SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 5
Downloaden Sie, um offline zu lesen
420                                                  Indo. J. Chem., 2009, 9 (3), 420 - 424



          METHYL MERCURY PRODUCTION IN NATURAL-COLLECTED SEDIMENT WITH
                       DIFFERENT GEOCHEMICAL PARAMETERS

         Produksi Metil Merkuri dalam Sedimen Alami dengan Parameter Geokimia yang Berbeda

                                 Markus T. Lasut1.*, Hardin F. Rares2, and Yoshiaki Yasuda3
 1
     Faculty of Fisheries and Marine Science, Sam Ratulangi University, Jl. Kampus Unsrat Bahu, Manado 95115, Sulawesi Utara,
                                                            Indonesia
            2
                Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Manado Sate University, Tondano, Sulawesi Utara, Indonesia
                3
                    Natural Sciences Laboratory, National Institute for Minamata Disease, Minamata City, Kumamoto, Jepang

                                          Received August 28, 2009; Accepted September 28, 2009

                                                               ABSTRACT

      Production of methyl mercury (MeHg) has been shown in laboratory experiments using mercuric chloride
(HgCl2) compound released into natural-collected sediments with different geochemical conditions. While the HgCl2
concentration was 30 µl of 113 ppm of HgCl2, the geochemical conditions [pH, salinity, total organic content (TOC),
sulfur] of sampled sediments were A: 8.20, 0.00 ppt, 1.97%, and 0.92 ppt, respectively; B: 7.90, 2.00 ppt, 4.69%,
and 1.98 ppt, respectively; and C: 8.20, 24.00 ppt, 1.32 %, and 90.90 ppt, respectively. A control was set with no
HgCl2. Samples and control were incubated in room temperature of 27 ± 1 °C. Observations were done along 9 days
with interval of 3 days. While total Hg was measured using mercury analyzer with Cold Vapor-Atomic Absorbtion
Spectrophometer (CV-AAS) system, MeHg was measured by using a gas chromatograph with ECD detector after
extracted by dithizone-sodium sulfide extraction method. The result shows that MeHg was found in both treatment
and control experiments. The concentrations of the MeHg varied according to the geochemical condition of the
sampled sediments. Peak production of MeHg occurred on the third day; however, the production was not
significantly affected by the incubation time. Optimum production was found inversely related to the pH, in which
highest and lowest the pH formed an ineffectively methylated mercury species. The TOC was significantly correlated
to the optimum production. Salinity and sulfate contents were found not correlated to the optimum of MeHg
production.

Keywords: Methyl mercury; methylation process; sediment; biogeochemistry

PENDAHULUAN                                                              dalam pabrik, seperti yang terjadi di dalam pabrik
                                                                         asetil-aldehida Chisso Corp., sehingga menyebabkan
     Merkuri (Hg) berada di lapisan biosfer melalui                      pencemaran di Teluk Minamata, Jepang [7-8].
beberapa proses, yaitu aktivitas gunung berapi,                                Dewasa ini, banyak kajian terfokus untuk
pelepasan dari bebatuan, dan pengambilan kembali oleh                    mengungkap fenomena metilasi Hg alamiah, di mana
manusia di mana Hg sebelumnya telah terlepas di dalam                    telah diketahui bahwa ada 2 komponen yang berperan
tanah, sedimen, air, dan limbah buangan kegiatan [1].                    dalam proses ini, yaitu komponen hayati (biotik) dan
Masukan Hg dari aktivitas manusia kadang-kadang                          nir-hayati (abiotik). Pengaruh komponen hayati dalam
menyebabkan peningkatan konsentrasi Hg di alam,                          proses metilasi telah banyak diketahui, di mana proses
seperti yang ditunjukkan pada kasus di Teluk Minamata,                   tersebut terfokus pada peranan mikroorganisme [9-11].
Jepang [2]. Kegiatan pertambangan rakyat skala kecil                     Sedangkan komponen nir-hayati adalah sebaliknya,
yang menggunakan Hg untuk mendapatkan emas                               karena belum terungkap sepenuhnya. Komponen-
melalui proses amalgamasi merupakan salah satu                           komponen seperti derajat keasaman (pH), salinitas,
sumber utama Hg dari kegiatan manusia, selain                            bahan organik, dan sulfat telah diketahui sangat
pembakaran fosil dan industri alkali-klor [3-4]. Saat ini,               berperan dalam proses metilasi [12-14].
kegiatan pertambangan rakyat skala kecil tersebar luas                         Keberadaan metil merkuri (MeHg) di alam sangat
di negara-negara berkembang, temasuk Indonesia [4-6].                    penting untuk dikaji, karena Hg jenis ini adalah sangat
     Merkuri (Hg) dapat termetilasi secara alamiah                       beracun dan sangat berbahaya bagi kesehatan
menjadi metil merkuri (MeHg); proses metilasi tersebut                   manusia, di mana dapat menyebabkan penyakit yang
merupakan suatu fenomena alamiah. Namun, Hg dapat                        tak dapat disembuhkan, bahkan kematian. Langston
juga termetilasi melalui serangkaian proses kimiawi di                   [15]    menyarankan       bahwa    faktor-faktor   yang
* Corresponding author. Tel/Fax : +62-431-868027
Email address : markus_lasut@yahoo.com

Markus T. Lasut et al.
Indo. J. Chem., 2009, 9 (3), 420 - 424                                421


mempengaruhi ketersediaan dan tingkat racun Hg di            menggunakan sendok pada lapisan permukaan dasar
dalam sedimen hendaknya dikaji dan diungkap.                 sungai pada kedalaman antara 10 sampai 20 cm dan
      Sehubungan dengan hal tersebut maka kajian ini         dimasukkan ke dalam plastik polietilen. Bersaman
dilakukan di mana bertujuan untuk mengevaluasi               dengan itu, salinitas dan pH diukur in situ, masing-
kapasitas dan potensi produksi MeHg melalui proses           masing      diukur    dengan    menggunakan      alat
metilasi yang terjadi di dalam sedimen alamiah dengan        salinorefraktometer dan pH-meter.
kondisi geokimia yang berbeda.                                     Selanjutnya, di laboratorium, masing-masing
                                                             sampel (berdasarkan lokasi pengambilan) disiapkan
METODE PENELITIAN                                            untuk     percobaan.     Sampel    dipisahkan    dari
                                                             porewaternya dan sampel sedimen tanpa porewater
Bahan                                                        disama-ratakan (homogen) dengan cara diaduk secara
                                                             perlahan-lahan. Hal ini dilakukan karena ukuran
      Jenis Hg yang digunakan sebagai bahan utama            partikel sampel nampak tidak seragam.
dalam percobaan adalah merkuri klorida (HgCl2). Untuk              Porewater (125 mL) dan sedimen (25 g) dari
mengevaluasi produksi MeHg maka dilakukan                    masing-masing sampel disiapkan untuk pengukuran
pengukuran konsentrasi merkuri total (THg) dan MeHg.         kondisi geokimia, di mana porewater untuk pengukuran
Bahan-bahan utama yang digunakan untuk mengukur              sulfat dengan menggunakan panduan dari Greenberg
THg adalah asam nitrat, asam sulfat, asam perklorat,         dkk. [13] dan sedimen untuk pengukuran kandungan
dan air distilasi; dan untuk MeHg adalah toluen, etanol,     organik total (KOT) dengan menggunakan panduan
larutan baku MeHg, larutan dithizone (0,05% dan              dari Holme and McIntyre [16].
0,01%), natrium hidroksida (1M dan 0,1M), EDTA (20%),
asam klorida (1M dan 2M), dan air distilasi.                 Percobaan
                                                                   Kemudian, masing-masing sampel sedimen
Alat                                                         dimasukkan ke dalam 8 botol percobaan sampai penuh
                                                             dan 30 µL HgCl2 113 ppm (sebagai perlakuan) serta
      Peralatan     utama    yang    digunakan     untuk     5 mL porewaternya dimasukkan ke dalam botol yang
pengambilan dan persiapan sampel sedimen adalah              telah berisi sampel tersebut. Setelah selesai, botol
sendok pengambil sedimen (terbuat dari stainless-steel),     ditutup rapat (untuk mencegah terjadinya pertukaran
kantong plastik polietilen, Global Positioning System        udara) dan dikocok untuk memungkinkan sampel
(GPS), salinorefraktometer, dan pH-meter; untuk              sedimen, Hg, dan porewater tercampur merata.
percobaan adalah botol percobaan (terbuat dari gelas,        Sampel sedimen untuk kontrol (tanpa Hg) juga
volume 50 mL, menggunakan penutup), inkubator, dan           disiapkan bersamaan. Selanjutnya, sampel tersebut di
termometer ruang; untuk pengukuran THg adalah gelas          inkubasi dengan suhu ruang 27 ± 1 °C. Pengamatan
ukur (ukuran 50 mL, tinggi 150 mm), baki pemanas             dilakukan pada waktu (hari) 0, 3, 6, dan 9. Pada setiap
(sampai 250 °C), dan spektrofotometer serapan atom           waktu pengamatan, 1 set botol percobaan (2 botol
(SSA) yang menggunakan sistem udara dingin (SUD);            perlakukan dan 1 botol kontrol) diambil untuk
untuk pengukuran MeHg adalah sentrifus, pencampur            pengukuran THg dan MeHg. Sampel percobaan
resiprokal, funnel (200 mL), tabung sentrifus (volume 50     disimpan dalam ruang beku sebelum dilakukan
mL, menggunakan penutup), gelas ukur (menggunakan            pengukuran [17].
penutup), pipet, dan detektor penangkap elektron tipe
kromatografi gas.                                            Pengukuran Hg
                                                                    Semua pengukuran Hg (THg dan MeHg)
Prosedur Kerja                                               dilakukan di Laboratorium Ilmu Alam NIMD (National
                                                             Institute for Minamata Disease), Jepang. Semua
Pengambilan dan persiapan sampel sedimen                     sampel disimpan dalam ruang beku sebelum dibawa
     Sampel sedimen diambil dari 3 lokasi di sepanjang       ke Jepang. Pada saat transportasi ke Jepang, semua
Sungai Tondano, Kota Manado, Sulawesi Utara.                 sampel disimpan dalam wadah tertutup bersama
Koordinat geografis (UTM) lokasi tersebut ditentukan         dengan gel pendingin.
menggunakan GPS, yaitu: (A) bagian sungai yang berair               Merkuri total dalam sampel diukur dengan
tawar dan berada di dekat daerah permukiman (165397          menggunakan spektrofotometer serapan atom (SSA)
LU, 708992 BT), (B) bagian sungai yang sedikit               yang menggunakan sistem udara dingin (SUD)
dipengaruhi oleh air laut dan berada di dekat muara          menurut petunjuk Akagi dan Nishimura [18]. Sampel
sungai (165354 LU, 705312 BT), dan (C) bagian sungai         sedimen (sebanyak ± 0,3 g) dimasukkan di dalam
yang sangat dipengaruhi oleh air laut dan berada di          gelas ukur, ditambahkan 2 mL campuran asam nitrat
muara sungai (165630 LU, 704989 BT). Sampel diambil          dengan asam perklorat (1:1), ditambahkan 5 mL asam




