Modul ini membahas penggunaan bahasa dalam logika, termasuk tiga fungsi bahasa utama (informasi, ekspresif, dan direktif), perbedaan denotasi dan konotasi, hubungan antara bahasa dan logika, serta pentingnya memahami makna kata secara tepat dalam berargumentasi.
1. Modul 2.1. Ilmu Alamiah Dasar Penggunaan Bahasa
Penggunaan bahasa
Tujuan pembelajaran:
"Penggunaan bahasa" fokus pada bagaimana sebuah pengertian dari fungsi-fungsi bahasa itu
penting dalam logika. Bahasa adalah sebuah alat yang kompleks, dan sebagai mahasiswa yang
sedang mempelajari logika, Anda harus memastikan bahwa Anda tidak disesatkan oleh kata-
kata atau bentuk-bentuk diskursif.
Setelah mempelajari topik ini, mahasiswa seharusnya dapat untuk:
1. Memahami tiga fungsi dasar bahasa: informasi, ekspresikan, dan mengarahkan.
2. Mengenali bahwa bahasa dapat menjadi lebih dari satu fungsi.
3. Membedakan antara bentuk tata bahasa dan fungsi logis.
4. Memahami bagaimana bahasa emotif dapat menghambat argumen yang logis.
5. Membuat perbedaan antara ketidaksetujuan dalam keyakinan dan ketidaksetujuan dalam
sikap.
A. Bahasa
Bahasa merupakan kapasitas khusus manusia untuk memperoleh dan menggunakan sistem
yang kompleks dalam berkomunikasi. Kita adalah makhluk sosial yang menggunakan alat. Alat
yang paling hebat yang bisa digunakan untuk membuat alat yang lain lagi adalah bahasa, baik
yang terucapkan maupun tertulis. Sebagai sebuah alat, bahasa dapat digunakan dengan sedikit
atau tanpa ketrampilan yang akan menghasilkan karya yang biasa atau bahkan sampah. Dengan
mengasah ketrampilan menggunakan bahasa, kita bisa membuat karya yang lebih baik.
Bahasa dapat dicirikan sebagai serangkaian bunyi, lambang dimana rangkaian bunyi ini
membentuk suatu arti tertentu. Rangkaian bunyi ini yang dikenal sebagai kata melambangkan
suatu obyek tertentu. Bahasa mengalami perkembangan oleh karena disebabkan pengalaman
dan pemikiran manusia yang juga berkembang. Dengan bahasa manusia dapat berpikir secara
teratur namun juga dapat mengkomunikasikan apa yang sedang ia pikirkan kepada orang lain.
Tanpa bahasa maka mustahil bisa berpikir secara teratur.
Sebagai contoh, “Bahasa adalah penggunaan kode yang merupakan gabungan fonem sehingga
membentuk kata dengan aturan sintaks untuk membentuk kalimat yang memiliki arti.” Apakah
Anda memahami kalimat ini secara keseluruhan? Apakah Anda paham dengan arti kata
“fonem” dan “sintaks”? Jika Anda memahaminya, maka Anda akan dengan mudah mengerti
keseluruhan maksud dari kalimat ini sebab Anda bisa melakukan proses abstraksi. Tapi jika
1
2. Modul 2.1. Ilmu Alamiah Dasar Penggunaan Bahasa
tidak, Anda akan kebingungan. Untuk itu perlu ada upaya untuk memahami melalui pencarian
arti kata yang bisa diperoleh lewat sebuah kamus.
Contoh lain, ketika membaca ada mendengar kata “Kucing”, maka orang yang mengerti arti dari
kata itu akan mempunyai gambaran di pikirannya (kognitif) tentang kucing. Namun untuk kata
yang tidak dipahami, maka kata tersebut tidak mempunyai makna atau masih membingungkan.
Apakah Anda tahu arti ini? Bagaimana dengan ini? Kalau ini?
кошка Krulpat
Yang paling kiri adalah tulisan Cina yang berarti kucing. Demikian juga yang di tengah, jika
mengerti bahasa Rusia, maka artinya juga adalah kucing. Namun jika Anda tidak paham, Anda
akan membacanya dengan “kowka” yang tentu saja tidak mempunyai makna apa-apa. Sama
halnya dengan yang paling kanan, kata “Krulpat” merupakan sebuah kata yang tidak
mempunyai makna sama sekali, sehingga ketika kita membacanya maka tak ada gambaran yang
ada di pikiran kita. Kemampuan manusia memahami simbol ini merupakan dasar manusia dapat
berbahasa.
Bahasa memungkinkan agar kita bisa melanjutkan nilai-nilai kepada generasi berikutnya.
