SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 28
MATAHARI SEBAGAI BINTANG


                           MAKALAH


diajukan guna melengkapi tugas Fisika Bumi dan Antariksa kelas A




                       Oleh : Kelompok 9
         Rieska Vita Diyanti          (100210102021)
          Ajeng Puspaningrum          (100210102025)
         Fitra Dwi Ariangga           (100210102027)
          Millathina Puji Utami       (100210102029)
         Evin Andriani                (100210102034)
          Halimatus Sa’diyah          (100210102051)
         Devi Indah Permatasari       (100210102090)


         PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
               JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
                  UNIVERSITAS JEMBER
                               2011


                                                                   1
DAFTAR ISI


                                                                                                        Halaman

HALAMAN JUDUL....................................................................................... 1

DAFTAR ISI .................................................................................................. 2
PRAKATA ...................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1

               1.1 Latar Belakang.......................................................................... 4

               1.2 Rumusan Masalah..................................................................... 5

               1.3 Tujuan....................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 6

               2.1       Matahari sebagai bintang..................................................... 6

               2.2       Asal Usul Bintang................................................................ 11

               2.3       Jarak Bintang........................................................................ 13

               2.4       Gerak Bintang...................................................................... 15

               2.5       Magnitudo Bintang............................................................... 19

BAB III PENUTUP.......................................................................................... 22
               3.1       Kesimpulan........................................................................... 22

               3.2       Saran..................................................................................... 22


LAMPIRAN LATIHAN SOAL........................................................................ 23
DAFTAR PUSTAKA




                                                                                                                         2
PRAKATA




       Segenap puji syukur penyusun panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa
Allah SWT yang telah memberikan ridhonya atas terselesaikannya makalah ini.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Fisika, Bumi dan
Antariksa pada Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Jember.

       Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh
karena itu penyusun ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua
pihak yang tidak dapat disebutkan satu per–satu yang telah memberikan bantuan
dalam penyelesaian makalah ini.

       Besar harapan penyusun bila segenap pemerhati memberikan kritik dan
saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan selanjutnya.
Akhirnya penyusun berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Amin.




                                                       Jember, April 2011



                                                       Penyusun




                                                                            3
BAB I

                             PENDAHULUAN



1.1.    LATAR BELAKANG

            Pada era yang kita katakan modern saat ini, perkembangan ilmu
    astronomi sudah sedemikian maju. Seiring dengan banyaknya penemuan-
    penemuan terbaru membuat ilmu ini semakin berjalan dinamis. Teori-teori
    mengenai jagad raya pada umumnya serta tatasurya pada khususnya selalu
    terus diuji kevaliditasannya. Tatasurya tak ubahnya merupakan ’halaman
    belakang’ rumah astronomi kita. Di luar itu, terhampar samudera jagad raya
    yang seolah tanpa batas yang menunggu untuk diarungi. Sementara itu,
    perkembangan pengetahuan tata surya yang memanfaatkan instrumentasi
    bertekhnologi tinggi dan berbagai wahana mutakhir yang dikirim membuat
    kita harus selalu merevisi koleksi buku-buku astronomi kita. Matahari, sebagai
    ”aktor” utama dibalik segala macam hal yang terjadi di tata surya, merupakan
    salah satu topik pembahasan yang paling menarik untuk diikuti. Pada tulisan
    yang singkat ini, akan sedikit dijelaskan beragam fakta mengenai matahari
    termasuk struktur dan sejarah kelahirannya serta pengaruhnya terhadap
    lingkungan sekitarnya.

           Para ahli astronomi dahulu kala mengira Bumi adalah pusat tatasurya,
    bahkan beberapa diantaranya mengira bumi adalah pusat alam semesta. Semua
    benda langit seperti matahari, bulan, bintang dan planet bergerak mengitari
    bumi. Pandangan ini dikenal dengan teori ”Geosentris” (berarti bumi sebagai
    pusat), yang dikemukakan oleh seorang astronom Yunani-Mesir bernama
    Claudius Ptolemeus pada pertengahan abad ke-2 SM lewat bukunya yang
    terkenal ”Almagest”, atas dasar pandangan Pytagoras dan Aristoteles.

           Setelah bertahan selama lebih dari 1500 tahun, pendapat ini ternyata
    keliru. Pada tahun 1543, seorang astronom Polandia bernama Nicolaus


                                                                                4
Copernicus, lewat bukunya yang berjudul ”De Revolutionibus Orbium
    Coelestium”, berpendapat bahwa semua planet – termasuk Bumi – bergerak
    mengitari matahari. Teori ini dikenal dengan teori ”Heliosentris” (berarti
    matahari sebagai pusat)1, teori ini semakin kuat setelah pada awal abad ke-16,
    astronom Austria bernama Johannes Keppler menemukan hukum peredaran
    planet atau yang dikenal dengan Hukum Keppler. Ia mendasarkan teorinya
    pada hasil pengamatan gerak planet Mars sehingga teorinya benar-benar
    merupakan hasil analisis data empiris. Penemuan astronom Italia bernama
    Galileo Galilei pada tahun 1610 akan adanya 4 satelit Jupiter dapat disebut
    turut mendukung konsep Heliosentris. Dalam teori ini, matahari-lah yang
    merupakan pusat tata surya dan bukan bumi. Dengan begitu, matahari
    memegang peranan yang sangat penting dalam segala dinamika yang terjadi di
    tata surya.

            Dari uraian diatas, marilah kita tinjau kembali bagaimana Matahari
    penting keberadaannya bagi tata surya yang akan disajikan dalam makalah.




1.2.    RUMUSAN MASALAH

            Berkaitan dengan uraian latar belakang di atas, maka beberapa
    permasalahan yang dapat dirumuskan dalam makalah ini sebagai berikut :

    a. Bagaimana struktur matahari sebagai bintang?
    b. Bagaimana asal-usul bintang?
    c. Bagaimana jarak dan gerak bintang?
    d. Apa dan bagaimana magnitudo sebuah bintang?



1.3.    TUJUAN




                                                                                5
Berdasarkan rumusan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam
      pemaparan makalah ini adalah :

      a. Mengetahui struktur bintang
      b. Mengetahui proses kehidupan bintang
      c. Mengetahui jarak, gerakan, serta magnitudo bintang


                                       BAB II

                              PEMBAHASAN



2.1      Struktur Matahari sebagai Bintang




         Bintang adalah benda angkasa yang mempunyai cahaya sendiri dan gas
pijar. Kekuatan cahaya bintang ditentukan berdasarkan magnitude (tingkat
terang). Matahari disebut bintang karena matahari mampu menghasilkan dan
memancarkan cahaya sendiri melalui reaksi fusi nuklir. Matahari merupakan

                                                                            6
bintang terdekat dengan bumi yang menjadi pusat dari tata surya, sehingga
matahari mampu “manarik dan mengatur” anggota tata surya lainnya. Cahaya
matahari dibandingkan bintang yang lain terasa lebih cemerlang. Hal itulah yang
menyebabkan pada waktu siang hari kita tidak dapat melihat bintang selain
matahari.

       Matahari adalah bintang terdekat dengan Bumi dengan jarak rata-rata
149.680.000 kilometer (93.026.724 mil). Matahari serta kedelapan buah planet
(yang sudah diketahui/ditemukan oleh manusia) membentuk Tata Surya. Matahari
dikategorikan sebagai bintang kecil jenis G.

       Matahari adalah suatu bola gas yang pijar dan ternyata tidak berbentuk
bulat betul. Matahari mempunyai katulistiwa dan kutub karena gerak rotasinya.
Garis tengah ekuatorialnya 864.000 mil, sedangkan garis tengah antar kutubnya
43 mil lebih pendek. Matahari merupakan anggota Tata Surya yang paling besar,
karena 98% massa Tata Surya terkumpul pada matahari.

       Di samping sebagai pusat peredaran, matahari juga merupakan pusat
sumber tenaga di lingkungan tata surya. Matahari terdiri dari inti dan tiga lapisan
kulit, masing-masing fotosfer, kromosfer dan korona. Untuk terus bersinar,
matahari, yang terdiri dari gas panas menukar zat hidrogen dengan zat helium
melalui reaksi fusi nuklir pada kadar 600 juta ton, dengan itu kehilangan empat
juta ton massa setiap saat.

       Matahari dipercayai terbentuk pada 4,6 miliar tahun lalu. Kepadatan massa
matahari adalah 1,41 berbanding massa air. Jumlah tenaga matahari yang sampai
ke permukaan Bumi yang dikenali sebagai konstan surya menyamai 1.370 watt
per meter persegi setiap saat. Matahari sebagai pusat Tata Surya merupakan
bintang generasi kedua. Material dari matahari terbentuk dari ledakan bintang
generasi pertama seperti yang diyakini oleh ilmuwan, bahwasanya alam semesta
ini terbentuk oleh ledakan big bang sekitar 14.000 juta tahun lalu.




                                                                                 7
Matahari memancarkan energi dalam bentuk cahaya ke segala arah. Energi
yang dipancarkan tersebut, hanya sebagian kecil yang sampai di bumi. Namun
sejumlah energi yang kecil tersebut sudah cukup sebagai sumber energi di bumi.
Berdasarkan hasil penelitian, setiap 1 cm2 atmosfir bumi rata-rata menerima
energi matahari sebesar 2 kalori setiap menit (8,4 joule/menit). Nilai 2 kalori per
menit ini selanjutnya disebut konstanta matahari. Berdasarkan penelitian
diperoleh bahwa matahari merupakan bola gas yang sangat panas. Bola gas
tersebut terdiri atas 70 % gas hidrogen, 25 % gas helium, dan 5 % unsur-unsur
lain seperti gas oksigen, karbon, neon, besi, nitrogen, silikon, magnesium, nikel,
dan belerang (sulfur).

