilayah kabupaten dan .
(8) Air minum kelompok pengguna sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
    d, berada pada 7 (tujuh) titik yang tersebar di wilayah kabupaten, meliputi :
    a. Desa Kasiman Kecamatan Kasiman;
    b. Desa Jari Kecamatan Gondang;
    c. Desa Pajeng Kecamatan Gondang;
    d. Desa Sambongrejo Kecamatan Gondang;
    e. Desa Klino Kecamatan Sekar;
    f. Desa Deling Kecamatan Sekar; dan
    g. Desa Gunungsari Kecamatan Baureno.
(9) Sebaran lokasi waduk, embung, jaringan irigasi, air baku dan air minum
    kelompok pengguna sebagaimana dimaksud pada ayat (3), ayat (4), ayat (5),
    ayat (6), dan ayat (7) tercantum pada lampiran II yang tidak terpisahkan
    dalam Peraturan Daerah ini.
(10) Sistem pengelolaan banjir dan pengendalian pencemaran sebagaimana
       dimaksud pada ayat (1) huruf e, terdiri atas :
       a. struktural, yang meliputi :
          1. perbaikan dan pengaturan sistem; dan
          2. pembangunan pengendali banjir.
       b. non struktural berupa pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS).

                                Paragraf 4
                  Sistem Jaringan Pengelolaan Lingkungan

                                   Pasal 16
(1) Pengembangan sistem jaringan pengelolaan lingkungan, sebagaimana
    dimaksud dalam Pasal 12 huruf d, terdiri atas :
    a. pengelolaan persampahan;
    b. pengoptimalan penanganan air limbah;
    c. pengelolaan sistem drainase; dan
    d. pengembangan sistem jaringan air minum.
(2) Pengelolaan persampahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
    meliputi :
    a. pengembangan sistem pengangkutan diprioritaskan pada kawasan
       permukiman perkotaan dan pusat-pusat kegiatan masyarakat;
    b. pengembangan sistem komposing          pada kawasan perdesaan dan
       permukiman berkepadatan rendah;
    c. pengembangan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) meliputi :
       1. TPA Trucuk, yang melayani Kecamatan Kapas, Kecamatan
          Bojonegoro, dan Kecamatan Trucuk;
       2. TPA Margomulyo, yang melayani Kecamatan Tambakrejo, Kecamatan
          Ngraho, dan Kecamatan Margomulyo;
- 20 -

        3. TPA Kedewan, yang melayani Kecamatan Kedewan dan Kecamatan
           Malo;
        4. TPA Padangan, yang melayani Kecamatan Padangan, Kecamatan
           Kasiman, dan Kecamatan Purwosari;
        5. TPA Ngasem, yang melayani Kecamatan Ngasem, Kecamatan Kalitidu,
           dan Kecamatan Ngambon;
        6. TPA Dander, yang melayani Kecamatan Dander, Kecamatan Bubulan,
           Kecamatan Sukosewu, dan Kecamatan Temayang;
        7. TPA Gondang, yang melayani Kecamatan Gondang dan Kecamatan
           Sekar;
        8. TPA Kanor, yang melayani Kecamatan Kanor, Kecamatan Balen,
           Kecamatan Sumberejo, dan Kecamatan Baureno; dan
        9. TPA Kedungadem, yang melayani Kecamatan Kedungadem,
           Kecamatan Kepohbaru, dan Kecamatan Sugihwaras.
    d. pengembangan Tempat Penampungan Sementara (TPS) meliputi :
        1. TPS Kapas;
        2. TPS Bojonegoro;
        3. TPS Trucuk;
        4. TPS Tambakrejo;
        5. TPS Ngraho;
        6. TPS Margomulyo;
        7. TPS Kedewan;
        8. TPS Malo;
        9. TPS Padangan;
        10. TPS Kasiman;
        11. TPS Purwosari;
        12. TPS Ngasem;
        13. TPS Kalitidu;
        14. TPS Ngambon;
        15. TPS Dander;
        16. TPS Bubulan ;
        17. TPS Sukosewu;
        18. TPS Temayang;
        19. TPS Gondang;
        20. TPS Sekar;
        21. TPS Kanor;
        22. TPS Balen;
        23. TPS Sumberejo;
        24. TPS Baureno;
        25. TPS Kedungadem;
        26. TPS Kepohbaru; dan
        27. TPS Sugihwaras.
    e. peningkatan sistem pengelolaan dengan sanitary landfiil dan dengan
        sistem 3R, yaitu pengurangan (Reduce), penggunaan kembali (Re-use),
        dan daur ulang (Recycle).
(3) Pengoptimalan penanganan air limbah sebagaimana dimaksud pada ayat
    (1) huruf b, meliputi :
    a. non domestik; dan
    b. domestik.
(4) Non domistik sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a, berupa
    pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) pada kegiatan
    industri, rumah sakit, hotel dan restoran yang tersebar pada wilayah
    kabupaten.
(5) Domistik sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b, berupa
    pembangunan jamban umum dan MCK pada kawasan permukiman.
- 21 -

(6) Pengelolaan sistem drainase sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c,
    meliputi :
    a. dalam perkotaan Kecamatan Bojonegoro; dan
    b. bagian selatan perkotaan Kecamatan Bojonegoro.
(7) Dalam perkotaan Kecamatan Bojonegoro sebagaimna dimaksud pada ayat
    (6) huruf a, meliputi :
    a. saluran utama Banjarejo;
    b. saluran utama Karang Pacar; dan
    c. saluran utama Ledok Kulon.
(8) Selatan perkotaan Kecamatan Bojonegoro sebagaimana dimaksud pada ayat
    (6) huruf b, meliputi :
    a. afvour Sukorejo;
    b. Kali Cumik;
    c. saluran Sekunder Pirang;
    d. saluran Sekunder Dander;
    e. kali Pirang / Kali Kunci; dan
    f. afvour Kedaton – Tikusan.
(9) Pengembangan sistem jaringan air minum sebagaimana dimaksud pada
    ayat (1) huruf d, meliputi :
    a. peningkatan kapasitas produksi sumber daya air;
    b. pemenuhan kebutuhan air minum di daerah rawan air minum dan
        mengoptimalkan keberadaan sumur di desa rawan air minum; dan
    c. pengembangan sistem air minum di Kabupaten, meliputi:
        1. Kecamatan Padangan;
        2. Kecamatan Purwosari;
        3. Kecamatan Kalitidu;
        4. Kecamatan Dander ;
        5. Kecamatan Bojonegoro;
        6. Kecamatan Balen;
        7. Kecamatan Kapas;
        8. Kecamatan Balen;
        9. Kecamatan Sumberejo; dan
        10. Kecamatan Baureno.

                                Paragraf 5
                Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Lainnya

                                Pasal 17
(1) Sistem jaringan prasarana wilayah lainnya, sebagaimana dimaksud dalam
    Pasal 12 huruf e, meliputi :
    a. jalur evakuasi; dan
    b. ruang evakuasi bencana alam.
(2) Jalur evakuasi bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
    diarahkan pada daerah jaringan jalan terdekat menuju ruang evakuasi
    bencana;
(3) Ruang evakuasi bencana alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
    b berada pada sekitar daerah rawan bencana banjir, tanah longsor, bencana
    angin atau puting beliung, dan kekeringan yang tersebar di wilayah
    kabupaten.
(4) Pemanfaatan ruang evakuasi bencana alam sebagaimana dimaksud pada
    ayat (3), didasarkan pada :
    a. ketinggian lahan; dan
    b. kondisi aman.
- 22 -

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai rencana penyediaan dan pemanfaatan
    prasarana dan sarana ruang evakuasi bencana diatur dengan Peraturan
    Bupati.


                            BAB IV
             RENCANA POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN

                             Bagian Kesatu
                                Umum

                                Pasal 18

(1) Rencana pola ruang wilayah kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal
    2 ayat (2) huruf c, terdiri atas :
    a. kawasan lindung; dan
    b. kawasan budidaya.
(2) Rencana pola ruang wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
    digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian minimal skala 1 :
    50.000, sebagaimana tercantum dalam lampiran III merupakan bagian
    tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

                             Bagian Kedua
                            Kawasan Lindung

                                Pasal 19

Kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) huruf a,
terdiri atas :
a. kawasan hutan lindung;
b. kawasan yang memberi perlindungan terhadap kawasan bawahannya;
c. kawasan perlindungan setempat;
d. kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya; dan
e. kawasan rawan bencana alam.

                               Paragraf 1
                         Kawasan Hutan Lindung

                               Pasal 20

Kawasan hutan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf a,
seluas kurang lebih 1.514,3 (seribu lima ratus empat belas koma tiga) Ha
meliputi :
a. KPH Padangan kurang lebih 4,4 (empat koma empat) Ha;
b. KPH Bojonegoro kurang lebih 1.051,4 (seribu lima puluh satu koma empat)
   Ha;
c. KPH Parengan kurang lebih 4,3 (empat koma tiga) Ha;
d. KPH Saradan kurang lebih 456,2 (empat ratus lima puluh enam, koma dua)
   Ha.
- 23 -

                            Paragraf 2
     Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Kawasan Bawahannya

                                Pasal 21

(1) Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya
    sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf b, berupa Kawasan resapan
    air.
(2) Kawasan resapan air seluas kurang lebih 114.553 (seratus empat belas ribu
    lima ratus lima puluh tiga) Ha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berada
    pada kawasan hutan dan kawasan perkebunan.


                               Paragraf 3
                     Kawasan Perlindungan Setempat

                                Pasal 22

(1) Kawasan Perlindungan Setempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19
    huruf c, terdiri atas :
    a. kawasan sempadan sungai;
    b. kawasan sekitar waduk;
    c. kawasan sekitar embung;
    d. Kawasan sempadan jaringan irigasi; dan
    e. kawasan sempadan sumber mata air.
(2) Penetapan kawasan sempadan sungai, sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
    huruf a meliputi:
    a. daratan sepanjang tepian sungai bertanggul dengan lebar paling sedikit
       5 (lima) meter dari kaki tanggul sebelah luar;
    b. daratan sepanjang tepian sungai besar tidak bertanggul di luar kawasan
       permukiman dengan lebar paling sedikit 100 (seratus) meter dari tepi
       sungai; dan
    c. daratan sepanjang tepian anak sungai tidak bertanggul di luar kawasan
       permukiman dengan lebar paling sedikit 50 (lima puluh) meter dari tepi
       sungai.
(3) Kawasan sempadan sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
    seluas kurang lebih 1.242 (seribu dua ratus empat puluh dua) Ha berada
    pada 17 (tujuh belas) titik yang tersebar disepanjang sungai mengalir di
    wilayah Bojonegoro sebagaimana tercantum pada lampiran III a .
(4) Penetapan kawasan sekitar waduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
    huruf b meliputi:
    a. daratan dengan jarak 50 (lima puluh) meter sampai dengan 100 (seratus)
       meter dari titik pasang air waduk tertinggi; atau
    b. daratan sepanjang tepian waduk yang lebarnya proporsional terhadap
       bentuk dan kondisi fisik waduk.
(5) Kawasan sekitar waduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
    seluas kurang lebih 167 (seratus enam puluh tujuh) Ha , berada pada 6
    (enam) titik tersebar di wilayah Kabupaten sebagaimana tercantum pada
    lampiran III b.
(6) Penetapan kawasan sekitar embung sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
    huruf c meliputi:
    a. daratan dengan jarak 50 (lima puluh) meter sampai dengan 100 (seratus)
       meter dari titik pasang air embung tertinggi; atau
    b. daratan sepanjang tepian embung yang lebarnya proporsional terhadap
       bentuk dan kondisi fisik embung.
- 24 -

(7) Kawasan sekitar embung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c,
    seluas kurang lebih 800 (delapan ratus) Ha , berada pada 30 (tiga puluh)
    titik tersebar di wilayah Kabupaten sebagaimana tercantum pada lampiran
    III c.
(8) Penetapan sempadan jaringan irigasi, sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
    huruf d, meliputi :
    a. untuk bangunan, diukur dari tepi atas samping saluran atau dari luar
          kaki tangkis saluran atau bangunannya dengan jarak
         1. 5 (lima) meter untuk saluran irigasi dan pembuangan dengan
            kemampuan 4 M3/detik atau lebih,
         2. 3 (tiga) meter untuk saluran irigasi dan pembuangan dengan
            kemampuan 1 sampai 4 M3/detik,
         3. 2 (dua) meter untuk saluran irigasi dan pembuangan dengan
            kemampuan kurang dari 1 M3/detik.
    b. perlindungan pada irigasi sekunder baik di dalam maupun diluar
          permukiman ditetapkan minimum 6 (enam) meter kiri-kanan saluran;
          dan
    c. pada kawasan konservasi dimungkinkan adanya jalan inspeksi untuk
          pengontrolan saluran dengan lebar jalan minimum 3 (tiga) meter.
(9)     Kawasan jaringan irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d,
        berada pada 139 (seratus tiga puluh Sembilan) titik yang tersebar di
        wilayah Kabupaten sebagaimana tercantum pada lampiran II d.
(10) Penetapan kawasan sekitar mata air sebagaimana dimaksud pada ayat
        (1) huruf e, meliputi:
         a. daratan di sekeliling mata air yang mempunyai manfaat untuk
             mempertahankan fungsi mata air; dan
         b. wilayah dengan jarak paling sedikit 200 (dua ratus) meter dari mata
             air.
(11) Kawasan sempadan sumber mata air sebagaimana dimaksud pada ayat
         (1) huruf e, berapa pada 11 (sebelas) titik yang tersebar di wilayah
         kabupaten sebagaimana tercantum pada lampiran II e.

                             Paragraf 4
        Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam, dan Cagar Budaya

                                 Pasal 23

(1) Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya sebagaimana
    dimaksud dalam Pasal 19 huruf d, terdiri atas :
    a. kawasan taman wisata alam; dan
    b. kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.
(2) Kawasan taman wisata alam, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
    meliputi:
    a. hutan wisata watu jago di Kecamatan Margomulyo;
    b. sumber api abadi dan sumber air panas kayangan api di Kecamatan
       Ngasem; dan
    c. goa lowo, goa lawang, dan goa sumur di Kecamatan Dander.
(3) Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan sebagaimana dimaksud pada
    ayat (1) huruf b terdiri atas :
    a. lingkungan non bangunan;
    b. lingkungan bangunan non gedung; dan
    c. lingkungan bangunan gedung dan halaman.
(4) Lingkungan non bangunan sebagaimana pada ayat (3) huruf a, meliputi :
    a. areal permukiman masyarakat samin di dusun Jepang – Desa
       Margomulyo-Kecamatan Margomulyo;
    b. petilasan Angkling dharmo di Kecamatan Kalitidu; dan
- 25 -

    c. upacara nyadran, sedekah bumi, bersih desa di Kecamatan Dander.
(5) Lingkungan bangunan non gedung sebagaimana pada ayat (3) huruf b,
    meliputi :
    a. monumen perjuangan Suyitno di alun – alun kota;
    b. monumen perjuangan Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP) di alun
       – alun kota;
    c. monumen Tugu Pahlawan (TGP) di kecamatan Bojonegoro;
    d. monument Tugu Pahlawan (TGP) di kecamatan Padangan; dan
    e. monument Brigade I Ronggolawe Divisi Brawijaya di Kecamatan
       Bojonegoro.
(6) lingkungan bangunan gedung dan halaman sebagaimana pada ayat (3)
    huruf c, berupa Masjid Agung Darussalam di desa kauman Kecamatan
    Bojonegoro.

                               Paragraf 5
                      Kawasan Rawan Bencana Alam

                                Pasal 24

(1) Kawasan rawan bencana alam sebagaimana dimaksud dalam pasal 19
    huruf e, terdiri atas :
    a. kawasan rawan banjir;
    b. kawasan rawan tanah longsor; dan
    c. kawasan rawan bencana lainnya.
(2) Kawasan rawan banjir sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) huruf a
    berada di kawasan sepanjang aliran Sungai Bengawan Solo, meliputi :
    a. Kecamatan Padangan;
    b. Kecamatan Kalitidu;
    c. Kecamatan Malo;
    d. Kecamatan Trucuk;
    e. Kecamatan Bojonegoro;
    f. Kecamatan Kapas;
    g. Kecamatan Sumberejo;
    h. Kecamatan Kanor; dan
    i. Kecamatan Baureno.
(3) Kawasan rawan tanah longsor sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1)
    huruf b meliputi :
    a. Kecamatan Margomulyo;
    b. Kecamatan Tambakrejo;
    c. Kecamatan Ngambon;
    d. Kecamatan Sekar;
    e. Kecamatan Gondang;
    f. Kecamatan Malo; dan
    g. Kecamatan Kedewan.
(4) Kawasan rawan bencana lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
    huruf c, terdiri atas
    a. kawasan rawan angin topan atau puting beliung; dan
    b. kawasan rawan kekeringan.
(5) Kawasan rawan angin topan atau puting beliung, sebagaimana dimaksud
    pada ayat (4) huruf a, meliputi :
    a. Kecamatan Sumberrejo;
    b. Kecamatan Ngambon; dan
    c. Kecamatan Bubulan.
(6) Kawasan rawan kekeringan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b,
    berada pada dataran yang berada di wilayah selatan Kabupaten, meliputi :
    a. Kecamatan Sekar;
- 26 -

  b. Kecamatan Bubulan; dan
  c. Kecamatan Gondang.


                              Bagian Ketiga
                            Kawasan Budidaya

                                 Pasal 25

Kawasan budidaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) huruf b,
terdiri atas :
a. kawasan peruntukan hutan produksi;
b. kawasan peruntukan hutan rakyat;
c. kawasan peruntukan pertanian;
d. kawasan peruntukan perikanan;
e. kawasan peruntukan pertambangan;
f. kawasan peruntukan industri;
g. kawasan peruntukan pariwisata;
h. kawasan peruntukan permukiman; dan
i. kawaan peruntukan budidaya lainnya.


                              Paragraf 1
                  Kawasan Peruntukan Hutan Produksi

                                 Pasal 26

Kawasan peruntukan hutan produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25
huruf a, luas kurang lebih 90.579,3 (sembilan puluh ribu lima ratus tujuh
puluh sembilan koma tiga ) Ha, meliputi :
e. KPH Padangan kurang lebih 27.826,2 (dua puluh tujuh ribu delapan ratus
   dua puluh enam koma dua) Ha;
f. KPH Bojonegoro kurang lebih 49.094,0 (empat puluh sembilan ribu
   sembilan puluh empat Ha;
g. KPH Parengan kurang lebih 2.728,2 (dua ribu tujuh ratus dua puluh
   delapan koma dua ) Ha;
h. KPH Jatirogo kurang lebih 1.584,3 (seribu lima ratus delapan puluh empat
   koma tiga ) Ha;
i. KPH Ngawi kurang lebih 2.483,4 (dua ribu empat ratus delapan puluh tiga
   koma empat) Ha; dan
j. KPH Saradan kurang lebih 6.863,2 (enam ribu delapan ratus enam puluh
   tiga koma dua) Ha.


