SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 2
Th. XVIII No. 854/ Jum`at IV/Rabiul Tsani 1433 H/ 23 Maret 2012 M. 
PENASEHAT: Ustadz Abu Bakar M. Altway PENANGGUNG JAWAB: Husnul Yaqin, Lc 
PEMIMPIN REDAKSI: Amar Abdullah SIDANG REDAKSI: Binawan Sandi, S.Sos, Ahmad Farhan,Lc, Iwan Muhijat, S.Ag, Kholif Mutaqin 
REDAKTUR PELAKSANA: Arif Ardiansyah TU dan DISTRIBUSI: Zainal Abidin 
Izin STT Penerbitan Khusus: SK MenPen RI No. 2458/SK/DITJEN PPG/STT/1998. 
Bagi Pembaca yang ingin beramal demi kelangsungan buletin ini bisa mengirimkan wesel pos ke “Infaq An-Nur” PO. Box. 7289 JKSPM 
12072 Jakarta atau transfer ke rekening: 869-0267200 BCA KCU Margonda an. Kholif Mutaqin. 
Selesai membaca, berikan kesempatan pada orang lain untuk membacanya 
Tarif Berlangganan: 
25 eksp./Jum’at = Rp.25.000,-/bulan 
50 eksp./Jum’at = Rp.45.000.-/ bulan 
100 eksp./Jum’at = Rp.70.000/ bulan 
N0. Rekening: 869-0267200 BCA KCU 
Margonda a/n Kholif Mutaqin 
Telp.(021) 78836327 Fax. (021)78836326 
Hp:0813-17727355 
E-mail: annur@alsofwah.or.id 
website: http:/www.alsofwah.or.id 
Jangan dibaca ketika Adzan berkumandang dan Khatib berkhutbah 
Simpanlah di tempat yang semestinya, mengingat ayat-ayat dan hadits-hadits yang terkandung di dalamnya. 
Manusia adalah makhluk sosial. Untuk 
memenuhi kebutuhannya pasti 
membutuhkan orang lain. Bermuamalah 
merupakan salah satu kunci untuk 
mendapatkan kebutuhan tersebut. Islam 
sebagai agama yang mulia, memberikan 
pedoman kepada umatnya tata cara 
bermuamalah secara baik, benar dan 
diridhai oleh Allahk. 
Lalu muamalah seperti apa yang 
dimaksud? 
Salah satu muamalah yang paling 
mendasar dalam memenuhi hajat hidup 
manusia adalah jual beli, sebagaimana 
akan dijelaskan berikut: 
Pengertian 
Secara bahasa, berasal dari kata 
اَلبَيْع (al-bay’u) yang berarti mengambil 
dan memberikan sesuatu, dan meru-pakan 
turunan dari اَلبَاعَ (al-baa’a) yang 
berarti depa. Hal ini karena orang 
Arab terbiasa mengulurkan depa 
ketika mengadakan akad jual beli dan 
saling menepukkan tangan sebagai 
tanda bahwa akad telah terlaksana 
atau ketika mereka saling menukar 
barang dan uang. 
Adapun secara istilah, jual beli 
adalah transaksi tukar menukar dan 
beralihnya hak kepemilikan, dan ada 
akad, baik ucapan maupun perbuatan. 
Di dalam Fiqhus Sunnah disebut-kan 
bahwa al-bay’u adalah transaksi 
tukar menukar harta yang dilakukan 
secara sukarela atau proses menga-lihkan 
hak kepemilikan kepada orang 
lain dengan kompensasi tertentu dan 
dilakukan dalam koridor syariat. 
Hukum 
Pada dasarnya hukum jual beli 
adalah boleh sebagaimana firman 
Allahldalam surat al-Baqarah ayat 275, 
yang artinya “…Dan Allah telah mengha-lalkan 
jual beli dan mengharamkan riba…” 
Akan tetapi hukum jual beli ini 
dapat berubah tergantung dari ke-adaan 
seseorang dan barang yang men-jadi 
objek. Misal, hukum jual beli adalah 
wajib, yaitu dalam keadaan terpaksa, 
seperti kebutuhan akan makanan atau 
minuman, maka wajib seseorang mem-belinya 
untuk menyelamatkan jiwa dari 
kebinasaan dan kehancuran. 
Islam & Jual Beli 
Barang Yang Sudah Dibeli, Tidak Dapat Dikembalikan 
Pertanyaan: 
Apa hukum syariat terhadap tulisan berbunyi, “Barang yang telah dibeli tidak dapat 
dikembalikan atau ditukar!” yang ditulis oleh sebagian pemilik pusat-pusat perbelanjaan 
pada kuitansi yang mereka berikan. Apakah syarat semacam ini boleh menurut syariat? 
Dan apa pula nasihat Samahatusy Syaikh yang mulia, seputar masalah ini? 
Jawaban: 
Setelah meneliti pertanyaan tersebut, maka al-Lajnah memberikan jawaban bahwa 
