SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 65
Downloaden Sie, um offline zu lesen
1
imDAFTAR ISTILAH
Al-Qur’an adalah Kitab Suci yang semua isinya terdiri dari Firman Allah
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk jadi petunjuk bagi seluruh
manusia dalam kehidupan di semua zaman mencakup semua pokok persoalan.
Tetapi kesadaran manusia tentang sesuatu datangnya bertahap setingkat demi
setingkat sesuai dengan ketentuan dan pembukaan yang diberikan Allah, maka
pengertian manusia dalam menanggapi istilah-istilah informative dalam Al-Quran
senantiasa berobah dan meningkat dalam sejarah kehidupannya dari suatu ke
lain zaman.
Keadaan demikian menimbulkan adanya terjemahan yang berbeda tentang
beberapa istilah sesuai dengan peningkatan kesadaran yang berlaku pada mana
yang haq melenyapkan yang batil. Berlakulah pembentukan oleh yang logis
terhadap yang keliru. Semuanya akan berakhir dengan kenyataan bahwa pada
suatu waktu nanti setiap ketentuan hukum science yang terkandung dalam Al-Quran
sama diakui dan dipatuhi para ilmuwan yang berjuang mencapai kemakmuran hidup
dunia dan akhirat.
Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa Al-Quran diturunkan Allah
berbahasa arab, namun kalau diteliti dengan seksama akan ternyatalah bahwa
dalam banyak hal Al-Quran telah memperkaya bahasa arab dengan beberapa istilah
yang sesungguhnya ilmiah, baik oleh bangsa arab sendiri maupun oleh bangsa lain,
barulah disadari pengeriannya berbilang abad kemudian.
Maka dibawah ini sengaja disusunkan beberapa istilah Al-Quran yang
terjemahannya pada awal abad 15 Hijriah mengalami peruabahan menurut yang
haq. Semuanya didasarkan atas hubungan ayat dengan ayat lainnya dalam Al-
Quran, sangkut paut antara sesamanya, sebagai bahan-bahan informative yang
menentukan peradaban manusia, bukan sebaliknya, yaitu bukan Al-Quran mengikuti
perkembangan.
Namun yang disampaikan dibawah ini hanyalah sebagian istilah saja, antara
lain sebagai berikut :
ABAABIIL : Meteor atau meteorites, tertulis pada ayat 105/3, sebagai
benda melayang di angkasa, berasal dari pecahan planet
karena pembesaran radiasi surya pada 2.000 tahun ciptaan
pertama dulunya. Sampai kini benda itu masih ada yang
2
melayang, juga yang menyebabkan permukaan Bulan
menjadi bopeng. Hubungan ayat 33/7 dan 41/12.
ABAARIIQ : Benda-benda mengkilap, pada ayat 56/68, sehubungan
dengan BARQU berarti KILAT pada ayat 2/19 dll.
IBNUS SABIL : Pejuang yaitu pejuang pada garis hukum Allah. Lihat SABIIL.
ARDHU : Bumi-bumi atau bumi, jamak atau mufrad. Yang termuat 39/
67 dll. Adalah jamak sebagai realisasi dari pada ayat 13/3 dan
wujudnya sama dengan planet-planet pada ayat 65/12.
ASBAAB : Kausalita jamak dari SABABU pada 18/84. Maka yang
tercantum pada ayat 38/10 bukan berarti jalan tetapi lebih
tepat “kausalita”, jalinan sebab dan akibat.
ASLAMA : Masuk Islam, 2/112,3/83 dll. Sehubungan dengan “salam”
keselamatan dan “sallama”, menyelamatkan pada 8/43.
Masuk Islam berarti menyelamatkan diri di dunia dan di
akhirat nanti pada Allah, caranya ialah mematuhi hukum yang
diturunkan ALLAH.
A’JAMIYU : Bahasa asing, 16/103,44/44.”a’jamiin”, bangsa asing, 26/198.
Yaitu lain dari arab yang dengan bahasanya Al-Quran
diturunkan
AF-IDAH : Mental 6/110, 14/37 dll. Ufradnya “fuaaad” pada 11/120,17/36
dll. Jadi AF-IDAh bukanlah berarti hati, karena untuk istilah ini
Al-Quran memakai “qalh” atau “quluub”. Diri manusia
tersusun dari roh, mental, moral, fisik, dan aktifitas. Bilamana
salah satu dari yang lima itu lenyap maka dia berhenti jadi
manusia. Sedangkan hati tergolong pada bagian fisik.
UFUQ : Planet, 53/7,81/23, jamaknya “aafaaq” pada 41/53.
Sebenarnya istilah itu berarti batas penglihatan ke angkasa
dimana termasuk bintang-bintang dan bulan-bulan dan dan
sebagainya. Tetapi pada ketiga ayat suci itu tercantum
keadaan Nabi dan aktifitas manusia lain, praktislah yang
dimaksud dengan UFUQ adalah planet selaku tempat yang
wajar untuk manusia.
IMLAAQ : Beranak banyak, 6/151,17/31 atau calon anak-anak yang
akan dilahirkan. Hal ini sehubungan dengan”Mulaaq” pada
2/46,2/223,11/29,62/8,69/20,84/6 dan “mulqiyaat” pada 77/3.
3
Jadi orang dilarang membunuh calok anaknya atau
spermanya dalam hubungan suami istri karena takut beranak
banyak yang nanti akan berwujud atau dating selaku anggota
keluarga. Jadi “imlaaq” bukanlah berarti kemiskinan.
AMBIYAA : Perkabaran 2/91,3/112,3/181,4/155,5/20, jamak dari “naba-u”.
jadi “ambiyaa” bukanlah berarti Nabi-Nabi karena tiada Nabi
yang dibunuh orang kafir sesuai dengan maksud ayat
6/82,40/50 dan 58/21, tetapi memang ada orang kafir yang
membunuh perkabaran seperti yang dinyatakan pada ayat
2/159,2/140,4/42,5/99.
Sebagaimana juga istilah “AINU” mempunyai dua arti
dan jamaknya ialah “UYUUN dan A’YUNU begitu pula
NABAU mempunyai dua arti. Yang pertama berarti
“perkabaran “seperti pada ayat 6/34,7/175 dll. Jamaknya ialah
“ANBIYAA”. Yang kedua NABAU berarti “kenyataan
kabar”seperti pada ayat 38/67, 38/88, 78/2, jamaknya ialah
ANBAA-U tercantum pada ayat 26/6, 28/66, 6/5 dll.
Ingatlah bahwa dalam Al-Quran tiada istilah yang
jamaknya dua macam dengan arti sama. Demikianlah NABIYI
jamaknya ialah NABIYYUN, bukan ANBIYAA
ANHAAR : Sungai-sungai 2/74,17/91,43/51,47/15 ditandai dengan
FIIHAA atau PADANYA, jamaknya dari NAHAR pada ayat
2/249,18/3,dan 54/54.
ANHAAR : Siang-siang 4/57,5/12,9/100 dll. Ditandai dengan MIN
TAHTIHAA atau DARI BAWAHNYA yaitu, bahwa di surga
nanti orang tidak akan melihat surya dinyatakan pada 76/13,
karenanya penduduk surge tidak mengalami waktu siang hari
seperti keadaan di Bumi ini pada daerah ekuator. Kehiduapan
di surge nanti akan bersamaan dengan keadaan penduduk
kutub sebelum topan di zaman Nuah waktu mana tidak
berlaku pergantian musim. Ketika itu orang tak pernah melihat
surya maka dikatakan siang-siang bergerak dibawahnya.
Namun kehidupan di Surga nanti tentulah sangat sempurna.
Tentang ini hendaklah dipahami maksud ayat 3/96,71/14,jo.
29/20, 21/104 dan 21/105.
4
INFAAL : Rampasan perang 8/1, bukanlah istilah itu berarti “rampasan
perang” atau “the spoil”
Dalam Islam tidak ada yang dinamakan dengan
rampasan perang, baik yang berlaku dalam sejarah maupun
yang tercantum dalam Al-Quran. Orang boleh meninjau
kembali sejarah perkembangan islam yang berlaku semenjak
zaman Nabi Muhammad, Umar Bin Ghattab, sampai
sekarang, bahwa tidak pernah berlaku ada rampasan perang
dalam islam.
Janganlah dalam islam, bahkan dalam martabat
manusia lainnya juga tidak berlaku adanya rampasan perang
dewasa ini, dan ingatlah hukum Al-Quran berlaku untuk
seluruh zaman di segala tempat. Karenannya istilah ANFAAL
kalau diartikan dengan “rampasan perang” maka hal itu
berarti mencemarkan hukum islam, tetapi benarlah
berlakunya “rampasan perang” sebagaimana juga berlaku
dalam hubungan internasional bagi suatu Negara yang
dikalahkan.
Cobalah perhatikan kembali susunan kalimat dalam
ayat 8/1, disana ternyata adanya orang bertanya tentang
ANFAAL, maka Allah menjelaskan bahwa ANFAAL itu untuk-
Nya dan untuk Rasul-Nya, penjelasan pembagiannya
dinyatakan pada ayat 8/41, seterusnya pada ayat 8/68 dan
8/69 terdapat ancaman bagi orang-orang yang tidak
memakan yang halal lagi baik dari apa yang diperolehnya.
Dengan itu, jelaslah bawha ANFAAL berarti “rampasan
perang” yang diterima oleh Rasul atau oleh pimpinan Negara
islam dari musuh yang dikalahkan, bukan “rampasan perang”
yang didapat oleh prajurit-prajurit atau tentara islam.
Dalam ayat 8/1 disebut ANFAAL (rampasan perang)
sehubungan dengan JIZYAH (UPETI) pada ayat 9/29. Baik
ANFFAL maupun JIZYAH diberikan oleh pihak yang kalah
perang kepada yang menang melalui prosedur tertentu,
5
bukanlah yang dimaksudkan itu rampasan perang oleh
prajurit secara liar tanpa hukum.
AAYAH : Pertanda, jamaknya AAYAAT. Malam dan siang dinyatakan
jadi dua pertanda, 17/12, keberangkatan Isa Almasih dengan
ibunya dari bumi ini dinyatakan selaku pertanda pada ayat
23/50, dan pada penciptaan. Orang boleh menuliskan
terjemahan Al-Quran dengan memakai istilah AYAT dengan
arti mengindonesiakan istilah ityu secara umum. Tetapi
AAYAH atau AAYAAT dalam Al-Quran bukanlah berarti
paragraph atau ayat dalam peraturan Negara. Karenanya
AAYAH yang dihapuskan atau yang dijadikan lupa pada
2/106 bukanlah ayat atau paragraph dalam surat Al-Quran
tetapi PERTANDA kebesaran Allah atau perkembangan
kesadaran manusia dalam sejarahnya, bahwa kalau dulu
misalnya orang memakai lampu minyak tanah, maka kini
orang memakai lampu listrik dan nanti berbentuk lampu atom,
namun sewaktu-waktu orang akan memakai lampu minyak
tanah juga sesuai dengan kebutuhan. Jadi tidaklah ketentuan
Allah dalam Al-Quran dihapuskan atau dimusnakan dengan
ketentuan lain sebagaimana pernah diperkirakan selama ini.
Allah mengetahui tiap sesuatu dan menentukannya pada
mana DIA tidak pernah mengadakan perubahan.
AIMAAN : Tatahukum, 4/3, 4/36, 5/89, 6/109, 9/12, 16/38, dll, yaitu
ketentuan hukum yang berlaku dalam islam disebut
AIMAAN, begitu pula ketentuan hukum yang berlaku dalam
keluarga karena terikat oleh pernikahan. Oleh sebab itu MA
MALAKAT AIMAANUKUM berarti apa atau siapa yang dimiliki
tatahukummu karena terikat oleh perkawinan. Dalam hal ini
termasuk mertua, ipar, anak tiri, saudara tiri, ibu tiri, ibu
kandung, bapak tiri, bapak kandung, isteri, suami, anak
kandung, menantu dan cucu. Jadi AIMAAN bukanlah bearti
budak, hamba, tawanan, janji, sumpah dan sebagainya.
Mufradnya ialah YAMIIN, 33/52, 37/28, 39/67 dll.
6
BAHIIRAH : Yang luas ilmu, 5/103, sehubungan dengan BAHRU berarti
lautan, atau laut luas, 5/96.
BURUUJ : Bimasakti atau Galaxy sebagai istilah popular pada abad 14
hijriah. Dulu disebut gugusan bintang.
BAARAKA : menjaga atau memberkahi, 17/1,21/71, 21/81 dll. Maka
BARAKAT adalah penjagaan atau berkah, 7/96,1148 dll.
Muhammad dijaga dengan Mar’a atau neutrine yang
mengitarinya sewaktu mi;raj hingga dia tidak kehabisan udara
untuk bernafas di angkasa bebas. Bumi diberi berkah
dengan mar’a atau neutrine yang mengapung tinggi hingga
terbentuklah lapisan ionosfir yang semakin tebal
mengakibatkan bumi ini semakin sejuk.
BISAATHA : Dalam keadaan terulur, 71/19, sehubungan dengan
BASATHA bearti mengulurkan, 5/28,60/2, maka bumi terulur
kearah utara dan kearah selatan dari garis ekliptik dalam
orbitnya keliling surya, karenanya terwujudlah pergantian
musim sesudah topan di zaman Nuah lihat FIJJAAJA.
Bukanlah bumi berstatus miring terhadap surya sebagaimana
anggapan orang semenjak abad 12 Hijriah. Hal ini dapat
dibuktikan dengan rupa planet saturnus yang selalu berubah
sepanjang zaman, begitupun jejeran daerah surya penuh.
Daerah ini selalu memperlihatkan garis lengkung sebagai
pertanda bahwa bumi senantiasa bergerak keuatara atau
keselatan dalam orbitnya. BISAATHA sehubungan
MABSUUTHAH pada ayat 5/64.
BA’UUDAH : Horizon yaitu garis pemisah antara permukaan bumi dan kaki
angkasa dipandang dari suatu daerah, termuat pada ayat
2/26, sehubungan dengan istilah BA’DHU berarti setengah.
Jelasnya BA’UUDAH ialah garis penengah bagi penglihatan
antara bumi dan angkasa luas.
TURAAB : Sari Tanah, 3/59, 22/5, yaitu zat makanan yang dimakan
manusia. Demikian dikatakan bahwa Adam dan Isa Almasih
diciptakan dari Turaab walaupun secara terang diketahui
bahwa Almasih itu dilahirkan Maryam, ibunya begitu pula
7
setiap manusia diciptakan dari Turaab yaitu dari sari tanah
melalui makanan.
TAQWAA : Keinsyafan, 47/17, 49/3, 58/9, maka ITTAQA berarti
menginsyafi, 2/183, 24/52, 73/17, dan Muttaquun berarti
orang-orang yang insyaf, 2/177, 39/33, dll. Itulah sebabnya
Allah memerintahkan manusia agar berpuasa pada siang hari
bulan Ramadhan semoga menginsyafi keadaan diri betapa
lemahnya tanpa kurnia dari Allah, bukan agar jadi takut
sebagaimana pendapat orang-orang selama ini. Itu pula
sebabnya dianjurkan saling berisik dengan kebaikan dan
keinsyafan dan agar insyaf pada Allah yang kepadanya setiap
diri harus kembali.
TALIYA : Menganalisa atau menganalisakan, 3/58, 8/2, 10/6, 11/17,
18/27, 19/58, 26/69, 27/92, 29/45, 33/34, 45/6, maka
TILIYAH berarti penganalisaan, 2/121. Orang yang
menaganalisa kitab dengan penganalisaan logis, itulah yang
akan beriman kepadanya. Karenannya istilah itu tak mungkin
diartikan “membaca” sebab banyak sekali orang yang
membaca Al-Quran secara benar tetapi menganalisa Al-
Quran bukan hanya membacanya. Itulah sebabnya Allah
menyuruh orang membaca Al-Quran yang mudah-mudah
saja, 73/20. Untuk pembacaan Al-Quran dengan senandung
yang baik hendaklah orang memakai istilah Qiraa-atul Quran
bukan Tilaawatul Quran.
TANNUUR : Daerah tatasurya, 11/40, 23/27, bukanlah berarti kompor,
keran air, atau tanur. Hal ini sehubungan dengan topan besar
yang berlaku di zaman Nuah yang memenuhi permukaan
setiap planet dalam tatasurya ini,ditandai pada ayat 53/16 dan
53/54. Topan besar itu ditimbulkan oleh menghampirnya
suatu rombongan comet hingga surya terpaksa keluar dari
posisinya semula diikuti oleh semua planet yang mengorbit
sembari merubah arah rotasi di sumbu masing-masing, maka
melambunglah air laut ke udara tinggi memusnahkan semua
yang hidup bernafas dengan udara kecuali yang
8
diselamatkan Allah dalam kapal. LIHAT BISAATHA,
FIJJAAJAA, dan SHUUR.
TIIN : Rotasi atau putaran bumi di sumbunya, 95/1. Hal ini
sehubungan denagan MATIIN berarti yang memutar, pada
7/183,51/58, dan 68/45. Bukanlah TIIN berarti pohon yang
dengannya Allah bersumpah. Biasanya Allah bersumpah
dengan wujud besar seperti dengan bintang, surya, bulan,
malam dan siang, begitu pula DIA bersumpah dengan rotasi.
TSARAA : Daerah orbit, 20/6. Hal ini sehubungan dengan istilah
ATSARU berarti bekas pada 20/84, 20/86, dan 48/29. Yang
berada dibawah daerah orbit bumi ialah planet venus.
Mercury, dan surya sebagai pusat orbit.
TSULLATUN : Sepertiga, 56/13, 56/39. Bahwa diantara orang-orang dahulu
kala yaitu sebelum topan di zaman Nuah ada sepertiga yang
dinamakan SABIQUUN dan sepertiga yang dinamakan ASH-
HGABUL YAMIIN. Kedua golongan ini dinyatakan Allah akan
masuk surga di akhirat nanti, jadi yang sepertiga lagi tentulah
akan masuk neraka. Teranglah istilah TSULLATUN adalah
bilangan tertentu atau definite Numeral Adjective, dan tak
mungkin diartikan BANYAK karena yang dimaksud dengan
“banyak” biasanya lebih dari sepertiga, maka jika istilah itu
diartikan dengan “banyak” akan terdapatlah kekeliruan dalam
perhitungan.
TSAANIYU : Yang mengelakkan diri, 9/40, 22/9, sehubungan dengan
istilah TSANAA berarti mengelak. Maka TSAANIYAS NAINI
berarti dua orang yang mengelakkan diri atau yang
menyingkir dari mekkah.
JAALA : Menjadikan yaitu menjadikan sesuatu berfungsi. Istilah ini
banyak sekali terdapat dalam Al-Quran. Berada artinya dariu
KHALAQA yang bermakna menciptakan dari tidak dan
kepada ada. Ayat 22/5 menyatakan bahwa Allah
MENCIPTAKAN manusia dari turaab, kemudian pada ayat
10/14 menyatakan Allah MENJADIKAN manusia itu selaku
khalifah.
9
JUNUBU : Perjalanan, 4/36, 4/43, 5/6, 28/11. Ayat terakhir ini
menjelaskan arti istilah itu menurut sebenarnya. Bukanlah
JUNUBU berarti DALAM KEADAAN TIDAK BERSIH
sesudah intercourse suami isteri, karena untuk ini Al-Quran
memakai istilah LAAMASTUMUN NISAA.
JANNAH : Kebun, tetapi untuk di akhirat nanti diartikan dengan SORGA
yang sebenarnya kebun juga tetapi lebih sempurna. Sebagai
wujud kongkrit, maka JANNAH di akhirat itu juga adalah
dipermukaan planet. Hal ini disebutkan oleh ayat 3/133,
11/108 dan oleh maksud ayat 21/105, 29/20.
HIJAJ : Waktu-waktu Hajji, 28/27, sebagai jamak dari HAJJU pada
2/196, 9/3, dan 22/27. Hal itu menjelaskan bahwa ibadah Hajji
ke mekkah berlaku juga di zaman Nabi Musa semenjak
zaman Nabi Ibrahim sampai sekarang ini.
HAJARU : Yang berupa batu, yaitu Bani Israil yang berwatak keras,
2/60, 7/160, dibuktikan oleh ayat 2/74. Jadi yang
dikomandokan Nabi Musa adalah bani Irsail yang berwatak
keras berupa batu, bukanlah dia memukul BATU hingga
terpancar dari padanya 12 mata air, tetapi Bani Israil yang 12
suku itulah yang kemudiannya menjadi sumber pendapat
baru dalam sejarah manusia. Istilah Al-Quran yang berarti
BATU ialah HIJAARAH termuat pada 2/24,28/32,
11/82,15/74, 17/50, 51/33, 66/6, dan 105/4.
HARTSU : Ladang, 2/71,3/14,3/117,6/136,21/78,42/20, 68/22. Tetapi
HARTSU pada ayat 2/205 berarti ISTERI adalah rahim isteri
yang berfungsi menghamilkan. Hal ini dibuktikan oleh ayat
2/223 bahwa isteri itu adalah ladang yang akan menumbukan
atau yang akan melahirkan bayi. Maka orang mengrusak
fungsi rahim isteri untuk tidak menghamilkan adalah
perbuatan sangat terlarang dan diancam dengan neraka
pada ayat 2/206. Kesimpulannya ialah orang tidak boleh
melakukan pencegahan kehamilan dalam bentuk apapun.
Lihat NASLU.
HURUM : Berlakunya Larangan, 5/1, 5/95, 9/5, 9/36. Maka ARBA’
ATUN HURUM ialah empat bulan yang padanya berlaku
10
larangan berburu di daratan. Bulan itu ialah Muharram, Rajab,
Zulkaedah dan Zulhijah. Pada keempat bulan itu orang
diizinkan menangkap ikan di lautan, tetapi dilarang berburu
binatang di daratan bumi dimana saja, bukan di Saudi Arabia
saja.
HASBU : Tujuan, atau kesimpulan perhitungan, termuat pada 2/206,
3/17, 5/104, 8/62, 8/64, 9/56, 9/68, 9/129, 39/38, 65/3,
sehubungan dengan HASIBA berarti menyangka dan
HISAAB berarti perhitungan. Begitupun sehubungan dengan
HUSBAANU berarti dua yang diperhitungkan, HAASIBU dan
HASIIBU berarti perhitung termuat pada 4/6, 4/86, 6/62,
17/14, 21/47, 33/39.
HAQ : Yang logis, boleh diartikan dengan Yang Haq saja. Tetapi
bukanlah HAQ itu berarti BENAR karena untuk istilah ini Al-
Quran memakai SHADAQA,SHIDQU, SHADIQUUN,
SHADIIQ ayat 17/81 menyatakan bahwa bilaman yang HAQ
dating maka yang BATIL jadi lenyap, begitu pula ayat 2/121
menyatakan bahwa orang yang menganalisa kitab secara
HAQ maka itulah yang akan beriman. Jika HAQ dalam kedua
ayat itu diartikan dengan BENAR maka gagallah ketentuan
Allah dimaksud, karena betapa banyak kebenaran telah
datang tetapi yang batil masih berlaku, dan betapa banyak
orang yang membaca kitab Allah dengan benar namun
mereka masih kafir. Jadi istilah Haq harus diartikan yang
logis, bahwa sesudah yang logis datang maka lenyaplah yang
batil, dan yang akan beriman pada kitab Allah ialah orang
yang menganalisanya secara logis, karena memang semua
ketatapan Allah adalah yang HAQ atau yang LOGIS, 3/102,
4/122, 6/73, 6/141, 15/64, 22/62, 24/25, 27/79,30/38, 34/49,
37/37, 40/78, 43/29, 69/51.
HAAQA : jadi logis, 6/10, 11/8, 16/34. HAAQQAH. Yang menjadikan
logis, 69/1, 69/3. HUQQAT. Dijadikan logis, 84/2, 84/5. Dan
HAQIIQUN : hal yang logis, 7/105.
HIKMAH : Science atau Hikmah juga, 2/231, 2/269, 33/34. Istilah
HIKMAH sudah menjadi umum tetapi dalam pengertian yang
11
berbeda, padahal istilah itu berasal dari HAKAMA. Member
hokum, dan HUKMU. Hukum atau law.
HAMI – AH : Pancaran lahar, yaitu yang sampai kini masih berlaku di pulau
Tuomoto, Dangerous Islands, pacific, sebagai kutub selatan
bumi sebelum topan di zaman Nuah, disanalah kutub positif
magnet bumi dulunya, dan mekkah sebagai kutub utara
bermagnet negative yaitu 90 derajat dibalik belahan bumi,
18/86 jo.3/96.
Istilah ini sehubungan dengan HAMAA. Mengapung,
9/35, HAAMU. Yang tinggi derajat, dan HAM-U. Lahar yang
memancar, 15/26, 15/28, dan 15/33. Begitupun sehubungan
dengan HAAMIYAH. Yang bergejolak, 88/4, 101/11, dan
HAMIYYAH, gejala, 48/26.
HAMIIM : Khayalan yaitu khayalan orang-orang kafir dineraka nanti.
Mereka sangat mengharapkan minuman, tetapi yang mereka
dapat hanyalah khayalan, 6/70,10/4. Mereka mengharapkan
adanya penolong, tetapi hanya khayalan, 26/101, dan mereka
hanya berputih mata karena khayalan, 37/67. Tiada yang
mereka khayalan selama ini, 40/18. Mereka hanya diberi
minum dengan air yang mereka khayalkan, 47/15, 55/44.
Begitulah orang-orang kafir di neraka nanti, bahwa mereka
berada dalam tumpukan api dan fikiran mereka penuh
khayalan dan penyesalan, 56/42. YAHMUUM , yang
dihayalkan, 56/43.
KHALLAAQ : Pemberi upaya yaitu Allah sendiri, 15/86, 36/81. Maka
KHALAAQ, Upaya yang diberikan Allah, 2/102, 2/200, 3/77,
9/69. Karenanya KHULUQU berarti peradaban manusia yang
ditentukan Allah, 26/137, 68/4. Semua itu sehubungan
dengan KHALAQA berarti mencipta, KHALQU, ciptaan, dan
KHAALIQ, PENCIPTA, serta MAKHLUUQ, yang diciptakan.
KHALIIL : Pengatur, 4/125, 17/73, 25/28, sehubungan dengan istilah
KHALLA berarti mengatur pada ayat 9/5.
KHILAAL : Perantara, 9/47, 14/31, 17/5, 17/91, 18/33, 24/43, 27/61,
30/48, sehubungan dengan istilah KHULLA berarti sangkut
paut ayat 2/254.
12
DAABBAH : Makhluk berjiwa yaitu yang berjalan atas perut, atas dua kaki
termasuk manusia, dan yang berjalan atas empat kaki, 24/45.
Daabbah demikian Allah pada 42/29, 3/83, dan 55/29.
Persoalan DAABBAH dapat dilihat pada ayat 2/164,6/38,
8/22,11/6, 11/56,16/49,16/61,27/…,29/60, dan jamaknya ialah
DAWWAABBU 8/55, 22/18, 35/28.
DIIN : Agama, yaitu menurut pengertian yang berlaku dalam
masyarakat, tetapi maksud sebenarnya iyalah HUKUM DAN
PENGABDIAN. Jadi setiap masyarakat manusia tentulah
memiliki hukum dan pengabdian terhadapnya, itulah DIIN,
maka DIIN yang hanya diterima Allah ialah Islam saja, 3/19,
3/85; Itulah agama yang logis, 9/29, 9/33, 48/28, 61/9, 9/36,
12/40, 30/30, 30/34, dan itulah agama yang berkelanjutan
dalam sejarah dunia ini sampai ke akhirat nanti, 16/52.
ZAATAS SHUDUUR: Yang mempunyai dada, 3/154, 8/43, 11/5, 31/23,35/38, 39/7,
42/24, 57/6, 64/4, 67/13, yang maksudnya tentulah manusia
yang memiliki pertimbangan. Tetapi bukanlah istilah itu berarti
apa yang didalam dada karena untuk itu Al-Quran memakai
istilah MA FIS SHUDUUH termuat pada 3/29, 7/43,10/57,
22/46, 28/69, 29/10, 29/49, 40/19, 100/10, dan 114/5.
ZALQURBAA : Kerabat yaitu famili yang dekat, termuat ….2/83, 4/36, 5/106,
6/152, 16/90, 30/38, 35/18, 59/7. Yang termasuk golongan
kerabat ialah cucu, keponakan, ipar, mertua, anak tiri, kakek,
dan nenek. Sementara itu Al-Quran juga memakai istilah
AQRABUUN yaitu famili yang lebih dekat ; suami atau isteri,
bapak, ibu, kakak, adik, dan anak kandung. Aqrabuun inilah
yang berhak menerima warisan menurut hukum dalam Al-
Quran. Istilah ini termuat pada ayat 2/180, 2/215, 4/7, 4/33,
4/135, dan 26/214.
ZULQARNAIN : Yang dua golongan, yang dua generasi atau dengan
bertanduk dua, 18/83, 18/86, 18/94. Yang dimaksud dengan
istilah itu ialah manusia yang mulanya berasal dari satu diri
kemudian menjadi bertentangan sesamanya menjadi dua
golongan sebagai dua tanduk yang saling bertentangan.
Bukanlah yang dimaksud dengan istilah itu pada pribadi
13
seseorang, tetapi Allah mencontohkan keadaan manusia
dalam sejarah hidupnya di dunia ini.
RIJAALU : Lelaki, 2/228, 4/1, 4/32, 4/98, 7/46, 7/48, 7/8, 12/109, 16/43,
24/37,27/55, 29/29, 72/6. Mufrudnya ialah RAJULU. Maka
istilah RIJAALAN yang termuat pada ayat 2/239, 16/43,
24/37, 27/27, artinya BERLELAKI bahwa dalam kesendirian
bahaya hendaklah shalat dilakukan dengan berjagaan lelaki
yang mengawal, dan perempuan yang naik Hajji ke mekkah
haruslah dengan lelaki yang mengawal.
Karenanya bukanlah RIJAALAN dalam kedua ayat
suci itu berarti “berjalan kaki” sebab tak tepat, tak cocok,
menurut keadaannya, begitupun tak sesuai dengan
tatabahasa. Mufrad dari KAKI ialah RIJLU, dan jamaknya
ialah ARJULU termuat pada 5/6, 5/33, 5/66, 6/65, 7/124,
7/195, 24/24, 26/49, 29/55, 36/65, 60/12, dan 38/42.
Sementara itu RAJULAINI berarti dua lelaki, termauat
pada 5/23, 18/32, 28/15, dan RIJLAINI berarti dua kaki,
termuat pada 24/45.
RASYADA : Menyadari termuat pada 2/186. Lihatlah SYA’ARA.
Sementara itu RASYADU berarti hal yang menyadarkan,
18/24,72/10,72/14, 72/21; RUSYDU berarti kesadaran,
2/256,4/6, 7/146, 18/66, 21/51; RASTYAAD berarti hal-hal
yang mengandung kesadaran, 40/29, 42/38; RASYIDUUN
berarti orang-orang yang menyadari, 49/71; dan RASYIID
berarti orang sadar, 11/78, 11/78,11/97. Karenannya tidaklah
wajar semua istilah yang berasal sama itu diperbedakan
artinya satu sama lain.
RIQAAB : Penjagaan, 2/177, 9/60,47/4, dalam hal ini termasuk tentara,
polisi, dan badan keamanan dalam masyarakat. Biasanya
orang menterjemahkan istilah itu dengan “budak” padahal
dalam islam tiada yang dinamakan “budak”, bahkan kini
dalam peradaban manusia, padahal hukum dalam Al-Quran
berlaku untuk seluruh zaman.kalau memang istilah itu berarti
‘budak” akan kelirulah orang menterjemahkan ayat 47/4,
hingga dia berbunyi “maka ketika kamu menemui orang-
14
orang kafir maka pukullah budak”. Padahal artinya ialah
“maka ketika kamu menemui orang-orang kafir maka
kuatkanlah penjagaan.
Riqaab berarti penjagaan sehubungan dengan istilah
RAQABA. Menjaga 20/94, dengan istilah RAQIIB, penjaga,
4/1, 5/117, 11/93, 33/52, 50/18, juga sehubungan dengan
istilah RAWABAH. Bujang penjaga sebagai tercantum pada
4/92, 5/89, 58/3, dan 90/13.
Memerdekaan RAQABAH yaitu menjadikan seorang
bujang penjaga atau bujang pembantu sebagai manusia
terhormat bersamaan dengan manusia lainnya yang
merdeka, atau juga menjadikan seorang bujang pembantu
rumah tangga sebagai anggota keluarga sendiri hingga
beradanya dalam rumah itu bukan selaku orang gajian tetapi
sebagai keluarga atau selaku famili yang terhormat.
Peraturan mengenal RIQAAB dan RAQABAH berlaku
untuk semua tempat di seluruh zaman sesudah Al-Quran
diturunkan pada Nabi Muhammad, dan ketentuan hukum
yang diturunkan Allah takkan pernah direbah lagi. Pada abad
14 Hijriah, tiada lagi apa yang dikatakan dengan budak,
karenanya teranglah kedua istilah itu berarti PENJAGAAN
dan BUJANG PENJAGA.
RAWAASIYA : Batang magnet, 13/3, 15/9, 16/15, 21/31, 27/61, 31/10, 41/10,
50/7, 77/27, sehubungan dengan RAASIYAAT berarti yang
berpusat pada 34/13. Dengan rawaasiya ialah bumi berputar
di sumbunya sembari mengerbit keliling surya, dan
Rawaasiya itu juga yang member kekuatan bagi manusia.
Tanpa Rawaasiya maka yang ada ini akan kacau balau,
mencair, mengurai, berpelantingan dan kembali kepada
kekosongan. Setiap atom dan setiap banda angkasa diberi
Allah Rawaasiya dengan ketentuan tersendiri, 54/49,
karenanya tiap sesuatu itu berbeda keadaan dan posisinya.
Lihat MURSAA.
ZABUUR : Kekuatan, 4/1163, 17/55, 21/105, jamaknya ialah ZUBUR
tercantum pada /184, 16/44, 23/53, 26/196, 35/25, 54/43, dan
15
54/52. Zabur bukanlah kitab suci yang diberiakan kepada
Nabi Daud, tetapi kekuatan yang diberikan Allah padanya,
hingga dia sempat melunakkan besi. Dialah yang mulanya
membikin baju besi untuk perang, dan dialah yang
membunuh Jalut dengan kekuatan tangannya, 2/251, 34/10.
Maka ZUBARAL HABIID pada 18/96 adalah kekuatan yang
terkandung dalam besi, yaitu kerasnya begitupun
keadaannya yang para magnet.
ZAKAAH : Kecerdasan, 2/177, 9/13, 19/31, 23/4, 30/39, 58/13, dll.
Memberikan zakaah berarti memberikan kecerdasan yang
dalamnya terkandung harta benda, uang, tenaga, ilmu , dan
kesempatan. Jadi ZAKAAH bukanlah zakat menurut
pengertian umum selama ini, kecerdasan itulah yang harus
dilakukan seperti tercantum pada 23/4, dan berbagai macam
kecerdasan itulah yang dimaksud MIN ZAKATIN pada 30/39.
Juga kecerdasan itu pula yang diberikan Allah pada Nabi
Yahya pada 19/13. Maka istilah ZAKAA berarti jadi cerdas,
24/21
ZAAKKA : Menganggap cerdas, 53/32; ZAKKA, Mencerdaskan, 2/129,
9/103 dll.; ZAKIYU; Yang Cerdas, 18/74,19/19; dan AZKAA;
Lebih Cerdas, 2/232,18/19, 24/28, 24/3. Lihatlah
SHADAQAH.
ZAMHARIIR : Cerena, 76/13, yaitu sinar semerlang keliling bulatan surya.
Keadaannya sama denagan lapisan bunga mawar yang
berkembang, dan karenanya juga istilah itu sehubungan
dengan ZAHRAH tercantum pada 20/131.
ZAWJAINIS NAINI : Berpasang-pasangan, bukan dua pasang, terbukti pada ayat
11/40, 13/3. Maka istilah AZWAAJ pada 2/25, 6/143, 15/88,
20/53, 20/131, 36/36, 38/58, 43/12, 56/7,78/8, semuannya
berarti PASANGAN-PASANGAN. Sementara itu istilah
ZAWJUHU yang tercantum pada ayat 2/102, 21/90 berarti
tercantum pada 2/102, 21/90 berarti ISTERINYA atau HIS
WIFE ditandai oleh “HU”, dan istilah ZAWJUHAA pada 4/1,
7/189, 39/6, dan 58/1 tentulah berarti SUAMINYA atau HER
HUSBAND ditandai oleh “HAA”. Karena itu nyatalah manusia
16
pertama dalam tatasurya kita ialah PEREMPUAN hanyalah
The Bible saja yang menyatakan LELAKI yaitu, dan The Bile
itu pula yang menamakan istri Adam ini dengan Eva atau
Hawa sebagai ibu dari segala yang hidup.
ZAITUUN : Buah berminyak yang sifatnya mengkilap, 6/141, 16/11,
80/29. Tetapi ZAITUUN yang tercantum pada ayat 95/1
berarti ATMOSFIR yang mengkilap. Memang atmosfir setiap
planet tampak mengkilap dari jauh karena memantulkan sinar
surya, demikian pula atmosfer bumi ini. Hal ini akan lebih
nyata jika orang memperhatikan istilah ZAUT dan
ZAITUUNATIN pada ayat 24/35. Dalam ayat suci ini teranglah
bahwa yang dimaksud dengan istilah itu adalah ATMOSFIR
YANG MENGKILAP karena menyangkut dengan planet.
Hampir saja atmosfirnya menyala walaupun tidak disentuh api
dari surya.
Dari ayat 24/35, dapat ditarik berbagai ilmu,
diantarannya ialah bahwa planet yang mengkilap tampak dari
bumi bukanlah berapi tetapi memantulkan sinar surya, dan
sinar itu sendiri bukanlah electron atau atom yang karenanya
berat surya jadi berkurang. Lihatlah MISH BAAH.
SABABU : Kausalita, 18/84, 18/89, 18/92, 22/15. Lihat ASBAAN.
SUBHAANA : Maha suci, 2/116,10/68,16/57, dll. Sebenarnya ialah itu berarti
MAHA DIPATUHI HUKUMNYA, karena asalnyalah
SABBAHA berarti BERGERAK untuk hukumNYA, 2/30, 13/13
dll, tetapi biasannya disebut dengan “tasbih’ dalam
terjemahan. Hal pun sehubungan dengan SABAN; Bergerak,
21/33, 36/40; dengan SABHU; gerakan, 73/7, 79/3, dan
sehubungan dengan SABIHAAT; yang bergerak termuat
pada 79/3.
SABIIL : Garis hukum, 7/146, 17/72, 17/84, 42/41, dll, yaitu peraturan
hidup diantara manusia. Jamaknya ialah SUBULU tercatum
pada ayat 5/16, 6/153, 14/12, 29/69. Sementara itu untuk
kehidupan lebih ditentukan pada 16/69.
Maka SABIILULLAAH bukanlah berarti jalan Allah,
tetapi GARIS HUKUM yang ditentukan ALLAH untuk
17
manusia, 2/154, 4/167, 6/116, 9/50, dll, yang dengan atau
dasar itu orang-orang islam harus berjuang dalam hidupnya
di dunia kini. Perincian dari garis Hukum Allah itu semuanya
telah tecantum dalam Al-Quran pada ayat-ayat suci tertentu,
yang sifatnya keluar terhadap orang-orang kafir ataupun
kedalam antara sesama orang-orang islam.
SUBULU : Garis edaran bumi atau planet-planet lain, 16/15, 20/53,
21/31, 43/10, 71/19. Ayat suci terakhir ini dan ayat suci
sebelumnya menyatakan “Allah” menjadikan untukmu bumi
itu dalam keadaan terulur (ke selatan dan ke utara), agar
kamu tempati dari padanya garis orbit yang zigzag’. Jadi
bukanlah SUBULU dalam ayat suci itu berarti ”jalan” karena
Allah tidak pernah menjadikan “jalan” untuk manusia kecuali
yang dikerjakan oleh manusia sendiri. Istilah itu berbentuk
jamak karena memang bumi ini adalah planet dan diperganda
jadi beberapa bumi, 15/3, 65/12, maka luas daerah orbit
setiap planet itu berbeda sebanding dengan jaraknya dari
surya yang diorbit. Begitupun garis orbit itu sendiri berbentuk
zig zag yang dengannya terjadi pergantian musim, juga
berbentuk oval atau bujur telur karenannya terdapatlah titik
perihelium dan titik aphelium orbit, yaitu titik terdekat dan titik
terjauh dari surga selaku wujud yang dikitari. Orbit oval ini
ditandai dengan SIDRU, untuk jelasnya lihatlah BISATHA,
SIDRU, FIJJAAJA, dan MAHDAA.
SIJJIIL : Radiasi surya, 11/82, 15/74, 105/4, dan jamaknya ialah
SIJILLU, 21/104. Pembesaran radiasi surya berlaku atas
bumi sewaktu planet itu berada dibawah transit planet lain,
karena waktu itu daya magnet surya yang saling bertarikan
dengan planet tersebut terpaksa menjamah bumi hingga
menimbulkan topan magnet dalam atmosfir dan
mengakibatkan adanya gempa, badai, typhoon dsb.
Pada dua ribu tahun ciptaan pertama, pembesaran
radiasi surya demikian sampai meledakan planet yang
mengorbit antara Mars dan Jupiter jadi 30.000 butir dan
18
meteorites. Begitupun menjadikan Mars, Saturnus, Uranus,
Neptunus, dan Pluto lebih kecil daripada mestinya.
Hal ini karena waktu itu planet-planet tersebut masih
empuk belum memadat dan berada dibawah deuble atau
triple transit yang mengorbit diatasnya, terutama Jupiter dan
Muntaha sebagai planet terbesar terpinggir yang tak mungkin
dilihat dengan peneropongan dari bumi. Keterangan ini dapat
difami dari maksud ayat 22/47, 41/10, 41/12, 33/72 dan
YAUMUZ ZULLAH pada ayat 26/189.
Pecahan planet-planet itulah yang kemudian menjadi
meteor yang berjatuhan tampak mengkilap karena terbakar
sewaktu memasuki atmosfir bumi, juga yang menyebabkan
permukaan bulan menjadi bopeng. Pecahan itu juga yang
dikatakan sebagai THIN atau batu-batu meteor pada ayat
51/33, dan sebagai “batu-batu dari SIJJIIIL” atau batu –batu
tersebut pemebsaran radiasi surya pada 11/82. Lihatlah
ZULLAH.
SAKH-KHARA : Wujudkan, 13/2, 16/14, 31/39, dll. Tetapi istilah SAKH-
KHARA’ALA berarti “Tiupkan atas” tercantum pada 69/7;
SAKH-KHARA LI berarti “Edarkan untuk” termuat pada 14/32,
16/12, 31/20, dll.; dan SAKH-KHARA MA’A berarti “Edarkan
bersama” sebagai pada ayat 21/79, 38/18. Jika diperhatikan
maksud ayat 14/32 akan diketahulah bahwa maksudnya
ialah; “Allah yang menciptakan planet-planet dan bumi serta
menurunkan air dari atmosfir lalu DIA keluarkan dengannya
