2. Cnidaria (Coelenterata)
Obelia geniculata
Koloni polip mereproduksi
aseksual . Selama tahap
kehidupan, Obelia terbatas pada
substrat permukaan. Pada koloni
dewasa ada individu hydranths
disebut gastrozooids , yang dapat
ditemukan diperluas atau
dikontrak, untuk membantu
pertumbuhan organisme ini
dengan memberi makan,
sedangkan polip reproduksi
gonozooids telah tunas medusa.
hydranths lainnya adalah khusus
untuk pertahanan. Badan stalky
utama dari koloni terdiri dari
coenosarc, yang tercakup oleh
perisarc pelindung. Generasi
berikutnya dari siklus hidup
dimulai ketika medusa yang dilepaskan dari gonozooids, menghasilkan berenang gratis
hanya bagian belakang langit-langit medusa jantan dengan gonad , mulut, dan tentakel .
Penampilan fisik perempuan dan laki-laki medusa bagian belakang langit-langit,
termasuk organ reproduksi mereka, yang bisa dibedakan, dan seks hanya dapat
ditentukan dengan mengamati bagian dalam gonad, yang baik akan berisi sperma atau
telur . medusa yang bereproduksi secara seksual , melepaskan sperma dan telur yang
pupuk untuk membentuk zigot , yang kemudian morphs menjadi blastula , maka kolam
larva bersilia disebut planula . Hidup planulae berenang bebas untuk sementara waktu
tetapi akhirnya melekatkan diri pada beberapa permukaan padat, di mana mereka
mulai fase reproduktif hidup mereka. Setelah melekat pada substrat, planula dengan
cepat berkembang menjadi satu polip makan. Sebagai polip tumbuh, ia mulai
mengembangkan cabang individu makan lain, sehingga membentuk generasi baru polip
oleh aseksual tunas .
Aurelia aurita
Fertilisasi sperma dan ovum di air - zigot
planula (larva bersilia) - skifistoma (fase polip) -
strobila (kuncup) - efira - medusa - medusa
jantan dan betina
2
3. Platyhelminthes
Fasciola hepatica
Di tubuh inang utama ternak ,
ikan , manusia Cacing dewasa
hidup di hati bertelur di usus - ikut
faeces
buang air besar sembarangan di
lingkungan
telur bersama faeces terbuang
ke air
telur menetas jadi larva dengan
cilia (rambut getar ) diseluruh
permukaan tubuhnya membentuk
larva Mirasidium yang kemudian
berenang mencari siput
Lymnea Mirasidium akan mati bila
tidak masuk ke dalam tubuh
siput air tawar (Lymnea
truncatula)
Mirasidium setelah berada di
siput berubah menjadi
Sporosis (menetap dalam tubuh
siputselama 2 minggu).
Larva larva itu punya kemampuan reproduksi secara asexual dengan cara
Paedogenesis didalam tubuh siput sehinga terbentuk banyak larva ,
larva sporosis melakukan paedogenesis menjadi beberapa redia
larva Redia melakukan paedogenesis menjadi Serkaria
Larva serkaria kemudian berekor menjadi metacercaria dan segera keluar dari siput
berenang mencari tanaman yang ada di pinggir perairan misalnya rumput
. Metaserkaria membungkus diri berupa kista yang dapat bertahan lama menempel
pada rumput atau tumbuhan air sekitarnya
Apabila rumput tersebut termakan oleh domba, maka kista dapat menembus dinding
ususnya, kemudian masuk ke dalam hati, saluran empedu dan dewasa di sana untuk
beberapa bulan. Cacing dewasa bertelur kembali dan siklus ini terulang lagi.
3
4. Clonorchis sinensis (cacing hati manusia)
Siklus hidupnya
adalah: Telur > Larva
Mirasidium >Sporokista > Larva (II) :
Redia > Larva
(III) : Serkaria> Larva(IV) : Metaserk
aria, masuk ke dalam
tubuh Ikankemudian termakan oleh
Orang Cacing
dewasa,menyebabkan Clonorchiasis.
Morfologi dan Daur Hidup
Cacing dewasa hidup di
saluran empedu, kadang-kadang di
tetemukan di saluran pancreas.
Ukuran cacing dewasa 10-25 mm x
3-5 mm, bentuknya pipih, lonjong, menyerupai daun. Telur berukuran kira-kira 30x16
mikron, bentuknya seperti bola lampu pijar dan berisi mirasidium, di temukan di
saluran empedu.