                              Paragraf 2
                   Kawasan Peruntukan Hutan Rakyat

                                 Pasal 27

Kawasan peruntukan hutan rakyat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25
huruf b luas kurang lebih 28.180 (dua puluh delapan ribu seratus delapan
puluh) Ha, tersebar diwilayah kabupaten, utamanya meliputi :
  a. Kecamatan Ngasem;
  b. Kecamatan Bubulan; dan
  c. Kecamatan Temayang.
- 27 -

                               Paragraf 3
                      Kawasan Peruntukan Pertanian

                                 Pasal 28

(1) Kawasan peruntukan pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25
    huruf c, terdiri dari :
    a. kawasan tanaman pangan;
    b. kawasan hortikultura;
    c. kawasan perkebunan; dan
    d. kawasan peternakan.
(2) Kawasan pertanian tanaman pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
    huruf a, terdiri atas :
    a. lahan basah; dan
    b. lahan kering.
(3) Lahan basah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, seluas kurang
    lebih 43.926,42 (empat puluh tiga ribu sembilan ratus dua puluh enam
    koma empat puluh dua) Ha meliputi :
    a. Kecamatan Padangan;
    b. Kecamatan Kasiman;
    c. Kecamatan Malo;
    d. Kecamatan Kalitidu;
    e. Kecamatan Bojonegoro;
    f. Kecamatan Dander;
    g. Kecamatan Kapas;
    h. Kecamatan Balen;
    i. Kecamatan Sumberrejo;
    j. Kecamatan Baureno;
    k. Kecamatan Kanor;
    l. Kecamatan Sukosewu;
    m. Kecamatan Sugihwaras; dan
    n. Kecamatan Kepohbaru.
(4) Dari luasan lahan basah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang
    ditetapkan sebagai kawasan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B)
    dengan luas kurang lebih 32.430,40 (tiga puluh dua ribu empat ratus tiga
    puluh koma empat puluh) Ha;
(5) Pengendalian dan pengoptimalan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan,
    sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri atas :
    a. kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan (KP2B);
    b. lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan(LP2B); dan
    c. lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LCP2B).
(6) lahan kering sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b seluas kurang
    lebih 32.921 (tiga puluh dua ribu sembilan ratus dua puluh satu) Ha,
    meliputi :
    a. Kecamatan Ngraho;
    b. Kecamatan Tambakrejo;
    c. Kecamatan Ngambon;
    d. Kecamatan Bubulan;
    e. Kecamatan Temayang;
    f. Kecamatan Sugihwaras;
    g. Kecamatan Kedungadem;
    h. Kecamatan Kepohbaru;
    i. Kecamatan Baureno;
    j. Kecamatan Dander;
    k. Kecamatan Ngasem;
    l. Kecamatan Kalitidu;
- 28 -

    m. Kecamatan Malo;
    n. Kecamatan Padangan;
    o. Kecamatan Kasiman;
    p. Kecamatan Purwosari; dan
    q. Kecamatan Kedewan.
(7) Dari luasan lahan kering sebagaimana dimaksud pada ayat (6) yang
    ditetapkan sebagai kawasan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B)
    dengan luas kurang lebih 33.333,57 (tiga puluh tiga ribu tiga ratus tiga
    puluh tiga koma lima puluh tujuh) Ha;
(8) Kawasan hortikultura, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, seluas
    kurang lebih 241 (dua ratus empat puluh satu) Ha meliputi :
    a. salak di desa Wedi Kecamatan Kapas;
    b. pisang di Kecamatan Padangan, Kecamatan Malo, dan Kecamatan
       Trucuk;
    c. belimbing di Kecamatan kalitidu;
    d. mangga di Kecamatan Kanor; Kecamatan Ngraho, dan Kecamatan
       Padangan;
    e. sayuran di Kecamatan Sumberejo, Kecamatan Sumberjo dan Kecamatan
       Ngraho; dan
    f. tanaman hias di Kecamatan Bojonegoro.
(9) Kawasan perkebunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, seluas
    kurang lebih 17.251 (tujuh belas ribu dua ratus lima puluh satu) Ha
    meliputi :
    a. tebu tersebar di wilayah Kabupaten;
    b. tembakau tersebar di wilayah Kabupaten;
    c. kapas di Kecamatan Baureno;
    d. kelapa tersebar di wilayah Kabupaten;
    e. kopi di Kecamatan Sekar dan Kecamatan Gondang;
    f. cengkeh di Kecamatan Sekar;
    g. jambu Mente di Kecamatan Sekar, Kecamatan Gondang, Kecamatan
       Margomulyo, dan Kecamatan Kedewan;
    h. kapuk randu tersebar di wilayah Kabupaten;
    i. kakao di Kecamatan Sekar dan Kecamatan Gondang; dan
    j. jarak di Kecamatan Trucuk, Kecamatan Temayang, Kecamatan
       Sugihwaras, Kecamatan Bubulan, dan Kecamatan Ngraho.
(8) Kawasan peternakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d,
    meliputi:
    a. peternakan sapi perah di Kecamatan Malo dan Kecamatan Sekar,
    b. sapi potong di Kecamatan Bojonegoro, Kecamatan Purwosari, Kecamatan
       Pandangan, Kecamatan Dander, Kecamatan Kapas, Kecamatan
       Sumberejo, Kecamatan Ngraho, Kecamatan Margomulyo, dan Kecamatan
       Trucuk;
    c. itik di Kecamatan Dander, Kecamatan Trucuk, Kecamatan Bojonegoro,
       Kecamatan Kanor, dan Kecamatan Malo;
    d. ayam buras pedaging di Kecamatan Kanor, Kecamatan Trucuk, dan
       Kecamatan Malo;
    e. ayam buras petelur di Kecamatan Bojonegoro, Kecamatan Dander, dan
       Kecamatan Trucuk;
    f. kambing atau domba di wilayah Kabupaten;
    g. babi di Kecamatan Dander;
    h. kuda di Kecamatan Dander; dan
    i. kerbau di Kecamatan Dander.
- 29 -

                              Paragraf 4
                     Kawasan Peruntukan Perikanan

                               Pasal 29

(1) Kawasan peruntukan perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25
    huruf d, terdiri atas :
    a. perikanan sungai;
    b. perikanan kolam; dan
    c. perikanan waduk dan embung.
(2) perikanan sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, berada
    disepanjang lintasan sungai Bengawan Solo dan anak sungai meliputi :
    a. Kecamatan Margomulyo;
    b. Kecamatan Ngraho;
    c. Kecamatan Padangan;
    d. Kecamatan Malo;
    e. Kecamatan Kalitidu;
    f. Kecamatan Bojonegoro;
    g. Kecamatan Balen;
    h. Kecamatan Kanor; dan
    i. Kecamatan Baureno.
(3) perikanan kolam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi
    a. Kecamatan Ngraho;
    b. Kecamatan Margomulyo;
    c. Kecamatan Bubulan;
    d. Kecamatan Temayang;
    e. Kecamatan Kepohbaru;
    f. Kecamatan Sumberrejo;
    g. Kecamatan Balen;
    h. Kecamatan Bojonegoro;
    i. Kecamatan Dander;
    j. Kecamatan Kalitidu; dan
    k. Kecamatan Padangan.
(4) perikanan waduk atau embung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
    c, meliputi :
    a. Kecamatan Temayang;
    b. Kecamatan Kedungadem;
    c. Kecamatan Dander;
    d. Kecamatan Balen;
    e. Kecamatan Kalitidu; dan
    f. Kecamatan Padangan.


                              Paragraf 5
                   Kawasan Peruntukan Pertambangan

                                 Pasal 30

(1) Kawasan peruntukan pertambangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
    25 huruf e, luas kurang lebih 905 (sembilan ratus lima ) Ha, meliputi :
    a. kawasan peruntukan pertambangan mineral dan batuan; dan
    b. kawasan peruntukan pertambangan minyak dan gas bumi.
(2) Kawasan peruntukan pertambangan mineral dan batuan sebagaimana
    dimaksud pada ayat (1), huruf a berupa batuan meliputi :
- 30 -

    a. batu gamping non klastik di Kecamatan Dander dan Kecamatan
       Temayang, Batu gamping klastik di Desa Gunung Sari dan Desa Gajah
       Kecamatan Baureno, serta Desa Dandangilo dan Desa Padang
       Kecamatan Kasiman;
    b. phosphat jenis Guano di Desa Kunci dan Desa Jono Kecamatan
       Temayang, Desa Sumberagung Kecamatan Dander, Desa Sumberejo
       Kecamatan Bubulan, dan Desa Pragelan Kecamatan Bubulan;
    c. bentonit di Desa Ketileng Kecamatan Malo, Desa Payung Geneng, Dusun
       seteren Kulon Kecamatan Margomulyo, Desa Kenongo Kidul Kecamatan
       Sugihwaras, dan Desa Ngati Kecamatan Ngraho;
    d. bahan Galian Gypsum di Desa Gapluk Kecamatan Purwosari, Desa
       Sambong, Desa Mojodelik Kecamatan Ngasem, dan Desa Mojodelik
       Kecamatan Ngasem;
    e. bahan Galian Lempung di Desa Luwihaji, Desa Sumberagung, Desa
       Mojorejo Kecamatan Ngraho, Desa Sumberagung Kecamatan Ngraho,
       Desa Mojorejo Kecamatan Ngraho, Desa Cangakan Kecamatan Kanor,
       dan Kecamatan Padangan;
    f. batu onix di Desa Jari Kecamatan Gondang;
    g. pasir dilakukan secara tradisional atau non mekanis disepanjang Sungai
       Bengawan Solo; dan
    h. tanah urug di Desa Banjarsari, Desa kaliketek Kecamatan Bojonegoro,
       Desa Pagerwesi Kecamatan Malo, Desa Nganti, Desa Blimbinggede
       Kecamatan Ngraho, dan Desa Geneng Kecamatan Margomulyo.
(3) Kawasan peruntukan pertambangan minyak dan gas bumi sebagaimana
    dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi :
    a. pertambangan modern pada area Blok Sukoati di Kecamatan Bojonegoro
       dan Kecamatan Kapas dan area Blok Cepu di Kecamatan Ngasem; dan
    b. pertambangan tradisional di Desa Wonocolo, Desa Hargomulyo, dan
       Desa Beji Kecamatan Kedewan dan sekitarnya.

                               Paragraf 6
                       Kawasan Peruntukan Industri

                                 Pasal 31

(1) Kawasan peruntukan industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf
    f, seluas kurang lebih 3.398 (tiga ribu tiga ratus sembilan puluh delapan)
    Ha terdiri atas :
    a. industri besar;
    b. industri kecil menenggah (IKM); dan
    c. industri rumah tangga.
(2) kawasan industri besar, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
    meliputi :
    a. pendukung eksploitasi migas Kecamatan Ngasem;
    b. Kecamatan Kapas;
    c. Kecamatan Kalitidu;
    d. Kecamatan Baureno;
    e. Kecamatan Purwosari; dan
    f. Kecamatan Bojonegoro.
(3) kawasan industri kecil menenggah, sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
    huruf b, meliputi :
    a. Kecamatan Sumberrejo;
    b. Kecamatan Baureno;
    c. Kecamatan Dander;
    d. Kecamatan Trucuk; dan
    e. Kecamatan Sugiwaras.
- 31 -

(4) kawasan industri rumah tangga, sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
    huruf c, meliputi :
    a. industri meubel di Kecamatan Bojonegoro;
    b. industri ledre di Kecamatan Purwosari dan Kecamatan Padangan;
    c. industri patung sapi di Kecamatan Malo;
    d. industri gerabah di Kecamatan Kasiman;
    e. industri onix di Kecamatan Gondang;
    f. industri tembakau di Kecamatan Baureno; dan
    g. industri souvenir kayu jati di Kecamatan Margomulyo.

                               Paragraf 7
                      Kawasan Peruntukan Pariwisata

                                 Pasal 32

(1) Kawasan peruntukan pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25
    huruf g, terdiri atas :
    a. pariwisata budaya;
    b. pariwisata alam ;
    c. pariwisata buatan; dan
    d. pariwisata minat khusus.
(2) Pariwisata budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), huruf a, meliputi :
    a. grebek suro di kayangan api di Kecamatan Ngasem;
    b. kehidupan masyarakat samin di Kecamatan Margomulyo;
    c. tayub di Kecamatan Temayang dan Kecamatan Bubulan;
    d. wayang thengul di Kecamatan Kanor; dan
    e. tempat bersejarah dan purbakala tersebar di wilayah Kabupaten.
(3) Pariwisata alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi :
    a. Sumber Api Abadi Kayangan api di Kecamatan Ngasem;
    b. Waduk Pacal di Kecamatan Temayang;
    c. Taman Wisata Wilis Putih di Kecamatan Bojonegoro;
    d. Pemandian Taman Tirta di Kecamatan Bojonegoro;
    e. Gua Lowo, Lanang, dan Sumur di Kecamatan Dander;
    f. Watu Jago di Kecamatan Margomulyo; dan
    g. Bumi Kali Kethek di Kecamatan Bojonegoro.
(4) Pariwisata buatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c , meliputi
    a. Kedung Maor di Kecamatan Temayang; dan
    b. Pemandian Tirta Wana di Kecamatan Dander.
(5) Pariwisata minat khusus, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d,
    meliputi :
    a. golf di Kecamatan Dander; dan.
    b. kerajinan mebel meliputi :
       1. Kecamatan Bojonegoro;
       2. Kecamatan Kasiman;
       3. Kecamatan Margomulyo;
       4. Kecamatan Malo; dan
       5. Kecamatan Gondang.

                              Paragraf 8
                    Kawasan Peruntukan Permukiman

                                Pasal 33

(1) Kawasan peruntukan permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25
    huruf h, seluas kurang lebih 34.950 (tiga puluh empat ribu sembilan ratus
    lima puluh) Ha, terdiri atas :
- 32 -

    a. kawasan permukiman perkotaan; dan
    b. kawasan permukiman perdesaan.
(2) Kawasan permukiman perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
    huruf a diimbangi dengan tersedianya pusat pelayanan yang terkonsentrasi
    di sekitar perkotaan PKLp, PPK, dan PPL.
(3) Pemanfaatan kawasan permukiman perkotaan sebagaimana dimaksud pada
    ayat (2) meliputi:
    a. perumahan real estate; dan
    b. perumahan individu.
(4) Kawasan permukiman perdesaan sebagaimana di maksud pada ayat (1)
    huruf b terdiri atas:
    a. kawasan permukiman perdesaan kegiatan pertanian yang menyebar di
       sekitar daerah pertanian meliputi seluruh desa di Kabupaten; dan
    b. kawasan permukiman perdesaan yang akan dikembangkan bersama
       kegiatan industri berbasis pertanian.
(5) Kawasan permukiman perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
    huruf a, meliputi :
    a. Perkotaan Margomulyo meliputi :
       1. Desa Sumberejo; dan
       2. Desa Margomulyo.
    b. Perkotaan Ngraho meliputi :
       1. Desa Ngraho;
       2. Desa Kalirejo; dan
       3. Desa Blimbinggede.
    c. Perkotaan Tambakrejo meliputi :
       1. Desa Tambakrejo;
       2. Desa Bakalan;
       3. Desa Jawik; dan
       4. Desa Sukorejo.
    d. Perkotaan Ngambon meliputi :
       1. Desa Ngambon; dan
       2. Desa Bondol.
    e. Perkotaan Sekar meliputi :
       1. Desa Sekar;
       2. Desa Miyono; dan
       3. Desa Klino.
    f. Perkotaan Bubulan meliputi :
       1. Desa Bubulan; dan
       2. Desa Cancung.
    g. Perkotaan Gondang meliputi :
       1. Desa Gondang;
       2. Desa Sengaten;
       3. Desa Pajeng; dan
       4. Desa Sambongrejo.
    h. Perkotaan Temayang, meliputi :
       1. Desa Temayang; dan
       2. Desa Kedungsari.
    i. Perkotaan Sugihwaras meliputi :
       1. Desa Trate;
       2. Desa Siwalan;
       3. Desa Sugihwaras; dan
       4. Desa Glagahwangi.
    j. Perkotaan Kedungadem meliputi :
       1. Desa Kedungadem;
       2. Desa Trumbasanom; dan
       3. Desa Drokilo.
- 33 -

k. Perkotaan Kepohbaru meliputi :
   1. Desa Kepohbaru;
   2. Desa Sidomukti; dan
   3. Desa Brangkal.
l. Perkotaan Baureno meliputi :
   1. Desa Baureno;
   2. Desa Pasinan;
   3. Desa Trojalu;
   4. Desa Sraturejo;
   5. Desa Blongsong;
   6. Desa Kauman;
   7. Desa Gajah; dan
   8. Desa Sumuragung.
m. Perkotaan Kanor meliputi :
   1. Desa Kanor;
   2. Desa Sumberwangi; dan
   3. Desa Tambakrejo.
n. Perkotaan Sumberejo meliputi :
   1. DesaSumberejo;
   2. Desa Talun;
   3. Desa Bogangin; dan
   4. Desa Sumuragung.
o. Perkotaan Balen meliputi :
   1. Desa Balenrejo;
   2. Desa Margomulyo;
   3. Desa Sobontoro;
   4. Desa Kedungbondo;
   5. Desa Kabunan;
   6. Desa Bulu; dan
   7. Desa Suwaloh.
p. Perkotaan Sukosewu meliputi :
   1. Desa Sukosewu; dan
   2. Desa Kalicilik.
q. Perkotaan Kapas meliputi :
   1. Desa Kapas;
   2. Desa Sukowati;
   3. Desa Mojodeso;
   4. Desa Tikusan;
   5. Desa Kalianyar;
   6. Desa Plesungan; dan
   7. Desa Kedaton.
r. Perkotaan Bojonegoro meliputi :
   1. Kelurahan Kadipaten;
   2. Kelurahan Sumbang;
   3. Desa Sukorejo;
   4. Desa Kauman;
   5. Desa Pacul;
   6. Kelurahan Jetak;
   7. Kelurahan Klangon;
   8. Kelurahan Ledok Wetan;
   9. Kelurahan Ledok Kulon;
   10. Kelurahan Karangpacar;
   11. Kelurahan Mojokampung;
   12. Kelurahan Ngrowo;
   13. Desa Campurejo;
   14. Kelurahan Banjarejo;
- 34 -

     15. Kelurahan Mulyoagung;
     16. Kelurahan Kalirejo;
     17. Desa Semanding; dan
     18. Kelurahan Kepatihan.
s.   Perkotaan Trucuk meliputi :
     1. Desa Trucuk;
     2. Desa Guyangan;
     3. Desa Padang; dan
     4. Desa Pagerwesi.
t.   Perkotaan Dander meliputi :
     1. Desa Dander;
     2. Desa Growok;
     3. Desa Mojoranu;
     4. Desa Sumodikaran;
     5. Desa Ngumpakdalem; dan
     6. Desa Sumbertlaseh.
u.   Perkotaan Ngasem meliputi :
     1. Desa Ngasem;
     2. Desa Ngadiluwih;
     3. Desa Dukuhkidul;
     4. Desa Gayam;
     5. Desa Mojodelik;
     6. Desa Bonorejo;
     7. Desa Brabohan;
     8. Desa Begadon; dan
     9. Desa Ringintunggal.
v.   Perkotaan Kalitidu meliputi :
     1. Desa Kalitidu;
     2. Desa Panjunan;
     3. Desa Brenggolo;
     4. Desa Mayanggeneng;
     5. Desa Talok;
     6. Desa Mlaten;
     7. Desa Sumengko;
     8. Desa Manukan;
     9. Desa Sudu;
     10. Desa Ngraho;
     11. Desa Ngujo;
     12. Desa Wotangare;
     13. Desa Ngrebekan;
     14. Desa Katur; dan
     15. Desa Beged.
w.   Perkotaan Malo meliputi :
     1. Desa Malo;
     2. Desa Trembes;
     3. Desa Ketileng; dan
     4. Desa Sukorejo.
x.   Perkotaan Purwosari meliputi :
     1. Desa Purwosari;
     2. Desa Pejok;
     3. Desa Gapluk;
     4. Desa SedahKidul;
     5. Desa Punggur;
     6. Desa Kuniran;
     7. Desa Tinumpuk; dan
     8. Desa Tlatah.
- 35 -

    y. Perkotaan Padangan meliputi :
        1. Desa Padangan;
        2. Desa Kuncen;
        3. Desa Dengok;
        4. Desa Banjarjo;
        5. Desa Kebunagung;
        6. Desa Ngasinan; dan
        7. Desa Cendono.
    z. Perkotaan Kasiman meliputi :
        1. Desa Kasiman;
        2. Desa Sekaran;
        3. Desa Batokan; dan
        4. Desa Sambeng.
    aa.Perkotaan Kedewan meliputi :
        1. Desa Kedewan; dan
        2. Desa Wonocolo.
(6) Kawasan permukiman perdesaan sebagaimana dimaksud dalam   ayat (1)
    huruf b, meliputi:
     a. Perdesaan Margomulyo meliputi :
        1. Desa Kalangan;
        2. Desa Ngelo;
        3. Desa Geneng; dan
        4. Desa Meduri.
     b. Perdesaan Ngraho meliputi :
        1. Desa Tanggungan;
        2. Desa Luwihaji;
        3. Desa Sugihwaras;
        4. Desa Sumberagung;
        5. Desa Mojorau;
        6. Desa Tapelan;
        7. Desa Jumok;
        8. Desa Nganti;
        9. Desa Padan;
        10. Desa Klempun;
        11. Desa Bancer;
        12. Desa Sumberarum; dan
        13. Desa Payaman.
     c. Perdesaan Tambakrejo meliputi :
        1. Desa Turi;
        2. Desa Ngrancangan;
        3. Desa Napis;
        4. Desa Jatimulyo;
        5. Desa Malingmati;
        6. Desa Gading;
        7. Desa Kalisumber;
        8. Desa Tanjung;
        9. Desa Pengkol;
        10. Desa Dolokgede;
        11. Desa Mulyorejo;
        12. Desa Kacangan;
        13. Desa Sedangrejo; dan
        14. Desa Gamongan.
     d. Perdesaan Ngambon meliputi :
        1. Desa Sengon;
        2. Desa Nglampir; dan
        3. Desa Karangmangu.
- 36 -

 e. Perdesaan Sekar meliputi :
    1. Desa Deling;
    2. Desa Bareng; dan
    3. Desa Bobol.
 f. Perdesaan Bubulan meliputi :
    1. Desa Clebung;
    2. Desa Sumberbendo; dan
    3. Desa Ngorogunung.
 g. Perdesaan Gondang meliputi :
    1. Desa Pragelan;
    2. Desa Jari; dan
    3. Desa Krondonan.
h. Perdesaan Temayang meliputi :
    1. Desa Soko;
    2. Desa Papringan;
    3. Desa Bakulan;
    4. Desa Kedungsumber;
    5. Desa Pandanroyo;
    6. Desa Belun;
    7. Desa Ngujung;
    8. Desa Jono;
    9. Desa Pancur; dan
    10. Desa Buntalan.
 i. Perdesaan Sugihwaras meliputi :
    1. Desa Bareng;
    2. Desa Alasagung;
    3. Desa Panunggalan;
    4. Desa Bulu;
    5. Desa Wedoro;
    6. Desa Glagah;
    7. Desa Nglajang;
    8. Desa Panemon;
    9. Desa Jati Tengah;
    10. Desa Balongrejo;
    11. Desa Kedungdowo;
    12. Desa Genjor; dan
    13. Desa Drenges.
 j. Perdesaan Kedungadem meliputi :
    1. Desa Tondomulo;
    2. Desa Kesongo;
    3. Desa Banjang;
    4. Desa Dayukidul;
    5. Desa Pejok;
    6. Desa Babat;
    7. Desa Mlideng;
    8. Desa Kendung;
    9. Desa Geger;
    10. Desa Kepuh Kidul;
    11. Desa Duwel;
    12. Desa Kedungrejo;
    13. Desa Megale;
    14. Desa Sidorejo;
    15. Desa Mojorejo;
    16. Desa Tlogoagung;
    17. Desa Sidomulyo;
    18. Desa Jamberejo;
- 37 -

   19. Desa Ngrandu; dan
   20. Desa balongcabe.
k. Perdesaan Kepohbaru meliputi :
   1. Desa Pejok;
   2. Desa Simorejo;
   3. Desa Cengkir;
   4. Desa Mojosari;
   5. Desa Balongdowo;
   6. Desa Sumberoto;
   7. Desa Turigede;
   8. Desa Sumberaagung;
   9. Desa Nglumber;
   10. Desa Klangkong;
   11. Desa Jipo;
   12. Desa Bayemgede;
   13. Desa Tlogorejo;
   14. Desa Wiro;
   15. Desa Betet;
   16. Desa Mudung;
   17. Desa Krangonanyar;
   18. Desa Bumirejo;
   19. Desa Karangan;
   20. Desa Sumbergede;
   21. Desa Sugihwaras; dan
   22. Desa Pohwates.
l. Perdesaan Baureno meliputi :
   1. Desa Tlogoagung;
   2. Desa Gunungsri;
   3. Desa Kalisari;
   4. Desa Bumiayu;
   5. Desa Ngemplak;
   6. Desa Banjaranyar;
   7. Desa Drajat;
   8. Desa Sembunglor;
   9. Desa Banjaran;
   10. Desa Pomahan;
   11. Desa Karangdayu;
   12. Desa Lebaksari;
   13. Desa Pucangarum;
   14. Desa Tanggung; dan
   15. Desa Kedungrejo.
m. Perdesaan Kanor meliputi :
   1. Desa Sarangan;
   2. Desa Pesen;
   3. Desa Samberan;
   4. Desa Palembon;
   5. Desa Nglarangan;
   6. Desa Sroyo;
   7. Desa Cangaan;
   8. Desa Simpatan;
   9. Desa Kabalan;
   10. Desa Piyak;
   11. Desa Sideng;
   12. Desa Bakung;
   13. Desa Bungur;
   14. Desa Caruban;
- 38 -

