SlideShare a Scribd company logo
1 of 73
BAB I

                                   PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Masalah

       Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi oleh setiap

manusia, karena pada dasarnya di dalam kehidupannya selalu dihadapkan dengan

masalah - masalah yang selalu ada dalam setiap saat, dan masalah - masalah tersebut

tidak akan dapat terselesaikan manakala tidak mempunyai pengetahuan untuk

menghadapinya. Pada dasarnya pendidikan merupakan sarana untuk memperoleh

tujuan hidup manusia, baik dalam invidu, beragama, bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara, karena dengan pendidikan akan memperoleh ilmu pengetahuan.

       Pendidikan dalam rangka upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa

merupakan salah satu tujuan dari negara-negara merdeka di dunia, karena pada

dasarnya    peranan   pendidikan    sangat       berpengaruh   dalam   proses   majunya

pembangunan suatu negara. Suatu negara yang kualitas pendidikannya tinggi, maka

akan mempermudah menuju terwujudnya kemajuan pembangunan sebagaimana yang

dicita-citakan oleh setiap negara, sebaliknya suatu negara               yang kualitas

pendidikannya rendah maka akan cenderung dihadapkan pada masalah-masalah yang

sulit untuk dipecahkan, sehingga menghambat pembangunan di dalam negara

tersebut.




                                             1
Pembangunan nasional dilaksanakan untuk mewujudkan tujuan nasional,

sebagaimana termaktub dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Alinea IV,

yakni melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,

memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut

melaksanakan ketertiban dunia, perdamaian abadi dan keadilan sosial. 1

           Upaya untuk mencapai tujuan pembangunan tersebut salah satunya dilakukan

dengan menata sistem penyelenggaraan pemerintahan termasuk penyelenggaraan

pemerintah daerah dengan asas otonomi daerah dan tugas pembantuan. Dalam

Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 18 ayat (1) disebutkan bahwa “ Negara Kesatuan

Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah propinsi dan daerah provinsi itu dibagi

atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, kota itu mempunyai

pemerintah daerah, yang diatur dengan Undang-Undang “, Selanjutnya ayat (2)

menyebutkan bahwa “ Pemerintah daerah provinsi, daerah kabupaten dan kota,

mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas

pembantuan “.2

           Pada Pasal 31 ayat (3) menyebutkan bahwa “ Pemerintah mengusahakan dan

menyelenggarakan sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan

ketaqwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang

diatur dengan Undang-undang, juga pada ayat (5) disebutkan bahwa “ Pemerintah

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai


1
    Sekretariat Kementrian Koordinator Bidang Polkam RI, UUD 1945, 2004,
2
    Sekertariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI. UUD 1945, 2010. Hal. 23


                                                  2
agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat

manusia. 3

        Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang

saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Pendidikan

nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab.4

        Penyelenggaraan pendidikan adalah kegiatan pelaksanaan komponen sistem

pendidikan pada satuan atau program pendidikan pada jalur, jenjang, dan jenis

pendidikan agar proses pendidikan dapat berlangsung sesuai dengan tujuan

pendidikan nasional. Pengelolaan pendidikan didasarkan pada kebijakan nasional

bidang pendidikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.5

        Undang-Undang yang mengatur penyelenggaraan pemerintahan daerah sudah

berkali-kali dilakukan perubahan-perubahan, terakhir dengan Undang-Undang Nomor

32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dengan otonomi daerah merupakan

perwujudan pelaksanaan asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan.

Pengertian otonomi daerah dalam Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 Pasal 1

3
  Sekretariat kementrian op. cit., hal. 104
4
  Undang Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pasal 3
5
  Peraturan Pemerintah RI No 17 tahun 2010 Tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan


                                               3
angka 5 adalah “ hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan

mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai

dengan peraturan perundang-undangan. 6

          Dimulainya era otonomi daerah di Indonesia, maka sistem pendidikan yang

sentralistis, secara normatif, perangkat perundang undangan yang mengatur tentang

pendidikan mesti disesuaikan dengan kebutuhan desentralisasi bidang pendidikan

yang merupakan konsekuensi logis dan diberlakukannya otonomi daerah. Otonomi

daerah pada dasarnya merupakan perwujudan dari asas desentralisasi dalam

penyelenggaraan pemerintah di daerah. Dengan desentralisasi berarti pemerintah

pusat diserahkan kepada daerah tersebut pada akhirnya manjadi urusan rumah tangga

daerah yang bersangkutan. Dengan ditetapkannya kebijakan otonomi daerah mulai

dari awal 2001, maka di Indonesia lahirlah daerah-daerah otonomi yang berbasis di

kabupaten dan kota. Dengan demikian sebagai daerah otonomi, daerah kabupaten /

kota memilki hak, wewenang dan tanggung jawab untuk mengurus rumah tangganya

sendiri dalam bidang-bidang tertentu yang telah diserahkan kewenangannya oleh

pemerintah pusat kepada daerah yang bersangkutan.

          Kabupaten Kendal sendiri secara umum sudah memiliki fasilitas pendidikan

yang berjenjang dari yang terendah sampai dengan tingkat lanjutan atas. Ketersediaan

sarana pendidikan berupa sekolah pada semua tingkatan (baik pendidikan umum

maupun keagamaan) dalam 6 (enam) tahun terakhir walaupun tidak banyak

mengalami perubahan tapi tetap diupayakan adanya peningkatan, baik secara
6
    Depdagri RI, Himpunan Undang-Undang RI, 2004, hal. 19


                                                4
kuantitas maupun kualitas. Beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian

pemerintah Kabupaten Kendal adalah perlunya identifikasi kembali berbagai sumber

dana yang berkaitan dengan masalah pendidikan supaya dilaksanakan secara terbuka

(transparan) agar masyarakat kabupaten Kendal juga tahu dan dapat ikut mengontrol

penggunaannya. Salah satu bantuan keuangan dari pusat adalah Dana Alokasi Khusus

sektor pendidikan yang ditujukan untuk perluasan dan pemerataan akses pendidikan

yang bermutu dengan penyediaan dan peningkatan sarana dan prasarana pendidikan.

       Salah satu upaya adanya kewenangan dan kewajiban daerah otonom dalam

mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan termasuk di dalamnya adalah

mengatur kemajuan bangsa melalui pendidikan. Berdasarkan kenyataan tersebut,

maka penulis merasa tertarik untuk menelitinya serta dijadikan skripsi dengan judul, “

Kebijakan Pemerintah Daerah dalam Upaya Meningkatkan Penyelenggaraan

Pendidikan ( Tinjauan Terhadap Pendanaan Pendidikan ) Di Kabupaten Kendal “ .



B. Pembatasan Masalah

       Pada skripsi yang saya buat dengan judul “ kebijakan pemerintah daerah

dalam upaya meningkatkan penyelenggaraan pendidikan di kabupaten Kendal” yang

akan saya bahas dalam penulisan skripsi ini adalah Tinjauan Terhadap Pendanaan

Pendidikan Di Kabupaten Kendal.




                                          5
C. Perumusan Masalah

       Sesuai dengan judul yang penulis pilih “Kebijakan Pemerintah Daerah dalam

upaya meningkatkan penyelenggaraan pendidikan di Kabupaten Kendal“ supaya

tidak menimbulkan kerancauan dalam skripsi ini, maka penulis merumuskan

permasalahan - permasalahan sebagai berikut :

       1. Bagaimana kebijakan Pemerintah Daerah di bidang pendanaan pendidikan

            di Kabupaten Kendal.

       2. Bagaiman Implementasi kebijakan Pemerintah Daerah di bidang

            pendanaan pendidikan di Kabupaten Kendal.

       3. Hambatan apa saja yang dihadapi Pemerintah Daerah Kabupaten Kendal

            dalam bidang pendanaan pendidikan dan upaya apa saja yang dilakukan

            untuk mengurangi hambatan tersebut.



D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian.

   1. Tujuan Penelitian

       a.   Untuk mengetahui bagaimana Kebijakan Pemerintah dalam upaya

            meningkatkan penyelenggaraan pendidikan di Kabupaten Kendal.

       b. Untuk mengetahui hambatan apa saja yang dihadapi Pemerintah

            Kabupaten     Kendal   dalam       upaya   meningkatkan   penyelenggaraan

            pendidikan dan usaha apa saja yang dilakukan untuk mengatasi hambatan

            dalam upaya meningkatkan pendidikan.




                                           6
2. Kegunaan Penelitian

   a. Kegunaan Teoritis sebagai berikut :

           1. Melatih dan mendalami ilmu pengetahuan yang diperoleh di

               bangku kuliah dengan mengetahui secara langsung apa dan

               bagaimana perundang - undangan direalisasikan.

           2. Memberi sumbangan pikiran dalam studi ilmu pengetahuan pada

               umumnya dan studi Hukum Tata Negara pada khususnya.

   b. Kegunaan Praktis :

            1. Dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan dapat diketahui

                kendala dan langkah strategis yang dilakukan Pemerintah Daerah

                Kabupaten Kendal dalam upaya meningkatkan penyelenggaraan

                pendidikan di Kabupaten Kendal. Dengan demikian hasil

                penelitian diharapkan mampu memberikan sumbangan nyata

                bagi terwujutnya keberhasilan untuk meningkatkan pendidikan

                di Kabupaten Kendal.

            2. Untuk memberikan sumbangan pikiran dalam studi ilmu

                pengetahuan pada umumnya dan studi Hukum Tata Negara pada

                khususnya.




                                     7
E. Tinjauan Pustaka

1. Otonomi Daerah

        Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk

mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat

setempat sesuai dengan peraturan perundang – undangan.7

        Desentralisasi    merupakan       penyerahan     wewenang       dari    pemerintah

pusat kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus daerah mulai dari kebijakan,

perencanaan sampai pada implementasi dan pembiayaan dalam rangka demokrasi.

Sedangkan otonomi adalah wewenang yang dimiliki daerah untuk mengurus rumah tangganya

sendiri sesuai dengan dandalam rangka desentralisasi. Selanjutnya dalam Undang-undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, bahwa prinsip otonomi daerah

menggunakan prinsip otonomi seluas - luasnya dalam arti daerah diberikan kewenangan mengurus

dan mengatur semua urusan pemerintahan di luar yang menjadi urusan Pemerintah yang ditetapkan

dalam Undang-Undang.

        Pemberlakuan sistem dampak terhadap pelaksanaan pada manajemen

pendidikan yaitu manajemen yang memberi ruang gerak yang lebih luas kepada

pengelolaan pendidikan untuk menemukan strategi berkompetisi dalam era kompetitif

mencapai output pendidikan yang berkualitas dan mandiri. Kebijakan desentralisasi




7
 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten / Kota


                                             8
akan berpengaruh secara signifikan dengan pembangunan pendidikan. Setidaknya ada

4 dampak positif untuk mendukung kebijakan desentralisasi pendidikan, yaitu : 8

      1) Peningkatan mutu, yaitu dengan kewenangan yang dimiliki sekolah maka

          sekolah lebih leluasa mengelola dan memberdayakan potensi sumber daya

          yang dimiliki

      2) Efisiensi Keuangan hal ini dapat dicapai dengan memanfaatkan sumber-

          sumber pajak lokal dan mengurangi biaya operasional

      3) Efisiensi Administrasi, dengan memotong mata rantai birokrasi yang panjang

          dengan menghilangkan prosedur yang bertingkat-tingkat

      4) Perluasan dan pemerataan, membuka peluang penyelenggaraan pendidikan

          pada daerah pelosok sehingga terjadi perluasan dan pemerataan pendidikan.

          Otonomi pendidikan yang benar harus bersifat accountable, artinya kebijakan

pendidikan yang diambil harus selalu dipertanggung jawabkan kepada publik, karena

sekolah didirikan merupakan institusi publik atau lembaga yang melayani kebutuhan

masyarakat. Otonomi tanpa disertai dengan akuntabilitas publik bisa menjurus

menjadi tindakan yang sewenang - wenang.

          Sebagaimana telah penulis uraikan dalam bab latar belakang masalah bahwa

salah satu tujuan dari negara Kesatuan Republik Indonesia adalah mencerdaskan

kehidupan bangsa. Dari alenia IV pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 tersebut,

maka dalam pasal 31 ayat (1) menyetakan bahwa, “ Setiap warga negara berhak

mendapatkan pengajaran “. Pelaksanaan dari ketentuan pasal tersebut di atur dalam
8
    http://www.hariansib.com/index.php?option=com_content&task=view&id=8202&Itemid=9


                                              9
Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003, bahwa setiap

warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang

bermutu “.

           Dalam alenia sebelumnya telah penulis sampaikan bahwa ketentuan mengenai

hak pendidikan bagi setiap warga negara telah diatur dalam konstitusi yang berlaku di

negara ini. Kalau ditelusuri masih banyak ketentuan-ketentuan mengenai hak atas

pendidikan selain yang telah tertulis di atas, antara lain dalam Pasal 12 Undang-

Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi manusia yang menyatakan bahwa,

“ Setiap orang berhak atas perlindungan bagi pengembangan pribadinya, untuk

memperoleh pendidikan, mencerdaskan dirinya, dan meningkatkan kualitas hidupnya

agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa, bertanggung jawab, berahlak

mulia, bahagia, dan sejahtera sesuai dengan hak azasi manusia “.

           Undang-Undang Dasar 1945 secara tegas telah menyatakan bahwa salah satu

tujuan Negara Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan

tersebut tercantum dalam Pasal 31 ayat (1) amandemen IV yang menyebutkan bahwa,

“ Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran “, ayat (2) menyebutkan

bahwa “ Setiap warga negara wajib mengikuti mengikuti pendidikan dasar dan wajib

membiayainya, serta pada ayat (3) berbunyi “ Pemerintah mengusahakan dan

menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional yang diatur dengan Undang-

Undang.9



9
    Sekertariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI. UUD 1945, 2010. Hal.55


                                                 10
Adanya UU otonomi daerah dan UU perimbangan keuangan pusat semakin

membantu dan memberi kesempatan kepada pemerintah daerah untuk seluas -

luasnya mengelola pendidikan sebaik mungkin. Secara eksplisit kewenangan dan

alokasi dana pendidikan ini disebutkan dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional pasal 29: “Dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya

pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negera (APBN) pada sektor pendidikan dan minimal 20% dari Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

       Realisasi dari UU ini tentunya mengarah pada tanggung jawab pemerintah

daerah yang semakin meningkat dan semakin luas, termasuk dalam manajemen

pendidikan. Pemerintah daerah dengan legitimasi UU ini diharapkan senantiasa

meningkatkan kemampuannya dalam berbagai tahap pembangunan pendidikan sejak

mulai tahap perumusan kebijakan, perencanaan, pelaksanaan sampai pada tingkat

pengawasan di daerah masing - masing sejalan dengan kebijakan pendidikan

nasional. Pengaturan otonomi daerah dalam bidang pendidikan secara tegas

dinyatakan dalam PP Nomor 25 Tahun 2000 yang mengatur tentang pembagian

kewenangan pemerintah pusat dan provinsi. Semua urusan pendidikan di luar

kewenangan pemerintah pusat dan provinsi tersebut sepenuhnya menjadi wewenang

pemerintah kabupaten/kota.




                                        11
2. Pengertian Pendidikan Dan Kebijakan Publik

        Seperti telah penulis uraikan dalam pendahaluan mengenai pendidikan

mempunyai peranan yang sangat penting di dalam mencapai tujuan nasional dan

sekaligus mempengaruhi seluruh aktifitas kehidupan manusia.

        Sedangkan Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa

dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki

pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rokhani, kepribadian yang

mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan bangsa. 10

        Adapun mengenai pendidikan, dalam pengertian yang sederhana adalah suatu

usaha yang sadar untuk mengantarkan seseorang kearah kedewasaan, dilakukan di
                                                                         11
dalam lingkungan tertentu, dengan melalui perubahan perilaku.

        Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara.12


        Penyelenggaraan pendidikan adalah kegiatan pelaksanaan komponen sistem

pendidikan pada satuan atau program pendidikan pada jalur, jenjang, dan jenis


10
   Hessel Nogi, Wacana Kebijakan Publik Indonesia, Lukman offset, yogjakarta, 2003, hal. 53
11
   Ibid., hal. 54
12
   Undang Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pasal 1 ayat 1


                                               12
pendidikan agar proses pendidikan dapat berlangsung sesuai dengan tujuan

pendidikan nasional.13


        Pendidikan pada umumnya dikategorikan ke dalam tiga jenis, yaitu

pendidikan informal, pendidikan formal dan pendidikan non formal, Pendidikan

informal dinyatakan sebagai sebagai proses pendidikan yang melekat dalam

kehidupan sehari-hari dimana setiap terjadi interaksi sosial yang bisa membawa ke

arah kedewasaan seseorang pada dasarnya adalah pendidikan. Interaksi di dalam

keluarga antara orang tua dan anak, interaksi antara teman sebaya di dalam peer

grups, pesan-pesan ( message ) yang termuat di dalam media adalah termasuk jenis

pendidikan. 14

        Dengan pendidikan akan memperoleh ilmu dan dengan ilmu manusia akan

mengerti sehingga dapat menyelesaikan segala permasalahan yang dihadapinya.

        Selanjutnya pengertian kebijakan dalam beberapa literatur sangatlah beragam,

menurut James E Anderson menyatakan : “ Public police are those policies

developed by governmental bodies and official “. Dari pernyataan tersebut dapat

dikatakan bahwa :

     1. Kebijakan pemerintah selalu mempunyai tujuan tertentu atau merupakan

        tindakan yang berorientasi pada tujuan.




13
   Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan Dan
Penyelenggaraan Pendidikan. Pasal 1 ayat 1
14
   Hessel Nogi, op cit., hal.55


                                            13
2. Kebijakan itu berisi tindakan-tindakan atau pola-pola tindakan pejabat-pejabat

            pemerintah

       3. Kebijakan itu merupakan apa yang benar-benar dilakukan pemerintah, jadi

            bukan merupakan apa yang baru menjadi maksud atau pernyataan pemerintah

            untuk melakukan sesuatu.

       4. Kebijakan pemerintah itu bersifat positif dalam arti merupakan keputusan

            pemerintah untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan.

       5. Kebijakan pemerintah dalam arti yang positif didasarkan atau selalu di

            landaskan pada peraturan perundang-undangan dan bersifat memaksa.

            Sedangkan menurut Eulau dan Prewitt yang dikutip oleh Jones, dikatakan

bahwa Kebijakan adalah Keputusan tetap yang dicirikan oleh konsistensi dan

pengulangan tingkah laku dari mereka yang membuat dan mereka yang mematuhi

keputusan tersebut.15

            Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional merupakan bagian dari usaha pemerintah dalam rangka untuk

meningkatkan kesejahteraan di bidang pendidikan bagi setiap warga negara Indonesia

dan tidak dapat dilepaskan dari tujuan negara untuk memajukan kesejahteraan umum

sekaligus mencerdaskan kehidupan bangsa berdasarkan Pancasila dan Undang-

Undang dasar 1945.

            Sejalan dengan semangat demokratisasi, desentralisasi, dan globalisasi,

berbagai kebijakan pengelolaan pendidikan di era Otonomi daerah menekankan
15
     Ibid, hal. 4


                                            14
sinergi dan keterpaduan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam

menjalankan hak dan kewajiban masing-masing. Keduanya berkewajiban “mengatur

dan mengawasi penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku” (Pasal 10 UU Nomor 20 Tahun 2003) “memberi layanan dan

kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap

warga negara tanpa diskriminasi” (Pasal 11 ayat 1) “menjamin tersedianya dana guna

Terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia tujuh sampai

dengan lima belas tahun” (Pasal 11 ayat 2) ”memfasilitasi satuan pendidikan dengan

pendidik   dan    tenaga    kependidikan      yang   diperlukan   untuk    menjamin

Terselenggaranya pendidikan yang bermutu” (Pasal 41 ayat 3) “menjamin

Terselenggaranya wajib belajar minimal jenjang pendidikan dasar tanpa memungut

biaya (Pasal 34 ayat 2) “membina dan mengembangkan tenaga kependidikan pada

satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah dan pemerintah daerah

(Pasal 44 ayat 1) dan ”membantu pembinaan dan pengembangan tenaga kependidikan

pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat (Pasal 44 ayat 3).



F. Metode Penelitian

       Peraturan ketatalaksanaan untuk mencapai tujuan lazimnya perlu suatu

metode yang akurat dan terarah, sehingga tujuan dapat dicapai secara utuh yang

menyeluruh demikian juga untuk memperoleh dan mengumpulkan data - data dalam

penelitian, diperlukan suatu metode yang tepat, sehingga apa yang ingin di jangkau di




                                         15
dalam suatu penelitian yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya secara

ilmiah.

          Tujuan penelitian adalah diharapkan dapat menemukan kenyataan tentang

obyek yang diteliti, Peneliti pada umumnya bertujuan untuk menemukan dan

mengembangkan atau menguji kebenaran suatu pengetahuan, Menemukan berarti

berusaha memperoleh sesuatu untuk mengisi kekosongan atau kekurangan,

mengembangkan berarti memperluan dan menggali lebih dalam dalam sasuatu yang

mudah, menguji kebenaran dilakukan apa yang ada atau menjadi diragukan

kebenarannya.

1. Metode Pendekatan

          Metode pendekatan yang akan dipakai dan dipergunakan dalam penelitian ini

adalah metode pendekatan secara yuridis

-   Yuridis dalam arti mengadakan pendekatan prinsip dan asas         hukum yang

    digunakan dalam meninjau dan melihat serta menganalisa permasalahannya yaitu

    pelaksanaan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

    Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

-   Sosiologis dalam arti suatu penelitian terhadap efektifitas hukum. Dengan

    demikian      pendekatan-pendekatan    yuridis   sosiologis   dimaksud   selain

    menggunakan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004

    Tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

    20 Tahun 2003 Tentang Sisatem Pendidikan Nasional.




                                          16
2.    Spesifikasi Penelitian

         Dalam penyusunan skripsi ini penulis menggunakan metode deskriptif, sebab

hanya menggambarkan obyek yang menjadi pokok permasalahannya saja, sedangkan

penelitian yang bersifat deskriptif pengertiannya sebagai berikut :

     1. Bahwa penelitian semata-mata memberi gambaran yang tetap dari suatu gejala

         pokok perhatiannya adalah pengukuran yang cermat dari suatu atau lebih

         variable yang terkait dalam suatu kelompok penduduk tertentu atau sample

         dari kelompok tersebut.

     2. Penelitian ini semata-mata memberi gambaran tentang bagaimana sebenarnya

         kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Kendal dalam upaya meningkatkan

         penyelenggaraan pendidikan yang merupakan gabungan antara penelitian di

         lapangan dengan penelitian kepustakaan yang bersifat saling terkait dan

         melengkapi.

3.    Metode Pengumpulan Data

         Mengingat terbatasnya kemampuan yang ada pada penulis, maka dalam

         penyusunan skripsi ini penulis menggunakan cara dengan mengumpulkan data

         yang diperlukan dalam penelitian, penulis menggunakan teknik pengumpulan

         data sebagai berikut

     a. Data Primer

              Pengumpulan data dengan cara mengadakan penelitian langsung ke

         obyek penelitian untuk memperoleh data ( riset lapangan ) dengan jalan :




                                           17
1. Observasi

            Cara pengumpulan data yang dilakukan dengan Mengambil dan

    melihat suatu peristiwa yang terjadi secara sederhana, guna memperoleh

    gambaran umum kaedaan unsur - unsur yang diteliti, termasuk dengan

    melihat, memperhatikan suara - suara yang diperbincangkan oleh masyarakat,

    peristiwa - peristiwa yang terjadi serta tingkah laku, perbuatan, kemudian

    pengamatan tersebut disimpulkan menjadi data dalam penelitian tersebut.

    Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara langsung mengenai

    bagaimana kebijakan Pemerintah Daerah dalam upaya meningkatkan

    penyelenggaraan pendidikan di Kabupaten Kendal.

2. Interview

            Yaitu dengan cara pengumpulan data dengan mengadakan Wawancara

    atau tanya jawab secara langsung pada orang - orang yang berada dalam

    obyek penelitian yang mengarah pada tujuan penelitian yang akan dicapai

    dengan mengadakan tanya jawab secara lisan pada aparatur Pemerintah

    daerah di lingkungan Dinas Pendidikan dan Olah Raga ( Dikpora ) dan lain -

    lain yang berkaitan dengan kependidikan.

b. Data Sekunder

            Dalam pengumpulan data sekunder ini dipergunakan cara – cara :

    1. Riset perpustakaan

           Yaitu metode pengumpulan data dengan jalan membaca dan

           mempelajari buku - buku perpustakaan serta obyek penelitian yang

                                     18
bersangkut dengan peranan Pemerintah Kabupaten Kendal dalam

       menyikapi masalah Pendidikan yang secara umum dirumuskan dalam

       Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

       Nasional.

