Bentuk Bentuk Komunikasi Dalam kehidupan sehari - hari
Komunikasi interpersonal
1. Komunikasi interpersonal
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari
Komunikasi interpersonal menunjuk kepada komunikasi dengan orang lain. Komunikasi jenis
ini dibagi lagi menjadi komunikasi diadik, komunikasi publik, dan komunikasi kelompok-kecil.
Model Jendela Johari memusatkan pada keseimbangan komunikasi interpersonal.
Komunikasi interpersonal termasuk:
Pidato
Komunikasi nonverbal
penyimpulan
parafrase
Memiliki komunikasi interpersonal yang baik mendukung proses-proses seperti:
perdagangan
konseling
pelatihan
bimbingan
pemecahan konflik
Komunikasi interpersonal merupakan subyek dari beberapa disiplin dalam bidang psikologi,
terutama analisis transaksional.
Komunikasi ini dapat dihalangi oleh gangguan komunikasi atau oleh kesombongan, sifat malu,
dll.
Komunikasi intrapersonal
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari
Komunikasi intrapribadi atau Komunikasi intrapersonal adalah penggunaan bahasa atau
pikiran yang terjadi di dalam diri komunikator sendiri antara self dengan God. Komunikasi
intrapersonal merupakan keterlibatan internal secara aktif dari individu dalam pemrosesan
simbolik dari pesan-pesan. Seorang individu menjadi pengirim sekaligus penerima pesan,
2. memberikan umpan balik bagi dirinya sendiri dalam proses internal yang berkelanjutan.
Komunikasi intrapersonal dapat menjadi pemicu bentuk komunikasi yang lainnya. Pengetahuan
mengenai diri pribadi melalui proses-proses psikologis seperti persepsi dan kesadaran
(awareness) terjadi saat berlangsungnya komunikasi intrapribadi oleh komunikator. Untuk
memahami apa yang terjadi ketika orang saling berkomunikasi, maka seseorang perlu untuk
mengenal diri mereka sendiri dan orang lain. Karena pemahaman ini diperoleh melalui proses
persepsi. Maka pada dasarnya letak persepsi adalah pada orang yang mempersepsikan, bukan
pada suatu ungkapan ataupun obyek.
Aktivitas dari komunikasi intrapribadi yang kita lakukan sehari-hari dalam upaya memahami diri
pribadi diantaranya adalah; berdo'a, bersyukur, instrospeksi diri dengan meninjau perbuatan kita
dan reaksi hati nurani kita, mendayagunakan kehendak bebas, dan berimajinasi secara kreatif [1].
Pemahaman diri pribadi ini berkembang sejalan dengan perubahan perubahan yang terjadi dalam
hidup kita. Kita tidak terlahir dengan pemahaman akan siapa diri kita, tetapi prilaku kita selama
ini memainkan peranan penting bagaimana kita membangun pemahaman diri pribadi ini [2]
Kesadaran pribadi (self awareness) memiliki beberapa elemen yang mengacu pada identitas
spesifik dari individu (Fisher 1987:134). Elemen dari kesadaran diri adalah konsep diri, proses
menghargai diri sendiri (self esteem), dan identitas diri kita yang berbeda beda (multiple selves).
Daftar isi
1 Elemen-elemen konsep diri
o 1.1 Konsep diri
o 1.2 Karakteristik sosial
o 1.3 Peran sosial
o 1.4 Identitas diri yang berbeda
2 Proses pengembangan kesadaran diri
3 Catatan kaki
4 Referensi
Elemen-elemen konsep diri
Konsep diri
Konsep diri adalah bagaimana kita memandang diri kita sendiri, biasanya hal ini kita lakukan
dengan penggolongan karakteristik sifat pribadi, karakteristik sifat sosial, dan peran sosial.