   Wujud matahari adalah bola gas berpijar yang sangat besar. Berpijarnya bola
gas tersebut disebabkan oleh adanya reaksi fusi di bagian inti matahari. Oleh
karena itu. inti matahari mempunyai suhu yang paling tinggi dibandingkan
bagian-bagian yang lain. Berdasarkan letaknya, susunan lapisan matahari dapat
dibedakan menjadi empat macam. Lapisan-lapisan tersebut mulai dari yang
terdalam berturut-turut adalah lapisan inti, fotosfer, kromosfer, dan korona.




                                                                                 8
•   Inti.

    Inti merupakan bagian yang paling dalam dari matahari. Suhu di lapisan
    ini diperkirakan mencapai l6 juta oC. Oleh karena itu, di lapisan inilah
    reaksi fusi dapat berlangsung. Energi hasil reaksi fusi dipancarkan ke luar
    secara radiasi.

•   Fotosfer (Lapisan Cahaya)

    Fotosfer merupakan permukaan matahari yang tebalnya kurang lebih 350
    km. Lapisan inilah yang memancarkan cahaya sangat kuat. Oleh karena
    itu. fotosfer juga disebut lapisan cahaya. Suhu di fotosfer diperkirakan
    rata-rata 6.000 oC. Pada suhu tersebut, suatu benda memancarkan cahaya
    berwarna kuning. Hal ini sesuai dengan cahaya matahari yang berwarna
    kekuning-kuningan.




                                                                             9
•   Kromosfer.

    Kromosfer merupakan lapisan gas dli atas fotoser yang tebalnya sekitar
    l6.000 km. Oleh karena itu, kromosfer sering disebut lapisan atmosfer
    matahari. Di lapisan bawah (dekat fotosfer). suhu kromosfer diperkirakan
    sekitar 4.000 oC. Makin ke atas. suhu kromosfer makin tinggi. Pada
    lapisan yang paling atas.,suhu kromosfcr diperkirakan mencapai 10.000
    o
     C. Kromosfer.hanya dapat dilihat pada saat terjadi gerhana matahari total.
    Pada saat itu. Kromosfer tampak seperti gelang atau cincin yang berwarna
    merah.

•   Korona.

    Korona mempakan lapisan matahari yang paling luar. lapisan ini juga
    sering disebut lapisan atmosfer matahari bagian luar. Korona juga
    merupakan lapisan gas yang sangat tipis. Gas tersebut sering tampak
    seperti mahkota putih cemerlang yang mengelilingi rnatahari. Oleh karena
    itu, lapisan gas tersebut disebut korona, artinya mahkota. Karena
    merupakan lapisan gas tipis. bentuk korona selalu berubah-ubah. Tebal
    korona diperkirakan mencapai 2,5 juta km. Adapun suhunya diperkirakan
    mencapai 1 juta oC Korona dapat diamati setiap saat dengan teleskop.
    Teleskop yang digunakan untuk mengamati korona disebut koronagraf.




                                                                            10
2.2    Asal Usul Bintang




       Setiap tahun, bintang-bintang terbentuk di dalam nebula yang sekaligus
merupakan bahan bakarnya. Melalui reaksi nuklir yang luar biasa, bintang
mengkonsumsi miliaran ton bahan bakar setiap detik. Cadangan hidrogen
matahari sangat besar sekitar 2000 miliar miliar ton sehingga reaksi nuklir yang
telah terjadi sejak 5 miliar tahun yang lalu tetap beranjt selama itu juga.

       Bintang terlahir di dalam awan hidrogen dan debu yang sangat besar yang
disebut nebula. Ledakan sebuah atau beberapa bintang disekitarnya memengaruhi
nebula, dan grafitasi mulai yang memegang. Awan lambat laun berkontraksi di
bawah pengaruh gravitasi, dan materi akan menggumpal secara alami. Awan
mulai berotasi dan temperaturnya meningkat. Embrio bintang (protostar)
terbentuk. Tak lama kemudian reaksi nuklir terjadi. Protostar membutuhkan
waktu 10 miliar tahun untuk kemudian menjadi sebuah bintang yang akan
bersinar sampai seluruh cadngan hidrosfer yang dimilikinya berubah menjadi
helium.




                                                                              11
Jika protostar tidak memiliki cukup massa untuk membangkitkan reaksi
nuklir, ia akan menjadi katai cokelat. Protostar dengan massa yang cukup akan
memicu proses fusi termonuklir dan mengawali kehidupan dewasanya sebagai
bintang deret utama. Ini seperti Matahari kita saat ini. Setelah 10 milir tahun,
bintang tersebut akan berubah menjadi raksasa merah dengan diameter 100
diameter Matahari dan ratusan kali lebih terang. Lambat laun, lapisan bagian luar
raksasa merah terlontar ke angkasa dan membentuk planetari nebula selama 1
miliar tahun. Kemudian, inti bintang akan terus berkontraksi hingga menjadi
seukuran bumi dan menjadi katai putih, objek dengan kerapatan luar biasa. Jika
katai putih memiliki bintang pasangan, akan menarik materialnya dan akan
menjadi nova 1 yang sangat terang. Bintang akan meredup terus hingga tidak
bersinar kembali. Setelah beberapa miliar tahun akan menjadi bintang mati, katai
gelap.




Nova




                                                                              12
Katai putih yang berubah menjadi sebuah bintang yang sangat terang
secara tiba – tiba disebut sebagai “bintang baru”. Diperkirakan terdapat puluhan
nova yang terbentuk setiap tahunnya di Galaksi Bimasakti. Proses yang
menyebabkan terjadinya nova dapat terjadi ketika sebuah bintang katai putih
dekat dengan bintang lainnya. Katai putih terkadang mengisap materi bintang
pasangannya. Materi tersebut berakumulasi di sekitar permukaannya dan
membentuk sebuah cakram akresi. Peningkatan temperatur, menyebabkan ledakan
besar. Nova tampak terang di langit. Dalam satu tahun, “bintang baru” tersebut
memancarkan energy lebih banyak dari yang dipancarkan Matahari selama satu
juta tahun.

2.3    Jarak Bintang




       Bintang yang terdekat dari kita setelah matahari (jarak 150.000.000 km)
adalah bintang Proksima Centauri yang berjarak 40.000.000 km. Begitu
banyaknya angka yang harus ditulis membuat astronom menggunakan satuan lain
untuk menyatakan jarak bintang. Dengan mengetahui bahwa dalam 1 detik cahaya
bergerak melintasi 300.000 km, maka astronom mendefinisikan satuan cahaya (1
tahun cahaya = 9,46 x 1012 km) sebagai acuan jarak bintang. Dengan demikian,
cahaya membutuhkan waktu sekitar 500 detik untuk sampai ke bumi dari
matahari, dan 4,3 tahun dari bintang Proksima Centauri. Dengan kata lain jarak
bumi-Proksima Centauri adalah 4,3 tahun cahaya.




                                                                             13
Penentuan jarak bintang baru dapat dilakukan pada abad ke-19, dan
dikenal dengan nama cara paralaks trigonometri. Akibat gerak edar bumi
mengelilingi matahari, maka bintang yang dekat akan terlihat bergeser letaknya
relative terhadap bintang-bintang yang lebih jauh. Bintang tersebut seolah
bergerak menempuh lintasan berbentuk elips yang sebenarnya merupakan
pencerminan gerak bumi. Jika sudut p adalah bentangan sudut yang dibentuk
antara posisi bintang saat tertentu relative pada saat acuan, maka dari trigonometri
sederhana dapat dirumuskan sebagai p = αo/α dengan αo adalah jarak matahari
bumi, dan α adalah jarak bumi ke bintang. Karena p sudut yang kecil. Maka jika
dinyatakan dalam radian dapat dituliskan sin p = αo /α.

       Sebagai ilustrasi, bintang 61 Cygni (di rasi Cygnus) diukur paralaksnya 0,3
detik busur, maka dengan rumus di atas dengan mudah dapat dihitung jaraknya
1014 km. Astronom kerapkali menggunakan satuan jarak parsek, yang
didefinisikan sebagai jarak bintang yang paralaksnya 1 detik busur. Hubungan
yang diperoleh adalah 1 parsek = 3,26 tahun cahaya.

       Tabel : Bintang-bintang yang terdekat dengan matahari yang sudah
ditentukan paralaksnya

         Bintang                Paralak s (“)         Jarak (pc)       Jarak (ly)

    Proxima Centauri                0,76                  1,31            4,27
     Alpha Centauri                 0,74                  1,35            4,40
         Barnard                    0,55                  1,81            5,90
        Wolf 359                    0,43                  2,35            7,66
      Lalande 21185                 0,40                  2,52            8,22
          Sirius                    0,38                  2,65            8,64




                                                                                    14
2.4    Gerak Bintang




       Bintang tidak diam, tetapi bergerak di ruang angkasa. Pergerakan bintang
ini sangat sukar diikuti karena jaraknya yang sangat jauh, sehingga kita melihat
bintang seolah-olah tetap diam pada tempatnya sejak dulu hingga sekarang.
Bila diamati, bintang selalu bergerak di langit malam, baik itu tiap jam maupun
tiap hari akibat pergerakan bumi relatif terhadap bintang (rotasi dan revolusi
bumi). Walaupun begitu, bintang sebenarnya benar-benar bergerak karena
mengitari pusat galaksi, namun pergerakannya itu sangat kecil sehingga hanya
dapat dilihat dalam pengamatan berabad-abad. Gerak semacam inilah yang
disebut gerak sejati bintang. Gerak sejati biasanya diberi symbol dengan µ dan
dinyatakan dalam detik busur pertahun. Bintang yang gerak sejatinya terbesar
adalah bintang Barnard dengan µ = 10”,25 per tahun (dalam waktu 180 tahun
bintang ini hanya bergeser selebar bulan purnama).