2. Jenis data dari sudut sumber dan kekuatan mengikat

       Karena yang hendak diteliti adalah perilaku ( hukum ) dalam penelitian

       ini data sekunder yang dari sudut sumbernya digolongkan dalam :

       a. Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang mengikat, dalam hal

          ini adalah Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang Nomor 20

          Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang

          Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan daerah, Peraturan

          Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 tentang

          Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan dan peraturan lainnya

          yang terkait dengan penelitian ini.

       b. Bahan hukum sekunder yang memberi penjelasan terhadap bahan

          hukum primer, yang dalam hal ini terdiri dari hasil penelitian para

          pakar dan hasil karya dari kalangan hukum seperti buku - buku

          yang ada dalam catatan kaki.

       c. Bahan hukum tersier, yakni bahan yang memberi petunjuk maupun

          penjelasan   terhadap    bahan    hukum   primer   dan   sekunder,

          sebagaimana contoh adalah kamus - kamus.




                                  19
4. Metode Penyajian Data

              Data yang diperoleh dalam skripsi ini disajikan secara kualitatif

   tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan pendidikan di Kabupaten Kendal.

   Uraian mengenai pengolahan data untuk pembahasan permasalahan yang ada

   dengan cara menyusun kemudian meneliti data yang diperoleh dalam penelitian

   dan hasilnya nanti disajikan berupa skripsi.

5. Metode Analisis Data

              Analisis data ini adalah berupa penjelasan dari hasil yang diperoleh

   selama mengadakan penelitian. Penjelasan dari penelitian ini adalah berupa

   analisis kualitatif, yaitu pembahasan mengenai hasil penelitian yang dinyatakan

   dalam penelitian bukan dalam bentuk angka tetapi uraian, sedangkan analisanya

   dengan menggunakan landasan teori atau kajian pustaka.

              Penjelasan penelitian ini diuraikan dengan menggunakan cara yang

   kualitatif, hal ini mengingat bahwa obyek yang diteliti adalah sesuatu yang ada

   dan hidup dalam masyarakat yaitu mengenai ketentuan yang ada hubungannya

   dengan kebijakan Pemerintah Kabupaten Kendal dalam upaya meningkatkan

   penyelenggaraan pendidikan bagi masyarakat.




                                         20
BAB II

                                 TINJAUAN PUSTAKA



A. Tujuan Negara

          Tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) terdapat dalam

Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea keempat yaitu “Kemudian daripada

itu untuk membentuk suatu pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap

bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan

kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan

ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan

sosial”.16

          Dari rumusan tersebut, tersirat adanya tujuan nasional/Negara yang ingin

dicapai sekaligus merupakan tugas yang harus dilaksanakan oleh Negara, yaitu:

          a. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah

              Indonesia;

          b. Memajukan kesejahteraan umum;

          c. Mencerdaskan kehidupan bangsa;

          d. Ikut serta melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan,

              perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

          Untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, pemerintah menempuh melalui jalur

pendidikan, dalam hai ini untuk memperoleh SDM yang berkualitas dan memiliki
16
     Undang Undang Dasar 1945, pembukaan


                                             21
daya saing, perlu didukung oleh suatu sistem pendidikan nasional yang

dikembangkan berdasarkan pada kebutuhan masyarakat (stakeholder). Dalam konteks

perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam masyarakat Indonesia dewasa ini,

daya saing bangsa tergantung pada pengetahuan dan keterampilan manusia dan untuk

membuat manusia berpengetahuan dan berketerampilan tergantung pada kualitas

pendidikannya. Manusia yang cerdas, terlatih dan terampil tentu akan dapat

meningkatkan kualitas hidupnya dalam melangsungkan kehidupannya.

       Pemerintah pun telah menyadari akan pentingnya pendidikan bagi

masyarakatnya dan telah berupaya dalam mewujudkan manusia yang cerdas seperti

amanat yang tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negera

Republik Indonesia tahun 1945 dinyatakan bahwa salah satu tujuan Negara Republik

Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan merupakan hak asasi

setiap warga negara Indonesia dan untuk itu setiap warga negara Indonesia berhak

memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan minat dan bakat yang

dimilikinya tanpa memandang status sosial, ras, etnis, agama, dan gender. Pemerataan

akses dan peningkatan mutu pendidikan akan membuat warga negara Indonesia

memiliki kecakapan hidup (life skills) sehingga mendorong tegaknya pembangunan

manusia seutuhnya serta masyarakat madani dan modern yang dijiwai nilai-nilai

Pancasila.




                                        22
Hal tersebut dapat terwujud bila ketiga pilar kebijakan pendidikan nasional

yang tertuang dalam Renstra Depdiknas tahun 2005-2009 dapat diimplementasikan

dengan baik, yaitu17

      1. perluasan dan pemerataan akses pendidikan;

      2. peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing pendidikan;

      3. penguatan tata kelola, akuntabilitas, dan citra publik pendidikan.

          Ketiga pilar tersebut harus diimplementasikan secara simultan dan saling

terkait satu sama lain. Dengan begitu akan didapatkan keterkaitan antara perluasan

dan pemerataan dengan perbaikan mutu pendidikan, di satu sisi perluasaan dan

pemerataan dilakukan dan di sisi lainnya perbaikan mutu pendidikan pun dilakukan.

          Disamping itu, baik buruknya mutu pendidikan sangatlah bergantung pada

peranan guru dalam mentransfer ilmu kepada peserta didik. Kemampuan dan kualitas

guru dalam proses pembelajaran dapat berpengaruh besar terhadap pencapaian mutu

pendidikan, sehingga dapat dikatakan cerminan mutu pendidikan kita terdapat pada

kualitas sosok seorang guru. Dalam konteks ini guru mempunyai fungsi dan peran

yang sangat strategis dalam pembangunan di bidang pendidikan. Seperti halnya telah

dijelaskan dalam UU No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 4 menyatakan

bahwa “Kedudukan guru sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 2 ayat (1) berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen

pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional”.



17
     Depdiknas, 2008


                                            23
B. Pemerintahan Daerah

         Pemerintahan Daerah menurut Ketentuan Pasal 1 ayat 2 Undang - Undang

Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah

penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), menurut Asas Otonomi dan tugas pembantuan

dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan

Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar Republik

Indonesia tahun 1945. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati atau Walikota dan

Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.

         Mengingat Negara Indonesia terdiri dari pulau - pulau dan memiliki daerah

yang sangat luas, Pemerintah Pusat mengadakan alat - alat perlengkapan setempat

yang disebarkan ke seluruh wilayah Negara yang terdapat di daerah, ini disebabkan

Pemerintah Pusat tidak dapat menangani secara langsung urusan - urusan yang ada di

daerah. Namun bukan berarti pemerintah pusat melepaskan tanggung jawabnya.

         Meskipun Pemerintah Daerah terdiri dari Kepala Daerah beserta perangkat

daerah lainnya termasuk Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) tetapi Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) tidak dapat mencampuri bidang Eksekutif.

Eksekutif merupakan wewenang dan tanggungjawab dari Kepala Daerah. Dengan

demikian, dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah ada pembagian tugas yang

jelas.




                                        24
Kepala Daerah beserta perangkat daerah lainnya memimpin dalam bidang

eksekutif dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) bergerak dalam Bidang

Legislatif.

          Desentralisasi menurut Undang - undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun

2004 tentang Pemerintahan Daerah didalam Pasal 1 ayat 7 adalah penyerahan

wewenang pemerintahan kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus

urusan pemerintahan dalam system Negara Republik Indonesia.

          Pemerintah Daerah dan DPRD adalah penyelenggara pemerintahan daerah

menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya

dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana

dimaksud dalam Undang-Undang Dasar 1945. Pemerintah daerah adalah Gubernur,

Bupati, atau Walikota, dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara

pemerintahan daerah.18

          Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi.

Daerah provinsi itu dibagi lagi atas daerah kabupaten dan daerah kota. Setiap daerah

provinsi, daerah kabupaten, dan daerah kota mempunyai pemerintahan daerah yang

diatur dengan undang-undang.

          Setiap daerah dipimpin oleh kepala pemerintah daerah yang disebut kepala

daerah. Kepala daerah untuk provinsi disebut gubernur, untuk kabupaten disebut

bupati dan untuk kota adalah walikota. Kepala daerah dibantu oleh satu orang wakil

kepala daerah, untuk provinsi disebut wakil Gubernur, untuk kabupaten disebut wakil
18
     Undang Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah


                                               25
bupati dan untuk kota disebut wakil walikota. Kepala dan wakil kepala daerah

memiliki tugas, wewenang dan kewajiban serta larangan. Kepala daerah juga

mempunyai kewajiban untuk memberikan laporan penyelenggaraan pemerintahan

daerah kepada Pemerintah, dan memberikan laporan keterangan pertanggungjawaban

kepada DPRD, serta menginformasikan laporan penyelenggaraan pemerintahan

daerah kepada masyarakat.

       Apabila kepala daerah berhenti dalam masa jabatannya maka kepala daerah

diganti oleh wakil kepala daerah sampai berakhir masa jabatannya dan proses

pelaksanaannya dilakukan berdasarkan keputusan Rapat Paripurna DPRD dan

disahkan oleh Presiden. Apabila terjadi kekosongan jabatan wakil kepala daerah

dalam masa jabatannya dan sisa masa jabatannya lebih dari 18 (delapan belas) bulan,

kepala daerah mengusulkan 2 (dua) orang calon wakil kepala daerah untuk dipilih

oleh Rapat Paripurna DPRD berdasarkan usul partai politik atau gabungan partai

politik yang pasangan calonnya terpilih dalam pemilihan kepala daerah dan wakil

kepala daerah. Dalam hal kepala daerah dan wakil kepala daerah berhenti atau

diberhentikan secara bersamaan dalam masa jabatannya, Rapat Paripurna DPRD

memutuskan dan menugaskan KPUD untuk menyelenggarakan pemilihan kepala

daerah dan wakil kepala daerah paling lambat 6 (enam) bulan terhitung sejak

ditetapkannya penjabat kepala daerah.




                                        26
1. Tugas dan Wewenang Pemerintah Daerah

     a. Tugas Pemerintah Daerah

          Pembentukan pemerintahan daerah sesuai dengan amanat pasal 18 UUD

     Negeri RI tahun 1945, telah melahirkan berbagai           produk undang-undang dan

     peraturan perundang-undangan lainnya yang mengatur tentang pemerintahan

     daerah, antara lain undang-undang Nomor 1 Tahun 1945, UU Nomor 22 Tahun

     1948, Undang-Undang No. 1 Tahun 1957, UU Nomor 18 Tahun 1965, UU No. 5

     Tahun 1974, UU No. 22 Tahun 1999 dan terakhir UU No. 32 Tahun 2004.

          Penyelenggara pemerintahan adalah priseden dibantu oleh satu orang wakil

     presiden, dan penyelenggara pemerintahan daerah adalah pemerintah daerah dan

     DPRD. Setiap daerah dipimpin oleh kepala pemerintahan daerah yang disebut

     kepala daerah, untuk provinsi disebut gubernur, untuk kabupaten disebut bupati, dan

     untuk kota disebut walikota. Kepala daerah dibantu oleh satu orang wakil kepala

     daerah, yang masing-masing untuk provinsi disebut wakil gubernur, untuk

     kabupaten disebut wakil bupati, dan untuk kota seperti wakil walikota.19

     Tugas dan wewenang kepala daerah adalah:20

        1. Memimpin penyelenggaraan daerah berdasarkan kebijakan yang ditetapkan

            bersama DPRD

        2. Mengajukan rancangan perda

        3. Menetapkan Perda yang telah mendapat persetujuan bersama DPRD;

19
  http://www.masbied.com/2011/08/01/tugas-dan-kewajiban-pemerintah-daerah/
20
  http://rimaru.web.id/tugas-dan-wewenang-kepala-daerah-dalam-penyelenggaraan-pemerintahan-
daerah/


                                              27
4. Menyusun dan mengajukan Perda tentang APBD kepada DPRD untuk

            dibahas dan ditetapkan bersama;

        5. Mengupayakan terlaksananya kewajiban daerah;

        6. Mewakili daerahnya di dalam dan diluar pengadilan, dan dapat menunjuk

            kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-

            undangan;

        7. Melaksanakan tugas dan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-

            undangan.

     b. Kewenangan Pemerintah Daerah

          Dalam Pasal 6 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun

     2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan

     Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota dalam ayat 1

     menyebutkan bahwa Pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah

     kabupaten/kota mengatur dan mengurus urusan pemerintahan yang berdasarkan

     kriteria pembagian urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat

     (1) menjadi kewenangannya.

          Urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas urusan

     wajib dan urusan pilihan.

              Urusan wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:21

                a. pendidikan;


21
  Peraturan Pemerintah RI Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara
Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, Pasal 7 ayat 2


                                              28
b. kesehatan;

c. lingkungan hidup;

d. pekerjaan umum;

e. penataan ruang;

f. perencanaan pembangunan;

g. perumahan;

h. kepemudaan dan olahraga;

i. penanaman modal;

j. koperasi dan usaha kecil dan menengah;

k. kependudukan dan catatan sipil;

l. ketenagakerjaan;

m. ketahanan pangan;

n. pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak;

o. keluarga berencana dan keluarga sejahtera;

p. perhubungan;

q. komunikasi dan informatika;

r. pertanahan;

s. kesatuan bangsa dan politik dalam negeri;

t. otonomi daerah, pemerintahan umum, administrasi keuangan daerah,

   perangkat daerah, kepegawaian, dan persandian;

u. pemberdayaan masyarakat dan desa;

v. sosial;

                            29
w. kebudayaan;

              x. statistik;

              y. kearsipan; dan

              z. perpustakaan.

        Pada pasal 7 ayat (3) menyebutkan bahwa urusan pilihan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) adalah urusan pemerintahan yang secara nyata ada

dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi,

kekhasan, dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan.22

        Urusan pilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) meliputi:

            a. kelautan dan perikanan;

            b. pertanian;

            c. kehutanan;

            d. energi dan sumber daya mineral;

            e. pariwisata;

            f. industri;

            g. perdagangan; dan

            h. ketransmigrasian.

Penentuan urusan pilihan ditetapkan oleh pemerintahan daerah.

        Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah kabupaten atau

daerah kota merupakan urusan yang berskala kabupaten atau kota meliputi 16 buah


22
  Peraturan Pemerintah RI Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara
Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, Pasal 7 ayat 3


                                              30
urusan. Urusan pemerintahan kabupaten atau kota yang bersifat pilihan meliputi

urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan

daerah yang bersangkutan, meliputi:23

              a. perencanaan dan pengendalian pembangunan;

              b. perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang;

              c. penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat;

              d. penyediaan sarana dan prasarana umum;

              e. penanganan bidang kesehatan;

              f. penyelenggaraan pendidikan;

              g. penanggulangan masalah sosial;

              h. pelayanan bidang ketenagakerjaan;

              i. fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah;

              j. pengendalian lingkungan hidup;

              k. pelayanan pertanahan;

              l. pelayanan kependudukan, dan catatan sipil;

              m. pelayanan administrasi umum pemerintahan;

              n. pelayanan administrasi penanaman modal;

              o. penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya; dan

              p. urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-

                  undangan.
23
     Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 14


                                              31
C. Pengertian Kebijakan Publik

           Pengertian tentang kebijakan dalam beberapa literatur sangatlah beragam,

namun secara umum kebijakan dapat dikatakan merupakan rumusan keputusan

Pemerintah yang menjadi pedoman tingkah laku guna mengatasi masalah publik yang

mempunyai tujuan, rencana dan program yang akan dilaksanakan secara jelas. secara

sederhana kebijakan publik digambarkan oleh Bill Jenkins di dalam buku The Policy

Process sebagai Kebijakan publik adalah suatu keputusan berdasarkan hubungan

kegiatan yang dilakukan oleh aktor politik guna menentukan tujuan dan mendapat

hasil      berdasarkan      pertimbangan      situasi    tertentu.   Selanjutnya   Bill   Jenkins

mendefinisikan kebijakan publik sebagai:

A set of interrelated decisions taken by a political actor or group of actors

concerning the selection of goals and the means of achieving them within a specified

situation where these decisions should, in principle, be within the power of these

actors to achieve.24

           Menurut James E Anderson menyatakan : “ Public policies are those policies

developed by govermental bodies and officials “ Dari pernyataan tersebut dapat

dikatakan bahwa : 25

1. Kebijakan pemerintah selalu mempunyai tujuan tertentu atau merupakan tindakan

      yang berorientasi pada tujuan.

2. Kebijakan itu berisi tindakan-tindakan atau pola tindakan pejabat pemerintah.


24
     http://abdiprojo.blogspot.com/2010/04/pengertian-kebijakan-publik.html
25
     Hessel Nogi, op cit., hal.3


                                                   32
3. Kebijakan itu merupakan apa yang benar-benar dilakukan pemerintah, jadi bukan

      merupakan apa yang baru menjadi maksud atau pernyataan pemerintah untuk

      melakukan sesuatu.

4. Kebijakan pemerintah itu bersifat positif dalam arti merupakan keputusan

      pemerintah untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan.

5. Kebijakan pemerintah dalam arti yang positif didasarkan atau selalu dilandaskan

      pada peratruran perundang-undangan dan bersifat mamaksa ( otoritatip ).

            Sedangkan menurut Eulau dan Prewitt yang dikutip oleh Jones, dikatakan

bahwa Kebijakan adalah keputusan tetap yang dicirikan oleh konstitensi dan

pengulangan tingkah laku dari mereka yang membuat dan dari mereka yang

mematuhi keputusan tersebut. Selanjutnya menurut beliau, suatu kebijakan dapat

dikatakan sebagai kebijakan publik atau tidak dilihat komponen public policynya

yang mencakup hal-hal sebagai berikut :26

a. Intentions, yaitu tujuan sebenarnya dari sebuah tindakan.

b. Goals, yaitu tujuan/keadaan akhir yang hendak dicapai.

c. Plans or proposals, yaitu rencana atauusulan untuk mencapai tujuan.

d. Program, yaitu program yang disyahkan untuk mencapai tujuan kebijakan.

e. Decisions or choices, yaitu keputusan atau pilihan atas tindakan-tindakan yang

      diambil untuk mencapai tujuan, mengembangkan rencana, melaksanakan dan

      mengevaluasi program.

f. Effect, yaitu dampak atau pengaruh yang diukur.
26
     Ibid, hal.4-5


                                           33
Thomas R.Dye mendefinisikan kebijakan pemerintah sebagai “ is whaterver

governments choose to do or not to do “. Dikatakan bahwa apabila pemerintah

memilih untuk melakukan sesuatu, maka harus ada tujuannya dan kebijakan itu harus

meliputi semua tindakan-tindakan pemerintah, jadi bukan semata-mata merupakan

pernyataan keinginan pemerintah atau pejabat pemerintah saja.27

            Namun dilain pihak kebijakan pemerintah diartikan oleh Van Der Gevel &

Van De Goor sebagai “ Beleid bestaat in essentieuit een samentel van gekozen

doelen, middelen en tijdstippen “.28

            Adanya beberapa konsep kebijakan tersebut di atas menunjukkan bahwa unsur

tujuan dan sarana merupakan unsur pokok yang harus ditetapkan oleh pejabat

pemerintah dalam membuat kebijakan pemerintah, suatu keadaan yang diinginkan

akan nampak pada tujuan kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah, namun

demikian penjabaran lebih lanjut yang semakin kongkrit dan jelas amat diperlukan.

            Kebijakan daerah bidang pendidikan sebagaimana dimaksud pada Pasal 28

merupakan penjabaran dari kebijakan pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

5 dan Pasal 17 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010

Tentang Pengelolaan Dan Penyelenggaraan Pendidikan, serta sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang - undangan.




27
     Ibid, hal. 5
28
     Ibid, hal. 6


                                           34
Kebijakan daerah bidang pendidikan sebagaimana dimaksud pada Pasal 29

ayat (1) dituangkan dalam :29

            a. rencana pembangunan jangka panjang kabupaten/kota;

            b. rencana pembangunan jangka menengah kabupaten/kota;

            c. rencana strategis pendidikan kabupaten/kota;

            d. rencana kerja pemerintah kabupaten/kota;

            e. rencana kerja dan anggaran tahunan kabupaten/kota

            f. peraturan daerah di bidang pendidikan

            g. peraturan bupati/walikota di bidang pendidikan.

Dengan demikian, kebijakan sangat berkaitan dengan pengertian - pengertian

mengenai sasaran - sasaran yang diupayakan dan cara - cara bagaimana tujuan itu

harus dicapai.



D. Pokok Pokok Materi UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional

        Komitmen bangsa Indonesia terhadap pendidikan dengan sangat jelas

tercermin pada konstitusi negara, UUD 45, khususnya Pasal 31, yang menegaskan

bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan (Ayat 1) dan setiap

warga    negara    wajib   mengikuti     pendidikan     dasar,   dan    pemerintah      wajib

membiayainya (Ayat 2). Skema pembiayaan pendidikan oleh pemerintah tersebut


29
  Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan Dan
Penyelenggaraan Pendidikan


                                             35
diatur pada ayat 4 yang berbunyi: “Negara memprioritaskan anggaran pendidikan

sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara

serta anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan

penyelenggaraan pendidikan nasional”. Pada ayat 5 juga ditegaskan bahwa

pemerintah harus memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung

tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta

kesejahteraan umat manusia. Landasan konstitusional komitmen pendidikan inilah

yang membuka peluang sebesar-besarnya bagi bangsa Indonesia untuk berbuat yang

terbaik bagi sistem pendidikan nasionalnya melalui berbagai kebijakan dalam bidang

pemerintahan dan pembangunan, termasuk kebijakan otonomi daerah.

       Kebijakan otonomi daerah memang merupakan bagian integral dari program

reformasi sistem pemerintahan dan pembangunan secara menyeluruh, tetapi

pendidikan adalah salah satu aspek yang mendapat perhatian sangat besar di

dalamnya. Bidang pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah. Kebijakan

otonomi daerah sebagai titik tolak bagi bangsa Indonesia untuk membangkitkan

kembali kesadaran bangsa ini akan arti penting pendidikan bagi upaya membangun

tatanan kehidupan bangsa yang lebih bermutu, demokratis, dan berdaulat agar dapat

merespons tiga isu utama yang dihadapi oleh bangsa ini, yaitu meningkatkan

keamanan nasional, meningkatkan kesejahteraan rakyat, dan memberdayakan

pendidikan sebagai komponen krusial dalam pembangunan sumber daya manusia.

       Sementara itu menurut HAW Wijaya menegaskan bahwa Otonomi daerah

adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan

                                       36
masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat,

sesuai dengan peraturan perundang-undangan.30

        Pada sisi lain, J. Kaloh memberikan pendapat bahwa Istilah otonomi lebih

pada political aspect ( aspek politik kekuasaan ), sedangkan desentralisasi lebih

cenderung pada administrative-aspect ( aspek administrasi negara ) namun jika

dilihat dari kontek sharing of power ( berbagai kekuasaan ), kedua istilah tersebut

mempunyai keterkaitan yang erat dan tidak dapat dipisahkan.31

        Sejalan dengan semangat demokratisasi, desentralisasi, dan globalisasi,

berbagai kebijakan pengelolaan pendidikan di era otonomi daerah menekankan

sinergi dan keterpaduan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam

menjalankan hak dan kewajiban masing-masing. Keduanya berkewajiban “mengatur

dan mengawasi penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku” (Pasal 10 UU Nomor 20 Tahun 2003), “memberi layanan

dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi

setiap warga negara tanpa diskriminasi” (Pasal 11 ayat 1), “menjamin tersedianya

dana guna Terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia tujuh

sampai dengan lima belas tahun” (Pasal 11 ayat 2), ”memfasilitasi satuan pendidikan

dengan pendidik dan tenaga kependidikan yang diperlukan untuk menjamin

Terselenggaranya pendidikan yang bermutu” (Pasal 41 ayat 3), “menjamin

Terselenggaranya wajib belajar minimal jenjang pendidikan dasar tanpa memungut

30
   Josef Riwu Kaho, Prospek Otonomi Daerah di Negara RI, PT Ria Grafika Persada, Jakartaa, 2002,
hal. 15
31
   J. Kolah, Mencari Bentuk Otonomi Daerah, PT, Rineka Cipta, Jakarta, hal. 6


                                               37
biaya (Pasal 34 ayat 2), “membina dan mengembangkan tenaga kependidikan pada

satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah dan pemerintah daerah

(Pasal 44 ayat 1), dan ”membantu pembinaan dan pengembangan tenaga

kependidikan pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat (Pasal

44 ayat 3).