berbagai buah-buahan selaku resiko bagimu, dan DIA
edarkan bagimu benda terapung agar kamu bergerak di
lautan dengan perintahNYA, dan DIA edarkan bagimu siang-
siang. Dan DIA edarkan untukmu surya dan bulan berturut-
turut, dan DIA edarkan untukmu malam dan siang (di balik
belahan bumi)
Maka istilah MUSKH-KHARAAT berarti yang
diedarkan 2/164, 7/54, 16/79, 16/12, bahwa bintang-bintang
adalah wujud-wujud yang diedarkan menurut perintah Allah,
bahwa bintang-bintang itu beredar dalam semesta raya
19
dengan gerak parallel, dan menolak antara sesamanya
dengan sifat repellent, bukan saling menarik menurut teori
gravitasi Newton, dan karenanya juga takkan berlaku dua
bintang berantakkan.
SIDRU : Planet, 34/16, 53/14, 53/16, 56/28. Sebenarnya istilah itu
berarti TERATAI yang mengembang diatas air, baik waktu
pasang naik maupun ketika pasang surut hingga jaraknya
dari tanah tempat tumbuhnya sering berubah. Demikian pula
keadaan planet yang mengitari surya dalam orbit oval hingga
ada titik terdekat dan titik terjauh dari surya. Lihatlah
SUBULU. Demikian Allah memberikan nama pada
kebanyakan benda menurut keadaan atau sifat benda itu
sendiri. Planet terpinggir dinamakan dengan Muntaha karena
planet itu adalah tempat dihentikan setiap kegiatan kemajuan
manusia.
SAARIQ : Pencuri, 5/38, 12/70, 12/73, maka SARAQA berarti mencuri,
12/81, 60/12. Menurut hukum islam, setiap pencuri harus
dipotong tangannya, 5/38. Yang dimaksud dengan CURI
ialah “mengambil atau memindahkan sesuatu kepunyaan
orang lain dengan maksud memiliki tanpa izin, atau secara
tidak syah. Maka yang termasuk CURI ialah tipu, maling,
korupsi, penyelundupan, pemerasan, perampokan,
penyuapan.
Curi demikian hanyalah berlaku pada orang-orang
yang tidak mematuhi hukum islam, bertindak selaku
pengrusak untuk keuntungan diri sendiri, bukan karena lapar.
Karena dalam masyarakat islam orang meralat ataupun yang
miskin selalu mendapat bantuan sedekah hingga perbedaan
tingkat hidup tidak begitu menyolok, terjalinlah hubungan
harmonis dalam masyarakat. Sebab itu hukuman potong
tangan bagi pencuri bukanlah kejam tetapi menghabiskan
pengrusakan yang dilakukan individualis kafir.
SAA’ATAN : Sewaktu, atau sebentar saja, 7/34, 10/45, 10/49, 30/55,
34/30, 46/35. Semua itu menyatakan bahwa bilamana
ketentuan Allah telah datang, maka kejadiannya takkan
20
terdahulu ataupun terlambat walau sedetik, juga menyatakan
bahwa ketika manusia dihidupkan kembali di akhirat, mereka
akan merasa telah mati sebentar saja atau telah berada
dalam kubur beberapa waktu saja walaupun sebenarnya
telah berlangsung jutaan tahun. Ini membuktikan bahwa
mayat di dalam kubur tidak menyadari suatu apa saja, karena
memang dia mati tidak merasa apa-apa. Itulah berzakh atau
batas yang dimaksud pada 23/100, karenanya kelirulah
pendapat yang mengatakan mayat dalam kubur disiksa atau
ditanyai.
SAA’AH : Waktu benturan comet, 6/31, 6/40, 12/107, 15/85, 16/77,
18/21, 19/75, 20/15, 21/49, 22/1, 22/1, 22/7, 22/55, 43/61,
30/12,31/34, 33/62, 34/3,40/46, 41/47, 42/17, 43/61, 43/66,
43/85,45/27, 45/32, 47/18, 54/1, 54/46, 79/42. Kejadiannya
cepat sekali, lebih cepat dari pada gerak sinar, waktu itu
berlakulah peristiwa hebat yang tak mungkin digambarkan
karena semua yang hidup mati sekaligus kecuali Allah
sendiriNYA, surya, planet –planet,terseret menjadi ekor comet
sedangkan bulan-bulan menjadi bersatu dengan surya, 75/9.
Semua itu logis dan pasti akan berlaku’ Lihatlah SHUUR.
SAFARU : Beban berat, 2/184, 2/185, 2/83, 4/43, 5/6, 9/42, 18/62,
jamaknya ialah ASFAARU, 34/19, 62/5. ASFARA berarti
“berbeban”, 74/34; dan SAFARAH berarti “yang
berbeban”,80/15, begitu pula MUSFIRAH pada 80/38.
Jadi SAFAU bukanlah “perjalanan” sebagaimana
angapan orang selama ini, karena untuk “perjalanan” atau
“orang pejalan” dalam Al-Quran dipakai istilah JUNURU pada
4/36,4/43,5/6,28/11,juga istilah SAYYARAH pada 5/96,12/10,
dan 12/19.
ALAA SAFARIN pada 2/184 dan 2/185 adalah orang
yang “dalam keadaan beban berat” seperti yang haid, nifas,
dalam tugas perang, kerja berat, yang jumlahnya sekitar 50%
diantara penduduk. Itulah orang-orang yang dibolehkan
mengganti puasannya diluar ramadhan, bukanlah
dimaksudkan “orang pejalan” yang jumlahnya sekira 1%
21
padahal perjalanan kini tidak akan menganggu ibadah puasa
karena hanya duduk dengan senang dalam kendaraan atau
pesawat. Sedangkan yang dimaksud pada 4/43 dan 5/6 ialah
orang haid atau nifas harus lebih dulu suci dan mandi
sebelum melakukan shalat. Itulah sebabnya kenapa pada
keempat ayat suci diatas ini tidak disebutkan orang haid dan
nifas tidak boleh berpuasa dan melakukan sholat.
SAKRATUL MAUT : Pingsan menjelang maut, 50/19. Waktu itu tidak diterima
permohonan tobat seseorang, 4/18, 10/91. Sementara itu
istilah GAMARAATUL MAUT berarti “bangun dari mati”
berlaku nanti di akhirat, 6/93. Hal ini dibuktikan dengan
ucapan melaikat; “keluarkanlah dirimu (dari kubur), hari ini
kamu dibalasi dengan menimbulkan dugaan bahwa mayat
dalam kubur ditanyai malaikat dan disiksa siapa yang kafir,
sehubungan dengan 4/97, dan 8/50. Padahal yang dimaksud
dengan TAWAFFA dalam ayat suci itu adalah pemindahan
orang kafir ke neraka dari kubur, sesuai dengan maksud 54/7
dan 70/44.
SAL : Selidikilah, 2/211, 68/40, sehubungan dengan SALWA berarti
“penyelidikan” atau kegiatan penyelidikan yang dikurniai Allah
pada bani Irail, 2/57, 7/160, dan 20/80. Bukanlah SAL berarti
“tanyailah” karena untuk itu Al-Quran memakai istilah AS-Al
pada 4/32, 7/163, 10/9, 11/46, 17/101, 23/113, 25/59, 43/45.
Dan bukanlah SALWA berarti “sejenis burung’ yang jadi
bahan makanan Bani Israil di zaman Musa, tetapi berarti
“penyelidikan” yang dengannya Bani Israil diperintah agar
memakan yang baik-baik dari kelengkapan hidup yang
disediakan Allah di bumi ini.
SAMAA : Angkasa. Biasannya orang menterjemahkan istilah itu dengan
“langit” atau “heaven” atau juga “sky”. Tetapi terjemahan
begitu menimbulkan keraguan dan ketidak tentuan,
mengurangi minta untuk memperhatikan ayat-ayat Al-Quran.
Padahal jika diperhatikan dengan seksama akan tampaklah
ilmu astronomi pada ayat-ayat suci yang mengandung istilah
sama, misalnya :
22
1. SAMAA’ yang maksudnya ANGKASA DUNIA tercantum
pada 3/5, 10/61, 21/4, 41/42, 67/5, dll. Yang didalamnya
terkandung jutaan bimasakti, dan masing-masing
bimasakti terdiri dari jutaan bintang, dan masing-masing
bintang dikitari planet-planet yang sama dengan bumi ini.
Semuannya berotasi dan mengorbit parallel pada satu
arah, menempatkan titik pusat di sebelah kiri sebagai
ibadah tawaf keliling Ka’bah atau seperti lilitan tanaman
merambat pada junjungnya.
2. SAMAA’ yang maksudnya BENDA ANGKASA tercantum
pada 6/6, 11/52, 17/92, dan 71/11 seperti comet yang
akan menimpa tatasurya kita, ditandai dengan istilah
“dikirim”, karenanya tidaklah mungkin langit yang dikirim
Allah, dan SAMAA’ dalam hal ini takkan diartikan dengan
langit.
3. SAMAA’ yang maksudnya TATASURYA tercantum pada
2/29, 32/5, 41/42, 55/7, 69/16, dll. Ditandai dengan
adanya equilibrium, tujuh planet diatas orbit bumi, berotasi
selama 1.000 tahun Qomariah, dan nanti akan terpecah
susunannya. Maka dalam hal ini tak mungkin samaa’
diartikan dengan langit atau semesta raya, tetapi
tatasurya yang terdiri dari satu surya dengan beberapa
planet yang mengitarinya. Lihatlah YAUM.
4. SAMAA’ yang maksudnya ATHMOSFIR tercantum pada
21/32, 24/43, 24/48, dll. Dotandai dengan tempat turunya
hujan untuk kehidupan, dan sebagai lapisan terjaga
keliling bumi begitupun keliling planet lain.
SAMAWAAT : Planet-planet, 3/190, 13/2, 37/5, 42/29, 55/33, 65/12, dll.
Semua istilah Samawaat dalam Al-Quran pastilah berarti
planet-planet ditandai dengan dapat dipelajari penciptaannya,
dapat dilihat dan tidak bertiang, berputar disumbunya hingga
disana juga ada timur dan barat, tempat pembiakkan makhluk
berjiwa, dapat didatangi dengan pesawat angkasa ultra
modern, dan keadaan samawaat itu sama dengan bumi.
23
SANAH : Tahun, 2/96, 5/26, 22/47 dll. Jamaknya BINIIN tercantum
pada 7/130, 10/5, 17/12 dll. Tahun disini ialah menurut orbit
bulan atau yang disebut Qomariah Lunar Year, ditandai
dengan maksud ayat 2/189 dan 9/36 bahwa dalam tahun itu
ada empat bulan terlarang berburu di daratan bumi dan
terlarang mengadakan perang. Bukanlah tahun yang
dimaksud Selar Year atas pergantian musim. Lihatlah ‘AAM.
SYAJARAH : PERTUMBUHAN, 2/35, 7/19, 7/22, 14/24, 17/60, 20/120,
23/20, 24/35, 28/30, 31/27, 37/62, 37/64, 37/146, 48/18,
56/72, sehubungan dengan istilah SYAJARA berarti
BERTUMBUH, 4/65. Banyak bukti yang dapat dikemukakan,
diantaranya :
a. Allah yang mewujudkan pertumbuhan minyak dalam
perut bumi, 56/72;
b. Orang-orang beriman bersetuju dengan suatu perjanjian
dibawah pertumbuhan islam, 48/18;
c. Allah menumbukan pertumbuhan sejenis labu, bukan
berpohon, 37/146;
d. Pertumbuhan dari dasar neraka, bukan pohon, 37/64;
e. Adam dilarang mendekati pertumbuhan atau intercourse
dengan isterinya sewaktu berada di Muntaha karena dia
akan berfungsi di muka bumi 2/35, jo. 7/22.
Sementara itu yang berarti POHON ialah SYAJARU
tercantum pada 16/10, 16/68, 27/60, 36/80, 55/6, 56/52,
ditandai dengan kebutuhan manusia yang tumbuh karena
disirami hujan, untuk tempat lebah bersarang, menimbulkan
panorama elok dipandang mata, dan kemudian melapuk
menjadi minyak dalam tanah.
SYA’ARA : Menyadari, 2/12, 7/95, 23/56, dll. Sebenarnya istilah ini berarti
MEMPERKIRAKAN atau MENDUGAKAN, hubungan dengan
SYI’RU yang diartiakan SYAIR sebenarnya “perkiraan”
tercantum pada 36/69; SYU’ARAA’ dan SYAAIR yang
diartikan PENYAIR sebenarnya berarti “yang memperkirakan”
sebagai termuat pada 21/…, 26/224, 37/36, 52/30, 69/41.
24
SYAKARA : MENGHARAGAI tetapi sering diartikan denagan
MENSYUKURI sebagai pinjaman dari bahasa Al-Quran,
termuat pada 14/7, 31/12, 31/14, sehubungan dengan
SYAAKIR berarti yang menghargai, 2/158, 4/147, dll.;
denagan SYUKUUR berarti dengan SYAKUUR berarti yang
dihargai, 14/5, 21/3 pada mana termasuk manusia dan Allah
sendiri. Maka istilah MASYKUURA tentulah berarti “yang
dihargai’ pada 17/19, 76/22.
SYAHRU : Bulan (penanggalan), 2/185, 4/92, 9/36, 34/12, 2/226, 9/2,
9/5, dan 65/4. Jadi ‘bulan” yang termaktub pada ayat 2/185
bukanlah ‘bulan” yang mengorbit di angkasa yang dalam Al-
Quran disebut QAMAR, tetapi bulan penanggalan yang harus
diketahui dengan perhitungan. Jumlah bulan 12 dalam setiap
tahun Qamariah atau lunar year disebut SHUHUUR pada
9/36.
SYAUTHAAN : Setan, 8/48, 17/27, dll. Jamaknya SYAYAATHIIN, 6/121,
19/83, dll. Bahwa setan itu terdiri dari jin dan manusia, 6/112,
setan jin ialah yang menyesatkan bangsa jin dari hukum
Allah, dan setan –setan manusia adalah yang menyesatkan
manusia. Maka setan manusia demikian yang telah
memperdaya Adam dulunya, tercantum pada 2/36. Jadi,
diantara manusia yang hidup kini banyak yang menjadi setan,
dan orang-orang beriman dilarang mengikuti kesalahan atau
ajakan setan tersebut, 2/208, tetapi seharusnya memasuki
dan menjalankan hukum islam sepenuhnya.
SHABARA : Bertabah hati, 2/155, 3/120 dll. SHAABIR berarti “orang
tabah” 8/66, 28/80, 37/102 dll, dan SHABRU berarti
“ketabahan”, 7/126, 16/128 dll. Jadi bersabar atau bertabah
hati adalah tetap dalam pendirian dan terus bersikap serta
berbuat menurut yang direncanakan bermula walaupun apa
yang merintangi, sementara itu sikap mengalah, mema’afkan
kesalahan orang lain, atau menahan diri, dalam Al-Quran
disebut ISTA’FAFA tercantum pada 4/6, 24/33, 24/60.
SHADAQAH : Sedekah, 2/196, 2/263, 4/114, 9/103, 58/12, jamaknya ialah
SHADAQAAT, 2/264, 2/271, 2/276, 9/58, 9/60, 9/79, 9/104,
25
dan 58/13. Yang termasuk SHADAQAH yaitu pajak, bea, dan
cukai serta pemberian yang harus dibayarkan untuk
kepentingan masyarakat umum. Jadi SHADAQAH adalah
bagian dari ZAKAT yaitu pemberian wajib atau yang
diperlaukan untuk kepentingan umum dalam masyarakat,
dibayarkan melalui badan tertentu atau yang resmi dalam
masayarakat atau Negara. Sebaliknya yang tidak melalui
badan resmi atau pembewrian langsung kepada yang
membutuhkan dinamakan INFAAK, 17/100, atau NAFAKAH,
pada 2/270, 9/54, dan 9/121.
Ingatlah bahwa SHADAQAH wajib dibayarkan atau
dipungut dari penduduk pada waktu-waktu tertentu,
dinyatakan pada ayat 9/103, dan diberikan oleh badan resmi
atau pemerintah kepada yang berhak menerima sebanyak
delapan golongan tercantum pada ayat 9/60. Pemberian
tersebut hendaklah menurut tingkat atau nomor urut pada
9/60, dengan begitu akan terjaminlah keselamatan umum
dalam masyarakat.
Sementara itu belanja wajib yang berkelanjutan
diberikan kepada keluarga disebut SHADUQAAT pada 4/4.
Orang-orang memberiakan SHADAQAH disebut MUSH-
SHADDIQUUN pada 57/16 pasti diperganda balasannya oleh
Allah.
SHIRAATH : Tuntunan, terdapat pada banyak ayat suci; tuntunan Allah
42/53; tuntunan ke neraka 22/24; tutunan yang mulia 4/6;
tutunan terpuji 22/24; tuntunan sempurna 19/43, 20/153, dan
tuntunan kukuh 1/6, 10/25, dll. Maka tuntunan yang kukuh
atau SHIRAATHUL MUSTAQIIN itu ialah hukum yang
terkandung dalam Al-Quran sendiri, 6/126, 6/155, 19/36. Jadi
istilah SHIRAATH bukanlah berarti "jalan” karena untuk ini, Al-
Quran memakai istilah THARIIQUM MUSTAQIIN berarti
JALAN YANG KUKUH pada ayat 46/30.
SHALAH : Shalat 2/45, 10/87, 19/55, 19/59, 21/73, 22/41,98/5, jamaknya
yaitu SHALAWAT 2/157, 9/99, 22/40, 23/9. Shalat tidak dapat
diartikan denagan sembahyang, worship aatau player, karena
26
SHALAT adalah tindakan dan cara tersendiri untuk
memuliakan Allah, sehubungan dengan SHALLA berarti
MEMULIAKAN 3/39, 9/84, 9/103, 75/31, 87/15, 96/10, 108/2.
Pada ayat 33/43 dan 33/56, dinyatakan bahwa Allah
dan malaikat-NYA MEMULIAKAN orang-orang beriman dan
Nabi Muhammad, maka orang juga harus memuliakannya.
SHULBU : Benih, yaitu manusia 86/7, jamaknya ASHLAAB 4/23.
SHULBU adalah benih manusia yang tewujud karena
persilangan atau jalinan sperma suami dan isterinya
sehubungan dengan istilah SHALLABA berarti menyalib atau
menyilangkan 4/157, 5/33, 7/124, 12/41, 20/71, dan 26/49.
Jadi menurut ketentuan Allah pada ayat 86/7,
nyatalah manusia kini terwujud dari SHULBU (jalinan sperma
jantan dan betina) dan TARAA-IB (sari-sari tanah melalui
tetumbuhan yang dimakan).
SHUWARU : Ionosfir, 40/64, 64/3, terbentuk dari Mar’a yang mengapung
dari permukaan bumi (lihat Mar’a). maka istilah SHAWWARA
berarti memberi ionosfir setiap planet tercantum pada 3/6,
7/11, 40/64, dan 64/3.
Mar’a atau neutrino yang melinkupi proton pada
setiap atom. Setiap benda terdiri dari atom bersusun jadi
molekul, maka yang kelihatan adalah mar’a yang melingkupi
atom tadi. Karena mar’a itu ada yang mengapung ke angkasa
menjadi lapisan ionosfir tentulah rupa dan warna benda yang
dilihat tidak ada permanent, semuanya berubah. Sementara
itu lapisan ionosfir planet menjadi semakin tebal dan semakin
sempurna. Hal itulah yang dimaksud Allah dengan
“membaguskan ionosfirmu” pada ayat suci tadi. Sebaliknya
hal demikian menimbulkan iklim permukaan planet semakin
sejuk, terbukti dengan semakin melebarnya daerah dingin
pada kedua bahagian kutub bumi.
Dalam pada itu Mar’a yang mengapung dari bintang-
bintang, tersebut berlakunya carbon cyele atau proton-proton
cycle, pada mulanya berwujud nebula yang kelihatan berupa
awan berada diantara bintang-bintang. Kemudian nebula
27
tersebut saling bergabung menjadi comet yang oleh Al-Quran
disebut SHUUR pada ayat 6/73, 18/99, 20/102, 23/101,
27/87, 36/51, 39/68, 50/20, 69/13, dan 78/18.
Mar’a yang sifatnya anti partikel tetapi saling
bergabung antara sesamanya, maka comet tersebut
senantiasa lari dari bintang-bintang yang beredar, dan
semakin cepat melebihi kecepatan sinar, maka dalam
kecepatan demikian dia terbentur pada tatasurya yang
kebetulan menghalangi. Tatasurya itu langsung terseret
karena neutrino yang ada padanya bergabung pada comet,
lalu tampaklah comet itu bagaikan berekor panjang. Benturan
comet demikian disebut dangan SA’AH atau waktu
kehancuran total di permukaan planet-planet, (lihat SA’AH).
Menurut sinyalemen ayat 69/17, jumlah comet di
semestra raya hanyalah delapan, bukan jutaan milyar
sebagai pernah diduga orang. Semuanya bergerak tanpa
orbit tertentu. Namun pada suatu kali nanti dalam comet itu
akan bersatu dan berlakulah peristiwa dahsyat sekali,
kemudiannya Allah mewujudkan kehidupan kedua di akhirat
karena pada waktu itu setiap bintang mengambil posisi
tertentu di semesta raya dengan sifatnya yang repellent.
Itulah benturan pertama dan benturan kedua yang disebutkan
pada ayat 39/68.
SHUURAH : Planet yang berionosfir, 28/8. Nyatalah setiap, planet memiliki
ionosfir untuk menjamin kehidupan normal dipermukaanya,
sesuai dengan maksud ayat 42/29. Dan ayat 82/8 itu
menerangkan bahwa Allah menempatkan manusia pada
setiap planet berionosfir, nantinya akan didatangi manusia
bumi dengan pesawat angkasa sebagai dinyatakan pada ayat
2/148, 2/150, 55/33,65/12, 84/19, jo. 15/14, 43/13.
DHARABA : Memukul 2/26, 4/34, 8/12, 8/50, 47/27. Sementara itu istilah
DHARBU berarti KEKUATAN, 37/93, 47/4. Sebagaimana
dalam bahasa Inggris adanya “verb followed by proposition”
hingga verb itu berubah makna, demikian pula dalam Al-
Quran :
28
DHARABA BI : Isyaratkan 2/60, 2/73,7/160, 24/31, 26/63,
38/44, 57/1.
DHARABA’AN : Mencabut 43/5.
DHARABA’ALLAA: Menimpakan 3/112, 17/11, 18/11, 24/31.
DHARABA FII : Berjalan 2/273, 3/156, 4/94, 4/101,
5/106, 73/20.
DHARABA LI : Beri contoh 13/17, 14/25, 16/74, 16/75,
16/112, 17/48, 18/32, 20/77, 22/73,
24/35, 25/9, 25/339, 29/43 , 30/28,
30/58, 36/13, 36/78, 39/27, 43/17,
43/58,47/,59/21,66/10,66/11.
THARIIQ : Jalan 4/168, 20/63, 20/77, 46/30, 72/16. Maka istilah
THARIIQATAN berarti yang sejalan 20/104. Sementara itu
istilah THAARIQ pada 86/1, 86/2, berarti (bintang) yang
berjalan, jamaknya THARAAIQ berarti yang berjalan 72/11,
dan (planet-planet) yang berjalan pada ayat 23/17. Dengan
demikian teranglah bahwa bintang-bintang dan planet-planet
semuanya berjalan atau beredar di angkasa pada orbit
tertentu, dan teranglah pula bahwa apa yang diketahui
Nikolas kopernikus sudah lama diketahu para nabi
sebelumnya.
THAAGUUT : Aliran yang melanggar rukun Allah 2/256, 4/51, 4/76, 5/60,
4/60, 16/36, 39/17. THAAGUUN, orang-orang yang mengikuti
thaaguuut 37/30, 38/55, 51/33, 52/32, 68/31, 78/22.
Sehubungan dengan THAGAA; melanggar hukum 11/112,
20/24, dll. THAGWA; pelanggaran hukum 91/10,
THAAGIYAH; tindakan melanggar hukum 69/5, dan
sehubungan dengan THUGYAAN ; sikap melanggar hukum
2/15, 5/64, 6/110, 7/186, 10/11, 17/60, 18/80, 23/75.
DHU’AFFAA-U : Orang-orang lemah 2/226, 9/91, 40/47, sehubungan dengan
DHA’UFA berarti “lemah” 3/146, 22/73; dengan THA’IIF
berarti “orang lemah” 4/28, 4/76, 11/91; dengan THA’FU
berarti “kelemahan” 8/66, 30/54.
THI’AAFAA : Yang berganda 4/9, bukanlah istilah ini berarti “lemah”. Istilah
ini sehubungan denagan THAA’AFA berarti “memperganda”
29
2/245, 2/261, 4/40, 4/140, 11/20, 25/69, 33/30, 57/11, 57/18,
64/17, dengan THI’FU berarti “pergandaan” 2/265, 7/38,
17/75, 34/37, 368/61, dan dengan THI’FAINI berarti ”dua kali
ganda” 33/30, 33/68.
Juga sehubungan dengan MUDHAA’AFAH berarti
“yang diperganda” 3/130, dan istilah MUDH’IFUUN berarti
“yang memperganda” tercantum pada ayat 30/39.
THAAMIR : Kendaraan yang menghubungkan 22/27 sehubungan dengan
istilah THAMIIR berarti “hubungan” dalam tata bahasa.
Bukanlah THAAMIR pada ayat suci itu berarti “unta kurus”
karena orang tak mungkin datang ke Mekkah untuk ibadah
hajji dengan naik unta kurus dari berbagai pelosok
permukaan bumi menurut ketentuan ayat 22/27 itu sendiri.
Tetapi sesuai dengan perkembangan zaman pada
mana hukum yang terkandung dalam Al-Quran tetap berlaku,
nyatalah pendatang-pendatang ke Mekkah itu menaiki
berbagai kendaraan di darat, di laut dan di udara. Itulah arti
KULLI THAAMIRIN yaitu setiap atau berbagai kendaraan
penghubung, bukanlah berarti “setiap atau berbagai unta
kurus”.
THUUD : Lereng, 26/63, yaitu pinggiran laut merah yang karena airnya
mengalir ke selatan sewaktu berlakunya gelombang pasang
di Teluk Aden. Ingatlah bahwa waktu itu utara laut merah
masih sempit karena kini diketahui pelebaran laut berlaku dua
sentimeter setiap tahun, dan bahwa waktu itu belum ada suez
kanal. Ketika dalam keadaan kering begitu, musa
menyebrang ke lereng bagian timur bersama Bani Israil,
tetapi pasukan Firaun yang mengikuti dari belakang jadi
celaka karena laut telah mengalir kembali dari selatan ke
utara. IYAMMU.
THUUR : Aurora utara 2/63, 2/93, 4/154, 28/29, 28/46, 52/1. Yaitu
Northen light yang terwujud karena topan magnet di lapisan
Ionosfir utara memantulkan sinar surya. Aurora itulah yang
diangkatkan Allah pada ayat 2/63, 2/93, dan 4/154. Ingatlah
bahwa sebelum topan di zaman nuah, Mekkah adalah kutub
30
utara bumi 3/96 jo. 18/86 maka yang dimaksud dengan
THUURUL AIMAN (Aurora utara sebelah kanan) ialah
Ionosfir diatas Makkah yang berada sebelah kanan Palestina
menurut arah putaran bumi 19/52, 20/80, karena itu nyatalah
Musa mendatangi Mekkah waktu diseru Allah dinyatakan
pada 28/29 dan waktu itu Muhammad belum lahir, 28/46. Jadi
musa dalam perantauannya bersama keluarganya
mendatangi mekkah sebagai tanah Suci di bumi ini, dan
disanalah musa mendapat wahyu dari Allah. Lihat THUWAA,
dan WAADULAIMAN.
THUURU SAINAA-U: Daerah utara 23/20 yaitu Mekkah sebelum topan di zaman
nuah, maka pertumbuhan yang keluar dari Mekkah ialah
islam dan buah korma yang enak bagi orang-orang yang
memakan. Lihat THUUR.
THUURU SIINIIN : Penduduk daerah utara 95/2 yaitu penduduk Mekkah
sewaktu jadi kutub utara sebelum topan di zaman nuah. Lihat
THUUR dan THUWAA. Maka istilah ATHWAARA pada 71/14
berarti di DAERAH UTARA atau di kutub-kutub utara planet-
planet sebelum topan di zaman Nuah. Memang semua kutub
planet-planet dulunya berpindah tempat seperti yang berlaku
di bumi dari Mekkah-tuamoto ke Arktik-Antarktik kini. Hal ini
dibuktikan oleh ayat 2/148, 11/41 jo. 3/96, 18/86. Itulah
sebabnya fosil manusia pubakala yang ditemukan memberi
petunjuk bahwa mereka dulunya berbadan agak bungkuk
karena kekurangan vitamin D yang dihasilkan sinar surya.
Karenannya orang berpendapat dulunya pernah berlaku
zaman es, tetapi sebenarnya masyarakat dulu itu berdiam di
belahan utara bumi yang memang kekurangan sinar surya,
sedangkan untuk tinggal di daerah Ekuator, tidak mungkin
sebab selalu diancam bencana alam yang ditimbulkan transit
planet hingga pembesaran radiasi surya sering berlaku
menimpa permukaan bumi. Lihat ZHULLAH. Dan harus
diketahui pula bahwa waktu itu belum ada pergantian musim,
lihat ‘AAM.
31
THUWAA : pusat putaran utara bumi dulunya, 25/12, 79/16, sehubungan
dengan THAYYU berarti “putaran’ dan THAWA berarti
“memutar” pada ayat 21/104. Bahwa bumi ini senantiasa
berputar untuk adanya pergantian siang dan malam.
Jadi WAADUL MUQADDAS dimana Musa berbicara
dengan Allah dulunya ialah di Makkah, sesuai dengan
keterangan pada istilah THUUR. Karenannya memang hanya
satu saja tanah suci di bumi ini yaitu di Makkah dimana ada
MASJIDUL HARAAM yang diberkahi dan jadi petunjuk bagi
seluruh manusia, 3/96. Lihat juga MUTHWIYYAAT.
THAIR : Yang Melayang, 16/79, 24/41, 67/19, 105/3, dan berarti
BURUNG pada 2/260, 3/49, 5/110, 6/38, 12/36, 21/79, 22/31,
27/16, 27/17, 34/10,38/19,56/21. Jika burung memiliki dua
sayap, maka benda melayang lainya mempunyai kutub utara
dan selatan seperti yang dimiliki bintang-bintang dan planet-
planet, itulah yang berbaris-baris dikatakan pada 24/41
dengan gerak parallel satu arah, dan itulah juga yang
dikatakan menguncup pada 67/19 dengan arti melakukan
transit atau penyilangan garis orbit planet hingga dengannya
terjadi pergantian musim.
THIIN : Meteor yaitu benda melayang yang mengkilap sewaktu
memasuki atmosfir, 3/49, 5/110, 6/2, 7/12, 23/12, 37/11,
38/71, 38/76. Meteor itu berasal dari pecahan planet-planet
yang kemudiannya menjadi dari massanya bermula seperti
planetr Mars, Sartunus, Uranus, Neptunus, dan Pluto,
sedangkan yang mengorbit antara Mars dan Jupiter ytang
kini dinamakan Planetoeids terbelah hancur jadi 30.000 dan
meteor yang berjatuhan ke bulan, bumi dan planet lainnya
yang lebih dekat pada surya. Pecahan planet-planet itu
ditimbulkan oleh pembesaran radiasi surya sewaktu berlaku
transit planet-planet 26/189. Karenannya dikatakan
penciptaan itu berlaku selama 6.000 tahun pada 11/7 jo.
22/47.
Orang yang menyatakan THIIN itu tanah, tidak dapat
disalahkan karena meteor berasal dari pecahan planet dan
32
planet itu sendiri terwujud dari tanah, tetapi yang dimaksud
dengan THIIN dalam Al-Quran bukanlah tanah tetapi meteor
dengan bukti sebagai berikut :
Ayat 32/7 menyatakan manusia pertama diciptakan dari
THIIN dan ayat 51/33 menyatakan kaum durhaka di
zaman Luth dumusnakan dengan batu-batu THIIN
yaitu batu-batu meteor yang berjatuhan dari angkasa
tinggi.
Ayat 28/38 menyatakan Firaun menyuruh Haaman
membakar hingga merupakan THIIN untuk
ditambahkan ke angkasa nyatalah THIIN itu berarti
meteor yang melayang.
Ayat 17/61 menyatakan bahwa Adam diciptakan berupa
THIIN yaitu melayang di angkasa dari Muntaha ke
planet bumi ini sebagai nenek moyang kita. Dengan
itu teranglah THIIN berarti benda melayang atau
meteor, dan teranglah pula Adam bersama istrinya
diturunkan dari Muntaha ke Bumi. Lihatlah
HABITHA.
ZHULLAH : Transit planet 7/171, 26/189 atau beradanya suatu planet
diatas orbit planet lain setantang dengan surya yang orbit.
Waktu itu berlaku pembesaran radiasi surya kepada planet
yang dilintasi, hingga menimbulkan berbagai bencana alam.
Diketahui bahwa berat bumi ini sekitar 200 trilion ton maka
sekuat itu pula tenaga magnet surya menahan planet ini
dalam orbitnya hingga tidak terpelanting jauh. Sekiranya
Jupiter yang diketahui 318 kali lebih besar bumi kebetulan
melakukan transit diatas orbit bumi, otomatis pembesaran
radiasi surya berlipat ganda sampai 3318 kali menimpa bumi.
Waktu itu biasanya berlaku sekira 11 tahun sekali.
Bencana yang ditimbulkan ZULLAH tersebut dipakai Allah
untuk membinasakan masyarakat durhaka dinyatakan pada
11/83 jo.26/189. Dan itulah radiasi atau SIJJIIL yang
tercantum pada ayat 11/82. Lihat THIIN.
33
ZHILLU : Yang melindungi 28/24, dan planet yang melindungi pada
4/57, 13/35, 35/21, 56/30, 56/43. Lihatlah ZULLAH. Pada ayat
25/455 dinyatakan planet yang melindungi diperganda sama
dengan maksud 13/3 bahwa bumi diperganda dengan
beberapa planet, dan ayat 77/30 menyatakan planet yang
melindungi itu memiliki tiga cincin nyatalah planet itu Saturnus
sendiri. Jamaknya ialah ZHILAAL 13/15, 16/81 yaitu planet –
planet yang melakukan transit melenggang ke selatan dank e
utara sebuah topan di zaman Nuah untuk menimbulkan
pergantian musim, lihatlah BISAATHA, AAM dan FIJJAAJAA.
Sementara itu di akhirat nanti planet-planet yang
melakukan transit itu akan ada juga seperti dinyatakan pada
36/56, 776/14 dan 77/41.
ZHULAL : Yang diperiringkan 2/210, 31/32, 9/16, sementara ZHALLA
berarti beriringan 15/14, 16/58, 20/97, 26/4, 26/71, 30/51,
43/17, 56/65, dan ZHALALA berarti beriringan 2/57, 7/160,
42/33.
ZHALIIL : Yang melindungi 4/57, 77/31 sebagai adjective dari “zhillu-
zhilaal”.
‘IJLU : Anak sapi 11/69, 20/88, 51/26, tetapi kita artikan dengan Ijil
saja pada ayat 2/51,2/54,2/92,4/15,7/148, 7/152 karena pada
ayat-ayat suci ini tidak kita dapati ketegasan apakah Ijil itu
anak sapi atau ketegasan terutama jika dilihat pada ayat 2/93
dimana dikatakan Ijil dimasukkan kedalam hati Bani Israil, dan
tidak dikatakan bahwa mereka menyembah anak sapi.
Kita merasa Ijil ini sehubungan dengan AJALU berarti
ketergesaan 21/37; ‘AJALA berarti berbegas 7/150, 19/84,
20/84, 20/114, 75/16; AAJILAH berarti yang cepat 17/18,
75/20, 76/27; ‘AJJALA berarti menggegaskan 10/11, 17/18,
18/58, 38/16, 48/20; dan sehubungan dengan istilah
‘AJUULAA berarti bersikap terburu-buru pada 17/11.
‘AADA : Mengulangi atau berulang kembali 5/95, 7/29, 8/19, 8/38,
23/107, 36/39, ‘AADUM berarti “orang-orang yang
mengulangi” 2/173, 6/145, 16/115, 23/7, 23/113, 26/166,
34
70/31. Tetapi istilah ‘AA-IDUUN berarti “orang-orang yang
hidup kembali” diakhirat, 44/15.
Dalam pada itu istilah ‘AADA ‘An berarti “kembali
pada” 4/154, 7/88, ; istilah ‘AADALI berarti “membiasakan”
6/28, 24/17, 58/3, 58/8.
‘AADIYAAT : Yang datang berulang 100/1 yaitu rombongan comet yang
sering kelihatan di angkasa. Comet dinamakan SHUUR
dalam Al-Quran tetapi sifatnya disebut dengan ‘AADIYAAT
sehubungan dengan ‘AADA. Comet adalah wujud besar di
semesta raya, bukan dalam tatasurya kita, dan tampaknya di
bumi tidak dapat diramalkan 7/187 jo.27/87.
‘ARSY : Semesta raya 7/54, 9/129, 10/3 dll. Yaitu semua benda
angkasa, tersusun rapi sebagai susunan yang diciptakan
Allah. Hal ini sehubungan dengan itulah ‘ARASYA berarti
membangun pada ayat 7/137, 16/68.
Namun ‘ARSY yang tersebut pada 12/100, 27/23.
27/38, 27/42, dan jamaknya ‘URUUSY tercantum pada 2/259,
18/42, 22/45 adalah BANGUNAN yang disusun manusia.
Maka ARSY yang diciptakan Allah tak mungkin dengan
“bangunan” kecuali SEMESTA karena semuannya terdiri dari
bintang-bintang, comet-comet, planet-planet dan bumi.
‘ASHFU : Pucuk, putik atau bentul biji yang bertumbuh 55/12, 105/5.
Maka setiap biji tetumbuhan memiliki belahan jantan betina
dan satu bentul yang bertumbuh karenannya bukanlah
tetumbuhan kawin antara yang satu dengan yang lainnya,
tetapi setiap bijinya telah memiliki jantan dan betina untuk
bertumbuhan. Perkawinan yang dilakukan orang bukanlah
perkawinan tetapi usaha penyuburan.
Maka RIIHUM ‘AASHIP yang tercantum pada 10/22,
14/18, dan 21/18 adalah ‘angin putting beliung” atau tornado
atau typhoon yang berpusat atau berpucuk putaran sangat
membahayakan.
Seterusnya istilah ‘AASHIFAATU ‘ ASHFAA pada
ayat 77/2 adalah comet-comet yang berpusat pada pusatnya
yaitu comet itu sendiri sebagai pusat ikutan diikuti oleh ekor
35
panjang yang terdiri dari tatasurya-tatasurya yang telah
dibentur dan diseretnya atau yang padanya telah berilaku
kematian total, lihat SAA’AH.
‘ALAMAAT : KOMPAS, 16/16 sehubungan dengan ‘ALIMA berarti
mengetahui, maka “alamat” dapat diartikan dengan “yang
memberitahukan”. Kompas selalu menunjukkan kearah kutub
magnet bumi di selatan dan di utara pada tempat-tempat
yang selalu berubah, sejauh maksimal 10 derajat dari kutub
putaran bumi pada bulan Juli dan Desember dan tepat di
kutub putaran bumi yang melakukan pergantian musim dalam
orbitnya. Maka NAJMU yang tercantum pada 16/16 adalah
surya sendiri.
‘AALAMIIN : Seluruh manusia, karena pada umumnya yang berakhiran
dengan YAA NUUN atau WAA NUUN adalah yang berjiwa.
Jadi bukanlah istilah itu berarti seluruh benda atau seluruh
alam dimana termasuk batu dan tetumbuhan. Istilah
‘AALAMIIN tercantum ada banyak ayat diantarannya 21/107,
29/6, 29/6, 29/28, 44/32, 45/6 dll. Semuannya menunjukkan
makhluk berakal, sehubungan dengan istilah ‘ALIMA berarti
“mengetahui” 30/59, 41/3, dll.; dengan ‘ILMU pada 20/114,
27/66 dll.; dengan ‘ALLAMA berarti “mengajarkan” pada
2/102, 55/4, dll.; dengan ‘AALIM berarti “yang berilmu” pada
21/51, 29/43 dll.; dengan ‘ULAMMA-U pada 26/197, 35/28,
dan sehubungan dengan ‘ALIIM berarti “yang mengetahui”
pada ayat 40/2, 57/3, 58/7 dll.
GADAN : Besok hari, 12/12, 18/23, sehubungan dengan GADAAN
berarti “keluar pagi” 3/121, 68/22; dengan GADAAH berarti
“pagi hari” 6/52, 18/28; dan sehubungan dengan GUDUWWU
berarti “waktu pagi” pada 7/205, 13/15, 24/36,34/12, dan
40/46.
Namun istilah GADAN pada ayat 31/34, 54/26 dan
59/18 berarti BESOK DI AKHIRAT tentang mana setiap orang
harus mawas diri, bersedia-sedia mempersiapkan diri.
GARRA : Memperdaya 3/24, 3/185, 35/5, 40/4, dll., maka GURUUR
berarti “hal yang memperdaya” tetapi kita artikan
36
FATAMORGANA yang memang sifatnya memperdayakan,
3/185, 4/120, 6/112, 7/22, 17/64, 31/3, 33/12, 35/5, 35/40,
57/14, 57/20, dan 67/20.
GURUFU : Tempat tinggi, 29/58, 39/20, jamaknya GURFAAT pada
34/37, yaitu surga-surga yang tempatnya di planet-planet
yang berada terpisah tinggi dari surya. Sementara itu istilah
GURFAH berarti “pengangkatan” tercantum pada ayat 2/249,
25/75.
GAARIMIIN : Orang-orang yang mendapat kecelakaan 9/60, sehubungan
dengan GARAAMAA berarti “yang mencelakakan” pada ayat
25/65; dengan MAGRAMU berarti “kecelakaan” pada ayat
9/98, 52/40, 68/46; dan sehubungan dengan MUGRAMUUN
berarti “yang dicelakakan” pada ayat 56/66.
Jadi GAARIMIIN bukanlah berarti “orang-orang
berhutang” karena orang-orang berhutang termasuk yang
diturunkan Allah. Istilah itu sehubungan dengan GASY-SYAA
berarti “manutupi” 8/11, 53/54; GASYIYA berarti “menutupi”
3/154, 13/3, 53/16 dll.; dan sehubungan dengan
GISYAAWAH juga GAWAASY berarti “penutup” pada ayat
2/7, 7/41, dan 45/2.
Sebagai contoh ialah topan besar di zaman Nuah di
bumi, 53/54, dan di Muntaha, 53/16 yang berlaku sekaligus.
‘AAM : Tahun Musim, 2/259, 9/28, 9/37, 9/126, 12/49 ”sanah” dalam
Al-Quran.
Dalam Islam tidak dipakai tahun pergantian musim
karena hal itu mungkin menyesatkan orang dalam ibadah dan
ilmu eksakta, tercantum pada ayat 9/36 dan 9/37. Hal ini
disebabkan tahun musim itu akan semakin pendek dan
semakin pendek dan akhirnya habis waktu mana tidak
berlaku lagi pergantian musim. Dalam science hal ini telah
dibuktikan oleh para sarjana bahwa manusia itu senantiasa