   15. Desa Simorejo;
   16. Desa Temu;
   17. Desa Prigi;
   18. Desa Semambung;
   19. Desa Pilang;
   20. Desa Gedongarum; dan
   21. Desa Kedungprimpen.
n. Perdesaan Sumberejo meliputi :
   1. Desa Tlogohaji;
   2. Desa Kedungrejo;
   3. Desa Mlinjen;
   4. Desa Sumberharjo;
   5. Desa Banjarejo;
   6. Desa Ngampal;
   7. Desa Deru;
   8. Desa Sendangagung;
   9. Desa Pejambon;
   10. Desa Sambongrejo;
   11. Desa Wotan;
   12. Desa Kayulemah;
   13. Desa Teleng;
   14. Desa Karangdinoyo;
   15. Desa Pekuwon;
   16. Desa Karangdowo;
   17. Desa Jatigede;
   18. Desa Tulungrejo;
   19. Desa Margoagung;
   20. Desa Butoh;
   21. Desa Mejuwet; dan
   22. Desa Prayungan.
o. Perdesaan Balen meliputi :
   1. Desa Penganten;
   2. Desa Pohbogo;
   3. Desa Mayangkawis;
   4. Desa Sidobandung;
   5. Desa Kenep;
   6. Desa Bulaklo;
   7. Desa Ngadiluhur;
   8. Desa Kemamang;
   9. Desa Mulyoagung;
   10. Desa Lengkong;
   11. Desa Pilanggede;
   12. Desa Prambatan;
   13. Desa Sekaran;
   14. Desa Kedungdowo;
   15. Desa Mulyorejo; dan
   16. Desa Sarirejo.
p. Perdesaan Sukosewu meliputi :
   1. Desa Semawot;
   2. Desa Klepek;
   3. Desa Sitiaji;
   4. Desa Semenkidul;
   5. Desa Jumput;
   6. Desa Tegalkodo;
   7. Desa Duyungan;
   8. Desa Pacing;
- 39 -

   9. Desa Purwosari;
   10. Desa Sumberjokidul;
   11. Desa Sidorejo; dan
   12. Desa Sidodadi.
q. Perdesaan Kapas meliputi :
   1. Desa Bendo;
   2. Desa Kumpulrejo;
   3. Desa Padangmentoyo;
   4. Desa Tanjungharjo;
   5. Desa Tapelan;
   6. Desa Bangilan;
   7. Desa Sembung;
   8. Desa Wedi;
   9. Desa Klampok;
   10. Desa Semenpinggir;
   11. Desa Nglampek;
   12. Desa Sambiroto;
   13. Desa Bakalan; dan
   14. Desa Bogo.
r. Perdesaan Trucuk meliputi :
   1. Desa Kanten;
   2. Desa Sumbangtimun;
   3. Desa Kandangan;
   4. Desa Mori;
   5. Desa Tulungrejo;
   6. Desa Sumbrejo;
   7. Desa Sranak; dan
   8. Desa Banjarsari.
s. Perdesaan Dander meliputi :
   1. Desa Kunci;
   2. Desa Sumberarum;
   3. Desa Jatiblimbing;
   4. Desa Desa Ngunut;
   5. Desa Karangsono;
   6. Desa Sendangrejo;
   7. Desa Ngraseh;
   8. Desa Sumberagung;
   9. Desa Ngulanan; dan
   10. Desa Ngablak.
t. Perdesaan Ngasem meliputi :
   1. Desa Setren;
   2. Desa Trenggulunan;
   3. Desa Butoh;
   4. Desa Mediyunan;
   5. Desa Kolong;
   6. Desa Sendangharjo;
   7. Desa Bandungrejo;
   8. Desa Sambong;
   9. Desa Ngantru;
   10. Desa Bareng;
   11. desa Tengger;
   12. Desa Wadang;
   13. Desa Jelu; dan
   14. Desa Jampet.
u. Perdesaan Kalitidu meliputi :
   1. Desa Pungpungan;
- 40 -

    2. Desa Leran;
    3. Desa Sukoharjo;
    4. Desa Bringinrejo;
    5. Desa Mojo;
    6. Desa Mojosari;
    7. Desa Mayangrejo;
    8. Desa Pilangsari;
    9. Desa Mlaten; dan
    10. Desa Cengunklung.
 v. Perdesaan Malo meliputi :
    1. Desa Dukuhlor;
    2. Desa Kacangan;
    3. Desa Kemiri;
    4. Desa Petak;
    5. Desa Kliteh;
    6. Desa Sudah;
    7. Desa Ngujung;
    8. Desa Tambakromo;
    9. Desa Sumberejo;
    10. Desa Banaran;
    11. Desa Rendeng;
    12. Desa Tinawun;
    13. Desa Kedungrejo;
    14. Desa Tanggir;
    15. Desa Semlaran; dan
    16. Desa Tulungagung.
 w. Perdesaan Purwosari meliputi :
    1. Desa Pelem;
    2. Desa Kaliombo;
    3. Desa Ngrejeng; dan
    4. Desa Donan.
x. Perdesaan Padangan meliputi :
    1. Desa Tebon;
    2. Desa Prangi;
    3. Desa Ngeper;
    4. Desa Purworejo;
    5. Desa Sonorejo;
    6. Desa Ngradin;
    7. Desa Kendung;
    8. Desa Sidorejo; dan
    9. Desa Nguken.
 y. Perdesaan Kasiman meliputi :
    1. Desa Tembalang;
    2. Desa Betet;
    3. Desa Bengah;
    4. Desa Sidomukti;
    5. Desa Tambakmerak;
    6. Desa Hargomulyo; dan
    7. Desa Ngaglik.
 z. Perdesaan Kedewan meliputi :
    1. Desa Kawengan;
    2. Desa Beji; dan
    3. Desa Hargomulyo.
- 41 -



                                 Paragraf 9
                    Kawasan Peruntukan Budidaya Lainnya

                                   Pasal 34
(1)   Kawasan perutukan budidaya lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal
      25 huruf i, terdiri atas :
      a. kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan;
      b. kawasan peruntukan perdagangan dan jasa;
      c. kawasan peruntukan pendidikan, kesehatan, dan peribadatan; dan
      d. Kawasan peruntukan Ruang Terbuka Hijau (RTH) perkotaan.
(2)   Kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan sebagaimana dimaksud
      pada ayat (1) huruf a, meliputi:
      a. kawasan latihan tembak di Banjarsari, Kecamatan Trucuk; dan
      b. kantor KODIM 0813 , kantor Polres, komplek Brimob, dan mess TNI
         Polri di Kecamatan Bojonegoro.
(3)   Kawasan peruntukan perdagangan dan jasa sebagaimana dimaksud pada
      ayat (1) huruf b, meliputi :
      a. pengembangan perdagangan di perkotaan PKW, perkotaan PKLp, dan
         perkotaan PPK;
      b. pengembangan kegiatan perdagangan modern terdapat di perkotaan
         Bojonegoro;
      c. pengembangan agropolitan terdapat di Kecamatan Kapas, Kecamatan
         Dander, dan Kecamatan Kalitidu; dan
      d. pengembangan perdagangan tradisional di PPL.
(4)   Kawasan      peruntukan      pendidikan,   kesehatan  dan     peribadatan
      sebagaimana dimaksud pada          ayat (1) huruf c, meliputi    kawasan
      peruntukan :
      a. kawasan pendidikan berada pada kawasan pendidikan pra sekolah,
         pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan tinggi;
      b. kawasan kesehatan berada pada kawasan rumah Sakit Umum,
         Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Balai Kesehatan Ibu dan Anak, dan
         Apotik; dan
      c. kawasan peruntukan peribadatan berada pada kawasan masjid,
         langgar, gereja, dan vihara.
(5)   Kawasan ruang terbuka hijau perkotaan sebagaimana dimaksud pada
      ayat (1) huruf d seluas kurang lebih 3.626 (tiga ribu enam ratus dua
      puluh enam) Ha, meliputi :
      a. ruang terbuka hijau (RTH) publik berupa taman kota, taman
         pemakaman umum, dan jalur hijau sepanjang jalan dan sungai; dan
      b. ruang terbuka hijau (RTH) privat berupa kebun atau halaman rumah,
         gedung milik masyarakat dan swasta yang ditanami tumbuhan.

                                   Pasal 35
(1) Pemanfaatan kawasan untuk peruntukan lain selain sebagaimana
    dimaksud dalam Pasal 26 - 34 dapat dilaksanakan apabila tidak
    mengganggu fungsi kawasan yang bersangkutan dan tidak melanggar
    ketentuan umum Peraturan Zonasi sebagaimana diatur dalam Peraturan
    Daerah ini.
(2) Pemanfaatan kawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
    dilaksanakan setelah adanya kajian komprehensif dan setelah mendapat
    rekomendasi dari badan atau pejabat yang tugasnya mengkoordinasikan
    penataan ruang di daerah.
- 42 -

                            BAB V
             PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN

                                  Pasal 36

(1) Penetapan kawasan strategis kabupaten, sebagaimana dimaksud dalam
    Pasal 2 ayat (2) huruf d, terdiri atas :
    a sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi;
    b sudut kepentingan sosial dan budaya; dan
    c sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
(2) Rencana pengembangan kawasan strategis dari sudut kepentingan
    pertumbuhan ekonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
    meliputi rencana kawasan strategis yang berada didalam lingkup
    pengelolaan pemerintah pusat, berupa Gerbangkertosusilo Plus (Gresik,
    Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, lamongan , Bojonegoro, dan
    Tuban) sebagai Kawasan Strategis Nasional (KSN);
(3) Rencana pengembangan kawasan strategis dari sudut kepentingan
    pertumbuhan ekonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
    meliputi rencana kawasan strategis yang berada didalam lingkup
    pengelolaan pemerintah provinsi, meliputi :
    a dalam menunjang pengembangan ekonomi wilayah perbatasan Jatim-
        Jateng-DIY dilakukan kerjasama regional dan antar kabupaten/kota
        meliputi Ratubangnegoro, segitiga emas pertumbuhan Tuban-Lamongan-
        Bojonegoro; dan
    b kawasan tertinggal meliputi Kabupaten Bojonegoro.
(4) Kawasan strategis kabupaten dari sudut kepentingan pertumbuhan
    ekonomi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, meliputi :
    a kawasan PKLp;
    b kawasan pertanian;
    c kawasan industri;
    d kawasan agroindustri;
    e kawasan pariwisata;
    f kawasann perdagangan dan jasa; dan
    g kawasan pertambangan bahan galian strategis dan migas.
(5) Kawasan strategis kabupaten dari sudut kepentingan sosial dan budaya
    sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, berupa kawasan penduduk
    samin di desa Margomulyo Kecamatan Margomulyo.
(6) Kawasan strategis kabupaten dari sudut kepentingan fungsi dan daya
    dukung lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c,
    meliputi
    a kawasan Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo;
    b kawasan batuan; dan
    c kawasan waduk Pacal.
 (5) Rencana kawasan strategis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
     digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian minimal skala 1 :50.000
     sebagaimana tercantum dalam lampiran IV, merupakan bagian tidak
     terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
- 43 -

                           BAB VI
         ARAHAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH KABUPATEN

                              Bagian Kesatu
                                 Umum

                                 Pasal 37

(1) Arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten sebagaimana dimaksud
     dalam Pasal 2 ayat (2) huruf e, terdiri atas ;
     a. indikasi program utama;
     b. indikasi lokasi;
     c. indikasi waktu pelaksanaan;
     d. indikasi sumber pendanaan; dan
     e. indikasi pelaksana kegiatan.
 (2) Indikasi program utama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
     meliputi :
     a. perwujudan struktur ruang;
     b. perwujudan pola ruang; dan
     c. perwujudan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR).
 (3) Indikasi lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi
     lokasi yang berada pada lingkup wilayah Kabupaten.
 (4) Indikasi waktu pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c,
     sampai dengan tahun 2031 dibagi ke dalam 4 (empat) tahap, meliputi :
     a. tahap pertama tahun 2011 sampai dengan tahun 2015;
     b. tahap kedua tahun 2016 sampai dengan tahun 2020;
     c. tahap ketiga tahun 2021 sampai dengan tahun 2025; dan
     d. tahap keempat tahun 2026 sampai dengan 2031.
 (5) Indikasi sumber pendanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d
     meliputi
     a. dana Pemerintah;
     b. dana Pemerintah Provinsi;
     c. dana Pemerintah Kabupaten;
     d. dana BUMN;
     e. dana swasta; dan
     f. dana masyarakat.
 (6) Indikasi pelaksana kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e,
     meliputi :
     a. Pemerintah;
     b. Pemerintah Provinsi;
     c. Pemerintah Kabupaten;
     d. BUMN;
     e. swasta; dan
     f. masyarakat.
 (7) Rincian tahapan pelaksanaan program-program pemanfaatan ruang
     sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sebagaimana tercantum dalam
     Lampiran V Peraturan Daerah ini.

                             Bagian Kedua
           Indikasi Program Utama Perwujudan Struktur Ruang

                                 Pasal 38

(1) Indikasi program utama perwujudan struktur ruang sebagaimana dimaksud
    dalam Pasal 37 ayat (2) huruf a, terdiri atas:
    a. perwujudan sistem pusat kegiatan; dan
- 44 -

    b. perwujudan sistem prasarana wilayah.
(2) Indikasi program utama perwujudan sistem pusat kegiatan sebagaimana
    dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi :
    a. pengembangan pusat kegiatan wilayah di perkotaan Bojonegoro;
    b. pengembangan pusat kegiatan lokal promosi;
    c. pengembangan pusat pelayanan kawasan; dan
    d. pengembangan pusat agrobisnis di perdesaan atau desa pusat
       pertumbuhan.
(3) Indikasi program utama perwujudan sistem prasarana wilayah sebagaimana
    dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi :
    a. perwujudan sistem jaringan transportasi, meliputi :
       1. pengembangan jaringan yang menghubungkan antar kabupaten;
       2. pengembangan jaringan jalan lingkar selatan;
       3. peningkatan jalan antar pusat kegiatan;
       4. pengadaan infrastruktur penunjang agropolitan;
       5. peningkatan jalan penghubung desa dan kota;
       6. pembangunan jembatan lintas Bengawan Solo;
       7. pembangunan terminal;dan
       8. pembangunan infrastruktur pendukung terminal; dan
       9. pembangunan bandar udara.
    b. perwujudan sistem jaringan energi, meliputi :
       1. pengembangan jaringan minyak dan gas bumi; dan
       2. peningkatan kapasitas listrik;
    c. perwujudan sistem jaringan telekomunikasi, berupa pengembangan
       jaringan telekomunikasi;
    d. perwujudan sistem jaringan sumber daya air, meliputi :
       1. pengembangan waduk; dan
       2. pemeliharaan jaringan irigasi;
    e. perwujudan sistem jaringan pengelolaan lingkungan, meliputi :
       1. pengadaan TPA dan TPS;
       2. pengembangan drainase; dan
       3. pengembangan jaringan air minum.
    f. perwujudan ruang evakuasi bencana berupa pengembangan ruang
       evakuasi bencana.

                             Bagian Ketiga
             Indikasi Program Utama Perwujudan Pola Ruang

                                 Pasal 39

(1) Indikasi program utama perwujudan pola ruang sebagaimana dimaksud
    dalam Pasal 37 ayat (2) huruf b, terdiri atas :
    a. perwujudan kawasan lindung;dan
    b. perwujudan kawasan budidaya.
(2) Indikasi program utama perwujudan kawasan lindung sebagaimana
    dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi :
    a. penggantian tegakan tanaman yang diambil buahnya;
    b. reboisasi kawasan yang rusak;dan
    c. peningkatan sarana dan prasarana mitigasi di daerah rawan bencana
       melalui penyediaan sistem peringatan dini (early warning system).
(3) Indikasi program utama perwujudan kawasan budidaya sebagaimana
    dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi:
    a. penetapan lahan pertanian berkelanjutan;
    b. pengembangan hortikultura unggulan;
    c. Pengembangan perikanan;
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro

More Related Content

What's hot

Konsolidasi Tanah
Konsolidasi TanahKonsolidasi Tanah
Konsolidasi Tanahushfia
 
Informasi nomor lembar peta dan menghitung koordinat dari nomor lembar peta
Informasi nomor lembar peta dan menghitung koordinat dari nomor lembar petaInformasi nomor lembar peta dan menghitung koordinat dari nomor lembar peta
Informasi nomor lembar peta dan menghitung koordinat dari nomor lembar petafahmi fadilla
 
Pedoman Layout Peta Sesuai SNI - Indonesia National Standar of Mapping/Layouting
Pedoman Layout Peta Sesuai SNI - Indonesia National Standar of Mapping/LayoutingPedoman Layout Peta Sesuai SNI - Indonesia National Standar of Mapping/Layouting
Pedoman Layout Peta Sesuai SNI - Indonesia National Standar of Mapping/LayoutingMgs Zulfikar Rasyidi
 
Konsolidasi Tanah dan Pengendalian Pertanahan
Konsolidasi Tanah dan Pengendalian PertanahanKonsolidasi Tanah dan Pengendalian Pertanahan
Konsolidasi Tanah dan Pengendalian Pertanahanushfia
 
Cara pembuatan peta gis secara sederhana
Cara pembuatan peta gis secara sederhanaCara pembuatan peta gis secara sederhana
Cara pembuatan peta gis secara sederhanaBagus ardian
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/KotaPedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/KotaPenataan Ruang
 
RTRW Jakarta 2030 - Perda Prov DKI Jakarta No.1 Tahun 2012
RTRW Jakarta 2030 - Perda Prov DKI Jakarta No.1 Tahun 2012RTRW Jakarta 2030 - Perda Prov DKI Jakarta No.1 Tahun 2012
RTRW Jakarta 2030 - Perda Prov DKI Jakarta No.1 Tahun 2012inideedee
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Malang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten MalangRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Malang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten MalangPenataan Ruang
 
Pedoman Penilaian Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah (Rencana Pembangunan...
Pedoman Penilaian Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah (Rencana Pembangunan...Pedoman Penilaian Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah (Rencana Pembangunan...
Pedoman Penilaian Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah (Rencana Pembangunan...Joy Irman
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota SurabayaRencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota SurabayaPenataan Ruang
 
Sistem, Proses, Mekanisme, dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Nasional Sesua...
Sistem, Proses, Mekanisme, dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Nasional Sesua...Sistem, Proses, Mekanisme, dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Nasional Sesua...
Sistem, Proses, Mekanisme, dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Nasional Sesua...Dadang Solihin
 
Materi kuliah-tata-ruang-dan-perencanaan-lingkungan1
Materi kuliah-tata-ruang-dan-perencanaan-lingkungan1Materi kuliah-tata-ruang-dan-perencanaan-lingkungan1
Materi kuliah-tata-ruang-dan-perencanaan-lingkungan1laboratorium pwkuinam
 
PerMenLHK 38 Tahun 2019 ttg Kegiatan Wajib AMDAL
PerMenLHK 38 Tahun 2019 ttg Kegiatan Wajib AMDALPerMenLHK 38 Tahun 2019 ttg Kegiatan Wajib AMDAL
PerMenLHK 38 Tahun 2019 ttg Kegiatan Wajib AMDALWahyu Yuns
 
Peraturan Menteri PU No.20 Tahun 2007
Peraturan Menteri PU No.20 Tahun 2007Peraturan Menteri PU No.20 Tahun 2007
Peraturan Menteri PU No.20 Tahun 2007Yogan Daru Prabowo
 
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lampiran 3
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lampiran 3Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lampiran 3
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lampiran 3infosanitasi
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa TimurRencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa TimurPenataan Ruang
 
Analisis satuan kemampuan lahan
Analisis satuan kemampuan lahanAnalisis satuan kemampuan lahan
Analisis satuan kemampuan lahanSOFI ANI
 
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional Dadang Solihin
 
Rehabilitasi dan Penutupan TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) Sampah
Rehabilitasi dan Penutupan TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) SampahRehabilitasi dan Penutupan TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) Sampah
Rehabilitasi dan Penutupan TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) Sampahinfosanitasi
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Malang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota MalangRencana Tata Ruang Wilayah Kota Malang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota MalangPenataan Ruang
 

What's hot (20)

Konsolidasi Tanah
Konsolidasi TanahKonsolidasi Tanah
Konsolidasi Tanah
 
Informasi nomor lembar peta dan menghitung koordinat dari nomor lembar peta
Informasi nomor lembar peta dan menghitung koordinat dari nomor lembar petaInformasi nomor lembar peta dan menghitung koordinat dari nomor lembar peta
Informasi nomor lembar peta dan menghitung koordinat dari nomor lembar peta
 
Pedoman Layout Peta Sesuai SNI - Indonesia National Standar of Mapping/Layouting
Pedoman Layout Peta Sesuai SNI - Indonesia National Standar of Mapping/LayoutingPedoman Layout Peta Sesuai SNI - Indonesia National Standar of Mapping/Layouting
Pedoman Layout Peta Sesuai SNI - Indonesia National Standar of Mapping/Layouting
 
Konsolidasi Tanah dan Pengendalian Pertanahan
Konsolidasi Tanah dan Pengendalian PertanahanKonsolidasi Tanah dan Pengendalian Pertanahan
Konsolidasi Tanah dan Pengendalian Pertanahan
 
Cara pembuatan peta gis secara sederhana
Cara pembuatan peta gis secara sederhanaCara pembuatan peta gis secara sederhana
Cara pembuatan peta gis secara sederhana
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/KotaPedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
 
RTRW Jakarta 2030 - Perda Prov DKI Jakarta No.1 Tahun 2012
RTRW Jakarta 2030 - Perda Prov DKI Jakarta No.1 Tahun 2012RTRW Jakarta 2030 - Perda Prov DKI Jakarta No.1 Tahun 2012
RTRW Jakarta 2030 - Perda Prov DKI Jakarta No.1 Tahun 2012
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Malang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten MalangRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Malang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Malang
 
Pedoman Penilaian Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah (Rencana Pembangunan...
Pedoman Penilaian Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah (Rencana Pembangunan...Pedoman Penilaian Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah (Rencana Pembangunan...
Pedoman Penilaian Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah (Rencana Pembangunan...
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota SurabayaRencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya
 
Sistem, Proses, Mekanisme, dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Nasional Sesua...
Sistem, Proses, Mekanisme, dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Nasional Sesua...Sistem, Proses, Mekanisme, dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Nasional Sesua...
Sistem, Proses, Mekanisme, dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Nasional Sesua...
 
