Dokumen tersebut merupakan catatan perjalanan penulis ke Bandung pada 24-25 Desember 2008. Ia menggunakan kereta api untuk perjalanan dari Surabaya ke Bandung. Selama di Bandung, penulis membeli beberapa buku bekas dan mengunjungi tempat-tempat seperti Palasari, Braga, dan Pasar Elektronik. Ia kemudian kembali ke Jakarta menggunakan kereta api pada 26 Desember dan menginap di tempat temannya.
16. 15
Bandung, 24-25 Desember 2008
Ini kali kedua saya naik kereta api Mutiara Selatan kelas bisnis ke
Bandung. Tarif yang jauh lebih murah ketimbang kelas eksekutif
memang jadi pilihan. Perjalanan yang relatif lama, sekitar 14 jam, dari
stasiun Gubeng, Surabaya, menuju Bandung, memang melelahkan.
Namun bagi saya, toh “penderitaan” ini akan berakhir, jadi yang
diperlukan hanya kesabaran mengikuti putaran jarum jam tangan, yang
berjalan terasa lambat, hingga menuju jam 7 pagi.
Tiba di stasiun Bandung sungguh melegakan. Udara yang sejuk serta
bebas dari duduk kaku di kursi kereta membuat semangat mulai bangkit
kembali. Seakan ingin napak tilas saat ke Bandung dulu dan bertemu
mas Veto, saya ingin mengulang makan di Hoka Hoka Bento yang
ada di stasiun Bandung. Saat tiba, masih belum buka. Saya dan istri
saya beserta anak saya yang masih berusia 4 tahun, duduk menunggu
di kursi stasiun. Menyenangkan melihat loko kereta yang hilir mudik.
Kondisi stasiun yang bersih dan sejuk membuat nyaman.
Setelah makan, kami menuju ke hotel dan benar-benar merasa
nikmatnya sebuah ranjang setelah semalaman duduk di kereta. Tak
ada rencana khusus di Bandung, hanya jalan-jalan saja. Karena saya
suka mencari buku, maka Palasari menjadi salah satu tujuan. Rencana
di Bandung memang tidak lama, sebab tanggal 27 Desember 2008,
saya ada acara di Ciawi dan besoknya, tanggal 28, adalah hari yang
direncanakan untuk gathering komunitas BETA-UFO. Jadi tanggal 26
Desember 2008 saya sudah harus berada di Jakarta.
Ke Palasari saya membeli beberapa buku. Ada beberapa buku yang
saya “incar” sejak saat saya ke sana beberapa bulan lalu dan ternyata
buku tersebut masih ada. Rasanya ini karena penjualnya memasang
harga yang tinggi atau mungkin karena buku tersebut jarang
peminatnya. Buku pertama berjudul “GAIA, The Growth of An Idea”
karya Lawrence E. Joseph. Buku ini tentang teori Gaia, tentang Dewi
Catatan Perjalanan:
Antara Buku, Diskusi 2012 dan
Gathering BETA-UFO
17. 16
Gaia, katastrofi dan evolusi planet bumi. Dulu saya sudah mengincar
buku ini namun waktu itu ditawarkan dengan harga Rp 75 ribu. Buku
lain yang saya beli adalah “Before The Beginning: Our Universe and
Others” karya Martin Rees dan buku berjudul “Ice Ages, Solving The
Mystery” karya John Imbrie dan Katherine Palmer Imbrie. Ketiga buku
itu akhirnya saya beli dengan harga Rp 150.000,- yang sebelumnya
ditawarkan dengan harga Rp 200.000,-. Sebagai buku bekas, harga
memang relatif, namun daripada penasaran, akhirnya saya beli juga.
Saya pikir, kalau memang buku ini
masih ada sampai saat saya datang,
maka sayang kalau dilewatkan lagi.
Di kios yang lain saya membeli
sebuah buku saku berbahasa Inggris
tentang UFO dan SETI yang berjudul
“In Search of Extraterrestrial” karya
Alan Landsburg. Untuk buku ini
memang relatif murah, hanya Rp 7
ribu.
Setelah dari Palasari, mampir ke daerah alun-alun dan membeli
beberapa film DVD bajakan untuk anak saya. Dia beli beberapa film
Doraemon, Tom & Jerry dan Power Ranger. Sore harinya pergi ke
daerah BIP. Salah satu tujuannya adalah toko buku Gramedia. Namun
rupanya toko buku ini di malam natal tutup. Saya sempat mampir ke
Hypermart di BIP dan beli sebuah DVD player yang harganya di bawah
200 ribu, rencana saya selain agar anak saya bisa nonton film, juga
nanti bisa dipakai untuk memutar film saat gathering. Apalagi DVD
player di rumah sudah mulai ngadat dan bentuknya yang relatif kecil
menurut saya tidak sulit untuk dibawa.
18. 17
Tanggal 25 Desember 2008, hari natal. Pagi hari, saya menghubungi
mas Veto, yang ternyata sedang berjalan-jalan dengan anaknya di
daerah alun-alun untuk mencari film DVD. Karena hotel tempat saya
menginap tak jauh dari lokasi itu, mas Veto mampir dan bertemu
dengan saya sekeluarga. Mas Veto berencana mau ke TB Gramedia
namun ternyata hari itu masih tutup juga. Awalnya saya berencana
mau ke kawah putih, namun menurut mas Veto jaraknya cukup jauh,
jadi akhirnya saya putuskan untuk putar-putar dalam kota Bandung
saja.
Jalan kaki menuju ke sebelah kantor PLN di jalan Asia Afrika, di mana
di sana ada pedagang kaki lima yang menjual buku bekas. Ada sebuah
buku UFO yang saya temukan, judulnya “Socorro Saucer, The Closest
Encounter of Them all…” karya Ray Stanford. Saya merasa beruntung
menemukan buku ini sebab selama ini saya ingin tahu apa yang terjadi
di tahun 1964, saat seorang polisi bernama Lonnie Zamora melihat
UFO yang mendarat di Socorro, New Mexico. Yang menarik perhatian
saya adalah karena dalam proyek Serpo disebutkan bahwa pendaratan
tersebut sebenarnya salah lokasi. Buku ini akhirnya berpindah ke
tangan saya dengan harga Rp 10 ribu.
Tak lama melihat buku-buku di sana sebab tiba-tiba hujan gerimis.
Saya sudah siap dengan jas hujan dan kemudian pergi jalan kaki ke
Braga untuk makan siang di sana. Setelah dari sana, hujan reda dan
Tiko dan mama di jalan Asia Afrika
19. 18
jalan kaki kembali ke arah pedagang buku bekas lewat jalan Naripan
dan ABC. Di sana saya sempat mampir ke pasar elektronik untuk beli
microphone buat acara gathering. Di sebuah toko, saya melihat dua
buat boneka plastik tiup berbentuk alien warna hijau. Sayang tidak
dijual karena boneka plastik tiup itu adalah pemberian dari distributor,
yang kalau saya amati, dari perusahaan dengan nama “Fushion” atau
“Fusion”. Itu kalau saya tidak salah lihat. Sayang saya lupa
memotretnya.
Sore hari saya pergi ke daerah Buah Batu, teman saya, Leo, titip oleh-
oleh ‘cheese stick’ Primarasa. Dari sana kemudian menuju ke stasiun
Bandung untuk membeli tiket KA tujuan Jakarta buat besok. Saya
sangat terbantu ketika Edy a.k.a. Sinbad mengatakan akan menjemput
di Gambir jam 6 sore, bahkan saya bisa menginap di tempat kostnya.
Jadi saya memilih membeli tiket KA yang kira-kira sampai di Jakarta
sekitar jam 6 sore.
Bandung - Jakarta, 26 Desember 2008
Tanggal 26 Desember, siap-siap untuk check out dari hotel. Kereta
apiArgo Gede berangkat jam setengah tiga sore. Pagi setelah bangun
jam setengah enam, mulai mengatur barang-barang.Ada barang yang
rencananya mau dipaketkan langsung ke Surabaya, namun ternyata
ekspedisi banyak yang akan tutup sehingga baru bisa sampai tanggal
2 Januari 2009. Kalau sampai tanggal itu, maka sampainya juga sama
dengan kembalinya saya ke Surabaya.
Jadi, akhirnya diputuskan untuk dibawa
sekalian ke Jakarta. Apalagi ada rencana
dijemput leh Edy, maka saya pikir tidak
akan kesulitan untuk membawa ke sana
kemari waktu di Jakarta.
Oh ya, ada dua buku juga yang saya beli di
Bandung. Sebenarnya dua buku ini saya
sudah punya, namun tetap saya beli, yaitu
“A Brief History of Time” karya Stephen W.
Hawking dan buku bahasa Indonesia yang
judulnya “Planet X Hipotesis Nibiru &
Agenda New World Order” karangan
Joshua R.W. Keduanya saya peroleh di
20. 19
buku bekas. Yang satu di Palasari dan
satu lagi di sebelah kantor PLN Bandung.
Waktu di Palasari, saya melihat ada buku
yang Planet X ini, namun karena saya
merasa sudah punya, jadi tidak saya beli.
Nah, di pasar buku bekas dekat PLN itu,
saya lihat lagi buku ini dan baru teringat
bahwa saya akan ikut diskusi 2012 di
Ciawi dan buku ini seingat saya banyak
informasi tentang 2012. Maka langsung
saja saya beli dan rencananya bab yang
tentang 2012 akan saya fotocopy untuk
saya bagikan ke peserta diskusi.
Setelah selesai packing dan barang dititipkan di receptionist hotel, saya
bersama keluarga pergi ke kawasan BIP lagi. Waktu yang tersisa tidak
banyak, jadi cari lokasi yang tidak terlalu jauh. Sempat mampir ke
Gramedia dan lihat-lihat buku di sana namun tidak ada yang dibeli di
sana. Lalu ke BIP dan Tiko bermain di sana sambil saya dan Maria
makan siang di resto Rice Bowl, yang bersebelahan dengan tempat
bermain. Baru kali ini makan di Rice Bowl. Di Surabaya ada juga, namun
belum pernah coba. Lumayan maknyus juga rasanya.
Pulang balik ke hotel naik angkot sekitar jam setengah dua, mengambil
barang di receptionist dan meminta untuk memanggil taxi. Taxi datang,
barang diangkut masuk bagasi, sampai di stasiun masih sekitar jam 2
siang. Ongkos taxi rp 20 ribu, tarif minimum yang harus dibayar jika
memanggil via telepon. Kereta sudah siap di jalur 5, hanya saja,
gerbongnya di depan sehingga jalannya lumayan juga sambil
membawa barang yang agak banyak.Apalagi saat tiba di stasiun, Tiko
sejak masuk taxi tertidur. Hasilnya, Maria membawa satu tas ransel
sambil menggendong Tiko, saya belagak seperti petugas portir – kuli
angkut di stasiun, membawa 4 barang lain. Jantung bisa terasa dag
dig dug dan sempat kehabisan nafas. Masuk ke dalam kereta, lumayan,
kelas eksekutif. Awalnya mau naik kereta Parahyangan bisnis yang
lebih murah, namun jadwal sampainya tidak ada yang sekitar jam 6
sore.
Tak ada yang istimewa saat perjalanan Bandung ke Jakarta. Meski
sudah “keep watching the sky”, tak ada UFO yang terlihat. Yang ada
21. 20
malah pramugara kereta api, yang hilir mudik sambil membawa nasi
goreng dan mie rebus. Akhirnya, tak tahan godaan, beli juga 1 nasi
goreng dan 2 mie rebus. Mie rebus yang satu minta khusus tanpa
cabe, untuk Tiko. Perut kenyang, mata jadi mengantuk. Walau tidak
sempat tidur, namun lumayan bisa istirahat selama 3 jam.
Sampai di stasiun Gambir, langit masih terang. Berbeda dengan di
Surabaya yang saat setengah enam umumnya sudah mulai gelap, di
Jakarta masih terang benderang. Edy agak terjebak macet di daerah
Senen. Dia dari kantornya di kawasan Sunter. Sembari menunggu,
Maria sempat ke toilet dan saya ambil uang di ATM BCA. Tak berapa
lama Edy kemudian datang dan setelah bersalam-salaman sambil
mengucapkan selamat natal, masuklah kami ke dalam mobilnya dan
melaju menuju ke tempat kostnya di kawasan Tanjung Duren. Rencana
malam itu mau pergi ke rumah barunya yang ada di kawasan
Pamulang, Serpong. Tiba di tempat kostnya, Edy turun menjemput
istrinya yang sedang hamil, Liska, dan kemudian kami berlima menuju
ke sebuah tempat makan di dekat sana. Perjalanan ini bagai sebuah
wisata kuliner, saya tidak ingat apa nama restonya, namun menjual
Saat mau meninggalkan hotel dan barang yang dibawa (inzet)
22. 21
masakan sea food yang nikmat dengan harga relatif murah.