Telur di keluarkan dengan tinja. Telur menetas bila dimakan keong air. Dalam keong air,
mirasidium berkembang menjadi sporokista, redia lalu sarkaria. Serkaria keluar dari air
dan mencari hospes perantara II, yaitu ikan. Setelah menembus masuk tubuh ikan
serkaria melepaskan ekornya dan membentuk kista didalam kulit dibawah sisik. Kista
ini disebut metaserkaria
4
5. Planaria
A. Terpotong secara alami
B. Dibelah dua
C. Dibelah tiga
Planaria bereproduksi secara
aseksual dengan fragmentasi tubuh
yang mampu menumbuhkan
individu baru, maupun seksual
bersifat hermaphrodit.
Fasciolopsis buski
Adults produce over 25,000 eggs every
day which take up to seven weeks to
mature and hatch at 27-32°C.
Immature, unembryonated eggs are
discharged into the intestine and stool.
In two weeks, eggs become
embryonated in water, and after about
seven weeks, eggs release tiny
parasitic organisms called miracidia,
which invade a suitable snail
intermediate host. Several species of
genera Segmentina and Hippeutis serve as intermediate hosts. In the snail the parasite
undergoes several developmental stages (sporocysts, rediae, and cercariae). The
cercariae are released from the snail and encyst as metacercariae on aquatic plants such
as water chestnut, water caltrop, lotus, bamboo, and other edible plants. The
mammalian host, or the final host, becomes infected by ingesting metacercariae on the
aquatic plants. After ingestion, the metacercariae excyst in the duodenum in about three
months and attach to the intestinal wall. There they develop into adult flukes (20 to
75 mm by 8 to 20 mm) in approximately 3 months, attached to the intestinal wall of the
mammalian hosts (humans and pigs). The adults have a life span of about one year.[5]
5
7. Siklus Hidup Taenia saginata
Cacing pita Taenia dewasa
hidup dalam usus manusia
yang merupakan induk
semang definitif. [4] Segmen
tubuh Taenia yang telah
matang dan mengandung
telur keluar secara aktif
dari anus manusia atau
secara pasif bersama-sama
feses manusia. [4] Bila inang
definitif (manusia)
maupun inang antara (sapi
dan babi) menelan telur
maka telur yang menetas
akan mengeluarkan embrio (onchosphere) yang kemudian menembus dinding usus.[4]
Embrio cacing yang mengikuti sirkulasi darah limfe berangsur-angsur berkembang
menjadi sistiserkosis yang infektif di dalam otot tertentu. [4] Otot yang paling sering
terserang sistiserkus yaitu jantung, diafragma, lidah, otot pengunyah, daerah esofagus,
leher dan otot antar tulang rusuk. [6]
Infeksi Taenia dikenal dengan istilah Taeniasis dan Sistiserkosis.[1] Taeniasis adalah
penyakit akibat parasit berupa cacing pita yang tergolong dalam genus Taenia yang
dapat menular dari hewan ke manusia, maupun sebaliknya.[7] Taeniasis pada manusia
disebabkan oleh spesies Taenia solium atau dikenal dengan cacing pita babi [7],
sementara Taenia saginata dikenal juga sebagai cacing pita sapi.[7][8]
Sistiserkosis pada manusia adalah infeksi jaringan oleh bentuk larva Taenia
(sistiserkus) akibat termakan telur cacing Taenia solium (cacing pita babi). [2] Cacing
pita babi dapat menyebabkan sistiserkosis pada manusia, sedangkan cacing pita sapi
tidak dapat menyebabkan sistiserkosis pada manusia. [7] Sedangkan kemampuan Taenia
asiatica dalam menyebabkan sistiserkosis belum diketahui secara pasti. [3] Terdapat
dugaan bahwa Taenia asiatica merupakan penyebab sistiserkosis di Asia. [3]
Manusia terkena taeniasis apabila memakan daging sapi atau babi yang setengah
matang yang mengandung sistiserkus sehingga sistiserkus berkembang menjadi Taenia
dewasa dalam usus manusia. [6] Manusia terkena sistiserkosis bila tertelan makanan
atau minuman yang mengandung telur Taenia solium. [9] Hal ini juga dapat terjadi
melalui proses infeksi sendiri oleh individu penderita melalui pengeluaran dan
penelanan kembali makanan. [10]
7
8. Echinococcus granulosus
The adult Echinococcus
granulosus (3 to 6 mm
long) resides in the small
bowel of the definitive
hosts, dogs or other
canids. Gravid proglottids
release eggs that are
passed in the feces. After
ingestion by a suitable
intermediate host (under
natural conditions: sheep,
goat, swine, cattle, horses,
camel), the egg hatches in
the small bowel and
releases an oncosphere
that penetrates the
intestinal wall and
migrates through the circulatory system into various organs, especially the liver and
lungs. In these organs, the oncosphere develops into a cyst that enlarges gradually,
producing protoscolices and daughter cysts that fill the cyst interior. The definitive host
becomes infected by ingesting the cyst-containing organs of the infected intermediate
host. After ingestion, the protoscolices evaginate, attach to the intestinal mucosa, and
develop into adult stages in 32 to 80 days. The same life cycle occurs with E.