       Kebijakan pada era otonomi daerah juga menekankan pentingnya domain

lokal dalam pengembangan program-program pendidikan. Ditegaskan pada Pasal 50

ayat 4 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

bahwa “pemerintah kabupaten/kota berkewajiban mengolah satuan pendidikan yang

berbasis keunggulan lokal”. Sejalan dengan kewajiban ini, pemerintah dan

pemerintah daerah diharapkan dapat bersinergi dalam melengkapi sarana dan

prasarana pendidikan dan mengembangkan budaya ilmu pengetahuan di daerah. Hal

ini ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem

Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu pengetahuan dan

Teknologi, bahwa “pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau badan usaha dapat

membangun kawasan, pusat peragaan, serta sarana dan prasarana ilmu pengetahuan

dan teknologi lain untuk memfasilitasi kinerja dan pertumbuhan unsur-unsur

kelembagaan dan menumbuhkan budaya ilmu pengetahuan dan teknologi di kalangan

masyarakat” (Pasal 14). Selain itu, pemerintah daerah juga diharapkan berperan

sebagai motivator, stimulator, dan fasilitator perkembangan ilmu pengetahuan di

daerah. Pasal 20 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 menegaskan sebagai berikut

:”Pemerintah daerah berfungsi menumbuhkembangkan motivasi, memberikan

                                      38
stimulasi dan fasilitas, serta menciptakan iklim yang kondusif bagi pertumbuhan serta

sinergi unsur kelembagaan, sumber daya, dan jaringan ilmu pengetahuan dan

teknologi di wilayah pemerintahannya sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari

sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan

Teknologi”.32

              Pada prinsipnya, dengan adanya otonomi daerah, kewenangan untuk

menjalankan fungsi pelayanan umum secara didistribusikan daeran sentral dan lokal.

Sarundajang menjelaskan bahwa secara sentral kewenangan telah dibagi berdasarkan

kegiatan berbagai kementrian yang ada di Ibu Kota. Di tingkat lokal kewenangan

dibagi berdasarkan wilayah yang ada diberbagai pemerintahan daerah diseluruh

negara.33

        Pemerintah daerah “wajib merumuskan prioritas serta kerangka kebijakan di

bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang dituangkan sebagai kebijakan strategis

pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi di daerahnya”.34 Pemerintah daerah

“harus mempertimbangkan masukan dan pandangan yang diberikan oleh unsur

kelembagaan ilmu pengetahuan dan teknologi” serta “membentuk Dewan Riset yang

beranggotakan masyarakat dari unsur kelembagaan ilmu pengetahuan dan teknologi

di daerahnya” (Pasal 20 UU Nomor 18 Tahun 2002). Berbagai kewajiban pemerintah

daerah tersebut juga dipertegas dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004


32
   http://taufiknurohman25.blogspot.com/2011/02/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html
33
   Sarundajang, Pemerintah daerah Di Beberapa Negara Sebuah Pengantar, Pusaka Sinar Harapan,
Jakarta, hal. 28
34
   Pasal 20 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002


                                               39
tentang Pemerintahan Daerah, bahwa salah satu urusan wajib pemerintah provinsi

adalah “penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumber daya manusia potensial”

(Pasal 13) dan salah satu urusan wajib pemerintah kabupaten dan kota adalah

“Penyelenggaraan pendidikan” (Pasal 14).

        Penyelenggaraan pendidikan adalah kegiatan pelaksanaan komponen sistem

pendidikan pada satuan atau program pendidikan pada jalur, jenjang, dan jenis

pendidikan agar proses pendidikan dapat berlangsung sesuai dengan tujuan

pendidikan nasional.35

        Pendidikan pada umumnya dikategorikan ke dalam tiga jenis yaitu pendidikan

informal, pendidikan formal dan pendidikan non formal, pendidikan informal

dinyatakan sebagai proses pendidikan yang melekat dalam kehidupan sehari-hari di

mana setiap terjadi interaksi sosial yang bisa membawa kearah kedewasaan seseorang

pada dasarnya adalah pendidikan, perkembangan peradaban manusia telah membawa

keadaan dimana pendidikan yang berlangsung secara formal tersebut dianggap sangat

tidak memadai. Pengetahuan            yang harus dimiliki, nilai-nilai         yang harus

diinternalisasikan, dan ketrampilan yang harus dikuasai oleh seseorang untuk menjadi

dewasa dalam kehidupan modern yang semakin komplek.

        Berkaitan dengan pengertian pendidikan terdapat perbedaan yang jelas

antara pendidikan formal, pendidikan informal dan pendidikan nonformal.




35
  Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan Dan
Penyelenggaraan Pendidikan, pasal 1 ayat 2


                                             40
Sehubungan dengan hal ini Coombs (1973) membedakan pengertian ketiga jenis

pendidikan itu sebagai berikut :36

           Pendidikan formal adalah kegiatan yang sistematis, bertingkat/berjenjang,

dimulai dari sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi dan yang setaraf

dengannya, termasuk kedalamnya ialah kegiatan studi yang berorientasi akademis

dan umum, program spesialisasi, dan latihan professional, yang dilaksanakan dalam

waktu yang terus menerus.

           Pendidikan informal adalah proses yang berlangsung sepanjang usia sehingga

sehingga setiap orang memperoleh nilai, sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang

bersumber dari pengalaman hidup sehari-hari, pengaruh lingkungan termasuk di

dalamnya adalah pengaruh                kehidupan keluarga, hubungan dengan tetangga,

lingkungan pekerjaan dan permainan, pasar, perpustakaan, dan media massa.

           Pendidikan nonformal ialah setiap kegiatan teroganisasi dan sistematis, di luar

sistem persekolahan yang, dilakukan secara mandiri atau merupakan bagian penting

dari kegiatan yang lebih luas, yang sengaja dilakukan untuk melayani peserta didik

tertentu di dalam mancapai tujuan belajarnya.

           Ketiga pengertian di atas dapat digunakan untuk membedakan program

pendidikan yang termasuk ke dalam setiap jalur pendidikan tersebut. Sebagai bahan

untuk menganalisis berbagai program pendidikan maka ketiga batasan pendidikan di

atas perlu diperjelas lagi dengan kriteria yang dapat membedakan antara pendidikan

yang program - programnya bersifat nonformal dengan pendidikan yang program -
36
     http://www.imadiklus.com/2011/06/pengertian-tiga-jenis-pendidikan.html


                                                  41
programnya bersifat informal dan formal. Perbedaan antara pendidikan yang program

- programnya bersifat nonformal dan informal dapat dikemukakan sebagai berikut.

Pendidikan yang program - programnya bersifat nonformal memiliki tujuan dan

kegiatan yang terorganisasi, diselenggarakan di lingkungan masyarakat dan lembaga -

lembaga, untuk melayani kebutuhan belajar khusus para peserta didik. Sedangkan

pendidikan yang program - programnya bersifat informal tidak diarahkan untuk

melayani kebutuhan belajar yang terorganisasi. Kegiatan pendidikan ini lebih umum,

berjalan dengan sendirinya, berlangsung terutama dalam lingkungan keluarga, serta

melalui media massa, tempat bermain, dan lain sebagainya.

           Apabila kegiatan yang termasuk pendidikan yang program - programnya

bersifat informal ini diarahkan untuk mencapai tujuan belajar tertentu maka kegiatan

tersebut dikategorikan baik ke dalam pendidikan yang program - programnya bersifat

nonformal maupun pendidikan yang program-programnya bersifat formal.

           Kleis (1974) memberi batasan umum bahwa pendidikan adalah sejumlah

pengalaman yang dengan pengalaman itu, seseorang atau kelompok orang dapat

memahami sesuatu yang sebelumnya tidak mereka pahami Pengalaman itu terjadi

karena adanya interaksi antara seseorang atau kelompok dengan lingkungannya.

Interaksi itu menimbulkan proses perubahan (belajar) pada manusia dan selanjutnya

proses perubahan itu menghasilkan perkembangan (development) bagi kehidupan

seseorang atau kelompok dalam lingkungannya.37



37
     http://www.imadiklus.com/2011/06/pengertian-tiga-jenis-pendidikan.html


                                                  42
Proses belajar itu akan menghasilkan perubahan dalam ranah kognitif

(penalaran,       penafsiran     pemahaman       dan    penerapan      informasi),   peningkatan

kompetensi (keterampilan intelektual dan sosial), serta pemilihan dan penerimaan

secara sadar terhadap nilai, sikap, penghargaan dan perasaan, serta kemauan untuk

berbuat atau merespon sesuatu rangsangan. Proses perubahan (belajar) dapat terjadi

dengan disengaja atau tidak disengaja.

           Pandangan lain tentang pendidikan dikemukakan oleh Axiin (1974), yang

membuat penggolongan program - program kegiatan yang termasuk ke dalam

pendidikan formal, nonformal, dan informal dengan menggunakan kriteria adanya

atau tidak adanya kesengajaan dari kedua pihak yang berkomunikasi, yaitu pihak

pendidik (sumber belajar atau fasilitator) dan pihak peserta didik (siswa atau warga

belajar).38

           Ternyata, tidak semua kebutuhan belajar masyarakat bisa terakomodasi ke

dalam pendidikan formal, kekurangan dalam pendidikan formal adalah cenderung

steril dan kehidupan nyata, kaku dan tidak responsip terhadap perubahan kebutuhan

masyarakat modern yang cenderung semakin cepat, Untuk mengatasi masalah ini

muncul pendidikan yang memiliki ciri-ciri perpaduan antara pendidikan informal dan

formal, jenis pendidikan ini disebut pendidikan non formal atau pendidikan luar

sekolah.

           Pemerintah dalam mensubsidi harus memiliki dua fungsi sekaligus yaitu

sebagai bantuan pengembangan dan perangsang. Bantuan proporsi tersebut
38
     http://www.imadiklus.com/2011/06/pengertian-tiga-jenis-pendidikan.html


                                                  43
tergantung pada perumus kebijakan dalam memandang kalau ada terjadi

ketimpangan.

           Sebagaimana dikemukakan oleh Robert B. Carson ada dua pandangan

mengenai ketimpangan yaitu pandangan konservatif dan pandangan liberal. Bagi

pandangan konservatif ketimpangan adalah suatu yang alamiah dan usaha untuk

mengubahnya melalui pajak dan transfer hanya akan mengurangi keserasian sosial

yang ada. Sementara itu pandangan Liberal menyatakan semakin tidaktimpang

keadaan pertumbuhan adalah lebih manusiawi dan diperlukan, bagi kaum koservatif

pemberian bantuan Cuma-Cuma adalah esensi dan langkah memperlemah kelompok

miskin dan oleh sebab itu amat berbahaya. Karenanya setiap transfer harus memiliki

fungsi insentif. Sedangkan bagi kaum liberal menyetakan bahwa pemberian bantuan

adalah suatu bentuk dukungan pemerintah sebagai perwujudan tanggung jawabnya

kepada masyarakat yang kurang beruntung.39



E. Pendanaan Pendidikan Dalam APBD Kabupaten Kendal

           Untuk meningkatkan penyelenggaraan pendidikan, Pemerintah Daerah

Kabupaten Kendal melalui Peraturan Daerah Kabupaten Kendal Nomor 5 Tahun

2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten

Kendal Tahun 2010-2015 dan Peraturan Bupati Nomor 12 Tahun 2011 Tentang

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Kendal 2012, dalam Perda dan



39
     Hessel Nogi, Wacana Kebijakan Publik, Lukman Offset, Yogyakarta, 2003, hal. 58-59


                                                 44
Peraturan Bupati tersebut di beberkan beberapa poin – poin yang di terapkan,

diantaranya adalah upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

        Dalam upaya meningkatkat kualitas pendidikan, pendanaan yang tertuang

dalam Rencana Program dan Kegiatan Prioritas Daerah di bidang Pendidikan sebesar

Rp. 45.553.194.585 yang di bagi atas Program PAUD Rp. 13.516.558.000, Program

Pendidikan Dasar Rp. 14.995.806.585, Program Pendidikan Menengah Rp.

4.877.680.000, Program Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Rp.

6.956.750.000, Program Pendidikan Nonformal dan Informal Rp. 525.250.000,

Program Peningkatan Peran Serta Kepemudaan Rp. 1.625.150.000, Program

Pembinaan dan Pemasyarakatan Olahraga Rp. 1.850.000.000, Program Manajemen

Pelayanan Pendidikan Rp. 1.180.000.000, Program Pengembangan Budaya Baca dan

Pembinaan Perpustakaan Rp. 66.000.000, Program manajemen Pelayanan Pendidikan

Rp. 1.520.520.000.40


F. Pendidikan Dalam Perspektif Islam

        Islam adalah agama yang sempurna. Ajarannya meliputi seluruh aspek

kehidupan. Termasuk di dalamnya adalah masalah pendidikan. Bahkan Islam adalah

agama yang memperhatikan masalah pendidikan dan ilmu pengetahuan dengan porsi

yang sangat besar. Bahkan keseluruhan ajaran Islam yang bersumber dari Al Quran

dan As Sunnah merupakan materi pendidikan dan ilmu pengetahuan yang luar biasa,

yang tidak dimiliki oleh agama-agama lain maupun ideologi-ideologi lain. Sejarah

40
 Peraturan Bupati Nomor 12 Tahun 2011 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten
Kendal 2012


                                            45
mencatata bahwa bangsa Arab yang buta huruf, dengan pendidikan Islam yang khas,

yang diterapkan oleh Rasulullah saw., telah berubah menjadi bangsa pelopor yang

telah mampu menerangi dunia dan menjadi guru bagi dunia.

          Pendidikan dalam perspektif Islam adalah transfer nilai-nilai Islam yang

bersumber dari Al Quran dan As Sunnah, pandangan hidup Islam atau aqidah

Islamiyah (keimanan), dan berbagai pengetahuan Islam (al ma’arif al Islamiyah)

seperti tafsir, ulumul Qur’an, riwayat-riwayat hadits-hadits Nabi saw., ulumul hadits,

fiqh, ushul fiqh, bahasa Arab, ilmu nahwu, ilmu shorof, siroh Nabi saw, dan lain-lain

yang mempertebal pemahman para peserta didik sehingga tidak ada ide Islam yang

lolos dari format pikirannya yang diharapkan juga menjadi pengendali tingkah

lakunya. Selain itu, perlu berbagai ilmu pengetahuan dan serta ketrampilan teknologi

untuk menambah kemampuan para lulusannya menjalani hidup dengan tetap

berpegang kepada aqidah dan pemahaman hidupnya (mafahim anil hayah).41

          Dalam pergerakan kultural yang dilakukan oleh para Ulama, guru-guru

pengajar Al Quran dan As Sunnah, serta hukum-hukum Syariah Islam, yang

dilakukan dalam kurun waktu kurang lebih satu abad, hampir 2/3 dunia lama telah

mengenyam Islam sebagai agama, budaya, dan hukum, dan khasanah pengetahuan

yang baru: tsaqafah Islamiyah. Berbagai bangsa yang beragam agama, adat-istiadat,

dan sistem hukum dan perundangannya, menjadi satu umat, satu bahasa, satu hukum,

dan satu negara: Islam. Peradaban Islam pun dikatakan sebagai jembatan peradaban

yang telah berhasil mengembangkan ilmu pengetahuan warisan Yunani sehingga
41
     http://myeve.multiply.com/journal/item/29/ILMU_PENDIDIKAN_DALAM_PERSPEKTIF_ISLAM


                                           46
dapat sampai kepada masa pencarahan bangsa-bangsa Eropa sehingga menjadikan

perkembangan yang luar biasa seperti sekarang.

       Pendidikan adalah proses transfer nilai, pandangan hidup yang paling

mendasar (aqidah), pemahaman-pemahaman hidup, dan berbagai pengetahuan yang

menambah kesadaran peserta didik akan pandangan dan pemahamannya akan

kehidupan (mafahim anil hayah) sehingga dia mampu mengambil jalan hidup yang

benar, serta menambah kesadarannya tentang berbagai pemahamannya tentang

benda-benda dan sarana-sarana hidup (mafahim anil asya) sehingga dia dapat meniti

kehidupannya dengan benar.

       Dengan demikian dalam perspektif Islam, pendidikan adalah transfer nilai-

nilai Islam yang bersumber dari Al Quran dan As Sunnah, pandangan hidup Islam

atau aqidah Islamiyah (keimanan), dan berbagai pengetahuan Islam (al ma’arif al

Islamiyah) seperti tafsir, ulumul Qur’an, riwayat-riwayat hadits-hadits Nabi saw.,

ulumul hadits, fiqh, ushul fiqh, bahasa Arab, ilmu nahwu, ilmu shorof, siroh Nabi

saw, dan lain-lain yang mempertebal pemahman para peserta didik sehingga tidak ada

ide Islam yang lolos dari format pikirannya yang diharapkan juga menjadi pengendali

tingkah lakunya. Selain itu, perlu berbagai ilmu pengetahuan dan serta ketrampilan

teknologi untuk menambah kemampuan para lulusannya menjalani hidup dengan

tetap berpegang kepada aqidah dan pemahaman hidupnya (mafahim anil hayah).

       Metode dalam pendidikan islam merupakan suatu metode yang khas dan

tersendiri, baik dari segi alat-alat maupun segi tujuan-tujuannya, dengan suatu bentuk

yang nyata dan menarik perhatian serta membangkitkan minat untuk memiliki

                                         47
sumber ideologinya yang khas dalam perjalanan sejarah. Ruang lingkup dan

keleluasaan system pendidikan islam tidak boleh keluar dari keterpaduan tujuan dan

cara. Di dalam sistem pendidikan islam terdapat satu cara dan satu tujuan untuk dapat

menyatukan kepribadian yang pecah untuk dapat mencapai satu tujuan yang lurus dan

bulat. Inilah keistimewaan dari sistem pendidikan islam yang berbeda dengan sistem

pendidikan buatan manusia yang pada umumnya memiliki tujuan yang relatif sama

meskipun alat-alat yang digunakan untuk memenuhi tujuan tersebut berbeda-beda

sesuai dengan pengaruh lingkungan dan kondisi sejarah, sosial, politik dan

sebagainya. Sistem pendidikan buatan manusia pada umumnya bermuara dalam suatu

tujuan pendidikan yaitu membentuk “ nasionalisme sejati “. Sedangkan islam, tidak

mengurung dirinya pada batas-batas yang sempit itu dan tidak hanya berusaha

membentuk “ nasionalis sejati “ akan tetapi berusaha untuk mewujudkan suatu tujuan

yang lebih besar dan menyeluruh, yaitu membentuk “ manusia sejati”.

       Islam dalam membentuk manusia yang baik itu tidak membiarkan manusia

berada dalam kebimbangan dan terus menerus berjalan didalam kegelpan, dimana

masing-masing membentuk dirinya menurut kemauannya sendiri. Akan tetapi islam

menetapkan ciri-ciri manusia secara cermat dan jelas, serta menggaris strategi yang

dapat mengantarkan mereka untuk mencapai tujuan itu.

   1. Ciri – Ciri Khas Sistem Pendidikan Islam

       Metodologi islam dalam melakukan pendidikan adalah dengan melakukan

pendidikannya menyeluruh terhadap wujud manusia, sehingga tidak ada yang




                                         48
tertinggal dan terabaikan sedikit pun, baik segi jasmani maupun rohani, baik

kehidupannya secara fisik maupun secara mental, dan segala kegiatannya di bumi ini.

Islam memandang manusia secara totalitas, mendekatinya atas dasar apa yang

terdapat di dalam dirinya, atas dasar fitrah yang diberikan Allah SWT kepadanya,

tidak ada sedikitpun yang diabaikan dan tidak memaksakan apapun selain apa yang

dijadikan sesuai dengan fitrahnya.42

           Islam mengakui wujud manusia secara utuh, tanpa mengurangi nilainya dan

merusk kemampuannya sedikit pun. Islam mengakui kebutuhan-kebutuhan spiritual

wujud manusia beserta segala daya yang terkandung didalamnya. Islam memberikan

segala yang diperlukannya seperti akidah, nilai-nilai dan harga diri, dan menyokong

daya-daya yang ada padanya untuk memperbaiki eksistensi mental dan kejelekan-

kejelekan yang terdapat dalam masyarakat.

           Islam tidak hanya menonjol dalam memperhatikan semua segi eksistensi

manusia dan tidak mengabaikan sedikit pun berbagai macam daya yang terdapat

didalamnya. Tetapi yang paling menonjol adalah bahwa islam sejalan dengan fitrah

dalam hal-hal yang lebih jauh dari itu.

           Islam disamping yakin akan adanya banyak segi manusia yaitu jasmani, akal

dan rohaninya dengan berbagi kebutuhan daya setiap segi itu, meyakini pula kesatuan

dan keterpaduan wujud manusia tersebut dan tidak mungkin dipisah-pisahkan satu

dengan yang lain. Fitrah manusia berjalan menurut garis yang telah diciptkan Allah

SWT. Dengan demikian jasmani, akal dan roh yang ada dalam diri manusia tidak
42
     http://azzamcollege.wordpress.com/2009/11/15/pendidikan-dalam-perspektif-islam/


                                                  49
mungkin dapat dipisah-pisahkan. Roh, akal dan tubuh, ketiganya membentuk satu

wujud yang utuh, yang disebut manusia, semuanya berinteraksi secara utuh. Islam

mengikuti aliran fitrah yang ada dan meyakini bahwa ada saling keterikatan antra

unsur-unsur tersebut. Dengan demikian maka islam tidak setuju adanya pemisahan

salah satu unsur dari unsur yang lain atau menonjolkan satu unsur dengan menekan

sama sekali unsur-unsur yang lain.

   2. Peserta Didik Dalam Pendidikan Islam

       Peserta didik adalah setiap manusia yang sepanjang hidupnya selalu dalam

perkembangan. Kaitannya dengan pendidikan adalah bahwa perkembangan peserta

didik itu selalu menuju kedewasaan dimana semuanya itu terjadi karena adanya

bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh pendidik. Bantuan dan bimbingan yang

diberikan oleh pendidik sangat dipengaruhi oleh pandangan pendidik itu sendiri

terhadap peserta didik. Dalam hal ini anak ( peserta didik ) merupakan sarana dalam

proses pendidikan.

       Pertumbuhan dan perkembangannya yang dialami oleh peserta didik sangat

dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu faktor pembawaan ( warisan ), faktor lingkungan dan

faktor kematangan ( internal ).

        Pendidikan Islam memiliki 3 (tiga) tahapan kegiatan, yaitu: tilawah

(membacakan ayat Allah), tazkiyah (mensucikan jiwa) dan ta’limul kitab wa sunnah

(mengajarkan al kitab dan al hikmah). Pendidikan dapat merubah masyarakat

jahiliyah menjadi umat terbaik disebabkan pendidikan mempunyai kelebihan.

Pendidikan mempunyai ciri pembentukan pemahaman Islam yang utuh dan

                                        50
menyeluruh, pemeliharaan apa yang telah dipelajarinya, pengembangan atas ilmu

yang diperolehnya dan agar tetap pada rel syariah. Hasil dari pendidikan Islam akan

membentuk jiwa yang tenang, akal yang cerdas dan fisik yang kuat serta banyak

beramal.43

        Pendidikan      Islam     berpadu      dalam      pendidikan      ruhiyah,     fikriyah

(pemahaman/pemikiran) dan amaliyah (aktivitas). Nilai Islam ditanamkan dalam

individu     membutuhkan        tahpan-tahapan      selanjutnya     dikembangkan        kepada

pemberdayaan di segala sektor kehidupan manusia. Potensi yang dikembangkan

kemudian diarahkan kepada pengaktualan potensi dengan memasuki berbagai bidang

kehidupan. (QS. Ali Imran (3) : 103)

        Pendidikan yang diajarkan Allah SWT melalui Rasul-Nya bersumber kepada

Al Qur’an sebagai rujukan dan pendekatan agar dengan tarbiyah akan membentuk

masyarakat yang sadar dan menjadikan Allah sebagai Ilah saja.

        Kehidupan mereka akan selamat di dunia dan akhirat. Hasil ilmu yang

diperolehnya adalah kenikmatan yang besar, yaitu berupa pengetahuan, harga diri,

kekuatan dan persatuan. Tujuan utama dalam pendidikan Islam adalah agar manusia

memiliki gambaran tentang Islam yang jelas, utuh dan menyeluruh. Interaksi di

dalam diri ini memberi pengaruh kepada penampilan, sikap, tingkah laku dan

amalnya sehingga menghasilkan akhlaq yang baik. Akhlaq ini perlu dan harus dilatih

melalui latihan membaca dan mengkaji Al Qur’an, sholat malam, shoum (puasa)


43
   http://insistnet.com/index.php?option=com_content&view=article&id=31:tujuan-pendidikan-dalam-
islam&catid=8:adnin-armas


                                              51
sunnah, berhubungan kepada keluarga dan masyarakat. Semakin sering ia melakukan

latihan, maka semakin banyak amalnya dan semakin mudah ia melakukan kebajikan.

Selain itu latihan akan menghantarkan dirinya memiliki kebiasaan yang akhirnya

menjadi gaya hidup sehari-hari.

           Pendidikan Islam dalam bahasa Arab disebut tarbiyah Islamiyah merupakan

hak dan kewajiban dalam setiap insan yang ingin menyelamatkan dirinya di dunia

dan akhirat. Sesuai dengan sabda Rasulullah SAW: “Tuntutlah ilmu dari buaian

sampai akhir hayat.” Maka menuntut ilmu untuk mendidik diri memahami Islamp

tidak ada istilah berhenti, semaki banyak ilmu yang kita peroleh maka kita

bertanggung jawab untuk meneruskan kepada orang lain untuk mendapatkan

kenikmatan berilmu, disinilah letak kesinambungan.

