SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 86
Perencanaan Pembangunan
Perkebunan KS
PERENCANAAN PENGEMBANGAN KEBUN KS
Secara sistimatis pembangunan perkebunan kelapa sawit terbagi dalam tiga
tahap utama, yakni 1)Tahap Investigasi Lahan dan Persiapan, 2)Tahap
Pembangunan dan Konstruksi serta 3) Tahap Operasi dan Pemeliharaan.
• Tahap Investigasi Lahan dan Persiapan
Pengkajian secara tahap demi tahap atas semua faktor
yang terlibat dalam Investigasi Lahan dan Persiapan
pembangunan perkebunan kelapa sawit perlu didalami
dengan seksama sebelum membuat keputusan
membangun perkebunan kelapa sawit, antara lain :
– Lokasi dan Kesesuaian Lahan
– Aspek Sosial
– Pemilihan Benih
– Asumsi dan Proyeksi
– Manajemen Proyek
1. Lokasi dan Kesesuaian Lahan
Survey Pendahuluan
• Sebelum pelaksanaan pembukaan areal dimulai,
dilaksanakan studi kelayakan terlebih dahulu.
• Studi kelayakan ini harus dilakukan melalui survey
pendahuluan untuk memeriksa atau melakukan
investigasi atas lahan calon perkebunan yang akan
dibangun.
• Pemeriksaan hanya dilakukan sebatas luas yang
tercantum pada ijin lokasi dengan kajian tentang
kawasan (hutan atau non hutan), aksesibilitas, status
dan tata guna kawasan, kesesuaian lahan ( a.l.
agroklimat, kelerengan, kelas tanah,dll), kondisi sosial
ekonomi wilayah dan dukungan masyarakat sekitar
calon perkebunan.
• Bila hasil kajian menyatakan bahwa lahan yang diperiksa
itu ternyata tidak layak, maka proyek sebaiknya tidak
dilanjutkan. Namun apabila hasil kajian menyatakan
lahan tersebut layak, maka proses dapat dilanjutkan.
Studi Kawasan
• Investor perlu memahami kawasan yang
ditetapkan berdasarkan TGHK dan RTRWP.
TGHK (Tata Guna Hutan Kesepakatan) adalah
pembagian hutan negara menurut fungsinya
yaitu hutan lindung, hutan konservasi, hutan
produksi, serta hutan produksi yang dapat
dikonversi.
• TGHK ditetapkan sejak tahun 1983 oleh
Departemen Kehutanan yang disepakati oleh
Pemerintah Daerah serta sektor lainnya.
RTRWP (Rencana Tata Ruang Wilayah
Propinsi) adalah pembagian tata ruang wilayah
propinsi sebagai penjabaran dari Undang
Undang Tata Ruang Tahun 1992.
Studi Kawasan
• Dalam RTRWP dikenal pembagian ruang
sebagai hutan lindung, kawasan budidaya
kehutanan dan kawasan budidaya
nonkehutanan. Dalam implementasinya, sejak
tahun 1993, antara TGHK dan RTRWP
dipaduserasikan.
• Salah satu propinsi yang hingga kini belum
paduserasi adalah Kalimantan Tengah. Di
propinsi ini, masih 100 % diberlakukan TGHK,
sehingga ijin lokasi yang diterbitkan oleh Bupati
setempat sering masih tumpang tindih dengan
kawasan hutan menurut ketetapan TGHK.
• Langkah awal yang penting dilakukan dalam
memilih/mengambil alih lahan adalah
pemeriksaan Kawasan.
• Di Indonesia terdapat, yakni Kawasan Hutan
dan Kawasan Non Hutan atau dikenal oleh
kalangan perkebunan sebagai Area
Penggunaan Lain (APL).
• Pada Kawasan Hutan yang ditetapkan
berdasarkan TGHK maupun RTRWP, hanya
Hutan Konversi yang masih memungkinkan
untuk di alih fungsikan menjadi APL apabila
memperoleh persetujuan pelepasan kawasan
hutan dari Menteri Kehutanan, namun dengan
prosedur yang tidak mudah dan dapat ditolak
oleh Menteri Kehutanan dengan pertimbangan
tertentu.
• Sedangkan APL dapat digunakan untuk
pengembangan perkebunan dengan cukup
mengajukan permohonan Ijin Lokasi kepada
Bupati setempat.
• Oleh karenanya, dalam perencanaan
pembangunan perkebunan sebaiknya tidak
memilih lokasi yang masuk di dalam Kawasan
Hutan dan untuk memastikannya, perlu
dilakukan Cross Check melalui Badan
Pemetaan dan Planologi Nasional yang berada
di Bogor.
TATA RUANG INDONESIA
•  Hutan Lindung
•  Hutan Konservasi
Kawasan
Hutan
•  Taman Hutan Raya
•  Hutan Produksi
Tata Ruang
Indonesia
•  Hutan Konversi
Kawasan
Non Hutan
• Area Penggunaan Lain
(APL)
Studi Bio-physical
• Pengkajian berikut adalah menyangkut tentang
Pelestarian Lingkungan Hidup dan tentang persyaratan
tumbuh untuk produktifitas tanaman kelapa sawit.
• Letak ketinggian lahan, data agroklimat, kemiringan
lahan, gambut dalam dan jenis tanah sangat perlu
diperhatikan untuk memastikan bahwa lahan yang akan
dipilih adalah sesuai baik dari tinjauan aspek Lingkungan
Hidup maupun dari aspek persyaratan tumbuh untuk
produktifitas.
• Studi awal untuk memperoleh informasi tentang kondisi
diatas dapat dilakukan melalui intepretasi citra satelit dan
lain lain, namun sangat disarankan untuk melaksanakan
survey lapangan dengan menunjuk konsultan yang
sudah berpengalaman.
Tanah
• Kriteria kesesuaian Tanah untuk
produktifitas tanaman kelapa sawit di
klasifikasikan dalam empat kelas dari
Sangat Sesuai (S1), Sesuai dengan faktor
pembatas minor(S2), Bisa Sesuai dengan
banyak faktor pembatas (S3) dan Tidak
Sesuai (N), seperti dipaparkan pada tabel
berikut ini :
Kondisi Tanah S1 S2 S3 N
Kedalaman
Tanah (cm)
> 90 60 - 90 30 - 60 < 30
Kemiiringan 0 – 12 ° 12 – 16 ° 16 – 24 ° > 24 °
Tekstur Sandy Clay
Loam
Loam, Sandy
loam
Sandy loam Sand
Struktur Strongly
Developed
Moderate.Devel
oped
Buruk Sangat Buruk
Konsistensi Gembur Agak Gembur Padat Sangat Padat
pH >4 3,5 - 4 3 – 3,5 < 3
Permeabilitas Tidak
Tergenang
Tergenang
karena
sumbat
Tergenang
musiman
Tergenang
permanen
Fragmen
Batuan
Tidak ada Tidak ada s/d 25 % laterit >25 % laterit
Status Hara Subur Cukup Subur Kurang Subur Tidak Subur
Karakteristik/Kualitas Tanah Kondisi Tanah Hasil 
Survey
Klas Kesesuaian
Aktual  Potensial
Kedalaman Tanah (cm) > 90 S1 S1
Kemiiringan 0 – 12 ° S1 S1
Tekstur Sandy Clay Loam S1 S1
Struktur Strongly Developed S1 S1
Konsistensi Agak Gembur S2 S2
pH 3,5 - 4 S2 S1
Permeabilitas Tidak Tergenang S1 S1
Fragmen Batuan Tidak ada S1 S1
Status Hara Cukup Subur S2 S1
Kemiringan Tanah
Y
X
β
%100%; x
x
y
dalam
x
y
tgkemiringan ==== β
Iklim
• Salah satu parameter yang sering digunakan mewakili
kondisi iklim adalah water deficit. Water deficit merupakan
interaksi kompleks dari elevasi, bulan kering, curah hujan
dan penyinaran matahari.
• Diketahui bahwa dampak signifikan dari besarnya water
deficit per tahun sangat tidak suitable untuk kelapa sawit
sebab akan menyebabkan turunnya produktifitas hingga 54
– 65 % dan oleh sebab itu, area seperti ini menjadi tidak
ekonomis buat perkebunan kelapa sawit. Area tanpa
adanya water deficit merupakan area yang ideal untuk
kelapa sawit., namun water deficit kurang dari 200 mm
masih baik untuk kelapa sawit.
• Water deficit antara 200 – 300 m menjadi faktor pembatas
ringan untuk kelapa sawit, sedangkan area dengan water
deficit antara 300 – 500 mm menjadi area marginal land
perkebunan kelapa sawit ( Caliman & Southworth, 1998 ).
ZONA KARAKTERISTIK DISTRIBUSI DAMPAK
1 Curah Hujan 1750 – 3000 mm ;
1 bulan kering; lama penyinaran
matahari 6 jam per hari
Sumatera Utara bagian timur,
Aceh bagian timur, Bagian
utara dan selatan Kepala
Burung Papua, Pantai utara
Papua dan sebagian di
selatan Papua
Water Deficit sekitar 200
mm per tahun;
Sangat Sesuai untuk
Kelapa Sawit
2 Curah Hujan 1750 – 3000 mm ;
1 – 2 bulan kering; lama penyinaran
matahari 6 jam per hari
Hampir seluruh wilayah Riau,
Jambi bagian
timur,Sumatera Selatan,
Pulau Aru, sebagian kecil di
selatan Papua.
Water Deficit rendah
namun radiasi
matahari sangat kuat,
sehingga produksi
dapat turun di musim
kemarau.
3 Curah Hujan > 3000 mm ;
1 – 2 bulan kering; lama penyinaran
matahari 5 – 5,5 jam per hari
Aceh bagian Barat, Sumatera
Utara bagian Barat, Pulau
Nias, Sumatera Barat
bagian utara.
Water Deficit rendah
namun radiasi
matahari sangat kuat,
sehingga produksi
dapat turun di musim
kemarau.
4 Curah Hujan 2500 - 3000 mm ;
1 – 2 bulan kering; lama penyinaran
matahari 6 jam per hari
Kalimantan Barat dan Papua
bagian Barat
Water Deficit kurang dari
200 mm per tahun;
Sesuai untuk Kelapa
Sawit
5 Curah Hujan > 3000 mm ;
1 – 2 bulan kering; lama penyinaran
matahari 6 jam per hari
Sumatera Barat bagian selatan
dan bagian utara Bengkulu
Water Deficit rendah
namun radiasi
matahari sangat kuat,
sehingga produksi
dapat turun di musim
kemarau.
6 Curah Hujan 1450 – 1750 mm ;
1 – 2 bulan kering; lama penyinaran
matahari 5 – 5,5 jam per hari
Sebagian kecil di utara
Kalimantan Timur, Sulawesi
Tengah (kecuali Palu dan
sekitarnya) dan bagian
utara Maluku
Water Deficit 200 – 300
mm radiasi matahari
lemah, sehingga
produksi rendah.
7 Curah Hujan 1450 – 1750 mm ;
1 – 3 bulan kering; lama penyinaran
matahari 6 jam per hari
Sumatera Selatan bagian
selatan, Bangka
Belitung,Lampung bagian
timur, sebagian kecil
Kalimantan Tengah, Hampir
seluruh Sulawesi Selatan
dan perbatasan Papua
dengan Papua Nugini
bagian selatan
Water Deficit 300 – 400
mm, kontribusinya
menyebabkan
produksi sawit
rendah.
8 Curah Hujan 1750 – 3000 mm ;
3 – 4 bulan kering; lama penyinaran
matahari 5,5 – 6 jam per hari
Lampung bagian barat dan
sebagian kecil Jawa Barat
Water Deficit 200 – 300
mm, sehingga
produksi rendah
selama musim
kemarau
9 Curah Hujan 1250 – 1450mm ;
3 – 4 bulan kering; lama penyinaran
matahari 5,5 – 6 jam per hari
Palu dan sekitarnya, hampir
seluruh Sulawesi Tenggara,
Maluku Tengah dan Maluku
Selatan
Water Deficit 300 –
400mm,
menyebabkan
produksi sawit
rendah.
10 Curah Hujan 1250 – 1450mm ;
> 4 bulan kering; lama penyinaran
matahari 6 jam per hari
Bagian timur Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jawa Timur, Bali,
bagian selatan Sulawesi
Selatan dan bagian selatan
Sulawesi Tenggara.
Tidak Sesuai untuk Kelapa
Sawit
11 Curah Hujan < 1250 mm ;
> 4 bulan kering; lama penyinaran
matahari 6 jam per hari
Sebagian Nusa Tenggara Barat
dan seluruh Nusa Tenggara
Timur
Sangat tidak
direkomendasikan
untuk Kelapa Sawit.
Sebagai pegangan, disimpulkan bahwa Iklim yang
sesuai untuk produktifitas tanaman kelapa sawit
adalah sebagai berikut :
– Iklim tropikal basah di daerah rendah(< 500 m dpl)
– Curah hujan 1750 - 3000 mm per tahun dan
terdistribusi sepanjang tahun.
– Rata rata temperature minimum 20 - 23 oC dan Rata
rata temperature maksimum 28o – 32o C. Bila
dimalam hari temperatur udara turun hingga dibawah
19o C, pembentukan Tandan Buah akan terganggu
yang pada akhirnya mempengaruhi Yield.
– Pertumbuhan Bibit muda akan berhenti pada
temperatur udara dibawah 15 o C.
– Penyinaran matahari rata rata 5 jam per hari setiap
bulan dalam setahun dan sebanyak banyaknya 7 jam
per hari di bulan bulan tertentu .
Suvey Detil dan Tata Ruang Kebun
• Perencanaan luas kebun yang akan dibangun serta tata
ruangnya. Luas satu kebun biasanya disesuaikan dengan
kapasitas pabrik yang akan dibangun. Satu unit pabrik
kapasitas 30 ton TBS/jam disuplai luasn kebun 6.000 ha,
kapasitas 60 ton TBS/jam membutuhkan areal seluas
11.000 ha-12.000 ha.
• Satu kebun dibagi dalam beberapa afdeling yang luasnya
600-800 ha/afdeling tergantung kondisi areal dan tiap
afdeling terdiri dari blok tanaman yang luasnya 16-40
ha/blok tergantung kondisi areal. Blok ini sangat penting
sebagai satuan luas administrasi dan semua pekerjaan
akan diperhitungkan dalam satuan blok.
Suvey Detil dan Tata Ruang Kebun
• Untuk areal yang rata atau berombak mudah membagi
blok tersebut, tetapi untuk kondisi bergelombang atau
berbukit akan memiliki blok yang lebih kecil dan tidak
jarang sebagai batas blok dipakai batas alam seperti
sungai, jalan dan lain-lain.
• Jadwal atau perencanaan juga harus sudah dibuat,
karena banyak pekerjaan atau hal-hal tertentu yang
harus dilaksanakan atau dipesan beberapa bulan
sebelumnya, misalnya pemesanan kecambah dilakukan
3-6 bulan sebelum pembibitan dimulai dan pembibitan
dimulai 1 tahun sebelum penanaman di lapangan.
Demikian pula pemesanan alat-alat berat, instalasi
penyiraman, pencarian tenaga kerja, penyelesaian ganti
rugi, menghubungi calon pemborong dan lain-lain.
Tata Guna Lahan
• Kajian atas lahan dengan melaksanakan survey detil
guna memperlajari tata guna lahan yang ada di lokasi
yang dipilih. Kondisi tata guna lahan ini akan
mempengaruhi besarnya luas efektif lahan, ketika
ternyata dilokasi tersebut banyak terdapat pemukiman
penduduk dan perlanian masyarakat yang tidak
mungkin digunakan untuk pengembangan perkebunan
kelapa sawit.
• Survey Detil ini dilakukan terutama untuk menekan
seminimal mungkin dampak negatif dari pembukaan
kawasan untuk perkebunan dalam skala besar terhadap
kepentingan masyarakat lokal, erosi tanah, kesuburan
tanah dan biodiversity; melalui upaya upaya menjaga
kelestarian alam dan fungsi sosial atas tata ruang alam
semula yang sudah terbentuk sebelumnya. Konsep ini
selaras dengan standar pengelolaan Pembangunan
Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan yang kini telah
menjadi perhatian masyarakat dunia.
Ide dasar konsep Survey Detil ini adalah
melakukan prosedur pengkajian dua Zona