Markus T. Lasut et al.
422                                         Indo. J. Chem., 2009, 9 (3), 420 - 424



sulfat, dan 1 mL air destilasi. Selanjutnya, tabung               pengambilan maka digunakan Uji Statistika Analisis
tersebut dipanaskan pada 200 °C selama 30 menit.                  Sidik Ragam [22] yang diaplikasi menggunakan
                                                                                 ©
Setelah didinginkan, campuran di dalam tabung                     Program Minitab .
dilarutkan dengan air destilasi sampai mencapai ukuran
50 mL. Kemudian, campuran tersebut siap untuk                     HASIL DAN PEMBAHASAN
dianalisis.
      Metil merkuri (MeHg) dalam sampel diukur dengan             Kondisi Geokimia Sampel
menggunakan detektor penangkap elektron tipe
kromatografi gas setelah sampel diekstraksi dalam                       Dari hasil pengukuran parameter salinitas, pH,
KOH-ethanol (1:1) dan dithizone, ekstraksi H2S dan                KOT, dan sulfat (Tabel 1), diketahui bahwa ketiga
dithizone menurut petunjuk Ikingura dan Akagi [19] dan            sampel sedimen yang digunakan dalam percobaan
Matsuyama dkk. [20]. Metil merkuri dianalisis dari                memiliki kondisi geokimia yang berbeda satu dengan
lapisan toluen hasil ekstraksi di atas, setelah 2M HCl            lainnya. Berdasarkan kandungan sulfat, sampel
dikeluarkan melalui pengisapan. Setiap pengukuran                 sedimen tipe C > B > A dan sampel sedimen tipe C
dilakukan 2 kali (duplikat).                                      menunjukkan salinitas tertinggi.
      Untuk referensi pengukuran THg dan MeHg,
digunakan sampel sedimen CRM 580 (Certified                       Proses Metilasi Hg
Reference Material 580) yang dikeluarkan oleh Komisi
Eropa [21]. Pengukuran referensi diulang sebanyak 6                     Selama masa inkubasi (3, 6, dan 9 hari), proses
kali.                                                             metilasi dan demetilasi Hg terjadi di dalam wadah
                                                                  percobaan. Proses metilasi optimum terjadi pada
Analisis data                                                     periode inkubasi 3 hari, dan proses demetilasi terjadi
     Untuk menguji data variasi konsentrasi dan                   pada periode inkubasi 6 hari dan 9 hari.
proporsi antara THg dan MeHg berdasarkan lokasi
                      Tabel 1. Tipe sampel sedimen berdasarkan kondisi geokimianya
                           Lokasi
                                       pH      Salinitas (ppt)   KOT (%) Sulfat (ppt)   Tipe Sedimen
                         Pengambilan
                             A         8,20              0,00        1,97       0,92         A
                             B         7,90              2,00        4,69       1,98         B
                             C         8,20             24,00        1,31      90,90         C




Gambar 1. Pola produksi MeHg yang terjadi di dalam kondisi percobaan dengan tipe sampel sedimen berbeda (A,
B, C). Rasio THg-MeHg ditampilkan dalam bentuk rerata ± standar deviasi. Produksi MeHg tidak signifikan secara
statistika (p>0,05).




Markus T. Lasut et al.
Indo. J. Chem., 2009, 9 (3), 420 - 424                                423




Gambar 2. Hubungan antara pH dan produksi MeHg                Gambar 4. Hubungan antara KOT dan produksi MeHg
yang terjadi setelah 3 hari periode inkubasi dalam suhu       yang terjadi setelah 3 hari periode inkubasi dalam suhu
27 ± 1 °C                                                     27 ± 1 °C




                                                              Gambar 5. Hubungan antara sulfat dan produksi MeHg
Gambar 3. Hubungan antara salinitas dan produksi
                                                              yang terjadi setelah 3 hari periode inkubasi dalam suhu
MeHg yang terjadi setelah 3 hari periode inkubasi dalam
                                                              27 ± 1 °C
suhu 27 ± 1 °C

      Produksi MeHg bervariasi menurut kondisi                      Kapasitas metilasi dapat menjelaskan beberapa
geokimia sampel; variasi tersebut nyata secara statistika     hal, yaitu: keefektifan Hg termetilasi, keberadaan
(p<0,05). Konsentrasi MeHg tertinggi terjadi dalam            populasi mikroorganisme metilator, dan terjadinya
sampel sedimen Tipe B, dan terendah dalam sampel              proses metilasi secara enzimatik.
Tipe C. Periode inkubasi tidak berbeda nyata secara                 Kapasitas mediasi dari masing-masing sampel
statistika (p>0,05). Hal ini mengindikasikan bahwa            sedimen untuk menunjang terjadinya proses metilasi
produksi MeHg terjadi sepanjang periode inkubasi              bervariasi, di mana tergantung pada kondisi geokimia
(Gambar 1).                                                   sampel sedimen tersebut. Pada sampel Tipe B, proses
      Produksi MeHg berkorelasi dengan kondisi                metilasi enzimatik terjadi pada pH optimum. Salinitas
geokimia sampel (Gambar. 1), di mana produksi rerata          yang rendah menyebabkan membran sel secara efektif
berkorelasi negatif secara signifikan (p<0,05) dengan         mengakumulasi HgCl2 ke dalam sel [23], dan pada
parameter salinitas (Gambar. 2) dan sulfat (Gambar. 3).       konsentrasi sulfat tertentu sedimen dapat menunjang
Pola yang sama ditunjukkan oleh parameter pH                  aktivitas biometilator [14].
(Gambar. 4), tetapi tidak signifikan secara statistika              Laju metilasi sampel sedimen Tipe B lebih tinggi
(p>0,05). Sedangkan dengan KOT (Gambar. 5), korelasi          dari Tipe A dan C. Hal ini disebabkan oleh rendahnya
positif terjadi secara signifikan (p<0,05).                   daya dukung kondisi geokimia sedimen Tipe A dan C
      Produksi MeHg maksimum terjadi pada periode             tersebut dalam menunjang pertumbuhan populasi
inkubasi 3 hari di mana produksi yang dihasilkan sampel       mikroorganisme metilator [9]. Ketersediaan KOT
sedimen Tipe A, B, dan C masing-masing sebesar 52 :           merupakan komponen yang penting dalam menunjang
58 : 33, dengan rasio laju produksi masing-masing             proses metilasi, karena ketersediaan KOT yang rendah
sebesar 1 : 16 : 7. Laju produksi tersebut menunjukkan        tidak dapat menunjang pertumbuhan populasi
potensi      masing-masing        tipe   sedimen  dalam       mikroorganisme metilator [12,23]. Derajat pH yang
memproduksi MeHg (Gambar. 1). Selanjutnya, potensi            tinggi dan salinitas rendah menunjang terbentuknya Hg
reproduksi tersebut menunjukkan kapasitas masing-             jenis Hg(OH)2 [12]. Derajat salinitas yang tinggi pada
masing        kondisi     geokimia       sedimen   untuk      sampel sedimen Tipe C menyebabkan permeabilitas
membantu/memediasi proses metilasi yang terjadi.              sel dari mikroorganisme menurun [23]. Tingkat