berkurang, sebanding dengan berkurangnya inklinasi orbit
bumi 9,75’ derajat setiap abad, dan kejadian menunjukkan
bahwa kalender Julius Caesar diperpendek oleh Paus
37
Georgerius pada tahun 1582 dengan menjadikan tanggal 4
Oktober berupa tanggal 15 Oktober.
Ayat 29/14 menyatakan umur Nabi nuah ada 1000
tahun Qamariah (Lunar Year) dikuangi 50 tahun musim.
Mungkin waktu itu satu tahun musim terdiri 1000 hari atau
500 hari tentang mana para sarjana harus memperhitungkan,
karena yang jelas ialah bahwa waktu itu tahun musim sangat
panjang, jauh lebih banyak harinya daripada keadaannya kini.
‘AMIIQ : Tempat jauh, 22/27, maka ayat suci itu menyatakan bahwa
manusia akan berdatangan ke Mekkah untuk ibadah Hajji
berlelaki (tidak boleh perempuan saja) dan dengan berbagai
kendaraan yang menghubungkan dari SETIAP PELOSOK
YANG JAUH.
Dalam hal ini lihatlah RIJAALAN dan FIJJAAJAA.
Juga sehubungan dengan AGSYAA berarti ‘menutup” pada
ayat 7/54, 10/27, dan 36/9.
GAMAAN : Bencana 2/57, 2/2010, 7/160, 25/25, juga GAMMU dengan
arti sama pada ayat 3/153, 3/154, 20/40, 21/88, 22/22, maka
istilah GUMMAH berarti “sumber bencana” pada ayat 10/71.
GAIB : Gaib juga diartikan karena tiada istilah lain yang cocok untuk
maknanya. Ada dua macam yang dikatakan dengan gaib
yaitu wujud. Allah dan Ruh; juga keadaan, seperti yang
berlaku di zaman purkala, di akhirat nanti, atau yang kejadian
di planet yang mengitari bintang lain. Gaib tercantum pada
5/109, 5/116, 9/78, dan 34/48.
Gaib ialah gaib dan tidaklah tepat jika yang diartikan
dengan “tak kelihatan” karena banyak wujud yang tidak
kelihatan tetapi bukanlah dia gaib. Namun istilah GAYAABAH
berarti “kegelapan” pada ayat 12/10.
FITNAH : Kesusahan 6/23, 21/35, 29/10, 51/14, 64/15 dll. Yaitu
kesusahan yang berupa ujian dan perkosaan; jika dikatakan
fitnah lebih sangat dari pada peperangan maka maksudnya
ialah bahwa penjajahan lebih jahat dari pada perang. Kalau
perang mungkin membunuh ribuan orang tetapi penjajahan
adalah perkosaan atas semua orang yang dijajah.
38
Yang sehubungan dengan istilah itu ialah FATANA
berarti “menyusahkan” pada 29/2, 51/13 dll.; FUTUUNAA
berarti “dengan kesusahan” pada 20/40; FATINIIN berarti
“yang menyusahkan” pada 37/162.
FIJJAAJAA : ZIGZAG 21/312, 71/20, yaitu garis orbit planet terdorong ke
selatan dan ke utara sewaktu mengitari surya, dimulai
semenjak adanya topan di zaman Nuah. Hal ini sejalan
dengan maksud 16/48 yang menyatakan gerak planet-planet
yang melenggang dari selatan dan utara.
Gerak zigzag demikian menimbulkan pergantian
musim yang semakin pendek waktunya dari abad keabad
sejalan dengan lenggang pendulum yang semakin pendek.
Lihat ‘AAM dan SUBULU.
FIJJAAJAA sehubungan dengan istilah FAJJU yang
berarti “pelosok’ atau tempat-tempat terpencil, tercantum
pada ayat 22/27.
FIRAASYAA : Dengan tetumbuhan 2/22 sehubungan dengan FARAASY
berarti “benda-benda bertumbuh” 101/4; dengan istilah
FARSYU jamaknya FURUSY berarti “pertanian” pada ayat
6/142, 55/54, 56/34; juga sehubungan dengan FARASYA
berarti MENUMBUHKAN pada ayat 51/48.
Dengan demikian nyatalah bumi dan planet-planet
saja yang memiliki tetumbuhan / pertanian, tiada di bulan-
bulan dan di bintang-bintang. Bumi sama dengan planet, dan
planet sama dengan bumi, 62/12.
FITHRAH : Susunan, 30/30, sehubungan dengan FATHARA berarti
”menyusun” 6/79, 11/51, 17/51, 20/72, 21/56,30/30, 36/22,
43/27; dengan FATHIR berarti “penyusun”6/14, 12/101,14/10,
35/1, 39/46, 42/11, dan dengan FUTHUUR berarti “ yang
diseret” 67/3.
Juga sehubungan dengan MINFATHIRU berarti
“yang terseret” 19/90, 42/5; dan dengan INFATHARA berarti
“terseret” pada ayat 82/1.
39
FAALIQU : Penggerak 6/95, 6/96, sehubungan dengan FALAQU berarti
GERAK atau GERAKAN 113/1; dan INFALAQA berarti
“bergerak” pada ayat 26/63.
FALAKU : Angkasa 21/33, 36/40 sehubungan dengan FULKU berarti
“benda terapung” baik di angkasa ataupun di lautan 36/41,
40/80, 43/12 dan lain-lain.
FAWQA : Di atas (atau Above) 6/65, 14/26, 23/17 dll. Maka istilah
FAWAAQ berarti “bagian atas” 38/15. Bagian atas disini
tentunya dipandang dari titik pusat rotasi atau orbit.
QATALA : Membunuh 2/251, 3/169, 4/74 dll. Sehubungan dengan istilah
QATLU berarti “pembunuhan” 2/178, 3/181, 3/15, 4/155, 5/30,
dan 17/31.
Tetapi QATALA pada ayat 2/54, 2/61, 2/87, 2/1, 2/85,
3/21, 3/154,3/158,3/183,3/144,3/156,4/49,4/66,4/91,4/89,dan
5/70 berarti MEMERANGI. Maka istilah QATLU pada ayat
2/191,2/17,33/16,berarti PERANG.
Sebagai contoh sebagai berikut .: 2/191 dan
perangilah mereka dimana saja kamu jumpai mereka, dan
usirlah mereka dari mana mereka mengusir kamu, dan fitnah
itu lebih sangat daripada perang.
Dalam ayat suci ini teranglah orang islam diperintah
memerangi orang-orang yang menjajah dan mengusir
mereka, tetapi tidak mungkin membunuh dan mengusir
mereka.
Ingatlah bahwa Nabi atau para Nabi tidak pernah ada
yang dibunuh musuhnya atau dibunuh orang – orang kafir
sesuai dengan maksud ayat 3/139, 40/51, 58/21, tetapi
memang ada Nabi yang diperangi musuhnya. Ingatlah juga
bahwa ketentuan Allah dalam Al-Quran tidak pernah
bertentangan baik antara sesama ayat suci maupun dengan
kejadian yang berlaku.
QADARA : Menentukan 534, 6/91, 13/26 dll. Maka QADDRA berarti
“memberikan ketentuan” 25/2, 34/11, 36/39 dll, dan QADARU
berarti “ketentuan” 15/21, 43/11, 54/49, 77/22 dll. QADRU
berarti “hal tertentu” 6/91, 22/74, 65,397/1, MIQDAAR berarti
40
“ketentuan” 13/8, 32/5, 70/4; MAQDUUR berarti “yang telah
ditentukan” 6/96, 25/2, 36/38, 76/16.
QAADIR : yang menentukan 6/37, 10/24, 17/99, dll, bersamaan dengan
arti QADIIR yang termuat pada ayat 4/133, 5/120, 29/20, dll.
Karenannya istilah QUDUUR berarti RODA yang ditentukan
panjang jari-jarinya termuat pada ayat 34/13.
Dengan demikian teranglah bahwa pertama roda
dibikin orang ialah di zaman Nabi Sulaeman, yaitu yang
selama ini masih diselidiki pembikinan pertamanya.
Ingatlah istilah QADIIR bukanlah berarti BEKUASA
karena untuk pengertian ini, Al-Quran memakai istilah
QAHHAAR tercantum pada ayat 13/16; dan istilah QAAHIR
berarti “yang menguasai” 6/18; dan QAHARA berarti
“menguasai” pada ayat 93/9.
QARAAR : Perwujudan 14/26, 14/29, 23/13, 23/50, 27/61, 38/60, 40/39,
40/64, 77/21, sehubungan dengan AQARRA (NUQIRRU)
yang berarti “mewujudkan” pada ayat 22/5. Karenanya
nyatalah Maryam dan Isa Almasih dipindahkan dari bumi ke
planet lain yang mempunyai perwujudan sebagaimana Adam
dan isterinya dipindahkan dari Muntaha ke bumi ini lihat 3/59
dan 23/50. Maka bukanlah Isa dan Maryam kembali kepada
Allah yang gaib, tetapi bersamaan juga dengan kepergian
Nabi Ibrahim antar planet sebagai tercantum pada 6/75
jo.21/69, 37/99.
Lihatlah MUSTAQAR
QIRTHAAS : Kertas 6/7, 6/91. Pada kedua ayat suci ini ternyata kertas
disebut dan memang sudah ada sewaktu Al-Quran
diturunkan kepada Nabi Muhammad, terbukti dengan catatan
sejarah bahwa nabi pernah menyuruh pada sahabatnya
berkirim surat kepada raja negeri lain yang waktu masih
belum menganut islam. Juga terbukti adanya kertas yang
sudah dijadikan buku sebagaimana tercantum dalam The
Bible bahwa Nabi Isa pernah membacakan buku diatas
mimbar bagi pendengar-pendengarnya, begitu pula Paulus
41
dinyatakan sering berkirim surat kepada orang-orang yang
dikenalnya di zaman sebelum kelahiran Muhammad.
Dalam catatan sejarah dapat diketahui bahwa kertas
pertama kali telah dibikin orang cina pada abad pertama
tahun Masehi (solar year). Dan sejarah juga mencatat bahwa
Makkah menjadi pusat perdagangan antara Timur dan Barat
semenjak abad sebelum kelahiran Muhammad, karenanya
kertas sudah dituliskan diatas kulit-kulit kayu atau pada kayu
atau batu ataaupun pada kulit binatang, tetapi langsung
dituliskan para sahabatnya diatas kertas yang memang sudah
ada di Makkah waktu itu. Dengan begitu semakin teranglah
bahwa Al-Quran yang ada kini tidak pernah disalah tuliskan
atau dituliskan berdasarkan hafalan para sahabat Nabi
sebagaimana penah dituduhkan oleh fihak anti Islam.
Itulah QALAM atau pena yang tercantum pada 68/1 dan 96/4
yang sudah dituliskan orang pada waktu Firman Allah
diturunkan.
QARNU : Generasi manusia 6/6, 18/, 18/94, 19/74, 19/98, 23/31, 38/3,
50/36, jamaknya QURUUN tercantum pada ayat 10/13,
11/116, 17/17, 20/51, 20/128, 23/42, 25/38, 28/43, 28/45,
28/78, 32/26, 36/61, 46/17. Karenannya istilah ZULQARNAIN
berarti Manusia yang dua golongan atau dua generasi, saling
bertentangan sebagai dua tanduk yang berasal dari satu diri.
Lihatlah istilah MUQARRANIIN.
QISTHU : Effektifitas 3/18, 4/127, 4/127, 4/135, 5/8, 5/42,6/142,6/152,
7/29, 10/4, 11/85, 21/47, 55/9, 57/25, maka istilah AQSATHU
berarti lebih effektif (lebih menghasilkan atau lebih berguna)
tercantum pada 2/282, 33/5, dan AQSTHA berarti “berbuat
effektif” pada 4/3, 49/9, 60/8. Jadi bukanlah istilah itu berarti
“adil” karena untuk “adil” ini Al-Quran memakai istilah “ADLU
atau ADALA yang juga tercantum pada ayat 4/3 dan 49/9.
Maka istilah MUSQSITHIIN berarti “yang berbuat effektif”
tercantum pada 5/42, 49/9, 60/8, tetapi istilah QAASITHUUN
pada 72/14 dan 72/15 berarti “yang mengada-ada” untuk
keuntungan sendiri.
42
QAHAA : Laksanakan 2/200, 19/35, 40/20 dll, dan istilah QAAD pada
20/72, 69/27 berarti “pelaksana” atau yang melaksanakan.
Sementara itu MAQDHIYYU berarti “yang dilaksanakan
19/21, 19/71, QADHAA BAINA berarti “menyelesaikan
antara” tercantum pada 6/58, 10/19, 10/47, 10/54, 10/93,
11/110, 27/78, 39/69, 39/75, 42/14, dan istilah
QADHAA’ALAA, sebagai tercantum pada 28/15, dan 35/36.
QALAA-IDU : Lingkungan Ka’bah 5/2, 5/97, sehubungan dengan
MAQAALIIDU yang berarti “daerah orbit” pada ayat 39/633,
42/12. Karenannya bukanlah yang satu berarti “kalung” dan
bukanlah pula yang lainnya berarti “kunci”.
QAMAR : Bulan 10/5, 36/39, 36/40, 84/18, 91/2, jamaknya juga QAMAR
tercantum pada ayat 7/54, 27/61, 31/29, 35/13, 39/5, 54/1,
74/32, bukanlah lebih jelas jamaknya pada ayat 12/4, 21/3,
26/61. Pada ayat suci terakhir ini QAMAR berarti
BULAN_BULAN ditandai dengan pronouns HIINNA yang
berarti “mereka”.
Kini sudah diketahui orang ada 34 bulan dalam
daerah tatasurya kita, belum termasuk yang mengitari planet
Muntaha.
QAHHAAR : Yang kuasa 13/16, 14/48, 12/39, 38/85, 39/4, 40/16, QAAHIR
berarti “yang menguasai” pada 6/18, 6/61, 7/127, dan
QAHARA berarti “menguasai” pada ayat 93/9, Lihat
penjelasan isitilah QADIIR.
QIYAAMAH : Kiamat yaitu hari berbangkit di akhirat, 2/174, 3/55, 16/25, dll,
dan QAYYUUM berarti”Pembangun” tercantum pada ayat
2/255, 3/2, 20/111.
Jadi hari kiamat bukanlah hari kehancuran sebagai yang
biasanya menjadi istilah umum, padahal untuk kehancuran
ini, Al-Quran memakai istilah SAA’AH, lihatlah penjelasannya.
KATABA : Menuliskan atau Menentukan. KATABA yang berarti
“menuliskan” ialah pada 2/79, 2/282, 3/181, 4/71, 7/145 dll.
Sedangkan KATABA yang berarti “menentukan” tercantum
pada /53, 4/66, 5/21, 5/32 dll. Sementara itu istilah KUTIBA
43
berarti “ditentukan” atau “diwajibkan” tercantum pada 2/178,
2/180, 2/216, 2/246, 3/154,. 4/77, 4/127, 9/120, 22/4.
Maka istilah KAATIBA berarti “mengadakan
ketentuan pada ayat 24/33, dan KAATIBU berarti “pencatat”
atau “mulia” tercantum pada 2/282, 21/94, 82/11.
KITAAB : kitab atau ketentuan, lihat istilah KATABA diartikan KITAAB
yang berarti “kitab” tercantum pada ayat 2/2, 2/79, 7/52,
7/169, 35/32, 41/2, 42/14, 46/30 dll. Jamaknya ialah KUTUBU
pada ayat 34/44.
KITAAB yang berarti “ketentuan” termuat pada ayat
17/14, 19/12, 19/16, 19/51, 22/70, 23/62, 30/56, 34/3, 35/11,
39/23, 57/22 dll. Jamaknya ialah KUTUBU tercantum pada
ayat 2/285, 21/104, 66/12 dan 98/3.
Sementara itu KITAAB pada ayat 27/28 berarti “surat
ketetapan”, dan KITAABUN HAFIIZH pada ayat 50/4 berarti
“ketentuan yang menjaga” . dan istilah MAKTUUBAN pada
ayat 7/157 berarti “yang tercantum” atau “yang tertulis”.
KA’BAH : Ka’bah 5/95, 5/97. Ditempat itulah rumah pertama yang
didirikan untuk manusia Bumi, 3/96. Ka’bah juga dinamakan
RUMAH TERTUA 22/29, 22/32. Didirikan oleh Ibrahim
bersama anaknya Ismail 22/26. Menjadi Sumber Ilmu tentang
History, Geology, dan sebagainya 2/125. Rumah Mulia dan
siapa yang memasuki daerahnya jadi aman 3/97, 5/97, dan
14/37. Rumah yang diberkahi atau yang dijaga
keselamatannya oleh Allah 3/97. Dikatakan juga sebagai
Rumah Allah dengan kiasan kemuliannya 2/125. Tempat
kebesarannya Nabi Ibrahim 3/97. Supaya manusia
menziarahinya atau menunaikan Haji kepadanya bagi yang
sanggup 3/97. Itulah satu-satunya Rumah yang selalu
diramaikan di sepanjang zaman secara aman 3/97 dan 53/4.
Dijadikan pertunjuk bagi seluruh manusia 3/96.
Supaya orang melakukan tawaf keliling Ka’bah itu
2/125, 22/26, 22/29 menempatkan Rumah itu di sebelah kiri
melambangkan putaran Bumi dari barat ke Timur sembari
mengorbit keliling surya.
44
Ka’bah itu dulunya yang jadi kutub utara bumi
sebelum topan di zaman Nuah 3/96, 18/86 jo.71/14 berlaku
71/14 dan berpindah pada tempatnya kini disebutkan pada
ayat 11/41 hingga kutub utara kini ialah di Arktik.
Ke arah Ka’bah itulah setiap orang harus menunjukan
Kitbalt Shalat 2/149 dan 2/150. Dan menghadap ke Ka’bah
bukanlah menyembah Rumah itu tetapi meyembah Tuhan
yang memilikinya 106/33. Allah selalu dalam goib maka
menyembah-NYA haruslah ditunjukan kepada suatu tempat
dan tempat itu diciptakan Allah, yaitu kekuatan terbesar di
bumi ini hingga memutar planet yang beratnya diperkirakan
200 trillion ton berputar sekira 1.665 km. perjam .
Jamak dari Ka’bah ialah KAWAA’IB tercantum pada
ayat 78/33 yaitu Ka’bah di panet-planet lain sebagai realisasi
dari ayat 2/148, 42/29 dan 65/12. Demikianlah para Muttaqien
di Akhirat nanti di kutub-kutub uatara planet sebagai
dinyatakan pada 71/14, 3/96, jo.29/20, 21/104 dan 78/3.
Sejalan dengan itu istilah KA’BAINI pada ayat 5/6 berarti “dua
mata kaki” yaitu tempat kaki berputar untuk sempat
melangkah. Demikian pula istilah Ka’bah berarti “tempat bumi
berputar” dulunya.
KALAALAH : Yang tidak lagi beribu-bapak 4/12, 4/177, bukanlah berarti
“yang tidak beranak dan tidak beribu-bapak lagi”, karena pada
ayat 4/177 dinyatakan : “…..jika tidak ada baginya anak”. Ini
membuktikan bahwa diantara kalaalah itu ada yang beranak.
KUN FA YAKUUN : “Adalah” maka adalah dia. Kalimat ini tercantum pada 2/117,
33/47, 3/59, 6/73, 16/40, 19/35, 6/82, dan 40/68. Walaupun
dikatakan hukum Allah demikian berlaku untuk tiap
sesuatunya, tetapi pada ayat-ayat suci tersebut lebih menitik
beratkan pada penciptaan planet-planet dan kehidupan yang
berlaku padanya.
KAWKABU : planet 6/76, 12/4, 24/35, begitupun KAWAAKIB berarti
“planet-planet” pada ayat 37/6, dan 82/2. Bukanlah istilah itu
berarti ‘ bintang’ atau “bintang-bintang”.
45
Pada ayat 12/4 secara jelas dinyatakan adanya bumi
dan surya, maka KAWKABU yang 12 itu bukanlah bintang
karena surya juga termasuk golongan bintang-bintang di
angkasa. Dari itulah istilah berarti PLANET.
Pada ayat 24/35 secara jelas dinyatakan adanya
KA’BAAH dalam lingkungan ZULAAJAH yang seumpama
KAWKABU maka MISBAAH dalam ayat suci ini ialah bintang,
sedangkan KAWKABU adalah planet yang mengitari bintang
sembari mengkilap memantulkan sinar dari bintang itu.
Yang dilihat Ibrahim pada ayat 6/76 ialah planet
besar, mungkin Jupiter, dan pada ayat 6/76 dinyatakan dia
melihat surya, maka nyatalah KAWKABU pada ayat 6/76
bukanlah bintang tetapi planet. Demikianlah KAWAAKIB pada
ayat 37/6 dan 82/2 adalah jamak dari KAWKABU.
ILTAFIT : Tertinggal 11/81 dan 15/65. Bukanlah istilah itu berarti
“menelah ke belakang” yang sebenarnya dipakai orang dalam
The Bible atau dalam Alkitab.
Jika diperhatikan ayat 11/81 akan jelas dapat dipami
bahwa : “………………… dan janganlah tertinggal dari kamu
seorang juga kecuali istrimu”. Maka dalam susunan kalimat ini
tak mungkin difahami: “………..dan janganlah menoleh
kebelakang dari kamu kecuali isterimu”.
LAQWU : Obrolan 2/225, 5/89, 19/62, 2/3, 25/72, 28/55, 52/23, 56/25,
78/35, sehubungan dengan LAGAA berarti “mengobrol” pada
ayat 41/26, dan LAAGIYUH berarti “yang berupa dongeng”
pada ayat 88/11.
LAAMASSA : Setubuhi 4/43 5/6 bukan hanya sekedar menyentuh karena
untuk “menyentuh” Al-Quran memakai istilah MASASA
tercantum pada 3/74, 3/140, 6/17, 19/20, 24/35, atau MASSA
pada 2/80, 2/214, 6/7, dll. Dan MASSU berarti “Sintuhan”
pada ayat 2/275, 54/48.
Maka istilah LAAMISAAS pada ayat 20/97 berarti
HAL HAL PORNO atau yang berhubungan dengan
persetubuhan.
46
MAA-U : Air 13/4, 15/22, 23/18, 25/48, 50/9, 43/11 dll. Namun istilah
MAA-U yang bercantum pada ayat 11/7, 14/16 21/30, 24/45,
25/54, dan 56/31 berarti HYDROGEN yaitu atom asal
berisikan Rawasia yang berputar di sumbunya dilingkup oleh
Mar’a.
Dalam hal ini juga penulis bible salah jiplak untuk
Genesis dimana dinyatakan Tuhan lebih dahulu menciptakan
air sebelum sinar, lihat Genesis I:2, dan I:3. Padahal Al-Quran
ayat 11/7 menyatakan semesta ini adalah diatas Hydrogen,
karena yang ada ini semuanya adalah benda-benda yang
berasal dari Hydrogen.
Di atas hydrogen juga berarti bahwa ciptaan pertama
ialah Rawasia (batang magnet) yang berputar, dari padanya
timbul Mar’a yang melingkupi. Rawasia disebut orang dengan
Proton yang tak kelihatan, begitupun Mar’a dengan nama
Electron dan Positron. Diatas hydrogen yang terdiri dari
proton dan Electron itulah adanya semesta raya dengan
istilah ARSY pada 11/7.
Ayat 14/16 menyatakan penduduk neraka diberi
minum dengan Hydrogen yang memperdayakan, bukan air
karena di dalam neraka tidak ada air.
Ayat 21/30 menyatakan bahwa Allah menjadikan
semua yang hidup dari hydrogen , bukan dari air, karena air
dalam tubuh manusia hanyalah 60 persen saja. Begitu juga
pada ayat 24/45, dan 25/54.
MAA-UN MASKUUB pada 56/31 berarti hydrogen
permanent yaitu yang berlaku di akhirat dalam sorga,
berbeda dengan hydrogen di dunia kini dimana Neutrine atau
Mar’a banyak mengapung ke angkasa dimana benda yang
ditinggalkannya berubah bersifat fana.
MU’TAFIKAH : kaum Pemalsu 9/70, 53/53, 69/9, sehubungan dengan IFKU
berarti “Kepalsuan” pada 24/11, 25/4, 29/17, 34/43, 37/86,
37/151, 46/11, dan AFAKA berarti “memalsu” pada 5/75,
6/95, 7/117 dll. Juga sehubungan dengan AAFFAAK berarti
yang memalsu” pada ayat 26/…dan 45/7.
47
Pada ayat 53/53 disebutkan “kaum pemalsu yang
dijatuhkan”, sedangkan pada ayat 69/9 dinyatakan “kaum
pemalsu dengan kesalahan”.
MUALLIFAH : Yang dibangun 9/60 yaitu orang-orang yang dibangun hatinya
untuk hukum Islam. Dalam hal ini termasuk anak-anak
sekolah melalui pengurus atau gurunya, begitupun usaha-
usaha dakwah Islamiah, tercantum yang ditujukkan kepada
orang-orang yang baru pindah agama memasuki Islam kalau
orang-orang ini miskin tercantum pada ayat 9/60.
Istilah ini sehubungan dengan ALLAFA berarti
“menyatukan” pada ayat 3/103, 8/63, 24/43 dan IILAAF
berarti “persatuan” pada 106/1 dan 106/2.
MATAA’U : Kelengkapan 2/240, 12/65, 28/60 dll. Bukan berarti nafkah,
barang-barang atau kenikmatan dsb. Untuk itu perhatikanlah
juga ayat 2/36, 2/241, 3/14, 3/185, 3/197, 4/77, 5/96, 7/24,
9/38, 10/23, 10/70, 11/3, 12/17, 12/79, 13/17, 13/26, 16/80,
16/117, 21/111, 24/29, 28/61, dsb. Jamaknya ialah AMTI’AH
pada 4/102.
Maka istilah MATTA’A berarti “beri kelengkapan” pada 2/126,
2/236, 10/98, 11/48, 15/88, 20/131, 21/44, pada 11/65, 15/3,
16/55, 29/66, 30/34, 39/8, 47/12, 51/43, 77/46, juga istilah
ISTAMTA’A berarti “minta kelengkapan” atau mencarinya,
tercantum pada ayat 4/…. 6/128, 9/69, dan 46/20.
MUTTAQUUN : Orang-orang yang insyaf 2/177, 39/33, 77/40 dll. Berasal dari
ITTAQA berarti “menginsyahi” 2/183, 24/52, 73/17 dll. ATQAA
berarti “lebih insyaf” 49/13, 92/17. Lihatlah TAQWAA.
MATIIN : Yang Memutar 7/183, 51/58, 68/45, maka ZUL QUWATUL
MATIIN berarti “yang memiliki kekuatan memutar” yaitu
kekuatan Allah yang memutar benda-benda angkasa.
Lihatlah TIIN dan WATIIN.
MATSAABAH : Sumber Ilmu 2/125 sehubungan dengan sitilah ATSAABA
berarti “membalasi” 3/153, 5/85, 48/18, dan ATSABATA
berarti “menetapkan”11/120, 25/32, 3/147, 8/11, 14/27, 17/74;
TSAABIT berarti “yang menguatkan” 14/24, TSABUTA berarti
“dengan kekuatan” 4/71, TSUBBUT berarti “kuatnya” 16/94.
48
Maka MATSAABAH adalah sumber yang
menetapkan yang menguatkan hidup manusia di bumi ini
karenanya diartikan dengan “sumber ilmu” , dengan begitu
istilah MATSUUBAH berart “pembalasan” 2/103 sehubungan
dengan ATSAABA.
MATSALU : Contoh atau perumpamaan 2/17, 3/59, 3/117, dll. Selaku
Noun yang pluralnya ialah AMTSAAL pada 6/38, 6/160, 13/17
dll, maka MUTSLAA berarti “contoh utama” 20/63, dan
MATSULAAT berarti “ yang mengandung contoh” pada ayat
1/6.
MITSLU : Persamaan atau yang bersamaan dengan, tercantum pada
ayat 2/106, 2/275, 3/13, 4/140, 4/177, 5/31, 5/36, 6/124,
6/160, 10/38, 10/102, 13/17, 17/88, 17/99, 20/58, 21/3, 40/40,
42/11, 39/47, 60/11, dan 65/12. Jadi istilah MITSLU dan
MATSALU bukanlah serupa artinya.
MATSAANIY : Yang berulang-ulang 15/87, 9/23, ayat pertama dimaksudkan
bagi 7 planet yang berulang-ulang melakukan transit diatas
orbit bumi. Ke planet-planet itulah dulunya pernah tinggaj
dalam Mi’rajnya. Ayat kedua dimaksudkan bagi ketetapan
Allah yang dalam Al-Qur’an, terutama yang sifatnya
mutasyabihaat, masing-masingnya saling menambah
mencukupkan selaku bahan keterangan bagi manusia.
MAJRI : Tempat berangkat 11/14 sehubungan dengan JAARIYAH
berarti “yang bergerak” atau yang berjalan, pada ayat 69/11,
88/12 dan JARAA berarti “bergerak” pada ayat 2/164, 6/6,
7/43 dll.
Yang dimaksud dengan MAJRI ialah tempat
berangkatnya kutub magnet utara bumi sewaktu topan di
zaman Nuah dari Makkah selaku kutub utara ke kutub utara
di Arktik 3/96, 18/86 bersamaan denagan berpindahnya kutub
selatan magnet bumi dulunya di pulau Tuamoto.pasific ke
Antartik di selatan kini, lihatlah KA’BAH.
Topan demikian berlaku di permukaan setiap
….dalam tatasurya kita, kemudiannya berlakulah pergantian
musim, lihat juga ‘AAM dan MURSAA.
49
MAHJUUR : Yang di tumpuk 25/22, 25/53 sehubungan dengan istilah
HIJRU berarti “yang berbatu-batu 6/138, 15/80, 25/22, 25/53,
89/5, dan HAJARU berarti “yang berupa batu” 2/60, 7/160,
juga HIJAARAH berarti “batu” pada ayat 2/24, 2/74, 8/32,
15/74, 17/50, 51/33, 66/6, dan 105/4.
Maka ayat 25/53 mengandung istilah HIJRAAN
MAHJURAA berarti “batu-batu yang ditumpuk” selaku bukit
yang membatasi dua lautan, sedangkan istilah itu juga berarti
sama pada ayat 25/22, sebagai perkataan orang-orang kafir
bahwa comet yang mereka lihat adalah batu-batu yang
ditumpuk atau mereka katakan comet itu terwujud dari
batuan-batuan dan pasir. Ayat 25/22 ini berupa ejekan
terhadap pendapat orang kafir tentang cosmology, atau
tentang wujud comet.
MUHSHANAAT : Yang terjaga yaitu perempuan-perempuan yang terjaga atau
terpingit dalam rumah tangga islam, 4/24, 4/25, 5/5, 24/4,
24/23, sehubungan dengan MUHSHINIIN berarti “yang
menjaga” atau lelaki yang menjaga; dengan AHSH… berarti
“menjaga” pada 4/25, 12/48, 21/80, 21/91, 66/…, dan dengan
HASHUNA berarti “terjaga” pada ayat 59/2.
Jadi semua orang beriman boleh menikahi
MUHSHAM kecuali yang bersuami sebagai dinyatakan pada
ILLAA MA MALAKAT AIMAANUKUM pada ayat 4/24.
MIDAADAA : Berganda 18/109, sehubungan dengan MADDA berarti
“pergandaan” 19/75, 19/79, MUDDAT berarti “dipergandakan”
9/4, 84/3, dan dengan istilah MADADA berarti “perganda”
pada ayat 2/15, 3/124, 7/202, 8/9, 13/3, 15/19, 15/88, 17/6,
17/20, 20/131, 22/15, 23/55, 25/45, 26/132, 27/36, 31/27,
50/7, 52/22, 104/9.
Istilah itu sehubungan juga dengan MUMIDDU berarti
‘yang memperganda” pada 8/9, MUMADDADAH berarti “yang
berlapis-lapis” 104/9; dan dengan MAMDUUD berarti “yang
diperganda” pada ayat 56/30, 74/12.
MIDRAARAA : yang beriringan 6/6, 11/52, 71/11, yaitu benda-benda
angkasa yang datangnya beriringan. Istilah itu sehubungan
50
dengan DURRIYYU berarti “yang diperiringkan” 24/35, yaitu
planet-planet yang mengorbit keliling surya.
MARIIJ : Yang berhubungan 50/5, sehubungan dengan sitilah MAARIJ
berarti “yang menghubungkan” pada ayat 55/15; dan dengan
MARAJA berarti “menghubungkan” pada ayat 25/53, 55/19.
Jadi menurut ayat 55/15, jin diciptakan Allah dari yang
menghubungkan adanya api. Hal ini menjadi tugas para
ilmuwan untuk menentukan apakah dari wujud yang
semacam gas atau sebagainnya.
MARIID : Yang mengingini 4/117, 22/3, sehubungan dengan MAARID
berarti “yang berkeinginan” 37/7, dan sehubungan dengan
ARAADA berarti “ingin” pada ayat 2/228, 3/145, 21/17 dll.
MURSAA : Tempat dipusatkan 7/187, 11/41, 79/42, sehubungan dengan
ARSA berarti “pusatkan” 79/32, bahwa Allah memusatkan
gunung-gunung pada tempat-tempat tertentu dengan puncak-
puncak tinggi. Demikian pula comet dipusatkan dengan
kepalanya dan berekor panjang yang akan membentur
tatasurya kita untuk memusnahkan kehidupan konkrit dengan
istilah SA’AH pada ayat 79/42, dan 7/187. Bagitu pula magnet
bumi dipusatkan di Arktik dan di Antarktik sesudah
berpindahnya dari Makkah dan tuamoto pada waktu
berlakunya topan besar di zaman Nuah. Lihat juga
RAWAASIA dan MAJRII.
MAR’A : Neutrino atau Elektron bebas 79/31, 87/4, sehubungan
dengan RAA’U berarti “yang memelihara” 23/8, 70/32; juga
dengan RA’AA berarti “memelihara” pada ayat 20/54, 57/7.
Electron dan Positron adalah wujud yang melingkupi proton
(lihat MAA-U) karenanya dia dinamakan dengan MAR’A.
ketika atom melakukan fissi dan atau fusi keluarlah sebagian
electron dan positron itu lalu bergabung menjadi NEUTRINO
dengan sifat neutral. Maka yang keluar dari planet-planet ,
MAR’A atau Neutrino itu membentuk lapisan Ionosfir yang
semakin tebal. Sedangkan yang keluar dari bintang-bintang
mengapung ke angkasa bebas menjadi nebula dan
kemudianya bergabung jadi comet, lihat SHUUR.
51
Pada ayat 21/32, ionosfir yang melingkupi bumi ini
disebut dengan SAQFAN MAHFUUZHA atau lapisan terjaga,
dan memanglah Mar’a yang mengapung dari permukaan
bumi dikatakan pada ayat 79/31 bersifat menjaga dan terjaga.
Diri dengan KITAABUN MARQUUM yaitu ketetapan yang
dicatat pada ayat 83/9, 83/20 sebagai ketetapan yang nanti
akan dihadapkan padanya di akhirat selaku persaksian.
MARWAH : Marwah 2/158 bersamaan dengan SHAFA yaitu dua ban
yang berjarak sekira 400 meter, diantaranya orang
melakukan SYA’I dalam ibadah Haji. Hal ini melambangkan
posisi kutub magnet bumi selalu berpindah tempat maksimal
10 derajat dari kutub putaran bumi, berlaku pada bulan Juni
dan Desember, sedangkan pada bulan maret dan September
berada tepat di kutub puturan bumi. Kejadian tersebut berlaku
sesudah topan di zaman Nuah waktu mana kutub-kutub bumi
berpindah tempat. Itulah sebabnya SYA’I harus dilakukan
sesudah ibadah Tawaf keliling Ka’bah. Lihatlah MASJIDUL
HARAM dan KA’BAH.
MAS-UUL : Yang ditanyai atau yang dipertanggung-jawabkan 17/34,
17/36, 33/15, 37/24, sehubungan dengan istilah SU-ILA
berarti “ditanyai” atau dipertanggungjawabkan, 2/119, 2/134,
16/56, 21/23, 28/78, 29/13, 34/25, 43/44, 55/39, 81/8 dan
102/8.
Sering penterjemah salah pasang pada ayat 28/78,
dan 55/39. Mereka memahami bahwa jin dan orang-orang
berdosa tidak ditanyai atau tidak dipertanggung jawabkan
tentang dosanya, padahal semuanya akan ditanyai.
Kekeliruan terletak pada susunan istilah LAA TUS AL ‘AN
ZUNUUBIHIMUL MUJRIMUUN. Mereka menyangka Na-ibul
Faa’il dalam ayat suci itu adalah MUHRIMUUN, pada hal
sebenarnya DIA yaitu Allah. Begitu pula pada ayat 55/39.
Sedangkan ayat-ayat suci diatas tadi menyatakan semua
orang dipertanggung jawabkan tentang amal dan dosanya,
dan lihatlah arti ayat 21/23. Tidaklah Dia (Allah) ditanyai
52
tentang yang DIA perbuat, dan merekalah yang ditanyai
(dipertanggung jawabkan).
Sekiranya istilah-istilah dalam ayat 28/78 dirubah susunannya
menjadi LAA YUS-ALUL MUJRIMUUNA ‘AN ZUNUUBIHIM
barulah MUJRIMUUN itu berfungsi Na’Ibul Faa’il.
MUSTAQUR : yang ditentukan 2/36, 6/67, 6/98, 7/24, 11/6, 25/76, 36/38,
75/12, maka istilah MUSTAQIR berarti “yang menentukan”
tercantum pada ayat 27/40, dan 54/3.
Istilah ini sehubungan dengan QARAAR berarti
“perwujudan” dapa 14/26, 14/29, 23/38, 75/12, maka istilah
MUSTAQIR berarti “terwujud” atau berada pada tempatnya,
tercantum pada ayat 7/143.
Maka bukanlah MUSTAQAR berarti tempat tinggal,
tempat istirahat atau kediaman, tetapi benarlah “yang
ditentukan” sebagai tercantum pada ayat 6/67 dan 36/38.
MASJIDUL HARAM: Masjidul Haram yaitu daerah tertentu di Makkah, di
tengahnya bediri Ka’bah, 2/144, 2/149, 2/150, 2/191, 2/217,
5/2, 8/34, 9/19, 9/28, 17/1, 22/25, 48/25, 48/27.
Ayat 2/144 menyatakan bahwa Kiblat shalat harus di
arahkan kepada masjidul Haram. Sementara itu ayat 2/148
menyatakan di setiap planet lain juga ada Kiblat shalat, maka
ayat 2/149 dan 2/150 menjelaskan bilamana orang berada di
permukaan planet lain hendaknya mengarahkan shalat kea
rah Masjidul Haram di planet itu sendiri, karenanya teranglah
di setiap planet ada Ka’bah disinyalir oleh ayat 2/148 – 150.
Ayat 17/1 menyatakan bahwa Nabi Muhammad mi’raj
ke masjidul Aqasa, nyatalah dia berada di planet Muntaha
sebanding dengan Masjidul Haram di bumi. Memang di setiap
planet ada kehidupan, 42/29, dan di Muntaha ada kebun
tempat tinggal, 53/15. Lihatlah WIJHAH.
MASIIH : Almasih anak Maryam, 3/45, 4/157, 4/171, 5/72, 5/75, 5/17
dan 9/30. Istilah itu berarti “yang berangkat” sehubungan
dengan SAAHA berarti “berangkat” tercantum pada ayat 9/2.
Memang Isa anak Maryam itu telah berangkat ke planet lain
53
sebagaimana Adam telah berangkat dari Muntaha 3/59
jo.23/50.
Adam telah beranak pinak di bumi ini 5/27 dan tidak kembali
lagi ke Muntaha, demikian Isa Almasih telah berketurunan di
planet lain dan tidak kembali ke bumi ini, 13/37 jo.19/33.
MASYAARIQ : timur-timur yaitu tempat-tempat terbit surya di berbagai
planet, 7/137, 37/5, 70/40. Hal ini membuktikan bahwa 7
samawaat diatas orbit bumi ialah mars, Jupiter, Saturnus,
Uranus, neptunus, Pluto dan Muntaha. Semuannya berputar
di sumbu masing-masing dengan mana terjadilah pergantian
siang dan malam, begitupun timur dan barat.
Timur di Bumi ialah tempat terbit surya menurut
pandangan setempat, 2/28, 2/115, 2/142, 2/177, 26/.., dan
73/9, sementara itu pada ayat 43/38, 55/17, tercantum istilah
MASYRIQAINI berarti “dua tempat terbit “ surya, atau dua
timur. Hal ini sehubungan dengan inklinasi orbit bumi keluar
garis ekliptik sajauh 23 ½ derajat pada babad 14 Hiriah
hingga surya kelihatan terbit di belahan utara garis ekuator
dan kemudian di belahan selatannya. Lihat SUBULU dan
FIJJAAJAA.
MISHBAAH : Bintang berapi 24/35, jamaknya MASHAABIIH berarti
“bintang –bintang berapi” pada ayat 41/12 dan 67/5.
MUTHWIYYAAT : yang berrotasi 39/67 yaitu planet-planet berputar di sumbunya
menurut tatahukum Allah.
MUQARRANIIN : Yang dijadikan satu generasi, 14/49, 25/13, 38/38.
Demikianlah orang-orang kafir dalam neraka, mereka berada
di neraka yang satu yaitu surya yang satu pada tatasurya kita.
Itu juga sebabnya kenapa NAAR atau neraka itu tidak pernah
berbentuk jamak.
MUQRINIIN berarti “yang satu generasi” pada ayat
43/13 bahwa dalam soal kendaraan, manusia berada dalam
dua generasi, yaitu generasi yang menolak berada daya tarik
bumi, dan generasi yang menghilangkan daya tarik itu
dengan pesawat piring terbang.
54
MUQTARINIIN berarti “dalam satu generasi” 43/53,
semuanya sehubungan dengan QARNU.
MUQSITHIIN : Yang berbuat effektif 5/42, 49/9, 60/8. Lihatlah QISTHU.
MAQAALIID : Daerah Orbit 39/63, 42/12, yaitu garis atau daerah kitaran
planet-planet keliling surya. Hal ini membuktikan bahwa Al-
Qur’an telah lebih dahulu menyatakan surya itu menjadi pusat
orbit planet, bukanlah Copernicus sebagai tercatat dalam
sejarah dunia. Sebagai pusat orbit, tentulah surya itu paling
bawah, 95/5, sebagaimana pusat bumi paling bawah di bumi
ini.
MUQAAM : Tempat Tetap 5/107, 25/66, 25/76, 33/13, dan 35/35. Maka
istilah MAQAAM berarti “ kebesaran” tercantum pada ayat
2/125, 3/97, 5/107, 10/71,14/14, 17/79, 19/7, 26/58, 27/39,
37/164, 44/26, 44/51, dan 79/40. Bukanlah istilah itu berarti
tempat berkubur. Hal ini dibuktikan dengan ayat 2/125, dan
3/97 yang menayatakan kebesaran Ibrahim bukan
kuburannya; ayat 10/71 menyebutkan kebesaran Nuah bukan
kuburannya; demikian pula kebesaran Allah pada ayat 14/14,
17/19, 19/73, dan sebagainya.
MALAKUUT : Kerajaan-kerajaan 6/75, 7/185 23/88,36/83, mufradnya ialah
MULKU tercantum pada ayat 2/12, 2/248, 3/26, 76/20, dll.
Dalam ayat 7/185 Allah bagaikan mengajurkan manusia
ramai memperhatikan kerajaan planet-planet, dan pada ayat
6/75, dinyatakan bahwa Nabi Ibrahim telah melihat atau telah
diperlihatkan kepadanya kerajaan planet-planet itu. Hal ini
berlaku sewaktu dia hendak dibakar musuhnya, lalu dia
dimi’rajkan 21/70, 37/99.
MUMIDDU : Yang memperganda 8/9, MUMADDADAH berarti “yang
berlapis-lapis” 104/9; dan istilah MAMDUUD berarti “yang
diperganda” tercantum “menodong, tinggi menjulang, luas
terbentang, yang banyak“ atau sebagainya. Lihatlah
MIDAADAA.
MANNU : Keutamaan 2/57, 2/262, 2/264, 7/160, 20/8, 47/4,
sehubungan dengan MANNA berarti “utamakan” tercantum
pada ayat 3/143, 3/164, 4/94, 4/119, 6/53, 12/90, 14/11,
Daftar istilah al quran_ns
Daftar istilah al quran_ns
Daftar istilah al quran_ns
Daftar istilah al quran_ns
Daftar istilah al quran_ns
Daftar istilah al quran_ns
Daftar istilah al quran_ns
Daftar istilah al quran_ns
Daftar istilah al quran_ns
Daftar istilah al quran_ns
Daftar istilah al quran_ns