Karakteristik pribadi adalah sifat-sifat yang kita miliki, paling tidak dalam persepsi kita
mengenai diri kita sendiri. Karakteristik ini dapat bersifat fisik (laki-laiki, perempuan, tinggi,
rendah, cantik, tampan, gemuk, dsb) atau dapat juga mengacu pada kemampuan tertentu (pandai,
pendiam, cakap, dungu, terpelajar, dsb.) konsep diri sangat erat kaitannya dengan pengetahuan.
Apabila pengetahuan seseorang itu baik/tinggi maka, konsep diri seseorang itu baik pula.
3. Sebaliknya apabila pengetahuan seseorang itu rendah maka, konsep diri seseorang itu tidak baik
pula.
Karakteristik sosial
Karakteristik sosial adalah sifat-sifat yang kita tamplikan dalam hubungan kita dengan orang lain
(ramah atau ketus, ekstrovert atau introvert, banyak bicara atau pendiam, penuh perhatian atau
tidak pedulian, dsb). Hal hal ini memengaruhi peran sosial kita, yaitu segala sesuatu yang
mencakup hubungan dengan orang lain dan dalam masyarakat tertentu.
Peran sosial
Ketika peran sosial merupakan bagian dari konsep diri, maka kita mendefinisikan hubungan
sosial kita dengan orang lain, seperti: ayah, istri, atau guru. Peran sosial ini juga dapat terkait
dengan budaya, etnik, atau agama. Meskipun pembahasan kita mengenai 'diri' sejauh ini
mengacu pada diri sebagai identitas tunggal, namun sebenarnya masing-masing dari kita
memiliki berbagai identitas diri yang berbeda (mutiple selves).
Identitas diri yang berbeda
Identitas berbeda atau multiple selves adalah seseorang kala ia melakukan berbagai aktivitas,
kepentingan, dan hubungan sosial. Ketika kita terlibat dalam komunikasi antarpribadi, kita
memiliki dua diri dalam konsep diri kita.
Pertama persepsi mengenai diri kita, dan persepsi kita tentang persepsi orang lain terhadap kita
(meta persepsi).
Identitas berbeda juga bisa dilihat kala kita memandang 'diri ideal' kita, yaitu saat bagian kala
konsep diri memperlihatkan siapa diri kita 'sebenarnya' dan bagian lain memperlihatkan kita
ingin 'menjadi apa' (idealisasi diri)
Contohnya saat orang gemuk berusaha untuk menjadi langsing untuk mencapai gambaran
tentang dirinya yang ia idealkan.
Proses pengembangan kesadaran diri
Proses pengembangan kesadaran diri ini diperoleh melalui tiga cara, yaitu;
Cermin diri (reflective self) terjadi saat kita menjadi subyek dan obyek diwaktu yang bersamaan,
sebagai contoh orang yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi biasanya lebih mandiri.
Pribadi sosial (social self) adalah saat kita menggunakan orang lain sebagai kriteria untuk menilai
konsep diri kita, hal ini terjadi saat kita berinteraksi. Dalam interaksi, reakasi orang lain
merupakan informasi mengenai diri kita, dan kemudian kita menggunakan informasi tersebut
untuk menyimpulkan, mengartikan, dan mengevaluasi konsep diri kita. Menurut pakar psikologi
Jane Piaglet, konstruksi pribadi sosial terjadi saat seseorang beraktivitas pada lingkungannya dan
menyadari apa yang bisa dan apa yang tidak bisa ia lakukan [3]
4. Contoh: Seseorang yang optimis tidak melihat kekalahan sebagai salahnya, bila ia mengalami
kekalahan, ia akan berpikir bahwa ia mengalami nasib sial saja saat itu, atau kekalahan itu
adalah kesalahan orang lain. Sementara seseorang yang pesimis akan melihat sebuah kekalahan
itu sebagai salahnya, menyalahkan diri sendiri dalam waktu yang lama dan akan memengaruhi
apapun yang mereka lakukan selanjutnya, karena itulah seseorang yang pesimis akan menyerah
lebih mudah.