                                                                                   15
Gerak sejati bintang dibedakan menjadi dua berdasarkan arah geraknya, yaitu:
   1. Kecepatan radial              : kecepatan      bintang   menjauhi      atau
       mendekati pengamat (sejajar garis pandang).
   2. Kecepatan tangensial          : kecepatan bintang bergerak di bola langit
       (pada bidang pandang).

Sedangkan kecepatan total adalah kecepatan gerak sejati bintang yang sebenarnya
(semua komponen).

KECEPATAN RADIAL

       Kecepatan radial, seperti telah dijelaskan sebelumnya, adalah kecepatan
bintang menjauhi atau mendekati pengamat. Kecepatan ini biasanya cukup besar,
sehingga terjadi peristiwa pergeseran panjang gelombang. Kecepatan radial
bintang dapat diukur dengan metode Efek Doppler.




atau dengan pendekatan untuk vr<<c dapat digunakan versi nonrelativistik yaitu:




       Kebanyakan gerak bintang-bintang yang dapat diaamati geraknya
memiliki kelajuan yang jauh di bawah kelajuan cahaya, sehinggi kita gunakan saja
persamaan yang kedua. Penting untuk mengetahui kecepatan bintang dan galaksi
umumnya dinyatakan dalam km/s.

KECEPATAN TANGENSIAL

       Kecepatan tangensial adalah kecepatan gerak bintang pada bola langit.
Misalkan pada suatu tahun, bintang tersebut berada pada α,δ sekian, namun pada
tahun berikutnya posisinya berubah. Perubahan koordinat dalam tiap tahun ini


                                                                              16
disebut proper motion (μ) yang merupakan kecepatan sudut bintang (perubahan
sudut per perubahan waktu). Kecepatan liniernya dinyatakan dalam satuan
kilometer per detik. Kecepatan linier inilah yang dikatakan kecepatan tangensial,
yang dapat dicari dengan menggunakan rumus keliling lingkaran. Misal
perubahan posisi bintang dari x ke x’, yaitu sebesar μ (detik busur) setiap
tahunnya.

Perhatikan gambar gerak tangensial bintang :




d (parsec) dan μ (“)

kita juga memiliki hubungan d = 1/p untuk d dalam parsec dan p dalam detik
busur

Keliling = 360 º = 1296000”

Keliling = 2πd = 2π/p




dan mengingat definisi kecepatan sudut, v = ω d, maka:




                                                                              17
KECEPATAN TOTAL

        Di atas kita telah membahas kecepatan bintang dalam arah radial dan
tangensial, sekarang kita akan mencari kecepatan total bintang, v. Karena arah
sumbu radial dan tangensial tegak lurus, maka dengan mudah kita dapat
menyelesaikannya menggunakan dalil Pythagoras atau trigonometri. Ingatlah
sudut yang dibentuk antara sumbu radial dan vektor kecepatan bintang disebut
sudut β.




                                     Gambar : diagram kecepatan total

v2 = vr2 + vt2

vr = v cos β

vt = v sin β


                                                                           18
2.5    Magnitudo Bintang




       Bintang merupakan benda langit yang amat besar. Jika kita amati secara
seksama, maka warna bintang di langit berbeda – beda, ada yang kekuning –
kuningan, merah, dan biru. Dapat kita simpulkan ( dengan hokum Wien pada
fisika radiasi, dimana λmaks T = konstan ) bahwa bintang yang biru memiliki suhu
tinggi, sedang yang bersuhu rendah berwarna merah. Jadi, dengan mengamati
warna bintang astronom dapat mengukur suhu bintang tersebut. Pada
kenyataannya diperlukan alat ukur yang sangat teliti untuk keperluan pengukuran
warna bintang.

       Kalau diperhatikan, maka jelas kita memiliki kesan ada bintang yang
terang dan ada yang lemah cahayanya. Hipparchus (100 SM) mencoba secara
kuantitatif memberikan skala terang bintang dalam konsep magnitude, yang dalam
versi modernnya digambarkan sebagai berikut. Ua bintang yang salah satunya
lebih terang 100 kali memiliki magnitude 5 kali lebih kecil, atau dengan kata lain,




                                                                                19
jika E1 adalah fluks enegi bintang 1 dan E2 adalah fluks enegi bintang 2. m1 adalah
magnitude bintang 1, m2 adalah magnitude bintang 2, maka dapat dirumuskan:

                             m1 – m2 = -2,5 log(E2/E1)

       Terang bintang yang diukur di bumi hanyalah terang semu (magnitude
nisbi), yaitu terang yang kita lihat , bukan terang sebenarnya. Ada bintang yang
sebenarnya sangat terang, tetapi karena begitu jauhnya maka tampak redup.
Sebaliknya ada bintang yang sebenarnya tidak terlalu terang, tetapi karena dekat,
jadi tampak berkilau. Untuk mengetahui keadaan intrinsik suatu bintang,
astronom perlu mengetahui terang sebenarnya (terang mutlak) bintang, yakni
magnitude mutlak. Magnitude mutlak suatu bintang adalah terang bintang dalam
magnitude jika diamati dari jarak 32,6 tahun cahaya atau 10 parsek (pc), dan
dirumuskan:

                      m – M = -5+5log d(pc)

dengan m magnitude semu (nisbi), M magnitude mutlak, dan d(pc) adalah jarak
bintang dalam satuan parsek. Oleh karena itu, jarak sebuah bintang merupakan
informasi yang amat penting dalam astronomi.

       Dari pembicaraan mengenai matahari diungkapkan bahwa gelombang
elektromagnetik yang dipancarkan sebagai cahaya polikromatik dapat diuraikan
ke dalam warna – warna. Uraian cahaya inilah yangn disebut spectrum. Dengan
hokum Kirchoff untuk spectrum kontinu (malar), emisi dan absorbs, maka dasar
spektroskopi(ilmu penelaahan spectrum cahaya) dibentuk.

       Bila spectrum berbagai bintang diamati, terlihat pola garis spektrumnya
berbeda – beda. Astronom mengelompokkan spectrum bintang berdasarkan
kemiripan susunan garis spektrumnya. Klasifikasi spectrum bintang dalam
astronomi modern dinyatakan dengan symbol – symbol kelas spectrum O, B, A,
F, G, K, dan M. Untuk memudahkan mengingat urutan klasifikasi spectrum
bintang tersebut dibuat jembatan keledai sebagai berikut: “Oh Be A Fine Girl
(Cuy) Kiss Me” Awalnya perbedaan pola spectrum bintang diduga arena


                                                                                20
perbedaan komposisi kimiawi bintang, tetapi ternyata teori struktur dan angkasa
bintang modern menunjukkan bahwa penyebab utamanya adalah perbedaan suhu
bintang. Unsur dasar yang paling dominan dalam tubuh bintang adalah hydrogen,
diikuti oleh Helium dan dengan fraksi kecil sekali unsur – unsur atom berat.

Tabel Klasfikasi Spektrum Bintang

     Kelas spectrum                Suhu                        Warna
            O                   > 25.000 K                     Biru
            B                11.000 – 25.000 K                 Biru
            A                7.500 – 11.000 K                  Biru
            F                 6.000 – 7.500 K          Biru keputih – putihan
            G                 5.000 – 6.000 K        Putih kekuning – kuningan
            K                 3.500 – 5.000 K        Jingga kemerah – merahan
           M                     < 3.500 K                     Merah




                                    BAB III

                                    PENUTUP



                                                                               21
KESIMPULAN

          Berdasarkan hasil dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat
   diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

          1. Bintang adalah benda angkasa yang mempunyai cahaya sendiri dan
              gas pijar.

          2. Matahari terdiri dari adalah lapisan inti, fotosfer, kromosfer, dan
              korona.

          3. Bintang terlahir di dalam awan hidrogen dan debu yang sangat
              besar yang disebut nebula.

          4. Bintang yang terdekat dari kita setelah matahari (jarak 150.000.000
              km) adalah bintang Proksima Centauri yang berjarak 40.000.000
              km.

          5. Gerak sejati bintang dibedakan menjadi dua berdasarkan arah
              geraknya, yaitu kecepatan radial dan kecepatan tangensial.

          6. Terang suatu bintang dalam astronomi dinyatakan dalam satuan
              magnitudo




SARAN

       Matahari memegang peranan yang sangat penting dalam segala dinamika
yang terjadi di tata surya dimana merupakan dapur ilmiah raksasa tempat proses
ledakan nuklir yang sangat dahsyat. Dari sekian banyak pengetahuan tentang
matahari, tentunya hanya sedikit yang telah diketahui oleh manusia. Tatasurya
yang terlihat sekarang pun merupakan tatasurya yang sekedar telah teramati.
Masih banyak misteri yang belum terungkap yang terus ’menggelitik’ rasa



                                                                                   22
keingintahuan kita. Berbagai proyek sudah direncanakan. Pengiriman manusia ke
mars, penjelajahan koloni manusia, pencarian makhluk cerdas sebagai ’teman’ di
alam semesta maha luas ini dan sebagainya. Tentunya semua itu harus di dukung
oleh peralatan yang canggih bertekhnologi tinggi. Berharap dengan semakin
berkembangnya ilmu pengetahuan, termasuk jaringan kerjasama yang terkait
dengan astronomi dan berbagai bidang keilmuan lain, tentunya rasa optimis untuk
semakin menambah wawasan mengenai tatasurya secara khusus dan jagad raya
secara umum perlu dikedepankan pada generasi masa depan.




                                                                            23
LAMPIRAN LATIHAN SOAL

1. Berapakah kecerlangan sebuah bintang dibandingkan dengan kecerlangan
   semula apabila jaraknya dijauhkan 3 kali jarak semula?