Markus T. Lasut et al.
424                                        Indo. J. Chem., 2009, 9 (3), 420 - 424



konsentrasi sulfat yang tinggi dapat menghambat proses               Hazardous Waste Sites: Mercury, NOAA Technical
metilasi [14].                                                       Memorandum NOS ORCA 100, NOAA-NOS,
                                                                     Seattle.
KESIMPULAN                                                     10.   King, J.K., Gladden, J.B., Harmon, S.M., and Fu,
                                                                     T.T., 2001, Wetland Mesocosms Containing
     Beberapa hal yang dapat disimpulkan adalah                      Gypsum-Amended          Sediments      and     Scirpus
kapasitas sampel sedimen untuk membantu terjadinya                   californicus, http://www.osti.gov/bridge/.
proses metilasi Hg bervariasi tergantung pada kondisi          11.   Ekstrom, E.B., Morel, F.M.M., and Benoit, J.M.,
geokimia sampel tersebut. Dalam penelitian ini, sampel               2003, Appl. Environ. Microbiol., 69, 9, 5414-5422.
sedimen Tipe B memiliki kapasitas tertinggi.                   12.   Morel, F.M.M., Kraepiel, A.M.L., and Amyot, M.,
Selanjutnya, produksi MeHg dari masing-masing sampel                 1998, Annu. Rev. Ecol. Syst., 29, 543-66.
sedimen menunjukkan pola yang sama, di mana                    13.   Greenberg, A.E., Clesceri, L.E., and Eaton, A.D.,
produksi tersebut terjadi pada periode 3 hari. Selain itu,           1992, Standard Methods for the Examination of
                                                                                                         th
produksi MeHg berkorelasi positif terhadap KOT dan                   Water and Wastewater, 18                ed., APHA,
negatif terhadap salinitas, sulfat, dan pH.                          Washington.
                                                               14.   Benoit, J.M., 1999, The Effects of Sulfate and
UCAPAN TERIMA KASIH                                                  Sulfide on Mercury Methylation in Florida
                                                                     Everglades,              Progress              Report,
     Penulis menyampaikan terima kasih kepada                        http://es.epa.gov/ncer/fellow/progress/ 97/.
National Institute for Minamata Disease, Jepang, dan           15.   Langston, W.J., 1990, Heavy metals in the marine
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Sam                environment, CRC Press Inc., Boca Raton, Florida.
Ratulangi, yang telah memfasilitasi terlaksananya              16.   Holme, N.A., and McIntyre, A.D., 1984, Methods
kegiatan penelitian ini.                                             for the Study of Marine Benthos, 2nd ed., Blackwell
                                                                     Scientific Publications Inc., Oxford.
DAFTAR PUSTAKA                                                 17.   Benoit, J.M., Gilmour, C.C., and Mason, R.P.,
                                                                     2001, Appl. Environ. Microbiol., 67, 1, 51-58.
1. UNEP, 2002, Global Mercury Assessment, UNEP                 18.   Akagi, H., and Nishimura, H., 1991, Advances in
   Chemicals, IOMC, Geneva, Switzerland.                             Mercury Toxicology, Plenum Press, New York, 53-
2. Yasuda, Y., 2000, Water Pollution Control Policy                  76.
   and Management: the Japanese Experience, Gyosei             19.   Ikingura, J.R. and Akagi, H., 1999, Sci. Total
   Ltd., Tokyo, Bab 13.                                              Environ., 234, 109-118.
3. de Lacerda, L.D., dan Salomons, W., 1998, Mercury           20.   Matsuyama, A., Liya, Q., Yasutake, A., Yamaguchi,
   from gold and silver mining: a chemical time bomb?                M., Aramaki, R., Xiaojie, L., Pin, J., Li, L., Mei, L.,
   Springer-Verlag, Berlin.                                          Yumin, A., and Yasuda, Y., 2004, Bull. Environ.
4. de Lacerda L.D., 2003, Environ. Geol., 43, 308-314.               Contam. Toxicol., 73, 846-852.
5. James, L.P., 1994, J. Geochem. Explor., 50, 493-            21.   Quevauviller, Ph., Fortunati, G.U., and Filippelli, M.,
   500.                                                              1997, The certification of the contents (mass
6. Limbong, D., Kumampung, J., Rimper, J., Arai, T.,                 fractions) of total mercury and methyl mercury in
   and Miyazaki, N., 2003, Sci. Total Environ., 302,                 estuarine sediment: CRM 580, European
   227-236.                                                          Commission, BCR           Informastion, Reference
7. JPHA, 2001, Preventive Measures Against                           Materials,         ECSC-EC-EAEC,             Brussels,
   Environmental Mercury Pollution and Its Health                    Luxembourg.
   Effects, Public Health Association, Japan.                  22.   Fowler, J. and Cohen, L., 1990, Practical Statistics
8. Canuel, R., Lucotte, M., and Rheault, I., 2004,                   for Field Biology, John Wiley & Sons, England.
                          th
   Proceedings of the 7 International Conference on            23.   Barkay, T., Gillman, M., dan Turner, R., 1997, Appl.
   Mercury as a Global Pollutant, Ljubljana, 364-368.                Environ. Microbiol., 63, 11, 4267-4271.
9. Beckvar, N., Field, J., Salazar, S., and Hoff, R.,
   1996, Contaminants in Aquatic Habitats at




Markus T. Lasut et al.

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Percobaan v analisa COD air
Percobaan v analisa COD airPercobaan v analisa COD air
Percobaan v analisa COD airRini Wulandari
 
Dasar Kimia Analisa Analisa Oksigen Terlarut
Dasar Kimia Analisa Analisa Oksigen TerlarutDasar Kimia Analisa Analisa Oksigen Terlarut
Dasar Kimia Analisa Analisa Oksigen TerlarutNurmalina Adhiyanti
 
Artikel manfaat daun nanas
Artikel manfaat daun nanasArtikel manfaat daun nanas
Artikel manfaat daun nanasJho Baday
 
Kualitas air (14)
Kualitas  air (14)Kualitas  air (14)
Kualitas air (14)Ocy Baehaqi
 
SNI 6989.2:2009 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 2: Cara Uji Kebutuhan Oks...
SNI 6989.2:2009 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 2: Cara Uji Kebutuhan Oks...SNI 6989.2:2009 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 2: Cara Uji Kebutuhan Oks...
SNI 6989.2:2009 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 2: Cara Uji Kebutuhan Oks...Muhamad Imam Khairy
 
Eko budiyanto pemanfaatan daun nanas
Eko budiyanto pemanfaatan daun nanasEko budiyanto pemanfaatan daun nanas
Eko budiyanto pemanfaatan daun nanasJho Baday
 
Pembahasan air limbah rumah tangga
Pembahasan air limbah rumah tanggaPembahasan air limbah rumah tangga
Pembahasan air limbah rumah tanggaMuhamad Ihsan
 
LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT
LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWITLIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT
LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWITriesonetwo
 
Laporan oksigen terlarut
Laporan oksigen terlarutLaporan oksigen terlarut
Laporan oksigen terlarutU Lhia Estrada
 
Analisa kadar-air-dengan-metode-oven
Analisa kadar-air-dengan-metode-ovenAnalisa kadar-air-dengan-metode-oven
Analisa kadar-air-dengan-metode-ovenAgres Tarigan
 
Laporan lengkap
Laporan lengkapLaporan lengkap
Laporan lengkapmongolcs
 
Laporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarutLaporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarutRizki Ramadhan
 
Nitrogen treatment in water Incl. Amonia,Amonium, Nitrate and Nitrite - by m...
Nitrogen treatment in water Incl. Amonia,Amonium, Nitrate and Nitrite  - by m...Nitrogen treatment in water Incl. Amonia,Amonium, Nitrate and Nitrite  - by m...
Nitrogen treatment in water Incl. Amonia,Amonium, Nitrate and Nitrite - by m...Anggi Nurbana Wahyudi
 