Perwujudan diri (becoming self). Dalam perwujudan diri (becoming self) perubahan konsep diri
tidak terjadi secara mendadak atau drastis, melainkan terjadi tahap demi tahap melalui aktivitas
serhari hari kita. Walaupun hidup kita senantiasa mengalami perubahan, tetapi begitu konsep
diri kita terbentuk, teori akan siapa kita akan menjadi lebih stabil dan sulit untuk diubah secara
drastis.
Contoh, bila kita mencoba mengubah pendapat orang tua kita dengan memberi tahu bahwa
penilaian mereka itu harus diubah - biasanya ini merupakan usaha yang sulit. Pendapat pribadi
kita akan 'siapa saya' tumbuh menjadi lebih kuat dan lebih sulit untuk diubah sejalan dengan
waktu dengan anggapan bertambahnya umur maka bertambah bijak pula kita.Konsep diri
adalah bagaimana kita memandang diri kita sendiri, biasanya hal ini kita lakukan dengan
penggolongan karakteristik sifat pribadi, karakteristik sifat sosial, dan peran sosial.
Catatan kaki
1. ^ (Indonesia) Hardjana, Agus M. Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal. Penerbit Kanisius
2. ^ (Indonesia) S. Djuarsa Sendjaja, P.D dkk. Teori Komunikasi-ikom4230/3SKS/ Modul 1-9.
Universtas Terbuka 1998.
3. ^ (Inggris) Piglet, Jean. Konstruksi realitas melalui mata anak kecil. Penerbit: Free Press, New
York.
Referensi
(Inggris) Communication Works. Seventh Edition, by Teri Kwak Gamble dan Michael Gamble.
(Indonesia) Psikologi Sosial, Jilid 1. Edisi ke-10. Oleh Roberta A. Baron dan Donn Byrne. Penerbit
Erlangga
(Indonesia) Psikologi Komunikasi. Edisi Revisi. Oleh Drs. Jalaluddin rakhmat M.sc. Penerbit PT
Remaja Rosdakarya - Bandung.
Interpersonal Skill
Minggu, 04 Desember 2011
Mengasah Interpersonal Skill Anda
Salah satu biang kegagalan manajer adalah dari buruknya interpersonal skill. Kurangnya interpersonal skill
mengakibatkan manajer tidak bisa berkomunikasi dengan baik dengan anak buah maupun rekan kerjanya,
5. sehingga tentu ini mempengaruhi semangat tim, yang berpotensi menurunkan produktivitas mereka. Parahnya
lagi, jika terjadi konflik antara manajer dan anak buah, maka ini dapat memunculkan perasaan frustrasi pada anak
buah, sehingga memicu turnover.
Penguasaan interpersonal skill yang memadai memungkinkan manajer untuk dapat menangani karyawannya
secara lebih efektif. Komunikasi akan berjalan lebih lancar, tercipta hubungan yang harmonis dan engagement
dengan karyawan, sehingga meningkatkan produktivitas karyawan di kantor.
Bagaimana Anda dapat mengasah interpersonal skill?
Kunci utama dalam menguasai interpersonal skill adalah menekan ego pribadi Anda. Perbedaan antara individu
akan selalu ada, entah itu perbedaan pandangan, perbedaan kepentingan, dan lainnya. Dengan menekan ego
pribadi, maka Anda dapat belajar untuk mencoba memahami orang lain. Setiap orang punya keunikan masing-
masing, dan Anda harus menerima fakta tersebut.
Knowledge juga punya peranan penting dalam berinteraksi. Ketika Anda berusaha untuk mendekati orang lain,
Anda dapat memanfaatkan knowledge yang Anda miliki terkait dengan keunikan yang dimiliki orang tersebut.
Contohnya Anda berkenalan dengan seorang musisi, supaya interaksi berjalan dengan baik maka Anda dapat
memulai pembicaraan seputar musik. Intinya adalah membangun komunikasi yang dapat menciptakan jalinan
hubungan baik dengan orang lain. Pembicaraan tersebut akan berkesan buat dia.