   Jawab :

   Misalnya dA jarak semula dan kecerlangannya adalah EA, jarak sekarang
   adalah dB = 3dA dan kecerlangannya EB. Jadi,




   Jadi, setelah jaraknya dijauhkan 3kali dari jarak semula, maka kecerlangan
   bintang menjadi lebih redup sebesar 1/9kali kecerlangan semula.




2. Magnitudo mutlak sebuah bintang adalah M =5 dan magnitudo semunya
   adalah m = 10. Jika absorbsi oleh materi antar bintang diabaikan,
   berapakah jarak bintang tersebut ?

   Jawab :

   m = 10 dan M = 5, dari rumus Pogson




   Diperoleh,




                                                                          24
3. Tiga bintang diamati magnitudo dalam panjang gelombang visual (V) dan
   biru (B) seperti yang diperlihatkan dalam tabel berikut




                    No.             B      V

                    1        8,52         8,82

                    2        7,45         7,25

                    3        7,45              6,35

   a. Tentukan bintang nomor berapakah yang paling terang? Jelaskan
      alasannya !

   b. Bintang yang anda pilih sebagai bintang yang paling terang itu dalam
      kenyataannya apakah benar-benar merupakan bintang yang paling
      terang? Jelaskan alasannya !

   c. Tentukan bintang mana yang paling panas dan mana yang paling
      dingin? Jelaskan alasannya !




   Jawab :

   a. Bintang yang paling terang adalah bintang yang magnitudo visualnya
      paling kecil. Dari tabel tampak bahwa bintang yang magnitudo
      visualnya paling kecil adalah bintang no.3, jadi bintang yang paling
      terang adalah intang no.3




                                                                       25
b. Belum tentu karena terang suatu bintang bergantung pada jaraknya ke
      pengamat seperti tampak pada rumus




      dimana E adalah terang bintang, L luminositas bintang dan d adalah
      jarak bintang ke pengamat. Oleh karena itu, bintang yang sangat terang
      bisa tampak sangat lemah cahanya karena jaraknya yang jauh.

   c. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini kita tentukan dahulu
      indeks warna ketiga bintang tersebut, karena makin panas atau makin
      biru sebuah bintang maka semakin kecil indeks warnanya.




                        No.             B      V            B-V

                        1        8,52         8,82         -0,30

                        2        7,45         7,25          0,20

                        3        7,45              6,3          1,10
                                                     5

      Dari tabel di atas tampak bahwa bintang yang mempunyai indeks
      warna terkecil adalah bintang no.1. Jadi, bintang terpanas adalah
      bintang no.1.

4. Dari hasil pengamatan diperoleh bahwa puncak spectrum bintang A dan
   bintang B masing-masing berada pada panjang gelombang 0,35 µm dan
   0,56 µm. Tentukan bintang mana yang lebih panas, dan seberapa besar
   perbedaan temperaturnya?

   Jawab :




                                                                         26
Jadi, bintang A mempunyai            lebih pendek daripada bintang B.

       Menurut hukum Wien, bintang A lebih panas daripada bintang B.




       Jadi, temperatur bintang A lebih panas 1,6 kali daripada temperatur
       bintang B.




                              DAFTAR PUSTAKA



Anonim.2011.Matahari. di dalam http://id.wikipedia.org. tanggal akses 30-03

       2011.

Darmodjo & Kaligis.2004. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta:Pusat Penerbitan

       Universitas Terbuka.

Gunawan, Hans.2011.Belajar Astronomi. di dalam

       http://hansgunawan-astronomy.blogspot.com. tanggal akses 27-01-2011.

Klinken, Gerry Van.2008.Revolusi Fisika dari Alam Ghaib ke Alam Nyata.

       Jakarta:Gramedia Pustaka Utama



                                                                              27
Young, H.D.1998.Macmillan Encyclopedia Of Science.New York:Macmillan
      Reference.




                                                                       28

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Optik Geometris - Jarak benda, jarak bayangan dan jarak fokus
Optik Geometris - Jarak benda, jarak bayangan dan jarak fokusOptik Geometris - Jarak benda, jarak bayangan dan jarak fokus
Optik Geometris - Jarak benda, jarak bayangan dan jarak fokus
meift4h
 

Was ist angesagt? (20)

Bahan ajar model connected materi fotosintesis
Bahan ajar model connected materi fotosintesisBahan ajar model connected materi fotosintesis
Bahan ajar model connected materi fotosintesis
 
Pengukuran Jarak Fokus Lensa
Pengukuran Jarak Fokus LensaPengukuran Jarak Fokus Lensa
Pengukuran Jarak Fokus Lensa
 
Tts fisika
Tts fisikaTts fisika
Tts fisika
 
sistem koordinat vektor (kartesian, silindris, bola)
sistem koordinat vektor (kartesian, silindris, bola)sistem koordinat vektor (kartesian, silindris, bola)
sistem koordinat vektor (kartesian, silindris, bola)
 
Optik Geometris - Jarak benda, jarak bayangan dan jarak fokus
Optik Geometris - Jarak benda, jarak bayangan dan jarak fokusOptik Geometris - Jarak benda, jarak bayangan dan jarak fokus
Optik Geometris - Jarak benda, jarak bayangan dan jarak fokus
 
Buku Kimia (Kurikulum 2013) Kelas 10 SMA
Buku Kimia (Kurikulum 2013) Kelas 10 SMABuku Kimia (Kurikulum 2013) Kelas 10 SMA
Buku Kimia (Kurikulum 2013) Kelas 10 SMA
 
Persamaan Schrodinger
Persamaan SchrodingerPersamaan Schrodinger
Persamaan Schrodinger
 
Fluida dalam sistem biologi
Fluida dalam sistem biologiFluida dalam sistem biologi
Fluida dalam sistem biologi
 
Powerpoint: Tata Surya
Powerpoint: Tata SuryaPowerpoint: Tata Surya
Powerpoint: Tata Surya
 
Fisika Kuantum (4) metodologi
Fisika Kuantum (4) metodologiFisika Kuantum (4) metodologi
Fisika Kuantum (4) metodologi
 
Gerakan bumi dan bulan
Gerakan bumi dan bulanGerakan bumi dan bulan
Gerakan bumi dan bulan
 
BEDAH CP IPAS SMK PGRI 2 SKA akhir.pdf
BEDAH CP IPAS SMK PGRI 2 SKA akhir.pdfBEDAH CP IPAS SMK PGRI 2 SKA akhir.pdf
BEDAH CP IPAS SMK PGRI 2 SKA akhir.pdf
 
Simulasi Eksperimen Hukum Keppler 3
Simulasi Eksperimen Hukum Keppler 3Simulasi Eksperimen Hukum Keppler 3
Simulasi Eksperimen Hukum Keppler 3
 
Struktur Kristal 1 (Kuliah Fisika Zat Padat)
Struktur Kristal 1 (Kuliah Fisika Zat Padat)Struktur Kristal 1 (Kuliah Fisika Zat Padat)
Struktur Kristal 1 (Kuliah Fisika Zat Padat)
 
Sistem magnitudo
Sistem magnitudoSistem magnitudo
Sistem magnitudo
 
Power Point Astronomi " Planet-Planet dalam Tata Surya"
Power Point Astronomi " Planet-Planet dalam Tata Surya"Power Point Astronomi " Planet-Planet dalam Tata Surya"
Power Point Astronomi " Planet-Planet dalam Tata Surya"
 
Astronomi fisika bab vi
Astronomi fisika bab viAstronomi fisika bab vi
Astronomi fisika bab vi
 
Fisika Inti
Fisika IntiFisika Inti
Fisika Inti
 
Bola langit
Bola langitBola langit
Bola langit
 
Mengenai persamaan kajian dari termodinamika dan fisika statistika yakni term...
Mengenai persamaan kajian dari termodinamika dan fisika statistika yakni term...Mengenai persamaan kajian dari termodinamika dan fisika statistika yakni term...
Mengenai persamaan kajian dari termodinamika dan fisika statistika yakni term...
 

Andere mochten auch

Matahari sebagai bintang
Matahari sebagai bintangMatahari sebagai bintang
Matahari sebagai bintang
novilalala
 
Tata surya dan alam semesta
Tata surya dan alam semestaTata surya dan alam semesta
Tata surya dan alam semesta
Rofex Madridista
 
Kinematika & dinamika bintang di galaksi
Kinematika & dinamika bintang di galaksiKinematika & dinamika bintang di galaksi
Kinematika & dinamika bintang di galaksi
Annisa Khoerunnisya
 
Rendahnya Minat Baca Siswa
Rendahnya Minat Baca SiswaRendahnya Minat Baca Siswa
Rendahnya Minat Baca Siswa
novilalala
 

Andere mochten auch (20)

Matahari sebagai bintang
Matahari sebagai bintangMatahari sebagai bintang
Matahari sebagai bintang
 
Bumi sebagai planet
Bumi sebagai planetBumi sebagai planet
Bumi sebagai planet
 
Matahari
MatahariMatahari
Matahari
 
Bintang dan dinamikanya
Bintang dan dinamikanyaBintang dan dinamikanya
Bintang dan dinamikanya
 
Matahari fauzul
Matahari fauzulMatahari fauzul
Matahari fauzul
 
Tata surya materi IPA kelas 9 SMP Semester Genap SMPN 264 Jakarta
Tata surya materi IPA kelas 9 SMP Semester Genap SMPN 264 JakartaTata surya materi IPA kelas 9 SMP Semester Genap SMPN 264 Jakarta
Tata surya materi IPA kelas 9 SMP Semester Genap SMPN 264 Jakarta
 
Penerbangan Luar Angkasa
Penerbangan Luar AngkasaPenerbangan Luar Angkasa
Penerbangan Luar Angkasa
 
Matahari Sebagai Bintang
Matahari Sebagai BintangMatahari Sebagai Bintang
Matahari Sebagai Bintang
 
Tata surya dan alam semesta
Tata surya dan alam semestaTata surya dan alam semesta
Tata surya dan alam semesta
 