Perjalanan ke Serpong cukup jauh, melintasi jalan tol dan kami
melewati BSD Junction, tempat di mana rencana awal mau
mengadakan gathering BETA-UFO. Edy bilang, kalau nanti dia pindah
ke rumah baru, maka setiap harinya dia akan melakukan pejalanan
sejauh 100 km. Kebiasan bangun juga harus diubah, paling tidak harus
berangkat sebelum jam 6 pagi, katanya.
Saya sudah pernah mengunjungi rumah Edy yang di Serpong dua
kali, saat masih dibangun. Mulai dari dibangun bata, sampai atap hingga
terakhir saya datang kemarin sudah selesai dan siap untuk ditempati.
Rumahnya bagus sekali dan suasananya asri. Langit terlihat lapang,
mungkin suatu saat Edy akan melihat UFO di sana.
Rumah baru Edy dan Liska
Pulang dari sana dan kembali ke tempat kost sekitar jam setengah
sepuluh malam. Edy menyediakan sebuah kamar di lantai 3 di tempat
kostnya. Setelah berjuang mengangkat barang-barang ke lantai 3, saya
dan Edy kemudian mencari tempat fotocopy untuk meng-copy buku
23. 22
untuk diberikan pada acara diskusi 2012 di Ciawi besoknya, tanggal
27 Desember 2008. Setelah berputar-putar, akhirnya menemukan
sebuah tempat fotocopy Multiplus di sebuah apartemen, kalau tidak
salah bernama Mediterania, di kawasan Tanjung Duren yang buka 24
jam. Ada 3 buku yang saya fotocopy, yaitu “Blue Planet Project: Alien
Technical Research”, “Serpo releases with commentary” dan satu bab
tentang 2012 dari buku “Planet X Hipotesis Nibiru &Agenda New World
Order”. Kedua buku yang pertama bisa didownload di internet, silahkan
klik link yang ada di atas.
Mobil Edy diparkir di apartemen tersebut karena di tempat kostnya
tidak memungkinkan menaruh mobil dan kami berdua jalan kaki
kembali ke tempat kost, mungkin sekitar 1 kilometer. Jalan sehat
dengan diterpa angin malam. Setiba di kamar, sebelum berbaring untuk
tidur, ingat kata iklan, orang pintar minum tolak angin. Tapi saya tidak
minum Tolak Angin, melainkan Antangin JRG, wes-ewes-ewes, bablas
angine.
Ke Ciawi, Bogor, 27 Desember 2008
Pagi hari jam setengah delapan, kami berangat dari Tanjung Duren
menuju ke Citos. Saya, Maria dan juga Edy memakai kaos yang
bertuliskan “2012: Galactic Alignment, Ascension or Extinction, A
Crossroad for Mankind”. Lokasi di mana rombongan yang akan Ciawi
berkumpul. Pertemuan selama dua kali sebelumnya, dilaksanakan di
kampus Pasca Sarjana Universitas Sahid, Jakarta. Namun karena hari
ini sudah liburan, maka dipindah di rumah Ibu Sita Soedjono, seorang
tokoh dari Yayasan Orhiba (Olah Raga Hidup Baru) dan pendiri
Metafisika Study Club (MSC), yang berada di Palalangon, Ciawi, Bogor.
Jam 8 pagi, rombongan saya sampai di Citos, bertemu dengan mas
Wisnu Prayudha dan juga mbak Rubiana Soeboer. Mas Wisnu ini
adalah penyiar di radio Pesona FM sementara mbak Rubiana adalah
seorang Doktor psikologi yang menjadi Kepala Pelatihan Program
Pascasarjana Universitas Sahid Jakarta. Saat bertemu mbak Rubi
(demikian saya biasa memanggilnya), saya diberi fotocopy buku yang
sangat menarik yang berjudul “The Pleiadian Agenda: A New
Cosmology for the Age of Light” karya Barbara Hand Clow. Dalam
fotocopy buku itu ada tulisan yang ditanda-tanganinya yang berbunyi
24. 23
“Dearest Nur, It’s all about 2012. I bet you would LOVE it.” Wah, saya
sangat senang sekali memperoleh buku ini.
Rombongan menuju ke Ciawi terdiri dari
3 mobil. Mobilnya Edy yang Kijang warna
hijau, mendapat pengawalan di depan
oleh 2 mobil hitam yang lain. Yang satu
Avanza, satu lagi Xenia. Keduanya hitam.
Dua mobil hitam ibarat mobil secret
service mengawal kijang hijau misterius.
Sampai di ujung tol Jagorawi, kemacetan
mulai terasa. Banyak orang menuju ke
Puncak. Namun kemacetan yang
dirasakan tidak terlalu lama sehingga
sekitar jam 10 pagi sudah tiba di rumah
Bu Sita. Wah, halaman rumahnya luas
sekali dan alami. Pemandangannya
menyegarkan, di mana-mana hijau.
Ternyata di dalam rumah sudah ada
banyak sekali undangan yang datang. Salah satunya adalah pak A.
Zaelani, beliau sudah berusia 72 tahun, kelahiran 1936, dan
mengatakan sudah menelusuri soal UFO sejak usia 15 tahun, di tahun
1950-an.
Pak Zailani adalah lulusan ITB, lahir di Sukabumi dan saat ini tinggal
di Pondok Gede, Bekasi. Tahun lalu, saat diskusi soal UFO di Univ
Sahid, saya bertemu pertama kalinya dengan pak Zailani. Waktu itu
tanggal 8 Desember 2007 dan tak berapa lama, saya menerima
sepucuk surat dari beliau yang berisi form pendaftaran untuk menjadi
anggota komunitas BETA-UFO. Beliau adalah mantan direksi sebuah
BUMN dan sekarang masih aktif sebagai konsultan di bidang
perlistrikan. Komunitas BETA-UFO ini membuat saya mengenal banyak
orang. Pak Zailani ada di daftar anggota komunitas BETA-UFO, bisa
dilihat di http://www.betaufo.org/member.html
Saat bertemu tahun lalu, pak Zailani rupanya sangat tertarik dengan
informasi yang saya sampaikan yaitu tentang program pertukaran
antara makhluk greys dari Reticuli dengan pemerintahAS, yang dikenal
dengan nama proyek Serpo. Beliau minta dibawakan informasi yang
lebih lengkap karena penasaran akan hal itu. Maka dua buku yang
25. 24
saya fotocopy, saya serahkan ke pak Zailani saat bertemu. Selang
beberapa hari, saya menerima SMS dari pak Zailani yang mengatakan
sangat tercengang dengan informasi yang dibacanya dari dua buku
tersebut.
Di Ciawi saya bertemu dengan beberapa orang yang sudah saya kenal
sebelumnya. Bu Sita Sudjono, pemilik rumah, menyambut dengan
hangat. Ada juga pak Sabdono Surohadikusumo, beliau adalah ketua
Metafisika Study Club. Saya juga bertemu dengan teman lama yang
sudah pangling, yaitu Tommy Ruslim. Saya mengenal mas Tommy di
milis Spiritualnya pak Hudoyo Hupudio. Saya juga pernah ketemu
hampir sepuluh tahun yang lalu di Jakarta ketika ada ngariung (istilah
gathering di milis spiritual). Sama-sama pangling karena berat badan
saya juga sudah naik hampir sepuluh kilo saat bertemu dulu.
Berbeda dengan kalau ketemuan dengan member komunitas BETA-
UFO, bertemu di acara diskusi 2012 bersama Metafisika Study Club
memang banyak yang usianya sudah tua. Saya jadi membayangkan,
Mengobrol dengan pak Zailani (bawa cangkir), pak Hidayat Yoedoprawiro
(kiri) dan bu Sita Sudjono.
26. 25
kalau misalnya BETA-UFO tetap eksis 20 tahun lagi, maka yang
berkumpul barangkali generasi yang sudah tua-tua, walau tentu ada
yang muda.
Saya tidak lihat jam, namun kira-kira acara diskusi dimulai sekitar
menjelang jam sebelas siang. Saya duduk di sebelah Bu Sita dan
diminta menjadi pembicara soal 2012 dari sudut pandang UFO. Diminta
bicara di depan para spiritualis dan paranormal tentang 2012, tentu
menjadi tantangan tersendiri yang bikin tambah panas. Minum teh
hangat sudah membuat saya keringetan meski udara sejuk. Apalagi
saya pakai baju dirangkap kaos 2012 hasil desain mas Julius.
Untunglah Bu Sita memberi pengantar yang cukup panjang dan hal
itu membantu saya untuk mempersiapkan diri sejenak, apa-apa saja
yang sebaiknya diungkapkan dalam diskusi.
Tapi saya tahu apa yang mesti saya bicarakan sebab saya memang
punya versi tersendiri soal 2012. Walau saya juga skeptik soal 2012
dan beranggapan tidak akan terjadi apa-apa di tanggal 21 Desember
2012, namun nampaknya ada sesuatu yang akan terjadi, dan bisa
saja hal itu hanya berkaitan dengan eksistensi entitas cerdas bukan
manusia.
Bu Sita Sudjono membuka pertemuan diskusi dengan
memperkenalkan saya kepada para undangan yang hadir. Saya tidak
menghitung persis berapa undangan yang hadir, namun sepertinya
lebih dari 25 orang. Tiba pada giliran saya untuk menyampaikan soal
2012, saya memulai dengan membagikan lembaran fotocopy sebuah
bab tentang 2012 dari buku “Planet X Hipotesis Nibiru & Agenda New
World Order” karya Joshua R.W.
Kalau kita membicarakan soal 2012, atau tanggal 21 Desember 2012,
maka hal itu berkaitan dengan kalender Maya. Kalender Maya berakhir
pada tanggal tersebut. Hal itu membuat banyak pemikiran bahwa pada
tanggal 21 Desember 2012 itu akan terjadi sesuatu. Ada yang bilang
itu kiamat, ada yang mengatakan terjadi penyelarasan galaksi, ada
yang menantikan awal jaman baru dan lain sebagainya. Sering yang
orang lupa membahas adalah kapan kalender Maya ini dimulai.
Kalender Maya ini dimulai pada tahun 3114 SM. Hal yang menarik
adalah, jaman Kaliyuga dimulai pada tahun 3102 SM, beda 12 tahun
27. 26
dengan awal kalender Maya. Menariknya juga, peradaban Mesir juga
dimulai sekitar 3100 SM. Apa yang terjadi sebelum itu? Dari hal inilah
saya kemudian mencoba mencari informasi, peristiwa apa yang
menghebohkan di masa itu yang masih bisa tercatat dalam sejarah
maupun kisah mitos. Peristiwa yang paling dekat dengan tahun-tahun
itu adalah bencana air bah yang dialami diceritakan dalam kisah nabi
Nuh atau kalau dalam mitologi Sumeria disebut sebagai Ut-Napishtim
dan di mitologi India disebut sebagai Manu. Menurut buku “Planet X
Hipotesis Nibiru”, peristiwa banjir bah itu terjadi pada tahun 3150 SM.
Saya sudah menelusuri informasi di internet mengenai tahun 3150
SM dan nampaknya tahun ini cukup didukung dengan bukti yang ada.
Tentu hal ini bisa diperdebatkan, namun tahun angka ini menjadi
penting karena tahun 3150 SM dengan tahun 3114 SM berjarak
pendek, hanya beda 36 tahun. Perbedaan waktu yang menunjukkan
bahwa peradaban baru dimulai di planet bumi ini dengan ditandai
pembuatan kalender baru serta dimulainya jaman Kaliyuga.
Lalu, apa penyebab banjir bah yang menghancurkan peradaban
manusia sebelum itu? Adalah wajar kalau manusia mendiami serta
Suasana diskusi di rumah bu Sita Sudjono
28. 27
membangun peradaban di dekat pantai atau dataran rendah. Maka
tak heran jika air laut naik, yang katanya mencapai 200 meter, maka
hancurlah sebagian besar peradaban yang ada saat itu. Kembali pada
pertanyaan, apa yang menyebabkan hal itu terjadi? Bencana alam?