utama :
(1) Zona Fungsional
Fokus pada pengkajian tata guna lahan
masyarakat yang sudah ada, keterjalan bukit
(slope gradient) atau kedalaman rawa gambut,
dan kemungkinan adanya gangguan atas flora
and fauna yang harus dilindungi.
(2) Zona Spesifik
Zona yang meliputi wilayah produksi netto untuk
ditata secara spesifik pengelolaan kebun
menjadi blok blok homogen yang teratur.
Desain Kebun
Maksud perencanaan/desain kebun adalah untuk
merencanakan tata ruang alam kebun dan afdeling
yang terbagi atas: jaringan jalan, areal pembibitan,
saluran air serta lokasi afdeling dan blok.
a. Jaringan Jalan
Panjang dan kualitas jalan di kebun merupakan salah
satu faktor yang sangat menentukan dalam menjamin
kelancaran pengangkutan bahan, alat dan produksi serta
pengontrolan lapangan.
Rencana pembuatan jaringan jalan harus selaras
dengan desain kebun secara keseluruhan, yang
disesuaikan dengan kondisi topografi dan kebutuhan
kebun. Berdasarkan kebutuhan di lapangan terdapat
beberapa jenis jalan, antara lain: ·
Desain Kebun
• Jalan utama (Main Road), yaitu jalan yang
menghubungkan antara satu afdeling dengan afdeling
lainnya maupun dari afdeling ke pabrik serta pabrik
dengan jalan luar/umum. Jalan utama dengan lebar 6 &
8 m, dilalui kendaraan lebih sering dan lebih berat,
termasuk kendaraan umum, sehingga perlu diperkeras
dengan batu. Jalan utama biasanya dibangun secara
terpadu dengan infrastruktur lain seperti perumahan,
bengkel dan kantor.
• Jalan produksi (Collection Road), yaitu jalan yang
berfungsi sebagai sarana untuk mengangkut produksi
TBS dari TPH. Jalan ini terdapat diantara blok dan
berhubungan dengan jalan utama, dibuat tegak lurus
terhadap baris tanaman. Jalan ini lebih kecil dari jalan
utama, dengan lebar 5 &ndash; 6 m dan pada tempat
tertentu perlu diperkeras. Untuk satu hektar diperlukan
sepanjang 50 m. ·
Jalan kontrol (Control Road), yaitu jalan yang terdapat di
dalam setiap blok. Jalan kontrol berfungsi untuk
memudahkan pengontrolan areal pada tiap blok dan
sebagai batas pemisah antar blok tanaman. Jalan ini
lebarnya 4 & 5 m dan tiap hektar membutuhkan 10 m.
b. Saluran Air
Perencanaan pembangunan saluran air didasarkan atas
topografi lahan, letak sumber air, dan tinggi muka air
tanah. Sistem pengeluaran air berlebih (drainase) dibuat
berdasarkan kondisi drainase areal. Untuk lahan
gambut, pengelolaan tata air sangat dominan,
mengingat karakteristik lahan gambut yang mengering
dan mengkerut tidak balik (irreversible shrinkage)
apabila mengalami kekeringan.
c. Afdeling dan Blok
• Luas afdeling dan blok disesuaikan dengan
keadaan topografi lahan dan efisiensi
pengelolaan areal yang dikaitkan dengan
kemudahan perawatan tanaman dan kegiatan
panen.
• Luas areal satu afdeling yang ideal berkisar 750
ha dan luas satu blok adalah 25 ha (500 m x 500
m) untuk topografi datar,
• Luas blok untuk daerah dengan topografi
bergelombang atau berbukit adalah 16 ha (400
m x 400 m). Luas satu blok tersebut juga
dikaitkan terhadap kepentingan penetapan
kesatuan contoh daun (KCD).
Adapun lingkup hunbungan kemitraan meliputi :
1. Penyediaan Lahan
Lahan yang dimaksud harus memenuhi kriteria
KESESUAIAN LAHAN ( Suitable) dari aspek teknis,
TERJAMIN dari aspek Legal dan KONDUSIF secara
Sosial.
2. Pembangunan Perkebunan
Inti bertanggung Jawab membangun Kebun sesuai
kriteria pada standar aplikasi agronomis yang baik,
menjadi penjamin pasar hasil produksi kebun plasma
dengan menyediakan pabrik pengolahan TBS,
memberikan kesempatan pertama pada anggota
plasma untuk menjadi tenaga kerja perkebunan dll.
3. Pembiayaan
Inti bertanggung jawab mengupayakan sumber dana
perbankan untuk plasma dan bertindak selaku Avalist
serta proses pengembalian hutang petani plasma.
Sosialisasi Kegiatan Proyek
Perubahan Persepsi Masyarakat
• Proses diseminasi dan pembelajaran tentang norma-norma yang
berlaku sehingga dapat berperan dan diakui oleh kelompok
masyarakat yang menjadi sasaran program/proyek.
• Pada tingkat implementasi program/proyek, upaya penyebarluasan
informasi (program, kebijakan, peraturan) dari satu pihak
(pemrakarsa program, kebijakan, peraturan) kepada pihak-pihak
lain (aparat, masyarakat yang terkena program, dan masyarakat
umum).
• Isi informasi yang disebarluaskan harus menyeluruh sesuai dengan
tujuan program, seperti : Informasi dan materi yang disosialisaikan
meliputi : kebijakan operasional program/rencana usaha pada
seluruh tahapan kegiatan baik pada tahap pra-operasi, operasi,
panduan dan standar kinerja yang digunakan, hasil kegiatan,
lessons learned dari pengalaman baik (best practices) proyek yang
sama untung ruginya ada proyek, dampak positip dan negatip
proyek, program CD atau CSR yang dirancang untuk masyarakat,
pola kemitraan, system rekruitmen tenaga kerja, hak dan kewajiban
perusahaan dan masyarakat, kebijakan exit strategy dan rencana
pasca operasi.
Perijinan
Pengelolaan Usaha Budidaya Perkebunan
• Kebijakan teknis terbaru yang terkait dengan perizinan usaha
perkebunan telah diatur secara operasional oleh Menteri
Pertanian melalui Permentan
No.26/Permentan/OT.140/2/2007 tentang Pedoman Perizinan
Usaha Perkebunan.
• Di dalam permentan tersebut, yaitu Pasal 5 dan Pasal 6,
menginformasikan bahwa untuk usaha budidaya tanaman
perkebunan dengan luasan lahan lebih dari 25 hektar WAJIB
memiliki Izin Usaha Perkebunan untuk Budidaya (IUP-B),
• Untuk luasan lahan kurang dari 25 hektar cukup didaftarkan
dengan bukti Surat Tanda Daftar Usaha Budidaya
Perkebunan (STD-B) dari Bupati/Walikota.
• Terkait dengan pola usaha perkebunan, Pasal 22 UU
No.18/2004 menyebutkan bahwa Perusahaan perkebunan
melakukan kemitraan yang saling menguntungkan, saling
menghargai, saling bertanggungjawab, saling memperkuat
dan saling ketergantungan dengan pekebun, karyawan dan
masyarakat sekitar.
• Adapun Pola kemitraan usaha perkebunan dapat berupa
kerjasama penyediaan sarana produksi, kerjasama
produksi, pengolahan dan pemasaran, transportasi,
kerjasama operasional, kepemilikan saham dan jasa
pendukung lainnya.
• Adapun berdasarkan ketentuan sebagaimana tercantum
dalam Pasal 11 Permentan No.
No.26/Permentan/OT.140/2/2007 tentang Pedoman
Perizinan Usaha Perkebunan, dinyatakan bahwa
Perusahaan yang memiliki IUP-B wajib membangun
kebun untuk masyarakat sekitar paling rendah seluas
20% (dua puluh persen) dari total luas areal perkebunan
yang diusahakan oleh perusahaan.
• Pembangunan kebun masyarakat untuk masyarakat
tersebut dapat dilakukan antara lain melalui pola kredit,
hibah atau bagi hasil yang dilakukan bersamaan dengan
pembangunan kebun yang diusahakan oleh perusahaan.
• UU No.18/2004 memuat ketentuan bahwa usaha industri
pengolahan hasil perkebunan adalah kegiatan
penanganan dan pemrosesan yang dilakukan terhadap
hasil tanaman perkebunan yang ditujukan untuk mencapai
nilai tambah yang lebih tinggi.
• Pencapaian nilai tambah tersebut dapat dilakukan di
dalam atau di luar kawasan pengembangan perkebunan
dan dilakukan secara terpadu dengan usaha budidaya
tanaman perkebunan, sebagaimana dimaksud di dalam
Pasal 27 ayat (3).
• Disamping itu, usaha industri pengolahan hasil
perkebunan harus dapat menjamin ketersediaan bahan
bakunya dengan mengusahakan budidaya tanaman
perkebunan sendiri, melakukan kemitraan dengan
pekebun, perusahaan perkebunan dan atau bahan baku
dari sumber lainnya, sebagaimana dimaksud di dalam
Pasal 17 UU No.18/2004 dimaksud.
• Guna menegaskan keterjaminan pasokan bahan baku
bagi usaha industri pengolahan hasil perkebunan, maka
Menteri Pertanian melalui Permentan No.26/Permentan/
OT.140/2/2007 mengatur mengenai keharusan bagi
usaha industri pengolahan hasil kelapa sawit memenuhi
paling rendah 20% kebutuhan bahan bakunya dari
kebun yang diusahakan sendiri, sebagaimana termuat
dalam ketentuan Pasal 10 Permentan dimaksud. di
dalam atau di luar kawasan pengembangan perkebunan
dan dilakukan secara terpadu dengan usaha budidaya
tanaman perkebunan, sebagaimana dimaksud di dalam
Pasal 27 ayat (3).
• Disamping itu, usaha industri pengolahan hasil
perkebunan harus dapat menjamin ketersediaan bahan
bakunya dengan mengusahakan budidaya tanaman
perkebunan sendiri, melakukan kemitraan dengan
pekebun, perusahaan perkebunan dan atau bahan baku
dari sumber lainnya, sebagaimana dimaksud di dalam
Pasal 17 UU No.18/2004 dimaksud.
• Terkait dengan Perizinan usaha, Permentan Nomor
26/Permentan/OT.140/2/2007 mengatur bahwa untuk
usaha industri pengolahan hasil perkebunan yang
WAJIB mendapat Izin Usaha Perkebunan untuk
pengolahan (IUP-P) adalah yang memiliki kapasitas
produksi pengolahan 5 ton tandan buah segar per jam.
Sedangkan untuk yang berkapasitas dibawah dari
kapasitas tersebut cukup mendaftarkannya yang
kemudian dibuktikan dengan Surat Tanda Daftar Usaha
Industri Pengolahan Hasil Perkebunan (STD-P) yang
diterbitkan oleh Bupati/Walikota.
• Dari uraian diatas jelas, bahwa IUP adalah wajib di miliki
sebelum mulai melaksanakan pembangunan
Perkebunan, namun IUP itu sendiri tidak akan diterbitkan
oleh Bupati atau Gubernur sebelum pengusaha
melaksanakan AMDAL diatas lahan yang sudah dipilih.
a. Izin Usaha Perkebunan (IUP) diberikan oleh :
– Gubernur, apabila lokasi lahan usaha perkebunan
berada pada lintas wilayah daerah Kabupaten dan
atau Kota;
– Bupati atau Walikota, apabila lokasi lahan usaha
perkebunan berada diwilayah daerah Kabupaten atau
Kota.
b. Izin Usaha Perkebunan berlaku selama perusahaan
masih melakukan pengelolaan perkebunan secara
komersial yang sesuai standar teknis dan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
serta memenuhi seluruh kewajiban yang telah
ditetapkan.
Usaha perkebunan dapat dilakukan oleh perorangan
warga negara Indonesia atau badan hukum yang
didirikan menurut hukum Indonesia meliputi Koperasi,
Perseroaan Terbatas (PT), Badan Usaha Milik Negara
(BUMN), dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).
Persyaratan izin usaha perkebunan:
• Akte pendirian atau perubahannya yang terakhir,
• Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP),
• Surat Keterangan Domisili,
• Rencana kerja usaha perkebunan,
• Rekomendasi lokasi dari instansi pertanahan,
• Pertimbangan teknis ketersediaan lahan dari instansi
kehutanan sepanjang kawasan hutan,
• Rekomendasi teknis kesesuaian lahan dari Kepala Dinas
yang membidangi usaha perkebunan Provinsi,
Kabupaten atau Kota setempat yang didasarkan pada
perencanaan makro, perwilayahan komoditi dan RUTR,
• Pernyataan mengenai pola pengembangan yang dipilih
dan dibuat dalam akte notaris,
• Peta calon lokasi dengan skala 1: 100.000,
• Surat persetujuan dokumen AMDAL dari komisi AMDAL
daerah.
Proses perijinan untuk kawasan hutan konversi dan APL
dapat dilihat dibawah ini :
Benih Kelapa Sawit
• Sasaran utama dari perkebunan kelapa sawit adalah
menghasilkan YIELD atau produktifitas TBS ton per
hektar atau produktifitas CPO ton per hektar yang tinggi.
Faktor faktor yang sangat mempengaruhi pertumbuhan
dan produktifitas tanaman, diantaranya adalah kualitas
dan karakteristik bahan tanaman atau benih yang
ditanam.
• Benih dan Pembibitan merupakan langkah awal dari
seluruh rangkaian kegiatan budidaya tanaman kelapa
sawit dan bersifat monumental, artinya kesalahan
memilih benih hari ini, risikonya akan ditanggung selama
30 tahun.
Produksi Benih
• Varietas unggul kelapa sawit adalah varietas
Dura sebagai induk betina dan Pisifera sebagai
induk jantan DURA x PISIFERA (D xP)
• Kebanyakan berbasis pada Deli dura yang
berasal dari
– Chemara, Banting, DOA/MARDI/MPOB, Dami,
Socfindo, Dabou
Sumber Utama pisifera
– AVROS, NIFOR (Calabar), Ekona, Yangambi,
La Me
Gambar perkecambahan KS
Perkiraan produksi benih KS
Kerugian akibat benih palsu
Asumsi dan Proyeksi
• Setelah tahap investigasi lahan dan
persiapan selesai dilakukan, dan sebelum
memulai tahap selanjutnya yakni tahap
pembangunan dan konstruksi, maka yang
perlu dilakukan adalah membuat
perencanaan pembiayaan proyek (Master
Budget). Seperti diketahui, sebuah master
budget akan memerlukan asumsi-asumsi
dan proyeksi yang menyangkut produksi
dan penjualan.
Asumsi Asumsi
Penetapan asumsi antara lain didasarkan atas ;
a) Karakteristik harga CPO dengan tinjauan trend
perubahan harganya selama satu kurun waktu tertentu
(misalnya 5 – 10 tahun terakhir), untuk kemudian dihitung
besarnya harga rata rata dari periode waktu tersebut. Ada
juga yang membuat perhitungan harga CPO berdasarkan
asumsi kenaikan pertahun, namun dengan cara ini,
asumsi harga CPO pertahun akan jauh meleset dari
kenyataan (karena harga CPO selalu berubah sesuai
kehendak pasar) dan mempersulit perhitungan budget itu
sendiri.