Bulan Sebagai Satelit Bumi
Bulan Sebagai Satelit BumiBulan Sebagai Satelit Bumi
Bulan Sebagai Satelit Bumi
 
Kinematika & dinamika bintang di galaksi
Kinematika & dinamika bintang di galaksiKinematika & dinamika bintang di galaksi
Kinematika & dinamika bintang di galaksi
 
Smancip_X1_Bintang
Smancip_X1_BintangSmancip_X1_Bintang
Smancip_X1_Bintang
 
Tata surya 'matahari'
Tata surya 'matahari'Tata surya 'matahari'
Tata surya 'matahari'
 
Ipa fisika tata surya
Ipa fisika tata suryaIpa fisika tata surya
Ipa fisika tata surya
 
Planet Venus, the Veiled and Hottest Planet
Planet Venus, the Veiled and Hottest PlanetPlanet Venus, the Veiled and Hottest Planet
Planet Venus, the Veiled and Hottest Planet
 
Rendahnya Minat Baca Siswa
Rendahnya Minat Baca SiswaRendahnya Minat Baca Siswa
Rendahnya Minat Baca Siswa
 
HEAT (KALOR)
HEAT (KALOR)HEAT (KALOR)
HEAT (KALOR)
 
Asista power point biologi
Asista power point biologiAsista power point biologi
Asista power point biologi
 
kerangka dasar ajaran islam
kerangka dasar ajaran islamkerangka dasar ajaran islam
kerangka dasar ajaran islam
 
10. sma kelas xi rpp kd 3.10;4.9 karakteristik gelombang (karlina 1308233)
10. sma kelas xi rpp kd 3.10;4.9 karakteristik gelombang (karlina 1308233)10. sma kelas xi rpp kd 3.10;4.9 karakteristik gelombang (karlina 1308233)
10. sma kelas xi rpp kd 3.10;4.9 karakteristik gelombang (karlina 1308233)
 

Ähnlich wie Matahari Sebagai Bintang

Kelompok 3(sejarah bumi dan terbentuknya pegunungan)
Kelompok 3(sejarah bumi dan terbentuknya pegunungan)Kelompok 3(sejarah bumi dan terbentuknya pegunungan)
Kelompok 3(sejarah bumi dan terbentuknya pegunungan)
Nanda Reda
 

Ähnlich wie Matahari Sebagai Bintang (20)

Tugas 4
Tugas 4Tugas 4
Tugas 4
 
MATAHARI
MATAHARIMATAHARI
MATAHARI
 
Tugas tik 3 c agustanido santoso
Tugas tik 3 c agustanido santosoTugas tik 3 c agustanido santoso
Tugas tik 3 c agustanido santoso
 
Kelompok 3(sejarah bumi dan terbentuknya pegunungan)
Kelompok 3(sejarah bumi dan terbentuknya pegunungan)Kelompok 3(sejarah bumi dan terbentuknya pegunungan)
Kelompok 3(sejarah bumi dan terbentuknya pegunungan)
 
Makalah Ilmu Kealaman Dasar "ALAM SEMESTA DAN TATA SURYA SERTA MENGENAL TATA ...
Makalah Ilmu Kealaman Dasar "ALAM SEMESTA DAN TATA SURYA SERTA MENGENAL TATA ...Makalah Ilmu Kealaman Dasar "ALAM SEMESTA DAN TATA SURYA SERTA MENGENAL TATA ...
Makalah Ilmu Kealaman Dasar "ALAM SEMESTA DAN TATA SURYA SERTA MENGENAL TATA ...
 
Makalah ila lovita 032117071
Makalah ila lovita 032117071Makalah ila lovita 032117071
Makalah ila lovita 032117071
 
Tugas tik makalah.sifa
Tugas tik makalah.sifaTugas tik makalah.sifa
Tugas tik makalah.sifa
 
Tugas tik makalah.sifa
Tugas tik makalah.sifaTugas tik makalah.sifa
Tugas tik makalah.sifa
 
Tugas tik makalah.sifa
Tugas tik makalah.sifaTugas tik makalah.sifa
Tugas tik makalah.sifa
 
Tugas tik makalah.sifa
Tugas tik makalah.sifaTugas tik makalah.sifa
Tugas tik makalah.sifa
 
Tugas tik makalah.sifa
Tugas tik makalah.sifaTugas tik makalah.sifa
Tugas tik makalah.sifa
 
1 pendahuluan
1 pendahuluan1 pendahuluan
1 pendahuluan
 
Buku Murid IPA - Ilmu Pengetahuan Alam Bab 7 - Fase D.pdf
Buku Murid IPA - Ilmu Pengetahuan Alam Bab 7 - Fase D.pdfBuku Murid IPA - Ilmu Pengetahuan Alam Bab 7 - Fase D.pdf
Buku Murid IPA - Ilmu Pengetahuan Alam Bab 7 - Fase D.pdf
 
Makalah tata surya
Makalah tata suryaMakalah tata surya
Makalah tata surya
 
Materi Pembentukan Bumi 1
Materi Pembentukan Bumi 1Materi Pembentukan Bumi 1
Materi Pembentukan Bumi 1
 
D
DD
D
 
Pert. 1 kd 3.4 bumi sebagai ruang kehidupan
Pert. 1 kd 3.4 bumi sebagai ruang kehidupanPert. 1 kd 3.4 bumi sebagai ruang kehidupan
Pert. 1 kd 3.4 bumi sebagai ruang kehidupan
 
Makalah ipa evolusi bintang
Makalah ipa evolusi bintangMakalah ipa evolusi bintang
Makalah ipa evolusi bintang
 
Evan Hardianto_4200232006_Tugas 02 -Alam Semesta & Fenomena Planet Bumi.pptx
Evan Hardianto_4200232006_Tugas 02 -Alam Semesta & Fenomena Planet Bumi.pptxEvan Hardianto_4200232006_Tugas 02 -Alam Semesta & Fenomena Planet Bumi.pptx
Evan Hardianto_4200232006_Tugas 02 -Alam Semesta & Fenomena Planet Bumi.pptx
 
Bab 7 Bumi dan Tata Surya.pdf
Bab 7 Bumi dan Tata Surya.pdfBab 7 Bumi dan Tata Surya.pdf
Bab 7 Bumi dan Tata Surya.pdf
 

Mehr von Millathina Puji Utami (9)

PERCOBAAN GEIGER MULLER
PERCOBAAN GEIGER MULLERPERCOBAAN GEIGER MULLER
PERCOBAAN GEIGER MULLER
 
Profesi Kependidikan
Profesi KependidikanProfesi Kependidikan
Profesi Kependidikan
 
Vektor potensial
Vektor potensialVektor potensial
Vektor potensial
 
“Energi dan Momentum pada Gelombang Elektromagnetik”
“Energi dan Momentum pada Gelombang Elektromagnetik”“Energi dan Momentum pada Gelombang Elektromagnetik”
“Energi dan Momentum pada Gelombang Elektromagnetik”
 
ASTRONOMI BADAI MATAHARI
ASTRONOMI BADAI MATAHARIASTRONOMI BADAI MATAHARI
ASTRONOMI BADAI MATAHARI
 
Reflection and Transmission of Mechanical Waves
Reflection and Transmission of Mechanical WavesReflection and Transmission of Mechanical Waves
Reflection and Transmission of Mechanical Waves
 
Reflection and Transmission of Mechanical Waves
Reflection and Transmission of Mechanical WavesReflection and Transmission of Mechanical Waves
Reflection and Transmission of Mechanical Waves
 
The Three Domains of Educational Activities
The Three Domains of Educational ActivitiesThe Three Domains of Educational Activities
The Three Domains of Educational Activities
 
PHYSICS ASSESSMENT General Types of Assessment and The Types of Scales
PHYSICS ASSESSMENT General Types of Assessment and The Types of ScalesPHYSICS ASSESSMENT General Types of Assessment and The Types of Scales
PHYSICS ASSESSMENT General Types of Assessment and The Types of Scales
 

Kürzlich hochgeladen

bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
AtiAnggiSupriyati
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
dpp11tya
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
NurindahSetyawati1
 
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajaraksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
HafidRanggasi
 

Kürzlich hochgeladen (20)

Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
 
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah DasarPPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajaraksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 