Materi kuliah-tata-ruang-dan-perencanaan-lingkungan1
Materi kuliah-tata-ruang-dan-perencanaan-lingkungan1Materi kuliah-tata-ruang-dan-perencanaan-lingkungan1
Materi kuliah-tata-ruang-dan-perencanaan-lingkungan1
 
PerMenLHK 38 Tahun 2019 ttg Kegiatan Wajib AMDAL
PerMenLHK 38 Tahun 2019 ttg Kegiatan Wajib AMDALPerMenLHK 38 Tahun 2019 ttg Kegiatan Wajib AMDAL
PerMenLHK 38 Tahun 2019 ttg Kegiatan Wajib AMDAL
 
Peraturan Menteri PU No.20 Tahun 2007
Peraturan Menteri PU No.20 Tahun 2007Peraturan Menteri PU No.20 Tahun 2007
Peraturan Menteri PU No.20 Tahun 2007
 
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lampiran 3
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lampiran 3Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lampiran 3
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lampiran 3
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa TimurRencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur
 
Analisis satuan kemampuan lahan
Analisis satuan kemampuan lahanAnalisis satuan kemampuan lahan
Analisis satuan kemampuan lahan
 
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
 
Rehabilitasi dan Penutupan TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) Sampah
Rehabilitasi dan Penutupan TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) SampahRehabilitasi dan Penutupan TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) Sampah
Rehabilitasi dan Penutupan TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) Sampah
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Malang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota MalangRencana Tata Ruang Wilayah Kota Malang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Malang
 

Similar to Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Wonosobo
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten WonosoboRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Wonosobo
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten WonosoboPenataan Ruang
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sukoharjo
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten SukoharjoRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sukoharjo
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten SukoharjoPenataan Ruang
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Serang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota SerangRencana Tata Ruang Wilayah Kota Serang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota SerangPenataan Ruang
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Banten
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi BantenRencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Banten
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi BantenPenataan Ruang
 
Draft raperda revisi rtrw kota bandung
Draft raperda revisi rtrw kota bandungDraft raperda revisi rtrw kota bandung
Draft raperda revisi rtrw kota bandungRamadhani Pratama
 
Raperda rtrwp sultra 14 juli 2011
Raperda rtrwp sultra 14 juli 2011Raperda rtrwp sultra 14 juli 2011
Raperda rtrwp sultra 14 juli 2011kamushal142
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bantul
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten BantulRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bantul
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten BantulPenataan Ruang
 
PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WI...
PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WI...PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WI...
PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WI...Kota Serang
 
Perda no. 2 tahun 2013 tt rtrw kab. musi rawas 2011 2031
Perda no. 2 tahun 2013 tt rtrw kab. musi rawas 2011   2031Perda no. 2 tahun 2013 tt rtrw kab. musi rawas 2011   2031
Perda no. 2 tahun 2013 tt rtrw kab. musi rawas 2011 2031Deki Zulkarnain
 
Rtrw Kab sigi 21_2012
Rtrw Kab sigi 21_2012Rtrw Kab sigi 21_2012
Rtrw Kab sigi 21_2012Aidil Fitrah
 
dokumen.tips_perda-rtrw-kabupaten-muaro-jambi.pdf
dokumen.tips_perda-rtrw-kabupaten-muaro-jambi.pdfdokumen.tips_perda-rtrw-kabupaten-muaro-jambi.pdf
dokumen.tips_perda-rtrw-kabupaten-muaro-jambi.pdfEndrikusno1
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palu
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota PaluRencana Tata Ruang Wilayah Kota Palu
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota PaluPenataan Ruang
 
PERDA NO 1/2014 TTG RDTR DAN PERATURAN ZONASI DKI JAKARTA
PERDA NO 1/2014 TTG RDTR DAN PERATURAN ZONASI DKI JAKARTAPERDA NO 1/2014 TTG RDTR DAN PERATURAN ZONASI DKI JAKARTA
PERDA NO 1/2014 TTG RDTR DAN PERATURAN ZONASI DKI JAKARTAjoihot
 
2. NASKAH PERDA RDTR.pdf
2. NASKAH PERDA RDTR.pdf2. NASKAH PERDA RDTR.pdf
2. NASKAH PERDA RDTR.pdftitadeaaulia
 
Peraturan Daerah Provinsi Jambi Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jamb
Peraturan Daerah Provinsi Jambi Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi JambPeraturan Daerah Provinsi Jambi Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jamb
Peraturan Daerah Provinsi Jambi Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi JambS. Pandu Hartadita
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota MedanRencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota MedanPenataan Ruang
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pangkalpinang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota PangkalpinangRencana Tata Ruang Wilayah Kota Pangkalpinang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota PangkalpinangPenataan Ruang
 
Peraturan pemerintah nomor 15 tahun 2010 tentang penyelenggaraan penataan ruang.
Peraturan pemerintah nomor 15 tahun 2010 tentang penyelenggaraan penataan ruang.Peraturan pemerintah nomor 15 tahun 2010 tentang penyelenggaraan penataan ruang.
Peraturan pemerintah nomor 15 tahun 2010 tentang penyelenggaraan penataan ruang.Rizki Fitrianto
 

Similar to Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro (20)

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Wonosobo
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten WonosoboRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Wonosobo
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Wonosobo
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sukoharjo
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten SukoharjoRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sukoharjo
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sukoharjo
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Serang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota SerangRencana Tata Ruang Wilayah Kota Serang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Serang
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Banten
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi BantenRencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Banten
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Banten
 
Draft raperda revisi rtrw kota bandung
Draft raperda revisi rtrw kota bandungDraft raperda revisi rtrw kota bandung
Draft raperda revisi rtrw kota bandung
 
Perda Nomor 5 Tahun 2017.pdf
Perda Nomor 5 Tahun 2017.pdfPerda Nomor 5 Tahun 2017.pdf
Perda Nomor 5 Tahun 2017.pdf
 
Perda_No_5.pdf
Perda_No_5.pdfPerda_No_5.pdf
Perda_No_5.pdf
 
Raperda rtrwp sultra 14 juli 2011
Raperda rtrwp sultra 14 juli 2011Raperda rtrwp sultra 14 juli 2011
Raperda rtrwp sultra 14 juli 2011
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bantul
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten BantulRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bantul
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bantul
 
PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WI...
PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WI...PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WI...
PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WI...
 
Perda no. 2 tahun 2013 tt rtrw kab. musi rawas 2011 2031
Perda no. 2 tahun 2013 tt rtrw kab. musi rawas 2011   2031Perda no. 2 tahun 2013 tt rtrw kab. musi rawas 2011   2031
Perda no. 2 tahun 2013 tt rtrw kab. musi rawas 2011 2031
 
Rtrw Kab sigi 21_2012
Rtrw Kab sigi 21_2012Rtrw Kab sigi 21_2012
Rtrw Kab sigi 21_2012
 
dokumen.tips_perda-rtrw-kabupaten-muaro-jambi.pdf
dokumen.tips_perda-rtrw-kabupaten-muaro-jambi.pdfdokumen.tips_perda-rtrw-kabupaten-muaro-jambi.pdf
dokumen.tips_perda-rtrw-kabupaten-muaro-jambi.pdf
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palu
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota PaluRencana Tata Ruang Wilayah Kota Palu
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palu
 
PERDA NO 1/2014 TTG RDTR DAN PERATURAN ZONASI DKI JAKARTA
PERDA NO 1/2014 TTG RDTR DAN PERATURAN ZONASI DKI JAKARTAPERDA NO 1/2014 TTG RDTR DAN PERATURAN ZONASI DKI JAKARTA
PERDA NO 1/2014 TTG RDTR DAN PERATURAN ZONASI DKI JAKARTA
 
2. NASKAH PERDA RDTR.pdf
2. NASKAH PERDA RDTR.pdf2. NASKAH PERDA RDTR.pdf
2. NASKAH PERDA RDTR.pdf
 
Peraturan Daerah Provinsi Jambi Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jamb
Peraturan Daerah Provinsi Jambi Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi JambPeraturan Daerah Provinsi Jambi Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jamb
Peraturan Daerah Provinsi Jambi Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jamb
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota MedanRencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pangkalpinang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota PangkalpinangRencana Tata Ruang Wilayah Kota Pangkalpinang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pangkalpinang
 
Peraturan pemerintah nomor 15 tahun 2010 tentang penyelenggaraan penataan ruang.
Peraturan pemerintah nomor 15 tahun 2010 tentang penyelenggaraan penataan ruang.Peraturan pemerintah nomor 15 tahun 2010 tentang penyelenggaraan penataan ruang.
Peraturan pemerintah nomor 15 tahun 2010 tentang penyelenggaraan penataan ruang.
 

More from Penataan Ruang

Pelimpahan Kewenangan Pemberian Persetujuan Substansi dalam Penetapan Rancang...
Pelimpahan Kewenangan Pemberian Persetujuan Substansi dalam Penetapan Rancang...Pelimpahan Kewenangan Pemberian Persetujuan Substansi dalam Penetapan Rancang...
Pelimpahan Kewenangan Pemberian Persetujuan Substansi dalam Penetapan Rancang...Penataan Ruang
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Penataan Ruang
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Penataan Ruang
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Penataan Ruang
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Penataan Ruang
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Penataan Ruang
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Penataan Ruang
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Penataan Ruang
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Penataan Ruang
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Penataan Ruang
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Penataan Ruang
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Penataan Ruang
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Penataan Ruang
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/KotaPedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/KotaPenataan Ruang
 
Permen PU Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruan...
Permen PU Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruan...Permen PU Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruan...
Permen PU Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruan...Penataan Ruang
 
Permen PU Nomor 4 Tahun 2009 tentang Sistem Manajemen Mutu (SMM) Departemen P...
Permen PU Nomor 4 Tahun 2009 tentang Sistem Manajemen Mutu (SMM) Departemen P...Permen PU Nomor 4 Tahun 2009 tentang Sistem Manajemen Mutu (SMM) Departemen P...
Permen PU Nomor 4 Tahun 2009 tentang Sistem Manajemen Mutu (SMM) Departemen P...Penataan Ruang
 
Permen PU Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pedoman Rekayasa Sosial Pembangunan Bend...
Permen PU Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pedoman Rekayasa Sosial Pembangunan Bend...Permen PU Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pedoman Rekayasa Sosial Pembangunan Bend...
Permen PU Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pedoman Rekayasa Sosial Pembangunan Bend...Penataan Ruang
 
Permen PU Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pedoman Rekayasa Sosial Pembangunan Bend...
Permen PU Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pedoman Rekayasa Sosial Pembangunan Bend...Permen PU Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pedoman Rekayasa Sosial Pembangunan Bend...
Permen PU Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pedoman Rekayasa Sosial Pembangunan Bend...Penataan Ruang
 
Permen PU Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Pembangunan Pos Duga A...
Permen PU Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Pembangunan Pos Duga A...Permen PU Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Pembangunan Pos Duga A...
Permen PU Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Pembangunan Pos Duga A...Penataan Ruang
 
Permen PU Nomor 7 Tahun 2010 tentang Pemberlakuan Standar Kompetensi Kerja Na...
Permen PU Nomor 7 Tahun 2010 tentang Pemberlakuan Standar Kompetensi Kerja Na...Permen PU Nomor 7 Tahun 2010 tentang Pemberlakuan Standar Kompetensi Kerja Na...
Permen PU Nomor 7 Tahun 2010 tentang Pemberlakuan Standar Kompetensi Kerja Na...Penataan Ruang
 

More from Penataan Ruang (20)

Pelimpahan Kewenangan Pemberian Persetujuan Substansi dalam Penetapan Rancang...
Pelimpahan Kewenangan Pemberian Persetujuan Substansi dalam Penetapan Rancang...Pelimpahan Kewenangan Pemberian Persetujuan Substansi dalam Penetapan Rancang...
Pelimpahan Kewenangan Pemberian Persetujuan Substansi dalam Penetapan Rancang...
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/KotaPedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
 
Permen PU Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruan...
Permen PU Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruan...Permen PU Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruan...
Permen PU Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruan...
 
Permen PU Nomor 4 Tahun 2009 tentang Sistem Manajemen Mutu (SMM) Departemen P...
Permen PU Nomor 4 Tahun 2009 tentang Sistem Manajemen Mutu (SMM) Departemen P...Permen PU Nomor 4 Tahun 2009 tentang Sistem Manajemen Mutu (SMM) Departemen P...
Permen PU Nomor 4 Tahun 2009 tentang Sistem Manajemen Mutu (SMM) Departemen P...
 
Permen PU Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pedoman Rekayasa Sosial Pembangunan Bend...
Permen PU Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pedoman Rekayasa Sosial Pembangunan Bend...Permen PU Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pedoman Rekayasa Sosial Pembangunan Bend...
Permen PU Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pedoman Rekayasa Sosial Pembangunan Bend...
 
Permen PU Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pedoman Rekayasa Sosial Pembangunan Bend...
Permen PU Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pedoman Rekayasa Sosial Pembangunan Bend...Permen PU Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pedoman Rekayasa Sosial Pembangunan Bend...
Permen PU Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pedoman Rekayasa Sosial Pembangunan Bend...
 
Permen PU Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Pembangunan Pos Duga A...
Permen PU Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Pembangunan Pos Duga A...Permen PU Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Pembangunan Pos Duga A...
Permen PU Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Pembangunan Pos Duga A...
 
Permen PU Nomor 7 Tahun 2010 tentang Pemberlakuan Standar Kompetensi Kerja Na...
Permen PU Nomor 7 Tahun 2010 tentang Pemberlakuan Standar Kompetensi Kerja Na...Permen PU Nomor 7 Tahun 2010 tentang Pemberlakuan Standar Kompetensi Kerja Na...
Permen PU Nomor 7 Tahun 2010 tentang Pemberlakuan Standar Kompetensi Kerja Na...
 