multilocularis (1.2 to 3.7 mm), with the following differences: the definitive hosts are
foxes, and to a lesser extent dogs, cats, coyotes and wolves; the intermediate host are
small rodents; and larval growth (in the liver) remains indefinitely in the proliferative
stage, resulting in invasion of the surrounding tissues. With E. vogeli (up to 5.6 mm
long), the definitive hosts are bush dogs and dogs; the intermediate hosts are rodents;
and the larval stage (in the liver, lungs and other organs) develops both externally and
internally, resulting in multiple vesicles. E. oligarthrus (up to 2.9 mm long) has a life
cycle that involves wild felids as definitive hosts and rodents as intermediate hosts.
Humans become infected by ingesting eggs, with resulting release of oncospheres in the
intestine and the development of cysts, , , , , in various organs.
.
8
9. Nemathelminthes
Ascaris lumbricoides
Pada tinja penderita askariasis yang
membuang air tidak pada tempatnya dapat
mengandung telur askariasis yang telah
dubuahi. Telur ini akan matang dalam
waktu 21 hari. bila terdapat orang lain
yang memegang tanah yang telah tercemar
telur Ascaris dan tidak mencuci tangannya,
kemudian tanpa sengaja makan dan
menelan telur Ascaris.
Telur akan masuk ke saluran pencernaan
dan telur akan menjadi larva pada usus.
Larva akan menembus usus dan masuk ke
pembuluh darah. Ia akan beredar
mengikuti sistem peredaran, yakni hati,
jantung dan kemudian di paru-paru.
Pada paru-paru, cacing akan merusak alveolus, masuk ke bronkiolus, bronkus, trakea,
kemudian di laring. Ia akan tertelan kembali masuk ke saluran cerna. Setibanya di usus,
larva akan menjadi cacing dewasa.Cacing akan menetap di usus dan kemudian
berkopulasi dan bertelur. Telur ini pada akhirnya akan keluar kembali bersama tinja.
Siklus pun akan terulang kembali bila penderita baru ini membuang tinjanya tidak pada
tempatnya
Ankylostumum duodenale
Usus manusia - cacing - telur keluar
bersama feses - tempat becek -
menetas - hidup lama - menempel
pada kaki manusia - menembus kaki -
aliran darah - jantung - paru-paru -
kerongkongan - tertelan - usus
manusia - cacing dewasa
9
10. Enterobius vermicularis
Eggs are deposited on
perianal folds .
Self-infection occurs
by transferring infective eggs
to the mouth with hands that
have scratched the perianal
area .
Person-to-person
transmission can also occur
through handling of
contaminated clothes or bed
linens.
Enterobiasis may also
be acquired through surfaces
in the environment that are
contaminated with pinworm
eggs (e.g., curtains,
carpeting).
Some small number of
eggs may become airborne and inhaled.
These would be swallowed and follow the same development as ingested eggs.
Following ingestion of infective eggs, the larvae hatch in the small intestine and
the adults establish themselves in the colon .
The time interval from ingestion of infective eggs to oviposition by the adult
females is about one month.
The life span of the adults is about two months.
Gravid females migrate nocturnally outside the anus and oviposit while crawling
on the skin of the perianal area .
The larvae contained inside the eggs develop (the eggs become infective) in 4 to
6 hours under optimal conditions .
Retroinfection, or the migration of newly hatched larvae from the anal skin back
into the rectum, may occur but the frequency with which this happens is
unknown.