Weitere ähnliche Inhalte

Ähnlich wie Daftar istilah al quran_ns

Kedudukan dan Fungsi Hadits
Kedudukan dan Fungsi HaditsKedudukan dan Fungsi Hadits
Kedudukan dan Fungsi Hadits
Fakhri Cool
 
Pel. 14 beriman dengan kitab kitab suci
Pel. 14 beriman dengan kitab kitab suciPel. 14 beriman dengan kitab kitab suci
Pel. 14 beriman dengan kitab kitab suci
Zuraihi Razali
 
Fungsi Al-qur'an Bagi Kehidupan
Fungsi Al-qur'an Bagi KehidupanFungsi Al-qur'an Bagi Kehidupan
Fungsi Al-qur'an Bagi Kehidupan
Ainur HN
 
Buku Harun Yahya : Hari akhir dan al_mahdi
Buku Harun Yahya : Hari akhir dan al_mahdiBuku Harun Yahya : Hari akhir dan al_mahdi
Buku Harun Yahya : Hari akhir dan al_mahdi
BMG Training Indonesia
 
02 adi junaidi (memahami isi pokok ajaran al-qur'an)
02 adi junaidi (memahami isi pokok ajaran al-qur'an)02 adi junaidi (memahami isi pokok ajaran al-qur'an)
02 adi junaidi (memahami isi pokok ajaran al-qur'an)
35255466
 

Ähnlich wie Daftar istilah al quran_ns (20)

Iman Kepada Kitab Allah
Iman Kepada Kitab AllahIman Kepada Kitab Allah
Iman Kepada Kitab Allah
 
Aqidah : Beriman Kepada Kitab
Aqidah : Beriman Kepada KitabAqidah : Beriman Kepada Kitab
Aqidah : Beriman Kepada Kitab
 
GPI 1083
GPI 1083GPI 1083
GPI 1083
 
Kedudukan dan Fungsi Hadits
Kedudukan dan Fungsi HaditsKedudukan dan Fungsi Hadits
Kedudukan dan Fungsi Hadits
 
Pel. 14 beriman dengan kitab kitab suci
Pel. 14 beriman dengan kitab kitab suciPel. 14 beriman dengan kitab kitab suci
Pel. 14 beriman dengan kitab kitab suci
 