menjual barang dengan syarat tidak dapat dikembalikan dan ditukar, hukumnya tidak 
boleh karena ia bukan syarat yang benar (shahih) dan mengandung hal yang merugikan, 
menyembunyikan hakikat yang sebenarnya dan karena tujuan si penjual dengan syarat 
seperti itu adalah ingin memaksa pembeli menerima barang tersebut sekalipun ia cacat. 
Apa yang disyaratkannya tersebut tidaklah dapat membebaskan dirinya (menjadi tidak 
bersalah, pent.) dari cacat-cacat yang terdapat di dalam barang tersebut sebab bila ia 
memang cacat, maka si pembeli berhak menukarnya dengan barang yang lain yang tidak 
cacat atau si pembeli mengambil kembali harga barang yang cacat tersebut. 
Di samping itu, juga dikarenakan harga dibayar penuh asalkan barang tersebut bagus 
(tidak cacat) sedangkan bila si penjual mengambil harganya secara penuh padahal ter-dapat 
cacat, maka berarti dia telah mengambilnya dengan cara yang tidak haq (benar). 
Sebab lainnya, karena syariat telah menempatkan posisi syarat Urfiy (yang telah dikenal 
secara adat/tradisi) seperti posisi syarat lafzhiy (yang bersandar kepada pengucapan/ 
lafazh). Hal ini agar terhindar dari adanya cacat sehingga bila cacat tersebut ada, maka 
dia boleh mengembalikannya dalam rangka memposisikan syarat terhindarnya barang 
dari cacat yang berlaku secara tradisi/adat ke dalam posisi, yang berlaku secara lafazh. 
Wa Billahit Tawfiq. Wa Shallallahu ala Nabiyyina Muhammad Wa Alihi Wa Shahbihi Wa Sallam. 
(al-Lajnah ad-Da`imah Lil Buhuts al-’llmiyyah Wal-Ifta’ ) 
Sumber: “Fatwa-Fatwa Terkini,” jilid 2, hal: 100-101, cet: Darul Haq Jakarta. 
Fatwa Islami 
Layanan Konsultasi Islam & Keluarga: 021-7817575 (Senin s/d Jumat (jam kerja))
Dan terkadang hukumnya menjadi 
mandub (dianjurkan), seperti seseorang 
yang bersumpah akan menjual barang 
yang tidak membahayakan bila dijual. 
Maka dalam keadaan demikian dia di-sunnahkan 
melaksanakan sumpahnya. 
Dan terkadang hukumnya makruh, 
bahkan dapat menjadi haram seperti 
menjual barang-barang yang zatnya di-haramkan 
dalam Islam. 
Rukun 
Syaikh Abdurrahman al-Jazairiy v 
mengemukakan bahwa rukun jual beli 
pada dasarnya terdiri atas tiga, yakni: 
1. Sighat, ialah sesuatu yang menun-jukkan 
adanya kerelaan dari dua belah 
pihak, baik dari pihak penjual maupun 
pembeli, baik perbuatan ataupun per-kataan 
yang dikenal dengan istilah ijab-qabul 
(ucapan transaksi antara penjual 
dan pembeli). 
2. Aqid, ialah orang yang melakukan 
akad, baik penjual maupun pembeli. 
3. Ma’qud ‘alaihi, adalah benda yang di-jual 
ataupun alat untuk membelinya (uang) 
Syarat Sah 
Syarat sah dalam jual beli dapat kita 
bagi menjadi dua. Yang pertama, syarat 
sah jual beli yang terkait dengan pelaku 
jual beli itu sendiri, dan yang kedua, 
syarat sah jual beli yang menyangkut 
objek atau barang yang diperjualbelikan. 
Syarat sah jual beli yang terkait 
dengan pelaku, yaitu: 
- Kedua belah pihak (penjual dan pem-beli) 
ridha dan sukarela (tanpa ada pak-saan). 
Allah lberfirman, yang artinya, 
“… Janganlah kalian saling memakan 
harta sesamamu dengan jalan yang batil, 
kecuali dengan jalan perniagaan yang 
timbul dari kerelaan di antara kalian…” 
(QS. an-Nisaa’: 29) 
- Kedua belah pihak berkompeten 
dalam melakukan praktek jual beli, yak-ni 
dia adalah seorang mukallaf dan rasyid 
(memiliki kemampuan dalam mengatur 
uang), sehingga tidak sah transaksi yang 
dilakukan oleh anak kecil yang tidak 
cakap (kecuali atas izin walinya-red) dan 
orang gila. Hal ini menunjukkan kepada 
kita bahwa betapa adilnya agama Islam 
ini. Islam melindungi hak milik manusia 