           Selain merupakan kewajiban, kegiatan dididik dan mendidik adalah suatu

usaha agar dapat memiliki ma’dzirah (alasan) untuk berlepas diri bila kelak diminta

pertanggungjawaban di sisi Allah SWT yakni telah dilakukan usaha optimal untuk

memperbaiki diri dan mengajak orang lain pada kebenaran sesuai manhaj yang

diajarkan Rasulullah SAW.

           Untuk menghasilkan Pendidikan Islam yang berkesinambungan maka

dibutuhkan beberapa sarana, baik yang mendidik maupun yang dididik, yaitu:44

       1. Istiqomah

           Setiap kita harus istiqomah terus belajar dan menggali ilmu Allah, tak ada

kata tua dalam belajar, QS. Hud (11) : 112, QS. Al Kahfi (18) : 28
44
     Dr. Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, rosda, Bandung, 2010


                                                 52
2. Disiplin dalam tanggung jawab

       Dalam belajar tentu kita membutuhkan waktu untuk kegiatan tersebut.

sekiranya salah satu dari kita tidak hadir, maka akan mengganggu proses belajar.

Apabila kita sering bolos sekolah, apakah kita akan mendapatkan ilmu yang

maksimal. Kita akan tertinggal dengan teman-teman kita, demikian pula dengan guru,

apabila ia sering membolos tentu anak didiknya tidak akan maju karena pelajaran

tidak bertambah.




                                       53
BAB III

                      HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN



A. Gambaran Umum Kabupaten Kendal

          Kabupaten Kendal adalah salah satu dari 35 Kabupaten yang berada dalam

wilayah Propinsi Jawa Tengah yang berbatasan dengan Laut Jawa disebelah utara

sebelah timur berbatasan dengan Kota Semarang, sebelah selatan berbatasan dengan

Kabupaten temanggung sedangkan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten

Batang.

          Jumlah Kecamatan di Kabupaten Kendal adalah 20 Kecamatan, dengan

jumlah desa sebanyak 285 yang terdiri dari 1.174 dukuh, 1.478 RW dan 5.919 RT.

Jumlah penduduk Kabupaten Kendal berdasarkan data Statistik tahun 2010 tercatat

sebanyak 1.074.490 jiwa yang terdiri dari 535.279 ( 49,80 persen ) laki-laki dan

539.661 ( 50,20 persen ) perempuan.45

          Anak usia sekolah di Kabupaten Kendal dikelompokkan menjadi 3 kelompok

usia yaitu kelompok umur 7 s/d 12 tahun, 13 s/d 15 tahun dan 16 s/d 18 tahun.

Jumlah paling banyak ada dikelompok umur 7 s/d 12 tahun dan semakin berkurang

seiring dengan meningkatnya kelompok umur. Sementara jika dibanding tahun

sebelumnya, jumlah murid dikelompok umur 13 s/d 15 tahun dan 16 s/d 18 tahun

mengalami peningkatan.



45
     BPS kabupaten Kendal 2010


                                          54
Jumlah penduduk menurut kelompok umur terbanyak berada pada strata 15 -

64 tahun, dengan jumlah jiwa 775.231 orang. Dalam kelompok Usia produktif

tersebut, jumlah jiwa terbanyak pada strata 25 - 29 tahun dengan jumlah jiwa 108.274

orang. Jumlah kelompok umur 0 - 14 Tahun sebanyak 227.485 jiwa. Sedangkan

jumlah penduduk terendah berada pada strata 65 tahun keatas berjumlah 72.227 jiwa.

Dilihat dari piramida penduduk Kabupaten Kendal maka kelompok umur usia

produktif lebih besar jika dibandingkan dengan penduduk usia tidak produktif.

Sedangkan kualitas sumber daya manusia ( SDM ) bisa dilihat dari kualitas

pendidikannya, semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat maka semakin tinggi

pula sumber dayan manusia ( SDM ) nya.46

                               Banyaknya Anak Usia Sekolah
                 Berdasrkan Kelompok Usia Sekolah Kabupaten Kendal
                                      Tahun 2006 - 2009
                                                              Tahun
Banyaknya Anak Usia
      Sekolah                     2006               2007             2008     2009

     Umur 7 – 12 Tahun           90.198              85.953           88.380   87.275

 Umur 13 – 15 Tahun              34.187              41.553           35.841   36.806

 Umur 16 – 18 Tahun              18.295              19.248           20.659   22.072

Sumber : Kendal Dalam Angka 2009, BPS Kendal 2010




46
     Dinas Kependudukan dan Pencapil Kab. Kendal, 2010


                                                55
Data mengenai banyaknya sekolah dan siswa di Kabupaten Kendal dapat

diinformasikan melalui tabel berikut :47

             Sekolah                     Jumlah Sekolah                  Jumlah Siswa

                                      Negeri          Swasta          Negeri      Swasta

Sekolah Dasar                           558             14            90.197      2.178

Madrasah Ibtidaiyah                      11             81            2.576       10.174

Sekolah Menengah Pertama                 49             41            25.954      10.749

Madrasah Tsanawiyah                      23             19            7.784       4.966

Sumber : Dinas Pendidikan Pemuda Dan Olah Raga Kabupaten Kendal, 2010



          Jumlah murid dan guru selama kurun waktu 2005–2010 menunjukkan

kecenderungan meningkat. Rasio guru terhadap murid untuk jenjang SD/MI

cenderung menurun, yaitu satu guru membina 18 siswa. Sedangkan untuk jenjang

SMP/MTs cenderung tetap dimana satu guru dapat membina 16 murid. Nilai APK

untuk SD/MI pada tahun 2010 mencapai 103,09 sedangkan APK SMP/MTs 93,53.

Nilai APK pendidikan dasar di Kabupaten Kendal mengalami peningkatan pada

tahun 2007 mencapai nilai di atas 100 namun kemudian mengalami penurunan.

Begitu pula dengan nilai APM SD/MI dan SMP/MTs yang fluktuatif. Hal ini perlu

mendapatkan perhatian pada program SKPD Dikpora pada tahun 2012.48




47
     Sumber : Dinas Pendidikan Pemuda Dan Olah Raga Kabupaten Kendal, 2010
48
     Sumber: Disdikpora Kab. Kendal 2010


                                               56
B. Kebijakan Pemerintah Daerah Di Bidang Pendanaan Pendidikan di

   Kabupaten Kendal

       Kebijakan pemerintah daerah di bidang pendidikan di cantumkan dalam

Peraturan Daerah Kabupaten Kendal Nomor 5 Tahun 2011 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Kendal Tahun 2010-

2015, Rencana Strategis, Program Dan Visi Misi Kabupaten Kendal maupun dalam

Peraturan Dinas Pendidikan Pemuda Dan Olah Raga, sedangkan pendanaan di atur

dalam Peraturan Bupati Kendal Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Rencana Kerja

Pembangunan Daerah Kabupaten Kendal Tahun Anggaran 2012.

   1. Meningkatkan akses, mutu dan kesesuaian pendidikan

       Salah satu bantuan keuangan dari pusat adalah Dana Alokasi Khusus sektor

pendidikan yang ditujukan untuk perluasan dan pemerataan akses pendidikan yang

bermutu dengan penyediaan dan peningkatan sarana dan prasarana pendidikan. Pada

tahun 2009 jumlah sekolah yang direnovasi dan yang dibangun sebanyak 306

sekolah, 697 ruang Sekolah Dasar di 20 kecamatan se-Kabupaten Kendal.

       Meningkatkan prasarana dan sarana pendidikan dasar dan menengah,

pemerataan pendidikan, kelayakan dan sertifikasi tenaga pendidik dan kependidikan

dan meningkatkan relevansi pendidikan dengan kebutuhan dunia kerja.

Sasaran :

            a. Tersedianya prasarana dan sarana pendidikan yang memadai

            b. Meningkatnya APM yang tinggi pada semua jenjang pendidikan




                                        57
c. Meningkatnya kelayakan dan sertifikasi tenaga pendidik dan

                   kependidikan

               d. Meningkatkan akses, pemeratan dan mutu serta relevansi pendidikan

               e. Meningkatnya rasio guru dan murid

               f. Meningkatnya kesesuaian kurikulum dan kebutuhan dunia kerja

               g. Meningkatnya nilai-nilai budaya dan kearifan lokal

               h. Menciptakan kesempatan kerja seluas – luasnya bagi pengangguran /

                   pencari kerja.

               i. Meningkatnya tingkat kesejahteraan tenaga kerja

               j. Meningkatnya kompetisi berbagai jenis olah raga

Selain itu Pemerintah Daerah Kabupaten Kendal telah melakukan upaya kearah

tersebut dengan berbagai strategi dan program sebagai berikut : 49

1. Strategi

          a. Memberi kesempatan seluas-luasnya untuk memperoleh pendidikan

          b. Peningkatan Kualitas Guru

          c. Peninglkatan sarana dan prasarana pendidikan melalui Pola Block Grant,

              bukan proyek

          d. Mekanisme Bantuan Sarana Pendidikan yang baik

          e. Pengelolaan pendidikan dilakukan secara efisien dan tepat guna

2. Program

          a. Bebas biaya sekolah untuk sekolah negeri
49
     Dinas Pendidikan Kabupaten Kendal, 2010


                                               58
b. Pemberian beasiswa untuk semua siswa

      c. Pemberian buku paket bagi siswa

      d. Pengadaan seragam murah

      e. Bea siswa bagi yang tidak mampu

      f. Penyegaran bagi guru

      g. Insenstif bagi guru.

       Ketersediaan sarana pendidikan berupa sekolah pada semua tingkatan (baik

pendidikan umum maupun keagamaan) dalam 6 (enam) tahun terakhir walaupun

tidak banyak mengalami perubahan tapi tetap diupayakan adanya peningkatan, baik

secara kuantitas maupun kualitas. Hal tersebut dilaksanakan antara lain dengan

menyelenggarakan kejar paket A (setara SD), kejar paket B (setara SMP), dan kejar

paket C (setara SMA) yang merupakan program pendidikan non formal. Kegiatan

itu bertujuan untuk perluasan dan pemerataan kesempatan belajar memperoleh

pendidikan dasar dan pendidikan yang lebih tinggi. Pada tahun ajaran 2008/2009,

kejar paket A setara SD berhasil meluluskan 147 warga belajar dari jumlah peserta

sebanyak 160 kelas V dan 20 orang kelas VI yang tersebar di 14 PKB se Kabupaten

Kendal.

       Untuk kejar paket B setara SMP PNF meluluskan 300 warga belajar dan

kejar paket B setara SMP SKB meluluskan 100 warga belajar. Sementara untuk kejar

paket C setara SMA PLS, jumlah peserta yang lulus sebanyak 637 warga belajar

termasuk dari pendidikan formal SMA. Peningkatan kualitas sekolah juga

diupayakan dengan berbagai lomba, antara lain lomba perpustakaan, lomba

                                       59
laboratorium IPA dan KIR, lomba pengelola BK, lomba kompetensidan kretifitas

siswa SD, lomba gugus TK dan SD, lomba mapel SMA, lomba LKS SMK, dan

lomba debat bahasa inggris SMA. Diharapkan dengan adanya kompetisi semacam

itu dapat menumbuhkembangkan minat bakat siswa baik dalam mata pelajaran

maupun dalam kegiatan ekstrakurikuler.50

     2. Penyaluran Pemberian bantuan dana BOS dan Rencana Program dan Kegiatan

        Prioritas Daerah Dalam Anggaran Pendanaan di Bidang Pendidikan

        BOS adalah program pemerintah untuk penyediaan pendanaan biaya

nonpersonalia bagi satuan pendidikan dasar sebagai pelaksana program wajib belajar.

Kabupaten Kendal memperoleh kucuran dana BOS 2011 sebesar Rp. 57.345.578.000.

Ada 900 sekolah sebagai pihak penerima dana BOS terdiri dari SD / MI dan SMP /

MTs di Kabupaten Kendal dengan rincian untuk sekolah SD / MI menerima dana

sebesar Rp. 36.152.408.000,- dan sekolah SMP / MTs menerima dana sebesar Rp.

21.193.170.000,-51

Besaran alokasi bantuan per siswa adalah sebagai berikut :

        Siswa SD/MI menerima bantuan sebesar Rp. 397.000 dari pemerintah Pusat

ditambah Rp. 30.000 dari Pemerintah Propinsi. Sedangkan siswa SMP/MTs




50
   Hasil wawancara dengan Ka. Bidang Pendidikan Menengah, Drs. Sri Bagus Darmoyo pada tanggal
27 Maret 2012
51
   Dinpora Kabupaten Kendal


                                             60
Menerima bantuan sebesar Rp. 570.000 dari Pemerintah Pusat ditambah Rp. 50.000

dari Pemerintah Propinsi.52

Tujuan program BOS adalah

     a) menggratiskan seluruh siswa miskin di tingkat pendidikan dasar dari beban

        biaya operasional sekolah, baik di sekolah negeri maupun sekolah swasta.

     b) menggratiskan seluruh siswa SD negeri dan SMP negeri terhadap biaya

        operasional sekolah, kecuali pada Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

        (RSBI) dan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI).

     c) meringankan beban biaya opersional sekolah bagi siswa di sekolah swasta.

        Hal tersebut menggambarkan bahwa program BOS bermanfaat pada

penuntasan wajib belajar 9 tahun, yakni sekolah dasar dan sekolah menengah pertama

negeri maupun swasta. Sekolah program kejar Paket A dan B serta SMP terbuka tidak

termasuk dalam sasaran dari PKPS-BBM (Program Kompensasi Pengurangan

Subsidi Bahan Bakar Minyak) bidang pendidikan, karena hampir semua komponen

dari ketiga program tersebut dibiayai oleh pemerintah. Madrasah Diniyah juga tidak

berhak memperoleh BOS, karena siswanya telah terdaftar di sekolah reguler yang

telah menerima BOS.

        Penyaluran dana dilakukan setiap periode 3 bulanan, yaitu periode Januari -

Maret, April - Juni, Juli - September dan Oktober - Desember. Penyaluran diharapkan

dilakukan di bulan pertama setiap triwulan.

52
  Hasil wawancara dengan Ka. Bidang Pendidikan Dasar, Suciptono, S.pd pada tanggal 27 Maret
2012



                                              61
Dalam menetapkan alokasi dana BOS tiap sekolah perlu dipertimbangkan

bahwa dalam satu tahun anggaran terdapat dua periode tahun pelajaran yang berbeda,

sehingga perlu acuan sebagai berikut : alokasi dana BOS untuk periode tertentu

misalnya Januari - Juli 2009 / 2010 didasarkan pada jumlah siswa tahun 2010, alokasi

BOS periode Juli - Desember 2010 didasarkan pada data siswa tahun pelajran 2010 /

2011 (sekolah diharapkan mengirimkan jumlah data siswa kepada Tim Manajemen

BOS Kab / Kota setelah pendaftaran siswa baru tahun 2011 selesai). untuk

penyaluran dananya dilakukan secara langsung dari lembaga penyalur yang diberikan

kewenangan oleh pemerintah ke rekening sekolah. Oleh karena itu, sekolah penerima

BOS harus memiliki rekening sekolah atas nama lembaga yang harus di tandatangani

oleh kepala sekolah dan bendahara BOS. Cara tersebut di anggap efektif dalam

mekanisme penyaluran dana BOS ke sekolah - sekolah yang dituju. Pengambilan

dana BOS dapat dilakukan sewaktu - waktu sesuai keperluan sekolah. Pasalnya,

dengan dana BOS yang ada seyogyanya telah membantu pemerintah daerah

meringankan biaya operasional yang ditanggung sekolah. Hal ini membuktikan

bahwa BOS digunakan untuk membantu kegiatan sekolah yang sesuai dengan

kebutuhan sekolah untuk penyelenggaraan pendidikan, sehingga sekolah yang telah

mampu memenuhi kebutuhannya dapat mengalihkan dana BOS tersebut kepada

siswa yang tidak mampu agar pelaksanaan pendidikan gratis terlaksana.53



53
  Hasil wawancara dengan Ka. Bidang Pendidikan Dasar, Suciptono, S.pd pada tanggal 27 Maret
2012



                                              62
Telah jelas apabila program BOS dapat diartikan sebagai bantuan pendidikan

gratis bagi siswa yang berada di jenjang pendidikan SD. Pelaksanaan BOS ini pun

masih perlu monitoring dan evaluasi oleh petugas yang ditunjuk dari sekolah sebagai

usaha bagi pemerintah dan pemerintah daerah untuk merealisasikan penuntasan

pendidikan wajib belajar dasar 9 tahun yang bermutu, agar dapat menciptakan

masyarakat yang beradab dan berdaya saing global.

        Selain dana BOS yang di keluarkan pemerintah pusat guna melancarakan

pendidikan wajib belajar 9 tahun, Pemerintah Daerah Kabupaten Kendal juga

menganggarkan sejumlah dana yang di tuangkan dalam Rencana Program dan

Kegiatan Prioritas Daerah dalam bidang Pendidikan sebesar Rp. 45.553.194.585 yang

di bagi atas Program PAUD Rp. 13.516.558.000, Program Pendidikan Dasar Rp.

14.995.806.585, Program Pendidikan Menengah Rp. 4.877.680.000, Program

Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Rp. 6.956.750.000, Program

Pendidikan Nonformal dan Informal Rp. 525.250.000, Program Peningkatan Peran

Serta Kepemudaan Rp. 1.625.150.000, Program Pembinaan dan Pemasyarakatan

Olahraga Rp. 1.850.000.000, Program Manajemen Pelayanan Pendidikan Rp.

1.180.000.000, Program Pengembangan Budaya Baca dan Pembinaan Perpustakaan

Rp. 66.000.000, Program manajemen Pelayanan Pendidikan Rp. 1.520.520.000.54




54
  Peraturan Bupati no 12 Tahun 2011 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Kendal
2012


                                             63
3. Peningkatan mutu, relevansi dan daya saing

           Berdasarkan PP No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan,

bahwa dalam rangka peningkatan mutu pendidikan maka pengembangan sekolah

dikategorikan dalam tiga kategori. Bagi sekolah yang sudah dalam kategori SSN

(Sekolah standar Nasional) dan RSBI ( Rintisan Sekolah bertaraf Internasional), perlu

menyusun program dalam rangka mencapai mencapai kategori RSBI dan yang

kategori RSBI perlu menyusun program menjadi SBI.

Apabila ada pungutan sekolah, maka harus berpedoman pada : 55

               a. Semua rencana sudah tercantum dalam RKS/RKAS

               b. Semua Rencana sudah dijabarkan dalam RAPBS yang disahkan

                   dikpora ,dengan memunculkan sumbangan orang tua tak mampu 20%

               c. Yakinkan bahwa sumbangan diatas inisiatif orang tua ( Komite )

               d. Yakinkan bahwa sumbangan itu tidak memaksa

               e. Yakinkan bahwa pengelola separuhnya adalah Komite

               f. Cap /Stempel yang keluar harus stempel komite

               g. Sampul/Kop surat edaran harus Komite

               h. Buku-buku bantu keuangan semua berlabel Komite

               i. Program sekolah ditanda tangani KS,Tim pengembang dan Komite

               j. Petugas penerima uang adalah petugas komite

               k. Rekening di Bank atas nama Komite



55
     Hasil wawancara dengan Kepala Dinas Pendidikan, Drs. Biyanto pada tanggal 28 Maret 2012


                                                 64
C. Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah Di Bidang Pendanaan

   Pendidikan di Kabupaten Kendal

             Penerapan pendanaan dalam sektor pendidikan diatur pada Peraturan

   Bupati Kendal Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah

   ( R K P D ) Kabupaten Kendal Tahun 2012, dalam Rencana Program dan

   Kegiatan Prioritas Daerah di dalamnya di cantumkan besaranya anggaran untuk

   sektor pendidikan Rp. 45.553.194.585 yang di bagi atas Program PAUD Rp.

   13.516.558.000, Program Pendidikan Dasar Rp. 14.995.806.585, Program

   Pendidikan Menengah Rp. 4.877.680.000, Program Peningkatan Mutu Pendidik

   dan Tenaga Kependidikan Rp. 6.956.750.000, Program Pendidikan Nonformal

   dan Informal Rp. 525.250.000, Program Peningkatan Peran Serta Kepemudaan

   Rp. 1.625.150.000, Program Pembinaan dan Pemasyarakatan Olahraga Rp.

   1.850.000.000, Program Manajemen Pelayanan Pendidikan Rp. 1.180.000.000,

   Program Pengembangan Budaya Baca dan Pembinaan Perpustakaan Rp.

   66.000.000, Program manajemen Pelayanan Pendidikan Rp. 1.520.520.000.



D. Hambatan Yang Dihadapi Dalam Bidang Pendanaan Pendidikan Di

   Kabupaten Kendal

      Hambatan yang di hadapi dalam penganggaran pendanaan pendidikan di

kabupaten Kendal adalah penetapan APBD yang molor, hal itu mengakibatkan

tertundanya pencairan anggaran untuk sekolah sekolah, salah satunya adalah

tertundanya pencairan dana BOS ke sekolah - sekolah pada tahap triwulan pertama

                                      65
pencairan dana, pada triwulan kedua keterlambatan pencairan disebabkan belum

masuknya semua laporan pertanggung jawaban keuangan pihak sekolah ke Dinas

Pendidikan sehingga DPPKAD tidak berani mencairkan dana sebelum ada

permohonanan pencairan dari DIKPORA. Akibatnya banyak pihak sekolah swasta

kalang kabut mencari pinjaman untuk membayar gaji Guru honorer ke pihak lain.

Karena memerlukan dana yang mendesak pihak sekolah banyak yang meminjam ke

pihak ketiga yang mensyaratkan bunga pinjaman atas uang yang dipinjam. Padahal

alokasi dana BOS tidak boleh digunakan untuk keperluan membayar bunga pinjaman.