MAKALAH AL-QUR'AN.docx
MAKALAH AL-QUR'AN.docxMAKALAH AL-QUR'AN.docx
MAKALAH AL-QUR'AN.docx
 
Buku Ulumul Qur'an.pdf
Buku Ulumul Qur'an.pdfBuku Ulumul Qur'an.pdf
Buku Ulumul Qur'an.pdf
 
Fungsi Al-qur'an Bagi Kehidupan
Fungsi Al-qur'an Bagi KehidupanFungsi Al-qur'an Bagi Kehidupan
Fungsi Al-qur'an Bagi Kehidupan
 
Memahami Al-Qur’an dan Al-Hadistt sebagai pedoman hidup
Memahami Al-Qur’an dan Al-Hadistt sebagai pedoman hidupMemahami Al-Qur’an dan Al-Hadistt sebagai pedoman hidup
Memahami Al-Qur’an dan Al-Hadistt sebagai pedoman hidup
 
PPT asbabun-nuzul.pptx
PPT asbabun-nuzul.pptxPPT asbabun-nuzul.pptx
PPT asbabun-nuzul.pptx
 
Dr nadzirah mohd(tadaburkan)
Dr nadzirah mohd(tadaburkan)Dr nadzirah mohd(tadaburkan)
Dr nadzirah mohd(tadaburkan)
 
Bab 1 qh semester 1
Bab 1 qh semester 1Bab 1 qh semester 1
Bab 1 qh semester 1
 
BAB 1 QURDITS
BAB 1 QURDITSBAB 1 QURDITS
BAB 1 QURDITS
 
Buku Harun Yahya : Hari akhir dan al_mahdi
Buku Harun Yahya : Hari akhir dan al_mahdiBuku Harun Yahya : Hari akhir dan al_mahdi
Buku Harun Yahya : Hari akhir dan al_mahdi
 
ulumul qur'an
ulumul qur'anulumul qur'an
ulumul qur'an
 
Keotentikan al qur'an
Keotentikan al qur'anKeotentikan al qur'an
Keotentikan al qur'an
 
Icsb223
Icsb223Icsb223
Icsb223
 
Hari akhir dan al mahdi. indonesian. bahasa indonesia
Hari akhir dan al mahdi. indonesian. bahasa indonesiaHari akhir dan al mahdi. indonesian. bahasa indonesia
Hari akhir dan al mahdi. indonesian. bahasa indonesia
 
Aqidah islam
Aqidah islamAqidah islam
Aqidah islam
 
02 adi junaidi (memahami isi pokok ajaran al-qur'an)
02 adi junaidi (memahami isi pokok ajaran al-qur'an)02 adi junaidi (memahami isi pokok ajaran al-qur'an)
02 adi junaidi (memahami isi pokok ajaran al-qur'an)
 

Mehr von nana masruri

Mehr von nana masruri (20)

Kisikisi usbn pai 2012 2013 smp + RINGKASAN MATERI
Kisikisi usbn pai 2012 2013 smp + RINGKASAN MATERIKisikisi usbn pai 2012 2013 smp + RINGKASAN MATERI
Kisikisi usbn pai 2012 2013 smp + RINGKASAN MATERI
 
5 kisi2ujianpraktekfiqih20122013-130308140838-phpapp01
5 kisi2ujianpraktekfiqih20122013-130308140838-phpapp015 kisi2ujianpraktekfiqih20122013-130308140838-phpapp01
5 kisi2ujianpraktekfiqih20122013-130308140838-phpapp01
 
Mu`jizat
Mu`jizatMu`jizat
Mu`jizat
 
NABI DAN RASUL
NABI DAN RASULNABI DAN RASUL
NABI DAN RASUL
 
Agama
AgamaAgama
Agama
 
WAHYU ALLAH
WAHYU ALLAHWAHYU ALLAH
WAHYU ALLAH
 
Dunia hanya permainan
Dunia hanya permainanDunia hanya permainan
Dunia hanya permainan
 
KEHENDAK ALLAH
KEHENDAK ALLAHKEHENDAK ALLAH
KEHENDAK ALLAH
 
Penilaian jenazah KLS E
Penilaian jenazah KLS EPenilaian jenazah KLS E
Penilaian jenazah KLS E
 
Penilaian jenazah KLS H
Penilaian jenazah KLS HPenilaian jenazah KLS H
Penilaian jenazah KLS H
 
Penilaian jenazah KLS G
Penilaian jenazah KLS GPenilaian jenazah KLS G
Penilaian jenazah KLS G
 
Penilaian jenazah F
Penilaian jenazah FPenilaian jenazah F
Penilaian jenazah F
 
Penilaian jenazah KLS C
Penilaian jenazah KLS CPenilaian jenazah KLS C
Penilaian jenazah KLS C
 
Penilaian jenazah KLS B
Penilaian jenazah KLS BPenilaian jenazah KLS B
Penilaian jenazah KLS B
 
Penilaian jenazah KLS I
Penilaian jenazah KLS IPenilaian jenazah KLS I
Penilaian jenazah KLS I
 
Penilaian jenazah KLS A
Penilaian jenazah KLS APenilaian jenazah KLS A
Penilaian jenazah KLS A
 
Hadits menurut al qur'an
Hadits menurut al qur'anHadits menurut al qur'an
Hadits menurut al qur'an
 
KISI-KISI UTAMA
KISI-KISI UTAMAKISI-KISI UTAMA
KISI-KISI UTAMA
 
Kisi kisi soal ujian sekolah dan materi dok
Kisi kisi soal ujian sekolah dan materi dokKisi kisi soal ujian sekolah dan materi dok
Kisi kisi soal ujian sekolah dan materi dok
 