Meskipun berbicara penting, namun listening justru lebih penting lagi, karena pada dasarnya orang ingin
diperhatikan. Namun ingat, dengarkan mereka secara tulus. Mendengar dengan baik dan tulus memungkinkan
Anda untuk merespon dengan tepat. Respon yang tepat memunculkan pembicaraan dan diskusi yang hidup.
Bayangkan jika Anda berbicara namun lawan bicara Anda tidak mendengarkan dengan baik dan hanya merespon
dengan `yaa.. yaa..` saja. Tidak mengenakkan bukan? Hargai orang lain, jangan memotong selagi ia berbicara
Perhatikan juga bahasa non-verbal Anda. Kadang, bahasa non-verbal dapat menyampaikan lebih banyak
dibandingkan dengan bahasa verbal. Ketika Anda mengucapkan sesuatu, bicaralah dengan tulus. Meskipun
mungkin secara verbal Anda mengungkapkan A, padahal hati Anda adalah B, bahasa non-verbal Anda seringkali
menyampaikan clue-clue yang sebenarnya. Jaga jangan sampai bahasa non-verbal Anda terlihat menyerang atau
meremehkan orang lain.
Salah satu cara untuk mengasah interpersonal skill Anda adalah dengan memperbanyak bertemu dengan orang-
orang baru. Hal ini karena interpersonal skill yang terasah membutuhkan suatu proses dan waktu yang panjang.
sehingga harus selalu dilatih. Semakin banyak Anda menjalin hubungan dengan orang lain, maka interpersonal skill
Anda akan semakin terasah.
Salah satu hambatan dalam menjalin komunikasi di awal adalah `judgement`. Ketika judgement sudah bermain,
maka kita punya persepsi dan kesan mengenai orang lain, yang mungkin negatif. Oleh karena itu, jangan biarkan
judgement menahan Anda untuk memulai komunikasi. Berikan kesempatan pada orang lain untuk berinteraksi
dengan Anda.
Selain itu, jadilah orang yang open minded. Belajarlah untuk menerima dan menghargai pendapat orang lain.
Jangan langsung menolak dengan keras `knowledge` baru yang berbeda dengan pengetahuan yang Anda miliki.
Berkomunikasilah dengan serius, namun santai. Jika harus berdebat, lakukan dengan saling menghargai dan sopan.
6. Latih diri Anda hingga punya sikap empati. Empati adalah sikap dimana Anda dapat menempatkan diri seolah-olah
Anda berada di posisi lawan bicara. Bayangkan seolah-olah Anda berada di situasinya., dan berikan respon yang
tepat. Empati Anda terhadapnya akan menciptakan suatu hubungan yang positif. Empati ini harus terus menerus
dilatih. Biasanya, orang yang punya Emotional Quotient (EQ) tinggi, lebih pandai dalam berempati.
Kemudian, interpersonal skill Anda sangat diuji ketika terjadi konflik. Anda dapat menjadi mediator dari pihak-
pihak yang berkonflik. Kumpulkan mereka, dan bantu untuk mengatasi konflik yang mengemuka. Lakukan dengan
kepala dingin, supaya komunikasi berjalan lancar, dan masalah bisa diselesaikan dengan baik. Anda harus bersikap
netral sekaligus bijak untuk dapat mengambil peran ini.
Demikian adalah sejumlah langkah-langkah yang dapat Anda tempuh, untuk dapat mengasah interpersonal skill.
Dengan mempraktekkan langkah-langkah diatas, maka perlahan-lahan Anda akan dapat mempunyai interpersonal
skill yang sempurna. Yang jelas, perlu diingat bahwa mempelajarinya butuh proses yang panjang, dan merupakan
lifetime process.