Perlu dipahami bahwa Prinsip utama dari bisnis komoditi
seperti kelapa sawit adalah menekan biaya yang sekecil
kecilnya dengan meningkatkan produksi yang se tinggi
tingginya. Dengan demikian, ketika harga CPO jatuh ke
titik yang rendah, harga tersebut masih diatas dari biaya
yang dikeluarkan. Oleh karenanya penetapan asumsi
harga CPO, sebaiknya dibuat pesimis namun realistik;
b) karakteristik produktifitas berdasarkan
perubahan umur tanaman dan zona
kesesuaian lahan serta kerapatan tanam
per hektar seperti berikut :
– Kerapatan Tanam 136 pohon per hektar,
– Panen dimulai pada tahun ke 4 setelah
tanam, produksi maximum dicapai antara
tahun ke 9 hingga tahun ke 15
– Produksi TBS per hektar bervariasi antara 17
- 30 ton per hektar, tergantung umur tanaman
, kesuburan tanah and perlakuan teknis
agronomis.
– Rendemen CPO bervariasi antara 21 - 23 %
and Kernel antara 3 - 5 % ;
c) Perkiraan nilai tukar rupiah terhadap mata
uang US dollar yang asumsikan tetap
untuk kurun waktu yang panjang; dan
d) asumsi rencana tanam berdasarkan
ketersediaan lahan serta
e) Perkiraan kenaikkan inflasi per tahun
dalam persen.
Contoh Rencana Tanam
Contoh Potensi
Produksi Kelapa Sawit
S1, S2, S3 : tingkat
kesesuaian lahan
sesuai dengan
persyaratan kebutuhan
lahan
Proyeksi
• Perhitungan proyeksi produksi dan proyeksi
penjualan dengan mudah dapat diperhitungkan
berdasarkan asumsi asumsi yang ditetapkan
sebelumnya. Semua perhitungan proyeksi, baik
proyeksi produksi maupun proyeksi penjualan
selalu akan mengacu pada Rencana Tanam dan
potensi produktiftas serta asumsi harga yang
telah ditetapkan.
Tabel Prediksi Produksi
Contoh Tabel Proyeksi Penjualan
Tahap Pembangunan dan Konstruksi
Tipikal Aktifitas
– Pembibitan (Nursery establishment)
– Pembangunan Akses Jalan ( Access road)
– Pembuatan Bangunan Sementara ( Base camp)
– Pembersihan Lahan (Site clearing - underbrushing &
clear felling)
– Pengelolaan Biomass (Biomass management &
disposal)
– Perataan Tanah, pemaritan dan Jaringan penyiraman
(Earthworks, drainage & irrigation)
– Penanaman Kecambah dan Pemeliharaan (Planting
and maintenance of seedlings)
Pembukaan Lahan (Site preparation)
• Pembangunan Akses Jalan ( Access road)
• Pembuatan Bangunan Sementara ( Base camp)
• Utilities provision
• Pembersihan Lahan (Site clearing -
underbrushing & clear felling)
• Pengelolaan Biomass (Biomass management &
disposal)
• Land clearing, pemaritan , infrasruktur
(Earthworks, drainage & infrastructure)
• Penanaman Cover Crop
Penanaman di Lapangan
(Field establishment)
• Pemancangan dan Lubang Tanam (Field lining & holing)
• Seleksi Bibit terakhir (Final culling)
• Penanaman di Lapangan (Transplanting)
Perawatan & Panen (Maintenance & harvesting)
• Aplikasi Pemupukan (Fertilizer application)
• Penggunaan dan Kontrol Bahan Kimia (Use of control
agro-chemicals)
• Perawatan Tanaman (General field upkeep)
• Panen (Harvesting)
• Angkutan Tandan Buah Segar ke Pabrik ( Transportation
of fresh fruit bunches to oil mill)
• Sebelum aktifitas pembukaan lahan dimulai, harus
dipastikan bahwa bahan tanaman kelapa sawit sudah di
pesan dari sumber benih bersertifikat. Pemesanan
kecambah sebaiknya dilakukan 3 - 6 bulan sebelum
pembibitan dimulai dan persiapan lapangannya agar
disesuaikan dengan jadwal kedatangan
kecambah.Bahan tanaman kelapa sawit disediakan
dalam bentuk kecambah (germinated seed). Untuk
kerapatan tanam 130 pohon/ha, diperlukan 180 - 185
kecambah/ha.
• Harga kecambah yang ditawarkan oleh masing masing
sumber benih berbeda beda, dengan kisaran antara Rp
7000 hingga Rp. 11.000,- per kecambah. Seleksi bibit di
pembibitan dalam rangka memilih bibit yang jagur untuk
ditanam di lapangan adalah penting untuk dilakukan
agar potensi produksi yang diharapkan dapat terpenuhi.
Oleh karena itu , Sumber benih manapun yang dipilih,
pemesanan kecambah harus selalu ditambah 35% -
40% dari jumlah kebutuhan bibit untuk ditanam di
lapangan.
KEBUTUHAN BIBIT
• Jadwal pembibitan dibuat tersendiri dan jadwal
pembukaan lahan serta penanaman tersendiri
pula. Mengingat sebagian pekerjaan akan
menghadapi tantangan alam maka pekerjaan
tersebut harus disesuaikan dengan keadaan
yang akan terjadi. Jadwal kerja ini tergantung
pada kondisi setempat dan hendaknya
disesuaikan dengan keadaan iklim, sarana,
tenaga kerja dan dana yang tersedia.
• Telah disinggung dimuka bahwa pemesanan
kecambah harus dilakukan 3-6 bulan sebelum
pembibitan dimulai dan kegiatan pembibitan
dimulai 1 tahun sebelum penanaman di
lapangan. Demikian pula pemesanan alat-alat
berat, instalasi penyiraman, pencarian tenaga
kerja, menghubungi calon pemborong dan lain-
lain.
1 ha
Lahan Pembibitan
= +/- 100 ha Lahan Tanam
= 15.000 bibit dlm polybag besar
= +/- 2 hari untuk Penyiapan 1 ha Lahan Pembibitan dengan
menggunakan Alat Berat
Pre-Nursery Ukuran Seedling bed 10 x 1,2 m
Peletakan polybag 100 x 10
Daya tampung kecambah per bed = 1000 kecambah’
Ukuran Polybag = 14 cm x 25 cm x 0,1 cm ,
dengan 250 lubang
Jenis Polybag black UV stabilized
Pengisisan Tanah dilakukan 2 minggu sebelum kecambah
datang. Tanah yang digunakan harus Top Soil,
Pupuk phosphorus (P) dicampur dengan Tanah sebelum di
isi kedalam polybag.
Fasilitas Penyiraman harus sudah tersedia, sejak kecambah
di tanam pada polybag.
Main Nursery Persiapan fasilitas Penyiraman harus sudah selesai 1
bulan sebelum pemindahan bibit dari pre nursery ke
main nursery.
Pengisian tanah di polybags harus sudah selesai untuk
menerima pemindahan bibit dari pre nursery sesuai
jumlah bibit yang akan dipindahkan dan terus berlanjut
sampai siap untuk menampung semua kecambah.
Ukuran Polybag 50 cm x 40 cm x 0,2 cm, 500 lubang ,
jenis black UV stabilized)
Pompa dan mesin berkapasitas 30 kva untuk melayani 10
ha bibit di main nursery
Jumlah pipa dan perlengkapannya harus di hitung sesuai
design di lapangan.
Lihat gambar design pembibitan dibawah ini
Design Jaringan Pipa Pembibitan 10 Ha
Design Jaringan Pipa Pembibitan Per Ha
Norma Tenaga Kerja dan Mesin
Penyiapan Lahan untuk Pembibitan per Hektar
(Ex Hutan)
Penyiapan Lahan untuk Pembibitan per Hektar
(Ex Padang Ilalang)
Catatan :
Harga HK berdasarkan UMK yang berlaku
Harga JKT (Jam Kerja Traktor) berdasarkan harga Sewa yang berlaku
Norma Kebutuhan HK, Material dan Peralatan untuk
Pre Nursery
Norma Kebutuhan HK, Material dan Peralatan untuk
Main Nursery
Perhitungan Upah Harian Tetap
NOTE :
Premium & Overtime = 20 % To Normal Wage (Estimate )
Medical & Social Expenses = 10 % To Normal Wage (Estimate )
Rice Allowance = Worker - 15 Kg
Dependant Wife - 9 Kg
3 Children - 22.5 Kg (7.5 Kg/CHILD
(MAXIMUM 3 HILDREN )
TOTAL - 46.5 Kg
Estimate Price Of Rice = Rp. 6.000 / Kg = USD 0.64/Kg
TOTAL RICE ALLOWANCE (IN Rp ) = Rp. 279,000 / MONTH = Rp. 11,160 /Day
1 Month = 25 Days
Pekerja Harian Lepas tidak diberikan tunjangan no 3 dan 4
Pembukaan Lahan
• Pembangunan kebun pada umumnya dilakukan secara bertahap
disesuaikan dengan kemampuan dana, sumberdaya manusia dan
keadaan lainnya, walaupun pembukaan lahan sekaligus seluas 6.000
& 12.000 ha dapat dilakukan jika semua fasilitas tersedia.
• Tahapan luas kebun yang dibangun juga harus diperhitungkan, agar
pabrik yang akan dibangun 1-2 tahun kemudian dapat mengolah
secara optimal atau tidak terlalu lama mengalami idle capacity&
Kondisi areal yang akan dibuka tidak selalu sama baik ditinjau dari
segi vegetasi, topografi, tata guna lahan dan drainasenya.
• Berdasarkan keadaan vegetasi, ada beberapa kemungkinan yaitu:
– Hutan Primer: hutan yang belum pernah dikelola manusia, dengan
kerapatan pohon padat.
– Hutan sekunder: hutan yang pernah dikelola manusia, dengan kerapatan
pohon lebih sedikit dan terdapat pohon yang telah ditanam.
– Areal Lalang: areal bekas perladangan yang telah ditinggal dan ditumbuhi
alang-alang
– Areal Konversi: areal yang sebelumnya diusahakan dengan komoditi
tertentu misal bekas karet, kopi, kelapa sawit dan lain-lain.
1. Rintisan Areal
• Kondisi areal yang akan dibuka perlu diketahui lebih dulu
untuk menentukan sistem yang akan digunakan dalam
pembukaan areal tersebut. Setelah diketahui kondisi
lokasi dan luas yang akan dibuka pada tahun pertama,
maka dilakukan rintisan yang serupa dengan rintisan
pada pembuatan studi kelayakan, namun lebih
mendetail untuk mengetahui secara pasti vegetasi,
topografi, sumber air, drainase serta batas dan luas
areal. Selanjutnya berdasarkan peta hasil rintisan dibuat
perencanaan jalan, lokasi pemondokan sementara,
pembagian blok besar dan kecil untuk persiapan
pemborongan pekerjaan, arah pembukaan lahan dan
lain-lain.
• Selanjutnya dilakukan pengukuran dan penataaan blok
yang dimulai dengan penentuan batas areal. Setelah itu
dibuat rintisan untuk jalur pengukuran dan pemasangan
patok. Patok yang dicat putih dipasang setiap jarak 25 m
dan patok merah dipasang di setiap sudut blok.
2. Pembukaan Lahan Hutan Tanpa Bakar
(Zero Burning)
• Udara bersih yang bebas dari pencemaran asap
merupakan manfaat utama dari pembukaan hutan
dengan teknik tanpa bakar, disamping adanya
peningkatan kandungan bahan organik dan anorganik
sebagai akibat pembusukan kayu secara alami. Dengan
peningkatan kandungan bahan organik dan anorganik
tanah, maka akan meningkatkan kesuburan fisik dan
kimia tanah, misalnya perbaikan tekstur tanah,
meningkatnya kapasitas penahanan air dan kapasitas
tukar kation, menurunkan plastisitas tanah dan kohesi
tanah serta meningkatkan kandungan hara.
• Aktifitas pembangunan fisik perkebunan tidak dikupas
seluruhnya, karena fokus pembahasan pada artikel ini
adalah perencanaan, terutama yang menyangkut
perencanaan perolehan lahan, perencanaan tata ruang
kebun dan perencanaan pembiayaan.
Time Frame Pembangunan Perkebunan
Tenaga Kerja dan Kebutuhan Dasar
Lainnya
• Kebutuhan mendasar untuk membangun dan mengelola
Perkebunan Kelapa Sawit misalnya dalam hal ini seluas
7,000 Ha.
• Satu Kontraktor rata rata mampu membuka lahan seluas
1,800 ha per tahun atau 150 ha per bulan (tanpa bakar dan
vegetasi hutan sekunder)
• Mempersiapkan pembelian kecambah sebanyak 1 250 000
butir yang disesuaikan dengan tahapan pembukaan lahan per
tahun
• Mempersiapkan lahan pembibitan lengkap dengan instalasi
penyiraman seluas lebih kurang 100 Ha
• Kebutuhan tenaga kerja untuk 7,000 Ha kebun tertanam
• Housing Facilities for Staffs & workers (Fasilitas Perumahan)
• Estate Office (Kantor Administratur) & Field Offices (Kantor
Kebun)
• Vehicles (Kendaraan untuk tenaga Staff)
• Pembangunan Pabrik Kelapa Sawit ( 30 ton FFB/ jam
extendable ke 45 ton FFB/ jam
Kebutuhan Tenaga 7.000 ha
1 Estate Manager (Administratur)
1 Mill Manager untuk pabrik kapasitas 45 T/jam
1 Senior Asistant Manager (KTU) - Administration
1 Senior Assistant Manager (ASKEP) - Community Relation
2 Senior Asistant Managers (ASKEP) – Field/Agronomic
2 Infrastructure & Transport Sub Divisional Managers
8 Field Assistant Managers (Asisten Lapangan)
5 Administration Assistant Managers (Asisten Administrasi)
5 Mill Assistant Managers (Asisten Pabrik)
2 Community Relation Officers
15 1st Field Mandore (Mandor 1)
15 1st Mill Mandore (Mandor 1)
12 Officers/ Administration Officer (Mandor 1)
50 Mandore/Foreman
700 Workers for Field Maintenance ( contractual basis)
450 Harvesters (permanent workers/SKU)
Perkiraan Biaya Pembangunan Kebun
Berikut ini diberikan contoh biaya investasi
pembangunan perkebunan kelapa sawit.
Angka angka didalamnya belum tentu
sesuai di lokasi lain, namun cukup
memberikan gambaran tentang aktifitas
dan proporsi biayanya.
Rangkuman
Telah disinggung dimuka bahwa kegiatan pembangunan perkebunan kelapa
sawit pada areal yang luas umumnya dilaksanakan secara tahap demi tahap.
Setiap tahap dibagi kedalam aktifitas biaya seperti biaya kecambah dan
pembibitan, Land Clearing dan penanaman palma, pemeliharaan tahun pertama,
tahun kedua dan tahun ketiga dimasa TBM. Semua perkiraan biaya ini harus
dievaluasi setiap tahun karena mungkin ada pengaruh dari perubahan biaya
input.
Biaya pembangunan perkebunan meliputi semua biaya investasi kecuali biaya
perolehan tanah. Variasi biaya terutama pada biaya land clearing terutama
disebabkan oleh vegetasi dan jenis tanah (mineral, gambut atau berbukit bukit).
Variasi biaya per ha lainnya juga dipengaruhi oleh aplikasi pemupukan, drainase,
pemeliharaan jalan dan teras. Biaya Penanaman baru dan biaya pemeliharaan
pada masa TBM akan meningkat seiring dengan naiknya biaya upah (UMK) dan
kenaikan harga material input karena inflasi.
Perkiraan Biaya land clearing, adalah kurang lebih mirip dengan perkiraan
kebutuhan tenaga kerja, material dan alat berat untuk penyiapan lahan
pembibitan seperti telah diuraikan dimuka.