dari kezaliman, karena seseorang yang 
gila, safiih (tidak cakap dalam bertran-saksi) 
atau orang yang dipaksa, tidak 
mampu untuk membedakan transaksi 
yang baik dan yang buruk bagi dirinya 
sehingga dirinya sangat rawan dicurangi. 
Sedangkan syarat sah jual beli 
yang menyangkut objek atau barang 
yaitu: 
aBarang (baik barang yang dijual atau 
harganya/uang) adalah barang yang suci 
dan bermanfaat, bukan barang najis 
atau barang yang haram, karena barang 
yang secara dzatnya haram terlarang 
untuk diperjualbelikan. 
aBarang tersebut merupakan hak milik 
penuh. Rasulullah n bersabda, “Jangan-lah 
engkau menjual barang yang bukan 
milikmu.” (HR. Abu Dawud). 
Akan tetapi seseorang bisa men-jual 
barang yang bukan miliknya 
apabila mendapat izin dari pemilik. 
Hal ini sebagaimana diriwayatkan 
oleh al-Bukhari dalam Shahihnya, dari 
Urwahz diriwayatkan bahwa Nabi 
n pernah memberinya satu dinar 
untuk dibelikan seekor kambing buat 
beliau. Lalu Urwah menggunakan uang 
tersebut untuk membeli dua ekor 
kambing. Salah satu kambing itu dijual 
dengan harga satu dinar, lalu ia datang 
menemui Nabi n dengan membawa 
kambing tersebut dengan satu dinar 
yang masih utuh. Ia menceritakan apa 
yang dia kerjakan. Maka Nabi mendo-akan 
agar jual belinya itu diberkati oleh 
Allahk. (HR. al-Bukhari, no. 3642) 
aBarang yang diperjualbelikan dapat 
diserahterimakan, sehingga tidak sah 
menjual burung yang terbang di udara, 
unta atau sejenisnya yang kabur dari 
kandang dan semisalnya. 
aBarang yang diperjualbelikan dan 
jumlah pembayarannya diketahui se-cara 
jelas oleh kedua belah pihak. Dari 
sahabat Abu Hurairahzberkata, “Ra-sulullah 
n melarang jual beli hashaath 
(jual beli dengan menggunakan kerikil 
yang dilemparkan untuk menentukan 
barang yang akan dijual) dan jual beli 
gharar (jual beli yang mengandung 
penipuan di dalamnya)” (HR. Muslim) 
Selain itu, juga tidak diperkenan-kan 
menyembunyikan cacat/aib suatu 
barang ketika melakukan jual beli. Ra-sulullah 
n bersabda, “Seorang muslim 
adalah saudara bagi muslim yang lain. 
Tidak halal bagi seorang muslim menjual 
barang dagangan yang memiliki cacat 
kepada saudaranya sesama muslim, 
melainkan ia harus menjelaskan cacat 
itu kepadanya” (HR. Ibnu Majah) 
Setelah kita mengetahui hukum, 
rukun dan syarat jual beli, alangkah 
baiknya jika kita mengetahui hal-hal 
yang dilarang dalam jual beli. Hal ini 
dimaksudkan agar kita dapat men-jauhi 
perkara-perkara yang dilarang 
tersebut. Sebagaimana perkataan 
seorang sahabat yang mulia, Hudzai-fah 
bin Yamanz, “Aku mengetahui 
keburukan bukan untuk melakukan 
keburukan tersebut, akan tetapi untuk 
menjauhinya.”. Dan di antara perkara-perkara 
yang dilarang tersebut adalah: 
1. Melakukan jual beli di waktu yang 
dapat melalaikan seseorang dari yang 
wajib (misal: jual beli setelah adzan 
kedua shalat Jum’at) 
2. Membeli barang yang sudah dibeli 
atau dipesan orang lain 
3. Menjual atau membeli barang dengan 
cara mengecoh/menipu (bohong) 
4. Menimbun barang yang dijual agar har-ga 
naik karena dibutuhkan masyarakat 
5. Menghambat orang lain mengetahui 
harga pasar agar membeli barangnya 
dengan harga murah 
6. Menyakiti penjual atau pembeli 
untuk melakukan transaksi 
7. Menyembunyikan cacat barang ke-pada 
pembeli 
8. Menjual barang dengan cara kredit 
dengan imbalan bunga yang ditetapkan 
9. Menjual atau membeli barang haram 
10. Jual beli dengan tujuan buruk 
seperti merusak ketenteraman 
umum, menyempitkan gerakan pasar, 
mencelakai para pesaing, dan lain-lain. 
(Krisna Ibnu Ruslan) 
[Sumber: Disarikan dari berbagai sumber]