Berbahasa dengan jelas adalah makna yang terkandung dalam kata-kata harus diungkapkan
secara tersurat untuk mencegah pemberian makna yang lain. Berbahasa dengan jelas artinya
juga mengungkapkan pendapat atau pikiran secara jelas.
B. Denotasi dan Konotasi
Kata-kata dan bahasa adalah hal yang menakjubkan, unik, merupakan atribut manusia dan
sebuah penemuan yang luar biasa. Kata-kata tidak hanya menciptakan makna, namun juga
menciptakan perasaan. Artinya dapat langsung dan literal, beberapa orang menyebutnya
denotasi sebuah kata. Di sisi lain, sebuah kata bisa punya makna yang 'dalam' dan
'tersembunyi', yaitu, kita dapat mengatakan bahwa sebuah kata secara harfiah berarti satu hal
tapi entah bagaimana menunjukkan hal lain dan ini disebut konotasi sebuah kata.
2
3. Modul 2.1. Ilmu Alamiah Dasar Penggunaan Bahasa
Denotasi adalah makna yang sebenarnya yang sama dengan makna lugas untuk menyampaikan
sesuatu yang bersifat faktual.
Konotasi dapat diartikan sebagai makna tidak sebenarnya pada kata atau kelompok kata. Oleh
karena itu, makna konotasi sering disebut juga dengan istilah makna kias.
Perhatikan contoh berikut ini.
(a) Heru menjadi kambing hitam dalam kasus tersebut.
(b) Heru membeli kambing hitam kemarin sore.
Ini merupakan proses interpretasi dan selalu bergantung pada konteks, sekaligus membantu
kita menuju interpretasi tertentu dari sebuah kata. Konteks berarti hubungan kata untuk hal-hal
lain dan juga situasi sosial penggunaannya.
Akan menjadi sebuah masalah jika sebuah kata-kata yang seharusnya dimaknai secara konotasi
namun si penerima pesan atau pembacanya memaknainya secara denotasi. Misalnya, seorang
raja mengatakan kepada putranya yang telah dewasa agar mengambil hati seorang putri
kerajaan tetangga. Seharusnya kata “mengambil hati” harus dimaknai secara konotasi, namun
sang pangeran memaknainya secara denotasi. Akibatnya, sang pangeran benar-benar
mengeluarkan hati sang putri dan mengambilnya untuk diberikan kepada ayahnya.
Kapan kita memaknainya secara denotasi atau konotasi adalah tergantung dari proses kognitif
yang ada. Pernyataan berikut ini merupakan contoh yang menarik:
“Lebih mudah seekor unta masuk melalui lubang jarum dari pada seorang kaya masuk
ke dalam Kerajaan Allah.”
Dalam pernyataan itu ada beberapa kumpulan kata yang bisa dimaknai secara denotasi namun
bisa juga secara konotasi. Pertama adalah kata “seekor unta”, di mana orang akan
memaknainya secara denotasi (sebagai binatang unta). Tapi akan menjadi aneh ketika seekor
untuk bisa masuk melalui lubang jarum. Apakah “lubang jarum” ini dimaknai secara denotasi,
atau harus secara konotasi? Contoh ini bisa menjadi sebuah pembelajaran yang penting sebab
pemaknaan juga tergantung dari pengetahuan dan pengalaman. Bagi orang yang mengetahui
persis tentang di mana kalimat ini diucapkan serta di masa apa, akan mengetahui bahwa
“lubang jarum” adalah nama sebuah pintu kecil di sebelah pintu gerbang sebuah benteng . Lalu,
apa hubungannya dengan “seorang kaya” dan “Kerajaan Allah”? Sama halnya dengan unta,
maka “seorang kaya” juga bisa dimaknai secara denotasi. Namun, bagaimana dengan “Kerajaan
Allah”? Di sini memang harus dimaknai secara konotasi bahwa “Kerajaan Allah” adalah kota
Yerusalem. Sekali lagi, ini tergantung dari pengetahuan sebab bahasa memerlukan tafsir.
3
4. Modul 2.1. Ilmu Alamiah Dasar Penggunaan Bahasa
Secara keseluruhan, jika memahami bagaimana proses orang kaya masuk ke kota Yerusalem di
masa kata-kata itu diucapkan, memang orang kaya yang naik unta akan memasukkan untanya
lebih dahulu lewat pintu “lubang jarum”, baru kemudian dia masuk belakangan. Namun kalimat
itu juga bisa mempunyai pengertian konotasi, bahwa karena kita beranggapan sangat sulit
sekali seekor unta melewati lubang jarum yang sangat kecil, maka orang kaya dianggap tidak
punya harapan masuk surga.