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Konservasi mekanik dan kimia
Konservasi mekanik dan kimiaKonservasi mekanik dan kimia
Konservasi mekanik dan kimiaNurul Aulia
 
Penyuluhan Pertanian
Penyuluhan Pertanian Penyuluhan Pertanian
Penyuluhan Pertanian Sri Wahyuni
 
Paper tanah andosol
Paper tanah andosolPaper tanah andosol
Paper tanah andosolYuu Kuze
 
Pemilihan Jenis Pohon dan Kesesuaian Tapak
Pemilihan Jenis Pohon dan Kesesuaian TapakPemilihan Jenis Pohon dan Kesesuaian Tapak
Pemilihan Jenis Pohon dan Kesesuaian TapakRumbi Oztecilopasunexiss
 
Cara menghitung kebutuhan tenaga panen kebun kelapa sawit
Cara menghitung kebutuhan tenaga panen kebun kelapa sawitCara menghitung kebutuhan tenaga panen kebun kelapa sawit
Cara menghitung kebutuhan tenaga panen kebun kelapa sawitBenny Benny
 
Metode konservasi tanah secara vegetatif
Metode konservasi tanah secara vegetatifMetode konservasi tanah secara vegetatif
Metode konservasi tanah secara vegetatifAndryAdmajaTarigan
 
05 hubungan air, tanah dan tanaman
05   hubungan air, tanah dan tanaman05   hubungan air, tanah dan tanaman
05 hubungan air, tanah dan tanamanKharistya Amaru
 
Pedoman budidaya merica atau lada
Pedoman budidaya merica atau ladaPedoman budidaya merica atau lada
Pedoman budidaya merica atau ladabobby denil
 
Agroteknologi Lahan Kering
Agroteknologi Lahan KeringAgroteknologi Lahan Kering
Agroteknologi Lahan Keringptkartika
 
UNSUR-UNSUR PENYULUHAN PERTANIAN
UNSUR-UNSUR PENYULUHAN PERTANIANUNSUR-UNSUR PENYULUHAN PERTANIAN
UNSUR-UNSUR PENYULUHAN PERTANIANtani57
 
laporan pemanenan hasil hutan
laporan pemanenan hasil hutan laporan pemanenan hasil hutan
laporan pemanenan hasil hutan abdul gonde
 
Manajemen Perkebunan " Pola Strategi dan Pengembangan Perkebunan "
Manajemen Perkebunan " Pola Strategi dan Pengembangan Perkebunan "Manajemen Perkebunan " Pola Strategi dan Pengembangan Perkebunan "
Manajemen Perkebunan " Pola Strategi dan Pengembangan Perkebunan "Cha Isra
 
PENTINGNYA PENGELOLAAN LAHAN PERTANIAN
PENTINGNYA PENGELOLAAN LAHAN PERTANIANPENTINGNYA PENGELOLAAN LAHAN PERTANIAN
PENTINGNYA PENGELOLAAN LAHAN PERTANIANSinergi Inspiration
 
Tanaman ubi kayu
Tanaman ubi kayuTanaman ubi kayu
Tanaman ubi kayuNur Haida
 
1. sop lobang tanam
1. sop lobang tanam1. sop lobang tanam
1. sop lobang tanamNiko Utomo
 
KONSERVASI TANAH DAN AIR
KONSERVASI TANAH DAN AIRKONSERVASI TANAH DAN AIR
KONSERVASI TANAH DAN AIREDIS BLOG
 
Kesuburan dan Kesehatan Tanah
Kesuburan dan Kesehatan TanahKesuburan dan Kesehatan Tanah
Kesuburan dan Kesehatan TanahSarjan Alatas
 

Was ist angesagt? (20)

Konservasi mekanik dan kimia
Konservasi mekanik dan kimiaKonservasi mekanik dan kimia
Konservasi mekanik dan kimia
 
Pupuk dan pemupukan
Pupuk dan pemupukanPupuk dan pemupukan
Pupuk dan pemupukan
 
Penyuluhan Pertanian
Penyuluhan Pertanian Penyuluhan Pertanian
Penyuluhan Pertanian
 
Paper tanah andosol
Paper tanah andosolPaper tanah andosol
Paper tanah andosol
 
Pemilihan Jenis Pohon dan Kesesuaian Tapak
Pemilihan Jenis Pohon dan Kesesuaian TapakPemilihan Jenis Pohon dan Kesesuaian Tapak
Pemilihan Jenis Pohon dan Kesesuaian Tapak
 
Survei tanah
Survei tanahSurvei tanah
Survei tanah
 
Manajemen perkebunan
Manajemen perkebunanManajemen perkebunan
Manajemen perkebunan
 
Cara menghitung kebutuhan tenaga panen kebun kelapa sawit
Cara menghitung kebutuhan tenaga panen kebun kelapa sawitCara menghitung kebutuhan tenaga panen kebun kelapa sawit
Cara menghitung kebutuhan tenaga panen kebun kelapa sawit
 
Metode konservasi tanah secara vegetatif
Metode konservasi tanah secara vegetatifMetode konservasi tanah secara vegetatif
Metode konservasi tanah secara vegetatif
 
05 hubungan air, tanah dan tanaman
05   hubungan air, tanah dan tanaman05   hubungan air, tanah dan tanaman
05 hubungan air, tanah dan tanaman
 
Pedoman budidaya merica atau lada
Pedoman budidaya merica atau ladaPedoman budidaya merica atau lada
Pedoman budidaya merica atau lada
 
Agroteknologi Lahan Kering
Agroteknologi Lahan KeringAgroteknologi Lahan Kering
Agroteknologi Lahan Kering
 
UNSUR-UNSUR PENYULUHAN PERTANIAN
UNSUR-UNSUR PENYULUHAN PERTANIANUNSUR-UNSUR PENYULUHAN PERTANIAN
UNSUR-UNSUR PENYULUHAN PERTANIAN
 
laporan pemanenan hasil hutan
laporan pemanenan hasil hutan laporan pemanenan hasil hutan
laporan pemanenan hasil hutan
 
Manajemen Perkebunan " Pola Strategi dan Pengembangan Perkebunan "
Manajemen Perkebunan " Pola Strategi dan Pengembangan Perkebunan "Manajemen Perkebunan " Pola Strategi dan Pengembangan Perkebunan "
Manajemen Perkebunan " Pola Strategi dan Pengembangan Perkebunan "
 
PENTINGNYA PENGELOLAAN LAHAN PERTANIAN
PENTINGNYA PENGELOLAAN LAHAN PERTANIANPENTINGNYA PENGELOLAAN LAHAN PERTANIAN
PENTINGNYA PENGELOLAAN LAHAN PERTANIAN
 
Tanaman ubi kayu
Tanaman ubi kayuTanaman ubi kayu
Tanaman ubi kayu
 
1. sop lobang tanam
1. sop lobang tanam1. sop lobang tanam
1. sop lobang tanam
 
KONSERVASI TANAH DAN AIR
KONSERVASI TANAH DAN AIRKONSERVASI TANAH DAN AIR
KONSERVASI TANAH DAN AIR
 
Kesuburan dan Kesehatan Tanah
Kesuburan dan Kesehatan TanahKesuburan dan Kesehatan Tanah
Kesuburan dan Kesehatan Tanah
 