Matahari Sebagai Bintang

  • 1. MATAHARI SEBAGAI BINTANG MAKALAH diajukan guna melengkapi tugas Fisika Bumi dan Antariksa kelas A Oleh : Kelompok 9 Rieska Vita Diyanti (100210102021) Ajeng Puspaningrum (100210102025) Fitra Dwi Ariangga (100210102027) Millathina Puji Utami (100210102029) Evin Andriani (100210102034) Halimatus Sa’diyah (100210102051) Devi Indah Permatasari (100210102090) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JEMBER 2011 1
  • 2. DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL....................................................................................... 1 DAFTAR ISI .................................................................................................. 2 PRAKATA ...................................................................................................... 3 BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang.......................................................................... 4 1.2 Rumusan Masalah..................................................................... 5 1.3 Tujuan....................................................................................... 5 BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 6 2.1 Matahari sebagai bintang..................................................... 6 2.2 Asal Usul Bintang................................................................ 11 2.3 Jarak Bintang........................................................................ 13 2.4 Gerak Bintang...................................................................... 15 2.5 Magnitudo Bintang............................................................... 19 BAB III PENUTUP.......................................................................................... 22 3.1 Kesimpulan........................................................................... 22 3.2 Saran..................................................................................... 22 LAMPIRAN LATIHAN SOAL........................................................................ 23 DAFTAR PUSTAKA 2
  • 3. PRAKATA Segenap puji syukur penyusun panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa Allah SWT yang telah memberikan ridhonya atas terselesaikannya makalah ini. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Fisika, Bumi dan Antariksa pada Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jember. Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penyusun ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per–satu yang telah memberikan bantuan dalam penyelesaian makalah ini. Besar harapan penyusun bila segenap pemerhati memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan selanjutnya. Akhirnya penyusun berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Amin. Jember, April 2011 Penyusun 3
  • 4. BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pada era yang kita katakan modern saat ini, perkembangan ilmu astronomi sudah sedemikian maju. Seiring dengan banyaknya penemuan- penemuan terbaru membuat ilmu ini semakin berjalan dinamis. Teori-teori mengenai jagad raya pada umumnya serta tatasurya pada khususnya selalu terus diuji kevaliditasannya. Tatasurya tak ubahnya merupakan ’halaman belakang’ rumah astronomi kita. Di luar itu, terhampar samudera jagad raya yang seolah tanpa batas yang menunggu untuk diarungi. Sementara itu, perkembangan pengetahuan tata surya yang memanfaatkan instrumentasi bertekhnologi tinggi dan berbagai wahana mutakhir yang dikirim membuat kita harus selalu merevisi koleksi buku-buku astronomi kita. Matahari, sebagai ”aktor” utama dibalik segala macam hal yang terjadi di tata surya, merupakan salah satu topik pembahasan yang paling menarik untuk diikuti. Pada tulisan yang singkat ini, akan sedikit dijelaskan beragam fakta mengenai matahari termasuk struktur dan sejarah kelahirannya serta pengaruhnya terhadap lingkungan sekitarnya. Para ahli astronomi dahulu kala mengira Bumi adalah pusat tatasurya, bahkan beberapa diantaranya mengira bumi adalah pusat alam semesta. Semua benda langit seperti matahari, bulan, bintang dan planet bergerak mengitari bumi. Pandangan ini dikenal dengan teori ”Geosentris” (berarti bumi sebagai pusat), yang dikemukakan oleh seorang astronom Yunani-Mesir bernama Claudius Ptolemeus pada pertengahan abad ke-2 SM lewat bukunya yang terkenal ”Almagest”, atas dasar pandangan Pytagoras dan Aristoteles. Setelah bertahan selama lebih dari 1500 tahun, pendapat ini ternyata keliru. Pada tahun 1543, seorang astronom Polandia bernama Nicolaus 4
  • 5. Copernicus, lewat bukunya yang berjudul ”De Revolutionibus Orbium Coelestium”, berpendapat bahwa semua planet – termasuk Bumi – bergerak mengitari matahari. Teori ini dikenal dengan teori ”Heliosentris” (berarti matahari sebagai pusat)1, teori ini semakin kuat setelah pada awal abad ke-16, astronom Austria bernama Johannes Keppler menemukan hukum peredaran planet atau yang dikenal dengan Hukum Keppler. Ia mendasarkan teorinya pada hasil pengamatan gerak planet Mars sehingga teorinya benar-benar merupakan hasil analisis data empiris. Penemuan astronom Italia bernama Galileo Galilei pada tahun 1610 akan adanya 4 satelit Jupiter dapat disebut turut mendukung konsep Heliosentris. Dalam teori ini, matahari-lah yang merupakan pusat tata surya dan bukan bumi. Dengan begitu, matahari memegang peranan yang sangat penting dalam segala dinamika yang terjadi di tata surya. Dari uraian diatas, marilah kita tinjau kembali bagaimana Matahari penting keberadaannya bagi tata surya yang akan disajikan dalam makalah. 1.2. RUMUSAN MASALAH Berkaitan dengan uraian latar belakang di atas, maka beberapa permasalahan yang dapat dirumuskan dalam makalah ini sebagai berikut : a. Bagaimana struktur matahari sebagai bintang? b. Bagaimana asal-usul bintang? c. Bagaimana jarak dan gerak bintang? d. Apa dan bagaimana magnitudo sebuah bintang? 1.3. TUJUAN 5
  • 6. Berdasarkan rumusan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam pemaparan makalah ini adalah : a. Mengetahui struktur bintang b. Mengetahui proses kehidupan bintang c. Mengetahui jarak, gerakan, serta magnitudo bintang BAB II PEMBAHASAN 2.1 Struktur Matahari sebagai Bintang Bintang adalah benda angkasa yang mempunyai cahaya sendiri dan gas pijar. Kekuatan cahaya bintang ditentukan berdasarkan magnitude (tingkat terang). Matahari disebut bintang karena matahari mampu menghasilkan dan memancarkan cahaya sendiri melalui reaksi fusi nuklir. Matahari merupakan 6
  • 7. bintang terdekat dengan bumi yang menjadi pusat dari tata surya, sehingga matahari mampu “manarik dan mengatur” anggota tata surya lainnya. Cahaya matahari dibandingkan bintang yang lain terasa lebih cemerlang. Hal itulah yang menyebabkan pada waktu siang hari kita tidak dapat melihat bintang selain matahari. Matahari adalah bintang terdekat dengan Bumi dengan jarak rata-rata 149.680.000 kilometer (93.026.724 mil). Matahari serta kedelapan buah planet (yang sudah diketahui/ditemukan oleh manusia) membentuk Tata Surya. Matahari dikategorikan sebagai bintang kecil jenis G. Matahari adalah suatu bola gas yang pijar dan ternyata tidak berbentuk bulat betul. Matahari mempunyai katulistiwa dan kutub karena gerak rotasinya. Garis tengah ekuatorialnya 864.000 mil, sedangkan garis tengah antar kutubnya 43 mil lebih pendek. Matahari merupakan anggota Tata Surya yang paling besar, karena 98% massa Tata Surya terkumpul pada matahari. Di samping sebagai pusat peredaran, matahari juga merupakan pusat sumber tenaga di lingkungan tata surya. Matahari terdiri dari inti dan tiga lapisan kulit, masing-masing fotosfer, kromosfer dan korona. Untuk terus bersinar, matahari, yang terdiri dari gas panas menukar zat hidrogen dengan zat helium melalui reaksi fusi nuklir pada kadar 600 juta ton, dengan itu kehilangan empat juta ton massa setiap saat. Matahari dipercayai terbentuk pada 4,6 miliar tahun lalu. Kepadatan massa matahari adalah 1,41 berbanding massa air. Jumlah tenaga matahari yang sampai ke permukaan Bumi yang dikenali sebagai konstan surya menyamai 1.370 watt per meter persegi setiap saat. Matahari sebagai pusat Tata Surya merupakan bintang generasi kedua. Material dari matahari terbentuk dari ledakan bintang generasi pertama seperti yang diyakini oleh ilmuwan, bahwasanya alam semesta ini terbentuk oleh ledakan big bang sekitar 14.000 juta tahun lalu. 7
  • 8. Matahari memancarkan energi dalam bentuk cahaya ke segala arah. Energi yang dipancarkan tersebut, hanya sebagian kecil yang sampai di bumi. Namun sejumlah energi yang kecil tersebut sudah cukup sebagai sumber energi di bumi. Berdasarkan hasil penelitian, setiap 1 cm2 atmosfir bumi rata-rata menerima energi matahari sebesar 2 kalori setiap menit (8,4 joule/menit). Nilai 2 kalori per menit ini selanjutnya disebut konstanta matahari. Berdasarkan penelitian diperoleh bahwa matahari merupakan bola gas yang sangat panas. Bola gas tersebut terdiri atas 70 % gas hidrogen, 25 % gas helium, dan 5 % unsur-unsur lain seperti gas oksigen, karbon, neon, besi, nitrogen, silikon, magnesium, nikel, dan belerang (sulfur). Wujud matahari adalah bola gas berpijar yang sangat besar. Berpijarnya bola gas tersebut disebabkan oleh adanya reaksi fusi di bagian inti matahari. Oleh karena itu. inti matahari mempunyai suhu yang paling tinggi dibandingkan bagian-bagian yang lain. Berdasarkan letaknya, susunan lapisan matahari dapat dibedakan menjadi empat macam. Lapisan-lapisan tersebut mulai dari yang terdalam berturut-turut adalah lapisan inti, fotosfer, kromosfer, dan korona. 8