Weitere ähnliche Inhalte

Andere mochten auch

Andere mochten auch (13)

85383 633559120055468750
85383 63355912005546875085383 633559120055468750
85383 633559120055468750
 
8.3.1thirdharmonics
8.3.1thirdharmonics8.3.1thirdharmonics
8.3.1thirdharmonics
 
858062
858062858062
858062
 
87 estudiantes de la Universidad Católica de Valencia reciben las Becas Fórmu...
87 estudiantes de la Universidad Católica de Valencia reciben las Becas Fórmu...87 estudiantes de la Universidad Católica de Valencia reciben las Becas Fórmu...
87 estudiantes de la Universidad Católica de Valencia reciben las Becas Fórmu...
 
860 dspi voip testing
860 dspi voip testing860 dspi voip testing
860 dspi voip testing
 
Рыцар зямлі беларускай: да 85-годдзя з дня нараджэння Уладзіміра Караткевіча
Рыцар зямлі беларускай: да 85-годдзя з дня нараджэння Уладзіміра КараткевічаРыцар зямлі беларускай: да 85-годдзя з дня нараджэння Уладзіміра Караткевіча
Рыцар зямлі беларускай: да 85-годдзя з дня нараджэння Уладзіміра Караткевіча
 
8409
84098409
8409
 
8月4日阶段汇报(定稿)
8月4日阶段汇报(定稿)8月4日阶段汇报(定稿)
8月4日阶段汇报(定稿)
 