Geographic Distribution: Worldwide, with infections more frequent in school- or
preschool- children and in crowded conditions. Enterobiasis appears to be more
common in temperate than tropical countries. The most common helminthic
infection in the United States (an estimated 40 million persons infected)
10
12. Life Cycle of Wuchereria bancrofti
Different species of the following genera of mosquitoes are vectors of W. bancrofti
filariasis depending on geographical distribution. Among them are: Culex (C.
annulirostris, C. bitaeniorhynchus, C. quinquefasciatus, and C. pipiens); Anopheles (A.
arabinensis, A. bancroftii, A. farauti, A. funestus, A. gambiae, A. koliensis, A. melas, A.
merus, A. punctulatus and A. wellcomei); Aedes (A. aegypti, A. aquasalis, A. bellator, A.
cooki, A. darlingi, A. kochi, A. polynesiensis, A. pseudoscutellaris, A. rotumae, A. scapularis,
and A. vigilax); Mansonia (M. pseudotitillans, M. uniformis); Coquillettidia (C.
juxtamansonia). During a blood meal, an infected mosquito introduces third-stage
filarial larvae onto the skin of the human host, where they penetrate into the bite
wound. They develop in adults that commonly reside in the lymphatics. The female
worms measure 80 to 100 mm in length and 0.24 to 0.30 mm in diameter, while the
males measure about 40 mm by .1 mm. Adults produce microfilariae measuring 244 to
296 μm by 7.5 to 10 μm, which are sheathed and have nocturnal periodicity, except the
South Pacific microfilariae which have the absence of marked periodicity. The
microfilariae migrate into lymph and blood channels moving actively through lymph
and blood. A mosquito ingests the microfilariae during a blood meal. After ingestion,
the microfilariae lose their sheaths and some of them work their way through the wall
of the proventriculus and cardiac portion of the mosquito's midgut and reach the
thoracic muscles. There the microfilariae develop into first-stage larvae and
subsequently into third-stage infective larvae. The third-stage infective larvae migrate
through the hemocoel to the mosquito's prosbocis and can infect another human when
the mosquito takes a blood meal.
12
13. Cacing Loa-Loa
Morfologi dan daur hidup
Cacing dewasa hidup dalam jaringan subkutan, yang betina berukuran 50-75 x 0,5 mm
dan ynag jantan berukuran 30-34 x 0,35-0,43 mm. cacing betinamengeluarkan
microfilaria ynag beredar dalam darah pada siang hari (diurna).Pada malam hari
microfilaria berada dalam pembuluh darah paru.
Gambar 14: microfilaria dan cacing dewasa Loa-loa
31
Microfilaria mempunyai sarung berukuran 250 -300 mikron x 6-
8 , 5 mikron, dapat ditemukan dalam urine, dahak, dan kadang -kadang dalam
cairansumsum tulang belakang. Parasit ini ditularkan oleh lalat
Chrysops
. Microfilariaynag beredar dalam darah diisap oleh lalat dan setelah kurang
lebih 10 hari did a l a m b a d a n s e r a n g g a , m i c r o f i l a r i a t u m b u h m e n j a d i l a r v a
i n f e k t i f d a n s i a p ditularkan kepada hospes lainnya. Cacing dewasa tumbuh
dalam badan manusiad a l a m w a k t u 1 - 4 t a h u n k e m u d i a n b e r k o p u l a s i
d a n c a c i n g d e w a s a b e t i n a mengelurkan microfilaria.
Heterodera radicicola
Cacing dewasa bertelur di akar atau di tanah dalam jangka waktu yang cukup lama.
Telur menetas menghasilkan larva. Selanjutnya larva akan masuk kedalam akar dan
memakan jaringan-jaringan akar. Akar bereaksi dengan membentuk noduli pada
jaringan-jaringan yang rusak atau luka atau pada bagian-bagian di sekitar cacing itu
biasa. Cacing dewasa berbentuk langsing, panjangnya 1,2-1,5 mm sedangkan
cacing betina mengelembung dengan panjang 0,5-0,8 mm. dan menghasilkan ova
13
14. sebanyak 500-1000 butir. Cacing ini di dalam tanah dapat hidup selama 3 bulan
pada temperatur ± 15°C tetapi pada suhu ± 27,2°C hidupnya kurang dari 1 bulan.
Annelida
Lumbricus terretris
14
15. Eunice viridis
Reproduction involves mass spawning at
night in spring or early summer (October -
November in the Southern Hemisphere).