Jika ya, apa penyebabnya? Atau ada peristiwa lain yang berkaitan
dengan keberadaan makhluk dari luar bumi? Hal-hal ini kami
diskusikan dengan seru di pertemuan tersebut.
Beberapa minggu sebelum acara diskusi 2012 di Ciawi ini, saya sempat
diwawancara jarak jauh oleh Wisnu Prayudha dari radio Pesona FM
tentang topik yang sama. Selain saya, ada juga peneliti LAPAN yang
diwawancara dan memang menurut informasi dari LAPAN, pada sekitar
tahun 2011-2012 akan terjadi Badai matahari yang merupakan siklus
11 tahunan. Badai Matahari atau solar storm bila mengarah ke Bumi
dapat menimbulkan gangguan pada lingkungan Bumi. Dari gangguan
pada kinerja satelit, pesawat antariksa, sistem navigasi pesawat
terbang, komunikasi radio, hingga melumpuhkan jaringan listrik dalam
skala luas.
Terjangan partikel atomik dalam angin matahari biasanya bisa
dipantulkan kembali oleh medan magnetik bumi. Masalahnya, menurut
informasi terakhir, Observasi satelit terbaru mengungkapkan celah
terbesar yang pernah terlihat dalam medan magnetik yang melindungi
bumi dari pijaran akibat erupsi di permukaan matahari. Lubang itu
ditemukan pada musim panas lalu oleh Themis, sebuah armada lima
satelit kecil milik Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA). Hal itu
diumumkan oleh para peneliti NASA pada Selasa lalu. Mereka telah
mengetahui bahwa medan magnetik bumi mirip dengan rumah tua
yang sering bocor sehingga erupsi partikel bermuatan yang terlontar
dari matahari kerap menerobos masuk. Celah semacam ini dapat
memicu terjadinya aurora atau gangguan komunikasi satelit dan listrik.
Lalu, benarkah di akhir tahun 2012 akan terjadi bencana?Akibat kondisi
itu, kutub utara magnet Bumi tidak berada tepat pada poros dan
bergeser dari Kanada dan arah utara magnetik bukannya arah Kutub
Utara. Bisa saja bahkan terbalik, kutub utara menjadi di arah kutub
selatan sekarang. Jika ini terjadi, maka menurut jarum kompas,
matahari akan terbit dari Barat. Saat saya mengemukakan hal ini, pak
Sabdono Surohadikusumo juga mengemukakan bahwa salah satu
tanda kiamat adalah dikatakan bahwa matahari akan terbit dari barat.
29. 28
Namun pak Sabdono meyakini bahwa tahun 2012 bukan merupakan
kiamat melainkan awal jaman baru, di mana tentunya jaman yang
sekarang harus berakhir terlebih dahulu, yakni jaman yang terikat pada
unsur materialisme. Dengan demikian, apa yang terjadi pada 21
Desember 2012 bukan berupa sim salabim, semua tiba-tiba berubah,
melainkan hal itu merupakan sebuah awal perubahan jaman baru.
Saya sepakat dengan hal itu, bahwa perubahan yang terjadi di tahun
2012 tidak berupa sebuah perubahan yang drastis.
Berdiskusi di milis BETA-UFO dan kawan-kawan yang lain memberi
saya informasi bahwa ada kelompok alien yang saat ini sudah
menguasai bumi sejak lama. Kelompok ini ada yang sifatnya agresif
ada juga yang tidak. Adakah kemungkinan jika setelah tahun 2012,
saat alien yang menguasai manusia ini kemudian disingkirkan sehingga
manusia bisa menjadi makhluk yang sejatinya? Salah seorang peserta
diskusi, dokter Jun, mengatakan bahwa saat ini manusia memiliki
double helix DNA. Padahal total helix genetik manusia konon ada 12
yang kebanyakan masih “tidur”. Ketika saya ditanya soal itu, saya
menjawab saya belum tahu soal itu dan akan mempelajarinya. Saya
bukan ahli di bidang genetika atau kedokteran. Saya hanya
membayangkan, bahwa manusia tentu akan menjadi makhluk yang
sempurna (super human) jika seluruh rangkaian DNA-nya aktif. Kita
saat ini konon memang dirakayasa oleh kelompok alien tertentu
sehingga terbatas kemampuannya. Barangkali setelah 2012, generasi
manusia berikutnya memiliki kelengkapan genetik ini karena
tersingkirnya alien yang selama ini menguasai manusia.
Setelah sekitar jam 1 siang, diskusi dihentikan sejenak dan kami semua
makan siang. Hidangan yang disediakan berupa sayur buntil, oseng
rebung, mie goreng, ikan asin, sup jamur, dan lalapan. Untuk pencuci
mulut ada buah rambutan dan semangka. Ada juga es cendol yang
nikmat. Sekitar jam 2 siang lebih acara dimulai kembali, hujan mulai
turun di Ciawi dan suasana yang mendung membuat saya makin
mengantuk selain karena kekenyangan.
Saat itu Bu Sita memberi saya sebuah fotocopy buku yang menarik
sekali, yaitu “The Star People” karya Brad & Francie Steiger. Wah, ini
buku luar biasa. Saya menyukai karya-karya Brad Steiger. Bu Sita juga
memberi makalah tulisannya yang berjudul “Makhluk dan Manusia
Antariksa di Antara Kita”. Makalah ini pernah disampaikan dalam
30. 29
sarasehan Metafisika Study Club pada tanggal 22 Agustus 1998 di
Hotel Kebayoran, Jakarta. Bu Sita memiliki banyak sekali buku-buku
tentang UFO dan memang memiliki minat tehadap fenomena UFO ini
sejak remaja. Bu Sita menyampaikan juga ciri-ciri “Star People” yang
ditulis dalam buku karya Brad Steiger tersebut, di mana salah satunya
adalah memiliki golongan darah yang tidak umum.
Bahkan ketika acara telah usai dan menjelang pulang, saya diberi lagi
sebuah copy buku yang berjudul “Universal Vision: Soul-Evolution and
the Cosmic Plan” karya Scott Mandelker, PhD. Saya juga dijanjikan
akan diberi buku dari penulis yang sama yang berjudul “From
Elsewhere: Being ET in America”.
Saat istirahat siang itu, mbak Rubi sangat tertarik dengan buku “Planet
X Hipotesis Nibiru &Agenda New World Order”. Saya kemudian bilang,
buku yang saya bawa ini bisa buat mbak Rubi dan saya berikan buku
tersebut kepadanya. Mbak Rubi terlihat senang sekali. Oh ya, mbak
Rubi pernah menterjemahkan buku “Bringers Of The Dawn” karya
Barbara Marciniak. Buku ini merupakan hasil chanelling dari Pleiadian.
Barbara Marciniak mengaku mendapat pesan salah satunya di Bali.
Menurutnya, ”Emotions are a source of food. This is how you nourish
yourself.” Keadaan emosi (senang-sedih, gembira-marah) adalah
makanan berguna. Bila kebanyakan orang membenci emosi negatif
seperti marah, di jalan ini semua emosi (positif-negatif) adalah petunjuk
jalan. Barbara Marciniak juga menulis, ”anger serves a purpose”.
Kemarahan hanya pelayan, bukan penguasa menentukan, tetapi ia
membantu pencapaian tujuan. Ini mudah dimengerti. Kemarahan
adalah sejenis kegelapan. Marah pada kemarahan sama dengan
menambahkan kegelapan pada kegelapan. Tersenyumlah pada
kemarahan. Sadari saat hadir, sekaligus waspada untuk tidak mengikuti
kemauannya. Setelah itu, terlihat kemarahan sebenarnya memberi
tanda-tanda. Setidak-tidaknya jadi tahu bahwa di dalam sini masih
ada noda. Di luar sana, ada orang atau keadaan yang perlu diwaspadai.
Saat itu mbak Rubi tidak membawa buku yang telah diterjemahkannya
itu. Judul bukunya adalah “Sang Pembawa Cahaya; Pengajaran dari
Pleiadian”. Saya kemudian diberi buku ini keesokan harinya saat di
STC Senayan. Ada seorang teman mbak Rubi yang secara khusus
mengantarkannya untuk diberikan ke saya. Terima kasih untuk buku-
buku yang diberikan. Jika ingin membaca buku bahasa Inggrisnya,
31. 30
bisa klik: http://www.scribd.com/doc/6641904/Barbara-Marciniak-
Bringers-of-the-Dawn
Sesi kedua setelah makan siang berupa diskusi tanya jawab. Bukan
mereka bertanya saya yang menjawab, tapi sudah membaur dan saya
justru banyak belajar dan mendapat masukan dari mereka yang
ilmunya jauh lebih hebat. Sungguh saya merasa sangat beruntung
bisa hadir dalam acara ini.
Sore hari, lewat jam 5 sore, kami semua pamit untuk kembali ke
Jakarta. Tak terasa diskusi berjalan terus sehingga kalau tidak diakhiri,
tentu bisa berlanjut sampai malam hari. Memang, membicarakan soal
fenomena UFO, spiritual dan manusia antariksa, tentu tidak bisa hanya
dalam beberapa jam saja. Rasa ingin tahu yang sudah bertahun-tahun
tentu tidak bisa dituntaskan atau dipuaskan dengan diskusi beberapa
jam saja. Tapi waktu juga yang membatasi.
Rombongan saya kembali ke Jakarta dan kami mampir ke STC
Senayan untuk meninjau lokasi. Mencoba memperkirakan bagaimana
mengatur untuk besok. Hanya sebentar di sana dan menuju ke arah
Tanjung Duren kembali, dan sebelum tiba di rumah, kami mampir ke
Plaza Slipi Jaya dan makan di Solaria, di lantai 4. Di dalam parkiran
plaza itu saya terheran-heran, sebab ada bengkel reparasi mobil di
dalam plaza.
Acara diskusi 2012 di Ciawi berlangsung menyenangkan. Beberapa
buku “Satu Dekade Perjalanan Komunitas BETA-UFO Melacak
Fenomena UFO” yang dibawa ternyata laku habis. Demikian juga kaos
2012 ada juga yang berminat membeli, bahkan Bu Sita juga memesan
sebuah kaos (saat itu ukuran yang diinginkan tidak tersedia).
Gathering, STC Senayan, 28 Desember 2008
Akhirnya tiba juga tanggal 28 Desember 2008 yang dinanti-nanti. Maria
masak indomie dan pagi itu sarapan dengan mie rebus. Setelah
kenyang, mandi pagi, dan berbenah diri sambil mengenakan kaos
Indonesian X-Files. Kami berangkat yang sepuluh lewat. Wah, saya
pikir, pasti mas Donny (aka membumbung tinggi) sudah menunggu di
sana, sebab mas Donny beberapa hari lalu saya minta bantuannya
32. 31
untuk memfotocopy lembaran laporan kegiatan selama tahun 2008
sebanyak 100 lembar. Tentu selain mempersiapkan yang hadir akan
membludak, juga siapa tahu ada pengunjung mall yang sempat mampir
akan diberi juga.
Tiba di STC Senayan sekitar jam setengah sebelas pagi. Sampai di
parkir basement, bertemu dengan Jack Toto. Menurut ceritanya, dia
dipanggil Jack karena hobby pesawat terbang, dan Toto nampaknya
merupakan singkatan dari Thomas Tonbeng. Benar juga, saat tiba di
lantai 6, terlihat mas Donny sudah asyik nongkrong di sana bersama
anaknya melihat pemandangan di luar sambil “keep watching the sky”.
Persiapan segera dilakukan. X-banner dipasang. Sebelum saya
berangkat ke Bandung, saya sudah mengirimkan beberapa X-banner
dan spanduk ke tempat Edy melalui jasa kurir. Termasuk mengirim
sebuah perangkat sound system. Komentar saya ke Edy waktu itu,
kalau gathering ini sukses, maka acara seperti ini bisa diadakan dengan
hanya melibatkan tidak banyak orang, bahkan juga berjauhan
Maria dan Liska menerima tamu sambil berjualan untuk menggalang dana.