ข้อสอบ กพ พร้อมเฉลย 8
ข้อสอบ กพ  พร้อมเฉลย 8ข้อสอบ กพ  พร้อมเฉลย 8
ข้อสอบ กพ พร้อมเฉลย 8
 
8.8 b
8.8 b8.8 b
8.8 b
 
860 dspi home_certification_testing
860 dspi home_certification_testing860 dspi home_certification_testing
860 dspi home_certification_testing
 
86596 Tu Angel1 1
86596  Tu  Angel1 186596  Tu  Angel1 1
86596 Tu Angel1 1
 
8287494393@ flat sale in dwarka sector 16
8287494393@ flat sale in dwarka sector 168287494393@ flat sale in dwarka sector 16
8287494393@ flat sale in dwarka sector 16
 

Kürzlich hochgeladen

WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUS
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUSWJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUS
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUSRobert Siby
 
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdf
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdfPenampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdf
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdfDianNovitaMariaBanun1
 
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5Adam Hiola
 
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 Short
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 ShortRenungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 Short
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 ShortRobert Siby
 
PERAN FILSAFAT ILMU SEBAGAI LANDASAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN.pptx
PERAN FILSAFAT ILMU SEBAGAI LANDASAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN.pptxPERAN FILSAFAT ILMU SEBAGAI LANDASAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN.pptx
PERAN FILSAFAT ILMU SEBAGAI LANDASAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN.pptxAfifahNuri
 
PRAKTEK ADAB-ADAB JAMAAH HAJI DAN UMROH.pptx
PRAKTEK ADAB-ADAB JAMAAH HAJI DAN UMROH.pptxPRAKTEK ADAB-ADAB JAMAAH HAJI DAN UMROH.pptx
PRAKTEK ADAB-ADAB JAMAAH HAJI DAN UMROH.pptxSaeful Malik
 

Kürzlich hochgeladen (6)

WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUS
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUSWJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUS
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUS
 
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdf
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdfPenampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdf
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdf
 
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5
 
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 Short
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 ShortRenungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 Short
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 Short
 
PERAN FILSAFAT ILMU SEBAGAI LANDASAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN.pptx
PERAN FILSAFAT ILMU SEBAGAI LANDASAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN.pptxPERAN FILSAFAT ILMU SEBAGAI LANDASAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN.pptx
PERAN FILSAFAT ILMU SEBAGAI LANDASAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN.pptx
 
PRAKTEK ADAB-ADAB JAMAAH HAJI DAN UMROH.pptx
PRAKTEK ADAB-ADAB JAMAAH HAJI DAN UMROH.pptxPRAKTEK ADAB-ADAB JAMAAH HAJI DAN UMROH.pptx
PRAKTEK ADAB-ADAB JAMAAH HAJI DAN UMROH.pptx
 