Andere mochten auch

Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunanOutlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunanprettywulandari
 
Perhitungan alat
Perhitungan alatPerhitungan alat
Perhitungan alatAde Rohima
 
Buah & minyak kelapa sawit
Buah & minyak kelapa sawitBuah & minyak kelapa sawit
Buah & minyak kelapa sawitJamaliah Adam
 
Masalah Perkebunan di Indonesia
Masalah Perkebunan di IndonesiaMasalah Perkebunan di Indonesia
Masalah Perkebunan di IndonesiaHeri Saputra
 
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanamanBuku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanamanIr. Zakaria, M.M
 
Pabrik minyak kelapa sawit
Pabrik minyak kelapa sawitPabrik minyak kelapa sawit
Pabrik minyak kelapa sawitMuhammad Yuswani
 
Panduan Pembangunan Pabrik Kelapa Sawit Mini
Panduan Pembangunan Pabrik Kelapa Sawit MiniPanduan Pembangunan Pabrik Kelapa Sawit Mini
Panduan Pembangunan Pabrik Kelapa Sawit MiniZul Rapi
 
Presentasi industri sawit & tata ruang gs_080413
Presentasi industri sawit & tata ruang gs_080413Presentasi industri sawit & tata ruang gs_080413
Presentasi industri sawit & tata ruang gs_080413hutanindonesia
 
Mengelola kebun kelapa sawit muktahir .ppt
Mengelola kebun kelapa sawit muktahir .pptMengelola kebun kelapa sawit muktahir .ppt
Mengelola kebun kelapa sawit muktahir .pptambar1966
 
perjanjian sewa rumah
perjanjian sewa rumahperjanjian sewa rumah
perjanjian sewa rumahLegal Akses
 

Andere mochten auch (15)

Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunanOutlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
 
Agroindustri ks
Agroindustri ksAgroindustri ks
Agroindustri ks
 
Perhitungan alat
Perhitungan alatPerhitungan alat
Perhitungan alat
 
Buah & minyak kelapa sawit
Buah & minyak kelapa sawitBuah & minyak kelapa sawit
Buah & minyak kelapa sawit
 
Masalah Perkebunan di Indonesia
Masalah Perkebunan di IndonesiaMasalah Perkebunan di Indonesia
Masalah Perkebunan di Indonesia
 
Makna sila sila pancasila
Makna sila sila pancasilaMakna sila sila pancasila
Makna sila sila pancasila
 
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanamanBuku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
 
Pabrik minyak kelapa sawit
Pabrik minyak kelapa sawitPabrik minyak kelapa sawit
Pabrik minyak kelapa sawit
 
Panduan Pembangunan Pabrik Kelapa Sawit Mini
Panduan Pembangunan Pabrik Kelapa Sawit MiniPanduan Pembangunan Pabrik Kelapa Sawit Mini
Panduan Pembangunan Pabrik Kelapa Sawit Mini
 
Sop pre nursery
Sop pre nurserySop pre nursery
Sop pre nursery
 
Presentasi industri sawit & tata ruang gs_080413
Presentasi industri sawit & tata ruang gs_080413Presentasi industri sawit & tata ruang gs_080413
Presentasi industri sawit & tata ruang gs_080413
 
Mengelola kebun kelapa sawit muktahir .ppt
Mengelola kebun kelapa sawit muktahir .pptMengelola kebun kelapa sawit muktahir .ppt
Mengelola kebun kelapa sawit muktahir .ppt
 
budidaya kelapa sawit
budidaya kelapa sawitbudidaya kelapa sawit
budidaya kelapa sawit
 
surat wasiat
surat wasiatsurat wasiat
surat wasiat
 
perjanjian sewa rumah
perjanjian sewa rumahperjanjian sewa rumah
perjanjian sewa rumah
 

Ähnlich wie PERENCANAAN PENGEMBANGAN KEBUN KS

Lokasi dan batasan site for anom
Lokasi dan batasan site for anomLokasi dan batasan site for anom
Lokasi dan batasan site for anomRyan Saputra
 
Bab 1 Wilayah Indonesia dan Penduduknya
Bab 1  Wilayah Indonesia dan PenduduknyaBab 1  Wilayah Indonesia dan Penduduknya
Bab 1 Wilayah Indonesia dan Penduduknyacah bagoez87
 
Kualitas Lahan Tambak Sinjai Timur Pasca Bencana
Kualitas Lahan Tambak Sinjai Timur Pasca BencanaKualitas Lahan Tambak Sinjai Timur Pasca Bencana
Kualitas Lahan Tambak Sinjai Timur Pasca BencanaBBAP takalar
 
Apa sih lahan gambut itu.pdf
Apa sih lahan gambut itu.pdfApa sih lahan gambut itu.pdf
Apa sih lahan gambut itu.pdfPT Taharica
 
PPT EKOLAKER GODAM.pptx
PPT EKOLAKER GODAM.pptxPPT EKOLAKER GODAM.pptx
PPT EKOLAKER GODAM.pptxWiskeWisang
 
ADAPTASI PETANI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM.pdf
ADAPTASI PETANI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM.pdfADAPTASI PETANI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM.pdf
ADAPTASI PETANI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM.pdfHariIswoyo
 

Ähnlich wie PERENCANAAN PENGEMBANGAN KEBUN KS (11)

Lokasi dan batasan site for anom
Lokasi dan batasan site for anomLokasi dan batasan site for anom
Lokasi dan batasan site for anom
 
Bab 1 Wilayah Indonesia dan Penduduknya
Bab 1  Wilayah Indonesia dan PenduduknyaBab 1  Wilayah Indonesia dan Penduduknya
Bab 1 Wilayah Indonesia dan Penduduknya
 
Pengantar Ilmu Pertanian
Pengantar Ilmu PertanianPengantar Ilmu Pertanian
Pengantar Ilmu Pertanian
 
Bab 4 rev 02
Bab 4 rev 02Bab 4 rev 02
Bab 4 rev 02
 
Kualitas Lahan Tambak Sinjai Timur Pasca Bencana
Kualitas Lahan Tambak Sinjai Timur Pasca BencanaKualitas Lahan Tambak Sinjai Timur Pasca Bencana
Kualitas Lahan Tambak Sinjai Timur Pasca Bencana
 
Renja
RenjaRenja
Renja
 
Apa sih lahan gambut itu.pdf
Apa sih lahan gambut itu.pdfApa sih lahan gambut itu.pdf
Apa sih lahan gambut itu.pdf
 
Latar belakang kabupaten muna
Latar belakang kabupaten munaLatar belakang kabupaten muna
Latar belakang kabupaten muna
 
PPT EKOLAKER GODAM.pptx
PPT EKOLAKER GODAM.pptxPPT EKOLAKER GODAM.pptx
PPT EKOLAKER GODAM.pptx
 
ADAPTASI PETANI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM.pdf
ADAPTASI PETANI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM.pdfADAPTASI PETANI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM.pdf
ADAPTASI PETANI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM.pdf
 
Sumenep
SumenepSumenep
Sumenep
 

Mehr von Muhammad Yuswani

Matematika industri aplikasi prosen
Matematika industri  aplikasi prosenMatematika industri  aplikasi prosen
Matematika industri aplikasi prosenMuhammad Yuswani
 
Operasional bentuk aljabar
Operasional bentuk aljabarOperasional bentuk aljabar
Operasional bentuk aljabarMuhammad Yuswani
 
Matematika aplikasi prosen
Matematika  aplikasi prosenMatematika  aplikasi prosen
Matematika aplikasi prosenMuhammad Yuswani
 
Pancasila sebagai sistem filsafat
Pancasila sebagai sistem filsafatPancasila sebagai sistem filsafat
Pancasila sebagai sistem filsafatMuhammad Yuswani
 
Pancasila sebagai sistem filsafat
Pancasila sebagai sistem filsafatPancasila sebagai sistem filsafat
Pancasila sebagai sistem filsafatMuhammad Yuswani
 

Mehr von Muhammad Yuswani (7)

Matematika industri aplikasi prosen
Matematika industri  aplikasi prosenMatematika industri  aplikasi prosen
Matematika industri aplikasi prosen
 
Operasional bentuk aljabar
Operasional bentuk aljabarOperasional bentuk aljabar
Operasional bentuk aljabar
 
Dasar2 tphp(4)
Dasar2 tphp(4)Dasar2 tphp(4)
Dasar2 tphp(4)
 
Matematika aplikasi prosen
Matematika  aplikasi prosenMatematika  aplikasi prosen
Matematika aplikasi prosen
 
Pancasila sebagai sistem filsafat
Pancasila sebagai sistem filsafatPancasila sebagai sistem filsafat
Pancasila sebagai sistem filsafat
 
Pancasila sebagai sistem filsafat
Pancasila sebagai sistem filsafatPancasila sebagai sistem filsafat
Pancasila sebagai sistem filsafat
 
Tujuan memplj pancasila 1
Tujuan memplj  pancasila 1Tujuan memplj  pancasila 1
Tujuan memplj pancasila 1
 