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro

  • 1. PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO Salinan PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN BOJONEGORO TAHUN 2011 - 2031 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOJONEGORO, Menimbang : a bahwa dalam rangka mewujudkan keterpaduan pembangunan antar sektor, daerah, dan masyarakat maka rencana tata ruang wilayah merupakan arahan lokasi investasi pembangunan yang dilaksanakan pemerintah, masyarakat,dan/atau dunia usaha; b. bahwa dengan ditetapkannya Undang-Undang nomor 26 tahun 2007 tentang penataan ruang dan Peraturan Pemerintah nomor 26 tahun 2008 tentang rencana tata ruang wilayah nasional, maka perlu dijabarkan ke dalam rencana tata ruang wilayah provinsi, kabupaten; c. bahwa untuk mengarahkan pembangunan di Kabupaten Bojonegoro dengan memanfaatkan ruang wilayah secara berdaya guna, berhasil guna, serasi, selaras, seimbang, dan berkelanjutan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pertahanan keamanan, perlu disusun rencana tata ruang wilayah; dan d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b, dan c, maka perlu menetapkan rencana tata ruang wilayah Kabupaten Bojonegoro dengan Peraturan Daerah. Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar 1945; 2. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten di lingkungan Propinsi Jawa Timur (diumumkan pada tanggal 8 Agustus 1950), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1965 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2730); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah untuk kedua kalinya dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
  • 2. - 2 - 4. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang (lembaran Negara tahun 2010 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5160). Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO Dan BUPATI BOJONEGORO MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN BOJONEGORO TAHUN 2011-2031. BAB I KETENTUAN UMUM Bagian Kesatu Pengertian Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Pemerintah Kabupaten adalah Pemerintah Kabupaten Bojonegoro. 2. Daerah adalah Daerah Kabupaten Bojonegoro. 3. Kepala Daerah adalah Bupati Kabupaten Bojonegoro. 4. Bupati adalah Bupati Bojonegoro. 5. Kabupaten adalah Kabupaten Bojonegoro. 6. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bojonegoro. 7. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya. 8. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
  • 3. - 3 - 9. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. 10. Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang. 11. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional. 12. Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budidaya. 13. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan. 14. Kawasan budi daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan. 15. Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. 16. Kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. 17. Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. 18. Ruang Terbuka Hijau atau disingkat RTH adalah area memanjang atau jalur dan atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh tanaman secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. 19. Kawasan strategis nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang ditetapkan sebagai warisan dunia. 20. Pusat Kegiatan Nasional yang selanjutnya disebut PKN adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional, nasional, atau beberapa provinsi. 21. Pusat Kegiatan Wilayah yang selanjutnya disebut PKW adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota. 22. Pusat Kegiatan Lokal yang selanjutnya disebut PKL adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan. 23. Pusat Kegiatan Lokal yang dipromosikan selanjutnya disebut PKLp adalah kawasan yang kemudian hari ditetapkan sebagai PKL. 24. Pusat Pelayanan Kawasan yang selanjutnya disebut PPK adalah kawasan perkotaan berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa. 25. Pusat Pelayanan Lokal yang selanjutnya disebut PPL adalah pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa.
  • 4. - 4 - 26. Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah Kabupaten adalah arahan untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang wilayah kabupaten sesuai dengan rencana tata ruang wilayah kabupaten melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta pembiayaannya, dalam suatu indikasi program utama jangka menengah lima tahunan kabupaten yang berisi usulan program utama, perkiraan pendanaan beserta sumbernya, instansi pelaksana, dan waktu pelaksanaan. 27. Kawasan Strategis Kabupaten adalah kawasan yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, dan pendayagunaan sumber daya alam dan teknologi tinggi. 28. Kebijakan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten adalah arahan pengembangan wilayah yang ditetapkan oleh Pemerintahan Daerah Kabupaten guna mencapai tujuan penataan ruang wilayah kabupaten dalam kurun waktu 20 (dua puluh) tahun. 29. Ketentuan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Kabupaten adalah ketentuanketentuan yang dibuat/disusun dalam upaya mengendalikan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten agar sesuai dengan RTRW Kabupaten yang dirupakan dalam bentuk ketentuan umum peraturan zonasi, ketentuan perizinan, ketentuan insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi untuk wilayah kabupaten. 30. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Sistem Kabupaten adalah ketentuan umum yang mengatur pemanfaatan ruang dan unsur-unsur pengendalian yang disusun untuk setiap klasifikasi peruntukan sesuai dengan rencana tata ruang wilayah. 31. Ketentuan Insentif dan Disinsentif adalah perangkat atau upaya untuk memberikan imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang dan juga perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana. 32. Arahan Sanksi adalah arahan untuk memberikan sanksi bagi siapa saja yang melakukan pelanggaran pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang yang berlaku. 33. Ketentuan Perizinan adalah ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintahan daerah kabupaten sesuai kewenangannya yang harus dipenuhi oleh setiap pihak sebelum pemanfaatan ruang, yang digunakan sebagai alat dalam melaksanakan pembangunan keruangan yang tertib sesuai dengan rencana tata ruang yang telah disusun dan ditetapkan. 34. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Kabupaten adalah rencana jaringan prasarana wilayah yang dikembangkan untuk mengintegrasikan wilayah kabupaten dan untuk melayani kegiatan yang memiliki cakupan wilayah layanan prasarana skala kabupaten. 35. Rencana Sistem Perkotaan di Wilayah Kabupaten adalah rencana susunan kawasan perkotaan sebagai pusat kegiatan di dalam wilayah kabupaten yang menunjukkan keterkaitan eksisting maupun rencana yang membentuk hirarki pelayanan dengan cakupan dan dominasi fungsi tertentu dalam wilayah kabupaten. 36. Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten adalah rencana yang mencakup sistem perkotaan wilayah kabupaten yang berkaitan dengan kawasan perdesaan dalam wilayah pelayanannya dan jaringan prasarana wilayah kabupaten yang dikembangkan untuk mengintegrasikan wilayah kabupaten selain untuk melayani kegiatan skala kabupaten yang meliputi sistem jaringan transportasi, sistem jaringan energi dan kelistrikan, sistem jaringan telekomunikasi, dan sistem jaringan sumber daya air, termasuk seluruh daerah hulu bendungan atau waduk dari daerah aliran sungai, serta prasarana lainnya yang memiliki skala layanan satu kabupaten.
  • 5. - 5 - 37. Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten adalah rencana distribusi peruntukan ruang wilayah kabupaten yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan budidaya yang dituju sampai dengan akhir masa berlakunya RTRW Kabupaten (20 tahun) yang dapat memberikan gambaran pemanfaatan ruang wilayah kabupaten yang dituju sampai dengan akhir masa berlakunya perencanaan 20 tahun. 38. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten adalah rencana tata ruang yang bersifat umum dari wilayah kabupaten, yang merupakan penjabaran dari RTRW berupa rencana operasional pembangunan wilayah kabupaten sesuai dengan peran dan fungsi wilayah yang telah ditetapkan dalam RTRW yang akan menjadi landasan dalam pelaksanaan pembangunan di wilayah kabupaten. 39. Orang adalah orang perseorangan dan/atau korporasi. 40. Masyarakat adalah orang perseorangan, kelompok orang termasuk masyarakat hukum adat, korporasi, dan/ atau pemangku kepentingan non pemerintah lain dalam penyelenggaraan penataan ruang. 41. Peran masyarakat adalah partisipasi aktif masyarakat dalam proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. 42. Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah, yang selanjutnya disebut BKPRD adalah badan bersifat ad-hoc yang dibentuk untuk mendukung pelaksanaan Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang mempunyai fungsi membantu tugas Bupati dalam koordinasi penataan ruang di daerah. 43. Agroekowisata adalah pengembangan pariwisata berbasis komoditas pertanian, peternakan, perkebunan, hortikultura dan perikanan serta lingkungan. 44. Ekowisata adalah bagian dari agroekonomi yang pengembangan pariwisata dengan berbasis ekonomi dan lingkungan. 45. Agropolitan adalah merupakan bentuk pembangunan yang memadukan pembangunan pertanian (sektor basis di perdesaan) dengan sektor industri yang selama ini secara terpusat dikembangkan di kota-kota tertentu saja. 46. Kawasan pertahanan negara adalah wilayah yang ditetapkan secara nasional yang digunakan untuk kepentingan pertahanan. Bagian Kedua Ruang Lingkup Pasal 2 (1) Lingkup Wilayah Kabupaten adalah daerah dalam pengertian wilayah administrasi mencakup 27 (dua puluh tujuh) kecamatan dan 430 (empat ratus tiga puluh) desa / kelurahan seluas lebih kurang 230.706 (dua ratus tiga puluh ribu tujuh ratus enam) Ha pada koordinat koordinat 111º25' BT - 112º09' BT dan 6º59' LS - 7º37' LS, dengan batas-batas : a. sebelah utara Kabupaten Tuban; b. sebelah timur Kabupaten Lamongan; c. sebelah selatan Kabupaten Madiun, Kabupaten Nganjuk, dan Kabupaten Jombang; dan d. sebelah barat Kabupaten Ngawi dan Kabupaten Blora - Jawa Tenggah. (2) Lingkup muatan RTRW, mencakup : a. tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten; b. rencana struktur ruang wilayah kabupaten; c. rencana pola ruang wilayah kabupaten; d. penetapan kawasan strategis kabupaten;
  • 6. - 6 - e. arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten;dan f. arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten. BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH KABUPATEN Bagian Kesatu Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Pasal 3 Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf a, yaitu mewujudkan ruang kabupaten yang mampu mendukung perkembangan pertanian, pariwisata, dan perindustrian yang selaras dengan keberlanjutan lingkungan hidup dan pemerataan pembangunan. Bagian Kedua Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Paragraf 1 Kebijakan Penataan Ruang Pasal 4 Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf a, meliputi : a. pengembangan lahan pertanian dan sistem agropolitan yang produktif dan ramah lingkungan; b. pengembangan dan peningkatan potensi pariwisata yang ramah lingkungan serta berbasis masyarakat; c. pengembangan dan peningkatan kawasan industri berbasis agro, yang ramah lingkungan serta bernilai ekonomis; d. pemerataan pembangunan sektor ekonomi dan infrastruktur wilayah; e. pengendalian secara ketat pada kawasan hutan; dan f. peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara. Paragraf 2 Strategi Penataan Ruang Pasal 5 (1) Strategi pengembangan lahan pertanian dan sistem agropolitan yang produktif dan ramah lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a, meliputi : a. mengembangkan sistem pemasaran hasil pertanian sesuai tingkat skala layanan sampai ekspor; b. mengembangkan lumbung desa modern; c. memulihkan lahan yang rusak atau alih komoditas menjadi perkebunan; d. mengembangkan pusat penyuluhan tani; e. mengembangkan pusat ekonomi agropolitan dan pusat bisnis; f. mengembangkan sistem pemasaran hasil perkebunan sampai ekspor; g. mengembangkan prasarana dan sarana pengangkutan barang dari dan ke pusat pemasaran dan wilayah pelayanannya;
  • 7. - 7 - h. meningkatkan status fungsi sawah secara bertahap; i. mempertahankan kawasan pertanian pangan berkelanjutan; j. meningkatkan produktivitas, diversifikasi, dan pengolahan hasil pertanian; dan k. mengendalikan secara ketat fungsi lahan yang ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan. (2) Strategi pengembangan dan peningkatan potensi pariwisata yang ramah lingkungan serta berbasis masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf b, meliputi : a. mengembangkan obyek wisata andalan prioritas; b. membentuk zona wisata dengan disertai pengembangan paket wisata; c. meningkatkan sarana dan prasarana wisata yang ada di masing-masing objek wisata; d. melakukan diversifikasi program dan produk wisata; e. mengembangkan sarana dan prasarana mendukung budaya lokal; f. mengembangkan pusat sentra industri kerajinan; dan g. meningkatkan potensi agroekowisata dan ekowisata. (3) Strategi pengembangan dan peningkatan kawasan industri berbasis agro, yang ramah lingkungan serta bernilai ekonomis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c, meliputi : a. mengembangkan dan memberdayakan industri kecil menenggah dan industri rumah tangga; b. mengembangkan industri agrobisnis yang mendukung komoditas agrobisnis unggulan dengan teknologi ramah lingkungan; c. mengembangkan pusat promosi dan pemasaran hasil industri kecil menenggah; d. mengembangkan kawasan industri menengah – besar; e. menangani dan mengelola limbah yang dihasilkan industri dengan penyediaan instalasi pengolahan air limbah (IPAL), secara individual maupun komunal; f. menyediakan sarana dan prasarana pendukung pengelolaan kegiatan industri; g. mengendalikan zona dan kawasan industri polutif; h. menyediakan jalur hijau sebagai zona penyangga pada tepi luar kawasan industri; dan i. mengembangkan kawasan peruntukan industri yang saling bersinergi dan terpadu. (4) Strategi pemerataan pembangunan sektor ekonomi dan infrastruktur wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf d, meliputi : a. meningkatkan produktivitas kegiatan budidaya; b. mendorong pemenuhan pelayanan kebutuhan masyarakat; dan c. mengembangkan dan meningkatkan prasarana dan sarana wilayah dibagian utara dan selatan. (5) Strategi pengendalian secara ketat pada kawasan hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf e, meliputi : a. mengendalikan dan memulihkan fungsi hutan; b. mengelola hutan yang berorientasi pada seluruh potensi sumberdaya kehutanan dan berbasis pada pemberdayaan masyarakat dengan sistem pengelolaan hutan bersama; c. mengembangkan zona penyangga pada kawasan hutan produksi yang berbatasan dengan hutan lindung; dan d. mengolah hasil hutan produksi yang memiliki nilai ekonomi tinggi tanpa mengabaikan fungsi perlindungan.
  • 8. - 8 - (6) Strategi peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf f, meliputi: a. mendukung penetapan kawasan strategis dengan fungsi khusus pertahanan dan keamanan; b. mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar kawasan strategis nasional untuk menjaga fungsi pertahanan dan keamanan; c. mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak terbangun di sekitar kawasan strategis nasional sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan strategis nasional dengan budidaya terbangun; dan d. turut serta menjaga dan memelihara aset-aset pertahanan dan/atauTNI. BAB III RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN Pasal 6 (1) Rencana struktur ruang wilayah kabupaten, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf b, terdiri atas : a. sistem pusat kegiatan ; b. sistem jaringan prasarana utama; dan c. sistem jaringan prasarana lainnya. (2) Rencana struktur ruang wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian minimal skala 1 : 50.000, sebagaimana tercantum dalam lampiran I, merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini. Bagian Kesatu Sistem Pusat Kegiatan Pasal 7 (1) Sistem pusat kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a, terdiri atas : a. PKW; b. PKLp; c. PPK;dan d. PPL. (2) PKW sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berada di Perkotaan Bojonegoro. (3) PKLp sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi : a. Perkotaan Dander; b. Perkotaan Sumberejo; c. Perkotaan Baureno; d. Perkotaan Ngasem; e. Perkotaan Padangan; f. Perkotaan Ngraho; g. Perkotaan Temayang; dan h. Perkotaan Kedungadem. (4) PPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, meliputi : a. Perkotaan Trucuk; b. Perkotaan Kapas; c. Perkotaan Sukosewu; d. Perkotaan Balen;
  • 9. - 9 - e. Perkotaan Kanor; f. Perkotaan Kepohbaru; g. Perkotaan Kalitidu; h. Perkotaan Malo; i. Perkotaan Purwosari; j. Perkotaan Kasiman; k. Perkotaan Kedewan; l. Perkotaan Margomulyo; m. Perkotaan Ngambon; n. Perkotaan Tambakrejo; o. Perkotaan Bubulan; p. Perkotaan Gondang; q. Perkotaan Sekar; dan r. Perkotaan Sugihwaras. (5) PPL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, meliputi : a. Desa Sumberejo dan Desa Margomulyo di Kecamatan Margomulyo; b. Desa Ngraho, Desa Kalirejo, dan Desa Blimbinggede di Kecamatan Ngraho; c. Desa Tambakrejo, Desa Bakalan, Desa Jawik, dan Desa Sukorejo di Kecamatan Tambakrejo; d. Desa Ngambon dan Desa Bondol di Kecamatan Ngambon; e. Desa Sekar, Desa Miyono, dan Desa Klino di Kecamatan Sekar; f. Desa Bubulan dan Desa Cancung di Kecamatan Bubulan; g. Desa Gondang, Desa Sengaten, Desa Pajeng, dan Desa Sambongrejo di Kecamatan Gondang; h. Desa Temayang dan Desa Kedungsari di Kecamatan Temayang; i. Desa Trate, Desa Siwalan, Desa Sugihwaras, dan Desa Glagahwangi di Kecamatan Sugihwaras; j. Desa Kedungadem, Desa Trumbasanom, dan Desa Drokilo di Kecamatan Kedungadem; k. Desa Kepohbaru, Desa Sidomukti, dan Desa Brangkal di Kecamatan Kepohbaru; l. Desa Baureno, Desa Pasinan, Desa Trojalu, Desa Sraturejo, Desa Blongsong, Desa Kauman, Desa Gajah, dan Desa Sumuragung di Kecamatan Baureno; m. Desa Kanor, Desa Sumberwangi dan Desa Tambakrejo di Kecamatan Kanor; n. Desa Sumberejo, Desa Talun, Desa Bogangin, dan Desa Sumuragung di Kecamatan Sumberejo; o. Desa Balenrejo, Desa Margomulyo, Desa Sobontoro, Desa Kedungbondo, Desa Kabunan, Desa Bulu, dan Desa Suwaloh di Kecamatan Balen; p. Desa Sukosewu dan Desa Kalicilik di Kecamatan Sukosewu; q. Desa Kapas, Desa Sukowati, Desa Mojodeso, Desa Tikusan, Desa Kalianyar, Desa Plesungan, dan Desa Kedaton di Kecamatan Kapas; r. Kelurahan Kadipaten, Kelurahan Sumbang, Desa Sukorejo, Desa Kauman, Desa Pacul, Kelurahan Jetak, Kelurahan Klangon, Kelurahan Ledok Wetan, Kelurahan Ledok Kulon, Kelurahan Karangpacar, Kelurahan Mojokampung, Kelurahan Ngrowo, Desa Campurejo, Kelurahan Banjarejo, Kelurahan Mulyoagung, Kelurahan Kalirejo, Desa Semanding, dan Kelurahan Kepatihan di Kecamatan Bojonegoro; s. Desa Trucuk, Desa Guyangan, Desa Padang, dan Desa Pagerwesi di Kecamatan Trucuk; t. Desa Dander, Desa Growok, Desa Mojoranu, Desa Sumodikaran, Desa Ngumpakdalem, dan Desa Sumbertlaseh di Kecamatan Dander;
  • 10. - 10 - u. Desa Ngasem, Desa Ngadiluwih, Desa Dukuhkidul, Desa Gayam, Desa Mojodelik, Desa Bonorejo, Desa Brabohan, Desa Begadon, dan Desa Ringintunggal di Kecamatan Ngasem; v. Desa Kalitidu, Desa Panjunan, Desa Brenggolo, Desa Mayanggeneng, Desa Talok, Desa Mlaten, Desa Sumengko, Desa Manukan, Desa Sudu, Desa Ngraho, Desa Ngujo, Desa Wotangare, Desa Ngrebekan, Desa Katur, dan Desa Beged di Kecamatan Kalitidu; w. Desa Malo, Desa Trembes, Desa Ketileng, dan Desa Sukorejo di Kecamatan Malo; x. Desa Purwosari, Desa Pejok, Desa Gapluk, Desa SedahKidul, Desa Punggur, Desa Kuniran, Desa Tinumpuk, dan Desa Tlatah di Kecamatan Purwosari; y. Desa Padangan, Desa Kuncen, Desa Dengok, Desa Banjarjo, Desa Kebunagung, Desa Ngasinan, dan Desa Cendono di Kecamatan Padangan; z. Desa Kasiman, Desa Sekaran, Desa Batokan, dan Desa Sambeng di Kecamatan Kasiman; dan aa.Desa Kedewan dan Desa Wonocolo di Kecamatan Kedewan. Bagian Kedua Sistem Jaringan Prasarana Utama Pasal 8 Sistem jaringan prasarana utama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf b, terdiri atas : a. sistem jaringan transportasi darat; b. sistem jaringan transportasi perkeretaapian; dan c. sistem jaringan transportasi udara. Paragraf 1 Sistem Jaringan Transportasi Darat Pasal 9 (1) Sistem jaringan transportasi darat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf a, terdiri atas : a. jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ), meliputi : 1. jaringan jalan dan jembatan; 2. jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan; dan 3. jaringan pelayananan lalu lintas dan angkutan jalan. b. Jaringan Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan(ASDP); dan c. Jaringan transportasi perkotaan dan perdesaan. (2) Jaringan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a butir 1 , terdiri atas : a. pengoptimalan jaringan jalan Kolektor (1), status Nasional, meliputi ruas: 1. Babat – Batas Kota Bojonegoro; 2. Jln A. Yani; 3. Jln Gajah Mada; 4. Jln Untung Suropati; 5. Jln Rajekwesi; 6. Batas Kota Bojonegoro – Padangan; 7. Jln M.T. Haryono; dan 8. Padangan – Batas Kabupaten Ngawi.