Was ist angesagt? (19)

Hal 2 8
Hal 2 8Hal 2 8
Hal 2 8
 
Percobaan v analisa COD air
Percobaan v analisa COD airPercobaan v analisa COD air
Percobaan v analisa COD air
 
Butilitin
ButilitinButilitin
Butilitin
 
Dasar Kimia Analisa Analisa Oksigen Terlarut
Dasar Kimia Analisa Analisa Oksigen TerlarutDasar Kimia Analisa Analisa Oksigen Terlarut
Dasar Kimia Analisa Analisa Oksigen Terlarut
 
Jurnal kimia industri
Jurnal kimia industriJurnal kimia industri
Jurnal kimia industri
 
Artikel manfaat daun nanas
Artikel manfaat daun nanasArtikel manfaat daun nanas
Artikel manfaat daun nanas
 
Kualitas air (14)
Kualitas  air (14)Kualitas  air (14)
Kualitas air (14)
 
Kolikum ppt fix
Kolikum ppt fixKolikum ppt fix
Kolikum ppt fix
 
A4 pli 2012
A4 pli 2012A4 pli 2012
A4 pli 2012
 
SNI 6989.2:2009 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 2: Cara Uji Kebutuhan Oks...
SNI 6989.2:2009 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 2: Cara Uji Kebutuhan Oks...SNI 6989.2:2009 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 2: Cara Uji Kebutuhan Oks...
SNI 6989.2:2009 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 2: Cara Uji Kebutuhan Oks...
 
Eko budiyanto pemanfaatan daun nanas
Eko budiyanto pemanfaatan daun nanasEko budiyanto pemanfaatan daun nanas
Eko budiyanto pemanfaatan daun nanas
 
Pembahasan air limbah rumah tangga
Pembahasan air limbah rumah tanggaPembahasan air limbah rumah tangga
Pembahasan air limbah rumah tangga
 
LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT
LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWITLIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT
LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT
 
Laporan oksigen terlarut
Laporan oksigen terlarutLaporan oksigen terlarut
Laporan oksigen terlarut
 
Analisa kadar-air-dengan-metode-oven
Analisa kadar-air-dengan-metode-ovenAnalisa kadar-air-dengan-metode-oven
Analisa kadar-air-dengan-metode-oven
 
Laporan lengkap
Laporan lengkapLaporan lengkap
Laporan lengkap
 
Loporan amoniak
Loporan amoniakLoporan amoniak
Loporan amoniak
 
Laporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarutLaporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarut
 
Nitrogen treatment in water Incl. Amonia,Amonium, Nitrate and Nitrite - by m...
Nitrogen treatment in water Incl. Amonia,Amonium, Nitrate and Nitrite  - by m...Nitrogen treatment in water Incl. Amonia,Amonium, Nitrate and Nitrite  - by m...
Nitrogen treatment in water Incl. Amonia,Amonium, Nitrate and Nitrite - by m...
 

Ähnlich wie Mt lasut 2009-hg-indo-jchem

Analisis logam berat pada ikan air tawar
Analisis logam berat pada ikan air tawarAnalisis logam berat pada ikan air tawar
Analisis logam berat pada ikan air tawarElly Sufriadi
 
BIOREMEDIASI SENYAWA HIDROKARBON PADA TANAH TERCEMAR LIMBAH MINYAK BERA T MEN...
BIOREMEDIASI SENYAWA HIDROKARBON PADA TANAH TERCEMAR LIMBAH MINYAK BERA T MEN...BIOREMEDIASI SENYAWA HIDROKARBON PADA TANAH TERCEMAR LIMBAH MINYAK BERA T MEN...
BIOREMEDIASI SENYAWA HIDROKARBON PADA TANAH TERCEMAR LIMBAH MINYAK BERA T MEN...Repository Ipb
 
Laporan praktikum ekologi perairan
Laporan praktikum ekologi perairanLaporan praktikum ekologi perairan
Laporan praktikum ekologi perairanPT. SASA
 
Jurnal uns
Jurnal unsJurnal uns
Jurnal unsmcborpak
 
Rahma 42 50 analisis konsentrasi merkuri (hg) dan cadmium (cd) di muara sunga...
Rahma 42 50 analisis konsentrasi merkuri (hg) dan cadmium (cd) di muara sunga...Rahma 42 50 analisis konsentrasi merkuri (hg) dan cadmium (cd) di muara sunga...
Rahma 42 50 analisis konsentrasi merkuri (hg) dan cadmium (cd) di muara sunga...A'an Samawa
 
228582-pengaruh-perubahan-distribusi-suhu-permu-a9536461.pdf
228582-pengaruh-perubahan-distribusi-suhu-permu-a9536461.pdf228582-pengaruh-perubahan-distribusi-suhu-permu-a9536461.pdf
228582-pengaruh-perubahan-distribusi-suhu-permu-a9536461.pdfadimsapersada
 
Evaluasi sebaran logam hg, cd, cr dan co dalam cuplikan air, sedimen dan ence...
Evaluasi sebaran logam hg, cd, cr dan co dalam cuplikan air, sedimen dan ence...Evaluasi sebaran logam hg, cd, cr dan co dalam cuplikan air, sedimen dan ence...
Evaluasi sebaran logam hg, cd, cr dan co dalam cuplikan air, sedimen dan ence...Da'imatus Sholichah
 
SUMBER DAYA AIR
SUMBER DAYA AIRSUMBER DAYA AIR
SUMBER DAYA AIRMawar 99
 
Jurnal ekologi perairan
Jurnal ekologi perairanJurnal ekologi perairan
Jurnal ekologi perairanPT. SASA
 
Artikel rahayu akin_7 tentang p_h
Artikel rahayu akin_7 tentang p_hArtikel rahayu akin_7 tentang p_h
Artikel rahayu akin_7 tentang p_hrramdan383
 
Laporan Monitoring Residu 20008
Laporan Monitoring Residu 20008Laporan Monitoring Residu 20008
Laporan Monitoring Residu 20008BBAP takalar
 
Proposal pembangunan laboratorium tambak udang
Proposal pembangunan laboratorium tambak udangProposal pembangunan laboratorium tambak udang
Proposal pembangunan laboratorium tambak udangIrJum Jaya
 
Cara uji timbal (pb) dengan spektrofotometer serapan atom (ssa) nyala
Cara uji timbal (pb) dengan spektrofotometer serapan atom (ssa) nyalaCara uji timbal (pb) dengan spektrofotometer serapan atom (ssa) nyala
Cara uji timbal (pb) dengan spektrofotometer serapan atom (ssa) nyalaUIN Alauddin Makassar
 
2951-9143-3-PB.pdf
2951-9143-3-PB.pdf2951-9143-3-PB.pdf
2951-9143-3-PB.pdfMurni71
 
2951-9143-3-PB (1).pdf
2951-9143-3-PB (1).pdf2951-9143-3-PB (1).pdf
2951-9143-3-PB (1).pdfMurni71
 

Ähnlich wie Mt lasut 2009-hg-indo-jchem (20)

Analisis logam berat pada ikan air tawar
Analisis logam berat pada ikan air tawarAnalisis logam berat pada ikan air tawar
Analisis logam berat pada ikan air tawar
 
Mt lasut 2009-hg-jms
Mt lasut 2009-hg-jmsMt lasut 2009-hg-jms
Mt lasut 2009-hg-jms
 
Sungai
SungaiSungai
Sungai
 
BIOREMEDIASI SENYAWA HIDROKARBON PADA TANAH TERCEMAR LIMBAH MINYAK BERA T MEN...
BIOREMEDIASI SENYAWA HIDROKARBON PADA TANAH TERCEMAR LIMBAH MINYAK BERA T MEN...BIOREMEDIASI SENYAWA HIDROKARBON PADA TANAH TERCEMAR LIMBAH MINYAK BERA T MEN...
BIOREMEDIASI SENYAWA HIDROKARBON PADA TANAH TERCEMAR LIMBAH MINYAK BERA T MEN...
 
Laporan praktikum ekologi perairan
Laporan praktikum ekologi perairanLaporan praktikum ekologi perairan
Laporan praktikum ekologi perairan
 
Jurnal uns
Jurnal unsJurnal uns
Jurnal uns
 
Eksplorasi geokimia
Eksplorasi geokimiaEksplorasi geokimia
Eksplorasi geokimia
 
Oseanografi Kimia.pptx
Oseanografi Kimia.pptxOseanografi Kimia.pptx
Oseanografi Kimia.pptx
 
Rahma 42 50 analisis konsentrasi merkuri (hg) dan cadmium (cd) di muara sunga...
Rahma 42 50 analisis konsentrasi merkuri (hg) dan cadmium (cd) di muara sunga...Rahma 42 50 analisis konsentrasi merkuri (hg) dan cadmium (cd) di muara sunga...
Rahma 42 50 analisis konsentrasi merkuri (hg) dan cadmium (cd) di muara sunga...
 