  • 9. Inti. Inti merupakan bagian yang paling dalam dari matahari. Suhu di lapisan ini diperkirakan mencapai l6 juta oC. Oleh karena itu, di lapisan inilah reaksi fusi dapat berlangsung. Energi hasil reaksi fusi dipancarkan ke luar secara radiasi. • Fotosfer (Lapisan Cahaya) Fotosfer merupakan permukaan matahari yang tebalnya kurang lebih 350 km. Lapisan inilah yang memancarkan cahaya sangat kuat. Oleh karena itu. fotosfer juga disebut lapisan cahaya. Suhu di fotosfer diperkirakan rata-rata 6.000 oC. Pada suhu tersebut, suatu benda memancarkan cahaya berwarna kuning. Hal ini sesuai dengan cahaya matahari yang berwarna kekuning-kuningan. 9
  • 10. Kromosfer. Kromosfer merupakan lapisan gas dli atas fotoser yang tebalnya sekitar l6.000 km. Oleh karena itu, kromosfer sering disebut lapisan atmosfer matahari. Di lapisan bawah (dekat fotosfer). suhu kromosfer diperkirakan sekitar 4.000 oC. Makin ke atas. suhu kromosfer makin tinggi. Pada lapisan yang paling atas.,suhu kromosfcr diperkirakan mencapai 10.000 o C. Kromosfer.hanya dapat dilihat pada saat terjadi gerhana matahari total. Pada saat itu. Kromosfer tampak seperti gelang atau cincin yang berwarna merah. • Korona. Korona mempakan lapisan matahari yang paling luar. lapisan ini juga sering disebut lapisan atmosfer matahari bagian luar. Korona juga merupakan lapisan gas yang sangat tipis. Gas tersebut sering tampak seperti mahkota putih cemerlang yang mengelilingi rnatahari. Oleh karena itu, lapisan gas tersebut disebut korona, artinya mahkota. Karena merupakan lapisan gas tipis. bentuk korona selalu berubah-ubah. Tebal korona diperkirakan mencapai 2,5 juta km. Adapun suhunya diperkirakan mencapai 1 juta oC Korona dapat diamati setiap saat dengan teleskop. Teleskop yang digunakan untuk mengamati korona disebut koronagraf. 10
  • 11. 2.2 Asal Usul Bintang Setiap tahun, bintang-bintang terbentuk di dalam nebula yang sekaligus merupakan bahan bakarnya. Melalui reaksi nuklir yang luar biasa, bintang mengkonsumsi miliaran ton bahan bakar setiap detik. Cadangan hidrogen matahari sangat besar sekitar 2000 miliar miliar ton sehingga reaksi nuklir yang telah terjadi sejak 5 miliar tahun yang lalu tetap beranjt selama itu juga. Bintang terlahir di dalam awan hidrogen dan debu yang sangat besar yang disebut nebula. Ledakan sebuah atau beberapa bintang disekitarnya memengaruhi nebula, dan grafitasi mulai yang memegang. Awan lambat laun berkontraksi di bawah pengaruh gravitasi, dan materi akan menggumpal secara alami. Awan mulai berotasi dan temperaturnya meningkat. Embrio bintang (protostar) terbentuk. Tak lama kemudian reaksi nuklir terjadi. Protostar membutuhkan waktu 10 miliar tahun untuk kemudian menjadi sebuah bintang yang akan bersinar sampai seluruh cadngan hidrosfer yang dimilikinya berubah menjadi helium. 11
  • 12. Jika protostar tidak memiliki cukup massa untuk membangkitkan reaksi nuklir, ia akan menjadi katai cokelat. Protostar dengan massa yang cukup akan memicu proses fusi termonuklir dan mengawali kehidupan dewasanya sebagai bintang deret utama. Ini seperti Matahari kita saat ini. Setelah 10 milir tahun, bintang tersebut akan berubah menjadi raksasa merah dengan diameter 100 diameter Matahari dan ratusan kali lebih terang. Lambat laun, lapisan bagian luar raksasa merah terlontar ke angkasa dan membentuk planetari nebula selama 1 miliar tahun. Kemudian, inti bintang akan terus berkontraksi hingga menjadi seukuran bumi dan menjadi katai putih, objek dengan kerapatan luar biasa. Jika katai putih memiliki bintang pasangan, akan menarik materialnya dan akan menjadi nova 1 yang sangat terang. Bintang akan meredup terus hingga tidak bersinar kembali. Setelah beberapa miliar tahun akan menjadi bintang mati, katai gelap. Nova 12
  • 13. Katai putih yang berubah menjadi sebuah bintang yang sangat terang secara tiba – tiba disebut sebagai “bintang baru”. Diperkirakan terdapat puluhan nova yang terbentuk setiap tahunnya di Galaksi Bimasakti. Proses yang menyebabkan terjadinya nova dapat terjadi ketika sebuah bintang katai putih dekat dengan bintang lainnya. Katai putih terkadang mengisap materi bintang pasangannya. Materi tersebut berakumulasi di sekitar permukaannya dan membentuk sebuah cakram akresi. Peningkatan temperatur, menyebabkan ledakan besar. Nova tampak terang di langit. Dalam satu tahun, “bintang baru” tersebut memancarkan energy lebih banyak dari yang dipancarkan Matahari selama satu juta tahun. 2.3 Jarak Bintang Bintang yang terdekat dari kita setelah matahari (jarak 150.000.000 km) adalah bintang Proksima Centauri yang berjarak 40.000.000 km. Begitu banyaknya angka yang harus ditulis membuat astronom menggunakan satuan lain untuk menyatakan jarak bintang. Dengan mengetahui bahwa dalam 1 detik cahaya bergerak melintasi 300.000 km, maka astronom mendefinisikan satuan cahaya (1 tahun cahaya = 9,46 x 1012 km) sebagai acuan jarak bintang. Dengan demikian, cahaya membutuhkan waktu sekitar 500 detik untuk sampai ke bumi dari matahari, dan 4,3 tahun dari bintang Proksima Centauri. Dengan kata lain jarak bumi-Proksima Centauri adalah 4,3 tahun cahaya. 13
  • 14. Penentuan jarak bintang baru dapat dilakukan pada abad ke-19, dan dikenal dengan nama cara paralaks trigonometri. Akibat gerak edar bumi mengelilingi matahari, maka bintang yang dekat akan terlihat bergeser letaknya relative terhadap bintang-bintang yang lebih jauh. Bintang tersebut seolah bergerak menempuh lintasan berbentuk elips yang sebenarnya merupakan pencerminan gerak bumi. Jika sudut p adalah bentangan sudut yang dibentuk antara posisi bintang saat tertentu relative pada saat acuan, maka dari trigonometri sederhana dapat dirumuskan sebagai p = αo/α dengan αo adalah jarak matahari bumi, dan α adalah jarak bumi ke bintang. Karena p sudut yang kecil. Maka jika dinyatakan dalam radian dapat dituliskan sin p = αo /α. Sebagai ilustrasi, bintang 61 Cygni (di rasi Cygnus) diukur paralaksnya 0,3 detik busur, maka dengan rumus di atas dengan mudah dapat dihitung jaraknya 1014 km. Astronom kerapkali menggunakan satuan jarak parsek, yang didefinisikan sebagai jarak bintang yang paralaksnya 1 detik busur. Hubungan yang diperoleh adalah 1 parsek = 3,26 tahun cahaya. Tabel : Bintang-bintang yang terdekat dengan matahari yang sudah ditentukan paralaksnya Bintang Paralak s (“) Jarak (pc) Jarak (ly) Proxima Centauri 0,76 1,31 4,27 Alpha Centauri 0,74 1,35 4,40 Barnard 0,55 1,81 5,90 Wolf 359 0,43 2,35 7,66 Lalande 21185 0,40 2,52 8,22 Sirius 0,38 2,65 8,64 14
  • 15. 2.4 Gerak Bintang Bintang tidak diam, tetapi bergerak di ruang angkasa. Pergerakan bintang ini sangat sukar diikuti karena jaraknya yang sangat jauh, sehingga kita melihat bintang seolah-olah tetap diam pada tempatnya sejak dulu hingga sekarang. Bila diamati, bintang selalu bergerak di langit malam, baik itu tiap jam maupun tiap hari akibat pergerakan bumi relatif terhadap bintang (rotasi dan revolusi bumi). Walaupun begitu, bintang sebenarnya benar-benar bergerak karena mengitari pusat galaksi, namun pergerakannya itu sangat kecil sehingga hanya dapat dilihat dalam pengamatan berabad-abad. Gerak semacam inilah yang disebut gerak sejati bintang. Gerak sejati biasanya diberi symbol dengan µ dan dinyatakan dalam detik busur pertahun. Bintang yang gerak sejatinya terbesar adalah bintang Barnard dengan µ = 10”,25 per tahun (dalam waktu 180 tahun bintang ini hanya bergeser selebar bulan purnama). 15
  • 16. Gerak sejati bintang dibedakan menjadi dua berdasarkan arah geraknya, yaitu: 1. Kecepatan radial : kecepatan bintang menjauhi atau mendekati pengamat (sejajar garis pandang). 2. Kecepatan tangensial : kecepatan bintang bergerak di bola langit (pada bidang pandang). Sedangkan kecepatan total adalah kecepatan gerak sejati bintang yang sebenarnya (semua komponen). KECEPATAN RADIAL Kecepatan radial, seperti telah dijelaskan sebelumnya, adalah kecepatan bintang menjauhi atau mendekati pengamat. Kecepatan ini biasanya cukup besar, sehingga terjadi peristiwa pergeseran panjang gelombang. Kecepatan radial bintang dapat diukur dengan metode Efek Doppler. atau dengan pendekatan untuk vr<<c dapat digunakan versi nonrelativistik yaitu: Kebanyakan gerak bintang-bintang yang dapat diaamati geraknya memiliki kelajuan yang jauh di bawah kelajuan cahaya, sehinggi kita gunakan saja persamaan yang kedua. Penting untuk mengetahui kecepatan bintang dan galaksi umumnya dinyatakan dalam km/s. KECEPATAN TANGENSIAL Kecepatan tangensial adalah kecepatan gerak bintang pada bola langit. Misalkan pada suatu tahun, bintang tersebut berada pada α,δ sekian, namun pada tahun berikutnya posisinya berubah. Perubahan koordinat dalam tiap tahun ini 16