854 mart-12-fikih jual beli

  • 1. Th. XVIII No. 854/ Jum`at IV/Rabiul Tsani 1433 H/ 23 Maret 2012 M. PENASEHAT: Ustadz Abu Bakar M. Altway PENANGGUNG JAWAB: Husnul Yaqin, Lc PEMIMPIN REDAKSI: Amar Abdullah SIDANG REDAKSI: Binawan Sandi, S.Sos, Ahmad Farhan,Lc, Iwan Muhijat, S.Ag, Kholif Mutaqin REDAKTUR PELAKSANA: Arif Ardiansyah TU dan DISTRIBUSI: Zainal Abidin Izin STT Penerbitan Khusus: SK MenPen RI No. 2458/SK/DITJEN PPG/STT/1998. Bagi Pembaca yang ingin beramal demi kelangsungan buletin ini bisa mengirimkan wesel pos ke “Infaq An-Nur” PO. Box. 7289 JKSPM 12072 Jakarta atau transfer ke rekening: 869-0267200 BCA KCU Margonda an. Kholif Mutaqin. Selesai membaca, berikan kesempatan pada orang lain untuk membacanya Tarif Berlangganan: 25 eksp./Jum’at = Rp.25.000,-/bulan 50 eksp./Jum’at = Rp.45.000.-/ bulan 100 eksp./Jum’at = Rp.70.000/ bulan N0. Rekening: 869-0267200 BCA KCU Margonda a/n Kholif Mutaqin Telp.(021) 78836327 Fax. (021)78836326 Hp:0813-17727355 E-mail: annur@alsofwah.or.id website: http:/www.alsofwah.or.id Jangan dibaca ketika Adzan berkumandang dan Khatib berkhutbah Simpanlah di tempat yang semestinya, mengingat ayat-ayat dan hadits-hadits yang terkandung di dalamnya. Manusia adalah makhluk sosial. Untuk memenuhi kebutuhannya pasti membutuhkan orang lain. Bermuamalah merupakan salah satu kunci untuk mendapatkan kebutuhan tersebut. Islam sebagai agama yang mulia, memberikan pedoman kepada umatnya tata cara bermuamalah secara baik, benar dan diridhai oleh Allahk. Lalu muamalah seperti apa yang dimaksud? Salah satu muamalah yang paling mendasar dalam memenuhi hajat hidup manusia adalah jual beli, sebagaimana akan dijelaskan berikut: Pengertian Secara bahasa, berasal dari kata اَلبَيْع (al-bay’u) yang berarti mengambil dan memberikan sesuatu, dan meru-pakan turunan dari اَلبَاعَ (al-baa’a) yang berarti depa. Hal ini karena orang Arab terbiasa mengulurkan depa ketika mengadakan akad jual beli dan saling menepukkan tangan sebagai tanda bahwa akad telah terlaksana atau ketika mereka saling menukar barang dan uang. Adapun secara istilah, jual beli adalah transaksi tukar menukar dan beralihnya hak kepemilikan, dan ada akad, baik ucapan maupun perbuatan. Di dalam Fiqhus Sunnah disebut-kan bahwa al-bay’u adalah transaksi tukar menukar harta yang dilakukan secara sukarela atau proses menga-lihkan hak kepemilikan kepada orang lain dengan kompensasi tertentu dan dilakukan dalam koridor syariat. Hukum Pada dasarnya hukum jual beli adalah boleh sebagaimana firman Allahldalam surat al-Baqarah ayat 275, yang artinya “…Dan Allah telah mengha-lalkan jual beli dan mengharamkan riba…” Akan tetapi hukum jual beli ini dapat berubah tergantung dari ke-adaan seseorang dan barang yang men-jadi objek. Misal, hukum jual beli adalah wajib, yaitu dalam keadaan terpaksa, seperti kebutuhan akan makanan atau minuman, maka wajib seseorang mem-belinya untuk menyelamatkan jiwa dari kebinasaan dan kehancuran. Islam & Jual Beli Barang Yang Sudah Dibeli, Tidak Dapat Dikembalikan Pertanyaan: Apa hukum syariat terhadap tulisan berbunyi, “Barang yang telah dibeli tidak dapat dikembalikan atau ditukar!” yang ditulis oleh sebagian pemilik pusat-pusat perbelanjaan pada kuitansi yang mereka berikan. Apakah syarat semacam ini boleh menurut syariat? Dan apa pula nasihat Samahatusy Syaikh yang mulia, seputar masalah ini? Jawaban: Setelah meneliti pertanyaan tersebut, maka al-Lajnah memberikan jawaban bahwa menjual barang dengan syarat tidak