Bahasa memiliki dua kualitas kunci yang memungkinkan hal itu menciptakan dan membentuk
makna. Memiliki isi - yaitu, mengandung makna; dan memiliki bentuk - yaitu, membuat bentuk
dan suara. Bentuk dan isi adalah dua aspek bahasa dan seseorang harus menggunakan
keduanya untuk membantu membuat dan bentuk makna.
Aspek formal bahasa - penglihatan dan suara - sangat penting dalam puisi, tidak seperti bentuk
lain dari menulis, pengguna diijinkan membagi untuk memisahkan kalimat dan dengan
memainkan suara dan bentuk, sehingga membantu penambahan penciptaan makna. Dalam
bahasa yang juga penting adalah struktur bahasa, ini mengenai bagaimana cara maknanya
terungkap, misalnya, apakah dengan cara yang menarik, memaksa atau persuasif.
Bahasa merupakan hal yang penting dalam pembentukan penalaran ilmiah. Melalui penalaran
ilmiah, kita mempelajari bagaimana caranya menyusun uraian yang tepat dan sesuai dengan
pembuktian-pembuktian secara benar dan jelas.
Bagi kelompok tertentu, agar komunikasi di antara mereka lebih efisien dan efektif, mereka
menciptakan bahasa tersendiri. Mereka menciptakan dan menyepakati penggunaan kata-kata,
baik kata yang diambil dari kata-kata yang telah ada atau dengan sengaja membuat kata-kata
yang sama sekali baru.
C. Hubungan Bahasa dan Logika
Logika merupakan basis dari prosedur dalam kegiatan keilmuan. Di dalamnya, penggunaan
bahasa dengan segala kaidahnya menjadi penentu, sehingga penggunaan bahasa mestilah
menjadi titik tolak dalam memahami dan membangun ilmu.
Penting untuk dicatat bahwa hasil yang diperoleh dari mempergunakan suatu logika akan
tergantung dari baik-buruknya penggunaan bahasa. Sebagai alat logika, penggunaan bahasa
harus memperhatikan perbedaan antara bahasa sebagai alat logika dan bahasa sebagai alat
kesusasteraan. Sebagai contoh dari pernyataan “Lukisan itu tidak jelek”, maka yang hal ini
dimaksudkan bahwa lukisan itu belum dapat dikatakan indah, namun tidak berani untuk
mengatakan bahwa lukisan itu jelek. Logika hanya dapat memperhitungkan penilaian-penilaian
yang isinya dirumuskan secara seksama, tanpa suatu nilai perasaan.
4
5. Modul 2.1. Ilmu Alamiah Dasar Penggunaan Bahasa
Berkaitan dengan penggunaannya, seseorang harus memiliki “pengertian”. Pengertian adalah
gambaran dari sesuatu yang ada dalam pikiran yang dapat dilihat oleh akal kita. Pengertian juga
disebut juga sebagai “konsep terhadap sesuatu”.
Lebih lanjut, perlu untuk pahami tentang “term”. Term adalah ungkapan pengertian dalam
bentuk kata atau beberapa kata. Misalnya, istilah “psikologi” yang terbentuk dari dua suku kata
yaitu “psyche” dan “logos”. Ide atau konsep yang terkandung dalam sertiap kata memerlukan
sebuah pengertian. Istilah “psikologi” itu adalah term.
Contoh lain, bila orang menyebut “manusia”, telah tergambar dalam akal budi tentang apa yang
ditunjukkan dengan kata”manusia” itu. Gambaran inilah yang disebut sebagai pengertian,
sedangkan kata “manusia” yang merupakan ekspresi dari dari pengertian itu disebut dengan
term.
Term sebagai ungkapan dari pengertian, apabila terdiri dari satu kata atau satu istilah maka
term dikatakan sebagai term sederhana, seperti mobil, pohon, kursi, dan lainnya. Jika terdiri
dari beberapa kata maka term itu dinamakan term komposit atau term kompleks, contoh:
reaktor atom, tas punggung, lampu jalan, dan sebagainya. Term komposit ini walaupun masing-
masing bagian mempunyai pengertian sendiri-sendiri, tetapi jika digabungkan hanya menjadi
satu pengertian.