228582-pengaruh-perubahan-distribusi-suhu-permu-a9536461.pdf
228582-pengaruh-perubahan-distribusi-suhu-permu-a9536461.pdf228582-pengaruh-perubahan-distribusi-suhu-permu-a9536461.pdf
228582-pengaruh-perubahan-distribusi-suhu-permu-a9536461.pdf
 
Evaluasi sebaran logam hg, cd, cr dan co dalam cuplikan air, sedimen dan ence...
Evaluasi sebaran logam hg, cd, cr dan co dalam cuplikan air, sedimen dan ence...Evaluasi sebaran logam hg, cd, cr dan co dalam cuplikan air, sedimen dan ence...
Evaluasi sebaran logam hg, cd, cr dan co dalam cuplikan air, sedimen dan ence...
 
SUMBER DAYA AIR
SUMBER DAYA AIRSUMBER DAYA AIR
SUMBER DAYA AIR
 
Jurnal ekologi perairan
Jurnal ekologi perairanJurnal ekologi perairan
Jurnal ekologi perairan
 
Artikel rahayu akin_7 tentang p_h
Artikel rahayu akin_7 tentang p_hArtikel rahayu akin_7 tentang p_h
Artikel rahayu akin_7 tentang p_h
 
Laporan Monitoring Residu 20008
Laporan Monitoring Residu 20008Laporan Monitoring Residu 20008
Laporan Monitoring Residu 20008
 
Estimasi
EstimasiEstimasi
Estimasi
 
Proposal pembangunan laboratorium tambak udang
Proposal pembangunan laboratorium tambak udangProposal pembangunan laboratorium tambak udang
Proposal pembangunan laboratorium tambak udang
 
Cara uji timbal (pb) dengan spektrofotometer serapan atom (ssa) nyala
Cara uji timbal (pb) dengan spektrofotometer serapan atom (ssa) nyalaCara uji timbal (pb) dengan spektrofotometer serapan atom (ssa) nyala
Cara uji timbal (pb) dengan spektrofotometer serapan atom (ssa) nyala
 
2951-9143-3-PB.pdf
2951-9143-3-PB.pdf2951-9143-3-PB.pdf
2951-9143-3-PB.pdf
 
2951-9143-3-PB (1).pdf
2951-9143-3-PB (1).pdf2951-9143-3-PB (1).pdf
2951-9143-3-PB (1).pdf
 

Mehr von Markus T Lasut

Mt lasut 2007-dissertation-ait-th
Mt lasut 2007-dissertation-ait-thMt lasut 2007-dissertation-ait-th
Mt lasut 2007-dissertation-ait-thMarkus T Lasut
 
Mt lasut 2002-ngo-ekoton
Mt lasut 2002-ngo-ekotonMt lasut 2002-ngo-ekoton
Mt lasut 2002-ngo-ekotonMarkus T Lasut
 
Mt lasut 2002-diazinon-seaurchin-ekoton
Mt lasut 2002-diazinon-seaurchin-ekotonMt lasut 2002-diazinon-seaurchin-ekoton
Mt lasut 2002-diazinon-seaurchin-ekotonMarkus T Lasut
 
Mt lasut 2003-cyanide-seaurchin-ekoton
Mt lasut 2003-cyanide-seaurchin-ekotonMt lasut 2003-cyanide-seaurchin-ekoton
Mt lasut 2003-cyanide-seaurchin-ekotonMarkus T Lasut
 
Mt lasut 1999-oil-littoraria-pmbc
Mt lasut 1999-oil-littoraria-pmbcMt lasut 1999-oil-littoraria-pmbc
Mt lasut 1999-oil-littoraria-pmbcMarkus T Lasut
 
Mt lasut 1999-cyanide-haliotis-pmbc
Mt lasut 1999-cyanide-haliotis-pmbcMt lasut 1999-cyanide-haliotis-pmbc
Mt lasut 1999-cyanide-haliotis-pmbcMarkus T Lasut
 
Mt lasut 1998-polinices-pmbc
Mt lasut 1998-polinices-pmbcMt lasut 1998-polinices-pmbc
Mt lasut 1998-polinices-pmbcMarkus T Lasut
 
Mt lasut 1998-diazinon-septifer-pmbc
Mt lasut 1998-diazinon-septifer-pmbcMt lasut 1998-diazinon-septifer-pmbc
Mt lasut 1998-diazinon-septifer-pmbcMarkus T Lasut
 
Mt lasut 1996-tesis-aarhus univ-dk
Mt lasut 1996-tesis-aarhus univ-dkMt lasut 1996-tesis-aarhus univ-dk
Mt lasut 1996-tesis-aarhus univ-dkMarkus T Lasut
 
Limbah Cair Peternakan
Limbah Cair PeternakanLimbah Cair Peternakan
Limbah Cair PeternakanMarkus T Lasut
 
Meningkatkan Keuntungan Tanpa Merusak Komitmen “Kolaborasi” di Bunaken
Meningkatkan Keuntungan Tanpa Merusak Komitmen “Kolaborasi” di BunakenMeningkatkan Keuntungan Tanpa Merusak Komitmen “Kolaborasi” di Bunaken
Meningkatkan Keuntungan Tanpa Merusak Komitmen “Kolaborasi” di BunakenMarkus T Lasut
 
Strategi Pengelolaan Lingkungan Hidup di Kota Tomohon Menuju Pembangunan Yang...
Strategi Pengelolaan Lingkungan Hidup di Kota Tomohon Menuju Pembangunan Yang...Strategi Pengelolaan Lingkungan Hidup di Kota Tomohon Menuju Pembangunan Yang...
Strategi Pengelolaan Lingkungan Hidup di Kota Tomohon Menuju Pembangunan Yang...Markus T Lasut
 
Prospect on pelagic fisheries in northern Sulawesi, Indonesia
Prospect on pelagic fisheries in northern Sulawesi, IndonesiaProspect on pelagic fisheries in northern Sulawesi, Indonesia
Prospect on pelagic fisheries in northern Sulawesi, IndonesiaMarkus T Lasut
 
Potential Contamination of Mercury from Artisanal Gold Mining
Potential Contamination of Mercury from Artisanal Gold MiningPotential Contamination of Mercury from Artisanal Gold Mining
Potential Contamination of Mercury from Artisanal Gold MiningMarkus T Lasut
 
Strategi Mitigasi Dampak Limbah Cair
Strategi Mitigasi Dampak Limbah CairStrategi Mitigasi Dampak Limbah Cair
Strategi Mitigasi Dampak Limbah CairMarkus T Lasut
 
Dampak Kegiatan Pertambangan terhadap Wilayah Pesisir dan Laut
Dampak Kegiatan Pertambangan terhadap Wilayah Pesisir dan LautDampak Kegiatan Pertambangan terhadap Wilayah Pesisir dan Laut
Dampak Kegiatan Pertambangan terhadap Wilayah Pesisir dan LautMarkus T Lasut
 
Arsenik; Limbah Tambang Berbahaya
Arsenik; Limbah Tambang BerbahayaArsenik; Limbah Tambang Berbahaya
Arsenik; Limbah Tambang BerbahayaMarkus T Lasut
 
Accumualtion of TBT and Intersex Occurence on Marine Snails Littoraria Scabra
Accumualtion of TBT and Intersex Occurence on Marine Snails Littoraria ScabraAccumualtion of TBT and Intersex Occurence on Marine Snails Littoraria Scabra
Accumualtion of TBT and Intersex Occurence on Marine Snails Littoraria ScabraMarkus T Lasut
 

Mehr von Markus T Lasut (20)

Mt lasut 2007-dissertation-ait-th
Mt lasut 2007-dissertation-ait-thMt lasut 2007-dissertation-ait-th
Mt lasut 2007-dissertation-ait-th
 
Mt lasut 2002-ngo-ekoton
Mt lasut 2002-ngo-ekotonMt lasut 2002-ngo-ekoton
Mt lasut 2002-ngo-ekoton
 
Mt lasut 2002-diazinon-seaurchin-ekoton
Mt lasut 2002-diazinon-seaurchin-ekotonMt lasut 2002-diazinon-seaurchin-ekoton
Mt lasut 2002-diazinon-seaurchin-ekoton
 
Mt lasut 2003-cyanide-seaurchin-ekoton
Mt lasut 2003-cyanide-seaurchin-ekotonMt lasut 2003-cyanide-seaurchin-ekoton
Mt lasut 2003-cyanide-seaurchin-ekoton
 