  • 17. disebut proper motion (μ) yang merupakan kecepatan sudut bintang (perubahan sudut per perubahan waktu). Kecepatan liniernya dinyatakan dalam satuan kilometer per detik. Kecepatan linier inilah yang dikatakan kecepatan tangensial, yang dapat dicari dengan menggunakan rumus keliling lingkaran. Misal perubahan posisi bintang dari x ke x’, yaitu sebesar μ (detik busur) setiap tahunnya. Perhatikan gambar gerak tangensial bintang : d (parsec) dan μ (“) kita juga memiliki hubungan d = 1/p untuk d dalam parsec dan p dalam detik busur Keliling = 360 º = 1296000” Keliling = 2πd = 2π/p dan mengingat definisi kecepatan sudut, v = ω d, maka: 17
  • 18. KECEPATAN TOTAL Di atas kita telah membahas kecepatan bintang dalam arah radial dan tangensial, sekarang kita akan mencari kecepatan total bintang, v. Karena arah sumbu radial dan tangensial tegak lurus, maka dengan mudah kita dapat menyelesaikannya menggunakan dalil Pythagoras atau trigonometri. Ingatlah sudut yang dibentuk antara sumbu radial dan vektor kecepatan bintang disebut sudut β. Gambar : diagram kecepatan total v2 = vr2 + vt2 vr = v cos β vt = v sin β 18
  • 19. 2.5 Magnitudo Bintang Bintang merupakan benda langit yang amat besar. Jika kita amati secara seksama, maka warna bintang di langit berbeda – beda, ada yang kekuning – kuningan, merah, dan biru. Dapat kita simpulkan ( dengan hokum Wien pada fisika radiasi, dimana λmaks T = konstan ) bahwa bintang yang biru memiliki suhu tinggi, sedang yang bersuhu rendah berwarna merah. Jadi, dengan mengamati warna bintang astronom dapat mengukur suhu bintang tersebut. Pada kenyataannya diperlukan alat ukur yang sangat teliti untuk keperluan pengukuran warna bintang. Kalau diperhatikan, maka jelas kita memiliki kesan ada bintang yang terang dan ada yang lemah cahayanya. Hipparchus (100 SM) mencoba secara kuantitatif memberikan skala terang bintang dalam konsep magnitude, yang dalam versi modernnya digambarkan sebagai berikut. Ua bintang yang salah satunya lebih terang 100 kali memiliki magnitude 5 kali lebih kecil, atau dengan kata lain, 19
  • 20. jika E1 adalah fluks enegi bintang 1 dan E2 adalah fluks enegi bintang 2. m1 adalah magnitude bintang 1, m2 adalah magnitude bintang 2, maka dapat dirumuskan: m1 – m2 = -2,5 log(E2/E1) Terang bintang yang diukur di bumi hanyalah terang semu (magnitude nisbi), yaitu terang yang kita lihat , bukan terang sebenarnya. Ada bintang yang sebenarnya sangat terang, tetapi karena begitu jauhnya maka tampak redup. Sebaliknya ada bintang yang sebenarnya tidak terlalu terang, tetapi karena dekat, jadi tampak berkilau. Untuk mengetahui keadaan intrinsik suatu bintang, astronom perlu mengetahui terang sebenarnya (terang mutlak) bintang, yakni magnitude mutlak. Magnitude mutlak suatu bintang adalah terang bintang dalam magnitude jika diamati dari jarak 32,6 tahun cahaya atau 10 parsek (pc), dan dirumuskan: m – M = -5+5log d(pc) dengan m magnitude semu (nisbi), M magnitude mutlak, dan d(pc) adalah jarak bintang dalam satuan parsek. Oleh karena itu, jarak sebuah bintang merupakan informasi yang amat penting dalam astronomi. Dari pembicaraan mengenai matahari diungkapkan bahwa gelombang elektromagnetik yang dipancarkan sebagai cahaya polikromatik dapat diuraikan ke dalam warna – warna. Uraian cahaya inilah yangn disebut spectrum. Dengan hokum Kirchoff untuk spectrum kontinu (malar), emisi dan absorbs, maka dasar spektroskopi(ilmu penelaahan spectrum cahaya) dibentuk. Bila spectrum berbagai bintang diamati, terlihat pola garis spektrumnya berbeda – beda. Astronom mengelompokkan spectrum bintang berdasarkan kemiripan susunan garis spektrumnya. Klasifikasi spectrum bintang dalam astronomi modern dinyatakan dengan symbol – symbol kelas spectrum O, B, A, F, G, K, dan M. Untuk memudahkan mengingat urutan klasifikasi spectrum bintang tersebut dibuat jembatan keledai sebagai berikut: “Oh Be A Fine Girl (Cuy) Kiss Me” Awalnya perbedaan pola spectrum bintang diduga arena 20
  • 21. perbedaan komposisi kimiawi bintang, tetapi ternyata teori struktur dan angkasa bintang modern menunjukkan bahwa penyebab utamanya adalah perbedaan suhu bintang. Unsur dasar yang paling dominan dalam tubuh bintang adalah hydrogen, diikuti oleh Helium dan dengan fraksi kecil sekali unsur – unsur atom berat. Tabel Klasfikasi Spektrum Bintang Kelas spectrum Suhu Warna O > 25.000 K Biru B 11.000 – 25.000 K Biru A 7.500 – 11.000 K Biru F 6.000 – 7.500 K Biru keputih – putihan G 5.000 – 6.000 K Putih kekuning – kuningan K 3.500 – 5.000 K Jingga kemerah – merahan M < 3.500 K Merah BAB III PENUTUP 21
  • 22. KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Bintang adalah benda angkasa yang mempunyai cahaya sendiri dan gas pijar. 2. Matahari terdiri dari adalah lapisan inti, fotosfer, kromosfer, dan korona. 3. Bintang terlahir di dalam awan hidrogen dan debu yang sangat besar yang disebut nebula. 4. Bintang yang terdekat dari kita setelah matahari (jarak 150.000.000 km) adalah bintang Proksima Centauri yang berjarak 40.000.000 km. 5. Gerak sejati bintang dibedakan menjadi dua berdasarkan arah geraknya, yaitu kecepatan radial dan kecepatan tangensial. 6. Terang suatu bintang dalam astronomi dinyatakan dalam satuan magnitudo SARAN Matahari memegang peranan yang sangat penting dalam segala dinamika yang terjadi di tata surya dimana merupakan dapur ilmiah raksasa tempat proses ledakan nuklir yang sangat dahsyat. Dari sekian banyak pengetahuan tentang matahari, tentunya hanya sedikit yang telah diketahui oleh manusia. Tatasurya yang terlihat sekarang pun merupakan tatasurya yang sekedar telah teramati. Masih banyak misteri yang belum terungkap yang terus ’menggelitik’ rasa 22
  • 23. keingintahuan kita. Berbagai proyek sudah direncanakan. Pengiriman manusia ke mars, penjelajahan koloni manusia, pencarian makhluk cerdas sebagai ’teman’ di alam semesta maha luas ini dan sebagainya. Tentunya semua itu harus di dukung oleh peralatan yang canggih bertekhnologi tinggi. Berharap dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan, termasuk jaringan kerjasama yang terkait dengan astronomi dan berbagai bidang keilmuan lain, tentunya rasa optimis untuk semakin menambah wawasan mengenai tatasurya secara khusus dan jagad raya secara umum perlu dikedepankan pada generasi masa depan. 23
  • 24. LAMPIRAN LATIHAN SOAL 1. Berapakah kecerlangan sebuah bintang dibandingkan dengan kecerlangan semula apabila jaraknya dijauhkan 3 kali jarak semula? Jawab : Misalnya dA jarak semula dan kecerlangannya adalah EA, jarak sekarang adalah dB = 3dA dan kecerlangannya EB. Jadi, Jadi, setelah jaraknya dijauhkan 3kali dari jarak semula, maka kecerlangan bintang menjadi lebih redup sebesar 1/9kali kecerlangan semula. 2. Magnitudo mutlak sebuah bintang adalah M =5 dan magnitudo semunya adalah m = 10. Jika absorbsi oleh materi antar bintang diabaikan, berapakah jarak bintang tersebut ? Jawab : m = 10 dan M = 5, dari rumus Pogson Diperoleh, 24
  • 25. 3. Tiga bintang diamati magnitudo dalam panjang gelombang visual (V) dan biru (B) seperti yang diperlihatkan dalam tabel berikut No. B V 1 8,52 8,82 2 7,45 7,25 3 7,45 6,35 a. Tentukan bintang nomor berapakah yang paling terang? Jelaskan alasannya ! b. Bintang yang anda pilih sebagai bintang yang paling terang itu dalam kenyataannya apakah benar-benar merupakan bintang yang paling terang? Jelaskan alasannya ! c. Tentukan bintang mana yang paling panas dan mana yang paling dingin? Jelaskan alasannya ! Jawab : a. Bintang yang paling terang adalah bintang yang magnitudo visualnya paling kecil. Dari tabel tampak bahwa bintang yang magnitudo visualnya paling kecil adalah bintang no.3, jadi bintang yang paling terang adalah intang no.3 25
  • 26. b. Belum tentu karena terang suatu bintang bergantung pada jaraknya ke pengamat seperti tampak pada rumus dimana E adalah terang bintang, L luminositas bintang dan d adalah jarak bintang ke pengamat. Oleh karena itu, bintang yang sangat terang bisa tampak sangat lemah cahanya karena jaraknya yang jauh. c. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini kita tentukan dahulu indeks warna ketiga bintang tersebut, karena makin panas atau makin biru sebuah bintang maka semakin kecil indeks warnanya. No. B V B-V 1 8,52 8,82 -0,30 2 7,45 7,25 0,20 3 7,45 6,3 1,10 5 Dari tabel di atas tampak bahwa bintang yang mempunyai indeks warna terkecil adalah bintang no.1. Jadi, bintang terpanas adalah bintang no.1. 4. Dari hasil pengamatan diperoleh bahwa puncak spectrum bintang A dan bintang B masing-masing berada pada panjang gelombang 0,35 µm dan 0,56 µm. Tentukan bintang mana yang lebih panas, dan seberapa besar perbedaan temperaturnya? Jawab : 26
  • 27. Jadi, bintang A mempunyai lebih pendek daripada bintang B. Menurut hukum Wien, bintang A lebih panas daripada bintang B. Jadi, temperatur bintang A lebih panas 1,6 kali daripada temperatur bintang B. DAFTAR PUSTAKA Anonim.2011.Matahari. di dalam http://id.wikipedia.org. tanggal akses 30-03 2011. Darmodjo & Kaligis.2004. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta:Pusat Penerbitan Universitas Terbuka. Gunawan, Hans.2011.Belajar Astronomi. di dalam http://hansgunawan-astronomy.blogspot.com. tanggal akses 27-01-2011. Klinken, Gerry Van.2008.Revolusi Fisika dari Alam Ghaib ke Alam Nyata. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama 27
  • 28. Young, H.D.1998.Macmillan Encyclopedia Of Science.New York:Macmillan Reference. 28