33. 32
lokasinya. Saya dibantu oleh Mas Julius yang bikin desain kaos, Edy
yang bantu persiapan gathering, Jack Toto membantu meminjamkan
LCD Projectornya, mas Donny membantu memfotocopy. Saat
gathering, dibantu oleh Liska dan Maria, di meja penerima tamu
sekalian jualan buku dan kaos serta pin. Terima kasih atas bantuannya
semua yang tanpa pamrih.
Saya tidak ingat siapa yang datang kemudian. Namun saya ingat, Dedi
Susanto, datang dengan wajah semeringah. Dedi datang dari jauh,
yakni dari negeri Laskar Pelangi, Sungailiat, Bangka. Benar-benar
istimewa. Dedi bisa datang karena kebetulan, tapi saya yakin bukan
kebetulan, ada sanak keluarganya yang menikah di Jakarta sore
harinya. Saya senang sekali melihat antusiasme anggota yang hadir.
Jujur saya sempat bingung, mau bicara apa nanti. Sebenarnya saya
bukan orang yang bisa melakukan hal yang protokoler. Saya sempat
bilang ke mas Donny dan mas Julius, nanti dibantu ya bicara di depan.
Sambil menunggu yang lain hadir, saya memutar sebuah video
dokumenter keluaran Discovery Channel yan berjudul “What If ? E.T
Extra - Terestrial Contact”. Video ini memberi gambaran skenario yang
akan terjadi jika kita mendapat kontak terbuka dengan UFO.
Diceritakan bahwa pada tahun 1997, kita menerima kontak radio dari
luar sistem matahari yang tidak diketahui sumbernya. Dimulai dengan
gagalnya Ilmuwan menguraikan kode-kode, dan mengumumkan
bahwa mereka tidak tahu darimana sumbernya. Lalu, Instansi
pemerintah membuat teleskop yang mampu mendengar lebih jauh.
Saat mereka masih tidak dapat memecahkan kode, pemerintah
mengakui bahwa komunikasi diterima tahun 1947 di Roswel berasal
dari makhluk luar angkasa. Dengan bantuan dari sinyal 1947, sinyal
1997 yang terpecahkan dan telah ditentukan bahwa sinyal berasal
dari sumber non-biologis. Program telah menguji hal-hal yang
berpotensial untuk mengontak makhluk luar angkasa. Tentu saja ini
masih skenario “what if” artinya belum terjadi. Namun apa yang
disampaikan dalam video itu bisa jadi merupakan gambaran realistis
jika hal itu terjadi.
Video dengan durasi sekitar 50 menit itu berakhir sekitar jam 12 siang.
Lalu saya mengucapkan selamat datang kepada yang hadir dan
memberi uraian secara singkat tentang kiprah BETA-UFO selama
tahun 2008. Beberapa kasus penampakan UFO yang ada dan juga
34. 33
mengenai batu aneh yang ditemukan di Kupang. Edy dengan sigap
membantu menunjukkan foto-foto batu dari Kupang yang sempat diteliti
oleh seorang anggota BETA-UFO di Kupang yang bernama Willy
Soeharly. Juga foto penampakan UFO di Tuban yang dilaporkan oleh
Admiranto Wijayadi, seorang ilustrator yang tinggal di Jakarta.
Saya membuka acara gathering setelah pemutaran film
Kemudian, saya mengajak teman-teman satu per satu bicara di depan
untuk menceritakan pengalamannya tentang UFO atau kenapa
berminat pada fenomena ini. Yang pertama adalah mas Julius dan
kemudian diikuti oleh teman-teman yang lain. Mas Fan Fan Darmawan
juga menceritakan asal mulanya suka UFO, yang kemudian diikuti
oleh mas Nanang. Mas Nanang “mengaku” bahwa dirinya adalah Mao
Zedong yang kemudian disambut dengan serentak “oooo ini orangnya”
oleh yang lain dengan tawa lepas. Waktu gathering sebelumnya di
rumah mas Michael, mas Nanang juga hadir. Mas Nanang sangat
tertarik dengan teknologi UFO terutama dengan teori medan magnet
bumi sebagai medium untuk UFO bergerak. Untuk membuktikan itu,
mas Nanang membawa sebuah prototip UFO buatannya sendiri yang
bisa mengambang di udara dengan menggunakan magnet. Dalam
hati saya berdecak kagum, luar biasa idenya.
35. 34
Apa yang disampaikan teman-teman secara bergiliran sangat menarik.
Salah satunya adalah Ucu Agustin yang saya kenal sejak Nopember
2002. Ucu pertama kali mengirimkan email perkenalan ke saya dalam
rangka mau wawancara dan membuat profil saya sekaligus komunitas
BETA-UFO. Ucu adalah kontributor majalah Pantau dan waktu itu
diminta oleh Andreas Harsono, redaktur majalah Pantau, di mana
katanya profil saya sangat menarik untuk ditulis karena saya cukup
serius dalam usaha mewadahi kertetarikan “tak lazim” yang dimiliki
peminat UFO yang jumlahnya di Indonesia mungkin tidak begitu
banyak.
Saya mau cerita tentang perkenalan saya dengan Ucu Agustin. Dia
memperkenalkan sebagai seorang Sukabumi yang sudah (waktu itu)
13 tahun tinggal di Jakarta. Secara pribadi, Ucu mengatakan bahwa
dirinya memang tertarik dengan tema dan info yang disebar oleh
anggota milis BETA-UFO. Perkenalan pertama lewat email kemudian
Prototip UFO karya Nanang. ET sampai garuk-garuk kepala tercengang.
36. 35
berlanjut dengan korespondensi
dan selang tak berapa lama, Ucu
datang ke tempat saya di
Surabaya. Pengalaman waktu
itu, waktu datang dan saya antar
keliling naik mobil saya, eh,
barangkali karena ada UFO
lewat, mobil saya mogok dan
kami sempat mendorong.
Maklum, meski penggemar UFO,
saya bukan seorang pemilik yang
mampu merawat mobil dengan
baik. Supaya mirip dengan nama
UFO, saya waktu itu punya mobil
Fiat UNO tahun 1990.
Sayang sekali, setelah
wawancara dan perbincangan
yang cukup banyak dan rencana
akan dimuat pada edisi Februari/
Maret 2003, ini bukan karena ada
konspirasi atau apa, tiba-tiba saya mendapat kabar dari Ucu bahwa
Gunawan Mohamad menghentikan penerbitan majalah Pantau ini.
Jadi, batal deh muncul di majalah Pantau. Bagi saya itu hal biasa,
sebab sejauh saya mengutak-atik fenomena UFO atau alien, ada saja
halangan yang tak terduga, terutama saat saya menerbitkan majalah
INFO-UFO.
Ucu kemudian membuat berbagai cerpen tentang UFO. Di bulan April
2003, saya dikirimi cerpennya yang berjudul “Bagaimana Supaya Tidak
Diculik Alien” lalu ada juga cerpen yang lain yang berjudul “Origins”
yang bercerita tentang cinta antara manusia dengan alien dari Planet
Jupiter. Cerpen ini saya masukkan di dalam buku “Satu Dekade BETA-
UFO Melacak Fenomena UFO” yang saya tulis bersama mas Gatot
Tri R.
Perkenalan dengan UcuAgustin menjadi sebuah persahabatan. Walau
kami tidak sering bertemu atau kontak, namun seakan ada hubungan
yang terasa dekat. Pernah saya bersama Maria tidur di rumah
Ucu Agustin
37. 36
kontrakannya di kawasan Utan Kayu yang sebelum tidur sempat
menonton film DVD “Butterfly Effect”. Bersama Ucu juga saya pernah
ke rumah Ki Dyoti (alm) di Pamulang, seorang paranormal, yang juga
anggota milis BETA-UFO yang sempat aktif dulu.
Gathering benar-benar mempertemukan kita. Ucu datang dengan
gayanya yang khas, memakai kaca mata yang katanya dibelinya 30
rebu dari Blok M. Semoga saya tidak ditimpuknya gara-gara cerita
soal kacamata ini hehehe. Tapi, sebagai penulis yang sudah
menghasilkan berbagai karya maupun buku, penampilan dan sikap
Ucu tetap bersahaja, santai dan ramah. Menyenangkan sekali punya
teman-teman yang baik.
Ketika didaulat bicara di depan teman-teman komunitas BETA-UFO,
Ucu juga menceritakan kisahnya saat pertama kali kenal dengan saya.
Bahkan dalam sebuah kesempatan Ucu mengatakan, “Aku selalu
bangga kalau ditulis jadi anggota beta ufo.”
Ya, itulah sekilas tentang Ucu Agustin, yang tercatat telah menjadi
member milis BETA-UFO sejak Mei 2004.
* * *
Gathering kali ini dihadiri sekitar 32 orang. Saya akan tulis satu persatu
namanya, dimulai dari saya sendiri, Edy Susanto, Liska, Nanang, Dedi
Susanto, Thomas Tonbeng, Julius Perdana, Jaid Sopiyana dan Eva
Sukreni dari komunitas HAAJ (Himpunan Astronomi Amatir Jakarta),
Maria, Donny Mbung, Bayu dan Riko, Andre Birowo, John Hutabarat,
M. Rizky Halim, Rizky Azhari, Eko Wijatmoko, Henry E.P., Henry Tan,
Fan Fan, Mery Inggriany, Ian Triawan, Ucu Agustin, Ricky Cahya (dari
Angkasa Readers Community), Indra Y. Hartono, Wardono Basuki,
Sambas (Jaelani Gaya), Faisal (wartawan The Jakarta Post),
Fransiskus Teddy, Andyono Muharso serta Ian (wartawan FHM
Magazine). Jika ada salah penulisan nama, mohon maaf. Ada juga
beberapa pengunjung food court yang sempat mampir masuk dan
duduk melihat pemutaran film, namun mereka tidak menuliskan
namanya di daftar hadir.
Pengalaman menarik lainnya diceritakan oleh mas Wardono Basuki.
Saya mengenal mas Wardono pertama kali saat ada penampakan
UFO di Pesanggrahan, Jakarta, yaitu saat mas Wardono mengirim
38. 37
email ke saya pada tanggal 10 Desember 2008 dan sangat antusias
untuk menjadi anggota komunitas BETA-UFO. Mas Wardono sudah
mengelilingi hampir seluruh dunia. Selain belajar kultur, bahasa dan
makanan lokal, karena ketertarikannya soal UFO, mas Wardono juga
memperhatikan peninggalan-peninggalan jaman dahulu. Bahkan
pernah meninjau piramid bangsaAztec dan juga piramid Giza di Mesir.
Menurut mas Wardono, seperti halnya Bandung, Mexico kemungkinan
juga merupakan portal atau “stairway to heaven”, sama halnya
beberapa lokasi lain di dunia. Mas Wardono juga telah membaca buku-
buku karya Erich von Daniken, Heyerdahl dan Zecharia Sitchin. Mas
Wardono tertarik dengan UFO sejak kecil. Ketika usia lima tahun, dia
melihat sebuah bola cahaya terbang melintas di depan rumahnya.
Terlihat bersinar seperti seuah orb. Sangat rendah posisinya dan
sepertinya bisa dipegangnya. Itu terjadi sekitar awal 1970-an. Saat di
Mexico, mas Wardono juga pernah melihat UFO. Sungguh
pengalaman dan upaya pencarian yang luar biasa.
Satu per satu teman-teman berbicara di depan secara bergantian,
dan maaf, tidak bisa saya ceritakan detail satu per satu. Waktu berjalan
tak terasa, hingga akhirnya saya melirik jam tangan saya telah
menunjukkan waktu hampir jam 2 siang. Nafas saya sudah mulai
terengah-engah, jantung saya dag dig dug kembali dengan kencang
serta kepala saya mulai pusing. Saya seperti mau pingsan waktu itu.
Ini pasti gara-gara saya telat makan, apalagi paginya hanya sarapan
mie rebus. Untuk ukuran anatomi seperti saya, makan mie rebus
apalagi tanpa nasi jelas tidak cukup. Maka saya dengan segera
menghentikan acara sharing tersebut, mengajak masuk ke acara
makan siang sambil diskusi bebas membentuk kelompok sendiri-
sendiri. Tak berapa lama, saya sudah duduk menyendiri dengan lega
sambil menyantap nasi goreng seafood. Kata Jack Toto, orang yang
makan nasi goreng adalah orang yang frustrasi... bingung memilih
aneka macam masakan di food court sehingga akhirnya pilihan jatuh
pada nasi goreng...