Mt lasut 2008-hg-cms
Mt lasut 2008-hg-cmsMt lasut 2008-hg-cms
Mt lasut 2008-hg-cms
 
Mt lasut 2005-ww-cms
Mt lasut 2005-ww-cmsMt lasut 2005-ww-cms
Mt lasut 2005-ww-cms
 
Mt lasut 1999-oil-littoraria-pmbc
Mt lasut 1999-oil-littoraria-pmbcMt lasut 1999-oil-littoraria-pmbc
Mt lasut 1999-oil-littoraria-pmbc
 
Mt lasut 1999-cyanide-haliotis-pmbc
Mt lasut 1999-cyanide-haliotis-pmbcMt lasut 1999-cyanide-haliotis-pmbc
Mt lasut 1999-cyanide-haliotis-pmbc
 
Mt lasut 1998-polinices-pmbc
Mt lasut 1998-polinices-pmbcMt lasut 1998-polinices-pmbc
Mt lasut 1998-polinices-pmbc
 
Mt lasut 1998-diazinon-septifer-pmbc
Mt lasut 1998-diazinon-septifer-pmbcMt lasut 1998-diazinon-septifer-pmbc
Mt lasut 1998-diazinon-septifer-pmbc
 
Mt lasut 1996-tesis-aarhus univ-dk
Mt lasut 1996-tesis-aarhus univ-dkMt lasut 1996-tesis-aarhus univ-dk
Mt lasut 1996-tesis-aarhus univ-dk
 
Limbah Cair Peternakan
Limbah Cair PeternakanLimbah Cair Peternakan
Limbah Cair Peternakan
 
Meningkatkan Keuntungan Tanpa Merusak Komitmen “Kolaborasi” di Bunaken
Meningkatkan Keuntungan Tanpa Merusak Komitmen “Kolaborasi” di BunakenMeningkatkan Keuntungan Tanpa Merusak Komitmen “Kolaborasi” di Bunaken
Meningkatkan Keuntungan Tanpa Merusak Komitmen “Kolaborasi” di Bunaken
 
Strategi Pengelolaan Lingkungan Hidup di Kota Tomohon Menuju Pembangunan Yang...
Strategi Pengelolaan Lingkungan Hidup di Kota Tomohon Menuju Pembangunan Yang...Strategi Pengelolaan Lingkungan Hidup di Kota Tomohon Menuju Pembangunan Yang...
Strategi Pengelolaan Lingkungan Hidup di Kota Tomohon Menuju Pembangunan Yang...
 
Prospect on pelagic fisheries in northern Sulawesi, Indonesia
Prospect on pelagic fisheries in northern Sulawesi, IndonesiaProspect on pelagic fisheries in northern Sulawesi, Indonesia
Prospect on pelagic fisheries in northern Sulawesi, Indonesia
 
Potential Contamination of Mercury from Artisanal Gold Mining
Potential Contamination of Mercury from Artisanal Gold MiningPotential Contamination of Mercury from Artisanal Gold Mining
Potential Contamination of Mercury from Artisanal Gold Mining
 
Strategi Mitigasi Dampak Limbah Cair
Strategi Mitigasi Dampak Limbah CairStrategi Mitigasi Dampak Limbah Cair
Strategi Mitigasi Dampak Limbah Cair
 
Dampak Kegiatan Pertambangan terhadap Wilayah Pesisir dan Laut
Dampak Kegiatan Pertambangan terhadap Wilayah Pesisir dan LautDampak Kegiatan Pertambangan terhadap Wilayah Pesisir dan Laut
Dampak Kegiatan Pertambangan terhadap Wilayah Pesisir dan Laut
 
Arsenik; Limbah Tambang Berbahaya
Arsenik; Limbah Tambang BerbahayaArsenik; Limbah Tambang Berbahaya
Arsenik; Limbah Tambang Berbahaya
 
Accumualtion of TBT and Intersex Occurence on Marine Snails Littoraria Scabra
Accumualtion of TBT and Intersex Occurence on Marine Snails Littoraria ScabraAccumualtion of TBT and Intersex Occurence on Marine Snails Littoraria Scabra
Accumualtion of TBT and Intersex Occurence on Marine Snails Littoraria Scabra
 