PERENCANAAN PENGEMBANGAN KEBUN KS

  • 2. PERENCANAAN PENGEMBANGAN KEBUN KS Secara sistimatis pembangunan perkebunan kelapa sawit terbagi dalam tiga tahap utama, yakni 1)Tahap Investigasi Lahan dan Persiapan, 2)Tahap Pembangunan dan Konstruksi serta 3) Tahap Operasi dan Pemeliharaan.
  • 3. • Tahap Investigasi Lahan dan Persiapan Pengkajian secara tahap demi tahap atas semua faktor yang terlibat dalam Investigasi Lahan dan Persiapan pembangunan perkebunan kelapa sawit perlu didalami dengan seksama sebelum membuat keputusan membangun perkebunan kelapa sawit, antara lain : – Lokasi dan Kesesuaian Lahan – Aspek Sosial – Pemilihan Benih – Asumsi dan Proyeksi – Manajemen Proyek
  • 4. 1. Lokasi dan Kesesuaian Lahan Survey Pendahuluan • Sebelum pelaksanaan pembukaan areal dimulai, dilaksanakan studi kelayakan terlebih dahulu. • Studi kelayakan ini harus dilakukan melalui survey pendahuluan untuk memeriksa atau melakukan investigasi atas lahan calon perkebunan yang akan dibangun.
  • 5. • Pemeriksaan hanya dilakukan sebatas luas yang tercantum pada ijin lokasi dengan kajian tentang kawasan (hutan atau non hutan), aksesibilitas, status dan tata guna kawasan, kesesuaian lahan ( a.l. agroklimat, kelerengan, kelas tanah,dll), kondisi sosial ekonomi wilayah dan dukungan masyarakat sekitar calon perkebunan. • Bila hasil kajian menyatakan bahwa lahan yang diperiksa itu ternyata tidak layak, maka proyek sebaiknya tidak dilanjutkan. Namun apabila hasil kajian menyatakan lahan tersebut layak, maka proses dapat dilanjutkan.
  • 6. Studi Kawasan • Investor perlu memahami kawasan yang ditetapkan berdasarkan TGHK dan RTRWP. TGHK (Tata Guna Hutan Kesepakatan) adalah pembagian hutan negara menurut fungsinya yaitu hutan lindung, hutan konservasi, hutan produksi, serta hutan produksi yang dapat dikonversi. • TGHK ditetapkan sejak tahun 1983 oleh Departemen Kehutanan yang disepakati oleh Pemerintah Daerah serta sektor lainnya. RTRWP (Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi) adalah pembagian tata ruang wilayah propinsi sebagai penjabaran dari Undang Undang Tata Ruang Tahun 1992.
  • 7. Studi Kawasan • Dalam RTRWP dikenal pembagian ruang sebagai hutan lindung, kawasan budidaya kehutanan dan kawasan budidaya nonkehutanan. Dalam implementasinya, sejak tahun 1993, antara TGHK dan RTRWP dipaduserasikan. • Salah satu propinsi yang hingga kini belum paduserasi adalah Kalimantan Tengah. Di propinsi ini, masih 100 % diberlakukan TGHK, sehingga ijin lokasi yang diterbitkan oleh Bupati setempat sering masih tumpang tindih dengan kawasan hutan menurut ketetapan TGHK.
  • 8. • Langkah awal yang penting dilakukan dalam memilih/mengambil alih lahan adalah pemeriksaan Kawasan. • Di Indonesia terdapat, yakni Kawasan Hutan dan Kawasan Non Hutan atau dikenal oleh kalangan perkebunan sebagai Area Penggunaan Lain (APL). • Pada Kawasan Hutan yang ditetapkan berdasarkan TGHK maupun RTRWP, hanya Hutan Konversi yang masih memungkinkan untuk di alih fungsikan menjadi APL apabila memperoleh persetujuan pelepasan kawasan hutan dari Menteri Kehutanan, namun dengan prosedur yang tidak mudah dan dapat ditolak oleh Menteri Kehutanan dengan pertimbangan tertentu.
  • 9. • Sedangkan APL dapat digunakan untuk pengembangan perkebunan dengan cukup mengajukan permohonan Ijin Lokasi kepada Bupati setempat. • Oleh karenanya, dalam perencanaan pembangunan perkebunan sebaiknya tidak memilih lokasi yang masuk di dalam Kawasan Hutan dan untuk memastikannya, perlu dilakukan Cross Check melalui Badan Pemetaan dan Planologi Nasional yang berada di Bogor.
  • 10. TATA RUANG INDONESIA •  Hutan Lindung •  Hutan Konservasi Kawasan Hutan •  Taman Hutan Raya •  Hutan Produksi Tata Ruang Indonesia •  Hutan Konversi Kawasan Non Hutan • Area Penggunaan Lain (APL)
  • 11. Studi Bio-physical • Pengkajian berikut adalah menyangkut tentang Pelestarian Lingkungan Hidup dan tentang persyaratan tumbuh untuk produktifitas tanaman kelapa sawit. • Letak ketinggian lahan, data agroklimat, kemiringan lahan, gambut dalam dan jenis tanah sangat perlu diperhatikan untuk memastikan bahwa lahan yang akan dipilih adalah sesuai baik dari tinjauan aspek Lingkungan Hidup maupun dari aspek persyaratan tumbuh untuk produktifitas. • Studi awal untuk memperoleh informasi tentang kondisi diatas dapat dilakukan melalui intepretasi citra satelit dan lain lain, namun sangat disarankan untuk melaksanakan survey lapangan dengan menunjuk konsultan yang sudah berpengalaman.
  • 12.
  • 13. Tanah • Kriteria kesesuaian Tanah untuk produktifitas tanaman kelapa sawit di klasifikasikan dalam empat kelas dari Sangat Sesuai (S1), Sesuai dengan faktor pembatas minor(S2), Bisa Sesuai dengan banyak faktor pembatas (S3) dan Tidak Sesuai (N), seperti dipaparkan pada tabel berikut ini :
  • 14. Kondisi Tanah S1 S2 S3 N Kedalaman Tanah (cm) > 90 60 - 90 30 - 60 < 30 Kemiiringan 0 – 12 ° 12 – 16 ° 16 – 24 ° > 24 ° Tekstur Sandy Clay Loam Loam, Sandy loam Sandy loam Sand Struktur Strongly Developed Moderate.Devel oped Buruk Sangat Buruk Konsistensi Gembur Agak Gembur Padat Sangat Padat pH >4 3,5 - 4 3 – 3,5 < 3 Permeabilitas Tidak Tergenang Tergenang karena sumbat Tergenang musiman Tergenang permanen Fragmen Batuan Tidak ada Tidak ada s/d 25 % laterit >25 % laterit Status Hara Subur Cukup Subur Kurang Subur Tidak Subur
  • 15. Karakteristik/Kualitas Tanah Kondisi Tanah Hasil  Survey Klas Kesesuaian Aktual  Potensial Kedalaman Tanah (cm) > 90 S1 S1 Kemiiringan 0 – 12 ° S1 S1 Tekstur Sandy Clay Loam S1 S1 Struktur Strongly Developed S1 S1 Konsistensi Agak Gembur S2 S2 pH 3,5 - 4 S2 S1 Permeabilitas Tidak Tergenang S1 S1 Fragmen Batuan Tidak ada S1 S1 Status Hara Cukup Subur S2 S1
  • 17.
  • 18. Iklim • Salah satu parameter yang sering digunakan mewakili kondisi iklim adalah water deficit. Water deficit merupakan interaksi kompleks dari elevasi, bulan kering, curah hujan dan penyinaran matahari. • Diketahui bahwa dampak signifikan dari besarnya water deficit per tahun sangat tidak suitable untuk kelapa sawit sebab akan menyebabkan turunnya produktifitas hingga 54 – 65 % dan oleh sebab itu, area seperti ini menjadi tidak ekonomis buat perkebunan kelapa sawit. Area tanpa adanya water deficit merupakan area yang ideal untuk kelapa sawit., namun water deficit kurang dari 200 mm masih baik untuk kelapa sawit. • Water deficit antara 200 – 300 m menjadi faktor pembatas ringan untuk kelapa sawit, sedangkan area dengan water deficit antara 300 – 500 mm menjadi area marginal land perkebunan kelapa sawit ( Caliman & Southworth, 1998 ).
  • 19.
  • 20.
  • 21.
  • 22. ZONA KARAKTERISTIK DISTRIBUSI DAMPAK 1 Curah Hujan 1750 – 3000 mm ; 1 bulan kering; lama penyinaran matahari 6 jam per hari Sumatera Utara bagian timur, Aceh bagian timur, Bagian utara dan selatan Kepala Burung Papua, Pantai utara Papua dan sebagian di selatan Papua Water Deficit sekitar 200 mm per tahun; Sangat Sesuai untuk Kelapa Sawit 2 Curah Hujan 1750 – 3000 mm ; 1 – 2 bulan kering; lama penyinaran matahari 6 jam per hari Hampir seluruh wilayah Riau, Jambi bagian timur,Sumatera Selatan, Pulau Aru, sebagian kecil di selatan Papua. Water Deficit rendah namun radiasi matahari sangat kuat, sehingga produksi dapat turun di musim kemarau. 3 Curah Hujan > 3000 mm ; 1 – 2 bulan kering; lama penyinaran matahari 5 – 5,5 jam per hari Aceh bagian Barat, Sumatera Utara bagian Barat, Pulau Nias, Sumatera Barat bagian utara. Water Deficit rendah namun radiasi matahari sangat kuat, sehingga produksi dapat turun di musim kemarau. 4 Curah Hujan 2500 - 3000 mm ; 1 – 2 bulan kering; lama penyinaran matahari 6 jam per hari Kalimantan Barat dan Papua bagian Barat Water Deficit kurang dari 200 mm per tahun; Sesuai untuk Kelapa Sawit 5 Curah Hujan > 3000 mm ; 1 – 2 bulan kering; lama penyinaran matahari 6 jam per hari Sumatera Barat bagian selatan dan bagian utara Bengkulu Water Deficit rendah namun radiasi matahari sangat kuat, sehingga produksi dapat turun di musim kemarau.
  • 23. 6 Curah Hujan 1450 – 1750 mm ; 1 – 2 bulan kering; lama penyinaran matahari 5 – 5,5 jam per hari Sebagian kecil di utara Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah (kecuali Palu dan sekitarnya) dan bagian utara Maluku Water Deficit 200 – 300 mm radiasi matahari lemah, sehingga produksi rendah. 7 Curah Hujan 1450 – 1750 mm ; 1 – 3 bulan kering; lama penyinaran matahari 6 jam per hari Sumatera Selatan bagian selatan, Bangka Belitung,Lampung bagian timur, sebagian kecil Kalimantan Tengah, Hampir seluruh Sulawesi Selatan dan perbatasan Papua dengan Papua Nugini bagian selatan Water Deficit 300 – 400 mm, kontribusinya menyebabkan produksi sawit rendah. 8 Curah Hujan 1750 – 3000 mm ; 3 – 4 bulan kering; lama penyinaran matahari 5,5 – 6 jam per hari Lampung bagian barat dan sebagian kecil Jawa Barat Water Deficit 200 – 300 mm, sehingga produksi rendah selama musim kemarau 9 Curah Hujan 1250 – 1450mm ; 3 – 4 bulan kering; lama penyinaran matahari 5,5 – 6 jam per hari Palu dan sekitarnya, hampir seluruh Sulawesi Tenggara, Maluku Tengah dan Maluku Selatan Water Deficit 300 – 400mm, menyebabkan produksi sawit rendah. 10 Curah Hujan 1250 – 1450mm ; > 4 bulan kering; lama penyinaran matahari 6 jam per hari Bagian timur Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, bagian selatan Sulawesi Selatan dan bagian selatan Sulawesi Tenggara. Tidak Sesuai untuk Kelapa Sawit 11 Curah Hujan < 1250 mm ; > 4 bulan kering; lama penyinaran matahari 6 jam per hari Sebagian Nusa Tenggara Barat dan seluruh Nusa Tenggara Timur Sangat tidak direkomendasikan untuk Kelapa Sawit.
  • 24. Sebagai pegangan, disimpulkan bahwa Iklim yang sesuai untuk produktifitas tanaman kelapa sawit adalah sebagai berikut : – Iklim tropikal basah di daerah rendah(< 500 m dpl) – Curah hujan 1750 - 3000 mm per tahun dan terdistribusi sepanjang tahun. – Rata rata temperature minimum 20 - 23 oC dan Rata rata temperature maksimum 28o – 32o C. Bila dimalam hari temperatur udara turun hingga dibawah 19o C, pembentukan Tandan Buah akan terganggu yang pada akhirnya mempengaruhi Yield. – Pertumbuhan Bibit muda akan berhenti pada temperatur udara dibawah 15 o C. – Penyinaran matahari rata rata 5 jam per hari setiap bulan dalam setahun dan sebanyak banyaknya 7 jam per hari di bulan bulan tertentu .
  • 25. Suvey Detil dan Tata Ruang Kebun • Perencanaan luas kebun yang akan dibangun serta tata ruangnya. Luas satu kebun biasanya disesuaikan dengan kapasitas pabrik yang akan dibangun. Satu unit pabrik kapasitas 30 ton TBS/jam disuplai luasn kebun 6.000 ha, kapasitas 60 ton TBS/jam membutuhkan areal seluas 11.000 ha-12.000 ha. • Satu kebun dibagi dalam beberapa afdeling yang luasnya 600-800 ha/afdeling tergantung kondisi areal dan tiap afdeling terdiri dari blok tanaman yang luasnya 16-40 ha/blok tergantung kondisi areal. Blok ini sangat penting sebagai satuan luas administrasi dan semua pekerjaan akan diperhitungkan dalam satuan blok.
  • 26. Suvey Detil dan Tata Ruang Kebun • Untuk areal yang rata atau berombak mudah membagi blok tersebut, tetapi untuk kondisi bergelombang atau berbukit akan memiliki blok yang lebih kecil dan tidak jarang sebagai batas blok dipakai batas alam seperti sungai, jalan dan lain-lain. • Jadwal atau perencanaan juga harus sudah dibuat, karena banyak pekerjaan atau hal-hal tertentu yang harus dilaksanakan atau dipesan beberapa bulan sebelumnya, misalnya pemesanan kecambah dilakukan 3-6 bulan sebelum pembibitan dimulai dan pembibitan dimulai 1 tahun sebelum penanaman di lapangan. Demikian pula pemesanan alat-alat berat, instalasi penyiraman, pencarian tenaga kerja, penyelesaian ganti rugi, menghubungi calon pemborong dan lain-lain.
  • 27. Tata Guna Lahan • Kajian atas lahan dengan melaksanakan survey detil guna memperlajari tata guna lahan yang ada di lokasi yang dipilih. Kondisi tata guna lahan ini akan mempengaruhi besarnya luas efektif lahan, ketika ternyata dilokasi tersebut banyak terdapat pemukiman penduduk dan perlanian masyarakat yang tidak mungkin digunakan untuk pengembangan perkebunan kelapa sawit. • Survey Detil ini dilakukan terutama untuk menekan seminimal mungkin dampak negatif dari pembukaan kawasan untuk perkebunan dalam skala besar terhadap kepentingan masyarakat lokal, erosi tanah, kesuburan tanah dan biodiversity; melalui upaya upaya menjaga kelestarian alam dan fungsi sosial atas tata ruang alam semula yang sudah terbentuk sebelumnya. Konsep ini selaras dengan standar pengelolaan Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan yang kini telah menjadi perhatian masyarakat dunia.