Oh ya, peserta gathering yang hadir mendapatkan laporan singkat
mengenai kegiatan yang telah dilakukan oleh BETA-UFO selama tahun
2008 serta ringkasan laporan penampakan selama 2008. Bagi yang
ingin membaca atau mendownload file tersebut, bisa klik http://
www.scribd.com/doc/9625926/Kegiatan-Betaufo-2008. Selain itu,
sesuai dengan permintaan beberapa rekan milis, sebelum saya
39. 38
berangkat, saya membuat stiker dan membagikan stiker tersebut di
acara gathering.
Kembali ke acara gathering, setelah makan siang, kami kemudian
mengobrol berdiskusi membentuk kelompok sendiri-sendiri tanpa perlu
diatur. Pembicaraan cukup seru, terutama yang saya ikuti adalah
apakah alien itu baik atau punya maksud yang buruk terhadap manusia.
Mas Julius melontarkan pendapat bahwa bisa saja alien sudah
menguasai manusia sejak dahulu. Namun John Hutabarat
menyanggah dengan mengemukakan bahwa sebuah peradaban yang
telah sangat maju, tentu memiliki sifat yang damai. Paling tidak, kalau
mereka berniat jahat, kita sudah habis dari dulu.
Ya, diskusi memang tidak akan tuntas menghasilkan sebuah
kesimpulan yang akan disepakati semua pihak. Tapi diskusi menambah
wawasan baru, pemahaman baru yang mungkin menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang selama ini belum kita temukan
jawabannya.
Foto bersama komunitas BETA-UFO yang hadir di
acara gathering, 28 Desember 2008
40. 39
Sembari teman-teman yang lain diskusi, wartawan dari The Jakarta
Post dan majalah FHM meminta waktu untuk wawancara dengan
saya. Sebelumnya mereka juga telah mewawancarai rekan-rekan
yang lain.
Menjelang sore, ada seorang teman yang datang, namanya Andyono
Muharso. Saya berkenalan dengannya via email dan dia aktif di forum
Above Top Secret. Dia antusias untuk mendiskusikan fenomena UFO
yang terjadi di Indonesia di forum internasional. Salah satunya adalah
kasus yang terjadi di Alor di tahun 1959. Tentu saja yang dilakukan
masAndyono sangat berarti buat komunitas BETA-UFO. MasAndyono
menggunakan nama “KembaraLangit” dan dia adalah seorang reporter
Smart FM.
Tak terasa, ketika saya melihat jam tangan saya kembali, waktu sudah
menunjukkan hampir setengah lima. Dedi Susanto mau pamit karena
akan menghadiri pesta perkawinan sanak keluarganya. Teman-teman
yang lain kemudian juga berpamitan. Secara spontan teman-teman
juga membantu mengemasi barang-barang, melepas spanduk,
menggulung x-banner dan mencopoti gambar-gambar yang dipasang
di dinding.
Suasana menjadi sepi kembali, tapi di dalam hati tidak sepi. Ada
perasaan senang dan lega bahwa gathering kali ini berjalan dengan
lancar dan sukses. Terlihat dari antusiasme dan keseriusan yang hadir,
saya yakin bahwa acara ini membawa manfaat. Namun, di sisi lain,
tentunya harapan terhadap komunitas ini semakin besar. Pasti akan
ada yang bertanya, apa agenda BETA-UFO di tahun 2009? Ada
beberapa rencana kegiatan yang memang hendak saya bicarakan,
antara lain adalah rencana ufo camp dan juga lomba karya tulis tentang
UFO. Mudah-mudahan rencana ini bisa terwujud, barangkali bekerja
sama dengan pihak lain, seperti dengan Majalah Angkasa seperti
pelaksanaanAstro & UFO camp beberapa bulan yang lalu di Lembang.
Saya juga ingin mengajak rekan-rekan yang ada di Jakarta untuk bisa
membentuk organisasi BETA-UFO lebih solid, nyata dan kalau perlu
bisa mengadakan pertemuan tanpa harus ada kehadiran saya.
Gathering telah usai, kami semua beranjak meninggalkan area food
court STC Senayan. Yang masih tertinggal di sana adalah UcuAgustin
yang tampak asyik berinternet ria memanfaatkan fasilitas wi-fi gratis.
Rombongan saya kembali ke parkiran dan saya meminta Edy untuk
41. 40
mengantarkan ke Plaza Senayan, tujuan saya adalah ke toko buku
Kinokuniya. Di sana saya membeli buku “Underworld: The Mysterious
Origins of Civilization” karya Graham Hancok. Lumayan mahal juga,
Rp 280.000,- namun saya pikir pasti menarik isinya. Lalu, seperti
rencana sebelumnya, setelah dari Plaza Senayan, kami menuju ke
Pasar Festival di Kuningan. Saya makan malam dengan menu gudeg
Yogya sambil mendengarkan anak band menyanyikan lagu-lagu lama
dari Sheila On 7, dan lainnya yang merupakan kegemaran saya. Lalu,
saya beranjak ke tempat toko yang menjual buku bekas. Saya membeli
beberapa buku, yaitu “The Hiram Key” karya dua orang Freemason
yang bernama Christopher Knight & Robert Lomas. Buku ini
mengungkapkan beberapa fakta penting tentang akar Freemasonry.
Menurut para penulisnya, jelas sekali bahwa Masonry adalah
kesinambungan dari para Templar. Wah buku ini pasti menarik dan
menambah wawasan tentang secret society.
Di stand yang lain saya membeli dua buku karangan Jane Roberts,
yang nampaknya seorang channeler dari entitas yang bernama “Seth”.
Dua buku ini berjudul “The Nature of The Psyche: Its Human
Expression” dan “Seth Speaks”.
Waktu sudah menunjukkan jam 9 malam. Toko nampaknya sudah
berbenah mau tutup. Saya dan rombongan pulang kembali ke Tanjung
Duren. Esok hari sudah harus berbenah lagi untuk kembali ke
Surabaya. Naik kereta api Gumarang kelas bisnis juga, sambil
membayangkan perjalanan yang melelahkan selama 12 jam menuju
kota kelahiran saya, Surabaya.
Akhirnya, jika ada salah kata maupun terjadi false memory di sana
sini, mohon maaf yang sebesar-besarnya. Terima kasih telah
menyimak catatan perjalanan saya ini. Sampai berjumpa kembali para
sahabat.
46. 45
Sudah lama tidak menulis "notes" di FB. Kemarin, 6 Juni 2009, jalan-
jalan ke Galaxy Mall Surabaya untuk lihat pameran mainan di sana.
Sebenarnya bukan jalan-jalan biasa karena lebih dengan tujuan melihat
lokasi sebab hari ini, 7 Juni 2009, nanti jam 1 siang, mas Gatot Tri R.
akan memberi ceramah soal UFO kepada para pengunjung pameran.
Hal serupa pernah juga dilakukan saat BETA-UFO menjadi peserta di
pameran serupa di Malang. Saat ini memang BETA-UFO tidak ikut
pameran, namun pihak panitia meminta BETA-UFO untuk berceramah
soal UFO.
Saat berkunjung ke pameran kemarin, ada beberapa yang menarik
perhatian saya. Ada model figur tokoh-tokoh wayang, ada pembuatan
figur atau patung lucu yang menggunakan model sesuai dengan
keinginan kita, misalnya diri kita, anak, pasangan atau siapa saja. Selain
itu ada juga sebuah perangkat radio control yang berupa mini kapal
selam.
47. 46
Beberapa hari lalu, saya mendapat kiriman sebuah file powerpoint dari
seorang paman saya. Isinya bagus, tentang motivasi dan kehidupan.
Judul filenya "Beautiful Music and Thoughts.pps".Ada satu kalimat yang
menarik perhatian saya adalah, "A good plan for today is better than a
perfect plan for tomorrow". Kata-kata ini pernah diucapkan oleh George
S. Patton. Saya jadi berpikir, apa rencana saya hari ini?Apa juga rencana
saya untuk hari esok?
There is no coincidence. Sabtu,
28 Maret 2009, saya membaca
iklan di Jawa Pos. Unika Widya
Mandala membuka program
doktor (S3) untuk ilmu
manajemen. Apakah ini
jawaban atas pertanyaan tadi?
Apakah ini jalan yang akan saya
tempuh? Kuliah lagi?
Terakhir saya kuliah adalah
tahun 2004, lulus magister
psikologi dari Untag.
Sebelumnya saya kuliah di
psikologi Ubaya angkatan 1983.
Memang, menjadi tanda tanya,
sejauh mana perlunya
mengambil program doktor?
Perlukah menyandang gelar
doktor, terutama profesi saya
saat ini bukan seorang dosen atau pengajar? Saya memang pernah
mengajar di sebuah fakultas teknik industri di sebuah universitas di
Surabaya untuk mata kuliah SDM dan psikologi industri. Namun,
kalaupun saya tetap terus mengikuti program doktor ini, menurut saya
sepertinya ini sudah lama yang saya inginkan. Pertanyaannya, apakah
saya tidak terlambat untuk menjadi seorang doktor?
Belakangan fokus saya memang lebih pada fenomena UFO. Sayangnya
tidak ada program doktor ufologi. Saya sebenarnya menantikan Untag
48. 47
Surabaya membuka program doktor psikologi, namun tak kunjung
terlaksana. Sementara saya merasa usia berjalan terus dan pikir saya,
kalau tidak sekarang, kapan lagi?
Bidang studi manajemen, khususnya manajemen stratejik, bukan hal
baru bagi saya. Saya pernah kuliah di program MBA di Unitomo
Surabaya di tahun 1989. Sayangnya kemudian lulusan MBA ini tidak
diakui gelarnya secara akademik di Indonesia. Jadi, saya hanya
menggunakannya di kalangan bisnis. Saya hanya khawatir, mungkin
dalam 3 tahun ke depan, konsentrasi saya dalam mengamati maslaah
UFO bisa terpecah. Tugas-tugas kuliah tentu akan menyita banyak
waktu dan pikiran sehingga mungkin membuat saya tidak bisa seintensif
dulu. Namun, mudah-mudahan tidak. Minat saya terhadap UFO masih
tinggi dari dulu.
Saya tidak tahu, apakah rencana ini akan berjalan dengan lancar atau
tidak. Semoga kemudahan-kemudahan selalu ada.Akhirnya, saya ingin
mengutip yang saya baca di file presentasi tadi, yang pernah diutarakan
oleh Theodore Roosevelt, ” In any moment of decision the best thing
you can do is the right thing. The worst thing you can do is nothing.”
49. 48
Kamis pagi, Yuthi tiba-tiba mengeluh perut bagian kanan bawah sakit
tak tertahankan. Bagi yang belum tahu, Yuthi adalah istrku, mamanya
Tiko. Menduga bahwa ini kemungkinan radang usus buntu, terutama
karena sakitnya yang luar biasa (istilah medisnya kolik) di perut kanan
bawah, maka pergilah ke UGD. Hari itu sudah mulai libur, pemilu, dan
banyak dokter tidak praktek. Jum'at pagi, sakit kembali menyerang.
Perut di bagian bawah seperti diremas atau ditunjek dan tembus sampai
punggung, pinggang bagian belakang (kanan). Sabtu pagi, jam 8
berangkat ke Pramita Utama di Darmawangsa. Sungguh luar biasa lab
medik ini, penuh dan harus antre. Minggu, pagi tadi, Yuthi sempat sakit
lagi tapi sekarang sudah reda. Besok rencananya akan pergi ke dokter
urologiLumayan repot juga kalau sakit pas liburan...
51. 50
Pada tanggal 27 Juli 2009, di sekretariat GN berlangsung pertemuan
yang membahas bagaimana sebuah organisasi non pemerintah (Ornop
atau NGO) seperti GN, bisa menjadi sebuah organisasi yang hebat
serta berkelanjutan. Pertemuan ini difasilitasi oleh International Coun-
cil on Management of Population Programmes (ICOMP) dari Malaysia,
dengan dukungan dari Ford Foundation. Camilo A.B. Naraval, Jr., se-
nior programmer officer ICOMP, membawakan presentasi yang berjudul
“Scaling-Up Sustainability of Civil
Society Organizations in Indonesia:
Toward Organizational Excellence”.