Mt lasut 2009-hg-indo-jchem

  • 1. 420 Indo. J. Chem., 2009, 9 (3), 420 - 424 METHYL MERCURY PRODUCTION IN NATURAL-COLLECTED SEDIMENT WITH DIFFERENT GEOCHEMICAL PARAMETERS Produksi Metil Merkuri dalam Sedimen Alami dengan Parameter Geokimia yang Berbeda Markus T. Lasut1.*, Hardin F. Rares2, and Yoshiaki Yasuda3 1 Faculty of Fisheries and Marine Science, Sam Ratulangi University, Jl. Kampus Unsrat Bahu, Manado 95115, Sulawesi Utara, Indonesia 2 Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Manado Sate University, Tondano, Sulawesi Utara, Indonesia 3 Natural Sciences Laboratory, National Institute for Minamata Disease, Minamata City, Kumamoto, Jepang Received August 28, 2009; Accepted September 28, 2009 ABSTRACT Production of methyl mercury (MeHg) has been shown in laboratory experiments using mercuric chloride (HgCl2) compound released into natural-collected sediments with different geochemical conditions. While the HgCl2 concentration was 30 µl of 113 ppm of HgCl2, the geochemical conditions [pH, salinity, total organic content (TOC), sulfur] of sampled sediments were A: 8.20, 0.00 ppt, 1.97%, and 0.92 ppt, respectively; B: 7.90, 2.00 ppt, 4.69%, and 1.98 ppt, respectively; and C: 8.20, 24.00 ppt, 1.32 %, and 90.90 ppt, respectively. A control was set with no HgCl2. Samples and control were incubated in room temperature of 27 ± 1 °C. Observations were done along 9 days with interval of 3 days. While total Hg was measured using mercury analyzer with Cold Vapor-Atomic Absorbtion Spectrophometer (CV-AAS) system, MeHg was measured by using a gas chromatograph with ECD detector after extracted by dithizone-sodium sulfide extraction method. The result shows that MeHg was found in both treatment and control experiments. The concentrations of the MeHg varied according to the geochemical condition of the sampled sediments. Peak production of MeHg occurred on the third day; however, the production was not significantly affected by the incubation time. Optimum production was found inversely related to the pH, in which highest and lowest the pH formed an ineffectively methylated mercury species. The TOC was significantly correlated to the optimum production. Salinity and sulfate contents were found not correlated to the optimum of MeHg production. Keywords: Methyl mercury; methylation process; sediment; biogeochemistry PENDAHULUAN dalam pabrik, seperti yang terjadi di dalam pabrik asetil-aldehida Chisso Corp., sehingga menyebabkan Merkuri (Hg) berada di lapisan biosfer melalui pencemaran di Teluk Minamata, Jepang [7-8]. beberapa proses, yaitu aktivitas gunung berapi, Dewasa ini, banyak kajian terfokus untuk pelepasan dari bebatuan, dan pengambilan kembali oleh mengungkap fenomena metilasi Hg alamiah, di mana manusia di mana Hg sebelumnya telah terlepas di dalam telah diketahui bahwa ada 2 komponen yang berperan tanah, sedimen, air, dan limbah buangan kegiatan [1]. dalam proses ini, yaitu komponen hayati (biotik) dan Masukan Hg dari aktivitas manusia kadang-kadang nir-hayati (abiotik). Pengaruh komponen hayati dalam menyebabkan peningkatan konsentrasi Hg di alam, proses metilasi telah banyak diketahui, di mana proses seperti yang ditunjukkan pada kasus di Teluk Minamata, tersebut terfokus pada peranan mikroorganisme [9-11]. Jepang [2]. Kegiatan pertambangan rakyat skala kecil Sedangkan komponen nir-hayati adalah sebaliknya, yang menggunakan Hg untuk mendapatkan emas karena belum terungkap sepenuhnya. Komponen- melalui proses amalgamasi merupakan salah satu komponen seperti derajat keasaman (pH), salinitas, sumber utama Hg dari kegiatan manusia, selain bahan organik, dan sulfat telah diketahui sangat pembakaran fosil dan industri alkali-klor [3-4]. Saat ini, berperan dalam proses metilasi [12-14]. kegiatan pertambangan rakyat skala kecil tersebar luas Keberadaan metil merkuri (MeHg) di alam sangat di negara-negara berkembang, temasuk Indonesia [4-6]. penting untuk dikaji, karena Hg jenis ini adalah sangat Merkuri (Hg) dapat termetilasi secara alamiah beracun dan sangat berbahaya bagi kesehatan menjadi metil merkuri (MeHg); proses metilasi tersebut manusia, di mana dapat menyebabkan penyakit yang merupakan suatu fenomena alamiah. Namun, Hg dapat tak dapat disembuhkan, bahkan kematian. Langston juga termetilasi melalui serangkaian proses kimiawi di [15] menyarankan bahwa faktor-faktor yang * Corresponding author. Tel/Fax : +62-431-868027 Email address : markus_lasut@yahoo.com Markus T. Lasut et al.
  • 2. Indo. J. Chem., 2009, 9 (3), 420 - 424 421 mempengaruhi ketersediaan dan tingkat racun Hg di menggunakan sendok pada lapisan permukaan dasar dalam sedimen hendaknya dikaji dan diungkap. sungai pada kedalaman antara 10 sampai 20 cm dan Sehubungan dengan hal tersebut maka kajian ini dimasukkan ke dalam plastik polietilen. Bersaman dilakukan di mana bertujuan untuk mengevaluasi dengan itu, salinitas dan pH diukur in situ, masing- kapasitas dan potensi produksi MeHg melalui proses masing diukur dengan menggunakan alat metilasi yang terjadi di dalam sedimen alamiah dengan salinorefraktometer dan pH-meter. kondisi geokimia yang berbeda. Selanjutnya, di laboratorium, masing-masing sampel (berdasarkan lokasi pengambilan) disiapkan METODE PENELITIAN untuk percobaan. Sampel dipisahkan dari porewaternya dan sampel sedimen tanpa porewater Bahan disama-ratakan (homogen) dengan cara diaduk secara perlahan-lahan. Hal ini dilakukan karena ukuran Jenis Hg yang digunakan sebagai bahan utama partikel sampel nampak tidak seragam. dalam percobaan adalah merkuri klorida (HgCl2). Untuk Porewater (125 mL) dan sedimen (25 g) dari mengevaluasi produksi MeHg maka dilakukan masing-masing sampel disiapkan untuk pengukuran pengukuran konsentrasi merkuri total (THg) dan MeHg. kondisi geokimia, di mana porewater untuk pengukuran Bahan-bahan utama yang digunakan untuk mengukur sulfat dengan menggunakan panduan dari Greenberg THg adalah asam nitrat, asam sulfat, asam perklorat, dkk. [13] dan sedimen untuk pengukuran kandungan dan air distilasi; dan untuk MeHg adalah toluen, etanol, organik total (KOT) dengan menggunakan panduan larutan baku MeHg, larutan dithizone (0,05% dan dari Holme and McIntyre [16]. 0,01%), natrium hidroksida (1M dan 0,1M), EDTA (20%), asam klorida (1M dan 2M), dan air distilasi. Percobaan Kemudian, masing-masing sampel sedimen Alat dimasukkan ke dalam 8 botol percobaan sampai penuh dan 30 µL HgCl2 113 ppm (sebagai perlakuan) serta Peralatan utama yang digunakan untuk 5 mL porewaternya dimasukkan ke dalam botol yang pengambilan dan persiapan sampel sedimen adalah telah berisi sampel tersebut. Setelah selesai, botol sendok pengambil sedimen (terbuat dari stainless-steel), ditutup rapat (untuk mencegah terjadinya pertukaran kantong plastik polietilen, Global Positioning System udara) dan dikocok untuk memungkinkan sampel (GPS), salinorefraktometer, dan pH-meter; untuk sedimen, Hg, dan porewater tercampur merata. percobaan adalah botol percobaan (terbuat dari gelas, Sampel sedimen untuk kontrol (tanpa Hg) juga volume 50 mL, menggunakan penutup), inkubator, dan disiapkan bersamaan. Selanjutnya, sampel tersebut di termometer ruang; untuk pengukuran THg adalah gelas inkubasi dengan suhu ruang 27 ± 1 °C. Pengamatan ukur (ukuran 50 mL, tinggi 150 mm), baki pemanas dilakukan pada waktu (hari) 0, 3, 6, dan 9. Pada setiap (sampai 250 °C), dan spektrofotometer serapan atom waktu pengamatan, 1 set botol percobaan (2 botol (SSA) yang menggunakan sistem udara dingin (SUD); perlakukan dan 1 botol kontrol) diambil untuk untuk pengukuran MeHg adalah sentrifus, pencampur pengukuran THg dan MeHg. Sampel percobaan resiprokal, funnel (200 mL), tabung sentrifus (volume 50 disimpan dalam ruang beku sebelum dilakukan mL, menggunakan penutup), gelas ukur (menggunakan pengukuran [17]. penutup), pipet, dan detektor penangkap elektron tipe kromatografi gas. Pengukuran Hg Semua pengukuran Hg (THg dan MeHg) Prosedur Kerja dilakukan di Laboratorium Ilmu Alam NIMD (National Institute for Minamata Disease), Jepang. Semua Pengambilan dan persiapan sampel sedimen sampel disimpan dalam ruang beku sebelum dibawa Sampel sedimen diambil dari 3 lokasi di sepanjang ke Jepang. Pada saat transportasi ke Jepang, semua Sungai Tondano, Kota Manado, Sulawesi Utara. sampel disimpan dalam wadah tertutup bersama Koordinat geografis (UTM) lokasi tersebut ditentukan dengan gel pendingin. menggunakan GPS, yaitu: (A) bagian sungai yang berair Merkuri total dalam sampel diukur dengan tawar dan berada di dekat daerah permukiman (165397 menggunakan spektrofotometer serapan atom (SSA) LU, 708992 BT), (B) bagian sungai yang sedikit yang menggunakan sistem udara dingin (SUD) dipengaruhi oleh air laut dan berada di dekat muara menurut petunjuk Akagi dan Nishimura [18]. Sampel sungai (165354 LU, 705312 BT), dan (C) bagian sungai sedimen (sebanyak ± 0,3 g) dimasukkan di dalam yang sangat dipengaruhi oleh air laut dan berada di gelas ukur, ditambahkan 2 mL campuran asam nitrat muara sungai (165630 LU, 704989 BT). Sampel diambil dengan asam perklorat (1:1), ditambahkan 5 mL asam Markus T. Lasut et al.