           Dalam pengawasan terhadap pengalokasian dana di sektor pendidikan, kinerja

dalam pengawasan tersebut masih belum maksimal, hal itu dikarenakan faktor

geografis kondisi alam di Kabupaten Kendal antara perkotaan dan pedesaan yang

akses jalan menuju sekolah masih sulit.56



E. Upaya Yang Dilakukan Untuk Mengurangi Hambatan Di Bidang Pendanaan

       Pendidikan Di Kabupaten Kendal

           Upaya yang dilakukan agar pungutan sekolah tidak membebani orang tua

murid adalah pungutan itu diperbolehkan asal pungutan tersebut berdasarkan

musyawarah yang dilakukan setelah siswa masuk, hal itu ditegaskan bahwa apabila

ada pungutan sekolah harus berpedoman pada Peraturan Dinas Pendidikan Pemuda

Dan Olah Raga yang diantaranya :57


56
     Hasil wawancara dengan Kepala Dinas Pendidikan, Drs. Biyanto pada tanggal 28 Maret 2012
57
     Hasil wawancara dengan Plt Ka Dinas Dwianto,S.Pd,M.Si pada tanggal 10 oktober 2012


                                                 66
Kebijakan Pemda Kendal Dalam Upaya Meningkatkan Pendidikan ( Tinjauan Terhadap Pendaan Pendidikan di Kabupaten Kendal )
Kebijakan Pemda Kendal Dalam Upaya Meningkatkan Pendidikan ( Tinjauan Terhadap Pendaan Pendidikan di Kabupaten Kendal )
Kebijakan Pemda Kendal Dalam Upaya Meningkatkan Pendidikan ( Tinjauan Terhadap Pendaan Pendidikan di Kabupaten Kendal )
Kebijakan Pemda Kendal Dalam Upaya Meningkatkan Pendidikan ( Tinjauan Terhadap Pendaan Pendidikan di Kabupaten Kendal )
Kebijakan Pemda Kendal Dalam Upaya Meningkatkan Pendidikan ( Tinjauan Terhadap Pendaan Pendidikan di Kabupaten Kendal )
Kebijakan Pemda Kendal Dalam Upaya Meningkatkan Pendidikan ( Tinjauan Terhadap Pendaan Pendidikan di Kabupaten Kendal )
Kebijakan Pemda Kendal Dalam Upaya Meningkatkan Pendidikan ( Tinjauan Terhadap Pendaan Pendidikan di Kabupaten Kendal )

More Related Content

What's hot

Pengantar Ilmu Pemerintahan
Pengantar Ilmu PemerintahanPengantar Ilmu Pemerintahan
Pengantar Ilmu Pemerintahan
Muhamad Yogi
 
Aspek tatabahasa dan semantik peristilahan bm (iankaka')
Aspek tatabahasa dan semantik peristilahan bm (iankaka')Aspek tatabahasa dan semantik peristilahan bm (iankaka')
Aspek tatabahasa dan semantik peristilahan bm (iankaka')
Devhy vhy
 
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
Novi Fachrunnisa
 
Perlindungan dan Penegakan Hukum untuk MenjamIn Keadilan dan Kedamaiaan
Perlindungan dan Penegakan Hukum untuk MenjamIn Keadilan dan KedamaiaanPerlindungan dan Penegakan Hukum untuk MenjamIn Keadilan dan Kedamaiaan
Perlindungan dan Penegakan Hukum untuk MenjamIn Keadilan dan Kedamaiaan
Sofi Afwani
 
Ringkasan materi mbs
Ringkasan materi mbsRingkasan materi mbs
Ringkasan materi mbs
Owner Fashion
 
Landasan hukum kelompok 1
Landasan hukum kelompok 1Landasan hukum kelompok 1
Landasan hukum kelompok 1
nefi_23
 
Bab iv 1&2.politik dan strategi nasional(pendahuluan dan pengertian)
Bab iv  1&2.politik dan strategi nasional(pendahuluan dan pengertian)Bab iv  1&2.politik dan strategi nasional(pendahuluan dan pengertian)
Bab iv 1&2.politik dan strategi nasional(pendahuluan dan pengertian)
natal kristiono
 

What's hot (20)

Hukum acara pidana
Hukum acara pidanaHukum acara pidana
Hukum acara pidana
 
Dasar ilmu pem (hiro)
Dasar ilmu pem (hiro)Dasar ilmu pem (hiro)
Dasar ilmu pem (hiro)
 
HUKUM ADMINISTRASI NEGARA
 HUKUM ADMINISTRASI NEGARA HUKUM ADMINISTRASI NEGARA
HUKUM ADMINISTRASI NEGARA
 
Surat dakwaan
Surat dakwaanSurat dakwaan
Surat dakwaan
 
Kaidah & penerapan ejaan
Kaidah & penerapan ejaanKaidah & penerapan ejaan
Kaidah & penerapan ejaan
 
Pengantar Ilmu Pemerintahan
Pengantar Ilmu PemerintahanPengantar Ilmu Pemerintahan
Pengantar Ilmu Pemerintahan
 
KEBIJAKAN PUBLIK SEBAGAI PROSES
KEBIJAKAN PUBLIK SEBAGAI PROSESKEBIJAKAN PUBLIK SEBAGAI PROSES
KEBIJAKAN PUBLIK SEBAGAI PROSES
 
Aspek tatabahasa dan semantik peristilahan bm (iankaka')
Aspek tatabahasa dan semantik peristilahan bm (iankaka')Aspek tatabahasa dan semantik peristilahan bm (iankaka')
Aspek tatabahasa dan semantik peristilahan bm (iankaka')
 
sistem, dan bentuk pemerintaha negara Australia (pkn)
sistem, dan bentuk pemerintaha negara Australia (pkn)sistem, dan bentuk pemerintaha negara Australia (pkn)
sistem, dan bentuk pemerintaha negara Australia (pkn)
 
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
 
Pendidikan Kewarganegaraan "Asas kewarganegaraan"
Pendidikan Kewarganegaraan "Asas kewarganegaraan"Pendidikan Kewarganegaraan "Asas kewarganegaraan"
Pendidikan Kewarganegaraan "Asas kewarganegaraan"
 
Pengantar Ilmu Hukum
Pengantar Ilmu HukumPengantar Ilmu Hukum
Pengantar Ilmu Hukum
 
Rangkuman hukum acara pidana & perdata
Rangkuman hukum acara pidana & perdataRangkuman hukum acara pidana & perdata
Rangkuman hukum acara pidana & perdata
 
Perlindungan dan Penegakan Hukum untuk MenjamIn Keadilan dan Kedamaiaan
Perlindungan dan Penegakan Hukum untuk MenjamIn Keadilan dan KedamaiaanPerlindungan dan Penegakan Hukum untuk MenjamIn Keadilan dan Kedamaiaan
Perlindungan dan Penegakan Hukum untuk MenjamIn Keadilan dan Kedamaiaan
 
Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)
Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)
Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)
 
Presentasi adm. kepegawaian (disiplin pegawai negeri sipil)
Presentasi adm. kepegawaian (disiplin pegawai negeri sipil)Presentasi adm. kepegawaian (disiplin pegawai negeri sipil)
Presentasi adm. kepegawaian (disiplin pegawai negeri sipil)
 
Ringkasan materi mbs
Ringkasan materi mbsRingkasan materi mbs
Ringkasan materi mbs
 
Landasan hukum kelompok 1
Landasan hukum kelompok 1Landasan hukum kelompok 1
Landasan hukum kelompok 1
 
ppt rule of law
ppt rule of lawppt rule of law
ppt rule of law
 
Bab iv 1&2.politik dan strategi nasional(pendahuluan dan pengertian)
Bab iv  1&2.politik dan strategi nasional(pendahuluan dan pengertian)Bab iv  1&2.politik dan strategi nasional(pendahuluan dan pengertian)
Bab iv 1&2.politik dan strategi nasional(pendahuluan dan pengertian)
 

Similar to Kebijakan Pemda Kendal Dalam Upaya Meningkatkan Pendidikan ( Tinjauan Terhadap Pendaan Pendidikan di Kabupaten Kendal )

UU_2003_No_20_-_Sistem_Pendidikan_Nasional.pdf
UU_2003_No_20_-_Sistem_Pendidikan_Nasional.pdfUU_2003_No_20_-_Sistem_Pendidikan_Nasional.pdf
UU_2003_No_20_-_Sistem_Pendidikan_Nasional.pdf
RusdiRusdi33
 
UU RI NO 23 TH 2003 SISDIKNAS
UU RI NO 23 TH 2003 SISDIKNASUU RI NO 23 TH 2003 SISDIKNAS
UU RI NO 23 TH 2003 SISDIKNAS
arvinefriani
 
Sistem pendidikan nasional
Sistem pendidikan nasionalSistem pendidikan nasional
Sistem pendidikan nasional
irmasonghyekyo
 
01.uu no.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
01.uu no.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional01.uu no.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
01.uu no.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
Amrizal Ahmad
 

Similar to Kebijakan Pemda Kendal Dalam Upaya Meningkatkan Pendidikan ( Tinjauan Terhadap Pendaan Pendidikan di Kabupaten Kendal ) (20)

Inovasi pendidikan smster 4 2012
Inovasi pendidikan smster 4 2012Inovasi pendidikan smster 4 2012
Inovasi pendidikan smster 4 2012
 
makalh pengantar pendidikan
makalh pengantar pendidikanmakalh pengantar pendidikan
makalh pengantar pendidikan
 
LANDASAN PENDIDIKAN
LANDASAN PENDIDIKANLANDASAN PENDIDIKAN
LANDASAN PENDIDIKAN
 
PPT MODUL 2 PERSPEKTIF.ppt
PPT  MODUL 2 PERSPEKTIF.pptPPT  MODUL 2 PERSPEKTIF.ppt
PPT MODUL 2 PERSPEKTIF.ppt
 
Undang Undang 2003 (sistem pendidikan nasional)
Undang Undang 2003 (sistem pendidikan nasional)Undang Undang 2003 (sistem pendidikan nasional)
Undang Undang 2003 (sistem pendidikan nasional)
 
UU_2003_No_20_-_Sistem_Pendidikan_Nasional.pdf
UU_2003_No_20_-_Sistem_Pendidikan_Nasional.pdfUU_2003_No_20_-_Sistem_Pendidikan_Nasional.pdf
UU_2003_No_20_-_Sistem_Pendidikan_Nasional.pdf
 
1 uu no 20 tahun 2003 ttg sisdiknas
1 uu no 20 tahun 2003 ttg sisdiknas1 uu no 20 tahun 2003 ttg sisdiknas
1 uu no 20 tahun 2003 ttg sisdiknas
 
UU RI NO 23 TH 2003 SISDIKNAS
UU RI NO 23 TH 2003 SISDIKNASUU RI NO 23 TH 2003 SISDIKNAS
UU RI NO 23 TH 2003 SISDIKNAS
 
Sisdiknas
SisdiknasSisdiknas
Sisdiknas
 
Ppt SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL BY NURUL ILMI USFADILA.pptx
Ppt SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL BY NURUL ILMI USFADILA.pptxPpt SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL BY NURUL ILMI USFADILA.pptx
Ppt SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL BY NURUL ILMI USFADILA.pptx
 
UU NO 20 Tahun 2003
UU NO 20 Tahun 2003UU NO 20 Tahun 2003
UU NO 20 Tahun 2003
 
Referensi uu pendidikan
Referensi uu pendidikanReferensi uu pendidikan
Referensi uu pendidikan
 
Uu2003
Uu2003Uu2003
Uu2003
 
Analisis Pengembangan Kurikulum PKn
Analisis Pengembangan Kurikulum PKnAnalisis Pengembangan Kurikulum PKn
Analisis Pengembangan Kurikulum PKn
 
Sistem pendidikan nasional
Sistem pendidikan nasionalSistem pendidikan nasional
Sistem pendidikan nasional
 
01.uu no.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
01.uu no.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional01.uu no.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
01.uu no.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
 
Uu no 20_th_2003
Uu no 20_th_2003Uu no 20_th_2003
Uu no 20_th_2003
 
01.1 uu tahun2003 nomor020 sisdiknas
01.1 uu tahun2003 nomor020 sisdiknas01.1 uu tahun2003 nomor020 sisdiknas
01.1 uu tahun2003 nomor020 sisdiknas
 
Undang undang-no-20-tentang-sisdiknas
Undang undang-no-20-tentang-sisdiknasUndang undang-no-20-tentang-sisdiknas
Undang undang-no-20-tentang-sisdiknas
 
3324614.ppt
3324614.ppt3324614.ppt
3324614.ppt
 

Kebijakan Pemda Kendal Dalam Upaya Meningkatkan Pendidikan ( Tinjauan Terhadap Pendaan Pendidikan di Kabupaten Kendal )