Pertemuan ini diikuti oleh Dewan
Pembina, Dewan Pengurus, Dewan
Pengawas dan Kepala Divisi dari
GAYa NUSANTARA. Pelajaran yang
diperoleh dari pertemuan ini adalah
bahwa kebanyakan Ornop sangat
tergantung dari lembaga donor
52. 51
eksternal dan kurang mandiri secara finansial. Padahal ada banyak
cara untuk memobilisasi sumber daya, termasuk sumber finansial lain,
mulai dari pencarian donasi perorangan hingga upaya untuk melakukan
penggalangan dana.
Dalam kesempatan ini, dilakukan juga pengukuran ”Sustain Ability” dari
organisasi yang indikatornya meliputi “Organizational Viability”, “Pro-
gram Effectiveness”, “Financial Security” dan “Enduring Impact”. Hasil
pengukuran ini sangat menarik sebab dapat memberi informasi yang
sangat berharga untuk meningkatkan kinerja dari organisasi. Jun,
panggilan akrab Camilo A.B. Naraval, mengatakan bahwa adalah
teramat penting untuk sebuah organisasi agar memiliki kemampuan
dan fokus untuk memobilisasi sumber daya sehingga menjadi penopang
yang kuat, termasuk bagaimana menjalin hubungan yang jauh lebih
baik dengan komunitas serta stakeholder yang ada. Namun juga perlu
untuk diingat, sumber daya organisasi tidak semata adalah soal dana,
tapi juga hal-hal lain yang non-finansial tapi juga sangat perlu, seperti
suplai material, ruang gedung, manusia dan juga informasi.
55. 54
Tadi pagi jemput ibuku (oma Wuri) di bandara Juanda, penerbangan
dari Singapore di mana sebelumnya datang dari Amerika,
mengunjungi keluarga adikku yang ada di sana. Lumayan dapat
oleh-oleh 17 buku tentang UFO dan alien, yang dibelikan oleh adikku
lewat ebay dan ada satu buku UFO yang berjudul "UFO in Her Eyes",
sebuah novel tentang UFO dengan setting di masa depan (tahun
2012) karya Xiaoulu Guo yang dibeli di Singapore.
59. 58
Periksa ke dokter kandungan....
Note: Setelah beberapa bulan periksa rutin di poli RKZ, akhirnya pindah ke
RS IBI (Ikatan Bidan Indonesia) di Jl. Dupak, Surabaya.
61. 60
Barusan selesai lihat film The Fourth
Kind. Film ini tentang kasus
penculikan oleh alien, tidak ada
spesifik cerita sehingga aku pikir tidak
akan masalah dengan spoiler.
KalauAnda mengharap akan melihat
sosok alien atau UFO dalam film ini,
Anda akan kecewa. Film ini dibuat
seakan-akan kisah nyata, namun
saya meragukan itu terjadi karena
sejauh ini tidak ada pembahasan
kasus alien abduction yang
disebutkan di film ini. Film ini bergaya
model seperti dokumenter, bahkan
menampilkan dua sosok yang
diperankan oleh bintang film, serta
sosok lain yang dianggap "orang yang sebenarnya". Tema yang diangkat
jelas alien abduction, dan si pemeran utama adalah psikolog yang
melakukan hipnoterapi terhadap beberapa kliennya yang mengalami
susah tidur dan menceritakan pertemuan dengan makhluk aneh.
Film ini agak mirip dengan film-film sebelumnya seperti Night Skies,
walau di sini tidak ada sosok alien yang nampak sebab saat
"kedatangan" videonya selalu mengalami gangguan sehingga tidak
terekam. Namun maksud saya adalah, sosok yang menculik ini bisa
dipersepsikan sebagai makhluk yang buruk. Film ini juga mencoba
mengangkat seorang ahli sumeria yang memberi penjelasan tentang
kehadiran makhluk cerdas di masa lalu (sekitar 4000 SM).
Film ini tidak mengutamakan alur cerita dan bergaya ala Blair Witch
Project dan Cloverfield. Kalau Anda tidak tertarik soal alien abduction
secara serius, film ini akan sangat tidak menarik karena bukan tergolong
62. 61
film untuk hiburan. Sebagai sebuah film thriller, juga tidak pas karena
tidak mencekam. Bagi yang pernah mengalami pengalaman serupa,
film ini akan memberi pemahanan baru, meski dalam banyak hal
nampaknya pembuat cerita film ini mau menampilkan keadaan yang
buruk saat terjadinya kontak jenis keempat ini.
86. 85
Kamis pagi, 29 juli 2010, saya menghadiri
undangan seminar dari Universitas Ciputra
tentang Culture & Innovation yang dibawakan
oleh Prof. Uichol Kim dari Inha University, Ko-
rea. Materi yang disampaikan sungguh menarik
dan bermanfaat. Berikut adalah sebagian dari
apa yang disampaikan.
Manusia dalam organisasi adalah solusi
sekaligus problem untuk inovasi dan kreativitas.
Memang, untuk menunjang proses inovasi dibutuhkan adanya manusia.
Namun mengelola manusia tidak mudah, terlebih orang yang bekerja
di perusahaan adalah orang dewasa. Mengapa orang dewasa
kebanyakan punya hambatan dalam hal ini?
Menurut Prof Kim, orang dewasa telah memiliki masa lalu sehingga
hal ini sering menghambat untuk maju ke depan. Berbeda dengan anak-
anak dan remaja yang boleh dibilang tidak punya ‘past’, membuatnya
lebih terbuka (open) terhadap hal baru di masa depan, tidak ragu dan
berani mengambil resiko. Saya setuju dengan hal ini. Ketika saya
pertama kali membuka usaha di usia 24 tahun, setelah lulus sarjana,
seperti tidak ada hambatan dalam diri. Berbeda dengan bertahun-tahun
kemudian, ketika saya ingin lagi mengembangkan usaha baru, saya
mengalami keraguan, banyak pertimbangan, apakah akan bisa berhasil
seperti dulu?Atau jangan-jangan malah rugi sehingga membuat usaha
yang telah dibangun jadi terganggu. Adanya ’past’ ini membuat saya
kurang open terhadap masa depan. Apa yang disampaikan Prof Kim
memberi inspirasi kepada saya bagaimana saya harus mengubah mind-
set saya.
Prof Kim juga mengemukakan bahwa mengenal diri sendiri itu adalah
hal yang paling rumit. Hambatan terbesar justru biasanya datang dari
diri sendiri. Ketika kita menghadapi krisis atau sebaliknya sebuah
peluang, ada dua kemungkinan sikap yang kita ambil. Pertama adalah
helpless, merasa tak berdaya, sehingga akhirnya kehilangan harapan;
dan yang kedua adalah sikap entrepreneur, di mana kita berusaha
Prof Kim
87. 86
melakukan inovasi. Baik
krisis dan peluang harusnya
dihadapi secara positif dan
berusaha untuk melakukan
inovasi.
Memang pada prakteknya
tidak sederhana. Untuk
mengelola sebuah bisnis
perlu memahami tiga hal.
Tiga hal itu menurut Prof Kim
adalah bisnis, people dan
self (dri sendiri). Seperti
dikemukakan tadi,
memahami diri sendiri ini
yang tidak mudah. Orang
bisa belajar bisnis, bisa
memperdalam ilmu soal manusia (psikologi), namun untuk memahami
diri sendiri tidak mudah.
Kesulitan ini dikarenakan semua ini tergantung bagaimana kita
mempersepsi realitas. Sebuah realitas yang harusnya sama, bisa
dipersepsi secara berbeda oleh orang yang berbeda. Kalau kita tidak
memahami diri sendiri, boleh jadi kita bisa ’disesatkan’ oleh persepsi
kita sendiri. Antara apa yang kita ketahui dan dengan yang kita lihat
juga mempengaruhi perilaku kita. Pertanyaannya, apakah kita
mempercayai apa yang kita ketahui, atau yang kita lihat?
Ketika seseorang berhadapan dengan realitas, sebenarnya yang ada
adalah persepsi. Untuk memahami realitas, ada dua faktor yang
mempengaruhi, yaitu pertama adalah budaya (culture) dan yang kedua
adalah aspek fisiologis. Dari segi budaya, kita menggunakan bahasa
dan simbol. Hal ini sesuai dengan apa yang saya pelajari dalam sosiologi
mengenai interaksi simbolik. Mau tidak mau hal ini juga tergantung
dari konsep diri seseorang, yang akan mempengaruhi persepsinya.
Dari aspek fisiologi, kita mempersepsi realitas melalui indera yang kita
punya.
Sehubungan dengan entrepreneurship, menurut Prof Kim, seseorang
yang cenderung mudah takut, mudah cemas, ragu-ragu, tidak akan
88. 87
bisa menjadi seorang entrepre-
neur. Sebenarnya, ada jalan
keluar untuk mengatasi rasa
takut ini, yaitu dengan
menambah pengetahuan. Kita
sering takut atau cemas karena
kita tidak tahu. Jika kita tahu
dalam artian punya knowledge,
hal ini bisa mengurangi rasa
takut. Sama seperti kita akan
ragu untuk potong rambut di
penata rambut yang tidak kita
kenal. Memiliki pengetahuan,
itu berarti kita tahu akan masa
lalu dan dengan demikian kita
bisa memprediksi masa depan.
Menurut Prof Kim ada 10 faktor
penting dalam bisnis, yaitu: Big, Speed, Power, Persistence, Organiza-
tion, Stealth, Differentiation, Focus, Marketing (menarik pihak lain), dan
Quality. Tentu kalau hal itu berdiri sendiri-sendiri, misalnya perusahaan
itu hanya “Big” maka juga bisa mengalami kegagalan kalau dia tidak
adaptif dengan lingkungannya. Namun perusahaan yang besar itu pada
umumnya bisa survive karena dengan more volume itu berarti more
profit.
Kembali ke soal kreativitas, ada 3 hal utama yang perlu ada menurut
Prof. Kim, yaitu: (1) Idea, (2) Resource, dan (3) Skills. Adanya ketiga
hal ini akan menghantarkan proses kreatif menuju sasaran yang
diinginkan. Namun tiga hal ini perlu dikelola dan dilakukan supaya apa
yang semula adalah ide bisa terwujud.
Menjadi kreatif sebenarnya tidak harus muluk, sebab kreativitas itu bisa
dengan mengubah yang semula tak berguna menjadi berguna. Misalnya
ada lahan yang semula tandus, tidak bermanfaat, akhirnya bisa menjadi
sebuah daerah pemukiman yang bagus. Proses kreatif juga bisa
mengubah dari yang tidak berbentuk (formless) menjadi sebuah bentuk
(structure). Intinya adalah dari proses destructive menjadi construc-
tive. Bahkan membuat dari yang semula sulit dan mengubahnya
menjadi mudah, itu juga hasil sebuah proses kreatif. Namun yang pal-
89. 88
ing penting, ada dua hal yang menjadi dasar agar orang itu kreatif,
yaitu kedisiplinan dan kemauan sering berlatih. Tanpa dua hal ini,
mustahil ada kreativitas. Ini juga sesuai dengan apa yang diungkapkan
Thomas Alva Edison, bahwa jauh lebih penting adalah kerja keras.
Kedisiplinan itu sangat penting.
Prof Kim juga memberikan tips bagaimana meningkatkan potensi diri.
Idenya sederhana, yaitu ubahlah lingkunganmu. Bagaimana misalnya?
Menurutnya salah satunya adalah ganti teman-teman kita. Menurutnya,
teman-teman lama umumnya memiliki karakteristik yang sama, dan
ini tidak akan membuat kita berubah. Adanya teman baru akan bisa
membawa pengaruh untuk perubahan.
Tips berikutnya adalah cobalah untuk memahami setiap pengalaman
yang terjadi. Belajar dari pengalaman itu penting. Karakter yang kuat
umumnya dibentuk dari situasi yang kacau, bukan kondisi yang nyaman.
Oleh karena itu, sehubungan dengan pendidikan, Prof Kim menerapkan
sistem untuk membuat mahasiswanya menderita, artinya diberi banyak
tugas dan tantangan. Baginya, no pain no gain. Prof Kim juga
mengatakan, apa yang membedakan seseorang akan menjadi
pemenang dan yang tidak, adalah persistence. Seperti yang
dikatakannya. ”in the last minutes, the winner can still run.”
Sebenarnya masih banyak yang disampaikan oleh Prof Kim. Satu hal
yang tidak boleh diabaikan adalah “be ethical”. Dalam berbisnis, kita
harus menggunakan etika. “Do the right thing,” begitu katanya. Memang,
banyak tantangan bagi bangsa Indonesia untuk mengejar ketinggalan.