Rinella P/RP/mgf
Diposkan oleh IT Narotama di 19:53 0 komentar
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Kamis, 13 Oktober 2011
(BASIC INTERPERSONAL SKILL)
Pengertian mengamati mempunyai arti "Melihat dan mempehatikan sesuatu dengan teliti, atau
memperhatikan dan mengawasi sesuatu dengan saksama".Dengan berpedoman pada pengertian
tersebut, maka yang dimaksud dengan keterampilan mengamati disini, dapat diartikan sebagai : "Suatu
keterampi lan yang dimi l iki seseorang, untuk mampu melihat dan mengamati suatu objek tertentu yang
dilakukan secara teliti dan saksama, dengan tidak menganalisis.
Keterampilan mengamati, merupakan salah satu bentuk keterampilan yang mutlak harus
dimiliki anggota sekuriti, terutama hal ini dikaitkan dengan tugasnya. Isti lah pengamatan banyak dikenal
sebagai salah satu metode yang sering digunakan dalam rangka penelitian.
2. Bentuk pengamatan
a. pengamatan dengan jalan tidak turut serta Dalam hal ini pengamat mengambil sikap/posisi
sebagai orang luar, dimana kehadirannya tidak menggangu kelompok yang sedang diamati. Umpamanya
dalam pengamatan suatu kelas yang sedang belajar, guru yang sedang belajar, menghadiri suatu
sidang penggadilan, dll.
b. pengamatan dengan jalan turut serta. Dalam hal ini berbagai macam peranan yang dapat dimainkan
oleh penyelidik dalam mengamati situasisituasi sosial tertentu, dengan berbagai macam
perbedaan derajat partisipasi/turut serta. Banyaknya macam kegiatan yang dapat dilakukan dalam
suatu kelompok tertentu saja. Dengan jalan turut serta dalam kegiatankegiatan kelompok, ia dapat
turut merasakan apa yang dirasakan oleh anggota inti dari kelompok tersebut. Salah satu kesukaran bagi
pengamat peserta, ialah bahwa setelah melakukan kegiatan tertentu, ia harus mengambil sikap / posisi
yang objektif , jika tidak demikian maka catatan-catatannya akan terpengaruh unsur-unsur subjektif.
3. Beberapa keuntungan / keunggulan pengamatan :
a. pengamatan dapat memuaskan kembali masalahnya selama pengamatan berlang-sung terus;
7. b. hubungannya erat dengan situasi yang sebenarnya, memberikan kemungkinan baginya untuk
menghindari pertanyaan-pertanyaan yang tidak berguna;
c. secara teratur dia dapat mengubah kategori-kategori yang diperlukan bagi pengamatannya;
d. memberikan kemungkinan baginya untuk memperoleh bahan - bahan yang lebih mendalam;
e. dapat mengumpulkan bahan bahan yang pada saat itu kelihatannya tidak berhubungan dengan
masalah pengamatannya, akan tetapi mungkin akan berguna di kemudian hari.
4. Beberapa faktor yang mempenggaruhi hasil suatu pengamatan :
a. lama / panjangnya waktu dari setiap pengamatan;
b. keadaan tentang sipengamat sendiri;
c. perumusan tentang kegiatan-kegiatan atau unit-unit tingkah laku yang spesifik (khas) yang diamati;
d. ruang l ingkup pengamatan, apaka h untuk satu orang atau satu keiompok;
e. bantu pencatatan, termasuk didalamnya penggunaan alatalat yang sesuai;
f. apakah pengamatan sudah cukup terlatih;
g. interpretasi hasil-hasil pengamatan.