  • 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi oleh setiap manusia, karena pada dasarnya di dalam kehidupannya selalu dihadapkan dengan masalah - masalah yang selalu ada dalam setiap saat, dan masalah - masalah tersebut tidak akan dapat terselesaikan manakala tidak mempunyai pengetahuan untuk menghadapinya. Pada dasarnya pendidikan merupakan sarana untuk memperoleh tujuan hidup manusia, baik dalam invidu, beragama, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, karena dengan pendidikan akan memperoleh ilmu pengetahuan. Pendidikan dalam rangka upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan salah satu tujuan dari negara-negara merdeka di dunia, karena pada dasarnya peranan pendidikan sangat berpengaruh dalam proses majunya pembangunan suatu negara. Suatu negara yang kualitas pendidikannya tinggi, maka akan mempermudah menuju terwujudnya kemajuan pembangunan sebagaimana yang dicita-citakan oleh setiap negara, sebaliknya suatu negara yang kualitas pendidikannya rendah maka akan cenderung dihadapkan pada masalah-masalah yang sulit untuk dipecahkan, sehingga menghambat pembangunan di dalam negara tersebut. 1
  • 2. Pembangunan nasional dilaksanakan untuk mewujudkan tujuan nasional, sebagaimana termaktub dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Alinea IV, yakni melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia, perdamaian abadi dan keadilan sosial. 1 Upaya untuk mencapai tujuan pembangunan tersebut salah satunya dilakukan dengan menata sistem penyelenggaraan pemerintahan termasuk penyelenggaraan pemerintah daerah dengan asas otonomi daerah dan tugas pembantuan. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 18 ayat (1) disebutkan bahwa “ Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah propinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, kota itu mempunyai pemerintah daerah, yang diatur dengan Undang-Undang “, Selanjutnya ayat (2) menyebutkan bahwa “ Pemerintah daerah provinsi, daerah kabupaten dan kota, mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan “.2 Pada Pasal 31 ayat (3) menyebutkan bahwa “ Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan Undang-undang, juga pada ayat (5) disebutkan bahwa “ Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai 1 Sekretariat Kementrian Koordinator Bidang Polkam RI, UUD 1945, 2004, 2 Sekertariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI. UUD 1945, 2010. Hal. 23 2
  • 3. agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia. 3 Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.4 Penyelenggaraan pendidikan adalah kegiatan pelaksanaan komponen sistem pendidikan pada satuan atau program pendidikan pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan agar proses pendidikan dapat berlangsung sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Pengelolaan pendidikan didasarkan pada kebijakan nasional bidang pendidikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.5 Undang-Undang yang mengatur penyelenggaraan pemerintahan daerah sudah berkali-kali dilakukan perubahan-perubahan, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dengan otonomi daerah merupakan perwujudan pelaksanaan asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan. Pengertian otonomi daerah dalam Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 Pasal 1 3 Sekretariat kementrian op. cit., hal. 104 4 Undang Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pasal 3 5 Peraturan Pemerintah RI No 17 tahun 2010 Tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan 3
  • 4. angka 5 adalah “ hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 6 Dimulainya era otonomi daerah di Indonesia, maka sistem pendidikan yang sentralistis, secara normatif, perangkat perundang undangan yang mengatur tentang pendidikan mesti disesuaikan dengan kebutuhan desentralisasi bidang pendidikan yang merupakan konsekuensi logis dan diberlakukannya otonomi daerah. Otonomi daerah pada dasarnya merupakan perwujudan dari asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintah di daerah. Dengan desentralisasi berarti pemerintah pusat diserahkan kepada daerah tersebut pada akhirnya manjadi urusan rumah tangga daerah yang bersangkutan. Dengan ditetapkannya kebijakan otonomi daerah mulai dari awal 2001, maka di Indonesia lahirlah daerah-daerah otonomi yang berbasis di kabupaten dan kota. Dengan demikian sebagai daerah otonomi, daerah kabupaten / kota memilki hak, wewenang dan tanggung jawab untuk mengurus rumah tangganya sendiri dalam bidang-bidang tertentu yang telah diserahkan kewenangannya oleh pemerintah pusat kepada daerah yang bersangkutan. Kabupaten Kendal sendiri secara umum sudah memiliki fasilitas pendidikan yang berjenjang dari yang terendah sampai dengan tingkat lanjutan atas. Ketersediaan sarana pendidikan berupa sekolah pada semua tingkatan (baik pendidikan umum maupun keagamaan) dalam 6 (enam) tahun terakhir walaupun tidak banyak mengalami perubahan tapi tetap diupayakan adanya peningkatan, baik secara 6 Depdagri RI, Himpunan Undang-Undang RI, 2004, hal. 19 4
  • 5. kuantitas maupun kualitas. Beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian pemerintah Kabupaten Kendal adalah perlunya identifikasi kembali berbagai sumber dana yang berkaitan dengan masalah pendidikan supaya dilaksanakan secara terbuka (transparan) agar masyarakat kabupaten Kendal juga tahu dan dapat ikut mengontrol penggunaannya. Salah satu bantuan keuangan dari pusat adalah Dana Alokasi Khusus sektor pendidikan yang ditujukan untuk perluasan dan pemerataan akses pendidikan yang bermutu dengan penyediaan dan peningkatan sarana dan prasarana pendidikan. Salah satu upaya adanya kewenangan dan kewajiban daerah otonom dalam mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan termasuk di dalamnya adalah mengatur kemajuan bangsa melalui pendidikan. Berdasarkan kenyataan tersebut, maka penulis merasa tertarik untuk menelitinya serta dijadikan skripsi dengan judul, “ Kebijakan Pemerintah Daerah dalam Upaya Meningkatkan Penyelenggaraan Pendidikan ( Tinjauan Terhadap Pendanaan Pendidikan ) Di Kabupaten Kendal “ . B. Pembatasan Masalah Pada skripsi yang saya buat dengan judul “ kebijakan pemerintah daerah dalam upaya meningkatkan penyelenggaraan pendidikan di kabupaten Kendal” yang akan saya bahas dalam penulisan skripsi ini adalah Tinjauan Terhadap Pendanaan Pendidikan Di Kabupaten Kendal. 5
  • 6. C. Perumusan Masalah Sesuai dengan judul yang penulis pilih “Kebijakan Pemerintah Daerah dalam upaya meningkatkan penyelenggaraan pendidikan di Kabupaten Kendal“ supaya tidak menimbulkan kerancauan dalam skripsi ini, maka penulis merumuskan permasalahan - permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana kebijakan Pemerintah Daerah di bidang pendanaan pendidikan di Kabupaten Kendal. 2. Bagaiman Implementasi kebijakan Pemerintah Daerah di bidang pendanaan pendidikan di Kabupaten Kendal. 3. Hambatan apa saja yang dihadapi Pemerintah Daerah Kabupaten Kendal dalam bidang pendanaan pendidikan dan upaya apa saja yang dilakukan untuk mengurangi hambatan tersebut. D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian. 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui bagaimana Kebijakan Pemerintah dalam upaya meningkatkan penyelenggaraan pendidikan di Kabupaten Kendal. b. Untuk mengetahui hambatan apa saja yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Kendal dalam upaya meningkatkan penyelenggaraan pendidikan dan usaha apa saja yang dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam upaya meningkatkan pendidikan. 6
  • 7. 2. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Teoritis sebagai berikut : 1. Melatih dan mendalami ilmu pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah dengan mengetahui secara langsung apa dan bagaimana perundang - undangan direalisasikan. 2. Memberi sumbangan pikiran dalam studi ilmu pengetahuan pada umumnya dan studi Hukum Tata Negara pada khususnya. b. Kegunaan Praktis : 1. Dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan dapat diketahui kendala dan langkah strategis yang dilakukan Pemerintah Daerah Kabupaten Kendal dalam upaya meningkatkan penyelenggaraan pendidikan di Kabupaten Kendal. Dengan demikian hasil penelitian diharapkan mampu memberikan sumbangan nyata bagi terwujutnya keberhasilan untuk meningkatkan pendidikan di Kabupaten Kendal. 2. Untuk memberikan sumbangan pikiran dalam studi ilmu pengetahuan pada umumnya dan studi Hukum Tata Negara pada khususnya. 7
  • 8. E. Tinjauan Pustaka 1. Otonomi Daerah Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang – undangan.7 Desentralisasi merupakan penyerahan wewenang dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus daerah mulai dari kebijakan, perencanaan sampai pada implementasi dan pembiayaan dalam rangka demokrasi. Sedangkan otonomi adalah wewenang yang dimiliki daerah untuk mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan dandalam rangka desentralisasi. Selanjutnya dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, bahwa prinsip otonomi daerah menggunakan prinsip otonomi seluas - luasnya dalam arti daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan di luar yang menjadi urusan Pemerintah yang ditetapkan dalam Undang-Undang. Pemberlakuan sistem dampak terhadap pelaksanaan pada manajemen pendidikan yaitu manajemen yang memberi ruang gerak yang lebih luas kepada pengelolaan pendidikan untuk menemukan strategi berkompetisi dalam era kompetitif mencapai output pendidikan yang berkualitas dan mandiri. Kebijakan desentralisasi 7 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten / Kota 8
  • 9. akan berpengaruh secara signifikan dengan pembangunan pendidikan. Setidaknya ada 4 dampak positif untuk mendukung kebijakan desentralisasi pendidikan, yaitu : 8 1) Peningkatan mutu, yaitu dengan kewenangan yang dimiliki sekolah maka sekolah lebih leluasa mengelola dan memberdayakan potensi sumber daya yang dimiliki 2) Efisiensi Keuangan hal ini dapat dicapai dengan memanfaatkan sumber- sumber pajak lokal dan mengurangi biaya operasional 3) Efisiensi Administrasi, dengan memotong mata rantai birokrasi yang panjang dengan menghilangkan prosedur yang bertingkat-tingkat 4) Perluasan dan pemerataan, membuka peluang penyelenggaraan pendidikan pada daerah pelosok sehingga terjadi perluasan dan pemerataan pendidikan. Otonomi pendidikan yang benar harus bersifat accountable, artinya kebijakan pendidikan yang diambil harus selalu dipertanggung jawabkan kepada publik, karena sekolah didirikan merupakan institusi publik atau lembaga yang melayani kebutuhan masyarakat. Otonomi tanpa disertai dengan akuntabilitas publik bisa menjurus menjadi tindakan yang sewenang - wenang. Sebagaimana telah penulis uraikan dalam bab latar belakang masalah bahwa salah satu tujuan dari negara Kesatuan Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dari alenia IV pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 tersebut, maka dalam pasal 31 ayat (1) menyetakan bahwa, “ Setiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran “. Pelaksanaan dari ketentuan pasal tersebut di atur dalam 8 http://www.hariansib.com/index.php?option=com_content&task=view&id=8202&Itemid=9 9
  • 10. Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003, bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu “. Dalam alenia sebelumnya telah penulis sampaikan bahwa ketentuan mengenai hak pendidikan bagi setiap warga negara telah diatur dalam konstitusi yang berlaku di negara ini. Kalau ditelusuri masih banyak ketentuan-ketentuan mengenai hak atas pendidikan selain yang telah tertulis di atas, antara lain dalam Pasal 12 Undang- Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi manusia yang menyatakan bahwa, “ Setiap orang berhak atas perlindungan bagi pengembangan pribadinya, untuk memperoleh pendidikan, mencerdaskan dirinya, dan meningkatkan kualitas hidupnya agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa, bertanggung jawab, berahlak mulia, bahagia, dan sejahtera sesuai dengan hak azasi manusia “. Undang-Undang Dasar 1945 secara tegas telah menyatakan bahwa salah satu tujuan Negara Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan tersebut tercantum dalam Pasal 31 ayat (1) amandemen IV yang menyebutkan bahwa, “ Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran “, ayat (2) menyebutkan bahwa “ Setiap warga negara wajib mengikuti mengikuti pendidikan dasar dan wajib membiayainya, serta pada ayat (3) berbunyi “ Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional yang diatur dengan Undang- Undang.9 9 Sekertariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI. UUD 1945, 2010. Hal.55 10
  • 11. Adanya UU otonomi daerah dan UU perimbangan keuangan pusat semakin membantu dan memberi kesempatan kepada pemerintah daerah untuk seluas - luasnya mengelola pendidikan sebaik mungkin. Secara eksplisit kewenangan dan alokasi dana pendidikan ini disebutkan dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 29: “Dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negera (APBN) pada sektor pendidikan dan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Realisasi dari UU ini tentunya mengarah pada tanggung jawab pemerintah daerah yang semakin meningkat dan semakin luas, termasuk dalam manajemen pendidikan. Pemerintah daerah dengan legitimasi UU ini diharapkan senantiasa meningkatkan kemampuannya dalam berbagai tahap pembangunan pendidikan sejak mulai tahap perumusan kebijakan, perencanaan, pelaksanaan sampai pada tingkat pengawasan di daerah masing - masing sejalan dengan kebijakan pendidikan nasional. Pengaturan otonomi daerah dalam bidang pendidikan secara tegas dinyatakan dalam PP Nomor 25 Tahun 2000 yang mengatur tentang pembagian kewenangan pemerintah pusat dan provinsi. Semua urusan pendidikan di luar kewenangan pemerintah pusat dan provinsi tersebut sepenuhnya menjadi wewenang pemerintah kabupaten/kota. 11
  • 12. 2. Pengertian Pendidikan Dan Kebijakan Publik Seperti telah penulis uraikan dalam pendahaluan mengenai pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting di dalam mencapai tujuan nasional dan sekaligus mempengaruhi seluruh aktifitas kehidupan manusia. Sedangkan Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rokhani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan bangsa. 10 Adapun mengenai pendidikan, dalam pengertian yang sederhana adalah suatu usaha yang sadar untuk mengantarkan seseorang kearah kedewasaan, dilakukan di 11 dalam lingkungan tertentu, dengan melalui perubahan perilaku. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.12 Penyelenggaraan pendidikan adalah kegiatan pelaksanaan komponen sistem pendidikan pada satuan atau program pendidikan pada jalur, jenjang, dan jenis 10 Hessel Nogi, Wacana Kebijakan Publik Indonesia, Lukman offset, yogjakarta, 2003, hal. 53 11 Ibid., hal. 54 12 Undang Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pasal 1 ayat 1 12
  • 13. pendidikan agar proses pendidikan dapat berlangsung sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.13 Pendidikan pada umumnya dikategorikan ke dalam tiga jenis, yaitu pendidikan informal, pendidikan formal dan pendidikan non formal, Pendidikan informal dinyatakan sebagai sebagai proses pendidikan yang melekat dalam kehidupan sehari-hari dimana setiap terjadi interaksi sosial yang bisa membawa ke arah kedewasaan seseorang pada dasarnya adalah pendidikan. Interaksi di dalam keluarga antara orang tua dan anak, interaksi antara teman sebaya di dalam peer grups, pesan-pesan ( message ) yang termuat di dalam media adalah termasuk jenis pendidikan. 14 Dengan pendidikan akan memperoleh ilmu dan dengan ilmu manusia akan mengerti sehingga dapat menyelesaikan segala permasalahan yang dihadapinya. Selanjutnya pengertian kebijakan dalam beberapa literatur sangatlah beragam, menurut James E Anderson menyatakan : “ Public police are those policies developed by governmental bodies and official “. Dari pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa : 1. Kebijakan pemerintah selalu mempunyai tujuan tertentu atau merupakan tindakan yang berorientasi pada tujuan. 13 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan Dan Penyelenggaraan Pendidikan. Pasal 1 ayat 1 14 Hessel Nogi, op cit., hal.55 13
  • 14. 2. Kebijakan itu berisi tindakan-tindakan atau pola-pola tindakan pejabat-pejabat pemerintah 3. Kebijakan itu merupakan apa yang benar-benar dilakukan pemerintah, jadi bukan merupakan apa yang baru menjadi maksud atau pernyataan pemerintah untuk melakukan sesuatu. 4. Kebijakan pemerintah itu bersifat positif dalam arti merupakan keputusan pemerintah untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan. 5. Kebijakan pemerintah dalam arti yang positif didasarkan atau selalu di landaskan pada peraturan perundang-undangan dan bersifat memaksa. Sedangkan menurut Eulau dan Prewitt yang dikutip oleh Jones, dikatakan bahwa Kebijakan adalah Keputusan tetap yang dicirikan oleh konsistensi dan pengulangan tingkah laku dari mereka yang membuat dan mereka yang mematuhi keputusan tersebut.15 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional merupakan bagian dari usaha pemerintah dalam rangka untuk meningkatkan kesejahteraan di bidang pendidikan bagi setiap warga negara Indonesia dan tidak dapat dilepaskan dari tujuan negara untuk memajukan kesejahteraan umum sekaligus mencerdaskan kehidupan bangsa berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang dasar 1945. Sejalan dengan semangat demokratisasi, desentralisasi, dan globalisasi, berbagai kebijakan pengelolaan pendidikan di era Otonomi daerah menekankan 15 Ibid, hal. 4 14
  • 15. sinergi dan keterpaduan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam menjalankan hak dan kewajiban masing-masing. Keduanya berkewajiban “mengatur dan mengawasi penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku” (Pasal 10 UU Nomor 20 Tahun 2003) “memberi layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi” (Pasal 11 ayat 1) “menjamin tersedianya dana guna Terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun” (Pasal 11 ayat 2) ”memfasilitasi satuan pendidikan dengan pendidik dan tenaga kependidikan yang diperlukan untuk menjamin Terselenggaranya pendidikan yang bermutu” (Pasal 41 ayat 3) “menjamin Terselenggaranya wajib belajar minimal jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya (Pasal 34 ayat 2) “membina dan mengembangkan tenaga kependidikan pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah dan pemerintah daerah (Pasal 44 ayat 1) dan ”membantu pembinaan dan pengembangan tenaga kependidikan pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat (Pasal 44 ayat 3). F. Metode Penelitian Peraturan ketatalaksanaan untuk mencapai tujuan lazimnya perlu suatu metode yang akurat dan terarah, sehingga tujuan dapat dicapai secara utuh yang menyeluruh demikian juga untuk memperoleh dan mengumpulkan data - data dalam penelitian, diperlukan suatu metode yang tepat, sehingga apa yang ingin di jangkau di 15
  • 16. dalam suatu penelitian yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya secara ilmiah. Tujuan penelitian adalah diharapkan dapat menemukan kenyataan tentang obyek yang diteliti, Peneliti pada umumnya bertujuan untuk menemukan dan mengembangkan atau menguji kebenaran suatu pengetahuan, Menemukan berarti berusaha memperoleh sesuatu untuk mengisi kekosongan atau kekurangan, mengembangkan berarti memperluan dan menggali lebih dalam dalam sasuatu yang mudah, menguji kebenaran dilakukan apa yang ada atau menjadi diragukan kebenarannya. 1. Metode Pendekatan Metode pendekatan yang akan dipakai dan dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan secara yuridis - Yuridis dalam arti mengadakan pendekatan prinsip dan asas hukum yang digunakan dalam meninjau dan melihat serta menganalisa permasalahannya yaitu pelaksanaan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. - Sosiologis dalam arti suatu penelitian terhadap efektifitas hukum. Dengan demikian pendekatan-pendekatan yuridis sosiologis dimaksud selain menggunakan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sisatem Pendidikan Nasional. 16
  • 17. 2. Spesifikasi Penelitian Dalam penyusunan skripsi ini penulis menggunakan metode deskriptif, sebab hanya menggambarkan obyek yang menjadi pokok permasalahannya saja, sedangkan penelitian yang bersifat deskriptif pengertiannya sebagai berikut : 1. Bahwa penelitian semata-mata memberi gambaran yang tetap dari suatu gejala pokok perhatiannya adalah pengukuran yang cermat dari suatu atau lebih variable yang terkait dalam suatu kelompok penduduk tertentu atau sample dari kelompok tersebut. 2. Penelitian ini semata-mata memberi gambaran tentang bagaimana sebenarnya kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Kendal dalam upaya meningkatkan penyelenggaraan pendidikan yang merupakan gabungan antara penelitian di lapangan dengan penelitian kepustakaan yang bersifat saling terkait dan melengkapi. 3. Metode Pengumpulan Data Mengingat terbatasnya kemampuan yang ada pada penulis, maka dalam penyusunan skripsi ini penulis menggunakan cara dengan mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian, penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut a. Data Primer Pengumpulan data dengan cara mengadakan penelitian langsung ke obyek penelitian untuk memperoleh data ( riset lapangan ) dengan jalan : 17
  • 18. 1. Observasi Cara pengumpulan data yang dilakukan dengan Mengambil dan melihat suatu peristiwa yang terjadi secara sederhana, guna memperoleh gambaran umum kaedaan unsur - unsur yang diteliti, termasuk dengan melihat, memperhatikan suara - suara yang diperbincangkan oleh masyarakat, peristiwa - peristiwa yang terjadi serta tingkah laku, perbuatan, kemudian pengamatan tersebut disimpulkan menjadi data dalam penelitian tersebut. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara langsung mengenai bagaimana kebijakan Pemerintah Daerah dalam upaya meningkatkan penyelenggaraan pendidikan di Kabupaten Kendal. 2. Interview Yaitu dengan cara pengumpulan data dengan mengadakan Wawancara atau tanya jawab secara langsung pada orang - orang yang berada dalam obyek penelitian yang mengarah pada tujuan penelitian yang akan dicapai dengan mengadakan tanya jawab secara lisan pada aparatur Pemerintah daerah di lingkungan Dinas Pendidikan dan Olah Raga ( Dikpora ) dan lain - lain yang berkaitan dengan kependidikan. b. Data Sekunder Dalam pengumpulan data sekunder ini dipergunakan cara – cara : 1. Riset perpustakaan Yaitu metode pengumpulan data dengan jalan membaca dan mempelajari buku - buku perpustakaan serta obyek penelitian yang 18
  • 19. bersangkut dengan peranan Pemerintah Kabupaten Kendal dalam menyikapi masalah Pendidikan yang secara umum dirumuskan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2. Jenis data dari sudut sumber dan kekuatan mengikat Karena yang hendak diteliti adalah perilaku ( hukum ) dalam penelitian ini data sekunder yang dari sudut sumbernya digolongkan dalam : a. Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang mengikat, dalam hal ini adalah Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan daerah, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan dan peraturan lainnya yang terkait dengan penelitian ini. b. Bahan hukum sekunder yang memberi penjelasan terhadap bahan hukum primer, yang dalam hal ini terdiri dari hasil penelitian para pakar dan hasil karya dari kalangan hukum seperti buku - buku yang ada dalam catatan kaki. c. Bahan hukum tersier, yakni bahan yang memberi petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, sebagaimana contoh adalah kamus - kamus. 19
  • 20. 4. Metode Penyajian Data Data yang diperoleh dalam skripsi ini disajikan secara kualitatif tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan pendidikan di Kabupaten Kendal. Uraian mengenai pengolahan data untuk pembahasan permasalahan yang ada dengan cara menyusun kemudian meneliti data yang diperoleh dalam penelitian dan hasilnya nanti disajikan berupa skripsi. 5. Metode Analisis Data Analisis data ini adalah berupa penjelasan dari hasil yang diperoleh selama mengadakan penelitian. Penjelasan dari penelitian ini adalah berupa analisis kualitatif, yaitu pembahasan mengenai hasil penelitian yang dinyatakan dalam penelitian bukan dalam bentuk angka tetapi uraian, sedangkan analisanya dengan menggunakan landasan teori atau kajian pustaka. Penjelasan penelitian ini diuraikan dengan menggunakan cara yang kualitatif, hal ini mengingat bahwa obyek yang diteliti adalah sesuatu yang ada dan hidup dalam masyarakat yaitu mengenai ketentuan yang ada hubungannya dengan kebijakan Pemerintah Kabupaten Kendal dalam upaya meningkatkan penyelenggaraan pendidikan bagi masyarakat. 20
  • 21. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tujuan Negara Tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) terdapat dalam Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea keempat yaitu “Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial”.16 Dari rumusan tersebut, tersirat adanya tujuan nasional/Negara yang ingin dicapai sekaligus merupakan tugas yang harus dilaksanakan oleh Negara, yaitu: a. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia; b. Memajukan kesejahteraan umum; c. Mencerdaskan kehidupan bangsa; d. Ikut serta melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, pemerintah menempuh melalui jalur pendidikan, dalam hai ini untuk memperoleh SDM yang berkualitas dan memiliki 16 Undang Undang Dasar 1945, pembukaan 21
  • 22. daya saing, perlu didukung oleh suatu sistem pendidikan nasional yang dikembangkan berdasarkan pada kebutuhan masyarakat (stakeholder). Dalam konteks perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam masyarakat Indonesia dewasa ini, daya saing bangsa tergantung pada pengetahuan dan keterampilan manusia dan untuk membuat manusia berpengetahuan dan berketerampilan tergantung pada kualitas pendidikannya. Manusia yang cerdas, terlatih dan terampil tentu akan dapat meningkatkan kualitas hidupnya dalam melangsungkan kehidupannya. Pemerintah pun telah menyadari akan pentingnya pendidikan bagi masyarakatnya dan telah berupaya dalam mewujudkan manusia yang cerdas seperti amanat yang tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negera Republik Indonesia tahun 1945 dinyatakan bahwa salah satu tujuan Negara Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia dan untuk itu setiap warga negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya tanpa memandang status sosial, ras, etnis, agama, dan gender. Pemerataan akses dan peningkatan mutu pendidikan akan membuat warga negara Indonesia memiliki kecakapan hidup (life skills) sehingga mendorong tegaknya pembangunan manusia seutuhnya serta masyarakat madani dan modern yang dijiwai nilai-nilai Pancasila. 22
  • 23. Hal tersebut dapat terwujud bila ketiga pilar kebijakan pendidikan nasional yang tertuang dalam Renstra Depdiknas tahun 2005-2009 dapat diimplementasikan dengan baik, yaitu17 1. perluasan dan pemerataan akses pendidikan; 2. peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing pendidikan; 3. penguatan tata kelola, akuntabilitas, dan citra publik pendidikan. Ketiga pilar tersebut harus diimplementasikan secara simultan dan saling terkait satu sama lain. Dengan begitu akan didapatkan keterkaitan antara perluasan dan pemerataan dengan perbaikan mutu pendidikan, di satu sisi perluasaan dan pemerataan dilakukan dan di sisi lainnya perbaikan mutu pendidikan pun dilakukan. Disamping itu, baik buruknya mutu pendidikan sangatlah bergantung pada peranan guru dalam mentransfer ilmu kepada peserta didik. Kemampuan dan kualitas guru dalam proses pembelajaran dapat berpengaruh besar terhadap pencapaian mutu pendidikan, sehingga dapat dikatakan cerminan mutu pendidikan kita terdapat pada kualitas sosok seorang guru. Dalam konteks ini guru mempunyai fungsi dan peran yang sangat strategis dalam pembangunan di bidang pendidikan. Seperti halnya telah dijelaskan dalam UU No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 4 menyatakan bahwa “Kedudukan guru sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional”. 17 Depdiknas, 2008 23
  • 24. B. Pemerintahan Daerah Pemerintahan Daerah menurut Ketentuan Pasal 1 ayat 2 Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), menurut Asas Otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati atau Walikota dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah. Mengingat Negara Indonesia terdiri dari pulau - pulau dan memiliki daerah yang sangat luas, Pemerintah Pusat mengadakan alat - alat perlengkapan setempat yang disebarkan ke seluruh wilayah Negara yang terdapat di daerah, ini disebabkan Pemerintah Pusat tidak dapat menangani secara langsung urusan - urusan yang ada di daerah. Namun bukan berarti pemerintah pusat melepaskan tanggung jawabnya. Meskipun Pemerintah Daerah terdiri dari Kepala Daerah beserta perangkat daerah lainnya termasuk Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) tetapi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) tidak dapat mencampuri bidang Eksekutif. Eksekutif merupakan wewenang dan tanggungjawab dari Kepala Daerah. Dengan demikian, dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah ada pembagian tugas yang jelas. 24