dapat dikembalikan dan ditukar, hukumnya tidak boleh karena ia bukan syarat yang benar (shahih) dan mengandung hal yang merugikan, menyembunyikan hakikat yang sebenarnya dan karena tujuan si penjual dengan syarat seperti itu adalah ingin memaksa pembeli menerima barang tersebut sekalipun ia cacat. Apa yang disyaratkannya tersebut tidaklah dapat membebaskan dirinya (menjadi tidak bersalah, pent.) dari cacat-cacat yang terdapat di dalam barang tersebut sebab bila ia memang cacat, maka si pembeli berhak menukarnya dengan barang yang lain yang tidak cacat atau si pembeli mengambil kembali harga barang yang cacat tersebut. Di samping itu, juga dikarenakan harga dibayar penuh asalkan barang tersebut bagus (tidak cacat) sedangkan bila si penjual mengambil harganya secara penuh padahal ter-dapat cacat, maka berarti dia telah mengambilnya dengan cara yang tidak haq (benar). Sebab lainnya, karena syariat telah menempatkan posisi syarat Urfiy (yang telah dikenal secara adat/tradisi) seperti posisi syarat lafzhiy (yang bersandar kepada pengucapan/ lafazh). Hal ini agar terhindar dari adanya cacat sehingga bila cacat tersebut ada, maka dia boleh mengembalikannya dalam rangka memposisikan syarat terhindarnya barang dari cacat yang berlaku secara tradisi/adat ke dalam posisi, yang berlaku secara lafazh. Wa Billahit Tawfiq. Wa Shallallahu ala Nabiyyina Muhammad Wa Alihi Wa Shahbihi Wa Sallam. (al-Lajnah ad-Da`imah Lil Buhuts al-’llmiyyah Wal-Ifta’ ) Sumber: “Fatwa-Fatwa Terkini,” jilid 2, hal: 100-101, cet: Darul Haq Jakarta. Fatwa Islami Layanan Konsultasi Islam & Keluarga: 021-7817575 (Senin s/d Jumat (jam kerja))
  • 2. Dan terkadang hukumnya menjadi mandub (dianjurkan), seperti seseorang yang bersumpah akan menjual barang yang tidak membahayakan bila dijual. Maka dalam keadaan demikian dia di-sunnahkan melaksanakan sumpahnya. Dan terkadang hukumnya makruh, bahkan dapat menjadi haram seperti menjual barang-barang yang zatnya di-haramkan dalam Islam. Rukun Syaikh Abdurrahman al-Jazairiy v mengemukakan bahwa rukun jual beli pada dasarnya terdiri atas tiga, yakni: 1. Sighat, ialah sesuatu yang menun-jukkan adanya kerelaan dari dua belah pihak, baik dari pihak penjual maupun pembeli, baik perbuatan ataupun per-kataan yang dikenal dengan istilah ijab-qabul (ucapan transaksi antara penjual dan pembeli). 2. Aqid, ialah orang yang melakukan akad, baik penjual maupun pembeli. 3. Ma’qud ‘alaihi, adalah benda yang di-jual ataupun alat untuk membelinya (uang) Syarat Sah Syarat sah dalam jual beli dapat kita bagi menjadi dua. Yang pertama, syarat sah jual beli yang terkait dengan pelaku jual beli itu sendiri, dan yang kedua, syarat sah jual beli yang menyangkut objek atau barang yang diperjualbelikan. Syarat sah jual beli yang terkait dengan pelaku, yaitu: - Kedua belah pihak (penjual dan pem-beli) ridha dan sukarela (tanpa ada pak-saan). Allah lberfirman, yang artinya, “… Janganlah kalian saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang timbul dari kerelaan di antara kalian…” (QS. an-Nisaa’: 29) - Kedua belah pihak berkompeten dalam melakukan praktek jual beli, yak-ni dia adalah seorang mukallaf dan rasyid (memiliki kemampuan dalam mengatur uang), sehingga tidak sah transaksi yang dilakukan oleh anak kecil yang tidak cakap (kecuali atas izin walinya-red) dan orang gila. Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa betapa adilnya agama Islam ini. Islam melindungi hak milik manusia dari kezaliman, karena seseorang yang gila, safiih (tidak cakap dalam bertran-saksi) atau orang yang dipaksa, tidak mampu untuk membedakan transaksi yang baik dan yang buruk bagi dirinya sehingga dirinya sangat rawan dicurangi. Sedangkan syarat sah jual beli yang menyangkut objek atau barang yaitu: aBarang (baik barang yang dijual atau harganya/uang) adalah barang yang suci dan bermanfaat, bukan barang najis atau barang yang haram, karena barang yang secara dzatnya haram terlarang untuk diperjualbelikan. aBarang tersebut merupakan hak milik penuh. Rasulullah n bersabda, “Jangan-lah engkau menjual barang yang bukan milikmu.” (HR. Abu Dawud). Akan tetapi seseorang bisa men-jual barang yang bukan miliknya apabila mendapat izin dari pemilik. Hal ini sebagaimana diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam Shahihnya, dari Urwahz diriwayatkan bahwa Nabi n pernah memberinya satu dinar untuk dibelikan seekor kambing buat beliau. Lalu Urwah menggunakan uang tersebut untuk membeli dua ekor kambing. Salah satu kambing itu dijual dengan harga satu dinar, lalu ia datang menemui Nabi n dengan membawa kambing tersebut dengan satu dinar yang masih utuh. Ia menceritakan apa yang dia kerjakan. Maka Nabi mendo-akan agar jual belinya itu diberkati oleh Allahk. (HR. al-Bukhari, no. 3642) aBarang yang diperjualbelikan dapat diserahterimakan, sehingga tidak sah menjual burung yang terbang di udara, unta atau sejenisnya yang kabur dari kandang dan semisalnya. aBarang yang diperjualbelikan dan jumlah pembayarannya diketahui se-cara jelas oleh kedua belah pihak. Dari sahabat Abu Hurairahzberkata, “Ra-sulullah n melarang jual beli hashaath (jual beli dengan menggunakan kerikil yang dilemparkan untuk menentukan barang yang akan dijual) dan jual beli gharar (jual beli yang mengandung penipuan di dalamnya)” (HR. Muslim) Selain itu, juga tidak diperkenan-kan menyembunyikan cacat/aib suatu barang ketika melakukan jual beli. Ra-sulullah n bersabda, “Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain. Tidak halal bagi seorang muslim menjual barang dagangan yang memiliki cacat kepada saudaranya sesama muslim, melainkan ia harus menjelaskan cacat itu kepadanya” (HR. Ibnu Majah) Setelah kita mengetahui hukum, rukun dan syarat jual beli, alangkah baiknya jika kita mengetahui hal-hal yang dilarang dalam jual beli. Hal ini dimaksudkan agar kita dapat men-jauhi perkara-perkara yang dilarang tersebut. Sebagaimana perkataan seorang sahabat yang mulia, Hudzai-fah bin Yamanz, “Aku mengetahui keburukan bukan untuk melakukan keburukan tersebut, akan tetapi untuk menjauhinya.”. Dan di antara perkara-perkara yang dilarang tersebut adalah: 1. Melakukan jual beli di waktu yang dapat melalaikan seseorang dari yang wajib (misal: jual beli setelah adzan kedua shalat Jum’at) 2. Membeli barang yang sudah dibeli atau dipesan orang lain 3. Menjual atau membeli barang dengan cara mengecoh/menipu (bohong) 4. Menimbun barang yang dijual agar har-ga naik karena dibutuhkan masyarakat 5. Menghambat orang lain mengetahui harga pasar agar membeli barangnya dengan harga murah 6. Menyakiti penjual atau pembeli untuk melakukan transaksi 7. Menyembunyikan cacat barang ke-pada pembeli 8. Menjual barang dengan cara kredit dengan imbalan bunga yang ditetapkan 9. Menjual atau membeli barang haram 10. Jual beli dengan tujuan buruk seperti merusak ketenteraman umum, menyempitkan gerakan pasar, mencelakai para pesaing, dan lain-lain. (Krisna Ibnu Ruslan) [Sumber: Disarikan dari berbagai sumber]