USBN KISI-KISI + MATERI
USBN KISI-KISI + MATERIUSBN KISI-KISI + MATERI
USBN KISI-KISI + MATERI
 

Daftar istilah al quran_ns

  • 1. 1 imDAFTAR ISTILAH Al-Qur’an adalah Kitab Suci yang semua isinya terdiri dari Firman Allah diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk jadi petunjuk bagi seluruh manusia dalam kehidupan di semua zaman mencakup semua pokok persoalan. Tetapi kesadaran manusia tentang sesuatu datangnya bertahap setingkat demi setingkat sesuai dengan ketentuan dan pembukaan yang diberikan Allah, maka pengertian manusia dalam menanggapi istilah-istilah informative dalam Al-Quran senantiasa berobah dan meningkat dalam sejarah kehidupannya dari suatu ke lain zaman. Keadaan demikian menimbulkan adanya terjemahan yang berbeda tentang beberapa istilah sesuai dengan peningkatan kesadaran yang berlaku pada mana yang haq melenyapkan yang batil. Berlakulah pembentukan oleh yang logis terhadap yang keliru. Semuanya akan berakhir dengan kenyataan bahwa pada suatu waktu nanti setiap ketentuan hukum science yang terkandung dalam Al-Quran sama diakui dan dipatuhi para ilmuwan yang berjuang mencapai kemakmuran hidup dunia dan akhirat. Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa Al-Quran diturunkan Allah berbahasa arab, namun kalau diteliti dengan seksama akan ternyatalah bahwa dalam banyak hal Al-Quran telah memperkaya bahasa arab dengan beberapa istilah yang sesungguhnya ilmiah, baik oleh bangsa arab sendiri maupun oleh bangsa lain, barulah disadari pengeriannya berbilang abad kemudian. Maka dibawah ini sengaja disusunkan beberapa istilah Al-Quran yang terjemahannya pada awal abad 15 Hijriah mengalami peruabahan menurut yang haq. Semuanya didasarkan atas hubungan ayat dengan ayat lainnya dalam Al- Quran, sangkut paut antara sesamanya, sebagai bahan-bahan informative yang menentukan peradaban manusia, bukan sebaliknya, yaitu bukan Al-Quran mengikuti perkembangan. Namun yang disampaikan dibawah ini hanyalah sebagian istilah saja, antara lain sebagai berikut : ABAABIIL : Meteor atau meteorites, tertulis pada ayat 105/3, sebagai benda melayang di angkasa, berasal dari pecahan planet karena pembesaran radiasi surya pada 2.000 tahun ciptaan pertama dulunya. Sampai kini benda itu masih ada yang
  • 2. 2 melayang, juga yang menyebabkan permukaan Bulan menjadi bopeng. Hubungan ayat 33/7 dan 41/12. ABAARIIQ : Benda-benda mengkilap, pada ayat 56/68, sehubungan dengan BARQU berarti KILAT pada ayat 2/19 dll. IBNUS SABIL : Pejuang yaitu pejuang pada garis hukum Allah. Lihat SABIIL. ARDHU : Bumi-bumi atau bumi, jamak atau mufrad. Yang termuat 39/ 67 dll. Adalah jamak sebagai realisasi dari pada ayat 13/3 dan wujudnya sama dengan planet-planet pada ayat 65/12. ASBAAB : Kausalita jamak dari SABABU pada 18/84. Maka yang tercantum pada ayat 38/10 bukan berarti jalan tetapi lebih tepat “kausalita”, jalinan sebab dan akibat. ASLAMA : Masuk Islam, 2/112,3/83 dll. Sehubungan dengan “salam” keselamatan dan “sallama”, menyelamatkan pada 8/43. Masuk Islam berarti menyelamatkan diri di dunia dan di akhirat nanti pada Allah, caranya ialah mematuhi hukum yang diturunkan ALLAH. A’JAMIYU : Bahasa asing, 16/103,44/44.”a’jamiin”, bangsa asing, 26/198. Yaitu lain dari arab yang dengan bahasanya Al-Quran diturunkan AF-IDAH : Mental 6/110, 14/37 dll. Ufradnya “fuaaad” pada 11/120,17/36 dll. Jadi AF-IDAh bukanlah berarti hati, karena untuk istilah ini Al-Quran memakai “qalh” atau “quluub”. Diri manusia tersusun dari roh, mental, moral, fisik, dan aktifitas. Bilamana salah satu dari yang lima itu lenyap maka dia berhenti jadi manusia. Sedangkan hati tergolong pada bagian fisik. UFUQ : Planet, 53/7,81/23, jamaknya “aafaaq” pada 41/53. Sebenarnya istilah itu berarti batas penglihatan ke angkasa dimana termasuk bintang-bintang dan bulan-bulan dan dan sebagainya. Tetapi pada ketiga ayat suci itu tercantum keadaan Nabi dan aktifitas manusia lain, praktislah yang dimaksud dengan UFUQ adalah planet selaku tempat yang wajar untuk manusia. IMLAAQ : Beranak banyak, 6/151,17/31 atau calon anak-anak yang akan dilahirkan. Hal ini sehubungan dengan”Mulaaq” pada 2/46,2/223,11/29,62/8,69/20,84/6 dan “mulqiyaat” pada 77/3.
  • 3. 3 Jadi orang dilarang membunuh calok anaknya atau spermanya dalam hubungan suami istri karena takut beranak banyak yang nanti akan berwujud atau dating selaku anggota keluarga. Jadi “imlaaq” bukanlah berarti kemiskinan. AMBIYAA : Perkabaran 2/91,3/112,3/181,4/155,5/20, jamak dari “naba-u”. jadi “ambiyaa” bukanlah berarti Nabi-Nabi karena tiada Nabi yang dibunuh orang kafir sesuai dengan maksud ayat 6/82,40/50 dan 58/21, tetapi memang ada orang kafir yang membunuh perkabaran seperti yang dinyatakan pada ayat 2/159,2/140,4/42,5/99. Sebagaimana juga istilah “AINU” mempunyai dua arti dan jamaknya ialah “UYUUN dan A’YUNU begitu pula NABAU mempunyai dua arti. Yang pertama berarti “perkabaran “seperti pada ayat 6/34,7/175 dll. Jamaknya ialah “ANBIYAA”. Yang kedua NABAU berarti “kenyataan kabar”seperti pada ayat 38/67, 38/88, 78/2, jamaknya ialah ANBAA-U tercantum pada ayat 26/6, 28/66, 6/5 dll. Ingatlah bahwa dalam Al-Quran tiada istilah yang jamaknya dua macam dengan arti sama. Demikianlah NABIYI jamaknya ialah NABIYYUN, bukan ANBIYAA ANHAAR : Sungai-sungai 2/74,17/91,43/51,47/15 ditandai dengan FIIHAA atau PADANYA, jamaknya dari NAHAR pada ayat 2/249,18/3,dan 54/54. ANHAAR : Siang-siang 4/57,5/12,9/100 dll. Ditandai dengan MIN TAHTIHAA atau DARI BAWAHNYA yaitu, bahwa di surga nanti orang tidak akan melihat surya dinyatakan pada 76/13, karenanya penduduk surge tidak mengalami waktu siang hari seperti keadaan di Bumi ini pada daerah ekuator. Kehiduapan di surge nanti akan bersamaan dengan keadaan penduduk kutub sebelum topan di zaman Nuah waktu mana tidak berlaku pergantian musim. Ketika itu orang tak pernah melihat surya maka dikatakan siang-siang bergerak dibawahnya. Namun kehidupan di Surga nanti tentulah sangat sempurna. Tentang ini hendaklah dipahami maksud ayat 3/96,71/14,jo. 29/20, 21/104 dan 21/105.
  • 4. 4 INFAAL : Rampasan perang 8/1, bukanlah istilah itu berarti “rampasan perang” atau “the spoil” Dalam Islam tidak ada yang dinamakan dengan rampasan perang, baik yang berlaku dalam sejarah maupun yang tercantum dalam Al-Quran. Orang boleh meninjau kembali sejarah perkembangan islam yang berlaku semenjak zaman Nabi Muhammad, Umar Bin Ghattab, sampai sekarang, bahwa tidak pernah berlaku ada rampasan perang dalam islam. Janganlah dalam islam, bahkan dalam martabat manusia lainnya juga tidak berlaku adanya rampasan perang dewasa ini, dan ingatlah hukum Al-Quran berlaku untuk seluruh zaman di segala tempat. Karenannya istilah ANFAAL kalau diartikan dengan “rampasan perang” maka hal itu berarti mencemarkan hukum islam, tetapi benarlah berlakunya “rampasan perang” sebagaimana juga berlaku dalam hubungan internasional bagi suatu Negara yang dikalahkan. Cobalah perhatikan kembali susunan kalimat dalam ayat 8/1, disana ternyata adanya orang bertanya tentang ANFAAL, maka Allah menjelaskan bahwa ANFAAL itu untuk- Nya dan untuk Rasul-Nya, penjelasan pembagiannya dinyatakan pada ayat 8/41, seterusnya pada ayat 8/68 dan 8/69 terdapat ancaman bagi orang-orang yang tidak memakan yang halal lagi baik dari apa yang diperolehnya. Dengan itu, jelaslah bawha ANFAAL berarti “rampasan perang” yang diterima oleh Rasul atau oleh pimpinan Negara islam dari musuh yang dikalahkan, bukan “rampasan perang” yang didapat oleh prajurit-prajurit atau tentara islam. Dalam ayat 8/1 disebut ANFAAL (rampasan perang) sehubungan dengan JIZYAH (UPETI) pada ayat 9/29. Baik ANFFAL maupun JIZYAH diberikan oleh pihak yang kalah perang kepada yang menang melalui prosedur tertentu,
  • 5. 5 bukanlah yang dimaksudkan itu rampasan perang oleh prajurit secara liar tanpa hukum. AAYAH : Pertanda, jamaknya AAYAAT. Malam dan siang dinyatakan jadi dua pertanda, 17/12, keberangkatan Isa Almasih dengan ibunya dari bumi ini dinyatakan selaku pertanda pada ayat 23/50, dan pada penciptaan. Orang boleh menuliskan terjemahan Al-Quran dengan memakai istilah AYAT dengan arti mengindonesiakan istilah ityu secara umum. Tetapi AAYAH atau AAYAAT dalam Al-Quran bukanlah berarti paragraph atau ayat dalam peraturan Negara. Karenanya AAYAH yang dihapuskan atau yang dijadikan lupa pada 2/106 bukanlah ayat atau paragraph dalam surat Al-Quran tetapi PERTANDA kebesaran Allah atau perkembangan kesadaran manusia dalam sejarahnya, bahwa kalau dulu misalnya orang memakai lampu minyak tanah, maka kini orang memakai lampu listrik dan nanti berbentuk lampu atom, namun sewaktu-waktu orang akan memakai lampu minyak tanah juga sesuai dengan kebutuhan. Jadi tidaklah ketentuan Allah dalam Al-Quran dihapuskan atau dimusnakan dengan ketentuan lain sebagaimana pernah diperkirakan selama ini. Allah mengetahui tiap sesuatu dan menentukannya pada mana DIA tidak pernah mengadakan perubahan. AIMAAN : Tatahukum, 4/3, 4/36, 5/89, 6/109, 9/12, 16/38, dll, yaitu ketentuan hukum yang berlaku dalam islam disebut AIMAAN, begitu pula ketentuan hukum yang berlaku dalam keluarga karena terikat oleh pernikahan. Oleh sebab itu MA MALAKAT AIMAANUKUM berarti apa atau siapa yang dimiliki tatahukummu karena terikat oleh perkawinan. Dalam hal ini termasuk mertua, ipar, anak tiri, saudara tiri, ibu tiri, ibu kandung, bapak tiri, bapak kandung, isteri, suami, anak kandung, menantu dan cucu. Jadi AIMAAN bukanlah bearti budak, hamba, tawanan, janji, sumpah dan sebagainya. Mufradnya ialah YAMIIN, 33/52, 37/28, 39/67 dll.
  • 6. 6 BAHIIRAH : Yang luas ilmu, 5/103, sehubungan dengan BAHRU berarti lautan, atau laut luas, 5/96. BURUUJ : Bimasakti atau Galaxy sebagai istilah popular pada abad 14 hijriah. Dulu disebut gugusan bintang. BAARAKA : menjaga atau memberkahi, 17/1,21/71, 21/81 dll. Maka BARAKAT adalah penjagaan atau berkah, 7/96,1148 dll. Muhammad dijaga dengan Mar’a atau neutrine yang mengitarinya sewaktu mi;raj hingga dia tidak kehabisan udara untuk bernafas di angkasa bebas. Bumi diberi berkah dengan mar’a atau neutrine yang mengapung tinggi hingga terbentuklah lapisan ionosfir yang semakin tebal mengakibatkan bumi ini semakin sejuk. BISAATHA : Dalam keadaan terulur, 71/19, sehubungan dengan BASATHA bearti mengulurkan, 5/28,60/2, maka bumi terulur kearah utara dan kearah selatan dari garis ekliptik dalam orbitnya keliling surya, karenanya terwujudlah pergantian musim sesudah topan di zaman Nuah lihat FIJJAAJA. Bukanlah bumi berstatus miring terhadap surya sebagaimana anggapan orang semenjak abad 12 Hijriah. Hal ini dapat dibuktikan dengan rupa planet saturnus yang selalu berubah sepanjang zaman, begitupun jejeran daerah surya penuh. Daerah ini selalu memperlihatkan garis lengkung sebagai pertanda bahwa bumi senantiasa bergerak keuatara atau keselatan dalam orbitnya. BISAATHA sehubungan MABSUUTHAH pada ayat 5/64. BA’UUDAH : Horizon yaitu garis pemisah antara permukaan bumi dan kaki angkasa dipandang dari suatu daerah, termuat pada ayat 2/26, sehubungan dengan istilah BA’DHU berarti setengah. Jelasnya BA’UUDAH ialah garis penengah bagi penglihatan antara bumi dan angkasa luas. TURAAB : Sari Tanah, 3/59, 22/5, yaitu zat makanan yang dimakan manusia. Demikian dikatakan bahwa Adam dan Isa Almasih diciptakan dari Turaab walaupun secara terang diketahui bahwa Almasih itu dilahirkan Maryam, ibunya begitu pula
  • 7. 7 setiap manusia diciptakan dari Turaab yaitu dari sari tanah melalui makanan. TAQWAA : Keinsyafan, 47/17, 49/3, 58/9, maka ITTAQA berarti menginsyafi, 2/183, 24/52, 73/17, dan Muttaquun berarti orang-orang yang insyaf, 2/177, 39/33, dll. Itulah sebabnya Allah memerintahkan manusia agar berpuasa pada siang hari bulan Ramadhan semoga menginsyafi keadaan diri betapa lemahnya tanpa kurnia dari Allah, bukan agar jadi takut sebagaimana pendapat orang-orang selama ini. Itu pula sebabnya dianjurkan saling berisik dengan kebaikan dan keinsyafan dan agar insyaf pada Allah yang kepadanya setiap diri harus kembali. TALIYA : Menganalisa atau menganalisakan, 3/58, 8/2, 10/6, 11/17, 18/27, 19/58, 26/69, 27/92, 29/45, 33/34, 45/6, maka TILIYAH berarti penganalisaan, 2/121. Orang yang menaganalisa kitab dengan penganalisaan logis, itulah yang akan beriman kepadanya. Karenannya istilah itu tak mungkin diartikan “membaca” sebab banyak sekali orang yang membaca Al-Quran secara benar tetapi menganalisa Al- Quran bukan hanya membacanya. Itulah sebabnya Allah menyuruh orang membaca Al-Quran yang mudah-mudah saja, 73/20. Untuk pembacaan Al-Quran dengan senandung yang baik hendaklah orang memakai istilah Qiraa-atul Quran bukan Tilaawatul Quran. TANNUUR : Daerah tatasurya, 11/40, 23/27, bukanlah berarti kompor, keran air, atau tanur. Hal ini sehubungan dengan topan besar yang berlaku di zaman Nuah yang memenuhi permukaan setiap planet dalam tatasurya ini,ditandai pada ayat 53/16 dan 53/54. Topan besar itu ditimbulkan oleh menghampirnya suatu rombongan comet hingga surya terpaksa keluar dari posisinya semula diikuti oleh semua planet yang mengorbit sembari merubah arah rotasi di sumbu masing-masing, maka melambunglah air laut ke udara tinggi memusnahkan semua yang hidup bernafas dengan udara kecuali yang
  • 8. 8 diselamatkan Allah dalam kapal. LIHAT BISAATHA, FIJJAAJAA, dan SHUUR. TIIN : Rotasi atau putaran bumi di sumbunya, 95/1. Hal ini sehubungan denagan MATIIN berarti yang memutar, pada 7/183,51/58, dan 68/45. Bukanlah TIIN berarti pohon yang dengannya Allah bersumpah. Biasanya Allah bersumpah dengan wujud besar seperti dengan bintang, surya, bulan, malam dan siang, begitu pula DIA bersumpah dengan rotasi. TSARAA : Daerah orbit, 20/6. Hal ini sehubungan dengan istilah ATSARU berarti bekas pada 20/84, 20/86, dan 48/29. Yang berada dibawah daerah orbit bumi ialah planet venus. Mercury, dan surya sebagai pusat orbit. TSULLATUN : Sepertiga, 56/13, 56/39. Bahwa diantara orang-orang dahulu kala yaitu sebelum topan di zaman Nuah ada sepertiga yang dinamakan SABIQUUN dan sepertiga yang dinamakan ASH- HGABUL YAMIIN. Kedua golongan ini dinyatakan Allah akan masuk surga di akhirat nanti, jadi yang sepertiga lagi tentulah akan masuk neraka. Teranglah istilah TSULLATUN adalah bilangan tertentu atau definite Numeral Adjective, dan tak mungkin diartikan BANYAK karena yang dimaksud dengan “banyak” biasanya lebih dari sepertiga, maka jika istilah itu diartikan dengan “banyak” akan terdapatlah kekeliruan dalam perhitungan. TSAANIYU : Yang mengelakkan diri, 9/40, 22/9, sehubungan dengan istilah TSANAA berarti mengelak. Maka TSAANIYAS NAINI berarti dua orang yang mengelakkan diri atau yang menyingkir dari mekkah. JAALA : Menjadikan yaitu menjadikan sesuatu berfungsi. Istilah ini banyak sekali terdapat dalam Al-Quran. Berada artinya dariu KHALAQA yang bermakna menciptakan dari tidak dan kepada ada. Ayat 22/5 menyatakan bahwa Allah MENCIPTAKAN manusia dari turaab, kemudian pada ayat 10/14 menyatakan Allah MENJADIKAN manusia itu selaku khalifah.
  • 9. 9 JUNUBU : Perjalanan, 4/36, 4/43, 5/6, 28/11. Ayat terakhir ini menjelaskan arti istilah itu menurut sebenarnya. Bukanlah JUNUBU berarti DALAM KEADAAN TIDAK BERSIH sesudah intercourse suami isteri, karena untuk ini Al-Quran memakai istilah LAAMASTUMUN NISAA. JANNAH : Kebun, tetapi untuk di akhirat nanti diartikan dengan SORGA yang sebenarnya kebun juga tetapi lebih sempurna. Sebagai wujud kongkrit, maka JANNAH di akhirat itu juga adalah dipermukaan planet. Hal ini disebutkan oleh ayat 3/133, 11/108 dan oleh maksud ayat 21/105, 29/20. HIJAJ : Waktu-waktu Hajji, 28/27, sebagai jamak dari HAJJU pada 2/196, 9/3, dan 22/27. Hal itu menjelaskan bahwa ibadah Hajji ke mekkah berlaku juga di zaman Nabi Musa semenjak zaman Nabi Ibrahim sampai sekarang ini. HAJARU : Yang berupa batu, yaitu Bani Israil yang berwatak keras, 2/60, 7/160, dibuktikan oleh ayat 2/74. Jadi yang dikomandokan Nabi Musa adalah bani Irsail yang berwatak keras berupa batu, bukanlah dia memukul BATU hingga terpancar dari padanya 12 mata air, tetapi Bani Israil yang 12 suku itulah yang kemudiannya menjadi sumber pendapat baru dalam sejarah manusia. Istilah Al-Quran yang berarti BATU ialah HIJAARAH termuat pada 2/24,28/32, 11/82,15/74, 17/50, 51/33, 66/6, dan 105/4. HARTSU : Ladang, 2/71,3/14,3/117,6/136,21/78,42/20, 68/22. Tetapi HARTSU pada ayat 2/205 berarti ISTERI adalah rahim isteri yang berfungsi menghamilkan. Hal ini dibuktikan oleh ayat 2/223 bahwa isteri itu adalah ladang yang akan menumbukan atau yang akan melahirkan bayi. Maka orang mengrusak fungsi rahim isteri untuk tidak menghamilkan adalah perbuatan sangat terlarang dan diancam dengan neraka pada ayat 2/206. Kesimpulannya ialah orang tidak boleh melakukan pencegahan kehamilan dalam bentuk apapun. Lihat NASLU. HURUM : Berlakunya Larangan, 5/1, 5/95, 9/5, 9/36. Maka ARBA’ ATUN HURUM ialah empat bulan yang padanya berlaku
  • 10. 10 larangan berburu di daratan. Bulan itu ialah Muharram, Rajab, Zulkaedah dan Zulhijah. Pada keempat bulan itu orang diizinkan menangkap ikan di lautan, tetapi dilarang berburu binatang di daratan bumi dimana saja, bukan di Saudi Arabia saja. HASBU : Tujuan, atau kesimpulan perhitungan, termuat pada 2/206, 3/17, 5/104, 8/62, 8/64, 9/56, 9/68, 9/129, 39/38, 65/3, sehubungan dengan HASIBA berarti menyangka dan HISAAB berarti perhitungan. Begitupun sehubungan dengan HUSBAANU berarti dua yang diperhitungkan, HAASIBU dan HASIIBU berarti perhitung termuat pada 4/6, 4/86, 6/62, 17/14, 21/47, 33/39. HAQ : Yang logis, boleh diartikan dengan Yang Haq saja. Tetapi bukanlah HAQ itu berarti BENAR karena untuk istilah ini Al- Quran memakai SHADAQA,SHIDQU, SHADIQUUN, SHADIIQ ayat 17/81 menyatakan bahwa bilaman yang HAQ dating maka yang BATIL jadi lenyap, begitu pula ayat 2/121 menyatakan bahwa orang yang menganalisa kitab secara HAQ maka itulah yang akan beriman. Jika HAQ dalam kedua ayat itu diartikan dengan BENAR maka gagallah ketentuan Allah dimaksud, karena betapa banyak kebenaran telah datang tetapi yang batil masih berlaku, dan betapa banyak orang yang membaca kitab Allah dengan benar namun mereka masih kafir. Jadi istilah Haq harus diartikan yang logis, bahwa sesudah yang logis datang maka lenyaplah yang batil, dan yang akan beriman pada kitab Allah ialah orang yang menganalisanya secara logis, karena memang semua ketatapan Allah adalah yang HAQ atau yang LOGIS, 3/102, 4/122, 6/73, 6/141, 15/64, 22/62, 24/25, 27/79,30/38, 34/49, 37/37, 40/78, 43/29, 69/51. HAAQA : jadi logis, 6/10, 11/8, 16/34. HAAQQAH. Yang menjadikan logis, 69/1, 69/3. HUQQAT. Dijadikan logis, 84/2, 84/5. Dan HAQIIQUN : hal yang logis, 7/105. HIKMAH : Science atau Hikmah juga, 2/231, 2/269, 33/34. Istilah HIKMAH sudah menjadi umum tetapi dalam pengertian yang
  • 11. 11 berbeda, padahal istilah itu berasal dari HAKAMA. Member hokum, dan HUKMU. Hukum atau law. HAMI – AH : Pancaran lahar, yaitu yang sampai kini masih berlaku di pulau Tuomoto, Dangerous Islands, pacific, sebagai kutub selatan bumi sebelum topan di zaman Nuah, disanalah kutub positif magnet bumi dulunya, dan mekkah sebagai kutub utara bermagnet negative yaitu 90 derajat dibalik belahan bumi, 18/86 jo.3/96. Istilah ini sehubungan dengan HAMAA. Mengapung, 9/35, HAAMU. Yang tinggi derajat, dan HAM-U. Lahar yang memancar, 15/26, 15/28, dan 15/33. Begitupun sehubungan dengan HAAMIYAH. Yang bergejolak, 88/4, 101/11, dan HAMIYYAH, gejala, 48/26. HAMIIM : Khayalan yaitu khayalan orang-orang kafir dineraka nanti. Mereka sangat mengharapkan minuman, tetapi yang mereka dapat hanyalah khayalan, 6/70,10/4. Mereka mengharapkan adanya penolong, tetapi hanya khayalan, 26/101, dan mereka hanya berputih mata karena khayalan, 37/67. Tiada yang mereka khayalan selama ini, 40/18. Mereka hanya diberi minum dengan air yang mereka khayalkan, 47/15, 55/44. Begitulah orang-orang kafir di neraka nanti, bahwa mereka berada dalam tumpukan api dan fikiran mereka penuh khayalan dan penyesalan, 56/42. YAHMUUM , yang dihayalkan, 56/43. KHALLAAQ : Pemberi upaya yaitu Allah sendiri, 15/86, 36/81. Maka KHALAAQ, Upaya yang diberikan Allah, 2/102, 2/200, 3/77, 9/69. Karenanya KHULUQU berarti peradaban manusia yang ditentukan Allah, 26/137, 68/4. Semua itu sehubungan dengan KHALAQA berarti mencipta, KHALQU, ciptaan, dan KHAALIQ, PENCIPTA, serta MAKHLUUQ, yang diciptakan. KHALIIL : Pengatur, 4/125, 17/73, 25/28, sehubungan dengan istilah KHALLA berarti mengatur pada ayat 9/5. KHILAAL : Perantara, 9/47, 14/31, 17/5, 17/91, 18/33, 24/43, 27/61, 30/48, sehubungan dengan istilah KHULLA berarti sangkut paut ayat 2/254.
  • 12. 12 DAABBAH : Makhluk berjiwa yaitu yang berjalan atas perut, atas dua kaki termasuk manusia, dan yang berjalan atas empat kaki, 24/45. Daabbah demikian Allah pada 42/29, 3/83, dan 55/29. Persoalan DAABBAH dapat dilihat pada ayat 2/164,6/38, 8/22,11/6, 11/56,16/49,16/61,27/…,29/60, dan jamaknya ialah DAWWAABBU 8/55, 22/18, 35/28. DIIN : Agama, yaitu menurut pengertian yang berlaku dalam masyarakat, tetapi maksud sebenarnya iyalah HUKUM DAN PENGABDIAN. Jadi setiap masyarakat manusia tentulah memiliki hukum dan pengabdian terhadapnya, itulah DIIN, maka DIIN yang hanya diterima Allah ialah Islam saja, 3/19, 3/85; Itulah agama yang logis, 9/29, 9/33, 48/28, 61/9, 9/36, 12/40, 30/30, 30/34, dan itulah agama yang berkelanjutan dalam sejarah dunia ini sampai ke akhirat nanti, 16/52. ZAATAS SHUDUUR: Yang mempunyai dada, 3/154, 8/43, 11/5, 31/23,35/38, 39/7, 42/24, 57/6, 64/4, 67/13, yang maksudnya tentulah manusia yang memiliki pertimbangan. Tetapi bukanlah istilah itu berarti apa yang didalam dada karena untuk itu Al-Quran memakai istilah MA FIS SHUDUUH termuat pada 3/29, 7/43,10/57, 22/46, 28/69, 29/10, 29/49, 40/19, 100/10, dan 114/5. ZALQURBAA : Kerabat yaitu famili yang dekat, termuat ….2/83, 4/36, 5/106, 6/152, 16/90, 30/38, 35/18, 59/7. Yang termasuk golongan kerabat ialah cucu, keponakan, ipar, mertua, anak tiri, kakek, dan nenek. Sementara itu Al-Quran juga memakai istilah AQRABUUN yaitu famili yang lebih dekat ; suami atau isteri, bapak, ibu, kakak, adik, dan anak kandung. Aqrabuun inilah yang berhak menerima warisan menurut hukum dalam Al- Quran. Istilah ini termuat pada ayat 2/180, 2/215, 4/7, 4/33, 4/135, dan 26/214. ZULQARNAIN : Yang dua golongan, yang dua generasi atau dengan bertanduk dua, 18/83, 18/86, 18/94. Yang dimaksud dengan istilah itu ialah manusia yang mulanya berasal dari satu diri kemudian menjadi bertentangan sesamanya menjadi dua golongan sebagai dua tanduk yang saling bertentangan. Bukanlah yang dimaksud dengan istilah itu pada pribadi
  • 13. 13 seseorang, tetapi Allah mencontohkan keadaan manusia dalam sejarah hidupnya di dunia ini. RIJAALU : Lelaki, 2/228, 4/1, 4/32, 4/98, 7/46, 7/48, 7/8, 12/109, 16/43, 24/37,27/55, 29/29, 72/6. Mufrudnya ialah RAJULU. Maka istilah RIJAALAN yang termuat pada ayat 2/239, 16/43, 24/37, 27/27, artinya BERLELAKI bahwa dalam kesendirian bahaya hendaklah shalat dilakukan dengan berjagaan lelaki yang mengawal, dan perempuan yang naik Hajji ke mekkah haruslah dengan lelaki yang mengawal. Karenanya bukanlah RIJAALAN dalam kedua ayat suci itu berarti “berjalan kaki” sebab tak tepat, tak cocok, menurut keadaannya, begitupun tak sesuai dengan tatabahasa. Mufrad dari KAKI ialah RIJLU, dan jamaknya ialah ARJULU termuat pada 5/6, 5/33, 5/66, 6/65, 7/124, 7/195, 24/24, 26/49, 29/55, 36/65, 60/12, dan 38/42. Sementara itu RAJULAINI berarti dua lelaki, termauat pada 5/23, 18/32, 28/15, dan RIJLAINI berarti dua kaki, termuat pada 24/45. RASYADA : Menyadari termuat pada 2/186. Lihatlah SYA’ARA. Sementara itu RASYADU berarti hal yang menyadarkan, 18/24,72/10,72/14, 72/21; RUSYDU berarti kesadaran, 2/256,4/6, 7/146, 18/66, 21/51; RASTYAAD berarti hal-hal yang mengandung kesadaran, 40/29, 42/38; RASYIDUUN berarti orang-orang yang menyadari, 49/71; dan RASYIID berarti orang sadar, 11/78, 11/78,11/97. Karenannya tidaklah wajar semua istilah yang berasal sama itu diperbedakan artinya satu sama lain. RIQAAB : Penjagaan, 2/177, 9/60,47/4, dalam hal ini termasuk tentara, polisi, dan badan keamanan dalam masyarakat. Biasanya orang menterjemahkan istilah itu dengan “budak” padahal dalam islam tiada yang dinamakan “budak”, bahkan kini dalam peradaban manusia, padahal hukum dalam Al-Quran berlaku untuk seluruh zaman.kalau memang istilah itu berarti ‘budak” akan kelirulah orang menterjemahkan ayat 47/4, hingga dia berbunyi “maka ketika kamu menemui orang-
  • 14. 14 orang kafir maka pukullah budak”. Padahal artinya ialah “maka ketika kamu menemui orang-orang kafir maka kuatkanlah penjagaan. Riqaab berarti penjagaan sehubungan dengan istilah RAQABA. Menjaga 20/94, dengan istilah RAQIIB, penjaga, 4/1, 5/117, 11/93, 33/52, 50/18, juga sehubungan dengan istilah RAWABAH. Bujang penjaga sebagai tercantum pada 4/92, 5/89, 58/3, dan 90/13. Memerdekaan RAQABAH yaitu menjadikan seorang bujang penjaga atau bujang pembantu sebagai manusia terhormat bersamaan dengan manusia lainnya yang merdeka, atau juga menjadikan seorang bujang pembantu rumah tangga sebagai anggota keluarga sendiri hingga beradanya dalam rumah itu bukan selaku orang gajian tetapi sebagai keluarga atau selaku famili yang terhormat. Peraturan mengenal RIQAAB dan RAQABAH berlaku untuk semua tempat di seluruh zaman sesudah Al-Quran diturunkan pada Nabi Muhammad, dan ketentuan hukum yang diturunkan Allah takkan pernah direbah lagi. Pada abad 14 Hijriah, tiada lagi apa yang dikatakan dengan budak, karenanya teranglah kedua istilah itu berarti PENJAGAAN dan BUJANG PENJAGA. RAWAASIYA : Batang magnet, 13/3, 15/9, 16/15, 21/31, 27/61, 31/10, 41/10, 50/7, 77/27, sehubungan dengan RAASIYAAT berarti yang berpusat pada 34/13. Dengan rawaasiya ialah bumi berputar di sumbunya sembari mengerbit keliling surya, dan Rawaasiya itu juga yang member kekuatan bagi manusia. Tanpa Rawaasiya maka yang ada ini akan kacau balau, mencair, mengurai, berpelantingan dan kembali kepada kekosongan. Setiap atom dan setiap banda angkasa diberi Allah Rawaasiya dengan ketentuan tersendiri, 54/49, karenanya tiap sesuatu itu berbeda keadaan dan posisinya. Lihat MURSAA. ZABUUR : Kekuatan, 4/1163, 17/55, 21/105, jamaknya ialah ZUBUR tercantum pada /184, 16/44, 23/53, 26/196, 35/25, 54/43, dan
  • 15. 15 54/52. Zabur bukanlah kitab suci yang diberiakan kepada Nabi Daud, tetapi kekuatan yang diberikan Allah padanya, hingga dia sempat melunakkan besi. Dialah yang mulanya membikin baju besi untuk perang, dan dialah yang membunuh Jalut dengan kekuatan tangannya, 2/251, 34/10. Maka ZUBARAL HABIID pada 18/96 adalah kekuatan yang terkandung dalam besi, yaitu kerasnya begitupun keadaannya yang para magnet. ZAKAAH : Kecerdasan, 2/177, 9/13, 19/31, 23/4, 30/39, 58/13, dll. Memberikan zakaah berarti memberikan kecerdasan yang dalamnya terkandung harta benda, uang, tenaga, ilmu , dan kesempatan. Jadi ZAKAAH bukanlah zakat menurut pengertian umum selama ini, kecerdasan itulah yang harus dilakukan seperti tercantum pada 23/4, dan berbagai macam kecerdasan itulah yang dimaksud MIN ZAKATIN pada 30/39. Juga kecerdasan itu pula yang diberikan Allah pada Nabi Yahya pada 19/13. Maka istilah ZAKAA berarti jadi cerdas, 24/21 ZAAKKA : Menganggap cerdas, 53/32; ZAKKA, Mencerdaskan, 2/129, 9/103 dll.; ZAKIYU; Yang Cerdas, 18/74,19/19; dan AZKAA; Lebih Cerdas, 2/232,18/19, 24/28, 24/3. Lihatlah SHADAQAH. ZAMHARIIR : Cerena, 76/13, yaitu sinar semerlang keliling bulatan surya. Keadaannya sama denagan lapisan bunga mawar yang berkembang, dan karenanya juga istilah itu sehubungan dengan ZAHRAH tercantum pada 20/131. ZAWJAINIS NAINI : Berpasang-pasangan, bukan dua pasang, terbukti pada ayat 11/40, 13/3. Maka istilah AZWAAJ pada 2/25, 6/143, 15/88, 20/53, 20/131, 36/36, 38/58, 43/12, 56/7,78/8, semuannya berarti PASANGAN-PASANGAN. Sementara itu istilah ZAWJUHU yang tercantum pada ayat 2/102, 21/90 berarti tercantum pada 2/102, 21/90 berarti ISTERINYA atau HIS WIFE ditandai oleh “HU”, dan istilah ZAWJUHAA pada 4/1, 7/189, 39/6, dan 58/1 tentulah berarti SUAMINYA atau HER HUSBAND ditandai oleh “HAA”. Karena itu nyatalah manusia
  • 16. 16 pertama dalam tatasurya kita ialah PEREMPUAN hanyalah The Bible saja yang menyatakan LELAKI yaitu, dan The Bile itu pula yang menamakan istri Adam ini dengan Eva atau Hawa sebagai ibu dari segala yang hidup. ZAITUUN : Buah berminyak yang sifatnya mengkilap, 6/141, 16/11, 80/29. Tetapi ZAITUUN yang tercantum pada ayat 95/1 berarti ATMOSFIR yang mengkilap. Memang atmosfir setiap planet tampak mengkilap dari jauh karena memantulkan sinar surya, demikian pula atmosfer bumi ini. Hal ini akan lebih nyata jika orang memperhatikan istilah ZAUT dan ZAITUUNATIN pada ayat 24/35. Dalam ayat suci ini teranglah bahwa yang dimaksud dengan istilah itu adalah ATMOSFIR YANG MENGKILAP karena menyangkut dengan planet. Hampir saja atmosfirnya menyala walaupun tidak disentuh api dari surya. Dari ayat 24/35, dapat ditarik berbagai ilmu, diantarannya ialah bahwa planet yang mengkilap tampak dari bumi bukanlah berapi tetapi memantulkan sinar surya, dan sinar itu sendiri bukanlah electron atau atom yang karenanya berat surya jadi berkurang. Lihatlah MISH BAAH. SABABU : Kausalita, 18/84, 18/89, 18/92, 22/15. Lihat ASBAAN. SUBHAANA : Maha suci, 2/116,10/68,16/57, dll. Sebenarnya ialah itu berarti MAHA DIPATUHI HUKUMNYA, karena asalnyalah SABBAHA berarti BERGERAK untuk hukumNYA, 2/30, 13/13 dll, tetapi biasannya disebut dengan “tasbih’ dalam terjemahan. Hal pun sehubungan dengan SABAN; Bergerak, 21/33, 36/40; dengan SABHU; gerakan, 73/7, 79/3, dan sehubungan dengan SABIHAAT; yang bergerak termuat pada 79/3. SABIIL : Garis hukum, 7/146, 17/72, 17/84, 42/41, dll, yaitu peraturan hidup diantara manusia. Jamaknya ialah SUBULU tercatum pada ayat 5/16, 6/153, 14/12, 29/69. Sementara itu untuk kehidupan lebih ditentukan pada 16/69. Maka SABIILULLAAH bukanlah berarti jalan Allah, tetapi GARIS HUKUM yang ditentukan ALLAH untuk
  • 17. 17 manusia, 2/154, 4/167, 6/116, 9/50, dll, yang dengan atau dasar itu orang-orang islam harus berjuang dalam hidupnya di dunia kini. Perincian dari garis Hukum Allah itu semuanya telah tecantum dalam Al-Quran pada ayat-ayat suci tertentu, yang sifatnya keluar terhadap orang-orang kafir ataupun kedalam antara sesama orang-orang islam. SUBULU : Garis edaran bumi atau planet-planet lain, 16/15, 20/53, 21/31, 43/10, 71/19. Ayat suci terakhir ini dan ayat suci sebelumnya menyatakan “Allah” menjadikan untukmu bumi itu dalam keadaan terulur (ke selatan dan ke utara), agar kamu tempati dari padanya garis orbit yang zigzag’. Jadi bukanlah SUBULU dalam ayat suci itu berarti ”jalan” karena Allah tidak pernah menjadikan “jalan” untuk manusia kecuali yang dikerjakan oleh manusia sendiri. Istilah itu berbentuk jamak karena memang bumi ini adalah planet dan diperganda jadi beberapa bumi, 15/3, 65/12, maka luas daerah orbit setiap planet itu berbeda sebanding dengan jaraknya dari surya yang diorbit. Begitupun garis orbit itu sendiri berbentuk zig zag yang dengannya terjadi pergantian musim, juga berbentuk oval atau bujur telur karenannya terdapatlah titik perihelium dan titik aphelium orbit, yaitu titik terdekat dan titik terjauh dari surga selaku wujud yang dikitari. Orbit oval ini ditandai dengan SIDRU, untuk jelasnya lihatlah BISATHA, SIDRU, FIJJAAJA, dan MAHDAA. SIJJIIL : Radiasi surya, 11/82, 15/74, 105/4, dan jamaknya ialah SIJILLU, 21/104. Pembesaran radiasi surya berlaku atas bumi sewaktu planet itu berada dibawah transit planet lain, karena waktu itu daya magnet surya yang saling bertarikan dengan planet tersebut terpaksa menjamah bumi hingga menimbulkan topan magnet dalam atmosfir dan mengakibatkan adanya gempa, badai, typhoon dsb. Pada dua ribu tahun ciptaan pertama, pembesaran radiasi surya demikian sampai meledakan planet yang mengorbit antara Mars dan Jupiter jadi 30.000 butir dan
  • 18. 18 meteorites. Begitupun menjadikan Mars, Saturnus, Uranus, Neptunus, dan Pluto lebih kecil daripada mestinya. Hal ini karena waktu itu planet-planet tersebut masih empuk belum memadat dan berada dibawah deuble atau triple transit yang mengorbit diatasnya, terutama Jupiter dan Muntaha sebagai planet terbesar terpinggir yang tak mungkin dilihat dengan peneropongan dari bumi. Keterangan ini dapat difami dari maksud ayat 22/47, 41/10, 41/12, 33/72 dan YAUMUZ ZULLAH pada ayat 26/189. Pecahan planet-planet itulah yang kemudian menjadi meteor yang berjatuhan tampak mengkilap karena terbakar sewaktu memasuki atmosfir bumi, juga yang menyebabkan permukaan bulan menjadi bopeng. Pecahan itu juga yang dikatakan sebagai THIN atau batu-batu meteor pada ayat 51/33, dan sebagai “batu-batu dari SIJJIIIL” atau batu –batu tersebut pemebsaran radiasi surya pada 11/82. Lihatlah ZULLAH. SAKH-KHARA : Wujudkan, 13/2, 16/14, 31/39, dll. Tetapi istilah SAKH- KHARA’ALA berarti “Tiupkan atas” tercantum pada 69/7; SAKH-KHARA LI berarti “Edarkan untuk” termuat pada 14/32, 16/12, 31/20, dll.; dan SAKH-KHARA MA’A berarti “Edarkan bersama” sebagai pada ayat 21/79, 38/18. Jika diperhatikan maksud ayat 14/32 akan diketahulah bahwa maksudnya ialah; “Allah yang menciptakan planet-planet dan bumi serta menurunkan air dari atmosfir lalu DIA keluarkan dengannya berbagai buah-buahan selaku resiko bagimu, dan DIA edarkan bagimu benda terapung agar kamu bergerak di lautan dengan perintahNYA, dan DIA edarkan bagimu siang- siang. Dan DIA edarkan untukmu surya dan bulan berturut- turut, dan DIA edarkan untukmu malam dan siang (di balik belahan bumi) Maka istilah MUSKH-KHARAAT berarti yang diedarkan 2/164, 7/54, 16/79, 16/12, bahwa bintang-bintang adalah wujud-wujud yang diedarkan menurut perintah Allah, bahwa bintang-bintang itu beredar dalam semesta raya