  • 11. - 11 - b. pengoptimalan jaringan jalan Kolektor (2), status Provinsi meliputi : 1. Jln Sawunggaling; 2. Jln Basuki Rahmad; 3. Jln Jaksa Agung Soeprapto; 4. Jln Bojonegoro - Pajeng; 5. Jln Bojonegoro – Ponco; 6. Jln HOS Cokroaminoto; dan 7. jln Padangan – batas Jateng. c. pengoptimalan jaringan jalan Lokal status Kabupaten (dalam kota), meliputi ruas : 1. Jln MH. Thamrin; 2. Jln Imam Bonjol; 3. Jln KH. Ashari; 4. Jln Diponegoro; 5. Jln Trunojoyo; 6. Jln Mastrip; 7. Jln Pasar; 8. Jln Pahlawan; 9. Jln KH. Mansyur; 10. Jln Teuku Umar; 11. Jln Panglima Sudirman; 12. Jln J.A Suprapto; 13. Jln Rajawali; 14. Jln Hayam Wuruk; 15. Jln Mayangkoro; 16. Jln Dr. Wahidin; 17. Jln WR. Supratman; 18. Jln Kartini; 19. Jln Hasanudin; 20. Jln Setyo Budi; 21. Jln Dr. Cipto; 22. Jln Ronggolawe; 23. Jln Munginsidi; 24. Jln Dr. Soetomo; 25. Jln Serma Abdullah; 26. Jln Panglima Polim; 27. Jln Patimura; 28. Jln A. Rahman Hakim; 29. Jln DI Panjaitan; 30. Jln AKBP. M. Suroko; 31. Jln P. Mas Tumapel; 32. Jln Letda Suradji; 33. Jln Kapten Ramli; 34. Jln Alun-alun Tengah; 35. Jln Serma Ma'un; 36. Jln Sersan Kusman; 37. Jln Lettu Suwolo; 38. Jln Lisman; 39. Jln Dr. Suharso; 40. Jln B.Pol. KS. Tubun; 41. Jln Pemuda; 42. Jln Kusnandar; 43. Jln Kapten P. Tendean; 44. Jln Serma Darsi; 45. Jln Tri Tunggal; 46. Jln KH. Ahmad Dahlan;
  • 12. - 12 - 47. Jln H. Agus Salim; 48. Jln Brigjend Sutoyo; 49. Jln Ade Irma Suryan; 50. Jln Kapten Martono; 51. Jln Hartono; 52. Jln Maswiji; 53. Jln Dewi Sartika; 54. Jln A. Sunjani; 55. Jln Letda Mustajab; 56. Jln Cut Nya' Dien; 57. Jln Lettu Suyitno; 58. Jln Kopral Kasan; 59. Jln Mliwis Putih; 60. Jln Komplek Wisma Indah; 61. Jln Sersan Suratman; 62. Jln Kyai Mojo; 63. Jln Sarimulyo; 64. Jln Kolonel Sugiono; 65. Jln Veteran; 66. Jln Mangga; 67. Jln Tikusan – Sambiroto; 68. Jln Komplek Stadion; 69. Jln Kyai Sulaiman; 70. Jln Ki Andong Sari; 71. Jln Kapten Sumitro; 72. Jln Ki Hajar Dewantara; 73. Jln Komplek Perummas Ut.; 74. Jln Komplek Perumda; 75. Jln Komplek Pacul Permai; 76. Jln Dalang Ngoro; 77. Jln Makam Manis; 78. Jln Makam Sedeng; 79. Jln Gg. Wates; 80. Jln Sumiran; 81. Jln Srinayan; 82. Jln Depo; 83. Jln Kalijogo/ASPOL; 84. Jln SD; 85. Jln Mawar; 86. Jln Rukun; 87. Jln Ngalimun; 88. Jln Tegal Luwung; 89. Jln Letda A. Hamdani;dan 90. Jln Prajurit Abu. d. pengoptimalan jaringan jalan lokal status Kabupaten (luar kota), meliputi ruas : 1. jalan Dander – Bubulan; 2. jalan Dander – Ngasem; 3. jalan Bubulan – Judeg; 4. jalan Trenggulunan - Bubulan; 5. jalan Ngasem – Trenggulunan; 6. jalan Trenggulunan – Ngambon; 7. jalan Kalitidu – Ngasem; 8. jalan Talok – Mlaten; 9. jalan Purwosari – Glagah; 10. jalan Glagah – Ngambon;
  • 13. - 13 - 11. jalan Glagah – Turi; 12. jalan Turi – Ngambon; 13. jalan Turi – Tambakrejo; 14. jalan Taji – Tambakrejo; 15. jalan Taji – Tinggang; 16. jalan Ngraho – Taji; 17. jalan Tambakromo – Kawengan; 18. jalan Ngraho – Luwihaji; 19. jalan Sambeng – Tambakromo; 20. jalan Batas Kabupaten – Kasiman; 21. jalan Kasiman – Kedewan; 22. jalan Temayang – Sugihwaras; 23. jalan Kedungsumber - Wdk Pacal; 24. jalan Balen – Sugihwaras; 25. jalan Sumberejo – Kepohkidul; 26. jalan Kedungadem – Nglinggo; 27. jalan Kedungadem – Kesongo; 28. jalan Nglinggo – Kepohbaru; 29. jalan Sroyo – Nglinggo; 30. jalan Baureno – Kepohbaru; 31. jalan Medalem – Simorejo; 32. jalan Sumberejo – Kanor; 33. jalan Kanor – Semambung; 34. jalan Simorejo – Baureno; 35. jalan Kanor – Simorejo; 36. jalan Sugihwaras – Kepohkidul; 37. jalan Kepohkidul – Kedungadem; 38. jalan Tambakromo – Malo; 39. jalan Malo – Selogabus; 40. jalan Betek – Gondang; 41. jalan Kapas – Glendeng; 42. jalan Kapas – Sampang; 43. jalan Ngambon – Bobol; 44. jalan Sambongrejo – Bobol; 45. jalan Watu Jago – Bobol; 46. jalan Banjarejo – Bakalan; 47. jalan Purwosari – Malingmati; 48. jalan Bojonegoro – Kunci; 49. jalan Kepohbaru – Gunungsari; 50. jalan Jono – Sugihwaras; 51. jalan Kalianyar - Ngumpak Dalem; 52. jalan Dlm. Kota - Sumberejo; 53. jalan Kedewan – Beji; 54. jalan Pasinan - Ps. Hewan Baureno; 55. jalan Drokilo – Kepohbaru; 56. jalan Turi – Kaliklampok; 57. jalan Sumengko – Setren; 58. jalan Kedaton – Tanjungharjo; 59. jalan Ngumpakdalem – Ngujo; dan 60. jalan Pemuda – Semanding. e. pengoptimalan jaringan jalan lokal status Kabupaten (perbatasan dengan wilayah sekitar), meliputi ruas : 1. Jl. Poros Desa Semambung – Rengel; 2. Jl. Poros Ds.Sumberejo – Margorejo; 3. Jl. Poros Desa Banjarsari – Menilo; 4. Jl. Poros Desa Ngudal –Wonosari;
  • 14. - 14 - 5. Jl. Poros Desa Ledok – Wonosari; 6. Jl. Poros Desa Trembes – Brangkal; 7. Jl. Poros Kec. Kedewan – Kaligede; 8. Jl. Poros Kec. Mlideg - Bajang,Ngluyu; 9. Jl. Poros Desa Sukun – Tritik; 10. Jl. Poros Desa Krondonan – Bendoasri; 11. JL.Poros Desa Klino – Saradan; 12. Jl. Poros Desa Bobol – Rejuno; 13. Jl. Poros Desa Watujago – Ngelo; 14. Jl. Poros Kec. Margomulyo – Kalangan; 15. Jl. Poros Kec.Margomulyo - Gunungsari, Ngawi; 16. Jl. Poros Desa Cendono – Sidorejo; 17. Jl. Poros Desa Purworejo – Getas; 18. Jl. Poros Kecamatan Kasiman – Giyanti; 19. Jl. Poros Kec. Gajah – Karangkembang; dan 20. Jl. Prs. Ds. Simorejo - Kdg.pengaron Modo. f. optimalisasi dan pengembangan jaringan jalan lingkungan menyebar pada setiap kawasan di wilayah Kabupaten; g. pengembangan jaringan jalan kolektor , meliputi : 1. rencana jalan layang di desa Tikusan Kecamatan Kapas; 2. rencana jalan lingkar selatan luar perkotaan Bojonegoro; 3. ruas jalan lintas selatan wilayah kabupaten yang melalui Kecamatan Baureno–Kecamatan Kepohbaru–Kecamatan Kedungadem–Kecamatan Sugihwaras–Kecamatan Dander–Kecamatan Ngasem–Kecamatan Purwosari – Kecamatan Padangan; dan 4. rencana jalan lintas yang berada di perbatasan daerah dengan Kabupaten Lamongan. (3) Pengembangan prasarana dan sarana jaringan jalan, meliputi : a. penyediaan jalur pejalan kaki; b. pemasangan rambu-rambu lalu lintas; c. penyusunan dokumen analisis dampak lalu lintas pada pengembangan daerah yang menimbulkan bangkitan lalu lintas; d. penyediaan ruang bagi pedagang kaki lima; dan e. penanaman pohon penunjang ruang terbuka hijau perkotaan. (4) Jaringan jembatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a butir 1, terdiri atas : a. pengembangan jembatan lintas Sungai Bengawan Solo; dan b. pengembangan jembatan lintas anak sungai Bengawan Solo. (5) Pengembangan jembatan lintas Sungai Bengawan Solo, sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a, meliputi : a. jembatan Kasiman–Giyanti Blora; b. jembatan Kasiman–Batokan /Cepu; c. jembatan kalitidu–Malo; d. jembatan Bojonegoro–Banjarsari; e. jembatan Bojonegoro–Trucuk; f. jembatan Semambung–Rengel Tuban; g. jembatan Bandar/Kasiman–Padangan; dan h. jembatan Baureno–Plandirejo Tuban. (6) Pengembangan jembatan lintas anak Sungai Bengawan Solo, sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b, berada pada lintasan anak sungai yang tersebar diwilayah Kabupaten. (7) Jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a butir 2, terdiri atas : a. terminal; b. alat pengawasan dan pengamanan jalan atau jembatan timbang; dan c. unit pengujian kendaraan bermotor.
  • 15. - 15 - (8) Terminal sebagaimana dimaksud pada ayat (7) huruf a, terdiri atas : a. terminal penumpang; dan b. terminal barang. (9) Terminal penumpang sebagaimana dimaksud pada ayat (8) huruf a, meliputi : a. pengembangan dan peningkatan pelayanan terminal penumpang tipe A terminal Rajekwesi di Kecamatan Bojonegoro; b. pengoptimalan terminal penumpang tipe B terminal Padangan di Kecamatan Padangan; c. pengembangan terminal penumpang tipe C, yang meliputi : 1. terminal Betek di Kecamatan Gondang; 2. terminal Temayang di Kecamatan Temayang. dan 3. terminal Kedewan di Kecamatan Kedewan. (10) Terminal barang sebagaimana dimaksud pada ayat (8) huruf b, berupa rencana pengembangan terminal barang umum dan untuk kepentingan sendiri sebagai penunjang keterpaduan antar moda, yang meliputi : a. terminal barang di Kecamatan Bojonegoro; b. terminal barang di kecamatan Baureno; dan c. terminal barang di Kecamatan Padangan. (11) Alat pengawasan dan pengamanan jalan atau jembatan timbang sebagaimana dimaksud pada ayat (7) huruf b, berupa pengoptimalan unit pengawasan dan pengamanan jalan atau jembatan timbang di desa Sraturejo Kecamatan Baureno. (12) Unit pengujian kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud pada ayat (7) huruf c, berupa pengoptimalan unit pengujian kendaraan bermotor di Desa Kapas Kecamatan Kapas. (13) Jaringan pelayananan lalu lintas dan angkutan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a butir 3, terdiri atas : a. jaringan trayek angkutan penumpang; dan b. jaringan angkutan barang. (14) Pengembangan jaringan trayek angkutan penumpang, sebagaimana dimaksud pada ayat (13) huruf a, meliputi : a. peningkatan prasarana dan sarana angkutan penumpang dalam wilayah kabupaten; dan b. pengoptimalan prasarana dan sarana angkutan penumpang antar wilayah. (15) Pengembangan jaringan trayek angkutan barang, sebagaimana dimaksud pada ayat (13) huruf b, meliputi : a. peningkatan prasarana dan sarana angkutan barang dalam wilayah kabupaten; dan b. pengoptimalan prasarana dan sarana angkutan barang antar wilayah. (16) Jaringan Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan (ASDP), sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi : a. angkutan penyeberangan perahu kecil di sepanjang aliran Sungai Bengawan Solo; dan b. pengembangan angkutan sungai lainnya. (17) Jaringan transportasi perkotaan dan pedesaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, meliputi : a. pengembangan jaringan transportasi perkotaan guna mengakomodasi perkembangan angkutan; dan b. pengembangan jaringan transportasi pedesaan pada masing-masing pusat pelayanan lokal.
  • 16. - 16 - Paragraf 2 Sistem Jaringan Transportasi Perkeretaapian Pasal 10 (1) Sistem jaringan transportasi perkeretaapian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf b, berupa jaringan kereta api. (2) Jaringan kereta api, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri atas : a. pengembangan jaringan kereta api umum, berupa jalur utara Surabaya – Lamongan – Babat – Bojonegoro – Cepu – Jakarta; b. pengembangan jaringan kereta api khusus, guna kepentingan pengangkutan hasil pertanian, pariwisata, industri , kehutanan dan migas berupa jalur Lasem - Jatirogo – Bojonegoro; dan c. lokasi stasiun kereta api berada di Kecamatan Bojonegoro. Paragraf 3 Sistem Jaringan Transportasi Udara Pasal 11 Rencana sistem jaringan transportasi udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf c, berupa rencana pengadaan bandar udara khusus yang akan ditetapkan berdasarkan hasil studi kelayakan dan daya dukung lingkungan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Bagian Ketiga Sistem Jaringan Prasarana Lainnya Pasal 12 Sistem jaringan prasarana lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf c terdiri atas : a. sistem jaringan energi ; b. sistem jaringan prasarana telekomunikasi; c. sistem jaringan prasarana sumber daya air; d. sistem jaringan pengelolan lingkungan; dan e. sistem jaringan prasarana wilayah lainnya. Paragraf 1 Sistem Jaringan Energi Pasal 13 (1) Sistem jaringan energi, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf a, terdiri atas : a. jaringan pipa minyak dan gas bumi; b. pembangkit tenaga listrik; dan c. jaringan trasmisi tenaga listrik. (2) Pengembangan jaringan pipa minyak dan gas bumi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, berupa pengembangan jaringan migas meliputi : a. desa mulyoagung Kecamatan Bojonegoro – desa Kalirejo Kecamatan Bojonegoro - desa Mudi Kecamatan Soko Kabupaten Tuban;
  • 17. - 17 - b. desa Gayam Kecamatan Ngasem – desa Jelu Kecamatan Ngasem – desa Ngulanan Kecamatan Dander – desa Sumbertlaseh Kecamatan Dander – desa Jetak Kecamatan Bojonegoro – desa Ngumpakdalem Kecamatan Dander – desa Pacul Kecamatan Bojonegoro – desa Sembung Kecamatan Kapas – desa Wedi Kecamatan Kapas – desa Ngampel Kecamatan Kapas – desa Mulyoagung Kecamatan Bojonegoro – desa Kalirejo Kecamatan Bojonegoro; dan c. Blora – Bojonegoro – Lamongan – Gresik pada sempadan jalur Kereta api. (3) Pengembangan pembangkit tenaga listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi : a. sistem interkoneksi Jawa – Bali; b. gardu Induk meliputi : 1. Kecamatan Baureno; dan 2. Kecamatan Bojonegoro. c. gardu penyulang (distribusi) meliputi : 1. Kecamatan Dander; 2. Kecamatan Kalitidu; 3. Kecamatan Sumberrejo; 4. Kecamatan Sugihwaras; 5. Kecamatan Padangan; 6. Desa Senori Kecamatan Trucuk; 7. Desa Kalirejo Kecamatan Bojonegoro; dan 8. Jalan Thamrin Kecamatan Bojonegoro. d. meningkatkan pelayanan listrik pada kawasan industri; dan e. meningkatkan dan mengoptimalkan pelayanan listrik pada kawasan permukiman. (4) Pengembangan jaringan transmisi tenaga listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, meliputi : a. jaringan Saluran Udara dan/atau Kabel Tegangan Tinggi 150 KV dan sistem distribusinya 20 KV; b. jaringan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) meliputi : 1. Kecamatan Kepohbaru; 2. Kecamatan Sumberejo; 3. Kecamatan Kapas; 4. Kecamatan Kalitidu; dan 5. Kecamatan Padangan. c. jaringan Saluran Udara Tegangan Menengah(SUTM) meliputi : 1. Kecamatan Baureno; 2. Kecamatan Balen; 3. Kecamatan Bojonegoro; 4. Kecamatan Padangan; 5. Kecamatan Ngraho; 6. Kecamatan Margomulyo; 7. Kecamatan Purwosari; 8. Kecamatan Tambakrejo; 9. Kecamatan Ngasem; 10. Kecamatan Dander; 11. Kecamatan Bubulan; 12. Kecamatan Sugihwaras; 13. Kecamatan kepoharu; 14. Kecamatan Kedungadem; 15. Kecamatan Kanor; 16. Kecamatan Trucuk; 17. Kecamatan Malo; 18. Kecamatan Kasiman; dan 19. Kecamatan Kedewan.
  • 18. - 18 - d. jaringan Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR) berada di seluruh wilayah Kabupaten; e. areal konservasi pada jaringan SUTT dan SUTM meliputi kurang lebih 20 (dua puluh) meter pada setiap sisi jaringan; f. jaringan tegangan menengah pada wilayah perkotaan meliputi : 1. Kecamatan Bojonegoro; 2. Kecamatan Sumberejo; 3. Kecamatan Baureno; 4. Kecamatan Ngasem; 5. Kecamatan Padangan; 6. Kecamatan Ngraho; 7. Kecamatan Kedungadem; dan 8. Kecamatan Temayang. g. jaringan tegangan menengah pada desa-desa yang belum teraliri listrik dengan skala prioritas meliputi : 1. Kecamatan Sekar; dan 2. Kecamatan Gondang. (5) Rencana pengembangan alternatif pembangkit sumber tenaga baru disesuaikan dengan daya dukung lingkungan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. Paragraf 2 Sistem Jaringan Prasarana Telekomunikasi Pasal 14 (1) Sistem jaringan prasarana telekomunikasi, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf b, terdiri atas : a. jaringan teresterial; b. jaringan nirkabel; dan c. jaringan satelit. (2) Jaringan teresterial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, berupa jaringan kabel telepon yang tersebar diseluruh kecamatan. (3) Jaringan nirkabel sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b, berupa telekomunikasi selular yang dimanfaatkan dalam bentuk telepon genggam yang memanfatkan menara Base Transceiver Station (BTS) bersama yang tersebar di seluruh kecamatan. (4) Jaringan satelit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, berupa telekomunikasi dalam bentuk telepon genggam yang digunakan di kawasan hutan atau terpencil karena tidak memerlukan pemancar BTS. Paragraf 3 Sistem Jaringan Prasarana Sumber Daya Air Pasal 15 (1) Pengembangan sistem jaringan prasarana sumber daya air, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf c, terdiri atas : a. wilayah sungai; b. jaringan irigasi; c. air baku; d. air minum kelompok pengguna; dan e. sistem pengelolaan banjir dan pengendalian pencemaran. (2) Pengembangan dalam wilayah sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi : a. pengelolaan sungai; b. waduk;
  • 19. - 19 - c. embung; dan d. daerah resapan air. (3) Pengelolaan sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, berada pada 17 (tujuh belas) titik Sungai Bengawan Solo yang merupakan Wilayah Sungai Lintas Provinsi. (4) Waduk sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, berada pada 8 (delapan) titik yang tersebar di wilayah kabupaten dan 1 (satu) titik di desa Mojodelik Kecamatan Ngasem. (5) Embung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c, berada pada 30 (tiga puluh) titik yang tersebar di wilayah kabupaten. (6) Jaringan irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, berada pada 139 (seratus tiga puluh sembilan) titik yang tersebar di wilayah kabupaten. (7) Air baku sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, berada pada 11 (sebelas) titik yang tersebar di wilayah kabupaten dan . (8) Air minum kelompok pengguna sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, berada pada 7 (tujuh) titik yang tersebar di wilayah kabupaten, meliputi : a. Desa Kasiman Kecamatan Kasiman; b. Desa Jari Kecamatan Gondang; c. Desa Pajeng Kecamatan Gondang; d. Desa Sambongrejo Kecamatan Gondang; e. Desa Klino Kecamatan Sekar; f. Desa Deling Kecamatan Sekar; dan g. Desa Gunungsari Kecamatan Baureno. (9) Sebaran lokasi waduk, embung, jaringan irigasi, air baku dan air minum kelompok pengguna sebagaimana dimaksud pada ayat (3), ayat (4), ayat (5), ayat (6), dan ayat (7) tercantum pada lampiran II yang tidak terpisahkan dalam Peraturan Daerah ini. (10) Sistem pengelolaan banjir dan pengendalian pencemaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, terdiri atas : a. struktural, yang meliputi : 1. perbaikan dan pengaturan sistem; dan 2. pembangunan pengendali banjir. b. non struktural berupa pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS). Paragraf 4 Sistem Jaringan Pengelolaan Lingkungan Pasal 16 (1) Pengembangan sistem jaringan pengelolaan lingkungan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf d, terdiri atas : a. pengelolaan persampahan; b. pengoptimalan penanganan air limbah; c. pengelolaan sistem drainase; dan d. pengembangan sistem jaringan air minum. (2) Pengelolaan persampahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi : a. pengembangan sistem pengangkutan diprioritaskan pada kawasan permukiman perkotaan dan pusat-pusat kegiatan masyarakat; b. pengembangan sistem komposing pada kawasan perdesaan dan permukiman berkepadatan rendah; c. pengembangan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) meliputi : 1. TPA Trucuk, yang melayani Kecamatan Kapas, Kecamatan Bojonegoro, dan Kecamatan Trucuk; 2. TPA Margomulyo, yang melayani Kecamatan Tambakrejo, Kecamatan Ngraho, dan Kecamatan Margomulyo;
  • 20. - 20 - 3. TPA Kedewan, yang melayani Kecamatan Kedewan dan Kecamatan Malo; 4. TPA Padangan, yang melayani Kecamatan Padangan, Kecamatan Kasiman, dan Kecamatan Purwosari; 5. TPA Ngasem, yang melayani Kecamatan Ngasem, Kecamatan Kalitidu, dan Kecamatan Ngambon; 6. TPA Dander, yang melayani Kecamatan Dander, Kecamatan Bubulan, Kecamatan Sukosewu, dan Kecamatan Temayang; 7. TPA Gondang, yang melayani Kecamatan Gondang dan Kecamatan Sekar; 8. TPA Kanor, yang melayani Kecamatan Kanor, Kecamatan Balen, Kecamatan Sumberejo, dan Kecamatan Baureno; dan 9. TPA Kedungadem, yang melayani Kecamatan Kedungadem, Kecamatan Kepohbaru, dan Kecamatan Sugihwaras. d. pengembangan Tempat Penampungan Sementara (TPS) meliputi : 1. TPS Kapas; 2. TPS Bojonegoro; 3. TPS Trucuk; 4. TPS Tambakrejo; 5. TPS Ngraho; 6. TPS Margomulyo; 7. TPS Kedewan; 8. TPS Malo; 9. TPS Padangan; 10. TPS Kasiman; 11. TPS Purwosari; 12. TPS Ngasem; 13. TPS Kalitidu; 14. TPS Ngambon; 15. TPS Dander; 16. TPS Bubulan ; 17. TPS Sukosewu; 18. TPS Temayang; 19. TPS Gondang; 20. TPS Sekar; 21. TPS Kanor; 22. TPS Balen; 23. TPS Sumberejo; 24. TPS Baureno; 25. TPS Kedungadem; 26. TPS Kepohbaru; dan 27. TPS Sugihwaras. e. peningkatan sistem pengelolaan dengan sanitary landfiil dan dengan sistem 3R, yaitu pengurangan (Reduce), penggunaan kembali (Re-use), dan daur ulang (Recycle). (3) Pengoptimalan penanganan air limbah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi : a. non domestik; dan b. domestik. (4) Non domistik sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a, berupa pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) pada kegiatan industri, rumah sakit, hotel dan restoran yang tersebar pada wilayah kabupaten. (5) Domistik sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b, berupa pembangunan jamban umum dan MCK pada kawasan permukiman.