  • 25. Kepala Daerah beserta perangkat daerah lainnya memimpin dalam bidang eksekutif dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) bergerak dalam Bidang Legislatif. Desentralisasi menurut Undang - undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah didalam Pasal 1 ayat 7 adalah penyerahan wewenang pemerintahan kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam system Negara Republik Indonesia. Pemerintah Daerah dan DPRD adalah penyelenggara pemerintahan daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar 1945. Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.18 Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi. Daerah provinsi itu dibagi lagi atas daerah kabupaten dan daerah kota. Setiap daerah provinsi, daerah kabupaten, dan daerah kota mempunyai pemerintahan daerah yang diatur dengan undang-undang. Setiap daerah dipimpin oleh kepala pemerintah daerah yang disebut kepala daerah. Kepala daerah untuk provinsi disebut gubernur, untuk kabupaten disebut bupati dan untuk kota adalah walikota. Kepala daerah dibantu oleh satu orang wakil kepala daerah, untuk provinsi disebut wakil Gubernur, untuk kabupaten disebut wakil 18 Undang Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah 25
  • 26. bupati dan untuk kota disebut wakil walikota. Kepala dan wakil kepala daerah memiliki tugas, wewenang dan kewajiban serta larangan. Kepala daerah juga mempunyai kewajiban untuk memberikan laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada Pemerintah, dan memberikan laporan keterangan pertanggungjawaban kepada DPRD, serta menginformasikan laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada masyarakat. Apabila kepala daerah berhenti dalam masa jabatannya maka kepala daerah diganti oleh wakil kepala daerah sampai berakhir masa jabatannya dan proses pelaksanaannya dilakukan berdasarkan keputusan Rapat Paripurna DPRD dan disahkan oleh Presiden. Apabila terjadi kekosongan jabatan wakil kepala daerah dalam masa jabatannya dan sisa masa jabatannya lebih dari 18 (delapan belas) bulan, kepala daerah mengusulkan 2 (dua) orang calon wakil kepala daerah untuk dipilih oleh Rapat Paripurna DPRD berdasarkan usul partai politik atau gabungan partai politik yang pasangan calonnya terpilih dalam pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah. Dalam hal kepala daerah dan wakil kepala daerah berhenti atau diberhentikan secara bersamaan dalam masa jabatannya, Rapat Paripurna DPRD memutuskan dan menugaskan KPUD untuk menyelenggarakan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah paling lambat 6 (enam) bulan terhitung sejak ditetapkannya penjabat kepala daerah. 26
  • 27. 1. Tugas dan Wewenang Pemerintah Daerah a. Tugas Pemerintah Daerah Pembentukan pemerintahan daerah sesuai dengan amanat pasal 18 UUD Negeri RI tahun 1945, telah melahirkan berbagai produk undang-undang dan peraturan perundang-undangan lainnya yang mengatur tentang pemerintahan daerah, antara lain undang-undang Nomor 1 Tahun 1945, UU Nomor 22 Tahun 1948, Undang-Undang No. 1 Tahun 1957, UU Nomor 18 Tahun 1965, UU No. 5 Tahun 1974, UU No. 22 Tahun 1999 dan terakhir UU No. 32 Tahun 2004. Penyelenggara pemerintahan adalah priseden dibantu oleh satu orang wakil presiden, dan penyelenggara pemerintahan daerah adalah pemerintah daerah dan DPRD. Setiap daerah dipimpin oleh kepala pemerintahan daerah yang disebut kepala daerah, untuk provinsi disebut gubernur, untuk kabupaten disebut bupati, dan untuk kota disebut walikota. Kepala daerah dibantu oleh satu orang wakil kepala daerah, yang masing-masing untuk provinsi disebut wakil gubernur, untuk kabupaten disebut wakil bupati, dan untuk kota seperti wakil walikota.19 Tugas dan wewenang kepala daerah adalah:20 1. Memimpin penyelenggaraan daerah berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama DPRD 2. Mengajukan rancangan perda 3. Menetapkan Perda yang telah mendapat persetujuan bersama DPRD; 19 http://www.masbied.com/2011/08/01/tugas-dan-kewajiban-pemerintah-daerah/ 20 http://rimaru.web.id/tugas-dan-wewenang-kepala-daerah-dalam-penyelenggaraan-pemerintahan- daerah/ 27
  • 28. 4. Menyusun dan mengajukan Perda tentang APBD kepada DPRD untuk dibahas dan ditetapkan bersama; 5. Mengupayakan terlaksananya kewajiban daerah; 6. Mewakili daerahnya di dalam dan diluar pengadilan, dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang- undangan; 7. Melaksanakan tugas dan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang- undangan. b. Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pasal 6 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota dalam ayat 1 menyebutkan bahwa Pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota mengatur dan mengurus urusan pemerintahan yang berdasarkan kriteria pembagian urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) menjadi kewenangannya. Urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:21 a. pendidikan; 21 Peraturan Pemerintah RI Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, Pasal 7 ayat 2 28
  • 29. b. kesehatan; c. lingkungan hidup; d. pekerjaan umum; e. penataan ruang; f. perencanaan pembangunan; g. perumahan; h. kepemudaan dan olahraga; i. penanaman modal; j. koperasi dan usaha kecil dan menengah; k. kependudukan dan catatan sipil; l. ketenagakerjaan; m. ketahanan pangan; n. pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak; o. keluarga berencana dan keluarga sejahtera; p. perhubungan; q. komunikasi dan informatika; r. pertanahan; s. kesatuan bangsa dan politik dalam negeri; t. otonomi daerah, pemerintahan umum, administrasi keuangan daerah, perangkat daerah, kepegawaian, dan persandian; u. pemberdayaan masyarakat dan desa; v. sosial; 29
  • 30. w. kebudayaan; x. statistik; y. kearsipan; dan z. perpustakaan. Pada pasal 7 ayat (3) menyebutkan bahwa urusan pilihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) adalah urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan.22 Urusan pilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) meliputi: a. kelautan dan perikanan; b. pertanian; c. kehutanan; d. energi dan sumber daya mineral; e. pariwisata; f. industri; g. perdagangan; dan h. ketransmigrasian. Penentuan urusan pilihan ditetapkan oleh pemerintahan daerah. Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah kabupaten atau daerah kota merupakan urusan yang berskala kabupaten atau kota meliputi 16 buah 22 Peraturan Pemerintah RI Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, Pasal 7 ayat 3 30
  • 31. urusan. Urusan pemerintahan kabupaten atau kota yang bersifat pilihan meliputi urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan, meliputi:23 a. perencanaan dan pengendalian pembangunan; b. perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang; c. penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat; d. penyediaan sarana dan prasarana umum; e. penanganan bidang kesehatan; f. penyelenggaraan pendidikan; g. penanggulangan masalah sosial; h. pelayanan bidang ketenagakerjaan; i. fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah; j. pengendalian lingkungan hidup; k. pelayanan pertanahan; l. pelayanan kependudukan, dan catatan sipil; m. pelayanan administrasi umum pemerintahan; n. pelayanan administrasi penanaman modal; o. penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya; dan p. urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang- undangan. 23 Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 14 31
  • 32. C. Pengertian Kebijakan Publik Pengertian tentang kebijakan dalam beberapa literatur sangatlah beragam, namun secara umum kebijakan dapat dikatakan merupakan rumusan keputusan Pemerintah yang menjadi pedoman tingkah laku guna mengatasi masalah publik yang mempunyai tujuan, rencana dan program yang akan dilaksanakan secara jelas. secara sederhana kebijakan publik digambarkan oleh Bill Jenkins di dalam buku The Policy Process sebagai Kebijakan publik adalah suatu keputusan berdasarkan hubungan kegiatan yang dilakukan oleh aktor politik guna menentukan tujuan dan mendapat hasil berdasarkan pertimbangan situasi tertentu. Selanjutnya Bill Jenkins mendefinisikan kebijakan publik sebagai: A set of interrelated decisions taken by a political actor or group of actors concerning the selection of goals and the means of achieving them within a specified situation where these decisions should, in principle, be within the power of these actors to achieve.24 Menurut James E Anderson menyatakan : “ Public policies are those policies developed by govermental bodies and officials “ Dari pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa : 25 1. Kebijakan pemerintah selalu mempunyai tujuan tertentu atau merupakan tindakan yang berorientasi pada tujuan. 2. Kebijakan itu berisi tindakan-tindakan atau pola tindakan pejabat pemerintah. 24 http://abdiprojo.blogspot.com/2010/04/pengertian-kebijakan-publik.html 25 Hessel Nogi, op cit., hal.3 32
  • 33. 3. Kebijakan itu merupakan apa yang benar-benar dilakukan pemerintah, jadi bukan merupakan apa yang baru menjadi maksud atau pernyataan pemerintah untuk melakukan sesuatu. 4. Kebijakan pemerintah itu bersifat positif dalam arti merupakan keputusan pemerintah untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan. 5. Kebijakan pemerintah dalam arti yang positif didasarkan atau selalu dilandaskan pada peratruran perundang-undangan dan bersifat mamaksa ( otoritatip ). Sedangkan menurut Eulau dan Prewitt yang dikutip oleh Jones, dikatakan bahwa Kebijakan adalah keputusan tetap yang dicirikan oleh konstitensi dan pengulangan tingkah laku dari mereka yang membuat dan dari mereka yang mematuhi keputusan tersebut. Selanjutnya menurut beliau, suatu kebijakan dapat dikatakan sebagai kebijakan publik atau tidak dilihat komponen public policynya yang mencakup hal-hal sebagai berikut :26 a. Intentions, yaitu tujuan sebenarnya dari sebuah tindakan. b. Goals, yaitu tujuan/keadaan akhir yang hendak dicapai. c. Plans or proposals, yaitu rencana atauusulan untuk mencapai tujuan. d. Program, yaitu program yang disyahkan untuk mencapai tujuan kebijakan. e. Decisions or choices, yaitu keputusan atau pilihan atas tindakan-tindakan yang diambil untuk mencapai tujuan, mengembangkan rencana, melaksanakan dan mengevaluasi program. f. Effect, yaitu dampak atau pengaruh yang diukur. 26 Ibid, hal.4-5 33
  • 34. Thomas R.Dye mendefinisikan kebijakan pemerintah sebagai “ is whaterver governments choose to do or not to do “. Dikatakan bahwa apabila pemerintah memilih untuk melakukan sesuatu, maka harus ada tujuannya dan kebijakan itu harus meliputi semua tindakan-tindakan pemerintah, jadi bukan semata-mata merupakan pernyataan keinginan pemerintah atau pejabat pemerintah saja.27 Namun dilain pihak kebijakan pemerintah diartikan oleh Van Der Gevel & Van De Goor sebagai “ Beleid bestaat in essentieuit een samentel van gekozen doelen, middelen en tijdstippen “.28 Adanya beberapa konsep kebijakan tersebut di atas menunjukkan bahwa unsur tujuan dan sarana merupakan unsur pokok yang harus ditetapkan oleh pejabat pemerintah dalam membuat kebijakan pemerintah, suatu keadaan yang diinginkan akan nampak pada tujuan kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah, namun demikian penjabaran lebih lanjut yang semakin kongkrit dan jelas amat diperlukan. Kebijakan daerah bidang pendidikan sebagaimana dimaksud pada Pasal 28 merupakan penjabaran dari kebijakan pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dan Pasal 17 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan Dan Penyelenggaraan Pendidikan, serta sesuai dengan ketentuan peraturan perundang - undangan. 27 Ibid, hal. 5 28 Ibid, hal. 6 34
  • 35. Kebijakan daerah bidang pendidikan sebagaimana dimaksud pada Pasal 29 ayat (1) dituangkan dalam :29 a. rencana pembangunan jangka panjang kabupaten/kota; b. rencana pembangunan jangka menengah kabupaten/kota; c. rencana strategis pendidikan kabupaten/kota; d. rencana kerja pemerintah kabupaten/kota; e. rencana kerja dan anggaran tahunan kabupaten/kota f. peraturan daerah di bidang pendidikan g. peraturan bupati/walikota di bidang pendidikan. Dengan demikian, kebijakan sangat berkaitan dengan pengertian - pengertian mengenai sasaran - sasaran yang diupayakan dan cara - cara bagaimana tujuan itu harus dicapai. D. Pokok Pokok Materi UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Komitmen bangsa Indonesia terhadap pendidikan dengan sangat jelas tercermin pada konstitusi negara, UUD 45, khususnya Pasal 31, yang menegaskan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan (Ayat 1) dan setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar, dan pemerintah wajib membiayainya (Ayat 2). Skema pembiayaan pendidikan oleh pemerintah tersebut 29 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan Dan Penyelenggaraan Pendidikan 35
  • 36. diatur pada ayat 4 yang berbunyi: “Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional”. Pada ayat 5 juga ditegaskan bahwa pemerintah harus memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia. Landasan konstitusional komitmen pendidikan inilah yang membuka peluang sebesar-besarnya bagi bangsa Indonesia untuk berbuat yang terbaik bagi sistem pendidikan nasionalnya melalui berbagai kebijakan dalam bidang pemerintahan dan pembangunan, termasuk kebijakan otonomi daerah. Kebijakan otonomi daerah memang merupakan bagian integral dari program reformasi sistem pemerintahan dan pembangunan secara menyeluruh, tetapi pendidikan adalah salah satu aspek yang mendapat perhatian sangat besar di dalamnya. Bidang pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah. Kebijakan otonomi daerah sebagai titik tolak bagi bangsa Indonesia untuk membangkitkan kembali kesadaran bangsa ini akan arti penting pendidikan bagi upaya membangun tatanan kehidupan bangsa yang lebih bermutu, demokratis, dan berdaulat agar dapat merespons tiga isu utama yang dihadapi oleh bangsa ini, yaitu meningkatkan keamanan nasional, meningkatkan kesejahteraan rakyat, dan memberdayakan pendidikan sebagai komponen krusial dalam pembangunan sumber daya manusia. Sementara itu menurut HAW Wijaya menegaskan bahwa Otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan 36
  • 37. masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat, sesuai dengan peraturan perundang-undangan.30 Pada sisi lain, J. Kaloh memberikan pendapat bahwa Istilah otonomi lebih pada political aspect ( aspek politik kekuasaan ), sedangkan desentralisasi lebih cenderung pada administrative-aspect ( aspek administrasi negara ) namun jika dilihat dari kontek sharing of power ( berbagai kekuasaan ), kedua istilah tersebut mempunyai keterkaitan yang erat dan tidak dapat dipisahkan.31 Sejalan dengan semangat demokratisasi, desentralisasi, dan globalisasi, berbagai kebijakan pengelolaan pendidikan di era otonomi daerah menekankan sinergi dan keterpaduan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam menjalankan hak dan kewajiban masing-masing. Keduanya berkewajiban “mengatur dan mengawasi penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku” (Pasal 10 UU Nomor 20 Tahun 2003), “memberi layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi” (Pasal 11 ayat 1), “menjamin tersedianya dana guna Terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun” (Pasal 11 ayat 2), ”memfasilitasi satuan pendidikan dengan pendidik dan tenaga kependidikan yang diperlukan untuk menjamin Terselenggaranya pendidikan yang bermutu” (Pasal 41 ayat 3), “menjamin Terselenggaranya wajib belajar minimal jenjang pendidikan dasar tanpa memungut 30 Josef Riwu Kaho, Prospek Otonomi Daerah di Negara RI, PT Ria Grafika Persada, Jakartaa, 2002, hal. 15 31 J. Kolah, Mencari Bentuk Otonomi Daerah, PT, Rineka Cipta, Jakarta, hal. 6 37
  • 38. biaya (Pasal 34 ayat 2), “membina dan mengembangkan tenaga kependidikan pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah dan pemerintah daerah (Pasal 44 ayat 1), dan ”membantu pembinaan dan pengembangan tenaga kependidikan pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat (Pasal 44 ayat 3). Kebijakan pada era otonomi daerah juga menekankan pentingnya domain lokal dalam pengembangan program-program pendidikan. Ditegaskan pada Pasal 50 ayat 4 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa “pemerintah kabupaten/kota berkewajiban mengolah satuan pendidikan yang berbasis keunggulan lokal”. Sejalan dengan kewajiban ini, pemerintah dan pemerintah daerah diharapkan dapat bersinergi dalam melengkapi sarana dan prasarana pendidikan dan mengembangkan budaya ilmu pengetahuan di daerah. Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu pengetahuan dan Teknologi, bahwa “pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau badan usaha dapat membangun kawasan, pusat peragaan, serta sarana dan prasarana ilmu pengetahuan dan teknologi lain untuk memfasilitasi kinerja dan pertumbuhan unsur-unsur kelembagaan dan menumbuhkan budaya ilmu pengetahuan dan teknologi di kalangan masyarakat” (Pasal 14). Selain itu, pemerintah daerah juga diharapkan berperan sebagai motivator, stimulator, dan fasilitator perkembangan ilmu pengetahuan di daerah. Pasal 20 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 menegaskan sebagai berikut :”Pemerintah daerah berfungsi menumbuhkembangkan motivasi, memberikan 38
  • 39. stimulasi dan fasilitas, serta menciptakan iklim yang kondusif bagi pertumbuhan serta sinergi unsur kelembagaan, sumber daya, dan jaringan ilmu pengetahuan dan teknologi di wilayah pemerintahannya sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi”.32 Pada prinsipnya, dengan adanya otonomi daerah, kewenangan untuk menjalankan fungsi pelayanan umum secara didistribusikan daeran sentral dan lokal. Sarundajang menjelaskan bahwa secara sentral kewenangan telah dibagi berdasarkan kegiatan berbagai kementrian yang ada di Ibu Kota. Di tingkat lokal kewenangan dibagi berdasarkan wilayah yang ada diberbagai pemerintahan daerah diseluruh negara.33 Pemerintah daerah “wajib merumuskan prioritas serta kerangka kebijakan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang dituangkan sebagai kebijakan strategis pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi di daerahnya”.34 Pemerintah daerah “harus mempertimbangkan masukan dan pandangan yang diberikan oleh unsur kelembagaan ilmu pengetahuan dan teknologi” serta “membentuk Dewan Riset yang beranggotakan masyarakat dari unsur kelembagaan ilmu pengetahuan dan teknologi di daerahnya” (Pasal 20 UU Nomor 18 Tahun 2002). Berbagai kewajiban pemerintah daerah tersebut juga dipertegas dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 32 http://taufiknurohman25.blogspot.com/2011/02/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html 33 Sarundajang, Pemerintah daerah Di Beberapa Negara Sebuah Pengantar, Pusaka Sinar Harapan, Jakarta, hal. 28 34 Pasal 20 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 39
  • 40. tentang Pemerintahan Daerah, bahwa salah satu urusan wajib pemerintah provinsi adalah “penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumber daya manusia potensial” (Pasal 13) dan salah satu urusan wajib pemerintah kabupaten dan kota adalah “Penyelenggaraan pendidikan” (Pasal 14). Penyelenggaraan pendidikan adalah kegiatan pelaksanaan komponen sistem pendidikan pada satuan atau program pendidikan pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan agar proses pendidikan dapat berlangsung sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.35 Pendidikan pada umumnya dikategorikan ke dalam tiga jenis yaitu pendidikan informal, pendidikan formal dan pendidikan non formal, pendidikan informal dinyatakan sebagai proses pendidikan yang melekat dalam kehidupan sehari-hari di mana setiap terjadi interaksi sosial yang bisa membawa kearah kedewasaan seseorang pada dasarnya adalah pendidikan, perkembangan peradaban manusia telah membawa keadaan dimana pendidikan yang berlangsung secara formal tersebut dianggap sangat tidak memadai. Pengetahuan yang harus dimiliki, nilai-nilai yang harus diinternalisasikan, dan ketrampilan yang harus dikuasai oleh seseorang untuk menjadi dewasa dalam kehidupan modern yang semakin komplek. Berkaitan dengan pengertian pendidikan terdapat perbedaan yang jelas antara pendidikan formal, pendidikan informal dan pendidikan nonformal. 35 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan Dan Penyelenggaraan Pendidikan, pasal 1 ayat 2 40
  • 41. Sehubungan dengan hal ini Coombs (1973) membedakan pengertian ketiga jenis pendidikan itu sebagai berikut :36 Pendidikan formal adalah kegiatan yang sistematis, bertingkat/berjenjang, dimulai dari sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi dan yang setaraf dengannya, termasuk kedalamnya ialah kegiatan studi yang berorientasi akademis dan umum, program spesialisasi, dan latihan professional, yang dilaksanakan dalam waktu yang terus menerus. Pendidikan informal adalah proses yang berlangsung sepanjang usia sehingga sehingga setiap orang memperoleh nilai, sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang bersumber dari pengalaman hidup sehari-hari, pengaruh lingkungan termasuk di dalamnya adalah pengaruh kehidupan keluarga, hubungan dengan tetangga, lingkungan pekerjaan dan permainan, pasar, perpustakaan, dan media massa. Pendidikan nonformal ialah setiap kegiatan teroganisasi dan sistematis, di luar sistem persekolahan yang, dilakukan secara mandiri atau merupakan bagian penting dari kegiatan yang lebih luas, yang sengaja dilakukan untuk melayani peserta didik tertentu di dalam mancapai tujuan belajarnya. Ketiga pengertian di atas dapat digunakan untuk membedakan program pendidikan yang termasuk ke dalam setiap jalur pendidikan tersebut. Sebagai bahan untuk menganalisis berbagai program pendidikan maka ketiga batasan pendidikan di atas perlu diperjelas lagi dengan kriteria yang dapat membedakan antara pendidikan yang program - programnya bersifat nonformal dengan pendidikan yang program - 36 http://www.imadiklus.com/2011/06/pengertian-tiga-jenis-pendidikan.html 41
  • 42. programnya bersifat informal dan formal. Perbedaan antara pendidikan yang program - programnya bersifat nonformal dan informal dapat dikemukakan sebagai berikut. Pendidikan yang program - programnya bersifat nonformal memiliki tujuan dan kegiatan yang terorganisasi, diselenggarakan di lingkungan masyarakat dan lembaga - lembaga, untuk melayani kebutuhan belajar khusus para peserta didik. Sedangkan pendidikan yang program - programnya bersifat informal tidak diarahkan untuk melayani kebutuhan belajar yang terorganisasi. Kegiatan pendidikan ini lebih umum, berjalan dengan sendirinya, berlangsung terutama dalam lingkungan keluarga, serta melalui media massa, tempat bermain, dan lain sebagainya. Apabila kegiatan yang termasuk pendidikan yang program - programnya bersifat informal ini diarahkan untuk mencapai tujuan belajar tertentu maka kegiatan tersebut dikategorikan baik ke dalam pendidikan yang program - programnya bersifat nonformal maupun pendidikan yang program-programnya bersifat formal. Kleis (1974) memberi batasan umum bahwa pendidikan adalah sejumlah pengalaman yang dengan pengalaman itu, seseorang atau kelompok orang dapat memahami sesuatu yang sebelumnya tidak mereka pahami Pengalaman itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang atau kelompok dengan lingkungannya. Interaksi itu menimbulkan proses perubahan (belajar) pada manusia dan selanjutnya proses perubahan itu menghasilkan perkembangan (development) bagi kehidupan seseorang atau kelompok dalam lingkungannya.37 37 http://www.imadiklus.com/2011/06/pengertian-tiga-jenis-pendidikan.html 42
  • 43. Proses belajar itu akan menghasilkan perubahan dalam ranah kognitif (penalaran, penafsiran pemahaman dan penerapan informasi), peningkatan kompetensi (keterampilan intelektual dan sosial), serta pemilihan dan penerimaan secara sadar terhadap nilai, sikap, penghargaan dan perasaan, serta kemauan untuk berbuat atau merespon sesuatu rangsangan. Proses perubahan (belajar) dapat terjadi dengan disengaja atau tidak disengaja. Pandangan lain tentang pendidikan dikemukakan oleh Axiin (1974), yang membuat penggolongan program - program kegiatan yang termasuk ke dalam pendidikan formal, nonformal, dan informal dengan menggunakan kriteria adanya atau tidak adanya kesengajaan dari kedua pihak yang berkomunikasi, yaitu pihak pendidik (sumber belajar atau fasilitator) dan pihak peserta didik (siswa atau warga belajar).38 Ternyata, tidak semua kebutuhan belajar masyarakat bisa terakomodasi ke dalam pendidikan formal, kekurangan dalam pendidikan formal adalah cenderung steril dan kehidupan nyata, kaku dan tidak responsip terhadap perubahan kebutuhan masyarakat modern yang cenderung semakin cepat, Untuk mengatasi masalah ini muncul pendidikan yang memiliki ciri-ciri perpaduan antara pendidikan informal dan formal, jenis pendidikan ini disebut pendidikan non formal atau pendidikan luar sekolah. Pemerintah dalam mensubsidi harus memiliki dua fungsi sekaligus yaitu sebagai bantuan pengembangan dan perangsang. Bantuan proporsi tersebut 38 http://www.imadiklus.com/2011/06/pengertian-tiga-jenis-pendidikan.html 43
  • 44. tergantung pada perumus kebijakan dalam memandang kalau ada terjadi ketimpangan. Sebagaimana dikemukakan oleh Robert B. Carson ada dua pandangan mengenai ketimpangan yaitu pandangan konservatif dan pandangan liberal. Bagi pandangan konservatif ketimpangan adalah suatu yang alamiah dan usaha untuk mengubahnya melalui pajak dan transfer hanya akan mengurangi keserasian sosial yang ada. Sementara itu pandangan Liberal menyatakan semakin tidaktimpang keadaan pertumbuhan adalah lebih manusiawi dan diperlukan, bagi kaum koservatif pemberian bantuan Cuma-Cuma adalah esensi dan langkah memperlemah kelompok miskin dan oleh sebab itu amat berbahaya. Karenanya setiap transfer harus memiliki fungsi insentif. Sedangkan bagi kaum liberal menyetakan bahwa pemberian bantuan adalah suatu bentuk dukungan pemerintah sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada masyarakat yang kurang beruntung.39 E. Pendanaan Pendidikan Dalam APBD Kabupaten Kendal Untuk meningkatkan penyelenggaraan pendidikan, Pemerintah Daerah Kabupaten Kendal melalui Peraturan Daerah Kabupaten Kendal Nomor 5 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Kendal Tahun 2010-2015 dan Peraturan Bupati Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Kendal 2012, dalam Perda dan 39 Hessel Nogi, Wacana Kebijakan Publik, Lukman Offset, Yogyakarta, 2003, hal. 58-59 44
  • 45. Peraturan Bupati tersebut di beberkan beberapa poin – poin yang di terapkan, diantaranya adalah upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Dalam upaya meningkatkat kualitas pendidikan, pendanaan yang tertuang dalam Rencana Program dan Kegiatan Prioritas Daerah di bidang Pendidikan sebesar Rp. 45.553.194.585 yang di bagi atas Program PAUD Rp. 13.516.558.000, Program Pendidikan Dasar Rp. 14.995.806.585, Program Pendidikan Menengah Rp. 4.877.680.000, Program Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Rp. 6.956.750.000, Program Pendidikan Nonformal dan Informal Rp. 525.250.000, Program Peningkatan Peran Serta Kepemudaan Rp. 1.625.150.000, Program Pembinaan dan Pemasyarakatan Olahraga Rp. 1.850.000.000, Program Manajemen Pelayanan Pendidikan Rp. 1.180.000.000, Program Pengembangan Budaya Baca dan Pembinaan Perpustakaan Rp. 66.000.000, Program manajemen Pelayanan Pendidikan Rp. 1.520.520.000.40 F. Pendidikan Dalam Perspektif Islam Islam adalah agama yang sempurna. Ajarannya meliputi seluruh aspek kehidupan. Termasuk di dalamnya adalah masalah pendidikan. Bahkan Islam adalah agama yang memperhatikan masalah pendidikan dan ilmu pengetahuan dengan porsi yang sangat besar. Bahkan keseluruhan ajaran Islam yang bersumber dari Al Quran dan As Sunnah merupakan materi pendidikan dan ilmu pengetahuan yang luar biasa, yang tidak dimiliki oleh agama-agama lain maupun ideologi-ideologi lain. Sejarah 40 Peraturan Bupati Nomor 12 Tahun 2011 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Kendal 2012 45