  • 19. 19 dengan gerak parallel, dan menolak antara sesamanya dengan sifat repellent, bukan saling menarik menurut teori gravitasi Newton, dan karenanya juga takkan berlaku dua bintang berantakkan. SIDRU : Planet, 34/16, 53/14, 53/16, 56/28. Sebenarnya istilah itu berarti TERATAI yang mengembang diatas air, baik waktu pasang naik maupun ketika pasang surut hingga jaraknya dari tanah tempat tumbuhnya sering berubah. Demikian pula keadaan planet yang mengitari surya dalam orbit oval hingga ada titik terdekat dan titik terjauh dari surya. Lihatlah SUBULU. Demikian Allah memberikan nama pada kebanyakan benda menurut keadaan atau sifat benda itu sendiri. Planet terpinggir dinamakan dengan Muntaha karena planet itu adalah tempat dihentikan setiap kegiatan kemajuan manusia. SAARIQ : Pencuri, 5/38, 12/70, 12/73, maka SARAQA berarti mencuri, 12/81, 60/12. Menurut hukum islam, setiap pencuri harus dipotong tangannya, 5/38. Yang dimaksud dengan CURI ialah “mengambil atau memindahkan sesuatu kepunyaan orang lain dengan maksud memiliki tanpa izin, atau secara tidak syah. Maka yang termasuk CURI ialah tipu, maling, korupsi, penyelundupan, pemerasan, perampokan, penyuapan. Curi demikian hanyalah berlaku pada orang-orang yang tidak mematuhi hukum islam, bertindak selaku pengrusak untuk keuntungan diri sendiri, bukan karena lapar. Karena dalam masyarakat islam orang meralat ataupun yang miskin selalu mendapat bantuan sedekah hingga perbedaan tingkat hidup tidak begitu menyolok, terjalinlah hubungan harmonis dalam masyarakat. Sebab itu hukuman potong tangan bagi pencuri bukanlah kejam tetapi menghabiskan pengrusakan yang dilakukan individualis kafir. SAA’ATAN : Sewaktu, atau sebentar saja, 7/34, 10/45, 10/49, 30/55, 34/30, 46/35. Semua itu menyatakan bahwa bilamana ketentuan Allah telah datang, maka kejadiannya takkan
  • 20. 20 terdahulu ataupun terlambat walau sedetik, juga menyatakan bahwa ketika manusia dihidupkan kembali di akhirat, mereka akan merasa telah mati sebentar saja atau telah berada dalam kubur beberapa waktu saja walaupun sebenarnya telah berlangsung jutaan tahun. Ini membuktikan bahwa mayat di dalam kubur tidak menyadari suatu apa saja, karena memang dia mati tidak merasa apa-apa. Itulah berzakh atau batas yang dimaksud pada 23/100, karenanya kelirulah pendapat yang mengatakan mayat dalam kubur disiksa atau ditanyai. SAA’AH : Waktu benturan comet, 6/31, 6/40, 12/107, 15/85, 16/77, 18/21, 19/75, 20/15, 21/49, 22/1, 22/1, 22/7, 22/55, 43/61, 30/12,31/34, 33/62, 34/3,40/46, 41/47, 42/17, 43/61, 43/66, 43/85,45/27, 45/32, 47/18, 54/1, 54/46, 79/42. Kejadiannya cepat sekali, lebih cepat dari pada gerak sinar, waktu itu berlakulah peristiwa hebat yang tak mungkin digambarkan karena semua yang hidup mati sekaligus kecuali Allah sendiriNYA, surya, planet –planet,terseret menjadi ekor comet sedangkan bulan-bulan menjadi bersatu dengan surya, 75/9. Semua itu logis dan pasti akan berlaku’ Lihatlah SHUUR. SAFARU : Beban berat, 2/184, 2/185, 2/83, 4/43, 5/6, 9/42, 18/62, jamaknya ialah ASFAARU, 34/19, 62/5. ASFARA berarti “berbeban”, 74/34; dan SAFARAH berarti “yang berbeban”,80/15, begitu pula MUSFIRAH pada 80/38. Jadi SAFAU bukanlah “perjalanan” sebagaimana angapan orang selama ini, karena untuk “perjalanan” atau “orang pejalan” dalam Al-Quran dipakai istilah JUNURU pada 4/36,4/43,5/6,28/11,juga istilah SAYYARAH pada 5/96,12/10, dan 12/19. ALAA SAFARIN pada 2/184 dan 2/185 adalah orang yang “dalam keadaan beban berat” seperti yang haid, nifas, dalam tugas perang, kerja berat, yang jumlahnya sekitar 50% diantara penduduk. Itulah orang-orang yang dibolehkan mengganti puasannya diluar ramadhan, bukanlah dimaksudkan “orang pejalan” yang jumlahnya sekira 1%
  • 21. 21 padahal perjalanan kini tidak akan menganggu ibadah puasa karena hanya duduk dengan senang dalam kendaraan atau pesawat. Sedangkan yang dimaksud pada 4/43 dan 5/6 ialah orang haid atau nifas harus lebih dulu suci dan mandi sebelum melakukan shalat. Itulah sebabnya kenapa pada keempat ayat suci diatas ini tidak disebutkan orang haid dan nifas tidak boleh berpuasa dan melakukan sholat. SAKRATUL MAUT : Pingsan menjelang maut, 50/19. Waktu itu tidak diterima permohonan tobat seseorang, 4/18, 10/91. Sementara itu istilah GAMARAATUL MAUT berarti “bangun dari mati” berlaku nanti di akhirat, 6/93. Hal ini dibuktikan dengan ucapan melaikat; “keluarkanlah dirimu (dari kubur), hari ini kamu dibalasi dengan menimbulkan dugaan bahwa mayat dalam kubur ditanyai malaikat dan disiksa siapa yang kafir, sehubungan dengan 4/97, dan 8/50. Padahal yang dimaksud dengan TAWAFFA dalam ayat suci itu adalah pemindahan orang kafir ke neraka dari kubur, sesuai dengan maksud 54/7 dan 70/44. SAL : Selidikilah, 2/211, 68/40, sehubungan dengan SALWA berarti “penyelidikan” atau kegiatan penyelidikan yang dikurniai Allah pada bani Irail, 2/57, 7/160, dan 20/80. Bukanlah SAL berarti “tanyailah” karena untuk itu Al-Quran memakai istilah AS-Al pada 4/32, 7/163, 10/9, 11/46, 17/101, 23/113, 25/59, 43/45. Dan bukanlah SALWA berarti “sejenis burung’ yang jadi bahan makanan Bani Israil di zaman Musa, tetapi berarti “penyelidikan” yang dengannya Bani Israil diperintah agar memakan yang baik-baik dari kelengkapan hidup yang disediakan Allah di bumi ini. SAMAA : Angkasa. Biasannya orang menterjemahkan istilah itu dengan “langit” atau “heaven” atau juga “sky”. Tetapi terjemahan begitu menimbulkan keraguan dan ketidak tentuan, mengurangi minta untuk memperhatikan ayat-ayat Al-Quran. Padahal jika diperhatikan dengan seksama akan tampaklah ilmu astronomi pada ayat-ayat suci yang mengandung istilah sama, misalnya :
  • 22. 22 1. SAMAA’ yang maksudnya ANGKASA DUNIA tercantum pada 3/5, 10/61, 21/4, 41/42, 67/5, dll. Yang didalamnya terkandung jutaan bimasakti, dan masing-masing bimasakti terdiri dari jutaan bintang, dan masing-masing bintang dikitari planet-planet yang sama dengan bumi ini. Semuannya berotasi dan mengorbit parallel pada satu arah, menempatkan titik pusat di sebelah kiri sebagai ibadah tawaf keliling Ka’bah atau seperti lilitan tanaman merambat pada junjungnya. 2. SAMAA’ yang maksudnya BENDA ANGKASA tercantum pada 6/6, 11/52, 17/92, dan 71/11 seperti comet yang akan menimpa tatasurya kita, ditandai dengan istilah “dikirim”, karenanya tidaklah mungkin langit yang dikirim Allah, dan SAMAA’ dalam hal ini takkan diartikan dengan langit. 3. SAMAA’ yang maksudnya TATASURYA tercantum pada 2/29, 32/5, 41/42, 55/7, 69/16, dll. Ditandai dengan adanya equilibrium, tujuh planet diatas orbit bumi, berotasi selama 1.000 tahun Qomariah, dan nanti akan terpecah susunannya. Maka dalam hal ini tak mungkin samaa’ diartikan dengan langit atau semesta raya, tetapi tatasurya yang terdiri dari satu surya dengan beberapa planet yang mengitarinya. Lihatlah YAUM. 4. SAMAA’ yang maksudnya ATHMOSFIR tercantum pada 21/32, 24/43, 24/48, dll. Dotandai dengan tempat turunya hujan untuk kehidupan, dan sebagai lapisan terjaga keliling bumi begitupun keliling planet lain. SAMAWAAT : Planet-planet, 3/190, 13/2, 37/5, 42/29, 55/33, 65/12, dll. Semua istilah Samawaat dalam Al-Quran pastilah berarti planet-planet ditandai dengan dapat dipelajari penciptaannya, dapat dilihat dan tidak bertiang, berputar disumbunya hingga disana juga ada timur dan barat, tempat pembiakkan makhluk berjiwa, dapat didatangi dengan pesawat angkasa ultra modern, dan keadaan samawaat itu sama dengan bumi.
  • 23. 23 SANAH : Tahun, 2/96, 5/26, 22/47 dll. Jamaknya BINIIN tercantum pada 7/130, 10/5, 17/12 dll. Tahun disini ialah menurut orbit bulan atau yang disebut Qomariah Lunar Year, ditandai dengan maksud ayat 2/189 dan 9/36 bahwa dalam tahun itu ada empat bulan terlarang berburu di daratan bumi dan terlarang mengadakan perang. Bukanlah tahun yang dimaksud Selar Year atas pergantian musim. Lihatlah ‘AAM. SYAJARAH : PERTUMBUHAN, 2/35, 7/19, 7/22, 14/24, 17/60, 20/120, 23/20, 24/35, 28/30, 31/27, 37/62, 37/64, 37/146, 48/18, 56/72, sehubungan dengan istilah SYAJARA berarti BERTUMBUH, 4/65. Banyak bukti yang dapat dikemukakan, diantaranya : a. Allah yang mewujudkan pertumbuhan minyak dalam perut bumi, 56/72; b. Orang-orang beriman bersetuju dengan suatu perjanjian dibawah pertumbuhan islam, 48/18; c. Allah menumbukan pertumbuhan sejenis labu, bukan berpohon, 37/146; d. Pertumbuhan dari dasar neraka, bukan pohon, 37/64; e. Adam dilarang mendekati pertumbuhan atau intercourse dengan isterinya sewaktu berada di Muntaha karena dia akan berfungsi di muka bumi 2/35, jo. 7/22. Sementara itu yang berarti POHON ialah SYAJARU tercantum pada 16/10, 16/68, 27/60, 36/80, 55/6, 56/52, ditandai dengan kebutuhan manusia yang tumbuh karena disirami hujan, untuk tempat lebah bersarang, menimbulkan panorama elok dipandang mata, dan kemudian melapuk menjadi minyak dalam tanah. SYA’ARA : Menyadari, 2/12, 7/95, 23/56, dll. Sebenarnya istilah ini berarti MEMPERKIRAKAN atau MENDUGAKAN, hubungan dengan SYI’RU yang diartiakan SYAIR sebenarnya “perkiraan” tercantum pada 36/69; SYU’ARAA’ dan SYAAIR yang diartikan PENYAIR sebenarnya berarti “yang memperkirakan” sebagai termuat pada 21/…, 26/224, 37/36, 52/30, 69/41.
  • 24. 24 SYAKARA : MENGHARAGAI tetapi sering diartikan denagan MENSYUKURI sebagai pinjaman dari bahasa Al-Quran, termuat pada 14/7, 31/12, 31/14, sehubungan dengan SYAAKIR berarti yang menghargai, 2/158, 4/147, dll.; denagan SYUKUUR berarti dengan SYAKUUR berarti yang dihargai, 14/5, 21/3 pada mana termasuk manusia dan Allah sendiri. Maka istilah MASYKUURA tentulah berarti “yang dihargai’ pada 17/19, 76/22. SYAHRU : Bulan (penanggalan), 2/185, 4/92, 9/36, 34/12, 2/226, 9/2, 9/5, dan 65/4. Jadi ‘bulan” yang termaktub pada ayat 2/185 bukanlah ‘bulan” yang mengorbit di angkasa yang dalam Al- Quran disebut QAMAR, tetapi bulan penanggalan yang harus diketahui dengan perhitungan. Jumlah bulan 12 dalam setiap tahun Qamariah atau lunar year disebut SHUHUUR pada 9/36. SYAUTHAAN : Setan, 8/48, 17/27, dll. Jamaknya SYAYAATHIIN, 6/121, 19/83, dll. Bahwa setan itu terdiri dari jin dan manusia, 6/112, setan jin ialah yang menyesatkan bangsa jin dari hukum Allah, dan setan –setan manusia adalah yang menyesatkan manusia. Maka setan manusia demikian yang telah memperdaya Adam dulunya, tercantum pada 2/36. Jadi, diantara manusia yang hidup kini banyak yang menjadi setan, dan orang-orang beriman dilarang mengikuti kesalahan atau ajakan setan tersebut, 2/208, tetapi seharusnya memasuki dan menjalankan hukum islam sepenuhnya. SHABARA : Bertabah hati, 2/155, 3/120 dll. SHAABIR berarti “orang tabah” 8/66, 28/80, 37/102 dll, dan SHABRU berarti “ketabahan”, 7/126, 16/128 dll. Jadi bersabar atau bertabah hati adalah tetap dalam pendirian dan terus bersikap serta berbuat menurut yang direncanakan bermula walaupun apa yang merintangi, sementara itu sikap mengalah, mema’afkan kesalahan orang lain, atau menahan diri, dalam Al-Quran disebut ISTA’FAFA tercantum pada 4/6, 24/33, 24/60. SHADAQAH : Sedekah, 2/196, 2/263, 4/114, 9/103, 58/12, jamaknya ialah SHADAQAAT, 2/264, 2/271, 2/276, 9/58, 9/60, 9/79, 9/104,
  • 25. 25 dan 58/13. Yang termasuk SHADAQAH yaitu pajak, bea, dan cukai serta pemberian yang harus dibayarkan untuk kepentingan masyarakat umum. Jadi SHADAQAH adalah bagian dari ZAKAT yaitu pemberian wajib atau yang diperlaukan untuk kepentingan umum dalam masyarakat, dibayarkan melalui badan tertentu atau yang resmi dalam masayarakat atau Negara. Sebaliknya yang tidak melalui badan resmi atau pembewrian langsung kepada yang membutuhkan dinamakan INFAAK, 17/100, atau NAFAKAH, pada 2/270, 9/54, dan 9/121. Ingatlah bahwa SHADAQAH wajib dibayarkan atau dipungut dari penduduk pada waktu-waktu tertentu, dinyatakan pada ayat 9/103, dan diberikan oleh badan resmi atau pemerintah kepada yang berhak menerima sebanyak delapan golongan tercantum pada ayat 9/60. Pemberian tersebut hendaklah menurut tingkat atau nomor urut pada 9/60, dengan begitu akan terjaminlah keselamatan umum dalam masyarakat. Sementara itu belanja wajib yang berkelanjutan diberikan kepada keluarga disebut SHADUQAAT pada 4/4. Orang-orang memberiakan SHADAQAH disebut MUSH- SHADDIQUUN pada 57/16 pasti diperganda balasannya oleh Allah. SHIRAATH : Tuntunan, terdapat pada banyak ayat suci; tuntunan Allah 42/53; tuntunan ke neraka 22/24; tutunan yang mulia 4/6; tutunan terpuji 22/24; tuntunan sempurna 19/43, 20/153, dan tuntunan kukuh 1/6, 10/25, dll. Maka tuntunan yang kukuh atau SHIRAATHUL MUSTAQIIN itu ialah hukum yang terkandung dalam Al-Quran sendiri, 6/126, 6/155, 19/36. Jadi istilah SHIRAATH bukanlah berarti "jalan” karena untuk ini, Al- Quran memakai istilah THARIIQUM MUSTAQIIN berarti JALAN YANG KUKUH pada ayat 46/30. SHALAH : Shalat 2/45, 10/87, 19/55, 19/59, 21/73, 22/41,98/5, jamaknya yaitu SHALAWAT 2/157, 9/99, 22/40, 23/9. Shalat tidak dapat diartikan denagan sembahyang, worship aatau player, karena
  • 26. 26 SHALAT adalah tindakan dan cara tersendiri untuk memuliakan Allah, sehubungan dengan SHALLA berarti MEMULIAKAN 3/39, 9/84, 9/103, 75/31, 87/15, 96/10, 108/2. Pada ayat 33/43 dan 33/56, dinyatakan bahwa Allah dan malaikat-NYA MEMULIAKAN orang-orang beriman dan Nabi Muhammad, maka orang juga harus memuliakannya. SHULBU : Benih, yaitu manusia 86/7, jamaknya ASHLAAB 4/23. SHULBU adalah benih manusia yang tewujud karena persilangan atau jalinan sperma suami dan isterinya sehubungan dengan istilah SHALLABA berarti menyalib atau menyilangkan 4/157, 5/33, 7/124, 12/41, 20/71, dan 26/49. Jadi menurut ketentuan Allah pada ayat 86/7, nyatalah manusia kini terwujud dari SHULBU (jalinan sperma jantan dan betina) dan TARAA-IB (sari-sari tanah melalui tetumbuhan yang dimakan). SHUWARU : Ionosfir, 40/64, 64/3, terbentuk dari Mar’a yang mengapung dari permukaan bumi (lihat Mar’a). maka istilah SHAWWARA berarti memberi ionosfir setiap planet tercantum pada 3/6, 7/11, 40/64, dan 64/3. Mar’a atau neutrino yang melinkupi proton pada setiap atom. Setiap benda terdiri dari atom bersusun jadi molekul, maka yang kelihatan adalah mar’a yang melingkupi atom tadi. Karena mar’a itu ada yang mengapung ke angkasa menjadi lapisan ionosfir tentulah rupa dan warna benda yang dilihat tidak ada permanent, semuanya berubah. Sementara itu lapisan ionosfir planet menjadi semakin tebal dan semakin sempurna. Hal itulah yang dimaksud Allah dengan “membaguskan ionosfirmu” pada ayat suci tadi. Sebaliknya hal demikian menimbulkan iklim permukaan planet semakin sejuk, terbukti dengan semakin melebarnya daerah dingin pada kedua bahagian kutub bumi. Dalam pada itu Mar’a yang mengapung dari bintang- bintang, tersebut berlakunya carbon cyele atau proton-proton cycle, pada mulanya berwujud nebula yang kelihatan berupa awan berada diantara bintang-bintang. Kemudian nebula
  • 27. 27 tersebut saling bergabung menjadi comet yang oleh Al-Quran disebut SHUUR pada ayat 6/73, 18/99, 20/102, 23/101, 27/87, 36/51, 39/68, 50/20, 69/13, dan 78/18. Mar’a yang sifatnya anti partikel tetapi saling bergabung antara sesamanya, maka comet tersebut senantiasa lari dari bintang-bintang yang beredar, dan semakin cepat melebihi kecepatan sinar, maka dalam kecepatan demikian dia terbentur pada tatasurya yang kebetulan menghalangi. Tatasurya itu langsung terseret karena neutrino yang ada padanya bergabung pada comet, lalu tampaklah comet itu bagaikan berekor panjang. Benturan comet demikian disebut dangan SA’AH atau waktu kehancuran total di permukaan planet-planet, (lihat SA’AH). Menurut sinyalemen ayat 69/17, jumlah comet di semestra raya hanyalah delapan, bukan jutaan milyar sebagai pernah diduga orang. Semuanya bergerak tanpa orbit tertentu. Namun pada suatu kali nanti dalam comet itu akan bersatu dan berlakulah peristiwa dahsyat sekali, kemudiannya Allah mewujudkan kehidupan kedua di akhirat karena pada waktu itu setiap bintang mengambil posisi tertentu di semesta raya dengan sifatnya yang repellent. Itulah benturan pertama dan benturan kedua yang disebutkan pada ayat 39/68. SHUURAH : Planet yang berionosfir, 28/8. Nyatalah setiap, planet memiliki ionosfir untuk menjamin kehidupan normal dipermukaanya, sesuai dengan maksud ayat 42/29. Dan ayat 82/8 itu menerangkan bahwa Allah menempatkan manusia pada setiap planet berionosfir, nantinya akan didatangi manusia bumi dengan pesawat angkasa sebagai dinyatakan pada ayat 2/148, 2/150, 55/33,65/12, 84/19, jo. 15/14, 43/13. DHARABA : Memukul 2/26, 4/34, 8/12, 8/50, 47/27. Sementara itu istilah DHARBU berarti KEKUATAN, 37/93, 47/4. Sebagaimana dalam bahasa Inggris adanya “verb followed by proposition” hingga verb itu berubah makna, demikian pula dalam Al- Quran :
  • 28. 28 DHARABA BI : Isyaratkan 2/60, 2/73,7/160, 24/31, 26/63, 38/44, 57/1. DHARABA’AN : Mencabut 43/5. DHARABA’ALLAA: Menimpakan 3/112, 17/11, 18/11, 24/31. DHARABA FII : Berjalan 2/273, 3/156, 4/94, 4/101, 5/106, 73/20. DHARABA LI : Beri contoh 13/17, 14/25, 16/74, 16/75, 16/112, 17/48, 18/32, 20/77, 22/73, 24/35, 25/9, 25/339, 29/43 , 30/28, 30/58, 36/13, 36/78, 39/27, 43/17, 43/58,47/,59/21,66/10,66/11. THARIIQ : Jalan 4/168, 20/63, 20/77, 46/30, 72/16. Maka istilah THARIIQATAN berarti yang sejalan 20/104. Sementara itu istilah THAARIQ pada 86/1, 86/2, berarti (bintang) yang berjalan, jamaknya THARAAIQ berarti yang berjalan 72/11, dan (planet-planet) yang berjalan pada ayat 23/17. Dengan demikian teranglah bahwa bintang-bintang dan planet-planet semuanya berjalan atau beredar di angkasa pada orbit tertentu, dan teranglah pula bahwa apa yang diketahui Nikolas kopernikus sudah lama diketahu para nabi sebelumnya. THAAGUUT : Aliran yang melanggar rukun Allah 2/256, 4/51, 4/76, 5/60, 4/60, 16/36, 39/17. THAAGUUN, orang-orang yang mengikuti thaaguuut 37/30, 38/55, 51/33, 52/32, 68/31, 78/22. Sehubungan dengan THAGAA; melanggar hukum 11/112, 20/24, dll. THAGWA; pelanggaran hukum 91/10, THAAGIYAH; tindakan melanggar hukum 69/5, dan sehubungan dengan THUGYAAN ; sikap melanggar hukum 2/15, 5/64, 6/110, 7/186, 10/11, 17/60, 18/80, 23/75. DHU’AFFAA-U : Orang-orang lemah 2/226, 9/91, 40/47, sehubungan dengan DHA’UFA berarti “lemah” 3/146, 22/73; dengan THA’IIF berarti “orang lemah” 4/28, 4/76, 11/91; dengan THA’FU berarti “kelemahan” 8/66, 30/54. THI’AAFAA : Yang berganda 4/9, bukanlah istilah ini berarti “lemah”. Istilah ini sehubungan denagan THAA’AFA berarti “memperganda”
  • 29. 29 2/245, 2/261, 4/40, 4/140, 11/20, 25/69, 33/30, 57/11, 57/18, 64/17, dengan THI’FU berarti “pergandaan” 2/265, 7/38, 17/75, 34/37, 368/61, dan dengan THI’FAINI berarti ”dua kali ganda” 33/30, 33/68. Juga sehubungan dengan MUDHAA’AFAH berarti “yang diperganda” 3/130, dan istilah MUDH’IFUUN berarti “yang memperganda” tercantum pada ayat 30/39. THAAMIR : Kendaraan yang menghubungkan 22/27 sehubungan dengan istilah THAMIIR berarti “hubungan” dalam tata bahasa. Bukanlah THAAMIR pada ayat suci itu berarti “unta kurus” karena orang tak mungkin datang ke Mekkah untuk ibadah hajji dengan naik unta kurus dari berbagai pelosok permukaan bumi menurut ketentuan ayat 22/27 itu sendiri. Tetapi sesuai dengan perkembangan zaman pada mana hukum yang terkandung dalam Al-Quran tetap berlaku, nyatalah pendatang-pendatang ke Mekkah itu menaiki berbagai kendaraan di darat, di laut dan di udara. Itulah arti KULLI THAAMIRIN yaitu setiap atau berbagai kendaraan penghubung, bukanlah berarti “setiap atau berbagai unta kurus”. THUUD : Lereng, 26/63, yaitu pinggiran laut merah yang karena airnya mengalir ke selatan sewaktu berlakunya gelombang pasang di Teluk Aden. Ingatlah bahwa waktu itu utara laut merah masih sempit karena kini diketahui pelebaran laut berlaku dua sentimeter setiap tahun, dan bahwa waktu itu belum ada suez kanal. Ketika dalam keadaan kering begitu, musa menyebrang ke lereng bagian timur bersama Bani Israil, tetapi pasukan Firaun yang mengikuti dari belakang jadi celaka karena laut telah mengalir kembali dari selatan ke utara. IYAMMU. THUUR : Aurora utara 2/63, 2/93, 4/154, 28/29, 28/46, 52/1. Yaitu Northen light yang terwujud karena topan magnet di lapisan Ionosfir utara memantulkan sinar surya. Aurora itulah yang diangkatkan Allah pada ayat 2/63, 2/93, dan 4/154. Ingatlah bahwa sebelum topan di zaman nuah, Mekkah adalah kutub
  • 30. 30 utara bumi 3/96 jo. 18/86 maka yang dimaksud dengan THUURUL AIMAN (Aurora utara sebelah kanan) ialah Ionosfir diatas Makkah yang berada sebelah kanan Palestina menurut arah putaran bumi 19/52, 20/80, karena itu nyatalah Musa mendatangi Mekkah waktu diseru Allah dinyatakan pada 28/29 dan waktu itu Muhammad belum lahir, 28/46. Jadi musa dalam perantauannya bersama keluarganya mendatangi mekkah sebagai tanah Suci di bumi ini, dan disanalah musa mendapat wahyu dari Allah. Lihat THUWAA, dan WAADULAIMAN. THUURU SAINAA-U: Daerah utara 23/20 yaitu Mekkah sebelum topan di zaman nuah, maka pertumbuhan yang keluar dari Mekkah ialah islam dan buah korma yang enak bagi orang-orang yang memakan. Lihat THUUR. THUURU SIINIIN : Penduduk daerah utara 95/2 yaitu penduduk Mekkah sewaktu jadi kutub utara sebelum topan di zaman nuah. Lihat THUUR dan THUWAA. Maka istilah ATHWAARA pada 71/14 berarti di DAERAH UTARA atau di kutub-kutub utara planet- planet sebelum topan di zaman Nuah. Memang semua kutub planet-planet dulunya berpindah tempat seperti yang berlaku di bumi dari Mekkah-tuamoto ke Arktik-Antarktik kini. Hal ini dibuktikan oleh ayat 2/148, 11/41 jo. 3/96, 18/86. Itulah sebabnya fosil manusia pubakala yang ditemukan memberi petunjuk bahwa mereka dulunya berbadan agak bungkuk karena kekurangan vitamin D yang dihasilkan sinar surya. Karenannya orang berpendapat dulunya pernah berlaku zaman es, tetapi sebenarnya masyarakat dulu itu berdiam di belahan utara bumi yang memang kekurangan sinar surya, sedangkan untuk tinggal di daerah Ekuator, tidak mungkin sebab selalu diancam bencana alam yang ditimbulkan transit planet hingga pembesaran radiasi surya sering berlaku menimpa permukaan bumi. Lihat ZHULLAH. Dan harus diketahui pula bahwa waktu itu belum ada pergantian musim, lihat ‘AAM.
  • 31. 31 THUWAA : pusat putaran utara bumi dulunya, 25/12, 79/16, sehubungan dengan THAYYU berarti “putaran’ dan THAWA berarti “memutar” pada ayat 21/104. Bahwa bumi ini senantiasa berputar untuk adanya pergantian siang dan malam. Jadi WAADUL MUQADDAS dimana Musa berbicara dengan Allah dulunya ialah di Makkah, sesuai dengan keterangan pada istilah THUUR. Karenannya memang hanya satu saja tanah suci di bumi ini yaitu di Makkah dimana ada MASJIDUL HARAAM yang diberkahi dan jadi petunjuk bagi seluruh manusia, 3/96. Lihat juga MUTHWIYYAAT. THAIR : Yang Melayang, 16/79, 24/41, 67/19, 105/3, dan berarti BURUNG pada 2/260, 3/49, 5/110, 6/38, 12/36, 21/79, 22/31, 27/16, 27/17, 34/10,38/19,56/21. Jika burung memiliki dua sayap, maka benda melayang lainya mempunyai kutub utara dan selatan seperti yang dimiliki bintang-bintang dan planet- planet, itulah yang berbaris-baris dikatakan pada 24/41 dengan gerak parallel satu arah, dan itulah juga yang dikatakan menguncup pada 67/19 dengan arti melakukan transit atau penyilangan garis orbit planet hingga dengannya terjadi pergantian musim. THIIN : Meteor yaitu benda melayang yang mengkilap sewaktu memasuki atmosfir, 3/49, 5/110, 6/2, 7/12, 23/12, 37/11, 38/71, 38/76. Meteor itu berasal dari pecahan planet-planet yang kemudiannya menjadi dari massanya bermula seperti planetr Mars, Sartunus, Uranus, Neptunus, dan Pluto, sedangkan yang mengorbit antara Mars dan Jupiter ytang kini dinamakan Planetoeids terbelah hancur jadi 30.000 dan meteor yang berjatuhan ke bulan, bumi dan planet lainnya yang lebih dekat pada surya. Pecahan planet-planet itu ditimbulkan oleh pembesaran radiasi surya sewaktu berlaku transit planet-planet 26/189. Karenannya dikatakan penciptaan itu berlaku selama 6.000 tahun pada 11/7 jo. 22/47. Orang yang menyatakan THIIN itu tanah, tidak dapat disalahkan karena meteor berasal dari pecahan planet dan
  • 32. 32 planet itu sendiri terwujud dari tanah, tetapi yang dimaksud dengan THIIN dalam Al-Quran bukanlah tanah tetapi meteor dengan bukti sebagai berikut : Ayat 32/7 menyatakan manusia pertama diciptakan dari THIIN dan ayat 51/33 menyatakan kaum durhaka di zaman Luth dumusnakan dengan batu-batu THIIN yaitu batu-batu meteor yang berjatuhan dari angkasa tinggi. Ayat 28/38 menyatakan Firaun menyuruh Haaman membakar hingga merupakan THIIN untuk ditambahkan ke angkasa nyatalah THIIN itu berarti meteor yang melayang. Ayat 17/61 menyatakan bahwa Adam diciptakan berupa THIIN yaitu melayang di angkasa dari Muntaha ke planet bumi ini sebagai nenek moyang kita. Dengan itu teranglah THIIN berarti benda melayang atau meteor, dan teranglah pula Adam bersama istrinya diturunkan dari Muntaha ke Bumi. Lihatlah HABITHA. ZHULLAH : Transit planet 7/171, 26/189 atau beradanya suatu planet diatas orbit planet lain setantang dengan surya yang orbit. Waktu itu berlaku pembesaran radiasi surya kepada planet yang dilintasi, hingga menimbulkan berbagai bencana alam. Diketahui bahwa berat bumi ini sekitar 200 trilion ton maka sekuat itu pula tenaga magnet surya menahan planet ini dalam orbitnya hingga tidak terpelanting jauh. Sekiranya Jupiter yang diketahui 318 kali lebih besar bumi kebetulan melakukan transit diatas orbit bumi, otomatis pembesaran radiasi surya berlipat ganda sampai 3318 kali menimpa bumi. Waktu itu biasanya berlaku sekira 11 tahun sekali. Bencana yang ditimbulkan ZULLAH tersebut dipakai Allah untuk membinasakan masyarakat durhaka dinyatakan pada 11/83 jo.26/189. Dan itulah radiasi atau SIJJIIL yang tercantum pada ayat 11/82. Lihat THIIN.
  • 33. 33 ZHILLU : Yang melindungi 28/24, dan planet yang melindungi pada 4/57, 13/35, 35/21, 56/30, 56/43. Lihatlah ZULLAH. Pada ayat 25/455 dinyatakan planet yang melindungi diperganda sama dengan maksud 13/3 bahwa bumi diperganda dengan beberapa planet, dan ayat 77/30 menyatakan planet yang melindungi itu memiliki tiga cincin nyatalah planet itu Saturnus sendiri. Jamaknya ialah ZHILAAL 13/15, 16/81 yaitu planet – planet yang melakukan transit melenggang ke selatan dank e utara sebuah topan di zaman Nuah untuk menimbulkan pergantian musim, lihatlah BISAATHA, AAM dan FIJJAAJAA. Sementara itu di akhirat nanti planet-planet yang melakukan transit itu akan ada juga seperti dinyatakan pada 36/56, 776/14 dan 77/41. ZHULAL : Yang diperiringkan 2/210, 31/32, 9/16, sementara ZHALLA berarti beriringan 15/14, 16/58, 20/97, 26/4, 26/71, 30/51, 43/17, 56/65, dan ZHALALA berarti beriringan 2/57, 7/160, 42/33. ZHALIIL : Yang melindungi 4/57, 77/31 sebagai adjective dari “zhillu- zhilaal”. ‘IJLU : Anak sapi 11/69, 20/88, 51/26, tetapi kita artikan dengan Ijil saja pada ayat 2/51,2/54,2/92,4/15,7/148, 7/152 karena pada ayat-ayat suci ini tidak kita dapati ketegasan apakah Ijil itu anak sapi atau ketegasan terutama jika dilihat pada ayat 2/93 dimana dikatakan Ijil dimasukkan kedalam hati Bani Israil, dan tidak dikatakan bahwa mereka menyembah anak sapi. Kita merasa Ijil ini sehubungan dengan AJALU berarti ketergesaan 21/37; ‘AJALA berarti berbegas 7/150, 19/84, 20/84, 20/114, 75/16; AAJILAH berarti yang cepat 17/18, 75/20, 76/27; ‘AJJALA berarti menggegaskan 10/11, 17/18, 18/58, 38/16, 48/20; dan sehubungan dengan istilah ‘AJUULAA berarti bersikap terburu-buru pada 17/11. ‘AADA : Mengulangi atau berulang kembali 5/95, 7/29, 8/19, 8/38, 23/107, 36/39, ‘AADUM berarti “orang-orang yang mengulangi” 2/173, 6/145, 16/115, 23/7, 23/113, 26/166,
  • 34. 34 70/31. Tetapi istilah ‘AA-IDUUN berarti “orang-orang yang hidup kembali” diakhirat, 44/15. Dalam pada itu istilah ‘AADA ‘An berarti “kembali pada” 4/154, 7/88, ; istilah ‘AADALI berarti “membiasakan” 6/28, 24/17, 58/3, 58/8. ‘AADIYAAT : Yang datang berulang 100/1 yaitu rombongan comet yang sering kelihatan di angkasa. Comet dinamakan SHUUR dalam Al-Quran tetapi sifatnya disebut dengan ‘AADIYAAT sehubungan dengan ‘AADA. Comet adalah wujud besar di semesta raya, bukan dalam tatasurya kita, dan tampaknya di bumi tidak dapat diramalkan 7/187 jo.27/87. ‘ARSY : Semesta raya 7/54, 9/129, 10/3 dll. Yaitu semua benda angkasa, tersusun rapi sebagai susunan yang diciptakan Allah. Hal ini sehubungan dengan itulah ‘ARASYA berarti membangun pada ayat 7/137, 16/68. Namun ‘ARSY yang tersebut pada 12/100, 27/23. 27/38, 27/42, dan jamaknya ‘URUUSY tercantum pada 2/259, 18/42, 22/45 adalah BANGUNAN yang disusun manusia. Maka ARSY yang diciptakan Allah tak mungkin dengan “bangunan” kecuali SEMESTA karena semuannya terdiri dari bintang-bintang, comet-comet, planet-planet dan bumi. ‘ASHFU : Pucuk, putik atau bentul biji yang bertumbuh 55/12, 105/5. Maka setiap biji tetumbuhan memiliki belahan jantan betina dan satu bentul yang bertumbuh karenannya bukanlah tetumbuhan kawin antara yang satu dengan yang lainnya, tetapi setiap bijinya telah memiliki jantan dan betina untuk bertumbuhan. Perkawinan yang dilakukan orang bukanlah perkawinan tetapi usaha penyuburan. Maka RIIHUM ‘AASHIP yang tercantum pada 10/22, 14/18, dan 21/18 adalah ‘angin putting beliung” atau tornado atau typhoon yang berpusat atau berpucuk putaran sangat membahayakan. Seterusnya istilah ‘AASHIFAATU ‘ ASHFAA pada ayat 77/2 adalah comet-comet yang berpusat pada pusatnya yaitu comet itu sendiri sebagai pusat ikutan diikuti oleh ekor
  • 35. 35 panjang yang terdiri dari tatasurya-tatasurya yang telah dibentur dan diseretnya atau yang padanya telah berilaku kematian total, lihat SAA’AH. ‘ALAMAAT : KOMPAS, 16/16 sehubungan dengan ‘ALIMA berarti mengetahui, maka “alamat” dapat diartikan dengan “yang memberitahukan”. Kompas selalu menunjukkan kearah kutub magnet bumi di selatan dan di utara pada tempat-tempat yang selalu berubah, sejauh maksimal 10 derajat dari kutub putaran bumi pada bulan Juli dan Desember dan tepat di kutub putaran bumi yang melakukan pergantian musim dalam orbitnya. Maka NAJMU yang tercantum pada 16/16 adalah surya sendiri. ‘AALAMIIN : Seluruh manusia, karena pada umumnya yang berakhiran dengan YAA NUUN atau WAA NUUN adalah yang berjiwa. Jadi bukanlah istilah itu berarti seluruh benda atau seluruh alam dimana termasuk batu dan tetumbuhan. Istilah ‘AALAMIIN tercantum ada banyak ayat diantarannya 21/107, 29/6, 29/6, 29/28, 44/32, 45/6 dll. Semuannya menunjukkan makhluk berakal, sehubungan dengan istilah ‘ALIMA berarti “mengetahui” 30/59, 41/3, dll.; dengan ‘ILMU pada 20/114, 27/66 dll.; dengan ‘ALLAMA berarti “mengajarkan” pada 2/102, 55/4, dll.; dengan ‘AALIM berarti “yang berilmu” pada 21/51, 29/43 dll.; dengan ‘ULAMMA-U pada 26/197, 35/28, dan sehubungan dengan ‘ALIIM berarti “yang mengetahui” pada ayat 40/2, 57/3, 58/7 dll. GADAN : Besok hari, 12/12, 18/23, sehubungan dengan GADAAN berarti “keluar pagi” 3/121, 68/22; dengan GADAAH berarti “pagi hari” 6/52, 18/28; dan sehubungan dengan GUDUWWU berarti “waktu pagi” pada 7/205, 13/15, 24/36,34/12, dan 40/46. Namun istilah GADAN pada ayat 31/34, 54/26 dan 59/18 berarti BESOK DI AKHIRAT tentang mana setiap orang harus mawas diri, bersedia-sedia mempersiapkan diri. GARRA : Memperdaya 3/24, 3/185, 35/5, 40/4, dll., maka GURUUR berarti “hal yang memperdaya” tetapi kita artikan
  • 36. 36 FATAMORGANA yang memang sifatnya memperdayakan, 3/185, 4/120, 6/112, 7/22, 17/64, 31/3, 33/12, 35/5, 35/40, 57/14, 57/20, dan 67/20. GURUFU : Tempat tinggi, 29/58, 39/20, jamaknya GURFAAT pada 34/37, yaitu surga-surga yang tempatnya di planet-planet yang berada terpisah tinggi dari surya. Sementara itu istilah GURFAH berarti “pengangkatan” tercantum pada ayat 2/249, 25/75. GAARIMIIN : Orang-orang yang mendapat kecelakaan 9/60, sehubungan dengan GARAAMAA berarti “yang mencelakakan” pada ayat 25/65; dengan MAGRAMU berarti “kecelakaan” pada ayat 9/98, 52/40, 68/46; dan sehubungan dengan MUGRAMUUN berarti “yang dicelakakan” pada ayat 56/66. Jadi GAARIMIIN bukanlah berarti “orang-orang berhutang” karena orang-orang berhutang termasuk yang diturunkan Allah. Istilah itu sehubungan dengan GASY-SYAA berarti “manutupi” 8/11, 53/54; GASYIYA berarti “menutupi” 3/154, 13/3, 53/16 dll.; dan sehubungan dengan GISYAAWAH juga GAWAASY berarti “penutup” pada ayat 2/7, 7/41, dan 45/2. Sebagai contoh ialah topan besar di zaman Nuah di bumi, 53/54, dan di Muntaha, 53/16 yang berlaku sekaligus. ‘AAM : Tahun Musim, 2/259, 9/28, 9/37, 9/126, 12/49 ”sanah” dalam Al-Quran. Dalam Islam tidak dipakai tahun pergantian musim karena hal itu mungkin menyesatkan orang dalam ibadah dan ilmu eksakta, tercantum pada ayat 9/36 dan 9/37. Hal ini disebabkan tahun musim itu akan semakin pendek dan semakin pendek dan akhirnya habis waktu mana tidak berlaku lagi pergantian musim. Dalam science hal ini telah dibuktikan oleh para sarjana bahwa manusia itu senantiasa berkurang, sebanding dengan berkurangnya inklinasi orbit bumi 9,75’ derajat setiap abad, dan kejadian menunjukkan bahwa kalender Julius Caesar diperpendek oleh Paus