  • 21. - 21 - (6) Pengelolaan sistem drainase sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, meliputi : a. dalam perkotaan Kecamatan Bojonegoro; dan b. bagian selatan perkotaan Kecamatan Bojonegoro. (7) Dalam perkotaan Kecamatan Bojonegoro sebagaimna dimaksud pada ayat (6) huruf a, meliputi : a. saluran utama Banjarejo; b. saluran utama Karang Pacar; dan c. saluran utama Ledok Kulon. (8) Selatan perkotaan Kecamatan Bojonegoro sebagaimana dimaksud pada ayat (6) huruf b, meliputi : a. afvour Sukorejo; b. Kali Cumik; c. saluran Sekunder Pirang; d. saluran Sekunder Dander; e. kali Pirang / Kali Kunci; dan f. afvour Kedaton – Tikusan. (9) Pengembangan sistem jaringan air minum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, meliputi : a. peningkatan kapasitas produksi sumber daya air; b. pemenuhan kebutuhan air minum di daerah rawan air minum dan mengoptimalkan keberadaan sumur di desa rawan air minum; dan c. pengembangan sistem air minum di Kabupaten, meliputi: 1. Kecamatan Padangan; 2. Kecamatan Purwosari; 3. Kecamatan Kalitidu; 4. Kecamatan Dander ; 5. Kecamatan Bojonegoro; 6. Kecamatan Balen; 7. Kecamatan Kapas; 8. Kecamatan Balen; 9. Kecamatan Sumberejo; dan 10. Kecamatan Baureno. Paragraf 5 Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Lainnya Pasal 17 (1) Sistem jaringan prasarana wilayah lainnya, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf e, meliputi : a. jalur evakuasi; dan b. ruang evakuasi bencana alam. (2) Jalur evakuasi bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a diarahkan pada daerah jaringan jalan terdekat menuju ruang evakuasi bencana; (3) Ruang evakuasi bencana alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b berada pada sekitar daerah rawan bencana banjir, tanah longsor, bencana angin atau puting beliung, dan kekeringan yang tersebar di wilayah kabupaten. (4) Pemanfaatan ruang evakuasi bencana alam sebagaimana dimaksud pada ayat (3), didasarkan pada : a. ketinggian lahan; dan b. kondisi aman.
  • 22. - 22 - (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai rencana penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana ruang evakuasi bencana diatur dengan Peraturan Bupati. BAB IV RENCANA POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN Bagian Kesatu Umum Pasal 18 (1) Rencana pola ruang wilayah kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf c, terdiri atas : a. kawasan lindung; dan b. kawasan budidaya. (2) Rencana pola ruang wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian minimal skala 1 : 50.000, sebagaimana tercantum dalam lampiran III merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini. Bagian Kedua Kawasan Lindung Pasal 19 Kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) huruf a, terdiri atas : a. kawasan hutan lindung; b. kawasan yang memberi perlindungan terhadap kawasan bawahannya; c. kawasan perlindungan setempat; d. kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya; dan e. kawasan rawan bencana alam. Paragraf 1 Kawasan Hutan Lindung Pasal 20 Kawasan hutan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf a, seluas kurang lebih 1.514,3 (seribu lima ratus empat belas koma tiga) Ha meliputi : a. KPH Padangan kurang lebih 4,4 (empat koma empat) Ha; b. KPH Bojonegoro kurang lebih 1.051,4 (seribu lima puluh satu koma empat) Ha; c. KPH Parengan kurang lebih 4,3 (empat koma tiga) Ha; d. KPH Saradan kurang lebih 456,2 (empat ratus lima puluh enam, koma dua) Ha.
  • 23. - 23 - Paragraf 2 Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Kawasan Bawahannya Pasal 21 (1) Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf b, berupa Kawasan resapan air. (2) Kawasan resapan air seluas kurang lebih 114.553 (seratus empat belas ribu lima ratus lima puluh tiga) Ha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berada pada kawasan hutan dan kawasan perkebunan. Paragraf 3 Kawasan Perlindungan Setempat Pasal 22 (1) Kawasan Perlindungan Setempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf c, terdiri atas : a. kawasan sempadan sungai; b. kawasan sekitar waduk; c. kawasan sekitar embung; d. Kawasan sempadan jaringan irigasi; dan e. kawasan sempadan sumber mata air. (2) Penetapan kawasan sempadan sungai, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi: a. daratan sepanjang tepian sungai bertanggul dengan lebar paling sedikit 5 (lima) meter dari kaki tanggul sebelah luar; b. daratan sepanjang tepian sungai besar tidak bertanggul di luar kawasan permukiman dengan lebar paling sedikit 100 (seratus) meter dari tepi sungai; dan c. daratan sepanjang tepian anak sungai tidak bertanggul di luar kawasan permukiman dengan lebar paling sedikit 50 (lima puluh) meter dari tepi sungai. (3) Kawasan sempadan sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, seluas kurang lebih 1.242 (seribu dua ratus empat puluh dua) Ha berada pada 17 (tujuh belas) titik yang tersebar disepanjang sungai mengalir di wilayah Bojonegoro sebagaimana tercantum pada lampiran III a . (4) Penetapan kawasan sekitar waduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi: a. daratan dengan jarak 50 (lima puluh) meter sampai dengan 100 (seratus) meter dari titik pasang air waduk tertinggi; atau b. daratan sepanjang tepian waduk yang lebarnya proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik waduk. (5) Kawasan sekitar waduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, seluas kurang lebih 167 (seratus enam puluh tujuh) Ha , berada pada 6 (enam) titik tersebar di wilayah Kabupaten sebagaimana tercantum pada lampiran III b. (6) Penetapan kawasan sekitar embung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi: a. daratan dengan jarak 50 (lima puluh) meter sampai dengan 100 (seratus) meter dari titik pasang air embung tertinggi; atau b. daratan sepanjang tepian embung yang lebarnya proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik embung.
  • 24. - 24 - (7) Kawasan sekitar embung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, seluas kurang lebih 800 (delapan ratus) Ha , berada pada 30 (tiga puluh) titik tersebar di wilayah Kabupaten sebagaimana tercantum pada lampiran III c. (8) Penetapan sempadan jaringan irigasi, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, meliputi : a. untuk bangunan, diukur dari tepi atas samping saluran atau dari luar kaki tangkis saluran atau bangunannya dengan jarak 1. 5 (lima) meter untuk saluran irigasi dan pembuangan dengan kemampuan 4 M3/detik atau lebih, 2. 3 (tiga) meter untuk saluran irigasi dan pembuangan dengan kemampuan 1 sampai 4 M3/detik, 3. 2 (dua) meter untuk saluran irigasi dan pembuangan dengan kemampuan kurang dari 1 M3/detik. b. perlindungan pada irigasi sekunder baik di dalam maupun diluar permukiman ditetapkan minimum 6 (enam) meter kiri-kanan saluran; dan c. pada kawasan konservasi dimungkinkan adanya jalan inspeksi untuk pengontrolan saluran dengan lebar jalan minimum 3 (tiga) meter. (9) Kawasan jaringan irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, berada pada 139 (seratus tiga puluh Sembilan) titik yang tersebar di wilayah Kabupaten sebagaimana tercantum pada lampiran II d. (10) Penetapan kawasan sekitar mata air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, meliputi: a. daratan di sekeliling mata air yang mempunyai manfaat untuk mempertahankan fungsi mata air; dan b. wilayah dengan jarak paling sedikit 200 (dua ratus) meter dari mata air. (11) Kawasan sempadan sumber mata air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, berapa pada 11 (sebelas) titik yang tersebar di wilayah kabupaten sebagaimana tercantum pada lampiran II e. Paragraf 4 Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam, dan Cagar Budaya Pasal 23 (1) Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf d, terdiri atas : a. kawasan taman wisata alam; dan b. kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan. (2) Kawasan taman wisata alam, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi: a. hutan wisata watu jago di Kecamatan Margomulyo; b. sumber api abadi dan sumber air panas kayangan api di Kecamatan Ngasem; dan c. goa lowo, goa lawang, dan goa sumur di Kecamatan Dander. (3) Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas : a. lingkungan non bangunan; b. lingkungan bangunan non gedung; dan c. lingkungan bangunan gedung dan halaman. (4) Lingkungan non bangunan sebagaimana pada ayat (3) huruf a, meliputi : a. areal permukiman masyarakat samin di dusun Jepang – Desa Margomulyo-Kecamatan Margomulyo; b. petilasan Angkling dharmo di Kecamatan Kalitidu; dan
  • 25. - 25 - c. upacara nyadran, sedekah bumi, bersih desa di Kecamatan Dander. (5) Lingkungan bangunan non gedung sebagaimana pada ayat (3) huruf b, meliputi : a. monumen perjuangan Suyitno di alun – alun kota; b. monumen perjuangan Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP) di alun – alun kota; c. monumen Tugu Pahlawan (TGP) di kecamatan Bojonegoro; d. monument Tugu Pahlawan (TGP) di kecamatan Padangan; dan e. monument Brigade I Ronggolawe Divisi Brawijaya di Kecamatan Bojonegoro. (6) lingkungan bangunan gedung dan halaman sebagaimana pada ayat (3) huruf c, berupa Masjid Agung Darussalam di desa kauman Kecamatan Bojonegoro. Paragraf 5 Kawasan Rawan Bencana Alam Pasal 24 (1) Kawasan rawan bencana alam sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 huruf e, terdiri atas : a. kawasan rawan banjir; b. kawasan rawan tanah longsor; dan c. kawasan rawan bencana lainnya. (2) Kawasan rawan banjir sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) huruf a berada di kawasan sepanjang aliran Sungai Bengawan Solo, meliputi : a. Kecamatan Padangan; b. Kecamatan Kalitidu; c. Kecamatan Malo; d. Kecamatan Trucuk; e. Kecamatan Bojonegoro; f. Kecamatan Kapas; g. Kecamatan Sumberejo; h. Kecamatan Kanor; dan i. Kecamatan Baureno. (3) Kawasan rawan tanah longsor sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi : a. Kecamatan Margomulyo; b. Kecamatan Tambakrejo; c. Kecamatan Ngambon; d. Kecamatan Sekar; e. Kecamatan Gondang; f. Kecamatan Malo; dan g. Kecamatan Kedewan. (4) Kawasan rawan bencana lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, terdiri atas a. kawasan rawan angin topan atau puting beliung; dan b. kawasan rawan kekeringan. (5) Kawasan rawan angin topan atau puting beliung, sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a, meliputi : a. Kecamatan Sumberrejo; b. Kecamatan Ngambon; dan c. Kecamatan Bubulan. (6) Kawasan rawan kekeringan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b, berada pada dataran yang berada di wilayah selatan Kabupaten, meliputi : a. Kecamatan Sekar;
  • 26. - 26 - b. Kecamatan Bubulan; dan c. Kecamatan Gondang. Bagian Ketiga Kawasan Budidaya Pasal 25 Kawasan budidaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) huruf b, terdiri atas : a. kawasan peruntukan hutan produksi; b. kawasan peruntukan hutan rakyat; c. kawasan peruntukan pertanian; d. kawasan peruntukan perikanan; e. kawasan peruntukan pertambangan; f. kawasan peruntukan industri; g. kawasan peruntukan pariwisata; h. kawasan peruntukan permukiman; dan i. kawaan peruntukan budidaya lainnya. Paragraf 1 Kawasan Peruntukan Hutan Produksi Pasal 26 Kawasan peruntukan hutan produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf a, luas kurang lebih 90.579,3 (sembilan puluh ribu lima ratus tujuh puluh sembilan koma tiga ) Ha, meliputi : e. KPH Padangan kurang lebih 27.826,2 (dua puluh tujuh ribu delapan ratus dua puluh enam koma dua) Ha; f. KPH Bojonegoro kurang lebih 49.094,0 (empat puluh sembilan ribu sembilan puluh empat Ha; g. KPH Parengan kurang lebih 2.728,2 (dua ribu tujuh ratus dua puluh delapan koma dua ) Ha; h. KPH Jatirogo kurang lebih 1.584,3 (seribu lima ratus delapan puluh empat koma tiga ) Ha; i. KPH Ngawi kurang lebih 2.483,4 (dua ribu empat ratus delapan puluh tiga koma empat) Ha; dan j. KPH Saradan kurang lebih 6.863,2 (enam ribu delapan ratus enam puluh tiga koma dua) Ha. Paragraf 2 Kawasan Peruntukan Hutan Rakyat Pasal 27 Kawasan peruntukan hutan rakyat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf b luas kurang lebih 28.180 (dua puluh delapan ribu seratus delapan puluh) Ha, tersebar diwilayah kabupaten, utamanya meliputi : a. Kecamatan Ngasem; b. Kecamatan Bubulan; dan c. Kecamatan Temayang.
  • 27. - 27 - Paragraf 3 Kawasan Peruntukan Pertanian Pasal 28 (1) Kawasan peruntukan pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf c, terdiri dari : a. kawasan tanaman pangan; b. kawasan hortikultura; c. kawasan perkebunan; dan d. kawasan peternakan. (2) Kawasan pertanian tanaman pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdiri atas : a. lahan basah; dan b. lahan kering. (3) Lahan basah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, seluas kurang lebih 43.926,42 (empat puluh tiga ribu sembilan ratus dua puluh enam koma empat puluh dua) Ha meliputi : a. Kecamatan Padangan; b. Kecamatan Kasiman; c. Kecamatan Malo; d. Kecamatan Kalitidu; e. Kecamatan Bojonegoro; f. Kecamatan Dander; g. Kecamatan Kapas; h. Kecamatan Balen; i. Kecamatan Sumberrejo; j. Kecamatan Baureno; k. Kecamatan Kanor; l. Kecamatan Sukosewu; m. Kecamatan Sugihwaras; dan n. Kecamatan Kepohbaru. (4) Dari luasan lahan basah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang ditetapkan sebagai kawasan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) dengan luas kurang lebih 32.430,40 (tiga puluh dua ribu empat ratus tiga puluh koma empat puluh) Ha; (5) Pengendalian dan pengoptimalan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri atas : a. kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan (KP2B); b. lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan(LP2B); dan c. lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LCP2B). (6) lahan kering sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b seluas kurang lebih 32.921 (tiga puluh dua ribu sembilan ratus dua puluh satu) Ha, meliputi : a. Kecamatan Ngraho; b. Kecamatan Tambakrejo; c. Kecamatan Ngambon; d. Kecamatan Bubulan; e. Kecamatan Temayang; f. Kecamatan Sugihwaras; g. Kecamatan Kedungadem; h. Kecamatan Kepohbaru; i. Kecamatan Baureno; j. Kecamatan Dander; k. Kecamatan Ngasem; l. Kecamatan Kalitidu;
  • 28. - 28 - m. Kecamatan Malo; n. Kecamatan Padangan; o. Kecamatan Kasiman; p. Kecamatan Purwosari; dan q. Kecamatan Kedewan. (7) Dari luasan lahan kering sebagaimana dimaksud pada ayat (6) yang ditetapkan sebagai kawasan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) dengan luas kurang lebih 33.333,57 (tiga puluh tiga ribu tiga ratus tiga puluh tiga koma lima puluh tujuh) Ha; (8) Kawasan hortikultura, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, seluas kurang lebih 241 (dua ratus empat puluh satu) Ha meliputi : a. salak di desa Wedi Kecamatan Kapas; b. pisang di Kecamatan Padangan, Kecamatan Malo, dan Kecamatan Trucuk; c. belimbing di Kecamatan kalitidu; d. mangga di Kecamatan Kanor; Kecamatan Ngraho, dan Kecamatan Padangan; e. sayuran di Kecamatan Sumberejo, Kecamatan Sumberjo dan Kecamatan Ngraho; dan f. tanaman hias di Kecamatan Bojonegoro. (9) Kawasan perkebunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, seluas kurang lebih 17.251 (tujuh belas ribu dua ratus lima puluh satu) Ha meliputi : a. tebu tersebar di wilayah Kabupaten; b. tembakau tersebar di wilayah Kabupaten; c. kapas di Kecamatan Baureno; d. kelapa tersebar di wilayah Kabupaten; e. kopi di Kecamatan Sekar dan Kecamatan Gondang; f. cengkeh di Kecamatan Sekar; g. jambu Mente di Kecamatan Sekar, Kecamatan Gondang, Kecamatan Margomulyo, dan Kecamatan Kedewan; h. kapuk randu tersebar di wilayah Kabupaten; i. kakao di Kecamatan Sekar dan Kecamatan Gondang; dan j. jarak di Kecamatan Trucuk, Kecamatan Temayang, Kecamatan Sugihwaras, Kecamatan Bubulan, dan Kecamatan Ngraho. (8) Kawasan peternakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, meliputi: a. peternakan sapi perah di Kecamatan Malo dan Kecamatan Sekar, b. sapi potong di Kecamatan Bojonegoro, Kecamatan Purwosari, Kecamatan Pandangan, Kecamatan Dander, Kecamatan Kapas, Kecamatan Sumberejo, Kecamatan Ngraho, Kecamatan Margomulyo, dan Kecamatan Trucuk; c. itik di Kecamatan Dander, Kecamatan Trucuk, Kecamatan Bojonegoro, Kecamatan Kanor, dan Kecamatan Malo; d. ayam buras pedaging di Kecamatan Kanor, Kecamatan Trucuk, dan Kecamatan Malo; e. ayam buras petelur di Kecamatan Bojonegoro, Kecamatan Dander, dan Kecamatan Trucuk; f. kambing atau domba di wilayah Kabupaten; g. babi di Kecamatan Dander; h. kuda di Kecamatan Dander; dan i. kerbau di Kecamatan Dander.
  • 29. - 29 - Paragraf 4 Kawasan Peruntukan Perikanan Pasal 29 (1) Kawasan peruntukan perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf d, terdiri atas : a. perikanan sungai; b. perikanan kolam; dan c. perikanan waduk dan embung. (2) perikanan sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, berada disepanjang lintasan sungai Bengawan Solo dan anak sungai meliputi : a. Kecamatan Margomulyo; b. Kecamatan Ngraho; c. Kecamatan Padangan; d. Kecamatan Malo; e. Kecamatan Kalitidu; f. Kecamatan Bojonegoro; g. Kecamatan Balen; h. Kecamatan Kanor; dan i. Kecamatan Baureno. (3) perikanan kolam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi a. Kecamatan Ngraho; b. Kecamatan Margomulyo; c. Kecamatan Bubulan; d. Kecamatan Temayang; e. Kecamatan Kepohbaru; f. Kecamatan Sumberrejo; g. Kecamatan Balen; h. Kecamatan Bojonegoro; i. Kecamatan Dander; j. Kecamatan Kalitidu; dan k. Kecamatan Padangan. (4) perikanan waduk atau embung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, meliputi : a. Kecamatan Temayang; b. Kecamatan Kedungadem; c. Kecamatan Dander; d. Kecamatan Balen; e. Kecamatan Kalitidu; dan f. Kecamatan Padangan. Paragraf 5 Kawasan Peruntukan Pertambangan Pasal 30 (1) Kawasan peruntukan pertambangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf e, luas kurang lebih 905 (sembilan ratus lima ) Ha, meliputi : a. kawasan peruntukan pertambangan mineral dan batuan; dan b. kawasan peruntukan pertambangan minyak dan gas bumi. (2) Kawasan peruntukan pertambangan mineral dan batuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), huruf a berupa batuan meliputi :
  • 30. - 30 - a. batu gamping non klastik di Kecamatan Dander dan Kecamatan Temayang, Batu gamping klastik di Desa Gunung Sari dan Desa Gajah Kecamatan Baureno, serta Desa Dandangilo dan Desa Padang Kecamatan Kasiman; b. phosphat jenis Guano di Desa Kunci dan Desa Jono Kecamatan Temayang, Desa Sumberagung Kecamatan Dander, Desa Sumberejo Kecamatan Bubulan, dan Desa Pragelan Kecamatan Bubulan; c. bentonit di Desa Ketileng Kecamatan Malo, Desa Payung Geneng, Dusun seteren Kulon Kecamatan Margomulyo, Desa Kenongo Kidul Kecamatan Sugihwaras, dan Desa Ngati Kecamatan Ngraho; d. bahan Galian Gypsum di Desa Gapluk Kecamatan Purwosari, Desa Sambong, Desa Mojodelik Kecamatan Ngasem, dan Desa Mojodelik Kecamatan Ngasem; e. bahan Galian Lempung di Desa Luwihaji, Desa Sumberagung, Desa Mojorejo Kecamatan Ngraho, Desa Sumberagung Kecamatan Ngraho, Desa Mojorejo Kecamatan Ngraho, Desa Cangakan Kecamatan Kanor, dan Kecamatan Padangan; f. batu onix di Desa Jari Kecamatan Gondang; g. pasir dilakukan secara tradisional atau non mekanis disepanjang Sungai Bengawan Solo; dan h. tanah urug di Desa Banjarsari, Desa kaliketek Kecamatan Bojonegoro, Desa Pagerwesi Kecamatan Malo, Desa Nganti, Desa Blimbinggede Kecamatan Ngraho, dan Desa Geneng Kecamatan Margomulyo. (3) Kawasan peruntukan pertambangan minyak dan gas bumi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi : a. pertambangan modern pada area Blok Sukoati di Kecamatan Bojonegoro dan Kecamatan Kapas dan area Blok Cepu di Kecamatan Ngasem; dan b. pertambangan tradisional di Desa Wonocolo, Desa Hargomulyo, dan Desa Beji Kecamatan Kedewan dan sekitarnya. Paragraf 6 Kawasan Peruntukan Industri Pasal 31 (1) Kawasan peruntukan industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf f, seluas kurang lebih 3.398 (tiga ribu tiga ratus sembilan puluh delapan) Ha terdiri atas : a. industri besar; b. industri kecil menenggah (IKM); dan c. industri rumah tangga. (2) kawasan industri besar, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi : a. pendukung eksploitasi migas Kecamatan Ngasem; b. Kecamatan Kapas; c. Kecamatan Kalitidu; d. Kecamatan Baureno; e. Kecamatan Purwosari; dan f. Kecamatan Bojonegoro. (3) kawasan industri kecil menenggah, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi : a. Kecamatan Sumberrejo; b. Kecamatan Baureno; c. Kecamatan Dander; d. Kecamatan Trucuk; dan e. Kecamatan Sugiwaras.