5. Beberapa ciri khas dari pengamatan yang baik.
a. suatu pengamatan direncanakan dengan teliti dan sistimatis. pengamat mengetahui benar-benar
tentang apa yang dicarinya;
b. pengamat menyadari keselurahan dari apa yang diamatinya. walaupun ia waspadai terhadap
detaildetailnya yang berarti, tetapi ia tetap menyadari bahwa keseluruhan adalah lebih penting dari pada
jumlah dari bagian-bagiannya;
c. pengamat memisahkan tentang faktor-faktor dari interpretasi, dan membuat tafsirannya /
interpretasinya pada sesuatu yang lain;
d. pengamat bersikap obyektif. la akan mengakui akan kemungkinan kecenderungan-kecenderungannya,
dan ia berusaha untuk menghilangkan pengaruh-pengaruh ini terhadap apa yang dilihat dan
dilaporkannya;
e. pengamatan dicek dan diperkuat, dimana mungkin, dengan mengulanginya, atau dengan
membandingkan dengan catatan-catatan pengamat lain yang berwenang;
f. pencatatan pengamatan dilakukan dengan teliti dan saksama.
6. Latihan-latihan untuk mengamati suatu objek ini, diharapkan seseorang mampu untuk :
a. melihat dari hal-hal umum kepada hal-hal yang khusus; menyimpan fakta fakta yang dilihat ke dalam
dan di dalam ingatannya dan menyebutkan kembali secara benar apa yang telah diamatinya;
b. mengambil posisi yang tepat dikaitkan dengan jarak dan sudut pandang, sehingga akan memudahkan
kegiatan pengamatan dimaksud;
c. membiasakan diri untuk selalu mencatat, dengan mengingat adanya keterbatasan dalam daya ingat
kita.
d. berkonsentrasi selama pengamatan itu dilaksanakan.
7. Kita menyadari, bahwa melakukan pengamatan bukanlah merupakan hal yang mudah, sehingga apabila
hal ini tidak dilakukan melalui latihan-latihan yang baik, sangat sulit bagi seseorang untuk memiliki
keterampilan tersebut. Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam melaksanakan pengamatan
ini, antara Lain :
a. untuk dapat melakukan pengamatan yang baik, harus betul-betul dilakukan secara sistimatis, dalam arti
dilakukan mulai mel ihat dari hal-hal yang bersifat khusus;
b. dalam melihat ataupun memperhatikan suatu objek , tidak mungkin dilakukan tanpa adanya
konsentrasi yang penuh terhadap objek tersebut;
c. harus disadari, pada saat seseorang melakukan pengamatan konsentrasi akan senantiasa
adanya pengaruh yang dapat mengganggu tersebut.
d. dalam rangka pengamatan, kita menyadari bahwa keterbatasan, pada posisi sehingga
dalam pelaksanaannya, harus dapat menempatkan diri pada posisi yang tepat;
e. selain keterbatasan tersebut di atas, karena daya ingat seseorang kemampuan seseorang untuk
melihat atau memperhatikan suatu objek juga tidak sama, untuk itu perlu membiasakan diri dengan
8. menggunakan alat bantu, berupa catatan ataupun alat-alat lainnya, pada waktu seseorang melakukan
pengamatan.
sumber:djjp
Diposkan oleh IT Narotama di 01:15 0 komentar
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
KETERAMPILAN DASAR PERORANGAN (INTERPERSONAL SKILL)
Keterampilan seseorang ini melekat pada setiap pribadi dalam persentuhannya dengan
masyarakat (baik individu maupun kelompok), yang dalam perwujudannya akan menampilkan sikap,
tingkah laku dan perbuatan yang mencerminkan keakuratan dalam menunjang pelaksanaan
tugas.Keterampilan dasar perorangan ini, meliputi :
A. keterampilan mengamati (observing skill);
B. keterampilan menggambarkan (describing skill);
C. keterampilan mendengarkan (listening skill);
D. keterampilan bertanya (questioning skill);
E. keterampilan meringkas (summarizing skill);
F. keterampilan memberi dan menerima umpan balik (feed back skill).
Yang apabila selalu dilatihkan, dihayati dan dilaksanakan, serta diupayakan menginternalisasikannya
dalam sikap, tingkah laku dalam perbuatan sehari-hari, akan menjembatani atau menjadi landasan
pengembangan keterampilan selanjunya.