  • 46. mencatata bahwa bangsa Arab yang buta huruf, dengan pendidikan Islam yang khas, yang diterapkan oleh Rasulullah saw., telah berubah menjadi bangsa pelopor yang telah mampu menerangi dunia dan menjadi guru bagi dunia. Pendidikan dalam perspektif Islam adalah transfer nilai-nilai Islam yang bersumber dari Al Quran dan As Sunnah, pandangan hidup Islam atau aqidah Islamiyah (keimanan), dan berbagai pengetahuan Islam (al ma’arif al Islamiyah) seperti tafsir, ulumul Qur’an, riwayat-riwayat hadits-hadits Nabi saw., ulumul hadits, fiqh, ushul fiqh, bahasa Arab, ilmu nahwu, ilmu shorof, siroh Nabi saw, dan lain-lain yang mempertebal pemahman para peserta didik sehingga tidak ada ide Islam yang lolos dari format pikirannya yang diharapkan juga menjadi pengendali tingkah lakunya. Selain itu, perlu berbagai ilmu pengetahuan dan serta ketrampilan teknologi untuk menambah kemampuan para lulusannya menjalani hidup dengan tetap berpegang kepada aqidah dan pemahaman hidupnya (mafahim anil hayah).41 Dalam pergerakan kultural yang dilakukan oleh para Ulama, guru-guru pengajar Al Quran dan As Sunnah, serta hukum-hukum Syariah Islam, yang dilakukan dalam kurun waktu kurang lebih satu abad, hampir 2/3 dunia lama telah mengenyam Islam sebagai agama, budaya, dan hukum, dan khasanah pengetahuan yang baru: tsaqafah Islamiyah. Berbagai bangsa yang beragam agama, adat-istiadat, dan sistem hukum dan perundangannya, menjadi satu umat, satu bahasa, satu hukum, dan satu negara: Islam. Peradaban Islam pun dikatakan sebagai jembatan peradaban yang telah berhasil mengembangkan ilmu pengetahuan warisan Yunani sehingga 41 http://myeve.multiply.com/journal/item/29/ILMU_PENDIDIKAN_DALAM_PERSPEKTIF_ISLAM 46
  • 47. dapat sampai kepada masa pencarahan bangsa-bangsa Eropa sehingga menjadikan perkembangan yang luar biasa seperti sekarang. Pendidikan adalah proses transfer nilai, pandangan hidup yang paling mendasar (aqidah), pemahaman-pemahaman hidup, dan berbagai pengetahuan yang menambah kesadaran peserta didik akan pandangan dan pemahamannya akan kehidupan (mafahim anil hayah) sehingga dia mampu mengambil jalan hidup yang benar, serta menambah kesadarannya tentang berbagai pemahamannya tentang benda-benda dan sarana-sarana hidup (mafahim anil asya) sehingga dia dapat meniti kehidupannya dengan benar. Dengan demikian dalam perspektif Islam, pendidikan adalah transfer nilai- nilai Islam yang bersumber dari Al Quran dan As Sunnah, pandangan hidup Islam atau aqidah Islamiyah (keimanan), dan berbagai pengetahuan Islam (al ma’arif al Islamiyah) seperti tafsir, ulumul Qur’an, riwayat-riwayat hadits-hadits Nabi saw., ulumul hadits, fiqh, ushul fiqh, bahasa Arab, ilmu nahwu, ilmu shorof, siroh Nabi saw, dan lain-lain yang mempertebal pemahman para peserta didik sehingga tidak ada ide Islam yang lolos dari format pikirannya yang diharapkan juga menjadi pengendali tingkah lakunya. Selain itu, perlu berbagai ilmu pengetahuan dan serta ketrampilan teknologi untuk menambah kemampuan para lulusannya menjalani hidup dengan tetap berpegang kepada aqidah dan pemahaman hidupnya (mafahim anil hayah). Metode dalam pendidikan islam merupakan suatu metode yang khas dan tersendiri, baik dari segi alat-alat maupun segi tujuan-tujuannya, dengan suatu bentuk yang nyata dan menarik perhatian serta membangkitkan minat untuk memiliki 47
  • 48. sumber ideologinya yang khas dalam perjalanan sejarah. Ruang lingkup dan keleluasaan system pendidikan islam tidak boleh keluar dari keterpaduan tujuan dan cara. Di dalam sistem pendidikan islam terdapat satu cara dan satu tujuan untuk dapat menyatukan kepribadian yang pecah untuk dapat mencapai satu tujuan yang lurus dan bulat. Inilah keistimewaan dari sistem pendidikan islam yang berbeda dengan sistem pendidikan buatan manusia yang pada umumnya memiliki tujuan yang relatif sama meskipun alat-alat yang digunakan untuk memenuhi tujuan tersebut berbeda-beda sesuai dengan pengaruh lingkungan dan kondisi sejarah, sosial, politik dan sebagainya. Sistem pendidikan buatan manusia pada umumnya bermuara dalam suatu tujuan pendidikan yaitu membentuk “ nasionalisme sejati “. Sedangkan islam, tidak mengurung dirinya pada batas-batas yang sempit itu dan tidak hanya berusaha membentuk “ nasionalis sejati “ akan tetapi berusaha untuk mewujudkan suatu tujuan yang lebih besar dan menyeluruh, yaitu membentuk “ manusia sejati”. Islam dalam membentuk manusia yang baik itu tidak membiarkan manusia berada dalam kebimbangan dan terus menerus berjalan didalam kegelpan, dimana masing-masing membentuk dirinya menurut kemauannya sendiri. Akan tetapi islam menetapkan ciri-ciri manusia secara cermat dan jelas, serta menggaris strategi yang dapat mengantarkan mereka untuk mencapai tujuan itu. 1. Ciri – Ciri Khas Sistem Pendidikan Islam Metodologi islam dalam melakukan pendidikan adalah dengan melakukan pendidikannya menyeluruh terhadap wujud manusia, sehingga tidak ada yang 48
  • 49. tertinggal dan terabaikan sedikit pun, baik segi jasmani maupun rohani, baik kehidupannya secara fisik maupun secara mental, dan segala kegiatannya di bumi ini. Islam memandang manusia secara totalitas, mendekatinya atas dasar apa yang terdapat di dalam dirinya, atas dasar fitrah yang diberikan Allah SWT kepadanya, tidak ada sedikitpun yang diabaikan dan tidak memaksakan apapun selain apa yang dijadikan sesuai dengan fitrahnya.42 Islam mengakui wujud manusia secara utuh, tanpa mengurangi nilainya dan merusk kemampuannya sedikit pun. Islam mengakui kebutuhan-kebutuhan spiritual wujud manusia beserta segala daya yang terkandung didalamnya. Islam memberikan segala yang diperlukannya seperti akidah, nilai-nilai dan harga diri, dan menyokong daya-daya yang ada padanya untuk memperbaiki eksistensi mental dan kejelekan- kejelekan yang terdapat dalam masyarakat. Islam tidak hanya menonjol dalam memperhatikan semua segi eksistensi manusia dan tidak mengabaikan sedikit pun berbagai macam daya yang terdapat didalamnya. Tetapi yang paling menonjol adalah bahwa islam sejalan dengan fitrah dalam hal-hal yang lebih jauh dari itu. Islam disamping yakin akan adanya banyak segi manusia yaitu jasmani, akal dan rohaninya dengan berbagi kebutuhan daya setiap segi itu, meyakini pula kesatuan dan keterpaduan wujud manusia tersebut dan tidak mungkin dipisah-pisahkan satu dengan yang lain. Fitrah manusia berjalan menurut garis yang telah diciptkan Allah SWT. Dengan demikian jasmani, akal dan roh yang ada dalam diri manusia tidak 42 http://azzamcollege.wordpress.com/2009/11/15/pendidikan-dalam-perspektif-islam/ 49
  • 50. mungkin dapat dipisah-pisahkan. Roh, akal dan tubuh, ketiganya membentuk satu wujud yang utuh, yang disebut manusia, semuanya berinteraksi secara utuh. Islam mengikuti aliran fitrah yang ada dan meyakini bahwa ada saling keterikatan antra unsur-unsur tersebut. Dengan demikian maka islam tidak setuju adanya pemisahan salah satu unsur dari unsur yang lain atau menonjolkan satu unsur dengan menekan sama sekali unsur-unsur yang lain. 2. Peserta Didik Dalam Pendidikan Islam Peserta didik adalah setiap manusia yang sepanjang hidupnya selalu dalam perkembangan. Kaitannya dengan pendidikan adalah bahwa perkembangan peserta didik itu selalu menuju kedewasaan dimana semuanya itu terjadi karena adanya bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh pendidik. Bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh pendidik sangat dipengaruhi oleh pandangan pendidik itu sendiri terhadap peserta didik. Dalam hal ini anak ( peserta didik ) merupakan sarana dalam proses pendidikan. Pertumbuhan dan perkembangannya yang dialami oleh peserta didik sangat dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu faktor pembawaan ( warisan ), faktor lingkungan dan faktor kematangan ( internal ). Pendidikan Islam memiliki 3 (tiga) tahapan kegiatan, yaitu: tilawah (membacakan ayat Allah), tazkiyah (mensucikan jiwa) dan ta’limul kitab wa sunnah (mengajarkan al kitab dan al hikmah). Pendidikan dapat merubah masyarakat jahiliyah menjadi umat terbaik disebabkan pendidikan mempunyai kelebihan. Pendidikan mempunyai ciri pembentukan pemahaman Islam yang utuh dan 50
  • 51. menyeluruh, pemeliharaan apa yang telah dipelajarinya, pengembangan atas ilmu yang diperolehnya dan agar tetap pada rel syariah. Hasil dari pendidikan Islam akan membentuk jiwa yang tenang, akal yang cerdas dan fisik yang kuat serta banyak beramal.43 Pendidikan Islam berpadu dalam pendidikan ruhiyah, fikriyah (pemahaman/pemikiran) dan amaliyah (aktivitas). Nilai Islam ditanamkan dalam individu membutuhkan tahpan-tahapan selanjutnya dikembangkan kepada pemberdayaan di segala sektor kehidupan manusia. Potensi yang dikembangkan kemudian diarahkan kepada pengaktualan potensi dengan memasuki berbagai bidang kehidupan. (QS. Ali Imran (3) : 103) Pendidikan yang diajarkan Allah SWT melalui Rasul-Nya bersumber kepada Al Qur’an sebagai rujukan dan pendekatan agar dengan tarbiyah akan membentuk masyarakat yang sadar dan menjadikan Allah sebagai Ilah saja. Kehidupan mereka akan selamat di dunia dan akhirat. Hasil ilmu yang diperolehnya adalah kenikmatan yang besar, yaitu berupa pengetahuan, harga diri, kekuatan dan persatuan. Tujuan utama dalam pendidikan Islam adalah agar manusia memiliki gambaran tentang Islam yang jelas, utuh dan menyeluruh. Interaksi di dalam diri ini memberi pengaruh kepada penampilan, sikap, tingkah laku dan amalnya sehingga menghasilkan akhlaq yang baik. Akhlaq ini perlu dan harus dilatih melalui latihan membaca dan mengkaji Al Qur’an, sholat malam, shoum (puasa) 43 http://insistnet.com/index.php?option=com_content&view=article&id=31:tujuan-pendidikan-dalam- islam&catid=8:adnin-armas 51
  • 52. sunnah, berhubungan kepada keluarga dan masyarakat. Semakin sering ia melakukan latihan, maka semakin banyak amalnya dan semakin mudah ia melakukan kebajikan. Selain itu latihan akan menghantarkan dirinya memiliki kebiasaan yang akhirnya menjadi gaya hidup sehari-hari. Pendidikan Islam dalam bahasa Arab disebut tarbiyah Islamiyah merupakan hak dan kewajiban dalam setiap insan yang ingin menyelamatkan dirinya di dunia dan akhirat. Sesuai dengan sabda Rasulullah SAW: “Tuntutlah ilmu dari buaian sampai akhir hayat.” Maka menuntut ilmu untuk mendidik diri memahami Islamp tidak ada istilah berhenti, semaki banyak ilmu yang kita peroleh maka kita bertanggung jawab untuk meneruskan kepada orang lain untuk mendapatkan kenikmatan berilmu, disinilah letak kesinambungan. Selain merupakan kewajiban, kegiatan dididik dan mendidik adalah suatu usaha agar dapat memiliki ma’dzirah (alasan) untuk berlepas diri bila kelak diminta pertanggungjawaban di sisi Allah SWT yakni telah dilakukan usaha optimal untuk memperbaiki diri dan mengajak orang lain pada kebenaran sesuai manhaj yang diajarkan Rasulullah SAW. Untuk menghasilkan Pendidikan Islam yang berkesinambungan maka dibutuhkan beberapa sarana, baik yang mendidik maupun yang dididik, yaitu:44 1. Istiqomah Setiap kita harus istiqomah terus belajar dan menggali ilmu Allah, tak ada kata tua dalam belajar, QS. Hud (11) : 112, QS. Al Kahfi (18) : 28 44 Dr. Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, rosda, Bandung, 2010 52
  • 53. 2. Disiplin dalam tanggung jawab Dalam belajar tentu kita membutuhkan waktu untuk kegiatan tersebut. sekiranya salah satu dari kita tidak hadir, maka akan mengganggu proses belajar. Apabila kita sering bolos sekolah, apakah kita akan mendapatkan ilmu yang maksimal. Kita akan tertinggal dengan teman-teman kita, demikian pula dengan guru, apabila ia sering membolos tentu anak didiknya tidak akan maju karena pelajaran tidak bertambah. 53
  • 54. BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kabupaten Kendal Kabupaten Kendal adalah salah satu dari 35 Kabupaten yang berada dalam wilayah Propinsi Jawa Tengah yang berbatasan dengan Laut Jawa disebelah utara sebelah timur berbatasan dengan Kota Semarang, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten temanggung sedangkan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Batang. Jumlah Kecamatan di Kabupaten Kendal adalah 20 Kecamatan, dengan jumlah desa sebanyak 285 yang terdiri dari 1.174 dukuh, 1.478 RW dan 5.919 RT. Jumlah penduduk Kabupaten Kendal berdasarkan data Statistik tahun 2010 tercatat sebanyak 1.074.490 jiwa yang terdiri dari 535.279 ( 49,80 persen ) laki-laki dan 539.661 ( 50,20 persen ) perempuan.45 Anak usia sekolah di Kabupaten Kendal dikelompokkan menjadi 3 kelompok usia yaitu kelompok umur 7 s/d 12 tahun, 13 s/d 15 tahun dan 16 s/d 18 tahun. Jumlah paling banyak ada dikelompok umur 7 s/d 12 tahun dan semakin berkurang seiring dengan meningkatnya kelompok umur. Sementara jika dibanding tahun sebelumnya, jumlah murid dikelompok umur 13 s/d 15 tahun dan 16 s/d 18 tahun mengalami peningkatan. 45 BPS kabupaten Kendal 2010 54
  • 55. Jumlah penduduk menurut kelompok umur terbanyak berada pada strata 15 - 64 tahun, dengan jumlah jiwa 775.231 orang. Dalam kelompok Usia produktif tersebut, jumlah jiwa terbanyak pada strata 25 - 29 tahun dengan jumlah jiwa 108.274 orang. Jumlah kelompok umur 0 - 14 Tahun sebanyak 227.485 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk terendah berada pada strata 65 tahun keatas berjumlah 72.227 jiwa. Dilihat dari piramida penduduk Kabupaten Kendal maka kelompok umur usia produktif lebih besar jika dibandingkan dengan penduduk usia tidak produktif. Sedangkan kualitas sumber daya manusia ( SDM ) bisa dilihat dari kualitas pendidikannya, semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat maka semakin tinggi pula sumber dayan manusia ( SDM ) nya.46 Banyaknya Anak Usia Sekolah Berdasrkan Kelompok Usia Sekolah Kabupaten Kendal Tahun 2006 - 2009 Tahun Banyaknya Anak Usia Sekolah 2006 2007 2008 2009 Umur 7 – 12 Tahun 90.198 85.953 88.380 87.275 Umur 13 – 15 Tahun 34.187 41.553 35.841 36.806 Umur 16 – 18 Tahun 18.295 19.248 20.659 22.072 Sumber : Kendal Dalam Angka 2009, BPS Kendal 2010 46 Dinas Kependudukan dan Pencapil Kab. Kendal, 2010 55
  • 56. Data mengenai banyaknya sekolah dan siswa di Kabupaten Kendal dapat diinformasikan melalui tabel berikut :47 Sekolah Jumlah Sekolah Jumlah Siswa Negeri Swasta Negeri Swasta Sekolah Dasar 558 14 90.197 2.178 Madrasah Ibtidaiyah 11 81 2.576 10.174 Sekolah Menengah Pertama 49 41 25.954 10.749 Madrasah Tsanawiyah 23 19 7.784 4.966 Sumber : Dinas Pendidikan Pemuda Dan Olah Raga Kabupaten Kendal, 2010 Jumlah murid dan guru selama kurun waktu 2005–2010 menunjukkan kecenderungan meningkat. Rasio guru terhadap murid untuk jenjang SD/MI cenderung menurun, yaitu satu guru membina 18 siswa. Sedangkan untuk jenjang SMP/MTs cenderung tetap dimana satu guru dapat membina 16 murid. Nilai APK untuk SD/MI pada tahun 2010 mencapai 103,09 sedangkan APK SMP/MTs 93,53. Nilai APK pendidikan dasar di Kabupaten Kendal mengalami peningkatan pada tahun 2007 mencapai nilai di atas 100 namun kemudian mengalami penurunan. Begitu pula dengan nilai APM SD/MI dan SMP/MTs yang fluktuatif. Hal ini perlu mendapatkan perhatian pada program SKPD Dikpora pada tahun 2012.48 47 Sumber : Dinas Pendidikan Pemuda Dan Olah Raga Kabupaten Kendal, 2010 48 Sumber: Disdikpora Kab. Kendal 2010 56
  • 57. B. Kebijakan Pemerintah Daerah Di Bidang Pendanaan Pendidikan di Kabupaten Kendal Kebijakan pemerintah daerah di bidang pendidikan di cantumkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Kendal Nomor 5 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Kendal Tahun 2010- 2015, Rencana Strategis, Program Dan Visi Misi Kabupaten Kendal maupun dalam Peraturan Dinas Pendidikan Pemuda Dan Olah Raga, sedangkan pendanaan di atur dalam Peraturan Bupati Kendal Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kabupaten Kendal Tahun Anggaran 2012. 1. Meningkatkan akses, mutu dan kesesuaian pendidikan Salah satu bantuan keuangan dari pusat adalah Dana Alokasi Khusus sektor pendidikan yang ditujukan untuk perluasan dan pemerataan akses pendidikan yang bermutu dengan penyediaan dan peningkatan sarana dan prasarana pendidikan. Pada tahun 2009 jumlah sekolah yang direnovasi dan yang dibangun sebanyak 306 sekolah, 697 ruang Sekolah Dasar di 20 kecamatan se-Kabupaten Kendal. Meningkatkan prasarana dan sarana pendidikan dasar dan menengah, pemerataan pendidikan, kelayakan dan sertifikasi tenaga pendidik dan kependidikan dan meningkatkan relevansi pendidikan dengan kebutuhan dunia kerja. Sasaran : a. Tersedianya prasarana dan sarana pendidikan yang memadai b. Meningkatnya APM yang tinggi pada semua jenjang pendidikan 57
  • 58. c. Meningkatnya kelayakan dan sertifikasi tenaga pendidik dan kependidikan d. Meningkatkan akses, pemeratan dan mutu serta relevansi pendidikan e. Meningkatnya rasio guru dan murid f. Meningkatnya kesesuaian kurikulum dan kebutuhan dunia kerja g. Meningkatnya nilai-nilai budaya dan kearifan lokal h. Menciptakan kesempatan kerja seluas – luasnya bagi pengangguran / pencari kerja. i. Meningkatnya tingkat kesejahteraan tenaga kerja j. Meningkatnya kompetisi berbagai jenis olah raga Selain itu Pemerintah Daerah Kabupaten Kendal telah melakukan upaya kearah tersebut dengan berbagai strategi dan program sebagai berikut : 49 1. Strategi a. Memberi kesempatan seluas-luasnya untuk memperoleh pendidikan b. Peningkatan Kualitas Guru c. Peninglkatan sarana dan prasarana pendidikan melalui Pola Block Grant, bukan proyek d. Mekanisme Bantuan Sarana Pendidikan yang baik e. Pengelolaan pendidikan dilakukan secara efisien dan tepat guna 2. Program a. Bebas biaya sekolah untuk sekolah negeri 49 Dinas Pendidikan Kabupaten Kendal, 2010 58
  • 59. b. Pemberian beasiswa untuk semua siswa c. Pemberian buku paket bagi siswa d. Pengadaan seragam murah e. Bea siswa bagi yang tidak mampu f. Penyegaran bagi guru g. Insenstif bagi guru. Ketersediaan sarana pendidikan berupa sekolah pada semua tingkatan (baik pendidikan umum maupun keagamaan) dalam 6 (enam) tahun terakhir walaupun tidak banyak mengalami perubahan tapi tetap diupayakan adanya peningkatan, baik secara kuantitas maupun kualitas. Hal tersebut dilaksanakan antara lain dengan menyelenggarakan kejar paket A (setara SD), kejar paket B (setara SMP), dan kejar paket C (setara SMA) yang merupakan program pendidikan non formal. Kegiatan itu bertujuan untuk perluasan dan pemerataan kesempatan belajar memperoleh pendidikan dasar dan pendidikan yang lebih tinggi. Pada tahun ajaran 2008/2009, kejar paket A setara SD berhasil meluluskan 147 warga belajar dari jumlah peserta sebanyak 160 kelas V dan 20 orang kelas VI yang tersebar di 14 PKB se Kabupaten Kendal. Untuk kejar paket B setara SMP PNF meluluskan 300 warga belajar dan kejar paket B setara SMP SKB meluluskan 100 warga belajar. Sementara untuk kejar paket C setara SMA PLS, jumlah peserta yang lulus sebanyak 637 warga belajar termasuk dari pendidikan formal SMA. Peningkatan kualitas sekolah juga diupayakan dengan berbagai lomba, antara lain lomba perpustakaan, lomba 59
  • 60. laboratorium IPA dan KIR, lomba pengelola BK, lomba kompetensidan kretifitas siswa SD, lomba gugus TK dan SD, lomba mapel SMA, lomba LKS SMK, dan lomba debat bahasa inggris SMA. Diharapkan dengan adanya kompetisi semacam itu dapat menumbuhkembangkan minat bakat siswa baik dalam mata pelajaran maupun dalam kegiatan ekstrakurikuler.50 2. Penyaluran Pemberian bantuan dana BOS dan Rencana Program dan Kegiatan Prioritas Daerah Dalam Anggaran Pendanaan di Bidang Pendidikan BOS adalah program pemerintah untuk penyediaan pendanaan biaya nonpersonalia bagi satuan pendidikan dasar sebagai pelaksana program wajib belajar. Kabupaten Kendal memperoleh kucuran dana BOS 2011 sebesar Rp. 57.345.578.000. Ada 900 sekolah sebagai pihak penerima dana BOS terdiri dari SD / MI dan SMP / MTs di Kabupaten Kendal dengan rincian untuk sekolah SD / MI menerima dana sebesar Rp. 36.152.408.000,- dan sekolah SMP / MTs menerima dana sebesar Rp. 21.193.170.000,-51 Besaran alokasi bantuan per siswa adalah sebagai berikut : Siswa SD/MI menerima bantuan sebesar Rp. 397.000 dari pemerintah Pusat ditambah Rp. 30.000 dari Pemerintah Propinsi. Sedangkan siswa SMP/MTs 50 Hasil wawancara dengan Ka. Bidang Pendidikan Menengah, Drs. Sri Bagus Darmoyo pada tanggal 27 Maret 2012 51 Dinpora Kabupaten Kendal 60
  • 61. Menerima bantuan sebesar Rp. 570.000 dari Pemerintah Pusat ditambah Rp. 50.000 dari Pemerintah Propinsi.52 Tujuan program BOS adalah a) menggratiskan seluruh siswa miskin di tingkat pendidikan dasar dari beban biaya operasional sekolah, baik di sekolah negeri maupun sekolah swasta. b) menggratiskan seluruh siswa SD negeri dan SMP negeri terhadap biaya operasional sekolah, kecuali pada Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) dan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI). c) meringankan beban biaya opersional sekolah bagi siswa di sekolah swasta. Hal tersebut menggambarkan bahwa program BOS bermanfaat pada penuntasan wajib belajar 9 tahun, yakni sekolah dasar dan sekolah menengah pertama negeri maupun swasta. Sekolah program kejar Paket A dan B serta SMP terbuka tidak termasuk dalam sasaran dari PKPS-BBM (Program Kompensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak) bidang pendidikan, karena hampir semua komponen dari ketiga program tersebut dibiayai oleh pemerintah. Madrasah Diniyah juga tidak berhak memperoleh BOS, karena siswanya telah terdaftar di sekolah reguler yang telah menerima BOS. Penyaluran dana dilakukan setiap periode 3 bulanan, yaitu periode Januari - Maret, April - Juni, Juli - September dan Oktober - Desember. Penyaluran diharapkan dilakukan di bulan pertama setiap triwulan. 52 Hasil wawancara dengan Ka. Bidang Pendidikan Dasar, Suciptono, S.pd pada tanggal 27 Maret 2012 61
  • 62. Dalam menetapkan alokasi dana BOS tiap sekolah perlu dipertimbangkan bahwa dalam satu tahun anggaran terdapat dua periode tahun pelajaran yang berbeda, sehingga perlu acuan sebagai berikut : alokasi dana BOS untuk periode tertentu misalnya Januari - Juli 2009 / 2010 didasarkan pada jumlah siswa tahun 2010, alokasi BOS periode Juli - Desember 2010 didasarkan pada data siswa tahun pelajran 2010 / 2011 (sekolah diharapkan mengirimkan jumlah data siswa kepada Tim Manajemen BOS Kab / Kota setelah pendaftaran siswa baru tahun 2011 selesai). untuk penyaluran dananya dilakukan secara langsung dari lembaga penyalur yang diberikan kewenangan oleh pemerintah ke rekening sekolah. Oleh karena itu, sekolah penerima BOS harus memiliki rekening sekolah atas nama lembaga yang harus di tandatangani oleh kepala sekolah dan bendahara BOS. Cara tersebut di anggap efektif dalam mekanisme penyaluran dana BOS ke sekolah - sekolah yang dituju. Pengambilan dana BOS dapat dilakukan sewaktu - waktu sesuai keperluan sekolah. Pasalnya, dengan dana BOS yang ada seyogyanya telah membantu pemerintah daerah meringankan biaya operasional yang ditanggung sekolah. Hal ini membuktikan bahwa BOS digunakan untuk membantu kegiatan sekolah yang sesuai dengan kebutuhan sekolah untuk penyelenggaraan pendidikan, sehingga sekolah yang telah mampu memenuhi kebutuhannya dapat mengalihkan dana BOS tersebut kepada siswa yang tidak mampu agar pelaksanaan pendidikan gratis terlaksana.53 53 Hasil wawancara dengan Ka. Bidang Pendidikan Dasar, Suciptono, S.pd pada tanggal 27 Maret 2012 62
  • 63. Telah jelas apabila program BOS dapat diartikan sebagai bantuan pendidikan gratis bagi siswa yang berada di jenjang pendidikan SD. Pelaksanaan BOS ini pun masih perlu monitoring dan evaluasi oleh petugas yang ditunjuk dari sekolah sebagai usaha bagi pemerintah dan pemerintah daerah untuk merealisasikan penuntasan pendidikan wajib belajar dasar 9 tahun yang bermutu, agar dapat menciptakan masyarakat yang beradab dan berdaya saing global. Selain dana BOS yang di keluarkan pemerintah pusat guna melancarakan pendidikan wajib belajar 9 tahun, Pemerintah Daerah Kabupaten Kendal juga menganggarkan sejumlah dana yang di tuangkan dalam Rencana Program dan Kegiatan Prioritas Daerah dalam bidang Pendidikan sebesar Rp. 45.553.194.585 yang di bagi atas Program PAUD Rp. 13.516.558.000, Program Pendidikan Dasar Rp. 14.995.806.585, Program Pendidikan Menengah Rp. 4.877.680.000, Program Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Rp. 6.956.750.000, Program Pendidikan Nonformal dan Informal Rp. 525.250.000, Program Peningkatan Peran Serta Kepemudaan Rp. 1.625.150.000, Program Pembinaan dan Pemasyarakatan Olahraga Rp. 1.850.000.000, Program Manajemen Pelayanan Pendidikan Rp. 1.180.000.000, Program Pengembangan Budaya Baca dan Pembinaan Perpustakaan Rp. 66.000.000, Program manajemen Pelayanan Pendidikan Rp. 1.520.520.000.54 54 Peraturan Bupati no 12 Tahun 2011 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Kendal 2012 63
  • 64. 3. Peningkatan mutu, relevansi dan daya saing Berdasarkan PP No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, bahwa dalam rangka peningkatan mutu pendidikan maka pengembangan sekolah dikategorikan dalam tiga kategori. Bagi sekolah yang sudah dalam kategori SSN (Sekolah standar Nasional) dan RSBI ( Rintisan Sekolah bertaraf Internasional), perlu menyusun program dalam rangka mencapai mencapai kategori RSBI dan yang kategori RSBI perlu menyusun program menjadi SBI. Apabila ada pungutan sekolah, maka harus berpedoman pada : 55 a. Semua rencana sudah tercantum dalam RKS/RKAS b. Semua Rencana sudah dijabarkan dalam RAPBS yang disahkan dikpora ,dengan memunculkan sumbangan orang tua tak mampu 20% c. Yakinkan bahwa sumbangan diatas inisiatif orang tua ( Komite ) d. Yakinkan bahwa sumbangan itu tidak memaksa e. Yakinkan bahwa pengelola separuhnya adalah Komite f. Cap /Stempel yang keluar harus stempel komite g. Sampul/Kop surat edaran harus Komite h. Buku-buku bantu keuangan semua berlabel Komite i. Program sekolah ditanda tangani KS,Tim pengembang dan Komite j. Petugas penerima uang adalah petugas komite k. Rekening di Bank atas nama Komite 55 Hasil wawancara dengan Kepala Dinas Pendidikan, Drs. Biyanto pada tanggal 28 Maret 2012 64
  • 65. C. Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah Di Bidang Pendanaan Pendidikan di Kabupaten Kendal Penerapan pendanaan dalam sektor pendidikan diatur pada Peraturan Bupati Kendal Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah ( R K P D ) Kabupaten Kendal Tahun 2012, dalam Rencana Program dan Kegiatan Prioritas Daerah di dalamnya di cantumkan besaranya anggaran untuk sektor pendidikan Rp. 45.553.194.585 yang di bagi atas Program PAUD Rp. 13.516.558.000, Program Pendidikan Dasar Rp. 14.995.806.585, Program Pendidikan Menengah Rp. 4.877.680.000, Program Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Rp. 6.956.750.000, Program Pendidikan Nonformal dan Informal Rp. 525.250.000, Program Peningkatan Peran Serta Kepemudaan Rp. 1.625.150.000, Program Pembinaan dan Pemasyarakatan Olahraga Rp. 1.850.000.000, Program Manajemen Pelayanan Pendidikan Rp. 1.180.000.000, Program Pengembangan Budaya Baca dan Pembinaan Perpustakaan Rp. 66.000.000, Program manajemen Pelayanan Pendidikan Rp. 1.520.520.000. D. Hambatan Yang Dihadapi Dalam Bidang Pendanaan Pendidikan Di Kabupaten Kendal Hambatan yang di hadapi dalam penganggaran pendanaan pendidikan di kabupaten Kendal adalah penetapan APBD yang molor, hal itu mengakibatkan tertundanya pencairan anggaran untuk sekolah sekolah, salah satunya adalah tertundanya pencairan dana BOS ke sekolah - sekolah pada tahap triwulan pertama 65
  • 66. pencairan dana, pada triwulan kedua keterlambatan pencairan disebabkan belum masuknya semua laporan pertanggung jawaban keuangan pihak sekolah ke Dinas Pendidikan sehingga DPPKAD tidak berani mencairkan dana sebelum ada permohonanan pencairan dari DIKPORA. Akibatnya banyak pihak sekolah swasta kalang kabut mencari pinjaman untuk membayar gaji Guru honorer ke pihak lain. Karena memerlukan dana yang mendesak pihak sekolah banyak yang meminjam ke pihak ketiga yang mensyaratkan bunga pinjaman atas uang yang dipinjam. Padahal alokasi dana BOS tidak boleh digunakan untuk keperluan membayar bunga pinjaman. Dalam pengawasan terhadap pengalokasian dana di sektor pendidikan, kinerja dalam pengawasan tersebut masih belum maksimal, hal itu dikarenakan faktor geografis kondisi alam di Kabupaten Kendal antara perkotaan dan pedesaan yang akses jalan menuju sekolah masih sulit.56 E. Upaya Yang Dilakukan Untuk Mengurangi Hambatan Di Bidang Pendanaan Pendidikan Di Kabupaten Kendal Upaya yang dilakukan agar pungutan sekolah tidak membebani orang tua murid adalah pungutan itu diperbolehkan asal pungutan tersebut berdasarkan musyawarah yang dilakukan setelah siswa masuk, hal itu ditegaskan bahwa apabila ada pungutan sekolah harus berpedoman pada Peraturan Dinas Pendidikan Pemuda Dan Olah Raga yang diantaranya :57 56 Hasil wawancara dengan Kepala Dinas Pendidikan, Drs. Biyanto pada tanggal 28 Maret 2012 57 Hasil wawancara dengan Plt Ka Dinas Dwianto,S.Pd,M.Si pada tanggal 10 oktober 2012 66