Jika di tahun 60-an, Indonesia 6 kali lebih kaya dari Korea, namun 50
tahun kemudian, justru Korea yang 6 kali lebih kaya dari Indonesia. Hal
itu tak lepas dari budaya bangsa Korea yang siap berkorban (sacrifice)
dan siap bekerja keras.
Prof Kim mengemukakan bahwa hal itulah yang ditanamkan pada anak-
anak Korea. Berbeda dengan penelitiannya di Indonesia, Prof Kim
menemukan bahwa bangsa kita mengharapkan ‘caring & sharing’. Hal
ini saya coba uji ketika saya kembali ke kantor saya dan bertanya ke
staf saya, apa yang diharapkan anak-anak dari orang tuanya,
jawabannya ternyata persis, yaitu: kasih sayang. Jawaban ini sepertinya
indah, tapi pada kenyataannya membuat budaya kita cenderung untuk
ingin mendapat asuhan dan diperhatikan.
90. 89
Ada pertanyaan dari salah seorang peserta, apakah budaya ini bisa
berubah? Prof Kim mengatakan bisa, namun seringkali tidak berubah
sesuai dengan apa yang kita rencanakan. Walau demikian, Prof Kim
sangat optimis bahwa Indonesia di masa mendatang akan menjadi
negara yang inovatif. Mengapa? Karena menurutnya, kreativitas akan
lahir dalam keanekaragaman (diversity). Bangsa Indonesia ini beragam,
jadi peluang untuk kreatif sangat besar. Apa yang dikatakan tentu
memberi harapan. Namun kita juga harus ingat bahwa seperti
dikemukakan tadi, kreativitas tidak bisa datang secara tiba-tiba. Perlu
kedisiplinan dan terus menerus berlatih. Seperti kata pepatah, “Prac-
tice makes better”. Pertanyaannya, siapkah kita untuk berubah? Maukah
kita mengkonstruksi budaya inovatif untuk kemajuan bangsa?
Sebenarnya Indonesia adalah yang penuh sumber daya (resource).
Seperti kata-kata di sebuah lagu Koes Plus, tongkat kayu dan batu jadi
tanaman. Namun jangan-jangan karena kenyamanan ini membuat kita
maunya santai saja dan merasa puas dengan apa yang ada.
94. 93
Mengajar di Prisma Profesional, kelas Busi-
ness Management mulai tahun 2010 hingga
2012. Mulai dari kampusnya di Jl. Bubutan,
kemudian ke Ambengan dan terakhir di
kawasan ruko Mangga Dua, Surabaya.
95. 94
Pagi ini, 4 September 2010, saya
menghadiri acara Kuliah Perdana
Program Pascasarjana Unika Widya
Mandala. Teringat setahun yang lalu,
saya menghadiri peristiwa serupa,
bersama teman-teman yang
mendaftar S3 Ilmu Manajemen.
Dengan dimulainya angkatan ke-2
program doktor ini, kami sekarang
mempunyai adik kelas. Ada 6 orang
yang ikut program S3, yang
rencananya akan mengambil konsentrasi manajemen stratejik dan
manajemen keuangan. Acara dimulai jam 9 lebih 10 menit, dengan
kata sambutan oleh Bu Marini, wakil direktur program pascasarjana,
mewakili Prof. Dr. Wuri Soedjatmiko yang sedang bertugas ke luar
negeri.
Kuliah perdana program pascasarjana kali ini dibawakan oleh Tjan Soen
Eng, PhD. Beliau juga merupakan salah seorang dosen yang mengajar
mahasiswa S3 dan juga S2 (Magister Manajemen). Topik kuliah perdana
yang dibawakan berjudul "Inovasi dengan Jiwa Kewiraswastaan",
membahas soal pentingnya mindset entrepreneurship dan juga inovasi.
Dunia ini berubah karena adanya orang-orang yang inovatif. Menjadi
inovatif tidak semata harus dimiliki oleh seorang pebisnis, namun juga
di kalangan lembaga pendidikan dan pemerintah. Menurut pak Soen
Eng, entrepreneur selalu ingin mengubah keadaan status quo. Inovasi
tidak cukup untuk dikatakan, apalagi cuma dalam ide, namun harus
dilaksanakan. Banyak orang yang punya ide bagus, namun kandas
saat implementasi. Bahkan mungkin sudah ragu sebelum mulai
bertindak. Entah takut gagal, kuatir disalahkan jika gagal, atau malu
jika idenya ditertawakan orang lain.
Pak Tjan Soen Eng mengutip 12 karakteristik orang sukses yang
diambilnya dari buku "The Richest Man in Town, The Twelve
96. 95
Commandements of Wealth", karangan Randall Jones. Dua belas hal
itu adalah:
• Seek not money
• Find your perfect pitch
• Be your own boss
• Get addicted to ambition
• Wake up early, be early
• Fail to succeed
• Execute or get executed
• Location does not matter
• Moor yourself to morals
• Say yes to sales
• Borrow from the best, and the worst
• Never retire
Dijelaskan oleh pak Soen Eng bahwa ketika seorang entrepreneur
berbisnis, sebenarnya uang bukanlah tujuan utamanya. Passionnya
untuk membangun usahanya, memberi nilai tambah pada produk/jasa
yang dijualnya, adalah merupakan hal yang lebih penting. Intinya, jangan
terpatok pada tujuan cari uang, namun "the joy is in the journey." Hal
berikutnya adalah bagaimana kita melakukan apa yang kita sukai. Hal
ini sama seperti yang disampaikan oleh Steve Jobs dalam pidatonya
pada saat menghadiri acara wisuda di Stanford University, "You've got
to find what you love."
Keduabelas perintah di atas memang menarik untuk dikupas satu
persatu, namun ada hal yang bagi saya penting yaitu "execute or get
executed". Kita sering membuat rencana bahkan menyusun
serangkaian gagasan dan tujuan yang hendak dicapai. Semua itu
dengan tujuan agar visi kita terwujud. Namun rencana tanpa eksekusi
adalah sebuah halusinasi. Goals are great but execution is essential.
Kita sering duduk berjam-jam mengikuti rapat, namun jika semua itu
tidak dilaksanakan, ya akan percuma.
Saya jadi teringat di kuliah Metodologi Penelitian yang dibawakan oleh
Prof Ferdinand Augusty, beliau mengawali perkuliahan dengan
97. 96
memberikan sebuah kalimat dalam bahasa latin: "gutta cavat lapidem
non vi sed semper cadendo" atau artinya "tetesan air melubangi batu
bukan karena kekuatannya, melainkan karena selalu jatuh di tempat
yang sama". Beliau mengajarkan agar sebagai mahasiswa kita memiliki
ketekunan ibarat air yang menetes terus menerus yang akhirnya bisa
melubangi batu. Di situlah letak ujian sebenarnya, karena proses belajar
ini bukan proses yang instan namun harus dilakukan dengan penuh
semangat dan persistent.
Kini, bagi saya dan teman-teman yang sudah menyelesaikan mata
kuliah tatap muka di kelas, tantangan masih baru akan dimulai.
Menghadapi berbagai proses seleksi, ujian kualifikasi, proposal hingga
melakukan penelitian serta penulisan disertasi. Jangan sampai suatu
saat kita akan dihadapkan pada situasi "execute or get executed." Saat
inilah diuji sejauh mana passion, motivasi dan persistensi kita. Memang
ada kalanya kita terlena dengan kesibukan sehari-hari, dengan
pekerjaan yang sangat padat, namun ada tugas yang tidak boleh
diabaikan. Saya teringat pada sebuah pepatah Cina kuno yang
mengatakan, "Perjalanan 1000 mil dimulai dari satu langkah." Kita harus
menyelesaikan apa yang sudah dimulai.
99. 98
Hari Kamis, 23 September 2010,
saya mengikuti kuliah filsafat yang
disampaikan oleh Romo Adrian
Adiredjo, OP. Kuliah filsafatnya
mengenai lima jalan membuktikan
eksistensi Tuhan menurut St. Tho-
mas Aquinas (Summa Theologiae,
I, q. 2, a. 3). Ada 5 argumen, yaitu:
(1) gerak (2) penyebab efisien (3)
keberadaan niscaya (4)
kesempurnaan, dan (5) keteraturan/
order.
Berikut adalah penjelasannya:
Yang pertama adalah tentang gerak
(motion). Gerak itu berarti berubah,
yaitu perubahan dari potensi ke ac-
tus. Hal ini berdasarkan teori Aristoteles tentang actus potensi. Apa itu
potensi? Potensi adalah sesuatu dari benda yang belum menjadi realitas
namun punya kemungkinan untuk menjadi sesuatu, misalnya: air
berpotensi menjadi uap. Seorang dosen berpotensi menjadi seorang
profesor. Sementara actus adalah sesuatu yang telah menjadi realitas.
Potensi ini akan menjadi actus melalui agent of change. Tidak mungkin
potensi ini berubah sendiri tanpa ada agen perubahan. Misalnya air
tidak akan menjadi uap, walau dia berpotensi menjadi uap, tanpa adanya
panas hingga 100 derajat celsius yang membuat air menjadi uap.
Contoh lain adalah, jika diumpamakan kita mengatur sebuah susunan
domino balok yang berjajar, di mana ketika satu balok jatuh akan
membuat balok di depannya jatuh. Maka jika satu dijatuhkan maka
semua balok domino ini akan jatuh. Itu artinya, dominoA bergerak jatuh
menyebabkan domino B bergerak jatuh dan menimpa domino C,
demikian seterusnya. Pertanyaan filsafatnya adalah, kita melihat bahwa
100. 99
alam semesta ini selalu berubah (ibarat domino jatuh), sehingga
bagaimana atau apa yang mem buat jatuhnya domino pertama? Tho-
mas Aquinas yang mengembangkan filsafat Aristoteles, menyebut hal
itu sebagai the first mover. First mover ini menurut Thomas Aquinas
adalah supreme being, sementara menurut aristoteles adalah energia.
Dengan pemikiran ini, maka harus ada penggerak pertama, dan itu
bukti eksistensi supreme being, di mana supreme being ini kalau
menurut agama adalah Tuhan. Itu dalil yang pertama...
Dalil kedua adalah penyebab efisien (efficient cause). Sesuatu itu ada
karena disebabkan oleh yang lain. Misalnya, api itu ada karena ada
korek, atau karena ada lilin. Dalil kedua ini dalil yang sering dibicarakan
orang, yaitu misalnya kita ada karena orang tua kita, orang tua kita ada
karena orang tuanya lagi. Demikian seterusnya sehingga dengan dalil
yang kedua ini, jika ditarik bahwa eksistensi sesuatu disebabkan karena
yang lain, maka secara logika tentunya ada yang pertama, di mana
ada yang eksistensinya tidak ditentukan oleh yang lain. Nah ini yang
menurut thomasAquinas adalah Tuhan (being yang eksistensinya tidak
disebabkan oleh yang lain).
Yang ketiga adalah keberadaan niscaya (nessecary). Artinya niscaya
adalah selalu ada, tidak pernah menjadi dan tidak pernah berakhir untuk
ada. Penjelasannya adalah sebagai berikut. Kita ada saat ini, suatu
saat akan menjadi tiada. Dulu belum ada laptop, sekarang ada laptop,
dan suatu saat pasti laptop ini juga tidak ada lagi (digantikan yang lain).
Dulu ada dinosaurus, sekarang tidak ada. Dulu belum ada manusia,
sekarang ada manusia. Padahal, untuk mengadakan ini, perlu ada
sesuatu yang harus selalu ada, dan tidak pernah diciptakan dan tidak
pernah ada matinya (tidak akan musnah). Itu dalil ketiga, bahwa harus
ada yang selalu ada, dan itu disebut sebagai supreme being, atau Tuhan
jika menurut agama katolik, agamanya Thomas Aquinas.
Dalil keempat adalah kesempurnaan. Kita sering menganggap bahwa
itu manusia sempurna. Tapi mengapa kita tahu bahwa kita sempurna?
Ini berarti kita tahu ada yang tidak sempurna, ada yang kurang
sempurna, ada yang cukup sempurna, ada yang lumayan sempurna,
ada yang sangat sempurna dan ada yang mutlak sempurna. Contoh
lain misalnya, anjing yang sempurna itu bagaimana? Anjing yang
sempurna misalnya yang berkaki empat, matanya dua, punya mulut,
hidung, ekor. Tapi kalaupun ada ajing yang misalnya kakinya hanya
101. 100
tiga, dia tetap anjing, kan? Namun dia akan disebut anjing yang kurang
sempurna.