Keterampilan dasar sebagaimana tersebut di atas, dapat diuraikan sebagai berikut :
A. Keterampilan mengamati (observing skill)
Kompetensi dasar : Memahami dan mampu menerapkan keterampilan mengamati dalam kehidupan
sehari-hari. Indikator hasil belajar :
1. menjelaskan pengertian observing skill;
2. menerapkan teknik pengamatan;
3. pengamatan tanpa persepsi;
4. menerapkan pengamatan sesuai fakta yang ada;
5. pengamatan pada suatu objek tanpa persepsi;
6. pengamatan pada suatu objek secara teliti;
7. pengamatan pada suatu objek dengan jarak yang tepat;
8. pengamatan pada suatu objek dengan posisi yang tepat
sumber:djpp
Diposkan oleh IT Narotama di 00:34 0 komentar
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Interpersonal skills are sometimes also erta A. Murphy and Herbert W. Hildebrandt wrote in their book Effective
Business Communications “The ability to communicate effectively through speaking as well as in writing is highly
valued, and demanded, in business,” Good communication skills require a high level of self-awareness. By
understanding your personal style of communicating, you will go a long way towards creating good and lasting
impressions
9. Interpersonal Skill merupakan salah satu dari soft skill yang banyak diminta oleh
perusahaan untuk berbagai jabatan dan posisi.
Sudahkah Anda memiliki ketrampilan ini? Silakan simak beberapa poin berikut:
Interpersonal Skill bukan merupakan bagian dari karakter kepribadian yang bersifat
bawaan, melainkan merupakan ketrampilan yang bisa dipelajari.
Interpersonal Skill yang baik dapat dibangun antara lain dari kemampuan mengembangkan
perilaku dan komunikasi yang asertif.
Asertif secara sederhana berarti mampu secara aktif menyatakan gagasan, harapan atau
perasaan (baik yang positif atau negatif) secara langsung dan apa adanya, tanpa
menyerang atau merugikan orang lain.
Berlaku asertif yang tampaknya mudah ini seringkali menjadi ekstra sulit dalam situasi
konflik atau situasi di mana terjadi perbedaan kepentingan antar individu dalam suatu
kelompok/organisasi.
Prinsip-prinsip dasar perilaku atau komunikasi yang asertif antara lain adalah menghargai
hak orang lain untuk menyampaikan gagasan atau pendapat, untuk didengarkan dan
diperlakukan dengan penuh respek serta untuk berbeda pendapat.
Perilaku atau komunikasi asertif membantu kita untuk mendapatkan citra positif tentang diri
sendiri dan orang lain, mengembangkan saling respek dengan orang lain, membantu kita
mencapai tujuan, melindungi diri kita agar tidak dimanfaatkan oleh orang lain sekaligus
tidak melukai orang lain.
Perilaku atau komunikasi asertif bertujuan untuk mencapai win-win solution, di mana
masing-masing pihak yang berinteraksi dapat merasakan kepentingannya terakomodir
tanpa merasa dikalahkan atau berkurang harga dirinya.
Orang-orang yang asertif biasanya ekspresif dan jujur, bila berbicara langsung ke inti
permasalahan, tidak mudah terpancing emosinya, berorientasi pada solusi serta dihargai
dan menghargai orang lain.
Contoh komunikasi asertif ketika harus menegur orang lain “Saya merasa terganggu kalau
kamu terlambat hadir di rapat ini. Saya merasa membuang waktu dan frustasi kalau harus
mengulang kembali apa yang sudah saya bicarakan. Bisakah kamu datang tepat waktu lain
kali?”
Peganglah prinsip menghargai orang lain dengan menguasai bahasa tubuh, ekspresi wajah
dan intonasi Anda ketika berkomunikasi secara asertif.
Bersikap asertif sangat berguna dalam membangun Interpersonal Skill secara umum, tetapi
penerapannya tetap harus selektif karena mungkin tidak bisa berhasil untuk semua kasus.
Semoga tulisan ini bermanfaat.