  • 28. Ide dasar konsep Survey Detil ini adalah melakukan prosedur pengkajian dua Zona utama : (1) Zona Fungsional Fokus pada pengkajian tata guna lahan masyarakat yang sudah ada, keterjalan bukit (slope gradient) atau kedalaman rawa gambut, dan kemungkinan adanya gangguan atas flora and fauna yang harus dilindungi. (2) Zona Spesifik Zona yang meliputi wilayah produksi netto untuk ditata secara spesifik pengelolaan kebun menjadi blok blok homogen yang teratur.
  • 29.
  • 30. Desain Kebun Maksud perencanaan/desain kebun adalah untuk merencanakan tata ruang alam kebun dan afdeling yang terbagi atas: jaringan jalan, areal pembibitan, saluran air serta lokasi afdeling dan blok. a. Jaringan Jalan Panjang dan kualitas jalan di kebun merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan dalam menjamin kelancaran pengangkutan bahan, alat dan produksi serta pengontrolan lapangan. Rencana pembuatan jaringan jalan harus selaras dengan desain kebun secara keseluruhan, yang disesuaikan dengan kondisi topografi dan kebutuhan kebun. Berdasarkan kebutuhan di lapangan terdapat beberapa jenis jalan, antara lain: ·
  • 31. Desain Kebun • Jalan utama (Main Road), yaitu jalan yang menghubungkan antara satu afdeling dengan afdeling lainnya maupun dari afdeling ke pabrik serta pabrik dengan jalan luar/umum. Jalan utama dengan lebar 6 & 8 m, dilalui kendaraan lebih sering dan lebih berat, termasuk kendaraan umum, sehingga perlu diperkeras dengan batu. Jalan utama biasanya dibangun secara terpadu dengan infrastruktur lain seperti perumahan, bengkel dan kantor. • Jalan produksi (Collection Road), yaitu jalan yang berfungsi sebagai sarana untuk mengangkut produksi TBS dari TPH. Jalan ini terdapat diantara blok dan berhubungan dengan jalan utama, dibuat tegak lurus terhadap baris tanaman. Jalan ini lebih kecil dari jalan utama, dengan lebar 5 &ndash; 6 m dan pada tempat tertentu perlu diperkeras. Untuk satu hektar diperlukan sepanjang 50 m. ·
  • 32. Jalan kontrol (Control Road), yaitu jalan yang terdapat di dalam setiap blok. Jalan kontrol berfungsi untuk memudahkan pengontrolan areal pada tiap blok dan sebagai batas pemisah antar blok tanaman. Jalan ini lebarnya 4 & 5 m dan tiap hektar membutuhkan 10 m. b. Saluran Air Perencanaan pembangunan saluran air didasarkan atas topografi lahan, letak sumber air, dan tinggi muka air tanah. Sistem pengeluaran air berlebih (drainase) dibuat berdasarkan kondisi drainase areal. Untuk lahan gambut, pengelolaan tata air sangat dominan, mengingat karakteristik lahan gambut yang mengering dan mengkerut tidak balik (irreversible shrinkage) apabila mengalami kekeringan.
  • 33. c. Afdeling dan Blok • Luas afdeling dan blok disesuaikan dengan keadaan topografi lahan dan efisiensi pengelolaan areal yang dikaitkan dengan kemudahan perawatan tanaman dan kegiatan panen. • Luas areal satu afdeling yang ideal berkisar 750 ha dan luas satu blok adalah 25 ha (500 m x 500 m) untuk topografi datar, • Luas blok untuk daerah dengan topografi bergelombang atau berbukit adalah 16 ha (400 m x 400 m). Luas satu blok tersebut juga dikaitkan terhadap kepentingan penetapan kesatuan contoh daun (KCD).
  • 34.
  • 35.
  • 36.
  • 37. Adapun lingkup hunbungan kemitraan meliputi : 1. Penyediaan Lahan Lahan yang dimaksud harus memenuhi kriteria KESESUAIAN LAHAN ( Suitable) dari aspek teknis, TERJAMIN dari aspek Legal dan KONDUSIF secara Sosial. 2. Pembangunan Perkebunan Inti bertanggung Jawab membangun Kebun sesuai kriteria pada standar aplikasi agronomis yang baik, menjadi penjamin pasar hasil produksi kebun plasma dengan menyediakan pabrik pengolahan TBS, memberikan kesempatan pertama pada anggota plasma untuk menjadi tenaga kerja perkebunan dll. 3. Pembiayaan Inti bertanggung jawab mengupayakan sumber dana perbankan untuk plasma dan bertindak selaku Avalist serta proses pengembalian hutang petani plasma.
  • 38.
  • 39. Sosialisasi Kegiatan Proyek Perubahan Persepsi Masyarakat • Proses diseminasi dan pembelajaran tentang norma-norma yang berlaku sehingga dapat berperan dan diakui oleh kelompok masyarakat yang menjadi sasaran program/proyek. • Pada tingkat implementasi program/proyek, upaya penyebarluasan informasi (program, kebijakan, peraturan) dari satu pihak (pemrakarsa program, kebijakan, peraturan) kepada pihak-pihak lain (aparat, masyarakat yang terkena program, dan masyarakat umum). • Isi informasi yang disebarluaskan harus menyeluruh sesuai dengan tujuan program, seperti : Informasi dan materi yang disosialisaikan meliputi : kebijakan operasional program/rencana usaha pada seluruh tahapan kegiatan baik pada tahap pra-operasi, operasi, panduan dan standar kinerja yang digunakan, hasil kegiatan, lessons learned dari pengalaman baik (best practices) proyek yang sama untung ruginya ada proyek, dampak positip dan negatip proyek, program CD atau CSR yang dirancang untuk masyarakat, pola kemitraan, system rekruitmen tenaga kerja, hak dan kewajiban perusahaan dan masyarakat, kebijakan exit strategy dan rencana pasca operasi.
  • 40. Perijinan Pengelolaan Usaha Budidaya Perkebunan • Kebijakan teknis terbaru yang terkait dengan perizinan usaha perkebunan telah diatur secara operasional oleh Menteri Pertanian melalui Permentan No.26/Permentan/OT.140/2/2007 tentang Pedoman Perizinan Usaha Perkebunan. • Di dalam permentan tersebut, yaitu Pasal 5 dan Pasal 6, menginformasikan bahwa untuk usaha budidaya tanaman perkebunan dengan luasan lahan lebih dari 25 hektar WAJIB memiliki Izin Usaha Perkebunan untuk Budidaya (IUP-B), • Untuk luasan lahan kurang dari 25 hektar cukup didaftarkan dengan bukti Surat Tanda Daftar Usaha Budidaya Perkebunan (STD-B) dari Bupati/Walikota. • Terkait dengan pola usaha perkebunan, Pasal 22 UU No.18/2004 menyebutkan bahwa Perusahaan perkebunan melakukan kemitraan yang saling menguntungkan, saling menghargai, saling bertanggungjawab, saling memperkuat dan saling ketergantungan dengan pekebun, karyawan dan masyarakat sekitar.
  • 41. • Adapun Pola kemitraan usaha perkebunan dapat berupa kerjasama penyediaan sarana produksi, kerjasama produksi, pengolahan dan pemasaran, transportasi, kerjasama operasional, kepemilikan saham dan jasa pendukung lainnya. • Adapun berdasarkan ketentuan sebagaimana tercantum dalam Pasal 11 Permentan No. No.26/Permentan/OT.140/2/2007 tentang Pedoman Perizinan Usaha Perkebunan, dinyatakan bahwa Perusahaan yang memiliki IUP-B wajib membangun kebun untuk masyarakat sekitar paling rendah seluas 20% (dua puluh persen) dari total luas areal perkebunan yang diusahakan oleh perusahaan. • Pembangunan kebun masyarakat untuk masyarakat tersebut dapat dilakukan antara lain melalui pola kredit, hibah atau bagi hasil yang dilakukan bersamaan dengan pembangunan kebun yang diusahakan oleh perusahaan.
  • 42. • UU No.18/2004 memuat ketentuan bahwa usaha industri pengolahan hasil perkebunan adalah kegiatan penanganan dan pemrosesan yang dilakukan terhadap hasil tanaman perkebunan yang ditujukan untuk mencapai nilai tambah yang lebih tinggi. • Pencapaian nilai tambah tersebut dapat dilakukan di dalam atau di luar kawasan pengembangan perkebunan dan dilakukan secara terpadu dengan usaha budidaya tanaman perkebunan, sebagaimana dimaksud di dalam Pasal 27 ayat (3). • Disamping itu, usaha industri pengolahan hasil perkebunan harus dapat menjamin ketersediaan bahan bakunya dengan mengusahakan budidaya tanaman perkebunan sendiri, melakukan kemitraan dengan pekebun, perusahaan perkebunan dan atau bahan baku dari sumber lainnya, sebagaimana dimaksud di dalam Pasal 17 UU No.18/2004 dimaksud.
  • 43. • Guna menegaskan keterjaminan pasokan bahan baku bagi usaha industri pengolahan hasil perkebunan, maka Menteri Pertanian melalui Permentan No.26/Permentan/ OT.140/2/2007 mengatur mengenai keharusan bagi usaha industri pengolahan hasil kelapa sawit memenuhi paling rendah 20% kebutuhan bahan bakunya dari kebun yang diusahakan sendiri, sebagaimana termuat dalam ketentuan Pasal 10 Permentan dimaksud. di dalam atau di luar kawasan pengembangan perkebunan dan dilakukan secara terpadu dengan usaha budidaya tanaman perkebunan, sebagaimana dimaksud di dalam Pasal 27 ayat (3). • Disamping itu, usaha industri pengolahan hasil perkebunan harus dapat menjamin ketersediaan bahan bakunya dengan mengusahakan budidaya tanaman perkebunan sendiri, melakukan kemitraan dengan pekebun, perusahaan perkebunan dan atau bahan baku dari sumber lainnya, sebagaimana dimaksud di dalam Pasal 17 UU No.18/2004 dimaksud.
  • 44. • Terkait dengan Perizinan usaha, Permentan Nomor 26/Permentan/OT.140/2/2007 mengatur bahwa untuk usaha industri pengolahan hasil perkebunan yang WAJIB mendapat Izin Usaha Perkebunan untuk pengolahan (IUP-P) adalah yang memiliki kapasitas produksi pengolahan 5 ton tandan buah segar per jam. Sedangkan untuk yang berkapasitas dibawah dari kapasitas tersebut cukup mendaftarkannya yang kemudian dibuktikan dengan Surat Tanda Daftar Usaha Industri Pengolahan Hasil Perkebunan (STD-P) yang diterbitkan oleh Bupati/Walikota. • Dari uraian diatas jelas, bahwa IUP adalah wajib di miliki sebelum mulai melaksanakan pembangunan Perkebunan, namun IUP itu sendiri tidak akan diterbitkan oleh Bupati atau Gubernur sebelum pengusaha melaksanakan AMDAL diatas lahan yang sudah dipilih.
  • 45. a. Izin Usaha Perkebunan (IUP) diberikan oleh : – Gubernur, apabila lokasi lahan usaha perkebunan berada pada lintas wilayah daerah Kabupaten dan atau Kota; – Bupati atau Walikota, apabila lokasi lahan usaha perkebunan berada diwilayah daerah Kabupaten atau Kota. b. Izin Usaha Perkebunan berlaku selama perusahaan masih melakukan pengelolaan perkebunan secara komersial yang sesuai standar teknis dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta memenuhi seluruh kewajiban yang telah ditetapkan. Usaha perkebunan dapat dilakukan oleh perorangan warga negara Indonesia atau badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia meliputi Koperasi, Perseroaan Terbatas (PT), Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).
  • 46. Persyaratan izin usaha perkebunan: • Akte pendirian atau perubahannya yang terakhir, • Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), • Surat Keterangan Domisili, • Rencana kerja usaha perkebunan, • Rekomendasi lokasi dari instansi pertanahan, • Pertimbangan teknis ketersediaan lahan dari instansi kehutanan sepanjang kawasan hutan, • Rekomendasi teknis kesesuaian lahan dari Kepala Dinas yang membidangi usaha perkebunan Provinsi, Kabupaten atau Kota setempat yang didasarkan pada perencanaan makro, perwilayahan komoditi dan RUTR, • Pernyataan mengenai pola pengembangan yang dipilih dan dibuat dalam akte notaris, • Peta calon lokasi dengan skala 1: 100.000, • Surat persetujuan dokumen AMDAL dari komisi AMDAL daerah.
  • 47. Proses perijinan untuk kawasan hutan konversi dan APL dapat dilihat dibawah ini :
  • 48. Benih Kelapa Sawit • Sasaran utama dari perkebunan kelapa sawit adalah menghasilkan YIELD atau produktifitas TBS ton per hektar atau produktifitas CPO ton per hektar yang tinggi. Faktor faktor yang sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produktifitas tanaman, diantaranya adalah kualitas dan karakteristik bahan tanaman atau benih yang ditanam. • Benih dan Pembibitan merupakan langkah awal dari seluruh rangkaian kegiatan budidaya tanaman kelapa sawit dan bersifat monumental, artinya kesalahan memilih benih hari ini, risikonya akan ditanggung selama 30 tahun.
  • 49. Produksi Benih • Varietas unggul kelapa sawit adalah varietas Dura sebagai induk betina dan Pisifera sebagai induk jantan DURA x PISIFERA (D xP) • Kebanyakan berbasis pada Deli dura yang berasal dari – Chemara, Banting, DOA/MARDI/MPOB, Dami, Socfindo, Dabou Sumber Utama pisifera – AVROS, NIFOR (Calabar), Ekona, Yangambi, La Me
  • 53. Asumsi dan Proyeksi • Setelah tahap investigasi lahan dan persiapan selesai dilakukan, dan sebelum memulai tahap selanjutnya yakni tahap pembangunan dan konstruksi, maka yang perlu dilakukan adalah membuat perencanaan pembiayaan proyek (Master Budget). Seperti diketahui, sebuah master budget akan memerlukan asumsi-asumsi dan proyeksi yang menyangkut produksi dan penjualan.
  • 54. Asumsi Asumsi Penetapan asumsi antara lain didasarkan atas ; a) Karakteristik harga CPO dengan tinjauan trend perubahan harganya selama satu kurun waktu tertentu (misalnya 5 – 10 tahun terakhir), untuk kemudian dihitung besarnya harga rata rata dari periode waktu tersebut. Ada juga yang membuat perhitungan harga CPO berdasarkan asumsi kenaikan pertahun, namun dengan cara ini, asumsi harga CPO pertahun akan jauh meleset dari kenyataan (karena harga CPO selalu berubah sesuai kehendak pasar) dan mempersulit perhitungan budget itu sendiri. Perlu dipahami bahwa Prinsip utama dari bisnis komoditi seperti kelapa sawit adalah menekan biaya yang sekecil kecilnya dengan meningkatkan produksi yang se tinggi tingginya. Dengan demikian, ketika harga CPO jatuh ke titik yang rendah, harga tersebut masih diatas dari biaya yang dikeluarkan. Oleh karenanya penetapan asumsi harga CPO, sebaiknya dibuat pesimis namun realistik;