  • 31. - 31 - (4) kawasan industri rumah tangga, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, meliputi : a. industri meubel di Kecamatan Bojonegoro; b. industri ledre di Kecamatan Purwosari dan Kecamatan Padangan; c. industri patung sapi di Kecamatan Malo; d. industri gerabah di Kecamatan Kasiman; e. industri onix di Kecamatan Gondang; f. industri tembakau di Kecamatan Baureno; dan g. industri souvenir kayu jati di Kecamatan Margomulyo. Paragraf 7 Kawasan Peruntukan Pariwisata Pasal 32 (1) Kawasan peruntukan pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf g, terdiri atas : a. pariwisata budaya; b. pariwisata alam ; c. pariwisata buatan; dan d. pariwisata minat khusus. (2) Pariwisata budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), huruf a, meliputi : a. grebek suro di kayangan api di Kecamatan Ngasem; b. kehidupan masyarakat samin di Kecamatan Margomulyo; c. tayub di Kecamatan Temayang dan Kecamatan Bubulan; d. wayang thengul di Kecamatan Kanor; dan e. tempat bersejarah dan purbakala tersebar di wilayah Kabupaten. (3) Pariwisata alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi : a. Sumber Api Abadi Kayangan api di Kecamatan Ngasem; b. Waduk Pacal di Kecamatan Temayang; c. Taman Wisata Wilis Putih di Kecamatan Bojonegoro; d. Pemandian Taman Tirta di Kecamatan Bojonegoro; e. Gua Lowo, Lanang, dan Sumur di Kecamatan Dander; f. Watu Jago di Kecamatan Margomulyo; dan g. Bumi Kali Kethek di Kecamatan Bojonegoro. (4) Pariwisata buatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c , meliputi a. Kedung Maor di Kecamatan Temayang; dan b. Pemandian Tirta Wana di Kecamatan Dander. (5) Pariwisata minat khusus, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, meliputi : a. golf di Kecamatan Dander; dan. b. kerajinan mebel meliputi : 1. Kecamatan Bojonegoro; 2. Kecamatan Kasiman; 3. Kecamatan Margomulyo; 4. Kecamatan Malo; dan 5. Kecamatan Gondang. Paragraf 8 Kawasan Peruntukan Permukiman Pasal 33 (1) Kawasan peruntukan permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf h, seluas kurang lebih 34.950 (tiga puluh empat ribu sembilan ratus lima puluh) Ha, terdiri atas :
  • 32. - 32 - a. kawasan permukiman perkotaan; dan b. kawasan permukiman perdesaan. (2) Kawasan permukiman perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a diimbangi dengan tersedianya pusat pelayanan yang terkonsentrasi di sekitar perkotaan PKLp, PPK, dan PPL. (3) Pemanfaatan kawasan permukiman perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi: a. perumahan real estate; dan b. perumahan individu. (4) Kawasan permukiman perdesaan sebagaimana di maksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas: a. kawasan permukiman perdesaan kegiatan pertanian yang menyebar di sekitar daerah pertanian meliputi seluruh desa di Kabupaten; dan b. kawasan permukiman perdesaan yang akan dikembangkan bersama kegiatan industri berbasis pertanian. (5) Kawasan permukiman perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi : a. Perkotaan Margomulyo meliputi : 1. Desa Sumberejo; dan 2. Desa Margomulyo. b. Perkotaan Ngraho meliputi : 1. Desa Ngraho; 2. Desa Kalirejo; dan 3. Desa Blimbinggede. c. Perkotaan Tambakrejo meliputi : 1. Desa Tambakrejo; 2. Desa Bakalan; 3. Desa Jawik; dan 4. Desa Sukorejo. d. Perkotaan Ngambon meliputi : 1. Desa Ngambon; dan 2. Desa Bondol. e. Perkotaan Sekar meliputi : 1. Desa Sekar; 2. Desa Miyono; dan 3. Desa Klino. f. Perkotaan Bubulan meliputi : 1. Desa Bubulan; dan 2. Desa Cancung. g. Perkotaan Gondang meliputi : 1. Desa Gondang; 2. Desa Sengaten; 3. Desa Pajeng; dan 4. Desa Sambongrejo. h. Perkotaan Temayang, meliputi : 1. Desa Temayang; dan 2. Desa Kedungsari. i. Perkotaan Sugihwaras meliputi : 1. Desa Trate; 2. Desa Siwalan; 3. Desa Sugihwaras; dan 4. Desa Glagahwangi. j. Perkotaan Kedungadem meliputi : 1. Desa Kedungadem; 2. Desa Trumbasanom; dan 3. Desa Drokilo.
  • 33. - 33 - k. Perkotaan Kepohbaru meliputi : 1. Desa Kepohbaru; 2. Desa Sidomukti; dan 3. Desa Brangkal. l. Perkotaan Baureno meliputi : 1. Desa Baureno; 2. Desa Pasinan; 3. Desa Trojalu; 4. Desa Sraturejo; 5. Desa Blongsong; 6. Desa Kauman; 7. Desa Gajah; dan 8. Desa Sumuragung. m. Perkotaan Kanor meliputi : 1. Desa Kanor; 2. Desa Sumberwangi; dan 3. Desa Tambakrejo. n. Perkotaan Sumberejo meliputi : 1. DesaSumberejo; 2. Desa Talun; 3. Desa Bogangin; dan 4. Desa Sumuragung. o. Perkotaan Balen meliputi : 1. Desa Balenrejo; 2. Desa Margomulyo; 3. Desa Sobontoro; 4. Desa Kedungbondo; 5. Desa Kabunan; 6. Desa Bulu; dan 7. Desa Suwaloh. p. Perkotaan Sukosewu meliputi : 1. Desa Sukosewu; dan 2. Desa Kalicilik. q. Perkotaan Kapas meliputi : 1. Desa Kapas; 2. Desa Sukowati; 3. Desa Mojodeso; 4. Desa Tikusan; 5. Desa Kalianyar; 6. Desa Plesungan; dan 7. Desa Kedaton. r. Perkotaan Bojonegoro meliputi : 1. Kelurahan Kadipaten; 2. Kelurahan Sumbang; 3. Desa Sukorejo; 4. Desa Kauman; 5. Desa Pacul; 6. Kelurahan Jetak; 7. Kelurahan Klangon; 8. Kelurahan Ledok Wetan; 9. Kelurahan Ledok Kulon; 10. Kelurahan Karangpacar; 11. Kelurahan Mojokampung; 12. Kelurahan Ngrowo; 13. Desa Campurejo; 14. Kelurahan Banjarejo;
  • 34. - 34 - 15. Kelurahan Mulyoagung; 16. Kelurahan Kalirejo; 17. Desa Semanding; dan 18. Kelurahan Kepatihan. s. Perkotaan Trucuk meliputi : 1. Desa Trucuk; 2. Desa Guyangan; 3. Desa Padang; dan 4. Desa Pagerwesi. t. Perkotaan Dander meliputi : 1. Desa Dander; 2. Desa Growok; 3. Desa Mojoranu; 4. Desa Sumodikaran; 5. Desa Ngumpakdalem; dan 6. Desa Sumbertlaseh. u. Perkotaan Ngasem meliputi : 1. Desa Ngasem; 2. Desa Ngadiluwih; 3. Desa Dukuhkidul; 4. Desa Gayam; 5. Desa Mojodelik; 6. Desa Bonorejo; 7. Desa Brabohan; 8. Desa Begadon; dan 9. Desa Ringintunggal. v. Perkotaan Kalitidu meliputi : 1. Desa Kalitidu; 2. Desa Panjunan; 3. Desa Brenggolo; 4. Desa Mayanggeneng; 5. Desa Talok; 6. Desa Mlaten; 7. Desa Sumengko; 8. Desa Manukan; 9. Desa Sudu; 10. Desa Ngraho; 11. Desa Ngujo; 12. Desa Wotangare; 13. Desa Ngrebekan; 14. Desa Katur; dan 15. Desa Beged. w. Perkotaan Malo meliputi : 1. Desa Malo; 2. Desa Trembes; 3. Desa Ketileng; dan 4. Desa Sukorejo. x. Perkotaan Purwosari meliputi : 1. Desa Purwosari; 2. Desa Pejok; 3. Desa Gapluk; 4. Desa SedahKidul; 5. Desa Punggur; 6. Desa Kuniran; 7. Desa Tinumpuk; dan 8. Desa Tlatah.
  • 35. - 35 - y. Perkotaan Padangan meliputi : 1. Desa Padangan; 2. Desa Kuncen; 3. Desa Dengok; 4. Desa Banjarjo; 5. Desa Kebunagung; 6. Desa Ngasinan; dan 7. Desa Cendono. z. Perkotaan Kasiman meliputi : 1. Desa Kasiman; 2. Desa Sekaran; 3. Desa Batokan; dan 4. Desa Sambeng. aa.Perkotaan Kedewan meliputi : 1. Desa Kedewan; dan 2. Desa Wonocolo. (6) Kawasan permukiman perdesaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b, meliputi: a. Perdesaan Margomulyo meliputi : 1. Desa Kalangan; 2. Desa Ngelo; 3. Desa Geneng; dan 4. Desa Meduri. b. Perdesaan Ngraho meliputi : 1. Desa Tanggungan; 2. Desa Luwihaji; 3. Desa Sugihwaras; 4. Desa Sumberagung; 5. Desa Mojorau; 6. Desa Tapelan; 7. Desa Jumok; 8. Desa Nganti; 9. Desa Padan; 10. Desa Klempun; 11. Desa Bancer; 12. Desa Sumberarum; dan 13. Desa Payaman. c. Perdesaan Tambakrejo meliputi : 1. Desa Turi; 2. Desa Ngrancangan; 3. Desa Napis; 4. Desa Jatimulyo; 5. Desa Malingmati; 6. Desa Gading; 7. Desa Kalisumber; 8. Desa Tanjung; 9. Desa Pengkol; 10. Desa Dolokgede; 11. Desa Mulyorejo; 12. Desa Kacangan; 13. Desa Sedangrejo; dan 14. Desa Gamongan. d. Perdesaan Ngambon meliputi : 1. Desa Sengon; 2. Desa Nglampir; dan 3. Desa Karangmangu.
  • 36. - 36 - e. Perdesaan Sekar meliputi : 1. Desa Deling; 2. Desa Bareng; dan 3. Desa Bobol. f. Perdesaan Bubulan meliputi : 1. Desa Clebung; 2. Desa Sumberbendo; dan 3. Desa Ngorogunung. g. Perdesaan Gondang meliputi : 1. Desa Pragelan; 2. Desa Jari; dan 3. Desa Krondonan. h. Perdesaan Temayang meliputi : 1. Desa Soko; 2. Desa Papringan; 3. Desa Bakulan; 4. Desa Kedungsumber; 5. Desa Pandanroyo; 6. Desa Belun; 7. Desa Ngujung; 8. Desa Jono; 9. Desa Pancur; dan 10. Desa Buntalan. i. Perdesaan Sugihwaras meliputi : 1. Desa Bareng; 2. Desa Alasagung; 3. Desa Panunggalan; 4. Desa Bulu; 5. Desa Wedoro; 6. Desa Glagah; 7. Desa Nglajang; 8. Desa Panemon; 9. Desa Jati Tengah; 10. Desa Balongrejo; 11. Desa Kedungdowo; 12. Desa Genjor; dan 13. Desa Drenges. j. Perdesaan Kedungadem meliputi : 1. Desa Tondomulo; 2. Desa Kesongo; 3. Desa Banjang; 4. Desa Dayukidul; 5. Desa Pejok; 6. Desa Babat; 7. Desa Mlideng; 8. Desa Kendung; 9. Desa Geger; 10. Desa Kepuh Kidul; 11. Desa Duwel; 12. Desa Kedungrejo; 13. Desa Megale; 14. Desa Sidorejo; 15. Desa Mojorejo; 16. Desa Tlogoagung; 17. Desa Sidomulyo; 18. Desa Jamberejo;
  • 37. - 37 - 19. Desa Ngrandu; dan 20. Desa balongcabe. k. Perdesaan Kepohbaru meliputi : 1. Desa Pejok; 2. Desa Simorejo; 3. Desa Cengkir; 4. Desa Mojosari; 5. Desa Balongdowo; 6. Desa Sumberoto; 7. Desa Turigede; 8. Desa Sumberaagung; 9. Desa Nglumber; 10. Desa Klangkong; 11. Desa Jipo; 12. Desa Bayemgede; 13. Desa Tlogorejo; 14. Desa Wiro; 15. Desa Betet; 16. Desa Mudung; 17. Desa Krangonanyar; 18. Desa Bumirejo; 19. Desa Karangan; 20. Desa Sumbergede; 21. Desa Sugihwaras; dan 22. Desa Pohwates. l. Perdesaan Baureno meliputi : 1. Desa Tlogoagung; 2. Desa Gunungsri; 3. Desa Kalisari; 4. Desa Bumiayu; 5. Desa Ngemplak; 6. Desa Banjaranyar; 7. Desa Drajat; 8. Desa Sembunglor; 9. Desa Banjaran; 10. Desa Pomahan; 11. Desa Karangdayu; 12. Desa Lebaksari; 13. Desa Pucangarum; 14. Desa Tanggung; dan 15. Desa Kedungrejo. m. Perdesaan Kanor meliputi : 1. Desa Sarangan; 2. Desa Pesen; 3. Desa Samberan; 4. Desa Palembon; 5. Desa Nglarangan; 6. Desa Sroyo; 7. Desa Cangaan; 8. Desa Simpatan; 9. Desa Kabalan; 10. Desa Piyak; 11. Desa Sideng; 12. Desa Bakung; 13. Desa Bungur; 14. Desa Caruban;
  • 38. - 38 - 15. Desa Simorejo; 16. Desa Temu; 17. Desa Prigi; 18. Desa Semambung; 19. Desa Pilang; 20. Desa Gedongarum; dan 21. Desa Kedungprimpen. n. Perdesaan Sumberejo meliputi : 1. Desa Tlogohaji; 2. Desa Kedungrejo; 3. Desa Mlinjen; 4. Desa Sumberharjo; 5. Desa Banjarejo; 6. Desa Ngampal; 7. Desa Deru; 8. Desa Sendangagung; 9. Desa Pejambon; 10. Desa Sambongrejo; 11. Desa Wotan; 12. Desa Kayulemah; 13. Desa Teleng; 14. Desa Karangdinoyo; 15. Desa Pekuwon; 16. Desa Karangdowo; 17. Desa Jatigede; 18. Desa Tulungrejo; 19. Desa Margoagung; 20. Desa Butoh; 21. Desa Mejuwet; dan 22. Desa Prayungan. o. Perdesaan Balen meliputi : 1. Desa Penganten; 2. Desa Pohbogo; 3. Desa Mayangkawis; 4. Desa Sidobandung; 5. Desa Kenep; 6. Desa Bulaklo; 7. Desa Ngadiluhur; 8. Desa Kemamang; 9. Desa Mulyoagung; 10. Desa Lengkong; 11. Desa Pilanggede; 12. Desa Prambatan; 13. Desa Sekaran; 14. Desa Kedungdowo; 15. Desa Mulyorejo; dan 16. Desa Sarirejo. p. Perdesaan Sukosewu meliputi : 1. Desa Semawot; 2. Desa Klepek; 3. Desa Sitiaji; 4. Desa Semenkidul; 5. Desa Jumput; 6. Desa Tegalkodo; 7. Desa Duyungan; 8. Desa Pacing;
  • 39. - 39 - 9. Desa Purwosari; 10. Desa Sumberjokidul; 11. Desa Sidorejo; dan 12. Desa Sidodadi. q. Perdesaan Kapas meliputi : 1. Desa Bendo; 2. Desa Kumpulrejo; 3. Desa Padangmentoyo; 4. Desa Tanjungharjo; 5. Desa Tapelan; 6. Desa Bangilan; 7. Desa Sembung; 8. Desa Wedi; 9. Desa Klampok; 10. Desa Semenpinggir; 11. Desa Nglampek; 12. Desa Sambiroto; 13. Desa Bakalan; dan 14. Desa Bogo. r. Perdesaan Trucuk meliputi : 1. Desa Kanten; 2. Desa Sumbangtimun; 3. Desa Kandangan; 4. Desa Mori; 5. Desa Tulungrejo; 6. Desa Sumbrejo; 7. Desa Sranak; dan 8. Desa Banjarsari. s. Perdesaan Dander meliputi : 1. Desa Kunci; 2. Desa Sumberarum; 3. Desa Jatiblimbing; 4. Desa Desa Ngunut; 5. Desa Karangsono; 6. Desa Sendangrejo; 7. Desa Ngraseh; 8. Desa Sumberagung; 9. Desa Ngulanan; dan 10. Desa Ngablak. t. Perdesaan Ngasem meliputi : 1. Desa Setren; 2. Desa Trenggulunan; 3. Desa Butoh; 4. Desa Mediyunan; 5. Desa Kolong; 6. Desa Sendangharjo; 7. Desa Bandungrejo; 8. Desa Sambong; 9. Desa Ngantru; 10. Desa Bareng; 11. desa Tengger; 12. Desa Wadang; 13. Desa Jelu; dan 14. Desa Jampet. u. Perdesaan Kalitidu meliputi : 1. Desa Pungpungan;
  • 40. - 40 - 2. Desa Leran; 3. Desa Sukoharjo; 4. Desa Bringinrejo; 5. Desa Mojo; 6. Desa Mojosari; 7. Desa Mayangrejo; 8. Desa Pilangsari; 9. Desa Mlaten; dan 10. Desa Cengunklung. v. Perdesaan Malo meliputi : 1. Desa Dukuhlor; 2. Desa Kacangan; 3. Desa Kemiri; 4. Desa Petak; 5. Desa Kliteh; 6. Desa Sudah; 7. Desa Ngujung; 8. Desa Tambakromo; 9. Desa Sumberejo; 10. Desa Banaran; 11. Desa Rendeng; 12. Desa Tinawun; 13. Desa Kedungrejo; 14. Desa Tanggir; 15. Desa Semlaran; dan 16. Desa Tulungagung. w. Perdesaan Purwosari meliputi : 1. Desa Pelem; 2. Desa Kaliombo; 3. Desa Ngrejeng; dan 4. Desa Donan. x. Perdesaan Padangan meliputi : 1. Desa Tebon; 2. Desa Prangi; 3. Desa Ngeper; 4. Desa Purworejo; 5. Desa Sonorejo; 6. Desa Ngradin; 7. Desa Kendung; 8. Desa Sidorejo; dan 9. Desa Nguken. y. Perdesaan Kasiman meliputi : 1. Desa Tembalang; 2. Desa Betet; 3. Desa Bengah; 4. Desa Sidomukti; 5. Desa Tambakmerak; 6. Desa Hargomulyo; dan 7. Desa Ngaglik. z. Perdesaan Kedewan meliputi : 1. Desa Kawengan; 2. Desa Beji; dan 3. Desa Hargomulyo.
  • 41. - 41 - Paragraf 9 Kawasan Peruntukan Budidaya Lainnya Pasal 34 (1) Kawasan perutukan budidaya lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf i, terdiri atas : a. kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan; b. kawasan peruntukan perdagangan dan jasa; c. kawasan peruntukan pendidikan, kesehatan, dan peribadatan; dan d. Kawasan peruntukan Ruang Terbuka Hijau (RTH) perkotaan. (2) Kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi: a. kawasan latihan tembak di Banjarsari, Kecamatan Trucuk; dan b. kantor KODIM 0813 , kantor Polres, komplek Brimob, dan mess TNI Polri di Kecamatan Bojonegoro. (3) Kawasan peruntukan perdagangan dan jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi : a. pengembangan perdagangan di perkotaan PKW, perkotaan PKLp, dan perkotaan PPK; b. pengembangan kegiatan perdagangan modern terdapat di perkotaan Bojonegoro; c. pengembangan agropolitan terdapat di Kecamatan Kapas, Kecamatan Dander, dan Kecamatan Kalitidu; dan d. pengembangan perdagangan tradisional di PPL. (4) Kawasan peruntukan pendidikan, kesehatan dan peribadatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, meliputi kawasan peruntukan : a. kawasan pendidikan berada pada kawasan pendidikan pra sekolah, pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan tinggi; b. kawasan kesehatan berada pada kawasan rumah Sakit Umum, Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Balai Kesehatan Ibu dan Anak, dan Apotik; dan c. kawasan peruntukan peribadatan berada pada kawasan masjid, langgar, gereja, dan vihara. (5) Kawasan ruang terbuka hijau perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d seluas kurang lebih 3.626 (tiga ribu enam ratus dua puluh enam) Ha, meliputi : a. ruang terbuka hijau (RTH) publik berupa taman kota, taman pemakaman umum, dan jalur hijau sepanjang jalan dan sungai; dan b. ruang terbuka hijau (RTH) privat berupa kebun atau halaman rumah, gedung milik masyarakat dan swasta yang ditanami tumbuhan. Pasal 35 (1) Pemanfaatan kawasan untuk peruntukan lain selain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 - 34 dapat dilaksanakan apabila tidak mengganggu fungsi kawasan yang bersangkutan dan tidak melanggar ketentuan umum Peraturan Zonasi sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah ini. (2) Pemanfaatan kawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan setelah adanya kajian komprehensif dan setelah mendapat rekomendasi dari badan atau pejabat yang tugasnya mengkoordinasikan penataan ruang di daerah.
  • 42. - 42 - BAB V PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN Pasal 36 (1) Penetapan kawasan strategis kabupaten, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf d, terdiri atas : a sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi; b sudut kepentingan sosial dan budaya; dan c sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup. (2) Rencana pengembangan kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi rencana kawasan strategis yang berada didalam lingkup pengelolaan pemerintah pusat, berupa Gerbangkertosusilo Plus (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, lamongan , Bojonegoro, dan Tuban) sebagai Kawasan Strategis Nasional (KSN); (3) Rencana pengembangan kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi rencana kawasan strategis yang berada didalam lingkup pengelolaan pemerintah provinsi, meliputi : a dalam menunjang pengembangan ekonomi wilayah perbatasan Jatim- Jateng-DIY dilakukan kerjasama regional dan antar kabupaten/kota meliputi Ratubangnegoro, segitiga emas pertumbuhan Tuban-Lamongan- Bojonegoro; dan b kawasan tertinggal meliputi Kabupaten Bojonegoro. (4) Kawasan strategis kabupaten dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, meliputi : a kawasan PKLp; b kawasan pertanian; c kawasan industri; d kawasan agroindustri; e kawasan pariwisata; f kawasann perdagangan dan jasa; dan g kawasan pertambangan bahan galian strategis dan migas. (5) Kawasan strategis kabupaten dari sudut kepentingan sosial dan budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, berupa kawasan penduduk samin di desa Margomulyo Kecamatan Margomulyo. (6) Kawasan strategis kabupaten dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, meliputi a kawasan Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo; b kawasan batuan; dan c kawasan waduk Pacal. (5) Rencana kawasan strategis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian minimal skala 1 :50.000 sebagaimana tercantum dalam lampiran IV, merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
  • 43. - 43 - BAB VI ARAHAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH KABUPATEN Bagian Kesatu Umum Pasal 37 (1) Arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf e, terdiri atas ; a. indikasi program utama; b. indikasi lokasi; c. indikasi waktu pelaksanaan; d. indikasi sumber pendanaan; dan e. indikasi pelaksana kegiatan. (2) Indikasi program utama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi : a. perwujudan struktur ruang; b. perwujudan pola ruang; dan c. perwujudan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR). (3) Indikasi lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi lokasi yang berada pada lingkup wilayah Kabupaten. (4) Indikasi waktu pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, sampai dengan tahun 2031 dibagi ke dalam 4 (empat) tahap, meliputi : a. tahap pertama tahun 2011 sampai dengan tahun 2015; b. tahap kedua tahun 2016 sampai dengan tahun 2020; c. tahap ketiga tahun 2021 sampai dengan tahun 2025; dan d. tahap keempat tahun 2026 sampai dengan 2031. (5) Indikasi sumber pendanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d meliputi a. dana Pemerintah; b. dana Pemerintah Provinsi; c. dana Pemerintah Kabupaten; d. dana BUMN; e. dana swasta; dan f. dana masyarakat. (6) Indikasi pelaksana kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, meliputi : a. Pemerintah; b. Pemerintah Provinsi; c. Pemerintah Kabupaten; d. BUMN; e. swasta; dan f. masyarakat. (7) Rincian tahapan pelaksanaan program-program pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sebagaimana tercantum dalam Lampiran V Peraturan Daerah ini. Bagian Kedua Indikasi Program Utama Perwujudan Struktur Ruang Pasal 38 (1) Indikasi program utama perwujudan struktur ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (2) huruf a, terdiri atas: a. perwujudan sistem pusat kegiatan; dan
  • 44. - 44 - b. perwujudan sistem prasarana wilayah. (2) Indikasi program utama perwujudan sistem pusat kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi : a. pengembangan pusat kegiatan wilayah di perkotaan Bojonegoro; b. pengembangan pusat kegiatan lokal promosi; c. pengembangan pusat pelayanan kawasan; dan d. pengembangan pusat agrobisnis di perdesaan atau desa pusat pertumbuhan. (3) Indikasi program utama perwujudan sistem prasarana wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi : a. perwujudan sistem jaringan transportasi, meliputi : 1. pengembangan jaringan yang menghubungkan antar kabupaten; 2. pengembangan jaringan jalan lingkar selatan; 3. peningkatan jalan antar pusat kegiatan; 4. pengadaan infrastruktur penunjang agropolitan; 5. peningkatan jalan penghubung desa dan kota; 6. pembangunan jembatan lintas Bengawan Solo; 7. pembangunan terminal;dan 8. pembangunan infrastruktur pendukung terminal; dan 9. pembangunan bandar udara. b. perwujudan sistem jaringan energi, meliputi : 1. pengembangan jaringan minyak dan gas bumi; dan 2. peningkatan kapasitas listrik; c. perwujudan sistem jaringan telekomunikasi, berupa pengembangan jaringan telekomunikasi; d. perwujudan sistem jaringan sumber daya air, meliputi : 1. pengembangan waduk; dan 2. pemeliharaan jaringan irigasi; e. perwujudan sistem jaringan pengelolaan lingkungan, meliputi : 1. pengadaan TPA dan TPS; 2. pengembangan drainase; dan 3. pengembangan jaringan air minum. f. perwujudan ruang evakuasi bencana berupa pengembangan ruang evakuasi bencana. Bagian Ketiga Indikasi Program Utama Perwujudan Pola Ruang Pasal 39 (1) Indikasi program utama perwujudan pola ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (2) huruf b, terdiri atas : a. perwujudan kawasan lindung;dan b. perwujudan kawasan budidaya. (2) Indikasi program utama perwujudan kawasan lindung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi : a. penggantian tegakan tanaman yang diambil buahnya; b. reboisasi kawasan yang rusak;dan c. peningkatan sarana dan prasarana mitigasi di daerah rawan bencana melalui penyediaan sistem peringatan dini (early warning system). (3) Indikasi program utama perwujudan kawasan budidaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi: a. penetapan lahan pertanian berkelanjutan; b. pengembangan hortikultura unggulan; c. Pengembangan perikanan;