Nah, di sini kita punya konsep bagaimana yang dimaksud sempurna
itu. St. Thomas Aquinas memang menggunakan dalil ini dengan pola
pikir Plato. Ada idea yang sempurna. Semakin mendekati
"kesempurnaan", kita mengetahui bahwa sesuatu itu makin sempurna.
ThomasAquinas juga menunjukkan bahwa dengan keberadaan reaitas
yang ada, kita bisa mengatakan bahwa sebenarnya eksistensinya belum
mutlak sempurna. Namun karena kita punya konsep kesempurnaan,
tentunya ada yang mutlak sempurna. Lalu... yang kesempurnaan itu
sendiri apa? Siapa? Itu yang oleh Thomas Aquinas disebutkan sebagai
supreme being, sesuatu yang eksistensinya harus mutlak sempurna.
Dalil yang kelima adalah dalil keteraturan (order by intelligence).
Perjalanan semua hal di alam semesta ini berjalan menuju akhir. Tapi
dalam perjalanan menuju akhir ini, ada keteraturan... yang berarti,
semua yang terjadi ini mempunyai tujuan. Bahkan cacing tanah pun
eksistensinya punya tujuan. Hal lain misalnya, kalau kita mengalami
penderitaan, itu juga ada tujuannya. Keteraturan ini, menurut Thomas
Aquinas, tentunya diatur oleh sesuatu yang sangat cerdas. Bayangkan
kalau dunia kita ini tidak teratur. ObatAyang harusnya menyembuhkan
penyakit B, tapi karena tidak teraturnya alam semesta ini, maka obat A
tidak mesti menyembuhkan penyakit B. Contoh keteraturan lain, jika
saya menekan keyboard laptop huruf G, maka yang keluar di layar
juga G. Nah, alam semesta juga bekerja dengan keteraturan dan setiap
kejadian punya tujuan. Semua diatur oleh yg cerdas. Jadi, yang cerdas
ini siapa? Thomas Aquinas menunjukkan bahwa ini bukti eksistensi
supreme being.
Supreme being itu apa atau siapa? Kalangan new age mungkin akan
menyebut ini sebagai energi alam. Mungkin juga The Law. Tapi sebagai
orang katolik atau beragama, kita menyebutnya itu sebagai Tuhan. Ini
adalah masalah terminologi kata. Semua itu sebenarnya sama, namun
orang sering terjebak dalam esensialisme yang berusaha mendefinisi
tentang Tuhan yang kemudian membatasinya sehingga nampak
berbeda.
Manusia memang makhluk yang mencari pengertian. Man's search
for meaning. Ingin mengerti tentang alam semesta ini, ingin paham
102. 101
tentang dirinya, dari mana dia dan akan kemana. Jika orang tidak
mempunyai dasar yang kuat dan menelan mentah-mentah, kita tidak
bisa berpikir kritis dan open minded. Romo Adrian Adiredjo juga
menjelaskan, ketika seseorang kurang memahami dasar-dasar sebuah
ajaran, sering jatuh pada fideisme. Apa itu fideisme? Fideisme adalah
kepercayaan buta, namun karena dia hanya comot sana comot sini
ajaran yang cocok dengan dirinya, atau yang mudah dipahami (yang
pas dengan dirinya), maka meski dia tampak mengimani sungguh-
sungguh keyakinannya, namun dasarnya sangat lemah. Orang mungkin
menonton film The Secret, kemudian merasa cocok, maka diimani
sebagai kebenaran. Melihat film “What the bleep”, kemudian cocok,
maka diimani, bahkan mungkin nonton film The Matrix, jika merasa
cocok akan diimani juga sebagai sebuah kebenaran. Tentu bukan suatu
hal yang terlarang untuk mencerna informasi, namun ada baiknya kita
tetap berpikir secara kritis. Bahkan menurut Romo Adrian, agama yang
baik juga harus siap dikritik.
107. 106
Ryan ulang tahun yang ke 15 pada tanggal 15 November 2010.
Dirayakan bersama anak-anak di panti asuhan Matahari Terbit di Jl.
Kombes M. Duryat, Surabaya, tanggal tanggal 16 November 2010.
110. 109
Dua hari saya mengikuti workshop English Journalism. Membangkitkan
semangat untuk menulis lagi di media. Jadi lebih tahu tentang
bagaimana cara menulis yang benar. Saya akan coba share secara
singkat apa yang saya peroleh dari acara yang diselenggarakan oleh
The Jakarta Post bersama Pasca Unika Widya Mandala.
Fasilitator workshop adalah Riyadi Suparno, editor senior dari The
Jakarta Post. Di sesi pertama, Riyadi menjelaskan tentang pentingnya
"trust" dalam bisnis pers. Media membangun trust dari pembacanya.
Jika kehilangan trust, maka akan ditinggalkan. Untuk itu ada etika dalam
jurnalisme, yakni kejujuran, obyektiivtas, verifikasi dan menghormati
sumber berita.
111. 110
Tadi pagi seperti yang telah
dijadwalkan beberapa minggu lalu,
saya berangkat ke kampus Universi-
tas Ciputra (UC) sekitar pukul 7.30.
Perjalanan memang lumayan jauh
dari rumah saya, kalau jalanan sepi
dan ngebut memang setengah jam
bisa sampai. Tapi kalau agak macet,
bisa hampir sejam.
Namun pagi ini agak berbeda,
dikarenakan hujan deras yang
disertai petir tadi malam, jalan-jalan
banyak yang banjir. Ketika memasuki
jalan Margomulyo, kawasan industri,
saya melihat banyak orang duduk-
duduk di sepeda motor. Semula saya
mengira mereka adalah buruh pabrik
yang akan berdemonstrasi. Kemarin memang banyak buruh kawasan
Surabaya yang demo karena upah minimum buruh Gresik lebih tinggi
dari buruh Surabaya. Ternyata dugaan saya keliru.
Memasuki beberapa ratus meter, mulai terlihat genangan air di jalan.
Wah, banjir! Bukan hanya itu saja, ternyata banjirnya termasuk tinggi,
hingga selutut. Sudah masuk ke jalan ini, susah untuk putar kembali.
Apalagi jalan lain untuk menuju UC dari arah jalan Kalianak hanya ini
satu-satunya. Saya naik motor, kalau sampai berhenti, pasti kaki harus
turun dan alamat sepatu, kaus kaki dan celana akan basah. Belum lagi
kemungkinan mesin mogok. Wah, jangan-jangan ini ada konspirasi
alien supaya saya tidak bisa bicara soal UFO di UC. Tapi saya nekad
jalan terus, biarpun yang lain berhenti, saya tetap melaju dengan
persneling satu.
Banjir makin dalam saat melewati di bawah jalan tol "tandes - Gresik".
Kaki kiri kanan sudah mencicipi dinginnya air banjir. Ombak juga cukup
112. 111
besar karena banyak kendaraan besar yang lewat melaju tak mau kalah
dengan sepeda motor. Akhirnya berhasil melalui tantangan banjir. Saya
kemudian berhenti sejenak di depan SPBU, melepas sepatu, memeras
kaos kaki dan menelepon ke rumah. Waktu itu saya lihat jam masih
pukul 8.10. Masih cukup waktu saya pikir, sebab acara jam 9 pagi.
Perjalanan dari Margomulyo ke kampus UC kira-kira akan butuh
setengah jam, dan masih ada waktu untuk menyiapkan diri nanti
sebelum acara dimulai.
Setelah sepatu lumayan kering, saya berangkat lagi dan jalanan lancar.
Tapi ternyata kelancaran ini tidak berlangsung lama. Masuk ke jalan
Tandes dan belok ke arah Balongsari, macetnya minta ampun! Satu
jalan penuh dikuasai oleh motor dari arah berlawanan. Hanya disisakan
satu lajur untuk motor lewat dari arah saya. Wah, ini tantangan kedua.
Cukup lama macet tidak bergerak di sana. Sementara waktu tidak bisa
dihentikan dan terus berjalan.
Kesabaran seperti sedang diuji dan akhirnya berhasil belok ke jalanan
Balongsari dan relatif lancar. Jam sudah menunjukkan 8.35. Motor tidak
bisa dikebut karena jalanan meski lancar tapi banyak kendaraan.
Tantangan kedua bisa dilalui. Seperti sedang main game, apakah akan
menghadapi tantangan lain lagi?
Melewati jalan Manukan hingga Citraland boleh dibilang tak ada
hambatan. Akhirnya tiba di kampus UC lima menit sebelum acara
dimulai. Tantangan berikutnya memang ada, yakni perut tiba-tiba lapar.
Mungkin stress menghadapi banjir dan macet tadi. Di lantai dua ada
kios yang jual es jus, dan beli jus mangga. Minum, dan menuju ke
ruangan namun belum ada orang di sana. Untung tidak terlambat.
Sekitar jam 9 lebih sedikit beberapa orang mulai datang. Saat ini di UC
sedang ada kegiatan UAS (Ujian Akhir Semester) sehingga banyak
dosen yang harus bertugas menjadi penjaga ujian. Acara ini
diselenggarakan oleh Library (Perpustakaan UC) dan diadakan sebulan
sekali (Jum'at pertama). Nama acara ini adalah Sharing Knowledge
Time (SKT) dan untuk edisi Desember 2010 mengundang saya untuk
berbagi pengetahuan tentang UFO. Dibuka oleh Ibu Kathy Mamahit,
kepala perpustakaan, dan kemudian saya memulai presentasi saya
tentang fenomena UFO.
113. 112
Saya mulai menyampaikan tentang terminologi UFO dan piring terbang.
Kemudian mulai masuk pada klasifikasi penampakan UFO yang dibuat
oleh J. Allen Hynek. Beberapa kasus UFO yang kontroversial di Indo-
nesia (kepulauan Alor) dan Papua New Guinea di tahun 1959 saya
bahas juga, termasuk insiden UFO yang ditembaki oleh meriam artileri
pertahanan di Surabaya di tahun 1964. Saya juga menampilkan
beberapa foto UFO di Indonesia, tipe makhluk-makhluk alien.
Saya juga menjelaskan tentang dua fenomena lain yang berkaitan
dengan UFO, yakni crop circle dan alien abduction. Bukti keunikannya
dari crop circle adalah tanaman bengkok bukan karena patah namun
melengkung, seakan terkena panas dan bukan karena ditekuk.
Demikian juga dalam kasus alien abduction, ditemukan bukti adanya
implant yang misterius. Memang ada fenomena lain yang sering
dikaitkan dengan UFO, seperti
segitiga bermuda, namun saya
hanya membatasi pada dua hal itu.
Beberapa kasus alien abduction juga
saya kemukakan termasuk yang di
Indonesia, seperti yang dialami oleh
Gatot dari Surabaya dan juga yang
baru-baru ini ramai dibicarakan di
kalangan pengamat ufo, yakni yang
dialami oleh seorang warga
Sukabumi.
Menjelang akhir presentasi saya
menampilkan tentang teori astronaut
purba dari Erich von Daniken dan
Zecharia Sitchin. Memang saya
hanya mengulas secara sepintas
saja, dengan beberapa foto pendukung.Acara berakhir dan saya diberi
kenang-kenangan berupa buku dan saya juga memberi buku tulisan
saya.
Pulang dari kampus UC menuju ke rumah sekitar jam 11 ternyata masih
menghadapi tantangan yang sama yaitu banjir. Tapi tidak ada masalah
dan bisa sampai di rumah dengan aman. Bahkan saya sempat mampir
ke Kampung Ilmu, tempat penjual buku bekas, dan saya membeli
114. 113
beberapa buku, namun bukan buku UFO, melainkan buku manajemen.
Maklum mesti siap-siap menulis proposal untuk ujian kualifikasi.
Saya senang sekali hari ini dan terima kasih untuk UC Library yang
telah memfasilitasi sharing tentang UFO ini.
Surabaya, 3 Desember 2010
Nur Agustinus
115. 114
Bersama Ragil Sugiharto memberi pelatihan kepada
pegawai BPN Surabaya di Hotel Satelit, Jl. Mayjen
Sungkono, Surabaya, pada tanggal 3 Desember 2010.