  • 55.
  • 56. b) karakteristik produktifitas berdasarkan perubahan umur tanaman dan zona kesesuaian lahan serta kerapatan tanam per hektar seperti berikut : – Kerapatan Tanam 136 pohon per hektar, – Panen dimulai pada tahun ke 4 setelah tanam, produksi maximum dicapai antara tahun ke 9 hingga tahun ke 15 – Produksi TBS per hektar bervariasi antara 17 - 30 ton per hektar, tergantung umur tanaman , kesuburan tanah and perlakuan teknis agronomis. – Rendemen CPO bervariasi antara 21 - 23 % and Kernel antara 3 - 5 % ;
  • 57. c) Perkiraan nilai tukar rupiah terhadap mata uang US dollar yang asumsikan tetap untuk kurun waktu yang panjang; dan d) asumsi rencana tanam berdasarkan ketersediaan lahan serta e) Perkiraan kenaikkan inflasi per tahun dalam persen.
  • 59. Contoh Potensi Produksi Kelapa Sawit S1, S2, S3 : tingkat kesesuaian lahan sesuai dengan persyaratan kebutuhan lahan
  • 60. Proyeksi • Perhitungan proyeksi produksi dan proyeksi penjualan dengan mudah dapat diperhitungkan berdasarkan asumsi asumsi yang ditetapkan sebelumnya. Semua perhitungan proyeksi, baik proyeksi produksi maupun proyeksi penjualan selalu akan mengacu pada Rencana Tanam dan potensi produktiftas serta asumsi harga yang telah ditetapkan.
  • 63. Tahap Pembangunan dan Konstruksi Tipikal Aktifitas – Pembibitan (Nursery establishment) – Pembangunan Akses Jalan ( Access road) – Pembuatan Bangunan Sementara ( Base camp) – Pembersihan Lahan (Site clearing - underbrushing & clear felling) – Pengelolaan Biomass (Biomass management & disposal) – Perataan Tanah, pemaritan dan Jaringan penyiraman (Earthworks, drainage & irrigation) – Penanaman Kecambah dan Pemeliharaan (Planting and maintenance of seedlings)
  • 64. Pembukaan Lahan (Site preparation) • Pembangunan Akses Jalan ( Access road) • Pembuatan Bangunan Sementara ( Base camp) • Utilities provision • Pembersihan Lahan (Site clearing - underbrushing & clear felling) • Pengelolaan Biomass (Biomass management & disposal) • Land clearing, pemaritan , infrasruktur (Earthworks, drainage & infrastructure) • Penanaman Cover Crop
  • 65. Penanaman di Lapangan (Field establishment) • Pemancangan dan Lubang Tanam (Field lining & holing) • Seleksi Bibit terakhir (Final culling) • Penanaman di Lapangan (Transplanting) Perawatan & Panen (Maintenance & harvesting) • Aplikasi Pemupukan (Fertilizer application) • Penggunaan dan Kontrol Bahan Kimia (Use of control agro-chemicals) • Perawatan Tanaman (General field upkeep) • Panen (Harvesting) • Angkutan Tandan Buah Segar ke Pabrik ( Transportation of fresh fruit bunches to oil mill)
  • 66. • Sebelum aktifitas pembukaan lahan dimulai, harus dipastikan bahwa bahan tanaman kelapa sawit sudah di pesan dari sumber benih bersertifikat. Pemesanan kecambah sebaiknya dilakukan 3 - 6 bulan sebelum pembibitan dimulai dan persiapan lapangannya agar disesuaikan dengan jadwal kedatangan kecambah.Bahan tanaman kelapa sawit disediakan dalam bentuk kecambah (germinated seed). Untuk kerapatan tanam 130 pohon/ha, diperlukan 180 - 185 kecambah/ha. • Harga kecambah yang ditawarkan oleh masing masing sumber benih berbeda beda, dengan kisaran antara Rp 7000 hingga Rp. 11.000,- per kecambah. Seleksi bibit di pembibitan dalam rangka memilih bibit yang jagur untuk ditanam di lapangan adalah penting untuk dilakukan agar potensi produksi yang diharapkan dapat terpenuhi. Oleh karena itu , Sumber benih manapun yang dipilih, pemesanan kecambah harus selalu ditambah 35% - 40% dari jumlah kebutuhan bibit untuk ditanam di lapangan.
  • 68. • Jadwal pembibitan dibuat tersendiri dan jadwal pembukaan lahan serta penanaman tersendiri pula. Mengingat sebagian pekerjaan akan menghadapi tantangan alam maka pekerjaan tersebut harus disesuaikan dengan keadaan yang akan terjadi. Jadwal kerja ini tergantung pada kondisi setempat dan hendaknya disesuaikan dengan keadaan iklim, sarana, tenaga kerja dan dana yang tersedia. • Telah disinggung dimuka bahwa pemesanan kecambah harus dilakukan 3-6 bulan sebelum pembibitan dimulai dan kegiatan pembibitan dimulai 1 tahun sebelum penanaman di lapangan. Demikian pula pemesanan alat-alat berat, instalasi penyiraman, pencarian tenaga kerja, menghubungi calon pemborong dan lain- lain.
  • 69. 1 ha Lahan Pembibitan = +/- 100 ha Lahan Tanam = 15.000 bibit dlm polybag besar = +/- 2 hari untuk Penyiapan 1 ha Lahan Pembibitan dengan menggunakan Alat Berat Pre-Nursery Ukuran Seedling bed 10 x 1,2 m Peletakan polybag 100 x 10 Daya tampung kecambah per bed = 1000 kecambah’ Ukuran Polybag = 14 cm x 25 cm x 0,1 cm , dengan 250 lubang Jenis Polybag black UV stabilized Pengisisan Tanah dilakukan 2 minggu sebelum kecambah datang. Tanah yang digunakan harus Top Soil, Pupuk phosphorus (P) dicampur dengan Tanah sebelum di isi kedalam polybag. Fasilitas Penyiraman harus sudah tersedia, sejak kecambah di tanam pada polybag.
  • 70. Main Nursery Persiapan fasilitas Penyiraman harus sudah selesai 1 bulan sebelum pemindahan bibit dari pre nursery ke main nursery. Pengisian tanah di polybags harus sudah selesai untuk menerima pemindahan bibit dari pre nursery sesuai jumlah bibit yang akan dipindahkan dan terus berlanjut sampai siap untuk menampung semua kecambah. Ukuran Polybag 50 cm x 40 cm x 0,2 cm, 500 lubang , jenis black UV stabilized) Pompa dan mesin berkapasitas 30 kva untuk melayani 10 ha bibit di main nursery Jumlah pipa dan perlengkapannya harus di hitung sesuai design di lapangan. Lihat gambar design pembibitan dibawah ini
  • 71. Design Jaringan Pipa Pembibitan 10 Ha
  • 72. Design Jaringan Pipa Pembibitan Per Ha
  • 73. Norma Tenaga Kerja dan Mesin Penyiapan Lahan untuk Pembibitan per Hektar (Ex Hutan)
  • 74. Penyiapan Lahan untuk Pembibitan per Hektar (Ex Padang Ilalang) Catatan : Harga HK berdasarkan UMK yang berlaku Harga JKT (Jam Kerja Traktor) berdasarkan harga Sewa yang berlaku
  • 75. Norma Kebutuhan HK, Material dan Peralatan untuk Pre Nursery
  • 76. Norma Kebutuhan HK, Material dan Peralatan untuk Main Nursery
  • 77. Perhitungan Upah Harian Tetap NOTE : Premium & Overtime = 20 % To Normal Wage (Estimate ) Medical & Social Expenses = 10 % To Normal Wage (Estimate ) Rice Allowance = Worker - 15 Kg Dependant Wife - 9 Kg 3 Children - 22.5 Kg (7.5 Kg/CHILD (MAXIMUM 3 HILDREN ) TOTAL - 46.5 Kg Estimate Price Of Rice = Rp. 6.000 / Kg = USD 0.64/Kg TOTAL RICE ALLOWANCE (IN Rp ) = Rp. 279,000 / MONTH = Rp. 11,160 /Day 1 Month = 25 Days Pekerja Harian Lepas tidak diberikan tunjangan no 3 dan 4
  • 78. Pembukaan Lahan • Pembangunan kebun pada umumnya dilakukan secara bertahap disesuaikan dengan kemampuan dana, sumberdaya manusia dan keadaan lainnya, walaupun pembukaan lahan sekaligus seluas 6.000 & 12.000 ha dapat dilakukan jika semua fasilitas tersedia. • Tahapan luas kebun yang dibangun juga harus diperhitungkan, agar pabrik yang akan dibangun 1-2 tahun kemudian dapat mengolah secara optimal atau tidak terlalu lama mengalami idle capacity& Kondisi areal yang akan dibuka tidak selalu sama baik ditinjau dari segi vegetasi, topografi, tata guna lahan dan drainasenya. • Berdasarkan keadaan vegetasi, ada beberapa kemungkinan yaitu: – Hutan Primer: hutan yang belum pernah dikelola manusia, dengan kerapatan pohon padat. – Hutan sekunder: hutan yang pernah dikelola manusia, dengan kerapatan pohon lebih sedikit dan terdapat pohon yang telah ditanam. – Areal Lalang: areal bekas perladangan yang telah ditinggal dan ditumbuhi alang-alang – Areal Konversi: areal yang sebelumnya diusahakan dengan komoditi tertentu misal bekas karet, kopi, kelapa sawit dan lain-lain.
  • 79. 1. Rintisan Areal • Kondisi areal yang akan dibuka perlu diketahui lebih dulu untuk menentukan sistem yang akan digunakan dalam pembukaan areal tersebut. Setelah diketahui kondisi lokasi dan luas yang akan dibuka pada tahun pertama, maka dilakukan rintisan yang serupa dengan rintisan pada pembuatan studi kelayakan, namun lebih mendetail untuk mengetahui secara pasti vegetasi, topografi, sumber air, drainase serta batas dan luas areal. Selanjutnya berdasarkan peta hasil rintisan dibuat perencanaan jalan, lokasi pemondokan sementara, pembagian blok besar dan kecil untuk persiapan pemborongan pekerjaan, arah pembukaan lahan dan lain-lain. • Selanjutnya dilakukan pengukuran dan penataaan blok yang dimulai dengan penentuan batas areal. Setelah itu dibuat rintisan untuk jalur pengukuran dan pemasangan patok. Patok yang dicat putih dipasang setiap jarak 25 m dan patok merah dipasang di setiap sudut blok.
  • 80. 2. Pembukaan Lahan Hutan Tanpa Bakar (Zero Burning) • Udara bersih yang bebas dari pencemaran asap merupakan manfaat utama dari pembukaan hutan dengan teknik tanpa bakar, disamping adanya peningkatan kandungan bahan organik dan anorganik sebagai akibat pembusukan kayu secara alami. Dengan peningkatan kandungan bahan organik dan anorganik tanah, maka akan meningkatkan kesuburan fisik dan kimia tanah, misalnya perbaikan tekstur tanah, meningkatnya kapasitas penahanan air dan kapasitas tukar kation, menurunkan plastisitas tanah dan kohesi tanah serta meningkatkan kandungan hara. • Aktifitas pembangunan fisik perkebunan tidak dikupas seluruhnya, karena fokus pembahasan pada artikel ini adalah perencanaan, terutama yang menyangkut perencanaan perolehan lahan, perencanaan tata ruang kebun dan perencanaan pembiayaan.
  • 82. Tenaga Kerja dan Kebutuhan Dasar Lainnya • Kebutuhan mendasar untuk membangun dan mengelola Perkebunan Kelapa Sawit misalnya dalam hal ini seluas 7,000 Ha. • Satu Kontraktor rata rata mampu membuka lahan seluas 1,800 ha per tahun atau 150 ha per bulan (tanpa bakar dan vegetasi hutan sekunder) • Mempersiapkan pembelian kecambah sebanyak 1 250 000 butir yang disesuaikan dengan tahapan pembukaan lahan per tahun • Mempersiapkan lahan pembibitan lengkap dengan instalasi penyiraman seluas lebih kurang 100 Ha • Kebutuhan tenaga kerja untuk 7,000 Ha kebun tertanam • Housing Facilities for Staffs & workers (Fasilitas Perumahan) • Estate Office (Kantor Administratur) & Field Offices (Kantor Kebun) • Vehicles (Kendaraan untuk tenaga Staff) • Pembangunan Pabrik Kelapa Sawit ( 30 ton FFB/ jam extendable ke 45 ton FFB/ jam
  • 83. Kebutuhan Tenaga 7.000 ha 1 Estate Manager (Administratur) 1 Mill Manager untuk pabrik kapasitas 45 T/jam 1 Senior Asistant Manager (KTU) - Administration 1 Senior Assistant Manager (ASKEP) - Community Relation 2 Senior Asistant Managers (ASKEP) – Field/Agronomic 2 Infrastructure & Transport Sub Divisional Managers 8 Field Assistant Managers (Asisten Lapangan) 5 Administration Assistant Managers (Asisten Administrasi) 5 Mill Assistant Managers (Asisten Pabrik) 2 Community Relation Officers 15 1st Field Mandore (Mandor 1) 15 1st Mill Mandore (Mandor 1) 12 Officers/ Administration Officer (Mandor 1) 50 Mandore/Foreman 700 Workers for Field Maintenance ( contractual basis) 450 Harvesters (permanent workers/SKU)
  • 84. Perkiraan Biaya Pembangunan Kebun Berikut ini diberikan contoh biaya investasi pembangunan perkebunan kelapa sawit. Angka angka didalamnya belum tentu sesuai di lokasi lain, namun cukup memberikan gambaran tentang aktifitas dan proporsi biayanya.
  • 85.
  • 86. Rangkuman Telah disinggung dimuka bahwa kegiatan pembangunan perkebunan kelapa sawit pada areal yang luas umumnya dilaksanakan secara tahap demi tahap. Setiap tahap dibagi kedalam aktifitas biaya seperti biaya kecambah dan pembibitan, Land Clearing dan penanaman palma, pemeliharaan tahun pertama, tahun kedua dan tahun ketiga dimasa TBM. Semua perkiraan biaya ini harus dievaluasi setiap tahun karena mungkin ada pengaruh dari perubahan biaya input. Biaya pembangunan perkebunan meliputi semua biaya investasi kecuali biaya perolehan tanah. Variasi biaya terutama pada biaya land clearing terutama disebabkan oleh vegetasi dan jenis tanah (mineral, gambut atau berbukit bukit). Variasi biaya per ha lainnya juga dipengaruhi oleh aplikasi pemupukan, drainase, pemeliharaan jalan dan teras. Biaya Penanaman baru dan biaya pemeliharaan pada masa TBM akan meningkat seiring dengan naiknya biaya upah (UMK) dan kenaikan harga material input karena inflasi. Perkiraan Biaya land clearing, adalah kurang lebih mirip dengan perkiraan kebutuhan tenaga kerja, material dan alat berat untuk penyiapan lahan pembibitan seperti telah diuraikan dimuka.