D. Fungsi bahasa
Pola formal dari penalaran yang benar dapat semua disampaikan melalui bahasa umum, tapi
kemudian juga bisa untuk banyak hal lainnya. Pada kenyataannya, kita menggunakan bahasa
dengan berbagai cara, sebagian tidak berkaitan dengan upaya untuk memberikan alasan
tentang apa yang kita percayai. Hal ini membantu untuk mengidentifikasi bahwa setidaknya ada
tiga fungsi dari penggunaan bahasa:
1. Fungsi informasi, artinya bahasa berfungsi untuk menyampaikan informasi. Ketika saya
memberi tahu pada seorang anak, “Tanggal 17 Agustus adalah hari kemerdekaan
Republik Indonesia,” atau menulis kepada Anda bahwa “Logika adalah ilmu tentang
berpikir secara tepat”, atau menulis sebuah catatan, “Handoko – 08899902123”, saya
menggunakan bahasa untuk tujuan informasi. Bentuk penggunaan ini mengandaikan
bahwa isi dari apa yang dikomunikasikan adalah benar, sehingga ini akan menjadi fokus
utama kita dalam belajar logika.
2. Fungsi ekspresif, artinya bahasa berfungsi untuk menyalurkan atau mengungkapkan
perasaan, sikap. Bahasa digunakan untuk melampiaskan perasaan, atau mungkin untuk
membangkitkan perasaan beberapa dari orang lain. Ketika saya mengatakan, "Kamis
sore yang suram," atau berteriak "Aduh!" Saya menggunakan bahasa ekspresif.
Meskipun penggunaan tersebut tidak menyampaikan informasi apapun, mereka
5
6. Modul 2.1. Ilmu Alamiah Dasar Penggunaan Bahasa
melayani fungsi penting dalam kehidupan sehari-hari, sebagaimana hal yang kita anggap
sebagai benar.
3. Fungsi direktif, bertujuan untuk menyebabkan atau mencegah beberapa tindakan yang
terang-terangan oleh seseorang. Ketika saya mengatakan "Tutup pintu," atau menulis
"Baca buku pelajaran," atau membuat memo untuk diri sendiri, "Jangan suka menunda
pekerjaan," maka saya menggunakan bahasa direktif. Inti dari fungsi direktif ini adalah
agar membuat seseorang melakukan (atau mencegah) tindakan tertentu. Ini adalah
fungsi linguistik yang signifikan, tapi seperti penggunaan untuk fungsi ekspresif, tidak
selalu berhubungan secara logis dengan kebenaran keyakinan kita
E. Wacana melibatkan fungsi ganda
Hampir setiap komunikasi yang umum mungkin akan menunjukkan semua tiga penggunaan
fungsi bahasa. Jadi puisi, yang mungkin terutama ekspresif, juga mungkin memiliki pesan moral
untuk disampaikan, maka dengan demikian termasuk direktif. Selain itu, sebuah puisi dapat
mengandung sejumlah informasi juga. Komunikasi yang efektif sering menuntut bahasa yang
melayani beberapa fungsi. Ketika bahasa digunakan untuk banyak fungsi, pembicara atau
penulis harus yakin bahwa tidak akan membuat bingung.
Menurut Copi dan Cohen (2001), komunikasi yang efektif menuntut kombinasi dari beberapa
fungsi . Keinginan dan hasrat adalah jenis khusus dari apa yang kita telah anggap sebagai 'sikap'
dan 'perasaan, dan keyakinan biasanya dipengaruhi oleh informasi yang diterima . Akibatnya,
kadang-kadang kita berhasil membuat orang lain untuk bertindak dengan membangkitkan
dalam diri mereka sikap yang tepat, dan kadang dengan memberikan mereka informasi yang
relevan yang akan mempengaruhi keyakinan mereka.
Ketika bahas digunakan ada kemungkinan orang sepakat (agreement) atau tidak sepakat
(disagreement). Bentuk kesepakatan dan ketidaksepakatan ini bisa dalam hal keyakinan (belief)
dan sikap (attitude). Sebuah ketidaksepakatan dalam keyakinan adalah ketidaksepakatan
mengenai fakta-fakta masalah, misalnya, mengenai apakah sebuah peristiwa terjadi atau tidak.
Sebuah ketidaksepakatan dalam sikap adalah ketidaksepakatan yang melibatkan perasaan
tentang sesuatu, misalnya, apakah setuju atau tidak.
Berdasarkan hal ini, ada 4 kemungkinan yang terjadi ketika dua pihak mendiskusikan beberapa
peristiwa:
1. Mereka mungkin setuju dalam keyakinan mereka tentang terjadinya peristiwa dan juga
dalam hal sikap.
2. Mereka mungkin setuju dalam keyakinan mereka tentang peristiwa tersebut, tetapi
tidak setuju dalam hal sikap.
3. Mereka mungkin setuju dalam hal sikap, namun tidak setuju dalam keyakinan mereka
tentang fakta peristiwa itu.