  • 37. 37 Georgerius pada tahun 1582 dengan menjadikan tanggal 4 Oktober berupa tanggal 15 Oktober. Ayat 29/14 menyatakan umur Nabi nuah ada 1000 tahun Qamariah (Lunar Year) dikuangi 50 tahun musim. Mungkin waktu itu satu tahun musim terdiri 1000 hari atau 500 hari tentang mana para sarjana harus memperhitungkan, karena yang jelas ialah bahwa waktu itu tahun musim sangat panjang, jauh lebih banyak harinya daripada keadaannya kini. ‘AMIIQ : Tempat jauh, 22/27, maka ayat suci itu menyatakan bahwa manusia akan berdatangan ke Mekkah untuk ibadah Hajji berlelaki (tidak boleh perempuan saja) dan dengan berbagai kendaraan yang menghubungkan dari SETIAP PELOSOK YANG JAUH. Dalam hal ini lihatlah RIJAALAN dan FIJJAAJAA. Juga sehubungan dengan AGSYAA berarti ‘menutup” pada ayat 7/54, 10/27, dan 36/9. GAMAAN : Bencana 2/57, 2/2010, 7/160, 25/25, juga GAMMU dengan arti sama pada ayat 3/153, 3/154, 20/40, 21/88, 22/22, maka istilah GUMMAH berarti “sumber bencana” pada ayat 10/71. GAIB : Gaib juga diartikan karena tiada istilah lain yang cocok untuk maknanya. Ada dua macam yang dikatakan dengan gaib yaitu wujud. Allah dan Ruh; juga keadaan, seperti yang berlaku di zaman purkala, di akhirat nanti, atau yang kejadian di planet yang mengitari bintang lain. Gaib tercantum pada 5/109, 5/116, 9/78, dan 34/48. Gaib ialah gaib dan tidaklah tepat jika yang diartikan dengan “tak kelihatan” karena banyak wujud yang tidak kelihatan tetapi bukanlah dia gaib. Namun istilah GAYAABAH berarti “kegelapan” pada ayat 12/10. FITNAH : Kesusahan 6/23, 21/35, 29/10, 51/14, 64/15 dll. Yaitu kesusahan yang berupa ujian dan perkosaan; jika dikatakan fitnah lebih sangat dari pada peperangan maka maksudnya ialah bahwa penjajahan lebih jahat dari pada perang. Kalau perang mungkin membunuh ribuan orang tetapi penjajahan adalah perkosaan atas semua orang yang dijajah.
  • 38. 38 Yang sehubungan dengan istilah itu ialah FATANA berarti “menyusahkan” pada 29/2, 51/13 dll.; FUTUUNAA berarti “dengan kesusahan” pada 20/40; FATINIIN berarti “yang menyusahkan” pada 37/162. FIJJAAJAA : ZIGZAG 21/312, 71/20, yaitu garis orbit planet terdorong ke selatan dan ke utara sewaktu mengitari surya, dimulai semenjak adanya topan di zaman Nuah. Hal ini sejalan dengan maksud 16/48 yang menyatakan gerak planet-planet yang melenggang dari selatan dan utara. Gerak zigzag demikian menimbulkan pergantian musim yang semakin pendek waktunya dari abad keabad sejalan dengan lenggang pendulum yang semakin pendek. Lihat ‘AAM dan SUBULU. FIJJAAJAA sehubungan dengan istilah FAJJU yang berarti “pelosok’ atau tempat-tempat terpencil, tercantum pada ayat 22/27. FIRAASYAA : Dengan tetumbuhan 2/22 sehubungan dengan FARAASY berarti “benda-benda bertumbuh” 101/4; dengan istilah FARSYU jamaknya FURUSY berarti “pertanian” pada ayat 6/142, 55/54, 56/34; juga sehubungan dengan FARASYA berarti MENUMBUHKAN pada ayat 51/48. Dengan demikian nyatalah bumi dan planet-planet saja yang memiliki tetumbuhan / pertanian, tiada di bulan- bulan dan di bintang-bintang. Bumi sama dengan planet, dan planet sama dengan bumi, 62/12. FITHRAH : Susunan, 30/30, sehubungan dengan FATHARA berarti ”menyusun” 6/79, 11/51, 17/51, 20/72, 21/56,30/30, 36/22, 43/27; dengan FATHIR berarti “penyusun”6/14, 12/101,14/10, 35/1, 39/46, 42/11, dan dengan FUTHUUR berarti “ yang diseret” 67/3. Juga sehubungan dengan MINFATHIRU berarti “yang terseret” 19/90, 42/5; dan dengan INFATHARA berarti “terseret” pada ayat 82/1.
  • 39. 39 FAALIQU : Penggerak 6/95, 6/96, sehubungan dengan FALAQU berarti GERAK atau GERAKAN 113/1; dan INFALAQA berarti “bergerak” pada ayat 26/63. FALAKU : Angkasa 21/33, 36/40 sehubungan dengan FULKU berarti “benda terapung” baik di angkasa ataupun di lautan 36/41, 40/80, 43/12 dan lain-lain. FAWQA : Di atas (atau Above) 6/65, 14/26, 23/17 dll. Maka istilah FAWAAQ berarti “bagian atas” 38/15. Bagian atas disini tentunya dipandang dari titik pusat rotasi atau orbit. QATALA : Membunuh 2/251, 3/169, 4/74 dll. Sehubungan dengan istilah QATLU berarti “pembunuhan” 2/178, 3/181, 3/15, 4/155, 5/30, dan 17/31. Tetapi QATALA pada ayat 2/54, 2/61, 2/87, 2/1, 2/85, 3/21, 3/154,3/158,3/183,3/144,3/156,4/49,4/66,4/91,4/89,dan 5/70 berarti MEMERANGI. Maka istilah QATLU pada ayat 2/191,2/17,33/16,berarti PERANG. Sebagai contoh sebagai berikut .: 2/191 dan perangilah mereka dimana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari mana mereka mengusir kamu, dan fitnah itu lebih sangat daripada perang. Dalam ayat suci ini teranglah orang islam diperintah memerangi orang-orang yang menjajah dan mengusir mereka, tetapi tidak mungkin membunuh dan mengusir mereka. Ingatlah bahwa Nabi atau para Nabi tidak pernah ada yang dibunuh musuhnya atau dibunuh orang – orang kafir sesuai dengan maksud ayat 3/139, 40/51, 58/21, tetapi memang ada Nabi yang diperangi musuhnya. Ingatlah juga bahwa ketentuan Allah dalam Al-Quran tidak pernah bertentangan baik antara sesama ayat suci maupun dengan kejadian yang berlaku. QADARA : Menentukan 534, 6/91, 13/26 dll. Maka QADDRA berarti “memberikan ketentuan” 25/2, 34/11, 36/39 dll, dan QADARU berarti “ketentuan” 15/21, 43/11, 54/49, 77/22 dll. QADRU berarti “hal tertentu” 6/91, 22/74, 65,397/1, MIQDAAR berarti
  • 40. 40 “ketentuan” 13/8, 32/5, 70/4; MAQDUUR berarti “yang telah ditentukan” 6/96, 25/2, 36/38, 76/16. QAADIR : yang menentukan 6/37, 10/24, 17/99, dll, bersamaan dengan arti QADIIR yang termuat pada ayat 4/133, 5/120, 29/20, dll. Karenannya istilah QUDUUR berarti RODA yang ditentukan panjang jari-jarinya termuat pada ayat 34/13. Dengan demikian teranglah bahwa pertama roda dibikin orang ialah di zaman Nabi Sulaeman, yaitu yang selama ini masih diselidiki pembikinan pertamanya. Ingatlah istilah QADIIR bukanlah berarti BEKUASA karena untuk pengertian ini, Al-Quran memakai istilah QAHHAAR tercantum pada ayat 13/16; dan istilah QAAHIR berarti “yang menguasai” 6/18; dan QAHARA berarti “menguasai” pada ayat 93/9. QARAAR : Perwujudan 14/26, 14/29, 23/13, 23/50, 27/61, 38/60, 40/39, 40/64, 77/21, sehubungan dengan AQARRA (NUQIRRU) yang berarti “mewujudkan” pada ayat 22/5. Karenanya nyatalah Maryam dan Isa Almasih dipindahkan dari bumi ke planet lain yang mempunyai perwujudan sebagaimana Adam dan isterinya dipindahkan dari Muntaha ke bumi ini lihat 3/59 dan 23/50. Maka bukanlah Isa dan Maryam kembali kepada Allah yang gaib, tetapi bersamaan juga dengan kepergian Nabi Ibrahim antar planet sebagai tercantum pada 6/75 jo.21/69, 37/99. Lihatlah MUSTAQAR QIRTHAAS : Kertas 6/7, 6/91. Pada kedua ayat suci ini ternyata kertas disebut dan memang sudah ada sewaktu Al-Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad, terbukti dengan catatan sejarah bahwa nabi pernah menyuruh pada sahabatnya berkirim surat kepada raja negeri lain yang waktu masih belum menganut islam. Juga terbukti adanya kertas yang sudah dijadikan buku sebagaimana tercantum dalam The Bible bahwa Nabi Isa pernah membacakan buku diatas mimbar bagi pendengar-pendengarnya, begitu pula Paulus
  • 41. 41 dinyatakan sering berkirim surat kepada orang-orang yang dikenalnya di zaman sebelum kelahiran Muhammad. Dalam catatan sejarah dapat diketahui bahwa kertas pertama kali telah dibikin orang cina pada abad pertama tahun Masehi (solar year). Dan sejarah juga mencatat bahwa Makkah menjadi pusat perdagangan antara Timur dan Barat semenjak abad sebelum kelahiran Muhammad, karenanya kertas sudah dituliskan diatas kulit-kulit kayu atau pada kayu atau batu ataaupun pada kulit binatang, tetapi langsung dituliskan para sahabatnya diatas kertas yang memang sudah ada di Makkah waktu itu. Dengan begitu semakin teranglah bahwa Al-Quran yang ada kini tidak pernah disalah tuliskan atau dituliskan berdasarkan hafalan para sahabat Nabi sebagaimana penah dituduhkan oleh fihak anti Islam. Itulah QALAM atau pena yang tercantum pada 68/1 dan 96/4 yang sudah dituliskan orang pada waktu Firman Allah diturunkan. QARNU : Generasi manusia 6/6, 18/, 18/94, 19/74, 19/98, 23/31, 38/3, 50/36, jamaknya QURUUN tercantum pada ayat 10/13, 11/116, 17/17, 20/51, 20/128, 23/42, 25/38, 28/43, 28/45, 28/78, 32/26, 36/61, 46/17. Karenannya istilah ZULQARNAIN berarti Manusia yang dua golongan atau dua generasi, saling bertentangan sebagai dua tanduk yang berasal dari satu diri. Lihatlah istilah MUQARRANIIN. QISTHU : Effektifitas 3/18, 4/127, 4/127, 4/135, 5/8, 5/42,6/142,6/152, 7/29, 10/4, 11/85, 21/47, 55/9, 57/25, maka istilah AQSATHU berarti lebih effektif (lebih menghasilkan atau lebih berguna) tercantum pada 2/282, 33/5, dan AQSTHA berarti “berbuat effektif” pada 4/3, 49/9, 60/8. Jadi bukanlah istilah itu berarti “adil” karena untuk “adil” ini Al-Quran memakai istilah “ADLU atau ADALA yang juga tercantum pada ayat 4/3 dan 49/9. Maka istilah MUSQSITHIIN berarti “yang berbuat effektif” tercantum pada 5/42, 49/9, 60/8, tetapi istilah QAASITHUUN pada 72/14 dan 72/15 berarti “yang mengada-ada” untuk keuntungan sendiri.
  • 42. 42 QAHAA : Laksanakan 2/200, 19/35, 40/20 dll, dan istilah QAAD pada 20/72, 69/27 berarti “pelaksana” atau yang melaksanakan. Sementara itu MAQDHIYYU berarti “yang dilaksanakan 19/21, 19/71, QADHAA BAINA berarti “menyelesaikan antara” tercantum pada 6/58, 10/19, 10/47, 10/54, 10/93, 11/110, 27/78, 39/69, 39/75, 42/14, dan istilah QADHAA’ALAA, sebagai tercantum pada 28/15, dan 35/36. QALAA-IDU : Lingkungan Ka’bah 5/2, 5/97, sehubungan dengan MAQAALIIDU yang berarti “daerah orbit” pada ayat 39/633, 42/12. Karenannya bukanlah yang satu berarti “kalung” dan bukanlah pula yang lainnya berarti “kunci”. QAMAR : Bulan 10/5, 36/39, 36/40, 84/18, 91/2, jamaknya juga QAMAR tercantum pada ayat 7/54, 27/61, 31/29, 35/13, 39/5, 54/1, 74/32, bukanlah lebih jelas jamaknya pada ayat 12/4, 21/3, 26/61. Pada ayat suci terakhir ini QAMAR berarti BULAN_BULAN ditandai dengan pronouns HIINNA yang berarti “mereka”. Kini sudah diketahui orang ada 34 bulan dalam daerah tatasurya kita, belum termasuk yang mengitari planet Muntaha. QAHHAAR : Yang kuasa 13/16, 14/48, 12/39, 38/85, 39/4, 40/16, QAAHIR berarti “yang menguasai” pada 6/18, 6/61, 7/127, dan QAHARA berarti “menguasai” pada ayat 93/9, Lihat penjelasan isitilah QADIIR. QIYAAMAH : Kiamat yaitu hari berbangkit di akhirat, 2/174, 3/55, 16/25, dll, dan QAYYUUM berarti”Pembangun” tercantum pada ayat 2/255, 3/2, 20/111. Jadi hari kiamat bukanlah hari kehancuran sebagai yang biasanya menjadi istilah umum, padahal untuk kehancuran ini, Al-Quran memakai istilah SAA’AH, lihatlah penjelasannya. KATABA : Menuliskan atau Menentukan. KATABA yang berarti “menuliskan” ialah pada 2/79, 2/282, 3/181, 4/71, 7/145 dll. Sedangkan KATABA yang berarti “menentukan” tercantum pada /53, 4/66, 5/21, 5/32 dll. Sementara itu istilah KUTIBA
  • 43. 43 berarti “ditentukan” atau “diwajibkan” tercantum pada 2/178, 2/180, 2/216, 2/246, 3/154,. 4/77, 4/127, 9/120, 22/4. Maka istilah KAATIBA berarti “mengadakan ketentuan pada ayat 24/33, dan KAATIBU berarti “pencatat” atau “mulia” tercantum pada 2/282, 21/94, 82/11. KITAAB : kitab atau ketentuan, lihat istilah KATABA diartikan KITAAB yang berarti “kitab” tercantum pada ayat 2/2, 2/79, 7/52, 7/169, 35/32, 41/2, 42/14, 46/30 dll. Jamaknya ialah KUTUBU pada ayat 34/44. KITAAB yang berarti “ketentuan” termuat pada ayat 17/14, 19/12, 19/16, 19/51, 22/70, 23/62, 30/56, 34/3, 35/11, 39/23, 57/22 dll. Jamaknya ialah KUTUBU tercantum pada ayat 2/285, 21/104, 66/12 dan 98/3. Sementara itu KITAAB pada ayat 27/28 berarti “surat ketetapan”, dan KITAABUN HAFIIZH pada ayat 50/4 berarti “ketentuan yang menjaga” . dan istilah MAKTUUBAN pada ayat 7/157 berarti “yang tercantum” atau “yang tertulis”. KA’BAH : Ka’bah 5/95, 5/97. Ditempat itulah rumah pertama yang didirikan untuk manusia Bumi, 3/96. Ka’bah juga dinamakan RUMAH TERTUA 22/29, 22/32. Didirikan oleh Ibrahim bersama anaknya Ismail 22/26. Menjadi Sumber Ilmu tentang History, Geology, dan sebagainya 2/125. Rumah Mulia dan siapa yang memasuki daerahnya jadi aman 3/97, 5/97, dan 14/37. Rumah yang diberkahi atau yang dijaga keselamatannya oleh Allah 3/97. Dikatakan juga sebagai Rumah Allah dengan kiasan kemuliannya 2/125. Tempat kebesarannya Nabi Ibrahim 3/97. Supaya manusia menziarahinya atau menunaikan Haji kepadanya bagi yang sanggup 3/97. Itulah satu-satunya Rumah yang selalu diramaikan di sepanjang zaman secara aman 3/97 dan 53/4. Dijadikan pertunjuk bagi seluruh manusia 3/96. Supaya orang melakukan tawaf keliling Ka’bah itu 2/125, 22/26, 22/29 menempatkan Rumah itu di sebelah kiri melambangkan putaran Bumi dari barat ke Timur sembari mengorbit keliling surya.
  • 44. 44 Ka’bah itu dulunya yang jadi kutub utara bumi sebelum topan di zaman Nuah 3/96, 18/86 jo.71/14 berlaku 71/14 dan berpindah pada tempatnya kini disebutkan pada ayat 11/41 hingga kutub utara kini ialah di Arktik. Ke arah Ka’bah itulah setiap orang harus menunjukan Kitbalt Shalat 2/149 dan 2/150. Dan menghadap ke Ka’bah bukanlah menyembah Rumah itu tetapi meyembah Tuhan yang memilikinya 106/33. Allah selalu dalam goib maka menyembah-NYA haruslah ditunjukan kepada suatu tempat dan tempat itu diciptakan Allah, yaitu kekuatan terbesar di bumi ini hingga memutar planet yang beratnya diperkirakan 200 trillion ton berputar sekira 1.665 km. perjam . Jamak dari Ka’bah ialah KAWAA’IB tercantum pada ayat 78/33 yaitu Ka’bah di panet-planet lain sebagai realisasi dari ayat 2/148, 42/29 dan 65/12. Demikianlah para Muttaqien di Akhirat nanti di kutub-kutub uatara planet sebagai dinyatakan pada 71/14, 3/96, jo.29/20, 21/104 dan 78/3. Sejalan dengan itu istilah KA’BAINI pada ayat 5/6 berarti “dua mata kaki” yaitu tempat kaki berputar untuk sempat melangkah. Demikian pula istilah Ka’bah berarti “tempat bumi berputar” dulunya. KALAALAH : Yang tidak lagi beribu-bapak 4/12, 4/177, bukanlah berarti “yang tidak beranak dan tidak beribu-bapak lagi”, karena pada ayat 4/177 dinyatakan : “…..jika tidak ada baginya anak”. Ini membuktikan bahwa diantara kalaalah itu ada yang beranak. KUN FA YAKUUN : “Adalah” maka adalah dia. Kalimat ini tercantum pada 2/117, 33/47, 3/59, 6/73, 16/40, 19/35, 6/82, dan 40/68. Walaupun dikatakan hukum Allah demikian berlaku untuk tiap sesuatunya, tetapi pada ayat-ayat suci tersebut lebih menitik beratkan pada penciptaan planet-planet dan kehidupan yang berlaku padanya. KAWKABU : planet 6/76, 12/4, 24/35, begitupun KAWAAKIB berarti “planet-planet” pada ayat 37/6, dan 82/2. Bukanlah istilah itu berarti ‘ bintang’ atau “bintang-bintang”.
  • 45. 45 Pada ayat 12/4 secara jelas dinyatakan adanya bumi dan surya, maka KAWKABU yang 12 itu bukanlah bintang karena surya juga termasuk golongan bintang-bintang di angkasa. Dari itulah istilah berarti PLANET. Pada ayat 24/35 secara jelas dinyatakan adanya KA’BAAH dalam lingkungan ZULAAJAH yang seumpama KAWKABU maka MISBAAH dalam ayat suci ini ialah bintang, sedangkan KAWKABU adalah planet yang mengitari bintang sembari mengkilap memantulkan sinar dari bintang itu. Yang dilihat Ibrahim pada ayat 6/76 ialah planet besar, mungkin Jupiter, dan pada ayat 6/76 dinyatakan dia melihat surya, maka nyatalah KAWKABU pada ayat 6/76 bukanlah bintang tetapi planet. Demikianlah KAWAAKIB pada ayat 37/6 dan 82/2 adalah jamak dari KAWKABU. ILTAFIT : Tertinggal 11/81 dan 15/65. Bukanlah istilah itu berarti “menelah ke belakang” yang sebenarnya dipakai orang dalam The Bible atau dalam Alkitab. Jika diperhatikan ayat 11/81 akan jelas dapat dipami bahwa : “………………… dan janganlah tertinggal dari kamu seorang juga kecuali istrimu”. Maka dalam susunan kalimat ini tak mungkin difahami: “………..dan janganlah menoleh kebelakang dari kamu kecuali isterimu”. LAQWU : Obrolan 2/225, 5/89, 19/62, 2/3, 25/72, 28/55, 52/23, 56/25, 78/35, sehubungan dengan LAGAA berarti “mengobrol” pada ayat 41/26, dan LAAGIYUH berarti “yang berupa dongeng” pada ayat 88/11. LAAMASSA : Setubuhi 4/43 5/6 bukan hanya sekedar menyentuh karena untuk “menyentuh” Al-Quran memakai istilah MASASA tercantum pada 3/74, 3/140, 6/17, 19/20, 24/35, atau MASSA pada 2/80, 2/214, 6/7, dll. Dan MASSU berarti “Sintuhan” pada ayat 2/275, 54/48. Maka istilah LAAMISAAS pada ayat 20/97 berarti HAL HAL PORNO atau yang berhubungan dengan persetubuhan.
  • 46. 46 MAA-U : Air 13/4, 15/22, 23/18, 25/48, 50/9, 43/11 dll. Namun istilah MAA-U yang bercantum pada ayat 11/7, 14/16 21/30, 24/45, 25/54, dan 56/31 berarti HYDROGEN yaitu atom asal berisikan Rawasia yang berputar di sumbunya dilingkup oleh Mar’a. Dalam hal ini juga penulis bible salah jiplak untuk Genesis dimana dinyatakan Tuhan lebih dahulu menciptakan air sebelum sinar, lihat Genesis I:2, dan I:3. Padahal Al-Quran ayat 11/7 menyatakan semesta ini adalah diatas Hydrogen, karena yang ada ini semuanya adalah benda-benda yang berasal dari Hydrogen. Di atas hydrogen juga berarti bahwa ciptaan pertama ialah Rawasia (batang magnet) yang berputar, dari padanya timbul Mar’a yang melingkupi. Rawasia disebut orang dengan Proton yang tak kelihatan, begitupun Mar’a dengan nama Electron dan Positron. Diatas hydrogen yang terdiri dari proton dan Electron itulah adanya semesta raya dengan istilah ARSY pada 11/7. Ayat 14/16 menyatakan penduduk neraka diberi minum dengan Hydrogen yang memperdayakan, bukan air karena di dalam neraka tidak ada air. Ayat 21/30 menyatakan bahwa Allah menjadikan semua yang hidup dari hydrogen , bukan dari air, karena air dalam tubuh manusia hanyalah 60 persen saja. Begitu juga pada ayat 24/45, dan 25/54. MAA-UN MASKUUB pada 56/31 berarti hydrogen permanent yaitu yang berlaku di akhirat dalam sorga, berbeda dengan hydrogen di dunia kini dimana Neutrine atau Mar’a banyak mengapung ke angkasa dimana benda yang ditinggalkannya berubah bersifat fana. MU’TAFIKAH : kaum Pemalsu 9/70, 53/53, 69/9, sehubungan dengan IFKU berarti “Kepalsuan” pada 24/11, 25/4, 29/17, 34/43, 37/86, 37/151, 46/11, dan AFAKA berarti “memalsu” pada 5/75, 6/95, 7/117 dll. Juga sehubungan dengan AAFFAAK berarti yang memalsu” pada ayat 26/…dan 45/7.
  • 47. 47 Pada ayat 53/53 disebutkan “kaum pemalsu yang dijatuhkan”, sedangkan pada ayat 69/9 dinyatakan “kaum pemalsu dengan kesalahan”. MUALLIFAH : Yang dibangun 9/60 yaitu orang-orang yang dibangun hatinya untuk hukum Islam. Dalam hal ini termasuk anak-anak sekolah melalui pengurus atau gurunya, begitupun usaha- usaha dakwah Islamiah, tercantum yang ditujukkan kepada orang-orang yang baru pindah agama memasuki Islam kalau orang-orang ini miskin tercantum pada ayat 9/60. Istilah ini sehubungan dengan ALLAFA berarti “menyatukan” pada ayat 3/103, 8/63, 24/43 dan IILAAF berarti “persatuan” pada 106/1 dan 106/2. MATAA’U : Kelengkapan 2/240, 12/65, 28/60 dll. Bukan berarti nafkah, barang-barang atau kenikmatan dsb. Untuk itu perhatikanlah juga ayat 2/36, 2/241, 3/14, 3/185, 3/197, 4/77, 5/96, 7/24, 9/38, 10/23, 10/70, 11/3, 12/17, 12/79, 13/17, 13/26, 16/80, 16/117, 21/111, 24/29, 28/61, dsb. Jamaknya ialah AMTI’AH pada 4/102. Maka istilah MATTA’A berarti “beri kelengkapan” pada 2/126, 2/236, 10/98, 11/48, 15/88, 20/131, 21/44, pada 11/65, 15/3, 16/55, 29/66, 30/34, 39/8, 47/12, 51/43, 77/46, juga istilah ISTAMTA’A berarti “minta kelengkapan” atau mencarinya, tercantum pada ayat 4/…. 6/128, 9/69, dan 46/20. MUTTAQUUN : Orang-orang yang insyaf 2/177, 39/33, 77/40 dll. Berasal dari ITTAQA berarti “menginsyahi” 2/183, 24/52, 73/17 dll. ATQAA berarti “lebih insyaf” 49/13, 92/17. Lihatlah TAQWAA. MATIIN : Yang Memutar 7/183, 51/58, 68/45, maka ZUL QUWATUL MATIIN berarti “yang memiliki kekuatan memutar” yaitu kekuatan Allah yang memutar benda-benda angkasa. Lihatlah TIIN dan WATIIN. MATSAABAH : Sumber Ilmu 2/125 sehubungan dengan sitilah ATSAABA berarti “membalasi” 3/153, 5/85, 48/18, dan ATSABATA berarti “menetapkan”11/120, 25/32, 3/147, 8/11, 14/27, 17/74; TSAABIT berarti “yang menguatkan” 14/24, TSABUTA berarti “dengan kekuatan” 4/71, TSUBBUT berarti “kuatnya” 16/94.
  • 48. 48 Maka MATSAABAH adalah sumber yang menetapkan yang menguatkan hidup manusia di bumi ini karenanya diartikan dengan “sumber ilmu” , dengan begitu istilah MATSUUBAH berart “pembalasan” 2/103 sehubungan dengan ATSAABA. MATSALU : Contoh atau perumpamaan 2/17, 3/59, 3/117, dll. Selaku Noun yang pluralnya ialah AMTSAAL pada 6/38, 6/160, 13/17 dll, maka MUTSLAA berarti “contoh utama” 20/63, dan MATSULAAT berarti “ yang mengandung contoh” pada ayat 1/6. MITSLU : Persamaan atau yang bersamaan dengan, tercantum pada ayat 2/106, 2/275, 3/13, 4/140, 4/177, 5/31, 5/36, 6/124, 6/160, 10/38, 10/102, 13/17, 17/88, 17/99, 20/58, 21/3, 40/40, 42/11, 39/47, 60/11, dan 65/12. Jadi istilah MITSLU dan MATSALU bukanlah serupa artinya. MATSAANIY : Yang berulang-ulang 15/87, 9/23, ayat pertama dimaksudkan bagi 7 planet yang berulang-ulang melakukan transit diatas orbit bumi. Ke planet-planet itulah dulunya pernah tinggaj dalam Mi’rajnya. Ayat kedua dimaksudkan bagi ketetapan Allah yang dalam Al-Qur’an, terutama yang sifatnya mutasyabihaat, masing-masingnya saling menambah mencukupkan selaku bahan keterangan bagi manusia. MAJRI : Tempat berangkat 11/14 sehubungan dengan JAARIYAH berarti “yang bergerak” atau yang berjalan, pada ayat 69/11, 88/12 dan JARAA berarti “bergerak” pada ayat 2/164, 6/6, 7/43 dll. Yang dimaksud dengan MAJRI ialah tempat berangkatnya kutub magnet utara bumi sewaktu topan di zaman Nuah dari Makkah selaku kutub utara ke kutub utara di Arktik 3/96, 18/86 bersamaan denagan berpindahnya kutub selatan magnet bumi dulunya di pulau Tuamoto.pasific ke Antartik di selatan kini, lihatlah KA’BAH. Topan demikian berlaku di permukaan setiap ….dalam tatasurya kita, kemudiannya berlakulah pergantian musim, lihat juga ‘AAM dan MURSAA.
  • 49. 49 MAHJUUR : Yang di tumpuk 25/22, 25/53 sehubungan dengan istilah HIJRU berarti “yang berbatu-batu 6/138, 15/80, 25/22, 25/53, 89/5, dan HAJARU berarti “yang berupa batu” 2/60, 7/160, juga HIJAARAH berarti “batu” pada ayat 2/24, 2/74, 8/32, 15/74, 17/50, 51/33, 66/6, dan 105/4. Maka ayat 25/53 mengandung istilah HIJRAAN MAHJURAA berarti “batu-batu yang ditumpuk” selaku bukit yang membatasi dua lautan, sedangkan istilah itu juga berarti sama pada ayat 25/22, sebagai perkataan orang-orang kafir bahwa comet yang mereka lihat adalah batu-batu yang ditumpuk atau mereka katakan comet itu terwujud dari batuan-batuan dan pasir. Ayat 25/22 ini berupa ejekan terhadap pendapat orang kafir tentang cosmology, atau tentang wujud comet. MUHSHANAAT : Yang terjaga yaitu perempuan-perempuan yang terjaga atau terpingit dalam rumah tangga islam, 4/24, 4/25, 5/5, 24/4, 24/23, sehubungan dengan MUHSHINIIN berarti “yang menjaga” atau lelaki yang menjaga; dengan AHSH… berarti “menjaga” pada 4/25, 12/48, 21/80, 21/91, 66/…, dan dengan HASHUNA berarti “terjaga” pada ayat 59/2. Jadi semua orang beriman boleh menikahi MUHSHAM kecuali yang bersuami sebagai dinyatakan pada ILLAA MA MALAKAT AIMAANUKUM pada ayat 4/24. MIDAADAA : Berganda 18/109, sehubungan dengan MADDA berarti “pergandaan” 19/75, 19/79, MUDDAT berarti “dipergandakan” 9/4, 84/3, dan dengan istilah MADADA berarti “perganda” pada ayat 2/15, 3/124, 7/202, 8/9, 13/3, 15/19, 15/88, 17/6, 17/20, 20/131, 22/15, 23/55, 25/45, 26/132, 27/36, 31/27, 50/7, 52/22, 104/9. Istilah itu sehubungan juga dengan MUMIDDU berarti ‘yang memperganda” pada 8/9, MUMADDADAH berarti “yang berlapis-lapis” 104/9; dan dengan MAMDUUD berarti “yang diperganda” pada ayat 56/30, 74/12. MIDRAARAA : yang beriringan 6/6, 11/52, 71/11, yaitu benda-benda angkasa yang datangnya beriringan. Istilah itu sehubungan
  • 50. 50 dengan DURRIYYU berarti “yang diperiringkan” 24/35, yaitu planet-planet yang mengorbit keliling surya. MARIIJ : Yang berhubungan 50/5, sehubungan dengan sitilah MAARIJ berarti “yang menghubungkan” pada ayat 55/15; dan dengan MARAJA berarti “menghubungkan” pada ayat 25/53, 55/19. Jadi menurut ayat 55/15, jin diciptakan Allah dari yang menghubungkan adanya api. Hal ini menjadi tugas para ilmuwan untuk menentukan apakah dari wujud yang semacam gas atau sebagainnya. MARIID : Yang mengingini 4/117, 22/3, sehubungan dengan MAARID berarti “yang berkeinginan” 37/7, dan sehubungan dengan ARAADA berarti “ingin” pada ayat 2/228, 3/145, 21/17 dll. MURSAA : Tempat dipusatkan 7/187, 11/41, 79/42, sehubungan dengan ARSA berarti “pusatkan” 79/32, bahwa Allah memusatkan gunung-gunung pada tempat-tempat tertentu dengan puncak- puncak tinggi. Demikian pula comet dipusatkan dengan kepalanya dan berekor panjang yang akan membentur tatasurya kita untuk memusnahkan kehidupan konkrit dengan istilah SA’AH pada ayat 79/42, dan 7/187. Bagitu pula magnet bumi dipusatkan di Arktik dan di Antarktik sesudah berpindahnya dari Makkah dan tuamoto pada waktu berlakunya topan besar di zaman Nuah. Lihat juga RAWAASIA dan MAJRII. MAR’A : Neutrino atau Elektron bebas 79/31, 87/4, sehubungan dengan RAA’U berarti “yang memelihara” 23/8, 70/32; juga dengan RA’AA berarti “memelihara” pada ayat 20/54, 57/7. Electron dan Positron adalah wujud yang melingkupi proton (lihat MAA-U) karenanya dia dinamakan dengan MAR’A. ketika atom melakukan fissi dan atau fusi keluarlah sebagian electron dan positron itu lalu bergabung menjadi NEUTRINO dengan sifat neutral. Maka yang keluar dari planet-planet , MAR’A atau Neutrino itu membentuk lapisan Ionosfir yang semakin tebal. Sedangkan yang keluar dari bintang-bintang mengapung ke angkasa bebas menjadi nebula dan kemudianya bergabung jadi comet, lihat SHUUR.
  • 51. 51 Pada ayat 21/32, ionosfir yang melingkupi bumi ini disebut dengan SAQFAN MAHFUUZHA atau lapisan terjaga, dan memanglah Mar’a yang mengapung dari permukaan bumi dikatakan pada ayat 79/31 bersifat menjaga dan terjaga. Diri dengan KITAABUN MARQUUM yaitu ketetapan yang dicatat pada ayat 83/9, 83/20 sebagai ketetapan yang nanti akan dihadapkan padanya di akhirat selaku persaksian. MARWAH : Marwah 2/158 bersamaan dengan SHAFA yaitu dua ban yang berjarak sekira 400 meter, diantaranya orang melakukan SYA’I dalam ibadah Haji. Hal ini melambangkan posisi kutub magnet bumi selalu berpindah tempat maksimal 10 derajat dari kutub putaran bumi, berlaku pada bulan Juni dan Desember, sedangkan pada bulan maret dan September berada tepat di kutub puturan bumi. Kejadian tersebut berlaku sesudah topan di zaman Nuah waktu mana kutub-kutub bumi berpindah tempat. Itulah sebabnya SYA’I harus dilakukan sesudah ibadah Tawaf keliling Ka’bah. Lihatlah MASJIDUL HARAM dan KA’BAH. MAS-UUL : Yang ditanyai atau yang dipertanggung-jawabkan 17/34, 17/36, 33/15, 37/24, sehubungan dengan istilah SU-ILA berarti “ditanyai” atau dipertanggungjawabkan, 2/119, 2/134, 16/56, 21/23, 28/78, 29/13, 34/25, 43/44, 55/39, 81/8 dan 102/8. Sering penterjemah salah pasang pada ayat 28/78, dan 55/39. Mereka memahami bahwa jin dan orang-orang berdosa tidak ditanyai atau tidak dipertanggung jawabkan tentang dosanya, padahal semuanya akan ditanyai. Kekeliruan terletak pada susunan istilah LAA TUS AL ‘AN ZUNUUBIHIMUL MUJRIMUUN. Mereka menyangka Na-ibul Faa’il dalam ayat suci itu adalah MUHRIMUUN, pada hal sebenarnya DIA yaitu Allah. Begitu pula pada ayat 55/39. Sedangkan ayat-ayat suci diatas tadi menyatakan semua orang dipertanggung jawabkan tentang amal dan dosanya, dan lihatlah arti ayat 21/23. Tidaklah Dia (Allah) ditanyai
  • 52. 52 tentang yang DIA perbuat, dan merekalah yang ditanyai (dipertanggung jawabkan). Sekiranya istilah-istilah dalam ayat 28/78 dirubah susunannya menjadi LAA YUS-ALUL MUJRIMUUNA ‘AN ZUNUUBIHIM barulah MUJRIMUUN itu berfungsi Na’Ibul Faa’il. MUSTAQUR : yang ditentukan 2/36, 6/67, 6/98, 7/24, 11/6, 25/76, 36/38, 75/12, maka istilah MUSTAQIR berarti “yang menentukan” tercantum pada ayat 27/40, dan 54/3. Istilah ini sehubungan dengan QARAAR berarti “perwujudan” dapa 14/26, 14/29, 23/38, 75/12, maka istilah MUSTAQIR berarti “terwujud” atau berada pada tempatnya, tercantum pada ayat 7/143. Maka bukanlah MUSTAQAR berarti tempat tinggal, tempat istirahat atau kediaman, tetapi benarlah “yang ditentukan” sebagai tercantum pada ayat 6/67 dan 36/38. MASJIDUL HARAM: Masjidul Haram yaitu daerah tertentu di Makkah, di tengahnya bediri Ka’bah, 2/144, 2/149, 2/150, 2/191, 2/217, 5/2, 8/34, 9/19, 9/28, 17/1, 22/25, 48/25, 48/27. Ayat 2/144 menyatakan bahwa Kiblat shalat harus di arahkan kepada masjidul Haram. Sementara itu ayat 2/148 menyatakan di setiap planet lain juga ada Kiblat shalat, maka ayat 2/149 dan 2/150 menjelaskan bilamana orang berada di permukaan planet lain hendaknya mengarahkan shalat kea rah Masjidul Haram di planet itu sendiri, karenanya teranglah di setiap planet ada Ka’bah disinyalir oleh ayat 2/148 – 150. Ayat 17/1 menyatakan bahwa Nabi Muhammad mi’raj ke masjidul Aqasa, nyatalah dia berada di planet Muntaha sebanding dengan Masjidul Haram di bumi. Memang di setiap planet ada kehidupan, 42/29, dan di Muntaha ada kebun tempat tinggal, 53/15. Lihatlah WIJHAH. MASIIH : Almasih anak Maryam, 3/45, 4/157, 4/171, 5/72, 5/75, 5/17 dan 9/30. Istilah itu berarti “yang berangkat” sehubungan dengan SAAHA berarti “berangkat” tercantum pada ayat 9/2. Memang Isa anak Maryam itu telah berangkat ke planet lain
  • 53. 53 sebagaimana Adam telah berangkat dari Muntaha 3/59 jo.23/50. Adam telah beranak pinak di bumi ini 5/27 dan tidak kembali lagi ke Muntaha, demikian Isa Almasih telah berketurunan di planet lain dan tidak kembali ke bumi ini, 13/37 jo.19/33. MASYAARIQ : timur-timur yaitu tempat-tempat terbit surya di berbagai planet, 7/137, 37/5, 70/40. Hal ini membuktikan bahwa 7 samawaat diatas orbit bumi ialah mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, neptunus, Pluto dan Muntaha. Semuannya berputar di sumbu masing-masing dengan mana terjadilah pergantian siang dan malam, begitupun timur dan barat. Timur di Bumi ialah tempat terbit surya menurut pandangan setempat, 2/28, 2/115, 2/142, 2/177, 26/.., dan 73/9, sementara itu pada ayat 43/38, 55/17, tercantum istilah MASYRIQAINI berarti “dua tempat terbit “ surya, atau dua timur. Hal ini sehubungan dengan inklinasi orbit bumi keluar garis ekliptik sajauh 23 ½ derajat pada babad 14 Hiriah hingga surya kelihatan terbit di belahan utara garis ekuator dan kemudian di belahan selatannya. Lihat SUBULU dan FIJJAAJAA. MISHBAAH : Bintang berapi 24/35, jamaknya MASHAABIIH berarti “bintang –bintang berapi” pada ayat 41/12 dan 67/5. MUTHWIYYAAT : yang berrotasi 39/67 yaitu planet-planet berputar di sumbunya menurut tatahukum Allah. MUQARRANIIN : Yang dijadikan satu generasi, 14/49, 25/13, 38/38. Demikianlah orang-orang kafir dalam neraka, mereka berada di neraka yang satu yaitu surya yang satu pada tatasurya kita. Itu juga sebabnya kenapa NAAR atau neraka itu tidak pernah berbentuk jamak. MUQRINIIN berarti “yang satu generasi” pada ayat 43/13 bahwa dalam soal kendaraan, manusia berada dalam dua generasi, yaitu generasi yang menolak berada daya tarik bumi, dan generasi yang menghilangkan daya tarik itu dengan pesawat piring terbang.
  • 54. 54 MUQTARINIIN berarti “dalam satu generasi” 43/53, semuanya sehubungan dengan QARNU. MUQSITHIIN : Yang berbuat effektif 5/42, 49/9, 60/8. Lihatlah QISTHU. MAQAALIID : Daerah Orbit 39/63, 42/12, yaitu garis atau daerah kitaran planet-planet keliling surya. Hal ini membuktikan bahwa Al- Qur’an telah lebih dahulu menyatakan surya itu menjadi pusat orbit planet, bukanlah Copernicus sebagai tercatat dalam sejarah dunia. Sebagai pusat orbit, tentulah surya itu paling bawah, 95/5, sebagaimana pusat bumi paling bawah di bumi ini. MUQAAM : Tempat Tetap 5/107, 25/66, 25/76, 33/13, dan 35/35. Maka istilah MAQAAM berarti “ kebesaran” tercantum pada ayat 2/125, 3/97, 5/107, 10/71,14/14, 17/79, 19/7, 26/58, 27/39, 37/164, 44/26, 44/51, dan 79/40. Bukanlah istilah itu berarti tempat berkubur. Hal ini dibuktikan dengan ayat 2/125, dan 3/97 yang menayatakan kebesaran Ibrahim bukan kuburannya; ayat 10/71 menyebutkan kebesaran Nuah bukan kuburannya; demikian pula kebesaran Allah pada ayat 14/14, 17/19, 19/73, dan sebagainya. MALAKUUT : Kerajaan-kerajaan 6/75, 7/185 23/88,36/83, mufradnya ialah MULKU tercantum pada ayat 2/12, 2/248, 3/26, 76/20, dll. Dalam ayat 7/185 Allah bagaikan mengajurkan manusia ramai memperhatikan kerajaan planet-planet, dan pada ayat 6/75, dinyatakan bahwa Nabi Ibrahim telah melihat atau telah diperlihatkan kepadanya kerajaan planet-planet itu. Hal ini berlaku sewaktu dia hendak dibakar musuhnya, lalu dia dimi’rajkan 21/70, 37/99. MUMIDDU : Yang memperganda 8/9, MUMADDADAH berarti “yang berlapis-lapis” 104/9; dan istilah MAMDUUD berarti “yang diperganda” tercantum “menodong, tinggi menjulang, luas terbentang, yang banyak“ atau sebagainya. Lihatlah MIDAADAA. MANNU : Keutamaan 2/57, 2/262, 2/264, 7/160, 20/8, 47/4, sehubungan dengan MANNA berarti “utamakan” tercantum pada ayat 3/143, 3/164, 4/94, 4/119, 6/53, 12/90, 14/11,