The terminal parts of their bodies drop off
and float over the surface of the water,
releasing sperm and eggs. The mechanisms
or triggers which induce spawning such
that it occurs during nights of a waning
moon, continuing for several nights, are not
completely known.
Arthropoda
Daur hidup kutu buku (Lepisma
sp.)
Telur , muda dewasa
Lepisma tidak menglami metamorfosis
(ametabola), jadi tidak memiliki larva dan
ninfa.
Kupu-Kupu
1. Telur menempel pada
daun inang lamanya 2-7
hari
2. Setelah itu menjadi Ulat
(larva) berumur 14-20
hari dengan berganti kulit
4-5 kali, pada umur itu
mengkonsumsi daun
setara luasan 20x30cm.
15
16. 3. Lalu menjadi kepompong (chrysalis/pupa) berpuasa dan beristirahat selama 14-16
hari, butuh waktu 1-2 jam untuk mengeringan sayap sebelum siang terbang untuk
pertama kalinya.
4. Kepompong akan menjadi kupu-kupu dewasa yang indah nan cantik.
Belalang
Grasshoppers are insects, and go through egg and larval stages before becoming an
adult. A young grasshopper is called a nymph, and the nymph stage lasts for about
a month. After that they are considered adults, and the average lifespan is about 50
days.
16
17. Echinodermata
Lili laut
Sebagai mana umumnya kelompok
echinodermata, pada lili laut kelaminnya
terpisah, ttetapi dimorfisma seksual tidak
tampak dari luar. Gonad terletak kurang lebih
pada sepertiga pangkal tangan, biasanya
pinnalus yang mengandung gonad berbentuk
lebih menebal dari pinnalus yang lain. Hewan
jantan dan betina masing-masing melepaskan
sperma dan sel telur kedalam air laut dan
sekitarnya. Pertemuan sperma dan sel telur akan membentuk zzygote, kemudian
tumbuh menjadi larva yang bisa berenag bebas yang di sebut sebagai vitellaria larva.
Pada akhirnya larva mengalami metamorfosa dan menempel pada substrat keras
seperti, karang mati, kulit kerang, gorgonian atau benda keras lainnya. Setelah
mengalami metamorfosalili laut tersebut mempunyai tangkai dan 5 tangann, stadium
ini disebut juga sebagai stadium pentacrinoid larva ini sekitar 2 sampai 4 bulan.
Selanjutnya lili laut tersebut akan melepaskan diri dari tangkainya dan mulai
membentuk kaki cangkram (cirrus). Saat ini lili laut telah mirip dengan hewan dewasa
dan dapat bernang bebas dan berpindah tembbpat dari satu objek yang keras ke oobjek
lainnya. Lili laut yang hidup di laut jeluk, tetap mempertahankan bagian tangkai ini dan
hidup untuk selamanya.
Menurut (FELL 1966), lili laut kelompok comatulida engalami matang kelamin pada
umur satu sampai dua tahun dan hewan ini dapat hidup selama 4-5 tahun. Sedangkan
lili laut bertangkai yang hidup di laut jeluk mengalami matang kelamin pada usia 10
tahun dan hidup selama kurang lebih 20 tahun.
Teripang ( Holothuria scabra)
17
18. Bintang laut
Once fertilisation has
occurred the egg
develops from an embryo
into a larva which feeds
on small unicellular algae
(phytoplankton). During
its planktonic (ie. floating
and drifting in the ocean)
period the larva proceeds
through several
developmental phases
going from gastrula to
bipinnaria and
brachiolaria. Towards the end of the last stage the larva develops a large sack like
structure (primordium) and begins searching for a suitable surface on which to settle.
After settlement the larva metamorphoses into a juvenile starfish. This process takes
about 2 days. Initially the juvenile starfish has only 5 rudimentary arms but additional
arms develop rapidly as the starfish begins to feed on encrusting algae. At the end of 6
months the starfish is about 1 cm in size and begins to feed on corals. The starfish
becomes sexually mature at the end of its second year by which time it has grown to
about 20 cm in diameter.
After 3-4 years (when the starfish is about 35 cm in size) it is thought to go into a senile
phase where growth declines dramatically and reproduction is low. This phase has been
identified only in the laboratory. It is not known how long starfish live however, they
have been kept in aquaria for as long as 8 years.
18