6
7. Modul 2.1. Ilmu Alamiah Dasar Penggunaan Bahasa
4. Mereka mungkin dalam ketidakharmonisan lengkap, tidak setuju tentang fakta-fakta
serta dalam sikap.
Menentukan apakah suatu ketidaksepakatan adalah dalam hal keyakinan, atau sikap, atau
keduanya, kadang-kadang sulit. Mungkin tergantung pada beberapa interpretasi dari kata-kata
yang diperselisihkan. Perbedaan antara perselisihan sikap dan ketidaksepakatan keyakinan
sangat berguna, kesadaran akan perbedaan penggunaan bahasa membantu kita untuk
memahami jenis-jenis ketidaksepakatan yang mungkin kita hadapi.
F. Bentuk-bentuk dari Wacana
Kalimat secara umum dibagi menjadi empat bentuk gramatikal (tata bahasa), yaitu:
1. Pernyataan (Declarative)
2. Tanya (Interogative)
3. Perintah (Imperative)
4. Seruan (Exclamatory)
Kalimat deklaratif adalah kalimat yang membentuk sebuah pernyataan, misalnya:
Besok aku akan pergi ke toko.
Kemarin aku meninggalkan sekolah lebih awal.
Aku menyuruhnya memakai rok biru.
Dia tidak ingin makan pizza yang saya berikan kepadanya.
Kami berjalan ke mal bersama-sama.
Kalimat interogatif adalah kalimat yang membentuk sebuah pertanyaan, misalnya:
Menurut Anda, apa aku harus memakai sepatu warna pink atau putih?
Apa yang guru katakan kepadamu kemarin?
Apakah Anda pergi ke bioskop nanti sore?
Kalimat imperatif adalah kalimat yang membuat perintah atau permintaan, misalnya:
Ambilkan saya air minum.
Tinggalkan kucing itu.
Pergilah ke toko dan belikan baju untuk saya.
Ambilkan es.
7
8. Modul 2.1. Ilmu Alamiah Dasar Penggunaan Bahasa
Sebuah kalimat eksklamatif atau seruan dilepaskan untuk mengekspresikan emosi yang kuat.
Mereka berkali-kali merasa seperti reaksi spontan terhadap suatu situasi, namun mereka secara
teknis dapat menahan jika perlu. Seruan sebagian besar biasanya menampakkan diri sebagai
satu atau dua kata seru, namun juga bisa muncul sebagai kalimat utama. Mereka pada dasarnya
tanpa filter vokalisasi perasaan kita, dan suatu bentuk self-talk karena mereka diarahkan baik
pada dirinya sendiri pembicara atau pada siapa pun secara khusus. Dalam tanda baca, kalimat
ekslamatif diakhiri dengan tanda seru.
Aduh!
Ya ampun!
Aku tidak akan pernah menyelesaikan paper ini pada waktunya!
G. Bahasa yang netral secara emosi
Banyak wacana dimaksudkan untuk melayani dua atau mungkin semua tiga fungsi bahasa-
informatif, ekspresif, direktif-sekaligus. Namun bahasa netral lebih disukai ketika kebenaran
faktual merupakan tujuan kita.
Bahasa emotif bukanlah suatu bahasa yang membuat orang emosi karena marah tetapi
bagaimana seseorang merasakan sesuatu perasaan yang datang dari hati untuk melakukan
sesuatu. Bahasa emotif juga membuat seseorang penasaran terhadap sesuatu untuk bisa
mengalami dan terlibat didalamnya.
Ketika kita mencoba untuk belajar apa yang benar-benar terjadi, atau mencoba untuk
mengikuti argumen, gangguan akan membuat frustasi, dan emosi merupakan gangguan yang
sangat kuat. Oleh karena itu, ketika kita mencoba untuk memikirkan tentang fakta-fakta, jika
menggunakan dengan bahasa emosi akan bisa menjadi hambatan.
Bahasa yang sama sekali netral mungkin sulit saat kita berurusan dengan beberapa hal yang
sangat kontroversial. Bahasa yang sangat ditekankan dengan makna emosional tidak mungkin
untuk memajukan pencarian kebenaran.
Jika tujuan kita adalah untuk mengkomunikasikan informasi, dan jika kita ingin menghindari
salah paham, kita harus menggunakan bahasa dengan pengaruh emosi paling sedikit.
Ahli logika paling peduli dengan kebenaran dan kepalsuan serta gagasan terkait dengan
ketepatan dan kekeliruan argumen. Jadi, untuk mempelajari logika kita harus dapat
membedakan wacana yang fungsi informatif dari wacana yang tidak.
***
8