  • 3. 422 Indo. J. Chem., 2009, 9 (3), 420 - 424 sulfat, dan 1 mL air destilasi. Selanjutnya, tabung pengambilan maka digunakan Uji Statistika Analisis tersebut dipanaskan pada 200 °C selama 30 menit. Sidik Ragam [22] yang diaplikasi menggunakan © Setelah didinginkan, campuran di dalam tabung Program Minitab . dilarutkan dengan air destilasi sampai mencapai ukuran 50 mL. Kemudian, campuran tersebut siap untuk HASIL DAN PEMBAHASAN dianalisis. Metil merkuri (MeHg) dalam sampel diukur dengan Kondisi Geokimia Sampel menggunakan detektor penangkap elektron tipe kromatografi gas setelah sampel diekstraksi dalam Dari hasil pengukuran parameter salinitas, pH, KOH-ethanol (1:1) dan dithizone, ekstraksi H2S dan KOT, dan sulfat (Tabel 1), diketahui bahwa ketiga dithizone menurut petunjuk Ikingura dan Akagi [19] dan sampel sedimen yang digunakan dalam percobaan Matsuyama dkk. [20]. Metil merkuri dianalisis dari memiliki kondisi geokimia yang berbeda satu dengan lapisan toluen hasil ekstraksi di atas, setelah 2M HCl lainnya. Berdasarkan kandungan sulfat, sampel dikeluarkan melalui pengisapan. Setiap pengukuran sedimen tipe C > B > A dan sampel sedimen tipe C dilakukan 2 kali (duplikat). menunjukkan salinitas tertinggi. Untuk referensi pengukuran THg dan MeHg, digunakan sampel sedimen CRM 580 (Certified Proses Metilasi Hg Reference Material 580) yang dikeluarkan oleh Komisi Eropa [21]. Pengukuran referensi diulang sebanyak 6 Selama masa inkubasi (3, 6, dan 9 hari), proses kali. metilasi dan demetilasi Hg terjadi di dalam wadah percobaan. Proses metilasi optimum terjadi pada Analisis data periode inkubasi 3 hari, dan proses demetilasi terjadi Untuk menguji data variasi konsentrasi dan pada periode inkubasi 6 hari dan 9 hari. proporsi antara THg dan MeHg berdasarkan lokasi Tabel 1. Tipe sampel sedimen berdasarkan kondisi geokimianya Lokasi pH Salinitas (ppt) KOT (%) Sulfat (ppt) Tipe Sedimen Pengambilan A 8,20 0,00 1,97 0,92 A B 7,90 2,00 4,69 1,98 B C 8,20 24,00 1,31 90,90 C Gambar 1. Pola produksi MeHg yang terjadi di dalam kondisi percobaan dengan tipe sampel sedimen berbeda (A, B, C). Rasio THg-MeHg ditampilkan dalam bentuk rerata ± standar deviasi. Produksi MeHg tidak signifikan secara statistika (p>0,05). Markus T. Lasut et al.
  • 4. Indo. J. Chem., 2009, 9 (3), 420 - 424 423 Gambar 2. Hubungan antara pH dan produksi MeHg Gambar 4. Hubungan antara KOT dan produksi MeHg yang terjadi setelah 3 hari periode inkubasi dalam suhu yang terjadi setelah 3 hari periode inkubasi dalam suhu 27 ± 1 °C 27 ± 1 °C Gambar 5. Hubungan antara sulfat dan produksi MeHg Gambar 3. Hubungan antara salinitas dan produksi yang terjadi setelah 3 hari periode inkubasi dalam suhu MeHg yang terjadi setelah 3 hari periode inkubasi dalam 27 ± 1 °C suhu 27 ± 1 °C Produksi MeHg bervariasi menurut kondisi Kapasitas metilasi dapat menjelaskan beberapa geokimia sampel; variasi tersebut nyata secara statistika hal, yaitu: keefektifan Hg termetilasi, keberadaan (p<0,05). Konsentrasi MeHg tertinggi terjadi dalam populasi mikroorganisme metilator, dan terjadinya sampel sedimen Tipe B, dan terendah dalam sampel proses metilasi secara enzimatik. Tipe C. Periode inkubasi tidak berbeda nyata secara Kapasitas mediasi dari masing-masing sampel statistika (p>0,05). Hal ini mengindikasikan bahwa sedimen untuk menunjang terjadinya proses metilasi produksi MeHg terjadi sepanjang periode inkubasi bervariasi, di mana tergantung pada kondisi geokimia (Gambar 1). sampel sedimen tersebut. Pada sampel Tipe B, proses Produksi MeHg berkorelasi dengan kondisi metilasi enzimatik terjadi pada pH optimum. Salinitas geokimia sampel (Gambar. 1), di mana produksi rerata yang rendah menyebabkan membran sel secara efektif berkorelasi negatif secara signifikan (p<0,05) dengan mengakumulasi HgCl2 ke dalam sel [23], dan pada parameter salinitas (Gambar. 2) dan sulfat (Gambar. 3). konsentrasi sulfat tertentu sedimen dapat menunjang Pola yang sama ditunjukkan oleh parameter pH aktivitas biometilator [14]. (Gambar. 4), tetapi tidak signifikan secara statistika Laju metilasi sampel sedimen Tipe B lebih tinggi (p>0,05). Sedangkan dengan KOT (Gambar. 5), korelasi dari Tipe A dan C. Hal ini disebabkan oleh rendahnya positif terjadi secara signifikan (p<0,05). daya dukung kondisi geokimia sedimen Tipe A dan C Produksi MeHg maksimum terjadi pada periode tersebut dalam menunjang pertumbuhan populasi inkubasi 3 hari di mana produksi yang dihasilkan sampel mikroorganisme metilator [9]. Ketersediaan KOT sedimen Tipe A, B, dan C masing-masing sebesar 52 : merupakan komponen yang penting dalam menunjang 58 : 33, dengan rasio laju produksi masing-masing proses metilasi, karena ketersediaan KOT yang rendah sebesar 1 : 16 : 7. Laju produksi tersebut menunjukkan tidak dapat menunjang pertumbuhan populasi potensi masing-masing tipe sedimen dalam mikroorganisme metilator [12,23]. Derajat pH yang memproduksi MeHg (Gambar. 1). Selanjutnya, potensi tinggi dan salinitas rendah menunjang terbentuknya Hg reproduksi tersebut menunjukkan kapasitas masing- jenis Hg(OH)2 [12]. Derajat salinitas yang tinggi pada masing kondisi geokimia sedimen untuk sampel sedimen Tipe C menyebabkan permeabilitas membantu/memediasi proses metilasi yang terjadi. sel dari mikroorganisme menurun [23]. Tingkat Markus T. Lasut et al.
  • 5. 424 Indo. J. Chem., 2009, 9 (3), 420 - 424 konsentrasi sulfat yang tinggi dapat menghambat proses Hazardous Waste Sites: Mercury, NOAA Technical metilasi [14]. Memorandum NOS ORCA 100, NOAA-NOS, Seattle. KESIMPULAN 10. King, J.K., Gladden, J.B., Harmon, S.M., and Fu, T.T., 2001, Wetland Mesocosms Containing Beberapa hal yang dapat disimpulkan adalah Gypsum-Amended Sediments and Scirpus kapasitas sampel sedimen untuk membantu terjadinya californicus, http://www.osti.gov/bridge/. proses metilasi Hg bervariasi tergantung pada kondisi 11. Ekstrom, E.B., Morel, F.M.M., and Benoit, J.M., geokimia sampel tersebut. Dalam penelitian ini, sampel 2003, Appl. Environ. Microbiol., 69, 9, 5414-5422. sedimen Tipe B memiliki kapasitas tertinggi. 12. Morel, F.M.M., Kraepiel, A.M.L., and Amyot, M., Selanjutnya, produksi MeHg dari masing-masing sampel 1998, Annu. Rev. Ecol. Syst., 29, 543-66. sedimen menunjukkan pola yang sama, di mana 13. Greenberg, A.E., Clesceri, L.E., and Eaton, A.D., produksi tersebut terjadi pada periode 3 hari. Selain itu, 1992, Standard Methods for the Examination of th produksi MeHg berkorelasi positif terhadap KOT dan Water and Wastewater, 18 ed., APHA, negatif terhadap salinitas, sulfat, dan pH. Washington. 14. Benoit, J.M., 1999, The Effects of Sulfate and UCAPAN TERIMA KASIH Sulfide on Mercury Methylation in Florida Everglades, Progress Report, Penulis menyampaikan terima kasih kepada http://es.epa.gov/ncer/fellow/progress/ 97/. National Institute for Minamata Disease, Jepang, dan 15. Langston, W.J., 1990, Heavy metals in the marine Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Sam environment, CRC Press Inc., Boca Raton, Florida. Ratulangi, yang telah memfasilitasi terlaksananya 16. Holme, N.A., and McIntyre, A.D., 1984, Methods kegiatan penelitian ini. for the Study of Marine Benthos, 2nd ed., Blackwell Scientific Publications Inc., Oxford. DAFTAR PUSTAKA 17. Benoit, J.M., Gilmour, C.C., and Mason, R.P., 2001, Appl. Environ. Microbiol., 67, 1, 51-58. 1. UNEP, 2002, Global Mercury Assessment, UNEP 18. Akagi, H., and Nishimura, H., 1991, Advances in Chemicals, IOMC, Geneva, Switzerland. Mercury Toxicology, Plenum Press, New York, 53- 2. Yasuda, Y., 2000, Water Pollution Control Policy 76. and Management: the Japanese Experience, Gyosei 19. Ikingura, J.R. and Akagi, H., 1999, Sci. Total Ltd., Tokyo, Bab 13. Environ., 234, 109-118. 3. de Lacerda, L.D., dan Salomons, W., 1998, Mercury 20. Matsuyama, A., Liya, Q., Yasutake, A., Yamaguchi, from gold and silver mining: a chemical time bomb? M., Aramaki, R., Xiaojie, L., Pin, J., Li, L., Mei, L., Springer-Verlag, Berlin. Yumin, A., and Yasuda, Y., 2004, Bull. Environ. 4. de Lacerda L.D., 2003, Environ. Geol., 43, 308-314. Contam. Toxicol., 73, 846-852. 5. James, L.P., 1994, J. Geochem. Explor., 50, 493- 21. Quevauviller, Ph., Fortunati, G.U., and Filippelli, M., 500. 1997, The certification of the contents (mass 6. Limbong, D., Kumampung, J., Rimper, J., Arai, T., fractions) of total mercury and methyl mercury in and Miyazaki, N., 2003, Sci. Total Environ., 302, estuarine sediment: CRM 580, European 227-236. Commission, BCR Informastion, Reference 7. JPHA, 2001, Preventive Measures Against Materials, ECSC-EC-EAEC, Brussels, Environmental Mercury Pollution and Its Health Luxembourg. Effects, Public Health Association, Japan. 22. Fowler, J. and Cohen, L., 1990, Practical Statistics 8. Canuel, R., Lucotte, M., and Rheault, I., 2004, for Field Biology, John Wiley & Sons, England. th Proceedings of the 7 International Conference on 23. Barkay, T., Gillman, M., dan Turner, R., 1997, Appl. Mercury as a Global Pollutant, Ljubljana, 364-368. Environ. Microbiol., 63, 11, 4267-4271. 9. Beckvar, N., Field, J., Salazar, S., and Hoff, R., 1996, Contaminants in Aquatic Habitats at Markus T. Lasut et al.